Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d

268
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu organisasi pendidikan yang dapat dikatakan sebagai wadah untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Keberhasilan tujuan pendidikan di sekolah tergantung pada sumber daya manusia yang ada di sekolah tersebut yaitu kepala sekolah, guru, siswa, pegawai tata usaha dan tenaga kependidikan lainnya, selain itu harus didukung pula oleh sarana prasarana yang memadai. Untuk membentuk manusia yang sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, yang pada hakekatnya bertujuan meningkatkan kualitas manusia dan seluruh masyarakat Indonesia yang maju, modern, berdasarkan Pancasila maka dibutuhkan tenaga pendidik yang berkualitas. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan untuk terselenggarakannya proses pendidikan. Keberadaan guru merupakan pelaku utama sebagai fasilitator penyelenggara proses belajar siswa. Oleh karena itu kehadiran dan profesionalismenya sangat berpengaruh dalam mewujudkan program pendidikan nasional. Guru harus memiliki kualitas yang cukup memadai, karena guru merupakan salah satu kompenen mikro sistem pendidikan yang sangat strategis dan banyak mengambil peran dalam proses pendidikan di sekolah.menurut Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 1 , “Tentan Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : 1 Depdiknas, 2003, Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 39 1

Transcript of Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah merupakan salah satu organisasi pendidikan yang dapat dikatakan

sebagai wadah untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Keberhasilan tujuan

pendidikan di sekolah tergantung pada sumber daya manusia yang ada di sekolah

tersebut yaitu kepala sekolah, guru, siswa, pegawai tata usaha dan tenaga

kependidikan lainnya, selain itu harus didukung pula oleh sarana prasarana yang

memadai. Untuk membentuk manusia yang sesuai dengan tujuan pembangunan

nasional, yang pada hakekatnya bertujuan meningkatkan kualitas manusia dan

seluruh masyarakat Indonesia yang maju, modern, berdasarkan Pancasila maka

dibutuhkan tenaga pendidik yang berkualitas.

Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan untuk

terselenggarakannya proses pendidikan. Keberadaan guru merupakan pelaku utama

sebagai fasilitator penyelenggara proses belajar siswa. Oleh karena itu kehadiran dan

profesionalismenya sangat berpengaruh dalam mewujudkan program pendidikan

nasional. Guru harus memiliki kualitas yang cukup memadai, karena guru

merupakan salah satu kompenen mikro sistem pendidikan yang sangat strategis dan

banyak mengambil peran dalam proses pendidikan di sekolah.menurut Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 20031, “Tentan Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan

bahwa :

1 Depdiknas, 2003, Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Pasal 39

1

2

1. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

2. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi.”

Guru memiliki peran yang penting, merupakan posisi strategis dan

bertanggung jawab dalam pendidikan nasional. Guru memiliki tugas sebagai

pendidik, pengajar dan pelatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan

nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Melatih berarti mengembangkan keterampilan kepada

siswa. Sedangkan dalam proses pembelajaran guru merupakan pemegang peran

utama, karena secara teknis dapat menterjemahkan proses perbaikan sistem

pendidikan dalam suatu kegiatan di kelas.

Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-

tugas yang ditandai dengan keahlian pada penguasaan materi maupun metode. Selain

itu juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh

pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan

melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua,

masyarakat bangsa dan negara.

Guru yang profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial,

intelektual moral dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang

mampu memahami dirinya, mengelolah dirinya. Tanggung jawab sosial

diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian

yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan

3

interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui

penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang

diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan

moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai mahluk beragama yang

perilakuknya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan

moral.

Lebih lanjut Udin Syaefudin Saud2, ”Guru profesional ciri-ciri sebagai berikut :

1. Mempunyai kometmen pada pada proses belajar siswa. 2. Menguasai secara mendalam materi pelajaran dan cara mengajarkanya. 3. Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari

pengalamannya. 4. Merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya

yang memungkinkan mereka untuk selalu meningkatkan profesionalisme-nya.”

Dalam upaya memajukan dan mengembangkan jabatan guru sebagai jabatan

profesional yang dituntut untuk berkinerja seoptimal mungkin berdasarkan

kompetensi dan profesionalisme bidangnya, kepala sekolah sangat berperan

didalamnya, dengan memberikan kesempatan dan peluang serta mengarahkan dan

membimbing yang maksimal dan berkesinambungan, terhadap guru sebagai stafnya,

maka kinerja guru yang optimal dapat terwujud.

Kinerja guru merupakan konsep yang sangat penting untuk diperhatikan

oleh kepala sekolah, karena dengan kinerja yang tinggi dapat mendorong kinerja

individu dan kelompok yang akan meningkatkan efektifitas organisasi. Setiap

individu mempunyai kinerja yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang

berlaku pada dirinya.

2 Udin Syaefudin Saud, 2009, Pengembangan Profesi Guru, Bandung : Alfabeta, hal. 97

4

Hasil pengamatan di lapangan, pada SMP Negeri Kecamatan Putussibau

Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu, diketahui :

a. Masih ada guru yang belum membuat perangkat pembelajaran (silabus dan

RPP), proses pembelajaran belum menggunakan RPP, kurang maksimal

dalam proses pembelajaran, kurang menggunakan alat peraga dan media

pembelajaran, metode mengajar tidak bervariasi, tidak tertib melakukan

evaluasi.

b. Kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya belum melaksanakan

pengawasan secara intensif kepada guru, disebabkan kurang kompetensi

supervisi dan kurang menguasai fungsi supervisi yang harus

dilaksanakannya. Pada hal agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan

baik diperlukan adanya supervisi dari atasan yang dilakukan oleh pengawas

dan kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di organisasi pendidikan

formal tersebut atau di lingkungan dimana kepala sekolah tersebut di

tugaskan.

Pentingnya supervisi dilakukan karena kenyataan seseorang tidak selamanya

akan bekerja dengan baik jika tidak adanya pengontrolan atau pemantau

dalam pelaksana pekerjaan tersebut. Untuk itu pengawas dan kepala sekolah

perlu melaksanakan supervisi dalam pelaksanaan proses pembelajaran di

sekolah, sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Made Pidarta3

”Jarang ada manusia yang berbakti sungguh-sungguh terhadap tugasnya.

Karena itulah dibutuhkan kontrol/supervisi agar pelaksanaan tidak

menyimpang secara berarti dengan rencana yang telah ditentukan.”

3 Made Pidarta, 1977, Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta, hal. 15.

5

c. Program supervisi pengawas, dari hasil wawancara di lapangan dengan

kepala sekolah diperoleh keterangan bahwa masih ada pengawas yang

belum meyusun program tahunan maupun pogram semester dengan baik.

Program supervisi berisikan kegiatan supervisi manajerial dan supervisi

akademik, yang akan dijalankan untuk memperbaiki kinerja kepala sekolah

dan guru. Setiap pengawas sekolah menyusun program pengawasan, yang

terdiri atas program tahunan untuk seluruh sekolah binaan dan program

semester untuk masing-masing sekolah.

d. Teknik dan metode kepengawasan, dari hasil wawancara di lapangan

terhadap kepala-kepala sekolah diperoleh keterangan bahwa masih ada

pengawas yang belum menggunakan teknik dan metode kepengawasan

dengan baik terhadap kepala sekolah dan guru, sehingga dapat

mempengaruhi kerja guru. Supervisi sebagai upaya membantu guru dalam

memperbaiki proses pembelajaran, maka pembinaan guru melalui supervisi

dilaksanakan berdasarkan teknik dan metode kepengawasan yang tepat.

e. Guru SMP N Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara

Kabupaten Kapuas Hulu belum dapat menunjukan model pembelajaran

yang kontekstual sehingga pembelajaran yang dilaksanakan sangat

membosankan, tidak ada variasi, tidak kreativitas, sehingga siswa cenderung

pasif dan hasil yang diharapkan belum maksimal. Proses pembelajaran yang

dilakukan oleh guru di kelas masih belum efektif, terlihat dalam proses

pembelajaran, guru tidak menggunakan alat peraga dan media

pembelajaran, kadang kala tidak memberikan evaluasi setelah selesai

6

kompetensi dasar dan kurang tepat menggunakan waktu, dan kurang

memberi kesempatan atau mengajak peserta didik untuk tanya jawab.

f. Standar Kompetensi Pengawas. Di daerah Kabupaten Kapuas Hulu

merupakan daerah yang relatif luas dengan kondisi sekolah yang tersebar di

23 kecamatan. Dengan jumlah pengawas yang masih sedikit sampai saat ini

masih ada pengawas belum memenuhi syarat kompetensi pengawas.

g. Rendahnya Kompetensi Kepala Sekolah. Dari data yang diperoleh pada

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kapuas Hulu masih

sedikit kepala sekolah yang sering mengikuti pelatihan-pelatihan.

h. Diklat Manajemen Kepala Sekolah. Dari penelitian pendahuluan

menunjukkan baru sedikit kepala sekolah mengikuti diklat manajemen

kepala sekolah.

i. Kualifikasi Kepala Sekolah. Dari 9 sekolah yang menjadi objek penelitian,

tingkat kualifikasi kepala sekolah masih rendah. Terlihat 5 orang kepala

sekolah masih berpendidikan D III, 3 kepala sekolah berpendidikan S1 dan

1 orang kepala sekolah berpendidikan S2 sehingga masih banyak yang

belum memenuhi standar minimal pendidikan bagi kepala sekolah yang

sekurang-kurangnya berpedidikan S1.

j. Kompetensi Guru. Dari data yang kami peroleh menunjukkan bahwa

banyak guru-guru yang belum memenuhi standar kompetensi terlihat dari 65

guru yang ada baru 21 guru yang memenuhi standar kompetensi yaitu

berpendidikan S1. Sedangkan yang lainnya masih berpendidikan diploma.

7

k. Diklat Guru. Dari penelitian pendahuluan menunjukkan baru sedikit guru-

guru yang mengikuti pendidikan dan latihan guru sesuai bidang studinya

masing-masing.

l. Sarana dan Prasarana Sekolah. Dari 9 sekolah yang menjadi tempat

penelitan, kondisinya berbeda-beda tingkat kepemilikan sarana prasarana.

Terlihat 1 sekolah sudah memiliki sarana prasarana yang lengkap baik

laboratorium IPA, laboratorium Komputer, laboratorium Bahasa dan

perpustakaan. Ada 2 sekolah baru memiliki laboratorium IPA dan

perpustakaan. Sedangkan yang lainnya belum memiliki laboratorium

maupun perpustakaan.

Dari kenyataan tersebut di atas diasumsikan bahwa guru SMP N Kecamatan

Putussibau Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu belum memiliki

kinerja yang baik, dan dapat dikatakan bahwa penyebabnya adalah karena kelemahan

dalam kepemimpinan kepala sekolah dalam melaksankan peran dan fungsinya

sebagai pemimpin. Kepala sekolah kurang dapat mengarahkan guru-guru dan kurang

sekali memberikan pembinaan terhadap kinerja guru. Guru sebagai pendidik dan

pengajar tidak dapat dilepas begitu saja, tetapi guru masih harus banyak diberi

pembinaan, pengarahan dan motivasi serta pengawasan. Agar guru mau memperbaiki

diri dan mau untuk belajar lebih baik lagi sehingga dapat meningkatkan keterampilan

guna mendukung kompetensinya. Selain itu kepemimpinan kepala sekolah harus

ditingkatkan guna memperbaiki guru, terutama sumber daya manusia agar lebih

berkualitas. Karena pada hakekatnya guru adalah manusia yang lemah dan tidak

8

lepas dari berbagai kealfaan dan kehilafan, karena itu perlu adanya yang mengingat

melalui supervisi pengawas dan supervisi kepala sekolah.

Selanjutnya faktor lain yang berpengaruh seperti sarana prasarana tidak

memadai, alat peraga dan media pembelajaran masih kurang, buku pelajaran masih

kurang, perpustakaan sebagai penunjang dalam belajar masih kurang memadai, disisi

lain guru belum seluruhnya mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan-

pelatihan serta komite sekolah belum berfungsi maksimal sebagai kontrol, ini semua

disebabkan kepemimpinan kepala sekolah yang belum berjalan dengan baik.

Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti supervisi pengawas

dan kualitas kepemimpinan kepala sekolah hubungannya dengan kinerja guru pada

SMP Negeri Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten

Kapuas Hulu.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-

masalah sebagai berikut :

1. Program supervisi pengawas, penelitian pendahuluan menyimpulkan bahwa

dari 7 pengawas yang ada, 5 pengawas sudah melaksanakan program

supervisi, 2 pengawas belum melaksankan program supervisi.

2. Teknik dan metode kepengawasan, penelitian pendahuluan meyimpulkan

bahwa 7 pengawas yang ada, 4 pengawas sudah melaksanakan teknik dan

metode dengan baik, 3 pengawas belum melaksanakan teknik dan metode

dengan baik.

9

3. Kompetensi pengawas belum memenuhi standar, dari 7 pengawas yang ada

5 pengawas sudah kompeten, 2 pengawas belum sertifikasi.

4. Kompetensi kepala sekolah masih rendah, dari 9 kepala sekolah yang ada 6

kepala sekolah sudah disertifikasi, sedangkan 3 kepala sekolah belum

disertifikasi.

5. Kualifikasi pendidikan kepala sekolah masih rendah, dari 9 kepala sekolah

yang ada, 1 kepala sekolah sudah S2, 3 kepala sekolah S1, 5 kepala sekolah

masih D III.

6. Pelatihan manajemen kepala sekolah, penelitian pendahuluan

menyimpulkan, dari 9 kepala sekolah yang ada, 4 kepala sekolah sudah

mengikuti pelatihan, 5 kepala sekolah belum mengikuti pelatihan.

7. Kompetensi guru belum memenuhi standar, dari 65 guru yang ada, 21 guru

sudah kompeten, 44 guru belum disertifikasi.

8. Kurangnya pelatihan pembelajaran bagi guru-guru, dari 65 guru yang ada,

baru 24 guru yang mengikuti pelatihan, 41 guru belum dilatih.

9. Fasilitas belajar masih kurang, dari 9 sekolah yang ada, baru 1 sekolah

memiliki laboraturium IPA, dan 3 sekolah memiliki laboraturium komputer,

sedangkan yang lainnya belum memiliki.

10. Belum semua guru melakukan perencanaan sebelum proses pembelajaran

berlangsung.

11. Aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran belum optimal.

C. Pembahasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah sebagaimana disebutkan di atas,

keterbatasan saran prasarana, maka penelitian ini dibatasi hanya pada supervisi

10

pengawas dan kualitas kepemimpinan kepala sekolah hubungannya dengan kinerja

guru pada SMP Negeri Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka masalah-

masalah yang dicari pemecahannya melalui penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1. Sejauhmana hubungan supervisi pengawas dengan kinerja guru pada SMP

Negeri Kecamtan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten

Kapuas Hulu.

2. Sejauhmana hubungan kualitas kepemimpinan kepala sekolah dengan

kinerja guru pada SMP Negeri Kecamatan Putussibau Selatan dan

Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu.

3. Sejauhmana hubungan supervisi pengawas dan kualitas kepemimpinan

kepala sekolah secara bersama-sama dengan kinerja guru pada SMP Negeri

Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas

Hulu.

E. Kegunaan Hasil Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kapuas Hulu,

sebagai pengambil kebijakan, penelitian ini merupakan sumber masukan

positif dalam mendorong terwujudnya manajemen pendidikan yang baik

disekolah.

11

2. Bagi kepala sekolah penelitian ini menjadi masukan dalam upaya

meningkatkan kualitas kepemimpinan dan kinerja guru

3. Bagi guru, dapat dipergunakan sebagai landasan untuk menentukan

langkah-langkah dan usaha dalam rangka meningkatkan kinerja sehingga

mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam

dunia pendidikan

4. Bagi peneliti, dapat bermanfaat sebagai penelitian dasar untuk penelitian

lanjutan yang berhubungan dengan kepemimpinan, supervisi dan kinerja

guru.

5. Bagi pembaca, dapat menambah khasanah ilmu pendidikan.

12

BAB II

DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskripsi Teori

1. Kinerja Guru

1.1. Pengertian Kinerja

Menurut pendapat Wirawan4 ”Kinerja adalah keluaran yang

dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau

suatu profesi dalam waktu tertentu.”

Menurut Mangkunegara5 ”Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggang jawab yang

diberikan kepadanya.”

Menurut Suharsaputra6 ”Kinerja mempunyai pengertian akan

adanya suatu tindakan atau kegiatan yang ditampilkan oleh seseorang dalam

melaksanakan aktivitas tertentu.” Kinerja seseorang akan tampak pada

situasi dan kondisi kerja sehari-hari. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh

seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya menggambarkan bagaimana ia

berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4 Wirawan, 2009, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia Teori, Aplikasi dan Penelitian,

Jakarta : Salemba Empat, hal. 5. 5 A. A. Anawar Prabu Mangku Negara, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, hal. 67. 6 Uhar Suharsaputra, 2010, Administrasi Pendidikan, Bandung : Refika Aditama, hal. 145.

12

13

Menurut Wibowo7 ” Pengertian performance sering diartikan

sebagai kinerja, hasil kerja atau prestasi kerja.”

Sedangkan menurut ”Murray Ainsworth et.el Basically, it (performance) means an outcome-a result. It is the end point of people, resources and certain environment being brought together, with intention of producing certain things, whether tangible product or less tangible service. To the extent that this interaction result in an out come of the desired level and quality, at agreed cost levels, perpormance will be judged as satisfaktory, good, or excellent. To the extent that the outcome is disappointing, for whatever reason, performance will be judged as poor or deficient.”8

Menurut Fattah ”Pengertian kinerja merupakan prestasi kerja atau

penampilan kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan

yang didasari oleh pengetahuan, sikap, ketrampilan dan motivasi dalam

menghasilkan sesuatu.”9

Menurut Nawawi10 ”Mengemukakan kinerja merupakan gabungan

dari tiga faktor yang terdiri dari :

a. Pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dalam bekerja. Faktor ini mencakup jenis dan jenjang pendidikan serta pelatihan yang pernah diikuti di bidangnya.

b. Pengalaman, yang tidak sekadar berarti jumlah waktu atau lamanya dalam bekerja, tetapi berkenaan juga dengan substansi yang dikerjakan yang jika dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama akan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan sesuatu bidang tertentu.

c. Kepribadian, berupa kondisi di dalam diri seseorang dalam menghadapi bidang kerjanya, seperti, minat, bakat, kemampuan kerja sama/keterbukaan, ketekunan, kejujuran, motivasi kerja, dan sikap terhadap pekerjaan.”

Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukan hanya menyatakan

sebagai hasil kerja, tetapi bagaimana proses kerja berlangsung atau cara

7 Wibowo, 2010, Manajemen Kinerja, Jakarta : Raja Grafindo Persada, hal 2. 8 http : www. Com/Browse/Bookdetail/24595/Managing Performance Managing People, html 9 http : www. Com/Ekonomi Pembiayaan Pendidikan-p-8859, html.

10 Hadari Nawawi, 2006, Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan dan Industri,Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, hal. 64-65.

14

bekerja. Di dalamnya terdapat tiga unsur penting yang terdiri dari : 1) unsur

kemampuan, 2) unsur usaha dan 3) unsur kesempatan, yang bermuara pada

hasil kerja yang dicapai. Dengan demikian berarti seseorang yang memiliki

kemampuan yang tinggi dibidang kerjanya hanya akan sukses apabila

memiliki kesediaan melakukan usaha yang terarah pada tujuan organisasi

atau perusahaan. Selanjutnya kemampuan dan usaha tidak akan cukup

apabila tidak ada kesempatan untuk sukses, baik yang diciptakan sendiri

maupun yang diperoleh dari pihak lain, khususnya dari pihak atasan atau

pimpinan.

Menurut Sedarmayanti ” Kinerja menunjuk pada ciri-ciri atau

indikator sebagai berikut : Kinerja dalam suatu organisasi dapat dikatakan

meningkat jika memenuhi indikator-indikator antara lain : kualitas hasil

kerja, ketepatan waktu, inisiatif, kecakapan dan komunikasi yang baik.”11

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan kinerja

merupakan kemampuan kerja atau prestasi kerja yang diperlihatkan oleh

seseorang guru untuk memperoleh hasil kerja yang optimal sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Guru sebagai tenaga pendidik merupakan pemimpin pendidikan,

sangat menentukan dalam proses pembelajaran, dan peran kepemimpinan

tersebut akan tercermin dari bagaimana guru melaksanakan peran tugasnya.

Hal ini berarti bahwa kinerja guru merupakan faktor yang amat menentukan

bagi mutu pembelajaran yang akan berimplikasi pada kualitas output

pendidikan setelah menyelesaikan sekolah.

11 http : //www. Com/Browse/bookdetail/65349, Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Manajemen Perkantoran, html.

15

Kinerja guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja

yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.

Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan kualitas hasil pendidikan,

karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung

dengan siswa dalam proses pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah.

Kinerja guru menurut Sudirman yang dikutif AKSI dapat dinilai dari aspek

kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru, yang dikenal

dengan istilah kompetensi guru, yang meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Menguasai bahan atau materi pembelajaran, yang pada dasarnya berupa bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah dan bahan pengayaan/penunjang bidang studi.

2. Mengelola program belajar mengajar, dengan cara merumuskan tujuan instruksional/pembelajaran, menggunakan proses instruksional dengan tepat, melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan anak didik serta merencanakan dan melaksanakan program remidial

3. Mengelola kelas, dengan menciptakan suasana kondusif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar

4. Menggunakan media/sumber, dengan mampu mengenal, memilih dan menggunakan mendukung pembelajaran, berupa alat bantu, perpustakaan, teknologi komputer, atau laboraturium secara baik sesuai dengan kebutuhan.

5. Menguasai landasan kependidikan, sebagai landasan berpijak dan bertindak edukatif disetiap situasi dalam usaha mengelola interaksi belajar mengajar.

6. Mengelola interaksi belajar mengajar, merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam upaya transformasi pengetahuan dan internalisasi nilai kepada peserta didik. Keterampilan guru, metode mengajar, sarana dan alat atau teknologi pendukung merupakan komponen penting bagi keberhasilan pengelolaan

7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran merupakan kemampuan untuk memenuhi potensi siswa, menganalisis, dan menggunakan data hasil belajar siswa sebagai umpan balik bagi setiap siswa

8. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah merupakan pemahaman mengenai fungsi dan peranan program ini untuk kepentingan proses belajar mengajar

16

9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah merupakan kemampuan untuk melakukan kegiatan administatif seperti pencatatan dan pelaporan hasil belajar siswa.

10. Memahami prinsip-prinsip dan menapsirkan hasil penelitian guru keperluan pengajaran, merupakan kemampuan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan penalaran untuk menumbuhkan penalaran siswa dan mengembangkan proses belajar mengajar.12

Kinerja guru merupakan prestasi atau pencapaian hasil kerja yang

dicapai guru berdasarkan standar dan ukuran penilaian yang ditetapkan.

Standar dan alat ukur tersebut merupakan indikator untuk menentukan

apakah seorang guru berkinerja tinggi atau rendah. Berdasarkan sifat dan

jenis pekerjaannya, standar tersebut berfungsi pula sebagai alat ukur

pertanggungjawaban.

Menurut Dharma13 ”Manajemen kinerja adalah suatu cara untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik bagi organisasi, kelompok dan individu

dengan memahami dan mengelola kinerja sesuai dengan target yang telah

direncanakan, standar dan persyaratan kompetensi yang telah ditentukan.”

Dengan demikian manajemen kinerja adalah sebuah proses untuk

menetapkan apa yang harus dicapai, dan pendekatannya untuk mengelola

dan pengembangan manusia melalui suatu cara yang dapat meningkatkan

kemungkinan bahwa sasaran akan dapat tercapai dalam suatu jangka waktu

tertentu baik pendek maupun panjang.

Selanjutnya menurut Sianipar ”Manajemen kinerja adalah proses

pemahaman apa yang harus dicapai dengan menyatukan tujuan organisasi

12 AKSI, 2006, Peran Strategis Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,

Sumedang : Alqaprint Jatinangor, hal. 75. 13 Surya Dharma, 2009, Manajemen Kinerja, Falsafah Teori dan Penerapannya, Yogyakarta

: Pustaka Pelajar, hal. 25.

17

dengan tujuan individu dan bagaimana cara mengatur aktivitas dan sumber

daya yang tepat agar tujuan atau kinerja yang dinginkan dapat tercapai.”14

Manajemen kinerja guru dapat ditingkatkan paling tidak melalui

aktivitas utama, ini menurut pendapat Hadiwaratama :

1. Setiap guru harus mendapat proporsi waktu yang memadai dalam perencanaan pengajaran

2. Persiapan guru dalam mengajar harus terkontrol agar benar-benar memiliki kesiapan untuk tampil di kelas

3. Kepala sekolah harus melakukan supervisi secara teratur untuk memahami apa yang terjadi dan memberikan pembinaan yang dipandang perlu untuk meningkatkan kemampuan guru mengajar di kelas.

4. Kepala sekolah harus selalu meningkatkan pengawasan untuk mendorong guru-guru agar terbiasa bekerja dalam disiplin tinggi, hadir di sekolah dan di kelas tepat waktu serta terbiasa melakukan kegiatan yang inovatif untuk mengembangkan mutu proses belajar mengajar di kelas.

5. Kepala sekolah tidak segan-segan untuk memberikan hukuman bagi guru yang kurang disiplin atau melalaikan tugasnya serta memotivasinya agar berbuat lebih baik.15

Kinerja guru adalah prilaku atau respon yang memberikan hasil

yang mengacu kepada apa yang mereka kerjakan ketika menghadapi suatu

tugas yang dibebankan kepadanya. Kinerja guru menyangkut semua

kegiatan atau tingkah laku yang dialami guru pada dasarnya lebih berfokus

pada prilaku guru dalam pekerjaannya, demikian pula perihal efektivitas

guru adalah sejauhmana kinerja tersebut dapat memberikan pengaruh

kepada siswa. Karena secara spesifik tujuan kinerja juga mengharuskan para

guru membuat keputusan dimana tujuan mengajar dinyatakan dengan jelas

dalam bentuk tingkah laku yang kemudian ditransfer kepada siswa.

14 Ibid 15 Ibid

18

Pada konteks lain, mana kala kinerja itu dipandang dari sudut

pendidikan atau berbasis pendidikan lebih merupakan perluasan dari suatu

tujuan perilaku, pendidikan yang didasarkan kinerja sangat tepat diterapkan

untuk mata pelajaran dimana perilaku-perilaku yang tepat tersebut

dideskripsikan atau dinilai melalui tes kinerja maupun observasi melalui

prilaku.

Kinerja merupakan gambaran tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan atau program dalam mewujudkan sasaran tujuan, misi dan visi

organisasi. Oleh karena itu, bila ingin mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya, maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kinerja tersebut. Faktor yang mempengaruhi pencapaian

kinerja adalah faktor kemampuan atau ability dan faktor motivasi atau

motivation. Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis yang dikutif

Mangkunegara yang merumuskan bahwa :

Human Performance = Ability + Motivation Motivation = Attitude + Situation Ability = Knowledge + Skill 1. Faktor kemampuan

Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge+skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man in the right place, the right man on the right job).

2. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara

19

maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus sikap mental yang siap secara psikofisik (siap secara mental, fisik, tujuan dan situasi). Artinya, seorang pegawai harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan, dan menciptakan situasi kerja.”16

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa faktor kemampuan dasar

mempengaruhi kinerja karena dengan kemampuan yang tinggi maka kinerja

pegawai akan tercapai. Sebaliknya, bila kemampuan pegawai rendah atau

tidak sesuai dengan keahliannya maka kinerjapun tidak akan tercapai.

Begitu juga dengan faktor motivasi yang merupakan kondisi yang

menggerakkan diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara

maksimal.

1.2. Tujuan Penilain Kinerja

Suharsimi Arikunto17 ”Menegaskan bahwa nilai adalah mengambil

suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk.” Dengan

demikian penilaian ini merupakan suatu upaya untuk menentukan status,

posisi atau kedudukan dari suatu obyek berdasarkan pada kreteria tertentu.

Upaya membandingkan keadaan obyek dengan kriteria yang ditentukan

disebut penilaian.

Dalam suatu organisasi penilaian kinerja sering disebut sebagai

penilaian prestasi kerja. Penilaian prestasi kerja paling sedikit memiliki dua

kepentingan yakni, kepentingan guru, penilaian ini berperan sebagai umpan

balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan dan

16 Mangkunegara op, cit, hal. 68. 17 Suharsimi Arikunto, 1992, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, hal. 3.

20

potensinya yang ada pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan,

jalur, rencana dan pengembangan karirnya. Sedangkan bagi organisasi

menurut Siagian18 ”Hasil penelitian ini memiliki arti yang sangat penting

terutama dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal, seperti

identifikasi kebutuhan, program pendidikan dan pelatihan, promosi, sistem

imbalan dan berbagai aspek lain yang dianggap penting bagi organisasi.”

Amstrong19 ”Menegaskan bahwa : Penilaian prestasi kerja mempunyai tiga tujuan yakni : 1) membantu memperbaiki prestasi dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan serta melakukan hal-hal yang akan mengembangkan kekuatan dan mengatasi kelemahan, 2) mengenal karyawan yang berpotensi untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar, sekarang atau dimasa yang akan datang dan memberikan bimbingan mengenai apa yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa potensi ini akan berkembang, 3) membantu dan memutuskan kenaikan gaji yang seimbang antara tingkat prestasi dan tingkat gaji.”

Dengan demikian penilaian kinerja memiliki arti penting yakni

untuk memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kualitas input,

proses dan out put suatu lembaga atau organisasi.

Berdasarkan pandangan para pakar di atas dapat dirumuskan bahwa

pada dasarnya kinerja guru adalah mempuyai pengertian akan adanya suatu

tindakan atau kegiatan yang ditampilkan oleh seseorang dalam

melaksanakan aktivitas tertentu, meliputi 4 dimensi : a) dimensi

perencanaan yang terdiri dari 2 indikator, yaitu : 1) penyusunan program, 2)

penyusunan perangkat pembelajaran, b) dimensi melaksanakan

pembelajaran, terdiri dari 1 indikator, yaitu 1) melaksanakan proses

18 Siagian, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara, hal. 223-224. 19 Amstrong, 1994, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Terjemahan Sofyan Cikmat &

Haryanto), Jakarta : Gramedia, hal. 172.

21

pembelajaran, c) dimensi menilai hasil pembelajaran, terdiri dari 3

indikator , yaitu : 1) melaksanakan penilaian hasil belajar, 2) menganalisis

hasil belajar 3) melakukan remedial dan pengayaan, d) dimensi kegiatan

tambahan, yaitu terdiri dari terdiri dari 2 indikator, yaitu : 1) melatih dan

membimbing siswa, 2) bimbingan siswa dalam pengembangan diri.

2. Supervisi Pengawas

2.1. Pengertian Supervisi

Kegiatan supervisi merupakan salah satu tugas dari pengawas

kepada pihak sekolah yang menjadi binaannya dalam rangka mewujudkan

kondisi kerja guru-guru dan pegawai sekolah yang baik dalam

mengembangkan prilaku anggota organisasi sekolah yang bersangkutan.

Menurut pendapat Purwanto20 ”Supervisi adalah suatu aktivitas

pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai

sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.” Fungsi

supervisi dalam pendidikan bukan hanya sekedar kontrol melihat apakah

segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program

yang telah digariskan tetapi lebih dari itu, supervisi dalam pendidikan

mengandung pengertian yang luas. Kegiatan supervisi mencakup penentuan

kondisi-kondisi atau syarat-syarat personil maupu material yang diperlukan

untuk terciptanya situasi belajar mengajar yang efektif.

20 M. Ngalim Purwanto, 2005, Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, hal. 76.

22

Menurut pendapat Muslim21 ”Supervisi adalah sebagai salah satu

model pembinaan staf atau guru-guru.” Pada dasarnya para guru dan mereka

yang terlibat dalam berbagai aktivitas kesupervisian lebih mengenal istilah

inspeksi, sebagaimana pernah dan cukup lama dipraktekkan di lingkungan

persekolahan. Antara konsep inspeksi dan supervisi sebenarnya terdapat

pertentangan yang cukup tajam dalam prinsip dan tindakannya. Inspeksi

lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter serta selalu

mencari kesalahan-kesalahan guru yang diawasi. Sedangkan supervisi

mengandung pengertian yang lebih demokratis menekankan kepada

persahabatan yang dilandasi oleh pemberian layanan dan bekerja sama lebih

baik antara sesama guru-guru.

Konsep inspeksi tidak bisa disamakan dengan konsep supervisi,

dalam arti konsep inspeksi tidak dapat menjadi alternatif atas konsep

supervisi. Mereka datang dari kawasan manajemen yang berbeda. Dalam

proses manajemen, supervisi berada dalam kawasan ”directing” dan

inspeksi berada dalam kawasan ”controlling”. Oleh karena itu supervisi

cenderung kepada usaha pelayanan dan pemberian bantuan dalam rangka

memajukan dan meningkatkan proses dan hasil belajar mengajar.

Sedangkan inspeksi cenderung kepada usaha atau kegiatan menyelidiki dan

memeriksa penyimpangan-penyimpangan serta kekeliruan yang dibuat oleh

guru-guru dan kepala sekolah dalam rangka melaksanakan program

pengajaran di sekolah.

21 Sri Banun Muslim, 2009, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas, Profesionalisme Guru, Bandung : Alfabeta, hal. 36.

23

Dalam prakteknya antara supervisi dan inspeksi mempunyai

pertalian sejarah yang kental. Munculnya supervisi sebagai reaksi atas

praktek inspeksi yang banyak mendapat kecaman dari para staf yang

mendapat perlakuan yang tidak fair. Karena dampak negatif lebih banyak,

maka inspeksi ini makin lama makin ditinggalkan, bersamaan dengan itu

pula lahirlah supervisi yang lebih demokratis sebagi gugatan terhadap

inspeksi.

Seperti yang dikatakan oleh Kimball Wiles yang dikutif Muslim,

“Supervision is assistance in the development of a better teaching situation,

goal, material, techiques, method, teacher, student, and environment.”22

Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan

situasi belajar mengajar. Situasi belajar mengajar inilah yang seharusnya

diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan

demikian layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari

penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Istilah supervisi di dunia pendidikan sudah cukup lama dikenal dan

dibahas oleh pakar pendidikan. Siahan23, “Supervisi adalah segala usaha

petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas

pendidikan lainnya untuk memperbaiki pengajaran, pengembangan

pertumbuhan guru-guru, menyelesaikan dan merevisi tujuan pendidikan,

bahan-bahan pengajaran, metode mengajar dan penilaian pengajaran.”

22 Ibid 23 Amirudin Siahan, 2006,Manajemen Pengawas Pendidikan, Jakarta : Quantum Teaching, hal.

14.

24

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah

pemberian bantuan kepada guru-guru, dan staf untuk memperbaiki proses

pembelajaran dengan menggunakan bahan-bahan pengajaran, metode

mengajar dan penilaian hasil belajar.

Menurut Rifai24 “Bahwa supervisi merupakan pengawasan yang

lebih profesional dibandingkan dengan pengawasan umum karena

perkembangan kemajuan pendidikan yang membutuhkannya, yaitu

pengawasan akademik yang mendasarkan kepada kemampuan ilmiah.”

Pendekatannya bukan lagi pengawasan manajemen biasa yang bersifat in

human, melainkan menuntut kemampuan profesional yang demokratis dan

humanistic oleh para pengawas dalam melaksanakannya karena kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi, diperlukan pengawasan yang profesional,

yang menuntut kemampuan profesional dari para pengawasnya, dan bukan

hanya wewenang administratif saja. Dengan berkembangnya teori-teori

pendekatan administrasi yang lebih memperhatikan cara-cara pendekatan

manusiawi yang sosial, maka pengawasan berkembang menjadi lebih

humanistic dan demokratis, menjadi supervisi yang kita permasalahkan

sekarang.

Supervisi adalah pengawasan profesional dalam bidang akademik,

dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan tentang bidang kerjanya,

memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekedar pengawas

biasa. Pengawas profesional menuntut kemampuan ilmu pengetahuan yang

24 Rifai, 1982, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : Yanmars, hal. 20.

25

mendalam serta kesanggupan untuk melihat sebuah peristiwa pembelajaran

yang tajam. Ia memahami pembelajaran berdasarkan kontektual fenomena

akademik. Sebuah kejadian dipelajari diteliti hubungan dan keterkaitan,

keguanaannya, apa, mengapa dan bagaimana. Kemampuan mengawasi

sangat tajam dalam memahami setiap peristiwa akademik, oleh karena itu

pengawas pendidikan tidak dapat dilakukan oleh sembarang pengawas

apalagi orang yang tidak dipersiapkan terlebih dahulu. Pengawas pendidikan

harus dijalankan oleh orang yang sesuai keahliannya. Itulah sebabnya istilah

pengawasan dalam pendidikan disebut supervisi, sebab harus mengawasi

dengan cermat dan mendalam peristiwa pembelajaran yang berupa kegiatan

akademik yang sifatnya ilmiah bersumber dari teori yang digunakan dalam

sebuah praktek.

Misi utama supervisi pendidikan adalah memberikan pelayanan

kepada guru untuk mengembangkan mutu pembelajaran, memfasilitasi guru

agar dapat mengajar dengan efektif. Melakukan kerja sama dengan guru

atau anggota staf lainnya untuk meningkatkan mutu pembelajaran,

mengembangkan kurikulum serta meningkatkan pertumbuhan

profesionalisasi semua anggota.

Selanjutnya menurut Suhardan25 ”Supervisi adalah aktivitas

akademik yaitu suatu kegiatan pengawasan yang dijalankan oleh orang yang

memiliki pengetahuan lebih tinggi dan lebih dalam dengan tingkat kepekaan

yang tajam dalam memahami objek pekerjaannya dengan hati yang jernih.”

25 Dadang Suhardan, 2010, Supervisi Profesional (Layanan dalam Meningkatkan Mutu

Pengajaran di Era Otonomi Daerah), Bandung : Alfabeta, hal 35.

26

Supervisi merupakan kegiatan akademik yang harus dijalankan oleh mereka

yang mempunyai pemahaman mendalam tentang kegiatan yang

disupervisinya. Kegiatan supervisi harus dijalankan oleh orang yang dapat

melihat berdasarkan kenyataan yang ada dan kemudian di bawa kepada

kegiatan yang seharusnya, yaitu kegiatan yang semestinya harus dicapai.

Orang yang menjalankannya dituntut keharusan memiliki pengetahuan yang

mendalam bagaimana sesungguhnya pekerjaan itu dijalankan.

Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun

200726 “Tentang Standar Pengawas Sekolah Menengah Pertama/Madrasah

Tsanawiyah (SMP/MTS) dan Pengawas Sekolah Menengah Atas/Madrasah

Aliyah (SMA/MA) dan Rumpun Mata Pelajaran. Untuk dimensi kompetensi

supervisi akademik dinyatakan bahwa pengawas harus memiliki kompetensi

sebagai berikut :

1. Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik dan kecenderungan perkembangan tiap mata pelajaran dan rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.

2. Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik dan kecenderungan perkembangan proses pembelajaran/ bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.

3. Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.

4. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa melalui mata-mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.

26 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas

Sekolah Menengah Pertama/Madrasah (SMP/MTS) dan Pengawas Sekolah Menengah Atas (SMA/MA).

27

5. Membimbing guru dalam menyusun rencana persiapan pembelajaran (RPP)untuk tiap mata pelajaran dan rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis

6. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan (di kelas, laboraturium dan atau di lapangan) untuk tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis

7. Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.

8. Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknolohi informasi dalam pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dan rumpun mata pelajaran yang relevan.”

Kompetensi supervisi akademik adalah kemampuan pengawas

sekolah dalam melaksankan pengawasan akademik, yakni menilai dan

membina guru dalam rangka mempertinggi kualitas proses pembelajaran

yang dilaksanakannya, agar berdampak terhadap kualitas hasil belajar siswa.

Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam

meningkatkan mutu proses pembelajaran. Oleh sebab itu sasaran supervisi

akademik adalah guru dalam proses pembelajarn, penyusunan silabus dan

RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media

dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil

pembelajaran serta penilaian tindakan kelas.

Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru

mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi

mencapai tujuan pembelajaran. Didalam pelaksanaannya, supervisi

akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan

kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Seorang guru dalam

melaksanakan tugas proses pembelajarannya dalam penilaian pengawasan

28

dapat ditunjukkan penilaian unjuk kerja merupakan bagian integral dari

serangkaian kegiatan supervisi akademik.

Selanjutnya supervisi menurut Nawawi27 adalah “ Kegiatan

pengawasan yang dilakukan oleh seorang pejabat terhadap bawahannya

untuk melakukan tugas-tugas dan kewajibannya dengan baik sesuai

pertelaan tugas yang digariskan”. Pengertiannya lebih menekankan pada

pengawasan murni dalam arti control kegiatan dari seorang atasan terhadap

bawahannya, agar melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya.

Pengertiannya tidak memberi tekanan pada memberikan bantuan dan

bimbingan bagaimana memperbaiki mutu pekerjaan, melainkan pada

pelaksanaan tugas sesuai pertelaah tugas yang telah digariskan.

Sergiovani dan Starrt28 mengemukakan “ Supervision is a proses

designed to help teacher and supervisor leam more about their practice; to

better able to use their knowledge and skill to better serve parents and

school; and to make the school a more efektive learning

community.”Artinya, supervisi merupakan suatu proses yang dirancang

secara khusus untuk membantu para kepala sekolah dan guru dalam

mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan

pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih

baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan

sekolah sebagai masyarakat yang lebih baik.

27 Hadari Nawawi, 1997, Administrasi Pendidikan, Jakarta : Gunung Agung, hal. 99. 28 Thomas Sergiovani, 1996, Education and Administration, New Jersey : Prentice Hall Inc, h,

137

29

Menurut Neagley dalam Ngalim mengemukakan bahwa supervisi

diartikan ”Sebagai bantuan, pengarahan, bimbingan kepala sekolah terhadap

personal.”29Para pengawas dalam membina dan mengarahkan serta

membimbing guru dapat dilakukan melalui supervisi, mengingat supervisi

tersebut memiliki peran strategis dalam upaya meningkatkan kemampuan

profesional guru dalam kegiatan proses pembelajaran. Pengawas harus

mampu membimbing, membina dan mendorong guru dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran, hal ini

supervisi berorientasi pada pengajaran dan usaha perbaikan.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Sutisna30 dikatakan bahwa

”Supervisi oleh pengawas sebagai suatu bentuk pelayanan, bantuan

profesional atau bimbingan guru-guru dan melalui pertumbuhan

kemampuan guru hendak meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran.”

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Sahertian31 ”Menegaskan bahwa

supervisi adalah memberikan layanan kepada guru-guru baik secara

individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran.”

Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat ditarik tiga unsur

penting dalam rumusan pengertian supervisi sebagai berikut : 1) unsur

proses pengarahan, bantuan atau pertolongan, 2) unsur personal yang

berhubungan langsung dengan kegiatan organisasi sekolah yang diberikan

29 Ibid 30 Oteng Sutisna, 1993, Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional,

Bandung : Angkasa, hal. 271. 31 Piet A. Sahertian, 2008, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka

Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta : Rineka Cipta, hal. 19.

30

pertolongan, dan 3) proses pengelolaan pendidikan sebagai obyek yang

perlu diperbaiki.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa supervisi pengawas

adalah layanan, bantuan, untuk membimbing guru-guru memperbaiki

pengajaran dan meningkatkan mutu pendidikan.

Selain itu Hamalik32 ”Mengemukakan bahwa menyangkut

pelayanan Supervisor :

Yaitu pengawas hendaklah berpandangan luas, memahami rencana dan program yang telah digariskan, berwibawa dan memiliki kecakapan praktis tentang kepengawasan, terutama human relation, memiliki sifat jujur, tegas dan konsekuen, ramah dan rendah hati serta berkemauan keras, rajin bekerja untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu pula, bahwa pengawas sebagai supervisor juga harus memiliki keterampilan teknis seperti : 1) menetapkan criteria untuk menyeleksi sumber-sumber pengajaran, 2) mendayagunakan system kunjungan kelas, 3) mendayagunakan rapat kepengawasan pengajaran, 4) merumuskan tujuan pengajaran yang jelas, 5) mengaplikasikan hasil penelitian, 6) mengembangkan langkah-langkah evaluasi, 7) mendemonstralisasikan keterampilan mengajar.”

Seorang supervisor apakah ia kepala sekolah, pengawas sekolah

dan pengawas sekolah rumpun mata pelajaran dalam melaksanakan

supervisi hendaknya berlandaskan pada prinsip-prinsip supervisi.

Adapun prinsip supervisi yang dikemukakan oleh Sagala33 : 1. Ilmiah, berarti :

a) Menggunakan alat (instrument) yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar.

b) Sistematis, berarti dilaksanakan secara teratur, berencana dan berkelanjutan.

c) Objektif, berarti data yang didapat berdasarkan hasil observasi nyata. Kegiatan- kegiatan perbaikan atau pengembangan

32 Oemar Hamalik, 2002, Pendekatan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta :

Bumi Aksara, hal. 103. 33 Syaiful Sagala, 2009, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung

Alfabeta, hal.199.

31

berdasarkan hasil kajian kebutuhan-kebutuhan guru atau kekurangan guru, bukan berdasarkan tafsiran pribadi.

2. Demokratis, berarti menjunjung tinggi azas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain.

3. Kooperatif, berarti kerja sama seluruh staf dalam kegiatan pengumpulan data, analisa data dan perbaikan serta pengembangan proses belajar mengajar hendaknya dilakukan dengan cara kerja sama seluruh staf sekolah.

4. Konstruktif dan kreatif. Membina inisiatif guru dan mendorong guru untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan bebas menggunakan potensi-potensinya. Supervisor perlu menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip tersebut di atas.

Supervisi merupakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan

teknis edukatif di sekolah, bukan sekedar pengawasan terhadap fisik

material. Supervisi merupakan pengawasan terhadap kegiatan akademik

yang berupa proses belajar mengajar, pengawasan terhadap guru dalam

mengajar, pengawasan terhadap murid yang belajar dan pengawasan

terhadap situasi yang menyebabkannya. Aktifitasnya dilakukan dengan

mengidentifikasi kelemahan-kelemahan pembelajaran yang diperbaiki, apa

yang menjadi penyebab dan mengapa guru tidak berhasil melaksanakan

tugasnya dengan baik. Berdasarkan hal tersebut kemudian diadakan tindak

lanjut yang berupa perbaikan dalam bentuk pembinaan. Pembinaan

merupakan sebuah pelayanan terhadap guru dalam memperbaiki kinerjanya.

Pembinaan selain pelayanan terhadap guru, juga merupakan usaha preventif

unttuk mencegah supaya guru tidak terulang kembali melakukan kesalahan

serupa yang tidak perlu, menggugah kesadarannya supaya mempertinggi

kecakapan dan keterampilan mengajarnya.

32

Dengan adanya pengawasan yang dilakukan oleh supervisor untuk

meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru-guru agar dapat

memperbaiki proses pembelajaran, meningkatkan kinerja guru dan

pendidikan pada umumnya, sehingga mutu pendidikan akan meningkat.

2.2. Program Supervisi Pengawas

Program supervisi biasanya berisikan kegiatan yang akan

dijalankan untuk memperbaiki kinerja guru dalam meningkatkan situasi

pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Di dalam program

supervisi tertuang berbagai usaha dan tindakan yang perlu dijalankan

supaya pembelajaran menjadi lebih baik, sehingga akselerasi belajar peserta

didik makin cepat dalam mengembangkan potensi dirinya, karena guru

lebih mampu mengajar.

Program supervisi harus realistik dan dapat dilaksanakan dengan

baik, sehingga benar-benar membantu mempertinggi kinerja guru. Program

supervisi yang baik menurut Sutisna34 ”Mencakup keseluruhan proses

pembelajaran yang membangun lingkungan belajar mengajar yang

kondusif, di dalamnya mencakup maksud dan tujuan, pengembangan

kurikulum, metode mengajar, evaluasi, pengembangan pengalaman belajar

murid yang direncakan baik dalam intra maupun extra kurikuler.”

Program supervisi berprinsip kepada proses pembinaan guru yang

menyediakan motivasi yang kaya bagi pertumbuhan kemampuan

34 Ibid.

33

profesionalnya dalam mengajar. Guru menjadi bagian integral dalam usaha

peningkatan mutu sekolah, mendapat dukungan semua pihak disertai dana

dan fasilitasnya. Bukan sebuah kegiatan suplemen atau tambahan.

2.3. Tujuan supervisi Pendidikan

Tujuan supervisi pendidikan adalah memberikan layanan dan

bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan

guru di kelas. Dengan demikian jelas bahwa tujuan supervisi adalah

memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas belajar guru

di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa.

Bukan saja memperbaiki kemampuan mengajar tapi juga untuk

mengembangkan potensi kualitas guru. Pendapat ini sesuai dengan apa yang

dikemukakan oliva yan dikutif Sahertian bahwa sasaran (domain) supervisi

pendidikan adalah : ”1) Mengembangkan kurikulum yang sedang

dilaksanakan di sekolah 2) Meningkatkan proses belajar mengajar di

sekolah 3) Mengembangkan seluruh staf di sekolah.”35

2.4. Pengawas Pendidikan dan Pengawasan

Dalam proses pendidikan, pengawas atau supervisi merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan

mutu pendidikan. Supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan

layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru baik

secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas

35 Ibid

34

proses dan hasil pembelajaran. Substansi hakikat pengawasan yang

dimaksud menunjukan pada segenap upaya bantuan supervisor kepada

stakeholder pendidikan terutama guru yang ditujukan untuk perbaikan-

perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran. Bantuan yang diberikan

kepada guru berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan

penilaian yang obyektif dalam acuan perencanaan program pembelajaran

yang dibuat.

Proses bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatan

kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang

diberikan benar-benar tepat sasaran dan mampu memperbaiki serta

mengembangkan situasai belajar.

Pengawas satuan pendidikan adalah pejabat fungsional yang

berkedudukan sebagai pelaksana teknis untuk melakukan pengawasan

pendidikan terhadap sejumlah sekolah yang ditunjuk/ditetapkan dalam

upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar/bimbingan untuk

mencapai tujuan pendidikan. Aktivitas pengawas sekolah selanjutnya adalah

menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah satuan

pendidikan dan sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi

tanggung jawabnya. Penilaian itu dilakukan untuk penentuan derajat

kualitas berdasarkan kriteria (tolak ukur) yang ditetapkan terhadap

penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Sedangkan kegiatan pembinaan

dilakukan dalam bentuk arahan, saran dan bimbingan.36

36 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, No. 020/U/1998/tanggal

6 Februari 1998.

35

Kegiatan pengawasan harus difokuskan pada prilaku dan

perkembangan siswa sebagai bagian penting dari : Kurikulum/mata

pelajaran, organisasi sekolah, kualitas belajar mengajar, penilaian/evaluasi,

sistem pencatatan, kebutuhan khusus, administrasi dan manajemen,

bimbingan dan konseling, peran dan tanggung jawab orang tua dan

masyarakat.

Fokus pengawaan sekolah meliputi : standarisasi dan prestasi yang

diraih siswa, kualitas layanan siswa disekolah (efektivitas belajar mengajar,

kualitas program kegiatan dalam menuhi kebutuhan dan minat siswa), serta

kepemimpinan dan manajemen sekolah. Kepengawasan merupakan kegiatan

atau tindakan pengawasan dari seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab

dan wewenang melakukan pembinaan dan penilaian terhadap orang atau

satuan pendidikan yang dibina. Seseorang yang diberi tugas tersebut disebut

pengawas atau supervisor. Dalam bidang kependidikan dinamakan

pengawas sekolah atau pengawas satuan pendidikan. Pengawasan perlu

dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara

berkesinambungan pada sekolah yang diawasinya.

Indikator peningkatan mutu pendidikan di sekolah dilihat dari pada

setiap komponen pendidikan antara lain : Mutu lulusan, kualitas guru,

kepala sekolah, staf sekolah (tenaga adminstrasi, laboran dan teknisi, tenaga

perpustakaan), proses pembelajaran, sarana dan prasarana, pengelolaan

sekolah, implementasi kurikulum, sistem penilaian dan komponen lainnya.

Ini berarti melalui pengawasan harus terlihat dampaknya terhadap kinerja

sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan. Itulah sebabnya kehadiran

36

pengawas sekolah harus menjadi bagian integral dalam peningkatan mutu

pendidikan, agar bersama guru, kepala sekolah dan staf sekolah lainnya

berkolaborasi membina dan mengembangkan mutu pendidikan di sekolah

yang menjadi binaan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Kiprah supervisor menjadi bagian integral dalam peningkatan mutu

pendidikan di sekolah dapat divisualisasikan tanpak bahwa hakikat

pengawasan memiliki empat dimensi, menurut Majalah Forwas37 ”Yaitu :

a. Support Dimensi ini menunjukan pada hakikat kegiatan pengawasan yang

dilakukan oleh supervisor itu harus mampu mendukung (support) kepada pihak sekolah untuk mengevaluasi diri kondisi existingnya. Oleh karena itu supervisor bersama pihak sekolah dapat melakukan analisis kekuatan, kelemahan dan potensi serta peluang sekolahnya untuk mendukung peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan.

b. Trus Dimensi ini menunjuk pada hakikat kegiatan pengawas yang dilakukan

oleh supervisor itu harus mampu membina kepercayaan (trust) stakeholder pendidikan dengan menggambarkan profil dinamika sekolah masa depan yang lebih baik dan menjanjikan.

c. Challenge Dimensi ini menunjuk pada hakekat kepengawasan yang dilakukan

supervisor itu harus mampu memberikan tantangan pengembangan sekolah kepada stakeholder pendidikan disekolah. Tantangan ini harus dibuat serealistis mungkin agar dapat dan mampu dicapai oleh pihak sekolah, berdasarkan pada situasi dan kondisi sekolah pada saat ini, dengan demikian stakeholder tertantang untuk bekerjasama secara kolaboratif dalam rangka mengembangkan mutu sekolah.

d. Networking and Collaboration Dimensi ini menunjukan pada kakekat kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh supervisor itu harus mampu mengembangkan jejaring dan berkolaborasi antar stakeholder pendidikan dalam rangka meningkatkan produktivitas, efektivitas dan efisiensi pendidikan di sekolah.”

Fokus dari keempat dimensi hakikat pengawasan itu dirumuskan

dalam tiga aktivitas utama pengawasan berdasarkan Forwas (forum

37 Majalah Forum Pengawas, Nomor 28/XII/2008, hal. 11.

37

Kepengawasan Nomor 28/XII/2008, halaman 12) yaitu : negosiasi,

kolaborasi dan networking. Negosiasi dilakukan oleh supervisor terhadap

stakeholder pendidikan dengan focus pada substansi apa yang dapat dan

perlu dikembangkan atau ditingkatkan serta bagaimana cara

meningkatkannya. Kolaborasi merupakan inti kegiatan supervisi yang harus

selalu diadakan kegiatan bersama dengan pihak stakeholder pendidikan di

sekolah binaannya. Hal ini penting karena muara untuk terjadinya

peningkatan mutu pendidikan ada pada pihak sekolah. Networking

merupakan inti hakikat kegiatan supervisi yang prospektif untuk

dikembangkan terutama pada era globalisasi dan cybernet teknologi seperti

sekarang ini.

Jejaring kerja sama dapat dilakukan baik secara harisontal maupun

vertical. Jejaring kerjasama secara harisontal dilakukan dengan sesama

sekolah sejenis untuk saling bertukar informasi dan sharing pengalaman

pengembangan mutu sekolah, misalnya melalui MKP, MKKS, MGBS,

MGMP. Jejaring kerja sama secara vertiakal dilakukan baik dengan sekolah

pada arah dibawahnya sebagai pemasok siswa barunya, maupun dengan

sekolah pada jenjang pendidikan di atasnya sebagai lembaga yang akan

menerima para siswa lulusannya.

Berdasarkan ketentuan yang berlaku saat ini pengawas sekolah atau

pengawas satuan pendidikan adalah tenaga kependidikan profesional yang

diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang

berwenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan di

38

sekolah baik pengawasan dalam bidang akademik (teknis pendidikan)

maupun bidang manajerial (pengelolaan sekolah). Jabatan pengawas adalah

jabatan fungsional bukan jabatan struktural sehingga untuk menyandang

predikat sebagai pengawas haruslah sudah berstatus tenaga pendidik/guru

dan atau kepala sekolah/wakil kepala sekolah, setidak-tidaknya pernah

menjadi guru.

Berdasarkan rumusan di atas maka kepengawasan adalah aktifitas

profesional pengawas dalam rangka membantu sekolah binaannya melalui

penilaian dan pembinaan yang terencana dan berkesinambungan.

Pembinaan diawali dengan mengidentifikasi dan mengenali kelemahan

sekolah binaannya, menganalisis kekuatan/potensi dan prospek

pengembangan sekolah sebagai bahan untuk menyususn program

pengembangan mutu dan kinerja sekolah binaannya.

Untuk itu pengawas harus mendampingi pelaksanaan dan

pengembangan program-program inovasi sekolah. Ada tiga langkah yang

harus ditempuh pengawas dalam menyusun program kerja agar dapat

membantu sekolah mengembangkan program inovasi sekolah.

Ketiga langkah tersebut adalah :

a) Menetapkan standar/kriteria pengukuran performasi sekolah

(berdasarkan evaluasi diri sekolah).

b) Membandingkan hasil tampilan performansi itu dengan ukuran dan

kriteria/benchmerk yang telah direncanakan, guna menyusun program

pengembangan sekolah.

39

c) Melakukan tindakan pengawasan yang berupa

pembinaan/pendampingan untuk memperbaiki implementasi program

pengembangan sekolah.

Dalam melaksanakan kepengawasan, ada sejumlah prinsip yang

dapat dilaksanakan pengawas agar kegiatan kepengawasan berjalan efektif.

Prinsip-prinsip tersebut antara lain : Trust, artinya kegiatan kepengawasan

dilaksanakan dalam pola hubungan kepercayaan antara pihak sekolah

dengan pihak pengawas sekolah sehingga hasil kepengawasannya dapat

dipercaya. Realistic, artinya kegiatan pengawasan dan pembinaannya

dilaksanakan berdasarkan data eksisting sekolah. Utility, artinya proses dan

hasil pengawasan harus bermuara pada manfaat bagi sekolah untuk

mengembangkan mutu dan kinerja sekolah binaannya. Supporting,

Networking dan collaborating, artinya seluruh aktivitas pengawas pada

hakikatnta merupakan dukungan terhadap upaya sekolah menggalang

jejaring kerja sama secara kolaboratif dengan seluruh stakeholder. Testable,

artinya hasil pengawasan harus mampu menggambarkan kondisi kebenaran

objektif dan siap diuji ulang atau dikonfirmasi pihak manapun.

Prinsip-prinsip di atas digunakan pengawas dalam rangka

melaksanakan tugas pokoknya sebagai seorang pengawas/supervisor

pendidikan pada sekolah yang dibinanya. Dengan demikian kehadiran

pengawas di sekolah bukan untuk mencari kesalahan sebagai dasar untuk

memberi hukuman akan tetapi harus menjadi mitra sekolah dalam membina

dan mengembangkan mutu pendidikan di sekolah sehingga secara bertahap

40

kinerja sekolah semakin meningkat menuju tercapainya sekolah yang

efektif.

Prinsip-prinsip kepengawasan itu harus dilaksanakan dengan tetap

memperhatikan kode etik pengawas satuan pendidikan. Kode etik yang

dimaksud minimal berisi sembilan hal berikut ini :

1) Dalam melaksanakan tugasnya pengawas satuan pendidikan senantiasa

berlandaskan Iman dan Taqwa serta mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknilogi.

2) Pengawas satuan pendidikan senantiasa merasa bangga dalam

mengemban tugas sebagai pengawas.

3) Pengawas satuan pendidikan memiliki pengabdian yang tinggi dalam

menekuni tugas pokok dan fungsinya sebagai pengawas.

4) Pengawas satuan pendidikan bekerja dengan penuh rasa tanggungjawab

dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai pengawas.

5) Pengawas satuan pendidikan menjaga citra dan nama baik profesi

pengawas.

6) Pengawas satuan pendidikan menjunjung tinggi disiplin dan etos kerja

dalam melaksanakan tugas profesional pengawas.

7) Pengawas satuan pendidikan mampu menampilkan keberadaan dirinya

sebagai supervisor profesional dan tokoh yang diteladani.

8) Pengawas satuan pendidikan sigap dan trampil dalam menanggapi dan

membantu pemecahan masalah-masalah yang dihadapi stakeholder

sekolah binaannya.

41

9) Pengawas satuan pendidikan memiliki rasa kesetiakawanan sosial yang

tinggi, baik terhadap stake holder sekolah binaannya maupun terhadap

koleganya.

2.5. Prinsip-Prinsip Supervisi Pengawas

Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi

dilingkungan pendidikan adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang

bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif.

Suatu sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa

aman dan merasa diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri.

Untuk itu supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang

objektif. Bila demikian, maka prinsip-prinsip yang dilaksanakan adalah :

a. Prinsip ilmiah

Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut :

1) Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif yang

diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar.

2) Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data, seperti

angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya.

3) Setiap kegiatan supervise dilaksanakan secara sistematis, berencana

dan kontinyu.

b. Prinsip Demokratis

Layanan dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan

hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru

merasa aman untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis

mengandung makna menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru,

42

bukan berdasarkan atasan dan bawahan, tapi berdasarkan rasa

kesejawatan.

c. Prinsip Kerja sama

Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah Supervisi

Sharing of idea, sharing of experience, memberi support, mendorong,

menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama/

d. Prinsip konstruktif dan kreatif

Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan

potensi kreatifitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja

yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara menakutkan.

2.6. Metode dan teknik supervisi pengawas

Usaha untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan

potensi sumber daya guru dapat dilaksanakan dengan berbagai alat (device)

dan teknik supervisi. Umumnya alat dan teknik supervisi dapat dibedakan

dalaam dua macam alat atau teknik. Menurut John Minor Gwy yang dikutif

Sahertian teknik yang bersifat individual, yaitu ”Teknik yang dilaksanakan

untuk seorang guru secara individual dan teknik yang bersifat kelompok,

yaitu teknik yang dilakukan untuk melayani lebih dari satu orang.”38

Metode dan Teknik Supervisi

Tugas pengawas satuan pendidikan ketika melaksankan tugas

pengawasnya, haruslah memahami metode dan teknik supervisi akademik

agar kegiatan supervisi dapat dilaksanakan dengan baik dan hasil

38 Sahertian op, cit, hal. 52.

43

pembinaannya mencapai tujuan. Ada beberapa metode dan teknik supervisi

yang dapat dilakukan pengawas. Metode-metode tersebut dibedakan antara

yang bersifat individual dan kelompok :

a. Teknik yang bersifat individual

1) Perkunjungan kelas

Perkunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala

sekolah, pengawas datang ke kelas untuk melihat cara guru mengajar di

kelas. Tujuan perkunjungan kelas adalah untuk memperoleh data

mengenai keadaan sebenarnya selama guru mengajar. Dengan data itu

superisor dapat berbincang-bincang dengan guru tentang kesulitan yang

dihadapi guru-guru. Pada kesempatan itu guru-guru dapat

mengemukakan pengalaman-pengalaman yang berhasil dan hambatan-

hambtan yang dihadapi serta meminta bantuan, dorongan dan mengikut

sertakan.

Ada tiga macam perkunjungan kelas yaitu :

a) Perkunjungan tanpa diberitahu (unannounced visitation),

Supervisor tiba-tiba datang ke sekolah tanpa diberitahukan

lebih dahulu.

b) Perkunjungan dengan cara memberi tahu lebih dahulu

(announced visitation), biasanya supervisor telah memberikan

jadwal perkunjungan sehingga guru-guru tahu pada hari dan

jam berapa ia akan dikunjungi.

c) Perkunjngan atas undangan guru (visit open invitation),

perkunjungan seperti ini akan lebih baik. Oleh karena itu guru

44

punya usaha dan motivasi untuk mempersiapkan diri dan

membuka diri agar dia dapat memperoleh balikan dan

pengalaman baru dari hal perjumpaannya dengan supervisor.

2) Observasi kelas

Observasi kelas secara sederhana dapat diartikan melihat dan

memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang tampak. Observasi

kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap

proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Ada dua macam

observasi kelas yaitu observasi lnagsung dan observasi tidak langsung.

Observasi langsung dengan menggunakan alat observasi, supervisor

mencatat absen yang dilihat pada saat guru sedang mengajar,

sedangkan observasi tidak langsung yaitu orang yang diobservasi

dibatasi oleh ruang kaca di mana murid-murid tidak mengetahuinya

(biasanya dilakukan dalam laboraturium untuk pengajaran mikro).

Adapun tujuan observasi adalah :

a) Untuk memperoleh data yang subyektif mungkin sehingga

bahan yang diperolah dapat digunakan untk menganalisis

kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru dalam usaha

memperbaiki hal belajar mengajar.

b) Bagi guru sendiri data yang dianalisis akan dapat membantu

untuk mengubah cara-cara mengajar kearah yang lebih baik.

c) Bagi murid-murid sudah tentu akan dapat menimbulkan

pengaruh positif terhadap kemajuan belajar mereka.

45

3) Percakapan Pribadi (individual conference)

Individual conference atau percakapan pribadi antara seorang

supervisor dengan seorang guru. Dalam percakapan itu kedua-duanya

berusaha berjumpa dalam pengertian tentang mengajar yang baik. Yang

dipercayakan adalah usaha-usaha untuk memecahkan problema yang

dihadapi oleh guru. Salah satu yang penting dalam supervisi adalah

individual conference, sebab dalam individual conference seorang

supervisor dapat bekerja secara individual dengan guru dalam

memecahkan problema-problema pribadi yang berhubungan dengan

jabatan mengajar (personal and professional problem) misalnya,

pemilihan dan pemakaian alat-alat pelajaran tentang penantuan dan

penggunaan metode mengajar dan sebagainya.

Adapun tujuan individual conference atau percakapan pribadi :

a) Terutama sekali untuk memberikan kemungkinan

pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan-

kesulitan yang dihadapi.

b) Memupuk dan mengembangkan hal mengajar yang lebih baik

lagi.

c) Memperbaiki kelemahan-kelemahan dan kekurangan-

kekurangan yang sering dialami oleh guru dalam

melaksanakan tugasnya di sekolah.

d) Menghilangkan dan menghindari segala prasangka yang bukan

bukan.

46

4) Saling mengunjungi kelas (intervisation)

Saling mengunjungi kelas dapat juga digolongkan sebagai

teknik supervisi secara perorangan. Kegiatan ini dilakukan guru yang

satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu

sendiri. Dengan mengunjungi kelas ini diharapan guru akan

memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya melalui

pelaksanaan proses pembelajaran, pengelolaan kelas, dan sebagainya.

Adapun mengunjungi kelas dapat berhasil dengan baik

dan bermanfaat, maka harus ada beberapa hal yang diperhatikan antara

lain :

a) Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan

sebaik-baiknya. Diupayakan agar mencari guru yang

berpengalaman sehingga mampu memberikan pengalaman

baru bagi guru-guru yang akan mengunjungi.

b) Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.

c) Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan

kelas.

d) Pengawas hendaknya mengikuti cara ini dengan cermat.

Amatilah apa-apa yang ditamapilkan secara cermat, dan

mencatatnya pada format-format tertentu.

e) Adakan tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas, misalnya

dengan percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-

tugas tertentu.

47

f) Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan,

yaitu dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang

dihadapi.

g) Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan

antar kelas berikutnya.

5) Menilai diri sendiri

Salah satu tugas yang tersukar bagi guru-guru adalah melihat

kemampuan diri sendiri dalam menyajikan bahan pelajaran. Untuk

mengukur kemampuan mengajarnya, disamping menilai murid-murid,

juga penilian terhadap diri sendiri merupakan teknik yang dapat

membantu guru dalam pertumbuhannya.

Tipe dari alat ini yang dapat digunakan antara lain berupa :

a) Suatu daftar pandangan/pendapat yang disampaikan kepada

murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas.

Biasanya disusun dalam bentuk bertanya baik secara tertutup

maupun secara terbuka dan tidak perlu memakai nama.

b) Menganalisis tes-tes terhadap unit-unit kerja.

c) Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan (record)

baik mereka bekerja secara perorangan maupun secara

kelompok.

b. Teknik supervisi kelompok

Teknik supervisi kelompok adalah suatu teknik yang digunakan

untuk dilaksanakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru

dalam suatu kelompok.

48

Teknik supervisi kelompok ada beberapa diantaranya adalah :

1) Pertemuan orientasi bagi guru-guru 2) Panitia penyelenggara 3) Rapat

guru 4) Diskusi sebagai proses kelompok 5) Tukar menukar pengalaman 6)

Lokakarya (workshop) 7) Diskusi panel 8) Seminar 9)Demonstrasi

mengajar 10) Buletin supervisi 11) Laboraturium kurikulum.

Berdasarkan pandangan para pakar di atas dapat dirumuskan bahwa

pada dasarnya supervisi pengawas adalah layanan, bantuan, pembinaan

yang diberikan pengawas sekolah kepada kepala sekolah dan guru dalam

rangka memberikan jalan keluar terhadap berbagai permasalahan tugas

sehari-hari di sekolah dalam usaha meningkatkan mutu proses

pembelajaran, meliputi 3 dimensi : a) dimensi peran supervisi pengawas

yang terdiri dari 5 indikator, yaitu : 1) bantuan kepada kepala sekolah

memecahkan persoalan akademik, 2) bantuan kepada guru, 3) pembinaan

kepada guru, 4) memupuk semangat kepala sekolah, 5) pembinaan

pengelolaan administrasi sekolah b) dimensi karakteristik supervisi

pengawas terdiri dari 3 indikator yaitu : 1) pengalaman supervisi, 2)

musyawarah supervisi, 3) peningkatkan kualitas kepemimpinan, c)

dimensi pelaksanaan supervisi 2 indikator yaitu : 1) peningkatan kualitas

pendidikan, 2) kerja sama.

3. Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

3.1. Pengertian Kepemimpinan

Dalam setiap kegiatan manusia yang beranggotakan orang-orang

dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan selalu membutuhkan

49

kepemimpinan, demikian juga dalam suatu organisasi keberadaan pimpinan

sangat penting. Keberhasilan dari sebagian besar organisasi ditentukan oleh

kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh orang-orang yang diserahi

amanah untuk memimpin organisasi, yaitu kemampuan mempengaruhi

bawahan agar bekerja sesuai dengan tujuan yang ditentukan organisasi.

Orang yang menjalankan proses kepemimpinan disebut pemimpin

sedangkan orang yang dipimpin disebut anggota atau pengikut. Dalam

berbagai tindakannya seorang pemimpin mempengaruhi anggota, karena itu

peran pemimpin sangat signifikan dalam menentukan arah dan kualitas

kehidupan manusia, baik dalam keluarga maupun organisai dan masyarakat

serta negara pada suatu bangsa, bahkan proses kepemimpinan dapat

berlangsung di mana saja dan setiap waktu.

Menurut pendapat Yukl39 ”Kepemimpinan adalah proses untuk

mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang

perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta

proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai

tujuan bersama.”

Dalam kepemimpinan ini mencakup upaya yang tidak hanya

mempengaruhi dan memfasilitasi pekerjaan kelompok atau organisasi yang

sekarang tetapi dapat juga digunakan untuk memastikan bahwa semuanya

dipersiapkan untuk memenuhi tantangan di masa depan. Dan kepemimpinan

dipandang baik sebagai peran khusus dan proses pemberian pengaruh secara

39 Gary Yukl, 2009, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Jakarta : PT. Indeks, hal. 8.

50

sosial. Setiap orang dapat memerankannya misalnya kepemimpinan dapat

dilakukan bersama atau didistribusikan, tetapi beberapa pembedaan peran

diasumsikan terjadi dalam berbagai kelompok atau organisasi. Baik proses

rasional maupun emosional ditinjau sebagai aspek yang esesnsisal dalam

kepemimpinan. Tidak ada asumsi yang dilakukan atas hasil aktual dari

proses pengaruh, karena evaluasi harus sangat sulit dilakukan dan sangat

subyektif.

Menurut Adair40” Kepemimpinan adalah seni memengaruhi

sekelompok orang untuk mengikuti suatu alur kegiatan, seni mengendalikan

mereka, mengarahkan mereka, dan membuat mereka mengeluarkan potensi

terbaik.”

Kepemimpinan merupakan seni mempengaruhi bawahan dan

berkaitan dengan manajem untuk menggerakkan orang-orang agar dapat

bekerja dengan segenap potensi yang dimiliki dalam mencapai tujuan

organisisi.

Menurut Robbins41 ”Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk

mempengaruhi sebuah kelompok untuk mencapai suatu visi atau

serangkaian tujuan tertentu.” Selanjutnya menurut Hampton42 menegaskan

bahwa ”Kepemimpinan merupakan kreativitas kesanggupan mempengaruhi

dan memotivasi pihak lain dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam

kreativitas seni pemimpin adalah seni membangun lembaga, mengerjakan

40 John Adair, 2007, Cara menumbuhkan Pemimpin, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, hal

15 41 Stephan P. Robbin, 2007,, Organization Behavior, Jakarta : Salemba Empat, hal. 48. 42 David R. Hampton, 1993, Management, New York : McGraw-Hill Book Campany, hal. 449

51

orang dan teknologi, mengatur serta mempertahankannya.” Maka kaitan

dengan kepemimpinan kepala sekolah di sini adalah kemampuan kepala

sekolah dalam mempengaruhi, memotivasi, memberikan contoh dan

teladan terhadap guru dalam mencapai tujuan pendidikan.

Yang perlu diingat bahwa pemimpin menjadi pemberi inspirasi,

motivasi, dorongan, penggerak dan semangat serta gagasan baru, hal ini

sependapat dengan Wirawan43 bahwa ” Inovasi merupakan kemampuan

untuk menerapkan ide-ide baru untuk memecahkan masalah yang dihadapi

mencapai peluang atau memproduksi produk baru.” Untuk mencapai tujuan,

pemimpin mengadakan dan memanfaatkan hal-hal yang dapat membantu

bawahan. Hal-hal tersebut adalah dapat berupa sarana bendawi seperti alat-

alat, modal, tanah, kendaraan, gedung dapat pula berupa sarana non

bendawi seperti peraturan, cita-cita yang dicanangkan, instruksi yang

dikeluarkan dan lain-lain.

Selanjutnya menurut Lester yang dikutif oleh Timpe,

”Kepemimpinan sebagai seni mempengaruhi dan mengarahkan orang

dengan cara kepatuhan, kepercayaan, hormat dan bersemangat untuk

bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.”44 Dalam kepemimpinan

terdapat tiga unsur penting, yaitu : 1) keterlibatan orang lain, 2) kekuasaan,

dan 3) pengaruh.45 Titik sentral kepemimpinan adalah kekuasaan merupakan

unsur penting dari inti kepemimpinan.

43 Wirawan, 2003, Kapita Selekta, Teori Kepemimpinan, Pengantar Untuk Praktek dan

Penelitian, Jakarta : Kerja Sama Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKA Press, hal. 77 44 A. Dale Timpe, 1991, Seni dan Pengetahuan Bisnis: Kepemimpinan, terjemahan Susanto

Budidharmo, Jakarta : PT. Gramedia, hal. 181. 45 Ibid, hal. 294.

52

Menurut pendapat Sanusi46 ”Kepemimpinan adalah keseluruhan

tindakan guna mempengaruhi serta menggiatkan orang dalam usaha

bersama untuk mencapai tujuan.”

Dalam perkembangan sekarang, keberhasilan suatu organisasi

sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki orang-

orang yang diangkat atau diserahi tanggung jawab sebagai pemimpin

dimasyarakat atau dalam suatu organisasi. Para pemimpin harus memiliki

keterampilan dan sifat-sifat yang baik sebagai syarat bagi seorang pemimpin

dalam suatu organisasi.

Selanjutnya menurut Syafaruddin47 “ Pemimpin adalah seorang

yang dipercaya dengan kemampuannya diakui sebagai pemimpin ditengah-

tengah masyarakat.” Berarti dalam setiap situasi yang bagaimanapun, proses

kepemimpinan atau aktivitas pemimpin dapat berlangsung di industri,

organisasi pemerintah, organisasi politik, bisnis maupun pada kegiatan

pendidikan di sekolah.

Kepemimpinan adalah suatu proses di mana pimpinan digambarkan

akan memberikan perintah atau pengarahan, bimbingan atau mempengaruhi

pekerjaan orang lain dalam memilih atau mencapai tujuan. Kepemimpinan

adalah Perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas

suatu kelompok, ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama.

Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti terhadap usaha kolektif

dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan

46 Achmad Sanusi, 2009, Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan, Bandung : Prospect, hal. 19

47 Syafaruddin, 2010, Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta : Quantum Teaching, hal 49.

53

untuk mencapai sasaran. Kepemimpinan adalah pengaruh antara pribadi

yang dijalankan dalam suatu situs tertentu serta diarahkan melalui proses

komunikasi kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu. Menurut

Bacal48 “Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi suatu kelompok

yang terorganisasi untuk mencapai tujuan-tujuannya.”

Kepemimpinan adalah mereka yang secara konsisten memberikan

kontribusi yang efektif terhadap orde social dan diharapkan serta

dipersepsikan melakukannya. Dalam rumusan lain, kepemimpinan diartikan

sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi pihak lain berbuat

sesuai dengan kehendak orang itu, meskipun pihak lain itu tidak

menghendakinya. Suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang

agar bekerja sama menuju kepada suatu tujuan tertentu yang mereka

inginkan bersama.

Menurut Siagian49 menjelaskan bahwa “Kepemimpinan merupakan

penyatupaduan dari kemampuan, cita-cita, dan semangat kebangsaan dalam

mengatur, mengendalikan, dan mengelola sebuah organisasi.”

Sedangkan menurut Sudarman Danin50 “Kepemimpinan adalah

setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk

mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang

tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.”

48 Robert Bacal, 2004, Leadership Is Everyone’s Business, Kiat Sukses Menjadi Pemimpin Andal,

Yogyakarta : Pinkbooks, hal. 2. 49 Sondang P. Siagian, 2003, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta : PT Rineka Cipta, hal. 2 50 Sudarman Danin, 2010, Kepemimpinan Pendidikan, Bandung : Alfabeta, hal. 6.

54

Sebagai pemimpin lembaga organisasi sekolah, kepala sekolah

harus memiliki kemampuan mengelola, dimana dalam mengelola organisasi

sekolah membutuhkan keterampilan kepemimpinan. Kemampuan

mengelola dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-

orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sutisna51

merumuskan kemampuan mengelola sebagai ”Proses mempengaruhi

kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan

dalam situasi tertentu.”

Menurut Soepardi52 kemampuan mengelola sebagai ”Kemampuan

untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan,

menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan

menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia

mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan

efesien.” Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan mengelola

sedikitnya mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya

pemimpin dan karakteristik, adanya pengikut, serta adanya situasi kelompok

tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi, oleh sebab itu peran kepala

sekolah dalam kepemimpinannya harus memiliki kemampuan

berkomunikasi dengan baik, hal tersebut sesuai dengan pandangan

Wirawan53 ”Bahwa pada prakteknya seorang pemimpin seperti kepala

sekolah merupakan orang yang komunikatif dan menganggap komunikasi

sangat menentukan keberhasilan kepemimpinannya.”

51 Oteng Sutisna, 1993, Adminstrasi Pendidikan : Dasar-dasar Teoritis dan Praktek Profesional, Bandung : Angkasa, hal. 42.

52 Soepardi, 1988, Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan, Jakarta : P2LPTK, hal.18 53 Wirawan op, cit, hal. 126.

55

Beberapa ahli dalam mengemukakan pendapatnya bahwa

kepemimpinan memberikan pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan

kepentingan dan keahlian dibidangnya masing-masing. Seperti yang

dikemukakan oleh Mardjin Syam54

Kepemimpinan dalam suatu organisasi adalah keseluruhan tindakan-tindakan guna mempengaruhi serta menggiatkan orang dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan, atau pendapat yang lebih lengkap dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah proses pemberian bimbingan (pimpinan) atau teladan dan pemberian jalan yang mudah (fasilitas) dari pada pekerjaan orang-orang yang terorganisisr formal guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dari pendapat tersebut di atas nampak ada beberapa hal penting,

seperti berikut :

1. Kepemimpinan dilihat sebagai serangkaian tindakan atau sebagai

proses.

2. Adanya tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai bersama

3. Fungsi kepemimpinan itu adalah untuk mempengaruhi orang lain

dalam kegiatan atau usaha bersama.

Perwujudan kegiatan pimpinan antara lain berupa pemberian

contoh atau bimbingan, pemberian jalan yang mudah bagi kegiatan-kegiatan

atau usaha-usaha yang terorganisasi, kegiatan dalam mencapai tujuan

bersama dalam organisasi formal. Kepemimpinan tersebut cenderung

bersifat formal maka berdasarkan pendapat tersebut dapat apat diambil suatu

kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi dari

seorang pemimpin kepada bawahannya untuk mencapai tujuan yang telah

54 Mardjin Syam, 1986, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Surabaya : Yayasan Pendidikan

Practise, hal. 4.

56

direncanakan sebelumnya. Dan seorang pemimpin dituntut untuk dapat

memberikan bimbingan, suri tauladan yang mengarahkan kepada hal-hal

yang positif dalam rangka mencapat tujuan bersama.

Berdasarkan pendapat pakar di atas dapat disimpulkan :

1. Kepemimpinan adalah Proses untuk mempengaruhi, mengarahkan,

memotivasi orang lain untuk memahami tugas yang dilakukan serta

memfasilitasi upaya individu dan kolektif dalam mencapai tujuan.

2. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi bawahan dan

untuk mengikuti suatu alur kegiatan, seni mengendalikan dan seni

mengarahkan sesuai dengan potensi yang dimiliki serta

menggiatkan orang dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan

pendidikan.

3.2. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan menurut Soekarto Indrafachrudi55 ”Adalah tiap-

tiap orang yang merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas memimpin di

dalam lapangan pendidikan dapat disebut pemimpin pendidikan.” Kepala

sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin, yang

mengemban kewenangan profesi dimana selaku pimpinan bertugas untuk

mengarahkan dan membimbing tenaga-tenaga kependidikan. Dengan

demikian kepala sekolah tidak terlepas dari tuntutan penguasaan

kemampuan kepemimpinan profesional dibidang pendidakan. Potensi

55 Soekarto Indrafachrudi, 2006, Bagaimana Memimpin Sekolah, Bandung : Ghalia Indonesia,

hal. 1.

57

kepemimpinan kepala sekolah harus memiliki gagasan yang dapat dihormati

guru dan tata usaha.

Menurut Soetopo dan Soemanto yang dikutif Syafaruddin menjelaskan : Kepemimpinan pendidikan ialah kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan secara bebas dan sukarela”. Didalam kepemimpinan pendidikan sebagaimana dijalankan oleh para pemimpin (Rektor, dekan, direktur, kepala sekolah/madrasah, pimpinan pesanteren). Harus dilandasi konsep demokratisasi, spesialisasi tugas, pendelegasian wewenang, profesionalitas dan integrasi tugas untuk mencapai tujuan bersama yaitu tujuan organisasi pendidikan, tujuan individu dan tujuan pemimpinnya.56

Sebagai pemimpin pendidikan, maka kepala sekolah adalah

tergolong pemimpin resmi (formal leader) atau pemimpin sebagai

kedudukan (status leader). Dalam kedudukannya sebagai pemimpin

pendidikan yang resmi sehingga dia bertanggung jawab dalam pengelolaan

pengajaran, ketenagaan, kesiswaan, sarana dan prasarana, keuangan serta

hubungan dengan masyarakat, disamping tugasnya dalam supervisi

pendidikan dan pengajaran.

Setiap pemimpin apalagi para manejer yang menjalankan

kepemimpinannya dalam suatu organisasi diharapkan menjadi pemimpin

yang efektif (berhasil dan disenangi). Pemimpin merupakam faktor yang

paling menentu dalam usaha organisasi untuk mencapai tujuan dan berbagai

sasarannya. Dengan kata lain dinamika suatu organisasi digerakkan oleh

kreatifitas dan sikap inovatif pemimpin yang menjalankan

kepemimpinannya.

56 Syafaruddinp op, cit, hal. 85.

58

Menurut Dirawat yang dikutif syafaruddin, ”Kepemimpinan

pendidikan adalah sebagai satu kemampuan dan proses mempengaruhi,

mengkoordinir dan menggerakkan orang-orang lain yang ada hubungannya

dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan

pengajaran agar supaya tercapai tujuan secara efektif dan efisien.”57

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan pendidikan yang dijalankan oleh kepala sekolah atau

pimpinan lembaga pendidikan lainnya mengandung unsur-unsur yaitu :1)

proses mempengaruhi para guru, pegawai dan murid-murid serta pihak

terkait, (komite sekolah dan orang tua murid), 2) pengaruh yang diberikan

dimaksudkan agar orang lain melakukan tindakan yang diinginkan, 3)

berlangsung dalam organisasi sekolah untuk mengelola aktifitas belajar dan

mengajar, 4) kepala sekolah yang diangkat secara formal oleh pejabat

kependidikan atau yayasan bidang pendidikan, 5) tujuan yang akan dicapai

melalui proses kepemimpinannya yaitu tercapainya tujuan pendidikan

lulusan berkepribadian baik dan berkualitas tinggi, 6) aktivitas

kepemimpinan lebih banyak orientasi hubungan manusia dari pada

mengatur sumber daya material.

Ciri kepemimpinan yang diadaptasikan ke organisasi sekolah,

bahwa kepala sekolah harus memiliki perilaku keberanian dalam memimpin

organisasi sekolah, diantaranya memiliki prilaku : 1) intelek dalam

memecahkan masalah, 2) Kompeten dalam menetapkan tujuan 3)

57 Ibid

59

komunikatif terhadap guru. Ternyata perilaku kepemimpinan kepala sekolah

yang berhasil diperlukan kompetensi dan kemampuan berkomunikasi

dengan guru dan stafnya dalam memecahkan masalah yang dihadapi di

organisasi sekolahnya.

Kepemimpinan kepala sekolah berarti proses membina hubungan

timbal balik antara pemimpin dengan yang dipimpin dengan mengandalkan

kemampuan komunikasi interpersonal sehingga terjalin hubungan

pengertian dan kerja sama antara personil sesuai dengan tugas yang

ditetapkan di sekolah. Peranan interpersonal ini sejalan dengan berfungsinya

peranan pengambilan keputusan dalam kegiatan seorang kepala sekolah

disamping peranan informasional kepada para anggota organisasi.

Kepemimpinan kepala sekolah adalah cara atau usaha kepala

sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan

menggerakkan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak lain yang terkait

untuk bekerja atau berperanserta guna mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Dengan kata lain, bagaimana cara kepala sekolah mempengaruhi

orang lain mau bekerja untuk mencapai tujuan sekolah hal ini termasuk gaya

kepemimpinan.

Kepemimpinan kepala sekolah berlangsung dalam lingkungan

sekolah untuk menjalankan peran kepemimpinan penididikan. Terutama

keberadaan sekolah sebagai organisasi jasa pengembangan potensi sumber

daya manusia, tentu berbeda caranya dengan beberapa hal dengan organisasi

bisnis.

60

3.3. Kualitas Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor penting dalam suatu

organisasi, dimana baik buruknya kinerja organisasi dapat ditentukan oleh

kualitas kepemimpinannya. Pada umumnya semakin baik kualitas

kepemimpinan seseorang dalam memimpin suatu organisasi akan semakin

besar kemungkinannya organisasi tersebut berhasil mencapai tujuan yang

telah ditetapkan, demikian pula sebaliknya bagi suatu organisasi.

Istilah kualitas atau mutu merupakan terjemahan dari kata quality.

Pengertian kualitas terus berubah dari waktu kewaktu sejalan dengan

tuntutan perubahan itu sendiri, sehingga konsep kualitas sering disebut

sebagai konsep yang dinamis. Apa yang kita pahami sebagai konsep kualitas

yang berlaku sekarang belum tentu tepat untuk lima tahun atau sepuluh

tahun mendatang. Oleh karena itu merumuskan tentang konsep kualitas

sebaiknya selalu ditinjau ulang dari waktu kewaktu.

Menurut Depdiknas58 “ Secara umum, mutu adalah gambaran dan

karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukan

kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang

tersirat. “ Sedangkan menurut Sallis59 “Konsep kualitas dapat dipahami dari

tiga sisi yakni (1) mutu sebagai sebuah konsep yang absolut, (2) konsep

relatif tentang mutu, (3) definisi mutu menurut pelanggan.” Kualitas sebagai

konsep absolut sering banyak digunakan orang dalam percakapan sehari-

58 Departemen Pendidikan Nasional, 2000, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Edisi

2, Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, hal 7 59 Edward Sallis, 2008, Total Quality Management In Education, Yogyakarta, IRCiSoD, hal. 51-

55

61

hari. Seseorang sering menggunakan konsep tersebut untuk menjelaskan

barang-barang yang mahal, mewah yang tiada tandingannya, misalnya

restoran yang mahal, mobil mewah dan sebagainya. Sebagai suatu konsep

yang absolut, mutu sama halnya dengan sifat kebaikan, keindahan,

kecantikan dan kebenaran, merupakan suatu idealisme yang tidak dapat

dikompromikan. Dalam definisi yang absolut, sesuatu yang bermutu bagian

dari standar yang sangat tinggi yang tidak dapat diungguli. Produk-produk

yang bermutu adalah sesuatu yang dibuat dengan sempurna dan dengan

biaya yang mahal, produk-produk tersebut dapat dinilai serta membuat puas

dan bangga para pemiliknya.

Kualitas juga dapat digunakan sebagai suatu konsep yang relatif,

dimana pemahaman konsep kualitas ini digunakan dalam TQM. Definisi

relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai suatu atribut produk atau

layanan, tetapi suatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan

tersebut. Mutu dapat dikatakan ada apabila sebuah layanan memenuhi

spesifikasi yang ada. Mutu merupakan sebuah cara yang menentukan

apakah produk terakhir sesuai dengan standat atau belum. Produk atau

layanan yang memiliki mutu, dalam konsep relatif ini tidak harus mahal

dan ekslusif. Misalnya untuk produk-produk atau karya seni lukis, tari,

sastra dan sebagainya.

Namun demikian pada saat sekarang konsep kualitas lebih banyak

dirumuskan berdasarkan tuntutan pasar, sehingga harapan dan keinginan

konsumen menjadi dasar penentu dalam merancang konsep kualitas.

62

Pandangan yang demikian, mendefinisikan konsep kualitas sebagai pelayan

terbaik yang memberi kepuasan terhadap keinginan konsumen.

Dalam praktek organisasi, konsep kualitas pada umumnya

bermuara pada kepuasan konsumen, namun demikian untuk memberikan

pelayanan yang memuaskan tersebut ditempuh melalui suatu input, proses

dan out put, dimana ketiga elemen tersebut mendapat perhatian yang

proporsional dan seimbang. Dengan demikian kualitas kepemimpinan dalam

konteks organisasi merupakan kualitas pelayanan kepemimpinan sebagai

bagian yang tak terpisahkan dalam proses organisasi sebagai suatu sistem.

Pada masa sekarang kualitas kepemimpinan menjadi kebutuhan

yang mendesak bagi organisasi. Oleh karena itu berbagai kajian terus

dilakukan guna mendapatkan formula kualitas kepemimpinan yang tepat.

Usaha membangun bangsa tidak dapat diwujudkan tanpa diserta usaha

meningkatkan kualitas kepemimpinan pada semua bidang dan tingkatan.

Dengan kepemimpinan yang mampu mengajak dan mendorong seluruh

lapisan masyarakat ikut membangun, berarti cita-cita mewujudkan

kehidupan yang berkualitas akan semakin baik, akan dinikmati secara

merata oleh rakyat Indonesia.

Menurut Sallis60 “Menjelaskan bahwa fungsi pemimpin dalam

mengembangkan budaya mutu, adalah sebagai berikut :

1. Memiliki visi mutu terpadu bagi institusi 2. Memiliki kometmen yang jelas terhadap proses peningkatan mutu 3. Mengkomunikasikan pesan mutu 4. Memastikan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan

praktek institusi

60 Ibid

63

5. Mengarahkan perkembangan karyawan 6. Berhati-hati dengan tidak menyalahkan orang lain saat persoalan

muncul tanpa bukti-bukti yang nyata. Kebanyakan persoalan yang muncul adalah hasil dari kebijakan institusi dan bukan kesalahan staf

7. Memimpin inovasi dalam institusi 8. Mampu memastikan bahwa struktur organisasi secara jelas telah

mendefinisikan tanggungjawab dan mampu mempersiapkan delegasi yang tepat

9. Memiliki kometmen untuk menghilangkan rintangan, baik yang bersifat organisasional maupun kultural

10. Membangkitkan tim yang efektif 11. Mengembangkan mekanisme yang tepat untuk mengawasi dan

mengevaluasi kesuksesan.

Robets berpendapat sebagaimana dikutif oleh Sadler “Mengatakn

bahwa kualitas kepemimpinan meliputi 17 kualitas yakni antara lain :

memiliki keberanian, memiliki hasrat yang kuat untuk memimpin, memiliki

kestabilan emosi, memiliki stamina fisik, empati, memilki ketegasan,

antisivasi, kompetitif, percaya diri, akuntabilitas, tanggungjawab,

kridibilitas, kegigihan, handal, melayani dan memiki loyalitas yang

tinggi.”61

Burnham62 “menyebutkan bahwa kualitas kepemimpinan terdiri

dari empat komponen pokok yakni: 1) Vision, 2) Creativity, 3) Sensitivity,

4) Subsidiarity.” Visi merupakan gambaran tentang masa depan suatu

organisasi, yang berisi tentang tujuan, nilai-nilai dan pemikiran-pemikiran

masa depan organisasi. Oleh karena itu visi dapat berperan sebagai pemandu

arah perjalanan organisasi. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang

61 Sadler, P, 1977, Leadership, London : Kogan Page,, hal.48 62 Burnham, W.J, 1977, Managing Quality In School, London, Pearson Education, hal, 117

64

memiliki visi yang jelas, sehingga sikap perilaku dan kemampuannya

sejalan dengan harapan-harapan organisasi.

Perjalanan suatu organisasi dalam kenyataannya, tidak bisa lepas

dari berbagai persoalan yang berat yang menuntut suatu solusi yang cerdas.

Permasalahan yang berat tidak mungkin diatasi dengan pendekatan-

pendekatan yang tradisional, akan tetapi perlu solusi yang cerdas. Pemimpin

yang baik adalah pemimpin yang mampu menghadapi persoalan-persoalan

berat dengan solusi yang tepat. Ini berarti bahwa dalam setiap menghadapi

persoalan diperlukan adanya kemampuan kreativitas dalam rangka mencari

solusi yang tepat. Dengan demikian kreativitas menjadi komponen penting

dalam kepemimpinan.

Pemimpin yang baik juga harus memiliki kepekaan yang tinggi.

Cir-ciri pemimpin yang memiliki tingkat kepekaan yang baik menurut

Burnham63 ”Adalah sebagai berikut : listening, giving feetback, negotiating,

giving praise, managing conflick, networking, emphathising.” Disamping

itu pemimpin yang baik juga harus mempunyai kemampuan yang

memahami situasi dan kondisi dari orang-orang yang dipimpin, terutama

kondisi tentang tingkat kematangannya, motivasi kerjanya, serta potensi

kemampuannya. Hal ini penting bagi pemimpin untuk menentukan

kebijakan pemberdayaan dan pendelegasian agar organisasi berjalan efektif,

efisien serta memiliki produktivitas yang tinggi.

Menutut Law dan Glover mengutif pendapat Adair yang

“Menerangkan bahwa terdapat lima ciri kepemimpinan yang efektif : 1)

63 Ibid

65

Gives direction, 2) Offers inspiration, 3) Builds teamwork, 4) Set an

example, 5) Gains acceptance.64 Pemimpin yang baik adalah pemimpin

yang mampu mengarahkan, memberikan insfirasi, mampu membangun tim

kerja yang kuat, mampu memberikan keteladanan dan memperoleh

dukungan.

Pemimpin yang baik senantiasa dituntut memiliki ciri-ciri sifat

yang sesuai dengan tuntutan tugas, memiliki kestabilan emosi, memilki

kemampuan dan keahlian sesuai dengan bidang pekerjaan yang menjadi

tanggungjawabnya. Sifat-sifat seseorang seperti ketegasan, keterbukaan,

tenggang rasa dan sebagainya adalah gambaran tentang ciri-ciri

kepribadiannya. Dalam situasi dan kondisi tertentu diperlukan figur

pemimpin yang memiliki sifat-sifat tertentu agar kepemimpinannya berjalan

efektif. Disinilah ciri-ciri kepribadian mempunyai arti penting dalam

kepemimpinan.

Kepribadian lebih dipandang sebagai keseluruhan sifat seseorang,

sedang watak merupakan status prilaku seseorangg dilihat dari sifatnya.

Sifat-sifat seperrti kebenaran, kejujuran, kesungguhan, ketekunan dan

sebagainya dapat dipandang sebagai ciri-ciri karakter. Kualitas karakter

sering lebih dihubungkan dengan kualitas kepemimpinan dari pada

kepribadian.

Seorang pemimpin sering juga ditegaskan sebagai seorang yang

memiliki kecerdasan dan ketrampilan yang tinggi, misalnya mampu

64 Law. S. & Gloved, D, 2000, Education leadership and learning Practice, Policy and Research,

Buckingham, Philadelpia. Open University Press, page 20.

66

mengambil keputusan dengan singkat dan tepat, mamapu membangun tim

kerja yang kuat dan sebagainya. Ini mengindikasi bahwa pemimpin yang

demikian memiliki kecerdasan dan ketrampilan yang mampu membaha

perubahan organisasi yang dipimpinnya.

Peningkatan kualitas kepemimpinan berari suatu upaya untuk

meningkatkan kemampuan, kualifikasi dan kompetensi seseorang dalam

memimpin suatu organisasi. Sebagai seorang pemimpin ia harus memahami

bahwa eksistensi dirinya sangat dibutuhkan oleh orang lain, sehingga ia

harus berusaha menyesuaikan dirinya dengan tuntutan organisasi yang

semakin dinamis dengan memperbaiki dan meningkatkan kualitas dirinya.

Dalam hal ini pemimpinlah harus memiliki keinginan untuk memperbaiki

diri dan mau belajar untuk mengembangkan diri.

Untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan harus dilakukan

secara terus menerus dan berkesinambungan, mengingat kondisi kehidupan

masyarakat yang semakin dinamis dan maju. Usaha itu harus dimulai dari

pengembangan kemampuan berpikirnya, agar berlangsung sebagai proses

yang efektif dalam membuat keputusan yang akan mengawali aktivitas

kepemimpinan dalam menggerakkan orang-orang yang dipimpin.

Selanjutnya keputusan-keputusan atau kebijakan-kebijakan yang telah

dibuat itulah diperlukan juga usaha meningkatkan kemampuan

mengkomunikasi berbagai keputusan dan kebijakan tersebut.

Peningkatan kualitas kepemimpinan harus dilakukan juga sebagai

usaha pengembangan kemampuan memecahkan masalah, melalui proses

67

mengikutsertakan atau meningkatkan peran serta orang-orang yang

dipimpin, kondisi ini berarti juga bahwa usaha peningkatan kualitas

kepemimpinan.

Uraian di atas memberikan gambaran bahwa kualitas kepemimpinan

dapat digali dari sisi internal seorang pemimpin. Bagaimana kualitas

kepemimpinan merupakan kemampuan potensial dan kemampuan aktual

yang ditunjang sifat-sifat kepribadiannya. Kemampuan potensial dapat

dilihat dari kepribadiannya, kemampuan konsepnya, pemahaman terhadap

visi dan misi, serta pemahaman persoalan dibidangnya. Sedangkan

kemampuan aktual dapat dilihat dari kemampuan skill, seperti halnya

kemampuan merumuskan visi, misi, kemampuan berkomunikasi,

kemampuan bernegosiasi dan sebagainya.

3.4. Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dinas Pendidikan telah menetapkan bahwa kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, admininstrator dan supervisor (EMAS). Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai leader, innovator, dan motivator di sekolahnya. Dengan demikian dalam

Paradigma baru manajemen pendidikan kepala sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator (EMASLIM).65

Kepala sekolah adalah pemimpin (leader) tertinggi di sekolah. Pada

sekolah yang menerapkan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah,

kepala sekolah memiliki peran yang sangat kuat dalam mengkoordinasikan,

65 Mulyasa, 2004, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Cetakan ke. Bandung, PT. Remaja

Rosdakarya, hal. 97

68

menggerakan, dan menselaraskan semua sumber daya pendidikan yang ada

di sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah

untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui

program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh

karena itu kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan

kepemimpinan yang berkualitas agar dapat mengambil keputusan dan

prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. Sejalan dengan hal tersebut,

Dharma66 “Menjelaskan bahwa kepemimpinan pendidikan mengacu pada

kualitas tertentu yang harus dimiliki kepala sekolah untuk dapat mengemban

tanggung jawabnya secara berhasil. “Kualitas yang dimaksud antara lain :

(a) kepala sekolah harus tahu persis apa yang ingin dicapainya (visi ) dan

bagaimana mencapainya (misi), (b) kepala sekolah harus memiliki

sejumlah kompetensi untuk melaksanakan misi guna mewujudkan visi itu,

(c) kepala sekolah harrus memiliki karakter tertentu yang menunjukan

integritasnya.

Pada uraian di atas telah dijelaskan bahwa kualitas kepemimpinan

dapat dilihat dari aspek-aspek kepribadian, kemampuan konsep, dan

kemampuan skillnya. Kaitan dengan kualitas kepemimpinan kepala

sekolah, Burhanuddin67 “Menegaskan bahwa : dibidang kekepalasekolahan,

kualitas kepemimpinan yang penting dapat diklasifikasikan menjadi empat

kategori pokok yang saling berhubungan dan interdependen, yakni : 1)

personality, 2) purposes, 3) knowledge, 4) professional skills.”

66 Dharma, 2003, Standar Kompetensi Kepala Sekolah, Diambil tanggal 1 Januari 2004, dari http: //artikel us/adharma, html.

67 Burhanuddin, 1994, Analisis Administrasi, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara, hal. 78.

69

Kepemimpinan kepala sekolah yang berkualitas paling tidak harus

memiliki kepribadian yang kuat, memahami tujuan dengan baik, memiliki

pengetahuan yang luas dan memiliki ketrampilan profesional yang terkait

dengan bidang tugasnya. Kepribadian yang kuat dapat dilihat dari sifat-sifat

seperti keberanian, kejujuran, semangat, kepekaan sosial dan sebagainya.

Mulyasa68 “Menegaskan bahwa kepribadian kepala sekolah sebagai leader

akan tercermin pada sifat-sifat (1) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung

jawab, (4) berani mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6)

emosi yang stabil, (7) teladan. Kepribadian yang kuat mengindikasikan

adanya kepemimpinan yang berkualitas. Sedangkan pemahaman terhadap

tujuan dapat dilihat dari kesesuaian kemampuan konsep dengan aksi dan

sasaran yang ditetapkan. Pemahaman yang baik akan tujuan lembaga yang

dipimpinnya merupakan bekal utama kepala sekolah dalam menentukan

setrategi serta upaya mempengaruhi, mengarahkan, menggerakan, dan

membimbing para guru dan staf, siswa dan pihak lain untuk melakukan

tugas dan kewajiban mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan.

Kepala sekolah harus memiliki pengetahuan yang luas, agar

persoalan-persoalan yang muncul dapat dihadapi dengan arif dan bijaksana.

Kualitas kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dati kecerdasar,

kreatifitas, serta kearifan kepala sekolah dalam menemukan solusi terhadap

setiap persoalan yang dihadapinya. Kemampuan ini dapat terbangun dari

pengalaman dan luasnya pengetahuan kepala sekolah. Kualitas

kepemimpinan kepala sekolah juga dapat dilihat dari ketrampilan

68 Mulyasa op, cit, hal. 115

70

profesional. Ketrampilan profesional yang terkait dengan tugasnya sebagai

kepala sekolah, menurut Depdikbud69 “ Meliputi : 1) ketrampilan teknis,

misalnya menyusun jadwal pelajaran, mensupervisi, memimpin rapat dan

sebagainya, 2) ketrampilan hubungan kemanusiaan, misalnya bekerja sama

dengan orang lain, memotivasi, dan mendorong guru dan staf dan

sebagainya, 3) ketrampilan konseptual, misalnya mengembangkan konsep

pengembangan sekolah, memperkirakan masalah yang akan muncul dan

mencari pemecahannya.”

Menurut Wahjosumijo yang dikutif Mulyasa, “Mengemukakan

bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang

mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan

profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.70” Sedangkan

menurut Mulyasa71 “ Menjelaskan kemampuan yang harus diwujudkan

kepala sekolah sebagai leader dapat dianalis dari kepribadian, pengetahuan

terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan

mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.”

Berdasarkan pandangan para pakar di atas dapat dirumuskan bahwa

kualitas kepemimpinan kepala sekolah adalah mutu layanan kepala sekolah

dalam upaya mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan

menggerakkan semua komponen yang bertanggung jawab terhadap sekolah

guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan, meliputi 4 dimensi : a) dimensi

69 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998, Panduan Manajemen Sekolah, Jakarta :

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, hal. 11 70 Mulyasa, op cit, hal. 115 71 Ibid

71

kepribadian yang terdiri dari 8 indikator, yaitu : 1) kejujuran, 2) percaya

diri, 3) tanggung jawab, 4) berani mengambil resiko, 5) berani mengambil

keputusan, 6) berjiwa besar, 7) emosi yang stabil, 8) teladan, b) dimensi

pengetahuan yang terdiri dari 5 indikator, yaitu : 1) memahami tenaga

kependidikan, 2) memahami karakteristik siswa, 3) mampu menyusun

program, 4) memahami kritik dan saran, 5) memahami administrasi sekolah,

c) dimensi pemahaman visi dan misi yang terdiri dari 3 indikator, yaitu : 1)

memiliki visi, 2) merumuskan misi, 3) mewujudkan visi dan misi, d)

dimensi kemampuan skill yang terdiri dari 2 indikator, yaitu : 1)

kemampuan mengambil keputusan, 2) kemampuan berkomunikasi.

4. Penelitian Yang Relevan

Setelah membaca dan menelaah dari beberapa tesis penelitian yang

lain mengenai variabel yang ada kaitan dengan variabel penelitian ini, baik

itu variabel supervisi pengawas (X1), variabel kepemimpinan kepala

sekolah (X2) dan variabel kinerja guru (Y) yang sama persis tidak ada.

Akan tetapi diantara ketiga variabel penelitian ini mempunyai kaitan

variabel supervisi pengawas, kepemimpinan kepala sekolah ada yang sama.

Penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan oleh A. Ramlah. MS (2008)

dengan judul Hubungan antara Supervisi Pengawas dan Kompetensi Guru

dengan Kepemimpinan Kepala Sekolah Menengah Atas di Kecamatan

Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau. Hasil penelitian menunjukan 1) terdapat

hubungan positif yang signifikan antara supervisi pengawas dengan

kepemimpinan kepala sekolah atau makin efektif supervisi pengawas, maka

72

tinggi efektivitas kepemimpinan kepemimpinan kepala sekolah, 2) terdapat

hubungan positif yang signifikan antara kompetensi guru dapat menjamin

kepemimpinan kepala sekolah, 3) terdapat hubungan positif yang signifikan

antara supervisi pengawas dan kompetensi guru secara bersama-sama

dengan kepemimpinan kepala sekolah atau makin efektif supervisi

pengawas dan tinggi kompetensi guru secara bersama-sama, maka makin

efektif kepemimpinan kepala sekolah.

Kamarudin dalam tesis tahun 2008, dengan berjudul hubungan

antara budaya sekolah dan manajemen mutu terpadu dengan kepuasan kerja

guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Pontianak. Hasil penelitian

menunjukan 1) terdapat hubungan positif antara budaya sekolah dengan

kepuasan kerja guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Pontianak, 2)

terdapat hubungan yang positif antara manajemen mutu terpadu dengan

kepuasan kerja guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Pontianak, 3)

terdapat hubungan positif antara budaya sekolah dan manajemen mutu

terpadu bersama-sama terhadap kepuasan kerja guru Madrasah Tsanawiyah

Kota Pontianak.

B. Kerangka Berpikir

1. Hubungan antara supervisi pengawas dengan kinerja guru

Supervisi merupakan suatu layanan, bantuan, pembinaan dari pengawas

kepada kepala sekolah terhadap pengelolaan administrasi sekolah, seperti : 1)

Kurikulum, 2) kesiswaan, 3) sarana-prasarana, 4 ) ketenagaan, 5) keuangan, 6)

hubungan sekolah masyarakat, 7) layanan khusus, dan pengawasan kepada guru

73

terhadap serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuan

mengelola proses pembelajaran demi mencapai tujuan pembelajaran.

Kinerja guru adalah menyangkut seluruh aktivitas yang ditunjukan

tenaga pengajar dalam tanggung jawabnya sebagai orang yang mengemban

suatu amanat dalam merencanakan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan

menilai hasil pembelajaran, untuk mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan dan memandu peserda didik dalam rangka menggiring

perkembangan peserta didik.

Kinerja guru adalah perilaku atau respon yang memberi hasil yang

mengacu kepada apa yang mereka kerjakan ketika menghadapi suatu tugas yang

dibebankan kepadanya. Kinerja guru menyangkut semua aktivitas atau kegiatan

yang dialami guru, jawaban yang mereka buat untuk memberikan hasil atau

tujuan.

Kinerja guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang

dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas

kinerja guru akan sangat menentukan kualitas hasil pendidikan, karena guru

merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam

proses pembelajaran di sekolah.

Supervisi pengawas sangat diperlukan dalam meningkatkan kinerja

guru dan pengawas harus secara rutin menjalankan tugasnya untuk datang ke

sekolah memberikan bantuan, pembinaan kepada kepala sekolah dan guru-guru,

dan kunjungan supervisi tersebut harus terjadwal. Supervisi pengawas dapat

berjalan dengan baik maka akan dapat memperbaiki, meningkatkan dan

74

mengembangkan kualitas input, proses dan out put suatu lembaga atau

organisasi.

2. Hubungan antara Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan

kinerja Guru

Kualitas kepemimpinan kepala sekolah dalam suatu organisasi

mempunyai hubungan yang erat dengan kinerja guru dalam melaksanakan tugas

sehari-hari di sekolah. Keberhasilan suatu organisasi sebagian besar ditentukan

oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh orang-orang yang diangkat dan

diserahi tanggungjawab sebagai pemimpin di masyarakat atau dalam suatu

organisasi.

Kepemimpinan adalah suatu proses dimana pemimpin digambarkan

akan memberi perintah atau pengarahan, mempengaruhi, memotivasi, memberi

contoh dan teladan terhadap guru-guru dalam mencapai tujuan pendidikan.

Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-

aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama.

Kepala sekolah harus memiliki perilaku sebagai pemimpin dalam

melaksanakan tugas dan pekerjaan sehari-hari dalam organisasi tersebut

termasuk membina para guru-guru. Peranan kepala sekolah dalam

mengembangkan kemampuan kinerja guru berkaitan dengan tujuan yang

diharapkan dapat meningkatan kualitas kinerja para guru. Kualitas kerja guru

dipengaruhi pencapaian kinerja pada faktor kemampuan (ability) dan faktor

motivasi (motivation). Kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan

75

potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill) dan motivasi yang

terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi

(situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai

yang terarah untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan.

Kepala sekolah yang baik merupakan pemimpin yang memiliki

kepribadian dan memancarkan suatu pengaruh, kekuatan atau wibawa, yang

demikian rupa sehingga memungkinkan orang-orang atau kelompok untuk

mencontoh atau mengikuti serta mau melakukan apa yang diperintah. Oleh

karena itu kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan keberhasilan guru

dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari di sekolah.

3. Hubungan antara supervisi pengawas dan kualitas kepemimpinan

kepala sekolah secara bersama-sama dengan kinerja guru.

Pengawas sekolah sebagai tenaga fungsional kependidikan bertanggung

jawab dalam membina kemapanan profesional guru untuk mempertinggi mutu

pembelajaran dan membina kepala sekolah dalam meningkatkan mutu

penyelenggaraan pendidikan. Dalam upaya peningkatan mutu penyelenggaraan

pendidikan kepala sekolah merupakan tenaga kependidikan yang langsung

bertanggung jawab terhadap kemajuan mutu pendidikan tempat kepala sekolah

bertugas.

Kepala sekolah sebagai pimpinan di sekolah merupakan sosok yang

sangat penting dalam mencapai keberhasilan organisasi, kepala sekolah sebagai

pemimpin sangat kompleks pekerjaannya oleh karena itu kepala sekolah perlu

76

diberi berbagai pembinaan-pembinaan agar lebih rajin dan aktif serta dinamis

dalam mengelola sekolah yang dipimpinnya.

Kepemimpinan kepala sekolah sangat dibutuhkan oleh guru, oleh

karena itu kepemimpinan kepala sekolah harus benar-benar efektif dijalankan

agar dapat membawa dampak positif terhadap keberhasilan pendidikan di

sekolah yang dipimpinnya. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan

kemampuan kepala sekolah dalam mengarahkan, memotivasi dan memecahkan

berbagai masalah sebagai upaya mencapai tujuan pendidikan.

Supervisi pengawas bila dijalankan dengan tepat maka kemungkinan

akan dapat meningkatkan keefektivitas kepemimpinan kepala sekolah, dengan

adanya supervisi yang rutin dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah tidak akan

semena-mena dalam menjalankan tugas kepemimpinannya tersebut. Supervisi

pengawas merupakan penilaian terhadap kinerja kepala sekolah dalam aktivitas

pembinaan yang dilakukan oleh pengawas pendidikan kepada kepala sekolah

untuk membantu dan mempertinggi mutu pendidikan dan pengetahuan beserta

guru-guru. Dalam melaksanakan supervisi pengawas dapat memberi bantuan

kepada kepala sekolah dalam memecahakan persoalan pengelolaan manajerial,

dan kepada guru memecahkan persoalan akademik.

Pengawas sekolah melakukan supervisi gunanya untuk membantu

kepala sekolah tersebut dapat meningkatkan kualitas kepemimpinan, dan

membantu kesulitan kepala sekolah, serta mau membina kerja sama dengan

masyarakat, agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

Supervisi yang dilaksanakan pengawas berupa pembinaan dan

pengarahan kepada kepala sekolah yang menjalankan roda organisasi sekolah

77

guna mencapai tujuan pembelajaran yang baik. Oleh karena itu, supervisi juga

berperan dalam kepemimpinan kepala sekolah, yang secara bersama mempunyai

hubungan dengan kinerja guru.

Kinerja guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang

dilakukan oleh guru dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran atau

kurikulum yang harus dimiliki dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.

Kinerja guru akan sangat menentukan kualitas hasil pendidikan, karena guru

merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam

proses pendidikan di lembaga pendidikan di sekolah.

C. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan supervisi pengawas dengan kinerja guru SMP Negeri

Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara.

2. Terdapat hubungan kualitas kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja

guru SMP Negeri Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara.

3. Terdapat hubungan supervisi pengawas dan kualitas kepemimpinan kepala

sekolah secara bersama-sama dengan kinerja guru SMP Negeri Kecamatan

Putussibau Selatan dan Putussibau Utara.

Hipotesis tersebut di atas akan diuji kebenarannya pada akhir analisis

data nanti, apakah pernyataan hipotesis diterima atau ditolak ? Bila Ha diterima

berrati : 1) terdapat hubungan positif suprvisi pengawas dengan kinerja guru SMP

78

Negeri Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara, 2) terdapat hubungan

positif kualitas kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru SMP Negeri

Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara, 3) terdapat hubungan positif

supervisi pengawas dan kualitas kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama

dengan kinerja guru SMP Negeri Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau

Utara.

Sebaliknya, bila Ha ditolak berarti : 1) Tidak terdapat hubungan positif

supervisi pengawas dengan kinerja guru SMP Negeri Kecamatan Putussibau Selatan

dan Putussibau Utara. 2) Tidak terdapat hubungan positif kualitas kepemimpinan

kepala sekolah dengan kinerja guru SMP Negeri Kecamatan Putussibau Utara dan

Putussibau selatan. 3) Tidak terdapat hubungan positif supervisi pengawas dan

kualitas kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama dengan kinerja guru

SMP Negeri Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara.

79

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada masalah penelitian, maka secara umum tujuan penelitian

ini adalah untuk menggambarkan dan memaparkan tentang hubungan Supervisi

Pengawas dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru pada

SMP Negeri di Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara. Secara khusus

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hubungan supervisi pengawas dengan Kinerja guru SMP

Negeri Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara.

2. Untuk mengetahui hubungan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

dengan Kinerja Guru SMP Negeri Kecamatan Putussibau Selatan dan

Putussibau Utara.

3. Untuk mengetahui hubungan Supervisi Pengawas dan Kualitas

Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru SMP Negeri

Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan pada SMP N se-Kecamatan Putussibau

Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu yang terdiri dari 9

sekolah, yaitu : SMP Negeri 1 Putussibau, SMP Negeri 2 Putussibau, SMP

79

80

Negeri 3 Putussibau, SMP Negeri 4 Putussibau, SMP Negeri 5 Putussibau, SMP

Negeri 6 Putussibau, SMP Negeri 7 Putussibau, SMP Negeri 8 Putussibau, SMP

Negeri 9 Putussibau. Dipilihnya sekolah tersebut sebagai obyek penelitian

berdasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut :

a. Lokasi tersebut belum ada yang meneliti tentang adanya hubungan

supervisi pengawas dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

dengan Kinerja Guru.

b. Peneliti sangat memahami dan mengerti lokasi tersebut sehingga

memungkinkan mempermudah dalam penyelesaian penelitian sesuai

dengan jadwal penelitian.

c. Sekolah yang dipilih memiliki input yang sangat berbeda antara sekolah

yang satu dengan sekolah lainnya.

d. Terbatasnya waktu dan biaya, maka sekolah yang diambil dalam

penelitian ini adalah SMP Negeri se-Kecamatan Putussibau Selatan dan

Utara dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.1

SMP Negeri se-Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara

No. Nama Sekolah Nama Kecamatan

1. SMP Negeri 1 Putussibau Kecamatan Putussibau Utara

2. SMP Negeri 2 Putussibau Kecamatan Putussibau Selatan

3. SMP Negeri 3 Putussibau Kecamatan Putussibau Selatan

4. SMP Negeri 4 Putussibau Kecamatan Putussibau Utara

5. SMP Negeri 5 Putussibau Kecamatan Putussibau Utara

6. SMP Negeri 6 Putussibau Kecamatan Putussibau Selatan

7. SMP Negeri 7 Putussibau Kecamatan Putussibau Selatan

81

No. Nama Sekolah Nama Kecamatan

8. SMP Negeri 8 Putussibau Kecamatan Putussibau Utara

9. SMP Negeri 9 Putussibau Kecamatan Putussibau Selatan

10. SMP Negeri 10 Putussibau Kecamatan Putussibau Utara

11. SMP Negeri 11 Putussibau Kecamatan Putussibau Selatan

12. SMP Negeri 12 Putussibau Kecamatan Putussibau Selatan

Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga tahun 2010.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dari bulan Agustus 2011

sampai dengan Desember 2011 terhadap guru-guru SMP Negeri se-Kecamatan

Putussibau Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu yang menjadi

sasaran penelitian, dengan jadwal tahapan penelitian pada tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2

Gantt Chart Rencana Aktivitas Penelitian

No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan

Agt. Sep. Okt. Nop. Des.

1. Penelitian Pendahuluan

2. Menyusun Proposal

3. Seminar Proposal

4. Penyusunan Instrumen

5. Uji Coba Instrumen

6. Menjaring Data

7. Tabulasi Dan Analisis Data

8. Menyusun Naskah

9. Ujian Tesis

82

C. Metode Penelitian

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah survey. Menurut

Kerlinger dikutif Sugiyono ”Mengemukakan penelitian survey adalah penelitian

yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari

adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan

kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antara variabel

sosiologis maupun psikologis.72”

Penelitian ini mencari hubungan antara dua variabel, bentuk penelitian

berupa korelasi dengan tujuan untuk mendeteksi sejauhmana hubungan antara

kedua variabel tersebut. Penelitian ini ada dua variabel bebas, yaitu : Supervisi

Pengawas (X1) dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2), sedangkan

variabel terikat (Y) Kinerja Guru. Desain penelitian melukiskan proses, alur,

peta, dan rancang atau konstelasi penelitian. Desain penelitian menunjukkan

hubungan antara variabel-variabel yang diteliti untuk diketahui bagaimana cara

menghitung hubungan tersebut.

Dilihat dari permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, bertujuan

untuk mencari hubungan Supervisi Pengawas dan Kualitas Kepemimpinan

Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMP Negeri Kecamatan Putussibau

Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu. Hubungan antara

variabel-variabel penelitian dapat digambarkan dalam konstelasi masalah pada

gambar 3.1 halaman berikutnya.

72 Sugiyono, 2007,Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta, hal. 7

83

Gambar 3.1

Konstelasi Penelitian

Keterangan :

X1 : Supervisi Pengawas

X2 : Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

Y : Kinerja Guru

2. Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini yaitu menggunakan bentuk penelitian kuantitatif.

Menurut Kountur73 ”Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya adalah

data kuantitatif, yaitu data yang dapat diukur sehingga pengolahan dan

pengujiannya menggunakan perhitungan statistik. Penelitian kuantitatif

mengikuti proses deduktif induktif, yaitu proses pengambilan kesimpulan dari

umum ke khusus”. Bentuk penelitian ini akan diketahui hubungan supervisi

pengawas dan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru. Dalam

73 Ronny Kountur, 2005, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta : PPM,

hal 16-17.

X1

X1

Y

84

penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap keadaan suatu variabel dengan

menggunakan instrumen penelitian. Setelah itu peneliti melanjutkan analisis

untuk mencari hubungan satu variabel dengan variabel lainnya. Variabel ini

merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiono74 ”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas, objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Selanjutnya

Murwani75 ”Mengemukakan populasi adalah sejumlah obyek dengan sifat

tertentu yang menjadi sasaran penelitian.” Jadi populasi adalah obyek yang

telah ditetapkan peneliti untuk dijadikan sumber data dalam penelitian. Dalam

penelitian ini, populasi tersebar di Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau

Utara Kabupaten Kapuas Hulu, karena terbatas sumber penelitian maka

digunakan populasi target dalam penelitian ini adalah semua guru SMP Negeri

di Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara dengan jumlah populasi

terjangkau secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.3 pada halaman berikutnya.

74 Sugiyono op, cit, hal. 90. 75 R. Santosa Murwani, 2009, Statistik Terapan, Jakarta : Uhamka Press, hal 23

85

Tabel 3.3

Jumlah Guru SMP Negeri Kecamatan Putussibau Selatan

dan Putussibau Utara

No Nama Sekolah Guru (orang)

1. SMP Negeri 1 Putussibau 22

2. SMP Negeri 2 Putussibau 18

3. SMP Negeri 3 Putussibau 8

4. SMP Negeri 4 Putussibau 3

5. SMP Negeri 5 Putussibau 7

6. SMP Negeri 6 Putussibau 5

7 SMP Negeri 7 Putussibau 9

8. SMP Negeri 8 Putussibau 5

9. SMP Negeri 9 Putussibau 2

Jumlah 79

Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga tahun 2010.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Dengan demikian sampel adalah bagian dari populasi yang akan

diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah guru-guru di 9 SMP Negeri di

Kecamatan Putussibau selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan Tabel Isac dan

Michael76 ”Dalam buku Pedoman Tesis Desertasi Program Sarjana Universitas

Prof. Dr. Hamka, merupakan tabel penarikan sampel dengan tingkat kesalahan

76 Tim Penyususn Pedoman Tesis Desrtasi, 2008, Pedoman Tesis dan Disertasi, Jakarta :

Uhamka Press, hal. 22-23.

86

5%. Jika jumlah populasi 79 orang maka jumlah sampel yang diambil dengan

presentasi tingkat kesalahan 5% sebanyak 65 orang.”

Tabel 3.4

Besaran Populasi Tingkat Kesalahan dan Sampel

Populasi Sampel

Populasi Sampel

Populasi Sampel

1% 5% 10% 1% 5% 10% 10% 5% 10%

10 10 10 10 85 71 68 65 230 160 135 122 15 15 14 14 90 75 72 68 240 165 139 125

20 15 19 19 95 79 75 71 250 171 142 127

25 19 23 23 100 83 78 73 260 176 146 130

30 24 28 27 120 87 84 78 270 182 149 133

35 29 32 31 130 94 89 83 280 197 155 138

40 33 36 35 140 102 95 88 290 202 158 140

45 38 40 39 150 109 100 92 300 207 161 143

50 42 44 42 160 116 105 97 320 216 167 147

55 47 48 46 170 122 110 101 340 225 172 151

60 51 51 49 180 129 114 105 360 224 177 155

65 55 55 53 190 135 119 108 380 242 182 158

70 59 58 56 200 142 123 112 400 250 186 162 75 63 62 59 210 148 127 115 420 257 191 165

80 67 65 62 220 154 131 118 440 265 195 168

Dalam menentukan jumlah guru yang dijadikan sampel penelitian dan

sampel uji coba penelitian untuk masing-masing sekolah dilakukan

menggunakan teknik acak sederhana dengan cara diundi, dimana dibuat nama

guru pada secarik kertas dan digulung dikelompok pada masing-masing sekolah

kemudian dikocok. Nama guru yang muncul pada masing-masing sekolah

dengan proporsi yang ditentukan dijadikan sebagai sampel uji coba sebanyak 30

orang, sedangkan nama guru yang tersisa sesuai dengan proporsi yang

87

ditentukan dijadikan sampel penelitian sebanyak 35 orang, dengan spesifikasi

dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini.

Tabel 3.5

Perhitungan Proporsi Sampel Penelitian

No. Nama Sekolah Jumlah Proporsi Jumlah Sampel

1. SMP Negeri 1 Putussibau 22 22/79 x 65 18

2. SMP Negeri 2 Putussibau 18 18/79 x 65 15

3. SMP Negeri 3 Putussibau 8 8 /79 x 65 7

4. SMP Negeri 4 Putussibau 3 3/79 x 65 2

5. SMP Negeri 5 Putussibau 7 7/79 x 65 6

6. SMP Negeri 6 Putussibau 5 5/79 x 65 4

7. SMP Negeri 7 Putussibau 9 9/79 x 65 7

8. SMP Negeri 8 Putussibau 5 5/79 x 65 4

9. SMP Negeri 9 Putussibau 2 2/79 x 65 2

Jumlah 79 65

E. Proses Penjaringan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang

diteliti. Menurut Sugiyono77 ” Instrumen penelitian adalah merupakan

pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Dengan demikian

instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data

penelitian. Untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data

kuantitatif yang akurat, maka instrumen harus mempunyai skala. Sugiyono78

77 Sugiyono op, cit, hal. 118. 78 Ibid

88

”Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk

menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat

ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data

kuantitatif.” Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah skala

Likert. Menurut Sugiyono79 ”Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial.” Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur, dijabarkan

menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik

tolak untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pernyataan-pernyataan.

a. Kinerja Guru (Y)

1) Definisi Konseptual

Kinerja guru mempunyai pengertian akan adanya suatu tindakan

atau kegiatan yang ditampilkan oleh seseorang dalam melaksanakan

aktivitas tertentu.

2) Definisi Operasional

Kinerja guru ditunjukkan dengan skor yang diperoleh melalui

kuesioner sehingga dapat melihat baik tidaknya kinerja guru di SMP

Negeri Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara. Kinerja

guru dalam skor berdasarkan tinggi rendahnya keberhasilan

pengelolaan pembelajaran artinya makin tinggi skor pengelolaan

pembelajaran maka pengelolaan pembelajaran makin baik dan

sebaliknya makin rendah skor makin rendah pula pengelolaan

79 Ibid

89

pembelajaran. Skor diatur berdasarkan skala Likert yang

diimplikasikan dalam empat opsi, yang terdiri dari empat pilihan

jawaban, yaitu selalu (SL), sering (SR), Kadang-kadang (KK), tidak

pernah (TP).

Setiap butir pernyataan yang bersifat positif, maka jawaban diberi

mulai dari skor 4 bagi yang menjawab SL, 3 bagi yang menjawab SR, 2

bagi yang menjawab KK, 1 bagi yang menjawab TP. Sebaliknya jika

pernyataan bersifat negatif, maka nilai untuk tiap jawaban dibalik mulai

dari 1 untuk jawaban SL, 2 untuk yang menjawab SR, dan seterusnya.

Butir instrumen dibuat 38 item yang didasari dari instrumen kinerja

guru dengan skor tertinggi adalah 144 (4x38). Butir-butir instrumen

kinerja guru akan disusun berdasarkan nomor, dimensi, indikator,

nomor butir dan jumlah butir instrumen. Kinerja guru akan diperoleh

dan diungkap melalui instrumen penelitian disusun berdasarkan dimensi

kinerja guru.

3) Dimensi, Indikator dan Nomor Butir Kuesioner

Kisi-kisi dimensi dan indikator selanjutnya disajikan pada tabel 3.6

berikut ini.

Tabel 3.6

Kisi-kisi Butir Instrumen Kinerja Guru

No Dimensi Indikator Nomor Butir Soal

1. Perencanaan Pembelajaran

- Penyusunan Program - Penyusunan perangkat pembelajaran

1,2 3,4,5,6,7

90

No Dimensi Indikator Nomor Butir Soal

2. Melaksanakan Pembelajaran

- Melaksanakan Proses Pembelajaran 8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18

3. Menilai Pembelajaran

- Melaksanakan penilaian hasil belajar - Menganalisa hasil belajar

19,20,21,22,23,24 25,26,27,28,29,30,3

1,32,33 4. Kegiatan

Tambahan - Melatih dan membimbing siswa - Bimbingan siswa dalam pengembangan

diri

34,35,36 37,38

4) Kalibrasi

Jumlah butir pernyataan instrumen kinerja guru diujicoba 38 butir.

Proses pengembangan instrumen dimulai dengan penyusunan instrumen

dengan skala empat sebanyak 38 butir yang mengacu pada indikator-

indikator variabel kinerja guru sebagaimana dituangkan dalam kisi-kisi

butir pernyataan yang disebut konsep instrumen untuk mengukur

variabel kinerja guru. Kemudian diteliti untuk memperoleh keabsahan

konstruk, sampai berapa kuat butir-butir instrumen telah mengukur

dimensi dan indikator dari variabel kinerja guru sebagaimana tercantum

dalam kisi-kisi butir instrumen di atas, dilanjutkan dengan diujicoba

kepada 30 orang guru, sesuai data sampel ujicoba.

b. Supervisi Pengawas (X1)

1) Definisi Konseptual

Supervisi pengawas adalah layanan, bantuan, pembinaan yang

diberikan pengawas sekolah kepada kepala sekolah dan guru-guru

dalam rangka memberikan jalan keluar terhadap berbagai permasalahan

91

tugas sehari-hari di sekolah dalam usaha meningkatkan mutu proses

pembelajaran.

2) Definisi Operasional

Supervisi pengawas ditunjukkan dengan skor yang diperoleh

melalui koesioner sehingga dapat melihat baik tidaknya supervisi

pengawas pada SMP N di Kecamatan Putussibau Selatan dan

Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu. Skor supervisi pengawas

dapat diperoleh dengan menggunakan instrumen berbentuk skala empat

yang terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu selalu (SL), sering (SR),

kadang-kadang (KK), dan tidak pernah (TP). Setiap butir pernyataan

yang bersifat positif, jawaban yang diberikan mulai dari skor 4 bagi

yang menjawab SL, 3 bagi yang menjawab SR, 2 bagi yang menjawab

KK, 1 bagi yang menjawab TP. Sebaliknya jika pernyataan yang

bersifat negatif, nilai untuk setiap jawaban dibalik mulai dari 1 untuk

jawaban SL, 2 bagi yang menjawab SR dan seterusnya. Dari definisi

operasional pengawas sekolah maka skor total yang akan diperoleh dan

diungkapkan melalui instrumen penelitian disusun berdasarkan dimensi

pengawas sekolah sebagai berikut :

c. Peran supervisi pengawas

d. Karakteristik supervisi

e. Pelaksanaan supervisi pengawas

Karena butir instrumen berjumlah 36 item yang didasari dari

instrumen supervisi pengawas, maka skor tertinggi adalah 144 (4x36).

92

Butir-butir instrumen supervisi pengawas akan disusun berdasarkan

definisi operasional, yang terdiri dari nomor, dimensi, indikator, nomor

butir, dan jumlah butir instrumen.

3) Dimensi, Indikator dan Nomor Butir Kuesioner

Kisi-kisi dimensi dan indikator selanjutnya disajikan pada tabel 3.7

berikut ini.

Tabel 3.7

Kisi-kisi Instrumen Supervisi Pengawas

No Dimensi Indikator Nomor Butir Soal

1. Peran Supervisi Pengawas

- Bantuan kepala kepala sekolah memecahkan persoalan akademik

- Bantuan kepada guru - Pembinaan kepada guru - Memupuk semangat kepada sekolah - Pembinaan pengelolaan administrasi

sekolah

1,2,3,4

5,6,7,8 9,10,11,12

13,14 15,16,17,18,19,20,

21 2. Karakteristik

Supervisi - Pengalaman supervisi - Mesyawarah supervisi - Meningkatkan kualitas kepemimpinan

22,23,24 25,26,27 28,29,30

3. Pelaksanaan Supervisi

- Peningkatan kualitas pendidikan - Kerjasama

31,32,33,34 35,36

4) Kalibrasi

Jumlah butir pernyataan instrumen supervisi pengawas diujicoba

36 butir. Proses pengembangan instrumen dimulai dengan penyusun

instrumen dengan skala empat sebanyak 36 butir yang mengacu pada

indikator-indikator variabel supervisi pengawas sebagaimana

dituangkan dalam kisi-kisi butir pernyataan yang disebut konsep

instrumen untuk mengukur supervisi pengawas sekolah. Kemudian

93

diteliti untuk memperoleh keabsahan konstruk, sampai berapa kuat

butir-butir instrumen telah mengukur dimensi dan indikator dari

variabel pengawas sebagaimana tercantum dalam kisi-kisi butir

instrumen diatas, dilanjutkan dengan diujicoba kepada 30 orang guru,

sesuai dengan data sampel uji coba.

c. Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)

1) Definisi Konseptual

Kualitas Kepemimpinan kepala sekolah adalah mutu layanan

kepala sekolah dalam upaya mempengaruhi, mendorong, membimbing,

mengarahkan dan menggerakan semua komponen yang bertanggung

jawab terhadap sekolah guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2) Definisi Operasional

Kualitas kepemimpinan kepala sekolah ditunjukkan dengan skor

yang diperoleh melalui kuesioner sehingga dapat melihat baik tidaknya

kualitas kepemimpinan kepala sekolah pada SMP Negeri di Kecamatan

Putussibau Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu. Skor

kualitas kepemimpinan kepala sekolah dapat diperoleh dengan

menggunakan instrumen berbentuk skala empat yang terdiri dari empat

pilihan jawaban, yaitu selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KK),

dan tidak pernah (TP). Setiap butir pernyataan yang bersifat positif,

maka jawaban diberikan mulai dari skor 4 bagi yang menjawab SL, 3

bagi yang menjawab SR, 2 bagi yang menjawab KK, 1 bagi yang

94

menjawab TP. Sebaliknya jika pernyataan bersifat negatif mulai dari 1

untuk menjawab SL, 2 untuk menjawab SR dan seterusnya. Karena

butir instrumen berjumlah 36 item yang didasari dari instrumen

kepemimpinan kepala sekolah maka skor tertinggi adalah 144 (4x36).

Butir-butir instrumen kualitas kepemimpinan kepala sekolah akan

disusun berdasarkan definisi operasional, yang terdiri dari nomor,

dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir instrumen.

3) Dimensi, Indikator dan Nomor Butir Instrumen

Kisi-kisi dimensi dan indikator selanjutnya disajikan pada tabel 3.8

berikut ini.

Tabel 3.8

Kisi-kisi Butir Instrumen Variabel

Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

No Dimensi Indikator Nomor Butir Soal

1. Kepribadian - Kejujuran - Percaya diri - Tanggung jawab - Berani mengambil resiko - Berani mengambil keputusan - Berjiwa besar - Emosi yang stabil - Teladan

1 2 3 4 5 6 7 8

2. Pengetahuan - Memahami tenaga kependidikan - Memahami karakteristik siswa - Mampu menyusu program - Memahami kritik dan saran - Memahami administrasi sekolah

9,19 11,12 13,14 15,16

17,18,19 3. Pemahaman

Visi dan Misi - Memiliki misi - Merumuskan misi - Mewujudkan visi dan misi

20,21,22 23,24,25

26,27

95

No Dimensi Indikator Nomor Butir Soal

24 Kemampuan Skill

- Kemampuan mengambil keputusan - Kemampuan berkomunikasi

28,29,30 31,32,33,34,35,36

4) Kalibrasi

Jumlah butir pernyataan instrumen kualitas kepemimpinan kepala

sekolah diujicoba 36 butir. Proses pengembangan instrumen dimulai

dengan penyusunan instrumen dengan skala empat sebanyak 36 butir

yang mengacu pada indikator-indikator variabel kualitas kepemimpinan

kepala sekolah sebagaimana dituangkan dalam kisi-kisi butir

pernyataan yang disebut konsep instrumen untuk mengukur variabel

kualitas kepemimpinan kepala sekolah. Kemudian diteliti untuk

memperoleh keabsahan konstruk, sampai berapa kuat butir-butir

instrumen telah mengukur dimensi dan indikator dari variabel kualitas

kepemimpinan kepala sekolah sebagaimana tercantum dalam kisi-kisi

butir instrumen di atas, dilanjutkan dengan diujicoba kepada 30 orang

guru, sesuai dengan data sampel uji coba.

2. Uji Coba Instrumen

Instrumen variabel kinerja guru sebanyak 38 butir, sementara instrumen

variabel kualitas kepemimpinan kepala sekolah 36 butir, sedangkan instrumen

supervisi pengawas 36 butir. Instrumen tersebut diujicobakan kepada 30 guru

sebagai responden yang tidak masuk dalam sampel penelitian pada 9 SMPN di

Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu.

96

Uji coba instrumen ini dimaksudkan untuk menguji keabsahan (validitas) dan

kehandalan butir-butir instrumen yang digunakan dalam penelitian. Untuk itu

dilakukan analisis hubungan antara satu butir dengan indikator dan dengan

variabel.

1) Validitas Instrumen

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data (mengukur) itu valid. Menurut Sugiono80 ”Valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur.” Validitas instrumen diuji dengan menggunakan korelasi skor butir

dengan total product moment. Analisis dilakukan terhadap semua butir

instrumen kriteria pengujiannya dilakukan dengan cara membandingkan r

hitung dengan r tabel pada taraf α = 0,05, jika rhitung > rtabel maka butir soal

dinyatakan valid atau sahih, sedangkan jika rhitung > rtabel maka butir

dianggap tidak absah dan selanjutnya drop atau tidak digunakan. Validitas

yang digunakan adalah validitas isi (content validity). Untuk mengukur

validitas ini digunakan metode internal konsistensi yaitu mengukur besarnya

korelasi antara tiap-tiap butir dengan semua butir pertanyaan adalah

validitas isi (content validity). Untuk mengukur validitas ini digunakan

metode internal konsistensi yang mengukur besarnya korelasi antara tiap

butir dengan semua butir pertanyaan menggunakan rumus korelasi product

moment dan uji signifikasi dengan uji-t. Suatu butir soal ditentukan oleh

80 Ibid

97

besarnya harga rhitung pada = 0,05, jika rhitung > rtabel maka butir soal

dinyatakan valid atau sahih, dengan rumus sebagai berikut :

rxy =

2222 XYnXXn

YXYXn

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi skor butir (x) dengan skor total (y)

n = ukuran sampel (responden)

x = ukuran butir

y = skor total

Syarat korelasi pearson

a. Sampel diambil secara acak

b. Ukuran sampel minimum dipenuhi

c. Data sampel masing-masing variabel berdistribusi normal

d. Bentuk regresi linier

Kriteria yang digunakan untuk uji-keabsahan butir adalah r tabel dengan =

0,05 dan n= 22, artinya jika rhitung > rtabel maka butir dianggap sah dan

selanjutnya didrop atau tidak digunakan.

2) Reliabilitas

Hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam

waktu yang berbeda. Menurut Sugiono81 Instrumen yang reliabel adalah

instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang

81 Ibid

98

sama, akan menghasilkan data yang sama. Koefisien reliabelitas instrumen

dimaksud untuk melihat konsistensi jawaban yang diberikan oleh responden

atau guru untuk dianalisis. Butir yang valid selanjutnya dihitung

reliabilitasnya dengan menggunakan rumus koefisien alpha (alpa cronbach)

dengan rumus :

r11 =

1o

bo2

21

1kk

Keterangan :

r11 = rehabilitas instrumen

k = benyaknya butir pernyataan yang valid

bo 2 = jumlah bariann butir

Dengan : noobo o 222 .....21

O21 : varian butir ke-1

Dengan :

O2t = 1

212

nnX

X

X1 = skor butir ke-1

O2t = varians total, dicari dengan rumus :

1

2

2

2

nnY

YtO , Y : skor total, sedangkan n : ukuran sampel

99

F. Hipotesis Statistik

Berdasarkan masalah penelitian yang telah ditetapkan pada bagian

ebelumnya, maka hipotesis statistik yang akan diuji adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis pertama :

H0 : py1 = 0

H1 : py1 > 0

2. Hipotesis Kedua :

H0 : py2 = 0

H1 : py2 > 0

3. Hipotesis Ketiga :

H0 : py12 = 0

H1 : py12 > 0

Keterangan :

H0 : Hipotesis Nol

H1 : Hipotesis Alternatif

py1 : Koefisien korelasi antara supervisi pengawas terhadap kinerja guru

py2 : Koefisien kolerasi antara kualitas kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kinerja guru

py12 : Koefisien korelasi antara supervisi pengawas dan kualitas

kepemimpinan kepala sekolah secara bersama terhadap kinerja

guru.

100

G. Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis terhadap data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik analisis regresi linier yaitu untuk mengetahui derajat kualitas

hubungan supervisi pengawas (X1) dengan kinerja guru (Y), hubungan kualitas

kepemimpinan kepala sekolah (X2) terhadap kinerja guru (Y), dan hubungan

supervisi pengawas (X1) dan kualitas kepemimpinan kepala sekolah (X2) dengan

kinerja guru (Y) pada SMP Negeri Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau

Utara.

Untuk mengetahui apakah data tersebut normal, homogen, dan persamaan

regresi linier, maka teknik analisis data yang digunakan melalui uji persyaratan

analisis dan uji hipotesis homogenitas data yang akan dibandingkan sebagai berikut :

Uji Persyaratan Analisis

Uji persyaratan analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

uji normalitas data, uji homogenitas data, dan linieritas regresi.

a. Uji Normalitas

Tujuan dilakukan uji normalitas adalah untuk mengetahui normal

tidaknya distribusi frekuensi data sampel dalam penelitian, dimana

pengujinya dengan menggunakan uji liliefros dan uji shi-kuadrat. Dalam uji

liliefors dikatakan bahwa data sampel berasal dari populasi yang

didistribusikan normal apabila Lhitung < Ltabel, diuji pada tarap signifikan =

0,05. sedangkan pada uji chi-kuadrat bahwa data sampel berasal dari

populasi distribusi normal apabila : χ2 hitung < χ2 tabel, diuji pada taraf

signifikasi = 0,05.

101

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk pengujian terhadap kesamaan

beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya sampel-sampel yang

diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas dalam penelitian ini

menggunakan Uji Bartleth, dimana dalam uji homogenitas sampel,

pengetesan didasarkan atas asumsi bahwa apabila varian yang dimiliki oleh

sampel-sampel yang bersangkutan tidak jauh berbeda, maka sampel-sampel

tersebut cukup homogen, dengan ketentuan data sampel homogen apabila :

χ2 hitung < χ2 tabel, untuk = 0,05.

c. Uji Linieritas Regresi

Uji linieritas regresi adalah untuk mengetahui ada hubungan atau

tidak antara Supervisi Pengawas (X1) terhadap Kinerja Guru (Y), Kualitas

Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2), terhadap Kinerja Guru (Y), dan antara

Supervisi Pengawas (X1) terhadap Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

(X2) dengan menggunakan analisis varian melalui tabel ANAVA. Adapun

rumus regresi sederhana yang digunakan sebagai berikut :

Model Regresi : Ŷ = a + bx

b = 2x

xy

= 22 )X(Xn

)Y)(X(XYn

a = XbY

=

22

22

)X(Xn

YXXYX

102

JK(s) = 2

22

x)xy(

y

JK(G) =

k

2k2

k n)Y(

Y

JK(TC) = JK(S) – JK(G)

d. Uji Koefisien Product Moment

Untuk melihat adanya kekuatan hubungan antara Supervisi

Pengawas (X1) dengan Kinerja Guru (Y), Kualitas Kepemimpinan Kepala

Sekolah (X2) dengan Kinerja Guru (Y) secara bersama-sama Supervisi

Pengawas (X1) dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) digunakan

rumus koefisien product moment sebagai berikut :

Dengan rumus :

2222 )nnynX

yxxyn

Dimana :

rxy = koefisien Korelasi skor butir (X) dengan skor total (y)

X = Skor butir

Y = Skor total

n = ukuran sampel (Responden)

e. Uji Determinasi

Untuk melihat adanya hubungan antara Supervisi Pengawas (X1)

dengan Kinerja Guru (Y), dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)

dengan Kinerja Guru (Y) digunakan rumus koefisien determinasi sebagai

berikut :

103

R2 = (R3.12)2 =

2y)R(JKXX2.XX1)g3R(JK 3231

f. Uji t

Untuk melihat signifikan hubungan antara Supervisi Pengawas (X1)

dengan Kinerja Guru (Y) dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)

dengan Kinerja Guru (Y), hubungan antara Supervisi Pengawas (X1) dengan

Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) secara bersama-sama dengan

Kinerja Guru (Y) digunakan uji t dengan rumus sebagai berikut :

t = 2

2

rn

nr

104

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

Hasil penelitian ini dideskripsikan dalam beberapa pembahasan yaitu

tentang demografis responden, deskripsi data, pengujian persyaratan analisis meliputi

uji normalitas data, uji homogritas data dan jumlah kuadrat galat, berikutnya

dilanjutkan dengan pengujian hipotesis dan diakhiri dengan keterbatasan penelitian.

A. Demografi Responden

Responden dalam penelitian ini adalah guru-guru pada SMP Negeri di

Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara yang ada di wilayah Kabupaten

Kapuas Hulu. Pengambilan responden dari seluruh wilayah geografis Kabupaten

Kapuas Hulu dalam konteks wilayah Provinsi Kalimantan Barat secara astronomis di

bagian paling Timur Provinsi Kalimantan Barat terletak pada koordinat 0°5’ Lintang

Utara sampai 1°4’ Lintang Selatan dan diantara 111°40’ sampai 114°10’ Bujur

Timur. Wilayah bagian Utara berbatasan dengan Negara Bagian Sarawak (Malaysia

Timur), sementara sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah

dan Kalimantan Timur. Sedangkan sebelah Barat dan Selatan berbatasan langsung

dengan Kabupaten Sintang. Luas wilayah sekitar 29.842 km² yang secara

administratif terbagi menjadi 23 wilayah kecamatan dengan 178 desa dan 4

kelurahan.

Sasaran penelitian dilaksanakan terhadap guru-guru yang bertugas pada

SMP Negeri di Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara. Sampel adalah

104

105

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dengan demikian

sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Sampel dalam penelitian ini

adalah guru-guru di 9 SMP Negeri di Kecamatan Putussibau selatan dan Putussibau

Utara Kabupaten Kapuas Hulu. Adapun SMP Negeri Kecamatan Putussibau Selatan

dan Putussibau Utara yang dimaksud adalah : SMP Negeri 1 Putussibau, SMP Negeri

2 Putussibau, SMP Negeri 3 Putussibau, SMP Negeri 4 Putussibau, SMP Negeri 5

Putussibau, SMP Negeri 6 Putussibau, SMP Negeri 7 Putussibau, SMP Negeri 8

Putussibau, SMP Negeri 9 Putussibau.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan Tabel Isac dan

Michael82 ”Dalam buku Pedoman Tesis Desertasi Program Sarjana Universitas Prof.

Dr. Hamka, merupakan tabel penarikan sampel dengan tingkat kesalahan 5%”. Jika

jumlah populasi 79 orang maka jumlah sampel yang diambil dengan presentasi

tingkat kesalahan 5% sebanyak 65 orang. Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dengan demikian sampel adalah bagian

dari populasi yang akan diteliti”. Sampel dalam penelitian ini adalah guru-guru di 9

SMP Negeri di Kecamatan Putussibau selatan dan Putussibau Utara Kabupaten

Kapuas Hulu. Dalam menentukan jumlah guru yang dijadikan sampel penelitian dan

sampel uji coba penelitian disesuaikan untuk masing-masing sekolah menggunakan

teknik acak sederhana dengan cara diundi, hasilnya yang dijadikan sebagai sampel

uji coba sebanyak 30 orang, sedangkan nama guru yang tersisa sesuai dengan

proporsi yang ditentukan dijadikan sampel penelitian sebanyak 35 orang.

82 Tim Penyususn Pedoman Tesis Desrtasi, Loc.cit, 2008, Pedoman Tesis dan Disertasi, Jakarta

: Uhamka Press, hal. 22-23.

106

B. Deskripsi Data

Dalam pendiskripsian data penelitian ini dihimpun dari hasil pengisian

kuesioner yang telah di dibagikan kepada responden dimana isinya berupa

pertanyaan dari instrumen-instrumen yang telah dikembangkan. Penelitian ini

meliputi tiga variabel, diantaranya Supervisi Pengawas (X1), Kualitas Kepemimpinan

Kepala Sekolah (X2), dan Kinerja Guru (Y).

Data yang disajikan dalam penelitian ini berupa tabel frekwensi, historgam,

rata-rata (mean), modus, median, simpangan baku, dan varian. Kesemua hasil

tersebut telah melalui perhitungan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis

korelasi dan regresi secara sederhana. Sebelum melakukan pengujian hipotesis

terlebih dahulu diadakan pengujian data dengan uji normalitas dan homogenitas data

pada setiap variabel. Diantara ketiga variabel tersebut disajikan dalam tabel 4.1

berikut ini.

Tabel 4.1

Rangkuman Hasil Perhitungan Data Tiga Variabel

Variabel n Jumlah Rerata Modus Median Standar Deviasi Varian

Y 35 3321 94,89 98,00 93,23 9,82 93,76

X1 35 3246 92,74 90,95 92,10 6,41 39,91

X2 35 3206 91,60 88,50 92,32 6,94 46,75

1. Sebaran Skor Kinerja Guru (Y)

Perhitungan yang diperoleh dari hasil jawaban yang telah diberikan

oleh 35 orang guru yang dihimpun sebagai sampel penelitian menghasilkan

rentang skor implementatif dari setiap responden, dengan skor minimal 33 dan

107

34

11

3

9

4

1

0

2

4

6

8

10

12

75,5 81,5 87,5 93,5 99,5 105,5 111,5

f

skor maksimal 132. Sedangkan rentang skor empirik menyebar mulai dari 75

sampai 114. Hasil perhitungan secara statistik dihasilkan nilai sejumlah 3321,

rerata 94,86, modus 98,00, median 93,23, standar diviasi 9,82, dan simpangan

(varian) 93,76. Dalam bentuk distribusi frekwensi skor Kinerja Guru dapat

dilihat pada tabel 4.2, dan untuk histogramnya dapat dilihat pada gambar 4.1.

Tabel 4.2

Distribusi Frekwensi Skor Kinerja Guru (Y)

No. Kelas Interval Frekwensi

Absolut Relatif Komulatif 1 76 − 81 3 8,57% 8,57% 2 82 − 87 4 11,43% 20,00% 3 88 − 93 11 31,43% 51,43% 4 94 − 99 3 8,57% 60,00% 5 100 − 105 9 25,71% 85,71% 6 106 − 111 4 11,43% 97,14% 7 112 − 117 1 2,86% 100,00%

∑ 35 100,00%

Gambar 4.1

Histogram Skor Kinerja Guru (Y)

Y

108

Frekwensi skor Kinerja Guru pada tabel 4.2 dapat diklasifikasikan

menjadi skor tinggi, sedang, dan rendah. Skor tinggi adalah dari rerata ditambah

1 standar deviasi ke atas. Skor sedang adalah dari skor rerata di kurang 1 standar

deviasi sampai dengan rerata ditambah 1 standar deviasi ke bawah.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa guru yang menempati posisi

kategori tinggi sebesar 14,29%. Sedangkan untuk kategori rendah sebesar

14,29%, hal ini menunjukkan bahwa guru yang memiliki kategori rendah lebih

banyak jumlahnya dari guru yang berada pada kategori tinggi. Sedangkan

sisanya sebesar 71,42% merupakan guru yang berada pada kategori sedang. Dari

sebaran data tersebut klasifikasinya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3

Distribusi Klasifikasi Skor Kinerja Guru (Y)

No Kategori Klasifikasi Frekwensi Absolut

Frekwensi Relatif (%)

1 Tinggi 106 − 115 5 14,29 2 Sedang 85 − 105 25 71,42 3 Rendah 74 − 84 5 14,29

∑ 35 100

2. Sebaran Skor Supervisi Pengawas (X1)

Perhitungan hasil skor implementatif dari 35 responden, skor minimal

30 dan skor maksimalnya 120. Untuk skor empirik menyebar mulai dari 79

sampai 104. Setelah dilakukan perhitungan statistik diperoleh jumlah 3246,

dengan rerata 92,74 modus 90,95, median 9210, standar deviasi 6,41, dan

simpangan (varian) 39,91.

109

1

4

6

10

3

7

4

0

2

4

6

8

10

12

77,5 81,5 85,5 89,5 93,5 97,5 101,5

f

Distribusi frekwensi skor Supervisi Pengawas dapat dilihat pada tabel

4.4, grafik histrogram skor dari Supervisi Pengawas terlihat pada gambar 4.2.

Tabel 4.4

Distribusi Frekwensi Skor Supervisi Pengawas (X1)

No. Kelas Interval Frekwensi

Absolut Relatif Komulatif 1 78 − 81 1 2,86% 2.86% 2 82 − 85 4 11,43% 14,29% 3 86 − 89 6 17,14 31,43% 4 90 − 93 10 28,57% 60,00% 5 94 − 97 3 8,57% 68,57% 6 98 − 101 7 20,00 88,57% 7 102 − 105 4 11,43% 100,00%

∑ 35 100,00%

Gambar 4.2

Histogram Skor Supervisi Pengawas (X1)

Perhitungan hasil menunjukkan bahwa guru yang berada pada posisi

kategori tinggi hanya 20,00%, jumlah ini menunjukan hasil yang sebanding

X1

110

dengan guru pada posisi kategori rendah berjumlah 14,29%. Sedangkan guru

yang berada pada kategori sedang berjumlah 65,71,%. Data klasifikasi tersebut

sebarannya dapat dilihat dalam bentuk pada tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5

Distribusi Klasifikasi Skor Supervisi Pengawas (X1)

No Kategori Klasifikasi Frekwensi Absolut

Frekwensi Relatif (%)

1 Tinggi 100 − 105 7 20,00 2 Sedang 86 − 99 23 65,71 3 Rendah 78 − 85 5 14,29

∑ 35 100

3. Sebaran Skor Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)

Dari hasil perhitungan jawaban yang diberikan oleh 35 orang guru

sebagai sampel penelitian, diperoleh rentang skor implementatif setiap

responden minimal 30 dan skor maksimal 120. Sedangkan untuk rentang skor

empiriknya mulai dari 78 sampai 104. Setelah dilakukan perhitungan statistik

diperoleh jumlah 3206, rerata 91,60, modus 88,50, median 92,32, standar

deviasi 6,94 dengan simpangannya (varian) 46,75.

Distribusi hasil dari perhitungan frekwensi skor Kualitas

Kepemimpinan Kepala Sekolah terlihat pada tabel 4.6, gambaran histogram skor

Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah pada gambar 4.3 halaman berikutnya.

111

34

11

45

7

1

0

2

4

6

8

10

12

78,5 82,5 86,5 90,5 94,5 98,5 102,5

f

Tabel 4.6

Distribusi Frekwensi Skor Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)

No. Kelas Interval Frekwensi

Absolut Relatif Komulatif

1 79 − 82 3 8,57% 8,57% 2 83 − 86 4 11,43% 20,00% 3 87 − 90 11 31,43% 51,43% 4 91 − 94 4 11,43% 62,86% 5 95 − 98 5 14,29% 77,14% 6 99 − 102 7 20,00% 97,14% 7 103 − 106 1 2,86% 100,00%

∑ 35 100,00%

Gambar 4.3

Histogram Skor Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)

Hasilnya menunjukkan bahwa guru yang berada pada posisi kategori

tinggi hanya 22,86%%, hasil tersebut menunjukan jumlah yang sebanding

dengan guru yang berada pada posisi kategori rendah berjumlah 11,43%,

sedangkan selebihnya yang berjumlah 65,71% guru pada diposisi kategori

sedang. Untuk data klasifikasi tersebut sebarannya diperlihatkan dalam bentuk

pada tabel 4.7 halaman berikutnya.

X2

112

Tabel 4.7

Distribusi Klasifikasi Skor Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)

No Kategori Klasifikasi Frekwensi Absolut

Frekwensi Relatif (%)

1 Tinggi 100 − 105 8 22,86 2 Sedang 85 − 99 23 65,71 3 Rendah 77 − 84 4 11,43

∑ 35 100

C. Uji Persyaratan Analisis

Untuk uji persyaratan analisis yang digunakan adalah analisis regresi dan

korelasi sederhana. Sebagai persyaratan untuk pengujian sebelum melakukan uji

analisis, terlebih dahulu melakukan pegujian persyaratan Normalitas, Homogenitas,

dan Linieritas.

1. Uji Normalitas

Pada persyaratan Uji Normalitas dilakukan di setiap variabel, sehingga

dapat mengetahui sampel yang telah dilakukan perhitungan apakah berdistribusi

normal atau tidak. Pengujian persyaratan ini dilakukan dengan Uji Lilliefors dan

menggunakan bantuan program Microsoft Office Excel versi 2007. Kriteria

pengujian adalah jika Lhitung lebih kecil dari Ltabel maka Ho diterima artinya

sampel berdistribusi normal, dengan taraf signifikansi yang digunakan = 0,05.

Dari perolehan hasil Uji Normalitas variabel Kinerja Guru (Y), variabel

Supervisi Pengawas (X1), dan variabel Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

(X2) dengan jumlah sampel n = 35 (0,886/ 35 = 0,1498) dapat dilihat pada

tabel 4.8 pada halaman berikutnya.

113

Tabel 4.8

Rangkuman Analisis Uji Normalitas

No Variabel Lhitung Ltabel Keterangan

1 Y 0,1498 0,1486 Distribusi Normal

2 X1 0,1498 0,0907 Distribusi Normal

3 X2 0,1498 0,1073 Distribusi Normal

Hasil ketiga variabel yaitu, Kinerja Guru (Y) Lhitung = 0,1486, variabel

Supervisi Pengawas (X1) Lhitung = 0,0907, dan variabel Kualitas Kepemimpinan

Kepala Sekolah (X2) Lhitung = 0,1073 dengan nilai Ltabel = 0,1498. Sebagai

kesimpulannya bahwa ketiga sampel (Y, X1, dan X2) dapat dikatakan

berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Persyatan kedua adalah Uji Homogenitas, pengujian persyaratan ini

dilakukan dengan Uji Bartlett menggunakan bantuan operasi sistem Microsoft

Office Excel versi 2007. Persyaratan ini dilakukan untuk mengetahui apakah

varian populasi bersifat homogen atau tidak.

Hasil perhitungan diperoleh varian skor Kinerja Guru (Y) berdasarkan

data Supervisi Pengawas (X1) dengan nilai 2hitung sebesar 15,260 sedangkan

2tabel dengan taraf signifikan = 0,05 dengan derajat kebebasan (db) = 10

adalah 18,307. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 2hitung < 2

tabel berarti H0

diterima artinya data berasal dari populasi yang homogen.

114

Selanjutnya pada skor Kinerja Guru (X3) berdasarkan data Kualitas

Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) didapatkan hasil 2hitung sebesar 5,877

sedangkan 2tabel dengan taraf signifikan = 0,05 dengan derajat kebebasan (db)

= 10 adalah 18,307. Kesimpulannya bahwa 2hitung < 2

tabel berarti H0 diterima

artinya data berasal dari populasi yang homogen, lebih jelasnya hasil Uji

Homogenitas varian Y atas X1, dan varian Y atas X2 dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9

Rangkuman Analisis Uji Homogenitas

No Variabel yang diuji n db 2hitung 2

tabel Kesimpulan

1 Varian Y atas X1 35 10 15,260 18,307 Homogen

2 Varian Y atas X2 35 10 5,877 18,307 Homogen

Kesimpulan hasil perhitungan Uji Homogenitas dapat dikatakan bahwa

pasangan data masing-masing variabel yaitu Supervisi Pengawas (X1) dan

Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) variannya homogen, karena nilai

2hitung < 2

tabel pada masing-masing derajat kebebasan (db) dengan taraf

signifikansi = 0,05.

3. Uji Linieritas

a. Uji Linieritas Supervisi Pengawas (X1) dengan Kinerja Guru (Y)

Teknik statistik analisis regresi yang digunakan untuk menguji

hubungan atas variabel harus memenuhi persyaratan antara lain bahwa

setiap variael-variabel tersebut harus bersifat linier. Jika sifat hubungan

115

ini tidak terpenuhi, maka teknis analisis regresi dan korelasi tidak dapat

dilakukan.

Berdasarkan hasil perhitungan Uji Signifikansi Regresi

(perhitungan rincinya pada Lampiran 7 halaman 241) diperoleh harga Fhitung

sebesar 23,75 sedangkan harga Ftabel dengan db pembilang 1 dan db

penyebut 33 pada taraf signifikansi = 0,05 sebesar 4,15. Dengan demikian

Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka regresi tersebut signifikan atau berarti.

Untuk Uji Linieritas Regresi menghasilkan harga Fhitung sebesar 1,71,

sedangkan Ftabel dengan db pembilang 17 dan db penyebut 16 pada taraf

signifikansi = 0,05 sebesar 2,33. Dengan demikian karena Fhitung lebih

kecil dari Ftabel, maka persamaan Ŷ = 2,921 + 0,992 X1 adalah linier. Untuk

lebih jelasnya rangkuman Uji Linieritas ini dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10

ANAVA untuk Regresi Linier Ŷ = 2,921 + 0,992 X1

S. Varian db JK RJK Fh Ft

0,05

Total 35 318397 9097,06 - -

Reg.a 1 315115,46 315115,46

Reg.b 1 1373,36 1373,36 23,75** 4,15

Sisa 33 1908,19 57,82

Tidak Cocok 17 1231,36 72,43 1,71ns 2,33

Galat 16 676,83 42,30

Keterangan :

** = Regresi sangat berarti (Fhitung = 23,75 > Ftabel = 4,15)

ns = Regresi berbentuk linier (Fhitung = 1,71 < Ftabel = 2,33)

116

b. Uji Linieritas Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) dengan

Kinerja Guru (Y)

Berdasarkan hasil perhitungan Uji Signifikansi Regresi (secara

spesifik dapat dilihat pada Lampiran 7 halaman 246) diperoleh harga Fhitung

sebesar 26,13, sedangkan harga Ftabel dengan db pembilang 1 dan db

penyebut 33 pada taraf signifikansi = 0,05 sebesar 4,15. Sehingga Fhitung

lebih besar dari Ftabel, maka regresi tersebut signifikan atau berarti. Untuk

Uji Linieritas Regresi diperoleh harga Fhitung sebesar 1,12, sedangkan harga

Ftabel dengan db pembilang 16 dan db penyebut 17 pada taraf signifikansi

= 0,05 sebesar 2,29. Dengan demikian karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel,

maka persamaan Ŷ = 8,659 + 0,941 X2 adalah linier. Untuk lebih jelasnya

rangkuman Uji Linieritas ini dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11

ANAVA untuk Regresi Linier Ŷ = 8,659 + 0,941 X2

S. Varian db JK RJK Fh Ft

0,05

Total 35 318397 9097,06 - -

Reg.a 1 315115,46 315115,46

Reg.b 1 1450,03 1450,03 26,13** 4,15

Sisa 33 1831,51 55,50

Tidak Cocok 16 940,01 58,75 1,12ns 2,29

Galat 17 891,50 52,44

Keterangan :

** = Regresi sangat berarti (Fhitung = 26,13 < Ftabel = 4,15)

ns = Regresi berbentuk linier (Fhitung = 1,12 > Ftabel = 2,29)

117

D. Pengujian Hipotesis

Maksud dari pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah

hipotesis nol (H0) yang diajukan ditolak atau diterima pada tingkat signifikasi

tertentu. Selanjutnya dilakukan analisis regresi dan korelasi sederhana, regresi dan

korelasi ganda serta korelasi parsial. Dalam penelitian ini, diharapkan bisa

mengetahui seberapa besar kekuatan hubungan yang terjadi antara kedua variabel

bebas dengan satu variabel terikat, baik secara sendiri-sendiri maupun secara

bersama-sama. Adapun pengujian hipotesis statistik yang pertama dan kedua

dilakukan dengan uji t, sedangkan hipotesis ketiga dilakukan denga uji F.

Untuk uji hipotesis ini dilakukan secara berturut-turut, dimulai dari hipotesis

pertama yaitu terdapat hubungan positif Supervisi Pengawas (X1) dengan Kinerja

Guru (Y). Uji hipotesis kedua terdapat hubungan positif antara Kualitas

Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) dengan Kinerja Guru (Y). Pada uji hipotesis

ketiga terdapat hubungan positif antara Supervisi Pengawas (X1) dan Kualitas

Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) secara bersama-sama dengan Kinerja Guru (Y).

secara berurutan di bawah dideskripsikan hasil dari pengujian hipotesis tersebut.

1. Pengujian Hipotesis Hubungan Supervisi Pengawas (X1) dengan

Kinerja Guru (Y)

Untuk yang pertama ini menguji hipotesis alternatif (H1) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara Supervisi Pengawas (X1)

dengan Kinerja Guru (Y) melawan Hipotesis nol (H0), dimana pada

pernyataannya tidak terdapat hubungan yang menyatakan bahwa tidak terdapat

118

0

15

30

45

60

75

90

105

120

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120X1

Ŷ

hubungan positif antara Supervisi Pengawas (X1) dengan Kinerja Guru (Y).

Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik analisis

regresi dan korelasi sederhana.

Hubungan antara Supervisi Pengawas (X1) dengan Kinerja Guru (Y)

menggunakan regresi Ŷ = 2,921 + 0,992 X1 dapat dilihat pada grafik, gambar

4.4 berikut ini.

Gambar 4.4

Grafik Garis Regresi Ŷ = 2,921 + 0,992 X1

Pada persamaan Ŷ = 2,921 + 0,992 X1 diinterprestasikan bahwa

variabel Supervisi Pengawas (X1) dengan Kinerja Guru (Y) diukur dengan

instrumen yang telah diuji validitas dan rehabilitasnya, maka setiap kejadian

Ŷ = 2,921 + 0,992 X1

119

perubahan skor variabel (X1) sebesar 1 unit diestimasikan skor Kinerja Guru

(Y) akan berubah sebesar 0,992 pada arah yang sama konstanta sebesar 2,921.

Dari hasil perhitungan korelasi Product Moment didapat korelasi antara

Supervisi Pengawas (X1) dengan Kinerja Guru (Y) dengan koefisien korelasi

ry1 = 0,308 (secara rinci dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 242). Uji

signifikansi koefisien korelasi tersebut dituangkan dalam tabel 4.12 berikut ini.

Tabel 4.12

Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Supervisi Pengawas (X1)

dengan Kinerja Guru (Y)

Korelasi Antara

Koefisien Korelasi

Koefisien Determinasi

thitung ttabel

0,05

X1 dan Y 0,647 0,419 4,873 1,697

Berdasarkan hasil perhitungan uji signifikansi koefisien korelasi thitung

lebih besar dari ttabel yaitu : 4,873 > 1,671, maka koefisien korelasi antara

Supervisi Pengawas (X1) dengan Kinerja Guru (Y) signifikan pada taraf nyata

0,05. Dengan demikian Hipotesis nol (H0) sebagaimana dinyatakan di atas di

tolak. Sebaliknya Hipotesis Alternatif diterima. Sebagai kesimpulannya bahwa

terdapat hubungan secara positif yang signifikan antara Supervisi Pengawas

(X1) dengan Kinerja Guru (Y). Penjelasan lainnya dapat diasumsikan bahwa

semakin tinggi kualitas Supervisi Pengawas (X1) dalam lingkup 9 SMP Negeri

di Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara, maka peningkatan akan

Kinerja Guru semakin membaik. Apabila terjadi sebaliknya, makin menurun

kualitas Supervisi Pengawas (X1) pada lingkunngan 9 SMP Negeri di

120

Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara maka makin rendah tingkat

Kinerja Guru di lingkungan kerja SMP Negeri tersebut.

Berdasarkan tabel yang ada di atas, dihasilkan koefisien determinasi (r2)

antara Supervisi Pengawas (X1) dengan Kinerja Guru (Y) sebesar 0,419 atau

berarti 41,85% variasi kecenderungan Kinerja Guru (Y) diperngaruhi oleh

Supervisi Pengawas (X1). Sehingga Supervisi Pengawas (X1) mengkontribusikan

dukungan sebesar 41,85% terhadap Kinerja Guru (Y) dan kontribusi faktor

lainnya sebesar 58,15%.

2. Pengujian Hipotesis Hubungan Kualitas Kepemimpinan Kepala

Sekolah (X2) dengan Kinerja Guru (Y)

Hipotesis alternatif (Hi) merupakan hipotesis bentuk pengujian yang

kedua, dalam pernyataan ini bahwa terdapat hubungan positif antara Kualitas

Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) dengan Kinerja Guru (Y) melawan

Hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan positif

antara Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) dengan Kinerja Guru (Y).

Untuk melakukan pengujian hipotesis ini dengan penggunaan teknik analisis

regresi dan korelasi sederhana.

Dalam hubungannya antara Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

(X2) dengan Kinerja Guru (Y) menggunakan persamaan Ŷ = 8,659 + 0,941 X2

berikut ini dapat dilihat pada grafik gambar 4.5 halaman berikutnya.

121

0

15

30

45

60

75

90

105

120

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120X2

Ŷ

Gambar 4.5

Grafik Garis Regresi Ŷ = 8,659 + 0,941 X2

Pada persamaan regresi Ŷ = 8,659 + 0,941 X2 diinterprestasikan bahwa

variabel Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) dengan Kinerja Guru (Y)

diukur dengan instrumen yang telah diuji validitas dan reabilitasnya, maka setiap

perubahan skor variabel Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) sebesar 1

unit dapat diestimasikan sekor Kinerja Guru (Y) akan berubah sebesar 0,941

pada arah yang sama dengan konstanta 8,659.

Dari hasil perhitungan korelasi Product Moment didapat korelasi antara

Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) dengan Kinerja Guru (Y)

Ŷ = 8,659 + 0,941 X2

122

koefisien korelasi ry2 = 0,665 (lihat Lampiran 7 halaman 247). Uji signifikansi

koefisien tersebut tercantum dalam tabel 4.13 berikut ini.

Tabel 4.13

Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

(X2) dengan Kinerja Guru (Y)

Korelasi Antara

Koefisien Korelasi

Koefisien Determinasi

thitung

ttabel

0,05

X2 dan Y 0,665 0,442 5,111 1,697

Berdasarkan tabel di atas uji signifikansi korelasi thitung lebih besar

dari ttabel yaitu : 5,111 > 1,697, maka koefisien korelasi antara Kualitas

Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) dengan Kinerja Guru (Y) signifikan pada

taraf 0,05. Dengan demikian Hipotesis nol (H0) sebagaimana pernyataan di atas

ditolak. Namun sebaliknya Hipotesis Alternatif (Hi) dapat dinyatakan diterima.

Dengan hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan

positif yang signifikansi antara Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)

dengan Kinerja Guru (Y). Dengan pehaman lainnya dapat kita katakan bahwa

semakin tinggi kualitas dalam Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)

dalam lingkungan 9 SMP Negeri di Kecamatan Putussibau Selatan dan

Putussibau Utara akan mendukung peningkatan Kinerja Guru (Y). Pada sisi

sebaliknya, apabila kurang kualitas dalam Kualitas Kepemimpinan Kepala

Sekolah (X2) dalam lingkungan kerja 9 SMP Negeri di Kecamatan Putussibau

Selatan dan Putussibau Utara mengakibatkan penurunan akan kualitas Kinerja

Guru (Y).

123

Sebagai pengamatan dari tabel di atas diperoleh koefisien determinasi

(r2y2) antara Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) dengan Kinerja Guru

(Y) sebesar 0,442 atau dapat diartikan 44,19% variasi kecenderungan Kinerja

Guru (Y) mempunyai hubungan dengan Kualitas Kepemimpinan Kepala

Sekolah (X2). Pernyataan lain dikatakan bahwa Kualitas Kepemimpinan Kepala

Sekolah (X2) memberikan dukungan sebesar 44,19% terhadap Kerja Guru (Y)

dan 55,81% dianggap sebagai kontribusi faktor dari faktor lain.

3. Pengujian Hipotesis Hubungan Supervisi Pengawas (X1) dan Kualitas

Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) dengan Kinerja Guru (Y)

Pada hipotesis ketiga yang menjadi fokus ujinya adalah hipotesis

alteratif (Hi), dimana dalam pernyataannya bahwa terdapat hubungan positif

antara Supervisi Pengawas (X1) dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

(Y) dengan Kinerja Guru (Y) dalam melawan pernyataan Hipotesis nol (H0),

yang dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan positif antara Supervisi

Pengawas (X1) dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) dengan

Kinerja Guru (Y).

Hubungan antara Supervisi Pengawas (X1) dan Kualitas Kepemimpinan

Kepala Sekolah (X2) dengan Kinerja Guru (Y) menggunakan persamaan regresi

Ŷ = 7,10 + 0,82 X1 + 0,14 X2. Sehingga akan menghasilkan uji signifikansi

regresi ganda, dan dapat dilihat pada tabel 4.14 pada halaman berikutnya.

124

Tabel 4.14

Uji Signifikansi Regresi Ganda

S. Varian db JK RJK Fhitung

Ftabel

0,05

Regresi 2 1451,99 725,99 12,70** 3,29

Sisa 32 1829 57,17

Keterangan :

db = Derajat Kebebasan

JK = Jumlah Kuadrat

RJK = Rerata Jumlah Kuadrat

* = Signifikan (Fhitung = 12,70 > Ftabel = 3,29)

Kesimpulan akhir dapat dinyatakan bahwa persamaan regresi ganda :

Ŷ = 7,10 + 0,82 X1 + 0,14 X2 adalah signifikan sehingga dapat dipertanggung

jawabkan dalam mengambil kesimpulan mengenai hubungan antara Supervisi

Kepala Sekolah (X1) dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) dengan

Kinerja Guru (Y).

Hasil yang ditunjukkan daripersamaan Ŷ = 7,10 + 0,82 X1 + 0,14 X2

bahwa apabila secara bersama-sama antara Supervisi Pengawas (X1) dan

Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) ditingkatkan dalam pegabungan

satu unit, maka akan memberikan peningkatan dalam memacu Kinerja Guru (Y)

sebesar 0,96 (0,82 + 0,14) unit dengan konstanta 7,10.

Dari hasil perhitungan korelasi ganda antara (X1) dan (X2) dengan (Y)

dihasilkan korelasi (Ry.12) adalah sebesar 0,665 (perhitungannya secara spesifik

125

pada Lampiran 7 halaman 253). Untuk diketahui pengujian keberartian koefisien

korelasi ganda tersebut dapat dilihat pada tabel 4.15.

Tabel 4.15

Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda

Sampel (n) Koefisien Korelasi Ganda (Ry.12) Fhitung Ftabel(0,05)

35 0,665 31,788 3,29

Dari hasil di atas Fhitung sebesar 31,788 dan dari daftar distribusi

F dengan db pembilang 2 dan db penyebut 32 pada taraf nyata 0,05 diperoleh

Ftabel sebesar 3,29. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai Fhitung lebih besar

dari Ftabel, maka koefisien korelasi Ry.12 dapat dikatakan berarti atau signifikan.

Kesimpulannya bahwa terdapat hubungan positif antara Supervisi Pengawas

(X1) dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (Y) dengan Kinerja Guru (Y).

Dalam pengertian lainnya, bahwa semakin tinggi dan kualitas Supervisi

Pengawas (X1) dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) di lingkungan

Sekolah Menengah Pertama, maka Kinerja Guru (Y) akan semakin meningkat

dan membaik.

Koefisien korelasi di atas juga menghasilkan koefisien determinasi

hubungan antara Supervisi Pengawas (X1) dan Kualitas Kepemimpinan Kepala

Sekolah (X2) secara bersama-sama dengan Kinerja Guru (Y) sebesar 0,442.

Hal ini menunjukkan 0,442 variasinya dalam Kinerja Guru (Y) dapat dijelaskan

oleh variabel Supervisi Pengawas (X1) dan Kualitas Kepemimpinan Kepala

126

Sekolah (X2) secara bersama-sama memberikan sumbangan sebesar 44,25%

terhadap perhatian dan peningkatan Kinerja Guru (Y).

Kelanjutan dari hasil perhitungan tersebut diperoleh sumbangan efektif

masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat (Y) dimana sumbangan

efektif paling besar diberikan oleh variabel Kualitas Kepemimpinan Kepala

Sekolah (X2) sebesar 44,19% kemudian variabel Supervisi Pengawas (X1)

sebesar 41,85%.

Perbandingan kekuatan hubungan masing-masing variabel bebas

terhadap variabel terikat dapat diketahui dalam sajian tabel 4.16 (rincian

perhitungannya pada lampiran 7 halaman 248).

Tabel 4.16

Perbandingan Kekuatan Hubungan Antara (X1) dan (X2)

Secara Bersama-sama dengan (Y)

Korelasi Persial Koefesien Korelasi

Ry1.2 0,399

Ry2.1 0,357

Tabel di atas menunjukkan bahwa korelasi persial hubungan antara

Supervisi Pengawas (X1) dan Kinerja Guru (Y) dengan kontrol untuk Kualitas

Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) tidak mengalami perbedaan perbandingan

yang jauh dengan hubungan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)

dengan Kinerja Guru (Y) dengan adanya kontrol Supervisi Pengawas (X1).

Pada akhirnya penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Supervisi Pengawas

(X1) dan variabel Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) memberikan

127

kontribusi relatif hampir sama terhadap pelayanan dan peningkatan Kinerja Guru

(Y) dalam lingkungan 9 SMP Negeri di Kecamatan Putussibau Selatan dan

Putussibau Utara.

E. Diskusi

Pengungkapan hasil penelitian ini berupa temuan-temuan tentang kualitas

Supervisi Pengawas (X1) dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) pada

lingkungan 9 SMP Negeri di Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara.

Ini dilakukan untuk mencari temuan kontribusi terhadap peningkatan Kinerja Guru

(Y), yang selanjutnya dengan harapan dapat ikut serta memecahlan permasalahan

yang berkenaan dengan peningkatan Kinerja Guru di lingkungan 9 SMP Negeri di

Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara. Hasil penelitian ini kiranya

akan berguna bagi para guru, kepala sekolah, dan Dinas Pendidikan Kabupaten

Kapuas Hulu dalam usaha untuk meningkatkan kualitas Supervisi Pengawas dan

Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah yang pada akhirnya dapat meneningkatkan

Kinerja Guru.

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh beberapa temuan sebagai

berikut :

1. Kepemimpinan Kepala sekolah 9 SMP Negeri di Kecamatan Putussibau

Selatan dan Putussibau Utara cukup baik. Hal ini membawa pengaruh

positif terhadap peningkatan mutu Kinerja Guru. Temuan penelitian tentang

Supervisi Pengawas di 9 SMP Negeri di Kecamatan Putussibau Selatan dan

Putussibau Utara cukup memberikan arah hubungan yang positif kepada

128

Kinerja Guru yaitu 41,85%. Ini berarti kontribusi terhadap Kinerja Guru

disebabkan faktor lain 58,15%. Temuan tentang perhatian kualitas Supervisi

Pengawas di 9 SMP Negeri di Kecamatan Putussibau Selatan dan

Putussibau Utara cukup menggembirakan. Walaupun demikian tentunya

masih perlu untuk ditingkatkan lagi guna memacu kualitas dan perhatian

pendidikan di lingkungan 9 SMP Negeri di Kecamatan Putussibau Selatan

dan Putussibau Utara. Hal ini disampikan dengan memperhatikan kondisi di

lapangan antara lain :

a. Masih kurangnya situasi yang kondusif dilingkungan 9 SMP Negeri di

Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara.

b. Belum terpenuhinya kemampuan pemahaman tuntutan profesi sebagai

guru yang dapat dijadikan landasan untuk melihat kinerja yang

dimiliki oleh para guru. Sehingga tidak dapat menjalankan tugasnya

secara efektif dan efesien.

c. Masih kurangnya pemahaman tentang Kinerja Guru yang

sesungguhnya.

d. Kurangnya dukungan manajemen dan dukungan masyarakat yang

mengarah pada Kinerja Guru.

2. Terdapat hubungan positif antara Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

dengan Kinerja Guru di lingkungan 9 SMP Negeri di Kecamatan Putussibau

Selatan dan Putussibau Utara. Hal ini dibuktikan dengan besarnya

kontribusi secara langsung terhadap Kualitas Kepemimpinan Kepala

Sekolah adalah 44,19%. Besarnya angka kontribusi Kualitas Kepemimpinan

129

Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru masih dapat ditingkatkan lagi seiring

dengan upaya peningkatan implementasinya. Ini berarti kontribusi terhadap

Kinerja Guru disebabkan faktor lain 55,81%. Dari hasil temuan penelitian

dilapangan dapat dijumpai hal-hal sebagai berikut :

a. Komitmen yang tidak merata dari beberapa kompenen yang ada pada 9

SMP Negeri di Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara

dalam hal untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik secara

kontinyu.

b. Kurangnya peningkatan usaha untuk selalu belajar meng update diri

lewat kreativitas, adabtabilitas, motivasi dan perbaikan yang

berkelanjutan sehingga tidak sepenuhnya memberikan hubungan yang

lebih positif terhadap kinerja guru.

c. Peningkatan dan pemberdayaan SDM, serta pemanfaatan sarana yang

ada belum maksimal.

3. Temuan dalam Kinerja Guru di 9 SMP Negeri di Kecamatan Putussibau

Selatan dan Putussibau Utara menurut data hasil analisis menunjukkan

proporsi yang cukup baik dengan skor 93,23 (Median). Peningkatan Kinerja

Guru akan terjadi dengan adanya kontribusi variabel Supervisi Pengawas

yang digabung dengan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah di 9 SMP

Negeri di Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara. Kontribusi

variabel Supervisi Pengawas dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

terhadap Kinerja Guru sebesar 44,25%, sedangkan 55,75% didukung oleh

faktor lain. Maka jelaslah dalam temuan antara variabel Supervisi Pengawas

130

dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah di 9 SMP Negeri di

Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara memiliki korelasi

saling ketergantungan (interdependens) terhadap Kinerja Guru. Kondisi

Supervisi Pengawas dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah

variabel yang dapat menjelaskan keberhasilan tingkat Kinerja Guru. Oleh

karena itu, kolaborasi Supervisi Pengawas dan dipadukan dengan Kualitas

Kepemimpinan Kepala Sekolah yang cukup dan baik perlu untuk

ditingkatkan lagi.

Dalam paparan pengujian hipotesis di atas, koefisien korelasi antara

Supervisi Pengawas dengan Kinerja Guru (ry1) sebesar 0,647, dan pada Kualitas

Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru (ry2) sebesar 0,665 serta

Supervisi Pengawas dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah secara

bersama-sama dengan Kinerja Guru (ry.12) sebesar 0,665. Katiga variabel

tersebut pada pola hubungan dapat dilihat pada gamber 4.9.

Gambar 4.6

Pola Hubungan Antar Ketiga Variabel

ry1 = 0,647

ry.12 = 0,665

ry2 = 0,665

X1

X1

Y

131

F. Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian dihadapakan pada keterbatasan-

keterbatasan, baik dalam lingkup permasalahan penelitian, metodologi penelitian,

analisi data dan pembahasan hasil penelitian, maupun konseptualisasi

pengembangannya.

Keterbatasan pertama, berkaitan dengan masalah lingkup penelitian

Variabel Kinerja Guru yang melekat pada diri seorang guru banyak dipengaruhi oleh

pelbagai faktor, baik faktor internal seperti minat terhadap pekerjaan, motivasi kerja,

kondisi psikologis dan fisiologis yang bersifat kontenporer, dan karakteristik

kepribadian lainnya, maupun faktor eksternal seperti iklim dan budaya sekolah,

kemampuan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas-

tugas kepemimpinan, kondisi psikologis, fisiologis dan sosiologis kontenporer siswa,

kondisi kontenporer kelas dan sekolah, sistem kompensasi, Supervisi Pengawas

satuan pendidikan dalam melakukan tugasnya sebagai supervisor akademik, dan

pelbagai faktor eksternal lainnya.

Penelitian ini terfokus pada tindakan Supervisi Pengawas akademik satuan

pendidikan dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah yang kedua merupakan

bagian kecil dari pelbagai faktor yang berhubungan dengan Kinerja Guru dalam

menjalankan tugas-tugas profesionalnya. Di samping itu penilaian kinerja seharusnya

mencakup aspek-aspek input, proses, produk, outcome dan dampak dari tindakan

yang dilakukan oleh seorang guru.

Keterbatasan kedua, berkaitan dengan pengambilan sampel penelitian.

Pengambilan sampel penelitian ini hanya diambil dari 9 SMP Negeri di Kecamatan

Putussibau Selatan dan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu, tidak

132

melibatkan SMP swasta. Dan juga pengambilan sampel pada penelitian ini masih

memiliki kelemahan karena tidak memperhatikan tingkat usia, masa kerja, dan

frekuensi pemberdayaan yang pernah dialami responden pada setiap sampel sekolah.

Keterbatasan ketiga, berkenaan dengan instrumen kuesioner yang

digunakan setelah diujicobakan tidak kesemuanya valid. Sehingga dalam

pengumpulan data melalui angket masih terdapat kelemahan, dimana responden

masih kurang memahami makna pertanyaan, serta responden yang dimungkinkan

belum memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

Keterbatasan lainnya, peneliti masih memiliki keterbatasan dalam menelaah

yang disebabkan oleh keterbatasan literatur yang peniliti miliki, dana serta waktu

yang terbatas. Jelas hal ini tidak mampu menggali informasi tentang fenomena yang

dialami oleh responden secara mendalam. Oleh karena itu, meskipun instrumen

penelitian ini telah diuji validitas dan realibitasnya, namun ada kemungkinan kurang

peka di dalam menangkap fenomena yang terjadi dan dialami oleh responden.

Akibat dari keterbatasan-keterbatasan di dalam penelitian ini, maka hasil

penelitian masih belum mampu sepenuhnya memecahkan masalah yang berkaitan

dengan upaya peningkatan Kinerja Guru secara komprehensif, karena masih banyak

variabel eksternal yang mempengaruhi Kinerja Guru. Namun demikian harapan

peneliti akan pelbagai keterbatasan ini tidak mengurangi makna dan signifikansi

hasil penelitian ini. Di samping itu harapan hasil penelitian ini dapat memberi makna

yang signifikan untuk pengembangan pendidikan umumnya, khususnya untuk

peningkatan Kinerja Guru pada 9 SMP Negeri di Kecamatan Putussibau Selatan dan

Putussibau Utara, Kabupaten Kapuas Hulu.

133

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Akhir hasil kajian di lapangan yang telah dilaksanakan diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

Pertama, terdapat hubungan yang positif antara Supervisi Pengawas dengan

Kinerja Guru di lingkungan 9 SMP Negeri di Kecamatan Putussibau Selatan dan

Putussibau Utara. Kesimpulan tersebut dapat dinyatakan bahwa Supervisi

Pengawas di lingkungan 9 SMP Negeri di Kecamatan Putussibau Selatan dan

Putussibau Utara cukup bermakna dan berhubungan positif dengan Kinerja

Guru. Sebesar 41,85% variabel dalam Kinerja Guru (Y) dapat dijelaskan oleh

variabel Supervisi Pengawas (X1). Sedangkan 58,15% variabel Kinerja Guru (Y)

disebabkan oleh faktor lain.

Kedua, terdapat hubungan yang positif antara Kualitas Kepemimpinan Kepala

Sekolah (X2) dengan Kinerja Guru (Y) di Lingkungan 9 SMP Negeri di

Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara. Dari kesimpulan tersebut

dapat dinyatakan bahwa Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) yang

berlaku di lingkungan 9 SMP Negeri di Kecamatan Putussibau Selatan dan

Putussibau Utara cukup bermakna dan hubungan positif dengan Kinerja Guru.

Sebesar 44,19% variabel dalam Kinerja Guru (Y) dapat dijelaskan oleh variabel

Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2). Sedangkan 55,81% variabel

Kinerja Guru (Y) disebabkan oleh faktor lain.

133

134

Ketiga, terdapat hubungan yang positif antara Supervisi Pengawas (X1) dan

Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) secara bersama-sama dengan

Kinerja Guru (Y) di lingkungan 9 SMP Negeri di Kecamatan Putussibau Selatan

dan Putussibau Utara. Kesimpulan secara umum dapat dinyatakan bahwa

Supervisi Pengawas (X1) dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)

secara bersama-sama cukup bermakna dan berhubungan positif dengan Kinerja

Guru (Y) di lingkungan 9 SMP Negeri di Kecamatan Putussibau Selatan dan

Putussibau Utara. Sebesar 44,25% variabel Kinerja Guru (Y) dapat dijelaskan

oleh variabel Supervisi Pengawas (X1) dan Kualitas Kepemimpinan Kepala

Sekolah (X2). Sedangkan 55,75% variabel Kinerja Guru (Y) disebabkan oleh

faktor lain.

B. Implikasi

Mengungkapkan hasil paparan kesimpulan di atas, maka berikut ini akan

dikemukakan beberapa implikasi yang relevan. Adapun implikasi dimaksud antara

lain sebagai berikut :

1. Dari hasil statistik terdapat hubungan yang positif antara Supervisi

Pengawas (X1) dengan Kinerja Guru (Y). Dengan demikian Supervisi

Pengawas (X1) dapat digunakan sebagai cara untuk peningkatan mutu dan

kualitas Kinerja Guru di lingkungan 9 SMP Negeri di Kecamatan

Putussibau Selatan dan Putussibau Utara, meskipun hanya sebesar 41,85%.

Walaupun masih perlu dilakukan perbaikan Supervisi Pengawas (X1) untuk

mencapai di atas 50%. Hal ini dapat dilakukan peningkatan wawasan

135

mengenai Supervisi Pengawas (X1). Namun, upaya lain juga mesti

dilakukan mengingat sebesar 59,15% variabel Kinerja Guru (Y) disebabkan

oleh faktor lain.

2. Dari hasil statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif

antara Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) dengan Kinerja Guru

(Y), sehingga Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) dapat

digunakan untuk peningkatan Kinerja Guru (Y) di lingkungan 9 SMP

Negeri di Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara, meski hanya

44,19%. Sehingga untuk menunjang peningkatan mutu dan kualitas

pendidikan yang baik perlu membangun komitmen bersama serta

memberikan motivasi untuk mencapai di atas 50%. Hal ini bisa dilakukan,

yaitu dengan meningkatkan profesionalisme guru dan pemberian reword

sehingga di lingkungan 9 SMP Negeri di Kecamatan Putussibau Selatan dan

Putussibau Utara menjadi lebih meningkatkan kinerja dan kualitas guru

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Selain itu, upaya lainnya

sangat perlu dilakukan mengingat 55,81% variabel Kinerja Guru (Y)

disebabkan oleh faktor lain.

3. Hasil statistik juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang

signifikan antara Supervisi Pengawas (X1) dan Kualitas Kepemimpinan

Kepala Sekolah (X2) secara bersamaan denga Kinerja Guru (Y). Dimana

Supervisi Pengawas (X1) dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)

secara bersamaan dapat digunakan sebagai cara untuk peningkatan Kinerja

Guru (Y) di lingkungan 9 SMP Negeri di Kecamatan Putussibau Selatan dan

136

Putussibau Utara, sebesar 44,25%. Dari hal tersebut perlu kesadaran kepala

sekolah dan guru secara menyeluruh di lingkungan 9 SMP Negeri di

Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara untuk memahami akan

pentingnya memperhatikan kualitas kerja kepemimpinan kepala sekolah dan

peningkatan kinerja dan mutu pembelajaran serta memotivasi guru.

Sedangkan upaya lainnya juga harus dilakukan mengingat sebesar 55,75%

variabel Kinerja Guru disebabakan oleh faktor lain.

C. Saran-saran

Berdasarkan temuan dan hasil analisis data penelitian, terutama yang

berkaitan dengan konstribusi Supervisi Pengawas (X1) dan Kualitas Kepemimpinan

Kepala Sekolah (X2) terhadap Kinerja Guru (Y) pada lingkungan 9 SMP Negeri di

Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara, peneliti mengajukan beberapa

saran, yaitu:

1. Supervisi Pengawas merupakan variabel yang sangat penting dalam

meningkatkan Kinerja Guru, oleh karena itu Kepala Sekolah dapat secara

tepat dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas kepemimpinannya,

dengan selalu melihat situasi dan kondisi guru dalam perkembangannya

ketika melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang

pendidik.

2. Kinerja yang baik akan berkelanjutan apabila mendapatkan perhatian dan

pengawasan secara rutin serta dengan meningkatkan kesadaran akan

tanggungjawab sebagai tenaga pendidik. Hal ini perlu diupayaakan melalui

137

peningkatan akan kualitas kepemimpinan kepala sekolah sehingga setiap

kegiatan guru merasa dihargai dan diperhatikan, yang pada gilirannya nanti

akan dapat meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya.

Keberhasilan Kinerja Guru sesuai dengan ketentuan sangat bergantung pada

pemahaman, kesadaran, keterlibatan dan upaya sungguh-sungguh dari

segenap unsur yang terkait. Kinerja Guru merupakan cermin keberhasilan

rencana pengembangan sekolah. Pelaksanaan peningkatan Kinerja Guru

akan mendukung tercapainya guru profesional yang mampu menghasilkan

insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara adil, bermutu, dan

relevan untuk kebutuhan masyarakat Indonesia dan global.

3. Supervisi Pengawas dalam pelaksanaan pengawasan Kinerja Guru dan

Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah bukan hal yang perlu ditakuti,

melainkan suatu koordinasi untuk mencari solusi dalam menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan kegiatan tugas seorang guru dan tugas

kepala sekolah.

4. Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan ujung tombak dalam

memotivasi untuk meningkatkan mutu Kinerja Guru. Sebagai seorang top

manager (Kepala Sekolah) tidak seharunya mencari kesalahan atau

kekurangan yang ada di sekolah dalam menjalankan fungsi pengawasan.

Kepala sekolah diharapkan mampu memberi pengaruh yang baik dalam

menetapkan fungsi planning, organizing, actuating maupun controlling demi

pencapaian mutu pendidikan yang maksimal.

138

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, 1992, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara Amstrong, 1994, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Gramedia. Adair John, 2007, Cara Menumbuhkan Pemimpin, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Utama AKSI, 2006, Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan/editor, Rahman (Rahman (et.al)- Jatinangor Sumedang : Alqaprint.

Burhanudin, 1994, Analisis Administrasi, Manajemen dan Kepemimpinan

Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara Burnham, W.J. 1997, Managing Quality in schools, London, Pearson Education Bacal Robert, 2004, Leadership Is Everyone’s Business, Kiat Sukses Menjadi

Pemimpin Andal, Yogyakarta : Pinkbooks. Dharma Surya, 2009, Manajemen Kinerja, Falsafah Teori dan Penerapannya,

Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Departemen Pendidikan Nasional, 1988, Panduan Manajemen Sekolah, Jakarta,

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Naional, 2000, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

Sekolah Edisi 2, Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Danin Sudarman, 2010, Kepemimpinan Pendidikan, Bandung : Alfabeta. George P. Donald, dan Don B. Stopman, 1991, Managerial Planing, San Fransisco :

Jossey Bass, Publ. Hampton David R, 1993, Management, New York : McGraw-Hill Book Company. Hamalik Oemar, 2002, Pendekatan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,

Jakarta : Bumi Aksara. 138

139

http://www,bel buk com/Ekonomi pembiayaan Pendidikan-p-8859 html http://www. Com/browse/bookdetail/24595/Managing Performance Maging People,

html http://www.Com/browse/bookdetail/65349/Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang

Manajemen perkantoran, html http://artikel us/adharma, html/ Standar Kompetensi Kepala Sekolah. Indrafachrudi Soekarto, 2006, Bagaimana Memimpin Sekolah, Bandung : Ghalia

Indonesia Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 20/U/1998. Kountur Ronny, 2005, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta

: PPM. Law. S. & Glover, D. 2000, Education Leadership and Learning practice, policy and

research. Buckingham- Philadelpia, Open University Press. Marshall Ronny G, 1999, Manajemen Terjemahan, London : Row and Haper. Mulyasa, 2004, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung : PT Remaja

Rusdakarya. Majalah Forum Pengawas, Nomor 28/XII/2008. Murwani R. Santosa, 2009, Statistik Terapan, Jakarta : Uhamka Press. Muslim Sri Banun, 2009, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas

Profesionalisme Guru, Bandung : Alfabeta. Mangkunegara PA, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung

: PT. Remaja Rosdakarya. Nawawi Hadari, 1977, Administrasi Pendidikan, Jakarta : Gunung Agung. ----------------------, 2006, Evaluasi Dan Manajemen Kinerja di Lingkungan

Perusahaan dan Industri, Yogyakarta : Gajah Mada University Pess.

140

Pidarta Made, 1977, Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, Jakarta : Reneka Cipta.

Prawirosentono, 1999, Kebijakan Kinerja Karyawan, Yogyakarta : BPEE. Purwanto Ngalim, 2005, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : Remaja

Rosdakarya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 12 Tahun 2007, Tentang Standar

Pengawas Sekolah Menengah Pertama/Madrasah (SMP/Mts) dan Pengawas Sekolah Menengah Atas (SMA/MA)

Rifai, 1982, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : Yanmars. Robbin Stepen P, 2007, Organization Behavior, Jakarta : Salemba Emat. Syam Mardjin, 1986, Kepemimpinan dalam Organisasi, Surabaya : Yayasan Pendidikan Practise. Sadler, P, 1997, Leadership, Kogan Page Soepardi, 1988, Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Jakarta : P2LPTK. Sutisna Oteng 1993, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek

Profesional, Bandung : Angkasa. Sergiovani, Tj. Dan R.J. Starrat, 1996, Supervision : Human Perspective New York :

Mc Graw-Hill Book Company Sergiovani Thomas, 1996, Education and Administration, New Jersey Prentice : Hall Inc Siagian Sondang P, 2002, Manajemen Sumber Daya Manuasia, Jakarta : Bimi Aksara ----------------------, 2003, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta : Rineka Cipta. Siahan Amiruddin ; Rambe Ali & Mahidun, 2006, Manajemen Pengawas

Pendidikan, Jakata : Quantum Teaching Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta.

141

Sahertian Piet A. 2008, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta

Sallis Edward, 2008, Total Quality Manajemen In Education, Yogyakarta, IRCiSoD Sagala Syaiful, 2009, Kemampuan profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,

Bandung : Alfabeta. Sanusi Achmad, 2009, Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan, Bandung :

Prospect. Suhardan Dadang, 2010, Supervisi Profesional (Layanan dalam Meningkatkan Mutu

Pembelajaran di Era Otonomi Daerah), Bandung : Alfabeta. Suharsaputra Uhar, 2010, Administrasi Pendidikan, Bandung : Refika Aditama. Syafaruddin, 2010, Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta : Quantum Teaching. Timple A. Dale, 1991, Seni dan Pengetahuan Bisnis : Kepemimpinan, terjemahan

Susanto Budidharma, Jakarta : Gramedia. Thoha, Miftah. 1995, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta : Rajawali. Tim Penyusunan Pedoman Tesis Desertasi, 2008, Jakarta : Uhamka Press. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan

Nasional Republik Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta. Udin Syaefudin Saud, 2009, Pengembangan Profesi guru, Bandung : Alfabeta. Wirawan Ismail, 2003, Kapita Selekta, Teori Kepemimpinan, Pengantar Untuk

Praktek dan Penelitian, Jakarta : Kerja sama Yayasan Banun Indonesia & UHAMKA Press.

----------------------, 2009, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia Teori, Aplikasi

dan Penelitian, Jakarta : Salemba Empat. Wibowo, 2010, Manajemen Kinerja, Jakarta : Raja Grafindo Persada. Yukl Gary, 2009, Kepemimpinan Dalam Organisasi, PT. Indeks.

142

LAMPIRAN 1

HASIL UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN

1.1. UJI COBA INSTRUMEN KINERJA GURU

1.2. UJI COBA INSTRUMEN SUPERVISI PENGAWAS

1.3. UJI COBA INSTRUMEN KUALITAS

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

143

Oleh :

144

BAGIAN I

PENDAHULUAN

A. Maksud dan Tujuan

Uji coba instrumen ini dimaksudkan untuk menguji validitas dan reabilitas

masing-masing instrumen variabel penelitian. Pada penelitian selalu bergantung pada

dua alat ukur, yaitu validitas dan reliabilitas. Validitas menunjukkan sejauh mana

nilai/ukuran yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran/pengamatan

yang ingin diukur. Sedangkan reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan

sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.

Validitas sebuah tes menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa baik tes

itu bisa mengukur. Validitas sebuah tes memberitahu kita tentang apa yang bisa kita

simpulkan dari skor-skor tes. Menilai validitas adalah penting bagi peneliti karena

semua prosedur untuk menentukan validitas tes berkaitan dengan hubungan antara

kinerja pada tes dan fakta-fakta lain yang dapat diamati secara independent sehingga

hasil pengukuran relatif kosisten.

Sedangkan tujuan dari uji coba instrumen penelitian untuk menentukan

instrumen mana yang memenuhi syarat, baik syarat validitas maupun reabiltasnya.

B. Instrumen Yang Diuji Coba

1. Kuesioner untuk menjaring data tentang variabel Kinerja Guru SMP Negeri

Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas

Hulu dengan instrumen variabel 38 pertanyaan.

145

2. Kesioner untuk menjaring data tentang variabel Supervisi Pengawas SMP

Negeri Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten

Kapuas Hulu dengan instrumen variabel 36 pertanyaan.

3. Keusioner untuk menjaring data tentang variabel Kualitas Kepemimpinan

Kepala Sekolah SMP Negeri Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau

Utara Kabupaten Kapuas Hulu dengan instrumen variabel 36 pertanyaan.

Adapun instrumen yang akan diuji coba adalah sebagai berikut :

1.1. Uji Coba Instrumen Variabel Kinerja Guru

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SL SR KK TP

1. Saya merencanakan program tahunan 2. Saya merencanakan program semester 3. Saya merencanakan penyusunan silabus 4. Saya menyusun rencana persiapan mengajar (RPP) 5. Saya merencanakan menyusun penetapan KKM 6. Saya merencanakan menyusun bahan ajar dari setiap

KD yang disampaikan

7. Saya merencanakan menyusun menetapkan SK dan KD

8. Saya aktif membuka pelajaran 9. Saya aktif mengorganisasikan materi pembelajaran

10. Saya aktif menggunakan metode yang sesuai 11. Saya aktif memanfaatkan media/alat peraga 12. Saya aktif memotivasi siswa 13. Saya aktif mengorganisasikan kegiatan pembelajaran 14. Saya aktif berinteraksi secara komunikatif dengan

siswa

15. Saya aktif memberikan kegiatan mandiri tidak terstruktur

146

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SL SR KK TP

16. saya aktif memberikan penugasan terstruktur

17. Saya aktif membimbing peserta didik membuat kesimpulan

18. Saya aktif mengelola waktu dengan baik

19. Saya melakukan ulangan harian, UTS, UAS/UKK

20. Saya melakukan penilaian akhlak mulia dan kepribadian

21. Saya melakukan penilaian psikomotor

22. Saya melakukan analisis ulangan harian

23. Saya membuat instrument tes setiap KD

24. Saya membuat analisis penilaian

25. Saya memeriksa hasil ulangan siswa

26. Saya memeriksa pekerjaan rumah siswa

27. Saya menyiapkan pencatatan analisis hasil belajar

28. Saya memastikan siswa yang kurang berhasil untuk ditandaklajuti

29. Saya mendiagnosa siswa bermasalah

30. Saya mengidentifikasi permasalahan siswa

31. Saya menanggapi serius kesulitan belajar siswa

32. Saya mengadakan perbaikan bagi siswa yang nilainya dibawah KKM

33. Saya mengadakan pengayaan bagi siswa yang sudah berhasil

34. Saya ikut melatih dan membimbing siswa dalam remedial dan pengayaan

35. Saya ikut melatih dan membimbing siswa dalam persiapan menghadapi ujian nasional

36. Saya ikut melatih dan membimbing siswa dalam persiapan menghadapi lomba olimpiade mata pelajaran

147

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SL SR KK TP

37. Saya ikut membimbing siswa dalam pengembangan diri melalui bimbingan konseling

38. Saya ikut membimbing siswa dalam pengembangan diri melalui ekstrakurikuler

Keterangan :

SL : Selalu

SR : Sering

KK : Kadang-kadang

TP : Tidak Pernah

148

KUESIONER KINERJA GURU

A. Identitas

1. Nama Sekolah : ………………………………………………

2. Mengajar di Kelas : ………………………………………………

3. Jenis Kelamin : ………………………………………………

4. Golongan / Pangkat : ………………………………………………

5. Pendidikan Terakhir : SMTA / Diploma / S1 / S2 ( Corek yang tidak perlu )

6. Mengajar Mata Pelajaran : ………………………………………………

B. Petunjuk Pengisian

1. Berilah tanda cek () pada angka 1, 2, 3, 4 di belakang pertanyaan yang

sesuai dengan pendapat bapak / ibu.

2. Makna setiap jawaban tersebut adalah sebagai berikut :

SL = Selalu

SR = Sering

KK = Kadang-Kadang

TP = Tidak Pernah

Tidak ada jawaban yang dianggap salah. Asal semua jawaban sesuai dengan

pendapat bapak / ibu, maka jawaban tersebut dianggap benar.

149

1.2. Uji Coba Instrumen Variabel Supervisi Pengawas

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SL SR KK TP

1. Pengawas melaksanakan supervisi akademik untuk membina guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran

2. Pengawas menilai guru dalam proses pembelajaran yang ditujukan melalui unjuk kerja

3. Supervisi akademik yang dilakukan pengawas secara langsung berpengaruh terhadap prilaku guru dalam proses pembelajaran

4. Pengawas melakukan kunjungan kelas untuk membantu guru dalam mengatasi kesulitan guru di dalam kelas

5. Melalui kunjungan kelas, guru-guru dibantu melihat dengan jelas masalah yang mereka hadapi

6. Pada tahap persiapan, pengawas merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas

7. Pengawas melakukan observasi kelas kepada guru melihat proses pembelajaran yang berlangsung di kelas

8. Pengawas dalam melakukan observasi kelas kepada guru menggunakan instrumen supervisi

9. Pengawas melakukan suatu pertemuan, percakapan dan tukar pikiran antar pengawas dan guru, guru dengan guru mengenai usaha peningkatan profesionalguru

10. Pengawas dalam menggunakan teknik kunjungan antar kelas, guru akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawat mengenai pelaksanaan proses pengelolaan kelas

11. Dalam menggunakan teknik kunjungan kelas pengawas sekolah harus menyeleksi guru yang akan dikunjungi

12. Pengawas sekolah dalam mengunakan teknik menilai diri sendiri memberi informasi secara obyektif untuk mengukur kemampuan guru mengajar

13. Pengawas menegur kepala sekolah bila membiarkan guru terlambat membuat perangkat pembelajaran

150

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SL SR KK TP

14. Pengawas memberikan bantuan kepada kepala sekolah bagaimana cara menegur guru agar tetap semangat dalam melaksanakan pembelajara

15. Pengawas membina kepala sekolah dalam administrasi kurikulum

16. Pengawas membina kepala sekolah dalam administrasi peserta didik

17. Pengawas membina kepala sekolah dalam administrasi sarana prasarana

18. Pengawas membina kepala sekolah dalam administrasi keuangan

19. Pengawas membina kepala sekolah dalam bimbingan dan konseling serta hubungan sekolah dengan masyarakat

20. Pengawas membina kepala sekolah dalam mengelola sekolah sesuai manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS)

21. Pengawas membina kepala sekolah dalam persiapan akreditasi sekolah

22. Peran pengawas dalam supervisi bermanfaat untuk peningkatan proses pembelajaran

23. Pengawas memotivasi guru agar dapat menyelesaikan tanggunjawab sampai batas kemampuan saya

24. Pengawas enggan membicarakan kinerja guru

25. Pengawas dan kepala sekolah mengundang guru untuk penentuan dan membagi pengalamannya kepada guru

26. Pengalaman pengawas saya jadikan rujukan dalam peningkatan mutu pembelajaran

27. Pengalaman pengawas dalam melakukan supervisi pendidikan menjadi inspirasi dalam supervisi kepala sekolah

28. Saya berdiskusi cara mengelola pembelajaran yang baik dengan pengawas sekolah

151

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SL SR KK TP

29. Saya memperoleh banyak pelajaran berharga dari pengawas pembina

30. Kesalahpahaman antara pengawas dengan kepala sekolah dalam membuat kebijakan organisasi sekolah sulit dimusyawarahkan dengan baik

31. Kepala sekolah dibantu pengawas melakukan supervisi akademik untuk meningkatkan proses pembelajaran

32. Pengawas sekolah dan kepala sekolah saling bahu membahu untuk peningkatan kualitas pendidikan disetiap sekolah

33. Peningkatan kualitas pendidikan disetiap sekolah terkait dengan peran supervisi pengawas

34. Pengawas sekolah selalu memonitor kualitas pendidikan disetiap sekolah

35. Pengawas memberikan nasehat kepada kepala sekolah agar dekat dengan masyarakat dan lingkungan sekolah

36. Pengawas memberikan nasehat kepada kepala sekolah agar dapat bekerjasama dengan komite sekolah dan instansi terkait

Keterangan :

SL : Selalu

SR : Sering

KK : Kadang-kadang

TP : Tidak Pernah

152

KUESIONER SUPERVISI PENGAWAS

A. Identitas

1. Nama Sekolah : ………………………………………………

2. Mengajar di Kelas : ………………………………………………

3. Jenis Kelamin : ………………………………………………

4. Golongan / Pangkat : ………………………………………………

5. Pendidikan Terakhir : SMTA / Diploma / S1 / S2 ( Corek yang tidak perlu )

6. Mengajar Mata Pelajaran : ………………………………………………

B. Petunjuk Pengisian

1. Berilah tanda cek () pada angka 1, 2, 3, 4 di belakang pertanyaan yang

sesuai dengan pendapat bapak / ibu.

2. Makna setiap jawaban tersebut adalah sebagai berikut :

SL = Selalu

SR = Sering

KK = Kadang-Kadang

TP = Tidak Pernah

Tidak ada jawaban yang dianggap salah. Asal semua jawaban sesuai dengan

pendapat bapak / ibu, maka jawaban tersebut dianggap benar.

153

1.3. Uji Coba Instrumen Variabel Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SL SR KK TP

1. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin yang jujur

2. Kepala sekolah sebagai pemimpin yang percaya diri

3. Kepala sekolah sebagai pemimpin yang bertanggung jawab

4. Kepala sekolah sebagai pemimpin yang berani mengambil resiko

5. Kepala sekolah sebagai pemimpin yang berani mengambil keputusan

6. Kepala sekolah sebagai pemimpin yang berjiwa besar

7. Kepala sekolah sebagai pemimpin yang memiliki kestabilan emosi

8. Kepala sekolah sebagai sosok pemimpin yang dapat dijadikan contoh teladan

9. Kepala sekolah memahami kondisi tenaga guru

10. Kepala sekolah memahami kondisi tenaga non guru

11. Kepala sekolah memahami kondisi peserta didik

12. Kepala sekolah memahami karakteristik peserta didik

13. Kepala sekolah mampu menyusun program pengembangan tenaga kependidikan

14. Kepala sekolah mampu menyusun program pengembangan tenaga non guru

15. Kepala sekolah memperhatikan masikan dan saran-saran dari berbagai pihak untuk meningkatkan keberhasilan kepemimpinannya

16. Kepala sekolah memperhatikan kritik dari berbagai pihak demi keberhasilan tugasnya

17. Kepala sekolah mampu memahami dalam pengelolaan dan administrasi sekolah

154

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SL SR KK TP

18. Kepala sekolah memahami penyusunan rencana keuangan anggaran sekolah (RKAS)

19. Kepala sekolah memahami instrumen akreditasi sekolah dan bukti fisiknya

20. Kepala sekolah mampu mengsosialisasikan visi sekolah

21. Kepala sekolah mampu mengembangkan visi sekolah

22. Kepala sekolah mampu merumuskan kembali visi sekolah secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat

23. Kepala sekolah mampu mengsosialisasikan misi sekolah

24. Kepala sekolah mampu mengembangkan misi sekolah

25. Kepala sekolah mampu merumuskan kembali misi sekolah secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat

26. Kepala sekolah mengsosialisasikan program-program sekolah dalam upaya mewujudkan visi dan misi sekolah

27. Kepala sekolah melaksanakan program-program sekolah dalam upaya mewujudkan visi dan misi sekolah

28. Kepala sekolah mampu mengambil keputusan bersama tenaga kependidikan di sekolah

29. Kepala sekolah mampu mengambil keputusan untuk kepentingan internal sekolah

30. Kepala sekolah mampu mengambil keputusan untuk kepentingan eksternal sekolah

31. Kepala sekolah mampu berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidikan di sekolah

32. Kepala sekolah mampu menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan

155

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SL SR KK TP

33. Kepala sekolah mampu berkomunikasi secara tertulis melalui media cetak

34. Kepala sekolah lancar berkomunikasi secara lisan dengan peserta didik

35. Kepala sekolah lancar berkomunikasi dengan orang tua siswa

36. Kepala sekolah mahir berkomunikasi dengan masyarakat sekitar lingkungan sekolah

Keterangan :

SL : Selalu

SR : Sering

KK : Kadang-kadang

TP : Tidak Pernah

156

KUESIONER KUALITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

A. Identitas

1. Nama Sekolah : ………………………………………………

2. Mengajar di Kelas : ………………………………………………

3. Jenis Kelamin : ………………………………………………

4. Golongan / Pangkat : ………………………………………………

5. Pendidikan Terakhir : SMTA / Diploma / S1 / S2 ( Corek yang tidak perlu )

6. Mengajar Mata Pelajaran : ………………………………………………

B. Petunjuk Pengisian

1. Berilah tanda cek () pada angka 1, 2, 3, 4 di belakang pertanyaan yang

sesuai dengan pendapat bapak / ibu.

2. Makna setiap jawaban tersebut adalah sebagai berikut :

SL = Selalu

SR = Sering

KK = Kadang-Kadang

TP = Tidak Pernah

Tidak ada jawaban yang dianggap salah. Asal semua jawaban sesuai dengan

pendapat bapak / ibu, maka jawaban tersebut dianggap benar.

157

C. Tempat Uji Coba

Uji coba instrumen penelitian dilaksanakan terhadap guru-guru yang

bertugas pada SMP Negeri di Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara.

Adapun SMP Negeri yang dimaksud adalah :

1. SMP Negeri 1 Putussibau

2. SMP Negeri 2 Putussibau

3. SMP Negeri 3 Putussibau

4. SMP Negeri 4 Putussibau

5. SMP Negeri 5 Putussibau

6. SMP Negeri 6 Putussibau

7. SMP Negeri 7 Putussibau

8. SMP Negeri 8 Putussibau

9. SMP Negeri 9 Putussibau

D. Sampel Uji Coba

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Dengan demikian sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti.

Sampel dalam penelitian ini adalah guru-guru pada 9 SMP Negeri di Kecamatan

Putussibau Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu. Sebagai penentu

jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan Tabel Isac dan Michael. Pada

penarikan sampel dengan tingkat kesalahan 5%, jika jumlah populasi 79 orang maka

jumlah sampel yang diambil dengan persentase tingkat kesalahan 5% sebanyak 65

orang.

158

Dalam penentuan jumlah guru yang dijadikan sampel uji coba penelitian

untuk masing-masing sekolah menggunakan teknik acak sederhana dengan cara

undian. Sehingga sampel yang terpilih dari nama yang telah diundi berjumlah 30

orang guru sebagai uji coba instrumen.

159

BAGIAN II

TAHAPAN PELAKSANAAN UJI COBA

A. Persiapan

Adapun persipan yang dilakukan sebagai berikut :

1. Mendapatkan izin dari pembimbing untuk melaksanakan uji coba.

2. Mendapatkan izin dari kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kapuas Hulu.

3. Menyampaikan surat izin uji coba kepada Kepala Sekolah SMP Negeri yang

menjadi sasaran penelitian dan menghubungi sasaran penelitian.

4. Mempersiapkan instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah ditetapkan.

5. Pelaksanaan uji coba sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

B. Pelaksanaan Uji Coba

1. Menghubungi para guru (responden) yang termasuk dalam sampel uji coba

instrumen penelitian, kemudian membagikan instrtumen (kuesioner) agar

diisi oleh mereka.

2. Mengumpulkan atau menarik kembali instrumen penelitian uji coba yang

sudah selesai diisi oleh responden sesuai batas waktu yang ditetapkan.

3. Menskor terhadap hasil uji coba instrumen penelitian untuk dianalisis.

C. Analisis Data

1. Teknik pemberian skor

Teknik pemberian skor dalam uji coba instrumen menggunakan :

159

160

a. Untuk Pernyataan Positif

Pilihan Jawaban Skor butir

SL : Selalu 4

SR : Sering 3

KD : Kadang-kadang 2

TP : Tidak pernah 1

b. Untuk Pernyataan Negatif

Pilihan Jawaban Skor butir

SL : Selalu 1

SR : Sering 2

KD : Kadang-kadang 3

TP : Tidak pernah 4

2. Formula statistik

a. Untuk menguji validitas instrumen penelitian digunakan rumus

“Product Moment” sebagai berikut :

rxy = ) Y)(Y)(X)(X(

)Y)((YX2222

nnn X

rxy = koefisien korelasi skor butir (X) dengan skor total (Y)

X = skor butir

Y = skor total

n = ukuran sampel (responden)

kriteria yang digunakan untuk uji validitas butir adalah jika rhitung < rtabel

dengan = 0,05, maka butir dianggap sahih atau valid. Adapun untuk

ukuran sampel uji coba sebesar 30 responden maka angka rhitung yang

digunakan adalah 0,361.

161

b. Untuk menguji reliabilitas instrumen penelitian digunakan rumus

“Uji Alpha Cronbach” sebagai berikut :

r11 =

t

b

σσ

kk

2

2

11

Keterangan :

r11 : reliabilitas yang dicari

k : banyaknya butir intrumen yang valid

∑σ 2b : jumlah varian butir

σ 2t : varian total

Dicari dengan rumus :

∑σ 2b = ∑σ2

1 + ∑σ22 + ... +∑σ2

n

σ 21 = Varian butir ke-1

Dicari dengan rumus :

σ 21 = 1

)Y(X

212

nn

X1 = skor butir ke 1

∑σ 2t = Varian total

Dicari dengan rumus :

∑σ 2t =

1 -

Y)(Y2

2

nn

Y = skor total

n = ukuran sampel

162

BAGIAN III

HASIL UJI COBA

A. Validitas Instrumen

Dengan bantuan komputer program Microsoft Office Excel telah didapat

hasil uji validitas instrumen penelitian sebagai berikut :

1. Instrumen Variabel Kinerja Guru

Dimensi Indikator Nomor Butir Valid

Nomor Butir Drop

1. Perencanaan Pembelajaran

1.1. Penyusunan program 1,2 - 1.2. Penyusunan perangkat

pembelajaran 3,4,5,6 7

2. Melaksanakan pembelajaran

2.1. Melaksanakan proses pembelajaran

8,9,10,11,12,13,14, 16,17,18

15

3. Menilai hasil pembelajaran

3.1. Melaksanakan penilaian hasil belajar

19,20,21,22,23,24 -

3.2. Menganalisis hasil belajar

26,27,29,30 25,28

3.3. Melakukan remedial dan pengayaan

31,32 33

4. Kegiatan tambahan

4.1. Melatih dan membimbing siswa

34,35,36 -

4.2. Membimbing siswa dalam pengembangan diri

37,38 -

Jumlah 33 5

2. Instrumen Variabel Supervisi Pengawas

163

Dimensi Indikator Nomor Butir Valid

Nomor Butir Drop

1. Peran supervisi pengawas

1.1. Bantuan kepada kepala sekolah memecahkan persoalan akademik

1,2,4 3

1.2. Bantuan kepada guru 5,6,7,8 -

1.3. Pembinaan kepada guru 10,11 9,12

1.4. Memupuk semangat kepala sekolah

13,14 -

1.5. Pembinaan pengelolaan administrasi sekolah

15,16,17,18,20, 21

19

2. Karakteristik supervisi

2.1. Pengalaman supervisi 22,23 24

2.2. Musyawarah supervisi 25,26,27 -

2.3. Meningkatkan kualitas kepemimpinan

28,30 29

3. Pelaksanaan supervisi

3.1. Peningkatan kualitas pendidikan

31,32,33,34 -

3.2. Kerjasama 35,36 -

Jumlah 30 6

3. Instrumen Variabel Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dimensi Indikator Nomor Butir Valid

Nomor Butir Drop

1. Kepribadian 1.1. Kejujuran 1 -

1.2. Percaya diri 2 -

1.3. Tanggung jawab 3 -

1.4. Berani mengambil resiko

4 -

1.5. Berani mengambil keputusan

- 5

1.6. Berjiwa besar 6 -

1.7. Emosi yang stabil 7 -

164

Dimensi Indikator Nomor Butir Valid

Nomor Butir Drop

1.8. Teladan - 8

2. Pengetahuan 2.1. Memahami tenaga kependidikan

9,10 -

2.2. Memahami karakteristik siswa

11,12 -

2.3. Mampu menyusun program

14 13

2.4. Memahami kritik dan saran

16 15

2.5. Memahami administrasi sekolah

17,18,19 -

3. Pemahaman visi dan misi

3.1. Memiliki visi 20,21 22

3.2. Merumuskan misi 23,24,25 -

3.3. Mewujudkan visi dan misi

26 27

4. Kemampuan skill

4.1. Kemampuan mengambil keputusan

28,29,30 -

4.2. Kemampuan berkomunikasi

31,32,33,34,35,36 -

Jumlah 30 6

B. Reliabilitas Instrumen

Dengan bantuan komputer program Microsoft Excel versi 2007 didapat

hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen penelitian, sebagai berikut :

1. Instrumen variabel Kinerja Guru (Y)

Dari hasil perhitungan tingkat realibilitas instrumen, maka diperoleh nilai r11

sebesar 1,027375673.

165

2. Instumen Variabel Suprvisi Pengawas (X1)

Dari hasil perhitungan tingkat realibilitas instrumen, maka diperoleh nilai r11

sebesar 1,022271355.

3. Instrumen Variabel Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)

Dari hasil perhitungan tingkat realibilitas instrumen, maka diperoleh nilai r11

sebesar 1,0275855366.

C. Perhitungan Validitas dan Realibilitas Instrumen

1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Kinerja Guru

a. Validitas Instrumen

Perhitungan uji validitas terhadap instrumen penelitian dilakukan

melalui analisis data hasil uji coba yang dijaring dari 30 orang responden,

guna menguji validitas butir instrumen dilakukan dengan cara

mengkorelasikan skor butir dengan skor total instrumen. Formula statistik

yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus Product Moment,

sebagai berikut :

rxy = ) Y)(Y)(X)(X(

)Y)((YX2222

nnn X

rxy = koefisien korelasi skor butir (x) dengan skor total (y)

n = ukuran sampel (responden)

X = skor butir

Y = skor total

166

LAMPIRAN 2

PERHITUNGAN UJI VALIDITAS

DAN RELIABILITAS

2.1. VALIDITAS DAN REABILITAS INSTRUMEN

KINERJA GURU

2.2. VALIDITAS DAN REABILITAS INSTRUMEN

SUPERVISI PENGAWAS

2.3. VALIDITAS DAN REABILITAS INSTRUMEN

KUALITAS KEPEMIMPINAN KEPALA

SEKOLAH

167

Tabel 4

VALIDASI INSTRUMEN VARIABEL KINERJA GURU (Y)

Nomor Responden

NOMOR BUTIR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 1 4 1 3 3 3 3 3 1 1 1 3 1 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 5 4 3 4 2 3 3 2 3 4 3 4 4 3 6 3 4 3 4 4 3 2 3 2 4 3 3 4 7 2 2 4 3 3 3 4 1 3 2 2 2 3 8 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 9 4 2 4 2 3 4 3 4 2 2 4 4 3 10 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 11 4 2 4 2 2 4 3 4 2 2 4 4 3 12 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 13 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 14 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 15 3 4 3 3 4 3 4 2 4 4 3 3 4 16 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 1 17 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 18 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 19 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 20 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 21 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 22 4 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 3 4 3 3 4 2 4 4 4 3 25 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 26 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 29 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 30 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3

Jumlah 106 112 106 105 113 105 98 102 93 109 106 106 102

Jumlah Kuadrat 390 430 388 381 433 375 332 362 309 415 390 384 366

Kuadrat Jumlah 11236 12544 11236 11025 12769 11025 9604 10404 8649 11881 11236 11236 10404

Varian Butir 0,533 0,409 0,464 0,466 0,254 0,259 0,409 0,524 0,714 0,654 0,533 0,326 0,662

Koefisien rxy 0,737 0,529 0,521 0,634 0,631 0,527 0,191 0,502 0,405 0,763 0,737 0,549 0,589

Tabel 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361

Status Valid Valid Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid Valid Valid Valid Valid

168

NOMOR BUTIR 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 2 2 3 1 1 1 3 4 4 3 3 2 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 2 3 4 3 3 3 4 4 3 4 2 2 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 4 2 3 3 3 4 3 2 3 4 3 4 4 3 3 2 4 3 2 3 2 2 4 2 2 3 4 2 2 4 2 2 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 2 4 2 3 2 4 4 4 4 2 2 4 2 4 2 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 2 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4 2 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3

105 103 105 105 99 106 106 93 109 106 105 95 105 111 95 99

381 367 379 379 337 384 384 309 415 390 381 317 379 419 317 339

11025 10609 11025 11025 9801 11236 11236 8649 11881 11236 11025 9025 11025 12321 9025 9801

0,466 0,461 0,397 0,397 0,355 0,326 0,326 0,714 0,654 0,533 0,466 0,557 0,397 0,286 0,557 0,424

0,634 0,274 0,650 0,621 0,671 0,689 0,549 0,405 0,763 0,737 0,634 0,171 0,380 0,595 0,347 0,749

0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361

Valid Drop Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid Drop Valid

169

NOMOR BUTIR (Y)2

30 31 32 33 34 35 36 37 38

4 4 4 4 3 4 3 4 3 140 19600 4 4 3 4 3 3 3 3 4 139 19321 2 2 3 4 3 3 3 3 3 96 9216 4 4 4 4 4 3 4 3 4 138 19044 3 1 3 4 4 3 4 3 4 121 14641 3 3 3 4 3 3 4 3 3 124 15376 3 4 3 4 2 3 2 3 2 104 10816 4 3 2 3 3 3 3 3 3 121 14641 3 4 4 4 3 4 4 4 4 116 13456 4 4 4 4 4 4 4 4 4 143 20449 3 4 4 4 3 3 4 4 4 121 14641 4 4 4 4 4 4 4 4 4 151 22801 4 4 4 4 4 4 4 4 4 145 21025 4 4 4 4 4 3 3 3 3 127 16129 4 4 4 4 4 3 3 3 3 129 16641 3 2 3 4 3 4 3 3 3 125 15625 4 4 3 4 3 3 4 3 4 136 18496 3 4 4 4 2 4 4 4 4 143 20449 4 4 3 3 3 4 4 4 4 143 20449 3 4 3 3 3 3 3 4 3 122 14884 4 3 4 3 3 4 3 4 3 134 17956 3 4 4 2 3 4 4 3 4 133 17689 4 4 4 4 4 4 4 4 4 151 22801 2 4 4 2 3 4 4 3 4 128 16384 4 4 4 4 4 4 4 4 4 147 21609 4 4 4 4 3 4 4 4 4 148 21904 3 4 4 4 3 4 3 4 4 146 21316 3 3 3 3 4 3 4 3 4 135 18225 3 4 4 4 4 4 3 4 3 135 18225 2 4 3 4 3 3 3 3 3 121 14641

102 109 107 111 99 106 106 105 107 3962 528450

360 413 391 421 337 382 384 375 391

10404 11881 11449 12321 9801 11236 11236 11025 11449

0,455 0,585 0,323 0,355 0,355 0,257 0,326 0,259 0,323

0,619 0,450 0,493 0,050 0,373 0,583 0,477 0,527 0,611

0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361

Valid Valid Valid Drop Valid Valid Valid Valid Valid

170

Selanjutnya untuk mengetahui proses perhitungan uji validitas

instrumen perlu ditampilkan contoh perhitungan validitas instrumen variabel

Kinerja Guru butir pernyataan nomor 1. Dan untuk itu nilai-nilai yang perlu

digunakan perhitungan, dengan menggunakan rumus Product Moment

tersebut, dapat dilihat pada tabel data persiapan sebagai berikut :

Tabel 5

PERHITUNGAN VALIDITAS INSTRUMEN VARIABEL KINERJA GURU (Y)

Nomor Responden

Skor (X)

Skor Total (Y) XY X2 Y2

1 3 140 420 9 19600 2 4 139 556 16 19321 3 1 96 96 1 9216 4 4 138 552 16 19044 5 4 121 484 16 14641 6 3 124 372 9 15376 7 2 104 208 4 10816 8 3 121 363 9 14641 9 4 116 464 16 13456

10 4 143 572 16 20449 11 4 121 484 16 14641 12 4 151 604 16 22801 13 4 145 580 16 21025 14 3 127 381 9 16129 15 3 129 387 9 16641 16 3 125 375 9 15625 17 4 136 544 16 18496 18 4 143 572 16 20449 19 4 143 572 16 20449 20 3 122 366 9 14884 21 4 134 536 16 17956 22 4 133 532 16 17689 23 4 151 604 16 22801 24 4 128 512 16 16384 25 4 147 588 16 21609 26 4 148 592 16 21904 27 4 146 584 16 21316 28 4 135 540 16 18225 29 3 135 405 9 18225 30 3 121 363 9 14641

Jumlah 106 3962 14208 390 528450

171

Keterangan :

n 30 ∑X2 390

∑X 106 (∑X)2 11236

∑Y 3962 ∑Y2 528450

∑XY 14208 (∑Y)2 15697444

rxy = ) Y)(Y)(X)(X(

)Y)((YX2222

nnn X

rxy = ))3962()528450)(30)(()106()390)(30((

)3962)(106()14208)(30(22

= )1569744415853500)(1123611700(

419972426240

= )156056)(464(

6268

= 72409984

6268

= 40562,8509

6268

= 0,736596688

Dari perhitungan uji validitas instrumen butir pernyataan nomor 1

tersebut di atas maka di peroleh koefisien korelasi (rhitung) sebesar 0,737.

Nilai ini lebih besar dari 0,361 (rtabel), sehingga dapat disimpulkan bahwa

butir koesioner nomor 1 valid atau dapat diterima. Berdasarkan hasil

perhitungan dengan cara yang sama terhadap semua data uji coba istrumen

penelitian, maka telah didapat 33 butir pernyataan kuesioner variabel

172

Kinerja Guru memiliki koefisien korelasi (rhitung) lebih besar dari 0,361

(rtabel), yang berarti butir-butir pernyataan koesioner tersebut valid atau

sahih dan dapat diterima sebagai instrumen penelitian. Sedangkan 5 butir

lainnya, yang memiliki koefisien korelasi (rhitung) lebih kecil dari 0,361

(rtabel) tidak valid dan dinyatakan drop atau di tolak sebagai instrumen

penelitian. Adapun nomor butir yang drop tersebut adalah nomor 7, 15, 25,

28, dan 33. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 hasil uji validitas

instrumen variabel Kinerja Guru sebagaimana telah ditampilkan terdahulu.

a. Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen penelitian dilakukan melalui

pengujian reliabilitas terhadap butir instrumen yang dinyatakan valid

dengan menggunakan rumus “Koefisien Alpha Cronbach” :

r11 =

t

b

kk

2

2

σσ1

Keterangan:

r11 : Reliabilitas yang dicari

k : Banyaknya butir intrumen yang valid

bσ 2Σ : Jumlah varian butir

tσ 2 : Varian total

Sebagai contoh uji reliabilitas terhadap instrumen, maka

ditampilkan perhitungan untuk variabel Kinerja Guru butir penyataan 1.

Dan untuk itu, dengan menggunakan formula statistik seperti di atas, maka

terlebih dahulu perlu dicari besaran-besaran nilai sebagai berikut :

173

1) bσ 2Σ ( Jumlah Varian Butir )

12σ : Varian Butir Ke-1

Dicari dengan rumus:

12σ =

nn

1 -

XX

212 ΣΣ

12σ =

13030

11236390

12σ =

29335333333333,374390

12σ =

2946666667,15

12σ = 0,533

Demikianlah seterusnya dengan melakukan perhitungan yang

sama, juga prosedur yang sama untuk seluruh butir pernyataan, maka

jumlah varian butir untuk variabel Kinerja Guru sebelum dikurangi yang

drop atau tidak valid adalah 16,763 data lengkap perhitungan varian butir

untuk variabel Kinerja Guru terlihat pada tabel 4.

2) 2t ( Varian Total)

Varian total dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang sama

dengan varian butir, tetapi nilai Y adalah nilai total butir. Berikut ini akan

disajikan perhitungan variabel total variabel Kinerja Guru setelah

dikeluarkan butir instrumen yang tidak valid atau drop (butir 7, 15, 25, 28,

dan 33) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

174

n = 30

∑Y = 3962 – ( ∑X7+∑X15+∑X25+∑X28+∑X33 )

∑Y = 3962 – ( 98+103+95+95+111 )

∑Y = 3962 – 502

∑Y = 3460

∑Y2 = 528450

tσ 2 = 1

Y)(Y2

2

nn

tσ 2 = 130

30)3460(528450

2

tσ 2 = 130

3011971600528450

tσ 2 = 130

333,399053528450

t2 =

2967,129396

t2 = 4461,954

Berdasarkan perhitungan-perhitungan yang dilakukan di atas, maka

dapat dihitung reliabilitas instrumen sebagai berikut :

r11 =

t

b

σσ

kk

2

2

11

r11 =

954023,4461763,161

13333

175

r11 = 560037569231,013233

r11 = 449962430768,00313,1

r11 = 1,027375673

Dari perhitungan tersebut di atas, maka diperoleh tingkat keterandalan

instrumen Kinerja Guru r11 sebesar 1,027375673.

2. Validitas dan Reabilitas Instrumen Variabel Supervisi Pengawas

a. Validitas Instrumen

Perhitungan uji validitas terhadap instrumen penelitian dilakukan

melalui analisis data hasil uji coba yang dijaring dari 30 orang responden.

Guna menguji validitas atau kesahihan setiap butir instrumen. Pengujian

validitas butir instrumen dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor butir

dengan skor total instrumen. Formula statistik yang digunakan adalah

dengan menggunakan rumus Product Moment, sebagai berikut :

rxy = ) Y)(Y)(X)(X(

)Y)((YX2222

nnn X

rxy = koefisien korelasi skor butir (X) dengan skor total (Y)

n = ukuran sampel (responden)

X = skor butir

Y = skor total

Hasil perhitungan uji validitas instrumen variabel Supervisi

Pengawas selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

176

Tabel 6

VALIDASI INSTRUMEN VARIABEL SUPERVISI PENGAWAS (X1)

Nomor Responden

NOMOR BUTIR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 4 3 2 4 4 3 3 4 3 1 3 2 2 2 4 2 3 4 3 4 2 2 2 4 4 4 3 3 4 2 1 4 3 3 2 4 1 3 4 4 3 4 2 4 2 2 3 2 4 4 1 2 2 3 1 5 4 1 1 4 1 3 1 4 1 3 4 4 3 6 1 1 2 1 3 2 1 1 1 1 1 3 3 7 1 2 1 1 1 3 2 4 1 3 1 3 4 8 4 2 1 4 2 3 2 4 1 3 4 3 3 9 4 3 1 4 4 4 3 4 1 3 4 2 4 10 4 2 1 4 4 4 2 4 1 3 2 3 4 11 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 12 3 3 1 3 4 2 3 4 4 2 4 4 2 13 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 14 3 4 1 3 4 1 4 4 4 1 1 1 1 15 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 2 4 4 16 3 4 2 3 4 3 4 4 2 3 4 1 4 17 2 4 2 2 4 2 4 4 2 2 2 2 4 18 3 4 1 3 4 4 4 4 2 4 4 3 3 19 2 4 2 2 4 2 4 2 1 2 1 1 1 20 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 3 2 3 21 3 2 1 3 4 4 2 4 1 4 4 2 2 22 4 4 1 4 4 3 4 4 1 3 4 4 4 23 4 4 2 4 4 3 4 4 2 3 4 1 2 24 4 4 2 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 25 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 26 3 4 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 27 3 4 2 3 4 3 4 4 1 3 4 3 3 28 2 3 2 2 4 4 3 4 2 4 1 1 3 29 4 4 3 4 4 1 4 4 2 1 3 1 1 30 4 1 2 4 4 2 1 4 2 2 2 2 3

Jumlah 98 95 55 98 108 90 95 113 58 85 92 81 87

Jumlah Kuadrat 346 335 119 346 410 296 335 441 142 271 324 257 281

Kuadrat Jumlah 9604 9025 3025 9604 11664 8100 9025 12769 3364 7225 8464 6561 7569

Varian Butir 0,892 1,178 0,626 0,892 0,731 0,897 1,178 0,530 1,030 1,040 1,444 1,321 0,990

Koefisien rxy 0,698 0,402 0,280 0,698 0,417 0,666 0,402 0,471 0,224 0,647 0,696 0,339 0,409

Tabel 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361

Status Valid Valid Drop Valid Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid Drop Valid

177

NOMOR BUTIR 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 4 3 3 4 4 1 4 2 4 3 2 3 4 4 4 3 3 3 2 4 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 1 3 2 2 2 1 1 2 4 1 2 4 3 3 1 2 2 3 4 4 4 1 2 3 1 1 4 2 3 3 1 3 1 1 1 1 1 3 1 2 1 3 1 2 1 1 3 1 2 3 1 1 1 1 1 3 2 1 1 2 3 3 1 3 1 1 4 2 4 4 1 3 2 4 4 2 1 1 4 3 1 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 2 4 4 3 1 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 2 1 4 4 3 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 2 4 2 3 2 3 3 4 2 2 2 1 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 3 2 3 1 3 1 4 1 3 4 4 1 1 1 1 3 3 4 3 4 2 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 1 3 1 1 3 4 1 3 4 4 3 1 3 2 2 2 3 2 2 4 2 4 2 2 4 4 2 2 2 2 4 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 4 1 2 2 2 2 1 1 2 4 1 2 4 2 2 1 2 2 4 4 4 4 2 1 4 4 2 4 4 4 4 2 4 2 4 3 2 3 2 2 4 2 2 3 2 4 4 2 4 1 3 4 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 3 4 3 1 3 4 4 4 1 1 3 4 1 4 4 4 3 1 3 2 2 4 3 4 4 1 2 4 4 4 4 4 2 4 2 1 4 4 3 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 2 4 3 4 3 2 2 3 4 2 3 4 3 4 2 3 1 4 2 3 2 1 4 4 3 1 2 3 3 4 1 4 1 3 4 1 4 1 1 1 4 1 4 4 2 3 1 1 3 4 4 1 4 3 2 2 1 3 4 3 3 4 3 2 2

91 96 77 98 77 66 90 95 77 96 98 96 91 77 86 53

305 332 229 346 245 194 296 335 245 332 342 336 305 245 274 115

8281 9216 5929 9604 5929 4356 8100 9025 5929 9216 9604 9216 8281 5929 7396 2809

0,999 0,855 1,082 0,892 1,633 1,683 0,897 1,178 1,633 0,855 0,754 0,993 0,999 1,633 0,947 0,737

0,590 0,704 0,545 0,698 0,630 0,284 0,666 0,402 0,630 0,704 0,323 0,491 0,590 0,630 0,690 0,294

0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361

Valid Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid Valid Valid Drop

178

NOMOR BUTIR (Y)2

30 31 32 33 34 35 36

2 4 3 4 3 3 4 112 12544 3 3 4 2 4 3 4 116 13456 1 3 3 4 4 3 3 99 9801 2 2 3 4 2 2 2 84 7056 3 4 3 4 4 3 3 98 9604 1 1 1 1 1 1 1 53 2809 1 1 3 4 1 3 3 71 5041 1 4 1 4 4 3 3 97 9409 4 4 4 4 4 3 3 122 14884 1 4 4 4 2 3 3 110 12100 4 4 4 4 4 4 4 137 18769 3 3 2 4 4 2 2 99 9801 4 4 4 4 4 4 4 137 18769 1 3 1 4 1 1 1 78 6084 4 3 3 4 2 3 3 123 15129 1 3 3 4 4 3 3 102 10404 2 2 2 4 2 2 2 93 8649 3 3 4 4 4 4 4 121 14641 1 2 2 2 1 2 2 72 5184 2 4 4 4 3 4 4 122 14884 2 3 4 4 4 4 4 105 11025 4 4 3 4 4 3 3 123 15129 1 4 3 4 4 3 3 109 11881 4 4 2 4 4 2 2 117 13689 4 4 4 4 4 4 4 134 17956 4 3 2 4 4 4 4 123 15129 3 3 4 4 4 3 3 112 12544 1 2 4 4 1 4 4 97 9409 1 4 3 4 3 1 1 91 8281 2 4 4 4 2 2 2 98 9604 70 96 91 113 92 86 88 3155 343665

208 332 305 441 324 272 286

4900 9216 8281 12769 8464 7396 7744

1,540 0,855 0,999 0,530 1,444 0,878 0,961

0,752 0,704 0,590 0,471 0,696 0,709 0,708

0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

179

Selanjutnya untuk mengetahui proses perhitungan uji validitas

instrumen perlu ditampilkan contoh perhitungan validitas instrumen

Supervisi Pengawas butir pernyataan nomor 1. Dan untuk itu nilai-nilai

yang perlu digunakan perhitungan, dengan menggunakan rumus Product

Moment tersebut, dapat dilihat pada tabel data persiapan sebagai berikut :

Tabel 7

PERHITUNGAN VALIDITAS INSTRUMEN VARIABEL SUPERVISI PENGAWAS (X1)

Nomor Responden

Skor (X)

Skor Total (Y) XY X2 Y2

1 4 112 448 16 12544 2 4 116 464 16 13456 3 4 99 396 16 9801 4 2 84 168 4 7056 5 4 98 392 16 9604 6 1 53 53 1 2809 7 1 71 71 1 5041 8 4 97 388 16 9409 9 4 122 488 16 14884

10 4 110 440 16 12100 11 4 137 548 16 18769 12 3 99 297 9 9801 13 4 137 548 16 18769 14 3 78 234 9 6084 15 3 123 369 9 15129 16 3 102 306 9 10404 17 2 93 186 4 8649 18 3 121 363 9 14641 19 2 72 144 4 5184 20 4 122 488 16 14884 21 3 105 315 9 11025 22 4 123 492 16 15129 23 4 109 436 16 11881 24 4 117 468 16 13689 25 4 134 536 16 17956 26 3 123 369 9 15129 27 3 112 336 9 12544 28 2 97 194 4 9409 29 4 91 364 16 8281 30 4 98 392 16 9604

Jumlah 106 3962 14208 390 528450

180

Keterangan :

n 30 ∑X2 346

∑X 98 (∑X)2 9604

∑Y 3155 ∑Y2 343665

∑XY 10693 (∑Y)2 9954025

rxy = ) Y)(Y)(X)(X(

)Y)((YX2222

nnn X

rxy = ))3155()343665)(30)(()98()346)(30((

)3155)(98()10693)(30(22

= )995402510309950)(960410380(

309190320790

= )355925)(776(

11600

= 276197800

11600

= 19974,16619

11600

= 0,69798788

Dari perhitungan uji validitas instrumen butir pernyataan nomor 1

tersebut di atas maka di peroleh koefisien korelasi (rhitung) sebesar

0,69798788. Nilai ini lebih besar dari 0,361 (rtabel), sehingga dapat

disimpulkan bahwa butir koesioner nomor 1 valid atau sahih dan dapat

diterima.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan cara yang sama terhadap

semua data uji coba istrumen penelitian, maka telah didapat 21 butir

181

pernyataan kuesioner variabel Supervisi Pengawas memiliki koefisien

korelasi (rhitung) lebih besar dari 0,361 (rtabel), yang berarti butir-butir

pernyataan koesioner tersebut valid atau sahih dan dapat diterima sebagai

instrumen penelitian. Sedangkan 6 butir lainnya, yang memiliki koefisien

korelasi (rhitung) lebih kecil dari 0,361 (rtabel) tidak valid dan dinyatakan drop

atau di tolak sebagai instrumen penelitian. Adapun nomor butir yang drop

tersebut adalah nomor 3, 9, 12, 19, 24, dan 29. Untuk lebih jelasnya hasil uji

validitas instrumen variabel Suprvisi Pengawas dapat dilihat pada tabel 6.

b. Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen penelitian dilakukan melalui

pengujian reliabilitas terhadap butir instrumen yang dinyatakan valid

dengan menggunakan rumus “Koefisien Alpha Cronbach” :

r11 =

t

b

kk

2

2

σσ1

Keterangan:

r11 : Reliabilitas yang dicari

k : Banyaknya butir intrumen yang valid

bσ 2Σ : Jumlah varian butir

tσ 2 : Varian total

Sebagai contoh uji reliabilitas terhadap instrumen, maka

ditampilkan perhitungan untuk variabel Supervisi Pengawas butir penyataan

1. Dan untuk itu, dengan menggunakan rumus seperti di atas, maka terlebih

dahulu perlu dicari besaran-besaran nilai sebagai berikut :

182

1). bσ 2Σ ( Jumlah Varian Butir )

12σ : Varian Butir Ke-1

Dicari dengan rumus :

12σ =

1

)X(X

212

1ΣΣ

- nn

12σ =

13030

9604346

12σ =

29331333333333,320346

12σ =

2986666667,25

12σ = 0,892

Demikianlah seterusnya dengan melakukan perhitungan yang

sama, juga prosedur yang sama untuk seluruh butir pernyataan, maka

jumlah varian butir untuk variabel Supervisi Pengawas sebelum dikurangi

yang drop atau tidak valid adalah 37,725 data lengkap perhitungan varian

butir untuk variabel Supervisi Pengawas dilihat pada tabel 6.

2) 2t ( Varian Total)

Varian total dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang sama

dengan varian butir, tetpi nilai Y adalah nilai total butir. Berikut ini akan

disajikan prhitungan variabel total variabel Spervisi Pengawas setelah

dikeluarkan butir instrumen yang tidak valid atau drop (butir 3, 9, 12, 19,

24, dan 29) dengan langkah-langkah sebagai berikut :

183

n = 30

∑Y = 3155 – ( ∑X3+∑X9+∑X12+∑X19+∑X24+∑X29 )

∑Y = 3155 – ( 55+58+81+66+98+53 )

∑Y = 3155 – 411

∑Y = 2744

∑Y2 = 343665

tσ 2 = 1

Y)(Y2

2

nn

tσ 2 = 130

30)2744(343665

2

tσ 2 = 130

307529536343665

tσ 2 = 130

533333333,250984343665

t2 =

295,92680

t2 = 3195,87816

Berdasarkan perhitungan-perhitungan yang dilakukan di atas, maka

dapat dihitung reliabilitas instrumen sebagai berikut :

r11 =

t

b

σσ

kk

2

2

11

r11 =

878161,3195725,371

13030

r11 = 930118043571,012930

184

r11 = 079881956428,00345,1

r11 = 1,022271355

Dari perhitungan tersebut di atas, maka diperoleh hasil reliabilitas

keterandalan Supervisi Pengawas nilai r11 sebesar 1,022271355.

3. Validitas dan Reabilitas Instrumen Variabel Kualitas Kepemimpinan

Kepala Sekolah

b. Validitas Instrumen

Perhitungan uji validitas terhadap instrumen penelitian dilakukan

melalui analisis data hasil uji coba yang dijaring dari 30 orang responden.

Guna menguji validitas atau kesahihan setiap butir instrumen. Pengujian

validitas butir instrumen dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor butir

dengan skor total instrumen. Formula statistik yang digunakan adalah

dengan menggunakan rumus Product Moment, sebagai berikut :

rxy = ) Y)(Y)(X)(X(

)Y)((YX2222

nnn X

rxy = koefisien korelasi skor butir (X) dengan skor total (Y)

n = ukuran sampel (responden)

X = skor butir

Y = skor total

Hasil perhitungan uji validitas instrumen variabel Kualitas

Kepemimpinan Kepala Sekolah selengkapnya dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

185

Tabel 8

VALIDASI INSTRUMEN VARIABEL KUALITAS KEPEMIMPINANA KEPALA SEKOLAH (X2)

Nomor Responden

NOMOR BUTIR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 3 4 2 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 2 3 3 1 4 3 3 3 2 3 1 1 3 3 4 4 3 4 2 2 3 3 1 3 4 2 2 3 4 5 3 4 4 4 3 3 1 4 4 3 4 3 4 6 1 3 1 2 1 1 3 4 3 1 2 1 1 7 3 2 1 1 3 3 1 4 2 1 1 3 4 8 1 3 4 4 1 1 4 4 3 1 4 1 4 9 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 10 4 4 2 4 1 4 4 4 4 1 4 4 4 11 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 12 2 4 4 3 4 2 2 2 4 3 3 2 4 13 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 14 1 3 1 3 4 1 1 2 3 1 3 1 4 15 3 3 2 3 4 3 4 2 3 4 3 3 4 16 3 3 4 3 4 3 1 3 3 1 3 3 4 17 2 4 2 2 4 2 2 3 4 2 2 2 4 18 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 19 2 4 1 2 2 2 1 3 4 1 2 2 2 20 4 3 3 4 4 4 2 3 3 2 4 4 4 21 4 4 4 3 4 4 2 3 4 2 3 4 4 22 3 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 3 4 23 3 4 4 4 4 3 1 4 4 1 4 3 4 24 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 26 2 4 4 3 4 2 4 4 4 4 3 2 4 27 4 4 4 3 3 4 2 4 4 3 3 4 4 28 4 4 1 2 3 4 1 4 4 1 2 4 4 29 3 3 3 4 2 3 1 4 3 1 4 3 4 30 4 3 2 4 3 4 3 3 3 2 4 4 4

Jumlah 91 106 92 97 96 91 77 98 106 70 97 91 113

Jumlah Kuadrat 305 390 324 335 336 305 245 336 390 208 335 305 441

Kuadrat Jumlah 8281 11236 8464 9409 9216 8281 5929 9604 11236 4900 9409 8281 12769

Varian Butir 0,999 0,533 1,444 0,737 0,993 0,999 1,633 0,547 0,533 1,540 0,737 0,999 0,530

Koefisien rxy 0,833 0,496 0,657 0,512 0,327 0,833 0,433 0,127 0,496 0,599 0,512 0,833 0,319

Tabel 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361

Status Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid Drop Valid Valid Valid Valid Drop

186

NOMOR BUTIR 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 1 3 1 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 4 3 4 4 3 3 2 3 3 2 3 4 4 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 1 4 1 2 1 3 1 3 4 2 1 3 3 4 3 2 1 4 3 1 3 2 3 2 2 3 3 4 3 4 3 2 4 4 3 1 1 3 1 3 4 1 1 2 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 3 3 4 2 4 3 1 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 2 2 1 2 4 2 4 4 2 2 2 4 2 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 1 2 1 1 1 3 1 3 4 1 1 3 3 2 1 1 2 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 4 2 4 2 4 2 2 2 3 3 3 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 1 3 2 4 2 4 2 4 2 2 2 2 4 3 1 2 3 3 4 1 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 2 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 2 4 2 4 2 4 4 2 2 2 3 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 2 4 4 2 2 4 4 4 4 2 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 1 4 3 4 1 2 3 3 3 3 3 3 3 1 4 4 3 3 2 3 2 4 4 3 4 3 4 4 4 2 3 3 2 4 92 98 88 89 91 106 91 106 99 92 91 90 105 98 95 93

324 336 286 305 305 390 305 390 349 308 305 290 375 336 331 311

8464 9604 7744 7921 8281 11236 8281 11236 9801 8464 8281 8100 11025 9604 9025 8649

1,444 0,547 0,961 1,413 0,999 0,533 0,999 0,533 0,769 0,892 0,999 0,690 0,259 0,547 1,040 0,783

0,657 0,127 0,753 0,394 0,833 0,496 0,833 0,496 0,017 0,813 0,833 0,473 0,496 0,127 0,604 0,758

0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361

Valid Drop Valid Valid Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid Valid Valid Drop Valid Valid

187

NOMOR BUTIR (Y)2

30 31 32 33 34 35 36

3 3 4 3 3 3 3 114 12996 4 4 4 4 3 4 4 132 17424 3 1 3 3 3 3 4 101 10201 3 4 3 3 2 3 2 103 10609 3 4 4 3 3 3 4 120 14400 1 3 3 2 2 2 3 78 6084 3 2 2 3 3 3 3 91 8281 1 3 3 1 3 1 3 92 8464 4 4 4 4 3 4 2 131 17161 4 4 4 4 3 4 2 125 15625 4 4 4 4 4 4 4 138 19044 2 4 4 2 2 2 4 102 10404 4 4 4 4 4 4 4 138 19044 1 3 3 1 1 1 1 68 4624 3 3 3 3 3 3 2 105 11025 3 3 3 3 3 3 4 110 12100 2 4 4 2 2 2 2 95 9025 4 4 4 4 4 4 4 138 19044 2 4 4 2 2 2 1 85 7225 4 3 3 4 4 4 3 122 14884 4 4 3 4 4 4 4 134 17956 3 4 4 3 3 3 4 123 15129 3 4 4 3 3 3 4 124 15376 2 4 4 2 2 2 4 115 13225 4 4 3 4 4 4 4 142 20164 2 4 4 2 4 2 4 119 14161 4 4 4 4 3 4 4 133 17689 4 4 4 4 4 4 1 119 14161 3 3 3 3 1 3 3 103 10609 4 3 3 4 2 4 2 116 13456 91 106 106 92 87 92 93 3416 399590

305 390 384 308 275 308 321

8281 11236 11236 8464 7569 8464 8649

0,999 0,533 0,326 0,892 0,783 0,892 1,128

0,833 0,496 0,436 0,813 0,724 0,813 0,523

0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

188

Selanjutnya proses perhitungan uji validitas instrumen perlu

ditampilkan contoh perhitungan validitas instrumen Kualitas Kepemimpinan

Kepala Sekolah butir pernyataan nomor 1. Dan untuk itu nilai-nilai yang

perlu digunakan perhitungan, dengan menggunakan rumus Product

Moment tersebut, dapat dilihat pada tabel 9 data persiapan sebagai berikut :

Tabel 9

PERHITUNGAN VALIDITAS INSTRUMEN VARIABEL KUALITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (X2)

Nomor Responden

Skor (X)

Skor Total (Y) XY X2 Y2

1 3 114 342 9 12996 2 4 132 528 16 17424 3 3 101 303 9 10201 4 3 103 309 9 10609 5 3 120 360 9 14400 6 1 78 78 1 6084 7 3 91 273 9 8281 8 1 92 92 1 8464 9 4 131 524 16 17161

10 4 125 500 16 15625 11 4 138 552 16 19044 12 2 102 204 4 10404 13 4 138 552 16 19044 14 1 68 68 1 4624 15 3 105 315 9 11025 16 3 110 330 9 12100 17 2 95 190 4 9025 18 4 138 552 16 19044 19 2 85 170 4 7225 20 4 122 488 16 14884 21 4 134 536 16 17956 22 3 123 369 9 15129 23 3 124 372 9 15376 24 2 115 230 4 13225 25 4 142 568 16 20164 26 2 119 238 4 14161 27 4 133 532 16 17689 28 4 119 476 16 14161 29 3 103 309 9 10609 30 4 116 464 16 13456

Jumlah 91 3416 10824 305 399590

189

Keterangan :

n 30 ∑X2 305

∑X 91 (∑X)2 8281

∑Y 3416 ∑Y2 399590

∑XY 10824 (∑Y)2 11669056

rxy = ) Y)(Y)(X)(X(

)Y)((YX2222

nnn X

rxy = 22 )305()399590)(30)()91()305)(30(

)3416)(91()10824)(30(

= )1166905611987700)(82819150(

310856324720

= )318644)(869(

13864

= 276901636

13864

= 36165,16640

13864

= 0,833154969

Dari perhitungan uji validitas instrumen butir pernyataan nomor 1

tersebut di atas maka di peroleh koefisien korelasi (rhitung) sebesar

0,833154969. Nilai ini lebih besar dari 0,361 (rtabel), sehingga dapat

disimpulkan bahwa butir koesioner nomor 1 valid atau dapat diterima.

190

Berdasarkan hasil perhitungan dengan cara yang sama terhadap

semua data uji coba istrumen penelitian, maka telah didapat 18 butir

pernyataan kuesioner variabel Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

memiliki koefisien korelasi (rhitung) lebih besar dari 0,361 (rtabel), yang

berarti butir-butir pernyataan koesioner tersebut valid atau sahih dan dapat

diterima sebagai instrumen penelitian. Sedangkan 6 butir lainnya, yang

memiliki koefisien korelasi (rhitung) lebih kecil dari 0,361 (rtabel) tidak valid

dan dinyatakan drop atau di tolak sebagai instrumen penelitian. Adapun

nomor butir yang drop tersebut adalah nomor 5, 8, 13, 15, 22, dan 27. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8 hasil uji validitas instrumen variabel

Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah.

a. Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen penelitian dilakukan melalui

pengujian reliabilitas terhadap butir instrumen yang dinyatakan valid

dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach :

r11 =

t

b

kk

2

2

σσ1

Keterangan:

r11 : Reliabilitas yang dicari

k : Banyaknya butir intrumen yang valid

bσ 2Σ : Jumlah varian butir

tσ 2 : Varian total

191

Sebagai contoh uji reliabilitas terhadap instrumen, maka

ditampilkan perhitungan untuk variabel Kualitas Kepemimpinan Kepala

Sekolah butir penyataan 1. Dan untuk itu, dengan menggunakan rumus

seperti di atas, maka terlebih dahulu perlu dicari besaran-besaran nilai

sebagai berikut :

1) σ 2b ( Jumlah Varian Butir )

σ 21 : Varian Butir Ke-1

Dicari dengan rumus:

σ 21 =

1 -

)X(X

212

1ΣΣ

nn

σ 21 =

13030

8281305

σ 21 =

29330333333333,276305

σ 21 =

2996666667,28

σ 21 = 0,999

Demikianlah seterusnya dengan melakukan perhitungan yang

sama, juga prosedur yang sama untuk seluruh butir pernyataan, maka

jumlah varian butir untuk variabel Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

sebelum dikurangi yang drop atau tidak valid adalah 31,184. Data lengkap

192

perhitungan varian butir untuk variabel Kualitas Kepemimpinan Kepala

Sekolah terlihat pada tabel 8.

2) σ 2t ( Varian Total )

Varian total dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang sama

dengan varian butir, tetpi nilai Y adalah nilai total butir. Berikut ini akan

disajikan perhitungan variabel total variabel Kualitas Kepemimpinan Kepala

Sekolah setelah dikeluarkan butir instrumen yang tidak valid atau drop

(butir 5, 8, 13, 15, 22, dan 27) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

n = 30

∑Y = 3416 – ( ∑X5+∑X8+∑X13+∑X15+∑X22+∑X27 )

∑Y = 3416 – ( 96+98+113+98+99+98 )

∑Y = 3416 – 602

∑Y = 2814

∑Y2 = 399590

σ 2t =

1

Y)(Y2

2

nn

σ 2t =

13030

)1509(3995902

σ 2t =

13030

7918596399590

σ 2t =

1302,263953399590

193

σ 2t =

298,135636

σ 2t = 4677,13103

Berdasarkan perhitungan-perhitungan yang dilakukan di atas, maka

dapat dihitung reliabilitas instrumen sebagai berikut :

r11 =

t

b

σσ

kk

2

2

11

r11 =

131034,4677184,311

13030

r11 = 580066673154,012930

r11 = 429933326845,00345,1

r11 = 1,027585536

Dari perhitungan tersebut di atas, maka hasil keterandalan

instrumen Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah nilai r11 sebesar

1,027585536.

194

LAMPIRAN 3

INSTRUMEN PENELITIAN FINAL

3.1. INSTRUMEN MUTU KINERJA GURU (Y)

3.2. INSTRUMEN SUPERVISI PENGAWAS (X1)

3.3. INSTRUMEN KUALITAS KEPEMIMPINAN

KEPALA SEKOLAH (X2)

195

Lampiran 3.1

INSTRUMEN KUESIONER KINERJA GURU

a. Untuk Pernyataan Positif

Pilihan Jawaban Skor butir

SL : Selalu 4

SR : Sering 3

KD : Kadang-kadang 2

TP : Tidak pernah 1

b. Untuk Pernyataan Negatif

Pilihan Jawaban Skor butir

SL : Selalu 1

SR : Sering 2

KD : Kadang-kadang 3

TP : Tidak pernah 4

3.1. Variabel Kinerja Guru

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SL SR KK TP

1. Saya merencanakan program tahunan

2. Saya merencanakan program semester

3. Saya merencanakan penyusunan silabus

4. Saya menyusun rencana persiapan mengajar (RPP)

5. Saya merencanakan menyusun penetapan KKM

6. Saya merencanakan menyusun bahan ajar dari setiap KD yang disampaikan

7. Saya aktif membuka pelajaran

8. Saya aktif mengorganisasikan materi pembelajaran

196

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SL SR KK TP

9. Saya aktif menggunakan metode yang sesuai

10. Saya aktif memanfaatkan media/alat peraga

11. Saya aktif memotivasi siswa

12. Saya aktif mengorganisasikan kegiatan pembelajaran

13. Saya aktif berinteraksi secara komunikatif dengan siswa

14. saya aktif memberikan penugasan terstruktur

15. Saya aktif membimbing peserta didik membuat kesimpulan

16. Saya aktif mengelola waktu dengan baik

17. Saya melakukan ulangan harian, UTS, UAS/UKK

18. Saya melakukan penilaian akhlak mulia dan kepribadian

19. Saya melakukan penilaian psikomotor

20. Saya melakukan analisis ulangan harian

21. Saya membuat instrument tes setiap KD

22. Saya membuat analisis penilaian

23. Saya memeriksa pekerjaan rumah siswa

24. Saya menyiapkan pencatatan analisis hasil belajar

25. Saya mendiagnosa siswa bermasalah

26. Saya mengidentifikasi permasalahan siswa

27. Saya menanggapi serius kesulitan belajar siswa

28. Saya mengadakan perbaikan bagi siswa yang nilainya dibawah KKM

29. Saya ikut melatih dan membimbing siswa dalam remedial dan pengayaan

197

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SL SR KK TP

30. Saya ikut melatih dan membimbing siswa dalam persiapan menghadapi ujian nasional

31. Saya ikut melatih dan membimbing siswa dalam persiapan menghadapi lomba olimpiade mata pelajaran

32. Saya ikut membimbing siswa dalam pengembangan diri melalui bimbingan konseling

33. Saya ikut membimbing siswa dalam pengembangan diri melalui ekstrakurikuler

198

Lampiran 3.2

INSTRUMEN KUESIONER SUPERVISI PENGAWAS

a. Untuk Pernyataan Positif

Pilihan Jawaban Skor butir

SL : Selalu 4

SR : Sering 3

KD : Kadang-kadang 2

TP : Tidak pernah 1

b. Untuk Pernyataan Negatif

Pilihan Jawaban Skor butir

SL : Selalu 1

SR : Sering 2

KD : Kadang-kadang 3

TP : Tidak pernah 4

3.2. Uji Coba Instrumen Variabel Supervisi Pengawas

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SL SR KK TP

1. Pengawas melaksanakan supervisi akademik untuk membina guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran

2. Pengawas menilai guru dalam proses pembelajaran yang ditujukan melalui unjuk kerja

3. Pengawas melakukan kunjungan kelas untuk membantu guru dalam mengatasi kesulitan guru di dalam kelas

4. Melalui kunjungan kelas, guru-guru dibantu melihat dengan jelas masalah yang mereka hadapi

5. Pada tahap persiapan, pengawas merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas

199

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SL SR KK TP

6. Pengawas melakukan observasi kelas kepada guru melihat proses pembelajaran yang berlangsung di kelas

7. Pengawas dalam melakukan observasi kelas kepada guru menggunakan instrumen supervisi

8. Pengawas dalam menggunakan teknik kunjungan antar kelas, guru akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawat mengenai pelaksanaan proses pengelolaan kelas

9. Dalam menggunakan teknik kunjungan kelas pengawas sekolah harus menyeleksi guru yang akan dikunjungi

10. Pengawas menegur kepala sekolah bila membiarkan guru terlambat membuat perangkat pembelajaran

11. Pengawas memberikan bantuan kepada kepala sekolah bagaimana cara menegur guru agar tetap semangat dalam melaksanakan pembelajara

12. Pengawas membina kepala sekolah dalam administrasi kurikulum

13. Pengawas membina kepala sekolah dalam administrasi peserta didik

14. Pengawas membina kepala sekolah dalam administrasi sarana prasarana

15. Pengawas membina kepala sekolah dalam administrasi keuangan

16. Pengawas membina kepala sekolah dalam mengelola sekolah sesuai manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS)

17. Pengawas membina kepala sekolah dalam persiapan akreditasi sekolah

18. Peran pengawas dalam supervisi bermanfaat untuk peningkatan proses pembelajaran

19. Pengawas memotivasi guru agar dapat menyelesaikan tanggunjawab sampai batas kemampuan saya

20. Pengawas dan kepala sekolah mengundang guru untuk penentuan dan membagi pengalamannya kepada guru

200

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SL SR KK TP

21. Pengalaman pengawas saya jadikan rujukan dalam peningkatan mutu pembelajaran

22. Pengalaman pengawas dalam melakukan supervisi pendidikan menjadi inspirasi dalam supervisi kepala sekolah

23. Saya berdiskusi cara mengelola pembelajaran yang baik dengan pengawas sekolah

24. Kesalahpahaman antara pengawas dengan kepala sekolah dalam membuat kebijakan organisasi sekolah sulit dimusyawarahkan dengan baik

25. Kepala sekolah dibantu pengawas melakukan supervisi akademik untuk meningkatkan proses pembelajaran

26. Pengawas sekolah dan kepala sekolah saling bahu membahu untuk peningkatan kualitas pendidikan disetiap sekolah

27. Peningkatan kualitas pendidikan disetiap sekolah terkait dengan peran supervisi pengawas

28. Pengawas sekolah selalu memonitor kualitas pendidikan disetiap sekolah

29. Pengawas memberikan nasehat kepada kepala sekolah agar dekat dengan masyarakat dan lingkungan sekolah

30. Pengawas memberikan nasehat kepada kepala sekolah agar dapat bekerjasama dengan komite sekolah dan instansi terkait

201

Lampiran 3.3

INSTRUMEN KUESIONER

KUALITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

a. Untuk Pernyataan Positif

Pilihan Jawaban Skor butir

SL : Selalu 4

SR : Sering 3

KD : Kadang-kadang 2

TP : Tidak pernah 1

b. Untuk Pernyataan Negatif

Pilihan Jawaban Skor butir

SL : Selalu 1

SR : Sering 2

KD : Kadang-kadang 3

TP : Tidak pernah 4

3.3. Uji Coba Instrumen Variabel Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SL SR KK TP

1. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin yang jujur

2. Kepala sekolah sebagai pemimpin yang percaya diri

3. Kepala sekolah sebagai pemimpin yang bertanggung jawab

4. Kepala sekolah sebagai pemimpin yang berani mengambil resiko

5. Kepala sekolah sebagai pemimpin yang berjiwa besar

202

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SL SR KK TP

6. Kepala sekolah sebagai pemimpin yang memiliki kestabilan emosi

7. Kepala sekolah memahami kondisi tenaga guru

8. Kepala sekolah memahami kondisi tenaga non guru

9. Kepala sekolah memahami kondisi peserta didik

10. Kepala sekolah memahami karakteristik peserta didik

11. Kepala sekolah mampu menyusun program pengembangan tenaga non guru

12. Kepala sekolah memperhatikan kritik dari berbagai pihak demi keberhasilan tugasnya

13. Kepala sekolah mampu memahami dalam pengelolaan dan administrasi sekolah

14. Kepala sekolah memahami penyusunan rencana keuangan anggaran sekolah (RKAS)

15. Kepala sekolah memahami instrumen akreditasi sekolah dan bukti fisiknya

16. Kepala sekolah mampu mengsosialisasikan visi sekolah

17. Kepala sekolah mampu mengembangkan visi sekolah

18. Kepala sekolah mampu mengsosialisasikan misi sekolah

19. Kepala sekolah mampu mengembangkan misi sekolah

20. Kepala sekolah mampu merumuskan kembali misi sekolah secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat

21. Kepala sekolah mengsosialisasikan program-program sekolah dalam upaya mewujudkan visi dan misi sekolah

203

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SL SR KK TP

22. Kepala sekolah mampu mengambil keputusan bersama tenaga kependidikan di sekolah

23. Kepala sekolah mampu mengambil keputusan untuk kepentingan internal sekolah

24. Kepala sekolah mampu mengambil keputusan untuk kepentingan eksternal sekolah

25. Kepala sekolah mampu berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidikan di sekolah

26. Kepala sekolah mampu menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan

27. Kepala sekolah mampu berkomunikasi secara tertulis melalui media cetak

28. Kepala sekolah lancar berkomunikasi secara lisan dengan peserta didik

29. Kepala sekolah lancar berkomunikasi dengan orang tua siswa

30. Kepala sekolah mahir berkomunikasi dengan masyarakat sekitar lingkungan sekolah

204

LAMPIRAN 4

DATA HASIL PENYEBARAN INSTRUMEN

PENELITIAN

4.1. DATA HASIL PENYEBARAN INSTRUMEN KINERJA

GURU

4.2. DATA HASIL PENYEBARAN INSTRUMEN SUPERVISI

PENGAWAS

4.3. DATA HASIL PENYEBARAN INSTRUMEN KUALITAS

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

4.4. DATA UMUM HASIL PENELITIAN

205

4.1. DATA HASIL PENYEBARAN INSTRUMEN

KINERJA GURU (Y)

NO. RESP.

NOMOR BUTIR

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

1 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 4 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 5 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 7 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 8 3 3 3 3 3 1 3 1 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 4 3 4 4 9 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 4 10 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 11 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 12 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 13 4 4 4 3 2 2 2 2 4 3 2 4 2 2 2 4 3 3 3 2 2 2 14 4 4 4 4 2 4 3 4 4 2 3 4 4 2 2 4 2 4 3 2 2 2 15 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 16 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 17 3 3 4 3 3 2 2 2 4 2 2 3 2 2 2 4 3 3 3 2 2 2 18 4 2 2 3 3 2 2 2 4 4 2 4 2 4 3 4 3 4 4 4 3 4 19 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 2 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 2 20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 21 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 22 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 23 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 24 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 4 4 2 3 3 25 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 26 3 3 4 4 4 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 4 3 3 3 4 3 4 27 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 4 3 4 4 3 4 28 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 2 2 3 3 4 4 4 3 3 29 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 30 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 2 31 4 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 32 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 33 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 34 4 4 3 2 3 2 2 2 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 4 4 2 2 35 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 3 2 3 2

206

NO. RESP.

NOMOR BUTIR

23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

1 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 4 89 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 75 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 92 4 3 3 3 2 2 3 4 3 4 3 4 103 5 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 77 6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 100 7 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 106 8 1 3 3 3 3 2 3 3 3 1 2 90 9 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 102 10 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 84 11 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 86 12 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 90 13 2 2 4 4 3 3 3 2 2 2 3 91 14 4 2 4 4 4 2 4 3 3 4 3 106 15 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 99 16 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 4 88 17 2 3 3 4 3 3 3 2 2 2 2 87 18 2 3 4 4 4 3 4 2 2 2 2 101 19 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 102 20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 99 21 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 90 22 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 90 23 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 78 24 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 84 25 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 90 26 3 4 3 3 4 3 3 2 4 3 4 103 27 4 3 3 3 2 2 2 3 3 4 3 103 28 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 107 29 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 114 30 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 111 31 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 105 32 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 4 105 33 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 4 95 34 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 89 35 2 3 3 3 2 4 2 3 2 2 3 90

207

4.2. DATA HASIL PENYEBARAN INSTRUMEN

SUPERVISI PENGAWAS (X1)

NO. RESP.

NOMOR BUTIR

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

1 4 3 2 3 4 2 4 4 3 2 4 2 4 3 3 4 3 2 4 3 3 4 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 4 4 4 3 2 2 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 3 4 3 5 3 2 2 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 6 3 4 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 4 3 4 4 7 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 8 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 3 2 3 3 2 4 4 9 3 3 2 4 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 10 2 3 3 3 4 1 4 4 4 1 4 4 4 4 3 4 2 1 4 3 3 3 11 2 2 3 2 3 2 4 3 3 2 4 2 4 4 3 2 2 2 4 3 4 4 12 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 2 3 13 2 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 14 2 4 2 4 4 2 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 15 3 4 3 3 4 1 3 4 2 3 3 2 4 4 3 2 3 3 3 3 4 3 16 2 3 3 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 2 4 3 4 4 4 17 2 4 3 3 4 4 3 2 2 4 3 4 3 3 2 3 2 4 3 2 3 2 18 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 19 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 20 4 3 3 2 3 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 3 21 4 3 3 3 3 2 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 2 4 4 4 4 4 22 3 3 2 4 2 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 23 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 4 2 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 24 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 3 3 25 3 3 2 4 3 2 3 3 4 2 3 2 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 26 2 4 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 4 3 4 4 2 3 3 4 3 27 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 28 2 3 3 4 3 3 4 3 4 2 4 3 3 3 4 4 4 2 4 4 3 4 29 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 30 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 31 3 4 3 3 4 4 3 4 4 1 3 3 3 3 3 4 4 1 4 4 4 3 32 3 3 4 3 4 4 3 4 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 33 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 34 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 4 4 3 3 3 4 4 2 4 4 4 4 35 2 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3

208

NO. RESP.

NOMOR BUTIR

23 24 25 26 27 28 29 30

1 4 3 2 3 3 2 2 4 93 2 3 2 2 2 3 2 2 4 82 3 3 2 3 2 3 3 3 4 92 4 4 3 3 3 3 3 3 3 100 5 3 2 2 2 2 3 2 4 93 6 3 3 3 3 3 3 3 4 88 7 4 4 3 3 3 4 3 3 104 8 4 1 3 1 3 3 3 4 92 9 3 3 3 3 3 2 3 4 84 10 3 2 3 2 3 2 3 3 89 11 4 3 3 3 2 2 3 2 86 12 3 3 2 3 3 3 2 2 79 13 3 2 2 2 4 3 2 1 95 14 3 4 3 4 4 2 3 3 90 15 4 3 3 3 4 3 3 2 92 16 4 3 2 3 3 2 2 1 96 17 3 2 2 2 4 2 2 2 84 18 3 2 2 2 4 4 2 3 98 19 3 3 2 3 3 4 2 3 102 20 3 3 3 3 3 2 3 3 98 21 4 2 2 2 3 2 2 4 95 22 4 2 3 2 3 3 3 3 91 23 4 2 3 2 2 3 3 3 85 24 3 2 3 2 3 2 3 3 90 25 4 2 3 2 3 2 3 3 88 26 3 3 2 3 3 2 2 4 88 27 3 4 3 3 3 3 3 4 98 28 3 3 4 3 3 4 4 4 101 29 3 3 3 3 3 4 3 4 102 30 3 3 4 3 4 4 4 3 103 31 3 3 3 3 4 3 3 4 98 32 3 3 4 3 3 2 4 4 100 33 2 3 2 3 3 3 2 2 90 34 4 2 2 2 3 3 2 3 91 35 4 2 3 3 3 3 3 3 89

209

4.3. DATA HASIL PENYEBARAN INSTRUMEN

KUALITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKLAH (X2)

NO. RESP.

NOMOR BUTIR

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

1 2 4 3 3 4 4 3 2 3 3 2 2 3 3 3 4 3 2 3 4 2 4 2 2 2 4 4 4 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 4 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 5 3 4 4 4 4 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 4 3 3 6 2 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 2 3 7 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 8 3 3 2 4 4 4 1 3 1 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 4 3 3 9 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 2 3 2 10 1 4 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 4 1 4 11 2 4 3 4 4 4 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 4 12 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 13 3 4 4 4 4 3 2 2 2 4 3 2 4 2 2 2 4 3 3 4 3 3 14 2 3 3 3 3 3 4 3 4 4 2 3 4 4 2 2 4 2 4 4 2 3 15 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 1 3 16 4 3 4 4 4 4 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 4 4 4 17 4 3 2 3 2 3 2 2 2 4 2 2 3 2 2 2 4 3 3 4 4 3 18 4 3 4 4 4 3 2 2 2 4 4 2 4 2 4 3 4 3 4 3 3 3 19 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 4 2 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 20 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 21 4 4 4 4 4 4 2 2 2 3 2 2 3 2 3 4 3 3 3 3 2 4 22 3 3 3 4 3 4 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 2 3 3 23 2 4 3 3 3 4 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 24 3 3 4 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 4 3 3 3 25 2 3 3 3 3 4 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 4 3 2 3 26 2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 4 3 3 3 2 3 27 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 4 3 3 3 4 28 2 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 2 2 3 3 4 3 3 4 29 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 30 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 31 1 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 32 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 33 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 34 2 4 4 4 4 4 2 2 2 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2 2 35 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 2 2 3

210

NO. RESP.

NOMOR BUTIR

23 24 25 26 27 28 29 30

1 4 3 2 4 2 4 3 3 91 2 3 3 2 2 2 3 4 4 78 3 3 3 3 3 3 3 3 4 90 4 3 3 4 4 4 4 4 3 101 5 4 4 3 3 3 3 3 3 88 6 2 3 2 3 2 3 3 3 87 7 4 4 3 3 3 4 4 4 104 8 4 4 3 3 3 4 4 2 90 9 3 3 3 2 3 3 3 2 83 10 4 4 1 4 4 4 4 3 87 11 3 3 2 4 2 4 4 3 88 12 3 2 2 3 3 3 3 3 79 13 4 4 3 4 3 3 4 4 96 14 4 3 2 3 2 3 3 3 91 15 4 2 3 3 2 4 4 3 94 16 4 4 4 3 4 4 4 4 99 17 2 2 4 3 4 3 3 2 84 18 3 3 4 3 4 3 4 4 99 19 4 3 3 4 3 4 4 4 102 20 3 3 2 4 4 4 4 4 96 21 3 3 4 4 3 4 3 3 94 22 2 3 3 3 3 4 4 3 89 23 3 3 2 4 2 4 3 3 81 24 3 3 3 3 3 4 4 4 89 25 3 4 2 3 2 4 3 3 85 26 3 3 2 3 2 3 4 3 84 27 3 3 3 4 3 3 4 3 96 28 3 4 2 4 3 3 3 4 97 29 3 3 4 3 4 3 3 3 101 30 3 3 3 2 3 3 3 3 102 31 4 4 1 3 3 3 3 3 96 32 4 2 3 4 3 3 3 3 99 33 4 4 3 4 3 3 3 3 90 34 3 3 2 4 4 3 3 3 89 35 3 3 3 3 3 3 3 3 87

211

4.4. DATA UMUM HASIL PENELITIAN

NO. Y3 X1 X2 Y2 X12 X2

2 X1Y X2Y X1X2

1 89 93 91 7921 8649 8281 8277 8099 8463 2 75 82 78 5625 6724 6084 6150 5850 6396 3 92 92 90 8464 8464 8100 8464 8280 8280 4 103 100 101 10609 10000 10201 10300 10403 10100 5 77 93 88 5929 8649 7744 7161 6776 8184 6 100 88 87 10000 7744 7569 8800 8700 7656 7 106 104 104 11236 10816 10816 11024 11024 10816 8 90 92 90 8100 8464 8100 8280 8100 8280 9 102 84 83 10404 7056 6889 8568 8466 6972 10 84 89 87 7056 7921 7569 7476 7308 7743 11 86 86 88 7396 7396 7744 7396 7568 7568 12 90 79 79 8100 6241 6241 7110 7110 6241 13 91 95 96 8281 9025 9216 8645 8736 9120 14 106 90 91 11236 8100 8281 9540 9646 8190 15 99 92 94 9801 8464 8836 9108 9306 8648 16 88 96 99 7744 9216 9801 8448 8712 9504 17 87 84 84 7569 7056 7056 7308 7308 7056 18 101 98 99 10201 9604 9801 9898 9999 9702 19 102 102 102 10404 10404 10404 10404 10404 10404 20 99 98 96 9801 9604 9216 9702 9504 9408 21 90 95 94 8100 9025 8836 8550 8460 8930 22 90 91 89 8100 8281 7921 8190 8010 8099 23 78 85 81 6084 7225 6561 6630 6318 6885 24 84 90 89 7056 8100 7921 7560 7476 8010 25 90 88 85 8100 7744 7225 7920 7650 7480 26 103 88 84 10609 7744 7056 9064 8652 7392 27 103 98 96 10609 9604 9216 10094 9888 9408 28 107 101 97 11449 10201 9409 10807 10379 9797 29 114 102 101 12996 10404 10201 11628 11514 10302 30 111 103 102 12321 10609 10404 11433 11322 10506 31 105 98 96 11025 9604 9216 10290 10080 9408 32 105 100 99 11025 10000 9801 10500 10395 9900 33 95 90 90 9025 8100 8100 8550 8550 8100 34 89 91 89 7921 8281 7921 8099 7921 8099 35 90 89 87 8100 7921 7569 8010 7830 7743

Jumlah 3321 3246 3206 318397 302440 295306 309384 305744 298790 Rerata 94,89 92,74 91,60 r13 = 0,321 ∑X3

2 = 401890 [∑X1]2 = 21921124

Maksimal 114 104 104 r23 = 0,162 ∑X12 = 421000 [∑X2]2 = 14010049

Minimal 75 79 78 r12 = 0,114 ∑X22 = 267757 [∑X3]2 = 20921476

Range 39 25 26 ∑X3 = 4574 ∑XX3 = 406398 n = 53

Varian 93,76 39,91 46,75 ∑X1 = 4682 ∑X23 = 323829 Standar Deviasi 9,82 6,41 6,94 ∑X2 = 3743 ∑X1X2

= 331376

212

LAMPIRAN 5

ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF

3.1. DESKRIPTIF DATA KINERJA GURU

3.2. DESKRIPTIF DATA SUPERVISI PENGAWAS

3.3. DESKRIPTIF DATA KUALITAS KEPEMIMPINAN

KEPALA SEKOLAH

3.4. KLASIFIKASI SKOR MASING-MASING VARIABEL

PENELITIAN

213

ANALISIS STATISTIK DESKRIPSI

Perhitungan analisis statistik deskriptif masing-masing variabel yang

diuraikan dalam penelitian ini meliputi : Distribusi Frekwensi, Mean, Modus,

Median dan Standar Deviasi (SD). Adapun rumus yang digunakan untuk masing-

masing variabel adalah sebagai berikut :

A. Deskriptif Frekwensi (X3)

1. Rentang (r) = data terbesar – data terkecil

2. Banyak kelas (k) = 1 + 3,3 log n

3. Panjang kelas (p) = kr

B. Mean = n

1X

C. Modus = b + p

2 11bb

b

D. Median = b + p

f

F - n21

E. Satnda Deviasi (SD) = 1)X(X 2

32

2

nnn

Keterangan :

n : Banyaknya sampel

b : Batas bawah kelas Modus atau batas bawah kelas Median

p : Panjang kelas

214

b1 : Frekuensi kelas Modus dikurang sebelumnya

b2 : Frekuensi kelas Modus dikurang sesudahnya

F : Jumlah semua frekuensi sebelum kelas Median

f : Frekuensi kelas Median

3.1. Deskriptif Data Kinerja Guru (Y)

A. Deskriptif Frekwensi

a. Rentang (r)

= data terbesar – data terkecil

= 114 – 75

= 39

b. Banyaknya Kelas (k)

= 1 + 3,33 log 35

= 1 + 3,3 (1,544)

= 1 + 5,10

= 6,10 (dibulatkan jadi 7)

c. Panjang Kelas (p)

= kr

= 739

= 5,57 (agar k.p > r + 1, maka p dinaikan menjadi 6)

(Syarat : k.p > r + 1 7.6 > 39 + 1 42 > 40 terpenuhi)

215

d. Daftar Distribusi Frekuensi Kinerja Guru (Y)

Nomor Kelas Interval Frekwensi

Absolut Relatif Komulatif 1 76 − 81 3 8,57% 8,57% 2 82 − 87 4 11,43% 20,00% 3 88 − 93 11 31,43% 51,43% 4 94 − 99 3 8,57% 60,00% 5 100 − 105 9 25,71% 85,71% 6 106 − 111 4 11,43% 97,14% 7 112 − 117 1 2,86% 100,00%

∑ 35 100,00%

B. Mean

= nY

= 35

3321

= 94,89

C. Modus

= b + p

2 1 1 bb

b

= 87,5 + 6

3) - (11 4) - (11

4 - 11

= 87,5 + 6

8 77

= 87,5 + 6

47

= 87,5 + 10,5

= 98,00

216

D. Median

= b + p

f

F - n 21

= 87,5 + 6

11

7 - 35 21

= 87,5 + 6

117 - 17,5

= 87,5 + 6

1110,5

= 87,5 + (5,73)

= 93,23

E. Satndar Deviasi (SD)

= 1

)X(X 21

21

nnn

= 1 - 3535

11029041.31839735.

= 3435

1102904111143895

= 1190

114854

= 9,82

217

3.2. Deskriptif Data Supervisi Pengawas (X1)

A. Deskriptif Frekwensi

a. Rentang (r)

= data terbesar – data terkecil

= 104 – 79

= 25

b. Banyaknya Kelas (k)

= 1 + 3,33 log 35

= 1 + 3,3 (1,544)

= 1 + 5,10

= 6,10 (dibulatkan jadi 7)

c. Panjang Kelas (p)

= kr

= 725

= 3,57 (agar k.p > r + 1, maka p dinaikan menjadi 4)

(Syarat : k.p > r + 1 7.4 > 25 + 1 28 > 26 terpenuhi)

d. Daftar Distribusi Frekuensi Supervisi Pengawas (X1)

Nomor Kelas Interval Frekwensi

Absolut Relatif Komulatif 1 78 − 81 1 2,86% 2.86% 2 82 − 85 4 11,43% 14,29% 3 86 − 89 6 17,14 31,43% 4 90 − 93 10 28,57% 60,00% 5 94 − 97 3 8,57% 68,57% 6 98 − 101 7 20,00 88,57% 7 102 − 105 4 11,43% 100,00%

∑ 35 100,00%

218

B. Mean

= n

1Y

= 35

3246

= 92,74

C. Modus

= b + p

2 1 1 bb

b

= 89,5 + 4

3) - (10 6) - (10

6 - 10

= 89,5 + 4

7 44

= 89,5 + 4

114

= 89,5 + 1,45

= 90,95

D. Median

= b + p

f

F - n 21

= 89,5 + 4

10

11 - 35 21

= 89,5 + 4

1011 - 17,5

219

= 89,5 + 4

106,5

= 89,5 + 2,6

= 92,10

E. Satndar Deviasi (SD)

= 1

)X(X 21

21

nnn

= 1 - 3535

10536516.30244035.

= 3435

1053651610585400

= 119048884

= 6,41

3.3. Deskriptif Data Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)

A. Deskriptif Frekwensi

a. Rentang (r)

= data terbesar – data terkecil

= 104 – 78

= 26

b. Banyaknya Kelas (k)

= 1 + 3,33 log 35

= 1 + 3,3 (1,544)

= 1 + 5,10

= 6,10 (dibulatkan jadi 7)

220

c. Panjang Kelas (p)

= kr

= 726

= 3,71 (agar k.p > r + 1, maka p dinaikan menjadi 4)

(Syarat : k.p > r + 1 7.4 > 26 + 1 28 > 27 terpenuhi)

d. Daftar Distribusi Frekuensi Kualitas Kepemimpinan Kepala

Sekolah (X2)

Nomor Kelas Interval Frekwensi

Absolut Relatif Komulatif 1 79 − 82 3 8,57% 8,57% 2 83 − 86 4 11,43% 20,00% 3 87 − 90 11 31,43% 51,43% 4 91 − 94 4 11,43% 62,86% 5 95 − 98 5 14,29% 77,14% 6 99 − 102 7 20,00% 97,14% 7 103 − 106 1 2,86% 100,00%

∑ 35 100,00%

B. Mean

= n

2Y

= 35

3206

= 91,60

C. Modus

= b + p

2 1 1 bb

b

221

= 86,5 + 4

4) - (11 4) - (11

4 - 11

= 86,5 + 4

7 77

= 86,5 + 4

147

= 86,5 + 2

= 88,50

D. Median

= b + p

f

F - n 21

= 86,5 + 4

11

7 - 35 21

= 86,5 + 4

117 - 17,5

= 86,5 + 4

1110,5

= 86,5 + 3,82

= 90,32

E. Satndar Deviasi (SD)

= 1

)X(X 23

22

nnn

= 1 - 3535

10278436.29530635.

222

= 3435

1027843610335710

= 119057274

= 6,94

3.4. Klasifikasi Skor Variabel

A. Klasifikasi Skor Variabel Kinerja Guru (Y)

1. Tingkat Atas = Rerata + 1 SD ke atas

= 94,89 + 9,82

= 104,71

= 106 – 115

2. Tingkat Sedang = Dari Rerata -1 x SD ke atas + 1 x SD ke atas

= (94,89 – 9,82) – (94,89 + 9,82)

= 85,06 – 104,71

= 85 – 105

3. Tingkat Rendah = Rerata – 1 x SD ke atas

= 94,89 – 9,82

= 85,06

= 74 – 84

4. Daftar Skor Variabel Kinerja Guru (Y)

No. Kategori Kalsifikasi Skor Frekuensi Absolut

Frekwensi Relatif (%)

1 Tinggi 106 - 115 5 14,29 2 Sedang 85 - 105 25 17,42 3 Rendah 74 - 85 5 14,29

∑ 35 100

223

B. Klasifikasi Skor Variabel Supervisi Pengawas (X1)

1. Tingkat Atas = Rerata + 1 SD ke atas

= 92,74 + 6,41

= 99,15

= 100 – 105

2. Tingkat Sedang = Dari Rerata -1 x SD ke atas + 1 x SD ke atas

= (92,74 – 6,41) – (92,74 + 6,41)

= 86,33 – 99,15

= 86 – 99

3. Tingkat Rendah = Rerata – 1 x SD ke atas

= 92,74 – 6,41

= 86,33

= 78 – 85

4. Daftar Skor Variabel Supervisi Pengawas (X1)

No. Kategori Kalsifikasi Skor Frekuensi Absolut

Frekwensi Relatif (%)

1 Tinggi 100 - 105 7 20,00 2 Sedang 86 - 99 23 65,71 3 Rendah 78 - 85 5 14,29

∑ 35 100

C. Klasifikasi Skor Variabel Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

(X2)

1. Tingkat Atas = Rerata + 1 SD ke atas

= 91,60 + 6,94

= 98,54

224

= 100 – 105

2. Tingkat Sedang = Dari Rerata -1 x SD ke atas + 1 x SD ke atas

= (91,60 – 6,94) – (91,60 + 6,94)

= 84,66 – 98,54

= 85 – 99

3. Tingkat Rendah = Rerata – 1 x SD ke atas

= 91,60 – 6,94

= 84,66

= 77 – 84

4. Daftar Skor Variabel Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)

No. Kategori Kalsifikasi Skor Frekuensi Absolut

Frekwensi Relatif (%)

1 Tinggi 100 - 105 8 22,86 2 Sedang 85 - 99 23 65,71 3 Rendah 77 - 84 4 11,43

∑ 35 100

225

LAMPIRAN 6

UJI PERSYARATAN ANALISIS

6.1. HASIL DATA ANALYSIS REGRESSION

MENGGUNAAN APLIKASI MICROSOFT OFFICE

EXCEL-2007

6.2. UJI NORMALITAS DATA

6.3. UJI HOMOGENITAS DATA

6.4. JUMLAH KUADRAT GALAT

226

6.1. HASIL DATA ANALYSIS REGRESSION

MENGGUNAAN APLIKASI MICROSOFT OFFICE EXCEL-2007

A. Data Analysis Regression (X1 Dengan Y)

1. Summary Output

Regression Statistics Multiple R 0,647 R Square 0,419 Adjusted R Square 0,401 Standard Error 7,604 Observations 35

2. Anova

Ŷ df SS MS F Significance F

Regression 1 1373,355 1373,355 23,751 0,000 Residual 33 1908,187 57,824

Total 34 3281,543

Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower

95% Upper 95%

Intercept 2,921 18,914 0,154 0,878 -35,561 41,402 X Variable 1 0,992 0,203 4,873 0,000 0,578 1,406

B. Data Analysis Regression (X2 Dengan Y)

1. Summary Output

Regression Statistics Multiple R 0,665 R Square 0,442 Adjusted R Square 0,425 Standard Error 7,450 Observations 35

227

2. Anova

Ŷ df SS MS F Significance F Regression 1 1450,032 1450,032 26,127 0,000 Residual 33 1831,511 55,500

Total 34 3281,543

Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower

95% Upper 95%

Intercept 8,659 16,916 0,512 0,612 -25,757 43,076 X Variable 1 0,941 0,184 5,111 0,000 0,567 1,316

228

6.2. UJI NORMALITAS DATA

Uji Normalitas Data menggunakan Uji Lilliefors dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Urutkan data sampel dari yang terkecil sampai dengan yang tebesar.

b. Tentukan nilai z dari tiap-tiap data itu.

c. Tentukan nilai tabel z.

d. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai z berdasarkan tabel z, dan

sebut dengan F(z).

e. Hitunglah frekwensi kumulatif dari masing-masing nilai z, dan sebut dengan

S(z).

f. Tentukan nilai Lo = │F(z) – S(z) │

g. Apabila Lo < Lt maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

229

6.2.1. UJI NORMALITAS DATA

KINERJA GURU (Y)

No. Urut X3 f z Nilai Tabel F(z) S(z) [F(z)-S(z)]

1 75 1 -2,02 0,4783 0,0217 0,0286 0,0069

2 77 1 -1,82 0,4656 0,0344 0,0571 0,0227

3 78 1 -1,72 0,4573 0,0427 0,0857 0,0430

4 84 2 -1,11 0,3665 0,1335 0,1429 0,0094

5 86 1 -0,90 0,3159 0,1841 0,1714 0,0127

6 87 1 -0,80 0,2881 0,2119 0,2000 0,0119

7 88 1 -0,70 0,2580 0,2420 0,2286 0,0134

8 89 2 -0,60 0,2257 0,2743 0,2857 0,0114

9 90 6 -0,50 0,1915 0,3085 0,4571 0,1486

10 91 1 -0,40 0,1554 0,3446 0,4857 0,1411

11 92 1 -0,29 0,1141 0,3859 0,5143 0,1284

12 95 1 0,01 0,0040 0,5040 0,5429 0,0389

13 99 2 0,42 0,1628 0,6628 0,6000 0,0628

14 100 1 0,52 0,1985 0,6985 0,6286 0,0699

15 101 1 0,62 0,2324 0,7324 0,6571 0,0753

16 102 2 0,72 0,2642 0,7642 0,7143 0,0499

17 103 3 0,83 0,2967 0,7967 0,8000 0,0033

18 105 2 1,03 0,3485 0,8485 0,8571 0,0086

19 106 2 1,13 0,3708 0,8708 0,9143 0,0435

20 107 1 1,23 0,3907 0,8907 0,9429 0,0522

21 111 1 1,64 0,4495 0,9495 0,9714 0,0219

22 114 1 1,95 0,4744 0,9744 1,0000 0,0256

35

Lo 0,1486

Lt 0,1498

Rerata = 94,89 Standar Deviasi = 9,82

Karena Lo = 0,1486 < Lt = 0,1498 Kesimpulan bahwa sampel berdistribusi Normal

230

6.2.2. UJI NORMALITAS DATA

SUPERVISI PENGAWAS (X1)

No. Urut X3 f z Nilai Tabel F(z) S(z) [F(z)-S(z)]

1 79 1 -2,14 0,4838 0,0162 0,0286 0,0124

2 82 1 -1,68 0,4535 0,0465 0,0571 0,0106

3 84 2 -1,36 0,4131 0,0869 0,1143 0,0274

4 85 1 -1,21 0,3869 0,1131 0,1429 0,0298

5 86 1 -1,05 0,3531 0,1469 0,1714 0,0245

6 88 3 -0,74 0,2704 0,2296 0,2571 0,0275

7 89 2 -0,58 0,2190 0,2810 0,3143 0,0333

8 90 3 -0,43 0,1664 0,3336 0,4000 0,0664

9 91 2 -0,27 0,1064 0,3936 0,4571 0,0635

10 92 3 -0,12 0,0478 0,4522 0,5429 0,0907

11 93 2 0,04 0,0160 0,5160 0,6000 0,0840

12 95 2 0,35 0,1368 0,6368 0,6571 0,0203

13 96 1 0,51 0,1950 0,6950 0,6857 0,0093

14 98 4 0,82 0,2939 0,7939 0,8000 0,0061

15 100 2 1,13 0,3708 0,8708 0,8571 0,0137

16 101 1 1,29 0,4015 0,9015 0,8857 0,0158

17 102 2 1,44 0,4251 0,9251 0,9429 0,0178

18 103 1 1,60 0,4452 0,9452 0,9714 0,0262

19 104 1 1,76 0,4608 0,9608 1,0000 0,0392

35

Lo 0,0907

Lt 0,1498

Rerata = 92,74 Standar Deviasi = 6,41

Karena Lo = 0,0907 < Lt = 0,1498 Kesimpulan bahwa sampel berdistribusi Normal

231

6.2.3. UJI NORMALITAS DATA

KUALITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (X2)

No. Urut X3 f z Nilai Tabel F(z) S(z) [F(z)-S(z)]

1 78 1 -1,96 0,4750 0,0250 0,0286 0,0036

2 79 1 -1,82 0,4656 0,0344 0,0571 0,0227

3 81 1 -1,53 0,4370 0,0630 0,0857 0,0227

4 83 1 -1,24 0,3925 0,1075 0,1143 0,0068

5 84 2 -1,10 0,3643 0,1357 0,1714 0,0357

6 85 1 -0,95 0,3289 0,1711 0,2000 0,0289

7 87 3 -0,66 0,2454 0,2546 0,2857 0,0311

8 88 2 -0,52 0,1985 0,3015 0,3429 0,0414

9 89 3 -0,37 0,1443 0,3557 0,4286 0,0729

10 90 3 -0,23 0,0910 0,4090 0,5143 0,1053

11 91 2 -0,09 0,0359 0,4641 0,5714 0,1073

12 94 2 0,35 0,1368 0,6368 0,6286 0,0082

13 96 4 0,63 0,2357 0,7357 0,7429 0,0072

14 97 1 0,78 0,2823 0,7823 0,7714 0,0109

15 99 3 1,07 0,3577 0,8577 0,8571 0,0006

16 101 2 1,35 0,4115 0,9115 0,9143 0,0028

17 102 2 1,50 0,4332 0,9332 0,9714 0,0382

18 104 1 1,79 0,4633 0,9633 1,0000 0,0367

35

Lo 0,1073

Lt 0,1498

Rerata = 91,60 Standar Deviasi = 6,94

Karena Lo = 0,1073 < Lt = 0,1498 Kesimpulan bahwa sampel berdistribusi Normal

232

6.3. UJI HOMOGENITAS DATA

Untuk melihat Homogenitas pasangan skor variabel bebas dengan skor

variabel terikat digunakan Uji Bartlett. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian

ini adalah :

- H0 : 12 = 2

2 = 32

- H0 : Salah satu tanda tidak berlaku

Langkah-langkah yang dilakukan untuk Uji Bartlett adalah sebagai berikut :

1. Data dikelompokkan berdasarkan skor X yang sama, jumlah anggota untuk

setiap kelompok diberi simbol n.

2. Untuk nilai n yang kurang dari 2 tidak dimasukkan dalam pengujian.

3. Menghitung nilai db = n – 1, untuk masing-masing kelompok.

4. Menghitung nilai 1/db untuk setiap kelompok.

5. Menghitung varian (Si2) skor Y untuk masing-masing kelompok.

6. Menghitung nilai log Si2.

7. Menghitung hasil perkalian db dengan Si2.

8. Menghitung hasil perkalian db dengan log Si2.

9. Nilai tersebut disusun dalam tabel persiapan pengujian, kemudian dilakukan

pengujian dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut :

233

a. Varian gabungan dari semua kelompok

S2gab =

1 - ni

i 1 - ni 2S =

db

i .dk 2S

Keterangan :

S2gab = Varian gabungan dar semua kelompok

ni = Jumlah sampel untuk setiap kelompok

S12 = Varia kelompok ke-i

b. Harga B

B = db log S2gab

c. Menghitung nilai 2 untuk Uji Bartlett

2 = ilog.dbB10ln 2S

d. Membandingkan nilai 2hitung dengan 2

tabel

Jika 2hitung < 2

tabel maka Ho diterima

Jika 2hitung > 2

tabel maka Ho ditolak

e. Kesimpulan

Jika 2hitung < 2

tabel maka (populasi homogen)

Jika 2hitung > 2

tabel maka (populasi tidak homogen)

234

6.3.1. UJI HOMOGENITAS DATA

KELOMPOK DATA Y MENURUT DATA X1 YANG SAMA

No. Urut X1 Y ni db 1/db Si

2 Log Si2 db Log Si

3 db Si2

1 79 90 2 82 75 3 84 102 4 84 87 2 1 1,00 112,50 2,05 2,05 112,50 5 85 78 6 86 86 7 88 100 8 88 90 9 88 103 3 2 0,50 46,33 1,67 3,33 92,67

10 89 84 11 89 90 2 1 1,00 18,00 1,26 1,26 18,00 12 90 106 13 90 84 14 90 95 3 2 0,50 121,00 2,08 4,17 242,00 15 91 90 16 91 89 2 1 1,00 0,50 -0,30 -0,30 0,50 17 92 92 18 92 90 19 92 99 3 2 0,50 22,33 1,35 2,70 44,67 20 93 89 21 93 77 2 1 1,00 72,00 1,86 1,86 72,00 22 95 91 23 95 90 2 1 1,00 0,50 -0,30 -0,30 0,50 24 96 88 25 98 101 26 98 99 27 98 103 28 98 105 4 3 0,33 6,67 0,82 2,47 20,00 29 100 103 30 100 105 2 1 1,00 2,00 0,30 0,30 2,00 31 101 107 32 102 102 33 102 114 2 1 1,00 72,00 1,86 1,86 72,00 34 103 111 35 104 106 ∑ 3246 3321 11 16 8,83 473,83 12,64 19,39 676,83

235

a. Varian gabungan dari semua kelompok

S2gab =

1 - ni

i 1 - ni 2S =

db

i .dk 2S

S2gab =

16676,83

S2gab = 42,30

b. Harga B

B = db log S2gab = (16) log 42,30 = 26,022

c. Menghitung nilai X2 untuk Uji Bartlett

2 = ilog.dbB10ln 2S = (2,303)(26,022 – 19,39) = 15,260

d. Membandingkan nilai 2hitung dengan 2

tabel

Untuk = 0,05 dan db = k – 1 = 11 – 1 = 10, 2tabel = 2

(0,95;10) = 18,307

Karena 2hitung < 2

tabel maka Ho diterima

e. Kesimpulan

Kelompok data berasal dari populasi yang homogen

236

6.3.2. UJI HOMOGENITAS DATA

KELOMPOK DATA Y MENURUT DATA X2 YANG SAMA

No. Urut X1 Y ni db 1/db Si

2 Log Si2 db Log Si

3 db Si2

1 78 75 2 79 90 3 81 78 4 83 102 5 84 87 6 84 103 2 1 1,00 128,00 2,11 2,11 128,00 7 85 90 8 87 100 9 87 84

10 87 90 3 2 0,50 65,33 1,82 3,63 130,67 11 88 77 12 88 86 2 1 1,00 40,50 1,61 1,61 40,50 13 89 90 14 89 84 15 89 89 3 2 0,50 10,33 1,01 2,03 20,67 16 90 92 17 90 90 18 90 95 3 2 0,50 6,33 0,80 1,60 12,67 19 91 89 20 91 106 2 1 1,00 144,50 2,16 2,16 144,50 21 94 99 22 94 90 2 1 1,00 40,50 1,61 1,61 40,50 23 96 91 24 96 99 25 96 103 26 96 105 4 3 0,33 38,33 1,58 4,75 115,00 27 97 107 28 99 88 29 99 101 30 99 105 3 2 0,50 79,00 1,90 3,80 158,00 31 101 103 32 101 114 2 1 1,00 60,50 1,78 1,78 60,50 33 102 102 34 102 111 2 1 1,00 40,50 1,61 1,61 40,50 35 104 106

∑ 3206 3321 11 17 8,33 653,83 17,98 26,68 891,50

237

a. Varian gabungan dari semua kelompok

S2gab =

1 - ni

i 1 - ni 2S =

db

i .dk 2S

S2gab =

17891,50

S2gab = 52,44

b. Harga B

B = db log S2gab = (17) log 52,44 = 29,234

c. Menghitung nilai X2 untuk Uji Bartlett

2 = ilog.dbB10ln 2S = (2,303)(29,234 – 26,68) = 5,877

d. Membandingkan nilai 2hitung dengan 2

tabel

Untuk = 0,05 dan db = k – 1 = 11 – 1 = 10, 2tabel = 2

(0,95;10) = 18,307

Karena 2hitung < 2

tabel maka Ho diterima

e. Kesimpulan

Kelompok data berasal dari populasi yang homogen

238

6.4.1. JUMLAH KUADRAT GALAT X1 - Y

No. Urut X1

Y n ∑X3

2 ∑X3 [∑X3]2 [∑X3]2/n JK(G) 1 2 3 4

1 79 90 - - - 1 8100 90 8100 8100,00 0,00

2 82 75 - - - 1 5625 75 5625 5625,00 0,00

3 84 102 87 - - 2 17973 189 35721 17860,50 112,50

4 85 78 - - - 1 6084 78 6084 6084,00 0,00

5 86 86 - - - 1 7396 86 7396 7396,00 0,00

6 88 100 90 103 - 3 28709 293 85849 28616,33 92,67

7 89 84 90 - - 2 15156 174 30276 15138,00 18,00

8 90 106 84 95 - 3 27317 285 81225 27075,00 242,00

9 91 90 89 - - 2 16021 179 32041 16020,50 0,50

10 92 92 90 99 - 3 26365 281 78961 26320,33 44,67

11 93 89 77 - - 2 13850 166 27556 13778,00 72,00

12 95 91 90 - - 2 16381 181 32761 16380,50 0,50

13 96 88 - - - 1 7744 88 7744 7744,00 0,00

14 98 101 99 103 105 4 41636 408 166464 41616,00 20,00

15 100 103 105 - - 2 21634 208 43264 21632,00 2,00

16 101 107 - - - 1 11449 107 11449 11449,00 0,00

17 102 102 114 - - 2 23400 216 46656 23328,00 72,00

18 103 111 - - - 1 12321 111 12321 12321,00 0,00

19 104 106 - - - 1 11236 106 11236 11236,00 0,00

∑ 1758 1801 1015 400 105 35 318397 3321 730729 317720,17 676,83

239

6.4.2. JUMLAH KUADRAT GALAT X2 – Y

No. Urut X1

Y n ∑X3

2 ∑X3 [∑X3]2 [∑X3]2/n JK(G) 1 2 3 4

1 78 75 - - - 1 5625 75 5625 5625,00 0,00

2 79 90 - - - 1 8100 90 8100 8100,00 0,00

3 81 78 - - - 1 6084 78 6084 6084,00 0,00

4 83 102 - - - 1 10404 102 10404 10404,00 0,00

5 84 87 103 - - 2 18178 190 36100 18050,00 128,00

6 85 90 - - - 1 8100 90 8100 8100,00 0,00

7 87 100 84 90 - 3 25156 274 75076 25025,33 130,67

8 88 77 86 - - 2 13325 163 26569 13284,50 40,50

9 89 90 84 89 - 3 23077 263 69169 23056,33 20,67

10 90 92 90 95 - 3 25589 277 76729 25576,33 12,67

11 91 89 106 - - 2 19157 195 38025 19012,50 144,50

12 94 99 90 - - 2 17901 189 35721 17860,50 40,50

13 96 91 99 103 105 4 39716 398 158404 39601,00 115,00

14 97 107 - - - 1 11449 107 11449 11449,00 0,00

15 99 88 101 105 - 3 28970 294 86436 28812,00 158,00

16 101 103 114 - - 2 23605 217 47089 23544,50 60,50

17 102 102 111 - - 2 22725 213 45369 22684,50 40,50

18 104 106 - - - 1 11236 106 11236 11236,00 0,00

∑ 1628 1666 1068 482 105 35 318397 3321 755685 317505,50 891,50

240

LAMPIRAN 7

PENGUJIAN HIPOTESIS DAN KORELASI

7.1. UJI HIPOTESIS PERTAMA :

HUBUNGAN ANTARA X1 DENGAN Y

7.2. UJI HIPOTESIS KEDUA :

PERHITUNGAN PERSAMAAN REGRESI SEDERHANA Y

ATAS X2

7.3. UJI HIPOTESIS KETIGA :

PERHITUNGAN REGRESI GANDA

7.4. UJI KOLERASI PERSIAL

241

7.1. Uji Hipotesis Pertama : Hubungan Antara X1 dengan Y

DESKRIPSI DATA STATISTIK

n = 35 Y = 318397 XY = 305744

Y = 3321 X1 = 302440 XX2 = 298790

X = 3246 X = 295306 [X1]2 = 10536516

X = 3206 X1Y = 309384 [X2]2 = 10278436

A. Perhitungan Persamaan Regresi Sederhana Y atas X1

Rumus mencari nilai a dan b dari persamaan Ŷ = a + b X1 adalah :

a. =

212

1

112

1

XXn

YXXXY

b. = 21

21

11

XXn

YXYXn

Perhitungan

a. = 1053651630244035

30938432463024403321

= 48884

142776

a. = 2,921

b. = 1053651630244035

3321324630938435

= 4888448474

b. = 0,992

242

Dengan demikian persamaan regresinya adalah :

Ŷ = 2,921 + 0,992 X1

B. Menguji Keberartian Regresi dan Linieritas Bentuk Regresi

Jumlah Kuadrat :

a. JK(T) = 2Y

= 318397

b. JK(a) =

n

2Y

=

353321 2

= 31511,46

c. JK(R) = JK(T) – JK(a)

= 318397 – 315115,46

= 3281,543

d. JK(b) = JK(reg)

= xyb

= b

n

YX - YX

1 1

= 0,992

3533213246

- 093843

= 1373,355

e. JK(S) = JK(R) – JK(b)

= 3281,543 – 1373,355

243

= 1908,19

f. JK(G) = 767,83 (lampiran 6.4.1. Kuadrat Galat X1 - Y)

g. JK(TC) = JK(S) – JK(G)

= 1908,19 – 676,83

= 1231,36

Dengan harga-harga tersebut di atas didapat tabel ANAVA untuk uji

signifikansi dan linearitas regresi Ŷ = 2,921 + 0,992 X1 sebagaimana tabel

di bawah ini :

Tabel 7.1. : ANAVA untuk Regresi Linier Ŷ = 2,921 + 0,992 X1

S. Varian db JK RJK Fh Ft

0,05 Total 35 318397 9097,06 - - Reg.a 1 315115,46 315115,46 Reg.b 1 1373,36 1373,36 23,75** 4,15 Sisa 33 1908,19 57,82

Tidak Cocok 17 1231,36 72,43 1,71ns 2,33

Galat 16 676,83 42,30

Keterangan :

** = Regresi sangat berarti (Fhitung = 23,75 > Ftabel = 4,15)

ns = Regresi berbentuk linier (Fhitung = 1,71 < Ftabel = 2,33)

1. Uji Keberartian Regresi

Dari tabel di atas dimana harga Fhitung sebesar 23,75 lebih besar dari

Fhitung pada taraf nyata 0,05 dengan db pembilang 1 dan db penyebut

33 (n-2) = 4,15. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koefisien

arah regresi sangat berarti.

244

2. Uji Linieritas

Dari tabel ANAVA diperoleh harga Fhitung sebesar 1,71 lebih kecil

dari Ftabel pada taraf nyata 0,05 dengan db pembilang 17 (k-2) dan

db penyebut 16 (n-k) = 2,33. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa regresi berbentuk linier.

C. Koefisien Korelasi antara Y dan X1

1. Mencari Koefisien Korelasi ry1

Rumus yang digunakan :

rxy =

2222 XYnXXn

YXYXn

Perhitungan :

ry1 = 11029041111438951053651610585400

1077996610828440

ry1 = 11485448884

48474

ry1 = 0,647

r2y1 = 0,419

2. Menguji Keberartian Koefisien Korelasi ry1

Rumus yang digunakan :

t = 2

yl

yl

1

2

r r

n

245

Perhitungan :

t = 419,01

2 - 536469,0

t = 7626,07163,3

t = 4,873

Dari daftar distribusi t dengan taraf nyata 0,95 dan db 33 (n-2) dihasilkan

harga ttabel = 1,697, jelas bahwa harga thitung = 4,873 lebih besar dar ttabel =

1,697. Ini berarti koefisien korelasi antara Supervisi Pengawas (X1)

dengan Kinerja Guru (Y) berarti.

D. Koefisien Determinasi

Dari perhitungan koefisen korelasi ry1 diperoleh r = 0,647 sehingga

koefisien diterminasinya adalah (0,647)2 = 0,419. Dengan terujinya

koefisien korelasi maka dinyatakan bahwa 41,85% variasi dalam Kinerja

Guru (Y) dapat dijelaskan oleh variabel Supervisi Pengawas (X1) melalui

Ŷ = 2,921 + 0,992 X1. Sedangkan 58,15% varian Kinerja Guru (Y)

disebabkan oleh faktor lain.

246

7.2. Uji Hipotesis Kedua : Hubungan Antara X2 dengan Y

DESKRIPSI DATA STATISTIK

n = 35 Y = 318397 XY = 305744

Y = 3321 X1 = 302440 XX2 = 298790

X = 3246 X = 295306 [X1]2 = 10536516

X = 3206 X1Y = 309384 [X2]2 = 10278436

A. Perhitungan Persamaan Regresi Sederhana Y atas X2

Rumus mencari nilai a dan b dari persamaan Ŷ = a + b X2 adalah :

a. =

222

2

222

2

XXn

YXXXY

b. = 22

22

22

XXn

YXYXn

Perhitungan

a. = 1027843629530635

30574432062953063321

= 57274495962

a. = 8,659

b. = 1027843629530635

3321320630574435

= 5727453914

b. = 0,941

247

Dengan demikian persamaan regresinya adalah :

Ŷ = 8,659 + 0,941 X2

B. Menguji Keberartian Regresi dan Linieritas Bentuk Regresi

Jumlah Kuadrat :

a. JK(T) = 2Y

= 318397

b. JK(a) =

n

2Y

=

353321 2

= 315115,46

c. JK(R) = JK(T) – JK(a)

= 318397 – 315115,46

= 3281,543

d. JK(b) = JK(reg)

= xyb

= b

n

YX - YX

1 1

= 0,941

3533213206

- 057443

= 1450,032

e. JK(S) = JK(R) – JK(b)

= 3281,543 – 1450,032

248

= 1831,51

f. JK(G) = 891,50 (lampiran 6.4.2. Kuadrat Galat X2 - Y)

g. JK(TC) = JK(S) – JK(G)

= 1831,51 – 891,50

= 940,01

Dengan harga-harga tersebut di atas didapat tabel ANAVA untuk uji

signifikansi dan linearitas regresi Ŷ = 8,659 + 0,941 X2 sebagaimana tabel

di bawah ini :

Tabel 7.1. : ANAVA untuk Regresi Linier Ŷ = 8,659 + 0,941 X2

S. Varian db JK RJK Fh Ft

0,05 Total 35 318397 9097,06 - - Reg.a 1 315115,46 315115,46 Reg.b 1 1450,03 1450,03 26,13** 4,15 Sisa 33 1831,51 55,50

Tidak Cocok 16 940,01 58,75 1,12ns 2,29

Galat 17 891,50 52,44

Keterangan :

** = Regresi sangat berarti (Fhitung = 26,13 > Ftabel = 4,15)

ns = Regresi berbentuk linier (Fhitung = 1,12 < Ftabel = 2,29)

1. Uji Keberartian Regresi

Dari tabel di atas dimana harga Fhitung sebesar 26,13 lebih besar dari

Fhitung pada taraf nyata 0,05 dengan db pembilang 1 dan db penyebut

33 (n-2) = 4,15. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koefisien

arah regresi sangat berarti.

249

2. Uji Linieritas

Dari tabel ANAVA diperoleh harga Fhitung sebesar 1,12 lebih kecil

dari Ftabel pada taraf nyata 0,05 dengan db pembilang 16 (k-2) dan

db penyebut 17 (n-k) = 2,29. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa regresi berbentuk linier.

C. Koefisien Korelasi antara Y dan X2

1. Mencari Koefisien Korelasi ry2

Rumus yang digunakan :

rxy =

2222

22

22

YYnXXn

YXYXn

Perhitungan :

ry2 = 11029041111438951027843610335710

1064712610701040

ry2 = 11485457274

53914

ry2 = 0,665

r2y2 = 0,442

2. Menguji Keberartian Koefisien Korelas1 ry2

Rumus yang digunakan :

t = 2

2y

2y

1

2

r r

n

250

Perhitungan :

t = 442,01

2 - 35665,0

t = 7471,08186,3

t = 5,111

Dari daftar distribusi t dengan taraf nyata 0,95 dan db 33 (n-2) dihasilkan

harga ttabel = 1,697, jelas bahwa harga thitung = 5,111 lebih besar dar ttabel =

1,697. Ini berarti koefisien korelasi antara Kualitas Kepemimpinan Kepala

Sekolah (X2) dengan Kinerja Guru (Y) berarti.

E. Koefisien Determinasi

Dari perhitungan koefisen korelasi ry1 diperoleh r = 0,665 sehingga

koefisien diterminasinya adalah (0,665)2 = 0,442. Dengan terujinya

koefisien korelasi maka dinyatakan bahwa 44,19% variasi dalam

Kepuasan Kerja Guru (Y) dapat dijelaskan oleh variabel Kualitas

Kepemimpinan Kepala Sekolah melalui (X2) Ŷ = 8,659 + 0,941 X2.

Sedangkan 55,81% varian Kinerja Guru (Y) disebabkan oleh faktor lain.

251

7.3. Uji Hipotesis Ktiga : Perhitungan Regresi Ganda

DESKRIPSI DATA STATISTIK

n = 35 Y = 318397 XY = 305744

Y = 3321 X1 = 302440 XX2 = 298790

X = 3246 X = 295306 [X1]2 = 10536516

X = 3206 X1Y = 309384 [X2]2 = 10278436

A. Perhitungan Persamaan Regresi Ganda

Rumus mencari nilai a dan b dari persamaan Ŷ = a + b X2 adalah :

Y = nY

= 35

3321 = 94,89

1X = n

1X =

353246 = 92,74

2X = n

2X =

353206 = 91,60

2y = 2Y –

n

2y

= 318397 –

353321 2

= 3281,54

x12 = X1

2 –

n

21X

= 302440 –

353246 2

= 1396,69

252

x22 = X2

2 –

n

22X

= 295306 –

353206 2

= 1636,40

x1y = X1Y –

n YX1

= 309384 –

3533213246

= 1384,97

x2y = X2Y –

n YX2

= 305744 –

3533213206

= 1540,40

x1x2 = X1X2 –

n 21 XX

= 298790 –

3532063246

= 1456,40

Dengan harga-harga tersebut dapat dihitung a1, a2 dan a0

a1 =

22 12

22

1

22 1 12

2

xxxxyxxxyxx

= 240,145640,163669,1396

40,154040,145697,138440,1636

253

= 54,16443569,22928

= 0,139

a2 =

22 12

22

1

12 1 22

1

xxxxyxxxyxx

= 240,145640,163669,1396

97,138440,145640,154069,1396

= 54,16443529,134382

= 0,82

a0 = Y – a1 1X – a2 2X

= (94,89) – (0,14)(92,74) – (0,82)(91,60)

= 94,886 – 12,932 – 74,859

= 7,10

Dengan demikian persamaan regresi ganda adalah :

Ŷ = 7,10 + 0,82 X1 + 0,14 X2

B. Menguji Keberartian Regresi Ganda

a. JK(R) = y2

= 3281,54

b. JK(reg) = a1y2y + a2x2y

= 0,14(1385) + 0,82(1540,40)

= 1451,99

254

c. JK(S) = JK(R) – JK(reg)

= 3281,54 – 1451,99

= 1829,56

Dengan k = 2 dan n = 68, maka :

F = )1kn(

)S(JKk

)reg(JK

= )1235(

56,18292

99,1451

= 35

56,18292

99,1451

= 17,5799,725

F = 12,698

Dari perhitungan di atas dimana harga fhitung sebesar 12,698 lebih besar

dari Ftabel pada taraf nyata 0,05 dengan db pembilang 2 dan db penyebut

32 (n-3) = 3,29. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koefisien arah

Regresi sangat berarti.

C. Koefisien Korelasi Ganda (Ry.12)

1. Mencari Koefisien Korelasi Rry.12

R2y.12 = )R(JK)reg(JK

255

= 54,328199,1451

= 0,442

Ry.12 = 442,0

= 0,665

2. Menguji Keberartian Koefisien Korelasi Ry.12

F = )3n(

12

2

2

R

R

= )335(

665,012

665,0

= 31,788

Fh = F(0,05:2/32) = 3,29 (lihat tabel pada lampiran 8)

Karena Fh = 31,788 > Ft = 3,29, maka koefisien korelasi Ry.12 sangat

berarti atau signifikan.

D. Koefisien Determenasi

Dari perhitungan koefisien Ry.12 diperoleh harga R = 0,665, sehingga

koefisien determenasinya adalah (0,665)2 = 0,442. Dengan demikian

terujinya koefisien korelasi maka dinyatakan bahwa 44,25% variasi dalam

Kinerja Guru (Y) dapat dijelaskan oleh variabel Suprvisi Pengawas (X1)

dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) melalui Ŷ = 7,10 + 0,82

X1 + 0,14 X2. Sedangkan 55,75% variasi Kinerja Guru (Y) disebabkan

oleh faktor lain.

256

7.4. Uji Regresi Persial

Sebelum menghitung koefisien korelasi persial, terlebih dahulu dihitung

koefisien korelasi antara variabel Supervisi Pengawas (X1) dan variabel

Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) sebagai berikut :

r12 =

22

21

21

xxxx

= 40,163669,1396

40,1456

= 0,963

1. Koefisien Korelasi persial antara Y dan X1 dengan menganggap X2

tetap.

ry12 = 2

122

2

12 2 1

11

-

ry rry ry r

= 9281,014419,01

963,06647,06469,0

= 0,399

Uji signifikasi koefisien korelasi persial (ry12) dapat dilakukan sebagai

berikut :

t = 2

21y

21y

.1

3.

r r

n

t = 1592,01

3 - 35399,0

t = 2,462

257

Dari daftar distribusi t dengan taraf nyata 0,05 dan db 32 (n-3) diperoleh

ttabel = 2,042, jelas bahwa harga thitung = 2,462 lebih besar dari ttabel = 2,042

ini berarti koefisien korelasi antara Supervisi Pengawas (X1) dengan

Kepuasan Kerja Guru (Y) jika Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

(X2) dikontrol signifikan.

2. Koefisien Korelasi persial antara Y dan X2 dengan menganggap X1

tetap.

ry2.1 = 2

122

1

12 1 1

11

-

ry rry ry r

= 9281,014185,01

46,26469,06647,0

= 0,357

Uji signifikasi koefisien korelasi persial (ry2.1) dapat dilakukan sebagai

berikut :

t = 2

21y

21y

1

3

r r

n

t = 21274,01

3 - 35357,0

t = 2,162

Dari daftar distribusi t dengan taraf nyata 0,05 dan db 32 (n-3) diperoleh

ttabel = 2,042, jelas bahwa harga thitung = 2,162. Ini berarti koefisien korelasi

antara Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) dengan Kinerja Guru

(Y) jika Supervisi Pengawas (X1) dikontrol signifikan.

258

LAMPIRAN 8

TABEL BANTU STATISTIK

8.1. LUAS DI BAWAH LENGKUNGAN KURVE

NORMAL DARI 0 S.D. Z

8.2. NILAI-NILAI DALA DISTRIBUSI t

8.3. NILAI-NILAI r PRODUCT MOMENT

8.4. NILAI-NILAI CHI KUADRAT

8.5. NILAI-NILAI UNTUK DISTRIBUSI F

8.6. NILAI KRISTIS UNTUK UJI LILLIEFORS

259

TABEL 8.1 LUAS DIBAWAH LENGKUNGAN NORMAL

DARI 0 S.D. Z

Z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

0,0 00,00 00,40 00,80 01,20 01,60 01,99 02,39 02,79 03,19 03,59 0,1 03,98 04,38 04,78 05,17 05,57 05,96 06,36 06,75 07,14 07,53 0,2 07,93 08,32 08,71 09,10 09,48 09,87 10,26 10,64 11,03 11,41 0,3 11,79 12,17 12,55 12,93 13,31 13,68 14,06 14,43 14,80 15,17 0,4 15,54 15,91 16,28 16,64 17,00 17,36 17,72 18,08 18,44 18,79

0,5 19,15 19,50 19,85 20,19 20,54 20,88 21,23 21,57 21,90 22,24 0,6 22,57 22,91 23,24 23,57 23,89 24,22 24,54 24,86 25,17 25,49 0,7 25,80 26,11 26,42 26,73 27,04 27,34 27,64 27,94 28,23 28,52 0,8 28,81 29,10 29,39 29,67 29,95 30,23 30,51 30,78 31,06 31,33 0,9 31,59 31,86 32,12 32,38 32,64 32,89 33,15 33,40 33,65 33,89

1,0 34,13 34,38 34,61 34,85 35,08 35,31 35,54 35,77 35,99 36,21 1,1 36,43 36,65 36,86 37,08 37,29 37,49 37,70 37,90 38,10 38,30 1,2 38,49 38,69 38,88 39,07 39,25 39,44 39,62 39,80 39,97 40,15 1,3 40,32 40,49 40,66 40,82 40,99 41,15 41,31 41,47 41,62 41,77 1,4 41,92 42,07 42,22 42,36 42,51 42,65 42,79 42,92 43,06 43,19

1,5 43,32 43,45 43,57 43,70 43,82 43,94 44,06 44,18 44,29 44,41 1,6 44,52 44,63 44,74 44,84 44,95 45,05 45,15 45,25 45,35 45,45 1,7 45,54 45,64 45,73 45,82 45,91 45,99 46,08 46,16 46,25 46,33 1,8 46,41 46,49 46,56 46,64 46,71 46,78 46,86 46,93 46,99 47,06 1,9 47,13 47,19 47,26 47,32 47,38 47,44 47,50 47,56 47,61 47,67

2,0 47,72 47,78 47,83 47,88 47,93 47,98 48,03 48,08 48,12 48,17 2,1 48,21 48,26 48,30 48,34 48,38 48,42 48,46 48,50 48,54 48,57 2,2 48,61 48,64 48,68 48,71 48,75 48,78 48,81 48,84 48,87 48,90 2,3 48,93 48,96 48,98 49,01 49,04 49,06 49,09 49,11 49,13 49,16 2,4 49,18 49,20 49,22 49,25 49,27 49,29 49,31 49,32 49,34 49,36

2,5 49,38 49,40 49,41 49,43 49,45 49,46 49,48 49,49 49,51 49,52 2,6 49,53 49,55 49,56 49,57 49,59 49,60 49,61 49,62 49,63 49,64 2,7 49,65 49,66 49,67 49,68 49,69 49,70 49,71 49,72 49,73 49,74 2,8 49,74 49,75 49,76 49,77 49,77 49,78 49,79 49,79 49,80 49,81 2,9 49,81 49,82 49,82 49,83 49,84 49,84 49,85 49,85 49,86 49,86

3,0 49,87 49,87 49,87 49,88 49,88 49,89 49,89 49,89 49,90 49,90 3,1 49,90 49,91 49,91 49,91 49,92 49,92 49,92 49,92 49,93 49,93 3,2 49,93 49,93 49,94 19,94 49,94 49,94 49,94 49,95 49,95 49,95 3,3 49,95 49,95 49,95 49,96 49,96 49,96 49,96 49,96 49,97 49,97 3,4 49,97 49,97 49,97 49,97 49,97 49,97 40,07 49,97 49,97 49,98

3,5 49,98 49,98 49,98 49,98 49,98 49,98 49,98 49,98 49,98 49,98 3,6 49,98 49,98 49,99 49,99 49,99 49,99 49,99 49,99 49,99 49,99 3,7 49,99 49,99 49,99 49,99 49,99 49,99 49,99 49,99 49,99 49,99 3,8 49,99 49,99 49,99 49,99 49,99 49,99 49,99 49,99 49,99 49,99 3,9 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00

260

TABEL 8.2 NILAI-NILAI DALAM DISTRIBUSI t

untuk uji dua fijak (two tail test)

0,50 0,20 0,10 0,05 0,02 0,01

untuk uji satu fijak (one tail test) dk 0,25 0,10 0,05 0,025 0,01 0,005

1 1,000 3,078 6,314 12,706 31,821 63,657 2 0,816 1,886 2,920 4,303 6,965 9,925 3 0,765 1,638 2,353 3,182 4,541 5,841 4 0,741 1,533 2,132 2,776 3,747 4,604 5 0,727 1,476 2,015 2,571 3,365 4,032 6 0,718 1,440 1,943 2,447 3,143 3,707 7 0,711 1,415 1,895 2,365 2,998 3,499 8 0,706 1,397 1,860 2,306 2,896 3,355 9 0,703 1,383 1,833 2,262 2,821 3,250 10 0,700 1,372 1,812 2,228 2,764 3,169 11 0,697 1,363 1,796 2,201 2,718 3,106 12 0,695 1,356 1,782 2,179 2,681 3,055 13 0,694 1,350 1,771 2,160 2,650 3,012 14 0,692 1,345 1,761 2,145 2,624 2,977 15 0,691 1,341 1,753 2,131 2,602 2,947 16 0,690 1,337 1,746 2,120 2,583 2,921 17 0,689 1,333 1,740 2,110 2,567 2,898 18 0,688 1,330 1,734 2,101 2,552 2,878 19 0,688 1,328 1,729 2,093 2,539 2,861 20 0,687 1,325 1,725 2,086 2,528 2,845 21 0,686 1,323 1,721 2,080 2,518 2,831 22 0,686 1,321 1,717 2,074 2,508 2,819 23 0,685 1,319 1,714 2,069 2,500 2,807 24 0,685 1,318 1,711 2,064 2,492 2,797 25 0,684 1,316 1,708 2,060 2,485 2,787 26 0,684 1,315 1,706 2,056 2,479 2,779 27 0,684 1,314 1,703 2,052 2,473 2,771 28 0,683 1,313 1,701 2,048 2,467 2,763 29 0,683 1,311 1,699 2,045 2,462 2,756 30 0,683 1,310 1,697 2,042 2,457 2,750 40 0,681 1,303 1,684 2,021 2,423 2,704 60 0,679 1,296 1,671 2,000 2,390 2,660

120 0,677 1,289 1,658 1,980 2,358 2,617 ∞ 0,674 1,282 1,645 1,960 2,326 2,576

Sumber : R. Santosa Murwani, 2007. Statistik Terapan (Teknik Analisis Data)

261

TABEL 8.3 NILAI-NILAI r PRODUCT MOMENT

N Taraf Signifikan

N Taraf Signifikan

N Taraf Signifikan

5% 1% 5% 1% 5% 1%

3 0.997 0.999 27 0.381 0.487 55 0.266 0.345

4 0.950 0.990 28 0.374 0.478 60 0.254 0.330

5 0.878 0.959 29 0.367 0.470 65 0.244 0.317

6 0.811 0.917 30 0.361 0.463 70 0.235 0.306

7 0.754 0.874 31 0.355 0.456 75 0.227 0.296

8 0.707 0.834 32 0.349 0.449 80 0.220 0.286

9 0.666 0.798 33 0.344 0.442 85 0.213 0.278

10 0.632 0.765 34 0.339 0.436 90 0.207 0.270

11 0.602 0.735 35 0.334 0.430 95 0.202 0.263

12 0.576 0.708 36 0.329 0.424 100 0.195 0.256

13 0.553 0.684 37 0.325 0.418 125 0.176 0.230

14 0.532 0.661 38 0.320 0.413 150 0.159 0.210

15 0.514 0.641 39 0.316 0.408 175 0.148 0.194

16 0.497 0.623 40 0.312 0.403 200 0.138 0.181

17 0.482 0.606 41 0.308 0.398 300 0.113 0.148

18 0.468 0.590 42 0.304 0.393 400 0.098 0.128

19 0.456 0.575 43 0.301 0.389 500 0.088 0.115

20 0.444 0.561 44 0.297 0.384 600 0.080 0.105

21 0.433 0.549 45 0.294 0.380 700 0.074 0.097

22 0.423 0.537 46 0.291 0.376 800 0.070 0.091

23 0.413 0.526 47 0.288 0.372 900 0.065 0.086

24 0.404 0.515 48 0.284 0.368 1000 0.062 0.081

25 0.396 0.505 49 0.281 0.364

26 0.388 0.496 50 0.279 0.361

262

TABEL 8.4 NILAI-NILAI CHI KUADRAT

dk Taraf Signifikansi

50% 30% 20% 10% 5% 1%

1 0.455 1.074 1.642 2.706 3.481 6.635 2 0.139 2.408 3.219 3.605 5.591 9.210 3 2.366 3.665 4.642 6.251 7.815 11.341 4 3.357 4.878 5.989 7.779 9.488 13.277 5 4.351 6.064 7.289 9.236 11.070 15.086 6 5.348 7.231 8.558 10.645 12.592 16.812 7 6.346 8.383 9.803 12.017 14.017 18.475 8 7.344 9.524 11.030 13.362 15.507 20.090 9 8.343 10.656 12.242 14.684 16.919 21.666

10 9.342 11.781 13.442 15.987 18.307 23.209

11 10.341 12.899 14.631 17.275 19.675 24.725 12 11.340 14.011 15.812 18.549 21.026 26.217 13 12.340 15.119 16.985 19.812 22.368 27.688 14 13.332 16.222 18.151 21.064 23.685 29.141 15 14.339 17.322 19.311 22.307 24.996 30.578

16 15.338 18.418 20.465 23.542 26.296 32.000 17 16.337 19.511 21.615 24.785 27.587 33.409 18 17.338 20.601 22.760 26.028 28.869 34.805 19 18.338 21.689 23.900 27.271 30.144 36.191 20 19.337 22.775 25.038 28.514 31.410 37.566

21 20.337 23.858 26.171 29.615 32.671 38.932 22 21.337 24.939 27.301 30.813 33.924 40.289 23 22.337 26.018 28.429 32.007 35.172 41.638 24 23.337 27.096 29.553 33.194 35.415 42.980 25 24.337 28.172 30.675 34.382 37.652 44.314

26 25.336 29.246 31.795 35.563 38.885 45.642 27 26.336 30.319 32.912 36.741 40.113 46.963 28 27.336 31.391 34.027 37.916 41.337 48.278 29 28.336 32.461 35.139 39.087 42.557 49.588 30 29.336 33.530 36.250 40.256 43.775 50.892

263

TABEL 8.5 NILAI-NILAI UNTUK DISTRIBUSI F

Baris atas untuk 5% Baris bawah untuk 1%

V2 dk Penye-

but

V1 dk Pembilang

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 14 16 20 24 30 40 50 75 100 200 500

1 161,45 199,50 215,71 224,58 230,16 233,99 236,77 238,88 240,54 241,88 242,98 243,91 245,36 246,46 248,01 249,05 250,10 251,14 251,77 252,62 253,04 253,68 254,06

4,052 4,999 5,403 5,625 5,764 5,859 5,928 5,981 6,022 6,056 6,083 6,106 6,143 6,17 6,209 6,235 6,261 6,287 6,303 6,324 6,334 6,35 6,36

2 18,51 19,00 19,16 19,25 19,30 19,33 19,35 19,37 19,38 19,40 19,40 19,41 19,42 19,43 19,45 19,45 19,46 19,47 19,48 19,48 19,49 19,49 19,49

98,50 99,00 99,17 99,25 99,30 99,33 99,36 99,37 99,39 99,40 99,41 99,42 99,43 99,44 99,45 99,46 99,47 99,47 99,48 99,49 99,49 99,49 99,50

3 10,13 9,55 9,28 9,12 9,01 8,94 8,89 8,85 8,81 8,79 8,76 8,74 8,71 8,69 8,66 8,64 8,62 8,59 8,58 8,56 8,55 8,54 8,53

34,12 30,82 29,46 28,71 28,24 27,91 27,67 27,49 27,35 27,23 27,13 27,05 26,92 26,83 26,69 26,60 26,50 26,41 26,35 26,28 26,24 26,18 26,15

4 7,71 6,94 6,59 6,39 6,26 6,16 6,09 6,04 6,00 5,96 5,94 5,91 5,87 5,84 5,80 5,77 5,75 5,72 5,70 5,68 5,66 5,65 5,64

21,20 18,00 16,69 15,98 15,52 15,21 14,98 14,80 14,66 14,55 14,45 14,37 14,25 14,15 14,02 13,93 13,84 13,75 13,69 13,61 13,58 13,52 13,49

5 6,61 5,79 5,41 5,19 5,05 4,95 4,88 4,82 4,77 4,74 4,70 4,68 4,64 4,60 4,56 4,53 4,50 4,46 4,44 4,42 4,41 4,39 4,37

16,26 13,27 12,06 11,39 10,97 10,67 10,46 10,29 10,16 10,05 9,96 9,89 9,77 9,68 9,55 9,47 9,38 9,29 9,24 9,17 9,13 9,08 9,04

6 5,99 5,14 4,76 4,53 4,39 4,28 4,21 4,15 4,10 4,06 4,03 4,00 3,96 3,92 3,87 3,84 3,81 3,77 3,75 3,73 3,71 3,69 3,68

13,75 10,92 9,78 9,15 8,75 8,47 8,26 8,10 7,98 7,87 7,79 7,72 7,60 7,52 7,40 7,31 7,23 7,14 7,09 7,02 6,99 6,93 6,90

7 5,59 4,74 4,35 4,12 3,97 3,87 3,79 3,73 3,68 3,64 3,60 3,57 3,53 3,49 3,44 3,41 3,38 3,34 3,32 3,29 3,27 3,25 3,24

12,25 9,55 8,45 7,85 7,46 7,19 6,99 6,84 6,72 6,62 6,54 6,47 6,36 6,28 6,16 6,07 5,99 5,91 5,86 5,79 5,75 5,70 5,67

8 5,32 4,46 4,07 3,84 3,69 3,58 3,50 3,44 3,39 3,35 3,31 3,28 3,24 3,20 3,15 3,12 3,08 3,04 3,02 2,99 2,97 2,95 2,94

11,26 8,65 7,59 7,01 6,63 6,37 6,18 6,03 5,91 5,81 5,73 5,67 5,56 5,48 5,36 5,28 5,20 5,12 5,07 5,00 4,96 4,91 4,88

9 5,12 4,26 3,86 3,63 3,48 3,37 3,29 3,23 3,18 3,14 3,10 3,07 3,03 2,99 2,94 2,90 2,86 2,83 2,80 2,77 2,76 2,73 2,72

10,56 8,02 6,99 6,42 6,06 5,80 5,61 5,47 5,35 5,26 5,18 5,11 5,01 4,92 4,81 4,73 4,65 4,57 4,52 4,45 4,41 4,36 4,33

10 4,96 4,10 3,71 3,48 3,33 3,22 3,14 3,07 3,02 2,98 2,94 2,91 2,86 2,83 2,77 2,74 2,70 2,66 2,64 2,60 2,59 2,56 2,55

10,04 7,56 6,55 5,99 5,64 5,39 5,20 5,06 4,94 4,85 4,77 4,71 4,60 4,52 4,41 4,33 4,25 4,17 4,12 4,05 4,01 3,96 3,93

11 4,84 3,98 3,59 3,36 3,20 3,09 3,01 2,95 2,90 2,85 2,82 2,79 2,74 2,70 2,65 2,61 2,57 2,53 2,51 2,47 2,46 2,43 2,42

9,65 7,21 6,22 5,67 5,32 5,07 4,89 4,74 4,63 4,54 4,46 4,40 4,29 4,21 4,10 4,02 3,94 3,86 3,81 3,74 3,71 3,66 3,62

V2 dk Penye-

but

V1 dk Pembilang

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 14 16 20 24 30 40 50 75 100 200 500

12 4,75 3,89 3,49 3,26 3,11 3,00 2,91 2,85 2,80 2,75 2,72 2,69 2,64 2,60 2,54 2,51 2,47 2,43 2,40 2,37 2,35 2,32 2,31

9,33 6,93 5,95 5,41 5,06 4,82 4,64 4,50 4,39 4,30 4,22 4,16 4,05 3,97 3,86 3,78 3,70 3,62 3,57 3,50 3,47 3,41 3,38

13 4,67 3,81 3,41 3,18 3,03 2,92 2,83 2,77 2,71 2,67 2,63 2,60 2,55 2,51 2,46 2,42 2,38 2,34 2,31 2,28 2,26 2,23 2,22

9,07 6,70 5,74 5,21 4,86 4,62 4,44 4,30 4,19 4,10 4,02 3,96 3,86 3,78 3,66 3,59 3,51 3,43 3,38 3,31 3,27 3,22 3,19

14 4,60 3,74 3,34 3,11 2,96 2,85 2,76 2,70 2,65 2,60 2,57 2,53 2,48 2,44 2,39 2,35 2,31 2,27 2,24 2,21 2,19 2,16 2,14

8,86 6,51 5,56 5,04 4,69 4,46 4,28 4,14 4,03 3,94 3,86 3,80 3,70 3,62 3,51 3,43 3,35 3,27 3,22 3,15 3,11 3,06 3,03

15 4,54 3,68 3,29 3,06 2,90 2,79 2,71 2,64 2,59 2,54 2,51 2,48 2,42 2,38 2,33 2,29 2,25 2,20 2,18 2,14 2,12 2,10 2,08

8,68 6,36 5,42 4,89 4,56 4,32 4,14 4,00 3,89 3,80 3,73 3,67 3,56 3,49 3,37 3,29 3,21 3,13 3,08 3,01 2,98 2,92 2,89

16 4,49 3,63 3,24 3,01 2,85 2,74 2,66 2,59 2,54 2,49 2,46 2,42 2,37 2,33 2,28 2,24 2,19 2,15 2,12 2,09 2,07 2,04 2,02

8,53 6,23 5,29 4,77 4,44 4,20 4,03 3,89 3,78 3,69 3,62 3,55 3,45 3,37 3,26 3,18 3,10 3,02 2,97 2,90 2,86 2,81 2,78

17 4,45 3,59 3,20 2,96 2,81 2,70 2,61 2,55 2,49 2,45 2,41 2,38 2,33 2,29 2,23 2,19 2,15 2,10 2,08 2,04 2,02 1,99 1,97

8,40 6,11 5,18 4,67 4,34 4,10 3,93 3,79 3,68 3,59 3,52 3,46 3,35 3,27 3,16 3,08 3,00 2,92 2,87 2,80 2,76 2,71 2,68

18 4,41 3,55 3,16 2,93 2,77 2,66 2,58 2,51 2,46 2,41 2,37 2,34 2,29 2,25 2,19 2,15 2,11 2,06 2,04 2,00 1,98 1,95 1,93

8,29 6,01 5,09 4,58 4,25 4,01 3,84 3,71 3,60 3,51 3,43 3,37 3,27 3,19 3,08 3,00 2,92 2,84 2,78 2,71 2,68 2,62 2,59

19 4,38 3,52 3,13 2,90 2,74 2,63 2,54 2,48 2,42 2,38 2,34 2,31 2,26 2,21 2,16 2,11 2,07 2,03 2,00 1,96 1,94 1,91 1,89

8,18 5,93 5,01 4,50 4,17 3,94 3,77 3,63 3,52 3,43 3,36 3,30 3,19 3,12 3,00 2,92 2,84 2,76 2,71 2,64 2,60 2,55 2,51

20 4,35 3,49 3,10 2,87 2,71 2,60 2,51 2,45 2,39 2,35 2,31 2,28 2,22 2,18 2,12 2,08 2,04 1,99 1,97 1,93 1,91 1,88 1,86

8,10 5,85 4,94 4,43 4,10 3,87 3,70 3,56 3,46 3,37 3,29 3,23 3,13 3,05 2,94 2,86 2,78 2,69 2,64 2,57 2,54 2,48 2,44

21 4,32 3,47 3,07 2,84 2,68 2,57 2,49 2,42 2,37 2,32 2,28 2,25 2,20 2,16 2,10 2,05 2,01 1,96 1,94 1,90 1,88 1,84 1,83

8,02 5,78 4,87 4,37 4,04 3,81 3,64 3,51 3,40 3,31 3,24 3,17 3,07 2,99 2,88 2,80 2,72 2,64 2,58 2,51 2,48 2,42 2,38

22 4,30 3,44 3,05 2,82 2,66 2,55 2,46 2,40 2,34 2,30 2,26 2,23 2,17 2,13 2,07 2,03 1,98 1,94 1,91 1,87 1,85 1,82 1,80

7,95 5,72 4,82 4,31 3,99 3,76 3,59 3,45 3,35 3,26 3,18 3,12 3,02 2,94 2,83 2,75 2,67 2,58 2,53 2,46 2,42 2,36 2,33

23 4,28 3,42 3,03 2,80 2,64 2,53 2,44 2,37 2,32 2,27 2,24 2,20 2,15 2,11 2,05 2,01 1,96 1,91 1,88 1,84 1,82 1,79 1,77

7,88 5,66 4,76 4,26 3,94 3,71 3,54 3,41 3,30 3,21 3,14 3,07 2,97 2,89 2,78 2,70 2,62 2,54 2,48 2,41 2,37 2,32 2,28

264

V2 dk Penye-

but

V1 dk Pembilang

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 14 16 20 24 30 40 50 75 100 200 500

24 4,26 3,40 3,01 2,78 2,62 2,51 2,42 2,36 2,30 2,25 2,22 2,18 2,13 2,09 2,03 1,98 1,94 1,89 1,86 1,82 1,80 1,77 1,75

7,82 5,61 4,72 4,22 3,90 3,67 3,50 3,36 3,26 3,17 3,09 3,03 2,93 2,85 2,74 2,66 2,58 2,49 2,44 2,37 2,33 2,27 2,24

25 4,24 3,39 2,99 2,76 2,60 2,49 2,40 2,34 2,28 2,24 2,20 2,16 2,11 2,07 2,01 1,96 1,92 1,87 1,84 1,80 1,78 1,75 1,73

7,77 5,57 4,68 4,18 3,85 3,63 3,46 3,32 3,22 3,13 3,06 2,99 2,89 2,81 2,70 2,62 2,54 2,45 2,40 2,33 2,29 2,23 2,19

26 4,23 3,37 2,98 2,74 2,59 2,47 2,39 2,32 2,27 2,22 2,18 2,15 2,09 2,05 1,99 1,95 1,90 1,85 1,82 1,78 1,76 1,73 1,71

7,72 5,53 4,64 4,14 3,82 3,59 3,42 3,29 3,18 3,09 3,02 2,96 2,86 2,78 2,66 2,58 2,50 2,42 2,36 2,29 2,25 2,19 2,16

27 4,21 3,35 2,96 2,73 2,57 2,46 2,37 2,31 2,25 2,20 2,17 2,13 2,08 2,04 1,97 1,93 1,88 1,84 1,81 1,76 1,74 1,71 1,69

7,68 5,49 4,60 4,11 3,78 3,56 3,39 3,26 3,15 3,06 2,99 2,93 2,82 2,75 2,63 2,55 2,47 2,38 2,33 2,26 2,22 2,16 2,12

28 4,20 3,34 2,95 2,71 2,56 2,45 2,36 2,29 2,24 2,19 2,15 2,12 2,06 2,02 1,96 1,91 1,87 1,82 1,79 1,75 1,73 1,69 1,67

7,64 5,45 4,57 4,07 3,75 3,53 3,36 3,23 3,12 3,03 2,96 2,90 2,79 2,72 2,60 2,52 2,44 2,35 2,30 2,23 2,19 2,13 2,09

29 4,18 3,33 2,93 2,70 2,55 2,43 2,35 2,28 2,22 2,18 2,14 2,10 2,05 2,01 1,94 1,90 1,85 1,81 1,77 1,73 1,71 1,67 1,65

7,60 5,42 4,54 4,04 3,73 3,50 3,33 3,20 3,09 3,00 2,93 2,87 2,77 2,69 2,57 2,49 2,41 2,33 2,27 2,20 2,16 2,10 2,06

30 4,17 3,32 2,92 2,69 2,53 2,42 2,33 2,27 2,21 2,16 2,13 2,09 2,04 1,99 1,93 1,89 1,84 1,79 1,76 1,72 1,70 1,66 1,64

7,56 5,39 4,51 4,02 3,70 3,47 3,30 3,17 3,07 2,98 2,91 2,84 2,74 2,66 2,55 2,47 2,39 2,30 2,25 2,17 2,13 2,07 2,03

32 4,15 3,29 2,90 2,67 2,51 2,40 2,31 2,24 2,19 2,14 2,10 2,07 2,01 1,97 1,91 1,86 1,82 1,77 1,74 1,69 1,67 1,63 1,61

7,50 5,34 4,46 3,97 3,65 3,43 3,26 3,13 3,02 2,93 2,86 2,80 2,70 2,62 2,50 2,42 2,34 2,25 2,20 2,12 2,08 2,02 1,98

34 4,13 3,28 2,88 2,65 2,49 2,38 2,29 2,23 2,17 2,12 2,08 2,05 1,99 1,95 1,89 1,84 1,80 1,75 1,71 1,67 1,65 1,61 1,59

7,44 5,29 4,42 3,93 3,61 3,39 3,22 3,09 2,98 2,89 2,82 2,76 2,66 2,58 2,46 2,38 2,30 2,21 2,16 2,08 2,04 1,98 1,94

36 4,11 3,26 2,87 2,63 2,48 2,36 2,28 2,21 2,15 2,11 2,07 2,03 1,98 1,93 1,87 1,82 1,78 1,73 1,69 1,65 1,62 1,59 1,56

7,40 5,25 4,38 3,89 3,57 3,35 3,18 3,05 2,95 2,86 2,79 2,72 2,62 2,54 2,43 2,35 2,26 2,18 2,12 2,04 2,00 1,94 1,90

38 4,10 3,24 2,85 2,62 2,46 2,35 2,26 2,19 2,14 2,09 2,05 2,02 1,96 1,92 1,85 1,81 1,76 1,71 1,68 1,63 1,61 1,57 1,54

7,35 5,21 4,34 3,86 3,54 3,32 3,15 3,02 2,92 2,83 2,75 2,69 2,59 2,51 2,40 2,32 2,23 2,14 2,09 2,01 1,97 1,90 1,86

40 4,08 3,23 2,84 2,61 2,45 2,34 2,25 2,18 2,12 2,08 2,04 2,00 1,95 1,90 1,84 1,79 1,74 1,69 1,66 1,61 1,59 1,55 1,53

7,31 5,18 4,31 3,83 3,51 3,29 3,12 2,99 2,89 2,80 2,73 2,66 2,56 2,48 2,37 2,29 2,20 2,11 2,06 1,98 1,94 1,87 1,83

42 4,07 3,22 2,83 2,59 2,44 2,32 2,24 2,17 2,11 2,06 2,03 1,99 1,94 1,89 1,83 1,78 1,73 1,68 1,65 1,60 1,57 1,53 1,51

7,28 5,15 4,29 3,80 3,49 3,27 3,10 2,97 2,86 2,78 2,70 2,64 2,54 2,46 2,34 2,26 2,18 2,09 2,03 1,95 1,91 1,85 1,80

44 4,06 3,21 2,82 2,58 2,43 2,31 2,23 2,16 2,10 2,05 2,01 1,98 1,92 1,88 1,81 1,77 1,72 1,67 1,63 1,59 1,56 1,52 1,49

7,25 5,12 4,26 3,78 3,47 3,24 3,08 2,95 2,84 2,75 2,68 2,62 2,52 2,44 2,32 2,24 2,15 2,07 2,01 1,93 1,89 1,82 1,78

V2 dk Penye-

but

V1 dk Pembilang

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 14 16 20 24 30 40 50 75 100 200 500

46 4,05 3,20 2,81 2,57 2,42 2,30 2,22 2,15 2,09 2,04 2,00 1,97 1,91 1,87 1,80 1,76 1,71 1,65 1,62 1,57 1,55 1,51 1,48

7,22 5,10 4,24 3,76 3,44 3,22 3,06 2,93 2,82 2,73 2,66 2,60 2,50 2,42 2,30 2,22 2,13 2,04 1,99 1,91 1,86 1,80 1,76

48 4,04 3,19 2,80 2,57 2,41 2,29 2,21 2,14 2,08 2,03 1,99 1,96 1,90 1,86 1,79 1,75 1,70 1,64 1,61 1,56 1,54 1,49 1,47

7,19 5,08 4,22 3,74 3,43 3,20 3,04 2,91 2,80 2,71 2,64 2,58 2,48 2,40 2,28 2,20 2,12 2,02 1,97 1,89 1,84 1,78 1,73

50 4,03 3,18 2,79 2,56 2,40 2,29 2,20 2,13 2,07 2,03 1,99 1,95 1,89 1,85 1,78 1,74 1,69 1,63 1,60 1,55 1,52 1,48 1,46

7,17 5,06 4,20 3,72 3,41 3,19 3,02 2,89 2,78 2,70 2,63 2,56 2,46 2,38 2,27 2,18 2,10 2,01 1,95 1,87 1,82 1,76 1,71

55 4,02 3,16 2,77 2,54 2,38 2,27 2,18 2,11 2,06 2,01 1,97 1,93 1,88 1,83 1,76 1,72 1,67 1,61 1,58 1,53 1,50 1,46 1,43

7,12 5,01 4,16 3,68 3,37 3,15 2,98 2,85 2,75 2,66 2,59 2,53 2,42 2,34 2,23 2,15 2,06 1,97 1,91 1,83 1,78 1,71 1,67

60 4,00 3,15 2,76 2,53 2,37 2,25 2,17 2,10 2,04 1,99 1,95 1,92 1,86 1,82 1,75 1,70 1,65 1,59 1,56 1,51 1,48 1,44 1,41

7,08 4,98 4,13 3,65 3,34 3,12 2,95 2,82 2,72 2,63 2,56 2,50 2,39 2,31 2,20 2,12 2,03 1,94 1,88 1,79 1,75 1,68 1,63

65 3,99 3,14 2,75 2,51 2,36 2,24 2,15 2,08 2,03 1,98 1,94 1,90 1,85 1,80 1,73 1,69 1,63 1,58 1,54 1,49 1,46 1,42 1,39

7,04 4,95 4,10 3,62 3,31 3,09 2,93 2,80 2,69 2,61 2,53 2,47 2,37 2,29 2,17 2,09 2,00 1,91 1,85 1,77 1,72 1,65 1,60

70 3,98 3,13 2,74 2,50 2,35 2,23 2,14 2,07 2,02 1,97 1,93 1,89 1,84 1,79 1,72 1,67 1,62 1,57 1,53 1,48 1,45 1,40 1,37

7,01 4,92 4,07 3,60 3,29 3,07 2,91 2,78 2,67 2,59 2,51 2,45 2,35 2,27 2,15 2,07 1,98 1,89 1,83 1,74 1,70 1,62 1,57

80 3,96 3,11 2,72 2,49 2,33 2,21 2,13 2,06 2,00 1,95 1,91 1,88 1,82 1,77 1,70 1,65 1,60 1,54 1,51 1,45 1,43 1,38 1,35

6,96 4,88 4,04 3,56 3,26 3,04 2,87 2,74 2,64 2,55 2,48 2,42 2,31 2,23 2,12 2,03 1,94 1,85 1,79 1,70 1,65 1,58 1,53

100 3,94 3,09 2,70 2,46 2,31 2,19 2,10 2,03 1,97 1,93 1,89 1,85 1,79 1,75 1,68 1,63 1,57 1,52 1,48 1,42 1,39 1,34 1,31

6,90 4,82 3,98 3,51 3,21 2,99 2,82 2,69 2,59 2,50 2,43 2,37 2,27 2,19 2,07 1,98 1,89 1,80 1,74 1,65 1,60 1,52 1,47

125 3,92 3,07 2,68 2,44 2,29 2,17 2,08 2,01 1,96 1,91 1,87 1,83 1,77 1,73 1,66 1,60 1,55 1,49 1,45 1,40 1,36 1,31 1,27

6,84 4,78 3,94 3,47 3,17 2,95 2,79 2,66 2,55 2,47 2,39 2,33 2,23 2,15 2,03 1,94 1,85 1,76 1,69 1,60 1,55 1,47 1,41

150 3,90 3,06 2,66 2,43 2,27 2,16 2,07 2,00 1,94 1,89 1,85 1,82 1,76 1,71 1,64 1,59 1,54 1,48 1,44 1,38 1,34 1,29 1,25

6,81 4,75 3,91 3,45 3,14 2,92 2,76 2,63 2,53 2,44 2,37 2,31 2,20 2,12 2,00 1,92 1,83 1,73 1,66 1,57 1,52 1,43 1,38

200 3,89 3,04 2,65 2,42 2,26 2,14 2,06 1,98 1,93 1,88 1,84 1,80 1,74 1,69 1,62 1,57 1,52 1,46 1,41 1,35 1,32 1,26 1,22

6,76 4,71 3,88 3,41 3,11 2,89 2,73 2,60 2,50 2,41 2,34 2,27 2,17 2,09 1,97 1,89 1,79 1,69 1,63 1,53 1,48 1,39 1,33

400 3,86 3,02 2,63 2,39 2,24 2,12 2,03 1,96 1,90 1,85 1,81 1,78 1,72 1,67 1,60 1,54 1,49 1,42 1,38 1,32 1,28 1,22 1,17

6,70 4,66 3,83 3,37 3,06 2,85 2,68 2,56 2,45 2,37 2,29 2,23 2,13 2,05 1,92 1,84 1,75 1,64 1,58 1,48 1,42 1,32 1,25

1000 3,85 3,00 2,61 2,38 2,22 2,11 2,02 1,95 1,89 1,84 1,80 1,76 1,70 1,65 1,58 1,53 1,47 1,41 1,36 1,30 1,26 1,19 1,13

6,66 4,63 3,80 3,34 3,04 2,82 2,66 2,53 2,43 2,34 2,27 2,20 2,10 2,02 1,90 1,81 1,72 1,61 1,54 1,44 1,38 1,28 1,19

265

TABEL 8.6 NILAI KRITIS L UNTUK UJI LILLIEFORS

Ukuran Sampel Taraf Nyata ( ά )

0,01 0,05 0,10 0,15 0,20

n = 4 0,417 0,381 0,2352 0,319 0,300

5 0,405 0,337 0,315 0,299 0,285

6 0,364 0,319 0,294 0,277 0,265

7 0,348 0,300 0,276 0,258 0,247

8 0,331 0,285 0,261 0,244 0,233

9 0,311 0,271 0,249 0,233 0,223

10 0,294 0,258 0,239 0,224 0,215

11 0,284 0,249 0,230 0,217 0,206

12 0,275 0,242 0,223 0,212 0,199

13 0,268 0,234 0,214 0,202 0,190

14 0,261 0,227 0,207 0,194 0,183

15 0,257 0,220 0,201 0,187 0,177

16 0,250 0,213 0,195 0,183 0,177

17 0,245 0,206 0,289 0,177 0,169

18 0,239 0,200 0,184 0,173 0,166

19 0,235 0,195 0,179 0,169 0,163

20 0,231 0,190 0,174 0,166 0,160

25 0,200 0,173 0,158 0,147 0,142

30 0,187 0,161 0,144 0,136 0,181

n > 30 n

1,031

n0,886

n

0,805

n0,768

n

0,736

266

LAMPIRAN 9

SURAT KETERANGAN

9.1. PERMOHONAN IZIN UJI COBA INSTRUMEN

9.2. SURAT KETERANGAN UJI COBA INSTRUMEN

9.3. PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

9.4. SURAT KETERANGAN PENELITIAN

267

LAMPIRAN 10

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ABDULMUNIR

N I M : 0808036278

Program Studi : Magister Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Jakarta

Judul Tesis : “Supervisi Pengawas Dan Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah Hubungannya Dengan Kinerja Guru SMP Negeri Kecamatan Putussibau Selatan Dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu”

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Tesis yang saya buat dengan judul sebagaimana tersebut di atas beserta isinya merupakan hasil penelitian saya sendiri.

2. Tesis tersebut bukanlah plagiat atau salinan tesis milik orang lain.

3. Apabila tesis saya adalah hasil plagiat atau menyalin tesis milik orang lain, maka saya bersedia dituntut dimuka pengadilan serta dicabut segala wewenang dan hak saya yang berhubungan dengan Ijazah dan gelar Akademik Magister Administrasi Pendidikan (M.Pd.) sesuai dengan ketenuan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk di ketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Jakarta, Maret 2012

Yang Membuat Pernyataan,

ABDUL MUNIR

268

LAMPIRAN 11

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ABDUL MUNIR, lahir di Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu pada tanggal 4 Maret 1964, merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara, pasangan H. ACHMAD MARZUKI dan Hj. DAYANG SAARAH.

Pada tahun 1977 menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 3 Selimbau, dan pada tahun 1981 menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Selimbau, selanjutnya menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Pontianak tahun 1984. Pada tahun 1990 berhasilmenyelesaikan pendidikan di FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak mengambil program studi Pendidikan Koperasi Jurusan IPS.

Di tahun 2009 mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada program Pascasarjana (S2) Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Jakarta dalam program studi Administrasi Pendidikan.

Pengalaman sebagai pendidik, dimulai sejak Juli 1991 menjadi guru honorer di SMA Panca Bhakti Selimbau Kabupaten Kapuas Hulu. Sejak tanggal 1 Pebruari 1992 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil sebagai guru dan ditempatkan di SMK Negeri 1 Putussibau Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat. Pada tanggal 22 April 2002 diangkat menjabat Kepala SMK Negeri 1 Putussibau. Selama menjadi kepala SMK SMK Negeri 1 Putussibau, yaitu pada tahun 2005 pernah mengikuti program KEMITRAAN Kepala Sekolah Daerah Tertinggal dengan Kepala Sekolah Daerah Maju di SMK Negeri 10 Jakarta Timur. Pada tanggal 28 Pebruari 2007 diangkat menjadi Pengawas SMP, SMA dan SMK di Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat sampai sekarang. Pada tanggal 11 Oktober 2011 menjadi Ketua Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia (APSI) Kabupaten Kapuas Hulu. Pada tanggal 5 Mei 1991 menikah dengan Dra. Hj. ASYURAWATI dan dikaruniai dua putra putri, yaitu ACHMAD FAISAL dan ALI HASYMI.