Teori Tablet

17
TEORI Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan (Dirjen POM, 1995). Syarat-syarat tablet, yaitu : Ukuran seragam : diameter tablet 1 ½-3 kali tebal tablet. Bobot seragam : penyimpangan rata-rata untuk tablet dengan berat 300 mg atau lebih, ialah 5- 10%. Waktu hancur / disintegrasi tablet : harus hancur dalam air dalam waktu tidak lebih dari 15 menit pada suhu 36º – 38º C. Waktu hancur tablet bersalut gula atau bersalut selaput : harus hancur dalam air dalam waktu tidak lebih dari 60 menit. Waktu hancur tablet bersalut enteric : zat penyalut dilarutkan dulu dalam HCL 0,06 N selama 3 jam, kemudian tablet dimasukkan ke dalam dapar pH 6,8. Tablet harus hancur dalam waktu 60 menit pada suhu 36º- 38ºC (Soekami, 1987).

Transcript of Teori Tablet

Page 1: Teori Tablet

TEORI

Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau

tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai

tablet cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan

tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat

dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam

lubang cetakan (Dirjen POM, 1995).

Syarat-syarat tablet, yaitu :

Ukuran seragam : diameter tablet 1 ½-3 kali tebal tablet.

Bobot seragam : penyimpangan rata-rata untuk tablet dengan berat 300 mg

atau lebih, ialah 5-10%.

Waktu hancur / disintegrasi tablet : harus hancur dalam air dalam waktu

tidak lebih dari 15 menit pada suhu 36º – 38º C.

Waktu hancur tablet bersalut gula atau bersalut selaput : harus hancur

dalam air dalam waktu tidak lebih dari 60 menit.

Waktu hancur tablet bersalut enteric : zat penyalut dilarutkan dulu dalam

HCL 0,06 N selama 3 jam, kemudian tablet dimasukkan ke dalam dapar

pH 6,8. Tablet harus hancur dalam waktu 60 menit pada suhu 36º- 38ºC

(Soekami, 1987).

Tablet merupakan sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata

atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih

dengan atau zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai:

a. Zat pengisi, yaitu untuk memperbesar volume tablet.

Biasanya yang digunakan Amilum Manihot, Kalsium Fosfat, Kalsium

Karbonat dan zat lain yang cocok.

b. Zat pengikat, yaitu agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat.

Biasanya yang digunakan adalah Musilago 10-20%, larutan Metil-

cellulosum 5%.

c. Zat penghancur, yaitu agar tablet dapat hancur dalam saluran percernaan.

Biasanya yang digunakan Amilum Manihot kering, Gelatin, Natrium

Alginat.

Page 2: Teori Tablet

d. Zat pelicin, yaitu agar tablet tidak melekat pada cetakan.

Biasanya yang digunakan Talkum 5%, Magnesium stearat, Acidum

Stearinicum (Anief, 1999).

Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :

a. Tablet Kempa

Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada

serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja.

b. Tablet Cetak

Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah

pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan

kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan

yang diberikan (Ansel, 1989).

Menurut Ansel, (1989) berdasarkan penggunaanya tablet diklasifikasikan

sebagai berikut;

a. Tablet Kunyah

Tablet ini harus lembut (segera hancur ketika dikunyah) atau mudah melarut

dalam mulut. Pengunyahan dapat mempercepat penghancuran tablet dan

memberikan keadaan basauntuk garam-garam logam yang digunakan dalam

tablet antasida.Tablet kunyah diberikan pada pasien yang mengalami

gangguan menelan tablet.Tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk

anak-anak (dalam sediaan multivitamin). Penggunaan lain tablet ini adalah

untuk tablet antasida dan antibiotik.

b. Tablet sublingual

Tablet yang disisipkan di bawah lidah.Biasanya berbentuk datar, ditujukan

untuk obat-obat yang diabsorpsi melalui mukosa oral. Cara ini berguna untuk

penyerapan obat yang rusak oleh cairan lambung dan sedikit sekali diabsorpsi

oleh saluran pencernaan.Tablet ini dibuat segera melarut untuk memberikan

efek yang cepat.

c. Tablet salut selaput

Tablet kompresi ini disalut dengan selaput tipis dari polimer yang larut atau

tidak larut dalam air, biasanya lapisan ini berwarna. Kelebihannya dari

Page 3: Teori Tablet

penyalutan dengan gula ialah lebih tahan lama, lebih sedikit bahan, waktu yang

lebih sedikit untuk penggunaanya.Selaput ini pecah dalam saluran pencernaan,

lambung atau usus.

d. Tablet salut Enterik

Tablet salut enterik adalah tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak

melarut atau hancur dilambung tapi diusus dengan tujuan supaya tablet

melewati lambung dan hancur serta diabsorpsi diusus.

e. Tablet salut gula

Tablet ini diberi lapisan gula berwarna dan mungkin juga tidak, lapisan ini

larut dalam air dan dapat cepat terurai begitu ditelan.Gunanya melindungi obat

dari udara dan kelembapan serta memberi rasa atau untuk menghindarkan

gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau bau bahan obat.

f. Tablet Triturat

Tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silinder, biasanya mengandung

sejumlah kecil obat keras.Tablet triturate harus cepat dan mudah larut

seluruhnya dalam air (Ansel, 1989).

Untuk menjamin mutu tablet maka dilakukan beberapa pengujian yaitu

sebagai berikut:

a. Uji keseragaman bobot

Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman bobot ini

ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat.

Tablet-tablet yang bobotnya seragam diharapkan akan memiliki

kandungan bahan obat yang sama, sehingga akan mempunyai efek terapi

yang sama. Keseragaman bobot dapat ditetapkan sebagai berikut:

Ditimbang 20 tablet, lalu dihitung bobot rata-rata tiap tablet.

Kemudian timbang tablet satu persatu, tidak boleh lebih dari 2

tablet bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari

yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh satu tablet pun

bobotnya menyimpang dari rata-rata lebih besar dari yang

ditetapkan pada kolom B. Jika perlu gunakan 10 tablet yang lain

dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari

Page 4: Teori Tablet

bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B

(Dirjen POM, 1995).

b. Uji kekerasan

Kekerasan tablet dan ketebalannya berhubungan dengan isi die dan gaya

kompresi yang diberikan. Bila tekanan ditambahkan, maka kekerasan

tablet meningkat sedangkan ketebalan tablet berkurang. Selain itu metode

granulasi juga menentukan kekerasan tablet. Umumnya kekuatan tablet

berkisar 4 - 8 kg, bobot tersebut dianggap sebagai batas minimum untuk

menghasilkan tablet yang memuaskan. Alat yang di gunakan untuk uji ini

adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur berat yang

diperlukan untuk memecahkan tablet (Lachman, 1994).

c. Uji keregasan

Cara lain untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur

keregasannya. Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet

menjadi hancur. Untuk menguji keregasan tablet digunakan alat Roche

friabilator. Sebelum tablet dimasukkan ke alat friabilator, tablet ditimbang

terlebih dahulu. Kemudian tablet dimasukan kedalam alat, lalu alat

dioperasikan selama empat menit atau 100 kali putaran. Tablet ditimbang

kembali dan dibandingkan dengan berat mula-mula.Selisih berat dihitung

sebagai keregasan tablet. Persyaratan keregasan harus lebih kecil dari 0,8

% (Ansel, 1989).

d. Uji waktu hancur

Peralatan uji waku hancur terdiri dari rak keranjang yang mempunyai

enam lubang yang terletak vertikal diatas ayakan mesh nomor 10 selama

percobahan, tablet diletakkan pada tiap lubang keranjang. kemudiaan

keranjang tersebut bergerak naik turun pada larutan transparan dengan

kecepatan 29 - 32 putaran per menit. Interval waktu hancur adalah 5 - 30

menit. Tablet dikatakan hancur bila bentuk sisa tablet (kecuali bagian

penyalut) merupakan massa dengan inti yang tidak jelas (Ansel, 1989).

e. Uji penetapan kadar zat berkhasiat

Page 5: Teori Tablet

Uji penetapan kadar berkhasiat dilakukan untuk mengetahui apakah tablet

tersebut memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut

tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang

baik dan tidak layak dikonsumsi. Uji penetapan kadar dilakukan dengan

menggunakan cara-cara yang sesuai pada masing-masing monografi antara

lain di Farmakope Indonesia (Soekami, 1987).

f. Uji disolusi

Obat yang telah memenuhi persyaratan kekerasan, waktu hancur,

keregasan, keseragaman bobot, dan penetapan kadar, belum dapat

menjamin bahwa suatu obat memenuhi efek terapi, karena itu uji disolusi

harus dilakukan pada setiap produksi tablet. Disolusi adalah proses

pemindahan molekul obat dari bentuk padat kedalam larutan pada suatu

medium. Disolusi menunjukkan jumlah bahan obat yang terlarut dalam

waktu tertentu. Disolusi menggambarkan efek obat secara invitro, jika

disolusi memenuhhi syarat maka diharapkan obat akan memberikan

khasiat secara invivo (Soekami, 1987).

Sediaan tablet memiliki beberapa keuntungan dan kerugian, yaitu :

Keuntungan

1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan

terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta

variabilitas kandungan yang paling rendah.

2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling

rendah.

3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling

ringan.

4. Tablet merupakan bentuk sediaan oarl yang paling mudah dan murah

untuk dikemas dan dikirim.

5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah;

tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan

permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.

Page 6: Teori Tablet

6. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di

tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/

hancurnya tablet tidak segera terjadi.

7. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil penglepasan khusus, seperti

penglepasan di usus atau produk lepas lambat.

8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk

diproduksi secara besar-besaran.

9. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran

kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

Kerugian:

1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung

pada keadaan amorfnya, flokulasinya, atau rendahnya berat jenis.

2. Obat yang sukar dibasakan, lambat melarut, dosisnya cukupan atau tinggi,

absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi

dari sifat diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan

dipabrikasi dalm bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavailabilitas

obat cukup.

3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan,

atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu

pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin)

atau memerlukan penyalutan dulu. Pada keadaan ini kapsul dapat

merupakan jalan keluar yang terbaik dan lebih murah.

Kesimpulan dari keuntungan dan kerugian tablet dibandingkan dengan

bentuk sediaan oral lainnya, ternyata tablet benar-benar memberikan keuntungan

dalam bentuk tempat/ ruangan yang paling kecil yang diperlukan untuk

penyimpanan, tablet juga mudah diberikan dan dikontrol, mudah dibawa, dan

ongkosnya rendah. Bagi dokter dosisnya fleksibel (tablet dapat dibelah dua), serta

dosisnya tetap (Soekami, 1987).

Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi

basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan

sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan

Page 7: Teori Tablet

dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab,

kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya.

1. Granulasi Basah

Granulasi Basah, yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan

eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan

pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat

digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap

lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung

karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode

granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat

teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa

basah tersebut digranulasi.

Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu

perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan,

suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke

campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam

campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan

memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di

antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang

ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling

penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan

pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua

bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab

maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling

atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas

permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah

pengeringan granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat

penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.

Keuntungan metode granulasi basah :

Memperoleh aliran yang baik

Page 8: Teori Tablet

Meningkatkan kompresibilitas

Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai

Mengontrol pelepasan

Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses

Distribusi keseragaman kandungan

Meningkatkan kecepatan disolusi

Kekurangan metode granulasi basah :

Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi

Biaya cukup tinggi

Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat

dikerjakan dengan cara ini. untuk zat termolabil dilakukan dengan

pelarut non air

2. Granulasi Kering

Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif

dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat

yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran

lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah

membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut,

ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk

zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa

langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban.

Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak

tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga

diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses

selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang

daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum

memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi

kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor

yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor

memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang

lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin

Page 9: Teori Tablet

ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir

dintara penggiling. Metode ini digunakan dalam kondisi kandungan zat aktif

dalam tablet tinggi, zat aktif yang susah mengalir, zat aktif sensitif terhadap

panas dan lembab.

Keuntungan cara granulasi kering adalah :

Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat,

mesin pengaduk berat, dan pengeringan yang memakan waktu

Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab

Mempercepat waktu hancur karena tidak terkat oleh pengikat

Kekurangan cara granulasi kering adalah :

Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug

Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam

Prosesbanyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan

terjadinya kontaminasi silang

3. Metode Kempa Langsung

Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa

langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal

terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan

cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif

yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan

lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang

mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk

langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk

dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh).

Secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah

alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu

menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet.

Keuntungan metode kempa langsung adalah :

Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit

Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih

sedikit, maka waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode

Page 10: Teori Tablet

ini lebih singkat, tenaga dan mesin yang dipergunakan juga lebih

sedikit

Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak

tahan lembab

Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati

proses granul, tetapi langsung menjadi partikel. Tablet kempa

langsung berisi partikel halus sehingga tidak melalui proses dari

granul ke partikel halus terlebih dahulu

Kerugian meode kempa langsung adalah :

Perbedaan ukuran partikel dan kerapatanbulk antara zat aktif

dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul

yang selanjutnya dapat menyebabkan kurang seragamnya

kandungan zat aktif di dalam tablet

Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa

langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar

memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang

dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. Dalam beberapa kondisi

pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa amin dan

laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempa

langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama

pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat

aktif dalam granul terganggu

Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan

harus bersifat mudah mengalir, kompresibilitas yang baik,

kohesifitas dan adhesifitas yang baik (Ansel, 1989).

Page 11: Teori Tablet

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1999. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Gajah Mada University

Press. Yogyakarta.

Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia

Press. Jakarta.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Jakarta.

Lachman. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Universitas Indonesia Press.

Jakarta.

Soekami, R. A. 1987. Tablet. PT. Mayang Kencana. Medan.