tetanus

14
Referat Tetanus Oleh : Barikilqodri Fitriana B.I ( 70 2009 003) Berliany Luthfi ( 70 2009 056 ) Pembimbing : Dr. Budiman J , Sp.S

description

membahas mengenai kejadian tetanus dan dampaknya , pembahasan mengeni patofisiologi kuman tetanus di dalam tubuh manusia

Transcript of tetanus

Referat Tetanus

Referat Tetanus

Oleh: Barikilqodri Fitriana B.I ( 70 2009 003)

Berliany Luthfi ( 70 2009 056 )

Pembimbing: Dr. Budiman J , Sp.S

Tinjauan Pustaka

TETANUS

Tanda-tanda:

Onset akut hipertonus,

Kontraksi otot yg nyeri,

Spasme otot general

Penyebab:

Clostridium tetani

Transmisi spora C. tetani

terjadi melalui luka yang kotor (terkontaminasi) atau cidera jaringan lain.

Epidemiologi

1 juta kasus tetanus di dunia/tahun

>> negara kurang berkembang

Tetanus neonatorum mortalitas 40-50%

1980-an terjadi 60-80 kasus/tahun,

1998-2000 terjadi rata-rata 43 kasus/tahun

Secara umum mortalitas akibat tetanus adalah 30%.

Tetanus >> tidak imunisasi

Tetanus

Etiologi

Bakteri Clostridium tetani memiliki dua bentuk, yaitu bentuk vegetatif dan spora.

Bentuk vegetatif C. tetani adalah basil, Gram positif, tidak berkapsul, motil, dan bersifat obligat anaerob.

Bentuk vegetatif rentan terhadap efek bakterisidal dari proses pemanasan, desinfektan kimiawi, dan antibiotik.

Spora banyak terdapat di dalam tanah, saluran cerna, dan feses hewan

Spora bersifat patogenik bila bertransformasi, yang terjadi akibat penurunan lokal kadar oksigen yaitu: (a) terdapat jaringan mati dan benda asing, (b) crushed injury, dan (c) infeksi supuratif

Spora c. Tetani masuk melalui luka

Kondisi anaerobik.

Spora bertransformasi ke bentuk vegetatif

Menghasilkan toksin

Tetanolisin

Tetanospasmin

Patogenesis

Manifestasi klinis

Tetanus lokal , spasme dan peningkatan tonus otot terbatas pada otot-otot di sekitar tempat infeksi tanpa tanda-tanda sistemik. Kontraksi dapat bertahan selama beberapa minggu sebelum perlahan-lahan menghilang. Jarang menyebabkan kematian

Tetanus sefalik (insiden sekitar 6%) bentuk khusus tetanus lokal yang mempengaruhi otot-otot nervus kranialis terutama di daerah wajah. dapat timbul setelah otitis media kronik maupun cidera kepala (kulit kepala, mata dan konjungtiva, wajah, telinga, atau leher). Manifestasi klinis fasial palsi akibat paralisis nervus VII (paling sering), disfagia, dan paralisis otot-otot ekstraokuler serta ptosis akibat paralisis nervus III.

Tetanus general Sekitar 80% kasus tetanus merupakan tetanus general. Tanda khas dari tetanus general adalah trismus (lockjaw) , kekakuan leher, kesulitan menelan, rigiditas otot abdomen, dan peningkatan temperatur 2-4C di atas suhu normal, spasme otot- otot wajah, opistotonus, Kejang otot yang akut, paroksismal dan tidak terkoordinasi,

Diagnosis

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik : trismus , hipertonus, spasme paroksimal , reflek tendon menimgkat , kesadaran tidak terganggu, demam subfebris, sistem saraf sensoris normal

Riwayat luka dalam 2 minggu terakhir

Riwayat imunisasi TT

Grade I (ringan)Trismus ringan hingga sedang, spastisitas general, tidak ada distres pernapasan, tidak ada spasme dan disfagia.Grade II (sedang)Trismus sedang, rigiditas yang tampak, spasme ringan hingga sedang dengan durasi pendek, takipnea 30 kali/menit, disfagia ringan.Grade III A (berat)Trismus berat, spastisitas menyeluruh, spasme spontan yang memanjang, distres pernapasan dengan takipnea 40 kali/menit, apneic spell, disfagia berat, takikardia 120 kali/menit.Grade III B (sangat berat)Keadaan seperti pada grade III ditambah disfungsi otonom berat yang melibatkan sistem kardiovaskuler. Hipertensi berat dan takikardia bergantian dengan hipotensi relatif dan bradikardia, salah satunya dapat menjadi persisten.

Derajat tetanus menurut Ablet

Diagnosis Banding

PenyakitGambaran diferensialINFEKSIMeningoensefalitisPolioRabiesLesi orofaringPeritonitisKELAINAN METABOLIKTetaniKeracunan strikninReaksi fenotiazinPENYAKIT SISTEM SARAF PUSATStatus epileptikusPerdarahan atau tumor (SOL)KELAINAN PSIKIATRIKHisteria KELAINAN MUSKULOSKELETAL Trauma Demam, trismus ridak ada, penurunan kesadaran, cairan serebrospinal abnormal.Trismus tidak ada, paralisis tipe flasid, cairan serebrospinal abnormal.Gigitan binatang, trismus tidak ada, hanya spasme orofaring.Bersifat lokal, rigiditas atau spasme seluruh tubuh tidak ada.Trismus dan spasme seluruh tubuh tidak ada.Hanya spasme karpo-pedal dan laringeal, hipokalsemia.Relaksasi komplit diantara spasme.Distonia, menunjukkan respon dengan difenhidramin.Penurunan kesadaran.Trismus tidak ada, penurunan kesadaran.Trismus inkonstan, relaksasi komplit antara spasme.Hanya lokal.

Penatalaksanaan

kontrol jalan napas dan mempertahankan ventilasi yang adekuat

menetralisir toksin dalam sirkulasi dengan memberikan human tetanus immunoglobulin (HTIG) atau antitetanus serum (ATS)

menghilangkan sumber tetanospasmin dengan pemberian antibiotik dan debridemen luka

memberikan terapi suportif sampai tetanospasmin yang terfiksir pada neuron dimetabolisme meliputi sedasi, blokade neuromuskuler, dan manajemen instabilitas autonomik

Pengaturan diet yang adekuat karena kebutuhan energi pada tetanus meningkat karena spasme berulang dan overaktivitas sistemik

Komplikasi

Sistem organKomplikasiJalan napas Aspirasi, spasme laring, obstruksi terkait penggunaan sedatif.RespirasiApneu, hipoksia, gagal napas tipe I dan II, ARDS, komplikasi akibat ventilasi mekanis jangka panjang (misalnya pneumonia), komplikasi trakeostomi.KardiovaskularTakikardia, hipertensi, iskemia, hipotensi, bradikardia, aritmia, asistol, gagal jantung.RenalGagal ginjal, infeksi dan stasis urin.GastrointestinalStasis, ileus, perdarahan.MuskuloskeletalRabdomiolisis, myositis ossificans circumscripta, fraktur akibat spasme.Lain-lainPenurunan berat badan, tromboembolisme, sepsis, sindrom disfungsi multiorgan.

Prognosa

Faktor yang mempengaruhi mortalitas pasien tetanus adalah masa inkubasi, periode awal pengobatan, status imunisasi, lokasi fokus infeksi, penyakit lain yang menyertai, serta penyulit yang timbul.

Tingkat mortalitas mencapai lebih dari 50% di negara-negara berkembang dengan gagal napas menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas. Mortalitas lebih tinggi pada kelompok usia neonatus dan > 60 tahun

Pencegahan

perawatan luka yang adekuat dan imunisasi aktif dan pasif.

Imunisasi aktif yang dapat dimulai sejak anak berusia 2 bulan dengan pemberian imunisasi DPT atau DT. Untuk orang dewasa digunakan tetanus toksoid (TT). Imunisasi aktif dan pasif juga diberikan sebagai profilaksis tetanus pada keadaan trauma.

Kesimpulan

Tetanus disebabkan oleh basil Clostridium tetani

Tetanus dapat dicegah melalui pemberian imunisasi aktif tetanus toksoid, higiene persalinan yang baik, dan manajemen perawatan luka yang adekuat.