teodas lokomotor

12
III. Teori Dasar Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsang). Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson. Gambar 2. Bagian-bagian Sel Saraf a) Badan sel Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan sel. b) Dendrit Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.

Transcript of teodas lokomotor

Page 1: teodas lokomotor

III. Teori Dasar

Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron

bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsang).

Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.

Gambar 2. Bagian-bagian Sel Saraf

a) Badan sel

Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf Badan sel

berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson.

Pada badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan

golgi, lisosom, dan badan sel.

b) Dendrit

Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit

merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan

mengantarkan rangsangan ke badan sel.

c) Akson

Akson disebut juga neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang

merupakan penjuluran sitoplasma badan sel. Benang-benang halus yang terdapat

di dalam neurit disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis

selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk

mempercepat jalannya rangsangan. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak

Page 2: teodas lokomotor

disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada

akson. Sel Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh

serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi

mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang

tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat

penghantaran impuls. Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan

struktur dan fungsinya, yaitu:

(1) Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari

reseptor yaitu alat indera.

(2) Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan

ke efektor yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau

diterima dari otak dan sumsum tulang belakang.

(3) Sel saraf penghubung, adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel

saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan

sumsum tulang belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah sel saraf sensorik

dan sel saraf motorik. Saraf yang satu dengan saraf lainnya saling berhubungan.

Hubungan antara saraf tersebut disebut sinapsis. Sinapsis ini terletak antara

dendrit dan neurit. Bentuk sinapsis seperti benjolan dengan kantung-kantung yang

berisi zat kimia seperti asetilkolin (Ach) dan enzim kolinesterase. Zat-zat tersebut

berperan dalam mentransfer impuls pada sinapsis (Adriautami, 2010).

Pembagian sel neuron

Pembagian sel neuron berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi tiga, yaitu saraf

sensorik/aferen, saraf motorik/eferen dan saraf asosiasi/interneuron.

1. Saraf sensorik/aferen yaitu neuron yang berfungsi untuk menghantarkan

impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat (SSP).

2. Saraf motorik/eferen yaitu neuron yang berfungsi untuk menghantarkan

impuls dari SSP ke efektor.

3. Saraf asosiasi/interneuron yaitu neuron yang menghubungkan saraf sensorik

dengan sarf motorik di dalam SSP.

Pembagian sel neuron berdasarkan strukturnya dibedakan menjadi tiga, yaitu

neuron unipolar, neuron bipolar, dan neuron multipolar.

Page 3: teodas lokomotor

1. Neuron unipolar yaitu neuron yang memiliki satu buah akson yang bercabang.

2. Neuron bipolar  yaitu neuron yang memiliki satu akson dan satu dendrit.

3. Neuron multipolar yaitu neuron yang memiliki satu akson dan sejumlah

dendrit.

(Adriautami, 2010).

Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang

serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks otak-

depan oleh se-nyawa stimulan SSP akan meningkatkan kewaspadaan,

pengurangan kelelahan pikiran dan semangat bertambah. Contoh senyawa

stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin (Katzung, 2002).

Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan sistem

saraf tepi (SST). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa,

cahaya, dan suara mula-mula diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan ke otak

dan sumsum tulang belakang. Rasa sakit disebabkan oleh perangsangan rasa sakit

diotak besar. Sedangkan analgetik narkotik menekan reaksi emosional yang

ditimbulkan rasa sakit tersebut. Sistem syaraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh

penekan saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik. Obat yang

dapat merangsang SSP disebut analeptika (Katzung, 2002).

Obat – obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek

farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu :

• merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak langsung

merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta syarafnya.

Page 4: teodas lokomotor

• menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak lansung

memblokir proses proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang

belakang dan saraf- sarafnya.

Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat luas

(merangsang atau menghambat secara spesifik atau secara umum). Kelompok

obat memperlihatkan selektifitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik khusus

mempengaruhi pusat pengatur suhu pusat nyeri tanpa pengaruh jelas (Tan, et.al.,

1991).

KAFEIN

Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji

kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar.

Kafein memiliki berat molekul 194.19 dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6.9

(larutan kafein 1% dalam air). Secara ilmiah, efek langsung dari kafein terhadap

kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya

seperti menstimulasi pernafasan dan jantung, serta memberikan efek samping

berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia), dan denyut jantung

tak berarturan (tachycardia) (Hermanto, 2007).

Kafein bekerja di dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin

dalam sel saraf. Peranan utama kafein di dalam tubuh adalah meningkatan kerja

psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan memberikan efek fisiologis berupa

peningkatan energi. Dalam dunia medis, kafein yang banyak terkandung dalam

minuman yang kita konsumsi hampir setiap hari ini dikenal sebagai

trimethylxantine dengan rumus kimia C8H10N4O2 (Erlangga, 2010).

Page 5: teodas lokomotor

 

Gambar: rimethylxantine

Cara kerja kafein

Kafein bekerja di dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin dalam

sel saraf yang akan memacu produksi hormon adrenalin dan menyebabkan

peningkatan tekanan darah, sekresi asam lambung, dan aktifitas otot, serta

perangsangan hati untuk melepaskan senyawa gula pada aliran darah untuk

menghasilkan energi ekstra (Erlangga, 2010).

DIAZAPEAM

Diazepam termasuk obat dengan kelas terapi antiansietas, antikonvulsan,

dan sedatif. Indikasi dari diazepam adalah untuk status epileptikus, ansietas atau

insomnia, konvulsi akibat keracunan, kejang demam, dan untuk spasme otot.

Diazepam berikatan dengan reseptor-reseptor stereospesifik benzodiazepin di

neuron postsinaptik GABA pada beberapa sisi di dalam Sistem Syaraf Pusat

(SSP). Diazepam meningkatkan penghambatan efektifitas GABA dalam

menghasilkan rangsangan dengan meningkatkan permeabilitas membran terhadap

ion klorida. Perubahan ini mengakibatkan ion klorida berada dalam bentuk

terhiperpolarisasi (bentuk kurang aktif / kurang memberikan rangsangan) dan

stabil. Diazepam dikontraindikasikan pada pasien yang hipersensitifitas terhadap

diazepam atau komponen lain dalam formulasi (misalnya hipersensitif terhadap

benzodiazepin yang masih ada dalam formulasi), glaukoma, anak-anak di bawah 6

bulan (per oral), atau di bawah 30 hari (parenteral), ibu hamil, insufisiensi

Page 6: teodas lokomotor

pulmonar akut depresi pernapasan, kondisi fobia dan obsesi. Efek samping dari

penggunaan diazepam antara lain mengantuk, kelemahan otot, ataksia, gangguan

mental, amnesia, ketergantungan, depresi pernapasan, bingung, kadang nyeri

kepala, vertigo, hipotensi (Lacy, 2003).

Jalur Metabolisme Diazepam

Diazepam diabsorpsi dengan cepat secara lengkap setelah pemberian

peroral dan puncak konsentrasi dalam plasmanya dicapai pada menit ke 15-90

pada dewasa dan menit ke-30 pada anak-anak. Bioavailabilitas obat dalam bentuk

sediaan tablet adalah 100%. Range t1/2 diazepam antara 20-100 jam dengan

rata-rata t1/2 -nya adalah 30 jam. Metabolisme utama diazepam berada di hepar,

menghasilkan tiga metabolit aktif. Enzim utama yang digunakan dalam

metabolisme diazepam adalah CYP2C19 dan CYP3A4. N-Desmetildiazepam

(nordiazepam) merupakan salah satu metabolit yang memiliki efek farmakologis

yang sama dengan diazepam, dimana t1/2-nya lebih panjang yaitu antara 30-200

jam. Ketika diazepam dimetabolisme oleh enzim CYP2C19 menjadi nordiazepam,

terjadilah proses N-dealkilasi. Pada fase eliminasi baik pada terapi dosis tunggal

maupun multi dosis, konsentrasi N-Desmetildiazepam dalam plasma lebih tinggi

dari diazepam sendiri. N-Desmetildiazepam dengan bantuan enzim CYP3A4

diubah menjadi oxazepam, suatu metabolit aktif yang dieliminasi dari tubuh

melalui proses glukuronidasi. Oxazepam memiliki estimasi t1/2 antara 5-15 jam.

Metabolit yang ketiga adalah Temazepam dengan estimasi t1/2 antara 10-20 jam.

Temazepam dimetabolisme dengan bantuan enzim CYP3A4 dan CYP 3A5 serta

mengalami konjugasi dengan asam glukuronat sebelum dieliminasi dari tubuh.

Diazepam secara cepat terdistribusi dalam tubuh karena bersifat lipid-soluble,

volume distribusinya 1,1L/kg, dengan tingkat pengikatan pada albumin dalam

plasma sebesar (98-99%). Diazepam diekskresikan melalui air susu dan dapat

menembus barier plasenta, karena itu penggunaan untuk ibu hamil dan menyusui

sebisa mungkin dihindari. Di dalam tubuh embrio bahan metabolit tersebut

berpotensi menginhibisi neuron, meningkatkan pH di dalam sel, dapat bersifat

toksik. Dengan terinhibisinya neuron maka akan terganggu pula transfer

Page 7: teodas lokomotor

neurotransmiter untuk hormon-hormon pertumbuhan, sehingga mengakibatkan

pertumbuhan embrio yang lambat. Dengan pH yang tinggi mengakibatkan sel

tidak dapat tereksitasi, sehingga kerja hormon pertumbuhan juga terganggu yang

akhirnya pertumbuhan janin juga terganggu. Pada trimester pertama masa

kehamilan merupakan periode kritis maka bahan teratogen yang bersifat toksik

akan mempengaruhi pertumbuhan embrio, bahkan dapat mengakibatkan kematian

janin.Efek samping ringan Diazepam dapat terjadi pada konsentrasi plasma

mencapai 50-100μg/L, tetapi ini juga tergantung pada sensitivitas setiap

individual. Efek anxiolitik terlihat pada penggunaan secara long-term dengan

konsentrasi 300-400μg/L. Diazepam ini tidak boleh digunakan dalam jangka

waktu yang panjang (tidak boleh lebih dari 3 bulan), karena berakibat buruk bagi

tubuh penderita. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena t 1/2 diazepam yang

cukup panjang, ditambah lagi t1/2 N-Desmetildiazepam yang lebih panjang yaitu,

2 kali t1/2 Diazepam. Hal ini berarti setelah konsentrasi diazepam dalam tubuh

habis untuk menghasilkan efek, masih dapat dihasilkan efek bahkan sebesar 2

kalinya yang diperoleh dari N-Desmetildiazepam sebagai metabolit aktif

diazepam. Ditambah lagi persentase metabolit yang terikat protein dalam plasma

(97%), lebih sedikit daripada prosentase diazepam yang terikat protein plasma

(98%-99%). Oleh karena itu penggunaan diazepam dalam terapi pengobatan harus

ekstra berhati-hati, yaitu perlu dipertimbangkan adanya efek yang ditimbulkan

oleh metabolit aktif Diazepam, untuk itu mungkin perlu dilakukan kontrol

terhadap konsentrasi diazepam dan metabolitnya dalam plasma (Dollery, 2000).

Page 8: teodas lokomotor

DAFTAR PUSTAKA

Adriautami. 2010. Sel Saraf Neuron. Available online at: http://adriautami.wordpress.com/2010/06/24/sel-saraf-neuron/. [Diakses pada tanggal 22 April 2011].

Dollery, C. 2000. Therapeutic Drug. 2nd Edition. Churchil Livingstone. London.

Erlangga, F. 2010. Efek Kafein Pada Tubuh. Available online at: http://www.fritz-erlangga.co.cc/article/categories/kesehatan/efek_kafein_pada_tubuh.html. [Diakses pada tanggal 22 April 2011].

Hermanto, S. 2007. Kafein Senyawa Bermanfaat atau Beracunkah. Available online at: http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kafein_senyawa_bermanfaat_atau_beracunkah/. [Diakses pada tanggal 22 April 2011].

Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Salemba Medika. Jakarta.

Lacy, C.F. 2003. Drug Information Handbook. Lexi-Comp Inc. Canada.

Tan, Hoan, Tjay dan Raharja, 1991. Obat-obat Penting,Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.