Tinjauan Pustaka Osteoartritis Bagian 2 (Edwin)

21
5. Manifestasi Klinis Osteoarthritis adalah suatu sindroma klinis akibat perubahan struktur rawan sendi dan jaringan sekitarnya yang ditandai dengan menipisnya kartilago secara progresif yang disertai dengan pembentukan tulang baru pada tepi sendi (osteofit). Sindrom klinis osteoartritis muncul akibat degenerasi sendi synovial; berupa kerusakan keseluruhan yang progresif dari tulang rawan sendi diikuti oleh perbaikan, remodelling, dan sklerosis dari tulang subchondral (Tjokroprawiro, 2007). Pada umumnya, pasien OA mengatakan bahwa keluhan - keluhan yang dirasakannya telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan Berikut adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien OA : a. Nyeri sendi Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini (secara radiologis). Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya bias digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja) (Soeroso, 2006). Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan bahwa nyeri

description

ikhii

Transcript of Tinjauan Pustaka Osteoartritis Bagian 2 (Edwin)

Page 1: Tinjauan Pustaka Osteoartritis Bagian 2 (Edwin)

5. Manifestasi Klinis

Osteoarthritis adalah suatu sindroma klinis akibat perubahan struktur rawan sendi dan

jaringan sekitarnya yang ditandai dengan menipisnya kartilago secara progresif yang

disertai dengan pembentukan tulang baru pada tepi sendi (osteofit). Sindrom klinis

osteoartritis muncul akibat degenerasi sendi synovial; berupa kerusakan keseluruhan yang

progresif dari tulang rawan sendi diikuti oleh perbaikan, remodelling, dan sklerosis dari

tulang subchondral (Tjokroprawiro, 2007).

Pada umumnya, pasien OA mengatakan bahwa keluhan - keluhan yang dirasakannya

telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan Berikut adalah keluhan yang

dapat dijumpai pada pasien OA :

a. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah dengan

gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu

terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. Perubahan ini

dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini (secara radiologis). Umumnya

bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya bias

digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah

gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja) (Soeroso, 2006).

Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada sendi

tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan bahwa nyeri yang

timbul pada OA berasal dari luar kartilago (Felson, 2008).

Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri

yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi (sinovitis), efusi sendi, dan edema

sumsum tulang (Felson, 2008).

Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit tumbuh,

inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke kartilago dan menuju

ke osteofit yang sedang berkembang. Hal ini menimbulkan nyeri (Felson, 2008). Nyeri

dapat timbul dari bagian di luar sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut adalah akibat

dari anserine bursitis dan sindrom iliotibial band (Felson, 2008).

b. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan

pertambahan rasa nyeri (Soeroso, 2006).

Page 2: Tinjauan Pustaka Osteoartritis Bagian 2 (Edwin)

c. Kaku pagihari

Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak

melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup

lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari (Soeroso, 2006).

d. Krepitasi

Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini

umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan

adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring

dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu

(Soeroso, 2006).

e. Pembesaran sendi ( deformitas )

Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar (Soeroso, 2006).

Pembengkakan sendi yang asimetris. Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan

terjadi efusi pada sendi yang biasanya tidak banyak (< 100 cc) atau karena adanya

osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah (Soeroso, 2006).

f. Tanda–tanda peradangan

Tanda–tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak,

rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai pada OA karena

adanya synovitis. Biasanya tanda – tanda ini tidak menonjol dan timbul pada

perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut

(Soeroso, 2006).

g. Perubahan gaya berjalan

Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan

ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut usia.

Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan

terutama pada OA lutut (Soeroso, 2006).

Page 3: Tinjauan Pustaka Osteoartritis Bagian 2 (Edwin)

The American College of Rheumatology menyusun kriteria diagnosis OA lutut

idiopatik berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologi sebagai berikut:

Klinis dan

Laboratorium

Klinis dan

radiologi

Klini

s

Nyeri lutut + minimal 5 dari 9

berikut :

Nyeri lutut +

minimal 1 dari 3

berikut :

Nyeri lutut + minimal 3

dari 6 berikut :

- umur > 50 tahun

- stiffness < 30 menit

- krepitasi

- nyeri pada tulang

- pelebaran tulang

-tidak hangat pada perabaan

- LED < 40mm/jam

- Rheumatoid factor <1:40

- Cairan sinovial : jernih,

viscous, leukosit<2000/mm3

- umur > 50 tahun

- stiffness < 30

menit

- krepitasi + osteofit

- umur > 50 tahun

- stiffness < 30 menit

- krepitasi

- nyeri pada tulang

- pelebaran tulang

-tidak hangat pada

perabaan

Tabel 1. Kirteria diagnosis Osteoartritis menurut The American College of Rheumatology.

6. Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi apabila osteoarthritis tidak ditangani dengan serius.

Terdapatdua macam komplikasi yaitu:

- Komplikasi Kronis

Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah ialah terjadinya

kelumpuhan.

- Komplikasi Akut

Osteonekrosis

Ruptur Baker cyst

Baker’s cyst atau penyakit ‘kista Baker’ adalah benjolan pada bagian belakang

persendian lutut, yang timbul akibat adanya penumpukan cairan sendi yang ‘bocor’.

Cairan sendi yang ‘bocor’ tersebut berkumpul di dalam jaringan pembungkus sendi,

Page 4: Tinjauan Pustaka Osteoartritis Bagian 2 (Edwin)

sehingga menimbulkan benjolan. Biasanya, penyakit kista Baker terjadi karena

peradangan pada sendi. 

Bursitis

Bursitis terjadi akibat penekanan kecil berulang dan berlebihan yang menyebabkan

bursa membengkak dan teriritasi. Bursa adalah suatu kantong berisi cairan di dekat sendi.

Radang bursa akan menyebabkan rasa sakit pada bagian-bagian tubuh yang bersendi.

Gambar 1. Osteonekrosis

Gambar 2. Ruptur Kista Baker

Page 5: Tinjauan Pustaka Osteoartritis Bagian 2 (Edwin)

Gambar 3. Bursitis

7. Pemeriksaan Fisik

Tes-tes provokasi yang dapat dilakukan untuk memeriksa sendi lutut dapat dilakukan

sebagai berikut:

A. Tes McMurray

Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan lesi

meniskus. Pada tes ini penderita berbaring terlentang. Dengan satu tangan pemeriksa

memegang tumit penderita dan tangan lainnya memegang lutut. Tungkai kemudian

ditekuk pada sendi lutut. Tungkai bawah eksorotasi/ endorotasi dan secara perlahan-

lahan diekstensikan. Kalau terdengar bunyi “klek‟ atau teraba sewaktu lutut

diluruskan, maka meniskus medial atau bagian posteriornya yang mungkin terobek.

Gambar 4. Pemeriksaan McMurray

Page 6: Tinjauan Pustaka Osteoartritis Bagian 2 (Edwin)

B. Anterior Drawer Test

Merupakan suatu tes untuk mendeteksi ruptur pada ligamen cruciatum lutut.

Penderita harus dalam posisi terlentang dengan panggul fleksi. Lutut fleksi dan kedua

kaki sejajar. Caranya dengan menggerakan tulang tibia ke atas maka akan terjadi

gerakan hiperekstresi sendi lutut dan sendi lutut akan terasa kendor. Posisi pemeriksa di

depan kaki penderita. Jika terdorong lebih dari normal, artinya tes drawer positif.

Gambar 5. Pemeriksaan Anterior Drawer Test

C. Posterior Drawer Test

Posterior Drawer Test sama halnya dengan Anterior Drawer Test, hanya saja

menggenggam tibia kemudian didorong kearah belakang.

Gambar 6. Pemeriksaan Posterior Drawer Test

Page 7: Tinjauan Pustaka Osteoartritis Bagian 2 (Edwin)

D. Lachman Test

Test Lachman dikelola dengan meletakkan lutut pada posisi fleksi dengan

tungkai diputar secara eksternal. Satu tangan dari pemeriksaan menstabilkan tungkai

bawah dengan memegang bagian akhir atau ujung distal dari tungkai atas, dan tangan

yang lain memegang bagian proksimal dari tulang tibia, kemudian usahakan untuk

digerakkan ke arah anterior.

Gambar 7. Pemeriksaan Lachman

E. Ballotement Patella test

Caranya : Recessus Suprapatellaris dikosongkan dengan menekannya dengan

satu tangan sementara itu dengan jari tangan lainnya patella ditekan ke bawah. Dalam

keadaan normal, patella tidak dapat ditekan ke bawah, tetapi bila terdapat banyak cairan

pada sendi lutut (akibat Osteoartritis) maka patella seperti terangkat sehingga sedikit

ada gerakan ke atas – bawah.

Gambar 8. Ballotement Patella Test

Page 8: Tinjauan Pustaka Osteoartritis Bagian 2 (Edwin)

G. Patella Grinding Test

Disebut juga tanda Shrug. Dilakukan dengan cara menekan patella secara

manual kearah femur sewaktu kontraksi kuadrisep, positif bila terasa nyeri,

menandakan adanya OA patellofemoralis.

Gambar 9. Patella Grinding Test

H. Varus Test

Dilakukan dengan cara menahan sendi di bagian lateral kemudian mendorong

region cruris dari arah medial ke lateral. Apabila ada pergeseran merupakan tanda

kelamahan Ligamen Collateral Lateral.

I. Valgus Test

Merupakan kebalikan dari varus test dengan menahan sendi pada bagian

medial kemudian mendorong cruris dari arah lateral ke medial. Apabila ada pergeseran

menandakan kelemahan ligament collateral medial.

Gambar 10. Varus dan Valgus Test

Page 9: Tinjauan Pustaka Osteoartritis Bagian 2 (Edwin)

8. Pemeriksaan Radiologi

Diagnosis OA biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiografik. Pada tahap

awal mungkin radiografik tampak normal. Namun seiring dengan berkurangnya kartilago

sendi tampak penyempitan ruang sendi. Temuan radiografik lain yang khas adalah

sklerosis tulang subkondral, kista subkondral, dan osteofit mrginalis. Dapat dijumpai

perubahan kontur sendi, akibat remodeling tulang, dan subluksasi.

Gambar 11. Peyempitan celah sendi

Gambar 12. Gambaran Radiologis Osteoartritis

Page 10: Tinjauan Pustaka Osteoartritis Bagian 2 (Edwin)

Pada pemeriksaan radiologis juga dapat diklasifikasikan derajat OA seperti berikut

menurut Kellgren-Lawrence (OA lutut) :

- Derajat 0 : radiologi normal.

- Derajat 1 : penyempitan celah sendi meragukan.

- Derajat 2 : osteofit dan penyempitan celah sendi yang jelas.

- Derajat 3 : osteofit sedang dan multipel, penyempitan celah sendi, sklerosis sedang dan

kemungkinan deformitas kontur tulang.

- Derajat 4 : osteofit yang besar, penyempitan celah sendi yang nyata, sklerosis yang berat

dan deformitas kontur tulang yang nyata.

9. Pemeriksaan Laboratorium

Osteoarthritis biasanya didiagnosis berdasarkan gejala klinis dan radiografi. Jarang

ada kelainan dari laboratorium yang berhubungan dengan OA. Tetapi pemeriksaan

laboratorium spesifik dapat dilakukan pada OA sekunder karena OA primer bukan

sistemik, LED, penentuan kimia serum, hitung darah, dan urinalisis member hasil normal.

10. Diagnosis Banding

Tabel 2. Diagnosis Banding Osteoartritis

Page 11: Tinjauan Pustaka Osteoartritis Bagian 2 (Edwin)

Gambar 13. Osteoartritis dan Reumatoid Artritis

11. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien OA dimulai dengan dasar diagnosis dari ananmesis yang

cermat, pemeriksaan fisik, temuan radiografi, penilaian sendi yagn terkena. Pengobatan

harus direncanakan sesuai kebutuhan individual. Tujuan terapi adalah menghilangkan

rasa nyeri dan kekakuan, menjaga atau meningkatkan mobilitas sendi, membatasi

kerusakan fungsi dan mengurangi faktor penyebab. Terapi farmakologis untuk

penatalaksanaan rasa nyeri, paling efektif bila dikombinasikan dengan strategi terapi non

famakologis.

A. Terapi Non Farmakologis

- Terapi panas superfisial

Terapi panas superfisial yaitu panas hanya mengenai kutis atau jaringan sub kutis saja

(Hot pack, infra merah, kompres air hangat, paraffin bath) Sedangkan terapi panas

dalam, yaitu panas dapat menembus sampai ke jaringan yang lebih dalam yang

sampai ke otot,tulang, dan sendi.

- Terapi dingin

Terapi dingin digunakan untuk melancarkan sirkulasi darah, mengurangi peradangan,

mengurangi spasme otot dan kekakuan sendi sehingga dapat mengurangi nyeri. Dapat

juga menggunakan es yang dikompreskan pada sendi yang nyeri.

Page 12: Tinjauan Pustaka Osteoartritis Bagian 2 (Edwin)

- Terapi listrik

Yang digunakan adalah TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation). TENS

merupakan modalitas yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri

melalui peningkatan ambang rangsang nyeri.

- Latihan penguatan otot

Latihan diketahui dapat meningkatkan dan mempertahankan pergerakan sendi,

menguatkan otot, meningkatkan ketahanan statik dan dinamik dan meningkatkan

fungsi yang menyeluruh. Latihan terdiri dari latihan pasif, aktif, ketahanan,

peregangan dan rekreasi.

Gambar 14 Latihan Penguatan Otot

- Penurunan berat badan

B. Terapi Farmakologis

Obat-obat yang sering digunakan untuk terapi Osteoartritis adalah:

Paracetamol : ACR (American College of Rheumatology) merekomendasikan

paracetamol sebagai obat pertama dalam penatalaksanaan nyeri, karena relatif

aman, efikasi dan harga murah dibanding NSAID.

Angkat dan tahan beban selama 6 detik, Istirahat  3 -5 detik. 2. Ulangi 6 – 15 kali. 3. Lakukan 2 – 3 setiap minggu.

Tahan pada posisi penguluran 5 -15 detik. 2. Ulangi 3 – 5 kali untuk setiap posisi. 3. Lakukan 2 – 3 setiap minggu

Page 13: Tinjauan Pustaka Osteoartritis Bagian 2 (Edwin)

NSAID : Dari penelitian tidak ditemukan ranking efikasi. NSAID adalah suatu

kelas obat yang dapat menekan inflamasi melalui inhibisi enzim cyclooxygenase.

Efek penting dalam mengurangi rasa sakit. NSAID memberikan rasa nyaman bagi

banyak orang dengan masalah persendian kronis, tetapi juga menimbulkan

masalah penyakit gastrointestinal yang serius.

Glukosamin dan Chodroitin : Glukosamin dan Chodroitin sulfate sendiri-sendiri

atau dalam kombinasi tidak menurunkan rasa sakit secara efektif untuk

keseluruhan kelompok pasien dengan OA lutut. Keduanya efektif untuk

subkelompok pasien dengan rasa nyeri yang moderat sampai parah.

Obat-obat lain : Obat luar berbentuk krem, gosok, spray (capsicin spray).

Metilsalisilat terbukti dapat mengurangi nyeri. Sebagai anti inflamasi kuat,

kortikosteroid dapat diberikan secara suntik pada sendi. Ini adalah tindakan untuk

jangka pendek, tidak disarankan untuk lebih dari 2-3 kali suntik pertahun dan

tidak diberikan peroral. Sedangkan asam hyaluronidase dapat digunakan dengan

menyuntikkannya di sendi, biasanya untuk OA lutut. Zat ini adalah komponen

dari sendi, terlibat dalam lubrikasi dan nutrisi sendi.

Gambar 15. Alur Terapi Osteoartritis

Page 14: Tinjauan Pustaka Osteoartritis Bagian 2 (Edwin)

C. Terapi Pembedahan

Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk

mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas

sendi yang mengganggu aktivitas sehari – hari. Indikasi operasi :

- Semakin meningkatnya nyeri

- Restriksi aktivitas yang progresif

- Deformitas yang jelas

- Semakin hilangnya gerakan (abduksi)

- Tanda – tanda destruksi sendi pada foto X-ray

Ada 2 tipe terapi pembedahan : Realignment osteotomi dan replacement joint

- Realignment osteotomi

Permukaan sendi direposisikan dengan cara memotong tulang dan merubah sudut

dari weightbearing. Tujuannya agar membuat karilago sendi yang sehat menopang

sebagian besar berat tubuh.

Gambar 16. Osteotomi pada Osteoartritis

- Arthroplasty

Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan sendi yang baru

ditanam. Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam yang berada dalam

high-density polyethylene.

Page 15: Tinjauan Pustaka Osteoartritis Bagian 2 (Edwin)

13. Pencegahan

Osteoarthritis dapat dicegah dengan berbagai cara diantaranya :

- Mengurangi aktivitas yang berdampak besar pada lutut seperti naik turun tangga,

berjalan lama, serta berdiri dalam waktu yang lama.

- Tetap menggunakan WC duduk.

- Olahraga sesuai kebutuhan dan kemampuan

- Kendalikan berat badan

- Konsumsi makanan sehat

- Pilih alas kaki yang tepat & nyaman

Page 16: Tinjauan Pustaka Osteoartritis Bagian 2 (Edwin)

DAFTAR PUSTAKA

Tjokroprawiro, Askandar. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Universitas Airlangga.

Surabaya

Soeroso, Joewono et Juliasih. 2008. Osteoatritis/Reumatologi dalam Pedoman Diagnosis dan

Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya:SMF Ilmu Penyakit Dalam RSU Dr. Soetomo

(halaman 301-312).

Soeroso, S. Isbagio, H.,kalim, H., Broto R., pramudyo, R., 2006. Buku Ajar Ilmu penyakit

Dalam,Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Felson,D.T.2008. Osteoarthritis. Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17 th edition,

2158-2165, mc graw hill Companies Inc, New York.

Felson, D.T. 2006. Osteoarthritis of the Knee. NEJM 354: 841-848

Harrul, Bobby P. 2008. Osteoartritis. Universitas Negri Surakarta. Surakarta.

Anonim. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Universitas Airlangga. Surabaya.