Tinpus kejang demam

27
TINJAUAN PUSTAKA KEJANG DEMAM Pendahuluan Kejang adalah suatu keadaan berubahnya aktivitas motorik dan perilaku oleh karena aktivitas elektrik yang abnormal. 1 Kejang merupakan kedaruratan neurology yang sering dijumpai di ruang gawat darurat. Hampir 5% anak berumur di bawah 16 tahun setidaknya pernah mengalami sekali kejang selama hidupnya. Kebanyakan kejang pada anak diprovokasi oleh keadaan ekstrakanial, misalnya demam tinggi, infeksi, trauma kepala, sinkop, hipoksia dan toksin. Kejang mungkin sederhana, dapat berhenti sendiri dan sedikit memerlukan pengobatan lanjutan, atau mungkin gejala awal dari penyakit berat, atau cenderung menjadi status epileptikus. 2 Langkah awal dalam menghadapi kejang adalah memastikan apakah gejala saat ini kejang atau bukan. Selanjutnya melakukan identifikasi kemungkinan penyebabnya. Tatalaksana kejang meliputi stabilitas pasien, identifikasi dan pengobatan penyebab akut, serta pengamatan lanjutan yang baik. 2 Definisi Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rectal diatas 38C ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan

description

c

Transcript of Tinpus kejang demam

TINJAUAN PUSTAKAKEJANG DEMAM

Pendahuluan

Kejang adalah suatu keadaan berubahnya aktivitas motorik dan perilaku oleh karena aktivitas elektrik yang abnormal.1 Kejang merupakan kedaruratan neurology yang sering dijumpai di ruang gawat darurat. Hampir 5% anak berumur di bawah 16 tahun setidaknya pernah mengalami sekali kejang selama hidupnya. Kebanyakan kejang pada anak diprovokasi oleh keadaan ekstrakanial, misalnya demam tinggi, infeksi, trauma kepala, sinkop, hipoksia dan toksin. Kejang mungkin sederhana, dapat berhenti sendiri dan sedikit memerlukan pengobatan lanjutan, atau mungkin gejala awal dari penyakit berat, atau cenderung menjadi status epileptikus.2

Langkah awal dalam menghadapi kejang adalah memastikan apakah gejala saat ini kejang atau bukan. Selanjutnya melakukan identifikasi kemungkinan penyebabnya. Tatalaksana kejang meliputi stabilitas pasien, identifikasi dan pengobatan penyebab akut, serta pengamatan lanjutan yang baik.2

Definisi

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rectal diatas 38C ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak-anak, terutama pada golongan umur 3 bulan sampai 5 tahun. Menurut Consensus statement on febrile seizures (1980), kejang demam adalah kejadian pada bayi atau anak yang berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi,yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam.3

Kejang terjadi akibat loncatan listrik abnormal dari sekelompok neuron otak yang mendadak dan lebih dari biasanya, yang meluas ke neuron sekitarnya atau dari substansia grasia ke substansia alba yang disebabkan oleh demam dari luar otak. 11Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti meningitis, ensefatitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini mempunyai prognosis berbeda dengan kejang demam karena keadaan yang mendasarinya mengenai sistem susunan saraf pusat. 3

Etiologi11Semua jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut, pneumonia, gastroenteritis akut, exantema subitum, bronchitis, dan infeksi saluran kemih. Selain itu juga infeksi diluar susunan syaraf pusat seperti tonsillitis, faringitis, forunkulosis serta pasca imunisasi DPT (pertusis) dan campak (morbili) dapat menyebabkan kejang demam.11Penyebab kejang demam hingga kini masih belum diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam,yaitu: 31. Demamnya sendiri2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme (kuman dan virus (t.u shigellosis, salmonellosis)) terhadap otak3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan atau yang tidak diketahui atau ensefalopati toksik sepintas6. Gabungan semua faktor diatas

Infeksi viral paling sering ditemukan pada kejang demam. Hal ini mungkin disebabkan karena infeksi viral memang lebih sering menyerang pada anak dan mungkin bukan merupakan suatu hal yang khusus. 3

Dari penelitian yang telah dilakukan Prof.Dr.dr.S.M.Lumbantobing pada 297 penderita kejang demam, 66(22,2%) penderita tidak diketahui penyebabnya.2 Penyebab utama didasarkan atas bagian tubuh yang terlibat peradangan. Ada penderita yang mengalami kelainan pada lebih dari satu bagian tubuhnya, misalnya tonsilo-faringitis dan otrtis media akut. (lihat tabel ).

Penyebab demam pada 297 penderita KD3Penyebab demamJumlah penderita

Tonsilitis dan/atau faringitisOtitis media akut (radang liang telinga tengah)Enteritis/gastroenteritis (radang saluran cerna)Enteritis/gastroenteritis disertai dehidrasiBronkitis (radang saiuran nafas)Bronkopeneumonia (radang paru dan saluran nafas)Morbili (campak)Varisela (cacar air)Dengue (demam berdarah)Tidak diketahui10091

22

441738

121166

Patofisiologi

11

Untuk mempertahankan hidupnya, sel otak membutuhkan energi yaitu senyawa glukosa yang didapat dari proses metabolisme.4 Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. 11

Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lain kecuali Clorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K di dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion Na rendah. Keadaan sebaliknya terjadi di luar sel neuron.4

Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel tersebut maka terjadi beda potensial yang disebut Potensial Membran Sel Neuron.4

Untuk menjaga keseimbangan potensial membran sel diperlukan energi dan enzim Na-K-ATP ase yang terdapat di permukaan sel. Keseimbangan potensial membran sel dipengaruhioleh: Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak baik rangsangan mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. .Perubahan patofisiologi dari membran karena penyakit atau faktor keturunan.

11

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan peningkatan kebutuhan oksigen sampai 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, sedangkan pada orang dewasa hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel lainnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga terjadi kejang. 11Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak. Ada anak yang ambang kejangnya rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 derajat celcius, sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 derajat celcius. 11Jadi pada kenaikan suhu tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion Kalium dan Natrium melalui membran sel, dengan akibat lepasnya muatan listrik yang demikian besar sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel tetangga dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang rendah. 4

Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai dengan apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan enrgi ontuk kontraksi otot skelet yang mengakibatkan hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis laktat.Hipotensi arterial disertai dengan aritmia jantung dan kenaikan suhu tubuh disebabkan meningkatnya aktivitas berakibat meningkatnya metabolisme otak. 4

Rangkaian kejadian di atas adalah factor penyebab terjadinya kerusakan neuron otak pada kejang yang lama. Faktor yang terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga berakibat meningkatnya permeabilitas vascular dan udem otak serta kerusakan sel neuron. 4

Kerusakan anatomi dan fisiologi yang bersifat menetap bisa terjadi di daerah medial lobus temporalis setelah ada serangan kejang yang berlangsung lama. Hal ini diduga kuat sebagai faktor yang bertanggung jawab terhadap terjadinya epilepsi. 4

Klasifikasi Kejang Demam

12

Umumnya kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang demam sederhana, yang berlangsung kurang dari 15 menit dan berlangsung umum, dan kejang demam kompleks, yang berlangsung kurang dari 15 menit, fokal, atau multiple (lebih dari 1 kali kejang dalam 24 jam). Kriteria penggolongan tersebut dikemukan oleh berbagai pakar. Dalam hal ini terdapat beberapa perbedaan kecil dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang, tingginya demam, usia penderita, lamanya kejang berlangsung, gambaran rekam otak dan lainnya

I. Kalsifikasi Kejang Demam menurut Prichard dan Mc Greal3Prichard dan Mc Greal membagi kejang demam atas 2 golongan, yaitu:1. Kejang demam sederhana2. Kejang demam tidak khasCiriciri kejang demam sederhana ialah:1. Kejangnya bersifat simetris, artinya akan terlihat lengan dan tungkai kiri yang kejang sama seperti yang kanan2. Usia penderita antara 6 bulan - 4 tahun3. Suhu 100F (37,78C) atau lebih4. Lamanya kejang berlangsung kurang dari 30 menit5. Keadaan neurology (fs saraf) normal dan setelah kejang juga tetap normal6. EEG (electro encephalography rekaman otak) yang dibuat setelah tidak demam adalah normalKejang demam yang tidak memenuhi butir tersebut diatas digolongkan sebagai kejang demam tidak khas.

II. Klasifikasi Kejang Demam menurut LivingstonLivingston membagi dalam:1. Kejang demam sederhana2. Epilepsy yang dicetuskan oleh demam

Ciri-ciri Kejang demam sederhana:1. Kejang bersifat umum2. Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)3. Usia waktu KD pertama muncul kurang dari 6 tahun4. Frekuensi serangan 1-4 kali dalam satu tahun5. EEG normalKejang demam yang tidak sesuai dengan ciri tersebut diatas digolongkan sebagai epilepsy yang dicetuskan oleh demam. III. Klasifikasi Kejang demam menurut FukuyamaFukuyama juga membagi kejang demam menjadi 2 golongan, yaitu:1. Kejang demam sederhana2. Kejang demam kompleksCiri-ciri kejang demam sederhana menurut Fukuyama:1. Pada keluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan - 6 tahun4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20menit5. Kejang tidak bersifat fokal6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologist atau abnormalitas perkembangan8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkatKD yang tidak sesuai dengan criteria tersebut diatas digolongkan sebagai KD jenis kompleks

Menurut sub bagian saraf anak FK-UI membagi tiga jenis kejang demam, yaitu :111. Kejang demam kompleksDiagnosisnya :- Umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun- Kejang berlangsung lebih dari 15 menit- Kejang bersifat fokal/multipel- Didapatkan kelainan neurologis- EEG abnormal- Frekuensi kejang lebih dari 3 kali / tahun- Temperatur kurang dari 39 derajat celcius2. Kejang demam sederhanaDiagnosisnya :- Kejadiannya antara umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun- Serangan kejang kurang dari 15 menit atau singkat- Kejang bersifat umum (tonik/klonik)- Tidak didapatkan kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang- Frekuensi kejang kurang dari 3 kali / tahun- Temperatur lebih dari 39 derajat celcius

3. Kejang demam berulangDiagnosisnya :- Kejang demam timbul pada lebih dari satu episode demam Manifestasi Klinik

Terjadinya kejang demam sederhana biasanya terkait dengan kenaikan suhu yang cepat mencapai 39C atau lebih (rectal). Umumnya kejang berlangsung singkat, berupa serangan tonik klonik. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik keatas dengan disertai kekakuan atau kelemahan,gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.1

Kejang fokal dicirikan oleh gejala motorik atau sensorik dan termasuk gerakan yang kuat dari kepala dan mata ke salah satu sisi, pergerakan klonik unilateral yang diawali dari muka atau ekstremitas, atau gangguan sensorik seperti parestesi (kesemutan) atau nyeri lokal pada suatu area. Kejang tonik dicirikan oleh peningkatan tonus atau kekakuan. Kejang atonik dicirikan oleh kelumpuhan atau kurangnya gerakan selama kejang. Pada kejang klonik, terdapat kontraksi otot secara ritmik. Sedangkan kejang mioklonus ditandai dengan kontraksi otot seperti adanya kejutan. 12

Kejang demam sederhana besifat umum seluruh tubuh, simetris, gerakan tonik-klonik, berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit, sering kali kejang berhenti sendiri setelah mendapat pertolongan pertama. Setelah kejang berhenti anak tampak capek, mengantuk, tertidur pulas, dan tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak atau disebut periode mengantuk singkat pasca kejang, tetapi setelah beberapa detik, anak terbangun, biasanya menangis dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang demam sederhana hanya muncul sebanyak 1 kali dalam 24 jam.1

Kejang demam kompleks adalah kejang demam yang manifestasi klinisnya adalah salah satu atau seluruh gejala berikut yaitu berlangsung lebih lama dari 15 menit sering bersifat fokal atau unilateral tapi bisa juga bersifat umum, terjadi kejang yang berulang dalam waktu 24 jam setelah kejang yang pertama, atau tedapat pula aktivitas kejang focal pada saat periode postictal, dan anak tidak sadar pada periode postictal.1

Hal-hal yang dapat menyebabkan resiko berulangnya kejang pada demam selanjutnya adalah apabila usia terjadinya kejang pertama adalah kurang dari 12 bulan, suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi sebelum onset kejang demam terjadi, adanya riwayat keluarga yang kejang demam, dan kejang demam kompleks.1

Kejang demam yang sering menimbulkan resiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah kejang demam dengan ciri-ciri kejang demam kompleks, yaitu kejang lebih dari 15 menit, lebih dari 1 kali kejang demam dalam waktu 24 jam, tidak sadar pada setelah demam dan adanya sisa-sisa aktivitas kejang focal pada periode post ictal.5

DiagnosisPada masa akut kejang demam, seorang dokter harus dapat menentukan penyebab dari kejangnya, hal ini terutama untuk menyingkirkan meningitis dan encephalitis sebagai penyebab kejangnya.1Pada anamnesis pasien kejang, perlu ditanyakan durasi (lama waktu) dari kejang dan status kesadaran (mengalami gangguan atau tidak). Perlu juga ditanyakan apakah ada gejala aura yang mengawali kejang dan kebiasaan atau tingkah laku anak sesaat sebelum terjadinya kejang. Gejala aura yang paling sering dialami oleh anak-anak adalah rasa tidak nyaman atau nyeri pada daerah epigastrik dan perasaan ketakutan. Selain itu, postur tubuh pasien, adanya sianosis dan distribusi sianosisnya, kemampuannya mengontrol otot sfingter (utamanya pada vesika urinaria/kandung kemih), dan periode setelah kejang (apakah tertidur atau ada nyeri kepala) perlu juga ditanyakan.12 Pungsilumbar Pungsi lumbar adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi (usia < 12 bulan) karena gejala dan tanda meningitis pada bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak. Pada kejang demam pertama di usia antara 12-18 bulan, ada beberapa pendapat berbeda mengenai prosedur ini. Berdasar penelitian yang telah diterbitkan, cairan serebrospinal yang abnormal umumnya diperoleh pada anak dengan kejang demam yang : Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher) Mengalami complex partial seizure Kunjungan ke dokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit dalam 48 jam sebelumnya) Kejang saat tiba di IGD (instalasi gawat darurat) Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk hingga sekitar 1 jam setelah kejang demam adalah normal. Kejang pertama setelah usia 3 tahun Pada anak dengan usia > 18 bulan, pungsi lumbar dilakukan jika tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat. Pada anak dengan kejang demam yang telah menerima terapi antibiotik sebelumnya, gejala meningitis dapat tertutupi, karena itu pada kasus seperti itu pungsi lumbar sangat dianjurkan untuk dilakukan.9 EEG(electroencephalogram) EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan gelombang. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit (kelainan) neurologis. Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa EEG yang dilakukan saat kejang demam atau segera setelahnya atau sebulan setelahnya dapat memprediksi akan timbulnya kejang tanpa demam di masa yang akan datang. Walaupun dapat diperoleh gambaran gelombang yang abnormal setelah kejang demam, gambaran tersebut tidak bersifat prediktif terhadap risiko berulangnya kejang demam atau risiko epilepsi.9

Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor, magnesium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam pertama. Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk mencari sumber demam, bukan sekedar sebagai pemeriksaan rutin.9

Neuroimaging Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-scan dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya.9

Differential DiagnosisKejang dengan suhu badan yang tinggi dapat terjadi karena kelainan lain, misalnya radang selaput otak (meningitis), radang otak (ensefalitis), abses otak dan epilepsy diprovokasi oleh demam.11Menegakkan diagnosa meningitis tidak selalu mudah terutama pada bayi dan anak yang masih muda. Pada kelompok ini gejala meningitis sering tidak khas dan gangguan neurologisnya kurang nyata. Pada anak dengan meningitis biasanya ditemukan gejala spesifik dan tidak spesifik. Gejala tidak spesifik seperti demam, nafsu makan yang menurun sekali, sakit kepala, gejala ISPA, myalgia, artalgia, takikardi, hipotensi, petechie dll. Serta gejala khas dari iritasi meningen seperti kaku kuduk, nyeri punggung, kernig sign +, brudinzki sign + ( pada anak kurang dari 12 bulan kernig dan burdinzki tidak selalu nampak). Gejala khas yang lain adalah adanya peningkatan tekanan intracranial yang ditandai dengan fontanel yang membengkak, pelebaran sutura, pupil anisokor dan ptosis, paralisis nervus abducen, hipertensi dengan bradikardi, apnea dan hiperventilasi. Pada meningitis juga terjadi kejang, dan perubahan status mental.

Pada meningitis, test lumbal pungsinya ditemukan adanya mikroorganisme penyebab, perubahan kadar protein dan glukosa CSF. Pada Kejang demam, lumbal pungsinya tidak ditemukan kelainan.6 Gejala ensefalitis hampir mirip dengan meningitis, terdapat demam, mual, muntah, dan fotopobia, semakin tinggi demamnya, biasanya akan terdapat perubahan mental dan kesadaran yang makin lama makin menurun dan terdapat kejang.

Pada pemeriksaan CSF juga ditemukan adanya perubahan, ensefalitis biasanya disebabkan oleh karena virus, didapati CSF nya terutama didominasi oleh sel MN, EEG nya menunjukan adanya diffuse slow wave, dan CT scan/MRI menggambarkan adanya parenkim otak yang membengkak.

Pada kasus kejang demam EEG, CT scan/MRI dan lumbal pungsi memberikan gambaran yang normal.6

TatalaksanaDalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang mungkin dalam mengobservasi anak.9Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: 9 Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak. Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti sendok atau penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan napas. Jangan memegangi anak untuk melawan kejang. Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan khusus. Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa menyatakan batasan menit. Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang berat, atau anak terus tampak lemas. Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan dilakukan selain poin-poin di atas adalah sebagai berikut: Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat Pemberian oksigen melalui face mask Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya menganjurkan pemeriksaan ini pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau keadaan pasca kejang (mengantuk, lemas) yang berkelanjutan. Jika kejang masih berlanjut : Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per infus diulangi. Jika belum terpasang selang infus, 0,5 mg/kg per rektal Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

Jika kejang masih berlanjut : Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per infus dalam 30 menit atau fenitoin 15-20 mg/kg per infus dalam 30 menit. Pemberian fenitoin hendaknya disertai dengan monitor EKG (rekam jantung). Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan. 11Setelah penanganan akut kejang demam, sumber demam perlu diteliti. Dalam sebuah penelitian, sumber demam pada kejang demam antara lain infeksi virus (tersering), otitis media, tonsilitis, ISK, gastroenteritis, infeksi paru2 (saluran napas bagian bawah), meningitis, dan pasca imunisasi. 9Risiko dan keuntungan penanganan jangka panjang9Pemberian obat-obatan jangka panjang untuk mencegah berulangnya kejang demam jarang sekali dibutuhkan dan hanya dapat diresepkan setelah pemeriksaan teliti oleh spesialis. Dan sampai saat ini pemberian profilaksis kejang demam masih controversial.1 Beberapa obat yang digunakan dalam penanganan jangka panjang adalah sebagai berikut. Antipiretik Antipiretik tidak mencegah kejang demam. Penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan dalam pencegahan berulangnya kejang demam antara pemberian asetaminofen setiap 4 jam dengan pemberian asetaminofen secara sporadis. Demikian pula dengan ibuprofen. Diazepam Pemberian diazepam per oral atau per rektal secara intermiten (berkala) saat onset demam dapat merupakan pilihan pada anak dengan risiko tinggi berulangnya kejang demam yang berat. Namun, edukasi orang tua merupakan syarat penting dalam pilihan ini. Efek samping yang dilaporkan antara lain ataksia (gerakan tak beraturan), letargi (lemas, sama sekali tidak aktif), dan rewel. Pemberian diazepam juga tidak selalu efektif karena kejang dapat terjadi pada onset demam sebelum diazepam sempat diberikan. Efek sedasi (menenangkan) diazepam juga dikhawatirkan dapat menutupi gejala yang lebih berbahaya, seperti infeksi sistem saraf pusat. Profilaksis (obat pencegahan) berkelanjutan Efektivitas profilaksis dengan fenobarbital hanya minimal, dan risiko efek sampingnya (hiperaktivitas, hipersensitivitas) melampaui keuntungan yang mungkin diperoleh. Profilaksis dengan carbamazepine atau fenitoin tidak terbukti efektif untuk mencegah berulangnya kejang demam. Asam valproat dapat mencegah berulangnya kejang demam, namun efek samping berupa hepatotoksisitas (kerusakan hati, terutama pada anak berusia < 3 tahun), trombositopenia (menurunnya jumlah keping darah yang berfungsi dalam pembekuan darah), pankreatitis (peradangan pankreas yang merupakan kelenjar penting dalam tubuh), dan gangguan gastrointestinal membuat penggunaan asam valproat sama sekali tidak dianjurkan sebagai profilaksis kejang demam. Dari berbagai penelitian tersebut, satu-satunya yang dapat dipertimbangkan sebagai profilaksis berulangnya kejang demam hanyalah pemberian diazepam secara berkala pada saat onset demam, dengan dibekali edukasi yang cukup pada orang tua. Dan tidak ada terapi yang dapat meniadakan risiko epilepsi di masa yang akan datang. Prognosis Prognosis untuk kejang demam sederhana adalah baik. Kejang demam ini tidak meningkatkan risiko kematian, kelumpuhan, atau retardasi mental. Risiko epilepsi pada golongan ini adalah 1%, hanya sedikit lebih besar daripada populasi umum. Risiko yang dimiliki hanyalah berulangnya kejang demam tersebut pada 1/3 anak yang mengalaminya.9 Beberapa hal yang merupakan faktor risiko berulangnya kejang demam adalah9: Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama Riwayat kejang demam dalam keluarga Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif normal Riwayat demam yang sering Kejang pertama adalah complex febrile seizure Risiko berulangnya kejang demam adalah 10% tanpa faktor risiko, 25% dengan 1 faktor risiko, 50% dengan 2 faktor risiko, dan dapat mencapai 100% dengan 3 faktor risiko. Dan kemungkinan terjadinya epilepsy pada anak dengan factor resiko diatas adalah >9% bila dibandingkan dengan 1% anak dengan kejang demam tanpa factor resiko.1

DAFTAR PUSTAKA1. Johnston, Michael V. Nelson Textbook of Pediatrics : Seizure in Childhooh, Febrile Seizure. 18th edition. Saunders Elsevier Inc, Philadelphia 2007.2. Asril Aminulah, Prof Bambang Madiyono. Hot Topik In Pediateric II : Kejang Pada Anak. cetakan ke2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2002.3. Lumbantobing,S.M:Kejang Demam.Balai Penerbit FKUI,Jakarta,20074. Kejang Demam Pada Anakhttp://medlinux.blogspot.com/2007/09/kejang-demam-pada-anak.html 5. Moe, Paul G, MD, Timothy A Benke, MD, PhD, Tim J Bernard, MD. Lange Current Diagnosis and Treatment in Pediatrics : Neurologic and Muscular Disorder. The McGraw Hills Companies Inc, USA 2007.6. Prober, Charles G. Nelson Textbook of Pediatrics : Central Nervous System Infection. 18th edition. Saunders Elsevier Inc, Philadelphia 2007..7. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSCM. Jakarta, 2007 8. Mason, Wilbert H. Nelson Textbook of Pediatrics : Measels. 18th edition. Saunders Elsevier Inc, Philadelphia 2007.9. Penanganan Kejang Demamhttp://www.indofamilyhealth.com/index.php?option=com_content&task=view&id=798&Itemid=4710.Prodigy Guidance - Febrile convulsion. April 2005.10. Patofisiologi Kejanghttp://benvie.doctorology.org/wp-content/uploads/2008/12/patofisiologi-kejang.jpg11. Kejangbenvie.doctorology.org/?p=3