TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Transcript of TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
0
TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM
MENINGKATKAN POTENSI SEKTOR PARIWISATA PESISIR DI
KAWASAN WISATA TERINTEGRASI TELUK LAMPUNG
Studi Kasus : Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan,
Kabupaten Pesawaran.
TUGAS AKHIR
Disusun Dalam Memenuhi Persyaratan
Program Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota
Oleh:
Muhammad Haikal Trinanda
22116018
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KWILAYAHAN
INTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN
2020
i
KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM
MENINGKATKAN POTENSI SEKTOR PARIWISATA
PESISIR DI KAWASAN WISATA TERINTEGRASI TELUK
LAMPUNG
STUDI KASUS : KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA
DAERAH TELUK PANDAN, KABUPATEN PESAWARAN.
Tugas Akhir diajukan kepada
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sumatera
Oleh:
Muhammad Haikal Trinanda
22116018
Diajukan pada Sidang Ujian Skripsi
Tanggal Juli 2020
Dinyatakan Lulus
Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota
Lampung Selatan,..................2020
Tim Penguji:
Ir. Nia Kurniasih Pontoh, M.T – Pembimbing 1 : ___________
Lutfi Setianingrum, S.T.,M.URP.– Pembimbing 2 : ___________
Zulqadri Ansar, S.T.,M.T – Penguji 1 : ___________
Yudha Rahman, S.T.,M.T-- Penguji 2 : ___________
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui
Kordinator Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota
Dr. Ir. Muhammad Irfan Affandi, M.Si
ii
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi.
Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diakui dalam naskah
ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila dalam Skripsi saya ternyata
ditemui duplikasi, jiplakan (plagiat) dari penelitan orang lain/institusi lain maka
saya bersedia menerima sanksi untuk dibatalkan kelulusan saya dan saya bersedia
melepaskan gelar Sarjana Teknik dengan penuh rasa tanggung jawab:
Lampung Selatan, 2020
MUHAMMAD HAIKAL TRINANDA
NIM 22116018
iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Institut Teknologi Sumatera, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :
Nama : Muhammad Haikal Trinanda
NIM : 22116018
Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota
Jurusan : Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan
Jenis Karya : Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan
kepada Institut Teknologi Sumatera Hak Bebas Royalti Non-ekslusif (Non-
exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi
Sektor Pariwisata Pesisir Di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung
(Studi Kasus : Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan,
Kabupaten Pesawaran.)
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak Bebas Royalti Non-
ekslusif ini, Institut Teknologi Sumatera berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Lampung Selatan
Pada tanggal : 15 Juni 2020
Yang Menyatakan (Muhammad Haikal Trinanda)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya maka penyusunan
Skripsi dapat diselesaikan oleh penulis, dengan judul “Tingkat Kesiapan Penerapan
Smart Tourism Dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan
Wisata Terintegrasi Teluk Lampung : Studi Kasus Kawasan Strategis Pariwisata
Daerah Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran”. Skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik berkat bantuan dari beberapa pihak-pihak yang terkait. Oleh karena
itu, penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua dan keluarga penulis yang telah mendukung dan memberikan bantuan
moral dan spiritual dalam pembuatan laporan ini.
2. Ibu Ir. Nia Kurniasih Pontoh, M.T. dan Lutfi Setianingrum, S.T.,M.URP selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan
waktu luangnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Bapak Zulqadri Ansar S.T.,M.T dan Yudha Rahman S.T.,M.T selaku dosen
penguji laporan skripsi yang telah memberikan arahan serta masukan mengenai
penyusunan skripsi dan banyak membantu baik di dalam kampus dan di luar
kampus.
4. Ibu Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T.,M.T selaku Ketua Jurusan Teknologi
Infrastruktur dan Kewilayahan Institut Teknologi Sumatera.
5. Bapak dan Ibu Dosen, Karyawan dan Karyawati Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sumatera.
6. Semua pihak Dinas Instansi di Provinsi Lampung dan Kabupaten Pesawaran,
Pengelola Objek Wisata Pantai di Teluk Pandan, dan masyarakat lokal Teluk
Pandan yang telah membantu memberikan data-data dalam pembuatan laporan
ini.
7. Ibu Msy. Liesandriani, S.H., M.H dan ibu Lisdiana yang telah banyak membantu
dalam hal akademik dan mengembangkan softskill di bidang Master of
Ceremony.
8. Semua teman-teman “Ya Kali Gak Kuy” dan “Best Bro” yang telah membuat
hari-hari saya lebih menyenangkan, terima kasih karena kalian selalu
mendukung dan care kepada saya dalam hal apapun.
v
9. Semua teman-teman “Estetot Real” yang sudah mengotori hari-hari saya dengan
perilaku toxic kalian, walaupun kalian bukan teman murni saya tapi kalian cukup
menghibur disaat yang tepat.
10. Seluruh teman-teman angkatan 2016 Program Studi Perencanaan Wilayah dan
Kota, Institut Teknologi Sumatera.
Penyusun menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dikarenakan oleh keterbatasan penulis
sebagai manusia biasa. Oleh sebab i tu, penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna menyempurnakan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun para pembaca laporan.
Lampung Selatan, 2020
MUHAMMAD HAIKAL TRINANDA
NIM 22116018
vi
Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir
di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Studi Kasus : Kawasan Strategis Pariwisata
Daerah Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran
Muhammad Haikal Trinanda (22116018)
Pembimbing (Ir. Nia Kurniasih Pontoh, M.T. dan Lutfi Setianingrum, S.T.,M.URP)
ABSTRAK
Keunggulan Sektor pariwisata saat ini telah mengalami ekspansi dan diversifikasi
berkelanjutan dibandingkan sektor manufaktur. Dalam pengembangan pariwisata saat ini
berbagai daerah menawarkan pelayanan yang maju dan inovatif melalui penerapan
Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi wisatawan yang sering disebut dengan
Pariwisata cerdas (Smart Tourism). Saat ini penerapan platform Smart Tourism lebih
banyak diterapkan di kawasan wisata kota yang telah memiliki kelengkapan infrastruktur
dasar, sistem transportasi yang baik, ketersediaan infrastruktur Teknologi Informasi dan
Komunikasi yang memadai, dan sistem pelayanan yang menyeluruh. Hal tersebut tentunya
membuat Konsep Smart Tourism masih sangat jarang diterapkan di kawasan wisata bahari
yang berada di pesisir dan pulau-pulau kecil.
Pada sektor pariwisata Provinsi Lampung memiliki potensi dan daya tarik yang besar
pada kawasan pesisirnya. Dalam pengembangan pariwisata pemerintah Provinsi Lampung
melalui Bappeda memiliki rencana pengembangan Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk
Lampung dan Dinas Pariwisata Provinsi Lampung memiliki tujuan untuk meningkatkan
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Pada penelitian ini
akan mengkaji objek wisata pesisir di wilayah KSPD Teluk Pandan di Kabupaten
Pesawaran. Dalam perkembangannya Wilayah Teluk Pandan telah berkembang sebagai
kawasan perkotaan dengan ketersediaan sarana/prasarana penunjang pariwisata di
Kawasan Teluk Pandan telah terpenuhi. Namun, berdasarkan dari penjelasan pada
dokumen RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-2031, KSDP Teluk Pandan dalam hal
tingkat perkembangan pariwisatanya masih belum setara dengan tingkat perkembangan
wilayahnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kesiapan objek wisata
pesisir Teluk Pandan di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dalam menerapkan
Smart Tourism yang ditinjau dari ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar
dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata, dan fasilitas penunjang wisata. Penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian Deduktif Kualitatif dengan teknik sampling yang
digunakan adalah purposive sampling. Pada penelitian ini data kualitatif yang didapat akan
diproses dengan analisis deduktif, yaitu analisis skoring.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek
wisata pesisir di KSPD Teluk Pandan dinyatakan AGAK SIAP. Kesiapan penerapan Smart
Tourism ditinjau dari ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar dan TIK,
Transportasi, Atraksi Wisata, dan fasilitas penunjang wisata. Berdasarkan hasil tinjauan
pada seluruh komponen penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di Teluk
Pandan yang dikaji dar infrastruktur, fasilitas dan sistem pelayanan menunjukkan hanya
komponen infrastruktur dasar dan TIK yang menunjukan adanya kesiapan, untuk atraksi
dan fasilitas penunjang wisata menunjukkan agak siap, dan untuk komponen trasnportasi
menunjukkan tidak siap dalam penerapan Smart Tourism. Hal tersebut dikarenakan
kuantitas yang belum memadai dan juga TIK yang belum diterapkan dalam pengelolaan
wisata.
Kata Kunci : Smart Tourism, Pariwisata Pesisir Pantai, Tingkat Kesiapan
vii
The Level of Readliness for the Aplication of Smart Tourism in Increasing the Potential of the
Coastal Tourism sector in Integrated Tourist Area of Lampung Bay. Case Study : Kawasan Strategis
Pariwisata Daerah Teluk Pandan, Pesawaran District.
Muhammad Haikal Trinanda (22116018)
Guiding Lecturer (Ir. Nia Kurniasih Pontoh, M.T. and Lutfi Setianingrum, S.T.,M.URP)
ABSTRACT
Advantages The tourism sector is currently experiencing continuous expansion and
diversification compared to the manufacturing sector. In the development of tourism today
various regions offer advanced and innovative services through the application of
Information and Communication Technology for tourists who are often referred to as
Smart Tourism. At present the application of the Smart Tourism platform is more widely
applied in urban tourism areas that already have basic infrastructure, a good
transportation system, the availability of adequate Information and Communication
Technology infrastructure, and a comprehensive service system. This certainly makes the
concept of Smart Tourism is still very rarely applied in marine tourism areas that are on
the coast and small islands.
In the tourism sector, Lampung Province has great potential and attractiveness in its
coastal areas. In the development of tourism, the Lampung provincial government through
Bappeda has a plan to develop the Lampung Bay Integrated Tourism Area and the
Lampung Provincial Tourism Office has the aim to increase the number of foreign and
domestic tourist visits. This research will examine coastal tourism objects in the KSPD
Teluk Pandan area in Pesawaran Regency. In its development, the Teluk Pandan Region
has developed as an urban area with the availability of facilities / infrastructure supporting
tourism in the Pandan Bay Area has been met. However, based on the explanation in the
2017-2031 Pesawaran Regency RIPPDA document, KSDP Teluk Pandan in terms of the
level of tourism development is still not equivalent to the level of development of the region.
The purpose of this study is to identify the level of readiness of coastal tourism objects in
the Bay of Pandan in the Integrated Tourism Region of Lampung Bay in implementing
Smart Tourism in terms of the availability and quality of basic infrastructure and ICT
services, Transportation, Tourist Attractions, and tourist support facilities. This study uses
a Qualitative Deductive research approach with the sampling technique used is purposive
sampling. In this study the qualitative data obtained will be processed by deductive
analysis, namely scoring analysis.
The results of the analysis showed that the level of readiness for the application of Smart
Tourism in the coastal tourism objects in the KSPD of Teluk Pandan was stated REALLY
READY. The readiness for implementing Smart Tourism is in terms of the availability and
quality of basic infrastructure and ICT services, Transportation, Tourist Attractions, and
tourist support facilities. Based on the results of a review of all components of the
application of Smart Tourism in coastal tourism objects in Pandan Bay, which were
assessed from infrastructure, facilities and service systems, it was shown that only basic
infrastructure components and ICTs showed readiness, for tourism supporting facilities
and facilities showed rather ready, and for components transportation shows not ready in
the application of Smart Tourism. That is because the quantity is inadequate and ICTs have
not been applied in tourism management.
Keywords: Smart Tourism, Coastal Tourism, Readiness Level
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................................ vi
ABSTRACT ...................................................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xiii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian....................................................... 5
1.3 Tujuan dan Sasaran ............................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan ........................................................................................................ 6
1.3.2 Sasaran ....................................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 7
1.4.1 Manfaat Teoritis ......................................................................................... 7
1.4.2 Manfaat Praktis .......................................................................................... 7
1.5 Ruang Lingkup ...................................................................................................... 8
1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah ............................................................................ 8
1.5.2 Ruang Lingkup Subtansi ............................................................................ 9
1.6 Keaslian Penelitian .............................................................................................. 11
1.7 Kerangka Pikir .................................................................................................... 14
1.8 Metodelogi Penelitian ........................................................................................ 15
1.8.1 Pendekatan Penelitian .............................................................................. 15
1.8.2 Metode Penelitian .................................................................................... 16
1.9 Definisi Operasional ........................................................................................... 17
ix
1.10 Metode Koleksi Data ........................................................................................ 18
1.10.1 Jenis Data ............................................................................................... 18
1.10.2 Kebutuhan Data...................................................................................... 22
1.10.3 Tahap Koleksi Data ................................................................................ 25
1.11 Metode Analisis ................................................................................................ 26
1.11.1 Analisis Kualitatif/Induksi .................................................................... 27
1.11.2 Analisis Kesiapan Penerapan Smart Tourism pada Objek Wisata ........ 29
1.12 Teknik Sampling ............................................................................................... 38
1.13 Sistematika Penulisan ....................................................................................... 40
BAB II .............................................................................................................................. 43
TINJAUAN PUSTAKA KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM ................. 43
2.1 Tinjauan Umum Pariwisata ................................................................................. 43
2.1.1 Pengertian Pariwisata ............................................................................... 43
2.1.2 Pariwisata sebagai Suatu Sistem .............................................................. 45
2.1.3 Pariwisata dalam Konteks Penataan Ruang ............................................. 53
2.2 Wilayah Pesisir ................................................................................................... 55
2.2.1 Pengertian Wilayah Pesisir ...................................................................... 55
2.2.2 Pariwisata di Kawasan Pesisir .................................................................. 56
2.3 Smart Tourism ..................................................................................................... 60
2.3.1 Smart Tourism Destination ...................................................................... 65
2.3.2 Smart Tourism Tools ............................................................................... 66
2. 4 Preseden Penerapan Smart Tourism ................................................................... 69
2.4.1 Smart Tourism Destination Bali ............................................................. 69
2.4.2 Smart Tourism Semarang ......................................................................... 71
2.4.3 Smart Tourism Danau Toba ..................................................................... 73
2.4.4 Smart Tourism Surakarta ......................................................................... 75
2.5 Sintesa Pustaka .................................................................................................... 77
BAB III ............................................................................................................................. 81
GAMBARAN UMUM KAWASAN PESISIR TELUK LAMPUNG ........................ 81
3.1 Gambaran Umum Kawasan Wisata Teluk Lampung .......................................... 81
3.2 Kondisi dan Potensi Wilayah Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung ... 82
x
3.3 Kondisi dan Potensi Wilayah Teluk Pandan ....................................................... 84
3.2.1 Pantai Queen Arta ................................................................................... 85
3.2.2 Pantai Mutun Asri ................................................................................... 87
3.2.3 Pantai Putra Mutun.................................................................................. 88
3.2.4 Pantai MS Town ..................................................................................... 89
3.2.5 Pantai Mutun Haruna Jaya ...................................................................... 91
3.2.6 Pantai Sari Ringgung .............................................................................. 93
3.2.7 Wisata Hutan Mangrove Petengoran ...................................................... 95
3.2.8 Taman Wisata Dewi Mandapa ................................................................ 96
3.2.9 Pantai Ketapang ...................................................................................... 97
3.2.10 Pantai Kelapa Rapat (Klara) ................................................................. 99
3.4 Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat dan Wisatawan Wisata Pesisir Pantai di
Kecamatan Teluk Pandan........................................................................................ 101
3.4.1 Karakteristik Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Kecamatan
Teluk Pandan .................................................................................................. 101
3.4.2 Kesadaran Terhadap Lingkungan di Objek Wisata Pantai Teluk Pandan
........................................................................................................................ 103
3.5 Rangkuman Karakteristik Wilayah dan Karakteristik Sosial Budaya dan Ekonomi
Masyarakat Lokal di KSPD Teluk Pandan ............................................................. 104
3.5.1 Karakteristik Wilayah Objek wisata pesisir di Teluk Pandan ................ 104
3.5.2 Karakteristik Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Teluk Pandan
........................................................................................................................ 106
BAB IV ........................................................................................................................... 107
ANALISIS TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM PADA OBJEK WISATA PESISIR DI KSPD TELUK PANDAN ....................................... 107
4.1 Ketersediaan Infrastruktur, Fasilitas Pariwisata dan Sistem Pelayanan dalam
Penerapan Smart Tourism pada Objek Wisata Pesisir di Teluk Pandan ................. 107
4.1.1 Infrastruktur Jalan dan Dermaga .......................................................... 108
4.1.2 Penyediaan Air Bersih ......................................................................... 128
4.1.3 Jaringan Listrik .................................................................................... 137
4.1.4 Sistem Pengelolaan Limbah ................................................................. 139
4.1.5 Telekomunikasi ..................................................................................... 144
4.2 Moda Transportasi Menuju Provinsi Lampung dan Objek Wisata Pantai Teluk
Pandan ..................................................................................................................... 151
xi
4.3 Atraksi di Objek wisata pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung
................................................................................................................................ 156
4.4 Tingkat Kesiapan Sub Variabel Penerapan Smart Tourism di KSPD Teluk Pandan
................................................................................................................................ 160
4.4.1 Kesiapan Infrastruktur Dasar dan TIK ................................................... 161
4.4.2 Kesiapan Transportasi ............................................................................ 171
4.4.3 Kesiapan Atraksi Wisata ........................................................................ 173
4.4.4 Kesiapan Fasilitas Penunjang Pariwisata ............................................... 176
4.5 Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism pada Objek wisata pesisir di Teluk
Pandan. .................................................................................................................... 180
4.6 Kluster Tingkat Kesiapan Objek Wisata dalam Penerapan Smart Tourism di KSPD
Teluk Pandan .......................................................................................................... 183
BAB V ............................................................................................................................ 185
TINGKAT KESIAPAN KAWASAN OBJEK WISATA PESISIR TELUK PANDAN UNTUK MENERAPKAN SMART TOURISM .......................................................... 185
5.1 Temuan Studi terkait Kesiapan Penerapan Smart Tourism ............................... 185
5.2 Kesimpulan ....................................................................................................... 188
5.3 Rekomendasi ..................................................................................................... 190
5.4 Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 197
5.5 Penelitian Lanjutan ........................................................................................... 198
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 201
LAMPIRAN...................................................................... Error! Bookmark not defined.
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Tabel Posisi Sasaran Pada Penelitian ................................................................. 6
Tabel 1. 2 Keaslian Penelitian .......................................................................................... 11
Tabel 1. 3 Kebutuhan Data ............................................................................................... 22
Tabel 1. 4 Analisis Kesiapan Penerapan Smart Tourism .................................................. 30
Tabel 1. 5 Indikator Analisis Kesiapan Penerapan Smart Tourism .................................. 37
Tabel 1. 6 Kriteria Pemilihan Informan Wawancara ........................................................ 39
Tabel 2. 1 Indikator Teori Pariwiata di Kawasan Pesisir...................................................59
Tabel 2. 2 Indikator Teori Smart Tourism ........................................................................ 67
Tabel 2. 3 Smart Tourism Dalam 5 Kategori .................................................................... 74
Tabel 2. 4 Indikator Smart Touris Berdasarkan Preseden................................................. 77
Tabel 2. 5 Variabel Penelitian ........................................................................................... 79
Tabel 4. 1 Panjang Jalan (Km), Kondisi dan Klasifikasi Jalan di Kecamatan Teluk
Pandan..............................................................................................................................119
Tabel 4. 2 Jumlah dan Kondisi Dermaga Pada Objek Wisata Pesisir di Teluk Pandan .. 127
Tabel 4. 3 Komponen Informasi yang Harus Tersedia pada Aplikasi Wisata ................ 150
Tabel 4. 4 Atraski Wisata Alam dan Buatan di Teluk Pandan ........................................ 158
Tabel 4. 5 Penilaian Ketersediaan dan Kualitas Pelayanan Jalan dan Dermaga ............. 162
Tabel 4. 6 Penlilaian Ketersediaan dan Kualitas Air Bersih Pada Objek Wisata ........... 163
Tabel 4. 7 Penilaian Kualitas Pelayanan Jaringan Listrik ............................................... 165
Tabel 4. 8 Penilaian Ketersediaan dan Kualitas Pelayanan Sistem Pengelolaan Limbah167
Tabel 4. 9 Penilaian Ketersediaan Infrastruktur TIK dan Kualitas Pelayanan Informasi 169
Tabel 4. 10 Kualitas Pelayanan Transportasi Umum ...................................................... 171
Tabel 4. 11 Keberagaman Atraksi Wisata Alam dan Buatan di Teluk Pandan .............. 173
Tabel 4. 12 Perhitungan Indeks Shannon Keberagaman Atraksi Wisata di Teluk Pandan
........................................................................................................................................ 174
Tabel 4. 13 Ketersediaan TIK Untuk Menunjang Atraksi Wisata .................................. 175
Tabel 4.14 Penilaian Ketersediaan Dan Kualitas Pelayanan Yang Baik dalam Fasilitas
Penunjang Wisata ............................................................................................................ 177
Tabel 4. 15 Ketersediaan TIK Untuk Menunjang Fasilitas Penunjang Wisata ............... 178
Tabel 4. 16 Rekapitulasi Skor Kesiapan Sub Variabel Smart Tourism Pada Objek Wisata
Pesisir di Teluk Pandan ................................................................................................... 180
Tabel 4. 17 Total Nilai Variabel Kesiapan Penerapan Smart Tourism ........................... 181
Tabel 4.18 Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism Objek Wisata di KSPD Teluk
Pandan ............................................................................................................................. 183
Tabel 5. 1 Temuan Studi Kesiapan Penerapan Smart Tourism........................................185
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Kawasan Wisata Pesisir Pantai Teluk Pandan ............................................... 9
Gambar 1. 2 Ruang Lingkup Subtansi ................................................................................ 9
Gambar 1. 3 Kerangka Pikir ............................................................................................. 14
Gambar 1. 4 Proses Analisis Data ..................................................................................... 26
Gambar 2. 1 Bagan Sistem Pariwisata Leiper....................................................................46
Gambar 2. 2 Diagram Model Sistem Fungsional Pariwisata ............................................ 48
Gambar 2. 3 Typological Composition Of Coastal Environments ................................... 58
Gambar 2. 4 Component And Layer Smart Tourism ....................................................... 61
Gambar 2. 5 Ilustrasi Sintesa Pustaka ............................................................................... 78
Gambar 3. 1 Peta Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung.....................................82
Gambar 3. 2 Pantai Queen Artha ...................................................................................... 86
Gambar 3. 3 Pantai Mutun Asri ........................................................................................ 87
Gambar 3. 4 Pantai Putra Mutun ....................................................................................... 88
Gambar 3. 5 Pantai MS Town ........................................................................................... 90
Gambar 3. 6 Pantai Mutun Haruna Jaya ........................................................................... 92
Gambar 3. 7 Pantai Sari Ringgung.................................................................................... 94
Gambar 3. 8 Hutan Mangrove Petengoran ........................................................................ 95
Gambar 3. 9 Taman Wisata Dewi Mandapa ..................................................................... 97
Gambar 3. 10 Pantai Ketapang ......................................................................................... 98
Gambar 3. 11 Pantai Kelapa Rapat ................................................................................... 99
Gambar 4. 1 Proses Analisis Ketersediaan Infrastruktur, Fasilitas Pariwisata dan Sistem
Pelayanan dalam Penerapan Smart Tourism....................................................................107
Gambar 4. 2 Peta Akses Masuk ke Provinsi Lampung dan Jalan Lintas ........................ 109
Gambar 4. 3 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Queen Artha ......................................... 112
Gambar 4. 4 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Mutun Asri ........................................... 112
Gambar 4. 5 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Putra Mutun .......................................... 113
Gambar 4. 6 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai MS Town .............................................. 114
Gambar 4. 7 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Mutun Haruna Jaya .............................. 114
Gambar 4. 8 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Sari Ringgung ....................................... 115
Gambar 4. 9 Kondisi Eksisting Broadwalk di Hutan Mangrove Petengoran.................. 116
Gambar 4. 10 Kondisi Eksisting Jalan di Taman Wisata Dewi Mandapa ...................... 116
Gambar 4. 11 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Ketapang ............................................. 117
Gambar 4. 12 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Kelapa Rapat ...................................... 117
Gambar 4. 13 Peta Kondisi Jalan di Objek wisata pesisir Teluk Pandan ........................ 118
Gambar 4. 14 Kondisi Eksisting Dermaga di Pantai Mutun Asri ................................... 121
Gambar 4. 15 Kondisi Eksisting Dermaga di Pantai Putra Mutun ................................. 122
Gambar 4. 16 Kondisi Eksisting Dermaga di Pantai MS Town ..................................... 122
Gambar 4. 17 Kondisi Eksisting Dermaga di Pantai Sari Ringgung .............................. 123
Gambar 4. 18 Kondisi Eksisting Dermaga di Pantai Ketapang ...................................... 125
Gambar 4. 19 Kondisi Eksisting Dermaga di Pantai Kelapa Rapat ................................ 125
Gambar 4. 20 Peta Kondisi Eksisting Dermaga di Teluk Pandan ................................... 126
Gambar 4. 21 Air Bersih di Objek Wisata Pantai Queen Artha ...................................... 129
Gambar 4. 22 Air Bersih di Objek Wisata Pantai Mutun Asri ........................................ 130
xiv
Gambar 4. 23 Air Bersih di Objek Wisata Pantai Putra Mutun ...................................... 130
Gambar 4. 24 Air Bersih di Objek Wisata Pantai MS Town .......................................... 131
Gambar 4. 25 Air Bersih di Pantai Mutun Haruna Jaya ................................................. 132
Gambar 4. 26 Air Bersih di Pantai Sari Ringgung .......................................................... 133
Gambar 4. 27 Air Bersih di Objek Wisata Hutan Mangrove Petengora ......................... 133
Gambar 4. 28 Air Bersih di Objek Wisata Dewi Mandapa ............................................. 134
Gambar 4. 29 Air Bersih di Pantai Ketapang .................................................................. 135
Gambar 4. 30 Air Bersih di Pantai Kelapa Rapat ........................................................... 135
Gambar 4. 31 Ketersedian Jaringan Listrik .................................................................... 137
Gambar 4. 32 Pengelolaan Sampah ................................................................................ 140
Gambar 4. 33 Saluran Drainase ...................................................................................... 141
Gambar 4. 34 Sanitasi ..................................................................................................... 142
Gambar 4. 35 Infrastruktur Telekomunikasi ................................................................... 145
Gambar 4. 36 Peta Persebaran BTS di Kecamatan Teluk Pandan .................................. 146
Gambar 4. 37 Aplikasi Pariwisata Lampung dan Jenis Informasi yang Disediakan ...... 147
Gambar 4. 38 Angkuan Umum Darat di Kawasan Objek Wisata Teluk Pandan ............ 154
Gambar 4. 39 Transportasi Laut di Kawasan Objek Wisata ........................................... 155
Gambar 4. 40 Peta Atraksi Wisata Alam di Teluk Pandan ............................................. 157
Gambar 4. 41 Bagan Analisis Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism.................. 160
Gambar 5.1 Bagan Penelitian Lanjutan Terkait Sustainable Smart Coastal Tourism
..........................................................................................................................................199
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Lampung kaya akan potensi alam dan budaya yang dapat dimanfaatkan
dan dikembangkan menjadi objek wisata. Dengan letak geografis Provinsi
Lampung yang berada di ujung Selatan Pulau Sumatera dan berbatasan langsung
dengan laut Pulau Jawa, menjadikan Lampung sebagai pintu masuk ke Pulau
Sumatera yang sangat memungkinkan untuk berkembang pesat. Provinsi Lampung
memiliki panjang garis pantai sekitar 1.105 Km (CRMP,1998) dengan 2 teluk, yaitu
Teluk Semaka dan Teluk Lampung serta terdapat sekitar 132 pulau yang
berhadapan langsung dengan ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia).
Dalam pengembangan pariwisata pemerintah Provinsi Lampung melalui Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah memiliki rencana pengembangan Kawasan
Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Kawasan ini terdiri dari destinasi wisata
pesisir pantai dan pulau-pulau kecil dengan potensi wisata bahari yang menjadi
tujuan wisata unggulannya. Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung secara
administrasi berada di 4 Kabupaten, yakni Kota Bandar Lampung, Kabupaten
Lampung Selatan, Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Pesawaran. Dengan
kondisi geografis berupa teluk dan tanjung serta kondisi pantai dengan pasir putih
dan ombak yang tidak besar, menjadikan destinasi wisata ini sangat cocok dan aman
untuk melakukan berbagai aktivitas wisata bahari. Dengan kondisi pantai di
Kawasan Teluk Lampung yang landai dan keindahan terumbu karang menjadi daya
tarik atraksi yang akan disajikan bagi wisatawan domestik dan mancanegara,
sehingga mampu memberikan kenangan dan rasa ingin kembali lagi untuk berwista
di Teluk Lampung. Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung yang terdiri dari
Kawasan wisata pantai dan pulau-pulau kecil juga kaya akan adat dan budaya. Hal
ini terlihat dari semboyan “Sang Bumi Ruwa Jurai” yang memiliki arti satu bumi
yang ditinggali oleh dua etnis/suku, yaitu suku Pepadun dan Sai Batin. Keragaman
adat budaya, kuliner dan seni di Provinsi Lampung menambah keunikan dan
kekayaan kebudayaaan bangsa yang mampu menjadi daya tarik bagi banyak orang
untuk datang dan berwisata di Lampung.
2
Ditinjau dari dokumen Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah
Provinsi Lampung 2010-2025 yang memiliki sasaran meningkatkan daya saing
pariwisata dan meningkatnya kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian
daerah. Hal tersebut membuat pelaku usaha pariwisata dan pemerintah Lampung
saat ini sedang giat-giatnya melakukan pembenahan dan pengembangan pada
sektor pariwisata. Dilansir dari saibumi.com Provinsi Lampung terus menunjukkan
tren yang positif dalam sektor pariwisata dilihat dari jumlah wisatawan ke Lampung
yang terus meningkat, pada tahun 2016 dengan jumlah kunjungan mencapai enam
juta kunjungan dari target lima juta kunjungan wisata dan ditahun 2017 jumlah
kunjungan delapan juta kunjungan wisatawan dari target tujuh juta kunjungan
wisatawan. Bahkan pada tahun 2017 kunjungan wisatawan Nusantara di Lampung
mencapai 8,8 juta mengalahkan Bali yang hanya mencapai 8,5 juta kunjugan.
Dengan daya tarik dan potensi wisata yang ada mampu mempengaruhi tingginya
minat wisatawan untuk mengunjungi Provinsi Lampung. Hal tersebut,
menunjukkan betapa pentingnya pengembangan pariwisata di Provinsi Lampung
untuk meningkatkan nilai jualnya. Dengan tren tersebut, dalam pengembangan
pariwisata di Provinsi Lampung kedepannya Dinas Pariwisata memiliki tujuan
untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan
nusantara.
Saat ini keunggulan sektor pariwisata telah mengalami ekspansi dan
diversifikasi berkelanjutan dibandingkan sektor manufaktur. United Nation
Tourism Organization (UNWTO) memprediksi bahwa industri pariwisata pada
tahun 2020 akan menjadi salah satu industri terbesar dan sumber utama pendapatan
negara. Oleh karena itulah, saat ini berbagai negara sedang berupaya meningkatkan
daya saing pariwisatanya dengan giat melakukan pengembangan pariwisatanya
melalui penggunaan teknologi informasi yang lebih modern. Teknologi Informasi
dan Komunikasi di era globalisasi yang semakin lama semakin berkembang maju
membuka peluang bagi sektor pariwisata untuk meningkatkan nilai jual dan kualitas
pelayanannya. Saat ini industri pariwisata di berbagai daerah sedang berupaya
untuk meningkatkan nilai jual dan daya tarik wisatanya dengan berbagai cara agar
lebih kompetitif.
3
Salah satu cara untuk meningkatkan industri pariwisata ialah dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi seperti : Internet of
Things, Big Data, Cloud Computing, dan artificial Intelegence. Dalam
pengembangan pariwisata saat ini, berbagai daerah menawarkan pelayanan yang
maju dan inovatif bagi wisatawan yang sering disebut dengan Pariwisata cerdas
(Smart Tourism). Konsep Smart Tourism merupakan pengaplikasian dari konsep
Smart City di sektor pariwisata. Smart Tourism pertama kali dibahas saat pertemuan
United Nations World Tourism Organization (UNWTO) pada tahun 2009. Selain
itu, konsep Smart Tourism juga dikemukakan oleh The Organization for Smart
Tourism di Inggris pada tahun 2011. Dalam penerapanya sistem pariwisata cerdas
meliputi beberapa elemen, yaitu Information Exchange Center (IEC),
Goverment/pemerintah, scenic zone/zona, keindahan dan bisnis (Zhui et.al, 2014).
Smart Tourism merupakan suatu platform yang digunakan untuk meningkatkan
nilai jual pariwisata dengan mengintegrasikan Teknologi Informasi dan
Komunikasi yang berdampak terhadap prekonomian dan peningkatan pelayanan
pariwisata. Oleh karena itulah, konsep Smart Tourism dalam pengembangan
pariwisata sangatlah dibutuhkan mengingat bahwa saat ini berwisata telah menjadi
kebutuhan banyak orang dan sudah saatnya mengoptimalkan industri pariwisata
dengan sentuhan teknologi dan meningkatkan komersialisasi kawasan pariwisata
melalui alternatif wisata yang lebih modern. Penerapan platform Smart Tourism
yang dapat diakses melalui gadget dan internet dapat dijadikan alat bagi pemerintah
daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan peningkatan ekonomi
daerah melalui bidang pariwisata yang diiringi pengintegrasian infrastruktur dan
TIK yang dijadikan ujung tombak dalam meningkatkna nilai jual dan memperluas
pasar pariwisata daerah.
Penerapan konsep Smart Tourism dalam pegembangan pariwisata masih
terbilang jarang. Saat ini negara yang telah menerapkan konsep Smart Tourism
dalam pengembangan pariwisatanya seperti Jepang dan Korea. Sedangkan, dalam
penerapanya di Indonesia terbilang masih jarang dan beberapa daerah sedang
mengkaji terkait kesiapan daerahnya dalam mengaplikasikan konsep Smart
Tourism, seperti Bali, Kota Surakarta, Kota Semarang dan Wisata Danau Toba.
Dalam pengaplikasian Smart Tourism dibeberapa kota tersebut memiliki tujuan
4
seperti untuk memudahkan pengunjung dalam melakukan pergerakan (mobilitas),
mempermudah dalam mengakses informasi, dan memudahkan mendapatkan
kebutuhan lain dalam aktivitas wisata serta untuk mewujudkan kawasan pariwisata
tingkat dunia yang mempuyai keunggulan kompetitif yang tidak kalah dengan
kawasan pariwisata di negara-negara lain. Menurut Piu Liu dan Yuan Liu (dalam
Farania, et al 2017), Smart Tourism erat kaitannya dengan Smart City, karena
dalam pengembangan konsep Smart Tourism didasari dari adanya konsep Smart
City terlebih dahulu yang bergantung pada infrastruktur dan penguatan keterkaitan
setiap sub-sistem pada kota cerdas. Oleh karena itu, saat ini penerapan Smart
Tourism lebih banyak diterapkan di kawasan wisata kota atau kawasan yang telah
memiliki kelengkapan infrastruktur dasar, sistem transportasi yang baik,
ketersediaan infrastruktur TIK yang memadai, dan sistem pelayanan yang
menyeluruh. Hal tersebut tentunya membuat Konsep Smart Tourism masih sangat
jarang diterapkan di kawasan pariwisata pesisir dan pulau-pulau kecil. Kawasan
pariwisata pesisir memiliki karakteristik yang berbeda dengan wisata di kawasan
perkotaan, sehingga perlu adanya pengkajian dan penyesuaian dalam
pengaplikasiannya agar dapat optimal dalam menerima manfaat dari penerapan
Smart Tourism.
Dalam penelitian ini akan mengkaji tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism
pada objek wisata pesisir di wilayah KSPD Teluk Pandan di Kabupaten Pesawaran.
Dengan potensi wisata yang cukup besar di KSDP Teluk Pandan yang
perkembangan wilayahnya sudah seperti kawasan perkotaan dan memiliki daya
tarik atraksi wisata buatan dan wisata alam terutama wisata Pantai dan Pulau-Pulau
Kecil dengan keindahan bawah lautnya yang memiliki kesesuaian dengan topografi
dan iklim kawasan. Hal tersebut membuat banyak wisatawan dari dalam maupun
luar Provinsi Lampung yang telah berwisata ke kawasan objek wisata Teluk Pandan
yang dijadikan sebagai tempat wisata masal atau rekreasi keluarga. Untuk
ketersediaan sarana/prasarana penunjang pariwisata di Kawasan Teluk Pandan
tidak menjadi masalah lagi. Namun berdasarkan dari penjelasan pada dokumen
RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-2031, KSDP Teluk Pandan dalam hal tingkat
perkembangan pariwisatanya masih belum setara dengan tingkat perkembangan
wilayahnya. Selain itu, terdapat permasalahan terkait pengemasan produk wisata
5
dalam pengembangan kawasan objek wisata ini karena dirasakan masih kurang
dapat bersaing dengan kawasan wisata lain di sekitarnya dan juga beberapa objek
wisata masih belum dikembangkan serta tidak tersedia fasilitas yang memadai.
Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan agar dapat
mengetahui tingkat kesiapan destinasi wisata pesisir di Kawasan Wisata
Terintegrasi Teluk Lampung dalam menerapkan Smart Tourism yang ditinjau dari
ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi,
Atraksi Wisata, dan fasilitas penunjang wisata. Melalui penerapan konsep Smart
Tourism ini nantinya diharapkan mampu meningkatkan nilai jual pariwisata,
memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk mengakses informasi,
meningkatkan kualitas pelayanan wisata, dan memperluas pasar pariwisata hingga
berskala internasional.
1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Penerapan Smart Tourism hingga saat ini lebih dominan pada pariwisata di
kawasan perkotaan yang telah memiliki kelengkapan infrastruktur dasar, sistem
transportasi yang baik, ketersediaan infrastruktur TIK yang memadai, dan sistem
pelayanan yang menyeluruh. Sedangkan, bagaimana dengan penerapannya di
Provinsi Lampung dengan potensi pariwisata yang besar di Kawasan Strategis
Pariwisata Daerah Teluk Pandan, tetapi memiliki permasalahan pengemasan
produk wisata karena dirasakan masih kurang dapat bersaing, beberapa objek
wisata masih belum dikembangkan, masalah kelengkapan infrastruktur, sistem
transportasi yang belum memadai, minimnya jaringan internet dan masih
rendahnya kapasitas masyarakat dalam penggunaan teknologi. Oleh karena itu,
perlu adanya pengkajian terkait tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada
pariwisata di Kawasan Pesisir Teluk Lampung agar dapat optimal dalam menerima
manfaat dari penerapan Smart Tourism yang diharapkan mampu meningkatkan
nilai jual pariwisata, memudahkan pengunjung dalam melakukan pergerakan
(mobilitas), kemudahan mengakses informasi dan pelayanan pariwisata serta dapat
memperluas pasar pariwisata hingga berskala internasional.
Dari rumusan masalah tersebut maka pertanyaan penelitian yang akan dijawab,
yaitu :
6
“BagaimanaTingkat Kesiapan penerapan Smart Tourism yang dapat
meningkatkan potensi sektor pariwisata pesisir di Teluk Pandan?”.
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
Tujuan yang ini dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
tingkat kesiapan objek wisata pesisir KSPD Teluk Pandan di Kawasan Wisata
Terintegrasi Teluk Lampung dalam menerapkan Smart Tourism.
1.3.2 Sasaran
Sasaran yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan dalam penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Merumuskan elemen, indikator dan variabel Smart Tourism yang akan
diterapkan pada destinasi wisata pesisir yang memiliki karakteristik, potensi
dan masalah yang berbeda berdasarkan teori dan preseden.
2. Mengidentifikasi karakteristik wilayah objek wisata dan karakteristik sosial
budaya serta ekonomi masyarakat pesisir di Teluk Pandan dalam menunjang
penerapan Smart Tourism.
3. Mengidentifikasi ketersediaan infrastruktur, fasilitas pariwisata dan sistem
pelayanan dalam penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di
Teluk Pandan ditinjau dari jumlah, kualitas pelayanan dan penerapan
teknologi.
4. Mengukur tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata
pesisir di Teluk Pandan.
TABEL 1. 1 TABEL POSISI SASARAN PADA PENELITIAN
No. Sasaran Posisi Sasaran
1 Merumuskan elemen, indikator dan variabel
Smart Tourism yang akan diterapkan pada
destinasi wisata pesisir yang memiliki
karakteristik, potensi dan masalah yang
berbeda berdasarkan teori dan preseden
Berada pada Bab 2 bagian penjelasan Smart
Tourism, Smart Tourism Destination, Smart
Tourism Tools, dan Preseden Kawasan objek wisata
yan telah menerapkan Smart Tourism
7
No. Sasaran Posisi Sasaran
2 Mengidentifikasi karakteristik wilayah objek
wisata dan karakteristik sosial budaya serta
ekonomi masyarakat pesisir pantai di Teluk
Pandan
Berada pada bab 3 dengann memberikan gambaran
umum wilayah Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk
Lampung (kondisi geografis,pontensi pariwisata),
KSPD Teluk Pandan (kondisi alam 10 objek wisata
pantai, potensi dan masalah objek wisata),
memberikan gambaran singkat terkait dengan
kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat
(tradisi/budaya, pekerjaan, penggunaan teknologi,
ketergantungan terhadap lingkungan dan musim)
3 Mengidentifikasi ketersediaan infrastruktur,
fasilitas pariwisata dan sistem pelayanan
dalam penerapan Smart Tourism pada objek
wisata pesisir di Teluk Pandan
Berada pada Bab 4 menjelaskan terkait dengan
ketersediaan dan juga kualitas atau kondisi dari
infrastruktur dasar, infrastruktur TIK, transportasi,
atraksi wisata, dan fasilitas penunjang wisata
4 Mengukur kesiapan penerapan Smart Tourism
pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan
untuk menerapkan Smart Tourism.
Berada pada Bab 4, pada bagian ini menjadi inti
penelitian untuk melihat tingkat kesiapan penerapan
Smart Tourism dengan menggunakan analisis
skoring berdasarkan ketersedian, kualitas
pelayanan, dan juga penerapan TIK Sumber : Peneliti, 2020
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfat teoritis dan praktis sebagai
berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian yang dilakukan diharapkan akan memberi kontribusi
berupa ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dalam bidang pengembangan
pariwisata melalui penerapan Smart Tourism di objek wisata pesisir. Dalam
penerapan Smart Tourism nantinya akan menyesuaikan dengan karakteristik
wilayah destinasi wisata dan masyarakat lokal yang unik dan berbeda, sehingga
manfaat penelitian ini bisa memberi rekomendasi terkait komponen Smart Tourism
yang perlu disediakan untuk menunjang penerapannya pada kawasan wisata pesisir.
Dengan penelitian ini nantinya diharapkan mampu memberikan gambaran seperti
apa potensi penerapan Smart Tourism di destinasi wisata pesisir pantai yang dalam
proses berkembang.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis berupa masukan
untuk meningkatkan nilai jual pariwisata, perluasan pasar pariwisata, peningkatan
8
kualitas pelayanan melalui penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada
sektor pariwisata dan mengintegrasikan kegiatan wisata di berbagai destinasi
melalui penerapan Smart Tourism pada kawasan wisata pesisir. Manfaat praktis dari
penelitian ini adalah semua pemangku dan pihak yang terlibat dalam
pengembangan pariwisata mampu mengoptimalkan kinerja serta peranan mereka
dalam upaya penerapan Smart Tourism di Kawasan Pariwisata Terintegrasi Teluk
Lampung.
1.5 Ruang Lingkup
1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup penelitian ini ialah 10 Destinasi Wisata Pesisir Pantai di Teluk
Lampung tepatnya di Kabupaten Pesawaran. Sepuluh pantai ini dipilih melalui
pendekatan rencana/administrasi Kabupaten Pesawaran yang termasuk dalam
Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan yang mencakup Pantai Queen
Artha, Pantai Mutun Asri, Pantai Putra Mutun, Pantai MS Town, Pantai Mutun
Haruna Jaya, Pantai Sari Ringgung, Hutan Mangrove Petengoran, Taman Wisata
Dewi Mandapa, Pantai Ketapang, dan Pantai Kelapa Rapat. Setiap pantai tersebut
memiliki keunggulan wisata bahari dengan keindahan bawah laut, pasir putih,
pemandangan yang indah, dan juga matahari yang menjadi komponen utama
sebagai daya tarik wisatanya. Kawasan Wisata Teluk Lampung merupakan
kawasan wisata masal dengan mayoritas pengunjung merupakan wisatawan
domestik. Berikut Peta Lokasi 10 Objek Wisata Pantai Kabupaten Pesawaran di
Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung.
9
Sumber : Peneliti, 2020
GAMBAR 1. 1 KAWASAN WISATA PESISIR PANTAI TELUK PANDAN
1.5.2 Ruang Lingkup Subtansi
Ruang lingkup subtansi/materi yang dikaji meliputi tingkat kesiapan penerapan
Smart Tourism pada destinasi wisata pesisir Teluk Pandan di Kawasan Wisata
Terintegrasi Teluk Lampung. Lingkup substansi yang dibahas tersebut adalah
sebagai berikut :
Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2020
GAMBAR 1. 2 RUANG LINGKUP SUBTANSI
10
Saat ini sektor pariwisata mendapatkan berbagai kemudahan pada Era baru TIK
dalam proses pengembangannya salah satunya, yaitu melalui penerapan Smart
Tourism. Pada Smart Tourism terdapat dua elemen utama dalam penerapannya,
yaitu Smart Tourism Destination dan Smart Tourism Tools. Smart Tourism
Destination merupakan inisiasi untuk meningkatkan pengalaman pariwisata,
meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya dan memaksimalkan daya saing,
khusunya untuk meningkatkan kepuasan konsumen saat mengimplementasikan
aspek keberlanjutan daerah tujuan wisata (Buhalis & Amaranggana, 2013).
Sedangkan, Smart Tourism Tools menjadi instrumen dalam industri pariwisata
untuk pengembangan destinasi wisata dengan meningkatkan kualitas pelayanan dan
kemudahan informasi dalam melakukan kegaiatan wisata. Menurut Piu Liu dan
Yuan Liu (dalam Farania, et al 2017), Smart Tourism erat kaitannya dengan Smart
City, karena dalam pengembangan konsep Smart Tourism didasari dari adanya
konsep Smart City terlebih dahulu yang bergantung pada infrastruktur dan
penguatan keterkaitan setiap sub-sistem pada kota cerdas. Oleh karena itu, dalam
penerapan platform Smart Tourism, penting adanya ketersediaan infrastruktur
(dasar dan TIK) dan fasilitas penunjang wisata, potensi atraksi wisata yang dapat
dikembangkan, kesiapan stakeholder pariwisata, ketersediaan moda transportasi
umum dan pemahaman penggunaan TIK bagi masyarakat sebagai
pengguna/pengelola.
Pada penelitian ini fokus penelitian akan di batasi, untuk bagian Smart Tourism
Destination lingkup subtansi yang akan dibahas terkait dengan kesiapan yang
ditinjau dari ketersediaan dan kualitas dari infrastruktur dasar, Moda Transportasi,
dan Fasilitas Penunjang Wisata. Sedangkan, untuk bagian Smart Tourism Tools
penelitian ini akan fokus pada ketersediaan infrastruktur TIK, aplikasi pariwisata,
dan juga penggunaan Big Data. Selanjutnya, untuk komponen pariwisata di
kawasan pesisir pada penelitian ini akan dibahas terkait dengan atraksi wisata alam
dan atraksi wisata buatan.
Untuk mengetahui tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata
pesisir di Teluk Pandan akan dikaji berdasarkan komponen Smart Tourism dari
11
aspek infrastruktur, fasilitas dan sistem pelayanan. Untuk itu dalam penelitian yang
akan dikaji meliputi :
1. Ketersediaan dan kualitas infrasruktur dasar (Transportasi, penyediaan air
bersih, jaringan listrik, dan sistem pengolahan limbah) dan infrastruktur TIK
(BTS dan aplikasi pariwisata).
2. Transporatsi (Ketersediaan moda transportasi umum).
3. Atraksi wisata (wisata alam da wisata buatan).
4. Fasilitas penunjang wisata (Keamanan, akomodasi, rumah makan,
perdagangan, kesehatan, kamar mandi, parkir, periadatan, ATM dan
informasi)
1.6 Keaslian Penelitian
Sebelum penelitian ini dilakukan, terdapat beberapa penelitian tentang
pengembangan pariwisata yang hampir mirip namun terdapat perbedaan dalam
konsep yang digunakan. Adapun perbedaan anatara penelitian yang akan dilakukan
dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada gambar berikut ini
TABEL 1. 2 KEASLIAN PENELITIAN
Penulis & Judul Fokus Metode Lokus
Farania, Azrina. Dkk.
2017. Kesiapan Kota
Surakarta dalam
Mewujudkan
Pariwisata Cerdas
(Smart Tourism)
Ditinjau dari Aspek
Fasilitas dan Sistem
Pelayanan
Mengetahui
tingkat
kesiapan Kota
Surakarta
dalam
mewujudkan
pariwisata
cerdas
Metode
Penelitiana
Deskriptif
Kuantitatif dan
metode
analisis
Skoring dan
Analythical
Hierarchy
Process (AHP)
Bahwa Kota Surakarta termasuk
agak siap dalam menerapkan
konsep pariwisata cerdas. Hal
tersebut karena semua komponen
pariwisata cerdas masih
menunjukkan agak siap.
Komponen pelaku wisata yang
kurang siap menjadikan
pelayanan atraksi wisata yang
ditunjang transportasi dan
fasilitas penunjang wisata tidak
mampu berjalan dengan baik.
Mahadewi, Ni Made
Eka dkk. 2016.
Persepsi Wisatawan
Terhadap Bali Sebagai
Smart Tourism
Destination
Untuk
mengetahui
persepsi
wisatawan
domestik dan
mancanegara
terhadap
kesiapan Bali
sebagai Smart
Metode
accidental
sampling dan
analisis
statistik
deskriptif dan
analisis faktor
konfirmatori
Wisatawan mempersepsikan Bali
sudah siap menjadi Smart
Tourism destination dilihat dari
indikator yang memiliki nilai
loading faktor tertinggi pada
masing – masing varibel.
Indikator yang memiliki nilai
loading faktor tertinggi yang yaitu
pengetahuan pekerja industri
12
Penulis & Judul Fokus Metode Lokus
Tourism
destination
pariwisata mengenai produk yang
ditawarkan atau dijual.
Widjaja, A.E, Hery
dan Tarigan. 2016.
Meningkatkan Potensi
Pariwisata Danau
Toba Melalui Konsep
Smart Tourism :
Aplikasi dan
Tantangannya.
Mengusulkan
beberapa
aplikasi
potensial Smart
Tourism yang
kemungkinan
dapat
diterapkan di
Kawasan
pariwisata
Danau Toba
dan
tantangannya
Metode riset
yang
digunakan
pada makalah
ini adalah
literature
review
Studi kepustakaan menunjukan
bahwa teknologi informasi dan
komunikasi melalui konsep smart
touris mdapat dimanfaatkan
secara optimal untuk membantu
meningkatkan nilai turisme di
suatu kawasan daerah pariwisata
dengan mengusulkan agar
pemerintah dapat sesegera
mungkin mengadopsi konsep
Smart Tourism untuk
meningkatkan potensi pariwisata
kawasan Danau Toba secara lebih
baik.
Pinasthika, N., &
Pradoto, W. (2018).
Potensi dan Tantangan
Pengembangan
Kawasan Kota Lama
Semarang sebagai
Destinasi Wisata
dengan Pendekatan
Smart Tourism. Jurnal
Teknik PWK
(Perencanaan Wilayah
Dan Kota), 7(3), 153–164
mengetahui
bagaimana
potensi dan
tantangan
pengembangan
Kawasan Kota
Lama
Semarang
untuk
menerapkan
konsep Smart
Tourism. yang
merupakan
turunan dari
konsep Smart
City
Metode
Deskriptif
Kuantitatif,
accidental
sampling
dengan rumus
Lemeshow
Secara keseluruhan Kawasan
Kota Lama Semarang masih jauh
untuk menjadi Smart Tourism.
Hal tersebut terbukti dari 13
elemen penting, Kawasan Kota
Lama Semarang hanya memiliki
5 elemen dan masih belum terlalu
optimal.
Trinanda, Muhammad
Haikal. 2019.
Penerapan Smart
Tourism dalam
meningkatkan sektor
pariwisata pesisir di
Kawasan Wisata
Terintegrasi Teluk
Lampung.
Kesiapan
Destinasi
Wisata Pesisir
di Kawasan
Wisata
Terintegrasi
Teluk
Lampung
dalam
menerapkan
Smart Tourism
.
Penelitian
Deduktif
dengan
metode Studi
Kasus,
menggunakan
purposive
sampling.
Analisis
induktif
Kualitatif dan
Kuantitatif
skoring.
Tingkat kesiapan penerapann
Smart Tourism pada objek wisata
pesisir di Teluk Pandan
dinyatakan AGAK SIAP.
komponen infrastruktur dasar dan
TIK yang menunjukan adanya
kesiapan, untuk atraksi dan
fasilitas penunjang wisata
menunjukkan agak siap, dan
untuk komponen transportasi
menunjukkan tidak siap dalam
penerapan Smart Tourism.
Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2020
Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian lainnya, yaitu peneliti
akan mengkaji terkait Smart Tourism di Objek wisata pesisir. Dalam penerapannya
yang berkaitan dengan kelengkapan infrastruktur dasar, sistem transportasi yang
baik, ketersediaan infrastruktur dan pelayanan TIK yang memadai, serta sistem
13
pelayanan yang menyeluruh membuat penerapan Smart Tourism hingga saat ini
lebih dominan diterapkan pada pengembangan pariwisata di kawasan perkotaan.
Sedangkan, bagaimana dengan penerapan Smart Tourism di destinasi wisata
pesisir?. Hal inilah yang akan menjadi fokus pada penelitian ini, yaitu mengenai
kawasan objek wisata pesisir yang memiliki potensi pariwisata yang besar tetapi
memiliki masalah pada pelayanan moda transportasi, pengemasan produk wisata,
minimnya jaringan internet dan kapasitas masyarakat dalam penggunaan teknologi.
Hasil akhir yang nantinya diharapkan adanya kesesuaian elemen Smart Tourism
yang dapat diterapkan di objek wisata pesisir yang dalam proses berkembang,
sehingga penerapan Smart Tourism dapat meningkatkan nilai jual pariwisata,
memudahkan pengunjung dalam melakukan pergerakan (mobilitas), mengakses
informasi, dan memudahkan mendapatkan kebutuhan lain dalam aktivitas wisata
serta dapat memperluas pasar pariwisata hingga berskala internasional.
14
1.7 Kerangka Pikir
\
Penerapan Smart Tourism pada
wisata pesisir pantai
Latar
Belakan
Rumusan
Masalah
Pertanyaan
Penelitian
Output
Analisis
Elemen, Variabel, Indikator
Observasi, In-depth Interview, dan
kajian dokumen
Sumber : Analisis Peneliti, 2019 Kesimpulan dan Rekomendasi
Tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada destinasi wisata pesisir pantai di Teluk Pandan
Smart Tourism lebih cenderung diterapkan di wisata perkotaan dan untuk di wisata pesisir pantai masih jarang.
Infrastruktur yang kurang memadai dan penerapan TIK yang masih minim membuat perlunya pengkajian dan
penyesuaian dalam penerapan Smart Tourism untuk meningkatkan potensi dan nilai jual pariwisata pesisir pantai
Teluk Lampung
Jarangnya Penerapan Konsep Smart Tourism di
Destinasi Wisata Pesisir Pantai
Preseden Penerapan Konsep Smart Tourism di Kyoto Japan, Bali, dan
Pengembangan di Danau Toba
Ketersediaan Infrastruktur Dasar dan TIK Pariwisata
Potensi Pariwisisata Bahari di Provinsi Lampung dan Pengembangan
Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung
Upaya Meningkatkan Nillai Jual dan Daya Tarik Wisata Melalui
Penerapan Konsep Smart Tourism
Perlu Adanya Pengkajian untuk mengetahui tigkat kesiapan penerapan Konsep Smart Tourism dalam
Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir Pantai Teluk Pandan agar mampu memperluasan pasar
pariwisata, meningkatkan nilai jual, peningkatan kualitas pelayanan berskala internasional.
Bagaimana tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism yang dapat meningkatkan potensi pariwisata
pesisir di Teluk Pandan ?”.
Kajian Literatur
Karakteristik Wilayah,Sosial Budaya
dan Ekonomi di Kawasan Wisata
Terintegrasi Teluk Lampung
Ketersediaan Infrastruktur Dasar dan
TIK,Transportasi, Atraksi Wisata, dan
Fasilitas Penunjang Wisata
Observasi dan Kajian dokumen
GAMBAR 1. 3 KERANGKA PIKIR
Analisis Induksi :
1. Kategori
2. Abstarksi
3. Reduksi Eidetic
Analisis Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism dengan Metode Skoring
15
1.8 Metodelogi Penelitian
Metode Penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam
penelitian. Metodologi penelitian adalah suatu teknik untuk mempelajari dan
meneliti suatu fenomena atau kejadian yang menjadi objek penelitian. Pada
penelitian ini menjelaskan mengenai pendekatan penelitian, objek penelitian,
definisi operasional, metode pengumpulan data, dan teknik analisis. Berikut ini
merupakan uraian singkat mengenai metode penelitian tentang Penerapan Smart
Tourism dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata
Terintegrasi Teluk Lampung.
1.8.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini membahas tentang Kesiapan Penerapan Smart Tourism Dalam
Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi
Teluk Lampung. Untuk mengetahui bagaimana tngkat kesiapan penerapan Smart
Tourism dalam pengembangan pariwisata pesisir pantai yang dapat dijadikan
sebagai alat untuk meningkatkan nilai jual pariwisata maka digunakan pendekatan
penelitian Deduktif Kualitatif.
Dasar model teorisasi dalam penelitian kualitatif ini menggunakan teorisasi
deduktif. Model Deduktif digunakan dalam penelitian ini, dimana teori masih
menjadi alat dalam penelitian sejak memilih dan menemukan suatu masalah,
membangun hipotesis dan melakukan pengamatan di lapangan hingga menguji data
yang telah didapatkan. Pada penelitian tipe ini teori akan digunakan sebagai awal
untuk menjawab pertanyaan penelitian terkait dengan pandangan deduktif yang
akan menuntun penelitan dalam menggunakan teori terlebih dahulu sebagai alat
ukur atau bahkan digunakan sebagai instrumen untuk membentuk sebuah hipotesis
sehingga, penelitian yang akan dilakukan secara tidak lagsung akan menggunakan
teori sebagai acuan dalam melihat dan menganalisis masalah dalam penelitian.
Menurut Sugiono (2018), menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan
16
data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, penelitian kualitatif
merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. Dalam hal ini peneliti
berperan sebagai instrument kunci dengan teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi (gabungan), dengan menjadikan teori sebagai alat yang akan diuji
ke lapangan. Dalam penelitian deduktif kualitatif ini menggunakan data yang pasti.
Kita ketahui bahwa data yang pasti dalam penelitian ini ialah data real atau data
yang sesuai dengan kondisi sebenarnya, bukan hanya data yang terucap dan terlihat
tetapi juga data yang memiliki makna dibalik data yang terucap dan terlihat
tersebut. Data didapatkan dari hasil observasi langsung, wawancara mendalam, dan
juga kajian literatur serta dokumen terkait. Data kualitatif yang didapat akan
diproses dengan analisis deduktif.
1.8.2 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif sebagai dasar
dalam melakukan pengembilan data dan juga pada beberapa tahap analisis. Metode
penelitian kualitatif menurut para ahli, seperti yang dikemukakan oleh Creswell
(2009) adalah suatu proses eksplorasi dan memahami makna perilaku individu dan
juga kelompok, menggambarkan permasalahan sosial atau masalah kemanusiaan.
Pada proses penelitian ini membuat pertanyaan penelitian dan prosedur yang
bersifat sementara, mengumpulkan data pada seting partisipan, membangun data
secara parsial ke dalam tema dan yang terakhir ialah memberikan intepretasi
terhadap makna dari suatu data yang didapat.
Metode penelitian kualitatif yang menjadi dasar dalam melakukan pengumpulan
data yang kemudian diproses menjadi data deduktif. Pada proses pengumpulan data
penelitian ini, menjadikan teori dan preseden sebagai dasar untuk menentukan
kebutuhan data dan juga menyusun variabel yang menjadi acauan dan dilakukan
pengujian dilapangan. Pada penelitian ini proses pengumpulan data dilakukan
dengan cara observasi, wawancara, dan kajian teori serta berbagai dokumen terkait.
Setelah berbagai data terkumpul maka peneliti akan mengelola data hasil temuan
17
secara kualitatif melalui 3 tahapan, yaitu kategorisasi, abstraksi dan reduksi eidetik.
Kemudian masuk pada tahapan pengolahan data hasil analisi kualitatif menjadi data
deduktif dengan proses analisis menggunakan teknik skoring untuk mengetahui
tingkat kesiapan pada tiap sub variabel Smart Tourism berdasarkan kondisi
eksisting yang dibandingkan dengan teori, standar dan preseden pada penelitian ini.
1.9 Definisi Operasional
Definisi Operasional berisi beberapa penjelasan terhadap substansi materi yang
berkaitan dalam penenlitian ini. Adanya definisi operasional bertujuan untuk
memudahkan pemahaman terkait dengan tema penelitian. Beberapa istilah dasar
yang terkait dengan penelitian Tingkat Kesiapan Penerapan Konsep Smart Tourism
dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir Di Kawasan Wisata
Terintegrasi Teluk Lampung, yaitu:
1. Pariwisata : Perjalanan dari satu tempat ke tempat lain yang bersifat
sementara dan dilakukan perorangan maupun kelompok sebagai usaha
mencari keseimbangan atau keserasian. Pariwisata merupakan suatu
aktivitas perjalanan wisata ke dan tinggal di luar lingkungan keseharian
yang didukung oleh berbagai fasilitas untuk bersenang-senang,
menghabiskan waktu senggang, memenuhi rasa ingin tahu dan tujuan
lainnya yang bukan merupakan kegiatan untuk menghasilkan uang.
2. Kawasan pesisir : Kawasan pesisir merupakan wilayah yang terdiri dari
daratan dan lautan yang dinamik dan saling berkaitan satu sama lain antara
daratan dan lautan yang dibedakan berdasarkan 3 pendekatan batasan,
yaitu pendekatan ekologi, pendekatan administrasi dan pendekatan
perencanaan dengan karakteristik, potensi, sumberdaya dan masalah yang
berbeda dari wilayah lainnya.
3. Smart Tourism : Smart Tourism ialah pengembangan pariwisata yang
menitik beratkan pada penerapan Information and Communication
Technologies (ICT) secara terintegrasi dengan pariwisata dan dalam
pengaplikasiannya sangat bergantung pada empat inti teknologi informasi
dan komunikasi: IoT, mobile communication, cloud computing, dan
artficial intelegent technology.
18
4. Smart Tourism Destination : Penerapan teknologi dalam pengembangan
dan pengelolaan destinasi wisata dengan proses yang responsif untuk
meningkatkan kualitas pelayanan, meningkatkan pengalaman pariwisata,
efisiensi dalam pengelolaan sumber daya, meningkatkan daya saing dan
memperluas pasar pariwisata serta untuk meningkatkan kepuasan
konsumen.
5. Smart Tourism Tools : Suatu konsep yang menggabungkan berbagai
elemen diantaranya smart, tourism, dan tools terkait ICT yang dapat
digunakan dalam bentuk aplikasi di berbagai perangkat pintar yang
mengelola berbagai big data dari destinasi wisata yang bertujuan untuk
memberikan informasi secara real time dan juga mempermudah
wisatawan dalam melaksanakan kegiatan wisata.
6. Konsep : suatu gambaran mental atau persepsi yang dirangkum gagasan,
pengematan, atau perasaan yang mirip dengan makna yang bias berbeda
satu sama lain.
7. Elemen : Merupakan bagian-bagian dasar yang mendasari sesuatu. Elemen
ini berfungsi untuk mempersatukan variabel-variabel yang terdapat di
dalam berbagai teori.
8. Indikator : Menjadi alat yang dapat digunakan untuk mengamati secara
langsung. Ketika dimensi tidak dapat diamati secara langsung, maka
digunakan indikator.
1.10 Metode Koleksi Data
Metode koleksi data berisi kumpulan teknik yang digunakan untuk mendapatkan
data yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan
faktor penting untuk memperoleh data-data terkait dengan tujuan penelitian.
Metode pengumpulan data ini disebut juga dengan teknik pengumpulan data.
1.10.1 Jenis Data
Dalam teknik pengumpulan data terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data
sekunder yang dijabarkan sebagai berikut ini :
19
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Dalam penelitian ini data primer dibutuhkan untuk melakukan proses analisis
dan menjawab semua pertanyaan dalam mencapai tujuan dari penelitian ini. Data
primer merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung saat peneliti
berada di lapangan. Data primer ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan data
yang tidak dapat ditemukan pada data sekunder. Tingkat objektif penelitian
menjadi dasar dalam pengumpulan data primer ini yang diharapkan mampu
menghasilakan output penelitian yang akurat dan sesuai data atau kondisi rill
dilapangan. Kebutuhan data primer dapat diperoleh melalui cara berikut ini :
a. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati, mengidentifikasi dan mengumpulkan catatan lapangan dengan
melakukan pengamatan secara langsung situasi di lapangan yang menempatkan
pengamat sebagai seorang partisipan. Untuk mengumpulkan data pada teknik ini
dilakukan pencatatan secara sistematik terhadap suatu objek yang diperlukan
untuk mendukung penelitian. Dalam penelitian ini objek penelitian yang akan
diamati adalah karakteristik wilayah, karakteristik masyarakat lokal dan
ketersedian infrastruktur TIK dan penunjang wisata di Kawasan Wisata
Terintegrasi Teluk Lampung. Untuk melaksanakan observasi lapangan ini
perlengkapan yang digunakan adalah kamera dan list kebutuhan data serta
nantinya bukti observasi akan ditampilkan dalam bentuk foto dan deskripsi
terkait objek observasi dalam penelitian ini.
b. Wawancara .
Wawancara merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mendapatkan
suatu informasi antara satu orang dengan orang lainnya dengan melakukan tanya
jawab. Pada umumnya pertanyaan yang diajukan merupakan pertanyaan yang
berhubungan dengan target informasi yang ingin dicapai terkait isu dan
permasalahan yang diambil. Metode Wawancara merupakan jabaran dari
pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara mendalam (In-depth Interview).
Menurut (Moleong, 2005) wawancara mendalam merupakan suatu proses
mendapatkan data dengan menggali informasi secara mendalam,bersifat
terbuka, dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian serta dalam mengajukan
20
pertanyaan kepada narasumber diarahkan pada pusat penelitian. Teknik
wawancara ini memiliki ciri khusus yaitu keterlibatannya dalam kehidupan
responden atau informan. Kegiatan wawancara merupakan metode
pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan cara bertanya kepada
informan baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu melalui media
elektronik lainnya dengan tujuan untuk mengetahui pendapat mereka
berdasarkan perspektive dari responden dalam menilai dan memandang suatu
masalah. Wawancara mendalam secara umum merupakan sebuah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan
informan yang sesuai dengan kriteria, dalam hal ini Dinas Pariwisata, Dinas
Kominfo, Masyarakat Lokal/Tokoh Masyarakat, dan Pemilik Usaha/Penyedia
Fasilitas. Proses In-depth Interview dilakukan untuk mendapatkan berbagai
informasi yang dibutuhkan dalam proses analisis dan penentuan indikator atau
element Smart Tourism di objek wisata pesisir Teluk Pandan. Dalam melakukan
wawancara peneliti akan dilakukan secara langsung dan menggunakan
instrument penelitian seperti alat bantu recorder, kamera, telepon, skype dan
lain-lain.
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder adalah data perlengkapan atau informasi yang diperoleh tidak
secara langsung melainkan dihimpun dari data-data berbagai sumber dan
instansi terkait sesuai dengan kebutuhan data dalam suatu penelitian. Dalam
penelitian ini data sekunder yang dibutuhkan berasal dari berbagai instansi
seperti Bappeda Provinsi Lampung, Dinas Pariwisata dan Dinas Kominfo
Provinsi Lampung serta Kabupaten Pesawaran. Data-data yang dihimpun dalam
penelitian ini berupa data yang memiliki keterkaitan dengan program
pengembangan kawasan wisata, berbagai aspek potensi wisata, atraksi wisata,
kebudayaan masyarakat, dan fasilitas penunjang. Data-data tersebut nantinya
diolah dan dianalisis sesuai kebutuhan penelitian. Data sekunder dalam
penelitian ini dibutuhkan dalam penyusunan gambaran umum terkait Kawasan
Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dan juga dibutuhkan dalam melakukan
21
analisis karakteristik wilayah dan masyarakat lokal. Cara dalam memperoleh
data sekunder ini yaitu sebagai berikut :
a. Survei Instansi
Survei instansi merupakan cara yang digunakan mendapatkan data yang
berhubungan dengan penelitian. Dalam survei ini instansi yang dituju harus
disesuaikan dengan kebutuhan data dan keperluan data yang berhubungan
dengan penelitian. Pada penelitian ini membahas mengenai tingkat kesiapan
penerapan Smart Tourism dalam meningkatkan potensi sektor pariwisata pesisir
di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung melalui Dinas Pariwisata,
Dinas Komunikasi dan Infromasi dan Bappeda Provinsi Lampung. Data yang
dibutuhkan dari survei instansi adalah gambaran umum wilayah kajian terkait
luas wilayah, ketersediaan infrasruktur dasar dan TIK, rencana, program dan
strategi pengembangan pariwisata, jumlah penduduk, pendidikan, pendapatan
dari sektor pariwisata, dan berbagai data terkait karakteristik wilayah dan
masyarakat.
b. Kajian Literatur
Kajian literatur merupakan jembatan bagi peneliti untuk mendapatkan
landasan teoritik yang dapat digunakan sebagai pedoman sumber hipotesis,
jembatan dalam hal ini sebenarnya berwujud pengetahuan tentang riset-riset
yang telah dilakukan oleh peneliti lain dalam area penelitian. Teori merupakan
suatu unsur terpenting sebagai landasan dalam melaksanakan suatu kegiatan dan
mampu menjelaskan fenomena penelitian. Dalam penelitian kualitatif teori
berkaitan dengan seperangkat data yang berasal dari hasil proses pengujian
empiris (Moleong, 2013). Kajian literatur merupakan suatu cara yang dilakukan
dengan penggunaan dokumen terdahulu untuk memperoleh data yang digunakan
untuk kegiatan penelitian yang sedang dilakukan. Dalam penggunaannya kajian
literatur digunakan peneliti untuk memperoleh dasar teori yang akan digunakan
untuk mendukung analisis yang didapat dari berbagai sumber seperti buku,
jurnal, majalah, internet, surat kabar dan sumber-sumber lainnya. Pada
penelitian ini kajian literatur yang dibutuhkan terkait definisi pariwisata pesisir,
konsep Smart Tourism, Smart Destination, Smart Tools dan preseden daerah
yang telah menerapkan serta yang baru akan menerapkan Smart Tourism.
22
c. Kajian Dokumen
Kajian Dokumen dilakukan dengan mengkaji berbagai data yang telah
diperoleh dari kajian literatur yang bersumber dari buku, jurnal maupun internet
dan media masa yang memiliki keterkaitan dengan kebutuhan data penelitian.
Kajian dokumen dapat mempermudah untuk menyusun pertanyaan dalam
penelitian ini. Keseluruhan kajian literatur yang dikumpulkan memiliki
hubungan dengan tema utama yaitu Smart Tourism, Smart Destination dan
Smart Tools.
1.10.2 Kebutuhan Data
Kebutuhan data merupakan serangkaian data-data yang diperlukan untuk
penelitian. Kebutuhan data penelitian adalah sejumlah data yang dibutuhkan untuk
melakukan analisis dalam penelitian. Dalam kebutuhan data terdapat proses check
list data pada penelitian. Kebutuhan data penelitian bisa saja berubah saat
melakukan observasi langsung di lapangan karena penelitian kualitatif yang
berkembang secara dinamis. Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan data yang
akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL 1. 3 KEBUTUHAN DATA
No
Dimensi
Smart
Tourism
Variabel Sub Variabel Operaional Jenis Data
Teknik
Pengumpulan
Data
1 Karakteristik
Wilayah dan
Masyarakat
Lokal
Karakteristik
Wilayah
Kawasan
Wisata
Terintegrasi
Teluk
Lampung
1. Karakteristik dan
Potensi Kawasan Wisata
Pantai Primer dan
Sekunder
Pengkajian
Dokumen,
Observasi, dan
Wawancara 2. Kebersihan dan
kelestarian lingkungan
Karakteristik
Sosial
Ekonomi dan
Budaya
Masyarakat
Setiap Pulau
di Kawasan
Wisata
1. Karakteristi Masyarakat
(pendidikan,
tradisi/kebudayaan, dan
modal sosial) Primer dan
Sekunder
Pengkajian
Dokumen,
Observasi, dan
Wawancara 2. Peran masyarakat lokal
dalam pengembangan
pariwisata
23
No
Dimensi
Smart
Tourism
Variabel Sub Variabel Operaional Jenis Data
Teknik
Pengumpulan
Data
Terintegrasi
Teluk
Lampung
3. Kondisi sosial ekonomi
masyarakat dan peluang
ekonomi yang
dimanfaatkan masyarakat
4. Pengunaan teknologi
dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat
Smart
Destination
Infrastruktur
Dasar
1. Kondisi dan Kualitas
Transportasi (Jalan,
Dermaga, Moda
Transportasi)
Primer dan
Sekunder
Pengkajian
Dokumen dan
Observasi
2. Sumber dan Kualitas
Penyediaan Air Bersih
3. Kualitas Pelayanan
Jaringan Listrik
4. Sistem Pengolahan
Limbah
Atraksi 1. Ketersediaan TIK untuk
mendukung attraksi Primer dan
Sekunder
Pengkajian
Dokumen,
Observasi dan
Wawancara 2. Kualitas Pelayanan
Atraksi Wisata
Fasiltas
penunjang
pariwisata
Keterediaan,
Kualitas,
Kemudahan
dijangkau,dan
penerapan
teknologi
1. Ketersediaan dan
Penerapan Teknologi pada
Fasilitas Keamanan
Primer Observasi
2. Ketersediaan dan
Penerapan Teknologi pada
Fasilitas Akomodasi
3. Ketersediaan dan
Penerapan Teknologi pada
Fasilitas Rumah Makan
4. Ketersediaan dan
Penerapan Teknologi
padaFasilitas Belanja
5. Ketersediaan dan
Penerapan Teknologi pada
Fasilitas Kesehatan
6. Ketersediaan dan
Penerapan Teknologi pada
24
No
Dimensi
Smart
Tourism
Variabel Sub Variabel Operaional Jenis Data
Teknik
Pengumpulan
Data
Fasilitas Kamar
Mandi/Toilet
7. Ketersediaan dan
Penerapan Teknologi pada
Fasilitas Parkir
8. Ketersediaan Fasilitas
Ibadah
9. Ketersediaan dan
Penerapan Teknologi pada
Fasilitas Perbankan/ATM
10. Ketersediaan dan
Penerapan Teknologi pada
Fasilitas Informasi dan
Pelayanan Pariwisata
Smart Tools Sistem Big
Data
1. Sistem Pengelolaan data
pariwisata saat ini
Primer dan
Sekunder
Pengkajian
Dokume dan
Wawancara
TIK 1. Ketersediaan
Infrastruktut TIK
Primer dan
Sekunder
Pengkajian
Dokumen,
Observasi, dan
Wawancara 2. Ketersediaan layanan
Internet
3. Aplikasi penunjang
pariwisata
Informasi dan
Promosi
1. Strategi pemasaran
destinasi wisata
Primer dan
Sekunder
Pengkajian
Dokumen,
Observasi, dan
Wawancara 2. Cara penyebaran
informasi yang telah
diterapkan
Penyediaan
informasi dan
jasa turis
1. Ketersediaan Peta
virtual
Primer dan
Sekunder
Pengkajian
Dokumen,
Observasi, dan
Wawancara 2. Ketersediaan Informasi
travel agent, saran terkait
tempat tujuan wisata, dan
berbaga pelayanan yang
dapat diakses melalui
aplikasi
Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2020
25
1.10.3 Tahap Koleksi Data
Untuk mengumpulkan berbagai data yang dibutuhkan untuk menunjang
terwujudnya tujuan dalam penelitian ini, terdapat beberapa tahap koleksi data
yang harus dilakukan peneliti, sebagai berikut :
1. Grand Tour
Grand tour atau observasi awal merupakan langkah yang dilakukan untuk
menemukan berbagai informasi awal yang unik dan menarik sehingga dapat
dijadikan sebagai indikasi temuan. Pada observasi awal peneliti dapat
memperoleh berbagai informasi terkait gambaran umum secara menyeluruh
tentang karakteristik wilayah dan sosial budaya masyarakat.
2. Debriefing
Debriefing merupakan tahapan dimana peneliti mengelompokan unit-unit
informasi yang telah didapatkan pada tahap grand tour. Unit-unit informasi yang
ada kemudian dikelompokan menjadi tema-tema empiris yang berkaitan dengan
penelitian.
3. Mini Tour
Mini tour merupakan tahapan koleksi data yang merupakan kegiatan observasi
yang dilakukan peneliti dengan mempersempit fokus pada aspek tertentu. Pada
tahap ini peneliti akan melakukan analisis karakteristik wilayah, karakteristik
masyarakat dan mengacu pada variabel penelitian terkait Smart Tourism.
26
1.11 Metode Analisis
Ketersedian dan Kualitas
Infrastruktur Dasar dan TIK
Proses Analisis Skoring untuk Melihat Kesiapan Penerapan
Smart Tourism
Proses Analisis Induksi :
- Kategorisasi
- Abstraksi
- Reduksi Eidetic
Karakteristik Wilayah Objek
Wisata
Karakteristik Sosial Budaya
dan Ekonomi Masyarakat
Lokal
Atraksi di Objek Wisata Moda Transportasi dalam
kemudahan akses Fasilitas Pendukung Wisata
Observasi, Wawancara, dan
Kajian Dokumen,
Data Empiris
Teori, Standar, dan Preseden
Smart Tourissm
Variabel-Variabel Penelitian
SIAP AGAK SIAP TIDAK SIAP
Jika hasil skoring variabel :
1. Infrastruktur dasar dan TIK adalah 10,32-15
2. atraksi adalah 4,33-6
3. transportasi adalah
2,33-3
4. fasilitas pendukung
wisata adalah 4,33-6
Jika hasil skoring variabel ;
1. Infrastruktur dasar dan
TIK adalah 5,67 -10,32
2. atraksi adalah 2,67-4,32 3. transportasi adalah
1,67-2,32
4. fasilitas pendukung
wisata adalah 2,67-4,32
Jika hasil skoring variabel ;
1. Infrastruktur dasar dan
TIK adalah 1 - 5,66
2. atraksi adalah 1-2,66
3. transportasi adalah 1-
1,66
4. fasilitas pendukung
wisata adalah 1-2,66
Kesiapan Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi Sektor
Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung
GAMBAR 1. 4 PROSES ANALISIS DATA Sumber : Peneliti, 2020
27
Metode analisis ini berguna untuk merepresentasikan seluruh data yang
berkaitan dengan tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism dalam meningkatkan
potensi sektor pariwisata pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung
yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Metode Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis induksi dan skoring dengan
penjabaran dari hasil observasi, wawanacara, temuan lapangan dan analisis yang
telah disusun.
1.11.1 Analisis Kualitatif/Induksi
Pada penelitian Deduktif kualitatif ini dilakukan pada beberapa tahap,
diantaranya peneliti melakukan pengkajian terhadap berbagai teori terkait Smart
Tourism. Teori-teori yang telah dikaji kemudian disintesa sesuai dengan kebutuhan
dan juga tujuan dari penelitian ini yang kemudian didapatkan variabel penelitian
yang akan diuji di lapangan. Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini, didapatkan dengan cara observasi, wawancara dan kajian teori/
dokumen serta preseden. Selanjutnya, untuk menjawab berbagai permasalahan dan
tujuan dalam penelitian ini, peneliti melakukan proses pengumpulan data empiris.
Menurut Sugiyono (2013) data empiris merupakan suatu data yang didapat dengan
cara atau metode yang dapat diamati langsung dengan indra manusia dan dengan
begitu orang lain juga dapa mengetahui dan mengamati data tersebut. Dengan
adanya data empiris peneliti menyusun suatu karakteristik wilayah dan masyarakat
lokal terkait gagasan yang bersifat rasional yang berlandaskan pengalaman peneliti
setelah melakukan berbagai tahapan pengumpulan data. Pada proses penyusunan
karakteristik peneliti mengelola data dengan analisis data bersifat induksi yang
merupakan analisis yang dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di
lapangan dan kemudian dilakukan proses penyususnan/konstruksi sehingga
menjadi komponen Smart Tourism dalam penerapannya di Pesisir Pantai. Untuk
mengelola data empiris sehingga mampu menjadi satu tema/gagasan yang diangkat,
terdapat tiga tahapan analisis induksi/kualitatif, yaitu sebagai berikut :
1. Kategorisasi
Kategorisasi atau pengelompokkan data merupakan suatu proses yang dilakukan
untuk mengkategorikan data sesuai fokus masalah dalam penelitian. Kategorisasi
28
data dilakukan sesuai dengan domain-domain yang akan dianalisis dengan
mempertimbangkan aspek kesamaan dan perbedaan dalam masalah penelitian.
Untuk melakukan kategorisasi data, hal pertama yang perlu kita lakukan ialah
menetapkan kriteria yang kita butuhkan terlebih dahulu dan kemudian melakukan
pengelompokan sesuai dengan data yang telah dikumpulkan, masalah penelitian,
dan domain-domain yang akan dianalisis. Kategorisasi dilakukan untuk
mempermudah peneliti dalam tahapan analisis. Proses kategorisasi data akan
dilakukan untuk menganalisis karakteristik wilayah dan masyarakat di setiap
destinasi wisata yang ada di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung.
2. Abstraksi
Proses analisis data dan penafsiran data dilakukan dalam penelitian ini dengan
mengkaji seluruh data yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber, yaitu In-depth
Interview, observasi, dokumen pribadi dan resmi serta dokumentasi dan lainnya.
Jumlah data yang dibutuhkan dalam penelitian yang sangat banyak harus melalui
proses reduksi data yang dapat dilakukan dengan melakukan abstraksi. Secara
umum, abstraksi merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti untuk membuat
secara ringkas informasi atau rangkuman terkait inti, proses dan berbagai
pernyataan yang diperlukan dalam proses analisis.
3. Reduksi Eidetic
Reduksi eidetic merupakan suatu proses yang dilakukan untuk menghilangkan
berbagai perbedaan dari berbagai item yang ada dalam khayalan sehingga hanya
menyisakan suatu esensi. Reduksi eidetik digunakan untuk mengurangi data dengan
berdasarkan pada keterhubungannya.
Pada tahap analisis ini, peneliti memulai tahap penafsiran data dalam
menganalisis data sebagai hasil sementara untuk melihat tingkat kesiapan
penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir pantai di Kawasan Wisata
Terintegrasi Teluk Lampung berdasarkan karakteristik wilayah objek wisata,
karakteristik sosial budaya dan ekonomi masyarakat lokal, ketersediaan
infrastruktur dasar dan TIK, atraksi pada objek wisata, moda transportasi dalam
kemudahan akses, dan ketersediaan fasilitas penunjang wisata.
29
1.11.2 Analisis Kesiapan Penerapan Smart Tourism pada Objek Wisata
Pada penelitian deduktif kualitatif dalam menilai tingkat kesiapan penerapan
Smart Tourism pada objek wisata pantai yang ada di Teluk Pandan. Data yang telah
dianalisis secara kualitatif, kemudian dilakukan proses analisis skoring untuk
mengetahui tingkat kesiapan setiap variabel Smart Tourism dalam penerapan Smart
Tourism. Pada proses analisis skoring ini peneliti akan menilai kesiapan dengan
membandingkan kondisi eksisting dengan standar, teori dan juga kebijakan terkait
dengan Smart Tourism. Setelah dilakukan proses analisis skoring, output yang akan
dihasilkan adalah tingkat kesiapan objek wisata pesisir pantai di Teluk Pandan
dalam menerapkan Smart Tourism. Dalam mengdentifikasi kesiapan penerapan
Smart Tourism dengan analisis teknik skoring diperlukan kriteria penilaian
kesiapan sub variabel tersebut seperti pada tabel berikut ini.
30
TABEL 1. 4 ANALISIS KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM
Komponen
Smart Tourism Variabel Sub Variabel
Elemen Smart
Tourism Standard Value
Infrastruktur
Dasar dan TIK
Transportasi Ketersediaan
dan Kualitas
Jalan
tourist
attraction
homepage,
smart vehicle-
scheduling,
personal-
itinerary design,
free wifi, smart
cards,
intelligent-guide
system, crowd
handling,
mobile payment,
tourist-flow
monitoring,
online
information
access, travel
safety
protection, e-
tourism
recommendation
system, dan real
time traffic
broadcast.
a. Jalan menuju objek wisata
memiliki kriteria untuk jalan
umum aspal/hotmix dan jalan di
dalam lokasi objek wisata alam
tanah padat, tidak berlubang,
akses utama dapat dilalui bus
pariwisata medium dengan
kapasitas 60 (enam puluh) orang
dan jalan utama bisa berpapasan
2 (dua) bus.
Penilaian Sub Variabel :
SIAP (3 Point), jika jalan
aspal/tanah padat, tidak
berlubang, akses utama dapat
dilalui bus pariwisata medium
deng4an kapasitas 60 (enam
puluh) orang dan jalan utama
bisa berpapasan 2 (dua) bus.
AGAK SIAP (2 Point), jika jalan
aspal/tanah padat, tidak
berlubang, akses utama hanya
dapat dilalui satu bus.
TIDAK SIAP (1 Point), jika jalan
onderlaag/batu, berlubang, akses
utamanya hanya dapat dilalui
satu bus.
Penilaian Variabel :
SIAP : 3 (20,33-30)
AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)
TIDAK SIAP: 1 (1-10,66)
Ketersediaan
dan Kualitas
Dermaga
b. Dermaga : Prinsip dan kaidah,
yaitu :
1.) terpenuhi aspek fungsional
untuk kelancaran aktivitas
penyeberangan,
Penilaian Sub Variabel :
SIAP (3 Point) : 4-5 Prinsip dan
Kaidah,
AGAK SIAP (2 Point) : 2-3
Prinsip dan Kaidah,
31
Komponen
Smart Tourism Variabel Sub Variabel
Elemen Smart
Tourism Standard Value
2.) Pemenuhan nilai estetika;
3.) Pemenuhan prinsip ekonomis;;
4.) Terpenuhinya prosedur
keselamatan dan keamanan.
TIDAK SIAP (1 Point) : 1
Prinsip dan Kaidah yang
dimiliki.
Penilaian Variabel :
SIAP : 3 (20,33-30)
AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)
TIDAK SIAP: 1 (1-10,66)
Air Bersih Sumber dan
Kualitas Air
Bersih
Air bersih : Kualitas air bersih
Tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa.
Penilaian Sub Variabel :
SIAP (3 Point) : Jika 3 standar
tersebut terpenuhi,
AGAK SIAP (2 Point) : Jika 2
standar terpenuhi,
TIDAK SIAP (1 Point) : Jika 1
standar atau tidak ada standar
yang terpenuhi.
Penilaian Variabel :
SIAP : 3 (20,33-30)
AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)
TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)
Jaringan Listrik Sumber
Jaringan
Listrik
Listrik : Kawasan objek wisata
terlayani listrik
PLN/Diesel/pembangkit listrik.
Penilaian Sub Variabel :
SIAP (3 Point) : Jika terlayani
listrik
AGAK SIAP (2 Point) :
Menggunakan Diesel
TIDAK SIAP (1 Point): Jika
tidak terlayani listrik
32
Komponen
Smart Tourism Variabel Sub Variabel
Elemen Smart
Tourism Standard Value
Penilaian Variabel :
SIAP : 3 (20,33-30)
AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)
TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)
Sistem Pengolahan
Limbah
Prasana,
sarana dan
pengelolaan
persampahan
a. Sampah :
1. Tempat sampah terpadu
dipisahkan menjadi 4 (empat)
bagian, yaitu organik, non
organik, botol kaca, botol dan
gelas plastik serta bahan plastik
lainnya;
2. Menerapkan konsep 4R, yaitu
reduce (mengurangi), reuse
(memakai kembali), recycle
(mendaur ulang) dan replace
(mengganti). 3. Tempat sampah di setiap Gerai
dengan pengolahan limbah
buangan dan penampungan
limbah minyak goreng.
Penilaian Sub Variabel :
SIAP (3 Point): Jika 3 standar
terpenuhi ,
AGAK SIAP (2 Point) : Jika 2
Standar Terpenuhi,
TIDAK SIAP (1 Point): Jika 1
standar hingga tidak ada yang
terpenuhi
Penilaian Variabel :
SIAP : 3 (20,33-30)
AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)
TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)
Ketersediaan
drainase dan
sistem
pengelolaan
b. Drainase : Drainase atau
saluran pembuangan air lengkap
dengan proses pemeliharaan
sebelum dibuang ke saluran kota.
Penilaian Sub Variabel :
SIAP (3 Point) : Jika tersedia
terdapat proses pemeliharaan
sebelumnya dan
33
Komponen
Smart Tourism Variabel Sub Variabel
Elemen Smart
Tourism Standard Value
AGAK SIAP (2 Point): Jika
tersedia dan tidak ada
pengolahan
TIDAK SIAP (1 Point): Tidak
ada sama sekali
Penilaian Variabel :
SIAP : 3 (20,33-30)
AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)
TIDAK SIAP : 1 (1-10,66
Ssitem
Pengelolaan
Sanitasi
c. Sanitasi : Fasilitas septic tank
pada masing-masing Kepala
Keluarga (KK) dan pada kawasan
pesisir pengembangan jamban
komunal.
Penilaian Sub Variabel :
SIAP (3 Point): Tersedia Septic
tank Komunal,
AGAK SIAP (2 Point):
Septictank Induvidu,
Tidak Siap (1 Point):
Tidak memiliki septictank
Penilaian Variabel :
SIAP : 3 (20,33-30)
AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)
TIDAK SIAP : 1 (1-10,66
Telekomunikasi BTS dan
aplikasi
terkait
kemudahan
mengakses
Indikator ketersediaan dan
pelayanan telekomunikasi :
1. Memiliki BTS dan radius
pelayanan hingga ke kawasan
objek wisata;
Penilaian Sub Variabel :
SIAP (3 Point): Jika 3-4 standar
tersebut terpenuhi,
AGAK SIAP (2 Point): Jika 2
standar terpenuhi,
34
Komponen
Smart Tourism Variabel Sub Variabel
Elemen Smart
Tourism Standard Value
informasi
wisata
2. Kecepatan mengakses internet
4G;
3. Pengembangan menara
telekomunikasi bersama (sharing
tower) dalam rangka efisiensi
ruang
4. Ketersedian media informasi
bagi wisatawan
TIDAK SIAP (1 Point): Jika 1
standar atau tidak ada standar
yang terpenuhi.
Penilaian Variabel :
SIAP : 13,7-20
AGAK SIAP : 7,4-13,6
TIDAK SIAP : 1-7,3
Trasportasi Kemudahan
Aksesibilitas
menuju objek
wisata dan
Pintu Mauk
dan Akses
menuju
Objek wisata
dan
Terjangkauan
dan kualitas
moda
transportasi
Moda Transportasi :
1. Tersedia angkutan umum;
2. Trayek angkutan umum dapat
menjangkau lokasi wisata
3. Mengenai keterjangkauan objek
wisata terhadap trayek transportasi
umum, yakni radius 400 meter
yang mampu ditempuh secara
berjalan kaki.
Penilaian Sub Variabel :
SIAP (3 Point): Jika memenuhi 3
standar tersebut,
AGAK SIAP (2 Point): Jika
memnuhi 2 Standar,
TIDAK SIAP (1 Point): Jika
hanya 1 standar atau tidak
memenuhi sama sekali.
Penilaian Variabel :
SIAP : 20,3-30
AGAK SIAP : 10,7-20,2
TIDAK SIAP : 1-10,6
Atraksi Kualitas Pelayanan Keberagaman
atraksi wisata
Memiliki Wisata Alam, Wisata
Buatan, dan Wisata Budaya
SIAP : Memiliki keberagaman
atraksi wisata tinggi (H’>3) AGAK SIAP: Memiliki
keberagaman atraksi wisata
sedang (1<H’<3)
35
Komponen
Smart Tourism Variabel Sub Variabel
Elemen Smart
Tourism Standard Value
TIDAK SIAP : Memiliki
keberagaman atraksi wisata
rendah (H’<1) Ketersediaan TIK
untuk mendukung
attraksi
Tersedianya
TIK pada
attraksi
terkait
pelayanan
informasi dan
keberagaman
aktivitas
wisata
Menggunakan Teknologi dalam
memberikan informasi terkait
dengan atraksi wisata
Penilaian Sub Variabel :
Point 1 : jika tersedia software
komputer dan smart card;
Point 0 : jika tidak tersedia
software dan smart card
Penilaian Variabel :
SIAP : 13,67-20
AGAK SIAP : 7,34-13,66
TIDAK SIAP : 1-7,33
Fasilitas
Penunjang
Wisata
Fasilitas
Keamanan
Ketersediaan,
Kualitas dan
penggunaan
teknologi
pada seluruh
fasilitas
penunjang
wisata
Kualitas pelayanan yang baik
dalam fasilitas penunjang wisata
ini indikator penilaiannya yaitu
ketersediaan fasilitas penunjang
wisata yang dapat dijangkau dari
atraksi wisata dengan berjalan
kaki dengan radius 400 meter
(Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum tentang Pedoman
Perencanaan, Penyediaan dan
Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Jaringan Pejalan Kaki di
Kawasan Perkotaan, 2014) dan
Ketersediaan TIK yang
A. Kualitas Pelayanan Failitas
Penunjang Wisata
Penilaian Sub Variabel :
Terdapat 10 jenis fasilitas
penunjang wisata dan apabila
semua jenias fasilitas tersedia
makan total kualitas pelayanan
100%. Jadi, setiap 1 jenis
fasilitas penunjang wisata yang
tersedia memiliki bobot
persentase 10 %.
Penilaian Variabel :
SIAP : 67,68 % -100%
Fasilitas
Akomodasi
Fasilitas Rumah
Makan
Fasilitas
Perdagangan
(Toko//Warung)
Fasilitas Kesehatan
36
Komponen
Smart Tourism Variabel Sub Variabel
Elemen Smart
Tourism Standard Value
Fasilitas Kamar
Mandi/Toilet
menunjang fasilitas penunjang
wisata dinilai berdasarkan
observasi pada fasilitas penunjang
wisata yang paling dominan atau
menonjol dalam penggunakan
teknologinya
AGAK SIAP :33,34%-67,67%
TIDAK SIAP : 1-33,33%
B. Ketersediaan TIK
Penilaian Sub Variabel :
Ketentuan pemeberian nilai,
yaitu jika tersedia pemanfaatan
TIK mendapat nilai 1 dan jika
tidak tersedia pemanfaatan TIK
nilai 0.
Penilaian Sub Variabel :
SIAP : 9,1-13
AGAK SIAP : 5,1-9
TIDAK SIAP : 1-5
Fasilitas Parkir
Fasilitas Ibadah
Fasilitas
Pervankan/ATM
Fasilitas Informasi
dan Pelayanan
Pariwisata
Sumber : Peneliti, 2020
37
Pada analisis ini merupakan analisis lanjutan yang menggunakan teknik skoring
dengan cara mengakumulasikan skor kemudian dinilai hasil kesiapan tiap variabel
sesuai langkah-langkah berikut:
1. Menjumlahkan skor sub variabel dalam satu variabel
2. Menentukan rentang kelas interval dengan rumus interval untuk kriteria skor
kesiapan setiap variabel
3. Menilai kesiapan tiap variabelnya
Rumus interval yang digunakan dalam tahap analisis ini, yaitu :
Kategori tingkat kesiapan variabel pariwisata cerdas adalah sebagai berikut:
TABEL 1. 5 INDIKATOR ANALISIS KESIAPAN PENERAPAN SMART
TOURISM
Variabel
Skor
Maksimal
Skor
Minimal
Hasil
Interval
Indikator
Siap Agak Siap Tidak Siap
Infrastruktur
Dasardan
TIK
15 1 4,66
Jika hasil
skoring variabel
Infrastruktur
dasar dan TIK
adalah 10,32-15
Jika hasil skoring
variabel
Infrastruktur dasar
dan TIK adalah
5,67 -10,32
Jika hasil skoring
variabel
Infrastruktur
dasar dan TIK
adalah 1 - 5,66
Transportasi 3 1 0,66
Jika hasil
skoring variabel
transportasi
adalah 2,33-3
Jika hasil skoring
variabel
transportasi adalah
1,67-2,32
Jika hasil skoring
variabel
transportasi
adalah 1-1,66
Atraksi 6 1 1,66
Jika hasil
skoring variabel
atraksi adalah
4,33-6
Jika hasil skoring
variabel atraksi
adalah 2,67-4,32
Jika hasil skoring
variabel atraksi
adalah 1-2,66
Fasilitas
Penunjang
Wisata
6 1 1,66
Jika hasil
skoring variabel
fasilitas
pendukung
wisata adalah
4,33-6
Jika hasil skoring
variabel fasilitas
pendukung wisata
adalah 2,67-4,32
Jika hasil skoring
variabelfasilitas
pendukung wisata
adalah 1-2,66
Sumber : Peneliti, 2020
Nilai maksimal − Nilai Minimal
Jumlah Kelas 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = = y......................(1)
38
Analisis kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di Teluk
Pandan dilakukan melalui hasil dari analisis skoring kesiapan variabel Smart
Tourism dengan bobot tiap variabelnya dan hasil perhitungan tersebut kemudian
diakumulasi. Ketentuan kategori tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism
digunakan rumus interval sebagai berikut:
Berdasarkan hasil interval yang diperoleh, dilakukan perumusan kategori tingkat
kesiapan penerapan Smart Tourism di Teluk Pandan adalah sebagai berikut:
1.12 Teknik Sampling
Salah satu langkah penting dalam proses pengumpulan data ialah menentukan
dan menemukan orang atau lokasi yang akan di pelajari sesuai dengan fokus
penelitian. Dalam penentuan hal tersebut deperlukan strategi untuk sampling.
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang diambil dengan berdasarkan prosedur tertentu yang dapat mewakili
populasinya. Dalam penelitian kualitatif yang bertujuan untuk merinci kekhususan
penelitian, sehingga diperoleh maksud dan tujuan dalam penelitian (Moleong,
2013). Pengambilan sampel dari populasi dilakukan karena peneliti tidak
mempelajari seluruh yang ada di populasi dan terdapat keterbatasan tenaga dan
SIAP : Jika total nilai 9,1-12
AGAK SIAP : Jika total nilai 6,1-9
TIDAK SIAP : Jika total nilai 3-6
39
waktu. Dalam penelitian ini akan diambil sampel dari populasi yang benar-benar
dapat merepresentasikan berbagai hal yang diperlukan dari populasi dengan fokus
penelitian lebih ditekankan pada informasi dari informan yang lebih bermanfaat
sesuai tujuan penelitian.
Dalam penelitian kualitatif ini teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling. Purposive sampling merupakan teknik sampling yang bersifat non
random sampling dengan memilih informan dengan ciri-ciri khusus yang sesuai
dengan tujuan penelitian dari dianggap menguasai masalah yang diteliti, sehingga
dapat menjawab permasalahan dalam penelitian. Menurut Creswell (2014) terdapat
16 strategi sampling yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif dan untuk
penelitian kali ini teknik yang dipilih, yaitu Variasi Maksimum. Creswell
menyatakan bahwa sampling variasi maksimum merupakan pendekatan yang
populer dalam studi kualitatif cocok menggunakan teknik sampling maximum
variation dengan tujuan utamanya untuk mendokumentasikan variasi dari beragam
individu atau suatu tempat dengan berdasarkan ciri-ciri khusus yang digunakan
untuk mengidentifikasi pola umum yang bersumber dari berbagai informan yang
paham dan dapat menjawab berbagai masalah terkait penelitian. Sampel maximum
variation memilih beberapa orang tertentu sebagai informan kunci untuk
mendapatkan gambaran kasus atau fenomena secara mendalam. Terkait dengan
informasi mendalam yang dibutuhkan maka, akan dicari dari informan kunci (key
informan) pada penelitian mengenai Penerapan Smart Tourism dalam
Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisr Pantai Di Kawasan Wisata
Terintegrasi Teluk Lampung. Berikut ini adalah kriteria sebagai informan untuk
wawancara yang terdapat pada berikut ini:
TABEL 1. 6 KRITERIA PEMILIHAN INFORMAN WAWANCARA
No Kategori
Informan Informasi
1. Instansi
Pemerintah
1. Informasi kepariwisataan terkait Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk
Lampung
2. Rencana, Program dan Strategi pengembangan Pariwisata di Teluk
Lampung
3. Penerapan teknologi dalam pengelolaan pariwisata
40
No Kategori
Informan Informasi
4. Bentuk dukungan dan kemitraan pemerintah dalam mewujudkan
pengembangan sektor pariwisata
5. Penyediaan Infrastruktur dan faslitas pendukung pariwisata
2. Masyarakat
lokal
1. Karakteristik Masyarakat lokal destinasi wisata di Kawasan Wisata
Terintegrasi
2. Peran Masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata
3. Penggunaan teknologi dan internet dalam pariwisata
4. Tradisi dan budaya unik masyarakat pesisir yang dapat menjadi daya
tarik
5. Dampak pengembangan pariwisata terhadap kebudayaan dan ekonomi
lokal
6. Inovasi dan kreativitas masyarakat lokal
7. kapasitas masyarakat dalam penggunaan teknologi
3. Pelaku
Usaha
1. Strategi pelaku usaha melihat peluang
2. Dampak ekonomi yang diterima dari pengembangan pariwisata
3. Penerapan teknologi dalam pemasaran produk
4. Alasan menerapkan dan tidak menerapkan teknologi
Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2019
1.13 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penulisan proposal laporan penelitian dengan
judul Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi
Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung adalah
sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas Tema dalam Penelilitian Skripsi yaitu
Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan
Potensi Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi
Teluk Lampung yang meliputi latar belakang, perumusan masalah,
tujuan dan sasaran, manfaat teoritis dan manfaat praktikan, ruang
lingkup penelitian yang mencakup ruang lingkup wilayah studi dan
ruang lingkup materi, keaslian penelitian, dan kerangka pikir serta
Metode Penelitian yang menjelaskan mengenai pendekatan
penelitian, objek penelitian, definisi operasional, metode
pengumpulan data, teknik analisis data dan kerangka analisis.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
41
Pada bab ini membahas mengenai literatur berupa definisi-definisi
konsep dasar, dan preseden dalam melakukan penelitian ini.
BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN PESISIR TELUK LAMPUNG
Pada Bab Ini membahas gambaran destinasi wisata pesisir di
Kabupaten Pesawaran dan KSDP Teluk Pandan yang termasuk ke
dalam Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Pada bagian
ini menjelaskan gambaran terkait daya tarik wisata, aktifitas wisata,
dan permasalahan wisata serta memberikan gambaran terkait
karakteristik sosial ekonomi dan budaya masyarakat lokal disekitar
objek wisata.
BAB 4 ANALISIS KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM PADA
KAWASAN OBJEK WISATA PESISIR TELUK PANDAN
Pada bab ini membahas analisis yang digunakan untuk mendukung
hasil penelitian yaitu Ketersediaan dan kualitas infrastruktur dasar
dan Infrastruktur TIK, Atraksi wisata yang menjadi daya tarik bagi
wisatawan, Trasnportasi dalam kemudahan akses bagi wisatawan,
dan Analisis skoring dalam menilai tingkat kesiapan penerapan
Smart Tourism pada objek wisata pantai di Kawasan Wisata
Terintegrasi Teluk Lampung.
BAB 5 TINGKAT KESIAPAN KAWASAN OBJEK WISATA PESISIR
TELUK PANDAN UNTUK MENERAPKAN SMART TOURISM
Pada bab ini akan menguraikan temuan hasil studi dari hasil
penelitian yang telah dilakukan terhadap Tingkat Kesiapan
Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi Sektor
Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung
dalam bentuk Kesimpulan, Rekomendasi yang diberikan kepada
pihak yang terlibat dari Pemerintah, Masyarakat Lokal, Pelaku
Usaha sebagai stakeholder yang berperan penting dalam
keberlangsungan wisata, penelitian lanjutan lanjutan dan
keterbatasan penelitian.
42
*Halaman Sengaja di Kosongkan
43
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA KESIAPAN PENERAPAN SMART
TOURISM
2.1 Tinjauan Umum Pariwisata
2.1.1 Pengertian Pariwisata
Pariwisata telah menjadi perhatian pada saat ini, istilah pariwisata telah banyak
didefiinisikan oleh para ahli. Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa
sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu Pari yang berarti “banyak” atau
“berkeliling” dan Wisata yang berarti “pergi” dan “bepergian”. Berdasarkan hal
tersebut, pariwisata merupakan suatu proses bepergian seseorang atau lebih menuju
tempat lain di luar tempat tinggalnya (Suzanna, 2003 dalam Rahman,2015).
Berdasarkan berbagai definisi dari pandangan yang dikemukakan oleh banyak
pakar di bidang pariwisata dapat kita simpulkan secara umum pariwisata
merupakan suatu aktivitas perjalanan wisata ke dan tinggal di luar lingkungan
keseharian yang didukung oleh berbagai fasilitas untuk bersenang-senang,
menghasbiskan waktu senggang, memenuhi rasa ingin tahu serta tujuan lainnya
yang bukan merupakan kegiatan untuk menghasilkan uang. Suatu perjalanan
dianggap sebagai wisata apabila memenuhi faktor penting, yaitu : (1) Bersifat
sementara dengan berpindah dari suatu tempat ketempat lain; (2) Bersifat sukarela
(Voluntary) dalam arti tidak terjadi karena terpaksa; (3) Tidak melakukan
kegiatan/pekerjaan yang menghasilkan upah.
Pembangunan pariwisata pada dasarnya berprinsip pada Pariwisata Berbasis
masyarakat, yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Indonesia yang kental
akan adat dan budaya menghasilkan suatu konsep pariwisata berbasi budaya yang
mencakup berbagai hal terkait hasil cipta karya masyarakat, yang menjadi salah
satu kekayaan utama dan alat untuk membawa keuntungan yang kompetitif.
Sedangkan, terkait dengan lingkungan adanyaa konsep pariwisata berkelanjutan
tentang cara untuk menghormati dan melestarikan lingkungan untuk generasi saat
ini dan tidak mengurangi kemampuan dalam memenuhi kebutuhan generasi di masa
44
datang. Menurut Cooper dkk (1995) dalam Ripparda Provinsi Lampung 2010-2025,
mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki oleh
sebuah objek wisata, yaitu :
1. Attraction (Daya Tarik). Merujuk kepada daya tarik yang dimiliki sebuah
tempat wisata yang menjadi faktor penarik wisatawan untuk berwisata objek
wisata tersebut. Daerah tujuan wisata pada dasarnya memiliki daya tarik wisata
yang baik daya tarik berupa alam, buatan manusia, dan atraksi hibrid atau
campuran antara alam dan buatan manusia. Atraksi alam biasanya berupa
pantai, gunung, sungai, air terjun, dan lain-lain. Atraksi buatan manusia
diantaranya berupa museum, taman, event, pameran, festival, dan lain-lain.
Sedangkan untuk atraksi campuran antara alam dan buatan manusia berupa di
lokasi pantai di bangun water boom, taman, spot foto, dan lain-lain.
2. Accesibility (aksesibilitas). Accesability dimaksudkan terkait dengan cara
wisatawan domestik dan mancanegara dapat dengan mudah berpindah dalam
mencapai tujuan ke tempat wisata. Dalam aktivitas paiwisata akses di Indonesia
sudah lumayan baik di beberapa tempat namun masih ada yang kurang baik dan
belum menunjang akses pariwisata terutama di daerah pedesaan dan kawasan
pesisir. Akses yang baik dapat menunjang akomodasi, karena akomodasi yang
mudah didapatkan oleh wisatawan dapat memenuhi apa yang diinginkan
wisatawan, serta aksesibilitas yang baik akan mempermudah wisatawan dalam
melakukan aktivitas wisata dan melakukan perpindahan ke tempat wisata
lainnya.
3. Amenities (fasilitas). Amenities menjadi salah satu unsur penting yang harus
dimiliki daerah tujuan wisata agar wisatawan dapat nyaman dan tinggal lebih
lama di salah satu objek wisata. Akomodasi dasar yang harus dimiliki tempat
wisata adalah hotel dan restoran yang mudah dijangkau dan dalam kondisi baik,
serta bisa memenuhi apa yang wisatawan inginkan selama berada di objek
wisata yang dikunjunginya.
4. Ancillary (kelembagaan). Adanya lembaga pariwisata mampu menunjang
terlaksananya dan berjalannya suatu aktivitas pariwisata, wisatawan akan
semakin sering mengunjungi dan mencari daerah tujuan wisata apabila di
45
daerah tersebut wisatawan dapat merasakan kenyamanan, keamanan,
(protection of tourism) dan terlindungi.
Dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, ada beberapa istilah
yang sering digunakan dalam kegiatan pariwisata yaitu :
a. Kawasan Wisata yaitu Suatu kawasan dengan luas tertentu yang dibangun
atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata
b. Objek Wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran daya tarik wisata.
Dalam Pasal 4 Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
bahwa kepariwisataan bertujuan sebagai berikut :
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat
c. Menghapus kemiskinan
d. Mengatasi pengangguran
e. Melestarikan alam, lingkungan dan sumberdaya
f. Memajukan kebudayaan mengangkat citra bangsa
g. Memupuk rasa cinta tanah air
h. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa
i. Mempererat persahabatan antar bangsa
2.1.2 Pariwisata sebagai Suatu Sistem
Pengertian sistem dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perangkat unsur
yang secara teratur saling berkaitan sehingga mencapai suatu tujuan. Pariwisata
merupakan salah satu industri yang multidimensional dan multisektoral serta harus
ditinjau dalam suatu sistem besar yang memiliki aktivitas kompleks dengan
berbagai komponen seperti ekonomi, ekologi, politik, sosial, budaya, dan lain-lain.
Beberapa ahli telah mengemukakan pandangan mereka terkait dengan sistem
pariwisata. Menurut Mill dan Marison (1985), Pariwisata terkait erat dengan
aktivitas perpindahan tempat yang merupakan sebuah sistem yang bagian-
bagiannya tidak berdiri sendiri melainkan saling terkait satu sama lain seperti jaring
laba-laba. Hall (2000) Menggambarkan secara umum sistem pariwisata yang
mengandung 3 komponen penting, yaitu:
46
1. a set of element
2. The set of relationship between the element
3. The set relationship those element and environment
Dengan adanya komponen penting pariwisata inilah yang akan menghasilkan
suatu sistem yang saling satu sama lain. Sistem pariwisata menurut Leiper (2004
dalam Rahman 2015) menyatakan tentang sifat sistem terbuka dalam pariwisata.
Leiper menjelaskan didalam Sistem Pariwisata lingkungan juga memiliki peranan
untuk berinteraksi dan memiliki pengaruh terhadap elemen-elemen di dalam sistem
tersebut. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa aspek-aspek fisik, budaya,
sosial, ekonomi, politik, hukum, dan teknologi yang menjadi unsur pembentuk
pariwisata, namun pada kondisi tertentu juga dipengaruhi oleh pariwisata. Secara
sederhana berikut gambar Sistem Pariwisata yang dikemukan oleh Lepier (2004
dalam Rahman 2015) :
Sumber: (Leiper 2004 dalam Rahman 2015)
GAMBAR 2. 1 BAGAN SISTEM PARIWISATA LEIPER
Berdasarkan gambar diatas, dapat kita ketahui bahwa Leiper mencoba
menjelaskan sistem pariwisata secara menyeluruh (whole tourism system) yang
dimulai dengan mendeskripsikan perjalanan seorang wisatawan dari daerah asalnya
hingga ke daerah tujuannya. Dari sistem pariwisata Leiper terdapat lima elemen
sebagai subsistem yang merupakan bagian sistem pariwisata yang menyeluruh,
yaitu:
1. Wisatawan (tourist) yang merupakan elemen manusia yaitu orang yang
melakukan perjalanan wisata
47
2. Daerah asal wisatawan (traveller-generating regions), merupakan elemen
geografi yaitu tempat dimana wisatawan mengawali dan mengakhiri
perjalanannya.
3. Jalur pengangkutan (transit route) merupakan elemen geografi tempat
dimana perjalanan wisata utama berlangsung.
4. Daerah tujuan wisata (tourist destination region) sebagai element geografi
yaitu tempat utama yang dikunjungi wisatawan .
5. Industri pariwisata (tourist industry) sebagai elemen organisasi, yaitu
kumpulan dari organisasi yang bergerak usaha pariwisata, bekerjasama
dalam pemasaran pariwisata untuk menyediakan barang, jasa dan fasilitas
pariwisata (Suryadana dan Octavia, 2015)
Sistem Pariwisata juga dijelaskan oleh Gunn. Menurut Gunn dan Turgut (Dalam
Rahman, 2015) Model Pariwisata memiliki elemen-elemen kunci yang menyeluruh
yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Pariwisata merupakan bidang yang multidisiplin;
2. Pariwisata digerakkan oleh dua elemen utama yaitu elemen permintaan
(demand) dan elemen penawaran (supply);
3. Elemen Permintaan terdiri dari : Kemampuan dan kemauan untuk
melakukan suatu perjalanan wisata;
4. Elemen Penawaran terdiri dari : Atraksi, pelayanan wisata, transportasi,
informasi dan promosi wisata yang terdapat dalam suatu wilayah
pariwisata.
Model Pariwisata yang dikemukakan oleh Gunn menekankan bahwa Pariwisata
hanya dapat berkembang dan direncanakan dengan memahami hubungan-
hubungan saling mempengaruhi antara elemen ketersediaan (supply) pariwisata
dengan permintaan (demand) pasar pariwisata. Secara umum, ketersediaan dan
permintaan dibentuk berdasarkan interaksi antar komponen daya tarik,
layanan/jasa, transportasi, informasi bagi wisatawan dan promosi. Model
Pariwisata Gunn menjelaskan Sistem Fungsional dari Pariwisata. Digram sistem
fungsional pariwisata menurut Gunn dapat digambarkan sebagai berikut :
48
Sumber : (Gunn dan Turgut 2002 dalam Rahman 2015)
GAMBAR 2. 2 DIAGRAM MODEL SISTEM FUNGSIONAL
PARIWISATA
Berdasarkan kedua sistem kepariwisataan yang sudah dijelaskan diatas maka
dapat diketahui bahwa dalam pariwisata terdapat lima komponen utama, yaitu :
A. Wisatawan
Wisatawan menurut Leiper (2004 dalam Rahman 2015) adalah pelaku dalam
kegiatan wisata. Berwisata menjadi sebuah cara untuk mendapatkan pengalaman,
menikmati, mengantisipasi dan kesenangan di dalam kehidupan dengan melakukan
berbagai aktivitas di luar temapt tinggalnya. Menurut World Tourism Organization
(WTO) wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan dan tinggal di luar
lingkungan mereka tidak lebih dari satu tahun tetapi lebih dari 24 jam. Perjalanan
yang dilakukan wisatawan memiliki beragam motif, minat, ekspetasi, karakteristik,
sosial, ekonomi, budaya, dan faktor lainnya. Dengan motif dan latar belakang yang
berbeda, wisatawan menjadi pihak yang menciptakan permintaan produk dan jasa
wisata serta menjadi penggerak aktivitas pariwisata di suatu destinasi. Motivasi
berwisata seseorang wisatawan digolongkan menjadi : physical motivation, cultural
motivation, social motivation, dan fantasy motivation (Pitana dan Gayatri, 2005).
Peran wisatawan ini sangat menentukan dan sering diposisikan sebagai kunci dalam
berbagai kegiatan wisata di suatu daerah tujuan wisata.
B. Atraksi
49
Atraksi merupakan sesuatu yang menjadi daya tarik untuk dilihat,
dirasakan, dinikmati dan dimiliki oleh wisatawan, yang dibuat oleh manusia dan
memerlukan persiapan terlebih dahulu sebelum diperlihatkan kepada wisatawan
agar dapat memberikan kebahagiaan, ilmu baru, dan pengalaman yang tak
terlupakan. Dalam UU. No 10 Th. 2009 tentang Kepariwisataan, Obyek Wisata
dan Atraksi Wisata tidak didefinisikan masing-masing secara terpisah, melainkan
dalam satu definisi atau menjadi satu kesatuan. Adapun yang membedakan antara
Obyek Wisata dan Atraksi Wisata ialah masing-masing karakteristiknya. Obyek
Wisata memiliki sifat statis atau tetap karena terikat pada tempat dan dapat dijamah
(tangible). Sedangkan Atraksi Wisata bersifat dinamis yang mencerminkan adanya
gerak dan tidak terikat tempat (dapat berpindah) serta tidak dapat dijamah
(intangible).
C. Transportasi/Pengangkutan
Transportasi merupakan salah satu aspek yang penting bagi pariwisata, karena
karakteristik kunci wisatawan adalah mobilitas (Tambunan, 2009). Dengan adanya
transportasi dapat semakin memudahkan wisatawan untuk berpindah dari satu
tempat ke tempat lain dan mengunjungi daerah tujuan wisata. Dalam kaitannya di
kegiatan pariwisata trasnportasi, meliputi transportasi akses dari dan menuju
kawasan wisata, transportasi internal yang menghubungkan atraksi utama kawasan
wisata. Fasilitas dan pelayanan transportasi terkait dengan mendukung terwujudnya
kemudahan aksesibilitas dari dan menuju ke tempat wisata, sehingga mampu
memberikan rasa nyaman dan efisien waktu dalam melakukan kegiatan wisata.
Dalam mendukung pariwisata sistem transportasi dibagi menjadi tiga aspek
utama yaitu aksesibilitas, moda transportasi dan rute perjalanan. Dalam pariwisata
ketiga aspek ini harus saling terkait dan terpadu satu sama lain karena hal ini
menyangkut kenyamanan dan keamanan pengunjung obyek wisata. Aksesibilitas
menekankan pada kemudahan dalam menjangkau obyek-obyek wisata dari
berbagai lokasi. Transportasi meninjau seberapa jauh peran penyediaan dan
jangkauan angkutan umum dalam menyediakan kebutuhan para pengunjung
pariwisata. Rute perjalanan pariwisata menekankan pada ketersediaan rute dari
berbagai arah serta berbagai jalur transportasi menuju obyek-obyek wisata sehigga
dapat dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah asal dengan mudah.
50
D. Informasi dan Promosi
Promosi merupakan suatu kegiatan memperkenalkan produk atau jasa yang
hendak ditawarkan kepada calon konsumen yang menjadi target pasar dalam
konteks ini ialah wisatawan. Kegiatan promosi idealnya dilakukan secara
berkesinambungan dan intens melalui beberapa media yang dianggap efektif dapat
menjangkau pasar, baik cetak maupun elektronik, namun pemilihannya sangat
tergantung pada target pasar yang hendak dituju. Terdapat beberapa penjelasan
tentang arti promosi penjualan yang disediakan oleh beberapa ahli marketing
(Bahar, 2002) :
1. Promosi penjualan adalah setiap kegiatan bukan tatap muka yang berhubungan
dengan promosi penjualan, tetapi seringkali mencakup periklanan.
Mempromosikan suatu produk tanpa adanya interaksi secara langsung dengan
konsumen yang dalam kondisi ini konsumen dapat melihat iklan dalam media
cetak maupun elektronik.
2. Promosi adalah setiap upaya marketing yang fungsinya untuk memberikan
informasi atau meyakinkan para konsumen yang potensial mengenai kegunaan
suatu produk atau jasa dengan tujuan unuk mendorong konsumen untuk
melanjutkan atau memulai pembelian pada harga tertentu. Promosi dalam
konteks ini merupakan bentuk atau cara untuk memperkenalkan suatu produk
atau jasa kepada konsumen yang akan menggunakan produk tersbut dan
memilki keinginaan untuk membelinya.
3. Promosi adalah pencarian peluang-peluang usaha dan organisasi dana, harta
kekayaan, dan kemampuan manajemen untuk terjun ke dalam usaha dengan
tujuan untuk mencari laba. Promosi dapat kita artikan sebagai suatu bentuk
kegiatan yang dilakukan suatu penyedia barang atau jasa untuk menarik minat
pembeli dan mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Dalam pengembangan dan pemasaran suatu barang dan jasa aspek informasi dan
promosi menjadi sangat penting agar konsumen dapat mengetahui terkait
ketersedian dan keberadaan barang dan jasa tersebut. Oleh karena itu, Informasi
dan promosi akan berhasil jika kegiatan-kegiatannya berdasarkan :
1. Sesuai kebijaksanaan umum yang mengatur tentang pemasaran.
2. Strategi pemasaran yang mantap dan sesuai pasar.
51
3. Pemilihan taktik sasaran yang tepat.
4. Pemilihan sarana komunikasi yang sesuai dan cepat menyebar.
Keberhasilan informasi dan promosi dalam kontek pariwisata akan terlihat apabila
:
1. Arus kedatangan wisatawan semakin meningkat.
2. Semakin lamanya wisatawan tinggal di daerah tujuan wisata yang
dipromosikan.
3. Pengeluaran wisatawan semakin besar di daerah tujuan wisata.
4. Semakin besarnya kecenderungan dan keinginan wisatawan untuk
berkunjung lagi ke daerah yang sama
Promosi tempat wisata daerah merupakan kegiatan yang dilakukan para pelaku
ekonomi di lokalitas perekonomian tertentu yang memiliki potensi sebagai tempat
wisata yang memiliki daya tarik tertentu. Potensi tersebut dapat berupa keindahan
alam, kekayaan budaya dan adat istiadat masyarakat lokal, situs bersejarah, even
pesta budaya / festival dan keagamaan, serta potensi pusat-pusat kegiatan ekonomi,
perdagangan dan investasi yang menarik dan memiliki ciri khasnya tersendiri.
Tujuan promosi wisata daerah dapat dikategorikan ke dalam beberapa tujuan
berikut ini:
1. Mempromosikan lokalitas wisata sebagai tujuan wisata yang menarik, unik
dan menjadi daya tarik tersendiri yang dapat menguntungkan wisatawan.
2. Meningkatkan dan menetapkan citra wisata daerah di pasar domestik dan
internasional.
3. Menyebarkan informasi tentang produk–produk wisata yang telah
dikembangkan.
4. Membangun dan membina komunikasi yang efektif dengan media dan pers
internasional.
E. Pelayanan
Pariwisata adalah kegiatan pelayanan dari hosts terhadap guests. Hosts
memberikan pelayanan untuk memuaskan keinginan wisatawan sebagai guests
(Kandampully,Sparks, Conniie, 2001). Wisatawan sebagai guests membutuhkan
pelayanan karena berada dan hidup pada kawasan bukan tempat tinggalnya dan
tentunya untuk mendapatkan kenyamanan dan keamanan. Kelengkapan dari sarana
52
dan prasaran di suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai faktor yang sangat
menunjang berbagai aktivitas wisata yang akan dilakukan di obyek wisata tersebut.
Menurut Oka A. Yoeti (2007) pelayanan dalam pariwisata sangat diperlukan untuk
mendukung dari pengembangan obyek wisata. Pelayanan berupa Prasarana
kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana
kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan
pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam seperti
sarana akomodasi, sebagai tempat untuk beristirahat atau menginap di daerah tujuan
wisata. Macam-macam tempat menginap tersebut diantaranya hotel, penginapan,
cottage dan pondok wisata. Akomodasi merupakan sarana yang menyediakan jasa
pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum
serta jasa lainnya.
Dalam sistem pariwisata, peran dari stakeholder sangatlah penting dalam
menjalakan sebuah sistem pariwisata yang besar dan kompleks. Secara umum,
stakeholder dalam sistem pariwisata dikelompokkan menjai 3 pilar utama, yaitu
1) Masyarakat yang dalam hal ini ialah masyarakat umum yang berada di
kawasan destinasi wisata, sebagai pemilik dari salah satu sumber daya
seperti kebudayaan yang mampu memberikan daya tarik tersendiri bagi
wisatawan.
2) Swasta merupakan asosiasi usaha dalam industri pariwisata dan para
pengusaha yang ikut berperan dalam penyediaan berbagai fasilitas
pendukung pariwisata dan berbagai hal lainnya.
3) Pemerintah terkait pada berbagai wilayah administrasi dari desstinasi
wisata, terdiri dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, dan
seterusnya.
Penyelenggaraan sistem pariwisata dapat terwujud dan berjalan dengan baik
apabila setiap stakeholder mampu bersinergis dan saling mendukung satu sama
lainnya dalam menjalankan dan mengembangkan pariwisata yang unggul. Terdapat
kriteria dan destinasi pariwisata unggulan berdasarkan peraturan Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata No. 37/UM.001/MKP/07 tentang kriteria dan
penetapan destinasi pariwisata unggulan menguraikan sebagai berikut :
1. Ketersediaan sumber daya dan daya tarik wisata;
53
2. Fasilitas pariwisata dan fasilitas umum tersedia dengan baik;
3. Aksesibilitas;
4. Kesiapan dan keterlibatan masyarakat dalam pariwisata;
5. Potensi pasar;
6. Posisi strategis pariwisata dalam pembangunan daerah.
Dengan memenuhi kriteria tersebut suatu daerah tujuan wisata dapat menjadikan
destinasi wisata yang ada di daerahnya menjadi destinasi pariwisata unggulan yang
tentunya akan menjadi daya tarik tersendiri untuk para wisatawan agara berwisata
di daerah tersebut dan dari pengembangan tersebut tentunya akan banyak dampak
positif yang dirasakan oleh masyarakat dan daerah terutam dari aspek ekonomi.
2.1.3 Pariwisata dalam Konteks Penataan Ruang
Pariwisata merupakan suatu aktivitas perjalanan wisata yang dilakukan
seseorang atau sekelompok ke suatu tempat di luar lingkungan keseharian untuk
rekreasi, mempelajari budaya dan lingkungan baru, mengisi waktu senggang, dan
bersenang-senang tanpa ada kegiatan yang menghasilkan upah. Dalam melakukan
kegiatan wisata didukung dengan penyediaan fasilitas dan pelayana pariwisata yang
disediakan oleh pemerintah, masyarakat dan pengusaha sebagai upaya untuk
meningkatkan daya tarik dan kesan bagi pengunjung. Saat ini perkembangan
pariwisata mempengaruhi kegiatan wisatawan yang tidak hanya ingin berkunjung
untuk tujuan wisata dan atraksi wisata saja, tetapi juga menekankan kepada unsur
pengalaman dan wawasan yang tidak akan terlupakan dalam menikmati sebuah
wisata yang salah satunya dengan cara mengajak wisatawan untuk ikut langsung
melakukan kegiatan sehari-hari, adat budaya dan gaya hidup masyarakat lokal di
lokasi wisata. Dalam pengembangan pariwisata sangat penting untuk
mempertimbangkan kesimbangan beberpa hal penting berikut ini dalam
perencanaannya, yaitu :
1. Pelestarian terhadap berbagai sumberdaya budaya dan alam. Terutama
sumberdaya yang tidak dapat tergantikan dan diperbaruhi. Hal ini tidak hanya
meliputi kawasan inti di wilayah perencanaan wisata, melainkan juga
karakteristik daerah tujuan wisata.
54
2. Pemanfaatan dan optimalisasi, suatu hal yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan dayaguna berbagai potensi dan aset yang masih belum
dimanfaatkan secara optimal. Hal ini meliputi berbagai objek yang memiliki
potensi dan daya tarik namun belum dikelola dengan baik, jumlah kunjungan
yang masih sedikit, fasilitas pendukung pariwisata yang belum tersedia dan
belum termanfaatkan dengan optimal, serta berbagai kegiatan yang belum
dapat dimanfaatkan sebagai salah satu daya tarik di kawasan tersebut.
3. Pembangunan dan eksploitasi, suatu tindakkan yang dilakukan terhadap
beberapa bagian kawasan untuk memperoleh keuntungan, baik dari sisi sosial
budaya kemasyarakatan, maupun secara ekonomi finansial. Aspek ini dapat
dimanfaatkan untuk melakukan subsidi terhadap setiap tindakan pelestarian
dan optimalisasi.
Dalam Pengembangan pariwisata peting untuk memperhatikan 4 aspek (4A)
dalam penawaran pariwisata, yaitu : Attraction, Accesibility, Aminities, and
Ancillary. dengan mengintegrasikan 4 komponen utama pariwisata tersebut yang
akan diintegrasikan dengan penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi
melalui pengaplikasian Konsep Smart Tourism di daerah tujuan wisata. Dalam
penerapannya perlu adanya kesinergisan anatara stakeholder yang menjadi pilar
utama pariwisata dalam menjalankan sistem pariwisata agar tujuan yang dimiliki
dapat tercapai dan menerima manfaat yang optimal dari industri pariwisata.
Selain itu, pada sektor pariwisata infrastruktur memiliki peranan yang penting
dalam pencapaian pembangunan, baik dalam bidang ekonomi maupun bidang
sosial. Infrastruktur memiliki peranan sebagai elemen pendukung suatu wilayah
dan mediator antara lingkungan sebagai elemen dasar dengan sistem sosial dan
ekonomi. Proses pengembangan sektor pariwisata memiliki keterkaitan dengan
ketersediaan infrastruktur yang memadai. Oleh karena itu, peran infrastruktur
sangat penting bagi sektor pariwisata karena dengan sistem infrastruktur yang
tersedia dapat mempercepat perkembangan pada sektor pariwisata. Berdasarkan
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.378/1987 tentang Standar Konstruksi
Bangunan Indonesia, Lamp.22: ”Prasarana Lingkungan adalah jalan, saluran air
minum, saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan sampah, jaringan listrik”.
Ditinjau dari laporan tahunan Kementrian Pariwisata kebutuhan infrastruktur dasar
55
pada sektor pariwisata meliputi bidang prasarana umum yang mencakupi jalan, air
bersih, listrik, telekomunikasi, dan kesehatan lingkungan; penyediaan dan
pengembangan sarana dan prasarana transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan
penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api.
2.2 Wilayah Pesisir
2.2.1 Pengertian Wilayah Pesisir
Istilah wilayah pesisir sudah sangat sering kita dengan karena berkaitan erat
dengan predikat Indonesia yang menjadi negara maritim. Ketchum (1972)
menyebutkan bahwa pada dasarnya wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan
antara wilayah daratan (terestrial) dan wilayah laut (the coast may be thought of as
the area that shows a connection between land and ocean). Selanjutnya, secara
ekologis Ketchum mendefinisikan wilayah pesisir sebagai
“The band of dry land and adjacent ocean space (water and submerged
land) in which terrestrial processes and land uses directly affect oceanic
processes and uses, and vice versa.”.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa wilayah pesisir merupakan
sebuah wilayah yang dinamik dan saling berkaitan satu sama lain antara daratan
dan lautan. Dengan adanya keterkaitan antara wilayah darat dan lautan tersebutlah
yang menjadi penyebab adanya dinamika, karakteristik yang berbeda dari wilayah
lainya dan tantangan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu
(Integrated Coastal Management;ICM). Dalam konteks kebijakan Jones and
Westmascot (1993) mendesfinisikan wilayah pesisir sebagai berikut :
“ Coastal zone management involves the continuous management of the use
of coastal lands and waters and their resources within some designated
area, the boundaries of which are usually politically determined by
legislation or by executive order.”
Definisi tersebut menjelaskan bahwa wilayah pesisir merupakan suatu
administratif wilayah pengelolaan. Coastal Area atau kawasan pesisir yang lebih
berkonotasi sebagai wilayah geografis sebelum dijadikan sebuah kawasan
pengelolaan. Secara umum, definisi wilayah pesisir tergantung dari tujuan
pengelolaan, dari definisi paling sempit sampai luas. Srilanka, misalnya
56
mendefinisikan wilayah pesisirnya sebagai kawasan dengan panjang 1 km ke arah
laut (seaward) dan 300 meter sampai 2 km ke arah darat (landward) (Scura, et.al.,
1992). Sedangkan, dalam naskah akademik Usulan RUU Pengelolaan Wilayah
Pesisir (DKP, 2001), definisi wilayah pesisir yang digunakan mencakup 3
pendekatan batasan, yaitu pendekatan ekologi, pendekatan administrasi dan
pendekatan perencanaan. Dalam konteks pendekatan ekologis, wilayah pesisir
didefinisikan sebagai kawasan daratan yang masih dipengaruhi oleh proses dan
dinamika laut, seperti pasang surut, intrusi air laut, dan kawasan laut yang masih
mendapat pengaruh dari proses dan dinamika daratan, seperti sedimentasi dan
pencemaran. Sementara itu, pendekatan administrasi membatasi wilayah pesisir
sebagai wilayah yang administrasi pemerintahan memiliki batas terluar sebelah
hulu dari kecamatan atau kabupaten/kota yang mempunyai laut dan ke arah laut
sejauh 12 mil dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiganya untuk
kabupaten/kota. Sedangkan, dalam konteks pendekatan perencanaan wilayah
pesisir merupakan wilayah perencanaan pengelolaan sumber daya yang difokuskan
pada penanganan isu yang akan dikelola secara bertanggung jawab.
Berdasarkan setiap penjabaran mengenai definisi Wilayah pesisir dapat di tarik
kesimpulan bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah yang terdiri dari daratan dan
lautan yang dinamik dan saling berkaitan satu sama lain antara daratan dan lautan
yang dibedakan berdasarkan 3 pendekatan batasan, yaitu pendekatan ekologi,
pendekatan administrasi dan pendekatan perencanaan dengan karakteristik, potensi,
sumberdaya dan masalah yang berbeda dari wilayah lainnya.
2.2.2. Pariwisata di Kawasan Pesisir
Wilayah pariwisata pesisir mencakup lingkungan laut, dan zona pesisir yang
berdekatan, membentuk suatu komponen penting dari sistem kelangsungan hidup
secara global dan sebagai aset yang menawarkan suatu pembangunan
berkelanjutan. Wilayah pesisir dengan semua potensi sumber daya alam dan
keindahannya menjadi penunjang kehidupan dan pembangunaan yang
berkelanjutan. Zona pesisir menampung beragam dan habitat produktif, ekosistem
penting bagi populasi manusia, subsistensi lokal pertanian dan pembangunan
ekonomi termasuk pemanfaatan kawasan pesisir sebagai destinasi atau obyek
57
pariwisata. Wilayah pesisir di dunia memiliki kondisi lingkungan dan pola
pembangunan yang serupa dengan sistem ekologi yang relatif stabil dan seimbang
dapat berubah dengan cepat menjadi ekosistem yang tidak stabil terutama karena
aktivitas atau kegiatan pembangunan oleh manusia (Okeke 2000). Manusia
memiliki peranan penting dalam mengelola, memanfaatkan dan menjaga kawasan
pesisir agar mampu memberikan keuntungan yang optimal dan juga menjaga
kelestarian alamnya. Untuk alasan ini, penting bahwa dampak dari kebijakan
pembangunan yang berbeda, termasuk pengembangan pariwisata, pada jenis
lingkungan ini dipelajari dengan cermat sebelum implementasi proyek dan dipantau
setelah implementasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pentingnya ada manajemen
dalam pembangunan yang mampu mensinergiskan anatara kebijakan yang ada
dengan proses pembangunan melalui proses controling. Komisi Eropa menetapkan
tujuan wisata pantai sebagai :
“an area which attracts tourists who come to enjoy the seaside and seaside-
related activities as a primary motivation” (Komisi Eropa 2000: 149).
Kawasan pantai merupakan suatu area yang menjadi daya tarik utama bagi
wisatawan yang datang untuk menikmati berbagai aktivitas terkait pantai dan laut
yang dijadikan motivasi utama wisatawan. Demikianlah wisata pantai tumbuh
subur di daerah pantai dan seluruh garis pantai suatu daerah yang memiliki potensi
bahari. Banyak dari wisatawan menjadikan matahari, laut, dan pasir sebagai
komponen utama dari produk wisata pantai di kawasan pesisir dan alasan utama
mereka berwisata ke kawasan pesisir.
58
Sumber : UNESCO 1997 (dalam Alice Kubo hal 8)
GAMBAR 2. 3 TYPOLOGICAL COMPOSITION OF COASTAL
ENVIRONMENTS
Pada umumnya kawasan pesisir memiliki lingkungan yang kaya akan sumber
daya, dan yang membuatnya semakin menarik tidak hanya pariwisata dan rekreasi
tetapi juga juga perikanan, manufaktur, perdagangan maritim, pertambangan,
ekstraksi minyak dan gas serta berbagai sumber daya lainnya.
Dalam sejarahnya wisata pantai pertama kali dikembangkan oleh orang Romawi
tetapi menghilang bersama runtuhnya Kekaisaran Romawi. Untuk waktu yang
lama, laut terutama samudera terlihat sebagai ancaman bagi manusia dan bukan
sebagai tempat mengundang yang indah, dimana orang bisa duduk atau berbaring
dan berjemur. Begitu juga tampilan kecokelatan, yang dikaitkan dengan buruh tani
atau pelaut dan karenanya bukan sesuatu yang bisa dibanggakan (Egmond 2001).
Tapi sejak awal, di masa modern pariwisata atau liburan selalu didominasi dengan
kegiatan wisata pantai. Awalnya kawasan pariwisata pesisir hanya untuk elit yang
mengunjungi dan berlibur di pantai. Tetapi pada awalnya manfaat kesehatan mandi
di laut adalah daya tarik utama di pantai Eropa dan sangat cepat menjadi tempat
liburan dan relaksasi. Konsentrasi wisata merupakan hasil dari pariwisata replikasi
skala besar dari paket liburan standar industri yang menggabungkan akomodasi dan
transportasi, dipasarkan terutama oleh operator tour besar.
Wilayah Pesisir memiliki potensi pariwisata dan sumber daya alam yang besar.
Potensi pariwisata bahari yang dimiliki di wilayah pesisir menjadi daya tarik
59
tersendiri bagi banyak wisatawan. Wilayah pesisir dengan karakteristik yang unik
dan keindahan alamnya dapat menjadi daya tarik wisata yang mamapu mendorong
terjadinya aktivitas pariwisata dan tentunya akan memberikan dampak terhadap
peningkatan dan percepatan pertumbuhan perekonomian di suatu kawasan. Secara
umum, pengembangan pariwisata pesisir difokuskan pada pada karakteristik
wilayah, karakteristik masyarakat, dan kekayaan adat budaya yang menjadi daya
tarik dan kekuatan yang dimiliki setiap daerah. Misalnya, kawasan terumbu karang
di seluruh perairan Indonesia luasnya mencapai 7.500 km2 dan umumnya terdapat
di wilayah taman laut. Selain itu juga didukung oleh 263 jenis ikan hias di sekitar
terumbu karang tersebut. Potensi pariwisata bahari tersebut tersebar di sekitar 241
daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi Lampung menjadi salah satu provinsi yang
memiliki potensi pariwisata bahari dengan total luas sebesar 178.323,70 Ha.
TABEL 2. 1 INDIKATOR TEORI PARIWIATA DI KAWASAN PESISIR
Sub Pustaka Sumber/Penulis Indikator
Pengertian Pariwisata
Koen Meyers, 2009
1. Perjalanan yang dilakukan sementara waktu
2. Hanya untuk bersenang-senang, menghasbiskan waktu
luang, dan tujuan lainnya.
Menurut UU No.10 Tahun
2009
1. Berbagai kegiatan wisata yang didukung oleh fasilitas
wisata
2. Fasilitas disediakan oleh Pemerintah, Pengusaha, dan
Masyarakat
World Tourism Organization
(WTO)
1. Kegiatan ke dan tinggal di luar lingkungan keseharian
2. Dalam waktu tidak lebih dari satu tahun secara terus
menerus, untuk kesenangan, bisnis ataupun tujuan
lainnya
I Ketut Suwena dan I Gusti
Ngurah Widyatmaja dalam
buku Pengetahuan Dasar
Ilmu Pariwisata
1. Bersifat Sementara dengan berpindah dari suatu
tempat ke tempat lain
2. Bersifat Sukarela (Voluntary) dalam artian tidak ada
paksaan
3. Tidak melakukan kegiatan atau pekerjaan yang
menghasilkan upah
5A dalam Penawaran
Pariwisata
1. Attraction, yang merujuk pada daya tarik yang dimiliki
DTW
2. Accesibility, terkait dengan kemudahan wisatawan
dalam menakses DTW
3. Aminities, terkait dengan fasilitas di destinasi wisata
untuk menunjang kegiatan wisata
4. Ancillary, yang merujuk pada kelembagaan untuk
menunjang kegiatan wisata
5. Activities, Kegiatan wisata yang menyenangkan
dengan fasilitas yang menunjang
60
Sub Pustaka Sumber/Penulis Indikator
5 Komponen Utama
Pariwisata
Leiper, 2004 & Gunn dan
Turgut, 2002
1. Wisatawan yang merupakan pelakuk dalam kegiatan
wisata
2. Atraksi yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk
berkunjung
3. Transportasi terkait dengan mobilitas atau perpindahan
wisatawan untuk mengunjungi destinasi wisata
4. Informasi dan Promosi merupakan suatu upaya
memperkenalkan dan memasarkan daerah tujuan wisata
5. Pelayanan yang harus diberikan dari host/tuan rumah
terhadap guest/tamu
Pengertian Wilayah
pesisir
Ketchum, 2007
1. Wilayah pertemuan antara daratan dan lautan
2. Wilayah yang dinamik dan berkaitan satu sama lain
antara daratan dan lautan
Jones and Westmascot 1. Wilayah pesisir merupakan suatu administratif
2. Wilayah pengelolaan khusus
Usulan RUU (DKP, 2001)
Mencakup 3 pendekatan batasan, yaitu pendekatan
ekologi, pendekatan administrasi dan pendekatan
perencanaan
Pariwisata kawasan
pesisir
Komisi Eropa, 2000
1. Kawasan pantai yang merupakan bagian pesisir
menjadi daya tarik utama pariwisata
2. Matahari, Laut, dan Pasir menjadi komponen utama
dari produk wisata di kawasan pesisir
Okeke, 2000 1. Wilayah pesisir memiliki karakteristik yang sama
dengan sistem ekologi yang relatif stabil dan seimbang Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2020
2.3 Smart Tourism
Kata Smart Tourism terdiri dari dua kata, yaitu “smart” dan “tourism”. Jelas,
kata “tourism” mengacu kepada aktivitas atau kegiatan kepariwisataan. Namun,
kata “smart” perlu didefinisikan lebih lanjut. Kata “smart” mempunyai arti
“bijaksana (Wang, Jin, & Zhou, 2012). Secara eksplisit, “smart” juga dapat berarti
“teroptimisasi terhadap kebutuhan-kebutuhan yang spesifik” (Gretzel, Sigala, et
al., 2015). Harrison et al. (2010) berpendapat bahwa sifat smart terbentuk ketika
individu atau grup mengeksploitasi operasi data secara real-time, yaitu dengan
menggunakan analisis yang kompleks untuk memodelkan, mengoptimisasikan, dan
memvisualisasikan data yang ada sebagai dasar pembuatan keputusan yang lebih
baik.
Smart Tourism didefinisikan sebagai suatu platform pariwisata yang
mengedepankan penerapan Information and Communication Technologies (ICT)
secara terintegrasi. Dalam pengaplikasiannya plarform ini mengintegrasikan
61
teknologi informasi dalam mengoptimalkan pemberian informasi dan pelayanan
yang efisien untuk wisatawan. Smart Tourism memuat beberapa tujuan sebagai
berikut :
1. Membuat data base terkait sumber daya pariwisata, didukung dengan
perkembangan Internet of Things dan Cloud Computing yang berfokus pada
peningkatan wisata melalui identifikasi dan pemantauan yang ada.
2. Memajukan daerah destinasi wisata dengan inovasi industri pariwisata
untuk promosi pariwisata, peningkatan pelayanan wisata dan manajemen
pariwisata.
3. Memperluas skala industri pariwisata dengan platform informasi real time,
mengintegrasikan penyedia jasa pariwisata dan peran masyarakat local.
Dalam pengimplementasiannya Smart Tourism, terdapat tiga komponen dan
layer utama, yaitu:
Sumber : Zheng Xiang & Daniel R.F, 2017
Dari ketiga komponen tersebut, pertama adalah Smart Experience yang
memberikan pengalaman lebih bagi pengunjungnya, misalnya update informasi
terbaru dan sebagainya. Kedua adalah Smart Business Ecosystem yang tentu saja
industri pariwisata tidak lepas dari urusan bisnis, sehingga pelaksanaannya harus
ramah investor. Ketiga adalah Smart Destination yang selain meningkatkan
pengalaman pengguna, destinasi wisata pun harus mampu menawarkan nilai lebih
yang membedakannya dengan tempat yang lain. Ketiga elemen di atas sama-sama
menghasilkan dan menggunakan data yang berpola : pengumpulan, pertukaran, dan
pemrosesan. Piranti TIK serta aplikasi yang bisa diakses secara luas juga
GAMBAR 2. 4 COMPONENT AND LAYER SMART
TOURISM
Smart Experience
Smart Business Ecosystem
Smart Destination
DATA
1. Collection
2. Exchange
3. Processing
62
memungkinkan industri pariwisata untuk menjadi semakin pintar. Artinya, pihak-
pihak terkait harus ikut meningkatkan performa serta tingkat persaingan satu
destinasi wisata dengan destinasi wisata yang lain. Terdapat perputaran informasi
yang begitu deras di sisi bisnisnya. Hal itu akan berdampak pada strategi marketing,
manajemen usaha, maupun standar pelayanan terhadap wisatawan.
Sebagaimana ditetapkan, konsep Smart City terdiri dari banyak aplikasi yang
memungkinkan. Menurut Piu Liu dan Yuan Liu (dalam Farania, et al 2017), Smart
Tourism erat kaitannya dengan Smart City, karena dalam pengembangan konsep
Smart Tourism didasari dari adanya konsep Smart City terlebih dahulu yang
bergantung pada infrastruktur dan penguatan keterkaitan setiap sub-sistem pada
kota cerdas. Adapun penerapannya yang berfokus pada aspek pariwisata yang
relevan. McCartney, Butler dan Bennett (2008) setuju bahwa Smart Tourism
merupakan faktor penting dan upaya praktis dari strategi Smart City (GUO et al.,
2014). Dengan penerapannya yang berfokus pada pariwisata menjadikan sektor
pariwisata dapat dengan cepat berkembang dan sekaligus memperluas pasar dari
sektor pariwisata itu sendiri. Berdasarkan penerapan pada sistem cloud dan IoT,
persepsi informasi Smart Tourism berupa sumber daya, ekonomi pariwisata,
kegiatan pariwisata, dan wisatawan “untuk mewujudkan akuisisi dan penyesuaian
informasi pariwisata dalam waktu yang nyata melalui peralatan Internet dari seluler
”(MacKay dan Vogt, 2012; Choand Jang, 2008 sebagaimana dikutip dalam GUO
et al., 2014). Konsep Smart Tourism merupakan suatu proses integrasi antara
berbagai elemen pariwisata dengan teknologi informasi dan komunikasi yang dapat
memudahkan wisatawan untuk mendapatkan informasi terkait dengan daerah
tujuan wisata, tiket perjalanan, akomodasi, transportasi, dan lain-lainya.
Smart Tourism bergantung pada empat inti teknologi informasi dan komunikasi:
IoT, mobile communication, cloud computing, dan artficial intelegent technology
(GUO et al., 2014 dalam Smith, 2015). Teknologi ini menghubungkan fisik,
informasi, sosial, dan komersial infrastruktur pariwisata, dan memasok nilai Smart
Tourism kepada banyak pemangku kepentingan di suatu destinasi (GUO et al., 2014
dalam Smith, 2015). Selain itu, pengembangan Smart Tourism juga memfasilitasi
akses tanpa batas ke layanan bernilai tambah bagi wisatawan kota, seperti akses ke
informasi real-time tentang transportasi umum (Buhalis & Amaranggana, 2013).
63
Pengembangan kedepannya Smart Tourism terutama akan tercermin dalam
kecerdasan dibidang : pelayanan, bisnis, manajemen, dan tata kelola (Yao, 2012
sebagaimana dikutip dalam GUO et al., 2014, hal. 59) yang penting faktor untuk
destinasi yang perlu dipertimbangkan. Selanjutnya, “didasarkan pada integrasi
perangkat keras dan perangkat lunak platform untuk informasi dan layanan Smart
Tourism dapat dimanfaatkan dengan baik pasar pariwisata secara terintegrasi
penuh, tempat wisata, departemen pemerintah dan informasi yang relevan dan
layanan perusahaan untuk mempromosikan pengembangan pariwisata ”(Su et al.,
2011, p. 1030 dalam Smith, 2015). Hal tersebut dapat mewujudkan tujuan dan
memberi manfaat positif yang dapat dinikmati melalui investasi dalam pengetahuan
dan uang untuk memperkuat produk teknologi ini di dalam kawasan wisata. Jadi,
dapat disimpulkan perkembangan dalam konsep Smart City, TIK, IoT dan
Pariwisata juga mendorong pembentukan Smart Tourism Destination (Buhalis &
Amaranggana, 2013).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan pengertian dari Smart Tourism ialah
pengembangan pariwisata yang menitik beratkan pada penerapan Information and
Communication Technologies (ICT) secara terintegrasi dengan pariwisata dan
dalam pengaplikasiannya sangat bergantung pada empat inti teknologi informasi
dan komunikasi: IoT, mobile communication, cloud computing, dan artficial
intelegent technology. Konsep Smart Tourism memfasilitasi akses tanpa batas ke
layanan yang memberikan nilai tambah bagi wisatawan, seperti akses ke informasi
real-time tentang transportasi umum, akomodasi, obyek wisata, budaya atau aturan
tertentu di daerah tujuan wisata serta berbagai hal terkait pelayanan pariwisata.
Sistem Smart Tourism ditinjau dari meliputi elemen-elemen sebagai berikut
(Menteri Pekerjaan Umum No.378/1987, Buhalis et al, 2013, Cooper et al, 1995,
Gunn dan Turgut, 2002 dan Peneliti, 2020):
1. Infrastruktur Dasar dan TIK
Infrastruktur sangat penting bagi sektor pariwisata karena dengan sistem
infrastruktur yang tersedia dapat mempercepat perkembangan pada sektor
pariwisata. Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.378/1987 tentang
Standar Konstruksi Bangunan Indonesia, Lamp.22: ”Prasarana Lingkungan adalah
jalan, saluran air minum, saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan
64
sampah, jaringan listrik”. Ditinjau dari laporan tahunan Kementrian Pariwisata
kebutuhan infrastruktur dasar pada sektor pariwisata meliputi bidang prasarana
umum yang mencakupi jalan, air bersih, listrik, telekomunikasi, dan kesehatan
lingkungan. Selain itu, dalam penerapan Smart Tourism Infrastruktur ICT
(Information, Communication, and Technology) menjadi salah satu faktor penting
dalam meningkatkan daya saing kompetitif pada sektor pariwisata. Pada bagian ini
akan dikaji terkait dengan keterediaan dan kualitas dari infrastruktur dasar dan TIK.
2. Transportasi
Fasilitas dan pelayanan transportasi terkait dengan mendukung terwujudnnya
kemudahan aksesibilitas dari dan menuju ke tempat wisata, sehingga mampu
memberikan rasa nyaman dan efisien waktu dalam melakukan perpindahan dari
daerah asal ke objek wisata atau menuju objek wisata lain disekitarnya. Pada
elemen transportasi ini akan dikaji berdarkan ketersediaan dan kualitas pelayanan
yang dilihat dari keterjangkauannya.
3. Atraksi
Merujuk kepada daya tarik yang dimiliki sebuah tempat wisata yang menjadi faktor
penarik wisatawan untuk berwisata objek wisata tersebut. Atraksi wisata dapat
dibedakan menjadi atraksi wisata alam, seperti pantai dan wisata buatan, seperti
bangunan bersejarah. Dalam menunjang kegiatan wisata agar dapat secara optimal
memberikan pelayanan dan daya tarik melalui penerapann TIK. Fasilitas dan sistem
pelayanan pada atraksi dilihat dari ketersediaan TIK seperti software komputer,
Smart card, RFID serta kualitas pelayanan yang baik dalam atraksi.
4. Fasilitas penunjang wisata
Fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan
berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan
wisatawan yang beraneka ragam. Fasilitas tersebut meliputi fasilitas keamanan,
perbankan, akomodasi, rumah makan, perbelanjaan, kesehatan, sanitasi dan
kebersihan, lahan parkir, ibadah dan pusat informasi pelayanan pariwisata. Elemen
fasilitas penunjang wisata ini juga dikaji mengenai ketersediaan fasilitas dan
penerapan TIK pada pelayanan yang baik dalam fasilitas penunjang wisata.
65
2.3.1 Smart Tourism Destination
Saat ini industri perjalanan dan pariwisata selalu berada di garis depan teknologi
dan telah mengambil keuntungan hubungan antara teknologi dan pariwisata
(Buhalis & Law, 2008 sebagaimana dikutip dalam Neuhofer, Buhalis, & Ladkin,
2012, hlm. 38). Oleh karena itu, Buhalis dan Amaranggana (2013) mengedepankan
konsep Smart Tourism dengan tujuan yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip
yang telah dibahas. Singkatnya, Buhalis & Amaranggana, (2013), menyatakan
bahwa Smart Tourism Destination dengan ciri sebagai berikut:
1. Lingkungan yang menerapkan penggunaan teknologi;
2. Proses responsif di tingkat mikro dan makro;
3. Perangkat pengguna akhir tersebar; dan
4. Melibatkan pemangku kepentingan yang menggunakan platform secara
dinamis sebagai sistem pusat.
Smart Tourism Destination merupakan inisiasi untuk meningkatkan pengalaman
pariwisata, meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya dan memaksimalkan
daya saing, khusunya untuk meningkatkan kepuasan konsumen saat
mengimplementasikan aspek keberlanjutan daerah tujuan wisata (Buhalis &
Amaranggana, 2013, hal. 557). Sebagaimana telah diidentifikasi, Buhalis dan
Amaranggana (2013) menegaskan kembali, dalam konteks Smart Tourism, bahwa
terdapat tiga bentuk TIK yang vital untuk mendirikan Smart Tourism Destination,
yaitu Cloud Computing, IoT dan End-User Internet Service System. Layanan Cloud
Computing dirancang untuk menyediakan cara mudah untuk mengakses
penyimpanan data online. Kedua, IoT dapat mendukung tujuan Smart dalam hal
memberikan informasi dan analisis serta otomatisasi dan kontrol (Chui et al. 2010).
Adapun otomatisasi dan kontrol, sistem dapat mengontrol jumlah pengunjung
dalam situs pariwisata tertentu dengan menggunakan berbagai sensor sehubungan
dengan daya dukung masing-masing situs (Mingjun et al. 2012). Komponen ketiga
adalah End-User Internet Service System, yang mengacu pada jumlah aplikasi di
berbagai tingkatan didukung oleh kombinasi Cloud Computing dan IoT. Lamsfus,
Martín, Alzua-Sorzabal, & Torres-Manzanera (2015, p. 367) juga menambahkan
bahwa “Destinasi Wisata dikatakan Smart ketika menggunakan intensif
infrastruktur teknologi yang disediakan oleh Smart City untuk:
66
1. Tingkatkan pengalaman wisata pengunjung dengan mempersonalisasikan
dan membuat mereka sadar akan keduanya dan jasa serta produk pariwisata
yang tersedia untuk mereka di tempat tujuan; dan
2. Dengan memberdayakan organisasi manajemen destinasi, lembaga lokal
dan perusahaan pariwisata untuk membuat keputusan dan mengambil
tindakan berdasarkan data yang dihasilkan di dalam tujuan, dikumpulkan,
dikelola dan diproses melalui infrastruktur teknologi.
Prinsip-prinsip Smart Tourism Destination adalah untuk meningkatkan
pengalaman perjalanan wisata, memberikan lebih banyak platform cerdas
mengumpulkan dan mendistribusikan informasi dalam tujuan, memfasilitasi
alokasi yang efisien sumber daya pariwisata dan untuk mengintegrasikan pemasok
pariwisata di tingkat mikro dan makro yang bertujuan untuk memastikan hal itu
manfaat dari sektor ini didistribusikan dengan baik kepada masyarakat lokal (Rong
2012 sebagaimana dikutip dalam Buhalis & Amaranggana, 2013, hal. 562).
Berdasarkan penjelasan diatas definisi Smart Tourism yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu Smart Tourism merupakan penerapan teknologi dalam
mengelola destinasi wisata dengan proses yang responsif untuk meningkatkan
pengalaman pariwisata, meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya dan
memaksimalkan daya saing, khusunya untuk meningkatkan kepuasan konsumen.
2.3.2 Smart Tourism Tools
Memasuki era baru Teknologi Informasi dan Komunikasi juga telah membuka
banyak alat baru untuk industri pariwisata (Buhalis & Amaranggana, 2013, hlm.
554). Smart Tourism Tools dapat diklarifikasi telah dibentuk berdasarkan konsep
yang berasal dari gabungan antara Smart dengan Tourism dan Tools (ICT). Dalam
konteks pariwisata, wisatawan dapat menggunakan ponsel mereka untuk
menjelajahi tujuan dan kegiatan yang ada di daerah tujuan wisata. Pengguna yang
dimungkinkan oleh teknologi di Smart Tourism Tools yang dapat menavigasi jalan
mereka melalui perkotaan lingkungan tanpa menggunakan peta atau buku panduan
tren yang sudah ada sebelumnya di Tokyo (Yeoman & Yu, 2012, hlm. 69).
Pengunjung dapat menggunakan teknologi melalui ponsel mereka untuk bisa
melakukan berbagai kegiatan wisata dan wisatawan dapat mengetahui berbagai
67
informasi terkait destinasi wisata yang akan mereka kunjungi melalui penerapan
Smart Tourism Tools. Kegiatan-kegiatan ini meninggalkan sejumlah besar data
digital yang dikenal sebagai Big Data (SOCAP International, 2013 sebagaimana
dikutip dalam Buhalis & Amaranggana, 2013). Melalui mengelola Big Data,
pariwisata organisasi berada dalam posisi mengekstrak wawasan berharga dari
informasi yang dapat memberikan wisatawan dengan dimensi baru pengalaman
pelanggan dan meningkatkan cara tujuan berinteraksi dengan pelanggan, “those
who master this form of technology gain an abundant competitive advantage
compare to competitors”(Buhalis & Amaranggana, 2013, hlm. 555). Bagi setiap
daerah destinasi yang menguasai berbagai hal terkait dengan teknologi ini akan
mendapatkan keunggulan kompetitif yang mampu meningkatkan daya saing
dibanding yang lainnya. Perkembangan perangkat lunak dan perangkat keras
komputasi mobile telah mendukung sejumlah besar aplikasi, terutama penandaan
visual objek fisik dan Near Field Communication (NFC), yang telah berkontribusi
dan melengkapi pengembangan IoT (Borrego-Jaraba, Luque Ruiz, & Gómez-Nieto,
2011).
Berdasarkan penjabaran diatas dapat kita simpulkan, Smart Tourism Tools
merupakan suatu konsep yang menggabungkan berbagai elemen diantaranya smart,
tourism, dan tools (ICT) yang dapat digunakan dalam bentuk aplikasi di berbagai
perangkat pintar yang mengelola berbagai big data dari destinasi wisata yang
bertujuan untuk memeberikan informasi secara real-time dan juga mempermudah
wisatawan dalam melaksanakan kegiatan wisata.
TABEL 2. 2 INDIKATOR TEORI SMART TOURISM
Sub
Pustaka
Sumber/Penulis Indikator
Smart
Tourim
Wang, Jin, & Zhou,
2012
1. Tourism berarti kegiatan wisata
2. smart mempunya arti bijaksana
Harrison et al.2010 1. smart terbentuk ketika individu atau grup
mengeksploitasi operasi data secara real-time
2. Menggunakan analisis kompleks untuk
memodelkan, mengoptimalisasikan, dan
memvisualisasikan data
68
Sub
Pustaka
Sumber/Penulis Indikator
Imran Aulia, 2017 Component and Layer Smart Tourism :
1. Smart Experience
2. Smart Business Ecosystem
3. Smart Destination
GUO et al.,2014 1. Internet of Think
2. Mobile Communication
3. Cloud Computing
4. Artficial intelegent technology
5. Teknologi ini menghubungkan fisik, informasi,
sosial, dan komersil infrastruktur pariwisata, dan
memasok nilai Smart Tourism pada pemangku
kepentingan di suatu destinasi
Buhalis &
Amaranggana, 2013
1. Smart Tourism memfasilitasi akses tanpa batas ke
setiap layanan
2. Dapat mengakses informasi real time tentang
transportasi umum contohnya
3. Perkembangan Konsep Smart City, TIK, IoT, dan
Pariwisata mendorong pembentukan Smart Tourism
destination
Yao, 2012 Pengembangan kedepannya Smart Tourism akan
tercermin dalam kecerdasan dibidang : pelayanan,
bisnis, manajemen, dan tata kelola.
Su et al.,2011 1. Integrasi perangkat keraas dan perangkat lunak
platform untuk informasi dan layanan
2. Smart Tourism di pasar pariwisata secara
terintegrasi penuh, tempat wisata, departemen
pemerintah dan informasi yang relevan serta layanan
perusahaan untuk promosi
Smart
Tourism
Destinatio
n
Buhalis &
Amaranggana, 2013
Ciri Smart Tourism
1. Lingkungan yang terintegrasi dengan teknologi
2. Proses yang responsif di tingkat mikro dan makro
3. Perangkat pengguna akhir dalam banyak titik
sentuh
4. Melibatkan pemangku kepentingan yang
menggunakan platform secara dinamis sebagai sistem
pusat
Tujuan :
1. Untuk meningkatkan pengalaman pariwisata
2. Meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya
3. Memaksimalkan daya saing, khususnya untuk
meningkatkan kepuasan konsumen
4. Mengimplementasikan aspek keberlanjutan daerah
tujuan wisata
3 bentuk TIK yang vital untuk mendirikan Smart
Tourism Destination
1. Cloud Computing
2. IoT
3. End-User Internet Service System
69
Sub
Pustaka
Sumber/Penulis Indikator
Lamsfus, Martin,
Alzula-Sorzabal &
Torres-Manzanera., 2015
1. Destinasi wisata dikatakan smart ketika
menggunakan intensif infrastruktur teknologi yang
disediakan oleh Smart City
2. Tujuannya untuk meningkatkan pengalaman wisata
bagi pengunjung
3. Dengan memberdayakan organisasi manajemen
destinasi, lembaga lokal dan perusahaan pariwisata
untuk membuat keputusan
Rong, 2012 Prinsip Smart Tourism Destination
1. Meningkatkan pengalaman perjalanan wisata
2. Memberikan lebih banyak platform cerdas
3. Mengumpulkan dan mendistribusikan informasi
terkiat tujuan
4. Memfasilitasi alokasi yang efisien sumber daya
pariwisata
5. Mengintegrasikan pemasok pariwisata di tingkat
mikro dan makro
6. Memastikan manfaat dari sektor ini didistribusikan
dengan baik ke masyarakat local
Smart
Tourism
Tools
Buhalis &
Amaranggana, 2013
1. Konsep gabungan dari Smart, Tourism dan Tools
(ICT)
2. Penggunaan ponsel pada penerapannya
3. Meningkatkan keunggulan kompetitif
Yoeman & Yu, 2012 1. Berfungsi untuk memberikan informasi dan
pelayanan
SOCAP Internasional 1. Big Data
2. Untuk meningkatkan pengalaman dan pelayanan
Borrego-Jaraba, dkk.
2011
1. Penerapan Visual objek fisik dan Near Field
Communication Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2019
2. 4 Preseden Penerapan Smart Tourism
2.4.1 Smart Tourism Destination Bali
Judul : Persepsi Wisatawan Terhadap Bali Sebagai Smart Tourism Destination
Penulis : Ni Made Eka Mahadewi, I.B. Putra Negarayana, Ni Made Tirtawati,
D.A.M. Lily Dianasari (Manajemen Kepariwisataan 2016, Sekolah Tinggi
Pariwisata Nusa Dua Bali)
Abstraksi Preseden :
Infrastruktur ICT (Information, Communication, and Technology) sebagai satu
diantara faktor penting peningkatan daya saing pariwisata. Dengan teknologi yang
diterapkan disemua organisasi dan institusi, sebuah destinasi dapat bersinergi
(terintegrasi) dengan mengandalkan teknologi dan komponen sosial untuk
melengkapi pengalaman wisatawan dalam berwisata. Tujuan penelitian ini adalah
70
untuk mengetahui persepsi wisatawan domestik dan mancanegara terhadap
kesiapan Bali sebagai Smart Tourism Destination. Lokasi penelitian terdapat di tiga
wilayah di Bali yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Gianyar.
Penelitian ini menggunakan 100 responden domestik dan 100 responden
mancanegara yang dipilih sebagai sampel dengan menggunakan metode accidental
sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara.
Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis faktor
konfirmatori untuk menganalisis enam dimensi menurut Buhalis and Aditya
Amaranggana dari Smart Tourism destination yaitu smart governance, smart
economy, smart mobility, smart environment, smart people dan smart living.
Hasil temuan dari Preseden :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wisatawan mempersepsikan Bali sudah
siap menjadi Smart Tourism destination dilihat dari indikator yang memiliki nilai
loading faktor tertinggi pada masing – masing varibel. Indikator yang memiliki nilai
loading faktor tertinggi yang yaitu pengetahuan pekerja industri pariwisata
mengenai produk yang ditawarkan atau dijual. Sedangkan yang indikator dengan
nilai loading factor terendah yaitu pemanfaatan teknologi dalam berwisata.
Indikator yang memiliki nilai loading factor tertinggi tersebut dinilai siap untuk
mendukung Bali sebagai Smart Tourism destination, namun indikator yang
memiliki nilai loading factor terendah dinilai belum siap mendukung Bali sebagai
Smart Tourism Destination. Persepsi wisatawan terhadap kepuasan dan image
destinasi dapat mendukung bali sebagai Smart Tourism destination dilihat dari nilai
kepuasan dan image destinasi pariwisata sudah baik.
Enam dimensi menurut Buhalis and Aditya Amaranggana dari Smart
Tourism destination yaitu
1. Smart people yaitu pengetahuan pekerja industri pariwisata mengenai
produk yang ditawarkan atau dijual. smart people mengenai kemampuan
masyarakat lokal dalam pemanfaatan ICT yang dimana pada faktor ini
wisatawan mempersepsikan masayarakat lokal, khususnya pekerja industri
agar lebih bisa memanfaatkan teknologi yang baik dalam memenuhi
kebutuhan berwisata saat wisatawan atau calon wisatawan akan berkunjung.
71
2. Smart economy yaitu mengenai ketersediaan alat transaksi digital selama
berwisata (mobile payment, credit card). Dalam smart economy penting
adanya transparansi mengenai nilai tukar mata uang. Dimana dalam hal ini
persepsi wisatawan terhadap transparansi mengenai nilai tukar mata uang.
3. Smart environment yaitu mengenai kualitas udara di destinasi dan
penerapan sistem hemat energi di akomodasi yang meliputi listrik dan air.
4. Smart governance dalam konteks pariwisata mengenai respon pemerintah
terhadap keluhan wisatawan dan memiliki identitas/ciri khas sebuah kota
(brand image).
5. Smart Mobility yaitu mengenai ketersediaan internet akses dalam fasilitas
umum,wisatawan mempersepsikan bahwa dalam fasilitas umum sudah
tersedianya internet dan dapat dengan mudah diakses oleh wisatawan serta
memberikan kemudahan dalam menemukan fasilitas transportasi umum.
6. Smart living yaitu mengenai ketersediaan papan petunjuk arah, ketersediaan
asuransi keselamatan berwisata seperti adanya asuransi bagi wisatawan.
Alasan Pemilihan Preseden :
Pemilihan Bali sebagai preseden dikarenakan dalam pengembangan
pariwisatanya Bali menerapkan Smart Tourism Destination. Dengan kajian yang
telah dilakukan Bali sebagai Smart Touism Destiantion memiliki karakteristik
wilayah dan potensi wisata yang sama, sehingga dapat dijadika sebagai acaun
dalam penyusunan indikator atau element Smart Tourism dalam penerapannya pada
destinasi wisata pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung.
2.4.2 Smart Tourism Semarang
Judul : Potensi dan Tantangan Pengembangan Kawasan Kota Lama Semarang
sebagai Destinasi Wisata dengan Pendekatan Smart Tourism
Penulis : Noval Pinasthika dan Wisnu Pradoto
Abstarkasi :
Sesuai dengan konsep pembangunan kotanya yang menerapkan konsep Smart
City, saat ini Kota Semarang bersama dengan Badan Pengelola Kawasan Kota
Lama Semarang mengangkat konsep Smart Tourism untuk pengembangan
72
pariwisata di Kawasan Kota Lama Semarang. Kota Semarang mulai dikenal sebagai
salah satu kota yang menerapkan konsep Smart City dengan diraihnya penghargaan
dari Indonesia Smart Nation Award (ISNA) pada tahun 2015. Oleh karena itu, jika
dikaitkan dengan konsep Smart City, pengembangan sektor wisata pada Kawasan
Kota Lama Semarang dapat disesuaikan melalui konsep Smart Tourism yang
memanfaatkan teknologi untuk memudahkan pengunjung dalam melakukan
pergerakan (mobilitas), mengakses informasi, dan memudahkan mendapatkan
kebutuhan lain dalam aktivitas wisata. Dalam penerapan Smart Tourism akan
menggunakan 13 elemen-elemen penting Smart Tourism. Elemen-elemen
tersebut dijelaskan oleh Wang, Robert, Zhen, & Zhang (2016) antara lain
tourist attraction homepage, smart vehicle-scheduling, personal-itinerary design,
free wifi, smart cards, intelligent-guide system, crowd handling, mobile payment,
tourist-flow monitoring, online information access, travel safety protection, e-
tourism recommendation system, dan real time traffic broadcast. Elemen elemen
ini memiliki keterkaitan dengan keenam faktor pariwisata yang telah dijelaskan.
Apabila suatu lokasi pariwisata telah menerapkan ke-13 elemen ini maka
pengembangan Smart Tourism dapat dikatakan berhasil. Namun, hal ini kembali
lagi dengan tingkat kepuasan pengunjung terhadap pelayanan yang diberikan.
Beberapa pengunjung akan merasa lebih mudah dengan menggunakan sistem
manual dibandingkan yang berbasis teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana potensi dan tantangan pengembangan Kawasan Kota Lama
Semarang untuk menerapkan konsep Smart Tourism. yang merupakan turunan dari
konsep Smart City, sehingga dapat berjalan selaras dengan pengembangan kawasan
Kota Lama Semarang.
Hasil temuan dari preseden :
Secara keseluruhan Kawasan Kota Lama Semarang masih jauh untuk menjadi
Smart Tourism. Hal tersebut terbukti dari 13 elemen penting, Kawasan Kota Lama
Semarang hanya memiliki 5 elemen, yaitu e-tourism recommendation, online
information access, smart-vehicle scheduling, real time traffic broadcast, dan smart
card. Lima elemen terebut pun masih belum terlalu optimal. Sehingga, untuk
kedepannya butuh beberapa penambahan ataupun peningkatan.
Alasan Pemilihan Preseden :
73
Pemilihan Kota Semarang sebagai preseden dalam penelitian ini karena saat ini
pemerintah Kota Semarang telah menetapkan penerapan konsep Smart Tourism
dalam pengembangan pariwisata Kota Lama. Setelah dilakukan kajian literatur
dalam penerapanya Smart Tourism didasari pada 13 elemen utama. Sehingga dalam
penelitian terkait penerapan Smart Tourism di pulau-pulau kecil akan menggunakan
13 elemen-elemen penting Smart Tourism sebagai variabel penelitian.
2.4.3 Smart Tourism Danau Toba
Judul : Meningkatkan Potensi Pariwisata Danau Toba Melalui Konsep Smart
Tourism: Aplikasi Dan Tantangannya.
Penulis : Andree E. Widjaja, Hery dan Riswan E Tarigan
Abtraksi :
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang demikian pesat telah
banyak mempengaruhi dunia bisnis dan kehidupan sosial masyarakat, termasuk
industri pariwisata. Berdasarkan studi kepustakaan, penerapan inovasi teknologi
informasi dan komunikasi termutakhir (misalnya, internet of things, cloud
computing, dan big data) pada industri pariwisata dikenal dengan istilah Smart
Tourism. Smart Tourism dapat mengubah perilaku wisatawan, jumlah kunjungan,
begitu juga fungsi dan struktur industri pariwisata secara signifikan. Metode riset
yang digunakan pada makalah ini adalah literature review, yaitu dengan
memetakan sejauh mana penelitian tentang Smart Tourism telah dilakukan sejauh
ini. Makalah ini secara khusus akan mengusulkan beberapa aplikasi potensial Smart
Tourism yang kemungkinan dapat diterapkan di kawasan pariwisata Danau Toba
dan tantangannya. Makalah ini akan diakhiri dengan saran yang dapat
dipertimbangkan, khususnya oleh Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata
Danau Toba. Sistem pariwisata cedas meliputi lima elemen: Information Exchange
Center (IEC), government/pemerintah, scenic zone/zona indah dan bisnis [Zhui
et.al, 2014]. Mengacu kepada studi kepustakaan terkait aplikasi Smart
Tourism(Gcaba & Dlodlo, 2016; Lin, 2011), kami menyarankan beberapa aplikasi
Smart Tourism yang mungkin dapat diterapkan di daerah 1. kawasan pariwisata
Danau Toba. Gambar 1 menunjukkan beberapa aplikasi Smart Tourism yang dibagi
74
menjadi 5 kategori: 1). Penyediaan informasi dan jasa turis, 2). Manajemen tiket,
3). Pemonitoran alam/lingkungan, 4). Pemonitoran tumbuhan/satwa, 5). Fasilitas
penunjang.
TABEL 2. 3 SMART TOURISM DALAM 5 KATEGORI
5 Kategori AplikasI Smart Tourism
1) Penyediaan infomasi dan jasa turis (Touris information service)
1. Menyediakan peta virtual (tourism maps) yang sarat dengan informasi interaktif daerah
wisata danau toba
2. Menyediakan saran-saran terkait tempat tujuan wisata, makanan,
kegiatan/atraksi/pertunjukkan, jadwal, wifi hotspot, akomodasi, dan jasa-jasa seperti tempat
penyewaan kendaraan/informasi mengenai transportasi umum. Informasi yang disediakan baik
oleh pengelola maupun turis lain harus akurat dan terpercaya
3. personalisasi jasa, misalnya jadwal, itinerary serta panduan (guide) yang dapat dikustomisasi,
via mobile apps
4. Penawaran khusus dan diskon (tiket, hotel, restoran, perahu, dll) yang dapat diakses via
mobile apps
5. Pembelajaran di tempat (on site discovery learning)-mempelajari kekayaan alam di daerah
sekitar, budaya, adat istiadat, dan kultur lokal setempat di sekitar Danau Toba
6. Story Telling, misalnya penjelasan tentang sejarah, asal usul, dan perkembangan wisata
danau toba dari masa ke masa. Atau mungkin legenda cerita rakyat.
7. Menyediakan interactive media, augmented atau game, location based service, GPS yang
akurat di sekitar kawasan Danau Toba.
2) Manajemen Tiket
1. Tiket masuk tempat wisata dengan teknologi RFID (Radio Frequency Identification) atau
NFC (Near Field Communication)
2. Pemprosesan dan analisa data pengunjung
3. Pengaturan jumlah turis di tempat-tempat wisata/atraksi disekitar danau toba (passanger flow
management)
3) Pemonitoran alam/lingkungan disekitar Danau Toba (Intelegent monitoring)
1. Monitor Keamanan di sekitar kawasan wisata (video surveilance, CCTV terintegrasi 24 jam,
7 hari non-stop)
2. Prakiraan kondisi cuaca (hujan, panas, dll)
3. Kondisi udara, temperatur, arah angin, kelembabab, atmosfir, level karbondioksida, dan sinar
UV, dll
4. Monitoring situasi dan keadaan jalan/area, traffic control and management. Pemberitahuan
bila ada jalan yang ditutup, atau karena ada kecelakaan.
5. Monitoring keadaan air danau, ketinggian air, kualitas air, debit dan arus air, dll
6. Monitoring dan pendeteksian dini kebakaran hutan.
4) Pemonitoring tumbuhan/satwa disekitar Danau Toba
1. Monitoring tumbuh-tumbuhan, terutama yang mempunyai status "langkah".
2. Monitoring satwa, misalnya burung (memperhatikan burung-bird watching), ikan, hewan
buas, dll.
5) Failitas Penunjang dan lain-lain
1. Monitoring dan perhitungan ketersediaan tempat parkir mobil/motor
2. Monitor dan pelacakan perahu-perahu komersil yang sedang berlayar di Danau Toba.
75
Sumber : Widjaja dkk, 2016
Hasil temuan dari preseden :
Studi kepustakaan menunjukan bahwa teknologi informasi dan komunikasi
melalui konsep Smart Tourism dapat dimanfaatkan secara optimal untuk membantu
meningkatkan nilai turisme di suatu kawasan daerah pariwisata. Sejalan dengan
inisiatif pemerintah melalui pembentukan KEKP dan BOPKPDT, kami
mengusulkan agar pemerintah dapat sesegera mungkin mengadopsi konsep Smart
Tourism untuk meningkatkan potensi pariwisata kawasan Danau Toba secara lebih
baik.
Alasan Pemilihan Preseden :
Danau Toba dipilih menjadi preseden karena berdasarkan kajian literatur
terdapat pernyaataan bahwa perlu adanya penerapan Smart Tourism di Danau Toba
untuk meningkatkan pelayanan dan memperluas pasar pariwisata. Dalam jurnal ini
penulis mengkaji terkait tantangan penerapan dan tools Smart Tourism yang dapat
di terapkan pada Smart Tourism Danau Toba. Dari jurnal ini peneliti akan mengkaji
terkait indikator atau elemen tools yang di gunakan dan meninjau terkait toools
tersebut bisa diterapkan atau tidak dalam penerapan Smart Tourism di pulua-pulau
kecil dalam komponen Smart Tools.
2.4.4 Smart Tourism Surakarta
Judul : Kesiapan Kota Surakarta dalam Mewujudkan Pariwisata Cerdas (Smart
Tourism) Ditinjau dari Aspek Fasilitas dan Sistem Pelayanan
Penulis : Azrina Farania, Ana Hardiana, Rufia Andisetya P.
Abstraksi penelitian :
Meningkatnya perkembangan kota merespon berbagai masalah yang terjadi.
Keberadaan masalah kota membutuhkan kota dan masyarakat di dalamnya untuk
menyelesaikan masalah, ditambah dengan tantangan global terkait bagaimana kota
ini mampu bersaing baik skala nasional maupun internasional. Kemajuan dalam
pengembangan kota diwujudkan melalui inovasi dalam kehidupan kota yang
kemudian sering disebut sebagai Smart City. Konsep Smart City juga dibutuhkan
dalam aspek pariwisata atau yang biasa disebut Smart Tourism. Perkembangan
76
pariwisata terus berkembang dan telah disinergikan dengan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) termasuk di Kota Surakarta yang mencoba menerapkan
konsep Smart Tourism, seperti peluncuran aplikasi Solo Destination dan kerjasama
pemerintah dan Perusahaan Telekomunikasi untuk mewujudkan pariwisata yang
cerdas. Namun aplikasinya masih belum sempurna, terutama jika dilihat dari
fasilitas dan sistem layanan. Ini terlihat dari ketersediaan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam mendukung kegiatan pariwisata yang minimal. Masalahnya
juga terlihat pada kualitas layanan yang tidak memadai di semua komponen
pariwisata. Makalah ini menentukan kesiapan Kota Surakarta dalam mewujudkan
Smart Tourism dalam hal fasilitas dan sistem pelayanan berdasarkan empat
komponen (1) pelaku pariwisata, (2) atraksi, (3) transportasi dan (4) fasilitas
pendukung pariwisata.
Hasil Penelitian :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Surakarta siap menerapkan konsep
Smart Tourism, walaupun komponen atraksi kurang siap yang menyebabkan atraksi
belum mampu memainkan komponen utama pariwisata yang mampu menarik
banyak pengunjung wisata. Komponen lain seperti pelaku pariwisata, transportasi
dan fasilitas pendukung pariwisata sudah menunjukkan siap.
Alasan Pemilihan Preseden :
Pemilihan Kota Surakarta sebagai preseden dalam penelitian ini karena saat ini
dalam pengembangan sektor pariwisata di Kota Surakarta telah menerapkan Smart
Tourism. Pada penelitian Kesiapan Kota Surakarta dalam Mewujudkan Pariwisata
Cerdas (Smart Tourism) Ditinjau dari Aspek Fasilitas dan Sistem Pelayanan.
Meskipun konsep pariwisata cerdas ini telah diterapkan di Kota Surakarta namun
dalam penerapannya masih belum sempurna, terutama jika ditinjau dari fasilitas
dan sistem pelayanannya. Dari penelitian ini informasi yang didapat terkait dengan
apasaja fasilitas dan sistem pelayanan yang harus tersedia dalam penerapan Smart
Tourism dan juga terkait dengan komponen TIK yang perlu diterapkan untuk
menunjang fasilitas tersebut. Penelitian ini juga dijadikan sebagai acuan dalam
proses mengukur tingkat kesiapan dalam mewujudkan Smart Tourism dengan
menggunakan analisis skoring.
77
TABEL 2. 4 INDIKATOR SMART TOURISM BERDASARKAN
PRESEDEN
Sub Pustaka Sumber/Penulis Indikator
Smart
Tourism
Destination
Mahadewi, Ni Made Eka dkk.
2016
1. Smart Governance
2. Smart Economy
3. Smart Mobility
4. Smart Enviroment
5. Smart People
6. Smart Living
Farania, Azrina. Dkk. 2017. Menentukan kesiapan Kota Surakarta dalam
mewujudkan Smart Tourism dalam hal
fasilitas dan sistem pelayanan berdasarkan
empat komponen
1. pelaku pariwisata,
2. atraksi,
3. transportasi dan
4. fasilitas pendukung pariwisata.
Pinasthika, N., & Pradoto, W.
(2018)
1. Touris attraction homepage
2. Smart Vehicle-scheduling
3. Personality-itinerary design
4. Free Wifi
5. Smart Card
6. Intelligent-guide system
7. Crowd handling
8. Mobile payment
9. Tourist-flow monitoring
10. Online information Acces
11. Travel safety protection
12. e-tourism recommendation
13. real time traffic broadcast
Smart
Tourism
Tools
Widjaja, A.E, Hery, Tarigan,
R.E. 2016.
1. Penyediaan informasi dan jasa turis
2. Manajemen tiket
3. Pemonitoran alam/lingkunga
4. Pemonitoran tumbuhan/satwa
5. Fasilitas Pengunjung
Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2019
2.5 Sintesa Pustaka
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka yang telah dilakukan, maka teori yang
digunakan untuk menjawab kebutuhan tujuan dan sasaran dari penelitian ini terdiri
dari beberapa sub bab utama, yakni teori pariwisata kawasan pesisir, teori tentang
Smart Tourism, Smart Tourism Destination, dan Smart Tourism Tools. Pada bab
sesbelumnya telah diketahui bahwa hasil akhir dari yang diharapkan dari penelitian
ini adalah dapat mengetahui tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek
78
wisata pesisir Teluk Pandan di Kawasan wisata terintegrasi Teluk Lampung. Oleh
karena itu, indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini harus berkaitan
dengan Smart Tourism. Dari konsep tersebut telah diperoleh beberapa dimensi
pembahasan yaitu komponen yang membahas tentang karakteristik wilayah dan
masyarakat, ketersediaan dan kesiapan komponen Smart Tourism terkait
infrastruktur dasar dan TIK, transportasi, atraksi wisata, dan fasilitas penunjang
wiata. Berikut merupakan ilustrasi dari sintesa tinjauan pustaka.
Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2019.
GAMBAR 2. 5 ILUSTRASI SINTESA PUSTAKA
Setelah ditemukan beberapa indikator dari tinjauan pustaka pada setiap sub bab,
langkah selanjutnya adalah menentukan variabel penelitian. Dari beberapa indiktor
tersebut kemudian diseleksi untuk mendapatkan indiktor yang sesuai dengan tujuan
penelitian ini. Selanjutnya indikator yang sudah pilih akan menghasilkan variabel
penelitian yang dibutuhkan dalam menjawab sasaran penelitian. Variabel
merupakan hasil turunan dari indikator yang bersifat khusus dan spesifik. Variabel-
variabel tersebut aan diteliti lebih lanjut pda bab metode peneitian. Berikut
merupakan tael variabel penelitian :
Smart
Destination Smart Tools
Pariwisata di
Kawasan
Pesisir
Smart Tourism
79
TABEL 2. 5 VARIABEL PENELITIAN
No Fokus
Penelitian Variabel Sub Variabel Operaional
1
Karakteristik
Wilayah dan
Masyarakat
Lokal
Karakteristik Wilayah
Kawasan Wisata
Terintegrasi Teluk
Lampung
1. Karakteristik dan Potensi Kawasan
Wisata Pantai
2. Kebersihan dan kelestarian
lingkungan
Karakteristik Sosial
Ekonomi dan Budaya
Masyarakat Setiap
Pulau di Kawasan
Wisata Terintegrasi
Teluk Lampung
1. Karakteristi Masyarakat
(pendidikan, tradisi/kebudayaan, dan
modal sosial)
2. Peran masyarakat lokal dalam
pengembangan pariwisata
3. Kondisi sosial ekonomi masyarakat
dan peluang ekonomi yang
dimanfaatkan masyarakat
4. Pengunaan teknologi dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat
Smart
Destination
Infrastruktur Dasar
1. Transportasi (Jalan, Dermaga, Moda
Transportasi)
2. Penyediaan Air Bersih
3. Jaringan Listrik
4. Sistem Pengolahan Limbah
Atraksi
1. Ketersediaan TIK untuk mendukung
attraksi
2. Kualitas Pelayanan Atraksi Wisata
Fasiltas penunjang
pariwisata
Keterediaan, Kualitas,
Kemudahan
dijangkau,dan
penerapan teknologi
1. Ketersediaan dan Penerapan
Teknologi pada Fasilitas Keamanan
2. Ketersediaan dan Penerapan
Teknologi pada Fasilitas Akomodasi
3. Ketersediaan dan Penerapan
Teknologi pada Fasilitas Rumah
Makan
4. Ketersediaan dan Penerapan
Teknologi padaFasilitas Belanja
5. Ketersediaan dan Penerapan
Teknologi pada Fasilitas Kesehatan
6. Ketersediaan dan Penerapan
Teknologi pada Fasilitas Kamar
Mandi/Toilet
7. Ketersediaan dan Penerapan
Teknologi pada Fasilitas Parkir
8. Ketersediaan dan Penerapan
Teknologi pada Fasilitas Informasi dan
Pelayanan Pariwisata
Smart Tools
Sistem Big Data 1. Sistem Pengelolaan data pariwisata
saat ini
TIK 1. Ketersediaan Infrastruktut TIK
2. Ketersediaan layanan Internet
80
No Fokus
Penelitian Variabel Sub Variabel Operaional
3. Aplikasi penunjang pariwisata
Informasi dan Promosi
1. Strategi pemasaran destinasi wisata
2. Cara penyebaran informasi yang
telah diterapkan
Penyediaan informasi
dan jasa turis
1. Ketersediaan Peta virtual
2. Ketersediaan Informasi travel agent,
saran terkait tempat tujuan wisata, dan
berbaga pelayanan yang dapat diakses
melalui aplikasi Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2019
81
BAB III
GAMBARAN UMUM KAWASAN PESISIR TELUK
LAMPUNG
3.1 Gambaran Umum Kawasan Wisata Teluk Lampung
Provinsi Lampung merupakan provinsi yang memiliki wilayah perairan dengan
luas ±16.625,3 km2, dengan wilayah laut pesisir sampai dengan ZEE mencapai ±
129.330 Km2 dan panjang garis pantai mencapai ± 1.105 Km2 yang terdiri dari
Teluk Lampung dan Selat Sunda ± 160 Km2, Teluk Semangka ± 200 Km2, Pantai
Barat ± 129.330 Km2, Pantai Timur dan pulau-pulau kecil ± 535 Km2. Di antara
wilayah perairan tersebut terdapat Teluk Lampung yang merupakan salah satu dari
dua teluk di ujung paling selatan Pulau Sumatera, pada pangkal teluk terdapat Kota
Bandar Lampung dan bagian mulut teluk (arah selatan-tenggara) berhadapan
langsung dengan Selat Sunda yang menjadi perairan penghubung antara Laut Jawa
di sebelah utara dan Samudera Hindia di selatan. Pesisir Teluk Lampung meliputi
daratan dan perairan, dengan posisi geografis terletak antara 104 o 56’-105 o 45’ BT
dan 5 o 25’- 5 o 59’ LS. Luas total wilayah daratan adalah 127.902 ha, dan luas
perairan adalah 161.178 ha (Helfinalis, 2000).
Wilayah pesisir Teluk Lampung memiliki potensi ekonomi wilayah yang besar,
secara ekologis wilayah ini merupakan kesatuan fungsional yang relatif dapat
dibatasi dari wilayah lainnya di Provinsi Lampung. Wilayah pesisir Teluk
Lampung, dipisahkan oleh daerah aliran sungai (DAS) tersendiri dan memiliki
perairan teluk yang semi tertutup dengan tubuh air lainnya. Nilai strategis lain dari
wilayah pesisir Teluk Lampung adalah lokasi geografisnya sebagai pintu gerbang
antar Pulau Sumatera dan laut Pulau Jawa, serta dari sisi pertahanan sebagai calon
pusat armada barat TNI-AL. Berdasarkan kondisi wilayah dan nilai strategis
kawasan, maka terdapat cukup alasan untuk memberikan status sebagai kawasan
strategis provinsi pada wilayah pesisir Teluk Lampung. Dengan status tersebut
maka penataan ruang dan pengelolaan wilayah pesisir Teluk Lampung, dapat lebih
82
diprioritaskan. Berikut Peta Kawasan Wisata Terinetegrasi Teluk Lampung dan
Objek wisata pesisir Teluk Pandan.
Sumber : Peneliti, 2019
GAMBAR 3. 1 PETA KAWASAN WISATA TERINTEGRASI TELUK
LAMPUNG
3.2 Kondisi dan Potensi Wilayah Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk
Lampung
Dalam Perda Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Kepariwisataan.
Dalam butir (a) dinyatakan “bahwa keadaan alam, flora, dan fauna serta
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni, dan budaya daerah Lampung
merupakan sumber daya tarik wisata dan modal pembangunan kepariwisataan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat disusun pemeritah untuk melakukan
pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta pengendalian penyelenggaraan
kepariwisataan diseluruh wilayah Provinsi Lampung. Kemudian Pemerintah daerah
Provinsi Lampung membuat Rencana Induk yang tergambar pada Peraturan Daerah
83
Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2012. Pada Bab 2 Pasal 2 dinyatakan bahwa
penyusunan RIPPDA ini bertujuan sebagai arah pengembangan pembangunan
kepariwisataan di Provinsi Lampung dengan mengedepankan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat yang berlandaskan pada pelestarian lingkungan alam dan
budaya, peningkatan rasa cinta tanah air, pengembangan ekonomi kerakyatan,
peningkatan kinerja pembangunan pariwisata dan peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Provinsi Lampung memiliki potensi wisata bahari di kawasan pesisir Teluk
Lampung yang terletak dipesisir selatan. Teluk ini sangat berpotensi untuk
dijadikan sebagai daerah tujuan wisata unggulan di Lampung, hal ini didukung oleh
kondisi geografisnya berupa tanjung dan teluk dengan kondisi ombak yang tidak
besar dan cenderung ramah atau tenang sehingga sangat aman untuk melakukan
aktivitas wisata bahari, ditambah lagi dengan pasirnya yang berwarna putih, laut
yang biru dan pemandangannya yang indah. Sementara itu, potensi atraksi
wisatanya juga didukung dengan kondisi pantainya yang landai, atraksi ikan lumba-
lumba, terumbu karang, dan atraksi lainnya baik yang alam maupun buatan. Sampai
sekarang wilayah ini masih menjadi tujuan utama bagi wisatawan lokal dan
nusantara yang ingin menikmati wisata bahari. Lokasi Kawasan Wisata
Terintegrasi Teluk Lampung ini merupakan wilayah yang menjadi jalur perlintasan
dan tempat beristirahat bagi orang yang ingin menuju berbagai wilayah di Sumatera
melalui jalur darat tepatnya dari Pelabuhan Kapal Bakauheni. Posisi Provinsi
Lampung yang strategis dekat dengan pulau Jawa terutama Jakarta dan kota-kota
di sekitarnya menyebabkan daya tarik wisata yang ada di Provinsi Lampung
termasuk dalam target tujuan wisata. Hal tersebut dapat dilihat dari data dari Dinas
Pariwisata Provinsi Lampung terkait jumlah wisatawan ke Lampung yang terus
meningkat, pada tahun 2016 jumlah kunjungan mencapai enam juta kunjungan dari
target lima juta kunjungan wisata dan ditahun 2017 jumlah kunjungan delapan juta
kunjungan wisatawan dari target tujuh juta kunjungan wisatawan. Bahkan pada
tahun 2017 kunjungan wisatawan Nusantara di Lampung mencapai 8,8 juta
mengalahkan Bali yang hanya mencapai 8,5 juta kunjugan. Dalam rapat tertutup
Asisten II bidang ekonomi dengan Kadis Pariwisata dinyatakan bahwa Provinsi
Lampung perlu meningkatkan aksesibilitas pencapaian lokasi wisata untuk
84
mendukung pengembangan pariwisata Lampung (11 Februari 2015 dalam
duajurai.com).
Lokasi Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung berdekatan dengan
Ibukota Provinsi, yaitu Kota Bandar Lampung. Kedekatannya dengan pusat
pemerintahan membuat mudah aksesibilitas untuk mencapai Kawasan Wisata
Terintegrasi Teluk Lampung menjadikan kawasan ini strategis untuk
pengembangan wisata bahari. Potensi yang besar menyebabkan tumbuh suburnya
pengelola wisata bahari pesisir pantai dan pulau-pulau kecil di Kawasan Teluk
Lampung. Dalam pengelolaan wisata bahari di Teluk Lampung memerlukan
strategi dan kordinasi yang baik antar stakeholder dan diperlukan suatu penyesuaian
dengan kebutuhan dan pola perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
yang baik sehingga dapat berkembang mengikuti perkembangan zaman dan pola
kunjungan wisatawan.
3.3 Kondisi dan Potensi Wilayah Teluk Pandan
Teluk Pandan termasuk ke dalam administrasi Kabupaten Pesawaran yang
merupakan salah satu kabupaten dengan potensi pariwisata yang cukup besar.
Daerah penyangga Ibukota Provinsi Lampung ini diresmikan pada Tanggal 2
November 2007 berdasarkan UU No. 33 Tahun 2007 tentang Pembentukan
Kabupaten Pesawaran. Kabupaaten Pesawaran memiliki luas wilayah 1.173,77
Km2. Berdasarkan dari RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-2031 besar
sumberdaya wisatanya berkaitan dengan wisata tirta, mulai dari wisata alam
maupun wisata buatan. Dengan keragaman adat dan budaya yang ada di Kabupaten
Pesawaran dirasa perlu ada upaya untuk menintegrasikan Sumberdaya wisata tirta
alamiah dengan sosial kultural masyarakat yang akan memberikan sajian atraksi
wisata yang menarik di Kabupaten Pesawaran. Potensi wisata di Kabupaten
Pesawaran didominasi oleh obyek wisata alam terutama Wisata Pantai dan Pulau-
Pulau Kecil dengan keindahan bawah lautnya yang memiliki kesesuaian dengan
topografi dan iklim kawasan ini. Berdasarkan pertimbangan aksesibilitas jalur jalan
utama dan sumberdaya tarik wisata unggulan yang membentuk tema produk wisata
kawasan, maka KSPD Kabupaten Pesawaran terdiri dari 6 (Enam) Kawawan
Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) di Kabupaten Pesawaran, yaitu: 1. KSPD
85
Teluk Pandan dan Marina Teluk Ratai; 2. KSPD Pulau Pahawang dan Pulau-Pulau
Sekitarnya; 3. KSPD Padang Cermin, Way Ratai dan sekitarnya; 4. KSPD Marga
Punduh, Punduh Pidada dan sekitarnya; 5. KSPD Gedong Tataan, Negeri Katon
dan sekitarnya; 6. KSPD Way Lima, Kedondong dan sekitranya.
Dalam penelitian ini akan mengkaji tingkat kesiapan Kawasan Strategis
Pariwisata Daerah Teluk Pandan yang memiliki potensi objek wisata bahari dalam
menerapkan Smart Tourism. Ada beberapa objek yang akan diidentifikasi yang
terdiri dari wisata alam, budaya dan buatan. Objek wisata yang ada di kawasan
Teluk Pandan merupakan objek wisata masal yang didominasi oleh wisatawan
domestik. Kawasan Teluk Pandan terkenal dengan objek wisata pantai dan juga
pulau-pulau kecil yang ada disekitarnya dengan sebagian besar objek wisata masih
belum dikembangkan dan tidak tersedia fasilitas yang memadai. Sepuluh objek
wisata pesisir pantai di KSPD Teluk Pandan dipilih menjadi wilayah kajian karena
lokasinya yang berdekatan dengan Kota Bandar Lampung yang menjadi ibukota
provinsi dan objek wisata yang sudah terkenal serta telah berkembang sebagai
destinasi wisata masal yang ada di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung.
Berikut gambaran umum 10 objek wisata pesisir di KSPD Teluk Pandan.
3.2.1 Pantai Queen Arta
Pantai Queen Arta merupakan salah satu objek wisata yang ada di Kabupaten
Pesawaran. Pantai yang landai, pemandangan yang indah dan lokasinya yang
berbatasan dengan kota Bandar Lampung menjadi daya tarik utamanya. Aktivitas
wisata yang dapat dilakukan di pantai ini adalah berenang, memancing, bermain
pasir, menyeberang ke pulau terdekat dan wisata religi berziarah ke makan Pemuka
Agama TB Sangkrah yang berada di tengah-tengah masjid Al-Karomah. Pantai
Queen Arta merupakan area wisata alam dengan hutan mangrove yang masih cukup
terjaga dan pantai pasir putih yang luas. Lokasi pantai ini berdekatan dengan
kampung nelayan yang menjadi daya tarik lainnya bagi wisatawan.
86
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
(a) (b)
Penataan area wisata pantai ini masih memiliki ruang untuk pengembangannya
dan ketersediaan lahan parkir yang luas, dengan status kepemilikian
perorangan/swasta dalam pengembangannya terdapat berbagai aturan yang harus
dipenuhi. Masyarakat yang tinggal dan berdagang disini menyewa lahan dengan
Perusahaan Sorento sebesar Rp. 300.000/ bulan dan harus memenuhi peraturan
luasan lahan yang dapat digunakan. Untuk menuju Pantai Queen Arta, akses yang
akan dilalui berupa jalan aspal kabupaten yang dalam kondisi baik dan jalan di
dalam lokasi yang sudah tertata dengan kualitas jalan tanah dan bebatuan
(onderlaag) yang masih terdapat genangan air/lubang. Pengunjung yang ingin
berwisata di pantai ini dapat menggunakan kendaraan pribadi, bus, dan transportasi
umum yang banyak tersedia mengingat lokasinya yang berada di pinggir jalan Raya
Hanura.
Wisatawan yang ingin berlibur disini dikenakan tiket masuk, untuk motor
Rp.15.000, mobil Rp. 20.000 dan per orangnya dikenakan biaya Rp.5.000, untuk
bus biaya yang dikenakan sebesar Rp.300.000. Pantai ini dapat di capai selama 15-
20 menit dari pusat kota Bandar Lampung. Pantai Queen Arta berdekatan pula
dengan Pulau Permata, sehingga pengunjung dapat menyebrang dari dermaga di
tempat pelelangan ikan dengan biaya Rp. 15.000/orang. Fasilitas penunjang
kegiatan wisata yang dimiliki pada objek wisata pantai Queen Arta ini berupa
GAMBAR 3. 2 PANTAI QUEEN ARTHA
(A) WISATA ALAM (B) MASJID DAN MAKAM TB SANGKRAH
87
pondokan, warung, kamar bilas dan toilet, serta mushola. Jumlah pengunjung masih
fluktuatif, antara 100-200 orang per minggunya dan biasanya cukup ramai
pengunjung yang ingin berwisata religi/ziarah yang ramai pada malam jumat dan
memasuki bulan puasa. Untuk Ketersediaan fasilitas penunjuk arah hanya ada
didepan pintu masuk objek wisata pantai Queen Arta.
3.2.2 Pantai Mutun Asri
Berada di Desa Sukajaya Lempasing, Kecamatan Teluk Pandan, pantai ini
merupakan perpaduan lokasi kebun kelapa dengan pasir putih yang menjadi daya
tarik dengan pantai yang menghadap ke Teluk Lampung. Pantai Mutun Asri sangat
tepat untuk camping ground. Dalam pengembangannya dirasa masih perlu
dilakukan penataan dan penambahan fasilitas pendukung wisatanya.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
(a) (b)
GAMBAR 3. 3 PANTAI MUTUN ASRI
(A) KONDISI WISATA ALAM (B) DERMAGA DI PANTAI
Untuk mencapai tempat ini dari Bandar Lampung dapat di tempuh selama
kurang lebih 40-50 menit. Akses untuk mencapai lokasi objek wisata ini melalui
jalan negara (kualitas baik/aspal hotmix), jalan kabupaten (kualitas baik/aspal biasa)
serta jalan lokal dengan kualitas kurang baik beraspal tetapi kondisi rusak. Untuk
jalan yang berada dalam objek merupakan jalan kampung dengan tanah padat.
Pengunjung yang ingin berwisata ke pantai ini lebih baik menggunakan kendaraan
88
pribadi karena ketersediaan transportasi umum yang kurang memadai untuk sampai
ke lokasi.
Pantai Mutun Asri merupakan objek wisata yang dimiliki oleh perorangan dan
untuk fasilitas yang ada tempat ini masih sangat terbatas mengingat lokasi ini masih
dijadikan wisata keluarga. Pantai Mutun Asri belum dioptimalkannya potensi
wisatanya, kawasan ini selalu menjadi perlintasan untuk mencapai objek wisata lain
di daerah mutun. Pasang surut pantai yang terlalu jauh menjadi salah satu
permasalahan yang dihadapi, sehingga sulit untuk dimanfaatkan sebagai tempat
berenang. Ekosistem terumbu karang di Pantai Mutun Asri termasuk dalam kategori
sedang dengan tutupan karang hidup 33 %. Selain itu, persampahan masih menjadi
permasalahan di objek wisata ini. Pada objek wisata ini fasilitas yang tersedia
terdapat akomodasi, pondokan, kamar bilas, musholah dan lahan parkir.
3.2.3 Pantai Putra Mutun
Pantai Putra Mutun berada di Sukajaya Lempasing, Kecamatan Teluk Pandan.
Pantai ini memiliki daya tarik utama pantai pasir putih dan sering dijadikan lokasi
berendam untuk pengobatan karena pantai yang tidak ada karang dan cukup dalam.
Pantai Putra Mutun memliki akses untuk menuju pulau Tegal Mas dan Pulau
Tangkil.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
(a) (b)
GAMBAR 3. 4 PANTAI PUTRA MUTUN
(A) KONDISI WISATA ALAM (B) DERMAGA DI PANTAI
89
Lokasi ini sebagai alternatif bagi wisatawan dengan biaya masuk yang lebih
murah atau hanya dengan membayar parkir yang sudah dikenal pengunjung di
daerah Mutun. Wisatawan yang ingin berlibur disini dikenakan tiket masuk, untuk
motor Rp.5.000, mobil Rp.20.000 dan per orangnya tidak dikenakan biaya, untuk
bus besar biaya yang dikenakan sebesar Rp.100.000, untuk bus kecil Rp.50.000.
Penataan lokasi ini sudah cukup baik, sedangkan untuk pengembangan lokasi ini
sangat terbatas areanya/kecil. Fasilitas pendukung yang tersedia di objek wisata ini,
yaitu akomodasi, pondokan, toko souvenir dan makanan, mushola, MCK dan kamar
mandi serta CCTV yang mengawasi kegiatan wisatawan. Objek wisata ini dapat
dicapai selama 40 menit dari Bandar Lampung, akses jalan aspal kabupaten dan
jalan di lokasi objek berupa jalan tanah padat. Permasalahan yang dihadapi hampir
di seluruh objek wisata di Pantai Mutun ialah terkait dengan pengelolaan sampah
laut dan lokasi yang dekat dengan pemukiman dan jalan akses pantai sehingga
kurang memberikan kenyamanan bagi wisatawan.
Area lokasi secara keseluruhan pada wisata ini belum dikelola dengan baik,
sehingga kurang menarik minat wisatawan dan menjadikan kawasan ini sebagai
perlintasan untuk mencapai lokasi-lokasi wisata lain di daerah mutun seperti Pulau
Ketapang dan Pulau Tegal Mas. Selain itu, permasalahan yang dihadapi ialah
pasang surut air laut yang terlalu jauh, sehingga tidak terlalu cocok sebagai tempat
berenang keluarga dan masih terbatasnya kemampuan pengelola dan masyarakat
lokal dalam mengembangkan potensi lokasi wisata.
3.2.4 Pantai MS Town
Pantai MS Town terletak di Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Teluk
Pandan. Kawasan pantai MS Town merupakan salah satu objek wisata yang banyak
dikunjungi oleh wisatawan domestik baik dari dalam maupun luar Provinsi
Lampung. Status kepemilikan pantai ini milik perorangan atas nama Mukhtar Sani.
Sehingga, secara kelembagaan pantai ini dikelola langsung oleh pemilik. Dalam hal
pengelolaan dan management pariwisata sudah tertata dengan baik. Objek wisata
ini memiliki daya tarik dari pasir pantainya yang putih dan landai serta wisata
buatan yang tersedia, sehingga cocok untuk rekreasi keluarga.
90
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
(a) (b)
GAMBAR 3. 5 PANTAI MS TOWN
(A) KONDISI WISATA ALAM (B) DERMAGA DI PANTAI
Dengan bertambahnya destinasi wisata saat ini, pengelola Pantai MS Town
menyediakan dermaga dan jasa perahu sebagai akses untuk menyeberang ke Pulau
Tangkil, Pulau Tegal Mas dan Pahawang yang menggunakan perahu-perahu
masyarakat. Daya tarik lainnya dari objek wisata ini dilengkapi dengan berbagai
atraksi menarik berupa permainan Banana Boat, Bumper Boad, Segway dan
selancar angin. Penataan ruang objek ini sudah cukup baik dengan
mempertimbangkan kenyamanan dan keamanan pengunjung dan terdapat menara
pantau yang dijaga oleh petugas keamanan pantai.
Akses menuju pantai ini melalui jalan aspal kabupaten yang juga menjadi
penghubung dengan objek wisata lainnya dengan kualitas yang baik dan dapat
ditempuh perjalanan dengan kendaraan mobil atau motor pribadi, bus, dan
transportasi umum dengan waktu kurang lebih selama 35-45 menit dari Bandar
Lampung. Untuk menuju lokasi ini dirasa pengunjung perlu menggunakan
kendaraan pribadi mengingat ketersediaan transportasi umum sangat terbatas saat
ini. Sedangkan untuk kualitas jalan di dalam lokasi sudah cukup baik berupa jalan
aspal dan sebagian masih jalan pasir berbatu. Ketersediaan fasilitas penunjuk arah
hanya ada di depan jalan utama untuk masuk ke Pantai Mutun.
Tempat wisata ini banyak dikunjungi dari berbagai daerah baik dari dalam
Provinsi Lampung maupun luar provinsi, seperti Riau, Palembang, Jakarta, Bogor.
Bandung dll. Berdasarkan data dari dokumen RIPPDA Kabupaten Pesawaran
2017-2031 lokasi ini dapat di kunjungi oleh rata-rata 2000 orang dalam seminggu.
91
Dalam menunjang kegiatan wisata pantai MS Town, fasilitas yang tersedian sudah
cukup memadai, mulai dari pondokan, water sport, perahu penyeberangan, tempat
pertemuan, cafe & restoran, musholah, pos pantau, dan menara pandang Mutun
dengan kondisi berbagai fasilitas masih sangat baik. Wisatawan yang ingin berlibur
disini dikenakan tiket masuk, untuk motor Rp.40.000, mobil Rp. 10.000 dan per
orangnya dikenakan biaya Rp.30.000, untuk bus kecil biaya yang dikenakan sebesar
Rp.400.000 dan bus besar Rp.500.000, sedangkan untuk angkot dikenakan biaya
Rp.150.000.
Kesempatan investasi di objek wisata ini cukup besar. Kerjasama yang
dilakukan dalam bentuk investasi dengan sistem bagi hasil antara pengelola wisata
dengan investor. Hal tersebut terlhat dari upaya pengembangan lokasi wisata ini
telah dilakukan berupa bangunan permanen (tempat pertemuan/restoran) dan arena
permaian Bumper Boad dan Segway yang merupakan hasil kerjasama antara MS
Town dengan pihak lain. Rencana pengembangan Pantai MS Town akan diarahkan
kepada pembangunan fasilitas camping ground untuk pengunjung yang ingin
berkemah. Namun, dalam pengeleloaan pantai ini masalah yang terjadi terkait
pengelolaan sampah pantai yang pada saat tertentu dapat menganggau kenyamanan
pengunjung.
3.2.5 Pantai Mutun Haruna Jaya
Pantai Mutun Haruna Jaya yang saat ini dikenal dengan Pantai Mutun Pulau
Tembikil. Pantai ini berada di Kecamatan Teluk Pandan. Objek wisata ini memiliki
keunikannya tersendiri, yaitu pantai yang menyatu dengan Pulau Tembikil. Daya
tarik utama pantai berpasir putih yang landai dan bersih ini adalah wisatawan dapat
melakukan kegiatan wisata berenang, memancing, bermain kano, dan di pantai ini
juga tersedia water boom serta memberi makan ikan hiu.
92
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
(a) (b)
GAMBAR 3. 6 PANTAI MUTUN HARUNA JAYA
(A) KONDISI WISATA ALAM (B) KOLAM PENANGKARAN IKAN HIU
Fasilitas pendukung yang tersedia di objek wisata ini, yaitu pondokan, toko
souvenir dan makanan, kolam ikan hiu, mushola, parkir, MCK dan kamar mandi.
Butuh waktu kurang lebih selama 40 menit dari Bandar Lampung untuk mencapai
lokasi objek wisata ini. Perjalanan dapat ditempuh dengan kendaraan darat dengan
sarana jalan aspal kabupaten. Untuk jalan dalam lokasi merupakan jalan tanah padat
berbatu yang menghubungkan dengan lokasi wisata lainnya. Dalam mencapai
lokasi ini wisatawan harus menggunakan transportasi pribadi karena terbatasnya
transportasi umum dari jalan utama menuju lokasi objek wisata. Fasilitas penunjuk
arah lokasi objek ini masih sangat kurang hanya terdapat pada jalan menuju lokasi
dari jalan utama.
Berdasarkan data dari dokumen RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-2031
jumlah kunjungan rata-rata per minggu dapat mencapai 2100 orang namun saat ini
berdasarkan observasi terjadi penurunan jumla pengunjung. Hal tersebut
diakibatkan karena permasalahan penataan jalan menuju objek wisata, mengingat
jalan yang ada sekarang masih merupakan jalan bersama dengan pantai yang ada di
sekitarnya. Sehingga, apabila wisatawan ingin berkunjung ke pantai ini harus
masuk dan membayar di Pantai MS Town kemudian saat masuk ke Pantai Haruna
Jaya wisatawan harus membayar lagi tiket masuk. Oleh karena itu, terjadi
pengurangan jumlah pengunjung karena pengunjung enggan membayar tiket masuk
dua kali. Pengunjung datang dari daerah-daerah di Provinsi Lampung, Jakarta,
93
Bandung dan Sumatera Selatan. Kegiatan pengembangan objek wisata dilakukan
secara swadaya oleh pengelola sendiri. Pengelolaan objek wisata masih dilakukan
oleh kerabat, namun belum memiliki managemen yang kuat. Secara kelembagaan
pengelolaan objek wisata ini masih langsung di bawah pemilik dan masyarakat
lokal yang bekerja sebagai penjaga pantai, petugas tiket dan kebersihan, dan
berdagang.
Wisatawan yang ingin berlibur disini dikenakan tiket masuk, untuk motor
Rp.10.000, mobil Rp.30.000 dan per orangnya tidak dikenakan biaya, untuk bus
besar biaya yang dikenakan sebesar Rp.100.000, untuk bus kecil Rp.75.000, dan
pejalan kaki Rp.5.000. Biaya masuk di pantai ini telah dikurangi bebannya oleh
pemilik untuk menarik minat wisatawan untuk berwisata di Pantai Mutun Pulau
Tembikil yang sebelumnya telah dikenakan biaya di pintu masuk Pantai MS Town.
3.2.6 Pantai Sari Ringgung
Pasir Timbul dan Masjid Terapung menjadi daya tarik utama Pantai Sari
Ringgung. Pantai Ringgung terdapat berbagai bukit dengan tumbuhan yang cukup
rimbun sebagai penambah keindahannya. Ekosistem terumbu karang di Pantai Sari
Ringgung termasuk dalam kategori rusak dengan tutupan karang 20%, berdasarkan
cerita masyarakat lokal kerusakan terumbu karang ini terjadi akibat kebiasaan
nelayan dulu yang menangkap ikan dengan menggunakan boom/peledak. Selain itu,
pantai Sari Ringgung juga memiliki kawasan konservasi Hutan Mangrove. Apabila
berwisata ke pantai ini pengunjung dapat melakukan berbagai aktivitas seperti
wisata berenang, memancing, melihat budidaya keramba ikan kerapu,
menyelam/snorkeling, menikmati pemandangan dari atas bukit (krakatau view), dan
bermain jetski.
94
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
(a) (b)
GAMBAR 3. 7 PANTAI SARI RINGGUNG
(A) KONDISI WISATA ALAM (B) TAMAN DI PANTAI
Penataan kawasan Pantai Sari Ringgung sudah cukup baik dengan penambahan
sarana bermain dan keamanan pantai melalui penyediaan CCTV. Akses menuju
pantai ini, untuk jalan utama menuju lokasi ini berupa jalan aspal Kabupaten dan
jalan masuk menuju lokasi wisata melalui jalan sepanjang 2 km berupa jalan aspal,
serta jalan di lokasi pantai yang sudah cukup baik berupa jalan tanah padat.
Pengunjung yang datang ke lokasi ini sebagian besar dari Bandar Lampung,
Pesawaran dan Lampung Selatan serta dari Sumatera Selatan, Jakarta dan Bandung.
Di Pantai Sari Ringgung juga tersedia aula pertemuan yang berada di atas bukit juga
tersedia ruang pertemuan dengan kapasitas 50 – 100 orang, sedangkan dipinggir
laut dengan kapasitas acara 100-200 orang. Biasanya tempat ini digunakan untuk
mengadakan berbagai acara dan rapat. Salah satu acara yang pernah diadakan di
Pantai Sari Ringgung yaitu pemberangkatan Tour ke Gunung Anak Krakatau Tahun
2016.
Fasilitas pendukung kegiatan wisata yang ada di lokasi berupa pondokan, cafe
& resto, kamar mandi, MCK, Masjid, balai pertemuan, mushola, dermaga, taman,
play ground, waterboom, dan krakatau view yang berada di atas bukit. Fasilitas dan
daya tarik khusus dan unik yang berbeda dari obyek wisata lain terutama yang ada
di sepanjang Teluk Lampung, yaitu adanya Masjid AL-AMINAH yang biasa
dikenal dengan masjid terapung di tengah laut. Selain itu, Pantai ini juga dikenal
dengan objek wisata Pasir Timbul yang dilengkapi dengan cafetaria dan pondokan
95
istirahat. Untuk menuju Masjid Terapung dan Pasir Timbul dengan Cafe Terapung,
pengelola menyediakan jasa perahu-perahu masyarakat yang telah menjalin
kerjasama dengan managemen Sari Ringgung. Selain itu juga, pengunjung juga
dapat mengunjungi objek wisata lain seperti Pulau Tegal Mas dan Pulau Pahawang.
3.2.7 Wisata Hutan Mangrove Petengoran
Kawasan ini berada di Teluk Petengoran yang diselimuti hutan mangrove
namun, kendala kedepan adalah banyaknya tambak udang yang belum melakukan
pengelolaan secara berkelanjutan (ramah lingkungan) yang dapat menggangu
kualitas air laut. Oleh karena itu, sejarah singkat dari objek wisata ini dimulai dari
adanya aparat desa yang yang mengerti dan paham tentang potensi pariwisata di
kawasan ini dan juga permasalahan lingkungan yang dapat terjadi akibat adanya
tambak udang.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
(a) (b)
GAMBAR 3. 8 HUTAN MANGROVE PETENGORAN
(A) KONDISI WISATA ALAM (B) GERBANG MASUK OBJEK WISATA
Hamparan hutan mangrove yang hijau dan pemandangan yang indah menjadi
daya tarik utama objek wisata ini. Pada pengembangannya konsep awalnya ialah
perlindungan alam yang disusun tentang bagaimana mengurangi dampak dari
adanya petambak udang, namun tidak merusak alam dengan salah satunya
melestarikan konservasi hutan mangrove di Petengoran. Pada awal mulanya, objek
96
wisata ini terinspirasi dengan pariwisata di Pulau Pahawang dengan perkembangan
potensi pariwisata yang pesat dengan daya tarik yang ada. Jumlah pengunjung yang
datang ke objek wisata in terbilang tidak menentu, dihari biasa jumlah pengunjung
isa mencapai 30-50 orang dan objek wisata ini sering jadikan sebagai tempaat bagi
perusahaan atau komunitas untuk melakukan kegiatan menanam mangrove. Harga
tiket masuk pada ojek wisata ini sebesar Rp. 15.000,-/org dan pada hari jum’at
pengelola tidak mematok harga tiket masuk jadi, pengunjung dapat memberikan
uang seikhlasnya.
Objek wisata Hutan Mangrove Petengoran memiliki total luas lahan sebesar 118
Ha potensi lahan dan untuk titik perawatan seluas 83 Ha tahun 2011. Untuk saat ini
untuk titik perawatan belum sampai 100% dan menyerahkan sebagian luasan hutan
mangrove kepada Desa Pemekaran Batu Menyan pada tahun 2014 yang saat ini
dimanfaatkan untuk pariwisata. Fasilitas penunjang pariwisata pada objek wisata
Hutan Mangrove Petengoran masih sangat terbatas dan hanya tersedia, yaitu parkir,
pondokan, toilet, spot foto, dan broadwalk. Untuk jumlah pondok dangan tipe
shelter besar tersedia 5 pondok dan untuk pondok kecil terdapat 12 pondok. Salah
satu kegiatan wisata yang dapat dilakukan pada objek wisata ini ialah tracking di
tengah hutan mangrove dan tersedia brodwalk sepanjang 800 m. Rencana
pengembangan objek wisata yang akan dilakukan tahun ini pemasangan listrik,
penyediaan lokasi berdagang untuk masyarakat, dari perusahan java akan dibuat
balai pertemuan terapung, dan bumdes meminta pemasangan paving.
3.2.8 Taman Wisata Dewi Mandapa
Taman Wisata Dewi Mandapa berada Desa Gebang Kecamatan Teluk Pandan.
Pemandangan Teluk dan mangrove yang indah menjadi daya tarik utama di objek
wisata ini. Taman Wisata Dewi Mandapa memiliki luas lahan 7,5 Ha. Dalam
pengelolaannya kondisi lingkungan wisata ini sudah cukup tertata namun dirasa
masih perlu pengembangan khususnya dalam kelengkapan dan kualitas sarana
pendukung. Fasilitas yang dimiliki objek ini berupa pondokan 11 buah dan MCK 4
kamar, mushola, dan warung makan. Pada saat hari biasa pengunjung wisata ini
tidak terlalu ramai dan ketika hari libur taman wisata ini banyak dimanfaatkan oleh
97
masyarakat dan anak muda atau para mahasiswa untuk melakukan aktivitas
organisasi.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
(a) (b)
GAMBAR 3. 9 TAMAN WISATA DEWI MANDAPA
(A) KONDISI WISATA ALAM (B) SPOT FOTO DI OBJEK WISATA
Untuk menuju lokasi ini melalui akses jalan aspal kabupaten sedangkan untuk
menuju lokasi pantai jalannya masih berupa tanah dan bebatuan dengan kualitas
rusak berat dan terdapat banyak genangan saat musim hujan. Untuk berwisata
lokasi ini tidak tersedia transportasi umum dan waktu tempuh untuk menjangkau
objek ini selama kurang lebih 1 jam dari Bandar Lampung. Pengunjung lokasi ini
berasal dari Bandar Lampung, Pesawaran dan berbagai daerah di Provinsi
Lampung. Pengembangan sementara di lakukan oleh pemilik secara swadaya
dengan manajemen yang belum baik. Hal tersebut karena Taman wisata Dewi
Mandapa ini belum melakukan kerjasama dalam bentuk investasi yang bermitra
dengan pihak lain.
3.2.9 Pantai Ketapang
Pantai Ketapang berada di Desa Gebang, Kecamatan Teluk Pandan. Keindahan
alam pantai yang asri dan puluhan pohon kelapa menambah keindahan pantai ini.
Pantai Ketapang dikelola langsung oleh masyarakat sekitar dengan status tanah
kepemilikan Perusahaan Tambak Udang. Daya tarik laut yang bersih, pasir putih,
98
melihat pemandangan dari bukit laban, dan akses ke Pulau Maitem ± 2 km yang
dapat dicapai dengan berjalan kaki pada saat air sedang surut. Daratan Pulau
Maitem di dominasi oleh kebun kelapa, dan jumlah tempat tinggal di pulau ini
sangat minim. Tidak tersedianya fasilitas wisata, seperti MCK umum yang
memadai di pulau ini menjadi faktor pembatas bagi wisatawan untuk tinggal lebih
lama.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
(a) (b)
GAMBAR 3. 10 PANTAI KETAPANG
(A) KONDISI WISATA ALAM
(B) KONDISI AMINITIES DI OBJEK WISATA
Di Pantai Ketapang ini juga terdapat kawasan konservasi hutan mangrove yang
cukup lestari dan sering diadakan kegiatan dari berbagai instansi untuk menanam
mangrove disini. Fasilitas yang ada di objek wisata ini sudah cukup lengkap, mulai
dari pondokan, warung makan, kamar mandi, MCK, Masjid, ATM, dan Homestay.
Permasalahan yang dapat timbul dalam jangka panjang, yaitu tidak terkendalinya
kegiatan budidaya tambak dan keramba jaring apung di perairan Pulau Maitem
yang dapat berpotensi merusak ekosistem terumbu karang yang ada. Pantai ini
berada wilayah sekitar Dermaga Ketapang, sehingga memudahkan bagi wisatawan
untu mengunjungi berbagai objek wisata lainnya, seperti Pulau Kelagian Besar,
Kelagian Kecil, Pulau Pahawang, Pulau Tegal, Pulau Lok, dan Tanjung Putus.
99
Untuk menuju lokasi ini pengunjung melalui jalan kabupaten dengan kondisi
sangat baik berupa jalan aspal sedangkan untuk didalam lokasi objek wisata yang
sudah tertata dengan jalan tanah padat. Untuk menuju sampai ke lokasi ini tersedia
angkutan umum dari Pasar Cimeng dengan biaya Rp.10.000. Waktu yang harus
ditempuh dari Bandar Lampung ke Pantai Ketapang mencapai 60-70 menit.
3.2.10 Pantai Kelapa Rapat (Klara)
Desa Batu Menyan, Kecamatan Teluk Pandan menjadi lokasi Pantai Kelapa
Rapat. Pantai berpasir yang landai dengan pemandangannya ini menjadi daya tarik
wisatawan untuk berwisata di pantai ini. Dalam pengelolaannya Pantai Klara
sebenarnya merupakan kawasan militer TNI Angkatan Laut Lampung atau bumi
perkemahan dan latihan TNI AL Lampung. Pantai ini menjadi salah satu destinasi
wisata karena keindahan pantainya, keamanan dan kenyamanan serta akses yang
muda untuk menuju objek wisata lain disekitarnya.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
(a) (b)
GAMBAR 3. 11 PANTAI KELAPA RAPAT
(A) TAMAN OBJEK WISATA
(B) DERMAGA PELANGI DI OBJEK WISATA
Primkopal menjadi pengelolaan utama objek wisata yang membentuk struktur
pengelola secara kelembagaan di pantai ini. Pembangunan dan penyediaan fasilitas
disini ditanggung oleh pihak koperasi militer. Untuk pembagian hasil dari objek
wisata ini dilakukan oleh koperasi kepada para anggotanya berupa SHU dari
pengelolaan Pantai Klara. Dalam pengelolaanya juga melibatkan masyarakat
100
setempat, sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Permasalahan
yang dihadapi saat ini dan pada waktu-waktu yang akan datang adalah terjadinya
abrasi pantai. Tindakan yang telah dilakukan untuk mencegahnya ialah membuat
talud yang sehingga mengurangi ancaman bagi vegetasi pantai dan berkurangnya
bentangan pasir putih di Pantai Klara.
Untuk menuju lokasi ini pengunjung melalui jalan kabupaten dengan kondisi
sangat baik berupa jalan aspal sedangkan untuk didalam lokasi objek wisata yang
sudah tertata dengan jalan tanah padat. Untuk menuju sampai ke lokasi ini tersedia
angkutan umum dari Pasar Cimeng dengan biaya Rp.10.000. Waktu yang harus
ditempuh dari Bandar Lampung ke Pantai Klara mencapai 60-70 menit. Fasilitas
yang dimiliki oleh objek wisata ini berupa 255 pondokan, dermaga pelangi,
mushola, toko souvenir dan makanan, kamar mandi, MCK, kano, banana boat dan
speed boad serta penyewaan alat-alat snorkling dan diving. Pengunjung yang
melakukan wisata di lokasi objek wisata ini dari luar kota seperti Jambi, Palembang,
Jakarta dan sebagian besar berasal dari Bandar Lampung, Pesawaran, Lampung
Selatan. Berdasarkan data dari dokumen RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-
2031 jumlah pengunjung rata-rata 1500 orang/minggu dan bertambah apabila
memasuki hari libur. Kondisi di dalam lingkungan wisata Pantai Klara sudah baik
dengan penataan jalan dan fasilitas yang sudah memadai.
Pengembangan investasi wisata di pantai ini dapat dikatakan peluangnya kecil.
Hal tersebut karena di lokasi ini investasi untuk pengelolaan dan pembangunan
masih dilakukan oleh Imkopal dan belum melibatkan pihak investor. Hal ini
dilakukan karena pantai ini merupakan aset negara dan harus dikelola dengan baik,
sehingga mampu memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar. Hal yang juga
harus mendapatkan perhatian adalah pengelolaan sampah yang belum maksimal,
terutama ketika masa-masa pengunjung ramai, sampah-sampah berserakan dan
bahkan ada sebagian pengunjung yang membuang sampah ke laut. Untuk itu perlu
adanya penambahan sarana persampahan serta kesadaran dari pengunjung untuk
menjaga kebersihan objek wisata ini.
101
3.4 Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat dan Wisatawan Wisata Pesisir
Pantai di Kecamatan Teluk Pandan
Pada bagian ini akan memberikan gambaran terkait dengan karakteristik sosial
budaya masyarakat yag tinggal di kawasan pesisir pantai terkait dengan
tradisi/adat/kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan kehidupan di kawasan
pesisir. Selain itu, pada bagian ini juga akan memberikan gambaran terkait dengan
profesi masyarakat, peran masyarakat dalam pengembangan pariwisata, dan
bagaimana masyarakat dalam melihat peluang ekonomi dari adanya pengembangan
sektor pariwisata.
3.4.1 Karakteristik Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Kecamatan
Teluk Pandan
Karakteristik masyarakat pesisir yang berada disekitar objek wisata pesisir rata-
rata merupakan gabungan karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan.
Kawasan objek wisata yang cukup dekat dengan pusat ibu kota Provinsi Lampung
membuat struktur masyarakat pesisir pantai sangat plurar yang mampu membentuk
sistem dan nilai budaya yang merupakan hasil akulturasi budaya dari masing-
masing komponen yang membentuk struktur masyarakatnya. Selain itu, masyarakat
yang tinggal di sekitar kawasan objek wisata didominasi suku Jawa-Serang. Pada
beberapa objek wisata terdapat beberapa cara dalam menangkap ikan, seperti di
Pantai Mutun masyarakat biasanya menangkap ikan dengan membutan rampong
atau rumah ikan yang terbuat dari pelepah daun kelapa, hal tersebut dilakukan agar
proses penangkapan ikan tidak merusak ekosistem laut. Namun, yang disayangkan
tidak adanya tradisi atau budaya khas masyarakat pesisir yang dapat dijadikan
dayatarik atau tambahan aktivitas wisata yang dapat dilakukan pengunjung. Hal
menarik lainnya, bagi masyarakat pesisir hidup di dekat pantai merupakan hal yang
paling diinginkan untuk dilakukan mengingat segenap aspek kemudahan dapat
mereka peroleh dalam berbagai aktivitas kesehariannya. Mayoritas masyarakat
yang tinggal di sekitar objek wisata pesisir di Kecamatan Teluk Pandan bekerja
sebagai nelayan, petani tambak, penyedia jasa perahu penyeberangan, penjaga
pantai, pedagang, buruh dan lain-lain.
102
Lokasi yang berdekatan dengan pusat kota dan teknologi yang sudah mengalami
perkembangan membuat banyak masyarakat telah memahami pentingnya
mengikuti perkembangan TIK. Dalam penerapan teknologi, masyarakat pesisir
yang ada di Kecamatan Teluk Pandan masyoritas telah menggunakan smart phone
sebagia salah satu media untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi. Namun,
untuk penerapan teknologi dalam mengembangkan industri pariwisata di rasa masih
cukup rendah.
Dalam melihat peluang ekonomi dari adanya aktifitas pariwisata yang ada di
sekitar masyarakat, masyarakat telah merespon dengan membuka toko kelontong,
menjual oleh-oleh, dan membuka rumah makan. Namun, pengembangan dan
penerapan teknologi dalam kegiatan ekonomi masyarakat masih sangat minim.
Pada beberapa objek wisata seperti Pantai Mutun Asri dan juga Pantai Sari
Ringgung telah tersedia fasilitas penginapan, namun sampai saat ini belum
bekerjasama dengan Virtual Hotel Operator (OYO, Reddoorz, Airy dll) untuk
menerapkan sistem pemesanan online untuk kamar penginapan tersebut. Padahal
saat ini telah terjadi perubahan pada pola berwisata masyarakat di era digital,
dimana para pengunjung dapat memesan penginapan bahkan sebelum mereka tiba
di lokasi tujuan wisata.
“Menurut saya masih ada di era 2.0 jadi masih harus di push penggunaan media
sosial untuk infrormasi wisata dan website desa. Sementara untuk mpemanfaatan
teknologi 4.0 itu belum, itu tadi perlu adanya upgrade mindset dan skill... “
(A0.DI-01.01.10)
“Masalahnya saat ini informatif tetapi tidak bisa menakar biaya, dan kapastitas
penginapan.....Dengan adanya inovasi 4.0 informasi tersebut sangat
memungkinkan, contoh saat ini seperti traveloka, oyo, reddoors. Itu menjadi
tantangannya memasukan akomodasi kedalam informasi yang valid....sehingga
orang tidak menanyakan langsung tetapi melalui sistem dan juga dapat
melakukan pemesanan dari jauh......dan saya yakin pemerintah tidak dapat
mewujudkan itu dalam waktu singkat karena tidak profit motif, jadi harus
menciptakan iklim yang menarik untuk traveloka, tiket.com, dan lain-lain.....”
(A0-DI-01.01.13)
Selain itu, Masyarakat pesisir pantai di Kecamatan Teluk Pandan mempunyai
karakteristik tertentu yang khas dalam melakukan kegiatan sehari hari.
Karakteristik masyarakat pesisir ini sangat erat kaitannya dengan pekerjaan mereka
di bidang perikanan. Karena sifat dari usaha-usaha perikanan sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor seperti lingkungan, musim dan pasar, maka karakteristik
masyarakat pesisir juga terpengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Beberapa faktor-
103
faktor seperti lingkungan dan musim pada kawasan pesisir diuraikan sebagai
berikut.
3.4.2 Kesadaran Terhadap Lingkungan di Objek Wisata Pantai Teluk Pandan
Objek pariwisata pantai yang ada di kawasan pesisir dalam kelancaran dan
kenyaman kegiatan wisatanya juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Kegiatan
wisata pesisir pantai dan nelayan sangat bergantung pada kondisi lingkungan,
khususnya kebersihan lingkungan dan air. Permasalahan yang terjadi ialah disemua
objek wisata pesisir, jaringan air limbah dan sampah dari rumah tangga dan
kegiatan wisata yang dialiri langsung menuju laut dan juga kawasan hutan
mangrove. Air Limbah dan sampah tersebut tentunya membuat air laut menjadi
kotor dan akan berdampak tehadap kerusakan ekosistem laut serta hutan mangrove.
Hal tersebut tentunya mampu mempengaruhi daya tarik dan minat wisatawan untuk
berwisata di lokasi tersebut. Kita ketahui bahwa keadaan lingkungan alam pesisir
baik laut maupun hutan mangrove memiliki pengaruh yang penting terhadap
keberlangsungan kehidupan sosial ekonomi bagi masyarakat pesisir. Selain itu,
dengaan pola kebiasaan masyarakat dan wisatwan yang membuat sampah
sembarangan di sungai atau di laut membuat kondisi lingkungan kawasan pesisir
sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan, khususnya pencemaran karena
limbah rumah tangga dan sampah.
Dalam penerapan Smart Tourism juga perlu adanya pemonitoran terkait dengan
kelestarian alam dan kawasan konservasi melalui penerapan teknologi. Pada
kawasan wisata pesisir pantai kecamatan Teluk Pandan, belum secara menyeluruh
terdapat pengawasan terhadap alam dan kelestariannya. Pengawasan kawasan
konservasi biasanya dilakukan oleh Instansi pemerintah dalam hal ini Dinas
Lingkungan Hidup dan Wahana Lingkungan Hidup serta dari masyarakat melalui
Komunitas peduli lingkungan. Dalam memonitor kawasan konservasi instansi
pemerintah dan Walhi menggunakan data peta luasan kawasan konservasi yang
dalam ini hutan mangrove untuk melihat pertambahan atau pengurangan luasan
hutan mangrove. Biasanya untuk menjaga ekosistem pantai, komunitas dan
perusahan perusahaan memiliki kegiatan untuk melestarikan ekosistem pantai,
seperti penanaman pohon mangrove dan gotong royong membersihkan pantai.
104
3.4.2.1 Ketergantungan pada Musim
Dalam melakukan berbagai kegiatan di kawasan pesisir salah satu hal yang
sangat menentukan kegiatan nelayan dan kegiatan wisata dalam hal ini ialah adanya
ketergantungan terhadap musim. Bagi para nelayan kecil ketergantungan terhadap
musim sangat besar dan berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan mereka.
Nelayan yang berada di Kecamatan Teluk Pandan memiliki kesibukan pada musim
penangkapan dan berbanding terbalik jika memasuki musim panceklik pada bulan
sekitar Oktober-Januari dengan cuaca yang kurang bersahabat, sehingga dapat
membuat kegiatan penangkapan nelayan kecil, buruh nelayan, petani tambak kecil,
dan buruh tambak menjadi berkurang bahkan menjadi pengangguran. Untuk
mensiasati hal tersebut, di musim panceklik biasanya para nelayan beralih profesi
menjadi buruh, pedagang, dan juga kerja serabutan. Ketergantungan terhadap
musim ini pula memiliki implikasi yang cukup besar terhadap kegiatan pariwisata.
Musim dalam kegiatan wisata dapat mengurangi atau membatasi kegiatan yang
dapat dilakukan wisatawan, menurunnya jumlah pengunjung, dan adanya ancaman
bahaya ketika memasuki musim penghujan, seperti ombak besar, angin kencang
dan petir.
3.5 Rangkuman Karakteristik Wilayah dan Karakteristik Sosial Budaya dan
Ekonomi Masyarakat Lokal di KSPD Teluk Pandan
Pada bagian ini akan menjelaskan terkait rangkuman dari gambaran umum
potensi dan masalah objek wisata Teluk Pandan dan memberikan rakuman
mengenai kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat di Teluk Pandan.
3.5.1 Karakteristik Wilayah Objek wisata pesisir di Teluk Pandan
Provinsi Lampung memiliki potensi wisata bahari di kawasan pesisir Teluk
Lampung yang terletak dipesisir selatan sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai
daerah tujuan wisata unggulan di Lampung. Hal ini didukung oleh kondisi
geografisnya berupa tanjung dan teluk dengan kondisi ombak yang tidak besar dan
cenderung ramah atau tenang sehingga sangat aman untuk melakukan aktivitas
105
wisata bahari, ditambah lagi dengan pasirnya yang berwarna putih dan
pemandangannya yang indah. Luas total wilayah daratan adalah 127.902 ha, dan
luas perairan adalah 161.178 ha (Helfinalis, 2000). Nilai strategis lain dari wilayah
pesisir Teluk Lampung adalah lokasi geografisnya sebagai pintu gerbang antar
Pulau Sumatra dan Laut Pulau Jawa, serta dari sisi pertahanan sebagai calon pusat
armada barat TNI-AL.
Sementara itu, potensi atraksi wisatanya juga didukung dengan kondisi
pantainya yang landai, atraksi ikan lumba-lumba, terumbu karang, hutan mangrove
dan atraksi lainnya baik atraksi wisata alam maupun buatan. Sampai sekarang
wilayah ini masih menjadi tujuan utama bagi wisatawan domestik dan nusantara
yang ingin menikmati wisata bahari di Provinsi Lampung. Pada objek wisata yang
terdapat di KSPD Teluk Pandan tergolong dalam wisata massal, dimana banyak
pengunjung yang berbondong-bondong datang ke objek wisata pantai yang sudah
terkenal sejak lama, dengan pengunjung yang berasal dari dalam Provinsi Lampung
maupun dari Luar Provinsi, seperti Palembang, Bengkulu, Jakarta, Bandung, dan
lain-lain.
Secara keseluruhan terkait dengan daya tarik wisata, aksesibilitas, ketersediaan
sarana dan prasarsan di Kawasan Teluk Pandan sudah cukup baik. Namun, dalam
pengembangan pariwisatanya dirasa pada masih belum dikembangkan dengan
optimal dengan pengemasan wisata yang masih kurang dapat bersaing dan untuk
ketersediaan fasilitas penunjang wisatanya, seperti fasilitas pembayaran/perbankan,
akomodasi, fasilitas keamanan, dan juga fasilitas kesehatan hampir tidak tersedia di
semua objek wisata pesisir Teluk Pandan. Dalam pengelolaan objek wisata yang
ada di Teluk Pandan belum menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Selain itu, terkait dengan kebersihan dan kelestarian alam masih menjadi masalah
yang belum terselesaikan dan menjadi permasalahan diseluruh objek wisata.
Sampah-sampah tersebut bersumber dari permukiman masyarakat, kegiatan wisata,
terbawa dari hulu sungai, terbawa ombak dan juga angin. Kelestarian hutan
mangrove yang ada di Pantai Queen Artha dan juga Pantai Sari Ringgung cukup
terancam, karena kebiasaan masyarakat sekitar yang membuang air limbah dan
sampah di kawasan hutan mangrove yang ada.
106
3.5.2 Karakteristik Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Teluk
Pandan
Karakteristik masyarakat pesisir yang berada disekitar objek wisata pesisir rata-
rata merupakan gabungan karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan.
Kawasan objek wisata yang cukup dekat dengan pusat ibu kota Provinsi Lampung
membuat struktur masyarakat pesisir pantai sangat plurar yang mampu membentuk
sistem dan nilai budaya yang merupakan hasil akulturasi budaya dari masing-
masing komponen yang membentuk struktur masyarakatnya. Selain itu, masyarakat
yang tinggal di sekitar kawasan objek wisata didominasi suku Jawa-Serang. Untuk
kearifan lokal atau tradisi khas dari kawasan pesisir ini tidak ada yang khas dan
tidak dapat dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata.
Tinggal di Kawasan Pesisir Pantai membuat mayoritas masyarakat bekerja
sebagai nelayan, petani tambak, penyedia jasa perahu penyeberangan, penjaga
pantai, pedagang, petugas kebersihan dan lain-lain. Dalam melihat peluang
ekonomi dari adanya aktifitas pariwisata yang ada di sekitar masyarakat,
masyarakat telah merespon dengan membuka toko kelontong, menjual oleh-oleh,
dan membuka rumah makan. Sedangkan, untuk pengembangan dan penerapan
teknologi dalam kegiatan ekonomi masyarakat masih sangat minim. Hal tersebut,
dibuktikan dari hasil observasi, dimana masih sedikit objek wisata yang memiliki
fasilitas akomodasi yang sebenarnya bisa disediakan dengan memanfaatkan rumah
warga yang dijadikan homestay dan untuk akomodasi yang tersedia belum
menerapkan jaringan Virtual Hotel Operator dengan kemudahan pemesanan
online.
107
BAB IV
ANALISIS TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART
TOURISM PADA OBJEK WISATA PESISIR DI KSPD TELUK
PANDAN
Bab analisis akan menggambarkan tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism
dalam meningkatkan potensi sektor pariwisata pesisir di Kawasan Wisata
Terintegrasi Teluk Lampung. Untuk lebih lengkapnya, pembahasan pada bab ini
seperti berikut :
4.1 Ketersediaan Infrastruktur, Fasilitas Pariwisata dan Sistem Pelayanan
dalam Penerapan Smart Tourism pada Objek Wisata Pesisir di Teluk
Pandan
Analisis ini menjelaskan karakteristik wilayah pariwisata pesisir Teluk Pandan
terkait dengan ketersediaan infrastruktur dasar, infrastruktur TIK, transportasi,
atraksi wisata, dan fasilitas penunjang pariwisatapada objek pariwisata pantai di
Teluk Pandan yang termasuk kedalam Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk
Lampung.
Sumber : Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 1 PROSES ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR,
FASILITAS PARIWISATA DAN SISTEM PELAYANAN DALAM
PENERAPAN SMART TOURISM
108
4.1.1 Infrastruktur Jalan dan Dermaga
Identifikasi ketersediaan dan kualitas infrastruktur yang ada di objek wisata
pantai Teluk Pandan di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Salah satu
faktor penting yang berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata Kabupaten
Pesawaran saat ini ialah keberadaan dan kondisi aksesibilitas jalur jalan dan
dermaga. Perkembangan kepariwisataan Kabupaten Pesawaran terkait dengan
keberadaan dan perkembangan jalur jalan di wilayah Kabupaten Pesawaran yang
secara garis besar dapat dibagi menjadi empat jalur utama, yaitu jalur arteri primer,
jalur kolektor primer, jalur lokal primer dan jalur strategis provinsi. Pada kawasan
objek wisata ini juga terdapat dermaga yang menjadi tempat penyeberangan menuju
berbagai destinasi pulau-pulau kecil dan sebagai tempat bersandarnya perahu
nelayan yang ada di Kabupaten Pesawaran. Pergerakan wisatawan dari daerah asal
menuju objek wisata dan perpindahan wisatawan dari objek wisata menuju objek
wisata lain disekitarnya seperti pulau-pulau kecil menjadi daya tarik di Kawasan
Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan.
4.1.1.1 Pintu Masuk dan Moda Transportasi
Pintu masuk merupakan jalan atau akses yang dilalui oleh wisatawan untuk bisa
melakukan kegiatan wisata di daerah tujuannya. Selain akses tersebut, moda
transportasi menjadi media bagi wisatawan dalam membawa wisatawan dari daerah
asal menuju destinasi wisata. Dalam sistem kepariwisataan peran transportasi
sangat penting dalam melakukan perpindahan dan kemudahan aksesibilitas. Pada
pengembangan sektor pariwisata dengan kondisi geografi Kecamatan Teluk Pandan
mempunyai lingkup sebagai kawasan pesisir dan kepualauan, serta memiliki
banyak bukit membuat transportasi mengambil bagian penting dalam
menghubungkan antar wilayah di Teluk Pandan. Oleh karena itu, dalam
pegembangan sektor pariwisatanya sangat penting memiliki kemudahan akses
untuk menarik minat pengunjung dari luar Kabupaten Pesawaran untuk berwisata
di KSPD Teluk Pandan. Berikut adalah peta akses masuk ke Provinsi Lampung dan
Kawasan Objek Wisata Teluk Pandan.
109
Sumber : Hasil Olahan Data, 2020
GAMBAR 4. 2 PETA AKSES MASUK KE PROVINSI LAMPUNG DAN
JALAN LINTAS
A. Kondisi Eksisting Ketersediaan Jalan dan Pintu Masuk ke Provinsi
Lampung
Bagi wisatawan yang berasal dari luar Provinsi Lampung yang ingin melakukan
aktivitas wisata dapat masuk melalui pintu masuk berikut ini :
1. Bandara Radin Inten II, waktu tempuh dari Jakarta ±45 menit dengan rata-
rata 58 kali penerbangan/hari.
2. Bandara M. Taufik Kiemas Krui (Pesisir Barat) : Bengkulu – Krui – Bandar
Lampung (setiap hari Selasa, Kamis, Sabtu).
3. Pelabuhan Bakauheni, menghubungkan dengan Pulau Jawa.
4. Krui, Liwa : Jalur jalan raya dari Provinsi Bengkulu.
5. Kotabumi, Blambangan Umpu : Jalur jalan raya & Kereta api dari Provinsi
Sumatera Selatan (Kertapati - Tanjungkarang)
110
6. Mesuji : Jalur jalan raya Lintas Timur Sumatera dari Provinsi Sumatera
Selatan
7. Sumatera Selatan : Jalan Tol Lintas Sumatera
Setelah pengunjung atau wisatawan masuk ke Provinsi Lampung untuk menuju
KSPD Teluk Pandan di Kabupaten Pesawaran, wisatawan dapat melalui :
1. Dari Bandara Radin Inten II menuju Kota Bandar Lampung dengan waktu
tempuh sekitar 30 menit dan memakan waktu sekitar 20-70 menit untuk
berada di objek wisata di Teluk Pandan.
2. Dari Bandara M. Taufik Kiemas Krui (Pesisir Barat) dapat melalui jalan
lintas barat dengan kondisi jalan yang baik dan waktu tempuh selama kurang
lebih 5 jam perjalanan.
3. Dari Pelabuhan Bakauheni untuk menuju pusat kota di tempuh selama
kurang lebih 2 sampai 3 jam apabila melalui jalan lintas timur.dan jika
melalui tol selama kurang lebih 1 jam 30 menit.
4. Dari Krui, Liwa membutuhkan waktu selama 4 sampai 5 jam melalui jalan
lintas barat dengan kondisi jalan bagus dan rute yang menanjang dan
berbelok-belok.
5. Dari Kota bumi, Blambangan Umpu dapat menggunakan moda kereta api
dan dari stasiun Tanjung Karang dibutuhkan waktu selama 2 jam dan
dengan menggunakan kendaraan dapat melalui jalan lintas tengah dan timur.
Untuk sampai ke pusat kota dengan kondisi jalan yang baik, namun intesitas
kendaraan cukup tinggi.
6. Dari Mesuji melalui jalan raya Lintas Timur membutuhkan waktu tempuh
selama kurang lebih 6 jam dan apabila melewati jalan tol memakan waktu
hingga kurang lebih 2 jam perjalanan.
7. Dari Palembang melewati jalan tol Jakabaring – Kotabaru membutuhkan
waktu tempuh selama kurang lebih 4 jam dan untuk sampai ke pusat kota
membutuhkan waktu 25 menit
Jalan Tol Trans Sumatera, jalur Bakauheni - Terbanggi Besar, sepanjang 139 km
yang telah diresmikan oleh Presiden R.I. pada tanggal 22 Desember 2018. Akses
pintu masuk/keluar :
1. Gerbang Kalianda
111
2. Gerbang Sidomulyo
3. Gerbang Lematang
4. Gerbang Kotabaru
5. Gerbang Branti
6. Gerbang Kota Metro
7. Gerbang Gunung Sugih
8. Gerbang Terbanggi Besar
Untuk menuju kawasan wisata pesisir pantai di Teluk Pandan, pengunjung dapat
keluar pada gerbang tol Kotabaru yang aksesnya lebih dekat ke pusat Kota Bandar
Lampung dan juga ke kawasan wisata Teluk Pandan.
4.1.1.2 Jalan
Kawasan wisata yang cukup padat terkonsentrasi di jalur lintas Teluk Pandan
hingga Teluk Ratai. Ketersediaan dan kondisi jalan yang baik akan memberikan
kemudahan dalam mengakses lokasi objek wisata. Analisa ini bertujuan untuk
menjabarkan ketersediaan dan kondisi kualitas jalan yang ada di 10 objek wisata
pesisir di Teluk Pandan:
A. Kondisi Eksisting Infrastruktur Jalan di Lokasi Objek Wisata
A. Pantai Queen Arta
Infrastruktur jalan menjadi prasarana yang dapat menghubungkan objek
wisata Pantai Queen Arta dengan lokasi asal wisatawan dan juga berbagai
objek wisata disekitarnya. Lokasinya yang berada di perbatasan antara
Kabupaten Pesawaran dengan Kota Bandar Lampung membuat pantai ini
mudah diakses. Untuk menuju Pantai ini wisatawan akan melalui jalan aspal
kabupaten yang dalam kondisi baik dan jalan di dalam lokasi yang sudah tertata
dengan kualitas dikatakan rusak karena jalan tanah padat dan bebatuan
(onderlaag) dengan kondisi jalan berlubang dan genangan air pada beberapa
titik. Untuk menuju objek wisata ini pengunjung dapat menggunakan angkutan
umum dari Pasar Cimeng karena pintu masuk objek wisata yang berada di
dekat jalan kabupaten.
112
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 3 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI QUEEN
ARTHA
B. Pantai Mutun Asri
Akses untuk mencapai lokasi objek wisata ini melalui jalan kabupaten
dengan kualitas baik/aspal dan untuk jalan yang berada dalam objek
merupakan jalan yang berada di kawasan permukiman beraspal dengan kualitas
kurang baik karena terdapat beberapa lubang dan genangan air. Pengunjung
yang ingin berwisata ke pantai ini lebih baik menggunakan kendaraan pribadi
karena trayek transportasi umum yang tidak sampai ke lokasi. Perjalan
pengunjung untuk berwisata ke Kawasan Pantai Mutun bisa memakan waktu
30-40 menit.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 4 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI MUTUN ASRI
C. Pantai Putra Mutun
Objek wisata Putra Mutun dapat dicapai oleh wisatawan selama 40 menit
dari Bandar Lampung. Akses yang akan dilalui berupa jalan aspal Kabupaten
113
dengan kondisi baik dan jalan di lokasi objek berupa jalan aspal. Pada beberpa
titik jalan akses pantai terdapat lubang dan genangan air sehingga kurang
memberikan kenyamanan bagi wisatawan. Untuk mencapai objek wisata ini
wisatawan disarankan untuk menggunakan kendaraan pribadi baik motor atau
mobil, atau bisa juga menggunakan bus pariwisata. Hal ini disebabkan karena
transportasi umum yang ada tidak memiliki rute untuk masuk ke lokasi objek
wisata yang memiliki jarak cukup jauh dari jalan kabupaten.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 5 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI PUTRA
MUTUN
D. Pantai Mukhtar Sani Town (MS Town)
Akses menuju pantai MS Town melalui jalan aspal kabupaten yang juga
menjadi penghubung dengan objek wisata lainnya dengan kualitas jalan baik
dan dapat ditempuh perjalanan dengan kendaraan mobil atau motor pribadi,
bus, dan transportasi umum dengan waktu kurang lebih selama 35 menit dari
Bandar Lampung. Untuk menuju lokasi ini dirasa pengunjung perlu
menggunakan kendaraan pribadi mengingat ketersediaan transportasi umum
sangat terbatas saat ini. Sedangkan untuk kualitas jalan di dalam lokasi berupa
jalan tanah padat berbatu.
114
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 6 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI MS TOWN
E. Pantai Mutun Haruna Jaya/Pulau Tembikil
Perjalanan menuju Pantai Mutun Haruna Jaya ini dapat ditempuh dengan
kendaraan darat dengan prasarana jalan aspal kabupaten. Untuk jalan dalam
lokasi merupakan jalan tanah padat berbatu yang menghubungkan dengan
lokasi wisata lainnya. Dalam mencapai lokasi ini wisatawan harus
menggunakan transportasi pribadi karena terbatasnya transportasi umum dari
jalan utama menuju lokasi objek wisata. Fasilitas penunjuk arah lokasi objek
ini masih sangat kurang hanya terdapat pada jalan utama atau pintu masuk
menuju lokasi Kawasan Pantai Mutun.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 7 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI MUTUN
HARUNA JAYA
F. Pantai Sari Ringgung
Akses jalan menuju pantai ini dapat dikatakan sudah dalam kondisi baik,
untuk jalan utama menuju lokasi ini berupa jalan aspal Kabupaten dan jalan
masuk menuju lokasi wisata melalui jalan sepanjang 2 km berupa jalan aspal
115
yang saat ini sedang dalam pembangunan. Untuk jalan di lokasi pantai sudah
cukup baik berupa jalan tanah padat. Sama halnya seperti pantai yang ada di
KSPD Teluk Pandan lainnya, pengunjung disarankan untuk membawa
kendaraan pribadi atau menggunakan bus pariwisata karena ketersediaan
kendaraan umum yang masih terbatas dan hanya melalui pintu masuk ke lokasi
objek wisata tidak sampai masuk kedalam lokasi objek wisata. Untuk
mengunjungi pantai ini pengunjung membutuhkan waktu selama kurang lebih
50-60 menit perjalanan dari Kota Bandar lampung.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 8 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI SARI
RINGGUNG
G. Wisata Hutan Mangrove Petengoran
Wisata Hutan Mangrove Petengoran merupakan objek wisata yang baru saja
di kembangkan oleh masyarakat Desa Gebang melalui Bumdes. Lokasinya
yang berdekatan dengan Taman Wisata Dewi Mandapa membuat askes untuk
menuju lokasi ini dapat dicapai dalam waktu selama kurang lebih 1 jam dari
Bandar Lampung melalui akses jalan aspal kabupaten. Untuk jalan masuk
menuju lokasi objek wisata ini memiliki kualitas yang sangat buruk, jalan tanah
berlumpur yang terdapat banyak genangan dan jalan menjadi cukup licin
karena berupa tanah/lumpur. Sedangkan, untuk di dalam lokasi objek
wisatanya pengelola membuat Broadwalk sepanjang 2 km dari bahan baku
kayu yang berada di atas air laut. Sama halnya dengan objek wisata Dewi
Mandapa Untuk berwisata lokasi ini tidak tersedia transportasi umum, jadi
pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi.
116
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 9 KONDISI EKSISTING BROADWALK DI HUTAN
MANGROVE PETENGORAN
H. Taman Wisata Dewi Mandapa
Taman Wisata Dewi Mandapa dapat dicapai melalui akses jalan aspal
kabupaten dengan waktu tempuh untuk sampai ke objek ini selama kurang
lebih 1 jam dari Bandar Lampung. Untuk jalan masuk menuju lokasi objek
wisata Dewi Mandapa jalannya masih berupa tanah/lumpur dengan kualitas
sangat buruk serta di musim penghujan terdapat banyak genangan dan jalan
menjadi cukup licin. Untuk berwisata lokasi ini tidak tersedia transportasi
umum, jadi pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 10 KONDISI EKSISTING JALAN DI TAMAN WISATA
DEWI MANDAPA
I. Pantai Ketapang
Untuk menuju Pantai Ketapang pengunjung akan melalui jalan kabupaten
dengan kondisi sangat baik berupa jalan aspal sedangkan untuk didalam lokasi
objek wisata yang sudah tertata dengan jalan aspal di area permukiman dan di
117
dalam lokasi objek wisata tanah padat. Untuk sampai ke lokasi ini tersedia
angkutan umum dari Pasar Cimeng dengan biaya Rp.10.000. Waktu yang harus
ditempuh wisatawan dari Bandar Lampung ke Pantai Ketapang sekitar 60-70
menit.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 11 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI KETAPANG
10. Pantai Kelapa Rapat
Pantai yang berada di dalam kawasan TNI AL ini memiliki akses yang baik.
Untuk menuju lokasi objek wisata ini pengunjung akan melalui jalan kabupaten
dengan kondisi sangat baik berupa jalan aspal sedangkan untuk didalam lokasi
objek wisata yang sudah tertata dengan jalan tanah padat. Untuk menuju
sampai ke lokasi ini tersedia angkutan umum dari Pasar Cimeng dengan biaya
Rp.10.000. Waktu yang harus ditempuh dari Bandar Lampung ke Pantai Klara
mencapai 60-75 menit.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 12 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI KELAPA
RAPAT
118
B. Analisis Ketersedian dan Kualitas Infrastruktur Jalan
Infrastruktur jalan di Kawasan Strategis Priwisata Derah Teluk Pandan telah
tersedia. Untuk menunjang kegiatan wisata yang ada di Teluk Pandan yang
termasuk ke dalam Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung, sangat penting
memiliki ketersediaan infrastruktur daerah yang memadai dan layak. Ketersediaan
infrastruk tur menjadi salah satu faktor penentu bagi keberhasilan penyelenggaraan
pembangunan suatu daerah dan sebagai pendukung untuk perkembangan sektor
pariwisata. Infrastruktur fisik dalam hal ini khususnya sarana dan prasarana
transportasi menjadi unsur penting yang harus ada untuk mempermudah perjalanan
menuju berbagai destinasi wisata yang ada di Kabupaten Pesawaran. Kawasan
objek wisata yang cukup dekat dengan Kota Bandar Lampung sebagai Ibu Kota
Provinsi Lampung dengan sarana prasarana perkotaan yang cukup lengkap dan
aksesibilitas yang baik menjadikan kawasan wisata pesisir pantai Teluk Pandan ini
sangat potensial untuk dikunjungi Wisatawan Nusantara maupun Wisatawan
Mancanegara. Berikut peta kondisi jalan pada ojek wisata Teluk Pandan :
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 13 PETA KONDISI JALAN DI OBJEK WISATA PESISIR
TELUK PANDAN
PETA KONDISI EKSISTING JALAN PADA OBJEK WISATA PANTAI DI TELUK PANDAN
Pantai Queen Artha Pantai MS Town Pantai Putra Mutun
Pantai Haruna Jaya
Pantai Sari
Ringgung
Hutan Mangrove
Petengoran
Taman Dewi Mandapa
Pantai Ketapang
Pantai Kelapa
Rapat
Pantai Mutun
Asri
119
Aktifitas perhubungan di Kabupaten Pesawaran yang lebih cenderung
menggunakan perhubungan darat yang melalui jalan raya dengan status jalan
Kabupaten dengan kondisi yang baik. Berdasarkan data dari RPJMD Kabupaten
Pesawaran 2016-2021, pada tahun 2014, Jalan kabupaten sepanjang 779,860 km
yang terdiri dari 135 km jalan hotmix, 354 km jalan lapen, 122,202 jalan
onderlaagh, dan 169 km jalan tanah yang berada dibawah pengawasan Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran yang memiliki
tingkat aksesibilitas yang sangat baik dan merupakan jalur lintasan wisata utama
Provinsi Lampung. Kondisi Jalan di Kabupaten Pesawaran per Desa/Kelurahan di
Kecamatan Teluk Panda pada tahun 2019, sebagai berikut:
TABEL 4. 1 PANJANG JALAN (KM), KONDISI DAN KLASIFIKASI
JALAN DI KECAMATAN TELUK PANDAN
No Desa/Kelurahan
Baik &
Aspal
Sedang &
Onderlaag
Rusak &
Tanah
Rusak
Berat &
Hotmix Jumlah
1 Batu Menyan 4 1 0 0 5
2 Gebang 20 0 20,5 0 40,5
3 Sidodadi 5 2 4 0 11
4 Hanura 15 10,5 3 0 28,5
5 Cilimus 7 3 6 0 16
6 Hurun 7 1 8 0 16
7
Sukajaya
Lempasing 12 `6,2 12 0 24
8 Munca 4 0 12 0 16
9 Tanjung Agung 15 12 15,5 0 42,5
10 Talang Mulyo 12 0 0 0 12
Total Panjang Jalan 101 29,5 81 0 211,5 Sumber : BPS, Kecamatan Teluk Pandan dalam Angka 2019
Berdasarkan data diatas dapat kita ketahui Kecamatan Teluk Pandan yang
memiliki 10 objek wisata pantai yang menjadi wilayah penelitian memiliki total
panjang jalan 211,5 Km dengan jalan yang memiliki kondisi baik dengan klasifikasi
jalan aspal sepanjang 101 Km, jalan dengan kondisi sedang dengan klasifikasi jalan
onderlaag sepanjang 29,5 Km, kondisi jalan rusak dan klasifikasi jalan tanah
120
sepanjang 81, dan jalan yang dalam kondisi rusak berat dan klasifikasi hotmix tidak
ada. Dalam rentang waktu dari tahun 2015-2019 Kabupaten Pesawaran sedang
giat-giatnya melakukan pembangunan dan perbaikan jalan. Dari data yang ada dan
kondisi eksisting dapat dikatakan bahwa untuk kondisi jalan yang baik dan telah
memenuhi standar hanya jalan kabupaten dengan klasifikasi jalan aspal/hotmix
sedangkan, untuk jalan menuju lokasi objek wisata masih mengalami masalah dan
perlu pembangunan serta perbaikan kualitas jalan. Saat ini pembangunan dan
perbaikan sudah mulai dilakukan di jalan masuk pada beberapa kawasan objek
wisata Pantai Mutun dan Pantai Ketapang dengan kualitas jalan baik aspal. Namun,
masih berlubang dan dibeberapa titik sehingga menjadi area genangan air pada saat
terjadi hujan. Selain itu, Pantai Sari Ringgung juga saat ini sedang melakukan
pembangunan dan perbaikan jalan untuk menuju objek wisata dengan
menggunakan aspal dan di dalam lokasi wisatanya jalan tanah padat.
4.1.1.3 Dermaga
Dermaga yang terdapat di kawasan pariwisata berfungsi untuk mendukung
pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke kawasan pariwisata yang ada
maupun pergerakan di dalam kawasan pariwisata serta kegiatan ekonomi lainya.
Analisa ini bertujuan untuk menjabarkan ketersediaan dan kondisi kualitas
Dermaga yang ada di 10 objek wisata pesisir di Teluk Pandan:
A. Kondisi Eksisting Dermaga di Teluk Pandan
1. Pantai Queen Arta
Pada lokasi objek wisata ini tidak memiliki dermaga sebagai fasilitas yang
menunjang sarana kepariwisataannya. Salah satu daya tarik bagi wisatawan
berkunjung ke lokasi objek wisata ini salah satunya untuk menyeberang ke
Pulau Permata dan Pulau Tembil. Untuk menyebrang ke pulau terdekat tersebut
pengunjung biasanya menggunakan jasa penyeberangan perahu di dermaga
pada tempat pelelangan ikan (TPI) yang berada di dekat lokasi objek wisata
dengan jarak sekitar 100-300 meter.
121
2. Pantai Mutun Asri
Pantai Mutun Asri merupakan salah satu pantai yang berada di Desa
Sukajaya Lempasing, Kecamatan Teluk Pandan. Pantai ini memiliki 4 dermaga
sebagai salah satu infrastruktur penunjang kegiatan wisatanya dan ekonomi
masyarakat lokal yang mayoritas bekerja sebagai nelayan. Namun, untuk
kondisi dari 3 dermaga yang ada saat ini sudah dalam keadaan baik dan 1
dermaga lagi dalam keadaan rusak dan tidak beroperasi. Biasanya perahu atau
kapal dengan berukuran kecil dan sedang yang bersandar di dermaga ini.
Melalui dermaga yang ada disini pengunjung dapat melakukan penyeberangan
ke Pulau Tangkil, Pulau Tegal Mas dan Pulau Pahawang.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 14 KONDISI EKSISTING DERMAGA DI
PANTAI MUTUN ASRI
3. Pantai Putra Mutun
Pantai Putra Mutun merupakan salah satu objek wisata yang terdapat di
Kabupaten Pesawaran yang memiliki fasilitas sarana pendukung periwisata
berupa dermaga. Dermaga yang ada di Pantai Putra Mutun ini terbuat dari
beton dengan kualitas yang baik. Dermaga ini berfungsi sebagai tempat
bersandarnya perahu dan juga tempat naik dan turunnya wisatawan dari perahu
masyarakat. Pantai dengan laut yang cukup dalam ini sering dimanfaatkan
sebagai tampat untuk memancing oleh masyarakat lokal dan juga wisatawan.
Dari dermaga ini wisatawan dapat mengunjung objek wisata lainnya seperti
Pulau Tangkil, Pulau Pahawang dan Pulau Tegal Mas.
122
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 15 KONDISI EKSISTING DERMAGA DI
PANTAI PUTRA MUTUN
4. Pantai MS Town
Ketersediaan sarana penunjang kepariwisataan berupa dermaga tersedia di
Pantai MS Town. Kondisi dermaga yang ada di pantai ini dalam kondisi baik
dan menjadi salah satu daya tarik sebagai tempat berfoto. Desain dermaga yang
kekinian yang terbuat dari kayu dengan ornamen hiasan lampu dan spot foto
menambah keindahannya. Dermaga yang ada di Pantai MS Town ini sebagai
tempat bersandarnya perahu-perahu nelayan yang menerima jasa
penyebrangan ke pulau-pulau kecil terdekat dengan tujuan Pulau Ketapang,
Pulau Pahawang, Pulau Maitem dan Pulau Tegal Mas.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 16 KONDISI EKSISTING DERMAGA DI
PANTAI MS TOWN
5. Pantai Haruna Jaya / Pulau Tembikil
Pantai Haruna Jaya dalam pengelolaan pariwisatanya tidak memiliki
fasilitas sarana pendukung seperti dermaga. Hal tersebut karena kondisi pantai
yang landai membuat wisatawan dapat naik ke perahu dari bibir pantai. Dari
123
Pantai Haruna Jaya ini wisatawan dapat mengunjungi objek wisata pulau-pulau
kecil seperti Pulau Tangkil, Pulau Pahawang dan Pulau Tegal Mas. Penyediaan
jasa perahu penyebrangan di objek wisata ini menggunakan perahu-perahu
masyarakat lokal Pantai Mutun.
6. Pantai Sari Ringgung
Pantai Sari Ringgung merupakan salah satu objek wisata yang cukup banyak
diminati wisatawan baik dalam maupun dari luar Provinsi Lampung.
Banyaknya atraksi wisata yang ditawarkan di pantai ini menjadi daya tarik
tersendiri bagi wisatawan. Dalam menunjang berbagai kegiatan wisata di
pantai ini, pihak pengelola menyediakan 2 dermaga degan kondisi dan kualitas
yang baik serta masih aktif beroperasi. Dalam pengoperasiannya dermaga ini
melayani jasa perahu penyebrangan dar Pantai Sari Ringgung menuju berbagai
objek wisata disekitarnya, seperti Pasir Timbul, Pulau Tegal Mas, Pulau
Pahawang, Masjid Terapung, dan Spot Sari (area snorkling).
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 17 KONDISI EKSISTING DERMAGA DI
PANTAI SARI RINGGUNG
7. Wisata Hutan Mangrove Petengoran
Kawasan objek wisata ini berdekatan dengan Taman Wisata Dewi
Mandapa. Pada objek wisata yang baru dibuka ini juga tidak tersedia fasilitas
sarana penunjang kegiatan wisara berupa dermaga. Namun, dalam kegiatan
wisatanya Hutan Mangrove Petengoran juga menyediakan jasa perahu
penyeberangan menuju objek wisata Pasir Timbul dan Pulau Tegal Mas.
124
Perahu-perahu yang digunakan merupakan perahu nelayan milik masyarakat
lokal.
8. Taman Wisata Dewi Mandapa
Taman Wisata Dewi Mandapa merupakan objek wisata yang menjual
keindahan alam pantai di Kawasan Teluk Lampung dengan rimbunnya hutan
mangrove yang ada disekitar objek wisata ini. Untuk ketersediaan dari fasilitas
sarana berupa dermaga di objek wisata ini belum tersedia. Karakteristik objek
wisata pantai dengan laut yang landai ini, menjadikan perahu dapat menepi di
dekat bibir pantai dan apabila terdapat pengunjung yang ini menyebrang
biasanyan menggunakan perahu milik masyarakat lokal yang berada di dekat
objek wisata ini.
9. Pantai Ketapang
Pantai yang terkenal dengan kebun kelapa dan pemandangannya yang indah
ini berada di dekat dermaga penyebrangan terbesar dii Kabupaten Pesawaran,
yaitu Dermaga Ketapang. Dalam ketersediaan fasilitas sarana dermaganya,
disini memiliki 4 dermaga yang terbuat dari beton dan dalam kondisi yang baik.
Dermaga Ketapang menjadi salah satu dermaga tersibuk yang ada di Provinsi
Lampung. Hal tersebut karena dermaga ini menjadi tempat penyedia jasa
perahu penyebrangan ke berbagai objek wisata yang ada di Teluk Lampung
dan menjadi tempat bersandarnya bagi ratusan perahu/kapal nelayan. Dari
dermaga ini objek wisata lain yang dapat dikunjungi, yaitu Pulu Pahawang,
Pulau Kelagian, Tanjung Putus, Pulau Maitem, Pulau Tegal Mas, dan berbagai
objek wisata lainnya.
(a) (b)
125
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
(c) (d)
GAMBAR 4. 18 KONDISI EKSISTING DERMAGA DI
PANTAI KETAPANG
(A) DERMAGA 1 (B) DERMAGA 2 (C) DERMAGA 3 (D) DERMAGA 4
10. Pantai Kelapa Rapat (Klara)
Objek wisata satu ini juga merupakan salah satu pantai yang telah memiliki
ketersedian fasilitas sarana berupa dermaga. Di Pantai Klara ini terdapat 2
dermaga yang terbuat dari kayu dengan kondisi dan kualitas yang baik.
Dermaga yang ada di pantai ini semakin menarik karena diberi cat yang
berwarna warni, disediakannya pondok/tempat untuk menunggu perahu dan
spot foto bagi wisatawan. Wisatawan dapat menggunakan jasa perahu
penyebrangan untuk mengunjungi berbagai objek wisata lainya, seperti Pulau
Kelagian, Pulau Pahawang, Pulau Maitem, dan Pulau Lunik.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 19 KONDISI EKSISTING DERMAGA DI
PANTAI KELAPA RAPAT
126
B. Analisis Ketersediaan dan Kualitas Dermaga di Teluk Pandan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan ketersediaan dermaga di KSPD
Teluk Pandan dapat dikatakn telah tersedia dengan 6 dari 10 objek wisata memiliki
dermaga. Apabila meninjau Peraturan Direktur Jendral Perlindungan Hutan dan
Konservasi alam tentang Pembangunan Sarana Pariwisata, fasilitas untuk
menunjang sarana kepariwisataan berupa dermaga harus dalam bentuk dermaga
apung dan menggunakan pancang apung serta pelaksanaannya berpedoman pada
ketentuan teknis dari instansi yang berwenang dan lokasinya berdasarkan rencana
pengelolaan. Namun, pada kondisi eksistingya dermga yang ada pada kawasan
obejk wisata pesisi pantai di Teluk Pandan terbuat dari beton dan belum memenuhi
syarat tersebut. Berikut Peta Kondisi Eksisting Demaga di Teluk Pandan.
Sumber : Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 20 PETA KONDISI EKSISTING DERMAGA DI
TELUK PANDAN
Dalam ketersediaanya dan kualitasnya di kawasan wisata pesisir pantai
Kabupaten Pesawaran dermaga hanya tersedia di beberapa objek wisata saja dan
dalam pengoptimalan fungsinya pun tidak hanya untuk mendukung kegiatan
127
perpindahan wisatawan, namun dipergunakan juga sebagai kegiatan ekonomi
masyarakat nelayan sebagai tempat bersandarnya perahu.
TABEL 4. 2 JUMLAH DAN KONDISI DERMAGA PADA OBJEK
WISATA PESISIR DI TELUK PANDAN
No Objek Wisata
Bai
k
Sed
ang
Ru
sak
Ru
sak
Ber
at
Keterangan
1 Pantai Queen Arta 0 0 0 0
Tidak tersedianya dermaga di objwk
wisata ini karena dilayani dermaga di
Tempat Pelelangan Ikan
2 Pantai MS Town 1 0 0 0
Dermaga sebagai salah satu daya tarik
wisata dan juga tempat perpindahan
wisatawan yang ingin mengunjung pulau
disekitarnya
3 Pantai Haruna
Jaya/Pulau Tembikil 0 0 0 0
Kondisi pantai yang landai membuat
penumpang yang berknjung dan akan
melakukan perpindah tidak memerlukan
dermaga
4 Pantai Putra Mutun 1 1 0 0
Dermaga yang ada dioperasikan untuk
perpindahan wisatawan dan juga tempat
bersadarnya perahu nelayan
5 Pantai Mutun Asri 3 0 1 0
Dermaga yang ada di pantai ini beroperasi
sebagai tempat perahu nelayan bersandar
dan sebagai tempat bagi wisatawan untuk
melaukan perpindahan
6 Pantai Sari Ringgung 2 0 0 0
Penyedian dermaga sebagai tempat
perpindahan wisatawan untuk menuju
objek wisata disekitarnya
7 Pantai Kelapa Rapat 2 0 0 0
Dermaga yang ada menjadi salah satu daya
tarik wisata dan juga tempat wisatawan
melakukan perpindahan
8 Taman Wisata Dewi
Mandapa 0 0 0 0
Patai yang landai dan memiliki pulau kecil
ini membuat naik turun penumpang ke
kapal tidak perlu melalui dermaga
9 Pantai Ketapang 3 1 0 0
Lokasi Pantai Ketapang berekatan dengan
Dermaga Ketapang yang menjadi tempat
perpindahan bagi wisatawan ke berbagai
objek wisata pulau-pulau kecil dan juga
sebagai perahu nelayan bersandar
10 Hutan Konservasi
Mangrove Petengoran 0 0 0 0
Baru di buka dan dikembangkannya objek
wisata ini membuat belum tersedianya
dermaga Sumber : Hasil Observasi, 2020
Dari data di atas dapat diketahui untuk objek wisata yang memiliki dermaga
terbanyak ialah Pantai Ketapang dan Pantai Mutun Asri dengan total terdapat 4
128
dermaga yang beroperasi setiap harinya untuk perpindahan wisatawan dan nelayan
lokal. Kemudian diikuti Pantai Sari Ringgung, Pantai Putra Mutun dan Pantai
Kelapa Rapat yang meiliki 2 dermaga, untuk Pantai MS Town 1 dermaga.
Sedangkan untuk Pantai Queen Arta, Pantai Haruna Jaya, Taman Wisata Dewi
Mandapa, dan Hutan Konservasi Mangrove Petengoran tidak tersedia dermaga di
objek wisatanya. Dalam Pemenuhan nilai estetikanya, sebuah dermaga kiranya juga
dapat menarik secara visual. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan
dermaga yang memiliki nilai estetika berada di objek wisata Pantai MS Town dan
Pantai Kelapa Rapat, disana dermaga terbuat dari kayu dan diberi cat semenarik
mungkin. Selain untuk tempat bersandarnya kapal dan akses penyebrangan
wisatawan, dermaga yang ada di lokasi objek wisata tersebut menyediakan spot
untuk berfoto. Untuk dermaga yang terdapat di Pantai Kelapa Rapat memiliki
keunggulan adanya nilai estetika yang tidak terlepas dari budaya Lampung, hal
tersebut terlihat dari ornamen dan spot foto yang disediakan seperti Siger dan
pengantin yang menggunakan pakaian adat Lampung.
4.1.2 Penyediaan Air Bersih
Identifikasi penyediaan air bersih yang ada di objek wisata pantai Teluk Pandann
di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Menurut Peraturan Direktur
Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi alam tentang fasilitas untuk menunjang
sarana kepariwisataan berupa penyediaan jaringan air bersih dibangun dengan
kententuan diupayakan dibangun dalam tanah. Kondisi sanitasi dasar manusia yang
baik akan selalu dikaitkan dengan tersedianya air bersih. Persediaan air yang
banyak dengan kualitas yang lebih baik akan lebih cepat meningkatkan derajat
kesehatan. Analisa ini bertujuan untuk menjabarkan sumber, kualitas dan
pendistribusian air bersih yang ada di 10 objek wisata pesisir :
A. Kondisi Eksisting Penyediaan Air Besih di Objek Wisata Teluk Pandan
1. Pantai Queen Arta
Dalam memenuhi kebutuhan air bersih di Pantai ini, pihak pengelola dan
masyarakat membuat sumur galian/bor. Hal tersebut sebagai cara masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan air bersih karena lokasi objek wisata ini tidak
terlayani oleh PDAM. Untuk mendapatkan air yang bersih dan layak konsumsi
129
pihak pengelola dann masyarakat membuat sumur bor di lokasi yang cukup
jauh dari objek wisata, yaitu di dekat jalan kabupaten. Pemilihan lokasi sumur
bor yang jauh dikarenakan air tanah yang berada di lokasi objek wisata
memiliki rasa yang payau. Dalam pendistribusiannya pengelola dan
masyarakat menggunakan mesin pompa dan juga sistem perpipaan dengan
jarak kurang lebih 100-300 m dari lokasi objek wisata. Kualitas air dari sumur
bor ini baik dalam artian tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Dalam
pemanfaatannya untuk kegiatan wisata air ini digunakan untuk kamar
mandi/bilas, toilet, air wudhu, dan konsumsi sehari hari.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 21 AIR BERSIH DI OBJEK WISATA
PANTAI QUEEN ARTHA
2. Pantai Mutun Asri
Pantai Mutun Asri dalam penyediaan air bersih untuk keperluan kegiatan
wisata pantai ini menggunakan sumur bor. Sama halnya dengan objek wisata
lain di kawasan wisata Pantai Mutun. Sumur bor yang digunakan di pantai ini
juga memiliki kualitas air yang tidak terlalu baik. Air memiliki rasa yang
payau, tidak berwarna dan tidak berbau. Air tersebut digunakan untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan wisata dan juga kebutuhan sehari-hari
masyarakat yang tinggal di dekat objek wisata ini.
130
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 22 AIR BERSIH DI OBJEK WISATA PANTAI MUTUN ASRI
3. Pantai Putra Mutun
Ketersediaan jaringan air bersih di Pantai Putra Mutun untuk menunjang
sarana kepariwisataan sudah terpenuhi. Pengelola memenuhi kebutuhan air
bersih dengan menggunakan sumur bor dan juga air membeli air PAM untuk
menambah supply air bersih pada musim liburan. Kualitas air yang disediakan
untuk aktivitas wisata dengan kualitas yang baik, dalam artian tidak berwarna,
tidak berbau dan tidak berasa. Dalam pendistribusian air bersih di lokasi objek
wisata ini dengan menggunakan pompa air yang ditampung di tangki
air/tedmon dan kemudian disalurkan melalui pipa-pipa menuju mushola, toilet,
kamar mandi, dan penginapan.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 23 AIR BERSIH DI OBJEK WISATA PANTAI PUTRA
MUTUN
4. Pantai MS Town
Penyediaan jaringan air bersih dalam mendukung berbagai kegiatan wisata
di Pantai MS Town ini di supply dari air sumur bor untuk memenuhi kebutuhan
131
air bersih dalam kegiatan pariwisata di hari biasa. Ketika memasuki musin
liburan pengelola menambah supply air bersih dengan membeli air PAM yang
dibeli dari agen dengan menggunakan truk tangki air. Air yang dibeli tersebut
kemudian ditampung didalam tanki air/tedmon kemudian didistribusikan
dengan menggunakan pipa ke kamar mandi, toilet, mushola, dan cafe yang ada
di objek wisata ini. Kualitas air yang digunakan di objek wisata ini tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 24 AIR BERSIH DI OBJEK WISATA PANTAI MS TOWN
5. Pantai Haruna Jaya/Pulau Tembikil
Pantai dengan fasilitas yang cukup lengkap ini menyediakan air bersih yang
bersumber dari sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air dalam kegiatan
wisata pantai. Kualitas air yang didapat dari sumur bor memiliki rasa yang
payau dengan warna sedikit keruh. Untuk mensiasati agar air tidak begitu
terasa payau, pihak pengelola pantai membeli air PAM dari agen air bersih dan
dibawa dengan mobil khusus pengangkut air bersih. Kemudian air sumur yang
telah ditampung dalam bak penampungan/tedmon dicampurkan dengan air
PAM dan kemudian didistribusikan ke beberapa titik kegiatan yang
membutuhkan air bersih, seperti toilet, kamar mandi dan mushola dengan
meggunakan pipa.
132
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
(a) (b)
GAMBAR 4. 25 AIR BERSIH DI PANTAI MUTUN HARUNA JAYA
(A) TEMPAT PENAMPUGAN AIR BERSIH (B) KUALITAS AIR
6. Pantai Sari Ringgung
Pantai dengan berbagai aktivitas wisata yang ditawarkan ini, menyediakan
jaringan air bersih untuk menunjang sarana kepariwisataannya. Pengelola
Pantai Sari Ringgung memenuhi kebutuhan akan air bersihnya dari sumur bor
dan dengan membeli air dari agen air bersih PAM. Karena kondisi air tanah
yang berada di dekat pantai memiliki kualitas buruk, pihak pengelola membuat
sumur di lokasi yang agak jauh dari bibir pantai. Selain itu, pengelola membeli
air bersih untuk supply pada saat memasuki musim liburan atau adanya
kunjungan denga jumlah yang banyak karena memiliki kualitas yang lebih
baik, seperti air yang jernih, tidak berasa dan juga tidak berbabau. Dalam
sistem pendistribuasiannya air bersih yang ada di tampung didalam bak
penampungan dan kemudian disalurkan dengan menggunakan pompa dan
sistem perpipaan ke berbagai fasilitas yang membutuhkan air bersih.
133
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
(a) (b)
GAMBAR 4. 26 AIR BERSIH DI PANTAI SARI RINGGUNG
(A) TEMPAT PENAMPUGAN AIR BERSIH (B) KUALITAS AIR
7. Wisata Hutan Mangrove Petengoran
Dalam memenuhi kebutuhan air bersih untuk kegiatan wisatanya, objek
wisata yang berada di tengah-tengah hutan mangrove ini memanfaatkan
sumber air bersih yang dibeli dari agen PAM. Hal ini dikarenakan objek wisata
Hutan Mangrove Petengoran belum memiliki dana untuk membuat sumur bor.
Untuk kualitas air pada objek wisata ini memiliki kualitas yang baik, air tidak
berwarna, tidak berbau, dan juga tidak berasa. Air tersebut dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan air di toilet.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 27 AIR BERSIH DI OBJEK WISATA
HUTAN MANGROVE PETENGORA
8. Taman Wisata Dewi Mandapa
Taman Wisata Dewi Mandapa memenuhi kebutuhan air bersihnya dengan
memanfaatkan sumber air tanah atau sumur bor. Hal ini karena lokasi objek
134
wisata yang tidak terlayani dengan PDAM. Sumur Bor yang dibuat oleh
pemilik memiliki kualitas air yang kurang baik, karena air berbau, memiliki
warna kecoklatan dan rasa yang payau. Dalam pendistribusian airnya
disalurkan dengan menggunakan pompa dan sistem perpipaan menuju tempat
yang membutuhkan air, seperti kamar mandi, toilet, dan mushola.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 28 AIR BERSIH DI OBJEK WISATA DEWI MANDAPA
9. Pantai Ketapang
Pantai yang berada dekat dengan kawasan permukiman ini, memberikan
fasilitas untuk menunjang sarana kepariwisataan berupa penyediaan jaringan
air bersih. Di lokasi objek wisata ini, sumber air bersih berasal dari sumur bor
dengan kualitas air yang baik. Air bersih yang ada di objek wisata ini tidak
berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Pengelola Pantai Ketapang
menyediakan air bersih untuk menunjang kegiatan wisatawan, seperti kamar
bilas, toilet, mushola, dan juga untuk kebutuhan pedagang. Air sumur tersebut
disedot dengan pompa air dan kemudian dialiri menuju berbagi tempat dengan
menggunakan sistem perpipaan.
135
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
(a) (b)
GAMBAR 4. 29 AIR BERSIH DI PANTAI KETAPANG
(A) SUMUR BOR (B) KUALITAS AIR
10. Pantai Kelapa Rapat (Klara)
Dalam memenuhi ketersediaan jaringan air bersih yang dapat menunjang
kegiatan wisatanya. Pantai Klara menggunakan air yang bersumber dari sumur
bor. Berbeda dengan beberapa pantai lainnya air sumur yang digunakan di
pantai ini memiliki kualitas yang baik, dalam arti air yang digunakan untuk
berbagai aktivitas memiliki kualifikasi tidak berwarna, tidak berasa dan juga
tidak berbau. Pengelola Pantai Kelapa Rapat memanfaatkan air dari sumur
tersebut untuk kegiatan, seperti mandi/bilas, air wudhu di mushola dan toilet.
Pendistribusian air bersih di pantai ini menggunakan pompa air yang
disalurkan melalui pipa.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
(a) (b)
GAMBAR 4. 30 AIR BERSIH DI PANTAI KELAPA RAPAT
(A) SUMUR BOR (B) KUALITAS AIR
136
B. Analisis Ketersediaan dann Kualitas Air Bersih di Objek Wisata Teluk
Pandan
Akses terhadap air bersih tampaknya belum tersedia dan secara kualitasnya
mengindikasikan baik bagi pemenuhan air bersih bagi penduduk serta berbagai
keperluan objek wisata di Pesawaran secara keseluruhan. Berdasarkan data RPJMD
Kabupaten Pesawaran 2016-2021, pada tahun 2015 ada sebanyak 62,46 persen
rumah tangga dengan sumber air minum untuk memasak adalah sumur.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan air
bersih untuk menunjang kegiatan wisata dan konsumsi masyarakat sehari-hari di 10
objek wisata dinyatakan belum terpenuhi dan belum terlayani oleh PDAM. Untuk
memenuhi kebutuhan air bersih tersebut pihak pengelola menggunakan
sumberdaya air yang dipakai saat ini di objek wisata pesisir Kabupaten Pesawaran
berasal dari :
Air Sumur Bor / Air tanah dangkal
Membeli air bersih PAM
Dalam penyediaan air bersih di objek wisata pesisir Kabupaten Pesawaran dirasa
masih kurang memadai dan apabila ditinjau dari RTRW Kabupaten Pesawaran
terkait rencana pelayanan air bersih di Kabupaten Pesawaran hingga tahun 2031
dengan memakai standard Kepmen Kimpraswil No.534/KPTS/M/2001 dengan
standard 60 – 220 lt/org/hari, namun dengan demikian cakupan pelayanannya pada
rentang 55 – 75 % penduduk yang terlayani. Hal ini memandang pada kawasan
pedesaan dapat memakai sumber mata air setempat seperti pegunungan, danau,
sungai sebagai pemenuhan kebutuhan akan air yang ternyata tidak layak untuk
dikonsumsi. Berdasarkan data BPS Kecamatan Teluk Pandan dalam angka 2019
diketahui bahwa kondisi eksistingnya terdapat beberapa objek wisata yang
menggunakan sumbur bor/air tanah dangkal untuk memenuhi kebutuhan air bersih
dalam kegiatan pariwisatanya, seperti Pantai Ketapang, Pantai Queen Arta, Pantai
Sari Ringgung, Pantai Kelapa Rapat dengan kualitas air yang baik. Namun, dalam
penggunaan sumur bor/air tanah dangkal juga terdapat masalah kualitas air yang
buruk atau dalam artian memiliki rasa payau dan warna yang keruh, seperti di Pantai
Haruna Jaya, Pantai Mutun Asri, dan Taman Wisata Dewi Mandapa. Untuk
mensiasati air sumur yang memiliki rasa payau dan berwarna keruh pengelola
137
Pantai Haruna Jaya membeli air bersih PAM dengan menggunakan truk tangki air.
Sumberdaya air tersebut saat ini dipakai sebagai air bersih untuk mandi/bilas, cuci,
minum dan kegiatan lainnya. Dengan pola pemenuhan kebutuhan air bersih bagi
kegiatan wisata dan juga masyarakat lokal saat ini yang memanfaatkan air tanah
yang diambil dengan cara membuat sumur bor dan sumur galian pada setiap rumah
di permukiman pesisir pantai yang mengindikasikan tingginya eksplorasi air bawah
tanah pada kawasan permukiman pesisir. Hal tersebut tentunya akan berdampak
pada terjadinya intrusi air laut yang terjadi karena air tanah yang diambil dengan
kedalaman sumur tertentu dapat terisi air laut.
4.1.3 Jaringan Listrik
Ketersediaan Sumber listrik dan energi serta jaringan distribusinya menjadi
salah satu sarana yang menjadi bagian vital yang dapat mendukung berbagai
kebutuhan dan aktivitas wisata pada destinasi wisata pantai di Teluk Pandan.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Pesawaran 2011-2031, Jaringan listrik di wilayah
Kabupaten Pesawaran disalurkan melalui saluran tegangan menengah (SUTM) 20
KV yang selanjutnya didistribusikan melalui saluran tegangan rendah (SUTR) ke
wilayah permukiman.
A. Kondisi Eksisting Pelayanan Jaringan Listrik di Objek Wisata Teluk
Pandan
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
(a) (b)
GAMBAR 4. 31 KETERSEDIAN JARINGAN LISTRIK
(A) KAWASAN PERMUKIMAN PESISIR MUTUN (B) OBJEK WISATA
PANTAI SARI RINGGUNG
138
Sepuluh objek wisata pesisir Kabupaten Pesawaran ini memiliki karakteristik
wilayah yang didominasi dengan fungsi permukiman penduduk dan obyek wisata
pantai, dengan kegiatan perdagangan, jasa, industri dan perikanan yang cukup
dominan. Oleh karena itu, dalam ketersediaan jaringan listrik dalam mendukung
berbagai kegiatan wisatanya hampir diseluruh objek wisata yang ada di Kabupaten
Pesawaran telah terlayani oleh jaringan listrik PLN. Objek Wisata yang telah
terlayani oleh jaringan listrik dari PLN diantaranya Pantai Queen Arta, Pantai MS
Town, Pantai Haruna Jaya, Pantai Putra Mutun, Pantai Mutun Asri, Pantai Sari
Ringgung, Pantai Ketapang, dan Pantai Kelapa Rapat. Sedangkan, masalah yang
terjadi untuk Taman Wisata Dewi Mandapa dan juga Kawasan Konservasi
Mangrove Petengoran hingga saat ini belum terlayani oleh jaringan listrik dari PLN.
Hal tersebut membuat hingga sampai saat ini dalam memenuhi kebutuhan akan
jaringan listrik di lokasi objek wisata belum terpenuhi secara menyeluruh dan
pengelola objek wisata sedang berupaya untuk mendapatkan sumber listrik yang
berasal dari permukiman terdekat dan generator listrik (genset).
B. Analisis Ketersediaan Pelayananan Jaringan Listrik di Objek Wisata
Teluk Pandan
Dari hasil observasi yang dilakukan pada KSPD Teluk Pandan dapat dinyatakan
bahwa dalam penyediaan jaringan listriknya telah tersedia dan hampir secara
keseluruhan terlayani oleh PLN. Berdasarkan RTRW Kabupaten Pesawaran 2011-
2031, jaringan listrik di wilayah Kabupaten Pesawaran disalurkan melalui saluran
tegangan menengah (SUTM) 20 KV yang selanjutnya didistribusikan melalui
saluran tegangan rendah (SUTR) ke wilayah permukiman. Daya yang terpasang
untuk setiap rumah berkisar antara 450 KVA sampai 3300 KVA. Daya yang
disalurkan PLN masih berkisar 60 % dari daya yang terpasang, sedangkan 40 %
masih merupakan cadangan tenaga untuk mengatisipasi kebutuhan listrik di
wilayah Kabupaten Pesawaran sampai 10 tahun mendatang. Dalam pemenuhan
kebutuhan listrik untuk kegiatan wisata yang ada di Kabupaten Pesawaran sebagian
besar telah terlayani dari listrik PLN, namun belum secara keseluruhan terlayan
karena masih terdapat objek wisata yang kebutuhan listriknya belum terlayani
139
seperti Taman Wisata Dewi Mandapa dan Hutan Konservasi Mangrove Petengoran
yang sedang berupaya untuk menyambung listrik dari permukiman terdekat.
4.1.4 Sistem Pengelolaan Limbah
Sistem pengolahan limbah merupakan suatu infrastruktur atau fasilitas yang
disediakan khusus untuk menangani, menyalurkan, dan mengolah limbah dalam
hal ini sampah, air limbah rumah tangga, dan limbah hitam sehingga tidak
membahayakan bagi lingkungan. Analisa ini akan membahasa terkait dengan
ketersediaan infrastruktur dan fasilitas pengolahan limbah terkait persampahan,
drainase dan sanitasi pada kawasan objek wisata pesisir Teluk Pandan.
A. Kondisi Eksisiting Sistem Persampahan, Drainase dan Sanitasi di Objek
Wisata Teluk Pandan
1. Sistem Persampahan
Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah pengelolaan sampah pantai yang
dapat menganggu kebersihan lingkungan dan kenyamanan pengunjung. Dalam hal
ini pengembangan infrastrukur terkait proses pengolahan sampah yang aman dan
efektif penting disediakan sehingga, masyarakat dan wisatawan tidak membuang
sampah ke sungai dan ke pantai. Selain itu, ketersediaan tempat sampah menjadi
salah satu fasilitas yang harus ada di lokasi objek wisata. Berdasarkan hasil
observasi yang telah dilakukan, seluruh objek wisata yang termasuk kedalam
wilayah kajian telah menyediakan kontak sampah di berbagai titik di lokasi objek
wisatanya. Namun, walaupun demikian masih cukup banyak objek wisata yang
masih mengalami masalah kebersihan terkait dengan sampah yang terdapat di bibir
pantai. Permasalahan yang dihadapi pengelolaan sampah laut yang terbawa
ombak/angin dan juga karena lokasi objek wisata yang berada satu kawasan dengan
pemukiman. Selain itu, hal yang juga harus mendapatkan perhatian adalah
pengelolaan sampah yang belum maksimal, terutama ketika memasuki musim
liburan, ketika kunjungan di objek wisata sedang ramai sampah-sampah berserakan
dan bahkan masih banyak pengunjung yang membuang sampah langsung ke laut.
Kesadaran pengunjung dan pengelola masih kurang dalam menjaga kebersihan dan
kelestarian alam.
140
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
(a) (b)
GAMBAR 4. 32 PENGELOLAAN SAMPAH
(A) JENIS KOTAK SAMPAH YANG ADA DI SELURUH OBJEK
WISATA (B) PEMBAKARAN SAMPAH
Untuk proses pengolahan sampahnya Pantai Queen Arta, Pantai MS Town,
Pantai Haruna Jaya, Pantai Putra Mutun, Pantai Mutun Asri, Pantai Ketapang,
Pantai Kelapa Rapat, Taman Wisata Dewi Mandapa, dan Wisata Konservasi Hutan
Mangrove Petengoran membakar sampah yang telah di kumpulkan oleh petugas
kebersihan objek wisata dan kemudian mereka jadikan pupuk alami untuk tanaman
yang ada di objek wisata. Sedangkan, untuk objek wisata Pantai Sari Ringgung,
pada awalnya terdapat masalah terkait dengan sampah yang dibuang ke kawasan
konservasi hutan mangrove namun, setelah mendapat teguran dari pemerintah dan
dinas terkait sampah yang sudah dikumpulkan di lokasi objek wisata ini kemudian
diangkut dengan truk pengangkut sampah. Tidak ada pengolahan lebih lanjut
seperti daur ulang dari sampah-sampah yang dihasilkan.
2. Drainase
Prasarana yang berfungsi mengalirkan kelebihan air dari suatu kawasan ke
badan air penerima yaitu drainase menjadi salah satu infrastruktur yang harus
dimiliki di lokasi objek wisata. Destinasi wisata yang terdapat di Teluk Pandan
ini memiliki dominasi karakteristik wilayah dengan fungsi permukiman penduduk
dan objek wisata. Ketersediaan infrastruktur drainase yanga ada pada kawasan
permukinan dan objek wisata menjadi satu dan kemudian drainase tersebut
langsung dialiri menuju pantai. Kondisi seperti ini terjadi hampir pada setiap objek
141
wisata lainnya yang ada di wilayah kajian penelitian ini sistem drainasenya
langsung mengalir ke laut tanpa adanya proses pengolahan. Tidak jauh berbeda,
untuk sistem drainase yang ada di Pantai Queen Arta air bekas pembuangan kamar
mandi/bilas dan kegiatan sehari-hari dialiri kerawa-rawa hutan mangrove yang
berada di belakangnya.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
(a) (b)
GAMBAR 4. 33 SALURAN DRAINASE
(A) SALURAN DRAINASE DI OBJEK WISATA
(B) DRAINASE PADA KAWASAN PERMUKIMAN PESISIR
3. Sanitasi
Kawasan pesisir di Teluk Pandan memiliki fungsi sebagai area pemukiman
dengan sumber daya yang melimpah bagi penduduk yang berprofesi sebagai
nelayan dan juga pelaku wisata. Dalam menjalankan fungsinya sebagai kawasan
pemukiman dan juga lokasi objek wisata pesisir, maka kawasan pesisir Teluk
Pandan harus memenuhi beberapa syarat dari sebuah kawasan pemukiman, yaitu
memenuhi ketersedian sarana dan fasilitas kesehatan lingkungan yang menjadi
salah satu syarat utama suatu kawasan dengan fungsi permukiman dan fungsi
pariwisata. Terkait dengan hal tersebut, syarat kesehatan lingkungan yang harus
dipenuhi untuk sebuah kawasan pemukiman dan lokasi wisata yang baik adalah
tersedianya akses bagi warga dan juga wisatawan dalam sarana sanitasi.
142
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
(a) (b)
GAMBAR 4. 34 SANITASI
(A) SEPTIC TANK DI PANTAI MUTUN HARUNA JAYA
(B) PROSES PEMBUATAN SEPTIC TANK DI PANTAI PUTRA MUTUN
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, dalam penyediaan sarana
sanitasi seperti septik tank pada 10 objek wisata pesisir yang ada di Kawasan Teluk
Pandan masyarakat memenuhi kebutuhan sarana tersebut secara individu atau pada
setiap Kepala Keluarga.
B. Analisis Ketersediaan dan Kualitas Sistem Pengolahan Limbah di Objek
Wisata Teluk Pandan
Dalam skala kabupaten atau di wilayah pedesaan seperti di 10 objek wisata
pesisir di Teluk Pandan, sistem pembuangan sampah dilakukan secara swadaya
oleh masyarakat dengan menimbun sampah di pekarangan rumah masing-masing.
Sampah dalam kawasan permukiman dikumpulkan oleh masing-masing rumah dan
sampah tersebut banyak yang dibakar oleh penduduk. Sumber sampah yang ada di
lokasi objek wisata bukan hanya dihasilkan dari kegiatan rumah tangga disekitar
objek wisata saja namun, sampah tersebut terbawa oleh ombak dari hilir sungai
ataupun dari lokasi lainnya disekitar objek wisata. Pada proses tata kelola sampah
di objek wisata seluruh objek wisata pesisir yang ada di Kecamatan Teluk Pandan
belum sesuai dengan arahan kebijakan dalam RTRW Kabupaten Pesawaran. Hal
tersebut dapat terlihat dari hasil observasi yang telah dilakukan, yaitu tidak
tersedianya pembuangan sampah terpadu (tertutup) di seluruh objek wisata pantai
di Teluk Pandan dan sampah yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata dan
perdagangan di lokasi objek wisata tidak dipisahkan menjadi 4 (empat) bagian,
143
yaitu organik; non organik; botol kaca; botol dan gelas plastik serta bahan plastik
lainnya melainkan semuanya digabung kedalam satu tempat sampah. Pihak
pengelola objek wisata hanya menyediakan kotak sampah dari drum bekas dan
tidak ada pemilahan sampah. Selain itu, untuk proses pengelolaan sampahnya
masih belum ramah lingkungan, dalam artian sampah yang telah dikumpulkan
kemudian dibakar dan tidak ada proses daur ulang. Untuk pengolahan sampah di
setiap Gerai limbah buangan dan limbah minyak goreng tidak ada penampungan
khusus. Pola perilaku wisatawan, pedagang, masyarakat disekitar lokasi objek
wisata, dan pengelola yang masih sangat sering membuang sampah sembarangan
menyebabkan terganggunya kenyaman dan kebersihan pantai sehingga,
mempengaruhi minat wisatawan untuk berlibur di lokasi objek wisata tersebut.
Oleh karena itu, dengan permaslahan persampahan yang masih kompleks di setiap
objek wisata pesisir di Teluk Pandan dirasa perlu adanya peningkatan kesadaran
dan peran dari masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan sistem
pengelolaan persampahan yang baik di lokasi objek wisata. Selain itu, perlu adanya
upaya penerapan pengelolaan sampah dengan menggunakan pendekatan konsep
4R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali), recycle (mendaur ulang)
dan replace (mengganti) serta yang terpenting penyediaan prasarana Tempat
Pengumpulan Sementara (TPS) dan sarana pengankut sampah diseluruh kecamatan
yang hingga saat ini belum tersedia.
Untuk sistem drainase atau saluran pembuangan air lengkap dengan proses
pemeliharaan sebelum dibuang ke saluran kota drainase/saluran air hujan dan
resapannya harus diperhatikan dengan baik untuk menghindari genangan air di
halaman bangunan. Drainase yang ada di lokasi objek wisata tergolong drainase
tersier dengan lebar 0,5 m dan tinggi 0,5-1 meter yang merupakan drainase terbuka.
Terdapat permasalahan dalam sistem drainase yang ada di lokasi objek wisata
terutama untuk sistem drainase yang berada di objek wisata yang berdekatan
dengan permukiman. Berdasarkan kajian RTRW Kabupaten Pesawaran terkait
pengembangan sistem pemusatan pada lokal primer dan sekunder yang terdapat
pada desa pusat permukiman hingga saat ini belum terlaksana. Air limbah rumah
tangga yang dihasilkan dialiri langsung menuju pantai tanpa ada proses pengolahan
dan penampungan air limbah. Hal tersebut tentunya merusak ekosistem laut dan
144
juga menyebabkan air laut menjadi kotor sehingga dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan juga gatal-gatal pada kulit ketika berenang. Oleh karena itu,
dirasa perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) penunjang drainase di seluruh objek wisata pesisir di Teluk Pandan.
Sedangkan, untuk sistem pengolahan limbah sanitasi yang ada di objek wisata
pesisir panta Teluk Pandan dalam pemenuhan fasilitas septic tank pada masing-
masing Kepala Keluarga (KK) dan juga pengelola wisata. Selain itu, pada setiap
kawasan objek wisata pesisir di Teluk Pandan tidak ada pengolahan lumpur tinja
secara rutin. Apabila ditinjau dari dokumen RTRW Kabupaten Pesawaran terdapat
rencana pengembangan jamban komunal pada kawasan permukiman padat
masyarakat berpenghasilan rendah dan area fasilitas umum, dimana pada kondisi
eksistingnya jamban komunal hanya terdapat pada fasilitas umum atau objek wisata
saja. Sedangkan, untuk pada kawasan permukiman padat masyarakat
berpenghasilan rendah di sekitar kawasan objek wisata sudah memiliki jamban
sendiri. Tetapi seharunya untuk sistem pembuangan jamban di daerah pesisir sangat
penting untuk memperhatikan kondisi air tanah karena pemenuhan kebutuhan air
bersih masyarakat pesisir di Teluk Pandan pun menggunakan ai tanah. Oleh karena
itu, dirasa perlu adanya percepatan dalam pengadaan prasarana sarana pengolahan
lumpur tinja berupa truk pengangkut tinja dan modul instalasi pengolahan lumpur
tinja (IPLT) komunal dan untuk menyediakan jaringan sanitasi yang terpadu dengan
sistem jaringan wilayah di kawasan permukiman dan objek wisata pesisir di Teluk
Pandan.
4.1.5 Telekomunikasi
Mengingat pentingnya fungsi dari ketersediaan infrastruktur Teknologi
Informasi dan Komunikasi yang dapat memberikan kemudahan dalam mengakses
dan meningkatkan kualitas pelayanan informasi. Selain itu, ketersediaan
infrastruktur TIK juga diharapkan dapat merangsang mekanisme kegiatan
pariwisata yang mampu meningkatkan kegiatan ekonomi dan peningkatan
efektivitas. Untuk itu perlu adanya efisiensi koordinasi dari setiap instansi
pemerintah, swasta, masyarakat, dan wisatawan dalam lingkup yang lebih luas.
Menara telekomunikasi/ BTS (Base Transceiver Station) menjadi salah satu
145
infrastruktur yang harus tersedia dalam upaya penerapan Smart Tourism. BTS
berfungsi menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju
jaringan lain. Analisa ini bertujuan untuk menjabarkan ketersedian, kualitas dan
yang ada di 10 objek wisata pesisir Kabupaten Pesawaran di Kawasan Wisata
Terintegrasi Teluk Lampung.
A. Kondisi Eksisting Infrastruktur TIK di Objek Wisata Teluk Pandan
1. Ketersediaan Menara BTS (Base Transceiver Station)
Mengingat pentingnya fungsi jaringan telekomunikasi, untuk memudahkan dalam
berkomunikasi dan mengakses informasi. Menara telekomunikasi yang ada di objek
wisata pesisir Kabupaten Pesawaran tepatnya Kecamatan Teluk Pandan yang
bmemiliki 10 Destinasi wisata saat ini telah tersedia dan dibeberapa lokasi
merupakan menara miliki 1 operator dan ada juga yang menerapkan sharing tower.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
(a) (b)
GAMBAR 4. 35 INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI
(A) BTS DI KAWASAN PANTAI MUTUN
(B) OPERATOR PENGGUNA BTS DI PANTAI QUEEN ARTHA
Dalam pembangunannya dilakukan oleh provider itu sendiri dengan lokasi yang
cukup jauh atau tidak berdekatan. Sebaran menara BTS eksisting dapat dilihat pada
Gambar berikut.
146
Sumber : Hasil Olahan Data, 2020
GAMBAR 4. 36 PETA PERSEBARAN BTS
DI KECAMATAN TELUK PANDAN
Saat ini di Kecamatan Teluk Pandan memiliki 18 unit menara telekomunikasi
dari berbagai provider ataupun penyedia menara. Untuk menara telekomunikasi
yang tersebar di dekat kawasan wisata pesisir pantai terdapat sebanyak 12 unit. Pada
kawasan objek wisata yang berada di Kecamatan Teluk Pandan ini memiliki
layanan jaringan internet yang sudah baik dengan layanan H+ hingga 4G. Seperti
halnya jaringan listrik, jaringan telepon pelayanannya dilakukan oleh instansi
tersendiri, yaitu PT. TELKOM sehingga, perencanaan sistem jaringan tersebut
mengikuti arahan dan rencana PT. TELKOM yang kemudian disesuaikan dengan
pola ruang kawasan Teluk Pandanm Kabupaten Pesawaran.
2. Aplikasi Pariwisata Provinsi Lampung
Aplikasi ini ditujukan untuk memperkenalkan sektor pariwisata yang ada di
Provinsi Lampung dengan memberikan informasi tentang destinasi wisata. Aplikasi
ini hadir sebagai upaya untuk pengembangan sektor pariwisata di Provinsi
Lampung dan juga tentunya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada
sektor pariwisata dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Provinsi
147
Lampung baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Berikut
informasi yang tersedia di dalam aplikasi “Pariwisata Lampung”.
Sumber : Aplikasi Priwisata Lampung, 2020
GAMBAR 4. 37 APLIKASI PARIWISATA LAMPUNG DAN JENIS
INFORMASI YANG DISEDIAKAN
Pada aplikasi “Pariwisata Lampung” terdapat pilihan informasi yang tersedia
dalam bentuk kategori wisata, seperti informasi wisata buatan, wisata alam, wisata
budaya, wisata kuliner, hotel, dan juga kerajinan khas. Selanjutnya, pada aplikasi
ini juga terdapat informasi tekait dengan daftar event tahunan yang ada di Provinsi
Lampung. Selain memberikan berbagai informasi objek wisata yang sudah ada,
pada aplikasi ini juga kita bisa mendapatkan informasi terkait berbagai destinasi
baru di Provinsi Lampung. Aplikasi ini juga menyediakan informasi mengenai
148
nomor–nomor penting dan juga daftar travel biro yang dapat digunakan oleh
wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata. Tidak hanya memberikan informasi
tentang apa saja destinasi dan kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Provinsi
Lampung, pada aplikai ini juga penggunanya dapat mengakses informasi terkini
terkait capaian dan kegiatan dari Dinas Pariwisata Lampung.
B. Analisis Ketersediaan Infrastruktur TIK dan Aplikasi Pariwisata di Objek
Wisata Teluk Pandan
Ketersediaanya infrastruktur TIK di lokasi objek wisata telah tersedia. Pada
kawasan objek wisata pesisir Teluk Pandan terdapat 18 BTS dengan penyedia dari
berbagai layanan operator. Dalam penyediaan menara BTS di kawasan ini terdapat
2 (dua) pola kerjasama antara perusahaan pengembang infrastruktur dengan
operator, yaitu pola sewa dan pola bagi hasil. Berdasarkan data dari hasil observasi
yang telah dilakukan pada beberapa BTS, masih terdapat operator yang
menggunakan menara sendiri yang hasilnya menyebabkan banyak menara
telekomunikasi/ BTS yang berkumpul di satu daerah. Oleh karena itu, pemerintah
daerah harus menggalakkan dan mengintervensi penggunaan menara bersama.
Selain lebih efisien, banyakya tower BTS yang tersebar dapat menyebabkan
fenomena “hutan tower” yang sebenarnya dapat dikurangi sehingga, tata letak pada
kawasa dapat diperbaiki. Dengan demikian Peraturan Daerah mengenai
penggunaan 1 tower secara bersama dapat dikeluarkan. Berdasarkan kriteria umum
dari penempatan BTS (PT. Telkom, 2006), BTS yang ada di Kabupaten Pesawaran
tepatnya Kecamatan Teluk Pandan telah memenuhi kriteria, seperti tidak berada
pada kawasan konservasi, tidak berada pada kawasan permukiman padat (KDB >
75%). Walaupun BTS berada di sekitar lokasi permukiman dan objek wisata, BTS
yang ada berada pada jarak radius 100 m dari permukiman penduduk dan kawasan
wisata tetapi tidak mengganggu pandangan.
Dalam menunjang kegiatan pariwisata di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk
Lampung dan mendukung penerpan e-tourism recommendation dalamm upaya
pengembangan pariwisata melalui konsep Smart Tourism, pemerintah dalam hal ini
Dinas Pariwisata Provinsi Lampung telah meluncurkan aplikasi “Pariwisata
Lampung” sebagai bentuk upaya pemerintah untuk meningkatkan pelayanan objek
149
wisata. Dalam mendukung e-tourism recommendation aplikasi ini perlu
ditingkankan lagi dengan kelengkapan informasi yang detail dan juga peningkatan
pelayanan objek wisata yang dinilai masih cukup rendah dibeberapa objek wisata.
“Menurut saya aplikasi yang ada saat ini, seperti website yang dibuat aplikasi
karena sebetulnya informasi yang ada sama saja seperti website. Aplikasi yang
dibutuhkan wisatawan itu seperti wisatawann mengklik tujuan wisata dan keluar
informasi terkait dengan harga atau biaya yang harus dikeluarkan selama
berlibur.....terdapat pilihan paket dan juga harga yang harus dikeluarkan
sehingga memudahkan orang memilih, ada komputasi, sensor, dan big data
didalamnya. Jika aplikasinya sama dengan website, menurut saya mengabiskan
uang saja untuk daftar...” (B2-DI-01.01.03)
“Pariwisata mindsetnya bukan di pemerintah tapi kebutuhan wisatawan, yang
diubah pertama itu mindset pemerintah sebagai lembaga yang turut bertanggung
jawab mensejahterakan masyarakat lewat sektor pariwisata......Bagaimana
wisatawan bisa tertarik, salah satunya dengan memberikan informasi kepada
wisatawan...Semakin tinggi TIK yang dipakai akan memepercepat,
mempermudah dan murah. Jadi, ketika wisatawan mendapatkan informasi
tentang itu maka akan tertarik untuk berwisata. Oleh karena itu, mindest untuk
pemberian informasi pariwisata yang harus di perbaiki” (B1-DI-01.01.11)
Penilain pelayanan objek wisata dapat dilihat dari ketersediaan dan kualitas
pelayanan di setiap objek wisata. Pada aplikasi “Pariwisata Lampung” masih
terdapat layanan informasi yang belum memiliki data terkait, seperti pada bagian
informasi hotel, wisata kuliner, dan kerajinan pada aplikasi sama sekali belum
terdapat informasi apapun. Hal ini menunjukkan masih kurang lengkapnya
informasi yang ada pada aplikasi tersebut sehingga, dapat dikatakan bahwa aplikasi
tersebut tidak optimal pemanfaatannya dalam memberikan informasi kepada calon
wisatawan untuk saat ini.
Dalam penyediaan aplikasi sebagai bagaian dari Smart Tools, aplikasi yang
dibuat harus memuat berbagai informasi tentang berbagai hal terkait pariwisata.
Menurut Buhalls 2000 dalam Buhalls et al.,2013. Informasi yang ada pada smart
tools yang dalam hal ini ialah aplikasi pariwisata haru mencakup komponen 6A
pariwisata :
150
TABEL 4. 3 KOMPONEN INFORMASI YANG HARUS TERSEDIA PADA
APLIKASI WISATA
Sumber : Buhalis, 2000 dalam Buhalis et al., 2103
Berdasarkan pada kajian yang telah dilakukan, aplikasi “Pariwisata Lampung”
saat ini sudah memasukan komponen attractions, availllable package, dan
amenities. Sedangkan untuk informasi komponen accessibility, activities, dan
ancillary belum tersedia pada aplikasi “Pariwisata Lampung”. Dalam menyediakan
aplikasi yang dapat merespon kebutuhan masyaratak Dinas Pariwisata Provinsi
Lampung perlu secepatnya memenuhi semua kebutuhan informasi bagi wisatawan
pada aplikasi “Pariwisata Lampung”. Hal tersesbut bertujuan untuk memberikan
kualitas pelayanan pariwisata yang baik dan tentunya dapat memberikan
kemudahan bagi calon wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata di Provinsi
Lampung.
“Ya aplikasi ideal itu tidak ada standarnya, aplikasi ideal itu aplikasi yang menyelesaikan masalah sesorang mengenai informasi. Kalau wisatawan ya tentu
informasi yang menjadi masalah mereka......pengunaan apliaksi itu dapat
mempermudah mendapat informasi, ada di gadget mereka dan dapat diakses saat
perjalanan. jika pemerintah tidak mampu menyediakan aplikasi tersebut dapat
menggandeng orang yang dapat membantu menyediakan hal tersebut” (B2-DI-
01.01.12)
Dalam penerapan Teknologi Infromasi dan Komunikasi untuk menunjang
berbagai kegiatan pariwsata pesisir pantai di Teluk Pandan saat ini masih sangat
minim. Keterbatasan pemahaman dala penggunaan teknologi dan juga keterbatasan
dalam penyediaan fasilitas TIK dalam menunjang kegiatan pariwisata saat ini masih
menjadi kendala utama dalam penerapannya.
“Walaupun kita sering menyebut saat ini kita berada di era 4.0 tetapi menurut
saya sebenarnya kita masih ada di era 2.0. Sebaiknya yang harus ditriger itu
kreatifitas para pelaku wisata dalam memanfaatkan TIK. Jadi, Dinas
Pariwiatanya ditriger dan pelaku pengguna pun ditriger karena itu akan
berkaitan dengan penggunaan sumber daya non pemrintah contoh ahli IT, ahli
Big Data, bahkan ahli perancang sistem. Kalo pemerintah saja tidak akan
151
sanggup kesana, berat sekali. Dalam jangak waktu dekat belum bisa.... Jadi,
posisi pemerintah dalam konteks ini hanya sebagai pencipta ekosistem saja untuk
terciptanya kondisi yang bagus untuk memanfaatkan TIK oleh masyarakat,
komunitas, dan berbaagai bidang dan itu tugasnya kominfo juga sama masih
untuk menciptakan ekosistem digital.” (B1-DI-01.01.07)
Oleh karena itu, dalam pengembangan aplikasi Pariwisata Lampung perlu
adanya penambahan informasi secara detail terkait dengan informasi atraksi wisata,
informasi real time transportasi, akomodasi, dan juga informasi terkait dengan
perkiraan biaya tiket masuk objek wisata serta dapat membantu wisatawan dalam
menyusun rencana wisata selama di Provinsi Lampung. Hal tersebut bertujuan
untuk mempermudah wisatawan dan untuk memenuhi element Smart Tourism
terkait e-tourism recommendation system, real time traffic broadcast. tourist
attraction homepage, dan smart vehicle-scheduling.
4.2 Moda Transportasi Menuju Provinsi Lampung dan Objek Wisata Pantai
Teluk Pandan
Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan memiliki potensi yang besar
dalam pengembangan pariwisatanya. Lokasi kawasan wisata Teluk Pandan yang
strategis dan sangat dekat dengan Ibu Kota Provinsi Lampung, yaitu Kota Bandar
Lampung dengan aksesibilitas yang baik dan ketersediaan sarana prasarana
perkotaan yang relatif lengkap. Hal tersebut, menjadikan Kawasan Startegis
Pariwisata Daerah Teluk Pandan ini sangat potensial dikunjungi oleh wisatawan
nusantara maupun wisatawan mancanegara. Banyaknya daya tarik wisata pantai
dan pulau-pulau kecil yang menjadi daya tarik unggulan di Teluk Pandan dapat
menjadi pertimbangan bagi calon wisatawan untuk berkunjung ke satu objek wisata
atau bahkan beberapa objek wisata sekaligus. Pada bagian ini akan membahas
mengenai Moda Transportasi yang dapat digunakan untuk masuk ke Provinsi
Lampung dan KSPD Teluk Pandan.
A. Kondisi Eksisting Moda Transportasi
Pada dasarnya moda transportasi terdiri dari dua kata yaitu moda dan
transportasi. Moda memiliki arti bentuk atau jenis dan untuk kata transpotasi berarti
suatu kegiatan memindahkan sesuatu baik orang maupun barang dari satu tempat
ke tempat lain dengan atau tanpa sarana. Jadi, secara umum pengertian dari Moda
152
Transportasi adalah jenis angkutan yang digunakan untuk melakukan perpindahan
dari suatu tempat asal ke tempat tujuan baik orang maupunn barang. Berikut moda
transportasi yang tersedia untuk menuju Provinsi Lampung dan KSPD Teluk
Pandan.
a. Pelabuhan dan Kapal Laut
Untuk melakukan perpindahan dari Pulau Jawa menuju Pulau Sumatera
terdapat Pelabuhan Merak, Banten – Pelabuhan Bakauheni sebagai tempat
penyeberangan dan sudah tersedia Kapal Roro/Ferry dengan jadwal
keberangkatan setiap 45 menit dengan total 5 dermaga dan waktu tempuh
perjalanan selama 2,5 – 4 jam yang lamanya waktu perjalanan tergantung pada
kondisi cuaca/gelombang laut. Saat ini peningkatan pelayanan transportasi
telah dilakukan, salah satunya ialah dengan penyediaan dermaga dan kapal
eksekutif Bakauheni-Merak. Dermaga dan kapal eksekutif merupakan dermaga
yang khusus disediakan untuk memberikan pelayanan yang maksimal demi
kenyamanan penumpang sehingga, memberikan kesempatan bagi para
wisatawan telah untuk menikmati berwisata sejak mereka berada di perjalanan.
pada tanggal 19 Desember 2018 dermaga dan kapal ini mulai beroperasi (soft
launching) dengan pelayanan 4 (empat) kapal kelas eksekutif yaitu : KMP
Sebuku, KMP Batu Mandi KMP Portlink, dan KMP Portlink III.
b. Bus Akap
Dari Pelabuhan Merak menuju Terminal Rajabasa Bandar Lampung tersedia
Bus atau Travel (Avanza, APV, L300) antar langsung tujuan dalam kota
Bandar Lampung. Biasanya bus akap berangkat dari terminal Bus Kalideres
atau Terminal Bus Kampung Rambutan menuju Terminal Bus Pelabuhan
Merak (Bus Ekonomi AC) dengan lama perjalanan sekitar 2 jam.
c. Bus DAMRI
Untuk pengunjung yang ingin bepergian dengan menggunakan bus DAMRI
yang saat ini telah melayani perjalanan menuju Lampung dengan tarif
153
bervariasi yang disesuaikan dengan fasilitas yang ada di dalam busnya.
DAMRI Gambir – Bandar Lampung : Berangkat jam 8.00 – 10.00 dan 20.00 –
22.00. Untuk dari Jakarta pool Damri berada di Stasiun Gambir yang berada di
pusat kota. Bus DAMRI Bogor – Bandar Lampung : Berangkat jam 19.00,.
Untuk Pool Damrinya bergabung dengan Damri tujuan Bandara Soekarno
Hatta yang berada di dekat Botani Square. DAMRI Bandung - Bandar
Lampung : Berangkat jam 20.00,. Pool Damri berada di Stasiun Kereta
Bandung Jalan Kebon Kawung.
d. Transportasi Udara
Beberapa maskapai penerbangan seperti Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya
Air, Batik Air, Wings Air, Express Air, dan NAM Air siap melayani
penerbangan Bandara Radin Inten II, Lampung - Bandara Soekarno Hatta
Jakarta. Lama penerbangan yang dibutuhkan sekitar 45 menit. Bandar Radin
Inten II saat ini telah melayani penerbangan langsung ke beberapa kota besar
di Indonesia seperti : Batam, Palembang, Jakarta (HLP), Bandung, Yogyakarta,
Surabaya dan Denpasar. Dengan jadwal penerbangan setiap hari dengan sekitar
58 kali penerbangan.
e. Transportasi darat di Kawasan Objek Wisata
Untuk menuju 10 objek wisata pesisir di Kabupaten Pesawaran yang
termasuk ke dalam Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung, moda
transportasi yang dapat digunakan, yaitu kendaraan pribadi dan angkutan
umum. Angkutan umum yang beroperasi merupakan jenis mobil pick up yang
telah dimodifikasi pada bagian belakang dengan diberi bangku penumpang dan
juga atap.
154
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 38 ANGKUAN UMUM DARAT DI KAWASAN OBJEK
WISATA TELUK PANDAN
Permasalahan yang terjadi apabila wisatawan menggunakan angkutan
umum ini untuk kegiatan wisata ialah angkutan tersebut tidak mengantar
penumpang hingga ke lokasi objek wisata hanya sampai di jalan kabupaten atau
tidak masuk ke dalam kawasan objek wisata kecuali jumlah penumpang yang
menuju lokasi objek wisata tersebut banyak atau angkutan umum tersebut
disewa. Hal tersebutlah yang membuat pengunjung sebaiknya menggunakan
kendaraan pribadi karena disebagian besar objek wisata yang termasuk ke
dalam wilayah kajian penelitian ini memiliki jarak yang cukup jauh dari jalan
kabupaten atau tempat pemberhentian angkutan umum.
f. Transpotasi Laut di Kawasan Objek Wisata
Moda transportasi yang digunakan wisatawan untuk melakukan
perpindahan pada objek wisata di Teluk Pandan dan sekitarnya yaitu perahu
kecil dan speed boat. Perahu-perahu kecil yang ada di dermaga pada setiap
pantai dapat mengangkut wisatawan yang ingin berwisata ke sekitar pulau
lainnya di daerah itu. Untuk ketersediaan perahu di setiap objek wisata pantai
di Teluk Pandan telah memadai dengan tarif penyeberangan yang berbeda-beda
disesuaikan dengan jarak perjalanan menuju tujuan.
Namun, yang menjadi permasalahan ialah pada beberapa objek wisata
perahu yang disediakan tidak memiliki kelengkapan untuk keselamatan
penumpang karena tidak tersedianya pelampung. Dari 10 objek wisata pantai
yang ada hanya Pantai Sari Ringgung dan Dermaga Ketapang yang
155
menyediakan pelampung bagi pengunjung yang ingin melakukan perpindahan
menuju objek wisata lain disekitar dengan perahu.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 39 TRANSPORTASI LAUT DI KAWASAN OBJEK WISATA
B. Analisis Ketersediaan dan Kualitas Pelayanan Transportasi
Dalam ketersediaan transportasi dan kemudahan akses untuk menuju Provinsi
Lampung dapat dikatakan tersedia dengan baik dan juga memiliki akses yang cukup
mudah. Sedangkan, untuk kemudahan akses dan juga ketersediaan moda
transportasi untuk menuju kawasan objek wisata pesisir di Teluk Pnadan
berdasarkan kondisi eksisting jumlah angkutan umum untuk menuju lokasi objek
wisata pesisir di Teluk Pandan masih terbilang sedikit, hal tersebut terlihat dari
lamanya waktu penumpang menunggu angkutan sekitar 10-20 menit. Angkutan
umum yang beroperasi saat ini tidak dapat dijangkau dari pusat kota Bandar
Lampung melainkan dapat diakses hanya dari Pasar Cimeng dengan trayek
angkutan umum meliputi Pasar Cimeng-Ketapang-Way Ratai. Angkutan umum
yang beroperasi pada kawasan ini hanya melalui jalan kabupaten saja, dalam artian
tidak sampai ke lokasi objek wisata. Angkutan umum dapat mengantar penumpang
menuju lokasi objek wisata apabila disewa dan juga jumlah penumpang dengan
tujuan tersebut banyak. Dalam pengoperaisan angkutan umum yang ada di kawasan
Teluk Pandan dirasa perlu adanya penambahan route atau trayek angkutan umum
dari pusat kota hingga mencapai lokasi objek wisata dan peningkatan kualitas
angkutan umum dengan menyediakan BRT (Bus Rapid Transit). Hal tersebut untuk
meningkatkan kemudahan akses bagi wisatawan dan juga masyarakat yang tidak
memiliki kendaraan pribadi.
156
Dalam ketersediaan angkutan laut di lokasi objek wisata dapat dikatakan
ketersediaannya banyak dan mampu memenuhi kebutuhan untuk perpindahan
pengunjung yang ingin mengunjungi objek wisata sekitarnya ataupun pulau-pulau
kecil yang ada. Untuk penyewaan jasa perahu penyeberangan hampir tersedia pada
setiap objek wisata pesisir di Teluk Pandan, mulai dari perahu dengan kapasitas 5
orang hingga perahu besar untuk kapasitas sebnayak 40 orang. Harga sewa jasa
perahu berbeda-beda tergantung dituju. Secara keseluruhan harga sewa untuk
penyewaan jasa perahu relatif murah karena memiliki kapasitas untuk beramai-
ramai untuk satu kapal. Dalam perjalanan menuju pulau, memakan waktu yang
berbeda dari pulau satu ke pulau lainnya. Ada yang 15 menit, ada pula yang hingga
kuran lebih selama 1 jam. Permasalahan yang terjadi pada pengoperasian perahu
angkutan laut ini, ialah standar keselamatan penumpang. Dimana kebanyakan
perahu yang beroperasi tidak tersedia pelampung bagi penumpang. Kesetersedian
pelapung untuk penumpang tersedia pada bebrapa objek wisata saja seperti di
Pantai Sari Ringgung, Pantai MS Town, dan pada dermaga penyeberangan Pantai
Ketapang. Untuk jasa angkutan laut ini sebagian besar telah bekerja sama dengan
Jasa Raharja dalam menjamin keselamatan pengguna angkutan laut yang ada pada
objek wisata pesisir di Teluk Lampung.
Dalam penerapan Smart Tourism perlu adanya kemudahan dalam mendapatkan
informasi terkait dengan transportasi. Informasi tersebut seharusnya bisa diakses
wisatawan melalui aplikasi pariwisata atau web resmi. Melalui Smart Tourism
seharusnya ada aplikasi yang dapat memberikan informasi secara real time dan
memenuhi element travel safety protection, e-tourism recommendation system, dan
real time traffic broadcast terkait angkutan umum baik darat maupun air. Informasi
yang perlu disediakan terkait jam keberangkatan, posisi angkutan umum, info
biaya, dan juga asal-tujuan wilayah yang dapat dicapai dengan angkutan umum
tersebut.
4.3 Atraksi di Objek wisata pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk
Lampung
Teluk Pandan sebagai Kawasan Pariwisata Strategis Daerah (KSPD) merupakan
kawasan wisata yang berada di jalur lintas tengah dan mencakup banyak objek
157
wisata Pantai Quen Arta-Sari Ringgung-Mutun-Dewi Mandapa-sampai ke Pantai
Kelapa Rapat. Dengan kondisi geografis Teluk Pandan daerah pantai yang landai
menjadi daya tarik wisata yang berkembang ke arah wisata masal dengan
didominasi wisatawan domestik untuk rekreasi keluarga dengan tujuan atraksi
wisata alam pantai dan pulau-pulau kecil serta berbagai rekreasi buatan yang ada di
kawasan Teluk Pandan. Berikut Peta Atraksi Wisata di KSPD Teluk Pandan.
Sumber : Hasil Penglahan Data, 2020
GAMBAR 4. 40 PETA ATRAKSI WISATA ALAM DI TELUK PANDAN
158
Atraksi wisata yang mejadi daya tarik wisatawan dibagi menjadi atraksi wisata
alam dan atraksi wisata buatan. Daya tarik atau atraksi wisata menurut Yoeti (1996)
adalah segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu
daerah tujuan wisata, seperti:
a. Alam (Nature), yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam yang
dimanfaatkan dan diusahakan di tempat objek wisata yang dapat dinikmati
dan memberikan kepuasan kepada wisatawan. Contohnya, pemandangan
alam, pegunungan, flora dan fauna.
b. Buatan Manusia (Man made), yaitu segala sesuatu yang berasal dari karya
manusia, dan dapat dijadikan sebagai objek wisata seperti bangunan, benda-
benda sejarah, kebudayaan, religi serta tata cara manusia.
TABEL 4. 4 ATRASKI WISATA ALAM DAN BUATAN DI TELUK
PANDAN
Objek Wisata Atraksi Wisata
Alam Buatan
Pantai Queen Arta Pantai Masjid Al-Kharomah dan Makam TB
Sangkrah
Pantai MS Town Pantai dan Menara
Pandang Mutun
Dermaga Kayu, Cafe and Resto, Play
ground, dan Water Sport
Pantai Mutun
Haruna Jaya Pantai Water Boom dan Kolam Ikan Hiu
Pantai Putra Mutun Pantai Water Sport
Pantai Mutun Asri Pantai Water Sport
Pantai Sari
Ringgung Pantai dan Puncak Indah
Masjid Apung, Puncak Indah, Cafe and
Resto, Water sport, dan Lapanga Volly
Pantai
Pantai Kelapa
Rapat Pantai
Dermaga Pelangi (Spot Foto) dan Water
Sport
Taman Dewi
Mandapa
Pantai dan Hutan
Mangrove Broadwalk dan Spot foto
Pantai Ketapang Pantai dan Bukit Laban Spot Foto pada Bebatuan cadas
Wisata Hutan
Bakau Petengoran
Gebang
Hutan Mangrove dan
Pantai Broadwalk dan Spot Foto
Sumber : Hasil Observasi, 2020
Dari hasil observasi yang telah dilakukan atraski wisata alam yang disajikan bagi
wisatawan di kawasan Teluk Pandan ialah atraksi alam pantai di setiap destinasinya
159
dan juga terdapat beberapa objek wisata yang memiliki daya tarik view
pemandangan dari atas bukit, seperti yang ada di Pantai MS Town, Pantai Sari
Ringgung dan Pantai Ketapang. Pada kawasan wisata Teluk Pandan tidak hanya
pantai dan bukit saja yang menjadi daya tarik tetapi kelestarian hutan mangrove
ikut menambah daya tarik untuk berwisata, seperti di Taman Dewi Mandapa dan
Wisata Hutan Bakau Petengoran Gebang. Kelestarian dan hijaunya hutan mangrove
menjadi daya tarik utama bagi wisatawan untuk berkunjung. Selain itu, pada setiap
objek wisata pantai di Teluk Pandan juga terdapat wisata buatan yang menambah
aktivitas/kegiatan wisata yang dapat dilakukan dan tentunya dapat membuat
wisatawan yang berkunjung merasa betah di objek wisata tersebut. Wisata buatan
yang disajikan untuk memanjakan wisatawan di KSPD Teluk Pandan diantaranya
ada bangunan Masjid apung, Masjid Al-Kharomah dan Makam TB Sangkrah,
Dermaga yang memiliki niali estetis, Broadwalk di antara rerimbunana hutan
Mangrove, play groung, water boom, kolam penangkaran ikan hiu, water sport,
lapangan volly pantai, dan berbagai spot foto.
Berdasarkan dokumen RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-2031 apabila
ditinjau dari dari segi perkembangan wilayahnya, KSPD Teluk Pandan dapat
dikatakan sudah sangat berkembang sebagai kawasan perkotaan dengan
ketersediaan sarana dan prasarana yang terpenuhi dan menjadi daya tarik bagi
banyak wisatawa domestik dan mancanegara untuk berwisata. Namun, terdapat hal
yang belum setara pada sektor pariwisata dengan tingkat perkembangan wilayah
Teluk Pandan, yaitu pada pengemasan produk wisata yang ada di KSDP Teluk
Pandan ini dirasakan masih kurang dapat bersaing dengan kawasan wisata lain di
sekitarnya. Dalam pengembangan wisatanya dirasa perlu adanya upaya untuk
mengangkat keunikan dan daya tarik yang dimiliki sesuai dengan karakter wilayah
pantai dan pedesaan yang dikemas semodern mungkin sehingga, mampu
meningkatkan minat wisatawan nusantara dan mancanegara untuk berkunjung ke
berbagai objek Wisata Teluk Pandan.
160
4.4 Tingkat Kesiapan Sub Variabel Penerapan Smart Tourism di KSPD Teluk
Pandan
Pada tahap ini akan dilakukan analsis tingkat kesiapan penerpan Smart Tourism
pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan dengan metode skoring. Proses analisis
tingkat kesiapan pada variabel Smart Tourism ditinjau dari ketersediaan dan
kualitas pelayanan infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata, dan
fasilitas penunjang wisata yang kemudian menghasilkan nilai kesiapan objek wisata
pesisir di Teluk Pandan dalam menerapkan Smart Tourism dengan mengacu pada
kebijakan, aturan, dan berbagai standar terkait.
Sumber : Peneliti, 2020
GAMBAR 4. 41 BAGAN ANALISIS TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN
SMART TOURISM
161
4.4.1 Kesiapan Infrastruktur Dasar dan TIK
Analsis kesiapan infrastruktur dasar dan TIK akan dilakukan dengan metode
skoring dengan mengacu pada standar dan juga kebijakan daris setiap komponen
terkait. Pada bagian analisis kesiapan infrastruktur dasar dan TIK ini akan
dilakukan analisis dengan metode skoring pada infrastruktur jalan dan dermaga, air
bersih, jaringan listrik, sistem pengolahan limbah dan juga infastruktur TIK.
Berikut analisis skoring pada variabel infrastruktur dasar dan TIK.
4.4.1.1 Infrastruktur Jalan dan Dermaga
Penilaian ketersediaan dan kualitas aksesibilitas pada objek wisata pesisir Teluk
Pandan, yaitu jalan dan dermaga dilakukan dengan mengacu pada standar dari
Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 Tentang
Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata.
Dalam penilaian ini standar yang diguakan untuk jalan, yaitu Jalan menuju objek
wisata memiliki kriteria untuk jalan umum aspal/hotmix dan jalan di dalam lokasi
objek wisata alam tanah padat, tidak berlubang, akses utama dapat dilalui bus
pariwisata medium dengan kapasitas 60 (enam puluh) orang dan jalan utama bisa
berpapasan 2 (dua) bus. Sedangkan untuk dermaga, dinilai berdasarkan prinsip dan
kaidah, yaitu : 1.) Terpenuhi aspek fungsional untuk kelancaran aktivitas
penyeberangan; 2.) Pemenuhan nilai estetika; 3.) Pemenuhan prinsip ekonomis; dan
4.) Terpenuhinya prosedur keselamatan dan keamanan.
Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel untuk jalan, yaitu : SIAP (3 Point),
jika jalan aspal/tanah padat, tidak berlubang, akses utama dapat dilalui bus
pariwisata medium dengan kapasitas 60 (enam puluh) orang dan jalan utama bisa
berpapasan 2 (dua) bus; AGAK SIAP (2 Point), jika jalan aspal/tanah padat, tidak
berlubang, akses utama hanya dapat dilalui satu bus; TIDAK SIAP (1 Point), jika
jalan onderlaag/batu, berlubang, akses utamanya hanya dapat dilalui satu bus.
Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel untuk dermaga, yaitu : SIAP (3 Point),
jika 3-4 Prinsip dan Kaidah terpenuhi; AGAK SIAP (2 Point), jika memenuhi 2 Prinsip dan
Kaidah; TIDAK SIAP (1 Point), 1 Prinsip dan Kaidah yang dimiliki.
162
TABEL 4. 5 PENILAIAN KETERSEDIAAN DAN KUALITAS
PELAYANAN JALAN DAN DERMAGA
No Objek Wisata
Sub Variabel Transportasi
Jalan Dermaga
1 Pantai Queen Arta 2 1
2 Pantai MS Town 3 3
3 Pantai Mutun Haruna Jaya 2 1
4 Pantai Putra Mutun 3 2
5 Pantai Mutun Asri 3 2
6 Pantai Sari Ringgung 3 2
7 Pantai Kelapa Rapat 3 3
8 Taman Dewi Mandapa 1 1
9 Pantai Ketapang 3 3
10 Hutan Mangrove Petengoran 1 1
Total 24 19 Sumber : Hasil Analisis, 2020
Keterangan :
SIAP : 3 (20,33-30)
AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)
TIDAK SIAP: 1 (1-10,66)
Hasil analisis skoring dari kualitas pelayanan yang baik dalam infrastruktur
transportasi Jalan mengindikasikan SIAP, meskipun untuk jalan pada lokasi wisata
di Taman Dewi Mandapa dan Hutan Mangrove Petengoran terindikasi secara
eksisting tidak siap yang dikarenakan kondisi jalan yang kecil, berlubang dan
digenangi air pada jalan menuju objek wisata dan di dalam lokasi objek wisata yang
dirasa perlu adanya perbaikan untuk menunjang kemudahan mengakses lokasi
objek wisata. Sedangkan, untuk hasil analisis kualitas dari dermaga dalam
menunjang kegiatan pariwisata mengindikasikan AGAK SIAP. Hal ini dikarenakan
terdapat beberapa objek wisata yang tidak memiliki dermaga dan juga terdapat
dermaga yang memiliki kualitas yang kurang layak seperti dermaga yang ada di
Pantai Mutun Asri. Secara keseluruhan dermaga yang ada di berapa objek wisata
sudah memenuhi aspek fungsional untuk kelancaran aktivitas penyeberangan dan
secara estetikanya hanya beberapa dermaga yang memenuhi nilai estetika, yaitu
dermaga di Pantai MS Town dan Pantai Kelapa Rapat. Untuk pemenuhan prinsip
163
ekonomis, dermaga yang tersdapat di sekitar permukiman penduduk biasanya
digunakan untuk kegiatan nelayan lokal, seperti di kawasan objek wisata Pantai
Mutun dan juga dermaga Ketapang.
4.4.1.2 Air Bersih
Penilaian kualitas air bersih dalam menunjang berbagai kegiatan pariwisata
dilakukan dengan mengacu pada standar dari Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum terkait standar fisik air bersih, yaitu 1.) Tidak Berasa; 2.) Tidak Bebau; dan
3.) Jerni atau Tidak Berwarna. Berikut Tabel penilain kualitas air bersih yang ada
di setiap objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Ketentuan pemberian nilai pada sub
variabel air bersih, yaitu SIAP (3 Point), jika 3 standar tersebut terpenuhi; AGAK
SIAP (2 Point), jika 2 standar terpenuhi; TIDAK SIAP (1 Point) : Jika 1 standar
atau tidak ada standar yang terpenuhi.
TABEL 4. 6 PENLILAIAN KETERSEDIAAN DAN KUALITAS AIR
BERSIH PADA OBJEK WISATA
No Objek Wisata
Sub Variabel Air Bersih
Keterangan
SIAP
(3 Point)
AGAK
SIAP
(2 Point)
TIDAK
SIAP
(1 point)
1 Pantai Queen
Arta 3 - -
Sumber air dari sumur bor dengan
kualitas air baik, air tidak berwarna,
tidak berbau, dan tidak berasa
2 Pantai MS
Town 3 - -
Sumber air dari sumur bor dengan
kualitas air baik, air tidak berwarna,
tidak berbau, dan tidak berasa
3 Pantai Mutun
Haruna Jaya - 2 -
Sumber air dari sumur bor dan
dicampur dengan air PAM dengan
kualitas payau, tidak berwarna, dan
tidak berbau
4 Pantai Putra
Mutun 3 - -
Sumber air dari sumur bor dengan
kualitas air baik, air tidak berwarna,
tidak berbau, dan tidak berasa
5 Pantai Mutun
Asri - 2 -
Sumber air dari sumur bor dengan
kualitas payau, berwarna keruh, dan
tidak berbau
6 Pantai Sari
Ringgung 3 - -
Sumber air dari membeli PAM
dengan kualitas air baik, air tidak
164
No Objek Wisata
Sub Variabel Air Bersih
Keterangan
SIAP
(3 Point)
AGAK
SIAP
(2 Point)
TIDAK
SIAP
(1 point)
berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa
7 Pantai Kelapa
Rapat 3 - -
Sumber air dari sumur bor dengan
kualitas air baik, air tidak berwarna,
tidak berbau, dan tidak berasa
8 Taman Dewi
Mandapa - - 1
Sumber air dari sumur dengan
kualitas payau, berwarna keruh, dan
berbau
9 Pantai
Ketapang 3 - -
Sumber air dari sumur bor dengan
kualitas air baik, air tidak berwarna,
tidak berbau, dan tidak berasa
10
Hutan
Mangrove
Petengoran
3 - -
Sumber air bersih dari air PAM yang
dibeli dengan kualitas baik, tidak
berasa, tidak berwarna, dan tidak
berbau
Total 21 4 1 Penyediaan air bersih didominasi
bersumber dari sumur bor Sumber : Hasil Analisis, 2020
Keterangan :
SIAP : 3 (20,33-30)
AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)
TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)
Untuk hasil analisis penilaian kualitas dari penyediaan air bersih dalam
menunjang kegiatan pariwisata mengindikasikan SIAP. Meskipun dalam
penyediaan air bersih di kawasan objek wisata pantai di Teluk Pandan tidak
terlayanin oleh PDAM. Namun, kualitas air yang bersumber dari sumur bor atau
sumur galian hampir pada seluruh objek wisata memiliki kualitas yang baik. Dalam
penyediaan air bersih ditinjau dari RTRW Kabupaten Pesawaran terkait rencana
pelayanan air bersih di Kabupaten Pesawaran hingga tahun 2031 dengan memakai
standard Kepmen Kimpraswil No.534/KPTS/M/2001 dengan standard 60 – 220
lt/org/hari. Cakupan pelayanannya pada rentang 55–75 % penduduk yang terlayani,
hal ini memandang pada kawasan pedesaan dapat memakai sumber mata air
setempat seperti pegunungan, danau, sungai, dan air tanah sebagai sumber
pemenuhan kebutuhan akan air. Penyediaan air bersih di seluruh objek wisata
165
memanfaatkan air tanah yang diambil dengan menggunakan sistem perpompaan
pada sumur bor/galian. Di beberapa lokasi objek wisata kualitas air sumur bor
dalam klasifikasi buruk, hal tersebut dikarenakan lokasi yang berada di pinggir
pantai dan banyaknya penduduk yang membuat sumur menyebabkan terjadinya
intrupsi air laut sehingga, air memiliki rasa yang payau dan juga berwarna.
4.4.1.3 Jaringan Listrik
Analisis penilaian kualitas pelayanan yang baik dalam pemenuhan kebutuhan
energi listrik dilakukan menggunakan indikator pelayanan dan pemenuhan
kebutuhan energi listrik oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada kawasan objek
wisata pesisir di Teluk Pandan. Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel, yaitu
SIAP (3 Point), jika terlayani listrik PLN; AGAK SIAP (2 Point), jika supply
menggunakan diesel; TIDAK SIAP (1 Point), jika tidak terlayani listrik dari sumber
manapun.
TABEL 4. 7 PENILAIAN KUALITAS PELAYANAN JARINGAN LISTRIK
No Objek Wisata
Sub Variabel Jaringan Listrik
Keterangan Baik
(3 Point)
Sedang
(2 Point)
Buruk
(1 point)
1 Pantai Queen
Arta 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN
2 Pantai MS Town 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN
3 Pantai Mutun
Haruna Jaya 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN
4 Pantai Putra
Mutun 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN
5 Pantai Mutun
Asri 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN
6 Pantai Sari
Ringgung 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN
7 Pantai Kelapa
Rapat 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN
8 Taman Dewi
Mandapa - - 1
Kebutuhan listrik tidak terlayani
PLN dan Tidak menggunakan
mesin diesel
9 Pantai Ketapang 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN
10 Hutan Mangrove
Petengoran - - 1
Kebutuhan listrik tidak terlayani
PLN dan Tidak menggunakan
meisn diesel
166
No Objek Wisata
Sub Variabel Jaringan Listrik
Keterangan Baik
(3 Point)
Sedang
(2 Point)
Buruk
(1 point)
Total 24 0 1 Kebutuhan listrik dominan
terlayani oleh PLN Sumber : Hasil Analisis, 2020
Keterangan :
SIAP: 3 (20,33-30)
AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)
TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)
Untuk hasil analisis pelayanan jaringan listrik dalam menunjang kegiatan
pariwisata mengindikasikan SIAP. Dalam pemenuhan kebutuhan listrik dalam
menunjang kegiatan wisata yang ada telah dilayani oleh PLN. Meskipun ada 2
objek wisata yang belum terlayani listrik PLN, yaitu Taman Wisata Dewi Mandapa
dan Hutan Mnagrove Petengoran. Hal tersebut dikarenakan Hutan Mangrove
Pengoran merupakan objek wisata yang baru dibuka dan dikelola langsung oleh
Bumdes di kawasan konservasi mangrove yang lokasinya berdekatan dengan
Taman Dewi Mandapa dan berada lokasi yang memang belum tersedia tiang listrik
jaringan listrik PLN.
4.4.1.4 Sistem Pengelolaan Limbah
Analisis penilaian ketersediaan prasarana dan sarana serta kualitas pelayanan
yang baik dalam sistem pengelolaan limbah pada objek wisata pesisir di Teluk
Pandan dilakukan dengan mengacu pada standar dari Peraturan Menteri Pariwisata
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Operasional
Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata. Untuk persampahan
indikator yang digunakan, yaitu : 1. Tempat sampah terpadu dipisahkan menjadi 4
(empat) bagian, yaitu organik, non organik, botol kaca, botol dan gelas plastik serta
bahan plastik lainnya; 2. Menerapkan konsep 4R, yaitu reduce (mengurangi), reuse
(memakai kembali), recycle (mendaur ulang) dan replace (mengganti).; 3. Tempat
sampah di setiap Gerai dengan pengolahan limbah buangan dan penampungan
167
limbah minyak goreng. Selanjutnya, indikator yang digunakan dalam penilaian
jaringan drainase, yaitu Drainase atau saluran pembuangan air harus dilengkapi
dengan proses pemeliharaan sebelum dibuang ke saluran kota. Untuk penilaian
sanitasi digunakan indikator ketersediaan fasilitas septic tank pada masing-masing
Kepala Keluarga (KK) dan pada kawasan pesisir pengembangan jamban dan septic
tank komunal. Dengan indikator tersebut dilakukan penilai terhadap sub variabel
seperti di bawah ini.
Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel persampahan, yaitu SIAP (3 Point),
jika 3 standar terpenuhi; AGAK SIAP (2 Point), jka 2 standar terpenuhi; TIDAK
SIAP (1 Point), jika 1 standar hingga tidak ada yang terpenuhi. Ketentuan
pemberian nilai pada sub variabel drainase, yaitu SIAP (3 Point), jika tersedia
drainase yang terdapat proses pemeliharaan, disalurkan ke pembuangan kota dan
pengolahan sebelumnya; AGAK SIAP (2 Point), jika tersedia drainase, disalurkan
ke pembuangan kota dan tidak ada pengolahan; TIDAK SIAP (1 Point), jika tidak
ada sama sekali yang terpenuhi. Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel
sanitasi, yaitu SIAP (3 Point) jika tersedia septic tank komunal; AGAK SIAP (2
Point), tersedia septic tank induvidu; Tidak Siap (1 Point) jika tidak memiliki septic
tank.
TABEL 4. 8 PENILAIAN KETERSEDIAAN DAN KUALITAS
PELAYANAN SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH
No Objek Wisata
Sub Variabel Sistem Pengelolaan Limbah
Persampahan Drainase Sanitasi
1 Pantai Queen Arta 1 1 2
2 Pantai MS Town 1 1 2
3 Pantai Mutun Haruna Jaya 1 1 2
4 Pantai Putra Mutun 1 1 2
5 Pantai Mutun Asri 1 1 2
6 Pantai Sari Ringgung 1 1 2
7 Pantai Kelapa Rapat 1 1 2
8 Taman Dewi Mandapa 1 1 2
9 Pantai Ketapang 1 1 2
10 Hutan Mangrove Petengoran 1 1 2
Total 10 10 20 Sumber : Hasil Analisis, 2020
168
Keterangan :
SIAP : 3 (20,33-30)
AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)
TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)
Hasil analisis sistem pengolahan limbah pada kawasan objek wisata pantai di
Teluk Pandan dibagi menjadi 3 sub variabel. Untuk hasil analisis skoring
persampahan dalam menunjang kenyaman dan kebersihan di objek wisata
mengindikasikan TIDAK SIAP. Hal tersebut dikarenakan dalam penyediaan saran
kotak sampah yang ada di kawasan objek wisata tidak memenuhi ketentuan seperti
tempat sampah terpadu tidak dipisahkan menjadi 4 (empat) bagian, yaitu organik,
non organik, botol kaca, botol dan gelas plastik serta bahan plastik lainnya di lokasi
objek wisata hanya disediakan kotak sampah tanpa pemilihan, selain itu tempat
sampah yang ada di lokasi objek wisata bukan kotak sampah tertutup dan tidak
menerapkan konsep 4R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali),
recycle (mendaur ulang) dan replace (mengganti), dan setiap Gerai tidak ada
pengolahan limbah buangan dan penampungan limbah minyak goreng. Sistem
pengolahan sampah yang telah dikumpulkan diproses dengan dibakar. Hasil
analisis untuk jaringan dranaise yang ada di lokasi objek wisata mengindikasikan
TIDAK SIAP. Sistem jaringan drainase yang ada di lokasi objek wisata drainase
atau saluran pembuangan air tidak dilengkap dengan proses pemeliharaan sebelum
dibuang ke saluran kota. Bahkan dalam proses pembuangannya drainase langsung
dialiri menuju laut. Hal tersebut dikarenakan kawasan objek wisata pantai yang
berdekatan dengan permukiman masyarakat dan juga kurangnya ketersediaan
infrastruktur pengolahan limbah. Kondisi tersebut tentunya membuat ekosistem
pantai menjadi tercemar, air laut menjadi keruh dan kotor serta dapat mengurangi
kenyamanan wisatawan. Selanjutnya, untuk hasil analisis skoring terkait
pengelolaan limbah pada sanitasi di kawasan wisata di pantai Teluk Pandan
mengindikasikan AGAK SIAP. Dalam penyediaan sanitasi di kawasan pesisir
Teluk Pandan dan kebijakan RTRW Kabupaten Pesawaran memang untuk fasilitas
septic tank pada disediakan masing-masing Kepala Keluarga (KK). Tetapi
seharunya untuk sistem pembuangan jamban di daerah pesisir sangat penting untuk
169
memperhatikan kondisi air tanah karena pemenuhan kebutuhan air bersih
masyarakat pesisir di sekitar objek wisata yang menggunakan ai tanah. Selain itu,
dalam pengeloloaan sanitasi perlu menerapkan metode pembuangan ekskret
(kotoran manusia) di pesisir dengan cara menampung kotoran pada satu bak
penampungan khusus secara komunal dan harus secara rutin diangkut oleh mobil
penyedot kotoran. Untuk tingkat kesiapan pada variabel ini, yaitu Siap, jika total
nilai 6,33-9; Agak Siap, jika total nilai 3.67-6,32; Tidak Siap, jika 1-3,66. Dengan
total penilaian 4 dari 9 yang terdiri persampahan 1 point, drainase 1 point, dan
sanitai 2 point. Secara keseluruhan untuk sistem pengolahan limbah
mengindikasikan AGAK SIAP.
4.4.1.5 Telekomunikasi
Penilaian ketersediaan infrastruktur TIK dan kualitas pelayanan yang baik dalam
telekomunikasi dilakukan dengan menggunakan indikator telekomunikasi, yaitu: 1.
Memiliki BTS dan radius pelayanan hingga ke kawasan objek wisata; 2. Kecepatan
mengakses internet 4G; 3. Pengembangan menara telekomunikasi bersama
(sharing tower) dalam rangka efisiensi ruang; 4. Pemenuhan kebutuhan wisatawan
dalam mengakses informasi daerah tujuan wisata di Teluk Pandan.
Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel telekomunikasi, yaitu : Jika
Tersedia mendapatkan skor 1 dan jika tidak tersedia mendapatkan skor 0. Hasil
dari skro tersebut kemudian diakumulasikan dan dibandingkan dengan ketentuan
untuk melihat tingkat kesiapannya.
TABEL 4. 9 PENILAIAN KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR TIK DAN
KUALITAS PELAYANAN INFORMASI
N
o Objek Wisata
Infrastruktur
Telekomunikasi Jaringan
Internet
2/3/4G
Sk
or
Media Informasi
Sk
or
Tersedia/ Total
BTS
Tersedia/
Tidak
Tersedia
Bentuk Tidak
Tersesdia
1 Pantai Queen
Arta Tersedia
18
4G 1 Tidak
Tersedia - 0
2 Pantai MS
Town Tersedia 4G 1 Tersedia
Ig :
@mstown_pantai
mutun, Fb :
1
170
N
o Objek Wisata
Infrastruktur
Telekomunikasi Jaringan
Internet
2/3/4G
Sk
or
Media Informasi
Sk
or
Tersedia/ Total
BTS
Tersedia/
Tidak
Tersedia
Bentuk Tidak
Tersesdia
mstown.pantaimut
un, web :
www.pantaimutun
beach.bloogspot.co
.id
3 Pantai Mutun
Haruna Jaya Tersedia 4G 1 Tersedia
Ig :
@pantai_mutun 1
4 Pantai Putra
Mutun Tersedia 4G 1 Tersedia Ig : @putramutun 1
5 Pantai Mutun
Asri Tersedia 4G 1
Tidak
Tersedia - 0
6 Pantai Sari
Ringgung Tersedia 4G 1 Tersedia
Ig :
@pantai.sariringgu
ng, web :
www.pantaisaririn
ggung.com
1
7 Pantai Kelapa
Rapat Tersedia 4G 1 Tersedia
Ig :
@pantaiklaratour 1
8 Taman Dewi
Mandapa Tersedia 4G 1 Tersedia
Ig :
@dewimandapa 1
9 Pantai
Ketapang Tersedia 4G 1
Tidak
Tersedia - 0
1
0
Hutan
Mangrove
Petengoran
Tersedia 4G 1 Tersedia
Ig :
mangrovepetengor
an
1
Total 10 Total 7
Sumber : Hasil Analisis, 2020
Keterangan :
SIAP : 13,7-20
AGAK SIAP : 7,4-13,6
TIDAK SIAP : 1-7,3
Hasil analisis ketersediaan infrastruktur TIK dan kualitas pelayanan yang baik
dalam telekomunikasi mengindikasikan SIAP. Ketersediaan 18 menara Base
Transceiver Station (BTS) yang ada di Kawasan Teluk Pandan mengindikasikan
kesiapan dalam memberikan pelayanan dan kemudahan akses internet di berbagai
objek wisata pesisir. Hasil observasi yang telah dilakukan menunjukkan radius
pelayanan BTS sampai ke kawasan objek wisata pantai dengan kecepatan
mengakses internet 4G dan dalam penyediaan menara BTS kedepanya diharapkan
171
adanya kerjasama antar penyedia BTS denga provider lain untuk secara bersama-
bersama menggunakan tower (sharing tower) dalam rangka mewujudkan efisiensi
ruang. Selain itu, untuk memberikan kemudahan mengakses informasi beberapa
objek wisata pesisir di Teluk Pandan telah memiliki media sosial dan juga web yang
dapat diakes oleh pengunjung untuk mendapatkan beberapa informasi terkait
dengan objek wisata yang akan dikunjungi.
4.4.2 Kesiapan Transportasi
Pada analisis penilaian kualitas pelayanan yang baik dalam transportasi ini
dilakukan menggunakan indikator atau standar dari Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan, 2014. Untuk penilaian
digunakan indikator, yaitu 1. Tersedia angkutan umum; 2. Trayek angkutan umum
dapat menjangkau lokasi wisata 3. Mengenai keterjangkauan objek wisata terhadap
trayek transportasi umum, yakni radius 400 meter yang mampu ditempuh secara
berjalan kaki.
Ketentuan pemberian point/nilai pada analisis ini, yaitu SIAP (3 Point), jika
memenuhi 3 standar tersebut; AGAK SIAP (2 Point), jika memenuhi 2 Standar;
TIDAK SIAP (1 Point), jika hanya 1 standar atau tidak memenuhi sama sekali.
Berikut tabel penilaian kualitas pelayanan yang baik dalam transportasi.
TABEL 4. 10 KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI UMUM
Objek wisata Keterjangkauan dengan Transportasi Umum Skor
Pantai Queen Arta Terjangkau angkutan umum dari Pasar Cimeng dan
dapat berhenti dekat dengan pintu masuk objek wisata 1
Pantai Mutun Asri Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan
kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata 1
Pantai Putra Mutun Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan
kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata 1
Pantai MS Town Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan
kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata 1
Pantai Mutun
Haruna Jaya
Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan
kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata 1
Pantai Sari
Ringgung
Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan
kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata 1
172
Objek wisata Keterjangkauan dengan Transportasi Umum Skor
Taman Dewi
Mandapa
Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan
kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata 1
Hutan Bakau
Petengoran Gebang
Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan
kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata 1
Pantai Ketapang Terjangkau angkutan umum dari Pasar Cimeng dan
dapat berhenti dekat dengan pintu masuk objek wisata 1
Pantai Kelapa Rapat Terjangkau angkutan umum dari Pasar Cimeng dan
dapat berhenti dekat dengan pintu masuk objek wisata 1
Total 10 Sumber : Hasil Analisis, 2020
Keterangan :
SIAP : 20,3-30
AGAK SIAP : 10,7-20,2
TIDAK SIAP : 1-10,6
Hasil analisis kualitas pelayanan moda transportasi yang baik dalam kemudahan
akses mengindikasikan TIDAK SIAP. Permasalahan yang terjadi ialah kurangnya
kuantitas angkutan umum dan juga integrasi moda transportasi antara kota Bandar
Lampung dengan kawasan wisata di Teluk Pandan yang tidak tersedia. Angkutan
umum yang beroperasi adalah angkutan umum yang memiliki trayek dari Pasar
Cimeng-Way Ratai yang menunjukan bahwa tidak ada angkutan umum yang dapat
digunakan oleh wisatawan dari pusat kota Bandar Lampung untuk menuju lokasi
objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Selain itu, angkutan umum yang ada tidak
memiliki trayek atau rute hingga ke lokasi objek wisata hanya batas jalan kabupaten
yang dilintasi saja. Meskipun dalam pelayanannya terdapat objek wisata yang
terjangkau angkutan umum, yaitu Pantai Queen Artha, Panatai Ketapang, dan
Pantai Kelapa Rapat yang lokasi objek wisatanya dapat dijangku angkutan umum
karena berada di dekat jalan kabupaten. Hal tersebut tentunya membuat masih
kurangnya kualitas pelayanan transportasi bagi wisatawan yang berkunjung,
sehingga untuk dapat berwisata ke beberapa objek wisata yang ada harus
menggunakan transportasi pribadi atau menyewa angkutan umum. Permasalahan
tidak terjangkaunya beberapa objek wisata dengan trayek transportasi umum dapat
mempengaruhi dalam aksesibilitas objek wisata tersebut, terutama bagi wisatawan
yang berasal dari kalangan yang tidak memiliki kendaraan pribadi.
173
4.4.3 Kesiapan Atraksi Wisata
A. Kualitas Pelayanan Atraksi Wisata
Dalam analisis kualitas pelayanan yang baik dalam atraksi objek wisata pesisir
diukur dengan menilai tingkat keberagaman dari jenis wisatanya dengan
menggunakan metode perhitungan indeks Shannon. Untuk keberagaman atraksi
wisata alam yang ada di Teluk Pandan dapat dilihat pada tabel berikut.
TABEL 4. 11 KEBERAGAMAN ATRAKSI WISATA ALAM DAN
BUATAN DI TELUK PANDAN
Objek Wisata
Atraksi Wisata
Alam Buatan
Pantai Queen Arta Pantai
Masjid Al-Kharomah dan Makam TB
Sangkrah
Pantai Mutun Asri Pantai Water Sport
Pantai Putra Mutun Pantai Water Sport
Pantai MS Town
Pantai dan Menara
Pandang Mutun
Dermaga Kayu, Cafe and Resto, Play
ground, dan Water Sport
Pantai Mutun
Haruna Jaya Pantai Water Boom dan Kolam Ikan Hiu
Pantai Sari
Ringgung
Pantai dan Puncak
Indah
Masjid Apung, Cafe and Resto, Water
sport, Play ground, dan Lapanga Volly
Pantai
Hutan Mangrove
Petengoran Hutan Mangrove Broadwalk dan Spot Foto
Taman Dewi
Mandapa Pantai Broadwalk dan Spot foto
Pantai Ketapang
Pantai dan Bukit
Laban Spot Foto pada Bebatuan cadas
Pantai Kelapa
Rapat Pantai
Dermaga Pelangi (Spot Foto) dan
Water Sport
Total 13 25 Sumber : Hasil Observasis, 2020
Tabel diatas menunjukkan jumlah atarksi wisata alam dan atraksi wisata buatan
yang terdapat pada kawasan objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Selanjutnya,
dalam penelitian ini akan dilakukan analisis keberagaman dengan mnggunakan
indeks perhitungan Shannon. Hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat dilihat
pada Tabel berikut.
174
Tabel 4. 12 Perhitungan Indeks Shannon Keberagaman Atraksi Wisata di
Teluk Pandan
Jenis Objek Wisata Jumlah Pi =Σ𝒏𝒊/𝐍 ln pi H
Wisata Alam 13 1 -23,57005 2,245035
Wisata Buatan 22 1 -24,44896 2,158141
Total Atraksi Wisata 35 H' = 4,403176 Sumber : Hasil Analisis, 2020
SIAP : Memiliki keberagaman atraksi wisata tinggi (H’>3)
AGAK SIAP: Memiliki keberagaman atraksi wisata sedang (1<H’<3)
TIDAK SIAP : Memiliki keberagaman atraksi wisata rendah (H’<1)
Hasil analisis skoring pada sub komponen kualitas pelayanan yang baik dalam
atraksi, yaitu termasuk dalam kategori SIAP. Keberagaman potensi wisata di Teluk
Pandan dengan daya tarik utama obyek wisata alam Pantai dan Pulau-Pulau Kecil
serta atraksi wisata buatan yang ada, mengindikasikan mampunya atraksi wisata
alam dan buatan di KSPD Teluk Pandan menjadi pilihan objek wisata yang dapat
dinikmati oleh pengunjung. Dengan keberadaan atraksi wisata alam dan buatan
yang berada pada satu lokasi dapat memberikan daya tarik lebih karena wisatawan
dapat menikmati keindahan alam dan juga menikmati wisata buatan tanpa perlu
melakukan perpindahan lokasi objek wisata.
B. Ketersediaan TIK untuk Menunjang Atraksi
Pada penilaian ketersediaan TIK dalam menunjang atraksi wisata dapat dilihat
dari (1) ketersediaan software komputer untuk pengolahan data dan (2) ketersediaan
smart card untuk tiket masuk yang menggunakan pembaca Radio Frequency
Identify (RFID) maupun barcode/QR code scanner yang dinilai pada setiap atraksi
wisata dengan observasi.
Ketentuan penilaian dalam ketersediaan TIK dalam menunjang atraksi wisata,
yaitu point 1, jika tersedia software komputer dan smart card; point 0, jika tidak
tersedia software dan smart card. Untuk lebih detailnya dapat dilihat melalui tabel
berikut ini.
175
TABEL 4. 13 KETERSEDIAAN TIK UNTUK MENUNJANG ATRAKSI
WISATA
Objek Wisata
Ketersediaan software komputer Ketersediaan Smart Card
Tersedia/Tidak
Tesedia Bentuk Skor
Tersedia/Tidak
Tesedia Bentuk Skor
Pantai Queen Arta Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0
Pantai Mutun Asri Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0
Pantai Putra Mutun Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0
Pantai MS Town Tersedia
Ms
Word,
MS
Excell,
ACOSYS
1 Tidak Tersedia - 0
Pantai Mutun Haruna
Jaya Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0
Pantai Sari Ringgung Tersesia
Ms
Word,
MS
Excell,
ACOSYS
1 Tidak Tersedia - 0
Hutan Bakau
Petengoran Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0
Taman Dewi
Mandapa Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0
Pantai Ketapang Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0
Pantai Kelapa Rapat Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0
Total 2 Total 0
Sumber : Hasil Analisis, 2020
SIAP : 13,67-20
AGAK SIAP : 7,34-13,66
TIDAK SIAP : 1-7,33
Berdasarkan hasil skoring menunjukkan nilai 2 sehingga, ketersediaan atau
penerapan TIK dalam menunjang atraksi pada objek wisata pesisir di KSPD Teluk
Pandan termasuk pada kategori TIDAK SIAP. Pada ketersediaan TIK dalam
menunjang atraksi dikatakan tidak siap karena belum semua objek wisata pesisir di
Teluk Pandan menggunakan komputer dan software dalam pengelolaan atraksi
wisatanya. Selain itu, dalam penerapan Smart Tourism yang selalu memberikan
176
kemudahan bagi wisatawan dalam melakukan perpindahan serta akses untuk masuk
ke berbagai objek wisata dengan menggunakan smart card dan berdasarkan kajian
yang telah dilakukan pada objek wiata pesisir pantai di Teluk Pandan tidak ada
objek wisata yang menyediakan atau menggunakkan smart card atau pembaca
RFID atau tiket kertas dengan barcode/QR code scanner. Meskipun objek wisata
yang dominan di KSPD Teluk Pandan ini adalah wisata alam yang kawasan
pesisirnya dengan karakteristik dan permasalahan yang unik namun, dalam
perkembangan pelayanan sektor pariwisatanya sangat penting untuk menerapkan
TIK sehingga, mampu menyesuaikan dengan perkembangan pariwisata yang
semakin modern sebagai upaya untuk peningkatan potensi sektor pariwisata dan
kesejahteraan masyarakat kawasan pesisir.
4.4.4 Kesiapan Fasilitas Penunjang Pariwisata
A. Penilaian Kualitas Pelayanan yang Baik dalam Fasilitas Penunjang
Wisata
Kualitas pelayanan yang baik dalam fasilitas penunjang wisata di KSPD Teluk
Pandan ditinjau berdasarkan indikator penilaiannya dari Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan
Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan tahun 2014,
yaitu ketersediaan fasilitas penunjang wisata yang dapat dijangkau dari atraksi
wisata dengan berjalan kaki dengan radius 400 meter. Untuk ketentuan penilaian
pada sub variabel ini, terdapat 10 jenis fasilitas penunjang wisata dan apabila semua
jenis fasilitas tersedia makan total kualitas pelayanan 100%. Jadi, setiap 1 jenis
fasilitas penunjang wisata yang tersedia memiliki bobot persentase 10 %. Lebih
detailnya dapat dilihat melalui tabel berikut .
177
TABEL 4. 14 PENILAIAN KETERSEDIAAN DAN KUALITAS
PELAYANAN YANG BAIK DALAM FASILITAS PENUNJANG WISATA
Objek Wisata
Jenis dan Jumlah Fasilitas Pendukung Wisata
Nilai
Persentase
Per Jenis
Fasilitas K
eaman
an
(Po
s pan
tau d
an C
CT
V)
Fasilitas A
ko
mod
asi
Faslitas R
um
ah M
akan
Fasilitas P
erdag
ang
an
(To
ko
/Waru
ng)
Fasilitas K
esehatan
Fasilitas K
amar
Man
di/T
oilet
Fasilitas P
arkir
Fasilitas Ib
adah
Fasilitas
Perb
ank
an/A
TM
Fasilitas In
form
asi dan
Pelay
anan
Pariw
isata
Pantai Queen
Artha 0 0 0 3 0 2 1 1 0 1 50 %
Pantai Mutun
Asri 0 2 4 9 1 1 2 2 0 0 70 %
Pantai Putra
Mutun
CCTV
8 2 1 1 0 1 2 2 0 0 70 %
Pantai MS
Town
Pos
Pantau
1,
CCTV
24
0 3 40 0 2 5 1 0 1 70 %
Pantai Mutun
Haruna Jaya 0 0 4 17 0 4 2 1 0 1 60 %
Pantai Sari
Ringgung
CCTV
30 2 3 80 0 4 4 2 0 1 80 %
Hutan Bakau
Petengoran
Gebang
0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 30 %
Taman Dewi
Mandapa 0 0 0 4 0 2 1 1 0 1 50 %
Pantai Ketapang 0 20 0 10 2 3 1 1 1 1 80 %
Pantai Kelapa
Rapat 1 0 0 56 0 6 4 2 0 2 70 %
Rata-Rata Persentase 63 % Sumber : Hasil Analisis, 2020
Keterangan :
SIAP : 67,68 % -100%
AGAK SIAP :33,34%-67,67%
TIDAK SIAP : 1-33,33%
Hasil analisis kualitas pelayanan yang baik dalam fasilitas penunjang wisata
ditinjau dari ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas penunjang wisata terhadap
178
objek wisata termasuk dalam kategori AGAK SIAP. Pada aspek ketersediaan dan
kualitas pelayanan yang baik, dapat dikatakan bahwa hampir semua objek wisata
pesisir tidak memiliki seluruh fasilitas penunjang wisata. Selain itu, untuk fasilitas
kesehatan seperti puskesmas tidak tersedia di seluruh objek wisata dan juga
jaraknya lebih dari 400 meter sehingga, sulit dijangkau pengunjung. Untuk fasilitas
kesehatan yang ada disekitar objek wisata dan mudah dijangkau hanyalah bidan
yang berada di permukiman masyarakat lokal seperti di Kawasan Pantai Mutun dan
juga Pantai Ketapang. Untuk fasilitas yang sudah ada dalam mengaksesnya
terjangkau namun, untuk ketersediaan fasilitas seperti fasilitas perbankan,
akomodasi, fasilitas keamanan, dan juga fasilitas kesehatan kebanyakan tidak
tersedia di objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Hal tersebut mengindikasikan
tigkat pelayanan terhadap kebutuhan wisatawan untuk kegiatan pariwisata tidak
terpenuhi.
B. Ketersediaan TIK untuk Menunjang Fasilitas Penunjang Wisata
Ketersediaan TIK yang menunjang fasilitas penunjang wisata dinilai
berdasarkan observasi pada fasilitas penunjang wisata yang paling dominan atau
menonjol dalam penggunakan teknologinya. Ketentuan pemeberian nilai, yaitu jika
tersedia pemanfaatan TIK mendapat nilai 1 dan jika tidak tersedia pemanfaatan TIK
nilai 0. Lebih detail ditunjukkan pada Tabel berikut:
TABEL 4. 15 KETERSEDIAAN TIK UNTUK MENUNJANG FASILITAS
PENUNJANG WISATA
Fasilitas Umum Bentuk
Pemanfaatan TIK
Tersedia/Tidak
Tersedia Bentuk Skor
Fasilitas
Keamanan
CCTV dan
komputer Tersedia
Ms.Office, Software
personnel data
infomation, dan
Software inventaris
perkantoran
1
Fasilitas
Akomodasi
Soft Ware
Komputer Tidak Tersedia - 0
Pemasaran
melalui online Tidak Tersedia - 0
Fasilitas Rumah
Makan
Software
Komputer Tidak Tersedia - 0
179
Fasilitas Umum Bentuk
Pemanfaatan TIK
Tersedia/Tidak
Tersedia Bentuk Skor
Fasilitas
Perdagangan
Software
Komputer Tidak Tersedia - 0
Barcode/QR Code
Scanner Tidak Tersedia - 0
Fasilitas
Kesehatan
Software
Komputer Tidak Tersedia - 0
Fasilitas Kamar
Mandi/Toilet Smart Keran Tidak Tersedia - 0
Fasilitas Parkir
Software
Komputer Tersedia
Ms. Office dan
Parking System 1
Smart Card Tidak Tersedia - 0
Fasilitas
Perbankan/ATM
Software
Komputer Tidak Tersedia - 0
Fasilitas
Informasi dan
Pelayanan
Pariwisata
Soft Ware
Komputer Tidak Tersedia - 0
Aplikasi
Pariwisata Tersedia Pariwisata Lampung 1
Total Skor 3 Sumber : Hasil Analisis, 2020
Keterangan :
SIAP : 9,1-13
AGAK SIAP : 5,1-9
TIDAK SIAP : 1-5
Hasil analisis kesiapan dalam ketersediaan TIK dalam pengoperasian fasilitas
penunjang wisata termasuk dalam kategori TIDAK SIAP. Hal ini karena pada
sebagian besar objek wisata tidak tersedia software komputer dan juga penggunaan
smart card. Dalam pengelolaan objek wisata pesisir di Teluk Pandan masih
menggunakan metode konvensional. Hal tersebut diakibatkan karena kuangnya
ketersediaan teknologi dalam menunjang kegiatan wisata dan juga masih minimnya
pengetahuan masyarakat lokal sebagai pengelola pariwisata dalam memanfaatkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi.
180
4.5 Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism pada Objek wisata pesisir di
Teluk Pandan.
Tahap analisis ini merupakan bagian terakhir yang akan mengakumulasikan
seluruh skor kesiapan pada variabel Smart Tourism yang ditinjau dari ketersediaan
dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata,
dan fasilitas penunjang wisata yang kemudian menghasilkan nilai kesiapan objek
wisata pesisir di Teluk Pandan dalam menerapkan Smart Tourism.
TABEL 4. 16 REKAPITULASI SKOR KESIAPAN SUB VARIABEL
SMART TOURISM PADA OBJEK WISATA PESISIR DI TELUK PANDAN
Sub Variabel Nilai Kesiapan Skor
Infrastruktur Dasar dan Infrastruktur TIK
Ketersediaan dan Kualitas Pelayanan Transportasi yang
Baik Siap 3
Ketersediaan dan Kualitas Air Bersih Pada Objek Wisata Siap 3
Kualitas Pelayanan Jaringan Listrik pada Objek Wisata Siap 3
Ketersediaan dan Kualitas Pelayanan Sistem Pengelolaan
Limbah Agak Siap 2
Ketersediaan Infrastruktur TIK dan Kualitas Pelayanan
Informasi Siap 3
Transportasi
Kualitas Pelayanan Transportasi Umum Tidak Siap 1
Atraksi Wisata
Kebragaman Atraksi Wisata di Teluk Pandan Siap 3
Ketersediaan TIK untuk Menunjang Atraksi Wisata Tidak Siap 1
Fasilitas Penunjang Wisata
Ketersediaan dan Kualitas Pelayanan yang Baik dalam
Fasilitas Penunjang Wisata Agak Siap 2
Ketersediaan TIK untuk Menunjang Fasilitas Penunjang
Wisata Tidak Siap 1
Sumber : Hasil Analisis, 2020
Skor kesiapan sub Variabel dalam penerapan Smart Tourism pada objek wisata
pesisr pantai di KSPD Teluk Pandan seperti ditunjukkan pada tabel diatas. Untuk
mengetahui tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism, kemudian skor yang telah
didapat diakumulasi menjadi skor Variabel. Berikut merupakan hasil nilai kesiapan
tiap Variabelnya
181
TABEL 4. 17 TOTAL NILAI VARIABEL KESIAPAN PENERAPAN
SMART TOURISM
Variabel Skor
Total
Indikator Nilai
Kesiapan
Skor
Kesiapan Siap Agak Siap Tidak Siap
Infrastruktur
Dasardan TIK 14
Jika hasil
skoring variabel
Infrastruktur
dasar dan TIK
adalah 10,32-15
Jika hasil
skoring variabel
Infrastruktur
dasar dan TIK
adalah 5,67 -
10,32
Jika hasil
skoring variabel
Infrastruktur
dasar dan TIK
adalah 1 - 5,66
Siap 3
Transportasi 1
Jika hasil
skoring variabel
transportasi
adalah 2,33-3
Jika hasil
skoring variabel
transportasi
adalah 1,67-2,32
Jika hasil
skoring variabel
transportasi
adalah 1-1,66
Tidak
Siap 1
Atraksi 4
Jika hasil
skoring variabel
atraksi adalah
4,33-6
Jika hasil
skoring variabel
atraksi adalah
2,67-4,32
Jika hasil
skoring variabel
atraksi adalah 1-
2,66
Agak
Siap 2
Fasilitas
Penunjang
Wisata
3
Jika hasil
skoring variabel
fasilitas
pendukung
wisata adalah
4,33-6
Jika hasil
skoring variabel
fasilitas
pendukung
wisata adalah
2,67-4,32
Jika hasil
skoring
variabelfasilitas
pendukung
wisata adalah 1-
2,66
Agak
Siap 2
Total 8
Sumber : Hasil Analisis, 2020
Analisis kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di Teluk
Pandan dengan total keseluruhan skor pada variabel Smart Tourism, yaitu 8.
Selanjutnya, total skor tersebut dianalisis dengan kriteria kesiapan penerpan Smart
Tourism dan dapat disimpulkan objek wisata pesisir di Teluk Pandan dinyatakan
AGAK SIAP yang ditinjau dari ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur
dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata, dan fasilitas penunjang wisata.
Dari hasil analisis pada kesiapan penerepan Smart Tourism di objek wisata
pesisir Teluk Pandan menunjukkan bahwa variabel penelitian Smart Tourism
memiliki hasil yang bervariasi. Untuk variabel penelitian infrastruktur dasar dan
infrastruktur TIK dinyatakan siap untuk mendukung dalam penerapan Smart
Tourism. Infrastruktur dasar dan TIK menjadi salah satu komponen paling penting
dalam menunjang berbagai kegiatan termasuk pariwisata yang mampu berdampak
terhadap kemudahan akses dan pergerakan, pemenuhan kebutuhan dalam kegiatan
182
wisata, efisiensi dalam berbagai kegiatan wisata bagi para wisatawan dan juga
berbagai pihak terkait.
Untuk atraksi wisata yang menjadi salah satu komponen penting karena berperan
sebagai daya tarik utama dalam kegiatan pariwisata yang mengindikasikan agak
siap. Sebenarnya pada keberagaman atraksi wisata alam dan buatan yang ada di
objek wisata Teluk Pandan telah beragam. Namun, kekurangannya ialah terletak
pada penerapan TIK dalam menunjang atraksi wisata yang masih sangat kurang
pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Hal tersebut tentunya dapat memberikan
dampak pada atraksi wisata sebegai komponen utama yang belum mampu menarik
minat banyak pengunjung dengan target pemerintah bahkan menarik minat
wisatawan mancanegara untuk berlibur di Kawasan Teluk Lampung.
Untuk fasilitas penunjang wisata yang ada pada objek wisata pesisir pantai di
Teluk Pandan secara keseluruhan dinyatakan agak siap. Untuk fasilitas umumnya
telah tersedia dan memiliki kemudahan dalam menjangkaunya. Namun,
permaslahan yang terjadi ialah masih terdapat beberapa fasilitas penunjang wisata
yang belum tersedia di berbgai objek wisata, seperti fasilitas perbankan/atm,
fasilitas kesehatan, faslitas keamanan, dan fasilitas rumah makan. Selain itu,
kurangnya pemanfaatan dan penerapan TIK pada fasilitas penunjang wisata
membuat kurangnya efektifitas dan efisiensi dalam pengoperasian setiap fasilitas
yang ada.
Untuk komponen transportasi mengindikasikan Tidak Siap. Hal ini disebabkan
karena permasalahan ketersediaan angkutan umum yang belum memadai dan juga
trayek yang tidak menjangkau setiap lokasi objek wisata. Kondisi ini membuat
setiap calon pengunjung objek wisata pesisir di Teluk Pandan harus menggunakan
kendaraan pribadi atau menyewa moda transportasi lainnya. Komponen
trasnportasi pada wilayan kajian penelitian ini dapat disimpulkan tidak dapat
memberikan pelayanan yang baik dalam hal efektfitas, efisiensi, dan kemudahan
dalam memenuhi kebutuhan pengunjung wisata untuk mendapatkan kemudahan
dalam mengakses lokasi objek wisata.
183
4.6 Kluster Tingkat Kesiapan Objek Wisata dalam Penerapan Smart Tourism di KSPD Teluk Pandan
Setelah melihat tingkat kesiapan secara keseluruhan kawasan Teluk Pandan, maka pada bagian ini akan menjelaskan analisis skoring terkait
tingkat kesiapan 10 objek wisata pesisir di KSPD Teluk Pandan dalam menerapkan Smart Tourism pada. Berikut tabel tingkat kesiapannya.
Tabel 4. 18 Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism Objek Wisata di KSPD Teluk Pandan
No Objek
Wisata
Infrastruktur
Jalan Air
Besih Listrik
Sistem Pengolahan Limbah Infrastruktur
TIK Transportasi
Atraksi Wisata Fasilitas Penunjang
Wisata Total
Skoring
Tingkat
Kesiapan Jalan Dermaga Persampahan Drainase Sanitasi
Kualitas
Pelayanan
Penerapan
TIK
Ketersediaan
dan Kualitas
Penerapan
TIK
1 Pantai MS
Town 3 3 3 3 1 1 2 3 1 3 2 3 3 31 Siap
2 Pantai Sari
Ringgung 3 2 3 3 1 1 2 3 1 3 2 3 3 30 Siap
3
Pantai
Kelapa
Rapat
3 3 3 3 1 1 2 3 1 3 1 3 1 28 Siap
4 Pantai Putra
Mutun 3 2 3 3 1 1 2 3 1 3 1 3 1 27 Siap
5 Pantai
Ketapang 3 3 3 3 1 1 2 2 1 3 1 3 1 27 siap
6 Pantai
Mutun Asri 3 2 2 3 1 1 2 2 1 3 1 3 1 25
Agak
Siap
7
Pantai
Mutun
Haruna Jaya
2 1 2 3 1 1 2 3 1 3 1 2 1 23 Agak
Siap
8 Pantai
Queen Arta 1 1 3 3 1 1 2 2 1 3 1 2 1 22
Agak
Siap
9
Taman
Dewi
Mandapa
1 1 1 1 1 1 2 3 1 3 1 2 1 19 Agak
Siap
10
Hutan
Mangrove
Petengoran
1 1 1 1 1 1 2 3 1 3 1 1 1 18 Agak
Siap
Sumber : Hasil Analisis Peneliti, 2020
Keterangan : SIAP : (26,33-39); AGAK SIAP : (13,67-26,32); TIDAK SIAP : (1-13,66)
184
Dari tabel diatas dapat diketahui tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism
berdasarkan kajian yang dilakukan di setiap objek wisata pantai yang ada di
Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung menunjukkan 4 kluster tingkatan
kesiapan, yaitu :
A. Kluster 1 : Siap infrastruktur dasar dan TIK, Atraksi wisata, Fasilitas penunjang
wisata dan tidak siap transportasi
1. Pantai MS Town
2. Pantai Sari Ringgung
B. Kluster 2 : Siap infrastruktur dasar dan TIK, Agak siap atraksi wisata dan
fasilitas penunjang wisata, dan tidak siap transportasi
1. Pantai Kelapa Rapat
2. Pantai Putra Mutun
3. Pantai Ketapang
C. Kluster 3 : Agak siap infrastruktur dasar dan TIK, Atraksi wisata, fasilitas
wisata dan tidak siap transportasi
1. Mutun Asri
2. Pantai Haruna Jaya
3. Pantai Queen Artha
4. Taman Dewi Mandapa
D. Kluster 4 : Agak siap infrastruktur dasar dan TIK, Atraksi wisata dan tidak siap
fasilitas penunjanh wisata dan transportasi
1. Hutan Mangrove Petengoran
185
BAB V
TINGKAT KESIAPAN KAWASAN OBJEK WISATA PESISIR
TELUK PANDAN UNTUK MENERAPKAN SMART TOURISM
5.1 Temuan Studi terkait Kesiapan Penerapan Smart Tourism
Temuan Studi merupakan suatu proses analisis yang dilakukan oleh peneliti,
berdasarkan hasil temuan lapangan dari teori yang digunakan sebagai acuan dalam
mencari data dan proses penyusunan analisis. Pada bagian ini dilakukan dengan
tujuan untuk menyimpulkan temuan lapangan dan analisis yang telah dilakukan
peneliti. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis yang dilakukan oleh peneliti
baik selama di lapangan maupun proses setelah di lapangan, berikut temuan studi
terkait dengan kesiapan penerapan Smart Tourism di Kawasan Objek wisata pesisir
Teluk Pandan.
TABEL 5. 1 TEMUAN STUDI KESIAPAN PENERAPAN SMART
TOURISM
Komponen
Smart
Tourism
Temuan Studi
Infrastruktur
Dasar dan
TIK
Infrastruktur Jalan
1. Siap : Pantai MS Town, Putra Mutun, Mutun Asri, Sari Ringgung,
Kelapa Rapat, dan Ketapang
2. Agak Siap : Haruna Jaya
3. Tidak Siap : Hutan Mangrove Petengoran, Taman Dewi Mandapa dan
Queen Artha
Infrastruktur Dermaga :
1. Siap : Pantai MS Town, Kelapa Rapat, dan Ketapang
2. Agak Siap : Putra Mutun, Mutun Asri, Sari Ringgung,
3. Tidak Siap : Queen Artha Mutun Haruna Jaya, Hutan Mangrove
Petengoran, dan Taman Dewi Mandapa
Penyediaan Air Bersih :
1. Siap : Pantai Queen Artha, Putra Mutun, MS Town, Sari Ringgug,
Kelapa Rapat, dan Ketapang
2. Agak Siap : Mutun Asri, Haruna Jaya
3. Tidak Siap : Hutan Mangrove Petengoran, dan Taman Dewi Mandapa
Jaringan listrik yang tidak siap hanya Hutan Mangrove Petengoran, dan Taman
Dewi Mandapa
186
Komponen
Smart
Tourism
Temuan Studi
Persampahan : Seluruh objek wisata tidak siap, tidak memenuhi standar
Drainase : Seluruh objek wisata tidak siap, tidak memenuhi standar
Sanitasi : Seluruh objek wisata agak siap, memiliki septictank per KK
Telekomunikasi : Siap, terdapat 18 menara telekomunikasi/BTS yang
dibangun oleh beberapa operator dan pelayanan internet telah tersedia 4G dan
beberapa objek wisata telah memiliki media sosial dan web.
Transportasi
Angkutan Umum : TIDAK SIAP. Permasalahan yang terjadi ialah kurangnya
moda transportasi umum dan juga integrasi moda transportasi. Selain itu,
angkutan umum yang ada tidak menghantarkan pengunjung hingga ke lokasi
objek wisata hanya batas jalan kabupaten yang dilintasi saja.
Atraksi
Wisata
Keberagaman Atraksi Wisata : SIAP. Tersedia berbagai macam pilihan atraksi
wisata alam dan buatan. Tidak memiliki atraksi wisata budaya dan belanja.
Penerapan Teknologi pada Atraksi Wisata : TIDAK SIAP. Karena belum
semua objek wisata menggunakan komputer dan software. Hanya Pantai MS
Town dan Sari Ringgung yang telah menerapkan.
Fasilitas
Penunjang
Wisata
Kualitas pelayanan yang baik dalam fasilitas penunjang wisata : AGAK SIAP.
Belum tersedia semua fasilitas seperti fasilitas kesehatan yang mudah
dijangkau, fasilitas pembayaran/ATM, Fasilitas Keamanan dengan
menyediakan CCTV dan juga Pos Pantau serta fasilitas akomodasi.
Ketersediaan TIK dalam pengoperasian fasilitas penunjang wisata : TIDAK
SIAP. karena pada sebagian besar objek wisata tidak tersedia software
komputer dan juga tidak ada penggunaan smart card.
Sumber : Peneliti, 2020
Dari hasil analisis yang telah dilakukan terkait tingkat kesiapan penerapan Smart
Tourism yang dikaji berdasarkan Infrastruktur Dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi
Wisata, dan Fasilitas Penunjang Wisata pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan.
Didapatkan Tingkat Kesiapan Berdasarkan objek wisata tingkat kesiapan
penerapan Smart Tourism sebagai berikut :
1. SIAP : Pantai MS Town, Pantai Putra Mutun, Pantai Sari Ringgung, Pantai Kelapa
Rapat, dan Pantai Ketapang
2. AGAK SIAP : Pantai Queen Artha, Pantai Haruna Jaya, Pantai Mutun Asri, Taman
Dewi Mandapa, dan Hutan Mangrove Petenggoran
3. TIDAK SIAP : -
Berdasarkan variabel yang dikaji tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism di KSPD
Teluk Pandan sebagai berikut :
1. Infrastruktur Dasar dan TIK mengindikasikan Siap. Hal tersebut dinilai berdasarkan
standar dari Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2018 Tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik
Bidang Pariwisata. Di KSPD Teluk Pandan telah tersedia Jalan, Dermaga, Air
187
Bersih, Listrik, dan Menara BTS dalam kondisi baik untuk menunjang
pengembangan kawasan Pariwisatanya. Namun, untuk sistem pengolahan
limbah dalam hal Persampahan dan Drainase masih menjadi kendala utama
karena belum tersedia.
2. Atraksi wisata di KSPD Teluk Pandan mengindikasikan siap untuk kualitas
pelayanan dan keberagaman atraksi wisata alam dan buatan. Namun, apabila
dibandingkan dengan preseden pilihan atraksi wisata di kawasan Teluk Pandan
tidak selengkap Bali yang memiliki 4 atraksi wisata, yaitu wisata alam, wisata
buatan, wisata belanja, dan wisata budaya. Dalam penerapan Smart Tourism
pada komponen atraksi wisata di Teluk Pandan perlu menerapkan penggunaan
TIK, seperti smart card, QR Barcode, perangkat komputer dan software serta
penyediaan free wifi di seluruh lokasi objek wisata sehingga, dapat
meningkatkan kualitas pelayanan serta memberikan kemudahan bagi
wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata dan mengakses informasi wisata
yang dibutuhkan.
3. Moda Transportasi pada KSPD Teluk Pandan mengindikasikan Tidak Siap.
Hal tersebut karena angkutan umum yang tersedia tidak terintegrasi dari pusat
kota, tingkat kemudahan akses transportasi umum yang cukup sulit dan trayek
yang tidak menjangkau seluruh lokasi objek wisata. Selain itu, terdapat
masalah pada kualitas dan kenyamanan angkutan umum di KSPD Teluk
Pandan yang menggunakan mobil pick up yang dimodisikasi dengan diberi
penutup dan kursi penumpang pada bagian belakang. Hal tersebut menunjukan
kualitas pelayanan transportasi umum di KSPD Teluk Pandan yang masih
rendah, apabila dibandingkan dengan preseden Kota Surakarta dan Semarang
yang telah menyediakan Bus untuk memberikan kemudahan aksesibiltas dan
kenyamanan bagi wisatawan. Dalam penerapan Smart Tourism pada
komponen transportasi KSPD Teluk Pandan belum menerapkan TIK dalam
pelayananya. Kondisi tersebut sangat berbeda dari Kota Semarang dalam hal
kualitas pelayanan moda transportasi umum karena disana sudah memiliki
aplikasi “BRT Semarang” dengan fitur BRT Terdekat yang dapat memberikan
informasi posisi bus BRT berdasarkan jarak, kecepatan, dan waktu tempuh.
188
4. Fasilitas Penunjang Wisata di KSPD Teluk Pandan megindikasikan Agak Siap.
Ditinjau dari ketersediaannya di kawasan wisata ini tidak seluruh fasilitas
penunjang wisata tersedia dalam menunjang kegiatan wisatanya, seperti
fasilitas pembayaran/atm, akomodasi, fasilitas keamanan, dan juga fasilitas
kesehatan. Hal tersebut berbeda apabila dibandingkan dengan Bali dan
Semarang yang telah memiliki kelengkapan fasilitas penunjang wisata dan
telah menerapkan teknologi pada sarana dan prasarana pendukung wisatanya.
Dalam pengembangan fasilitas penunjang wisata dalam mendukung kesiapan
penerapan Smart Tourism perlu adanya penerapan TIK dalam bentuk
penyediaan komputer, software komputer, smart card, barcode/QR scanner,
dan sensor robot serta penyediaan aplikasi yang dapat membantu untuk
memberikan rekomendasi fasilitas terdekat seperti di Semarang yang memiliki
aplikasi “Semarang Smart City” dengan fitur rekomendasi terkait fasilitas terdekat
seperti, bank & ATM, tempat ibadah, rumah sakit, dan pos polisi.
5.2 Kesimpulan
Kesiapan penerapan konsep Smart Tourism bergantung pada ketersedian
infrastruktur dengan koneksi antar setiap sub-sistem pada kawasan wisata.
Ketersediaan infrastruktur Dasar dan TIK di Teluk Pandan sudah tersedia. Namun,
dalam peningkatan sistem pelayanan melalui penerapan Teknologi Informasi dan
Komunikasi yang belum diterapkan pada objek wisata pesisir Teluk Pandan. Hal
ini mengakibatkan tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism di Kawasan Strategis
Pariwisata Daerah Teluk Pandan yang dikaji berdasarkan Infrastruktur Dasar dan
TIK, Transportasi, Atraksi Wisata, dan Fasilitas Penunjang Wisata dinyatakan
AGAK SIAP dengan total skoring 8.
Pada tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism di objek wisata pesisir di Teluk
Pandan komponen Smart Tourism yang Siap hanya komponen ketersedian dan
kualitas Infrastruktur Dasar dan TIK. Untuk komponen Atraksi wisata
mengindikasikan Agak Siap, hal tersebut dikarenakan dalam pengelolaan dan
penembangannya belum menerapkan TIK, seperti peningkatan kualitas pelayanan
melalui penerapan smart card dan pelayanan berbasis online. Pada komponen
Fasilitas Penunjang Wisata yang ditinjau berdasarkan ketersedian dan penerapan
189
TIK dalam menunjang berbagai kegiatan wisata secara keseluruhan yang
dinyatakan Agak Siap. Sedangkan, untuk komponen yang Tidak Siap dalam
menunjang penerapan Smart Tourism, yaitu transportasi mengenai ketersediaan
angkutan umum dan kualitas pelayanannya yang belum menjangkau seluruh lokasi
objek wisata.
Untuk hasil analisis tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism di 10 objek
wisata pantai di Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan menunjukkan
terdapat 4 kluster tingkat kesiapan penerapannya. Untuk Kluster 1 meliputi objek
wisata Pantai MS Town, Pantai Sari Ringgung. Kluster 2 terdiri dar Pantai Kelapa
Rapat, Pantai Putra Mutun dan Pantai Ketapang. Kluster 3 terdiri dari Pantai Queen
Artha, Pantai Haruna Jaya, Pantai Mutun Asri, Taman Dewi Mandapa. Selanjutnya,
untuk Kluster 4 terdiri dari objek wisata Hutan Mangrove Petenggoran.
Dalam pengembangan objek wisata Kluster 1 yang memiliki daya tarik dan
kapasitas yang lebih unggul dalam kesiapan pemenuhan kebutuhan wisatawan
terkait pelayanan dari Infrastruktur Dasar dan TIK, Atraksi Wisata, dan Fasilitas
Penunjang Wisata sehingga dapat menjadi destinasi wisata pilihan bagi wisatawan
mancanegara dan wisatawan nusantara. Untuk Kluster 2 dapat menjadi daya tarik
bagi wisatawan nusantara dan masih memungkinkan untuk wisatawan
mancanegara dapat berlibur ke objek wisata ini tetapi untuk itu perlu adanya upaya
untuk meningkatkan pelayanan atraksi dan fasilitas penunjang wisata. Selanjutnya,
untuk Kluster 3 dalam pengembangannya saat ini dapat menjada daya tarik atau
piliha wisata yang tepat bagi wisatawan nusantara saja karena terdapat
permasalahan dalam kuantitas dan kualitas dari sistem pelayanan yang ada seperti
tidak tersedianya fasilitas akomodasi, fasilitas pembayaran/perbankan, kondisi
jalan yang rusak, dan masih minimnya penggunaan TIK (dalam bentuk web dan
media sosial) untuk memberikan kemudahan informasi serta pelayanan yang baik
bagi wisatawan. Sedangkan, untuk Kluster 4 dalam pengembangan objek wisatanya
berdasarkan analisis terindikasi perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas
secara optimal karena dari 4 komponen yang dikaji infrastruktur dasar dan TIK
yang mengindikasikan agak siap dan untuk atraksi, fasilitas penunjang wisata serta
transportasi menunjukan tidak siap.
190
Apabila dibandingkan dengan preseden, kesiapan penerapan Smart Tourism di
KSPD Teluk Pandan mendekati penerapan di Surakarta yang termasuk siap dari
komponen pelaku wisata, ketersediaan fasilitas Penunjang dan Transportasinya.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, perbedaannya di KSPD Teluk Pandan
belum menerapkan TIK dalam pelayanan pada Fasilitas Penunjang Wisata,
transportasi dan atraksi wisata serta di KSDP Teluk Pandan hanya memiliki wisata
alam dan buatan sementara di Surakarta memiliki atraksi wisata budaya, buatan,
dan belanja.
5.3 Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diberikan terkait tingkat kesiapan penerapan Smart
Tourism dalam meningkatkan potensi sektor pariwisata pesisir Teluk Pandan di
Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Rekomendasi bagi Pemerintah Daerah
a) Peningkatan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Jalan
Penyediaan infrastruktur dasar seperti jalan dan dermaga sangat penting
dalam pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Pesawaran, Provinsi
Lampung. Dalam hal ini pemerintah perlu meningkatkan aksesibilitas
menuju berbagai objek wisata yang ada terutama pembangunan dan
perbaikan jalan menuju objek wisata pada Kluster 3 dan 4, yaitu Hutan
Mangrove Petengoran Gebang dan juga Taman Wisata Dewi Mandapa. Hal
tersebut perlu dilakukan karena jalan yang rusak dan sempit dapat
mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata ini.
b) Pemenuhan Air Bersih melalui Penyediaan Jaringan PDAM atau Sumur
Komunal
Dengan pola pemenuhan kebutuhan air bersih bagi kegiatan wisata dan juga
masyarakat lokal saat ini yang memanfaatkan air tanah yang diambil dengan
cara membuat sumur bor dan sumur galian pada setiap rumah di
permukiman pesisir pantai yang mengindikasikan tingginya eksplorasi air
bawah tanah pada kawasan permukiman pesisir. Hal tersebut tentunya akan
berdampak pada terjadinya intrusi air laut yang terjadi karena air tanah yang
191
diambil dengan kedalaman sumur tertentu, yang saat ini sudah dirasakan
oleh masyarakat yang mengkonsumsi air dengan rasa yang payau dan juga
warna yang keruh terutama pada kluster 3 dan 4, yaitu Pantai Mutun Asri,
Pantai Haruna Jaya, Hutan Mangrove Petengoran dan Taman Dewi
Mandapa. Untuk itu perlu adanya upaya dari pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan air bersih pada kawasan permukiman pesisir Teluk Pandan dan
kawasan wisata dengan penyediaan jaringan air bersih PDAM atau
menyediakan sumur komunal.
c) Penggunaan Energi Ramah Lingkungan dalam Penyediaan Listrik
Dalam memenuhi kebutuhan listrik untuk menunjang kegiatan pariwisata
dan juga permukiman masyarakat yang belum terlayani listrik. Pemeritah
dapat memberikan bantuan dan sosalisasi terkait dengan penggunaan
sumber energi alternatif dari alam yang ramah lingkungan dan potensial
untuk diterapkan pada Kawasan Pesisir terutama pada objek wisata Hutan
Mangrove Petengoran dan Taman Dewi Mandapa yang termasuk Kluster 3
dan 4. Salah satu yang dapat diterapkan pada kondisi geografis Kawasan
Pesisir yang mendapat sinar matahari yang berlimpah, yaitu Penerapan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
d) Penyediaan Sarana dan Prasarana pada Sistem Pengolahan Limbah pada
Objek Wisata Pantai di KSPD Teluk Pandan
Pengelolaan limbah terutama sampah menjadi permasalahan yang hingga
saat ini masih dihadapi di Kawasan Objek Wisata Teluk Pandan. Oleh
karena itu, langkah yang dapat diambil pemerintah dalam hal ini ialah
menyediakan TPS di sekitar lokasi dan juga sarana mobil pengangkut
sampah yang rutin beroperasi di kawasan objek wisata pesisir dan
permukiman disekitarnya. Dari fenomena yang terjadi dirasa masih
kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat dan juga pengelola
wisata terkait pengolahan sampah, untuk itu perlu adanya upaya pemerintah
utntuk meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat melalui pelatihan
terkait pengolahan limbah. Selanjutnya, untuk drainase perlu adanya
penyediaan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) sehingga, air limbah
hasil kegiatan rumah tangga dan wisata dapat diproses terlebih dahulu
192
sebelum mengallir ke laut. Untuk sistem pengolahan limbah sanitasi
seharunya untuk sistem pembuangan jamban di daerah pesisir sangat
penting untuk memperhatikan kondisi air tanah karena pemenuhan
kebutuhan air bersih masyarakat pesisir di sekitar objek wisata pun
menggunakan ai tanah. Oleh karena itu, dirasa perlu adanya percepatan
dalam pengadaan prasarana sarana pengolahan lumpur tinja berupa truk
pengangkut tinja dan modul instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT)
komunal dan untuk menyediakan jaringan sanitasi yang terpadu dengan
sistem jaringan wilayah di Kawasan permukiman dan objek wisata pesisir
di Teluk Pandan.
e) Penyediaan Moda Transportasi Umum Bus Rapid Transit dan Peningkatan
Pelayanan Transportasi melalui Penyediaan Informasi Real Time
Transportasi.
Meningkatkan kemudahan aksesibilitas menuju atraksi wisata dengan
penambahan jumah angkutan, integrasi antara angkutan umum di Kota
Bandar Lampung dan Kawasan Objek Wisata Teluk Pandan. Dalam hal
peningkatan kualitas pelayanan transportasi, pemerintah dapat menyediakan
Bus Rapid Transit khusus pariwisata untuk memberikan kualitas pelayanan
yang baik dan kenyamanan bagi pengunjung. Selain itu, perlu penambahan
jalur trayek transportasi umum terutama menuju ke lokasi objek wisata
pesisir di Teluk Pandan. Dalam konteks penerapan Smart Tourism
komponen transportasi harus memiliki berbagai informasi real time terkait
jadwal keberangkatan dan juga informasi asal dan tujuan angkutan umum
yang dapat diakses oleh pengunjung.
f) Penyediaan dan Penggunaan Menara Infrastruktur Telekomunikasi secara
Bersama (Sharing Tower).
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan telekomnikasi pada kawasan objek
wisata pesisir di Teluk Pandan, pemerintah dalam hal ini diharapkan dapat
menodrong kerjasama dengan berbagai operator untuk bisa menempatkan
providernya pada kawasan ini agar dapat meningkatkan kemudahan dalam
mengakses internet dan juga berbagai informasi terkait wisata. Namun, hal
perlu diperhatikan pemerintah dalam konteks ini ialah pemerintah harus
193
memiliki kebijakan atau intervensi untuk menghindari terjadinya fenomena
Hutan Tower yang menumpuk pada satu titik dan memastikan penempatan
tower BTS tidak pada Kawasan Lindung atau Konservasi.
g) Pemenuhan 13 Element Smart Tourism dalam Pengembangan Parwisata di KSPD
Teluk Pandan
Dalam hal ini pemerintah perlu memastikan pemenuhan 13 element yaitu tourist
attraction homepage, smart vehicle-scheduling, personal-itinerary design, free
wifi, smart cards, intelligent-guide system, crowd handling, mobile payment,
tourist-flow monitoring, online information access, travel safety protection, e-
tourism recommendation system, dan real time traffic broadcast. Agar dapat
memperluas pasar pariwisata, meningkatkan nilai jual dan dapat memberikan
kemudahan serta kepuasan bagi pengunjung melalui pelayanan pariwisata
berskala internasional.
h) Peningkatan Ketersediaa Informasi pada Aplikasi Pariwisata Lampung
Dalam hal ini perlu adanya kordinasi anatara Dinas Pariwisata dan juga
Dinas Kominfo dalam menghasilkan suatu aplikasi pariwisata yang tepat
guna. Dalam artian informasi yang diberikan di dalam aplikasi harus lebih
detail. Selain itu, didalam aplikasi yang telah ada perlu melengkapi jenis
informasi terkait 6A pariwisata, memberikan infomasi lebih detail terkait
cara mencapai objek wisata dan juga terkait biaya yang dikeluarkan
sehingga, mampu memerpermudah wisatawan dalam membuat rencana
perjalanan wisata di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung.
i) Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Mengelola Pariwisata melalui
Penyuluhan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona secara Terus Menerus dan
Berkesinambungan
Pemerintah yang memiliki tugas sebagai fasilitator dalam hal ini memiliki
peran untuk meningkatkan kapasitas masyarakat lokal dalam pengelolaan
pariwisata. Permaslahan yang terjadi saat ini bukan masyarakat yang tidak
ingin berperan besar dalam pengelolan pariwisata namun, karena minimnya
pengetahuan yang mereka miliki untuk melakukan hal tersebut. Oleh karena
itu, penting bagi pemerintah untuk memberikan pemahaman melalui
pelatihan, workshop, dan berbagai kegiatan lainya yang dapat
meningkatkan kapasitas masyarakat, misalnya mengenai sapta pesona
194
pariwisata, bagaimana cara menegelola pariwisata yang benar, pengolahan
sampah, dan kompetensi lainnya.
b) Rekomendasi Bagi Pengelola Wisata
a) Peningkatan Strategi Pemasaran Atraksi Pariwisata melalui Pengemasan
dan Promosi Wisata di KSPD Teluk Pandan
Dengan kondisi geografis Teluk Pandan daerah pantai yang landai dan indah
menjadi daya tarik wisata yang berkembang ke arah wisata masal.
Pengemasan produk wisata yang ada di KSDP Teluk Pandan ini dirasakan
masih kurang dapat bersaing dengan kawasan wisata lain di sekitarnya.
Dalam pengembangan wisatanya dirasa perlu adanya upaya untuk
mengangkat keunikan dan daya tarik yang dimiliki sesuai dengan karakter
wilayah pantai dan pedesaan yang dikemas semodern mungkin sehingga,
mampu meningkatkan minat wisatawan nusantara dan mancanegara untuk
berkunjung ke berbagai objek Wisata Teluk Pandan. Selain itu, perlu adanya
startegi pemasaran melalui media sosial secara aktif, menggunakan
billboard atau banner di puat keramaian dan bisa juga melalui kerjasama
dengan pemerintah dalam mempromosikann objek wisata di kanca
Internasional terutama pada Kluster 2, Kuster 3 dan Kluster 4.
b) Peningkatan Sistem Pengolahan Limbah melalui Proses Pemilahan Sampah
dan Menerapkan Konsep 4R di Seluruh Objek Wisata Pantai Teluk Pandan
Untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan pengunjung saat berwisata
perlu disediakan tempat sampah terpadu yang tertutup yang terdapat proses
pemisahan menjadi 4 (empat) bagian, yaitu organik, non organik, botol
kaca, botol dan gelas plastik serta bahan plastik lainnya. Untuk tempat
sampah di setiap Gerai dengan pengolahan limbah buangan dan
penampungan limbah minyak goreng. Selain itu, pengolahan sampah
dengan cara dibakar harus dihentikan karena justru dapat menimbulkan
polusi dan sebaiknya melakukan pengelolaan sampah dengan menggunakan
pendekatan konsep 4R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (memakai
kembali), recycle (mendaur ulang) dan replace (mengganti).
195
c) Penyediaan dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Pariwisata melalui
Penerapan Smart Card/ Barcode Scanner dan Akses Internet Gratis di
KSPD Teluk Pandan.
Meningkatkan kualitas dan ketersediaan berbagai jenis fasilitas penunjang
wisata sehingga mampu mendukung dan memberikan pelayanan yang baik
bagi pengunjung wisata, seperti penyediaan fasilitas kesehatan yang mudah
dijangkau, fasilitas pembayaran/ATM, Fasilitas Keamanan dengan
menyediakan CCTV dan juga Pos Pantau serta fasilitas akomodasi yang
dapat di-booking melalui aplikasi sehingga, mampu memenuhi kebutuhan
pelayanan bagi pengunjung wisata dan dapat meningkatkan kenyamanan
terutama pada Kluster 2, Kluster 3 dan Kluster 4. Selain itu, dalam konteks
penerapan Smart Tourism pengelola industri wisata sangat perlu untuk
menerapkan TIK pada fasilitasnya, seperti menggunakan komputer, smart
card pada akses masuk dan barcode scanner untuk parkir dan juga
perdagangan, menyediakan free wifi, serta menjalin kerjasama dengan
Virtual Hotel Operator (oyo, red doorz, traveloka, dll) sehingga, dalam
menunjang kegiatan wisata dapat memberikan kemudahan bagi pengunjung
dan kepuasan tentunya melalui pelayanan pariwisata berskala internasional.
d) Bersinergi Bersama Pemerintah dalam Pemenuhan 13 Element Smart
Tourism untuk Meningkatkan Nilai Jual dan Kualitas Pelayanan Pariwisata.
Penting adanya sinergisitas antara pelaku usaha wisata dengan pemerintah
yang dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Dinas Kominfo dalam mewujudkan
kesiapan dalam penerapan Smart Tourism dengan memastikan tersedianya
pelayanan pariwisata yang memenuhi 13 elemen tersebut.
a) Rekomendasi Bagi Masyarakat Lokal
a) Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Mellihat Peluang Ekonomi dari
Adanya Pengembangan Pariwisata.
Masyarakat lokal pada dasarnya memiliki peranan yang penting dalam
pengelolaan pariwisata dan juga pengembangan wisata. Masyarakat lokal
merupakan orang yang paling memahami terkait dengan kondisi dan juga
lingkungan objek wisata. Fenomena yang terjadi saat ini ialah masyarakat
196
lokal yang tidak banyak terlibat dalam pengelolaan wisata karena kurangnya
pemahaman dan juga kapasitas mereka terkait pengelolaan wisata. Oleh
karena itu, perlu adanya pelatihan dan sosialisasi kepada masyarakat lokal
tentang bagaimana mereka menjalankan peran sebagai pengelola wisata
yang baik sehingga, dampak dari adanya pariwisata dapat dirasakan
langsung oleh masyarakat lokal. Selanjutnya, masyarakat lokal juga harus
pandai dalam melihat peluang usaha pada sektor pariwisata ini seperti
menjadi tour guide, membuka rumah makan, atau bahkan menjadikan
tempat tinggal mereka sebagai home stay karena kondisi yang ada pada
hampir seluruh objek wisata tidak tersedia fasilitas akomodasi atau
penginapan.
b) Membiasakan Pengunaan Teknologi pada Masyarakat dalam Pengelolaan
Pariwisata.
Dalam peningkatan kapasitas masyarakat di sekitar kawasan objek wisata
pesisir pantai dalam penggunaan teknologi sangatlah penting. Pada
dasarnya saat ini kebanyakan masyarakat telah menggunakan smart phone
untuk memenuhi kebutuhan berkomunikasi sehari-hari. Namun, tidak
banyak pula dari mereka yang buta akan teknologi karena kondisi ekonomi
dan finasial yang tidak mendukung pemenuhan terebut. Oleh karena itu,
masyarakat lokal melalui Kelompok Sadar Wisata dapat melakukan
pelatihan dengan bekerjasama dengan dinas pemerintah terkait bagaimana
masyarakat lokal memanfaatkan teknologi dalam pengelolaan dan
pengembangan pariwisata dan masyarakat lokal dalam hal ini dapat
meminta bantuan kepada pemerintah terkait dengan fasilitas TIK yang
dibutuhkan dalam pengelolaan pariwisata oleh masyarakat lokal, seperti
perangkat komputer.
c) Peningkatan Kesadaran dan Pemahaman Masyarakat Terhadap Kebersihan
dan Kelestarian Lingkungan di Seluruh Objek Wisata Pantai Teluk Pandan.
Pemahaman masyarakat lokal yang masih minim terkait dengan betapa
besarnya potensi pariwisata yang ada di kawasan mereka dan kurangnya
pemahaman terkait dengan pengolahan sampah dan ketidak pedulian
mereka terhadap lingkungan dapat memperngaruhi kelestarian alam objekw
197
wisata. Sampah yang masih menjadi masalah yang belum terselesaikan
hingga kini. Oleh karena itu, dirasa perlu dalam hal ini adanya peran katif
dari masyarakat lokal yang tinggal di kawasan pesisir pantai maupun yang
tinggal di hulu sungai untuk tidak membuang sampah sembarang. Mulailah
untuk kesadaran dan pemahaman mengenai dampak yang akan ditimbulkan
jika kebiasan itu terus berlangsung, bukan hanya akan merusak ekosistem
dan keindahan objek wisata tetapi juga dapat menimbulkan masalah
kesehatan dan juga rasa tidak nyaman bagi masyarakat, pengelola wisata,
dan juga wisatawan.
5.4 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan studi dalam proses
pengumpulan data, analisis, dan temuan studi mengenai kesiapan penerapan Smart
Tourism yang dikaji terkait infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi
Wisata dan juga fasilitas penunjang wisata pada 10 objek wisata pesisir di Teluk
Pandan.
1. Pada penelitian kualitatif ini untuk mendapatkan data di lapangan peneliti
perlu menyusun variabel, elemen dan indikator penelitian. Namun, untuk
mendapatkan elemen atau indikator Smart Tourism yang sesuai dengan
pengembangan wisata di kawasan pesisir peneliti mengalami kesulitan. Hal
tersebut dikarenakan masih jarangnya penelitian terkait penerapan Smart
Tourism pada objek wisata pantai dan juga memang pada umumnya dalam
penerapan Smart Tourism lebih dominan diterapkan di Kawasan Wisata
Perkotaan. Oleh karena itu, peneliti mensitasi berbagai teori dan hasil
preseden Kota atau Kawasan yang telah menerapkan Smart Tourism untuk
mengidentifikasi element atau indikator yag berpengaruh pada kesiapan
penerapan Smart Tourism di Teluk Pandan.
2. Pada proses analisis kesiapan penerapan Smart Tourism terdapat kekurangan
pada perangkat penilaian tingkat kesiapan yang tidak menggunakan aturan
atau standar yang baku, melainkan menggunakan preseden dalam mengukur
tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism di KSPD Teluk Pandan. Oleh
198
karena itu, pada penelitian selanjutnya, untuk mengukur tingkat kesiapan
sebaiknya menggunakan perangkat yang baku.
3. Dasar penerapan smart tourism berkaitan dengan penerapan Smart City pada
wilayah tersebut. Sedangkan, wilayah kajian pada penelitian ini bukan
termasuk Smart City. Kita ketahui bahwa Smart City memiliki keterkaitan
dengan ketersediaan infrastruktur dan keterkaitan dengan sistem lainnya.
Oleh karena itu, pada penelitian ini untuk menilai tingkat kesiapan penerapan
Smart Torism akan fokus membahas kesiapan dari sisi Ketersediaan dan
Penerapan TIK dalam aspek Infrastruktur, Atraksi, Transportasi, dan Fasilitas
Penunjang. Dengan mengkaji hal tersebut, diharapkan mampu memberikan
gambaran terkait dengan upaya yang nantinya harus dilakukan, yaitu
penyediaan infrastruktur atau hanya perlu melakukan upaya upgrading
melalui penerapan TIK pada komponen Smart Tourism yang dikaji.
4. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji terkait dengan kesiapan penerapan
Smart Tourism dalam peningkatan sektor pariwisata di Teluk Lampung.
Terkait dengan hal tersebut peneliti menggali informasi melalui in-dept
interview dengan dinas terkait, pengelola wisata dan masyarakat lokal yang
bahkan tidak mengetahui sama sekali apa itu Smart Tourism sehingga,
informasi yang didapat dari beberapa informan memiliki kemungkinan bias
informasi. Untuk itu penting bagi penelitian selanjutnya, untuk memberikan
penjelasan atau pemahaman secara detail terkait dengan apa itu smart tourism
agar informan dapat memahami topik wawancara sehingga, data yang
didapatkan akan lebih detail dan berkaitan dengan topik yang dibahas.
5.5 Penelitian Lanjutan
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa pilihan penelitian lanjutan yang
berkaitan dengan kesiapan penerapan Smart Tourism yang dikaji terkait
infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata dan juga fasilitas
penunjang wisata pesisir di Teluk Pandan, sebagai berikut :
1. Penelitian lanjutan terkait Sustainable Smart Coastal Tourism, dengan tujuan
awal untuk mewujudkan suatu periwisata pesisir yang cerdas dan juga
199
berkelanjutan. Pada prosesnya peneliti akan menyusun komponen Smart
Tourism yang dikaitkan dengan berbagai aspek Sustainable Coastal Tourism.
Dengan mengkaji bagaimana konsep/komponen Smart Tourism yang tepat
dalam pengembangan pariwisata berbasis TIK dengan mengedepankan
keberlanjutan pariwisata pesisir dalam aspek Sustainable of Nature,
Sustainable of Culture, and Sustainable of Economic. Pada penelitian ini
terdapat beberapa inti dalam penelitian ini, yaitu terkait dengan Coastal
Tourism, Smartness, dan Sustainability. Dalam mewujudkan suatu
keberlanjutan peneliti akan menyusun komponen Sustainable Smart Coastal
Tourism yang sesuai dengan potensi masalah wilayah, karakteristik
masyarakatnya, jenis informasi yang dibutuhkan dan harus tersedia dalam
aplikasi, memasukan aspek lingkungan, budaya, dan ekonomi.
Sumber : Peneliti, 2020
GAMBAR 5. 1 BAGAN PENELITIAN LANJUTAN TERKAIT
SUSTAINABLE SMART COASTAL TOURISM
2. Berdasarkan pada penelitian ini yang fokus membahas kesiapan dari sisi
ketersediaan dan penerapan TIK dalam aspek Infrastruktur, Atraksi,
Transportasi, dan Fasilitas Penunjang wisata sehingga menghasilkan saran
penelitian lanjutan yang dapat membahas tingkat kesiapan dari element
Sustainable Smart Coastal Tourism
Sustainable Tourism Smart Tourism
Environment Economic Social and Culture Destination Tools
Continuity Change
Sustainable
of Nature
Sustainable
of Culture
Sustainable
of Economic
Smart
Destination Smart Tools
200
lainnya seperti smart governance, smart people dan smart living yang
dikaitkan dengan penerapan Smart Tourism di Kawasan Pesisir.
3. Untuk penelitian selanjutnya dapat mengkaji terkait dengan bagaimana
proses/langkah yang dilakukan untuk mewujudkan Smart Tourism di KSPD
Teluk Pandan.
201
DAFTAR PUSTAKA
A. Sonny Keraf, Mikhael Dua. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis
,(Yogyakarta: Kanisius, 2001), hal.92
Abdillah, Dariusman. 2016. Pengembangan Wisata Bahari di Pesisir Pantai Teluk
Lampung. Indonesia : Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia. Vol. 1 No.1
: 45-66.
Aulia, Imran. 2017. Analisa Strategik Konsep Smart Tourism Pada Pariwisata
Indonesia. Magister Manajemen Telekomunikasi, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia. Indonesia : Jakarta.
Bengen DG, Retraubun ASW. 2006. Menguak Realitas dan Urgensi Pengelolaan
Berbasis Eko-sosio Sistem Pulau-Pulau Kecil. Bogor: Pusat Pembelajaran
dan Pengembangan Pesisir dan Laut (P4L).
Buhalis, D., & Amaranggana, A. (2013). Smart Tourism Destinations. In Z. Xiang &
I. Tussyadiah (Eds.), Information and Communication Technologies in
Tourism 2014 (pp. 553–564). Cham: Springer International Publishing.
Cakrabuana, Wira. dkk. 2016. Vulkanologi dan Geotermal Gunung Anak Krakatau.
Intitut Teknologi Bandung. Diakses di :
https://www.academia.edu/30745000/Volkanologi_dan_Geotermal_Gunung
_Anak_Krakatau. ( 20 November 2019, 21.00 WIB).
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Keatif. 2016. Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Pesawaran 2017-2031. Kabupaten
Pesawaran, Lampung.
Direktorat Produk Pariwisata, Direktorat Jendral Pengembangan Destinasi
Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, WWF-Indonesia. 2009.
Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. Diakses di :
http://awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_indonesia_prinsip_dan_kriteria_
ecotourism_jan_2009.pdf. (Diakses 17 Januari 2020, pukul 20.00 WIB).
Fesenmaier, D. R., & Xiang, Z. (Eds). (2016). Designing tourism places. Vienna:
Springer.
Farania, A., Hardiana, A., Putri, R.A. 2017. Kesiapan Kota Surakarta dalam
Mewujudkan Pariwisata Cerdas (Smart Tourism) Ditinjau dari Aspek Faslitas
dan Sistem Pelayanan. Indonesia : Surakarta. Volume 12 No. 1 : 36-50.
Gretzel, U., Sigala, M., Xiang, Z., & Koo, C. (2015). Smart Tourism: Foundations
and developments. Electronic Markets, 25(3), 179–188.
Helfinalis.2000. Aspek Oseonografi Bagi Peruntukan Lahan di Wilayah Pantai Teluk
Lampung. PPPLO-LIPI, Jakarta.
Kementrian Pariwisata. 2015. Laporan Naskah Akademik Pulau-Pulau Kecil.
http://kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/old_all/2015%20St
rategi%20Pengembangan%20Wisata%20Bahari.pdf
Kementrian Pariwisata. 2016. Konferensi Nasional Inovasi TIK untuk Indonesia
Cerdas. Diakses di :
https://www.academia.edu/38281658/SMART_TOURISM_INDONESIA_
BY_MINISTRY_OF_TOURISM.pdf. (30 Agustus 2019, 17.00 WIB)
202
Kementrian Pariwisata. 2019. Kajian Dampak Sektor Pariwisata Terhadap
Prekonomian Indonesia. Diakses di : http://www.kemenpar.go.id/post/kajian-
dampak-sektor-pariwisata-terhadap-perekonomian-indonesia. ( 30 Agustus
2019, 19.45 WIB)
Kubo, M.Alice, 2004. The Sustainability of Coastal Tourism Research Into The
Kenya Portfolio of TUI and Its Environmental Performance. Breda,
Netherlands. Nationale Hoogeschool voor Toerisme en Verkeer. Diakses di :
http://www.tourism4development2017.org/wp-
content/uploads/2017/07/kubo-am_the-sustainability-of-coastal-
tourism.pdf.(5 Oktober 2019, 10.00 WIB.
Masaddun, dkk. 2013. Bentuk Pengembangan Pariwisata Pesisir Berkelanjutan di
Kabupaten Pekalongan. Jurnal Ruang Volume 1 Nomor 2 Tahun 2013.
Diakses di
:https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ruang/article/view/5316/5113.(31
Agustus 2019, 20.30 WIB)
Menteri Pariwisata Republik Indonesia. 2018. Peraturan menteri pariwisata republik
indonesia no. 3 tahun 2018 tentang petunjuk operasional pengelolaan dana
alokasi khusus fisik bidang pariwisata. Lembaga RI Tahun 2018 No.3. Jakarta
: Sekertariat Negara.
Menteri Pariwisata Republik Indonesia. 2015. Salinan Peraturan Menteri Pariwisata
Repunlik Indonesia No. 29 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis
Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Paramastya, Dewi Anggraeni. 2017. Penentuan Kriteria Pengembangan Kampung
Cerdas di Kota Surabaya dalam Mewujudkan Konsep Smart City. Tugas
Akhir, Departemenen Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi
Sepuluh November. Diakses di :
http://repository.its.ac.id/43742/1/3613100064-undergraduate_theses.pdf. ( 4
Oktober 2019, 16.00 WIB)
Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran. 2012. Peraturan Daerah Kabupaten
Pesawaran N0. 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Pesawaran Tahun 2011-2031.
Pemerintah Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia No. 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Lembaga
RI Tahun 2007 No.27. Jakarta : Sekertariat Negara.
Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomer: KM.67 / UM.001 /MKP/
2004, Tentang Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata Di Pulau-Pulau
Kecil. Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata.
Rahman, Yudha. 2015. Perubahan Perilaku Ekonomi Masyarakat Sebagai Dampak
Pengembangan Pariwisata Alam Perdesaan : Studi Kasus Pemandu Wisata
Air Terjun Nyarai Kecamatan Lubuk Alung, Provinsi Sumatera Barat. Tesis,
Perecanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro.
Republika, 2019. Pemprov Lampung targetkan 14,8 Juta Wisatawan. Diakses di :
https://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/19/02/18/pn3smo430-
pemprov-lampung-targetkan-148-juta-wisatawan. ( 31 Agustus 2019, 20.00
WIB)
203
Simorangkir, Eduardo. 2018. Pariwisata Jadi Andalan Penyumbang Devisa US 20
Miliar. Diakses di : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-
3844660/pariwisata-jadi-andalan-penyumbang-devisa-us-20-miliar. (30
Agustus 2019, 19.00 WIB)
Smith, Richard. 2015. Smart Tourism Tools : Linking Technology with The Touristic
Resources of City Destinations. NHVT Breda University of Applied Science.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Penelitian Bersifat :
Eksploratif, Enterpretif, Interaktif dan Konstruktif. Bandung : Alfabeta
United Nations Convention on the Law of the Sea. Diakses di :
https://www.un.org/depts/los/convention_agreements/texts/unclos/unclos_e.
UNWTO. 2012. Tourism resilience committee stresses need for “Smart
Tourism”[EB/OL].www.slideshare.
Wardhono, Fitri Indra. 2015. Pengembangan Kepariwisataan dan Penataan Ruang
Kepariwisataan. Diakses di :
https://www.slideshare.net/fitriwardhono/penataan-ruang kepariwisataan.(3
Oktober 2019, 18.30 WIB)
Widjaja, Andree E. dkk. 2016. Meningkatkan Potensi Pariwisata Danau Toba
Melalui Konsep Smart Tourism: Aplikasi dan Tantangannya. Program Studi
Sistem Informasi.
World Tourism Organization. 2004. Indicators of Sustainable Development for
Tourism Destination: A Guidebook. Madrid, Spain. Diakses di :
http://www.adriaticgreenet.org/icareforeurope/wpcontent/uploads/2013/11/I
ndicators-of-Sustainable-Development-for-Tourism-Destinations-A-Guide-
Book-by-UNWTO.pdf. (5 Oktober 2019, 17.00 WIB)
Xiang, Zheng. Fesenmaier, Daniel R.. 2017. Analytics in Smart Tourism Design
Concepts and Methods. Springer International Publishing Switzerland.
204
LAMPIRAN
1
LAMPIRAN A : PETA
2
GAMBAR 1 PETA AKSES MASUK PROVINSI LAMPUNG DAN KABUPATEN PESAWAR
3
GAMBAR 2 PETA ATRAKSI WISATA DI TELUK PANDAN
4
GAMBAR 3 PETA PERSEBARAN BTS DI KECAMATAN TELUK PANDAN
5
LAMPIRAN B : WAWANCARA
6
TABEL 1 KEBUTUHAN INFORMASI DAN INFORMAN SEBAGAI
ACUAN WAWANCARA
No Kategori
Informan Informasi
1. Instansi
Pemerintah
• Informasi kepariwisataan terkait Kawasan Wisata Terintegrasi
Teluk Lampung
• Rencana, Program dan Strategi pengembangan Pariwisata di
Teluk Lampung
• Penerapan teknologi dalam pengelolaan pariwisata
• Bentuk dukungan dan kemitraan pemerintah dalam
mewujudkan pengembangan sektor pariwisata
• Penyediaan Infrastruktur dan faslitas pendukung pariwisata
2. Masyarakat
lokal
• Karakteristik Masyarakat lokal destinasi wisata di Kawasan
Wisata Terintegrasi
• Peran Masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan
pariwisata
• Penggunaan teknologi dan internet dalam pariwisata
• Tradisi dan budaya unik masyarakat pesisir yang dapat
menjadi daya tarik
• Dampak pengembangan pariwisata terhadap kebudayaan dan
ekonomi lokal
• Inovasi dan kreativitas masyarakat lokal
• kapasitas masyarakat dalam penggunaan teknologi
3. Pelaku
Usaha
• Strategi pelaku usaha melihat peluang
• Dampak ekonomi yang diterima dari pengembangan
pariwisata
• Penerapan teknologi dalam pemasaran produk
• Alasan menerapkan dan tidak menerapkan teknologi
7
TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang
bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika
memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut
dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara
berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.
DINAS STATISTIK KOMUNIKASI DAN INFORMASI PROVINSI
LAMPUNG
(KODE : DI-01)
1. Bagaimana sinergisitas antar dinas komifo dengan dinas pariwisata dalam
kemudahan dalam memberikan informasi?
2. Program dan strategi pengembangan TIK di Provinsi Lampung?
3. Bagaimana pendapat bapak terkait dengan aplikasi yang saat ini telah dibuat oleh
dinas pariwisata?
4. Terkait dengan penyedian TIK untuk saat ini bagaimana pak? (nirkabel dll)
5. Dengan adanya palapa ring saat ini pak, adakah integrasi atau penggunaan di
Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung?
6. Untuk penyediaan fyber optik di lampung sudah tersdia atau belum?
7. Dengan kondisi TIK di prov lampung, menurut bapak seberapa besar penerapan
smart tourism pada objek wisata yang ada?
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : No Telp :
Jabatan/Bidang :
Tanggal :
8
8. Dengan adanya tujuan menciptakan ekosistem digital, program dari kominfo
unntuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan TIK dan
peningkatan kapasitas masyarakat dalma hal tersebut?
9. Untuk menuju 4.0 apa yang perlu lampung bangun dan sediakan untuk sampai
kesana pak?
10. Untuk kabupaten pesawaran untuk pengembangan TIK bagaimana?
11. Lampung sebagai salah satu provinsi yang kaya akan kawasan pesisirnya,
seberapa penting penerapan?
12. Aplikasi pariwisata ideal itu seperti apa menurut bapak?
13. Menurut anda apa yang penting ada di dalam aplikasi pariwisata?
9
TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang
bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika
memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut
dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara
berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.
MASYARAKAT LOKAL
(KODE : ML-01)
1. Dalam pengembangan wisata di kawasan ini apa saja peran masyarakat dalam
pengelolaan wisata pantai?
2. Adakah kegiatan tradisi ada atau budaya masyarakat yang menjadi ciri khas
kawasan pesisir pantai disni?
3. Kontribusi dari pemerintah dalam pengembangan pariwisata?
4. Untuk data jumlah pengunjung di pantai mutun asri ini apakah tersedia pak?
5. Untuk masyarakat sendiri bekerja sebagai apa di pantai ini?
6. Adakah penerapan teknologi dalam mengelola pariwista?
7. Adakah makanan tradisional atau olahan khas daerah sini?
8. Bagaimana dampak yang diterima masyarakaat sebelum dan setelah adanya
pariwisat?
9. Koneksi internet dan jaringan komunikasi di kawasan ini bagaimana?
10. Bagaimana pengelolaan sampah yang ada di kawasan permukiman dan objek
wisata ini pak?
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : No Telp :
Jabatan/Bidang :
Tanggal :
10
11. Adahkah program dari desa dan masyarakat terkiat dengan menjaga kelestarian
terumbu karang?
12. Adakah strategi atau cara memebrikan informasi kepada calon wisatawan?
11
TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang
bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika
memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut
dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara
berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.
PELAKU USAHA PARIWISATA
(KODE : PUR-01)
1. Adakah kegiatan tradisi ada atau budaya masyarakat yang menjadi ciri khas
kawasan pesisir pantai disni?
2. Peran Masyarakat dalam pengelolaan wisata pantai?
3. Apasaja kontribusi dari pemerintah dalam pengembangan pariwisata Hutan
Mangrove Petengoran?
4. Bagaimana bentuk dukungan kebijakan desa dalam pengembangan objek wisata
ini?
5. Untuk jumlah pengunjung di objek wisata Hutan Mangrove Petengoran ini
bagaimana pak?
6. Untuk masyarakat yang bekerja sebagai nelayan, apakah ada waktu tertentu
dimana mereka bida melaut dan tidak bisa melaut?
7. Adakah makanan tradisional atau olahan khas daerah sini?
8. Bagaimana dampak yang diterima masyarakat sebelum dan setelah adanya
pariwisat?
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : No Telp :
Jabatan/Bidang :
Tanggal :
12
9. Bagaimaan koneksi internet dan jaringan komunikasi di kawasan ini?
10. Adakah penerapan teknologi dalam mengelola pariwista Hutan Mangrove
Petengoran?
11. Bagaimana pengelolaan sampah yang ada di lokasi objek wisata?
12. Adakah strategi atau cara memberikan informasi kepada calon wisatawan?
13. Menurut bapak seberapa penting penerapan teknologi dalam pegelolaan dan
pengembangan wisata saat ini?
14. Alasan tidak menerapkan teknologi saat ini pada pengelolaan wisata Hutan
Mangrove Petengoran?
13
A. PENGKODEAN DATA WAWANCARA
Kode hasil wawancara dibedakan dan dikelompokkan berdasarkan sasaran-saran
yang hendak dicapai. Setiap sasaran akan dibagi menjadi kategori yang lebih
spesifik untuk menjawab pertanyaan penelitian lebih mendalam. Adapun sasaran
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sasaran A
Mengidentifikasi karakteristik wilayah objek wisata dan karakteristik sosial budaya
serta ekononomi masyarakat pesisir pantai di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk
Lampung dalam menunjang penerapan Smart Tourism.
• Kategori A1 : Karakteristik Sosial Budaya masyarakat pesisir pantai di
Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dalam menunjang penerapan
Smart Tourism.
• Kategori A2 : Karakteristik ekononomi masyarakat pesisir pantai di
Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dalam menunjang penerapan
Smart Tourism
KODE Informasi untuk Jawaban Informan yang Masuk Pada Bab 3 Gambaran
Umum Adalah A0
2. Sasaran B
Mengukur kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir pantai di
Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung untuk menerapkan Smart Tourism.
• Kategori B1 : Kesiapan Provinsi Lampung dalam penerapan Smart Tourism.
pantai di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung.
• Kategori B2 : Smart Tools dalam menunjang penerapan Smart Tourism
TATA CARA PENGKODEAN INFORMAN WAWANCARA (KODING)
KETERANGAN :
1. Jenis kategori informasi ( Misalnya Sasaran A1, A2, B1, B2, dan seterusnya)
2. Kode informan ( Misalnya DI-01 Untuk informan Dinas Instansi pertama,
DI-02 untuk Dinas Instansi kedua, KSW-01 untuk Pokdarwis pertama dan
selanjutnya)
14
3. Nomor urutan informan (Misalnya DI-01. 01 Dinas Instansi pertama dengan
informan nomor urut pertama, DI-01.02 untuk Dinas Instansi pertama
dengan informan nomor urut.
4. Nomor urutan informasi ( Seperti No Urut Jawaban Wawancara, misalnya A1.
DI-01. 01. 01, artinya Sasaran A1, Dinas Instansi Pertama Informan
pertama jawaban pertanyaan no 01)
15
TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang
bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika
memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut
dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara
berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.
DINAS STATISTIK KOMUNIKASI DAN INFORMASI PROVINSI
LAMPUNG
(KODE : DI-01)
1. Bagaimana sinergisitas antar dinas komifo dengan dinas pariwisata dalam
kemudahan dalam memberikan informasi ?
Berupa fasilitas domain website gratis untuk dinas pariwisata beserta hosting
lampungprov.go.id dan untuk dinas pariwisata yaitu
Dinaspariwisata.lampung.go.id.......website sudah dikasi tapi tidak dipakai
mereka menggunakan website sendiri dari pihak ketiga. (B2-DI-01.01.01)
2. Program dan strategi pengembangan TIK di Provinsi Lampung ?
Sesuai dengan tugas dan fungsi pokok kita, sebenarnya dinas komifo itu dalam
hal TIK lebih kepada pelaksanaan peraturan preseiden tentang Sistem
Pemerintaah Berbasi Elektronik pepres no 92 tahun 2018 itu berkaitan dengan
dukungan informal......Dinas kominfo provinsi tidak akan sebanyak
kabupaten/kota dalam pelayanannya...tentang informasi kepada publik disetiap
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : Budhi Marta Utama, S.E No Telp : 08127205222
Jabatan/Bidang : Kabid Informatika, Dinas SKOMINFOTIK
Tanggal : 28 Januari 2020
16
OPD itu saja, pelayanan dinas pusat saat ini pelayanan rumah sakit dan
perizinan...kebijakan kedepan lebih pada dukungan operasionalisasi yang sudah
eksis agar lebih baik lagi...mengenai bagaimana kreasi ini itu lebih ke leading
sektornya yang harus lebih kreatif...misal dinas pariwisata mendesain aplikasi
untuk informasi calon wisatawan ke lampung. Kalo informasinya yang aplikasi
ya bagus tapi kalau tidak jauh beda dengan website untuk apa. (B1-DI-01.01.02)
3. Bagaimana pendapat bapak terkait dengan aplikasi yang saat ini telah
dibuat oleh dinas pariwisata ?
Menurut saya aplikasi yang ada saat ini, seperti website yang dibuat aplikasi
karena sebetulnya informasi yang ada sama saja seperti website. Aplikasi yang
dibutuhkan wisatawan itu seperti wisatawann mengklik tujuan wisata dan keluar
informasi terkait dengan harga atau biaya yang harus dikeluarkan selama
berlibur...terdapat pilihan paket dan juga harga yang harus dikeluarkan sehingga
memudahkan orang memilih, ada komputasi, sensor, dan big data didalamnya.
Jika aplikasinya sama dengan website, menurut saya mengabisin uang saja untuk
daftar...dukungan infrastruktur internal dan sebagai layanan publik yang telah
memiliki pola aturannya, jika diluar itu kita tidak mampu karena membutuhkan
dana yang cukup besar. (B2-DI-01.01.03)
4. Terkait dengan penyedian TIK untuk saat ini bagaimana pak ? (nirkabel
dll)
Untuk internal ya seyogyanya iya, tapi kondisi idealnya belum tercapai karena
kita juga kominfo kurang saklek untuk buat peraturan data center harus satu di
kominfo, jaringan itu penyelenggaranya kominfo, sekarang masing masing dan
ternayata sistemnya tidak terintegrasi. (B1-DI-01.01.04)
5. Dengan adanya palapa ring saat ini pak, adakah integrasi atau penggunaan
di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung ?
Tidak, karena kita tidak termasuk kedalam kriteria palapa ring, yaitu terluar,
tertinggal dan terpencil...kita sudah dianggap wilayah kita tidak termasuk
17
kedalam kriteria tersebut, hanya 2 tempat yang kena yaitu di sukau dan pesisir
barat...lebih dialokasikan ke indonesia tengah ke timur...(B1-DI-01.01.05)
6. Untuk penyediaan fyber optik di lampung sudah tersdia atau belum ?
Tidak bisa, penyediaannya berdasarkan uu no 23 tahun 2014 tentang
pemerintahan daerah penyedian pos dan telekomunikasi bukan kewenangan
daerah terkait perizinan dan penyediaan kewenangan pemerinta pusat melalui
kementrian kominfo dengan dirjen postel...pemerintah hanya di regulasi saja dan
bukan pemerintah yang daerah memegang...Jika kewenangan diberikan kedinas
provinsi atau kabupaten/kota pun tidak akan mamapu karen apenyedia
telekomunikasi itu didominasi swasta (telokomsel, indosat dll)...(B1-DI-
01.01.06)
7. Dengan kondisi TIK di prov lampung, menurut bapak seberapa besar
penerapan smart tourism pada objek wisata yang ada ?
Walaupun kita sering menyebut saat ini kita berada di era 4.0 tetapi menurut saya
sebenarnya kita masih ada di era 2.0 Sebaiknya yang harus ditriger itu kreatifitas
para pelaku wisata dalam memanfaatkan TIK. Jadi, dinas pariwiatanya ditriger
dan pelaku pengguna pun ditriger karena itu akan berkaitan dengan penggunaan
sumber daya non pemrintah contoh ahli IT, ahli Big Data, bahkan ahli perancang
sistem. Kalo pemerintah saja tidak akan sanggup kesana, berat sekali. Dalam
jangak waktu dekat belum bisa...Jadi, posisi pemerintah dalam konteks ini hanya
sebagai pencipta ekosistem saja untuk terciptanya kondisi yang bagus untuk
memanfaatkan TIK oleh masyarakat, komunitas, dan berbaagai bidang dan itu
tugasnya kominfo juga sama masih untuk menciptakan ekosistem digital. (B1-
DI-01.01.07)
8. Dengan adanya tujuan menciptakan ekosistem digital, program dari
kominfo unntuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan
TIK dan peningkatan kapasitas masyarakat dalma hal tersebut ?
Kita biasanya kerjasama dengan UMKM dalam meningkatkan pengetahuan
mereka dalam penggunaan market place...kemudian bisa juga melalui kerjasama
18
dengan universitas dalam mewujudkan ekosistem digital pemerintah dan
mahasiswa...inovasi 4.0 itu muncul karena infrastruktur 4.0 mendukung, dan itu
bukan pemerintah bukan yang menyediakan tetapi pemerintah sebagai pemilik
ekosistem dan mentriger, jika ekosistem buruk, perizinan sulit dan gagal
mentriger maka penyedia dan pengguna pun sulit. (B1-DI-01.01.08)
9. Untuk menuju 4.0 apa yang perlu lampung bangun dan sediakan untuk
sampai kesana pak?
Jika dari pemerintah lebih kepada penyiapan mindset digital bagi setiap
stakeholder dan juga masyarakat. Jadi minset kita itu banyak mindset
konvensional tapi berada di era digital. Jadi, supaya lebih maksimal
pemanfaatnya digital 4.0 ya harus diubah mindsetnya....Dapat diubah dengan
sosialisasi, worksohp, infromasi dan kemampuan teknis. Jadi, pemerintah
mentriger dan menciptakan ekosistem, kalau untuk infrastruktur itu sangat berat
dan susah bagi pemerintah....semua sarana komunikasi itu sarana bisnis
semua...mindset penggunaan teknologi yang harus segera disosialisasikan. (B1-
DI-01.01.09)
10. Untuk kabupaten pesawaran untuk pengembangan TIK bagaimana ?
Menurut saya masih ada di era 2.0 jadi masih harus di push penggunaan media
sosial untuk infrormasi wisata dan website desa. Sementara untuk mpemanfaatan
teknologi 4.0 itu belum, itu tadi perlu adanya upgrade mindset dan
skill...Program-program digitalisasi sperti smart village, smart school, dan petani
berjaya, smart respond. (B1-DI-01.01.10) (B1-DI-01.01.10)
11. Lampung sebagai salah satu provinsi yang kaya akan kawasan pesisirnya,
seberapa penting penerapan ?
Pariwisata mindsetnya bukan di pemerintah tapi kebutuhan wisatawan, yang
diubah pertama itu mindset pemerintah sebagai lembaga yang turut bertanggung
jawab mensejahterakan masyarakat lewat sektor pariwisata...Bagaimana
wisatawan bisa tertariik, salah satunya dengan memberikan informasi kepada
wisatawan....Semakin tinggi TIK yang dipakai akan memepercepat,
19
mempermudah, dan murah. Jadi, ketika wisatawan mendapatkan informasi
tentang itu maka akan tertarik untuk berwisata. Oleh karena itu, mindest untuk
pemberian informasi pariwisata yang harus di perbaiki. (B1-DI-01.01.11)
12. Aplikasi pariwisata ideal itu seperti apa menurut bapak ?
Ya aplikasi ideal itu tidak ada standarnya, aplikasi ideal itu aplikasi yang
menyelesaikan masalah sesorang mengenai informasi. Kalau wisatawan ya tentu
informasi yang menjadi masalah mereka...penguunaan apliaksi itu dapat
mempermudah mendapat informasi, ada di gadget mereka, dapat di akses saat
perjalanan. jika pemerintah tidak mampu menyediakan aplikasi tersebut dapat
menggandeng orang yang dapat membantu menyediakan hal tersebut. (B2-DI-
01.01.12)
13. Menurut anda apa yang penting ada di dalam aplikasi pariwisata ?
Wisata itu trasnportasi, akomodasi dan oleh-oleh. 3 hal dasar sebetulnya, 3 hal
ini dulu karena dari sini orang dapat menghitung berapa biaya yang akan
dikeluarkan, kemudian menakar sejauh mana dapat fasilitas, dan dapa
memperoleh informasi dengan muah dan cepat. Masalahnya saat ini informatif
tetapi tidak bisa menakar biaya, dan kapastitas penginapan....Dengan adanya
inovasi 4.0 informasi tersebut sangat memungkinkan, contoh saat ini seperti
traveloka, oyo, reddoors. Itu menjadi tantangannya memasukan akomodasi
kedalam informasi yang valid....sehingga orang tidak menanyakan langsung
tetapi melalui sistem dan juga dapat melakukan pemesanan dari jauh......dan saya
yakin pemerintah tidak dapat mmewujudkan itu dalam waktu singkat karena
tidak profit motif, jadi harus menciptakan iklim yang menarik untuk traveloka,
tiket.com, dan lain-lain....nah itu maksudnya pemerintah memberikan
kemudahan tersebut, justru jika pemerintah yang bekecimpung menurut saya itu
langkah yang salah karena tidak memiliki kemampuan dan tidak dapat bersaing
dengan pihak starup yang sudah ada. (B2-A0-DI-01.01.13)
20
TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang
bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika
memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut
dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara
berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.
MASYARAKAT LOKAL
(KODE : ML-01)
1. Dalam pengembangan wisata di kawasan ini apa saja peran masyarakat
dalam pengelolaan wisata pantai ?
Kepemilikan pantai yang ada disini memang milik perorangan, namun untuk
pekerjanya itu memang dari kami mayoritas masyarakat sini (lokal). (A2.ML-
01.01.01)
2. Adakah kegiatan tradisi ada atau budaya masyarakat yang menjadi ciri
khas kawasan pesisir pantai disni ?
Tidak ada budaya atau kegiatana tradisi yang rutin masyarakat sini lakukan. Jika
terkait keagamaan, kami sering melakukan ketika maulida nabi dengan
mengadakan kegiatan keliling desa membawa minatur kapal dan lampu hias.
(A1.ML-01.01.02)
3. Kontribusi dari pemerintah dalam pengembangan pariwisata ?
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : Selamet Ryadi No Telp : 085379945086
Jabatan/Bidang : Kepala Dusun 07 Mutun
Tanggal : 21-01-2020
21
Dari dinas pariwisata sudah ada, memberikan alat membuat baju untuk
masyarakat. Sedangkan untuk pokdarwis sendiri menurut saya disini macet atau
tidak berjalan di kecamatan teluk pandan. Dari dinas pariwisata itu tepatnya
2011, memberikan bantuan alat sablon, komputer dan gerai...tetapi sekarang
alat-alat itu sudah hancur/rusak....untuk sablon juga tidak berjalan karena misal
kita punya 10 bahan kaos dan kita cetak dan jual, untuk beli lagi hanya bisa
membeli 50 lembar dan lakuk 20 baju sisa 30 tergantung di gerai itu sudah tidak
bisa produksi lagi karena modalnya tidak kembali....setelah itu ada toko yang
menjual baju lebih murah, jadi masyarakat lebih memilih mengambil di toko
tersebut menjadi reseller. (B1.ML-01.01.03) (A2.ML-01.01.03)
4. Untuk data jumlah pengunjung di pantai mutun asri ini apakah tersedia
pak ?
Kalo di pantai ini tidak ada datanya, wisatawan setelah masuk bayar pakir,
berenang dan pulang. Jadi untuk data jumlah pengunjung kita tidak tahu.
(B1.ML-01.01.04)
5. Untuk masyarakat sendiri bekerja sebagai apa di pantai ini ?
Penjaga parkir, penjaga toilet, petugas kebersihan, dan pedagang. (A2.ML-
01.01.05)
6. Adakah penerapan teknologi dalam mengelola pariwista ?
Masih konvensional, salah satunya dengan tiket kertas biasa itu jika di pantai
mutun asri dan putra mutun. (B1.ML-01.01.06)
7. Adakah makanan tradisional atau olahan khas daerah sini ?
Kalau untuk daerah lempasing itu ada kelompok yang membuat terasi yang
dipasarkan di gerai yang ada...saya sempat mengajukan permintaan alat sablon
ke dinas pariwisata karena sebelumnya tiidak ada yang menjual pakaian yang
bertuliskan pantai mutun...dan juga disini masyarakat bisa membuat miniatur
kapal pesiar dan kapal biasa dari kayu yang dijual kepada wisatawan. (A2.ML-
01.01.07)
22
8. Bagaimana dampak yang diterima masyarakaat sebelum dan setelah
adanya pariwisat ?
Ada perubahan pada pekerjaan, bisa menambah penghasilan, masyarakat yang
punya perahu selain buat cari ikan juga bisa buat jasa penyeberangan. (A2.ML-
01.01.08)
9. Koneksi internet dan jaringan komunikasi di kawasan ini bagaimana ?
Untuk sinyal atau jaringan internet disini bagus, tidak ada kendala teruma untuk
yang menggunakan telkomsel dan indosat karena di dekat sini ada towernya.
(B1.ML-01.01.09)
10. Bagaimana pengelolaan sampah yang ada di kawasan permukiman dan
objek wisata ini pak ?
Sudah dikelola oleh bumdes, hanya saja kendalanya karena sampah diambil
dengan mobil jadi tidak bisa masuk. Untuk pengembilan sampah hanya 1-5
rumah dari pinggir jalan. Jika sampai belakang terlalu jauh. Jika mobil smapah
belum tentu 1 minggu 2 kali tidak mungkin kita biarkan sampahnya di depan
rumah....untuk sampah yang tidak terlalu banyak ya kita bakar....atau banyak
masyarakat buang sampahnya sembarangan di dekat tanjakan menuju pantai.
(B1.ML-01.01.10)
11. Adahkah program dari desa dan masyarakat terkiat dengan menjaga
kelestarian terumbu karang ?
Kalau program ada...Cuma jika disini masyarakat perlu penjagaan ekstra karena
bukan semua nelayan yang mencari ikan bukan dari daerah sini jadi tidak
mengetahui tentang derah yang tidak boleh untuk mengambil ikan....salah satu
cara masyarakat sini untuk menjaga kelestarian terumbu karanag yaitu
penggunaan rumpon atau rumah ikan yang di buat dari pelepa daun kelapa, jadi
nelayan tidak perlu menjaraing lagi....kalau untuk snorkling disini ada di pulau
tangkil dan ditengah tengah antara pantai mutun dan pulau tangkil disana ada
terumbu karang tidak kalah dengan pahawang, disana ada ikan nemo juga...tetapi
23
kendalanya disini jika sore hari banyak kapal yang lewat sehingga dapat
mengganggu kegiatan tersebut. (A1.ML-01.01.11) (B1.ML-01.01.10)
12. Adakah strategi atau cara memebrikan informasi kepada calon wisatawan?
Salah satunya melalui media sosial dan juga disini ada web desa yang dikelola
langsung oleh desa dan sepertinya objek wisata juga punya media sosial mereka
masing-masing untuk promosi. (B1.ML-01.01.12)
24
TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang
bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika
memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut
dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara
berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.
PELAKU USAHA PARIWISATA
(KODE : PUR-01)
1. Adakah kegiatan tradisi ada atau budaya masyarakat yang menjadi ciri
khas kawasan pesisir pantai disni ?
Disini tidak ada budaya atau tradisi khusus yang dapat kita jadikan daya tarik
bagi wisatawan. (B1.PUR-01.01.01)
2. Peran Masyarakat dalam pengelolaan wisata pantai ?
Perannya masayrakat sebagai penjaga, pelestarian dengan penanaman hutan
mangrove, dan juga sosialisasi dengan masyarakat desa dengan untuk tidak
menebang. (A2.PUR-01.01.02)
3. Apasaja kontribusi dari pemerintah dalam pengembangan pariwisata
Hutan Mangrove Petengoran ?
Tahun 2008 sampai detik sifatnya bantuan hanya seremoni saja, sekedar hanya
menanam untuk citra di publik. Java membantu dalam bentuk bantuan traking
mangrove dan peneraban ikan 50,000 dan kepiting. Dan yang masih dominan
IDENTITAS NARASUMBER
Nama : Pak Toni No Telp : 081368665757
Jabatan/Bidang : Pengelola Objek Wisata Hutan Mangrove Petengoran
Tanggal : 22-01-2020
25
terkait dengan komunitas yang masih aktif.....Rencana kedepannya konsep
pengembangan, pengunjung dapat meniikmati ikan segar dari budidaya ikan
ikan di rambak apung. Terkait dengan masyarakat sekitar akan disediakan
tempat khusus untuk berdagang dan juga produknya diambil dari bumdes dengan
beragam produk.....Disini juga kita memiliki program jumat berkah, jadi
wisatawan tidak ditentukan harga tiket hanya memasukan uang seikhlasnya
kedalam kotak. (B1.PUR-01.01.03)
4. Bagaimana bentuk dukungan kebijakan desa dalam pengembangan objek
wisata ini ?
Perdes udah dibuat untuk perlindungan hutan mangrove tahun 2013, namun
hingga saat ini dari Pemkap belum mengesahkan. Saat ini mengacu pada
peraturan terkait menjaga dan melestarikan hutan mangrove. Dan himbauan
tambak 2,5% dikawasan tambak harus ada hutan mangrove, syarat untuk
melakukan ekspor.....Pernah melakukan penegoran secara hukum terkait dengan
pengusaha yang ingin menebang hutan mangrove sudah measuk ke tahap
pemeriksaan saat itu.......Hutan mangrove tingkat kematian tinggi karena tidak
bisa hidup di air payau......Ada di dua sisi dari perlindungan dan pariwisata. Itu
artinya sangat sulit bagi kami terkait dengan bagaimana ketertarikan wisatawan.
Tidakn sanggup dengan pengembangan wisata karena tidak struktur alam......
beberapa tahun yang lalu pun kami sempat Sudah mendapatkan penghargaan
nasional terkait perlindungan alam dari Dinas Lingkungan Hidup. (B1.PUR-
01.01.04)
5. Untuk jumlah pengunjung di objek wisata Hutan Mangrove Petengoran ini
bagaimana pak ?
Untuk jumlah pengunjung untuk minggu 30-50 orang pengunjung. (A2.PUR-
01.01.05) (A0.PUR-01.01.05)
6. Untuk masyarakat yang bekerja sebagai nelayan, apakah ada waktu
tertentu dimana mereka bida melaut dan tidak bisa melaut ?
Iya karena memang kita tingal di Pesisir. Jadi, salah satu mata pencaharian
masyarakat sebagai petani dan nelayan. Tanda mereka tidak bisa mencari ikan
26
jika gelap bintang dan angin barat......Untuk itu biasanya jika tidak melaut para
nelayan tersebut menJadi buru harian di Kota. (A2.PUR-01.01.06)
7. Adakah makanan tradisional atau olahan khas daerah sini ?
Desa gebang. Ada silsilah adat terkait dengan kepemilikan secara adat dan saksi
dari tokoh adat. 2011 pernah ada olahn dari hutan mangrove dodol dan sirup,
namun masalahanya waktu konsumsi dodol 3 hari dan sirup seminggu karena
tidak menggunakan pengawet. Pemanfaatkan mangrove selain untuk menahan
abrasi dan juga meningkatkan ekonomi masyarakat. (A1.PUR-01.01.07)
8. Bagaimana dampak yang diterima masyarakat sebelum dan setelah adanya
pariwisat ?
Untuk saat ini mungkin dampaknya belum terlalu bedasr karena memnag
masyarakat lokal disini belum terlalu terlibat banyak. Namun, kami harap
nantinya denagn adanya pengembangan pariwisata ini dampak yang kamiterima
akan sangat besar mungkin dari segi prekonomian.....Saat ini pun sesuai rencana
yang telah kami buat, yaitu ingin memberikan ruang bagi masyarakat sekitar
untuk berdagang di lokasi objek wisata ini. (A2.PUR-01.01.08)
9. Bagaimaan koneksi internet dan jaringan komunikasi di kawasan ini ?
Untuk koneksi disini yang paling bagus ya Telkomsel. Selain itu, indosat juga
cukup bagus jaringannya disini. (B1.PUR-01.01.09)
10. Adakah penerapan teknologi dalam mengelola pariwista Hutan
Mangrove Petengoran ?
Untuk saat ini hanya digunakan untuk operator menggunakan media sosiall,
seperti hutan manrove petengoran. Sementara ini untuk data dikelola secara
manual. Kecuali ada kegiatan kegiatan yang terkait dengan kegiatan dari desa
sebagai penyelenggarannya. (B2.PUR-01.01.10)
11. Bagaimana pengelolaan sampah yang ada di lokasi objek wisata ?
Salah satu permasalahan di zona wisata adalah sampah. Salah satu lagakh yang
dilakukan itu setiap minggu dan kondisi air ketika surut. Sampah yang ada di
27
objek wisata itu sampah bawaan dari ombak dan destinasi lainnya. Sistem
pengolahan sampah dengan dibakar dan belum ada TPA di Pesawaran karena
lokasi dengan dengan jalan. Untuk Kotak sampah sudah disediakan tapi sempat
hilang karena diambil oleh nelayan, akhirnya pengelola membuat kotak sampah
dari bambu. (B1.PUR-01.01.11)
12. Adakah strategi atau cara memberikan informasi kepada calon
wisatawan?
Saat ini untuk membeikan informasi kami mencoba untuk mengikuti
perkembangan zaman, salah satunya dengan melalui instagram dan juga media
sosial lainnya. (B2.PUR-01.01.12)
13. Menurut bapak seberapa penting penerapan teknologi dalam pegelolaan
dan pengembangan wisata saat ini ?
Sangat penting, saat ini siapa yan tidak menggunakan tekologi dalam kehidupan
sehari hari...... Namun, yang menjadi permasalahan pada penerpan teknologi
dalam pengembangan objek wisata disini, yaitu karena keterbatasan dana yang
kami miliki. Kami disini mengembangkan objek wisata dengan memanfaatkkan
BumDes dan sampai saat ini pun permaslahan untuk fasilitas pendukung
pariwista masih belum memadai. (B2.PUR-01.01.13)
14. Alasan tidak menerapkan teknologi saat ini pada pengelolaan wisata
Hutan Mangrove Petengoran ?
Alasan kami tidak menerapkan teknologi dalam penembangan pariwisata saat
ini, yaitu karena :
1. Pengetahuan mengenai teknologi, artinya masi inimnya tenaga kerja yang
paham dengan penerapan teknologi.
2. Fasilita yang masih belum terlalu lengkp, belum punya komputer
3. elum ada bantuan langsung dari pemerintah terkaiit dengan ketersedian
fasilitas teknologi. (B2.PUR-01.01.14)
28
LAMPIRAN C : TABEL
29
TABEL 1 PERHITUNGAN INDEKS SHANNON PADA ATRAKSI
WISATA ALAM DI TELUK PANDAN
Objek Wisata Atraksi Wisata Perhitungan Indeks Shannon
Alam Jumlah Pi ln pi pi ln pi
Pantai Queen Arta Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973
Pantai Mutun
Haruna Jaya Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973
Pantai Putra Mutun Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973
Pantai MS Town
Pantai dan
Bukit Menara
Pandang Mutun
2 0,153846 -1,8718 -0,28797
Pantai Mutun Asri Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973
Pantai Sari
Ringgung
Pantai dan
Puncak Indah 2 0,153846 -1,8718 -0,28797
Hutan Mangrove
Petengoran Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973
Taman Dewi
Mandapa Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973
Pantai Ketapang Pantai dan
Bukit Laban 2 0,153846 -1,8718 -0,28797
Pantai Kelapa
Rapat Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973
Total 13 1 -23,5701 -2,24504
H' = 2,245035
30
TABEL 2 PERHITUNGAN INDEKS SHANNON PADA ATRAKSI
WISATA BUATAN DI TELUK PANDAN
Objek
Wisata
Atraksi Wisata Perhitungan Indeks Shannon
Buatan Jumlah Pi in pi pi ln pi
Pantai
Queen Arta
Masjid Al-
Kharomah
dan Makam
TB Sangkrah
2 0,090909091 -
2,397895273
-
0,217990479
Pantai
Mutun Asri Water Sport 1 0,045454545
-
3,091042453 -0,14050193
Pantai
Putra
Mutun
Water Sport 1 0,045454545 -
3,091042453 -0,14050193
Pantai MS
Town
Dermaga
Kayu, Cafe
and Resto,
Play ground,
dan Water
Sport
4 0,181818182 -
1,704748092
-
0,309954199
Pantai
Mutun
Haruna
Jaya
Water Boom
dan Kolam
Ikan Hiu
2 0,090909091 -
2,397895273
-
0,217990479
Pantai Sari
Ringgung
Masjid
Apung, Cafe
and Resto,
Water sport,
Play ground,
dan Lapanga
Volly Pantai
5 0,227272727 -
1,481604541
-
0,336728305
Hutan
Mangrove
Petengoran
Broadwalk
dan Spot
Foto
2 0,090909091 -
2,397895273
-
0,217990479
31
Objek
Wisata
Atraksi Wisata Perhitungan Indeks Shannon
Buatan Jumlah Pi in pi pi ln pi
Taman
Dewi
Mandapa
Broadwalk
dan Spot foto 2 0,090909091
-
2,397895273
-
0,217990479
Pantai
Ketapang
Spot Foto
pada
Bebatuan
cadas
1 0,045454545 -
3,091042453 -0,14050193
Pantai
Kelapa
Rapat
Dermaga
Pelangi (Spot
Foto) dan
Water Sport
2 0,090909091 -
2,397895273
-
0,217990479
Total 22 1 -
24,44895636
-
2,158140689
32
N
o Objek Wisata
Infrastruktur
Jalan Air
Besih Listrik
Sistem Pengolahan Limbah Infrastruktu
r TIK Transportasi
Atraksi Wisata Fasilitas Penunjang Wisata Total
Skoring
Tingkat
Kesiapan Jalan
Derma
ga
Persam
pahan Drainase Sanitasi
Kualitas
Pelayanan
Penerapan
TIK
Ketersediaan
dan Kualitas
Penerapan
TIK
1 Pantai
Queen Arta 1 1 3 3 1 1 2 2 1 3 1 2 1 22
Agak
Siap
2 Pantai MS
Town 3 3 3 3 1 1 2 3 1 3 2 3 3 31 Siap
3
Pantai
Mutun
Haruna Jaya
2 1 2 3 1 1 2 3 1 3 1 2 1 23 Agak
Siap
4 Pantai Putra
Mutun 3 2 3 3 1 1 2 3 1 3 1 3 1 27 Siap
5 Pantai
Mutun Asri 3 2 2 3 1 1 2 2 1 3 1 3 1 25
Agak
Siap
6 Pantai Sari
Ringgung 3 2 3 3 1 1 2 3 1 3 2 3 3 30 Siap
7
Pantai
Kelapa
Rapat
3 3 3 3 1 1 2 3 1 3 1 3 1 28 Siap
8
Taman
Dewi
Mandapa
1 1 1 1 1 1 2 3 1 3 1 2 1 19 Agak
Siap
9 Pantai
Ketapang 3 3 3 3 1 1 2 2 1 3 1 3 1 17 siap
10
Hutan
Mangrove
Petengoran
1 1 1 1 1 1 2 3 1 3 1 1 1 18 Agak
Siap
TABEL 3 TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM PADA SETIAP OBJEK WISATA DI KSPD TELUK PANDAN
33
LAMPIRAN D : OBSERVASI