TERAPI CAIRAN -...

21
TERAPI CAIRAN Oleh : I Putu Raditya Dananjaya Sukarata dr. I Putu Kurniyanta, Sp.An BAGIAN/SMF ILMU ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA RSUP SANGLAH 2017

Transcript of TERAPI CAIRAN -...

Page 1: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

TERAPI CAIRAN

Oleh :

I Putu Raditya Dananjaya Sukarata

dr. I Putu Kurniyanta, Sp.An

BAGIAN/SMF ILMU ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

RSUP SANGLAH

2017

Page 2: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................ i

Kata Pengantar ............................................................................................... ii

Daftar Isi......................................................................................................... iii

Daftar Tabel ................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3

2.1 Cairan Tubuh .................................................................................. 3

2.1.1 Komposisi dan Distribusi Cairan Tubuh ............................... 4

2.1.2 Kebutuhan dan Keseimbangan Harian Cairan Tubuh ........... 4

2.1.3 Homeostasis Cairan ............................................................... 5

2.2 Terapi Cairan .................................................................................. 6

2.2.1 Jenis Cairan dan Indikasinya ................................................. 6

2.2.2 Terapi Cairan Perioperatif ..................................................... 11

2.2.3 Jalur Pemberian Terapi Cairan .............................................. 13

2.2.4 Komplikasi Terapi Cairan...................................................... 14

BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Distribusi Cairan Tubuh ................................................................. 3

Tabel 2.2 Kebutuhan Cairan per Hari ............................................................ 4

Tabel 2.3 Perbandingan Kristaloid dan Koloid .............................................. 9

Tabel 2.4 Rata – rata Volume Darah .............................................................. 12

Page 4: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

1

BAB I

PENDAHULUAN

Tubuh manusia terdiri dari berbagai macam komponen yang saling

berhubungan. Cairan merupakan salah satu komponen penting dalam tubuh

manusia. Hampir 60 % dari komposisi tubuh manusia merupakan cairan yang

berupa larutan ion dan zat lainnya. Jumlah cairan tubuh total pada masing-masing

individu dapat bervariasi berdasarkan umur, berat badan, maupun jenis kelamin.

Cairan dan elektrolit tersebut memiliki komponen utama yang berbeda dan

fungsinya masing-masing sebagai struktur penting yang membentuk dan

menunjang tubuh manusia, sehingga dapat berfungsi dengan baik melalui

mekanisme pengaturan yang sedemikian rupa.

Cairan dalam tubuh manusia dibagi menjadi cairan intraseluler dan cairan

ekstraseluler. Kedua cairan tersebut dipisahkan oleh membran sel yang sangat

permeabel terhadap air, tetapi tidak permeabel terhadap sebagian besar elektrolit.

Komponen cairan ekstraseluler terdiri dari ion natrium, klorida dan bikarbonat

yang jumlahnya banyak serta ditambah berbagai zat gizi untuk sel, seperti

oksigen, glukosa, asam lemak, dan asam amino. Komponen penting dari cairan

ekstraseluler adalah cairan interstisial, yang jumlahnya mencapai tiga perempat

dari keseluruhan cairan ekstraselular, dan seperempat lainnya merupakan plasma.

Sedangkan cairan intraseluler mengandung banyak ion kalium, magnesium dan

fosfat dibandingkan dengan ion natrium dan klorida yang banyak ditemukan pada

cairan ekstraseluler.1

Keseimbangan distribusi cairan dan elektrolit diatur melalui proses

pengaturan mekanisme yang beraneka ragam dan saling terkait dalam satu

kesatuan. Bila terjadi gangguan keseimbangan dari cairan dan elektrolit,

normalnya segera diikuti oleh proses kompensasi untuk mempertahankan kondisi

normal cairan dan elektrolit sehingga fungsi organ vital dapat dipertahankan. Agar

keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara optimal dan terus

menerus, diperlukan proses pengaturan keseimbangan yang adekuat. Apabila

terjadi gangguan di salah satu komponen tersebut bisa menimbulkan keadaan

patologis yang mengancam tubuh manusia.2

Page 5: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

2

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat terjadi

pada keadaan diare, muntah-muntah, sindrom malabsorbsi, ekskresi keringat yang

berlebih pada kulit, pengeluaran cairan yang tidak disadari (insesible water loss)

secara berlebihan oleh paru-paru, perdarahan, berkurangnya kemampuan pada

ginjal dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Dalam

keadaan tersebut, pasien perlu diberikan terapi cairan agar volume cairan tubuh

yang hilang dapat digantikan dengan segera.3

Pemberian metode terapi cairan dengan tujuan perbaikan dan perawatan

stabilitas hemodinamik pada pasien memerlukan berbagai pertimbangan, karena

pemilihannya tergantung pada jenis dan komposisi elektrolit dari cairan yang

hilang dari tubuh. Jumlah kasus kesalahan terapi cairan jarang dilaporkan, namun

diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

intravena menderita komplikasi atau morbiditas karena pemberian terapi cairan

yang tidak tepat.4 Mengetahui pentingnya pemberian terapi cairan dan

pertimbangan lainnya terhadap pasien membuat penulis tertarik untuk membahas

terapi cairan.

Page 6: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

3

BAB II

ISI

2.1 Cairan Tubuh

2.1.1 Komposisi dan Distribusi Cairan Tubuh

Tubuh manusia tersusun sebagian besar oleh cairan. Hampir 60% berat

badan orang dewasa terdiri dari cairan. Jumlah cairan tubuh total pada masing-

masing individu dapat bervariasi menurut umur, berat badan, jenis kelamin serta

jumlah lemak tubuh. Air menyusun sekitar 60 persen dari total berat tubuh pada

laki laki dewasa. Untuk tubuh wanita dewasa mengandung cairan sekitar 50

persen dari total berat badannya. Hal ini disebabkan karena jumlah jaringan

adiposa yang relatif lebih banyak pada wanita dibandingkan dengan pria. Pada

bayi, 75 persen komposisi tubuhnya terdiri dari cairan dibandingkan dengan orang

dewasa. Sejalan dengan pertumbuhan seseorang, maka persentase total cairan

tubuh terhadap berat badan akan semakin menurun. Hal ini berhubungan dengan

faktor bertambahnya usia, yang menyebabkan berkurangnya persentase cairan

dalam tubuh.1,5

Tabel 2.1 Distribusi Cairan Tubuh1

Distribusi cairan Laki-laki Dewasa Perempuan

Dewasa Bayi

Total air tubuh (%) 60 50 75

Intraseluler 40 30 40

Ekstraseluler 20 20 35

- Plasma 5 5 5

- Intersisial 15 15 30

Cairan tubuh terdistribusi antara dua kompartemen cairan utama yang

dipisahkan oleh membran sel, yaitu cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.

Cairan ekstraseluler dibagi menjadi intravaskular atau plasma dan kompartemen

interstitial. Selain itu ada pula kompartemen kecil yang juga disebut sebagai

cairan transeluler. Bagian tersebut terdiri dari cairan dalam rongga sinovial,

peritoneum, perikardium serta cairan serebrospinal. Cairan tersebut termasuk ke

dalam jenis khusus cairan ekstraseluler.1

Page 7: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

4

1. Cairan intraseluler

Cairan mengandung sejumlah besar ion kalium dan fosfat ditambah ion

magnesium dan sulfat dalam jumlah sedang, yang mana semua ion ini

memiliki konsentrasi yang rendah di cairan ekstraseluler. Sel ini juga

mengandung sejumlah besar protein, hampir empat kali jumlah protein

dalam plasma.1

2. Cairan ekstraseluler

Komponen cairan ekstraseluler terdiri dari ion natrium, klorida dan

bikarbonat yang jumlahnya banyak serta ditambah berbagai zat gizi untuk

sel, seperti oksigen, glukosa, asam lemak, dan asam amino. Komponen

penting dari cairan ekstraseluler adalah cairan interstisial, yang jumlahnya

mencapai tiga perempat dari keseluruhan cairan ekstraselular, dan

seperempat lainnya merupakan plasma.1

2.1.2 Kebutuhan dan Keseimbangan Harian Cairan Tubuh

Makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh dengan cara oral

dapat menjadi asupan cairan dan elektrolit dalam keadaan normal. Total air tubuh

juga dipengaruhi oleh proses metabolisme yang berlangsung. Normalnya,

keluaran cairan tubuh dapat terjadi melalui urin, insensibel water loss, dan juga

melalui saluran cerna. Sedangkan dari keadaan patologis seperti muntah, diare,

trauma, ataupun perdarahan aktif, merupakan beberapa cara yang menyebabkan

tubuh dapat kehilangan cairan. Kebutuhan cairan setiap harinya dapat ditentukan

dengan rumus Holiday Segar.4

Tabel 2.2 Kebutuhan Cairan per Hari4

Berat badan Kebutuhan Cairan per

Hari

Kebutuhan cairan per

Jam

10 kg pertama 100 ml/kg 4 ml/kg

10 kg kedua 50 ml/kg 2 ml/kg

Berat badan selebihnya 20 ml/kg 1 ml/kg

Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh dapat dilakukan dengan

mengurangi total cairan masuk dan cairan keluar. Balans cairan sebaiknya tidak

melebihi dari 200-400 ml per harinya. Insensibel water loss yang termasuk ke

dalam cairan keluar, dihitung dengan perkiraan 15 ml/kgBB/hari. Kehilangan

Page 8: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

5

akibat peningkatan suhu tubuh dihitung kurang lebih 10% dari kebutuhan cairan

per hari.2,4

2.1.3 Homeostasis Cairan

Keseimbangan normal cairan dan elektrolit pada kompartemen

intraseluler, ekstraselular, baik pada komponen interstisial maupun intravaskular

harus bekerja sesuai kontrol fisiologis normal agar fungsi seluler dan organ dapat

berlangsung dengan efektif. Terjadinya proses homeostatis tubuh dalam

menyesuaikan keseimbangan antara cairan dan elektrolit dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti penyakit, cedera ataupun respons stres. Respon terhadap

stres yang terjadi adalah mempertahankan air dan natrium dengan cara

meningkatkan pelepasan hormon anti-diuretik (ADH), katekolamin dan aktivasi

sistem renin angiotensin aldosteron (RAAS). Karena respon inflamasi,

peningkatan permeabilitas kapiler memungkinkan albumin untuk menembus

ruang interstisial, yang mengakibatkan deplesi cairan intravaskular dan aktivasi

sistem RAAS berkelanjutan. Aktivasi RAAS juga dapat menurunkan kadar

potasium, yang akan mengganggu ekskresi dari natrium.

Selain itu, pasien yang sakit mungkin mengalami peningkatan kehilangan

cairan akibat demam, muntah atau diare ditambah dengan penurunan asupan oral

dikarenakan mual. Pemberian cairan intravena merupakan tindakan yang

dibutuhkan bagi pasien. Harus diingat bahwa tujuan pemberian cairan intravena

adalah memulihkan kondisi patologis yang terjadi dan mengembalikan pasien

dalam keseimbangan cairan dan elektrolit normal. Bagi praktisi kesehatan, banyak

rekomendasi maupun guideline yang ada untuk memudahkan dalam pengambilan

keputusan dalam pemberian terapi intravena. UK National Institute for Health

and Care Excellence (NICE) merekomendasikan untuk menilai 5 R yang terdiri

dari :

1. Resuscitation (Resusitasi)

2. Replacement (Penggantian)

3. Routine Maintenance (Pemeliharaan Rutin)

4. Redistribution (Redistribusi)

5. Reassessment (Penilaian Ulang)

Page 9: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

6

Penting untuk melakukan penilaian menyeluruh terhadap pasien, termasuk berat

badan dan keseimbangan cairan terakhir pasien, serta perlu mempertimbangkan

kebutuhan elektrolit harian pasien.6

2.2 Terapi Cairan

Terapi cairan merupakan pilihan terapi yang dapat keberhasilan

penanganan pasien kritis. Terapi cairan bertujuan untuk mempertahankan sirkulasi

atau mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat pada pasien

yang tidak mampu mengendalikan keseimbangan cairan dalam tubuhnya,

sehingga mampu menciptakan hasil yang menguntungkan bagi kondisi pasien.

Dalam penerapan bantuan hidup lanjut, langkah penting yang dapat dilakukan

secara simultan bersama langkah lainnya merupakan drug and fluid treatment.

Pada pasien yang mengalami kehilangan cairan yang banyak seperti dehidrasi

karena muntah, mencret dan syok, langkah tersebut dapat menyelamatkan pasien.2

2.2.1 Jenis Cairan dan Indikasinya

Cairan intravena dibagi menjadi dua, yaitu cairan kristaloid dan koloid.

a. Cairan Kristaloid

Elektrolit (contoh kalium, natrium, kalsium, klorida) merupakan

komponen dari kristaloid. Karakteristik kristaloid ditandai dengan pengaruhnya

terhadap status asam-basa. Kristaloid digunakan untuk menggantikan kehilangan

sodium atau mempertahankan status quo. Cairan kristaloid perawatan

mengandung konsentrasi natrium yang sama dengan konsentrasi total tubuh

normal (70 mmol / L), sedangkan cairan kristaloid pengganti memiliki kandungan

natrium pada konsentrasi yang mirip dengan plasma normal (kira-kira 140

mmol/L). Kristaloid tidak mengandung partikel onkotik, dengan waktu paruh

kristaloid di intravaskular berkisar antara 20-30 menit. Keuntungan dari kristaloid

diantaranya murah, mudah dibuat, dan tidak menimbulkan reaksi imun.

Sedangkan kerugian dari pemberian kristaloid yakni apabila memberikan larutan

Normal Saline dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan asidosis metabolik

hiperkloremik dikarenakan kadar natrium dan kloridanya yang tinggi (154 mEq /

L) sehingga konsentrasi bikarbonat plasma menurun saat konsentrasi klorida

meningkat. Kristaloid digunakan sebagai cairan resusitasi awal pada pasien

dengan hemoragik dan syok septik, luka bakar, cedera kepala (untuk

Page 10: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

7

mempertahankan tekanan perfusi serebral), dan pada pasien yang menjalani

plasmaferesis dan reseksi hati. Ada 3 jenis tonisitas kritaloid, diantaranya3 :

- Isotonis.

Apabila jumlah elektrolit plasma terisi kristaloid pada jumlah yang sama

dan memiliki konsentrasi yang sama maka disebut sebagai isotonis. (iso, sama;

tonis, konsentrasi). Tidak terjadi perpindahan signifikan antara cairan di dalam sel

dengan intravaskular saat pemberian kristaloid isotonis. Hal tersebut

menyebabkan hampir tidak adanya osmosis. Dalam pemberian kristaloid isotonis

pada jumlah besar perlu diperhatikan adanya efek samping seperti edema perifer

dan edema paru yang dapat terjadi pada pasien. Contoh larutan kristaloid isotonis:

Ringer Laktat, Normal Saline (NaCl 0.9%), dan Dextrose 5% dalam ¼ NS.3,7

- Hipertonis

Kristaloid disebut hipertonis apabila jumlah elektrolit dari kristaloid

lebih banyak dibandingkan dengan plasma tubuh. Apabila pemberian kristaloid

hipertonik dilakukan terhadap pasien akan menyebabkan terjadinya penarikan

cairan dari sel ke ruang intravaskuler. Gejala yang timbul dari pemberian larutan

hipertonis adalah peningkatan curah jantung yang bukan hanya disebabkan oleh

karena perbaikan preload, tetapi juga disebabkan oleh efek sekunder karena efek

inotropik positif pada miokard dan penurunan afterload sekunder akibat efek

vasodilatasi kapiler viseral. Hal ini dapat menyebabkan perbaikan aliran darah ke

organ-organ vital. Namun pemberian larutan hipertonis dapat menyebabkan efek

samping seperti hipernatremia dan hiperkloremia. Contoh larutan kristaloid

hipertonis antara lain Dextrose 5% dalam ½ Normal Saline, Dextrose 5% dalam

Normal Saline, Saline 3%, Saline 5%, dan Dextrose 5% dalam RL.3,4,7

- Hipotonis

Jika plasma memiliki elektrolit yang lebih banyak dibandingkan

kristaloid dan kurang terkonsentrasi, maka disebut sebagai “hipotonik” (hipo,

rendah; tonik, konsentrasi). Ketika cairan hipotonis diberikan, cairan dengan cepat

akan berpindah dari intravaskular ke sel. Dextrose 5% dalam air, ½ Normal Saline

merupakan beberapa contoh dari larutan kristaloid hipotonik.

b. Cairan Koloid

Page 11: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

8

Cairan koloid membantu mempertahankan tekanan onkotik koloid plasma

sehingga sebagian besar tetap berada di ruang intravaskular, sedangkan larutan

kristaloid dengan cepat menyeimbangkan dan mendistribusikan seluruh ruang

cairan ekstraselular. Cairan koloid bertahan lebih lama di dalam ruang

intravaskuler disebabkan oleh karena aktivitas osmotik serta mempunyai zat-zat

yang berat molekulnya tinggi. Pasien dengan defisit cairan berat seperti pada syok

hipovolemik/hermorhagik sebelum diberikan transfusi darah ataupun pada

penderita hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein jumlah besar (misalnya

pada luka bakar) dapat diberikan cairan koloid sebagai salah satu langkah

resusitasi. Cairan koloid merupakan turunan dari plasma protein dan sintetik.

Kerugian dari ‘plasma expander’ ini yaitu harganya yang mahal, dapat dapat

menyebabkan gangguan pada cross match dan menimbulkan reaksi anafilaktik

(walau jarang).3,7 Berdasarkan jenis pembuatannya, larutan koloid terdiri dari:

1. Koloid Alami yaitu fraksi albumin ( 5% dan 25%) dengan protein plasma

5%. Dibuat dengan cara memanaskan plasma dalam suhu 60°C selama 10

jam agar virus hepatitis dan virus lainnya terbunuh. Fraksi protein plasma

selain mengandung albumin (83%) juga mengandung alfa globulin dan

beta globulin. Selain albumin, aktivator Prekallikrein (Hageman’s factor

fragments) terdapat dalam fraksi protein plasma dan sering menimbulkan

hipotensi dan kolaps kardiovaskuler.3

2. Koloid Sintetik

• Dextran

Dextrans digunakan untuk mengganti cairan karena memiliki

rentang waktu efek yang lebih lama pada ruang intravaskuler. Cairan

koloid ini berasal dari molekul polimer glukosa dengan jumlah besar. Efek

samping dari pemberian Dextran di antaranya gagal ginjal sekunder akibat

pengendapan di dalam tubulus ginjal, gangguan fungsi platelet,

koagulopati dan gangguan pada cross-matching darah. Oleh karena

banyaknya efek samping yang disebabkan, cairan ini jarang dipilih.

Contoh sediaan yang ada, antara lain : Dextran 40 (Rheomacrodex)

dengan berat molekul 40.000 dan Dextran 70 (Macrodex) dengan berat

molekul 60.000-70.000.8

Page 12: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

9

• Hydroxylethyl Starch (Hetastarch)

Hetastarch merupakan golongan nonantigenik dan reaksi

anafilaktoid jarang dilaporkan terjadi. Rekomendasi dosis maksimal harian

penggunaan cairan HES adalah 33-50 ml/kgBB/hari. Low molecular

weight Hydroxylethyl starch (Penta-Starch) mirip dengan Hetastarch.

Pentastarch memiliki kemampuan untuk mengembangkan volume plasma

hingga 1,5 kali volume yang diberikan dan dapat berlangsung selama 12

jam. Pentastarch menjadi opsi dari jenis koloid yang dapat digunakan

sebagai cairan resusitasi jumlah besar karena potensinya sebagai plasma

volume expander dengan toksisitas yang rendah dan tidak menyebabkan

terganggunya proses koagulasi.4

• Gelatin

Merupakan bagian dari koloid sintesis yang bersumber dari gelatin,

biasanya berasal dari collagen bovine. Larutan gelatin adalah urea atau

modifikasi succinylated cross-linked dari kolagen sapi. Jika dibandingkan

dengan jenis koloid lainnya, gelatin memeliki berat molekul yang relatif

rendah yaitu 30,35 kDa. Efek ekspansi plasma segera dari gelatin adalah

80-100% dari volume yang dimasukkan dibawah kondisi hemodilusi

normovolemik. Gelatin dapat memicu reaksi hipersensitivitas, lebih sering

daripada larutan HES. Ekskresi gelatin dilakukan di ginjal, dan tidak ada

akumulasi jaringan.9

Tabel 2.3 Perbandingan Kristaloid dan Koloid.3,8

Sifat Kristaloid Koloid

Berat molekul Lebih kecil Lebih besar

Distribusi Lebih cepat: 20-30 menit Lebih lama dalam

sirkulasi (3-6 jam)

Faal hemostasis Tidak ada pengaruh Mengganggu

Penggunaan Dehidrasi Perdarahan masif

Koreksi perdarahan Diberikan 2-3x jumlah

perdarahan

Sesuai jumlah perdarahan

Berdasarkan penggunaannya, cairan infus dapat digolongkan menjadi empat

kelompok, yaitu :

1. Cairan Pemeliharaan

Page 13: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

10

Terapi cairan intravena untuk pemeliharaan rutin mengacu pada

penyediaan cairan dan elektrolit intravena untuk pasien yang terjaga

keseimbangan cairan dan elektrolitnya, namun tidak mampu untuk

memenuhi kebutuhan cairannya via enteral. Pemberian cairan

pemeliharaan rutin bertujuan agar tersedianya cairan dan elektrolit yang

adekuat untuk memenuhi insensible losses, status normal kompartemen

cairan tubuh dapat dipertahankan dan memungkinkan terjadinya ekskresi

ginjal dari produk-produk limbah. Jenis cairan rumatan yang dapat

digunakan adalah NaCl 0,9%, glukosa 5%, glukosa salin, atau ringer

laktat/asetat. 10,11 Cairan rumatan dibutuhkan sekitar 25-30 ml/kg/hari.

Kebutuhan K, Na dan Cl kurang lebih 1mmol/kg/hari, sedangkan glukosa

dibutuhkan tubuh sebanyak 50-100 gram perhari. Perlu dilakukan monitor

dan penilaian ulang pada pasien setelah memberikan cairan pemeliharaan

intravena pada pasien. Cairan nasogastrium atau makanan enteral dipilih

untuk kebutuhan pemeliharaan lebih dari 3 hari.12,13

2. Cairan Pengganti

Penghitungan optimal dari cairan intravena perlu dilakukan karena pasien

yang membutuhkan cairan intravena memiliki kebutuhan spesifik untuk

mengganti kehilangan cairan atau elektrolit yang terjadi serta

permasalahan redistribusi cairan internal yang sedang berlangsung. Pada

kasus-kasus kehilangan cairan tidak normal yang sedang berlangsung,

seperti dari saluran pencernaan atau saluran kencing, dibutuhkan cairan

pengganti. Terapi cairan pengganti intravena memiliki tujuan untuk

menjaga dan mengembalikan homeostasis yang adekuat dengan cara

memenuhi kebutuhan ekstra dari cairan dan elektrolit.12 ,13

3. Cairan untuk Tujuan Khusus

Yang dimaksud adalah cairan kristaloid yang digunakan khusus, misalnya

natrium bikarbonat 7,5%, kalsium glukonas, untuk tujuan koreksi khusus

terhadap gangguan keseimbangan elektrolit.12

4. Cairan Nutrisi

Pasien yang tidak mengkonsumsi makanan peroral ataupun yang tidak

boleh makan dapat diberikan cairan nutrisi. Jenis cairan nutrisi parenteral

Page 14: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

11

pada saat ini sudah dalam berbagai komposisi, baik untuk parenteral

parsial atau total maupun untuk kasus penyakit tertentu. Adapun syarat

pemberian nutrisi parenteral yaitu berupa:

• Gangguan absorpsi makanan seperti pada fistula enterokunateus,

atresia intestinal, kolitis infektiosa, obstruksi usus halus.

• Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pankreatitis

berat, status preoperatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal,

stenosis arteri mesenterika, diare berulang.

• Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan,

pseudo-obstruksi dan skleroderma.

Kondisi dimana jalur enteral tidak memungkinkan untuk diberikan kepada pasien

antara lain pada pada pasien dengan gangguan makan, muntah terus menerus,

gangguan hemodinamik, maupun dengan hiperemesis gravidarum.14,15

2.2.2 Terapi Cairan Perioperatif

Terapi cairan perioperatif intavena memiliki tujuan untuk

mengembalikan atau mempertahankan sirkulasi keseimbangan cairan dan

elektrolit yang adekuat, sehingga menciptakan prasyarat untuk hasil yang

menguntungkan bagi pasien. Selain itu, terapi cairan perioperatif juga

bertujuan untuk, di antaranya :

1. Menjaga atau memperbaiki keseimbangan cairan (dehidrasi,

hipovolemia)

2. Menjaga atau memperbaiki konstitusi plasma (elektrolit)

3. Mengamankan sirkulasi yang cukup (dalam kombinasi dengan zat

vasoaktif dan / atau kardioaktif)

4. Mengamankan suplai oksigen yang cukup ke seluruh organ (dalam

kombinasi dengan terapi oksigen)

National Confidential Enquiry into Patient Outcome and Death

menyatakan bahwa terjadi peningkatan angka mortalitas sebesar 20,5%

pada pasien dengan syok hipovolemik yang mendapatkan terapi cairan

perioperatif dengan jumlah tidak adekuat dibandingkan dengan pasien

yang mendapatkan terapi cairan dengan jumlah yang adekuat.17

1. Terapi Cairan Prabedah

Page 15: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

12

Prinsip pemberian cairan prabedah adalah untuk mengganti cairan dan

kalori yang dialami pasien prabedah akibat puasa. Cairan yang digunakan

adalah18:

a. Untuk mengganti puasa diberikan cairan pemeliharaan

b. Untuk koreksi defisit puasa atau dehidrasi diberikan cairan

kristaloid

c. Perdarahan akut diberikan cairan kristaloid dan koloid atau

transfusi darah.

2. Terapi Cairan selama Operasi

Pemberian cairan selama operasi bertujuan untuk mengoreki hilangnya

cairan akibat luka operasi, mengganti perdarahan dan mengganti cairan

yang hilang melalui eksresi organ. Pemberian cairan kristaloid ataupun

koloid merupakan langkah penting untuk mengatasi perdarahan agar

volume intravascular (normovolemia) dapat terjaga sehingga resiko

anemia dapat teratasi. Namun, apabila pasien mengalami anemia berat,

pemberian transfusi darah kepada pasien perlu untuk dilakukan.

Penghitungan estimated blood volume dapat dilakukan untuk menentukan

jumlah transfusi darah yang akan diberikan kepada pasien.

Tabel 2.4 Rata – rata Volume Darah.3

Usia Volume Darah

Neonatus

Prematur 95 ml/kg

Matur 85 ml/kg

Infan 80 ml/kg

Dewasa

Pria 75 ml/kg

Wanita 65 ml/kg

Jumlah perdarahan selama operasi dihitung berdasarkan:

• Jumlah darah yang tertampung di dalam botol penampung atau

tabung suction

• Tambahan berat kasa yang digunakan ( 1 gram = 1 ml darah )

Page 16: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

13

• Ditambah dengan faktor koreksi sebesar 25% kali jumlah yang

terukur ditambah terhitung (jumlah darah yang tercecer dan

melekat pada kain penutup lapangan operasi).3

3. Terapi Cairan Pasca Bedah

Pemberian cairan pasca bedah digunakan tergantung dengan masalah

yang dijumpai, bisa mempergunakan cairan pemeliharaan, cairan

pengganti atau cairan nutrisi. Prinsip dari pemberian cairan pasca bedah

adalah4,8 :

a. Dewasa:

• Pasien yang diperbolehkan makan/minum pasca bedah,

diberikan cairan pemeliharaan

• Apabila pasien puasa dan diperkirakan < 3 hari diberikan

cairan nutrisi dasar yang mengandung air, eletrolit,

karbohidrat, dan asam amino esensial. Sedangkan apabila

diperkirakan puasa > 3 hari bisa diberikan cairan nutrisi

yang sama dan pada hari ke lima ditambahkan dengan

emulsi lemak

• Pada keadaan tertentu, misalnya pada status nutrisi pra

bedah yang buruk segera diberikan nutrisi parenteral total

b. Bayi dan anak, memiliki prinsip pemberian cairan yang sama,

hanya komposisinya berbeda, misalnya dari kandungan

elektrolitnya, jumlah karbohidrat dan lain – lain.

c. Pada keadaan tertentu misalnya pada penderita syok atau

anemia, penatalaksanaanya disesuaikan dengan

etiologinya.4,9,11

Satu atau lebih komplikasi yang terjadi pasca operasi memberikan dampak

buruk dalam jangka waktu pendek atau panjang. Pencegahan angka morbiditas

pada pasca operasi adalah kunci untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang

berkualitas. 10,14

2.2.3 Jalur Pemberian Terapi Cairan

Page 17: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

14

Pemberian terapi cairan dapat dilakukan melalui jalur vena, baik vena

perifer maupun vena sentral, melalui kanulasi tertutup atau terbuka dengan seksi

vena.2,16

1. Kanulasi Vena Perifer

Syarat dari pemilihan kanulasi ini adalah dimulai dari vena di daerah

ekstremitas atas lalu dilanjutkan pada vena bagian ekstremitas bawah.

Vena di area kepala perlu dihandari karena hematom mudah terjadi.

Pada bayi baru lahir, vena umbilikalis bisa digunakan untuk kanulasi

terutama dalam keadaan darurat. Tujuan dilakukannya kanulasi vena

perifer ini adalah untuk :

a. Terapi cairan pemeliharaan dalam waktu singkat. Lokasi

pemasangan harus dipindah serta penggantian set infus perlu

dilakukan, jika pemberiannya melebihi 3 hari.

b. Terapi cairan pengganti dalam keadaan darurat, untuk menganti

kehilangan cairan tubuh atau perdarahan akut.

c. Terapi obat lain secara intravena yang diberikan secara

kontinyu atau berulang

2. Kanulasi Vena Sentral

Pemberian jangka panjang, misalnya untuk nutrisi parenteral total,

dilakukan kanulasi pada vena subklavikula atau vena jugularis interna.

Sedangkan dalam pemberian jangka pendek, dilakukan melalui vena-

vena di atas ekstremitas atas secara tertutup atau terbuka dengan vena

seksi. Tujuan dari kanulasi vena sentral ini tersendiri adalah2,15,16 :

a. Terapi cairan dan nutrisi parenteral jangka panjang. Terutama

untuk cairan nutrisi parenteral dengan osmolaritas yang tinggi

untuk mencegah iritasi pada vena.

b. Jalur pintas terapi cairan pada keadaan darurat, misalnya

kardiovaskuler, vena perifer sulit diidentifikasi.

c. Untuk pemasangan alat pemacu jantung.

2.2.4 Komplikasi Terapi Cairan

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah cairan yang masuk ke dalam

tubuh terlalu banyak. Ketika hal ini terjadi, jantung gagal memompa volume

Page 18: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

15

sirkulasi yang terekspansi secara efektif. Distensi berlebih pada ventrikel kiri

dapat menyebabkan gagal jantung, dengan konsekuensi berupa edema paru.

Pasien dengan edema paru akan memendekkan pernapasan dan menyebabkan

batuk, terdengar crackles pada auskultasi dan penurunan saturasi oksigen.

Manifestasi klinis ini seringkali diikuti oleh meningkatnya denyut jantung. Gagal

ginjal dan kerusakan ventrikel yang sudah ada dapat memperburuk kondisi.

Sindrom kompartemen abdomen dan sindrom distres resprasi akut adalah

konsekuensi dari kelebihan resusitasi cairan dan kelebihan cairan. Penanganan

khusus juga harus dilakukan pada pasien dengan gagal jantung atau gagal nafas,

ataupun pada orang dengan resiko ketidakstabilan hemodinamik.11

Page 19: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

16

BAB III

KESIMPULAN

Tubuh manusia sebagian besar tersusun dari air. Cairan tubuh pada

masing-masing individu berbeda tergantung dari beberapa faktor usia, jenis

kelamin, dan derajat status gizi seseorang. Seluruh cairan tubuh tersebut secara

garis besar terbagi ke dalam dua kompartemen, yaitu intraselular dan

ekstraselular. Apabila terjadi defisit atau kekurangan cairan pada tubuh maka

perlu segera diberikan penanganan atau pencegahan untuk mencegah terjadinya

masalah kekurangan cairan.

Terapi cairan secara garis besar dibagi menjadi kristaloid dan koloid.

Kristaloid merupakan larutan berbasis air yang mengandung elektrolit atau gula

yang paling sering dan paling pertama digunakan sebagai cairan resusitasi.

Keuntungan dari cairan ini antara lain harga murah, tersedia dengan mudah di

setiap pusat kesehatan, tidak perlu dilakukan cross match, sedangkan koloid

mengandung zat-zat yang mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas

osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama dalam ruang

intravaskuler dan baik untuk resusitasi cairan pada pasien dengan defisit cairan

berat seperti pada syok hipovolemik/hemorhagik. Berdasarkan penggunaannya

dibagi menjadi cairan pemeliharaan, pengganti, nutrisi, dan untuk tujuan khusus.

Jalur pemberian cairan dapat melalu kanulasi vena sentral dan perifer

dimana masing memiliki indikasi tersendiri. Pemberian cairan perioperatif juga

diperlukan pada saat sebelum, selama, dan setelah atau pasca operasi. Pemantauan

kehilangan darah pada pasien perioperatif juga menentukan jenis terapi cairan

yang akan diberikan.

Page 20: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Hall, J. (2014). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 12th ed.

Singapore: Elsevier Health Sciences.

2. Mangku G, Senapathi TGA. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam

Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks; 2017. 6 (5):

h.272 – 301.

3. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Management of Patients with

Fluid and Electrolyte Disturbances. Dalam Morgan & Mikhail’s Clinical

Anesthesiology 5th ed. New York: Mc-Graw Hill. 2013; 4 (49): h. 1107 –

40.

4. Hahn RG. Crystalloid Fluids. Dalam Clinical Fluid Therapy in the

Perioperative Setting. Cambridge: Cambridge University Press. 2012; 1 :

h. 1 – 10.

5. Nice.org.uk. (2017). Intravenous fluid therapy in adults in hospital |

Guidance and guidelines | NICE. [online] Available at:

https://www.nice.org.uk/guidance/cg174 [Accessed 14 May 2017].

6. Plumb B, Brown J, Fluid Therapy for Anaesthetists and Intensivists,

Anaesthesia and Intensive Care Medicine (2015),

http://dx.doi.org/10.1016/j.mpaic.2015.06.021

7. Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and

Electrolytes. Dalam Handbook of Pharmacology and Physiology in

Anesthetic Practice 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health. 2015; 17

: h. 341 – 49.

8. Miller, R. and Cohen, N. (2015). Miller's anesthesia. 8th ed. Philadelphia,

PA: Elsevier/Saunders, pp.1768-1769.

9. Niemi TT, Miyasitha R, Yamakage M. Colloid solutions: a clinical update.

Japanese Society of Anesthesiologist. 2010.

10. Intravenous Fluid Selection [cited 2017 May 14]. Available from

catalogue.pearsoned.co.uk. 2005.

11. Floss K, Borthwick M, Clark C. Intravenous Fluids Principles of

Treatment. Clinical Pharmacist Vol.3. 2011.

Page 21: TERAPI CAIRAN - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/18866/1/c41f35f6d9c2b8c99dc0c91bcd77… · diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit

16

12. Agro FE, Fries D, Vennari M. Body Fluid Management From Physiology

to Therapy. Verlag Italia: Springer. 2013.

13. Hines RL, Marschall KE. Fluid, Electrolytes, and Acid-Base Disorders.

Dalam Handbook for Stoelting’s Anesthesia and Co-Existing Disease 4th

ed. Philadelphia: Elsevier Inc. 2013; 18: h.216 – 230.

14. Braga M, Ljungqvist O, Soeters P, et al: ESPEN Guidelines on Parenteral

Nutrition: Surgery Clinical Nutrition. 2009;28:378.

15. Weimann A, Braga M, Harsanyi L, et al: ESPEN Guidelines on Enteral

Nutrition: Surgery Including Organ Transplantation Clinical Nutrition.

2006;25:224.

16. Gaol, H. L., Tanto, C. & Pryambodho, 2014. Terapi Cairan. In: C. Tando,

F. Liwang, S. Hanifati & E. A. Pradipta, eds. Kapita Selekta Kedokteran.

Jakarta: Media Aesculapius, pp. 561-564.

17. Brugnolli, A, RN, MSN, Canzan F, RN, MSN, PhD. 2017. Fluid Therapy

Management in Hospitalized Patients: Results From a Cross-sectional

Study

18. Voldby AW, Branstrup B. Fluid Therapy in the Perioperative Setting.

Journal of Intensive Care. 2016; 4 : h.27 – 39.