TESIS MODEL PENGEMBANGAN RUMAH TANGGA PETANI …
Transcript of TESIS MODEL PENGEMBANGAN RUMAH TANGGA PETANI …
i
TESIS
MODEL PENGEMBANGAN RUMAH TANGGA PETANI MISKIN
(Studi Kasus di Desa Kapita, Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto)
IMPECUNIOUS MODEL DEVELOPMENT DOMESTIC FARMER.
(Case Study in Countryside Kapita, District of Bangkala Sub-Province Jeneponto)
Disusun oleh:
RUDIYANSYAH
Nomor Induk Mahasiswa: 03 09 307 13
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PUBLIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
ii
MODEL PENGEMBANGAN RUMAH TANGGA PETANI MISKIN
(Studi Kasus di Desa Kapita, Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto)
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister
Program Studi Magister Administrasi Publik
Disusun dan Diajukan oleh
RUDIYANSYAH
Nomor Induk Mahasisiwa: 03 09 307 13
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016
iii
iv
v
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Rudiyansyah
Nomor induk mahasiswa : 03.09.307.13
Program studi : Magister Administrasi Negara
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebahagian atau keseluruhan
tesis ini hasil karya orang lain, bersedia menerima sanksi tersebut.
Makassar, 18 Februari 2016
Yang menyatakan
Materai 6000
Rudiyansyah
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, baik berupa kesehatan dan
kesempatan sehingga dapat menyelesaikan penyusunan tesis tepat pada
waktunya. Salam dan taslim atas junjungan Nabiullah Muhammad saw.
semoga kita tetap menjadi pengikut yang setia terhadap ajaran beliau,
Amin.
Dalam penyusunan tesis ini penulis dengan semaksimal mungkin,
namun penulis menyadari bahwa tesis ini masih ada kekurangan dan
butuh penyempurnaan dari berbagai pihak, oleh karena itu, maka saran
dan kritikan dari pembaca yang sifatnya membangun penulis sangat
harapkan, demi kesempurnaan pada penyusunan tesis tersebut.
Dalam penulisan tesis ini, telah diterima bantuan moral dan materi
dari berbagi pihak, melalui kesempatan ini diucapkan banyak terima kasih
yang sebesar-besarnya dan setulus –tulusnya kepada yang terhormat:
Prof. Dr. Syafiuddin, M.Si. Ketua Komisi Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
Dr. Abdul Mahsyar, M.Si. Ketua Prodi dan Sekretaris Komisi
Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
penulisan tesis ini. Dr. H. Mappamiring, M.Si. penguji seminar hasil yang
membantu memberikan saran dan kritikan yang membangun.
Dr. H. Muhammadiah, M. M. penguji seminar hasil yang telah membantu
memberikan masukan dan kritikan yang membangun
vii
Dr. Irwan Akib, M. Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar (Unismuh). Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M.Pd. Direktur
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh).
Dosen dan staf pengajar serta staf administrasi pada program Magister
Administrasi Publik yang telah meluangkan waktu untuk berbagi ilmu baik
di ruangan maupun di luar ruangan.
Iksan Iskandar M.Si Bupati di Kabupaten Jeneponto yang telah
memberikan izin penelitian ke beberapa SKPD yang terkait dengan tesis.
Lembaga Kemanusiaan KSR PMI UNIT 114 Universitas Muhammadiyah
Makassar, di mana penulis banyak belajar dalam memahami organisasi.
Teman-teman semuanya, terima kasih atas segala bantuan dan kerja
samanya selama ini yang setia menemani penulis hingga sekarang ini
Orang tua Ayahanda H. Abd Kadir Japar dan Ibunda Hj. Amina dg
Tarring yang sangat saya cintai, atas segala curahan, kasih sayang, doa
yang selalu dititipkan dalam ibadahnya untuk anak-anaknya serta
dorongan yang diberikan dalam menempuh pendidikan yang tak henti-
hentinya untuk penulis, terima kasih atas semua yang telah engkau
berikan. Kakak Musliadi dan Adik Rusdi semua keluarga tercinta yang
tidak sempat penulis sebutkan semua, terima kasih atas segala
motivasinya. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dan
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis dan kuliah dari
awal sampai akhir. Penulis mendoakan semoga semua amal kebaikan,
viii
baik yang tercantum di atas maupun yang tidak, agar kiranya mendapat
balasan yang setimpal kebaikan dari Allah Swt, amin.
Akhirnya, dengan penuh kerendahan hati, penulis berharap
semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca demi peningkatan ilmu
pengetahuan di masa yang akan datang. Amin
Makassar, 18 Februari 2016
Penulis
ix
ABSTRAK
RUDIYANSYAH, 2016 “Model Pengembangan Rumah Tangga Petani Miskin (Studi Kasus di Desa Kapita, Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto)”. di bawah bimbingan: Syafiuddin dan Abdul Mahsyar.
Tujuan penelitian, mengetahui dan merumuskan model pengembangan masyarakat atau RT petani miskin di Desa Kapita Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan fokus pengamatan pada RT petani miskin di Desa Kapita yang berlangsung 6 bulan terakhir, teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.
Pengembangan RT petani miskin di Kabupaten Jeneponto, dilakukan oleh pemerintah melalui sejumlah SKPD yang terkait dan juga dilakukan oleh LSM. Kegiatan RT miskin tersebut di tujukan untuk peningkatan pengetahuan, peningkatan sikap, peningkatan keterampilan yang dikembangkan melalui kegiatan usaha tani dan ternak, bantuan teraktor sebagai kegiatan yang berkaitan langsung dengan pertanian. Selanjutnya kegiatan perbengkelan dan pertukangan sebagai kegiatan pendukung. Pengetahuan yang dikembangkan pada RT petani miskin tersebut berupa; tahu mengelola usaha tani dan ternak yang baik, tahu menjalankan teraktor dan tahu memanfaatkan pertanian. Pada peningkatan sikap berupa pengembangan kesadaran saling membantu untuk kepentingan bersama, kesadaran untuk menggunakan mesin ketimbang menggunakan hewan, menumbuhkan semangat kerja, disiplin dan menjaga hubungan yang baik. Sedangkan peningkatan keterampilan tahu memperbaiki kendaraan dan tahu membuat lemari dan kursi. Model pengembangan RT petani miskin berfokus pada pemanfaatan bantuan, pelatihan, dan pendampingan yang dilakukan untuk proses pengembangan rumah tangga petani miskin sehingga menjadi lebih baik, berdaya, dan mandiri.
Kata Kunci: Model, Pengembangan, Rumah Tangga , Petani Miskin.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PEGESAHAN. ........................................................................ ii PERBAIKAN SEMINAR HASIL ............................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .......................................................... iv KATA PENGANTAR ................................................................................. v ABSTRAK ................................................................................................ vi ABSTRACT ............................................................................................. vii DAFTAR ISI ............................................................................................ viii DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 01
B. Rumusan Masalah ................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Hasil Penelitian ......................................................... 14
B. Tinjauan Teori dan Konsep ....................................................... 18
1. Model ................................................................................... 18
2. Pengembangan ................................................................... 19
3. Masyarakat Petani ............................................................... 29
4. Kemiskinan ......................................................................... 32
5. RT Petani ............................................................................. 41
6. Pedesaan ............................................................................ 44
C. Kerangka Pikir ........................................................................... 46 BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................................. 53
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 54
xi
C. Unit Analisis dan Penentuan Informan ..................................... 54
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 55
E. Teknik Analisis Data .................................................................. 57
F. Pengecekan Keabsahan Temuan ............................................. 58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objektif Penelitian ..................................................... 62
B. Potensi Pengembangan Wilayah .............................................. 68
C. Demografi ................................................................................. 71
D. Gambaran Desa Kapita ............................................................ 75
E. Pembahasan Penelitian ............................................................ 77
1. Pemberdayaan ................................................................... 77
2. RT Petani Miskin ................................................................ 81
3. Proses Pemberdayaan ....................................................... 96
4. Pengembangan RT Petani Miskin .................................... 106
5. Model Pengembangan ..................................................... 113 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................... 125
B. Saran....................................................................................... 126 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 127
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto ..... 65
Tabel 2. Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto ........................ 72
Tabel 3. Jumlah Rumah Tangga (KK) berdasarkan Klasifikasi Kemiskinan
per Kecamatan Kabupaten Jeneponto ..................................................... 73
Tabel 4. Jumlah Rumah Tangga sesuai Klasifikasi Kemiskinan per Desa di
Kecamatan Bangkala ............................................................................... 74
Tabel 5. 9 Elemen Rumah Tangga Petani Miskin di Kabupaten Jeneponto
................................................................................................................. 95
Tabel 6: Hasil Pengembangan pada Rumah Tangga Petani Miskin melalui
Usaha Tani dan Ternak.......................................................................... 108
Tabel 7: Hasil Pengembangan pada Rumah Tangga Miskin melalui Usaha
Perbengkelan dan Pertukangan ............................................................. 112
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : lingkaran Terbentuknya Kemiskinan di Pedesaan,(Almasdi
Syahza, 2012) ...................................................................... 39
Gambar 2: Kerangka Pikir ....................................................................... 47
Gambar 3: Model Pengembangan RT Miskin di Kabupaten Jeneponto 114
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki
banyak isu dan permasalahan terkait sosial dan ekonomi yang perlu
diamati lebih lanjut. Salah satunya adalah kemiskinan. Perdebatan
terjadi ketika teori, konsep, serta pengaplikasian untuk mengulangi
kemiskinan dirasa hanya berpengaruh sedikit dalam upaya
mengentaskan kemiskinan. Alhasil hanya menjadi alat penghambur –
hambur biaya dengan hasil yang dirasa minim.
Sebagai negara berkembang memiliki potensi untuk terus maju
mengingat letak geografisnya yang menunjang tersedianya kekayaan
alam yang melimpah, tanah yang subur,potensi bahari yang besar,
serta keanekaragaman hayati yang hanya bisa dibandingkan oleh
beberapah negara saja. Optimisme muncul dengan banyaknya
kekayaan yang Indonesia miliki sebagai sebuah jembatan dari jawaban
pengentasan kemiskinan seperti dengan membuka lapangan kerja
baru, pemerataan pendapatan.
Kini muncul sebuah fenomena di mana kemiskinan bukan hanya
sebuah keadaan tentang ketidak mampuannya seseorang untuk
memenuhi kebutuhannya, tetapi juga kegagalan negara dalam
memenuhi kebutuhan hak-hak seorang manusia untuk sejahtera.
Sebenarnya Indonesia memiliki cita-cita luhur untuk membuat semua
1
2
rakyatnya mampu merasakan kekayaan negara ini. Hal tersebut
terpampang di dalam batang tubuh pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang
mengamanatkan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia
untuk menguasai seluruh kekayaan alam dipergunakan sepenuhnya
bagi kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.
Kemiskinan merupakan sebuah masalah kompleks yang
dipengaruhi oleh berbagai sumber yang saling berkaitan. Antara lain
tingkat pendidikan masyarakat, pendapatan, geografis, karakter, dan
budaya. Seperti halnya di kota dan di desa sering kita melihat
fenomena kemiskinan bisa dengan mudah ditemukan. Masyarakat
desa dalam kehidupan sehari-hari biasanya lebih menggantungkan
hidupnya pada alam. Alam merupakan segalanya bagi penduduk desa,
karena alam memberikan apa yang dibutuhkan manusia bagi
kehidupannya.
Besar peranan pertanian di Indonesia memberikan motivasi
pada masyarakat untuk memilih lahan pertanian yang dapat dijadikan
sebagai sumber produksi, oleh kerena itu, mereka berupaya dengan
berbagai cara untuk memenuhi lahan pertanian baik yang ada di
wilayah tempat tinggalnya maupun di luar desanya. Dengan demikian
lahan pertnian tersebut, mereka akan membiayai kebutuhan hidup bagi
keluarganya. Sebagian dari mereka hanya bekerja di sektor pertanian
karena disesuaikan dengan latar belakang pendidikan yang dimilikinya.
3
Luasnya lahan pertanian di Indonesia ternyata tak juga mampu
membuat taraf hidup petani meningkat, masih banyak petani yang
mengalami kesulitan dalam menjalani hidup, dalam hal ini adalah
kesejahteraan ekonomi. Tak jarang kita dapatkan petani di desa-desa
berada dalam garis kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
berbagai kebutuhan hidup, baik kebutuhan sekunder maupun
kebutuhan primer,hal inilah yang membuat para petani miskin semakin
kewalahan dalam memperbaiki perekonomian keluarganya.
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana
seseorang tidak sanggup melihat dirinya sesuai dengan taraf hidup
kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga
mental dan fisiknya dalam kelompok kemiskinan, merupakan
problematika yang sifatnya multidimensional. Karena kemiskinan tidak
hanya melibatkan faktor ekonomi, akan tetapi juga akan terkait dengan
apek sosial budaya, dan kultural (politik)
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di
tengah masyarakat kota maupun di desa-desa, dalam konteks
masyarakat Indonesia, masalah kemiskinan juga merupakan seluruh
masalah sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji terus-menerus.
Masalah ketenaga kerjaan di pedesaan sering menemui kesulitan
karena kerumitannya pekerjaan di pedesaan umumnya melakukan
jenis pekerjaan lebih dari satu, sehingga tidak dapat dipisahkan secara
tegas. Sebagai contoh: seseorang yang bekerja sebagai petani, juga
4
bekerja sebagai tukang kuli bangunan dan pedagang. Desakan inilah
yang diakibatkan karena factor kemiskinan. Sektor ekonomi khususnya
di pedesaan akan lebih meningkat atau mengalami perubahan, apabila
pemerintah ikut perpartisipasi dalam bentuk kebijakan (Program) yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan
ekonomi dan didukung sejumlah kelompok/lembaga masyarakat dalam
mewujudkan keluarga yang sejahtera.
Pemerintahan Sulawesi-Selatan, melalui media kompas tahun
2012 dengan tema “Data kemiskinan BPS menampar kebanggaan
Sulawesi-Selatan” bahwa ada dua hal yang menjadi kebanggaan yang
sering di ungkapkan kepala daerah Sulawesi-Selatan. Setelah di awal
tahun 2012 media massa menyiarkan informasi dari Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) bahwa hanya ada
16 Provinsi di Indonesia yang tingkat penurunan tingkat kemiskinan
penduduknya melampaui penurunan angka kemiskinan secara
nasional selama lima tahun terakhir, yaitu rata-rata 5,26 persen. Tetapi
didalamnya tidak termasuk sul-sel yang selama ini di anggap
mengalami pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata secara nasional
(Media Kompas, 2012)
Begitu juga yang disampaikan oleh Herni Amir 2014, bahwa
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi-Selatan (Sul-sel) yang tinggi tak
menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Hal tersebut terlihat dari
angka pertambahan orang miskin di Sul-sel yang dalam enam bulan
5
melonjak signifikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)
Sulawesi-selatan, periode Maret hingga September tahun 2014, orang
miskin di Sulsel bertambah 69,78 ribu orang atau 0,78 persen dengan
total jumlah orang miskin mencapai 857,45 ribu atau 10,32 persen dari
total penduduk.
Kepala BPS Sulsel Nursalam Dalle mengungkapkan, laju
pertambahan itu menempatkan Sulsel berada di peringkat kedua
tertinggi nasional di bawah Sulawesi Tenggara (Sultra) dengan laju
pertambahan 0,9 persen dan di atas Riau dengan 0,71 persen. “Di
periode Maret-September penduduk miskin perkotaan bertambah
12,56 ribu jiwa, sementara di daerah pedesaan bertambah 57,22 ribu
jiwa. Untuk indeks kedalaman miskin pedesaan lebih tinggi dari
perkotaan begitu pula dengan indeks keparahan kemiskinan. Sehingga
memang dapat disimpulkan kemiskinan di pedasaan lebih para dari
perkotaan,” Menurut Nursalam, selama Maret-September 2013, garis
kemiskinan mengalami kenaikan, yaitu dari Rp203,070 perkapita
perbulan menjadi Rp217 per kapita perbulan dimana peranan komoditi
makanan jauh lebih besar dibanding peranan komoditi bukan makanan
seperti perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Adapun
komoditi paling penting bagi penduduk miskin adalah beras. Pada
September 2013, sumbangan pengeluaran beras terhadap garis
kemiskinan sebesar 39,33 persen di pedesaan dan 36,58 persen di
perkotaan.“Faktor yang paling dominan menyebabkan melonjaknya
6
angka kemiskinan adalah kenaikan BBM yang diikuti kenaikan harga
harga dan hal ini di luar kendali pemerintah.
Jika pertumbuhan ekonomi yang tinggi memang tidak menjadi
jaminan turunnya angka kemiskinan. Sebab pertumbuhan ekonomi
yang berimbas kepada masyarakat lebih disebabkan oleh industri
padat karya bukan padat modal. Diketahui, pertumbuhan industri padat
modal di Sulawesi-Selatan secara year on year (YoY) pada periode
September tumbuh 10 persen sementara industri padat karya yang
banyak menyerap tenaga kerja hanya tumbuh 4 persen saja. Kurnia
menambahkan, untuk mengatasi permasalahan kemiskinan adalah hal
yang sulit. Masalah kemiskinan tidak selalu tentang rendahnya tingkat
ekonomi warga, tetapi juga masalah sosial, termasuk minimnya akses
pendidikan dan kesehatan warga. "Makanya Pemprov Sulsel
menjadikan program pendidikan dan kesehatan gratis sebagai prioritas
dan itu sangat berhasil," disampaikannya. Menurut Kurnia 2014, Biro
Bina Kesejahteraan yang memiliki tugas dan fungsi sebagai koordinasi
dan pembinaan juga telah rutin melakukan pelatihan dan pembinaan
bagi masyarakat miskin di daerah pedesaan.
Salah satunya daerah di sulawesi-selatan yang tertinggal dan
tingkat kemiskinan yang tinggi adalah Kabupaten Jeneponto, yang
tidak mengalami perubahan yang secara signifikan dalam tiap
tahunnya seperti yang disampaikan maupun data yang diperoleh
pegawai Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jeneponto dalam 3
7
tahun terakhir. Sepanjang tahun 2011 hingga 2013 persentase
penduduk miskin di kabupaten jeneponto tidak mengalami penurunan
secara signifikan. Pada tahun 2013 terdapat 58,100 penduduk miskin
(16, 52 persen dari total jumlah penduduk) dengan garis kemiskinan
sebesar Rp 265, 921 per kapita perbulan. Namun jika dibadingkan
dengan Sulawesi-Selatan (10,32 persen) persentase penduduk miskin
di Kabupaten Jeneponto relative masih tinggi (BPS, 2013).
Rumah tangga sasaran menurut klasifikasi kemiskinan di rinci
perkecamatan di Kabupaten Jeneponto tahun 2011, dari persentase
menurut BPS Kabupaten Jeneponto adalah dimana ditahun 2011
terdapat tingkat kemiskinan yang berbeda-beda seperti. Sangat miskin
5.729, miskin 15. 282, hampir miskin 12. 725, rentan miskin 20.336
totalnya 54.072. hal inilah yang disampaikan oleh salah satu pegawai
Badan Pusat statistic (BPS) Kabupaten Jeneponto bahwa dari tahun
2011 sampai dengan 2014 Kabupaten Jeneponto pada tingkat
kemiskinan tidak mengalami penurunan secara signifikan.
Dari kondisi masyarakat miskin di Kabupaten Jeneponto
khususnya pada rumah tangga miskin yang dapat diamati oleh penulis,
bahwa di pedesaan yang merupakan mayoritas petani tentunya sudah
banyak memahami dalam proses pengolahan lahan maupun alat
produksi pertanian, yang sering di jumpai dalam keseharian
masyarakat petani, berbekal dengan pengalaman. Maka
8
dengan,seharusnya pihak RT sudah dapat memenuhi kebutuhannya
dengan manejemen yang baik.
Rumah tangga miskin, masih sering kita jumpai RT yang tidak
memiliki lahan ataupun memiliki tapi hanya sedikit dan tidak mampu
memberi harapan bagi kebutuhan RT. Bagi RT yang tak memiliki lahan
seperti di desa kapita atas nama daeng Bakkara hanya menggunakan
lahan milik pemerintah yaitu dinas kehutanan, yang masuk dalam
kategori hutan lindung. Namun ada kesepakatan/persyaratan oleh
pihak pemerintah dengan pihak pengelolah lahan salah satunya yaitu
pihak pengelolah lahan harus dapat menanam tanaman/pohon yang
berjenis jangka panjang di pinggiran lahan seperti mangga,jambu
mente dan nangka adapun pohon seperti jati putih dan mahoni.
Rumah tangga yang memiliki lahan sekitar 0,25 hektar hanya
membutuhkan bibit jagung 2-3 kg/kantong, namun hasil yang di dapat
biasanya berkisar kurang lebih 1 ton, apabila di uangkan bisanya
perkilo di jual dengan harga Rp 2600 itupun harga yang paling tinggi
berarti hasil panen jagung dalam 1 ton yang diperoleh RT sekitar Rp
2,6 jt sekali panen. Hasil pertanian RT, sepertinya sama hasil yang
dikeluarkan dalam membiayai segala tanaman tersebut seperti
pembelian bibit,pupuk dan racun sehingga hasil yang di daptkan oleh
RT sangatlah minim bahkan ada juga tak mendapatkan hasil karna
harus membiyai utang yang dipijam ke pedagang.
9
RT yang sering menggarap lahan seseorang atau disebut
attesang dalam bahasa pedesaan tentunya ada mekanisme bagi hasil
yang harus di sepakati, yang biasa ditemukan diseluruh pedesaan
Kabupaten Jeneponto. Bagi hasil yang dilakukan oleh pemilik lahan
dengan penggarap,biasanya pemilik lahan membeli/memodali segala
kebutuhan pertanian seperti pembelian bibit,pupuk dan racun yang
nantinya pada saat panen,akan dikembalikan pembelian/modal oleh
pemilik lahan,lalu sisanya di bagi dua antara pemilik lahan dengan
penggarap.
Di samping lain proses penggarapan lahan pertanian biasanya
dilakukan oleh kepala dan anggota keluarga secara keseluruhan,
biasanya dalam penggarapannya dilakukan dengan cara membagi
tugas seperti ada menggarap,menanam dan membersihkan lahan
untuk ditanami. Sesuai dengan musim tanam di Kabupaten Jeneponto
yang biasanya dilakukan pada turun hujan maka seluruh anggota RT
terlibat dalam proses penanaman dan ketika selesai maka sebahagian
anggota keluarga khusunya laki-laki kembali ke Makassar untuk
mencari pekerjaan lain dalam memenuhi kebutuhan keluarganya
sementara dan kembali membantu apabila musim panen dilakukan.
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan terhadap RT melalui
wawancara di Desa Kapita, bahwa sebahagian besar anggota
keluarga mereka yang khususnya laki-laki berangkat ke kota Makassar
10
bahkan ada yang merantau ke Kalimantan sebagai buruh sawit di
perusahaan untuk membantu pihak keluarga yang tinggal di desa.
Program pemberdayaan yang dikeluarkan oleh pemerintah
pusat maupun daerah dalam mengurangi tingkat kemiskinan di
Kabupaten Jeneponto belum ada perubahan secara signifikan. Adapun
program pembedayaan yang ada seperti halnya pemberian raskin,
bantuan langsung tunai (BLT), BANTUAN Kesehatan (BPJS),
pemberian ternak, bedah rumah dan untuk tahun 2015 mendapatkan
anggaran senilai Rp 1 miliar dari kementrian sosial republik Indonesia
untuk 50 kelompok usaha bersama (KUBE). Kucuran dana tersebut
untuk menekan angka kemiskinan di Kabupaten Jeneponto, pasalnya
dari data statistic masih ada sekitar 50 ribuh masyarakat yang
tergolong miskin.
Kepala dinas Sosial kabupaten Jeneponto, Muh Daming kepada
wartawan mengatakan ada sekitar 50 KUBE di Kabupaten Jeneponto
yang menerima bantuan dari kementrian sosial (Komsus) sebesar Rp.1
Miliar. Senin 20 April 2015. "Kelompok KUBE sebagai penerima
manfaat agar betul betul tepat sasaran penggunaan dananya agar
bisa meningkatkan derajat kehidupan masyarakat miskin, Kube,"Jelas
Muh Daming Semenatara Kabid Rehabilitasi Sosial Disnakertransos
Kabupaten Jeneponto Muh Rasyid mengatakan, kelompok penerima
KUBE tahun 2015 sebanyak 50 kelompok, masing setiap kelompok
mendapat bantuan sebesar Rp.20 juta yang tersebar di tiga
11
kecamatan di Kabupaten Jeneponto melalui www.turateanews.com
2015. Kecamatan Bangkala ada dua Desa yakni Desa Punagaya
punya 9 kelompok dan Desa Jenetallasa 9 kelompok. Sedangkan Kec
Bontoramba dua kelompok, Desa Lentu 7 kelompok dan Desa
Tanamawang 7 kelompok serta Kecamatan Rumbia ada dua Desa,
Desa Ujung Bulu 9 Kelompok dan Desa Lebangmanai 9 kelompok."
Jelas. Muh Rasyid.
Berdasarkan deskripsi permasalahan dan kondisi masyarakat
petani miskin di atas, maka peneliti ini akan mengkaji secara
mendalam tentang kemampuan masyarakat petani miskin melalui
program pemberdayaan pembanguanan local sehingga peneliti
mengangkat judul “Model Pengembangan Rumah Tangga Petani
Miskin (Studi Kasus Di Desa Kapita, Kecamatan Bangkala
Kabupaten Jeneponto)”.
B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan kondisi kemiskinan yang terjadi Kabupaten
Jeneponto, maka dapat mengfokuskan permasalahan penelitian
sebagai berikut.
1. Bagaimana pengembangan kemampuan rumah
tangga miskin dalam pemanfaatan sumber daya
pertanian di Kabupaten Jeneponto?
12
2. Bagaimana peningkatan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan RT miskin pedesaan di Kabupaten
Jeneponto?
3. Bagaimana model pengembangan masyarakat/RT
(Petani miskin) di Kabupaten Jeneponto?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk melihat keterkaitan masyarakat petani miskin dengan
program pemberdayaan pembangunan local di Kabupaten
Jeneponto,secara khusus tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui.
1. Mengetahui pengembangan kemampuan rumah tangga miskin
dalam pemanfaatan sumber daya pertanian Desa Kapita
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto.
2. Mengetahui peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan RT
miskin pedesaan di Kabupaten Jeneponto
3. Merumuskan model pengembangan masyarakat/RT (Petani miskin)
di Kabupaten Jeneponto.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis yang diharapkan dapat diperoleh dalam
penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa kemampuan
masyarakat petani miskin melalui program pemberdayaan
(pembangunan lokal), sehingga dapat di pahami peranan pemerintah
setempat dalam keseriusan mengatasi masyarakat miskin.
13
Sedangkan manfaat praktis, penelitian ini adalah memberikan
masukan kepada para pengambil kebijakan di pemerintah daerah
dalam program pemberdayaan sebagai pembangunan local unuk
pelaksanaan masyarakat miskin. Mengimplementasikan kebijakan
dengan baik, sehingga dapat berdampak positif dalam menurunkan
jumlah penduduk miskin di Kabupaten Jeneponto.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Hasil Penelitian
Menurut Burhanuddin R. 2002. Dalam penelitiannya tentang
“pemberdayaan petani miskin di Kabupaten Jeneponto provinsi
Sulawesi-Selatan” program pemberdayaan petani miskin yang
diterapkan oleh depertemen pertanian dan dikelolah, melalui sistem
BPLM. Tujuan sistem ini adalah untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat petani dengan jalan membantu petani dalam memproduksi
komoditas pertanian tertentu. Dalam implementasinya BPLM
diselenggarakan melalui PPA yang dikelolah oleh dinas Kabupaten
Jeneponto, dan PPKP dilaksanakan oleh Badan Ketahanan dan
penyuluhan pangan kabupaten jeneponto. PPA diarahkan untuk
komoditas palawija dan kapas sedangkan PPKP untuk komoditas
tanaman padi sawah dan tegalan, sejak tahun anggaran.
Salah satu contoh beradasarkan hasil pengamatan terhadap
petugas lapangan dan penyuluh pertanian lapangan (PPL) diperoleh
informasi bahwa terdapat tujuh tahapan yang ditempuh oleh Pemda
atau dinas pertanian dalam implementasi program BPLM tersebut.
Antara lain: 1) Sosialisasi program dan proyek kepada petani, 2)
Persiapan seleksi calon petani dan calon lahan/lokasi (CPCL), 3)
Seleksi CPCL, 4) Penerbitan SK Bupati, 5) Penyuluhan dana dari kas
Negara ke rekening kelompok tani, 6) Pencairan dana kepada petani
14
15
anggota kelompok tani, 7) Pemupukan modal dan pengembalian atau
perguliran dana kepada anggota kelompok tani atau ke kelompok tani
lainnya.
Secara khusus pemda kabupaten jeneponto mengucurkan
program khusus yang dinamakan program pengembangan desa dan
kecamatan sejak tahun anggaran 2002. Dalam implementasi program
ini melibatkan dinas-dinas terkait seperti dinas pemukiman dan
prasarana wilayah, dinas kesehatan, dinas pertanian dan PDAM
(Perusahaan Derah Air Minum). Program ini bersifat pembangunan
fisik dalam bentuk pengadaan sarana atau perluasan jaringan
sekunder dan tersier, sarana pelayanan kesehatan masyarakat dan
pengadaan air bersih. Bentuk kemajuan yang mulai Nampak adalah
adanya jaringan penyaluran air bersih meskipun masih terbatas di ibu
Kota Kabupaten saja dengan kualitas air mimimal sabagai bahan baku
air minum.
Dari hasil penelitian diatas mengenai pemberdayaan
masyarakat miskin di Kabupaten Jeneponto yang sekaligus merupakan
program pemerintah, sedangkan penelitian yang akan dilakuakan
berbeda dengan penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh
Burhanuddin R. dimana yang akan peneliti lakukan kedepannya akan
lebih mengkaji pada pengembangan masyarakat pada rumah tangga
miskin.
16
Seperti hasil penelitian oleh, Almasdi Syahsa pada tahun 2012
melalui lembaga universitas Riau, mengenai model pengembangan
daerah tertinggal dalam upaya percepatan pembangunan ekonomi
pedesaan di kepulauan meranti provinsi Riau. Menggambarkan
beberapah hasil penelitian yang dilakuakan diantaranya yaitu:
a. Prinsip utama penanggulangan kemiskinan yang komprehensif
Kriteria keberhasilan pembangunan adalah meningkatnya
kesejahteraan masyarakat, yang berarti adanya penurunan jumlah
keluarga miskin. Penurunan jumlah keluarga miskin ini merupakan
faktor terpenting, oleh karena itu selalu diupayakan dengan
berbagai strategi kebijakan khusus melalui lintas instansi dan lintas
program. Upaya penurunan banyaknya keluarga miskin diarahkan
melalui pendekatan pemberdayaan dan perbaikan sektor ekonomi
dengan pemberian pelatihan keterampilan, peningkatan akses ke
sumber daya, dan bantuan modal usaha produktif.
Kemiskinan di daerah terbentuk pada umumnya karena alasan
klasik, yakni kekurangan modal usaha, lemahnya sumberdaya
manusia, kurangnya akses pasar, infrastruktur yang tidak
sempurna, lemahnya informasi, lemahnya kemampuan
memanfaatkan peluang usaha. Dari sisi lain juga lemahnya
pelayanan sosial untuk masyarakat terutama kesehatan dan
pendidikan. Guna mengatasi masalah tersebut maka dilakukan
penanggulangi kemiskinan dipedesaan. Strategi ini bertujuan untuk
17
mengurangi jumlah keluarga miskin. Strategi yang dimaksud antara
lain:
1) Memperbaiki program perlindungan sosial, terutama
kesesahatan, pendidikan, kelembagaan ekonomi dan
nonekonomi di pedesaan
2) meningkatkan akses pelayan dasar seperti pelayanan
kesehatan, pendidikan bagi anak usia sekolah, mengurangi
tingkat anak putus sekolah, memberikan harga yang layak
terhadap kebutuhan pokok masyarakat miskin
3) pemberdayaan kelompok masyarakat miskin melalui pemberian
modal usaha, membuka peluang kerja dan usaha
4) mendorong pembangunan yang inklusif di daerah pedesaan
(TNP2K, 2012).
Program penanggulangi kemiskinan dilaksanakan oleh
pemerintah secara nasional maupun di tingkah daerah. Pemerintah
telah melakukan beberapa program secara nasional maupun daerah,
antara lain: 1) Program Inpres Desa Tertinggal (IDT) melalui bantuan
modal, 2) Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal
(P3DT), 3) Program dalam rangka Menanggulangi Dampak Krisis
Ekonomi (PDMDKE), 4) Pelaksanaan Proyek Pendukung
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Daerah (P2MPD), 5)
Program Pengembangan Kecematan (PPK), 6) Program PNPM
mandiri Pedesaan, 7) Proyek Penanggulangan Kemiskinan pedesaan
18
(P2KP), 8) Program RHl (Rumah Layak Huni), 9) Program UMKM, 10)
BLT (Bantuan Langsung Tunai), 11) BOS (Bantuan Operasional
Sekolah), 12) Program Raskin, 13) Program pengetaan kemiskinan,
kebodohan dan pembangunan infrastruktur (K2i).
B. Tinjauan Teori Dan Konsep
1. Model
Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang
menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali
berupa penyederhanaan atau idealisasi. Bentuknya dapat berupa
model fisik (maket, bentuk prototipe), model citra (gambar
rancangan, citra komputer), atau rumusan matematis.
Model adalah pola (contoh, acuan dan ragam) dari sesuatu
yang akan dibuat atau dihasilkan. Model di definisikan sebagai
suatu representasi dalam bahasa tertentu dari suatu sistem yang
nyata. Menurut Ackoff, et al (1962) mengatakan bahwa model
dapat dipandang dari tiga jenis kata yaitu sebagai kata benda, kata
sifat dan kata kerja. Sebagai kata benda, model berarti representasi
atau gambaran, sebagai kata sifat model adalah ideal, contoh,
teladan dan sebagai kata kerja model adalah memperagakan,
mempertunjukkan. Dalam pemodelan, model akan dirancang
sebagai suatu penggambaran operasi dari suatu sistem nyata
secara ideal dengan tujuan untuk menjelaskan atau menunjukkan
hubungan-hubungan penting yang terkait.
19
2. Pengembangan
Pengembangan (Development) diartikan sebagai penyiapan
individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang
Iebih tinggi dalam perusahaan, organisasi, lembaga atau instansi
pendidikan. Atau dengan kata lain pengembangan dapat pula
diartikan sebagai sebuah proses jangka panjang yang
mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir sehingga
tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan
teoritis untuk tujuan umum.
Pengembangan merupakan kegiatan dimana manajemen
meyiapkan para karyawannya untuk untuk memegang tanggung
jawab pekerjaan di waktu yang akan datang. Pengembangan
mempunyai ruang lingkup lebih luas dalam upaya untuk
memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap
dan sifat-sifat kepribadian ( T. Hani Handoko, 2001 : 75 ).
Pengembangan adalah proses pendidikan jangka panjang yang
menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir sehingga
tenaga kerja nonmanajerial mempelajari pengetahuan konseptual
dan teoritis untuk tujuan yang umum.
Pengembangan masyarakat adalah proses penguatan
masyarakat secara aktif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip
keadilan sosial, partisipasi dan kerja sasma yang setara.
Pengembangan masyarakat mengekspresikan nilai-nilai keadilan,
20
kesetaraan, akuntabilitas, kesempatan, pilihan, partisipasi,
kerjasama, dan proses belajar keberlanjutan
Memberdayakan individu dan kelompok yang melalui
pengutan kapasitas (termasuk kesadaran, pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan) yang diperlukan untuk mengubah
kualitas kehidupan komunitas mereka. Kapasitas tersebut berkaitan
dengan pengutan aspek ekonomi dan politik melalui pembentukan
kelompok sosial besar berdasarkan agenda bersama. Tujuan
dalam pengembangan masyarakat terbagi atas aspek tujuan antara
yaitu membangkitkan partispasi penuh warga masyarakat dan
tujuan akhir yaitu perwujudan kemampuan dan integrasi
masyarakat untuk membangun diri mereka sendiri.
Pengembangan masyarakat, secara luas dapat diartikan
sebagai suatu proses yang membangun manusia atau masyarakat
melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan
perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat. Dari
definisi tersebut terlihat ada 3 tujuan utama dalam pengembangan
masyarakat, yaitu mengembangkan kemampuan masyarakat,
mengubah perilaku masyarakat, dan mengorganisir diri
masyarakat.
Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan
tentunya banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha,
kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan untuk mengelola
21
kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi
sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh
masyarakat.
Kemampuan menurut Hornby (Dalam Syafiuddin MS, 2010)
Kompetensi berarti mengerjakan sesuatu yang membutuhkan
kemampuan, kewenangan, pengetahuan, keterampilan,
kemampuan member isi kepada sesuatu; kemampuan
menghasilkan, mengalami, dan mengerti tentang sesuatu.
Soersarsono, Spncer, (Dalam Syafiuddin MS, 2010). Membagi lima
karakteristik kemampuan yakni motivasi, ketangkasan sikap,
kepribadian, sikap mental, pengetahuan yakni informasi yang
dipunyai di bidang tertentu dan keterampilan.
Perilaku masyarakat yang perlu diubah tentunya perilaku
yang merugikan masyarakat atau yang menghambat peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Pengorganisasian masyarakat dapat
dijelaskan sebagai suatu upaya masyarakat untuk saling mengatur
dalam mengelola kegiatan atau program yang mereka
kembangkan. Di sini masyarakat dapat membentuk panitia kerja,
melakukan pembagian tugas, saling mengawasi, merencanakan
kegiatan, dan lain-lain.
Pengembangan pada masyarakat muncul karena adanya
suatu kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah
mengakibatkan mereka tidak mampu dan tidak tahu.
22
Ketidakmampuan dan ketidaktahuan masyarakat mengakibatkan
produktivitas mereka rendah. Maka muncullah program
pengembangan masyarakat di laksanakan melalui: (1)
Pengembangan masyarakat (2) Pengorganisasian masyarakat.
Apa yang dikembangkan dari masyarakat, yaitu potensi atau
kemampuannya, dan sikap hidupnya. Kemampuan masyarakat
meliputi antara lain kemampuan untuk bertani, berternak,
melakukan wirausaha, atau keterampilan membuat home industri;
dan masih banyak lagi kemampuan dan keterampilan masyarakat
yang dapat dikembangkan.
Dalam rangka mengembangkan kemampuan dan
keterampilan masyarakat, dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Contoh dengan mengadakan pelatihan atau mengikutkan
masyarakat pada pelatihan-pelatihan pengembangan kemampuan
dan keterampilan yang dibutuhkan. Dapat juga dengan mengajak
masyarakat mengunjungi kegiatan di tempat lain dengan maksud
supaya masyarakat dapat melihat sekaligus belajar, kegiatan ini
sering disebut dengan istilah studi banding.
Sikap hidup yang perlu diubah tentunya sikap hidup yang
merugikan atau menghambat peningkatan kesejahteraan hidup.
Mengubah sikap bukan pekerjaan mudah. Mengapa? Karena
masyarakat sudah bertahun-tahun bahkan puluhan tahun sudah
23
melakukan hal itu. Untuk itu memerlukan waktu yang cukup lama
untuk melakukan perubahan sikap.
Caranya adalah dengan memberikan penyadaran bahwa
apa yang mereka lakukan selama ini merugikan mereka. Hal ini
dapat dilakukan dengan memberikan banyak informasi dengan
menggunakan berbagai media, seperti buku-buku bacaan,
mengajak untuk melihat tempat lain, menyetel film penerangan, dan
masih banya cara lain.
Pada pengorganisasian masyarakat, kuncinya adalah
menempatkan masyarakat sebagai pelakunya. Untuk itu
masyarakat perlu diajak mulai dari perencanaan kegiatan,
pelaksanaan, sampai pemeliharaan dan pelestarian.
Pelibatan masyarakat sejak awal kegiatan memungkinkan
masyarakat memiliki kesempatan belajar lebih banyak. Pada awal-
awal kegiatan mungkin “pendamping” sebagai pendamping akan
lebih banyak memberikan informasi atau penjelasan bahkan
memberikan contoh langsung. Pada tahap ini masyarakat lebih
banyak belajar namun pada tahap-tahap berikutnya “pendamping”
harus mulai memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
mencoba melakukan sendiri hingga mampu atau bisa. Jika hal ini
terjadi maka di kemudian hari pada saat “pendamping”
meninggalkan masyarakat tersebut, masyarakat sudah mampu
untuk melakukannya sendiri atau mandiri.
24
Pemberdayaan masyarakat menurut para ahli yang merupakan
bagian penting dari pengembangan ,antara lain:
a. Budimanta & Rudito, 2008. Memasukkan konsep
pemberdayaan masyarakat ini ke dalam ruang lingkup
Community Development. Pemberdayaan di sini diterjemahkan
sebagai program-program yang berkaitan dengan upaya
memperluas akses dan kapabilitas masyarakat untuk
menunjang kemandiriannya.
b. Dalam konsep pemberdayaan, menurut Prijono dan Pranarka,
1996. Manusia adalah subyek dari dirinya sendiri. Proses
pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan
kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya,
mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai
kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan
hidupnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa pemberdayaan harus
ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat yang
tertinggal.
c. Menurut Sumodiningrat, 1999. Bahwa pemberdayaan
masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat
lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki.
Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut
dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai
25
pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian
sebagai pihak yang memberdayakan.
d. Mubyarto, 1998. Menekankan bahwa terkait erat dengan
pemberdayaan ekonomi rakyat. Dalam proses pemberdayaan
masyarakat diarahkan pada pengembangan sumberdaya
manusia (dipedesaan), penciptaan peluang berusaha yang
sesuai dengan keinginan masyarakat. Masyarakat menentukan
jenis usaha, kondisi wilayah yang pada gilirannya dapat
menciptakan lembaga dan system pelayanan dari, oleh dan
untuk masyarakat setempat. Upaya pemberdayaan masyarakat
ini kemudian pada pemberdayaan ekonomi rakyat.
Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat adalah
upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat
yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri
dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain
memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan
masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara
individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai
persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian
dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan
keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah
26
serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin
keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.
Menurunkakan angka kemiskinan telah menjadi tujuan utama
dari kebijakan publik di hampir semua Negara termasuk Negara
industry. Pengurangan kemiskinana yang dianut, karakteristik
kemiskinan yang dialami, kondisi demografi, kondisi geografi, serta
kemampuan ekonomi dan arah kebijakan dari Negara tersebut.
Ketika kesejahteraan masyarakat meningkat, maka ukuran
kemiskinan itupun akan meningkat, bahkan konsep dari apa yang
dikatakan miskin itu sendiri dapat berubah seperti dijelaskan. Adapun
sejumlah kebijakan mengenai kemiskinan seperti yang di bawah ini,
a. Kebijakan fiskal
Suatu kebijakan yang terkait dengan distribusi pendapatan
dan kemiskinan adalah kebijakan fiskal. Wujud dari kebijakan ini
dapat dilihat dari perkembangan pendapatan dan pengeluaran
Negara dalam anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN).
APBN merupakan instrument penting kebijakan pemerintah, tidak
boleh hanya sekedar dipahami sebagai suatu dokumen politik.
Di samping itu anggaran publik yang menegaskan prinsip
pro-poor juga memiliki landasan konstitusional yang kuat. Landasan
filosofi keuangan public yang dianut oleh republic Indonesia adalah
kedaulatan rakyat dan bukan hanya perwujudan pengelolaan
keuangan Negara. Oleh karenanya, pengalokasian anggaran harus
27
di dasarkan pada aspek keberpihakan, yaitu keberpihakan pada
kelompok masyarakat yang terpinggirkan secara ekonomi,social,
politik maupun budaya. Jika proses penganggaran Negara dan
daerah bervisi pro-poor, maka anggaran public yang berpihak pada
kaum miskin (pro-poor budget) menjadi instrument penting dalam
pengurangan kemiskinan. Disinilah politik anggaran menempati
posisi penting dalam mensejahterahkan rakyat.
Lebih juh dari Soediyono 1985, mengatakan bahwa variable
instrumen dari kebijakan fiscal dapat berupa pajak (tax), transfer
pemerintah (government transfer). Kebijakan fiscal atau anggaran
memiliki tiga fungsi yaitu: fungsi alokasi (allocation function),fungsi
distribusi (distribution function), dan fungsi stabilisasi (stabilization
function). Fungsi alokasi berkaitan dengan penyediaan barang
social (social goods) atau proses penggunaan sumber daya
keseluruhan dibagi antara barang privat (private goods),barang
social (social goods) dan kombinasi barang yang dipilih.
b. Subsidi dan bantuan langsung tunai (BLT)
Subsidi merupakan pembayaran yang dilakukan pemerintah
kepada perusahaan atau rumah tangga untuk mencapai tujuan
tertentu yang membuat mereka dapat memproduksi atau
mengkomsumsi suatu produk dalam kuantitas yang lebih besar
atau pada harga yang lebih murah. Secara ekonomi, tujuan subsidi
28
adalah untuk mengurangi harga atau menambah output (Spencer
dan Amos, 1993)
Subsidi atau transfer merupakan suatu bentuk pengeluaran
pemerintah yang juga diartikan sebagai pajak negative yang akan
menambah pendapatan bagi penerima subsidi atau mengalami
peningkatan pendapatan riil apabila mereka mengkomsumsi atau
membeli barang-barang yang disubsidi oleh pemerintah dengan
harga jual yang rendah. Subsidi dapat dibedakan dalam dua bentuk
yaiyu subsidi dalam bentuk uang (cash transfer) dan subsidi dalam
bentuk barang (in kind subsidy).
Subsidi dalam bentuk uang dapat diberikan pemerintah
kepada konsumen sebagai tambahan penghasilan atau kepada
produsen agar dapat menurukan harga barang yang diproduksinya.
Subsidi dalam bentuk barang subsidi yang dikaitkan dengan jenis
barang tertentu yaitu pemerintah menyediakan suatu jenis barang
tertentu dengan jumlah yang tertentu pula kepada konsumen tanpa
dipungut biaya atau pembayaran dibawah harga pasar (Handoko
dan Patriadi, 2005)
Secara politis, masalah kemiskinan di Indonesia mendapat
perhatian yang serius sejak sejak tahun 1993, ketika presiden
soeharto menyinggung kemiskinan dalam pidatonya di dewan
perwakilan rakyat. Perhatian ini disusul dengan terbitnya instruksi
presiden (Inpres) nomor 5 tahun 1993 tentang peningkatan
29
penanggulangan kemiskinan. Setahun kemudian, yaitu tahun 1994,
pemerintah memperkenalkan program Inpres Desa Tertinggal
(IDT).
3. Masyarakat Petani
Desa dan Petani merupakan dua kata yang tak dapat
terpisahkah satu dengan yang lainnya. Desa adalah tempat dimana
petani menjalani kehidupannya. Desa tidak sekedar bermakna
teritorial yang secara wilayah berbeda dengan kota dalam ciri
geografis dan ekologis, tetapi desa juga mempunyai karakter sosial
yang unik. Banyak ilmuwan telah meneliti tentang apa itu desa
dengan karakter sosialnya. Berbagai pandangan muncul sebagai
bentuk penjelesan tentang desa dan masyarakat petani.
Wolf 1983, memahami masyarakat petani merupakan fase
setelah masyarakat primitif dan masyarakat modern. Pendekatan
antropologis yang ia bangun didasarkan atas bahwa masyarakat
petani tidak bisa hanya dipandang sebagai agregat tanpa bentuk.
Masyarakat petani memiliki keteraturan dan memiliki bentuk-bentuk
organisasi yang khas
Sejalan dengan Wolf 1983, Scott 1981, melihat petani
sebagai entitas unik yang hidup secara subsisten. Subsisten
dipahami sebagai cara hidup pemenuhan kebutuhan sampai batas
aman. Penelitian Scott 1981, yang pada akhirnya diketahui dibiayai
oleh CIA mengungkapkan bahwa masyarakat petani di Asia
30
Tenggara tidak akan melakukan gerakan perlawanan ketika
kebutuhan-kebutuhan dasarnya terpenuhi. Etika subsistensi
meruapakan pola hidup petani yang tidak berorientasi komersiil.
Penelitian ini juga membedakan terminologi masyarakat petani
(Peasant) dengan pola subsistensi dan farmer dengan pola
komersiil. Scott menjelaskan tentang salah satu keunikan
masyarakat petani yang dipandang wolf sebagai masyarakat yang
bukan primitif dan bukan pula modern. Subsistensi sebagai kata
kunci menjelaskan kondisi ini. Scott juga mengungkap adanya
social security yang menjelaskan adanya hubungan-hubungan
multistanded dalam pola kehidupan petani. Jaminan-jaminan yang
ada dalam masyarakat petani dapat dipandang sebagai sebuah
sistem yang mendukung subsistensi petani. Adanya hubungan
patron-klien merupakan ciri masyarakat petani untuk
melangsungkan kehidupannya. Dalam memahami masyarakat
petani, Redfield mengungkapkan gejala shared poverty sebagai
salah satu karakteristik kehidupan petani. Pandangan ini sejalan
dengan pemahaman scott tetang asuransi sosial.
Sementara Popkins 1980, mengungkapkan rasionalitas
petani dalam konteks ekonomi politik. Masyarakat petani bukan
sekedar entitas yang stagnan tetapi secara dinamis petani juga
mempunyai rasionalitas untuk menentukan jalan hidupnya.
Berbagai kebutuhan dipenuhi secara rasional termasuk dalam
31
transaksi-transaksi ekonomi. Bila dipetakan, pandangan popkins
menganggap masayrakat petani tidak sekedar masyarakat yang
subsisten seperti yang dipahami oleh Scott.
Menurut A.T. Mosher catatan ke 4, Kebanyakan petani
hidup jauh dibawah kesanggupan mereka, ini merupakan hal yang
kedua dapat ditarik dengan memperhatikan petani. Mereka
sesungguhnya dapat belajar lebih jauh lebih banyak dari pada yang
sudah, asal saja mendapat kesempatan dan dorongan dan mereka
dapat mencoba metode baru daripada apa yang telah mereka
lakukan. Ada beberapa kebiasaan mental yang sangat penting bagi
pembangunan masyarakat petani, yang pertama ialah kebiasaan
melakukan pengukuran; berpikir dengan menghitug jumlah
(Kwantitatif). Kebiasaan ini membuat seseorang, dalam menilai
suatu hasil panen misalnya, tidak merasa puas dengan hanya
menyebutkannya panen yang ”baik”, tetapi masih terus bertanya
seberapah baikkah panen itu jika dinyatakan dalam jumlah
kilogram, pikul ataupun liter untuk tiap hektar, bau atau patok.
Yang kedua berguna yaitu selalu bertanya mengapa.
Mengapa tanaman ini lebih baik dari pada itu? Mengapah tanah ini
tidak sesubur tanah itu? Dari pandangan yang kedua merupakan
perbandingan dan cara berpikir mastarakat petani dalam
meningkatkan kualitas hasil usahatani. Yang ketiga yaitu kebiasaan
untuk terus mencari alternatif (kemungkinan) lain, mencari cara
32
untuk melakukan sesuatu yang harus dilakukan. Selalu mencari
alternatif lain dapat dipupuk menjadi kebiasaan, sama halnya
dengan kebiasaan untuk selalu melakukan sesuatu dengan cara
yang tetap sama. Sebagian tugas pembngunan masyarakat
pertanian ialah berusaha untuk mengubah sikap masyarakat yang
menghargai petani yang bekerja dengan cara yang tetap kuno,
menghargai petani yang bisa meningkatkan produktivitas dengan
jalan mengubah cara kerjanya, walaupun perubahan ini merupakan
percobaan yang mengandung resiko.
4. Kemiskinan
Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang, kelompok atau
keluarga tidak mampu mencukupi kemakmuran ekonomi yang di
anggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu.
Konsep, definisi, dan ukuran kemiskinan dipaparkan pada bagian
berikut.
Kotze (dalam Hikmat, 2004) menyatakan bahwa
masyarakat miskin memiliki kemampuan yang relatif baik untuk
memperoleh sumber melalui kesempatan yang ada. Kendatipun
bantuan luar kadang-kadang digunakan, tetapi tidak begitu saja
dapat dipastikan sehingga masyarakat bergantung pada dukungan
dari luar. Pendekatan pemberdayaan ini dianggap tidak berhasil
karena tidak ada masyarakat yang dapat hidup dan
berkembang bila terisolasi dari kelompok masyarakat lainnya.
33
Pengisolasian ini menimbulkan sikap pasif, bahkan keadaan
menjadi semakin miskin.
Selanjutnya Supriatna 1997, menyatakan bahwa kemiskinan
adalah situasi yang serba terbatas yang terjadi bukan atas
kehendak orang yang bersangkutan. Suatu penduduk dikatakan
miskin bila ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,
produktivitas kerja, pendapatan, kesehatan dan gizi serta
kesejahteraan hidupnya, yang menunjukkan lingkaran
ketidakberdayaan. Kemiskinan bisa disebabkan oleh terbatasnya
sumber daya manusia yang ada,baik lewat jalur pendidikan formal
maupun nonformal yang pada akhirnya menimbulkan konsekuensi
terhadap rendahnya pendidikan informal.
Lebih lanjut Emil Salim (dalam Supriatna, 1997)
mengemukakan lima karakteristik penduduk miskin. Kelima
karakterisktik penduduk miskin tersebut adalah:
a. Tidak memiliki faktor produksi sendiri
b. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset
produksi dengan kekuatan sendiri
c. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah
d. Banyak di antara mereka yang tidak mempunyai fasilitas, dan
e. Diantara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai
keterampilan atau pendidikan yang memadai.
34
Bank Dunia 1990, dalam laporannya di hadapan
anggota PBB bertitel "Poverty and Human Development'
mengatakan bahwa: "The case for human developemnt is not only
or even primarily an economic one. Less hunger, fewer child death,
and better change of primary education are almost universally
accepted as important ends in themselves" (pembangunan
manusia tidak hanya diutamakan pada aspek ekonomi, tapi yang
lebih penting ialah mengutamakan aspek pendidikan secara
universal bagi kepentingan diri orang miskin guna meningkatkan
kehidupan sosial ekonominya).
Booth dan Me Cawley (dalam Moeljarto T., 1993)
menyatakan bahwa "di banyak negara memang terjadi kenaikan
tingkat kesejahteraan masyarakat yang diukur dari pendapatan
perkapitanya, tetapi itu hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil
masyarakatnya, sedangkan sebagian besar masyarakat miskin
kurang memperoleh manfaat apa-apa, bahkan sangat dirugikan".
Untuk memecahkan masalah ini, perlu kebijaksanaan yang tepat
dengan mengidentifikasi golongan masyarakat yang hidup di
bawah garis kemiskinan berikut karakteristiknya lebih dulu.
Umumnya, suatu keadaan disebut miskin bila ditandai oleh
kekurangan atau tidak mampu memenuhi tingkat kebutuhan dasar
manusia. Kemiskinan tersebut meliputi tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar yang mencakup aspek primer dan sekunder.
35
Aspek primer berupa miskinnya aset pengetahuan dan
keterampilan, sedangkan aspek sekunder berupa miskinnya
jaringan sosial, sumber-sumber keuangan, dan informal, seperti
kekurangan gizi, air, perumahan, perawatan kesehatan yang
kurang baik dan pendidikan yang relatif rendah.
Kemiskinan adalah sebuah fenomena, suatu kenyataan yang
belum dan takkan pernah terhapuskan dari muka bumi ini.
Kemiskinan timbul akibat perbedaan kemampuan, perbedaan
kesempatan dan perbedaan sumberdaya. Walau tak akan pernah
terhapuskan, namun kemiskinan bukan berarti harus dibiarkan.
Karena kemiskinan itu disinyalir dapat menimbulkan berbagai
kejahatan sosial, dan ketidakbaikan. Orang yang miskin tidak akan
mampu melaksanakan kewajiban agama secara maksimal seperti
halnya orang yang tidak miskin, kurang mampu melakukan
berbagai fungsi soial ke masyarakatan, tidak dapat mengecap
pendidikan yang baik, hidup yang layak, akses kesehatan yang
berkualitas, dan lainnya.
Banyak penduduk di daerah terisolir dan pedalaman yang
sesungguhnya dari sisi makanan tidak kekurangan. Tetapi mereka
terisolir dari berbagai akses, tidak dapat sekolah dan terbelakang
dari sisi peradaban. Tentu saja cara mengatasinya akan berbeda
dengan penduduk miskin di kota yang tinggal di emperan took dan
kolong jembatan.
36
Kajian tentang kemiskinan telah di mulai ratusan tahun yang
lalu. Pada tahun 1899, seebohm Rowntree melakukan studi
tentang kemiskinan di York inggris ( Haughton dan Sahidur, 2009
bersama beberapa relawan ia mewawancarai 11.500 rumah
tangga dalam kurun waktu enam bulan. Informasi yang dia
kumpulkan adalah seputar kondisi rumah, status kepemilikan
rumah, pekerjaan, dan penghasilan. Hingga kini, sebagian besar
konsep kemiskinan relative masih sama dengan konsep yang
dilakukan Rowntree lebih dari seratus tahun yang lalu, yaitu
seputar kecukupan akan sandang, pangan dan papan.
Bank dunia mendefinisikan kemiskinan sebagai dengan
ketidak mampuan untuk berobat ke dokter, tidak mampu untuk
sekolah dan tidak tahu baca tulis. Kemiskinan adalah apabila tidak
memiliki pekerjaan sehingga takut menatap masa depan, tidak
memiliki akses akan sumber air bersih. Kemiskinan adalah
ketidakberdayaan, kurangnya reprensentasi dan kebebasan. Lebih
sederhana, Bank Dunia 2000, mengartiakan bahwa kemiskinan
adalah kekurangan, yang sering diukur dengan tingkat
kesejahteraan.
Miranti dan Munawar 2006, berpendapat bahwa. Kemiskinan
merupakan fenomena multidimensi dan diukur dalam banyak cara.
Dalam banyak kasus, kemiskinan telah diukur dengan terminology
kesejahteraan ekonomi, seperti pendapatan dan komsumsi.
37
Seseorang dikatakan miskin bila ia berada di bawah tingkat
minimum tertentu yang telah disepakati.
Para ahli ekonomi, mengukur kekayaan dan kemiskinan
berbagai alat ukur. Tiga alat ukur yang paling umum digunakan
adalah pendapatan,asset dan sosial ekonomi (Gorman, 2003). Alat
ukur yang pertama yaitu bagaimana pendapata mempengaruhi
kemiskinan. Asset yang dimaksud dapat berupa uang, tabungan,
sekuritas, rumah, tanah, saham, dan lainnya baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak. Sosial ekonomi, memiliki ukuran yang
jauh lebih luas dari dua lainnya. Termasuk dalam hal seperti,
kesehatan, gisi, angka melek huruf, angka kematian bayi, harapan
hidup, keamanan dan lainnya dari aspek kesejahteraan sosial
ekonomi.
Chambers 2006, pengertian kemiskinan sangat tergantung
pada siapa yang bertanya, bagaimana hal itu dipahami serta siapa
yang meresponnya. Perespektif ini mengelompokkan makna
kemiskinan menjadi beberapa kelompok dan beberapah di
antaranya seperti, kelompok yang memandang kemiskinan dari sisi
pendapatan, namun karena sulit untuk mengukurnya sering
didekati dari sisi pengeluaran. Selanjutnya dari kelompok yang
memaknai kemiskinan dari kekurangan materi. Konsep ini lebih
luas dari konsep awal. Selain kekurangan pendapatan, kemiskinan
juga di artikan sebagai kurangnya kekayaan, rendahnya kualiatas
38
asset lain seperti rumah tempat tinggal, pakaian, peralatan rumah
tangga, sarana trasportasi, peralatan akses, komunikasi, dan
informasi seperti TV, dan radio, serta rendahnya akses terhadap
fasilitas lainnya seperti kesehatan dan pendidikan.
Kebijakan dan program di Indonesia tidak mudah di
kelompokkan ke dalam konsep ‘keijakan sosial’. Karenanya kajian
mendalam di dibeberapah Negara maju dan berkembang
diharapkan mampu memberikan pelajaran berharga bagi
penanggulangan kemiskinan di Indonesia.
Pemerintah selalu mengembangkan program penanggulangi
kemiskinan baik secara daerah maupun secara nasional.
Kemiskinan di daerah pedesaan mupun di perkotaan terbentuk
secara berantai. Sebuah keluarga miskin akan sulit keluar dari
kemiskinan tersebut disebabkan berapa hal, antara lain: keluarga
miskin mempunayi kemampuan pengetahuan yang rendah dan
berakibat kepada keterampilan yang rendah. Kondisi ini
menyebabkan tingkat keahlian yang dimiliki juga rendah. Secara
berkesinambungan mereka ini memperoleh pendapatan yang
rendah pula. begitu juga dari sisi kesehatan. Keluarga miskin
mempunyai gizi yang tidak memadai dan menyebabkan stamina
rendah yang berdampak terhadap produktivitas rendah. Akhirnya
bermuara kepada pendapatan yang rendah dan menyebabkan
mereka tetap miskin.
39
Pada Gambar 1 disajikan terbentuknya kemiskinan dengan
menyajikan bentuk-bentuk lingkaran kemiskinan di pedesaan maupun
di perkotaan
Lingkaran kemiskinan di pedesaan
Gambar 1 : lingkaran terbentuknya kemiskinan di pedesaan,(Almasdi
Syahza, 2012).
Masyarakat miskin sesuai karakteristiknya menurut
Kartasasmita 1993. Umumnya lemah dalam kemampuan berusaha
dan terbatas aksesnya pada kegiatan ekonomi, sehingga semakin
tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang mempunyai potensi lebih
tinggi. Sementara itu Soemardjan (dalam Sumodingrat 1999),
Stamina rendah
Kesehatan rendah
Pendapatan rendah
Pengetahuan rendah
Kekurangan gizi
Komsumsi rendah
KEMISKINAN
Produktifitas rendah
Kerja rendah
Keterampilan rendah
Informasi rendah
Produksi rendah
Tabungan rendah
Investasi rendah
40
mendeskripsikan berabagai cara pengukuran kemiskinan dengan
standar yang berbeda-beda, dengan tetap memperhatikan dua
kategori tingkat kemiskinan, sebagai berikut:
Pertama, kemiskinan absolut adalah suatu kondisi dimana
tingkat pendapatan seseorang tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya seperti pangan, sandang, papan, kesehatan
dan pedidikan; Kedua, kemiskinan relatif adalah penghitungan
kemisikinan berdasarkan proporsi distribusi pendapatan dalam suatu
daerah.
Kemiskinan jenis ini dikatakan relatif kerena berkaitan dengan
distribusi pendapatan antar lapisan sosial. Chamber, 1983.
Mengemukakan lima karakteristik sebagai ketidak beruntungan
(disadventages) yang melingkupi orang miskin atau keluarga miskin
antara lain: (a) poverty, (b) physical weakness, (c) isolation, (d)
powerlessness.
Moeljarto, 1995. Mengemukakan tentang Poverty Profile
sebagaimana berikut: Masalah kemiskinan bukan saja masalah
welfare akan tetapi mengandung enam buah alasan antara lain : (a)
Masalah kemiskinan adalah masalah kerentanan. (b) Kemiskinan
berarti tertutupnya akses kepada berbagai peluang kerja karena
hubungan produksi dalam masyarakat tidak memberi peluang kepada
mereka untuk berpartisipasi dalam proses produksi. (c) Masalah
ketidakpercayaan, perasaan impotensi, emosional dan sosial dalam
41
menghadapi elit desa dan para birokrat yang menentukan keputusan
menyangkut dirinya tanpa memberi kesempatan untuk
mengaktualisasikan diri, sehingga membuatnya tidak berdaya. (d)
Kemiskinan juga berarti menghabiskan sebagian besar
penghasilannya untuk konsumsi pangan dalam kualitas dan kuantitas
terbatas. (e) Tingginya rasio ketergantungan, karena jumlah keluarga
yang besar. (f) Adanya kemiskinan yang diwariskan secara terus
menerus.
Selanjutnya Supriatna, 1997. Mengemukakan lima karakteristik
penduduk miskin, antara lain:
1) Tidak memiliki faktor produksi sendiri.
2) Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi
dengan kekuatan sendiri.
3) Tingkat pendidikan pada umunya rendah.
4) Banyak diantara mereka tidak mempunyai fasilitas .
5) Diantara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai
keterampilan atau pendidikan yang memadai.
5. Rumah tangga petani
Rumah tangga petani dapat diartikan sebagai unit rumah
tangga usaha tani dimana konsumsinya secara aktual masih
rendah dari kebutuhan dasarnya, menurut Ismail, 2007. Kemiskinan
dipahami sebagai ketiadaan harta atau ketidakberdayaan yang
membuat seorang tak mampu memenuhi kebutuhannya pokoknya.
42
Pengertian rumah tangga petani miskin tersebut merekonstruksi
model ekonomi rumah tangga usaha tani (RTUT). Model ekonomi
RTUT belum sanggup menganalisis ekonomi rumah tangga petani
miskin, bagaimanapun RTPM menampilkan suatu perbedaan
mendasar dengan model ekonomi RTUT yang dikembangkan oleh
Sing et al, 1986.
Dari pandangan rumah tangga petani miskin (RTPM) bahwa
di atas menggambarkan tingkat produksi keluarga yang sangat
terbatas dalam mengolah apa yang mereka miliki seperti lahan
pertanian dan lingkungan yang tidak memadai seperti yang di
jelaskan diatas pada point ke 2 tentang masyarakat miskin di
Kabupaten Jeneponto.
A.T. Mosher, mungkin lebih tepat kalau dikatakan bahwa
keputusan-keputusan itu diambil oleh keluraga petani, oleh karna
kegiatan usaha tani yang berbagai macam itu dilakukan oleh
seluruh anggota keluarga. Cara memberi tugas usahatani itu
dikalangan rumah tangga tidak selalu sama, tergantung dari
kebudayaan masyarakatnya. Dibeberapa tempat, laki-lakilh yang
bercocok tanam; ditempat lain istri merekalah yang melakukannya.
Dan biasanya kepalah rumah tangga yang membawa hasil
pertanian ke pasar, di banyak masyarakat pedesaan laki-laki atau
kepala rumah tangga bekerja dilapangan, sedangkan istri mereka
mengatur keuangan keluarga. Dalam hal ini wanita mempunyai
43
pengaruh besar dalam menentukan jumlah uang yang akan
dipergunakan untuk sarana pemakaian dan penggarapan lahan
pertanian. Pertimbangan-pertimbangan yang mengandung
kemungkinan untuk memperoleh keindahan dan kesenangan baru
dalam hidup di pedesaan inilah yang memberi arti penting pada
perluasan program/pemberdayaan penyuluhan untuk wanita tani
dan untuk perkumpulan-perkumpulan pemuda tani yang ada
hubungannya dengan produksi pertanian,dan kehidupan rumah
tangga. Kegiatan pendidikan ini meningkatkan perangsangan bagi
masyarakat tani untuk meningkatkan produktivitas usahatani
mereka.
Kebanyakan keputusan yang diambil mengenai pertanian
masih diambil oleh petani selaku individu, tetapi keputusan itu
diambilnya dalam kedudukannya sebagai anggota dari sebuah
keluarga. Sehubungan dengan hasratnya untuk berbuat apa yang
dapat diperbuatnya untuk anggota keluarganya. Karena
ketergantungan mereka pada usahatani, maka anggota
keluarganya mungkin mendesak sang petani untuk mengambil
keputusan tertentu atau melaksanakan teknik tertentu, sebaliknya
hasrat petani itu sendiri untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih
baik bagi keluargannya di dalam banyak hal merupakan dorongan
yang efektif untuk mempertinggi atau meningkatkan hasil
usahataninya.
44
6. Pendesaan
Pedesaan atau Desa berasal dari bahasa Sansekerta dhesi
yang berarti “tanah kelahiran”. Desa identik dengan kehidupan
agraris dan keseherhanaannya. Ada beberapa istilah desa,
misalnya gampong (Aceh), kampung (Sunda), nagari (Padang),
wanus (Sulawesi Utara), dan huta (Batak). Berikut adalah
pengertian desa menurut para ahli kependudukan dan undang
undang.
Pemerintahan Desa , atau udik, menurut definisi universal,
adalah sebuah aglomerasi permukiman di area perdesaan (rural).
Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di
Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa.
Pengertian Desa menurut para ahli : R.Bintarto. (1977) Desa
adalah merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh
unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat
dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain.
Sutarjo Kartohadikusumo (1965) Desa merupakan kesatuan hukum
tempat tinggal suatu masyarakat yang berhak menyelenggarakan
rumah tangganya sendiri merupakan pemerintahan terendah di
bawah camat. William Ogburn dan MF Nimkoff Desa adalah
kesatuan organisasi kehidupan sosial di dalam daerah terbatas.
S.D. Misra Desa adalah suatu kumpulan tempat tinggal dan
kumpulan daerah pertanian dengan batas-batas tertentu yang
45
luasnya antara 50 – 1.000 are.” Paul H Landis Desa adalah suatu
wilayah yang jumlah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan
cirri-ciri sebagai berikut : 1.Mempunyai pergaulan hidup yang saling
kenal mengenal antara ribuan jiwa 2. Ada pertalian perasaan yang
sama tentang kesukuaan terhadap kebiasaan 3. Cara berusaha
(ekonomi) ialah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi
alam sekitar seperti iklim, keadaan alam, kekayaan alam,
sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
UU no. 22 tahun 1999 Desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan Nasional
dan berada di daerah Kabupaten. UU no. 5 tahun 1979 Desa
adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan
terendah langsung dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan
rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia; Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
tentang Desa, disebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
46
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
C. Kerangka Pikir
Dalam pengembangan masyarakat miskin pedesaan khusunya
petani, dapat di pahami masyarakat petani merupakan fase setelah
masyarakat primif dan masyarakat modern. hal ini sebagai bentuk
ketertinggalamn masyrakat petani baik secara ekonomi maupun
pendidikan yang mempunyai banyak keterbatasaan bagi masyarakat
petani miskin.
Dari tahun ketahun masyarakat pedesaan, sering mendapatkan
bantuan yang merupakan program pemberdayaan dari pemerintah
baik berupa dana maupun berupa barang. Namun hal ini belum dapat
menurunkan tingakat masyarakat miskin khususnya pada rumah
tangga petani miskin dalam peningkatan ekonomi, sehingga hal ini
dapat kita pahami bahwa sejumlah bantuan belum dapat mengurangi
angka kemiskinan dari sejumlah masyarakat desa pada RT petani
miskin.
dalam program pemberdayaan pada masyarakat desa bukannya
hanya berupa bantuan seperti,Bantuan langsung tunai (BLT),raskin
maupun yang lainnya. tetapi dibutuhakan berupa program
pemberdayaa mengenai peningkatan pengetahuan, peningkatan
sikap/nilai dan peningkatan keterampilan pada masyarakat desa
47
khususnya pada RT petani miskin, agar dapat mengembangkan
segala sumber yang ada pada lingkungannya.
Untuk lebih memperjelas mengenai pengembangan dalam
masyarakat miskin khususnya pada rumah tangga petani miskin, maka
penulis menggambarkan kerangka pikir tersebut kedalam bentuk
gambar ke 2 atau skema kerangka pikir dibawah ini:
KERANGKA PIKIR
Peningkatan Kemampuan
Gambar: ke 2 Kerangka Pikir
1. Pengembangan Rumah Tangga Miskin
Daerah yang memiliki sumber daya yang melimpah
seperti pertanian,tambang maupun yang lainnya kadang tidak
selaras dengan pendapatan ekonomi pada masyarakat, seperti
Peningkatan Sikap/Nilai
Pengembanganrumah Tangga
Miskin
Peningkatan Pengetahuan
Model Pengembangan
Peningkatan Keterampilan
48
halnya di Kabupaten Jeneponto memiliki sumber pertanian yang
melimpah tetapi kondisi masyarakat masih banyak yang tak
mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Pengembangan dalam kemampuan masyarakat sangat
di butuhkan dalam mengembangkan ekonomi dalam hal ini
masyarakat harus dapat memahami dengan segala fasilitas
tersedia yang di berikan oleh pemerintah seperti fasilitas
pendidikan dan infrastuktur. Karna masyarakat dapat terbebas
dari lingkaran kemiskinan apabila mempunyai kemampuan/skill
untuk dapat dipergunakan, bukan hanya saja kemampuan yang
dimiliki para petani dengan bercocok tanam dari hasil
pengalaman yang mereka miliki tapi melainkan mampu
mengelolah sumber pertanian yang lebih baik.
2. Rumah Tangga Miskin
Pada masyaraka pedesaan terdapat sejumlah rumah
tangga miskin, yang tak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari
diakibatkan sejumlah keterbatasan pada lingkungan keluarga.
Dalam rumah tangga miskin terdapat beberapah indicator
diantaranya luas lantai yang terbatas, jenis lantai dari tanah,
rumah dinding kayu dan bambu, tidak memiliki fasilitas MCK,
hanya mampu membeli daging 1 kali sepekan/setahun,
frekuensi makan maksimal 2 kali sehari, dalam setahun hanya
mampu membeli 1 stel pakaian dan tidak memiliki tabungan.
49
Kehidupan pada RT miskin pada dasarnya memerlukan
sejumlah pemberdayaan yang berupa bantuan juga
memerlukan peningkatan kemampuan pada anggota keluarga,
yang sebagian besar berprofesi petani yang serba terbatas
maka diperlukan langka-langka lain yang dapat meningkatkan
ekonomi keluarga dengan memanfaatkan sumber yang ada
pada lingkungan mereka.
3. Peningkatan Kemampuan
Pengembangan pada rumah tangga sebagai wujud
kemandirian bagi keluarga miskin, hal ini biasa dilakukan baik
Pemerintah,Swsta maupun LSM dalam sebuah program untuk
mewujudkan masyarakat mandiri dan sejahtera. misalnya dalam
program yang di laksanakan dalam bentuk memberikan
pengetahuan bagi keluarga miskin dalam memanfaatkan dan
mengatur dari hasil pertanian yang dimiliki, adapun proses
peningkatan pemberdayaan yang dibutuhkan oleh RT miskin
seperti:
a. Peningkatan pengetahuan
Keterbatasan pengetahuan pada masyarakat,
akan dapat mempengaruhi pada tingkat ekonomi
masyarakat, karna pengetahuan berkaitan dengan
segala aktifitas pada masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya. kehadiran pemberdayaan harus
50
memberikan pemahaman/pengetahuan pada masyrakat
miskin dalam mengelolah segala sumber pertanian yang
mereka miliki dan mendorong bagi setip anggota
keluarga agar dapat menempuh pendidikan secara
formal minimal sampai menengah atas atau SMA
sederajat sebagai bekal kehidupan mereka kelak.
b. Peningkatan sikap/nilai
lingkungan masyarakat miskin akan saraf dengan
konflik akibat berbagai factor seperti maraknya minuman
keras,pencurian, judi maupun yang lainnya. hal inilah
yang dapat dituntun oleh pihak pemerintah melalui
segala program pemberdayaan sehingga masyarakat
desa dapat hidup dan beraktifitas dengan tenang dan
merasa aman.
Disis lain masyarakat desa erat kaitannya dengan
kerja sama kelompok (gotong royong) dalam
membangun desa yang merupakan ada dan budaya
masyarakat yang masih kental seperti pembangunan
rumah, mesjid, penggalian sumur maupun yang lainnya
yang menyangkut kepentingan bersama di masyarakat
pedesaan.
51
c. Peningkatan keterampilan
Kemampuan keterampilan pada masyarakat desa
sebagai hal utama dalam membangun ekonomi
keluarga, namun pada masyarakat miskin bias dikatakan
keterbatasan pada keterampilan sehingga perlu bantuan
oleh pihak luar seperti pemerintah,swasta dan LSM
untuk membekali masyarakat RT petani miskin unytuk
keluar dari lingkaran kemiskinan.
Keterampilan yang dimilik pada RT petani miskin
hanya sebatas keterampilan bercocok tanam yang di
ikuti dari turun temurun secara tradisional, namun
pemanfaatan sumber pertanian bisa membantu RT
petani miskin apabila mempunyai keterampilan dalam
mengelolah sumber-sumber hasil pertanian sebagai
sumber pendapatan RT petani miskin.
4. Model Pengembangan
Pengembangan masyarakat desa merupakan suatu
proses peningkatan kesadaran yang bertujuan dapat membantu
ekonomi mayarakat kahususnya pada RT petani miskin,
pengembangan pada masyarakat yang memperbaiki kualitas
hidup melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada
lingkungan mereka yang menekan pada prinsip pembangunan
ekonomi RT petani miskin.
52
Keberadaan program pemberdayaan dalam
pengembangan masyarakat khususnya pada RT petani miskin,
bertujuan mendorong peningkatan ekonomi keluarga dengan
memanfaatkan sumber yang ada pada lingkungannya. Hal ini
bisa di berikan dalam bentuk pelatihan pada masyarakat,
sebagai upaya kemandirian dalam mengelolah segala sumber
yang tersedia.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan perspektif pendekatan kualitatif.
Menurut Denzin dan Lincoln (dalam Moleong 2006) menyatakan
bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar
alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan
dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Adapun
Bogdan dan taylor (dalam Moleong 2006) mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan
Miller (dalam Moleong 2006) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara
fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam
kawasannya maupun dalam peristilahannya.
Metode deskriptif umumnya memiliki 2 ciri khas utama: (1)
memusatkan diri pada masalah-masalah yang ada sekarang; (2) data
yang dikumpulkan pertama kali disusun, dijelaskan kemudian dianalisa
karena itu metode deskriptif sering disebut metode analisa. Tujuan
penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan secara tepat sifat-
sifat individu, keadaan, gejala atau kelompok-kelompok tertentu atau
menemukan penyebaran (frekuensi) suatu gejala dan gejala lainnya
53
54
dalam masyarakat. Model pengembangan rumah tangga petani
miski (studi kasus RTPM di Desa Kapita, Kecamatan Bangkala
Kabupaten Jeneponto). Dengan pemilihan rancangan deskriptif
kualitatif, maka penulis akan melakukan pendekatan terhadap obyek
penelitian dengan menggali informasi sesuai dengan persepsi penulis
dan informan dan dapat berkembang sesuai dengan interaksi yang
terjadi dalam proses wawancara. Penulis senantiasa
menginterpretasikan makna yang tersurat dan tersirat dari penjelasan
yang diberikan informan, hasil observasi lapangan serta catatan
pribadi.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
a. Dalam penelitian dilakukan di desa kapita, Kabupaten Jeneponto.
Merupakan desa yang mempunyai penduduk yang banyak dan
tinggkat kemiskinan cukup tinggi
b. Waktu penelitian dilakukan pada bulan juli 2015 sampai oktober
2015.
C. Unit Analisis Dan Penentuan Informan
1. Unit analisis
Unit analisis ini, berkaitan dengan fokus/komponen yang
akan diteliti dalam rumah tangga petani miskin. Di dalam analisis ini
harus dapat ditempatkan antara objek penelitian, subyek penelitian
dan sumber data agar dapat dipahami persoalan yang akan diteliti.
55
Sekaligus dalam pendalaman penelitian, tentang paradigma
rumah tangga petani miskin di Desa Kapita, Kabupaten Jeneponto
dalam unit analisis maka peneliti mencoba membedakan seperti
individu, kelompok, organisasi, benda dan wilayah.
2. Penentuan/pemilihan informan
Agar dapat mengumpulkan informasi dari obyek penelitian
sesuai dengan fenomena yang diamati, dilakukan pemilihan
kepada unsur masyarakat secara purposive sebagai informan.
Pemillihan didasarkan atas pertimbangan bahwa informan memiliki
pemahaman terhadap fenomena penelitian. Tambahan informasi
diperoleh dari informan lainnya yang ditentukan dengan teknik
snowball sampling. Penelusuran informan akan berakhir jika sudah
tidak diperoleh tambahan informasi atau dihadapkan pada kendala
dana dan waktu
Berikut ini informan-informan yang menjadi sumber data
dalam penelitian ini:
a. SKPD yang terkait
b. Kepala desa
c. Perwakilan RT miskin
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
56
1. Wawancara
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth
interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan
dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini
adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka
mengenai kemiskinan, dimana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat dan ide-idenya mengenai masalah yang di
hadapi.
2. Observasi
Observasi atau biasa dikenal dengan pengamatan adalah
salah satu metode untuk melihat bagaimana suatu peristiwa,
kejadian, hal-hal tertentu terjadi baik dalam lingkungan masyarakat
umum maupun lingkungan pada rumah tangga miskin. Observasi
menyajikan gambaran rinci tentang aktivitas program, proses dan
peserta. Dalam penelitian ini menggunakan observasi partisipasi
pasip yaitu peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati,
tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
3. Dokumentasi
Untuk mendukung penelitian, maka diperlukan berupa
dokumentasi yang merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Seperti halnya berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
seseorang, dokumen dalam bentuk tulisan misalnya catatan,
57
sejarah kehidupan, cerita, peraturan dan kebijakan yang berkaitan
dengan masyarakat sebagai obyek yang akan diteliti.
E. Teknik Analisis Data
Prinsip utama dalam analisa data adalah bagaimana
menjadikan data atau informasi yang telah dikumpulkan disajikan
dalam bentuk uraian dan sekaligus memberikan makna atau
interprestasi sehingga informasi tersebut memiliki signifikan ilmiah atau
teoritis.
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa
yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang
lain. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif kualittaif. Teknik analisa data ini menguraikan,
menafsirkan dan menggambarkan data yang terkumpul secara
sistemik dan sistematik.
Dari pandangan diatas mengenai teknik analisis data dimana
peneliti dapat mengemukakan atau menginterpretasikan segala
informasi yang diperoleh baik berupa data dan pengamatan yang ada
dilapangan, sekaligus menjadikan pilihan dalam menentukan data
yang benar.
58
F. Pengecekan Keabsahan Temuan
Di dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif
menggunakan validitas interval (credibility) pada aspek nilai
kebenaran, pada penerapannya ditinjau dari validitas eksternal
(transferability), dan realibilitas (dependability) pada aspek konsistensi,
serta obyektivitas (confirmability) pada aspek naturalis. Pada penelitian
kualitatif, tingkat keabsahan lebih ditekankan pada data yang
diperoleh. Melihat hal tersebut maka kepercayaan data hasil penelitian
dapat dikatakan memiliki pengaruh signifikan terhadap keberhasilan
sebuah penelitian.
Data yang valid dapat diperoleh dengan melakukan uji
kredibilitas (validityas interbal) terhadap data hasil penelitian sesuai
dengan prosedur uji kredibilitas data dalam penelitian kualitatif.
Adapun macam-macam pengujian kredibilitas, antara lain dilakukan
dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam
penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus
negatif, dan membercheck.
1. Perpanjangan pengamatan
Hal ini dilakukan untuk menghapus jarak antara peneliti dan
narasumber sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan
oleh narasumber karena telah memercayai peneliti. Selain itu,
perpanjangan pengamatan dan mendalam dilakukan untuk
mengecek kesesuaian dan kebenaran data yang telah diperoleh.
59
Perpanjangan waktu pengamatan dapat diakhiri apabila
pengecekan kembali data di lapangan telah kredibel.
2. Meningkatkan ketekunan
Pengamatan yang cermat dan berkesinambungan
merupakan wujud dari peningkatan ketekunan yang dilakukan oleh
peneliti. Ini dimaksudkan guna meningkatkan kredibilitas data yang
diperoleh. Dengan demikian, peneliti dapat mendeskripsikan data
yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
3. Triangulasi
Ini merupakan teknik yang mencari pertemuan pada satu titik
tengah informasi dari data yang terkumpul guna pengecekan dan
pembanding terhadap data yang telah ada.
a. Triangulasi Sumber, Menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Data yang diperoleh kemudian dideskripsikan dan
dikategorisasikan sesuai dengan apa yang diperoleh dari
berbagai sumber tersebut. Peneliti akan melakukan pemilahan
data yang sama dan data yang berbeda untuk dianalisis lebih
lanjut.
b. Triangulasi Teknik, Pengujian ini dilakukan dengan cara
mngecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda, misalnya dengan melakukan observasi, wawancara,
atau dokumentasi. Apabila terdapat hasil yang berbeda maka
60
peneliti melakukan konfirmasi kepada sumber data guna
memperoleh data yang dianggap benar.
c. Triangulasi Waktu, Narasumber yang ditemui pada pertemuan
awal dapat memberikan informasi yang berbeda pada
pertemuan selanjutnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengecekan berulang-ulang agar ditemukan kepastian data
yang lebih kredibel.
4. Analisis kasus negatif
Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data
yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah
ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan
dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat
dipercaya. Dengan demikian temuan penelitian menjadi lebih
kredibel.
5. Menggunakan bahan referensi
Bahan referensi adalah pendukung untuk membuktikan data
yang telah ditemukan oleh peneliti. Bahan yang dimaksud dapat
berupa alat perekam suara, kamera, handycam dan lain
sebagainya yang dapat digunakan oleh peneliti selama melakukan
penelitian. Bahan referensi yang dimaksud ini sangat mendukung
kredibilitas data.
61
6. Mengadakan Membercheck
Membercheck adalah proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti kepada pemberi data. Ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa
yang diberikan oleh pemberi data atau informan. Apabila data yang
ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti datanya data
tersebut valid. Pelaksanaan membercheck dapat dilakukan setelah
satu periode pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat
suatu temuan, atau kesimpulan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Gambaran Umum
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Jeneponto,
Kabupaten Jeneponto memiliki wilayah seluas 74.979 ha atau
749,79 km2 dan secara administrasi terbagi menjadi 11 kecamatan.
Luas wilayah Kabupaten Jeneponto tersebut hanya kurang lebih
1,20 persen dari luas wilayah administrasi Provinsi Sulawesi
Selatan. Terkait luas wilayah Kabupaten Jeneponto, terdapat 4
sumber data yang berbeda. Data BPS Sulawesi Selatan (90.335
ha), Permendagri Nomor 6 Tahun 2008 (70.652 ha), dan RTRW
Kabupaten. Jeneponto 2012-2013 yang berdasarkan foto citr satelit
(79.953 ha) menampilan data yang berbeda. Namun, berdasarkan
Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 maka yang digunakan adalah
luas wilayah yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik
Kabupaten Jeneponto. Untuk menyeragamkan data luas wilayah
tersebut maka kedepany diperlukan koordinasi yang baik antara
Pemerintah Kabupaten Jeneponto dengan Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan, Kementerian Dalam Negeri dan Bakorsurtanal.
Berdasarkan wilayah administrasi Kabupaten Jeneponto
berbatasan dengan sebelah Utara dengan Kabupaten Gowa dan
Takalar, sebelah Selatan dengan Laut Flores, sebelah Barat
62
63
dengan Kabupaten Takalar, dan sebelah Timur dengan Kabupaten
Bantaeng. Wilayah bagian Selatan yang berbatasan dengan Laut
Flores memiliki panjang garis pantai 114 km dan sebuah pulau
yang dikenal oleh masyarakat sebagai Pulau Li’bukang. Dengan
panjang garis pantai 114 km maka kewenangan pengelolaan
wilayah laut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah Pasal 18 ayat 4 adalah 114 km x 4 mil
laut ke arah laut lepas. Secara administratif Kabupaten Jeneponto
terbagi atas 11 kecamatan yang terdiri atas 31 kelurahan dan 82
desa. Kecamatan Bangkala Barat
2. Karakteristik Wilayah
a. Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Jeneponto,
Kabupaten Jeneponto memiliki wilayah seluas 74.979 ha atau
749,79 km2 dan secara administrasi terbagi menjadi 11
kecamatan. Luas wilayah Kabupaten Jeneponto tersebut hanya
kurang lebih 1,20 persen dari luas wilayah administratif Propinsi
Sulawesi Selatan. Terkait luas wilayah Kabupaten Jeneponto,
terdapat 4 sumber data yang berbeda. Data BPS Sulawesi
Selatan (90.335 ha), Permendagri Nomor 6 Tahun 2008 (70.652
ha), dan RTRW Kabupaten. Jeneponto 2012-2013 yang
berdasarkan foto citra satelit (79.953 ha) menampilan data yang
berbeda. Namun, berdasarkan Permendagri Nomor 54 Tahun
64
2010 maka yang digunakan adalah luas wilayah yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto.
Untuk menyeragamkan data luas wilayah tersebut maka ke
depannya diperlukan koordinasi yang baik antara Pemerintah
Kabupaten Jeneponto dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan, Kementerian Dalam Negeri dan Bakorsurtanal.
Berdasarkan wilayah administratif Kabupaten Jeneponto
berbatasan dengan sebelah Utara dengan Kabupaten Gowa
dan Takalar, sebelah Selatan dengan Laut Flores, sebelah
Barat dengan Kabupaten Takalar, dan sebelah Timur dengan
Kabupaten Bantaeng. Wilayah bagian selatan yang berbatasan
dengan Laut Flores memiliki panjang garis pantai 114 km dan
sebuah pulau yang dikenal oleh masyarakat sebagai Pulau
Li’bukang. Dengan panjang garis pantai 114 km maka
kewenangan pengelolaan wilayah laut sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Pasal 18 Ayat 4 adalah 114 km x 4 mil laut ke arah laut lepas.
Secara administratif Kabupaten Jeneponto terbagi atas
11 kecamatan yang terdiri atas 31 kelurahan dan 82 desa.
Kecamatan Bangkala Barat merupakan kecamatan terluas di
Kabupaten Jeneponto yakni 152,69 km2 atau 20,40% dari luas
wilayah Kabupaten Jeneponto, sedangkan kecamatan dengan
65
luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Arungkeke dengan luas
29,91 km2 atau 3,97% dari luas wilayah Kabupaten Jenepont.
Tabel 1. Luas wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Jeneponto
No
Kecamatan
Luas Wilayah
Persentase Terhadap Luas
Kabupaten
1. Bangkala 121,82 16,25
2. Bangkala barat 152,96 20,40
3. Tamalatea 57,58 7,68
4. Bontoramba 88,30 11,78
5. Binamu 69,49 9,27
6. Turatea 53,76 7,17
7. Batang 33,04 4,41
8. Arungkeke 29,91 3,99
9. Tarowang 40,68 5,43
10 Kelara 43,95 5,86
11 Rumbia 58,30 7,78
Total 749,79 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Jeneponto 2014
3. Letak dan Kondisi Geografis
Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu dari 24
daerah kabupaten/kota di Propinsi Sulawesi Selatan. Secara
geografis terletak antara 5o16’13”–5o39’35” LS dan antara
12o40’19”–12o7’31” BT. Apabila dilihat bentang alamnya secara
66
makro, wilayah Kabupaten Jeneponto terdiri dari daerah dataran
yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang
terletak pada bagian utara, serta kawasan pantai di sebelah
selatan. Kabupaten Jeneponto terletak di ujung selatan bagian
barat dari wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dengan ibukota
Bontosunggu, berjarak sekitar 91 km dari Kota Makassar
sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan.
Topografi di Kabupaten Jeneponto relatif bervariasi,
mulai dari topografi datar (flat), berombak (undulating),
bergelombang (rolling), berbukit (hilly) hingga bergunung
(mountainous). Topografi datar-berombak (kemiringan lereng di
bawah 15%) tersebar dengan luasan sekitar sekitar 42.715 ha,
atau sekitar 53,68% dari luas total Kabupaten Jeneponto. Areal
dengan kemiringan lereng ini adalah merupakan areal
persawahan, ladang, serta kebun campuran. Selebihnya, areal
dengan kemiringan lereng lebih dari 15 %, dimana sebagian
besar diantaranya adalah merupakan lahan kering.
Morfologi Kabupaten Jeneponto ditandai oleh bentuk
permukaan yang bervariasi, yakni, bagian utaranya terdiri dari
dataran tinggi dan bukit-bukit yang membentang dari barat ke
timur dengan ketinggian 500 sampai dengan 1.400 meter diatas
permukaan laut, di bagian tengah meliputi wilayah-wilayah
dataran dengan ketinggian 100 sampai dengan 500 meter
67
diatas permukaan laut, dan bagian selatan meliputi wilayah-
wilayah dataran rendah dengan ketinggian 0 sampai dengan
100 meter di atas permukan laut.
Iklim (pola distribusi dan jumlah curah hujan tahunan)
Kabupaten Jeneponto tergolong kering dihampir semua
kecamatan, selain Kecamatan Rumbia, Kelara dan sebagian
Kecamatan Bangkala, yang tergolong agak basah. Kondisi iklim
seperti ini mengindikasikan bahwa produktifitas berbagai jenis
komoditas pertanian di Kabupaten Jeneponto akan menghadapi
kendala kekurangan air yang ekstrim. Adapun Kondisi curah
hujan wilayah ini yang diwakili oleh data dari 7 stasiun pencatat
hujan yaitu, Allu, Balangloe, Jeneponto, Bisoloro, Loka, Malakaji
dan Takalar, menunjukkan rata-rata curah hujan tahunan yang
berkisar antara 1049–3973 mm/tahun. Keadaan musim di
Kabupaten Jeneponto pada umumnya sama dengan keadaan
musim di daerah kabupaten lain yakni terdiri dari 2 (dua) musim
yaitu hujan dan kemarau, musim hujan terjadi antara Bulan
November sampai dengan Bulan April, sedangkan musim
kemarau terjadi pada Bulan Mei sampai dengan Bulan Oktober.
Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari stasiun
pencatat hujan, maka tipe iklim Kabupaten Jeneponto dapat
diklasifikasikan menjadi 2 (dua) tipe yaitu iklim D3 dan Z4
dengan bulan kering berkisar 5-6 bulan sedangkan bulan basah
68
berkisar 1-3 bulan. Tipe yang ke 2 (dua) adalah C2 yang
memiliki bulan basah 5-6 bulan dan bulan lembab 2-4 bulan.
B. Potensi Pengembangan Wilayah
Pengembangan Wilayah Kabupaten Jeneponto diarahkan
dengan mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN), Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi, Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan (RTRWP), dan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jeneponto. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, Kabupaten Jeneponto termasuk dalam
tahapan pengembangan baru untuk Revitalisasi dan Percepatan
Pengembangan Pusat Pertumbuhan Nasional dengan Kategori
Pengembangan/Peningkatan fungsi.
Sementara itu dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau
Sulawesi, posisi Kabupaten Jeneponto baik dalam kebijakan struktur
maupun pola ruang adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Pulau
Sulawesi dimana Jeneponto termasuk di dalamnya dengan
mendorong pengembangan kota-kota sebagai pusat
pelayanan sekunder;
2. Pembangunan jaringan Jalan dengan prioritas sedang yang
menghubungkan kota-kota Makassar Sungguminasa –
Takalar – Jeneponto – Bantaeng -Bulukumba;
69
3. Pelabuhan Regional di Jeneponto dengan prioritas sedang.
4. Pembangunan bendungan-bendungan baru dan embung-
embung besar dengan prioritas tinggi : Kelara-Karaloe di
Kabupaten Jeneponto
5. Pengembangan Kawasan Agropolitan.
Demikian pula dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Propinsi Sulawesi Selatan, menempatkan Kabupaten Jeneponto
sebagai daerah yang strategis sebagai penyangga pengembangan
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Jeneponto Tahun 2011 - 2031 yang ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 1 Tahun
2012, telah dirumuskan rencana pengembangan wilayah Kabupaten
Jeneponto untuk 20 tahun ke depan. Rencana pengembangan wilayah
dimaksud dituangkan dalam bentuk rencana struktur ruang, rencana
pola ruang, rencana kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang
dan arahan pengendalian ruang.
Rencana struktur ruang kabupaten Jeneponto terdiri dari pusat
– pusat kegiatan, sistem jaringan prasarana utama dan sistem jaringan
prasarana lainnya. Sedangkan rencana pola ruang terdiri dari kawasan
lindung dan kawasan budidaya.
Pengembangan Sistem jaringan prasarana utama diarahkan
pada pengembangan jaringan transportasi darat dan jaringan
transportasi laut, sedangkan sistem jaringan prasarana lainnya berupa
70
sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan
sumber daya air, dan system prasarana pengelolaan lingkungan.
Untuk kawasan lindung telah ditetapkan kawasan hutan lindung seluas
6.715 ha yang tersebar di Kecamatan Bangkala, Bangkala Barat,
Bontoramba, Kelara dan Rumbia. Sedangkan untuk kawasan budidaya
diarahkan pada :
a. Kawasan peruntukan hutan produksi
b. Kawasan peruntukan hutan rakyat
c. Kawasan peruntukan pertanian
d. Kawasan peruntukan perikanan
e. Kawasan peruntukan pertambangan
f. Kawasan peruntukan industri
g. Kawasan peruntukan pariwisata
h. Kawasan peruntukan permukiman
i. Kawasan peruntukan lainnya.
Untuk rencana kawasan strategis, di Kabupaten Jeneponto
telah ditetapkan 7 kawasan strategis kabupaten yaitu :
1. Kawasan Agropolitan Rumbia-Kelara (Ekonomi)
2. Kawasan Industri Perikanan dan Pariwisata Terpadu
(KIPPT) Pa’biringa-Biringkassi (Ekonomi)
3. Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Agro-minapolitan
Arungkeke-Tarowang (Ekonomi)
71
4. Kawasan Strategis Bintaru (Binamu-Batang-Arungkeke)
(Ekonomi)
5. Kawasan Strategis Bendungan Kelara-Karaloe
(SDA/Teknologi)
6. Kawasan Strategis Industri Malasoro dan sekitarnya
(SDA/Teknologi)
7. Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Agropolitan
berbasis Pesantren (Sosial Budaya).
C. Demografi
Penduduk Kabupaten Jeneponto terus mengalami pertumbuhan
tiap tahun. Selama periode 2010 – 2014 rata – rata pertumbuhan
penduduk tercatat sebesar 1,02 persen. Secara keseluruhan, jumlah
penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih besar daripada
jumlah penduduk laki – laki. Pada tahun 2014, penduduk Kabupaten
Jeneponto sebesar 348.138 jiwa dengan komposisi laki – laki
sebanyak 169.025 jiwa dan perempuan sebanyak 179.113 jiwa. Hal
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
72
Tabel 2. Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto
No Tahun Jumlah penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah
Kepadatan Pertumbuhan
1. 2010 160.526 171.808 332.334 443 0,48
2. 2011 161.414 172.761 334.175 446 0,55
3. 2012 166.384 176.316 342.700 457 2,49
4. 2013 168.059 178.090 346.149 462 1,00
5. 2014 169.025 179.113 348.138 464 0,57
Rata-rata 454 1,02
Sumber: BPS. Kabupaten Jeneponto Tahun 2014
Sementara itu pada tahun 2010 pertumbuhan penduduk Kabupaten
Jeneponto merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 2,49 persen. Hal ini
terjadi karena tahun 2010 merupakan tahun pelaksanaan sensus
penduduk, sehingga jumlah penduduk yang tercatat merupakan jumlah
penduduk riil sebagai hasil sensus penduduk. Kepadatan penduduk
Kabupaten Jeneponto periode 2008 - 2012 rata – rata sebesar 454
jiwa/km2. Dengan distribusi penduduk yang menunjukkan belum merata di
seluruh wilayah. Berdasarkan data tahun 2012, distribusi dan kepadatan
penduduk masih terkonsentrasi di Kecamatan Binamu dengan kepadatan
sebesar 766 jiwa/km2. sedangkan di Kecamatan Bangkala Barat tingkat
kepadatan penduduk hanya mencapai 175 jiwa/km2.
73
Daerah ini di dominasi oleh wilayah pertanian lahan kering,. Potensi
sawah tadah hujan dan tegalan atau kebun rakyat dengan jumlah yang
luas. Kadang ini menyebabkan daerah daerah ini dikategorikan sebagai
wilayah yang kurang produktif dengan penduduk sebahagian besar
berada pada kondisi miskin Secara umum klasifikasi rumah tangga miskin
di Kabupaten Jeneponto adalah terdiri rumah tangga sangat miskin,
miskin, hampir miskin dan rentan miskin. Data terakhir yang ada adalah di
gunakan dalam pendataan ulang sekarang ini. Jumlah penduduk miskin
tersebut tersebar diseluruh kecamatan. Secara keseluruhan jumlah rumah
tangga miskin tersebut dapat dilihat tabel 3 dibawah ini,
Tabel 3 : Jumlah rumah tangga (KK) berdasarkan klasifikasi
kemiskinan per kecamatan Kabupaten Jeneponto.
No Kecamatan Sangat
miskin
Miskin Hamper
miskin
Rentan
miskin
Jumlah
1 Bangkala 704 2078 2001 3506 8289
2 Bangkala barat 295 1186 1078 2468 5027
3 Tamalatea 948 1966 1317 1869 6090
4 Bontoramba 544 1454 1203 1789 4990
5 Binamu 737 1649 1276 2450 6112
6 Turatea 623 1642 1307 1484 5058
7 Batang 299 926 703 986 2914
8 Arungkeke 317 842 753 1170 3082
9 Taroang 525 1414 1038 1257 1234
74
Sumber: BPS. Kabupaten Jeneponto 2014.
Tabel 3, menjelaskan bahwa sebaran rumah tangga miskin sesuai
klasifikasi perkecamatan, Kecematan Bangkala termasuk yang memiliki
jumlah rumah tangga paling banyak, menyusul Kecamatan Binamu, dan
Kecamatan Tamalatea sedangkan yang paling sedikit adalah diwilayah
Kecamatan Arungkeke dan Kecamatan Batang. Sebaran tersebut menjadi
petunjuk pada studi ini untuk mengfokuskan pengamatan rumah tangga
miskin pada kecamatan yang memiliki jumlah rumah tangga miskin
terbanyak. Sehingga fokus pada studi di tentukan di Kecamatan Bangkala
yang terdapat 14 desa. Data rumah tangga miskin pada 14 desa di
Kecamatan Bangkala dapat dilihat tabe 4 dibawah ini;
Tabel 4 : Jumlah rumah tangga sesuai klasifikasi kemiskinan per
Desa di Kecamatan Bangkala
10 Kelara 472 1193 988 1244 4381
11 Rumbia 271 932 1061 2117 4381
Jumlah 5729 15282 12725 20336 54072
No Desa/kelurahan Sangat
miskin
Miskin Hampir
miskin
Rentan
miskin
Jumlah
1 Mallasoro 92 223 205 336 856
2 Punagaya 70 193 139 188 590
3 Bontomarannu 80 210 172 268 730
4 Pantai bahari 46 105 95 165 411
5 Palllengu 56 147 117 253 575
Lanjutan Tabel 3
75
Sumber: BPS Kabupaten Jeneponto, 2014
Tabel 4, diatas menunjukkan sebaran rumah tangga miskin di
Kecamatan Bangkala terbanyak adalah Desa Kapita, Mallasoro dan
Bontomarannu. Pada studi penelusuran lebih lanjut guna memahami
secara mendalam mengenai rumah tangga miskin, pengamatan di
fokuskan di Desa Kapita dengan menitik beratkan perhatian pada
rumah tangga miskin dan sangat miskin.
D. Gambaran Desa Kapita
Desa Kapita merupakan desa yang memiliki penduduk
terbanyak di Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto, jumlah
penduduk di desa tersebut kurang lebih 6. 290 jiwa dari 10 dusun,
banyaknya jumlah penduduk sehingga tingkat kemiskinan di desa
tersebut tidak mengalami penurunan dalam 5 tahun terakhir. aktifitas
6 Tombo-tombolo 51 118 110 136 415
7 Jenetalasa 65 185 182 94 626
8 Kalimporo 41 135 144 267 587
9 Benteng 37 85 82 119 232
10 Pallantikang 59 199 166 229 653
11 Gunung silanu 58 152 120 185 517
12 Kapita 26 166 217 510 919
13 Marayoka 12 110 160 322 604
14 Bontorannu 11 48 92 332 484
Jumlah 704 2078 2001 3506 8289
Lanjutan Tabel 4
76
masyarakat Desa Kapita mayoritas petani jagung dan padi karena
wilayah yang strategis dalam bidang pertanian.
Potensi masyarakat Desa Kapita di bidang pertanian cukuplah
besar salah satu hasil pertanian yang cukup baik adalah jagung kuning
karena dengan lahan yang luas perairan yang memadai sehingga
masyarakat Desa Kapita bisa mencapai 2 kali panen dalam setahun,
seperti halnya dengan adanya induk sungai dan sungai-sungai kecil
sebagai sumber air untuk lahan pertanian yang dapat di manfaatkan
sebagian oleh masyrakat setempat sedangkan potensi lain ada tempat
wisata air terjun dan pasar sebagai perputaran ekonomi secara mikro
dapat dilakukan.
Letak wilayah Desa Kapita bisa di katakan sebagai himpitan
pegunungan sekaligus menjadi lahan pertanian dan hutan lindung
yang sebagian masyarakat memanfatkan hutan lindung menjadi lahan
pertanian, bagi masyarakat rumah tangga petani miskin di desa.
Penggunaan lahan itu bukan berarti tidak ada persyaratan yang di
keluarkan oleh pihak Dinas Kehutanan tetapi ada sejumlah
persyaratan yang di harus di penuhi diantaranya penanaman pohon
mahoni, jati maupun yang lainnya di pinggiran lahan yang di berikan.
Untuk mencapai desa tersebut dari Kota Kecamatan Bangkala
dapat menempuh kurang lebih antara 15 sampai 20 menit untuk
pengendara roda 2, adapun akses jalan yang mengarahkan ke desa
77
sedikit berlubang di akibatkan infrstruktur jalan sudah lama tidak di
perbaiki. Fasilitas yang ada di desa cukuplah memadai seperti
pendidikan dengan adanya Sekolah Dasar (SD) sampai pada tingkat
SMP/MTS ada pula PUSKESMAS sehingga masyarakat di Desa
Kapita baik menempuh pendidikan maupun bidang kesehatan
cukuplah dekat.
E. Pembahasaan Penelitian
1. Pemberdayaan
a. Program Dinas Sosial
Program pemberdayaan yang dilaksanakan oleh pemerintah
pusat maupun daerah, untuk penuntasan tingkat kemiskinan di
Kabupaten Jeneponto cukuplah membantu pada masyarakat
miskin apabila di peruntuhkan sesuai pada tempatnya yaitu
masyarakat miskin, seperti pemberdayaan Dinas Sosial yang
namakan program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang di
anggarkan langsung oleh Kementrian Sosial dalam upaya
peningkatan kemandirian masyarakat ekonomi kebawah.
Program KUBE ini, dimana pihak kementrian yang
menentukan Kabupaten/kota sampai pada tingkat kecamatan
dan kelurahan/desa dengan data yang diperoleh Kementrian
Sosial. Pada Kabupaten Jeneponto yang memiliki kelompok
sebanyak 50 tersebar dari semua kecamatan, di Kabupaten
Jeneponto ditahun 2015, memilih Kecamatan Bangkala
78
sebagai pemberian bantuan yang dilakukan oleh kementrian
dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Bangkala memiliki
peduduk yang banyak dan memiliki penduduk miskin yang
tertinggi sehingga upaya program pemberdayaan pada
masyarakat yang dilakukan oleh instansi banyak yang terarah
pada kecamatan tersebut.
Pengawasan program kelompok usaha bersama ini diambil
dan diberikan kewenangan pemerintah daerah dalam proses
pengawasan, yang dilakukan oleh pihak pemerintah melalui
pendamping disetiap desa. Proses yang terus berjalan pada
setiap tahun untuk memantau perkembangan ekonomi pada
masyarakat kelompok usaha bersama agar dapat
memanfaatkan segala bantuan dari pemeritah, meningkatkan
tingkat perekonomian pada keluarga sebagaimana yang telah
diinginkan oleh pemerintah pusat melalui daerah.
b. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa
(BPM-PD)
Pemberdayaan yang dilakukan oleh BPM-PD tentunya
berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Dinas Sosial pada
program pemberdayaan pada masyarakat. Instansi ini lebih
melihat pada suatu pengembangan individu/perorangan pada
masyarakat dalam mengembangkan ekonomi melalui
79
kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat seperti perbengkelan
dan pertukangan.
Pada program pemberdayan yang dilakukan oleh pihak
instansi BPM-PD, mempunyai keterbatasan dalam
pengembangan kelompok di 11 kecamatan di Kabupaten
Jeneponto, keterbatasan anggaran yang diperoleh melalui
daerah yang dinamakan anggaran bantuan HIBAH. Persoalan
anggaran dapat mempengaruhi terbatasnya sejumlah kelompok
di masyarakat yang tidak mendapatkan bantuan dari
pemerintah.
Beberapa tahun terakhir seperti pada tahun 2014, BPM-PD
mengeluarkan program ke masyarakat dengan 2 jenis yaitu
PERBENGKELAN dan PERTUKANGAN di beberapah
kecamatan yang ada di Kabupaten Jeneponto, seperti program
perbengkelan mendapatkan 9 kecamatan diantaranya, Binamu,
Kelara, Tamalatea, Bangkala, Bontoramba, Batang, Tarowan,
Turatea dan Rumbia dengan jumlah 13 desa yaitu Empoang,
Tolo, Tolo utara, Tolo selatan, Turatea, benteng, Tanamawang,
Togo-togo, Camba-camba, Tarowang, Bontomatene, Bulu loe
dan Bonto Tiro. Sedangkan program pertukangan mendapat 10
kecamatan yaitu Binamu, Kelara, Rumbia, Tamalatea,
Bangkala, Bangkala barat, Bontoramba, Batang, Tarowang dan
Turatea dengan jumlah desa 11 yaitu Balang toa, Gantarang,
80
Lebang Manai, Bontotala, Pallantikang, Pattiro, Tanammawang,
Togo-togo, Camba-camba, Tarowang dan Bonto matene.
Tahun 2015, BPM-PD kembali memprogramkan bantuan
dengan satu jenis yaitu perbengkelan yang merupakan
minat/mayoritas masyarakat yang dipilih, pada tahun 2015
terdapat 6 kecamatan yaitu Binamu, Kelara, Tamalatea, Batang,
Bontoramba dan Bangkala dengan jumlah desa/kelurahan 9
yaitu Balang toa, Tolo, Tolo selatan, Tonrokassi barat, Bonto jai,
Turatea timur, Togo-togo, Bulusibatang dan Tombo-tombolo.
Upaya yang di lakukan oleh BPM-PD pada program
pemberdayaan sesuai pada usulan mayarakat ke instansi
tersebut, agar instansi membuatkan rancangan program yang
dilengkapi dengan penganggaran yang dibutuhkan secara
keseluruhan masyarakat yang bermohon, sehingga pihak
instansi dapat memperoleh anggaran dari daerah melalui DPRD
Kabupaten Jeneponto.
Permohonan yang di masukan oleh masyarakat dapat
memperoleh bantuan, persyaratan yang harus di penuhi oleh
masyarakat tersebut, seperti program perbengkelan maka
masyarakat sudah mempunyai usaha sebelumnya, sehingga
pemerintah dapat membantuh meningkatkan usaha perbekelan
melalui program pemberdayaan yang ada.
81
Dari hasil wawancara yang di peroleh di kantor BKPMD melalui bapak Abd Maksir Mallapiang menyampaikan bahwa, apabila masyarakat yang bermohon sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah maka dinas terkait melakukan pemantauan minimal 2 kali 1 tahun untuk megetahui tingkat perkembangan pada masyarakat yang memperoleh bantuan sekaligus menjadi laporan pada tingkat keberhasilan masyarakat dengan adanya program (04 Nov 2015).
Sejumlah desa yang memperoleh bantuan dari pihak BPM-
PD, dimana Desa Kapita tidak ada didalamnya dalam
memperoleh bantuan pemberdayaan yang ada di instansi.
Minimnya pengusulan program dari pihak masyarakat ke
pemerintah dari desa, sehingga tidak mendapatkan bantuan
yang sebagaimana yang di dapatkan oleh masyarakat lain.
Desa Kapita dengan penduduk terbanyak di Kecamatan
Bangkala yang kurang lebih dari 6.290 jiwa dengan 10 dusun
yang dikategrikan sebagai desa yang memiliki jumlah
kemiskinan yang cukup tinggi, rata-rata pendapatan masyarakat
di peroleh dari sumber pertanian.
2. Rumah Tangga (RT) Miskin
RT miskin di pedesaan merupakan keterbatasan dari
berbagai aspek seperti halnya keterbatasan dari tingkat
kemampuan mengelolah sumber daya yang ada pada
lingkungannya, keterbatasan pada lahan pertanian yang menjadi
sumber pokok kebutuhan, keterbatasan pada finansial, kesehatan,
pendidikan dan informasi mengenai pengembangan ekonomi RT di
82
pedesaan, seperti halnya yang di sampaikan oleh oleh Gorman
mengenai masyarakat miskin yang di ukur dari segi pendapatan,
hal lain di sampaikan Chambers tentang kemiskinan bagaimana itu
dipahami dan derespon untuk mengartikan kemiskinan.
Dari kedua pakar ahli diatas menunjukkan pandangan yang
sama dalam mengartikan kemiskinan pada masyarakat miskin,
masyarakat miskin tentunya yang lebih tepat adalah rumah tangga
miskin, seperti halnya di Desa Kapita Kabupaten Jeneponto.
Terdapat sejumlah RT miskin di desa menurut pengamatan penulis,
dimana RT miskin yang ada di Desa Kapita tidak memiliki lahan
pertanian, tempat tinggal seadanya, kesehatan yang terganggu,
anggota keluarga yang tak menempuh pendidikan dan serba
kekurangan dalam lingkungan RT miskin
Dibawah ini, di jelaskan dalam penelitian mengenai RT
miskin di Desa Kapita Kabupaten Jeneponto yaitu:
a. Kondisi lingkungan dan infrastruktur
Umumnya dalam RT miskin sering berkaitan dengan
suatu kondisi lingkungan yang memprihatinkan baik di
tempat tinggal maupun disekitarnya, sehingga dapat
mempengaruhi kesehatan masayarakat atau mudah
terserang oleh penyakit yang umum di akibatkan oleh
lingkungan seperti sakit perut, kepala, demam, flu dan
bahkan sakit berat/parah
83
Namun apabila hal ini terjadi masyarakat biasanya,
melakukan tindakan dengan mendatangi puskesmas di desa
yang tidak jauh dari tempat tinggal, dan bisa ditempu dalam
waktu 5-10 menit. Proses pelayanan kesehatan biasanya
terbatas oleh sejumlah obat-obatan, peralatan maupun yang
lainnya sehingga dapat dilarikan ke puskesmas kecamatan
atau ke rumah sakit daerah.
Penyakit yang di derita oleh RT miskin biasanya
berlangsung lama diakibatkan dengan pola makan dan
lingkungan yang kurang bersih. Seperti makanan, air yang
kurang bersih untuk di komsumsi dan ditambah lingkungan
yang kotor dan bau baik dari kotoran ternak sampai kotoran
manusia (BAB) disembarang tempat
RT miskin biasanya berprofesi sebagai petani yang
sudah lama bahkan dari orang tua mereka, adapun profesi
lain yang bisa dilakukan oleh masyarakat yaitu hijra ke kota
seperti Makassar sebagai penarik becak, bentor, tukang
bangunan dan adapula yang menjadi buruh kelapa sawit
di Kalimantan untuk menambah kebutuhan mereka.
Meskipun anggota keluarga sudah membagi pekerjaan
dalam memenuhi kebutuhannya, namun masih saja tidak
mengalami perubahan secara signifikan khususnya pada
peningkatan ekonomi keluarga. Dari profesi yang di geluti
84
pada RT miskin, biasanya banyak waktu yang dibutuhkan
dalam bekerja seperti penarik bentor. perhari kurang lebih 12
jam, dan jumlah yang di dapatkan perhari kurang lebih dari
Rp 100.000 dan sisa waktu digunakan biasanya istirahat.
Masyarakat pedesaan tidak terlepas dari sumberdaya
alam yang dibutuhkan oleh masyarakat seperti hasil
pertanian jagung, padi, kacang-kacangan, ubi kayu, sayur-
sayuran. Potensi lain yang bias di manfaatkan oleh RT
miskin yaitu, peternakan seperti sapi, kerbau, kuda,
kambing, ayam dll. Namun yang paling dominan di pertanian
yaitu jagung dan padi sedangkan peternakan ada sapi dan
kerbau, hal inilah sebagian masyarakat memanfaatkan
sumberdaya yang ada yang bisa di kombinasikan antara
hasil pertanian dengan peternakan contohnya seperti kuda
memerlukan pakan hasil olahan kulit padi atau ayam
memerlukan pakan seperti jagung.
Segala aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat
pedesaan tentunya harus didukung dengan infrastruktur
yang baik agar segala aktifitas tersebut dapat lancar seperti
aktifitas perdagangan antara desa ke kota kecamatan atau
pusat kota, karna hal ini dapat menunjang peningkatan
ekonomi pada masyarakat pedesaan khususnya ekonomi
mikro.
85
Di Kabupaten Jeneponto, Kecamatan Bangkala terdapat
sebuah desa dengan penduduk yang padat dan masuk dala
kategori desa tertinggal/miskin dalam versi BPS (Badan
Pusat Statistik), BKKBN dan Dinas Sosial Kab. Jeneponto
yang disebut Desa Kapita, merupakan desa yang memiliki
banyak potensi sumber daya alam khususnya pada
pertanian. Namun desa yang memiliki potensi mempunyai
banyak kekuarangan didalamnya seperti infrastruktur kurang
memadai, jalan tani masih ditempuh dengan sangat sulit dan
jarak antara desa dengan pusat kecamatan dapat di tempuh
kurang lebih 35 menit dengan menggunakan sepeda motor.
Infrastruktur jalan desa ke pusat Kecamatan Bangkala
baik, namun masih ada beberapah kondisi jalan yang masih
memperhatinkan dari beberpah Dusun di Desa, ditambah
lagi dengan sulitnya alat komunikasi seperti handphone
diakibatkan terputusnya jaringan/sinyal sehingga komunikasi
sangat sulit meskipun banyak masyarakat yang
menggunakan handphone khususnya masyarakat
menengah keatas.
b. Kondisi aktifitas RT
RT miskin perlu dipahami hal apa saja yang dilakukan
oleh rumah tangga miskin dan faktor apa saja yang dapat
membantu dalam memenuhi kebutuhannya.
86
1. Aktifitas/ asset produksi RT
Didalam masyarakat memenuhi kebutuhannya,
tentunya sangat penting pengetahuan/keterampilan
dalam RT sebagai bekal memenuhi kebutuhannya. Di
pedesaan yang merupakan mayoritas petani tentunya
sudah banyak memahami dalam proses pengolahan
lahan maupun alat produksi pertanian, yang sering di
jumpai dalam keseharian masyarakat petani, berbekal
dengan pengalaman. Maka dengan, seharusnya pihak
RT sudah dapat memenuhi kebutuhannya dengan
manejemen yang baik. Di rumah tangga miskin, masih
sering kita jumpai yang tidak memiliki lahan ataupun
memiliki tapi hanya sedikit dan tidak mampu memberi
harapan bagi kebutuhannya.
Bagi RT yang tak memiliki lahan seperti di desa kapita atas nama Daeng Bakkara melalui Wawancara, mengatakan bahwa apa yang kami miliki ini hanya serba terbatas khusunya fisik yang kesehatan yang belum sehat namun kepemilikan lahan yang kami garap itu milik pemerintah dinas kehutanan (04 Nov 2015).
Hanya menggunakan lahan milik pemerintah yaitu
Dinas Kehutanan, yang masuk dalam kategori hutan
lindung. Namun ada kesepakatan/persyaratan oleh pihak
pemerintah dengan pihak pengelolah lahan salah
satunya yaitu pihak pengelolah lahan harus dapat
87
menanam tanaman/pohon yang berjenis jangka panjang
di pinggiran lahan seperti mangga,jambu mente dan
nangka adapun pohon seperti jati putih dan mahoni.
RT yang memiliki lahan sekitar 0,25 hektar hanya
membutuhkan bibit jagung 2-3 kg/kantong, namun hasil
yang di dapat biasanya berkisar kurang lebih 1 ton,
apabila di uangkan bisanya perkilo di jual dengan harga
Rp 2600 itupun harga yang paling tinggi berarti hasil
panen jagung dalam 1 ton yang diperoleh RT sekitar Rp
2,6 jt sekali panen. Hasil pertanian RT, sepertinya sama
hasil yang dikeluarkan dalam membiayai segala tanaman
tersebut seperti pembelian bibit, pupuk dan racun
sehingga hasil yang di daptkan oleh RT sangatlah minim
bahkan ada juga tak mendapatkan hasil karena harus
membiyai utang yang dipijam ke pedagang.
RT yang sering menggarap lahan seseorang atau
disebut Attesang dalam bahasa pedesaan tentunya ada
mekanisme bagi hasil yang harus di sepakati, yang biasa
ditemukan diseluruh pedesaan Kabupaten Jeneponto.
Bagi hasil yang dilakukan oleh pemilik lahan dengan
penggarap, biasanya pemilik lahan membeli/memodali
segala kebutuhan pertanian seperti pembelian bibit,
pupuk dan racun yang nantinya pada saat panen, akan
88
dikembalikan pembelian/modal oleh pemilik lahan, lalu
sisanya di bagi dua antara pemilik lahan dengan
penggarap.
Di samping itu proses penggarapan lahan pertanian
dilakukan oleh kepala dan anggota keluarga secara
keseluruhan. Dalam penggarapannya di lakukan dengan
cara membagi tugas seperti ada menggarap, menanam
dan membersihkan lahan untuk di tanami. Sesuai dengan
musim tanam di Kabupaten Jeneponto dilakukan pada
saat turun hujan, maka seluruh anggota RT terlibat dalam
proses penanaman dan apbila selesai maka sebahagian
anggota keluarga khusunya laki-laki kembali ke Makassar
untuk mencari pekerjaan lain dalam memenuhi
kebutuhan keluarganya dan kembali membantu apabila
musim panen dilakukan.
Dari hasil penelusuran yang dilakukan terhadap RT miskin atas nama Daeng Ngai melalui wawancara di Desa Kapita, mengatakan bahwa sebahagian besar anggota keluarga kami yang khususnya laki-laki berangkat ke kota Makassar bahkan ada yang merantau ke Kalimantan sebagai buruh sawit di perusahaan untuk membantu pihak keluarga yang tinggal di desa (04 November 2015).
Penggarapan lahan tentunya membutuhkan sejumlah
modal seperti bibit dan racun sebagai tahap pertama,
namun biasanya pemilik lahan tak mempunyai modal,
89
maka dapat bekerja sama dengan pihak pedagang dalam
bantuan modal. Peminjaman modal oleh pihak
petani/pemilik lahan biasanya ada mekanisme yang
harus disepakati, seperti halnya pihak petani tidak berhak
menjual ke pedagang yang lain dari hasil panennya,
harus ke pedagang yang memberikan modal.
Penghasilan RT miskin melalui pertanian tidak
seberapa diakibatkan lahan yang terbatas, tentunya hal
ini perlu dirubah dalam pekerjaan RT miskin dalam
meningkatkan kebutuhan mereka, hasil yang di dapatkan
dalam bertani hanya cukup membayar pinjaman, dan
selebihnya dipakai dalam membeli beras atau pun yang
lainnya.
a. Aktifitas asset/konsumsi RT
Asset yang dimiliki pada RT, sangat terbatas atau
seadanya saja baik dalam peralatan rumah tangga
maupun yang lainnya. Dalam kehidupan sehari-
harinya lebih banyak meluangkan waktu dirumah
bersama keluarga dengan sederhana, seperti yang
kami datangi oleh keluarga Daeng Bakkara
merupakan kelurga yang sangat memperhatinkan
selain keluarga tersebut, sering sakit-sakitan dan
90
masih mempunyai beban dalam menafkahi anggota
keluarganya.
Jumlah anak yang dimiliki keluarga RT Daeng
Bakkara sebanyak 4 orang dan masih tanggung
jawab oleh kepala RT sebanyak 2 orang sedangkan
yang lainnya sudah berkeluarga tentunya mereka
sudah memiliki tanggung jawab masing-masing dalam
membangun keluarga mereka. Dengan keadaan
seperti itu, keluarga hanya dapat berserah diri dan
tetap berusaha bekerja dalam memenuhi
kebutuhannya meski dalam keadaan terbatas.
Penghasilan RT hanya digunakan untuk membeli
kebutuhan seperti beras dan ikan meski itu masih
terbatas, ketidak mampuan RT ditambah lagi dengan
umur yang sudah tergolong tua antara 60-65
sehingga sulit untuk membangun keluarganya.
Sehingga harapan mereka bagaimana sebahagian
anggota keluargannya dapat bekerja baik di bidang
pertanian maupun yang lainnya seperti menarik
bentor atau jadi tukang bangunan diluar dari tempat
tinggal mereka dengan waktu tertentu.
91
Penghasilan yang di dapatkan dari anggota
keluarga diluar dari pertanian biasanya di pakai dalam
acara pesta seperti membawa beras, sarung,
undangan sesuai adat dan budaya setempat dalam
saling menghargai dan saling silahturahmi antar
keluarga.
b. Aktifitas manajerial RT
Dari segala yang dimiliki oleh RT miskin, dapat
dikatakan tidak mampu melakukan aktifitas yang
dapat menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan segala asset yang dimilikinya. Dari
keterbatasan sumber daya dapat mengakibatkan
ketidak mampuan RT dalam menghasilkan ekonomi
dalam keluarga.
Upaya yang dilakukan oleh RT miskin dalam
mengatur anggota keluarga untuk meningkatkan
pendapatanya, dengan cara membagi tugas kerja.
Informasi yang di peroleh bagi penulis,
bahwasanya anggota keluarga seperti anak laki-
lakinya, apabila sudah musim panen maka mereka
berangkat ke kota dalam mencari uang dan kembali
apabila memasuki musim tanam, sedangkan bagi
92
kepala RT sebahagian tinggal dengan menggarap
lahan yang dimilikinya maupun milik pemerintah.
Keterlibatan ibu RT biasanya hanya dapat
membantu dengan mengambil hasil panen dan
membawa makanan kekebun, aktifitas lain yang
dilakukan lebih banyak berdiam diri dirumah tanpa
melakukan atau memanfaatka asset yang ada.
Apabila RT memperoleh hasil baik dari hasil pertanian
maupun kiriman dari anggota keluarganya, hanya di
gunakan kebutuhan sehari-hari.
Lingkungan yang memiliki potensi dapat membantu
ekonomi keluarga, sama halnya di Desa Kapita dari
pertanian dapat kita temukan seperti jagung, padi, kacang-
kacangan, ubi kayu dll. Sedangkan peternakan dapat dilihat
seperti kuda, sapi, kambing maupun ayam. Inilah yang perlu
disadari oleh sejumlah RT dalam meningkatkan ekonomi
keluarga. Sebahagian RT yang sudah berhasil dengan
memanfaatkan peternakan kuda, kambing dan ayam karna
dapat didukung dengan pakan yang mudah di dapatkan,
sumber daya yang lain masih banyak yang dapat di
manfaatkan namun RT masih mempunyai keterbatasan
dalam membeli ternak dan memelihara.
93
Dari sejumlah pandangan di atas, bahwa RT memiliki
banyak keterbatasan baik materi ,skill/pengetahuan maupun
secara fisik. Sehingga akan sulit dalam menentukan masa
depan kelurga, Menurut Daeng Bakkara salah satu RT
miskin di Desa Kapita, yang dapat diinginkan keluarganya
hanya bekerja, membangun rumah dan mempunyai lahan
sendiri untuk masa depan keluarganya. Ditinjau dari aspek
pendidikan keluarga tersebut sangatlah minim dalam
melibatkan anggota keluarganya menempuh pendidikan.
kemauan mereka hanya dengan cara bekerja.
Dari hasil wawancara oleh yang dilakukan oleh pihak kepada Nompo mengatakan, didalam kesadaran akan masa depan masih sangat enggan untuk menyampaikan, karna hal yang paling kami butuhkan bagaimana mampu memenuhi kebutuhan secara baik dan dapat membangun rumah (04 Nov 2015).
Kesadaran akan berubah sangat diinginkan, hanya
saja kondisi/kemampuan manajemen dalam rumah tangga
mereka tidak dimilikinya. Sehingga sejumlah pendapatan
yang mereka peroleh baik dari pertanian maupun yang
lainnya di habiskan segala kebutuhan tanpa berpikir untuk
menabung dalam memperbaiki masa depannya.
Kesadaran akan keinginan membuat suatu kelompok
dengan RT lain sangatlah minim untuk mereka lakukan
dalam membuat suatu usaha, keterlibatan mereka tentunya
94
dapat melibatkan seluruh tetangga atau keluarga apabila hal
ini akan terjadi dalam masyarakat RT miskin. Dengan
adanya kelompok menurut masyarakat Kapita dapat
membantu dan tentunya lebih produktif dalam
kesehariannya.
Untuk kelangsungan hidup setiap petani miskin
memiliki peralatan produksi yang terbatas. peralatan yang
umum adalah cangkul, sabit dan parang. Selain itu juga
memiliki peralatan penunjang kelangsungan hidup.
Umumnya di setiap RT miskin masih memiliki peralatan
makan minum seperti piring dan jirigen penampung air.
Berdasarkan data yang sudah terkumpul, belum ada petani
miskin yang memiliki peralatan rumah tangga seperti motor
atau kulkas yang dapat dioperasikan untuk mendapat
pendapatan tambahan misalnya motor bisa di manfaatkan
menjadi ojek.
Aspek manajerial dalam mengelolah rumah tangga
pada petani miskin belum berjalan. Hampir setiap petani
miskin yang menjadi informan mengakui bahwa dari seluruh
pendapatan yang diperoleh tidak/belum pernah melakukan
upaya menabung untuk waktu yang lama.
Tabel 5. 9 Elemen Rumah Tangga Petani Miskin Di Kabupaten Jeneponto
95
Sumber daya
Aktifitas
Pisik
Manusia
Financial
Produksi
Lahan (terbatas) Sabit,cangkul,parang dan alat lain yang cukup terbatas
1 tenaga produktif, sisanya tidak bekerja
Dana, modal terbatas Modal usaha berupa pinjaman
Konsumsi
Perlengkapan dapur (piring,gelas), jirigen air,perabot seadanya,rumah dinding dan lantai bambu, listrik dari tetangga
3-4 orang tanggungan
Tidak ada tabungan Dana pendidikan terbatas
Manajerial
Tidak ada asset fisik yang dapat dikelola untuk tujuan lain
Tenaga lain yang ada tidak di upayakan untuk membuat RT
Upaya investasi pada kegiatan lain tidak memungkinkan karena dana terbatas
Tabel 5, tersebut menggambarkan berbagai
keterbatasan rumah tangga petani miskin dari sisi sumber
daya pisik, manusia (tenaga) produktif yang menunjang
keberlangsungan rumah tangga yang terbatas. Kecukupan
finansial baik untuk produksi, konsumsi serta manajerial
yang tidak memadai.
Kemampuan RT memanfaatkan, memobilisasi serta
mengelola sumberdaya untuk berbagai macam tujuan dalam
rangka memproduksi kembali asset masih diliputi berbagai
keterbatasan. Akibatnya, aktifitas RT masih berkisar pada
96
rutinitas keseharian dalam mempertahankan kelangsungan
hidup.
3. Proses pemberdayaan
Pemberdayaan yang dilakukan pemerintah cukup membantu
bagi RT petani miskin di pedesaan, pemberdayaan yang bersifat
bantuan berupa dana, raskin, bantuan usaha seperti ternak,
teraktor, perbengkelan dan pertukangan.
Disis lain program pemberdayaan yang di lakukan oleh
pemerintah bersifat pengembangan kemampuan individu pada
petani miskin seperti peningkatan pengetahuan, sikap/nilai dan
keterampilan. Program pengembangan ini sangat disambut baik
oleh masyarakat khususnya RT petani miskin di Desa Kapita.
Peningkatan tersebut sering kali dilakukan baik pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM) baik berupa pelatihan maupun dalam bentuk bantuan pada masyarakat miskin, Menurut hasil wawacara yang dilakukan terhadap tokoh masyarakat Dg Ngawin mengatakan, keberadaan pemberdayaan di tengah masyarakat di Desa Kapita bagi warga yang kurang mampu tentu dapat membantu meningkatkan tingkat kemampuan mereka dan akan mempengaruhi tingkat pendapatan pada RT miskin (04 Nov 2015).
Sejumlah organisasi kepemudaan yang ada di Desa Kapita
memberikan kontribusi pada mayarakat seperti karang taruna dan
laboratorium sosial yang cukup membantu bagi masyarakat,
program yang diselenggarakan oleh organisasi berkaitan pada
pendidikan bagi setiap generasi yang putus sekolah. Seperti pada
tahun 2012 fokus program yang dilakukan oleh lembaga yaitu
97
peningkatan akan pendidikan bagi generasi di Desa Kapita, yang
memang sebelumnya di Desa Kapita banyak anak-anak yang tidak
menyempatkan waktu untuk bersekolah, dan lebih memilih untuk
mengembala kambing, kerbau, sapi maupun jenis ternak lain untuk
membantu pihak keluarganya.
Keberadaan lembaga dan kerja keras pemuda di Desa
Kapita mampu membuahkan hasil, dengan sosialisasi yang
dilakukan dari rumah ke rumah yang memiliki anak tidak bersekolah
dan meyakinkan kepala rumah tangga bahwa betapa pentingnya
pendidikan dan masa depan anak-anak mereka. Upaya yang
dilakukan dapat menghasilkan dan menuntaskan bagi setiap anak
yang dulunya tidak menempuh pendidikan, sekarang sudah dapat
menempuh pendidikan dengan baik dengan tujuan bagaimana
generasi dapat menulis dan membaca.
Pembangunan pendidikan di Desa Kapita dapat di jumpai,
dengan adanya sekolah dari SD sampai tingkat SMP/MTS,
keberadaan sekolah dapat mempermudah akses untuk belajar.
Sesuai dengan yang disampaikan di atas bahwa peningkatan
pendidikan di Desa Kapita mencakup 3 aspek yaitu:
98
a) Peningkatan pengetahuan
Peningkatan pengetahuan pada masyarakat atau RT
petani miskin diharapakan dari bantuan berbagai pihak
seperti Pemerintah, LSM dan Swasta.
Pentingnya pengetahuan mempengaruhi aktifitas dan
kehidupan masyarakat pedesaan. Biasanya masyarakat
hanya duduk diam tak beraktifitas apapun, diakibatkan
dengan ketidaktahuan akan apa yang dilakukan. Dengan
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat maka mereka
lebih peka dalam melakukan aktifitas untuk memenuhi
segala kebutuhan rumah tangganya masing-masing.
Desa Kapita sebagaimana diamati, terdapat sejumlah
aktifitas yang biasa di lakukan oleh masyarakat setempat
seperti bertani, berternak (kambing, sapi, kuda dan
kerbau), sopir, bengkel dan tukang kayu.
Tingkat pengetahuan yang dimiliki masyarakat dapat
meningkatkan ekonomi di Desa Kapita. Hal tersebut
ditandai dengan segala aktifitas yang dilakukan oleh
masyarakat dan ditambah dengan keberadaan pasar
tradisonal yang menunjang pendapatan desa.
Pemerintah Kebupaten Jeneponto seperti adanya
sekolah tingkat SD sampai SMP/MTS dan pasar di Desa,
dengan mudah di akses oleh masyarakat baik pendidikan
99
maupun pasar. Hal ini bukan berarti bahwa dengan adanya
sejumlah fasilitas yang memadai di Desa Kapita tingkat
kemiskinan sudah dapat teratasi, tetapi masih banyak
masyarakat miskin di Desa di akibatkan dengan segala
keterbatatasan, seperti yang di sampaikan Supriatna
dalam bab II yang berkaitan dengan tingkat pendidikan
yang rendah (Pengetahuan), produktifitas kerja, kesehatan
dan gizi serta menunjukkan ketidak berdayaan pada
hidupnya.
Ketidak mampuan itulah dialami salah satu keluarga
yang masuk dalam daftar sangat miskin, yang berada
posisi rumahnya tidak jauh dari lereng gunung, memilki
tingkat pengetahuan dan kemampuan yang sangat
terbatas. Keluarga tersebut membutuhkan bantuan dari
sejumlah pihak baik Pemerintah, LSM, Swasta dan
lingkungan tetangganya.
Upaya yang dilakukan pemerintah pusat melalui
daerah untuk terus mengupayakan pemberantasan
kemiskinan di setiap pelosok Desa, pada tahun 2015
Kementrian Desa tertinggal mengucurkan dana yang
sangat besar dalam pembangunan Desa baik
pembangunan secara fisik maupun nonfisik bagi
masyarakat. Hal ini disambut baik oleh masyarakat dan
100
pemerintah Desa, sejumlah program yang diluncurkan oleh
pusat melalui Kabupaten khusunya di Kabupaten
Jeneponto diharapkan tepat pada sasaran sesuai
kebutuhan masrakat miskin di pedesaan.
b) Peningkatan sikap/nilai
RT miskin di pedesaan biasanya sering dijumpai
kental dengan suatu budaya, adat dan serta gotong royong
yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Desa, sikap
atau nilai yang tercantum pada budaya dan adat pada
masyarakat, dalam masyarakat tradisional masih sering
melakukan ritual dalam acara tertentu seperti acara
perkawinan, kematian maupun acara yang lainnya.
Sikap ke gotong royong yang di lakukan masyarakat
desa, merupakan suatu nilai saling membantu antara satu
dengan yang lainnya misalkan pembangunan dan
pembongkaran rumah, dimana dikalangan masyarakat
pedesaan melakukan secara formal dengan memanggil
setiap warga agar turut hadir dalam pembongkaran atau
pembangunan rumah.
Sikap ini menunjukkan kehadiran warga dalam
berpartisipasi pembongkaran dan pembangunan rumah
sebagai wujud interaksi diantara mereka, masih terjalin
sifat kekeluargaan dan menunjukkan pada sisi penilaian. Di
101
Desa Kapita tepatnya di Kecamatan Bangkala, Kabupaten
Jeneponto dalam aspek budaya dan adat, sebagai wujud
sikap pada masyarakat Desa dalam pola gotong royong
(kerja sama) antara warga seperti pembogkaran atau
pendirian rumah, pembangunan mesjid, saling membantu
dalam penggarapan lahan pertanian atau sudah panen dan
lainnya.
Namun, di sisi lain bukan berarti tidak menemukan hal
yang bertentangan dengan nilai pada masyarakat, nilai
yang bertentangan tersebut merupakan kebiasaan lama
pada masyarakat, misalnya sebagian masih adanya
sejumlah atau kelompok yang melakukan acara meminum-
minuman keras yang khas seperti minuman ballo atau tua
(miras). Aktifitas ini seringkali kita temukan setiap hari.
Sejumlah kelompok masyarakat melakukan aktifitas
tersebut baik dikolom rumah atau pun di balai-balai yang
mereka buat di lahan perkebunan maupun di acara pesta.
Dari hasil Wawancara salah satu tokoh masyarakat Pak Arsyad mengatakan, dengan kebiasaan mayarakat melakukan kegiatan minum-minuman seperti itu karna menganggap untuk menghilangkan rasa lelah dari habis melakukan aktifitas di kebun maupun sawah (04 Nov 2015).
Berkaitan dengan aktifitas masyarakat yang di
jelaskan di atas, maka rumah tangga miskin merupakan
102
bagian yang sangat penting dalam aktifitas lingkungan
dalam meningkatkan ekonomi keluarga, segala informasi
yang perlu dibutuhkan pada tingkat kemampuan dalam
mengelolah sumber yang ada pada pertanian maupun
yang lainnya. Aktifitas negatif pulalah yang sering muncul
pada masyarakat keluarga ekonomi kebawah seperti yang
di jelaskan di atas mengenai sejumlah kelompok yang
menjadikan kebiasaannya untuk menghabiskan waktunya
mabuk-mabukan.
Seperti halnya Daeng Tompo dari hasil wawancara yang merupakan keluarga ekonomi kebawah, mengatakan bahwa aktifitas yang dilakukan seperti minum-minuman ballo (miras) sudah menjadi kebiasaan mereka yang hampir setiap hari dilakukan karna menggap mereka sudah ketagihan dengan minuman (08 Nov 2015).
Meskipun sudah menjadi kebiasaan merekaada juga
yang untungkan yaitu orang yang memproduksi ballo
(miras) hingga di jual dengan harga antara Rp 10.000-Rp
15.000/cergen yang berisi 5 liter/cergen. Selain itu juga
produksi minuman keras ini tidak selamanya menjadi
minuman keras, tetapi bisa di produksi menjadi gula merah
yang biasa dilakukan oleh sebahagian RT untuk di jual
kepasar.
Berkaitannya antara sikap/nilai masyarakat dengan
segala aktifitasnya tergantung pada pola prilakunya
103
terhadap lingkungannya, sehingga dibutuhkan
pemberdayaan untuk dapat mengembangkan segala
kemampuan seperti, pengetahuan, sikap, dan keterampilan
pada RT miskin.
Dari program yang ada Desa Kapita, ditemukan
beberapa program pengembangan yang sudah terlaksana
di tahun 2011-2014 seperti bantuan, pelatihan, dan
pendampingan pada masyarakar/RT, yang dilakukan
pemerintah dan organisasi kepemudaan di Desa Kapita.
c) Peningkatan keterampilan
Dalam rangka peningkatan keterampilan
masyarakat/RT, dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Contoh dengan mengadakan pelatihan atau mengikutkan
masyarakat/RT pada pelatihan-pelatihan yang dapat
mengembangkan kemampuan, seperti menjahit, membuat
asesoris, membut kue dll. Mengajak masyarakat
mengunjungi kegiatan di tempat lain supaya dapat melihat
sekaligus belajar.
Program pemberdayaan dari pemerintah untuk dapat
mengembangkan kemampuan RT, seperti ditahun 2011
sampai 2014 ada yang mendapatkan bantuan berupa
ternak kambing, teraktor dan perbengkelan. Pada tahun
104
2015 Desa Kapita tidak mendapatkan bantuan khusunya
perbengkelan, dari hasil data di BPM-PD.
Peningkatan keterampilan pada masyarakat/RT di
pedesaan sangatlah di perlukan dalam meningkatkan
ekonomi RT. Karna di pedesaan khususnya Desa Kapita
dapat memahami keterampilan dalam membuat usaha RT
biasa dilakukannya, tetapi harus berhenti karna
kekurangan biaya atau modal usaha. Pemerintah dalam
hal ini dapat membantu pendanaan atau dalam betuk
pemberdayaan.
Seperti wawancara yang dilakukan atas nama Daeng Gassing mengatakan pihaknya sangat terbantu dengan adanya bantuan dari pihak pemerintah, karna dengan adanya perbengkelan ini keluarga dapat membantu urusan atau keperluan di dapur seperti ikan dalam sehari dan berharap dapat bantuan lagi (08 Nov 2015). yang memiliki perbengkelan dari hasil bantuan pemerintah sehingga dapat membantu kebutuhan keluarga sehari-hari meskipun belum terlalu besar usaha tersebut.
Dan ada juga sebagai tukang kayu pembuat lemari
maupun yang lainnya yang sampai sekarang ini belum dapat bantuan sama sekali dari pihak pemerintah sehingga usaha tersebut yang dilakukan masih dalam keadaan bisa saja dari hasil wawancara atas nama Daeng Ngeran mengatakan, pihaknya seolah ada yang dibedakan oleh pemerintah desa dengan keluarga kami karna dalam pemilihan kepala desa sebelumnya pihak kami tidak member dukungan sehingga kami juga tak mengharapkan banyak dari bantuan itu meskipun kondisi terhenti diakibatkan biaya modal belanja kayu yang belum ada (08 Nov 2015).
105
Bukti menunjukkan begitu pentingnya pengembangan
yang dilakukan untuk masyarakat di Desa Kapita, karna
dapat membantu memenuhi kebutuhan RT. Dari
pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah terkadang
mengalami salah arah atau kurang tepat bagi yang berhak
menerimanya, di akibatkan adanya manipulasi data di
tingkatan desa dalam sensus penduduk sehingga bantuan
pemberdayaan tidak tepat sasaran. Di lapangan ada yang
memperoleh bantuan dua kali, seperti mendapatkan
bantuan perbengkelan juga mendapatkan bantuan ternak
berupa kambing. Hal ini menimbulkan kesenjangan pada
masyarakat miskin, karena penentuan pada bantuan
pemberdayaan yang tidak sebagai mana mestinya.
4. Pengembangan RT Petani Miskin
Dari hasil penelususuran mengenai pengembangan pada
rumah tangga petani miskin di Desa Kapita, melalui aktifitas
masyarakat dalam mengembangkan usaha tani seperti teraktor,
peternakan maupun pengembangan usaha keterampilan
masyarakat, seperti perbengkelan dan pertukangan yang ada.
Maka untuk lebih jelas melihat tingkat keberhasilan pada rumah
tangga petani miskin dalam segala aktifitas dapat dilihat tabel
dibawah ini
106
Tabel 6: Hasil pengembangan pada rumah tangga petani miskin melalui usaha tani dan ternak
Pengembangan Traktor Ternak (kambing)
Peningkatan pengetahuan
Mejalankan traktor Proses penggarapan
sawah dan kebun yang berbeda
lebih cepat dibanding tenaga kerbau atau kuda
Pengelolaan ternak yang baik
Pemanfaatan hasil pertanian (pakan ternak)
Kambing betina tidak untuk di jual,tapi di jadikan penambahan ternak
Peningkatan sikap/nilai
Saling membantu dalam kelompok traktor
Membantu RT di luar dari kelompok tani
Tidak adanya hak milik dalam kelompok
Memperbanyak bibit unggul
Pembukaan lahan ternak
Pengawasan ternak setiap saat
Peningkatan keterampilan
Dapat menggarap lahan pertanian dengan 2 kali
Penentuan bibit yang terampil dan lebih cepat panen
Memudahkan pembuatan aliran air bagi perkebunan
Terampil dalam memilih bibit ternak unggul
Penanaman pohon/kayu jati, sebagai pemanfaatan pakan ternak
Dalam penjualan pada hari tertentu (musim qurban)
Tabel 6, menunjukkan peningkatan akan keberhasilan pada
rumah tangga petani miskin di Desa Kapita, melalui usaha tani dan
ternak yang dapat membantu kebutuhan RT. Hasil yang dicapai
tidak lepas dari usaha sebagai aktifitas yang dilakukan setiap hari
dalam pengembangan alat traktor melalui peningkatan
pengetahuan yang sebelumnya tidak di miliki oleh RT.
RT dalam penggunaan alat pertanian, dapat mengetahui dan
mengfungsikan alat sebagai upaya untuk membantu proses
penggarapan lahan pertanian baik sawah maupun kebun. Dimana
107
pada awalnya RT melakukan aktifitas pertanian dengan cara
tradisional, dalam penggarapannya melalui ternak seperti kerbau
dan kuda yang merupakan proses yang lambat bagi petani.
Peningkatan pada sikap/nilai pada masyarakat rumah
tangga dalam penggunaan alat traktor yang saling membantu di
dalam kelompok tani, proses kerja sama yang dilakukan oleh
kelompok, dibicarakan untuk penggrapan lahan pertanian. Dimana
kelompok, menyadari akan adanya alat sebagai bantuan dari
pemerintah sehingga tidak ada hak kepemilikan perorangan tetapi
yang ada kepemilikan secara kelompok untuk tujuan penggarapan
lahan pertanian.
Keberadaan bantuan teraktor dapat meninngkatkan
keterampilan dengan bergabai hal seperti penggarapan lahan 2 kali
dilakukan oleh rumah tangga, sehingga dapat berkaitan pada bibit
yang ditanam dan lebih cepat menghasilkan (panen) msekipun
dengan curah hujan yang rendah. Keberadaan alat tersebut
meringankan dan memudahkan aktifitas rumah tangga termasuk
pembuatan aliran air khususnya perkebunan.
Peternakan kambing yang ada di Desa Kapita, dalam hasil
pengembangan yang dilakukan oleh RT. Seperti peningkatan pada
pengetahuan, dalam pengelolaan ternak bagi rumah tangga petani
miskin tidaklah terlalu sulit dalam mengurus, baik pada pengadaan
kandang, kebersihan, luas kandang pemberian pakan di dalam
108
kandang maupun diluar kandang, sudah dapat diketahui setiap
rumah tangga miskin selama mengambil pekerjaan berternak.
Musim hujan dimana pakan ternak melimpah dan tidak
terlalu menyulitkan bagi rumah tangga untuk mencari pakan,
karena bisa didapatkan disekitar lingkungan, berbeda dimusim
kemarau para peternak hanya dapat memanfaatkan hasil pertanian
seperti jagung, kacang-kacangan maupun yang lainnya untuk
dijadikan sebagai pakan ternak dengan waktu yang terbatas dari
hasil pertanian.
Keberhasilan dan Pengetahuan yang sudah dimiliki rumah
tangga akan berternak, dapat mempengaruhi penambahan ternak
dengan tidak menjual betina yang sudah dihasilkan. Sehingga
dapat memperbanyak dan memajukan usaha ternak. Dalam
peningkatan sikap/nilai rumah tangga sebagai aktifitas berternak
dapat diketahui dengan penambahan ternak bagi rumah tangga
miskin di Desa Kapita, dari hasil penelusuran RT miskin terus
melakukan upaya penambahan ternak, seperti di jelaskan
sebelumnya bahwa kambing betina tidak dapat di jual dengan
alasan upaya penambahan, sehingga yang terhitung ternak yang
dimiliki oleh rumah tangga antara 3-4 kambing.
Sikap yang dimiliki RT apabila usaha ternak dapat berjalan
baik dan maju maka rencana kedepan akan membuka lahan untuk
109
pakan ternak sehingga dapat menghasilkan 2 pendapatan yaitu
pertanian dan peternakan. upaya pengawasanpun semakin muda
dilakukan dalam berternak, dimana selama ini tingkat pengawasan
akan termak masih kurang dilakukan. Sedangkan peningkatan
akan keterampilan pada RT miskin pada peternakan tentunya dapat
dilihat dari pemilihan bibit unggul yang bebas dari segala penyakit,
ukuran ternak dan yang terpenting 1 ternak dapat menghasilkan
minimal 2 dalam setahun.
Musim kemarau tentu akan sulit memperoleh banyak pakan
sebagai kebutuhan ternak sehingga sebagain RT melakukan
penanaman pohon seperti jati maupun yang lainnya, yang dapat
dijadikan alternative sebagai pakan ternak. Hal lainpun dilakukan
oleh RT dalam menjual sebagian ternak mereka dengan hari-hari
tertentu, seperti hari raya idul adha (Qurban), dengan alasan bahwa
hari tersebut sebagai hari penggunaan/kebutuhan masyarakat akan
melakukan hari raya qurban dan harga ternak pun tidak terlalu
murah tetapi cukup membantu.
Dari hasil pengembangan pada pertanian dan peternakan
diatas menunjukkan keberhasilan pada rumah tangga petani miskin
di Desa Kapita, sedangakan penjelasan berikutnya mengungkap
aktifitas pada pengembangan rumah tangga miskin melalui usaha
perbengkelan dan pertukangan yang dapat dilihat pada tabel
dibwah ini.
110
Tabel 7: Hasil pengembangan pada rumah tangga miskin melalui usaha perbengkelan dan pertukangan
Pengembangan
Perbengkelan
Pertukangan
Peningkatan pengetahuan
Pres ban, bongkar pasang alat kendaraan roda 2
Pembelian alat kendaraan roda 2
Memperbaiki
Menjadi buruh pembuat meja,kursi,lemari,pintu jendela rumah dll
Harga pemesanan rumah tangga
Usaha sendiri (mandiri)
Peningkatan sikap/nilai
Semangat kerja dan sabar
Disiplin waktu dalam kerja
Menjaga hubungan pada masyarakat
Disiplin waktu dalam bekerja
Kualitas hasil kerja Pemanfaatan bibit
pohon dari pemerintah
Peningkatan keterampilan
Proses penjualan alat kendaraan
Pemanfaatan barang bekas roda 2
Melibatkan anggota keluarga
Penentuan kualitas kayu
Penentuan harga Penanaman pohon jati,
mahoni dll
Tabel 7, menggambarkan hasil pada pengembangan rumah
tangga miskin di Desa Kapita. Pengembangan dapat diperhatikan
dari sejumlah peningkatan yang ada dalam aktifitas usaha RT, yang
dilakukan seperti perbengkelan dan pertukangan.
Dari peningkatan pengetahuan pada usaha perbengkelan,
dimana sebelumnya pihak RT hanya dapat mengetahui sebagian
kecil bidang perbengkelan seperti pres ban dan pompa angin, tapi
upaya yang terus dilakukan maka RT tersebut dapat mengetahui
yang sebelumnya hanya dapat mengetahui 1 atau 2 bidang saja.
Dari kebiasan aktifitas RT miskin dapat mempengaruhi peningkatan
111
pengetahuan di perbengkelan seperti pengetahuan jual beli alat
kendaraan pada roda 2.
Pengetahun pada RT dalam meningkatkan kualiats kerja
yang awalnya hanya mengetahui urusan ban, oli, bagian luar roda
2 kini sudah dapat memperbaiki kendaraan yang sudah rusak.
Untuk meningkatkan usaha tersebut, maka RT miskin semangat
dan sabar dalam melakukan usaha. Untuk meningkatkan usaha
perbengkelan menurut RT miskin maka tetap disiplin dalam bekerja
terutama pada disipin waktu dan keuangan yang di dapatkan
melalui usaha tersebut, agar dapat terjaga dan mengalami
peningkatan.
Peningkatan sikap/nilai dimana RT miskin sebagai pelaku
usaha tetap menjaga hubungannya dengan masyarakat, agar
dapat diberikan kepercayaan pada masyarakat mengenai usaha
perbengkelan yang dilakukan. Sedangkan peningkatan pada
keterampilan yang mencakup pada usaha tersebut, dapat
diperhatiakan pada aktifitas RT mengenai proses penjualan alat
roda 2 yang dapat menguntungkan pada RT dan ditambah lagi
dengan pemanfaatan barang bekas kendaraan roda 2 yang dapat
dijual kembali, seperti penjualan ban bekas dalam dan luar yang
dapat menambah pemasukan. Dari usaha tersebut memberikan
kemampuan sehingga sebagian anggota keluarga yang laki-laki
112
dapat dilibatkan dalam kegiatan usaha dan menghasilakan
pembagian kerja yang dapat menambah ekonomi RT.
Untuk usaha pertukangan dalam pengembangan RT.
peningkatan pengetahuan melalui pengalaman kerja menjadi buruh
pembuat kursi, lemari, meja maupun pintu dan jendela rumah.
Berangkat dari pengalaman itulah RT miskin dapat mengasa tingkat
kemampuan pengetahuan, akan membuat meja, kursi dan yang
lainnya. Sekaligus mengetahui akan harga dari hasil buatannya
untuk dapat dijual baik untuk pemesan dari rumah tangga, instansi
maupun pihak tokoh.
Usaha dapat dilakukan sendiri dikolom atau pekarangan
rumah, sebagai tempat usaha pertukangan dalam membuat segala
permintaan. Kemandirian ini di tempuh oleh RT dengan
memanfaatka segala sumber pada lingkungannya, ketimbang tetap
menjadi buruh pembuat. Disiplin waktu dan kualitas hasil kerja
dapat memberikan kepercayaan pada masyarakat pada usaha RT ,
seperti halnya dalam disiplin waktu diman pada waktu yang
ditentukan oleh pemesan harus di tepati, sekaligus didukung
kualitas yang baik.
Sebahagian dari usaha ini dapat memanfaatkan hasil
pemberian bibit dari pemerintah sebagai program dan upaya
memenuhi kebutuhan usaha. Dari setiap masyarakat yang
memesan baik meja, pintu maupun yang lainnya dapat deberikan
113
pilihan mengenai kualitas kayu karna semakin bagus kayu yang
dipilih semakin tinggi pula harga yang diberikan pada masyarakat
yang memesan. Meskipun terdapat banyak jenis kayu, di Desa
Kapita seperti jati, mahoni dan yang lainnya merupakan wujud
kesadaran masyarakat dalam menanam pohon sebagai manfaat
akan datang.
5. Model Pengembangan
Model pengembangan RT petani miskin di Desa Kapita,
Kabupaten Jeneponto tanggung jawab pemerintah daerah dalam
mengurangi tingkat kemiskinan khususnya di Desa Kapita.
Sehingga upaya itu dilakukan melalui program pengembangan baik
berupa bantuan barang, dana, raskin maupun dalam bentuk
pelatihan dan pendampingan maupun yang dapat menjadi solusi
bagi RT miskin.
Model pengembangan yang perlu dilakukan dalam
meningkatkan ekonomi pada rumah tangga miskin mencakup 3
aspek yaitu adanya berupa bantuan, pelatihan dan pendampingan.
Hal ini bertujuan untuk membantu masyarakat miskin khususnya
pada rumah tangga di Desa Kapita.
114
Gambar 3: Model Pengembangan RT miskin di Kabupaten Jeneponto.
Bantuan adalah suatu pemberian yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok maupun instansi/lembaga terhadap yang
membutuhkan pertolongan baik secara fisik, finansial (dana) atau
berupa pengetahuan dalam upaya memandirikan. Pelatihan adalah
proses yang dilakukan seseorang dalam meningkatkan
kemampuan agar dapat mencapai suatu tujuan. Sedangkan
Pendampingan adalah suatu proses pembinaan terhadap anggota
kelompok atau masyarakat sehingga tercapai suatu perubahan.
1. Bantuan yang dimaksudkan yaitu berupa raskin, dana, traktor dan
alat perbengkelan. Bantuan yang di berikan pada RT miskin dalam
upaya membantu RT yang ada di sejumlah Kecamatan di
Kabupaten Jeneponto. Dalam pemberian tentunya, ada
mekanisme/aturan yang dilakukan oleh pihak pemerintah misalnya
bantuan perbengkelan, bantuan ini dapat diberikan masyarakat
Pelatihan Proses Pengembangan
RT miskin
Pendampingan
RT miskin
Masyarakat
Bantuan
115
apabila sudah ada sebelumnya usaha perbengkelan yang di
gelutinya, sehingga pemerintah dalam hal pemberian bantuan,
sebagai upaya penambahan usaha yang dimiliki masyarakat.
Proses pengembangan terus dilakukan oleh Dinas/SKPD
yang terkait ditahun 2014 ada 10 Kecamatan yang mendapatkan
bantuan dengan 23 Desa/kelurahan, namun pada tahun 2015
mengalami penurunan menjadi 6 Kecamatan dengan 11
Desa/kelurahan. Dalam program ini dimana masyarakat di sejumlah
Desa lebih banyak mengusulkan pertukangan seperti tahun 2014
sebanyak 10 orang sedangkan perbengkelan 9 orang di tahun
berikutnya 2015 yang terjadi penurunan hanya program
perbengkelan yang ada.
2. Dalam pengembangan pada RT miskin di Desa Kapita, Pemerintah
terus melakukan upaya pelatihan di sejumlah Desa di Kabupaten
Jeneponto, pelatihan yang sering dilakukan oleh pemerintah
maupun LSM yaitu Pelatihan kewirausahaan, menjahit, mengatur
keuangan dan keterampilan. Hasil dari pelatihan ini sebagai upaya
mengurangi tingkat kemiskinan di sejumlah pedesaan.
Dari hasil penelusuran seperti di Desa Kapita sering
ditemukan sejumlah penjual di pinggir jalan, dari hasil pertanian
seperti ubi, jagung rebus, dan usaha-usaha lainnya. Akifitas
masyarakat sebagian hasil dari pelatihan yang dilakukan oleh
116
sejumlah pihak termasuk pemerintah dan LSM dapat di terapkan
dilingkungan pedesaan.
3. Pendampingan dalam pengembangan masyarakat yang dilakukan
yang dilakukan pemerintah, seperti dalam bantuan ternak,
pertukangan dan perbengkelan sering dilakukan pemantauan
mengenai perkembangan usaha RT. Dari hasil diskusi oleh
pegawai BPM-PD di, menyampaikan bahwa di dalam pemantauan
dapat dilakukan 2 kali setahun untuk mengetahui tingkat
keberhasilan masyarakat, dalam usaha sekaligus menjadi laporan
setiap tahunnya baik dalam penganggaran, proses pemantauannya
sampai pada kemandirian pada masyarakat dalam hal ini RT yang
memperoleh bantuan.
4. Proses pengembangan RT miskin, Dari proses pengembangan
RT miskin, sebahagian besar mengalami perubahan, seperti akan
pengetahuan, sikap dan keterampilan, inilah ditunjukkan dengan
cara usaha yang dilakukan oleh RT. Halnya dengan pemberian
bantuan dari pihak pemerintah seperti traktor, ternak, perbengkelan
dan pertukangan.
a. Dalam pengembangan RT miskin yang mengelola atau
memanfaatkan alat pertanian seperti traktor, dimana
proses sebelumnya rumah tangga mengalami kesulitan
dalam menggarap lahan yang mereka miliki, dikarenakan
masih bersifat penggarapan secara tradisional yang di
117
bantu tenaga kuda di anggap tidak mengeluarkan banyak
biaya.
Keberadaan alat teraktor sudah ada namun bersifat
pribadi, sehingga RT miskin harus menyewa dengan
cukup mahal dalam penggarapan lahan, dengan adanya
bantuan berupa traktor dari pemerintah dinas pertanian
terhadap kelompok tani, di dalamnya ada sebahagian RT
miskin cukup membantu dalam proses penggarapan.
Hanya dengan bermodal kecil yaitu cukup membeli
bahan bakar sesuai dengan kebutuhan lahan. Dialami RT
miskin dalam mendapat bantuan cukup memberikan
tambahan pengetahuan seperti dimana, sebelumnya
hanya mengetahuai mencangkul sekarang dapat
menjalankan teraktor, dimana sebelumnya hanya
mengerjakan lahan sendiri-sendiri kini saling bekerja
sama melalui kelompok tani, dan dulunya hanya
memikirkan masalah yang dihadapi petani kini dapat
berinteraksi untuk menemukan solusi dari masalah,
seperti upaya penggarapan 2 kali, penentuan bibit yang
berkualitas dan hal yang terpenting aliran air.
b. Begitu halnya dengan pemberdayaan bantuan ternak di
Desa Kapita, dalam pengembangannya RT miskin yang
memperoleh bantuan. Tentu akan dapat menambah
118
aktifitas keluarga, dimana sebelumnya hanya beraktifitas
petani kini juga dapat beraktifitas sebagai peternak.
Di dalam pengembangan yang dilakukan oleh RT
miskin dapat memperoleh pengetahuan baru misalnya,
dengan adanya ternak seperti kambing maka,
pemanfaatan hasil pertanian seperti batang jagung,
kacang-kacangan maupun yang lainnya dapat
memanfaatkan untuk pakan ternak. Begitu juga dalam
pemeliharaan kandang yang dulunya RT miskin belum
mampu memahami bagaimana perawatan ternak di
dalam kandang sehingga dengan adanya bantuan ini RT
miskin cukup lihai dalam mengelola ternak dengan baik.
Dari proses penjualan ternak, sebahagian hasilnya di
pakai dalam membantu kebutuhan rumah tangga, ada
juga membeli kembali ternak dengan alasan
memperbanyak bibit ternak yang unggul. Dari langka ke
dua yang di ambil oleh RT dapat di simpulkan mengenai
cara berpikir yang maju dalam mengembangkan ekonomi
dengan memperbanyak atau mengembangkan usaha
ternak.
c. Pada proses pengembangan RT miskin di
perbengkelan, dipahami dari aktifitas yang dilakukan.
Kepadatan penduduk dan banyaknya alat transportasi
119
baik roda 2 maupun roda 4 dapat di manfaatkan oleh
sebahagian masyarakat, yang memperoleh bantuan alat
perbengkelan dari pemerintah.
Bantuan perbengkelan juga akan menambah aktifitas,
dimana sebelumnya hanya beraktifitas sebagai petani
dan tukan ojek, kini dapat bertambah dengan adanya
aktifitas usaha bengkel. Hal ini di buktikan kemampuan
RT dalam menjalankan usaha perbengkelan yang di
manfaatkan di lokasi sekitar rumahnya, usaha
perbengkelan dapat memberikan manfaat dan cukup
membantu.
Manfaat yang di dapatkan oleh RT, yang memperoleh
bantuan perbengkelan dengan bertambahnya
pengetahuan yang dimiliki, dalam memperbaiki sejumlah
kendaraan roda dua, baik yang rusak ringan maupun
rusak berat.
d. Dalam proses pengembangan di pertukangan, RT dapat
memanfaatkan salah satu usaha kayu di luar dari Desa
Kapita, hal inilah yang dilakukan salah satu RT yang
dahulunya menjadi tukang pembuat lemari, kursi, meja,
jendela sebagai buruh, selain memperoleh gaji/upah juga
mengasa dan meningkatkan kemampuan. Dari segala
kemampuan yang dimiliki dapat juga membedakan jenis
120
kayu yang berkualitas untuk dapat di gunakan atau di
buat menjadi lemari, kursi ataupun yang lainnya.
5. RT/Masyarakat. RT miskin selalu dikaitkan dengan segala
keterbatasan, tak bercukupan. Di Desa Kapita RT miskin
mempunyai berbagai kemampuan yang mereka miliki khususnya
kemampuan secara fisik, kekeluargaan dan yang paling penting
kemampuan akan pengetahuan yang mereka miliki.
Kemampuan itulah program pemberdayaan yang dilakukan
oleh pemerintah dalam mengembangkan ekonomi RT , dapat
mengalami perubahan sehingga pada masyarakat di Desa Kapita,
menyambut baik dengan adanya sejumlah program pemberdayaan
pada masyarakat. Hal yang paling penting dalam pengembangan
pada RT miskin, dimana dikaitkan pada kemampuan individu yaitu
peningkatan akan pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan.
Terlihat hasil dari sejumlah perubahan yang dilakukan khsusnya
yang memperoleh sejumlah pemberdayaan dari pemerintah seperti
pengadaan teraktor, ternak dan perbengkelan.
Dengan adanya bantuan, masyarakat khususnya pada RT
mengalami perubahan seperti yang telah mendapatkan bantuan
teraktor. Tentunya dapat mengembangkan usaha tani yang
sebelumnya hanya menggarap 1 kali hasil panen, kini dapat 2 kali
dalam permusim. Selain dari itu juga pengembangan yang di
dapatkan oleh RT, sebelumnya hanya mengetahui mencangkul kini
121
dapat menjalankan teraktor dan saling berinteraksi sesama
kelompok tani dari segala hal permasalahan yang dihadapi oleh
petani.
Peningkatan pengetahuan di Desa Kapita, dengan
berbagai program pemberdayaan yang masuk di desa tersebut
memberikan aura positif bagi pengembangan RT, dimana
diantarannya terlihat dalam proses perubahan yang dihadapi oleh
RT seperti halnya RT yang dulunya hanya mengetahui mencangkul
secara tradisional kini dapat menjalankan teraktor dan juga dapat
menambah aktifitas keluarga baik secara bertani maupun yang
lainnya. Sama halnya dengan pemberian bantuan ternak, dengan
adanya bantuan tersebut dapat memahami bagaimana pengelolaan
ternak yang baik, bagaimana menghasilkan pakan di musim
kemarau dan bagaimana proses jual beli yang dapat
menguntunkan, inilah sebagian RT dapat memahami proses
pengembangan melalui bantuan ternak. Sedangkan perbengkelan
dan pertukangan, dapat mengalami perubahan khususnya pada
tingkat pengetahuan yang mereka miliki, begitu juga halnya dengan
pertukangan dalam proses pengembangan yang dilakukan, dapat
merubah tingkat pendapatan dengan usaha mandiri yang
dilakukannya.
Pada peningkatan sikap/nilai, pada RT di Desa Kapita
mengalami perubahan di lingkungan masyarakat seperti saling
122
membantu baik dalam kelompok tani maupun yang lainnya,
sehingga dapat menyadari akan pentingnya saling membantu
dilingkungan sekitar dan dapat bertukar pikiran dalam persoalan
yang di hadapi sesama petani.
RT yang memiliki peternakan dapat melakukan pengawasan
agar tak merusak tanaman petani dan ada juga yang
membukakkan lahan untuk ternak mereka, biasanya RT yang
memiliki sekitar 4-5 ternak memanfaatkan sebagian kebun untuk
memberi pakan ternak.
Pada perbengkelan dapat diamati dari peningkatan sikap
yang di milik oleh RT, dalam aktifitas di perbengkelan seperti
semangat kerja yang sebelumnya bermalas-malasan kini
bersemangat untuk kerja dalam memahami tanggung jawab
sebagai keluarga, disiplin dan menjaga hubungan baik terhadap
masyarakat selalu dilakukan oleh RT. Sedangkan pertukangan,
dalam membuat meja, kursi dll dapat menjamin kualitas kerja yang
dihasilkan sehingga dapat memuaskan bagi para pemesan
terhadap RT yang berprofesi sebagai pertukangan.
Peningkatan keterampilan pada RT miskin di Desa Kapita,
terlihat dari beberapa RT dalam segala aktifitas yang dilakukan
dalam lingkungannya, seperti pada pemberian bantuan yang
mereka dapatkan, dimanfaatkan untuk mengembangkan ekonomi
keluarga, teraktor sebagai alat pertanian dapat di fungsikan
123
sebagai penggarapan lahan sekaligus dapat memberikan
keuntungan bagi RT apabila diluar dari kelompok dapat disewakan
kepada orang lain.
Lain halnya dengan berupa bantuan ternak dapat dilihat dari
aktifitas RT, dalam terampil mengelolah ternak yang baik dengan
memilih beberapa bibit induk, untuk di jadikan induk dan proses
penjualan pun RT dapat memahami harga jual ternak. Nilai yang di
hasilkan dari proses penjualan tidak terlalu murah, proses
pemeliharaan ternak masyarakat dapat memanfaatkan lahan
dengan menanam pohon jati sebagai pakan ternak.
Pengembangan pada perbengkelan dalam peningkatan
keterampilan terlihat pada proses penjualan alat kendaraan yang
dapat menguntunkan, juga dapa memanfaatkan barang bekas roda
dua yang tidak terpakai oleh pemilik kendaraan. Seperti ban dalam
dan alat-alat lainnya, dan aktifitas ini juga dapat melibatkan
anggota keluarga untuk membantu usaha perbengkelan.
Pada pertukangan dapat terlihat dengan jual beli seperti
meja, kursi dll. Upaya itu juga dapat membantu mengembangkan
ekonomi keluarga dengan adanya usaha mandiri yang mereka
lakukan dirumahnya sebagai tempat usaha. Pemanfaatan
lingkungan pun dilakukan oleh usaha pertukangan dengan
124
penanaman pohon dan pembelian pohon yang ada disekitar
lingkungan Desa Kapita.
125
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan seluruh uraian sebelumnya dapat di simpulkan bahwa:
1. Pengembangan RT petani miskin di Kabupaten Jeneponto,
dilakukan oleh pemerintah melalui sejumlah SKPD yang terkait dan
juga dilakukan oleh LSM. Kegiatan RT miskin tersebut di tujukan
untuk peningkatan pengetahuan, peningkatan sikap, peningkatan
keterampilan yang dikembangkan melalui kegiatan usaha tani dan
ternak, bantuan teraktor sebagai kegiatan yang berkaitan langsung
dengan pertanian. Selanjutnya kegiatan perbengkelan dan
pertukangan sebagai kegiatan pendukung.
2. Pengetahuan yang dikembangkan pada RT petani miskin tersebut
berupa; tahu mengelolah usaha tani dan ternak yang baik, tahu
menjalankan teraktor dan tahu memanfaatkan pertanian. Pada
peningkatan sikap berupa pengembangan kesadaran saling
membantu untuk kepentingan bersama, kesadaran untuk
menggunakan mesin ketimbang menggunakan hewan,
menumbuhkan semangat kerja, disiplin dan menjaga hubungan
yang baik. Sedangkan peningkatan keterampilan seperti tahu
memperbaiki kendaraan dan tahu membuat membuat lemari atau
kursi.
3. Model pengembangan RT petani miskin berfokus pada
pemanfaatan bantuan, pelatihan, dan pendampingan yang
126
dilakukan untuk proses pengembangan rumah tangga petani miskin
sehingga menjadi lebih baik, berdaya, dan mandiri.
B. Saran
Adapun yang menjadi saran:
1. RT miskin dapat memanfaatkan segala sumber yang ada pada
lingkungan pertanian dan lingkungan sekitarnya. RT miskin harus
dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
dilakukan oleh pemerintah melalui pemberdayaan yang dapat
mengembangkan RT miskin seperti adanya bantuan, pelatihan dan
pendampingan
2. Program pemberdayaan ini, sekiranya terus dapat dilakukan oleh
pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten
Jeneponto khususnya di Desa Kapita, dengan cara pengembangan
pada RT miskin melalui bantuan, pelatihan dan pendampingan agar
berdaya dan mandiri.
3. Program pemberdayaan harus tepat sasaran yaitu RT petani
miskin, yang dapat diketahui melalui hasil pendataan yang
dilakukan oleh berbagai instansi dan pemerintah setempat.
127
DAFTAR PUSTAKA
Ackoff, Et All, 1962. Scientific Method. Wiley, New York.
Almasdi S. (2012). Model Pengembangan Daerah Tertinggal dalam Upaya
Percepatan Pembangunan Ekonomi Pedesaan di
Kabupaten Meranti Prov. Riau. Lembaga Penelitian
Universitas Riau.
Arif Budimanta dan Bambang Rudito, Metode dan Teknik Pengelolaan
Community Development, cet. Ke II (CSD, 2008) Jakarta
Burhanuddin R 2002. Pemberdayaan Petani Miskin di Kabupaten
Jeneponto, Sulawesi-Selatan.
Chambers, Robert, (1983). Rural Development, Putting the Last First,
Longman: London.
Combs, P.H dan Ahmed M (1984) Memerangi Kemiskinan di Pedesaan
melalui Non-Formal, Terjemahan (YIIS). CV. Rajawali
Jakarta..
Edi S, (2011) Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik. Alfa Beta ,
Bandung.
Handoko, R. and P. Patriadi. 2005. Evaluasi Subsidi Non BBM. Kajian
Ekonomi dan Keuangan.
Herni A. S, (2014).http://ekbis.sindonews.com/read/823762/34/pertambah
an-orang-miskin-sulsel-tertinggi
Hikmat, 2004. Strategi Pemberdayaan. Humaniora. Bandung.
Indra, M, (2014) Mengukur Kemiskinan dan Distribusi Pendapatan, Upp
Stim Ykpn.
Isbandi R.A (2012). Intervensi Komunitas dan Pengembangan
Masyarakat. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Karji .Y, Jurnal “Kemiskinan dan Konsep Teoritisnya” Internet. 22:31. 03
Juli 2015, Makassar.
Kartasasmita, 1993. Kebijaksanaan dan Strategi Pengentasan
Kemiskinan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas
Brawijaya. Malang.
127
128
Moeljarto, (1995). Politik Pembangunan, Sebuah Analisis Konsep,
Arah dan Strategi, PT. Tiara Wacana : Yogyakarta.
Moleong, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Mosher A.T, (catatan ke 4). Menggerakkan Kemiskinan dan Membangun
Pertanian, Penerbit. CV. Yasaguna, Jakarta.
Mubyarto, 1998. Pemberdayaa Ekonomi Rakyat; Laporan Tindak Program
IDT. Aditya Madia Yoyakarta.
Nyoman, S (2003). Pengaruh Kapasitas Rumah Tangga, Budaya
Pemberdayaan Terhadap Sikap Keberadaan Rumah
Tangga Miskin, Desertasi.
Scott, 1981. Moral Ekonomi Pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara.
Terjemahan, LP3ES. Jakarta.
Sharma, P.N, Y. Ohama, (2007) Participatory Local Development, An
Emerging Discipline, Bharat Book Centre. Delhi.
Soediyono 1985: Ekonomi Makro ; Analisis IS-LM dan Permintaan
Penawaran Agregat, Liberty.
Spencer & Amos, 1993. Ekonomi Kontemporer, Wort Publishers- New
York
Sumodiningrat, Gunawan, (1999). Pemberdayaan Masyarakat, Jaring
Pengaman Sosial, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
: Jakarta.
Suradisastra, K. (2008) Strategi Pemberdayaan Kelembagaan Petani,
Forum Penelitian Agroekonomi Vol 26 No 2, tanggal 2
Desember 2008.
Supriatna, 1997. Birokrasi pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan.
Humaniora Utama Press, Bandung.
Syafiuddin MS, (2010). Membangun Kemampuan Pembudidayaan
Rumput Laut Perairan, Kretakupa Print. Makassar
Handoko, T. hani 2001: 75. Manajemen Personalia dan Sumber Daya
Manusia, Edisi Kedua, BPEF. Yogyakarta
129
Walidrahmanto. Blogspot .com/2011/12/pemberdayaan-masyarakat.html.
Makassar
Wolf, 1983. Petani suatu Tinjauan Antropologis. Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial,
Jakarta.
Yukhasundaya, Muhardi (2011) Prilaku Rumah Tangga Miskin Miskin
Petani Tanaman Pangan di Jawa Barat: Analisis dan
Simulasi Vol. 1 Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Bandung.
Bank Dunia (Dalam kalji Y. 1990) “Poverty and Human
Development”Internet 22:24. 03 juli 2015, makassar.
Bps 2014. Data Kemiskinan Perkecamatan Kabupaten Jeneponto,
Binamu.
Media Kompas, (2012), Data Kemiskinan Sulawesi-Selatan Makassar,
Sulawesi-selatan.
Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 Pemerintah NKRI untuk Menguasai Seluruh
Kekayaan Alam Dipergunakan Sepenuhnya bagi
Kemakmuran Seluruh Rakyat Indonesia.
Prijono, Onny S. dan Pranarka A.M.W. (ed.). 1996. Pemberdayaan:
Konsep, Kebijakan dan Implementasi: Centre For
Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta.
130
130
INSTRUMEN
A. SKPD Terkait
1. Program apa yang dilakukan oleh instansi yang berkaitan dengan
masyarakat?
2. Pendekatan apa yang dilakukan oleh pihak instasi, apakah individu
atau kelompok?
3. Bentuk kegiatan apa yang dilakukan oleh instansi?
4. Jenis kegiatan dalam pemberdayaan seperti apa yang dilakukan ?
5. Apakah melibatkan masyarakat miskin secara kelompok atau
individu?
6. Dilaksanakan pada tahun dan bulan berapah?
7. Pendapat bapak,adakah yang berhasil dalam pemberdayaan?
8. Adakah di lokasi kecamatan bangkala untuk Desa Kapita. Apa
sajakah?
9. Apakah dilakukan oleh SKPD sendiri atau dilakukan oleh pihak
lain?
10. Bagaimana mekanisme atau proses pemberdayaannya?
B. RT Miskin
1. Bagaimana pemberdayaan/bantuan yang diberikan oleh
pemerintah?
2. Di gunakan kemanakah hasil pemberdayaan atau bantuan
tersebut?
3. Apakah membantu kebutuhan keluarga atau tidak?
131
4. Bagaimana anda memenuhi kebutuhan anda sehari-hari?
5. Bagaimana anda memanfaatkan peralatan rumah tangga, seperti
panci atau kulkas untuk memaak kemudian di jual?
6. Bagaimana anda mengelolah lahan pertanian anda?
7. Bagaimana sikap/nilai pada lingkungan anda?
8. Bagaimana pemanfaatan hasil pertanian anda?
9. Alat-alat apakah digunakan dalam menggarap lahan pertanian
anda?
10. Berapakah anggota keluarga yang menempuh pendidikan?
11. Berapakah anggota keluarga yang sudah bekerja?
12. Apakah membantu kebutuhan anda bagi anggota keluarga yang
sedang bekerja?
13. Bagaimankah dilingkungan anda, apakah ada yang bisa
membantu?
14. Selain dari kemampuan bertani, kemampuan apalagi yang anda
miliki maupun anggota keluarga anda?
15. Kedepannya apakah yang di harapkan oleh anggota keluarga anda