Tindak Tutur Ilokusi Asertif, Direktif, Ekspresif, Komisif ...
TINDAK TUTUR ILOKUSI ASERTIF DALAM WACANA … six assertive illocutionary speech act have pragmatic...
Transcript of TINDAK TUTUR ILOKUSI ASERTIF DALAM WACANA … six assertive illocutionary speech act have pragmatic...
i
TINDAK TUTUR ILOKUSI ASERTIF DALAM WACANA
PENGUMUMAN DI GEREJA-GEREJA KATOLIK
KEVIKEPAN YOGYAKARTA PERIODE
AGUSTUS-DESEMBER 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Emanuel Adrianus Moat
NIM: 121224042
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
***
Berjalanlah sejauh yang engkau mau,
selagi masih ada nafas yang merangkai harimu.
Carilah sebanyak mungkin kata yang bisa melestarikan akalmu,
hingga dikau terbuai dalam rahim pengetahuan yang selalu mengubahmu
menjadi baru.
***
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
***Karya ini saya persembahkan sebagai ungkapan rasa syukur tak
terhingga kepada BAPA, PUTERA dan ROH KUDUS yang senantiasa
menenun hari-hari indah dalam setiap derap langkah kehidupan ini.
***Para konfrater Serikat Sabda Allah yang setia mendoakan, memotivasi,
nasehat, cinta, dan kasih sayang hingga saat ini.
***Kepada orang tua, kakak, adik, saudara-saudari, kaum keluarga yang
selalu mendoakan, dan memberikan perhatiannya selama ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Moat, Emanuel Adrianus. 2016. Tindak Tutur Ilokusi Asertif dalam Wacana
Pengumuman di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta Periode
Agustus-Desember 2015. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dua persoalan utama yakni (1)
jenis tindak tutur ilokusi asertif apa sajakah yang terdapat dalam wacana
pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta?, (2) makna
pragmatik apa sajakah yang terdapat dalam jenis tindak tutur ilokusi asertif pada
wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta? Data yang
diperoleh dan dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah tuturan dalam wacana
pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta yang diduga
mengandung tindak tutur ilokusi asertif. Sumber data dalam penelitian ini adalah
pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah tergolong dalam penelitian kualitatif
dokumentasi karena meneliti dokumen berupa pengumuman di gereja-gereja
Katolik Kevikepan Yogyakarta. Metode penumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode baca dan catat. Teknik catat dilakukan dengan
mencatat hal-hal yang berhubungan dengan maksud dan tujuan penelitian. Peneliti
menggunakan teknik baca dengan cara membaca berkali-kali teks-teks
pengumuman gereja. Teknik baca dilakukan dengan cara membaca penggunaan
bahasa di dalam wacana pengumuman gereja-gereja Katolik. Adapun teknik catat
dilakukan dalam penelitian ini adalah peneliti mencatat hal-hal dicurigai
mengandung tindak tutur ilokusi asertif dan kemudian selanjutnya membuat
klasifikasi atau pengelompokkan.
Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan enam jenis tindak tutur ilokusi
asertif yang muncul dalam tuturan wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik
Kevikepan Yogyakarta yakni tindak tutur ilokusi asertif mengumumkan,
melaporkan, menyatakan, menegaskan, memberitahukan, dan memperingatkan.
Keenam tindak tutur ilokusi asertif tersebut mengandung makna pragmatik sesuai
dengan konteks yang mengikat tuturannya masing-masing. Terdapat 5 tindak tutur
ilokusi asertif mengumumkan yang mengandung makna pragmatik menawarkan.
Terdapat 8 tindak tutur ilokusi asertif mengumumkan yang mengandung makna
pragmatik mempersilakan. Terdapat 11 tindak tutur ilokusi asertif melaporkan
yang mengandung makna pragmatik mengucapkan selamat. Terdapat 23 tindak
tutur ilokusi asertif menegaskan yang mengandung makan pragmatik perintah.
Terdapat 4 tindak tutur ilokusi asertif menyatakan yang mengandung makna
menyarankan. Terdapat 18 tindak tutur ilokusi asertif memberitahukan yang
mengandung makna pragmatik mengharapkan. Terdapat 14 tindak tutur ilokusi
asertif memberitahukan yang mengandung makna mengundang. Terdapat 15
tindak tutur ilokusi asertif memberitahukan yang mengandung makna mengajak.
Terdapat 2 tindak tutur ilokusi asertif memperingatkan yang mengandung makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
melarang. Terdapat 3 tindak tutur ilokusi asertif memperingatkan yang
mengandung makna menyuruh.
Kata kunci: tindak tutur ilokusi asertif, makna pragmatik, wacana pengumuman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Moat, Emanuel Adrianus.2016. Assertive Illocutionary Speech Act in Discourse
of Announcement in Catholic Churches of Yogyakarta RegionPeriod of August
to December 2015. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.
The purpose of this research is to describe two main problems. First, what
kinds of assertive illocutionary speech act do contain in discourse of the
announcement in Catholic Churches of Yogyakarta region? Second, what is
pragmatic meaning of assertive illocutionary speech act that contain in discourse
of the announcement in Catholic Churches of Yogyakarta region? The data in this
research was collected from the discourse of announcement in Catholic Churches
of Yogyakarta region that is alleged containing assertive illocutionary speech act.
The sources of data are the announcement in Catholic Churches of Yogyakarta
region.
The type of research is classified as qualitative document research because
this research examines such announcement in Catholic Churches of Yogyakarta
region. The methods that are used to collect data in this research are reading and
recording. The technique of record is done by recording the things relate to the
purpose and intent of research. Researcher uses the technique of reading by
repeatedly reading and watching texts of the announcement in Catholic Churches.
Reading technique also is used to find out the using of language in the
announcement in Catholic churches. While the technique of record is done by
recording the things that are alleged containing assertive illocutionary speech act
and immediately followed by making classification or group.
From this research the reseacher found six kinds of assertive illocutionary
speech act that appeared in the discourse of announcement in Catholic Churches
in Yogyakarta region. They are assertive illocutionary to announce, to report, to
declare, to affirm, to inform, and to warn. Those six assertive illocutionary speech
act have pragmatic meaning in accordance to the context that binds each speech.
There are five kinds of assertive illocutionary speech act in announcement that
contain pragmatic meaning of offering. There are eight kinds of assertive
illocutionary speech act in announcement that contain pragmatic meaning of
please. There are eleven kinds of assertive illocutionary speech act in report that
contain pragmatic meaning of congratulation. There are twenty three kinds of
assertive illocutionary speech act in declaring that contain pragmatic meaning of
giving instruction. There are four kinds of assertive illocutionary speech act in
affirming that contain pragmatic meaning of suggestion. There are eighteen kinds
of assertive illocutionary speech act in informing that contain pragmatic meaning
of hoping. There are fourteen kinds of assertive illocutionary speech act in
informing that contain pragmatic meaning of invitation. There are fifteen kinds of
assertive illocutionary speech act in informing that contain pragmatic meaning of
urging. There are two kinds of assertive illocutionary speech act in warning that
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
contain pragmatic meaning of banning. There are three kinds of assertive
illocutionary speech act in warning that contain pragmatic meaning of demanding.
Keywords: assertive illocutionary speech act, pragmatic meaning, discourse of
the announcement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian ini
yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi Asertif dalam Wacana Pengumuman di
Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta Periode Agustus-Desember
2015. Penelitian ini disusun demi menelaah dan mengkaji tindak tutur wacana
pengumuman gereja yang kerapkali mengalami kendala yakni ketidakpahaman
menerima maksud atau makna dari isi pengumuman yang diujarkan oleh penutur
kepada mitra tutur. Atas dasar pertimbangan tersebut maka penulis berupaya
mencari permasalahan yang terjadi dan memecahkan problem seturut pengetahuan
pragmatik yang dimiliki oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa pembelajaran pragmatik bahasa Indonesia telah
menularkan banyak pengalaman dan wawasan berpikir yang sangat bernilai
sehingga bisa merampungkan tulisan skripsi ini. Secara jujur penulis mengakui
bahwa pembelajaran pragmatik bahasa Indonesia sungguh membuka cakrawala
berpikir terkhususnya dalam mengamati dan menelusuri makna konteks yang
terkandung dalam wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik. Studi pragmatik
memotivasi penulis dalam usaha memecahkan ambiguitas isi pengumuman gereja
baik dalam format pengumuman lisan maupun tertulis.
Skripsi ini diselesaikan berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai
pihak, maka perkenankalah penulis mengucapkan terima kasih berlipat ganda
kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum, selaku dosen pembimbing, atas
kerelaannya meluangkan waktu untuk membimbing, membagikan ide-ide
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
dan pengetahuan pragmatik bahasa Indonesianya, serta mengarahkan
penulis untuk mampu mengolaborasikan pengetahuan bahasa Indonesia
dalam kerangka mengkaji tindak tutur ilokusi asertif ini.
4. Para Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah
memberikan banyak pengetahuan linguistik kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
5. R. Marsidiq, pegawai sekretariat Program Studi PBSI yang telah
membantu dan melayani penulis dalam mengurusi berbagai hal yang
berhubungan dengan skripsi ini.
6. Para konfrater Serikat Sabda Allah Provinsi Ruteng atas dukungan doa,
perhatian, dan pelayanannya selama ini.
7. Teman kosku, Romo Daniel Manek, SVD, atas sumbangan ide, saran dan
nasihatnya sehingga penulis bersemangat dalam menyelesaikan tugas
kuliah ini.
8. Bapak Petrus Pijer, Kakak Santy Dua Sidok, dan Anak Thyo Gonsales atas
doa, kasih sayang bagi penulis selama menyelesaikan kuliah ini.
9. Bapak Joanes dan Ibu Maria, yang telah memberikan semangat dan
motivasi untuk penulis dalam mengerjakan dan menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
10. Teman-teman PBSI kelas A, B, dan C angkatan 2012, yang dengan
caranya masing-masing memberikan sumbangan ide, gagasan bagi penulis
dalam merampungkan tulisan ini.
11. Para donatur dan penderma yang telah membantu melalui dukungan
material maupun spiritual selama penulis menyelesaikan kuliah di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Akhirnya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
bagi penyempurnaan tulisan skripsi ini di masa mendatang.
Penulis
Emanuel Adrianus Moat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…...........................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………...………iii
MOTO…...………………………...………………………………...…………...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………..……………..……………………….v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS…………..……………………vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……………………………....……...vii
ABSTRAK………………………………………………..…………………….viii
ABSTRACT………………..………………………………………………….….x
KATA PENGANTAR………………...……………………………………..….xii
DAFTAR ISI………………………………...…….…………………….…..….xiv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang………………………………..……………………………….1
1.2 Rumusan Masalah…………..……………….……….………………………..5
1.3 Tujuan Penulisan…………..…………………………….…………………….6
1.4 Manfaat Penulisan....…………………….…………………………………….6
1.5 Batasan Istilah…… ….…………………………………………….……….…7
1.6 Sistematika Penyajian…………………….…………………….……………..8
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN……………………………………………...10
2.1 Kajian Terdahulu……...……………………….……………………..……....10
2.2 Landasan Teori……..………..….…………………..……………………..…14
2.2.1 Pragmatik..……..…...………………………………………...……………14
2.2.2 Tindak Tutur……...…..…………………....……………………………….16
2.2.3 Konteks……..…………………………………………………..……….....19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2.2.4 Tindak Tutur Ilokusi…….…...…..……………………………..………….21
2.2.5 Tindak Tutur Ilokusi Asertif……………...……………………………..…24
2.2.6 Wacana Pengumuman……..…...….…..……..….…………………………26
2.3 Kerangka Berpikir………………………………..…………………..………29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………..33
3.1 Pendekatan Penelitian………………………………………………………..33
3.2 Data dan Sumber Data……………………………………………………….34
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data……………………………………...36
3.4 Instrumen Penelitian………………………………………………………….37
3.5 Teknik Analisis Data…………...………………...……………………...…...38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………42
4.1 Deskripsi Data………………………….…………………………………….42
4.2 Hasil Analisis Data………………………………….………………………..46
4.2.1 Jenis Tindak Tutur Asertif dalam Wacana Pengumuman di Gereja-
Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta…….....……...……………….……47
4.2.1.1 Tindak Tutur Ilokusi Asertif Mengumumkan………………….………...48
4.2.1.2 Tindak Tutur Ilokusi Asertif Melaporkan………….…………………….51
4.2.1.3 Tindak Tutur Ilokusi Asertif Menyatakan……………….………………55
4.2.1.4 Tindak Tutur Ilokusi Asertif Menegaskan……………………………….57
4.2.1.5 Tindak Tutur Ilokusi Asertif Memberitahukan…………………..………60
4.2.1.6 Tindak Tutur Ilokusi Asertif Memperingatkan…..………………………65
4.2.2 Makna Pragmatik dalam Wacana Pengumuman di Gereja-Gereja
Katolik Kevikepan Yogyakarta…………….………………………………67
4.2.2.1 Tuturan Mengumumkan yang Mengandung Makna
Pragmatik Menawarkan………………………………………………….68
4.2.2.2 Tuturan Mengumumkan yang Mengandung Makna
Pragmatik Mempersilakan………………………………………....…….70
4.2.2.3 Tuturan Melaporkan yang Mengandung Makna Pragmatik
Mengucapkan Selamat…………………………………………………...74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
4.2.2.4 Tuturan Menegaskan yang Mengandung Makna
Pragmatik Perintah….…………………………………………..……….77
4.2.2.5 Tuturan Menyatakan yang Mengandung Makna
Pragmatik Menyarankan……………………………………...………….80
4.2.2.6 Tuturan‘Memberitahukan yang Mengandung Makna
Pragmatik Mengharapkan………………………………………….…….83
4.2.2.7 Tuturan Memberitahukan yang Mengandung Makna
Pragmatik Mengundang………………………………………….………86
4.2.2.8 Tuturan Memberitahukan yang Mengandung Makna
Pragmatik Mengajak………………………………………………....…..89
4.2.2.9 Tuturan Memperingatkan yang Mengandung Makna
Pragmatik Melarang……………………………………………….……..92
4.2.2.10 Tuturan Memperingatkan yang Mengandung Makna
Pragmatik Menyuruh…………………………………………………...95
4.3 Pembahasan.……………………………………………………………….....96
4.3.1 Jenis Tuturan Ilokusi Asertif dalam Wacana Pengumuman
di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta……………………...…..96
4.3.2 Makna Pragmatik dalam Wacana Pengumuman di Gereja-Gereja
Katolik Kevikepan Yogyakarta…………….……………………………..105
BAB V PENUTUP……………………………………………………………..114
5.1 Kesimpulan..……………………………………..…………………………114
5.2 Saran……………...…………………………………………………………116
DAFTAR RUJUKAN…………….……………………………………………118
LAMPIRAN…………….………………………………………..…………….120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan
ide, gagasan, pikiran, dan perasaan kepada orang lain. Salah satu wujud atau cara
mengungkapkan bahasa yakni dengan tuturan atau mengungkapkan. Secara
sederhana tuturan dipahami sebagai sesuatu yang dituturkan, ucapan atau ujaran.
Setiap kali seseorang bertutur atau berujar akan terlebih dahulu dikonsepkan
secara terstruktur dan sistematis. Itulah sebabnya setiap tuturan terkandung
gagasan, perasaan, maksud dan tujuan tertentu dari setiap penuturnya itu sendiri.
Tuturan sebagai wujud pengaktualisasian bahasa secara kongkret dalam proses
komunikasi setiap individu.
Tuturan dapat diaplikasikan dan tertuang dalam komunikasi manusia
sehari-hari. Menurut Sumarlam (2009:1) secara garis besar komunikasi dibedakan
menjadi dua macam, yaitu komunikasi bahasa lisan dan komunikasi bahasa tulis.
Komunikasi bahasa lisan adalah cara penyampaian dan penerimaan informasi dari
pemberi informasi kepada penerima informasi tanpa menggunakan perantara.
Informasi yang disampaikan dalam komunikasi lisan dapat berupa pidato,
pengumuman, seminar, ceramah, lokakarya, dan kotbah. Komunikasi bahasa tulis
adalah proses penyampaian dan penerimaan informasi dengan menggunakan
perantara (media) yakni sebuah teks, buku, majalah, ensiklopedia, novel, media
massa, pamflet, dan media cetak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Wacana pengumuman gereja merupakan salah satu bentuk tuturan. Setiap
tuturan, baik lisan maupun tertulis yang terdapat pada wacana pengumuman
gereja terkandung rupa kalimat-kalimat seperti deklaratif, perintah, larangan,
berita, anjuran, saran, dan sebagainya. Kalimat-kalimat yang terungkap atau
tertulis pada lembaran teks pengumuman gereja menjadi sebuah tindak tutur
(speech acts). Pernyataan ini didasarkan atas analogi yang merujuk pada definisi
tindak tutur yang dikemukakan oleh Leech. Leech (1994: 4) menyatakan bahwa
sebenarnya dalam tindak tutur mempertimbangkan lima aspek situasi tutur yang
mencakup: penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tindak tutur
sebagai sebuah tindakan/aktivitas dan tuturan sebagai produk tindak verbal.
Penulis atau pihak yang membacakan pengumuman gereja tersebut dapat
dikatakan sebagai penutur (speaker). Tuturan yang tertulis itu dibaca atau
didengar secara lisan oleh pembaca atau pendengarnya disebut mitra tutur
(hearer). Setiap kalimat yang tertera atau tertulis di dalam wacana pengumuman
tersebut merupakan tuturan (utterance). Tuturan itu sendiri terdiri atas kalimat-
kalimat yang diucapkan dengan prosodi dalam bahasa yang memiliki tujuan
tertentu. Proses tuturan ini berlangsung dalam suatu konteks (Context) yang
mengikat dan melatarbelakanginya. Berdasarkan analogi sederhana ini penulis
mengakui dan bertekad menganalisis tuturan dalam wacana pengumuman dengan
bertitik tolak pada teori tindak tutur.
Wacana pengumuman adalah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, menginformasikan, dan
melaporkan sesuatu hal, baik secara langsung maupun tidak langsung. Setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
wacana pengumuman gereja tidak terlepas dari kegiatan bertutur atau berujar.
Bentuk bertutur atau berujar tersebut secara pragmatik dimaknai sebagai sebuah
tindak tutur. Tindak tutur dimengerti sebagai ujaran yang dibuat sebagai bagian
dari interaksi sosial. Setiap tuturan atau ujaran mempunyai fungsi, dan
mengandung maksud tertentu serta dapat menimbulkan pengaruh atau akibat pada
pendengar atau mitra tutur. Namun tuturan-tuturan yang terjadi baru dapat
memiliki makna dan maksud yang dapat dimengerti hanya dalam kaitannya
dengan konteks dan tempat tuturan itu terjadi.
Tuturan dalam wacana pengumuman gereja juga memiliki fungsi dan
maksud tertentu yang dicanangkan untuk mengahasilkan pengaruh kepada
pembaca atau pendengarnya. Permasalahan yang kerapkali muncul adalah tidak
semua umat atau mitra tutur mampu menelaah dan memahami maksud yang ingin
disampaikan oleh penuturnya. Seringkali juga umat atau mitra tutur sulit
menemukan dan menafsir maksud dari tuturan tersebut. Hal ini disebabkan oleh
minimnya pengetahuan mitra tutur dalam menangkap makna dan maksud tuturan
sesuai dengan konteks.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, penelitian ini bermaksud
menemukan dan mengidentifikasi berbagai jenis, dan maksud tindak tutur yang
terdapat dalam wacana pengumuman gereja. Upaya menelaah berbagai jenis, dan
maksud tindak tutur itu bermula dari asumsi dan keyakinan peneliti bahwa
rentetan kalimat dalam tuturan wacana pengumuman gereja tersirat maksud
pragmatik tertentu. Maksud pragmatik yang dapat ditemukan dalam wacana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
pengumuman gereja itu misalnya mengajak, menawarkan, mengucapkan selamat,
perintah, peringatan dan sebagainya.
Menurut Austin (1962) tindak tutur terdiri atas tiga jenis yaitu, tindak
lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi (Tarigan, 2009: 34). Kajian peneliti
lebih menitik beratkan pada tindak tutur ilokusi. Sebab di dalam tindak tutur
ilokusi terdapat gaya ujaran maksud dan fungsi tuturan. Hal ini berarti tindak tutur
ilokusi memberi warna baru dalam tuturan yakni menyampaikan maksud dan
tujuan tertentu kepada mitra tuturnya. Seorang penutur menyatakan sesuatu
dengan menggunakan sebuah daya yang khas sehingga membuat mitra tutur ikut
bertindak sesuai dengan apa yang dituturkannya. Pandangan tersebut diatas
dipertegas lagi oleh Tarigan (2009: 105) yang menyebut tindak tutur ilokusi
biasanya diilustrasikan secara khas dalam ekspresi-ekspresi verba yakni;
melaporkan, mengumumkan, meramalkan, mengakui, menanyakan, menegur,
memohon, menyarankan, memerintah, memesan, mengusulkan, mengungkapkan,
mengucapkan selamat, mengucapkan terima kasih, menyajikan, dan mendesak.
Tindak tutur ilokusi dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis tuturan
yang memiliki fungsi komunikatif. Salah satu tindak tutur ilokusi yang menjadi
fokus kajian penelitian ini adalah tindak asertif. Menurut Searle (dalam Tarigan,
2009: 42-43) tindak asertif yakni melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi
yang diekspresikan. Tindak tutur asertif dapat diwujudkan dalam verba berikut;
affirm/menguatkan, allege/menduga, assert/menegaskan, forecast/meramalkan,
preedict/memprediksi, announce/mengumumkan, dan insist/mendesak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Tindak tutur asertif dapat ditemukan dalam wacana pengumuman di
gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta. Wacana pengumuman gereja ini
berbicara tentang peristiwa dan situasi kehidupan menggereja dengan fokus utama
memberitahukan atau menginformasikan kegiatan-kegiatan rohani, dan sosial
gereja. Peneliti memilih wacana pengumuman gereja-gereja Katolik dikarenakan
terdapat tuturan yang langsung diucapkan oleh petugas lektor di mimbar pada
perayaan ibadah hari Minggu dan dapat ditemukan dalam wacana pengumuman
tertulis. Katersediaan sumber tuturan pada wacana pengumuman gereja tersebut
memudahkan peneliti untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan tuturan
tersebut berdasarkan jenis, fungsi, dan maksudnya. Oleh karena itu penelitian ini
bermuara pada kajian pragmatik yang berjudul, TINDAK TUTUR ILOKUSI
ASERTIF DALAM WACANA PENGUMUMAN DI GEREJA-GEREJA
KATOLIK KEVIKEPAN YOGYAKARTA PERIODE AGUSTUS-
DESEMBER 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Jenis-jenis tindak tutur ilokusi asertif apa sajakah yang terdapat dalam
wacana pengumuman di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta?
2. Makna pragmatik apa sajakah yang terdapat dalam jenis-jenis tindak tutur
ilokusi asertif pada wacana pengumuman di Gereja-Gereja Katolik
Kevikepan Yogyakarta?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur ilokusi asertif yang digunakan
dalam wacana pengumuman di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan
Yogyakarta.
2. Menjelaskan makna pragmatik yang terdapat dalam jenis-jenis tindak tutur
ilokusi asertif pada wacana pengumuman di Gereja-Gereja Katolik
Kevikepan Yogyakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan khazanah pengetahuan
mengenai studi tindak tutur, khususnya tindak tutur ilokusi asertif dalam
wacana pengumuman. Selanjutnya penelitian ini diharapkan juga dapat
memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pragmatik pada
khususnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam proses pembelajaran
pragmatik. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemahaman dan pengahayatan akan maksud dan tujuan wacana
pengumuman gereja secara benar. Disamping itu juga hasil penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dapat bermanfaat bagi para peneliti yang berkecimpung dalam bidang
pendidikan bahasa.
1.5 Batasan Istilah
1. Pragmatik
Leech (1993:8) mengartikan pragmatik sebagai studi tentang makna dalam
hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations) yang meliputi
unsur-unsur penyapa dan yang disapa, konteks, tujuan, tindak ilokusi,
tuturan, waktu, dan tempat.
2. Tindak Tutur
Austin (1962) menyebutkan bahwa pada dasarnya saat seseorang
mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Oleh karena itu tindak
tutur merupakan entitas sentral dalam pragmatik.
3. Konteks
Mey (dalam Nadar, 2009: 3-4) mendefinisikan konteks adalah situasi
lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk
dapat berinteraksi, dan membuat ujaran mereka dapat dipahami. Bahwa
kegiatan tuturan pertama-tama memperhatikan situasi lingkungan dimana
interaksi itu sedang berlangsung.
4. Tindak Tutur Ilokusi
Rohmadi (2004: 31) mengungkapkan bahwa tindak ilokusi adalah tindak
tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu, disebut juga the act of doing
something.
5. Tindak Tutur Asertif
Tindak Tutur asertif adalah bentuk tuturan yang mengikat penutur pada
kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan (stating),
menyarankan (suggesting), membual (boasting), mengeluh (complaining),
dan mengklaim (claiming).
6. Wacana Pengumuman
Wacana pengumuman adalah suatu bentuk penyampaian informasi yang
ditujukan kepada khalayak ramai.
1.6 Sistematika Penyajian
Sistematikan penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah penulis dan pembaca di dalam memahami
penelitian ini. Bab I adalah bab pendahuluan. Bab ini mengulas tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
batasan istilah, dan sistematika penyajian.
Bab II adalah kajian pustakan. Bab ini berisi seputar tinjauan terhadap
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian peneliti saat ini. Dan kajian
teoretis yakni teori-teori yang berkaitan langsung dengan penulisan penelitian ini.
Bab III adalah metodologi penelitian. Bab ini membahas seputar
pendekatan penelitian, data dan sumber data, metode dan teknik pengumpulan
data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Bab IV adalah deskripsi data, hasil penelitian, dan pembahasan. Pada bab
empat ini, peneliti berusaha menguraikan data penelitian, mencermati dan
menganalisis data penelitian, serta pembahasan hasil penelitian.
Bab V adalah bab penutup berisi kesimpulan mengenai hasil penelitian
dan saran-saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
2.1 Penelitian yang Relevan
Kajian mengenai tindak tutur dengan menggunakan ancangan pragmatik
sudah banyak dilakukan, akan tetapi kajian secara khusus tindak tutur ilokusi
asertif dalam hubungan dengan wacana pengumuman belum ada yang
melakukannya. Peneliti sudah berupaya mencari dan menelusuri studi-studi
terdahulu yang berbicara khusus tentang wacana pengumuman tersebut namun
belum ada yang mengulasnya. Oleh sebab itu pada bagian kajian terdahulu ini,
peneliti hanya menampilkan satu atau dua hasil penelitian yang mirip atau serupa
dengan kajian yang akan diteliti oleh peneliti sendiri. Penelitian terdahulu yang
relevan dengan penelitian ini antara lain:
1. Fitri Indriastuti (2007)
Penelitian Fitri Indriastuti yang berjudul Tindak Tutur Asertif Penjual
Pakaian di Pasar Klewer Kota Surakarta, berusaha menganalisis dan
menguraikan tindak tutur ilokusi asertif yang terjadi diantara pedagang dan
pembeli. Fitri Indriastuti berusaha menjawab tiga pertanyaan utama yakni; (a)
bentuk-bentuk tindak tutur asertif yang digunakan penjual pakaian di pasar
Klewer kota Surakarta, (b) strategi pengungkapan tindak tutur asertif penjual
pakaian di pasar Klewer kota Surakarta, (c) faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan tindak tutur asertif penjual pakaian di pasar Klewer kota Surakarta.
Demi menjawab dua permasalahan tersebut, Fitri Indriastuti menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data berupa tuturan lisan penjual
pakaian di pasar Klewer kota Surakarta. Teknik penyediaan data dengan metode
simak (penyimakan), yaitu metode pengumpulan data dengan jalan menyimak
penggunaan bahasa. Teknik dasar yang digunakan adalah sadap dan teknik
lanjutannya dipakai teknik rekam dan teknik catat.
Hasil penelitian Fitri Indriastuti terdiri atas: (1) pemakaian bahasa oleh
penjual pakaian di pasar Klewer kota Surakarta lebih banyak menggunakan
tuturan dalam bahasa Jawa, terkadang juga menggunakan bahasa Indonesia yang
terdapat unsur-unsur bahasa Jawa, (2) pemakaian tuturan oleh penjual pakaian di
pasar Klewer kota Surakarta lebih banyak ditemukan kategori jenis tindak tutur
asertif yang meliputi subtindak tutur: meyakinkan, menanyakan, membenarkan,
menyangsikan, menegaskan, memamerkan, memberitahu, menyangkal,
menyatakan, dan membanggakan, (3) strategi pengungkapan tindak tutur asertif
penjual pakaian di pasar Klewer kota Surakarta berdasarkan teknik bertutur
ditemukan tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, serta
berdasarkan interaksi makna ditemukan tuturan-tuturan literal dan tuturan-tuturan
nonliteral, (4) faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan tindak tutur asertif
penjual pakaian di pasar Klewer kota Surakarta, yaitu: penutur atau mitra tutur, isi
pertuturan, tujuan pertuturan, dan intonasi berbicara.
2. Sulistiyadi (2013)
Penelitian Sulistiyadi yang berjudul Tindak Tutur Asertif Dalam Novel
Pawestri Tanpa Idhentiti Karya Suprato Brata berusaha mengklirkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
permasalahan yang diangkat yakni; (a) Apa sajakah bentuk tindak tutur asertif
yang terdapat dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata. (b)
Bagaimanakah fungsi tindak tutur asertif yang terdapat dalam novel Pawestri
Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata. Peneliti Sulistiyadi menjawab permasalahan
tersebut dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Sumber data
penelitian ini adalah novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata. Data
diperoleh dengan teknik membaca, mencatat, dan pengklasifikasian yang berupa
tuturan. Instrumen dalam penelitian ini adalah manusia, yang dalam hal ini
peneliti untuk mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan dengan tindak tutur dan
pengetahuan peneliti tentang kebahasaan menjadi alat yang penting, sebagai
instrumen kartu data dan tabel analisis data. Subjek penelitian ini adalah semua
tuturan asertif yang dikelompokkan berdasarkan bentuk tuturan asertif dan fungsi
tuturan asertif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
teknik baca dan catat.
Hasil penelitian Sulistiyadi adalah berupa bentuk tuturan asertif yang
terdiri atas tiga bentuk kalimat yakni bentuk kalimat berita, kalimat tanya, dan
kalimat perintah. Berdasarkan fungsinya data tersebut meliputi: tuturan asertif
kalimat berita yang berfungsi menyatakan, memberitahukan, menyarankan,
membanggakan, mengeluh, menuntut, melaporkan, dan menyombongkan.
Tuturan asertif kalimat tanya yang berfungsi menyatakan, memberitahukan,
menyarankan, dan mengeluh. Tuturan asertif kalimat perintah yang berfungsi
menyatakan, memberitahukan, menyarankan, membanggakan, dan mengeluh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Penelitian “Tindak Tutur Ilokusi Asertif dalam Wacana Pengumuman di
Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta” ini berbeda dengan penelitian-
penelitian di atas. Perbedaannya terletak pada sumber data. Penelitian ini
menggunakan sumber data dari tuturan lisan dan tertulis wacana pengumuman
gereja, sedangkan penelitian-penelitian di atas menggunakan sumber data dari
karya sastra novel dan tuturan lisan para pejual pakaian di pasar Klewer kota
Surakarta. Berdasarkan tinjauan kajian penelitian terdahulu tersebut di atas, maka
peneliti merasa tertarik untuk menelaah tindak tutur ilokusi asertif secara spesifik
dalam wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melengkapi penelitian-penelitian
sebelumnya, tentunya dengan menggunakan teknik atau metode penelitian yang
berbeda. Penelitian ini menggunakan sumber data yang belum banyak digunakan
yakni wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik. Perhatian peneliti tertuju
kepada wacana pengumuman gereja yang tertulis dan menggunakan bahasa
Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan kajian pada dua hal
pokok yakni jenis tuturan ilokusi asertif dan makna pragmatik dalam tuturan
ilokusi asertif yang ditentukan oleh konteksnya.
Peneliti berusaha menelaah dan mencermati tuturan dalam wacana
pengumuman gereja yang mengisyaratkan adanya jenis tindak tutur asertif,
kemudian menemukan makna pragmatik yang terikat konteks dalam tuturan
pengumuman gereja tersebut. Dengan demikian penelitian ini berbeda dengan
penelitian terdahulu terkhususnya dalam hal sumber data dan teknik
penelitiannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2.2 Landasan Teori
Penulisan penelitian ini menggunakan beberapa teori yang dianggap
relevan dengan kajian didalamnya. Dalam landasan teori ini dijabarkan beberapa
teori yang digunakan sebagai acuan peneliti untuk mengkaji tindak tutur ilokusi
asertif dalam wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan
Yogyakarta antara lain: pragmatik, tindak tutur, konteks, tindak tutur ilokusi,
tindak asertif, dan wacana pengumuman. Berikut ini akan dijelaskan teori-teori
yang terkait dengan kajian ilmiah yang mendasarinya.
2.2.1 Pragmatik
Pragmatik merupakan telaah makna tuturan. Tuturan yang disampaikan
kepada mitra tutur memiliki makna sesuai dengan konteks tuturan yang sedang
berlangsung. Secara tegas Leech (1993:8) mengartikan pragmatik sebagai studi
tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations)
yang meliputi unsur-unsur penyapa dan yang disapa, konteks, tujuan, tindak
ilokusi, tuturan, waktu, dan tempat. Leech memposisikan studi pragmatik pada
keberadaan penutur, mitra tutur, konteks, dan tujuan dalam proses komunikasi
tersebut. Keberadaan keempat kompenen tersebut di atas sangat penting dalam
menelaah makna tuturan yang sedang berlangsung.
Pengertian yang diungkapkan oleh Leech ini tidak jauh berbeda dengan
pendapat George Yule. Yule (2006: 3-4) menyebut pragmatik itu terdiri atas
empat pengertian yakni; (1) Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur.
Belajar pragmatik itu berhubungan dengan telaah mengenai apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dimaksudkan oleh penutur. Penutur menyampaikan sesuatu hal dan pendengar
menafsirkan maksud dibalik tuturan tersebut. (2) Pragmatik adalah studi tentang
makna kontekstual. Makna ini dikaitkan dengan konteks yang sedang berlangsung
misalnya siapa yang diajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa. Di
dalam suatu pembicaraan konteks itu sangat berpengaruh terhadap apa yang
sedang dikatakan penutur. (3) Pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar
lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. Pengertian ini lebih
menekankan cara pendengar memamahi maksud yang disampaikan oleh penutur.
Seorang pendengar atau mitra tutur harus berusaha menggali maksud yang
disampaikan oleh penutur ketimbang sekedar mendengar apa yang dituturkan. (4)
Pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan. Definisi keempat
menurut Yule ini lebih terarah kepada relasi yang mengikat percakapan tertentu.
Sebuah tuturan akan dilakukan jikalau penutur dan mitra tutur sudah saling
mengenal atau sekurang-kurangnya memiliki latar belakang pengalaman yang
sama. Melalui jarak hubungan yang sudah diketahui, maka penutur dan mitra tutur
akan menentukan seberapa banyak hal atau kebutuhan yang dituturkan.
Pragmatik adalah telaah mengenai hubungan antara bentuk bahasa dan
konteksnya (Tarigan, 1990:33). Tarigan secara tegas menyatakan bahwa kajian
pragmatik itu berhubungan dengan konteks penggunaan bahasa di dalam
masyarakat. Konteks menjadi “sumbu” yang mengungkapkan piranti kebahasaan
itu digunakan dalam masyarakat. Ketika seseorang menggunakan bahasa dalam
pergaulan atau percakapan tertentu maka secara serta merta ia bertitik tolak dari
konteks yang dibangunnya secara bersama-sama dalam interaksi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Rahardi (2005: 49) menjelaskan pragmatik adalah ilmu bahasa yang
mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat
ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu.
Pernyataan ini mencerminkan dua hal pokok dalam pragmatik yakni soal
penggunaan bahasa dan konteks. Setiap kali seseorang membangun interaksi
dengan orang lain pastilah melibatkan bahasa yang memiliki makna dan tujuan
tertentu. Bahasa berwujud dalam rangkaian kata atau kalimat yang merujuk pada
maksud dan tujuan yang hendak dicapai bersama. Dimensi bahasa yang
digunakan dalam proses interaksi itu berfokus pada konteks. Konteks menjadikan
sebuah tuturan atau komunikasi tersebut benar-benar bermakna dan memiliki
tujuan. Oleh sebab itu pragmatik merupakan studi tentang penggunaan bahasa
dalam konteks dan situasi tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pragmatik adalah suatu telaah kebahasaan mengenai bagaimana caranya konteks
mempengaruhi peserta tutur dalam menafsirkan kalimat atau menelaah makna
dalam kaitannya dengan situasi ujaran. Keterkaitan antara bahasa dan konteks
mengindikasikan kesejatian studi pragmatik. Artinya ketika seseorang mengetahui
dan mendalami ranah bahasa atau tuturan dalam bingkai konteks maka seyogianya
ia sedang bergumul dengan ilmu “pragmatik”.
2.2.2 Tindak Tutur
Tindak tutur adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu
maksud dari pembicara diketahui pendengar. Teori tindak tutur ini dikemukakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
pertama kali oleh Austin (dalam Rahardi, 2009: 17) dalam bukunya berjudul
Speech Acts: An Essay in The Philosophy of Language menyatakan bahwa pada
praktik penggunaan bahasa yang sesungguhnya itu terdapat tiga macam tindak
tutur yakni (1) tindak tutur lokusi, (2) tindak ilokusi, dan (3) tindak perlokusi.
Tindak lokusi adalah tindakan menyampaikan informasi yang disampaikan oleh
penutur. Tindak ilokusi merupakan tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan
fungsi tertentu di dalam kegiatan bertutur yang sesungguhnya. Tindak perlokusi
adalah tindak menumbuhkan pengaruh kepada sang mitra tutur oleh penutur.
Chaer (2010: 27) menyimpulkan bahwa tindak tutur merupakan tuturan dari
seseorang yang bersifat psikologis dan yang dilihat dari makna tindakan dalam
tuturannya itu. Serangkaian tindak tutur akan membentuk suatu peristiwa tutur
(speech event). Lalu, tindak tutur dan peristiwa tutur ini menjadi dua gejala yang
terdapat pada satu proses, yakni komunikasi. Jadi, tindak tutur adalah kegiatan
seseorang dalam berbahasa pada lawan tutur dalam rangka mengkomunikasikan
sesuatu. Apa makna yang dikomunikasikan tidak hanya dapat dipahami
berdasarkan penggunaan bahasa dalam bertutur tersebut tetapi juga ditentukan
oleh aspek-aspek komunikasi secara komprehensif, termasuk aspek-aspek
situasional komunikasi.
Yule (2006: 82-84) mendefinisikan tindak tutur adalah tindakan-tindakan
yang ditampilkan lewat tuturan. Tindak tutur inilah yang memungkinkan penutur
dan mitra tutur terlibat dalam percakapan sekaligus melakukan suatu tindakan
tertentu. Dalam berkomunikasi, penutur dan mitra tutur menampilkan suatu tindak
tutur khusus yang hanya dimengerti dan dipahami oleh kedua belah pihak. Yule
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
menyebut bahwa tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan
akan mengandung tiga tindakan yang saling berhubungan. Tiga Tindakan itu
antara lain; (1) tindak lokusi merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan
suatu ungkapan linguistik yang bermakna. (2) Tindak ilokusi adalah tindakan
yang ditampilkan melalui penekanan komunikatif suatu tuturan. Tindak ilokusi ini
membentuk tuturan dengan beberapa fungsi di dalam pikiran. (3) tindak perlokusi
adalah tindak tutur yang menciptakan efek atau akibat dari tuturan itu.
Tindak tutur (speech atcs) adalah ujaran yang dibuat sebagai bagian dari
interaksi sosial. Pranowo (2009: 4) menjelaskan bahwa tindak tutur dibagi
menjadi tiga yaitu; tindak lokusi adalah ujaran yang dihasilkan oleh seorang
penutur. Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang menyatakan maksud yang
terkandung dalam ujaran. Tindak perlokusi ialah efek yang ditimbulkan oleh
ujaran.
Berdasarkan pendapat para ahli bahasa tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa tindak tutur adalah pengujaran kata atau kalimat oleh seseorang untuk
menyatakan suatu maksud supaya diketahui oleh orang lain. Tindak tutur
mengaplikasikan penggunaan bahasa secara sistematis dan terstruktur yang
diwujudkan dalam bentuk tuturan.
2.2.3 Konteks
Kesesuaian antara kalimat-kalimat yang diujarkan oleh pengguna bahasa
dengan konteks tuturannya merupakan hal yang penting. Kehadiran konteks
sebagai penentu dalam memahami dan menafsirkan maksud dan tujuan ujaran
yang sedang berlangsung. Konteks dimengerti sebagai situasi yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
hubungannya dengan pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penutur
dan mitra tutur. Situasi dan peristiwa bahasa yang sedang terjadi dalam interaksi
antar manusia mengharuskan kehadiran konteks demi mendukung dan menambah
kejelasan makna.
Tuturan dapat dipandang sebagai akibat dari konteks yang
melatarbelakanginya. Di dalam sebuah komunikasi tidak ada pembicaraan tanpa
konteks. Artinya kehadiran konteks membangun dan menandai maksud yang
hendak dipahami dalam sebuah tuturan. Maksud dan tujuan komunikasi itu hanya
dapat diidentifikasi melalui konteks yang membangun percakapan tersebut. Maka
dari itu Mey (dalam Nadar, 2009: 3-4) mendefinisikan konteks sebagai situasi
lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat
berinteraksi, dan membuat ujaran mereka dapat dipahami. Kegiatan tuturan
pertama-tama memperhatikan situasi lingkungan dimana interaksi itu sedang
berlangsung. Hal ini bertujuan agar makna dan tujuan tuturan itu dapat dimengerti
oleh kedua pihak yakni penutur dan mitra tuturnya.
Konteks dalam sebuah tuturan dibahasakan secara berbeda oleh Leech yaitu
Speech Situation atau situasi tuturan (Rustono, 1999: 27-31). Komponen situasi
tutur meliputi lima hal yaitu: (a) penutur dan mitra tutur. Yakni orang yang
menyatakan fungsi pragmatis tertentu dalam peristiwa komunikasi. Sedangkan
mitra tutur adalah orang yang menjadi sasaran sekaligus kawan penutur di dalam
penuturan. (b) konteks tuturan. Konteks tuturan yakni semua latar belakang
pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur. Konteks
mencakup fisik dan sosial. Konteks fisik disebut ko-teks, sedangkan konteks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
sosial disebut konteks. (c) tujuan tuturan. Tujuan tuturan adalah sesuatu yang
ingin dicapai penutur dengan melakukan tindakan bertutur. (d) tindak tutur
sebagai bentuk tindakan. Maksudnya menuturkan sebuah tuturan dapat dilihat
sebagai melakukan sebuah tindakan. (e) tuturan merupakan hasil tindakan dalam
bentuk produk verbal. Artinya produk verbal yang dihasilkan dalam tuturan terdiri
atas tindakan verbal dan tindakan non verbal.
Menurut Huang (dalam Rahardi, 2015: 18) konteks merupakan seperangkat
latar belakang asumsi yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur. Atau
dengan kata lain konteks merupakan pengetahuan umum atau pengetahuan
bersama. Pernyataan Huang ini diperjalas lagi oleh Clark (dalam Rahardi, 2015:
18-19) yang mengatakan konteks itu perlu dimaknai dari dua kategori yakni (1)
commmunal common ground dan (2) personal common ground. Latar belakang
pengetahuan yang pertama menunjuk pada seperangkat asumsi pengetahuan yang
sama-sama dimiliki oleh komunitas tertentu sedangkan latar belakang
pengetahuan yang disebut kedua menunjuk pada seperangkat asumsi pengetahuan
yang sama-sama dimiliki oleh individu-individu yang menjadi warga komunitas
tertentu.
Pengetahuan bersama dan individu inilah yang menjadi penentu dalam
memaknai setiap tuturan yang sedang berlangsung. Asumsi-asumsi atau pun latar
belakang pengetahuan harus terlebih dahulu dimiliki bersama-sama oleh penutur
dan mitra tutur. Hal ini bertujuan agar konteks pembicaraan yang sedang
berlangsung dapat diterima dan dipahami oleh kedua belah pihak. Hal mendasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
yang perlu diperhatikan oleh penutur dan mitra tutur adalah pembangun konteks
dalam tuturan yakni seperangkat asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa konteks
adalah seperangkat asumsi dan pengetahuan yang sudah dimiliki bersama oleh
penutur dan mitra tutur dalam membangun komunikasi. Kesinambungan
percakapan atau pembicaraan itu tergantung kepada seberaba jauh latar belakang
pengetahuan yang telah dimiliki oleh penutur dan mitra tutur. Konteks memberi
signal yang kuat dalam mencerna maksud yang terkandung dalam penanda
kalimat yang diujarkan.
2.2.4 Tindak Tutur Ilokusi
Tindak tutur adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu
maksud dari pembicara diketahui pendengar. Teori tindak tutur ini dikemukakan
pertama kali oleh Austin (dalam Rahardi, 2009: 17) dalam bukunya berjudul
Speech Acts: An Essay in The Philosophy of Leanguage menyatakan bahwa pada
praktik penggunaan bahasa yang sesungguhnya itu terdapat tiga macam tindak
tutur yakni (1) tindak tutur lokusi, (2) tindak ilokusi, dan (3) tindak perlokusi.
Tindak lokusi adalah tindakan menyampaikan informasi yang disampaikan oleh
penutur. Tindak ilokusi merupakan tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan
fungsi tertentu di dalam kegiatan bertutur yang sesungguhnya. Sedangkan tindak
perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh kepada sang mitra tutur oleh
penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Leech (1993: 21) menjelaskan bahwa tindak tutur ilokusi dalam
komunikasi yang berorientasi pada tujuan atau meneliti makna sebuah tuturan
merupakan usaha untuk merekonstruksi tindakan apa yang menjadi tujuan penutur
ketika ia memproduksi tuturannya. Sesungguhnya Leech ingin menyatakan bahwa
tindak tutur itu mengeskpresikan maksud dan tujuan penutur. Membanyangkan
apa yang dimaksdukan penutur melalui ekspresi bahasanya, dan mengaitkan
makna yang sedang diujarkan. Jikalau sudah mengerti dan memahami apa yang
dibicarakan oleh penutur maka dengan serta merta mitra tutur akan melakukan
tindakan sesuai dengan apa yang dimaksud. Selanjutnya Chaer (2010: 28)
menjelaskan bahwa tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang menyatakan
sesuatu juga menyatakan tindakan melakukan sesuatu. Setiap tuturan yang
dilakukan oleh seseorang bukan saja menyampaikan sesuatu melainkan juga
menyatakan tindakan melakukan sesuatu. Misalnya, “saya baru saja membuat
kopi”. Tuturan ini dapat diidentifikasi antara lain: tindak tutur berfungsi untuk
membuat suatu pernyataan, penjelasan atau maksud-maksud komunikatif saja.
Artinya tuturan tersebut hanya memberi informasi bahwa dia baru saja melakukan
tindakan membuat kopi kepada lawan tuturnya dan penutur memperlihatkan
segelas kopi yang telah tersedia di atas mejanya.
Rohmadi (2004: 31) mengungkapkan bahwa tindak ilokusi adalah tindak
tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dan
dipergunakan untuk melakukan sesuatu, disebut juga the act of doing something.
Selanjutnya Saerle (dalam Leech, 1993: 164-165) mengkalsifikasikan tindak tutur
ilokusi terdiri atas lima kelompok besar yakni (a) tindak tutur asertif adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang diekspresikan, misalnya
menyatakan, memberitahukan, menyarankan, membanggakan, mengeluh,
menuntut, mengumumkan, dan melaporkan. (b) tindak direktif dimaksudkan
untuk menimbulkan beberapa efek melalui tindakan sang penyimak, misalnya
memesan, menganjurkan, memohon, meminta, menyarankan, menganjurkan,
menasihatkan. (c) tindak tutur komisif yakni melibatkan pembicara pada beberapa
tindakan yang akan datang, misalnya menjanjikan, bersumpah, menawarkan,
memanjatkan doa. (d) tindak tutur ekspresif mempunyai fungsi untuk
mengekspresikan, mengungkapkan atau memberitahukan sikap psikologis sang
pembicara menuju suatu pernyataan keadaan yang diperkirakan oleh ilokusi,
misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memaafkan,
mengampuni, menyalahkan, memuji, dan menyatakan belasungkawa. (e) tindak
tutur deklaratif adalah ilokusi yang bila performansinya berhasil akan
menyebabkan korespondensi yang baik antara isi proporsional dengan realitas,
misalnya menyerahkan diri, memecat, membebaskan, membaptis, memberi nama,
menamai, mengucilkan, mengangkat, dan menunjuk.
Pendapat para pakar linguistik di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak
tutur ilokusi adalah tuturan yang menyatakan sesuatu sekaligus mengajak
melakukan tindakan tertentu. Dalam hal ini, penutur tidak hanya menyampaikan
informasi kepada mitra tuturnya melainkan mengajaknya untuk melakukan suatu
tindakan seturut maksud yang disampaikan. Tuturan yang sedang berlangsung
mengarahkan penutur dan mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan yang
menguntungkan kedua belah pihak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2.2.5 Tindak Tutur Ilokusi Asertif
Menurut Steven dan Howard (Hamzah, 2006: 77) kata asertif berasal dari
kata bahasa Inggris assert yang berarti menyatakan, menegaskan atau sebagai
kemampuan menyatakan secara jelas pikiran dan perasaan individu, membela diri
dan mempertahankan pendapat. Asertif (komunikasi terbuka) menurut
Fensterheim dan Baer (1995: 57) adalah orang yang berpendapat dengan
mengemukan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut serta dapat
berkomunikasi dengan orang lain secara lancar. Berdasarkan pendapat tersebut
diatas maka dapat disimpulkan bahwa asertif merupakan kemampuan
mengungkapkan atau menyatakan pendapat, pikiran, dan perasaan secara tegas
dalam berkomunikasi.
Tindak tutur asertif merupakan kemampuan pengujaran kalimat untuk
menyatakan secara tegas suatu maksud dan perasaan melalui tuturan agar
diketahui oleh pendengar. Pengungkapan makna atau maksud harus dimaknai
sesuai dengan apa yang tersirat atau terimplikasi di dalam tuturan tersebut.
Artinya makna yang diperoleh hanya dikondisikan dalam wujud konteks atau
situasi yang sedang berlangsung. Oleh karena itu tindak tutur asertif merupakan
tuturan yang menyatakan sesuatu hal yang dipahami secara bersama-sama
mempunyai nilai kebenaran baik penutur dan mitra tuturnya.
Tindak tutur ilokusi asertif memberi arahan akan sesuatu yang
diinformasikan kepada mitra tutur yang dapat dipahami dan tergerak untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan tujuannya. Searle (dalam Rahardi, 2009: 17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
mendefinisikan tindak tutur asertif adalah bentuk tutur yang mengikat penutur
pada kebenaran proposisi yang sedang diungkapkannya dalam bentuk tuturan.
Yang termasuk dalam tutur asertif yakni menyatakan, menyarankan, membual,
mengeluh dan mengklaim.
Leech (1993: 327) mengatakan bahwa tindak tutur asertif dapat dibuktikan
dengan kehadiran verba tertentu yang mengikat penutur dan kebenaran proposisi
yang sedang diungkapkannya. Verba Asertif biasanya dipakai mengacu pada
penutur dan proposisi yang diucapkan oleh penutur. Misalnya menguatkan,
menduga, menegaskan, meramalkan, memprediksi, mengumumkan, dan
mendesak. Verba asertif ini kerapkali muncul dalam komunikasi antar penutur
dan mitra tutur pada konteks tertentu.
Pernyataan Leech tersebut disempurnakan lagi oleh Fraser (dalam Nadar,
2009: 16) yang membeberkan kata kerja asertif itu terdiri atas; accuse,
acknowledge, add, admit, advocate, affirm, agree, allege, announce, appriese,
argue, assent, assert, attest, aver, claim, comment, concede, conclude, concur,
confess, confirm, conjecture, declare, deduce, denounce, deny, disagree, dispute,
emphasize, grant, hold, inform, maintain, mention, note, notify, observe, point out,
posyulate, predict, proclaim, profess, protest, reaffirm, recognize, refuse, remark,
remind, repeat, reply, report, respond, retort, say, state, submit, suggest, swear,
tell, verify, dan warn.
Putrayasa (2014: 89) mengatakan tindak tutur ilokusi asertif bermaksud
menyampaikan sesuatu berkaitan dengan kebenaran proposisi atau pernyataan
yang diungkap, misalnya menyatakan menerima atau menolak, mengusulkan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
membual, mengajukan pendapat, dan melaporkan. Tindak tutur ilokusi asertif ini
merupakan tindak tutur yang diujarkan oleh penutur yang menghendaki lawan
tutur melakukan sesuatu seturut apa yang diungkapkanya.
Berpijak pada persepsi para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
tindak tutur asertif adalah kemampuan penutur mengujarkan kata atau kalimat
untuk menyatakan secara tegas suatu maksud, pikiran, dan perasaan yang
mengikat pendengarnya pada kebenaran proposisi yang dungkapkannya. Setiap
penutur memiliki kemampuan mengkomunikasikan isi atau pesan kepada mitra
tuturnya secara tegas dan mengandung kebenaran supaya maksudnya dapat
dipahami oleh mitra tutut atau pendengarnya.
2.2.6 Wacana Pengumuman
Pada studi linguistik, wacana dimengerti sebagai satuan lingual (linguistic
unit) yang berada di atas tataran kalimat (Baryadi 2002:2). Konstruksi kalimat
lengkap itu merupakan rangkaian kalimat yang satu diikuti oleh kalimat yang lain
membentuk suatu keutuhan makna. Wacana dapat berbentuk karangan, paragraf,
kalimat, frase, atau kata yang menyampaikan amanat lengkap. Dimana di dalam
kalimat tersebut memiliki kandungan makna yang tersembunyi. Hal ini dipertegas
lagi oleh Hasan Alwi (2000: 41) yang menjelaskan pengertian wacana sebagai
rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara
kalimat-kalimat itu. Dengan demikian sebuah rentetan kalimat tidak dapat
disebut wacana jika tidak ada keserasian makna. Sebaliknya, rentetan kalimat
membentuk wacana karena dari rentetan tersebut terbentuk makna yang serasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Secara garis besar, dapat disimpulkan pengertian wacana adalah satuan
bahasa terlengkap dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang
berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata,
disampaikan secara lisan atau tertulis ini dapat berupa ucapan lisan dan tulisan
yang mengandung makna tertentu. Wacana memiliki dua unsur utama, yaitu unsur
dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal wacana berkaitan
dengan aspek formal kebahasaan, sedangkan unsur eksternal wacana berkaitan
dengan unsur luar bahasa, seperti latar belakang budaya pengguna bahasa
tersebut. Kedua unsur itu membentuk suatu kepaduan dalam satu struktur yang
utuh dan lengkap (Paina, 2010: 53).
Crystal (1987: 116) menyebutkan adanya dua macam bentuk wacana,
yaitu wacana yang memfokuskan pada bahasa lisan dan teks yang memfokuskan
pada bahasa tulis. Bentuk-bentuk lisan dapat berupa percakapan, wawancara,
komentar dan ucapan-ucapan. Sedangkan bentuk tulis dapat berupa karangan,
pengumuman, tanda-tanda di jalan, dan bab-bab dalam buku. Berdasarkan
pengelompokkan Crystal ini, maka pengumuman gereja-gereja Katolik, baik yang
lisan maupun tertulis dapat disebut sebagai sebuah ”wacana”. Sebab pengumuman
itu identik dengan teks yang berisi mengenai informasi-informasi yang dirangkai
dalam bentuk dan format bahasa yang menandung makna.
Pengumuman merupakan pesan atau informasi yang disampaikan kepada
orang banyak. Pengumuman dibuat untuk mengomunikasikan atau
menginformasikan suatu gagasan, pikiran, dan pesan kepada pihak lain.
Pengumuman adalah salah satu bagian dari surat yang dibedakan berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
jumlah sasarannya. Pengumuman merupakan surat yang berisi pemberitahuan
kepada orang banyak yang perlu diketahui oleh siapa saja yang berkepentingan
sesuai dengan isi pengumuman itu. Pengumuman ini bersifat resmi yang isinya
menyangkut segi-segi kedinasan, baik yang dibuat oleh instansi/organisasi
maupun oleh seseorang (Finoza, 1995: 106).
Menurut KBBI (2009: 615) pengumuman berarti hal mengumumkan,
pemberitahuan kepada orang banyak. Pengumuman itu biasanya dipasang di
papan pengumuman, di koran, atau ditempat-tempat umum lainnya. Oleh karena
itu pengumuman diidentikan dengan papan pengumuman, dan surat pengumuman.
Papan pengumuman adalah papan yang berfungsi untuk mengumumkan hal-hal
yang perlu diketahui oleh orang banyak.
Wacana pengumuman dibuat untuk mengkomunikasikan atau
menginformasikan suatu gagasan, pikiran kepada pihak lain. Pengumuman adalah
salah satu bagian dari surat yang dibedakan berdasarkan jumlah sasarannya.
Pengumuman merupakan surat yang berisi pemberitahuan kepada orang banyak
dan diperuntukkan bagi siapa saja yang berkepentingan sesuai isi pengumuman
itu. Menurut Baryadi (2002: 110) bahwa wacana tulis adalah wacana yang
diwujudkan secara tertulis. Untuk menerima dan memahaminya si penerima harus
membacanya. Wacana ini sering dikaitkan dengan wacana noninteraktif
(noninteraktive discourse) karena proses pemproduksian wacana ini tidak dapat
langsung ditanggapi oleh komunikan. Contoh jenis wacana ini adalah surat,
telegram, pengumuman tertulis, deskripsi, cerita pendek, novel, puisi, naskah,
undang-undang, iklan tertulis, dan wacana jurnalistik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Penjelasan singkat tentang terminologi wacana pengumuman tersebut
diatas dapat disimpulkan bahwa wacana pengumuman adalah satuan bahasa atau
rentetan kata, kalimat yang diujarkan atau ditulis dengan maksud menyampaikan
pikiran, perasaan, pesan dan informasi untuk diketahui oleh orang lain. Wacana
pengumuman itu identik dengan sebuah teks yang berisi informasi-informasi yang
dirangkai dalam bentuk dan format bahasa yang mengandung makna. Wacana
pengumuman bertujuan untuk menyampaikan pesan yang harus segera
ditindaklanjuti oleh pendengarnya.
2.3 Kerangka Berpikir
Penelitian mengenai tindak tutur ilokusi asertif dalam wacana
pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta memiliki kerangka
berpikir. Kerangka berpikir merupakan suatu skema mendasar dan menjadi
fondasi bagi setiap pemikiran dari keseluruhan proses penelitian yang akan
dilakukan. Tujuan dari kerangka berpikir adalah mempermudah peneliti untuk
menguraikan dan menjelaskan alur penelitian tindak tutur asertif dalam wacana
pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta.
Dalam kerangka berpikir ini, peneliti akan berusaha membahas
permasalahan yang diangkat mengenai kesulitan umat atau mitra tutur untuk
mengerti dan memahami makna atau maksud yang ingin disampaikan oleh
penutur dalam membacakan wacana pengumuman gereja. Pembahasan masalah
tersebut akan dijelaskan dengan menggunakan konsep, teori dan metode
penelitian yang ada hubungannya dengan masalah penelitian. Konsep, teori, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
metode penelitian digunakan sebagai pisau analisis untuk membantu menjawab
masalah utama dalam penelitian tersebut.
Pertama-tama peneliti menggunakan teori pragmatik sebagai payung
dalam menjelaskan dan memecahkan permasalahan penelitian tersebut. Wacana
pengumuman gereja merupakan salah satu bentuk ujaran maka sangat relevan dan
tepat menggunakan teori pragmatik sebagai pisau analisis dalam penelitian
tersebut. Komponen penting teori pragmatik yang mendukung proses pemecahan
masalah tersebut yakni tindak tutur ilokusi asertif. Konsep tindak tutur ilokusi
asertif menggarisbawahi pemecahan masalah penelitian ini. Yakni peneliti
berusaha untuk menemukan jenis-jenis tindak tutur ilokusi asertif dan makna atau
maksud pragmatik tindak tutur ilokusi asertif dalam wacana pengumuman gereja.
Penentuan jenis dan makna pragmatik tindak tutur ilokusi asertif dalam
wacana pengumuman gereja berdasarkan metode penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang mengasilkan data deskriptif
berupa kata-kata lisan atau tertulis. Peneliti memberikan gambaran secara
menyeluruh mengenai data penelitian ini tergantung pada proses pengumpulan
dan penganalisisan data.
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi data yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan
terdiri atas data primer dan data sekunder. Sumber data yang terkumpul tersebut
selanjutnya dianalisis. Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mengatur,
mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan
mengkategorikannya sehingga diperoleh sebuah temuan berdasarkan fokus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
masalah yang ingin dijawab. Analisis data ini merupakan cara peneliti berjuang
mengolah data supaya menjawab permasalahan yang berkaitan dengan penelitian.
Kegiatan pengumpulan dan penganalisisan data mengarahkan peneliti
untuk menuliskan hasil penelitian tersebut. Hasil penelitian merupakan sasaran
yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitiannya. Peneliti menguraikan hasil
penelitian mulai dari proses penelitian dengan menggunakan metodologi tertentu
sampai temuan yang didapat kemudian mendeskripsikan secara singkat dalam
butir-butir yang spesifik.
Alur penelitian tindak tutur ilokusi asertif dalam wacana pengumuman di
gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta memiliki bagan kerangka berpikir
sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
TINDAK TUTUR
ILOKUSI ASERTIF
PENDEKATAN
PRAGMATIK
JENIS TINDAK TUTUR
ILOKUSI ASERFIT
MAKSUD TINDAK TUTUR
ILOKUSI ASERFTIF
METODE PENELITIAN KUALITATIF
PENGUMPULAN DAN ANALISISI DATA
HASIL PENELITIAN
WACANA PENGUMUMAN DI GEREJA-GEREJA KATOLIK
KEVIKEPAN YOGYAKARTA PERIODE AGUSTUS-DESEMBER 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dikatakan kualitatif karena
penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atapun lisan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor (dalam Meleong, 2002: 3)
yang menyatakan bahwa metodologi-kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati.
Meleong (2007: 6) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai suatu jenis
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
subjek penelitian secara holistik; dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-
kata dan bahasa; pada suatu konteks yang alamiah; serta memanfaatkan berbagai
metode ilmiah. Penelitian kualitatif menggunakan data-data alamiah untuk
menerangkan gejala atau fenomena secara menyeluruh. Penelitian kualitatif
dilakukan pada objek yang alamiah, yaitu objek yang berkembang adanya dan
tidak dimanipulasi peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi
kehadiran pada objek tersebut. Hal ini dipertegas lagi oleh Ratna (2009: 47) yang
menyatakan bahwa jenis penelitian kualitatif ini merupakan pendekatan yang
memberi perhatian terhadap data alamiah, yaitu data dalam hubungan dengan
konteks keberadaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yoyakarta
merupakan salah satu tuturan yang berkembang dalam masyarakat. Peneliti ingin
mendeskripsikan secara jelas realitas tuturan yang berlangsung dalam lingkungan
gereja secara kualitatif. Artinya peneliti berupaya mendata, mengamati, menelaah
tuturan yang digunakan dalam wacana pengumuman gereja dan pada akhirnya
mendeskripsikan penggunaan tuturan tersebut dalam bingkai kajian pragmatik
berupa kata-kata tertulis bukan tabel atau statistik.
Penelitian ini akan mendeskripsikan jenis tindak tutur ilokusi asertif, dan
makna pragmatik yang berkaitan dengan konteks dalam wacana pengumuman di
gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta. Oleh karena hasil dari penelitian ini
berupa deskripsi data dalam bentuk kata-kata tertulis yakni uraian tentang jenis-
jenis tindak tutur ilokusi asertif, dan makna pragmatik dalam jenis-jenis tuturan
ilokusi asertif sesuai dengan konteks yang membentuk setiap tuturan dalam
wacana pengumuman gereja.
3.2 Data dan Sumber Data
Data merupakan keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar
kajian. Atau dengan kata lain sumber data adalah segala sesuatu yang dapat
memberikan informasi mengenai data. Moleong (2007: 157) mengatakan bahwa
dalam penelitian kualitatif memiliki data utama berupa kata-kata atau bahasa
sedang data pendukunnya berupa dokumen.
Berdasarkan pendapat Moleong tersebut di atas, maka data dalam
penelitian ini berupa sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
data yang dibuat peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang
sedang ditangani. Menurut Sudaryanto (2015: 224) data primer adalah data yang
diperoleh peneliti bahasa itu bersumber langsung pada pertuturan para penutur
bahasa yang diteliti sebagai fenomen lingual. Dengan demikian data primer
tersebut dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau
tempat objek penelitian dilakukan. Data primer dalam penelitian ini adalah
pengumuman gereja baik lisan maupun tertulis. Akan tetapi peneliti lebih banyak
memfokuskan sumber data primer ini pada teks tertulis dari pengumuman di
gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogayakarta.
Sumber data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan untuk
maksud mendukung menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Menurut
Sudaryanto (2015: 224) data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti
bahasa itu tidak bersumberkan langsung pada pertuturan para penutur melainkan
pada tulisan laporan kinerja dan hasil kinerja penganalisis bahasa sejawatnya.
Dengan demikian sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah penelitian-
penelitian yang relevan, literatur, artikel, jurnal, serta situs di internet yang
menambah kompleksitas analisis wacana pengumuman gereja tersebut. Sumber
data semacam itu statusnya bukan fenomen lingual melainkan sebagai data
pelengkap dalam penelitian ini. Sumber data sekunder ini dapat ditemukan secara
cepat sehingga mempermudah peneliti dalam memecahkan permasalahan
penelitian ini.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Data merupakan bahan penting yang digunakan oleh peneliti untuk
menjawab pertanyaan dan mencapai tujuan penelitian. Data dan kualitas data
merupakan pokok penting dalam penelitian. Oleh karena itu penggunaan metode
dan teknik yang tepat dapat menentukan kualitas hasil penelitian.
Metode merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
teknik baca dan teknik catat. Menurut Sudaryanto (1993: 135) teknik baca
dilakukan dengan membaca penggunaan bahasa. Teknik baca meliputi membaca
dan mengamati wacana pengumuman yang digunakan sebagai objek kajian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik baca dengan cara membaca
berkali-kali teks-teks pengumuman gereja. Peneliti membaca dan mencermati
pengunaan bahasa dalam teks tertulis penggumuman gereja, dan selanjutnya
menentukan modus kalimatnya yang menerangkan sekelumit tuturan ilokusi
asertif di dalam wacana pengumuman tertulis tersebut.
Menurut Mahsun (2005: 93) teknik catat adalah mencatat beberapa bentuk
yang relevan bagi penelitiannya dari penggunaan bahasa secara tertulis. Teknik
catat merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mencatat data-
data yang ada hubungannya masalah peneliti, kemudian diseleksi, diatur, dan
diklasifikasikan. Pencatatan dapat dilakukan langsung ketika teknik pertama
selesai dan dengan menggunakan alat tulis tertentu. Teknik catat dilakukan
dengan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan maksud dan tujuan penelitian.
Teknik catat dilakukan dalam penelitian ini adalah peneliti mencatat hal-hal
dicurigai mengandung tindak tutur ilokusi asertif dan selanjutnya membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
klasifikasi atau pengelompokkan. Klasifikasi tuturan pengumuman gereja ini
digunakan sebagai acuan dalam melakukan analisis tindak tutur ilokusi asertif
tersebut.
3.4 Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2010: 203) mendefinisikan instrumen penelitian
sebagai fasilitas atau alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
agar pekerjaan penelitian lebih mudah dan hasilnya lebih baik; dalam arti cermat,
lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah. Instrumen penelitian ini sangat
membantu peneliti dalam mengolah dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
penelitian. Instrumen penelitian dimaknai sebagai semua alat atau fasilitas yang
digunakan untuk mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyajikan data
secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu permasalahan.
Instrumen penelitian itu sangat penting dalam sebuah proses penelitian.
Menurut Sugiyono (2011: 222) menyebut peneliti sebagai key instrument. Artinya
peneliti sebagai kunci dalam proses mengumpulkan data sampai pada tahap
analisis data. Peneliti sebagai pusat yang berfungsi menentapkan fokus penelitian,
memilih sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai dan mengalisis data,
membuat kesimpulan, dan pada akhirnya menulis laporan penelitian secara
tertulis.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka instrumen dalam
penelitian ini adalah manusia yakni peneliti itu sendiri. Peneliti melakukan
serangkaian kegiatan dari perencanaan, pengumpulan data, menganalisis data, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
penyajian data-data secara tertulis. Peneliti sendiri yang berperan aktif dalam
melakukan penelusuran mengenai jenis dan makna tindak tutur ilokusi asertif
yang terdapat pada wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan
Yogyakarta.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasinya dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian yang jelas.
Proses mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan mengorganisasikan data
ini bertujuan menemukan dan memecahkan masalah masalah secara akurat.
Menurut Sudaryanto (2015: 6) teknik analisis data dalam penelitian kualitatif itu
terdiri atas tiga tahap yakni tahap penyediaan data, tahap penganalisisan data,
tahap penyajian hasil analisis data. Ketiga tahap ini sebagai upaya strategis untuk
memecahkan masalah dalam penelitian. Dengan cara ini, diharapkan peneliti
dapat meningkatkan pemahamannya tentang data yang terkumpul dan
memungkinkannya menyajikan data tersebut secara terstruktur guna
menginterpretasikan serta menarik kesimpulan yang benar.
Penelitian tindak tutur ilokusi asertif dalam wacana pengumuman di
gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta inipun menggunakan teknik analisis
data berdasarkan ketiga tahap tersebut. Adanya tahap-tahap analisis data ini
membantu mempermudah peneliti dalam usaha menemukan masalah kebahasaan
yang diteliti secara khusus tentang jenis-jenis tindak tutur ilokusi asertif dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
makna pragmatik yang terkandung dalam jenis-jenis tindak tutur ilokusi asertif
pada wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta.
1.Tahap Penyediaan Data
Tahap ini merupakan upaya peneliti menyediakan atau mengumpulkan
data secukupnya. Teknik pengumpulan atau penyediaan data dilakukan
dengan teknik baca dan catat. Teknik baca meliputi membaca dan
mengamati wacana pengumuman gereja yang digunakan sebagai objek
kajian. Peneliti membaca dan mencermati pengunaan bahasa dalam teks
tertulis penggumuman gereja, dan selanjutnya menentukan modus
kalimatnya yang menerangkan sekelumit tuturan ilokusi asertif di dalam
wacana pengumuman tertulis tersebut. Selain teknik baca, peneliti juga
menggunakan teknik catat. Dengan teknik catat ini, peneliti mencatat
hal-hal dicurigai mengandung tindak tutur ilokusi asertif pada wacana
pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta.
2.Tahap Penganalisisan Data
Tahap penganalisisan data merupakan upaya peneliti menangani
langsung masalah yang terkandung pada data-data yang telah terhimpun.
Proses penanganan yang dilakukan oleh peneliti nampak pada adanya
tindakan membedah atau mengurai dan memburaikan masalah
bersangkutan dengan cara-cara yang khas. Cara-cara penganalisisan data
tersebut meliputi; cara pertama, mengidentifikasi data. Berdasarkan hasil
pencatatan data berupa jenis dan makna pragmatik tindak tutur ilokusi
asertif dalam wacana pengumuman gereja, selanjutnya peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
mengidentifikasi data-data tersebut. Proses identifikasi meliputi
penandaan atau pemisahan terhadap data-data yang masih diperlukan
untuk tahap selanjutnya dan menentukan data mana yang dibuang.
Tahap ini menuntut peneliti memusatkan pemikiran dan perhatian pada
data-data yang mencerminkan jenis dan makna pragmatik tindak tutur
ilokusi asertif. Cara kedua, menyalin data ke dalam tabel data. Data
yang telah diidentifikasi tersebut kemundian di salin dalam tabel data.
Penyalinan data ke dalam tabel data bertujuan untuk mempermudah
peneliti dalam proses analisis data. Cara ketiga, menganalisis data dari
tabel data. Data-data yang telah disalin tersebut dianalisis berdasarkan
jenis dan makna pragmatik tindak tutur ilokusi asertif dalam linguistik.
Dalam proses analisis data, peneliti menggunakan metode yang
dianjurkan oleh Mahsun (2013: 120) yakni metode padan ekstralingual.
Metode padan ekstralingual adalah metode analisis dengan cara
menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa.
Hal-hal yang berada di luar bahasa seperti menyangkut makna,
informasi, dan konteks tuturan. Metode ini digunakan untuk dapat
menjelaskan jenis dan makna pragmatik tindak tutur ilokusi asertif yang
terdapat pada wacana pengumuman gereja. Cara keempat,
menyimpulkan. Cara ini dilakukan peneliti akan menyimpulkan analisis
data penelitian secara keseluruhan. Dengan adanya kesimpulan ini, hasil
dari analisis data yang telah dilakukan dapat diketahui dengan jelas.
3. Tahap Penyajian Hasil Analisis Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Mengacu pada penjelasan Sudaryanto (Mahsun, 2013: 123), penyajian
hasil analisis data di dalam penelitian ini menggunakan metode informal.
Dengan metode ini, peneliti menyajikan hasil analisis data dalam bentuk
pemaparan dengan kata-kata atau uraian biasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Sumber data dari penelitian ini adalah pengumuman di gereja-gereja
Katolik Kevikepan Yogyakarta. Jumlah gereja Katolik yang dijadikan penelitian
adalah 14 gereja paroki yang tersebar di wilayah Yogyakarta. 14 gereja paroki itu
terdiri dari 2 paroki di kabupaten Gunung Kidul, 2 paroki di kabupaten Bantul, 3
paroki di kabupaten Kulon Progo, 2 paroki di kabupaten kota Yogyakarta, dan 5
paroki di kabupaten Sleman. Kiranya 14 gereja Katolik ini menjadi sumber data
yang akurat dari penelitian ini.
Data pengumuman gereja ini menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa
Jawa. Namun kajian peneliti tertuju kepada pemakaian bahasa Indonesia dalam
setiap pengumuman gereja tersebut. Peneliti lebih banyak mengambil data tertulis
dari pengumuman gereja yang sudah dibacakan pada hari Minggu mulai dari
bulan Agustus-Desember 2015. Fokus penelitian ini berupa tuturan ilokusi asertif
yang terkandung dalam pengumuman gereja yang bersifat tertulis. Jumlah tuturan
yang dianalisis ada 103 tuturan ilokusi asertif, dengan rincian sebagai berikut: 13
jenis tuturan „mengumumkan‟, 11 jenis tuturan „melaporkan‟, 4 jenis tuturan
„menyatakan‟, 23 jenis tuturan „menegaskan‟, 47 jenis tuturan „memberitahukan‟,
dan 5 jenis tuturan „memperingatkan‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tabel I: Jenis dan Banyaknya Tuturan Ilokusi Asertif dalam Wacana
Pengumuman Gereja Katolik
No Jenis Tuturan Ilokusi Asertif Banyaknya Tuturan Ilokusi
Asertif
1. Mengumumkan 13
2. Melaporkan 11
3. Menyatakan 4
4. Menegaskan 23
5. Memberitahukan 47
6. Memperingatkan 5
Jumlah 103
Tindak tutur ilokusi asertif merupakan kemampuan mengujarkan kata atau
kaliamat oleh penutur dan diterima oleh si mitra tutur sebagai suatu kebenaran
yang menuntut tanggapan berupa melakukan tindakan terntentu. Tanggapan yang
diharapkan timbul dari dalam diri mitra tutur dan penutur sendiri dapat berupa
tanggapan verbal maupun tanggapan nonverbal yang mengisyaratkan sebuah
tindakan. Isyarat tindakan akan terwujud atau terlaksana apabila si mitra tutur
menemukan dan memahami maksud yang sedang diutarakan oleh penutur.
Berkaitan dengan maksud tuturan inipun perlu diidentifikasi seturut konteks yang
melatarbelakanginya. Sebab konteks merupakan seperangkat asumsi atau latar
belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur.
Misalnya tuturan petugas lektor yang menyampaikan pengumuman gereja pada
hari Minggu di gereja Santo Yakobus, Bantul berikut ini:
(1) Panitia Natal 2015 menyediakan Kaos dan Stiker Natal 2015, umat
yang berminat bisa membeli di depan gereja setelah misa.
(Konteks fisik: Tuturan ini disampaikan oleh petugas lektor pada hari
Minggu di Gereja Yakobus Bantul, jam 07 00 pagi, petugas
lektor(laki-laki/perempuan), umat, halaman gereja. Konteks latar
belakang pengetahuan bersama ialah perayaan Natal merupakan hari
raya besar keagamaan Katolik dan setiap tahun gereja St. Yakobus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Bantul menyelenggarakan prayaan Natal dengan kegiatan atau acara
yang unik).
Membaca dan mencermati tuturan yang diucapkan oleh petugas lektor di atas,
maka jelas terlihat bahwa tuturan ilokusi asertif adalah „mengumumkan‟ karena
„mengumumkan‟ merupakan tuturan yang menyampaikan tentang suatu hal yang
akan dilakasanakan. Tentu tuturan yang disampaikan oleh petugas lektor ini
mengandung nilai kebenarannya.
Tuturan di atas jelas memperlihatkan petugas lektor menyampaikan
informasi kepada mitra tutur (umat yang hadir di dalam gereja) tentang kegiatan
panitia Natal 2015 yang menjual kaos dan stiker di depan halaman gereja. Tujuan
tuturan petugas lektor yakni menyampaikan informasi kepada umat supaya
diketahui bersama akan kegiatan yang sedang dilaksanakan oleh panitia Natal
2015. Tuturan yang disampaikan tersebut mempunyai maksud yang harus
ditanggapi oleh mitra tutur sesuai dengan konteksnya.
Tuturan diatas memiliki tiga konteks yang sesungguhnya memberi signal
maksud yang dapat dipahami oleh penutur dan mitra tutur. Pertama, konteks fisik
meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja St. Yakobus Bantul, petugas
lektor, jam 07.00 pagi, umat yang hadir mengikuti perayaan ekaristi pada hari
Minggu, dan di halaman gereja telah dipasang stand yang memajang baju kaos
dan stiker Natal 2015. Kedua, konteks linguistik meliputi; ungkapan lisan yang
disampaikan oleh petugas lektor, sedangkan ungkapan tertulis dalam lembaran
teks pengumuman yakni panitia Natal 2015 menyediakan Kaos dan Stiker Natal
2015, umat yang berminat bisa membeli di depan gereja setelah misa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Ketiga, konteks asumsi atau latar belakang pengetahuan bersama ialah
penutur dan mitra tutur juga memiliki asumsi dan latar belakang pengetahuan
yang sama tentang perayaan Natal merupakan hari raya besar keagamaan
terkususnya agama Katolik. Setiap tahun gereja Santo Yakobus, Bantul
menyelenggarakan perayaan Natal dengan kegiatan atau acara yang unik dan
melibatkan partisipasi umat. Asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama
inilah yang menentukan maksud pragmatik yang dapat dimengerti dan diketahui
bersama penutur dan mitra tutur.
Jikalau ditinjau dari segi konteksnya maka makna pragmatik yang
terkandung didalam tuturan tersebut adalah “menawarkan”. Petugas lektor seolah-
olah menawarkan kepada mitra tuturnya untuk mengunjungi stand sekaligus
membelinya. Penanda maksud pragmatik „menawarkan ini terbentuk dari
konteksnya yakni asumsi atau pengetahuan penutur dan mitra tutur terhadap
tuturan yang disampaikan yakni perayaan Natal dan kegiatan panitia Natal yang
dilakasankan di gereja Santo Yakobus, Bantul. Berdasarkan asumsi dan latar
belakang pengetahuan bersama ini menggerakkan mitra tutur untuk turut
berpartisipasi mensukseskan kegiatan atau acara perayaan Natal gereja St.
Yakobus Bantul dengan membeli kaos dan stiker Natal 2015 tersebut.
Pemahaman mengenai konteks ditegaskan oleh Edward T. Hall (dalam
Rahardi, 2015: 19) bahwa dalam sebuah tuturan itu terkandung tiga buah entitas
yang harus ada secara bersama-sama, yakni (1) informasi, (2) Konteks, dan (3)
makna. Dalam hal ini, informasi dimengerti sebagai perihal yang disampaikan
dalam sebuah tuturan yang terikat oleh konteks. Maka konteks merupakan situasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
latar belakang pengetahuan yang mempunyai hubungan dengan tuturan yang
sedang berlangsung. Selanjutnya makna merupakan inti pembicaraan yang
menjadi tujuan utamanya. Atau dengan kata lain makna adalah maksud yang
terkandung di dalam pembicaraan tersebut.
Setiap tuturan dalam wacana pengumuman gereja pun mempunyai nilai
informasi, konteks, dan makna. Perihal informasi yang disampaikan dalam sebuah
tuturan pengumuman itu mengandung pesan yang harus dilaksanakan oleh
pendengarnya. Pesan yang disampaikan oleh penutur dalam wacana pengumuman
tersebut sesuai dengan situasi, latar belakang pengetahuan yang sudah diketahui
bersama oleh penutur dan mitra tuturnya, sehingga makna atau maksud wacana
pengumuman yang disampaikan oleh penutur dapat diterima sekaligus
dilaksanakan oleh mitra tuturnya.
4.2 Hasil Analisis Data
Hasil analisis data berikut ini meliputi enam jenis tindak tutur ilokusi
asertif, yaitu tindak tutur ilokusi asertif „mengumumkan‟, tindak tutur ilokusi
asertif „melaporkan‟, tindak tutur ilokusi asertif „menyatakan‟, tindak tutur
ilokusi asertif „menegaskan‟, tindak tutur ilokusi asertif „memberitahukan‟, dan
tindak tutur ilokusi asertif „memperingatkan‟. Keenam tindak tutur ilokusi asertif
tersebut mempunyai makna yang beragam misalnya, menawarkan,
mempersilakan, mengucapkan selamat, perintah, melarang, menyuruh, dan
sebagainya. Hakikat makna yang terkandung dalam tindak tutur asertif ini hanya
dapat dipahami seturut konteks yang membentuk dan melatarbelakangi tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
tersebut. Penekanan utama untuk mengerti dan memahami maksud pragmatik
dalam sebuah tuturan adalah terletak pada asumsi dan latar belakang pengetahuan
bersama yang sudah dimiliki oleh penutur dan mitra tutur. Artinya setiap tuturan
yang diujarkan harus mengikat penutur dan mitra tutur pada seperangkat asumsi
dan latar belakang pengetahuan bersama mengenai pokok percakapan tersebut.
Agar pemahaman kita semakin jelas mengenai hasil temuan dan kajian sederhana
tersebut, di bawah ini akan diuraikan secara mendetail mengenai jenis tindak tutur
ilokusi asertif di atas.
4.2.1 Jenis Tindak Tutur Asertif dalam Wacana Pengumuman di Gereja-
Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta
Berdasarkan kajian yang dilakukan secara mendalam oleh peneliti,
ditemukan enam jenis tindak tutur ilokusi asertif dalam wacana pengumuman di
gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta. Terdapat begitu banyak tuturan
dalam pengumuman gereja, namun peneliti hanya mampu mengidentifikasi enam
jenis tuturan ilokusi asertif. Keenam jenis tindak tutur ilokusi asertif ini adalah
tindak tutur ilokusi asertif „mengumumkan‟, tindak tutur ilokusi asertif
„melaporkan‟, tindak tutur ilokusi asertif „menyatakan‟, tindak tutur ilokusi asertif
„menegaskan‟, tindak tutur ilokusi asertif „memberitahukan‟, dan tindak tutur
ilokusi asertif „memperingatkan‟.
4.2.1.1 Tindak Tutur Ilokusi Asertif ‘Mengumumkan’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 13 tuturan yang teridentifikasi
sebagai tindak tutur ilokusi asertif “mengumumkan”. Mengumumkan adalah
memberitahukan kepada orang banyak, memaklumkan, dan menyebarluaskan
(KBBI, 2009: 615). Tindak tutur „mengumumkan‟ merupakan tuturan yang
disampaikan oleh penutur untuk menyebarluaskan hal yang penting kepada orang
lain supaya diketahui dan dilaksanakan sesuai isinya. Jenis tindak tutur
mengumumkan ini ditentukan oleh konteks yang mewadahinya. 4 dari 13 tindak
tutur ilokusi asertif „mengumumkan‟ tersebut dapat dilihat pada contoh tuturan di
bawah ini:
(2) Lowongan Pekerjaan: Perusahaan Pennyu Group membuka
kesempatan kepada OMK untuk bergabung dan berkarya di
Perusahaan, info selengkapnya bisa di lihat di papan Pengumuman.
(Konteks fisik meliputi, perayaan ibadah dilaksanakan di gereja St.
Petrus dan Paulus Klepu, jam 07.00 pagi, petugas lektor (laki-
laki/perempuan), umat yang hadir mengikuti perayaan ibadah, surat
lowongan pekerjaan sudah ditempelkan di papan pengumuman yang
ada di depan gereja. Konteks asumsi dan latar belekang pengetahuan
bersama yakni perusahan Pennyu Group setiap tahunnya membuka
kesempatan pekerjaan bagi OMK gereja St. Petrus dan Paulus Klepu,
dan beberapa anak OMK sudah diterima bekerja di perusahaan
Pennyu Group).
(3) Dalam rangka ulang tahun ke 49 Gereja Kevikepan, paroki
mengundang seluruh ketua wilayah, ketua lingkungan dan wakil umat
untuk menghadiri ekaristi “syukur atas arah dasar KAS 2011-2015 dan
HUT ke 49 kevikepan DIY”. Undangan dapat diambil di kotak kaca di
depan sekretariat.
(Konteks fisik meliputi, perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Keluarga Kudus Banteng, jam 09.00 pagi, petugas lektor (laki-
laki/perempuan), umat yang hadir mengikuti ibadah, surat undangan
sudah terlebih dahulu diletakan di kotak kaca sekretariat yang ada di
samping pastoran paroki. Konteks asumsi dan latar belakang
pengetahuan bersama yakni setiap tahunnya gereja Keluarga Kudus
Banteng merayakan ekaristi ulang tahun Kevikepan dan sekaligus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
mengadakan evaluasi mengenai kehidupan menggereja di Kevikepan
Yogyakarta ).
(4) KTK Lansia menyelenggarakan seminar dengan tema “Sakramen
Minyak Suci/Pengurapan Orang Sakit” hari Minggu, 13 September pk.
10.00 WIB. Keterangan lebih lanjut dapat dibaca di panduan misa.
(Konteks fisik meliputi, perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Kristus Raja Baciro, jam 08.00 pagi, umat yang hadir mengikuti
perayaan ibadah, petugas lektor(laki-laki/perempuan), panduan misa
yang diletakkan di pintu masuk gereja. Konteks asumsi dan latar
belakang pengetahuan bersama yakni salah satu sakramen gereja
adalah sakramen minyak suci/pengurapan orang sakit, dan sakramen
ini hanya diterimakan kepada umat yang menderita sakit ).
(5) KTK INISIASI membuka pendaftaran bagi calon penerima Komuni
Pertama dan calon Penerima Sakramen Penguatan tahun 2016,
pendaftaran di sekretariat paroki atau dapat melalui ketua-ketua
lingkungan.
(Konteks fisik meliputi, perayaan ibadah dilaksanakan di gereja St.
Perawan Maria Diangkat Ke Surga Pakem, jam 16.30 sore, umat yang
hadir mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-
laki/perempuan), kantor sekretariat berada di samping kiri gereja,
para ketua lingkungan yang terdapat dilingkungan masing-masing.
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama yakni
sakramen penguatan dan komuni pertama merupakan sakramen
penting dalam gereja yang harus diterima oleh semua umat yang
sudah dianggap layak dan telah mengikuti serangkaian pembelajaran
agama Katolik).
Sesuai dengan pandangan Leech (dalam Sudaryat, 2009: 140) yang
mengatakan bahwa kalimat asertif adalah kalimat atau tuturan yang berfungsi
untuk mengekspresikan kebenaran informasi. Dengan demikian tuturan di atas
merupakan tindak tutur ilokusi asertif “mengumumkan” adalah tindak tutur yang
mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diungkapkan.
Tindak tutur ilokusi asertif yang digambarkan dalam tuturan di atas
termasuk dalam tuturan “mengumumkan”. Sebab tuturan mengumumkan berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
tuturan yang menginformasikan pesan kepada orang lain untuk diketahui. Hal ini
ditunjukkan pada tuturan (2) yakni “Perusahaan Pennyu Group membuka
kesempatan kepada OMK untuk bergabung dan berkarya di Perusahaan”.
Faktanya bahwa perusahan Pennyu Group ini sudah lama didirikan dan saat ini
sedang mengalami kekurangan tenaga kerja. Dalam hal ini mitra tutur dapat
menerima tawaran dari perusahaan Pennyu Group yang membutuhkan tenaga
kerja. Oleh sebab itu penutur dan mitra tutur memperoleh kebenaran informasi
akan kebutuhan tenaga kerja di perusahaan Pennyu Group.
Tuturan (3) termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif „mengumumkan”
karena dalam tuturan tersebut berisi suatu kebenaran informasi bahwa akan
diadakan perayaan syukuran ulang tahun gereja Kevikepan Yogyakarta 2015.
Pesan yang disampaikan oleh penutur adalah adanya ulang tahun ke 49 Gereja
Kevikepan, sehingga paroki mengundang seluruh ketua wilayah, ketua lingkungan
dan wakil umat untuk menghadiri ekaristi “syukur atas arah dasar KAS 2011-
2015 dan HUT ke 49 kevikepan DIY”. Petugas lektor memaklumkan kepada umat
yang hadir di dalam gereja supaya mengetahui bahwa akan diadakan perayaan
syukuran ulang tahun gereja Kevikepan Yogyakarta ke 49 di gereja Keluarga
Kudus Banteng.
Tuturan (4) termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif „mengumumkan‟
sebab dalam tuturan tersebut berisi pemberitahuan akan kebenaran kegiatan
seminar yang dilakukan oleh KTK Lansia. Tuturan ini disampaikan oleh petugas
lektor kepada umat yang hadir dengan tujuan menginformasikan bahwa KTK
Lansia melaksanakan seminar pada hari Minggu, 13 September 2015, pkl. 10.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
WIB. Penutur mengikat mitra tuturnya supaya mengikuti seminar yang
diselenggarakan oleh KTK Lansia dengan tema „Sakramen Minyak
Suci/Pengurapan Orang Sakit,‟ pada hari Minggu, 13 September pkl. 10.00 WIB.
Tuturan (5) merupakan tindak tutur ilokusi asertif „mengumumkan‟ karena
dalam tuturan tersebut berisi pemberitahuan akan kebenaran dilaksanakan
kegiatan KTK INISIASI bagi calon Komuni Pertama dan calon Penerima
Sakramen Penguatan. Informasi yang disampaikan oleh penutur kepada mitra
tutur mengandung kebenaran proposisi sekaligus mengikat mitra tuturnya untuk
mengikutinya. Tuturan ini disampaikan oleh petugas lektor kepada umat yang
hadir untuk menginformasikan bahwa akan dilaksanakan KTK INISIASI bagi
calon penerima Komuni Pertama dan calon Penerima Sakramen Penguatan.
4.2.1.2 Tindak Tutur Ilokusi Asertif ‘Melaporkan’
Tuturan „melaporkan‟ juga termasuk ke dalam tindak tutur ilokusi asertif.
Melaporkan adalah memberitahukan, mengabarkan bahwa tugasnya telah
dilaksanakan (KBBI, 2009: 285). Tindak tutur „melaporkan‟ merupakan tuturan
yang disampaikan oleh penutur dalam mengabarkan sesuatu hal dengan tujuan
untuk „melaporkan‟ kepada mitra tuturnya. Dalam penelitian ini, peneliti
menemukan 11 tuturan yang menggambarkan tindak tutur ilokusi asertif. 4 dari 11
tuturan tersebut dapat dilihat di bawah ini.
(6) Panitia Renovasi Gereja Santa Maria Kartasura mengucapkan terima
kasih kepada seluruh umat dan Dewan Paroki Gereja Santo Yohanes
Rasul Pringwulung atas kemurahan hati dalam memberikan bantuan
dana renovasi gereja. Adapun dana yang terkumpul sejumlah Rp.
29.671.000.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja St.
Yohanes Rasul Pringwulung, jam 08.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan, petugas lektor (laki-laki/perempuan). Konteks
asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama yaitu kondisi fisik
gereja Santa Maria Kartasura sudah cukup tua, dan rumah gereja
sebagai tempat melaksanakan perayaan ibadah).
(7) Kolekte II tanggal 15-16 Agustus 2015 sebesar Rp. 7.327.100 telah
disetorkan ke keuskupan Agung Semarang untuk kegiatan pastoral.
Terima kasih atas partisipasi dari semua umat.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Keluarga Kudus Banteng, jam 06.30 pagi, umat yang hadir mengikuti
perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan. Konteks asumsi
dan latar belakang pengetahuan bersama yakni kolekte merupakan
salah satu bentuk sumbangan dan partisipasi umat dalam
menghidupkan gereja dan kegiatan pastoral keuskupan Agung
Semarang).
(8) Keluarga Besar SMK Putratama mengucapkan terima kasih atas
partisipasi dan bantuan yang diberikan seluruh umat untuk acara
Tutup Tahun 2015 yang akan kami selenggarakan.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja St.
Yakobus Bantul, jam 08.00 pagi, umat yang hadir mengikuti perayaan
ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan), sekolah SMK
Putratama. Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni
setiap akhir tahun SMK Putratama menyelenggarakan kegiatan tutup
tahun yang melibatkan juga kehadiran orang tua murid, dan ada
beberapa siswa-siswi SMK Putratama berasal dari gereja St. Yakbus
Bantu).
(9) Tim Liturgi mengucapkan terima kasih kepada kelompok koor
Damangjaya-Bandung atas partisipasinya dalam perayaan ekaristi pagi
hari ini dengan koor.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Kristus Raja Baciro, jam 07.00 pagi, umat yang hadir mengikuti
perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan), anggota
paduan suara Damangjaya. Konteks asumsi dan latar belakang
pengetahuan yaitu setiap ada perayaan ibadah harus dimeriahkan
oleh koor atau nyanyian lagu-lagu gereja, dan setiap lingkungan
sudah dijadwalkan menanggung koor dalam perayaan ibadah
tersebut).
Berdasarkan pandangan Tarigan (2009: 42) menyatakan bahwa tindak
tutur asertif melibatkan pembicara pada kebenaran preposisi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
diekspresikannya. Dengan demikian tindak tutur ilokusi asertif „melaporkan‟
adalah tindak tutur yang melibatkan penuturnya akan kebenaran atas apa yang
disampaikannya kepada mitra tutur. Tindak tutur asertif „melaporkan‟ dimengerti
sebagai kemampuan penutur dalam mengungkapkan sesuatu hal secara tegas
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Maka dari itu tuturan „melaporkan‟
merupakan kemampuan penutur menginformasikan sesuatu secara benar dan jelas
kepada mitra tuturnya.
Tuturan (6) dapat digolongkan sebagai tindak tutur ilokusi asertif
melaporkan. Tuturan ini disampaikan oleh petugas lektor kepada umat yang hadir
dengan tujuan mengabarkan hasil pengumpulan dana sumbangan umat bagi
renovasi gereja. Tujuan informasi yang disampaikan oleh penutur kepada mitra
tutur adalah perihal hasil dana yang terkumpul sejumlah Rp. 29.671.000.
Kebenaran tindak tutur ilokusi asertif „melaporkan‟ ini adalah apa yang dituturkan
sesuai dengan fakta atau kenyataan hasil pengumpulan dana tersebut. Dengan
demikian penutur menyampaikan kepada mitra tutur sesuai dengan konteksnya
yakni dana yang terkumpul sejumlah Rp. 29.671.000.
Tuturan (7) merupakan salah satu jenis tindak tutur ilokusi asertif
melaporkan. Tuturan ini disampaikan oleh petugas lektor kepada umat yang hadir
tentang kolekte II tanggal 15-16 Agustus telah disetorkan ke Keuskupan Agung
Semarang. Tuturan tersebut memberikan informasi atau pesan kepada mitra tutur
mengenai hasil kolekte yang terkumpul sudah disetor ke ekonom Keuskupan
Agung Semarang. Kebenaran tindak tutur ilokusi asertif „melaporkan‟ ini adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
apa yang dituturkan sesuai dengan konteksnya yakni uang kolekte telah disetorkan
ke ekonom keuskupan Agung Semarang.
Tuturan (8) adalah jenis tindak tutur ilokusi asertif melaporkan. Tuturan
yang disampaikan oleh petugas lektor kepada umat yang hadir bertujuan untuk
mengabarkan tentang sumbangan umat yang telah diberikan kepada SMK
Putratama. Tuturan penutur kepada mitra tuturnya ini mengandung kebenaran.
Sebab apa yang diungkapkan oleh penutur sesuai dengan konteksnya bahwa umat
ikut berpartisipasi memberikan sumbangan berupa uang kepada Keluarga Besar
SMK Putratama. Dengan demikian tuturan tersebut mengandung tindak tutur
ilokusi asertif „melaporkan‟ yakni penutur menginformasikan kepada mitra tutur
akan dana yang sudah diserahkan kepada pihak SMK Putratama.
Tuturan (9) teridentifikasi sebagai tindak tutur ilokusi asertif melaporkan.
Tuturan ini disampaikan oleh petugas lektor kepada umat yang hadir bersifat
mengabarkan bahwa kelompok koor yang bertugas hari Minggu itu adalah koor
Damangjaya-Bandung. Kebenaran tindak tutur ilokusi asertif „melaporkan‟ yakni
penutur mengungkapkan sesuai dengan konteksnya bahwa kelompok koor
Damangjaya-Bandung telah memeriahkan perayaan dengan lagu-lagu yang bagus.
Dengan demikian penutur memberikan pesan kepada mitra tutur bahwa kelompok
koor Damangjaya-Bandung seringkali diundang untuk berpartisipasi dalam
perayaan misa di gereja.
4.2.1.3 Tindak Tutur Ilokusi Asertif ‘Menyatakan’
Menyatakan adalah menerangkan, menjelaskan tentang suatu perihal
(KKBI, 2009: 339). Tindak tutur ilokusi asertif „menyatakan‟ merupakan tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
yang disampaikan oleh penutur untuk memperjelas atau menerangkan sesuatu
perihal kepada mitra tutur untuk diketahui. Dengan demikian tindak tutur ilokusi
asertif „menyatakan‟ dimengerti sebagai tuturan yang memperjelas kebenaran
suatu perihal yang diucapkan kepada mitra tuturnya sehingga dapat dipahami.
Tindak tutur ilokusi asertif yang ditemukan dalam pengumuman gereja itu terdiri
atas 4 tuturan. 3 dari 4 tuturan tersebut akan dijelaskan berikut ini.
(10) Kepada Bapak/Ibu ketua lingkungan yang belum mengumpulkan
usulan calon prodiakon, dimohon segera mengumpulkan ke
sekretariat paroki paling lambat tanggal 13 September 2015.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Hati Kudus Yesus Ganjuran, jam 07.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan),
kantor sekretariat yang berada di samping kanan gereja. Konteks
asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni prodiakon adalah
salah satu petugas gereja yang membantu memperlancar kegiatan
gereja baik dilingkungan maupun di paroki dan proses pemilihan
prodiakon setiap tahun dipercayakan kepada umat).
(11) Latihan koor untuk misa Natal anak, setiap hari Minggu pukul
10.00 di Gereja. Mohon partisipasi orang tua mengajak putra-
putrinya untuk terlibat.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Kristus Raja Baciro, jam 07.00 pagi, umat yang hadir mengikuti
perayaan ibadah, petugas lektor(laki-laki/perempuan). Konteks
asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni perayaan Natal
merupakan hari raya besar keagamaan Katolik, dan gereja Kristus
Raja Baciro setiap tahun memberikan kesempatan khusus untuk
misa Natal anak).
(12) Baptisan Bayi bulan November pada hari Jumat; 13 November,
dimohon segera mendaftar di sekretariat paroki paling lambat hari
Selasa; 10 November.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran, jam 07.00 pagi, umat yang
hadir mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-
laki/perempuan), kantor sekretariat yang berada di sebelah Barat
gereja. konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni
sakramen baptis merupakan salah satu sakramen penting dalam
gereja yang wajib diterima oleh semua umat supaya terhitung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
sebagai anggota resmi gereja, dan setiap tiga bulan gereja Hati
Kudus Tuhan Yesus, Pugeran mengadakan baptisan bayi).
Leech (dalam Sudaryat, 2009: 140) mengatakan bahwa kalimat asertif
adalah kalimat atau tuturan yang berfungsi untuk mengekspresikan kebenaran
informasi. Dengan demikian tuturan di atas merupakan tindak tutur ilokusi asertif
“menyatakan” adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan perilah
memperjelas kebenaran atas apa yang diungkapkan.
Tindak tutur ilokusi asertif „menyatakan‟ tersebut ditunjukkan pada
tuturan (10) yakni penutur menginformasikan kepada mitra tutur mengenai
mengumpulkan usulan nama-nama prodiakon. Informasi yang dituturkan penutur
kepada mitra tutur ini mengandung ungkapan kebenaran. Dalam tuturan yang
diungkapkan oleh petugas lektor ini sesuai dengan konteksnya yakni perihal
pemilihan anggota prodiakon paroki Hati Kudus Yesus, Ganjuran. Tuturan yang
disampaikan oleh penutur kepada mitra tuturnya ini ingin memperjelas dan
menerangkan bahwa usulan nama-nama calon prodiakon dikumpulkan ke
sekretariat paroki paling lambat tanggal 13 September 2015.
Tuturan (11) merupakan jenis tindak tutur ilokusi asertif menyatakan.
Tuturan yang disampaikan oleh petugas lektor kepada umat yang hadir ini
mengandung informasi atau pesan yakni akan diadakan latihan koor pada hari
Minggu untuk misa Natal anak. Tuturan yang diungkapkan oleh penutur ke-
kepada mitra tuturnya ini mengandung kebenaran. Sebab apa yang diungkapkan
oleh penutur sesuai dengan konteksnya bahwa akan diadakan perayaan misa Natal
bersama anak-anak di gereja. Tuturan tersebut mengandung tindak tutur ilokusi
asertif „menyatakan‟ yakni penutur menerangkan dan menjelaskan tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
pentingnya peran serta orang tua dalam mengajak anak-anaknya mengikuti latihan
koor.
Tuturan (12) menunjukkan tindak tutur ilokusi asertif „menyatakan‟.
Tuturan yang disampaikan oleh petugas lektor kepada umat yang hadir bersifat
menerangkan dan menjelaskan bahwa pada bulan November diadakan baptisan
bayi. Kebenaran tindak tutur ilokusi asertif „menyatakan‟ yakni penutur
mengungkapkan sesuai dengan konteksnya bahwa akan diadakan pembaptisan
bayi dan pendaftaran paling lambat 10 November. Tuturan yang diungkapkan
oleh penutur kepada mitra tutur ini inging menyampaikan informasi tentang
kegiatan baptisan anak yang selalu dilaksanakan di gereja setiap tahunnya.
4.2.1.4 Tindak Tutur Ilokusi Asertif ‘Menegaskan’
Menegaskan adalah memastikan, dan mengatakan dengan tegas tentang
sesuatu hal (KBBI, 2009: 540). Tindak tutur ilokusi asertif „menegaskan‟
merupakan kemampuan penutur untuk mengungkapkan sesuatu perihal dengan
tujuan memastikan, dan mengatakan dengan tegas suatu maksud kepada mitra
tuturnya. Tindak tutur ilokusi asertif „menegaskan‟ dimaknai sebagai kemampuan
penutur dalam menyampaikan informasi secara tegas kepada mitra tutur yang
mengandung kebenaran proposisi dari tuturannya sehingga dapat dimengerti dan
dilakukan tindakan oleh mitra tuturnya. Dalam penelitian ini, peneliti mencermati
dan menemukan 23 tindak tutur ilokusi asertif „menegaskan‟. 3 dari 23 tuturan
tersebut akan dijelaskan berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
(13) Elisabeth Dian Sulistyowati dengan Teddy Prasetyo Wibowo,
keduanya dari lingkungan St. Matius Penginjil Bintaro. Yang
mengetahui halangannya mohon lapor Romo Paroki.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilakasankan di gereja
Marganingsih Kalasan, Jam 08.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan).
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yaitu sakramen
perkawinan adalah salah satu sakramen yang penting dalam
gereja yang akan diterimakan kepada pasangan yang telah
mengikuti kursus persiapan perkawinan serta perkawinan itu suci
dan mulian antara sepasang kekasih yang saling mencintai tanpa
ada halangan apapun).
(14) Pembekalan dan penyegaran Pendamping PIA bersama Romo FX.
Suhanto akan dilaksanakan hari Minggu 13 September pukul 10.00
di gereja. Pendamping PIA lingkungan yang sudah ditujuk harap
hadir dalam acara ini.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
St. Yakobus Bantul, jam 07.00 pagi, umat yang hadir mengikuti
perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan), aula yang
ada di samping gereja. konteks asumsi dan latar belakang
pengetahuan yakni pertumbuhan iman anak itu perlu dilestarikan
dengan mengikuti kegiatan rohani maka para petugas gereja
dalam hal ini pendamping PIA membutuhkan pembekalan
pengetahuan mendalam mengenai kehidupan agama Katolik ).
(15) Minggu, 13 September 2015 dilaksanakan pelantikan Misdinar
paroki Boro. Acara tersebut dilaksanakan di dalam perayaan
ekaristi pagi dan yang akan dilantik adalah misdinar yang ikut
pembekalan di Ambarawa. Mohon mengenakan pakaian atas putih
dan bawah gelap. Harap menjadi perhatian bagi seluruh misdinar.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
St. Teresia Lisieux, jam 07.00 pagi, umat yang hadir mengikuti
perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan). Konteks
asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni misdinar merupakan
petugas liturgi yang melayani dan membantu pastor saat perayaan
ekaristi berlangsung dan pada umumnya anggota misdinar adalah
anak-anak pelajar atau SEKAMI).
Sejalan dengan teorinya, Rahardi (2009: 17) menyebut tindak tutur asertif
adalah bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang sedang
diungkapkannya dalam tuturan. Tindak tutur ilokusi asertif „menegaskan‟
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
merupakan tuturan yang memastikan, dan mengatakan suatu hal dengan tegas
mengenai pesan atau informasi yang sebenarnya. Setiap tuturan yang disampaikan
oleh penutur kepada mitra tutur harus mengandung nilai kebenaran yang
memungkinkan lahirnya sebuah tindakan dari tuturan tersebut.
Tuturan (13) diidentifikasi sebagai tindak tutur ilokusi asertif menegaskan.
Pada tuturan ini petugas lektor memastikan dan mengatakan dengan tegas kepada
mitra tutur (umat yang hadir) sesuai dengan konteksnya bahwa akan menerimakan
sakramen perkawinan antara Elisabeth Dian Sulistyowati dengan Teddy Prasetyo
Wibowo. Penutur menyampaikan informasi atau pesan kepada mitra tuturnya
mengenai kebenaran penerimaan sakramen perkawinan antara Elisabeth Dian
Sulisyowati dan Teddy Prasetyo Wibowo. Penutur ingin memastikan dan
mengatakan dengan tegas bahwa sakramen perkawinan tidak boleh tersandung
halangan-halangan tertentu. Dengan demikian tuturan petugas lektor ini bertujuan
memastikan informasi kepada mitra tutur mengenai penerimaan sakramen
perkawinan oleh Elisabeth Dian Sulistyowati dengan Teddy Prasetyo Wibowo
akan menerima sakramen perkawinan setelah pemberitahuan tersebut.
Tuturan (14) ini merupakan tindak tutur ilokusi asertif „menegaskan‟.
Sebab tuturan ini dituturkan oleh penutur yang memastikan dan mengatakan
secara tegas kepada mitra tutur (para pendamping PIA) mengenai kegiatan
pembekalan pendamping PIA. Tuturan yang disampaikan oleh penutur kepada
mitra tuturnya ini mengandung kebenaran yakni para pendamping PIA sebagai
petugas yang bergerak dalam bidang kerohanian anak membutuhkan pembekalan
rohani dan pelajaran agama Katolik. Tuturan ini sesuai dengan konteksnya bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
akan dilaksanakan pembekalan pendamping PIA pada hari Minggu, pukul 10.00
di gereja, sehingga para pendamping PIA wajib mengikutinya.
Tuturan (15) tergolong dalam tindak tutur ilokusi asertif menegaskan.
Sebab tuturan ini disampaikan oleh penutur yang memastikan dan mengatakan
dengan tegas kepada mitra tutur (para misdinar) akan dilaksanakan pelantikan
misdinar di gereja pada hari Minggu. Tuturan yang disampaikan oleh penutur
kepada mitra tuturnya ini mengandung kebenaran yakni informasi mengenai
pelantikan misdinar di gereja Boro. Tuturan ini sesuai dengan konteksnya bahwa
akan dilaksanakan pelantikan para misdinar di gereja dan para misdinar yang akan
dilantik itu hanya kepada mereka yang sudah mengikuti pembekalan di
Ambarawa.
4.2.1.5 Tindak Tutur Ilokusi Asertif ‘Memberitahukan’
Memberitahukan adalah menyampaikan kabar supaya diketahui (KBBI,
2009: 65). Tindak tutur ilokusi asertif „memberitahukan‟ merupakan kemampuan
penutur untuk menyampaikan kabar tentang suatu hal kepada mitra tuturnya
supaya diketahui. Tuturan „memberitahukan‟ digunakan untuk menyampaikan
kabar atau berita tentang suatu hal agar diketahui oleh mitra tutur. Maka dari itu
tindak tutur ilokusi asertif „memberitahukan‟ diartikan sebagai tuturan yang
diungkapkan oleh penutur kepada mitra tutur tentang kabar atau bertita yang
mengandung kebenaran proposisi yang diucapkannya. Tuturan dalam wacana
pengumuman gereja Katolik mengandung tindak tutur ilokusi asertif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
„memberitahukan‟. Ditemukan 47 tuturan ilokusi asertif „memberitahukan‟. 5 dari
47 tindak tutur ilokusi asertif „memberitahukan‟ akan dijelaskan berikut ini.
(16) Sosialsasi panduan adven 2015 akan dilaksanakan Minggu 22
November pukul 16.00-18.00 bertempat di aula gereja. Mohon
hadir ketua lingkungan dengan 1 orang pendamping lingkungan, 3
orang pendamping PIA, dan 3 orang pendamping remaja.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Hati Kudus Pugeran, jam 07.00 pagi, umat yang hadir mengikuti
perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan), aula yang
berada disamping gereja. Konteks asumsi dan latar belakang
pengetahuan yakni masa adven adalah salah satu masa doa, tobat
dan puasa dalam gereja yang bertujuan mempersiapkan umat
untuk menyambut hari kelahiran sang Mesias, dan biasanmya
kegiatan selama masa adven dilaksanakan dengan katekese Natal
di lingkunga).
(17) Minggu, 18 Oktober 2015, setelah misa kedua diadakan pertemuan
prodiakon di aula, mohon membawa Pas Photo dan data diri.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga, jam 16.30 sore, umat
yang hadir mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-
laki/perempuan), para prodiakon. Konteks asumsi dan latar
belakang poengetahuan yakni prodiakon merupakan pelayan
gereja yang membantu imam dalam tugas pewartaan iman dan
para prodiakon sudah memiliki pas photo serta data diri yang
lengkap).
(18) Ada beberapa informasi penting di lembar teks misa, mohon di
perhatikan.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
St. Aloysius Gonzaga Mlati, jam 07.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor(laki-laki/perempuan).
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni teks misa
merupakan salah satu buku panduan perayaan liturgi yang
membantu umat mengikuti urutan perayaan ibadah dan
pengumuman penting gereja serta teks misa biasanya diambil umat
sebelum perayaan dimulai yang disediakan di setiap pintu masuk
gereja).
(19) Dimohon bagi bapak/ibu prodiakon atau bapak/ibu ketua
lingkungan paroki Boro yang pada saat ini hadir di gereja untuk
mengambil undangan sehabis misa di sakristi.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
St. Teresia Lisieux, jam 07.00 pagi, umat yang hadir mengikuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan), sakristi
yang berada bersebelahan dengan panti imam. Konteks asumsi
dan latar belakang pengetahuan yaitu sakristi adalah ruangan
atau tempat menyimpan atribut gereja dan sakristi sebagai tempat
imam, dan para petugas liturgi mempersiapkan diri sebelum
perayaan).
(20) Paguyuban Pendukung Panggilan Paroki Pugeran (PAPANCA)
akan menyelenggarakan perayaan Ekaristi khusus untuk
mendoakan arwah para Romo, pada hari Rabu 25 November pukul
15.00 bertempat di Kapel St. Paulus Kentungan. Mohon kehadiran
umat.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Hati Kudus Yesus Pugeran, jam 07.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan).
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yaitu perayaan
ekaristi dan mendoakan arwah orang meninggal merupakan salah
satu ajaran agama Katolik yang harus dilaksanakan oleh semua
umat beriman, dan kelompok PAPANCA seringkali mendoakan
arwah umat paroki yang telah meninggal).
Leech (dalam Sudaryat, 2009: 140) mengatakan bahwa kalimat asertif
adalah kalimat atau tuturan yang berfungsi untuk mengekspresikan kebenaran
informasi. Oleh sebab itu tuturan ilokusi asertif „memberitahukan‟ merupakan
kemampuan bertutur oleh penutur kepada mitra tutur untuk menyampaikan kabar
berita supaya diketahui bersama. Tentu tuturan yang disampaikan oleh penutur
kepada mitra tuturnya tersebut mengandung kebenaran yang mengikat penutur
dan mitra tuturnya untuk melakukan suatu tindakan.
Tuturan (16) merupakan tindak tutur ilokusi asertif „memberitahukan‟.
Sebab penutur menyampaikan kabar atau informasi kepada mitra tutur tentang
akan dilaksanakan sosialsasi panduan adven 2015 akan dilaksanakan Minggu 22
November pukul 16.00-18.00 bertempat di aula gereja. Tuturan ini sesuai dengan
konteksnya bahwa kegiatan sosialisasi panduan adven itu selalu dilakasakan
setiap tahunnya dan dihadiri oleh umat yang dipercayakan oleh gereja. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
demikian penutur menyampaikan kabar berita atau informasi kepada mitra
tuturnya untuk diketahui yakni mengenai kegiatan sosialisasi panduan adven 2015
bertempat di aula gereja.
Tuturan (17) digolongkan sebagai tindak tutur ilokusi asertif
„memberitahukan.‟ Sebab penutur menyampaikan kabar atau informasi kepada
mitra tutur mengenai pertemuan para prodiakon yang dilaksanakan pada hari
Minggu setelah misa kedua. Penutur menyampaikan informasi atau pesan kepada
mitra tutur tentang pertemuan prodiakon ini mengandung kebenaran. Tuturan
yang disampaikan oleh penutur tersebut sesuai dengan konteksnya bahwa para
prodiakon akan melaksanakan pertemuan di gereja. penutur dan mitra tutur
mempunyai latar belakang pengetahuan yang sama tentang prodiakon.
Tuturan (18) adalah jenis tindak tutur ilokusi asertif „memberitahukan‟.
Sebab penutur menyampaikan kabar atau informasi kepada mitra tutur tentang hal
pengumuman lain sudah tertera dalam lembaran teks misa. Tuturan ini
disampaikan oleh penutur tersebut sesuai dengan konteksnya bahwa setiap umat
telah mengambil lembaran teks misa. Tuturan yang diungkapkan oleh penutur
dalam menyampaikan informasi kepada mitra tutur ini mengandung kebenaran
yakni informasi atau pesan mengenai kegiatan gereja dapat dibaca melalui teks
misa yang sudah dipegang oleh semua umat atau mitra tutur.
Tuturan (19) diidentifikasi sebagai tindak tutur ilokusi asertif
„memberitahukan‟. Sebab tuturan yang diujarkan oleh penutur kepada mitra tutur
ini mengandung kebenaran informasi atau pesan yakni penutur menyampaikan
kabar atau informasi kepada mitra tutur tentang perihal undangan yang ditujukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
kepada para bapak/ibu prodiakon dan ketua lingkungan. Tuturan ini disampaikan
oleh penutur tersebut sesuai dengan konteksnya bahwa di ruangan sakristi telah
diletakkan surat undangan. Dengan demikian penutur ingin menyampaikan
kepada mitra tutur bahwa surat undangan sudah disimpan di sakristi sehingga para
ketua lingkungan, dan prodiakon untuk mengambilnya.
Tuturan (20) merupakan tindak tutur ilokusi asertif „memberitahukan‟.
Sebab tuturan yang diungkapkan oleh penutur kepada mitra tuturnya mengandung
kebenaran informasi yaitu penutur menyampaikan kabar atau informasi kepada
mitra tutur mengenai perihal perayaan ekaristi mendoakan para romo yang
diselenggarakan oleh Paguyupan Pendukung Panggilan Paroki Pugeran
(PAPANCA). Tuturan ini disampaikan oleh penutur sesuai dengan konteksnya
bahwa kelompok PAPANCA seringkali mengadakan ekaristi mendoakan arwah
para romo setiap bulannya. Penutur menyampaikan informasi atau pesan kepada
mitra tutur tentang kelompok paguyupan doa yang telah dibentuk di gereja paroki
seringkali mengadakan ekaristi dan mendoakan arwah para romo yang telah
meninggal. Dengan demikian penutur menyampaikan pesan atau informasi
kepada mitra tuturnya supaya mengikuti kegiatan perayaan ekaristi arwah.
4.2.1.6 Tindak Tutur Ilokusi Asertif ‘Memperingatkan’
Memperingatkan adalah memberi ingat, dan memberi nasihat (teguran)
supaya ingat akan kewajibannya (KBBI, 2009: 183). Tindak tutur ilokusi asertif
„memperingatkan‟ merupakan kemampuan penutur dalam menyampaikan maksud
atau pesan kepada mitra tuturnya dengan tujuan memberi ingat, dan memberi
nasihat supaya ingat akan kewajibannya tentang suatu hal tertentu. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
demikian tindak tutur ilokusi asertif „memperingatkan‟ bertujuan untuk
memberikan nasihat atau teguran kepada orang lain tentang suatu hal penting
yang harus diingat dan dilaksanakan.
Pada wacana pengumuman gereja katolik terdapat tuturan yang
teridentifikasi sebagai tindak tutur ilokusi asertif „memperingatkan‟. Dalam
penelitian ini, peneliti menemukan 5 tuturan ilokusi asertif „memperingatkan‟. 2
dari 5 tuturan ilokusi asertif „memperingatkan‟ akan dijelaskan berikut ini.
(21) Demi keamanan, kenyamanan, dan ketertiban dimohon kepada
seluruh umat peserta misa untuk tidak memarkirkan Kendaraan di
halaman Sekitar Pos Satpam Gereja. Mohon di Parkir di Tempat
Parkir yang sudah disediakan.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Hati Kudus Yesus Ganjuran, jam 08.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan),
pos Satpam. Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yaitu
pos Satpam merupakan tempat untuk memantau dan menjaga
keamanan dan ketertiban gereja, dan rumah pos Satpam berada
disamping gereja).
(22) Demi Keamanan, Kenyamanan dan Ketertiban Lalu Lintas
Kendaraan, maka kepada para peziarah dan seluruh umat peserta
misa dimohon tidak memarkirkan kendraan di tepi jalan atau di
Warung-warung Sekitar Gereja. Mohon di Parkir di Tempat Parkir
yang sudah disediakan.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Hati Kudus Yesus Ganjuran, jam 07.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan).
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni menjaga
ketertiban dan keamanan dalam perayaan misa merupakan salah
satu cara berdoan yang baik, dan sudah tersedia area parkir yang
luar di sebelah Barat gereja).
Rahardi (2009: 17) menyebut tindak tutur asertif adalah bentuk tutur yang
mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang sedang diungkapkannya dalam
tuturan. Oleh sebab itu tindak tutur asertif memperingatkan dimaknai sebagai
kemampuan penutur dalam menyampaikan informasi atau pesan dengan tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
memberikan nasihat dan peringatan kepada mitra tuturnya untuk diketahui
bersama. Tindak tutur ilokusi asertif „memperingatkan‟ merupakan tuturan yang
diucapkan oleh penutur dalam menyampaikan nasihat atau teguran kepada mitra
tuturnya supaya ingat atas kewajibannya melakukan sesuatu hal dengan baik dan
benar. Dalam hal ini tuturan yang disampaikan oleh penutur berupa informasi
yang memberikan teguran atau menyuruh secara tidak langsung kepada mitra
tuturnya.
Tuturan (21) merupakan tindak tutur ilokusi asertif „memperingatkan‟.
Sebab penutur menyampaikan informasi bersifat teguran secara tidak langsung
kepada mitra tuturnya untuk tidak memarkirkan kendaraan di halaman Sekitar pos
Satpam Gereja. Tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut mengandung
kebenaran informasi bahwa kemungkinan selama ini umat kerapkali memarkir
kendaran di pos Satpam gereja yang memanggu perayaan ekaristi. Penutur
menyampaikan informasi kepada mitra tuturnya sesuai dengan konteksnya bahwa
seluruh umat yang mengikuti perayaan misa di gereja memarkir kendaraannya di
pos Satpam sehingga mengganggu perayaan ibadah. Dengan demikian penutur
ingin menyampaikan informasi atau pesan yang bertujuan untuk memberikan
teguran dan menyuruh umat memarkir kendaraannya di tempat parkir yang telah
disediakan di samping Barat gereja.
Tuturan (22) adalah jenis tindak tutur ilokusi asertif „memperingatkan‟. Sebab
penutur menyampaikan informasi bersifat teguran secara tidak langsung kepada
mitra tuturnya untuk tidak memarkirkan kendraan di tepi jalan atau di warung-
warung sekitar gereja. Tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
mengandung kebenaran informasi bahwa selama ini kebanyakan orang acapkali
memarkirkan kendaraanya di tepi jalan atau di warung-warung gereja, padahal
telah disediakan lahan parkir. Tuturan yang dituturkan oleh penutur ini
berdasarkan konteksnya bahwa umat tidak memarkir mobil di tempat parkir yang
telah disediakan. Dengan demikian penutur ingin menyampaikan informasi atau
pesan kepada mitra tutur tentang tempat parkir kendaraan yang telah disiapkan
oleh gereja.
4.2.2 Makna Pragmatik dalam Wacana Pengumuman di Gereja-Gereja
Katolik Kevikepan Yogyakarta
Hasil penelitian dan analisis terhadap wacana pengumuman di gereja-gereja
Katolik Kevikepan Yogyakarta menunjukkan bahwa tuturan yang diujarkan oleh
petugas lektor tersebut mengandung makna atau maksud pragmatik tertentu.
Makna atau maksud pragmatik yang dapat diidentifikasi adalah menawarkan,
mempersilakan, mengucapkan selamat, perintah, menyarankan, mengaharapkan,
mengundang, mengajak, melarang, dan menyuruh.
4.2.2.1 Tuturan ‘Mengumumkan’ yang Mengandung Makna Pragmatik
‘Menawarkan’
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 5 tuturan yang menyampaikan
makna atau maksud „menawarkan‟. Penemuan makna pragmatik „menawarkan‟
ini dilandasi atas kehadiran konteks sebagai penentu dalam memahami makna
pada tuturan tersebut. 2 diantaranya dapat dilihat pada tuturan berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
(23) KTK Lansia menyelenggarakan seminar dengan tema „Sakramen
Minyak Suci/Pengurapan Orang Sakit” hari Minggu, 13 September
pk. 10.00 WIB. Keterangan lebih lanjut dapat dibaca di panduan
misa.
(Konteks fisik meliputi, perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Kristus Raja Baciro, jam 08.00 pagi, umat yang hadir mengikuti
perayaan ibadah, petugas lektor(laki-laki/perempuan), panduan
misa yang diletakkan di pintu masuk gereja. Konteks asumsi dan
latar belakang pengetahuan bersama yakni salah satu sakramen
gereja adalah sakramen minyak suci/pengurapan orang sakit, dan
sakramen ini hanya diterimakan kepada umat yang menderita
sakit).
(24) KTK INISIASI membuka pendaftaran bagi calon penerima
Komuni Pertama dan calon penerima Sakramen Penguatan tahun
2016, pendaftaran di sekretariat paroki atau dapat melalui ketua-
ketua lingkungan.
(Konteks fisik meliputi, perayaan ibadah dilaksanakan di gereja St.
Perawan Maria Diangkat Ke Surga Pakem, jam 16.30 sore, umat
yang hadir mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-
laki/perempuan), kantor sekretariat berada di samping kiri gereja,
para ketua lingkungan yang terdapat dilingkungan masing-masing.
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama yakni
sakramen penguatan dan komuni pertama merupakan sakramen
penting dalam gereja yang harus diterima oleh semua umat yang
sudah dianggap layak dan telah mengikuti serangkaian
pembelajaran agama Katolik).
Sejalan dengan teorinya Yule (2006: 3-4) mengatakan bahwa makna suatu
tuturan dikaitkan dengan konteks yang sedang berlangsung. Konteks merupakan
seperangkat asumsi dan latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh penutur
dan mitra tutur dalam sebuah percakapan. Tuturan pengumuman gereja yang
disebutkan di atas memiliki konteksnya yang sudah dimiliki oleh penutur dan
mitra tuturnya. Tuturan tersebut diatas mengandung makna „menawarkan‟.
Tuturan „menawarkan menimbulkan pengaruh kepada mitra tutur untuk
melakukan suatu tindakan sesuai dengan apa yang diujarkan penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tuturan (23) …keterangan lebih lanjut dapat dibaca dipanduan misa
mengandung maksud „menawarkan.‟ Tuturan tersebut dituturkan oleh petugas
lektor untuk „menawarkan‟ kepada seluruh umat yang hadir agar membaca
keterangan mengenai seminar sakramen pengurapan orang sakit yang terdapat
dalam panduan teks misa. Tentu tuturan ini dimaknai sesuai dengan konteks yang
membingkai tuturan tersebut. Konteks yang dimaksud adalah seperangkat asumsi
atau latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra
tutur yakni sakramen minyak suci atau pengurapan orang sakit itu merupakan
salah satu sakramen penting dalam gereja. Berdasarkan asumsi atau latar belakang
yang dimiliki bersama penutur dan mitra tutur ini dapat dikatakan bahwa makna
pragmatik dalam tuturan tersebut adalah menawarkan. Penutur menyampaikan
informasi atau pesan yang bertujuan menawarkan kepada mitra tutur untuk
mengikuti seminar sehingga menambah pengetahuan tentang sakramen
pengurapan orang sakit tersebut.
Tuturan (24) … pendaftaran di sekretarian paroki atau dapat melalui
ketua-ketua lingkungan. Tuturan tersebut disampaikan oleh petugas lektor pada
hari Minggu untuk „menawarkan‟ kepada umat yang hadir terkhususnya calon
penerima komuni pertama dan sakramen penguatan tahun 2016 supaya segera
mendaftarkan diri ke sekretariat atau ketua lingkungan. Makna pragmatik
menawarkan ini didasarkan pada konteks yang memformat tuturan tersebut.
Konteks yang dimaksud adalah penutur dan mitra tutur memiliki asumsi atau latar
belakang pengetahuan bersama mengenai sakramen penguatan dan komuni
pertama merupakan sakramen-sakramen penting dalam gereja yang harus diterima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
oleh semua umat agar menjadi umat Katolik yang sah. Dengan demikian penutur
menyampaikan informasi atau pesan dengan tujuan mewarkan kepada mitra tutur
untuk segera mendaftarkan diri supaya dapat menerima sakramen komuni pertama
dan sakramen penguatan sudah diagendakan oleh gereja setiap tahunnya.
4.2.2.2 Tuturan ‘Mengumumkan’ yang Mengandung Makna Pragmatik
‘Mempersilakan’
Tuturan pengumuman gereja katolik mengandung makna „mempersilakan‟.
Peneliti menemukan 8 tuturan yang mengandung makna „mempersilakan‟. 4
diantaranya dapat dilihat pada tuturan berikut ini.
(25) Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) paroki Banteng membuka
pendaftaran untuk umat yang berminat. Pendaftaran bisa melalui
kantor sekretariat paroki. Untuk informasi selengkapnya dapat
dibaca di papan pengumuman paroki.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
St. Maria Assumpta Babarsari, jam 07.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan).
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni KEP
merupakan sebuah kursus yang menjadikan seorang mengalami
pembaharuan hidup melalui semangat penginjilan dan pewartaan
ajaran gereja Katolik, dan papan pengumuman gereja terletak di
depan ruang sekretariat paroki yang bisa dilihat setiap saat).
(26) Telah kami bagikan Kuisioner Statistik Lingkungan 2015. Mohon
diisi data lingkungan hingga akhir tahun 2015 kemudian
dikumpulkan pada awal bulan Januari 2016, bagi Ketua lingkungan
yang belum menerima bisa mengambil di loker lingkungan.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Hati Kudus Yesus Ganjuran, jam 07.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan).
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni data
pertumbuhan dan perkembangan umat dilaksanakan setiap
tahunnya, dan di ruangan sekretariat yang ada di samping gereja
terdapat loker dan sudah disediakan lembaran kuisioner).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
(27) Akan diadakan Seminar Osteoporosis, hari Minggu, 6 September
pk. 10.00 WIB di Panti Paroki Kristus Raja Baciro. Keterangan
lebih lanjut dapat di baca di teks warta paroki.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Kristus Raja Baciro, jam 07.00 pagi, umat yang hadir mengikuti
perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan). Konteks
asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni pentingnya menjaga
dan memelihara kesehatan tubuh khususnya tulang, dan teks misa
merupakan buku panduan yang berisi tentang urutan perayaan
liturgi dan setiap umat telah mengambil teks misa yang diletakkan
di pintu masuk gereja).
(28) Operasi Katarak gratis akan dilaksanakan pada hari Minggu 9
Agustus 2015 di RS. St. Elisabet Ganjuran. Keterangan
selengkapnya dapat dilihat di papan pengumuman atau di
sekretariat gereja pada hari kerja.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
St. Yakobus Bantul, jam 07.00 pagi, umat yang hadir mengikuti
perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan). Konteks
asumsi dan latar belakang pengetahuan yaitu katarak merupakan
salah satu penyakit mata yang dialami oleh umat di Bantul, dan
papan pengumuman berada di depan gereja).
Seturut teorinya Putrayasa (2014: 30) mengatakan makna pragmatik adalah
makna yang terikat konteks. Tuturan pengumuman gereja yang disebutkan di atas
mengandung makna „mempersilakan‟. Penetapan makna pragmatik
„mempersilakan‟ ini berdasarkan kehadiran konteks yang membentuk tuturan
tersebut. Konteks yang dimaksud adalah seprangkat asumsu dan latar belakang
pengetahuan bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dalam
percakapan tersebut. Makna pragmatik „mempersilakan‟ dapat mempengaruhi
mitra tutur atau pendengarnya melakukan sebuah tindakan tertentu sesuai dengan
apa yang diujarkan penuturnya.
Tuturan (25)…untuk informasi selengkapnya dapat dibaca di papan
pengumuman paroki. Tuturan tersebut memiliki makna pragmatik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
„mempersilakan‟. Penutur menyampaikan informasi atau pesan kepada mitra tutur
sesuai dengan konteksnya bahwa Kursus Evanggelisasi Pribadi membuka
pendaftaran. Asumsi atau latar belakang pengetahuan penutur dan mitra tutur
mengenai KEP adalah sebuah kursus yang menjadikan seorang mengalami
pembaharuan hidup melalui semangat penginjilan dan pewartaan ajaran gereja
Katolik. Selanjutnya penutur dan mitra tutur memiliki asumsi dan pengetahuan
yang sama mengenai papan pengumuman gereja yang terletak di depan ruangan
sekretariat paroki. Dengan demikian dituturkan petugas lektor pada hari Minggu
bermaksud „mempersilakan‟ kepada seluruh umat atau mitra tutur yang hadir
supaya melihat dan membaca sendiri informasi pendaftaran KEP yang sudah
ditempelkan di papan pengumuman gereja.
Tuturan (26)… Mohon diisi data Lingkungan hingga akhir tahun 2015
kemudian dikumpulkan pada awal bulan Januari 2016, mengandung maksud
prangmatik „mempersilakan‟. Tentu makna pragmatik mempersilakan ini
diidentifikasi seturut konteks yang membentuk tuturan tersebut. Konteks
dimengerti sebagai seperangkat asumsi atau latar belakang pengetahuan bersama
yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur. Dalam hal ini, asumsi atau latar
belakang pengetahuan bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur yakni
kondisi umat yang harus didata setiap tahunnya supaya pertumbuhan dan
perkembangan umat dapat terpantau. Oleh sebab itu tuturan yang disampaikan
oleh petugas lektor pada hari Minggu bermaksud „mempersilakan‟ kepada seluruh
umat yang hadir supaya mengisi data lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tuturan (27)… Keterangan lebih lanjut dapat di baca di teks warta paroki,
mengandung makna pragmatik „mempersilakan‟. Makna pragmatik
mempersilakan ini didasari pada konteks yang mewadahi tuturan tersebut. Asumsi
atau latar belakang pengetahuan bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra
tutur yakni teks misa merupakan buku panduan yang berisi urutan perayaan
ibadah serta pengumuman yang bisa dibaca oleh setiap umat, dan menjaga dan
memelihara kesehatan tulang itu sangat penting. Maka tuturan yang disampaikan
oleh petugas lektor pada hari Minggu ini bermaksud „mempersilakan‟ kepada
seluruh umat yang hadir supaya membaca sendiri keterangan-keterangan lain
menyangkut seminar di teks misa yang sudah dipegang masin-masing.
Tuturan (28)… Keterangan selengkapnya dapat dilihat di papan
pengumuman atau di sekretariat gereja pada hari kerja, mengandung makna
pragmatik „mempersilakan‟. Makna pragmatik mempersilakan diketahui melalui
kehadiran konteks yang melatarbelakangi tuturan tersebut. Konteks itu berkaitan
dengan asumsi atau latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh
penutur dan mitra tutur yakni katarak merupakan penyakit mata yang banyak
dialami oleh umat Bantul, dan papan pengumuman adalah tempat untuk
menempelkan informasi dan papan pengumuman tersebut ada di depan gereja
sehingga semua orang bisa membacanya. Dengan demikian tuturan yang
disampaikan oleh petugas lektor pada hari Minggu itu bermaksud
„mempersilakan‟ kepada seluruh umat yang hadir supaya membaca sendiri
keterangan selengkapnya di papan pengumuman di depan gereja. Tuturan ini
berkaitan dengan konteks yang sedang berlangsung yakni di papan pengumuman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
dan sekretariat sudah ditempelkan selebaran mengenai Operasi Katarak Gratis
akan dilaksanakan pada hari Minggu 9 Agustus 2015 di RS. St. Elisabet Ganjuran.
4.2.2.3 Tuturan ‘Melaporkan’ yang Mengandung Makna Pragmatik
‘Mengucapkan Selamat’
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 11 tuturan yang menyampaikan
makna atau maksud „mengucapkan selamat‟. Penentuan makna pragmatik
mengucapkan selamat ini berdasarkan kehadiran konteks yang melatarbelakangi
tuturan tersebut. Mengucapkan selamat dalam wacana pengumuman gereja itu
berupa ucapan terima kasih, seperti dapat dilihat pada tuturan berikut.
(29) Tim liturgi mengucapkan terima kasih kepada siswa, guru, dan
seluruh staf SMP Johanes Bosco yang sudah berkenan
memeriahkan perayaan ekaristi sore hari ini.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Kristus Raja Baciro, jam 07.00 pagi, umat yang hadir mengikuti
perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan), guru dan
siswa-siswi SMP Johanes Bosco. Konteks asumsi dan latar
belakang pengetahuan yakni koor atau paduan suara merupakan
bagian penting dalam memeriahkan prayaan ekaristi, sehingga
lingkungan dan instansi mendapat jadwal tanggungan koor setiap
bulannya).
(30) Dewan paroki Keluarga Kudus Banteng mengucapkan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada umat paroki yang
telah dengan tulus ikhlas menyumbangkan barang-barang
fungsional pantas pakai sebagai wujud bela rasa dan karya kasih.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Keluarga Kudus Banteng, jam 09.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan).
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni bersedakah
atau membantu orang miskin merupakan salah satu ajaran agama
Katolik yang harus direalisasikan oleh umat sebagai bentuk
penghayatan iman, dan barang-barang fungsional dan sudah
dikirim ke tempat tujuan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
(31) Kolekte minggu ketiga bulan November yakni kolekte umum
sebesar Rp 7.781.000 dan kolekte pembangunan Rp. 3.357.200.
Romo dan dewan Paroki mengucapkan banyak terima kasih.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Marganingsih Kalasan, jam 08.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan).
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni kolekte
merupakan persembahan umat yang biasanya dipersembahkan
pada hari minggu saat perayaan ekaristi sebagai bentuk
perwujudan iman).
Sejalan dengan teorinya Yule (2006: 3-4) mengatakan bahwa makna suatu
tuturan dikaitkan dengan konteks yang sedang berlangsung. Tuturan pengumuman
gereja yang disebutkan di atas merupakan tuturan yang mengandung makna
„mengucapkan selamat‟. Penetapan makna pragmatik mengucapkan selamat ini
berdasarkan kehadiran konteks yang membentuk tuturan tersebut. Dengan
demikian tuturan pengumuman gereja diatas bermaksud „mengucapkan selamat”
sehingga menimbulkan pengaruh kepada mitra tutur untuk melakukan suatu
tindakan sesuai dengan apa yang diujarkan penutur.
Tuturan (29) mengandung makna „mengucapkan selamat‟. Makna
pragmatik mengucapkan selamat ini diidentifikasi berdasarkan kehadiran konteks
yang mewadahi tuturan tersebut yakni asumsi atau latar belakang pengetahuan
yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur mengenai koor atau paduan
suara merupakan bagian penting dalam memeriahkan perayaan ekaristi. Dengan
demikian tuturan yang disampaikan oleh petugas lektor pada hari Minggu itu
bermaksud „mengucapkan selamat‟ kepada mitra tutur (terkhusus siswa, guru, dan
staf SMP Johanes Basco) yang telah memeriahkan perayaan ekaristi pada hari
Minggu tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Tuturan (30) memiliki makna pragmatik „mengucapkan selamat. Makna
pragmatik tersebut didasarkan pada keberadaan konteks yang melatarbelakangi
tuturan tersebut. Artinya asumsi atau latar belakang pengetahuan bersama yang
dimiliki oleh penutur dan mitra tutur mengenai bersedekah dan memberi
sumbangan merupakan salah satu ajaran agama Katolik yang harus direalisasikan
oleh semua umat sebagai bentuk penghayatan iman. Berdasarkan asumsi dan latar
belakang pengetahuan ini, maka tuturan yang disampaikan oleh petugas lektor
pada hari Minggu itu bermaksud „mengucapkan selamat‟ kepada mitra tutur atau
umat yang telah memberikan sumbangan berupa bawang-barang fungsional
pantas pakai.
Tuturan (31) mengandung makna „mengucapkan selamat‟. Makna
pragmatik mengucapkan selamat diketahi berdasarkan kehadiran konteks yang
membentuk tuturan tersebut. Konteks tersebut dimengerti sebagai seperangkat
asumsi atau latar belakang pengetahuan bersama yang dimiliki oleh penutur dan
mitra tutur. Dalam hal ini asumsi atau latar belakang pengetahuan bersama itu
mengenai kolekte merupakan persembahan umat yang biasanya dipersembahkan
pada hari minggu saat perayaan ekaristi sebagai bentuk perwujudan iman. Oleh
karena tuturan yang disampaikan oleh petugas lektor pada hari Minggu itu
bermaksud „mengucapkan selamat‟ kepada umat yang hadir atas kerelaannya
memberikan sumbangan kolekte.
4.2.2.4 Tuturan ‘Menegaskan’ yang Mengandung Makna Pragmatik
‘Perintah’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 23 tuturan yang menyampaikan
makna atau maksud „perintah‟. Makna pragmatik perintah ini didasarkan pada
kehadiran konteks dalam membentuk tuturan tersebut. Konteks merupakan
seperangkat asumsi atau latar belakang pengetahuan bersama yang dimiliki oleh
penutur dan mitra tutur dalam percakapan tersebut. 2 dari 23 makna „perintah‟
dalam wacana pengumuman dapat dilihat pada tuturan berikut.
(32) Akan saling menerimakan sakramen perkawinan: Yustinus Bayu
Ari Pranawa dari lingkungan Antonius Semenrejo, Pulutan dengan
Maria Tyas Palupi dari Kuasi Paroki St. Yusup Bandung. Umat
yang mengetahui halangan dari rencana pernikahan tersebut, wajib
lapor pada pastor paroki.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
St. Yusup Bandung, jam 08.00 pagi, umat yang hadir mengikuti
perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan). Konteks
asumsi atau latar belakang pengetahuan yakni sakramen
perkawinan adalah salah satu sakramen yang penting dalam
gereja yang akan diterimakan kepada pasangan yang telah
mengikuti kursus persiapan perkawinan serta perkawinan itu suci
dan mulian antara sepasang kekasih yang saling mencintai tanpa
ada halangan apapun).
(33) Dewan paroki Marganingsih Kalasan telah memasang daftar calon
prodiakon periode 2016-2018 di papan pengumuman gereja. Umat
diharap membaca dan memberi masukan serta usulan yang
disampaikan langsung kepada pastor paroki.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Marganingsih Kalasan, jam 08.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan).
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yaitu prodiakon
adalah salah satu petugas gereja yang membantu memperlancar
kegiatan gereja baik dilingkungan maupun di paroki dan proses
pemilihan prodiakon setiap tahun dipercayakan kepada umat).
Seturut teorinya Putrayasa (2014: 30) mengatakan makna pragmatik
adalah makna yang terikat konteks. Tuturan pengumuman gereja yang disebutkan
di atas merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik „perintah‟.
Penetapan makna pragmatik perintah itu didasarkan pada kehadiran konteks yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
membentuk tuturan tersebut. Makna pragmatik „perintah‟ dapat mempengaruhi
mitra tutur atau pendengarnya melakukan sebuah tindakan tertentu sesuia dengan
apa yang diujarkan penuturnya.
Tuturan (32) mengandung makna pragmatik „perintah‟. Makna pragmatik
perintah ini diketahui melalui kehadiran konteks yang melatarbelakangi tuturan
tersebut. Konteks itu dipahami sebagai seperangkat asumsi atau latar belakang
pengetahuan bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dalam
komunikasi. Dalam hal ini asumsi atau latar belakang pengetahuan bersama
penutur dan mitra tutur mengenai sakramen perkawinan adalah salah satu
sakramen yang penting dalam gereja yang akan diterimakan kepada pasangan
yang telah mengikuti kursus persiapan perkawinan serta perkawinan itu suci dan
mulian antara sepasang kekasih yang saling mencintai tanpa ada halangan apapun.
Oleh karena itu tuturan yang disampaikan oleh petugas lektor pada hari Minggu
ini bermaksud memberi „perintah‟ kepada umat yang hadir supaya mencaritahu
kondisi hubungan dari kedua calon pasangan nikah tersebut dan apabila
menemukan halangan langsung melapor kepada romo paroki.
Tuturan (33) memiliki makna pragmatik „perintah‟. Makna pragmatik
perintah memberikan signal kepada penutur dan mitra tutur untuk melakukan
sebuah tindakan sesuai dengan tuturan tersebut. Makna pragmatik perintah ini
didasarkan pada kehadiran konteks yang menjadi pusat tuturan tersebut. Konteks
merupakan seperangkat asumsi atau latar belakang pengetahuan bersama yang
dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dalam tuturannya. Asumsi atau latar
belakang pengetahuan bersama penutur dan mitra tutur yakni mengenai prodiakon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
adalah salah satu petugas gereja yang membantu memperlancar kegiatan gereja
baik dilingkungan maupun di paroki dan proses pemilihan prodiakon setiap tahun
dipercayakan kepada umat. Dengan demikian tuturan yang disampaikan oleh
petugas lektor pada hari Minggu itu bermaksud memberi „perintah‟ kepada umat
yang hadir supaya membaca dan memberikan masukan terhadap calon prodiakon
yang sudah terdaftar di papan pengumuman gereja.
4.2.2.5 Tuturan ‘Menyatakan’ yang Mengandung Makna Pragmatik
‘Menyarankan’
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 4 tuturan yang menyampaikan
makna atau maksud „menyarankan‟. Penentuan makna pragmatik menyarankan
ini berdasarkan kehadiran konteks yang membentuk tuturan tersebut. Makna
„menyarankan‟ dalam wacana pengumuman dapat dilihat pada tuturan berikut.
(34) Untuk semua kegiatan calon peserta PIA dapat mendaftarkan diri
di sekretariat kantor paroki setiap jam kerja. Keterangan lebih
lanjut harap dibaca pada teks warta paroki.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
St. Petrus dan Paulus Babadan, jam 07.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, patugas lektor (laki-laki/perempuan).
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yaitu teks misa
merupakan buku panduan yang berisi tentang urutan perayaan
liturgi dan setiap umat telah mengambil teks misa yang diletakkan
di pintu masuk gereja, dan PIA adalah kelompok kategorial dalam
gereja yang menangi pertumbuhan iman anak).
(35) Kepada Bapak/Ibu ketua lingkungan yang belum mengumpulkan
usulan calon prodiakon, dimohon segera mengumpulkan ke
sekretariat paroki paling lambat tanggal 13 September 2015.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Hati Kudus Bantul, jam 07.00 pagi, umat yang hadir mengikuti
perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan). Konteks
asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni prodiakon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
merupakan pelayan gereja yang membantu imam dalam tugas
pewartaan iman, dan kantor sekretariat paroki berada di samping
gereja).
(36) Baptisan bayi bulan November pada hari Jumat, 13 November
2015. Dimohon segera mendaftarkan diri di sekretariat paroki
paling lambat hari Selasa, 10 November.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran, jam 07.00 pagi, umat yang
hadir mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-
laki/perempuan), kantor sekretariat yang berada di sebelah Barat
gereja. konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni
sakramen baptis merupakan salah satu sakramen penting dalam
gereja yang wajib diterima oleh semua umat supaya terhitung
sebagai anggota resmi gereja, dan setiap tiga bulan gereja Hati
Kudus Tuhan Yesus, Pugeran mengadakan baptisan bayi).
Sejalan dengan teorinya Yule (2006: 3-4) mengatakan bahwa makna suatu
tuturan dikaitkan dengan konteks yang sedang berlangsung. Tuturan pengumuman
gereja yang disebutkan di atas merupakan tuturan yang mengandung makna
„menyarankan‟. Makna pragmatik menyarankan ini sesuai dengan keberadaan
konteks yang membentuk tuturan penutur dan mitra tutur. Tuturan „menyarankan‟
menimbulkan pengaruh kepada mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan sesuai
dengan apa yang diujarkan penutur.
Tuturan (34) mengandung makna „menyarankan‟. Makna pragmatik
menyarankan diketahui berdasarkan kehadiran konteks yang mewadahi tuturan
penutur dan mitra tutur. Konteks dimengerti sebagai seperangkat asumsi dan latar
belakang pengetahuan bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dalam
komunikasi yang sedang berlangsung. Dalam hal ini, asumsi dan latar belakang
pengetahuan bersama yang dimiliki penutur dan mitra tutur adalah teks misa
merupakan buku panduan yang berisi tentang urutan perayaan liturgi dan setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
umat telah mengambil teks misa yang diletakkan di pintu masuk gereja, dan PIA
adalah kelompok kategorial dalam gereja yang menangi pertumbuhan iman anak.
Oleh karena itu tuturan yang dituturkan oleh petugas lektor pada hari Minggu itu
bermaksud „memberi saran‟ kepada mitra tutur supaya membaca keterangan
mengenai kegiatan PIA di teks misa yang sedang dipegang. Makna pragmatik
menyarankan ini mengikat penutur dan mitra tutur untuk melakukan tindakan.
Tuturan (35) memiliki makna pragmatik „menyarankan‟. Makna pragmatik
menyarankan ini diketahui berdasarkan kehadiran konteks yang membentuk
tuturan penutur dan mitra tutur. Konteks adalah seperangkat asumsi atau latar
belakang pengetahuan bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dalam
percakapan tersebut. Dalam hal ini, asumsi dan latar belakan pengetahuan
bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur yaitu prodiakon merupakan
pelayan gereja yang membantu imam dalam tugas pewartaan iman, dan kantor
sekretariat paroki berada di samping gereja. Bercermin pada keberadaan konteks
tersebut maka tuturan yang disampaikan oleh petugas lektor pada hari Minggu itu
bermaksud „memberi saran‟ kepada umat yang hadir (ketua linkungan) supaya
menuliskan nama-nama calon prodiakon dan segera menyerahkan ke sekretariat
paroki.
Tuturan (36) mengandung makna pragmatik „menyarankan‟. Makna
pragmatik menyarankan didasarkan pada kehadiran konteks yang membentuk
tuturan penutur dan mitra tutur. Konteks dipahami sebagai seperangkat asumsi
atau latar belakang pengetahuan bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra
tutur dalam berkomunikasi. Asumsi dan latar belakang pengetahuan penutur dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
mitra tutur pada tuturan (36) yakni sakramen baptis merupakan salah satu
sakramen penting dalam gereja yang wajib diterima oleh semua umat supaya
terhitung sebagai anggota resmi gereja, dan setiap tiga bulan gereja Hati Kudus
Tuhan Yesus, Pugeran mengadakan baptisan bayi. Dengan demikian tuturan yang
disampaikan oleh petugas lektor pada hari Minggu itu bermaksud „memberi saran‟
kepada mitra tutur agar segera mendaftarkan diri ke sekretariat paroki.
4.2.2.6 Tuturan ‘Memberitahukan’ yang Mengandung Makna Pragmatik
‘Mengharapkan’
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 18 tuturan yang menyampaikan
makna atau maksud „mengharapkan‟. Makna pragmatik mengharapkan disesuai
dengan kehadiran konteks yang membentuk tuturan penutur dan mitra tutur.
Konteks merupakan seprangkat asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama
yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dalam percakapan tersebut. Makna
„mengharapkan‟ dalam wacana pengumuman dapat dilihat pada tuturan berikut.
(37) Dalam rangka Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) selama bulan
September, umat dimohon membawa, Kitab Suci pada saat
mengikuti perayaan ekaristi. Selama bulan September, isi bacaan
tidak akan disertakan dalam panduan.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Kristus Raja Baciro, jam 07.00 pagi, umat yang hadir mengikuti
perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan). Konteks
asumsi dan latar belakang pengetahuan yaitu kitab suci adalah
buku yang berisi firman Tuhan dan bulan September merupakan
bulan kitab suci yang ditetapkan oleh agama Katolik supaya
semakin rajin membaca dan menghayati firman Tuhan).
(38) Kepada lingkungan-lingkungan yang belum mengumpulkan daftar
calon prodiakon periode 1 Januari 2016 sampai dengan 31
Desember 2018, dimohon segera mengumpulkan ke sekretariat
kantor paroki, ditunggu paling lambat tanggal 11 Oktober 2015.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
St. Perawan Maria Yang Dikandung Tanpa Noda Asal Nanggulan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
jam 08.00 pagi, umat yang hadir mengikuti perayaan ibadah,
petugas lektor (laki-laki/perempuan). Konteks asumsi dan latar
belakang pengetahuan yakni prodiakon merupakan pelayan gereja
yang membantu imam dalam tugas pewartaan iman, dan kantor
sekretariat paroki berada di samping gereja).
(39) Demi kelancaran perayaan Natal 2015, kami mohon semua petugas
liturgi mengikuti gladi kotor dan gladi bersih sesuai jadwal yang
tercantum di papan pengumuman gereja.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
St. Yohanes Rasul Pringwulung, jam 08.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan).
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni perayaan
Natal merupakan hari raya besar keagamaan Katolik dan setiap
tahun gereja St. Yohanes Rasul Pringwulung menyelenggarakan
prayaan Natal dengan mempersiapkan petugas liturgi secara
baik).
Seturut teorinya Putrayasa (2014: 30) mengatakan makna pragmatik
adalah makna yang terikat konteks. Konteks adalah seperangkat asumsi atau latar
belakang pengetahuan bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dalam
komunikasi yang sedang berlangsung. Tuturan pengumuman gereja yang
disebutkan di atas merupakan tuturan yang mengandung makna „mengharapkan‟.
Makna pragmatik „mengharapkan‟ dapat mempengaruhi mitra tutur atau
pendengarnya melakukan sebuah tindakan tertentu sesuai dengan apa yang
diujarkan penuturnya.
Tuturan (37) mengandung makna pragmatik „mengaharapkan‟. Makna
pragmatik mengharapkan diketahui berdasarkan kehadiran konteks dalam
membentuk tuturan tersebut. Seperangkat asumsi dan latar belakang pengetahuan
bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur adalah kitab suci adalah buku
yang berisi firman Tuhan, dan bulan September merupakan bulan kitab suci yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
ditetapkan oleh agama Katolik supaya semakin rajin membaca dan menghayati
firman Tuhan. Dengan demikian tuturan yang disampaikan oleh petugas lektor
pada hari Minggu itu bermaksud „mengharapkan‟ supaya umat yang hadir
membawa Kitab Suci saat perayaan ekaristi sehingga bisa membaca dan
menghayati firman Tuhan secara pribadi.
Tuturan (38) memiliki makna pragmatik „mengharapkan‟. Makna
pragmatik mengharapkan ini didasarkan para kehadiran konteks yang membentuk
tuturan penutur dan mitra tutur. Seperangkat asumsi dan latar belakang
pengetahuan bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur adalah
prodiakon merupakan pelayan gereja yang membantu imam dalam tugas
pewartaan iman, dan kantor sekretariat paroki berada di samping gereja. Oleh
karena itu tuturan yang disampaikan oleh petugas lektor pada hari Minggu itu
bermaksud „mengharapkan‟ agar umat yang hadir mengumpulkan daftar nama
calon prodiakon sesuai jadwal yang ditentukan oleh gereja. Makna pragmatik
mengharapkan mengikat penutur dan mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuai
dengan tuturan tersebut.
Tuturan (39) memperlihatkan makna pragmatik „mengharapkan‟. Makna
pragmatik mengharapkan diketahui berdasarkan kehadiran konteks yang
mewadahi tuturan penutur dan mitra tutur. Seperangkat asumsi dan latar belakang
pengetahuan penutur dan mitra tutur adalah perayaan Natal merupakan hari raya
besar keagamaan Katolik dan setiap tahun gereja St. Yohanes Rasul Pringwulung
menyelenggarakan prayaan Natal dengan mempersiapkan petugas liturgi secara
baik. Oleh karena itu tuturan yang diujarkan oleh petugas lektor pada hari Minggu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
itu bermaksud „mengharapkan‟ umat yang hadir (petugas liturgi) mengikuti gladi
kotor dan gladi bersih di gereja supaya dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
pada hari raya Natal. Makna pragmatik mengharapkan mengikat penutur dan
mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuai dengan tuturan tersebut.
4.2.2.7 Tuturan ‘Memberitahukan’ yang Mengandung Makna Pragmatik
‘Mengundang’
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 14 tuturan yang menyampaikan
makna atau maksud „mengundang‟. Makna pragmatik mengundang ini
disesuaikan dengan kehadiran konteks dalam membentuk tuturan penutur dan
mitra tutur. Konteks adalah seperangkat asumsi atau latar belakang pengetahuan
bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dalam berkomunikasi. Makna
„mengundang‟ dalam wacana pengumuman dapat dilihat pada tuturan berikut.
(40) Novena di makam Romo Prenttaler, hari Kamis, 24 September jam
18.00, petugas koor Nanggulan, mohon partisipasi umat untuk
hadir.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
St. Perawan Maria Yang Dikandung Tanpa Noda Asal Nanggulan,
jam 07.00 pagi, umat yang hadir mengikuti perayaan ibadah,
petugas lektor (laki-laki/perempuan). Konteks asumsi dan latar
belakang pengetahuan yakni novena adalah bentuk doa Katolik
dengan suatu permohonan atau permintaan tertentu, dan makan
Romo Prenttaler itu terdapat di belakang paroki Boro).
(41) Rabu, 30 Desember pukul 17.00 ekaristi penyegaran Janji
Perkawinan untuk pasutri yang berulang tahun perkawinan bulan
desember akan dilaksanakan dalam ekaristi syukur keluarga Kudus
bertempat di aula paroki. Umat dan pasutri yang berulang tahun
bulan Desember dimohon partisipasinya.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
St. Yohanes Rasul Pringwulung, jam 07.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan),
aula paroki. Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan
yakni ujud sykur merupakan salah satu ungkapan terima kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
kepada Tuhan atas segala rahmat kesehatan, kesuksesan dan
kehidupan yang diterima oleh umat, dan sakramen perkawinan
adalah salah satu sakramen yang meneguhkan dan mengukuhkan
ikatan kasih suami istri yang patut disyukuri).
(42) Minggu, 16 Agustus pukul 10.00 WIB bertempat di Aula Pastoran
ada sosialisasi bahan BKSN 2015. Mohon tiap wilayah/stasi
mewakilkan 3 orang.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Marganingsih Kalasan, jam 08.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan).
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni kitab suci
adalah buku yang berisi firman Tuhan dan bulan September
merupakan bulan kitab suci yang ditetapkan oleh agama Katolik
supaya semakin rajin membaca dan menghayati firman Tuhan, dan
pertemuan biasanya di aula pastoran yang ada di belakang gereja
paroki).
Sejalan dengan teorinya Yule (2006: 3-4) mengatakan bahwa makna suatu
tuturan dikaitkan dengan konteks yang sedang berlangsung. Tuturan
pengumuman gereja yang disebutkan di atas merupakan tuturan yang
mengandung makna pragmatik „mengundang‟. Penetapan makna pragmatik
mengundang ini disesuaikan dengan kehadiran konteks yang membentuk tuturan
penutur dan mitra tutur. Makna pragmatik „mengundang‟ menimbulkan pengaruh
kepada mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan apa yang
diujarkan penutur.
Tuturan (40) mengandung makna pragmatik „mengundang‟. Makna
pragmatik mengundang ditetapkan berdasarkan kehadiran konteks yang
melatarbelakangi tuturan penutur dan mitra tutur. Artinya penutur dan mitra tutur
memiliki asumsi atau latar belakang pengetahuan bersama yakni novena adalah
bentuk doa Katolik dengan suatu permohonan atau permintaan tertentu, dan
makan Romo Prenttaler itu terdapat di belakang paroki Boro. Dengan demikian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
tuturan yang diujarkan oleh petugas lektor pada hari Minggu itu bermaksud
„mengundang‟ umat yang hadir (ketua lingkungan) untuk menngikuti kegiatan
doa novena di makam Romo Prenttaler. Makna pragmatik mengundang ini
menuntut mitra tutur dan penutur untuk melakukan tindakan sesuai tuturan yakni
pada hari Kamis sore diadakan doa bersama di makam Romo Prenttaler.
Tuturan (41) memiliki makna pragmatik „mengundang‟. Makna pragmatik
mengundang ini diidentifikasi berdasarkan kehadiran konteks yang mewadahi
tuturan penutur dan mitra tutur. Artinya penutur dan mitra tutur memiliki asumsi
dan latar belakang pengetahuan bersama mengenai ujud sykur merupakan salah
satu ungkapan terima kasih kepada Tuhan atas segala rahmat kesehatan,
kesuksesan dan kehidupan yang diterima oleh umat, dan sakramen perkawinan
adalah salah satu sakramen yang meneguhkan dan mengukuhkan ikatan kasih
suami istri yang patut disyukuri. Oleh sebab itu tuturan yang disampaikan oleh
petugas lektor pada hari Minggu itu bermaksud „mengundang‟ umat yang hadir
terkhususnya pasangan suami istri yang berulang tahun untuk mengikuti perayaan
penyegaran janji perkawinan.
Tuturan (42) memperlihatkan makna pragmatik „mengundang‟. Makna
pragmatik mengundang ditentukan berdasarkan eksistensi konteks yang
membentuk tuturan penutur dan mitra tutur. Kehadiran konteks tersebut mengikat
penutur dan mitra tutur untuk memiliki asumsi dan latar belakang pengetahuan
bersama mengenai kitab suci adalah buku yang berisi firman Tuhan dan bulan
September merupakan bulan kitab suci yang ditetapkan oleh agama Katolik
supaya semakin rajin membaca dan menghayati firman Tuhan, dan pertemuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
biasanya di aula pastoran yang ada di belakang gereja paroki. Dengan demikian
tuturan yang diucapkan oleh petugas lektor pada hari Minggu itu bermaksud
„mengundang‟ umat yang hadir (wakil wilayah/stasi) untuk mengikuti pertemuan
sosialisasi BKSN di aula gereja. Makna pragmatik „mengundang‟ menuntut
penutur dan mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan yakni mengikuti
sosialisasi BKSN di aula gereja supaya menjadi pemandu atau fasilitator kegiatan
katekese BKSN di lingkungan dengan baik dan benar.
4.2.2.8 Tuturan ‘Memberitahukan’ yang Mengandung Makna Pragmatik
‘Mengajak’
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 15 tuturan yang menyampaikan
makna atau maksud „mengajak‟. Makna pragmatik mengajak ini ditetapkan sesuai
dengan kehadiran konteks yang melatarbelakangi tuturan penutur dan mitra tutur.
Konteks merupakan seperangkat asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama
yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dalam berkomunikasi. Makna
„mengajak‟ dalam wacana pengumuman dapat dilihat pada tuturan berikut.
(43) Komunitas Tritunggal Mahakudus Daerah Istimewa Yogyakarta
akan menyelenggarakan Retret " Mengatasi Kelemahan ". Bersama
para Suster Putri Karmel dari Malang. Pada tgl. 30 Oktober-01
November 2015 Tempat Wisma Retret Syantikara Yogyakarta.
Umat yang berminat silahkan mendaftar di 0857-2966-6888.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
St. Aloysius Gonzaga Mlati, jam 07.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan).
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni ret-ret
merupakan salah satu cara menepi atau mencari ketenangan
supaya membangun kehidupan rohani menjadi lebih baik).
(44) Yayasan Tarakanita telah membuka pendaftaran siswa baru tahun
pelajaran 2016/2017 untuk semua sekolah-sekolah yang di bawah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Yayasan Tarakanita. Informasi lebih lengkap silahkan baca di
papan pengumuman/sepanduk depan gereja.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
St. Aloysius Gonzaga Mlati, jam 07.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan).
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni yayasan
Tarakanita merupakan salah satu bentuk pelayanan kongregasi
suster Carolus Boromeus dalam bidang pendidikan dan
pengajaran yang sudah teruji kualitasnya, dan papan
pengumuman gereja ada di depan gereja tepat di pintu masuk
gereja).
(45) Dalam rangka Bulan Kitab Suci ini komunitas lektor paroki Klepu
akan mengadakan Lomba Membaca Kitab Suci: Minggu, 27
September 2015 di Gereja Klepu dengan 2 kategori : SMP-SMA
dan Dewasa (19-50 tahun) bagi yang berminat silahkan mengambil
formulir pendaftaran di Sekretariat Paroki.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
St. Petrus dan Paulus Klepu, jam 07.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan).
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni kitab suci
adalah buku yang berisi firman Tuhan dan bulan September
merupakan bulan kitab suci yang ditetapkan oleh agama Katolik
supaya semakin rajin membaca dan menghayati firman Tuhan, dan
formulir telah disediakan di meja sekretariat yang ada di belakang
gereja).
Seturut teorinya Putrayasa (2014: 30) mengatakan makna pragmatik
adalah makna yang terikat konteks. Tuturan pengumuman gereja yang disebutkan
di atas merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik „mengajak‟.
Makna pragmatik mengajak ditentukan berdasarkan kehadiran konteks yang
membentuk tuturan penutur dan mitra tutur dalam berkomunikasi. Konteks
merupakan seperangkat asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama yang
dimiliki oleh penutur dan mitra tutur. Makna pragmatik „mengajak‟ dapat
mempengaruhi mitra tutur atau pendengarnya melakukan sebuah tindakan tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
sesuai dengan apa yang diujarkan penuturnya. Makna pragmatik mengajak
mengikat penutur dan mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan tertentu.
Tuturan (43) mengandung makna pragmatik mengajak. Makna pragmatik
ditetapkan berdasarkan kehadiran konteks yang membentuk tuturan penutur dan
mitra tutur. Artinya asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama yang dimiliki
oleh penutur dan mitra tutur mengenai ret-ret merupakan salah satu cara menepi
atau mencari ketenangan supaya membangun kehidupan rohani menjadi lebih
baik. Oleh karena itu tuturan yang diujarkan oleh petugas lektor pada hari Minggu
itu bermaksud „mengajak‟ umat yang hadir untuk mengikuti kegiatan rohani
berupa ret-ret dengan tema „mengatasi kelemahan‟. Makna pragmatik „mengajak‟
ini mengikat penutur dan mitra tuturnya untuk melakukan suatu tindakan yakni
mengikuti ret-ret supaya menambah wawasan dalam kehidupan rohani.
Tuturan (44) memiliki makna pragmatik „mengajak‟. Makna pragmatik
mengajak ini ditetapkan berdasarkan kehadiran konteks yang membentuk tuturan
penutur dan mitra tutur dalam berkomunikasi. Artinya asumsi dan latar belakang
pengetahuan bersama yang harus dimiliki oleh penutur dan mitra tutur mengenai
yayasan Tarakanita merupakan salah satu bentuk pelayanan kongregasi suster
Carolus Boromeus dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang sudah teruji
kualitasnya, dan papan pengumuman gereja ada di depan gereja tepat di pintu
masuk gereja. Oleh karena itu tuturan yang diungkapkan oleh petugas lektor pada
hari Minggu itu bermaksud „mengajak‟ umat untuk mendaftarkan anak-anaknya
ke sekolah yang dikelolah Yayasan Tarakanita‟. Makna pragmatik „mengajak‟
mengikat penutur dan mitra tutur supaya segera membaca pengumuman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
mendaftarkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah yang dikelolah oleh yayasan
Tarakanita, sebab sekolah-sekolah Tarakanita merupakan sekolah favorit dan
unggulan.
Tuturan (45) memperlihatkan makna pragmatik „mengajak‟. Makna
pragmatik mengajak diidentifikasi berdasarkan kehadiran konteks yang
membentuk tuturan penutur dan mitra tutur. Hal ini terlihat pada kondisi asumsi
dan latar belakang pengetahuan bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra
tutur mengenai kitab suci adalah buku yang berisi firman Tuhan dan bulan
September merupakan bulan kitab suci yang ditetapkan oleh agama Katolik
supaya semakin rajin membaca dan menghayati firman Tuhan, dan formulir telah
disediakan di meja sekretariat yang ada di belakang gereja. Dengan demikian
tuturan yang disampaikan oleh petugas lektor pada hari Minggu itu bermaksud
‟mengajak‟ umat yang hadir untuk mengikuti lomba membaca kitab suci. Makna
pragmatik ‟mengajak‟ mengikat penutur dan mitra tuturnya untuk melakukan
tindakan yakni mendaftarkan diri supaya dapat mengiuti lomba baca kitab suci.
4.2.2.9 Tuturan ‘Memperingatkan’ yang Mengandung Makna Pragmatik
‘Melarang’
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 2 tuturan yang menyampaikan
makna atau maksud „melarang‟. Makna pragmatik melarang ini ditentukan
berdasarkan kehadiran konteks yang membentuk tuturan penutur dan mitra tutur
dalam berkomunikasi. Konteks merupakan seperangkat asumsi dan latar belakang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
pengetahuan bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur. Makna
„melarang‟ dalam wacana pengumuman dapat dilihat pada tuturan berikut.
(46) Demi Keamanan, Kenyamanan dan Ketertiban dimohon kepada
Seluruh Umat Peserta Misa untuk tidak memarkirkan Kendaraan di
halaman Sekitar Pos Satpam Gereja. Mohon di Parkir di Tempat
Parkir yang sudah disediakan.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Hati Kudus Yesus Ganjuran, jam 08.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan),
pos Satpam. Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yaitu
pos Satpam merupakan tempat untuk memantau dan menjaga
keamanan dan ketertiban gereja, dan rumah pos Satpam berada
disamping gereja).
(47) Demi Keamanan, Kenyamanan dan Ketertiban Lalu Lintas
Kendaraan, maka kepada Para Peziarah dan Seluruh Umat Peserta
Misa dimohon tidak memarkirkan Kendraan di Tepi Jalan atau di
Warung-warung Sekitar Gereja. Mohon di Parkir di Tempat Parkir
yang sudah disediakan.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Hati Kudus Yesus Ganjuran, jam 07.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan).
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni menjaga
ketertiban dan keamanan dalam perayaan misa merupakan salah
satu cara menghargai orang lain yang sedang berdoa, dan sudah
tersedia area parkir yang luar di sebelah Barat gereja).
Sejalan dengan teorinya Yule (2006: 3-4) mengatakan bahwa makna suatu
tuturan dikaitkan dengan konteks yang sedang berlangsung. Tuturan pengumuman
gereja yang disebutkan di atas merupakan tuturan yang mengandung makna
pragmatik „melarang‟. Penentuan makna pragmatik melarang ini sesuai dengan
keberadaan konteks yang membentuk tuturan penutur dan mitra tutur dalam
berkomunikasi. Konteks merupakan seperangkat asumsi dan latar belakang
pengetahuan bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur. Tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
„melarang‟ menimbulkan pengaruh kepada mitra tutur untuk melakukan suatu
tindakan sesuai dengan apa yang diujarkan penutur.
Tuturan (46) mengandung makna pragmatik „melarang‟. Makna pragmatik
melarang ini ditentukan berdasarkan kehadiran konteks yang membentuk tuturan
penutur dan mitra tutur. Artinya asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama
yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur mengenai pos Satpam merupakan
tempat untuk memantau dan menjaga keamanan dan ketertiban gereja, dan rumah
pos Satpam berada disamping gereja. Dengan demikian tuturan yang disampaikan
oleh petugas lektor pada hari Minggu itu bermaksudv„melarang‟ umat yang hadir
supaya tidak memarkirkan kendaraannya di halaman sekitar pos satpam. Makna
pragmatik „melarang‟ mengikat penutur dan mitra tutur agar memiliki kesadaran
untuk tidak memarkir kendaraannya di depan pos Satpam sehingga tidak
,mengganggu perayaan ibadah.
Tuturan (47) memiliki makna pragmatik „melarang‟. Makna pragmatik
melarang diidentifikasi berdasarkan kehadiran konteks yang membentuk tuturan
penutur dan mitra tutur. Artinya asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama
yang dimiliki penutur dan mitra tutur tentang menjaga ketertiban dan keamanan
dalam perayaan misa merupakan salah satu cara menghargai orang lain yang
sedang berdoa, dan sudah tersedia area parkir yang luar di sebelah Barat gereja.
Dengan demikian tuturan yang diujarkan oleh petugas lektor pada hari Minggu
itu bermaksud „melarang‟ umat yang hadir untuk tidak memarkirkan
kendaraannya di tepi jalan atau di warung-warung gereja. Makna pragmatik
„melarang‟ mengikat penutur dan mitra tutur supaya menjaga keamanan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
ketertiban selama perayaan ibadah dengan tidak memarkirkan kendaraannya di
tepi jalan dan dekat warung-warung.
4.2.2.10 Tuturan ‘Memperingatkan’ yang Mengandung Makna ‘Menyuruh’
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 3 tuturan yang menyampaikan
makna atau maksud „menyuruh‟. Makna „menyuruh‟ dalam wacana pengumuman
dapat dilihat pada tuturan berikut.
(48) Mohon di Parkir di tempat parkir yang sudah disediakan.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Hati Kudus Yesus Ganjuran, jam 07.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan).
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni tempat
parkir merupakan area atau lahan yang disediakan untuk
memarkir kendaraan yang bersifat sementara, dan tempat parkir
berada di sebelah Barat gereja).
Seturut teorinya Putrayasa (2014: 30) mengatakan makna pragmatik
adalah makna yang terikat konteks. Tuturan pengumuman gereja yang disebutkan
di atas merupakan tuturan yang mengandung makna pragmatik „menyuruh‟.
Makna pragmatik menyuruh ditetapkan berdasarkan kehadiran konteks yang
membentuk tuturan penutur dan mitra tutur. Konteks merupakan seperangkat
asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama yang dimiliki oleh penutur dan
mitra tutur. Makna pragmatik „menyuruh‟ dapat mempengaruhi mitra tutur atau
pendengarnya melakukan sebuah tindakan tertentu sesuai dengan apa yang
diujarkan penuturnya.
Tuturan (48) mengandung makna pragmatik „menyuruh‟. Makna pragmatik
menyuruh ditentukan sesuai dengan keberadaan konteks dalam membentuk
tuturan penutur dan mitra tutur. Artinya asumsi dan latar belakang pengetahuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
bersama yang dimiliki penutur dan mitra tutur mengenai tempat parkir merupakan
area atau lahan yang disediakan untuk memarkir kendaraan yang bersifat
sementara, dan tempat parkir berada di sebelah Barat gereja. Dengan demikian
tuturan yang diujarkan oleh petugas lektor pada hari Minggu itu bermaksud
„menyuruh‟ mitra tutur atau umat untuk memarkirkan kendaraannya di tempat
parkir yang telah disediakan oleh pihak gereja. Makna pragmatik „menyuruh‟
mengikat penutur dan mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan yakni
memarkirkan kendaraannya di tempat parkir yang berada di sebelah Barat gereja.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Jenis Tuturan Ilokusi Asertif dalam Wacana Pengumuman di Gereja-
Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta
Searle (dalam Rahardi, 2009: 17) mendefinisikan tuturan asertif adalah
bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang sedang
diungkapkan dalam bentuk tuturan. Tindak tutur ilokusi asertif ini muncul dengan
dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa penutur ingin menyampaikan
kebenaran pernyataan dari apa yang diujarkannya. Tuturan yang diucapkan oleh
penutur ketika ingin mewujudkan tindak ilokusi aserif ini cenderung
dilatarbelakangi oleh konteks yang membentuk tuturan tersebut. Tuturan yang
diungkapkan oleh penutur itu mengikat penutur itu sendiri akan kebenaran dari
apa yang diujarkan kepada mitra tutur. Sedangkan mitra tutur yang mendengar
tuturan tersebut juga menerimanya sebagai sebuah ujaran yang mengandung
kebenaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Tindak tutur ilokusi asertif merupakan kemampuan penutur
mengungkapkan suatu hal secara tegas yang mengandung maksud dan daya
kebenaran dalam setiap tuturan. Tindak tutur ilokusi asertif ini tidak mundah
diidentifikasi, karena tindak tutur ilokusi asertif ini berkaitan langsun dengan tiga
hal utama yakni konteks, makna, dan informasi yang disampaikan. Oleh karena
itu tindak tutur ilokusi asertif hanya dapat ditemukan dalam sebuah tuturan yang
berfungsi untuk menginformasikan sesuatu sekaligus melakukan suatu tindakan.
Terdapat 103 data tuturan yang dapat diidentifikasi sebagai tindak tutur
ilokusi asertif dalam penelitian ini. 13 tuturan merupakan jenis tuturan ilokusi
asertif „mengumumkan‟, 11 tuturan merupakan jenis tuturan ilokusi asertif
„melaporkan‟, 23 tuturan merupakan jenis tuturan ilokusi asertif „menegaskan‟, 4
tuturan merupakan jenis tuturan ilokusi asertif „menyatakan‟, 47 tuturan
merupakan jenis tuturan ilokusi asertif „memberitahukan‟, dan 5 tuturan
merupakan jenis tuturan ilokusi asertif „memperingatkan‟. Jenis tuturan ilokusi
asertif yan ditemukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk lebih memahami
maksud dari tuturan yang ada dalam wacana pengumuman gereja Katolik dilihat
dari segi pramatik, khususnya dalam kajian tindak tutur. Hal ini dikarenakan,
tuturan yang disampaikan oleh petugas lektor tersebut sebenarnya bukan hanya
sekedar tuturan yang digunakan untuk berinteraksi dan menyampaikan
pengumuman kepada umat yang hadir, melainkan juga mempunyai makna atau
maksud yang harus ditanggapi oleh pendengar atau pembaca pengumuman gereja
tersebut. Tanggapan itu berupa tindakan verbal dan nonverbal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Tindak tutur ilokusi asertif kerapkali muncul dalam komunikasi antar
penutur dan mitra tutur pada konteks tertentu. Kemunculan keenam jenis tindak
tutur ilokusi asertif tersebut tentu memiliki alasan atau latar belakangnya masing-
masing. Alasan atau latar belakang yang dimaksud bersumber dari konteks yang
sudah diketahui secara bersama-sama antara penutur dan mitra tutur. Dalam hal
ini konteks yang ingin diketahui adalah asumsi dan latar belakang pengetahuan
bersama mengenai perihal apa yang menjadi dasar atau alasan penutur
menuturkan suatu tuturan.
Jenis tuturan ilokusi asertif pertama yang ditemukan dalam penelitian ini
adalah tindak tutur ilokusi asertif „mengumumkan‟. Tindak tutur „mengumumkan‟
merupakan tuturan yang disampaikan oleh penutur untuk menyebarluaskan hal
yang penting kepada orang lain supaya diketahui dan dilaksanakan sesuai isinya.
Setiap tuturan yang diungkapkan oleh penutur mengikat kebenaran bagi penutur
sendiri dan mitra tuturnya.
(49) Panitia Natal 2015 menyediakan Kaos dan Stiker Natal 2015,
umat yang berminat bisa membeli di depan gereja setelah misa.
(Konteks fisik: Tuturan ini disampaikan oleh petugas lektor pada
hari Minggu di Gereja Yakobus Bantul, jam 07 00 pagi, petugas
lektor(laki-laki/perempuan), umat, halaman gereja. Konteks latar
belakang pengetahuan bersama ialah perayaan Natal merupakan
hari raya besar keagamaan Katolik dan setiap tahun gereja St.
Yakobus Bantul menyelenggarakan prayaan Natal dengan
kegiatan atau acara yang unik).
Tuturan di atas jelas memperlihatkan petugas lektor menyampaikan
informasi kepada mitra tutur (umat yang hadir di dalam gereja) tentang kegiatan
panitia Natal 2015 yang menjual kaos dan stiker di depan halaman gereja. Tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
tuturan petugas lektor yakni menyampaikan informasi kepada umat supaya
diketahui bersama akan kegiatan yang sedang dilaksanakan oleh panitia Natal
2015. Tuturan yang disampaikan tersebut mempunyai maksud yang harus
ditanggapi oleh mitra tutur sesuai dengan konteksnya.
Jenis tuturan ilokusi asertif kedua adalah tuturan ilokusi asertif
„melaporkan‟. Tindak tutur ilokusi asertif „melaporkan‟ merupakan tuturan yang
disampaikan oleh penutur dalam mengabarkan sesuatu hal dengan tujuan untuk
melaporkan kepada mitra tuturnya. Dalam tindak tutur ilokusi asertif „melaporkan
ini bermula dari latar belakang atau alasan bahwa penutur memiliki maksud agar
mitra tutur melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang menjadi isi tuturannya.
Tuturan ilokusi asertif „melaporkan‟ dapat dilihat pada contoh berikut.
(50) Kolekte Minggu yang lalu, kolekte pertama Rp. 8.940.700 dan
kolekte kedua Rp. 4.257.800. Gereja mengucapkan terima kasih
atas partisipasi dan kemurahan hati seluruh umat.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
St. Yohanes Rasul Pringwulung, jam 06.30 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan.
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama yakni
kolekte merupakan salah satu bentuk sumbangan dan partisipasi
umat dalam menghidupkan gereja dan kegiatan pastoral paroki
dankeuskupan Agung Semarang).
Tuturan (50) merupakan tindak tutur ilokusi asertif „melaporkan‟. Tuturan
ini disampaikan oleh petugas lektor pada hari Minggu untuk menyatakan
kebenaran kepada mitra tuturnya (umat yang hadir) bahwa kolekte pada hari
Minggu yang lalu terkumpul cukup banyak. Kebenaran tuturan ilokusi asertif
„melaporkan‟ terbukti jika apa yang dituturkan sesuai dengan fakta bahwa umat
telah memberi kolekte dan pada saat itu baru mengetahui hasil kolekte pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Minggu yang lalu. Oleh karena itu tuturan yang disampaikan oleh petugas lektor
pada hari Minggu itu berjenis „melaporkan‟. Penutur „melaporkan‟ bahwa Kolekte
Minggu yang lalu, kolekte pertama Rp. 8.940.700 dan kolekte kedua Rp.
4.257.800.
Jenis tindak tutur ilokusi asertif ketiga yang ditemukan dari hasil analisis
terhadap data yang ada adalah tindak tutur ilokusi asertif „menyatakan‟. Tindak
tutur ilokusi asertif „menyatakan‟ merupakan tuturan yang disampaikan oleh
penutur untuk memperjelas atau menerangkan sesuatu kepada mitra tutur. Tuturan
ini disampaikan oleh penutur supaya memperjelas dan menerangkan kebenaran
informasi kepada mitra tuturnya. Kebenaran informasi yang disampaikan oleh
penutur menimbulkan mitra tutur melakukan suatu tindakan sesuai dengan isi
tuturan. Tindak tutur ilokusi asertif „menyatakan‟ dapat dilihat pada contoh
dibawah ini.
(51) Bidang Pewartaan Paroki akan mengadakan Sosialisasi Refleksi
Iman yang akan diselenggara pada hari Selasa, 13 Oktober pukul
16.00-18.00 tempat Aula Paroki. Untuk acara tersebut Ketua
Lingkungan dimohon mengambil undangan di Bp. Purwo Hartono
setelah Misa.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
St. Yakobus Bantul, jam 07.00 pagi, umat yang hadir mengikuti
perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan). Konteks
asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni refleksi iman
merupakan salah satu cara mengerti dan menghayati nilai-nilai
keagamaan secara mendalam, dan surat undangan sudah ada dan
dipegang oleh Bapak Purwo yang berdiri dimuka pintu gereja).
Tuturan (51) merupakan tindak tutur ilokusi asertif „menyatakan‟. Tuturan
ini disampaikan oleh petugas lektor pada hari Minggu untuk menunjukkan
kebenaran kepada mitra tuturnya (umat yang hadir) bahwa Bidang Pewartaan
Paroki akan mengadakan Sosialisasi Refleksi Iman. Kebenaran tuturan ilokusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
asertif „menyatakan‟ terbukti jika apa yang dituturkan sesuai dengan fakta bahwa
umat belum mengetahui kegiatan sosialisasi refleksi iman tersebut. Oleh karena
itu tuturan yang disampaikan oleh petugas lektor pada hari Minggu itu berjenis
„menyatakan‟ informasi yang jelas tentang kegiatan tersebut. Penutur
„menyatakan‟ bahwa Sosialisasi Refleksi Iman yang akan diselenggarakan pada
hari Selasa, 13 Oktober pukul 16.00-18.00 tempat Aula Paroki. Lewat tuturan ini
penutur mengikat mitra tutur untuk melakukan apa yang diungkapkan dalam
tuturannya tersebut.
Jenis tindak tutur ilokusi asertif yang keempat adalah tuturan ilokusi
asertif „menegaskan‟. Tindak tutur ilokusi asertif „menegaskan‟ merupakan
tuturan yang dilakukan oleh si penutur dengan tujuan memastikan, dan
mengatakan dengan tegas suatu hal kepada mitra tuturnya. Latar belakang
kemunculan tindak tutur ilokusi asertif „menegaskan‟ adalah penutur ingin
memastikan dan mengatakan dengan tegas akan hal yang penting demi
diperhatikan bersama. Kebenaran informasi yang disampaikan oleh penutur
menimbulkan mitra tutur melakukan suatu tindakan sesuai dengan isi tuturan.
Tindak tutur ilokusi asertif „menegaskan‟ dapat dilihat pada contoh dibawah ini.
(52) Akan menerimakan sakramen perkawinan Sdr. Cornelius Yudha
Prawira Purna Atmaja dari lingkungan Yohanes Minor Peni
dengan Sdri.Agustina Sumarjiyem dari lingkungan Fransiskus
Asisi Kauman-Tambalan. Bagi yang mengetahui adanya halangan
pernikahan, hendaknya segera melapor kepada romo Paroki.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilakasankan di gereja
Hati Kudus Yesus Ganjuran, Jam 08.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan).
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yaitu sakramen
perkawinan adalah salah satu sakramen yang penting dalam
gereja yang akan diterimakan kepada pasangan yang telah
mengikuti kursus persiapan perkawinan serta perkawinan itu suci
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
dan mulian antara sepasang kekasih yang saling mencintai tanpa
ada halangan apapun).
Tuturan (52) merupakan tindak tutur ilokusi asertif „menegaskan‟. Tuturan
ini disampaikan oleh petugas lektor pada hari Minggu untuk menegaskan
kebenaran kepada mitra tuturnya (umat yang hadir) bahwa akan menerimakan
sakramen perkawinan Sdr. Cornelius Yudha Prawira Purna Atmaja dari
Lingk.Yohanes Minor Peni dengan Sdri. Agustina Sumarjiyem dari Lingk.
Fransiskus Asisi Kauman-Tambalan. Kebenaran tuturan ilokusi asertif
„menegaskan‟ terbukti jika apa yang dituturkan sesuai dengan fakta bahwa umat
belum mengetahui siapa saja yang akan menerima sakramen perkawinan. Oleh
karena itu tuturan yang disampaikan oleh petugas lektor pada hari Minggu itu
berjenis „menegaskan‟ yakni memperjelas informasi tentang siapa yang akan
menerima sakramen perkawinan tersebut.
Jenis tindak tutur ilokusi asertif yang kelima adalah tuturan ilokusi asertif
„memberitahukan‟. Tindak tutur ilokusi asertif „memberitahukan‟ merupakan
tuturan yang menyampaikan kabar tentang suatu hal kepada mitra tuturnya.. Latar
belakang kemunculan tindak tutur ilokusi asertif „memberitahukan‟ adalah
penutur ingin menyampaikan kabar tentang suatu hal yang penting demi
diperhatikan bersama oleh penutur dan mitra tutur. Kebenaran informasi yang
disampaikan oleh penutur menimbulkan mitra tutur melakukan suatu tindakan
sesuai dengan isi tuturan.
(53) Novena di makan Romo Prenttaler, hari Kamis, 24 September jam
18.00, petugas koor Nanggulan, mohon partisipasi umat untuk
hadir.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
St. Perawan Maria Yang Dikandung Tanpa Noda Asal Nanggulan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
jam 07.00 pagi, umat yang hadir mengikuti perayaan ibadah,
petugas lektor (laki-laki/perempuan). Konteks asumsi dan latar
belakang pengetahuan yakni novena adalah bentuk doa Katolik
dengan suatu permohonan atau permintaan tertentu, dan makan
Romo Prenttaler itu terdapat di belakang paroki Boro).
Tuturan (53) merupakan tindak tutur ilokusi asertif „memberitahukan‟.
Tuturan ini disampaikan oleh petugas lektor pada hari Minggu untuk
menyampaikan kebenaran kabar kepada mitra tuturnya (umat yang hadir) bahwa
akan diadakan novena di makam Romo Prenttaler. Kebenaran tuturan ilokusi
asertif „memberitahukan‟ terbukti jika apa yang dituturkan sesuai dengan fakta
bahwa umat belum mengetahui kapan diadakan novena di makam Romo
Prenttaler. Oleh karena itu tuturan yang disampaikan oleh petugas lektor pada hari
Minggu itu berjenis „memberitahukan‟ informasi mengenai Novena di makan
Romo Prenttaler, hari Kamis, 24 September jam 18.00, dan petugas koornya dari
Nanggulan.
Jenis tindak tutur ilokusi asertif keenam yang ditemukan dari hasil analisis
terhadap data yang ada adalah tindak tutur ilokusi asertif „memperingatkan‟.
Tindak tutur „memperingatkan‟ merupakan tuturan yang disampaikan oleh
penutur kepada mitra tuturnya dengan tujuan memberi ingat, dan memberi nasihat
suapaya ingat akan kewajibannya tentang suatu hal tertentu. Tuturan ini
disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur tentang kebenaran informasi berupa
nasihat supaya ingat akan kewajiban mengenai perihal tertentu. Kebenaran
informasi yang disampaikan oleh penutur menimbulkan mitra tutur melakukan
suatu tindakan sesuai dengan isi tuturan. Tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
itu dapat berupa tanggapan verbal dan nonverbal. Tindak tutur ilokusi asertif
„memperingatkan‟ dapat dilihat pada contoh dibawah ini.
(54) Demi keamanan, kenyamanan dan ketertiban Lalu Lintas
kendaraan, maka kepada para peziarah dan seluruh umat peserta
misa dimohon tidak memarkirkan kendraan di tepi jalan atau di
warung-warung sekitar gereja. Mohon di parkir di tempat parkir
yang sudah disediakan.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Hati Kudus Yesus Ganjuran, jam 07.00 pagi, umat yang hadir
mengikuti perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan).
Konteks asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni menjaga
ketertiban dan keamanan dalam perayaan misa merupakan salah
satu cara menghargai orang lain yang sedang berdoa, dan sudah
tersedia area parkir yang luar di sebelah Barat gereja).
Tuturan (54) merupakan tindak tutur ilokusi asertif „memperinatkan‟.
Tuturan ini disampaikan oleh petugas lektor pada hari Minggu untuk
menyampaikan kebenaran kabar kepada mitra tuturnya (umat yang hadir) bahwa
Para Peziarah dan Seluruh Umat Peserta Misa dimohon tidak memarkirkan
Kendraan di Tepi Jalan atau di Warung-warung Sekitar Gereja. Kebenaran tuturan
ilokusi asertif „memperingatkan‟ terbukti jika apa yang dituturkan sesuai dengan
fakta bahwa umat sudah mengetahui tempat parkir kendaraan namun seringkali
memarkirkan kendaraannya di tepi jalan dan warung gereja. Oleh karena itu
tuturan yang disampaikan oleh petugas lektor pada hari Minggu itu berjenis
„memperingatkan‟ supaya umat memarkir kendaraannya di tempat parkir yang
telah disediakan.
4.3.2 Makna Pragmatik dalam Wacana Pengumuman di Gereja-Gereja
Katolik Kevikepan Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Manusia dalam berinteraksi atau berkomunikasi dengan linkungannya
selalu menggunakan bahasa. Wujud bahasa dalam berkomunikasi dengan orang
lain adalah berupa tuturan. Tiap tuturan mempunyai makna atau maksud yang
hendak disampaikan kepada lawan bicaranya. Lawan bicara akan mengerti
maksud yang diujarakan penutur apabila ia benar-benar mengonsentrasikan diri
pada tuturan serta latar belakang konteks yang membentuk tuturan tersebut. Oleh
Austin (dalam Putrayasa, 2014: 86) menyatakan bahwa kajian tentang makna
haruslah tidak hanya mengonsentrasikan diri pada pernyataan-pernyataan kosong,
lepas dari konteks, melainkan bahasa itu benar-benar dipakai dalam bentuk tutur,
dalam berbagai fungsi atau dalam berbagai maksud dan tujuan itu terpikat pada
konteksnya.
Setiap makna atau maksud yang terungkap dalam percapakan itu dilandasi
oleh konteks. Konteks membangun dan menandai makna atau maksud dari sebuah
tuturan. Leech (1993: 20) mendefinisikan konteks sebagai aspek-aspek yang gayut
dengan lingkungan fisik dan sosial dalam sebuah tuturan. Leech juga
menambahkan dalam definisinya tentang konteks yaitu sebagai suatu pengetahuan
latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dalam
membantu keduanya menafsirkan atau menginterpretasikan maksud tuturan
tersebut. Konstruksi konteks yang awal mula didalilkan oleh Leech itu terdiri atas
tiga bagian penting yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan pengetahuan
yang sama atas tuturan tersebut. Ketiga entitas konteks inilah yang menimbulkan
dan menentukan kehadiran makna atau maksud tuturan yang sedang
dipercakapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Tuturan merupakan produk linguistik yang konkret dalam sebuah
komunikasi. Setiap komunikasi yang dilakukan berorientasi pada maksud atau
makna tertentu. Menangkap makna sebuah tuturan merupakan usaha untuk
merekonstruksi konteks yang menjadi alasan atau latar belakang munculnya
tuturan tersebut. Berpatokan pada pengertian ini, maka makna atau maksud
sebuah tuturan dapat dicerna hanya dalam dan melalui konteks.
Eksistensi konteks sangat fundamental dalam menentukan makna atau
maksud sebuah ujaran. Yan Huang (2007: 13-14) mengartikan konteks sebagai
pengacuan terhadap ciri-ciri yang relevan dari latar yang dinamis atau dalam
lingkungan tempat unit linguistik dipergunakan secara sistematis. Baginya
konteks disusun atas tiga jenis yaitu konteks fisik, konteks linguistik, dan konteks
pengetahuan umum. Konteks fisik mengacu pada latar fisik sebuah tuturan,
misalnya tempat, waktu, kapan, dimana, dengan siapa, dan sebagainya. Konteks
linguistik menunjuk pada tuturan yang sedang digunakan, misalnya bahasa lisan
dan tertulis. Sedangkan konteks pengetahuan umum meliputi sejumlah asumsi,
latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama antara penutur dan mitra tutur.
Konteks pengetahuan ini diperinci lagi oleh Clark (dalam Rahardi, 2015:
18-19) menjadi dua kateori penting yakni (1) communal common ground, dan (2)
personal common ground. Commumal common ground dimengerti sebagai
seperangkat asumsi pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh komunitas
tertentu. Sedangkan personal common ground dipahami sebagai seperangkat
asumsi penetahuan yang sama-sama dimiliki oleh individu-individu yang menjadi
warga komunitas tertentu. Kehadiran kedua konteks common ground dalam diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
penutur dan mitra tutur akan memudahkan dalam penerimaan maksud atau makna
sebuah tuturan.
Wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta
dinilai sebagai salah satu bentuk tuturan. Peneliti mengkaji tuturan dalam
pengumuman gereja ini dengan menitikberatkan pada jenis tindak tutur ilokusi
asertif. Searle (dalam Putrayasa, 2014: 89) mendefinisikian tindak tutur ilokusi
asertif bermaksud menyampaikan sesuatu berkaitan dengan kebenaran proposisi
atau pernyataan yang diungkapkan. Berdasarkan pandangan Searle ini, maka
wacana pengumuman gereja merupakan salah satu bentuk tuturan yang
menyampaikan kebenaran proposisi kepada mitra tutur sesuai dengan apa yang
dituturkannya. Setiap tuturan yang disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur
ini bukan saja memberikan informasi atau kebenaran pernyataan melainkan
sekaligus menimbulkan sebuah tindakan melakukan sesuatu. Tuturan yang
dituturkan oleh penutur mempunyai maksud atau makna yang disampaikan
kepada mitra tutur. Namun maksud atau makna yang tersampaikan kepada mitra
tutur tersebut berada di dalam koridor konteks.
Campur tangan konteks dalam menentukan maksud sebuah ujaran dapat
dibuktikan melalui contoh tuturan dalam wacana pengumuman gereja berikut ini.
(55) Panitia Natal 2015 menyediakan Kaos dan Stiker Natal 2015, umat
yang berminat bisa membeli di depan gereja setelah misa.
(Konteks fisik: Tuturan ini disampaikan oleh petugas lektor pada
hari Minggu di Gereja Yakobus Bantul, jam 07 00 pagi, petugas
lektor(laki-laki/perempuan), umat, halaman gereja. Konteks latar
belakang pengetahuan bersama ialah perayaan Natal merupakan
hari raya besar keagamaan Katolik dan setiap tahun gereja St.
Yakobus Bantul menyelenggarakan prayaan Natal dengan kegiatan
atau acara yang unik).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Tuturan diatas jelas memperlihatkan petugas lektor menyampaikan
informasi kepada mitra tutur (umat yang hadir di dalam gereja) tentang kegiatan
panitia Natal 2015 yang menjual kaos dan stiker di depan halaman gereja. Tujuan
tuturan petugas lektor yakni menyampaikan informasi kepada umat supaya
diketahui bersama akan kegiatan yang sedang dilaksanakan oleh panitia Natal
2015. Tuturan yang disampaikan tersebut mempunyai maksud yang harus
ditanggapi oleh mitra tutur sesuai dengan konteksnya.
Tuturan diatas memiliki tiga konteks yang sesungguhnya memberi signal
maksud yang dapat dipahami oleh penutur dan mitra tutur. Pertama, konteks fisik
meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja St. Yakobus Bantul, petugas
lektor, jam 07.00 pagi, umat yang hadir mengikuti perayaan ekaristi pada hari
Minggu, dan di halaman gereja telah dipasang stand yang memajang baju kaos
dan stiker Natal 2015. Kedua, konteks linguistik meliputi; ungkapan lisan yang
disampaikan oleh petugas lektor, sedangkan ungkapan tertulis dalam lembaran
teks pengumuman yakni panitia Natal 2015 menyediakan Kaos dan Stiker Natal
2015, umat yang berminat bisa membeli di depan gereja setelah misa.
Ketiga, konteks asumsi atau latar belakang pengetahuan bersama ialah
penutur dan mitra tutur juga memiliki asumsi dan latar belakang pengetahuan
yang sama tentang perayaan Natal merupakan hari raya besar keagamaan
terkususnya agama Katolik. Setiap tahun gereja Santo Yakobus, Bantul
menyelenggarakan perayaan Natal dengan kegiatan atau acara yang unik dan
melibatkan partisipasi umat. Asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
inilah yang menentukan maksud pragmatik yang dapat dimengerti dan diketahui
bersama penutur dan mitra tutur.
Asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama yang dimiliki penutur
dan mitra tutur inilah yang menjadi sumber penentu makna pragmatik dalam
sebuah tuturan. Hal ini berdasarkan asumsi peneliti yang searah dengan teori
konteks Huang dan Clark (dalam Rahardi, 2015: 18-19) yang telah dipaparkan
pada bagian awal. Bahwa makna atau maksud tuturan itu harus dilihat dari
konteks. Maka tuturan (55) diidentifikasi sebagai tuturan yang mengandung
makna pragmatik menawarkan. Petugas lektor seolah-olah menawarkan kepada
mitra tuturnya untuk mengunjungi stand sekaligus membelinya. Penanda maksud
pragmatik „menawarkan ini terbentuk dari konteksnya yakni asumsi atau
pengetahuan penutur dan mitra tutur terhadap tuturan yang disampaikan yakni
perayaan Natal dan kegiatan panitia Natal yang dilakasankan di gereja Santo
Yakobus, Bantul. Berdasarkan asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama
ini menggerakkan mitra tutur untuk turut berpartisipasi mensukseskan kegiatan
atau acara perayaan Natal gereja St. Yakobus Bantul dengan membeli kaos dan
stiker Natal 2015 tersebut. Dengan mempertimbangkan konteks tersebut nampak
jelas bahwa tindak tutur asertif „mengumumkan‟ bukan hanya sekedar
menyampaikan kebenaran pernyataan kepada mitra tutur melainkan juga
bermakna „menawarkan‟ supaya mendapat action yang konkret.
Berpijak pada contoh tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa entitas
konteks merupakan hal yang sangat mendasar dalam sebuah tuturan. Konteks
seolah-olah menjadi garda terdepan dalam menginterpretasikan makna atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
maksud dari sebuah ujaran. Penutur mengujarkan sesuatu, maka penutur percaya
bahwa telah menyampaikan maksud yang harus dicerna oleh mitra tutur sesuai
dengan konteks yang melatarbelakangi munculnya tuturan tersebut. Kehadiran
konteks dalam sebuah tuturan itu menjadi sebuah keharusan.
Berkaitan dengan konteks, Kidalaksana (2011: 134) menyatakan konteks
merupakan aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait mengait dengan
ujaran tertentu atau pengetahuan yang sama antara penutur dan mitra tutur
sehingga memiliki pemahaman yang sama dan mengerti yang dimaksud oleh
penutur. Pendapat Kridalaksana ini mengukuhkan konteks sebagai awal dan
penentu maksud tuturan. Artinya segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan
yang berkaitan dengan arti, maksud, maupun informasinya sangat bergantung
pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa tuturan itu.
Pernyataan Kridalaksana ini dapat dibuktikan pada contoh tuturan dalam
wacana pengumuman gereja berikut ini.
(56) Tim Liturgi mengucapkan terima kasih kepada PSM Universitas
Atmajaya yang telah memeriahkan perayaan Ekaristi sore ini
dengan paduan suara.
(Konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja
Kristus Raja Baciro, jam 16.30 sore, umat yang hadir mengikuti
perayaan ibadah, petugas lektor (laki-laki/perempuan). Konteks
asumsi dan latar belakang pengetahuan yakni setiap perayaan
ibadah harus dimeriahkan oleh koor atau nyanyian lagu-lagu
gereja, dan Universita Atmajaya adalah salah satu Perguruan
Tinggi di Yogyakarta memiliki PSM yang terkenal).
Tuturan diatas jelas memperlihatkan petugas lektor menyampaikan
informasi kepada mitra tutur (umat yang hadir di dalam gereja) tentang koor yang
indah dari PSM Universitas Atmajaya yang telah berpartisipasi memeriahkan
perayaan ibadah hari Minggu ini. Tujuan tuturan petugas lektor yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
menyampaikan informasi kepada umat supaya diketahui bersama akan kehadiran
koor PSM Universitas Atmajaya yang telah memeriahkan perayaan ibadah hari
Minggu ini. Tuturan yang disampaikan tersebut mempunyai maksud yang harus
ditanggapi oleh mitra tutur sesuai dengan konteksnya.
Tuturan diatas memiliki tiga konteks yang sesungguhnya memberi signal
maksud yang dapat dipahami oleh penutur dan mitra tutur. Pertama, konteks fisik
meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja Kristus Raja Baciro, petugas
lektor, jam 16.30 sore, umat yang hadir mengikuti perayaan ekaristi pada hari
Minggu, dan di dalam gereja telah hadir PSM Universitas Atamajaya yang duduk
dibangku koor. Kedua, konteks linguistik meliputi; ungkapan lisan yang
disampaikan oleh petugas lektor, sedangkan ungkapan tertulis dalam lembaran
teks pengumuman yakni Tim Liturgi mengucapkan terima kasih kepada PSM
Universitas Atmajaya yang telah memeriahkan perayaan Ekaristi sore ini dengan
paduan suara.
Ketiga, konteks asumsi atau latar belakang pengetahuan bersama ialah
penutur dan mitra tutur juga memiliki asumsi dan latar belakang pengetahuan
yang sama tentang setiap perayaan ibadah harus dimeriahkan oleh koor atau
nyanyian lagu-lagu gereja, dan Universita Atmajaya adalah salah satu
Perguruan Tinggi di Yogyakarta memiliki PSM yang sudah terkenal. Asumsi
dan latar belakang pengetahuan bersama inilah yang menjadi sumber penentu
maksud pragmatik yang dapat dimengerti dan diketahui bersama penutur dan
mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Hal ini berdasarkan asumsi peneliti yang searah dengan teori konteks
Huang dan Clark (dalam Rahardi, 2015: 18-19) yang telah dipaparkan pada
bagian awal. Bahwa makna atau maksud tuturan itu harus dilihat dari konteks.
Maka tuturan (56) diidentifikasi sebagai tuturan yang mengandung makna
pragmatik mengucapkan selamat. Petugas lektor mengucapkan selamat kepada
mitra tuturnya terkhususnya PSM Universitas Atmajaya yang telah memeriahkan
perayaan ibadah dengan suara yang merdu dan lagu-lagu yang bagus. Penanda
maksud pragmatik „mengaucapkan selamat‟ ini terbentuk dari konteksnya yakni
asumsi atau pengetahuan penutur dan mitra tutur terhadap tuturan yang
disampaikan yakni PSM Universitas Atmajaya telah membawakan koor yang
bagus dan membuat perayaan ibadah meriah. Berdasarkan asumsi dan latar
belakang pengetahuan bersama ini menggerakkan mitra tutur untuk turut
berpartisipasi mengucapkan selamat kepada PSM Universitas Atmajaya dengan
memberikan tepuk tangan. Dengan mempertimbangkan konteks tersebut nampak
jelas bahwa tindak tutur asertif „melaporkan‟ bukan hanya sekedar mengabarkan
kebenaran pernyataan kepada mitra tutur melainkan juga bermakna
„mengucapkan selamat‟ supaya mendapat action yang konkret.
Hakikat konteks sebagai penentu maksud sesungguhnya adalah
seperangkat asumsi dan latar belakang pengetahuan yang sama baik yang bersifat
personal maupun komunal antara penutur dan mitra tutur. Hal ini semakin
mempertegas bahwa setiap rentetan kalimat yang diujarkan oleh penutur harus
bertali-temali dengan konteks tuturan. Maksud percakapan penutur dan mitra tutur
tersebut dapat dimengerti dan menimbulkan tindakan untuk melakukan sesuatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
apabila memiliki asumsi atau pengetahuan bersama tentang isi percakapannya. Di
sinilah unsur konteks mampu mendeskripsikan maksud dan makna penutur yang
dapat dipahami oleh penutur dan mitra tuturnya. Dengan demikian konteks
merupakan “sumbu” yang menghadirkan maksud dalam sebuah percakapan antara
penutur dan mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sebuah tuturan melahirkan tujuan dan maksud yang ingin disampaikan
kepada orang lain. Tentu tujuan dan maksud yang disampaikan selaras dengan
konteks pembicaraan atau percapakan tersebut. Hal ini berarti konteks hadir
sebagai potret yang menerjemahkan makna atau maksud dari penutur kepada
mitra tuturnya. Karena itu, tak dapat dipungkiri bahwa konteks memainkan peran
yang sangat fundamental dalam sebuah percakapan atau pembicaraan antara
penutur dan mitra tutur.
Wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta
merupakan salah satu bentuk tuturan. Wacana pengumuman gereja tidak sekedar
diapahami sebagai ujaran dalam rentetan kalimat yang panjang, melainkan
sebagai kasanah informasi yang mempunyai makna atau maksud yang mengikat
individu untuk melakukan sebuah tindakan kongkret. Hal ini dimaknai dalam ilmu
pragmatik sebagai sebuah tindak tutur ilokusi asertif. Artinya kemampuan
mengungkapkan kata atau kalimat secara tegas oleh penutur kepada mitra tutur
yang mengandung kebenaran pernyataan, sekaligus melakukan suatu tindakan
sesuai isi tuturannya. Realisasi suatu tindakan atas tuturan yang diujarkan bermula
dari rekonstruksi konteks yang telah mengikat penutur dan mitra tuturnya. Dengan
demikian konstruksi konteks menjadi pilar utama dalam menangkap makna atau
maksud yang terdapat dalam sebuah tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Jenis tindak tutur asertif dalam wacana pengumuman di gereja-gereja
Katolik Kevikepan Yogyakarta ada enam jenis yaitu tindak tutur ilokusi
asertif mengumumkan, tindak tutur ilokusi asertif melaporkan, tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan, tindak tutur ilokusi menegaskan, tindak tutur
ilokusi asertif memberitahukan, dan tindak tutur ilokusi asertif
memperingatkan. Dari keenam jenis tindak tutur ilokusi asertif tersebut,
yang paling dominan muncul dalam tuturan wacana pengumuman di
gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta adalah tindak tutur ilokusi
asertif memberitahu yang terdiri dari 47 tuturan, 13 tuturan ilokusi asertif
mengumumkan, 11 tuturan ilokusi asertif melaporkan, 4 tuturan ilokusi
asertif menyatatakan, 23 tuturan ilokusi asertif menegaskan, dan 5 tuturan
ilokusi asertif memperingatkan.
2. Ditemukan pula sepuluh makna pragmatik yang terkandung dalam setiap
tuturan ilokusi asertif pada wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik
Kevikepan Yogyakarta. Kesepuluh makna pragmatik itu antara lain,
menawarkan, mempersilakan, mengucapkan selamat, perintah,
menyarankan, mengharapkan, mengundang, mengajak, melarang, dan
menyuruh. Makna pragmatik yang paling menonjol dalam tuturan wacana
pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta adalah
makna pragmatik menegaskan yang terdiri dari 23 tuturan. Selanjutnya 18
makna pragmatik mengharapkan, 15 makna pragmatik mengajak, 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
makna pragmatik mengundang, 11 makna pragmatik mengucapkan
selamat, 8 makna pragmatik mempersilakan, 5 makna pragmatik
menawarkan, 4 makna pragmatik menyarankan, 3 makna pragmatik
menyuruh, dan 2 makna pragmatik melarang.
3. Acuan atau referen untuk menentukan jenis dan makna atu maksud tuturan
ilokusi asertif pada wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik
Kevikepan Yogyakarta adalah pertama-tama konteks yang
melatarbelakangi tuturan tersebut. Konteks berfungsi memberi rambu-
rambu lahirnya makna atau maksud sesungguhnya dari sebuah tuturan
yang diujarkan oleh penutur kepada mitra tuturnya. Setiap jenis dan makna
tuturan yang terdapat pada wacana pengumuman gereja lahir dari telaah
mendalam yang disesuaikan dengan konteks tuturannya. Konteks akan
menjadi „batu penjuru‟ yang siap mendesain sebuah tuturan yang
menghasilkan makna atau maksud yang gampang dipahami dan
dimengerti sehingga pada akhirnya menghasilkan suatu tindakan konkret.
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa, khusus mahasiswa jurusan bahasa sastra Indonesia
disarankan supaya melakukan penelitian sejenis yang bermuatan bidang
kajian pragmatik dengan berbagai aspeknya agar eksistensi linguistik
semakin bersaing dengan ilmu-ilmu lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
2. Bagi para pengajar, disarankan supaya menyampaikan pengetahuan
pragmatik dalam sebuah pengajaran bahasa guna mendiskusikan dan
mempelajari secara sunguh-sungguh bagaimana menangkap sebuah makna
yang terkandung dalam sebuah tuturan tanpa meninggalkan konteks yang
mengikatnya.
3. Bagi gereja dan masyarakat, disampaikan supaya memperhatikan secara
sungguh konten-konten tuturan yang tepat dalam menyampaikan informasi
atau pengumuman yang penting di lingkup gereja, dan masyarakat. Setiap
pengumuman gereja yang disampaikan harus benar-benar memakai
tuturan yang menyiratkan maksud yang sebenarnya.
4. Bagi para pembaca dan peneliti lain. Diharapkan penelitian ini memberi
tambahan wawasan pengetahuan bagi pembaca dalam mempelajari ilmu
pragmatik secara khusus jenis dan makna tindak tutur ilokusi asertif. Para
pembaca dan peneliti lain dapat mendalami dan menyempurnakan
penelitian ini serta bisa dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya
terutama yang berkaitan erat dengan tindak tutur ilokusi asertif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Baryadi, Praptomo. 2002. Dasar-Dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa.
Yogyakarta: Pustaka Gondhosuli.
Crystal, David. 1987. The Cambridge Encyclopedia of Language. Cambridge:
Cambridge University Press.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2012. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Fensterheim & J. Baer. 1995. Jangan Bilang Ya Bila Anda Akan Mengatakan
Tidak. Jakarta: Gunung Jati.
Finoza, Lamuddin. 1995. Aneka Surat Statuta, Laporan, dan Notula: Seri
Korespondensi Indonesia 2. Jakarta: Mawar Gempita.
Hamzah, B. Uno. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hasan Alwi, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Indriastuti, Fitri. 2007. “Tindak Tutur Asertif Penjual Pakaian di Pasar Klewer
Kota Surakarta”, Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Kushartanti, dkk. 2009. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Moleong, Lexy. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Paina. 2010. “Tindak Tutur Komisif Bahasa Jawa: Kajian Sosiopragmatik”.
Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Pranowo. 2009. Berbahasa secara santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Putrayasa, Ida Bagus. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imeratif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
______________. 2009. Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga.
______________. 2015. “Prosiding Seminar Nasional Prasasti II, Kajian
Pragmatik dalam Berbagai Bidang.”, Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Ratna, Kutha Nyoman. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra: dari
Strukturalisme Perspektif Wacana Naratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar
Media Jogja.
Rustono, 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Suharso dan Retnoningsih, Ana. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Semarang: CV. Widya Karya.
Sulistiyadi. 2013. “Tindak Tutur Asertif Dalam Novels Pawestri Tanpa Indentiti
Karya Suprato Brata.”, Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Syamsuddin & Damaianti, Vismaia. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.
Bandung: Rosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Wibowo, Wahyu. 2003. Manajemen Bahasa: Pengorganisasian Karangan
Pragmatik dalam Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa dan Praktisi Bisnis.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
Tabel 1 Data Jenis dan Makna Pragmatik Tuturan Ilokusi Asertif Dalam Wacana Pengumuman Gereja
No Tuturan Konteks Jenis
Tuturan
Makna
Pragmatik
Keterangan
Linguistik Non Linguistik
1. Panitia Natal 2015
menyediakan Kaos dan
Stiker Natal 2015, umat
yang berminat bisa
membeli di depan gereja
setelah misa.
Bisa Perayaan ibadah di
gereja St. Yakobus
Bantul, umat,
petugas lektor,
halaman gereja.
Perayaan Natal
adalah hari raya
keagamaan Katolik
yang dirayakan
setiap tahun.
Mengumumkan Menawarkan
2. Lowongan Pekerjaan :
Perusahaan Pennyu Group
membuka kesempatan
kepada OMK untuk
bergabung dan berkarya di
Perusahaan, Info
selengkapnya bisa di lihat
di papan Pengumuman.
Bisa Perayaan ibadah di
gereja St. Petrus dan
Paulus Klepu, umat,
petugas lektor, jam
07.00 pagi. surat
lowongan pekerjaan
di tempel pada
papan pengumuman
yang ada di depan
gereja.
Mengumumkan Menawarkan
3. Dalam rangka ulang tahun
ke 49 Gereja Kevikepan,
paroki mengundang seluruh
ketua wilayah, ketua
lingkungan dan wakil umat
untuk menghadiri ekaristi
“syukur atas arah dasar
KAS 2011-2015 dan HUT
ke 49 kevikepan DIY”.
Dapat Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Keluarga
Kudus, Banteng.
Sedangkan surat
undangan sudah
terlebih dahulu
Mengumumkan Menawarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Undangan dapat diambil di
kotak kaca di depan
sekretariat.
diletakan di kotak
kaca sekretariat
yang ada di samping
pastoran paroki.
4. KTK Lansia
menyelenggarakan seminar
dengan tema „Sakramen
Minyak Suci/Pengurapan
Orang Sakit” hari Minggu,
13 September pk. 10.00
WIB. Keterangan lebih
lanjut dapat dibaca di
panduan misa.
Dapat Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Kristus Raja,
Baciro. Setiap umat
telah mengambil
panduan misa yang
diletakkan di pintu
masuk gereja.
Mengumumkan
Menawarkan
5. KTK INISIASI membuka
pendaftaran bagi calon
penerima Komuni Pertama
dan calon Penerima
Sakramen Penguatan tahun
2016, pendaftaran di
sekretariat paroki atau dapat
melalui ketua-ketua
lingkungan
Dapat Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Perawan
Maria Diangkat Ke
Surga Pakem.
Bahwa ada ketua
lingkungan yang
merupakan salah
satu pelayan gereja
yang dekat dengan
umat.
Mengumumkan
Menawarkan
6. Amplop persembahan
bulanan dari lingkungan
Petrus Jaranmati, Yusup
Jaranmati, dan Aloysius
Ngunut bisa diambil di
sekretariat kantor paroki
Bisa Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St Perawan
Maria yang
Mengumumkan Mempersilahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
setelah ekaristi pagi ini. Dikandung Tanpa
Noda Asal,
Nanggulan. Amplop
diletakkan di meja
sekretariat yang ada
di samping gereja.
7. Kepada ketua-ketua
lingkungan setelah ekaristi
pagi ini bisa mengambil
jadwal ekaristi arwah bulan
November di sekretariat
kantor paroki.
Bisa Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Perawan
Maria Yang
Diakandung Tanpa
Noda Asal,
Nanggulan.
Sekretariat terdapat
di samping gereja.
Mendoakan orang
yang sudah
meninggal sudah
menjadi rutinitas
pelayanan gereja.
Mengumumkan Mempersilakan
8. Operasi Katarak Gratis
akan dilaksanakan pada hari
Minggu 9 Agustus 2015 di
RS. St. Elisabet Ganjuran.
Keterangan selengkapnya
dapat dilihat di papan
pengumuman atau di
sekretariat gereja pada hari
kerja.
Dapat Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Yakobus,
Bantul. Lembaran
pengumuman
ditempelkan di
papan pengumuman
di depan gereja.
Mengumumkan Mempersilakan
9. Akan diadakan Seminar Dapat Tuturan ini Mengumumkan Mempersilakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Osteoporosis, hari Minggu,
6 September pk. 10.00 WIB
di Panti Paroki Kristus
Raja, Baciro. Keterangan
lebih lanjut dapat di baca di
teks warta paroki.
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Kristus Raja,
Baciro. Setiap umat
telah mengambil
teks misa yang
diletakkan di pintu
masuk gereja.
10. Jadwal Petugas Kolektan
bagi Calon Krisma, bisa
dilihat di Papan
Pengumuman Paroki.
Bisa Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Hati Kudus
Yesus, Ganjuran.
Papan pengumuman
terdapat di depan
gereja dan
sekretariat.
Mengumumkan Mempersilakan
11. Sudah dibuka Pendaftaran
Calon Semianris Baru di
seminari Menengah ST.
PETRUS CANISIUS
Mertoyudan Tahun
Pelajaran 2016/2017. Syarat
-syarat bisa dilihat di papan
pengumuman gereja, atau
menghubungi Sekretariat
Gereja.
Bisa Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Yakobus,
Bantul. Di depan
pintu masuk gereja
ada papan
pengumuman yang
dapat dilihat setiap
saat.
Mengumumkan Mempersilahkan
12. Telah kami bagikan
Kuisioner Statistik
Lingkungan 2015. Mohon
Bisa Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
Mengumumkan Mempersilakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
diisi data Lingkungan
hingga akhir tahun 2015
kemudian dikumpulkan
pada awal bulan Januari
2016, bagi Ketua
Lingkungan yang belum
menerima bisa mengambil
di Loker Lingkungan.
hari Minggu di
gereja Hati Kudus
Yesus, Ganjuran. Di
ruangan sekretariat
terdapat loker dan
sudah disediakan
lembaran kuisioner.
13 Kursus Evangelisasi Pribadi
Paroki Banteng membuka
pendaftaran untuk umat
yang berminat. Pendaftaran
bisa melalui kantor
sekretariat paroki. Untuk
informasi selengkapnya
dapat dibaca di papan
pengumuman paroki.
Dapat Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Maria
Assumpta
Babarsari. Papan
pengumuman gereja
terletak di depan
ruang sekretariat
paroki yang bisa
dilihat setiap saat
Mengumumkan Mempersilakan
14. Panitia Renovasi Gereja
Santa maria Kartasura
mengucapkan terima kasih
kepada seluruh umat dan
Dewan Paroki Gereja Santo
Yohanes Rasul,
Pringwulung atas
kemurahan hati dalam
memberikan bantuan dana
renovasi gereja. Adapun
dana yang terkumpul
sejumlah Rp. 29.671.000.
Terima kasih Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Yohanes
Rasul Pringwulung.
Partisipasi umat
membantu sangat
tinggi dengan
terkumpulnya dana
yang cukup besar.
Melaporkan Mengucapkan
Selamat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
15. Kolekte II tanggal 15-16
Agustus 2015 Sebesar Rp.
7.327.100 telah disetorkan
ke keuskupan Agung
Semarang untuk kegiatan
pastoral. Terima kasih atas
partisipasi semua umat.
Terima kasih Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Keluarga
Kudus, Banteng.
Sumbangan umat
untuk kegiatan
pastoral diberikan
melalui kolekte.
Melaporkan Mengucapkan
Selamat
16. Keluarga besar SMK
Putratama mengucapkan
terima kasih atas partisipasi
dan bantuan yang diberikan
seluruh umat untuk acara
tutup tahun 2015 yang akan
kami selenggarakan.
Terima kasih Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Yakobus,
Bantul. Bantuan
berupa uang sudah
diberikan kepada
keluarga besar SMK
Putratama.
Melaporkan Mengucapkan
selamat
17. Tim liturgi mengucapkan
terima kasih kepada
kelompok koor
Damangjaya, Bandung atas
partisipasinya dalam
perayaan ekaristi pagi hari
ini dengan koor.
Terima kasih Tuturan ini
disampaikan oleh
patugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Kristus Raja,
Baciro. Paduan
suara Damangjaya
telah memeriahkan
perayaan ekaristi
dengan lagu-lagu
yang indah.
Melaporkan Mengucapkan
selamat
18. Tim liturgi mengucapkan
terima kasih kepada siswa,
Terima kasih Tuturan ini
dsampaikan oleh
Melaporkan Mengucapkan
selamat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
guru, dan seluruh staf SMP
Johanes Bosco yang sudah
berkenan memeriahkan
perayaan ekaristi sore hari
ini.
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Kristus Raja
Baciro. Para siswa-
siswi telah
menyanyi.
19. Dewan Paroki Keluarga
Kudus Banteng
mengucapkan terima kasih
dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada
umat paroki yang dengan
tulus ikhlas
menyumbangkan barang-
barang fungsional pantas
pakai sebagai wujud bela
rasa dan karya kasih.
Terima kasih Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Keluarga
Kudus Banteng.
Barang-barang
fungsional pantas
pakai sudah
terkumpul dan telah
dikirim ke tempat
tujuan.
Melaporkan Mengucapkan
selamat
20 Tim liturgi mengucapkan
terima kasih kepada PSM
Universitas Atmajaya yang
telah memeriahkan
perayaan ekaristi sore ini
dengan paduan suara.
Terima kasih Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Kristus Raja,
Baciro. Pada hari
Minggu itu telah
hadir PSM
Universitas
Atmajaya yang
membawakan koor
saat perayaan
ekaristi
berlangsung. Semua
umat memberikan
Melaporkan Mengucapkan
selamat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
tepukan tangan.
21. Atas nama seluruh
keluarga, kami
mengucapkan berlimpah
terima kasih atas perhatian
dan doa seluruh umat
kepada bapak kami
terkasih; Albertus Haryono
yang telah menghadap
Tuhan beberapa hari yang
lalu.
Terima kasih Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Petrus dan
Paulus, Klepu.
Partisipasi umat
yang melayat dan
mengikuti acara
penguburan bapak
Albertus Haryono
yang merupakan
umat paroki
setempat.
Melaporkan Mengucapkan
selamat
22. Kolekte Minggu ketiga
bulan November yakni
kolekte umum sebesar Rp.
7.781.000 dan kolekte
pembangunan Rp.
3.357.200. Romo dan
dewan paroki mengucapkan
banyak terima kasih.
Terima kasih Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Marganingsih
Kalasan. Kolekte
merupakan
persembahan umat
yang biasanya
diberikan pada saat
perayaan ekaristi
pada hari Minggu.
Melaporkan Mengucapkan
selamat
23. Kolekte Minggu yang lalu,
kolekte pertama Rp.
8.940.700 dan kolekte
kedua Rp. 4.257.800.
Gereja mengucapkan terima
kasih banyak atas
Terima kasih Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Yohanes
Rasul, Pringwulung.
Melaporkan Mengucapkan
selamat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
partisipasi dan kemurahan
hati seluruh umat.
Umat yang hadir
telah memberikan
persembahan berupa
uang pada perayaan
ekaristi hari
Minggu.
24 Sumbangan untuk renovasi
gereja Klepu dan
pemeliharaan gedung pada
hari Minggu ini dan
sumbangan sampai saat ini
Rp. 674.431.600. Para
Romo, Dewan Paroki dan
Panitia Pembangunan
mengucapkan banyak
terima kasih atas partisipasi
umat dalam pendanaan
pelaksanaan tahap awal
pembangunan gereja Klepu.
Terima kasih Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Petrus dan
Paulus, Klepu.
Kesadaran umat
untuk
memperhatikan
pembangunan
gereja sangat tinggi
yang dibuktikan
dengan memberikan
sumbangan berupa
uang setiap kolekte
pada hari Minggu.
Melaporkan Mengucapkan
selamat
25. Latihan koor untuk misa
Natal Anak, setiap hari
Minggu pukul 10.00 di
gereja. Mohon partisipasi
orang tua mengajak putra-
putrinya untuk terlibat.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Kristus Raja
Baciro. Para orang
tua enggan
memberikan
kebebasan kepada
anak-anaknya untuk
mengikuti kegiatan
Menyatakan Menyarankan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
koor di gereja.
26. Baptisan bayi bulan
November pada hari Jumat,
13 November 2015.
Dimohon segera
mendaftarkan diri di
sekretariat paroki paling
lambat hari Selasa, 10
November.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Hati Kudus
Tuhan Yesus,
Pugeran. Ruang
sekretariat ada
disebelah Barat
gereja. Jam buka
sekretariat pada
pukul 7.00-13.00.
Menyatakan Menyarankan
27. Kepada Bapak/Ibu Ketua
Lingkungan yang belum
mengumpulkan usulan
calon Prodiakon, dimohon
segera mengumpulkan ke
sekretariat paroki paling
lambat tanggal 13
September 2015.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Hati Kudus
Yesus, Ganjuran.
Pemilihan para
prodiakon itu
dipercayakan
kepada umat
sendiri.
Menyatakan Menyarankan
28. Untuk semua kegiatan
calon peserta PIA dapat
mendaftarkan diri di
sekretariat kantor paroki
setiap jam kerja.
Keterangan lebih lanjut
harap dibaca pada teks
warta paroki.
Harap Tuturan ini
disampaikan oleh
patugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Petrus dan
Paulus Babadan.
Perihal kegiatan
PIA tertera pada
teks misa yang
Menyatakan Menyarankan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
sudah diambil oleh
umat.
29. Elisabet Dian Sulistyowati
dengan Teddy Prasetyo
Wibowo, keduanya dari
lingkungan St. matius
Penginjil Bintaro. Yang
mengetahui halangannya
mohon lapor Romo paroki.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Marganingsih
Kalasan.
Perkawinan itu
mulia sehingga
pasangan harus
bebas dari halangan,
maka umat diminta
melapor bila ada
halangan diantara
pasangan tersebut.
Menegaskan Perintah
30. Pembekalan dan
penyegaran pendamping
PIA bersama Romo FX.
Suhanto akan dilaksanakan
hari Minggu 13 September
pukul 10.00 di gereja.
pendamping PIA
lingkungan yang sudah
ditunjuk harap hadir dalam
acara ini.
Harap Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Yakobus
Bantul. Setiap
lingkungan
memiliki
pendamping PIA,
demi menambah
bekal pengetahuan
tentang PIA maka
diadakan
pembekalan bagi
pendamping PIA.
Menegaskan Perintah
31. Minggu, 13 September
2015 dilaksankan
Mohon
Harap
Tuturan ini
disampaikan oleh
Menegaskan Perintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
pelantikan Misdinar paroki
Boro. Acara tersebut
dilaksanakan di dalam
perayaan ekaristi pagi dan
yang akan dilantik adalah
misdinar yang ikut
pembekalan di Ambarawa.
Mohon mengenakan
pakaian atas putih dan
bawah gelap. Harap
menjadi perhatian bagi
seluruh misdinar.
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Teresia
Lisieux, Boro.
Misdinar
merupakan petugas
liturgi yang
melayani dan
membantu imam
saat perayaan
ekaristi
berlangsung.
32. Sdr. Cornelius Yudha
Prawira Purna Atmaja dari
lingkungan Yohanes Minor
Peni dengan Sdri.
Sumarjiyen dari lingkungan
Fransiskus Asisi Kauman-
Tambalan. Bagi yang
mengetahui adanya
halangan pernikahan,
hendaknya segera melapor
kepada Romo paroki.
Segera Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Hati Kudus
Yesus, Ganjuran.
Perkawinan antara
keduanya akan
segera dilaksanakan
sehingga
membutuhkan
informasi yang
akurat untuk
keduanya.
Menegaskan Perintah
33. Paguyupan doa St. Monica
akan mengikuti Misa
Syukur Bersama di gereja
Hati Kudus Tuhan Yesus,
Ganjuran, pada hari Minggu
6 Desember, pukul 07.30
berangkat dari gereja Santo
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Yakobus,
Bantul. Paroki
Bantul mempunyai
Menegaskan Perintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Yakobus, Bantul. Mohon
anggota memakai seragam
batik warna hijau.
perkumpulan doa
yang aktif dalam
kegiatan gereja. Dan
komunitas doa St.
Monica ini memiliki
struktur yang jelas,
bahkan mempunyai
seragam sendiri.
34. Akan saling menerimakan
sakramen perkawinan:
Yustinus Bayu Ari Pranawa
dari lingkungan Antonius
Semenrejo, Pulutan dengan
Maria Tyas Palupi dari
Kuasi Paroki St. Yusup
Bandung. Umat yang
mengetahui halangan dari
rencana pernikahan
tersebut, wajib lapor pada
pastor paroki.
Wajib Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Yusup
Bandung, Wonosari.
Pasangan yang akan
menikah harus
bebas dari segala
macam halangan.
Umat mengetahui
keberadaan kedua
calon nikah.
Menegaskan Perintah
35. Akan menerimakan
Tahbisan Imam Diosesan
dari Uskup Keuskupan
Agung Semarang Bapak
Mgr. Johanes Pujasumarta
di kapel Seminari Tinggi St.
Paulus Kentungan
Yogyakarta pada hari Senin
tanggal 12 Oktober 2015,
Diakon Fransiskus Xaverius
El Tara dari paroki Hati
Santa Maria Tak Bercela
Wajib Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor di
gereja St. Perawan
Maria Yang
Dikandung Tanpa
Noda Asal,
Nanggulan. Imam
adalah pelayan
Tuhan yang tertabis
dan menjadi
seorang imam itu
Menegaskan Perintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Kemutiran Yogyakarta.
Kepada Bapak/Ibu yang
mengetahui adanya
halangan untuk menerima
tahbisan Imam wajib
menghubungi pastor paroki.
harus bebas dari
segala masa
halangan. Semua
umat mengetahui
acara pentabisan
tersebut.
36 Bidang pewartaan paroki
akan mengadakan
sosialisasi Refleksi Iman
yang akan diselenggarakan
pada hari Selasa, 13
Oktober pukul 16.00-18.00
bertempat diaula paroki.
Ketua lingkungan dimohon
mengambil undangan di
Bpk. Purwo Hartono setelah
misa.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Yakobus,
Bantul. Surat
undangan sudah ada
dan dipegang oleh
bapak Purwo
Hartono yang
berdiri di muka
pintu gereja.
Menegaskan Perintah
37. Ketua dan pengurus
lingkungan St. Yohanes
Pembaptis, St. Yohanes
Bosko, St. Ambrosius, dan
St. ignatius Loyola
dimohon mengambil buku
Adven setelah misa,
menemui bpk. Purwo
Hartono di depan gereja.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
lektor pada hari
Minggu di gereja St.
Yakobus, Bantul.
Selama masa adven
diadakan
pendalaman iman
yang sudah disusun
oleh TIM KWI.
Buku panduan
sudah ada dan di
depan pintu gereja
sudah berdiri bapak
Purwo Hartono
Menegaskan Perintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
yang siap
membagikan buku
panduan tersebut
38. Ketua lingkungan dimohon
mengambil Amplop
Persembahan Natal. Setelah
misa mohon menemui
bapak Purwo Hartono di
depan gereja.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas Lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Yakobus,
Bantul. Di depan
pintu gereja telah
tersedia amplop
yang diletakkan di
atas meja dan bapak
Purwo Hartono
sedang berdiri
menjaganya.
Menegaskan Perintah
39. Paguyuban Mina Bakti
akan mengadakan pelatihan
budidaya Lele hari Minggu,
8 dan 15 November pukul
10.00 pagi. Setiap
lingkungan harap mengirim
peserta 2 orang, kontribusi
Rp. 15.000, peserta akan
mendapatkan
pendampingan
berkelanjutan dari Mina
Bakti. Pendaftaran melalui
ketua lingkungan atau
sekretariat paroki.
Harap Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Petrus dan
Paulus Klepu.
Pemberdayaan umat
dalam bidang usaha
kecil sedang
digalakan oleh
paguyuban Mina
Bakti.
Menegaskan Perintah
40. OMK, Tim Kerja
Kerawam, dan Litbang
paroki Klepu berkolaborasi
Mohon
Harap
Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
Menegaskan Perintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dalam mengadakan
Sarasehan “Ngankring
Bareng Menuju Indonesia
Cerdas” dalam rangka
membangun kesadaran
umat berpolitik sebagai
cerminan 100% Katolik
100% Indonesia dengan
narasumber Rm. Mateus
Mali, CSsR, dan bapak
Suryo Adi Pranomo, S.IP.
pada Minggu 18 Oktober
2015 pukul 6 sore di aula
pastoran. Dimohon setiap
lingkungan mengirim 2
peserta. Para ketua
lingkungan diharap
mengambil undangan
disebelah Timur gereja
Klepu setelah misa.
hari Minggu di
gereja St. Petrus dan
Paulus, Klepu.
Kegiatan ini
seringkali diadakan
setiap tahunnya.
Surat undangan
telah diletakkan di
atas meja yang
tersedia disebelah
Timur gereja.
41. Sosialisasi panduan adven
2015 akan dilaksankan
Minggu, 22 November
pukul 16.00-18.00
bertempat di gereja. Mohon
hadir ketua lingkungan
dengan 1 orang
pendamping, 3 orang
pendamping PIA, dan 3
orang pendamping remaja.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Hati Kudus
Yesus, Pugeran.
Mengingat masa
adven sudah dekat
maka dibutuhkan
para pendamping
dalam pendalaman
iman pada masa
adven di setiap
Menegaskan Perintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
lingkungan. Tempat
pertemuan di aula
pastoran.
42. Tim persiapan Bdan
Akselerasi Paroki Pugeran
akan mengadakan
Sarasehan OMK dengan
tema: “Menjadi Kaum
Muda yang Bergembira dan
Siap Diutus” pada hari
Minggu, 20 Desember
pukul 10.00 s/d 13.00
bertempat di wisma rosari.
Mohon setiap lingkungan
mengirim 2 wakil OMK.
Kontribusi Rp. 10.000
(sepuluh ribu rupiah).
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Hati Kudus
Yesus, Pugeran.
Bahwa OMK akan
menyelenggarakan
sarasehan dan
jumlah OMK di
setiap lingkungan
cukup banyak maka
dibutuhkan 2 orang
untuk mewakili
setiap lingkungan.
Menegaskan Perintah
43. Minggu, 18 Oktober 2015,
setelah misa kedua
diadakan pertemuan
prodiakon di Aula, mohon
membawa Pas Photo dan
data diri.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Santa
Perawan Maria
Diangkat Ke Surga,
Pakem. Para
prodiakon telah
terpilih dan siap
menjadi pelayan
gereja. Pertemuan
diadakan di aula
gereja yang berada
disamping gereja.
Menegaskan Perintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
44. Ketua lingkungan dimohon
mengambil kuesioner
lingkungan tahun 2015 di
tempat bapak Purwo
Hartono setelah misa.
Kuesioner lingkungan diisi
dan dikumpulkan ke
sekretariat gereja paling
lambat 31 Januari 2016.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Yakobus,
Bantul. Bapak
Purwo Hartono
adalah koordinasi
pengurush
lingkungan.
Rumahnya tidak
jauh dari paroki.
Menegaskan Perintah
45. Minggu, 11 Oktober 2015,
setelah misa kedua pada
jam 10.00 diadakan
pembekalan pemandu
Sarasehan HPS di rumah
bpk. Kidi, Pandanpuro.
Setiap lingkungan dimohon
mengirimkan 2 orang.
Mohon Tuturan ini
disampaikan
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Santa Maria
Diangkat Ke Surga,
Pakem. Di rumah
bapk. Kidi sudah
ada tenaga ahli
untuk memberikan
pembekalan
pemandu sarasehan
HPS. Pak Kidi
dikenal sebagai
pengurus gereja
bagian kerawam.
Menegaskan Perintah
46. Minggu, 23 Agustus 2015
setelah misa kedua akan
diadakan sarasehan
kesehatan dengan tema
“Hidup Sehat dengan
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Santa Maria
Menegaskan Perintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
mencegah Stroke” di aula
paroki. Tiap lingkungan
dimohon mengirim 2 orang.
Diangkat Ke Surga,
Pakem. Menjaga
kesehatan itu paling
penting maka seksi
kesehatan paroki
mengadakan
sarasehan demi
membangun
kesadaran umat
untuk hidup sehat.
Pertemuan
dilaksanakan di aula
disamping gereja
dan telah hadir
petugas kesehatan.
47. Bapak/ibu ketua lingkungan
dimohon untuk segera
mengumpulkan hasil
pemilihan prodiakon ke
sekretariat paroki.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Petrus dan
Paulus, Klepu.
Pemilihan
prodiakon sudah
dilaksanakan pada
setiap lingkungan.
Di sekretariat telah
disediakan kotak
pengumpulan surat
suara.
Menegaskan Perintah
48. Bagi lingkungan yang
belum mengambil Celengan
untuk siswa-siswi TK, SD,
dan SMP Sekolah Negeri,
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
Menegaskan Perintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dimohon segera mengambil
di sekretariat paroki.
gereja St. Petrus dan
Paulus, Klepu.
Sekretariat paroki
terdapat di belakang
gereja paroki.
Celengan ini setiap
tahun biasanya
diedarkan ke setiap
sekolah negeri.
49. Pembagian dan Sosialisasi
Buku Panduan Adven akan
diselenggarakan hari
Minggu, 22 November
pukul 10 pagi di aula
pastoran. Mohon semua
ketua lingkungan di paroki
Klepu kecuali stasi Pojik
mengutus 1 orang calon
pemandu pendalaman
adven dengan kontribusi
Rp. 15.000,-/lingkungan.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Petrus dan
Paulus, Klepu.
Masa adven dan
kegiatan
pendalaman iman
selalu dilaksanakan
dilingkungan
masing-masing, dan
setiap lingkungan
memiliki 2 orang
pemandunya.
Menegaskan Perintah
50. Misa pembukaan KEP
(Kursus Evangelisasi
Pribadi) besok Senin, 07
September pukul 16. 30
WIB bertempat di gereja
Marganingsih, Kalasan.
Dimohon para peserta yang
sudah mendaftar datang
tepat waktu.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja
Marganingsih,
Kalasan. KEP
merupakan salah
satu bentuk
Menegaskan Perintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
pendalaman iman
yang sangat berguna
bagi prodiakon
dalam tugas
pelayanan gereja.
51. Misa jam 16.00, koor
lingkungan Theodorus
dengan bahasa Indonesia.
Misa diajukan untuk
pembukaan kegiatan HPS
2015. Ketua atau pengurus
wilayah dimohon hadir
untuk menerima benih.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Santa
Perawan Maria
Diangkat Ke Surga,
Pakem. Setiap tahun
biasanya diadakan
misa pemberkatan
benih.
Menegaskan Perintah
52. Dalam rangka Bulan Kitab
Suci Nasional (BKSN) selama bulan September,
umat dimohon membawa,
Kitab Suci pada saat
mengikuti perayaan
ekaristi. Selama bulan
September, isi bacaan tidak
akan disertakan dalam
panduan.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Kristus Raja,
Baciro. Biasanya
umat tidak
membawa kitab suci
pada saat perayaan
ekaristi.
Memberitahukan Mengharapkan
53. Kepada lingkungan-
lingkungan yang belum
mengumpulkan daftar calon
Prodiakon Periode 1 Januari
2016 sampai dengan 31
Desember 2018, dimohon
segera mengumpulkan ke
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St Perawan
Maria yang
Dikandung Tanpa
Memberitahukan Mengharapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
sekretariat koantor paroki,
ditunggu paling lambat
tanggal 11 Oktober 2015.
Noda Asal,
Nanggulan. Tempat
sekretariat terdapat
disamping gereja,
ada pegawainya dan
sekretariat buka
setiap hari jam 8.00-
14.00 WIB.
54. Demi kelancaran perayaan
Natal 2015, kami mohon
semua petugas liturgi
mengikuti gladi kotor dan
gladi bersih sesuai jadwal
yang tercantum di papan
pengumuman gereja.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Yohanes
Rasul Pringwulung.
Perayaan Natal
semakin dekat maka
dibutuhkan latihan
dan persiapan
liturgi sesuai jadwal
yang ditempelkan di
papan pengumuman
di depan ruang
sekretariat gereja.
Memberitahukan Mengharapkan
55. Akan diterimakan Tahbisan
Imam dari tangan Mgr.
Johanes Pujasumarta, pada
hari Senin, 12 Oktober
2015, di Kapel Seminari
Tinggi St. Paulus
Kentungan: Frater Diakon
Fransisco el Tara; Frater
Diosesan Keuskupan
Agung semarang dari
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St Perawan
Maria Diangkat ke
Surga, Pakem.
Imam adalah
pelayan umat dan
tahbisan sebagai
Memberitahukan Mengharapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
paroki Hati Santa Maria
Tak Bercela Kumetiran,
Yogyakarta. Mohon
dukungan doa seluruh umat
peristiwa puncak
pengukuhan diri
yang layak di
hadapan Tuhan.
Seminari Tinggi
merupakan tempat
pembinaan para
calon imam.
56. Ada beberapa informasi
penting di lembar teks misa,
mohon di perhatikan.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Aloysius
Gonzaga, Mlati.
Setiap umat
mendapat teks misa
yang didalamnya
juga di sertakan
beberapa
pengumuman
gereja.
Memberitahukan Mengharapkan
57. Pertemuan Misdinar hari
Minggu pukul 10.00
bertempat di gereja. Mohon
anggota yang belum daftar
ulang segera mendaftarkan
diri dalam rangka
pendaftaran ulang anggota.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Yakobus
Bantul. Semangat
menjadi misdinar
cukup banyak maka
dibuka pendaftaran
ulang
Memberitahukan Mengharapkan
58. Mohon kehadiran Dewan
harian paroki
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
Memberitahukan Mengharapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Marganisngsih Kalasan
pada rapat programasi di
Pastoran pada hari minggu,
13 Desember 2015 pkl.
18.00 WIB.
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Marganingsih
Kalasan. Kegiatan
evaluasi program
pastoral
dilaksanakan di
ruang pertemuan
pastoran yang ada di
belakang gereja.
59. Mohon kehadiran seluruh
Tim Kerja Bidang
Pelayanan Kemasyarakatan
pada hari Senin, 21
Desember pukul.17.00 WIB
di pastoran.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Marganingsih
Kalasan. Akan ada
pelayanan kepada
masyarakat berupa
pelayanan
kesehatan.
Memberitahukan Mengharapkan
60. Minggu, 22 November
2015, pkl. 10.00 WIB
bertempat dipastoran Baru
ada pembekalan Bahan
Adven 2015. Mohon
kehadiran tim pewarta
paroki, wilayah/stasi,
perwakilan wilayah/stasi,
dan peserta KEP
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Marganisngsi
Kalasan. Akan ada
kegiatan
pendalaman iman
pada masa adven,
maka perlu
pembelakan
pendamping bagi
setiap wilayah.
Memberitahukan Mengharapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
61. Misa lansia di paroki
Marganingsih Kalasan akan
dilaksanakan pada hari
Minggu, 22 November pkl.
10.00 WIB di gereja
Marganingsih Kalasan.
Dimohon pengurus
lingkungan/wlayah/stasi
mendaftarkan anggota
lansianya yang akan ikut
misa ke sekretariat paroki
paling lambat Senin, 16
November 2015.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Marganingsih
Kalasan. Biasanya
pastor paroki
memberikan
Pelayanan sakramen
ekaristi khusus bagi
para lansia.
Memberitahukan Mengharapkan
62. Buku Tata Cara
Nguntapake Layon dan
memelu arwah terbaru,
sudah tersedia di Sekretariat
Paroki. Mohon perhatian
Lingkungan-lingkungan
untuk memudahkan
pelayanan, setiap
Lingkungan diwajibkan
mengambil 9 buku
Nguntapake dan 2 buku
memule.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Petrus dan
Paulus, Klepu. Di
meja sekretariat
yang ada di
belakang gereja
telah disediakan
buku.
Memberitahukan Mengharapkan
63. Akan diadakan Perayaan
Hari Pangan Sedunia
tingkat Paroki Klepu
Minggu, 25 Oktober di
seputaran Gereja Klepu.
Perayaan akan berupa
Sarasehan, Pesta Rakyat
dan Misa Syukur. Dimohon
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Petrus dan
Paulus, Klepu.
Setiap tahun
diadakan perayaan
Memberitahukan Mengarapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
tiap-tiap Lingkungan untuk
berpartisipasi dengan
mengirim 2 jenis makanan
berbahan singkong dan
pisang masing-masing 25
bungkus dan Aqua 1 Dus.
syukuran atas hasil
panen yang
bertepatan dengan
hari pangan sedunia
tingkat paroki.
64. Untuk pembangunan Gereja
St. Maria Assumpta
Gamping Yogyakarta,
Dewan Paroki Keluarga
Kudus Banteng mengetuk
hati dan kerelaan umat
untuk mendonasi bagi
renovasi pembangunan
gereja. Semoga donasi
umat, menjadi saluran
berkat bagi kita semua.
Semoga Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Keluarga
Kudus Banteng.
Pembangunan
gereja sangat
membutuhkan
sumbangan umat
dan gereja yang
akan dibangun
terdapat di
Gamping.
Memberitahukan Mengharapkan
65. Telah menghadap Bapa di
surga, ibu Maria Magdalena
Sarijah, 18 September 2015
dari lingkungan St.
Agustinus Sengkan.
Semoga mendapat
kedamaian abadi di surga.
Semoga Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Keluarga
Kudus Banteng. Ibu
Maria Magdalena
merupakan umat
paroki Banteng
yang aktif dalam
kegiatan rohani di
gereja dan
lingkungan
Memberitahukan Mengharapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
66. Hari ini diselenggarakan
penggalangan Dana untuk
Gereja St. Petrus
Donoharho Utara, Paroko
Mlati. Seluruh umat
dimohon untuk terlibat.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Kristus Raja,
Baciro. Telah hadir
anggota koor paroki
Mlati yang akan
memeriahkan
perayaan ekaristi di
gereja sebagai
wujud
penggalangan dana.
Memberitahukan Mengharapkan
67. Dalam rangka usaha dana,
OMK juga menjual susu
segar di sekitar gereja
setelah ekaristi. Mohon
perhatian dan dukungan
umat.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Petrus dan
Paulus, Klepu. Pada
hari itu dihalaman
gereja terdapat
Stand yang
menyediakan
kemasan susu segar
dan beberapa OMK
berdiri menjaganya.
Memberitahukan Mengharapkan
68. Panitia HUT gereja Santa
Maria Brosot ke-85 akan
mengadakan kegiatan jalan
sehat dilanjutkan pentas
seni dan bagi doorprize,
yang akan dilaksankan
Minggu, 20 September
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Yakobus,
Bantul. Di halaman
gereja terdapat meja
Memberitahukan Mengharapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
pukul 07.00-selesai,
bertembat di gereja St.
Theresia Brosot. Mohon
dukungan seluruh umat
untuk berpartisipasi dalam
acara ini dengan membeli
tiket @ Rp. 5.000, yang
akan dilayani petugas di
depan gereja setelah usai
misa.
yang diatasnya ada
tumpukan tiket dan
dijaga oleh OMK.
69. Ada beberapa umat
mengusulkan adanya
perubahan jadwal misa hari
Sabtu sore untuk agenda
tahun 2016. Untuk itu
setelah misa seluruh umat
yang hadir dimohon
menulis pilihan waktu pada
kertas yang telah disediakan
petugas, apakah tetap puluk
16.00 atau 16.30, atau
pukul 17.00, kemudian
memasukan ke dalam kotak
sesuai dengan pilihan.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Yakobus,
Bantul. Di depan
pintu masuk gereja
telah disediakan
kertas dan sebuah
kotak suara.
Memberitahukan Mengharapkan
70 Novena di makam Romo
Prenttaler, hari Kamis, 24
September jam 18.00,
petugas koor Nanggulan,
mohon partisipasi umat
untuk hadir.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Perawan
Marian yang
Dikandung Tanpa
Noda Asal,
Nanggulan.
Memberitahukan Mengundang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Kegiatan doa
novena seringkali
dilakukan umat
guna mendapatkan
berkat. Makam itu
terdapat di belakang
paroki Boro.
71. Rabu, 30 Desember pukul
17.00 ekaristi penyegaran
Janji Perkawinan untuk
pasutri yang berulang tahun
perkawinan bulan desember
akan dilaksanakan dalam
ekaristi syukur keluarga
Kudus bertempat di aula
paroki. Umat dan pasutri
yang berulang tahun bulan
Desember dimohon
partisipasinya.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St Yohanes
Rasul, Pringwulung.
Ujud syukur
perkawinan ini
penting demi
mempererat tali
perkawinan pasutri.
Dilaksanakan di
aula paroki yang
ada di depan
sekretariat paroki.
Memberitahukan Mengundang
72. Minggu, 16 Agustus pukul
10.00 WIB bertempat di
Aula Pastoran ada
sosialisasi bahan BKSN
2015. Mohon tiap
wilayah/stasi mewakilkan 3
orang.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja
Marganingsih,
Kalasan. Katekese
bulan kitab suci
nasional biasanya
dipandu oleh
petugas liturgi
Memberitahukan Mengundang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
lingkungan yang
dipercayakan.
Pertemuan biasanya
di aula pastoran
yang ada di
belakang gereja
paroki
73. Panitia Temu Unio Imam
Diosesan Regio Jawa akan
mengadakan ekaristi syukur
tahun hidup bakti sekaligus
aksi panggilan pada Selasa,
8 September 2015 pukul
15.00 di kompleks
peziarahan sendangsono,
dipimpin oleh Mgr. Joannes
Pujasumarta bersama para
imam diosesan keuskupan
di Jawa, dan para Bruder
serta suster yang berkarya
di keuskupan Agung
Semarang. Mohon
keterlibatan umat dalam
perayaan ekaristi syukur
tersebut.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Teresia
Lisieux, Boro.
Panggilan menjadi
imam, bruder, dan
suster sebagai
pelayan Tuhan
makin berkurang di
pulau Jawa. Ekaristi
dilaksanakan di Gua
Sedangsono.
Memberitahukan Mengundang
74. Pertemuan Misdinar hari
Minggu pukul 16.00
bertempat di gereja. Acara
latihan terakhir persiapan
tugas Natal, mohon
kehadiran seluruh anggota.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Yakobus,
Bantul. Perayaan
Natal sudah dekat
dan persiapan
Memberitahukan Mengundang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
perayaan perlu
dilatih secara rutin
di gereja.
75. Panitia Natal Gereja Klepu
akan mengadakan rapat
koordinasi dengan para
Ketua Lingkungan dan
Ketua Wilayah dari
Sumberagung, Sumberarum
Lor, Sendangmulyo Wetan
dan Sendangmulyo Kulon
Minggu, 15 November
pukul 10 pagi dirumah
Bapak FX. Wijiyono Ketua
Lingkungan Herman
Yoseph Balan, dimohon
kehadirannya.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Petrus dan
Paulus, Klepu.
Perayaan Natal
semakin dekat maka
diperluakan
persiapan yang
matang dari setiap
lingkungan yang
akan bertugas.
Memberitahukan Mengundang
76. Hari Selasa jam 17.00 (lima
sore) di gereja ada Astuti,
mohon kehadiran umat.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Perawan
maria yang
Dikandung Tanpa
Noda Asal,
Nanggulan.
Kegiatan rohani ini
sangat mendukung
kedewasaan iman
umat.
Memberitahukan Mengundang
77. Tim Perpustakaan Paroki
Klepu akan mengadakan
acara nonton film bareng
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
Memberitahukan Mengundang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
hari Minggu, 22 November
pukul 3 sore di Gereja
Pojok. Mohon kehadiran
PIA dan PIR Paroki Klepu.
hari Minggu di
gereja St. Petrus dan
Paulus, Klepu.
Setiap bulannya
selalu diadakan
nonton film rohani
untuk PIA dan PIR
78. Paguyuban Pendukung
Panggilan Paroki Pugeran
(PAPANCA) akan
menyelenggarakan
perayaan Ekaristi khusus
untuk mendoakan arwah
para Romo, pada hari Rabu
25 November pukul 15.00
bertempat di Kapel St.
Paulus Kentungan. Mohon
kehadiran umat
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Hati Kudus
Yesus, Pugeran.
Perayaan ekaristi
medoakan arwah
orang meninggal itu
sudah seringkali
dilakukan oleh
PAPANCA.
Memberitahukan Mengundang
79. Demi kelancaran perayaan
Natal 2015, kami mohon
semua petugas liturgi
mengikuti Gladi kotor dan
Galdi bersih sesuai jadwal
yang tercantum di papan
pengumuman gereja.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Yohanes
Rasul, Pringwulung.
Perayaan Natal
merupakan
perayaan besar dan
meriah. Papan
pengumuman gereja
terdapat di depan
pintu masuk gereja.
Memberitahukan Mengundang
80. Dimohon tiap wilayah/stasi Mohon Tuturan ini Memberitahukan Mengundang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
mengirimkan daftar nama
peserta kursus evangelisasi
pribadi 3 orang paling
lambat 16 Agustus
bersamaan pertemuan rutin
tim pewarta.
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja
Marganingsih,
Kalasan. KEP
sangat penting
dalam usaha
palayanan dan
pewartaan iman
81. Akan diadakan penyegaran
musik liturgi pada Minggu,
27 September 2015 pk 16
s/d 20 bertempat di Aula
Pastoran Nara Sumber Bpk
Paul Widyawan dan Rm.
Karld Edmund Prier, SJ
dari Pusat Musik Liturgi
Yogyakarta. Dimohon tiap
Lingkungan mengirimkan 2
(dua) peserta.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Petrus dan
Paulus, Klepu.
Pengetahuan
tentang musik
liturgi gereja itu
penting demi
kemeriahan
perayaan.
Memberitahukan Mengundang
82. Akan diadakan Perayaan
Ekaristi Sadran Agung di
gereja Hati Kudus Tuhan
Yesus Ganjuran, Pada:
Senin, 09 Nov 2015, pukul
15.00. Bagi umat yang
mempunyai
keluarga/leluhur dan di
makamkan di makam
Tobias komplek gereja
Ganjuran, dimohon
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Aloysius
Gonzaga, Mlati.
Misa syukur dan
mendoakan arwah
yang sudah
meninggal itu
merupakan bentuk
Memberitahukan Mengundang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
kehadirannya. penghormatan.
83. Misa Hari Pahlawan akan
diadakan pada Hari Selasa
Tgl 10 Nopember Pkl.
15.00 WiB di Taman
Makam Pahlawan
Kusumanegara Yogyakarta,
Umat di mohon
Partisipasinya.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Kristus Raja,
Baciro. Setiap tahun
diadakan perayaan
ekaristi bagi para
pahlawan di taman
makam.
Memberitahukan Mengundang
84. Komunitas Tritunggal
Mahakudus Daerah
Istimewa Yogyakarta akan
menyelenggarakan Retret "
Mengatasi Kelemahan ".
Bersama para Suster Putri
Karmel dari Malang. Pada
tgl. 30 Oktober - 1
November 2015 Ttempat
Wisma Retret Syantikara
Yogyakarta. Umat yang
berminat silahkan
mendaftar di 0857-2966-
6888.
Silakan Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Aoysius
Gonzaga, Mlati.
Ret-ret merupakan
salah satu cara
menepi membangun
kehidupan rohani
secara pribadi.
Memberitahukan Mengajak
85. Yayasan Tarakanita telah
membuka pendaftaran
siswa baru tahun pelajaran
2016/2017 untuk semua
sekolah-sekolah yang di
bawah Yayasan Tarakanita.
Informasi lebih lengkap
silahkan baca di papan
Silakan Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St Aloysius
Gonzaga, Mlati.
Papan pengumuman
gereja ada di depan
Memberitahukan Mengajak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
pengumuman/sepanduk
depan gereja.
gereja tepat di pintu
masuk gereja.
86. Dalam Rangka Bulan Kitab
Suci Komunitas Lektor
Paroki Klepu akan
mengadakan Lomba
Membaca Kitab Suci :
Minggu, 27 September
2015 di Gereja Klepu
dengan 2 kategori : SMP-
SMA dan Dewasa (19-50
tahun) bagi yang berminat
silahkan mengambil
formulir pendaftaran di
Sekretariat Paroki
Silakan Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Petrus dan
Paulus, Klepu.
Formulir telah
disediakan di meja
sekretariat yang ada
di belakang gereja.
Memberitahukan Mengajak
87. Tim Kerja Koor Paroki
Klepu bersama panitia
Natal 2015 membuka
kesempatan untuk
bergabung dalam petugas
koor misa malam Natal dan
Natal pagi, Malam Natal
dewasa, natal pagi anak-
anak. Yang berminat
silakan mendaftarkan di
sekretariat Patoki
Silakan Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St.Petrus dan
Paulus Klepu. Di
sekretariat telah
sudah disediakan
lembaran
pendaftaran untuk
diisi.
Memberitahukan Mengajak
88. Di teras panti bawah sedang
diadakan pameran buku
dari Pohon Cahaya, umat
yang bermnat silakan
mengunjungi pameran
tersebut.
Silakan Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Perawan
Maria Yang Tak
Bernoda Kumetiran.
Memberitahukan Mengajak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Pada hari itu telah
dibuka stand
pemeran buku-buku
rohani
89. Jadwal koor tahun 2016
telah tersedia. Bagi yang
berkepentingan silakan
mengambil di sekretariat
paroki.
Silakan Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja
Marganisngsih
Kalasan. Di meja
sekretariat sudah
disediakan lembaran
jadwal dan para
pengurus
lingkungan atau
seksi koor
lingkungan dapat
mengambilnya.
Memberitahukan Mengajak
90. Telah dibuka pendaftaran
masuk seminari Menengah
Mertoyudan. Untuk
gelombang I pendaftaran
ditutup tanggal 20 Januari
2016. Yang berminat
silakan menghubungi Romo
Paroki.
Silakan Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja
Marganisngsih
kalasan. Promosi
panggilan menjadi
imam khsusus buat
anak-anak lulusan
SMP.
Memberitahukan Mengajak
91. Siswa/siswi SMK
Putratama akan bernyanyi
menghibur umat setelah
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
Memberitahukan Mengajak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
misa untuk menggalang
dana, dalam rangka acara
tutup tahun 2015. Kegiatan
yang akan diselenggarakan
antara lain; Classmeeting,
Bakti Sosial, Bazar, dan
pentas seni. Mohon
partisipasi seluruh umat.
hari Minggu di
gereja St. Yakobus,
Bantul. Di halaman
gereja telah tersedia
stand dan panggung
yang akan
digunakan oleh
siswa-siswi SMK
Putratama.
92. Paroki Marganingsih
Kalasan membuka
lowongan pekerjaan untuk
tugas sebagai koster.
Diutamakan yang mau
menginap/tinggal di
pastoran. Yang berminat
silakan langsung
menghubungi Romo Paroki.
Silakan Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja
Marganisngsih
Kalasan. Bahwa
Petugas koster
gereja sangat
berperan dalamu
mempersiapkan
kelengkapan
perayaan ekaristi.
Memberitahukan Mengajak
93. Rabu Pukul.19.30 Latihan
Maca Pat di Pendopo
Ganjuran, kepada para
anggota, simpatisan dan
siapa saja yang berminat
dipersilakan hadir pada saat
tersebut.
Silakan Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Hati Kudus
Yesus, Ganjuran.
Semua jenis
kegiatan
dilaksanakan di
pendopo yang
berada di depan
Memberitahukan Mengajak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
gereja.
94. Pendampingan Iman
Remaja Separoki
Marganingsih Kalasan akan
mengadakan latihan
gamelan dan Angklung
yang akan dimulai tanggal
23 Agustus pukul 16.00
WIB. Bagi yang berminat
silakan daftar di depan
sekretariat atau datang
langsung ke Gereja
Kalasan.
Silakan Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja
Marganingsih,
Kalasan. Musik
gamelan dan
angklung
merupakan alat
musik tradisional
yang banyak
diminati oleh anak
remaja. Sekretariat
paroki ada di
belakang gereja.
Memberitahukan Mengajak
95. Telah tersedia Majalah
Salam Damai Edisi bulan
Juli di kantor sekretariat
paroki dengan harga Rp.
10.000, umat yang berminat
silakan membeli.
Silakan Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Maria
Assumpta
Babarsari. Buku
tersebut di letakkan
di depan pintu
sekretariat.
Memberitahukan Mengajak
96. Paguyuban Doa St. Petrus
dan Paroki St. Mikael
Pangkalan Adisutjipto,
mengadakan Perayaan
Ekaristi dan Doa Bagi
Orang Sakit, hari Minggu
Silakan Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Kristus Raja,
Baciro. Telah
Memberitahukan Mengajak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tgl 27 September 2015
Pk.08.00 – 09.30 WIB.
Informasi lebih lanjut
silahkan mengambil
undangan didepan gereja
setelah misa.
disediakan di depan
pintu gereja surat
undangan yang
diletakkan di atas
meja.
97. Kelompok koor Para Priya
Paroki Klepu akan bertemu
dan berlatih bernyanyi pada
Minggu, 13 September
2015 pukul 19.30 wib di
Gereja, untuk anggota lama
dan yang berminat
dipersilahkan hadir.
Silakan Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Petrus dan
Paulus, Klepu.
Anggota koor yang
baru sangat sedikit
sehingga masih
dibuka kesempatan
untuk anggota lama.
Memberitahukan Mengajak
98. Dewan paroki
Marganingsih, Kalasan
telah memasang daftar
calon prodiakon periode
2016-2018 di papan
pengumuman gereja. Umat
diharap membaca dan
memberi masukan serta
usulan yang disampaikan
langsung kepada pastor
paroki.
Harap Tuturan ini
disampaikan oleh
patugas lektor pada
hari Minggu di
gereja
Marganingsih,
Kalasan. Pemilihan
prodiakon sudah
dilaksanakan dan
beberapa nama telah
terpilih dan sudah
ditempelkan di
papan pengumuman
gereja.
Memberitahukan Mengajak
99. Demi Keamanan,
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
Memperingatkan Larangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Kenyamanan dan
Ketertiban dimohon kepada
Seluruh Umat Peserta Misa
untuk tidak memarkirkan
Kendaraan di halaman
Sekitar Pos Satpam Gereja.
Mohon di Parkir di Tempat
Parkir yang sudah
disediakan.
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja hati Kudus
Yesus, Ganjuran.
Seringkali umat
memarkirkan
kendaraannya di
seputaran halaman
pos satpam.
100. Demi Keamanan,
Kenyamanan dan
Ketertiban Lalu Lintas
Kendaraan, maka kepada
Para Peziarah dan Seluruh
Umat Peserta Misa
dimohon tidak
memarkirkan Kendaraan di
Tepi Jalan atau di Warung-
warung Sekitar Gereja.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja Hati Kudus
Yesus, Ganjuran.
Sudah disediakan
tempat parkir
namun masih ada
sebagian umat yang
parkir kendaraan di
tepi jalan.
Memperingatkan Larangan
101. Mohon di Parkir di Tempat
Parkir yang sudah
disediakan.
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja hati Kudus
Yesus, Ganjuran.
Seringkali umat
memarkirkan
kendaraannya di
seputaran
Memperingatkan Menyuruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
102. Rabu, 16 Desember pukul
17.00 akan diadakan
lokakarya Monev dan
programasi 2016. Para
ketua bidang dan
koordinator tim kerja
dewan paroki Pringwulung
seilakan mengambil
undangan di loker.
Silakan Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St. Yohanes
Rasul, Pringwulung.
Surat undangan
sudah diletakkan di
loker yang ada di
depan pintu
sekretariat gereja.
Memperingatkan Menyuruh
103. Dimohon bagi bapak/ibu
prodiakon atau bapak/ibu
ketua lingkungan paroki
Boro yang pada saat ini
hadir di gereja untuk
mengambil undangan
sehabis misa di sakristi
Mohon Tuturan ini
disampaikan oleh
petugas lektor pada
hari Minggu di
gereja St Teresia
Lisieux, Boro.
Sakristi merupakan
tempat imam, dan
para petugas liturgi
mempersiapkan diri
sebelum perayaan.
Tempat ini berada
bersebelahan
dengan panti imam.
Memperingatkan Menyuruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI