Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua...

152
Chapter 1 Tiga Pendahuluan

Transcript of Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua...

Page 1: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Tiga Pendahuluan

Page 2: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Suatu Waktu Di Pelatihan Komunikasi

"Ada yang ingin ditanyakan?"

Sungguh saya selalu ingin memulai dengan kalimat itu di

suatu pelatihan komunikasi lisan dan tulisan.

Saya geregetan sekali ingin mengucapkan kalimat itu.

Karena, sejak kedatangan saya di ruang pelatihan, saya

merasa tidak seorang pun yang kurang suatu apa. Ya, tidak

seorang pun tidak bisa melakukan apa yang disebut

dengan komunikasi.

Semuanya bisa berbicara. Tidak kurang suatu apa di bibir

dan mulutnya. Tampak tidak ada kesulitan, karena mereka

berbincang-bincang satu sama lain. Itu yang terlihat di

mata saya, maka sungguh saya ingin bertanya, "Ada yang

ingin ditanyakan?"

Di saat yang nyaris bersamaan, saya mengamati bahwa

mereka tampak terpelajar. Ya. Tidak. Ya, mereka tampak

terpelajar. Tidak, mereka benar-benar terpelajar.

Mereka bisa membaca tulis, tentu saja. Seorang yang

terpelajar tentu saja bisa membaca tulis. Dan karena itu,

saya pun ingin bertanya dengan pertanyaan yang sama,

"Ada yang ingin ditanyakan?"

Page 3: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Apa yang menghadirkan mereka ke ruangan ini? Apakah

benar ini semua hanya masalah nyali dan keberanian?

Atau adakah alasan yang lain? Saya hanya berharap,

memang ada yang ingin mereka ketahui, secara teknis

atau secara detail. Karena itu, pertanyaan saya adalah,

"Ada yang ingin ditanyakan?"

Kembali ke inti acara. Kembali ke kenapa saya diundang

dan hadir di sini.

Pertama, harus kita sadarkan dulu diri kita bahwa

komunikasi adalah kemampuan dasar yang penting.

Karena, tanpa komunikasi yang mumpuni, ide kreatif anda

tidak akan sampai pada orang lain. Orang lain jadi tidak

memahami anda dan tidak tergerak karena anda. Bukan

masalah siapa yang punya ide pertama kali, tetapi yang

penting adalah siapa yang menyampaikan ide tersebut.

Karena penyampai ide belum tentu pemilik ide. Sebaiknya,

pemilik ide berperan sekaligus sebagai penyampai ide.

Kedua, komunikasi adalah skill. Komunikasi adalah

keterampilan. Jadi bukan sesuatu yang tinggal dibaca dari

buku, atau tinggal mendengarkan seorang dosen/guru

bercerita di depan kelas. Komunikasi adalah keterampilan

yang harus terus-menerus dilakukan (baca: dilatih).

Page 4: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri.

Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan.

Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

karya seni. Dan yang terpenting adalah, seni bagaimana

menuliskan ide itu yang penting. Karena seberapa dalam

ide akan ditangkap oleh pembacanya, bergantung pada

seberapa baik "cita-rasa" yang disajikan di dalam tulisan

tersebut. Mulai dari pilihan kosakata, susunan kalimat,

keterlibatan pembaca, “nuansa yang disuguhkan” dan lain

sebagainya.

Komunikasi lisan yang baik, adalah komunikasi lisan yang

sederhana. Sederhana dalam kalimat, tidak seperti kalimat

majemuk. Sederhana pula dalam penyampaiannya.

Sehingga orang mudah memahami. Seperti sederhananya

kalimat Steve Jobs ketika launching produk-produk Apple

Inc. Tapi tetap saja, yang penting adalah bagaimana ide

tersebut sampai di benak audiens.

Kedua komunikasi itu adalah keterampilan yang terletak

di otot-otot jari dan mulut kita. Sekaligus bahasa tubuh

kita. Tidak bisa diajarkan dengan cara kuno: guru bicara

dan murid mendengarkan. Tidak. Tidak. Tidak seperti itu.

Keterampilan ini adanya di otot-otot kita. Bukan di otak

Page 5: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

kita. Makanya, kuncinya hanya tiga: latihan, latihan dan

latihan.

Karena itu, bentuk yang tepat dari pelatihan komunikasi

adalah workshop. Bukan seminar. Itu pun

workshop dengan kuantitas minimal 5 kali. Setelah itu,

juga harus diikuti dengan penampilan dan latihan yang

konsisten. Jadi, pelatihan komunikasi ini, hanyalah sebuah

awal.

Nah, kira-kira demikian pengantar dari saya sebelum kita

memasuki materi. Nah, ada yang ingin ditanyakan?

Page 6: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Mengapa Saya Menulis Buku Ini

Tidak semua orang merasakan kegagalan. Ada yang

merasakan pahitnya kegagalan, tapi ada juga yang

langsung mereguk manisnya keberhasilan. Tidak pernah

ada orang yang gagal di sepanjang hidupnya, sebagaimana

tidak pernah ada orang yang selalu berhasil seumur

hidupnya.

Kebetulan saya adalah salah seorang yang pernah

merasakan pahitnya kegagalan. Kegagalan menyampaikan

ide saya di depan banyak orang. Kegagalan yang begitu

cepat terjadi, hingga saya sendiri seakan-akan tidak bisa

mengantisipasinya. Dan dalam buku ini, bagi mata yang

jeli, anda mungkin akan menemukan kegagalan tersebut.

Sebab, saya memang menuliskannya di dalam buku ini.

Hehehe :D Maaf ya, main rahasia-rahasiaan soal kegagalan

^_^

Tapi bukan kegagalan itu yang ingin saya bagi di sini. Tapi

justru semangat bangkit dari kegagalan itu sendiri.

Sebagaimana tidak pernah ada yang selalu berhasil, maka

tidak pernah ada kegagalan yang terulang. Manusia bukan

keledai yang akan jatuh ke lubang yang sama, dua kali.

Manusia mampu belajar dari kegagalan dan bangkit

Page 7: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

memperbaikinya. Dan semangat itu yang ingin saya bagi

kepada anda semua!

Itu yang pertama. Inspirasi. Inspirasi adalah kata

kuncinya. Berbagai inspirasi sesungguhnya tersebar

begitu membludak di sekitar kita. Tapi kadang-kala

kesibukan manusia menghalangi mereka untuk mendapat

inspirasi. Melalui buku ini, saya hanya ingin mempertegas

inspirasi itu sendiri. Karena inspirasi, adalah sesuatu yang

ingin saya bagi melalui buku ini. Inspirasi adalah alasan

pertama saya menulis buku ini.

Alasan kedua. Setiap orang bisa belajar. Bahkan

pintar/mampu belajar sendiri (otodidak). Tapi, seringkali

proses belajar otodidak itu membutuhkan waktu yang

panjang dan usaha yang keras. Adanya guru, akan

membantu kita untuk belajar lebih banyak, lebih cepat dan

lebih mudah. Dan sebagaimana setiap orang harus belajar,

maka sebaiknya setiap orang juga harus mengajarkan

ilmunya kepada orang lain.

Persoalannya datang ketika tidak setiap orang mampu dan

mau mengajar. Ada yang mau tetapi tidak mempunyai

banyak waktu untuk mengajar. Ada yang memahami

ilmunya dengan baik, tetapi tidak mampu mengajarkan

Page 8: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

kepada orang lain, hingga lain memiliki kemampuan yang

sama. Dan berbagai alasan lainnya.

Buku ini saya tulis, untuk melengkapi pengajaran public

speaking. Karena, intensitas dan lama pertemuan dengan

pengajar akan selalu terbatas. Betul tidak? Tapi, di luar

pertemuan itu, anda sebaiknya terus-menerus belajar

kan? Sayangnya, adakalanya guru tidak selalu bisa

mendampingi anda belajar. Maka dari itu, buku ini akan

menjadi sarana pelengkap bagi anda untuk dapat

mempelajari ilmu public speaking. Ini alasan kedua.

Yang ketiga. Saya kira, setiap orang yang berusaha, harus

berusaha keras hingga mencapai batas, kan? Ini untuk

meraih target maksimal yang bisa dia capai. Karena, pada

prinsipnya, usaha yang setengah-setengah tidak akan

memberikan hasil yang maksimal. Lagipula, kita tidak

akan pernah tahu batas hasil yang mampu kita capai, bila

kita hanya setengah-setengah saja dalam berusaha. Betul,

tidak?

Saya suka sekali menulis. Menulis tentang apa pun, karena

menulis adalah bagian dari berekspresi. Tulisan saya

adalah ekspresi diri saya. Tulisan saya adalah gambaran

siapa saya. Tulisan saya adalah cermin siapa saya. Di

samping, menulis adalah sarana berkomunikasi,

Page 9: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

menyampaikan gagasan kepada orang lain. Menulis

tentang apa-apa yang sedang saya pikirkan/renungkan,

menulis puisi, sampai menulis tentang sesuatu yang

ilmiah. Dan saya merasa, saya belum berusaha maksimal

dalam menulis, ketika saya belum menyatukan tulisan-

tulisan saya menjadi sebuah buku

Sejak januari 2011 lalu, saya mulai menulis tentang public

speaking. Kebetulan saya membuat blog khusus mengenai

public speaking ini. Boleh dicek di

http://amazingpublicspeaking.wordpress.com. Beberapa

tulisan lain tentang public speaking juga ada di dalam blog

pribadi saya, http://ikhwanalim.wordpress.com. Buku ini

adalah penyempurnaan dari tulisan-tulisan tersebut yang

disatukan. Semua ide tulisan, datang dari pengalaman saya

sendiri, yang berhasil dan gagal, maupun dari kegagalan

dan keberhasilan orang lain. Dan di dalam buku ini, anda

akan menemukan beberapa tips dari public speaker yang

sukses.

Page 10: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Sebelum, Saat dan Setelah

Public Speaking adalah suatu pembelajaran sepanjang

hayat. Barack Obama tidak belajar public speaking di

tahun 2008, ketika beliau akan mencalonkan diri sebagai

Presiden AS. Tidak, tidak. Beliau sudah melakukan public

speaking jauh sebelumnya. Sejak memberikan ceramah di

berbagai tempat di daerah tempat tinggalnya dahulu.

Iya, pada dasarnya kemampuan ini tidak datang begitu

saja sejak lahir. Kemampuan ini adalah akumulasi

pembelajaran seumur hidup, kemampuan ini datang dari

latihan. Baik terhadap public speaking yang pernah

dilakukan oleh diri sendiri, maupun ketika melihat orang

lain melakukan public speaking. Pembelajarannya bisa

didapat dari contoh-contoh baik dan buruk yang pernah

dilakukan oleh diri sendiri, maupun oleh orang lain.

Oleh karena itu, yang paling menjadi dasar untuk belajar

public speaking adalah motivasi belajar itu sendiri.

Motivasi belajar sering kali muncul dan bertahan lama,

ketika kita sangat memahami seberapa pentingnya dan

seberapa mendesaknya suatu ilmu untuk kita miliki

bukan? Nah di bagian pertama buku ini, saya akan

memaparkan beberapa alasan penting mengapa public

Page 11: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

speaking itu penting. Bagian pertama itu adalah :

“Motivasi Diri Anda untuk Public Speaking”

Bagian pertama baru memunculkan motivasi terdalam diri

anda untuk belajar public speaking. Motivasi ini penting

untuk menjadi dasar kuat yang bisa bertahan dalam waktu

yang panjang untuk terus-menerus belajar public

speaking. Tapi itu baru di tataran mental saja. Untuk detail

pelajarannya, sebagian besar saya jabarkan dalam bagian

kedua, “Belajar public speaking”. Dalam bagian ini,

teknik-teknik belajar public speaking yang baik, saya

paparkan secara lengkap. Tentu saja, ini adalah persiapan

kita sebelum “naik panggung” yang sebenarnya.

Saya memberikan tanda kutip pada kata “panggung”,

karena sesungguhnya “panggung” setiap public speaker

adalah berbeda-beda. Penyiar radio tidak pakai panggung

kan, tapi dia diberikan ruang waktu untuk melakukan

siaran. Panggung bagi corporate sales adalah ketika

bertemu dengan calon klien. Di sanalah panggung yang

sebenarnya bagi dia, ketika dia harus menawarkan produk

dengan sebaik-baiknya. Dan masih banyak panggung yang

lain bagi jenis public speaker yang lain kan?

Nah, katakanlah anda sudah mempunyai mental yang kuat

dan menguasai teknik-teknik public speaking. Pada fase

Page 12: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

yang berikutnya, yakni ketika public speaking itu akan

dilangsungkan, sebenarnya ada tiga tahap yang menyusun

rangkaian aktivitas public speaking itu sendiri. Yang

pertama adalah “Sebelum naik panggung”. Bagian ketiga

ini yang mempertebal kepercayaan diri anda sebelum

anda naik ke “panggung public speaking”.

Bagian keempat, “Ketika berada di panggung” berisi

tentang apa-apa saja yang harus dilakukan oleh public

speaker. Bahwa panggung adalah miliknya, itu jelas.

Bahwa dia bisa public speaking dengan bermacam-macam

cara, itu jelas. Itu adalah hak public speaker. Dan berbagai

teknik lainnya dibahas dalam bagian ini. Bagian “Setelah

turun panggung” adalah bagian kelima, dimana bagian

ini mengilustrasikan bagaimana seorang public speaker

harus bersikap professional, agar order public speaking

terus-menerus datang kepadanya. Serta etika-etika

seorang public speaker professional.

Kita tidak boleh memandang public speaking secara

sempit. Seakan-akan hanya MC (master of ceremony) yang

membutuhkan kemampuan ini. Padahal, sesungguhnya

banyak profesi mengandalkan kemampuan ini. Bahkan,

banyak karir bergantung pada kemampuan ini. Bagian

keenam, membahas beragam profesi yang terkait public

Page 13: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

speaking: “Profesi yang butuh kemampuan public

speaking”

Bagian terakhir mencoba menjelaskan lembaga

pendidikan public speaking yang kami dirikan: “Tentang

Amazing Public Speaking School”

Page 14: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Daftar Isi

Tiga Pendahuluan

Suatu Waktu Di Pelatihan Komunikasi .……………..chapter 1

Mengapa Saya Menulis Buku Ini……………………….. chapter 1

Sebelum, Saat dan Setelah …………………………..........chapter 1

Motivasi Diri Anda untuk ber-Public Speaking!

Public Speaking itu makhluk apa? ……………………..chapter 2

Mengapa harus Public Speaking? ………………….…..chapter 2

PS meningkatkan nilai tambah diri anda ………..….chapter 2

Kaya dari Public Speaking ………………………………...chapter 2

Jembatan itu bernama: Public Speaking ……………chapter 2

Belajar public speaking

Ibarat Belajar Renang ……………………………………….chapter 3

Tidak Harus Menjadi Orang Lain ……………………….chapter 3

Satu Kata, Satu Kalimat, lalu Satu Paragraf ………...chapter 3

Optimalkan Metode Mind-Mapping …………………..chapter 3

Langkah Ber-Mind Mapping ……………………………...chapter 3

Big Picture - Details - Big Picture ………………………chapter 3

Sebelum naik panggung

Kita juga perlu rasa takut,koq ………………………...…chapter 4

Page 15: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Jangan Terburu-Buru ……………………………………….chapter 4

Bahan Baku Public Speaking ……………………………..chapter 4

Grogi itu Punya Siapa? ……………………………………...chapter 4

Ketika berada di panggung

Menjadi Entertainer di Panggung Presentasi ……..chapter 5

FOR dan FOE, Panduan Memahami Audiens ………chapter 5

Fokuslah ke Audiens, bukan Layar Presentasi! …..chapter 5

Outfit yang Pas untuk Presentasi ………………………chapter 5

Aslinya Foto untuk Presentasi …………………………..chapter 5

So, The Stage is Yours ……………………………………….chapter 5

Lima Langkah Memperbaiki Presentasi …………….chapter 5

Setelah turun panggung

Menjadi Public Speaker Profesional …………………..chapter 6

Profesi yang butuh kemampuan public speaking

Moderator yang Simple dan Smoothly ………………..chapter 7

Menjadi Resepsionis Andal ……………………………….chapter 7

Ramahnya Penyiar Radio ………………………………….chapter 7

MC Pernikahan yang Pandai Menyambut Tamu …chapter 7

Memperkenalkan Produk Baru………………………… chapter 7

Komentator Sepak Bola yang Informatif ……………chapter 7

Page 16: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Guru yang Bisa Menjelaskan ……………………………..chapter 7

Memenangkan Kontes Debat …………………………….chapter 7

Sumber-Sumber Inspirasi

Tentang Amazing Public Speaking School

Page 17: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Motivasi Diri Anda untuk ber-Public Speaking!

Page 18: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Public Speaking itu makhluk apa?

Berbagai pidato telah mengubah dunia. Salah satu di

antaranya adalah di kampanye Barrack Obama “Yes, we

can!” Pidato-pidato Obama di berbagai kampanye di

pemilihan umum presiden Amerika Serikat (AS) telah

mengubah persepsi warga AS kebanyakan bahwa mereka

bisa (can) mengubah (change) dan memperbaiki kondisi

perekonomian Negara mereka, yang krisis sejak 2008. Dan

pidato Obama, adalah salah satu bentuk public speaking.

Pidato “The Change is Within Reach”

Change is a health care plan that

guarantees insurance to every American

who wants it; that brings down premiums

for every family who needs it; that stops

insurance companies from discriminating

and denying coverage to those who need it

most.

Change is giving every child a world-class

education by recruiting an army of new

Page 19: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

teachers with better pay and more support;

by promising four years of tuition to any

American willing to serve their community

and their country; by realizing that the best

education starts with parents who turn off

the TV, and take away the video games, and

read to our children once in a while.

That is what change is.

That is the choice in this election.

Public speaking sesungguhnya hanyalah satu di antara

sekian banyak bentuk komunikasi. Komunikasi, bisa

diartikan sebagai proses menghantarkan

ide/ilmu/gagasan kepada orang lain. Pelaku komunikasi

disebut komunikator, yang menghantarkan

ide/ilmu/gagasan, dan pihak yang menerima

ide/ilmu/gagasan tersebut, disebut komunikan. Berbagai

bentuk komunikasi lainnya dapat dilakukan dalam bentuk

tulisan, pembicaraan empat mata, situs jejaring sosial,

surat elektronik (electronic mail, e-mail), komunikasi jarak

jauh (televisi, telepon), dan lain sebagainya.

Page 20: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Public speaking dilakukan sebagai salah satu cara

berkomunikasi di berbagai bidang: bisnis, pendidikan,

politik, dan seterusnya. Fungsinya juga bermacam-macam:

customer service (pelayanan pada konsumen), speech

(pidato), presentasi penjualan, technical presentation,

menjadi presenter/master of ceremony (MC), presentasi

rencana bisnis, negosisasi politik, negosiasi bisnis,

termasuk bagaimana dosen/guru mengajar di depan kelas.

Masih ingat bagaimana produk-produk Apple Inc

diperkenalkan ke public? Steve Jobs, CEO (chief executive

officer, di Indonesia disebut sebagai direktur utama) Apple

Inc memperkenalkannya sendiri ke khalayak ramai. Beliau

menggunakan auditorium, membuat panggung di

dalamnya, mengundang banyak hadirin, termasuk di

antaranya wartawan, dan memperkenalkan produknya

seorang diri. Benar-benar seperti seorang salesman. Dan

apa yang dilakukan oleh Steve Jobs, juga termasuk public

speaking. Saya kagum dengan beliau dan selalu

menyebutkan beliau sebagai contoh, salah seorang public

speaker yang sukses.

Beberapa orang merasakan, bahwa public speaking adalah

sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan. Mereka,

bingung ketika berada di depan mikrofon. Mereka

Page 21: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

gemetar berada di depan hadirin. Katanya, lutut terasa

bergetar ketika berada di depan banyak orang. Padahal,

mereka belum bicara apa-apa. Sedang di sisi lain, hadirin

sedang menanti apa yang ingin mereka sampaikan.

Katanya, untuk dapat menjadi pembicara sukses, caranya

cuma tiga. Hanya ada tiga langkah sederhana. Katanya.

Pertama, yakinkan diri anda bahwa anda bisa. Tanpa

keyakinan, anda bukan apa-apa sebelum maju ke

panggung, dan tetap tidak menjadi apa-apa setelah turun

dari panggung. Anda harus yakin dan meyakinkan hadirin

di hadapan anda.

Kedua, persiapan anda harus matang. Persiapan yang

tidak matang akan mengarahkan anda pada

ketidakyakinan anda pada materi yang anda sampaikan.

Anda akan bertanya-tanya, benar ga siy yang saya

sampaikan ini? Saya merasa orang di depan saya ini, tahu

bahwa saya tidak yakin dengan apa yang saya sampaikan.

Dan seterusnya, dan seterusnya. Persiapan yang tidak

matang, hanya akan mengarahkan anda pada penyesalan.

Terakhir, lakukan latihan terus-menerus sebelum

anda melakukan public speaking. Karena, jam terbang

anda akan sangat menentukan kesuksesan anda di

panggung. Berlatihlah di hadapan rekan-rekan anda. Minta

Page 22: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

koreksi dari mereka, sebagaimana anda akan mampu

merasakan, bagian mana yang kurang dan bagian mana

yang berlebihan. Berlatihlah terus-menerus, dan lakukan

public speaking terus-menerus. Itu akan menyempurnakan

kemampuan anda.

Page 23: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Mengapa harus Public Speaking?

Public speaking adalah salah satu metode dalam

menyampaikan ide/ilmu/gagasan kepada orang lain,

hingga mereka/dia melakukan sesuatu hal atau terjadi

perubahan dalam diri mereka/dia. Metode komunikasi ini

hanyalah salah satu di antara berbagai metode lainnya.

Dan seperti berbagai pilihan lainnya, anda cukup memilih

satu saja. Dan mengapa harus public speaking? Berikut ini

adalah gagasan kami, mengapa anda harus memilih

metode ini untuk menyampaikan pendapat anda.

Ide. Ini adalah alasan yang pertama. Setiap orang punya

ide. Ide ada dalam kegiatan manusia. Ide mengalir dalam

kegiatan manusia. Manusia berjalan dan bertindak. Ada

ide disana. Manusia melihat dan mendengar. Ada ide juga.

Manusia membaca dan bercerita. Masih ada ide disana.

Pendeknya, semua kegiatan manusia akan memberi

inspirasi dan menghadirkan ide. Dan ide yang masuk, akan

dialirkan pula kepada orang lain. Melalui kegiatan yang

sama seperti bagaimana ide itu datang. Menulis, berbicara,

bertindak, dan lain sebagainya. Setiap orang punya ide,

dan mereka ingin berbagi tentang ide mereka.

Page 24: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Komunikan. Ini yang menjadi alasan kedua. Dua pelaku

dalam komunikasi adalah komunikator dan komunikan.

Komunikator punya ide, dan ingin idenya sampai

kepada komunikan. Komunikan pun beragam jumlah

dan macamnya. Komunikan bisa saja seorang diri, bisa

pula hadir belasan orang di hadapan komunikator. Bisa

juga seperti siswa di ruang kelas : 30-40 orang. Lebih luas

lagi, komunikan bisa berjumlah ribuan orang.

Macam komunikan juga beragam. Beragam dari

pengalamannya (FOE, frame of experience) dan beragam

dari pengetahuan yang mereka dapat (FOR, frame of

reference). Komunikan ada yang biasa mengerjakan

teknis-teknis di lapangan, ada juga yang sangat biasa

merumuskan teori-teori di dalam ruang kelas dan ruang

akademisi lainnya, bahkan ada komunikan yang sehari-

hari berkutat dalam tataran filosofis. Pekerjaan mereka

hanya berfilosofi dari hari ke hari. Pengalaman

membentuk FOE, dan FOE telah membentuk para

komunikan.

Komunikan memiliki bermacam referensi yang berbeda.

Keluarga pernah bercerita kepada mereka. Teman sebagai

tempat berbagi. Lingkungan pendidikan mengajak mereka

berdiskusi. Lingkungan pergaulan juga menjadi referensi

Page 25: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

bagi mereka. Berbagai referensi yang dimiliki, telah

membentuk para komunikan. FOR membentuk

komunikan.

Ada kalanya komunikan dengan terus terang menyatakan

ingin terlibat dalam komunikasi. Semua terbaca dari

tingkah laku. Eksplisit melalui lisan, atau implisit melalui

tindak-tanduk. Antusias mendengarkan, bersikap ingin

tahu. Ada juga yang diam-diam tidak peduli. Mereka ingin

lebih diperhatikan, oleh para komunikator, baru mereka

terlibat lebih dalam kegiatan berkomunikasi. Semuanya

adalah komunikan, dan komunikan yang berbeda-beda

karakternya, harus diperlakukan secara berbeda oleh

komunikator.

Efisiensi. Faktor ketiga dalam memilih bentuk

komunikasi adalah tingkat kesederhanaan bentuk

komunikasi itu sendiri. Seiring dengan banyaknya

komunikan kita dan jarak (distance) yang harus ditempuh

untuk menyampaikan gagasan, sementara di sisi lain

begitu terbatasnya waktu dan begitu mahalnya upaya

untuk melakukan komunikasi, berbagai alternatif

kemudian muncul. Banyak komunikan harus mendengar,

dan kemudian melakukan. Tentu berat sekali apabila

komunikator harus menemui komunikan satu demi satu

Page 26: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

supaya tiap-tiap orang melakukan perubahan. Dan

melakukan ini, berarti menempuh akumulasi jarak yang

luar biasa jauh, dan waktu yang luar biasa banyak untuk

menghampiri tiap komunikator.

Padahal, hanya ada sedikit jeda di antara

mengkomunikasikan ide dengan saat dimana

perubahan/tindakan itu dibutuhkan. Di sini, begitu

terbatasnya waktu untuk berkomunikasi. Biaya tinggi

komunikasi akan muncul manakala setiap komunikan

harus ditemui satu demi satu. Manakala semua kegiatan

komunikasi begitu memboroskan waktu. Tapi, masih

adakah bentuk komunikasi yang dapat menyederhanakan,

memudahkan dan menyelesaikan berbagai masalah itu

semua?

Dan public speaking adalah satu jawaban. Public

speaking memudahkan ide/gagasan/ilmu yang sudah ada

untuk ditransfer kepada komunikan. Public speaking dapat

menjawab berbagai problem yang muncul terkait

komunikan: berapa dan seperti apa komunikan. Terutama,

bagaimana public speaking dapat menjadi solusi bagi anda

dalam menyampaikan ide kepada sejumlah orang dengan

cara yang efektif dan efisien. Public speaking

menyederhanakan pemborosan waktu, tenaga, jarak dan

Page 27: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

biaya komunikasi hanya dalam satu kali komunikasi saja.

Betapa tidak, kepada semua komunikan yang harus

mendengarkan, kita dapat memangkas semua jarak untuk

menemui komunikan, hanya dengan mengumpulkan

komunikan dalam satu tempat!

Public speaking telah menjawab berbagai permasalahan

komunikasi yang selama ini telah mengganggu anda. Dan

tidak hanya mengatasi permasalahan, public speaking juga

telah membuktikan, bahwa metode ini adalah yang paling

efisien untuk menyampaikan ide/gagasan/ilmu

kepada khalayak. Jadi, mengapa anda tidak belajar dan

menggunakan metode public speaking saja? :)

Page 28: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Public Speaking

meningkatkan nilai tambah diri anda

Beberapa orang memandang komunikasi itu tidak penting.

Orang-orang seperti ini mengutamakan action, biasanya.

Dan pada kenyataannya, mereka memang tidak salah.

Action adalah kegiatan yang akan memberiikan hasil.

Bukan kegiatan komunikasi, apalagi komunikasi yang

berbusa-busa tapi tidak efektif. Sebagian kecil yang lain,

biasanya take action dulu, baru berkomunikasi.

Beberapa yang lain, mengagung-agungkan komunikasi.

Terutama komunikasi untuk leadership. Katanya, dengan

komunikasi yang tepat, mereka akan bisa membuat orang

lain berubah –untuk melakukan sesuatu. Komunikasi bisa

membuat orang-orang take action, kata mereka. Yang ini

juga tidak salah, komunikasi untuk leadership memang

benar adanya seperti itu.

Bila kita bicara sebagai bagian dari organisasi, tentunya

kita semua menghendaki agar organisasi kita dibangun

dari dalam. Dibangun dari ide segar orang dalam dan

dengan action orang dalam. Untuk hal yang satu ini,

keduanya dijembatani oleh public speaking yang efektif

dan efisien. Efektif karena ide tersampaikan pada target

Page 29: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

komunikan dan efisien karena tidak memboroskan biaya

dan waktu. Dari sini, organisasi akan lebih sehat karena

semua sumber daya berasal dari dalam dan dijalankan

oleh orang dalam sendiri. Jadi, komunikasi public

speaking yang tepat adalah ciri-ciri organisasi yang sehat.

Akan tetapi, tidak hanya organisasi yang akan mendapat

nilai tambah dari public speaking. Diri anda, sebagai public

speaker juga akan mendapatkannya. Orang-orang lain

tidak hanya melihat anda dari bagaimana anda take action

saja. Tapi mereka juga akan memperhatikan bagaimana

anda berkomunikasi. Dan keduanya, action dan

komunikasi, akan membantu anda dalam karir, dengan

sangat mudah.

Menjadi public speaker, tidak harus berarti menjadi

MC, master of ceremony. Tidak harus juga berperan

sebagai pembawa acara. Banyak sekali profesi yang

membutuhkan kapasitas untuk berbicara di depan umum.

Dan itu tidak hanya di dunia entertainment saja,

dimana public speaking yang baik akan membantu anda

dalam karir. Tapi termasuk ketika anda bekerja di bidang

lain.

Baik anda bekerja di perusahaan, atau menjadi aktivis

sosial, atau menjadi pegawai pemerintahan, dan lain

Page 30: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

sebagainya, prestasi dan karir anda akan ditunjang oleh

bagaimana anda menyampaikan pendapat. Baik dalam

konteks kepemimpinan (leadership), atau hanya sekedar

mengemukakan pendapat saja. Khususnya komunikasi

dengan public speaking. Ingat, ide yang baik/segar/kreatif,

tidak akan menjadi demikian adanya kan, bila tidak bisa

dipahami oleh orang lain?

Oleh karena itu, sadarilah bahwa public speaking itu

penting. Dan latihlah diri anda untuk menjadi public

speaker yang handal. Karena public speaking yang baik

akan memberikan nilai tambah diri anda di hadapan orang

lain.

Page 31: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Kaya dari Public Speaking

Siapa yang tidak kenal olga syahputra? presenter ini selalu

diminta menjadi pembawa acara oleh berbagai stasiun

televisi. Bukan cuma karena kocaknya, tapi juga karena

ke-lihai-annya memandu acara. Meski selalu menjadi

bulan-bulanan Raffi Ahmad di suatu acara musik televisi

swasta nasional, tapi Olga selalu di hati para pemirsa.

Dan jangan heran, kalau sekali waktu, anda nongkrong di

depan televisi seharian saja, maka anda akan melihat

wajah olga hampir di semua acara televisi. Pagi di acara

musik, kemudian siang hari di acara yang lain, sore juga

masih tampil, malam kemudian ikut menjadi presenter.

Beliau tentu seorang presenter profesional. Artinya,

kocak dan pandai memandu acara di atas panggung,

tetapi profesional bila bekerja sama dengan pihak

penyelenggara acara. Tiga hal ini yang membuat public

speaking selalu menjadi rezeki bagi Olga Syahputra.

Itu baru public speaking dari seorang presenter. Padahal

kemampuan public speaking bukan cuma milik presenter

seorang saja. Kemampuan public speaking adalah

kemampuan yang sebaiknya dimiliki oleh setiap orang

yang ingin sukses di karir masing-masing. Kebetulan, salah

Page 32: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

satu karir tersebut adalah presenter. Sebaiknya kita

berpandangan luas dengan beranggapan bahwa tidak

hanya presenter yang membutuhkan kemampuan

public speaking.

Insinyur di perusahaan juga membutuhkan, koq. Mereka

kan harus presentasi secara teknis dan detail pekerjaan

kepada tim kerja, atasan dan kepada rekan sejawat. Baik

tentang rancangan konsep mereka, atau pun ketika

melaporkan hasil pekerjaan. Benar tidak? Kesuksesan

para insinyur menjadi semakin mantap ketika mereka

mampu merancang, melaksanakan dan melaporkan apa

yang mereka kerjakan. Apalagi ketika hasil pekerjaan

nyaris mendekati rancangan yang sudah dibuat. Kalau

sudah begini, karir akan gampang melesat naik.

Saya berikan satu ilustrasi yang menarik. Dari profesi

insinyur teknik sipil. Insinyur ini baru akan mengerjakan

proyek pembangunan, bila sudah ada tawaran dari

pemilik proyek. Bisa pemerintah maupun swasta.

Pertama-tama, pihak pemilik proyek mencari arsitek yang

mampu merancang bangunan yang diinginkan. Sesuai

spesifikasi, yang diawali dengan studi pendahuluan. Nah,

tahap pertama ini diakhiri dengan adanya suatu gambar

rancang bangunan dari sang arsitek.

Page 33: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Dari rancangan yang sudah ada, kemudian ditawarkan

kepada kontraktor bangunan, dimana terdapat insiyur

teknik sipil di dalamnya. Sang insinyur kemudian akan

membuat rancangan versi teknik sipil, lengkap dengan

rencana anggaran dan belanja (RAB). Rancangan dan

biaya ini kemudian dipresentasikan kepada pemilik

proyek. Bila pemilik proyek setuju, pembangunan baru

akan dilakukan. Selalu akan terjadi perbedaan rancangan

arsitektur dengan realisasi teknik sipil di lapangan

nantinya. Sejauh apa insinyur teknik sipil mampu

mewujudkan bangunan tersebut, ternyata sangat

didukung oleh kemampuan komunikasi public speaking.

Karena banyak pihak harus diyakinkan. Mulai dari

penyedia (supplier) bahan bangunan, renegosiasi

anggaran dengan pemilik proyek, meyakinkan arsitek

bahwa teknologi bangunan harus disesuaikan dengan

rancangan arsitek, dan lain sebagainya. Bahkan, menurut

informasi dari seorang rekan arsitek, kesesuaian

rancangan arsitek dengan bangunan yang sebenarnya, bila

mencapai 70% saja sudah suatu hasil yang bagus. Nah, jika

angka ini mampu dicapai, bahkan lebih, serta disampaikan

dalam presentasi akhir di depan pemilik proyek, tentu ini

akan berujung pada nama baik insinyur teknik sipil kan?

Page 34: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Kalau sudah begini, order pembangunan akan

berdatangan

Karir karyawan di bagian corporate sales pun sangat

dilihat dari kemampuan mereka menjual. Karena, seperti

kita tahu, pekerjaan corporate sales adalah menawarkan

produk/jasa ke perusahaan lain. Dan berhasil tidaknya

mereka, tentu sangat dipengaruhi oleh kemampuan

menawarkan bukan? Nah, melakukan penawaran kepada

calon konsumen kan salah satu bentuk public speaking.

Dan sebagai orang pemasaran, kinerja mereka dilihat dari

seberapa banyak produk/jasa yang mampu mereka jual.

Berhasil menawarkan, berarti akan berhasil menjual,

berarti karir bisa menanjak lebih cepat.

Penyanyi handal tidak hanya bersuara bagus. Tidak cuma

paham musik. Tapi juga bisa menguasai audiens,

menenangkan audiens, menguasai keadaan panggung,

tidak hanya diam di satu bagian panggung saja, dan lain

sebagainya. dan semua kemampuan itu termasuk public

speaking. Ini yang membedakan satu penyanyi dengan

penyanyi yang lain. Ini juga yang membedakan penyanyi

kelas dunia dengan penyanyi kelas kampung. Yang

membedakan mereka yang akan berkarir cemerlang atau

Page 35: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

tidak. Yang membedakan mereka yang akan terus bersinar

atau cepet meredup.

Makanya, perkuat kemampuan public speaking anda.

Supaya anda bisa mendapat rezeki berlebih, jabatan tinggi,

karir yang melesat dengan kemampuan public speaking

anda :D

Page 36: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Jembatan itu bernama: Public Speaking

Apakah anda pernah menyaksikan video tentang

bagaimana jembatan gantung antar dua tebing diciptakan?

Bila belum pernah, saya coba mengilustrasikannya di sini.

Pertama, dua orang yang akan membuat jembatan

bersama-sama naik ke satu tebing saja. Dari sini, mereka

menembak paku bertali yang menghubungkan satu tebing

dengan tebing lainnnya. Salah seorang di antara mereka

kemudian menyeberang ke tebing lain, dengan cara

merayap di atas tali. Tapi dia tidak hanya merayap saja,

melainkan membawa beberapa utas tali yang lain beserta

paku/pasak dan dua tiang kayu, tentu saja.

Berarti, sudah ada dua utas tali yang menghubungkan dua

tebing. Kemudian, tali kedua dipasak dengan kuat di

tebing yang baru bersama dengan tiang di masing-masing

ujung tali. Kedua tali ditarik kencang di bagian bawah

masing-masing tiang, lalu diikuti dengan mengencangkan

dua utas tali yang terikat di bagian atas tiang. Kini, kedua

tebing terhubung dengan 4 utas tali yang terikat pada 2

tiang.

Langkah selanjutnya adalah membuat anyaman tali antar

bagian bawah keempat tiang. Langkah ini akan lebih

Page 37: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

mudah, karena sudah ada dua utas tali terulur kencang.

Tentu akan lebih aman bagi para pembuat jembatan.

Sedikit demi sedikit, tali menganyam dua tali yang lain.

Menghubungkan dua tali yang terulur, dari ujung tebing

yang satu menuju ujung tebing yang lain.

Nah, selesai sudah. Banyak orang kini bisa menyeberang

menggunakan jembatan tali tersebut. Jembatan ini kian

aman, karena yang menyeberang bisa berpegangan pada

dua tali yang terulur di sisi samping jembatan, selain

‘lantai’ jembatan yang kuat, karena terdiri dari anyaman

tali.

Tebing pertama, dapat kita analogikan sebagai

komunikator, atau orang yang ingin menyampaikan

ide/gagasan. Sedangkan tebing kedua adalah, orang yang

diharapkan untuk mendengar ide, atau kita sebut

komunikan. Orang yang menyeberang menggunakan

jembatan tali ini, dari satu tebing ke tebing yang lain,

dapat kita sebut sebagai ‘ide’, atau ‘gagasan’, dan lain

sebagainya. Sedangkan jembatan tali adalah penghubung

antara komunikator dan komunikan, sehingga ide bisa

sampai dengan baik. Jembatan tali ini, dapat kita sebut

dengan Public Speaking.

Page 38: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Nah, dari sini kita bisa menggunakan analogi di atas, untuk

mengetahui apa sesungguhnya kegunaan suatu public

speaking bagi anda. Jadi, bila anda punya suatu

ide/gagasan, yang ingin anda sampaikan kepada orang

lain, maka disanalah guna suatu public speaking. Ibarat

jembatan tali yang sudah saya ilustrasikan di atas, public

speaking akan sangat membantu anda. Dalam hal,

menyampaikan ide anda kepada orang lain.

Tentu saja, ini bukan hanya tentang menyampaikan ide.

Tapi ini adalah tentang membuat orang lain memahami

apa ide yang kita miliki. Lebih lanjut, ini adalah tentang

bagaimana menggerakkan orang lain. hanya dengan

kekuatan dari komunikasi ide milik kita dan dari kita.

Semua ini seperti sebuah jembatan yang menghubungkan

orang yang satu (komunikator) dengan orang yang lain

(komunikan). Jembatan itu bernama: public speaking!

Page 39: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Belajar public speaking

Page 40: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Ibarat Belajar Renang

Saya yakin, orang yang di-cemplung-kan ke air pasti bisa

berenang. Kalau dia tidak bisa renang, dia akan berusaha

supaya tetap mengapung. Dia akan menggerak-gerakkan

tangan dan kakinya. Kalau masih kelelep (bahasa jawa: air

terus-menerus masuk lewat mulut dan hidung, orang yang

akan tenggelam biasanya diawali dengan ini), berarti dia

masih kurang usaha untuk terus bergerak di dalam air.

Tapi seseorang tidak harus dilempar dulu ke kolam baru

bisa berenang kan? Pasti ada caranya supaya bisa

berenang tapi tidak dengan cara dilempar ke air. Ya tidak?

Caranya? Ya belajar. Mulai di kolam yang tidak dalam,

belajar mengapung dulu, atau belajar menggerak-

gerakkan kaki di air dulu atau diajar oleh pelatih renang,

dan seterusnya. Yang jelas, tidak dengan baca buku "cara

berenang yang baik", saja kan?

Iya, karena orang yang cuma tahu teori, tidak pernah

praktik, maka dia tidak bisa menjalankan teori itu. Anda

tahu tidak, dalam otot-otot kita ada sel syaraf juga. Dan

disinilah ilmu itu (juga) disimpan. tidak semuanya ada di

syaraf otak. Hasil belajar dari baca buku atau dari kelas,

biasanya disimpannya di otak. Tapi hasil belajar lewat

Page 41: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

pengalaman, atau lewat otot, disimpannya di syaraf di

otot-otot kita. Dan keterampilan itu ilmunya disimpan di

sel syaraf otot, bukan di sel syaraf otak.

Makanya, orang yang cuma baca, tapi tidak melakukan,

maka dia tidak akan belajar apa-apa dan dia tidak akan

bisa apa-apa. Sama seperti belajar renang lewat baca

buku, public speaking juga seperti itu. Orang yang cuma

membaca buku "bagaimana berbicara di depan publik”

tidak akan bisa melakukan public speaking. Percaya deh.

Kemampuan ini, cuma datang dari tiga kata: latihan,

latihan, dan latihan.

Tapi latihan sendiri saja, percuma. Kalau tidak ada yang

memberiikan feedback (umpan balik, saran, masukan, dll).

Kalau tidak ada yang memberiikan kritik dan saran, tetap

saja percuma. Latihan sendiri di kamar? Percuma, karena

tidak ada audiens. Latihan di depan cermin? Iya bisa

menyempurnakan penampilan kita. Tapi yang melihat,

memberii saran dan kritik, tetap saja cuma diri kita sendiri

lho.

Hajar langsung tanpa latihan? Ya tidak baik juga, yang ada

kita tidak tahu selera audiens. Kita tidak tahu cara public

speaker terbaik melakukannya. Seperti kita tidak tahu

bagaimana seorang Steve Jobs, CEO Apple Inc,

Page 42: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

mempersiapkan diri untuk sebuah public speaking. seakan

kita tidak tahu bagaimana Martin Luther King

mempersiapkan pidatonya yang termashyur itu: I Have a

Dream.

I Have a Dream

(by Martin Luther King)

I have a dream that one day this nation will

rise up and live out the true meaning of its

creed: "We hold these truths to be self-

evident, that all men are created equal."

I have a dream that one day on the red hills

of Georgia, the sons of former slaves and the

sons of former slave owners will be able to

sit down together at the table of

brotherhood.

I have a dream that one day even the state

of Mississippi, a state sweltering with the

heat of injustice, sweltering with the heat of

oppression, will be transformed into an

oasis of freedom and justice.

Page 43: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

I have a dream that my four little children

will one day live in a nation where they will

not be judged by the color of their skin but

by the content of their character.

I have a dream today!

I have a dream that one day, down in

Alabama, with its vicious racists, with its

governor having his lips dripping with the

words of "interposition" and "nullification" -

- one day right there in Alabama little black

boys and black girls will be able to join

hands with little white boys and white girls

as sisters and brothers.

I have a dream today!

I have a dream that one day every valley

shall be exalted, and every hill and

mountain shall be made low, the rough

places will be made plain, and the crooked

places will be made straight; "and the glory

of the Lord shall be revealed and all flesh

shall see it together."

Page 44: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Maka dari itu, belajar public speaking itu ibarat belajar

berenang. Mungkin bisa kalo dipaksakan sendiri, tapi

percayalah hasilnya tidak akan maksimal. Belajarnya juga

bukan dengan membaca buku teori (saja). tapi juga

dengan berlatih. Berlatih juga tidak hanya berlatih sendiri,

sebaiknya selalu berlatih bersama orang lain. sehingga ada

saran dan kritik yang membangun.

Salam sukses

Page 45: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Tidak Harus Menjadi Orang Lain

Anda tidak perlu menjadi seorang Steve Jobs untuk

berhasil menjual produk anda. Anda tidak harus menjadi

seorang Charles Bonar Sirait, ketika anda membawakan

berbagai acara. Anda tidak harus seperti Rhenald Kasali,

yang begitu sederhana menyampaikan materi-materinya

di berbagai kesempatan kuliah. Yang hanya harus adalah,

anda harus menjadi diri anda sendiri ketika anda

melakukan suatu public speaking.

Salah satu hal yang paling menarik dari public speaking

adalah bahwa setiap pribadi memiliki gayanya masing-

masing. Entah sebagai pendidik, sebagai pimpinan

organisasi, atau sebagai penyiar radio sekalipun. Dan

berbagai profesi lainnya. Perbedaan-perbedaan antar

pribadi ini yang kemudian, menjadi salah satu daya tarik

mengapa seorang hadirin bisa datang ke forum dimana

anda menjadi public speaker.

Karena, pada dasarnya setiap audiens akan selalu

berusaha memahami apa yang disampaikan oleh public

speaker. Sejak mereka berniat untuk menghadiri acara

yang terdapat aktivitas public speaking di dalamnya, sejak

itu pula mereka akan berusaha menyesuaikan diri dengan

Page 46: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

bagaimana gaya atau tipe public speaker menyampaikan

gagasannya. Betul tidak? Ini di satu sisi audiens.

Dari sisi public speaker, cuma ada dua yang sesungguhnya

harus mereka siapkan. Yang pertama, penguasaan

terhadap materi. Penguasaan materi ini hendaknya

mampu meningkatkan kepercayaan diri public

speaker. Ibarat presentasi penelitian, presenter yang telah

melakukan tugas penelitian, yang mereka sangat meyakini

kebenaran hasil penelitian tersebut, tentunya tidak perlu

malu dan canggung lagi. Kenapa? Karena mereka sendiri

yang melakukan penelitian tersebut, mencari pustaka-

pustaka terkait lalu menganalisis hasil penelitian masing-

masing. Dari sini, kepercayaan diri seharusnya sudah

mulai muncul. Ini contoh saja.

Kedua, pemahaman terhadap penguasaan audiens akan

materi yang ingin disampaikan. Salah satu fungsi public

speaking adalah memberikan materi baru. Dengan kata

lain, memberikan sesuatu yang baru. Dan ibarat jembatan,

public speaking berfungsi untuk menjembatani

pemahaman lama audiens (tebing yang satu) dan

pemahaman baru yang diharapkan (tebing yang satu lagi).

Nah, sebelum membangun jembatan ini di depan audiens,

tugas public speaker adalah mengetahui sudah sejauh

Page 47: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

mana audiens memahami akan materi atau hal

tersebut. Audiens yang berupa kumpulan anak SMA tentu

memiliki tingkat kedalaman pemahaman yang berbeda

bukan dengan seorang professor? Audiens yang ingin

menikmati acara musik, tentu berbeda bukan dibanding

acara formal yang berisikan para pejabat yang hadir?

Setelah melakukan persiapan sebelum public speaking,

melalui dua hal di atas, sebenarnya tugas public speaker

sudah selesai. Tetapi ini adalah tugas “sebelum naik

panggung”. Seorang public speaker hanya perlu melakukan

tugas dia yang berikutnya: melakukan public speaking “di

atas panggung”, sesuai dengan karakter pembawaannya

dia saja. Yang paling penting adalah, bagaimana

ketersampaian materi kepada audiens bisa benar-benar

terlaksana. Hingga kemudian, audiens bisa diharapkan

untuk melakukan sesuatu setelah pemahaman yang baru

akan materi tersebut.

Setelah ini, kita akan masuk ke bagian dimana anda bisa

melatih diri untuk sebuah public speaking.

Page 48: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Satu Kata, Satu Kalimat, lalu Satu Paragraf

Public speaking sangat kental dengan latihan, latihan dan

latihan. Seorang Steve Jobs (Chief Executive Officer Apple)

saja, melatih dirinya di depan manajer pengembangan

produknya (product development) selama dua hari

berturut-turut, sebelum launching produk-produk Apple.

Bagaimana bisa kita mengabaikan pentingnya latihan,

ketika seorang CEO saja melatih dirinya selama dua hari

penuh, bahkan sambil meminta masukan dari bawahan-

bawahannya sendiri? Berikut ini adalah beberapa tips dari

saya, tentang bagaimana kita melatih diri untuk

sebuah public speaking.

Pertama, pastikan anda tidak berlatih sendirian.

Maksudnya, jangan sampai anda bahkan tidak bisa

mengkoreksi diri anda sendiri. Lebih bagus bila ada teman

yang menemani, dia akan bisa memberiikan koreksi. Atau

bila tidak, gunakan cermin. Berlatihlah di depan cermin.

Berlatihlah sendiri, dan lakukan koreksi sendiri terhadap

latihan anda. Ini untuk melatih sistematika kata-kata yang

kita ucapkan, sekaligus tingkat kejelasan lafal

(pengucapan) kata-kata kita.

Page 49: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Sedangkan untuk melatih penguasaan anda terhadap

panggung yang disediakan, lakukan latihan sambil

berjalan kesana-kemari. Seakan-akan anda sedang berada

di panggung presentasi/pidato yang sebenarnya. Gunakan

ruangan yang cukup luas, agar tidak membatasi gerak-

gerik anda. Sebisa mungkin, lengkapi semua peralatan

semisal meja, kursi, pengeras suara, dan lain sebagainya.

Seakan-akan anda memang sudah berada di tempat acara,

ini sebagai simulasi. Boleh juga bila anda melatih diri di

tempat acara yang sebenarnya anda akan melakukan

presentasi/pidato. Menggunakan podium juga boleh, bila

anda diminta untuk berpidato.

Tapi, apabila anda benar-benar baru pertama kalinya

menghadapi presentasi/pidato, pertama-tama berlatihlah

terlebih dahulu untuk mengungkapkan isi hati dan isi

kepala anda terlebih dahulu. Tak usah dipusingkan dengan

materi yang ingin anda sampaikan. Ucapkan satu kata

terlebih dahulu. Ucapkan dengan sungguh-sungguh,

tegas dan jelas. Tidak perlu pengucapan yang terlalu

cepat. Dan latihlah beberapa kali. Hingga anda meraih

kesempurnaan. Ini untuk melatih cara anda berekspresi

dulu.

Page 50: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Kemudian, berlatihlah untuk mengucapkan satu kalimat.

Diulang-ulang. Sungguh-sungguh, tegas dan jelas. Ketiga

kata sifat ini penting untuk memperoleh psikologi

massa dari audiens anda, nantinya. Anda boleh memilih

kalimat apapun, pokoknya yang sedang terpkirkan atau

yang sedang dirasakan. Public speaking yang baik akan

mentautkan hati dan pikiran sang pembicara agar audiens

bisa memahami pesan yang ingin dikomunikasikan.

Tutup latihan anda dengan berbicara sungguh-sungguh,

tegas dan jelas, sebanyak satu paragraf. Satu inti pesan

untuk satu kalimat. Gunakan beberapa kalimat yang

berhubungan (paragraf) untuk membentuk satu arti. Bila

anda benar-benar memasukkan perasaan anda ke

dalam kalimat-kalimat yang anda ucapkan, biasanya

(saya seringkali mengalami hal ini) pesan yang ingin

anda komunikasikan akan benar-benar dapat

dirasakan oleh audiens, hingga menggetarkan sukma

mereka!

Demikian, mudah-mudahan dapat memunculkan

keberanian anda untuk menjadi public speaker! Ingat cara

melatihnya : Satu Kata, Satu Kalimat, lalu Satu Paragraf.

Page 51: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Optimalkan Metode Mind Mapping

Pernah tidak anda berusaha untuk mengingat sesuatu

yang penting, tapi anda (entah bagaimana) tidak bisa

mengingat hal tersebut? Akan tetapi, ketika anda sedikit

melupakan hal tersebut, ternyata anda malah berhasil

mengingatnya?

Dan memang demikian cara otak kita bekerja. Tidak

semua yang tersimpan dalam memori kita, bisa kita ingat

(recall) dengan cara yang sistematis, bisa jadi kita harus

mencari jalan lain untuk menemukannya.

Pernah tidak, anda mencoba untuk mengingat nama

seseorang dalam kategori tertentu, misalnya teman

kampus anda dari jurusan lain? Anda berusaha mengingat

siapa di jurusan lain, yang adalah teman anda, tapi anda

tetap tidak bisa. Akan tetapi, ketika anda mengingat ada

siapa saja teman dalam satu unit kegiatan anda, ternyata

anda justru menemukannya nama seseorang yang berasal

dari jurusan yang anda ingin cari. Saya pernah mengalami

kejadian seperti ini, berusaha mengingat yang terkait

dengan satu kategori tertentu, ternyata malah

menemukannya di kategori lain.

Page 52: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Dan seperti itulah cara pikiran kita bekerja. Pikiran kita

tidak membuat memori terhadap sesuatu seperti sebuah

rantai yang sangat panjang. Dia justru berbentuk seperti

susunan terkecil tapi independen dalam otak, yaitu sel-sel

syaraf itu sendiri. Dimana ada satu badan sel berukuran

besar, yang memiliki beberapa tangan sekaligus. Dan

tangan-tangan ini berhubungan dengan badan sel yang

lainnya. Bagaimana pikiran kita bisa mengakses /

mengingat memori yang lain, adalah dengan menempuh

jalur menuju badan sel yang lain. Dan ini tidak harus

selalu sistematis/sekuensial/ berurutan. Perhatikan

gambar berikut.

(gambar sel syaraf)

Jadi, bentuk sel syaraf yang seperti batang pohon ini —

ada batang utama, cabang, kemudian dahan, dan diakhiri

dengan daun — bekerja dengan mengkombinasikan

kemampuan otak kiri dan otak kanan. Otak kiri yang selalu

mencari keterkaitan antar hubungan, dan otak kanan yang

bersifat eksploratif mencari jalan baru.

Oleh karena itu, metode mind mapping ini bisa digunakan

dengan mudah untuk menyimpan maupun

mengeluarkan/memberiikan informasi. Menyimpan,

yang berarti kreatif membentuk informasi yang baru,

Page 53: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

dan mengeluarkan informasi yang berarti

menghimpun informasi yang sudah ada dan

menyampaikan kepada orang lain.

Selain itu, masih banyak manfaat lebih besar yang bisa

anda dapat, antara lain :

Merencanakan, yang berarti menghimpun

kegiatan apa saja yang harus dilakukan,

memperkirakan durasi lama kegiatan, menghitung

biaya yang harus dikeluarkan, dst. Kreativitasnya

adalah dalam mengkombinasikan kegiatan, durasi

dan biaya yang tepat, murah dan singkat.

Berkomunikasi, yakni menghimpun informasi

yang harus disampaikan serta berpikir kreatif

untuk menyampaikan secara tepat.

Menjadi lebih kreatif,

Menyelesaikan masalah, berarti menghimpun

tanda-tanda/clue serta berpikir kreatif dalam

mencari solusi.

Memusatkan perhatian,

Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran,

Mengingat dengan baik,

Belajar lebih cepat dan efisien,

Melatih “big picture”

Page 54: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Bagaimana cara membuat mind mapping ? Anda Cuma

perlu tiga hal berikut :

Kertas kosong, gunakan secara landscape

(penggunaan kertas persegi panjang secara

horizontal)

Pena / pensil / spidol, beberapa warna, dan

Pikiran anda

Simpel kan? Efektif dan efisien, lagi!

Nah, selanjutnya kita masuk ke bagian penerapan mind

mapping

Page 55: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Langkah Ber-Mind Mapping

Di tulisan sebelum ini, saya menyarankan untuk lebih

banyak menggunakan metode mind-mapping. Bukan apa-

apa, tapi terus terang, karena metode ini lebih efisien.

Dalam waktu yang relatif singkat, anda dapat menyimpan

dan mengeluarkan/memberiikan informasi yang baru saja

anda dapat. Tidak hanya yang baru saja anda dapat,

sebenarnya. Tapi sesuatu yang sangat dalam tersimpan di

memori anda, bertahun-tahun anda lakukan, setiaa hari

menjadi kegiatan anda, juga bisa anda kemukakan secara

sederhana dengan metode mind-mapping.

Itu tentang tulisan sebelum tulisan yang sedang anda baca

saat ini. Sekarang, mari kita berbicara bagaimana secara

teknis, kita menggunakan metode ini. Suatu kesia-siaan

‘kan ketika anjuran sudah berikan, bila tidak diikuti

dengan suatu pedoman teknis?

Pertama, mulailah dengan suatu kertas kosong. Tidak

harus kertas, tapi boleh juga papan tulis. Whiteboard atau

blackboard sama saja. Gunakan secara landscape, begitu

microsoft office word, biasanya bilang. Lalu, letakkan satu

kata kunci anda di tengah-tengah kertas/papan tulis.

Page 56: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Cukup satu kata saja, yang menurut anda, menjadi titik

awal dari mind-mapping yang akan anda buat.

Kedua, buatlah secara radial. Artinya, perluaslah satu kata

yang sudah anda tuliskan, dengan kata-kata yang lain. Ke

sekeliling kata pertama tersebut. Boleh ke kanan, kiri, atas,

bawah, dan lain sebagainya. Ini namanya arah radial. Kata-

kata ini harus memiliki hubungan dengan kata utama

tersebut. Dan hubungkan kata baru tersebut dengan kata

utama anda. Gunakan suatu garis, atau semacam dahan

(bila ini dimisalkan dengan pohon), analogi jalan raya juga

bisa kita gunakan. Jadi, pada kata yang baru, anda beri

garis hubungnya. Ini adalah pada tahap kedua.

Tahap ketiga, bertindak kreatiflah. Gunakan belahan otak

kanan anda secara maksimal. Gunakan berbagai warna,

boleh merah, hijau, biru, dan seterusnya. Dan boleh juga

gunakan berbagai gambar. Sebenarnya, untuk tahap kedua

tidak harus menggunakan kata. Gambar juga boleh.

Pilihlah gambar yang mewakili maksud/makna yang ingin

anda sampaikan.

Oiya, jangan pernah mengubah tulisan yang sudah ditulis,

atau gambar yang sudah dibuat. Ini adalah proses kreatif,

proses yang menggunakan ide yang tiba-tiba muncul di

benak anda. Jadi jangan meng-edit ide tersebut kemudian.

Page 57: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Percayalah, sebaiknya anda jangan mengubah ide anda.

Tunggu saja , hasil akhirnya pasti akan bagus sekali

Di tahun 1970 majalah saintifik Amerika mempublikasi

hasil penelitian Ralph Haber yang menunjukkan bahwa

individu dapat mengingat kembali gambar secara akurat

sekitar 85 — 95 persen. Seperti quote yang biasa kita

dengar “sebuah gambar senilai dengan ribuan kata”.

Kita mengasosiasikan dan mengingat gambar karena

gambar menggunakan berbagai macam cortical skills anda,

terutama imajinasi. Gambar lebih mampu

membangkitkan ingatan daripada kata-kata, lebih

presisi dan punya potensi dalam merangsang asosiasi

dalam rentang yang luas (wide range of associations),

karena itu akan memperkuat pikiran kreatif dan daya

ingat.

Dalam menyempurnakan peta pikiran yang anda buat dari

waktu ke waktu, cobalah untuk selalu menyisakan ruang

dari tiap mind-mapping yang pertama kali anda buat. Jadi,

pada kesempatan pertama tuangkanlah seluruh isi pikiran

anda, baik dari otak kanan maupun otak kiri, seluruhnya

di atas kertas atau papan tulis. Kemudian, simpanlah hasil

pikiran anda tersebut. Lakukan kegiatan yang lain.

Page 58: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Di waktu yang lain, ketika pikiran anda masih segar

(fresh), cobalah untuk membuka lagi mind–mapping yang

sudah anda buat. Baca dengan seksama, perhatikan

seluruh kata, gambar dan warna. Adakah sesuatu yang

ingin anda tambahkan? Nah, begitu ada yang akan anda

tambahkan, disanalah yang disebut dengan

penyempurnaan mind-mapping. Karena itu, ada baiknya

bagi kita untuk menyediakan ruang kosong di tepi kertas

atau papan tulis, setiap kita selesai membuat mind-

mapping.

Page 59: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Big Picture — Details — Big Picture

Kesempatan berbicara di depan orang banyak,

sesungguhnya adalah sebuah kesempatan yang sangat

langka. Kecuali bagi seorang dosen, saya kira. Dosen

kebanyakan, tentunya. Kenapa saya berpendapat seperti

itu? Karena sesungguhnya, setiap kesempatan public

speaking adalah sesuatu yang sangat langka. Langka bagi

para audiensnya, karena (biasanya) mereka baru sekali itu

bertemu dengan sang pembicara, dan langka karena (bisa

jadi) materi yang akan disampaikan tersebut juga baru

mereka dapatkan.

Di sisi pembicara, kesempatan untuk memenuhi harapan

tiap audiens juga adalah sesuatau yang langka. Karena

belum tentu dia akan memberiikan materi yang benar-

benar sama dibandingkan dengan materi yang

sebelumnya pernah dia sajikan. Selain itu, bisa jadi ada

perbedaan antara audiens yang akan dia hadapi nanti,

dibandingkan dengan audiens yang sudah-sudah. Di sini

saya ingin menggarisbawahi, menekankan bahwasanya

setiap momentum public speaking sesungguhnya

adalah momentum yang sangat langka. Karena

pembicara yang berbeda, materi yang berbeda, audiens

Page 60: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

yang berbeda, waktu dan tempat yang berbeda, dan

berbagai hal lainnya adalah sesuatu yang jarang terjadi.

Pesan saya, tentang satu momentum yang jarang ini,

berbicaralah dalam bahasa yang sederhana dan

sistematis: big picture —details — big picture.

Tiga langkah inilah yang ingin saya anjurkan kepada anda

: big picture —details — big picture. Ini adalah sistematika

yang akan menyederhanakan materi yang akan anda

sampaikan kepada audiens anda. Mulailah dengan

suatu big picture, gambaran besar. Beberapa ada juga yang

menyebutnya helicopter view. Jadi seperti berada di

ketinggian tertentu di atas suatu wilayah

menggunakan helikopter, ceritakanlah dengan

sederhana apa yang akan anda sampaikan. Seberapa

penting hal tersebut, apa kaitannya dengan hal-hal

lainnya, fenomena apa yang menjadi sebab atau akibat

dari hal ini, dan seterusnya dan seterusnya.

Aspek terpenting dalam big picture yang pertama ini,

justru semua hal yang tidak termasuk dalam lingkup

materi itu sendiri. Siapa tetangga kita, apakah rumah kita

di tanah datar atau di lereng, bangunan apa saja yang

terlihat di sekitar rumah kita? Seperti itu kan yang akan

Page 61: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

kita lihat pada rumah kita, dari ketinggian tertentu dengan

helikopter?

Nah, kita masuk ke bagian berikutnya. Di sinilah saatnya

kita berbicara tentang segala yang berbau detail.

Segala tentang rumah kita. Bukan tentang sekitar rumah

kita, atau keadaannya. Tapi tentang seberapa luas

tanahnya, seberapa luas bangunannya, ada berapa tingkat,

bagaimana konsep arsitekturnya, konsep desain

interiornya, apa saja bahan bangunannya, dan seterusnya

dan seterusnya.

Potretlah semuanya dan ceritakanlah semuanya. Dengan

detail. Anda bisa menggunakan konsep 5W + 1H (what,

when, who, where, why, how). Tentunya, jangan lupa untuk

memunculkan sesuatu yang baru. Mudah-mudahan tidak

ada audiens kita yang hadir saat ini dan di saat lain

berikutnya, yang akan berkata,

“wah, pembicara itu ngomongin hal yang

sama. Engga ada yang baru.”

Terakhir, sebagai penutup dalam presentasi atau pidato

anda. Berikanlah sedikit big picture kembali, sebagai

penutup yang berupa kesimpulan dan rangkuman.

Jangan sampai audiens kita justru merasa pikirannya yang

baru saja dibawa melanglang buana kesana kemari

Page 62: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

dengan berbagai detail yang anda kemukakan, ternyata

tidak menemukan titik pemberhentiannya. Selain itu, big

picture yang terakhir ini adalah big picture yang berbeda

dengan di awal anda berbicara. Ini adalah kesimpulan dan

rangkuman dari semua materi anda kepada audiens.

Mudah-mudahan bermanfaat, big picture — details — big

picture ini, semoga berhasil diterapkan dengan mudah dan

sederhana dalam presentasi ataupun pidato anda.

Page 63: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Sebelum naik panggung

Page 64: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Kita juga perlu rasa takut,koq

Banyak orang merasa khawatir tidak siap ketika diminta

menjadi seorang public speaker. Takut, katanya. Takut di

depan tidak bisa mengeluarkan kata-kata, takut terdiam

seribu basa, takut ditertawakan, takut yang disampaikan

malah melebar ke mana-mana dan berbagai ketakutan

lainnya. Padahal, ketakutan yang menghinggapi seorang

calon public speaker adalah biasa terjadi. Pada siapapun.

Baik yang sudah terbiasa, maupun yang baru menjadi

public speaker. Seorang Charles Bonar Sirait pun juga

mengalami ketakutan yang sama. Tapi apakah lantas,

ketakutan ini adalah sebuah keburukan? Apakah lantas

ketakutan harus kita hapuskan sepenuhnya dari diri kita?

Keberanian adalah salah satu aspek penting yang akan

menunjang sukses tidaknya kita dalam melakukan suatu

public speaking. Tapi itu cuma salah satu aspek saja. Masih

banyak aspek lain yang perlu kita perhatikan.

Justru kita membutuhkan ketakutan untuk menyadarkan

diri kita bahwa kita belum siap. Ingat, momentum public

speaking adalah momentum yang sangat jarang

sesungguhnya. Materi yang sama, audiens yang sama,

tempat yang sama, pembicara yang sama adalah

Page 65: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

sesuatu yang nyaris tidak akan terulang, saya kira. Jadi,

setiap kesempatan yang diberikan harus kita

maksimalkan. Karena hanya itulah satu-satunya

kesempatan. Dan untuk inilah kita perlu rasa takut. Rasa

takut bahwa kita belum cukup menguasai materi kita.

Rasa takut bahwa kita belum cukup berlatih. Rasa takut

bahwa kita belum cukup mengenal siapa saja audiens kita,

dan berbagai ketakutan lainnya. Intinya, rasa takut bahwa

ketidaksiapan kita akan berujung pada hasil yang tidak

maksimal, harus tetap kita pelihara.

Memunculkan keberanian perlu, mereduksi ketakutan

juga penting. Tapi memelihara adanya ketakutan yang

tepat, juga penting agar kita dapat memberikan suatu

public speaking yang maksimal.

Page 66: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Jangan Terburu-Buru

Kemarin siang, saya diminta oleh teman-teman untuk

presentasi di depan kelas. Presentasi tentang konsep

pemasaran dari produk roti yang ditugaskan kepada

kelompok kami. Saya diminta maju seorang diri. Bukan

apa-apa, kata teman-teman supaya bisa lebih berseni dan

lebih dramatis. Kebetulan, audiens adalah teman-teman

sekelas, jadi saya sudah tahu persis kebiasaan mereka

(sebagai audiens) seperti apa. Dan saya juga tahu harus

berbuat apa.

Mengambil pelajaran dari kejadian sebelumnya, saya

kemudian berusaha untuk tenang. Kebetulan saya juga

mengenal karakter para audiens seperti apa. Sehingga

dapat menerapkan treatment (perlakuan) yang tepat.

Tentang apa yang saya sampaikan, saya membuat outline-

nya dulu di kertas kecil. Saya menulis disana, bahwa saya

harus menggugah perasaan hadirin dulu. Bahwa, makan

nasi adalah budaya. Yang ditularkan oleh orang tua kita

(sebagai pemilik rumah dan kepala keluarga) menjadi

ritual yang sangat biasa kita lakukan. Begitu ritualnya,

sehingga seakan-akan “hidup untuk makan nasi”.

Page 67: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Kemudian, saya menegaskan kepada para audiens, bahwa

pengambil keputusan, pemilik dana sekaligus pembayar

transaksi makanan pokok adalah orang tua kita yang

menjadi kepala keluarga. Sehingga, bila kita ingin

mengubah kebiasaan makan nasi di masyarakat menjadi

makan roti, kita harus mengubah persepsi kepala keluarga

tentang makanan pokok ini. Selanjutnya, berbagai jurus

pemasaran saya paparkan, tanpa terburu-buru. Saya

berusaha memanfaatkan setiap momen dengan tepat,

termasuk bila audiens ada yang nyeletuk. Ya tanggapi saja.

Tidak masalah. Jangan dianggap sebagai gangguan. Yang

paling penting, pesannya tersampaikan dan presentasi

berjalan sebagai sebuah bentuk hiburan bagi audiens.

Demikian pentingnya menjaga ketenangan diri supaya

tidak terburu-buru dalam melakukan presentasi. Karena

ketidaksabaran justru berbuah pada ketidaksampaian

pesan yang diinginkan serta hambarnya presentasi yang

anda lakukan. Presentasi yang hambar akan membuat

presenter tidak diingat oleh audiens, dan terutama: pesan

tidak menancap di benak audiens.

Jangan terburu-buru, itu kuncinya.

Page 68: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Bahan Baku Public Speaking

Public speaking adalah suatu proses. Proses komunikasi

untuk menghantarkan ide, dari komunikator kepada

komunikan. Bila diibaratkan suatu pabrik, yang memiliki

proses produksi, maka terdapat input dan output. Input ini

adalah bahan baku yang dibutuhkan untuk menjalankan

proses produksi. Sedangkan hasil produksinya, itu disebut

dengan ouput.

Kembali lagi ke proses komunikasi bernama public

speaking. Proses ini juga memiliki input dan output. Ouput

yang diinginkan adalah, tercapainya pemahaman pada

komunikan/audiens untuk kemudian, mereka dapat

tergerak untuk melakukan sesuatu. Tentu, karena public

speaking ini adalah suatu proses, maka terdapat input pula

yang harus ada sejak awal, sebagai bahan baku proses

komunikasi.

Input-nya adalah ide/gagasan yang ingin disampaikan.

Dan ini memang sesuatu yang harus ada sejak awal. Tapi,

ide tersebut tidak harus lengkap/sempurna ide tersebut

sebelum anda naik ke panggung public speaking. Yang

utama adalah, inti gagasan anda sebenarnya.

Page 69: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Seperti sebuah pabrik, proses komunikasi adalah sesuatu

yang membutuhkan keahlian dan pengalaman. Keahlian

berarti kebisaan, kemampuan. Suatu kemampuan yang

ada untuk memberiikan hasil yang diinginkan. Bukankah

pabrik seperti itu? Pabrik itu kan punya standar kualitas

yang ingin dicapai, bila barang tidak memenuhi kualitas

maka dianggap cacat dan tidak akan dirilis ke pasar. Betul

tidak?

Selain itu, pengalaman adalah akumulasi proses dan

waktu yang memperkuat kemampuan itu sendiri. Di

pabrik, tenaga-tenaga berpengalaman akan terus

dipertahankan kan? Wajar saja, karena pengalaman

mereka dalam memproduksi barang berkualitas itulah

faktor penting yang mempengaruhi kualitas barang

produksi. Meskipun pengalaman tidak bisa dibeli atau

diperoleh dalam waktu singkat, tapi sesungguhnya

pengalaman bisa dipelajari, koq.

Nah, maka dari itu proses komunikasi membutuhkan

kemampuan untuk memastikan kualitas penyampaian ide

yang sudah ada. Selain kemampuan, pengalaman dalam

menyampaikan ide adalah faktor penting bagaimana ide

bisa tersampaikan. Makanya, jam terbang dalam public

speaking menjadi penting

Page 70: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Tapi, proses dan bahan baku adalah dua hal yang berbeda

dalam pabrik. Demikian juga dengan komunikasi.

Prosesnya dan idenya adalah dua hal berbeda. Beda bab,

istilahnya. Bahkan bisa jadi beda buku Karena,

kemampuan public speaking yang mumpuni, belum tentu

bisa memberikan hasil yang maksimal ketika ide-nya saja

belum jelas benar. Dan sebaliknya, punya gagasan

cemerlang tapi tidak bisa menyampaikan, ya jadi percuma

kan punya ide?

Kita kembali ke judul di atas. Bahan baku public speaking.

Jadi, bahan baku yang harus dimiliki sebelum melakukan

public speaking, adalah ide/gagasan itu sendiri. Apa ide

saya? Itu adalah pertanyaan yang harus anda tanyakan

kepada diri anda sendiri, dan anda harus menguasai

jawabannya, sebelum anda naik ke panggung public

speaking

Page 71: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Grogi itu Punya Siapa?

Jangan anda pikir yang grogi itu cuma mereka yang baru

beberapa kali melakukan public speaking. Tidak, lho.

Sebenarnya anda salah kalau berpikir seperti itu. Saya

seringkali bertanya kepada mereka yang sudah sangat

sering melakukan public speaking. Pertanyaan saya

adalah: “masih suka grogi gak, waktu melakukan public

speaking?”

Nah, ternyata, yang sudah mahir dan sudah sering

sekalipun, masih suka merasa grogi. Baik itu penyiar,

pembicara, trainer, dan lain sebagainya. Jadi jangan salah.

Si “grogi” tidak cuma memilih mereka yang baru beberapa

kali melakukan public speaking. Tapi mereka tidak

pandang bulu. Si “grogi” menyerang semua orang.

Ternyata oh ternyata.. hehe..

Jadi, anda tidak usah takut bahwa seakan-akan hanya anda

satu-satunya orang di dunia yang grogi ketika akan

melakukan public speaking. Semua orang ternyata pernah

(kalau tidak boleh dibilang selalu) mengalami grogi ketika

akan melakukan public speaking. Jadi, ketika di antara

orang-orang itu ada yang sanggup melawan rasa grogi

mereka, dan tampil prima di panggung public speaking,

Page 72: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

kenapa anda tidak bisa? Toh, rasa grogi milik semua

orang, ‘kan?

Jadi, sebenarnya memang rasa grogi ini bisa berakhir pada

dua hal. Pertama rasa grogi akan terus ada sampai dengan

akhir waktu menjadi pembicara/guru/moderator, dll. Tapi

ada juga yang kedua, yang berhasil menekan rasa grogi

tersebut hingga justru rasa percaya diri yang lebih

mendominasi. Yang kedua ini yang seharusnya menjadi

acuan kita. Performa kita sebagai public speaker akan lebih

optimal kalau bisa meraih rasa percaya diri sekaligus

menekan rasa grogi. Begitu ‘kan?

Page 73: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Ketika berada di panggung

Page 74: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Menjadi Seorang Entertainer di Panggung Presentasi

Berkali-kali menghadiri seminar di aula kampus saya,

membuat saya bertanya-tanya. Mengapa para pembicara

tersebut, terutama yang hanya tampil seorang diri,

seringkali membosankan?

Materi yang mereka sampaikan tidaklah membosankan,

sesungguhnya. Justru saya datang ke aula karena materi

yang akan mereka sampaikan. Pun, siapa mereka

(dikaitkan dengan materi yang akan disampaikan),

mereka adalah orang-orang yang memang terkait dengan

materi mereka. Entah mereka adalah seorang dosen,

peneliti, praktisi bahkan pejabat terkait di topik-topik

tersebut. Tapi, yang menarik hanya materinya. Tidak

bagaimana mereka menyampaikannya.

Bicara penting tidak penting, yang paling penting adalah

materi. Itu memang benar, tidak perlu diperdebatkan. Dan

ketika pesan yang ingin kita berikan pada audiens lewat

materi itu sudah sampai pada target sasaran, tujuan kita

sebagai seorang presenter/pembicara, sudah selesai.

Tapi, tidak inginkah kita menjadi seorang entertainer di

atas panggung presentasi yang menghibur dan memukau

audiens kita? Nah, berikut adalah sedikit tips bagaimana

Page 75: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

tidak hanya menjadi seorang presenter, tapi juga

entertainer di panggung presentasi.

1. Sadarilah bahwa orang-orang datang untuk

mendengar anda. Sebelum anda melakukan presentasi di

hari-h, cobalah untuk hadir di hari gladi bersih. Sehari

atau dua hari sebelumnya. Latihlah diri anda sebagai

presenter di sana seorang diri. Berlatih di depan kursi-

kursi yang tak berpenghuni. Agar di hari-h anda

merasakan, bahwa audiens datang untuk mendengar anda

berbicara Hal ini menjadi penting ketika anda berada di

depan para hadirin, bahwa anda harus memberikan yang

terbaik pada audiens anda.

2. ketika anda berada di atas panggung presentasi,

sadarilah bahwa “semua mata tertuju pada

saya”. Semua gerak-gerik, ekspresi, intonasi dan kata-kata

anda. Karena audiens tidak hanya melihat layar presentasi

saja, atau hanya mendengar kata-kata saja, maka gerak-

gerik, ekspresi juga menjadi penting. Karena itu, menjadi

penting untuk mengintegrasikan sikap tubuh dan ekspresi

kita bersama dengan kata-kata yang kita ucapkan dan

intonasinya. Poin positifnya, pesan yang anda sampaikan

menjadi lebih jelas, anda juga menghibur dan memukau

audiens melalui kesatuan gerak tubuh dan kata-kata.

Page 76: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

3. sampaikanlah hal-hal menarik yang membuat

penampilan anda di atas panggung bisa diingat

banyak orang. Sampaikanlah cerita pribadi yang anda

alami. Yang menarik, tentu. Dan menarik tidak harus lucu,

lho. Yang jelas harus bersesuaian dan cocok dengan

dengan tema materi yang akan anda sampaikan.

Atau sampaikanlah insight-insight yang muncul di sekitar

kita. Insight ini adalah salah satu hal yang menarik ketika

kita mempresentasikan materi tentang marketing,

misalnya. Tentang mengapa perilaku konsumen bisa

berbeda-beda. Ternyata, ada perbedaan psikologis. Boleh

juga bercerita tentang hal-hal yang lucu. Dan tentu, lucu di

sini tidak sama dengan lucu-nya komedi-komedi kita yang

ada di Indonesia. Lucunya harus cerdas. Kira-kira begitu.

Bukan lucu yang menjelek-jelekkan orang lain. Bukan lucu

karena jelek.

4. Isilah presentasi anda dengan sedikit penampilan,

video, atau lagu. Bila perlu, sedikit menyanyi atau

memainkan alat musik. Tentu, tambahan seperti ini harus

disesuaikan dengan materi apa yang disampaikan. Sesuai

artinya, bisa sama dengan tema presentasi. Misal,

presentasi tentang bagaimana cara bermain gitar klasik,

diawali dengan permainan gitar klasik terlebih dahulu.

Page 77: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Atau, sesuai juga bisa berarti ada kesamaan pesan/

kesimpulan yang akan/sudah disampaikan dalam

presentasi. Misalnya yang dilakukan oleh Steve Jobs ketika

memperkenalkan laptop paling tipis di dunia:

memasukkannya ke dalam amplop, meletakkannya di atas

meja, dan kemudian mengeluarkan laptop dari amplop di

hadapan audiens!

Demikian, mudah-mudahan bermanfaat. Selamat menjadi

Entertainer di Panggung Presentasi.

Page 78: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

FOR dan FOE, Panduan Anda Memahami Audiens

“Frame of Reference: The context,

viewpoint, or set of presuppositions or of

evaluative criteria within which a person’s

perception and thinking seem always to

occur, and which constrains selectively the

course and outcome of these activities”

Fontana Dictionary of Modern Thought (2nd

edn: 1988)

Read more: Frames of

Referencehttp://www.doceo.co.uk/tools/f

rame.htm#ixzz1DkbIaD7z

Under Creative Commons

License: Attribution Non-Commercial No

Derivatives

Saat ini, kita berada di balik panggung public speaking,

menanti datangnya waktu dan tempat yang tepat untuk

menghadirkan diri kita sebagai public speaker di hadapan

para hadirin. Para hadirin, yang dengan sengaja sudah

datang ke gedung ini, sudah siap untuk melihat dan

mendengar apa yang akan kita sampaikan. Tapi tidak

Page 79: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

dengan kepala yang kosong tak berisi. Melainkan dengan

sejumlah pengetahuan dan pertanyaan yang sudah ada

sebelumnya. Kita, public speaker, tidak akan berbicara

dengan botol kosong.

Hadirin tidak datang seperti bayi yang baru lahir ke dunia.

Hadirin datang seperti seorang anak yang baru saja

menyelesaikan pendidikan dasar atau menengahnya, atau

seperti seorang sarjana yang baru saja menyelesaikan

pendidikan tingginya. Mereka datang dengan asumsi

tertentu, asumsi yang belum tentu sama dengan kita,

frekuensinya. Syukurlah bila sama, tetapi seringkali tidak.

Tapi justru di sanalah gunanya public speaking. Untuk

menghantarkan ide/gagasan/ilmu kepada para

komunikan, agar tercapai kesepahaman atau kemudian

tindakan.

Frame of Reference (FOR) dan Frame of Experience (FOE)

adalah dua kategori yang melingkupi semua asumsi yang

sudah mengisi hadirin di hadapan anda, public speaker.

FOR adalah asumsi-asumsi yang menjadi referensi bagi

para hadirin, bahkan setiap orang hadirin. Anda tahu,

sewaktu kecil, kita seringkali diberi tahu tentang sesuatu

oleh orang tua kita, bahkan sebelum kita melihatnya. Anda

tahu, guru geografi anda menceritakan tentang suatu

Page 80: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

wilayah, yang belum pernah anda kunjungi. Semua itu

membentuk persepsi anda tentang sesuatu. Simak quote

menarik berikut :

“We are told about the world before we see

it. We imagine most things before we

experience them. And those

preconceptions, unless education has made

us acutely aware, govern deeply the whole

process of perception” Walter

Lippmann Public OpinionNY, Macmillan,

1922

Read more: Frames of

Referencehttp://www.doceo.co.uk/tools/f

rame.htm#ixzz1Dke3AqSL

Under Creative Commons

License: Attribution Non-Commercial No

Derivatives

Frame of Experience (FOE) adalah berbagai pengalaman

yang telah dialami, atau kegiatan/aktivitas/tindakan yang

pernah dilakukan, yang memberiikan persepsi pada

hadirin anda. Baik sebagai pribadi, maupun sebagai

kelompok. Semua FOE telah memberiikan asumsi bagi

mereka, sesuatu yang perlu anda ketahui, sebelum

Page 81: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

menghantar ilmu/ide anda kepada mereka. Segala hal

yang dialami oleh hadirin, selama itu berupa pengalaman,

kita masukkan semua ke dalam kategori ini.

Kedua makhluk ini, FOR dan FOE adalah pembentuk

persepsi dan asumsi hadirin kita. Sebagai public speaker,

kita harus mengetahui hal ini terlebih dahulu. Ini yang

mungkin membedakan, kita sebagai seorang mahasiswa

S1 akan terasa lebih sulit untuk menyampaikan ide

tentang penelitian ilmiah di hadapan seorang profesor

ketimbang puluhan rekan-rekan kita sendiri. Karena

profesor, memiliki lebih banyak FOR dan FOE ketimbang

rekan-rekan mahasiswa kita yang seumuran.

Simpulannya adalah, ketika anda sedang mempersiapkan

public speaking anda di depan khalayak, cobalah untuk

turut mencari tahu, apa saja FOE dan FOR yang sudah

menghinggapi mereka sebelumnya. Dengan mengetahui

kedua hal ini, akan mudah bagi kita untuk menghantarkan

ide/ilmu/gagasan kita kepada mereka.

Page 82: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Fokuslah ke Audiens, bukan Layar Presentasi Anda!

Ada banyak presenter yang sangat mengandalkan layar

presentasi mereka. Sejak awal menyiapkan diri untuk

presentasi, mereka menuang semua bahan yang akan

disampaikan, tumpah ruah ke dalam slide-slide mereka.

Khawatir gambar tidak bisa menjelaskan maksud yang

ingin mereka sampaikan, alih-alih mereka justru

menuangkan paragraf ke dalam tiap slide mereka.

Selain itu, mereka menghitung berapa banyak slide yang

harus mereka buat berdasar asumsi awal mereka: berapa

menit yang terhabiskan oleh setiap slide. Jadi misalnya

disediakan waktu 30 menit, dengan tiap slide

menghabiskan waktu 2 menit, maka slide yang harus

mereka buat adalah 15 slide! Entah bagaimana

mengisinya, pokoknya jumlahnya harus 15 slide, tidak

boleh lebih, apalagi kurang!!

Mereka mengawali presentasi dengan berdiri di hadapan

audiens. Tapi hanya berdiri saja. Mereka memberiikan

salam pembuka, tapi tidak menatap audiens. Kemudian

mereka fokus pada layar presentasi. Mereka menceritakan

semua yang terlihat di tiap slide, dan terus seperti itu pada

Page 83: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

slide-slide yang berikutnya. Rasanya, tidak ada bedanya,

antara ada audiens atau tidak ada..

Biasanya, hal ini terjadi karena anggapan dari presenter

sendiri, bahwa audiens adalah botol kosong. Botol yang

tidak ada isinya sama sekali, dan botol yang harus dituang

air “informasi” ke dalamnya. Padahal tidak sama sekali!

Audiens adalah manusia hidup yang datang untuk melihat

dan mendengarkan. Mereka ingin melakukan konfirmasi

atas apa yang mereka ketahui sebelumnya. Atau, bila

memang mereka belum mengetahui sesuatu apa pun,

mereka punya rasa ingin tahu yang tinggi, dan mereka

ingin rasa ingin tahu tersebut terpuaskan.

Karena itu, sesungguhnya mereka ingin terlibat. Mereka

bukan botol kosong yang hanya ingin mendengar dan

menangkap informasi. Tapi mereka juga ingin

mengkonfirmasi apakah informasi tersebut benar adanya.

Minimal, sampai rasa ingin tahu mereka benar-benar

terjawab.

Bagi anda para presenter, jangan mudah ditipu oleh layar

presentasi. Layar adalah alat bantu bagi anda untuk

memudahkan penyampaian. Fungsi layar sesungguhnya

adalah memvisualisasikan apa yang anda sampaikan.

Memvisualisasikan kepada hadirin anda. Tapi inti dari

Page 84: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

presentasi anda tetaplah ide anda sendiri. Ide yang ingin

anda sampaikan.

Oleh karena itu, jangan menumpahkan semua bahan ke

dalam slide-slide presentasi anda. Slide hanyalah alat

bantu. Jangan sampai alat bantu justru mengganggu anda

dalam menyampaikan ide anda. Ide anda adalah prioritas

yang harus tersampaikan. Dan visualisasi melalui slide

presentasi hanyalah alat bantu.

Page 85: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Mencuri Seluruh Perhatian Audiens

Public Speaking ternyata memang tidak bisa asal-asalan.

Mungkin bisa, bagi mereka yang sudah sangat

berpengalaman, yaitu yang sudah sangat sering diminta

untuk berbicara di depan hadirin. Tapi tentu saja, mereka

mengawali itu semua dengan belajar dan berlatih dengan

serius. Hampir semua aspek dalam public speaking tidak

bisa kita anggap remeh. Termasuk (dan terutama) dalam

hal mendapatkan perhatian audiens. Mulai dari yang

duduk di depan, hingga di belakang. Mulai dari awal,

hingga akhir kesempatan public speaking yang diberikan

kepada kita.

Ada beberapa hal yang coba saya sarankan kepada teman-

teman semua, seluruh pembaca artikel ini, terkait

bagaimana “mencuri seluruh perhatian audiens”:

Kenali siapa audiens anda. Pada dasarnya, tidak ada

waktu yang tidak tersedia bagi kita, calon pembicara

untuk mencari tahu siapa saja calon audiens kita.

Seberapa pun sempitnya waktu ketika kita dihubungi

untuk mengisi suatu kegiatan seminar, pelatihan, kelas,

dan lain sebagainya, sebenarnya selalu ada kesempatan

untuk mencari tahu siapa saja calon pendengar kita. Dan

Page 86: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

kesempatan ini jangan disia-siakan sama sekali. Aspek

penting yang harus kita ketahui adalah apa aktivitas

sehari-hari yang mereka lakukan. Berbicara di depan

puluhan mahasiswa tentu berbeda dengan berbicara di

hadapan para pejabat pemerintah, dan lain sebagainya.

Dari sini kita bisa mengetahui, gaya komunikasi seperti

apa yang layak kita bawakan. Lelucon seperti apa yang

pantas untuk kita sampaikan. Bila gaya komunikasi saja

sudah tidak pas, bagaimana kita akan mendapat perhatian

audiens ‘kan?

Kenali karakteristik audiens anda. Karakter audiens

juga akan mempengaruhi apa dan bagaimana kita

menyampaikan materi yang dipesan kepada kita. Karakter

yang paling utama adalah bagaimana kita harus

berinteraksi dengan mereka. Apakah mereka cukup

terbiasa untuk berdiskusi di tengah-tengah pembicaraan?

Atau justru diskusi biasanya dilakukan di tanya jawab?

Yang kedua, bagaimana posisi pemahaman mereka

terhadap hal yang akan anda sampaikan? Apakah hal

tersebut sudah demikian familiar bagi mereka, sehingga

kita tidak perlu mengulanginya dari dasar? Bisa jadi

sebaliknya, kita harus menekankan beberapa hal

fundamental di awal presentasi kita kepada audiens,

Page 87: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

sebelum sampai kepada inti materi. Seberapa perhatian

mereka terhadap apa yang anda sampaikan, dipengaruhi

juga oleh sejauh apa pemahaman mereka, disamping

minat terhadap materi yang akan anda sampaikan.

Hanya sebagai contoh, public speaking berupa pidato

sambutan tentu saja tidak memerlukan sejauh apa

pemahaman audiens akan yang anda sampaikan, cukup

menjembatani saja antara pembukaan dengan inti acara.

Tetapi sebaliknya dengan pengisi materi inti. Dia benar-

benar harus mengetahui sejauh apa posisi pemahaman

audiens, agar dapat menyampaikan materi sebaik-

baiknya, setepat-tepatnya. Keduanya berbeda, tetapi tetap

memerlukan perhatian yang sama kan dari seluruh

audiens?

Ciri-ciri audiens yang fokus pada public speaking

Ketiga parameter berikut dapat menjadi tolok ukur anda

sebagai pembicara, untuk mengukur seberapa perhatian

audiens terhadap apa yang anda sampaikan:

1. Aura positif. Apakah anda merasakan bahwa

situasi dan kondisi public speaking memiliki aura

positif seperti yang anda harapkan? Bila anda

berbicara dalam suatu pelatihan kepemimpinan,

Page 88: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

apakah anda merasakan munculnya semangat

kepemimpinan dari para peserta?

2. Interaktif. Interaktif disini, sebenarnya lebih

mengarah pada ketidakmonotonan suatu public

speaking. Bisa monoton, ketika metodenya itu-itu

saja. Hanya berbicara saja, bisa jadi monoton.

Tidak mengajak audiens aktif, bisa jadi monoton.

Hanya berdiri di satu titik saja di ruangan, bisa jadi

monoton. Dan seterusnya, dan seterusnya.

3. Komunikasi dua arah. Ini adalah salah satu

bentuk public speaking yang interaktif. Pelibatan

kedua fungsi komunikasi: komunikan dan

komunikator. Yang berbicara dan yang

mendengarkan. Tidak hanya satu arah saja, tidak

hanya satu pihak sebagai pembicara dan satu

pihak lainnya sebagai pendengar. Tapi keduanya

berbicara dan keduanya mendengarkan.

Parameter ini termasuk salah satu parameter

terpenting dalam kualitas anda sebagai seorang

pembicara.

Demikian artikel ini, semoga sukses menerapkannya bagi

anda, calon pencuri perhatian seluruh audiens

Salam, Ikhwan.

Page 89: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Outfit yang Pas untuk Presentasi

Presentasi adalah soal menghantarkan. Presentasi

bermaksud menyampaikan pesan. Presentasi tidak hanya

secara lisan dan gambar di layar. Tapi presentasi juga

termasuk soal menyatukan materi presentasi dengan sang

presenter itu sendiri. Karena itu, outfit sebagai bagian dari

presenter, menjadi hal penting dalam presentasi. Dan ini,

harus benar-benar sesuai dengan jenis presentasi yang

dilakukan. Jenis presentasi, sedikit banyak bisa

menggambarkan materi presentasi yang ingin

disampaikan. Dari sini, kita menentukan outfit apa yang

sebaiknya kita gunakan. (outfit: pakaian)

Presentasi Akademik

Dunia pendidikan kental sekali dengan penelitian dan

pemaparan hasil penelitian. Setelah pendidikan Sekolah

Menengah, untuk menjadi seorang sarjana, mahasiswa

tersebut dituntut untuk mampu merancang,

melaksanakan, membahas dan menyampaikan penelitian

dan hasilnya kepada para dosen strata 1. Pada strata 2

(S2), tuntutan penelitian juga lebih mendalam, pada

bidang tertentu. Strata 3 lebih keren lagi, harus

Page 90: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

memunculkan sesuatu yang baru dan tidak lagi didukung

oleh pembimbing, melainkan oleh promotor.

Bahasan presentasi akademik bersifat logis, empiris

berdasar fakta atau data, dan sistematis, tentu saja. Di sini

presenter akan menyampaikan latar belakang dan tujuan

penelitiannya, metode penelitian kemudian hasil serta

kesimpulannya. Selanjutnya, para penguji akan

mempertanyakan segala hal yang terkait penelitian

sekaligus teori-teori yang menyertainya. Semua dilakukan

dengan logis, empiris, dan sistematis.

Outfit yang tepat : pakaian formal, karena suasana diskusi

yang formal, dan dalam kegiatan pendidikan yang bersifat

resmi. Minimal, kemeja dan dasi untuk pria, sedangkan

wanita memakai blus. Lebih baik bila memakai jas. Sepatu

juga menyesuaikan. Sepatu berhak tinggi menambah

percaya diri, tapi harus tetap membuat nyaman. Pria

mengenakan pantofel.

Presentasi Bisnis

Bisnis adalah dunia sosio-sains. Kombinasi antara social

dan sains, meski sedikit. Banyak hal dalam bisnis bisa

dijelaskan secara logis, meski sedikit. Sambil berjalan pada

rel logis, bisnis penuh dengan kreatifitas. Sehingga, tampil

Page 91: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

beda (baca: tampil kreatif) adalah suatu kebutuhan dalam

presentasi bisnis. Perbedaan akan membuat produk yang

anda perkenalkan akan diingat, dan perbedaan juga yang

akan membuat produk anda dibeli oleh banyak orang.

Lihat saja Steve Jobs. Pendiri Apple,Inc. yang setelah

kembali ke perusahaan yang didirikannya sendiri, menjadi

lebih terkenal sebagai seorang presenter handal produk-

produk Apple,Inc. Kecintaannya pada produk inovasinya,

membuat dirinya sendiri selaku CEO (baca: direktur

utama) yang mempresentasikan produk-produk inovatif

tersebut. Dan untuk itu, Steve Jobs berani tampil beda,

dalam presentasi, di depan audiens.

Dia selalu mengenakan black mock (sejenis bahan kaos),

blue jeans, dan sepatu olahraga. Mungkin terdengar aneh.

Mungkin terdengar freak banget. Tapi itulah dia Steve

Jobs. Inovator produk revolusioner, music players dan

SmartPhones. Setelah semua produk-produknya

mengubah kebiasaan umat manusia, apakah anda akan

melarangnya untuk berpresentasi dengan pakaian seperti

itu, terus-menerus? Setelah semua yang dia lakukan,

rasanya, anda tidak akan melarangnya

Mahasiswa dari kampus-kampus juga biasa melakukan

presentasi bisnis ke perusahaan-perusahaan. Ya, bisnis.

Page 92: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Mereka mengajak perusahaan untuk berpartisipasi

sebagai sponsor dalam program mereka, dan mereka

mendapat pendanaan untuk program tersebut. Outfitnya?

Relatif standar, meski tidak jelek-jelek sangat. Kemeja,

jangan kaos. Celana bahan lebih baik dibanding celana

jeans. Bila perlu, membawa laptop untuk langsung

presentasi. Pakai Tablet PC juga boleh, koq. Semakin

terbaru, semakin baik malah

Cara ini sangat direkomendasikan, sebenarnya. Karena

desain slide presentasi dapat ditujukan langsung dan

personal untuk perusahaan tersebut, agar bersedia

menjadi sponsor.

Presentasi Seminar

Pernah menyaksikan program TV ”Mario Teguh Golden

Ways”, kan? Berkali-kali saya amati, atasan pakaian yang

beliau seringkali gunakan adalah kemeja, dasi dan jas.

Adakalanya juga beliau menggunakan kemeja dan dasi.

Bahkan, beberapa kali hanya mengenakan kemeja saja.

Untuk bawahan, hampir semuanya dipadankan dengan

celana berbahan katun.

Ketiga macam atasan pakaian yang digunakan Pak Mario

Teguh adalah pakaian yang seringkali digunakan para

Page 93: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

pembicara dalam seminar-seminar. Termasuk ketika saya

memoderasi seminar yang diisi oleh Wakil Menteri

Transportasi dan Rektor Universitas Paramadina. Bapak

Wakil Menteri Transportasi menggunakan kemeja dan jas

saja, sedangkan Bapak Rektor menggunakan kemeja batik.

Nah, ini. Pakaian resmi-tradisional seperti batik juga

sangat baik digunakan dalam presentasi. Di satu sisi

pakaian ini berpotongan kemeja, di sisi lain membawa

atribut budaya daerah dalam kegiatan semacam seminar.

Hal ini juga bernilai positif di hadapan audiens, koq.

Penutup

Ada nilai-nilai budaya yang terkandung dalam sikap dan

tingkah laku kita kala berinteraksi dengan orang lain.

Tidak hanya dalam interaksi face to face dengan seorang

lawan bicara, tapi juga ketika kita berhadapan dengan

lawan bicara dalam jumlah besar (audiens). Tidak hanya

nilai budaya bangsa yang hadir, sesungguhnya. Tapi ada

kesan menghormati yang kita jaga dan perlihatkan pada

rekan presenter kita. Semuanya penting : eye contact, open

posture dan hand gesture. Dan sama pentingnya dengan

yang kita bahas kali ini di atas: outfit yang tepat untuk

presentasi.

Page 94: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Aslinya Foto untuk Presentasi

Gambar berbicara lebih banyak daripada sekedar tulisan.

Dan gambar berupa fotografi yang ditampilkan dalam

presentasi, akan lebih menyentuh hati ketimbang sekedar

gambar (kartun atau diagram). Ingatlah apa yang disebut :

Picture Superiority Effect (PSE). Apabila hanya tulisan,

hanya akan diingat sebanyak 10% di antara materi yang

disampaikan, pada 72 jam berikutnya. Sedangkan apabila

disampaikan bersama dengan gambar, orang-orang akan

mengingat sebanyak 65% di antaranya, pada jam yang

sama, yaitu 72 jam setelah presentasi dihantarkan.

Menurut John Medina, setiap kata pada layar presentasi

kita akan diingat sebagai sebuah gambar. Karena itu, pada

layar presentasi berisikan 40 kata (ini adalah jumlah kata

yang sering muncul dalam tiap slide presentasi, menurut

suatu penelitian), pesan yang ingin disampaikan akan

sangat-sangat membingungkan. Ada 40 gambar gitu!

Nah, agar tidak membingungkan waktu memakai foto

untuk presentasi, ini adalah kriteria penting untuk si foto

tersebut :

Page 95: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Simplicity: point of interest

Sederhanakan objek foto yang anda ambil dengan kamera

anda, sehingga objek itu terkesan “tunggal” atau menjadi

“pusat perhatian”, terhadap benda-benda lain di

sekitarnya. Ambil contoh dalam fotografi, bagaimana kita

memotret masjid di tengah-tengah hiruk-pikuk keramaian

kota dan masyarakatnya, dengan tujuan foto ini digunakan

untuk memvisualisasikan suatu situs peribadatan

terhadap sekitarnya. Atau bagaimana kita memotret suatu

bangunan dengan atap yang unik di tengah-tengah suatu

lingkungan dengan banyak rerumputan di sekitarnya dan

satu tempat parkir di sebelah bangunan tersebut?

Balance: mau simetris atau asimetris ?

Indahnya fotografi dalam presentasi adalah ketika kita

dapat menyesuaikan objek foto yang “simple” tapi

“harmonis” dengan benda-benda lain yang berada di

sekitar objek tersebut. Balance tidak harus simetris,

karena objek tidak harus berada di tengah-tengah foto.

Tetapi dapat juga dilakukan dengan meletakkan objek di

posis yang asimetris terhadap benda-benda lainnya.

Misalkan bagaimana kita menempatkan seorang pedagang

keliling (objek) di jalan-jalan perumahan, untuk

Page 96: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

memvisualisasikan keinginan pedagang tersebut untuk

dapat menjajakan dagangannya di kompleks perumahan

tersebut. Seberapa jauh pandangan seorang pedagang ini

dapat memperlihatkan kepada audiens sejauh apa

“keinginan” pedagang ini untuk menjajakan dagangannya

dari rumah ke rumah. Untuk ini, kita dapat meletakkan

sang “objek” di sisi tepi dari gambar foto kita untuk

memaksimalkan “keinginan” sang objek.

Framing: sense of deepness

Memberikan ”kedalaman” pada gambar foto kita juga

penting untuk melukiskan ruang 3 dimensi dalam potret 2

dimensi kita. Misalnya, dalam suatu lembar promosi

wisata, terdapat foto danau yang dipotret dari tempat

yang agak tinggi. Dari titik pemotretan ini, kita bisa

melihat bagaimana luas permukaan danau secara

keseluruhan. Termasuk seberapa lebar siy kira-kira danau

tersebut? Hehe.. betul tidak?

Atau misalkan, di lembar promosi wisata yang lain, sang

pemasar ingin memperlihatkan pantai Indonesia sebagai

pantai dengan garis terpanjang di dunia dan sangat layak

menjadi daerah kunjungan wisata. Cara menampilkan

”panjangnya garis pantai” adalah dengan memotret bibir

Page 97: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

pantai sepanjang mungkin dengan teknik yang

memaksimalkan lembar potret kita, yaitu memotret garis

pantai hingga tampak diagonal dalam foto kita.

Ekspresi dong… fotografi bisa mengeksplorasi

ekspresi makhluk hidup, lho!

Menghadirkan perasaan audiens ke dalam ruang

presentasi juga butuh media, tentu saja. Tidak bisa hanya

dengan mengandalkan lisan dari kita saja. Dan di sinilah

kelebihan foto sebagai media presentasi. Rekaman gambar

makhluk hidup dengan ekspresi aslinya (yang tentu sulit

untuk direkayasa secara digital) menjadi salah satu yang

dapat kita gunakan untuk menyentuh perasaan audiens,

hingga mengajak mereka hadir dan merasakan presentasi

kita seutuhnya.

Foto tanpa editing, seindah warna aslinya

Alam tidak pernah luntur warnanya. Pun demikian dengan

bentuknya. Berjalan-jalanlah bersama audiens anda yang

belum pernah mereka kunjungi, alam yang ada dalam foto

anda. Pun mereka pernah, ajaklah sekali lagi seakan-akan

anda dan mereka benar-benar ada di alam itu.

Deskripsikan pada mereka bagaimana keadaan di sana.

Page 98: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Maksimalkan indera audiens kita agar mereka turut

merasakan suasana yang sama dengan kita. Libatkan

mereka bersama kita sehingga sebagaimana mereka juga

berada di alam yang sama dengan kita. Dan semuanya bisa

kita lakukan dengan foto alam tanpa editing sedikitpun!

Page 99: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

So, The Stage is Yours

Beberapa orang di antara kita adakalanya mengalami

gugup sebelum maju untuk presentasi. Sebenarnya

presentasinya tidak langsung dilakukan. Jadi, bukan yang

langsung diminta, untuk kemudian langsung

mempresentasikan. Tapi ada jeda waktu untuk

mempersiapkan materi presentasi dan bagaimana

presentasi itu disampaikan. Nah, meski demikian, ternyata

beliau juga masih belum PeDe setelah beberapa kali

latihan.

Percaya atau tidak, siap atau tidak siap, sesungguhnya kita

harus maju ketika sudah diminta untuk presentasi. Karena

tidak bisa tidak, masa’ ketika sudah di depan audiens, kita

tiba-tiba ingin mundur. Saya pernah mengalami ini

sebelumnya. Bukan saya sebagai yang mempresentasikan,

tetapi saya sebagai audiens. Saya sudah melihat seseorang

maju dan berdiri di depan, di tempat seharusnya

presentasi dilakukan. Dan saya siap melihat dan

mendengarkan. Tetapi, ternyata yang sudah di depan,

setelah berbicara beberapa saat—entah apa saat itu, saya

lupa apa yang sudah beliau sampaikan. Eh, ternyata eh

ternyata. Beliau minta mundur. Katanya, belum

Page 100: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

mempersiapkan diri. Padahal sudah terlanjur di depan,

dan sudah terlanjur ada yang disampaikan.

Nah, dua kejadian ini kan sangat disayangkan yah kalau

terjadi. Harus kita yakini bahwa akan ada saat kita untuk

maju dan menyampaikan pendapat kita. Siap tidak siap,

ada yang harus disiapkan atau tidak, ternyata

para audiens sudah ingin mendengar kita. Nah ini kan

tidak baik. Saya pribadi punya pengalaman seperti itu.

Ketika itu, saya diminta untuk menyampaikan beberapa

patah kata mewakili teman-teman. Tapi ternyata, apa yang

ingin saya sampaikan sudah terucapkan oleh ketua panitia

yang membuka acara, dan ketua organisasi dari yang

punya acara tersebut. Wah, gelagapan lah saya. Dan

hasilnya tidak baik, benar-benar tidak baik.

Selidik punya selidik, ada beberapa hal yang memang

seringkali mendasari sukses tidaknya kita untuk

presentasi. Dan ternyata, hal itu jauh dari persiapan. Jauh

dari kesiapan atau ketidaksiapan yang kita lakukan

sebelumnya. Hal tersebut adalah, ketenangan mental kita

untuk presentasi. Dan ini yang krusial, ternyata.

Dalam cerita tentang saya, saya bukannya tidak

menyiapkan diri. Saya sudah menyiapkan diri. Dengan

beberapa materi yang saya rencanakan untuk saya

Page 101: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

sampaikan, tentu saja. Nah, ini dia masalahnya. Saya tidak

menyiapkan mental saya ketika ternyata apa yang saya

akan sampaikan, sudah disampaikan oleh dua pembicara

sebelum saya. Dan inilah yang menyebabkan kegagalan

saya.

Padahal, kalau kita sudah memiliki ketenangan mental,

kita akan tenang menghadapi keadaan ini dan justru

berpikir kreatif untuk mensolusikannya. Dan bagi mereka

yang berhasil melakukannya, ini adalah batu loncatan

untuk bisa berhasil lebih baik lagi di kesempatan-

kesempatan presentasi yang berikutnya. Dan uniknya,

kejadian ini bisa berlaku untuk siapapun. Artinya, kita bisa

mengulangi keberhasilan-keberhasilan yang sudah ada

(baik oleh diri sendiri maupun orang lain) ini. Kalau sudah

siap dengan ketenangan mental, ya sudah. Silakan maju

saja. Saya akan menyemangati dengan kata-kata :

The Stage is Yours (panggung adalah milik anda)

Page 102: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Lima Langkah Memperbaiki Presentasi

Tidak semua presentasi bisa diisi dengan materi yang

menarik. Terkadang, materi yang disampaikan terlalu

teknis, sulit untuk comprehensive, atau hanya sekedar

berbagi hal-hal menarik kepada audiens. Tapi, anda tidak

mungkin kembali ke balik panggung, membatalkan

presentasi kan? Hanya karena materi yang harus anda

sampaikan, tampak tidak menarik bagi audiens.

“The show must go on”, itu mungkin yang ada di pikiran

anda saat itu. Dalam keadaan seburuk apa pun, anda harus

tetap tenang dan berpikir kreatif, untuk mengatasi

persoalan ini. Berikut ini, kami berikan 5 langkah, yang

dapat anda gunakan kapan pun dan di mana pun untuk

menghidupkan kembali presentasi yang membosankan.

1. Tambahkan Variasi Vokal

Bahkan presentasi yang paling membosankan sekalipun,

akan menjadi “hidup” bila presenter manggunakan

beberapa variasi vocal. Lebih spesifik, ubahlah bagaimana

anda melafalkan kata-kata anda, atau berikan tekanan

suara pada pernyataan-pernyataan yang penting, atau

merendahkan suara anda untuk membuat efek pada isi

Page 103: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

materi yang tidak begitu penting menjadi lebih menarik.

Perubahan vocal yang monoton menjadi variasi yang lebih

hidup, akan membantu audiens anda untuk lebih

mendengarkan.

2. Tunjukkan Passion

Pilih topik paling tidak menarik di dunia, berikan passion,

dan—seperti sulap—anda sudah punya topik menarik

untuk didengarkan. Audiens anda begitu pintar, dan

mengetahui secara cepat, apakah presenter meyakini

kebenaran dari apa yang dia katakana. Ketika topik

dipresentasikan dengan passion, bahkan presentasi paling

teknis sekalipun dapat “hidup”.

3. Jadikan Nyata

Satu tantangan terbesar bagi presenter yang menyajikan

materi yang cukup teknis adalah menciptakan relevansi

antara audiens dengan materi. Terutama, bagi audiens

yang tidak familiar dengan topik tersebut. Sebagai contoh,

tidak semua orang tertarik dengan obat-obatan dan cara

menggunakannya. Bagaimanapun, jika presenter mampu

menunjukkan bagaimana obat-obatan dapat digunakan

secara sehari-hari, tiba-tiba semua materi menjadi

Page 104: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

menarik untuk diaplikasikan. Dengan memberiikan

informasi nyata melalui contoh dan studi kasus, presenter

dapat menjawab keingintahan paling dalam dari audiens :

“Dari presentasi ini, apa yang berguna bagi saya?”

4. Tunjukkan dengan Visual

Sebagian besar presenter memahami bahwa audiens

menyerap informasi dengan cara yang berbeda-beda.

Beberapa menggunakan pendekatan auditori, yang lain

menyediakan handout dan beberapa lainnya lebih

memilih menonton video multimedia daripada

mendengarkan kuliah selama 1 jam. Karena itu, presentasi

yang menarik menggunakan berbagai alat, dan ini sering

dilakukan! Bawalah gambar, video, chart, handout, dan

banyak media visual lainnya untuk presentasi anda.

Menggunakan dua atau lebih alat bantu visual, akan

membuat audiens anda terus tertarik dengan materi

anda—hingga presentasi selesai.

5. Pelan dan Bernafas Sejenak

Tidak ada aturan yang menyatakan bahwa presenter tidak

boleh bernafas saat presentasi. Tidak ada aturan juga yang

menyatakan bahwa presentasi harus dihantarkan secepat-

Page 105: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

cepatnya. Pada kenyataannya, berhenti sejenak dalam

presentasi anda, akan memberiikan waktu bagi audiens

untuk menangkap, maksud apa yang presenter ingin

sampaikan. Terutama, bila presentasi terisi penuh dengan

fakta dan gambar, tanpa pesan singkat yang tersurat.

Sediakan waktu untuk bernafas, melihat sekeliling, dan

memastikan bahwa semua audiens terlibat dengan anda.

Presentasi yang terlalu cepat, kata-kata yang mengalir

secepat kereta api, slide yang segera berganti hanya dalam

hitungan detik, akan mengganggu audiens. Dan mereka,

akan meninggalkan anda dengan hanya sedikit informasi.

Jauh dari yang anda harapkan.

Itulah lima langkah untuk memperbaiki presentasi yang

membosankan. Ini hanyalah lima langkah. Tentu masih

ada banyak metode lainnya. Nantikan artikel berikut dari

kami, mengenai PUBLIC SPEAKING.

Page 106: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Setelah turun panggung

Page 107: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Menjadi Public Speaker Profesional

Public speaker bukan sekedar profesi yang dilakukan di

panggung presentasi. Tidak, lebih dari itu. Public speaker

profesional, adalah mereka yang profesional sejak

sebelum, saat, dan setelah momentum public speaking.

Public speaker profesional memiliki disiplin tertentu yang

secara konsisten mereka jalani untuk membangun karir

dan profesi mereka. Kita bahas satu demi satu.

Public speaker professional mempersiapkan diri

sebelum tampil di panggung

Public speaker professional sadar bahwa kesempatan

hanya datang satu kali. Pada materi yang sama, audiens

yang sama, waktu yang sama, semuanya hanya terjadi satu

kali. Dan public speaker professional tidak ingin menyia-

nyiakan kesempatan tersebut. Maka dari itu, mereka

selalu mempersiapkan diri sebaik-baiknya.

Public speaker professional siap dengan keadaan

apapun yang mungkin terjadi di panggung

Sadar bahwa keberjalanan acara akan sangat bergantung

pada diri mereka, public speaker handal mempersiapkan

Page 108: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

diri untuk segala kemungkinan. Mulai dari keadaan paling

baik, yakni kesesuaian rundown acara dengan teknis

lapangan, hingga kemungkinan crash yang bisa terjadi

kapan pun di panggung. Public speaker professional siap

dengan perubahan keadaan yang tiba-tiba, siap untuk

mempercepat komunikasi yang dia lakukan, dan siap

untuk mengulur waktu yang sudah diberikan demi

kesesuaian dan keberjalanan acara. Sebabnya tentu saja

jelas, panitia tidak ingin kekacauan di balik panggung,

diketahui oleh audiens.

Public speaker professional, sebisa mungkin tidak

menolak tawaran yang diberikan

Bagi para public speaker professional, tawaran adalah

rezeki. Menolak tawaran public speaking, berarti menolak

rezeki. Dan mereka sadar, sekali menolak, bisa berarti

tidak akan diminta kembali untuk menjadi public speaker.

Kecuali bertabrakan dengan agenda penting pribadi, yang

tidak bisa ditunda-tunda lagi, atau bertabrakan dengan

agenda public speaking yang lain, maka public speaker

professional akan selalu berusaha mengambil kesempatan

yang diberikan.

Page 109: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Profesi yang butuh kemampuan public

speaking

Page 110: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Moderator yang Simple dan Smoothly

Dalam sebuah kegiatan seminar, inti acaranya adalah

penyampaian suatu materi kepada hadirin. Mereka datang

setelah mendapat informasi melalui baligo, spanduk,

radio, televisi dan lain sebagainya. Hadirin tentu memiliki

harapan tentang apa dan bagaimana materi disampaikan

oleh pembicara. Ekspektasi ini kemudian sedikit demi

sedikit dipenuhi melalui penyampaian materi. Dan

mencapai puncaknya ketika sesi tanya jawab dilakukan.

Keberjalanan seminar yang baik dan efektif mencapai

tujuan pemberian informasi ditunjang oleh beberapa

elemen seminar. Mulai dari tata panggung, pencahayaan,

tata suara (kapasitas speaker, microfon, dan lain

sebagainya), termasuk orang-orang yang berperan di

dalamnya : MC (master of ceremony), LO (liaison officer),

dan terutama : moderator.

Moderator ini layaknya sebuah interface dalam komputer.

Sistem operasi (operating system) komputer yang canggih

sekalipun, akan memberiikan kesulitan bagi para

penggunanya ketika tidak memiliki interface yang simple

dan smoothly. Sama dengan moderator seminar.

Moderator yang baik, adalah moderator yang bisa

Page 111: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

menjembatani pembicara dan hadirin secara simple dan

smoothly. Moderator yag berkualitas, akan memimpin

jalannya seminar dengan smooth (halus), secara perlahan

mengatur tempo pemberian informasi. Tujuannya agar

hadirin benar-benar bisa menangkap informasi seutuhnya

dan sesederhana mungkin dalam alokasi waktu yang

diberikan panitia.

Biasanya, MC akan mengawali acara seminar dengan

salam, tentu saja. Kemudian berlanjut dengan

menyebutkan judul seminar yang sedang dilaksanakan.

Setelah sedikit pengantar, MC akan meminta seorang

dirigen untuk memimpin lagu Indonesia Raya. Lagu ini

tidak selalu ada, tapi alangkah baiknya bila penyelenggara

membiasakan agar lagu ini selalu dinyanyikan. Kemudian,

MC akan mempersilakan moderator untuk maju ke

panggung dan mulai memimpin jalannya seminar. Kita

misalkan, moderatornya adalah anda.

Ketika sudah di depan panggung, sebaiknya anda

memberiikan sedikit pengantar. Semacam basa-basi

memang, tapi karena moderator analog dengan interface,

basa-basi ini penting bagi anda untuk menciptakan

jembatan yang menghubungkan pikiran hadirin dengan

Page 112: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

materi seminar yang sesaat lagi akan diberikan. Berikut

contohnya:

Saya adalah mahasiswa program bisnis

administrasi, tapi saya juga pengajar siswa

sekolah. Beberapa orang menyebut saya

adalah pengajar, tapi saya sebenarnya tidak

ingin disebut seperti itu. Saya lebih melihat

apa yang saya lakukan sebagai memberii

inspirasi. Karena, ketika mengajar

matematika, fisika, kimia, saya yakin

mereka tidak belajar banyak dari saya. Tapi

mereka justru belajar banyak ketika mereka

membaca sendiri, latihan soal sendiri, dan

seterusnya. Ketika mereka bertemu dengan

saya, saya akan menjawab pertanyaan-

pertanyaan mereka. Memberikan alternatif

solusi atas soal-soal yang mereka kerjakan.

Mereka sesungguhnya butuh motivasi dari

kita, contoh dari kita, dan kita menjadi

teladan bagi mereka. Semua itu, saya sebut

dengan “menginspirasi”.

Page 113: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Dan hari ini, kita akan bicara tentang

inspirasi dalam dunia pendidikan. Inspirasi

dari Indonesia Mengajar. Sudah hadir di

antara kita, founder Yayasan Indonesia

Mengajar, Bapak Anies Baswedan dan

rekan beliau, Bapak Bambang Susantono.

Keduanya akan mensosialisasikan program

Indonesia Mengajar. Nanti kita bisa

eksplorasi lebih lanjut, tentang apa

sebenarnya program ini, syarat

keikutsertaannya bagaimana, dan

seterusnya.

Anda boleh membuat semacam yel-yel yang diteriakkan

oleh hadirin. Tujuannya adalah agar meniadakan jarak

antara kedua pihak. Kalau perasaan “dekat” sudah muncul

di hadirin, mereka akan meningkatkan perhatian pada

pembicara serta semakin antusias untuk bertanya. Tentu

saja, yel-yel yang anda siapkan harus berkait dengan

materi yang disampaikan.

Kemudian, undanglah pembicara anda menuju panggung

dengan cara yang tidak biasa. Terserah anda, yang tidak

biasa itu seperti apa. Saya sendiri biasanya mengundang

Page 114: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

dengan cara menyebutkan profil beliau. Aktivitas yang

dilakukan, pekerjaan/jabatan, buku yang pernah ditulis,

dan lain sebagainya. Baru kemudian saya menyebut nama

beliau. Dan pembicara akan naik ke atas panggung.

Biasanya, pembicara lebih dari satu orang. Karena itu,

selain kursi VIP (Very Important Person) di deretan depan

kursi hadirin, di panggung juga disediakan kursi tangan

dan meja. Setelah pembicara yang diundang duduk di

kursi di panggung, barulah anda mengundang pembicara

yang berikutnya. Lakukan terus hingga semua pembicara

sudah ada di panggung. Tentu saja, tidak ada sesuatu kaku

dalam “cara mengundang” ini. Ada boleh lebih kreatif,

selama masih sesuai norma dan etika di wilayah itu.

Selama pembicara menyampaikan materi, panggung dan

waktu adalah milik mereka. Tidak boleh diusik oleh anda.

Setelah anda mempersilakan pembicara untuk berbicara,

tugas anda hanyalah mengawasi penggunaan waktu oleh

mereka. Tidak boleh diinterupsi oleh anda. Bila waktu

hampir habis, segera ingatkan mereka. Tentu dengan cara

yang santun. Biasanya, dengan memberikan kertas kecil

bertuliskan “maaf pak/ibu, waktunya tinggal 5 menit lagi.

Mohon menyesuaikan”. Tapi tidak ada aturan yang kaku,

Page 115: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

sebenarnya. Anda sebagai moderator, tinggal

menyesuaikan dengan etika setempat.

Sebelum sesi tanya jawab, giringlah para hadirin untuk

bertanya. Munculkan semangat dahulu, dengan yel-yel

yang sudah anda buat. Kemudian berikan sedikit

simpulan, tentang apa yang sudah disampaikan. Berikan

motivasi untuk bertanya, kemudian buka sesi tanya jawab.

Untuk memudahkan anda, berikan batasan jumlah

penanya dan berapa pertanyaan yang ditanyakan. Jangan

lupa memberii tahu, berapa lama sesi tanya jawab akan

dilakukan. Sebisa mungkin, buatlah penanya berasal dari

kelompok hadirin yang berbeda: kanan, tengah dan kiri.

Setelah itu, rangkumlah pertanyaan yang sudah anda

dapat. Agar dengan mudah dan sistematis dijawab oleh

para pembicara.

Tutuplah seminar dengan suatu rangkuman. Bila ada,

kutiplah kalimat yang menggugah para hadirin dan

memberii pesan kuat pada hadirin. Agar pesan inti dari

pembicara, bisa dibawa keluar ruangan, dan tertancap di

benak hadirin. Kalimat ini bisa berasal dari spanduk yang

menjadi latar panggung, kata-kata pembicara, atau kalimat

yang ada di presentasi pembicara.

Page 116: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Mudah kan, menjadi “moderator yang simple dan

smoothly”? Yang penting, persiapkan diri anda. Latihlah

berbicara menjadi moderator di depan cermin di rumah

anda. Bila perlu tuliskan di atas kertas, semua yang ingin

anda katakan. Datanglah ke tempat acara sehari

sebelumnya untuk melihat panggung, kursi hadirin, tata

cahaya, efek suara, dan lain sebagainya. Bila perlu,

berlatihlah lebih dulu di sana. Di hari-h, jangan lupa

datang lebih dulu daripada pembicara. Semoga sukses!

Sumber inspirasi: ketika menjadi moderator di roadshow

Indonesia Mengajar di Aula Timur ITB

Page 117: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Menjadi Resepsionis Andal

Suatu waktu di Jakarta, saya menghadiri panggilan

wawancara kerja. Sembari menunggu di lobby perusahaan

tersebut, saya mengamati kinerja resepsionis disana.

Kebetulan, sejak pertama datang, saya juga sudah

langsung menghubungi beliau, yang langsung bertanya,

“selamat pagi. mau ketemu dengan siapa, pak?” sapaan

tersebut diiringi dengan senyuman lebar. Setelah beliau

tahu saya ingin bertemu dengan siapa dan beliau sudah

menghubungi, saya duduk menunggu di tempat yang

disediakan. Kemudian, sembari menunggu, saya melihat

beliau menjalankan tugasnya: melayani tamu perusahaan,

menyapa semua karyawan yang datang, menerima telepon

dari perusahaan supplier atau distributor mereka.

Tampaknya, pekerjaan yang sederhana dan sepele

(remeh). Tapi jadi tidak remeh karena pekerjaan itu terus-

menerus dilakukan sejak pagi hingga sore. Sedikit saja

konsentrasi buyar, bisa berabe (baca: kacau) itu

pekerjaan. Sedikit saja terbawa emosi akibat urusan

kantor yang lain, atau urusan keluarga, bisa berabe juga

itu pekerjaan.

Page 118: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Persisten. Gigih. Ini yang pertama. Karena seorang

resepsionis selalu mengerjakan pekerjaan yang sama dari

pagi hingga sore. Kebosanan adalah kata pertama yang

harus dihadapi. Karena kebosanan bisa mengarahkan

resepsionis pada keteledoran dalam pekerjaannya.

Misalnya, menghadapi tamu perusahaan dengan wajah

yang tidak ramah & senyum yang tidak tersungging di

bibir. Atau juga, lupa menukarkan KTP tamu dengan ID

card “tamu”/”pengunjung” pada tiap tamu perusahaan

yang datang.

Baik dan ramah. Baik karena selalu memberiikan

layanan terbaik kepada antar bagian dalam perusahaan

dan kepada perusahaan lain. Resepsionis di perusahaan

tertentu, ada kalanya ditugaskan untuk menyambungkan

antar bagian dalam perusahaan melalui telepon intra-

perusahaan. Resepsionis juga harus ramah kepada

perusahaan lain, karena ini adalah salah satu cara untuk

menampilkan citra baik perusahaan.

Kenal dengan banyak orang dan tahu posisi mereka di

perusahaan.Karena itu resepsionis harus ramah kepada

karyawan dalam perusahaan, resepsionis harus mengenali

berbagai nama dan posisi yang jumlahnya sangat banyak

itu. Makanya, beberapa karakter seringkali menjadi

Page 119: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

kriteria untuk menjadi seorang resepsionis. Misalnya,

supel. Supel artinya pandai bergaul. Biasanya mereka yang

berkarakter supel, mudah untuk mengingat wajah, nama

dan “siapa” orang lain itu. Biasanya juga, mereka adalah

pribadi yang SKSD: “sok kenal sok dekat”. Karakter seperti

ini akan sangat menunjang karir seorang resepsionis yang

handal.

Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional harus juga

dikuasai oleh resepsionis. Bila ini dikuasai oleh

resepsionis, maka ini adalah senjata ampuh yang dapat

membawa karir sang resepsionis melompat setinggi-

tingginya! Wajar, ini adalah bahasa pergaulan yang

dipakai secara internasional. Bertemu dengan tamu dari

negara lain, ekspatriat dari eropa atau amerika, misalnya.

Bahkan, kadang-kala eksekutif perusahaan harus diajak

berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

Demikian empat hal yang akan memperkuat kinerja, posisi

dan karir seorang resepsionis di dalam perusahaan. Empat

hal yang sebenarnya semua resepsionis pasti punya, tetapi

dalam kadar yang berbeda-beda. Padahal, kadar tersebut

yang akan memperkuat citra profesional seorang

resepsionis. Berminat menjadi resepsionis? Sebaiknya

anda terapkan empat kriteria di atas.

Page 120: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Ramahnya Penyiar Radio

Para pembaca yang budiman, tahukah anda bahwa

mendengarkan radio adalah pekerjaan sambilan? Yup,

pekerjaan yang dilakukan sembari mengerjakan pekerjaan

lain. Dan biasanya, cenderung mengutamakan pekerjaan

lain tersebut daripada pekerjaan ‘mendengarkan’. Betul

tidak para pembaca yang budiman? Sopir angkutan kota

yang memutar radio, tentu lebih mengutamakan

pekerjaan menyetir dan menerima ongkos perjalanan dari

penumpang, daripada pekerjaan ‘mendengarkan radio’

kan?

Nah, bicara tentang mendengarkan radio, para

pendengarnya ternyata bermacam-macam. Mulai dari

sopir angkot yang saya sebut di atas, atau pelajar sekolah

yang mendengarkan radio di rumah setelah pulang

sekolah, atau para pebisnis. Radio sebagai media, memang

memegang peranan penting dalam penyebaran informasi.

Kita ambil contoh saja untuk segmen remaja. Bagi

kalangan muda ini, radio berfungsi sebagai trendsetter,

karena melalui media ini, remaja bisa mendapatkan

informasi tentang gaya bicara, gaya hidup dan cara

berperilaku.

Page 121: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Kalau begitu, tugas penyiar radio dari stasiun radio itu

sebenarnya apa sih? Kan sudah tahu ya, segmen

pendengar radio itu bermacam-macam. Kemudian,

mendengarkan radio itu juga bukan prioritas utama.

Berarti, tugas penyiar radio untuk menyampaikan

informasi semakin berat yah. Berat karena harus

membuat audiens tertarik dengan bahasan (minimal

sampai jadi aktivitas sambilan), jangan sampai pindah ke

lain saluran. Itu yang pertama. Kemudian, pada tahap

kedua, membuat informasi benar-benar sampai ke benak

pendengar.

Lantas, seperti apa menjadi penyiar radio yang baik itu?

Nah, ini ada beberapa tips yang harus anda terapkan, bila

ingin menjadi penyiar radio yang baik:

Miliki suara yang “hear-catching”. Ini memang jadi jurus

utama para pendengar. Dan ini juga yang jadi alasan

stasiun radio merekrut penyiar radio. Hear-catching lebih

karena penekanan suara pada nada-nada tertentu dalam

kalimat. Pernah dengar penyiar radio menyapa pendengar

kan? Nah, kira-kira seperti itu. Biasanya juga, penyiar

radio harus mampu menggunakan kosakata yang

dianggap “gaul” oleh para pendengarnya. Tentu, “gaul”

Page 122: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

disini, harus disesuaikan konteks segmen masing-masing.

“gaul” versi remaja tentu berbeda dengan “gaul” versi ibu-

ibu, apalagi “gaul” versi pebisnis.

Mudah dicerna. Penyiar radio sebaiknya tidak memakai

bahasa yang berat. Jangan pakai bahasa kamus lah. Pakai

bahasa sehari-hari saja. Maksudnya, jangan pake kosakata

yang jarang digunakan orang. Pakai yang umum-umum

saja. Untuk diingat, segmen pendengar anda memang

berasal dari satu kelompok segmen, yang memiliki

kesamaan karakteristik tertentu. Tapi, tingkat pendidikan

mereka bisa sangat beragam. Dan ini mempengaruhi

penguasaan kosakata yang mereka miliki. Tentu saja, tidak

semuanya menguasai banyak kosakata. Tapi mereka

semua pasti menguasai sedikit kosakata.

Sistematis. Tips ini terutama ketika penyiar radio,

sekaligus menjadi moderator dalam acara yang memiliki

narasumber sebagai pemberi informasi. Sistematis

artinya, mulailah dengan suatu latar belakang yang

menarik. Apa karena sedang tren, atau karena informasi

ini akan berguna bagi segmen tersebut, dan lain

sebagainya. Kemudian masuk ke materi yang ingin banyak

Page 123: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

dibahas atau diinformasikan kepada para pendengar.

Berikan jeda iklan di waktu yang tepat. Jeda juga tidak

harus iklan, bisa berupa lagu juga. Berikutnya, ketika

kembali ke acara, lakukan review kembali. Supaya

pendengar benar-benar menangkap informasi secara

keseluruhan, tidak sepotong-sepotong.

Tekun menyapa pendengar. Mendengarkan radio adalah

pekerjaan sambilan. Kalau tidak suka dengan apa yang

didengar, pendengar tinggal menggeser gelombang radio

saja. Tidak peduli bagaimana perasaan penyiar dan

kawan-kawan operator radio. Betul ‘kan?

Pendengar radio yang baik, adalah mereka yang pandai

mencari perhatian pendengar. Caranya bagaimana?

Pertama, rajin menyapa pendengar. Sapa mereka yang

baru “tune-in” dengan radio anda. Sapa mereka setelah

lagu selesai diputar. Sapa lagi mereka setelah jeda iklan,

dan seterusnya.

Kedua, selalu ceritakan program apa yang sedang

didengarkan oleh pemirsa. Apakah acara tangga lagu

terbaik, diskusi, dan lain sebagainya. Ini akan membuat

pendengar yang baru bergabung, segera paham acara apa

yang sedang berlangsung.

Page 124: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Atur flow pendengar biar terkesan “rapi”. Tidak cuma

masalah tersampaikannya informasi secara baik, tapi

“image” juga penting. Ini tidak hanya image penyiar,

melainkan image stasiun radio yang bersangkutan juga.

Caranya? Relatif gampang. Yang pertama, jangan terlalu

cepat. Terlalu cepat berarti kita juga mengajak pendengar

kita untuk mendengar secara cepat. Padahal, mendengar

radio adalah aktivitas sambilan kan?

Kedua, atur aliran informasi secara “smooth” alias halus.

Perpindahan flow dari materi ke iklan ke lagu, dan

sebaliknya harus dilakukan secara halus. Berikan jeda

berupa lagu, sesaat pada pemberian informasi, untuk

mengendapkan lebih dalam informasi yang telah

disampaikan. Berikan simpulan singkat sebelum materi

mendapat jeda iklan atau lagu. Mulai dengan review

singkat sesaat sebelum materi kembali dimulai.

Itulah lima tips bagi calon penyiar radio. Tenang saja, tips

pertama tidak harus berbakat, koq. Merasa tidak

berbakat? Ya tidak apa-apa. Perbanyak latihan. Suara tidak

harus bagus sejak awal. Karena kualitas penyiar radio

tidak hanya ditentukan oleh suaranya saja. Tapi

ditentukan oleh kualitas performa secara keseluruhan.

Semoga sukses

Page 125: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Sumber inspirasi: setelah menjadi narasumber dalam acara

Biz-Talk di K-Lite FM Bandung

Page 126: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

MC Pernikahan yang Pandai Menyambut

Tamu

Pernikahan adalah acara yang sakral-spiritual, serta

membahagiakan. Karena, pernikahan menyatukan dua

insan berbeda jenis ke dalam satu ikatan sehidup-semati.

Semuanya berbahagia, tidak terkecuali mempelai

perempuan dan mempelai lelaki. Keluarga keduanya pun

ikut berbahagia, termasuk juga kerabat dan sanak saudara

yang lain. Semuanya berbahagia pada kebahagiaan yang

lebih besar yang akan dicapai oleh keluarga baru ini.

Pernikahan diawali dengan suatu akad. Ini adalah acara

resmi yang harus benar-benar ada. Disini ikatan

pernikahan benar-benar disahkan oleh penghulu, antara

mempelai pria dan wali mempelai wanita. Kemudian,

adanya suatu pesta pernikahan, difungsikan sebagai media

informasi yang menyatakan bahwa sudah ada sepasang

pria dan wanita yang dinikahkan. Dalam momentum ini,

dibutuhkan peran seorang MC pernikahan untuk

memimpin jalannya resepsi pernikahan sebaik-baiknya.

Master of Ceremony (MC) dalam suatu pernikahan,

termasuk public speaking juga. Yang harus diingat oleh MC

pernikahan, adalah rangkaian acara harus berjalan lancar

Page 127: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

dan tertib. Lancar artinya tidak ada hambatan berarti

dalam pelaksanaan maupun peralihan acara. Sedangkan

tertib adalah berjalan sesuai dengan rancangan acara yang

sudah disusun. Tetapi, satu hal yang tidak boleh dilupakan

oleh MC pernikahan adalah nuansa “khidmat” itu sendiri.

Karena, resepsi pernikahan adalah suatu bentuk rasa

syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

MC pernikahan akan memimpin jalannya resepsi, yang

sebagian besar diisi oleh salam dan ucapan selamat dari

hadirin. Para tamu undangan ini akan mengantri untuk

bersalaman dengan keluarga dan pasangan pengantin.

Kemudian, tamu undangan dipersilakan untuk menikmati

hidangan yang sudah dipersiapkan. Di akhir sesi

pernikahan, akan ada sesi foto-foto pasangan pengantin

bersama kolega dan keluarga mereka. Keberjalan

rangkaian acara tersebut, harus dimoderasi oleh MC

pernikahan agar berjalan tertib, lancar dan khidmat.

Tugas MC pernikahan adalah menyambut tamu-tamu

undangan yang terus-menerus datang memenuhi

undangan pasangan pengantin dan keluarga. Ucapan-

ucapan selamat bisa diulang beberapa kali, untuk

memunculkan nuansa kebahagiaan di dalam ruang pesta

pernikahan. Nama pasangan pengantin dan nama keluarga

Page 128: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

juga sebaiknya selalu disebut, karena pesta pernikahan

adalah suatu acara “pemberitahuan” kepada tamu-tamu

yang diundang, bahwa pasangan pengantin yang disebut

namanya telah sah menjadi sepasang suami-istri.

Sembari mempersilakan hadirin untuk menikmati

hidangan, MC pernikahan dapat mengisi jeda-jeda

rangkaian acara dengan selingan musik, pembacaan puisi,

dan lain sebagainya. Di akhir acara, MC pernikahan

biasanya mengorganisir tamu undangan yang memiliki

hubungan dengan pasangan pengantin, dalam sesi foto

bersama. Baik itu teman sekolah, teman kuliah, rekan

kerja, maupun keluarga semuanya diorganisir di sini

untuk menjalani sesi foto.

Ada empat poin penting yang harus selalu ditekankan dan

diulang-ulang oleh MC pernikahan: pertama, ucapan

selamat dari tamu undangan kepada pasangan pengantin

dan keluarga. Kedua, mempersilakan hadirin untuk

menikmati hidangan yang disediakan. Ketiga, penampilan

band pengiring atau musikalisasi puisi untuk mengisi

jeda-jeda dalam rangkaian acara. Keempat,

mengorganisir sesi-sesi foto pasangan pengantin bersama

kerabat dan keluarga.

Page 129: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Sumber inspirasi: pernikahan salah seorang rekan kuliah

saya, dimana saya menjadi MC

Page 130: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Memperkenalkan Produk Baru, Seperti Steve Jobs

Tanpa saya beritahu sebelumnya, tampaknya anda semua

sudah mengetahui siapa itu Steve Jobs. Ya, beliau adalah

Chief Executive Officer (CEO, Direktur Utama) Apple Inc.

sekarang, yang dahulu bernama Apple Computer Inc.

Apple Inc. adalah cinta pertama beliau, sebuah perusahaan

komputer yang beliau dirikan di akhir tahun 1970-an.

Apple Inc adalah cinta pertama dan terakhir seorang Steve

Jobs. Cinta beliau tertanam begitu dalam pada setiap

produk-produk yang diluncurkan oleh Apple Inc, yang

seperti kita tahu, hampir semua produknya mengubah

perilaku umat manusia. Siapa tidak kenal dengan pemutar

music digital iPod? Laptop super tipis MacBook Air?

Gadget handphone, iPhone? Komputer tablet iPad?

Semuanya mengubah industrinya masing-masing. Tapi,

ada satu kesamaan di antara semua produk-produk Apple

Inc tersebut.

Yup, semua produk tersebut, sebelum dirilis ke pasar,

diawali oleh suatu launching yang heboh terlebih dahulu.

Launching yang dihadiri oleh banyak orang. Bukan karena

produknya saja, tetapi juga karena bagaimana produk

tersebut di-launching di acara yang memang dirancang

Page 131: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

untuk launching produk baru. Dan hasilnya luar biasa.

Perhatikan: 300,000 unit iPad berhasil terjual pada hari-h

launching. Dalam 3 hari setelah launching, iPhone 4 terjual

1,7 juta unit, dan iPhone 3G terjual 1 juta unit hanya dalam

waktu 1 minggu sejak launching!

Saya mengunduh (download) dan menyaksikan berulang-

ulang, bagaimana seorang Steve Jobs melakukan launching

produk-produk Apple Inc, dan dari video-video tersebut,

saya menangkap beberapa pesan penting bagi anda yang

ingin melakukan launching produk-produk perusahaan

anda:

Fokus pada peserta launching, bukan pada produk

yang diluncurkan

Jangan bercerita tentang kelebihan produk anda (saja).

Tapi jadikanlah momen launching sebagai sebuah

pertunjukan. Dan itu yang dilakukan oleh Steve Jobs dan

Apple Inc. launching produk apple adalah sebuah

pertunjukan, bukan sekedar perkenalan produk saja.

Masih ingat bagaimana Oom Steve memperkenalkan iPod?

Yup, “1000 lagu dalam kantong anda”. Dan kalimat itu

disertai gerakan memasukkan digital music player ke

dalam kantong. Itu adalah sebuah pertunjukan. Bagaimana

Page 132: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

dengan peluncuran MacBook Air? Ya! Laptop ini

sebelumnya disimpan dalam amplop coklat, hanya untuk

menunjukkan betapa tipisnya laptop ini!

Buat media membicarakan produk anda terlebih

dahulu, sebelum launching

Ini yang namanya buzz marketing. Artinya isu terlebih

dahulu dilempar ke pasar (calon pembeli), baru produk

benar-benar dirilis ke pasar. Apple Inc—katanya—tidak

sengaja membocorkan desain produk handphone mereka

ke pasar, yaitu iPhone. Padahal, ketidaksengajaan tersebut

pasti disengaja, untuk membentuk buzz (terjemahan:

dengungan) di pasar.

Jadilah revolusioner!

Dari sejak awal pendirian hingga saat ini, Apple selalu

berusaha tampil beda. Bukan sekedar beda, atau asal beda.

Tapi benar-benar berbeda. Sejak peluncuran the

Macintosh, salah satu personal computer (PC) pertama di

dunia. Kemudian tahun 2001, dengan digital music player

iPod-nya, salah satu pemain pertama yang merilis digital

music player. Kemudian smartphone iPhone pada 2007,

yang mencoba menandingi BlackBerry dari RIM (Research

Page 133: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

In Motion). Dan komputer tablet iPad pada 2010 yang kini,

menguasai 90% pangsa pasar.

Ubah launching produk menjadi sebuah event

pertunjukan

Steve Jobs tidak hanya memperkenalkan produk baru.

Oom Steve tidak hanya memberiitahukan bagaimana cara

menggunakannya, atau manfaatnya untuk apa. Tapi dia

bahkan mengubah acara launching produk menjadi

seperti konser musik: orang membayar untuk datang,

melihat dan mendengar apa yang dia katakan. Orang

membayar untuk melihat dia berbicara, berjalan dan

berekspresi di atas panggung.

Lakukan pre-order

Persilakan para calon pembeli, melakukan pre-order

terlebih dahulu. Bahkan sebelum produk diluncurkan dan

didistribusikan ke pasar. Urutannya adalah, buat media

membicarakan produk anda. Kemudian, umumkan pre-

order produk anda. Baru lakukan launching produk.

Begitu banyaknya produk Apple yang terjual pada minggu

pertama penjualannya, sebenarnya lebih banyak

ditentukan oleh pre-order ini.

Page 134: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Rilis produk yang membuat pelanggan anda ingin

pamer

Ini gunanya focus group discussion untuk riset pasar.

Survey pasar yang biasa pakai kuesioner tidak ada

gunanya, karena terlalu kuantitatif. Pasar bisa saja

“bohong” untuk mengatakan mereka maunya apa. Padahal

ada kebutuhan tersembunyi yang mereka miliki. Yaitu

kebutuhan: pamer kepada orang lain.

Nah, kalau anda sudah menemukan produk apa yang

membuat pelanggan anda ingin pamer kepada orang lain,

lakukan 6 langkah pertama, lalu rilis produk yang

membuat pelanggan anda ingin pamer!

Sumber inspirasi: http://blog.kissmetrics.com/product-

launch-strategies/

Page 135: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Komentator Sepak Bola yang Informatif

Kita mengenal banyak komentator di sepak bola

Indonesia. Contohnya, ada Bung Kus (nama sebenarnya M.

Kusnaeni, tapi di depan televisi lebih dikenal sebagai Bung

Kus) dan ada Bung Towel (nama aslinya Tomy Welly,

nama bekennya Bung Towel). Sejauh pengamatan saya,

keduanya berada di era yang berbeda. Belakangan, nama

yang kedua tampak lebih sering muncul di televisi,

khususnya di tayangan Liga Champion. Bisa jadi, masing-

masing memiliki eranya di layar kaca.

Menjadi komentator sepak bola memang tidak mudah,

menurut saya. Sejak pendapatan stasiun televisi berasal

dari iklan yang ditayangkan (kalau di Indonesia, sangat

didominasi oleh perusahaan rokok), maka saat-saat

sebelum pertandingan dimulai, istirahat babak pertama,

dan setelah pertandingan berakhir lebih didominasi oleh

iklan tersebut. Maklum, sepak bola adalah bisnis. Tidak

hanya di lapangan hijau, tapi sampai ke layar televisi.

Selain itu, masa-masa pertandingan dari menit 1 hingga ke

menit 90 juga lebih didominasi oleh komentator asing

yang sepaket dengan hak siar yang dibeli oleh stasiun

televisi Indonesia. Itu kalau bicara mengenai tayangan

Page 136: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

internasional, seperti Piala Dunia ataupun Liga Champions

Eropa. Untuk siaran sepak bola lokal seperti Liga Super

Indonesia, Liga Premier Indonesia atau Liga Divisi Utama,

tentu saja semuanya diisi oleh komentator lokal dalam

bahasa Indonesia.

Menjadi public speaker seperti komentator sepak bola

memang bukan pekerjaan yang mudah. Di satu sisi, begitu

banyak orang yang mampu memberi komentar, jadi

persaingan menjadi komentator cukup ketat. Sementara di

sisi lain, menjadi komentator yang memberi nilai tambah

tayangan sepak bola, juga cukup sulit. Kemampuan

memberi nilai tambah ini yang sangat dicari oleh stasiun

televisi. Stasiun televisi tentu tidak menghendaki

komentator yang hanya memberi komentar pada jalannya

pertandingan. Tapi yang dicari oleh stasiun televisi adalah,

komentator yang mampu memberii informasi lebih

mengenai pemain, klub, pelatih dan lain sebagainya.

Tapi kelebihan informasi yang dimiliki oleh komentator

tidak mungkin dibagikan begitu saja kepada para pemirsa

televisi kan? Tidak mungkin semuanya bisa disampaikan.

Selain bisa menyebabkan overload informasi di benak

pemirsa, waktu yang tersedia juga sangat singkat: 90

menit ditambah sebelum pertandingan, jeda istirahat dan

Page 137: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

setelah pertandingan. Itu untuk tayangan lokal. Tayangan

impor dari eropa atau amerika latin (termasuk piala

dunia) biasanya kesempatan memberi komentar justru

sangat sedikit saja: sebelum pertandingan, jeda istirahat

dan setelah pertandingan.

Jadi, tantangannya selama ini adalah bagaimana memilah

dan mengemas informasi dari begitu banyak sumber,

untuk kemudian menjadi informasi yang singkat, padat

dan penting untuk diketahui oleh para pemirsa. Itu

tantangan umumnya. Masih ada tantangan yang lebih

khusus, yang biasanya memang diniatkan tersendiri oleh

tiap-tiap komentator.

Kita ambil contoh Bung Kus, beliau sadar bahwa selalu ada

individu pemirsa yang baru saja ikut menikmati indahnya

tayangan sepak bola, khususnya internasional. Orang-

orang ini bukan penyuka olahraga sepak bola, yang hobi

bermain futsal setiap pekan. Tapi orang-orang seperti ini

benar-benar baru menikmati indahnya menonton sepak

bola. Nah, orang-orang yang baru bergabung ini, tentu

tidak bisa disodorkan informasi yang berat. Tapi harus

diberikan informasi yang sederhana, tapi terus menarik

minat mereka untuk konsisten menonton tayangan sepak

Page 138: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

bola. Komentator seperti ini kan yang dikehendaki oleh

stasiun televisi yang mendapat pemasukan dari iklan?

Jadi, masuk akal memang bila pekerjaan sehari-hari

komentator adalah pelatih sepak bola atau wartawan

sepak bola. Karena mereka harus bergaul dengan

informasi yang sedemikian banyaknya. Supaya, analisis

mereka bisa tajam. Tetapi, tantangannya adalah

bagaimana mengemas informasi tersebut menjadi

demikian sederhana di mata dan telinga pemirsa. Nah, ada

beberapa kiat menarik bagi anda, yang berminat menjadi

komentator sepak bola:

Sampaikan secara sederhana analisis yang anda

miliki. Sederhana biasanya identik dengan pola kalimat

yang sederhana. Kalau kita belajar bahasa Indonesia dulu

di sekolah, kira-kira yang disebut sederhana adalah yang

memiliki pola kalimat S-P-O atau S-P-O-K. jangan

menggunakan kalimat majemuk—yang biasanya

panjang—dan susah ditangkap intinya oleh pemirsa.

Disamping menggunakan kosakata yang memang umum

digunakan.

Manfaatkan waktu sebaik-baiknya. Waktu anda tidak

banyak. Jadi jangan lakukan pemborosan kata.

Sepengamatan saya, ada komentator yang boros

Page 139: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

menggunakan kata. Contohnya adalah menggunakan

istilah fast-break dan counter attack, dalam satu kalimat

yang sama. Padahal dua istilah tersebut memiliki makna

yang sama, yakni segera melakukan serangan balik setelah

memotong serangan lawan.

Sumber inspirasi: wawancara dengan Muhammad

Kusnaeni, yang pernah saya tonton di salah satu saluran

televisi swasta nasional

Page 140: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Guru yang Bisa Menjelaskan

Profesi guru itu susah-susah gampang. Lebih banyak

susahnya daripada gampangnya. Susah, karena bertugas

untuk mencerdaskan orang lain. Susah, karena tugasnya

tidak hanya ngomong di depan kelas. Tapi member

penugasan, memeriksa tugas, memberi kuis, sampai

memberi dan memeriksa soal ujian, itu juga tugas guru

dan dosen.

Tapi relatif gampang yang dilakukan, dibandingkan

dengan jenis pekerjaan lainnya. Coba bandingkan dengan

profesi distributor yang harus berkeliling daerah, tidak

bekerja di tempat. Berurusan dengan macet, ketemu

pemilik toko yang gagal menjual barang dari prinsipal, dan

seterusnya. Kalau dosen dan guru kan berhadapan dengan

manusia-manusia yang ingin bertambah cerdas.

Tapi kalau dipikir, mencari guru/dosen yang baik itu

susah. Pengajar yang baik, menurut teman saya yang

memiliki usaha bimbingan belajar, itu susah dicari. Selain

harus bertingkah-laku baik, pengajar yang baik juga harus

mampu menjelaskan. Nah, ini yang susah. Ada banyak

orang pintar yang bisa mengerjakan soal, tapi cuma ada

sedikit orang yang bisa mengajar.

Page 141: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Pengajar yang baik, adalah mereka yang bisa kembali ke

konsep pada saat penjelasan teknis dilakukan. Jadi, setelah

menjelaskan tujuan pembelajaran (baik makro maupun

mikro), kemudian penjelasan teknis, pengajar mampu

mengkaitkan kembali dengan konsep dasar dari materi

yang dijelaskan.

Penguasaan konsep dan teknis. Ini yang sebenarnya

menjadi alasan, kenapa banyak orang bisa mengerjakan

soal dengan baik, tapi tidak bisa menjelaskan. Mereka

paham bagaimana teknis, tapi tidak paham dengan

konsep. Atau, paling tidak, tidak bisa mengkaitkan dengan

konsep yang dia pahami.

Selebihnya, pengajar adalah profesi public speaking yang

relatif mudah. Karena, hampir setiap hari momen

mengajar itu ada. Jadi kesempatan ini tentu akan

memperkuat kemampuan komunikasi. Selain itu, audiens

juga relatif sama dari waktu ke waktu. Yakni, mahasiswa

atau siswa.

Jadi, para pengajar tinggal memperkuat pemahaman

terhadap konsep saja dan tidak hanya bergantung pada

teknis. Karena, dalam pengajaran kepada siswa atau

mahasiswa, yang penting adalah pembentukan pola pikir

melalui penanaman konsep yang jelas

Page 142: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Memenangkan Kontes Debat

Mungkin kita seringkali melihat debat yah, seakan-akan

debat itu tidak ada gunanya. Hanya mempertahankan

pendapat yang tidak jelas tujuannya. Beberapa

berpendapat, kenapa tidak diskusi saja siy? Mencari solusi

terbaik kan bisa dengan diskusi. Tidak harus

mempertahankan pendapat (saja).

Padahal, debat itu sangat bermanfaat sesungguhnya,

teman-teman. Debat akan melatih kita untuk

berkomunikasi. Dua hal arti komunikasi disini:

menyampaikan pendapat dan (dengan cepat) memahami

pendapat orang lain. Menyampaikan pendapat berarti

melatih intonasi dan struktur kalimat yang keluar dari

mulut kita. Selain itu menyampaikan pendapat berarti

melatih bagaimana menempatkan gesture yang sesuai

dengan kata-kata yang diucapkan. Debat juga membantu

kita dengan cepat memahami apa yang dimaksud orang

lain, keterkaitan pendapat kita, dan bagaimana kita harus

merespon/menanggapinya.

Debat Akademis adalah kesempatan berlatih bagi semua

orang, dan karena ini adalah latihan, maka tidak harus

menang kan. Tentu saja. Tapi, tidak ada salahnya

Page 143: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

mempersiapkan yang terbaik dari diri dan tim agar bisa

meraih hasil. Yah, minimal bisa sampai babak final lah.

Kan kalau begitu sudah ada kepastian gelar yang

diperoleh. Berikut tips-tipsnya :

Melakukan Brainstorming

Mulailah dengan melakukan brainstorming pada tema

debat hasil undian. Mulailah dengan mereka-reka topik

apa yang akan dibahas dari tim lawan. Jadi, debat (yang

memang mempertahankan pendapat) sebenarnya tidak

hanya sekedar “tim saya benar, tim kamu salah”. Tidak.

Tidak seperti itu. Karena melakukan debat berarti juga

menangkis semua kemungkinan serangan debat dari tim

lawan. Nah, brainstorming inilah yang harus dilakukan di

awal.

Mencari Data yang Relevan

Kemudian, terhadap semua kemungkinan topik-topik yang

muncul dari brainstorming, mari mencari data yang

relevan. Usahakan semua topik tersebut bisa kita tangkis

dengan data yang kita miliki. Dan inilah menariknya

debat: data bisa sangat beragam tingkat kepercayaannya.

Data yang tersebar di internet dan berbagai media lainnya,

ditulis oleh beragam kalangan. Mulai dari ahli sampai yang

hanya sekedar mengutip-ngutip saja. Bahkan, tingkat

Page 144: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

kepercayaan sampai pada pihak mana yang mengeluarkan

data. Data yang dikeluarkan oleh institusi bisa saja, adalah

data yang membenarkan tindakan suatu institusi. Atau,

bisa juga hanya sekedar hasil liputan dari suatu peristiwa

atau wawancara terhadap seseorang. Ini yang

menyebabkan data dari berita tetap bisa kita gunakan,

meski tidak sekuat data hasil penelitian.

Jelang Debat yang Sebenarnya

Persiapkan data-data anda dan susun dalam skenario yang

pas: ada data untuk presentasi, ada data untuk senjata

rahasia. Logika yang sederhana, pengetahuan umum dan

data-data pendukung yang masih terkait langsung, boleh

dimasukkan untuk presentasi. Sisanya, simpan untuk

senjata rahasia sebagai bahan untuk debat terbuka

Pada prinsipnya, semua data dari berbagai sumber

dengan tingkat kepercayaan yang beragam dapat

digunakan. Hanya saja bagaimana kita akan

menggunakannya

Menyampaikan Pendapat Tim

Debat akan diawali dengan presentasi singkat dari tim pro

dan tim kontra. Awali presentasi

dengan insight (pengertian yang mendalam) tentang tema

debat. Kemudian, sampaikan logika yang masuk akal dari

Page 145: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

pemaparan tim anda dan didukung oleh data yang kuat (di

sinilah hasil brainstorming dan pencarian data akan

terlihat manfaatnya). Akhiri dengan kesimpulan bahwa

tim anda pro/kontra terhadap topik debat.

Pada sesi debat terbuka, gunakan logika untuk

meyakinkan pihak lawan debat. Dan disinilah pentingnya

data untuk memperkuat logika anda. Logika anda bisa jadi

masuk akal, tapi tidak akan kuat bila tidak didukung data

yang tepat (Sekali lagi, data bisa ada mulai dari yang

memperkuat sampai yang sangat membantah, semua

tergantung siapa yang mengeluarkan data dan validitas

data itu sendiri ). Tambahkan ekspresi wajah dan sikap

tubuh yang tepat. Lakukan gerakan tangan yang sesuai

dengan kalimat yang meluncur dari mulut kita.

Penilaian Debat

Debat tidak hanya dinilai dari ramainya debat saja,

sebenarnya. Akan tetapi, ada banyak sekali poin penilaian

yang harus dipenuhi. Biasanya, nilai tim akan sangat

tergantung pada nilai individu. Disinilah mengapa

kontribusi individu itu penting. Pemerataan pendapat dari

tiap orang adalah salah satu indikatornya. Selain itu, ada

indikator lain seperti sikap, kelengkapan data, presentasi

dan seterusnya.

Page 146: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Kunci Sukses Debat

Pada akhirnya, action adalah yang terpenting dan itu ada

di debat terbuka. Kunci sukses paling sederhana adalah

serang kesimpulan tim lawan dari berbagai perspektif.

Penyerangan baru bisa terlihat hasilnya, kalau dilakukan

bertubi-tubi. Dan ini butuh kekompakan tim. Kunci sukses

kedua adalah, giring lawan ke area debat yang

memperkuat posisi kita, dan hindari topik-topik yang akan

melemahkan kita. Debat bisa dimenangkan oleh siapapun,

termasuk oleh tim yang –rasanya– common sense-nya

tidak sesuai dengan common sense kebanyakan orang

Dan disinilah menariknya debat itu.

Page 147: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Closing

Page 148: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Sumber-Sumber Inspirasi

Charles Bonar Sirait, The Power of Public Speaking

http://amazingpublicspeaking.wordpress.com

http://blog.guykawasaki.com

http://ikhwanalim.wordpress.com

http://www.mindmapping.com

http://www.slideshare.net

http://www.youtube.com

Page 149: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Tentang Amazing Public Speaking School

Lembaga pendidikan Amazing Public Speaking School

didirikan pada januari 2011. Lembaga ini adalah

manifestasi mimpi pendirinya, Ikhwan Alim. Beliau

pernah mengalami kegagalan dalam menyampaikan

gagasan di muka umum. Tetapi, kejadian ini bukan

memukul mundur mental beliau, melainkan justru

memotivasi beliau untuk terus-menerus memperbaiki diri.

Karena, pada dasarnya, beliau meyakini bahwa setiap

orang adalah unik. Dan setiap orang yang unik, tentu

mempunyai gagasan untuk disampaikan. Gagasan-gagasan

yang tentu saja, akan membuat hidup kita, menjadi lebih

baik. Tapi, harus diingat. Bahwa gagasan yang tidak

pernah disampaikan, tidak akan membuat perubahan

apapun. Dan adalah percuma, ketika gagasan unik tidak

bisa disampaikan dengan baik oleh sang pemilik gagasan

tersebut. Oleh karena itu, menyampaikan gagasan dengan

baik (hingga orang lain memahaminya) adalah suatu

kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang.

Saat ini, Amazing Public Speaking School memiliki dua

program utama. Yaitu, Excellent Public Speaker (EPS)

dan Best Speaker Class (BSC). Kelas EPS lebih

diprioritaskan kepada para professional muda, yang ingin

Page 150: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

mempertajam kemampuannya menyampaikan gagasan,

terutama di muka umum. Sedangkan kelas BSC lebih

difokuskan kepada para pelajar dan mahasiswa, terutama

ketika melakukan presentasi dan pidato.

Selain itu, kami juga bersedia berbagi ilmu, di kelas

pelatihan yang memang dibuat secara customized untuk

klien kami.

Bagi anda yang tertarik untuk bekerja sama dengan kami,

silakan menghubungi email kami,

e-mail: [email protected]

Page 151: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Endorsement Terhadap Buku Ini

"Membaca buku ini serasa mendapat coach

langsung dari penulis, karena ditulis dengan

bahasa lisan yang ringan dan sarat dengan

pengalaman lapangan. Seolah penulis tahu apa

saja masalah yang hendak dikonsultasikan para

pembaca kemudian menyajikan solusinya dengan

apik. Layak disantap!"

Irfan Agustiyan Darfiansyah, S.Si, Apt.

MC berbagai acara dan seminar, moderator, pengajar tahsin

"menjadi pembicara yang inspiratif adalah impian

kebanyakan orang di dunia ini. Terkadang mereka

bukannya tidak mampu, hanya saja mereka belum

pernah mau mencoba. Buku ini memberikan narasi

yang sangat renyah bagi kamu yang ingin dapat

"menghipnotis" banyak orang. Baca bukunya,

perbanyak latihan dan... Ya ! The Stage Will Be

Page 152: Tiga Pendahuluan 1 Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

Chapter 1

Yours"

Ridwansyah Yusuf Achmad

Writer, Trainer, Speaker

"Buku wajib yang harus dibaca..kebanyakan orang

dalam hatinya banyak yang ingin diucapkan tapi

kata - kata itu tidak keluar, alias blank sesaat,

bukan karena tidak tau jawaban apa yang

ditanyakan, tetapi karena grogi jadi semua hilang

sesaat,dengan membaca buku ini yg intinya

bagaimana memotivasi untuk percaya diri, tidak

perlu menjadi orang lain, dengan menguasai

situasi dengan tenang kita akan bisa mengucapkan

kata dan kalimat yang mudah dimengerti oleh

lawan bicara kita. Be authentic..sukses to

Ikhwan..

Yusni Marlina, Praktisi dari MarkPlus Inc