Tinjauan Pustaka Askeb BBL

48
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR NEONATUS 2.1.1 Pengertian Neonatus merupakan masa awal pertumbuhan dan perkembangan setelah lahir hingga usia 28 hari (Aziz, 2008). Neonatus adalah organism yang berada pada periode adaptasi kehidupan intrauterine ke ekstrauterin selama satu bulan, lebih tepatnya 4 minggu atau 28 hari setelah lahir (Safrudin, Hamidah, 2009). Menurut M. Sholeh Kosim,(2014), Bayi baru lahir normal adalah berat lahir lebih dari 2500 sampai dengan 4000 gram, cukup bulan yakni antara 37-42 minggu, menangis spontan , dan tidak ada kelainan kongenital yang berat. 2.1.2 Adaptasi anatomi dan fisiologi neonatus Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus/bayi baru lahir dari kehidupan di dalam uterus. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system sehingga neonates merupakan golongan umur yang memiliki gangguan kesehatan paling tinggi (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Kemampuan adaptasi ini disebut juga homeostasis. Bila terdapat gangguan adaptasi maka bayi akan sakit. Adaptasi segera setelah lahir meliputi adaptasi fungsi-fungsi vital, seperti : sirkulasi,

description

Tinjauan Pustaka Askeb

Transcript of Tinjauan Pustaka Askeb BBL

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR NEONATUS

2.1.1 Pengertian

Neonatus merupakan masa awal pertumbuhan dan perkembangan

setelah lahir hingga usia 28 hari (Aziz, 2008). Neonatus adalah organism yang

berada pada periode adaptasi kehidupan intrauterine ke ekstrauterin selama

satu bulan, lebih tepatnya 4 minggu atau 28 hari setelah lahir (Safrudin,

Hamidah, 2009).

Menurut M. Sholeh Kosim,(2014), Bayi baru lahir normal adalah berat lahir

lebih dari 2500 sampai dengan 4000 gram, cukup bulan yakni antara 37-42

minggu, menangis spontan , dan tidak ada kelainan kongenital yang berat.

2.1.2 Adaptasi anatomi dan fisiologi neonatus

Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional

neonatus/bayi baru lahir dari kehidupan di dalam uterus. Pada masa ini terjadi

pematangan organ hampir pada semua system sehingga neonates merupakan

golongan umur yang memiliki gangguan kesehatan paling tinggi (Profil

Kesehatan Indonesia, 2013).

Kemampuan adaptasi ini disebut juga homeostasis. Bila terdapat gangguan

adaptasi maka bayi akan sakit. Adaptasi segera setelah lahir meliputi adaptasi

fungsi-fungsi vital, seperti : sirkulasi, respirasi, susunan saraf pusat,

pencernaan dan metabolisme. Adaptasi ini ditentukan oleh keseimbangan

antar maturitas dan status gizi bayi (Marmi, 2012).

a. Sistem Pernapasan

Bayi baru lahir yang normal memiliki kemampuan mengatur

pernapasan yang dikendalikan oleh pusat pernapasan di otak dan otot-otot

pernapasan. Napas aktif pertama bayi memiliki fungsi merubah sirkulasi

janin menjadi sirkulasi dewasa, mengosongkan paru dari cairan,

menetapkan volume dan karakteristik paru, serta mnegurangi tekanan

arteri pulmonalis (Varney, 2008).

b. Jantung dan Sirkulasi Darah

Aliran darah plasenta berhenti ketika tali pusat diklem, tindakan ini

menyebabkan suplai oksigen ke plasenta tidak ada, sehingga system

bertekanan rendah yang berada unit janin plasenta terputus sehingga

berubah menjadi system sirkulasi tertutup, bertekanan tinggi, dan berdiri

sendiri (Marmi, 2012)..

Hal yang terpenting adalah bahwa peningkatan pembuluh darah dan

tarikan napas terjadi bersamaan. Oksigen dari napas pertama menyebabkan

tekanan paru-paru menjadi rendah. Kombinasi tekanan yang meningkat

dalam sirkulasi sistemik dan menurun pada sirkulasi paru menyebabkan

perubahan tekanan dalam aliran jantung. Tekana akibat peningkatan aliran

darah di sisi kiri jantung menyebabkan foramen ovale menutup sehingga

duktus arteriosus yang mengalir teroksigenasi ke otak janin kini tak

diperlukan lagi. Dalam 48 jam duktus ini mengecil dan secara fungsional

menutup akibat penurunan kadar prostaglandin yang sebelumnya disuplay

plasenta (Marmi, 2012)..

Darah yang tidak kaya oksigen masuk ke jantung bayi menjadi

teroksigenasi sepenuhnya didalam paru, kemunian dipompakan keseluruh

tubuh. Sehingga sangat penting bagi bidan untuk memahami perubahan

sirkulasi janin ke sirkulasi bayi yang secara keseluruhan berhubungan

dengan fungsi pernapasan dan oksigenasi yang adekuat (Marmi, 2012)..

c. Sistem Gastrointestinal

Sistem gastrointestinal pada bayi cukup bulan relative matur. Saat

janin cukup bulan telah mampu mempraktikkan reflex mengisap dan

menelan. Namun kemampuannya masih terbatas untuk menelan dan

mencerna sumber makanan dari luar.

Saluran pencernaan bayi baru lahir relative lebih berat dan panjang

dibandingkan orang dewasa. Pada masa neonates saluran pencernaan

mengeluarkan tinja berwarna hitam kehijauan disebut mekonium. Dalam

24 jam pertama ia akan mengeluarkan tinja mekonium, namun dengan

pemberian susu, mekonium mulai digantikan dengan tinja seperti lembek

seperti orang dewasa pada hari ketiga sampai keempat yang berwarna

cokelat kehijauan. Pada volume lambung 25-50 ml kemudian pada hari ke-

10 kapasitasnya meningkat menjadi 100 cc (Marmi, 2012).

Pada usus bayi baru lahir relative belum matur, karena sel epitel yang

melapisi ususnya tidak berganti dengan cepat. Namun pemberian makan

oral yang dini menstimulasi lapisan usus agar cepat meningkatkan

pergantian sel dan produksi enzim seperti : amylase, tripsin, dan lipase

pancreas. Sehingga dukungan bidan untuk pemberian ASI segera setelah

bayi lahir membantu maturasi kemampuan usus halus bayi (Varney, 2008).

d. Sistem Imunitas

Sebenarnya bayi baru lahir telah memiliki imunitas alami baik dari

struktur tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi maupun dari

sel-sel darah yang bekerja melalui proses fagositosis (polimorfonuklear,

monosit dan makrofag). Namun, dalam fungsi polimorfonuklear (PMN)

dalam kemotaksis(mengacu pada pergerakan sel fagosit menuju sel

mikroba) dan opsonisasi (mengacu pada penandaan permukaan sel

mikroba) ini kurang adekuat karena belum matur. Ketidakmaturan ini

mengurangi efektifitas respon fagosit dan mengakibatkan ketidakmampuan

melokalisasi infeksi. Kecenderungan untuk mengalami infeksi sistemik

dan bukan infeksi local inilah yang mendorong petugas kesehatan harus

mengkaji dengan seksama kecurigaan infeksi (Varney, 2008).

e. Sistem Termoregulasi

Termoregulasi atau pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir

merupakan aspek yang penting. Suhu tubuh dihasilkan dari keseimbangan

antara produksi dan kehilangan panas tubuh. Masalah khusus pada bayi

adalah ketidakmampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh. Suhu

tubuh normal pada bayi baru lahir adalah 36-36,5°C, suhu aksila bisa 0,5-

1,0°C lebih rendah dari suhu rektal (Ari Yunanto, 2014).

Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui empat mekanisme : (1)

konveksi, (2) konduksi, (3) radiasi, (4) evaporasi (Varney, 2008). Sehingga

tempat pemeriksaan harus meminimalkan kehilangan panas pada bayi.

f. Sistem ginjal

Tubuh neonatus mengandung relatif lebih banyak air dan kadar

natrium relatif lebih besar dari pada kalium karena ruangan ekstraseluler

luas. Pada neonatus fungsi ginjal belum sempurna karena (Marmi, 2012) :

1. Jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa

2. Tidak seimbang antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus

proksimal.

3. Aliran darah ginjal neonatus relatif kurang bila dibanding orang

dewasa.

Bayi baru lahir hanya mengekskresi sedikit urin pada 48 jam pertama

kehidupan (30-60 ml) yang seharusnya tidak terdapat protein atau darah

dalam urin (Varney, 2008). Hingga neonates berumur tiga hari ginjalnya

belum dipengaruhi oleh pemberian air minum, sesudah lima hari barulah

ginjalnya mulai memproses air yang didapatkan setelah lahir (Marmi,

2012).

2.1.3 Tanda-tanda bahaya pada bayi beberapa hari pertama

a. Bayi menjadi lesu, tidak mau makan, atau memperlihatkan perilaku yang

luar biasa.

b. Tidak mampu berkemih dalam 24 jam pertama.

c. Tidak mampu defekasi dalam 48 jam pertama.

d. Tali pusat mengeluarkan bau atau pus.

e. Suhu bayi dibawah 36 °C atau diatas 37°C pada pengukuran suhu di

aksila.

f. Sklera mengunging dan warna kulit tampak kuning,coklat atau bersisik.

(Varney, 2008)

2.1.4 Manajemen Bayi Baru Lahir

Tujuan utama perawatan segera sesudah lahir, ialah :

a. Membersihkan jalan napas

Bayi baru lahir yang sehat akan segera menangis spontan, bila tidak maka

penolong harus segera membersihkan jalan napas dengan langkah

resusitasi berikut:

Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat kering dan hangat.

Gulungkan sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher

bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur sedikit

tengadah ke belakang.

Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari

tangan yang dibungkus kasa steril.

Tepuk telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi

dengan kain kering dan kasar.

b. Memotong dan merawat tali pusat

Pemotongan tali pusat bada bayi baru lahir dilakukan dengan jarak 5 cm

dari perut dinding bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengait

steril sehingga tidak terjadi perdarahan. Bila bayi lahir tidak langsung

menangis spontan, maka segera dilakukan pemotongan tali pusat agar

mudah dilakukan resusitasi.

c. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Bayi baru lahir belum dapat mempertahankan suhu tubuhnya sendiri

dengan baik, oleh karenanya bidan harus dapat mempertahankannya

dengan dibungkus hangat. Suhu tubuh bayi harus dicatat. Bayi dapat

kehilangan suhu tubuh melalui 4 mekanisme, yakni :

d. Identifikasi

Perlu dilakukan terutama pada bayi yang dilahirkan di rumah sakit bersalin

dimana persalinan mungkin terjadi lebih dari satu. Alat identifikasi bayi

dapat berisi informasi berikut :

Nama bayi dan atau atas nama nyonya (dari ibu bayi),

Tanggal lahir bayi,

Nomor bayi,

Jenis kelamin,

Unit,

Nama lengkap ibu.

e. Pemberian obat tetes/salep mata

Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan

untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular

seksual).

f. Pemberian vitamin K

Bertujuan untuk mencegah perdarahan pada bayi baru lahir. Semua bayi

lahir normal dan cukup bulan diberikan vitamin K peroral 1mg/hari selama

3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K perenteral dengan

dosis 0,5-1 mg secara intramuskular.

(Prawirohardjo, 2011)

2.1.5 Masa Transisi Bayi

Periode trasnisis merupakan waktu dimana bayi menjadi stabil dan

menyesuaikan diri dengan kemandirian ekstrauteri. Keberadaan hormon stress

membantu mengaktifkan aktifitas kehidupan ekstrauteri sepenuhnya. Perilaku

BBL selama periode transisi dapat berubah secara siginifikan mengalami

distress atau sangat dipengaruhi oleh penggunaan obat saat persalinan

(Varney, 2008).

Periode transisi dibagi menjadi tiga tahap, yakni :

a. Periode reaktifitas pertama, segera setelah kelahiran bayi dan berlangsung

sampai 30 menit. Pada periode ini bidan harus mampu memfasilitasi

kontak pertama ibu dengan bayi (bila bayi lahir normal), dan

mengupayakan inisiasi menyusui dini. Kriteria bayi pada periode ini

adalah :

Denyut jantung cepat seperti saat masih dalam rahim, denyut tali

pusat terlihat,

Warna kulit bertahan sianosis atau akrosianosis,

Pernapasan cepat (berada pada batas atas normal), biasanya

terdapat rales atau ronki, dimana normalnya rales akan hilang

dalam waktu 20 menit. Terkadang ada pernapasan cuping hidung,

Keluar mukus encer bergelembung-gelembung kecil akibat

keluarnya cairan paru-paru,

Mengeluarkan feses, bising usus terdengar setelah 30 menit.

b. Periode tidur yang tidak berespon, berlangsung dari sekitar 30 menit

pertama sampai 2 jam, dimana bayi berada pada tahap tidur yang nyenyak.

Karakteristik bayi periode ini adalah :

Frekuensi jantung bayi menurun, kurang dari 140 kali per menit,

Murmur dapat terdengar (semata-mata hanya indikasi bahwa

duktus arteriosus belum sepenuhnya tertutup),

Frekuensi napas menjadi lebih lambat dan tenang,

Bising usus ada, tapi kemungkinan berkurang.

c. Periode reaktifitas kedua, berlangsung dari sekitar 2 jam pertama hingga 6

jam. Karakteristik bayi pada periode ini adalah :

Frekuensi perapasan bervariasi, tergantung aktifitas, namun

berkisar dibawah 60 kali permenit, dan harusnya sudah tak ada

rales atau ronki lagi,

Frekuensi jantung bayi labil,

Perubahan warna kulit tergantung stimulus lingkungan,

Bayi mungkin lapar, dan harus didorong untuk minum, pemberian

makan segera sangat penting untuk mencegah hipoglikemia dan

dengan menstimulasi pengeluaran feses, mencegah ikterus.

2.1.6 Pelayanan Kesehatan Neonatus

Berdasarkan Pedoman Pmantauan Wilayah Setemapt Kesehatan Ibu

dan Anak (PWS-KIA) tahun 2010, pelayanan kesehatan neonatus adalah

pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang

kompeten kepada neonatus sedikitnya tiga kali, baik difasilitas kesehatan

maupun kunjungan rumah.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus adalah :

a. Kunjungan Neonatal ke-1(KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam

setelah lahir.

b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN-2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3

sampai dengan hari ke-7 setelah lahir.

c. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu hari ke-8

sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.

Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif

dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan

pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda

(MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :

a. Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir

Perawatan Tali Pusat

Melaksanakan ASI Eksklusif

Memastikan bayi telah diberi injeksi Vitamin K1

Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik

Pemberian imunisasi hepatitis B-0

b. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM

Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,

ikterus, diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.

Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu

perawatan bayi baru lahir.

Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI

eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatanbayi

baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA.

Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

(PWS-KIA, 2010)

2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS

2.2.1 Pengertian

Merupakan asuhan yang diberikan kepada bayi usia 6 hari secara

menyeluruh atas dasar kebutuhan bayi. Bayi baru lahir memerlukan asuhan

yang menyeluruh. Dalam hal ini asuhan yang diberikan mengacu pada filosofi

akuhan kebidanan (Varney, 2008).

Bayi baru lahir dalam hari-hari pertamanya merupakan masa kehidupan yang

rentan dab beresiko tinggi mengalami berbagai komplikasi. Asuhan bayi usia

2-6 hari diawali dengan pemeriksaan fisik bayi kemudian asuhan yang

komprehensif (Purwati, 2012).

2.2.2 Tujuan

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir meliputi pengkajian pada bayi

baru lahir. Hal itu bertujuan untuk menemukan kelainan yang perlu

mendapatkan tindakan segera, kelainan yang berhubungan dengan kehamilan

dan persalinan, serta merencanakan asuhan kelanjutan yang mengikut sertakan

peran orang tua dalam pengasuhan bayi di rumah (Marmi, 2012).

Tujuan kunjungan anak-sehat ada tiga, yaitu : (1) mengidentifikasi

gejala penyakit; (2) merekomendasikan tindakan pemindaian; dan (3) mendidi

dan mendukung orang tua (Varney, 2008).

2.2.3 Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir (sesuai manajemen Varney)

Manajemen asuhan yang akan dilaksanakan mengacu pada konsep

asuhan kebidanan menurut Helen Varney. Manajemen asuhan kebidanan

adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan,

keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil keputusan

yang berfokus pada klien (Varney 1997). Terdapat 7 langkah pola pikir atau

manajemen yakni:

A. Pengkajian Data

Data Subjektif

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik/pengkajian data objektif perlu

diketahui data-data subjektif, riwayat keluarga, riwayat kehamilan

sekarang, dan riwayat persalinan (Rulina, 2014).

1. Identitas bayi :

- Nama :

R/sebagai tanda pengenal atau pembeda dari bayi-bayi lain yang

didata pada tempat pelayanan kesehatan setempat.

- Umur :

R/umur bayi perlu diketahui untuk menentukan asuhan yang tepat

fokus dan komprehensif.

- Jenis kelamin :

R/sebagai pembeda dari bayi yang lain , agar dalam pemberian

asuhan seperti pemeriksaan fisik, penilaian antropometri, serta

asuhan yag lain dapat dilaksanakan dengan tepat.

- Tanggal/jam lahir :

R/untuk mengetahui secara tepat usia bayi sehingga dalam

pemberian asuhannya dapat dilaksanakan secara tepat pula.

Sebagai keperluan keluarga untuk bukti nyata, seperti akta, KK.

- Anak ke :

R/agar bidan dapat mengkaji riwayat pengalaman asuhan bayi oleh

orang tua sebelumnya atau pengalaman yang baru yang akan

dilakukan. Sebagai keperluan keluargan untuk bukti nyata, seperti

akta, KK.

- Alamat :

R/dikaji untuk mengetahui tempat tinggal klien, sehingga mudah

untuk melakukan kunjungan dan pemantauan.

2. Identitas orang tua

- Nama I bu : - Nama Ayah :

R/sebagai tanda pengenal/pembeda dari data klien yang lain.

- Umur Ibu : - Umur Ayah :

R/dapat mempengaruhi pola asuh bayi, bila ibu terlalu muda

kemungkinan pengalaman dalam mengasuh bayinya sendiri kurang.

- Agama Ibu : - Agama Ayah :

R/dikaji untuk memberikan motivasi/pendekatan dengan cara

nasihat kepada klien sesuai dengan agamanya.

- Suku Ibu : - Suku Ayah :

R/untuk mengetahui adat atau ritual yang dilakukan oleh ibu atau

keluarga kepada bayinya.

- Pendidikan Ibu : - Pendidikan Ayah :

R/dikaji untuk mengetahui tingkat pendidikan klien, sehingga

mempermudah bidan dalam memberikan pendidikan kesehatan atau

health edication. Riwayat social meliputi tentang latar belakang

pendidikan, pekerjaan, status ayah dari bayi dapat digunakan untuk

mengetahui bagaimana bayi akan dirawat, siapa yang

bertanggungjawab dan mengetahui perawatan yang dilakukan oleh

orangtua atau pengasuh kepada bayi (Varney, 2008).

- Pekerjaan Ibu : - Pekerjaan Ayah :

R/dikaji untuk mengetahui apa hubungan pekerjaan klien dengan

permasalahan yang dihadapi khususnya dalam hal ekonomi yang

dapat mempengaruhi pola asuh pada bayi.

- Alamat Ibu : - Alamat Ayah :

R/ Faktor lingkungan seperti tempat tinggal (diketahui dari alamat)

selama kehamilan dapat mempengaruhi kesehatan ibu saat hamil

dan tentunya berpengaruh pada janin, seperti limbah, radiase,

bahan pelarut dan sebagainya (Varney, 2008).

3. Alasan kunjungan

R/merupakan alas an utama klien dating ke tempat bidan. Dapat berupa keluhan

dapat pula atas dasar keinginan klien untuk mengetahui dan meningkatkan

derajat kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan bayi klien dari waktu ke

waktu.

4. Riwayat kehamilan

Dalam riwayat kehamilan sekarang yang harus dikaji antara lain :

a. Usia Gestasi

R/ usia gestasi berhubungan dengan berat bayi baru lahir, hal ini dapat

dapat mempermudah antisipasi mordibitas dan mortalitas selanjutnya

(Sylviati, 2014).

b. Komplikasi selama kehamilan

R/Masalah selama kehamilan perlu dicatat oleh bidan karna kondisi medis

ibu secara signifikan dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan bayi

baru lahir (Varney, 2012).

c. Riwayat kesehatan ibu sebelum dan selama kehamilan

R/ riwayat semasa kehamilan pada ibu seperti obat-obatan yang diguakan,

infeksi yang diderita ibu maupun yang diderita keluarga, kelainan keturunan

bawaan dapat membantu mencari kelainan congenital pada bayi (Rulina,

2014).

d. Kebiasaan sehari-hari sebelum dan sesudah hamil

R/penting untuk memahami hubungan ibu dengan keluarga dan orang lain

karena akan mempengaruhi kemampuan ibu untuk berfokus pada tugas

keibuannya. Kebiasaan yang buruk juga dapat mengalihkan perhatian ibu

dalam merawat dan mengasuh bayi sehari-hari (Varney, 2012).

e. Antenatal care

R/ dalam kunjungan antenatal care akan diketahui masalah selama

kehamilan perlu dicatat oleh bidan karna kondisi medis ibu secara signifikan

dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan bayi baru lahir (Varney,

2012).

5. Riwayat persalinan

R/Mengkaji tanggal dan waktu melahirkan, usia gestasi saat melahirkan,

lamanya kala satu dan dua persalinan, gawat janin atau asidosis, demam pada

ibu, ada tidaknya mekonium, lama ketuban pecah, presentasi, komplikasi, cara

melahirkan, penggunaan alat bantu, analgesia dan waktu anstesi serta

komplikasinya, ukuran plasenta, warna dan bau (Sinclaire, 2010).

6. Kebutuhan Dasar

a. Pola Nutrisi : dikaji tentang apa asupan yang diberikan kepada bayi,

dalam sehari berapa kali bayi diberi diberikan asupan.

Dasar pemenuhan nutrisi pada bayi, yakni : bayi disusukan

setiap 2-3jam sekali dalam sehari, paling sedikit tiap 4 jam, secara

bergantian kanan dan kiri (Marmi, 2012). Pada bayi yang memiliki

masalah menyusui atau tidak mendapatkan ASI secara adekuat maka

pada hari kedua-ketiga biasanya akan timbul jaundice/ kuning.

Ikterus yang fisiologis timbul pada hari ke 2-3 setelah lahir dan tidak

memiliki dasar patologis atau tidak ada potensi menjadi kern-ikterus

(Muslihatum, 2010). Kulit yang kuning secara fisiologis tersebut

dengan sendirinya pada hari ke-10 (Nursalam, 2005).

R/untuk mengetahui apakah pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi

tercukupi, sehingga bidan dapat menemukan permasalahan yang

dialami ibu dan bayi. Untuk mengetahui alas an keputusan ibu

memberikan asupan nutrisi selain ASI, missal karena ibu memiliki

penyakit HIV/AIDS (Varney, 2008.)

b. Pola Eliminasi : dikaji berapakali dalam sehari bayi buang air besar

dan buang air kecil, bagaimanakan konsistensinya, jumlah, serta

warnanya.

Dasar kriteria normal defekasi pada bayi yakni : dua hari

pertama masih berwarna hitam kehijauan dan lengket disebut

mekonium. Bayi yang diberi ASI, warna feses akan berubah menjadi

hijau-emas, lunak, berbiji. Sedangkan bayi yang diberi susu formula

warna feses dapat coklat-gelap dengan konsistensi seperti pasta atau

padat. Bila justru feses menjadi lebih cair naka waspada adanya alergi

susu formula (Varney, 2008).

Dasar kriteria normal miksi pada bayi yakni : bayi baru lahir

cenderung sering buang air kecil, 7-10 kali sehari. Untuk menjaganya

tetap kering, bersih dan hangat dianjurkan untuk mengganti popok

sebanyak 4-5kali sehari (Marmi, 2012).

R/Konsistensi dan warna pada BAB bayi dikaji untuk mengetahui

apakah ada indikasi masalah pencernaan, terutama pada bayi yang

diberi susu formula, memungkinkan bayi mengalami alergi sehingga

pada beberapa bayi BAB dapat cair, bahkan berubah warna dari

normalnya (Marmi, 2012).

Frekuensi pada BAK perlu dikaji untuk mengetahui apakah

cairan yang masuk seimbang dengan cairan yang keluar, yang

mungkin mengindikasikan terjadinya dehidrasi, infeksi saluran kemih,

kelaina congenital seperti phymosis (Marmi, 2012).

c. Pola Istirahat : dikaji berapa lama bayi berada dalam keadaan tidur

aktif (ringan) maupun tidur dalam, kapan saja bayi tidur (siang atau

malam).

Dasar kebutuhan istirahat bayi, yakni : dalam 2 minggu

pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur, bayi lahir sampai

usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam sehari. Pada umumnya bayi

terbangun sampai malam hari pada usia 3 bulan (Marmi, 2012).

R/Kurangnya jam istirahat pada bayi menandakan ibu yang kesulitan

dalam menyesuaikan pola istirahat bayi.

d. Pola Aktifitas/Perilaku : dikaji bagaimanakah respon bayi terhadap

rangsangan suara dan sentuhan, bagaimanakah gerakan ekstremitas

atas dan bawah, kapan sajakah bayi menangis.

Dasar perilaku bayi, yakni : bayi akan menggerakkan mata bila

mendengar suara-suara nyaring. Aktifitas gerak tangan dan kaki aktif,

ekstremitas biasanya dalam keadaan fleksi. Bayi menangis juga

merupakan aktifitas yang menandakan bahwa bayi menginginkan

sesuatu. Tangisan bayi berbeda-beda sesuai apa yang dirasakan, sperti

sakit, rasa tidak nyaman, bahkan kesepian (Marmi, 2012).

R/pengkajian aktifitas bayi dapat berguna untuk mendeteksi adanya

kelainan, yang dapat ditunjukkan dengan penurunan aktifitas,

ketidaksimetrisan aktifitas.

e. Pola Personal Hygine : dikaji berapa kali sehari bayi dimandikan, oleh

siapa dilakukannya, apakah ibu melakukan perawatan tali pusat.

Dasar perawatan kebersihan bayi, yakni : muka, pantan dan tali

pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur. Memandikan bayi seluruh

tubuh tidak harus dilakukan (Marmi, 2012).

R/kebersihan bayi perlu dikaji karena kebersihan berpengaruh bagi

kesehatan bayi yang memang rawan infeksi. Keaktifan ibu dalam

merawat kebersihan juga ditanyakan sebagai salah satu tanda

bounding attachment.

7. Riwayat psikososialbudaya

Dikaji bagaimana perilaku ibu terhadap bayi, keluarga terhadap bayi,

dan sebaliknya. Dikaji pula apa saja tradisi atau adat kebiasaan yang ibu dan

keluarga lakukan untuk bayi.

R/ Selama bulan-bulan pertama setelah kelahiran terjadi psikodinamika yang

amat besar antara bayi dan pemberi asuhan (dalam hal ini ibu). Seiring

berlalunya beberapa bulan pertama kehidupan bayi dan ibu membentuk

perlekatan. Bayi yang membentuk perlekatan dengan pengasuh akan merasa

aman dan mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya (Varney,

2008).

Sosial dan budaya merupakan aspek eksternal yang mempengaruhi

ibu, seperti hubungan ibu dengan suami, mertua atau tetangga dan hubungan

ibu dengan tradisi atau adat yang dipegang ditempat ibu berada. Tentu hal ini

berpengaruh dalam pola asuhan ibu kepada bayinya serta kesehatan si bayi.

Data Objektif

1. Pemeriksaan umum

a. Kesadaran :

Kriteria kesadaran :

1) Compos mentis,yaitu anak/bayi dalam kondisi sadar penuh

2) Apatis,yaitu anak/bayi sadar tapi tak acuh, member respon terhadap

adanya stimulasi

3) Somnolen,yaitu tampak mengantuk, selalu ingin tidur, tidak

responsive terhadap stimulasi kecil dan sedang

4) Sopor,yaitu sedikit berespon terhadap stimulasi keras, refleks pupil

positif

5) Koma,yaitu tingkat kesadaran yang paling rendah, tidak bereaksi

terhadap stimulus apapun, refleks pupil negatif

6) Delirium,yaitu kesadaran menurun, serta kacau, disorientasi,

iritatif, dan halusinasi.

(Purwati, 2012)

b. Tanda-tanda vital :

1) Tekanan darah

Tekanan darah normal bayi untuk systole 65-115 mmHg, diastole

42-80 Hg (Purwati, 2012).

2) Nadi

Pemeriksaan nadi pada arteri brakhialis, arteri redialis, arteri

temporalis, arteri karotia arteri dorsalis pedis, nilai normal pada

bayi adalah : 100-180x/menit.

Pada usia 1 minggu pertama : 100-200x/menit; kemudian pada 3

bulan-2 tahun usianya berkisar 70-100x/menit (Purwati, 2012).

3) Suhu

Suhu tubuh normal bayi baru lahir adalah 36,0-36,5°C. Suhu basal

tubuh (rectal) antara 36,5-37,5 °C. Suhu aksila bias 0,5-1,0 °C

lebih rendah dari suhu rectal (Ari, 2014).

4) Respirasi

Normalnya pada bayi baru lahir 35x/menit, pada bayi usia 1-11

bulan 30x/menit, dan pada anak usia 2 tahun 25x/menit(Purwati,

2012).

Pada pernapasan abdomen bayi baru lahir frekuensi normalnya

adalah 30-60x/menit, dihitung selama satu menit penuh (Sinclaire,

2010).

2. Antropometri

Pada bayi baru lahir yang harus diukur adalah panjang badan, lingkar dada dan

lingkar kepala. Normalnya lingkar kepala dengan lingkar dada bayi yang baru

saja lahir ukurannya sama (Varney, 2008). Selain untuk mengetahui IMT bayi,

pengukuran antropometri juga dapat mendeteksi adanya kelainan congenital

seperti akondroplasia, hidrosephalus, maupun sindrom turner (Rulina, 2014).

Berikut adalah poin-poin yang dinilai dalam antropometri :

a. Berat badan normalnya antara 2500-4000 gram (Purwati, 2012)..

b. Panjang badan normalnya 45-53 cm (Purwati, 2012).

c. Lingkar kepala : fronto oksipito 34 cm, mento oksipito 35 cm,

submento bregmatika 32 cm (Marmi, 2012).

d. Lingkar lengan atas antara 10-11 cm.

e. Lingkar dada : rentan normalnya 30-36 cm, 1-2 cm lebih kecil daripada

lingkar kepala (Sinclaire, 2010).

3. Penilaian maturitas tubuh

Cara yang paling sering digunakan dalam menilai kematangan fisik bayi

adalah dengan pemeriksaan menurut Dubowitz yang menilai 11 kriteria klinis dan

10 kriteria neurologis. Namun cara pemeriksaan tersebut kurang praktis sehingga

Ballard menyederhanakan prosedur tersebut hanya dengan 6 kriteria klinis dan 6

kriteria neurologis (Rulina, 2014).

Tabel Pemeriksaan 6 kriteria maturitas fisik Ballard.

Tanda

-1 0 1 2 3 4 5

Kulit Lengket,

rapuh,

transpar

an

Merah

seperti

agar,

transp

aran

Merah

muda,

halus,

wena

tampak

Permuk

aan

mengel

upas,

vena

jarang

Pecah-

pecah,

vena

jarang

Seperti

kertas,

pecah-

pecah,

vena

tidak

tampak

Seperti

kulit,

pecah-

pecah,

keriput

Lanugo Tidak

ada

jarang Banyak

sekali

menipis mengh

ilang

Umum

nya

tidak

ada

Permukaan

plantar kaki

Tumit

ibu jari

kaki 40-

50 mm :

-1, <40

mm : -2

Payudara Tidak

terapa

Hamp

er

Aerola

datar,

Aerola

berbinti

Aerola

terang

Aerola

penuh,

tidak

teraba

tidak

ada

puncak

l,

puncak

1-2 mm

kat,

punca

k 3-4

mm

puncak

5-10

mm

Daun

telinga

Kelopak

menyatu

, longgar

: -1,

ketat : -2

Kelop

ak

memb

uka,

pinna

datar,

tetap

terlipat

Pinna

sedikit

meleng

kung,

lunak,

recoil

lambat

Pinna

memuta

r

penuh,

lunak,

sudah

recoil

Keras

berben

tuk,

recoil

segera

Kartila

go

tebal,

telinga

kaku

Genitalia

(laki-laki)

Skrotum

datar,

halus

Skrotu

m

koson

g,

rugas

samar,

testes

pada

kanalba

gian

atas,

rugas

jarang

Testes

menuju

kebawa

h, rugas

sedikit

Testes

dibaw

ah,

rugas

jelas

Testes

mengga

ntung,

rugas

dalam

Genitalia

(perempuan

)

Klitoris

menonjo

l, labia

datar

Klitori

s

menon

jol,

labia

minora

kecil

Klitoris

menonj

ol, labia

minora

membe

sar

Labia

minor

dan

mayor

sama-

sama

menonj

ol

Labia

mayor

besar

dan

minor

kecil

Labia

mayor

mrnutu

pi

minor.

Sumber : Buku Ajar Neonatologi

4. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir perlu dilakukan dalam keadaan

telanjang di bawah lampu yang terang yang berfungsi sebagai pemanas juga.

Tangan serta alat yang digunakan untuk pemeriksaan harus bersih dan hangat.

Tujuan pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah (Rulina, 2014):

Menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir

Menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera,

trauma lahir.

Teknik dasar pemeriksaan fisik bayi baru lahir ada 4 yakni (Varney, 2008) :

Inspeksi

Palpasi

Auskultasi

Perkusi

Berikut adalah pemeriksaan fisik sistematis pada neonatus :

a. Kulit :

1) Inspeksi

a) Warna : normalnya kemereah-merahan dan licin karena jaringan

subcutan, apakah bayi plethora (disebabkan over oksigenasi atau

kepanasan), apakah tampak sianosis perifer (kebiruan pada bibir

tapi lidah kemerahan), sianosis sentral (kebiruan seluruh tubuh

termasuk bibir dan lidah), akrisianosis (kebiruan pada kaki dan

tangan, ikterus (kekuningan).

b) Eritema (kemerah-merahan), edema

c) Adakah vernix caseosa yang menyebabkan kulit menjadi licin

d) Adakah nevi (tanda lahir), dapat hilang dalam beberapa waktu tapi

ada juga yang menetap.

2) Palpasi : turgor dan elastisitas kulit.

(Purwati, 2012)

b. Rambut dan Kepala :

1) Inspeksi dan palpasi :

a) Rambut : arah pertumbuhan; distribusi rambut di bawah lipatan

mengesankan sindrom-sindrom yang berhubungan dengan leher

pendek dan atau webbed neck; Lesi kulit kepala apakah ada kelainan

kulit kepala seperti aplasia kutis kongenita. Warna rambut,

perhatikan keserasiannya dengan ras, apakah bayi albinisme, bila

terdapat rambut putih tepat diatas kening dapat dihubungkan dengan

ketulian dan retardasi mental (Sinclaire, 2010).

b) Kepala : besarnya ¼ dari panjang tubuh, normalnya fleksi ke dada,

normalnya mesochepal (bila macrochepal kemungkinan

hidrosepalus, bila microchepalkemungkinan hipoplasia otak), bila

bentuk asimetris kemungkinan ada trauma persalinan (Purwati,

2012).

c) Fontanel : datar, tidak cembung atau cekung (bila cembung

tandanya ada peningkatan tekanan intracranial, bila cekung

tandanya dehidrasi), fontanel anterior lebarnya 2 ±1 cm , fontanel

posterior ukuran rata-rata 1x1 cm, perhatikan pula adanya molase

yaitu tumpang tindihnya tulang oksipital dan frontal oleh tulang

parietal (Sinclaire, 2010).

d) Trauma pada kepala, perlu diperhatikan juga, seperti :

Kaput seksedaneum, edema pada kulit kepala, lunak, tak

berfluktuasi, batasnta tidak tegas dan melewati sutura,san akan

hilang dalam beberapa hari.

Sefal hematom, pada hari pertama tidak tampak karena tertutup

oleh kaput suksedaneum. Konsistensinya lunak, berfluktuai,

berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, jadi tidak menyebrangi

sutura.

Fraktur tulang tengkorak, bila terdapat sefal hematom yang sampai

menyebrangi sutura.

Perdarahan supaponeurotik, terjadi karena pecahnya vena yang

menghubungkan jaringan diluar dengan sinus-sinus dalam

tegkorak. Perdarahan ini biasa terjadi pada persalinan dengan alat.

Batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala dapat tidak simetris.

Kadang berfluktuasi dan ditemukan edema.

(Rulina, 2014)

c. Wajah :

1) Inspeksi :

a) Bentuk dan ekspresi

b) Kesimetrisan, pada saat istirahat dan selama menangis dan

mengisap. Ketidaksimetrisan dapat terjadi akibat hipoplasia atau

palsi pada saraf ketujuh.

(Sinclaire, 2010; Rulina, 2014)

d. Mata :

1) Inspeksi :

a) Letak dan kesimetrisan. Jarak antar mata dan lebar epikantus perlu

dikaji untuk mencari kelainan congenital.

b) Ukuran, normalnya 2,5 cm. Mata berukuran besar disebut

hipertelorisme, sedangkan mata berukuran kecil disebut

hipotelorisme. Keduanya dihubungkan dengan sindrom congenital.

Perhatikan kesesuaian kedua bola mata dihubungkan dengan

kantungnya. Perhatikan kedalamannya

c) Posisi, lipatan ke atas atau ke bawah dapat mengindikasikan

sindrom kongenital.

d) Ukuran dan kejernihan kornea.

e) Warna iris, celah ventral dapat dihubungkan dengan defek pada

lensa dan retina. Bintik-bintik berwarna emas pada iris, bintik

Brushfield, dapat merupakan kondisi yang normal dapat juga

dihubungkan dengan Trisomi 21.

f) Sklera, pada kondisi normal jernih, tetapi bisa berwarna kuning

disertai ikterik, hemoragik akibat trauma lahir atau berwarna biru

disertai osteogenesis imperfekta.

g) Konjungtiva, perdarahan kecil sering terjadi. Peradangan bisa

muncul akibat profilaksis eritomisin.

h) Pupil, sama dan reaktif setelah usia 2-3 minggu, ukuran 1,8-5,4

mm.

i) Kelopak mata, adakah edema.

j) Glaukoma congenital, dibuktikan oleh fotofobia, dengan tanda

klinis air mata berlebihan, kornea buram, atau mata terlihat lebar.

(Sinclaire, 2010; Rulina, 2014)

e. Telinga :

1) Inspeksi dan palpasi :

a) Simetris dan sejajar, disejajarkan dengan kantus dalam dan luar

mata, bila telak telinga lebih rendah dapat dihubungkan dengan

sindrom Piere robin.

b) Lipatan kulit atau lubang berlebih. Lipatan pedunkulat dapat

diikat kuat pada bagian dasar dengan jahitan. Palpasi adakah daun

telinga tambahan.

c) Bentuk, kartilago telah terbentuk pada bayi cukup bulan, bentuk

dapat dipertahankan, menandakan maturitas.

d) Pembengkakan, dilakukan palpasi di belakang telinga, untuk

mengetahui adanya pembengkakan kelenjar limfa.

e) Pendengaran, dengan melihat reaksi terkejut bayi ketika dibisikan

suara keras.Dilakukan khususnya pada bayi dengan kelainan kepala

dan leher, riwayat tuli keluarga, BBLR, asfiksi berat, infeksi janin

dan sindrom lain terkait dengan tuli.

f) Otoskopi, dilakukan dengan menarik daun telinga ke bawah, akan

terlihat verniks kaseosa di dalam saluran luar atau cairan amnion di

belakang membrane timpani berwarna abu-abu kusam. Pemeriksaan

ini jarang dilakukan pada pemeriksaan rutin bayi baru lahir.

(Sinclaire, 2010; Purwati, 2012; Rulina, 2014)

f. Hidung :

1) Inspeksi :

a) Posisi dan bentuk. Diamati pada bentuk dan lebarnya nasal bridge.

Jarak antara kantus medial mata tidak boleh lebih dari 2,5 cm pada

bayi baru lahir cukup bulan (Rulina, 2014).

b) Lubang hidung dan kepatenan. Lihat kesimetrisan dan bentuknya.

Normalnya bayi bernapas melalui hidung namun tidak sampai

menyebabkan bergeraknya cuping karena itu menandakan adanya

gangguan bernapas. Inspeksi kedalam lubang hidung juga dilakukan

untuk melihat adanya secret yang mukopurulen yang terkadang

berdarah sebagai indikasi sifilis congenital (Sinclaire, 2010; Marmi,

2012).

g. Mulut :

1) Inspeksi :

a) Warna, bentuk dan ukuran, normalnya kemerahan. Mulut yang

seperti burung terlihat pada bayi sindrom alcohol; mulut

kecil/mikrostomia, terlihat pada sindrom Down; dan mulut yang

lebar/makristomia terlihat pada bayi dengan gangguan metabolik

(Sinclaire, 2010).

b) Pada mulut dilihat ada tidaknya celah bibir atau gusi atau labio-

gnatoskisis, ada tidaknya gigi (BBL jarang mempunyai gigi, bila

ada biasanya dijumpai pada sindrom Ellis-van Creveld, Hallermann-

Strief) atau ranula (kista lunak yang berasal dari dasar mulut)

(Rulina, 2014).

c) Masuk ke dalam mulut, diperhatikan ukuran lidah apakah

membesar seperti pada sindrom Beckwith atau lidah selalu

bergerak seperti pada sindrom Down. Lidah yang sering keluar

masih (tanda Foote) menandakan adanya edema otak atau tekana

intracranial (Rulina, 2014).

d) Saliva, yang berlebih pada bayi baru lahir perlu dipikirkan

kemungkinan atresia esophagus dengan atau tanpa fistula

trakeoesofagus (Rulina, 2014).

2) Palpasi :

Deteksi adanya celah langit-langit / palatoskisis serta baik atau

tidaknya refleks isap. Palatum diraba lunak ataukah keras untuk

melihat celah atau tingginya lengkung palatum.

h. Leher :

1) Inspeksi

a) Bentuk dan ukuran. Leher bayi baru lahir pendek namun

pergerakannya baik dan harus diperiksa kesimetrisannya.

b) Lipatan dan pergerakan leher. Lihat pula lipatan yang berlebihan

pada leher dapat menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21

(Marmi, 2012).Pergerakan yang terbatas pada leher perlu dicurigai

adanya kelainan tulang leher (Rulina, 2014).

2) Palpasi

a) Pembengkakan dan fraktur. Palpasi pada leher untuk mencari

kelainan seperti pembengkakan kelenjar tiroid, vena jugularis,

hemangioma, higtoma kista agar segera dilakukan tindakan.

Pemeriksaan leher dilakukan hingga klavikula untuk mengetahui

adanya fraktur (Rulina, 2014).

i. Dada :

1) Inspeksi :

a) Bentuk, pada bayi baru lahir berbentuk seperti tong dan simetris

(Rulina, 2014).

Tabel Bentuk dada

Bentuk dada Deskripsi

Funnel chest (dada bentuk

corong)

Sternum bagian bawah dan iga

masuk ke dalam terutama saat

inspirasi

Piegon chest (dada bentuk

burung)

Bagian sternum menonjol kea rah

luar

Barrel chest (dada bentuk

tong)

Dada berbentuk bulat seperti tong,

sternum terdorong kea rah depan

dengan iga-iganya horizontal.

Sumber : Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak

b) Pergerakan, Pada respirasi normal dinding dada bergrak bersamaan

dengan dinding perut (Rulina, 2014).

2) Palpasi adanya kesimetrisan, fremitus suara dan krepitasi.

3) Perkusi, dengan cara mengetukkan ujung jari langsung ke dinding

dada atau dengan meletakkan satu jari di dada lalu menegtuknya.

Pengetukan dari atas ke bawah, lalu dibandingkan antara kiri dan kanan

(Aziz, 2008). Suara normal paru bayi baru lahir adalah hiperresonan di

seluruh bidang paru, bila suara redup dapat mengindikasikan adanya

efusi atau konsolidasi (Sinclaire, 2010)

4) Auskultasi, untuk menilai bunyi napas dasar dan bunyi napas

tambahan. Dibandingkan anatara kanan dan kiri, atas dan bawah

(Aziz,2008).

Tabel Bunyi Napas dasar

Bunyi Karakteristik

Vesikuler Inspirasi > ekspirasi (normal)

Bronkovesikuler Inspirasi = ekspirasi (abnormal)

Bronkotubular Inspirasi<ekspirasi (abnormal)

Sumber : Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak

j. Payudara :

1) Inspeksi

a) Bentuk. Pada bayi cukup bulan putting susu sudah terbentuk baik

dan asimetris, dapat tampak besar tapi hal tersebut normal (Marmi,

2012). Pembesaran tersebut dikarenakan pengaruh hormone ibu

sewaktu kehamilan. Keadaan tersebut tidak mengkhawatirkan

kecuali ada tanda-tanda peradangan (Rulina, 2014).

k. Abdomen :

1) Inspeksi

a) Ukuran dan Bentuk. Normalnya dinding abdomen lebih besar

daripada dinding dada. Bentuk normal menonjol, bila datar dapat

berhubungan dengan gernia diafragmatik, dengan organ abdomen

berada di rongga dada (Sinclaire, 2010).

b) Kelainan bawaan, Perhatikan pula ada/tidaknya kelainan bawaan

pada bayi seperti omfalokel, gastroskisis, sindrom prune belly

(Rulina, 2014).

2) Palpasi

a) Perhatikan adanya massa abnormal.

b) Hati dan Limpa, Hati teraba 2 sampai 3 cm di bawa arkus kosta

kanan sedangkan limpa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri.

c) Ginjal, Ginjal dapat diraba bila posisi bayi telentang dengan

tungkai kaki dilipat agar otot perut relaksasi. Batas bawah ginjal

dapat diraba setinggi umbilicus diantara garis tengah dan tepi perut,

normalnya bagian ginjal yang dapat teraba 2-3 cm.

(Sinclaire, 2010; Rulina, 2014)

3) Perkusi

a) Distensi, pada aera abdomen menandakan adanya penyakit saluran

cerna.

b) Kandung kemih, ketahui adanya distensi kandung kemih.

(Sinclaire, 2010)

4) Auskultasi

a) Bising usus, terdengar 3-4 jam setelah lahir tanpa disertai obstruksi

usus halus (Sinclaire, 2010).

l. Lipatan paha :

1) Inspeksi : Area inguinalis, harus bebas dari hernia. Nolus

limfoideus biasanya dapat dipalpasi sering ditemukan di region

ingunalis. Berdiameter 3-12 mm, nodus ini cenderung menetap.

2) Genitalia :

1) Inspeksi

a) Bentuk dan ukuran.

Laki-laki : pigmentasi; kulit menutupi gland penis; penis

panjangnya 3-4 cm dengan lebar 1-1,3 cm; uretra tepat di ujung,

tidak hipospadi (muara uretra ventral), tidak epispadi (muara

uretra dorsal); lubang sepenuhnya ditutupi oleh preputium/kulup;

skrotum harus simetris, bila tidak mungkin menunjukkan adanya

hidrokel.

Perempuan : labia mayor menutupi labia minor; klitoris

panjangnya ≤1cm; ada tiga lubang secara urut dari atas ke bawah

yaitu : uretra, vagina, anus (jarak antar vagina-anus sekurang-

kurangnya 0,34 cm untuk indikasi kejelasan kelamin; vagina

harus paten tanpa ada imperforasi hymen, adakah pengeluaran

secret atau darah (pengaruh hormone dari ibu).

(Sinclaire, 2010; Marmi, 2012)

2) Palpasi

Pada bayi laki-laki palpasi penurunan testis pada skrotum kanan dan

kiri (Marmi, 2012).

3) Anus :

1) Inspeksi :

a) Keberadaan dan posisi : apakah anus imperforata, tepat/tidaknya

posisi anus.

b) Kedutan anus.

(Sinclaire, 2010)

4) Tulang belakang :

1) Inspeksi :

a) Massa abnormal, kelainan congenital : ada/tidaknya rambut,

tonjolan atau hemangioma di atasnya atau nevi berpigmentasi yang

menandakan meningokel, spina bifida, dan spina pilonidalis

2) Palpasi

a) Bentuk tulang belakang : meraba sepanjang tulang belakang untuk

mencari kelainan skoliosis.

(Sinclaire, 2010; Rulina, 2014).

5) Ekstremitas atas dan bawah

1) Inspeksi

a) Bentuk dan ukuran: lihat ukuran panjang masing antara tangan

kanan dengan kiri begitu juga dengan kaki kanan dan kiri

(perhatikan tumit), bila tidak sama mungkin ada dislokasi;

kelurusan tangan dan kaki

b) Jumlah jari : perhatikan jumlah, bentuk, dan kuku jari, apakah bayi

mengalami polidaktili, sindaktili. Normalnya masing-masing jari

tangan dan kaki ada 10.

c) Kesimetrisan : gluteus simetris/tidak, bila tidak menandakan

adanya dysplasia panggul congenital.

2) Palpasi

a) ekstremitas bawah ada/tidaknya klik panggul yang menandakan

dysplasia kongenital

5. Pemeriksaan reflex

Refleks merupakan gerakan naluriah sebagai pertahanan diri bayi (Marmi, 2012).

Pemeriksaan neurologis penting dilakukan sebagai indicator integritas system

saraf. Respon yang hipo(menurun), meningkat (hiper), tidak seimbang, bahkan

tidak adanya respon terhadap stimulasi adalah refleks dari kemungkinan defisit

neurologis (Varney, 2008). Berikut adalah refleks pada bayi baru lahir yang dapat

dikaji :

1. Refleks glabella

Merupakan stimulasi untuk melihat kemapuan bayi berkedip. Pemeriksaan

dilakukan dengan cara mengetuk daerah pangkal hidung pada saat mata bayi

terbuka. Normalnya ia akan mengedikpan mata pada 4-5 ketukan pertama

(Marmi, 2012).

2. Refleks sucking

Untuk melihat kekampuan bayi mengisap. Pemeriksaan dilakukan dengan

cara menyentuhkan benda ke bibir, normalnya bayi akan menelan benda

tersebut, kemudian menekan langit-kangit bayi bagian bagian dalam gusi atas

normalnya timbul isapan yang kuat dan cepat (Marmi, 2012).

3. Refleks rooting

Sejalan dengan refleks sucking, ketika ada sebuah benda diletakkan dekat

mulut bayi normalnya ia akan menelan, namun sebelumnya tentu bayi akan

mencari sumber benda tersebut sebelum akhirnya menelan. Pemeriksaan

dapat dilakukan dengan cara mengusap pipi bayi dengan satu jari, normalnya

ia akan mengikuti arah sentuhan tersebut. Refleks ini akan bertahan hingga

usia 7 bulan (Perinatal Edu. Associated, 2008).

4. Refleks grasping

Bayi memiliki refleks menggenggam ketika sebuah benda diletakkan pada

tangannya atau melengkungkan jari kakinya ketika benda atau jari pemeriksa

disentuhkan pada jari kakinya. Umumnya refleks pada palma ini bertahan

hingga 3-4 bulan sedangkan pada plantar dapat bertahan hingga usia bayi 1

tahun (Perinatal Edu. Associated, 2008).

5. Refleks babinski

Pemeriksaan diberikan dengan cara menyentuh kaki bayi dari tumit

mengikuti sisi lateral keatas. Normalnya telapak kaki bayi akan hiperekstensi.

Refleks ini akan menghilang dalam usia 1 tahun bayi tersebut (Perinatal Edu.

Associated, 2008).

6. Reflkes moro, atau disebut juga refleks memeluk. Pada bayi normal, respon

ini simetris dan hilang dalam 2-4 bulan. Refleks ini terdiri dari abduksi dan

ekstensi lengan dengan tangan terbuka dan ibu jari serta jari telunjuk

semifleksi membentuk huruf C. Gerakan tungkai dapat terjadi, namun bias

tidak seragam dengan gerakan lengan (varney, 2008). Stimulasi refleks ini

dapat dilakukan dengan cara :

a. Memukul meja pemeriksaan di dekat kepala bayi

b. Membiarkan bayi dalam posisi semi duduk untuk jatuh ke belakang

(dengan sudut 30°)

c. Menggetarkan meja

d. Membuat suara keras, missal dengan menepuk tangan.

7. Refleks menapak

Ketika bayi baru lahir diangkat keatas dengan badan lurus dan kaki

menyentuh permukaan yang datar, maka normalnya bayi akan membuat

gerakan menapak. Refleks ini akan hilang pada minggu keempat usia bayi

dan tidak akan kembali hingga bayi mulai mampu berdiri dan berjalan

(Perinatal Edu. Associated, 2008).

8. Refleks merangkak

Apabila bayi ditengkulapkan pada permukaan datar secara normal ia akan

berusaha untuk merangkak ke depan dengan kedua tangan dan kaki (Marmi,

2012).

9. Refleks tonik leher

Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala bayi ditolehkan akan ekstensi

sedang ekstremitas sisi lainnya akan fleksi merupakan refleks normal dari

tonik leher bayi (Marmi, 2012). Respon memanjang atau terlambat dari

refleks ini dapat mengindikasikan adanya cerebral palsi (Perinatal Edu.

Associated, 2008).

10. Refleks Doll’s eye

Sama seperti boneka ketika bayi diletakkan/diposisikan bersandar kemudian

kepala bayi digerakkan ke kanan dan kiri normalnya mata bayi akan tetap

berada ditengah, tidak mengikuti arah kepala. Refleks ini bertahan hingga

usia 2 bulan (Perinatal Edu. Associated, 2008).

B. Interpretasi Data untuk Diagnosa Aktual

Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnose atau

masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data

yang telah dikumpulkan. Pengertian masalah atau diagnose adalah suatu

pernyataan dari masalah atau potensial dan membutuhkan tindakan (Mufdillah,

2012, h;12).

C. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Langkah ini mengidentifikasikan masalah atau diagnose potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose yang sudah diidentifikasi. Langkah

ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,

perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan yang

tiba-tiba terjadi (Mufdillah, 2012, h;12).

D. Identifikasi Tindakan Segera

Merupakan perencanaan kebutuhan segera berdasarkan diagnose masalah

potensial yang didapat. Berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh

bidan :

1) Mandiri : bidan dihadapkan pada beberapa situasi yang memerlukan

penanganan segera (emergensi) dimana bidan harus segera melakukan

tindakan untuk menyelamatkan pasien.

2) Kolaborasi : kolaborasi dengan dokter spesialis obgyn, pediatric, dan atau

ahli gizi untuk melakukan tindakan diluar wewenang bidan.

3) Merujuk : melakukan rujukan bila terjadi komplikasi.

(Mufdillah, 2012, h;117)

E. Perencanaan

Perencanaan asuhan yang akan dilakukan harus berdasarkan pertimbangan

yang tepat, meliputi pengetahuan, teori up to date, perawatan berdasarkan bukti /

evidence based , serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang

diinginkan dan tidak diinginkan oleh klien (Mufdillah,2012, h;117).

Dalam hal ini perencanaan asuhan yang ditujukan pada neonatus usia 6 hari

adalah :

1. Melakukan pendekatan pada pasien dan keluarga terlebih dahulu

memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada keluarga tindakan yang

akan dilakukan.

2. Melakukan pemeriksaan TTV, antropometri, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan refleks, melakukan perawatan tali pusat.

3. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien dan keluarga.

4. Mengatasi masalah yang dihadapi bayi, misalnya :

a. Bayi ikterus, dengan menjelaskan kepada ibu penyebab bayi

mengalami ikterus, perbedaan ikterus fisiologis dengan patologis.

b. Berat badan bayi tetap sejak hari pertama lahir, dengan menjelaskan

kepada ibu perubahan berat badan bayi selama hari-hari pertama

kehidupan serta normalnya pertambahan berat badan bayi tiap

harinya.

5. Memberikan health education kepada ibu, meliputi : pemberian minum

pada bayi dan teknik menyusui yang benar; cara menjaga kebersihan bayi

dan perawatan tali pusat; cara menjaga kehangatan bayi; kebutuhan bayi

istirahat; perawatan bayi sehari-hari; imunisasi yang diperlukan pada tiap

pertambahan usia bayi.

6. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda bahaya pada bayi.

F. Penatalaksanaan

Merupakan langkah pengaplikasian asuhan menyeluruh secara efisien dari apa

yang telah direncanakan. Pelaksanaan ini dilakukan oleh bidan seluruhnya.

Dalam situasi ketika bidan tidak berkolaborasi dengan dokter, disini bidan dan

dokter mempunyai tanggung jawab yang sama terhadap terlaksananya asuhan

yang diberikan (Mufdillah, 2012;h;118-119).

G. Evaluasi

Evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah di berikan meliuti pemenuhan

kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan sebagaimana yang telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnose

(Mufdillah, 2012 ,h;118-119).