TENTIRAN DHF

15
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) DEFINISI Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yg masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty. Demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati, disertai tanda perdarahan dikulit berupa petechie, purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran menurun atau renjatan. EPIDEMIOLOGI Setiap tahun sekitar 50-100 juta jiwa terinfeksi virus ini WHO à pada tahun 2010 terjadi hampir 2,4 juta kasus demam berdarah dengue. Indonesia sendiri à Salah satu daerah endemis DBD. Dari data tahun 1968-2007 diperoleh kecendrungan peningkatan insidens DBD. Sejak tahun 2004, Indonesia merupakan negara dengan laporan kasus infeksi virus dengue terbanyak. ETIOLOGI Virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, familio flavivisidae dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN – 1 , DEN – 2 , DEN – 3, DEN – 4. Di Indonesia pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa Rumah Sakit menunjukkan keempat serotipe di temukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN – 3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.

description

dhf

Transcript of TENTIRAN DHF

Page 1: TENTIRAN DHF

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

DEFINISI

Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yg masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty. Demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati, disertai tanda perdarahan dikulit berupa petechie, purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran menurun atau renjatan.

EPIDEMIOLOGI

Setiap tahun sekitar 50-100 juta jiwa terinfeksi virus ini

WHO à pada tahun 2010 terjadi hampir 2,4 juta kasus demam berdarah dengue.

Indonesia sendiri à Salah satu daerah endemis DBD. Dari data tahun 1968-2007 diperoleh kecendrungan peningkatan insidens DBD.

Sejak tahun 2004, Indonesia merupakan negara dengan laporan kasus infeksi virus dengue terbanyak.

ETIOLOGI

Virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, familio flavivisidae dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN – 1 , DEN – 2 , DEN – 3, DEN – 4. Di Indonesia pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa Rumah Sakit menunjukkan keempat serotipe di temukan dan bersirkulasi sepanjang tahun.

Serotipe DEN – 3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.

CARA PENULARAN

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu mausia, virus dan vektor perantara.

Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis dan beberapa spesies yang lain. Aedes tersebut mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 – 10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat di tularkan kembali pada manusia pada saat gigitan berikutnya. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif).

Ditubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4 – 6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk dapat terjadi

Page 2: TENTIRAN DHF

bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.

PATOGENESIS

Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama mungkin memberi gejala sebagai demam dengue.

Reaksi yang amat berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi yang berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Hipotesis infeksi sekunder (the secondary heterologous infection/ the sequential infection hypothesis) menyatakan bahwa demam berdarah dengue dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali mendapat infeksi berulang dengue lainnya.

Reaksi infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi amnestif antibodi yang akan terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limsofit dengan menghasilkan titik tinggi antibodi Ig G antidengue. Disamping itu replikasi virus dengue terjadi juga dalam limsofit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya virus kompleks antigen – antibodi (virus antibody complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem komplemen pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitis dinding pembuluh darah dan merembesnya plasing dari ruang intravascular ke ruang ekstravascular.

PATOFISIOLOGI

Penularan melalui gigtan nyamuk Aedes aegyptià virus dengue masuk bersama darah yang dihisapnya à Dalam tubuh nyamuk, virus Dengue akan berkembang biak dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk dan sebagian besar virus tersebut berada dalam kelenjar liur nyamukà dalam 1 minggu, jumlahnya dapat mencapai ratusan ribu sehingga siap dipindahkan ke orang lain.

Page 3: TENTIRAN DHF

KLASIFIKASI

1. Dengue tanpa tanda bahaya (dengue without warning signs),

2. Dengue dengan tanda bahaya (dengue with warning signs), dan

3. Dengue berat (severe Dengue)

1. Kriteria dengue tanpa/dengan tanda bahaya : Dengue probable : Bertempat tinggal di /bepergian ke daerah endemik dengue

Demam disertai 2 dari hal berikut : Mual, muntah, Ruam Sakit dan nyeri, Uji torniket positif, Lekopenia.

2. Adanya tanda bahayaà Nyeri perut, Muntah berkepanjangan, Perdarahan mukosa, Letargi, lemah, Pembesaran hati, Kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat. Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti kebocoran plasma tidak jelas)

3. Kriteria dengue berat : Kebocoran plasma berat, yang dapat menyebabkan syok (DSS), akumulasi cairan dengan distress pernafasan.

3 fase dengue

1. Fase febril pada DBD ditandai dengan naiknya suhu tubuh hingga ≥40oC, hal ini dikarenakan terjadinya viremia.

Viremia dengue ini puncaknya pada 3-4 hari pertama setelah onset demam, tetapi kemudian viremia menghilang sehingga tidak terdeteksi setelah beberaa hari.

Tingkat viremia dan demam biasanya saling berbanding lurus, dan nilai IgM antibodi dengue meningkat setelah demam menghilang.

2. Fase kritis à fase demam turun merupakan fase kritis dimana terjadinya kebocoran plasma dari pembuluh darah ke intersisial sehingga dapat memunculkan efusi pleura dan asites pada kavitas abdomen, pada pasien yang sudah terjadi kebocoran plasma

Maka harus di monitor secara ketat untuk menilai keadaan hemodinamik pasien, karena pada fase ini bisa terjadi syok seperti takikardi, nadi yang teraba lemah, ekstremitas terasa dingin, dan menyempitnya selisih antara sistol dan diastol (<20mmHg), memanjangnya waktu pengisian kapiler (>2 detik) dan menurunnya urin output (oliguria)

Page 4: TENTIRAN DHF

3. Fase konvalesen à terjadi dengan komplit tetapi lambat,dengan gejala fatigue dan kelelahan dapat terus ada hingga demam benar-benar hilang.

Fase konvalesen dapat berlangsung selama 2 minggu

Fase ini ditandai dengan berhentinya kebocoran plasma dan mulai reabsorbsi cairan kedalam intravaskular, tanda bahwa pasien sudah memasuki masa konvalesen adalah kembalinya nafsu makan pasien, vital sign yang mulai stabil.

DIAGNOSIS BANDING

Demam tiroid

Campak

Influenza

Chikungunya

Leptospirosis

Page 5: TENTIRAN DHF

Malaria

DIAGNOSIS

Ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium.

1. Kriteria Klinis

a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari.

b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan : uji tourniquet positif, petechie, echymosis, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan malena. Uji tourniquet dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah. Selanjutnya diberikan tekanan di antara sistolik dan diastolik pada alat pengukur yang dipasang pada lengan di atas siku; tekanan ini diusahakan menetap selama percobaan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, diperhatikan timbulnya petekia pada kulit di lengan bawah bagian medial pada sepertiga bagian proksimal. Uji dinyatakan positif apabila pada 1 inchi persegi (2,8 x 2,8 cm) didapat lebih dari 20 petekia.

c. Pembesaran hati (hepatomegali).

d. Syok (renjatan), ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan gelisah. Universitas Sumatera Utara 2.

2. Kriteria Laboratorium

A. Trombositopeni ( < 100.000 sel/ml)

B. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau lebih.

C. Derajat Penyakit DBD, menurut WHO tahun 1997 4,5 Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat, yaitu :

a. Derajat I Demam disertai dengan gejala umum nonspesifik, satu-satunya manifestasi perdarahan ditunjukkan melalui uji tourniquet yang positif.

b. Derajat II Selain manifestasi yang dialami pasien derajat I, perdarahan spontan juga terjadi, biasanya dalam bentuk perdarahan kulit dan atau perdarahan lainnya.

Page 6: TENTIRAN DHF

c. Derajat III Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( < 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit lembab dan dingin serta gelisah.

d. Derajat IV Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan ditemukan gejala syok (renjatan) yang sangat berat dengan tekanan darah dan denyut nadi yang tidak terdeteksi.

TATALAKSANA

Pengobatan penderita DBD

Pada dasarnya bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.

1. Penatalaksanaan DBD tanpa komplikasi : a. Istirahat total di tempat tidur. b. Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air ditambah garam/oralit). Bila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut berlebihan, maka cairan inravena harus diberikan. c. Berikan makanan lunak d. Medikamentosa yang bersifat simptomatis. Untuk hiperpireksia

Page 7: TENTIRAN DHF

dapat diberikan kompres, antipiretik yang bersifat asetaminofen, eukinin, atau dipiron dan jangan diberikan asetosal karena dapat menyebabkan perdarahan. e. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.

2. Penatalaksanaan pada pasien syok : a. Pemasangan infus yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, ringer laktat dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah syok diatasi. Universitas Sumatera Utara b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam, serta Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam. Nilai normal Hemoglobin : Anak-anak : 11,5 – 12,5 gr/100 ml darah Laki-laki dewasa : 13 – 16 gr/100 ml darah Wanita dewasa : 12 – 14 gr/100 ml darah Nilai normal Hematokrit : Anak-anak : 33 – 38 vol % Laki-laki dewasa : 40 – 48 vol % Wanita dewasa : 37 – 43 vol % c. Bila pada pemeriksaan darah didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfusi darah.

Page 8: TENTIRAN DHF
Page 9: TENTIRAN DHF
Page 10: TENTIRAN DHF

EDUKASI

Menghindari gigitan nyamuk jika kita tinggal di atau bepergian ke area endemik.

Mengubur,menguras,menaburkan bubuk abate, memelihara ikan.

Losion antinyamuk atau mengenakan pakaian lengan pajang/celana panjang dan mengamankan jalan masuk nyamuk ke ruangan.

Pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan (cold fogging). Dengan malathion

Untuk pemakaian rumah tangga dapat menggunakan golongan organofosfat, karbamat atau pyrethoid.

PROGNOSIS

Pada DBD à kematian telah terjadi pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif yang adekuat kematian dapat ditekan.

Page 11: TENTIRAN DHF

DAFTAR PUSTAKA

1. Hadinegoro, Sri Rezeki H. Soegianto, Soegeng. Suroso, Thomas. Waryadi,

Suharyono. TATA LAKSANA DEMAM BERDARAH DENGUE DI

INDONESIA. Depkes & Kesejahteraan Sosial Dirjen Pemberantasan Penyakit

Menular & Penyehatan Lingkungan Hidup 2001. Hal 1 – 33.

2. Hendrawanto. Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Jilid I Edisi Ketiga

PERSATUAN AHLI PENYAKIT DALAM INDONESIA.1996 Hal 417 – 426.

3. Janus, Centrin net.id/ binprog.www.plasa.com.2003.

4. Mansjoer, Arif. Triyanti, Kuspuji. Savitri, Rakhmi. Wardani, Wahyu Ika.

Setiowulan, Wiwiek. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Media Aesculapius

FK – UI Edisi ketiga Jilid I. 1999. Hal 428 – 433.