tinjauan teori

80
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Proses belajar adalah suatu proses dimana seseorang merenungkan, mengingat atau berusaha menjadi lebih baik atas kesadaran diri sendiri, sedangkan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan berbagai komponen yang saling berhubungan. Komponen-komponen tersebut antara lain guru, siswa, materi, media, suasana pembelajaran, dan sebagainya (Asrori, 2008). Menurut Suprihatiningrum (2013), Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan

description

tinjauan teori tentang faktor yang berhubungan dengan hasil belajar mata kuliah Asuhan kebidanan I di akademi kebidanan 'Aisiyah Banten

Transcript of tinjauan teori

Page 1: tinjauan teori

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar

2.1.1 Pengertian

Proses belajar adalah suatu proses dimana seseorang

merenungkan, mengingat atau berusaha menjadi lebih baik atas

kesadaran diri sendiri, sedangkan pembelajaran merupakan suatu

kegiatan yang melibatkan berbagai komponen yang saling

berhubungan. Komponen-komponen tersebut antara lain guru, siswa,

materi, media, suasana pembelajaran, dan sebagainya (Asrori, 2008).

Menurut Suprihatiningrum (2013), Belajar merupakan suatu

proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh

perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara

langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai

pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Dapat

dikatakan juga bahwa belajar sebagai suatu aktivitas mental atau

psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan

menghasil kanperubahan dalam pengetahuan dan pemahaman,

keterampilan serta nilai- nilai, dan sikap. Belajar merupakan proses

aktif pelajar mengkonstruksi entah teks, dialog, pengalaman fisis, dan

lain- lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan

menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan

Page 2: tinjauan teori

pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya

dikembangkan (Suparno, 2012).

Menurut Sugiharto dkk (2007) belajar merupakan suatu proses

perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar sebagai

perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman.

Menurut Hamalik (2003), pembelajaran merupakan suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,

fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi

dalam mencapai tujuan pembelajaran. Beliau juga mengemukakan

bahwa ada tiga pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar,

yaitu : (1) pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan

untuk menciptakan kondisi belajar para peserta didik; (2)

pembelajaran adalah upaya mempersiapkan anak didik untuk menjadi

warga masyarakat yang baik; dan (3) pembelajaran adalah suatu

proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-

hari.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

menkonstruksikan pengetahuan yang didapat untuk lebih memahami

dan menjadi lebih ahli, sedangkan pembelajaran merupakan proses

atau cara yang dilakukan tenaga pengajar, peserta didik, dan

komponen pembelajaran lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang diinginkan, yaitu mendapatkan pemahaman materi ajar.

Page 3: tinjauan teori

Sedangkan peserta didik dituntut untuk memiliki sikap kemandirian

belajar yang tinggi dan aktif.

Menurut Slameto (2010) setiap perilaku belajar selalu ditandai

oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain seperti dikemukakan

berikut ini :

1. Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari

terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan

telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri

seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis.

Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan

berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia

akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi

dapat menulis.

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu

senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu

yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin

banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin

baik perubahan itu diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif

Page 4: tinjauan teori

artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya

melainkan karena usaha orang bersangkutan.

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat

menetap atau permanen. Misalnya kecakapan seorang anak

dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu

saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan terus

berkembang kalau terus dilatih atau dipergunakan.

5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena

ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada

perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu

proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika

seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami

perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap,

keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.

2.1.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2010), ada beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:

Page 5: tinjauan teori

1. Faktor intern

Faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Terdiri

dari tiga faktor yaitu:

a. Faktor jasmaniah meliputi: faktor kesehatan, cacat tubuh.

b. Faktor psikologis meliputi: intelegensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kemandirian belajar, kematangan dan

kesiapan.

c. Faktor kelelahan

2. Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor

ekstern dapat dikelompokan menjadi tiga faktor yaitu:

a. Faktor keluarga meliputi: cara orang tua mendidik, relasi

antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi

keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum,

relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar

pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar,

tugas rumah.

c. Faktor masyarakat meliputi: kegiatan siswa dalam

masyarakat, media, teman bergaul, bentuk kehidupan

masyarakat.

Page 6: tinjauan teori

2.2 Hasil Belajar

2.2.1 Pengertian

Hasil belajar diberikan berupa nilai kepada peserta didik.

Menurut Sudjana (2011) dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada

beberapa macam, yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian

diagnostic, penilaian selektif, dan penilaian penempatan.

1. Penilaian Formatif

Penilaian yang dilaksanankan pada akhir program belajar

mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar

mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif

berorientasi kepada proses belajar mengajar. Dengan penialaian

formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program

pengajaran dan strategi pelaksanaannya.

2. Penilaian Sumatif

Penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program,

yaitu akhir catur wulan, UAS, dan akhir tahun. Tujuannya

adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni

seberapa jauh tujuan- tujuan kurikuler dikuasai para siswa.

Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan kepada proses.

3. Penilaian Diagnostik

Penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-

kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini

dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran

Page 7: tinjauan teori

remedial (remedial teaching), menemukan kasus- kasus, dll.

Soal- soal tentunya disusun agar dapat ditemukan jenis kesulitan

belajar yang dihadapi oleh para siswa.

4. Penilaian Selektif

Penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi,

misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.

5. Penilaian Penempatan

Penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan

prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan

penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai

kegiatan belajar untuk program itu.

Dengan kata lain, penilaian ini berorientasi pada kesiapan siswa

untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar

dengan kemampuan siswa.

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004) faktor-

faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:

1. Faktor Internal

a. Faktor jasmaniah (fisiologis, baik yang bersifat bawaan

maupun yang diperoleh).

b. Faktor psikologi, terdiri atas :

1) Faktor intelektif : Faktor potensial, yaitu kecerdasan

dan bakat.

Page 8: tinjauan teori

2) Faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang telah

dimiliki.

3) Faktor non-intelektif yaitu unsur kepribadian

tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,

motivasi, emosi dan lain-lain.

2. Faktor Eksternal

a. Faktor sosial yang terdiri atas : Lingkungan keluarga,

Lingkungan sekolah/kampus, masyarakat, dan kelompok.

b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,

teknologi dan kesenian.

c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas

belajar dan iklim.

d. Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan

2.2.3 Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar di perguruan tinggi dilakukan secara

berkala yang dapat berbentuk ujian, pelaksanaan tugas, dan

pengamatan oleh dosen. Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian

tengah semester, ujian akhir semester, ujian akhir program studi, ujian

skripsi, ujian tesis, dan ujian disertasi. Penilaian hasil belajar

dinyatakan dengan huruf A, B, C, D, dan E yang masing- masing

bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0 (Kepmen, 2000).

Page 9: tinjauan teori

Penilaian pencapaian kompetensi dasar mahasiswa dilakukan

berdasar indikator, adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

penilaian adalah:

1. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.

2. Penilaian menggunakan acuan kriteria, berdasarkan apa yang

bisa dilakukan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

3. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut berupa

perbaikan proses pembelajaran, program remidi atau pengayaan

(BSNP, 2007).

Hasil belajar menurut Gagne & Briggs adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki mahasiswa sebagai akibat perbuatan belajar

dan dapat diamati melalui penampilan mahasiswa (learner’s

performance). Dalam dunia pendidikan, terdapat bermacam-macam

tipe hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli antara lain

mengemukakan lima tipe hasil belajar, yaitu: intellectual skill,

cognitive strategy, verbal information, motor skill, dan attitude

(Suprihatiningrum, 2013).

Reigeluth (1983) berpendapat bahwa hasil belajar atau

pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan

suatu ukuran nilai dan metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang

berbeda. Secara spesifik bahwa hasil belajar adalah suatu kinerja

(performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas

(kemampuan) yang telah diperoleh. Hasil belajar selalu dinyatakan

Page 10: tinjauan teori

dalam bentuk tujuan (khusus) perilaku (unjuk kerja)

(Suprihatiningrum, 2013).

Ada aspek dalam hasil belajar, yaitu menurut Uno (2006), tujuan

pembelajaran biasanya diarahkan pada salah satu kawasan dari

taksonomi pembelajaran. Krathwohl, Bloom, & Masia (1973)

memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan, yakni kawasan

kognitif, kawasan afektif dan kawasan psikomotorik. Sesuai dengan

taksonomi tujuan pembelajaran, hasil belajar dibedakan dalam tiga

aspek, yaitu (Suprihatiningrum, 2013).

1. Aspek Kognitif

Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan

dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah, seperti

pengetahuan komperehensif, aplikatif, sintesis, analisis, dan

pengetahuan evaluatif. Kawasan kognitif adalah kawasan yang

membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental

yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai tingkat yang

lebih tinggi, yakni evaluasi (Suprihatiningrum, 2013).

Anderson & Krathwohl (1973) membedakan aspek

kognitif dalam dua dimensi, yaitu the knowledge (dimensi

pengetahuan) dan the cognitive process dimension (dimensi

proses kognitif).

a. The Knowledge Dimension (Dimensi Pengetahuan)

1) Factual knowledge (pengetahuan fakta)

Page 11: tinjauan teori

2) Knowledge of terminology (pengetahuan tentang

istilah)

3) Knowledge of specific details and elements

(pengetahuan tentang unsur-unsur khusus dan detail)

b. Conceptual knowledge (pengetahuan tentang konsep)

1) Knowledge of classifications and categories

(pengetahuan tentang penggolongan dan kategori)

2) Knowledge of principles and generalizations

(pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi)

3) Knowledge of theories, model, and structure

(pengetahuan tentag teori, model, dan struktur)

c. Procedural knowledge (pengetahuan tentang prosedur)

1) Knowledge of subject-specific skills and algorithms

(pengetahuan tentang subjek keterampilan khusus

dan algoritma)

2) Knowledge of subject-specific techniques and

methods (pengetahuan tentang subjek teknik dan

metode khusus)

3) Knowledge of criteria for determining when to use

appropriate procedures (pengetahuan tentang

kriteria untuk menentukan penggunaan prosedur

yang sesuai)

Page 12: tinjauan teori

d. Metacognitive knowledge (pengetahuan metakognitif)

1) Strategic knowledge (pengetahuan tentang strategi)

2) Knowledge about cognitive tasks, including

appropriate contextual and conditional knowledge

(pengetahuan tentang tugas kognitif termasuk

pengetahuan kontekstual dan kondisional yang

sesuai)

3) Self-knowledge (pengetahuan pribadi)

e. The Cognitive Process Dimension (Dimensi Proses

Kognitif)

1) Remember (mengingat)

2) Understand (memahami)

3) Apply (menerapkan)

4) Analyze (menganalisis)

5) Evaluate (mengevaluasi)

6) Create (menciptakan)

2. Aspek Afektif

Menurut Uno (2006), ada lima tingkat afeksi dari yang

paling sederhana ke yang kompleks, yaitu kemauan menerima,

kemauan menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, serta

ketekunan dan ketelitian. Kemauan menerima merupakan

keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan

tertentu. Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang

Page 13: tinjauan teori

merujuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu.

Berkeyakinan berkenaan dengan kemauan menerima sistem

nilai tertentu pada diri individu. Penerapan berkarya berkenaan

dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-

beda berdasarkan pada suatu sistem nilaiyang lebih tinggi.

Ketekunan dan ketelitian yaitu individu yang sudah memilikki

sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan

sistem nilai yang dipegangnya.

Menurut Depdiknas (2007), aspek afektif yang bisa dinilai

di sekolah, yaitu sikap, minat, nilai, dan konsep diri, yang akan

dijabarkan sebagai berikut:

a. Sikap

Sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap suatu

objek, bisa berupa kegiatan atau mata pelajaran.

b. Minat

Minat bertujuan umtuk memperoleh informasi tentang

minat siswa terhadap suatu mata pelajaran yang

selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat siswa

terhadap suatu mata pelajaran.

c. Nilai

Nilai adalah keyakinan tentang keadaan suatu objek atau

kegiatan. Nilai menjadi pengatur penting dari minat, sikap,

dan kepuasan.

Page 14: tinjauan teori

d. Konsep Diri

Konsep diri digunakan untuk menentukan jenjang karier

siswa, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan

diri sendiri, maka bisa dipilih alternatif karier yang tepat

bagi diri siswa.

Winkel (2007) mengemukakan salah satu ciri belajar

afektif adalah belajar menghayati nilai dari suatu objek yang

dihadapi melalui alam perasaan, baik berupa objek tersebut

berupa orang, benda atau kejadian/peristiwa, ciri yang lain

terletak dalam belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk

ekspresi yang wajar. Menurut Krathwohl, Bloom, & Masia

(1973), tingkat afektif ini ada lima, dari yang paling sederhana

ke yang kompleks, yaitu:

a. Receiving (penerimaan)

Penerimaan mencakup kepekaan adanya suatu perangsang

dan kesediaan untuk memerhatikan rangsangan tersebut.

Namun perhatian itu masih pasif.

b. Responding (partisipasi)

Partisipasi mencakup kerelaan untuk memerhatikan secara

aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan

tersebut dinyatakan dalam memberikan suatu refleksi

terhadap rangsangan yang disajikan.

Page 15: tinjauan teori

c. Valuing (penilaian/ penentuan sikap)

Penilaian / penentuan sikap mencakup kemampuan untuk

memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri

sesuai dengan penilaian tersebut. Mulai dibentuk suatu

sikap: menerima, menolak, atau mengabaikan. Sikap itu

dinyatakan dalam tingkahlaku yang sesuai dan konsisten

dengan sikap dan batin. Kemampuan tersebut dinyatakan

dalam suatu perkataan atau tindakan. Perkataan atau

tindakan itu tidak hanya sekali saja, tetapi diulang kembali

bila kesempatannya timbul. Dengan demikian, tampaklah

adanya suatu sikap tertentu.

d. Organization (organisasi)

Organisasi mencakup kerelaan untuk memerhatikan secara

aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan

itu dinyatakan dalam memberikan suatu refleksi terhadap

rangsangan yang disajikan.

e. Characterization by value or value value complex

(pembentukan pola hidup)

Pembentukan pola hidup mencakup kemampuan untuk

menghayati nilai-nilai kehidupan sedimikian rupa agar

menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi

pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya

sendiri. Orang telah memilikki suatu perangkat nilai yang

Page 16: tinjauan teori

jelas hubungannya satu sama lain, yang menjadi pedoman

dalam bertindak dan konsisten dalam kurun waktu cukup

lama. Kemampuan itu dinyatakan dalam pengaturan hidup

diberbagai bidang.

3. Aspek Psikomotorik

Kawasan psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan

dengan ketrampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik

dan mempunyai berbagai tingkatan (Suprihatiningrum, 2013).

Urutan paling sederhana ke yang kompleks, yaitu persepsi,

kesiapan melakukan suatu kegiatan, mekanisme, respons

terbimbing, kemahiran, adaptasi, dan organisasi.

Persepsi berkenaan dengan dengan penggunaan indra

dalam melakukan kegiatan. Kesiapan berkenaan dengan

melakukan sesuatu kegiatan, termasuk di dalamnya mental set

(kesiapan mental), physical set (kesiapan fisik), atau emitional

set (kesiapan emosi perasaan) untuk melakukan suatu tindakan.

Mekanisme berkenaan dengan penampilan respons yang sudah

dipelajari dan menjadi kebiasaan sehingga gerakan yang

ditampilkan menunjukkan pada suatu kemahiran. Respon

terbimbing seperti meniru (imitasi) atau mengikuti, mengulangi

perbuatan yang diperintahkan atau ditunjukkan oleh oranglain,

dan melakukan kegiatan coba-coba (trial and error). Kemahiran

adalah penampilan gerakan motorik dengan ketrampilan penuh,

Page 17: tinjauan teori

yang dipertunjukkan cepat dengan hasil yang baik tetapi

menggunakan sedikit tenaga. Adaptasi berkenaan dengan

ketrampilan yang sudah berkembang pada diri individu sehingga

yang bersangkutan mampu memodifikasi (membuat perubahan)

pada pola gerakan sesuai situasi dan kondisi tertentu. Organisasi

menunjukkan kepada penciptaan pola gerakan baru untuk

disesuaikan dengan situasi atau masalah tertentu. Hal ini dapat

dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai ketrampilan tinggi

(Suprihatiningrum, 2013).

Menurut klasifikasi Simpon (Winkel, 2007), ranah

psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan

ketrampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik dan juga

mempunyai berbagai tingkatan.

Urutan tingkat yang paling sederhana sampai ke yang

paling kompleks, sebagai berikut:

a. Perception (Persepsi)

Persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan

diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih

berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada

masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan untuk

dinyatakan dalam suatu rekasi yang menunjukkan

kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulasi) dan

perbedaan antara seluruh rangsangan yang ada.

Page 18: tinjauan teori

b. Set (kesiapan)

Kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan

dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau

rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam

bentuk kesiapan jasmani dan mental.

c. Guided response (gerakan terbimbing)

Gerakan terbimbing mencakup kemampuan untuk

melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan

contoh yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini

dinyatakan dalam menggerakan anggota tubuh, menurut

contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan.

d. Mechanical response (gerakan yang terbiasa)

Gerakan yang terbiasa mencakup kemampuan untuk

melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar,

karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memerhatikan lagi

contoh yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam

menggerakan anggota tubuh/ bagian tubuh, sesuai dengan

prosedur yang tepat.

e. Complex response (gerakan yang kompleks)

Gerakan yang kompleks mencakup kemampuan untuk

melaksanakan suatu ketrampilan, yang terdiri atas

beberapa komponen, dengan lancar, tepat, dan efisien.

Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian

Page 19: tinjauan teori

perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa

subketerampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik

yang teratur.

f. Adjustment (penyesuaian pada gerakan)

Penyesuaian pada gerakan mencakup kemampuan untuk

mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-

gerik dengan kondisi ditempat atau dengan menunjukkan

suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

g. Creativity (kreativitas)

Kreativitas mencakup kemampuan untuk melahirkan

aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar

prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya sosok orang yang

berketerampilan tinggi dan berani berfikir kreatif, akan

mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini.

Klasifikasi ini mengandung suatu urutan dalam taraf

keterampilan dan pada umumnya cenderung mengikuti urutan

dari fase dalam proses belajar motorik.

Tetapi dalam penelitian ini, hasil belajar merupakan nilai akhir mata

kuliah Asuhan Kebidanan I (Kehamilan) yang dibagai menjadi dua kategori,

yaitu:

1. Tinggi, jika nilai akhir lebih dari 80

2. Sedang, jika nilai akhir kurang dari atau sama dengan 80 dan lebih

dari 60

Page 20: tinjauan teori

3. Rendah, jika nilai akhir kurang dari atau sama dengan 60

2.3 Minat

2.3.1 Pengertian Minat Belajar

Minat biasanya tumbuh dari suatu keinginan atau yang disukai

seseorang, minat akan tumbuh dengan sendirinya bila seseorang

menemukan sesuatu hal yang mereka suka. Minat dapat membawa

hasil yang baik atau buruk. Dalam hal ini minat yang dimaksud adalah

minat belajar pada peserta didik, minat dapat dikatagorikan pada

peserta didik sebagai suatu dorongan dan kemauan terutama dalam hal

pelajaran. Secara lain minat merupakan suatu pengertian dari adanya

suatu rasa dan keinginan yang kuat di dalam menyukai suatu hal.

Minat memiliki suatu kecenderungan di dalam hal kegiatan yang akan

dilakukan atau dilaksanakan, yang lebih singkatnya minat memiliki

rasa dan perhatian yang khusus di dalam hal atau kegiatan yang ingin

dilakukan. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan memegang beberapa kegiatan. Kegiatan yang

diminati seseorang (Slameto, 2010).

Minat adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan.

Dengan begitu minat sangat menentukan sikap yang menyebabkan

seseorang aktif dalam suatu pekerjaan atau dengan kata lain minat

dapat menjadi sebab dari suatu kegiatan (Hamalik, 2011).

Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal

atau aktivitas, tanpa ada menyuruh. Minat pada dasarnya adalah

Page 21: tinjauan teori

penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di

luar diri (Djali, 2008).

Dari uraian pengertian minat di atas dapat disimpulkan bahwa

minat merupakan adanya suatu rasa dan kesukaan disetiap hal atau

kegiatan yang disukai, minat juga mempunyai suatu keterkaitan baik

berupa aktivitas maupun kegiatan yang dapat diterima dengan baik.

2.3.2 Jenis-Jenis Minat

Dalam minat belajar siswa juga memiliki jenis-jenis belajar

yang merupakan suatu karekter siswa didalam dunia pendidikan.

Minat mempunyai jenis-jenis minat yang digunakan dalam proses

belajar. Dalam buku Psikologi Pendidikan dikemukakan bahwa, minat

dapat dibagi kedalam enam jenis, yaitu : (Djali, 2008).

1. Realistis

Orang realistis umumnya mapan, kasar, praktis, berfisik

kuat, dan sering sangat atletis, memiliki koordinasi otot yang

baik dan terampil. Akan tetapi ia kurang mampu menggunakan

medium komunikasi verbal dan kurang memiliki keterampilan

berkomunikasi dengan orang lain.

2. Investigatif

Orang investigatif termasuk orang yang berorientasi

keilmuan. Mereka umumnya berorientasi pada tugas, intropektif,

dan asosioal, lebih menyukai memikirkan sesuatu daripada

melaksanakannya, memiliki dorongan kuat untuk memahami

Page 22: tinjauan teori

alam, menyukai tugas-tugas yang tidak pasti (ambiguous), suka

bekerja sendirian, kurang pemahaman dalam kepemimpinan

akademik dan intelektualnya menyatakan diri sendiri sebagai

analisis, selalu ingin tahu, bebas, dan bersyarat, dan kurang

menyukai pekerjaan yang berulang.

3. Artistik

Orang artistik menyukai hal-hal yang tidak terstruktur,

bebas, memiliki kesempatan bereaksi, sangat membutuhkan

suasana yang dapat mengekspresikan sesuatu secara individual,

sangat kreatif dalam bidang seni dan musik.

4. Sosial

Tipe ini dapat bergaul, bertanggung jawab,

berkemanusiaan, dan sering alim, suka bekerja dalam kelompok,

senang menjadi pusat perhatian kelompok, memiliki

kemampuan verbal, terampil bergaul, menghindari pemecahan

masalah secara intelektual, suka memecahkan masalah yang ada

kaitannya dengan perasaan; menyukai kegiatan

mengginformasikan, melatih, dan mengajar.

5. Enterprising

Tipe ini cenderung menguasai atau memimpin orang lain,

memiliki keterampilan verbal untuk bergadang, memiliki

kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi, agresif, percaya

diri, dan umumnya sangat aktif.

Page 23: tinjauan teori

6. Konvensional

Orang konvensional menyukai lingkungan yang sangat

tertib, menyenangi komunikasi verbal, senang kegiatan yang

berhubungan dengan angka, sangat efektif menyelesaikan tugas

yang berstruktur tetapi menghindari situasi yang tidak menentu,

menyatakan diri orang setia, patuh, praktis, tenang, tertib,

efesien; mereka mengindentifikasikan diri dengan kekuasan dan

materi.

Jenis-jenis minat menentukan bagaimana ciri-ciri seseorang di

dalam menyukai suatu hal kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki,

dimana mempunyai keinginan tinggi di dalam suatu keadaan atau

kegiatan apapun.

2.3.3 Fungsi Minat

Minat peserta didik di dalam belajar merupakan faktor yang

dapat mempengaruhi kegiatan di dalam pembelajaran. Minat akan

tumbuh dari diri seseorang jika mereka menyukai suatu hal yang

membuat ketertarikan tersendiri. Sama halnya dengan minat seorang

peserta didik di dalam belajar, jika seorang peserta didik memiliki

minat di dalam belajar maka akan memiliki rasa ingin belajar yang

tinggi, peserta didik akan cepat dapat mengerti dan memahami di

dalam proses belajar. Fungsi minat bagi kehidupan adalah sebagai

berikut :

Page 24: tinjauan teori

1. Minat sebagai pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu hal

yang disukai.

2. Minat juga berpengaruh terhadap intensitas cita-cita.

3. Minat dipengaruhi juga oleh jenis intensitas dan prestasi.

4. Minat terbentuk dari dini hingga dewasa karena membawa

kepuasaan tersendiri.

5. Penentuan seseorang di dalam mengambil suatu hal.

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Minat memiliki kecenderungan yang tercemin dari adanya

ketertarikan seseorang, yang mempunyai keinginan yang kuat untuk

mempelajari lebih mendalam disertai oleh perasaan senang. Dalam hal

ini diharapkan minat siswa di dalam mempelajari mata kuliah Asuhan

Kebidanan I (Kehamilan) semakin besar dan tekun. Dalam minat

belajar terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai

berikut :

1. Faktor Intern

Faktor Intern terdapat faktor yang mempengaruhi minat

belajar yaitu meliputi :

a. Faktor Kesehatan

Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam

hidup, dimana kesehatan merupakan faktor terpenting dari

segala kegiatan yang akan kita ambil. Kesehatan jasmani

dan rohani sangat berpengaruh besar dalam kegiatan

Page 25: tinjauan teori

belajar, kesehatan yang baik akan membantu dan

memudahkan kita di dalam belajar, begitu pula sebaliknya

jika kesehatan kita buruk akan mengganggu di dalam

proses kegiatan belajar. Maka dari karena itu,

pemeliharaan kesehatan sangat penting untuk semua orang

terutama peserta didik di dalam melakukan kegiatan

belajar. Pikiran, mental, maupun fisik harus dijaga dengan

benar-benar menjaga kesehatan agar dengan mudah di

dalam melakukan semua kegiatan.

b. Cacat Tubuh

Cacat tubuh yang diartikan disini adalah sesuatu

yang menyababkan kurang baiknya bagian tubuh yang

dimiliki. Cacat tubuh dapat juga meliputi : patah tangan,

buta, tuli, tidak bisa berjalan, dan sebagainya ini

merupakan hal yang dapat mempengaruhi minat belajar

siswa.

2. Faktor Psikologis

Faktor psikologis tedapat berbagai banyak hal yang

termasuk didalamnya, tetapi dalam skripsi ini hanya beberapa

yang di bahas atau pembahasan. Berikut faktor-faktor yang

termasuk dalam faktor psikologis yaitu meliputi :

Page 26: tinjauan teori

a. Perhatian

Dalam proses belajar peserta didik harus memiliki

suatu perhatian khusus terhadap pelajaran dan bahan

pelajaran di dalam kegiatan belajar. Peserta didik yang

tidak memiliki suatu perhatian khusus terhadap suatu mata

pelajaran akan menggangu di dalam minat belajar peserta

didik tersebut. Karena hal itu menyebabkan rendahnya

minat belajar, bosan di dalam pelajaran, dan tidak ada

perhatian sama sekali di dalam mengikuti proses belajar

itu sendiri. Agar dapat menumbuhkan perhatian peserta

didik di dalam proses belajar mengajar haruslah

menggunakan beberapa cara dan variasi gaya

pembelajaran yang baru dan yang dapat diterima dengan

mudah oleh peserta didik itu sendiri. Maka dalam hal ini

akan dengan mudah untuk membangkitkan perhatian

peserta didik di dalam mengikuti proses belajar itu sendiri.

b. Kesiapan atau Kematangan

Dalam hal minat belajar peserta didik, kesiapan di

dalam menerima suatu perkuliahan haruslah memiliki

kesiapan yang baik untuk dapat menerima perkuliahan

yang akan dilakukan. Kesiapan yang matang harus ada

dalam diri setiap siswa sebelum menerima dan mengikuti

mata pelajaran tersebut, terutamanya di dalam mata kuliah

Page 27: tinjauan teori

Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Dan dalam hal ini juga

kematangan dalam mengikuti proses belajar haruslah

dengan sungguh-sungguh dan benar agar perkuliahan yang

dilakukan dapat terelosasi dengan baik dan dengan

kesiapan yang matang. Kematangan dapat diartikan dalam

hal kesiapan di dalam mengikuti pelajaran, kesiapan di

dalam prasarana pelajaran, dan tentunya kesiapan mental

untuk menerima pelajaran dengan baik dan benar.

c. Bakat atau Intelegensi

Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang

merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau

dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan

keterampilan khususnya, misalnya kemampuan berbahasa,

bermain musik, melukis, dan lain-lain (Ambarjaya, 2012).

Bakat adalah kemampuan untuk belajar.

Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan

yang nyata sesudah belajar atau berlatih (Slameto, 2010).

Bakat merupakan suatu kemilikan seseorang dalam

suatu bidang yang disukai. Bakat yang dimaksud disini

adalah suatu keinginan dan kemauan seseorang dalam

melakukan suatu kegiatan yang dapat menunjukkan suatu

bakat orang itu sendiri. Bakat itu biasanya mempengaruhi

proses belajar dimana jika bakat yang dimiliki sesuai

Page 28: tinjauan teori

dengan bidang yang ditekuni akan dengan mudah

menumbuhkan minat seseorang di dalam belajar. Begitu

pula dengan intelegensi merupakan suatu pengertian

kemampuan sesorang dalam bidang dan hal apapun yang

dilakukan. Seseorang yang memiliki intelegensi (IQ)

tinggi akan dengan mudah menemukan hasil yang baik

sedangkan intelegensi (IQ) yang rendah akan tidak mudah

untuk mendapatkan yang baik atau dapat dikatakan

mengalami kesulitan dalam kegiatan yang dilakukan.

Intelegensi adalah suatu kesanggupan atau kemampuan

untuk melaksanakan pekerjaan dengan cepat, mudah, dan

tepat (memadai)” (Baharuddin, 2007). Intelegensi adalah

salah satu faktor diantara faktor yang lainnya. jika faktor

lain itu bersifat menghambat / berpengaruh negatif

terhadap belajar, akhirnya peserta didik gagal dalam

belajarnya (Slameto, 2010). Jadi bakat dan intelegensi

memiliki suatu kesamaan dan pengaruh di dalam minat

belajar dan keberhasilan seseorang dalam belajar.

3. Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang mempengaruhi minat belajar peserta

didik adalah sebagai berikut :

Page 29: tinjauan teori

a. Faktor Keluarga

Faktor keluarga merupakan dimana tempat siswa

mengembangkan minat belajar secara positif atau negatif.

Dimana faktor keluarga mempunyai kelemahan dan

keunggulan masing-masing terutama pada perhatian dan

keadaan ekonomi keluarga dapat mematahkan dan

meningkatkan semangat belajar peserta didik.

Keluarga, dimana akan diasuh dan dibesarkan

terhadap pertumbuhan dan perkembangannya (Dalyono,

2010). Faktor keluarga yang mempengaruhi minat belajar

peserta didik seperti :

a. Cara orang tua mendidik

b. Suasana lingkungan rumah

c. Keadaan ekonomi keluarga

2. Faktor Institusi Pendidikan

Faktor-faktor yang termasuk di dalam faktor institusi

pendidikan yaitu meliputi : lingkungan belajar, metode

mengajar, dan pekerjaan rumah.

Dalam penelitian ini, peneliti membagi indikator minat dalam dua

kategori, yaitu:

1. Ya, jika menyukai mata kuliah Asuhan Kebidanan I (Kehamilan).

2. Tidak, jika tidak menyukai mata kuliah Asuhan Kebidanan I

(Kehamilan).

Page 30: tinjauan teori

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Era Revika (2012) dengan

judul “Hubungan Minat Mengikuti Pendidikan D III Kebidanan dengan

Prestasi Belajar Mahasiswa Semester IV Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Respati Yogyakarta”, minat mengikuti pendidikan D III

Kebidanan tinggi yaitu sebanyak 38 orang responden (55,9%), prestasi

belajar mahasiswa dalam kategori tinggi sebanyak 37 responden (54,4%),

hasil uji statistik dengan chi-square diperoleh hasil chi-square hitung =

12,897 dan chi-square tabel = 3,84 sehingga chi-square hitung > chi-square

tabel. Kesimpulannya adalah terdapat hubungan antara minat mengikuti

pendidikan D III Kebidanan dengan prestasi belajar mahasiswa semester IV

Fakultas lmu Kesehatan Respati Yogyakarta dengan keeratan hubungan

sedang.

2.4 Motivasi

2.4.1 Pengertian

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai

daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan

aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif dapat diartikan

sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Maka motivasi dapat

diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif, aktif pada

saat-saat tertentu untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendekat/

terdesak (Sardiman, 2012).

Page 31: tinjauan teori

2.4.2 Kebutuhan dan Teori

Menurut Morgan dan ditulis kembali oleh S. Nasution, manusia

hidup dengan memilikki berbagai kebutuhan (Sardiman, 2012):

1. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktivitas

Hal ini sangat penting bagi anak, karena perbuatan sendiri

itu mengandung suatu kegembiraan baginya. Sesuai dengan

konsep ini, bagi orangtua yang memaksa anak untuk diam di

rumah saja adalah bertentangan dengan hakikat anak. Activities

in it self is a pleasure. Hal ini dapat dihubungkan dengan suatu

kegiatan belajar bahwa pekerjaan atau belajar itu akan berhasil

kalau disertai dengan rasa gembira.

2. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain

Banyak orang yang dalam kehidupannya memiliki

motivasi untuk banyak berbuat sesuatu demi kesenangan

oranglain. Harga diri seseorang dapat dinilai dari berhasil

tidaknya usaha memberikan kesenangan pada oranglain. Hal ini

sudah barang tentu merupakan kepuasan dan kebahagiaan

tersendiri bagi orang yang melakukan kegiatan tersebut. Konsep

ini dapat diterapkan pada berbagai kegiatan, misalnya anak-anak

itu rela bekerja atau para siswa itu rajin/ rela belajar apabila

diberi motivasi untuk melakukan sesuatu kegiatan belajar untuk

orang yang disukainya.

Page 32: tinjauan teori

3. Kebutuhan untuk mencapai hasil

Suatu pekerjaan atau kegiatan belajar itu akan berhasil

baik, kalau disertai dengan “pujian”. Aspek “pujian” ini

merupakan dorongan bagi seseorang untuk bekerja dan belajar

dengan giat. Apabila hasil pekerjaan atau usaha belajar itu tidak

dihiraukan orang lain / guru atau orang tua misalnya, boleh jadi

kegiatan anak menjadi berkurang. Anak-anak harus diberi

kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan sesuatu dengan

hasil yang optimal, sehingga ada “sense of succes”. Pujian atau

reinforcement ini harus selalu dikaitkan dengan prestasi yang

baik.

4. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan

Suatu kesulitan dan hambatan, mungkin cacat, mungkin

menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini menjadi dorongan

untuk mencari kompensasi dengan usaha yang tekun dan luar

biasa, sehingga tercapai kelebihan / keunggulan dalam bidang

tertentu. Sikap anak terhadap kesulitan atau hambatan ini

sebenarnya banyak bergantung pada keadaan dan sikap

lingkungan. Sehubungan dengan ini maka peranan motivasi

sangat penting dalam upaya menciptakan kondisi-kondisi

tertentu yang lebih kondusif bagi mereka untuk berusaha agar

memperoleh keunggulan. Teori tentang motivasi yang selalu

bergayut dengan soal kebutuhan (Sardiman, 2012), yaitu:

Page 33: tinjauan teori

a. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk

istirahat, dan sebagainya.

b. Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman,

bebas dari rasa takut dan kecemasan.

c. Kebutuhan akan cinta dan kasih: kasih, rasa diterima

dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah,

kelompok).

d. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni

mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil

dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi.

Teori-teori tentang motivasi (Sardiman, 2012):

a. Teori insting

Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia

diasumsikan seperti tingkah jenis binatang. Tindakan

manusia itu dikatakan selalu berkait dengan insting atau

pembawaan. Dalam memberikan respons terhadap adanya

kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari. Tokoh dari teori

ini adalah Mc. Dougall.

b. Teori fisiologis

Teori ini juga disebutnya “Behaviour theories”.

Menurut teori ini semua tindakan manusia berakar pada

usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau

kebutuhan untuk kepentingan fisik. Atau disebut sebagai

Page 34: tinjauan teori

kebutuhan primer, seperti kebutuhan tentang makanan,

minuman, udara dan lain-lain yang diperlukan untuk

kepentingan tubuh seseorang. Dari teori inilah muncul

perjuangan hidup, perjuangan untuk mempertahankan

hidup, struggle for survival.

c. Teori psikoanalitik

Teori ini mirip denga teori insting, tetapi lebih

ditekankan pada unsur-unsur kejiwaa yang ada pada diri

manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya

unsur pribadi manusia yakni id dan ego. Tokoh dari teori

ini adalah Freud.

2.4.3 Macam-macam Motivasi

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat

dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-

motif yang aktif itu sangat bervariasi (Sardiman, 2012), yaitu:

1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

a. Motif-motif bawaan

Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir,

jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh

misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum,

dorongan untuk beristirahat. Motif ini seringkali disebut

motif yang diisyaratkan secara biologis. Arden N.

Frandsen memberi istilah jenis motif Physiological drives.

Page 35: tinjauan teori

b. Motif-motif yang dipelajari

Maksudnya motif-motif yang timbul karena

dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu

cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar

sesuatu di dalam masyarakat. Motif ini seringkali disebut

dengan motif yang diisyaratkan secara sosial. Frandsen

mengistilahkan dengan affiliative needs.

Disamping itu, Frandsen masih menambahkan jenis-jenis

motif berikut ini:

a. Cognitive motives

Motif ini menunjuk pada gejala intrinsik, yakni

menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual

yang berada di dalam diri manusia dan biasanya berwujud

proses dan produk mental. Jenis motif ini adalah sangat

primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang

berkaitan dengan pengembangan intelektual.

b. Self-expression

Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku

manusia, yang penting kebutuhan individu itu tidak

sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi,

tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk ini

memang diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi

Page 36: tinjauan teori

dalam hal ini seseorang memilikki keinginan untuk

aktualisasi diri.

c. Self-enhancement

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan

kompetensi akan meningkatkan kamjuan diri seseorang.

Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu

keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat

diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik

untuk mencapai suatu prestasi.

2. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodmarth dan

Marquis

a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya:

kebutuhan untuk minum, makan, bernafas,seksual berbuat

dan kebutuhan untuk beristirahat. Sesuai dengan jenis

Physiological drives dari Frandsen.

b. Motif-motif darurat. Jenis motif darurat ini, antara lain:

dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk

membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Motivasi

jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.

c. Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut

kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan

manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul

Page 37: tinjauan teori

karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar

secara efektif.

3. Motivasi jasmaniah dan rohaniah

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu

menjadi dua, yakni: motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah.

Motivasi jasmani seperti misalnya: refleks, insting otomatis,

nafsu. Sedangkan motivasi rohaniah adalah kemauan.

4. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

a. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi

aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,

karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan

untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh adalah

seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang

menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari

buku-buku untuk dibacanya.

Perilaku yang disebabkan atau muncul tanpa perlu

adanya ganjaran atas perbuatan, dan tidak perlu hukuman

untuk tidak melakukannya. Motif yang demikian biasanya

disebut motif intrinsik. (Uno B Hamzah, 2012)

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif

dan berfungsi adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh

Page 38: tinjauan teori

adalah seorang itu belajar karena tahu besok pagi akan

ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga

akan dipuji oleh pacarnya atau temannya.

Perilaku individu yang hanya muncul karena adanya

hukuman atau tidak muncul karena ada hukuman. Motif

yang menyebabkan perilaku itu, seakan-akan dari luar

(ganjaran atau hukuman). Motif semacam itu disebut motif

ekstrinsik. (Uno B Hamzah, 2012)

2.4.4 Fungsi Motivasi

Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak

itu sebenarnya dilatarbelakangi oleh sesuatu atau yang secara umum

dinamakan motivasi. Motivasi inilah yang mendorong mereka untuk

melakukan suatu kegiatan / pekerjaan. Sehubungan dengan hal

tersebut, ada tiga fungsi motivasi (Sardiman, 2012):

1. Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini

merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan

dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan. Motivasi dapat memberikan arah

dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan

tujuannya yang hendak dicapai.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan

apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,

Page 39: tinjauan teori

dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat

bagi tujuan tersebut.

Menurut Sardiman (2001) indikator motivasi belajar adalah

sebagai berikut:

1. Tekun menghadapi tugas.

2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)

3. Menunjukkan minat.

4. Lebih senang bekerja mandiri.

5. Cepat bosan pada tugas – tugas rutin

6. Dapat mempertahankan pendapatnya.

Dalam penelitian ini, peneliti membagi indikator motivasi dalam dua

kategori, yaitu:

1. Ya, jika ada motivasi dalam mempelajari mata kuliah Asuhan

Kebidanan I (Kehamilan).

2. Tidak, jika tidak ada motivasi dalam mempelajari mata kuliah

Asuhan Kebidanan I (Kehamilan).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Okta Kuswaningrum dengan

judul “Hubungan Motivasi Belajar Mahasiswa dengan Hasil Belajar

Semester V Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri Tahun 2014”

dengan menggunakan analisis korelasi sederhana dalam menguji hubungan

antara motivasi belajar mahasiswa dengan hasil belajar semester V Akademi

Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri, hasil penelitian dengan

menggunakan 35 responden tersebut didapatkan bahwa nilai r (koefisien

Page 40: tinjauan teori

korelasi) adalah sebesar 0,02 atau 2% dan koefisien determinasi sebesar

0,03%, maka hasil penelitian dapat diinterpretasikan bahwa pemberian

motivasi belajar berpengaruh sangat kecil terhadap hasil belajar mahasiswa,

artinya jika motivasi belajar meningkat maka hasil belajar juga meningkat.

Dan faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswa, selain

motivasi belajar, adalah sebesar 0,97%.

2.5 Fasilitas Belajar

2.5.1 Pengertian

Bafadal (2004), mendefinisikan sarana atau fasilitas belajar

adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara

langsung digunakan dalam proses belajar di sekolah. Dari pengertian

tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fasilitas belajar adalah semua

kebutuhan yang diperlukan oleh peserta didik dalam rangka untuk

memudahkan, melancarkan, dan menunjang pelaksanaan kegiatan

belajar di sekolah.

Menurut Djamarah (2006), fasilitas adalah segala sesuatu yang

memudahkan anak didik. Fasilitas belajar yang mendukung kegiatan

belajar peserta didik akan menyebabkan proses belajar mengajar

menyenangkan dan memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Oleh

karena itu fasilitas belajar yang memadai sangat penting demi

pencapaian hasil belajar siswa yang memuaskan. Dalam pengertian

diatas fasilitas belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang

memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha. Fasilitas

Page 41: tinjauan teori

yang dapat memudahkan tersebut berupa benda-benda atau alat-alat.

Jadi dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana. Fasilitas

yang dimaksud adalah sarana sekolah yang meliputi semua peralatan

serta perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan

di sekolah.

2.5.2 Macam-Macam Fasilitas Belajar

Gie (2002) menjelaskan macam-macam fasilitas belajar sebagai

berikut:

1. Ruang atau tempat belajar yang baik

Salah satu syarat untuk dapat belajar dengan sebaik-baiknya

adalah tersedianya ruang atau tempat belajar, inilah yang

digunakan oleh siswa untuk melakukan kegiatan belajar

mengajar. Dengan ruang atau tempat belajar yang memadai dan

nyaman untuk belajar maka siswa akan memperoleh hasil

belajar yang baik. Tempat belajar yang baik harus

mempertimbangkan penerangan dan sirkulasi udara yang baik.

b. Penerangan cahaya suatu tempat belajar yang baik harus

memiliki penerangan cahaya yang cukup. Penerangan

yang baik adalah penerangan yang tidak berlebihan dan

tidak kurang, melainkan memadai untuk dapat belajar

sebaik-baiknya.

c. Sirkulasi udara tempat belajar hendaknya di usahakan

memiliki sirkulasi udara yang baik, yaitu bisa keluar dan

Page 42: tinjauan teori

masuk dari dua arah. Karena dengan tanpa adanya

sirkulasi udara yang baik maka akan membuat tempat

belajar pengab dan akan membuat siswa kurang maksimal

dalam kegiatan balajar mengajar.

2. Perabotan belajar yang lengkap

Dalam hal ini perabotan yang dibutuhkan untuk kegiatan

belajar mengajar yang baik, diantanya yaitu meja belajar, kursi

belajar, dan lemari buku serta kemungkinan perabotan lain yang

dperlukan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.

3. Perlengkapan belajar yang efisien

Perlengkapan belajar adalah sebagai bagian dari sistem

yang harus ada agar kesatuan sistem kegiatan dapat terlaksana

dengan sempurna dan terarah ketujuan yang dilakukan.

Kekurangan alat, ketiadaan atau kurang tepat alat yang

dipergunakan akan mengurangi sempurnannya efisiensi maupun

efektifitas kegiatan atau bahkan berhenti sama sekali.

Syarat yang lain dalam kegiatan belajar mengajar yaitu buku-

buku pegangan. Buku-buku pegangan yang dimaksud di sini adalah

buku-buku pelajaran yang dapat menunjang pemahaman siswa dalam

menerima materi yang disampaikan oleh guru. Menurut Bafadal

(2004), fasilitas dapat dikelompokan menjadi dua yaitu sarana

pendidikan dan prasarana pendidikan.

Page 43: tinjauan teori

1. Sarana pendidikan

Sarana pendidikan dapat dikelompokan menjadi beberapa

kelompok yaitu:

a. Ditinjau dari habis tidaknya dipakai

1) Sarana pendidikan yang habis dipakai, yaitu segala

bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis

dalam waktu relatif singkat. Misalnya kapur tulis,

bahan kimia untuk percobaan kertas dan sebagainya.

2) Sarana pendidikan yang tahan lama, yaitu

keseluruhan alat atau bahan yang dapat digunakan

secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama.

Misalnya bangku sekolah, mesin tulis, atlas, globe,

dan alat olah raga.

b. Ditinjau dari bergerak tidaknya

1) Sarana pendidikan yang bergerak, yaitu sarana

pendidikan yang bisa digerakan atau dipindah sesuai

dengan kebutuhan pemakainya. Misalnya lemari

arsip, bangku.

2) Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak, yaitu

semua sarana pendidikan yang tidak bisa atau relatif

sangat sulit untuk dipindahkan. Misalnya sekolah

yang sudah menggunakan PDAM, pipanya tidak

dapat dipindah-pindahkan.

Page 44: tinjauan teori

c. Ditinjau dari hubungan dengan proses belajar mengajar

1) Sarana pendidikan yang secara langsung digunakan

dalam proses belajar mengajar. Misalnya kapur tulis,

atlas, dan sarana pendidikan lainnya yang

diguanakan guru dalam mengajar.

2) Sarana pendidikan yang secara tidak langsung

berhubungan dengan proses belajar mengajar.

Misalnya lemari arsip di kantor sekolah.

2. Prasarana Pendidikan

Prasarana pendidikan ini dapat diklasifikasikan menjadi

dua macam:

a. Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan

untuk proses belajar mengajar, seperti ruang belajar, ruang

perpustakaan, ruang praktik, ketrampilan, ruang

laboraturium dan lain-lain.

b. Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan

dalam proses belajar mengajar, tetapi secara langsung

dapat menunjang terjadinya proses belajar mengajar.

Misalnya ruang kantor, kantin, jalan menuju sekolah,

kamar kecil, ruang direktur, dan tempat parkir.

2.5.3 Pentingnya Fasilitas Belajar dalam Pembelajaran

Dalam pengertian fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu

yang memudahkan dan melancarkan pelaksanaan sesuatu usaha. Yang

Page 45: tinjauan teori

dapat memudahkan dan melancarkan usaha ini dapat berupa benda-

benda maupun uang. Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang

optimal, dalam proses pembelajaran perlu adanya dukungan dari

berbagai faktor, salah satunya adalah fasilitas belajar. Dapat dikatakan

bahwa fasilitas belajar merupakan segala sesuatu yang dapat

mempermudah dalam kegiatan pembelajaran.

Pada penelitian ini, peneliti hanya mengambil indikator fasilitas

belajar dalam dua kategori, yaitu:

1. Ya, jika fasilitas belajar lengkap.

2. Tidak, jika fasilitas belajar tidak lengkap.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Warno Saskoro dengan judul

“Hubungan Persepsi Mahasiswa tentang Ketersediaan Fasilitas Belajar

dengan Semangat Belajar Mahasiswa Akademi Kebidanan Sehat Medan

Tahun 2011”, hasil penelitian dengan menggunakan 76 responden

menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa tentang ketersediaan fasilitas

belajar mayoritas dalam kategori cukup (63,2%). Semangat belajar

mahasiswa mayoritas dalam kategori cukup (60,5%). Terdapat hubungan

yang signifikan antara persepsi mahasiswa tentang ketersediaan fasilitas

belajar dengan semangat belajar mahasiswa. Uji statistik menggunakan

korelasi product moment diperoleh bahwa r hitung (0,608), secara kualitatif

dapat dinyatakan bahwa kedua variabel mempunyai hubungan yang kuat.

Sumbangan persepsi mahasiswa tentang ketersediaan fasilitas belajar

terhadap semangat belajar mahasiswa sebesar 36,97% sedangkan 63,03%

Page 46: tinjauan teori

sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya. Kesimpulannya, persepsi

mahasiswa tentang ketersediaan fasilitas belajar berhubungan signifikan

dengan semangat belajar mahasiswa. Diharapkan untuk melengkapi fasilitas

belajar yang belum ada dan menambah fasilitas belajar yang masih kurang

sehingga akan menimbulkan semangat belajar dalam diri mahasiswa.

2.6 Kebiasaan Belajar

2.6.1 Pengertian

Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar. Siswa yang mempunyai kebiasaan

belajar baik maka prestasi belajarnya juga akan baik. Setiap siswa

yang telah mengalami proses belajar, kebiasaannya akan berubah.

Menurut Burghardt (1973), kebiasaan itu timbul karena proses

penyusutan kecenderungan respon dengan menggunakan stimulasi

yang berulang. Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi

pengurangan perilaku yang tidak diperlukan (Syah, 2012).

Kebiasaan adalah reaksi otomatis terhadap situasi khusus yang

biasanya diperoleh sebagai suatu hasil dari ulangan atau belajar.

Menurut Eysenk (1975) menjelaskan bahwa kebiasaan adalah pola

tingkah laku, kondisi atau situasi tertentu yang terbentuk melalui

proses belajar (Yusuf dan Legowo, 2007). Kebiasaan juga dapat

diartikan sebagai bentuk tingkah laku yang tetap dan usaha

menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang mengandung unsur

afektif perasaan (Nasution, 2005).

Page 47: tinjauan teori

2.6.2 Jenis-Jenis Kebiasaan Belajar

Brown dan Holzman (1967) mengelompokkan kebiasaan belajar

ke dalam konsep dasar Delay Avoidance (DA) dan Work Method

(WM). Kedua konsep dasar tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. Delay Avoidance (DA)

Delay Avoidance yang dimaksud adalah kebiasaan tingkah

laku akademik yang berhubungan dengan ketepatan waktu

dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar, penundaan-penundaan

dan hal-hal lain yang mengganggu atau mengalihkan perhatian

belajar. Masalah penggunaan waktu dalam belajar berkaitan

dengan masalah perencanaan dan kedisiplinan (Yusuf dan

Legowo, 2007).

2. Work Method (WM)

Menurut Brown dan Holzman, Work Method digambarkan

sebagai tingkah laku akademik yang berhubungan dengan

prosedur belajar, ketrampilan belajar dan strategi belajar yang

digunakan. Apabila ketiga unsur yang digunakan dari Work

Method ini dapat diterapkan secara tepat oleh setiap anak maka

hasil belajar dimungkinkan dapat menjadi optimal.

a. Prosedur belajar

Prosedur belajar dimaksudkan adalah cara yang ditempuh

anak dalam mempelajari sesuatu, misalnya cara dalam

mempelajari materi pelajaran, dalam mengikuti pelajaran,

Page 48: tinjauan teori

membaca buku pelajaran, cara belajar di perpustakaan,

cara menggunakan internet untuk belajar dan sebagainya.

b. Ketrampilan Belajar

Ketrampilan belajar yang dimaksudkan adalah tingkat

kecepatan dalam belajar yang unik pada siswa, dapat

menampak pada saat mempelajari hal-hal yang khas,

seperti membaca tabel, angka, grafik atau diagram,

membaca buku-buku yang baru, menyelesaikan tugas

mengarang atau meneliti, membuat catatan dan

mempelajari materi yang sulit.

d. Strategi Belajar

Strategi belajar yang dimaksudkan adalah cara yang

ditempuh agar belajar berlangsung efisien. Strategi belajar

menekankan pada cara atau metode seseorang dalam

mengadakan pendekatan terhadap suatu masalah, hal atau

tugas (Yusuf dan Legowo, 2007).

2.6.3 Penanaman Kebiasaan Belajar yang Baik

Dalam kebiasaan belajar perlu ditanamkan suatu kebiasaan yang

baik dan benar kepada peserta didik karena kebiasaan yang baik

sangat dapat mempengaruhi peserta didik di dalam menerima proses

belajar. Penanaman kebiasaan belajar bukan hanya untuk memberikan

hal yang positif tetapi juga untuk mengingatkan peserta didik di dalam

kegiatan belajar sehari-hari karena kebiasaan belajar akan sangat

Page 49: tinjauan teori

berpengaruh pada prestasi belajar peserta didik. Maka dari disinilah

peserta didik perlu ditanamkan kebiasaan belajar yang baik. Dalam

Slameto (2010), kebiasaan belajar yang mempengaruhi belajar terdiri

dari:

1. Pembuatan jadwal dan pelaksanaannya

2. Membaca dan membuat catatan memerlukan

3. Mengulangi bahan pelajaran

4. Konsentrasi

5. Mengerjakan tugas

Dalam penelitian ini, peneliti membagi indikator kebiasaan belajar

dalam empat kategori, yaitu:

1. Selalu, jika selalu menerapkan kebiasaan belajar yang baik.

2. Sering, jika sering menerapkan kebiasaan belajar yang baik.

3. Kadang-kadang, jika kadang-kadang menerapkan kebiasaan

belajar yang baik.

4. Tidak pernah, jika tidak pernah menerapkan kebiasaan belajar

yang baik.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Istiqomah Risa

Wahyuningsih (2009) dengan judul “Hubungan antara Kebiasaan Belajar

dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Reguler Semester IV D IV Kebidanan

UNS” dengan menggunakan analisis Product Moment diperoleh nilai r

hitung sebesar 0,649 (0,649>0,254) dan p = 0,000 (p<0,05) sehingga

menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan belajar dengan prestasi

Page 50: tinjauan teori

belajar mahasiswa reguler semester IV D IV Kebidanan UNS. Kesimpulan

dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara kebiasaan belajar

dengan prestasi belajar mahasiswa reguler semester IV D IV Kebidanan

UNS. Hasil analisis tersebut menunjukkan nilai koefisien korelasi yang

diperoleh bertanda positif, berarti ada hubungan positif antara kebiasaan

belajar dengan prestasi belajar. Artinya semakin baik kebiasaan belajar

mahasiswa akan semakin baik nilai prestasi belajarnya.

2.6 Mata Kuliah Asuhan Kebidanan I

Mata Kuliah Asuhan Kebidanan I (Kehamilan) merupakan mata

kuliah yang membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan

pendekatan manajemen kebidanan pada setiap tahap kehamilan, yaitu

konsep dasar asuhan kehamilan pra konsepsi, proses konsepsi, proses

adaptasi psikologi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, kebutuhan ibu hamil,

deteksi dini terhadap komplikasi ibu dan janin, asuhan kehamilan pada

kunjungan awal dan ulangan serta sistem dokumentasi asuhan (STIKES

‘Aisyiyah Surakarta, 2007).

Hasil belajar mata kuliah Asuhan Kebidanan I (Kehamilan) adalah

suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang mahasiswa

dalam melakukan kegiatan belajarnya pada mata kuliah Asuhan Kebidanan

I (Kehamilan).