Tesis BK Revisi

57
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan pendidikan itu sendiri bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pembangunan di bidang pendidikan diarahkan kepada pengembangan sumberdaya manusia yang bermutu tinggi, guna memenuhi kebutuhan dan menghadapi tantangan kehidupan di masa depan. Melalui pendidikan, sumberdaya manusia yang bersifat potensi diaktualisasikan hingga optimal; dan seluruh aspek kepribadian dikembangkan secara terpadu. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah tidak hanya terpaku pada pencapaian aspek akademik, melainkan aspek 1

description

Research

Transcript of Tesis BK Revisi

Page 1: Tesis BK Revisi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa Pendidikan berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan pendidikan itu

sendiri bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Pembangunan di bidang pendidikan diarahkan kepada pengembangan sumberdaya

manusia yang bermutu tinggi, guna memenuhi kebutuhan dan menghadapi tantangan

kehidupan di masa depan. Melalui pendidikan, sumberdaya manusia yang bersifat

potensi diaktualisasikan hingga optimal; dan seluruh aspek kepribadian dikembangkan

secara terpadu.

Peningkatan mutu pendidikan di sekolah tidak hanya terpaku pada pencapaian aspek

akademik, melainkan aspek non-akademik juga; baik penyelenggaraannya dalam

bentuk kegiatan kurikuler ataupun ekstrakurikuler, melalui berbagai program kegiatan

yang sistematis dan sistemik. Dengan upaya seperti itu, peserta didik (siswa) diharapkan

memiliki karakter yang baik serta memperoleh pengalaman belajar yang utuh; hingga

seluruh modalitas belajarnya berkembang secara optimal.

Jika dikaji dari makna pendidikan diatas, pendidikan pada dasarnya sarat dengan

proses pembentukan karakter dan pengembangan potensi dalam diri peserta didik.

Dengan demikian, tidaklah lengkap manakala dalam pendidikan tidak ada komponen

1

Page 2: Tesis BK Revisi

bimbingan dan pelayanan arah perkembangan peserta didik. Bimbingan dan konseling

mempunyai peran dalam rangka mengarahkan dan melayani perkembangan peserta

didik. Jelas, bahwa bimbingan dan konseling mempunyai peran yang cukup penting di

dalam proses pendidikan. Dalam proses pembelajaran di sekolah, peserta didik akan

mendapatkan banyak masalah dan hambatan. Disinilah peran bimbingan dan konseling

dibutuhkan guna mengarahkan dan membimbing perkembangan mereka agar

berlangsung secara optimal dan terarah. Dengan kata lain, mutu pendidikan ikut

ditentukan oleh bagaimana bimbingan dan konseling itu dimanfaatkan dan dioptimalkan

fungsinya dalam pendidikan.

Bimbingan konseling (BK) merupakan salah satu komponen penyelenggaraan

pendidikan di sekolah yang keberadaannya sangat dibutuhkan, khususnya untuk

membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan

belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Karena itu, Struktur kurikulum

yang dikembangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencakup

tugas Bimbingan Konseling pada pengembangan diri peserta didik. Dalam kurikulum

ini ada tiga komponen yang saling mendukung yaitu; (1) Mata Pelajaran; (2) Muatan

Lokal; (3) Pengembangan diri (Depdiknas, 2006:22). Pengembangan diri merupakan

kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum

sekolah. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling

dan kegiatan ektra kurikuler. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi/dilaksanakan oleh

konselor (Depdiknas, 2006:183).

2

Page 3: Tesis BK Revisi

Ironisnya, yang terjadi di lapangan justru kontradiktif dengan konsep ideal yang

semestinya. Peran bimbingan dan konseling di sekolah kurang dioptimalkan dengan

baik. BK masih ditempatkan sebagai pelengkap dalam proses pendidikan anak, bukan

sebagai rekan tenaga pengajar. Bahkan, BK di sekolah sering diidentikan sebagai polisi

sekolah. Anggapan seperti ini tentu memberikan asumsi yang negatif terhadap siswa

mengenai layanan BK di sekolahnya. BK hanya dianggap sebagai tempat siswa-siswa

bermasalah, siswa nakal, tempat pemberian sanksi dan berbagai asumsi negatif lainnya.

Siswa merasa malu untuk mendatangi ruangan BK, karena dianggap menjadi ‘aib’ bagi

mereka jika terlihat keluar-masuk dari ruangan BK.

Fakta diatas tentu sangat bertolak belakang dengan peran sesungguhnya BK di

sekolah. BK seharusnya merupakan tempat siswa membuang keluh kesah, mencari

solusi atas masalah dan hambatan dalam perkembangan siswa dan berperan dalam

membentuk karakter siswa. BK seharusnya menjadi pengayom atau tempat curhat para

siswa. Guru BK seharusnya merupakan sahabat dekat siswa saat mereka mendapati

masalah. Bukan untuk membentak-bentak atau menakut-nakuti siswa.

Peran program bimbingan dan konseling dalam meningkatkan mutu tidak hanya

terbatas pada bimbingan yang bersifat akademik tetapi juga melayani perkembangan

aspek sosial, moral, dan emiosional peserta didik. Melalui pelayanan bimbingan dan

konseling seharusnya pendidikan dapat membentuk pribadi manusia yang utuh.

Pendidikan yang bermutu bukanlah pendidikan yang hanya mentransformasikan ilmu

pengetahuan dan teknologi saja, tetapi juga mentransformasikan berbagai nilai-nilai

luhur sehingga membentuk pribadi yang berakhlak. Oleh sebab itu maka peran BK

harus dioptimalkan dan kembangkan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah

3

Page 4: Tesis BK Revisi

SMP Pax Christy Manado merupakan salah satu SMP yang cukup di perhitungkan

di kota Manado, sekolah yang memiliki segudang prestasi baik akademik maupun non

akademik ini memiliki program kesiswaan yang cukup baik. Akan tetapi dari

pengamatan awal yang dilakukan peneliti program-program itu belum terlaksana dan

dikembangkan secara optimal karena masih terdapat berbagai permasalahan terkait

dengan perilaku siswa. Hal ini tentunya membutuhkan peran guru dalam hal ini guru

konseling untuk mendorong para siswa tersebut supaya bisa aktif terlibat dalam

berbagai program kesiswaan yang dikembangkan sekolah ini.

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk

melaksanakan penelitian yang berjudul: Pengembangan Program Bimbingan Konseling

(BK) dalam meningkatkan mutu Pendidikan di SMP Katholik Pax Christy Manado.

B. FOKUS PENELITIAN DAN RUMUSAN MASALAH

Yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana pengembangan program

Bimbingan Konseling (BK) dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMP Katholik

Pax Christy Manado. Berdasarkan fokus penelitian, maka permasalahan dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa saja program-program Bimbingan Konseling (BK) yang dikembangkan dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan di SMP Katholik Pax Christy Manado?

2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat pengembangan program Bimbingan

Konseling (BK) dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di SMP Katholik Pax

Christy Manado?

4

Page 5: Tesis BK Revisi

3. Faktor-faktor apa saja yang mendukung pengembangan program Bimbingan

Konseling (BK) dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di SMP Katholik Pax

Christy Manado?

4. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi faktor-faktor yang menghambat

pengembangan program Bimbingan Konseling (BK) dalam rangka meningkatkan

mutu pendidikan di SMP Katholik Pax Christy Manado?

C. TUJUAN PENELITAN

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran guru Bimbingan

Konseling (BK) dalam Pengembangan Program Kesiswaan di SMP Katholik Pax

Christy Manado. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan mengkaji dan

mendeskripsikan tentang:

1. Program-program Bimbingan Konseling (BK) yang dikembangkan dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan di SMP Katholik Pax Christy Manado

2. Faktor-faktor yang menghambat pengembangan program Bimbingan Konseling

(BK) dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di SMP Katholik Pax Christy

Manado

3. Faktor-faktor yang mendukung pengembangan program Bimbingan Konseling (BK)

dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di SMP Katholik Pax Christy Manado

4. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi faktor-faktor yang menghambat

pengembangan program Bimbingan Konseling (BK) dalam rangka meningkatkan

mutu pendidikan di SMP Katholik Pax Christy Manado

5

Page 6: Tesis BK Revisi

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoretis.

Berbagai konsep, pemikiran dan gagasan teoretis yang dikemukakan serta hasil

yang akan diperoleh dari penelitian ini akan dapat bermanfaat bagi pengembangan

ilmu pendidikan pada umumnya, dan bagi pengembangan ilmu manajemen

pendidikan pada khususnya, terutama pada aspek peran guru BK dalam pembinaan

dan pengembangan program kesiswaan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah.

2. Manfaat praktis

a. Akan dapat memberikan masukan kepada institusi pendidikan khususnya

sekolah tentang peran guru BK didalam menjalankan tugas dan tanggung

jawab konseling dalam pelaksanaan program-program pembelajaran dalam

rangka membina dan mengembangkan sekolah.

b. Memungkinkan adanya penelitian lebih lanjut oleh peneliti lainnya untuk

lebih menggali, memperdalam dan mengembangkan permasalahan yang

diteliti.

6

Page 7: Tesis BK Revisi

II. ACUAN TEORITIS

A. Pengertian Pengembangan

Dalam kamus bahasa Indonesia, (2007:538) kata ”pengembangan” secara

etimologi yaitu berarti proses/cara, perbuatan mengembangkan. Secara istilah, kata

pengembagan menunjukkan pada suatu kegiatan menghasilkan suatu alat atau cara yang

baru, dimana selama kegiatan tersebut penilaian dan penyempurnaan terhadap alat atau

cara tersebut terus dilakukan. Menurut Sutopo dan Soemanto, (1993:43) setelah

mengalami penyempurnaan-penyempurnaan akhirnya alat atau cara tersebut dipandang

cukup mantap untuk digunakan seterusnya, maka berakhirlah kegiatan pengembangan

tersrbut. Pengertian pengembangan di atas, berlaku pula dalam bidang kajian program,

kegiatan pengembangan program mencakup penyususnan kurikulum program,

pelaksanaan program yang disertai dengan penilaian yang intensif, dan penyempurnaan-

penyempurnaan yang dilakukan terhadap komponen-komponen tertentu dari program

tersebut atas dasar hasil penilaian. Menurut Hamid Syarif (1993:33) Bila program itu

sudah cukup dianggap mantap, setelah mengalami penilaian dan penyempurnaan, maka

berakhirlah tugas pengembangan program tersebut untuk kemudian dilanjutkan dengan

tugas pembinaan. Hal ini berlaku pula untuk setiap komponen program.

B. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari ”guidance”.Secara

harfiyah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti: (1) mengarahkan (to direct),

(2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), (4) menyetir (to steer).

Menurut Moh. Surya (dalam Dewa Ketut Sukardi, 2002:20). Bimbingan ialah suatu

7

Page 8: Tesis BK Revisi

proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada

yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri,

dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan

lingkungannya. Sedangkan istilah konseling berasal dari bahasa inggris yaitu “to

counsel” yang secara etimologis berarti ”to give advice” atau memberi saran dan

nasihat. Homby, 1958 (dalam Hallen, 2005:09).

Menurut Rogers (dalam Hallen A 2005:9), mengatakan bahwa konseling adalah

serangkai hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia

dalam merubah sikap dan tingkah lakunya. Menurut Ahmad Juntika Nurihsan, dkk

(2005:9), bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan kepada individu

(peserta didik/siswa) yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya mereka dapat

memahami dirinya sehingga mereka sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak

secara wajar sesuai dengan tuntutan dan sesuai keadaan lingkungan Sekolah Dasar,

keluarga, dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya. Dengan demikian bimbingan

dan konseling mempunyai pengertian proses pemberian bantuan dari konselor kepada

klien, guna memecahkan permasalahan yang dihadapinya dan dapat mencapai tingkat

perkembangan yang optimal sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

2. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai memberi

layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat berkembang

secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri. Oleh karena itu

pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi

8

Page 9: Tesis BK Revisi

melalui kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut Hallen A (2005:55-58), fungsi-

fungsi tersebut adalah:

a. Fungsi pemahaman ; fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan

pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan

kepentingan pengembangan peserta didik, baik pemahaman tentang diri sendiri,

orang tua, guru pembimbing, pemahaman tentang lingkungan peserta didik,

serta pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas termasuk di dalamnya

informasi pendidikan, jabatan/pekerjaan dan informasi sosial.

b. Fungsi pencegahan ; fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan

tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang

akan timbul, yang akan mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan

kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.

c. Fungsi pengentasan ; fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan

terentaskannya atau teratasinya suatu masalah dengan cara yang paling cepat,

tepat, dan cermat.

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan ; fungsi bimbingan dan konseling yang

akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan

kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah,

mantap dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini, hal-hal yang dipandang sudah

bersifat positif dijaga agar tetap baik dan dimantapkan, dengan demikian dapat

diharapkan agar peserta didik dapat mencapai perkembangan kepribadian secara

optimal.

9

Page 10: Tesis BK Revisi

e. Fungsi advokasi ; fungsi bimbingan dan konseling yang akan mengasilkan

teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka dan upaya

pengembangan seluruh potensi secara optimal.

Menurut Ahmad Juntika Nurihsan (2004:14), fungsi bimbingan dan konseling

adalah:

a. Fungsi pemahaman ; fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan

pemahaman tentang sesuatu pengembangan dalam diri siswa.

b. Fungsi penyaluran ; fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu siswa

untuk memantapkan kegiatan belajar disekolah seperti memilih jurusan sekolah,

jenis sekolah dan lain-lain.

c. Fungsi adaptasi ; fungsi bimbingan dan konseling yang membantu petugas

disekolah, khususnya guru, untuk mengadaptasikan program pendidikan dengan

minat, kemampuan, dan kebutuhan para peserta didik.

d. Fungsi penyesuaian ; fungsi bimbingan dan konseling dalam rangka membantu

siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam

perkembangannya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi bimbingan dan

konseling adalah mencegah masalah yang timbul dan menciptakan kondisi

perkembangan seluruh potensi anak secara optimal, baik dalam belajar maupun dalam

bergaul dengan lingkungan sehingga anak didik dapat meningkatkan prestasi belajarnya

di sekolah masing-masing.

3.Tujuan Bimbingan dan Konseling

10

Page 11: Tesis BK Revisi

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada uraian terdahulu, bahwa bimbingan dan

konseling menempati bidang layanan pribadi dalam keseluruh proses dan kegiatan

pendidikan. Menurut Dewa Ketut Sukardi, (2005:27-28). Tujuan bimbingan dan

konseling adalah sebagai berikut:

a.Tujuan Umum

Tujuan umum layanan bimbingan dan konseling adalah sesuai dengan tujuan

pendidikan, yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang

beriman, yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur,

memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian

yang mantap dan mandiri, serta rasa bertanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan.

b.Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk

membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek

pribadi-sosial, belajar dan karir. Bimbingan pribadi sosial dimaksudkan untuk mencapai

tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang

bertakwa, mandiri, dan bertanggung jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk

mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karir dimaksudkan

untuk mewujudkan pribadi pekerja yang produktif.

Menurut Hallen A, ( 2005:53), tujuan bimbingan dan konseling yaitu: (a) agar

peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerima secara

positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut, (b) agar peserta

didik mengenal lingkungannya secara obyektif baik lingkungan sosial, ekonomi, dan

11

Page 12: Tesis BK Revisi

budaya yang sarat dengan nilai-nilai dan norma-norma, maupun lingkungan fisik dan

menerima kondisi lingkungan secara positif, (c) agar pesrta didik mampu

mempertimbangkan dan mengambil putusan tentang masa depan dirinya, baik yang

menyangkut bidang pendidikan, bidang karier, maupun bidang budaya, keluarga, dan

masyarakat.

Dari uraian di atas maka bimbingan dan konseling mempunyai tujuan untuk

membantu siswa, agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya dan menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti

luhur.

4.Asas-asas Bimbingan dan Konseling

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, seharusnya ada suatu atau dasar yang

melandasi dilakukannya kegiatan tersebut atau dengan kata lain ada asas yang

dijadikannya dasar pertimbangan kegiatan itu. Dalam kegiatan bimbingan dan

konseling. Menurut Hallen A (2005:75-83) ada dua belas asas yang harus menjadi dasar

pertimbangan dalam pelayanan bimbingan dan konseling yaitu: (a) asas kerahasiaan ;

asas bimbingan dan konseling yang menuntut di rahasiakannya segenap data dan

keterangan tentang peserta didik atau klien yang menjadi sasaran layanan yaitu

keterangan yang tidak boleh diketahui orang lain, (b) asas kesukarelaan ; asas

bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukarelaan peserta didik dalam

mengikuti kegiatan yang diperuntukkan bagi peserta didik. Kesukarelaan ini

diindikasikan dengan tingginya motivasi dan keterlibatan anak untuk mengikuti

program bimbingan dan konseling dalam rangka mengentaskan dan mengembangkan

pribadi peserta didik yang akan menemukan jati diri, (c) asas keterbukaan ; asas

12

Page 13: Tesis BK Revisi

bimbingan dan konseling yang efisien hanya berlangsung dalam suasana keterbukaan.

Baik yang dibimbing/dikonsel maupun pembimbing/konselor bersifat terbuka “bersedia

menerima saran-saran dari luar” tetapi dalam hal ini lebih penting masing-masing yang

bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah yang

dimaksud, (d) asas kekinian ; asas kekinian pada umumnya pelayanan bimbingan dan

konseling bertitik tolak dari masalah yang dirasakan klien saat sekarang atau kini,

namun pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling menjangkau dimensi waktu

yang lebih luas yaitu masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, (e) asas

kemandirian ; seperti dikemukakan terdahulu kemandirian merupakan tujuan dari usaha

layanan bimbingan dan konseling. Dalam memberikan layanan para petugas hendaknya

selalu berusaha menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing, (f) asas

kegiatan ; asas bimbingan dan konseling yang menghendaki peserta didik atau orang tua

yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan

layanan atau kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru perlu mendorong peserta didik

untuk aktif dalam setiap layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang

diperuntukkan baginya, (g) asas kedinamisan ; upaya layanan bimbingan dan konseling

menghendaki terjadinya perubahan pada diri individu yang dibimbing yaitu perubahan

tingkah laku kearah yang lebih baik. Perubahan tidaklah sekedar mengulang hal- hal

yang lama bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju kesuatu

pembaruan, sesuatu yang lebih maju, (h) asas keterepaduan ; asas layanan bimbingan

dan konseling memadukan berbagai aspek individu yang dibimbing, sebagaimana

diketahui individu yang dibimbing itu memiliki berbagai segi kalau keadaannya tidak

saling serasi dan terpadu akan justru menimbulkan masalah. Disamping keterpaduan

13

Page 14: Tesis BK Revisi

pada diri individu yang dibimbing, juga diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan

yang diberikan, (i) asas kenormatifan ; asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan

pada dan tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlaku, (j) asas keahlian ; asas

bimbingan dan konseling secara teratur, sistematik, dan dengan menggunakan teknik

serta alat yang memadai. Asas keahlian ini akan menjamin keberhasilan jika dalam

pelaksanaannya bimbingan dan konseling memiliki tenaga yang ahli, (k) asas alih

tangan ; asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak

mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas

atas suatu permasalahan peserta didik (klien), mengalih tangankan permasalahan ini

kepada pihak yang lebih ahli, (l) asas tut wuri handayani ; merupakan asas bimbingan

dan konseling menunjukkan pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka

hubungan keseluruhan antara pembimbing dan yang dibimbing.

Menurut Ahmad Juntika Nurihsan (2004:15), asas bimbingan dan konseling

adalah: (a) asas kerahasiaan, (b) asas kesukarelaan, (c) asas keterbukaan, (d) asas

kekinian, (e) asas kemandirian, (f) asas kegiatan, (g) asas kedinamisan, (h) asas

keterpaduan, (i) asas kenormatifan, (j) asas keahlian, (k) asas alih tangan, (l) asas

tutwuri handayani.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan asas kerahasiaan, asas kesukarelaan,

asas keterbukaan, asas kekinian, asas kemandirian, asas kegiatan, asas kedinamisan,

asas keterpaduan, asas kenormatifan, asas keahlian, asas alih tangan, dan asas tut wuri

handayani. Saling terkait satu sama lain, segenap asas itu perlu diselenggarakan secara

terpadu dan dijadikan dasar pertimbangan dalam pelayanan. Sehingga asas-asas tersebut

14

Page 15: Tesis BK Revisi

dapat di katakan sebagai jiwa dan nafas dari seluruh pelayanan bimbingan dan

konseling.

5.Bidang Bimbingan dan Konseling

Dalam melaksanakan bimbingan dan konseling agar siswa dapat

mengembangkan bakat, minat, dan keterampilan siswa untuk mengatasi kesulitan

belajar perlu adanya penerapan dalam berbagai bidang. Menurut W.S Winkel (dalam

Dewa Ketut Sukardi, 2002:38), ada tiga bidang dalam melaksanakan bimbingan dan

konseling, yaitu: (a) Bidang bimbingan pribadi-sosial yaitu bidang bimbingan pribadi

yang membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan YME, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani.

Dalam bidang bimbingan sosial, membantu siswa, mengenal dan berhubungan

dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur, dan bertanggung jawab.

Bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya

sendiri dalam mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani,

pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta bimbingan

dalam membina hubungan kemanusian dengan sesama diberbagai lingkungan, (b)

Bidang bimbingan belajar yaitu bidang bimbingan yang membantu siswa

mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai

pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada

tingkat yang lebih tinggi, dan (c) Bidang bimbingan karir, yaitu bidang bimbingan yang

membantu siswa merencanakan dan mengembangkan masa depan karir.

Menurut Heru Mugiarso (2006:51), mengemukakan empat bidang bimbingan

dan konseling yaitu : (a) Bidang bimbingan pribadi yaitu bimbingan yang membantu

15

Page 16: Tesis BK Revisi

menemukan dan mengembangkan pribadi siswa yang beriman dan bertakwa terhadap

Tuhan YME dengan cara pemantapan pemahan tentang bakat dan minat pribadi serta

penyaluran dan pengembangan melalui kegiatan yang kreatif dan produktif, (b) Bidang

bimbingan sosial, yaitu bidang bimbingan dan konseling yang membantu siswa

mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti

luhur, bertanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan dengan cara pemantapan

kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial baik di rumah, di sekolah, maupun

di masyarakat luas dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, dan kebiasaan

yang berlaku, (c) Bidang bimbingan belajar, yaitu bidang bimbingan dan konseling

yang membantu siswa mengembangkan diri sikap kebiasaan belajar yang baik dengan

cara pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta produktif,

baik dalam mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan

nara sumber lainnya, mengembangkan keterampilan belajar, mengerjakan tugas-tugas

pelajaran dan menjalani program penilaiaan hasil belajar, dan (d) Bidang bimbingan

karir, yaitu bidang bimbingan dan konseling membantu siswa untuk merencanakan dan

mengembangkan masa depan karir dengan cara pemantapan, pemahaman diri berkenaan

dengan kecenderungan karir yang hendak dikembangkan.

Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan

bimbingan dan konseling dapat melalui berbagai bidang yaitu bidang bimbingan

pribadi-sosial, bidang bimbingan belajar, dan bidang bimbingan karier.

6.Jenis-jenis Layanan Kegiatan Bimbingan dan Konseling

Berbagai jenis layanan dan kegiatan yang perlu dilakukan sebagai wujud

penyelenggaraan pelayanan bimbingan dam konseling terhadap sasaran layanan.

16

Page 17: Tesis BK Revisi

Menurut Dewa Ketut Sukardi (2002:43-49). Layanan dan kegiatan pokok

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan

pengaruh yang besar terhadap peserta didik terutama orang tua memahami

lingkungan seperti sekolah yang baru dimasuki peserta didik, untuk

mempermudah dan memperlancar berperannya yang peserta didik

dilingkungan yang baru.

b. Layanan informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan

pengaruh yang besar kepada peserta didik (terutama orang tua) menerima

dan memahami informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan-bahan

pertimbangan dan pengambilan kuputusan sehari-hari.

c. Layanan penempatan dan penyaluran layanan pembelajaran, yaitu layanan

bimbingan dan konseling yang memungkinakan peserta didik (klien)

memperoleh penempatan dan penyaluran sesuai dengan potensi, bakat minat,

serta kondisi pribadinya.

d. Layanan bimbingan belajar, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peseta didik (klien) mengembangkan diri berkenaan dengan

sikap dan kebiasaan belajar yang baik,

e. Layanan Konseling Perorangan, yaitu layanan bimbingan dan konseling

yang memungkinkan peserta dididk (klien) mendapatkan layanan langsung

17

Page 18: Tesis BK Revisi

tatap muka dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan

penuntasan permasalahan pribadi.

f. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui

dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu.

g. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan utuk

pembahasan dan pengentasan permasalahan.

Menurut Ahmad Juntika Nurihsan, dkk (2005:21-22) menyebutkan 6 layanan

bimbingan dan konseling adalah:

a. Layanan pengumpulan data adalah: kegiatan dalam bentuk pengumpulan

data, pengolahan dan penghimpunan berbagai informasi tentang siswa

beserta latar belakangnya. Tujuan layanan ini untuk memperoleh

pemahaman obyektif terhadap siswa dalam membantu mereka mencapai

perkembangan optimal,

b. Layanan informasi adalah : layanan dalam memberikan sejumlah informasi

kepada siswa. Layanan ini bertujuan agar siswa memiliki informasi

memadai, baik informasi tentang dirinya maupun informasi tentang

lingkungannya. Informasi yang diterima oleh siswa merupakan bantuan

dalam membuat keputusan secara tepat,

c. Layanan penempatan adalah : layanan untuk membantu siswa agar

memperoleh wadah yang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Layanan ini

18

Page 19: Tesis BK Revisi

bertujuan agar setiap siswa dapat mencapai prestasi optimal sesuai dengan

potensinya.

d. Layanan konseling adalah : layanan kepada siswa yang menghadapi

masalah-masalah pribadi melalui teknik konseling. Layanan ini bertujuan

agar siswa yang menghadapi masalah pribadi mampu memecahkannya

sendiri.

e. Layanan referal adalah : layanan untuk melimpahkan kepada pihak lain

yang lebih mampu dan berwenang apabila masalah yang ditangani itu di

luar kemampuan dan kewenangan personil/guru kelas di SD tersebut.

f. Layanan penilaian dan tindak lanjut : layanan untuk menilai keberhasilan

usaha bimbingan yang telah diberikan.

Berbagai jenis layanan yang telah dipaparkan melalui uraian di atas dapat saling

terkait dapat menunjang antara satu dengan lainnya, sesuai dengan asas keterpaduan

yaitu pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki keterpaduan berbagai aspek

individu yang perlu dibimbing, agar individu dapat memecahkan masalah yang

dihadapi.

B.Tugas Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor

Menurut Sudradjat (2008) guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki

tugas, tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan

konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor terkait

dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,

minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah.

19

Page 20: Tesis BK Revisi

Selanjut Sudradjat (2008) tugas guru bimbingan dan konseling/konselor yaitu

membantu peserta didik dalam:

1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu

peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.

2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu

peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan

hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan

bermartabat.

3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu

peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan

sekolah/madrasah secara mandiri.

4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik

dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil

keputusan karir.

Menurut Sudradjat (2008) Jenis layanan adalah sebagai berikut:

1. Layanan orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami

lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/ madrasah dan obyek-obyek yang

dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar

peran peserta didik di lingkungan yang baru.

2. Layanan informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan

memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan

lanjutan.

20

Page 21: Tesis BK Revisi

3. Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta

didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas,

kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan

ekstra kurikuler.

4. Layanan penguasaan konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik

menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang

berguna dalam kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga, industri dan

masyarakat.

5. Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik

dalam mengentaskan masalah pribadinya.

6. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik

dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar,

karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu

melalui dinamika kelompok.

7. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik

dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika

kelompok.

8. Layanan konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak

lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu

dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik

9. Layanan mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan

permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.

21

Page 22: Tesis BK Revisi

C. Mutu Pendidikan

Mutu merupakan deskripsi dan karakteristik keseluruhan dari barang atau jasa

yang menunjukkan kemampuannya dan memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau

tersirat. Widodo (2003 :1) mengungkapkan bahwa banyak pustaka tentang mutu

mengacu pada karya 4 orang ahli mutu yaitu J. M. Juran, W. E. Deming, P. Crosby dan

K. Ishikawa yang mengonsepkan mutu sebagai ukuran kepuasan pelanggan, dan pokok

bahasan mereka adalah produk manufaktur. Pada pembicaraan jenis produk manufaktur

pelaksanaan pengawasan, pengendalian dan penjaminan mutu relatif mudah, karena

hubungan antara produsen dengan pelanggan (customers) tidak terjadi secara langsung

orang dengan orang. Dari manufaktur yang menghasilkan barang, ada perantara yang

menjembatani penyaluran produk kepada konsumen, misalnya grosir, agen dan retailer

bahkan makelar dan calo.

Ketika konsep mutu tersebut diterapkan untuk membahas mutu pendidikan,

maka ada dua kendala yang menghadang. Pertama adalah menentukan siapa  pelanggan

pendidikan. Kedua apa yang dimaksud dengan produk pendidikan. Pelanggan

pendidikan menurut beberapa ahli mutu dibagi menjadi 2 jenis pelanggan berdasarkan

keterlibatannya dalam lembaga pendidikan yaitu eksternal  dan internal. Pelanggan

eksternal masih dibagi lagi menjadi eksternal primer (siswa), eksternal sekunder (orang

tua murid, instansi terkait, pemilik lapangan kerja) dan eksternal teritorial (pasar kerja,

pemerintah dan masyarakat). Pelanggan internal adalah orang-orang yang memperoleh

kepuasan dengan bekerja di lembaga pendidikan itu sendiri (pimpinan sekolah, guru-

guru dan staf pendukung).Mengingat murid dianggap sebagai pelanggan eksternal dan

22

Page 23: Tesis BK Revisi

setelah lulus akan menjadi salah satu kriteria kinerja lembaga pendidikan, maka

biasanya produk pendidikan dianggap sebagai jasa. Jasa sangat sulit untuk dikelola

mutunya, karena variasi kepentingan atau kemauan pelanggannya yang sangat beragam.

Mutu jasa lebih ditentukan oleh persepsi subyektif,  sedangkan mutu barang lebih

bernuansa obyektif.

Selanjutnya menurut Widodo (2003: 16), mutu pendidikan yang baik

memerlukan indikator-indikator lunak dari para penyalur pendidikan, yaitu care

(kepedulian), courtesy (kesopanan), concern (perhatian),  friendliness (keramah-

tamahan) dan helpfulness (kegunaan).

Lebih spesifik, dalam konteks pendidikan, Depdiknas (2003: 25)

mengungkapkan bahwa mutu pendidikan untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah

dikaitkan dengan 3 unsur yang saling terkait yaitu :

1. Input pendidikan, yakni semua yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk

berlangsungnya suatu proses. Segala sesuatu yang harus harus tersedia itu diantara

sumber daya, perangkat lunak (software), serta harapan-harapan yang menjadi

pemandu berlangsungnya proses. Input sumber daya meliputi sumber daya manusia

yang terdiri dari kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, serta siswa dan input

sumber daya yang terdiri dari dana, fasilitas. Input perangkat lunak yang meliputi

struktur organisasi sekolah,peraturan dan kebijakan, rincian tugas, rencana,

program,dll. Input harapan-harapan yang terdiri dari visi, misi dan tujuan serta

berbagai harapan yang hendak diwujudkan disekolah. Ketersediaan dan kesiapan

23

Page 24: Tesis BK Revisi

berbagai input ini sangat diperlukan untuk berlangsungnya proses pendidikan.

Tinggi rendahnya mutu pendidikan tergantung dari tingkat kesiapan input.

2. Proses pendidikan, yakni berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Proses

pendidikan terdiri dari proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan

kelembagaan, proses pengelolaan program belajar, proses belajar, proses

monitoring dan evaluasi. Dari semua proses yang dikemukakan di atas, proses yang

memiliki tingkat kepentingan yang tertinggi adalah proses belajar. Proses

pendidikan dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian, penyerasian serta

pemaduan input sekolah (guru, siswa, sarana, prasarana, dana, dsb) dilakukan

secara serasi, seimbang dan selaras (harmonis) sehingga dapat menciptakan iklim

pembelajaran kondusif yang mampu mendorong motivasi belajar serta mampu

memberdayakan peserta didik, agar mampu menguasai pengetahuan yang

diajarkan dan sekaligus menggunakannya dalam konteks kehidupun mereka

sehari-hari.

3. Output pendidikan, yakni kinerja sekolah berupa berbagai prestasi sekolah.

Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektifitasnya, produktifitasnya,

efisiensinya, inovasinya, dan kualitas kehidupan kerjanya. Mutu output sekolah

dapat dikaitkan dengan berbagai prestasi dalam bidang akademik yang terdiri dari

nilai ulangan umum, Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Nasional, dan prestasi dalam

bidang non akademik seperti prestasi kedisiplinan, iman dan taqwa (IMTAQ),

olahraga, kesenian, ketrampilan dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler lainnya.

Ada beberapa hal mendasar (dalam Depdiknas 2004 : 14-16) yang menentukan

keberhasilan sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan antara lain :

24

Page 25: Tesis BK Revisi

1. Pengelolaan proses belajar mengajar, yang merupakan kegiatan utama di

sekolah. Kepala sekolah harus memilih strategi, metode, dan teknik-teknik

pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik mata

pelajaran, karakteristik siswa, karakteristik guru, dan kondisi nyata sumberdaya

yang tersedia di madrashah. Secara umum, strategi/metode/teknik pembelajaran dan

pengajaran yang berpusat pada siswa (student centered) lebih mampu

memberdayakan pembelajaran siswa.

2. Perencanaan dan evaluasi, di mana kepala sekolah bersama komunitas sekolah

melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya (school-based plan).

Kebutuhan yang dimaksud, adalah, kebutuhan untuk meningkatkan mutu sekolah.

Oleh karena itu, sekolah harus melakukan analisis kebutuhan mutu dan berdasarkan

hasil analisis kebutuhan mutu inilah kemudian sekolah membuat rencana

peningkatan mutu. Kepala sekolah bersama komunitas sekolah kemudian

melakukan evaluasi, khususnya evaluasi yang dilakukan secara internal untuk

memantau proses pelaksanaan dan untuk mengevaluasi hasil program-program yang

telah dilaksanakan. Evaluasi semacam ini sering disebut evaluasi diri. Evaluasi diri

harus jujur dan transparan agar benar-benar dapat mengungkap informasi yang

sebenarnya.

3.  Pengelolaan kurikulum, di mana sekolah mengembangkan (memperdalam,

memperkaya, memodifikasi), namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang

berlaku secara nasional. Dan memperdalam kurikulum, yang berarti, apa yang

diajarkan boleh dipertajam dengan aplikasi yang bervariasi. Sekolah memperkaya

apa yang diajarkan, artinya, apa yang diajarkan boleh diperluas dari yang harus,

25

Page 26: Tesis BK Revisi

yang seharusnya, dan yang dapat diajarkan. Demikian juga, sekolah memodifikasi

kurikulum, artinya, apa yang diajarkan boleh dikembangkan agar lebih kontekstual

dan selaras dengan karakteristik peserta didik.  Selain itu, sekolah juga

mengembangkan kurikulum muatan lokal yang disesuaikan dengan kebutuhan dan

potensi masyarakat disekitarnya.

4. Pengelolaan ketenagaan, yang dimulai dari analisis kebutuhan, perencanaan,

rekrutmen, pengembangan, hadiah dan sangsi (reward and punishment), hubungan

kerja, sampai evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah (guru, tenaga administrasi,

laboran, dsb.)

5. Pengelolaan fasilitas (peralatan dan perlengkapan), yang dimulai dari pengadaan,

pemeliharaan dan perbaikan, hingga sampai pengembangan.

6. Pengelolaan keuangan, yang dilakukan secara transparan dan accountable

(bertanggung jawab). Sekolah juga dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang

mendatangkan penghasilan (income generating activities), sehingga sumber

keuangan tidak semata-mata tergantung pada pemerintah

7. Pelayanan siswa, yang dimulai dari penerimaan siswa baru, pengembangan /

pembinaan / pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atau untuk

memasuki dunia kerja, hingga sampai pada pengurusan alumni.

8. Hubungan sekolah masyarakat, dimana esensi hubungan sekolah-masyarakat adalah

untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari

masyarakat terutama dukungan moral dan finansial. Oleh karena itu, yang

dibutuhkan adalah peningkatan intensitas dan ekstensitas hubungan sekolah-

masyarakat.

26

Page 27: Tesis BK Revisi

9. Pengelolaan iklim sekolah, baik iklim sekolah (fisik dan nonfisik) yang kondusif-

akademik merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang

efektif. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan

harapan/ekspektasi yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan-

kegiatan yang terpusat pada siswa (student-centered activities) adalah contoh-

contoh iklim sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa.

27

Page 28: Tesis BK Revisi

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Dan Pendekatan Yang Digunakan

Berdasarkan karakteristik permasalahan, metode penelitian ini adalah

naturalistic inquiry dengan pendekatan kualitatif. Gay dan Airassian, (2000:10)

menyatakan bahwa pendekatan kualitatif adalah menguji konteks secara keseluruhan,

interaksi dengan partisipan dan mengumpulkan data secara langsung terhadap

partisipan serta bergantung pada data-data deskriptif. Hal ini sejalan dengan apa yang

dikemukakan oleh Moleong ((2000:1) bahwa prosedur pendekatan kualitatif

menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang

diamati.

Pendekatan ini menguraikan gejala-gejala yang teramati dalam konteks makna

yang melingkupi suatu realitas.Pendekatan berlangsung secara alami, data yang

dikumpulkan adalah data deskriptif, lebih mengutamakan proses dari pada hasil serta

menggunakan analisis data secara induktif.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian. Penelitian ini rencanya dilaksanakan di SMP Pax Christy

Manado.

2. Waktu Penelitian. Penelitian ini rencananya dilaksanakan pada bulan Januari

sampai dengan bulan April 2013.

C. Data Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data deskriptif, dokumen,

catatan lapangan (field notes), dan hasil wawancara dengan informan. Peneliti

28

Page 29: Tesis BK Revisi

merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data serta dibantu oleh orang lain

untuk mendapatkan data yang lebih detil dan spesifik.

Yang menjadi sumber data utama dalam penelitian adalah tindakan, kata-kata

orang-orang, kondisi nyata, dan informasi yang peneliti akan peroleh melalui

wawancara terhadap kepala sekolah dan para guru serta data yang diperoleh melalui

pengamatan (observasi). Data-data penunjang adalah sumber-sumber tertulis berupa

dokumen resmi seperti Rencana Pengembangan Sekolah (RPS), program sekolah,

Program BK, laporan guru BK, profil sekolah,laporan tahunan, dan dokumen pribadi,

foto dan data statistik .

D. Prosedur, Teknik Pengumpulan Dan Perekaman Data

Prosedur penelitian kualitatif ini mengacu pada prosedur yang dikemukakan

oleh Nasution (1996:33) yaitu: (1) tahap orientasi, (2) tahap eksplorasi, dan (3) tahap

member check. Secara lebih rinci tiga tahapan tersebut adalah sebagai berikut

(a) Tahap orientasi

Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahapan pertama ini meliputi : (1)

mengamati keadaan SMP Pax Christy Manado., (2) mengidentifikasi dan menentukan

permasalahan yang dipandang penting sebagai fokus masalah, (3) mencari literatur-

literatur yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.

a) Tahap eksplorasi

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini meliputi : (1) mengadakan

observasi, wawancara dan dokumentasi dengan sumber data yang berkaitan dengan

29

Page 30: Tesis BK Revisi

fokus masalah serta melakukan studi dokumentasi; (2) membuat catatan-catatan

lapangan; (3) menganalisis catatan-catatan lapangan.

b) Tahap member check

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ketiga ini mencakup : (1)

menyempurnakan hasil analisis yang dilakukan sejak awal dalam bentuk laporan

sementara, (2) menggandakan hasil analisis dan meminta informan untuk memberikan

tanggapan balik, (3) mencatat dan menganalisis informasi baru yang diberikan

informan, dan, (4) mengadakan perbaikan sesuai dengan koreksi yang ada. Selanjutnya,

dalam melaksanakan tahapan-tahapan tersebut, peneliti akan menggunakan beberapa

teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak

terstruktur dan wawancara terstruktur. Pada tahap awal peneliti akan menggunakan

wawancara tidak terstruktur karena pada tahapan ini memiliki tujuan untuk

mendapatkan pemahaman umum mengenai suatu topik. Pada tahap selanjutnya,

wawancara yang akan digunakan adalah terstruktur dengan maksud untuk

memfokuskan pada topik-topik tertentu sesuai dengan permasalahan. Demikian juga

pada wawancara terstruktur ini peneliti akan menggunakan pedoman wawancara dengan

maksud untuk lebih mengarahkan pada fokus utama dalam penelitian ini.

2. Observasi

Adapun aspek-aspek yang akan diobservasi meliputi berbagai hal yang

berhubungan pengembangan program BK dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan

di SMP Pax Christy Manado..

30

Page 31: Tesis BK Revisi

3. Dokumentasi

Dokumentasi yang dikaji dalam penelitian ini meliputi dokumen tertulis yang

berhubungan dengan masalah penelitian di samping catatan-catatan lain yang dapat

menambah data yang diperlukan dalam penelitian ini seperti Rencana Pengembangan

Sekolah (RPS), program sekolah, Program BK, laporan guru BK, profil

sekolah,laporan tahunan dan dokumen-dokumen lainnya.

E. Analisis Data

Analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data (Gay dan

Airissan, 2000:239) artinya peneliti melakukan analisis data pada saat data sementara

dan sesudah dikumpulkan. Sebelum analisis data dilakukan, data dikelola dengan cara

mengorganisirnya untuk memudahkan dalam proses analisis (Gay dan Airissan,

2000:241).

Dalam menganalisis data mengikuti langkah-langkah yang dikemukakan oleh

Moleong (2000:190-191)

1) membaca, menelaah dan mempelajari data

2) mereduksi data

Setelah semua data dipelajari peneliti mereduksi dengan cara merangkumnya

dalam bentuk abstraksi. Abstraksi adalah rangkuman mengenai hal-hal pokok, proses,

dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Data

yang masih mentah perlu dimatangkan melalui pola, kategori dan dibuat sistematikanya.

Langkah-langkah yang akan dilakukan setelah mereduksi data adalah :

31

Page 32: Tesis BK Revisi

a) Mengorganisasikan data, di mana data disusun secara sistematis, cermat, dan

rapi sesuai esensi. Semua data yang diperoleh dibagi menjadi satuan

informasi yang berkaitan dengan fokus penelitian.

b) Menyortir data, untuk memudahkan dalam memilah-milah data peneliti

membuat kartu-kartu kecil, menulis setiap kartu dengan kata-kata yang jelas

sehingga mudah dipahami dan maknanya lebih jelas. Hal ini membantu

memudahkan peneliti dalam memberikan kode (koding) pola setiap aspek.

c) Pengkategorian data, setelah data disortir dan dipolakan maka langkah

selanjutnya adalah mengkategorikan yaitu mengelompokkan kartu-kartu

yang telah dibuat kedalam bagian-bagian isi yang saling berkaitan.Setelah

semua data terkategori peneliti meneliti kembali seluruh kategori untuk

menjaga agar tidak ada lagi kategori yang terlupakan.

2. Menampilkan data (display)

Peneliti akan menampilkan data secara sederhana dalam bentuk tabel, grafik agar

lebih mudah dipahami dan diperoleh gambaran keseluruhan atau bagian dari penelitian.

3. Pengecekan keabsahan data.

Untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti akan

menggunakan kriteria yang dianjurkan oleh Nasution (1996:111) sebagai berikut:

a) Kredibilitas (kepercayaan data).

Kriteria ini peneliti gunakan dalam rangka mendapatkan interpretasi data yang

absah. Adapun beberapa teknik yang digunakan dalam operasionalisasi kriteria ini

adalah: (1) perpanjangan keikutsertaan (2) ketekunan pengamatan, dimaksudkan untuk

32

Page 33: Tesis BK Revisi

mempertajam fokus masalah yang diteliti dengan cara mengadakan pengamatan secara

cermat, rinci dan berkesinambungan terhadap aspek-aspek yang terkait dengan

permasalahan. (3) triangulasi, teknik ini dimaksudkan untuk mengadakan pengecekan

data dengan cara memanfaatkan data atau sumber data lainnya. (4) pengecekan sejawat,

teknik ini akan digunakan dengan cara mengadakan diskusi dengan beberapa rekan

yang dianggap berkompeten sesuai dengan permasalahan yang dikaji. (5) kecukupan

referensi, teknik ini akan dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran

data melalui tape recorder dan bahan dokumentasi.

b) Transferabilitas (nilai keteralihan / dapat diterapkan).

Kriteria ini utamanya ditujukan untuk mengungkapkan secara jelas dan rinci

tentang data yang ditemukan peneliti serta memudahkan pemahaman pembaca dan

utamanya dalam penerapannya.

c) Dependabilitas (kesesuaian data).

Kriteria ini peneliti gunakan dalam rangka menguji tingkat kesesuaian data

yang diperoleh di lapangan, apakah perolehan data dari hasil penelitian dapat

dipertahankan.

d) Konfirmabilitas (objektivitas data).

Kriteria yang keempat ini, digunakan untuk mencari tingkat objektivitas data

yang di peroleh dari penelitian.

4. Penafsiran data

Merupakan proses yang dilakukan peneliti secara bersamaan dengan analisis

data. Penafsiran (interpretasi) data didasarkan pada hubungan-hubungan, aspek-aspek

33

Page 34: Tesis BK Revisi

umum, pertalian antara satuan-satuan informasi, kategori-kategori dan pola setiap aspek

(Gay dan Airissan, 2000:272)

F. Pengambilan Keputusan

Setelah melakukan pemeriksahan keabsahan data, analisis data dan penafsiran

data selanjutnya peneliti akan menarik kesimpulan sebagai hasil penelitian.

34

Page 35: Tesis BK Revisi

DAFTAR PUSTAKA

A. Hamid Syarif, 1993. Pengembangan Kurikulum (Surabaya: Bina ilmu, 1993

Ahmadi, Abu, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Depdiknas. 2004. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Dikdasmen Jakarta

__________.2004 Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah .Dikdasmen Jakarta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Gay, L. R dan Airasian, P. 2000. Educational Research, Prentice Hall New Jersey, USA.

Hallen A. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Quantum Teaching.

Hendayat Sutopo, Westy Soemanto, 1993. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,

Juntika Nurihsan, A. 2004. Manajemen Bimbingan Konseling di Sekolah. Jakarta : PT.Grasindo Anggota Ikapi.

----------- dan Syamsu Yusuf. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PTRemaja Rosdakarya.

Lincoln, Ivone, S and Guba. E, 1995, Naturalistic Inquair, Sage Publication, California.

Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rhineka Cipta, Jakarta.

Moleong, L.J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Roskakarya, Bandung.

Mugiarso, Heru. 2006. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES Press.

Mulyati. 2007. Pengantar Psikologi Belajar. Jogjakarta : Quality Publishing.

Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito,

35

Page 36: Tesis BK Revisi

Bandung.

Sukardi, Dewa Ketut. 2002. Pengantar Pelaksana Bimbingan dan Konseling. Jakarta:PT Rineka Cipta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2007. Kamus BesarBahasa Indonesia . Jakarta:Balai Pustaka,

Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling (Studi Karir). Yogyakarta: C. V. AndiOffset.

Widodo, M,2002, Manajemen Sekolah, Mandar Maju, Bandung.

Widodo ,W. 2003. Menyoal Pusat Pengendalian Mutu Pendidikan. Widya Press Jakarta.

36