teori lansia & konsep penyakit katarak
Transcript of teori lansia & konsep penyakit katarak
TEORI LANSIA
Konsep Teori Lansia
Batasan Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak,
masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik
secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti
mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik
ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan
pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai
fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ,
tetapi tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus
sehat. Sehat dalam hal ini diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat
(Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan
yangmenuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai
masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994)
menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada
orang lain,
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam
pola hidupnya,
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah
meninggal atau pindah,
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang
bertambah banyak dan
5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa.
Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa
perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri
makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga
minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan –
kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan
motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran
fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk
melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran
fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa
perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap
perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap
yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung
dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan
ynag diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan
masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein,
1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri
– ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar,
1994) adalah:
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran,
5) Kurang ada motivasi,
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat
yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati
kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki
kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.
Teori Proses Menua
1) Teori – teori biologi
a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik
untuk spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat
dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul
/ DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin
(terjadi penurunan kemampuan fungsional sel)
b) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh
lelah (rusak)
c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat
diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang
tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah dan sakit.
d) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia
dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab
kerusakan organ tubuh.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
f) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak
dapat regenerasi.
g) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen.
Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan
hilangnya fungsi.
h) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel
yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
2) Teori kejiwaan sosial
a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
- Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah
kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia
lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial.
- Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari
lanjut usia.
- Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu
agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia
b) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada
lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas.
Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliki.
c) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi
sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple
loss), yakni :
1. kehilangan peran
2. hambatan kontak sosial
3. berkurangnya kontak komitmen
Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian
kesejahteraan lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
1) Permasalahan umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga
yang berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional
pelayanan lanjut usia.
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia.
2) Permasalahan khusus :
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah
baik fisik, mental maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia
Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
1) Hereditas atau ketuaan genetik
2) Nutrisi atau makanan
3) Status kesehatan
4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan
6) Stres
Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1) Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim
organ tubuh, diantaranya sistim pernafasan, pendengaran,
penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,
muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin dan
integumen.
2) Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a) Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan (hereditas)
e) Lingkungan
f) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan
ketulian.
g) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan
dengan teman dan famili.
i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan
terhadap gambaran diri, perubahan konsep dir.
3) Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya (Maslow, 1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal
ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari
(Murray dan Zentner, 1970)
Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia
Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan
12 macam penyakit lansia, yaitu :
1) Depresi mental
2) Gangguan pendengaran
3) Bronkhitis kronis
4) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
5) Gangguan pada koksa / sendi pangul
6) Anemia
7) Demensia
Konsep Penyakit Katarak
Definisi
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur –
angsur penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara
C.Long, 1996)
Etiologi
1) Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis
2) Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar
oleh sinar X atau benda – benda radioaktif.
3) Penyakit mata seperti uveitis.
4) Penyakit sistemis seperti DM.
5) Defek kongenital
Patofisiologi
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena
adanya keseimbangan atara protein yang dapat larut dalam protein yang
tidak dapat larut dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi
peningkatan jumlah protein yang tdak dapat diserap dapat
mengakibatkan penurunan sintesa protein, perubahan biokimiawi dan
fisik dan protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam lens
melebihi jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam
bagian ynag lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal
dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi dan
desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya
terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan.
Macam – macam Katarak
1) katarak kongenital
Adalah katarak sebagian pada lensa yang sdah idapatkan pada
waktu lahir. Jenisnya adalah:
a) Katarak lamelar atau zonular.
b) Katarak polaris posterior.
c) Katarak polaris anterior
d) Katarak inti (katarak nuklear)
e) Katarak sutural
2) Katarak juvenil
Adalah katarak yang terjadi pada anak – anak sesudah lahir.
3) Katarak senil
Adalah kekeruhan lensa ang terjadi karena bertambahnya usia.
Ada beberapa macam yaitu:
a) katarak nuklear
Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa
b) Katarak kortikal
Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa
c) Katarak kupliform
Terlihat pada stadium dini katarak nuklear atau kortikal.
Katarak senil dapat dibagi atas stadium:
a) katarak insipiens
Katarak yang tidak teratur seperti bercak – bercak yang
membentuk gerigi dengandasar di perifer dan daerah jernih
di antaranya.
b) katarak imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum
mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapt bagian-
bagian yang jernih pada lensa.
c) katarak matur
Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi
pengeluaran air bersama – sama hasil desintegritas melalui
kapsul.
d) katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa
mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa.
4) Katarak komplikasi
Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular
atau penyakit umum.
5) Katarak traumatik
Terjadi akibat ruda paksa atau atarak traumatik.
Kosep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Katarak
Pengkajian
1) Data Subyektif
a) Nyeri
b) Mual
c) Diaporesis
d) Riwayat jatuh sebelumnya
e) Pengetahuan tentang regimen terapeutik
f) Sistem pendukung, lingkungan rumah.
2) Data obyektif
a) Perubahan tanda – tanda vital
b) Respon yang azim terhadap nyeri
c) Tanda – tanda infeksi:
- Kemerahan
- Edema
- Infeksi konjungtiva (pembuluh darah konjungtiva
menonjol)
- Drainase pada kelopak mata dan bulu mata
- Zat purulen
- Peningaktan suhu tubuh
- Nilai laboratorium: peningkatan SDP, perubahan
SDP, hasil pemeriksaan kultur sesitivitas abnormal.
d) Ketajaman penglihatan masing – masing mata.
e) Cara berjalan, riwayat jatuh sebelumnya.
f) Kemungkinan penghalang lingkungan seperti;
- kaki kursi, perabot yang rendah
- Tiang infus
- Tempat sampah
- Sandal
g) Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap
informasi.
Perumusan Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d interupsi pembedahan jaringan tubuh
2) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d peningkatan perentanan
sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh.
3) Resiko tinggi terhadap cidera b/d keterbatasan penglihatan, berada
di lingkungan yang asing dan keterbatasan mobilitas dan
perubahan kedalaman persepsi karena pelindung mata.
4) Resiko tinggi terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik
b/d kurang aktivitas yang diijinkan, obat – obatan, komplikasi dan
perawatan lanjutan.
Perencanaan
1) Nyeri akut
a) Tujuan: nyeri teratasi
b) Kriteria hasil: klien melaporkan penurunan nyeri progresif
dan penghilangan nyeri setelah intervensi.
c) Intervensi:
Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan
penghilangan nyeri yang efektif.
Rasional: Membantu dalam membuat diagnosa dan
kebutuhan terapi.
Jelaskan bahwa nyeri dapat akan terjadi sampai
beberapa jam setelah pembedahan.
Rasional: Nyeri post op dapat terjadi sampai 6 jam post op.
Lakukan tindakan penghilanagn nyeri non invasif
atau non farmakologik, seperti berikut;
- Posisi: tinggikan bagian kepala tempat tidur,
berubah – ubah antara berbaring pada punggung dan
pada sisi yang tidak dioperasi.
- Distraksi
- Latihan relaksasi
Rasional: beberapa tindakan penghilang nyeri non invasif
adalah tindakan mandiri yang dapat dilaksanakan perawat
dalam usaha meningkatkan kenyamanan pada klien.
Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri
dengan aalgesik yang diresepkan.
Rasional: Analgesik mambantu dalam menekan respon
nyeri dan menimbulkan kenyamanan pada klien.
Beritahu doker jika nyeri tidak hilang setelah ½ jam
pemberian obat, jika nyeri disertai mual atau jika anda
memperhatikan drainase pada pelindung mata.
Rasional: Tanda ini menunjukkan peningaktan tekanan intra
okuli (TIO) atau komplikasi lain.
2) Resiko tinggi terhadap infeksi
a) Tujuan: infeksi tidak terjadi.
b) Kriteria hasil: klien akan menunjukkan penyembuhan insisi
tanpa gejala infeksi.
c) Intervensi:
Tingkatkan penyembuhan luka:
- Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang
seimbang dan asupancairan yang adekuat.
- Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai
hari pertama setelah operasi atau sampai diberitahukan
Rasional: Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan
kesehatan secara keseluruhan, yang meningkatkan
penyembuhan
Gunakan teknik aseptik untuk meneteskan tetes
mata:
- Cuci tangan sebelum memulai
- Pegang alat penetes agak jauh dari mata
- Ketika meneteskan, hindari kontak antara ata,
tetesan dan alat penetes.
Ajarkan teknik ini kepada klien dan anggota keluarganya.
Rasional: Teknik aseptik meminimialkan masuknya
mikroorganisme dan mengurangi resiko infeksi.
Kaji tanda dan gejala infeksi:
- Kemerahan, edema pada kelopak mata
- Infeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol)
- Drainase pada kelopak mata dan bulu mata
- Materi purulen pada bilik anterior (antara korm\nea
dan iris)
- Peningkatan suhu
- Nilai laboratorium abnormal (mis. Peningkatan SDP,
hasil kultur dan sensitivitas positif)
Rasional: Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan
yang cepat untuk meminimalkan keseriusan infeksi.
Lakukan tindakan untuk mencegah ketegangan
pada jahtan (misal anjurkan klien menggunakan kacamata
protektif dan pelindung mata pada siang hari dan pelindung
mata pada malam hari).
Rasional: Ketegangan pada jahitan dapat menimbulkan
interupsi menciptakan jalan masuk untuk mikroorganisme.
Beritahu dokter tentang semua drainase yang
terlihat mencurigakan.
Rasional: Drainase abnormal memerlukan evaluasi medis
dan kemungkinan memulai penanganan farmakologi.
3) Resiko tinggi terhadap cidera
a) Tujuan: Cidera tidak terjadi.
b) Kriteria hasil: Klien tidak mengalami cidera atau trauma
jaringan selama dirawat.
c) Intervesi:
Orientasikan klien pada lingkungan ketika tiba.
Rasional: Pengenalan klien dengan lingkungan membantu
mengurangi kecelakaan.
Modifikasi lingkungan untuk menghilangkan
kemungkinan bahaya.
- Singkirkan penghalang dari jalur berjalan.
- Singkrkan sedotan dari baki.
- Pastikan pintu dan laci tetap tertutup atau terbuka
secara sempurna.
Rasonal: Kehilangan atau gangguan penglihatan atau
menggunakan pelindung mata juga apat mempengaruhi
resiko cidera yang berasal dari gangguan ketajaman dan
kedalaman persepsi.
Tinggikan pengaman tempat tidur. Letakkan benda
dimana klien dapat melihat dan meraihnya tanpa klien
menjangkau terlalu jauh.
Rasional: Tinakan ini dapat membantu mengurangi resiko
terjatuh.
Bantu klien dan keluarga mengevaluasi lingkungan
rumah untuk kemungkinan bahaya.
- karpet yang tersingkap.
- Kabel listrik yang terpapar.
- Perabot yang rendah
- Binatang peliharaan
- Tangga
Rasional: Perlunya untuk empertahankan lingkungan yang
aman dilanjutkan setelah pulang.
4) Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen
terapeutik
a) Tujuan: Inefektif penatalaksanaan regimen tidak terjadi.
b) Kriteria hasil: Berkaitan dengan rencana pemulangan rujuk
pada rencana pemulangan.
c) Intervensi:
Diskusikan aktifitas yang diperbolehkan setelah
pembedahan.
- Membaca
- Menonton televisi
- Memasak
- Melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan
- Mandi siram atau mandi di bak mandi.
Rasional: Memulai diskusi dengan menguraikan aktifitas
yang diperbolehkan daripada pembatasan memfokuskan
klien pada aspek positif penyembuhan daripada aspek
negatifnya.
Pertegas pembatasan aktifitas yang disebutkan
dokter yang mungkin termasuk menghindari aktifitas berikut:
- Berbaring pada sisi yang dioperasi
- Membungkuk melewati pinggang
- Mengangkat benda yang beratnya melebihi 10 kg.
- Mandi
- Mengedan selama defekasi.
Rasional: Pembatasan diperlukan utnuk menguangi gerakan
mata dan mencegah peningkatan tekanan okuler.
Pembatasan yang spesifik tergantung pada beberapa faktor,
termasuk sifat dan luasnya pembedahan, preferensi dokter,
umur serta status kesehatan klien secara keseluruhan.
Pemahaman klein tentang alasan untuk pembatasan ini
dapat mendorong kepatuhan klien.
Tekankan pentingnya tidak mengusap mata atau
menggosok mata dan menjaga balutan serta pelindung
protektif tetap pada tempatnya sampai hari pertama setelah
operasi.
Rasional: Mengusap atau menggosok mata dapat merusak
integritas jahitan dan memebrikan jalan masuk untk
mikroorganisme. Menjaga mata tertutup mengurangi resiko
kontaminasi oleh mikroorganisme di udara.
Jelaskan informasi berikut untuk tetap setiap obat –
obatan yang diresepkan.
- Nama, tujuan dan kerja obat.
- Jadwal, dosis (jumlah dan waktu)
- Teknik pemberian
- Instruksi atau kewaspadaan khusus
Rasional: Memberikan informasi yang akurat sebelum
pulang dapat meningkatkan kepatuhan dengan regimen
pengobatan dan membantu mencegah kesalahan dalam
pemberian obat.
Instruksikan klien dan keluarga untuk melaporkan
tanda dan gejala berikut:
- Kehilangan penglihatan
- Nyeri pada mata
- Abnormalitas penglihatan (misalnya, kilasan cahaya
atau mengeras)
- Emerahan, drainase meningkat, suhu meningkat.
Rasional: Melaporkan tanda dan gejala ini lebih awal
memungkinkan intervensi yang cepat untuk mencegah atau
meminimalkan infeksi, peningkatan tekanan intra okular,
perdarahan, terlepasnya retina atau komplikasi lain.
Instruksikan untuk menjaga hygiene mata
(membuang drainase yang mengeras dengan menyeka
kelopak mata yang terpejam menggunakan bola kapas yang
dielmbabakan dengan larutan irigasi mata).
Rasional: Sekresi dapat melekat pada kelopak mata dan blu
mata. Pembuangan sekresi dapat memberikan kenyamanan
dan mengurangi resiko infeksi dengan mneghilangkan
sumber mikroorganisme.
Tekankan pentingnya perawatan lanjutan yang
adekuat, dengan adwal yang ditentukan oleh ahli bedah.
Klien harus mengetahui tanggal dan waktu jadwal perjanjian
pertamanya sebelum pulang.
Rasional: Perawatan lanjutan memberikan kemungkinan
penyembuhan dan memngkinkan deteksi dini komplikasi.
Sediakan instruksi tertulis pada waktu klien pulang.
Rasional: Instruksi tertulis memberikan klien dan keluarga
sumber informasi yang dapat merekam rujuk jika diperlukan.
Pelaksanaan
Disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan serta
keadaan umum klien.
Evaluasi
Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan,
menggunakan metode SOAP.