TIPE PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR...

16
PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TIPE PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS III SD GUGUS BANGAU KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II TAHUN AJARAN 2015/2016 ARTIKEL Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Sima Fatmawati 292012196 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Transcript of TIPE PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR...

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

TIPE PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS III SD GUGUS BANGAU

KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II

TAHUN AJARAN 2015/2016

ARTIKEL

Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Sima Fatmawati

292012196

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

TIPE PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS III SD GUGUS BANGAU

KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II

TAHUN AJARAN 2015/2016

Sima Fatmawati1 , Kriswandani2

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Jl.Diponegoro 52-60 Salatiga

[email protected]

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya nilai rata-rata matematika siswa

SD Gugus Bangau yang disebabkan oleh pembelajaran yang berlangsung masih bersifat

teacher centered sehingga siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Model Problem Based

Learning Tipe Probing Prompting terhadap Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa kelas III

SD Gugus Bangau Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.

Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi experiment (eksperimen semu).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Gugus Bangau yang terdiri dari

beberapa sekolah yaitu SD Negeri Candirejo 01, SD Negeri Candirejo 02, SD Negeri

Sraten 01, SD Negeri Sraten 02, dan SD Negeri Jombor. Teknik pemilihan sampel dalam

penelitian ini yaitu dengan Simple Random Sampling dan sampelnya yaitu siswa kelas III

SD Negeri Candirejo 02 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 16 siswa

dan kelas III SD Negeri Candirejo 01 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak

30 siswa. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model Problem Based Learning tipe

Probing Prompting dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar

matematika.

Hasil uji normalitas nilai posttest diperoleh nilai signifikansi pada kelas

eksperimen sebesar 0,388 > 0,05 dan pada kelas kontrol sebesar 0,305>0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas nilai

posttest diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,599>0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa

kedua kelas memiliki variansi yang sama atau homogen. Hasil analisis data dengan

independent Sample T-Test menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000<0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa terdapat terdapat pengaruh penerapan Model Problem Based

Learning tipe Probing Prompting terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas III

SD Gugus Bangau. Nilai rata-rata posttest kelas yang diajar dengan Model Problem Based

Learning tipe Probing Prompting sebesar 83,75 dan nilai rata-rata kelas yang diajar

dengan Model Pembelajaran Konvensional sebesar 66,17. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan Model Problem

Based Learning tipe Probing Prompting lebih baik dari siswa yang diajar dengan

menggunakan Model Pembelajaran Konvensional.

Kata Kunci: Problem Based Learning, Probing Prompting, Model Pembelajaran

Konvensional, hasil belajar matematika.

PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

manusia. Dewasa ini di bidang teknologi informasi dan komunikasi mengalami

perkembangan pesat yang dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori

bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan

teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini

(Kurikulum 2006). Oleh karena itu, matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat

penting dan menjadi mata pelajaran yang selalu ada disetiap jenjang pendidikan karena

hampir diseluruh kehidupan sehari-hari selalu bersinggungan dengan matematika terutama

untuk memecahkan suatu masalah.

Matematika dipahami melalui penalaran agar kemampuan penalaran matematis dapat

berkembang secara optimal, siswa harus memiliki kesempatan yang terbuka untuk berpikir

(Kurniasari dkk, 2012). Pembelajaran matematika di tingkat sekolah dasar sering ditemui

guru kurang menghubungkan persoalan matematika dengan keadaan sehari-hari, cara

mengajar guru juga masih bersifat teacher centered bukan student centered sehingga siswa

masih sulit mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru hendaknya berperan

sebagai fasilitator dan bukan satu-satunya sumber belajar agar siswa dapat berperan aktif

dalam proses pembelajaran. Guru sebagai fasilitator berperan memberikan pelayanan untuk

memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran (Senjaya, 2008). Keterlibatan

siswa secara aktif sangat dipentingkan dalam proses pembelajaran, selama proses

pembelajaran matematika berlangsung guru harus mampu mengaktifkan siswa dan

mengurangi kecenderungan untuk mendominasi pembelajaran sehingga dapat mengubah

pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa. Kegiatan Belajar

Mengajar dapat diikuti dengan baik dan menarik perhatian siswa apabila menggunakan

model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan sesuai dengan

materi (Markaban, 2006). Model pembelajaran yang dipilih hendaknya sesuai dengan

karakter siswa dan materi yang diajarkan serta dapat mengaktifkan siswa dalam

pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang berpusat pada siswa

(student centered) dan terkait dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil observasi menunjukan bahwa pembelajaran yang berlangsung

masih berorientasi pada guru, pembelajaran kurang melibatkan siswa secara aktif sehingga

siswa lebih berperan sebagai penerima ilmu serta guru menjadi satu-satunya sumber

belajar. Aktivitas pembelajaran di kelas juga menunjukkan bahwa siswa hanya terlihat

diam selama pembelajaran, tidak dilibatkan langsung dalam penemuan terhadap materi,

tidak antusias dalam mengeluarkan pendapat, dan kurang adanya interaksi antara siswa

dengan guru pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini membuat siswa menjadi pasif

dalam menerima informasi dan pengetahuan yang seharusnya mereka aktif untuk

mengkontruksi pengetahuannya sendiri sehingga berdampak pada hasil belajar yang

diperoleh siswa. Sedangkan hasil wawancara terhadap wali kelas III SD Gugus Bangau

Kabupaten Semarang semester ganjil tahun 2015/2016 mengatakan bahwa hasil belajar

yang dicapai siswa kurang maksimal, hal itu dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata tes

akhir semester satu hanya sebesar 65,79 dengan persentase 52,17% siswa dinyatakan

tuntas dan 47,83% siswa dinyatakan tidak tuntas, dimana nilai KKM adalah 70. Meskipun

hasil belajar siswa yang dinyatakan tuntas lebih tinggi, namun nilai rata-rata hasil belajar

siswa kelas III SD Gugus Bangau masih dibawah KKM sehingga diperlukan upaya

perbaikan pembelajaran dengan harapan dapat menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah penggunaan model pembelajaran yang dapat

memberikan sebuah tantangan bagi siswa untuk aktif mengkontruksi pengetahuannya

sendiri dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan Model Problem Based Learning

tipe Probing Prompting.

TINJAUAN PUSTAKA

Model Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan

siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa

dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus

memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah (Kamdi, 2007:77). Lebih lanjut, Amir

(2007) mendefinisikan bahwa Problem Based Learning merupakan model pembelajaran

yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata untuk memulai pembelajaran dan

merupakan suatu model pembelajaraan yang inovatif yang memberikan kondisi belajar

aktif pada siswa sehingga siswa mendapatkan lebih banyak kecakapan dari pada

pengetahuan yang dihafal, mulai dari kecakapan memecahkan masalah, kecakapan berfikir

kritis, kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta

kecakapan pencarian dalam pengolahan informasi. Menurut Huda (2015), model

pembelajaran yang berbasis masalah termasuk dalam Problem Based Learning seperti:

Problem Solving, Problem Posing, Open Ended, Probing Prompting, SAVI, VAK, AIR,

Group Investigation, Means Ends Analysis, Creative Problem Solving, Dooble Loop

Problem Solving, Scramble, Mind Map, Generative, Circuit, Complete Sentence, Concept

Sentence, dan Treffinger.

Probing Prompting merupakan salah satu tipe Problem Based Learning. Pemilihan

model Problem Based Learning tipe Probing Prompting tersebut didukung oleh penelitian

yang dilakukan Mayasari (2014) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara

Probing Prompting dengan konvensional dan Probing Prompting lebih efektif untuk

diterapkan dalam pembelajaran dari pada konvensional.

Problem Based Learning tipe Probing Prompting memberikan keleluasaan pada

siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan sendiri dan guru hanya menjadi fasilitator

dan mediator dalam setiap pembelajaran. Siswa dibimbing untuk menuju konsep atau teori

yang diinginkan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada pada dirinya (Ulya dkk,

2012). Problem Based Learning tipe Probing Prompting adalah pembelajaran dengan cara

guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga

terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan siswa dan pengalamannya dengan

pengetahuan baru yang sedang dipelajari (Mayasari, 2014)

Langkah pembelajaran dengan model Problem Based Learning tipe Probing

Prompting menurut Huda (2013:282-283) antara lain: 1) Guru menghadapkan siswa pada

situasi baru, misalkan dengan memperlihatkan gambar, rumus atau situasi lain yang

mengadung permasalahan; 2) Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan

siswa guna merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskan

jawaban; 3) Guru mengajukan persoalan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran kepada

siswa; 4) Menunggu beberapa saat untuk memberikan kessempatan siswa guna

merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil; 5) Menunjuk salah satu siswa untuk

menjawaab pertanyaan; dan 6) Jika jawabannya tepat, maka pertanyaan yang sama juga

dilontarkan kepada siswa lain untuk meyakinkan bahwa semua siswa terlibat dalam

pembelajaran. Namun, jika jawaban yang diberikan kurang tepat, maka guru mengajukan

pertanyaan lain yang menuntun siswa berpikir ke arah pertanyaan awal, sehingga siswa

dapat menjawaab pertanyaan tadi dengan benar; dan 7) Guru mengajukan pertanyaan akhir

pada siswa yang berbeda untuk lebih menekankan bahwa indikator tersebut benar – benar

telah dipahami oleh seluruh siswa.

Berdasarkan paparan diatas, maka dilakukan suatu penelitian berjudul Pengaruh

Penerapan Model Problem Based Learning Tipe Probing Promting terhadap Hasil Belajar

Matematika Bagi Siswa kelas III SD Negeri Candirejo 02 Kabupaten Semarang Semester

II Tahun Ajaran 2015/2016 .

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experimental

Design) yaitu penelitian yang melibatkan dua kelas dengan karakteristik yang sama, kelas

pertama sebagai kelas kontrol dan kelas kedua sebagai kelas eksperimen. Keduanya tidak

dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

hasil belajar. Menurut Sukmadinata (2012:196), kelas yang digunakan baik kelas

eksperimen maupun kelas kontrol harus memiliki karakteristik yang sama atau disamakan.

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan terhadap gejala suatu

kelompok lain yang diberi perlakuan berbeda (Sugiyono, 2010:114). Desain penelitian

yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Penelitian ini dilaksanakan

di SD Negeri Candirejo 02 Kabupaten Semarang dan SD Negeri Candirejo 01 Kabupaten

Semarang semester genap tahun ajaran 2015/ 2016. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Maret sampai April 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III

SD Gugus Bangau yang terdiri dari beberapa sekolah yaitu SD Negeri Candirejo 01, SD

Negeri Candirejo 02, SD Negeri Sraten 01, SD Negeri Sraten 02, dan SD Negeri Jombor.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Candirejo 02 sebagai kelas

eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 16 siswa dan kelas III SD Negeri Candirejo 01

sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa. Teknik pemilihan sampel

dalam penelitian ini yaitu dengan Simple Random Sampling, karena pengambilan sampel

dilakukan secara acak dan menganggap anggota populasi homogen. Penelitian ini

menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam

penelitian ini yaitu Model Problem Based Learning tipe Probing Prompting dan variabel

terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar metematika. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini menggunakan tes yang terdiri dari pretest dan posttest. Soal posttest

disusun dan diuji cobakan pada siswa kelas III SD Negeri Kebumen 03 Kabupaten

Semarang dan hasil uji coba yang diperoleh kemudian dianalisis, yaitu meliputi uji

validitas dan reliabilitas. Teknik analisis data menggunakan uji prasyarat yaitu uji

normalitas dan uji homogenitas. Analisis data untuk mengetahui perbedaan hasil belajar

menggunakan uji Independent Sample T-Test.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian diperoleh dari data deskripsi awal yaitu nilai pretest dan deskripsi

akhir yaitu nilai posttest. Nilai pretest diperoleh dari nilai murni Tes Akhir Semester I.

Deskripsi nilai pretest dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Analisis Deskripsi Nilai Pretest

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

EKSPERIMEN 16 37 87 62,81 12,486

KONTROL 30 47 79 68,77 8,681

Valid N (listwise) 16

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 16 siswa pada kelas eksperimen

diperoleh nilai maksimal sebesar 87, nilai minimal sebesar 37, dan nilai rata-rata sebesar

62,81 dengan standar deviasi sebesar 12,486. Hasil analisis pada kelas kontrol

menunjukkan bahwa dari 30 siswa diperoleh nilai maksimal sebesar 79, nilai minimal

sebesar 47, dan nilai rata-rata sebesar 68,77 dengan standar deviasi sebesar 8,681.

Tabel 2. Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol

EKSPERIMEN KONTROL

N 16 30

Normal Parametersa,b Mean 62,81 68,77

Std. Deviation 12,486 8,681

Most Extreme Differences

Absolute ,131 ,145

Positive ,095 ,119

Negative -,131 -,145

Kolmogorov-Smirnov Z ,524 ,795

Asymp. Sig. (2-tailed) ,947 ,552

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan dianalisis berasal

dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan uji normalitas diperoleh nilai

Asymp. Sig. (2-tailed) atau nilai signifikansi pada kolom kelas eksperimen sebesar 0,947 >

0,05 dan pada kelas kontrol sebesar 0,552 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data

nilai pretest dari kedua kelas berdistribusi normal. Langkah selanjutnya untuk menguji

homogenitas kedua kelas menggunakan uji Levene’s test dan uji beda rata-rata

menggunakan uji Independent Sample T-Test. Hasil uji beda rata-rata dapat dilihat pada

Tabel 3

Tabel 3. Uji Homogenitas dan Uji Beda Rerata Nilai Pretest

Levene's Test

for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. T df Sig. (2-

tailed)

Mean

Differen

ce

Std.

Error

Differen

ce

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

NILA

I

Equal

variances

assumed

2,002 ,164 -1,897 44 ,064 -5,954 3,139 -12,280 ,372

Equal

variances not

assumed

-1,701 22,942 ,102 -5,954 3,501 -13,197 1,289

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pada uji Levene’s test diperoleh nilai

signifikansi sebesar 0,164 > 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa kedua kelas tersebut

memiliki variansi yang sama atau homogen. Hasil uji beda rata-rata pada Equal variances

assummed diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,064 > 0,05, sehingga H0 diterima dan

dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah

sama. Oleh karena itu, dari kedua kelas tersebut dapat diberi perlakuan yang berbeda

dimana kelas eksperimen diberi perlakuan dengan tipe Probing Prompting dan kelas

kontrol diberi perlakuan dengan Model Konvensional.

Deskripsi akhir penelitian ini adalah hasil belajar dari nilai posttest dan dapat dilihat

pada Tabel 4

Tabel 4. Analisis Deskripsi Nilai Posttest

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

EKSPERIMEN 16 55 100 83,75 12,974

KONTROL 30 20 100 66,17 16,065

Valid N (listwise) 16

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 16 siswa pada kelas eksperimen

diperoleh nilai maksimal sebesar 100, nilai minimal sebesar 55, dan nilai rata-rata sebesar

83,75 dengan standar deviasi sebesar 12,974. Hasil analisis pada kelas kontrol

menunjukkan bahwa dari 30 siswa diperoleh nilai maksimal sebesar 100, nilai minimal

sebesar 20, dan nilai rata-rata sebesar 66,17, dengan standar deviasi sebesar 16,065.

Tabel 5. Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

EKSPERIMEN KONTROL

N 16 30

Normal Parametersa,b Mean 83,75 66,17

Std. Deviation 12,974 16,065

Most Extreme Differences Absolute ,226 ,177

Positive ,128 ,158 Negative -,226 -,177

Kolmogorov-Smirnov Z ,904 ,969

Asymp. Sig. (2-tailed) ,388 ,305

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan dianalisis berasal

dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan uji normalitas diperoleh nilai

nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau nilai signifikansi pada kolom kelas eksperimen sebesar

0,388 > 0,05 dan pada kelas kontrol sebesar 0,305 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa data nilai posttest dari kedua kelas berdistribusi normal. Langkah selanjutnya untuk

menguji homogenitas kedua kelas menggunakan uji Levene’s test dan uji beda rata-rata

menggunakan uji Independent Sample T-Test. Hasil uji beda rata-rata dapat dilihat pada

Tabel 6

Tabel 6. Uji Homogenitas dan Uji Beda Rerata Nilai Posttest

Levene's Test

for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-

tailed)

Mean

Differen

ce

Std.

Error

Differen

ce

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

NILA

I

Equal

variances

assumed

,280 ,599 3,766 44 ,000 17,583 4,669 8,173 26,993

Equal

variances not

assumed

4,021 36,824 ,000 17,583 4,373 8,721 26,445

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa pada uji Levene’s test diperoleh nilai

signifikansi sebesar 0,599 > 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua kelas tersebut

memiliki kemampuan yang sama atau homogen. Hasil uji beda rata-rata pada Equal

variances assummed diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05, sehingga H1

diterima dan dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata posttest kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen

lebih baik dari pada kelas kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

hasil belajar matematika antara siswa yang diajar melalui Model Problem Based Learning

tipe Probing Prompting dengan Model Konvensional bagi siswa kelas III SD Gugus

Bangau Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.

Hasil belajar kelas eksperimen dengan Model Problem Based Learning Tipe Probing

Prompting lebih baik karena model ini dapat mengembangkan keterampilan dan

keberanian siswa dalam menjawab sebuah persoalan dan mengemukakan pendapat. Selama

proses pembelajaran berlangsung siswa dituntun untuk menemukan konsep secara mandiri

melalui tanya jawab dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru secara terarah.

Pertanyaan yang diarahkan kepada siswa mendorong siswa untuk berpikir dan aktif

mengembangkan kemampuan berpikirnya. Hal ini akan membuat siswa lebih lebih mudah

dalam memahami materi yang diberikan.

Hasil yang ditemukan pada saat pembelajaran mengindikasikan bahwa penerapan

Problem Based Learning tipe Probing Prompting dalam pembelajaran membuat siswa

terlihat lebih aktif dan antusias dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru secara

acak kepada siswa. Selain itu, siswa juga mempunyai ide-ide baru dalam menjawab setiap

pertanyaan yang diberikan dan siswa juga lebih menyukai model pembelajaran Problem

Based Learning Tipe Probing Prompting daripada model pembelajaran yang biasa

diterapkan oleh guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Harsoyo, dkk (2014) yang

menyatakan bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning tipe Probing

Prompting lebih baik dari model pembelajaran biasa karena dapat membuat semua siswa

mencapai nilai ketuntasan, serta mengajak siswa berpikir terlebih dahulu sebelum

mengetahui jawabannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Ulya, dkk (2012) yang

menyatakan bahwa Problem Based Learning Tipe Probing Prompting merupakan

pembelajaran yang disajikan melalui serangkaian pertanyaan yang menggali pengetahuan

siswa ke arah perkembangan yang diharapkan dan mendorong siswa untuk lebih aktif

berpikir dan mengembangkan kemampuan berpikirnya. Hal ini yang membuat

pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak monoton. Selain itu, tipe ini membuat hasil

belajar semua siswa berada pada kategori tinggi. Hal ini dikarenakan Problem Based

Learning tipe Probing Prompting dapat diterima oleh siswa dengan baik sehingga tipe ini

lebih efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh penerapan Model Problem Based Learning tipe Probing Prompting terhadap

hasil belajar matematika bagi siswa kelas III SD Gugus Bangau Kabupaten Semarang

semester genap tahun ajaran 2015/2016 yang ditunjukkan dengan melihat hasil perolehan

nilai rata-rata pretest dan postest kelas eksperimen dan kontrol. Selain itu, dapat juga

dengan melihat hasil uji beda rerata yang menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,000 <

0,05. Hasil belajar yang diperoleh siswa kelas III SD Negeri Candirejo 02 Kabupaten

Semarang dengan Model Problem Based Learning tipe Probing Prompting memperoleh

rata-rata sebesar 83,75, sedangkan hasil belajar yang diperoleh siswa kelas III SD Negeri

Candirejo 01 Kabupaten Semarang dengan Model Konvensional memperoleh rata-rata

sebesar 66,17. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas III SD Negeri

Candirejo 02 Kabupaten Semarang sebagai kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas

III SD Negeri Candirejo 01 Kabupaten Semarang sebagai kelas kontrol.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M, Taufik. 2007. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning:Bagaimana

Pendidik Memberdayakan Pembelajaran Di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group

Harsoyo, I.T, dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan

Teknik Probing Prompting untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

IPA Siswa Kelas VII SMP. Jurnal. Unnes

Huda, Miftahul. 2013. Modeo-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis Dan

Paradigmatis.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kamdi, W. 2007. Model Pembelajaran Project Based Learning. UNS Press: Semarang

Kurniasari, Yayuk, dkk. 2012. Penerapan Teknik Pembelajaran Probing Promting Untuk

Mengetahui Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Kelas 7G Di SMPN 1

Rejoso. Jurnal. Unessa

Markaban. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan

Terbimbing. Yogyakarta: P3G Matematika DIY

Mayasari, Yuriska, dkk. 2014. Penerapan Teknik Probing-Probing Promting Dalam

Pembelajaran Matematika Kelas VIII MTSN Lubuk Buaya Padang Volume 3.

Jurnal. UNP

Senjaya, Wina. 2008. Strategi pempelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sugiyono. 2010. Metode Peneitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Ulya, Himmatul, dkk. 2012. Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Probing Prompting dengan Penilaian Produk. Jurnal. Unnes

_______. 2005. Kurikulum 2006 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD dan

MI. Jakarta: Depdiknas