TINJAUAN KEUANGAN TERHADAP PENGUNGKAPAN EMISI …eprint.stieww.ac.id/1099/1/11 Shinta Permata Sari...
Transcript of TINJAUAN KEUANGAN TERHADAP PENGUNGKAPAN EMISI …eprint.stieww.ac.id/1099/1/11 Shinta Permata Sari...
Seminar Nasional dan Call For Paper Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0
149
TINJAUAN KEUANGAN TERHADAP PENGUNGKAPAN EMISI KARBON
PADA NEGARA-NEGARA DI ASIA TENGGARA
ShintaPermataSari1) dan KhoirunNisa’2)
Universitas Muhammadiyah Surakarta1),2)
Email: [email protected]
Abstract
Disclosure of carbon emission is a disclosure that conveys the results of carbon emission from
company operating activities as corporate social responsibility to achieve stakeholder’strust.
Companies that carry out social responsibility related to environmental condition and discloseit
to give more value for stakeholders, are considered have the capability to performtheir activities
according to stakeholder’s expectations. This study is conducted to analyze the effect of
organizational visibility, profitability, financial distress, and regulatory pressure on carbon
emission disclosure in mining and oil industrial classification companies listed on south-east
asia capital market: Indonesia, Malaysia, Singapore, Philippines and Vietnam Stock Exchanges
for the 2016-2018 period. The purposive sampling methods is defined to list 193 samples.
Carbon emission disclosure is measured using Carbon Disclosure Index (CDI) and the data are
analyzed using multiple linear regression. The results show that organizational visibility and
regulatory pressure have effect on carbon emission disclosure, meanwhile profitability and
financial distress have no effect on carbon emission disclosure.
Keywords: carbon emission disclosure, profitability, regulatory pressure, organizational
visibility,financial distress
Pendahuluan
Keberhasilan ekonomi dunia dapat dilihat dari semakin berkembangnya dunia industri.
Dengan revolusi industri 4.0, aktivitas industri lebih masif dengan bantuan kecerdasan buatan,
robotik, dan mesin canggih lainnya. Perkembangan teknologi yang pesat marupakan dampak
nyata dari era revolusi industri 4.0, yang menekankan pada discruptive innovation dengan
adanya big data, artificial itellegence, robotic, dandigital economy (Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi, 2018). Namun demikian, disisi lain jika energi yang digunakan
tidak ramah lingkungan maka akan memperburuk kondisi iklim maupun kelestarian lingkungan
dunia. Aktivitas manusia yang dapat memperburuk kondisi iklim adalah pembakaran bahan
bakar,seperti batu bara, fosil, minyak bumi, dan gas yang menimbulkan gas karbon dioksida.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dunia sepakat membuat kesepakatan bersama berupa
Protokol Kyoto. Protokol Kyoto merupakan suatu peraturan tentang perubahan iklim yang isinya
mengharuskan negara industri untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang terdiri dari karbon
dioksida, nitrous oxide, sulfur heksafluorida, metan, HFC, dan PFC (Hapsoro & Ambarwati,
2018). Hampir semua negara di wilayah Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN telah
ikut serta menandatangi Protokol Kyoto. Sebelumnya ASEAN juga menandatangi Piagam
ASEAN 2007 dan Paris Agreement 2015 untuk menangani perubahan iklim.
Perubahan iklim merupakan salah satu dampak dari pemanasan global berupa
perubahan cuaca yang terjadi secara siginifikan secara statistik sepanjang periode waktu jutaan
tahun lamanya. Pemanasan global mengakibatkan peningkatan suhu bumi dalam waktu yang
lama dan panas matahari yang tidak bisa terpantul kembali karena tertahan oleh lapisan gas
hasil efek rumah kaca, sehingga bumi menjadi lebih panas. Pemanasan global berdampak
Seminar Nasional dan Call For Paper Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0
150
pada mencairnya puncak es, membahyakan ekosistem terumbu kurang, meningkatnya
permukaan air laut, dan sebagainya. Perubahan iklim berdampak sangat luaspada kehidupan
masyarakat, diantaranya yaitu menurunnya kualitas air, berkurangnya kuantitas air, perubahan
habitat, punahnya spesies, berkurangnya area pertanian, produktivitas pertanian yang
menurun,meningkatnya wabah penyakit, menurunnya kualitas dan kuantitas hutan, dan
meningkatnya gas rumah kaca karena deforestasi. Karbon Dioksida (CO2) merupakan
penyusun utama gas rumah kaca dan setiap tahunnya akan mengalami peningkatan. Menurut
Netherlands Environmental Assessment Agency (NEAA, 2019) yang meneliti 25 negara
menargetkan akan mengurangi emisi gas rumah kaca hingga tahun 2030 dan jumlah karbon
dioksida pada tahun 2018 mencapai 77% dari total emisi gas rumah kaca di 25 negara. Pada
level dunia, berdasarkan data yang dirilis oleh World Resource Insitute (WRI) enam Negara
penghasil emisi CO2 terbesar pada tahun 2018 yaitu China, Amerika Serikat, Uni Eropa, India,
Rusia dan Indonesia. Pada tahun 2018 China menghasilkan emisi karbon sebesar 10,26
miliarton dan tiap tahunny aakan terus meningkat. Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan emisi
masing-masing yaitu 6,135 miliar ton dan 4,263 miliar ton. Selain itu, India dan Rusia
menghasilkan emisi sebesar 2,358 miliar ton dan 2,217 miliar ton.
Negara di kawasan Asia Tenggara, terutama negara yang tergabung dalam Association
of Southeast Asian Nations (ASEAN) ternyata juga merupakan penghasil emisi karbon tertinggi
yaitu Indonesia sebesar 2,053 miliar ton. Asian Development Bank (ADB, 2009) menyatakan
bahwa di kawasan ASEAN akan mengalami peningkatan emisi gas rumah kaca sebanyak
empat kali lipat selama periode 2000-2050 tanpa adanya penanganan yang tepat. Emisi
karbondioksida di negara-negara ASEAN, khususnya Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura
dan Vietnam terus mengalami peningkatan dari tahun 2010-2017. Singapura menempati
peringkat kedua penghasil emisi CO2, lalu Malaysia, Vietnam dan terakhir Filipina. Di Indonesia
tiap tahunnya mengalami peningkatan emisi karbon dengan rata-rata yang dihasilkan sebesar
470,06 miliar metrik ton, Singapura sebesar 228,91 miliar metrik ton, Malaysia sebesar 213,72
miliar metrik ton, Vietnam sebesar 172,27 miliar metrik ton, dan Filipina sebesar 98,35 miliar
metrik ton.
Praktik pengungkapan emisi karbon merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
perusahaan untuk mengurangi emisi karbon yang semakin meningkat. Pengungkapan sukarela
terkait strategi, target kompetitif dan proyek yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi
emisi karbon dapat memeberikan pemahaman lebih baik bagi investor tentang kinerja
perusahaan (Kalu et al., 2016). Teori legitimasi menyatakan bahwa aktivitas perusahaan
berdasarkan pada nilai kepercayaan dan ketentual sosial yang terdapat dalam masyarakat
(Ghozali & Chairi, 2007). Oleh karena itu, menjadikan perusahaan bertanggungjawab terhadap
lingkungan sesuai dengan keinginan masyarakat. Selain itu teori stakeholder juga menyebutkan
jika leverage perusahaan semakin tinggi, maka perusahaan akan memiliki tanggungjawab
terhadap kreditur yang juga semakin tinggi, sehingga perusahaan dituntut untuk memanfaatkan
sumber daya yang ada guna melunasi hutangnya daripada digunakan untuk pengungkapan
emisi karbon, karena dalam membutuhkan biaya yang lebih besar untuk melakukan
pengungkapan (Choiet al., 2013). Hal ini memunculkan tanggungjawab perusahaan untuk
mengatasi masalah emisi karbon, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan yang
mahal karena dampaknya semakin menurun bagi masyarakat.
Tanggung jawab perusahaan terhadap dampak dari pengungkapan emisi karbon akan
menguatkan kepercayaan investor terhadap kemampuan finansial perusahaan. Oleh karena itu,
penelitian tentang carbon emission disclosure dengan melakukan tinjauan keuangan penting
dilakukan untuk memastikan bahwa perusahaan dapat menjaga kelangsungan hidupnya.
Tinjauan keuangan dapat dilakukan terhadap profitabilitas, visibilitas organisasi, financial
distress dan tekanan peraturan (regulatory pressure). Visibilitas organisasi menggambarkan
Seminar Nasional dan Call For Paper Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0
151
keadaan perusahaan yang dapat diamati dengan jelas pada jarak jauh, dengan melihat usia
perusahaan. Faktor lain yang mempengaruhi pengungkapan emisi karbon yaitu profitabilitas.
Perusahaan dengan profitabilitas tinggi lebih mudah dalam menjawab tekanan karena
perusahaan memiliki sumber daya lebih yang dapat digunakan untuk melakukan pengungkapan
lingkungan (Zhang et al., 2013). Selain itu juga financial distress dengan memperhatikan
leverage menunjukkan bahwaperusahaan dengan leverage rendah cenderung mengungkapkan
lebih banyak informasi terkaitemisikarbon dibandingkan dengan perusahaan dengan leverage
tinggi (Irwhantoko & Basuki, 2016; Kalu et al., 2016; Akhiroh & Kiswanto, 2016; serta Nisak &
Yuniarti, 2018). Tekanan peraturan dapat mempengaruhi pengungkapan emisi karbon, karena
pemerintah menjadi salah satu stakeholder perusahaan yang berperan mengawasi aktivitas
perusahaan. Menurut Suhardi & Purwanto (2015) pemerintah memiliki kewenangan besar untuk
menekan perusahaan agar bertanggungjawab terhadap pelestarian lingkungan dan melakukan
pengungkapan emisi karbon.
Pengungkapan emisi karbon sangat penting untuk diteliti, karena sampai saat ini masih
sedikit penelitian yang menunjukkan pentingnya pengungkapan tersebut terhadap
keberlangsungan usaha. Pengungkapan emisi karbon dapat menjadi suatu corporate action
yang baik dalam rangka menjaga keseimbangan sistem kehidupan yang ada di bumi. Teori
Gaia yang dikemukakan oleh Lovelock (1979) menyatakan bahwa meskipun bumi memiliki
kemampuan metabolisme dalam mereduksi dan menyembuhkan lukanya sendiri, namun
fenomena pemanasan global akibat tingginya kandungan gas rumah kaca ternyata tidak
mampu direduksi secara cepat.Oleh karena itu, orang-orang di bumi harus memberikan respon
terhadap ancaman dan risiko perubahan iklim terhadap lingkungansekitar(Choiet al.,
2013).Perusahaanyangmengungkapkan informasi emisi karbon cenderung akan menerapkan
prinsip sustainability ke dalam strategi dan operasi perusahaan sehingga investor dapat
mempertimbangkan informasi karbon sebagai bahan pengambilan keputusan investasi
(Kelvinet al., 2017). Pengungkapan emisi karbon dapat dijadikan sinyal positif atau kabar baik
bagi investor bahwa perusahaan serius dalam menghadapi masalah lingkungan yang terjadi
(Odriozola &Baraibar-Diez, 2017).Hal ini sejalan dengan signalling theory yang menekankan
pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di
luar perusahaan. Sinyal pengungkapan emisikarbon akan mencerminkan etika bisnis yang
dijalankan perusahaan (Alvarezet al., 2015). Penelitian ini ditekankan pada perusahaan pada
klasifikasi industri mining and oil dengan harapan perusahaan akan lebih mengungkapkan
informasi emisi karbon dari aktivitas operasi perusahaan. Pemilihan klasifikasi industri ini
dikarenakan jika dilihat dari aktivitas operasional pastinya akan menghasilkan gas rumah kaca,
salah satunya emisi gas karbon. Pada akhirnya penelitian ini memastikan bahwa perusahaan
pada klasifikasi industri pertambangan dan minyak bertanggungjawab menerapkan
sustainability di kawasan asia tenggara pada khususnya dan di dunia secara keseluruhan,
sehingga secara finansial perusahaan mampu menjaga investasi dari para stakeholder.
Kajian Pustaka dan Pengembangan Hipotesis
Teori Keagenan
Menurut Eisenhardt (1989) teori keagenan dilandasi tiga asumsi penting yaitu asumsi
sifat manusia (human assumptions), asumsi keorganisasian (organizational assumptions) dan
asumsi informasi (information assumptions). Teori keagenan menjelaskan hubungan antara
pemegang saham (stakeholder) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen (Jensen &
Meckling, 1976). Teori ini juga menjelaskan seberapa penting pemilik perusahaan menyerahkan
pengelolaan perusahaan (Ulupui & Putri, 2017). Pada praktiknya, informasi mengenai emisi
Seminar Nasional dan Call For Paper Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0
152
karbon tidak selalu memuat pernyataan positif. Namun demikian, dengan pengungkapan
tersebut perusahaan diharapkan lebih transparan dalam memberikan informasi kepada kepada
publik (Rahman et al., 2014).Tauringama & Chithambo (2015) menyatakan bahwa teori
keagenan menjelaskan tentang tata kelola perusahaan yang membantu menyelaraskan
kepentingan manajerial dan pemangku kepentingan terkait pengungkapan emisi.
Teori Legitimasi
Teori Legitimasi menjelaskan motivasi perusahaan yang mengungkapkan tanggungjawab
sosial dan lingkungan untuk mendapatkan legitimasi. Legitimasi yang diinginkan perusahaan
dari masyarakat yaitu aktivitas operasi perusahaan yang sesuai dengan batasan dan norma
sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Deegan & Unerman, 2011). Perusahaan akan
memperoleh legitimasi jika antara masyarakat dengan perusahaan terdapat persamaan hasil
sesuai harapan. Menurut Suchman(1995) jika perusahaan tidak melakukan tanggungjawab
sesuai keinginan masyarakat, maka masyarakat dapat menghilangkan hak perusahaan untuk
melanjutkan aktivitas perusahaannya. Teori legitimasi merupakan salah satu teori yang
mendasari insentif entitas yang dengan sukarela mengungkapkan laporan pertanggungjawaban
sosial dan lingkungan (Ahmad &Hossain,2015) .Teori legitimasi mendorong perusahaan untuk
melakukan tanggungjawab terhadap lingkungan agar terlihat legitimate di mata masyarakat.
Masalah lingkungan yang disebabkan oleh operasi perusahaan tidak hanya terkait lingkungan
sekitar perusahaan, namun sudah berkembang pada pemanasan global yang disebabkan oleh
emisi karbon dari aktivitas perusahaan (Cahya, 2016).
Teori Stakeholder
Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya
beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun harus mampu memberikan manfaat bagi
stakeholder (pemangku kepentingan)-nya. Keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi
oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan. Gray et al. (1996) menyatakan
bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan tanggung jawab bisnis untuk
menjadikan perushaan akuntabel terhadap seluruh stakeholder, bukan hanya kepada
pemegang saham saja. Perusahaan harus menjagahubungan dengan stakeholder-nya dengan
mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholder-nya, terutama stakeholder yang
mempunyai kekuasaan terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas
operasional perusahaan. Salah satu strategi untuk menjaga hubungan dengan stakeholder
perusahaan adalah melaksanakan kepedulian lingkungan, dengan pengungkapan lingkungan
yang diharapkan stakeholder sehingga menghasilkan hubungan harmonis antara perusahaan
dengan stakeholder (Cahya, 2016).
Pengungkapan Emisi Karbon
Emisi karbon adalah pelepasan karbon ke atmosfer. Karbon dioksida merupakan
penyusun utama gas gas rumah kaca yang setiap tahunnya akan mengalami peningkatan.
Menurut NEAA (2006) jumlah karbondioksida pada tahun 2004 mencapai 75% dari total emisi
gas rumah kaca di dunia. Salah satu penyumbang emisi karbon adalah aktivitas operasional
dari perusahaan. Perusahaan dituntut untuk lebih terbuka terhadap informasi mengenai
perusahaan tersebut. Dalam melakukan pengungkapan informasi pada laporan tahunan,
perusahaan diharapkan dapat transparan dan menjaga akuntabilitas. Ada dua jenis
pengungkapan dalam laporan tahunan, yaitu mandatory disclosure dan voluntary disclosure. Di
beberapa negara ASEAN, pengungkapan emisi karbon (carbon emission disclosure)
merupakan pengungkapan sukarela yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengurangi emisi
karbon yang terus meningkat. Pengungkapan emisi karbon dapat diperhatikan dari
pengungkapan beberapa item yang diadopsi dari Carbon Disclosure Index dalam penelitian
Prado et al. (2009) dan GRI G4 item emisi. Terdapat lima kategori besar yang relevan dengan
Seminar Nasional dan Call For Paper Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0
153
perubahan iklim dan emisi karbon, yaitu: risiko dan peluang perubahan iklim, emisi gas rumah
kaca, konsumsi energi, pengurangan gas rumah kaca dan biaya serta akuntabilitas emisi
karbon. Dalam lima kategoritersebutterdapat lebih banyak item yang diidentifikasi
menggunakan GRI G4 agaritemyangdiungkapanterkaitemisikarbonlebihluas. Menurut Junioret
al. (2014), GRI memungkinkan dan mengakui segalanya sebagai jaminaneksternal. GRI juga
bisa membantu mengorientasikan pengguna pedoman GRI tentang tanggung jawab pemimpin
untuk meningkatkan jaminan sustainability report. Pedoman Pelaporan Keberlanjutan GRI G4
menentukan bahwa indeks item GRI harus dimasukkan dalam semua laporan GRI dan
ditempatkan dengan jelas untuk memungkinkan informasi yang dicari (Junior& Peter, 2017).
Visibilitas Organisasi
Visibilitas Organisasi menggambarkan keadaan suatu perusahaan yang dapat dilihat dan
diamati berdasarkan usia perusahaan. Usia perusahaan menunjukkan kemampuan perusahan
untuk bertahan dari segalam ancaman dan mampu bersaing dengan para pesaingnya.
Keberlanjutan hidup perusahaan juga tergantung pada dukungan pemangku kepentingan dan
dukungan yang perlu dicari untuk aktivitas perusahaan (Grey et al., 1994). Penelitian
sebelumnya telah menunjukkan bahwa visibilitas organisasi berpengaruh pada pengungkapan
emisi karbon. Li et al. (2018) serta Prasetya & Yulianto (2018) menemukan bahwa umur
perusahaan berpengaruh pada pengungkapan emisi karbon. Menurut Akhiroh & Kiswanto
(2016) perusahaan dengan umur panjang membuktikan bahwa perusahaan mampu bersaing
dan cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi secara sukarela.
H1 :Visibilitas organisasi berpengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon.
Profitabilitas
Profitabilitas adalah rasio untuk menentukan efektivitas dan efisiensi suatu perusahaan
dan mencerminkan kinerja keuangan perusahaan. Akhiroh & Kiswanto (2016) menyatakan
bahwa perusahaan dengan kinerja keuangan yang buruk akan memberikan perhatian khusus
untuk mencapai tujuan keuangan dan meningkatkan kinerjanya, dengan demikian dapat
menyebabkan kemampuan dalam mencegah dan melaporkan emisi karbon menjadi terbatas.
Hasil penelitian dari Akhiroh & Kiswanto (2016); Halimah & Yanto, 2018); serta Nisak & Yuniarti
(2018) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon.
H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon.
Financial Distress
Financial Distress menunjukkan leverage perusahaan yaitu gambaran aset perusahaan
dan risiko keuangan yang menjadi beban dalam masa depan. Rasio leverage yang lebih besar
mencerminkan nilai utang perusahaan yang lebih tinggi. Perusahaan dengan leverage tinggi
cenderung lebih berkonsentrasi untuk membayar utang dan membuat pengungkapan yang
tidak wajib. Penelitian yang dilakukan oleh Irwhantoko & Basuki (2016); Halimah & Yanto
(2018); serta Nisak & Yuniarti (2018) menunjukkan bahwa leverage memiliki pengaruh terhadap
pengungkapan emisi karbon.
H3 :Financial distress berpengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon.
Tekanan Peraturan
Pemerintah merupakan salah satu stakeholder perusahaan yang berperan mengawasi
aktivitas peusahaan. Melalui beberapa peraturan yang ditetapkan, pemerintah berupaya
menekan pelaku usaha untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan.
Peters & Romi (2009) menyatakan bahwa perusahaan menggunakan pengungkapan untuk
mengurangi kemungkinan ancaman regulasi dan dampak negatif lainnya terhadap aktivitas
Seminar Nasional dan Call For Paper Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0
154
operasi perusahaan. Penelitian sebelumnya yang mendukung pernyataan ini antara lain Peng
et al. (2015) dan Dewi et al. (2019).
H4 :Tekanan Peraturan berpengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon.
Metode Penelitian
Populasi, Sampel dan Data Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan populasi penelitian
seluruh perusahaan klasifikasi industri mining and oil yang terdaftar di Bursa Saham negara-
negara kawasan Asia Tenggara terutama anggota ASEAN, yaitu: Indonesia, Malaysia,
Singapura, Filipina dan Vietnam selama tahun 2016-2018. Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan kriteria tertentu.
Kriteria khusus ditambahkan terutama untuk perusahaan yang terkategori memiliki rata-rata
aset terbesar di setiap negara dengan jumlah tiga belas perusahaan setiap negara selama
periode penelitian. Berikut ini adalah kriteria dalam pengambilan sampel:
Tabel 1. Proses Seleksi Sampel Penelitian
No. Kriteria Jumlah
1. Perusahaan klasifikasi industriMining and Oil yang terdaftarpada
Bursa Saham di lima negara ASEAN selama periode 2016-2018
612
2. Perusahaantidakterdaftartigaperiodeberturut-turutpada Bursa
Saham di lima Negara ASEAN selama periode 2016-2018.
(54)
3. Perusahaan yang datanya tidak lengkap selama periode2016-2018 (45)
4. Perusahaan yang tidak termasuk dalam kategori total aset terbesar (318)
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria 195
Data outlier selama waktu pengolahan data (2)
Total sampel penelitian 193
Sumber: data diolah, 2019
Variabel dan Pengukuran Variabel
Pengungkapan Emisi Karbon
Pengungkapan emisi karbondalam penelitian ini terdiri dari 21 item pengungkapan yang
termasuk dalam lima kategori sesuai dengan penelitian Prado et al.(2009) dan GRI G4 item
emisi. Masing-masing pengungkapan diberi nilai 1 apabila item pada Carbon Disclosure Index
(CDI) terdapat dalam data perusahaan di laporan tahunan maupun situs resmi perusahaan, dan
nilai 0 diberikan apabila sebaliknya. Berikut rumus untuk menghitung Carbon Emission
Disclosure setelah pemberian nilai pada item CDI dilakukan:
𝐂𝐃𝐈 =Jumlah skor pengungkapanyang terpenuhi
Jumlah skor pengungkapan maksimum
Seminar Nasional dan Call For Paper Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0
155
Visibilitas Organisasi
Visibilitas organisasi dalam penelitian ini diproksikan dengan umur perusahaan. Menurut
Roberts (1992) umur perusahaan menunjukkan aspek kekuatan pemangku kepentingan, sikap
strategis dan kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Umur perusahaan dapat dilihat
dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Penelitian Li et al (2018) mengukur umur
perusahaan dengan logaritma dari total aset perusahaan.
Profitabilitas
Profitabilitas perusahaan diukur dengan menggunakan rasio Return on Asset (ROA).
ROA diukur dengan membandingkan laba bersih dengan aset yang dimiliki perusahaan pada
periode tertentu. Pengukuran ini sesuai dengan penelitian Li et al.(2018).
𝐑𝐎𝐀 =Laba Bersih
Total Aset
Financial Distress
Financial Distress diproksikan dengan leverage. Leverage menggambarkan aset
perusahaan dan risiko keuangan yang menjadi beban dalam masa depan. Rasio leverage yang
lebih besar mencerminkan nilai utang perusahaan yang lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan
oleh Nisak & Yuniarti (2018) menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) untuk mengukur
leverage. Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung financial distress:
𝐃𝐄𝐑 =Total Liabilitas
Total Ekuitas
Tekanan Peraturan
Menurut Suhardi & Purwanto (2015) pemerintah memiliki kewenangan besar untuk
menekan perusahaan agar bertanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan dan melakukan
pengungkapan emisi karbon. Tekanan peraturan dapat ditentukan dengan meperhatikan status
perusahaan pemerintah (atau Badan Usaha Milik Negara-BUMN) sebagai salah satu pemegang
saham perusahaan. Tekanan peraturan diukur dengan variabel dummy, dengan diberikan nilai
1apabila terdapat Perusahaan BUMN yang menjadi pemegang saham perusahaan, sedangkan
apabila seluruh pemegang saham perusahaan adalah perusahaan swasta diberikan nilai 0.
Pengukuran ini sesuai dengan penelitian Dewi et al.(2019).
Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dan menggunakan nilai
signifikansi sebesar 5%. Tahapan analisis pada penelitian ini yaitu terlebih dahulu melakukan
uji asumsi klasik, dilanjutkan dengan analisis regresi linear berganda apabila seluruh asumsi
klasik telah terpenuhi. Berikut ini adalah model regresi linear berganda dalam penelitian ini:
CED = a + b1 VO + b2 PROF + b3 FD + b4 RP + e
Keterangan :
CED = Pengungkapan Emisi Karbon (Carbon Emission Disclosure)
a = konstanta
Seminar Nasional dan Call For Paper Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0
156
b1-b4 = koefisien regresi
VO = Visibilitas Organisasi
PROF = Profitabilitas
FD = Financial Distress
RP = Tekanan Peraturan
Hasil dan Pembahasan
Perusahaan mining and oil yang terdaftar pada Bursa Saham di lima Negara ASEAN
berturut-berturut selama periode 2016-2018 berjumlah 612 perusahaan, namun yang sesuai
dengan kriteria sampel hanya 193 sampel pada periode 2016-2018. Sebelum dimasukkan
dalam model regresi linier maka harus dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi:
ujinormalitas,uji multikolinearitas,uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Berikut hasil uji
asumsi klasik dari persamaan regresi penelitian ini:
Tabel 2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Keterangan Hasil
Hasil Uji Multikolinearitas
Uji Heteroskedastisitas Tolerance VIF
Visibilitas Organisasi 0,237 0,0992 1,008
Profitabilitas 0,906 0,0864 1,157
Financial Distress 0,353 0,998 1,002
Tekanan Peraturan 0,468 0,862 1,161
Kolmogrov-Smirnov 0,251
Durbin-Watson 1,837
Sumber: data diolah, 2019
Hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogrov-Smirnov Test menunjukkan
nilaisignifikansi0,251lebihbesardari0,05sehinggadapatdisimpulkanbahwa data terdistribusi
normal. Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa keseluruhan variablel menunjukkan nilai
tolerance > 0,1danValue Inflation Factor (VIF) < 10, artinya tidak terjadi multikolinearitas
diantara variabel penelitian. Hasil uji heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser menunjukkan
bahwa seluruh variabel memiliki nilai signifikansi >0,05, sehingga tidak terjadi masalah
heteroskesdastisitas. Hasil uji autokorelasi dengan Durbin-Watson diperoleh nilai DW 1,837
berada di daerah yang tidak terkena autokorelasi (du<DW<4-du) yaitu 1,8068<1,837<2,1932
Hasil penelitian dengan analisis regresi menunjukkan persamaan regresi sebagai berikut :
CED = 0,063 + 0,038VO + 0,005PROF + 0,001FD + 0,082RP + e
Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis
Seminar Nasional dan Call For Paper Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0
157
Variabel B Signifikansi Keterangan
Visibilitas Organisasi 0,038 0,000 H1 diterima
Profitabilitas 0,005 0,781 H2 ditolak
Financial Distress 0,001 0,781 H3 ditolak
Tekanan Peraturan 0,082 0,009 H4 diterima
Sumber: data diolah, 2019
Hasil pengujian untuk visibilitas organisasi memiliki nilai signifikansi 0,000> 0,05,
sehingga H1 diterima yang artinya visibilitas organisasi berpengaruh terhadap
pengungkapanemisikarbon. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Li et
al.(2018),tetapi belum mendukung dari Dwinanda & Kawedar (2019). Umur perusahaan yang
diukur dengan total aset dapat mempengaruhi pengungkapan emisi karbon sebagai bentuk
tanggung jawab sosial lingkungan. Semakin tinggi umur perusahaan, maka semakin banyak
juga perusahaan memberikan informasi dalam pengungkapan emisi karbon di laporan
tahunannya. Hasil ini mendukung teori legitimasi yang menyatakan bahwa perushaan yang
melakukan pengungkapan emisi karbon akan mendapatkan legitimasi yang lebih baik, terutama
apabila perusahaan telah lama melakukan aktivitas usaha. Hasil ini juga menjelaskan bahwa
perusahaan mampu bertahan dan bersaing dengan para pesaingnya.
Profitabilitas memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0781 sehingga H2 ditolak yang
artinyaprofitabilitastidakberpengaruhdenganpengungkapanemisikarbon. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian dari Prafitri & Zulaikha (2016), tetapi belum mendukung penelitian dari
Halimah & Yanto (2018) serta Lorenzo et al.(2009) yang menyatakanbahwa perusahaan
dengan profitabilitas tinggi lebih mampu dalam melakukan pengungkapan dibandingkan dengan
perusahaan dengan profitabilitas rendah. Hasil penelitian ini mampu menunjukkan bahwa
perusahaan yang memperoleh laba seharusnya melakukan pengungkapan emisi karbon, tetapi
perusahaan dengan profitabilitas yang kurang menguntungkan justru mengambil keuntungan
dari pengungkapan emisi karbon untuk tujuan legitimasi.
Financial distress memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0781> 0,05 sehingga H3 ditolak
yang artinya financial distress tidak berpengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian dari Dwinanda & Kawedar (2019), namun tidak sesuai
dengan penelitian dari Nisak & Yuniarti (2018). Menurut Nurdiawansyah et al.(2018)
menyatakan bahwa kewajiban yang besar dan pembayaran bunga akan membatasi
kemampuan perusahaan untuk melakukan pengurangan emisi karbon dan strategi
pengungkapan. Oleh karena itu perusahaan akan lebih waspada dalam mengurangi biaya yang
berkaitan dengan pengungkapan emisi karbon.
Tekanan peraturan memiliki nilai signifikansi sebesa r0,009 < 0,05sehingga H4 diterima
yang artinya tekanan peraturan berpengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon. Penelitian
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi et al.(2019) dan Pratiwi (2017). Semakin
besar kepemilikan saham oleh pemerintah dalam perusahaan maka semakin tinggi luas
pengungkapan emisi karbon oleh perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
stakeholder yang menyatakan bahwa perusahaan beroperasi bukan hanya untuk kepentingan
sendiri, namun harus memberi manfaat bagi stakeholder. Keterlibatan pemerintah secara
langsung dapat memberikan wewenang yang lebih luas bagi pemerintah untuk melakukan
pengawasan. Penelitian dari Dewi et al. (2019) menyatakan bahwa pemerintah dengan
kepemilikan saham yang bersifat mayoritas mampu mengendalikan perusahaan untuk
beraktivitas sesuai dengan peraturan yang ada. Perusahaan dengan status perusahaan negara
Seminar Nasional dan Call For Paper Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0
158
atau BUMN yang menjadi pemegang saham perusahaan, diharapkan mampu menjadi contoh
mengenai pengungkapan emisi karbon dan peningkatan kualitas energi yang digunakan.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa visibilitas organisasi dan tekanan peraturan berpengaruh terhadap
pengungkapan emisi karbon, sedangkan profitabilitas dan financial distress tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan emisi karbon.Penelitian ini menunjukkan bahwa para investor mulai
mempertimbangkan pengungkapan emisi karbon perusahaan sekaligus kondisi keuangan yang
mampu memberikan jaminan keberlangsungan usaha. Sebagian besar perusahaan terbuka
yang terdaftar di bursa saham negara di kawasan asia tenggara telah memegang komitmen
terhadap Piagam ASEAN 2007dan Paris Agreement 2015. Penelitian dalam pengungkapan
emisi karbon yang berkaitan dengan keputusan investor menanamkan investasi dalam suatu
perusahaan masih jarang dilakukan di kawasan ASEAN, sehingga besar kemungkinan adanya
peluang dalam melakukan tinjauan jangka panjang terhadap pengungkapan ini.Selain itu
tinjauan keuangan dapat digali lebih dalam,guna memastikan faktor finansial yang mampu
mempengaruhi pengungkapan emisi karbonsekaligus mengembangkan pengukuran yang
dilakukan agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
Daftar Pustaka
Jurnal:
Akhiroh, T.& Kiswanto. (2016). The Determinant Of Carbon Emission Disclosure.Accounting Analysis Journal, 5(4), 326-336. https://doi.org/10.15294/aaj.v5i4.11182
Álvarez, I. G., Segura, L. & Ferrero, J. M. (2015). Carbon Emission Reduction: The Impact on The Financial and Operational Performance of International Companies. Journal of Cleaner Production, 103, 149–159. doi:10.1016/j.jclepro.2014.08.047
Cahya, B.T. (2016). Carbon Emission Disclosure: Ditinjau Dari Media Exposure, Kinerja Lingkungan dan Karakteristik Perusahaan Go Public Berbasis Syariah di Indonesia.NIZHAM Journal of Islamic Studies, 5(2), 170–188. e-ISSN 2541-7061.
Choi, B. B., Lee, D., &Psaros, J. (2013). An analysis of Australian Company Carbon Emission Disclosures.Pacific Accounting Review, 25(1), 58–79.https://doi.org/10.1108/01140581311318968
Dewi, L. G. K., Latrini, M. Y. & Respati, N.N.R. (2019). Determinan Carbon Emission Disclosure Perusahaan Manufaktur.E-Jurnal Akuntansi, 28(1), 613–640. https://doi.org/10.24843/EJA.2019.v28.i01.p24
Dwinanda, I.M. & Kawedar, W. (2019). Pengaruh Belanja Modal, Umur Perusahaan, Pertumbuhan, dan Rasio Utang Terhadap Pengungkapan Emisi Karbon dan Reaksi Saham. Diponegoro Journal Of Accounting, 8(4), 1–12. e-ISSN: 2337-3806.
Eisenhardt, K. M. (1989). Agency Theory: An Assessment and Review. The Academy of Management Review, 14(1), 57–74. doi:10.2307/258191
Hapsoro, D. & Ambarwati (2018).Antecedents and Consequences of Carbon Emissions’ Disclosure: Case Study of Oil, Gas And Coal Companies In Non-Annex 1 Member
Seminar Nasional dan Call For Paper Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0
159
Countries.Journal of Indonesian Economy and Business, 33(2), 99–111. https://doi.org/10.22146/jieb.28756
Irwhantoko, I. & Basuki, B. (2016). Carbon Emission Disclosure: Studi pada Perusahaan Manufaktur Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan,18(2), 92-104.https://doi.org/10.9744/jak.18.2.92-104
Junior, R. M. & Best, P. (2017). GRI G4 Content Index. Sustainability Accounting, Management and Policy Journal, 8(5), 571–594. doi:10.1108/sampj-12-2015-0115
Junior, R. M.,Best, P. J.&Cotter, J.(2014).SustainabilityReporting and Assurance: A Historical Analysis on a World-Wide Phenomenon. Journal of Business Ethics, 120(1), 1–11.doi:10.1007/s10551-013-1637-y
Kalu, J. U.,Buang, A.,&Aliagha, G. U.(2016).DeterminantsofVoluntary CarbonDisclosureinTheCorporateRealEstateSectorof Malaysia. Journal of Environmental Management, 182, 519–524. https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2016.08.011
Kelvin, C., Daromes, F., & Ng, S. (2018). Pengungkapan Emisi Karbon Sebagai Mekanisme Peningkatan Kinerja Untuk Menciptakan Nilai Perusahaan. Dinamika Akuntansi Keuangan dan Perbankan, 6(1), 1–18. e-ISSN: 2656-8500.
Li, D., Huang, M., Ren, S., Chen, X. & Ning, L. (2018). Environmental Legitimacy, Green Innovation, and Corporate Carbon Disclosure: Evidence from CDP China 100. Journal of Business Ethics, 150(4), 1089–1104. doi:10.1007/s10551-016-3187-6
Lorenzo, D., Fiechter, J., Schneider, N., Bracco, A., Miller, A. J., Franks, P. J. S., Bograd, S. J., Moore, A. M., Thomas, A. C., Crawford, W., Pen ̃a, A., & Hermann, A. J. (2009). Nutrient and Salinity Decadal Variations in The Central and Eastern North Pacific. Geophysical Research Letters,36(L14601), 1–6. doi:10.1029/2009GL038261
Nurdiawansyah, Lindrianasari&Komalasari, A.(2018). Carbon Emission Issues in Indonesia. Review of Integrative Business and Economics Research, 7(3), 20–33.ISSN:2304-1013.
Odriozola, M. D. & Baraibar-Diez, E. (2017). Is Corporate Reputation Associated with Quality of CSR Reporting? Evidence from Spain. Corporate Social Responsibility and Environmental Management, 24(2), 121–132. https://doi.org/10.1002/csr.1399
Peng, J., Sun, J.& Luo, R. (2015). Corporate Voluntary Carbon Information Disclosure: Evidence from China’s Listed Companies. World Economy, 38(1), 91–109. https://doi.org/10.1111/twec.12187
Prado, L., Rodruguez, D., Alvarez, G. & Maria, I. (2009). Factors Influencing Gas Emissions in Companies World-Wide. Management Decision, 47(7), 1133–1157. http://doi.org/10.1108/00251740910978340
Prafitri, A.& Zulaikha. (2016). Analisis Pengungkapan Emisi Gas Rumah Kaca. Jurnal Akuntansi dan Auditing, 13(2), 155–175.https://doi.org/10.14710/jaa.13.2.155-175
Prasetya, R.A. &Yulianto, A. (2018).Analysis of Factors Affecting the Disclosure of Corporate Carbon Emission In Indonesia.Jurnal Dinamika Akuntansi 10(1), 71–81. http://dx.doi.org/10.15294/jda.v10i1.12653
Pratiwi, D. N.(2017). Pengaruh Stakeholder Terhadap Carbon Emission Disclosure.Accounthink: Journal of Accounting and Finance, 2(1), 288–300.http://dx.doi.org/10.35706/acc.v2i01.732
Roberts, R. W.(1992).DeterminantsofCorporateSocialResponsibilityDisclosure: An Application of Stakeholder Theory. Accounting, Organizations and Society, 17(6), 595–612. doi:10.1016/0361-3682(92)90015-k
Suchman, M. C. (1995). Managing Legitimacy: Strategic and Institusional Approaches.
TheAcademy of Management Review. 20(3): 571–610.doi:10.2307/258788
Suhardi, R.P. & Purwanto, A. (2015). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Seminar Nasional dan Call For Paper Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0
160
Emisi Karbon di Indonesia (Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013). Diponegoro Journal of Accounting, 4(2), 1–13. e-ISSN: 2337-3806.
Tauringana, V. & Chithambo, L. (2014). The Effect of DEFRA Guidance on Greenhouse Gas Disclosure. The British Accounting Review, 47(4). 425–444. https://doi.org/10.1016/j.bar.2014.07.002
Ulupui, I.G.K.A.&Putri, I.G.A.M. A. D. (2017). The Influence of Corporate Governance, Size, GrowthandPerformancetoExecutiveCompensation(Studyof Indonesia Capital Market).AKRUAL: Jurnal Akuntansi, 9(1), 65–81.http://dx.doi.org/10.26740/jaj.v9n1.p65-81
Zhang, J., Jiang, C., Qu, B. & Wang, P. (2013). Market Concentration, Risk-Taking, and Bank Performance: Evidence fromEmerging Economies. International Review of Financial Analysis, 30, 149–157. http://dx.doi.org/10.1016/j.irfa.2013.07.016
Proceedings:
Nisak, K. &Yuniarti, R. The Effect of Profitability and Leverage to The Carbon Emission
Disclosure on Companies That Registered Consecutively in Sustainability Reporting
Award Period 2014-2016. Proceedings of 2nd International Conference on Energy and
Environmental Science, IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 164,
1-5.doi:10.1088/1755-1315/164/1/012026
Rahman, N. R. A., Rasid, S. Z. A. & Basiruddin, R. Exploring The Relationship Between Carbon
Performance, Carbon Reporting and Firm Performance: A Conceptual
Paper.Proceedings of International Conference on Accounting Studies (ICAS) 2014, 18-
19 August 2014, Kuala Lumpur, Malaysia, Procedia - Social and Behavioral Sciences,
164, 118–125. doi:10.1016/j.sbspro.2014.11.059
Ahmad, N. N.& Hossain, D. M.(2015).ClimateChangeandGlobalWarming
DiscoursesandDisclosuresinTheCorporateAnnualReports:AStudyon
TheMalaysianCompanies.ProceedingsofGlobalConferenceon Business & SocialScience
(GCBSS) 2014, 15-16 December, Kuala Lumpur, Malaysia, Procedia-Social and
Behavioral Sciences, 172,246–253. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.361
Halimah, N. H.& Yanto, H. (2018). Determinant of Carbon Emission Disclosure at Mining
Companies Listedin Indonesia Stock Exchange.Proceedings of International Conference
on Economics, Business and Economic Education (KnE Social Sciences), 2018, 127–
141.doi:10.18502/kss.v3i10.3124
Buku:
Ghozali, I. & Chariri, A. (2007). Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Lovelock, J. E.(1979). Gaia: A New Look at Life on Earth. England: Oxford University Press.
Deegan, C.&Unerman J.(2011).FinancialAccountingTheory.UnitedKigdom: McGraw-Hill.
Gray, R.H., Owen, D.L. & Adams, C. (1996). Accounting and Accountability: Social and
Environmental Accounting in a Changing World. Hemel Hempstead: Prentice Hall
International.
Seminar Nasional dan Call For Paper Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0
161
Peters, G.&Romi, A.(2009).CarbonDisclosureIncentivesinaGlobalSetting: An Empirical
Investigation. University of Arkansas, Fayetteville, AR, Working Paper.
Publikasi Pemerintah:
KementerianRiset,TeknologidanPendidikanTinggiRepublikIndonesia.(2018). Era Revolusi
Industri 4.0, Saatnya Generasi Millennial Menjadi Dosen Masa Depan.Retrieved
fromhttp://sumberdaya.ristekdikti.go.id/index.php/.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. (2007). Piagam ASEAN.Retrieved
fromhttps://kemlu.go.id/portal/.
Sumber Internet:
United Nations.(1998). Kyoto Protocol to The United Nations Framework Convention on Climate
Change.Retrieved fromhttps://unfccc.int/resource/
Secretary General of the United Nations. (2015). Paris Agreement.Retrieved
fromhttps://unfccc.int/files/meetings/
Netherlands Environmental Assessment Agency. (2019). Trends in Global CO2 and Total
Greenhouse Gas Emissions: 2019 Report. Retrieved fromhttps://www.pbl.nl/.
World Resource Insitute. (2018). WRI Annual Report 2018. Retrieved
fromhttps://www.wri.org/annualreport/2018-19.
Asian Development Bank. (2009). ADB Annual Report 2009.Retrieved
fromhttps://www.adb.org/documents/adb-annual-report-2009.
GlobalReportingOrganization.(2019).G4Sustainability Reporting Guidelines.Retrieved
fromhttps://www2.globalreporting.org/resourcelibrary/GRIG4
Seminar Nasional dan Call For Paper Paradigma Pengembangan Ekonomi Kreatif di Era 4.0
162