Teori dan Ikatan pada Senyawa Kompleks
Transcript of Teori dan Ikatan pada Senyawa Kompleks
4/8/2012
1
Kimia Koordinasi
Bagian I
Yuniar Ponco Prananto, MSc
Materi Perkuliahan (Silabus):
1. Pendahuluan (mgu 1)
- kontrak perkuliahan, sejarah perkembangan teori koordinasi,
pengetahuan umum ttg senyawa kompleks
2. Teori Ikatan Valensi (mgu 2)
- Teori ikatan valensi, prinsip elektronetralitas dan ikatan balik,
kemagnetan
3. Teori Medan Kristal (mgu 3-4)
- Teori medan kristal, CFSE, splitting orbital d (simetri oktahedral,
tetragonal dan beberapa simetri lain), pairing energy (P), faktor yang
mempengaruhi nilai Δ, warna dan deret spektrokimia, aplikasi teori
medan kristal
4. Teori Orbital Molekul (mgu 5-6)
- Teori orbital molekul (LFSE), kompleks oktahedral-tetrahedral-
segiempat planar, ikatan pi, kuis
5. Spektra Elektronik dan Distorsi / Efek Jahn-Teller (mgu 7-8) – in English
- spektra elektronik senyawa kompleks, diagram Tanabe Sugano, distorsi
tetragonal dari simetri oktahedral / efek Jahn-Teller, spektra transfer
muatan
6. UTS (mgu 9)
Sistem Penilaian:
1. Tugas Individu = 10%
2. Tugas Kelompok = 10%
3. UTS = 30%
Tugas Kelompok:
Membuat poster berukuran A3 tentang aplikasi senyawa
kompleks dalam bidang teknologi, kesehatan atau lingkungan.
Tiap kelompok 5 org, dikumpulkan (soft copy) pada minggu
terakhir sebelum UTS.
Huheey, J.E., Keiter, E.A., and Keiter, R.L., 1993, Inorganic Chemistry,
Principles of Structure and Reactivity, 4th ed., Harper Collins
College Publisher, New York
Effendy, 2007, Perspektif Baru Kimia Koordinasi, Jilid ke-1,
Bayumedia Publishing, Malang
Miessler, D. L. and Tarr, D. A., 2004, Inorganic Chemistry, 3rd ed.,
Prentice Hall International, USA
Atkins, P., Overton, T., Rourke, J., Shriver, D. F., Weller, M., and
Amstrong, F., 2009, Shriver and Atkins’ Inorganic Chemistry, 5th
ed., Oxford University Press, UK
Sugiyarto, K. H., 2012, Dasar – Dasar Kimia Anorganik Transisi,
Graha Ilmu, Yogyakarta
Pustaka
4/8/2012
2
PustakaPustaka (online)(online)
� Coordination Chemistry Review
(http://www.sciencedirect.com/science/journal/00108545)
� Journal of Coordination Chemistry
(http://www.tandf.co.uk/journals/titles/00958972.html)
� Inorganic Chemistry Communications
(http://www.sciencedirect.com/science/journal/13877003)
� Inorganica Chimica Acta
(http://www.sciencedirect.com/science/journal/00201693)
� European Journal of Solid State and Inorganic Chemistry
(http://www.sciencedirect.com/science/journal/09924361)
� Australian Journal of Chemistry
(http://www.publish.csiro.au/nid/51.htm)
1. Pendahuluan
• Kimia koordinasi mempelajari tentang teori, sintesis, struktur,
sifat dan reaktifitas senyawa kompleks.
• Senyawa kompleks atau senyawa koordinasi merupakan
senyawa yang pembentukkannya melibatkan ikatan kovalen
koordinasi antara logam atau ion logam sebagai atom pusat dan
ligan.
NH3
Co
NH3
H3N NH3
NH3H3N
3+
3Cl–
H
N
H
H
M ligand
N forms a coordinate covalent bond to the metal
(coordination sphere)
(counterion)
• Teori Ammonium Graham
• Teori Senyawa Molekuler Kekule
• Teori Rantai Blomstrand-Jorgensen
• Teori Werner
Tugas Individu 1:
Buat rangkuman perkembangan teori koordinasi dari ke-4
teori di atas, jelaskan kelebihan dan kelemahan teori tsb!
2. Sejarah Perkembangan Teori Koordinasi Teori Werner
Werner mengusulkan untuk menuliskan semua molekul
dan ion di dalam kurung persegi, sedangkan anion ion
bebas (yang terdisosiasi dari ion kompleks ketika larut
dalam air) ditulis di luar kurung
4/8/2012
3
3. Teori Ikatan Valensi
• Logam atau ion logam: asam Lewis
Ligan: basa Lewis
• Ligan mendonorkan PEB kepada logam dan membentuk
ikatan kovalen koordinasi
• Ikatan tsb melibatkan hibridisasi orbital s, p, d
• Teori ini dapat menjelaskan hubungan antara hibridisasi,
geometri dan sifat kemagnetan senyawa kompleks
B.K Geometri
4 tetrahedral
5
6
4
Hibridisasi
sp3
segi empat planar dsp2
trigonal bipiramida dsp3 or sp3d
oktahedral d2sp3 (orbital dalam)
sp3d2 (orbital luar)
• Pembentukan senyawa kompleks dapat terjadi melalui dua
hal yaitu:
(1) tanpa melibatkan proses eksitasi elektron (promosi)
- seringkali menghasilkan senyawa kompleks
paramagnetik kecuali bila orbital d berisi e- penuh
(2) dengan melibatkan proses eksitasi elektron (promosi)
- menghasilkan senyawa kompleks paramagnetik dan
diamagnetik tergantung jenis promosi, yaitu
(a) pemasangan e- dalam satu orbital,
(b) transfer e- ke orbital yg lebih tinggi,
(c) transfer e- ke orbital yg lebih tinggi kemudian
dilanjutkan dgn pemasangan e dalam orbital tsb
Contoh : [CoF6]3–
Co [Ar] 3d7 4s2
Co3+ [Ar] 3d6
Jika kompleks bersifat paramagnetik
3d 4s 4p 4d
sp3d2
oktahedral
Tanpa melibatkan eksitasi elektron
4/8/2012
4
Contoh : [NiCl4]2–
Ni2+ [Ar] 3d8
3d 4s 4p
4sp3
tetrahedral
Jika kompleks bersifat paramagnetik
Tanpa melibatkan eksitasi elektron
Contoh : [Co(NH3)6]3+
Co [Ar] 3d7 4s2
Co3+ [Ar] 3d6
3d 4s 4p
Jika kompleks bersifat diamagnetik
4d
d2sp3
oktahedral
:
Dengan melibatkan eksitasi elektron
Contoh: [PtCl4]2–
Pt2+ [Xe] 4f14 5d8
5d 6s 6p
dsp2
Segi empat planar
Jika kompleks bersifat diamagnetik
Dengan melibatkan eksitasi elektron
• Sifat kemagnetan ion kompleks merupakan resultan dari
momen spin dan momen orbital dari ion atom pusat
• Semakin banyak elektron tidak berpasangan dalam suatu
orbital maka sifat kemagnetan semakin tinggi
• Ada dua jenis yaitu paramagnetik dan diamagnetik
• Penentuan sifat kemagnetan suatu senyawa kompeks
dapat dilakukan dengan metoda Gouy dan metoda Evans
• Faktor lain yang mempengaruhi sifat ini adalah suhu
Sifat kemagnetan
4/8/2012
5
Konfigurasi elektron senyawa kompleks dn
berdasarkan sifat paramagnetik dan diamagnetik
Magnet offMagnet on:Paramagnetic
Magnet on:diamagnetic
Prinsip Kelektronetralan Pauling
• Suatu senyawa kompleks akan cenderung memiliki
kestabilan yang lebih baik apabila memiliki muatan formal
nol atau negatif rendah
• Hal ini dapat terjadi bila atom pusat berikatan dengan atom
donor (dari ligan) yang memiliki keelektronegatifan tinggi
sehingga pada atom pusat terbentuk parsial positif,
misalnya:
[CoF6]4- > [CoCl6]4- > [CoBr6]4- > [Col6]4-
[Be(H2O)4]2+ > [Be(H2O)6]2+
[Al(H2O)6]2+ > [Al(NH3)6]2+, dll
• Apabila atom donor memiliki keelektronegatifan rendah
maka prinsip ini tidak dapat digunakan karena pasangan
elektron ikatan tertarik sama kuat antara atom pusat dan
atom donor.
• Misalnya [Ni(CO)4]:
– Bersifat stabil karena CO mampu menerima pasangan
elektron dari Ni
– Elektron tsb kemudian digunakan untuk
membentuk ikatan balik (back bonding)
berupa ikatan π sehingga senyawa
[Ni(CO)4] mengalami resonansi.
Kelemahan teori ikatan valensi
• Teori ini tidak dapat menjelaskan perubahan sifat
kemagnetan senyawa kompleks karena perubahan suhu
• Teori ini tidak dapat menjelaskan kestabilan senyawa
kompleks
• Teori ini tidak dapat menjelaskan dengan baik tentang
warna senyawa kompleks ion, misalnya: [Cr(H2O)6]3+,
[Cr(H2O)4Cl2]+.
4/8/2012
6
Latihan soal
• Gambarkan struktur dan hibridisasi senyawa berikut
apabila bersifat paramagnetik maupun diamagnetik!
– [NiL6]2+ ; [NiL4]2- Ar Ni = 28
– [FeL6]2+ ; [FeL4]2- Ar Fe = 26
– [CrL6]3+ ; [CrL6]3- Ar Cr = 24
• Berikan masing – masing contoh senyawa kompleks yang
memiliki spin rendah dan spin tinggi! Dari contoh tsb,
manakah yang memiliki kemagnetan paling tinggi!
4. Teori Medan Kristal
• PEB ligan dianggap memiliki muatan negatif yang
berinteraksi (secara elektrostatik) dengan orbital d pada
atom pusat. Sifat alamiah ligan dan kecenderungan
terhadap ikatan kovalen diabaikan.
• Interaksi elektrostatik:
– Muatan (+) dari ion logam tertarik ke muatan (-) ligand
(anion atau dipol) dan menghasilkan kestabilan
– Elektron bebas (ligan) bertolakan dengan elektron bebas
di orbital d (logam)
– Interaksi ini disebut dengan medan kristal dan
mempengaruhi energi orbital d yang mana setiap orbital
d memberikan efek yang berbeda
ligan mendekat searah sumbu x, y, z
Muatan (-) ligan tertarik ke muatan (+) ion
logam; menyediakan kestabilan
Medan kristal oktahedral
Elektron pada orbital d bertolakan dengan
muatan (-) ligan; energi potensial orbital d
meningkat
+
-
- -
-
-
-
Orbital d
4/8/2012
7
Tolakan elektrostatik lebih besar = energi potential lebih tinggi Tolakan elektrostatik lebih kecil = energi potential lebih rendah
Splitting orbital d
(oktahedral)
__ __ __ __ __Medan bulat (spherical)
bary-centre
__ __
dz2 dx2_ y2
__ __ __
dxy dxz dyz
∆o0.6∆o
0.4∆o
Medan oktahedral
eg
t2g
Pada beberapa literatur, ∆o bernilai 10Dq.
Bagian atas (eg) naik sebanyak 6Dq, dan bagian bawah (t2g) turun sebanyak
4Dq.
Misal: satu e- di dxy memiliki energi -0,4∆o atau -4Dq relatif thd bary-centre
Nilai sebenarnya bervariasi tergantung jenis logam dan ligannya.
Pengukuran harga 10Dq untuk logam dengan satu
elektron pada orbital d misalnya [Ti(H2O)6]+
4/8/2012
8
Crystal Field Stabilization Energy (CFSE)
• Merupakan energi yang terlibat dalam penstabilan senyawa kompleks
yang diakibatkan oleh splitting orbital d karena adanya medan ligan
• CFSE melibatkan orbital yang memiliki energi yang lebih rendah dan
sebagian lagi memiliki energi yang lebih tinggi serta pairing energy (P).
Contoh pada kasus oktahedral:
The t2g set becomes lower in energy than the orbitals in the barycenter.
As a result of this, if there are any electrons occupying these orbitals,
the metal ion is more stable in the ligand field relative to the
barycenter by an amount known as the CFSE.
Conversely, the eg orbitals are higher in energy than in the barycenter,
so putting electrons in these reduces the amount of CFSE.
• Pentidakstabilan kompleks juga dapat terjadi bila e- dipasangkan dgn e-
lain pada orbital t2g atau eg → faktor P mengurangi nilai CFSE
If the splitting of the d-orbitals in an octahedral field is Δo, the
three t2g orbitals are stabilized relative to the barycenter by 2/5
Δoct, and the eg orbitals are destabilized by 3/5 Δoct.
Contoh:
Kompleks d5 (low spin)
terdapat 5 elektron pada orbital t2g sehingga nilai CFSE adalah
5 x 2/5 Δo = 2Δo.
Kompleks d5 (high spin)
terdapat 3 elektron pada orbital t2g dan 2 elektron pada orbital
eg sehingga nilai CFSE adalah (3 x 2/5 Δo) - (2 x 3/5 Δo) = 0
in this case, the stabilization generated by the electrons in
the lower orbitals is canceled out by the destabilizing effect
of the electrons in the upper orbitals.
Menghitung nilai CFSE (tanpa melibatkan P)
• kompleks d1 atau t2g1 maka
CFSE = (1 x 0,4∆o) – (0 x 0,6∆o) = 0,4∆o = -4Dq
• kompleks d2 atau t2g2 maka
CFSE = (2 x 0,4∆o) – (0 x 0,6∆o) = 0,8∆o = -8Dq
• kompleks d3 atau t2g3 maka
CFSE = (3 x 0,4∆o) – (0 x 0,6∆o) = 1,2∆o = -12Dq
• kompleks d4 hingga d7 bagaimana?
CFSE = (… x 0,4∆o) – (… x 0,6∆o) = …∆o
• kompleks d8 hingga d10 bagaimana?
CFSE = (… x 0,4∆o) – (… x 0,6∆o) = …∆o
• distribusi elektron orbital d (oktahedral)
d2 d3
Bagaimana dengan d4 – d7?
d4 d4
4/8/2012
9
• Apabila elektron ke-4 menempati orbital eg maka perlu
energi sebesar 10Dq
• Apabila elektron ke-4 menempati posisi orbital t2g dan
berpasangan maka perlu energi sebesar P (pairing energy)
Bila ΔO < P maka diperoleh kompleks medan lemah
contoh: [Cr(OH2)6]2+
Bila ΔO > P maka diperoleh kompleks medan kuat
contoh: [Cr(CN)6]4–
Pairing energy (P) vs ΔO
d4
high spin Δ < P
low spin Δ > P
d5
high spin Δ < P
low spin Δ > P
d6
high spin Δ < P
low spin Δ > P
4/8/2012
10
d7
high spin Δ < P
low spin Δ > P
d8 d9
d10
The pairing energy (P), is made up of two parts:
1) Coulombic repulsion energy caused by having two
electrons in same orbital. Destabilizing energy contribution
of Pc for each doubly occupied orbital.
2) Exchange stabilizing energy for each pair of electrons
having the same spin and same energy. Stabilizing
contribution of Pe for each pair having same spin and same
energy
P = sum of all Pc and Pe interactions
4/8/2012
11
Splitting orbital d untuk kompleks tetrahedral
Indeks g tidak ada karena
tetrahedral tidak memiliki
pusat simetri
e
t2
Jarak splitting orbital d pada kompleks ini (∆T) lebih kecil
daripada kompleks oktahedral (∆O). Hal ini karena pada
kompleks tetrahedral hanya terbentuk 4 ikatan, dan orbital
logam yang digunakan untuk berikatan tidak mengarah
langsung ke ligan sebagaimana terjadi pada kompleks
oktahedral
Secara umum, nilai ∆T ≈ 4/9 ∆o.
Karena kecilnya nilai ini, maka kompleks tetrahedral
umumnya medan lemah atau spin tinggi.
Splitting orbital d untuk kompleks segiempat planar
Struktur ini dapat
dianggap sbg
turunan oktahedral
namun tidak
menggunakan
sumbu z, sehingga
orbital z2, dyz dan
dxz mengalami
penstabilan
(menurun)
∆SP
Karena nilai Δ3 relatif besar, maka kompleks segiempat planar umumnya
medan kuat (10Dq > P). Secara umum, nilai ∆sp ≈ 1,3∆o (untuk jenis logam,
ligan dan panjang ikatan yang sama).
4/8/2012
12
Splitting orbital d untuk geometri lain
• Pentagonal bipiramida • Piramida segiempat
• Trigonal bipiramida
Faktor – Faktor yang mempengaruhi nilai Δ:
1. Muatan atom pusat (ion logam)
Interaksi elektrostatik antara atom pusat dgn ligan akan semakin
kuat dengan bertambahnya muatan atom pusat karena ligan
akan lebih tertarik ke atom pusat.
Gaya tarik atom pusat dan ligan meningkat → splitting orbital d
meningkat → medan kristal semakin kuat
Contoh:
Nilai 10Dq untuk [CrF6]2- = 22.000 cm-1
Nilai 10Dq untuk [CrF6]3- = 15.060 cm-1
Nilai 10Dq untuk [Fe(CN)6]3- = 35.000 cm-1
Nilai 10Dq untuk [Fe(CN)6]4- = 32.200 cm-1
4/8/2012
13
2. Jenis atom pusat
Untuk ion dgn muatan sama (satu gol), interaksi elektrostatik antara
atom pusat dgn ligan akan semakin kuat dengan bertambahnya
muatan inti efektif atom pusat karena efek shielding orbital 5d > 4d
> 3d.
Muatan inti efektif meningkat → ligan lebih tertarik ke atom pusat
→ interaksi elektrostatik antara atom pusat dgn ligan akan semakin
kuat → splitting orbital d meningkat → medan kristal semakin kuat
Contoh:
Nilai 10Dq untuk Co4+, Rh4+ dan Ir4+ :
[CoF6]2- = 20.300 cm-1 ; [RhF6]2- = 20.500 cm-1; [RhF6]2- = 27.000 cm-1
Nilai 10Dq untuk Fe3+ dan Ru3+ :
[Fe(H2O)6]3+ = 14.000 cm-1 ; [Ru(H2O)6]3+ = 28.600 cm-1
3. Jumlah dan Geometri Ligan
Interaksi elektrostatik antara atom pusat dgn ligan akan semakin
kuat dengan bertambahnya jumlah ligan, dimana untuk atom pusat
dan ligan yang sama, kompleks oktahedral (6L) memiliki kekuatan
medan kristal ± 2 kali lipat kekuatan kompleks tetrahedral (4L).
Jumlah ligan meningkat → peluang interaksi langsung antara orbital
d atom pusat dgn ligan meningkat → medan ligan meningkat →
splitting orbital d meningkat → medan kristal semakin kuat
Contoh:
Nilai 10Dq untuk [Ti(H2O)4]3+ = 9.000 cm-1 ;
Nilai 10Dq untuk [Ti(H2O)6]3+ = 20.300 cm-1
Tugas:
Manakah yang memiliki kekuatan medan kristal lebih kecil dan
jelaskan! (a) segiempat planar vs tetrahedral; (b) TBP vs segiempat
piramida
4. Jenis Ligan
Interaksi elektrostatik antara atom pusat dgn ligan akan semakin
kuat apabila:
- konsep HSAB: ligan bersifat keras
- elektro(-): atom donor memiliki elektro(-) rendah (ligan netral)
- back bonding: ligan memiliki kemampuan back bonding yang besar
- orbital hibrida atom donor: karakter s atom semakin rendah
- khelat: ligan mudah membentuk khelat / sepit
Berdasarkan hal tsb, Fajans dan Tsuchida membuat urutan relatif
kekuatan beberapa ligan yang disebut deret Fajans dan Tsuchida
atau deret spektrokimia:
I- < Br- < S2- < SCN- < Cl- < NO3- < F- < urea ≈ OH- < C2O4
2- ≈ O2- < H2O
< NCS- < CH3CN < NH3 ≈ py < en < bipy ≈ phen < NO2- < phosphine <
benzyl < CN- < CO.
Warna senyawa kompleks
Warna senyawa kompleks dihasilkan
sebagai akibat adanya splitting orbital d
atom pusatnya. Cahaya pada daerah
sinar tampak akan diserap apabila
terdapat elektron yang ditransisikan dari
t2g yang rendah ke eg yang lebih tinggi
(oktahedral).
Splitting akibat adanya ligan tsb dapat
diamati dan diukur dgn menggunakan
spektrofotometer.
Untuk kompleks Ni, nilai ∆o yang kecil
menghasilkan warna di sekitar hijau
sedangkan nilai ∆o yang besar akan
menggeser warna ke arah kuning.
4/8/2012
14
Spektra Sinar Tampak
putih = semua warna (panjang gelombang)
400 nm 700 nm
Energi lebih tinggi
(panjang gelombang ≈≈≈ warna)
Energi lebih rendah
Senyawa kompleks yang memiliki warna:
– Menyerap pada panjang gelombang tertentu dari cahaya
tampak (400 –700 nm)
• Panjang gelombang yang tidak diserap akan ditransmisikan
• Warna yang teramati = warna komplementer dari warna
yang diserap
Warna yang
terserap
Warna yang
teramati
• Beberapa kompleks memberikan warna yang berbeda
karena:
– Warna dari cahaya yang diserap tergantung pada Δo
• Semakin besar harga Δo = cahaya yang memiliki
energi rendah akan diserap � lambda lebih panjang
• Semakin kecil harga Δo = cahaya yang memiliki energi
tinggi akan diserap � lambda lebih pendek
– magnitud dari Δo tergantung pada :
• ligan
• (ion) logam
The larger the gap, the shorter the wavelength of light absorbed
by electrons jumping from a lower-energy orbital to a higher one.
Thus, the wavelength of light observed in the complex is longer
(closer to the red end of the spectrum).
4/8/2012
15
Senyawa kompleks Cobalt(III) menunjukkan pergeseran warna
karena perbedaan ligan:(a) CN–, (b) NO2
–, (c) phen, (d) en, (e) NH3, (f) gly, (g) H2O, (h) ox2–, (i) CO3 2–
.
Aplikasi teori medan kristal
• Menjelaskan sifat magnet dan spektra warna senyawa kompleks
• Menjelaskan pola energi kisi dari senyawa MX2 (X = Cl, Br, I)
mulai dari Ca hingga Zn, dimana jari-jari logam makin kecil shg
diprediksi nilai energi kisi akan semakin meningkat namun
ternyata energi kisi pada Mn dan Zn lebih rendah (nilai CFSE = 0)
• Menjelaskan kestabilan logam transisi dgn biloks tertentu,
misalnya Co3+ yang relatif mudah direduksi menjadi Co2+ dalam
air. Namun bila Co3+ berikatan dgn ligan tertentu dalam deret
spektrokimia membentuk senyawa kompleks maka nilai
potensial reduksi (E0) Co3+/Co2+ menjadi semakin kecil / negatif
dgn semakin meningkatnya nilai CFSE-nya.
Kelemahan teori medan kristal
• Teori ini menganggap bahwa semua interaksi yang terjadi
antara ligan dgn atom pusat adalah murni elektrostatik,
namun terdapat beberapa keganjilan dalam menjelaskan
fakta yang ada, misalnya:
- interaksi ligan netral H2O vs ligan anion OH-
- ligan dgn µ besar H2O vs ligan dgn µ kecil NH3
- kestabilan kompleks dgn biloks atom pusat nol dan
ligan netral seperti [Ni(CO)4]
• Kelemahan tsb mengindikasikan bahwa interaksi kovalen
memiliki peran dalam menjelaskan beberapa fakta tsb.
5. Teori Orbital Molekul
• Disebut juga teori medan ligan (Ligand Field Theory) sebagai
hasil modifikasi dari teori medan kristal (Crystal Field
Theory), yaitu dgn memasukkan faktor interaksi kovalen
yang dapat terjadi antara atom pusat dgn ligan.
• Termasuk teori yang paling lengkap dalam menjelaskan
senyawa kompleks karena melibatkan interaksi kovalen dan
elektrostatik, namun teori ini relatif rumit.
• Dalam teori ini, orbital – orbital dari atom pusat akan saling
berinteraksi dgn orbital – orbital dari ligan membentuk
orbital – orbital molekul.
4/8/2012
16
• Diagram Orbital
Molekul Kompleks
Oktahedral
• Diagram Orbital
Molekul Kompleks
Tetrahedral
• Diagram Orbital
Molekul Kompleks
Segiempat planar
4/8/2012
17
Considering pi (π) bonding
1. Semua ligan merupakan donor σ. Secara umum, ligan –
ligan yang hanya terikat secara σ berada di tengah deret
spektrokimia. Beberapa ligan donor σ yang sangat kuat
seperti CH3- dan H- berada di deret yang lebih atas.
2. Ligan – ligan yang orbital p dan d nya terisi, dapat juga
bertindak sebagai donor π. Hal ini mengakibatkan semakin
kecilnya nilai ∆o.
3. Ligan – ligan yang orbital p, d dan π* nya kosong, dapat
bertindak sebagai akseptor π. Hal ini mengakibatkan
semakin besarnya nilai ∆o.
I- < Br- < Cl- < F- < H2O < NH3 < PPh3 < COπ donor < weak π donor < σ only < π acceptor
Kuis ( 1 sks)
• Gambarkan skema orbital molekul dari senyawa
kompleks [M(CN)6]4-, dimana M = Mn(II), Fe(II),
Co(II), dan Ni(II), dan tentukan urutan sifat
kemagnetan dari senyawa kompleks tersebut,
jelaskan! (Ar Mn = 25, Fe = 26, Co = 27, Ni = 28)