Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif...

23
PKM-GT 2011 USULAN PROG TERAPI HE TEMU HITAM ( PENGOBATAN IN 1. Setia Dwi Ward 2. Irma Dwi Angg 3. Tita Pristi Dwi C UNIVER GRAM KREATIVITAS MAHASI ERBAL DENGAN MINYAK ATSIRI RIM (Curcuma aeruginosa) SEBAGAI ALTERNA NFEKSI KULIT YANG DISEBABKAN BA Staphylococcus aureus BIDANG KEGIATAN : PKM-GT Diusulkan oleh : dhani NIM. G1F008022 / Angkatan 20 graeni NIM. G1F009051 / Angkatan 20 C. NIM. G1F009069 / Angkatan 20 RSITAS JENDERAL SOEDIRMA PURWOKERTO 2011 1 ISWA MPANG ATIF AKTERI 008 009 009 AN

description

Setia Dwi Wardhani

Transcript of Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif...

Page 1: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

PKM-GT 2011

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

TERAPI HERBAL DENGAN MINYAK ATSIRI RIMPANG

TEMU HITAM (

PENGOBATAN INFEKSI KULIT YANG DISEBABKAN BAKTERI

1. Setia Dwi Wardhani

2. Irma Dwi Anggraeni

3. Tita Pristi Dwi C.

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

TERAPI HERBAL DENGAN MINYAK ATSIRI RIMPANG

TEMU HITAM (Curcuma aeruginosa) SEBAGAI ALTERNATIF

PENGOBATAN INFEKSI KULIT YANG DISEBABKAN BAKTERI

Staphylococcus aureus

BIDANG KEGIATAN :

PKM-GT

Diusulkan oleh :

Setia Dwi Wardhani NIM. G1F008022 / Angkatan 2008

Irma Dwi Anggraeni NIM. G1F009051 / Angkatan 2009

Tita Pristi Dwi C. NIM. G1F009069 / Angkatan 2009

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2011

1

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

TERAPI HERBAL DENGAN MINYAK ATSIRI RIMPANG

SEBAGAI ALTERNATIF

PENGOBATAN INFEKSI KULIT YANG DISEBABKAN BAKTERI

/ Angkatan 2008

2009

2009

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Page 2: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

2

PKM-GT 2011

HALAMAN PENGESAHAN

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA 1 Judul Kegiatan : Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu

Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif

Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri

Staphylococcus aureus

2 Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI ( √ ) PKM-GT

3.Bidang Ilmu : (√) Kesehatan ( ) Pertanian

( ) MIPA ( ) Teknologi dan Rekayasa

( ) Sosial Ekonomi ( ) Humaniora

( ) Pendidikan

4. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Setia Dwi Wardhani

b. NIM : G1F008022

c. Jurusan : Farmasi

d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Jenderal Soedirman

e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Bugenvil 25 Pasekaran Indah

Batang Jawa Tengah

085640741407

f. Alamat email : [email protected]

5. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 (dua) orang

6. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap dan Gelar : Harwoko, S. Farm, Apt.

b. NIP : 19840705 200812 1 001

c. Alamat Rumah dan No Tel./HP :

Purwokerto, 2 Maret 2011

Menyetujui

Pembantu Dekan III Ketua Pelaksana

Drs. Bambang Hariyadi, M.Kes Setia Dwi Wardhani

NIP. 19600411 198603 1 001 NIM G1F008022

Pembantu Rektor III Dosen Pendamping

Prof. Dr. Imam Santosa, M.Si Harwoko, S. Farm, Apt.

NIP. 19611001 198803 1 0001 NIP. 19840705 200812 1 001

Page 3: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

3

PKM-GT 2011

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan PKM-GT yang berjudul

“Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma

aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri

Staphylococcus aureus” ini tanpa suatu halangan yang berarti.

Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dra. Hj. Trisnowati, M.Si., Apt. selaku Ketua Jurusan Farmasi FKIK

UNSOED yang telah memberikan ijin, fasilitas dan kemudahan dalam

penyusunan PKM-GT ini.

2. Harwoko, S.Farm., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan.

3. Teman-teman Farmasi UNSOED angkatan 2008 dan 2009 yang telah

memberikan saran dan semangat selama penulisan PKM-GT ini.

4. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya PKM-GT ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan PKM-GT ini banyak kekurangan,

maka segala kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan

demi kesempurnaan PKM-GT ini di masa yang akan datang. Namun diantara

keterbatasan yang ada, kami berharap tulisan kami ini dapat bermanfaat bagi

bidang kesehatan pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

Purwokerto, 2 Maret 2011

Penulis

Page 4: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

4

PKM-GT 2011

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iv

RINGKASAN.............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ........................................................................... 1

Tujuan ......................................................................................... 3

Manfaat ....................................................................................... 3

BAB II GAGASAN

Telaah Pustaka ............................................................................ 4

Temu Hitam ................................................................................ 4

Minyak Atsiri .............................................................................. 5

Bakteri Staphylococcus aureus ................................................... 7

Salep ............................................................................................ 8

Metode Penulisan ........................................................................ 9

Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 9

Pengolahan Data ......................................................................... 10

Analisis Sintesis ......................................................................... 10

Solusi .......................................................................................... 10

Langkah Strategis ....................................................................... 12

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ................................................................................. 13

Saran ........................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA................................................................. 14

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 5: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

5

PKM-GT 2011

RINGKASAN

Indonesia merupakan suatu negara yang mempunyai tanah yang subur

sehingga banyak ditumbuhi berbagai macam tanaman, misal tanaman obat.

Ketersediaan tanaman obat / herbal yang melimpah akan mendatangkan manfaat

bagi warga masyarakat. Keuntungan penggunaan obat tradisional ialah karena

mudah diperoleh, bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan sendiri dan murah.

Salah satu yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat ialah rimpang temu hitam.

Di dalam rimpang temu hitam terkandung minyak atsiri yang berkhasiat sebagai

anti mikroba, terutama pada bakteri Staphylococcus aureus penyebab penyakit

kulit. Penggunaan tanaman obat / herbal sebagai anti infeksi kulit dapat dipilih

guna meminimalisir efek samping.

Tanaman obat keluarga (TOGA) merupakan salah satu alternatif untuk

mengembangkan potensi obat herbal di Indonesia. Setiap keluarga dapat

membudidayakan tanaman obat secara mandiri dan memanfaatkannya, sehingga

akan terwujud prinsip kemandirian dalam pengobatan keluarga. Contoh tanaman

obat keluarga adalah temu hitam (Curcuma aeruginosa). Kandungan kimia yang

terkandung dalam rimpang temu hitam (Curcuma aeruginosa) antara lain

mengandung saponin, minyak atsiri, flavonoid, kurkumoid, zat pahit, damar,

lemak, dan mineral. Minyak atsiri mempunyai sifat mudah menguap (volatil)

sehingga jangan diletakkan di ruangan terbuka dengan suhu tinggi. Minyak atsiri

rimpang temu hitam dapat diisolasi dengan cara destilasi. Hasil dari destilasi

tersebut dikumpulkan di suatu koperasi untuk selanjutnya diproses di

laboratorium universitas.

Melihat kondisi tersebut, maka perlu diambil langkah strategis untuk

mengubah bahan baku minyak atsiri tersebut menjadi suatu sediian farmasi seperti

salep. Sebelum memasarkan produk dilakukan serangkaian pengujian untuk

mendapatkan sediaan yang stabil, aman, dan khasiatnya dapat terjamin.

Pemasaran diserahkan kembali kepada masyarakat melalui koperasi dengan

perjanjian bagi hasil sesuai kesepakatan antara pihak universitas dan koperasi.

promosi juga bisa dilakukan melalui pamflet, leaflet, spanduk, iklan pada sosial

media misal facebook, twitter, E. commerce, dan radio untuk pengembangan

target pasar, maupun people to people promotion (getok tular).

Terapi herbal menggunakan rimpang temu hitam tidak hanya dapat

mengurangi resiko resistensi terhadap antibiotik sintesis tetapi juga bisa dijadikan

sebagai lahan bisnis yang mendatangkan profit yang besar. Selain itu, bisa juga

sebagai pemberi informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pengobatan

herbal dan cara destilasi minyak atsiri rimpang temu hitam sebagai bentuk

transfer of knowledge (penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi) dalam rangka

pengabdian kepada masyarakat.

Kata kunci : terapi herbal, minyak atsiri, Curcuma aeruginosa,

Staphylococcus aureus

Page 6: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

6

PKM-GT 2011

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan obat tradisional yang

telah digunakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia secara turun temurun.

Keuntungan penggunaan obat tradisional ialah karena mudah diperoleh, bahan

bakunya dapat ditanam di pekarangan sendiri dan murah. Tanaman temu-temuan

dari suku Zingiberaceae dikenal selain untuk bumbu masak juga digunakan

sebagai obat. Pada umumnya minyak atsiri yang terdapat dalam rimpang adalah

yang berkhasiat sebagai anti mikroba.12

Salah satu temu-temuan yang telah lama digunakan oleh masyarakat

Indonesia sebagai bahan obat-obatan adalah temu hitam. Temu hitam

dimanfaatkan sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit termasuk

penyakit kulit yang disebabkan karena adanya bakteri dan jamur. Dalam

pengobatan herbal, sudah banyak jenis penyakit yang dapat disembuhkan dengan

rimpang temu hitam, seperti menyuburkan kandungan, ambeien, nyeri haid,

membersihkan darah setelah melahirkan, batuk, meningkatkan stamina,

menambah nafsu makan, menetralkan racun dalam tubuh, penyakit kulit misalnya

koreng, kudis, borok, asma, sariawan, dan kecacingan.23

Penelitian Dwi Puspa

(2002) membuktikan bahwa rimpang temu hitam mempunyai aktivitas sebagai

antibakteri maupun antijamur.

Penyebab masalah kekebalan antibiotik atau resistensi adalah

penggunaan antibiotik yang berlebihan dan pada beberapa kasus yang tidak tepat

guna.5 Masalah terjadinya resistensi terhadap antibiotik yang muncul

menyebabkan beberapa bakteri mampu bertahan hidup karena adanya perubahan

genetik. Bakteri yang bertahan hidup ini memperbanyak diri dan meneruskan

resistensi mereka, sebagai contoh, Staphylococcus aureus yang tergolong bakteri

gram positif. Antibiotik yang pertama digunakan untuk melawan bakteri ini

adalah penisilin. Namun setelah beberapa waktu, resistensi antibiotik ini mulai

terlihat sehingga dikembangkan antibiotik methisilin. Kasus resistensi ini terus

Page 7: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

7

PKM-GT 2011

berlanjut hingga methisilin sudah tidak dapat digunakan lagi, maka vancomisin

mulai digunakan dan sekarang resistensi terhadap obat inipun mulai terlihat.1

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat juga meningkatkan biaya

pengobatan dan efek samping. Efek samping yang disebabkan oleh penggunaan

antibiotik biasanya berupa rash, vertigo, anafilaksis, dan lain-lain. Kasus efek

samping ini dapat mengalami peningkatan pada pasien lanjut usia, bayi dan anak-

anak, pasien yang menerima polifarmasi dan pasien dengan berbagai macam

penyakit termasuk gangguan liver atau ginjal. Contoh beberapa antibiotik dengan

efek sampingnya adalah siprofloksasin menyebabkan kejang, INH dapat

menyebabkan hepatitis, monolaktam yang menyebabkan perdarahan klinis,

betalaktam dapat menimbulkan reaksi anafilaktik.5

Dengan semakin banyaknya penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi

bakteri, akan menjadi masalah bila antibiotik yang digunakan tidak lagi efektif

dalam malawan bakteri-bakteri penyebab infeksi (masalah resistensi), demikian

juga dengan masalah efek samping dari antibiotik itu sendiri. Oleh karena itu,

perlu dicari alternatif lain, misalnya dengan memanfaatkan tanaman-tanaman obat

yang diduga efektif menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri penyebab

infeksi, dan mudah didapat.5

Rimpang temu hitam mengandung saponin, minyak atsiri, flavonoid,

kurkuminoid, zat pahit, damar, lemak, mineral dan minyak dan saponin.22

Kandungan minyak atsiri terbesar terdapat pada irisan temu hitam, dan kadar

minyak atsiri maksimal terdapat pada waktu rimpang belum bertunas dan

mengeluarkan batang atau daun yang tumbuh.22

Penelitian tentang khasiat tanaman rimpang telah banyak dilakukan.

Yurhamen (2002) meneliti tentang tanaman lengkuas yang masih satu familia

dengan temu hitam dan membuktikan bahwa pada konsentrasi 6% - 8% dalam

etanol, minyak atsiri lengkuas dapat menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis

dan Staphylococcus aureus serta jamur Neurospora sp. dan Penicillium sp. Selain

itu, Khoridah (2007) melaporkan bahwa ekstrak etanolik rimpang temu hitam

pada konsentrasi 2,5% ; 5,0%; 7,5%; 10,0%; dan 12,5% mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.

Page 8: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

8

PKM-GT 2011

B. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penulisan

karya tulis ini adalah untuk meningkatkan pemanfaatan rimpang temu hitam

dalam pengobatan alternatif pada infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri S.

aureus, dan menginformasikan kepada masyarakat luas bahwa penggunaan obat

herbal sebagai anti infeksi dapat meminimalisir efek samping dibandingkan

dengan antibiotik sintesis yang dapat mengakibatkan resistensi bakteri.

C. Manfaat

Beberapa manfaat yang dapat diambil dalam penulisan karya tulis ini

adalah sebagai berikut:

1. Memberikan bukti ilmiah dan sumber informasi penting bagi masyarakat

dalam penggunaan bahan alami untuk pengobatan, sehingga efek terapi

(khasiat), mutu, dan keamanan dari rimpang temu hitam untuk kesehatan kulit

eksternal lebih terjamin dan tidak hanya berdasarkan praduga atau pengalaman

empiris saja, namun sudah terbukti secara ilmiah.

2. Memberikan alternatif pengobatan herbal untuk infeksi kulit yang disebabkan

bakteri S. aureus.

3. Dengan adanya pengetahuan tentang kefarmasian, yaitu destilasi minyak atsiri

dari bahan rimpang temu hitam tersebut, maka bisa membuka peluang usaha

bagi masyarakat untuk bekerjasama dengan pihak universitas.

Page 9: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

PKM-GT 2011

A. Telaah Pustaka

1. Temu Hitam (Curcuma aeruginosa

Gambar 1. Rimpang Temu H

Temu hitam terdapat di Burma, Kamboja,

sampai ke pulau Jawa. Selain ditanam di

juga banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati, padang rumput, serta di ladang

pada ketinggian 400-750 m

mempunyai tinggi 1-2 m, berbatang semu yang tersusun atas kumpulan pelepah

daun berwarna hijau atau cokelat gelap.

a. Klasifikasi temu hitam (

Nama umum/dagang

Kingdom

Divisi (division)

Anak divisi (sud

Bangsa (ordo)

Suku (family)

Marga (genus)

Jenis (species)

Nama daerah

(Melayu), temu hitam (Minang). Jawa: koneng hideung (Sunda), temu

hitam (Jawa), temu ereng (Madura). Sulawesi: temu leteng (Makasar),

temu lotong (bugis). NTT: temu

BAB II

GAGASAN

Curcuma aeruginosa Roxb.)

Gambar 1. Rimpang Temu Hitam ( Curcuma aeruginosa Rhizoma ) 2

Temu hitam terdapat di Burma, Kamboja, Indocina, dan menyebar

sampai ke pulau Jawa. Selain ditanam di pekarangan dan perkebunan, temu hitam

juga banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati, padang rumput, serta di ladang

750 m diatas permukaan laut (dpl). Tanaman tahunan ini

2 m, berbatang semu yang tersusun atas kumpulan pelepah

daun berwarna hijau atau cokelat gelap.2

Klasifikasi temu hitam (Curcuma aeruginosa Roxb)

Nama umum/dagang : Temu hitam / temu hitam

: Plantae (tumbuh-tumbuhan)

: Spermathophyta

Anak divisi (sud-divisio) : Angiospermae

: Zingiberales

: Zingiberanceae

: Curcuma

: Curcuma aeruginosa Roxb

: Sumatera; temu erang, temu itam

(Melayu), temu hitam (Minang). Jawa: koneng hideung (Sunda), temu

(Jawa), temu ereng (Madura). Sulawesi: temu leteng (Makasar),

temu lotong (bugis). NTT: temu hitam (Bali).6

9

Indocina, dan menyebar

perkebunan, temu hitam

juga banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati, padang rumput, serta di ladang

tahunan ini

2 m, berbatang semu yang tersusun atas kumpulan pelepah

: Sumatera; temu erang, temu itam

(Melayu), temu hitam (Minang). Jawa: koneng hideung (Sunda), temu

(Jawa), temu ereng (Madura). Sulawesi: temu leteng (Makasar),

Page 10: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

10

PKM-GT 2011

b. Deskripsi

Temu hitam merupakan tanaman berbatang semu dengan ketinggian

mencapai 1,5 m. Tanaman ini mempunyai rimpang berwarna gelap memiliki

aroma khas. Daun tunggalnya berbentuk bulat telur dengan helaian daun berwarna

hijau, bertulang daun menyirip, dan permukaan bagian atas terlihat garis-garis

cokelat membujur. Pelepahnya melekat satu dengan yang lain hingga membentuk

batang. Sementara bunga majemuk berwarna ungu merah dengan tangkai yang

panjang mencapai 35 cm.15

c. Sifat dan khasiat

Rimpang rasanya pahit, tajam, dingin. Rimpang berkhasiat untuk

membangkitkan nafsu makan, melancarkan keluarnya darah kotor setelah

melahirkan, penyakit kulit seperti kudis, ruam, dan borok, perut mules (kolik),

sariawan, batuk, sesak nafas, dan cacingan, encok, kegemukan badan.19

d. Kandungan kimia

Rimpang temu hitam mengandung saponin, minyak atsiri, flavonoid,

kurkuminoid, zat pahit, damar, lemak, mineral dan minyak dan saponin.22

Kandungan minyak atsiri terbesar terdapat pada irisan temu hitam, dan kadar

minyak atsiri maksimal terdapat pada waktu rimpang belum bertunas dan

mengeluarkan batang atau daun yang tumbuh.22

2. Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah bagian komponen tanaman yang mempunyai

banyak manfaatnya. Salah satunya manfaat dalam bidang kesehatan yaitu sebagai

antibakteri. Minyak atsiri berupa cairan kental kuning emas mengandung :

monoterpen dan sesquiterpen. Monoterpen Curcuma aeruginosa terdiri dari

monoterpen hidrokarbon (alfa pinen, D-kamfen), monoterpen alkohol (D-

borneol), monoterpen keton (D-kamfer), monoterpen oksida (sineol). Seskuiterpen

dalam C. aeruginosa terdiri dari berbagai golongan seperti bisabolen, elema,

germakran, eudesman, guaian dan golongan spironolakton. Kandungan lain

meliputi : etil-p-metoksisinamat, 3,7-dimetillindan-5-asam karboksilat.10

Hasil

penelitian Rahayu (1992), bahwa minyak atsiri rimpang C. aeruginosa memiliki

Page 11: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

11

PKM-GT 2011

aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus, Vibrio comma dan

Escherichia coli.

Minyak atsiri bersifat mudah menguap sehingga tidak bisa digunakan

secara langsung. Minyak atsiri ini juga akan lebih bermanfaat bila diformulasikan

dalam sebuah bentuk sediaan. Sediaan yang cocok untuk pengobatan topikal

adalah salep.4 Penggunaan salep dapat memungkinkan kontak dengan tempat

aplikasi lebih lama sehingga pelepasan zat aktif minyak atsiri akan lebih

maksimal. Pelepasan zat aktif dalam sediaan salep tidak lepas dari pemilihan basis

yang cocok karena basis salep juga turut berperan pada keberhasilan terapi

pemakaian salep.14

Destilasi uap air adalah metode yang sangat cocok untuk mengekstraksi

senyawa kandungan yang mudah meguap seperti minyak atsiri dari bahan segar

atau simplisia. Pada destilasi uap air bahan tidak benar-benar tercelup ke dalam air

yang mendidih, namun dilewati uap air sehingga minyak atsiri ikut terdestilasi.

Destilasi uap umumnya digunakan untuk memurnikan senyawa organik yang

terdestilasi uap (volatile), tidak tercamourkan dengan air, mempunyai tekanan uap

yang tinggi pada 100oC dan mengandung pengotor yang tidak atsiri (nonvolatile).

2

Cara pemurnian dengan destilasi uap :

1. Cairan penyari dimasukkan ke dalam bejana melalui corong.

2. Serbuk rimpang temu hitam dimasukkan dalam kantong kain dimasukkan

kedalam ekstraktor. Pada bejana ini di bagian dalam dimasukkan bejana

yang berlubang-lubang dan dibuat dari baja bahan karat.

3. Bejana dipanaskan. Pemanas dapat dilakukan dengan pemanasan api besar

langsung pada labu.

4. Keran atas dibuka, dan keran yang lainnya tertutup.

5. Uap cairan akan mengalir melalui pipa, kemudian diembunkan oleh

pendingin. Cairan akan mengalir ke ekstraktor dan akam merendam

simplisia temu hitam tersebut.

6. Setelah cairan itu setinggi gelas penduga, keran (bawah) dibuka, sehingga

hasil penyarian mengalir kebejana. Bila hasil penyarian telah mengalir,

semua keran ditutup kembali.

Page 12: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

12

PKM-GT 2011

7. Cairan rimpang temu hitam akan menguap sedangkan zat aktifnya

tertinggal dalam bejana.

8. Pekerjaan ini diulang sampai simplisia temu hitam tersari dengan

sempurna.2

3. Bakteri Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan gram positif, tidak bergerak, tidak

berspora dan mampu membentuk kapsul berbentuk kapsul berbentuk kokus dan

tersusun seperti buah anggur. S. aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, yang

mampu menfermentasikan monitol dan menghasilkan enzim koagulase, fosfotase,

protease dan lipase. S. aureus mengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan

lisisnya sel darah merah. Toksin yang dibentuk oleh S. aureus adalah haemolysin

alfa, beta, gamma, delta dan apsilon.17

S. aureus yang patogen sering

menghemolisis darah, mengkoagulasi plasma dan menghasilkan berbagai enzim

ekstraseluler dan toksik.13

Klasifikasi bakteri Staphylococcus aureus adalah :

Kingdom : Monera

Divisio : Firmicutes

Class : Bacilli

Order : Bacillales

Family : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus 17

Infeksi-infeksi Staphylococcus dari kulit dapat berlanjut ke impetigo

(pengerasan dari kulit) atau cellulitis (peradangan dari jaringan penghubung di

bawah kulit, menjurus pada pembengkakan dan kemerahan dari area itu). Pada

kasus-kasus yang jarang, komplikasi yang serius yang dikenal sebagai scalded

skin syndrome. Pada wanita yang menyusui, Staphylococcus dapat berakibat pada

mastitis (peradangan payudara) atau bisul bernanah dari payudara. Bisul-bisul

bernanah Staphylococcal dapat melepaskan bakteri-bakteri dalam air susu ibu.17

Page 13: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

13

PKM-GT 2011

4. Salep

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan mudah

digunakan sebagai obat luar, bahan obat harus larut atau terdistribusi homogen

dalam dasar salep yang cocok.6

a. Syarat-syarat Salep

Salep harus memenuhi kualitas dasar antara lain :

1). Stabil

Salep harus stabil selama masih digunakan untuk mengobati. Oleh karena

itu bebas inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada

dalam panas.

2). Lunak

Salep banyak digunakan untuk kulit teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi

dan dibuat sedemikian sehingga semua zat keadaan yang halus dan seluruh produk

harus lunak dan homogen.

3). Mudah Digunakan

Kebanyakan keadaan salep adalah mudah digunakan, kecuali sediaan

salep dalam keadaan sangat kaku (keras) atau sangat encer. Salep tipe emulsi

umumnya paling mudah digunakan dan mudah dihilangkan dari kulit.

4). Dasar salep yang cocok

Dasar salep harus dapat campur secara fisika dan fisika kimia dengan

obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat aksi

terapi dari obat dan dipilih sedemikian rupa untuk mampu melepas obat pada

daerah yang diobati.

5). Terdistribusi merata

Pengobatan dengan salep yang padat atau cair harus terdistribusi merata

melalui dasar salep. Pengobatan harus disesuaikan dengan fase yang cocok bila

dengan produk teremulsi.4

b. Penggolongan dasar salep

1). Dasar salep hidrokarbon

Dasar salep hidrokarbon (bersifat lemak) bebas air, preparat yang berair

mungkin dapat dicampurkan hanya dalam jumlah sedikit saja, bila lebih minyak

Page 14: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

14

PKM-GT 2011

sukar bercampur. Dasar hidrokarbon dipakai terutama untuk efek emolien. Dasar

salep tersebut bertahan pada kulit untuk waktu yang lama dan tidak

memungkinkan larinya lembab ke udara dan sukar dicuci. Kerjanya sebagai bahan

penutup saja Contoh : Vaseline, paraffin, minyak mineral.4

2). Dasar salep absorbsi

Dasar salep ini berguna sebagai emolien walaupun tidak menyediakan

derajat penutupan seperti yang dihasilkan dasar salep berlemak. Dasar salep ini

juga bermanfaat untuk percampuran larutan berair ke dalam larutan berlemak.

Contoh : Petrolatum hidrofilik, lanolin anhidrida, lanolin, cold cream.4

3). Dasar salep tercuci atau yang dapat dibersihkan dengan air

Dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air merupakan emulsi minyak

dalam air yang dapat dicuci dari kulit dan pakaian dengan air. Dari sudut pandang

terapi mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi cairan aerosol yang keluar

dari cairan dermatologi. Contoh: Salep hidrokarbon.4

4). Dasar salep larut dalam air

Basis yang larut dalam air biasanya disebut sebagai greseless karena

tidak mengandung bahan berlemak. Karena dasar salep ini sangat mudah melunak

dengan penambahan air, larutan air tidak efektif dicampurkan ke dalam bahan

dasar ini. Dasar salep ini lebih baik digunakan untuk dicampurkan dengan bahan

tidak berair atau bahan padat. Contoh : Polietilenglikol.4

B. Metode Penulisan

1. Prosedur Pengumpulan Data

Metode penulisan program kreativitas mahasiswa ini menggunakan

metode deskriptif yang dilakukan melalui penelusuran, pengumpulan dan telaah

pustaka yang relevan, aktual dan faktual dengan masalah yang dikaji. Bahan

kajian tersebut berupa data-data sekunder, data-data primer, dan informasi yang

relevan dengan permasalahan. Data dan informasi diperoleh dari berbagai sumber

referensi seperti laporan, jurnal, skripsi, dan buku serta media elektronik

(internet).

Page 15: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

15

PKM-GT 2011

2. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan menyusun

secara sistematis dan logis.

3. Analisis-Sintesis

Teknik analisis data yang dipilih adalah analisis deskriptif argumentatif,

dengan tulisan yang bersifat deskriptif, mendeskripsikan tentang aktivitas minyak

atsiri rimpang temu hitam sebagai antibakteri. Setelah proses analisis, dilakukan

proses sintesis dengan menghimpun dan menghubungkan perumusan masalah,

tujuan penulisan serta pembahasan dilakukan untuk mendapatkan solusi dan

kesimpulan. Selanjutnya ditarik simpulan yang bersifat umum kemudian

direkomendasikan beberapa hal sebagai upaya transfer gagasan.

C. Solusi

Infeksi merupakan penyebab utama sakit di dunia terutama daerah tropis

seperti Indonesia karena keadaan udara yang berdebu, temperatur yang hangat dan

lembab sehingga mikroba dapat tumbuh subur. Hal tersebut mendorong

pentingnya penggalian sumber obat-obatan antimikroba dari bahan alam.

Tanaman obat diketahui potensial dikembangkan lebih lanjut untuk penyakit

infeksi namun masih banyak yang belum dibuktikan aktivitasnya secara ilmiah.11

Tanaman obat keluarga (disingkat TOGA) adalah tanaman hasil budidaya

rumahan yang berkhasiat sebagai obat. Tanaman obat keluarga pada hakekatnya

adalah sebidang tanah, baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang

digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam

rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman obat atau

bahan obat dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat, khususnya obat

yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Budidaya tanaman obat untuk keluarga

(TOGA) dapat memacu usaha kecil dan menengah di bidang obat-obatan herbal

sekalipun dilakukan secara individual. Setiap keluarga dapat membudidayakan

tanaman obat secara mandiri dan memanfaatkannya, sehingga akan terwujud

prinsip kemandirian dalam pengobatan keluarga. Contoh tanaman obat keluarga

adalah temu hitam (Curcuma aeruginosa). Temu Hitam, yang oleh orang Jawa

Page 16: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

16

PKM-GT 2011

lebih dikenal sebagai temu ireng, merupakan salah satu tanaman obat yang sangat

layak untuk dibudidayakan karena khasiat dan nilai bisnisnya.3

Sekarang ini pemanfaatan obat tradisional yang berasal dari tumbuhan

berkembang dengan pesat dan banyak dijadikan alternatif oleh sebagian

masyarakat. Efek samping obat tradisional relatif lebih kecil, harga yang dapat

dijangkau masyarakat, efek farmakologi yang dapat dipercepat dan diperkuat

dengan cara purifikasi ekstrak serta adanya data ilmiah yang lengkap, hal ini

merupakan keunggulan obat tradisional. Fenomena ini mendorong adanya

pengenalan, penelitian, pengujian dan pengembagan khasiat serta keamanan suatu

tumbuhan supaya peranan dan kualitasnya dapat lebih ditingkatkan.16

Edukasi kepada masyarakat melalui perkumpulan PKK, Posyandu, dan

lain sebagainya dilakukan agar masyarakat dapat menanam temu hitam di

pekarangan rumah masing-masing. Tanaman tersebut bisa dijadikan tanaman obat

keluarga (TOGA). Apabila program itu dapat dicanangkan, maka produksi

rimpang temu hitam yang berlimpah bisa dimanfaatkan menjadi suatu hasil yang

lebih komersial. Rimpang temu hitam tersebut dikumpulkan dalam suatu badan,

misal koperasi unit desa. Selanjutnya di koperasi, rimpang temu hitam tersebut

dilakukan destilasi secara sederhana untuk bisa mengambil kandungan minyak

atsirinya. Minyak atsiri yang sudah murni dibawa ke universitas, khususnya pada

jurusan Farmasi. Di laboratorium minyak atsiri diolah menjadi suatu bentuk

sediaan farmasi seperti salep yang berkhasiat, terjamin mutu dan keamanan serta

dapat diterima oleh konsumen (acceptable). Setelah serangkaian uji dinyatakan

memenuhi syarat, maka laboratorium tersebut mengeluarkan produk berupa salep

dengan zat aktif minyak atsiri dari rimpang temu hitam. Untuk pemasaran produk

dilakukan dengan memberdayakan masyarakat desa melalui koperasi atau

penjualan door to door. Dari hasil penjualan produk tersebut, akan dilakukan bagi

hasil antara pihak universitas dan masyarakat, sehingga bisa saling

menguntungkan.

Page 17: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

17

PKM-GT 2011

D. Langkah Strategis

Dari uraian di atas, diperlukan suatu kerjasama antara masyarakat selaku

penghasil / pemasok rimpang temu hitam dan pihak universitas selaku pengolah

minyak atsiri dari rimpang temu hitam menjadi sediaan farmasi yang lebih

modern yaitu salep. Di laboratorium dilakukan uji mengenai sediaan salep

tersebut dan uji antibakteri salep minyak atsiri dari rimpang temu hitam untuk

membuktikan khasiat dalam mengobati infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri

Staphylococcus aureus. Setelah uji pada sediaan salep dan uji anti bakteri selesai

dilakukan, maka dilakukan uji pre klinik pada hewan, misal kelinci. Pengujian

tersebut dilakukan untuk mendapatkan sediaan yang stabil, aman, dan khasiatnya

dapat terjamin. Setelah semua uji dinyatakan lolos, maka dilakukan

pengembangan produksi yang lebih besar. Pemasaran diserahkan kembali kepada

masyarakat melalui koperasi dengan perjanjian bagi hasil sesuai kesepakatan

antara pihak universitas dan koperasi. Di koperasi, produk salep dari laboratorium

di display sehingga bisa dilihat oleh konsumen supaya berminat untuk

membelinya. Selain itu, promosi juga bisa dilakukan melalui pamflet, leaflet,

spanduk, iklan pada sosial media misal facebook, twitter, E. commerce, dan radio

untuk pengembangan target pasar, maupun people to people promotion (getok

tular). Pembagian hasil penjualan produk dilakukan sesuai dengan perjanjian

antara masyarakat sebagai pemasok bahan baku dengan pihak universitas sebagai

pengolah bahan baku menjadi produk yang layak jual.

Page 18: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

18

PKM-GT 2011

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dalam gagasan penelitian ini dapat memberi informasi

kepada masyarakat mengenai data terbaru pemanfaatan rimpang temu hitam

sebagai alternatif obat herbal pada infeksi kulit yang disebabkan bakteri

Staphylococcus aureus. Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Pemanfaatan tanaman rimpang temu hitam sebagai pengganti antibiotik sintetis

untuk mengobati penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus

aureus.

2. Kerjasama antara masyarakat dan universitas bisa menghasilkan suatu produk

salep yang akan mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak.

3. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pengobatan

herbal dan cara destilasi minyak atsiri rimpang temu hitam sebagai bentuk

transfer of knowledge (penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi) dalam

rangka pengabdian kepada masyarakat.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis, sintesis, dan kesimpulan yang diperoleh, maka

direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :

1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa aktif dalam rimpang

temu hitam yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri dan optimasi

formula salep rimpang temu hitam.

2. Menggalakkan penggunaan tanaman obat asli Indonesia dalam terapi herbal

untuk berbagai penyakit.

Page 19: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

19

PKM-GT 2011

DAFTAR PUSTAKA

1. Angryani, C., 2006, Karakterisasi Bakteri ”X” dan Pengaruh Pemanasan

Terhadap Supernatan Kultur Bakteri ”X” Dalam Kemampuannya

Mengendalikan Produksi Pigmen Jingga, Skripsi, Fakultas Farmasi

Universitas Surabaya, Surabaya.

2. Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta

3. Anonim, 2011, Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (Toga) untuk

Kesehatan Keluarga, http://www.library.usu.ac.id, Diakses pada 20 Februari

2011.

4. Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh

Farida Ibrahim, Edisi 1V, 502-510, UI-Press, Jakarta.

5. Aslam, M., 2003, Farmasi Klinis Menuju Pengobatan Rasional dan

Penghargaan Pilihan Pasien, Elex Media Komputindo, Jakarta.

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia

Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonasia, Jakarta.

7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia

Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonasia, Jakarta.

8. Dwidjoseputro, D., 2003, Dasar-Dasar Mikrobiologi, 41-43, Djambakan,

Jakarta.

9. Dwi Puspa, N. 2002. Aktivitas Antimikroba Minyak Atsiri Beberapa Rimpang

Famili Zingiberaceae. http://www.kimialipi.com, diakses 20 Februari 2011.

10. Harbone, J.B., 1987, Metoda Fitokimia, diterjemahkan oleh K. Padmawinata.

Penerbit ITB, Bandung.

11. Hertiani T., Palupi, I.S., Sanliferianti, dan Nurwindasari, H.D., 2003, Uji

Potensi Antimikroba terhadap S. aureus, E. coli, Shigella dysentriae, dan

Candida albicans dari Beberapa Tanaman Obat Tradisional untuk Penyakit

Infeksi, Pharmacon, vol. 4 no.2, UMS. Surakarta.

12. Hyene, J.B. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III, diterjemahkan oleh

Badan Litbang Kehutanan Jakarta, Penerbit Yayasan Sarana Warajaya,

Jakarta.

13. Jawetz, Melniek, dan Adelberg's, 2001, Mikrobiologi Kedokteran,

Penerjemah dan editor bagian mikrobiologi fakultas kedokteran, Universitas

Airlangga, Surabaya.

14. Khoridah, S., 2007, Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Ekstrak Etanolik

Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.) dalam Sediaan Salep

Terhadap Sifat Fisik dan Daya Antibakteri, Skripsi, Fakultas Farmasi

Universitas Wahid Hasyim, Semarang.

Page 20: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

20

PKM-GT 2011

15. Mursito, B., 2003, Ramuan Tradisional untuk Pelangsing Tubuh 6-8, PT.

Penebar Swadaya Anggota IKAPI, Jakarta.

16. Pramono, S., 1999, Buku Risalah Temu Ilmiah, Fakultas Farmasi UGM,

Yogyakarta.

17. Rachdie, 2005, Pengaruh Ekstrak Serbuk Kayu Siwak (Salvadora persica)

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus

aureus dengan Metode Difusi Agar. http://skripsi.blogsome.com. diakses 20

Februari 2011.

18. Rahayu, Rita D., 1992, Uji pendahuluan toksisitas ekstrak Curcuma

xanthorrhiza Roxb, Curcuma aeruginosa Roxb, dan Kaempferia pandurata,

Laporan penelitian. Pusat Penelitian dan Pengem bangan Biologi-LIPI.

19. Setiawan, 2005, Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar, Cetakan V, Puspa

Swara Anggota IKAPI, Jakarta.

20. Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting Khasiat Penggunaan

dan Efek Samping, Edisi VI, PT Elex Media Computindo, Jakarta

21. Volk., W, dan Wheeler., M., 1990, Mikrobiologi Dasar, Edisi V, Penerbit

Erlangga, Jakarta.

22. Widyawati, M., Darsono, F.I., dan Senny, Y.E., 2003, Penentuan Kadar

Kurkuminoid dari ekstrak Temu Hitam secara Densitometri.

http://www.perpus.wima.ac.id, diakses 18 Februari 2011

23. Wijayakusuma, H., 2006, Sehat dengan Temu Hitam,

http://www.yourcompany.com, diakses 18 Februari 2011.

24. Yurhamen, 2002, Uji Aktivitas Anti Mikroba Minyak Atsiri dan Ekstrak

Metanol Lengkuas (Alpinia galanga), Skripsi, Jurusan Kimia, FMIPA,

Universitas Riau, Riau.

Page 21: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

21

PKM-GT 2011

CURRICULUM VITAE

Ketua

Nama : Setia Dwi Wardhani

NIM : G1F008022

Alamat : Jln. Bugenvil No.25 Pasekaran Indah Batang, Kab.

Batang, Jawa Tengah

Telepon : 085640741407

E-Mail : [email protected]

Tempat Tanggal Lahir : Batang, 4 Maret 1990

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Belum Kawin

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Pengalaman organisasi:

- Staf Bidang Riset Unit Kegiatan Mahasiswa Pelayanan Informasi Obat

(UKM PIO) Universitas Jenderal Soedirman 2009-2010

- Koordinator Bidang Eksternal Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh

Indonesia (ISMAFARSI) Universitas Jenderal Soedirman 2009-2010

- Koordinator Bidang Keilmuan Ikatan Mahasiswa Pekalongan-Batang

(IMAKABA) 2009-2010

Pengalaman Penelitian:

- 2010. Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Etanolik Buah Belimbing Wuluh

(Averrhoa bilimbi Linn.) dalam Variasi Basis Salep dan Uji Antibakteri

pada Propionibacterium acnes Penyabab Jerawat.

Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dalam keadaan yang sebenar-benarnya.

Purwokerto, 2 Maret 2011

Setia Dwi Wardhani

Page 22: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

22

PKM-GT 2011

Anggota 1

Nama : Irma Dwi Anggraeni

NIM : G1F009051

Alamat : Desa Banjaranyar RT 21/06 Randudongkal, Pemalang

Telepon : 085642555505

E-Mail : [email protected]

Tempat Tanggal Lahir : Brebes, 8 Maret 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Pengalaman organisasi:

- Staf Bidang Riset Unit Kegiatan Mahasiswa Pelayanan Informasi Obat

(UKM PIO) Universitas Jenderal Soedirman 2010-2011

Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dalam keadaan yang sebenar-benarnya.

Purwokerto, 2 Maret 2011

Irma Dwi Anggraeni

Page 23: Terapi Herbal dengan Minyak Atsiri Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) Sebagai Alternatif Pengobatan Infeksi Kulit yang Disebabkan Bakteri Staphylococcus aureus

23

PKM-GT 2011

Anggota 2

Nama : Tita Pristi Dwi C.

NIM : G1F009069

Alamat : Jl. Raya Gumelar, Cihonje RT 01/06 Kec. Gumelar,

Banyumas

Telepon : 085647948965

E-Mail : [email protected]

Tempat Tanggal Lahir :

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Pengalaman organisasi:

- Staf Bidang Riset Unit Kegiatan Mahasiswa Pelayanan Informasi Obat

(UKM PIO) Universitas Jenderal Soedirman 2010-2011

Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dalam keadaan yang sebenar-benarnya.

Purwokerto, 2 Maret 2011

Tita Pristi Dwi C.