Teori Dan Model Fairclough

23
Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid, M.S. Dr. Jufri, M.Pd. Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional) TEORI DAN MODEL FAIRCLOUGH (EKSPERENSIAL DAN KORELASIONAL) 1. Pendahuluan Norman Fairclough merupakan salah seorang analis wacana kritis yang memandang bahwa pemahaman terhadap wacana selama ini lebih banyak didominasi oleh paradigma deskriptif yang bersifat nonkritis sehingga masih banyak dimensi kewacanaan yang belum terkuak dari pandangan tersebut (Santoso, 2003: 48). Fenomena wacana semata-mata dipandang sebagai unit linguistik yang lebih besar daripada klausa atau kalimat. Wacana direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat lengkap. Berkaitan dengan pandangan deskriptif terhadap wacana, Fairclough (2003:25; 1995:135) mengusulkan pengertian wacana sebagai bentuk praktis sosial. Maksudnya adalah wacana sebagai bagian dari bahasa juga merupakan bagian dari komunitas sosial dan tidak keluar dari itu. Sebagaimana juga van Dijk, analisis Norman Fairclough didasarkan pada pertanyaan bagaimana menghubungkan teks yang mikro dan konteks masyarakat yang makro? Kelompok IV Armiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis 1

Transcript of Teori Dan Model Fairclough

Page 1: Teori Dan Model Fairclough

Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,

M.S. Dr. Jufri, M.Pd.

Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)

TEORI DAN MODEL FAIRCLOUGH

(EKSPERENSIAL DAN KORELASIONAL)

1. Pendahuluan

Norman Fairclough merupakan salah seorang analis wacana kritis yang

memandang bahwa pemahaman terhadap wacana selama ini lebih banyak didominasi

oleh paradigma deskriptif yang bersifat nonkritis sehingga masih banyak dimensi

kewacanaan yang belum terkuak dari pandangan tersebut (Santoso, 2003: 48).

Fenomena wacana semata-mata dipandang sebagai unit linguistik yang lebih besar

daripada klausa atau kalimat. Wacana direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh

(novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang

membawa amanat lengkap.

Berkaitan dengan pandangan deskriptif terhadap wacana, Fairclough (2003:25;

1995:135) mengusulkan pengertian wacana sebagai bentuk praktis sosial. Maksudnya

adalah wacana sebagai bagian dari bahasa juga merupakan bagian dari komunitas sosial

dan tidak keluar dari itu.

Sebagaimana juga van Dijk, analisis Norman Fairclough didasarkan pada

pertanyaan bagaimana menghubungkan teks yang mikro dan konteks masyarakat yang

makro?

Fairclough berusaha membangun suatu model analisis wacana yang mempunyai

konstribusi dalam analisis sosial dan budaya sehingga ia mengkombinasikan tradisi

analisis tekstual dengan konteks masyrakat yang lebih luas. Titik perhatian besar dari

Fairclough (Eriyanto, 2003:285) adalah melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan. Untuk

melihat bagaimana pemakai bahasa membawa nilai ideologis tertentu, dibutuhkan analisis

secara menyeluruh. Selanjutnya, Fairclough (1995: 97; Santoso, 2003: 49) melihat

wacana secara simultan sebagai (1) teks-teks bahasa, baik lisan atau tulisan, (2) praktik

kewacanaan yaitu produksi teks dan interpretasi teks, (3) praktik sosiokultural, yaitu

perubahan-perubahan masyarakat, institusi, kebudayaan, dan sebagainya yang

menentukan bentuk dan makna sebuah wacana. Ketiga unsur wacana itu disebut oleh

Fairclough sebagai dimensi wacana yang harus dianalisis secara integral, yang

dikombinasikan dengan tiga dimensi metode analisis wacana seperti pada gambar berikut.

Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis

1

Sociocultural Practise(situational; institutional; societal)

Process of Production

Process of intrepretation

Discourse practise

Page 2: Teori Dan Model Fairclough

Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,

M.S. Dr. Jufri, M.Pd.

Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)

description (text analysis)

interpretation (processing analysis)

explanation (social analysis)

Dimensions of discourse Dimension of analysis

Dalam model analisis wacana Fairclough pada gambar di atas, terdapat tiga

dimensi analisis wacana, yaitu, (1) teks dianalisis secara linguistik, dengan melihat

kosakata, semantik dan tata kalimat, (2) discourse practice merupakan dimensi

berhubungan dengan proses produksi dan konsumsi teks, dan (3) sociocultural practice

adalah dimensi yang berhubungan dengan konteks di luar teks (Eriyanto, 2003: 288).

Secara lebih sederhana, Fairclough (2003: 28) menjelaskan hal tersebut dalam

bukunya Language and Power bahwa dalam melihat bahasa sebagai diskursus (wacana)

dan praktik sosial, seseorang harus memasukkan gagasannya, tidak hanya melihat teks,

ataupun menganalisis proses produksi dan intrepretasi, namun juga untuk menganalisis

hubungan antara teks, proses (interaksi), dan kondisi sosialnya.

Dimensi analisis wacana kritis yang dimaksud adalah deskripsi, intrepretasi, dan

eksplanasi. Deskripsi merupakan tingkatan yang berhubungan dengan teks. Intrepretasi

berkaitan dengan antara teks dengan interaksi yang melihat teks sebagai suatu produk

suatu produksi dan sebagai sumber dalam proses interpretasi. Eksplanasi berkaitan

dengan hubungan antara konteks interaksi dan sosial dengan penentuan sosial proses

produksi dan interpretasi, dan efek-efek sosialnya.

Berdasarkan pembahasan di atas, Fairclough menyajikan teori dan model

eksperensial dan korelasional dalam pembahasan deskripsi teks.

2. Teori dan Model Eksperensial dan Korelasional Fairclough

Dalam pandangan kritis, teks dibangun dari sejumlah piranti linguistik yang di

dalamnya tersembunyi ideologi dan kekuasaan. Dalam pandangan Fairclough (2003: 126-

128), tahap pemerian ini berupa analisis terhadap kosakata, gramatika, dan struktur teks.

Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis

2

Text

Page 3: Teori Dan Model Fairclough

Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,

M.S. Dr. Jufri, M.Pd.

Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)

Ada tiga jenis nilai yang terdapat dalam aspek-aspek formal teks, yaitu

eksperensial, relasional, dan ekspresif (Fairclough, 2003: 128). Apsek formal dengan nilai

eksperensial adalah sesuatu yang berhubungan dengan isi, pengetahuan dan keyakinan.

Aspek formal dengan nilai relasional hal yang berhubungan dengan interaksi dan

hubungan sosial. Aspek formal dengan nilai ekspresif adalah hal yang berkenaan dengan

subjek (pemakai bahasa) dan identitas sosial yang dimiliki. Selanjutnya Fairclough

menekankan bahwa apapun bentuk formal yang diberikan bisa secara bersamaan

memiliki dua atau tiga dari keiga nilai-nilai tersebut. Hal ini digambarkan dalam

diagram di bawah ini.

Dimensi makna Nilai-nilai aspek Efek-efek struktural

Isi

Hubungan

Subyek

Eksperensial

Relasional

Ekspresif

Pengetahuan/Keyakinan

Hubungan Sosial

Identitas Sosial

Selanjutnya, dalam menganalisis kosakata, gramatika, dan struktur teks,

Fairclough mengajukan sepuluh pertanyaan sebagai berikut.

(1) Nilai-nilai eksperensial apakah yang terkandung dalam kata-kata?

(2) Nilai-nilai relasional apakah yang termuat dalam kata-kata?

(3) Nilai-nilai ekspresif apakah yang terkandung dalam kata-kata?

(4) Metafora-metafora apa yang digunakan?

(5) Nilai-nilai eksperensial apakah yang terkandung pada aspek-aspek gramatikal?

(6) Nilai-nilai relasional apakah yang terdapat pada aspek-aspek gramatikal?

(7) Nilai-nilai ekspresif apa yang ada dalam aspek-aspek gramatikal?

(8) Bagaimana kalimat-kalimat (sederhana) saling berkaitan?

(9) Kaidah-kaidah interaksional apa yang digunakan?

(10)Struktur berskala besar apakah yang dimiliki teks?

2.1 Kosakata

2.1.1 Nilai Eksprensial Kosakata

Lima hal yang berhubungan dengan nilai eksperensial pada kosakata (Santososo,

2003: 55), yaitu

a) pola pengelompokan/klasifikasi apakah yang tergambar dalam kata-kata,

b) adakah kata-kata yang secara ideologis tidak pantas atau tidak sesuai?

Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis

3

Page 4: Teori Dan Model Fairclough

Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,

M.S. Dr. Jufri, M.Pd.

Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)

c) adakah penyusunan kembali (rewording) atau kelebihan penyusunan kata

(overwording)/proses leksikal.

d) relasi makna apa saja yang signifikan secara ideologis ada dalam kata-kata?

e) jenis metafora apa yang digunakan?

Pola klasifikasi merupakan sebuah cara terentu untuk membagi beberapa aspek

realitas yang mengandalkan sebuah representase ideologis tertentu. Dari

pengklasifikasian ini, sejumlah kosakata berada pada sisi ideologis ”kanan”, sementara

kosakata lainnya berada di sisi ideologis kiri.

Terdapat kata-kata tertentu yang diperjuangkan melalui suatu pertarungan

ideologis. Dalam teks, sering m,uncul kata-kata tertentu yang dominan, selalu muncul, dan

dinaturalisasikan kepada pembaca. Kata-kata tersebut selalu diulang-ulang dalam

berbagai peristiwa tutur. Kata-kata seperti itu memperolwh hak dan perlakukan istimewa

karena pada umumnya merupakan simbol dari institusi tertentu.

Proses leksikal, istilah yang diambil dari pendapat Fowler (Santoso, 2003: 55),

berkenaan dengan tersedianya kosakata dalam wacana kelompok sosial tertentu yang

merefleksikan dan mengekspresikan kepentingan kelompok itu. Terdapat tiga proses

leksikal, yaitu leksikalisasi (wording dalam istilah Fairclough), kelebihan leksikal

(overlexicalization, overwording), dan kekurangan leksikal (underlexicalization).

Leksikalisasi terjadi jika kata yang dipilih itu merrefleksikan satu konsep secara tepat.

Kelebihan leksikal terjadi jika terlalu banyak kata untuk merefleksikan satu konsep. Adapun

kekurangan leksikal terjadi jika terdapat halangan untuk memilih kata yang tepat yang

dapat mewakili satu konsep.

Relasi makna dalam bentuk sinonimi, antonimi, dan hiponimi dipercayai memiliki

dimensi ideologis tertentu. Sebagaimana diketahui, sinonimi adalah kata-kata yang

bermakna sama atau hampir sama. Sangat sulit menemukan padanan kata yang mutlak

sama. Oleh karena itu, sesorang hanya mencari hubungan yang mendekati makna antar

kata. Sebuah uji sinonim secara garis besar untuk menetukan apakah kata-kata dapat

saling menggantikan dengan sedikit mempengaruhi makna. Antonimi adalah kata-kata

yang bermakna berlawanan. Hiponimi adalah makna kata tertentu yang tercakup dalam

makna kata lainnya. Dalam kacamata Analisis Wacana Kritis, pilihan relasi makna tertentu

yang menonjol mengandung makna ideologis tertentu. Misalnya, orang atau kelompok

miskin dapat dibahasakan dengan kata miskin, tidak punya, tidak mampu, kurang

beruntung, kelompok terpinggirkan, atau bahkan kelompok yang tertindas.

Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis

4

Page 5: Teori Dan Model Fairclough

Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,

M.S. Dr. Jufri, M.Pd.

Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)

Pilihan terhadap metafora tertentu mengandung signifikansi ideologis tertentu.

Menurut Fairclough (dalam Eriyanto, 2003:292), metafora merupakan kunci bagaimana

realitas ditampilkan dan dibedakan dengan yang lain. Metafor bukan hanya keindahan

literer, karena bisa menentukan apakah realitas itu dimaknai dan dikategorikan sebagai

positif atau negatif. Misalnya kata militer diberikan metafor anak kandung rakyat, anak

kandung revolusi, akan bermakna positif karena mengabstraksikan kepada khalayak

bahwa militer baik, mewarisi semangat perjuangan, dan apa pun yang dia lakukan untuk

kepentingan rakyat. Sebaliknya jika metafornya adalah pembawa sengsara rakyat,

maknanya bersifat negatif karena militer diabstraksikan sebagai sosok oportunis yang

tindakannya merugikan rakyat.

Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis

5

Page 6: Teori Dan Model Fairclough

Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,

M.S. Dr. Jufri, M.Pd.

Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)

2.1.2 Nilai Relasional Kosakata

Tiga hal yang berhubungan dengan nilai ini, yaitu:

(a) Ungkapan eusfimistik, yaiu ekspresi kebahasaan yang memperhalus realitas

yang sebenarnya sebagai upaya untuk untuk menghindari nilai-nilai negatif.

(b) Pilihan kata-kata formal yang ditunjukkan melalui pilihan kosakata asing dan

kosakata ilmiah. Pilihan kosakata seperti ini akan meciptakan kesan kekuasaan,

posisi, dan status.

(c) Pilihan kata-kata nonformal yang ditunjukkan melalui pilihan kosakata sehari-

hari yang amat mudah dipahami pendengarnya. Kata informal sering dipilih

untukmenciptakan aspek-aspek solidaritas, kesantunan, dan ekspresi afektif.

2.1.3 Nilai Ekspresif Kosakata

Dua hal yang berhubungan dengan nilai ini adalah evaluasi positif dan negatif.

Penutur sering memunculkan evaluasinya terhadap realitas secara implisit melalui

kosakata. Perbedaan antartipe wacana dalam nilai-nilai ekspresif dari berbagai kosakata

memiliki signifikan secara ideologis.

2.2 Gramatika

2.2.1 Nilai Eksprensial Gramatika

Pada tingkat tata bahasa, analisis Fairclough dipusatkan pada apakah tatabahasa

ditampilkan dengan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan berikut.

(a) Tipe-tipe proses atau partisipan manakah yang lebih mendominasi?

(b) Apakah agen tidak jelas

(c) Apakah proses yang dimaksudkan?

(d) Apakah nominalisasi diterapkan

(e) Apakah kalimat-kalimat tersebut aktif atau pasif?

(f) Apakah kalimat dalam teks positif atau negatif?

Secara ringkas, Eriyanto (2003:292-294) menyimpulkan lima dari enam

pertanyaan di atas dengan dua fokus pembahasan nilai eksperensial tata bahasa, yaitu

apakah tata bahasa ditampilkan dalam bentuk proses ataukah dalam bentuk partisipan.

Dalam bentuk proses, apakah seseorang, kelompok, kegiatan ditampilkan sebagai

tindakan, peristiwa, keadaan, ataukah proses mental. Bentuk tindakan menggambarkan

Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis

6

Page 7: Teori Dan Model Fairclough

Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,

M.S. Dr. Jufri, M.Pd.

Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)

bagaimana aktor melakukan tindakan tertentu pada seseorang yang menyebabkan

sesuatu. Pada umumnya struktur kalimat bentuk tindakan berpola transitif (S+V+O).

Bentuk peristiwa memasukkan hanya satu partisipan saja dalam kalimat, baik subjeknya

maupun objeknya saja, dengan pola kalimat (S+V). Bentuk keadaan, menunjuk pada

sesuatu yang telah terjadi anpa harus menyebut dan bisa menyembunyikan subjek pelaku

tindakan. Berikut ini contoh kalimat proses sebagai tindakan, peristiwa, keadaan atau

proses mental.

Tindakan Oknum polisi memperkosa seorang wanita.

Peristiwa Oknum polisi melakukan pemerkosaan.

Keadaan Seorang wanita diperkosa.

Proses mental Pemerkosaan terjadi lagi di Jakarta.

Bentuk partisipan, di antaranya meliha bagaimana aktor-kator ditampilkan dalam

teks. Apakah aktor ditampilkan sebagai pelaku atau korban dalam pemberitaan. Sebagai

pelaku, umumnya ditampilkan dalam bentuk kalimat aktif-- seseorang ditampilkan

melakukan tindakan yang menyebabkan sesuatu pada objek/ seseorang. Sebagai korban

(objek) menunjuk pada sesuatu yang disebabkan oleh orang lain. Ada beberapa strategi

wacana, yang paling umum digunakan adalah kalimat pasif. Dengan bentuk kalimat ini,

hanya objek yang ditampilkan. Misalnya Sejumlah demontran dibunuh. Bentuk lain adalah

dengan nominalisasi yang menampilkan suatu kegiatan tanpa perlu menunjuk kepada

partisipan atau pihak-pihak yang terlibat. Misalnya, Kemiskinan penduduk perkotaan sudah

pada tingkat yang mengkhawatirkan. Kedua bentuk pasif dan nominalisasi tersebut

mengaburkan siapa pelaku (agen) dan meninggalkan atribut kausalitas sehingga pada

kedua contoh kalimat tersebut tidak jelas siapa aktor pembunuhan dan aktor penyebab

kemiskinan, apa yang menjadi penyebab kedua peristiwa tersebut.

Untuk pertanyaan keenam, Fairclough (2003: 143; dan dalam Santoso, 2003: 56)

menjelaskan bahwa pada umumnya nilai eksperensial diekspresikan dalam kalimat positif,

meskipun pada kasus tertentu dikemukakan dalam bentuk negatif. Dalam suatu bahasa,

fungsi negasi untuk menyangkal atau mengingkari pernyataan lawan bicara yang dianggap

Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis

7

Page 8: Teori Dan Model Fairclough

Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,

M.S. Dr. Jufri, M.Pd.

Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)

keliru oleh pembicara itu sendiri. Negasi secara jelas memiliki nilai eksperensial sebagai

cara dasar yang kita miliki dalam membedakan apa yang bukan kasus dari apa yang

benar-benar merupakan kasus dalam realitas. Negasi adalah cara yang sangat bermakna

dalam memperebutkan elemen-elemen konteks antarteks. Pertanyaan penting yang

dimunculkan adalah ”apa motivasi penulis menggunakan bentuk negatif jika ia dapat

mengungkapkan persoalan yang sama dalam bentuk positif”. Menurut Fairclough, penulis

secarajelas menggunakan negasi sebagai sebuah cara untuk mengambil isu secara

implisit yanmg sesuai dengan asersi-asersi positif. Negasi yang digunakan untuk

mengungkapkan realitas dapa menjalankan tiga fungsi, yakni (1) negasi yang

sesungguhnya, (2) negasi "yang manipulatif”, dan (3) negasi "yang ideologis”.

2.2.2 Nilai Relasional Gramatika

Nilai relasional gramatika berhubungan dengan cara bagaimana gramatika

mengodekan isyarat realsi hubungan sosial timbal balik yang diperankan penghasil teks?

Terdapat tiga aspek yang dikaji Fairclough berkaitan dengan nilai ini yaitu sebagai berikut.

(1) model-model kalimat

(2) modalitas

(3) pronominal (persona)

Pertama, model kalimat yang berkaitan dengan cara bagaimana kalimat itu

diekspresikan, apakah dalam bentuk deklaratif, interogatif, atau imperatif. Ketiga model ini

menempatkan subjek yang berbeda. Dalam bentuk kalimat deklaratif, posisi subjek

penutur sebagai pembicara atau penulis adalah pemberi informasi dan posisi petutur

sebagai penerima informasi. Dalam kalimat interogatif, posisi pembicara atau penulis

menanyakan sesuatu kepada lawan bicara atau petutur, sebaliknya lawan bicara sebagai

penyedia informasi. Pada kalimat imperatif, pembicara atau penulis berada pada posisi

meminta lawan bicara (untuk selanjutnya melakukan aksi), sebaliknya lawan bicara atau

petutur idealnya sebagai pelaku yang tunduk.

Kedua, modalitas berhubungan dengan wewenang pembicara atau penulis. Ada

dua dimensi modalitas, bergantung pada arah mana otoritas tersebut ditujukan. Pertama,

jika otoritas seseorang terhadap satu partisipan dalam hubungan dengan yang lain,

disebut modalitas relasional. Kedua, jika otoritas pembicara atau penulis dalam hal

kebenaran atau kemungkinan mewakili realitas, disebut dan modalitas ekspresif, misalnya

Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis

8

Page 9: Teori Dan Model Fairclough

Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,

M.S. Dr. Jufri, M.Pd.

Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)

evaluasi pembicara atau penulis terhadap kebenaran. Modalitas diungkapkan dengan kata

bantu pengandaian seperti boleh, harus, sebaiknya, dapat, tidak dapat, seharusnya, juga

dengan bentuk formal termasuk adverbia dan pola kalimat.

Berikut contoh teks yang menggambarkan hubungan modalitas.

Buku-buku perpustakaan Anda sudah jatuh tempo dan kartu perpustakaan Anda tidak boleh dipakai sampai buku-buku itu dikembalikan. Jika buku-buku itu dikembalikan dalam waktu dua hari, Anda harus membayar ongkos penggantinya sebelum Anda meminjam buku lagi.

Ada dua modalitas yang berfungsi sebagai kata bantu pengandaian, tidak boleh

dan harus. Boleh dengan sendirinya berfungsi sebagai modalitas relasional yang bisa

berarti sebuah sinyal izin, dengan tambahan kata tidak berarti tidak diizinkan. Must ’harus’

menunjukkan kewajiban. Perhatikan hubungan otoritas dan kekuasaan berdasarkan dari

mana pembuat teks tersebut memegang izin, atau menjatuhkan kewajiban atas, orang-

orang yang dimaksud, tidaklah jelas. Ini adalah tuntutan otoritas implisit dari ilustrasi ini

membuat hubungan modalitassebagai kepentingan ideologis.

Ketiga, pronomina persona berkenaan dengan kehadiran diri, yakni bagaimana

penutur/pembicara/penulis menghadirkan diri di hadapan mitra bicara. Strategi kehadiran

diri berkenaan dengan pronomina persona pertama. Penggunaan pronomina berkaitan

dengan hubungan antara kekuasaan dan solidaritas. Untuk menunjukkan kekuasaannya,

pembicara dalam suatu bahasa biasannya dapat menggunakan kata atau bentuk kata

tertentu. Sebaliknya, cara yang sangat umum dilakukan untuk menunjukkan kekuasaan

dan solidaritas dengan memilih kata yang tepat untuk memanggil mitra bicara dengan

kata-kata tertentu pula.

2.2.3 Nilai Ekspresif Gramatika

Nilai ekspresif gramatika ditunjukkan oleh modalitas ekspresif. Meskipun terjadi

ketumpahtindihan penanda kata bantu pengandaian modalitas relasional dan modalitas

ekspresif , seperti pengakuan Fairclough sendiri, terdapat penanda lain yang tidak

berbentuk kata bantu, yaitu ada bentuk pola kalimat dan adverbia. Misalnya, Your library

books overdue ‘Buku-buku perpustakaan Anda sudah jatuh tempo’, verba are dalam

bentuk simple present. Ini adalah tujuan dari modalitas ekspresif, sebuah komitmen

produsen terhadap kebenaran.

Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis

9

Page 10: Teori Dan Model Fairclough

Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,

M.S. Dr. Jufri, M.Pd.

Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)

Selain ketiga nilai yang dijelaskan oleh Fairclough, satu pertanyaan lagi dalam

analisis wacana kritis yang berkaitan dengan deskripsi gramatika, yaitu bagaimana kalimat

(sederhana) saling terkait?

Secara umum, ada hubungan formal antara kalimat dalam sebuah teks, yang

secarabersama merujuk pada kohesi. Kohesi dapat melibakan kosakata untuk

menghubungkan antarkalimat—pengulangan kata atau penggunaan kata yang berkaitan,

konektor (kata hubung) berupa waktu, tempat, dan logika hubungan antarkalimat, referensi

–kata yang merujuk pada kalimat sebelumnya, atau jarang sekali, pada kalimat

selanjutnya.

Sehubungan dengan itu, Fairclough mengajukan dua pertanyaan yang

berhubungan kata penghubung dan satu pertanyaan yang berkaian dengan referensi.

(1) Kata penghubung apa yang logis?

(2) Apakah kalimat kompleks dicirikan dengan koordinasi atau subordinasi?

(3) Makna apa yang digunakan untuk merujuk sesuatu yang ada di dalam atau di luar

teks?

Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis

10

Page 11: Teori Dan Model Fairclough

Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,

M.S. Dr. Jufri, M.Pd.

Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)

2.3 Struktur Teks

Fitur-fitur formal teks pada level teks brkaitan dengan organisasi formal yang

dimiliki teks. Ada dua persoalan yang perlu dianalisis dalam struktur teks, yaitu:

(1) Konvensi interaksional

(2) Penataan serta pengurutan teks

2.3.1 Konvensi Interaksional

Pada bagian ini Fairclough menekankan bentuk-bentuk susunan tingkat tinggi

yang berbentuk dialog dan mempunyai makna relasional. Fairclough ingin melihat

bagaimana kekuasaan dalam susunan sebuah dialog.

Untuk menganalisis struktur teks pada bagian ini, Fairclough mengajukan

pertanyaan berikut.

(1) Bagaimana pengelolaan pergantian-bicara (turn-taking) dalam dialog?

(2) Bagaimana partisipan mengontrol pembicaraan partispan lain?

Adapun jawaban kedua pertanyaan di atas sebagai berikut. Pertama, sistem turn-

taking yang diberlakukan bergantung hubungan kekuasaan antarpartisipan. Dalam

percakapan informal yang setara, turn-taking diatur melalui negosiasi di antara partisipan

dengan ketentuan dilakukan sesuai dengan rumus tertentu. Setiap partisipan mempunyai

hak dan kewajiban yang sama untuk memilih pembicara selanjutnya, mereka sendiri atau

meneruskan pembicaraannya. Satu catatan yang dikemukakan Fairclough (Santoso, 2003:

61) bahwa percakapan informal antarpartisipan yang sejajar memiliki arti yang besar

sebagai bentuk ideal mobilisasi kekuasaan dari interaksi sosial. Akan tetapi, pemunculan

percakapan seperti ini dalam masyarakat aktual yang terbagi ke dalam kelas dan

kekuasaan itu sangat terbatas.

Kedua, partisipan yang memiliki kekuasaan besar dapat memaksakan

konstribusinya pada partisipan yang memiliki kekuasaan lebih kecil. Terdapat empat cara

partisipan mengontrol kontribusi pembicaraan partisipan lainnya, yaitu:

(1) Interupsi, dengan interupsi seorang partisipan dapat mengontrol dan

menghentikan konstribusi partisipan lainnya, menghentikan pengulangan

informasi, atau menghentikan informasi yang tidak relevan, dan sebagainya.

(2) Penegasan, atau pengeksplisitan yang terjadi jika seseorang meminta orang lain

untuk memperjelas tuturannya.

Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis

11

Page 12: Teori Dan Model Fairclough

Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,

M.S. Dr. Jufri, M.Pd.

Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)

(3) Pengontrolan topik terjadi jika seorang penutur menggunakan cara tertentu unuk

mengarahkan jawaban penutur lainnya.

(4) Formulasi yang dilakukan dengan dua cara yakni perumusan kembali apa yang

sudah dikatakan atau yang dikatakan orang lain, dan kedua perumusan apa yang

mungkin dianggap kelanjutan dari apa yang sudah dikatakan atau apa yang

dimplikasikan dari apa yang sudah dikatakan.

2.3.2 Penataan serta Pengurutan Teks

Penataan serta pengurutan teks sangat berkaitan erat dialog dan monolog yang

menekankan pada aspek yang mempunyai nilai eksperensial.

Sebuah teks memiliki struktur yang mungkin saja dibentuk dari elemen-elemen

yang dapat diperkirakan dalam sebuah tatanan yang dapat diprediksikan (Fairclough,

2003: 155). Hal tersebut dapat dapa dipeerhatikan pada contoh berikut.

Sunber: Lancaster Guardian, 7 Oktober 1986

Insiden melaporkan secara umum elemen penting yang terkait, yang kelihatannya

akan menjadi: apa yang terjadi, apa yang menyebabkannya, apa yang dapat dilakukan

sehubungan dengannya, apa akibat langsung yang ditimbulkannya, berapa lama waktu

akibat konsekuensi yang ada. Paragraf pertama memberikan akibat yang langsung, diikuti

dengan indikasi apa yang telah terjadi. Paragraf kedua melaporkan apa yang dilakukan

sehubungan dengan hal tersebut dan selanjutnya memfokuskan pada apa yang telah

terjadi. Paragraf ketiga memberikan efek langsung secara rinci, dan paragraf keempat

merujuk pada konsekuensi jangka panjang. Perhatikanlah bahwa susunan elemen ampak

tidak cukup logis, dan satu elemen terlihat di lebih satu tempat. Susuna artikel surat kabar

didasarkan pada seberapa penting atau layak diberiitaka, yang pada pokok berita atau

Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis

12

Pemadam kebakaran menerobos lautan api

PEKERJA giliran malam yang sedang bertugas di Toko Mantel Nairn, St. Georges Quay, Lancaster, terpaksa dievakuasi setelah si jago merah berkobar dari dalam sebuah oven pada hari Rabu malam.

Empat mobil pemadam kebakaran dikerahkan dan para petugas dengan memakai perangkat pernapasan menerobos kobaran api yang berasal dari putusnya arus dalam oven yang memercikkan api di bawah elemen sinar infra merah.

Kebakaran itu menyebabkan kerusakan parah pada 20 meer peti logam dan bagian dalam mesin, dan gudang mantel yang dipenuhi asap tebal.

Page 13: Teori Dan Model Fairclough

Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,

M.S. Dr. Jufri, M.Pd.

Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)

paragraf pertama secara khusus memberikan sesuatu yang dianggap sebagai bagian

terpenting, dan intisari sebuah cerita.

3. Simpulan

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:

(1) Wacana dalam pandangan Fairclough adalah sebagai praktik kekuasaan yang

mempunyai tiga efek, pertama memberikan andil dalam mengkonstruksi identitas

sosial dan posisi subjek, kedua membantu mengkonstruksi relasi sosial di antara

orang-orang, dan ketiga memberikan konstribusi dalam mengkonstruksi sistem

pengetahuan dan kepercayaan.

(2) Terdapat tiga dimensi wacana yaitu teks, discourse practice, dan sociocultural

practice, serta tiga dimensi analisis wacana kritis, yaitu deskripsi teks, interpretasi

teks, dan eksplanasi.

(3) Teori dan model eksperensial dan korelasional (relasional) tercakup dalam

pembahasan deskripsi teks (analisis teks) yang mengkaji kosakata, gramatika,

dan struktur teks.

(4) Dalam mendeskripsikan teks, Fairclough mengemukakan sepuluh pertanyaan

yang menyangkut aspek formal teks dengan tiga nilai, yaitu nilai eksperensial, nilai

relasional, dan nilai ekspresif. Adapun rinciannya adalah empat pertanyaan

menyangkut kosakata, empat pertanyaan berkaitan dengan gramatika, dan dua

pertanyaan berhubungan dengan struktur teks.

DAFTAR PUSTAKA

Eriyanto. 2003. Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS.

Fairclough, Norman. 1995. Critical Discourse Analysis; The Critical Study of Language. New York: Longman Publishing.

---------. 2003. Language and Power; Relasi Kekuasaan dan Ideologi. Dialihbahasakan oleh Indah Rohmani-Komunias Ambarawa. Malang: Boyan Publishing.

Santoso, Anang. 2003. Bahasa Politik Pasca-Orde Baru. Jakarta: Wedatama Sastra.

Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis

13

Page 14: Teori Dan Model Fairclough

Analisis Wacana Kritis Prof. Dr. Sugira Wahid,

M.S. Dr. Jufri, M.Pd.

Teori dan Model Fairclough (Eksperensial dan Korelasional)

Kelompok IVArmiati Rasyid, Sinarmawati, Syamsul Alam, Abdul Muis

14