TINJAUAN EKONOMI MAKRO - BPKH€¦ · TINJAUAN EKONOMI MAKRO Tinjauan Ekonomi Makro –September...
Transcript of TINJAUAN EKONOMI MAKRO - BPKH€¦ · TINJAUAN EKONOMI MAKRO Tinjauan Ekonomi Makro –September...
1
TINJAUANEKONOMI MAKRO
September 2019
Ikhtisar Ekonomi Makro Indonesia
Disclaimer: Sudut pandang dan / atau hasil analisis dalam penelitian ini merupakan ikhtisar dari kondisi yang umum. Hasil analisis dari penelitian ini tidak dapat dijadikan semata-mata sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dan tidak mewajibkan untuk menggunakan penelitian ini sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
TINJAUAN EKONOMI MAKRO
EXECUTIVE SUMMARY❑ Pada 18 September 2019, Bank Sentral AS memutuskan untuk kembali menurunkan suku bunga acuan Fed
rate sebesar 25 bps yaitu dari sebelumnya di range 2,00-2,25% menjadi 1,75-2,00%.
❑ Kebijakan The Fed menurunkan suku bunga saat ini dinilai sudah tidak lagi efektif dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi sehubungan ditimbulkannya gejolak pasar berupa keringnya likuiditas perbankan.
❑ Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 September 2019 memutuskan untuk menurunkan
BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25
bps menjadi 4,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,00%.
❑ Harga minyak dan emas menguat sehubungan memanasnya politik di Kawasan Timur Tengah, dan dampak
penurunan suku bunga acuan membuat pelaku pasar melakukan hedging dengan membeli emas.
❑ Tingkat Inflasi di AS pada bulan Agustus turun ke level 1,70% dari sebelumnya di level 1,80% di bulan Juli.
❑ Tingkat pengangguran AS mencapai 3,7% pada Agustus 2019, tidak berubah dari angka dua bulan sebelumnya
dan sesuai dengan ekspektasi pasar.
❑ Pada Agustus 2019 terjadi inflasi sebesar 0,12% (m-t-m) atau sebesar 3,49% (y-o-y). Dengan tingkat inflasi
yang masih rendah target Bank Indonesia untuk inflasi sebesar 3,5±1% diperkirakan masih dapat tercapai.
❑ Nilai tukar Rupiah di periode ini secara point-to-point menguat terhadap Dolar AS dengan bergerak dari posisi
Rp14.185 per USD pada 30 Agustus menjadi Rp14.165 per USD pada 27 September 2019. Dengan demikian,
nilai tukar Rupiah secara point-to-point mengalami apresiasi sebesar 0,14%. Menurut perhitungan rerata,
rerata nilai tukar Rupiah di bulan Agustus adalah Rp14.232 per USD dan rerata periode akhir Agustus-27
September 2019 adalah Rp14.096 per USD atau mengalami apresiasi sebesar 0,96%.
❑ Neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2019 mengalami surplus sebesar USD85,10 juta. Posisi surplus
pada neraca perdagangan di bulan Agustus 2019 membuat optimis bahwa target APBN di kisaran 2,5–3,0%
terhadap PDB dapat tercapai.
❑ Pasca diturunkannya suku bunga acuan Bank Indonesia, likuiditas perbankan mulai menunjukkan terjadinya
pengetatan likuiditas walaupun belum sampai menimbulkan gejolak kenaikan suku bunga pinjaman antar
bank. Rasio LDR perbankan di bulan Juni 2019 berada di angka 94,98% (OJK), dan likuiditas perbankan
bergerak di kisaran Rp60-80 T setiap harinya (23-27 September) atau sedikit di bawah batas aman di angka
Rp90 T. Suku bunga deposito juga terpantau masih cukup tinggi dengan beberapa bank masih menawarkan
bunga deposito di level 6,5% dan 7%. Kondisi tersebut akan membatasi kebijakan Bank Indonesia dari
menurunkan suku bunga acuan lebih lanjut.
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – September 2019
1. IKHTISAR EKONOMI GLOBAL
Sumber: investing.com, diolah
A. Suku bunga acuan AS kembali turun sebesar 25 bps, namun berakibat pada keringnya likuiditas
perbankan
Harga minyak sempat menguat akibat serangan drone ke kilang-
kilang minyak Arab Saudi mengakibatkan timbulnya kekhawatiran
terhadap supply minyak di masa mendatang. Namun demikian, efek
tersebut diprediksi tidak akan berlangsung lama. Harga minyak
kemudian diprediksi akan kembali melemah sehubungan permintaan
global juga masih melemah.
Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) di
posisi 27 September menguat ke harga USD55,91 per barel atau
menguat sebesar +1,47% yaitu dari posisi USD58,10 per barel pada 30
Agustus. Adapun dari posisi awal tahun yaitu dari posisi 1 Januari
2019, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) telah menguat
sebesar +21,83%. Pergerakan harga minyak mentah di masa
mendatang masih bergantung pada tingkat kepatuhan negara-negara
OPEC+ dan kebijakan negara-negara maju terkait penggunaan
renewable energy, serta prospek ekonomi global pasca perang
dagang.
B. Harga minyak dan emas menguat
TINJAUAN EKONOMI MAKRO
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – September 2019
Harga emas bergerak menguat sehubungan kebijakan The Fed
dalam memangkas suku bunga, sehingga mendorong pelaku pasar
melakukan hedging pada emas. Pada posisi 27 September harga emas
diperdagangkan di level USD1.506,4 per troy ounce atau melemah
sebesar -1,50% dari posisi 30 Agustus yang sebelumnya berada di
level USD 1.529,40 per troy ounce. Adapun dari posisi 1 Januari 2019
harga emas mengalami kenaikan sebesar +17,38%. Pergerakan emas
secara fundamental akan mengikuti jumlah permintaan dari dua
negara besar yaitu India dan Tiongkok.
Sumber: investing.com, diolah
1
1.200,00
1.250,00
1.300,00
1.350,00
1.400,00
1.450,00
1.500,00
1.550,00
1.600,00
1-Jan-19 1-Feb-19 1-Mar-19 1-Apr-19 1-May-19 1-Jun-19 1-Jul-19 1-Aug-19 1-Sep-19
Harga Emas (COMEX)
40,00
45,00
50,00
55,00
60,00
65,00
70,00
01-Jan-19 01-Feb-19 01-Mar-19 01-Apr-19 01-May-19 01-Jun-19 01-Jul-19 01-Aug-19 01-Sep-19
Crude Oil WTI
Pada 18 September 2019, Bank Sentral AS memutuskan untuk kembali menurunkan suku bunga acuan Fed rate sebesar 25 bps yaitu
dari sebelumnya di range 2,00-2,25% menjadi 1,75-2,00%. Langkah tersebut diambil komite dengan mempertimbangkan pasar tenaga kerja
yang tetap kuat dan kegiatan ekonomi yang meningkat dalam level yang moderat di tengah ketikdapastian pertumbuhan ekonomi global
akibat perang dagang dengan Cina. Tingkat pengangguran di AS hingga bulan Agustus masih berada di level 3,70% , sedangkan tingkat
inflasi berada di level 1,70% atau berada di bawah sasaran simetris jangka panjang yang ditetapkan sebesar 2%.
Pasca keputusan The Fed tersebut pasar uang di AS mengalami gejolak likuiditas sehingga memaksa The Fed untuk melakukan
intervensi pasar agar dapat kembali menormalkan likuiditas perbankan. Berdasarkan data The Fed New York, terdapat permintaan
pendanaan yang sangat kuat hingga USD 62 miliar untuk operasi 14 hari dan USD 80,2 miliar untuk overnight. Setelah pendanaan
dikucurkan suku bunga overnight turun ke 1,95%-2,03%. Sebelumnya overnight berada di 2,01%-2,10% sebelum operasi pasar dilakukan
The Fed (CNBC, 25 September 2019).
Negara Sebelumnya Aktual PerubahanIndia 5.75% 5.40% -0.35%Thailand 1.75% 1.50% -0.25%Jamaika 0.75% 0.50% -0.25%Selandia Baru 1.50% 1.00% -0.50%Filipina 4.25% 4.00% -0.25%Indonesia 5.50% 5.25% -0.25%China 4.25% 4.20% -0.05%Brazil 6.00% 5.50% -0.50%Russia 7.25% 7.00% -0.25%Mexico 8.00% 7.75% -0.25%Turkey 19.75% 16.50% -3.25%Hong Kong 2.50% 2.25% -0.25%
Sumber: tradingeconomics.com
Langkah the Fed kemudian diikuti oleh Bank-Bank Sentral di negara-negaraemerging markets untuk kembali menurunkan suku bunga acuannya. Beberapanegara tetangga seperti Filipina di bulan September menurunkan suku bunganyadari 4,25% menjadi 4,00% dan Thailand sejak bulan Agustus juga sudahmenurunkan suku bunga dari 1,75% menjadi 1,50%.Negara-negara emerging markets lainnya seperti Brazil langsung memotong sukubunga sebesar 50bps dari sebelumnya 6,00% menjadi 5,50% dan Turkeymemangkas suku bunga langsung sebesar 325bps dari 19,75% menjadi 16,50%.
Catatan: Kebijakan The Fed menurunkan suku bunga saat ini dinilai sudah tidak lagiefektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sehubungan ditimbulkannyagejolak pasar berupa keringnya likuiditas perbankan. Karena itu, walaupunbeberapa analis mengatakan suku bunga masih akan turun sekali lagi pada akhirtahun ini, namun memperhatikan kondisi yang terjadi sekarang kemungkinantersebut akan sangat kecil.
TINJAUAN EKONOMI MAKRO
C. Pertumbuhan ekonomi AS: Inflasi turun, tingkat pengangguran stagnan
Sumber: tradingeconomics
C.1. Tingkat Inflasi AS
C.2. Tingkat Pengangguran AS
Sumber: tradingeconomics
D. Pergerakan indeks saham global
Sumber: investing.com
Sumber: investing.com
Pasar finansial global bergerak menguat di bulan September.
Pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 bps pada bulan
September merupakan langkah yang sudah lama diantisipasi oleh
pasar. Respon pelaku pasar cukup positif menyambut kebijakan
tersebut dan memberikan optimisme atas perbaikan kondisi ekonomi
di tengah perang dagang AS-China.
Pada periode 30 Agustus-27 September 2019 indeks utama di
bursa saham AS dan beberapa indeks utama bursa saham di Asia
tampak menguat. Indeks Dow Jones Industrial Average menguat
+1,58% yaitu dari sebelumnya 26.403,28 pada 30 Agustus menjadi
26.820,25 pada 27 September. Indeks S&P 500 bergerak menguat
+1,21% dari sebelumnya 2.926,46 pada 30 Agustus menjadi 2.961,79
pada 27 September. Indeks Nasdaq melemah -0,12% dari sebelumnya
7.691,00 pada 30 Agustus menjadi 7.681,58 pada 27 September.
Indeks Hang Seng di bursa saham Hong Kong menguat +0,89% dari
sebelumnya 25.724,73 pada 30 Agustus 2019 menjadi 25.954,81 pada
27 September. Bursa saham Jepang dengan indeks Nikkei menguat
+5,67% yaitu dari sebelumnya 20.704,37 pada 30 Agustus 2019
menjadi 21.878,90 pada 27 September.
2
Tingkat Inflasi di AS pada bulan Agustus turun ke level 1,70%
dari sebelumnya di level 1,80% di bulan Juli. Dalam 5 bulan terakhir
tingkat inflasi di AS terendah terjadi di bulan Juni yaitu di angka
1,60%.
Terjadinya inflasi di AS antara lain disebabkan kenaikan harga
pada kelompok makanan sebesar 1,7%, kelompok transportasi
sebesar 0,9%, kesehatan sebesar 4,3%, perumahan sebesar 3,4%,
kendaraan baru sebesar 0,2% dan kendaraan bekas sebesar 2,1%.
Tingkat inflasi bulan Agustus masih di bawah target inflasi
jangka panjang The Fed yaitu di kisaran angka 2% dan merupakan
tanda yang kurang baik bagi perekonomian AS. Pengaruh
diturunkannya suku bunga acuan sebesar 25bps dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi AS belum akan terasa dalam waktu dekat,
bahkan apabila tidak berhati-hati kebijakan penurunan suku bunga
justru akan menimbulkan gejolak likuiditas di industri perbankan.
Tingkat pengangguran AS mencapai 3,7% pada Agustus 2019,
tidak berubah dari angka dua bulan sebelumnya dan sesuai dengan
ekspektasi pasar. Jumlah orang yang menganggur berkurang 19 ribu
menjadi 6,00 juta orang sementara lapangan pekerjaan (laker) naik 590
ribu menjadi 157,9 juta laker.
Di antara kelompok pekerja utama, tingkat pengangguran untuk
pria dewasa sebesar 3,4%, wanita dewasa 3,3%, remaja 12,6%, kulit
putih 3,4%, kulit hitam 5,5%, orang Asia 2,8%, dan Hispanik 4,2%.
Secara keseluruhan menunjukkan sedikit atau tidak ada perubahan
pada bulan Agustus.
Jumlah pengangguran jangka panjang (mereka yang
menganggur selama 27 minggu atau lebih) sedikit berubah menjadi 1,2
juta pada bulan Agustus dan menyumbang 20,6% dari total
pengangguran.
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – September 2019
2,70%
2,30%
2,50%
2,20%
1,90%
1,60%
1,50%
1,90%2,00%
1,80%
1,60%
1,80%1,70%
1,40%
1,60%
1,80%
2,00%
2,20%
2,40%
2,60%
2,80%
CPI Inflation
3,80%3,70%
3,80%
3,70%
3,90%
4,00%
3,80% 3,80%
3,60% 3,60%
3,70%
3,70%
3,70%
3,20%
3,30%
3,40%
3,50%
3,60%
3,70%
3,80%
3,90%
4,00%
4,10%
US Jobless Rate
25.000
25.500
26.000
26.500
27.000
27.500
27-Aug-19 01-Sep-19 06-Sep-19 11-Sep-19 16-Sep-19 21-Sep-19 26-Sep-19
Dow Jones Industrial Average
30-Aug-19 27-Sep-19 Change Change(%)
S&P 500 2,926.46 2,961.79 35.33 1.21%
Nasdaq 100 7,691.00 7,681.58 -9.42 -0.12%
Dow 30 26,403.28 26,820.25 416.97 1.58%
FTSE100 7,207.18 7,426.21 219.03 3.04%
DAX 11,939.28 12,380.94 441.66 3.70%
Hang Seng 25,724.73 25,954.81 230.08 0.89%
Nikkei 225 20,704.37 21,878.90 1,174.53 5.67%
TINJAUAN EKONOMI MAKRO
2. EKONOMI MAKRO INDONESIA: SUKU BUNGA TUJUH HARI TURUN 25 BPS, INFLASIRENDAH
A. Suku bunga BI rate turun 25 bps ke 5,25%
Sumber: Bank Indonesia, update: 23 September 2019
Sumber: Badan Pusat Statistik
3
C. Inflasi bulan Agustus tercatat sebesar 0,12% (m-t-m) atau 3,49% (y-o-y)
Pada Agustus 2019 terjadi inflasi sebesar 0,12%(m-t-m) atau sebesar 3,49% (y-o-y). Inflasi terjadi karenaadanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknyasebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu:kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakausebesar 0,26%; kelompok perumahan, air, listrik, gas, danbahan bakar sebesar 0,23%; kelompok sandang sebesar0,88%; kelompok kesehatan sebesar 0,59%; dankelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar1,21%. Sementara kelompok pengeluaran yangmengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok bahanmakanan sebesar 0,19% dan kelompok transpor,komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,55%.
Komponen inti pada Agustus 2019 mengalamiinflasi sebesar 0,43%. Tingkat inflasi komponen intitahun kalender (Januari–Agustus) 2019 sebesar 2,32%dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun(Agustus 2019 terhadap Agustus 2018) sebesar 3,30%.
Rendahnya tingkat inflasi pada bulan ini antaralain disebabkan kondisi low season pada penerbanganudara.
Dengan tingkat inflasi yang masih rendah targetBank Indonesia untuk inflasi sebesar3,5±1% diperkirakan masih dapat tercapai.
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
2017 3.49% 3.83% 3.61% 4.17% 4.33% 4.37% 3.88% 3.82% 3.72% 3.58% 3.30% 3.61%
2018 3.25% 3.18% 3.40% 3.41% 3.23% 3.12% 3.18% 3.20% 2.88% 3.16% 3.23% 3.13%
2019 2.82% 2.57% 2.48% 2.83% 3.32% 3.28% 3.32% 3.49%
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19
September 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo
Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,25%, suku bunga Deposit Facility
sebesar 25 bps menjadi 4,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25
bps menjadi 6,00%. Kebijakan tersebut konsisten dengan prakiraan inflasi
yang tetap rendah di bawah titik tengah sasaran dan imbal hasil investasi
aset keuangan domestik yang tetap menarik, serta sebagai langkah pre-
emptive untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi domestik
di tengah kondisi ekonomi global yang melambat. Untuk memperkuat
bauran kebijakan dalam mendorong momentum pertumbuhan ekonomi,
Bank Indonesia melakukan relaksasi kebijakan makroprudensial untuk
meningkatkan kapasitas penyaluran kredit perbankan dan mendorong
permintaan kredit pelaku usaha.
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – September 2019
5,25
6,00 6,13
6,24 6,38 6,50 6,54
5,00
5,75 5,80 5,83 5,87
6,22 6,20 6,26
4,75
5,50 5,55 5,58
5,66
5,89 5,94 6,00
4,50
5,25 5,28 5,30 5,33
5,68 5,69 5,75
4,25
4,75
5,25
5,75
6,25
6,75
Overnight 1 Minggu 2 Minggu 1 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan
Term Structure Bank Indonesia
Term Structure BI24 Juni 2019
Term Structure BI25 Juli 2019
Term Structure BI23 Agustus 2019
Term Structure BI23 September 2019
2,82%
2,57%2,48%
2,83%
3,32% 3,28% 3,32%3,49%
2,00%
2,50%
3,00%
3,50%
4,00%
4,50%
5,00%
Inflasi
2016 2017 2018 2019
Pengaturan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM)/RIM Syariah disempurnakan dengan menambahkan komponen pinjaman/pembiayaan
yang diterima bank, sebagai komponen sumber pendanaan bank dalam perhitungan RIM/RIM Syariah. Bank Indonesia juga melakukan
pelonggaran: (i) Rasio Loan to Value / Financing to Value (LTV/FTV) untuk kredit/pembiayaan Properti sebesar 5%, (ii) Uang Muka untuk
Kendaraan Bermotor pada kisaran 5 sampai 10%, serta (iii) Tambahan keringanan rasio LTV/FTV untuk kredit atau pembiayaan properti dan
Uang Muka untuk Kendaraan Bermotor yang berwawasan lingkungan masing-masing sebesar 5%. Ketentuan tersebut berlaku efektif sejak 2
Desember 2019. Sementara itu, kebijakan sistem pembayaran dan pendalaman pasar keuangan terus diperkuat guna mendukung
pertumbuhan ekonomi.
Catatan: Pasca diturunkannya suku bunga acuan Bank Indonesia, likuiditas perbankan mulai menunjukkan terjadinya pengetatan likuiditas
walaupun belum sampai menimbulkan gejolak kenaikan suku bunga pinjaman antar bank. Rasio LDR perbankan di bulan Juni 2019 berada di
angka 94,98% (OJK), dan likuiditas perbankan bergerak di kisaran Rp60-80 T setiap harinya (23-27 September) atau sedikit di bawah batas
aman di angka Rp90 T. Suku bunga deposito juga terpantau masih cukup tinggi dengan beberapa Bank masih menawarkan suku bunga di level
6,5% dan 7% (PIPU-Bank Indonesia). Kondisi tersebut akan membatasi kebijakan Bank Indonesia dari menurunkan suku bunga acuan lebih
lanjut.
TINJAUAN EKONOMI MAKRO
D. Dolar AS bergerak melemah terhadap mayoritas mata uang dunia
4
Sumber: investing.com, disesuaikan dengan USD sebagai reference currency Sumber: investing.com
Neraca perdagangan Indonesia pada Agustus
2019 mengalami surplus sebesar USD85,10 juta.
Apabila dibandingkan dengan bulan Juli 2019, ekspor
non-migas Indonesia mengalami penurunan sebesar -
7,18% yaitu dari sebelumnya USD14,44 miliar pada Juli
2019 menjadi USD13,40 miliar pada Agustus 2019.
Adapun impor non-Migas mengalami penurunan
sebesar -8,77% yaitu dari sebelumnya USD13,77 miliar
pada Juli 2019 menjadi USD12,56 miliar pada Agustus
2019.
Ekspor migas Indonesia mengalami penurunan
sebesar -38,51% yaitu dari sebelumnya USD1,42 miliar
pada Juli 2019 menjadi USD0,87 miliar pada Agustus
2019. Adapun impor migas mengalami penurunan
sebesar -46,47% yaitu dari sebelumnya USD3,05 miliar
menjadi USD1,63 miliar. Posisi surplus pada neraca
perdagangan bulan Agustus 2019 membuat optimis
bahwa target APBN di kisaran 2,5–3,0% terhadap PDB
dapat tercapai.
E. Neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus
Sumber: Badan Pusat Statistik (dalam juta USD)
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – September 2019
-0,14%
0,00%
-0,42%
-0,42%
0,08%
0,66%
0,00%
0,36%
-3,12%
1,53%
-0,62%
-1,32%
-2,74%
0,47%
-1,08%
-0,42%
0,17%
0,08%
-4% -3% -2% -1% 0% 1% 2%
USD/IDR
USD/THB
USD/SGD
USD/MYR
USD/VND
USD/MMK
USD/PHP
USD/BRL
USD/RUB
USD/JPY
USD/KRW
USD/INR
USD/TRY
EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
NZD/USD
USD/CHF
Nilai Tukar 30 Agustus - 27 September 2019
14.558
14.858
15.179
14.664
14.498
14.165
14.029
14.20414.137
14.376
14.251
14.031
14.232
14.096
Rerata USD/IDR
-944,20
314,00
-1.773,40
-1.996,00
-1.031,70
-1.063,50
329,90
670,80
-2.501,19
207,60 196,00
-63,50
85,10
-3000
-2500
-2000
-1500
-1000
-500
0
500
1000
Aug-18 Sep-18 Oct-18 Nov-18 Dec-18 Jan-19 Feb-19 Mar-19 Apr-19 May-19 Jun-19 Jul-19 Aug-19
Neraca Nilai Perdagangan Indonesia, Agt 2018 - 2019
Selisih Jul-19 Aug-19 Selisih2 %
Ekspor Non Migas 14,441.40 13,404.90 (1,036.50) -7.18%
Ekspor Migas 1,423.70 875.40 (548.30) -38.51%
Impor Non Migas 13,772.40 12,564.70 (1,207.70) -8.77%
Impor Migas 3,045.70 1,630.50 (1,415.20) -46.47%
Nilai tukar Rupiah di periode ini secara point-to-point menguat terhadap Dolar AS dengan bergerak dari posisi Rp14.185 per USD pada 30
Agustus menjadi Rp14.165 per USD pada 27 September 2019. Dengan demikian, nilai tukar Rupiah secara point-to-point mengalami apresiasi
sebesar 0,14%. Menurut perhitungan rerata, rerata nilai tukar Rupiah di bulan Agustus adalah Rp14.232 per USD dan rerata periode akhir Agustus-
27 September 2019 adalah Rp14.096 per USD atau mengalami apresiasi sebesar 0,96%. Penguatan nilai tukar Rupiah tersebut merupakan dampak
dari berbagai kebijakan moneter diantaranya penurunan suku bunga The Fed yang diikuti oleh beberapa bank Sentral di negara lainnya. Dengan
demikian, pelaku pasar cenderung untuk mencari dan menempatkan dananya pada instrumen-instrumen lain di negara-negara emerging market
yang memberikan imbal hasil lebih tinggi salah satunya di Indonesia.
Pada periode akhir Agustus hingga 27 September 2019, mata uang Dolar AS (USD) melemah terhadap mayoritas mata uang dunia. Pelemahan
mata uang Dolar AS tersebut antara lain disebabkan oleh faktor kebijakan moneter AS menurunkan suku bunga sebesar 25bps. Dengan
diturunkannya suku bunga sebesar 25bps saat ini Fed rate berada di kisaran 1,75-2,00% dan mendorong pelaku pasar untuk mencari investasi di
negara-negara lain yang bisa memberikan imbal hasil yang lebih tinggi.
Terhadap mata uang di Asia Tenggara, mata uang USD juga terlihat melemah kecuali terhadap mata uang Myanmar dan Vietnam. Hal tersebut
menunjukkan perbaikan risk appetite pelaku pasar antara lain dengan mengejar dan menempatkan dananya pada aset-aset yang berisiko lebih
tinggi namun memberikan imbal hasil lebih baik.
Catatan: Walaupun tercatat surplus, namun dari sisiekspor maupun impor terlihat terjadinya penurunan.Khusus di ekspor dan impor migas, penurunan yangterjadi terlihat cukup besar.
TINJAUAN EKONOMI MAKRO 5
F. Cadangan devisa : Posisi cadangan devisa Indonesia cukup untuk 7,4 bulan impor
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Agustus 2019 sebesar USD
126,4 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Juli 2019 sebesar
USD 125,9 miliar. Posisi cadangan devisa pada Agustus 2019 terutama didorong
oleh penerimaan devisa migas dan penerimaan valas lainnya. Posisi cadangan
devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,4 bulan impor atau 7,1 bulan impor
dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar
kecukupan internasional yaitu 3 bulan impor. Cadangan devisa tersebut tetap
memadai dengan didukung stabilitas dan prospek ekonomi yang tetap baik, serta
mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga stabilitas
makroekonomi dan sistem keuangan.
Sumber: Bank Indonesia, dalam miliar USD
G. Kinerja pasar saham domestik: IHSG melemah di bulan September
Pada periode 30 Agustus-27 September, kinerja bursa saham domestik
cenderung melemah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah sebesar -
1,49% yaitu turun dari level 6.290,55 pada 30 Agustus menjadi 6.196,89 pada 27
September 2019. Kondisi tersebut juga diikuti oleh indeks domestik lainnya yaitu
indeks LQ45 yang melemah sebesar -2,34% yaitu dari level 995,76 pada 30
Agustus ke level 972,45 pada 27 September 2019, dan indeks Syariah JII melemah
sebesar -2,05% yaitu dari level 702,59 pada 30 Agustus ke 688,17 pada 27
September 2019.
Pada periode yang sama investor asing tercatat melakukan net sell dan
capital outflow tercatat sebesar Rp5,46 T. Walaupun Bank Indonesia telah
menurunkan suku bunga acuan sebanyak 3 kali, namun hal tersebut dianggap
belum dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam waktu dekat.
Likuiditas perbankan yang semakin ketat sebagai dampak perpindahan aset-aset
nasabah dari deposito perbankan ke surat-surat berharga negara untuk
mendapatkan yield yang lebih tinggi telah mendorong tingkat LDR perbankan ke
angka 94,98% (statistik OJK), sehingga untuk penyaluran kredit ke sektor riil masih
sulit untuk terwujud.Sumber: investing.com, Bursa Efek Indonesia
H. Kinerja Surat Berharga Syariah Negara (SBSN): Yield turun untuk tenor panjang
Sumber: IBPA
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – September 2019
118,31
117,93
114,85 115,16
117,21
120,65
120,08
123,27
124,54
124,29
120,35
123,82
125,90 126,44
110,00
115,00
120,00
125,00
130,00
Jul-18 Aug-18 Sep-18 Oct-18 Nov-18 Dec-18 Jan-19 Feb-19 Mar-19 Apr-19 May-19 Jun-19 Jul-19 Aug-19
Cadangan Devisa Indonesia (miliar USD)
6.278,17 6.269,666.308,95
6.326,21
6.381,95
6.334,84
6.219,44
6.231,47
6.137,61
6.196,89
5.900
6.000
6.100
6.200
6.300
6.400
6.500
6.600
6.700
Indek Harga Saham Gabungan
30-Aug-19 27-Sep-19 Change Change(%)
IHSG 6,290.55 6,196.89 -93.66 -1.49%
LQ45 995.76 972.45 -23.31 -2.34%
JII 702.59 688.17 -14.42 -2.05%
Indicative Yield
SBSN30-Aug-19 27-Sep-19 Perubahan
5 6.92 7.08 0.16
10 7.52 7.75 0.23
15 7.99 7.96 (0.03)
20 8.31 7.92 (0.39)
5,00
5,50
6,00
6,50
7,00
7,50
8,00
8,50
9,00
0,1 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
SBSN Indicative Yield
20-Sep-19 27-Sep-19 30-Aug-19
Indicative yield Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada 30 Agustus-27
September mengalami penurunan pada tenor-tenor panjang. Penurunan
tersebut antara lain didorong oleh peralihan portofolio investor yang sebelumnya
memiliki SBN Konvensional ke SBN Syariah sehubungan imbal hasil yang
diperoleh pada instrument SBN Syariah lebih tinggi. Hasil lelang terakhir pada
tanggal 17 September 2019 menunjukkan terjadi oversubscribed 4,15 kali atau
senilai Rp29,03 T dari target indikatif sebesar Rp7,00 T adapun pada minggu ini
tidak ada lelang SBSN.
Hingga 27 September 2019 posisi kepemilikan asing pada surat berharga
negara (total SBN dan SBSN) tercatat sebesar Rp1.028,3 T. Pada periode 30
Agustus-27 September porsi kepemilikan investor asing bertambah menjadi Rp
16,13 T.
Pada periode 30 Agustus-27 September 2019, tenor 5 tahun mengalami
kenaikan yield sebesar +16bps ke level 7,08%; tenor 10 tahun mengalami
kenaikan yield sebesar +23bps menjadi 7,75%; tenor 15 tahun yield turun sebesar
-3bps menjadi 7,96% dan tenor 20 tahun mengalami penurunan yield sebesar -
39bps menjadi 7,92%.
Hingga lelang terakhir tanggal 24 September 2019, Pemerintah telah
menyerap dana lelang sebesar Rp185,28 T atau telah mencapai 100,15% dari
target indikatif Q3-2019 yang ditetapkan sebesar Rp185 T.
Mata uang Rupiah menunjukkan kecenderungan menguat dan cukup stabil dalammenghadapi tekanan mata uang Dolar AS. Neraca perdagangan juga tercatatsurplus di bulan Agustus. Kedua faktor tersebut mendorong cadangan devisameningkat.
TINJAUAN EKONOMI MAKRO 6
3. REFERENSI
❑www.bi.go.id
❑www.tradingeconomics.com
❑www.bloomberg.com
❑www.bps.go.id
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – September 2019