Thaharah Aik

31
THAHARAH A. Pengertian Thaharah, Najis dan Hadas A. 1. Pengertian Thaharah Thaharah secara bahasa adalah bersih atau suci dari kotoran seperti najis kencing, dan lain sebagainya, atau secara maknawi bersih dari aib dan maksiat. Adapun menurut syariat thaharah adalah bersih dari najis dan hadas. Kesucian dalam ajaran Islam dijadikan syarat sahnya sebuah ibadah, seperti shalat, thawaf, dan sebagainya. Bahkan manusia sejak lahir hingga wafatnya juga tidak bisa lepas dari masalah kesucian. Oleh karena itu para ulama bersepakat bahwa berthaharah adalah sebuah kewajiban. Sehingga Allah sangat menyukai orang yang mensucikan diri sebagaimana firman berikut ini: .. َ نْ يِ رِ هَ طَ تُ مْ ل اُ بِ حُ يَ وَ نْ يِ ب اَ وَ ت ل اُ بِ حُ يَ َ اَ نِ $ اSesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang bersuci (QS. al-Baqarah/2: 222) Dalam sebuah hadis dijelaskan pula: ِ نَ اْ م يِ $ لْ اُ رْ طَ , شُ رْ وُ هُ ط لKesucian itu sebagian dari iman.” Secara umum ruang lingkup thaharah ada dua; yakni membersihkan najis (istinja’) dan membersihkan hadas. Dari masing-masing ruang lingkup akan diperinci lagi. Dalam istinja’ akan dibahas mengenai benda najis, bahan untuk membersihkan najis, dan cara membersihkan najis. Sementara pada sub bab membersihkan hadas akan dibahas mengenai hadas, cara membersihkan hadas, yang diantaranya adalah mandi, wudlu dan tayamum. A.2. Pengertian Najis

Transcript of Thaharah Aik

Page 1: Thaharah Aik

THAHARAH

A. Pengertian Thaharah, Najis dan Hadas

A. 1. Pengertian Thaharah

Thaharah secara bahasa adalah bersih atau suci dari kotoran seperti najis kencing, dan lain sebagainya, atau secara maknawi bersih dari aib dan maksiat. Adapun menurut syariat thaharah adalah bersih dari najis dan hadas.

Kesucian dalam ajaran Islam dijadikan syarat sahnya sebuah ibadah, seperti shalat, thawaf, dan sebagainya. Bahkan manusia sejak lahir hingga wafatnya juga tidak bisa lepas dari masalah kesucian. Oleh karena itu para ulama bersepakat bahwa berthaharah adalah sebuah kewajiban. Sehingga Allah sangat menyukai orang yang mensucikan diri sebagaimana firman berikut ini:

�ن� .. �ط�ه�ر�ي �م�ت ال �ح�ب� و�ي �ن� �ي �و�اب الت �ح�ب� ي �ه� الل �ن� إSesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang bersuci (QS. al-Baqarah/2: 222)Dalam sebuah hadis dijelaskan pula:

�ن� �يم�ا �إل ا ط�ر� ش� لط�ه�و�ر�

“Kesucian itu sebagian dari iman.”

Secara umum ruang lingkup thaharah ada dua; yakni membersihkan najis (istinja’) dan membersihkan hadas. Dari masing-masing ruang lingkup akan diperinci lagi. Dalam istinja’ akan dibahas mengenai benda najis, bahan untuk membersihkan najis, dan cara membersihkan najis. Sementara pada sub bab membersihkan hadas akan dibahas mengenai hadas, cara membersihkan hadas, yang diantaranya adalah mandi, wudlu dan tayamum.

A.2. Pengertian Najis

Secara bahasa, an-najasah bermakna kotoran .(القذارة) Disebut ( �ج�س� �ن تي�ء .maknanya sesuatu menjadi kotor (الش�

Asy-Syafi'iyah mendefinisikan an-najasah dengan makna :

( ال حيث الصالة يمنع مستقذرة(مرخص

kotoran yang menghalangi shalat.Sedangkan Al-Malikiyah mendefinisikan an-najasah sebagai :

( الصالة استباحة منع لموصفها توجب حكمية صفةفيه أو ,(به

sesuatu yang bersifat hukum yang mewajibkan dengan sifat itu penghalangan atas shalat dengan sifat itu atau di dalam sifat itu.

Page 2: Thaharah Aik

An-Najasah dalam bahasa Indonesia sering dimaknai dengan najis. Meski pun secara bahasa Arab tidak identik maknanya. Najis sendiri dalam bahasa Arab ada dua penyebutannya.

Pertama : Najas (ج�س� .maknanya adalah benda yang hukumnya najis (ن Kedua : Najis (ج�س� .maknanya adalah sifat najisnya (ن

An-Najasah (najis) itu lawan dari thaharah yang maknanya kesucian.

A.3. Pengertian Hadas

Hadas adalah sebuah keadaan atau kondisi syar’i dimana seseorang diharuskan bersuci, tanpanya ibadah batal (tidak sah).1 Keadaan syar’i yang dimaksud adalah keadaan-keadaan yang digambarkan di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Hadas dibagi menjadi dua, besar dan kecil. Hadas besar ada dua kondisi yakni, setelah bersenggama (junub) dan setelah haid dan nifas.

B. Tata Cara Buang Air dan Istinjak

B.1. Tata Cara Buang Air

Kondisi setelah buang air besar dan kecil termasuk hadas kecil. Cara mensucikannya setelah dibersihkan najis dari keluarnya, yang bersangkutan tidak perlu mandi melainkan cukup berwudlu. Hal ini dijelaskan dalam surat An-Nisa/4:43.

اء= د�وا م<<� �ج<<� �م� ت اء� ف�ل �س� �م� الن ت و� الم�س�� �ط� أ �غ�ائ �م� م�ن� ال �ك �ح�دE م�ن اء� أ و� ج�

� أ=ا �ب �م�م�وا ص�ع�يد=ا ط�ي �ي …ف�ت

…atau jika salah seorang diantaramu keluar dari kakus, (maksudnya setelah buang air besar atau kecil), atau bersetubuh dengan perempuan (istri), dan tidak mendapatkan air, maka bertayamumlah dengan debu yang suci.

Adapun tatacara berwudlu adalah sebagai berikut;a. Membaca “Bismillahirrahmanirrahim”

Berdasarkan hadis berikut:

�سK ق�ال� �ن �ه� :ع�ن� أ � الل م �س� �وا ب �و�ض�ئ �م� ت ل �ه� و�س� �ي �ه� ع�ل �ه� ص�ل�ى الل س�ول� الل ق�ال� ر�

“Dari Anas ia berkata; Rasulullah bersabda; “Berwudlulah kalian dengan membaca basmalah”.

Perintah membaca basmalah diperkuat lagi dengan hadis yang maknanya umum seperti berikut:

كل امر ذى بال ال يبدا فيه ببسم الله الرحيم اقطع :عن أبى هريرة

1

Page 3: Thaharah Aik

“Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah bersabda: “Setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan membaca basmalah maka terputus”.b. Mengikhlaskan niat karena Allah

Berdasarkan hadis berikut:

م�ع�ت�عن ال� س<<� �ر� ق<<� �ب �م�ن �ه� ع�ل�ى ال �ه� ع�ن ض�ي� الل �خ�ط�اب� ر� �ن� ال ع�م�ر� ب�ات� �ي �الن �ع�م�ال� ب �م�ا األ� �ن �ق�ول� إ �م� ي ل �ه� و�س� �ي �ه� ع�ل �ه� ص�ل�ى الل س�ول� الل ر�

“Dari Umar Ibnu Khattab r.a. saat ia diatas mimbar, ia berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah bersabda; “Sesungguhnya semua pekerjaan itu disertai dengan niyatnya”.

c. Membasuh kedua telapak tangan sebanyak tiga kaliBerdasarkan hadis berikut:

ان� �ن� ع�ف<<� ان� ب �م<<� �ى ع�ث أ ه� ر� �ن<<� ان� أ �ن� ع�ف<<� �م�ان� ب ان� م�و�ل�ى ع�ث ع�ن� ح�م�ر��م� اتK ث ث� م�ر� �ال� �ه�م�ا ث ل �ه� ف�غ�س� �ائ �ن �ه� م�ن� إ �د�ي غ� ع�ل�ى ي �ف�ر� �و�ض�وءK ف�أ د�ع�ا ب�م� �ر� ث �ث �ن ت ق� و�اس<<� �ش<<� �ن ت م�ض� و�اس� �م�ض<<� �م� ت وء� ث �و�ض<<� �ه� ف�ي ال �م�ين �د�خ�ل� ي أ�م� ه� ث �س<<� أ �ر� ح� ب �م� م�س<<� =ا ث ث �ال� �ن� ث ف�ق�ي �م�ر� �ل�ى ال �ه� إ �د�ي =ا و�ي ث �ال� غ�س�ل� و�ج�ه�ه� ث�م� ل �ه� و�س<<� �ي �ه� ع�ل �ي� ص�ل�ى الل �ب �ت� الن �ي أ �م� ق�ال� ر� =ا ث ث �ال� �ل� ر�ج�لK ث غ�س�ل� ك

�ي ه�ذ�ا �ح�و� و�ض�وئ � ن �و�ض�أ �ي ه�ذ�ا و�ق�ال� م�ن� ت �ح�و� و�ض�وئ � ن �و�ض�أ �ت .ي

“Dari Humran maula Utsman Ibnu ‘Affan, bahwasanya ia melihat Utsman telah minta air wudlu, kemudian ia menuangkan air atas kedua tangannya, lalu ia membasuh kedua telapak tangannya tiga kali, lalu memasukkan tangan kanannya ke dalam air wudlu, lalu berkumur dan mengisap air dan menyemburkannya, kemudian membasuh mukanya tiga kali, lalu membasuh kedua tangannya sampai siku tiga kali, kemudian mengusap kepalanya lalu membasuh kakinya tiga kali. Lalu ia berkata: “Aku melihat Rasulullah wudlu seperti wudluku ini”.

d. Menggosok gigi Berdasarkan hadis berikut:

ال� �ه� ق<<� ن� �م� أ ل �ه� و�س� �ي �ه� ع�ل �ه� ص�ل�ى الل س�ول� الل ة� ع�ن� ر� �ر� ي �ي ه�ر� ب

� ع�ن� أKوء�ض�ل� و� و�اك� م�ع� ك �الس� �ه�م� ب ت �م�ر� �ي أل� م�ت

� ق� ع�ل�ى أ �ش� �ن� أ �و�ال� أ .ل

“Dari Abu Hurairah, Bahwa Rasulullah saw telah bersabda: “Kalau aku tidak khawatir akan menyusahkan umatku, niscaya aku perintahkan kepada mereka bersiwak (menggosok gigi) ketika setiap berwudlu”.

e. Menghisap air dari telapak tangan sebelah, berkumur-kumur dan menyemburkannya tiga kali. Dan menyempurnakan dalam menghisap dan berkumur selama tidak dalam keadaan berpuasa.Berdasarkan hadis Bukhari dan Muslim dari Humran:

�ر� �ث �ن ت ق� و�اس� �ش� �ن ت �م�ض�م�ض� و�اس� �م� ت .ث“Lalu berkumur dan mengisap air dan menyemburkannya,”.

Page 4: Thaharah Aik

�ر� �ث �ن ت �م� م�ض�م�ض� و�اس� .ث“Lalu berkumur dan menyemburkannya”.

Hadis riwayat Abu Dawud dan An Nasa’i dari ‘Abdul Khair:

د�ع�ا ل�ى ف<<� د� ص<<� ه� و�ق<<� ه� ع�ن<<� ي� الل<<� ض<<� �يh ر� �ا ع�ل �ان �ت �رK ق�ال� أ ي �د� خ� ع�ن� ع�با �م�ن<<� �ع�ل �ي �ال� ل �ر�ي<<د� إ ا ي ل�ى م<<� د� ص<<� �الط�ه�ور� و�ق<<� �ع� ب �ص�ن �ا م�ا ي �ن �ط�ه�ورK ف�ق�ل بل� �ه� ف�غ�س� �م�ين �اء� ع�ل�ى ي �ن غ� م�ن� اإل� �ف�ر� �اءK ف�يه� م�اءE و�ط�س�تK ف�أ �ن �إ �ي� ب �ت ف�أ

=ا ث �ال� �ر� ث �ث �ن ت �م�ض�م�ض� و�اس� �م� ت =ا ث ث �ال� �ه� ث �د�ي .ي

“Dari Abdu Khoir ia berkata, telah datang menemui kami Ali r.a, ia (bermaksud) mengerjakan) shalat, lalu ia meminta kami (sesuatu) untuk bersuci, lalu kami berkata;”Apa yang dapat digunakan untuk bersuci”. Lalu ia diberi bejana yang berisi air dan tempat membasuh tangan, kemudian ia menuangkan air dari bejana atas kedua tangannya tiga kali kemudian berkumur dan menyemburkannya tiga kali, lalu ia shalat. Ia melakukan hal itu tidak lain untuk mengajarkan kepada kami”.

Hadis Bukhari dan Muslim dari ‘Abdullah bin Zaid:

�م� �ه�م�ا ث ل �ه� ف�غ�س<<� �د�ي �اء� ع�ل�ى ي �ن غ� م�ن� اإل� �ف�ر� �ه� أ ن� �دK أ ي �ن� ز� �ه� ب �د� الل ع�ن� ع�ب

=ا ث �ال� �ك� ث �ف�ةK و�اح�د�ةK ف�ف�ع�ل� ذ�ل ق� م�ن� ك �ش� �ن ت و� م�ض�م�ض� و�اس�� ل� أ غ�س�

“Dari Abdullah bin Zaid, bahwasanya Nabi s.a.w menuangkan air dari bejana atas dua tangannya lalu membasuh keduanya, kemudian setelah membasuh, lalu berkumur dan mengisap air dari telapak tangan sebelah: beliau mengerjakan itu tiga kali”.

ال� �ةE ق<<� ب �ه� ص�ح� �ت� ل �ان �ص�ار�ي� و�ك �ن K األ� �ن� ع�اص�م �د� ب ي �ن� ز� �ه� ب �د� الل ع�ن� ع�ب�م� ف�د�ع�ا ل �ه� و�س� �ي �ه� ع�ل �ه� ص�ل�ى الل س�ول� الل �ا و�ض�وء� ر� �ن � ل �و�ض�أ �ه� ت ق�يل� لد�ه� ل� ي<<� �د�خ<<� �م� أ ا ث ث<<= �ال� �ه�م�ا ث ل ه� ف�غ�س<<� �د�ي<<� ا ع�ل�ى ي �ه<<� � م�ن أ �ف<<� �ك اءK ف�أ �ن<<� �إ بك� ل� ذ�ل<<� د�ةK ف�ف�ع<<� فn و�اح<<� ق� م�ن� ك<<� �ش� �ن ت ج�ه�ا ف�م�ض�م�ض� و�اس� �خ�ر� ت ف�اس�

=ا ث �ال� ث

“Dari Abdullah bin Zaid bin ‘Aashim al Anshari, bahwasanya Nabi s.a.w menuangkan air dari bejana atas dua tangannya lalu membasuh keduanya, kemudian setelah membasuh, lalu berkumur dan mengisap air dari telapak tangan sebelah: beliau mengerjakan itu tiga kali”.

Hadis riwayat Daruqutni dari Abu Hurairah:

ه� -ص<<لى الل<<ه علي<<ه وس<<لم- ول� الل<<� س<<� ا ر� ن<<� م�ر�� ال� أ ة� ق<<� ر� ي<<� �ى ه�ر� ب

� ع�ن� أ. اق� �ش� �ن ت �س� �م�ض�م�ض�ة� و�اال �ال ب

“Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW memerintahkan berkumur dan menghisap air”.

Page 5: Thaharah Aik

Hadis riwayat ahlus Sunan dari laqit bin Shaburah:

�ي ع�ن�عن ن ر� ب<<� خ�� ه� أ ول� الل<<� س<<� ا ر� ال� ق�ل�ت� ي<<� ة� ق<<� �ر� ب �ن� ص<<� �ق�ي<<ط� ب ل

�غ� ف�ي ال �ع� و�ب<<� اب �ص<<� �ن� األ� �ي ل� ب وء� و�خ�ل<<� �و�ض<<� �غ� ال ب �س<<� ال� أ وء� ق<<� �و�ض<<� ال�م=ا �ون� ص�ائ �ك �ن� ت �ال� أ اق� إ �ش� �ن ت س� .اال�

“Dari ‘Ashim bin laqith bin shabirah ia berkata, aku berkata pada Rasulullah s.a.w: “Ajarkanlah kepadaku cara berwudlu, Lalu Rasul bersabda: Sempurnakanlah Wudlu, sela-selailah di antara jari-jari, dan sempurnakanlah dalam mengisap air; kecuali kamu sedang berpuasa”

Hadis riwayat Ad Daulabi dari Ats Tsauri:

إذا توضأت فأبلغ في المضمضة واالستنشاق ما لم تكن صائما.

“Apabila kamu wudlu, maka sempurnakanlah dalam berkumur dan mengisap air, kecuali jika kamu sedang berpuasa”.2

f. Membasuh muka tiga kali, dengan mengusap kedua sudut mata dan melebihkan dalam membasuhnya.Firman Allah:

�ا �ه�ا ي ي� �ذ�ين� أ �وا ال �ذ�ا آم�ن �م� إ �ل�ى ق�م�ت �وا الص�الة� إ ل �م� ف�اغ�س� ...و�ج�وه�ك

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu ingin menyelenggarakan shalat, maka basuhlah mukamu”. (QS. Al-Maidah/5: 6)

Hadis riwayat Abu Dawud dari Abu Umamah:

ال� �م� ق<<� ل ه� و�س<<� �ي<<� ه� ع�ل �ي� ص�ل�ى الل<<� �ب �ر� و�ض�وء� الن م�ام�ة� و�ذ�ك� �ي أ ب

� ع�ن� أ

�ن� ق�ي� �م�أ ح� ال �م�س� �م� ي ل �ه� و�س� �ي �ه� ع�ل �ه� ص�ل�ى الل س�ول� الل �ان� ر� .ك

“Dari Abu Umamah, ia menjelaskan wudlunya Nabi saw., ia berkata: “Adalah Rasulullah s.aw mengusap dua sudut mata dalam wudlu”.

Melebihkan dalam membasuh:

� �ب ة� ق�ال�ىع�ن� أ �ر� ي �م�: ه�ر� ل ه� و�س<<� �ي<<� ه� ع�ل ل�ى الل<<� �ه� ص<<� س�ول� الل ق�ال� ر�وء� ف�م�ن� �و�ض<<� �اغ� ال ب �س<<� ة� م�ن� إ �ام<<� �ق�ي و�م� ال ون� ي<<� �م�ح�ج�ل<<� ر� ال �غ<<� �م� ال �ت �ن أ

�ه� يل �ح�ج� �ه� و�ت ت �ط�ل� غ�ر� �ي �م� ف�ل �ك �ط�اع� م�ن ت .اس�

“Dari Abu Hurairah ia berkata:”Rasulullah bersabda: “Kamu sekalian bersinar: muka, kaki dan tanganmu di hari kemudian sebab menyempurnakan wudlu, maka barangsiapa yang mampu diantaramu supaya melebihkan sinar muka tangan dan kakinya”.

2

Page 6: Thaharah Aik

Hadis riwayat Ahmad dari ‘Abdullah bin Zaid:

ول� �ق<<� ل� ي � ف�ج�ع<<� �و�ض�أ �م� ت ل �ه� و�س� �ي �ه� ع�ل �ي� ص�ل�ى الل �ب ن� الن� �دK أ ي �ن� ز� �ه� ب �د� الل ع�ن� ع�ب

�ك� �د�ل �ذ�ا ي ه�ك

“Dari Abdullah bin Zaid, bahwa Rasulullah s.a.w berwudlu, maka beliau mengerjakan demikian, yakni menggosok”.

g. Menyela-nyelai jenggot (kalau ada)Berdasarkan hadis riwayat Timidzi dari Utsman bin ‘Affan:

�ه� �ت ي �ح� �ل� ل ل �خ� �ان� ي �م� ك ل �ه� و�س� �ي �ه� ع�ل �ي� ص�ل�ى الل �ب ن� الن� �ن� ع�ف�ان� أ �م�ان� ب ع�ن� ع�ث

“Dari Utsman bin Affan, bahwasanya Nabi saw. mensela-selai janggutnya”.

h. Membasuh kedua tangan sampai kedua sikut tiga kali tiga kali, dengan mendahulukan tangan kanan, menggosok-gosoknya dan menyela-nyelai jari tangan serta melebihkannya.Firman Allah:

�وا ل �م� ف�اغ�س� �م� و�ج�وه�ك �ك �د�ي �ي �ل�ى و�أ اف�ق� إ �م�ر� ...ال

“…Dan tanganmu sampai dengan siku”.(QS. Al-Maidah/5: 6)

Berdasarkan hadis Bukhari dari Humran:

=ا ث �ال� �ن� ث ف�ق�ي �م�ر� �ل�ى ال �ه� إ �د�ي =ا و�ي ث �ال� �م� غ�س�ل� و�ج�ه�ه� ث ث

“Kemudian ia membasuh wajahnya tiga kali, lalu membasuh kedua tangannya sampai siku tiga kali”. Berdasarkan hadis Muslim dari Humran:

ر�ى �س<<� �ي د�ه� ال ل� ي<<� �م� غ�س<<� اتK ث ر� ث� م<<� �ال� ق� ث ف<<� �م�ر� �ل�ى ال �ى إ �م�ن �ي �د�ه� ال ل� ي �م� غ�س� ث�ك� �ل� ذ�ل م�ث

“Kemudian membasuh tangannya yang kanan sampai sikunya tiga kali dan yang kiri seperti demikian itu pula”.

Menggosok-gosok, berdasarkan hadis riwayat Ahmad dari ‘Abdullah bin Zaid:

ول� �ق<<� ل� ي � ف�ج�ع<<� �و�ض�أ �م� ت ل �ه� و�س� �ي �ه� ع�ل �ي� ص�ل�ى الل �ب ن� الن� �دK أ ي �ن� ز� �ه� ب �د� الل ع�ن� ع�ب

�ك� �د�ل �ذ�ا ي ه�ك

“Dari Abdullah bin Zaid, bahwa Rasulullah saw. Wudlu, maka beliau mengerjakan demikian, yakni menggosok”.

Page 7: Thaharah Aik

nد�ي� م� �ث �ل �ث �ى ب �ت �م� أ ل �ه� و�س� �ي �ه� ع�ل �ي� ص�ل�ى الل �ب �دK ق�ال� : إن� الن ي �ن� ز� �ه� ب �د� الل ع�ن� ع�ب�ه�. اع�ي �ك� ذ�ر� �د�ل ، ف�ج�ع�ل� ي

“Dari Abdullah bin Zaid ia berkata: “Bahwa Nabi saw. Diberi air dua pertiga mud (± 1,5 liter) lalu menggosok dua lengannya”.Mensela-selai jari-jari, berdasarkan hadis riwayat Tirmidzi dan Nasa’i dari Laqit bin Shaburah:

�ل� ل �ن� و�خ� �ي �ع� ب ص�اب� األ�

“Sela-selailah di antara jari-jari”.

Melebihkan dalam membasuh, berdasarkan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah:

�ط�اع� ف�م�ن� ت �م� اس� �ك �ط�ل� م�ن �ي �ه� ف�ل ت �ه� غ�ر� يل �ح�ج� .و�ت

“Maka barangsiapa yang mampu diantaramu supaya melebihkan sinar muka tangan dan kakinya”.

Mendahulukan yang kanan, berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah:

ة� ع�ن� �ش� �ت� ع�ائ �ان� ق�ال �ي� ك �ب �ه� ص�ل�ى الن �ه� الل �ي �م� ع�ل ل �ه� و�س� ب �ع�ج� �م�ن� ي �ي ه� ف�ي الت �ع�ل<<� �ن ت

�ه� ل ج� �ر� �ه� و�ف�ي و�ط�ه�ور�ه� و�ت �ن أ �ه� ش� �ل ك

“Dari ‘Aisyah ia berkata bahwa Rasulullah saw. suka mendahulukan (yang) kanannya, dalam memakai sandalnya, bersisir, bersuci dan dalam segala hal-nya”.

Dalam beberapa teks hadis yang lain menggunakan kata

التيامن يحب

i. Mengusap kepala (ubun) dan atas surbannya satu kali dengan cara menjalankan kedua telapak tangan dimulai dari ujung kepala hingga tengkuk dan mengembalikannya pada posisi semula, serta mengusap kedua telinga, bagian dalam dengan telunjuk dan telinga bagian dalam (daun telinga) dengan ibu jari.Berdasarkan Firman Allah:

ح�وا �م� و�ام�س� ك ء�وس� �ر� ب

“Dan sapulah kepalamu”. (QS. Al-Maidah/56)

Page 8: Thaharah Aik

Berdasarkan hadis riwayat Bukhari dari Humran:

�م� ح� ث ه� م�س� �س� أ �ر� .ب“Kemudian mengusapkepalanya”.

Berdasarkan hadis riwayat Muslim dari Humran:

�م� ح� ث ه� م�س� �س� أ ر�

“Kemudian mengusap kepalanya”.

Berdasarkan hadis riwayat Muslim, Tirmidzi dan Abu Dawud dari Mughiirah:

ة� ع�ن� �م�غ�ير� �ن� ال �ة� ب ع�ب �ن� ش� �ي� أ �ب �ه� ص�ل�ى الن �ه� الل �ي �م� ع�ل ل � و�س� �و�ض�أ ح� ت �ه� ف�م�س� �ت �اص�ي �ن ب�ع�م�ام�ة� و�ع�ل�ى ال

“Dari Mughirah bin Syu’bah, bahwa Nabi saw. berwudlu, lalu mengusap ubun-ubunnya, dan atas surbannya”.

Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari ‘Abdullah bin Zaid:

�د عن �ه� �ع�ب �ن� الل �دK ب ي �: ز� �د�أ � ب �م�ق�د�م ه� ب �س� أ �ه�م�ا ذ�ه�ب� ح�ت�ى ر� �ل�ى ب �م� ق�ف�اه� إ د�ه�م�ا ث ر��ل�ى �ان� إ �م�ك �ذ�ي ال � ال �د�أ �ه� ب .م�ن

“Dari Abdullah bin Zaid ia berkata: “Dan memulai dengan permulaan kepalanya sehingga menjalankan kedua tangannya sampai pada tengkuknya, kemudian mengembalikannya pada tempat memulainya”.

Hadis riwayat Abu Dawud dari ‘Abdullah bin ‘Amr:

�م�ق<<ال: عم<<رو بن الل<<ه عبد عن ح� ث ه� م�س<<� �س<<� أ �ر� ل� ب د�خ<<�� �ه� ف�أ �ع�ي ب �ص<<� إ

�ن� �ي ت �اح� ب ه� ف�ي الس<<<� �ي<<<� �ذ�ن ح� أ ه� و�م�س<<<� �ه�ام�ي<<<� �ب �إ اه�ر� ع�ل�ى ب ه� ظ<<<� �ي<<<� �ذ�ن أ

�ن� �ي ت �اح� ب �الس� �اط�ن� و�ب �ه� ب �ي �ذ�ن أ

“Dari Abdullah bin ‘Amr, ia berkata: “lalu mengusap kepalanya dan memasukkan kedua telunjuknya pada kedua telinganya dan mengusapkan kedua ibu jari pada kedua telinga yang luar, serta kedua telunjuk mengusapkan pada kedua telinga yang sebelah dalam”.

j. Membasuh kedua kaki beserta kedua mata kaki sebanyak tiga kali-tiga kali dengan mendahulukan kaki kanan, menggosok-gosoknya dan menyela-nyelai jari kaki serta melebihkan dalam membasuhnya.

Page 9: Thaharah Aik

Firman Allah:

�م� �ك ل ج� ر�� �ل�ى و�أ �ن� إ �ي �ع�ب �ك ال

“Dan (membasuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (QS. Al-Maidah/5: 6)

Berdasarkan hadis riwayat Bukhari dari Humran:

�م� ل� ث �ل� غ�س� ر�ج�لK ك

“Lalu membasuh kakinya tigai”. Berdasarkan hadis riwayat Muslim dari Humran:

�م� ل� ث �ه� غ�س� ل �م�ن�ى ر�ج� �ي �ل�ى ال �ن� إ �ي �ع�ب �ك ث� ال �ال� اتK ث م�ر�

“Lalu membasuh kakinya yang kanan sampai kedua mata kaki tiga kali dan yang kiri seperti itu pula.”.

Menggosok-gosok, berdasarkan hadis Ahmad dari ‘Abdullah bin Zaid:

�د� ع�ن� �ه� ع�ب �ن� الل �دK ب ي �ن� ز� �ي� أ �ب ه� ص�ل�ى الن ه� الل<<� �ي<<� �م� ع�ل ل � و�س<<� أ �و�ض<<� ل� ت ول� ف�ج�ع<<� �ق<<� ي�ذ�ا �ك� ه�ك �د�ل ي

“Dari Abdullah bin Zaid, bahwa Rasulullah saw.. Wudlu, maka beliau mengerjakan demikian, yakni menggosok”.

Mensela-selai jari-jari kaki, berdasarkan hadis riwayat Ahlus Sunan dari Laqit bin Shaburah:

�ل� ل �ن� و�خ� �ي �ع� ب ص�اب� األ�

“Sela-selailah di antara jari-jari”.

Melebihkan dalam membasuh, berdasarkan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah:

�ط�اع� ف�م�ن� ت �م� اس� �ك �ط�ل� م�ن �ي �ه� ف�ل ت �ه� غ�ر� يل �ح�ج� .و�ت

“Maka barangsiapa yang mampu diantaramu supaya melebihkan sinar muka tangan dan kakinya”.Mendahulukan yang kanan, berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah:

Page 10: Thaharah Aik

ة� ع�ن� �ش� �ت� ع�ائ �ان� ق�ال �ي� ك �ب �ه� ص�ل�ى الن �ه� الل �ي �م� ع�ل ل �ح�ب� و�س� �م�ن� ي �ي ا الت م<<��ط�اع� ت �ه� ف�ي اس� �ن أ �ه� ش� �ل �ه� ط�ه�ور�ه� ف�ي ك ل ج� �ر� �ه� و�ت �ع�ل �ن و�ت

“Dari ‘Aisyah ia berkata bahwa Rasulullah saw suka mendahulukan (yang) kanannya, selama ia mampu dalam segala hal; dalam memakai sandalnya, berjalannya, dan bersucinya,”.

Hadis riwayat Muslim dan Ahmad dari ‘Umar bin Khatab:

�ن ع�م�ر ع�ن� �خ�ط�اب� ب �ن� ال ج�ال= أ � ر� �و�ض�أ ك� ت �ر� ه� ع�ل�ى ظ�ف�رK م�و�ض�ع� ف�ت ق�د�م<<�

ه� �ص�ر� ب� �ي� ف�أ �ب �ه� ص�ل�ى الن �ه� الل �ي �م� ع�ل ل ع� ف�ق�ال� و�س� ج� ن� ار� ح�س�

� وء�ك� ف�أ و�ض<<�

ج�ع� �م� ف�ر� .ص�ل�ى ث

“Dari Umar bin Khattab r.a.: “Sungguh telah datang seseorang kepada nabi saw ia telah berwudlu tetapi telah meninggalkan sebagian kecil telapak kakinya selebar kuku: maka bersabda Rasulullah s.a.w: Kembali dan perbaikilah wudlumu”. Berkata Umar:”Orang itu lalu kembali berwudlu dan sembahyang”.

Hadis riwayat Bukhari, Muslim, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Mjjah dan Ahmad dari ‘Abdullah bin ‘Amr:

�د� ع�ن� �ه� ع�ب �ن� الل �لE: ع�م�رKو ب �ع�ق�اب� و�ي �أل� �ار� م�ن� ل .الن

“Dari ‘Abdullah bin ‘Amr: “Neraka Wail itu bagi orang yang tidak sempurna mencuci tumitnya”.

k. Membaca do’a :

ه�د� �ش� �ن� أ �له� ا �ا � ال �ال �ك� و�ح�د�ه الله� ا ر�ي �ش� �ه� ال ه�د� ل �ش� �ن� و�أ �د�ه� م�ح�م�د=ا ا �ه� ع�ب و�ل س� \و�ر�

“Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hambaNya dan Rasul-Nya”

�ن� ع�م�ر� ع�ن� �خ�ط�اب� ب �ي ق�ال� ال �ن ك� ق�د� إ �ت<<� �ي أ �ت� ر� ئ ا ج� �ف<<= ال� آن ا ق<<� �م� م<<� �ك م�ن

دK م�ن� �ح� � أ �و�ض�أ �ت �غ� ي ب �س<<� وء� ف�ي �و�ض<<� �م� ال ول� ث �ق<<� ه�د� ي �ش<<� �ن� أ ه� ال� أ �ل<<� �ال� إ ه� إ الل<<�

ه�د� �ش� �ن� و�أ �د�ه� م�ح�م�د=ا أ �ه� ع�ب ول س� �ال� و�ر� �ح�ت� إ �ه� ف�ت �و�اب� ل ب� �ة� أ ن �ج� ة� ال �ي<<� �م�ان الث

�د�خ�ل� �ه�ا م�ن� ي ي� اء� أ . ش�

“Dari ‘Umar bin Khattab ia berkata: “Sungguh aku telah melihat engkau (Muhammad) tadi datang dan bersabda: “Tidak ada

Page 11: Thaharah Aik

seorangpun dari kamu yang berwudlu dengan sempurna lalu mengucapkan: Asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan ‘Abduhuu wa rasuuluh; melainkan akan dibukakanlah baginya pintu-pintu surga yang delapan, yang dapat dimasuki dari mana yang ia kehendaki”.3

l. Dalam keadaan-keadaan tertentu seperti dingin dan dalam perjalanan diperkenankan mengusap kedua sepatu (khuf) atau sorban sebagai pengganti membasuh (mencuci) kedua kaki dan mengusap kepala dalam wudlu.Berdasarkan hadis dari Mughirah bin Syu’bah:

ة� ع�ن� �م�غ�ير� �ن� ال �ة� ب ع�ب �ن� ش� ول� أ س� �ه� ر� �ه� ص�ل�ى الل �ه� الل �ي �م� ع�ل ل ح� و�س� م�س��ن� ع�ل�ى ف�ي �خ� �ت� ال �ا ف�ق�ل ول� ي س� �ه� ر� يت� الل �س� �ن �ل� ق�ال� أ �ت� ب �ن يت� أ �س� �ه�ذ�ا ن ب

�ي ن م�ر�� �ي أ ب . و�ج�ل� ع�ز� ر�

“Dari Mughirah bin Syu’bah r.a, bahwa sesungguhnya Nabi saw. mengusap (bagian) atas dua sepatu (khuf), maka saya berkata: “Wahai Rasulullah apakah tuan lupa?”Beliau menjawab: “Bahkan kamu yang lupa: dengan ini aku telah diperintahkan oleh Tuhanku”.

Adapun yang usap adalah sepatu (khuf) bagian atasnya, sementara bagian bawahnya tidak. Berdasarkan hadis berikut:

�يn ع�ن� ض�ي� ع�ل �ه� ر� �ه� الل �و� ق�ال� ع�ن �ان� ل ي� ال<<د�ين� ك� أ الر� ان� ب<<� �ك<<� ف�ل� ل �س<<� أ

�خ�ف� و�ل�ى ال� ح� أ �م�س� �ال ه� م�ن� ب �ع�ال� �ت� و�ق�د� أ �ي أ ول� ر� س� ه� ر� ل�ى الل<<� ه� ص<<� الل<<�

�ه� �ي �م� ع�ل ل ح� و�س� �م�س� �ه� ظ�اه�ر� ع�ل�ى ي خ�ف�ي

“Dari Ali r.a., ia berkata:”Jika agama itu mengikuti pendapat orang, niscaya yang bagian bawah khuf itu lebih hak untuk diusap daripada bagian atasnya. Sungguh aku telah melihat Rasulullah s.a.w. mengusap khuf yang bagian atas”. Hadis dari Bilal:

لK ع�ن� �ال� �ت� ق�ال� ب �ي أ ول� ر� س� �ه� ر� �ه� ص�ل�ى الل �ه� الل �ي �م� ع�ل ل ح� و�س� �م�س� �ن� ع�ل�ى ي �م�وق�ي ال

�خ�م�ار� و�ال

“Dari Bilal, ia berkata: “Aku melihat Rasulullah saw mengusap kedua khufnya dan tutup kepalanya”.

3

Page 12: Thaharah Aik

�ال� ع�ن� �ان�: ق�ال� لKب ج� ك �خ�ر� �ق�ض�ي ي ه� ي ت<<� �ي<<ه� ح�اج� اء� ف�آت �م<<� �ال � ب أ �و�ض<<� �ت ح� ف�ي �م�س<<� و�ي

�ه� ع�ل�ى �ه� ع�م�ام�ت و�م�وق�ي

“Dari Bilal, ia berkata:”Adalah Rasulullah s.a.w keluar melepaskan hajatnya, maka aku datang dengan membawa air, beliau lalu berwudlu dan mengusap sorban dan kedua khufnya”.

ع�يد� �س� �ن� و�ل �ص�ورK ب �ه� ف�ي م�ن �ن ن لK ع�ن� س� �ال� م�ع�ت ق�ال� ب ول� : س� س� ه� ر� الل<<��ه� ص�ل�ى �ه� الل �ي �م� ع�ل ل �ق�ول� و�س� ح�وا ي �ص�يف� ع�ل�ى : ام�س� �م�وق� الن و�ال

“Karena hadis Sa’id bin Mansur dalam sunannya dari Bilal, ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: “Usaplah pada ikat kepalamu dan atas khufmu”.

ة� ع�ن� �م�غ�ير� �ن� ال �ة� ب ع�ب � ق�ال� ش� �و�ض�أ �ي� ت �ب �ه� ص�ل�ى الن �ه� الل �ي �م� ع�ل ل ح� و�س<<� ع�ل�ى و�م�س<<�

�ن� �ي ب �ج�و�ر� �ن� ال �ي �ع�ل .و�الن

“Dari Mughirah bin Syu’bah, ia berkata:”Rasulullah s.a.w berwudlu dan mengusap atas kedua kaos kaki dan kedua sandalnya”.

m. Batas waktunya tiga jika dalam perjalanan dan satu hari dalam jika tidak bepergian, sedang waktu memakainya diwaktu suci/belum batal wudlunya

�ن� ص�ف�و�ان� و�ع�ن� الK ب �ا ق�ال� ع�س� ن م�ر�� �ع�ن�ي : أ �ي� ي �ب ل�ى الن ه� ص<<� ه� الل<<� �ي<<� ع�ل

�م� ل �ن� و�س� ح� أ �م�س� �ن� ع�ل�ى ن ف�ي �خ� �ح�ن� إذ�ا ال �اه�م�ا ن �ن ل �د�خ� رK ع�ل�ى أ ا ط�ه<<� ث<<= �ال� ث�ا إذ�ا ن اف�ر� �و�م=ا س� �ة= و�ي �ل �ي �ا إذ�ا و�ل �ق�م�ن ا و�ال� ، أ �ع�ه�م<� ل �خ� طK م�ن� ن و�لK و�ال� غ�ائ<� ب<�K و�ال� �و�م �ع�ه�م�ا و�ال� ن ل �خ� �ةK م�ن� إال� ن �اب ن ج�

“Dari Shafwan bin ‘Assal, ia berkata: “Nabi Muhammad saw. memerintah kami supaya mengusap atas kedua khuf, kalau kami memakai keduanya diwaktu suci, tiga hari jika kami bepergian dan satu hari satu malam jika tidak bepergian. Dan kami tidak perlu membuka keduanya karena buang air besar atau kecil dan karena tidur. Dan supaya kami tidak membuka keduanya kecuali karena janabah”.

Page 13: Thaharah Aik

B.2. Tata Cara Istinjak

Ada beberapa adab beristinja menurut ajaran Nabi Muhammad, antara lain:

a. Ketika masuk dalam tempat buang hajat membaca doa “Allahumma inni a’udzubika minal khubutsi wal khobaits” dan apabila keluar mengucapkan “Ghufrânaka”.Berdasarkan hadis berikut:

�ن� ول� أ س� �ه� ر� ان�- وس<<لم علي<<ه الله صلى -الل �ذ�ا ك<<� ل� إ �ي<<ف� د�خ<<� �ن �ك ال�ه�م� » ق�ال� �ى الل �ن �ع�وذ� إ �ك� أ �ث� م�ن� ب ب �خ� �ث� ال �ائ ب �خ� و�ال

Sesungguhnya Rasulullah saw. apabila masuk ke tempat buang hajat membaca: “Allahumma inni a’udzubika minal khubutsi wal khobaits”Dari Yusuf Ibn Abi Burdah berkata:

(ق<<ال الغائ<ط من خ<<رج إذا س<<لم و علي<<ه الل<<ه ص<<لى الل<<ه رسول كان )غفرانك

“Sesungguhynya Rasulullah saw. apabila keluar dari tempat buang hajat membaca “Gufranaka” (Atas ampunan-Mu (Allah).”

b. Menjauhkan diri dari pandangan orang atau istitar (memakai tabir agar tidak terlihat orang)Hal ini didasarkan hadis dari Mughirah Ibn Syu’bah:

�ت� �ن س�ول� م�ع� ك �ه� ر� �ه� ص�ل�ى الل ه� الل �ي<<� �م� ع�ل ل �ع�ض� ف�ي و�س<<� ف�ار�ه� ب �س<<� أ�ان� س�ول� و�ك �ه� ر� �ه� ص�ل�ى الل ه� الل �ي<<� �م� ع�ل ل �ذ�ا و�س<<� �ل�ى ذ�ه�ب� إ ة� إ �ح�اج<<� ال�ع�د� �ب أ

“Saya bepergian bersama Rasulullah saw. pada suatu perjalanan. Maka apabila pergi untuk buang hajat ia menjauh (sampai tidak terlihat orang lain).”

c. Hendaklah menjauhi tempat ramai atau tempat orang-orang benaung.Berdasarkan hadis dari Abu Hurairah berikut:

ول� أن� س<<� ال� - وس<<لم علي<<ه الل<<ه ص<<لى - الل<<ه� ر� وا : (( ق<<� �ق<<� ات

�ن� �ي ن �ع� ا : ق<<الوا )) الال ان� و�م<<� ن<<� �ع� ال� ؟ الال ذ�ي : (( ق<<� �خ�ل�ى ال<<� �ت في ي

�اس� ط�ر�يق� و� الن� �ه�م� في أ )) .ظ�ل

Bahwa Nabi saw. bersabda: “Hirdarkanlah menjadi orang-orang terlaknat!” Mereka bertanya: “Apa yang menyebabkan terlaknat?”. Nabi bersabda; “Orang yang membuang air (hajat/kotoran) di jalan atau di tempat orang bernaung.”

Page 14: Thaharah Aik

d. Tidak membuat hajat di tempat air menggenang yang digunakan untuk mandi dan bersuciBerdasarkan hadis berikut:

)مستحمه في أحدكم يبولن ال ( سلم و عليه الله صلى الله رسول قال“Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah salah seorang di antara kamu buang air kecil di tempat mandinya.”

e. Untuk wanita dimakruhkan buang hajat di kamar mandi umum dimana laki-laki dan perempuan tidak dipisah (Bercampur).Berdasarkan hadis berikut:

�ص�ورK ع�ن� م�ع�ت� ق�ال م�ن �م� س� ال �ن� س� �ي ب ب� د� أ �ج�ع<<� د�ث� ال �ح<<� �ي ع�ن� ي ب

� أ

�يح� �م�ل �ي� ال ذ�ل �ه<<� �ن� ال اء= أ �س<<� ل� م�ن� ن �ه<<� و� ح�م�ص� أ� ل� م�ن� أ �ه<<� � أ ام الش<<�

�ن� ة� ع�ل�ى د�خ�ل �ش<<<� ال�ت� ع�ائ �ن� ف�ق<<<� �ت �ن �ي أ ت �ن� الال� ل د�خ� �ن� ي<<<� اؤ�ك �س<<<� ن�ح�م�ام�ات� م�ع�ت� ال س�ول� س� �ه� ر� �ه� ص�ل�ى الل �ه� الل �ي �م� ع�ل ل �ق�ول� و�س� م�ا ي

�ةK م�ن� أ ر� ع� ام<<� �ض<<� ا ت �ه<<� �اب �ي ر� ف�ي ث �ت� غ�ي<<� �ي ا ب و�ج�ه<<� �ال� ز� �ت� إ �ك �ر� ه�ت ت الس<<��ه�ا �ن �ي �ن� ب �ي �ه�ا و�ب ب ر�

Dari Manshur ia berkata; Aku mendengar Salim bin Abu Al-Ja'd menceritakan dari Abu Al-Malih Al-Hudzali bahwa beberapa wanita dari penduduk Himsh atau Syam masuk menemui ‘Aisyah, ia berkata; “Kaliankah yang menyuruh wanita-wanita kalian masuk ke kamar mandi (umum)? Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah seorang wanita menanggalkan bajunya di selain rumah suaminya, melainkan ia telah merusak tabir antara dirinya dengan Rabbnya.”

f. Disunnahkan duduk dan tidak menghadap kiblat ataupun membelakanginya.

Berdasarkan hadis dari Abu Hurairah berikut:

ول� س� �ه� ر� ال�- وس<<لم عليه الله صلى -الل �ذ�ا »ق<<� �م� ج�ل�س� إ د�ك �ح<<� أ�ه� ع�ل�ى ت � ح�اج� �ل� ف�ال �ق�ب ت �س� �ة� ي �ل �ق�ب � ال ه�ا و�ال �ر� �د�ب ت �س� ي

“Dar Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw., bersabda: “Apabila salah seorang diantara kalian duduk untuk buang hajat, maka janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya.”

g. Disunahkan mencari tempat yang lunak (atau lebih rendah) agar tidak menciprati pakaian.Hal ini didasarkan pada hadis dari Abu Musa:

يع<<نى دمث على م<<ر س<<لم و عليه الله صلى الله رسول وانلبوله فليرتد أحدكم بال إذا وقال فيه فبال لين مكان

Page 15: Thaharah Aik

“Dan sesungguhnya Rasulullah saw. ketika buang hajat mencari tempat yang lunak kemudian kencing di atasnya, kemudian ia berkata: “Jika salah seorang di antara kalian kencing pilihlah tempat seperti itu (lembek dan rendah).”

h. Menghindari lubang-lubang tempat tinggal binatangSebagaimana hadis dari Qatadah berikut:

�ن� ول� أ س� �ه� ر� �ه� ص�ل�ى الل �ه� الل �ي �م� ع�ل ل �ه�ى و�س� �ن� ن �ال� أ �ب �ج�ح�ر� ف�ي ي ال�وا �اد�ة� ق�ال �ق�ت ه� م�ا ل �ر� �ك �و�ل� م�ن� ي �ب �ج�ح�ر� ف�ي ال �ان� ق�ال� ال �ق�ال� ك ا ي �ه<<� �ن إ

�ن� اك �ج�ن� م�س� .ال

“Sesungguhnya Rasulullah saw. melarang kencing di lubang-lubang binatang, para sahabat kemudian bertanya kepada Qatâdah mengenai larangan tersebut. Kemudian Qatâdah menjawab: “Sesungguhnya lubang itu merupakan tempat tinggal jin.”

i. Tidak sambil memperlihatkan aurat dan berbicara dengan orang lain Berdasarkan hadis dari Sa’id berikut:

م�ع�ت� س�ول� س� �ه� ر� �ق�ول�- وسلم عليه الله صلى -الل � :» ي ج� ال �خ�ر� ي�ن� ج�ال �ان� الر� �ض�ر�ب �ط� ي �غ�ائ �ن� ال ف�ي �اش� �ه�م�ا ع�ن� ك ت �ان� ع�و�ر� �ح�د�ث �ت �ن� ، ي إ ف<<�

�ه� �ع�ال�ى الل �م�ق�ت� ت �ك� ع�ل�ى ي «.ذ�ل“Saya mendengar Nabi Muhammad saw. bersabda: “Janganlah dua orang laki-laki pergi ke kakus sambil membuka aurat dan bercakap-cakap. Sesungguhnya Allah sangat mengecam perbuatan tersebut.”

j. Menggunakan tangan kiri ketika membersihkannyaBerdasarkan hadis berikut ini:

س�ول� ق�ال� �ه� ر� �- » وسلم عليه الله صلى -الل �ن� ال ك �م�س� �م� ي د�ك �ح<<� أه� �ر� �ه� ذ�ك �م�ين �ي �ول� و�ه�و� ب �ب � ي ح� و�ال �م�س� �ت �ء� م�ن� ي �خ�ال �ه� ال �م�ين �ي � ب �ف�س� و�ال �ن �ت ي

�اء� ف�ى �ن �إل «.ا

“Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah seseorang diantara kalian memegang kemaluannya dengan tangan kananya apabila sedang kencing, dan jangan juga cebok setelah buang air besar dengan tangan kanannya, dan jangan pula bernafas ketika minum.”

k. Tidak menyebut-nyebut nama atau membawa tulisan Allah.Berdasarkan hadis berikut:

�س� ع�ن� �ن �ن� أ �كK ب ي� م�ال ض<<� ه� ر� ه� الل<<� ال� ع�ن<<� ان� : ق<<� ول� ك<<� س<<� ه� ر� الل<<��ه� ص�ل�ى �ه� الل �ي �م� ع�ل ل ء� د�خ�ل� إذ�ا و�س� �خ�ال� �م�ه� و�ض�ع� ال ات خ�

“Dari Annas bin Malik berkata, bahwa Rasulullah saw. ketika masuk ke dalam toilet meletakan cincinya.”

Page 16: Thaharah Aik

l. Istibra’ (menghabiskan sisa-sisa kotoran)

m. Diusahakan mengusap pakaian dengan air yang terciprati air kencing ketika buang hajat.Hal ini didasarkan pada hadis dari Ibn Sofyan:

�ذ�ا سلم و عليه الله صلى الله رسول كان �ل� إ = با �و�ض�أ �ض�ح� و� ت �ت �ن ي

“Sesungguhnya Rasulullah saw. ketika buang air kecil, ia berwudlu dan melakukan pemercikan (dipakaiannya).

C. Benda-Benda Yang Termasuk Najis

Secara haqiqi benda najis dapat dibagi menjadi tiga, yakni: mughaladlah, mutawasithah, dan mukhafafah.a. Najis MughaladlahNajis mughaladah adalah najis berat yang cara membersihkannya adalah dengan cara diusap dengan tanah, kemudian dicuci dengan air sebanyak tujuh kali. Contoh yang diberikan Nabi adalah liur anjing sebagaimana hadis berikut:

�ى ع�ن� ب� ة� أ �ر� ي س�ول� ق�ال� ق�ال� ه�ر� �ه� ر� -وس<<لم علي<<ه الله صلى -الل

�ذ�ا» �غ� إ �ل�ب� و�ل �ك �اء� ف�ى ال �ن �م� إ �ح�د�ك �ر�ق�ه� أ �ي �م� ف�ل �ه� ث ل �غ�س� �ي �ع� ل ب ارK س� م�ر�.»

“Apabila anjing minum dalam bejana milik salah seorang diantara kamu, bersihkanlah dengan tanah, kemudian cucilah dengan air sebanyak tujuh kali.”

b. Najis MutawasithahNajis mutawasithah adalah najis sedang yang cara membersihkannya cukup dicuci dengan air tiga kali atau lebih sampai hilang bau, warna, dan bentuk najisnya. Contoh benda-benda najis yang masuk kategori ini adalah:

1) Darah Haid dan Nifas Mengenai kenajisan darah haid dijelaskan di dalam al-Qur’an berikut ini:

�ك� �ون �ل أ �س� �م�ح�يض� ع�ن� و�ي �ذ=ى ه�و� ق�ل� ال ... أ

Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu kotoran”. (Al-Baqarah/2: 222)Dalam sebuah hadis juga dijelaskan sebagai berikut:

م�اء� ع�ن� �س� ال�ت� أ اء�ت� ق<<� �ةE ج<<� أ ر� �ل�ى ام<� �ى� إ �ب الل<ه ص<لى -الن�ا ف�ق�ال�ت�- وسلم عليه �ح�د�ان �ص�يب� إ �ه�ا ي �و�ب � م�ن� ث ة� د�م �ض<� ي �ح� ال�ف� �ي �ع� ك �ص�ن �ه� ت �ه� » ق�ال� ب ت �ح� �م� ت ص�ه� ث �ق�ر� �م�اء� ت �ال �م� ب ح�ه� ث �ض<<� �ن ت

�م� �ص�ل�ى ث «.ف�يه� ت

Page 17: Thaharah Aik

Dari Asma’ berkata: datang seorang perempuan kepada Nabi saw., dan berkata: salah satu di antara kami pakaiannya terkena darah haid, bagaimana kami membersihkanya? Keriklah kemudian cuci dengan air, kemudian gunakan dan shalatlah dengannya.”4

Dari hadis di atas dijelaskan cara membersihkan darah haid adalah dengan cara mengeriknya kemudian dicuci dengan air. Namun apabila setelah dicuci masih meninggalkan bekas pakaian tersebut tetap dianggap suci sebagaimana hadis dari Abu Hurairah berikut ini:

�ى ع�ن� ب� ة�، أ ر� ي<<� �ن� ه�ر� ة� أ �ت� خ�و�ل<<� �ن ارK ب �س<<� �ت� ي �ت �ى� أ �ب ص<<لى النو� ح�جn ف�ى وسلم عليه الله

� ةK، أ ر� ال�ت� ع�م<<� ا: ف�ق<<� ول� ي<<� س<<� ر��ه�، �س� الل �ي �ى ل � ل �ال �و�بE إ �ا و�اح�دE ث �ن �ح�يض� و�أ �ذ�ا: ق�ال� ف�يه�، أ إ ف<<�

ت� ل�ى ط�ه�ر� �، م�و�ض�ع� ف�اغ�س� �م� الد�م ال�ت� ف�ي<<ه�، ص�ل�ى ث ا: ق<<� ي<<�ول� س� �ه�، ر� �ن� الل �م� إ ج� ل �خ�ر� ه�؟ ي �ر� ث

� ال� أ �ف�ي<<ك�: ق<<� �ك اء� ي �م<<� و�ال الك� �ض�ر� ه� ي �ر� ث

� .أ“Dari Abu Hurairah ra. bahwa Khaulah binti Yasar berkata, ‘Ya Rasulullah, aku hanya mempunyai satu potong pakaian, dan (sekarang) saya haidh mengenakan pakaian tersebut.’ Maka Rasulullah menjawab, ‘Apabila kamu telah suci, maka cucilah yang terkena haidhmu, kemudian shalatlah kamu dengannya.” Ia bertanya, ‘Ya Rasulullah, (bagaimana) kalau bekasnya tak bisa hilang?’ Rasulullah menjawab, ‘Cukuplah air bagimu (dengan mencucinya) dan bekasnya tak membahayakan (shalat)mu.”

2) Wadi dan MadziWadi adalah air putih kental yang keluar mengiringi kencing. Biasanya keluar diakibatkan kelelahan. Sementara madzi adalah air putih bergetah yang keluar sewaktu mengingat senggama atau sedang bercumbu. Keluarnya tidak terasa, terjadi pada perempuan dan laki-laki.5 Hal ini diterangkan dalam hadis berikut:

�ل� أ �س<<� �ن� أ �ى أ �ح�ي ت �س<<� �ت� أ �ن ذ�اء= و�ك = م<<� ج�ال �ت� ر� �ن ال� ك �ىn ق<<� ع�لت� م�ر�

� أ ه� ف<<� �ت<<� �ن ان� اب �م�ك<<� �ى� -ص<<لى الل<<ه علي<<ه وس<<لم- ل �ب الن� �و�ض�أ �ت ه� و�ي �ر� �غ�س�ل� ذ�ك �ه� ف�ق�ال� » ي ل

� أ و�د� ف�س� �س� �ن� األ �م�ق�د�اد� ب ال.»

“Ali bin Abi Thalib berkata: Aku adalah laki-laki yang kerap keluar madzi dan aku malu menanyakannya kepada Nabi saw, karena putrinya menjadi istriku, maka aku meminta Miqdad menannyakannya kepadanya, lalu beliau menjawab: cucilah kemaluanya dan berwudhulah.”

4

5

Page 18: Thaharah Aik

3) TinjaSemua tinja hewan, baik yang dagingnya dimakan ataupun tidak. Berdasarkan hadis berikut:

�ه� �د� الل �ى ع�ن� ع�ب �ت �م� أ ل �ه� و�س<<� �ي �ه� ع�ل �ه� ص�ل�ى الل س�ول� الل �ن� ر� أد�ت� ت� ف�و�ج<<� �م�س<<� �ت ارK ف�ال �ح�ج<<� ة� أ ث<<� �ال� �ث �ي ب �ن �ت ال� ائ ء� و�ق<<� �خ�ال� الذ� �خ<<� ةK ف�أ و�ث<<� �ن� و�ر� ي ر� �ح�ج<<� ه� ب �ت<<� �ي ت

� ال�ث� ف�أ ج�د� الث<<�� �م� أ �ن� و�ل ي ح�ج�ر�

Eه�ا ر�ك�س� �ن �ة� و�ق�ال� إ و�ث �ق�ى الر� �ل �ن� و�أ ي �ح�ج�ر� ال

Dari Abdullah bahwa Rasulullah saw. buang air besar mandi dan meminta: “Bawakan kepadaku tiga batu.” Lalu aku mencari namun aku dapatkan dua buah batu dan aku tidak mendapat yang ketiga, lalu aku bawakan dua buah batu dan kotoran unta. Beliau mengambil dua buah batu dan membuang kotoran unta, beliau bersabda: “Ini adalah kotoran (najis).” (HR. Abu Dawud)Seandainya kotoran onta yang kering tidak najis, tentu Nabi saw. tidak menolak menggunakannya untuk bersuci.

4) Air seni

�ن� ا أ �ي<<� اب �ع�ر� ال� أ ج�د� ف�ي ب<<� �م�س<<� ام� ال ه� ف�ق<<� �ي<<� �ع�ض� ع�ل � ب و�م �ق<<� الال� ول� ف�ق<<� س<<� ه� ر� ل�ى الل<<� ه� ص<<� ه� الل<<� �ي<<� �م� ع�ل ل وه� و�س<<� ال� د�ع<<�

ر�م�وه� �ز� �م�ا ت غ� ف�ل �وK د�ع�ا ف�ر� �د�ل �ه� ب �ه� ف�ص�ب �ي ع�ل

“Pada suatu ketika ada seorang Arab badui kencing di dalam masjid, maka sebagian sahabat mendatanginya, berkata Rasulullah saw.: biarkan dia, ketika selesai kencing, Rasulullah menyuruh salah seorang sahabat untuk menyiramnya dengan air satu ember.6

5) BangkaiPara ulama bersepakat bahwa bangkai termasuk najis. Hal ini disandarkan pada hadis berikut ini:

�ق� ب �م�ح� �ن� ال �م�ة� ب ل ه� ع�ن� س� �ي<<� ه� ع�ل ل�ى الل<<� �ه� ص<<� س�ول� الل �ن� ر� أEة �ق<<� ةE م�ع�ل ب<<� �ذ�ا ق�ر� �تK ف�إ �ي �ى ع�ل�ى ب �ت �وك� أ �ب و�ة� ت �م� ف�ي غ�ز� ل و�س��اغ�ه�ا �ةE ف�ق�ال� د�ب �ت �ه�ا م�ي �ن �ه� إ ول� الل س� �ا ر� �وا ي �م�اء� ف�ق�ال �ل� ال أ ف�س�

ه�ا ط�ه�ور�

Dari Salamah Ibnul Muhabbaq berkata, “Ketika perang Tabuk, Rasulullah saw. mendatangi sebuah rumah, lalu beliau menemukan sebuah wadah dari kulit yang digantung. Beliau kemudian minta

6

Page 19: Thaharah Aik

diambilkan air dengan wadah tersebut, maka para sahabat pun berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya wadah itu dari kulit bangkai!” beliau bersabda: “Penyamakannya telah menjadikan ia suci.” (HR. Abu Dawud)

Dari hadis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kulit bangkai jika disamak menjadi suci. Namun tidak semua bangkai najis. Dalam Islam ada dua jenis bangkai yang dianggap suci, yakni bangkai ikan dan bangkai belalang atau hewan yang tidak memiliki darah.

6) BabiSemua ulama sepakat bahwa babi adalah najis. Sebagaimana firman Allah berikut:

ج�د� �ال ق�ل�� �وح�ي� م�ا ف�ي أ �ي� أ �ل م=ا إ K ع�ل�ى م�ح�ر� �ط�ع�م�ه� ط�اع�م ي

�ال �ن� �إ �ون� أ �ك �ة= ي �ت و� م�ي� ا أ ف�وح=ا د�م<<= و� م�س<<�

� �ح�م� أ �ز�ي<رK ل ن ه� خ� �ن<<� ف�إEو� ر�ج�س

� ق=ا أ �ه�ل� ف�س� �ر� أ �غ�ي �ه� ل �ه� الل ب

Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. (Q.S. Al-An’am/6: 145)

7) MuntahAda sebagian ulama yang memasukan muntah sebagai barang najis. Sebagaimana hadis berikut:

الغائ<<ط من خمس من الث<<وب يغس<<ل إنم<<ا عم<<ار ي<<اوالمني والدم والقيء والبول

“Wahai Ammar, sesungguhnya pakaian itu dicuci oleh sebab salah satu dari 5 hal : kotoran, air kencing, muntah, darah dan mani.”7

Namun dalam hadis ini terdapat dua orang perawi, Ibrahim Ibn Zakariya dan Thâbit Ibn Humâdi yang dinilai kalangan hadis sangat dhaif. Dari keterangan ini berarti muntah tidak dapat dikatakan najis, meskipun termasuk kotoran.

c. Najis MukhafafahNajis mukhafafah adalah najis yang paling ringan. Contohnya adalah air kencing bayi laki-laki yang belum diberi makan kecuali air susu ibunya. Cara membersihkannya cukup dengan cara diperciki air saja. Sebagaimana terdapat dalam hadis berikut:

7

Page 20: Thaharah Aik

�م� ع�ن� �سK أ �ت� ق�ي �ن ا م�ح�ص�نK ب �ه<<� ن� �ت� أ �ت �نK أ اب ا ب<<� �ه<<� غ�يرK ل �م� ص<<� ل� ل �ك<<� �أ ي

ام� �ل�ى الط�ع<<� ول� إ س<<� ه� ر� ل�ى الل<<� ه� ص<<� ه� الل<<� �ي<<� �م� ع�ل ل ه� و�س<<� ج�ل�س<<�� ف�أ

س�ول� �ه� ر� �ه� ص�ل�ى الل �ه� الل �ي �م� ع�ل ل ال� ح�ج�ر�ه� ف�ي و�س� ه� ع�ل�ى ف�ب<<� �و�ب<<� ث�م�اءK ف�د�ع�ا �ض�ح�ه� ب �م� ف�ن �ه� و�ل ل �غ�س� ي

Dari Ummi Qais binti Mihshon, bahwa dia mendatangi Rasulullah saw. bersama anak laki-lakinya yang belum apapun kecuali susu ibunya, kemudian Rasulullah memangkunya, lalu bayi tersebut mengencingi baju beliau. Lalu Rasulullah minta diambilkan air, dan kemudian dia memerciki pakaiannya dan tidak mencucinya. (HR. Abu Daud, An-Nasai dan Al-Hakim)

1. Alat untuk BersuciDalam Islam ada beberapa benda yang dapat digunakan untuk bersuci, antara lain:

a. AirAir dibagi dalam kajian fiqih dibagi lagi menjadi lima: 1) air mutlak, 2) air musta’mal, 3) air perahan, 4) air campur, dan 5) air najis.

1) Air MutlakAir mutlak adalah air suci yang dapat mensucikan (untuk membersihkan najis dan hadas). Adapun macam-macam air tersebut yaitu: air hujan, salju, air, embun, sumur, sungai, es yang sudah hancur kembali. Sebagaimana firman Allah:

�ا �ن ل �ز� �ن م�اء� م�ن� و�أ ا م�اء= الس� ط�ه�ور=Dan Kami turunkan dari langit air (hujan) yang mensucikan (Al-Furqan/25: 48)Air Laut, berdasarkan hadis Abu Hurairah. Ia berkata: Seorang laki-laki menanyakan kepada Rasulullah, Ya Rasulullah, kami biasa berlayar di laut dan hanya membawa sedikit air jika kami pakai air itu untuk berwudlu, kami akan kehausan, bolehkan kami berwudlu dengan air laut?, lalu Rasulullah bersabda:Laut itu airnya suci lagi menyucikan, dan bangkainya halal dimakan (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, al-Turmidzi dan Nasai).Air telaga, diriwayatkan oleh Ali ra. Bahwa Rasulullah saw. pernah meminta satu ember air zam-zam lalu diminumnya sedikit dan sisanya dipakai untuk berwudlu (HR. Ahmad)

2) Air Musta’mal (yang terpakai)Air musata’mal adalah air curahan bekas bersuci (mandi dan wudlu). Air yang demikian hukumnya suci dan mensucikan seperti air mutlak, hal ini dikarenakan asalnya yang suci, sehingga tidak ada satu alasanpun yang dapat mengeluarkan air dari kesuciannya.Adapun dasarnya adalah hadis berikut :“Jabir ibn Abdullah meriwayatkan pada suatu hari Rasulullah menjengukku tatkala sakit dan tidak sadarkan diri, maka

Page 21: Thaharah Aik

Rasulullah berwudlu lalu menuangkan sisa air wudlunya kepadaku (HR. Bukhari dan Muslim).

3) Air CampurAir campur adalah air suci yang bercampur dengan barang suci seperti sabun, kapur barus dan benda-benda lain yang biasanya terpisah dari air, namun tidak merubah bentuk, bau dan rasanya. Misalnya air kapur barus, air mawar, dan sebagainya. Air tersebut hukumnya menyucikan selama kemutlakannya (bau, bentuk dan rasanya) masih terjaga tetapi, jika sudah tidak dapat lagi dikatakan air mutlak maka hukumnya suci pada dirinya, tetapi tidak menyucikan bagian yang lain (dapat digunakan untuk mensucikan najis namun tidak dapat digunakan untuk membersihkan hadas).Berdasarkan hadis Umi Athiyah yang artinya: Rasulullah saw masuk ke ruang kami ketika wafat putrinya Zainab lalu berkata: mandikanlah ia tiga atau lima kali atau lebih banyak lagi jika kalian mau, dengan air dan daun bidara, dan campurlah yang penghabisan dengan kapur barus atau sedikit dari padanya (HR. Jamaah).

4) Air PerahanAir perahan adalah air suci yang berasal dari perahan tumbuhan atau buah-buahan. Misalnya air jus, air lira, air kelapa dan sebagainya. Hukum air ini suci namun tidak dapat digunakan untuk bersuci (maksudnya dapat digunakan membersihkan najis namun tidak dapat digunakan untuk membersihkan hadas), sebab tidak memiliki ciri-ciri air mutlak.

5) Air NajisAir najis adalah yang tercampur benda najis sehingga merubah rasa, warna, dan baunya. Air najis hukumnya tidak dapat mensucikan, baik untuk mensucikan najis maupun hadas.

b. TanahBahan kedua untuk membersihkan najis adalah tanah. Jadi tanah hukumnya suci dan mensucikan. Dalam hadis digambarkan bahwa sandal yang terkena kotoran cara membersihkannya adalah dengan menggosoknya di tanah.

ه� �ي<<� ه� ع�ل ل�ى الل<<� ه� ص<<� ول� الل<<� س<<� �ن� ر� ة� أ �ر� ي �ي ه�ر� ب� ع�ن أ

�ن� إ �ذ�ى ف<<� ه� األ� �ع�ل<<� �ن �م� ب د�ك �ح<<� �ذ�ا و�ط�ئ� أ ال� إ �م� ق<<� ل و�س<<�Eور�ط�ه �ه� اب� ل �ر� الت

Page 22: Thaharah Aik

“Jika salah seorang diantara kalian menginjak kotoran dengan sendalnya, maka sesungguhnya debu (tanah) menjadi penyuci baginya.” (HR. Ibnu Hibban)

�م� ع�ن� �دK أ اه�يم� و�ل �ر� �ب �ن� إل� د� ب ح�م�ن� ع�ب<<� �ن� ال<<ر� و�فK ب ع<<��ه�ا ن

� �ت� أ �ل أ �م� س� �م�ة� أ ل و�ج� س� �ي� ز� �ب ه� ص�ل�ى الن ه� الل<<� �ي<<� ع�ل�م� ل �ي ف�ق�ال�ت� و�س� �ن �ةE إ أ �ط�يل� ام�ر� �ل�ي أ م�ش�ي ذ�ي

� ف�ي و�أ�ان� �م�ك �ق�ذ�ر� ال �م� ف�ق�ال�ت� ال �م�ة� أ ل ول� ق�ال� س� س<<� ه� ر� الل<<��ه� ص�ل�ى �ه� الل �ي �م� ع�ل ل ه� و�س� �ط�ه�ر� �ع�د�ه� م�ا ي ب

Dari Ummu walad Ibrahim bin Abdirrahman bin Auf bahwasanya dia pernah bertanya kepada Ummu Salamah, istri Nabi saw. seraya berkata; Sesungguhnya saya seorang wanita yang suka memanjangkan ujung (bagian bawah) pakaian dan berjalan di tempat yang kotor. Maka Ummu Salamah berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Ia (bagian bawah pakaian yang kotor) tersucikan oleh tempat setelahnya (yang dilewati)”. (HR. Abu Dawud)

c. Batu dan Benda Padat yang dapat Menyerap KotoranBenda alternatif lainnya yang dapat digunakan untuk bersuci adalah batu. Dikisahkan pada saat tidak ada air, Nabi saw. bersuci dengan menggunakan tiga batu, sebagaimana hadis berikut ini:

�م�ة� ع�ن� ي �ن� خ�ز� �تK ب �اب ول� ق�ال� ق�ال� ث س<<� ه� ر� ل�ى الل<<� ص<<��ه� �ه� الل �ي �م� ع�ل ل �ج�اء� ف�ي و�س� �ن ت س� اال��ة� ث �ال� ارK ث �ح�ج� �س� أ �ي ج�يعE ف�يه�ا ل ر�

Dari Khuzaimah bin Tsabit ia berkata; Rasulullah saw. bersabda berkenaan dengan istinja`: “Hendaklah menggunakan tiga batu dan tanpa dengan menggunakan kotoran.” (HR. Ibnu Majah)

D. Pembagian Hadas