TINDAK TUTUR ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA KEGIATAN …
Transcript of TINDAK TUTUR ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA KEGIATAN …
“TINDAK TUTUR ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA KEGIATAN MENGAJI
SANTRIWAN DAN SANTRIWATI DI MASJID JAMI RAPPOKALLING”
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
Razuni Rima Dwi Purwati binti Muhammad Ramli
10533789915
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2020
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Razuni Rima Dwi Purwati R.
NIM : 105 33 7899 15
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Tindak Tutur Ilokusi dan Perlokusi pada Kegiatan Mengaji
Santriwan dan Santriwati di Masjid Jami Rappokalling
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim
penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuatkan oleh siapa pun.
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Februari 2020
Yang membuat pernyataan
Razuni Rima Dwi Purwati R.
v
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Razuni Rima Dwi Purwati R.
NIM : 105 33 7899 15
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapa pun).
2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1,2, dan 3 saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Februari 2020
Yang Membuat Perjanjian
Razuni Rima Dwi Purwati R.
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN
جهاده حق الل في وجاهدوا
Terjemahannya :
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang
sebenar-benarnya” (Al-Hajj, 22:78)
Hidup adalah pembelajaran
Belajar untuk bersabar
Belajar untuk bersyukur
Belajar untuk ikhlas
Kupersembahkan karya ini :
Kepada Ayah dan Mama tercinta, serta saudara-
saudaraku tersayang dan semua orang yang kusayangi
dan menyayangiku, atas keikhlasan dan doanya
dalam mendukung penulis mewujudkan harapan
menjadi kenyataan.
Vii
ABSTRAK
Razuni Rima Dwi Purwati. 2020. Tindak Tutur ilokusi dan Perlokusi pada
Kegiatan Mengaji Santriwan dan Santriwati di Masjid Jami Rappokalling. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Suwadah Rimang dan Pembimbing
II Akram Budiman Yusuf.
Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan tindak tutur ilokusi pada kegiatan
mengaji santriwan dan santriwati di Masjid Jami Rappokalling dan untuk
mendeskripsikan tindak tutur ilokusi pada kegiatan mengaji santriwan dan santriwati di
Masjid Jami Rappokalling. Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif, dalam penelitian
yang menjadi objek adalah santriwan, santriwati, dan tenaga pengajar di Masjid Jami
Rappokalling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik
rekam, simak, dan catat. Instrumen penelitian adalah media audio visual berupa kamera.
Teknik analisis data adalah teknik deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tindak tutur ilokusi dan perlokusi
pada kegiatan mengaji. Tindak tutur ilokusi pada kegiatan mengaji santriwan dan
santriwati di Masjid Jami Rappokalling, meliputi (1) tindak representatif terdapat tiga
data tuturan, (2) tindak komisif terdapat dua data tuturan, (3) tindak direktif empat belas
data tuturan, dan (4) tindak ekspresif terdapat tiga data tuturan. Tindak tutur perlokusi
pada kegiatan mengaji santriwan dan santriwati di Masjid Jami Rappokalling, meliputi
(1) tindak perlokusi efek disengaja terdapat dua data tuturan dan (2) tindak perlokusi efek
tidak disengaja terdapat dua data tuturan.
Kata kunci: tindak tutur, ilokusi, dan perlokusi
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Waramatullahiwabarakatu.
Puji syukur ke hadirat Allah Subahanahu Wata’Ala karena hanya dengan
taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul: Tindak Tutur Ilokusi dan Perlokusi pada Kegiatan Mengaji Santriwan dan
Santriwati di Masjid Jami Rappokalling. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengalami tantangan dan hambatan
mulai dari perencanaan sampai selesai penyusunan skripsi ini, namun berkat
petunjuk, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, yang ikhlas meluangkan
waktunya untuk membantu dalam penyusunan penulisan skripsi ini. Maka
sepantasnya bila penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Allah Subhanahu Wata’ala, Dr. Siti Suwadah Rimang, M.Hum., Pembimbing I
Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Akram Budiman Yusuf, S.Pd., M.Pd.
Selanjutnya atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak
lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE,
MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd.,
ix
Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar, Dr. Munirah, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. Muhammad Akhir, M.Pd.,
Sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar, seluruh Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmunya secara ikhlas
dan tulus kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Perguruan Tinggi, teman-
teman Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar yang membantu dan memberi semangat serta memberikan
dukungan, ibu dan bapak, kakak dan adik-adikku serta keluarga besarku yang selalu
mendoakanku agar sehat selalu, mendukung langkah kemajuan dalam mencapai cita-
citaku.
Akhirnya, semua yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah Subhanahu
Wata’ala. Oleh karena itu, kita serahkan kepada-Nya, semoga segala bantuan dari
berbagai pihak benilai ibadah di sisi-Nya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca yang budiman, Aamiin.
Makassar, Februari 2020
Penulis
Razuni Rima Dwi Purwati R.
x
xi
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ......................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 6
A. Penelitian yang Relevan .............................................................................. 6
B. Pengertian Pragmatik .................................................................................. 7
xii
C. Peristiwa Tutur ............................................................................................ 9
D. Tindak Tutur................................................................................................ 10
1. Pengertian Tindak Tutur....................................................................... 10
2. Jenis-Jenis Tindak Tutur ...................................................................... 11
a. Tindak Tutur Lokusi ..................................................................... 11
b. Tindak Tutur Ilokusi ..................................................................... 12
c. Tindak Tutur Perlokusi ................................................................. 17
3. Jenis Tindak Tutur Berdasarkan Penyampaiannya .............................. 19
4. Interseksii Berbagai Tindak Tutur........................................................ 21
E. Aspek-Aspek Situasi Ujar ........................................................................... 23
F. Kerangka Pikir ............................................................................................ 28
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 31
A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 31
C. Definisi Istilah ............................................................................................. 31
D. Data dan Sumber Data ................................................................................ 32
E. Instrumen Penelitian.................................................................................... 32
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 33
G. Teknik Analisis Data ................................................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 34
A. Hasil Penelitian ........................................................................................... 34
B. Pembahasan ................................................................................................. 56
xiii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 59
A. Simpulan ..................................................................................................... 59
B. Saran ............................................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 61
LAMPIRAN ........................................................................................................... 62
RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Penggunaan Modus Kalimat ............................................................................ 20
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian .................................................................... 29
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Mentah dan Korpus Data ......................................................................... 61
2. Dokumentasi Gambar Penelitian .................................................................... 78
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa sebagai alat yang digunakan dalam berkomunikasi dan memiliki
peranan penting guna menuangkan ide ataupun gagasan kepada masyarakat luas.
Saat seseorang mengeluarkan gagasannya, tidak hanya sebuah kebahasaan yang
dibutuhkan tetapi juga perlu ada pemahaman. Dengan adanya pemahaman maka
hubungan komunikasi akan jelas dan lancar. Secara sederhana komunikasi dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan pertukaran informasi antara penutur dengan
lawan tutur melalui suatu sistem simbol, lambang atau tanda maupun tingkah
laku.
Berdasarkan definisi tersebut, proses komunikasi dibangun oleh tiga
komponen, yakni : (1) partisipan, (2) hal yang akan diinformasikan, dan (3) alat.
Pada partisipan terdapat penutur dan lawan tutur, dalam hal yang diinformasikan,
tentunya banyak ide, gagasan atau pemikiran mengenai sesuatu hal. Sedangkan
komponen ketiga, yakni alat, adalah sarana yang digunakan untuk menyampaikan
informasi itu. Sarana yang dibicarakan adalah kode atau lambang (bahasa)
menurut (Purba 2011). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa
penutur dan lawan tutur yang saling mengirim kode atau pesan perlu adanya
lambang (bahasa) yang mendukung dalam proses komunikasi. Dengan kata lain,
fungsi bahasa yang paling utama adalah sebagai sarana komunikasi. Dalam
komunikasi, satu maksud atau satu fungsi dapat dituturkan dengan berbagai
bentuk atau jenis tuturan. sehubungan dengan hal tersebut terdapat suatu konteks
2
analisis yang membahas mengenai bentuk atau jenis tuturan yang mengaitkan
hubungan bahasa dengan kegiatan sosial, yakni analisis sosiolinguistik.
Dalam analisis sosiolinguistik terdiri dari situasi tutur (speech situation),
peristiwa tutur (speech event), dan tindak tutur (speech act). Ketiga aspek tuturan
terebut saling berhubungan karena tindak tutur menjadi bagian dari peristiwa
tutur, dan masyarakat tutur merupakan konteks analisis yang terluas. Sehingga
penting bagi penelitian ini dilakukan dengan mengambil masyarakat sebagai
subjek penelitiannya.
Lebih lanjut, konsep mengenai syarat-syarat keserasian pemakaian bahasa
dalam komunikasi (pragmatik) terdapat tiga jenis tindak tutur, yakni: tindak tutur
lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Dalam penelitian ini
peneliti memfokuskan pada tindak tutur ilokusi dan perlokusi.
Dalam kajian pragmatik ketiga bentuk tindak tutur tersebut yakni, lokusi,
ilokusi, dan perlokusi merupakan peristiwa yang biasa terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Tindak tutur tersebut telah menjadi bagian dalam setiap komunikasi.
Tindak tutur merupakan bentuk dari peristiwa komunikasi yang mempunyai
fungsi, maksud, dan tujuan tertentu serta menimbulkan pengaruh atau efek pada
lawan tutur. Hal tersebut tidak terjadi dengan sendirinya karena terdapat aspek-
aspek yang menghubungkan hal tersebut, yakni adanya konteks, penutur dan
lawan tutur, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan
tuturan sebagai produk tindak verbal.
Sehubungan dengan penjelasan sebelumnya mengenai bahasa sebagai
sarana komunikasi yang menghubungkan adanya interaksi terhadap masyarakat
3
bahasa membuat setiap orang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya. Dengan bahasa pula orang dapat mempelajari karakter, kebiasaan, adat
istiadat, kebudayaan dan latar belakang bagi para penutur bahasa.
Melihat peristiwa sekarang ini, telah banyak pengguna bahasa baik dari
kalangan remaja hingga kalangan dewasa dalam berkomunikasi sering kali
memasukkan unsur pragmatik baik itu dalam bentuk tutur lokusi, ilokusi, maupun
perlokusi yang mewarnai suatu pertuturan setiap kalangan tersebut. Selain itu,
mereka menggunakan unsur pragmatik dalam peristiwa tindak tutur karena
adanya hubungan saling pengertian antara satu sama lain. Berbicara mengenai
peristiwa tutur ada pun tempat terjadinya peristiwa tutur tersebut dapat terjadi di
mana saja dan kapan saja si penutur berada dan mampu memanfaatkan situasi dan
kondisi yang dialami. Dengan kata lain situasi tutur dapat terjadi di mana saja,
sehingga peristiwa tutur bisa terjadi di sana yang berarti tindak tutur pun ada di
dalamnya. Adapun tempat terjadinya peristiwa tutur yakni di sekolah, kampus,
perpustakaan, pasar, masjid, dan lain-lain.
Dalam penelitian ini peneliti fokus pada satu objek peristiwa tutur yakni di
Masjid. Subjeknya ialah santriwan, santriwati, dan tenaga pengajar atau Ustadz.
Masjid merupakan tempat beribadah masyarakat muslim. Banyaknya masyarakat
muslim yang pada hakikatnya memiliki hubungan yang harmonis tanpa adanya
kebisingan dan memiliki hubungan komunikasi yang akrab dan menyertakan adab
atau sopan santun dalam berbicara sehingga rasa peduli dan pengertian ada antara
satu sama lain. Selain itu, kalimat yang digunakan Ustadz terhadap santrinya tidak
panjang dan mudah dipahami. Dengan adanya peristiwa tersebut maka tindak
4
tutur ilokusi dan perlokusi sering kali terjadi. Oleh karena itu, dengan alasan
tersebut peneliti ingin meneliti lebih jauh mengenai tindak tutur ilokusi dan
perlokusi pada kegiatan mengaji santriwan dan santriwati di Masjid Jami
Rappokalling.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang terdapat dalam latar belakang mengenai
tindak tutur ilokusi dan perlokusi pada kegiatan mengaji santriwan dan santriwati
di Masjid Jami Rappokalling. Adapun rumusan masalah secara rinci yang akan
diteliti pada penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimanakah tindak tutur ilokusi pada kegiatan mengaji santriwan dan
santriwati di Masjid Jami Rappokalling?
2. Bagaimanakah tindak tutur perlokusi pada kegiatan mengaji santriwan dan
santriwati di Masjid Jami Rappokalling?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan
pada bagian sebelumnya. Adapun tujuan penelitian, yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan tindak tutur ilokusi pada kegiatan mengaji santriwan
dan santriwati di Masjid Jami Rappokalling.
2. Untuk mendeskripsikan tindak tutur perlokusi pada kegiatan mengaji
santriwan dan santriwati di Masjid Jami Rappokalling.
5
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat teoritis dan praktis.
1. Manfaat teoritis dalam penelitian ini secara praktis dapat menambah ilmu
pengetahuan dalam bidang linguistik atau bahasa dan dapat menyumbangkan
pengetahuan dalam kajian pragmatik khususnya dalam tindak tutur ilokusi
dan perlokusi.
2. Manfaat praktis dalam penelitian ini, yaitu dapat dijadikan sebagai bahan
rujukan untuk melakukan penelitian yang sejenis yakni penelitian mengenai
tindak tutur ilokusi dan perlokusi. Bagi para pembaca, penelitian ini dapat
memberikan pengetahuan dan memperluas pemahaman tentang kajian tindak
tutur sebagai bagian dari bidang pragmatik.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini yang sudah
dilakukan sebelumnya, di antaranya:
Penelitian Aziz (2012), Tindak Tutur Lokusi dan Perlokusi dalam
Novel Surat Kecil untuk Tuhan Karya Agnes Davonar. Hasil penelitian ini
berupa tindak tutur lokusi, tindak tutur perlokusi efek disengaja, dan tindak tutur
perlokusi efek tidak disengaja yang terdapat dalam novel Surat Kecil untuk
Tuhan Karya Agnes Davonar. Penelitian yang dilakukan Aziz memiliki
persamaan dengan penelitian ini, yakni pada salah satu objek kajiannya tindak
tutur perlokusi. Adapun perbedaan antara penelitian yang dilakukan Aziz dengan
penelitian ini, yaitu pada analisis penelitian. Penelitian Aziz menganalisis sebuah
karya sastra berupa tulisan yakni novel, sedangkan penelitian ini menganalisis
deskripsi ujaran atau lisan santriwan, santriwati, dan tenaga pengajarnya.
Penelitian Mulyanto (2012), Analisis Tindak Tutur Ilokusi dalam Iklan
Radio di Jember. Hasil penelitian ini menunjukkan dalam iklan radio yang ada
di Jember tindak tutur ilokusi verba asertif merupakan tindak tutur yang paling
sering digunakan, hal tersebut cukup wajar mengingat tujuan iklan adalah untuk
menginformasikan produk barang atau jasa dari produsen ke konsumen yang
dalam hal ini adalah lawan tutur radio. Penelitian yang dilakukan Didik
Mulyanto memiliki persamaan dengan penelitian ini, yakni pada aspek kajiannya
tindak tutur ilokusi. Adapun perbedaan antara penelitian Didik Mulyanto dengan
7
penelitian ini, yakni pada objek penelitian. Penelitian Didik Mulyanto
mendeskripsikan tuturan ilokusi dalam iklan radio di Jember. Sedangkan
penelitian ini mendeskripsikan tuturan ilokusi dan perlokusi pada kegiatan
mengaji santriwan dan santriwati di Masjid Jami Rappokalling.
Penelitian Megawati (2016), Tindak Tutur Ilokusi pada Interaksi Jual
Beli di Pasar Induk Kramat Jati. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki
tindak tutur ilokusi apa yang sering digunakan serta tujuannya. Hasil penelitian
ini menunjukkan adanya tindak tutur ilokusi berupa asertif, direktif, komisif, dan
ekspresif pada interaksi jual beli di pasar induk Kramat Jati. Penelitian Erna
Megawati memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu pada objek kajiannya
tindak tutur ilokusi. Adapun perbedaan antara penelitian Erna Megawati dengan
penelitian ini, yaitu pada lokasi penelitiannya. Penelitian Erna Megawati
mendeskripsikan tuturan ilokusi pada interaksi jual beli di Pasar Induk Kramat
Jati. Sedangkan penelitian ini mendeskripsikan tuturan ilokusi dan perlokusi
pada kegiatan mengaji santriwan dan santriwati di Masjid Jami Rappokalling.
B. Pengertian Pragmatik
Dalam sebuah percakapan, bahasa yang dituturkan oleh seseorang tidak
hanya mencoba memahami makna sebuah tuturan atau ujaran tersebut, tetapi juga
berusaha untuk memaknai tuturan yang diinginkan si penutur. Dengan demikian
untuk memahami makna tersebut, penutur perlu memperhatikan konteks yang ada
sehingga hubungan komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Berkaitan dengan
hal tersebut maka diperlukan bidang ilmu yang mengkaji makna ujaran menurut
konteksnya.
8
Menurut Yule (dalam Tajuddin, 2017:7), mengatakan bahwa pragmatik
adalah studi makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan
oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya, studi ini lebih banyak
berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan
tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang
digunakan dalam tuturan itu sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut pragmatik
merupakan ilmu yang mempelajari tentang makna yang dikomunikasikan oleh
penutur dan diinterpretasikan oleh lawan tutur. Sedangkan menurut Putrayasa
(2015:14) dalam bukunya yang berjudul Pragmatik, menyatakan bahwa
pragmatik merupakan telaah penggunaan bahasa untuk menuangkan maksud
dalam tindak komunikasi sesuai dengan dengan konteks dan keadaan
pembicaraan. Pragmatik menelaah bentuk bahasa dengan mempertimbangkan
satuan-satuan yang ‘menyertai’ sebuah ujaran: konteks lingual (co-text) maupun
konteks ekstralingual: tujuan, situasi, partisipan, dan lain sebagainya. Berdasarkan
pendapat ahli dapat dikatakan bahwa pragmatik merupakan bidang kajian ilmu
yang mempelajari tentang makna pembicara dan makna menurut konteksnya.
Berbicara tentang pragmatik yang berhubungan dengan konteks. Menurut
Megawati (2016), berpendapat bahwa konteks dari sebuah ujaran memberikan
bantuan bagi si pendengar dalam menganalisis apa yang coba disampaikan oleh si
pembicara melalui sebuah ujaran. Dengan demikian, jelas bahwa konteks
memegang peranan penting baik bagi penutur maupun lawan tutur dalam
memahami sebuah ujaran. Seorang pendengar haruslah memahami konteks dari
sebuah ujaran terlebih dahulu guna memahami maksud dari ujaran penutur.
9
C. Peristiwa Tutur
Dalam setiap peristiwa komunikasi, manusia saling menyampaikan
informasi yang berupa pikiran, ide, gagasan, maksud perasaan maupun emosi
secara langsung. Dengan demikian setiap proses komunikasi inilah terjadi
peristiwa tutur. Menurut pendapat ahli mengenai hal tersebut untuk mengetahui
maksud dan tujuan berkomunikasi peristiwa tutur diwujudkan dalam sebuah
kalimat. Dari kalimat-kalimat yang diucapkan oleh penutur dapat diketahui apa
yang dibicarakan dan diinginkan penutur sehingga dapat dipahami oleh mitra tutur
atau lawan tutur. Kemudian lawan tutur akan menanggapi kalimat yang
dibicarakan oleh penutur. Misalnya, ada kalimat yang mempunyai tujuan untuk
memberitahukan saja, ada kalimat yang memerlukan jawaban, dan ada kalimat
yang meminta lawan tutur untuk melakuan suatu tindakan atau perbuatan,
menurut Aziz (2012). Dengan kata lain dalam sebuah komunikasi, penutur
memberikan sebuah pesan kepada lawan tutur yang kemudian menanggapi atau
memaknai pesan yang disampaikan kepadanya.
Menurut Chaer dan Agustina (2010:47), menyatakan bahwa peristiwa
tutur (Inggris: speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi
linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu
penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan
situasi tertentu. Berdasarkan pendapat ahli dapat dikatakan bahwa peritiwa tutur
adalah suatu peristiwa terjadinya komunikasi yang melibatkan penutur bahasa
dalam situasi dan kondisi tertentu.
10
D. Tindak Tutur
1. Pengertian Tindak Tutur
Menurut Djajasudarma (dalam Suandi, 2014:85), mengatakan bahwa
Tindak tutur merupakan aksi (tindakan) dengan menggunakan bahasa. Bahasa
digunakan pada hampir semua aktivitas. Kita menggunakaan bahasa untuk
menyatakan informasi (permohonan informasi, memerintah, mengajukan,
permohonan, mengingatkan, bertaruh, menasihati, dan sebagainya). Dengan kata
lain bahwa tindak tutur merupakan tindakan yang memerlukan adanya bahasa
untuk menyampaikan segala bentuk informasi yang dilakukan oleh penutur
kepada mitra tutur atau lawan tutur. Penyampaian informasi tersebut terjadi
karena adanya dorongan atau pengaruh dari aktivitas yang dikerjakan.
Menurut Kridalaksana (dalam Suandi, 2014: 85), mengatakan bahwa
tindak tutur (istilah Kridalaksana penuturan speech act, speech event) adalah
pengajaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari penutur diketahui
oleh lawan tutur. Dengan kata lain bahwa tindak tutur merupakan suatu bentuk
peringatan atau pengajaran yang disampaikan melalui kalimat dengan tujuan agar
maksud penutur dapat dipahami oleh lawan tutur.
Berkaitan dengan tindak tutur secara jelas menurut Chaer dan Agustine
(dalam Suandi, 2014: 85), mengatakan bahwa tindak tutur merupakan gejala
individual, berhubungan dengan kejiwaan, dan berlangsungnya sebuah
komunikasi ditentukan oleh keterampilan berbahasa si penutur dalam menghadapi
situasi tertentu. Dalam tindak tutur sebuah makna atau arti tindakan dalam tuturan
sangat berpengaruh. Dengan kata lain bahwa tindak tutur merupakan suatu
11
keadaan seseorang atau persona dalam menghadapi peristiwa komunikasi dengan
menciptakan situasi tertentu yang dapat diterima oleh berbagai pihak agar
hubungan komunikasi berjalan dengan lancar. Seseorang harus mampu berbahasa
dengan baik dan benar dalam arti ia harus mampu mengetahui dan melihat kapan
dan di mana situasi tutur terjadi dan dengan siapa ia berbicara. Ketika berbicara
tuturan dan tindakan harus sesuai sehingga memiliki makna yang dapat dipahami.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
tindak tutur merupakan tindakan seseorang dalam menanggapi sesuatu hal dengan
menggunakan bahasa yang di dalamnya memerlukan sebuah makna atau arti
tindakan.
Dalam proses tindak tutur di dalamnya terdapat unsur kebahasaan yang
juga berhubungan dengan konteks tuturan. Sehubungan dengan hal tersebut
menurut Rahardi (2006: 100), mengatakan bahwa konteks tuturan adalah segala
situasi dan kondisi lingkungan yang muncul bersamaan dengan hadirnya tuturan.
Dia dapat berupa media atau saluran yang digunakan waktu dan lokasi terjadinya
tuturan, para penutur bahasa, komunikasi, maksud dan tujuan komunikasi, dan
lain-lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konteks tuturan merujuk pada
segala macam unsur yang memungkinkan terjadinya sebuah komunikasi yang
terlaksana.
12
2. Jenis-Jenis Tindak Tutur
a. Tindak Tutur Lokusi
Menurut Putrayasa (2015:87), menyatakan bahwa tindak tutur lokusi
adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Biasanya dipandang karena
kurang penting dalam kajian tindak tutur. Rahardi dan Sumarsono (dalam
Putrayasa, 2015:87) tindak tutur itu disebut The Act of Saying Something .
sebagai contoh adalah sebagai berikut. Ikan paus adalah binatang mamalia
terbesar di samudra. Pada kalimat tersebut diutarakan semata-mata hanya
menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi
untuk memengaruhi lawan tuturnya. Kalimat tersebut hanya berupa informasi
yang tidak berdampak apa-apa terhadap mitra tuturnya.
Bila diamati secara saksama, konsep lokusi itu adalah konsep yang
berkaitan dengan proposisi kalimat. Kalimat atau tuturan dalam hal ini
dipandang sebagai satuan yang terdiri atas dua unsur, yakni subjek/topik dan
predikat/comment (Nababan dalam Putrayasa, 2015:87). Selanjutnya,
dikatakan bahwa tindak lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling mudah
untuk diidentifikasikan karena pengidentifikasiannya cenderung dilakukan
tanpa menyertakan konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tutur.
b. Tindak Tutur Ilokusi
Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk mengatakan atau
menginformasikan sesuatu, dapat juga digunakan untuk melakukan sesuatu.
Tindak ilokusi disebut juga sebagai The Act of Doing Something (Rahardi dan
Sumarsono dalam Putrayasa, 2015:87). Tindak ilokusi adalah apa yang ingin
13
dicapai oleh penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu dan dapat
merupakan tindakan menyatakan, berjanji, minta maaf, mengancam,
meramalkan, memerintah, meminta, dan lain sebagainya. Tindak ilokusi ini
dapat dikatakan sebagai tindak terpenting dalam kajian dan pemahaman
tindak tutur (Nadar dalam Putrayasa, 2015:87). Pada kalimat (1) sampai (4)
misalnya, cenderung tidak hanya digunakan untuk menginformasikan
sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu sejauh situasi tuturnya
dipertimbangkan secara saksama.
(1) Saya tidak bisa datang.
(2) Ada anjing galak.
(3) Ujian sudah dekat.
(4) Rambutmu sudah panjang.
Kalimat (1) jika diutarakan oleh seseorang kepada temannya yang
baru saja berulang tahun, kalimat (1) tidak hanya berfungsi menyatakan atau
menginformasikan sesuatu, tetapi juga untuk melakukan sesuatu, yakni
bermaksud untuk meminta maaf karena tidak bisa hadir dalam pesta ulang
tahun. Informasi ketidakhadiran penutur dalam hal ini kurang begitu penting
karena besar kemungkinan lawan tutur sudah mengetahui hal tersebut. Pada
kalimat (2) yang biasa ditemui di pintu pagar atau bagian depan rumah
pemilik anjing tidak hanya sekadar untuk menginformasikan kepada
seseorang, tetapi untuk memberikan peringatan. Akan tetapi, apabila bila
ditujukan kepada pencuri, tuturan itu mungkin digunakan untuk menakutinya.
Kalimat (3), bila diucapkan oleh seorang guru kepada muridnya, mungkin
14
berfungsi untuk memberikan peringatan kepada siswanya untuk
mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian yang sudah dekat. Bila
diucapkan oleh seorang ayah kepada anaknya, mungkin dimaksudkan untuk
menasihati agar lawan tutur tidak hanya bepergian menghabiskan waktu
secara sia-sia. Wacana (4) jika diucapkan oleh seorang lelaki kepada
pacarnya, mungkin berfungsi untuk menyatakan kekagumannya atau
kegembiraan. Akan tetapi, bila diucapkan oleh seorang ibu kepada anak
lelakinya, atau boleh seorang istri kepada suaminya, mungkin dimaksudkan
untuk menyuruh atau memerintah agar anak tersebut atau sang suami
memotong rambutnya.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa tindak ilokusi sangat sukar
diidentifikasikan karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa
penutur atau lawan tuturnya, kapan dan di mana tindak tutur itu terjadi, dan
sebagainya. Dengan demikian, tindak ilokusi merupakan bagian sentral untuk
memahami tindak tutur.
Menurut Putrayasa (2015:92), menyatakan bahwa pembagian tindak
tutur berdasarkan maksud penutur ketika berbicara (ilokusi) dibagi dalam
lima jenis. Pembagian ini didasarkan atas asumsi “Berbicara menggunakan
suatu bahasa adalah mewujudkan perilaku dalam aturan yang tertentu”.
Kelima tindak tutur tersebut adalah:
1) Tindak tutur representatif yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk
menetapkan atau menjelaskan sesuatu apa adanya. Tindak tutur ini,
seperti menyatakan, melaporkan, memberitahukan, menjelaskan,
15
mempertahankan, menolak, dan lain-lain. Tindak menyatakan,
mempertahankan maksudnya adalah penutur mengucapkan sesuatu,
maka mitra tutur percaya terhadap ujaran penutur. Tindak
melaporkan, memberitahukan, maksudnya ketika penutur
mengujarkan sesuatu, maka penutur percaya bahwa telah terjadi
sesuatu. Tindak menolak, menyangkal, maksudnya penutur
mengucapkan sesuatu maka mitra tutur percaya bahwa terdapat
alasan untuk tidak percaya. Tindak menyetujui, mengakui,
maksudnya ketika penutur mengucapkan sesuatu, maka mitra tutur
percaya bahwa apa yang diujarkan oleh penutur berbeda dengan apa
yang ia inginkan dan berbeda dengan pendapat semula.
Contoh : “Pokok bahasan kita hari ini mengenai analisis wacana.”
Tuturan dosen di atas merupakan salah satu contoh tindak tutur yang
termasuk dalam tindak memberitahukan.
2) Tindak tutur komisif, yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk
mendorong pembicaraan melakukan sesuatu, seperti berjanji,
bernazar, bersumpah, dan ancaman. Komisif terdiri atas 2 tipe, yaitu
promises (menjanjikan) dan offers (menawarkan) (Ibrahim dalam
Putrayasa, 2015). Tindak menjanjikan, mengutuk, dan bersumpah
maksudnya adalah penutur menjanjikan mitra tutur untuk melakukan
A, berdasarkan kondisi mitra tutur menunjukkan dia ingin penutur
melakukan A.
Contoh : “Saya berjanji akan datang besok.”
16
Tuturan di atas, merupakan salah satu contoh tindak komisif yang
termasuk dalam menjanjikan.
3) Tindak tutur direktif, yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk
mendorong pendengar melakukan sesuatu, misalnya menyuruh,
perintah, meminta. Menurut Ibrahim dalam Putrayasa (2015),
megatakan bahwa direktif mengekspresikan sikap penutur terhadap
tindakan yang akan dilakukan oleh mitra tutur, misalnya meminta,
memohon, mengajak, bertanya, memerintah, dan menyarankan.
Tindak meminta maksudnya ketika mengucapkan sesuatu, penutur
meminta mitra tutur untuk melakukan A, maksudnya mitra tutur
melakukan A, karena keinginan penutur. Tindak memerintah,
maksudnya ketika penutur mengekspresikan keinginannya pada
mitra tutur untuk melakukan A, mitra tutur harus melakukan A,
mitra tutur melakukan A, karena keinginan penutur. Tindak
bertanya, ketika mengucapkan sesuatu penutur bertanya,
mengekspresikan keinginan kepada mitra tutur, mitra tutur
menjawab apa yang ditanya oleh penutur.
Contoh :
Guru : “Siapa yang piket hari ini?”
Siswa : “Ani.” (siswa yang bersangkutan maju)
Tuturan di atas, merupakan suatu pertanyaan yang tujuannya
meminta informasi mitra tutur.
Guru : “Coba, ulangi jawabannya.”
17
Tuturan ini juga termasuk tindak tutur direktif yang maksudnya
menyuruh atau meminta mitra tutur mengulangi kembali
jawabannya.
4) Tindak tutur ekspresif, yaitu tindak tutur ini berfungsi untuk
mengekspresikan perasaan dan sikap. Tindak tutur ini berupa tindak
meminta maaf, berterima kasih, menyampaikan ucapan selamat,
memuji, dan mengkritik. Penutur mengekspresikan perasaan tertentu
kepada mitra tutur baik yang berupa rutinitas maupun yang murni.
Perasaan dan pengekspresian penutur untuk jenis situasi tertentu
yang dapat berupa tindak penyampaian salam (greeting) yang
mengekspresikan rasa senang karena bertemu dan melihat seseorang,
tindak berterima kasih (thanking) yang mengekspresikan rasa syukur
karena telah menerima sesuatu. Tindak meminta maaf (apologizing)
mengekspresikan simpati karena penutur telah melukai atau
mengganggu mitra tutur.
Contoh : “Ya, bagus sekali nilai rapormu.”
Tuturan di atas, merupakan salah satu contoh tindak ekspresif yang
termasuk pujian.
5) Tindak tutur deklaratif, yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk
memantapkan sesuatu yang dinyatakan, antara lain dengan setuju,
tidak setuju, benar-benar salah, dan sebagainya.
18
c. Tindak Tutur Perlokusi
Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya
dimaksudkan untuk memengaruhi lawan tutur. Sebuah tuturan yang
diucapkan oleh seseorang sering mempunyai daya pengaruh (perlocutionary
force), atau efek bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini
dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak
perlokusi yaitu tindakan untuk memengaruhi lawan tutur seperti memalukan,
mengintimidasi, membujuk, dan lain-lain. Tindak ini disebut sebagai The Act
of Affecting Something (Rahardi dan Sumarsono dalam Putrayasa, 2015:88).
Adapun contoh tindak tutur perlokusi sebagai berikut:
(1) Rumahnya jauh.
(2) Kemarin saya sangat sibuk.
(3) Televisinya 20 inci.
Seperti halnya dengan tindak tutur ilokusi, kalimat (1) sampai dengan
(3) tidak hanya mengandung tindak lokusi saja. Jika kalimat (1) diucapkan
oleh seseorang kepada ketua perkumpulannya, maka ilokusinya adalah secara
tidak langsung menginformasikan bahwa orang yang dibicarakan tidak dapat
terlalu aktif di dalam organisasinya. Adapun efek perlokusi yang mungkin
diharapkan adalah agar ketua tidak terlalu banyak memberikan tugas
kepadanya. Jika kalimat (2) diucapkan oleh seseorang yang tidak dapat
menghadiri undangan rapat kepada orang yang mengundangnya, kalimat ini
merupakan tindak ilokusi memohon maaf, dan efek perlokusi yang
diharapkan adalah orang yang mengundang dapat memakluminya. Bila
19
kalimat (3) diucapkan oleh seseorang kepada temannya pada saat akan
diselenggarakannya siaran langsung sebuah ajang kompetisi bernyanyi
misalnya, kalimat ini tidak hanya mengandung tindak lokusi, tetapi juga
ilokusi yang berupa ajakan untuk menonton di tempat temannya, dengan efek
perlokusi lawan tutur menyetujui ajakannya.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa secara relatif mudah dapat
diketahui bahwa wacana (4) dan (5) di bawah ini tidak semata-mata
mengandung lokusi, tetapi juga ilokusi, bahkan perlokusi sebagai maksud
pengutaraannya yang utama.
(4) Baru-baru ini Walikota Denpasar telah membuka Wijaya Departement
Store yang terletak di pusat belanjaan dengan tempat parkir yang sangat
luas dan aman.
(5) Kartu pass tidak berlaku.
Wacana (4) disusun bukan semata-mata untuk memberikan sesuatu, tetapi
secara tidak langsung merupakan undangan atau ajakan untuk berbelanja ke
Departement Store bersangkutan. Letak Departement Store yang strategis
dengan tempat yang amat luat serta aman diharapkan memiliki efek untuk
membujuk para pembacanya. Pada wacana (5) lazimnya ditemui pada iklan
film yang akan atau sedang ditayangkan. Wacana (5) secara tidak langsung
mengutarakan ilokusi bahwa film yang diputar sangat bagus, dengan
perlokusi dapat membujuk para calon penontonnya.
20
3. Jenis Tindak Tutur Berdasarkan Penyampaiannya
Menurut Najamuddin (2018:21-24), berpendapat bahwa berdasarkan cara
penyampaiannya, tuturan dapat dibedakan menjadi tuturan langsung dan tuturan
tidak langsung. Secara formal, berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi
kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah.
Secara konvensional kalimat berita digunakan untuk memberitakan sesuatu
(informasi), kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk
menyatakan perintah, ajakan, permintaan atau permohonan. Bila kalimat itu
dituturkan secara konvensional maka tindak tutur yang terbentuk adalah tindak
tutur langsung (direct speech act).
Di samping itu untuk berbicara secara sopan, perintah dapat diutarakan
dengan kalimat berita atau tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya
dip]erintah. Bila hal ini terjadi maka terjadi tindak tutur tidak langsung (indirect
speech act). Untuk memperjelas pendapat di atas dapat diberikan contoh sebagai
berikut:
1. Ambilkan baju saya!
Kalimat di atas adalah kalimat langsung (direct speech act). Jika dijadikan
kalimat tidak langsung (indirect speech act) maka kalimatnya akan berubah
menjadi:
2. Di mana baju saya?
Kalimat 2) jika dituturkan oleh seorang kakak kepada adiknya tidak
semata-mata hanya untuk menanyakan letak bajunya, tetapi juga secara tidak
langsung memerintah agar sang adik untuk mengambil baju kakaknya.
21
Dari uraian tersebut, Wijana (dalam Najamuddin, 2018) membuatkan
skema penggunaan modus kalimat dalam kaitannya dengan kelangsungan tindak
tutur dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penggunaan Modus Kalimat
Modus
Tindak Tutur
Langsung Tidak langsung
Berita Memberitahukan Menyuruh
Tanya Bertanya Menyuruh
Perintah Memerintah -
Skema di atas juga menunjukkan bahwa kalimat perintah tidak dapat
digunakan untuk mengutarakan tuturan secara tidak langsung. Selain ada tindak
tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung ada juga tindak tutur literal dan
tindak tutur tidak literal. Tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak
tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya,
sedangkan tindak tutur tidak literal (nonliteral speech act) adalah tindak tutur
yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata
yang menyusunnya (Wijana dalam Najamuddin, 2018:22).
1) penyanyi itu suaranya bagus.
2) suaramu bagus, (tapi tak usah nyanyi saja).
Kalimat c), bila diutarakan untuk maksud memuji atau mengagumi
kemerduan suara penyanyi yang dibicarakan, merupakan tindak tutur literal,
sedangkan kalimat 4), karena penutur memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya
22
tidak bagus dengan mengatakan, “tak usah nyanyi saja” merupakan tindak tutur
tidak literal.
4. Interseksi Berbagai Tindak Tutur
Menurut Wijana dan Rosadi (dalam Najamuddin, 2018), menyatakan
bahwa tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung bila disinggungkan
(diinterseksikan) dengan tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal, akan
didapatkan tindak tutur tidak langsung sebagai berikut:
a. Tindak Tutur Langsung Literal
Tindak tutur langsung literal (direct literal speech act) adalah tindak
tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan
maksud pengutaraannya. Maksudnya adalah memerintah dengan
menggunakan kalimat perintah, bertanya dengan menggunakan kalimat tanya,
dan memerintah menggunakan kalimat perintah.
b. Tindak Tutur Tidak Langsung Literal
Tindak tutur tidak langsung literal (indirech literal speech act) adalah
tindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai
dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya
sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur, dengan kata lain memerintah
menggunakan kalimat berita atau memerintah menggunakan kalimat tanya.
Misalnya, seorang berkata, “Ruangan ini berantakan.” Kalimat ini adalah
kalimat berita tetapi dalam konteks seorang guru yang berkata kepada
siswanya. Kalimat ini tidak hanya memberikan informasi tetapi juga
memerintah siswanya agar membereskan ruangan kelasnya.
23
c. Tindak Tutur Langsung Tidak Literal
Tindak tutur tidak langsung tidak literal (direct nonliteral speech act)
adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai
dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki
makna yang sama dengan maksud penuturnya. Maksudnya adalah
memerintah diutarakan dengan kalimat perintah dan maksudnya untuk
menginformasikan dengan kalimat berita. Contoh: “Kalau makan biar
kelihatan sopan, bersuaralah terus!”. Dalam kalimat ini penutur menyuruh
lawan tuturnya agar tidak berbicara ketika sedang makan. Dalam hal ini
kalimat tanya tidak dapat digunakan untuk mengutarakan tindak tutur
langsung tidak literal.
d. Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal
Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech
act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna
kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan.
Maksudnya adalah jika ingin memerintah seseorang tidak harus
menggunakan kalimat perintah tetapi bisa menggunakan kalimat berita atau
menggunakan kalimat tanya. Misalnya, “Volume radionya pelan sekali, tidak
kedengaran.” Kalimat ini dituturkan oleh seorang tetangga agar mengecilkan
atau mematikan radionya agar tidak bising.
E. Aspek-Aspek Situasi Ujar
Menurut Wijana (dalam Najamuddin, 2018:18-20), menyatakan bahwa
aspek-aspek situasi ujar terdiri atas lima bagian, yaitu: 1) penutur dan lawan tutur;
24
2) konteks tuturan; 3) tujuan tuturan; 4) tindak tutur sebagai bentuk tindakan; dan
5) tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek-aspek situasi tutur akan dijelaskan
sebagai berikut :
1. Penutur dan Lawan Tutur
Konsep penutut dan lawan tutur ini juga mencakup penulis dan pembaca
bila tuturan bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-aspek
yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar belakang
sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dan sebagainya.
2. Konteks Tuturan
Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek
fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks yang
bersifat fisik lazim disebut koteks (cotext), sedangkan konteks setting sosial
disebut konteks. Di dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah semua
latar belakang pengetahuan (back ground knowledge) yang dipahami bersama
oleh penutur dan lawan tutur.
3. Tujuan Tuturan
Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh
maksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan yang
bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Atau
sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan tuturan yang sama.
4. Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas
Bila gramatika menangani unsur-unsur kebahasaan sebagai entitas yang
abstrak, seperti kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi semantik, dan
25
sebagainya. Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang
terjadi dalam situasi tertentu. Dalam hubungan ini pragmatik menangani bahasa
dalam tingkatannya yang lebih konkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan
sebagai entitas konkret jelas penutur dan lawan tuturnya, serta waktu dan tempat
pertuturannya.
5. Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal
Tuturan yang digunakan dalam pragmatik, seperti yang dikemukakan
dalam kriteria keenam merupakan bentuk tindak tutur. Oleh karena itu, tuturan
yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal.
Adapun menurut Poedjosoedarmo (dalam Putrayasa, 2015:96),
menjelaskan bahwa aspek tutur atau komponen tutur juga diekplanasikan dengan
menggunakan memoteknik O, O, E MAU BICARA, memoteknik tersebut
diuraikan sebagai berikut.
O1 : Orang ke-1, yang dimaksudkan di sini adalah pribadi penutur karena
sedikit banyaknya ujaran memang ditentukan oleh pribadi penutur.
Seorang penutur yang pemalu akan memiliki kebiasaan kebahasaan yang
berbeda dengan seorang pemberani. Latar belakang penutur meliputi:
jenis kelamin, asal daerah, asal golongan masyarakat, umur, profesi,
kelompok etnik, dan aliran kepercayaannya.
O2 : Orang ke-2, yaitu lawan tutur orang ke-1. Faktor penting kedua yang
menentukan bentuk tutur keluar dari mulut seorang penutur ialah orang
kedua, yaitu orang yang diajak bicara oleh penutur itu. Yang perlu
diperhatikan antara lain anggapan O1 tentang seberapa tinggi tingkatan
26
sosial orang kedua (O2) dan seberapa akrab hubungan antara kedua
orang tersebut. Anggapan terhadap keintiman relasi antara O1 pada O2
akan menentukan corak bahasa yang dituturkannya.
E : Warna emosi O1, yaitu suasana emosi O1 pada waktu yang bersangkutan
hendak bertutur. Warna emosi O1 akan sangat memengaruhi bentuk
tuturannya, misalnya seorang penutur yang gugup akan mengeluarkan
tuturan-tuturan yang tidak teratur, kurang jelas, dan kurang beraturan.
M : Maksud dan tujuan percakapan. Maksud dan kehendak O1 juga sangat
menentukan bentuk tuturannya. Misalnya, orang yang ingin meminjam
uang kepada seseorang akan cenderung menggunakan wacana yang
strukturnya berbelit-belit.
A : Adanya O3 dan barang-barang lain di sekitar adegan percakapan. Suatu
tuturan dapat berganti bentuknya dari apa yang biasanya terjadi apabila
seseorang tertentu kebetulan hadir pada suatu adegan tutur. Misalnya,
karena alasan mengikutsertakan O3 yang berasal dari luar Pulau Jawa,
O1 dan O2 yang semula menggunakan bahasa Jawa beralih
menggunakan bahasa Indonesia.
U : Urutan tutur. Orang pertama yang memulai suatu percakapan akan lebih
bebas menentukan bentuk tuturannya daripada lawan tuturnya. Misalnya,
apabila O1 menggunakan bahasa Indonesia, maka O2 akan menjawabnya
dengan bahasa Indonesia pula. Demikian pula apabila O1 menggunakan
bahasa Jawa halus, maka O2 juga akan menanggapi dengan bahasa Jawa
27
halus, kecuali dalam situasi percakapan tersebut O2 yakin status
sosialnya lebih tinggi daripada O1.
B : Bab yang dibicarakan, pokok pembicaraan. Pokok pembicaraan juga
akan memengaruhi warna suasana bicara. Beberapa orang yang sedang
membicarakan masalah ilmiah, seperti sejarah, atau psikologi dan mereka
berasal dari berbagai daerah di Indonesia akan menggunakan bahasa
Indonesia. Demikian juga misalnya percakapan mengenai kepercayaan,
agama, dan bab-bab yang serius akan dilaksanakan dengan menggunakan
bahasa formal.
I : Instrumen atau sarana tutur. Sarana tutur seperti telegram, walkie talkie,
telepon juga memengaruhi bentuk ujaran. Biasanya bahasa yang
digunakan harus ringkas, langsung pada pokok masalahnya.
C : Cita rasa tutur. Cita rasa bahasa juga memengaruhi bentuk ragam tutur
yang dilontarkan. Kapan akan digunakan ragam bahasa santai, ragam
bahasa formal, dan ragam bahasa indah tentu bergantung pada berbagai
faktor. Suasana perkawinan yang megah tentu akan diisi berbagai pidato
yang indah juga. Sebaliknya, ragam bahasa santai tidak akan digunakan
dalam situasi yang serba tergesa-gesa atau pada saat penuturnya diburu
waktu.
A : Adegan tutur, yaitu faktor-faktor yang terkait dengan tempat, waktu, dan
peristiwa tutur. Percakapan yang dilakukan di masjid, gereja, kelenteng,
28
atau tempat ibadah lain akan berbeda dengan percakapan yang dilakukan
di pasar.
R : Register khusus atau bentuk wacana atau genre tutur. Bentuk wacana
seperti pidato yang akan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang lazim,
misalnya dimulai dengan sapaan, salam, introduksi, isi pidato, dan
penutup.
A : Aturan atau norma kebahasaan lain. Aturan kebahasaan atau norma akan
memengaruhi bentuk tuturan. ada sejumlah norma yang harus dipenuhi,
misalnya kejelasan dalam bicara. Di samping itu juga, terdapat aturan
yang berisi anjuran untuk tidak menanyakan tentang gaji, umur, dan lain-
lain yang bersifat pribadi. Keberadaan norma dan aturan tersebut akan
menentukan bentuk ujaran.
F. Kerangka Pikir
Kajian pragmatik membahas mengenai tindak tutur. Tindak tutur
merupakan bentuk dari peristiwa komunikasi yang mempunyai fungsi, maksud,
dan tujuan tertentu serta menimbulkan pengaruh atau efek pada lawan tutur.
Tindak tutur juga dapat berarti sebuah tindakan seseorang dalam menanggapi
sesuatu hal dengan menggunakan bahasa yang di dalamnya memerlukan sebuah
makna atau arti tindakan. Adapun beberapa bentuk tindak tutur, yaitu: tindak tutur
lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Dalam penelitian ini
peneliti memfokuskan pada dua tindak tutur, yakni tindak tutur ilokusi dan tindak
tutur perlokusi. Pengertian dari tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang
29
berfungsi menyampaikan atau menginformasikan sesuatu hal dengan adanya
tindakan, sedangkan tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang berfungsi
menyampaikan atau menginformasikan sesuatu dengan adanya pengaruh atau efek
untuk ke depannya. Dalam tindak tutur ilokusi terdapat jenis-jenis tindak tutur,
yakni representatif, komisif, direktif, deklarasi, dan ekspresif. Pengertian dari
representative adalah tindak tutur yang memeriksa suatu keadaan atau peristiwa;
komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melakukan sesuatu;
direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan agar pendengarnya melakukan
suatu tindakan; deklarasi adalah tindak tutur yang dapat mengubah atau
mendatangkan suatu keadaan; ekspresif adalah tindak tutur yang menunjukkan
keadaan psikologis atau sikap penuturnya.
Dari kedua tindak tutur yakni ilokusi dan perlokusi tersebut akan dianalisis
dan menghasilkan temuan yang berupa pendeskripsian tindak tutur ilokusi dan
perlokusi pada kegiatan mengaji santriwan dan santriwati di Masjid Jami
Rappokalling.
Kerangka pikir dalam penelitian ini digambarkan dalam bentuk skema
berikut:
30
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
PRAGMATIK
TINDAK TUTUR
PERLOKUSI
ANALISIS
TUTURAN SANTRIWAN, SANTRIWATI, DAN
TENAGA PENGAJAR (USTADZ) YANG
MENGHASILKAN TINDAK TUTUR
TEMUAN
LOKUSI ILOKUSI
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode kualitatif bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
tidak menggunakan perhitungan atau diistilahkan dengan penelitian ilmiah yang
menekankan pada karakter alamiah sumber data.
Penelitian ini bersifat deskriptif karena tidak dituangkan dalam bentuk
bilangan. Dalam arti, berupa kata-kata yang diujarkan oleh santriwan, santriwati,
dan tenaga pengajar (ustadz).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menganalisis percakapan pada
kegiatan mengaji santriwan, santriwati, dan tenaga pengajar (ustadz) yang
bertempat di Masjid Jami Rappokalling. Adapun waktu penelitian yang
dilaksanakan yakni selama 3 minggu dimulai pada tanggal 16-03 Agustus 2019.
C. Defini Istilah
1. Tindak tutur : suatu aksi atau tindakan seseorang dalam menanggapi sesuatu
hal dengan menggunakan bahasa yang di dalamnya memerlukan sebuah
makna atau arti tindakan.
2. Tindak tutur lokusi : tindak tutur yang sekadar menyampaikan atau
menginformasikan tanpa ada timbal balik.
32
3. Tindak tutur ilokusi : tindak tutur yang bersifat menyampaikan atau
menginformasikan dengan adanya tindakan bagi para pendengar atau lawan
tutur.
4. Tindak tutur perlokusi : tindak tutur yang bersifat menyampaikan atau
menginformasikan dengan adanya tindakan dan pengaruh atau efek bagi para
pendengar di masa depan.
D. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah ujaran dari santriwan, santriwati, dan
tenaga pengajar di Masjid Jami Rappokalling. Adapun sumber data yakni tenaga
pengajar berjumlah 4 orang, santriwan berjumlah 12 orang, dan santriwati
berjumlah 11 orang di Masjid Jami Rappokalling.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen utama yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah media
audio visual berupa kamera. Media audio visual adalah media yang mempunyai
unsur suara dan unsur gambar. Dalam penelitian ini, kamera yang digunakan
adalah kamera handphone. Kamera berfungsi sebagai alat yang dapat membantu
untuk merekam setiap peristiwa tutur dan tindak tutur pada kegiatan mengaji
santriwan dan santriwati di Masjid Jami Rappokalling.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik observasi non-partisipan, peneliti tidak terlibat aktif dalam kehidupan
informan, tetapi hanya menjadi pengamat independen. Kemudian menggunakan
teknik rekam yang dilakukan dengan menggunakan media audio visual yang
33
merekam setiap peristiwa dan tindak tutur. Setelah memperoleh hasil rekaman
audio visual, diadakan teknik simak yang dilakukan dengan menyimak
penggunaan bahasa. Setelah itu, hasil simakan yang berupa data dimasukkan ke
dalam data mentah yang merupakan sebuah kondisi untuk sebuah data di dalam
sebuah sistem komputer yang dikoleksi langsung dari sebuah sumber langsung
tanpa perubahan apa pun. Kemudian data diklasifikasi ke dalam korpus data
dengan mengidentifikasi tindak tutur ilokusi dan perlokusi.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah setelah data
terkumpul dari hasil rekaman audio visual yang kemudian dicatat dalam kartu
data dan sudah ditata secara sistematis sesuai dengan kepentingan penelitian.
Tahap ini data dianalisis sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Analisis yang
dilakukan dalam penelitian ini berupa mengindentifikasi jenis tindak tutur ilokusi
dan perlokusi pada tiap ujaran santriwan, santriwati, dan tenaga pengajar (ustadz)
di Masjid Jami Rappokalling.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian yang terdapat pada
kegiatan mengaji santriwan dan santriwati dengan pembahasan yaitu tindak tutur
ilokusi dan perlokusi yang dilakukan oleh santriwan, santriwati, dan tenaga
pengajar di Masjid Jami Rappokalling.
Hasil penelitian dalam penelitian ini mendeskripsikan tindak tutur ilokusi
dan perlokusi yang terdapat pada kegiatan mengaji santriwan dan santriwati di
Masjid Jami Rappokalling. Deskripsi hasil penelitian ini disesuaikan dengan
tujuan penelitian, yaitu (1) mendeskripsikan tindak tutur ilokusi pada kegiatan
mengaji santriwan dan santriwati di Masjid Jami Rappokalling dan (2)
mendeskripsikan tindak tutur perlokusi pada kegiatan mengaji santriwan dan
santriwati di Masjid Jami Rappokalling. Deskripsi hasil penelitian dipaparkan
sebagai berikut.
1. Tindak Tutur Ilokusi pada Kegiatan Mengaji Santriwan dan
Santriwati di Masjid Jami Rappokalling
Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk mengatakan atau
menginformasikan sesuatu, dapat juga digunakan untuk melakukan sesuatu.
Tindak ilokusi adalah apa yang ingin dicapai oleh penuturnya pada waktu
menuturkan sesuatu dan dapat merupakan tindakan menyatakan, berjanji,
minta maaf, mengancam, meramalkan, memerintah, meminta, dan lain
sebagainya. Tindak tutur ilokusi sangat sukar diidentifikasi karena dalam
35
peristiwa tindak tutur ini terlebih dahulu perlu diketahui siapa penutur dan
lawan tutur, kapan dan di mana tindak tutur itu terjadi. Sehingga dikatakan
bahwa tindak tutur ilokusi merupakan bagian sentral untuk memahami
tindak tutur.
Pembagian tindak tutur berdasarkan maksud penutur ketika
berbicara (ilokusi) dibagi dalam lima jenis. Sehubungan dengan hal tersebut
bahwa berbicara merupakan bahasa yang digunakan dengan adanya
dorongan, tanggapan atau reaksi antara penutur dan mitra tutur ketika
dihadapkan pada situasi dan kondisi sekitarnya. Kelima tindak tutur
tersebut, yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur komisif, tindak tutur
direktif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur deklaratif.
Tindak tutur representatif yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk
menetapkan atau menjelaskan sesuatu apa adanya. Tindak tutur komisif,
yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk mendorong pembicaraan melakukan
sesuatu. Tindak tutur direktif, yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk
mendorong pendengar melakukan sesuatu. Tindak tutur ekspresif, yaitu
tindak tutur ini berfungsi untuk mengekspresikan perasaan dan sikap.
Tindak tutur deklaratif, yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk
memantapkan sesuatu yang dinyatakan.
Berdasarkan penjelasan tersebut tindak tutur ilokusi terdapat tindak
representatif, tindak komisif,tindak direktif, tindak ekspresif, dan tindak
deklaratif. Namun, dalam penelitian ini peneliti tidak menemukan semua
bentuk tindak tutur, yang ditemukan yaitu : tindak representatif, tindak
36
komisif, tindak direktif, dan tindak ekspresif. Keempat bentuk tindak tutur
tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.
a. Tindak Representatif
Tindak tutur representatif yaitu tindak tutur yang berfungsi
untuk menetapkan atau menjelaskan sesuatu apa adanya. Tindak tutur
ini, seperti menyatakan, melaporkan, memberitahukan, menjelaskan,
mempertahankan, menolak, dan lain-lain.
Dalam penelitian ini, ditemukan ada tiga jenis tindak tutur
representatif, yaitu tindak melaporkan, tindak memberitahukan, dan
tindak menolak. Data mengenai tiga jenis tindak tutur tersebut
dipaparkan berikut ini.
1) Melaporkan
Tindak melaporkan merupakan salah satu tindak representatif
yang dilakukan antara penutur dan mitra tutur ketika melakukan
interaksi. Tuturan ini dilakukan penutur kepada mitra tutur dengan
maksud melaporkan suatu kejadian atau peristiwa. Data berupa tindak
melaporkan dipaparkan berikut ini.
(1) SA : “Kak Hilman, ada mi kak Anti!”
(1-003)
UH : “Kak Anti! Oh iya, ke sana mi pale.”
SA : (menuju ke Ust. Anti)
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh santriwati A ketika ia melihat ustdza
yang akan mengajarinya mengaji telah datang.
37
Data (1) mengandung makna tindak melaporkan. Hal ini tergambar pada
tuturan yang dituturkan oleh Santriwati (SA) ketika melaporkan hal yang
dilihatnya yakni melihat ustadza yang mengajarinya mengaji telah datang dan
ingin menghampirinya untuk belajar mengaji. Pernyataan tersebut ditunjukkan
dengan tuturan kak Hilman, ada mi kak Anti!, yang merupakan pelaporan.
2) Memberitahukan
Tindak memberitahukan merupakan salah satu tindak
representatif yang dilakukan antara penutur dan mitra tutur ketika
melakukan interaksi. Tuturan ini dilakukan dengan maksud
memberitahukan suatu kejadian atau peristiwa. Data berupa tindak
memberitahukan dipaparkan berikut ini.
(2) UH : “Nah, ... kalau mengajiki berlipat gandaki amalanta di
bulan Ramadan, kalau bikinki dosa toh, berlipat ganda
juga dosata.”
(2-028)
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ustadz Hilman ketika membahas
mengenai kegiatan yang dilakukan di bulan Ramadan yang
berkaitan dengan rukun islam yang salah satunya ialah berpuasa
dan memberitahukan santrinya perihal balasan yang diperolehnya
jika melakukan perbuatan baik atau buruk.
Data (2) mengandung makna tindak memberitahukan. Hal ini tergambar
pada tuturan yang dituturkan oleh ustadz Hilman (UH) ketika membahas
mengenai kegiatan yang dilakukan di bulan Ramadan yang telah berlalu berkaitan
dengan rukun islam yang salah satunya ialah berpuasa dan memberitahukan
perihal ganjaran atau balasan dari sebuah perbuatan yang dilakukan di bulan
Ramadan. Ustadz Hilman (UH) memberitahukan bahwa jika kita mengaji di bulan
38
Ramadan maka amalan kita berlipat ganda tetapi jika kita berbuat dosa di bulan
Ramadan maka dosa kita pun berlipat ganda. Pernyataan tersebut ditunjukkan
dengan tuturan kalau mengajiki berlipat gandaki amalanta di bulan Ramadan,
kalau bikinki dosa toh, berlipat ganda juga dosata yang merupakan
pemberitahuan.
3) Menolak
Tindak menolak merupakan salah satu tindak representatif yang
dilakukan antara penutur dan mitra tutur ketika melakukan interaksi.
Tuturan ini dilakukan dengan maksud menolak sebuah permintaan atau
keinginan. Data berupa tindak menolak dipaparkan berikut ini.
(3) R : “Mauka main kak.”
F : “Ih, belum pi waktu nah.”
UY : “Belum pi waktu main nah. Di sini saja di bangkunya, asal
jangan jalan-jalan, di situ saja di bangkunya!”
(7-098)
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ustadz Yuli ketika menolak permintaan
atau keinginan Reski untuk bermain dan berjalan-jalan di dalam
masjid.
Data (3) mengandung makna tindak menolak. Hal ini tergambar pada
tuturan yang dituturkan oleh ustadza Yuli yang menolak permintaan Reski yang
ingin bermain dengan mengatakan bahwa belum waktunya untuk beristirahat atau
bermain karena waktu kegiatan mengaji sedang berlangsung. Pernyataan tersebut
ditunjukkan dengan tuturan belum pi waktu main nah yang merupakan penolakan.
Realisasi dari tuturan ini adalah ustadza Yuli (UY) melarang santriwatinya
bermain dan berjalan atau berlarian di dalam masjid.
39
b. Tindak Komisif
Tindak tutur komisif yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk
mendorong pembicaraan melakukan sesuatu, seperti berjanji, bernazar,
bersumpah, dan ancaman.
Dalam penelitian ini ditemukan ada satu jenis tindak tutur
komisif, yaitu tindak ancaman. Data mengenai tindak ancaman
dipaparkan berikut ini.
1) Mengancam
Tindak mengancam merupakan salah satu tindak komisif yang
dilakukan antara penutur dan mitra tutur ketika melakukan interaksi.
Tuturan ini dilakukan dengan maksud penutur mengancam mitra tutur
untuk melakukan A, berdasarkan kondisi mitra tutur menunjukkan dia
ingin penutur melakukan A. Data berupa tindak mengancam dipaparkan
berikut ini.
(4) UY : “Balqis, janganki bobo deh! Eh, ku kasih masuk malam ini
Balqis e tidak maui menurut!”
(6-059)
B : (bangun dan duduk).
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ust. Yuli ketika mengancam santrinya
yang sedang berbaring atau tiduran di waktu kegiatan mengaji
berlangsung.
(5) UY : “Pasang itu bajumu, ndag mauko, masuk malamko. Pasang
bajumu! Masuk malamko itu, sudah pi isya baru pulangko.
Pakai bajumu!”
(7-074)
F : (segera memasang baju)
40
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ust. Yuli ketika mengancam Fadel yang
tidak memakai baju kokonya.
Data (4) mengandung makna tindak mengancam. Hal ini tergambar pada
tuturan yang dituturkan oleh ustadza Yuli (UY) yang beberapa kali menegur
Balqis (B) untuk tidak tiduran saat kegiatan mengaji berlangsung namun ia tidak
menurut pada perkataan ustadza sehingga ustadza Yuli (UY) mengancam akan
memindahkan jadwal mengajinya di malam hari jika ia tidak menurut untuk
bangun dari posisi tidurnya. Pernyataan tersebut ditunjukkan dengan tuturan ku
kasih masuk malam ini Balqis e tidak maui menurut!, yang merupakan ancaman.
Realisasi dari tuturan ini adalah melarang Balqis (B) untuk tidur atau berbaring
saat kegiatan mengaji sedang berlangsung.
Data (5) mengandung makna tindak mengancam. Hal ini tergambar pada
tuturan yang dituturkan oleh ustadza Yuli (UY) ketika melihat Fadel (F) tidak
mengenakan baju kokonya hanya baju kaos dalam saja karena kepanasan ia tidak
ingin memakainya sehingga ustadza Yuli mengancam akan memindahkan jadwal
mengajinya di malam hari jika ia tidak memakai baju koko. Pernyataan tersebut
ditunjukkan dengan tuturan tegas masuk malamko dan mengulanginya dengan
tuturan yang lebih jelas masuk malamko itu, sudah pi isya baru pulangko yang
merupakan ancaman.
c. Tindak direktif
Tindak tutur direktif, yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk
mendorong pendengar melakukan sesuatu, misalnya menyuruh,
41
meminta, memohon, mengajak, bertanya, memerintah, dan
menyarankan.
Dalam penelitian ini ditemukan ada empat jenis tindak tutur
direktif, yaitu tindak memerintah, tindak bertanya, tindak menyarankan,
dan tindak meminta. Data mengenai empat jenis tindak tutur tersebut
dipaparkan berikut ini.
1) Memerintah
Tindak memerintah merupakan salah satu tindak direktif yang
dilakukan antara penutur dan mitra tutur ketika melakukan interaksi.
Tuturan ini dilakukan dengan maksud ketika penutur mengekspresikan
keinginannya pada mitra tutur untuk melakukan A, mitra tutur harus
melakukan A, mitra tutur melakukan A, karena keinginan penutur. Data
berupa tindak memerintah dipaparkan berikut ini.
(6) UY : “Menulis A Ba Ta!”
(4-035)
R : “Mana tadi anu na ini?” (berbicara dengan teman yang
memegang pulpen ustadznya)
UY : “Iya, jangan mi ininya ini na mo saja na cantik!”
R : “Pulpennya Bu guru”
TR : (memperlihatkan pulpen ustadznya)
R : “Taruh mi di tasku!” (sambil memberikan tempat pensil
kepada temannya).
TR : (menaruh tempat pensil ke dalam tas Reski)
R : “Apa ini?” (menanyakan tentang buku yang baru dilihatnya)
TR : “Pres...” (tak meneruskan kata-katanya ia langsung
mengambil bukunya kemudian buku itu disimpan olehnya)
R : (sedang menulis)
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ust. Yuli yang memerintahkan santrinya
untuk menulis tulisan arab yang terdapat pada buku iqra di bagian
yang berjudul A Ba Ta.
42
(7) UY : “Bismillahirrahmanirrahim... mulai! Jari!” (sambil
menunjuk jari santriwan)
(5-046)
RE : “A” (menunjuk huruf yang dibacanya)
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ust. Yuli yang memerintahkan santrinya
untuk memulai mengaji dan menunjuk huruf yang dibacanya
dengan menggunakan jari.
(8) UY : “Mila, duduk makan!”
(6-061)
M : (Segera duduk)
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ust. Yuli yang memerintahkan santrinya
untuk duduk ketika makan.
(9) UY : “Asisa, kasi’ki kak Naya nak! mau menjual buku. Kasi’ki
kak Naya di belakang!”
(6-068)
AS : “Kak Naya, Kak!”
UY : “Iya.”
AS : (segera ke belakang memberi kunci Kak Naya)
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ust. Yuli yang memerintahkan Asisa
untuk memberikan kunci kepada ust. Naya.
(10) UY : “Duduk di bawah!”
(7-072)
SL : (segera turun dari meja dan duduk di lantai)
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ust. Yuli yang memerintahkan santrinya
untuk duduk di lantai.
(11) UY : “Alpa, di sini duduk!”
(8-103)
A : (segera duduk)
43
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ust. Yuli yang memerintahkan Alpa
untuk duduk ditempat yang ditunjukkan.
(12) UY : “Duduk anak soleh!”
(8-105)
S : “Siap.”
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ust. Yuli yang memerintahkan santrinya
untuk duduk dengan baik layaknya anak yang soleh.
(13) UA : “Pasang tasnya!” (berbicara kepada Fadillah)
(9-127)
F : (memasang tasnya)
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ust. Anti yang memerintahkan santrinya
untuk memasang tasnya ketika hendak bersiap untuk pulang.
Data (6) mengandung makna tindak memerintah. Hal ini tergambar
pada tuturan yang dituturkan oleh ustadza Yuli (UY) saat mengajari seorang
santriawati dengan melatih keterampilan menulisnya dalam menulis tulisan arab.
Ia memerintahkan Reski (R) untuk menulis tulisan arab yang terdapat pada buku
iqra di bagian yang berjudul A Ba Ta. Pernyataan tersebut ditunjukkan dengan
tuturan menulis A Ba Ta!, yang merupakan perintah.
Data (7) mengandung makna tindak memerintah. Hal ini tergambar
pada tuturan yang dituturkan oleh ustadza Yuli (UY) saat akan memulai untuk
mengajar Reihan (RE) mengaji. Ustadza Yuli (UY) memerintahkan Reihan (RE)
untuk memulai mengajinya dan menyuruhnya menunjuk huruh hijaiyah yang akan
dibacanya dengan menggunakan jarinya agar diketahui huruf yang dibacanya.
44
Pernyataan tersebut ditunjukkan dengan tuturan mulai! Jari!, yang merupakan
perintah.
Data (8) mengandung makna tindak memerintah atau menyuruh. Hal ini
tergambar pada tuturan yang dituturkan oleh ustadza Yuli (UY) ketika melihat
Mila (M) sedang berdiri sambil makan. Ustadza Yuli (UY) memerintahkan atau
menyuruh Mila (M) untuk duduk ketika makan. Pernyataan tersebut ditunjukkan
dengan tuturan Mila, duduk makan!, yang merupakan perintah.
Data (9) mengandung makna tindak memerintah. Hal ini tergambar
pada tuturan yang dituturkan oleh ustadza Yuli (UY) ketika ingin memberikan
kunci kepada ustadza Naya. Ustadza Yuli (UY) memerintahkan Asisa (AS) untuk
memberikan kunci kepada ustadza Naya yang sedang berada di ruang belakang
sedangkan ia sedang mengajar mengaji yang tempatnya terpisah dengan ruangan
ustadza Naya. Pernyataan tersebut ditunjukkan dengan tuturan kasi’ki kak Naya
nak!, dan mengulang pernyataannya dengan jelas kasi’ki kak Naya di belakang!,
yang merupakan perintah.
Data (10) mengandung makna tindak memerintah atau menyuruh. Hal
ini tergambar pada tuturan yang dituturkan oleh ustadza Yuli (UY) ketika melihat
Salsabila (SL) sedang duduk di atas meja. Ustadza Yuli (UY) memerintahkan atau
menyuruh Salsabila (SL) untuk duduk di bawah lantai bukan di atas meja.
Realisasi dari tuturan ini adalah ustadza Yuli (UY) melarang Salsabila (SL) duduk
di atas meja. Pernyataan tersebut ditunjukkan dengan tuturan duduk di bawah!,
yang merupakan perintah.
45
Data (11) mengandung makna tindak memerintah. Hal ini tergambar
pada tuturan yang dituturkan oleh ustadza Yuli (UY) saat menyiapkan santrinya
untuk pulang dengan memperbaiki posisi duduk santri dengan baik. Ustadza Yuli
(UY) memerintahkan atau menyuruh Alpa (A) untuk duduk di tempat yang
ditunjukkan oleh ustadza Yuli (UY). Pernyataan tersebut ditunjukkan dengan
tuturan Alpa, di sini duduk!, yang merupakan perintah.
Data (12) mengandung makna tindak memerintah. Hal ini tergambar
pada tuturan yang dituturkan oleh ustadza Yuli (UY) saat akan menyiapkan
santrinya untuk pulang. Sebelum pulang para santri sudah harus duduk dengan
rapi dan baik. Ustadza Yuli memerintahkan santrinya untuk duduk dengan baik
atau duduk seperti anak yang saleh dengan gaya menyilakan kak. Pernyataan
tersebut ditunjukkan dengan tuturan duduk anak soleh!, yang merupakan perintah.
Data (13) mengandung makna tindak memerintah. Hal ini tergambar
pada tuturan yang dituturkan oleh ustadza Anti (UA) saat menyiapkan santrinya
untuk bersedia pulang dan memastikan keadaan santrinya sudah dalam keadaan
rapi dan siap. Ustadza Anti (UA) melihat santrinya belum siap karena Fadillah (F)
belum memasang tasnya sehingga ustadza Anti (UA) memerintahkan atau
menyuruh Fadillah (F) untuk memakai tasnya. Pernyataan tersebut ditunjukkan
dengan tuturan pasang tasnya!, yang merupakan perintah.
2) Menyarankan
Tindak menyarankan merupakan salah satu jenis tindak
direktif yang dilakukan antara penutur dan mitra tutur ketika melakukan
interaksi. Tindak tutur ini berfungsi menyarankan mitra tutur agar tidak
46
melakukan perbuatan atau tindakan yang tidak diinginkan penutur. Data
berupa tindak menyarankan dipaparkan berikut ini.
(14) UH : “Kenapa loyo semua ini, kenapa nah? Ndag makanki? Besok
tidak mauka lihatki loyo-loyo semua nah, makanki sebelum
ke sini!”
(1-007)
SB : “Paham, baik!”
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ust. Hilman yang menyarankan
santrinya untuk makan sebelum pergi mengaji di masjid.
(15) UA : “Wa’alaikumussalam warohmatullahiwabarokatu. ingat!
Hari senin jangan lupakan apa yang kak Anti bilang.
Sebelum tidur itu ya harus mengaji dan menghafal.
Kalau tidak lakukan itu jangan tidur, bangun tidur itu lagi
lakukan. Pokoknya lakukan secara rutin. Hari ahad
besok, besok paling banyak waktu untuk menghafal. Kalau
tidak menghafal berdi...”
(9-170)
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ust. Anti yang menyarankan santrinya
untuk mengaji dan menghafal ayat suci al-Qur’an sebelum hendak
tidur dan dilakukan secara rutin.
Data (14) mengandung makna tindak menyarankan. Hal ini tergambar
pada tuturan yang dituturkan oleh ustadz Hilman (UH) ketika melihat santrinya
yang tidak bersemangat mengikuti kegiatan mengaji. Ustadz Hilman (UH)
menyarankan kepada santrinya untuk makan sebelum berangkat ke masjid.
Pernyataan tersebut ditunjukkan dengan tuturan makanki sebelum ke sini!, yang
merupakan saran.
Data (15) mengandung makna tindak menyarankan. Hal ini tergambar
pada tuturan yang dituturkan oleh ustadza Anti (UA) ketika memberikan
47
penjelasan di akhir pertemuan terkait hal yang telah disampaikan sebelumnya
mengenai jadwal mengaji dan penjelasan pentingnya mengaji dan menghafal ayat
suci al-Qur’an. Ustadza Anti (UA) menyarankan kepada santrinya untuk
membaca al-Qur’an atau mengaji dan menghafal ayat suci al-Qur’an sebelum
hendak tidur dan dilakukan secara rutin. Pernyataan tersebut ditunjukkan dengan
tuturan sebelum tidur itu ya harus mengaji dan menghafal kemudian ia
menegaskan dengan tuturan pokoknya lakukan secara rutin yang merupakan
saran. Realisasi tuturan ini adalah ustadza Anti (UA) mengingatkan kembali
keutamaan atau pentingnya membaca al-Qur’an atau mengaji dan menghafal ayat
suci al-Qur’an.
3) Bertanya
Tindak bertanya merupakan salah satu jenis tindak direktif yang
dilakukan antara penutur dan mitra tutur ketika melakukan interaksi.
Tindak tuturan ini berfungsi ketika mengucapkan sesuatu penutur
bertanya, mengekspresikan keinginan kepada mitra tutur, mitra tutur
menjawab apa yang ditanya oleh penutur. Data berupa tindak bertanya
dipaparkan berikut ini.
(16) UA: “Bangun pagi, bangun subuh?”
FH : “Mengahafal.”
UA : “Mengaji, apa lagi?”
FH : “Menghafal.”
UA : “Apa?”
FH : “Menghafal, sudah itu main sepuasnya.”
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh Ustadza Anti yang menanyakan
kembali mengenai kegiatan yang hendak dilakukan ketika bangun
subuh.
48
(17) UA : “Jam berapa datang?”
S : “Lima.”
UA : “Ih...”
S : “Setengah lima.”
UA : “Jam?”
(9-158)
S : “Setengah lima.”
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ust. Anti yang menanyakan waktu
kedatangan santrinya.
Data (16) mengandung makna tindak bertanya. Hal ini tergambar pada
tuturan yang dituturkan oleh ustadza Anti (UA) yang menanyakan kegiatan
pertama yang dilakukan ketika bangun subuh. Ketika mendengar jawaban dari
Fadillah (FH) salah ustadza Anti (UA) mengungkapkan jawaban yang benar
kemudian ia menanyakan kembali untuk memastikan bahwa santriwatinya
mengingat atau tidak kegiatan yang dilakukan selanjutnya yang ternyata jawaban
yang dituturkan oleh Fadillah sebelumnya ialah kegiatan selanjutnya. Tuturan
tersebut ditunjukkan dengan mengaji, apa lagi?, yang merupakan sebuah
pertanyaan. Realisasi dari tuturan ini adalah ustadza Anti (UA) ingin memastikan
bahwa santrinya mengingat semua kegiatan yang dilakukan ketika bangun subuh.
Data (17) mengandung makna tindak bertanya. Hal ini tergambar pada
tuturan yang dituturkan oleh ustadza Anti (UA) yang menanyakan waktu
kedatangan santrinya untuk mengikuti kegiatan mengaji. Tuturan tersebut
ditunjukkan dengan tuturan Jam?, yang maksudnya ia bertanya. Realisasi dari
tuturan ini adalah ustadza Anti (UA) ingin memastikan waktu kedatangan
santrinya yang harus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
49
4) Meminta
Tindak meminta merupakan salah satu jenis tindak direktif yang
dilakukan antara penutur dan mitra tutur ketika melakukan interaksi.
Tindak tutur yang dituturkan penutur kepada mitra tutur yang bertujuan
untuk meminta sesuatu. Data berupa tindak meminta dipaparkan berikut
ini.
(18) UA : “Perhatian!” (9-117)
S : “Allahuakbar.”
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ust. Anti yang meminta perhatian
kepada santrinya untuk memperhatikan ke depan.
(19) UA : “Oke. Salam!” (9-168)
S : “Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatu.”
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ust. Anti yang meminta kepada
santrinya untuk memberi ucapan salam mengakhiri kegiatan
mengaji.
Data (18) mengandung makna tindak meminta. Hal ini tergambar pada
tuturan yang dituturkan oleh ustadza Anti (UA) ketika melihat santrinya yang
masih belum tenang dan memperhatikan ke depan. Ustadza Anti (UA) meminta
perhatian kepada santrinya (UA) karena ustadza Anti (UA) akan memberitahukan
beberapa hal sebelum pulang. Pernyataan tersebut ditunjukkan dengan tuturan
perhatian!, yang maksudnya meminta perhatian.
Data (19) mengandung makna tindak meminta. Hal ini tergambar pada
tuturan yang dituturkan oleh ustadza Anti meminta santrinya untuk memberi
50
salam sebagai tanda mengakhiri pertemuan pada kegiatan mengaji. Pernyataan
tersebut ditunjukkan dengan tuturan salam!, yang maksudnya meminta salam.
d. Tindak Ekspresif
Tindak tutur ekspresif, yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk
mengekspresikan perasaan dan sikap. Tindak tutur ini berupa tindak
meminta maaf, berterima kasih, menyampaikan ucapan selamat,
memuji, dan mengkritik. Penutur mengekspresikan perasaan tertentu
kepada mitra tutur baik yang berupa rutinitas maupun yang murni.
Dalam penelitian ini ditemukan ada dua jenis tindak tutur
ekspresif, yaitu tindak memuji dan tindak mengkritik. Data mengenai
dua jenis tindak tutur tersebut dipaparkan berikut ini.
1) Memuji
Tindak memuji merupakan salah satu jenis tindak ekspresif yang
dilakukan antara penutur dan mitra tutur ketika melakukan interaksi.
Tindak tutur ini berfungsi ketika penutur mengekspresikan rasa senang
kepada mitra tutur. Dalam menuturkan sesuatu penutur memberikan
pujian kepada mitra tutur karena telah melakukan sesuatu yang baik.
Data berupa tindak memuji dipaparkan berikut ini.
(20) S : “Saya, waktu ta libur kak mengajika.”
UH : “Bagus, kalau mengajiki di rumahta! atau panggilki orang
yang pintar mengaji ajarki mengaji. Jangan cuman di
masjidki mengaji, di luar juga..., atau temanta yang pintar
mengaji ajariki toh, dapatki pahala temanta.”
(2-030)
51
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ust. Hilman ketika mendengar
santriwatinya mengatakan bahwa ia mengaji di waktu libur
sehingga memberikannya apresiasi berupa pujian.
(21) UA : (tersenyum). “Ingat! An Nas, bukan wasil wasil. Was....”
S : “Waswasil.”
UA : “Pintar! Yang tenang boleh pulang.” (9-176)
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ustadz Anti ketika mendengar
santrinya memperbaiki bacaannya dengan benar sehingga
memberikannya apresiasi berupa pujian.
Data (20) mengandung makna tindak memuji. Hal ini tergambar pada
tuturan yang dituturkan oleh ustadz Hilman ketika menjelaskan mengenai balasan
yang diperoleh jika berbuat baik atau buruk di bulan puasa yakni di bulan
ramadan. Setelah mendengar pernyataan santrinya yang mengaji di bulan puasa,
ustadz Hilman memberikan apresiasi mengenai hal tersebut kepada santrinya
dengan pujian. Pernyataan tersebut ditunjukkan dengan tuturan bagus yang
merupakan pujian.
Data (21) mengandung makna tindak memuji. Hal ini tergambar pada
tuturan yang dituturkan oleh ustadz Anti (UA) yang mencoba memperbaiki
bacaan santrinya (S) yang salah mengucapkan bacaan ayat suci al-Qur’an yakni
yang terdapat pada surah an-Nas. Ustadza Anti (UA) berharap saat mencontohkan
ucapan yang benar pada potongan ayat yang salah diucapkan oleh santrinya (S)
dapat dipahami santrinya (S) dan memperbaikinya. Ketika santrinya (S) dapat
memahami dan memperbaiki bacaan pada potongan ayat tersebut, ustadza Anti
52
(UA) memberikan apreasi kepadanya dengan pujian. Pernyataan tersebut
ditunjukkan dengan tuturan pintar yang merupakan pujian.
2) Mengkritik
Tindak mengkritik merupakan salah satu jenis tindak ekspresif
yang dilakukan antara penutur dan mitra tutur ketika melakukan
interaksi. Tindak tutur ini berfungsi ketika penutur mengekspresikan
rasa tidak sesuai dengan keadaan yang terjadi. Dalam menuturkan
sesuatu penutur memberikan kritik kepada mitra tutur karena telah
melakukan sesuatu yang keliru. Data berupa tindak mengkritik
dipaparkan berikut ini.
(22) R : (menulis)
TR : “Eh kenapa lurus! (menegur temannya yang salah dalam
menuliskan huruf hijaiyah yakni huruf ba), kasi’ masuk mi
bee baru mau na hapus! Saya contohkanko nah, contoh
dulu!
(4-045)
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh teman Reski ketika mengkritik Reski
yang terlalu cepat mengambil tindakan yakni meminta atau
meyuruh temannya memasukkan tempat pensil yang masih
diperlukan.
Data (22) mengandung makna tindak mengkritik. Hal ini tergambar pada
tuturan yang dituturkan oleh teman Reski (TR) ketika Reski melakukan kesalahan
dalam menulis huruf hijaiyah yakni huruf ba. Sebelum kejadian itu Reski
meminta atau menyuruh temannya untuk memasukkan tempat pensil ke dalam
tasnya padahal Reski belum selesai menulis. Jadi ketika ia salah dalam menulis ia
memerlukan penghapus, tetapi ia meminta temannya untuk memasukkan tempat
53
pensilnya ke dalam tas. Teman Reski mengkritik tindakan Reski yang masih
sementara menulis sedangkan alat tulis tidak tersedia dengan lengkap. Pernyataan
tersebut ditunjukkan dengan tuturan kasi’ masuk mi bee baru mau na hapus!,
yang merupakan kritikan.
2. Tindak Tutur Perlokusi pada Kegiatan Mengaji Santriwan dan
Santriwati di Masjid Jami Rappokalling
Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya
dimaksudkan untuk memengaruhi lawan tutur. Sebuah tuturan yang
diucapkan oleh seseorang sering mempunyai daya pengaruh (perlocutionary
force), atau efek bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini
dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak
perlokusi yaitu tindakan untuk memengaruhi lawan tutur seperti
memalukan, mengintimidasi, membujuk, dan lain-lain.
a. Efek Disengaja
1) UH : “Tidak bisaki juga jajan sembarangan di sini, pernahki
dengar cerita ini, yang makan gorengan langsung sakit
perutnya, muntaberki, sakitki perutnya, sembarang dia
makan toh!
SB : (menaikkan keningnya, tanda bahwa ia mengetahui cerita
tersebut)
UH : “Mauki juga begitu?!”
SB : “Tidak mau.” (1-012)
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ustadz Hilman ketika
memberitahukan atau menjelaskan kepada santrinya mengenai
pengaruh berbahaya jika jajan sembarangan. Efeknya santri
menjadi tidak ingin jajan sembarangan.
54
2) UI : “Tiga orang ji yang dengar. Apa na bilang ka Mughi, dia
tidak mau, ndag mauki na terima, ndag mauki na terima
semua karena dia juga ada tanggung jawabnya, tanggung
jawab masing-masing. Janganki egois, mauki sama
ini...mauki sama itu...terima maki saja.”
S : (sedih)
(3-034)
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh ustadza Irma ketika menjelaskan
bahwa santrinya tidak boleh bersikap egois dan harus menerima
keputusan yang telah ditetapkan oleh pihak TPA. Efeknya santri
merasa sedih dengan keputusan tersebut.
Data (1) mengandung makna tindak perlokusi yakni efek disengaja. Hal
ini tergambar pada tuturan yang dituturkan oleh ustadz Hilman (UY) yang dengan
sengaja memberitahukan atau menjelaskan sebuah peristiwa nyata yang terjadi
mengenai berbahanya pengaruh dari jajan sembarangan yang bisa menyebabkan
berbagai macam penyakit agar santrinya (SB) tidak jajan sembarangan. Efeknya
santri (SB) berpikir tidak ingin lagi jajan sembarangan. Efek atau pengaruh
tersebut ditunjukkan dengan tuturan tidak mau.
Data (2) mengandung makna tindak perlokusi efek disengaja. Hal ini
tergambar pada tuturan yang dituturkan oleh Ustadza Irma (UI) ketika mengetahui
bahwa santrinya (S) keberatan dan ingin pindah pengajar sehingga ustadza Irma
(UI) menjadi emosi (marah). Ustadza Irma (UI) menjelaskan bahwa santrinya (S)
tidak boleh bersikap egois hingga ingin pindah begitu saja karena kelompoknya
telah ditentukan sebelumnya. Efeknya santri merasa sedih dengan keputusan atau
ketentuan yang telah ditetapkan oleh pihak TPA. Efek tersebut ditunjukkan
dengan ekspresi wajah santriwan yang sedih.
55
b. Efek Tidak Disengaja
3) UH : “Ataukah main-mainki, nontonki.”
SB : “Nonton.”
UH : “Hihi, nonton, nonton apa? Upin ipin?”
(2-026)
SB : “Iya.”
Konteks tuturan :
Tuturan ini dituturkan oleh santriwati ketika ditanya mengenai
kegiatan yang dilakukan saat libur. Ustadz Hilman tertawa setelah
mendengar jawaban spontan yang terdengar humor dari santrinya.
4) R : “Hii (tersenyum) banyak sekali bela, ku lupa semua mi.”
UY : (tersenyum) “ini ini, apa namanya ini?” (sambil menunjuk
jarinya yang menunjukkan bahwa benda tersebut berawal
dari suku kata ja)
(7-087)
Konteks tuturan :
Ustadza Yuli tersenyum setelah mendengar tuturan polos dari
santrinya yang mengatakan lupa karena terlalu banyak bacaan
sehingga ia tidak ingat semua.
Data (3) mengandung makna tindak perlokusi efek tidak disengaja. Hal ini
tergambar pada tuturan yang dituturkan oleh santriwati (SB) ketika ditanya oleh
ustadz Hilman (UH) mengenai kegiatan yang dilakukan saat ia libur. Ustadz
Hilman (UH) berharap santriwatinya melakukan kegiatan yang bermanfaat, tetapi
dengan spontan salah seorang santrinya (SB) menjawab nonton. Efeknya ustadz
Hilman tertawa kecil mendengar jawaban santrinya itu. Efek tersebut ditunjukkan
dengan tuturan hihi, nonton, nonton apa? Upin ipin?.
Data (4) mengandung makna tindak perlokusi efek tidak disengaja. Hal ini
tergambar pada tuturan yang dituturkan oleh Reski (R) yang tiba-tiba tampak
malu dengan mengekspresikannya dengan senyuman disertai dengan tuturan yang
mengatakan bahwa ia lupa dengan huruf hijaiyah yang terlalu banyak dibacanya.
56
Efeknya ustadza Yuli (UY) tersenyum melihat tingkah Reski yang disertai dengan
tuturannya. Efek tersebut ditunjukkan dengan ekspresi wajah ustadza Yuli yang
tersenyum.
B. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian yang dipaparkan dalam bab ini berdasarkan
pada fokus penelitian, yakni (1) deskripsi tindak tutur ilokusi pada kegiatan
mengaji santriwan dan santriwati dan (2) deskripsi tindak tutur perlokusi pada
kegiatan mengaji santriwan dan santriwati. Pembahasan lebih lanjut dari kedua
fokus penelitian tersebut dipaparkan sebagai berikut:
Deskripsi tindak tutur ilokusi dan perlokusi pada penelitian ini
mendeskripsikan realisasi maksud tuturan penutur ketika berbicara. Dalam
penelitian ini temuan tentang tindak tutur ilokusi pada kegiatan mengaji santriwan
dan santriwati di masjid terdapat empat jenis tindak tutur. Keempat jenis tindak
tutur tersebut, yakni (1) tindak representatif, (2) tindak komisif, (3) tindak direktif,
dan (4) tindak ekspresif.
Tindak representatif adalah tindak tutur yang menjelaskan suatu kejadian
dengan apa adanya. Tindak tutur yang ditemukan dalam penelitian ini terdapat
tiga jenis tindak, yaitu tindak melaporkan, tindak memberitahukan, dan tindak
menolak. Temuan ini sesuai dengan pendapat Putrayasa (2015) yang menyatakan
bahwa tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang berfungsi untuk
menetapkan atau menjelaskan sesuatu apa adanya.
Tindak komisif adalah tindak tutur yang menganjurkan penuturnya
melakukan sesuatu yang dilihatnya. Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang
57
berfungsi untuk mendorong pembicaraan melakukan sesuatu. Tindak tutur yang
ditemukan dalam penelitian ini terdapat satu jenis tindak, yaitu tindak ancaman.
Tindak direktif adalah tindak tutur yang menganjurkan pendengar
melakukan sesuatu dengan tindakan. Tindak tutur direktif adalah
mengekspresikan sikap penutur terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh mitra
tutur. Tindak tutur yang ditemukan dalam penelitian ini terdapat empat jenis
tindak, yaitu tindak memerintah, tindak menyarankan, tindak bertanya, dan tindak
meminta.
Tindak ekspresif adalah tindak tutur yang menggambarkan atau
memperlihatkan suatu rasa dalam diri terdahap sesuatu yang dilihatnya. Tindak
tutur ekspresif adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengekspresikan
perasaan dan sikap. Penutur mengekspresikan perasaan tertentu kepada mitra tutur
baik yang berupa rutinitas maupun yang murni. Tindak tutur yang ditemukan
dalam penelitian ini terdapat dua jenis tindak, yaitu tindak memuji dan tindak
mengkritik.
Dalam penelitian ini juga terdapat temuan mengenai tindak tutur perlokusi
pada kegiatan mengaji santriwan dan santriwati di masjid dengan tindak perlokusi
efek disengaja dan efek tidak disengaja. Tindak perlokusi efek disengaja adalah
tindak tutur memberitahukan atau menyatakan sesuatu dengan adanya efek atau
pengaruh secara disengaja. Sedangkan tindak perlokusi efek tidak disengaja
adalah tindak tutur memberitahukan atau menyatakan sesuatu dengan adanya efek
atau pengaruh tidak disengaja. Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang
58
pengutaraannya dimaksudkan untuk memengaruhi lawan tutur. Efek atau daya
pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya.
59
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dipaparkan
sebelumnya pada bab IV. Simpulan hasil penelitian tersebut disusun berdasarkan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan temuan penelitian, tindak tutur ilokusi pada kegiatan mengaji
santriwan dan santriwati di Masjid Jami Rappokalling, meliputi (1) tindak
representatif, (2) tindak komisif, (3) tindak direktif, dan (4) tindak ekspresif.
Peneliti menemukan 3 data merupakan tindak tutur ilokusi representatif, yaitu
tindak melaporkan, tindak memberitahukan, dan tindak menolak. 2 data yang
ditemukan dalam penelitian ini merupakan tindak tutur ilokusi komisif, yaitu
tindak ancaman. 14 data yang ditemukan dalam penelitian ini merupakan
tindak tutur ilokusi direktif, yaitu tindak memerintah, tindak menyarankan,
tindak bertanya, dan tindak meminta. 3 data yang ditemukan dalam penelitian
ini merupakan tindak tutur ilokusi ekspresif, yaitu tindak memuji dan tindak
mengkritik.
2. Tindak tutur perlokusi pada kegiatan mengaji santriwan dan santriwati di
Masjid Jami Rappokalling, meliputi (1) efek disengaja dan (2) efek tidak
disengaja. Peneliti menemukan 2 data merupakan tindak tutur perlokusi efek
disengaja dan 2 data merupakan tindak tutur perlokusi efek tidak disengaja.
60
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan saran diperuntukkan
beberapa pihak.
1. Pemerhati pendidikan Bahasa Indonesia, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai acuan atau tolok ukur untuk pembelajaran bahasa di perguruan tinggi.
2. Peneliti selanjutnya, disarankan untuk mengadakan penelitian terhadap tindak
tutur dengan ragam bahasa yang berbeda dengan penelitian ini dan konteks
yang lain pula. Saran ini dikemukakan berkaitan dengan realisasi pemakaian
bahasa disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu.
61
DAFTAR PUSTAKA
Aziz. 2012. Tindak Tutur Ilokusi dan Perlokusi dalam Novel Surat Kecil untuk
Tuhan Karya Agnes Davonar. Ph.D. Thesis. Tidak diterbitkan. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
https://scholar.google.co.id/scholar?start=40&q=tindak+tutur+ilokusi+da
n+perlokusi&hl=id&as_sdt=0,5. Diakses pada tanggal 07 Januari 2019.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djajasudarma. 2014. Sosiolinguistik. Singaraja: Graha Ilmu.
Ibrahim. 2015. Pragmatik. Singaraja: Graha Ilmu.
Kridalaksana. 2014. Sosiolinguistik. Singaraja: Graha Ilmu.
Megawati. 2016. Tindak Tutur Ilokusi pada Interaksi Jual Beli di Pasar Induk
Kramat Jati. Deiksis. Tidak diterbitkan. 8(02): 157-171.
https://scholar.google.co.id/scholar?start=60&q=tindak+tutur+ilokusi+da
n+perlokusi&hl=id&as_sdt=0,5. Diakses pada tanggal 07 Januari 2019.
Mulyanto. 2012. Analisis Tindak Tutur Ilokusi dalam Iklam Radio di Jember.
Skripsi. Tidak diterbitkan. Jember: Universitas Jember.
https://scholar.google.co.id/scholar?start=40&q=tindak+tutur+ilokusi&hl
=id&as_sdt=0,5. Diakses pada tanggal 07 Januari 2019.
Nababan. 2015. Pragmatik. Singaraja: Graha Ilmu.
Nadar. 2015. Pragmatik. Singaraja: Graha Ilmu.
Najamuddin. 2018. Analisis Tindak Tutur dalam Acara TV “Indonesia Lawyers”
Club. Skripsi. Diterbitkan. Makassar: Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Poedjosoedarmo. 2015. Pragmatik. Singaraja: Graha Ilmu.
Purba. 2011. Tindak Tutur dan Peristiwa Tutur. Pena: Jurnal Pendidikan Bahasa
dan Sastra. Universitas Jambi 1(1): 77-78.
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=ilokusi+da
n+perlokusi&btnG=. Diakses pada tanggal 07 Januari 2019.
Putrayasa. 2015. Pragmatik. Singaraja: Graha Ilmu.
Rahardi. 2006. Dimensi-Dimensi Kebahasaan: Aneka Masalah Bahasa Indonesia
Terkini. Yogyakarta: Erlangga.
Rahardi dan Sumarsono. 2015. Pragmatik. Singaraja: Graha Ilmu.
Suandi. 2014. Sosiolingustik. Singaraja: Graha Ilmu.
62
Tajuddin. 2017. Tindak Tutur dalam Dialog “5 CM” Karya Rizal Mantovani.
Skripsi. Diterbitkan. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
Wijana dan Rosadi. 2018. Analisis Tindak Tutur dalam Acara TV “Indonesia
Lawyers” Club. Skripsi. Diterbitkan. Makassar: Universitas
Muhammadiyah Makassar.
74
KORPUS DATA
TINDAK TUTUR ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA KEGIATAN
MENGAJI SANTRIWAN DAN SANTRIWATI
DI MASJID RAPPOKALLING
A. Tabel Tindak Tutur Ilokusi pada Kegitan Mengaji Santriwan dan
Santriwati di Masjid Jami Rappokalling
Data
A
Tindak Representatif
Melaporkan
1. SA : “Kak Hilman, adami kak Anti!”
(1-003)
UH : “Kak Anti! Oh iya, ke sana mi pale.”
SA : (menuju ke Ust. Anti)
Tuturan ini dituturkan oleh
Santriwati A ketika ia
melihat ustadza yang akan
mengajarinya mengaji
telah datang. Memberitahukan
2. UH : “Nah,... kalau mengajiki berlipat
gandaki amalanta di bulan
Ramadan, kalau bikinki dosa toh,
berlipat ganda juga dosata.” (2-028)
Tuturan ini dituturkan oleh
ustadz Hilman ketika
memberitahukan santrinya
perihal balasan yang
diperolehnya jika
melakukan perbuatan baik
atau buruk. Menolak
3. R : “Mauka main kak.”
F : “Ih, belum pi waktu nah.”
UY : “Belum pi waktu main nah. Di sini
saja di bangkunya, asal jangan jalan-
jalan, di situ saja di bangkunya!” (7-
098)
Tuturan ini dituturkan oleh
ustadza Yuli ketika
menolak permintaan atau
keinginan Reski untuk
bermain dan berjalan-jalan
di dalam masjid.
Data
B
Tindak Komisif
Ancaman
4. UY : “Balqis, janganki bobo deh! Eh, ku
kasih masuk malam ini Balqis e
tidak maui menurut!” (6-059)
B : (bangun dan duduk).
Tuturan ini dituturkan oleh
ust. Yuli ketika
mengancam santrinya yang
sedang berbaring atau
tiduran di waktu kegiatan
mengaji berlangsung.
5. UY : “Pasang itu bajumu, ndag mauko,
masuk malamko. Pasang bajumu!
Masuk malamko itu, sudah pi isya
baru pulangko. Pakai bajumu!” (7-
074)
F : (segera memasang baju)
Tuturan ini dituturkan oleh
ust. Yuli ketika
mengancam Fadel yang
tidak memakai baju
kokonya hanya
mengenakan baju kaos
dalamnya saja.
75
Data
C
Tindak Direktif
Memerintah
6. UY : “Menulis A Ba Ta!” (4-035)
R : “Mana tadi anu na ini?” (berbicara
dengan teman yang memegang pulpen
ustadznya)
UY : “Iya, jangan mi ininya ini na mo saja na
cantik!”
R : “Pulpennya Bu guru”
TR : (memperlihatkan pulpen ustadznya)
R : “Taruh mi di tasku!” (sambil
memberikan tempat pensil kepada
temannya).
TR : (menaruh tempat pensil ke dalam tas
Reski)
R : “Apa ini?” (menanyakan tentang buku
yang baru dilihatnya)
TR : “Pres...” (tak meneruskan kata-katanya
ia langsung mengambil bukunya
kemudian buku itu disimpan olehnya)
R : (sedang menulis)
Tuturan ini dituturkan oleh
ust. Yuli yang
memerintahkan santrinya
untuk menulis tulisan arab
yang terdapat pada buku
iqra di bagian yang
berjudul A Ba Ta
7. UY : “Bismillahirrahmanirrahim... mulai!
Jari!” (sambil menunjuk jari
santriwan) (5-046)
RE : “A” (menunjuk huruf yang dibacanya)
Tuturan ini dituturkan oleh
ust. Yuli yang
memerintahkan santrinya
untuk memulai mengaji
dan menunjuk huruf yang
dibacanya dengan
menggunakan jari.
8. UY : “Mila, duduk makan!” (6-061)
M : (Segera duduk)
Tuturan ini dituturkan oleh
ust. Yuli yang
memerintahkan santrinya
untuk duduk ketika makan.
9. UY : “Asisa, kasihki kak Naya nak! mau
menjual buku. Kasihki kak Naya di
belakang!” (6-068)
AS : “Kak Naya, Kak!”
UY : “Iya.”
AS : (segera ke belakang memberi kunci
Kak Naya)
Tuturan ini dituturkan oleh
ust. Yuli yang
memerintahkan Asisa
untuk memberikan kunci
kepada ust. Naya.
10. UY : “Duduk di bawah!” (7-072)
SL : (segera turun dari meja dan duduk di
lantai)
Tuturan ini dituturkan oleh
ust. Yuli yang
memerintahkan santrinya
untuk duduk di lantai.
11. UY : “Alpa, di sini duduk!” (8-103)
A : (segera duduk)
Tuturan ini dituturkan oleh
ust. Yuli yang
76
Lanjutan
memerintahkan Alpa untuk
duduk ditempat yang
ditunjukkan.
12. UY : “Duduk anak soleh!” (8-105)
S : “Siap.”
Tuturan ini dituturkan oleh
ust. Yuli yang
memerintahkan santrinya
untuk duduk dengan rapi
dan baik layaknya anak
yang soleh.
13. UA : “Pasang tasnya!” (berbicara kepada
Fadillah) (9-127)
F : (memasang tasnya)
Tuturan ini dituturkan oleh
ust. Anti yang
memerintahkan santrinya
untuk memasang tasnya
ketika hendak bersiap
untuk pulang. Menyarankan
14. UH : “Kenapa loyo semua ini, kenapa nah?
Ndag makanki? Besok tidak mauka
lihatki loyo-loyo semua nah, makanki
sebelum ke sini!” (1-007)
S : “Paham, baik!”
Tuturan ini dituturkan oleh
ust. Hilman yang
menyarankan santrinya
untuk makan sebelum pergi
mengaji di masjid.
15. UA : “Wa’alaikumussalam
warohmatullahiwabarokatu. ingat!
Hari senin jangan lupakan apa yang
kak Anti bilang. Sebelum tidur itu ya
harus mengaji dan menghafal. Kalau
tidak lakukan itu jangan tidur, bangun
tidur itu lagi lakukan. Pokoknya
lakukan secara rutin. Hari ahad
besok, besok paling banyak waktu
untuk menghafal. Kalau tidak
menghafal berdi...” (9-170)
Tuturan ini dituturkan oleh
ust. Anti yang
menyarankan santrinya
untuk mengaji dan
menghafal ayat suci al-
Qur’an sebelum hendak
tidur dan dilakukan secara
rutin.
Bertanya
16. UA: “Bangun pagi, bangun subuh?”
FH : “Mengahafal.”
UA : “Mengaji, apa lagi?”
(9-144)
FH : “Menghafal.”
UA : “Apa?”
FH : “Menghafal, sudah itu main
sepuasnya.”
Tuturan ini dituturkan oleh
Ustadza Anti yang
menanyakan kembali
mengenai kegiatan pertama
yang dilakukan ketika
bangun subuh.
17. UA : “Jam berapa datang?”
S : “Lima.”
Tuturan ini dituturkan oleh
ust. Anti yang menanyakan
77
Lanjutan
UA : “Ih...”
S : “Setengah lima.”
UA : “Jam?
(9-158)
S : “Setengah lima.”
waktu kedatangan
santrinya.
Meminta
18. UA : “Perhatian!” (9-117)
S : “Allahuakbar.”
Tuturan ini dituturkan oleh
ust. Anti yang meminta
perhatian kepada santrinya
untuk memperhatikan ke
depan.
19. UA : “Oke. Salam!” (9-168)
S : “Assalamu’alaikum
warahmatullahiwabarakatu.”
Tuturan ini dituturkan oleh
ust. Anti yang meminta
kepada santrinya untuk
memberi ucapan salam
mengakhiri kegiatan
mengaji.
Data
D
Tindak Ekspresif
Memuji
20. S : “Saya, waktu ta libur kak mengajika.”
UH : “Bagus, kalau mengajiki di rumahta!
atau panggilki orang yang pintar
mengaji ajarki mengaji. Jangan cuman
di masjidki mengaji, di luar juga...,
atau temanta yang pintar mengaji
ajariki toh, dapatki pahala temanta.”
(2-030)
Tuturan ini dituturkan oleh
ust. Hilman ketika
mendengar santriwatinya
mengatakan bahwa ia
mengaji di waktu libur
sehingga memberikannya
apresiasi berupa pujian.
21. UA : (tersenyum). “Ingat! An Nas, bukan
wasil wasil. Was....”
S : “Waswasil.”
UA : “Pintar! Yang tenang boleh pulang.”
(9-176)
Tuturan ini dituturkan oleh
ustadz Anti ketika
mendengar santrinya
memperbaiki bacaannya
dengan benar sehingga
memberikannya apresiasi
berupa pujian. Mengkritik
22. R : (menulis)
TR : “Eh kenapa lurus! (menegur temannya
yang salah dalam menuliskan huruf
hijaiyah yakni huruf ba), kasi’ masuk
mi bee baru mau na hapus! Saya
contohkanko nah, contoh dulu! (4-045)
Tuturan ini dituturkan oleh
teman Reski ketika
mengkritik Reski yang
terlalu cepat mengambil
tindakan yakni meminta
atau meyuruh temannya
memasukkan tempat pensil
yang masih diperlukan.
78
B. Tabel Tindak Tutur Perlokusi pada Kegiatan Mengaji Santriwan dan
Santriwati di Masjid Jami Rappokalling
Data
A
Tindak Perlokusi
Efek Disengaja
1. UH : “Tidak bisaki juga jajan sembarangan
di sini, pernahki dengar cerita ini,
yang makan gorengan langsung sakit
perutnya, muntaberki, sakitki
perutnya, sembarang dia makan toh!
SB : (menaikkan keningnya, tanda bahwa
ia mengetahui cerita tersebut)
UH : “Mauki juga begitu?!”
SB : “Tidak mau.” (1-012)
Tuturan ini dituturkan oleh
ustadz Hilman ketika
memberitahukan atau
menjelaskan kepada
santrinya mengenai
pengaruh berbahaya jika
jajan sembarangan.
Efeknya santri menjadi
tidak ingin jajan
sembarangan.
2. UI : “Tiga orang ji yang dengar. Apa na
bilang ka Mughi, dia tidak mau, ndag
mauki na terima, ndag mauki na terima
semua karena dia juga ada tanggung
jawabnya, tanggung jawab masing-
masing. Janganki egois, mauki sama
ini...mauki sama itu...terima maki saja.”
(3-033)
S : (sedih)
Tuturan ini dituturkan oleh
ustadza Irma ketika
menjelaskan bahwa
santrinya tidak boleh
bersikap egois dan harus
menerima keputusan yang
telah ditetapkan oleh pihak
TPA. Efeknya santri
merasa sedih dengan
keputusan tersebut.
Data
B Efek Tidak Disengaja
3. UH : “Ataukah main-mainki, nontonki.”
SB : “Nonton.”
UH : “Hihi, nonton, nonton apa? Upin ipin?”
(2-026)
SB : “iya.”
Tuturan ini dituturkan oleh
santriwati ketika ditanya
mengenai kegiatan yang
dilakukan saat libur.
Ustadz Hilman tertawa
setelah mendengar jawaban
spontan yang terdengar humor dari santrinya.
4. R : “Hii (tersenyum) banyak sekali bela,
ku lupa semua mi.”
UY : (tersenyum) “ini ini, apa namanya ini?”
(sambil menunjuk jarinya yang
menunjukkan bahwa benda tersebut
berawal dari suku kata ja) (7-087)
Ustadza Yuli tersenyum
setelah mendengar tuturan
polos dari santrinya yang
mengatakan lupa karena
terlalu banyak bacaan
sehingga ia tidak ingat
semua.
79
62
LAMPIRAN
63
Lampiran 1
DATA MENTAH
TINDAK TUTUR ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA KEGIATAN MENGAJI SANTRIWAN DAN SANTRIWATI
DI MASJID RAPPOKALLING
DATA 1
Subjek Penelitian Transkip
Kode
Data
Kode Data
Terpilih Nama Kode
Ust. Hilman UH ...kalau menuliski itu haruski mengerti apa yang kita tulis! 1-001
Santriwati S (Mendengarkan) 1-002
Santriwati SA Kak Hilman, ada mi kak Anti! 1-003 1-003
Ust. Hilman UH Kak Anti! Oh iya, ke sanami pale. 1-004
Santriwati SA (Menuju ke Ust. Anti) 1-005
Ust. Hilman UH Coba, kita lanjut lagi hafalannya masih lama ji waktu istirahat. 1-006
Ust. Hilman UH Kenapa loyo semua ini, kenapa nah? Ndag makanki? Bsok tidak mauka lihatki
loyo-loyo semua nah, makanki sebelum ke sini.
1-007 1-007
Santriwati SB paham, baik! 1-008
Ust. Hilman UH Tidak bisaki juga jajan sembarangan di sini, pernahki dengar cerita ini, yang
makan gorengan langsung sakit perutnya, muntaberki, sakitki perutnya,
sembarang dia makan toh!
1-009 1-009
Santriwati SB (Menaikkan keningnya, tanda bahwa ia mengetahui cerita tersebut dan percaya) 1-010
Ust. Hilman UH Mauki juga begitu?! 1-011
Santriwati SB Tidak mau. 1-012 1-012
Ust. Hilman UH Makanya makan memangki di rumah, makanannya mama ta lebih sehatki.... 1-013
64
DATA 2
Subjek Penelitian Transkip
Kode
Data
Kode Data
Terpilih Nama Kode
Ust. Hilman UH ...yang beragama! 2-014
Santriwati S Islam. 2-015
Ust. Hilman UH Islam, pasti mi itu orang beragama Islam toh, apalagi puasa. 2-016
Ust. Hilman UH Ok, apa lagi? Biasa kalau puasaki seringki mengaji? Kan selama bulan puasa toh
liburki mengaji toh?
2-017
Santriwati S Iya. 2-018
Ust. Hilman UH Berarti di rumahta apa dibaca?, mengaji atau tidak? 2-019
Santriwati SA Mengaji... 2-020
Santriwati SB Tidak... 2-021
Ust. Hilman UH Diulang-ulangi itu iqrata di rumah? 2-022
Santriwati SB Tidak. 2-023
Ust. Hilman UH Ataukah main-mainki, nontonki. 2-024
Santriwati SB Nonton. 2-025
Ust. Hilman UH (tertawa) Hihi, nonton, nonton apa? Upin ipin? 2-026 2-026
Santriwati SB Iya. 2-027
Ust. Hilman UH Nah, ... kalau mengajiki berlipat gandaki amalanta di bulan Ramadan, kalau
bikinki dosa toh, berlipat ganda juga dosata.
2-028 2-028
Santriwati SC Saya, waktu ta libur kak mengajika. 2-029
Ust. Hilman UH Bagus, kalau mengajiki di rumahta! atau panggilki orang yang pintar mengaji
ajarki mengaji. Jangan cuman di masjidki mengaji, di luar juga..., atau temanta
yang pintar mengaji ajariki toh, dapatki pahala temanta.
2-030 2-030
Santriwati SC Hehe, bapakku kuajar. 2-031
Ust. Hilman UH Ndag papa ji orang tua mengaji, kita ajarki, kita dapatki pahalanya.... 2-032
65
DATA 3
Subjek Penelitian Transkip
Kode
Data
Kode Data
Terpilih Nama Kode
Ust. Irma UI Tiga orang ji yang dengar. Apa na bilang ka Mughi, dia tidak mau, ndag mauki
na terima, ndag mauki na terima semua karena dia juga ada tanggung jawabnya,
tanggung jawab masing-masing. Janganki egois, mauki sama ini...mauki sama
itu...terima maki saja.
3-033
Santriwan S (Sedih) 3-034 3-034
DATA 4
Subjek Penelitian Transkip
Kode
Data
Kode Data
Terpilih Nama Kode
Ust. Yuli UY Menulis A Ba Ta! 4-035 4-035
Reski R Mana tadi anu na ini? (berbicara dengan teman yang memegang pulpen
ustadznya)
4-036
Ust. Yuli UY Iya, jangan mi ininya ini na mo saja na cantik! 4-037
Reski R Pulpennya Bu guru. 4-038
Teman
Reski
TR (memperlihatkan pulpen ustadznya) 4-039
Reski R Taruh mi di tasku! (sambil memberikan tempat pensil kepada temannya) 4-040
Teman
Reski
TR (menaruh tempat pensil ke dalam tas Reski) 4-041
Reski R Apa ini? (menanyakan tentang buku yang baru dilihatnya) 4-042
Teman
Reski
TR Pres... (tak meneruskan kata-katanya ia langsung mengambil bukunya kemudian
buku itu disimpan olehnya)
4-043
66
Lanjutan
Reski R (menulis) 4-044
Teman
Reski
TR eh kenapa lurus! (menegur temannya yang salah dalam menuliskan huruf
hijayyah yakni huruf ba), kasi’ masuk mi bee baru mau na hapus! Saya
contohkanko nah, contoh dulu!
4-045 4-045
DATA 5
Subjek Penelitian Transkip
Kode
Data
Kode Data
Terpilih Nama Kode
Ust. Yuli UY Bismillahirrahmaanirrahim... mulai! Jari! (sambil menunjuk jari santriwan) 5-046 5-046
Reihan RE A (menunjuk huruf yang dibacanya) 5-047
Ust. Yuli UY Ja! 5-048
Reihan RE Ja. 5-049
Ust. Yuli UY Ja!! Kalau na lupai reihan ingat ini jari-jari nah (sambil memperlihatkan jari-
jarinya menunjukkan bahwa benda tersebut berawal dari suku kata ja), jangan
lupa!
5-050 5-050
Reihan RE Ja A Tsa 5-051
DATA 6
Subjek Penelitian Transkip
Kode
Data
Kode Data
Terpilih Nama Kode
Ust. Yuli UY Balqis, kenapa bobo? Ngantuk ya?, balqis jangan tidur nak. 6-052
Reiihan RE Ja A Tsa, Ha A Ha, Tsa Ba A, Ta A Ha, A Ja Ja, A Ha Ha,.... 6-053
Ust. Yuli UY Balqis, jangan tidur nak. 6-054
67
Lanjutan
Reihan RE ...Ja Ha. 6-055
Ust. Yuli UY Balqis! 6-056
Ust. Yuli UY Belajar apaki, bahasa, matematika? (berbicara dengan Reihan) 6-057
Reihan RE (tidak merespon) 6-058
Ust. Yuli UY Balqis, janganki bobo deh! Eh, ku kasih masuk malam ini Balqis e tidak maui
menurut!
6-059 6-059
Balqis B (bangun dan duduk). 6-060
Ust. Yuli UY Mila, duduk makan! 6-061 6-061
Mila M (Segera duduk) 6-062
Balqis B (menulis sambil tidur) 6-063
Ust. Yuli UY Balqis, masa’ orang tidur maunya begini (sambil memperagakan orang menulis
seperti yang dilakukan Balqis), pakai meja! (menyuruh balqis menulis atau
membaca di meja)
6-064
Balqis B (langsung bangun dan meletakkan buku di atas meja) 6-065
Ust. Yuli UY Tuliski begini nah, angka 1 begini bentuknya angka 2 begini bentuknya (sambil
menunjuk papan tulis) kalau penulisan angka Arab nah, contohi ini nah (sambil
menunjuk papan tulis) ulang! Tulis sayang! 1 sama dengan...
6-066
Reihan RE (menulis) 6-067
Ust. Yuli UY Asisa, kasi’ki kak Naya nak! mau menjual buku. Kasi’ki kak Naya di belakang. 6-068 6-068
Asisa AS Kak Naya, Kak! 6-069
Ust. Yuli UY Iya. 6-070
Asisa AS (segera ke belakang memberi kunci Kak Naya) 6-071
68
DATA 7
Subjek Penelitian Transkip
Kode
Data
Kode Data
Terpilih Nama Kode
Ust. Yuli UY duduk di bawah! 7-072 7-072
Salsabila SL (segera turun dari meja dan duduk di lantai) 7-073
Ust. Yuli UY Pasang itu bajumu, ndag mauko, masuk malamko. Pasang bajumu! Masuk
malamko itu, sudah pi isya baru pulangko. Pakai bajumu!
7-074 7-074
Fadel F (segera memasang baju) 7-075
Ust. Yuli UY Eh Reski cantik. 7-076
Ust. Yuli UY Mana anu na Balqis? 7-077 7-077
Santriwati S Ini bukunya. (sambil memberikan buku Balqis kepada ust. Yuli) 7-078
Ust. Yuli UY (mengambil buku dari santriwati) 7-079
Ust. Yuli UY Iya. Bismillah dulu nak! 7-080
Reski dan
ust. Yuli
R, UY Bismillahirrahmaanirrahim. 7-081
Reski R da kha da da ha da kha. 7-082
Reski R Tsa 7-083
Ust. Yuli UY Iya. 7-084
Ust. Yuli UY (menunjuk huruf selanjutnya) 7-085
Reski R Hii (tersenyum) banyak sekali bela, ku lupa semua mi. 7-086
Ust. Yuli UY (tersenyum) ini ini, apa namanya ini? (sambil menunjuk jarinya yang
menunjukkan bahwa benda tersebut berawal dari suku kata ja)
7-087 7-087
Reski R Ja A Ta, Kha Ba Ta Da, Ha Ja Da, Ha Da ta, Tsa Ta Da. 7-088
Ust. Yuli UY Apa namanya ini? (sambil memegang bajunya) 7-089
Reski R Ba.... 7-090
Ust. Yuli UY Perbaiki duduknya, duduk anak soleh! 7-091
Fadel F (segera memperbaiki duduknya) 7-092
69
Lanjutan
Ust. Yuli UY Buka halaman 10! 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (sambil membuka selembar demi
selembar halaman buku iqra) toh, bismillah dulu nak!
7-093
Fadel F Bismillahhirrahmaanirrahim, Ja Tsa (bingung) apa lagi kak? 7-094
Ust. Yuli UY Ta’ satu-satu, janganko lagi cepat! 7-095
Reski R Mauka main kak. 7-096
Fadel F Ih, belum pi waktu nah. 7-097
Ust. Yuli UY Belum pi waktu main nah. Di sini saja di bangkunya, asal jangan jalan-jalan, di
situ saja di bangkunya!
7-098 7-098
Ust. Yuli UY Pelan-pelan sebut satu-satu! (berbicara dengan Fadel) 7-099
DATA 8
Subjek Penelitian Transkip
Kode
Data
Kode Data
Terpilih Nama Kode
Ust. Yuli UY Perbaiki duduknya, menghadap ke saya ya ya. 8-100
Ust. Yuli UY Cepatko raihan, cepatko makan! 8-101
Reihan RE (segera menyelesaikan makanannya) 8-102
Ust. Yuli UY Alpa, di sini duduk! 8-103 8-103
Alpa A (segera duduk) 8-104
Ust. Yuli UY Duduk anak soleh! 8-105 8-105
Santri S Siap. 8-106
Ust. Yuli UY Qilah, duduk sini! 8-107
Ust. Yuli UY Tangannya... 8-108
Ust. Yuli
dan Santri
UY, S Dilipat matanya ke depan senyum dong. (para santri berkumpul) 8-109
Ust. Yuli UY Mana Raihan? 8-110
70
Lanjutan
Ust. Yuli
dan Santri
UY, S Matanya ke depan senyum donk! Ayo, doa, doa harian ya, doa sebelum belajar! 8-111
Ust. Yuli
dan Santri
UY, S Bismillahirrahmaanirrahim rabbisidni ilmanwarsuqnifahman 8-112
Ust. Yuli UY Yang kedua, doa belajar yang kedua. 8-113
Ust. Yuli
dan santri
UY, S Allahumma.... 8-114
Ust. Yuli UY Eh (menegur santri yang sedang bertengkar) 8-115
Ust. Yuli
dan santri
UY, S Allahumma inni as’aluka (tiba-tiba muncul suara speaker masjid
bismillahirrohmanirrohim)....*
8-116
DATA 9
Subjek Penelitian Transkip
Kode
Data
Kode Data
Terpilih Nama Kode
Ust. Anti UA Perhatian! 9-117 9-117
Santri S Allahuakbar. 9-118
Ust. Anti UA Kenapa miring-miringi, kasih di sini-sini (sambil memperbaiki posisi meja) 9-119
Santri S (memperbaiki posisi meja) 9-120
Ust. Anti UA Iya, stop! 9-121
Ust. Anti UA Satrio, sini! Sendiri laki-laki. 9-122
Satrio ST (segera ke posisi yang ditunjukkan oleh ust. Anti) 9-123
Ust. Anti UA Jangan dikasih goyang-goyang bangkunya! 9-124
Ust. Anti UA Oke. Anak soleh! 9-125
Santri S Istaid nan. 9-126
Ust. Anti UA Pasang tasnya! (berbicara kepada Fadillah) 9-127 9-127
71
Lanjutan
Fadillah FH (memasang tasnya) 9-128
Ust. Anti UA Aisyah, geser-geser! 9-129
Aisyah AI (bergeser) 9-130
Ust. Anti UA Fadillah, maju-maju! 9-131
Fadillah FH (bergerak maju) 9-132
Ust. Anti UA Sudah ada yang saya kasih toh? 9-133
Santri S Sudah. 9-134
Ust. Anti UA Apa yang saya sampaikan tadi? 9-135
Ust. Anti UA Sebelum... kalau tidak tahu ganti? (pandangan ke Satrio) 9-136
Satrio ST Iqra. 9-137
Ust. Anti UA Yang kedua saya sampaikan? (pandangan ke Putri) 9-138
Putri P Melaksanakan salat. 9-139
Ust. Anti UA Yang ketiga? (pandangan ke Fadillah) 9-140
Fadillah FH (tersenyum karena tak ingat) 9-141
Ust. Anti UA Bangun pagi, bangun subuh? 9-142
Fadillah FH Mengahafal. 9-143
Ust. Anti UA Mengaji, apa lagi? 9-144 9-144
Fadillah FH Menghafal. 9-145
Ust. Anti UA Apa? 9-146
Fadillah FH Menghafal, sudah itu main sepuasnya. 9-147
Ust. Anti UA Anak soleh! 9-148
Santri S istaid nan. 9-149
Ust. Anti UA Utamakan mengaji dan menghafal sudah itu main sepuasnya. Ya? 9-150
Santri S Iya. 9-151
Ust. Anti UA Baru pergi sekolah. Paham! 9-152
Santri S Paham. 9-153
72
Lanjutan
Ust. Anti UA Jam berapa datang? 9-154
Santri S Lima. 9-155
Ust. Anti UA Ih... 9-156
Santri S Setengah lima. 9-157
Ust. Anti UA Jam? 9-158 9-158
Santri S Setengah lima. 9-159
Ust. Anti UA Setengah lima. Yang masuk jam satu pulang, pergi makan, mandi baru kembali
ke sini, ya! Bisa?
9-160
Santri S Bisa. 9-161
Ust. Anti UA Oke. Anak soleh! 9-162
Santri S Istaid nan. 9-163
Ust. Anti UA Hari senin kita mengaji mulai setengah lima sampai setelah i... 9-164
Santri S Isya. 9-165
Ust. Anti UA Sampaikan sama teman-temannya yang tidak datang hari ini nah. Baca doa akhir
pertemuan, A Ba Ta!
9-166
Santri S Subhanakallahumma rabbana wabihamdika asyhaduallah ilahaillaanta
astaghfiruka waatubuilaika.
9-167
Ust. Anti UA Oke. Salam! 9-168 9-168
Santri S Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatu. 9-169
Ust. Anti UA Wa’alaikumussalam warahmatullahiwabarakatu. ingat! Hari senin jangan
lupakan apa yang kak Anti bilang. Sebelum tidur itu ya harus mengaji dan
menghafal. Kalau tidak lakukan itu jangan tidur, bangun tidur itu lagi lakukan.
Pokoknya lakukan secara rutin. Hari ahad besok, besok paling banyak waktu
untuk menghafal. Kalau tidak menghafal berdi...
9-170 9-170
Santri S Berdiri. 9-171
Ust. Anti UA Kita sendiri yang bilang yah. 9-172
73
Lanjutan
Putri PU Ih. 9-173
Ust. Anti UA (tersenyum). Ingat! An Nas, bukan wasil wasil. Was.... 9-174
Santri S Waswasil. 9-175
Ust. Anti UA Pintar! Yang tenang boleh pulang. 9-176 9-176
Santri S (duduk diam) 9-177
Ust. Anti UA Fadillah! 9-178
Fadillah FH (berdiri dan salim kepada ust. Anti) 9-179
Ust. Anti UA Kenapa kalau pulang tenang sekali. Satrio, Putri, Aisyah. 9-180
79
Lampiran 2
GAMBAR KEGIATAN MENGAJI SANTRIWAN DAN SANTRIWATI DI
MASJID JAMI RAPPOKALLING
17 Juli 2019 17:45 Wita
(Saat kegiatan Mengaji berlangsung)
17 Juli 2019 18:47
(Saat ustadza Irma memberikan pemahaman kepada para santri)
80
26 Juli 2019 16:35 Wita
(Saat kegiatan mengaji berlangsung)
31 Juli 2019 16:49 Wita
(Saat kegiatan mengaji berlangsung)
81
31 Juli 2019 16:54 Wita
(Saat santri bersiap untuk pulang)
03 Agustus 2019 18:51
(Saat santri bersiap untuk pulang)
RIWAYAT HIDUP
Razuni Rima Dwi Purwati R., lahir di Makassar tanggal
15 Juli 1992 anak kedua dari enam bersaudara dari
pasangan Ayahanda Muhammad Ramli dan Ibunda
Nurhaeni. Penulis menempuh pendidikan sebagai berikut:
Penulis masuk sekolah tingkat kanak-kanak (TK) Pembina Kota Makassar pada
tahun 2000 dan tamat tahun 2001, tamat sekolah dasar di SD. Buttatianang I Kota
Makassar tahun 2006, tamat sekolah tingkat menengah pertama di SMPN 22
Makassar tahun 2008, dan tamat sekolah menengah atas di SMKN 4 Makassar
tahun 2010. Pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan
Tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.