thaharah 52
-
Upload
dahlia-tambajong -
Category
Documents
-
view
69 -
download
2
Embed Size (px)
description
Transcript of thaharah 52

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kegiatan Ibadah umat Islam pasti melakukan membersihkan (thaharah)
terlebih dahulu mulai dari Wudhu, Mandi ataupun tayyamum dan tak banyak
umat Islam sendiri belum mengerti ataupun udah mengerti tapi dalam praktiknya
menemui sebuah masalah ataupunkeraguan atas hal yang menimpanya. Disini
kami ingin membahas serta mengulas lagi tentang hal tersebut.
Setiap sendi kehidupan yang dijalani manusia mempunyai muatan ibadah di
sisi Allah SWT. Di dalam terminologi fiqih. Ibadah di bedakan menjadi dua
macam yaitu ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah
ibadah yang mempunyai tata cara tertentu dan aturan-aturan yang tertentu pula.
Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang tidak di tentukan tata cara
dan bersifat umum.
Pada pembahasan tentang ibadah k hususnya shalat – thaharah menempati
posisi yang sangat penting dalam pelaksanaannya karena thaharah adalah syarat
mutlak sah dan tidaknya shalat yang dilaksanakan oleh seorang muslim.
Thaharah secara bahasa berarti nazhafah (kebersihan) atau bersih dari kotoran
baik yang bersifat nyata seperti najis maupun yang bersifat maknawiyah seperti
aib.
Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap Tuhannya
dan dengan ibadah manusia akan mendapat ketenangan dan kebahagiaan di dunia
dan di akhirat nanti. Bentuk dan jenis ibadah sangat bermacam – macam, seperti
Sholat puasa, naik haji, jihad, membaca Al-Qur'an, dan lainnya. Dan setiap ibadah
memiliki syarat – syarat untuk dapat melakukannya, dan ada pula yang tidak
memiliki syarat mutlak untuk melakukannya. Diantara ibadah yang memiliki
syarat – syarat diantaranya haji, yang memiliki syarat–syarat, yaitu mampu dalam
biaya perjalannya, baligh, berakal, dan sebagainya. Dan contoh lain jika kita akan
1

melakukan ibadah sholat maka syarat untuk melakukan ibadah tersebut ialah kita
wajib terbebas dari segala najis maupun dari hadats, baik hadats besar maupun
hadats kecil.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian thaharah ?
2. Bagaimana bunyi daill-dalil mengenai thaharah?
3. Apa Tujuan thaharah ?
4. Bagaimana Pembagian thaharah?
5. Apa saja Alat-alat yang digunakan untuk berthaharah?
6. Bagaimana Klafikasi air dan penggunaanya dalam bersuci ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apa pengertian thaharah
2. Untuk mengetahui Bagaimana bunyi daill-dalil mengenai thaharah
3. Untuk mengetahui Apa Tujuan thaharah
4. Untuk mengetahui Bagaimana Pembagian thaharah
5. Untuk mengetahui Apa saja Alat-alat yang digunakan untuk berthaharah
6. Untuk mengetahui Bagaimana Klafikasi air dan penggunaanya dalam bersuci
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Thaharah
Secara bahasa thaharah berasal dari bahasa Arab yang berarti suci atau
bersih, baik itu suci dari kotoran lahir maupun kotoran batin berupa sifat dan
perbuatan tercela. Pengertian ini bisa dilihat dari penegasan al-Qur’an, misalnya
Q.S. as-Syams/91: 9-10; 1
Artinya: ” Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan
Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”
Firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah/2:222
Artinya; ”Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri”.
Cara mensucikan kotoran lahir dengan membersihkan diri, pakaian dan
tempat dari segala kotoran (najis) dan hadats. Sedangkan cara mensucikan batin
dengan bertaubat dari segala noda dosa dan penyakit hati yang menjauhkan
manusia dari Tuhannya.
Sedangkan secara istilahi, thaharah adalah ”bersuci dengan cara-cara
yang telah ditentukan oleh syara’ guna menghilangkan segala najis dan hadats”
(Musthafa Kamal Pasha, dkk.2003:9). Atau ”Mensucikan diri dari najis dan
hadats yang menghalangi shalat dan ibadah-ibadah sejenisnya dengan air, debu,
atau batu”. (Syakir Jamaluddin, 2008; 16).2
1 H. Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, (Bandung: PT Alma’arif,
1987) Hal 92 Ibid hal 46
3

Di antara beberapa istilah yang menunjukkan pada pengertian kesucian
dapat ditemukan antara lain istilah bara’ah, tazkiyah, nadlafah, dan thaharah.
Akan tetapi para ahli fikih menggunakan istilah yang lazim dalam al-Qur’an,
yaitu thaharah untuk menunjuk masalah ajaran kesucian yang berhubungan
dengan ibadah khusus (mahdliyah) 3
B. Cara Cara Thaharah
1. Wudhu
wudhu secara termologi berasal dari kata shigat artinya bersih.
Menurut wahbah al-zuhaili pengeriannya adalah mempergunkan air pada
anggota tubuh tertuntu dengan maksud untuk membersihkan dan
mensucikan.
Wudhu menurut syara’ yaitu mensucikan atau membersihkan
anggota tubuh tertentu dengan air melalui suatu rangkaian aktivitas dengan
syarat-syarat tertentu . Wudhu dilakukan untuk menghilangkan hadats
kecil ketika kita akan menunaikan shalat. Rasulullah saw menganjurkan
ummatnya untuk selalu menjaga dan menyempurnakan wudhu-nya.4
3 Al Ust. H Muqarrabin, Fiqih awam, (Demak:Cv. Media Ilmu, 1997), Hal4 Syekh Muhamad Arsyad Al-banjari, Ibid,Hal 25
4

Artinya : 6. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai
dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan
kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu
sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi
Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur.
1. Syarat-syarat wudhu5
a. Islam,
b. Mumayyiz,
c. Tidak berhadats besar,
d. Dengan air yang mensucikan,
e. Tidak ada yang menghalanginya air sampai ke kulit badan.
2. Rukun Wudlu
a. Niat,
b. Membasuh muka,
c. Membasuh dua tangan sampai siku-siku,
d. Menyapu sebagian kepala,
e. Membasuh dua kaki hingga mata kaki,
f. Tertib (berurutan).
3. Hal-hal yang membatalkan wudlu, yaitu:
a. Keluamya sesuatu dari dua pintu buang air atau salah satunya
5 Imam Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad Alhusaini , Kifayatul Akhyar, (Surabaya: Bina Imam, 2003) Juz 1,Hal 19
5

b. Hilang akal, karena mabuk atau gila atau tidur
c. Menyentuh kemaluan..atau pititu dubur dengan batik telapak
tangan
d. Bersentuhan antara kulit laki-laki . dengan kulit perempuan dengan
syarat keduanya sudah dewasa dan bukan muhrim, pertalian susu
ataupun muhrim sebab perkawinan
4. Keutamaan wudhu
a. menjadikan wajah putih cemerlang dari atsar whudu
b. penghapus dosa-dosa yang lalu
c. penghapus dosa-dosa antar waktu sholat
d. penghapus dosa sepanjangmayat
e. salah satu kunci masuk surga
f. penggur dosa bersama denagn mengalirnya air
g. pintu pengeluaran kotoran / dosa
h. pengangkat derajat6
5. Tata Cara Wudhu
Adapun tata cara wudhu secara ringkas berdasarkan hadits
Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam dari Humroon budak sahabat
Utsman bin Affan rodhiyallahu ‘anhu
م�ان� د�ع�ا �ى ع�ث أ �ه� ر� ن� ن� ع�ف�ان� أ م�ان� ب ان� م�ول�ى ع�ث ع�ن ح�مر�
�ث� �ال �ه�م�ا ث ل �ه� ، ف�غ�س� �ائ �ن ه� م�ن إ �د�ي غ� ع�ل�ى ي �فر� �و�ض�وء- ، ف�أ ب�م�ضم�ض� ، �م� ت و�ض�وء� ، ث �ه� ف�ى ال �م�ين �دخ�ل� ي �م� أ ات- ، ث م�ر�
�ل�ى ه� إ �د�ي :ا و�ي �ث �ال ل� و�جه�ه� ث �م� غ�س� �ر� ، ث ث �ن ت ق� ، و�اس ش� �ن ت و�اس:ا ، �ث �ال �ل� ر�جل- ث �م� غ�س�ل� ك ه� ، ث س� أ �ر� ح� ب �م� م�س� :ا ، ث �ث �ال ن� ث ف�ق�ي م�ر ال
�حو� � ن �و�ض�أ �ت �ى� – صلى الله عليه وسلم – ي �ب ت� الن �ي أ �م� ق�ال� ر� ث�م� ص�ل�ى �ى ه�ذ�ا ث �حو� و�ض�وئ � ن �و�ض�أ �ى ه�ذ�ا و�ق�ال� » م�ن ت و�ض�وئ
6 Imam Taqiyuddin Abu bakar Bin Muhammad Alhusaini, ibid, Hal 21.
6

�ق�د�م� م�ن �ه� م�ا ت �ه� ل ه� ، غ�ف�ر� الل �فس� �ح�دOث� ف�يه�م�ا ن � ي ن� ، ال �ي ع�ت ك ر��ه� ب ذ�ن
Dari Humroon -bekas budak Utsman bin Affan-, suatu
ketika ‘Utsman memintanya untuk membawakan air wudhu (dengan
wadahpent.), kemudian ia tuangkan air dari wadah tersebut ke kedua
tangannya. Maka ia membasuh kedua tangannya sebanyak tiga kali, lalu
ia memasukkan tangan kanannya ke dalam air wudhu kemudian
berkumur-kumur, lalu beristinsyaq dan beristintsar. Lalu beliau
membasuh wajahnya sebanyak tiga kali, (kemudian) membasuh kedua
tangannya sampai siku sebanyak tiga kali kemudian menyapu kepalanya
(sekali sajapent.) kemudian membasuh kedua kakinya sebanyak tiga
kali, kemudian beliau mengatakan, “Aku melihat Nabi shallallahu
‘alaihi was sallam berwudhu dengan wudhu yang semisal ini dan beliau
shallallahu ‘alaihi was sallam mengatakan, “Barangsiapa yang
berwudhu dengan wudhu semisal ini kemudian sholat 2 roka’at (dengan
khusyuked.)dan ia tidak berbicara di antara wudhu dan sholatnya maka
Allah akan ampuni dosa-dosanya yang telah lalu”
Dari hadits yang mulia ini dan beberapa hadits yang lain dapat
kita simpulkan tata cara wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi was
sallam secara ringkas sebagai berikut7
1. Berniat wudhu (dalam hati) untuk menghilangkan hadats.
2. Mengucapkan basmalah (bacaan bismillah).
3. Membasuh dua telapak tangan sebanyak 3 kali.
4. Mengambil air dengan tangan kanan kemudian memasukkannya ke
dalam mulut dan hidung untuk berkumur-kumur dan istinsyaq
(memasukkan air dalam hidung). Kemudian beristintsar
(mengeluarkan air dari hidung) dengan tangan kiri sebanyak 3 kali.
7 Ibnu Qosim Al-Gazzi, Hasiyah Asy-Syekh Ibrahim Al-Baijuuri, (Baerut: Dar Al-
Fikr, 2005) juz 1, hal 34.
7

5. Membasuh seluruh wajah dan menyela-nyelai jenggot sebanyak 3
kali.
6. Membasuh tangan kanan hingga siku bersamaan dengan menyela-
nyelai jemari sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan yang kiri.
7. Menyapu seluruh kepala dengan cara mengusap dari depan ditarik ke
belakang, lalu ditarik lagi ke depan, dilakukan sebanyak 1 kali,
dilanjutkan menyapu bagian luar dan dalam telinga sebanyak 1 kali.
8. Membasuh kaki kanan hingga mata kaki bersamaan dengan menyela-
nyelai jemari sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan kaki kiri.
2. Mandi
1. Pengertian
Mandi menurut arti bahasa adalah: mengalirkan air secara mutlak
terhadap sesuatu. Menurut arti syara’ adalah: sampainya air yang suci
keseluruh badan dengan cara tertentu.
Sedangkan menurut ulama’ bermadzhab Sayafi’I mendefisikan
mandi yaitu: mengalirkan air keseluruh badan disertai dengan niat.
Adapun ulama’ bermadzhab Maliki juga membuat suatu pengertian
yaitu: sampainya air keseluruh badan disertai dengan proses menggosok
dengan niat diperbolehkannya untuk melakukan sholat. 8
Adapun tujuan dari mandi itu sendiri yaitu selain kita
melaksanakan suatu ‘ibadah yang berupa bersuci dari hadats besar, tapi
kita juga membersihkan tubuh kita dari segala kotoran dan itu sangat
dianjurkan oleh nabi.seperti dlm haditsnya:
اإليمان شطر الطهور
Artinya : “ Kesucian adalah sebagian dari iman “
2. Perkara-perkara yang mewajibkan mandi
8 Syekh Muhamad Arsyad Al-banjari, Ibid,Hal 25
8

Perkara-perkara yang mewajibkan seseorang harus mandi ada
tiga yaitu:
a. Jinabat
Seseorang dalam keadaan jinabat adakalanya:
1) Keluarmani, adapun mani seseorang bisa diketahui lewat cara
keluarnya disertai dengan rasa yang enak, baunya yang seperti
adonan roti ketika basah dan seperti putih telur ketika kering.
Jadi apabila tidak ditemukan sifat-sifat yang seperti diatas maka
tidakwajib untuk mandi.
2) Memasukkan penis (baik keseluruh ataw sebagian) kedalam farji,
meskipun farjinya orang yang sudah mati atau hewan, baik
disertai paksaan atau dalam keadaan tidur, baik keluarnya terasa
enak atau tidakdan meski tanpa keluar mani.Tapi imam Abu
Hanifah dan Imam Maliki berpendapat bahwa apabila mani
tersebut keluarnya tanpa ada rasa enak maka tidak wajib mandi.
b. Haidh
Masa sedikitnya haidh yaitu sehari semalam, umumnya 6-7 hari ,
sedangkan masa maksimalnya 15 hari
c. Nifas
Masa sedikitnya nifas seketika, umumnya 40 hari dan masa
paling banyaknya yaitu 60 hari
3. Syarat – Syarat Mandi
a. Islam.
b. Tamyiz (berakal sehat).
c. Mengetahui pekerjaan yang fardlu dalam mandi.
d. Air yang digunakan harus dengan air yang suci dan mensucikan (air
mutlak).
e. Tidak ada sesuatu pada lahirnya yang menghalangi sampainya air ke
seluruh kulit tubuh.
9

f. Tetap niatnya hingga akhir sempurnanya mandi.
g. Tidak ada sesuatu akibat yang dapat merubah sifat air sampai ke
kulit tubuh.
h. Mengalir airnya sampai ke seluruh tubuh.
4. Fardlu Mandi
a. Niat melaksanakan mandi wajib atau menghilangkan hadats besar di
sertai dengan mengalirkan air kesekujur badan . jika seorang
melaksanakan niat setelah melaksanakan basuhan mandi maka ia
wajib untuk mengulangi basuhannya.
b. Meratakan air keseluruh badan sampai pada sela-sela badan serta
bagian bawah rambut yang tebal.
Supaya air dapat benar-benar merata, maka orang yang mandi harus
melepaskan pilinan rambut supaya air bias masuk pada kulit rambut.
Adapun mandi bias di lakukan dengan berbagai cara. Bisa dengan
menyilam di air, mengucurkan air kesekujur badan, atau dengan cara
apapun sekiranya air bisa masuk ke seluruh tubuh.
5. Sunnah Mandi
a. Membaca basmala pada permulaan mandi.
b. berkumur.
c. Menghirup air kedalam hidung.
d. Menghilangkan kotoran yang berada pada badan.
e. Berwudlu sebelum mandi.
f. Meneliti lekukan seperti dua telinga atau meneliti bawah kuku,
supaya tidak ada sesuatupun yang menghalangi air masuk pada kulit.
g. Menggosokkan tangan keseluruh badan, imam malik berpendapat
bahwa menggosokkan tangan keseluruh badan hukumnya wajib.
h. Mengulang tiga kali.
i. Menghadap kiblat.
6. Macam-macam Mandi
10

a. Mandi Wajib / Mandi Junub :
1) Mandi yang dilakukan setelah bersetubuh (melakukan hubungan
suami istri)
2) Setelah Haid/Menstruasi (Wanita)
3) Setelah Melahirkan/Nifas (Wanita)
4) Meninggal Dunia
b. Mandi Sunat/Sunah :
1) Mandi untuk Shalat jum’at
2) Mandi untuk Shalat hari raya
3) Sadar dari kehilangan kesadaran akibat pingsan, gila, dbb
4) Muallaf (baru memeluk/masuk agama islam)
5) Setelah memendikan mayit/mayat/jenazah
6) Saat hendak Ihram, sa’i, thawaf, dan lain sebagainya.
7. Hal-Hal yang Dimakruhkan ketika Mandi
a. Berlebih-lebihan dalam menggunakan air. Rasulullah saw. mandi
dengan air satu sha’ (sekitar 3,5 liter).
b. Mandi di tempat yang najis, karena dikhawatirkan akan terkena
najisnya.
c. Mandi dengan air sisa bersucinya wanita. Rasulullah saw. melarang
mandi dengan air sisa bersucinya wanita, seperti yang telah
disebutkan sebelumnya.
d. Mandi tanpa penutup, misalnya dengan tembok atau yang lainnya.
Berdasarkan dalil-dalil berikut. Maimunah r.a. berkata, “Aku
persiapkan air untuk Rasulullah saw. dan menutupi beliau, kemudian
beliau mandi.” (HR Bukhari). Jika sekiranya mandi tanpa
menggunakan penutup tidak dimakruhkan, pasti Maimunah tidak
menutupi Rasulullah saw. ketika sedang mandi. Rasulullah saw.
bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla bersifat malu, dan
menutup (kesalahan hamba-Nya), menyukai sifat malu. Maka, jika
11

salah seorang dari kalian mandi, hendaklah menggunakan penutup.”
(HR Abu Dawud).
e. Mandi dengan air yang tidak mengalir. Rasulullah saw. bersabda,
“Janganlah seseorang di antara kalian mandi di air yang tidak
mengalir, sedang dia junub.” (HR Muslim).
8. Permasalahan bersuci .
Dalam roda kehidupan yang selalu berputar seiring
berkembangnya zaman, seorang pasti suatu ketika akan medapat
problem,salah satunya yaitu ketika seseorang tidak mendapatkan dua
alat untuk bersuci yaitu air dan debu
Dalam kitab Nihayatuz zain Hal. 32 dijelaskan bahwa orang tidak
menemukan dua alat untuk bersuci diperbolehkan melaksanakan sholat
fardlu karena menghormati waktu sholat ( الوقت dan mengulang (لحرمة
sholatnya ketika sudah menemukan salah satu dari keduanya (air dan
debu ) .Dalam redaksi kitab kifayatul akhyar juga di sebutkan ketika
seseorang tidak menemukan air atupun debu, maka dia tetap
melaksanakan sholat hurmatul waqti ( menghormati waktu ) dan ia wajib
mengulangi sholatnya ketika ia bisa mengusahakkan air. Ketiaka ia
mampu untuk mengusahakannya sebelum habisnya waktu. Tetapi ketika
ia tidak bisa mengusahakannya sampai waktu sholat habis, ia tidak wajib
mengulang sholatnya.
Ketika faaqiduth thohuroini jinabat, maka yang harus dilakukan
adalah tetap melaksanakan sholat karena menghormati waktu sholat.
Ketika ia mampu mendapatkan sarana bersuci sebelum waktu sholat
habis, maka ia wajib mengulangi sholatnya. Tetapi jika tidak, maka ia
tidak perlu mengulangi sholatnya.
Dapatkah Faaqiduth Thohuroini Membaca Surat Al Fatiha Ketika
Sholat Lihurmatil Waktu Dalam Keadaan Junub?Menyikapi masalah
diatas, imam rofi’i menjelaskan bahwah orang tersebut dapat membaca
12

surat al fatiha dengan niat Dzikir. Pendapat ini diikuti oleh imam
nawawi. 9
C. Sabda Sabda Thaharah
Thaharah hukumnya wajib berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah. Allah
swt. berfirman dalam Q.S. al-Ma’idah/5: 6:
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,
dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata
kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit[403]
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh[404] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu
dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan
kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”.
Dalil-dalil tentang thaharah, yaitu:
البقرة . ( : المتطهرين ويحب التوابين يحب الله )122ان
Artinya : sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat
dan menyukai orang-orang yang bersuci. (Al-Baqarah : 122).
9 Syekh Muhamad Arsyad Al-banjari, Ibid,Hal 25
13

( ) " المسلم " رواه م�ان اإلي شطر� الطهور الخدرى سعيد ابي عن
Artinya: Kebersihan itu sebagian dari iman (riwayat muslim)
: , مريض وهو سعوده ابن على عمر بن الله عبد دخل قال عد- س� بن م�صع�ب عن
: , عليه: الله صلى الله رسول سمعت� [ي إن قال عمر؟ ابن يا لي الله تدعو اال فقال
. , : البصرة, على وكنت غلول- من صدقة وال طهور- بغير الصالة تقبل ال يقول وسل[م
Artinya: dari mus”ab bin sa,id berkata: Abdullah bin umar pernah
menjenguk ibnu amir yang sedang sakit. Ibnu amir berkata: “Apakah kamu
tidak mau mendo’akan aku, hai ibnu umar?”. Ibnu umar berkata: “saya pernah
mendengar Rasulullah SAW. Bersabda: “Shalat yang tanpa bersuci tidak
diterima begitu pula sedekah dari hasil korupsi”. Sedang kamu adalah
penguasa bashrah”.10
D. Alat Thaharah
1. Air mulak (air yang suci lagi mensucikan)
Tidak boleh dan tidak sah mengangkat hadas dan menghilangkan najis
melainkan dengan air mutlak.11 Air mutlak itu ada 7 jenis, yaitu:
a. Air hujan
b. Air laut
c. Air sungai
d. Air sumur
e. Air yang bersumber (dari mata air)
f. Air es
g. Air embun.12
Ketahuilah tidak sah berwudu dengan fardhu, mandi wajib, mandi
sunnat, menghilangkan najis dengan benda cair seperti cuka atau benda beku
10 Abid Bishri mushtafa, Tarjamah Shahih Muslim, (Semarang: CV Asy-Syifa, 1993) juz 1. Hal 325
11 Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Sabilal Muhtadin, (Surabaya: PT Bina Ilmu, ) juz 1, hal 17
12 H. Moch. Anwar, Long Cit
14

lainnya seperti tanah dalam bertayamum. Air mutlak mempunyai tiga sifat ,
yaitu :
a.Tha’mun (Rasa)
b. Launun (Warna)
c.Rihun (Bau)
Dan kalau dikatakan air itu berubah maka yang dimaksudkan ialah
berubah sifatnya, air mutlak itu terkadang berubah rasanya, warnanya,
atau baunya sebab dimasuki oleh sesuatu benda dan benda yang masuk
kedalam air itu kadang-kadang mukhlath dan kadang-kadang mujawir,
Menurut istilah, para ulama berbeda pendapat sebagian mereka
mengatakan “ Al-mukhtalat itu ada yang tidak dapat diceraikan dari air”.
Dan sebagian lagi mengatakan “Al-Mukhtalat itu barang yang tidak
dapat dibedakan air menurut pandangan mata”.
Kalau air berubah dengan sesuatu benda yang mujawir yang,
cendana, minyak bunga-bungaan, kapur barus yang keras, maka air itu
masih dianggap suci yang dapat dipakai untuk ber bercuci, sekalipun
banyak perubahannya. Karena perubahan yang sesuatu mujawir itu, ia
akan menguap jua. Karena itu air yang seperti ini dinamakan air yang
mutlak, ban dingannya air yang berubah karena diasapkan dengan dupa
atau berubaah baunya karena berdekatan dengan bangkai. Maka air yang
seperti ini masih dianggap air yang suci dan dapt dipergunakan untuk
bersuci, baik berubah sifatnya.13
2. Air suci tidak mensucikan
air yang berubah sebab bercampur dengan benda-benda suci lainnya
(seperti teh, kopi, dan sirup). Misalnya juga dengan sabun, tepung, dan lain-
lain yang biasanya terpisah dengan air. Hukumnya tetap menyucikan selama
kemutlakan nya masih terpelihara, jika sudah tidak, hingga tidak dapat lagi
13 Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Ibid.21
15

dikatakan mutlak maka hukumnya ialah suci pada dirinya sendiri, tidak
menyucikan bagi lainnya.14
3. Air Mutlak yang Makruh memakainya (air yang suci lagi mensucikan tetapi
makruh memakainya)
Air yang makruh memakainya menurut hokum syara’ atau juga
dinamakan kahariyatut tanzih ada delapan macam , yaitu:
a. Air yang sangat panas
b. Air yang sangat dingin
c. Air yang berjemur
d. Air di negeri Tsamud selain dari air sumur naqah
e. Air di negeri kaum Luth
f. Air telaga Barhut
g. Air didaerah Babel dan
h. Air ditelaga Zarwan
4. Air musta’mal
Air musta’mal adalah air yang bekas dipakai (dipakai berwudhu atau
mencuci najis) atau air yang sudah digunakan untuk menghilangkan hadas
atau najis, kalau memang tidak berubah dan tidak bertambah timbangannya.
Jadi airnya suci.
5. Air yang terkena najis
Air najis adalah air yang kemasukan benda najis dan air itu kurang dua
kolah, atau air itu ada dua kolah tetapi berubah.15 Maksudnya air yang
kemasukan benda najis didalamnya, andai kata air tersebut hanya tertulari
bau busuk dari najis yang dibuang dipinggirnya maka air yang demikian ini
tidak najis, sebab tidak bertemu langsung dengan najisnya. Dan yang
dimaksud dengan berubah andai kata air yang banyak tersebut tidak berubah
dengan adanya najis atau najisnya hanya sedikit dan hancur dalam air maka
14 H. Moch . Anwar, Op Cit, hal 1015 Said Sabiq, fiqh Sunnah 1, (Bandung: PT Alma’arif, 1973) juz 1
16

air yang demikian ini juga tidak najis. Dan seluruh air itu boleh digunakan
menurut mazhab yang shahih.
E. Tujuan Thaharah
Ada beberapa hal yang menjadi tujuan disyariatkannya thaharah,
diantaranya:
1. Guna menyucikan diri dari kotoran berupa hadats dan najis.
2. Sebagai syarat sahnya shalat dan ibadah seorang hamba.
Nabi Saw bersabda yang artinya: “Allah tidak menerima shalat seorang
diantara kalian jika ia berhadas, sampai ia wudhu”, karena termasuk yang
disukari Allah, bahwasanya Allah SWT memuji orang-orang yang bersuci :
firman-Nya, yang artinya : “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan mensucikan dirinya”.(Al-Baqarah:122)
Thaharah memiliki hikmah tersendiri, yakni sebagai pemelihara serta
pembersih diri dari berbagai kotoran maupun hal-hal yang mengganggu dalam
aktifitas ibadah seorang hamba.
Seorang hamba yang seanantiasa gemar bersuci ia akan memiliki
keutamaan-keutamaan yang dianugerahkan oleh Alloh di akhirat nanti.
Thaharah juga membantu seorang hamba untuk mempersiapakan diri sebelum
melakukan ibadah-ibadah kepada Alloh. Sebagai contoh seorang yang shalat
sesungguhnya ia sedang menghadap kepada Alloh, karenanya wudhu membuat
agar fikiran hamba bisa siap untuk beribadah dan bisa terlepas dari kesibukan-
kesibukan duniawi, maka diwajibkanlah wudhu sebelum sholat karena wudhu
adalah sarana untuk menenangkan dan meredakan fikiran dari kesibukan-
kesibukan duniawi untuk siap melaksanakan sholat..16
16 Ibnu Qosim Al-Gazzi, Hasiyah Asy-Syekh Ibrahim Al-Baijuuri, (Baerut: Dar Al-
Fikr, 2005) juz 1, hal 34.
17

18

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Thaharah merupakan salah satu ibadah yang disyariatkan oleh Alloh
kepada hamba sebelum melakukan ibadah yang lain. Thaharah hanya
dilakukan dengan sesuatu yang suci dan dapat menyucikan. Thaharah juga
menunjukan bahwa sesungguhnya islam sangat menghargai kesucian dan
kebersihan sehingga diwajibkan kepada setiap muslim untuk senantiasa
menjaga kesucian dirinya, hartanya serta lingkungannya. Hal ini dibuktikan
dengan bab thaharah adalah bab pertama yang dibahas dalam setiap kitab fiqih
yang ada.
B. Saran
Penulis telah berusaha maksimal dengan kemampuan yang ia punya, tentu
masih banyak kekurangan yang tanpa sengaja, untuk itu penulis terbuka untuk
menerima kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan penulisan-
penulisan selanjutnya.
19

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Thaharoh” tepat pada
waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi
motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Begkulu, Mei 2015
Penulis
20
i

DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar......................................................................................................i
Daftar Isi ...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian thaharah ..............................................................................2
B. Cara Cara Thaharah ..............................................................................4
C. Sabda Sabda Thaharah......................................................................... 13
D. Alat Thaharah .......................................................................................16
E. Tujuan Thaharah ..................................................................................17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................18
B. Saran .....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... iii
21
ii

MAKALAHFIQIH IBADAH
Thaharoh
DISUSUN OLEH :Reska Repita Sari
DOSEN PEMBIMBING :Suhilman Mastofa, M.Pd.I
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS TARBIYAH DAN TADRISINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERIINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
IAIN (BENGKULU)IAIN (BENGKULU)20152015
22

DAFTAR PUSTAKA
Rifa’I, Moh. Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: Karya Toha Putra, 1978
Anwar Moch, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, Bandung: PT Alma’arif, 1987
H. Muqarrabin, Fiqih awam, Demak: Cv. Media Ilmu, 1997,
Mushtafa, Abid Bishri, Tarjamah Shahih Muslim,Semarang: CV Asy-Syifa, 1993Al-Gazzi Ibnu Qosim, Hasiyah Asy-Syekh Ibrahim Al-Baijuuri, Baerut: Dar Al-Fikr,
2005Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim Al-Kafi, Taqrirqtus Sadidah Fi Masailil
Mufidah,Surabaya: Dar Al-Ulum Al-Islamiyah, 2006
Abu Bakar Imam Taqiyuddin, Bin Muhammad Alhusaini , Kifayatul Akhyar, Surabaya: Bina Imam, 2003
Muhammad Arsyad Al-Banjari Syekh, Sabilal Muhtadin, (Surabaya: PT Bina Ilmu)
23
iii