TERHADAP TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus/Efek... · Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat...
Transcript of TERHADAP TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus/Efek... · Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EFEK ANALGESIK EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.)
TERHADAP TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
RIZA SETYA AGRENSA
G0009185
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 9 Januari 2013
Riza Setya Agrensa
NIM. G0009185
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Riza Setya Agrensa, G0009185, 2012. Efek Analgesik Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap Tikus Putih (Rattus norvegicus). Skripsi Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang. Nyeri merupakan gejala penyakit yang banyak dirasakan oleh masyarakat, prevalensi nyeri pada orang dewasa mencapai 40% setiap harinya, sedangkan 89% merasakan episode nyeri minimal sebulan sekali. Untuk mengatasi nyeri yang timbul, masyarakat biasanya menggunakan obat-obatan yang bersifat mengurangi rasa nyeri atau analgesik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada efek analgesik ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap tikus putih (Rattus norvegicus). Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan the post test only control group design. Penelitian dilakukan di Universitas Setia Budi Surakarta. Subjek penelitian ini adalah 25 ekor tikus putih (Rattus norvegicus), berumur 3 bulan dengan berat rata-rata 200 gram. Pertama, subjek diadaptasikan terlebih dahulu selama 1 minggu, lalu dipuasakan selama ± 18 jam sebelum perlakuan. Subjek dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif diberi akuades sedangkan kelompok kontrol positif diberi aspirin. Ketiga kelompok perlakuan masing - masing mendapat ekstrak daun kemangi dengan dosis 225 mg/200 g BB, 450 mg/200 g BB, dan 675 mg/200 g BB. Metode induksi nyeri yang digunakan menggunakan media hot plate, kemudian dihitung frekuensi jingkatannya. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan One-Way ANOVA dan LSD. Hasil Penelitian. Hasil uji One-Way ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelima kelompok perlakuan. Hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan positif. Kontrol positif dengan kelompok perlakuan dosis pertama dan kedua menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna, tetapi dengan kelompok perlakuan dosis ketiga tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa hanya kelompok perlakuan dosis ketiga yang mempunyai efek analgesik. Simpulan Penelitian. Dari ketiga kelompok perlakuan dengan ekstrak daun kemangi, hanya kelompok perlakuan dosis ketiga yang mempunyai efek analgesik terhadap tikus putih.
Kata kunci: ekstrak daun kemangi, efek analgesik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT Riza Setya Agrensa, G0009185, 2012. Analgesic Effects of Kemangi Extract (Ocimum sanctum L. ) on White Mice (Rattus norvegicus). Faculty of medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Background: Pain is a symptom of a disease that many felt by the people, the prevalence of pain in adults reach to 40% each day, while 89% felt the pain episode at least once a month. To overcome the pain that arises, people often use drugs is to reduce pain or analgesic. This research aims to find out whether there is an analgesic effect of kemangi extract (Ocimum sanctum L.) against the white mice (Rattus norvegicus). Methods: This research uses experimental methods to the post test only control group design. The research at the University of Setia Budi Surakarta performed. The subject of this research is 25 white mices (Rattus norvegicus), 3 months old with average weight 200 grams. First, subject adapted for 1 week, then not given to eat and drink for 18 hours before the treatment. The subject is divided into 5 groups. The negative control group was given aquades, while the positive control group was given aspirin. The third treatment group each got kemangi extract dosage of 225 mg/200 g body weight, 450 mg/200 g body weight, and 675 mg/200 g body weight. Pain induction method used is a hot plate, and then calculated the frequency jumps. The data obtained and analyzed by One-Way ANOVA and LSD. Results: The results of One-Way ANOVA test showed a significant difference between the five treatment groups. LSD test results showed a significant difference between the negative with the positive control group. Positive control group treated with the first and second doses showed a significant difference, but with the third dose treatment group showed no significant difference. This shows that only the third dose group has the analgesic effects. Conclusions: Of the three groups treated with kemangi extracts, only the third dose treatment groups shows analgesic effect on white mice. Key word: kemangi extract, analgesic effects
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Puji Syukur ke hadirat Allah SWT. atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efek Analgesik Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap Tikus Putih (Rattus norvegicus)”.
Dalam proses penyusunan skripsi ini tentunya tak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD – KR – FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr., PFarK, selaku Pembimbing Utama yang telah
berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan motivasi bagi penulis.
4. Samigun, dr., SU., PFarK, selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Endang Sri Hardjanti, dr., PFark., M.Or, selaku Ketua Penguji yang telah berkenan menguji sekaligus memberikan kritik dan saran bagi penulis.
6. Margono, dr., MKK, selaku Anggota Penguji yang telah berkenan menguji dan memberikan kritik dan saran bagi penulis.
7. Seluruh Staf Bagian Skripsi dan Staf Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang banyak membantu dalam skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009 yang selalu memberikan semangat. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang berkepentingan, khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Surakarta, 9 Januari 2013
Riza Setya Agrensa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
Halaman PRAKATA ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. x
DAFTAR GRAFIK........................................................................ ....... xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................ 3
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................ 4
A. Tinjauan Pustaka ............................................................ 4
1. Kemangi ................................................................... 4
a. Taksonomi….. ..................................................... 4
b. Morfologi ............................................................ 5
c. Habitat ................................................................. 5
d. Manfaat ............................................................... 5
e. Kandungan Zat ..................................................... 6
f. Komponen Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.)
yang Diharapkan Mempunyai Efek Analgesik ..... 6
2. Ekstraksi ................................................................... 7
3. Nyeri ......................................................................... 8
a. Pengertian ........................................................... 8
b. Mekanisme .......................................................... 8
4. Aspirin (Sebagai Kontrol Positif) ............................. 9
a. Definisi ............................................................... 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
b. Kimia dan Farmakokinetik .................................. 10
c. Farmakodinamik ................................................. 10
d. Efek Samping ...................................................... 10
e. Penggunaan Klinis .............................................. 11
B. Kerangka Pemikiran ....................................................... 12
C. Hipotesis ........................................................................ 13
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 14
A. Jenis Penelitian .............................................................. 14
B. Subjek Penelitian ........................................................... 14
C. Lokasi Penelitian ........................................................... 15
D. Identifikasi Variabel Penelitian ...................................... 15
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................ 15
F. Rancangan Penelitian ..................................................... 18
G. Alat dan Bahan .............................................................. 19
H. Metode Induksi Nyeri Hot Plate............................. ........ 19
I. Pembuatan Ekstrak Daun Kemangi ................................ 20
J. Cara Kerja Penelitian ..................................................... 21
K. Penentuan Dosis ............................................................ 22
L. Teknik Analisis Statistik ................................................ 22
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................... 24
A. Hasil Penelitian .............................................................. 24
B. Analisis Data .................................................................. 26
BAB V PEMBAHASAN ................................................................... 31
BAB VI PENUTUP ........................................................................... 34
A. Simpulan ....................................................................... 34
B. Saran ............................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 35
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Homogenisasi Suhu Hot Plate (Suhu Saat Pertama Kali
Tikus Putih Menjingkat) dalam 0C .................................................. 24
Tabel 2. Jumlah Jingkatan Tikus Putih Selama 5 Menit pada Suhu
420C Sebelum Diberikan Perlakuan............................................ 25
Tabel 3. Jumlah Jingakatan Tikus Putih Selama 5 Menit pada Suhu
420C Setelah Diberikan Perlakuan.............................................. . 25
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas (Uji Kolmogorov-Smirnov) 27
Tabel 5. Hasil Perhitungan Uji ANOVA pada Kelima Kelompok Perlakuan 28
Tabel 6. Hasil dari Uji LSD Antarkelompok Perlakuan................................. 29
Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji Post Hoc (LSD) .............................................. 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman Kemangi............................................................ 4
Gambar 2. Daun Kemangi................................................................... 4
Gambar 3. Kerangka Pemikiran.......................................................... 12
Gambar 4. Rancangan Penelitian........................................................... 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Grafik Perbedaan Rata-Rata Efek Analgesik Tikus Putih............. 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di Laboratorium
Universitas Setia Budi Surakarta.
Koversi Dosis untuk Manusia dan Berbagai Jenis Hewan.
Lampiran 3 Uji Normalitas Distribusi.
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Uji Homogenitas dan ANOVA.
Uji Post Hoc dengan Metode Least Significance Difference
(LSD).
Foto-Foto Penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak ditumbuhi oleh
beraneka ragam tanaman. Di antara tanaman tersebut, ada beberapa yang dapat
dijadikan tanaman obat. Keampuhan tanaman obat banyak dibuktikan melalui
pengalaman. Berbagai macam penyakit yang sudah tidak dapat disembuhkan
melalui pengobatan alopati (kedokteran), ternyata masih bisa diatasi dengan
pengobatan herba, contohnya kanker dan kelumpuhan. Dari beberapa pengalaman
ditemukan pula bahwa pengobatan dengan herbal mampu dijadikan sebagai
pengganti dari pengobatan menggunakan bahan kimia. Beberapa penyakit di
antaranya adalah penyakit kardiovaskular dan saraf (Utami, 2008).
Keunggulan dari pengobatan herba adalah bahan dasarnya yang bersifat
alami sehingga efek sampingnya dapat ditekan seminimal mungkin (Utami, 2008).
Selain efek sampingnya yang minimal, tanaman obat relatif mudah didapat dan
murah. Tanaman obat juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain sebagian
besar efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum terstandar, belum
dilakukan uji klinik, dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme (Katno,
2004). Seiring dengan berkembangnya teknologi, beberapa jenis tanaman obat
telah dipatenkan menjadi fitofarmaka sebagai contohnya, temulawak (Curcumae)
yang teruji secara klinis menurunkan kolesterol. Selain fitofarmaka, ada pula yang
menjadi obat herbal terstandar, sebagai contohnya adalah daun jambu biji yang
dapat mempercepat peningkatan trombosit pada penderita demam berdarah
(Utami, 2008).
Nyeri merupakan gejala penyakit yang banyak dirasakan oleh masyarakat
(Nugroho dan Hari, 2002), prevalensi nyeri pada orang dewasa mencapai 40 %
setiap harinya, sedangkan 89 % merasakan episode nyeri minimal sebulan sekali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
(Dwiprahasto, 2002). Untuk mengatasi nyeri yang timbul, masyarakat biasanya
menggunakan obat - obatan yang bersifat mengurangi rasa nyeri atau analgesik.
Analgesik merupakan obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran dengan cara
menghambat impuls saraf (Pudjiastuti, 1999). Selama ini masyarakat banyak
menggunakan obat nyeri modern yang dapat dibeli secara bebas untuk
meringankan atau menyembuhkan sendiri keluhan nyeri yang diderita. Dengan
semakin mahalnya harga obat modern, terutama bagi golongan ekonomi lemah,
alternatif lain untuk mengatasi nyeri maka digunakan obat tradisional (Nugroho
dan Hari, 2002).
Kemangi adalah salah satu dari sekian banyak tanaman yang dapat
dijadikan tanaman obat. Tumbuhan ini sering ditemukan pada hidangan sebagai
lalapan di berbagai warung makan. Akan tetapi karena bau harumnya, kemangi
lebih sering digunakan untuk mencuci tangan. Banyak sekali kandungan zat – zat
yang ada di dalam kemangi. Salah satu cara untuk mendapatkan zat tersebut
adalah dengan metode ekstraksi sehingga diperoleh ekstrak yang mengandung
kadar flavonoid yang tinggi.
Obat - obatan analgesik modern mudah didapatkan, sehingga sering
digunakan sebagai terapi oleh masyarakat umum. Diharapkan pengobatan untuk
menghilangkan nyeri, pengobatan dengan kemangi diharapkan dapat menjadi obat
herbal alternatif bagi masyarakat yang mengalami nyeri.
B. Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang di atas, dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut: Apakah ada efek analgesik ekstrak daun
kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap tikus putih (Rattus novergicus) ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada efek
analgesik ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap tikus putih
(Rattus norvegicus).
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
dosis analgesik ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap tikus
putih (Rattus norvegicus).
2. Manfaat Aplikatif
Penelitian ini dapat dijadikan dasar uji preklinis pada hewan yang
tingkatannya lebih tinggi atau uji klinis pada manusia, untuk mencapai dosis
yang tepat dan efektif bagi manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kemangi
Kemangi (Ocimum sanctum L.) banyak terdapat di Jawa dan
Madura, terutama di pinggiran landang, sawah kering, juga ditanam di
taman, hutan terbuka, padang rumput, liar di jalanan, terkadang
dibudidayakan. Daun kemangi biasanya digunakan masyarakat sebagai
pengobatan muntah-muntah, panu, pelancar air susu ibu, dan lain
sebagainya (Sudarsono dkk, 2002). Nama lain kemangi adalah lampes,
klampes, kemangen, dan kemangi (Utami, 2008).
a. Taksonomi
Klasifikasi tanaman kemangi adalah sebagai berikut:
kingdom : Plantae
divisi : Spermatophyta
subdivisi : Angiospermae
kelas : Dicotyledonae
famili : Labiatae
genus : Ocimum
species : Ocimum sanctum L.
(Hutapea, 2001; BPTO, 2004; Tjitrosoepomo, 2002).
Gambar 1. Tanaman Kemangi Gambar 2. Daun Kemangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
b. Morfologi
Kemangi adalah tumbuhan yang memiliki ciri-ciri: terna tegak,
tinggi antara 0,3 - 0,6 m, batang muda berwarna hijau dan setelah tua
berwarna kecoklatan, terdapat bulu halus; tangkai daun berbentuk
bulat telur, ujungnya meruncing dan tampak menggelombang;
kelopak bunga berwarna hijau; daun mahkota berwarna putih; buah
berbentuk kotak berwarna cokelat; biji berukuran kecil, tiap buah
terdiri dari empat biji; akarnya tunggang dan berwarna putih kotor
(Pitojo, 1996; Mangoting dkk, 2005).
c. Habitat
Kemangi banyak terdapat di Jawa dan Madura. Kemangi dapat
tumbuh secara liar di pinggir jalan, ladang, sawah kering, hutan
terbuka, dan padang rumput. Kadang-kadang kemangi
dibudidayakan dan ditanam di taman. Tanaman ini dapat tumbuh
pada ketinggian 1 - 1100 m di atas permukaan laut. Pembubidayaan
tanaman kemangi dilakukan dengan penaburan biji dan stek
(Sudarsono dkk, 2002).
d. Manfaat
Penggunaan kemangi secara tradisional adalah untuk
mengobati demam, mual, panas dalam, meredakan sesak napas,
merangsang keluarnya gas perut, peluruh haid, pelancar ASI,
meningkatkan nafsu makan, dan sebagai obat kumur (Bisset, 1994;
Pitojo, 1996; Mulyani dan Gunawan, 2003). Kemangi bersifat
analgesik, antibakteri, antifungi, antiinflamasi, dan antispasmodik
(Price S dan Price L, 1995). Kemangi juga dapat digunakan sebagai
tonik stimulan, mengatasi artritis dan kram otot (Primadiati, 2002).
Biji kemangi dapat digunakan untuk mengatasi sembelit,
kencing nanah, penyakit mata, borok, penenang, pencahar, peluruh
air kencing, peluruh keringat, kejang perut. Akar digunakan untuk
mengobati penyakit kulit. Semua bagian tanaman digunakan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
pewangi, obat perangsang, disentri, dan demam (Sudarsono dkk,
2002).
e. Kandungan Zat
Daun Ocimum sanctum L. mengandung minyak atsiri atau
minyak esensial (yang terdiri dari eugenol, eugenal, karvakrol,
metilklavikol, limatrol dan karyofilin), saponin, flavonoida, alkaloid,
glikosida, fenol, tanin, tiol, asam ursolat, n-triakontanol, dan
terpenoid. Secara kualitatif, kandungan fenol pada daun Ocimum
sanctum L. lebih banyak daripada flavonoid. Fenol berperan sebagai
“pemulung” radikal bebas yang sangat efektif dan juga antioksidan
yang kuat, terutama karena sifat redoksnya. Selain sebagai diuretik,
flavonoid juga dilaporkan mempunyai sifat antioksidan walaupun
tidak sekuat fenol (Ramesh dan Satakopan, 2010; Singh et al., 2010;
Hutapea, 2001). Pada biji kemangi terkandung saponin, flavonoid,
sitosterol, dan polifenol (Singh et al., 2010; Hutapea, 2001). Pada
akarnya mengandung sitosterol dan tiga triterpen A, B, dan C (Singh
et al., 2010). Linalol dan eugenol mempunyai efek antifungi dengan
mekanisme fungistatik yang belum diketahui (Zhou et al., 2003).
Menurut ”Daftar Komposisi Bahan Makanan” Direktorat Gizi
Departemen Kesehatan RI, kemangi termasuk sayuran kaya
provitamin A. Setiap 100 gram daun kemangi terkandung 5.000 SI
vitamin A. Kelebihan lainnya, kemangi termasuk sayuran yang
banyak mengandung mineral kalsium dan fosfor, yaitu sebanyak 45
dan 75 mg per 100 gram daun kemangi.
f. Komponen Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) yang Diharapkan
Mempunyai Efek Analgesik
Daun kemangi (Ocimum sanctum L.) mengandung senyawa
kimia bernama flavonoid dan minyak atsiri. Flavonoid terdapat pada
semua bagian tumbuhan termasuk daun, biji, buah, tangkai.
Flavonoid merupakan golongan metabolit sekunder yang tersebar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dalam dunia tumbuhan, flavonoid jarang sekali ditemukan sebagai
komponen tunggal dalam jaringan tumbuhan. (Harborne, 1997).
Ada 4 kelompok senyawa dari flavonoid yaitu flavon, flavonol,
flavanon, dan flavanonol (Waji dan Sugrani, 2009). Senyawa
flavonoid menunjukkan lebih dari 100 bioaktivitas, beberapa di
antaranya adalah duretik, analgesik, antiinflamasi, antikonvulsan,
antihepatotoksik, dan lain - lain. (Wilmana, 2007). Beberapa
flavonoid menghambat fosfodiesterase sedangkan yang lain
menghambat aldoreduktase, protein kinase, siklooksigenase.
Penghambatan enzim siklooksigenase dapat menimbulkan pengaruh
lebih luas, karena reaksi siklooksigenase merupakan langkah
pertama pada jalur yang menuji ke hormon seperti tromboksan dan
prostaglandin. (Middleton et al, 2000).
2. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pengambilan zat aktif yang diinginkan
dari bahan mentah obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau
hewan dengan menggunakan pelarut. Hasil dari ekstraksi disebut
sebagai ekstrak. Ekstrak tidak hanya mengandung satu unsur saja,
tetapi berbagai macam unsur, tergantung pada bahan obat yang
digunakan dan kondisi dari cara ekstraksi.
Metode ekstraksi yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah metode soxhletasi. Prinsip kerja dari ekstraktor soxhlet adalah
ektraksi (pemisahan/pengambilan) yang menggunakan pelarut yang
selalu baru dalam mengekstraknya sehingga terjadi ekstraksi yang
kontinyu dengan adanya jumlah pelarut yang konstan yang juga
dibantu dengan pendingin balik yang biasa disebut kondensor. Selain
itu juga perlu diperhatikan suhu yang digunakan harus melebihi titik
uap pelarut dan jangan sampai terlalu tinggi, karena dikhawatirkan
akan merusak hasil ekstraksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Daun kemangi yang akan digunakan adalah kemangi segar
yang didapatkan di pasar tradisional di daerah Karanganyar. Untuk
mekanisme kerja soxhletasi, yang pertama harus dilakukan adalah
daun kemangi yang masih segar dikeringkan terlebih dahulu di
bawah sinar matahari langsung. Penjemuran dilakukan untuk
mengurangi kandungan air yang masih terkandung di dalam daun
kemangi.
Selanjutnya daun kemangi yang telah mengering harus
dihaluskan untuk memperbesar luas permukaan sampel dan pelarut,
sehingga ekstraksi akan lebih optimal. Ekstraksi ini dilakukan
dengan peralatan soxhlet yang biasa disebut ekstraktor soxhlet dan
dengan pelarut alkohol. Proses ekstraksi dengan metode soxhletasi
ini dilakukan secara terus - menerus berlangsung selama ± 5 jam.
3. Nyeri
a. Pengertian
Nyeri didefinisikan sebagai sensasi yang tidak mengenakkan
dan biasanya diikuti oleh pengalaman emosi tertentu yang erat
kaitannya dengan derajat kerusakan (Muchtan, 1998). Nyeri
merupakan mekanisme pertahanan tubuh, bila ada jaringan tubuh
yang rusak sehingga individu bereaksi menghilangkan rasa nyeri
tersebut (Guyton dan Hall, 2007).
b. Mekanisme
Proses terjadinya stimulasi yang kuat di perifer sampai
dirasakannya sebagai nyeri di susunan saraf pusat (korterks serebri)
merupakan suatu rangkaian proses elektrofisiologis yang disebut
sebagai nosiseptif, terdiri dari empat proses (Nazaruddin, 2002)
yaitu :
1) Proses transduksi merupakan proses dimana stimuli kuat
diubah menjadi impuls listrik yang akan diterima ujung-
ujung saraf perifer atau organ-organ tubuh. Rangsang ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dapat berupa rangsang fisik seperti sentuhan ringan pada
diskus Merkel, tekanan berat pada korpuskulum Paccini;
rangsang suhu seperti panas pada korpuskulum Ruffini,
dingin pada korpuskulum Krause; rangsang kimia seperti
substansi nyeri pada ujung saraf bebas. Kerusakan
jaringan akan mengundang dilepasnya sejumlah substansi
nyeri berupa ion K+, H+, serotonin, bradikinin, histamin,
dan prostaglandin. Substansi nyeri akan merangsang
dilepasnya substansi P dari ujung-ujung serabut saraf A
delta dan serabut C.
2) Proses transmisi merupakan penyaluran impuls melalui
saraf sensoris sebagai lanjutan proses transduksi, melalui
serabut saraf A delta dan serabut C dari perifer ke medulla
spinalis. Impuls ini mengalami modulasi sebelum
diteruskan ke thalamus oleh traktus spinothalamikus dan
sebagian ke traktus spinoretikularis.
3) Proses modulasi adalah proses dimana terjadi interaksi
antara sistem analgesik endogen dengan asupan nyeri yang
masuk ke cornu posterior medulla spinalis. Analgesik
endogen (enkefalin, endorfin, serotonin, norepinefrin,
GABA) dapat menekan impuls nyeri pada cornu posterior
medula spinalis, dengan cara menghambat pelepasan
substansi P.
4) Persepsi adalah hasil akhir dari proses transduksi,
transmisi, dan modulasi yang menghasilkan suatu
perasaan subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri.
4. Aspirin (Sebagai Kontrol Positif)
a. Definisi
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah suatu jenis
obat golongan salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
antipiretik, dan antiinflamasi (Ganiswarna, 2004). Asam
asetlsalisilat atau asetosal, mempunyai beberapa nama dagang
seperti: Aspirin (Bayer), Naspro (Nicholas). Pada dosis biasa
asetosal berdaya analgetik dan antipiretik, juga menghambat
ekskresi asam urat. Pada dosis tinggi (3 - 6 gram sehari) memiliki
daya anti radang dan urikosurik (Tjay dan Rahardja, 2007).
b. Kimia dan Farmakokinetik
Pada pemberian oral, sebagian aspirin diabsorbsi dengan cepat
dalam bentuk utuh di lambung, tetapi sebagian besar di usus halus
bagian atas. Kecepatan absorbsi tergantung dari kecepatan
disintegrasi dan disolusi tablet, pH permukaan mukosa, dan waktu
pengosongan lambung. Obat ini mudah menembus sawar darah
otak dan sawar uri. Biotransformasi aspirin terjadi di banyak
jaringan, teruatama di mikrosom dan mitokondria hati. Aspirin
diekskresi dalam bentuk metabolitnya melalui ginjal, dan sebagian
kecil melalui keringat dan empedu (Wilmana, 2007).
c. Farmakodinamik
Mekanisme kerja aspirin adalah menghambat enzim
siklooksigenase (prostaglandin sintetase), yang mengkatalisis
perubahan asam arakhidonat menjadi senyawa endoperoksida. Pada
dosis tepat, obat ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin
maupun tromboksan A2 (Katzung, 2004). Prostaglandin inilah
yang menyebabkan sensitasi reseptor nyeri terhadap stimulasi
mekanik dan kimiawi sehingga menimbulkan keadaan hiperalgesia
yang akan merangsang pelepasan mediator-mediator seperti
bradikinin dan histamin yang akan menimbulkan nyeri secara nyata
(Wilmana, 2007).
d. Efek Samping
Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak
lambung atau tukak peptik yang kadang-kadang disertai anemia
sekunder akibat perdarahan saluran cerna (Wilmana, 2007). Reaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
alergi terhadap aspirin pernah dilaporkan, walaupun tidak sampai
menyebabkan reaksi anafilaktik ataupun sindroma Steven Johnson,
namun aspirin dapat menyebabkan reaksi alergi berupa urtikaria
dan dapat berkembang menjadi angioderma. Di samping itu aspirin
juga dapat menyebabkan timbulnya eksaserbasi penyakit asma
(Hacker et al., 2009).
e. Penggunaan Klinis
Aspirin adalah salah satu dari obat-obat yang paling sering
digunakan sebagai pereda nyeri yang derajatnya ringan sampai
sedang, tetapi tidak efektif untuk nyeri organ dalam. Karena sifat
antiinflamasinya, aspirin dianjurkan untuk pengobatan arthritis
rheumatoid, demam rematik, dan keadaan - keadaan radang sendi
lainnya. Aspirin juga merupakan antipiretik yang efektif (Katzung,
2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Keterangan: : Memacu : Mengambat
Ekstrak daun kemangi
Saponin Terpenoid Alkaloid Glikosida
Fenol Asam ursolat n-triakontanol Flavonoida
Prostaglandin
Endoperoksida
Asam arakhidonat
Fosfolipid
Gangguan pada membran sel
Trauma/Lesi pada sel
Nyeri
Enzim siklooksigenase
Aspirin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
C. Hipotesis
Terdapat efek analgesik ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.)
terhadap tikus putih (Rattus novergicus).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan the post
test only control group design.
B. Subjek Penelitian
1. Populasi penelitian
Semua tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, strain Wistar berumur
kira-kira 3 bulan dengan berat rata-rata 200 gram.
2. Sampel penelitian
Jumlah sampel ditentukan dengan rumus Federer yaitu (k-1) (n-1)
15. Jumlah kelompok perlakuan pada penelitian ini sebanyak 5
kelompok dengan demikian perhitungan rumus Federer untuk
menentukan banyaknya sampel tiap kelompok sebagai berikut:
(k-1) (n-1)
(5-1) (n-1)
4n 9
n 4,75
Keterangan: k = kelompok perlakuan
n = banyak sampel tiap kelompok
Dari perhitungan tersebut didapatkan jumlah sampel tiap kelompok
sebanyak 4,75 sampel, kemudian dilakukan pembulatan menjadi 5
sampel. Total sampel pada penelitian ini 25 sampel.
3. Teknik Sampling
Pengambilan subjek penelitian sebanyak 25 ekor dilakukan secara
acak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
C. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmasi Universitas Setia
Budi Surakarta.
D. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variable bebas : ekstrak daun kemangi (Ocimum
sanctum L.), aspirin (sebagai kontrol
positif)
2. Variabel terikat : efek analgetik
3. Variabel pengganggu :
a. Dapat dikendalikan
Umur tikus putih (pembatasan kriteria inklusi) umur 3 bulan,
berat badan tikus putih (pembatasan kriteria inklusi) 200 gram,
makanan dan minuman hewan uji.
b. Tidak dapat dikendalikan
Stres pada tikus putih, kondisi lambung tikus putih, adanya zat
perangsang dan zat inhibisi nyeri endogen, variasi kepekaan tikus
putih terhadap zat dan obat yang digunakan.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Ekstrak Daun Kemangi
Adalah daun kemangi basah yang kemudian dijemur supaya
menjadi kering kemudian dihaluskan untuk dijadikan serbuk. Ekstrak
ini menggunakan bagian daun karena sebagian besar kandungan zat
antioksidan berada pada bagian daun kemangi (Mishra et al, 2007).
Ekstrak daun kemangi dibuat dengan metode soxhletasi. Pertama daun
kemangi segar dicuci, kemudian dikeringkan dengan cara dijemur di
bawah sinar matahari langsung. Daun kemangi kering tersebut lalu
dihaluskan untuk memperbesar luas permukaan. Daun yang sudah
kering lalu dibuat menjadi serbuk untuk kemudian dilakukan proses
ekstraksi menggunakan pelarut polar yaitu alkohol dengan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
soxhletasi. Prinsipnya adalah ekstraksi berkesinambungan, artinya
pelarut yang digunakan selalu fresh hasil kondensasi uap pelarut.
Selain itu harus diperhatikan juga suhu yang digunakan. Proses
ekstraksi ini berlangsung secara terus - menerus selama ± 5 jam.
Pemberian ekstrak daun kemangi ini menggunakan tiga dosis
perlakuan. Pemberian ekstrak dilakukan secara per oral. Skala
pengukuran yang digunakan adalah rasio.
2. Aspirin (sebagai kontrol positif)
Aspirin adalah salah satu obat antiinflamasi nonsteroid
(AINS) yang banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat
penghilang gejala nyeri dan inflamasi (Arifin, 2008). Mekanisme kerja
aspirin sebagai analgesik adalah menghambat biosintesis
prostaglandin, dengan memblok enzim siklooksigenase. Jadi, dengan
menurunkan sintesis prostaglandin, aspirin akan dapat menekan
sensasi nyeri. Aspirin pada penelitian ini digunakan sebagai kontrol
positif.
Dosis analgesik aspirin pada manusia adalah 500 mg. Pada
penelitian ini, dosis aspirin yang digunakan pada tikus putih adalah
sebesar 9 mg/200 gram BB dan diberikan secara perolal melalui sonde
lambung. Dosis takaran diperoleh melalui timbangan dengan skala
mg. Skala variabel yang digunakan adalah skala ordinal.
3. Efek analgesik
Efek analgesik adalah efek penurunan rasa sakit yang diukur
dengan cara menghitung frekuensi jingkatan tikus putih selama 5
menit di atas hot plate dengan suhu rata-rata hasil percobaan yang
merupakan respon terhadap rangsang panas.
4. Makanan dan minuman
Makanan standar dalam penelitian ini berupa pelet. Yang
diberikan dua kali dalam sehari, setiap pagi dan sore hari dengan
jumlah 20 gram/hari untuk setiap tikus putih. Sedangkan air minum
yang diberikan adalah akuades.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
5. Usia
Usia hewan coba memiliki pengaruh yang besar dalam
percobaan ini sehingga digunakan tikus putih dengan usia yang sama,
yaitu 3 bulan. Hal ini bertujuan untuk membuat sampel yang
homogen.
6. Berat badan
Berat badan dapat dikendalikan dengan cara menggunakan
tikus putih yang beratnya 200 gram.
7. Stres
Stres adalah suatu bentuk ketegangan psikologis yang
disebabkan oleh rangsangan fisik, mental, atau emosional baik internal
maupun eksternal yang cenderung mengganggu. Stres pada hewan uji
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang terlalu ramai,
pemberian perlakuan yang berulang, dan perkelahian antarhewan uji
dapat mempengaruhi kondisi psikologis hewan uji. Hal tersebut
hendaknya dapat dikendalikan sekecil mungkin dengan cara
menempatkan tikus putih di ruang yang cukup luas dengan sirkulasi
udara, penerangan, dan kelembapan yang cukup. Upaya untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya perkelahian antarhewan uji dapat
dilakukan dengan pemberian makanan tikus putih yang cukup secara
teratur dan jumlah tikus putih dalam satu kandang tidak terlalu banyak.
8. Kondisi lambung tikus putih
Keadaan lambung dari tikus putih dapat dipengaruhi oleh
bioavaibilitas obat oral (kecepatan jumlah obat yang diserap),
misalnya gangguan motilitas lambung.
9. Zat perangsang dan zat inhibisi nyeri endogen
Zat perangsang nyeri endogen adalah zat yang dikeluarkan oleh
tubuh dari tikus putih sendiri (mediator nyeri) yang merangsang
timbulnya rasa nyeri. Zat inhibisi nyeri endogen adalah zat yang
dikeluarkan oleh tubuh tikus putih sendiri yang dapat menurunkan rasa
nyeri yang diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
10. Variasi kepekaan tikus putih terhadap zat dan obat yang digunakan
Variasi kepekaan tikus putih terhadap zat dan obat yang
digunakan sangat bersifat individual.
F. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian eksperimental laboratorium the post test only
control group design
Gambar 4. Rancangan Penelitian
K1 : kelompok kontrol negatif
K2 : kelompok kontrol positif
K3 : kelompok uji dosis pertama
K4 : kelompok uji dosis kedua
K5 : kelompok uji dosis ketiga
P1 : pemberian akuades
P2 : pemberian aspirin dosis 9 mg/200 gram BB
P3 : pemberian ekstrak daun kemangi 225 mg/200 gram BB
P4 : pemberian ekstrak daun kemangi 450 mg/200 gram BB
K1 P1 R
R
R
P2
R
U1
K3
R K2
K4
K5
P3
P4
P5
U2
U3
U4
U5
B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
P5 : pemberian ekstrak daun kemangi 675 mg/200 gram BB
R : rangsangan panas dengan hot plate
U1 : pengukuran hasil kelompok 1
U2 : pengukuran hasil kelompok 2
U3 : pengukuran hasil kelompok 3
U4 : pengukuran hasil kelompok 4
U5 : pengukuran hasil kelompok 5
B : bandingkan
G. Alat dan Bahan
1. Alat
a. kandang tikus putih
b. timbangan hewan
c. Spuit pencekok/oral 1 ml
d. hot plate
e. bekker glass
f. termometer
g. stopwatch digital
2. Bahan
a. ekstrak daun kemangi
b. aspirin
c. akuades
H. Metode Induksi Nyeri Hot Plate
1. Prinsip Metode
Hewan uji (tikus putih) diletakkan di atas hot plate dengan
suhu yang telah ditentukan (merupakan suhu hasil homogenisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
tikus putih pertama kali menjingkat). Stimulus nyeri berupa panas
pada tikus putih akan menimbulkan respon dalam bentuk
mengangkat atau menjingkatkan kakinya.
2. Pengukuran Efek Analgetik
Pengukuran efek analgetik berupa reaksi tikus putih
terhadap rangsang panas hot plate, yaitu frekuensi jingkatan tikus
putih dalam 5 menit. Tikus putih disebut menjingkat bila
mengangkat kedua kaki depannya atau meloncat ke atas.
3. Hasil Pengukuran
Efek analgetik dinyatakan positif jika frekuensi jingkatan
tikus putih setelah pemberian obat atau bahan uji lebih sedikit
dibandingkan dengan sebelum pemberian.
I. Pembuatan Ektrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.)
Ekstrak daun kemangi dibuat dengan metode soxhletasi. Pertama,
daun kemangi segar ditimbang, dicuci, kemudian dikeringkan dengan cara
dijemur di bawah sinar matahari langsung. Daun kemangi kering tersebut
lalu dihaluskan untuk memperbesar luas permukaan. Daun yang sudah
kering lalu dibuat menjadi serbuk untuk kemudian dilakukan proses
ekstraksi menggunakan pelarut polar yaitu alkohol dengan metode
soxhletasi. Prinsipnya adalah ekstraksi berkesinambungan, artinya pelarut
yang digunakan selalu fresh hasil kondensasi uap pelarut. Selain itu harus
diperhatikan juga suhu yang digunakan. Proses ekstraksi ini berlangsung
secara terus - menerus selama ± 5 jam. Pemberian ekstrak daun kemangi ini
menggunakan tiga dosis perlakuan.
Jadi pada penelitian ini digunakan dosis pemberian ekstrak daun
kemangi (Ocimum sanctum L.) sebanyak 225 mg/200 gram BB tikus putih,
450 mg/200 gram BB tikus putih, dan 675 mg/200 gram BB tikus putih
untuk mengetahui apakah terdapat efek analgesik dari ekstrak daun kemangi
(Ocimum sanctum L.) dan pada dosis berapa efek analgesik tersebut paling
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
J. Cara Kerja Penelitian
1. Subjek penelitian dibagi menjadi lima kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari lima ekor tikus putih. Kelompok 1 sebagai
kontrol negatif, kelompok 2 sebagai kontrol positif, kelompok 3, 4, dan
5 sebagai kelompok perlakuan.
2. Subjek penelitian diadaptasikan terlebih dahulu selama satu minggu di
laboratorium dan diberi makan standar untuk tikus, yaitu pelet dan air.
3. Subjek penelitian dipuasakan ± 18 jam sebelum perlakuan, dengan air
minum tetap diberikan.
4. Masing-masing kelompok tersebut terlebih dahulu diadakan
homogenisasi dengan diletakkan di atas hot plate. Dicatat pada suhu
berapa tikus putih pertama kali menjingkat, dan kemudian dibuat rata-
ratanya. Hasilnya digunakan sebagai suhu hot plate sesudah tikus putih
mendapat perlakuan, yang berarti suhu tersebut dianggap semua tikus
putih sudah mulai menjingkat sebagai upaya menghidar dari rasa nyeri.
5. Setelah 5-10 menit, masing-masing kelompok diberi pakan perlakuan,
yaitu pemberian akuades sebagai kontrol negatif (Kelompok 1), aspirin
dosis 9 mg/200 gram BB tikus putih sebagai kontrol positif (Kelompok
2), ekstrak daun kemangi dosis I sebanyak 225 mg/200 gram BB tikus
putih (Kelompok 3), ekstrak daun kemangi dosis II sebanyak 450
mg/200 grama BB tikus putih (Kelompok 4), ekstrak daun kemangi
dosis III sebanyak 675 mg/200 gram BB tikus putih (Kelompok 5).
6. Setelah 2 jam, tikus putih diletakkan di atas hot plate.
7. Tiap tikus putih diletakkan di atas hot plate dengan suhu
homogenisasi. Lalu dihitung berapa kali tikus putih menjingkat selama
5 menit.
8. Semua data yang diperoleh ditabulasi, dibuat rata-rata dan dievaluasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
K. Penentuan Dosis
1. Penentuan Dosis Aspirin
Berdasarkan tabel konversi perhitungan dosis untuk berbagai
jenis hewan uji dari berbagai spesies dan manusia, maka konversi dosis
manusia dengan berat 70 kg pada tikus putih dengan berat 200 gram
adalah 0,018. Dosis aspirin yang dipakai untuk orang dewasa adalah 500
mg, jadi dosis untuk tikus putih:
= (500 mg x 0,018)/200 gram BB tikus putih
= 9 mg/200 gram BB tikus putih
2. Penentuan Dosis Ekstrak Daun Kemangi
Berdasarkan tabel konversi perhitungan dosis untuk berbagai
spesies dan manusia, konversi dosis manusia dengan berat badan 70 kg
pada tikus dengan berat 200 gram adalah 0,018 (Ngatidjan, 1991). Pada
orang Indonesia, dosis daun kemangi yang digunakan adalah dosis yang
biasa dipakai di masyarakat, yaitu ± 25 gram (Hutapea, 2001). Pada saat
ini penulis menuliskan dalam bentuk dosis basah karena penelitian belum
dilakukan. Maka dosis daun kemangi untuk tikus putih yaitu:
= (25 gram x 1000 x 0,018)/200 gram BB tikus putih
= 450 mg/200 gram BB tikus putih
Lalu digunakan dosis basah daun kemangi yang bertingkat:
1. Kelompok uji I : Dosis rendah/dosis 1 = 0,5 x 450 mg/200 gram
BB tikus putih = 225 mg/200 gram BB tikus putih.
2. Kelompok uji II : Dosis sedang/dosis 2 = 1 x 450 mg/200 gram
BB tikus putih = 450 mg/200 gram BB tikus putih.
3. Kelompok uji III : Dosis tinggi/dosis 3 = 1,5 x 450 mg/200 gram
BB tikus putih = 675 mg/200 gram BB tikus putih.
L. Teknik Analisis Statistik
Data yang diperoleh akan dianalisis secara statistik dengan uji
Analisis of Variant (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Post Hoc Test jika
terdapat perbedaan yang signifikan pada uji ANOVA. Persyaratan ANOVA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
yang harus dipenuhi adalah berdistribusi normal dan variansinya homogen.
Sebaran (distribusi) data normal dianalisis menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov. Uji Kolmogorov-Smirnov dipilih karena jumlah sampel lebih dari
15. Varians data dianalisis menggunakan uji homogenitas Levene Statistic.
Uji ANOVA adalah uji untuk menentukan perbedaan pengaruh antar
perlakuan, sedangkan sebagai Post Hoc Test digunakan uji LSD untuk
membandingkan rerata frekuensi jingkatan antara kelompok perlakuan
sehingga dapat diketahui signifikansi perbedaan antar = 0,05)
dan perlakuan mana yang lebih berpengaruh. Analisis statistik diolah dengan
menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0
for Windows.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Setelah melakukan penelitian eksperimental mengenai efek
analgetik ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) peroral pada tikus
putih, maka peneliti mendapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Homogenisasi Suhu Hot Plate (Suhu Saat Pertama Kali
Tikus Putih Menjingkat) dalam 0C.
Dari hasil dalam tabel tersebut, dapat dihitung rata
- rata suhu homogenisasi :
Jumlah = 1050
Rata-rata = 42 oC
Sumber : Data primer, 2012
Tikus Putih
Suhu (0C)
1 2
42 43
3 4 5 6 7 8 9 10
41 40 41 44 42 40 41 44
11 12 13 14 15 16 17 18
42 41 41 43 44 42 41 40
19 20 21
42 41 42
22 23
42 44
24 25
43 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Suhu yang didapatkan adalah 42oC, jadi suhu hot plate yang
digunakan untuk penelitian adalah 42oC.
Tabel 2. Jumlah Jingkatan Tikus Putih Selama 5 Menit pada Suhu 42oC
Sebelum Diberikan Perlakuan.
Sumber : Data primer, 2012
Tabel 3. Jumlah Jingkatan Tikus Putih Selama 5 Menit pada Suhu 420C
Setelah Diberikan Perlakuan.
Sumber : Data primer, 2012
Tikus Putih K1 K2 K3 K4 K5
1 61 60 67 64 63
2 64 63 65 66 62
3 58 70 64 70 65
4 70 59 60 59 60
5 68 65 69 63 60
Jumlah 321 317 325 322 310
Rata - rata 64,2 63,4 65 64,4 62
Tikus Putih K1 K2 K3 K4 K5
1 72 31 62 57 34
2 79 30 59 50 55
3 65 32 59 56 53
4 74 30 54 42 39
5 73 33 63 54 46
Jumlah 363 156 297 259 227
Rata - rata 72,6 31,2 59,4 51,8 45,4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Aquades Aspirin Dosis I Dosis II Dosis III
Jumlah jingkatan
Keterangan :
K1 = Kelompok kontrol negatif (pemberian akuades).
K2 = Kelompok kontrol positif (pemberian aspirin dosis 9
mg/200 gram BB tikus putih).
K3 = Kelompok perlakuan pemberian ekstrak daun kemangi
dengan dosis 225 mg/200 gram BB tikus putih.
K4 = Kelompok perlakuan pemberian ekstrak daun kemangi
dengan dosis 450 mg/200 gram BB tikus putih.
K5 = Kelompok perlakuan pemberian ekstrak daun kemangi
dengan dosis 675 mg/200 gram BB tikus putih.
Grafik 1. Grafik Perbedaan Rata-Rata Efek Analgetik Tikus Putih
B. Analisis Data
Hasil penelitian yang telah diperoleh kemudian dilakukan uji
statistik. Pertama kali yang dilakukan adalah melakukan uji Normalitas,
untuk mengetahui apakah populasi data yang diperoleh berdistribusi
normal atau tidak (Priyanto, 2009). Kemudian dilanjutkan dengan uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Homogenitas (dengan uji Levene Statistic) untuk mengetahui apakah
varian populasi homogen atau tidak.
Selanjutnya dilakukan uji ANOVA, syarat yang harus dipenuhi
untuk dilakukan uji ANOVA adalah kesamaan varians yang diperiksa
dengan uji Normalitas dan uji Homogenitas. Kemudian dilanjutkan dengan
uji Post Hoc untuk membandingkan mean different dari kelima kelompok
dengan tujuan untuk mengetahui mean pasangan yang berbeda di antara
pasangan yang ada. Prosedur dari uji Post Hoc yang digunakan adalah
prosedur Least Significance Difference (LSD).
1. Uji Normalitas
Angka p > 0,05 menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Uji
normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov - Smirnov karena
jumlah sampel lebih dari 15.
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas (Uji Kolmogorov -
Smirnov)
No Kelompok perlakuan P
1 Aquades 0,659
2 Aspirin 0,444
3 Dosis 1 0,569
4 Dosis 2 0,593
5 Dosis 3 0,562
Tabel ini mengacu pada output SPSS 17.0 for Windows (dapat dilihat
di lampiran).
Hasil dari uji normalitas pada tabel 4 menunjukkan nilai
probabilitas p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi data
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Nilai signifikansi lebih dari 0,05 berarti bahwa varian dari dua atau
lebih kelompok data adalah homogen (Priyanto, 2009). Pada uji
homogenitas varians menunjukkan signifikansi sebesar 0,555. Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
ini lebih besar dari 0,05 berarti menunjukkan adanya variasi yang
homogen.
3. Uji ANOVA
Digunakan untuk mengetahui perbedaan mean dari dua sumber
variasi (kelompok perlakuan dan kelompok waktu pengukuran). Uji
ANOVA menggunakan SPSS 17.0 for Windows, didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 5. Hasil Perhitungan Uji ANOVA pada Kelima Kelompok
Perlakuan.
Sumber
variasi
Db DK MK Fh Sig
Antar
kelompok
4 1300,160 325,040 20,164 0,000
Dalam
kelompok
20 322,400 16,120
Jumlah 24 1622,560
Tabel ini mengacu pada output SPSS 17.0 for Windows (dapat dilihat
pada lampiran).
Keterangan : Db = derajat kebebasan Fh = F hitung
Dk = jumlah kuadrat Mk = mean kuadrat
Sig = signifikansi
4. Uji Post Hoc
Peneliti menggunakan prosedur Least Significance Difference
(LSD) karena subjek menggunakan varians yang sama dalam uji
homogenitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tabel 6. Hasil dari Uji LSD Antarkelompok Perlakuan
* Beda mean signifikan pada level 0,05
Tabel ini mengacu pada output SPSS 17.0 for Windows (dapat dilihat pada
lampiran).
Kriteria ujinya adalah pasangan perlakuan yang diuji, disebut ada
perbedaan jumlah jingakatan yang nyata apabila nilai p lebih kecil dari
0,05. Hasil yang diperoleh dapat diringkas menjadi :
Perlakuan (I) Perlakuan (J) Beda Mean (I-J) Std Error P Ho
Akuades Aspirin
Dosis I
Dosis II
Dosis III
-21.200*
-6.400*
-10.800*
-14.800*
2.539
2.539
2.539
2.539
.000
.020
.000
.000
Ditolak
Diterima
Ditolak
Ditolak
Aspirin Akuades
Dosis I
Dosis II
Dosis III
21.200*
14.800*
10.400*
6.400*
2.539
2.539
2.539
2.539
.000
.000
.001
.020
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Diterima
Dosis I Akuades
Aspirin
Dosis II
Dosis III
6.400*
-14.800*
-4.400
-8.400*
2.539
2.539
2.539
2.539
.020
.000
.099
.004
Diterima
Ditolak
Diterima
Ditolak
Dosis II Akuades
Aspirin
Dosis I
Dosis III
10.800*
-10.400*
4.400
-4.000
2.539
2.539
2.539
2.539
.000
.001
.099
.131
Diterima
Ditolak
Diterima
Diterima
Dosis III Akuades
Aspirin
Dosis I
Dosis II
14.800*
-6.400*
8.400*
4.000
2.539
2.539
2.539
2.539
.000
.020
.004
.131
Ditolak
Diterima
Ditolak
Diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji Post Hoc (LSD)
Dari tabel ringkasan tersebut, dapat dilihat kelompok kontrol
positif tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan bila dibandingkan
dengan kelompok perlakuan dosis III (KK(+) - KP3). Hal ini dapat
diartikan bahwa hanya kelompok perlakuan dosis III yang mempunyai
efek analgesik.
Pasangan Kelompok Signifikansi Simpulan
KK(-) - KK(+) 0,000 Berbeda signifikan
KK(-) - KP1 0,020 Tidak berbeda
KK(-) - KP2 0,000 Berbeda signifikan
KK(-) - KP3 0,000 Berbeda signifikan
KK(+) - KP1 0,000 Berbeda signifikan
KK(+) - KP2 0,001 Berbeda signifikan
KK(+) - KP3 0,020 Tidak berbeda
KP1 - KP2 0,099 Tidak berbeda
KP1 - KP3 0,004 Berbeda signifikan
KP2 - KP3 0,131 Tidak berbeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.
Pengamatan pada penelitian ini adalah perbedaan dosis analgesik dari ekstrak
daun kemangi terhadap tikus putih. Subjek penelitian adalah tikus putih,
mengalami adaptasi selama ± 7 hari, kemudian dipuasakan selama 18 jam,
kemudian diberikan perlakuan terhadap subjek penelitian tersebut. Setelah itu
dilihat efek analgetik dari masing - masing bahan yang telah diberikan terhadap
tikus putih. Pada penelitian ini digunakan aspirin sebagai kontrol positif, hal ini
ditujukan supaya aspirin yang telah menjadi obat analgesik standar dapat
digunakan sebagai pembanding untuk menentukan apakah ekstrak daun kemangi
mempunyai efek analgesik atau tidak.
Nilai ambang nyeri pada masing - masing individu adalah berbeda - beda.
Hal tersebut bisa dibuktikan dengan hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel
2 yang menunjukkan adanya perbedaan/variasi frekuensi jingkatan setiap tikus
putih. Variasi jumlah jingkatan tersebut terjadi karena setiap individu mempunyai
berbagai keadaan fisik dan psikis yang berbeda - beda, seperti variasi kepekaan
terhadap panas, adanya zat perangsang dan penghambat nyeri endogen, serta
kondisi lambung tiap individu.
Berdasarkan tabel 3 yaitu hasil dari frekuensi jingkatan pada tikus putih
setelah diberikan perlakuan pada masing - masing kelompok selama 5 menit.
Frekuensi jumlah jingkatan yang tertera menunjukkan perbedaan kuat lemahnya
sensasi nyeri panas yang dirasakan tikus putih tiap kelompok. Semakin sedikit
jumlah jingkatan menunjukkan bahwa semakin kuat efek analgetik dari bahan
yang diberikan terhadap tikus putih, begitu pula sebaliknya.
Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, dilihat dari hasil uji
normalitas dengan menggunakan Uji Kolmogorov - Smirnov pada tabel 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
menunjukkan nilai probabilitas p lebih dari 0,05 yang berarti data terdistribusi
secara normal. Kemudian dari uji homogenitas menunjukkan nilai varians lebih
dari 0,05 yang dapat diartikan adanya variasi yang homogen. Selanjutnya dari uji
ANOVA didapatkan hasil p kurang dari 0,05 (signifikan), dengan hasil ini dapat
disimpulkan terdapat perbedaan frekuensi jingkatan yang bermakna antara kelima
kelompok perlakuan.
Hasil uji Post Hoc yang dilakukan dengan prosedur Least Significance
Difference (LSD) pada tabel 6 menunjukkan berbagai perbandingan dari masing -
masing kelompok perlakuan. Kelompok kontrol postif mempunyai perbedaan
yang signifikan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif, kelompok
perlakuan dosis I, dan kelompok perlakuan dosis II. Sedangkan kelompok kontrol
positif tidak mempunyai perbedaan yang signifikan bila dibandingkan dengan
kelompok perlakuan dosis III. Dari hasil uji statistika tersebut bisa diartikan
bahwa hanya ekstrak daun kemangi dosis III yang mempunyai efek analgesik.
Kelompok perlakuan ekstrak daun kemangi dosis III menunjukkan hasil
yang tidak signifikan bila dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif
(kelompok yang diberikan aspirin). Hal ini berarti bahwa efek analgetik ekstrak
daun kemangi dosis 675 mg/200 gram BB tikus putih memiliki efektivitas yang
sebanding dengan aspirin dosis 9 mg/200 gram BB tikus putih. Hal ini sesuai
dengan pendapat dari Begorod (2006) yang menunjukkan bahwa flavonoid
memiliki aktivitas analgesik pada inflamasi mukosa faringeal tikus putih.
Dilihat dari grafik rata - rata efek analgesik terhadap tikus putih, terdapat
sebuah gambaran yang signifikan dari kelompok perlakuan dosis I,II, dan III.
Kelompok perlakuan dosis I dan II memang menunjukkan adanya penurunan
jumlah jingkatan, tetapi bila dilakukan uji statistik dengan kelompok positif masih
belum bisa dikatakan mempunyai efek analgesik. Sedangkan kelompok perlakuan
dosis III sebanding dengan aspirin bila diuji dengan uji statistik, hal ini berarti
hanya kelompok perlakuan dosis III yang mempunyai efek analgesik. Hal ini
disebabkan karena, kadar flavonoid dalam ekstrak daun kemangi berbanding lurus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
dengan dosisnya. Semakin kecil dosis ekstrak daun kemangi, maka semakin
sedikit pula flavonoid yang dikandung di dalamnya. Demikian pula sebaliknya,
semakin besar dosis ekstrak daun kemangi, semakin banyak pula flavonoid yang
terkandung di dalamnya.
Dari ketiga kelompok perlakuan ekstrak daun kemangi dosis I, II, dan III
yang masing-masing dengan dosis 225 mg/200 gram BB tikus putih, 450 mg/200
gram BB tikus putih, dan 675 mg/200 gram BB tikus putih. Hanya kelompok
perlakuan dengan dosis 675 mg/200 gram BB tikus putih yang memiliki efek
analgesik terhadap tikus putih, yang diberi rangsang nyeri panas dengan cara
diletakkan di atas hot plate dengan suhu homogenisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan hanya kelompok perlakuan
dosis III (ekstrak daun kemangi dosis 675 mg/200 gram BB tikus putih)
sebanding dengan aspirin dosis 9 mg/200 gram BB tikus putih, sehingga
hanya kelompok perlakuan dosis III (ekstrak daun kemangi dosis 675
mg/200 gram BB tikus putih) yang mempunyai efek analgesik.
B. Saran
Mengingat adanya keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian
ini, maka perlu dilakukan :
1. Penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel penelitian yang
lebih banyak dan lebih tinggi tingkatannya dan juga dosis yang lebih
optimal sebagai analgesik.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam pengembangan
pemanfaatan kemangi sebagai analgesik alami alternatif bagi manusia
dengan metode yang berbeda.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode yang sama,
tetapi dengan dosis yang lebih dinaikkan dari yang telah dilakukan
untuk mendapatkan dosis yang optimal tanpa efek samping.