Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

61
4. TIPE DAN PEMILIHAN BAHAN KEMAS 4.1 PENDAHULUAN Kemasan adalah salah satu komponen penting dari bentuk sediaan farmasi. Menurut ketentuan yang berlaku di seluruh dunia, pengujian stabilitas sediaan farmasi harus dilakukan dalam kemasan akhir yang akan dipasarkan. Kemasan terdiri dari bermacam material (gelas, logam, plastik, material multi lapis, karet dan elstomer sintetik) yang tidak selalu inert terhadap obat yang dikemas, karena secara sederhana dapat menyebabkan terjadinya adsorpsi dan desorpsi dari pengemas menuju obat disamping kemungkinan terjadinya interaksi. (Tsffaunsoed. 2012) Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industriagar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi termasuk produk sediaan farmasi. (Tsffaunsoed. 2012) Tahap pengemasan adalah tahapan yang penting untuk produk sediaan farmasi agar produk tersebut terlihat

description

tipe dan pemilihan bahan kemas dalam farmasi industri

Transcript of Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

Page 1: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

4. TIPE DAN PEMILIHAN BAHAN KEMAS

4.1 PENDAHULUAN

Kemasan adalah salah satu komponen penting dari bentuk sediaan farmasi.

Menurut ketentuan yang berlaku di seluruh dunia, pengujian stabilitas sediaan

farmasi harus dilakukan dalam kemasan akhir yang akan dipasarkan. Kemasan

terdiri dari bermacam material (gelas, logam, plastik, material multi lapis, karet

dan elstomer sintetik) yang tidak selalu inert terhadap obat yang dikemas, karena

secara sederhana dapat menyebabkan terjadinya adsorpsi dan desorpsi dari

pengemas menuju obat disamping kemungkinan terjadinya interaksi.

(Tsffaunsoed. 2012)

Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan

barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan

dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau

mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi

dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di

samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan

atau produk industriagar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam

penyimpanan, pengangkutan dan distribusi termasuk produk sediaan farmasi.

(Tsffaunsoed. 2012)

Tahap pengemasan adalah tahapan yang penting untuk produk sediaan

farmasi agar produk tersebut terlihat bagus dan menarik. Menurut Peraturan

perundang-undangan nomor 72 tahun 1998 tentang pengamanan sediaan farmasi

dan alat kesehatan Bab. VI yang mengatur tentang kemasan sediaan farmasi dan

alat kesehatan, pasal 1 ayat 6 yang berbunyi kemasan sediaan farmasi dan alat

kesehatan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi atau membungkus

sediaan farmasi dan alat kesehatan baik yang bersentuhan langsung ataupun tidak.

Dan pasal 24 ayat 1 yang berbunyi pengemasan sediaan farmasi dan alat

kesehatan dilaksanakan dengan menggunakan bahan kemasan yang tidak

membahayakan kesehatan manusia dan/atau dapat mempengaruhi berubahnya

persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan.

(Tsffaunsoed. 2012)

Page 2: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

4.2 PENGEMASAN TRADISIONAL

Ragam kemasan makanan tradisional yang sering dijumpai seperti kemasan

dengan menggunakan daun pisang, kelobot jagung (pelepah daun jagung), daun

kelapa/enau (aren), daun jambu air dan daun jati. Cara pengemasannyapun

dilakukan dengan berbagai macam cara seperti dapat dilihat dalam Tabel berikut:

Cara mengemas Bahan kemasan

Menggulung

Daun pisang

Daun bambu

Daun/kelobot jagung

MerobekDaun pisang

Daun jambu

Membalut dengan

pembalut

Daun pisang

Daun kelapa

Menganyam Daun kelapa

Pengemasan, diatas bertujuan untuk melindungi makanan dari kerusakan,

juga merupakan daya pikat-bagi orang agar terpesona untuk menikmatinya.

(Imatetani. 2010)

4.3 PERSYARATAN BAHAN KEMAS

Dalam menentukan fungsi perlindungan dari pengemasan, maka perlu

dipertimbangkan aspek-aspek mutu produk yang akan dilindungi. Mutu produk

ketika mencapai konsumen tergantung pada kondisi bahan mentah, metode

pengolahan dan kondisi penyimpanan. Dengan demikian fungsi kemasan harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Kemampuan/daya membungkus yang baik untuk memudahkan dalam

penanganan, pengangkutan, distribusi, penyimpanan dan penyusunan/

penumpukan.

Kemampuan melindungi isinya dari berbagai risiko dari luar, misalnya

perlindungan dari udara panas/dingin, sinar/cahaya matahari, bau asing,

benturan/tekanan mekanis, kontaminasi mikroorganisme.

Page 3: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

Kemampuan sebagai daya tarik terhadap konsumen. Dalam hal ini

identifikasi, informasi dan penampilan seperti bentuk, warna dan keindahan bahan

kemasan harus mendapatkan perhatian.

Persyaratan ekonomi, artinya kemampuan dalam memenuhi keinginan

pasar, sasaran masyarakat dan tempat tujuan pemesan.

Mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau

standar yang ada, mudah dibuang, dan mudah dibentuk atau dicetak.

Dengan adanya persyaratan yang harus dipenuhi kemasan tersebut maka

kesalahan dalam hal memilih bahan baku kemasan, kesalahan memilih desain

kemasan dan kesalahan dalam memilih jenis kemasan, dapat diminimalisasi.

Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut maka kemasan harus memiliki

sifat-sifat :

- Permeabel terhadap udara (oksigen dan gas lainnya).

- Bersifat non-toksik dan inert (tidak bereaksi dan menyebabkan reaksi kimia)

sehingga dapat mempertahankan warna, aroma, dan cita rasa produk yang

dikemas.

- Kedap air (mampu menahan air atau kelembaban udara sekitarnya).

- Kuat dan tidak mudah bocor.

- Relatif tahan terhadap panas.

- Mudah dikerjakan secara massal dan harganya relatif murah. (Aswin M. 2008)

4.4 PERSYARATAN DARI SUATU PENGEMASAN

1. Kemasan harus bisa mewadahi produk

Bentuk fisik dari suatu bahan kemasan, harus didesain sedemikian rupa agar

mudah diisi, dan memenuhi persyaratan hokum dan ekonomi serta dapat ditutup

secara efektif. Kemasan yang dikapalkan dalam fungsi sebagai pengemasan luar

agar dimensinya konsisten sesudah diwadahi dan dikemas agar selama pengapalan

tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. 

Penambahan bahan promosi ataupun bahan suplemen lainnya perlu

diwaspadai agar tidak terjadi bentuk yang kurang menarik. Pengisian kedalam

wadah harus diperhatikan jangan sampai terjadi terlalu penuh ataupun kurang.

Page 4: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

Bahan kemasan harus didesain, mampu menahan tekanan maupun vibrasi selama

dalam perjalanan. 

Pengisian bahan yang agak berdebu, seringkali membuat masalah pada

pengisian dan penutupan wadah, sehingga bahan ataupun media adhesive,

haruslah dipilih secara selektif. Melalui bahan pengemasan dan produk tertentu

bisa terjadi muatan elektrastatik dalam melengkapi static elimination pada mesin

pengemasan. 

Produk cair yang dikemas, umumnya memiliki berat jenis yang bervariasi,

viscositas, penguapan, serta pembentukan gelombang udara dan sebagainya.

Akibat dari adanya fenomena tersebut perlu diwaspadai agar diperoleh hasil yang

optimal dalam proses pengemasan, baik wadah kemasan maupun mesin

pengemasan didesain spesifik. Sifat stretching dari material tertentu, agar

diperhatikan dalam perencanaan, misalnya dalam proses produk barang dari

polyethilen film. Untuk pekerjaan shrink film diperlukan alat khusus untuk

pengaplikasiannya. (Direktorat Jenderal Industri Dan Dagang Kecil Menengah

Departemen Perindustrian Dan Perdagangan. 2003)

2. Kemasan harus bisa melindungi produk

Keadaan lingkungan seperti suhu yang tinggi dan rendah, maupun humidity

yang tinggi rendah, bisa menyebabkan kegagalan terhadap fungsi kemasan secara

efektif. Humidity yang tinggi bisa melemahkan kekuatan dari corrugated box dan

bisa juga menyebabkan lepasnya ikatan/kelengketan dari beberapa adhesive.

Stabilitas dimensi dari film pada umumnya sangat terbatas pada suhu yang

maximal. 

Dibidang industri, kemasan harus diseal rapat dengan produk didalamnya,

dapat bertahan terhadap panas, goncangan serta tekanan yang diberlakukan. Seal

harus tetap efektif selama berlakunya produk yang mewadahi. Bahan kemasan

harus mampu menahan tekanan proses distribusi, transparansi dan handling.

Penggunaan bahan yang tepat dan didesain yang sesuai akan memperkecil

kemungkinan kerusakan. 

Daya tahan tehadap thermal shock, untuk industri tertentu harus

diperhitungkan sebagai contoh dalam pasteurisasi produk retort serta pendinginan

cepat pada produk can. Kemasan harus didesain untuk bisa menghindari

Page 5: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

terjadinya pengrusakan ataupun pencurian, selama proses distribusi. Disainnya

sedemikian rupa dapat memenuhi fungsinya dan tidak berbahaya bagi konsumen. 

Dapat disimpulkan bahwa proteksi tersebut meliputi proses produk yang

bersangkutan selama transit, pergudangan, retail sale, dan yang terpenting selama

digunakan oleh konsumen.

Proteksi diperlukan juga terhadap kondisi udara, pencurian, cahaya, panas,

serta akibat kerusakan mekanis. 

Dalam keadaan tertentu diperlukan pula proteksi terhadap serangga, dan

micro organics lainnya. Efek dari fabrikasi, menyebabkan kelemahan pada bagian

tertentu dari bahan kemasan, seperti creasing dari bag, kelemahan bagain film

yang berdekatan dengan seal line, perforasi pada karton, tear strips pada kemas

corrugated box, bahu dari blown bottle dan sebagainya. Kemasan perlu ditest pada

bagian yang lemah. Kerusakan oleh lingkungan, umumnya disebabkan karena

sempurna barrier propertisi dari kemasan. 

Material yang digunakan harus mampu menahan keluarnya uap air

kedalam kemasan. Untuk material tertentu, penetrasi dari uap air masih ditoleransi

pada keadaan tertentu, tetapi menghambat penetrasi gas ataupun bahan yang

mudah menguap. Glass dan logam praktis tak dapat dipenetrasi oleh gas maupun

uap air, tetapi dalam praktek seringkali sifat tersebut bisa diperoleh melalui

kombinasi material fleksible (kemasan fleksibel). (Direktorat Jenderal Industri

Dan Dagang Kecil Menengah Departemen Perindustrian Dan Perdagangan. 2003)

3. Kemasan harus bisa menjual produk 

Yang terutama, kemasan harus bisa menunjukkan identitas dari produk.

Sistim distribusi serta teknik perdagangan yang modern mempersayratkan agar

produk bisa diidentifikasikan dalam sekilas pandang. Informasi yang diharapkan

bisa ditampilkan kemasan adlah sebagai berikut :

- Deskripsi singkat dari produk

- Indentitas brand name

- Nama dagang

- Perusahaan, logo dan nama produsen

- Isi, berat atau volume

- Petunjuk pemakaian

Page 6: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

- Ilustrasi yang menggambarkan produk

- Harga

Ukuran atau unit kuantitas per package adalah hal yang perlu diperhatikan.

Hasil riset pemasaran merupakan hal yang menentukan tentang ukuran yang dapat

memenuhi keinginan pelanggan. Ukuran pengemasan untuk transparansi harus

disesuaikan dengan pola distribusi. 

Ukuran untuk kepentingan transportasi jangan terlalu berat, untuk keamanan

dan kemudahan dalam handling. Disamping indentifikasi dasar, kemasan harus

bisa menarik perhatian konsumen untuk membeli. Kemasan harus merupakan

rantai terakhir dalam kegiatan iklan dan display dan harus bisa bermakna pesan

promosi. 

Merupakan hal yang penting juga adalah hasil pemotretan kemasa, yang

bisa digunakan menjadi media iklan yang efektif. Bentuk dan dimensi harus

dirancang secara teliti untuk bisa di display dengan baik, penempatan dalam

shopping bag serta penyimpanan ditempat konsumen. Kemasan agar bisa

mewakili produk secara keseluruhan. Barang yang murah supaya diwadahi

kemasan yang ekonomis, sedang barang yang berkualitas tinggi, menggunakan

kemasan prestige. 

Transparansi material, dapat digunakan untuk produk yang menarik, agar

mudah diidentifikasikan oleh konsumen. Sales appeal, menjadi hal yang penting,

bahkan menjadi lebih penting karena dengan meningkatnya supermarket dan toko

swalayan. (Direktorat Jenderal Industri Dan Dagang Kecil Menengah Departemen

Perindustrian Dan Perdagangan. 2003)

4. Biaya yang minimal secara keseluruhan

Biaya kemasan yang minimal secara keseluruhan tidak hanya mencakup

biaya kemasan saja. Waktu, biaya kerja, biaya material, dan biaya transportasi

adalah keseluruhan yang mencakup over all cost. 

Disamping itu termasuk biaya dari produk yang gagal mencapai tujuan

dalam kondisi memuaskan akibat kemasan yang tidak efektif. Sebagai contoh

dalam pengepakan dan pengangkutan dari barang keramik. Bisa saja nilai

kerusakan yan terjadi, bisa melampaui biaya yang dihemat karena tidak

menggunakan kemasan yang tidak semestinya. 

Page 7: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

Penggunaan bahan kemasan yang berlebihan tidak juga disarankan, karena

akan meningkatkan biaya. Tetapi selanjutnya penggunaan bahan kemasan yang

tidak memadai akan merugikan, karena produk yang diwadahi bisa rusak dalam

pengangkutan dan penyimpanan. 

Bila produk tersebut sudah sampai ke tangan konsumen dan terjadi hal

tersebut, akan merusak citra dari produk dan perusahaan yang

bersangkutan. (Direktorat Jenderal Industri Dan Dagang Kecil Menengah

Departemen Perindustrian Dan Perdagangan. 2003)

4.5 PRINSIP PENGEMASAN 

Banyak prinsip yang diterapkan terhadap pengemasan, yang kemudian dapat

diartikan pada beberapa fungsi dan aplikasi. Prinsip atau yang dapat kita garis

bawahi adalah :

“Pengemasan dapat dianggap sebagai suatu bagian dari proses produktif dan

aspek ekonomi dari produksi dan tidak bisa hanya dianggap hanyalah sebagai

suatu kegiatan produksi saja, tapi harus memperhatikan juga kegiatan operasi

lainnya yang diperlukan sebelum produk sampai kepada pelanggan. Hanya

dengan cara ini keseimbangan antara beberapa factor yang diperlukan yang

terkadang saling berlawanan dapat dicapai.” 

Prinsip ini harus diselesaikan dan dicapai untuk bisa mendapatkan nilai

tambah, yang diharapkan. Pengemasan untuk produk baru, harus dipikirkan dan

dianalisa sedini mungkin adalah terbaik pada tahap mendesain produk yang akan

dipasarkan. 

Bahkan seringkali, proses pemikiran tentang pengemasan, termasuk kreasi

atau type baru bahan kemasan, dianggap sebagai masalah yang terpisah dari

proses produksi. Hal ini merupakan anggapan yang tidak tepat, dan seharusnya

masalah pengemasan tersebut, harus diintegrasikan dalam proses produksi dan

kegiatan lainnya termasuk pemasaran, untuk mendapatkan hasil yang optimal

dalam kegiatan bisnis. 

Banyak contoh terjadinya hal yang tidak diinginkan akibat cara berpikir

yang demikian tersebut. Salah satu contoh dapat kami kemukakan dalam

Page 8: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

penempatan salah satu cairan pestisida untuk pertanian untuk keperluan pertanian.

Kebetulan bahan utama dari produk tersebut bisa dilarutkan pada beberapa solven.

Dan tentunya pilihan utama jatuh pada pelarut yang termurah. 

Dalam hal ini kemudian bahan kemasannya dipilih, dan pilihannya jatuh

pada kemas kaleng, karena kemasan ini cukup kuat, dan dapat diangkut pada jarak

jauh, dan tidak kuatir rusak. Kemudian ditemukan banyak komplain, bahwa

produk tersebut menyebabkan karatan pada kaleng, dan menimbulkan masalah

pada pelanggan. 

Oleh karena produk tersebut juga bersifat racun, sedangkan jalan yang

dilalui produk tersebut dalam pengangkutan agak jelek, penggunaan wadah dari

gelas cukup punya resiko, dan disarankan untuk menggunakan kemasan dari

plastik. 

Kemudian ditemukan bahwa beberapa plastik tertentu tidak kompatibel

dengan solven yang digunakan, karena akan terjadi peresapan dari solven terhadap

plastik, hingga terjadi kebocoran. Perlu dicari plastik yang tahan terhadap

peresapan solven tentunya dengan harga yang optimal. 

Terlihat disini bahwa untuk mendapatkan hasil yang optimal, persoalan

pengemasan harus direncanakan sejak awal kegiatan. Dalam konteks yang

berbeda, bisa diambil contoh tentang alat listrik dan mekanik, yang seringkali

memberikan kesulitan pada packaging – disainer, untuk merancang bahan

kemasannya. 

Tetapi bila perencanaan pengemasan, sudah dipikirkan sejak awal, pada

saat rancang bangun, dengan demikian penempatan produk bisa disesuaikan dan

bahan kemasan yang diperlukan menjadi sederhana, murah dan memuaskan. Bila

merencanakan untuk merubah kemasan yang ada dan mengembangkan kearah

kemasan yang baru, semua aspek dari produksi harus ditinjau. Dan diadaptasikan

semua kebtuhan pada kemasan baru tersebut. 

Proses produksi harus dipelajari secara keseluruhan, dari semua hal yang

kritis perlu diperhatikan, agar tidak terjadi hambatan. Termasuk yang perlu

mendapat perhatian adalah jalur pekerjaan layout, work flow dan metoda

pekerjaan. 

Page 9: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

Informasi yang diperoleh, dibandingkan dengan keperluan. Hasil dari

analisa yang dikoordinasikan, adalah esensial untuk menyederhanakan proses

produksi, pemilihan bahan kemasan dan over wrap ataupun merubah type bahan

baku yang digunakan dalam kemasan. 

Meskipun masalah kemasan harus dianggap sebagai hal yang penting tetapi

jangan terlalu dibesar-besarkan. Harus diingat bahwa produsen bukanlah untuk

menjual kemasan. Meskipun sector pengemasan tersebut adalah penting, tetapi

akan menambah biaya pada produksi dan sebaiknya semurah mungkin dan

sesederhana mungkin. Pengemasan yang berlebihan agar dihindari dan sebaliknya

pengemasan yang tidak memenuhi syarat, tidak juga diharapkan. Semua data dan

fakta yang penting dan tersedia, harus diperhatikan sebelum kemasan yang efektif

didisain. Dapat disimpulkan bahwa hal yang perlu dimasukkan dalam

perhitungan, terutama :

1. Fakta tentang produk

2. Fakta tentang cara distribusi

3. Pemikiran tentang pemasaran

Fakta mengenai produk, termasuk hal yang berpengaruh terhadap kestabilan

produk dan cara proteksi yang diperlukan, agar tidak terjadi kerusakan produk.

Dalam konteks kerusakan produk, termasuk didalamnya kerusakan yang

diakibatkan uap air, gas oksigen, karena sifatnya yang merusak akan menentukan

proteksi yang diperlukan. 

Selanjutnya yang juga berpengaruh adalah bentuk fisik dari produk gas,

liquid, padat, pasta dan lain-lain, dan sifat yang korosif, mudah menguap atau

secara kimia aktif dalam kondisi tertentu akan bersenyawa dengan produk lain. 

Aspek pemasaran perlu diperhatikan juga, bagaimana unit dari sale, sedang untuk

consumer goods dan engineering item, berat dari produk mendapat perhatian.

Factor tentang metode distribusi harus dikaitkan tentang hambatan yang

kemungkinan akan ditemukan pada setiap tahap dari perjalanan produk dari

pabrik sampai kepada konsumen terakhir. 

Sebagai tambahan perlu diperhatikan hambatan dalam distribusi dan agar

perhatian harus ditekankan pada keperluan pada setiap tahap, misalnya apakah

Page 10: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

produk tersebut diatur dalam palet atau akan diatur secara bertumpuk baik dalam

gudang maupun dalam transportasi.

Factor pemasaran, termasuk didalamnya citra yang bisa diberikan oleh produk,

type dari penjualan eceran, harga dari produk secara keseluruhan yang diharapkan

bisa dijual. 

Factor lainnya adalah, identifikasi produk, cara pemakaian dan pack disain. Dari

uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kemasan harus dapat menjual apa yang diproteksinya, dan selanjutnya

harus memproteksi apa yang akan dijual.

2. Kemasan mencakup :

Proteksi terhadap produk

Biaya minimum secara menyeluruh

Sales appeal

3. Kemasan yang efektif harus mencakup :

Produk

Distribusi

Aspek pemasaran

Dari uraian diatas terlihat adanya tekanan dari beberapa aspek dan

kepentingan terhadap kemasan. Hal tersebut merupakan prinsip umum yang perlu

ditaati. Selanjutnya perlu didalami lagi apa yang dapat dicapai melalui

pengemasan yang efektif. (Direktorat Jenderal Industri Dan Dagang Kecil

Menengah Departemen Perindustrian Dan Perdagangan. 2003)

4.6 KLASIFIKASI KEMASAN

A. KEMASAN PRIMER

• Kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan yang

dikemas.

• Misalnya kaleng susu, botol minuman, strip/blister, ampul, vial dan lain-

lain.

Page 11: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

B. KEMASAN SEKUNDER

• Kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-kelompok kemasan

lain.

• Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak karton

untuk wadah strip obat dan sebagainya.

C. KEMASAN TERSIER

• Kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer, sekunder. Kemasan

ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan.

• Misalnya botol yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus

kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti

kemas. (Tsffaunsoed. 2012)

4.7 PENGGOLONGAN BAHAN KEMAS

Kemasan dapat digolongkan berdasarkan berbagai hal antara lain : frekuensi

pemakaian, struktur sistem kemasan,sifat kekakuan bahan kemas, sifat

perlindungan terhadap lingkungan, dan tingkat kesiapan pakai (Iskandar,1987)

1. Frekuensi pemakaian ;

a. Kemasan sekali pakai (disposable),yaitu kemasan yang langsung dibuang

setelah dipakai (bungkus permen,bungkus daun)

b. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (multi trip),yaitu kemasan yang

dikembalikan pada penjual setelah dipakai (beberapa jenis botol minuman)

c. Kemasan yang tidak dibuang atau dikembalikan (semi

disposible),kemasan tersebut biasanya digunakan untuk keperluan lain

setelah dipakai (kaleng susu). (Ceppi Kersani. 2011)

2. Struktur sistem kemas;

a. Kemasan primer,yaitu kemasan yang langsung mewadahi bahan (kaleng

susu, botol minuman,bungkus tempe)

b. Kemasan sekunder ,yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi

kemsan primer (kotak karton,keranjang tempe)

c. Kemasan tersier,kuarter,dst,yaitu apabila diperlukan lagi pengemasan

setelah kemasan primer dan sekunder. (Ceppi Kersani. 2011)

Page 12: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

3. Sifat kekakuan bahan kemas ;

a. Kemasan fleksibel,yaitu bila bahan kemas mudah dilenturkan tanpa

adanya retak atau patah plastik,kertas,foil)

b. Kemasan kaku,yaitu bila bahan kemas bersifat keras,kaku,tidak tahan

lenturan(kayu,gelas,logam)

c. Kemasan semi kaku atau semi fleksibel,yaitu bahan kemas yang memiliki

sifat-sifat antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku (botol plastik).

(Ceppi Kersani. 2011)

4. Sifat perlindungan terhadap lingkungan;

a. Kemasan hermitis (tahan uap dan gas),yaitu kemasan yang secara

sempurna tidak dapat dilalui oleh gas,udara dan uap air (kaleng dan botol

gelas).

b. Kemasan tahan cahaya,yaitu kemasan yang tidak bersifat transparan

(logam,kertas,foil)

c. Kemasan tahan suhu tinggi,kemasan yang tahan terhadapproses

pemanasan (logam dan gelas). (Ceppi Kersani. 2011)

5. Tingkat kesiapan pakai;

a. Kemasan siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan

bentuk yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik (botol, kaleng)

b. Kemasan siap dirakit atau disebut juga kemasan, yaitu kemasan yang

masih memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian (lempengan

logam,kertas,foil atau plastik). (Ceppi Kersani. 2011)

4.8 INFORMASI PENTING PADA KEMASAN

1. Nama Dagang

Nama dagang adalah nama obat yang biasanya dituliskan

paling menyolok di kemasan obat. Nama obat ini adalah nama yang diberikan

oleh industri farmasi sebagai salah satu identitas produknya atau dengan

istilah lain merupakan merk dagang produk. (Dwiput. 2011)

2. Nama Generik

Nama generik adalah suatu nama resmi zat obat yang telah ditetapkan

dalam farmakope dan dalam  Permenkes No. 524 tahun 2005. Nama generik

Page 13: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

ini harus tercantum dengan ukuran huruf ≥80% dari nama dagang dan

dicantumkan tepat dibawah nama dagang.

Contoh dari nama generik antara lain: paracetamol, chlorpheniramine

maleat (CTM), asam mefenamat, amoksisilin, guafenesin, dexamethason, dan

cefadroxil. (Dwiput. 2011)

3. Bentuk sediaan

Bentuk sediaan adalah bentuk obat itu sendiri, ada tablet, kapsul, kaplet,

sirop, eliksir, suspensi, krim, gel, dan suppositoria. Biasanya informasi

tentang bentuk sediaan ini tertulis sebagai berikut:

4 tablet

4 kaplet salut gula

Untuk bentuk sediaan larutan (sirop, suspensi, atau eliksir) biasanya

tertulis di bawah nama dagang obat (tapi tidak semua). (Dwiput. 2011)

4. Tanda khusus untuk obat

Tanda khusus ini harus tercantum dan telah diatur sejak lama dengan SK

Menkes No.2380 tahun 1983. Tanda ini berupa lingkaran berwarna sesuai

dengan golongan obatnya.

5. Komposisi

Komposisi yang tercantum pada kemasan obat adalah komposisi zat – zat

yang berkhasiat. Karena itu komposisi yang tercantum pada kemasan obat

lebih sedikit daripada komposisi pada kemasan produk makanan yang juga

mencantumkan zat – zat tambahan yang digunakan. Ada juga pengecualian

untuk beberapa bahan yang harus tampil pada komposisi obat, contohnya

adalah alkohol dan lagi – lagi pencantuman ini sudah diatur, yaitu dalam SK

KBPOM No.131 tahun 2003. (Dwiput. 2011)

Obat Bebas Obat Bebas Terbatas Obat Keras Psikotropika

Page 14: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

6. Indikasi

Istilah indikasi diartikan sebagai tanda atau keadaan yang menunjukkan

atau menggambarkan penyebab, patologi, pengobatan, atau serangan

penyakit. Dengan kata lain, indikasi pada kemasan obat dapat diartikan

sebagai petunjuk kondisi – kondisi dimana tubuh membutuhkan terapi

menggunakan obat tersebut. (Dwiput. 2011)

7. Kontraindikasi

Dari kata ‘kontra’ tentu saja dapat ditangkap makna yang berkebalikan

dengan indikasi. Kontraindikasi yang dituliskan pada kemasan obat

merupakan petunjuk kondisi – kondisi dimana penggunaan obat tersebut tidak

tepat atau tidak dikehendaki. (Dwiput. 2011)

8. Efek Samping

Efek samping yang dituliskan pada kemasan obat adalah suatu keadaan

yang bisa saja terjadi pada saat penggunaan obat dalam rentang dosis terapi.

Namun jangan salah paham dulu ketika membaca efek samping obat yang

akan dikonsumsi. Efek – efek yang disebutkan pada kemasan bisa saja

muncul ketika kita mengkonsumsi obat tersebut. Ada efek samping yang

umum dialami ketika mengonsumsi obat tertentu, ada juga yang jarang terjadi

atau hanya terjadi pada beberapa orang saja. (Dwiput. 2011)

9. Interaksi Obat

Interaksi obat merupakan suatu keadaan dimana efek obat berubah dengan

adanya penggunaan obat lain, makanan, minuman, atau zat kimia di

lingkungan. Informasi tentang interaksi obat di kemasan obat biasanya

menuliskan apa – apa saja yang mempengaruhi efek obat tersebut. (Dwiput.

2011)

10. Cara Kerja Obat

Cara kerja obat yang dituliskan berkaitan dengan efek farmakologi obat,

yaitu suatu kerja obat dalam tubuh. Istilah – istilah yang tertulis pada bagian

ini bermacam – macam, ada yang mudah dimengerti, adapula yang

menggunakan istilah medis, seperti analgesik, antasida, dekongestan, laksatif

dan masih banyak lagi. (Dwiput. 2011)

Page 15: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

11. Aturan Pakai

Aturan pakai menginformasikan tentang penggunaan obat. Aturan pakai

ini tidak sama dengan dosis. Dosis adalah sejumlah (dalam satuan bobot) obat

yang harus digunakan untuk suatu keadaan sakit tertentu.

Aturan pakai biasanya dituliskan sebagai berikut: (Dwiput. 2011)

1 kapsul 3 kali sehari atau ada pula yang menuliskannya 3 kali sehari 1

kapsul.

12. Peringatan

Untuk obat – obat ‘tanda biru’ pada kemasannya juga harus dilengkapi

dengan tanda peringatan obat, sesuai yang diatur dalam SK Menkes Nomor

6355 tahun 1969. Ada 6 jenis tanda peringatan sebagai berikut:

 

image by: http://phi1ipbl0g.wordpress.com/2010/05/19/13. Nomor Batch/Lot

Nomor ini merupakan suatu identitas produksi yang diberikan oleh industri

farmasi terhadap suatu obat dalam satu satuan produksi. (Dwiput. 2011)

14. Nomor Registrasi

Nomor registrasi adalah nomor yang diberikan sebagai tanda obat telah

terdaftar di BPOM dan mendapat izin edar. (Dwiput. 2011)

Page 16: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

15. Nama dan Alamat Industri Farmasi

Nama dan Alamat Industri Farmasi dituliskan sebagai identitas industri

yang memproduksi obat. (Dwiput. 2011)

16. Tanggal Kadaluwarsa

Tanggal kadaluwarsa merupakan istilah yang umum digunakan untuk

menunjukkan suatu waktu dimana produk sudah selayaknya tidak digunakan

lagi. Biasanya pada kemasan obat akan tertulis sebagai “Exp. Date”. Jangan

tertukar dengan “Mfg. Date” Karena “Mfg. Date” adalahmanufacturing date,

yaitu tanggal dimana obat tersebut diproduksi. (Dwiput. 2011)

4.9 FUNGSI DAN PERANAN KEMASAN

Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan

melindungi produk dari kerusakan-kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan,

diangkut dan dipasarkan. Secara umum fungsi pengemasan pada bahan pangan

adalah :

1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga kekonsumen,

agar produk tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran

2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar

ultraviolet, panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari

kotoran dan mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk.

3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai

alat komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat

pada kemasan.

4. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu kemasan

berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan

penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia perdagangan..

5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, Melindungi pengaruh buruk dari

produk di dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang

berbau tajam, atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk

yang dapat menularkan warna, maka dengan mengemas produk ini dapat

melindungi produk-produk lain di sekitarnya (Tritama Kalista. 2015)

Page 17: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

4.10 HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PROSES

PENGEMASAN:

1. Harus selalu mengikuti dan mematuhi prosedur tertulis yang sudah dibuat.

2. Harus selalu mengikuti dan menjalankan in process control.

3. Pra penandaan pada bahan pengemas harus selalu dilakukan.

4. Sebelum melakukan pengemasan, kesiapan jalur pengemasan harus selalu

diperiksa.

5. Hanya obat yang berasal dari satu batch saja yang boleh ditempatkan dalam

satu palet.

6. Produk yang rupa dan bentuknya sama tidak boleh dikemas pada jalur yang

berdampingan.

7. Pada jalur pengemasan, nama dan nomer batch harus terlihat jelas.

8. Produk antara dan produk jadi yang masih dalam proses pengemasan harus

selalu diberi label identitas dan jumlah.

9. Produk yang telah diisikan kedalam wadah akhir tapi belum diberi label,

harus dipisah dan diberi tanda.

10. Peralatan pengemasan tidak boleh bersentuhan langsung dengan produk.

11. Bahan untuk pengemasan seperti: pelincir, perekat, tinta, cairan pembersih,

ditempatkan dalam wadah berbeda dari wadah untuk produk (Kurniawan,

2012). (Kurniawan.2012)

4.11 JENIS-JENIS BAHAN PENGEMAS

1. Untuk wadah utama (pengemas yang berhubungan langsung dengan bahan

pangan) :

Kaleng/logam

Botol/gelas

Plastik

Kertas

Kain

Kulit, daun, gerabah, bambu, dll

2. Untuk wadah luar (pelindung wadah utama selama distribusi, penjualan, atau

penyimpanan) :

Page 18: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

Kayu

Karton

1. Gelas

Sebagai bahan kemas gelas mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan

seperti inert (tidak bereaksi) kuat, tahan terhadap kerusakan,sangat baik

sebagaibarier terhadap benda padat,cair dan gas. Sifat gelas yang transparan

menguntungkan dari segi promosi disamping itu beberapajenis gelas

seperti pyrextahan terhadap suhu yang tinggi. Kelemahan kemasan gelas yaitu

mudah pecah dankurang baik bagi produk-produk yang peka terhadap penyinaran

(ultra violet).

Terbuat dari campuran pasir C2O, soda abu, dan alumina.

Bersifat inert (tidak bereaksi dengan bahan pangan)

Kuat (tahan terhadap kerusakan akibat pengaruh waktu)

Transparan (bentuk dan warna bahan pangan dapat dilihat).

Kelemahannya adalah mudah pecah, tidak dapat digunakan untuk bahan

pangan yang peka terhadap sinar.

Agar tidak mudah pecah sebaiknya bagian permukaan gelas dilapisi

dengan lilin (wax) dan silika yang halus.

Kemasan gelas berkembang terus, mulai dari bejana sederhana hingga

berbagai bentuk kemasan yang sangat menarik walaupun kemasan gelas terus

bersaing dengan bahan kemasan lainnya.

Menurut Hanlon (1971),gelas bukan merupakan bahan kristal,sehingga lebih

tepat disebut cairan beku. Dalam proses pembuatannya bahan gelas mengalami

proses annelling pada suhu 540 - 570° C. Penggunaan bahan gelas untuk bahan

pangan yang memerlukan pasteurisasi dan sterilisasi sangat tepat.

Dalam proses pengemasan dengan menggunakan kemasan gelas dalam bentuk

botol, kegiatan menutup atau menyumbat botol merupakan satu bagian yang

penting dan perlu mendapat perhatian. Bagian penutup atau tutup botol

merupakan bagian yang terlemah dari sistem perlindungan terhadap gangguan

atau pencemaran dari luar,karena cara penutupan dan jenis/bahan penutup yang

kurang tepat dapat menyebabkan pencemaran dan kerusakan bahan yang dikemas.

Page 19: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

Bahan – bahan yang umum digunakan untuk menutup adalah logam (kaleng ),

aluminium, gabus dan berbagai jenis plastik. (Ceppi Kersani. 2011)

2. Kertas

Selain untuk media komunikasi atau media cetak, kertas digunakan menjadi

bahan pengemas.Pada abad ke 19 kertas menggantikan peranan kemasan dari

tanah liat, gelas dan kaleng. Pada abad ke 19 itu pula karton mulai berkembang

dalam bentuk kantong kertas dan kardus.Kotak kertas yang dibuat pada sekitar

tahun 1840 membutuhkan banyak lem karena banyak potongan yang perlu

direkat. Penggunaannya terbatas untuk barang-barang mewah.

Jenis-jenis kertas kemudian lebih beragam mulai dari kertas karton, kertas

tulis, kraft,kertas label,kertas tahan minyak (lemak),hingga berbagai jenis karton.

Secara berangsur-angsur sebagai bahan kemas, kemasan kertas mendapat saingan

dari bahan kemas lain terutama plastik.Kertas dan karton dapat dibuat lembaran –

lembaran dan gulungan, karena itu memungkinkan untuk dilakukan proses

laminasi sehingga kertas banyak dikombinasikan dengan bahan lain yang kedap

udara dan tahan air.

Kertas “greaseproof” : dapat digunakan sebagai pengemas utama mentega,

margarin, daging, kopi, dan gula-gula. Mirip kertas karton namun

memiliki kekedapan terhadap perembesan lemak.

Kertas “glassine” : dibuat 80% dari kertas greaseproof namun memiliki

ketahanan terhadap udara dan lemak yang kuat, permukaanya halus, serta

mengkilat. Sering digunakan untuk mengemas roti yang berkadar lemak

tinggi.

Kertas “kraft” : kertas yang dibuat dari bubur sulfat dan kayu kraft (yang

berasal dari Swedia dan Jerman). Memiliki sifat yang lebih kuat dari kertas

Glassine, sehingga bahan pangan yang dibungkus dengan kertas ini akan

tetap kering lebih-lebih bila permukaannya dilem dengan resin. Kertas ini

biasanya digunakan untuk mengemas keju di Negara-negara eropa.

Kantung kertas merupakan salah satu kemasan tertua yang masih tetap

popular.Sedangkan amplop adalah kantung kertas yang mempunyai bentuk

khusus,sangat umum digunakan untuk pembungkus surat. Kedua jenis

pembungkus ini dinilai cukup murah, baik harganya maupun ongkos untuk

Page 20: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

pengangkutannya. Mempunyai rasio bobot (perbandingan antara berat kemasan

dengan berat produk yang dikemas) yang rendah. Seperti juga amplop, kantung

kertas dapat dibedakan atas beberapa jenis rempah dan berbagai jenis tepung.

Karton lipat merupakan jenis pengemas yang popular karena mempunyai sifat

praktis, murah dan mudah dilipat sehingga hanya memerlukan sedikit ruang

dalam pengangkutan dan penyimpanan. Demikian pula dalam pencetakan dan

penggrafiran dapat dilakukan untuk meningkatkan penampilan produk.Pemakaian

yang luas dari jenis kemasan ini disebabkan oleh banyaknya variasi dalam hal

model, bentuk dan ukuran dengan karakteristik yang khusus. Dalam perdagangan

karton lipat dikenal dengan nama FC (Folding Carton). (Ceppi Kersani. 2011)

3. Logam

Beberapa keuntungan dari kemasan logam (kaleng) untuk makanan dan

minuman yaitu mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi,mempunyai sifat

sebagai barrier yang baik khususnya terhadap gas,uap air,jasad renik,debu dan

kotoran sehingga cocok untuk kemasan hermitis. Disamping itu walaupun

mempunyai resiko adanya pengikisan atau migrasi unsur-unsur logam,akan tetapi

tosisitasnya relatif rendah,tahan terhadap perubahan atau keadaan suhu yang

ekstrim dam mempunyai permukaan yang ideal untuk pemberian dekorasi dalam

labeling.

Bahan yang sering dipakai : Kaleng (tin plate) dan almunium.

Tin plate adalah wadah yang terbuat dari baja yang dilapisi timah putih

yang tipis, bagian dalamnya juga dilapisi dengan lapisan email.

Lapisan email tersusun atas senyawa oleoresin, fenolik, vinil, dan lilin.

Fungsi email adalah untuk mencegah korosi dan mencegah kontak antara

metal dengan bahan pangan. Misal email fenolik digunakan untuk melapisi

kaleng pengemas bahan ikan dan daging.

Kemasan kaleng,umumnya digunakan untuk berbagai produk yang mengalami

proses sterilisasi termal. Pada mulanya kemasan kaleng dibuat dari plat timah (tin

plate) yang terdiri dari lembaran dasar baja dilapisi timah putih dengan cara

encelupan dalam timah cair panas (hot dipping) atau dengan proses elektrolisa

yaitu menggunakan listrik galvanis sehingga menghasilkan lapisan timah yang

lebih tipis standar,seperti misalnya kaleng baja bebas timah (tin free steel),kaleng

Page 21: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

tiga lapis (three piece cans), dan kaleng lapis ganda (two piece cans) (Ceppi

Kersani. 2011).

Aluminium adalah logam yang lebih ringan dari baja, mempunyai daya

korosif oleh atmosfir yang rendah,mudah dilekuk-lekukkan sehingga lebihmudah

berubah bentuknya,tidak berbau,tidak berasa,tidak beracun dan dapat menahan

masuknya gas. Aluminium lebih sukar disolder sehingga sambungan-

sambungannya tidak dapat rapat. Kemasan yang dibuat dari alumiun dapat

menyebabkan patahan – patahan jika terlipat,sehingga dapat menimbulkan

lubang-lubang.

Aluminium memiliki keuntungan sebagai bahan pengemas, yaitu memiliki

berat yang lebih ringan dibanding baja.

Aluminium juga mudah dibentuk sesuai keinginan.

Aluminium lebih tahan korosi karena bisa membentuk aluminium oksida.

Kelemahan aluminium adalah mudah berlubang dibanding baja dan lebih

sukar disolder sehingga sambungan kemasan tidak benar-benar rapat.

Pada umumnya penggunaan alumium secara komersial memerlukan sifat-sifat

khusus yang mungkin tidak menguntungkan bila digunakan aluminium yang

murni.Penambahan komponen campuran dapat memperbaiki sifat-sifatnya dan

daya tahan korosi. Bahan –bahan yang umum digunakan sebagai campuran

diantaranya adalah tembaga,magnesium,mangan khronium,seng,besi dan titanium.

Sifat-sifat yang spesifik dari aluminium memungkinkan penmggunaan logam

terbebut sebagai tutup kaleng kemasan berbagai jenis makanan dan minuman atau

untuk tube logam lunak / collapsible tube. (Ceppi Kersani. 2011)

Foil adalah bahan kemasan dari logam , berupa lembaran aluminium ayng

padat dan tipis dengan ketebalan kurang dari 0,15 mm. Mempunyai kekerasan

yang berbeda-beda,yaitu dari mulai yang sangat lunak sampai yang keras. Foil

mempunyai sifat yang hermetis,fleksibel,tidak tembus cahaya (cocok untuk

kemasan margarin dan yoghurt).Pada umumnya digunakan sebagai bahan pelapis

(laminan) yang dapat ditepatkan pada bagian dalam (lapisan dalam) atau lapisan

tengah sebagai penguat yang dapat melindungi kemasan. (Ceppi Kersani. 2011)

Page 22: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

4. Plastik

Penggunaan plastik dalam pengemasan sebenarnya sangat terbatas tergantung

dari jenis makanannya. elemahan plastik adalah tidak tahan panas, tidak hermetis

(plastik masih bisa ditembus udara melalui pori-pori plastik), dan mudah terjadi

pengembunan uap air didalam kemasan ketika suhu turun. Penggunaan plastik

sebagai kemasan dapat berupa kemas bentuk (flexible) atau sebagai kemas kaku.

Makanan padat yang umumnya memiliki umur simpan pendek atau makanan yang

tidak memerlukan perlindungan yang hebat dikemas dengan kemasan

bentuk. Akan tetapi makan cair dan maka padat yang memerlukan perlindungan

yang kuat perlu dikemas dengan kemasan kaku dalam bentuk botol,jerigen,kotak

atau bentuk lainnya.

Berbagai jenis kemasan bentuk muncul dengan pesat seperti

polietilen,polipropilen,polyester nilon dan film vinil. Sebagai bahan

pengemas ,plastik dapat digunakan dalam bentuk tunggal,komposit atau berupa

lapisan – lapisan (multi lapis)dengan bahan lain (kertas,aluminium foil ).

Kombinasi tersebut dinamakan laminasi yang diproses baik dengan cara laminasi

akstrusi maupun laminasi adhesif. Dengan demikian kombinasi dari berbagai

ragam plastik dapat menghasilkan ratusan jenis kemasan.

Berdasarkan sifat-sifatnya terhadap perubahan suhu maka plastik dapat dibagi

dua,yaitu :

1.      Termoplastik: meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan

suhu,dan mempunyai sifat dapat balik (reversible) kepada sifat aslinya,yaitu

kembali mengeras bila didinginkan.

2.      Termoset atau Termodursinable : tidak dapat mengikuti perubahan suhu,

bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali

(non reversible).Pemanasan yang tinggi tidak akan melunakkan termoset

melainkan akan membentuk arang dan terurai,karena sifatnya yang demikian

sering digunakan sebagai tutup ketel,eperti jenis-jenis melamin.

Penggunaan plastik untuk kemasan makanan cukup menarik karena sifat-

sifatnya yang menguntungkan,seperti luwes (mudah dibentuk),mempunyai

adaptasi yang tinggi terhadap produk,tidak korosif seperti kemasan logam , serta

Page 23: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

mudah dalam penanganannya. Di dalam perdagangan dikenal plastik untuk

kemasan pangan (food grade) dankemasan untuk bukan pangan (non food grade).

Kemasan kaku yang terbuat dari plastik paling banyak digunakan untuk

mengemas produk susu. Dua jenis bahan dari plastik yang terbaik yaitu LDPE

(Low Density Polyethylene ) dan HDPE (High Density Polyethylene). Bentuk-

bentuk kemasan plastik kaku dapat dijumpai dengan mudah di pasaran dalam

bentuk yang siap pakai seperti botol.jerigen,drum ,gelas ,mangkuk, ember, dan

lain-lain.

Penggunaan plastik dalam pengemasan sebenarnya sangat terbatas tergantung

dari jenis makanannya. elemahan plastik adalah tidak tahan panas, tidak hermetis

(plastik masih bisa ditembus udara melalui pori-pori plastik), dan mudah terjadi

pengembunan uap air didalam kemasan ketika suhu turun.

Jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan antara lain : polietilen, cellophan,

polivinilklorida (PVC), polivinil dienaklorida (PVDC), polipropilen, poliester,

poliamida, dan polietilentereptalat (PET).

Polietilen : adalah jenis plastik yang harganya paling murah dan memiliki

beberapa varian antara lain : Low Density Polyetilene (LDPE), High

Density Polyetilene (HDPE), dan Polietelentereptalat (PET). Polietilen

memiliki sifat kuat bergantung variannya, transparan, dan dapat direkatkan

dengan panas sehingga mudah dibuat kantong plastik.

Cellophan : sebenarnya terbuat dari serat selulosa yang disulfatasi.

Cellophan dapat dipergunakan untuk membungkus sayuran, daging, dan

beberapa jenis roti. Cellophan yang dilapisi nitroselulosa mempunyai sifat

yang tahan terhadap uap air, fleksibel, dan mudah direkatkan dengan

pemanasan. Cellophan yang dilapisi PVDC tahan terhadap uap air dan

kedap oksigen sehingga baik untuk mengemas makanan yang mengandung

minyak atau lemak.

Polivinilklorida (PVC) : jenis plastik yang kuat, namun memiliki

kelemahan yaitu dapat berkerut (Shrinkable) dan sering digunakan untuk

mengemas daging atau keju.

Page 24: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

Polivinildienaklorida (PVDC) : jenis plastik yang kuat, tahan terhadap uap air dan

transmisi udara. Sering dugunakan dalam pengemasan keju dan buah-buahan yang

dikeringkan. (Ceppi Kersani. 2011)

5. Kain Blacu

Digunakan untuk mengemas bahan pangan tepung, seperti tepung terigu

atau tepung tapioka. Dibuat dalam bentuk kantung-kantung yang

berkapasitas 10 – 50 kg.

Kelebihannya adalah tidak mudah sobek/ kuat kainnya, flesibel, mudah

dicetak dan murah harganya.

Kelemahannya : memiliki permiabilitas udara yang jelek dan tidak kedap

air. (Ceppi Kersani. 2011)

6. Edible film

Edible film adalah bahan pengemas organik yang dapat dimakan sekaligus

dengan bahan pangan yang dikemasnya, biasa terbuat dari senyawa polisakarida

dan turunan lemak. ahan yang digunakan antara lain polisakarida yang berasal

dari rumput laut (agarose, karaginan, dan alginat), polisakarida pati, amilosa film,

gelatin, gum arabik, dan turunan monogliserida. Contoh pengemasan edible film

adalah pada sosis, permen, kapsul minyak ikan, sari buah dan lain-lain. (Ceppi

Kersani. 2011)

7. Karton

Karton sebenarnya merupakan bagian dari kertas namun lebih sering

berfungsi sebagai wadah luar atau sebagai penyokong wadah utama dalam

pengemasan bahan pangan agar lebih kuat, dan rigid. arton memiliki kelebihan

antara lain elastisitas lebih baik dibanding kayu, dapat dicetak pada

permukaannya, dapat dikerjakan secara masinal, pemakaiannya mudah, dan dapat

dilipat sehingga tidak memerlukan ruang luas. (Ceppi Kersani. 2011)

8. Bahan Pengemas Tradisional Daun

Digunakan secara luas, bersifat aman dan bio-degradable, yang biasanya

berupa daun pisang, daun jati, daun bambu, daun jagung dan daun palem. Lebih

aman digunakan dalam proses pemanasan dibanding plastik. (Ceppi Kersani.

2011)

Page 25: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

a. Gerabah

Digunakan sejak zaman dahulu, aman bagi bahan pangan asal tidak

mengandung timbal. Gerabah yang diglasir bersifat kedap air, kedap udara,

mampu menghambat mikrobia, dan bersifat dingin sehingga cocok untuk

mengemas bahan pangan seperti saus, madu, anggur, minyak, curd/dadih dll.

    

Proses pengemasan bahan / produk olahan pangan yang dilakukan di industri –

industri kecil dan menengah pada umumnya sangat sederhana dan mudah

melaukannya, baik cara maupun peralatannya. Perbedaan untuk masing-masing

produk hanya terletak ada proses sterilisasi, ada yang memerlukan dan ada yang

tidak, ada yang dikemas terlebih dahulu, ada yang disterilisasi terlebih dahulu. 

Pengemasan mempunyai peran yang sangat penting baik dalam pengawetan

maupun dalam mempertahankan mutu produk-produk pangan atau hasil pertanian.

Dengan pengemasan dapat membantu mencegah dan melindungi produk dari

kemungkinan kerusakan fisik dan pengaruh pencemaran. Saat ini pengemasan

berkembang secara pesat seiring dengan pesatnya perkembangan industri yang

menggunakannya dan berbagai macam bahan dan bentuk kemasan sudah banyak

tersedia dan dengan mudah dapat diperoleh di pasaran sesuai dengan kebutuhan.

(Ceppi Kersani. 2011)

4.12 DESAIN DAN LABELING

Desain merupakan seluruh proses pemikiran dan perasaan yag akan

menciptakan sesuatu,dengan menggabungkan fakta,kontruksi,fungsi dan estetika

untuk memenuhi kebutuhan manusia.Dengan demikian desain adalah konsep

pemecahan masalah rupa,warna,bahan,teknik,biaya,kegunaan dan pemakaian

yang diungkapkan dalam gambar dan bentuk.

Suatu kemasan yang menarik dan sudah menjadi paten,biasanya telah

melalui penelitian yang cukup lama mengenai kemasan dengan menggunakan

teknik-teknik pewarnaan dan grafis cetakan..Desain yang berhasil sangat

tergantung pada keahliandisainer,jenis tinta,material dan pencetak.Penampilan

kemasan menggambarkan sikap laku perusahaan dalam mengarahkan

Page 26: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

produknya.Kurangnya perhatian akan kualitas produk dan desain kemasan yang

tidak menarik akan menyebabkan keraguan konsumen terhadap produk tersebut.

Desain kemasan perlu diciptakan agar mempunyai nilai estetika yang tinggi.

Karena itu diperlukan perencanaan yang baik dalam hal ukuran dan bentuk

sehingga efisien dalam proses pengepakan, distribusi dan penyajian.Disain

kemasan hendaknya mampu menumbuhkan kepercayaan dan mempengaruhi

calon konsumen untuk menjatuhkan pilihan terhadap bahan yang dikemas. Setelah

berhasil menarik perhtian dari calon konsumen, kemasan harus menampilkan

produk pada suatu keadaan yang siap jual. Gambaran-gambaran yang terbaik dari

bahan yang dikemas perlu dotonjolkan. Seakan-akan produk tersebut memang

disajikan untuk memenuhi kebutuhan utanma calon konsumen secara memuaskan.

Label kadang-kadang disebut juga etiket. Dalam pengertian perdagangan

maka etiket didefinisikan sebagai label yang diletakkan,dicetak,diukir atau

dicantumkan dengan jalan apapun pada kemasan.Etiket tersebut harus cukup besar

agar dapat menampung semua keterangan yang diperlukan mengenai produk dan

tidak boleh mudah lepas,luntur atau lekang karena air,gosokan atau pengaruh

sinar matahari.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

79/Menkes/Per/III/1978 tentang Label danPeriklanan Makanan ,maka pada label

atau etiket kemasan khususnya untuk makana dan minuman sekurang-kurangnya

dicantumkan hal –hal sebagai berikut :

1. Nama makanan dan / merek dagang

2. Komposisi / kandungan bahan, kecuali untk makana yang cukup diketahui

komposisinya secara umum.

3. Isi netto

4. Nama dan alamat perusahaan yang memproduksi atau mengedarkan

5. Nomor pendaftaran ( SP atau MD )

6. Kode produksi , tanggal kadaluarsa dan label halal.

Secara keseluruhan,pernyataan atau keterangan yang terdapat pada etiket

harus ditulis dengan jelas, ukuran angka dan huruf harus jelas (. 0,75 mm ) serta

warna yang cukup kontras dengan latar belakangnya. Pada makanan yang

Page 27: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

memerlukan cara penyiapan, penggunaan atau penyimpanan secara khusus, perlu

dicantumkan petunjuk mengenai hal tersebut pada etiket..

Untuk menarik konsumen, dibutuhkan label yang menarik, mudah dilihat

ddimengerti yang dicantumkan dalam kemasan, hal ini memerlukan perencanaan,

penelitian dan pengembangan kemasan dan label secara terus –menerus sesuai

dengan tuntutan  dan keinginan konsumen. Dengan demikian produk dapat

dengan mudah dilihat dan dikenali, sehingga konsumen akan tertarik dan membeli

produk tersebut. (Ceppi Kersani. 2011)

4.13 Berdasarkan proses pengemasannya, kemasan dibedakan atas kemasan

aseptik dan non-aseptik.

1. Pengemasan aseptis

Pengemasan aseptis adalah suatu cara pengemasan bahan di dalam suatu

wadah yang memenuhi empat persyaratan, yaitu : produk harus steril, wadah

pengemas harus steril, lingkungan tempat pengisian produk ke dalam wadah

harussteril, dan wadah pengepak yang digunakan harus rapat untuk mencegah

kontaminasikembali selama penyimpanan. Sistem pengemasan aseptis digunakan

untuk mengemas berbagai macam produk seperti bahan pangan dan obat-obatan.

Dalam sistem pengemasan aseptis, produk dan wadah pengemas disterilisasi

secara terpisah, kemudian dilakukan pengisian produk ke dalam wadah dalam

lingkungan steril sehingga diperoleh produk steril dalam kemasan yang tahan

disimpan dalam jangka waktu lama.

Dalam sistem pengemasan aseptis, sterlisasi yang dilakukan terhadap wadah

lebih bervariasi tergantung dari jenis wadahnya. Beberapa contoh cara sterilisasi

terhadap berbagai wadah yang digunakan dalam pengemasan aseptis dapat dilihat

pada Tabel 2. Misalnya untuk wadah yang terbuat dari metal digunakan uap panas

atau udara panas. Untuk wadah yang terbuat dari plastik dapat digunakan etilen

oksida, hidrogen peroksida atau dengan cara radiasi. Wadah gelas dapat

digunakan etilen oksida. Masing-masing cara sterilisasi tersebut mempunyai

keuntungan dan kelemahan.

Sterilisasi dengan uap panas dan udara panas akan menghasilkan suhu tinggi

pada tekanan atmosfir, tetapi mempunyai kelemahan karena mikroorganisme lebih

Page 28: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

tahan di dalam uap/udara panas daripada di dalam uap jenuh. Sterilisasi wadah

menggunakan hidrogen peroksida mempunyai keuntungan karena prosesnya cepat

dan efisien, sedangkan radiasi dapat digunakan untuk sterilisasi wadah yang

terbuat dari plastik yang sensitif terhadap panas, tetapi mempunyai kelemahan

karena biayanya yang mahal dan lokasinya terbatas. (Tritama Kalista. 2015)

                            

\

Tabel 1. Berbagai cara sterilisasi wadah pengemas

2. Pengemasan Non Aseptik

Pada proses pengemasan non-aseptik, kontaminasi mudah terjadi, sehingga

masa simpan produk umumnya relatif lebih rendah. Untuk memperpanjang masa

simpan, produk dapat ditambahkan gula, garam atau dikeringkan hingga kadar air

tertentu. (Tritama Kalista. 2015)

4.14 Teknik Pengemasan Produk Farmasi

Bentuk kemasan berikut ini telah disetujui FDA sebagai contoh sistem

kemasan yang mampu memenuhi ketentuan kemasan tahan gangguan

sebagaimana dijelaskan dalam peraturan FDA 21 C.F.R. Parts 211, 314, dan 700.

1. Strip packaging (Kemasan Strip)

Gambar 2. Kemasan Strip

Strip packaging merupakan teknik pengemasan yang sudah berlangsung

lebih dari seperempat abad. Semua solid form dibidang farmasi termasuk pill,

Page 29: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

tablet, capsul, lozenges, dikemas dengan system ini. Tetapi yang paling umum

menggunakan cara ini adalah tablet dan capsul.

Metodenya adalah mengemas dengan dua

Gambar 3. Mesin Pengemas Strip

lapisan atas/bawah, dan kemudian di seal dan di cut. Pemilihan dari material

harus tepat, agar tidak ada migrasi dari produk keluar. Produk akan jatuh kedalam

mold yang panas, kemudian dibentuk kemasan dan mewadahi produk tersebut.

Ukuran dan kedalaman dari mold tersebut harus cukup untuk menampung produk

dan membentuk kantong, dan jangan sampai produk tertekan. Perlu dicek bahwa

heat seal cukup efektif(Tritama Kalista. 2015)

2.      Blister pack (Kemasan Blister)

Gambar 4. Kemasan Blister

Bentuk kemasan ini mampu menyediaakan perlindungan yang sangat baik

terhadap keadaan sekitarnya, disertai dengan penampilan estetis yang

menyenangkan dan efisien. Juga memberikan kemudahan pemakaian, aman

terhadap anak-anak dan tahan terhadap usaha pemalsuan.Kemasan blister

dibentuk dengan melunakkan suatu lembaran resin termoplastik dengan

pemanasan, dan menarik (dalam vakum) lembaran plastic yang lembek itu

Page 30: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

kedalam suatu cetakan. Sesudah mendingin lembaran dilepas dari cetakan dan

berlanjut ke berbagai pengisian dari mesin kemasan. Blister setengah keras yang

terjadi sebelumnya diisi dengan produk dan ditutup

Gambar 5. Alat Pengemas Blister

dengan bahan untuk bagian belakang yang dapat disegel dengan pemanasan.

Bahan untuk bagian belakangnya, atau tutupnya, dapat dari jenis yang bisa

didorong atau jenis yang dapat dikelupas. Untuk jenis blister yang bisa didorong,

bahan untuk bagian belakangnya biasanya aluminium foil yang diberi lapisan

yang dapat disegel panas. Lapisan pada foil harus sesuai dengan bahan blister

untuk memperoleh segel yang memuaskan, baik untuk perlindungan produk

maupun untuk perlindungan pemalsuan. (Lachman. 1994)

 3.      Pengemasan bulk produk

Gambar 6. Kemasan Bulk

Kemasan ini dapat dibuat dengan berbagai cara, tetapi biasanya dibentuk

dengan menumpuk produk seperti sandwich di antara lapisan tipis plastic yang

dapat diberi bentuk dengan panas, dapat memanjang atau dapat mengerut dengan

pemanasan dan bahan yang kaku untuk bagian belakangnya. Hal ini umumnya

dilakukan dengan memanaskan/melunakan lapisan tipis plastik dan membuat

kantung dengan menariknya dalam vakum melalui cara yang sama seperti

Page 31: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

pembuatan blister dalam kemasan blister. Produk dijatuhkan ke dalam kantung,

yang kemudian disegel menjadi bahan yang keras seperti piring kertas yang

dipanaskan-disegel-diberi lapisan. Jika memakai bahan yang dapat mengerut

karena panas, kemasan dilewatkan ke dalam corong panas, yang mengerutkan

lapisan tipis menjadi gelembung atau member kulit pada produk, sehingga

menempel erat pada karton yang ada di bagian belakangnya.(Lachman. 1994)

Digunakan untuk mengemas barang yang cukup banyak atau bulk material

digunakan,

Gambar 7. Mesin Pengemas Bulk

multi wall paper sack. Heavy duty bag polyethylene, woven sack polipropylene

dan jute bags, tetapi sekarang ini jute bags sudah kurang popular. Multiwall paper

sack : terdiri dari beberapa lapisan kertas yang saling menunjang, dengan

demikian maka beban yang didukung oleh kantong tersebut akan merata

keseluruh lapisan. Jumlah lapisan bisa antara 2 sampai dengan 6 lapis. Dengan

menggunakan beberapa lapisan kertas yang agak tipis adalah lebih fleksibel dan

kuat daripada menggunakan satu atau dua lapisan kertas yang tebal. Multiwall

paper bag dapat digunakan untuk berbagai produk terutama yang berbentuk

bubuk. (Tritama Kalista. 2015)

4.      Pengikat (Ban) yang Mengerut

Konsep ini menggunakan sifat polimer yang dapat mengembang dan

mengerut karena pemanasan, biasanya PVC. Polimer yang dapat mengerut karena

panas diproses sebagai pipa terarah dalam diameter sedikit lebih besar dari tutup

dan lingkar leher botol yang akan disegel. Bahan yang dapat mengerut karena

panas dipasok kepada pengisi botol sebagai pipa yang ada cetakan huruf/gambar

dan dapat dilipat, baik sudah dipotong menurut panjang tertentu atau dalam

bentuk gulungan untuk pekerjaan otomatis. Panjang pipa PVC yang sesuai

Page 32: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

Gambar 8. Pengikat yang Mengkerut

diluncurkan melalui botol yang sudah bertutup cukup longgar, sehingga dapat

menyatukan tutup dan lingkar leher botol (Gambar 24-4). Botol kemudian digeser

melalui lorong panas, yang mengerutkan pipa dengan erat di sekeliling tutup dan

botol, sehingga ban yang mengerut akan rusak bila tutup dibuka. Agar mudah

membukanya, ban yang mengerut dapat disertai dengan celah yang dapat dirobek.

(Lachman. 1994)

5. Pembungkus Lapisan Tipis

Pembungkus dari lapisan tipis telah digunakan secara luas selama bertahun-

tahun untuk produk yang memerlukan kemasan yang utuh, atau perlindungan

terhadap keadaan sekelilingnya. Pembungkus Lapisan Tipis dikategorikan dalam

tipe-tipe berikut:

Pembungkus yang ujungnya dilipat

Pembungkus yang disegel seperti sirip ikan

Pembungkus yang dapat mengerut

6.  Kertas Timah, Kertas, atau Kantung Plastik

Kantung yang fleksibel adalah konsep kemasan yang tidak hanya mampu

menyediakan

Gambar 9. Mesin Vertikal

Page 33: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

kemasan yang tahan gangguan, tetapi melalui seleksi bahan yang sesuai, juga

menyediakan kemasan yang dapat memberi perlindungan yang sangat ampuh

terhadap keadaan sekitarnya. Kantung yang fleksibel biasanya dibentuk selama

pekerjaan pengisian produk, baik dengan peralatan bentuk pembentukan ventrikal

maupun horizontal, mengisi dan menyegel.Pada pelaksanaan

membentuk/mengisi/menyegel secara vertical, suatu jaringan lapis tipis ditarik

meliputi cincin logam dan mengelilingi pipa pengisi yang vertical, melalui mana

produk dijatuhkan kedalam kemasanyang terbentuk. Pipa pengisi dari metal juga

bekerja sebagai suatu mandrel yang mengontrol keliling dari kantung dan

terhadap mana dibuat segel membujur.

Pembentukan segel ini, yang dapat merupakan segel sirip maupun segel

tumpang-tindih, mengubah lapisan kemasan menjadi pipa dari lapisan yang

kotinu. Alat penyegel yang dapat bergerak, segel orthogonal sampai membujur,

mengerutkan bagian bawah tube, membentuk segel bawah dari kemasan. Produk

dijatuhkan melalui pipa, pembentuk ke dalam kemasan yang terbentuk. Alat

penyegel yang dapat bergerak mengangkat pipa lapisan tipis setinggi panjang

kemasan, dan membentuk segel paling atas dan paling akhir dari kemasan. Segel

kemasan paling atas ini menjadi segel bagian bawah dari kemasan berikutnya, dan

proses ini terulang lagi. Karena mesin vertical yang mmbentuk/mengisi/menyegel

diisi sesuai arah gravitasi, mereka terutama digunakan untuk cairan, bubuk dan

produk berbentuk granul.

Sistem pembentuk/pengisi/penyegel secara horizontal umumnya

digunakan untuk produk dengan volume lebih kecil, yang dapat lebih cocok untuk

ukuran kemasan yang lebih datar yang dihasilkan mesin jenis ini. Dalam system

ini, jaringan lapisan tipis terlipat sendiri dan tidak mengelilingi suatu pipa.

Sewaktu lipatan lapisan tipis diisi secara horizontal melalui mesin, suatu pelat

yang dapat bergerak membentuk kantung-kantung dalam lapisan itu dengan cara

membuat segel pemisah secara vertical. Produk kemudian ditempatkan ke dalam

tiap kantung, dan segel atas akhir akan terbentuk. Kemasan yang dibuat dengan

mesin pembentuk/pengisi/penyegel secara horizontal biasanya mempunyai segel

keliling bersisi tiga, tetapi ada kemungkinan terjadi variasi-variasi lain, tergantung

jenis mesin yang digunakan.

Page 34: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

Gambar 10. Mesin horizontal

Untuk menyiapkan tingkat kesempurnaan kemasan yang diperlukan bagi

kemasan yang tahan gangguan pada mesin horizontal maupun vertical, maka

haruslah digunakan segel permukaan-dalam-pada permukaan-dalam. Hal ini

memungkinkan pemakaian bahan segel yang efektif seperti polietilen, etilen vinil

asetat (EVA), dari Surlyn, yang bila disegel dengan layak harus dirobek lebih dulu

untuk mendapatkan produknya. Bahan penyegel ini harus digunakan sebagai

bagian dari susunan laminasi supaya diperoleh sifat-sifat yang diperlukan bagi

penampilan bahan kemasan yang layak. Permukaan luar dari laminasi harus

merupakan permukaan yang mudah dicetak dan tahan panas, karena langsung

bersentuhan dengan batang-batang pemanas.

Bahan permukaan luar juga digunakan sebagai pembawa substrat, yang

memberikan sifat-sifat mekanis kepada laminasi yang diperlukan untuk

penanganan kemasan dan pengemasan secara maksimal. Lapisan yang paling

umum digunakan untuk pembawa substrat ialah kertas. Polyester, nilon dan

selofan juga digunakan bila diinginkan suatu keadaan tembus pandang, tahan

bocor atau mengkilap. Untuk produk yang peka terhadap lembab dan oksigen,

umumnya digunakan kertas timah (foil) sebagai bagian dari laminasi lapisan tipis,

dengan foil diapit seperti sandwich antara lapisan luar dan lapisan segel panas.

Laminasi seperti kertas/polietilen/foil/polietilen dan

polyester/polietilen/foil/polietilen umum digunakan sebagai perintang yang baik.

Polyester yang diberi logam digunakan sebagai pengganti foil untuk pemakaian

Page 35: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

beberapa kemasan perintang karena biayanya lebih rendah, penampilan yang baik

sekali dan tahan lekukan. (Lachman. 1994)

Dan masih ada banyak lagi teknik pengemasan produk farmasi seperti;

Penyegel Botol, Segel Berupa Pita, Tutup yang Mudah Dirobek, Tube yang

Disegel, Wadah Aerosol dan Kotak Karton yang Disegel. (Lachman. 1994).

4.15 PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENGEMASAN

Saat ini telah dikembangkan teknologi pengemasan bahan pangan dan

produk farmasi yang mencakup :

1. Pengemasan atmosfir termodifikasi (Modified Atmosfer Packaging/MAP)

Merupakan pengemasan produk dengan menggunakan bahan kemasan yang

dapat menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi gas di dalam kemasan

berubah dan ini menyebabkan laju respirasi produk menurun, mengurangi

pertumbuhan mikrobia, mengurangi kerusakan oleh enzim serta memperpanjang

umur simpan. Fabrikasi film kemasan dapat menghasilkan kemasan dengan

permeabilitas gas yang luas serta tersedianya adsorber untuk O2, CO2, etilen, dan

air. Keuntungan dari teknik kemasan aktif adalah tidak mahal (relatif terhadap

harga produk yang dikemas), ramah lingkungan, mempunyai nilai estetika yang

dapat diterima dan sesuai untuk sistem distribusi.

Adanya absorber oksigen dapat menyerap oksigen pada bahan-bahan pangan

sepertihamburger, pasta segar, mie, kentang goreng, daging asap (sliced ham dan

sosis), cakes,dan roti dengan umur simpan panjang, produk-produk konfeksionari,

kacang-kacangan, kopi, herba (dalam farmasi) dan rempah-rempah.

Penggunaan kantung absorber O2 memberikan keuntungan khususnya untuk

produk-produk yang sensitif terhadap oksigen dan cahaya seperti produk bakery

dan pizza, daging yang dimasak dimana pertumbuhan jamur dan perubahan warna

merupakan masalah utamanya.

2. Pengemasan aktif (Active Packaging) dan Smart Packaging

Merupakan teknik kemasan yang mempunyai sebuah indikator eksternal atau

internal untuk menunjukkan secara aktif perubahan produk serta menentukan

mutunya. Tujuan dari kemasan aktif atau interaktif adalah untuk mempertahankan

mutu produk dan memperpanjang masa simpannya. (Julianti dan Mimi, 2006).

Page 36: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

4.16 BERBAGAI MACAM BAHAN PENGEMAS

Bahan kemasan secara umum dibagi menjadi 2 macam, yaitu kemasan

produk pangan dan kemasan produk non pangan.Kemasan produk pangan

umumnya menuntut jaminan keamanan lebih daripada kemasan produk non

pangan.

PET : singkatan dari Poly Ethylene Theraphalate, berfungsi untuk

mengemas produk yang membutuhkan perlindungan ekstra terhadap

udara.

Nylon : merupakan gabungan dari PET dan OPP, berfungsi untuk

mengemas produk yang membutuhkan perlindungan ekstra terhadap udara

dan kelembaban.

OPP : singkatan dari Oriented Poly Propylene, berfungsi untuk mengemas

produk yang membutuhkan perlindungan ekstra terhadap kelembaban.

PVC : singkatan dari Poly Vinyl Citrid, mengeluarkan gas beracun bila

terkena panas, sehingga penggunaannya untuk poduk pangan hanya

diijinkan untuk kemasan luar saja.

PO : singkatan dari Poly Olyvin, fungsinya hanya untuk tampilan

keindahan pada kemasan.Warnanya yang bening dan sangat transparan,

menghasilkan efek kilap pada kemasan.

PE : singkatan dari Poly Ethylene, fungsinya dalam dunia kemasan

terkenal sebagai seal layer-lapisan perekat.

PP : singkatan dari Poly Propylene, fungsinya dalam dunia kemasan sering

dipakai untuk pelapis bahan kemasan lainnya, sebagai seal layer, maupun

sebagai kemasan yang berdiri sendiri.

4.17 Kriteria pemilihan bahan pengemas:

1. Permeabilitas

Material bahan pengemas harus memungkinkan agen sterilisasi

untuk keluar masuk bahan pengemas namun tetap memberikan

perlindungan yang sangat tinggi untuk perlindungan bakteri.

Page 37: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

2. Partikel

Bahan pengemas yang tidak menghasilkan serat atau partikel kecil

direkomendasikan.

3. Penolakan

Pengemas proses sterilisasi harus dapat menolak cairan seperti air

atau larutan normal saline.

4. Kekuatan

Faktor yang harus diperhatikan untuk menentukan kekuatan tipe

pengemas untuk sterilisasi ada 3 yaitu: 

a. Burst Resistance menunjukkan ketahanan bahan pengemas dari

robekan atau rusakan yang dibuat instrumen yang dikemas atau ujung

dari tray instrumen.

b. Tear Resistance digunakan untuk melihat kekuatan kemampuan

pengemas menjaga sobekan tidak meluas, setelah terjadi robekan.

c. Abrasion Resistance dilihat dari dua aspek: ketahanan bahan dari

gesekan itu sendiri dan adanya partikel mikro yang dikeluarkan dari

gesekan. Jika bahan pengemas sterilisasi mengalami kerusakan

dengan adanya friksi, bahan menjadi lebih lemah dan dapat

menyebabkan lubang atau robekan.

5. Kemampuan mempertahankan posisi

Bahan pengemas harus dapat bertahan pada posisi yang sama pada

proses pembukaan dan tetap asepsis dengan tidak memberikan lubang

yang memberikan akses pada barang yang disterilkan.

6. Kemudahan Penanganan

Bahan pengemas harus lunak, elastis, dan mudah digunakan.

Bahan pengemas yang keras dan memiliki kelenturan yang rendah

dapat menyebabkan potongan kecil yang dapat menyebabkan

kontaminasi pada staf sterilisasi sentral dan pada pasien.

Page 38: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

4.18 CONTOH KEMASAN KOSMETIK

(Khrisnendy. 2015)

Page 39: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas

DAFTAR PUSTAKA

Tsffaunsoed. 2012. Teknologi Pengemasan Untuk Produk Farmasi. Tersedia online di: https://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/ (diakses tanggal 15 September 2015)

Imatetani. 2010. Tersedia online di: https://Trend Pengemasan Modern Seharusnya Tidak Menggeser Kemasan Tradisional2010.com/ (diakses tanggal 15 september 2015)

Aswin M. 2008. Packaging Materials and its Applications. Jakarta:Indonesian Packaging Federation.

Direktorat Jenderal Industri Dan Dagang Kecil Menengah Departemen Perindustrian Dan Perdagangan. 2003. Tersedia online di: http://www.google.com/search?q=cache:piRSMhGAEMQJ:idkm.depperin.go.id/pelatihan/kemasan/modul_1. (diakses tanggal 15 September 2015)

Ceppi Kersani. 2011. Pengemasan Produk Tersedia online di: http://posluhdesdesacijambu.blogspot.co.id/2011/10/pengemasan-produk.html. (diakses tanggal 15 September 2015)

Dwiput. 2011. Kemasan Obat, Dibuang Jangan. Tersedia online di: http://apotekerbercerita.wordpress.com/2011/03/19/kemasan-obat-dibuang-jangan/ (diakses tanggal 15 September 2015)

Tritama Kalista. 2015. Makalah Penetapan Pengemasan. Tersedia online di: https://www.academia.edu/8331838/Makalah_PENETAPAN_PENGEMASAN. (diakses pada tanggal 15 September 2015)

(Kurniawan, Dhadhang W, dan Sulaiman, Teuku NS. 2012. Teknologi Sediaan Farmasi. Purwokerto: Laboratorium Farmasetika Unsoed)(Lachman, L., Lieberman, Herbert A., Kanig, Joseph L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri III. UI Press. Jakarta.)

Julianti, Elisa dan Mimi Nurminah, 2006, Buku Ajar Tekologi Pengemasan, Universitas Sumatera Utara Press : Sumatera

Khrisnendy. 2015. Pengemasan Produk Kosmetik. Tersedia online di: http://www.slideshare.net/KhrisnendyHaryatno/pengemasan-produk-kosmetik (diakses tanggal 15 September 2015).

Page 40: Tipe & Pemilihan Bahan Kemas