Terapi Medis Dan Non Medis Ruptur Perinei

10
Terapi medis dan non medis ruptur perinei Tindakan Yang Dilakukan Tindakan yang dilakukan untuk robekan jalan lahir adalah sebagai berikut : a. Memasang kateter ke dalam kandung kencing untuk mencegah trauma terhadap uretra saat penjahitan robekan jalan lahir. b. Memperbaiki robekan jalan lahir. C. Jika perdarahan tidak berhenti, tekan luka dengan kasa secara kuat kira-kira selama beberapa menit. Jika perdarahan masih berlangsung, tambahkan satu atau lebih jahitan untuk menghentikan perdarahan. d. Jika perdarahan sudah berhenti, dan ibu merasa nyaman dapat diberikan makanan dan minuman pada ibu. Universitas Sumatera Utara Penanganan Robekan Jalan Lahir Penanganan robekan jalan lahir adalah a. Untuk mencegah luka yang robek dan pinggir luka yang tidak rata dan kurang bersih pada beberapa keadaan dilakukan episotomi. b. Bila dijumpai robekan perineum dilakukan penjahitan luka dengan baik lapis demi lapis, dengan memperhatikan jangan ada robekan yang terbuka ke arah vagina yang biasanya dapat dimasuki oleh bekuan darah yang akan menyebabkan luka lama sembuh. c. memberikan antibiotik yang cukup (Mochtar, 2005) Tujuan penjahitan robekan perineum adalah untuk menyatukan kembali jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu. Penjahitan dilakukan dengan cara jelujur menggunakan benang catgut kromik.

description

yoo

Transcript of Terapi Medis Dan Non Medis Ruptur Perinei

Page 1: Terapi Medis Dan Non Medis Ruptur Perinei

Terapi medis dan non medis ruptur perinei

Tindakan Yang Dilakukan

Tindakan yang dilakukan untuk robekan jalan lahir adalah sebagai berikut :

a. Memasang kateter ke dalam kandung kencing untuk mencegah trauma terhadap uretra saat penjahitan robekan jalan lahir.

b. Memperbaiki robekan jalan lahir.

C. Jika perdarahan tidak berhenti, tekan luka dengan kasa secara kuat kira-kira selama beberapa menit. Jika perdarahan masih berlangsung, tambahkan satu atau lebih jahitan untuk menghentikan perdarahan.

d. Jika perdarahan sudah berhenti, dan ibu merasa nyaman dapat diberikan makanan dan minuman pada ibu. Universitas Sumatera Utara

Penanganan Robekan Jalan Lahir

Penanganan robekan jalan lahir adalah

a. Untuk mencegah luka yang robek dan pinggir luka yang tidak rata dan kurang bersih pada beberapa keadaan dilakukan episotomi.

b. Bila dijumpai robekan perineum dilakukan penjahitan luka dengan baik lapis demi lapis, dengan memperhatikan jangan ada robekan yang terbuka ke arah vagina yang biasanya dapat dimasuki oleh bekuan darah yang akan menyebabkan luka lama sembuh.

c. memberikan antibiotik yang cukup (Mochtar, 2005)

Tujuan penjahitan robekan perineum adalah untuk menyatukan kembali jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu. Penjahitan dilakukan dengan cara jelujur menggunakan benang catgut kromik. Dengan memberikan anastesi lokal pada ibu saat penjahitan laserasi, dan mengulangi pemberian anestesi jika masih terasa sakit. Penjahitan dimulai satu cm dari puncak luka. Jahit sebelah dalam ke arah luar, dari atas hingga mencapai bawah laserasi. Pastikan jarak setiap jahitan sama dan otot yang terluka telah dijahit. Ikat benang dengan membuat simpul dalam vagina. Potong ujung benang dan sisakan 1,5 cm. melakukan pemeriksaan ulang pada vagina dan jari paling kecil ke dalam anus untuk mengetahui terabanya jahitan pada rectum karena bisa menyebabkan fistula dan bahkan infeksi (Depkes, 2004).

Rupture perineum derajat empat atau robekan yang lengkap memerlukan langkah-langkah yang teliti. Apeks robekan dalam mukosa, rectum harus Universitas Sumatera Utara diperhatikan dan tepi mukosa rectum dibalikkan ke dalam lumen usus dengan jahitan berulang. Jahitan ini diperkuat lagi dengan jahitan terputus sekeliling fasia endopelvis. Ujung robekan sfingterani cenderung mengalami

Page 2: Terapi Medis Dan Non Medis Ruptur Perinei

retraksi ke lateral dan posterior. Setelah diidentifikasi dan dijepit dengan forcep, ujung robekan didekatkan dengan dua atau tiga jahitan (Mochtar, 2005)

Pengobatan Robekan Jalan Lahir

Pengobatan yang dapat dilakukan untuk robekan jalan lahir adalah dengan memberikan uterotonika setelah lahirnya plasenta, obat ini tidak boleh diberikan sebelum bayi lahir. Manfaat dari pemberian obat ini adalah untuk mengurangi terjadinya perdarahan pada kala III dan mempercepat lahirnya plasenta.

Perawatan luka perineum pada ibu setelah melahirkan berguna untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan, menjaga kebersihan, mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Perawatan perineum umumnya bersamaan dengan perawatan vulva. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

a. Mencegah kontaminasi dengan rectum

b. Menangani dengan lembut jaringan luka

c. Membersihkan darah yang menjadi sumber infeksi dan bau (Mochtar, 2005).

Klasifikasi rupture perineum

Laserasi perineum dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat laserasi yaitu:2, 14-16

1. Derajat I : robekan hana sebatas fourchette, Hymen, labia, kulit dan mukosa

vagina.

2. Derajat II: termasuk otot vagina dan perineum, otot bulbokavernosus, dan otot

perineum transversal serta pada beberapa kasus pada pubokoksigeus

3. Derajat III: sfingter anus dan septum rektovaginal

4. Derajat IV: meluas sampai ke mukosa rektal, sfingter anus eksternal dan

internal.

Berikut ini adalah gambar derajat robekan perineum seperti yang telah diuraikan

diatas.

Page 3: Terapi Medis Dan Non Medis Ruptur Perinei

Gambar 4. Robekan Perineum Derajat Kedua

Sumber: Leeman et al, (2003)16

Gambar 5. Robekan Perineum derajat keempat

Sumber: Leeman et al, (2003)16

 

5. Teknik penjahitan

Teknik penjahitan robekan perineum disesuaikan dengan derajat laserasinya. Bagi

bidan tentunya harus menyesuaikan dengan wewenang bidan yang diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464 Tahun 2010

tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, pada pasal 10 ayat 3 butir (b)

yaitu hanya luka jalan lahir derajat I dan II.17

Prinsip penjahitan luka perineum dilakukan setelah memeriksan keadaan robekan

secara keseluruhan. Jika robekan terjadi pada derajat III dan IV, segera siapkan

tindakan rujukan, sebelumnya dilakukan tindakan penghentian perdarahan pada

Page 4: Terapi Medis Dan Non Medis Ruptur Perinei

robekan tingkat jika terjadi. Untuk mendiagnosa berapa derajat robekan dan

melakukan penjahitan memerlukan pencahayaan yang cukup.16

Penggunaan benang jika dibandingkan antara catgut atau chromic, menggunakan

benang polyglactil (vicryl) akan lebih mudah menyerap dan mengurangi nyeri

perineum setelah penjahitan.18

1. Perbaikan robekan perineum derajat I dan II

Dalam tulisan ini akan memuat cara penjahitan luka perineum derajat I hingga

derajat IV tetapi lebih ditekankan pada derajat I dan II. Robekan derajat pertama

biasanya tidak memerlukan jahitan, tetapi harus dilihat juga apakah meluas dan

terus berdarah. Penggunaan anestesi diperlukan agar dapat mengurangi nyeri agar

ibu bisa tenang sehingga operator dapat memperbaiki kerusakan secara maksimal.

Berikut ini adalah tahapan penjahitan robekan perineum derajat I dan II.4, 16, 19, 20

Ibu ditempatkan dalam posisi litotomi, area bedah dibersihkan

Jika daerah apex luka sangat jauh dan tidak terlihat, maka jahitan pertama

ditempatkan pada daerah yang paling distal sejauh yang bisa dilihat kemudian

diikat dan ditarik agar dapat membawa luka tersebut hingga terlihat dan dapat

menempatkan jahitan kembali 1 cm diatas apex. Pastikan aposisi anatomis

khususnya pada sisa hymen.

Jahitan harus termasuk fascia rektovaginal yang menyediakan sokongan pada

bagian posterior vagina. Jahitan dilakukan sepanjang vagina secara jelujur,

sampai ke cincin hymen, dan berakhir pada mukos vagina dan fascia

rektovaginal, dapat dilihat gambar 6 berikut.

Gambar 6 Mukosa vagina dan fascia rektovaginal

Sumber: Leeman et al, (2003)16

Otot pada badan perineum diidentifikasi, dapat dilihat pada gambar 7 berikut

ini.

Page 5: Terapi Medis Dan Non Medis Ruptur Perinei

Gambar 7. Penjahitan Laserasi Perineum derajat II

Sumber: Leeman et al, (2003)16

Otot perineum transversal disambung dengan jahitan terputus menggunakan

benang vicryl 3-0 sebanyak 2 kali, demikian juga dengan otot

bulbokavernosus dijahit dengan cara yang sama. Gunakan jarum yang besar

untuk mendapatkan hasil jahitan yan baik. Ujung otot bulbokavernosus ditarik

kearah posterior kemudian kearah superior, dapat dilihat pada gambar 8

berikut ini.

Gambar 8 Penjahitan otot bulbokavernosus dengan cara terputus

Sumber: Leeman et al, (2003)16

 

Jika robekan memisahkan fascia retrovaginal dari badan perineum,

sambungkan fascia dengan dua jahitan vertikal secara terputus dengan benang

vicryl, dapat dilihat pada gambar 9 berkut ini.

Page 6: Terapi Medis Dan Non Medis Ruptur Perinei

Gambar 9 Penjahitan septum rektovaginal pada badan perineum

Sumber: Leeman et al, (2003)16

Daerah subkutan dijahit dengan kedalaman 1 cm dengan jarak antara 1 cm

untuk menutupi luka kutaneus. Jahitan kulit yang rapih ditentukan oleh aposisi

subkutis yang ditempatkan dengan baik.

Gunakan benang vicryl 4-0 untuk menjahit kulit. Mulailah penjahitan pada

bagian posterior dari apex kulit dengan jarak 3 mm dari tepi kulit.

2. Perbaikan robekan perineum derajat III dan IV

Apex dari mukosa rectum dan sfingter anus diidentifikasi, kemudian dijahit

dengan menggunakan benang vicryl 4-0 secara terputus, hati-hati agar

jahitannya tidak terlalu dalam sehingga tidak menembus saluran anal untuk

mencegah fistula. Anus bagian internal berwarna putih yang mengkilap,

dengan struktur fibrosa antara mukosa rektal dan sfingter anus eksternal, dapat

dilihat pada gambar 10 berikut.

Gambar 10. Mukosa rektal dan Spincter anus eksternal

Sumber: Leeman et al, (2003)16

Page 7: Terapi Medis Dan Non Medis Ruptur Perinei

Sfingter ditarik secara lateral, tempatkan allys klem pada ujung otot agar

mudah diperbaiki.

Sfingter anus diakhiri dengan jahitan kontinyu dengan menggunakan benang

vicryl 2-0.

Sfingter ani eksternal terlihat seperti berkas otot skeletal dengan kapsul

fibrous. Allis klem ditempatkan pada setiap ujung spincter anus, kemudian

jahitan dilakukan pada pukul 12,3,6 dan 9 dengan menggunakan benang

polydiaxanone 2-0 (absorbi yang agak lambat) untuk memungkinkan kedua

ujung sfingter membentuk scar secara bersamaan.

Bukti penelitian menunjukan bahwa sambungan dari ujung ke ujung pada sfingter

tidak memberikan sambungan anatomis yang baik, dan buruknya fungsi sfingter

dikemudian hari jika ujungnya beretraksi. Teknik jahitan ujung ke ujung dapat

dilihat pada gambar 11 berikut.

Gambar 11. Sambungan Spincter anus dari ujung ke ujung

Sumber: Leeman et al, (2003)16

Teknik lain adalah sambungan secara tumpang tindih pada sfingter anal

eksternal. Teknik ini menjadikan lebih banyak lipatan pada perineal dan fungsi

spincter yang lebih baik. Para ahli lebih banyak yang memilih teknik ini, dapat

dilihat pada gambar 12 berikut.

.

Page 8: Terapi Medis Dan Non Medis Ruptur Perinei

Gambar 12. Sambungan spincter anus secara overlapping

Sumber: Leeman et al, (2003)16

 

Anus harus dapat dimasuki satu jari setelah otot-otot sfingter dipertemukan

kembali

Instroitus vagina juga harus dapat dimasuki dua jari pada akhir perbaikan

Kulit disatukan dengan jahitan subkutan seperti pada perbaikan derajat satu

dan dua.

6. Perawatan luka perineum

Meskipun belum banyak referensi yang memberikan informasi tentang perawatan

perineum setelah perbaikan robekan karena persalinan, dibawah ini adalah

perawatan perineum yang dapat dilakuan ibu antara lain:

Sitz bath dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri

Analgesia yang adekuat seperti ibuprofen dengan resep dokter

Jika ibu akan merasa nyeri yang berlebihan, sebaiknya diperiksa secepatnya

karena nyeri adalah gejala yang umum dari infeksi

Diet rendah serat

Terapi laxansia diperlukan terutama bagi robekan derajat III dan IV

Antibiotik diperlukan untuk mengurangi infeksi luka jahitan, gunakan

metronidazole dan antibotik dengan spectrum yang luas

Anjurkan tindakan SC untuk persalinan selanjutnya, jika persalinan

pervaginam dapat menyebabkan inkontinensia anal.

Sumber :

1. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1994.

Page 9: Terapi Medis Dan Non Medis Ruptur Perinei

2. Leeman L, Spearman M, Rogers R. Repair of Obstetric Perineal Laceration.

American Family Physician [Internet]. 2003 17 March 2014. Available

from:http://www.aafp.org/afp/2003/1015/p1585.pdf.

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1464/MENKES/PER/2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia; 2010.

Mochtar, Rustam, Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jilid 1. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC. 2005.