tinpus g6pd

13
 Diagnosa dibuat berdasarkan satu dari beberapa tes yang dirancang untuk mengetahui aktivitas G6PD eritrosit. Beberapa uji saring yang relatif sederhana untuk menentukan defisiensi G6PD secara kualitatif antara lain: Fluorescent Spot test, Methemoglobin Reduction Test, Formazan ring test, Ascorbate-cyanide screening test, Methemoglobin elution tets . Hampir semua uji saring tersebut dapat mengidentifikasi penderita defisiensi G6PD hemizigot dengan tepat, sayangnya tidak sensitif untuk diagnosis penderita defisiensi G6PD yang heterozigot, kecuali penggunaan Formazan ring test Metoda Formazan ring test selain bisa mendeteksi defisiensi G6PD yang heterozigot, biaya relatif murah, mudah penggunaannya hanya memerlukan inkubator dan dapat digunakan sampel dalam jumlah besar . Obatan yang hnrus dihindarkan bagi penderita defisiensi G6PD: 1. Anti-m alarial : Primaquine dan pam aquine( Chloroq uine di bawah pe ngawasa n mungkin digunakan apabila antimalaria diperlukan untuk pencegahan atau rawatan malaria ) 2. Sulfonam ides : Sulface tamide, Sulfanil amide, Sulfamethoxazol e ( e.g. Septr a, Bactrim),Sulfasalazine. 3. Anti-b acteri als : Nitrofur antoin, N alidixi c Acid, Dapso ne, Maf enide Cr eam (Sulfamylon). 4. Analge sics : P henaceti n, Ace tanilid, Phenazop yridine (Pyrid ium). 5. Antihel mintics : ß -Napht hol, Stibop hen dan Nirida zole. 6. Mis ce ll aneous Vitamin K analogues (1mg phytonadione boleh diberikan kepada bayi) Probenecid Dimercaprol (BAL) Flutamide (Eulexin) Methylene Blue Tolouidine Blue  Naptha lene

Transcript of tinpus g6pd

5/17/2018 tinpus g6pd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinpus-g6pd 1/13

 

Diagnosa dibuat berdasarkan satu dari beberapa tes yang dirancang untuk mengetahui

aktivitas G6PD eritrosit. Beberapa uji saring yang relatif sederhana untuk menentukan

defisiensi G6PD secara kualitatif antara lain: Fluorescent Spot test, Methemoglobin

Reduction Test, Formazan ring test, Ascorbate-cyanide screening test, Methemoglobin

elution tets . Hampir semua uji saring tersebut dapat mengidentifikasi penderita defisiensi

G6PD hemizigot dengan tepat, sayangnya tidak sensitif untuk diagnosis penderita

defisiensi G6PD yang heterozigot, kecuali penggunaan Formazan ring test

Metoda Formazan ring test selain bisa mendeteksi defisiensi G6PD yang heterozigot, biaya

relatif murah, mudah penggunaannya hanya memerlukan inkubator dan dapat digunakan

sampel dalam jumlah besar .

Obatan yang hnrus dihindarkan bagi penderita defisiensi G6PD:

1. Anti-malarial : Primaquine dan pamaquine( Chloroquine di bawah pengawasan

mungkin digunakan apabila antimalaria diperlukan untuk pencegahan atau rawatan

malaria )

2. Sulfonamides : Sulfacetamide, Sulfanilamide, Sulfamethoxazole (e.g. Septra,

Bactrim),Sulfasalazine.3. Anti-bacterials : Nitrofurantoin, Nalidixic Acid, Dapsone, Mafenide Cream

(Sulfamylon).

4. Analgesics : Phenacetin, Acetanilid, Phenazopyridine (Pyridium).

5. Antihelmintics : ß-Naphthol, Stibophen dan Niridazole.

6. Miscellaneous

• Vitamin K analogues (1mg phytonadione boleh diberikan kepada bayi)

• Probenecid

• Dimercaprol (BAL)

• Flutamide (Eulexin)

• Methylene Blue

• Tolouidine Blue

•  Napthalene

5/17/2018 tinpus g6pd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinpus-g6pd 2/13

 

• Anemia

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah SDM, kuantitas

hemoglobin, dan volume packed red blood cells (hematokrit) per 100 ml darah. Anemia

menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel

darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai

yang diperlukan tubuh. Anemia bukan merupakan diagnosa akhir dari suatu penyakit

akan tetapi selalu merupakan salah satu gejala dari sesuatu penyakit dasar.

Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi yaitu :

1. Anemia normositik normokrom, di mana ukuran dan bentuk sel-sel darah

merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah normal (MCV

dan MCHC normal atau normal rendah) tetapi individu menderita anemia.

Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah akut, hemolisis,

 penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal,

kegagalan sumsum dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada

sumsum tulang.

2. Anemia makrositik normokrom, ukuran sel-sel darah merah lebih besar 

dari normal tetapi normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal

(MCV meningkat; MCHC normal). Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau

terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan padadefisiensi B12 dan atau asam folat.

3. Anemia mikrositik hipokrom, Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti

mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal (MCV

rendah; MCHC rendah). Hal ini umumnya menggambarkan insufisiensi

sintesis hem (besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan

sideroblastik dan kehilangan darah kronik, atau gangguan sintesis globin,

seperti pada talasemia (penyakit hemoglobin abnormal congenital).

Klasifikasi anemia berdasarkan etiologinya adalah :

1. Anemia pasca perdarahan, akibat perdarahan massif seperti kecelakaan,

luka operasi persalinan dan sebagainya.

2. Anemia hemolitik , akibat penghancuran eritrosit yang berlebihan.

Dibedakan menjadi 2 faktor :

5/17/2018 tinpus g6pd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinpus-g6pd 3/13

 

MUTASI GEN G6PD

PENURUNAN AKTIVITAS G6PD

PENURUNAN KADAR NADPH

PENURUNAN REGENERASI GSH DARI GSSG

OLEH GLUTATION REDUKTASE

OKSIDASI, PERUBAHAN STRUKTUR MEMBRAN

HEMOLISIS

1)  Faktor intrasel , Misal talassemia, hemoglobinopatia (talassemia

HbE, sickle cell anemia), sferositos congenital, defisiensi enzim

eritrosit (G-6PD, piruvat kinase, glutation reduktase).

2)  Faktor ekstrasel , misal intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis

(inkompabilitas golongan darah, reaksi hemolitik pada transfusi

darah).

3. Anemia defisiensi, karena kekurangan faktor pematangan eritrosit (besi,

asam folat, vitamin B12, protein, piridoksin, eritropoetin, dan sebagainya).

4. Anemia aplastik, disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh

sumsum tulang.

Pada pembahasan ini, akan diperjelas mengenai anemia yang disebabkan oleh

defisiensi enzim eritrosit G6PD.

Defisiensi G6PD 

Enzim G6PD terdapat dalam sitoplasma, tersebar di seluruh sel dengan kadar yang

 berbeda. Kadar enzim G6PD di dalam eritrosit relatif rendah bila dibandingkan dengan

kadar enzim G6PD pada sel tubuh yang lain. Enzim G6PD merupakan satu-satunya

enzim dalam sel eritrosit yang berfungsi memproduksi NADPH untuk mereduksi

GSSG menjadi GSH yang meredam H2O2, sehingga GSH berfungsi mencegahkerusakan eritrosit dari kerusakan akibat oksidasi. Untuk mempertahankan kadar GSH

selalu cukup, diperlukan mekanisme pembentukan GSH dari GSSG dengan bantuan

enzim glutation reduktase (GSSGR) dan NADPH yang tergantung aktivitas G6PD.

Semakin tua usia eritrosit, aktifitas enzim G6PD juga semakin berkurang.

5/17/2018 tinpus g6pd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinpus-g6pd 4/13

 

Defisiensi G6PD adalah suatu penyakit dimana enzim G6PD hilang dari selaput sel

darah merah. Defisiensi enzim G6PD adalah kelainan genetik yang bersifat X linked

recessive. Gen penyandi G6PD terletak pada regio telomerik rantai panjang kromosom

X (band Xq28), sekitar 400 kb centromerik dari gen Faktor VIII. Panjang gen G6PD

18.5 kb, terdiri dari 13 exon (exon pertama bersifat non coding) dan 12 intron. Exon

koding ukurannya bervariasi antara 38 bp sampai 236 bp. Ukuran intron kurang dari 1

kb, kecuali intron kedua mencapai panjang 11 kb.

Enzim G6PD ini membantu mengolah glukosa dan membantu menghasilkan

glutation untuk mencegah pecahnya sel. Hal yang bisa memicu penghancuran sel darah

merah adalah :

1) Demam

2) Infeksi virus atau bakteri

3) Krisis diabetes

4) Bahan tertentu (aspirin, kacang merah, vitamin K)

Klasifikasi defisiensi G6PD :1. Varian G6PD yang defisiensi enzimnya sangat berat (aktivitas enzim

kurang dari 10% dari normal) dengan anemia hemolitik akut.

2. Klas II: varian G6PD yang defisiensi enzimnya cukup berat (aktivitas enzim

kurang dari 10% dari normal) namun tidak ada anemia hemolitik kronis.

3. Klas III: varian G6PD dengan aktivitas enzimnya antara 10%-60% dari

normal dan anemi hemolitik terjadi bila terpapar bahan oksidan atau infeksi.

4. Klas IV: varian G6PD yang tidak memberikan anemia hemolitik atau

 penurunan aktivitas enzim G6PD

5. Klas V: varian G6PD yang aktivitas enzimnya meningkat.

Varian klas IV dan klas V secara biologis, genetik dan antropologis tidak 

didapat gejala klinik.

Manifestasi klinis pada defisiensi G6PD

5/17/2018 tinpus g6pd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinpus-g6pd 5/13

 

1. Anemia Hemolitik 

1) Anemia hemolitik akut akibat induksi obat

Sebagian besar manifestasi varian mutan gen G6PD yang

mengakibatkan defisiensi enzim G6PD kurang dari 60% dari normal, terjadi

setelah paparan obat atau bahan kimia yang memicu terjadi anemia

hemolitik akut.

2) Anemia hemolitik akut akibat infeksi

Infeksi bakteri dan virus seperti Hepatitis, Salmonella, Escherchia coli,

Streptoccus β hemolitikus dan Rickettsia, dapat menyebabkan anemia

hemolitik pada penderita defisiensi G6PD dan mekanisme terjadinya

hemolisis belum jelas. Salah satu sebab yang dapat menjelaskan hubungan

infeksi dengan hemolisis adalah akibat proses fagositosis.

3) Anemia hemolisis akut akibat induksi keto asidosis diabetic

Keto asidosis diabetik juga dapat memicu anemia hemolitik pada

 penderita defisiensi G6PD. Aktivitas G6PD lebih rendah 30% pada pasien

diabetes ketosis daripada kelompok control atau bahkan kelompok diabetes

tipe 2. Mekanisme hemolisis ini diduga diakibatkan oleh perubahan pH,

glukosa, dan piruvat dalam darah . Adanya infeksi tersembunyi seringkali

menjadi pemicu hemolisis akut dan asidosis diabetik 4) Anemia Hemolitik akut karena Favism

Manifestasi klinik defisiensi enzim G6PD lainnya yang dapat

menyebabkan anemia hemolitik adalah anemia hemolitik yang disebabkan

konsumsi fava bean, Vicia faba. Penderita favisme selalu defisiensi enzim

G6PD namun tidak semua penderita defisiensi G6PD bisa menderita

favisme.

5) Anemia hemolitik nonsferositik kongenital (Congenital

 Nonspherocytic Hemolytic Anemia)

Anemia hemolitik nonsferositik congenital pada defisiensi G6PD

 bersifat sporadic tanpa predileksi etnis tertentu. Biasanya terjadi

 pembesaran limpa yang dapat menyebabkan hipersplenisme yang

5/17/2018 tinpus g6pd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinpus-g6pd 6/13

 

membutuhkan splenektomi. Jarang terjadi hemoglobinuria karena hemolisis

yang terjadi berupa extravaskuler.

2. Hiperbilirubinemia neonatorum

Beberapa varian G6PD yang menyebabkan hemolisis akut pada masa

neonatus sering menimbulkan hiperbilirubinemia. Ikterus pada neonatus

mungkin muncul setelah 48 jam setelah lahir, sebagian mungkin mencapai

30-45 mg/dl. Sementara itu, penyebab pasti hiperbilirubinemia masih belum

diketahui.Beberapa penulis membuktikan bahwa pembentukan glukoronat

dalam hati berkurang pada bayi yang menderita defisiensi G6PD dibanding

dengan bayi normal. Gilman (1974) membuktikan bahwa ikterus

neonatorum pada defisiensi G6PD dapat disebabkan oleh karena fungsi hati

yang terganggu, maupun hemolisis akibat infeksi, atau terpapar bahan

oksidan sebagai pencetusnya.

3. Menifestasi non hematology

Manifestasinya berupa juvenile cataract pada lensa mata, bahkan bilateral

cataract ditemukan pada anak dengan defisiensi G6PD. Penyakit ini juga

dapat menyebabkan kejang otot, kelelahan pada otot, gangguan kehamilan,

katarak dan infeksi berulang. Defisiensi aktivitas G6PD pada leukosit dan

neutrofil dapat menyebabkan defek system imun yang menyebabkan infeksi berulang dan terbentuk granuloma pada beberapa kasus.

Patofisiologi Defisiensi G6PD

Sel eritrosit dewasa tidak mengandung inti, organel intrasel seperti mitokondria,

lisosom atau aparatus Golgi. ATP merupakan unsur yang penting dalam berbagai

 proses yang membantu eritrosit mempertahankan bentuk bikonkafnya disamping dalam

 proses pengaturan transportasi ion dan air yang mengalir ke dalam serta keluar sel.

ATP ini dihasilkan dari proses glikolisis. Fungsi sel eritrosit yang spesifik adalah

mengangkut oksigen dari paru-paru kejaringan perifer yang dijalankan oleh

hemoglobin. Sebagai pengangkut oksigen hemoglobin bertanggung jawab kelenturan

5/17/2018 tinpus g6pd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinpus-g6pd 7/13

 

sel eritrosit untuk melalui kapiler-kapiler pembuluh darah.24

Hemoglobin terdiri dari porfirin besi yang dinamakan heme dan protein yang disebut

globin. Satu molekul hemoglobin terdiri dari 4 subunit protein (globin) yaitu 2 rantai α

dan 2 rantai β dan 4 molekul heme.7,24

Setiap molekul heme mengikat zat besi. Setiap pengikatan oksigen oleh hemoglobin

melibatkan aktivitas dua komponen: heme {Fe (II)-porfirin} dan suatu rantai

 polipeptida yang menyelubungi (globin). Hanya hemoglobin dalam kondisi fero [Fe

(II)] ini yang dapat mengikat oksigen menjadi oksihemoglobin (Hb-Fe2+ + O2 ◊

HbFe2+O2 ). Ketika menangkap oksigen terbentuk senyawa antara { Fe2+-O2 ⇓◊

Fe(III)-O2*-} selanjutnya akan melepaskan superoksida (O2*- ) menjadi

methemoglobin {Fe(III)-porfirin} yang tidak dapat menangkap oksigen. Pada

oksigenasi hemoglobin dapat menghasilkan ion superoksida (O2*-) dan akan berbahaya

apabila bersamaan dengan hidrogen peroksida (H2O2) karena akan membentuk radikal

hidroksil (*OH). Radikal hidroksil (*OH) adalah senyawa oksigen reaktif (SOR) atau

dikenal dengan ROS (reactive oxygen species) yang paling reaktif dan berbahaya.

Radikal hidroksil (*OH) dapat merusak tiga jenis senyawa yang penting untuk 

mempertahankan integritas sel, yaitu: (1). asam lemak, khususnya asam lemak tak 

 jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid penyusun membran sel. (2) DNA,

yang merupakan perangkat genetik sel. (3) Protein, yang memegang berbagai peran

 penting seperti enzim, reseptor, antibodi dan pembentuk matriks serta sitoskleleton.

Dapat disimpulkan bahwa pembentukan radikal hidroksil (*OH) diperlukan tiga

komponen, yaitu: logam transisi Fe atau Cu, H2O2 dan O2*-. 24

Untuk itu dibutuhkan anti oksidan untuk melindungi sel dari pengaruh radikal, yaitu

dengan mencegah keberadaan ion Fe++ dan Cu+ bebas yang dihasilkan reaksi Fenton.

Peranan beberapa protein penting antara lain adalah transferin atau feritin untuk Fe++ ,

sedang untuk Cu adalah seruloplasmin atau albumin.

Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Keadaan

yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel

5/17/2018 tinpus g6pd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinpus-g6pd 8/13

 

hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan

 penghancuran eritrosit, polisitemia.

Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar 

 bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau

 pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar 

 bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang

mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.

Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.

Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air 

tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada

sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus darah otak. Kelainan yang terjadi pada

otak disebut Kern ikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat

tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl.

DEFISIENSI ENZIM GLUKOSA-6-FOSFAT DEHIDROGENASE

2.1. Struktur Enzim

Bentuk aktif enzim G6PD merupakan dimer (terdiri dari 2 subunit) dan tetramer (terdiridari 4 subunit) dengan subunit yang identik. Masing-masing subunit tersusun oleh 514

asam amino dan mempunyai massa molekul 59.265 Dalton. Bentuk dimer dan tetramer 

terdapat dalam keseimbangan tergantung pH, pada pH neutral terdapat dalam proporsi yangsama. Pada tiap molekul dimer didapatkan 2 molekul NADP (Nikotinamide Adenin

Dinucleotide Phosphate binding site) yang terikat erat dan penting bagi kestabilan protein .

Binding site koenzim ini diperkirakan terletak pada exon 10 urutan asam amino ke 386 dan

387 (lisin dan arginin), sedangkan tempat mengikat substrat glukosa 6 fosfat (G6P bindingsite) terletak pada exon 6 dengan urutan asam amino (lisin) ke 205 Struktur enzim G6PD

memiliki dua bagian, yaitu bagian NADP Binding dan bagian besar (large domain). Bagian

yang aktif terletak diantara dua bagian tersebut.

2.2. Peran Enzim G6PD

Enzim G6PD terdapat dalam sitoplasma, tersebar di seluruh sel dengan kadar yang berbeda. Enzim ini bekerja pada tahap pertama jalur pentosa heksosemonofosfat (Pentosa

Phosphate Shunt) yaitu jalur oksidasi glukosa yang menghasilkan NADPH dan pentosa

(ribose 5 fosfat untuk sintesis asam lemak, kolesterol, hormon steroid, purin, pirimidin danforfirin). Pada jalur pentosa fosfat, G6PD mengkatalisis reaksi glukosa 6 fosfat (G6P) dan

5/17/2018 tinpus g6pd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinpus-g6pd 9/13

 

 NADP+ menjadi 6 fosfo glukonat (6GP) dan menghasilkan NADPH. NADPH merupakan

koenzim yang berfungsi sebagai donor hidrogen pada reaksi enzimatik pada berbagai alur 

 biosintetik. NADPH juga berfungsi sebagai koenzim pada reaksi pembentukan GSH(glutation tereduksi) dari GSSG (glutation teroksidasi) oleh enzin glutation reduktase

(GSSGR). GSH sangat penting untuk melindungi sel terhadap kerusakan oksidatif karena

GSH dapat meredam hidrogen peroksida (H2O2) menjadi H2O dengan bantuan enzimglutation peroksidase (GSHPX). Jalur alternatif untuk meredam H2O2 adalah melalui

enzim katalase, dalam keadaan normal jalur ini tidak efektif karena aktivitas katalase

terhadap H2O2 jauh lebih rendah dari pada afinitas GSHPX. Pada keadaan dimana terjadi produksi H2O2 berlebihan maka katalase akan berperan lebih dari 50% meredam H2O2

yang terbentuk, namun untuk aktivitas katalase memerlukan NADPH. Jadi NADPH sangat

diperlukan baik untuk meredam H2O2. melalui jalur GSHPX ataupun melalui jalur katalase.3,4,5,7,8.

Kadar enzim G6PD di dalam eritrosit relatif rendah bila dibandingkan dengan kadar enzim

G6PD pada sel tubuh yang lain. Enzim G6PD merupakan satu-satunya enzim dalam sel

eritrosit yang berfungsi memproduksi NADPH untuk mereduksi GSSG menjadi GSH yang

meredam H2O2, sehingga GSH berfungsi mencegah kerusakan eritrosit dari kerusakanakibat oksidasi. Untuk mempertahankan kadar GSH selalu cukup, diperlukan mekanisme

 pembentukan GSH dari GSSG dengan bantuan enzim glutation reduktase (GSSGR) dan NADPH yang tergantung aktivitas G6PD. Semakin tua usia eritrosit, aktifitas enzim G6PD

 juga semakin berkurang. 2,3,8,9 G6P : Glukosa 6 fosfat 6PG : fosfoglukonat

H2O2 H2O GSSGR : glutation reduktaseGSHPX GSHPX : glutation peroksidase

Gambar 2.1 . Diagram Jalur Pentosa Fosfat dan Jalur Glikolisis

World Health Organization (WHO), mengklasifikasikan varian mutan G6PD berdasarkan pengukuran aktivitas enzim dan ada atau tidaknya anemia hemolitik, kemudian dibagi lagiatas dasar mobilitas elektroforesis dalam setiap varian sebagai berikut :

1. Klas I: varian G6PD yang defisiensi enzimnya sangat berat (aktivitas enzim kurang dari

10% dari normal) dengan anemia hemolitik kronis.2. Klas II: varian G6PD yang defisiensi enzimnya cukup berat (aktivitas enzim kurang dari

10% dari normal) namun tidak ada anemia hemolitik kronis.

3. Klas III: varian G6PD dengan aktivitas enzimnya antara 10%-60% dari normal dananemi hemolitik terjadi bila terpapar bahan oksidan atau infeksi.

4. Klas IV: varian G6PD yang tidak memberikan anemia hemolitik atau penurunan

aktivitas enzim G6PD

5. Klas V: varian G6PD yang aktivitas enzimnya meningkat.Varian klas IV dan klas V secara biologis, genetik dan antropologis tidak didapat gejala

klinik.

Prevalensi dan Penyebaran Geografik 

Frekuensi defisiensi G6PD di Asia diperkirakan 14% di Kamboja, 5% di Cina selatan,2.6% di India dan 0.1% di Jepang. 15 Di Indonesia frekuensi defisiensi G6PD sebagai

5/17/2018 tinpus g6pd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinpus-g6pd 10/13

 

 berikut, di Irian Barat 8%, di Sasak 18.4%, di Bima 12%, di Flores 4% 16,19, Jawa Tengah

di Semarang adalah 14% 17, di pulau Buru dan Halmahera sekitar 6 % 4 ,15,16,17.

Penelitian di Sumatra Utara 3.9% 18. Penelitian di RS Cipto Mangunkusumo Jakartamenemukan 2.6% defisiensi G6PD pada 3200 bayi baru lahir pada tahun 197919.

Sedangkan penelitian di RS dr.Soetomo menemukan 3% defisiensi G6PD dari 480 bayi

 baru lahir pada tahun 1995.20

PENGOBATAN

HEMATOPOESIS

5/17/2018 tinpus g6pd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinpus-g6pd 11/13

 

MORFOLOGI SEL DARAH MERAH

5/17/2018 tinpus g6pd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinpus-g6pd 12/13

5/17/2018 tinpus g6pd - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinpus-g6pd 13/13