TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGGUNAAN …...i TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGGUNAAN JAMUR SAPI (MAGIC...
Transcript of TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGGUNAAN …...i TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGGUNAAN JAMUR SAPI (MAGIC...
i
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGGUNAAN JAMUR SAPI
(MAGIC MUSHROOM) SEBAGAI SALAH SATU JENIS NARKOTIKA
BERDASAR UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG
NARKOTIKA
JURNAL ILMIAH
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Untuk mencapai derajat S-1 pada
Program Studi ilmu hukum
Oleh
JUHENDRA YADI
NIM. D1A013173
FAKULTAS HUKUM
UNIVERISTAS MATARAM
2017
ii
HALAMAN PENGESAHAN
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGGUNAAN JAMUR SAPI
(MAGIC MUSHROOM) SEBAGAI SALAH SATU JENIS NARKOTIKA
BERDASAR UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG
NARKOTIKA
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Untuk Mencapai Derajat S-1 Pada
Program Studi Ilmu Hukum
Oleh
JUHENDRA YADI
NIM. D1A013173
Menyetujui,
Pembimbing Pertama,
Dr. H. Muhammad Natsir, SH., M. Hum
NIP. 195901261987031001
iii
ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah jamur sapi (magic mushroom)
termasuk kedalam narkotika yang dilarang dalam Undang-undang nomor 35
tahun 2009 tentang narkotika dan bagaimana aturan sanksi bagi pengguna
jamur sapi (magic mushroom). Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat
akademis, teoritis dan praktis. Penelitian ini menggunakan penelitian secara
normatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jamur sapi (magic
mushroom) sudah termasuk kedalam narkotika golongan 1 dan dilarang dalam
Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika, adapun bentuk sanksi
bagi pengguna jamur sapi (magic mushroom) yaitu sanksi pidana dan sanksi
tindakan, sanksi pidana berupa penjara dan sanksi tindakan berupa rehabilitasi,
rehabilitasi medis pasal 56 ayat 1dan rehabilitasi sosial pasal 58 Undang-
undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika.
Kata kunci; Jamur sapi termasuk kedalam narkotika yang dilarang dalam
undang-undang
iv
ABSTRACT
The objective of the study was to find out whether the mushroom fungus
belonged to the narcotics prohibited in Law No. 35 of 2009 on narcotics and
how the rules of sanction for the magic mushroom users. The benefits of this
study consist of academic, theoretical and practical benefits. This study uses
normative research. The results of this study indicate that the mushroom
(magic mushroom) is included in the drug category 1 and prohibited in Law
number 35 of 2009 on narcotics, as for the form of sanctions for the users of
cow mushroom (s) of criminal sanctions and action sanctions, criminal
sanctions In the form of imprisonment and action sanction in the form of
rehabilitation, medical rehabilitation article 56 paragraph 1 and social
rehabilitation article 58 Act number 35 year 2009 about narcotics.
Keyword; cattle fungus belongs to narcotics that are prohibited in law.
v
I. PENDAHULUAN
Sejalan dengan perkembangan zaman dan meningkatnya ilmu
pengetahuan beragam cara dilakukan oleh orang untuk mencari sebuah
penemuan, baik penemuan positif maupun negatif. Banyak cara dilakukan
demi melangsungkan kehidupan sehari-hari entah itu dengan cara sengaja
maupun tidak disengaja. Narkotika merupakan sebuah hasil dari penemuan
manusia, didalam praktek kedokteran. Adapun fungsi dari narkotika antara
lain yaitu sebagai obat pembius, obat bius itu diberikan oleh dokter kepada
pasiennya sebelum dimulainya operasi. Narkotika apabila tidak
disalahgunakan sangatlah penting di dalam dunia kedokteran, karena sangat
bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan penyakit-penyakit
tertentu.Namun narkotika sering juga disalahgunakan oleh sebagian orang,
sehingga menimbulkan gejala-gejala yang begitu meresahkan bahkan
mengkhawatirkan. Apabila seseorang mengkonsumsi atau menyalahgunakan
tidak sesuai dosisnya ,maka akan dapat menimbulkan dan menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, sebagaimana merusak kesehatan,
mengakibatkan kecanduan, dan mengakibatkan kematian.
Penyalahgunaan narkoba (Narkotika, Psikotropika, dan Bahan
adiktif lainnya), di Indonesia beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah
serius dan telah mencapai keadaan yang memprihatinkan sehingga menjadi
masalah nasional. Korban penyalahgunaan narkoba telah meluas sedemikian
rupa sehingga melampaui batas-batas strata sosial, umur, jenis kelamin.
Merambah tidak hanya perkotaan tetapi merambah kepedesaan dan
melampaui batas negara yang akibatnya sangat merugikan perorangan,
Masyarakat, Negara, khususnya generasi muda bahkan dapat menimbulkan
vi
bahaya lebih besar lagi bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang
pada akhirnya melemahkan ketahanan nasional.1
Indonesia sudah cukup lama melakukan tindakan untuk
memberantas penyalahgunaan obat terlarang, baik itu upaya melalui
penyusunan undang-undang ataupun melalui upaya penegakan hukum yang
tegas terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika. Upaya ini adalah salah satu
bukti nyata dari pemerintah agar Indonesia terbebas dari bahaya
penyalahgunaan obat-obat terlarang yang dapat merusak generasi muda
penerus bangsa.
Upaya yang telah dilakukan pemerintah harus juga di imbangi
dengan kesadaran hukum dalam masyarakat, agar mematuhi segala aturan
hukum yang ada, baik yang telah dibuat oleh pemerintah maupun yang belum
dibuat oleh pemerintah. Masyarakat merupakan subjek hukum harus juga ikut
membantu pemerintah melawan peredaran gelap dan penyalahgunaan obat-
obatan terlarag seperti psikotropika, narkotika dan jenis lainnya.
Setiap saat jenis narkotika semakin bermacam-macam dan bervariasi
dan tidak semua yang memenuhi sifat dan ciri-ciri seperti narkotika yang
tercantum di dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika. Belakangan muncul jamur sapi atau yang biasa disebut dengan
(magic mushroom), para ahli dibidang narkotika mengeluarakan dan
memberikan pendapat dan memvonis bahwa jamur sapi ini adalah salah satu
1Samsul Hidayat, pidana mati di idonesia. Genta Pes, Cetakan Pertama, tahun 2010
Hlm,1
vii
jamur yang mempunyai kadar seperti halnya dengan narkotika yang
menyebabkan halusinasi yang setara dengan jenisnarkotika golongan 1 (satu).
Di Indonesia terkait dengan jamur sapi (magic mushroom) belum ada
satupun peraturan yang mengatur secara komprenhesif, begitu juga didalam
Undang- undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak mengatur secara jelas tentang
magic mushroom ini. Padahal jamur sapi (magic mushroom) sudah memiliki
ciri-ciri dan unsur-unsur seperti narkotika yang terlampir di dalam Undang-
undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika, dan jika dilihat dari sisi yang
ditimbulkan setelah seseorang mengkonsumsi magic mushroom tersebut,
layaknya mengkonsumsi narkotika. Ini sesuai dengan definisi narkotika yang
terdapat dalam pasala yat (1) yang berbunyi sebagi berikut :
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman, baik
sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai ketergantungan,
yang yang di bedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir
dalam undang-undang ini.2
2Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 TentangNarkotika, PT.Sinar Grafika. Cetakan
Kedua. Jakarata,2010
viii
II. PEMBAHASAN
Pada zaman prasejarah di Negeri Mesopotamia (sekitar Irak sekarang)
dikenal suatu barang dengan nama GIL artinya “bahan yang
menggembirakan” GIL ini lazimnya digunakan sebagai obat sakit,
kemampuan GIL sangat terkenal pada saat itu, dan GIL menyebar di Dunia
Barat sampai Asia dan Amerika.3
Di Tiongkok bahan jenis GIL di sebut dengan candu yang sudah
dikenal sejak tahun 2735 sebelum Masehi. Candu pernah menghancurkan
Tiongkok pada tahun 1840-an yaitu di pergunakan sebagai alat subversif
oleh Inggris, sehingga menimbulkan suatu perang yang terkenal dengan
sejarah, yaitu perang candu (The Opium War) pada tahun 1839-1842 yang
di menangkan oleh Inggris setelah merusak mental lawannya melalui candu.
Proses pengolahan candu pada zaman dahulu mash sangat sederhana, salah
satu prosesnya ialah menghilangkan bau, yakni dengan cara dicampur
dengan air sulingan dan disimpan dalam guci 8-12 bulan setelah kering baru
dipergunakan untuk keperluan pengobatan.4
1. Jenis-jenis Narkotika menurut undang-undang nomor 35 tahun
2009 tentang narkotika
Jenis-jenis Narkotika dapat di golongkan menjadi 3 bagian :
a. Narkotika golongan I
3Redaksi Badan Penerbit Alda jakarta, Menanggulangi Bahaya Narkotika , cetakan
pertama, Jakarta, tahun,1985, hlm 31
4Ibid Hlm 30
ix
Narkotika golongan I sebanyak 65 jenis dan hanya dapat hanya dapat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunya potensi yang sangat tinggi dan mengakibatkan
ketergantungan
Contoh.
1) Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya
termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya.
2) Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari
buah tanaman PapaverSomniferum L yang hanya mengalami
pengolahan sekedar untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa
memperhatikan kadar morfinnya.
3) Opium masak terdiri dari :
a. candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu
rentetan pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan
peragian dengan atau tanpa penambahan bahan-bahanlain, dengan
maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk
pemadatan.
b. jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan
apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain.
c. jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.
4) Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari
keluarga Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya.
5) Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam
bentuk serbuk dari semua tanaman genus Erythroxylon dari
x
keluarga Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara
langsung atau melalui perubahan kimia.
6) Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka
yang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokaina.
Dan masih banyak lagi jenis lainnya;
b. Narkotika golongan II
Narkotika golongan II sebanyak 86 jenis berkhasiat untuk
pengobatan digunakan untuk pilihan terakhir dan dapat digunakan
dalam terapi dan atau/ untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh.
1) Alfasetilmetadol:alfa-3-asetoksi-6-dimentilamino-4,4difeniheptana
2) Alfameprodina :Alfa-3-etil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
3) Alfametadol : alfa-6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol
4) Alfaprodina : alfa-l, 3-dimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
5) Alfentanil :N-[1-[2-(4-etil-4,5-dihidro-5-okso-lH-tetrazol-1-il)etil]-
4-(metoksimetil)-4-pipe ridinil]-N-fenilpropanamida
6) Allilprodina : 3-allil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
7) Asetilmetadol : 3-asetoksi-6-dimetilamino-4, 4-difenilheptana
xi
c. Narkotika golongan III
Narkotika golongan III sebanyak 14 jenis dan berkhasiat untuk
pengobatan yang sebagi pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh:
1) Asetildihidrokodeina
2) Dekstropropoksifena : α-(+)-4-dimetilamino-1,2-difenil-3-metil-2-
butanol propionat
3) Dihidrokodeina
4) Etilmorfina : 3-etil morfina
5) Kodeina : 3-metil morfina
6) Nikodikodina : 6-nikotinildihidrokodeina
7) Nikokodina : 6-nikotinilkodeina
8) Norkodeina : N-demetilkodeina
9) Polkodina : Morfoliniletilmorfina
Propiram : N-(1-metil-2-piperidinoetil)-N-2-piridilpropionamida
2. JAMUR SAPI (MAGIC MUSHROOM)
Jamur sapi atau yang biasa disebut Magic mushroom kini sudah
banyak beredar luas dan di kota-kota besar seperti jakarta, surabaya, bogor
dan bali. Namun belakangan jamur ini sudah diketahu memiliki unsur-unsur
xii
seperti narkotika ada juga yang mengira jamur ini hanya tanaman biasa
padahal jamur sapi ini mempunyai unsur-unsur seperti narkotika yang
tertera dalam Undang-undang.
1. Pengertian jamur sapi (magic mushroom)
Jamur ini bukanlah jenis jamur yang biasa kita makan, melainkan
jamur yang dapat menimbulkan halusinasi. Sebagian besar jamur
halusinogenik tergolong dalam genus Psilocybin. Berdasarkan etimologi,
psilocybin berasal dari Bahasa Yunani, psilo yang artinya botak, dan cybe
yang artinya kepala.Penamaan ini dibuat karena beragam varietas
mushroom yang tergolong dalam genus psilocybe memiliki satu kesamaan
pada bentuk kepalanya.5
2. Jenis jenis jamur sapi (magic mushroom)
1) Jamur sapi (magic mushroom) yang tumbuh di kotoran ternak.6
a. Psylocibe Cubensis
Psylocibe Cubensis ini tumbuh di tahi sapi, kerbau, gajah maupun
kuda.Bila kita mencari di kandang atau peternakan sapi kemungkinan
besar tidak ada,akibat kotoran sapi tidak mengendap sempurna karena
disentuh-sentuh atau terinjak-terinjak. Kita harus mencari jamur ini di
padang rumput, pinggir sawah, lapangan rumput yang terdapat rumput-
rumputan hijau dimana sapi, kerbau, kuda, gajah berkeliaran bebas dan
kotoran-kotoran mereka mengendap tanpa disentuh selama beberapa
haridan jamur ini akan tumbuh banyak saat musim hujan yang mana
udara mempunyai kelembapan tinggi. Oleh karena itu jamur ini sulit
saat musim kemarau dan tak akan mungkin ditemukan di kandang sapi
5 Ibid.Hlm.27
6https://jenis-jenis-jamur sapi-magic-mushroom-/mengenal-lebih-dalam-magic-
mushroom/ di akses pada 19 april 2017 jam 21:48
xiii
yang tersistem, ataupun daerah yang miskin rumput-rumputan walaupun
sapi berkeliaran bebas di sana.
b. Panaeolus (Copelandia) Cyanascens
Panaeolus Cyanascens tumbuh di kotoran sapi. Jamur berwarna putih
mempunyai bentuk cap dan ukuran yang lebih kecil dibanding Psylocibe
Cubensis. Beberapa sumber mengatakan walaupun Panaeolus Cyanascen
memiliki ukuran yang lebih kecil, tetapi efek halusinasinya lebih
kuatdibanding Psylocibe Cubensis, yang berarti 1 gram Panaeolus
Cyanascen setara dengan banyak gram Psylocibe Cubensis Dalam
pembudidayaan magic mushroom di negara-negara barat sana, harga bibit
Panaeolus Cyanascens memiliki harga lebih mahal dibanding bibit
Psylocibe Cubensis.
c. Panaeolus Cinctulus
Panaeolus Cinctulus biasanya tumbuh di kotoran sapi, kuda, dan hewan
ternak lainnya. Panaeolus Cinctulus juga kadang tumbuh saat kita
membudidayakan jamur kancing (Agarus Bisporus), karenaPanaeolus
Cinctulus suka tumbuh di kotoran sapi yang terkompos yang mana itu juga
merupakan substrat/makanan yang baik juga pertumbuhan jamur kancing
(Agarus Bisporus).
Dari uraian yang sudah dijelaskan (jamur no 1 s/d 3) di atas terlihat
jamur-jamur halusinasi (magic mushroom) biasanya tumbuh di kotoran-
kotoran sapi, kuda, kerbau, gajah dan hewan ternak lainnya. Maka tidak
heran kita bisa menemui beberapa jenis (magic mushroom)di padang
rumput tempat dimana sapi digembalakan dan bisa berak bebas
sembarangan,di satu wilayah areal pada rumput.
2) Jamur sapi (magic mushroom) yang tidak tumbuh di kotoran ternak
a. Psilocybe subaeruginascens
Psilocybe subaeruginascens tumbuh di dataran tinggi Indonesia bersuhu
rendah,dan biasanya suka tumbuh di kayu-kayu lapuk, dan daun-daun
lapuk.Yang jelas sulit juga mencari jamur ini,karena biasanya di hutan-
hutan pinggiran dataran tinggi. Ada beberapa sumber mengatakan
bahwa Psilocybe subaeruginascens juga bisa tumbuh di kotoran ternak,
tetapi dengan kondisi suhu dibawah 20 celcius.
xiv
b. Gymnopilus sp
Gymnopilus sp tumbuh di batang kayu habis terbakar, dengan kondisi
daerah kelembapan tinggi di hutan dekat sungai.
1. Pengertian sanksi
Sanksi berasal dari Bahasa Belanda yaitu santie yang artinya
ancaman hukuman, merupakan suatu alat pemaksa guna ditaatinya suatu
kaidah, Undang-undang misalnya sanksi terhadap pelanggaran suatu undang-
undang.7
Pengertian sanksi adalah suatu langkah hukuman yang di jatuhkan
oleh negara atau kelompok tertentu karena terjadi pelanggaran yang dilakukan
oleh seseorang atau kelompok. Sanksi adalah hal yang sering kita dengar dan
kita saksikan. Dalam lingkup masyarakat kecil pun kata sanksi ini banyak
digunakan untuk menghukum seseorang atau kelompok yang bersalah.
Misalnya saja orang yang mencuri di kampung maka ia akan dikenakan sanski
di keluarkan dari kampung atau dihadapkan kepolisisan setempat.
Sanksi dalam konteks hukum merupakan hukuman yang
dijatuhkan oleh pengadilan atau dalam koteks sosiologi maka pengertian sanksi
adalah kontrol sosial. Sanksi yang dijatuhkan oleh pengadilan atau dalam
konteks hukum tentu jauh lebih berat mengingat karena memiliki kekuatan
7J.C.T.Simorangkir,et.Al.kamus kriminologi,Aksara Baru, Jakarta,Hlm.152
xv
hukum. Jika seseorang atau kelompok melanggar hukum maka dia atau mereka
akan dikenakan saksi dalam konteks hukum. 8
Penerapan sanksi bisa saja menjadi rancu apabila tindak pidana
yang dilakukan belum jelas tetapi sudah tercantum dalam Perundang-
undangan yang sudah ada. Seperti halnya kasus pengguna jamur sapi (magic
mushroom) kasus pengguna magic mushroom sudah banyak tetapi kasusnya
belum pernah masuk ke ranah pengadilan sehingga belum jelas sanksi apa
yang harus diberikan kepada pengguna jamur sapi (magic mushroom) ini.
2. Sanksi Bagi Pengguna Narkotika
A. Sanksi Pidana dan Sanksi Tindakan
Dalam hukum pidana ada dua jenis hukuman, yang keduanya mempunyi
kedudukan yang sama yaitu:
1) Sanksi Pidana
2) Sanksi Tindakan
3) Atau yang biasa disebut dengan (double track system)
a. Double Track System dalam Sanksi Hukum Pidana
Masalah penentu kebijakan penetepan jenis sanksi dalam hukum
pidana indonesia tidak terpisah dari permasalahan penetapan tujuan yang
ingin dicapai dalam pemidanaan, tujuan tersebut juga tidak harus terlepas
dari tujuan bernegara Republik Indonesia Tahun 1945 yang intisarinya
terdapat dalam dasar Negara yaitu Pancasila.
M. Sholehuddin9 dalam bukunya Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana, Ide
Dasar Double Track System dan implementasinya. telah telah
8http:www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian-sanski/h di akases pada 20 april
2017 jam 15:45
xvi
memberikan gambaran untuk segeranya mereformasi dan merorientasi
penerapan sanksi pidana dan sanksi tindakan dalam sistem peradilan di
Indonesia. Double track system adalah system dua jalur tentang sanksi
dalam hukum pidana, yaitu jenis sanksi hukum pidana di satu pihak dan
jenis sanksi tindakan di pihak lain. Sanksi pidana bersumber pada ide
dasar mengapa diadakan pemidanaan, sedangkan sanksi tindakan
bersumber pada ide dasar untuk apa diadakan pemidanaan itu. Sehingga
sanksi pidana sesungguhnya bersifat reaktif terhadap suatu perbuatan,
sedangkan sanksi tindakan lebih bersifat antisifatif terhadap pelaku
perbuatan tersebut. Fokus psanksi pidana ditujukan pada perbuatan salah
yang telah dilakukan seseorang melalui pengenaan penderitaan agar
pelakunya menjadi jera, adapun fokus sanksi tindakan lebih lebih terarah
pada upaya memberi pertolongan pada pelaku agar berubah. Sehingga
sanksi pidana lebih menekankan unsur pembalasan dan sanksi tindakan
menekankan kepada perlindungan masyrakat dan pembinaan ataupun
perawatan bagi pelakunya.
Sanksi pidana dan sanksi tindakan berbeda dari ide dasar landasan
filosofis maupun tujuan. Sanksi pidana bersumber pada ide dasar, “untuk
apa pemidanaan itu”. Sanksi pidana bersikaf reaktif terhadap suatu
perbuatan, sedangakan sanksi tindakan lebih bersifat ansipatif terhadap
pelaku perbuatan tersebut. Sanksi pidana lebih menekankan unsur
pembalasan (pengimbangan), yang merupakan penderitaan yang sengaja di
bebankan kepada seorang pelanggar. Sedangkan sanksi tindakan
bersumber dari ide dasar perlindungan masyarakat dan pembinaan atau
perawatan si pembuat.10
b. Pengertian sanksi pidana dan sanksi tindakan
Sehubung dengan adanya perbedaan antara sanksi pidana dan
sanksi tindakan, maka perlu dipaparkan pendapat para sarjana mengenai
mengenai dua jenis sanksi tersebut.
1. Menurut Satochid kertanegara11
Dalam salah satu karya tulisnya,
Satochid menerangkan bahwa di dalam hukum pidana ada juga
sanksi yang berupa siksaan, yaitu apa yang disebut tindakan
9
Sholehuddin. Sistem sanksi dalam hukum pidana. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
2002, Hlm 32-33
10
Mahrus ali dan aji purnomo,ibid,Hlm10
11
Sotochid Kertanegara, Hukum Pidana Bagian Satu, Lektur, Mahasiswa,t.t, Hlm 49
xvii
(maatregel) dia menunjuk contoh sanksi yang bukan merupakan
siksaan itu terdapat dalam pasal 45 KUHP
2. Menurut Sudarto12
Pendapatnya menekankan bahwa sanksi pidana
adalah penderitaan yang sengaja dibebankankepada orang yang
melakukan perbuatan memenuhi syarat-syarat tertentu. Sanksi
dalam hukum pidana modern, juga meliputi apa yang disebut
tindakan tata tertib, selanjutnya sudarto juga menjelaskan bahwa
sanksi pidana adalah sebagai pembalasan (pengimbalan) terhadap
kesalahan si pembuat, sedangkan tindakan adalah untuk
perliindungan masyarakat dan untuk pembinaan atau perawatan si
pembuat.
3. Andi hamzah13
meskipun perbedaan sanksi pidana dan sanksi
tindakan menurut andi hamzah agak samar, tapi dia memberi
penejlasan singakat bahwa sanksi pidana bertitik berat pada
pengenaan sanksi pada pelaku suatu perbuatan, sedangkan sanksi
tindakan bertujuan melindungi masyarakat,
4. Utrecht14
secara teoritis utrecht melihat perbedaan sanksi pidana
dan sanksi tindakan dari sudut tujuannya. Sanksi pidana bertujuan
memberi penderitaan istimewa (Bizonder leed) kepada pelanggar
supaya ia merasakan akibat perbuatanya. Sedangkan sanksi
tindakan tujuannya lebih bersifat medidik. Dengan mengutip
12Sudarto, Hukum Pidana Jilid I A, Badan Penyediaan Kuliah FH UNDIP, Semarang,
1973, Hlm, 7
13
Hamzah Andi, sistem pidana dan pemidanaan Indonesia, Dari, Retribusi ke Reformasi,
P.T . Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, Hlm 53
14
Utrecht, Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana. Hlm.360
xviii
pendapat Pompe, Utrecht menjelaskan lebih lanjut bahwa sanksi
tindakan itu bila ditinjau dari teori-teori pemidanaan merupakan
sanksi yang tidak membalas, melainkan semata-mata ditujukan
pada prevensi khusus. Sanksi tindakan itu bertujuan melindungi
masyarakat terhadap orang-orang berbahaya yang mugkin akan
melakukan delik-delik yang dapat merugikan masyarakat.
xix
III. PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Jamur sapi (magic mushroom) termasuk di dalam golongan yang dilarang
dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jamur sapi
(Magic mushroom) sudah termasuk kedalam narkotika golongan I, dan narkotika
yang dilarang dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
karena ciri jamur sapi (magic mushroom) dan narkotika mempunyai sifat dan ciri
yang hampir sama, yang mengakibatkan seseorang hilang kesadaran merasakan
halusinasi. Jamur sapi (Magic mushroom) atau Psilocybin mushroom sudah
termasuk kedalam narkotika golongan I dengan nama lain psilosibina (nomor 47)
dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika. dan Jenis ini
termasuk ke dalam jamur (meskalin, psilisibin, mushroom) karena berasal dari
tanaman atau/tumbuh-tumbuhan, yang hampir sama dan mirip dengan ganja
(cannabis) .
Aturan sanksi terhadap pengguna jamur sapi (magic mushroom), Sanksi
bagi pengguna jamur sapi (magic mushroom) di dalam Undang-undang nomor 35
tahun 2009 tentang narkotika, ada sanksi pidana dan ada sanksi tindakan
(rehabilitasi), pasal 54 pecandu korban dan korban penyalahgunaan narkotika
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Pasal 103 Hakim yang
memeriksa perkara pecandu narkotika dapat memerintahkan yang bersangkutan
untuk menajalani pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi.
xx
Saran
Untuk mengantisipasi pengguna jamur sapi (magic mushroom) hendaknya di
peraturan perundangan-undangan jenis atau zat jamur sapi (magic mushroom)
ditulisakan secara jelas dan rinci, hal ini guna menghindari penggunaan dan
penyalahgunaan oleh masyarakat di lingkungan.
Penyusun berharap jamur sapi (magic mushroom) menjadi perhatian serius
pemerintah dan aparat penegak hukum, agar menindak tegas para pelaku
pengguna narkotika, atau pengguna jamur sapi (magic mushroom) supaya ada
efek jera bagi pengguna dan pengedar.
xxi
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Ali mahrus, Dasar-dasar hukum pidana, cetakan pertama, sinar grafika,
jakarta, 2011
Amirudin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004
CST Kansil, Cristian Kansil, Latihan Ujian Hukum Pidana, Sinar Grafika,
Jakarta,1994
Dirdjosisworo Soedjono. Hukum Narkotika Indonesia. PT. Citra Aditya
Bakti. Bandung, 1990
Hidayat Samsul, pidana mati di idonesia. Genta Pres. Cetakan Pertama,
2010
Hj.Rodliyah, Pemidanaan Terhadap Perempuan Dalam Sistem
Peradilan Pidana, Edisi Revisi (Arti Bumi Intaran)
Lisa Juliana FR & Nengah Sutrisna W, Narkoba,Psikotropika,dan
Gangguan Jiwa Tinjauan Kesehatan dan Hukum, Nuha Medika, Yogyakrta, 2013
Marpaung, Laden. Asas-asas Hukum pidana, Cetakan Kesembilan, Edisi
Revisi Sinar Grafika, Jakarta, 2009
Moeljatno. Asas-asas Hukum Pidana. Cetakan kesembilan, Edisi Revisi,
Rineka Cipta, Jakarta, 2015
Moh.taufik, Suharsil, Moh Zakky. Tindak Pidana Narkotika. Ghalia
Indonesia, 2005
Mulyana Eriey Sy. Panen jamur Tiap musim. Lily Publisher, Bogor,
2013
Pipin Syarifin, Hukum Pidana Indonesia, Pustaka Setia, Bandung, 2000
Prakoso Abintoro, Kriminologi dan Hukum Pidana, Cetakan Pertama,
Laksbang Grafika, Yogyakarta, 2013
Soedarto, Hukum Pidana Jilid I A-B, Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro, Semarang, 1975
waluyo Bambang, Pidana dan Pemidanaan., Cetakan ketiga, Sinar
Grafika, Jakarta 2008
Soedjono D, Doktrin-doktrin Kriminologi, Bina Aksara, jakarta1984,
J.C.T.Simorangkir,et.Al.kamus kriminologi,Aksara Baru, Jakarta
Tri Andrisman, Asas-Asas dan Dasar Aturan Hukum Pidana Indonesia,
Bandar Lampung, Unila,2009
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 2011
Komentar dan pembahasan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009
Tentang Narkotika Sinar Grafika, cetakan pertama, april, Jakarta
Soedjono D, Doktrin-doktrin Kriminologi, Bina Aksara, jakarta1984, Hlm
22
xxii
16 Bambang Poernomo, Asas-asas dalam Hukum Pidana, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2002),
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Bagian Pertama, Jakarta: Balai
Lektur Mahasiswa,
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Cetakan Pertama,Sinar Gafika,
Jakarta, 2005
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia,
(Jakarta: PT. Eresco, 2004)
P.A. F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung:
Sinar Baru, 2000)
Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Dalam Hukum
Pidana, Jakarta: Bina Aksara, 2001,
Soerjono Soekamto dan Purnadi Purbacaraka, Sendi-sendi Ilmu Hukum dan Tata
Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000
CST Kansil, Cristian Kansil, Latihan Ujian Hukum Pidana, Sinar Grafika,
Jakarta,1994
Pipin Syarifin, Hukum Pidana Indonesia, Pustaka Setia, Bandung, 2000
Soedarto, Hukum Pidana Jilid I A-B, Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro, Semarang,
Tolib Setiady, Pokok-Pokok Hukum Penitensier Indonesia, Alfabeta, Bandung,
2010,
Redaksi Badan Penerbit Alda Jakarta, Menaggulangi Bahaya Narkotika.
Cetakan pertama, Jakarta, Tahun 1985
JCT.Simorangkir,et.Al.Kamus Kriminologi, Akasara, Baru, Jakarta
Sholehuddin. Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta. Tahun 2002
Kertanegara Sotochid. Hukum Pidana Bagian Satu, lektur, Mahasiswa
Sudarto, Hukum Pidana Jilid I A, Badan Penyediaan Kuliah FH UNDIP,
Semarang tahun 1973
Jonkers J.E, Buku Pedoman Hindia Belanda, PT. Bina Aksara, Jakarta, tahun 198
B.Perundang-undangan
Undang-Undang no 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
C. Internet
xxiii
http://en.wikipedia.org/wiki/Psilocybin_mushrooms. pengertian dan magic
mushroom
http://www.indotipstricks.net/2015/07/bahaya-dan-kerugian-narkoba.html.
https://jenis-jenis-jamur sapi-magic mushroom-/mengenal-lebih-dalam-magic-
mushroom
https://jamurpekok.wordpres.com/2016/05/14/mengenal-lebih-dalam-magic-
mushroom
http://indodrugs.blogspot.co.id.2013/11/hati-hati-makan-jamur-tahi-sapi.html
http://chandra.pardosi.blogspot.co.id./2012/05/mushroom-kotoran-sapi.html
http:www.pengertianmenurutparaahlicom.com/pengertian-sanksi/h
http:www.terapinarkotikoba.com/2013/05/pengertian-rehabilitasi-narkoba,html.