Teori Dan Model Fairclough
-
Upload
jennifer-long -
Category
Documents
-
view
211 -
download
5
Transcript of Teori Dan Model Fairclough
Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,
M.S. Dr. Jufri, M.Pd.
Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)
TEORI DAN MODEL FAIRCLOUGH
(EKSPERENSIAL DAN KORELASIONAL)
1. Pendahuluan
Norman Fairclough merupakan salah seorang analis wacana kritis yang
memandang bahwa pemahaman terhadap wacana selama ini lebih banyak didominasi
oleh paradigma deskriptif yang bersifat nonkritis sehingga masih banyak dimensi
kewacanaan yang belum terkuak dari pandangan tersebut (Santoso, 2003: 48).
Fenomena wacana semata-mata dipandang sebagai unit linguistik yang lebih besar
daripada klausa atau kalimat. Wacana direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh
(novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang
membawa amanat lengkap.
Berkaitan dengan pandangan deskriptif terhadap wacana, Fairclough (2003:25;
1995:135) mengusulkan pengertian wacana sebagai bentuk praktis sosial. Maksudnya
adalah wacana sebagai bagian dari bahasa juga merupakan bagian dari komunitas sosial
dan tidak keluar dari itu.
Sebagaimana juga van Dijk, analisis Norman Fairclough didasarkan pada
pertanyaan bagaimana menghubungkan teks yang mikro dan konteks masyarakat yang
makro?
Fairclough berusaha membangun suatu model analisis wacana yang mempunyai
konstribusi dalam analisis sosial dan budaya sehingga ia mengkombinasikan tradisi
analisis tekstual dengan konteks masyrakat yang lebih luas. Titik perhatian besar dari
Fairclough (Eriyanto, 2003:285) adalah melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan. Untuk
melihat bagaimana pemakai bahasa membawa nilai ideologis tertentu, dibutuhkan analisis
secara menyeluruh. Selanjutnya, Fairclough (1995: 97; Santoso, 2003: 49) melihat
wacana secara simultan sebagai (1) teks-teks bahasa, baik lisan atau tulisan, (2) praktik
kewacanaan yaitu produksi teks dan interpretasi teks, (3) praktik sosiokultural, yaitu
perubahan-perubahan masyarakat, institusi, kebudayaan, dan sebagainya yang
menentukan bentuk dan makna sebuah wacana. Ketiga unsur wacana itu disebut oleh
Fairclough sebagai dimensi wacana yang harus dianalisis secara integral, yang
dikombinasikan dengan tiga dimensi metode analisis wacana seperti pada gambar berikut.
Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis
1
Sociocultural Practise(situational; institutional; societal)
Process of Production
Process of intrepretation
Discourse practise
Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,
M.S. Dr. Jufri, M.Pd.
Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)
description (text analysis)
interpretation (processing analysis)
explanation (social analysis)
Dimensions of discourse Dimension of analysis
Dalam model analisis wacana Fairclough pada gambar di atas, terdapat tiga
dimensi analisis wacana, yaitu, (1) teks dianalisis secara linguistik, dengan melihat
kosakata, semantik dan tata kalimat, (2) discourse practice merupakan dimensi
berhubungan dengan proses produksi dan konsumsi teks, dan (3) sociocultural practice
adalah dimensi yang berhubungan dengan konteks di luar teks (Eriyanto, 2003: 288).
Secara lebih sederhana, Fairclough (2003: 28) menjelaskan hal tersebut dalam
bukunya Language and Power bahwa dalam melihat bahasa sebagai diskursus (wacana)
dan praktik sosial, seseorang harus memasukkan gagasannya, tidak hanya melihat teks,
ataupun menganalisis proses produksi dan intrepretasi, namun juga untuk menganalisis
hubungan antara teks, proses (interaksi), dan kondisi sosialnya.
Dimensi analisis wacana kritis yang dimaksud adalah deskripsi, intrepretasi, dan
eksplanasi. Deskripsi merupakan tingkatan yang berhubungan dengan teks. Intrepretasi
berkaitan dengan antara teks dengan interaksi yang melihat teks sebagai suatu produk
suatu produksi dan sebagai sumber dalam proses interpretasi. Eksplanasi berkaitan
dengan hubungan antara konteks interaksi dan sosial dengan penentuan sosial proses
produksi dan interpretasi, dan efek-efek sosialnya.
Berdasarkan pembahasan di atas, Fairclough menyajikan teori dan model
eksperensial dan korelasional dalam pembahasan deskripsi teks.
2. Teori dan Model Eksperensial dan Korelasional Fairclough
Dalam pandangan kritis, teks dibangun dari sejumlah piranti linguistik yang di
dalamnya tersembunyi ideologi dan kekuasaan. Dalam pandangan Fairclough (2003: 126-
128), tahap pemerian ini berupa analisis terhadap kosakata, gramatika, dan struktur teks.
Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis
2
Text
Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,
M.S. Dr. Jufri, M.Pd.
Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)
Ada tiga jenis nilai yang terdapat dalam aspek-aspek formal teks, yaitu
eksperensial, relasional, dan ekspresif (Fairclough, 2003: 128). Apsek formal dengan nilai
eksperensial adalah sesuatu yang berhubungan dengan isi, pengetahuan dan keyakinan.
Aspek formal dengan nilai relasional hal yang berhubungan dengan interaksi dan
hubungan sosial. Aspek formal dengan nilai ekspresif adalah hal yang berkenaan dengan
subjek (pemakai bahasa) dan identitas sosial yang dimiliki. Selanjutnya Fairclough
menekankan bahwa apapun bentuk formal yang diberikan bisa secara bersamaan
memiliki dua atau tiga dari keiga nilai-nilai tersebut. Hal ini digambarkan dalam
diagram di bawah ini.
Dimensi makna Nilai-nilai aspek Efek-efek struktural
Isi
Hubungan
Subyek
Eksperensial
Relasional
Ekspresif
Pengetahuan/Keyakinan
Hubungan Sosial
Identitas Sosial
Selanjutnya, dalam menganalisis kosakata, gramatika, dan struktur teks,
Fairclough mengajukan sepuluh pertanyaan sebagai berikut.
(1) Nilai-nilai eksperensial apakah yang terkandung dalam kata-kata?
(2) Nilai-nilai relasional apakah yang termuat dalam kata-kata?
(3) Nilai-nilai ekspresif apakah yang terkandung dalam kata-kata?
(4) Metafora-metafora apa yang digunakan?
(5) Nilai-nilai eksperensial apakah yang terkandung pada aspek-aspek gramatikal?
(6) Nilai-nilai relasional apakah yang terdapat pada aspek-aspek gramatikal?
(7) Nilai-nilai ekspresif apa yang ada dalam aspek-aspek gramatikal?
(8) Bagaimana kalimat-kalimat (sederhana) saling berkaitan?
(9) Kaidah-kaidah interaksional apa yang digunakan?
(10)Struktur berskala besar apakah yang dimiliki teks?
2.1 Kosakata
2.1.1 Nilai Eksprensial Kosakata
Lima hal yang berhubungan dengan nilai eksperensial pada kosakata (Santososo,
2003: 55), yaitu
a) pola pengelompokan/klasifikasi apakah yang tergambar dalam kata-kata,
b) adakah kata-kata yang secara ideologis tidak pantas atau tidak sesuai?
Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis
3
Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,
M.S. Dr. Jufri, M.Pd.
Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)
c) adakah penyusunan kembali (rewording) atau kelebihan penyusunan kata
(overwording)/proses leksikal.
d) relasi makna apa saja yang signifikan secara ideologis ada dalam kata-kata?
e) jenis metafora apa yang digunakan?
Pola klasifikasi merupakan sebuah cara terentu untuk membagi beberapa aspek
realitas yang mengandalkan sebuah representase ideologis tertentu. Dari
pengklasifikasian ini, sejumlah kosakata berada pada sisi ideologis ”kanan”, sementara
kosakata lainnya berada di sisi ideologis kiri.
Terdapat kata-kata tertentu yang diperjuangkan melalui suatu pertarungan
ideologis. Dalam teks, sering m,uncul kata-kata tertentu yang dominan, selalu muncul, dan
dinaturalisasikan kepada pembaca. Kata-kata tersebut selalu diulang-ulang dalam
berbagai peristiwa tutur. Kata-kata seperti itu memperolwh hak dan perlakukan istimewa
karena pada umumnya merupakan simbol dari institusi tertentu.
Proses leksikal, istilah yang diambil dari pendapat Fowler (Santoso, 2003: 55),
berkenaan dengan tersedianya kosakata dalam wacana kelompok sosial tertentu yang
merefleksikan dan mengekspresikan kepentingan kelompok itu. Terdapat tiga proses
leksikal, yaitu leksikalisasi (wording dalam istilah Fairclough), kelebihan leksikal
(overlexicalization, overwording), dan kekurangan leksikal (underlexicalization).
Leksikalisasi terjadi jika kata yang dipilih itu merrefleksikan satu konsep secara tepat.
Kelebihan leksikal terjadi jika terlalu banyak kata untuk merefleksikan satu konsep. Adapun
kekurangan leksikal terjadi jika terdapat halangan untuk memilih kata yang tepat yang
dapat mewakili satu konsep.
Relasi makna dalam bentuk sinonimi, antonimi, dan hiponimi dipercayai memiliki
dimensi ideologis tertentu. Sebagaimana diketahui, sinonimi adalah kata-kata yang
bermakna sama atau hampir sama. Sangat sulit menemukan padanan kata yang mutlak
sama. Oleh karena itu, sesorang hanya mencari hubungan yang mendekati makna antar
kata. Sebuah uji sinonim secara garis besar untuk menetukan apakah kata-kata dapat
saling menggantikan dengan sedikit mempengaruhi makna. Antonimi adalah kata-kata
yang bermakna berlawanan. Hiponimi adalah makna kata tertentu yang tercakup dalam
makna kata lainnya. Dalam kacamata Analisis Wacana Kritis, pilihan relasi makna tertentu
yang menonjol mengandung makna ideologis tertentu. Misalnya, orang atau kelompok
miskin dapat dibahasakan dengan kata miskin, tidak punya, tidak mampu, kurang
beruntung, kelompok terpinggirkan, atau bahkan kelompok yang tertindas.
Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis
4
Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,
M.S. Dr. Jufri, M.Pd.
Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)
Pilihan terhadap metafora tertentu mengandung signifikansi ideologis tertentu.
Menurut Fairclough (dalam Eriyanto, 2003:292), metafora merupakan kunci bagaimana
realitas ditampilkan dan dibedakan dengan yang lain. Metafor bukan hanya keindahan
literer, karena bisa menentukan apakah realitas itu dimaknai dan dikategorikan sebagai
positif atau negatif. Misalnya kata militer diberikan metafor anak kandung rakyat, anak
kandung revolusi, akan bermakna positif karena mengabstraksikan kepada khalayak
bahwa militer baik, mewarisi semangat perjuangan, dan apa pun yang dia lakukan untuk
kepentingan rakyat. Sebaliknya jika metafornya adalah pembawa sengsara rakyat,
maknanya bersifat negatif karena militer diabstraksikan sebagai sosok oportunis yang
tindakannya merugikan rakyat.
Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis
5
Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,
M.S. Dr. Jufri, M.Pd.
Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)
2.1.2 Nilai Relasional Kosakata
Tiga hal yang berhubungan dengan nilai ini, yaitu:
(a) Ungkapan eusfimistik, yaiu ekspresi kebahasaan yang memperhalus realitas
yang sebenarnya sebagai upaya untuk untuk menghindari nilai-nilai negatif.
(b) Pilihan kata-kata formal yang ditunjukkan melalui pilihan kosakata asing dan
kosakata ilmiah. Pilihan kosakata seperti ini akan meciptakan kesan kekuasaan,
posisi, dan status.
(c) Pilihan kata-kata nonformal yang ditunjukkan melalui pilihan kosakata sehari-
hari yang amat mudah dipahami pendengarnya. Kata informal sering dipilih
untukmenciptakan aspek-aspek solidaritas, kesantunan, dan ekspresi afektif.
2.1.3 Nilai Ekspresif Kosakata
Dua hal yang berhubungan dengan nilai ini adalah evaluasi positif dan negatif.
Penutur sering memunculkan evaluasinya terhadap realitas secara implisit melalui
kosakata. Perbedaan antartipe wacana dalam nilai-nilai ekspresif dari berbagai kosakata
memiliki signifikan secara ideologis.
2.2 Gramatika
2.2.1 Nilai Eksprensial Gramatika
Pada tingkat tata bahasa, analisis Fairclough dipusatkan pada apakah tatabahasa
ditampilkan dengan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan berikut.
(a) Tipe-tipe proses atau partisipan manakah yang lebih mendominasi?
(b) Apakah agen tidak jelas
(c) Apakah proses yang dimaksudkan?
(d) Apakah nominalisasi diterapkan
(e) Apakah kalimat-kalimat tersebut aktif atau pasif?
(f) Apakah kalimat dalam teks positif atau negatif?
Secara ringkas, Eriyanto (2003:292-294) menyimpulkan lima dari enam
pertanyaan di atas dengan dua fokus pembahasan nilai eksperensial tata bahasa, yaitu
apakah tata bahasa ditampilkan dalam bentuk proses ataukah dalam bentuk partisipan.
Dalam bentuk proses, apakah seseorang, kelompok, kegiatan ditampilkan sebagai
tindakan, peristiwa, keadaan, ataukah proses mental. Bentuk tindakan menggambarkan
Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis
6
Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,
M.S. Dr. Jufri, M.Pd.
Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)
bagaimana aktor melakukan tindakan tertentu pada seseorang yang menyebabkan
sesuatu. Pada umumnya struktur kalimat bentuk tindakan berpola transitif (S+V+O).
Bentuk peristiwa memasukkan hanya satu partisipan saja dalam kalimat, baik subjeknya
maupun objeknya saja, dengan pola kalimat (S+V). Bentuk keadaan, menunjuk pada
sesuatu yang telah terjadi anpa harus menyebut dan bisa menyembunyikan subjek pelaku
tindakan. Berikut ini contoh kalimat proses sebagai tindakan, peristiwa, keadaan atau
proses mental.
Tindakan Oknum polisi memperkosa seorang wanita.
Peristiwa Oknum polisi melakukan pemerkosaan.
Keadaan Seorang wanita diperkosa.
Proses mental Pemerkosaan terjadi lagi di Jakarta.
Bentuk partisipan, di antaranya meliha bagaimana aktor-kator ditampilkan dalam
teks. Apakah aktor ditampilkan sebagai pelaku atau korban dalam pemberitaan. Sebagai
pelaku, umumnya ditampilkan dalam bentuk kalimat aktif-- seseorang ditampilkan
melakukan tindakan yang menyebabkan sesuatu pada objek/ seseorang. Sebagai korban
(objek) menunjuk pada sesuatu yang disebabkan oleh orang lain. Ada beberapa strategi
wacana, yang paling umum digunakan adalah kalimat pasif. Dengan bentuk kalimat ini,
hanya objek yang ditampilkan. Misalnya Sejumlah demontran dibunuh. Bentuk lain adalah
dengan nominalisasi yang menampilkan suatu kegiatan tanpa perlu menunjuk kepada
partisipan atau pihak-pihak yang terlibat. Misalnya, Kemiskinan penduduk perkotaan sudah
pada tingkat yang mengkhawatirkan. Kedua bentuk pasif dan nominalisasi tersebut
mengaburkan siapa pelaku (agen) dan meninggalkan atribut kausalitas sehingga pada
kedua contoh kalimat tersebut tidak jelas siapa aktor pembunuhan dan aktor penyebab
kemiskinan, apa yang menjadi penyebab kedua peristiwa tersebut.
Untuk pertanyaan keenam, Fairclough (2003: 143; dan dalam Santoso, 2003: 56)
menjelaskan bahwa pada umumnya nilai eksperensial diekspresikan dalam kalimat positif,
meskipun pada kasus tertentu dikemukakan dalam bentuk negatif. Dalam suatu bahasa,
fungsi negasi untuk menyangkal atau mengingkari pernyataan lawan bicara yang dianggap
Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis
7
Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,
M.S. Dr. Jufri, M.Pd.
Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)
keliru oleh pembicara itu sendiri. Negasi secara jelas memiliki nilai eksperensial sebagai
cara dasar yang kita miliki dalam membedakan apa yang bukan kasus dari apa yang
benar-benar merupakan kasus dalam realitas. Negasi adalah cara yang sangat bermakna
dalam memperebutkan elemen-elemen konteks antarteks. Pertanyaan penting yang
dimunculkan adalah ”apa motivasi penulis menggunakan bentuk negatif jika ia dapat
mengungkapkan persoalan yang sama dalam bentuk positif”. Menurut Fairclough, penulis
secarajelas menggunakan negasi sebagai sebuah cara untuk mengambil isu secara
implisit yanmg sesuai dengan asersi-asersi positif. Negasi yang digunakan untuk
mengungkapkan realitas dapa menjalankan tiga fungsi, yakni (1) negasi yang
sesungguhnya, (2) negasi "yang manipulatif”, dan (3) negasi "yang ideologis”.
2.2.2 Nilai Relasional Gramatika
Nilai relasional gramatika berhubungan dengan cara bagaimana gramatika
mengodekan isyarat realsi hubungan sosial timbal balik yang diperankan penghasil teks?
Terdapat tiga aspek yang dikaji Fairclough berkaitan dengan nilai ini yaitu sebagai berikut.
(1) model-model kalimat
(2) modalitas
(3) pronominal (persona)
Pertama, model kalimat yang berkaitan dengan cara bagaimana kalimat itu
diekspresikan, apakah dalam bentuk deklaratif, interogatif, atau imperatif. Ketiga model ini
menempatkan subjek yang berbeda. Dalam bentuk kalimat deklaratif, posisi subjek
penutur sebagai pembicara atau penulis adalah pemberi informasi dan posisi petutur
sebagai penerima informasi. Dalam kalimat interogatif, posisi pembicara atau penulis
menanyakan sesuatu kepada lawan bicara atau petutur, sebaliknya lawan bicara sebagai
penyedia informasi. Pada kalimat imperatif, pembicara atau penulis berada pada posisi
meminta lawan bicara (untuk selanjutnya melakukan aksi), sebaliknya lawan bicara atau
petutur idealnya sebagai pelaku yang tunduk.
Kedua, modalitas berhubungan dengan wewenang pembicara atau penulis. Ada
dua dimensi modalitas, bergantung pada arah mana otoritas tersebut ditujukan. Pertama,
jika otoritas seseorang terhadap satu partisipan dalam hubungan dengan yang lain,
disebut modalitas relasional. Kedua, jika otoritas pembicara atau penulis dalam hal
kebenaran atau kemungkinan mewakili realitas, disebut dan modalitas ekspresif, misalnya
Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis
8
Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,
M.S. Dr. Jufri, M.Pd.
Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)
evaluasi pembicara atau penulis terhadap kebenaran. Modalitas diungkapkan dengan kata
bantu pengandaian seperti boleh, harus, sebaiknya, dapat, tidak dapat, seharusnya, juga
dengan bentuk formal termasuk adverbia dan pola kalimat.
Berikut contoh teks yang menggambarkan hubungan modalitas.
Buku-buku perpustakaan Anda sudah jatuh tempo dan kartu perpustakaan Anda tidak boleh dipakai sampai buku-buku itu dikembalikan. Jika buku-buku itu dikembalikan dalam waktu dua hari, Anda harus membayar ongkos penggantinya sebelum Anda meminjam buku lagi.
Ada dua modalitas yang berfungsi sebagai kata bantu pengandaian, tidak boleh
dan harus. Boleh dengan sendirinya berfungsi sebagai modalitas relasional yang bisa
berarti sebuah sinyal izin, dengan tambahan kata tidak berarti tidak diizinkan. Must ’harus’
menunjukkan kewajiban. Perhatikan hubungan otoritas dan kekuasaan berdasarkan dari
mana pembuat teks tersebut memegang izin, atau menjatuhkan kewajiban atas, orang-
orang yang dimaksud, tidaklah jelas. Ini adalah tuntutan otoritas implisit dari ilustrasi ini
membuat hubungan modalitassebagai kepentingan ideologis.
Ketiga, pronomina persona berkenaan dengan kehadiran diri, yakni bagaimana
penutur/pembicara/penulis menghadirkan diri di hadapan mitra bicara. Strategi kehadiran
diri berkenaan dengan pronomina persona pertama. Penggunaan pronomina berkaitan
dengan hubungan antara kekuasaan dan solidaritas. Untuk menunjukkan kekuasaannya,
pembicara dalam suatu bahasa biasannya dapat menggunakan kata atau bentuk kata
tertentu. Sebaliknya, cara yang sangat umum dilakukan untuk menunjukkan kekuasaan
dan solidaritas dengan memilih kata yang tepat untuk memanggil mitra bicara dengan
kata-kata tertentu pula.
2.2.3 Nilai Ekspresif Gramatika
Nilai ekspresif gramatika ditunjukkan oleh modalitas ekspresif. Meskipun terjadi
ketumpahtindihan penanda kata bantu pengandaian modalitas relasional dan modalitas
ekspresif , seperti pengakuan Fairclough sendiri, terdapat penanda lain yang tidak
berbentuk kata bantu, yaitu ada bentuk pola kalimat dan adverbia. Misalnya, Your library
books overdue ‘Buku-buku perpustakaan Anda sudah jatuh tempo’, verba are dalam
bentuk simple present. Ini adalah tujuan dari modalitas ekspresif, sebuah komitmen
produsen terhadap kebenaran.
Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis
9
Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,
M.S. Dr. Jufri, M.Pd.
Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)
Selain ketiga nilai yang dijelaskan oleh Fairclough, satu pertanyaan lagi dalam
analisis wacana kritis yang berkaitan dengan deskripsi gramatika, yaitu bagaimana kalimat
(sederhana) saling terkait?
Secara umum, ada hubungan formal antara kalimat dalam sebuah teks, yang
secarabersama merujuk pada kohesi. Kohesi dapat melibakan kosakata untuk
menghubungkan antarkalimat—pengulangan kata atau penggunaan kata yang berkaitan,
konektor (kata hubung) berupa waktu, tempat, dan logika hubungan antarkalimat, referensi
–kata yang merujuk pada kalimat sebelumnya, atau jarang sekali, pada kalimat
selanjutnya.
Sehubungan dengan itu, Fairclough mengajukan dua pertanyaan yang
berhubungan kata penghubung dan satu pertanyaan yang berkaian dengan referensi.
(1) Kata penghubung apa yang logis?
(2) Apakah kalimat kompleks dicirikan dengan koordinasi atau subordinasi?
(3) Makna apa yang digunakan untuk merujuk sesuatu yang ada di dalam atau di luar
teks?
Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis
10
Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,
M.S. Dr. Jufri, M.Pd.
Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)
2.3 Struktur Teks
Fitur-fitur formal teks pada level teks brkaitan dengan organisasi formal yang
dimiliki teks. Ada dua persoalan yang perlu dianalisis dalam struktur teks, yaitu:
(1) Konvensi interaksional
(2) Penataan serta pengurutan teks
2.3.1 Konvensi Interaksional
Pada bagian ini Fairclough menekankan bentuk-bentuk susunan tingkat tinggi
yang berbentuk dialog dan mempunyai makna relasional. Fairclough ingin melihat
bagaimana kekuasaan dalam susunan sebuah dialog.
Untuk menganalisis struktur teks pada bagian ini, Fairclough mengajukan
pertanyaan berikut.
(1) Bagaimana pengelolaan pergantian-bicara (turn-taking) dalam dialog?
(2) Bagaimana partisipan mengontrol pembicaraan partispan lain?
Adapun jawaban kedua pertanyaan di atas sebagai berikut. Pertama, sistem turn-
taking yang diberlakukan bergantung hubungan kekuasaan antarpartisipan. Dalam
percakapan informal yang setara, turn-taking diatur melalui negosiasi di antara partisipan
dengan ketentuan dilakukan sesuai dengan rumus tertentu. Setiap partisipan mempunyai
hak dan kewajiban yang sama untuk memilih pembicara selanjutnya, mereka sendiri atau
meneruskan pembicaraannya. Satu catatan yang dikemukakan Fairclough (Santoso, 2003:
61) bahwa percakapan informal antarpartisipan yang sejajar memiliki arti yang besar
sebagai bentuk ideal mobilisasi kekuasaan dari interaksi sosial. Akan tetapi, pemunculan
percakapan seperti ini dalam masyarakat aktual yang terbagi ke dalam kelas dan
kekuasaan itu sangat terbatas.
Kedua, partisipan yang memiliki kekuasaan besar dapat memaksakan
konstribusinya pada partisipan yang memiliki kekuasaan lebih kecil. Terdapat empat cara
partisipan mengontrol kontribusi pembicaraan partisipan lainnya, yaitu:
(1) Interupsi, dengan interupsi seorang partisipan dapat mengontrol dan
menghentikan konstribusi partisipan lainnya, menghentikan pengulangan
informasi, atau menghentikan informasi yang tidak relevan, dan sebagainya.
(2) Penegasan, atau pengeksplisitan yang terjadi jika seseorang meminta orang lain
untuk memperjelas tuturannya.
Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis
11
Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,
M.S. Dr. Jufri, M.Pd.
Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)
(3) Pengontrolan topik terjadi jika seorang penutur menggunakan cara tertentu unuk
mengarahkan jawaban penutur lainnya.
(4) Formulasi yang dilakukan dengan dua cara yakni perumusan kembali apa yang
sudah dikatakan atau yang dikatakan orang lain, dan kedua perumusan apa yang
mungkin dianggap kelanjutan dari apa yang sudah dikatakan atau apa yang
dimplikasikan dari apa yang sudah dikatakan.
2.3.2 Penataan serta Pengurutan Teks
Penataan serta pengurutan teks sangat berkaitan erat dialog dan monolog yang
menekankan pada aspek yang mempunyai nilai eksperensial.
Sebuah teks memiliki struktur yang mungkin saja dibentuk dari elemen-elemen
yang dapat diperkirakan dalam sebuah tatanan yang dapat diprediksikan (Fairclough,
2003: 155). Hal tersebut dapat dapa dipeerhatikan pada contoh berikut.
Sunber: Lancaster Guardian, 7 Oktober 1986
Insiden melaporkan secara umum elemen penting yang terkait, yang kelihatannya
akan menjadi: apa yang terjadi, apa yang menyebabkannya, apa yang dapat dilakukan
sehubungan dengannya, apa akibat langsung yang ditimbulkannya, berapa lama waktu
akibat konsekuensi yang ada. Paragraf pertama memberikan akibat yang langsung, diikuti
dengan indikasi apa yang telah terjadi. Paragraf kedua melaporkan apa yang dilakukan
sehubungan dengan hal tersebut dan selanjutnya memfokuskan pada apa yang telah
terjadi. Paragraf ketiga memberikan efek langsung secara rinci, dan paragraf keempat
merujuk pada konsekuensi jangka panjang. Perhatikanlah bahwa susunan elemen ampak
tidak cukup logis, dan satu elemen terlihat di lebih satu tempat. Susuna artikel surat kabar
didasarkan pada seberapa penting atau layak diberiitaka, yang pada pokok berita atau
Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis
12
Pemadam kebakaran menerobos lautan api
PEKERJA giliran malam yang sedang bertugas di Toko Mantel Nairn, St. Georges Quay, Lancaster, terpaksa dievakuasi setelah si jago merah berkobar dari dalam sebuah oven pada hari Rabu malam.
Empat mobil pemadam kebakaran dikerahkan dan para petugas dengan memakai perangkat pernapasan menerobos kobaran api yang berasal dari putusnya arus dalam oven yang memercikkan api di bawah elemen sinar infra merah.
Kebakaran itu menyebabkan kerusakan parah pada 20 meer peti logam dan bagian dalam mesin, dan gudang mantel yang dipenuhi asap tebal.
Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,
M.S. Dr. Jufri, M.Pd.
Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)
paragraf pertama secara khusus memberikan sesuatu yang dianggap sebagai bagian
terpenting, dan intisari sebuah cerita.
3. Simpulan
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:
(1) Wacana dalam pandangan Fairclough adalah sebagai praktik kekuasaan yang
mempunyai tiga efek, pertama memberikan andil dalam mengkonstruksi identitas
sosial dan posisi subjek, kedua membantu mengkonstruksi relasi sosial di antara
orang-orang, dan ketiga memberikan konstribusi dalam mengkonstruksi sistem
pengetahuan dan kepercayaan.
(2) Terdapat tiga dimensi wacana yaitu teks, discourse practice, dan sociocultural
practice, serta tiga dimensi analisis wacana kritis, yaitu deskripsi teks, interpretasi
teks, dan eksplanasi.
(3) Teori dan model eksperensial dan korelasional (relasional) tercakup dalam
pembahasan deskripsi teks (analisis teks) yang mengkaji kosakata, gramatika,
dan struktur teks.
(4) Dalam mendeskripsikan teks, Fairclough mengemukakan sepuluh pertanyaan
yang menyangkut aspek formal teks dengan tiga nilai, yaitu nilai eksperensial, nilai
relasional, dan nilai ekspresif. Adapun rinciannya adalah empat pertanyaan
menyangkut kosakata, empat pertanyaan berkaitan dengan gramatika, dan dua
pertanyaan berhubungan dengan struktur teks.
DAFTAR PUSTAKA
Eriyanto. 2003. Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS.
Fairclough, Norman. 1995. Critical Discourse Analysis; The Critical Study of Language. New York: Longman Publishing.
---------. 2003. Language and Power; Relasi Kekuasaan dan Ideologi. Dialihbahasakan oleh Indah Rohmani-Komunias Ambarawa. Malang: Boyan Publishing.
Santoso, Anang. 2003. Bahasa Politik Pasca-Orde Baru. Jakarta: Wedatama Sastra.
Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis
13
Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,
M.S. Dr. Jufri, M.Pd.
Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)
Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis
14