Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

20
Bismilahirrahmanirrahim. Tulisan ini diambil dari situs blog http://antosalafy.wordpress.com yang mengambilnya dari situs blog http://tukpencarialhaq.wordpress.com dengan judul “BERTAKHIM DI DEPAN MASYAYIKH YORDAN (SEBUAH KESAKSIAN-USTADZ IBNU YUNUS).” Dengan transkrip yang lebih UpDate (2004) dibanding tulisan lain yang semacamnya sehingga lebih layak untuk dijadikan pegangan dan petunjuk bagi yang selalu ingin rujuk kepada kebenaran dan Al-Haq. Untuk diketahui bahwa transkrip dibawah ini berisikan pernyataan dan bukti-bukti yang diperoleh dari orang sebelumnya merupakan bagian dari yang dikatakan surury, namun Alhamdulillah rujuk kembali kepada barisan Salafy dan Ahlussunnah. Untuk memperoleh informasi yang lebih UpDate mengenai fitnah surury, dapat didownload dalam bentuk audio rekaman bantahan tuntas terhadap syubhat-syubhat dan fitnah yang dihembuskan oleh para pengikut jama’ah Ihya Ut-Turots, yang dibawakan oleh Al-Ustadz Abu Karimah Asykari di Masjid Al-Anshar, Sleman, Yogyakarta, 31 Mei 2009 melalui link-link dibawah ini: http://statics.ilmoe.com/kajian/users/problemamuslim/Audio/Bantahan%20Tuntas%2 0Terhadap%20Jamaah%20Ihya%20UtTurots/MenjalinUkhuwahDiatasMinhajNubuwwah1 _UstadzAbuKarimahAsykari.mp3 http://statics.ilmoe.com/kajian/users/problemamuslim/Audio/Bantahan%20Tuntas%2 0Terhadap%20Jamaah%20Ihya%20UtTurots/MenjalinUkhuwahDiatasMinhajNubuwwah2 _UstadzAbuKarimahAsykari.mp3 http://statics.ilmoe.com/kajian/users/problemamuslim/Audio/Bantahan%20Tuntas%2 0Terhadap%20Jamaah%20Ihya%20UtTurots/MenjalinUkhuwahDiatasMinhajNubuwwah3 _UstadzAbuKarimahAsykari.mp3 http://statics.ilmoe.com/kajian/users/problemamuslim/Audio/Bantahan%20Tuntas%2 0Terhadap%20Jamaah%20Ihya%20UtTurots/MenjalinUkhuwahDiatasMinhajNubuwwah4 _UstadzAbuKarimahAsykari.mp3 http://statics.ilmoe.com/kajian/users/problemamuslim/Audio/Bantahan%20Tuntas%2 0Terhadap%20Jamaah%20Ihya%20UtTurots/MenjalinUkhuwahDiatasMinhajNubuwwah5 _UstadzAbuKarimahAsykari.mp3 Semoga dengan diubahnya tulisan ini kedalam bentuk PDF bisa mempermudah kita dalam mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalam tulisan ini dalam

description

MOHON DILIHAT TANGGAL, BULAN DAN TAHUN KEJADIAN YANG DIJADIKAN RUJUKAN BUKTI DAN FAKTA DALAM MENTAHDZIR TERHADAP SURURY, INSYALLAH PEMBACA BISA MEMBEDAKAN MANA DATA YANG LEBIH UPDATE DAN VALID, YANG AKAN MENUNJUKKAN SIAPAKAH YANG MAU KEMBALI RUJUK KEPADA AHLUSSUNNAH, DAN SIAPA YANG MENOLAK UNTUK RUJUK KEPADA AHLUSSUNNAH DAN TETAP BERMUAMALAH DENGAN IKHWANIYUN, HIZBIYUN, QUTHBIYUN DAN YANG SEMACAMNYA.Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali Hafidhahullah pernah memberikan nasehatnya yang sangat berharga dengan ucapan beliau:“Rujuk kepada kebenaran adalah kemuliaan dan terus-menerus berkubang dalam kesalahan adalah kehinaan”Bukankah kemuliaan adalah sebaik-baik pilihan?pernyataan menolak tuduhan sebagai surury sekian tahun yang lalu (1998M) dijawab dengan bukti dan fakta dilapangan yang lebih update dan valid, walhamdulillahsemoga bisa menjadi rujukan bagi para pencari al-haq

Transcript of Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

Page 1: Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

Bismilahirrahmanirrahim.

Tulisan ini diambil dari situs blog http://antosalafy.wordpress.com yang mengambilnya

dari situs blog http://tukpencarialhaq.wordpress.com dengan judul “BERTAKHIM DI

DEPAN MASYAYIKH YORDAN (SEBUAH KESAKSIAN-USTADZ IBNU YUNUS).”

Dengan transkrip yang lebih UpDate (2004) dibanding tulisan lain yang semacamnya

sehingga lebih layak untuk dijadikan pegangan dan petunjuk bagi yang selalu ingin rujuk

kepada kebenaran dan Al-Haq. Untuk diketahui bahwa transkrip dibawah ini berisikan

pernyataan dan bukti-bukti yang diperoleh dari orang sebelumnya merupakan bagian

dari yang dikatakan surury, namun Alhamdulillah rujuk kembali kepada barisan Salafy

dan Ahlussunnah. Untuk memperoleh informasi yang lebih UpDate mengenai fitnah

surury, dapat didownload dalam bentuk audio rekaman bantahan tuntas terhadap

syubhat-syubhat dan fitnah yang dihembuskan oleh para pengikut jama’ah Ihya

Ut-Turots, yang dibawakan oleh Al-Ustadz Abu Karimah Asykari di Masjid Al-Anshar,

Sleman, Yogyakarta, 31 Mei 2009 melalui link-link dibawah ini:

http://statics.ilmoe.com/kajian/users/problemamuslim/Audio/Bantahan%20Tuntas%2

0Terhadap%20Jamaah%20Ihya%20UtTurots/MenjalinUkhuwahDiatasMinhajNubuwwah1

_UstadzAbuKarimahAsykari.mp3

http://statics.ilmoe.com/kajian/users/problemamuslim/Audio/Bantahan%20Tuntas%2

0Terhadap%20Jamaah%20Ihya%20UtTurots/MenjalinUkhuwahDiatasMinhajNubuwwah2

_UstadzAbuKarimahAsykari.mp3

http://statics.ilmoe.com/kajian/users/problemamuslim/Audio/Bantahan%20Tuntas%2

0Terhadap%20Jamaah%20Ihya%20UtTurots/MenjalinUkhuwahDiatasMinhajNubuwwah3

_UstadzAbuKarimahAsykari.mp3

http://statics.ilmoe.com/kajian/users/problemamuslim/Audio/Bantahan%20Tuntas%2

0Terhadap%20Jamaah%20Ihya%20UtTurots/MenjalinUkhuwahDiatasMinhajNubuwwah4

_UstadzAbuKarimahAsykari.mp3

http://statics.ilmoe.com/kajian/users/problemamuslim/Audio/Bantahan%20Tuntas%2

0Terhadap%20Jamaah%20Ihya%20UtTurots/MenjalinUkhuwahDiatasMinhajNubuwwah5

_UstadzAbuKarimahAsykari.mp3

Semoga dengan diubahnya tulisan ini kedalam bentuk PDF bisa mempermudah kita

dalam mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalam tulisan ini dalam

Page 2: Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

menghadapi fitnah surury yang melanda Ahlussunnah dan orang-orang yang berusaha

mengikutinya. Semoga Allah memberi kemudahan dalam menempuh jalan Ahlussunnah

dan Salafussholih, Amin.

BERTAHKIM DI DEPAN MASYAYIKH YORDANBERTAHKIM DI DEPAN MASYAYIKH YORDANBERTAHKIM DI DEPAN MASYAYIKH YORDANBERTAHKIM DI DEPAN MASYAYIKH YORDAN

(SEBUAH KESAKSIAN(SEBUAH KESAKSIAN(SEBUAH KESAKSIAN(SEBUAH KESAKSIAN----USTADZ IBNU YUNUS)USTADZ IBNU YUNUS)USTADZ IBNU YUNUS)USTADZ IBNU YUNUS)

Bismilahirrahmanirrahim.

Tulisan di bawah ini ditranskrip dari kaset pertemuan Asatidzah pada tanggal 2 Januari

2004 di Jember. Pertemuan yang sangat mulia ini adalah forum untuk saling menasihati

di antara du’at Salafiyyin untuk tetap berpegang teguh di atas manhaj Ahlus Sunnah

wal Jama’ah dengan bimbingan para ulama. Dalam pertemuan tersebut dibahas

berbagai permasalahan yang berkaitan dengan fitnah yang terjadi, makar Hizbiyyin

terhadap Salafiyyin serta untuk semakin memperkokoh dan mempererat barisan shaf

Salafiyyin dalam menghadapi fitnah tersebut.

Transkrip ini kami khususkan pembahasan tentang kesesatan Ihya’ut Turots dan

jaringannya serta bagaimana mereka (jongos-jongosnya) yang ada di Indonesia ini

mempermainkan para ulama Salafiyyin terutama Masyayikh Salafiyyin dari Markas

Al-Albani, Yordania seperti Syaikh Ali Hasan, Syaikh Salim Al-Hilaly dan Syaikh Musa

Nasr.

Di dalam beberapa muhadharahnya, Ustadz Ibnu Yunus telah menyampaikan tentang

sesatnya dan Hizbiyyahnya Jum’iyyah Ihya’ut Turots Al-Kuwaitiyah dan beberapa

organisasi Hizbiyyah lainnya. Membenarkan fatwa para Masyayikh Salafiyyin seperti

Syaikh Muqbil Rahimahullah dan Syaikh Rabi’ Al-Madkhali Hafidhahullah serta banyak

Masyayikh lainnya tentang sesatnya Abdurrahman Abdul Khaliq. Hal ini tentunya

sangat menggembirakan bagi kita semuanya sehingga dengan itu kita berharap untuk

seluruh kepentingan ikhwah Salafiyyin dalam rangka kita menghindarkan bahayanya

ahlul bid’ah.

Tidak ada khilaf diantara Salafiyyin bahwa Jum’iyyah Ihya’ut Turots adalah jum’iyyah

Hizbiyyah! Bahwa Abdul Rahman Abdul Khaliq adalah mubtadi’! Bahwasanya

Sururiyyah adalah fitnah yang membawa sekian banyak du’at kepada Hizbiyyah dan

Page 3: Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

“afkar munharifah” dari manhajish shahih! Dan kita tidak ada khilaf dari apa yang ditulis

oleh para ulama salaf, khususnya Syaikh Rabi’ bin Hadi tentang Abdurrahman Abdul

Khaliq, Sayyid Qutb, Ikhwanul Muslimin, Sururiyyah dan yang lainnya. Itu adalah Haq !

USTADZ IBNU YUNUS :

Tentang Jum’iyyah Ihya’ut Turots, Al-Haramain dan Hizbiyyahnya mereka adalah

perkara yang disepakati. Tinggal permasalahannya adalah orang-orang yang

bermuammalah dengan mereka (muassasah Hizbiyyah ini). Pada satu sisi kita ketahui

perkataan Syaikh Rabi’ dalam Mauqif Shahihah tentang bahayanya muammalah

dengan mereka dan di sisi yang lain tentang amwal-amwal (harta, red) muslimin.

Perkara yang sering diangkat oleh orang-orang yang bermuammalah tersebut bahwa

ada perselisihan para ulama tentang amwal-amwal muslimin, bolehnya dimanfaatkan

dan sebagainya. Hanya kemudian dengan siapa amwal itu dan tasharruf (tindakan, red)

siapa yang berpegang, maka disinilah kita katakan : “Tidak ada khilaf dari para ulama

tentang tahdzir dari Hizbiyyah dan muammalah dengan Hizbiyyin”. Hanya kemudian

(bagi) sebagian orang yang hatinya masih ada penyakit dan kekaburan, menjadikannya

sebagai bentuk khilaf (perselisihan, red) diantara para ulama sehingga

berpendapat : ”Saya boleh mengambil salah satu pendapat dan tidak ada

(pe)ingkar(an) dalam masalah ijtihad!”. Padahal kita ketahui bahwa ijtihad ada 2

(menurut Syaikh Utsaimin): yang jelas salahnya, maka ini diingkari dan kedua masih

bisa di…. dan tidak ada bentuk-bentuk tafsiq maupun tabdi’ pada jenis kedua ini.

Adapun masalah Hizbiyyah atau si fulan Hizbi maka pengingkaran kami yang dulu

terhadap Ja’far Umar Thalib berkaitan dengan cukupkah dari penyimpangan tersebut

untuk menghukumi seseorang, itu yang berbeda. Adapun masalah Safar Hawali dan

sebagainya, kami sudah mengetahui keadaannya ketika di Abu Abdillah Al-Makki di

Pakistan, juga (keadaan) Abdurrahman Abdul Khaliq dan muammalahnya dengan

ma’hadnya disana. Cuma ketika itu mungkin kami ada khilaf dan tertutup karena

kejahilan kami tentang sikap Ja’far Umar Thalib dalam mengingkari kemungkaran

mereka, maka kami membantah tanpa ilmu dan kemudian mengatakan bahwa yang

disampaikan para Masyayikh adalah benar.

Kami katakan –di awal fitnah- bahwa sepatutnya bagi seseorang itu dalam mengingkari

berusaha untuk menyandarkan kepada para ulama sehingga kita sampaikan juga

kepada Syaikh Yahya Silmi ketika itu bahwa jika ada buku atau apa yang datang dari

Page 4: Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

para Masyayikh kemudian disampaikan kepada ustadz yang lainnya untuk kemudian

kita ketahui bahwa sikap dari seorang ustadz itu bukanlah dari dirinya sendiri, tetapi

perkataan dari para ulama. Dalam beberapa sikap, kami mungkin tidak menyandarkan

kepada fatwa Ulama.

Tentang mauqif kita dahulu terhadap Abu Nida’ dan lainnya bahwa kami mengetahui

perkara tersebut, tetapi kami tidak mengetahui permasalahan secara global dan apa

yang diingkari oleh Ihya’ut Turots dengan gerakan seluruhnya karena kurangnya ilmu

dan tidak hati-hatinya kami dalam bermuammalah dengan mereka. Jadi itu keadaannya.

Adapun menyatakan bahwa semua yang bermuammalah dengannya adalah Hizbi maka

wallahu a’lam.

Yusuf Ba’isa adalah jelas (Hizbinya). Kemudian kami tidak waspada dan kami

mensyukuri pengingkaran ikhwah sebelumnya dalam masalah ini, bahwa kami tidak

waspada dan kami rasakan bahwa semua fitnah yang terjadi dari awal memang jadi

……di tangan Ihya’ut Turots. Yang menyebarkan selebaran Syayiji (yakni

Abdur-Razzaq asy-Syaiji, konseptor Ihya’ut Turots, murid Abdurrahman Abdul Khaliq,

diantaranya berisi caci-makian terhadap Syaikh Rabi’ bahwa kitab beliau “Manhaj

Ahlus Sunnah wal Jama’ah fi Naqdir Rijal”, tidak lebih kecuali hanya manhajnya Ahlul

Bida’!-Syaikh Al-Albani berkata tentang orang ini:”Dia adalah pendusta! – red”))

adalah dia dan semua permasalahan.

Dan kita semua yang menjadi tentara Ihya’ut Turots (dulunya, Ibnu Yunus, red). Jadi

kita bisa ketahui bahwa saya tahu betul sejak di Pakistan, Sholeh Su’aidi dan yang

lainnya juga tahu. Cuma kami ketika itu waktu dikritik, kami katakan apakah kritikan itu

telah mengeluarkan dia dari manhaj ? Dan kami yakin kritikan itu salah sebab ternyata

memang benar bahwa mereka telah menyimpang dari manhaj. Dan itu merupakan

bentuk penyimpangan yang besar dalam masalah “tahyiz wal hukam” dan sebagainya.

Maka kami bertaubat kepada Allah dalam masalah ini.

Jadi kami (ketika itu) tertutup mata dalam hal ini. Dan ikhwah(lah) yang paling banyak

mengingatkan saya dalam masalah ini, dan setelah Allah tentunya dengan keutamaan

dan rahmatNya adalah keutamaan dari Al-Akh Abu Ihsan (yakni Abu Ihsan Al Maidani,

penerjemah aktif, sampai sekarang tetap menjadi salah satu corong-corong

Hizbiyyun-pen) ketika kemudian dia membuat muhadharah dan menyatakan dengan

lantang adanya penyimpangan dalam diri kita yaitu tasahul

(bermudah-mudah/menganggap remeh).

Page 5: Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

Dan perkataan itupun diingkari oleh sebagian asatidz dari Jamilurrahman –ketika itu-

dan saya melihat bahwa apa yang disampaikan Abu Ihsan itu adalah haq dan kita harus

rujuk dalam segala penyimpangan kita. Dan beliaupun memiliki kritikan juga kepada

yang lainnya, walaupun kita sepakat (ketika itu) mengingkari Abu Mas’ud yang

menyatakan bahwa Ja’far Umar Thalib (JUT) mubtadi’ (waktu itu JUT masih

istiqomah, sekarang telah menjadi jama’ah dzikirnya Muhammad Arifin Ilham, red), kita

tidak setuju dengan sikap seperti itu, tetapi kita katakan ada sisi-sisi yang perlu dilihat

dari JUT ini yang dikhawatirkan bahwa ikhwah terseret semakin jauh dan itu terjadi.

Saya tegaskan bahwa ketika di Ihya’ut Turots kami dalam keadaan tidak waspada dan

kami jahil sehingga kami terseret oleh hal ini dan kamipun mungkin ada bentuk fanatik

kepada Abu Nida’ sehingga tidak mau menolak perkataannya, boleh jadi dalam setiap

permasalahan. Tetapi sesungguhnya Abu Nida’ (adalah) jahil, tidak tahu manhaj! Maka

kami akhirnya dengan beberapa muassasah lainnya masuk ke dalam “JABHAH

HIZBIYYIN” (wilayah Hizbiyyin, red). Semoga Allah menerima taubat orang yang

kembali dan semoga Allah mengembalikan orang-orang yang mau kembali. Amin ya

Rabbal ‘alamin.

Sempat ada pertemuan di Lawang (Malang), kami diundang waktu itu. Akhirnya saya

niatnya untuk datang dan berangkat sambil mendiskusikan dengan ikhwah. Akhirnya

pertama kali saya bertemu dengan Abu Yahya (Rizky, red) dan Abu Yahya mengatakan

begini dan begini, saya katakan begini saja. Abu Mas’ud tidak diundang, tetapi yang

saya dengar jika dia datang untuk tahkim, maka dia boleh datang. Thayyib (baiklah, red),

jika datang Syaikh Ali (maka) kita harus siap untuk tahkim (menjadikan Ulama’ sebagai

hakim dalam memutuskan suatu perkara, red), yang salah-salah kita harus rujuk tetapi

merekapun harus tahu kesalahan mereka dan harus rujuk (pula).

Akhirnya sayapun datang ke Kediri dan bertemu dengan Shalih Su’aidi, Abdullah Amin.

Akhirnya kami diskusikan dan harus ketemu. Tetapi ketika mendatangkan bukti-bukti,

sebagian ikhwan ketika saya sampaikan Hizbinya Ihya’ut Turots, pengaturan mereka

terhadap yayasan-yayasan yang bermuammalah dengan mereka, sebagian saksinya

masih ada pada mereka dan dikhawatirkan dari berubahnya sikap mereka (karena

masih terikatnya mereka dengan yayasan-yayasan tersebut) maka akhirnya …..Shalih

tidak siap dan mengajukan kepada Abu Mas’ud. Dan sayapun mengajak teman-teman

untuk berangkat ke Abu Mas’ud dan di sana juga bertemu dengan beberapa orang

yang juga mengharapkan Abu Mas’ud untuk hadir di pertemuan itu, walaupun ditahkim.

Page 6: Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

Maka Abu Mas’ud setuju dan tujuan kita hanya untuk menyampaikan kepada Syaikh

(tentang) apa yang kita lihat dari langkah orang-orang ini.

Kalaupun mereka merasa “isykal” (tidak jelas/ragu, red), maka kita siap tahkim dalam

masalah ini dengan para Masyayikh dan tidak ada yang ditutup-tutupi. Kita sampaikan

pengaruh muammalah mereka dan sebagainya. Kata Abu Mas’ud :”Kalau begitu kita

siap, tetapi sebelumnya harus kita sampaikan dulu kepada Syaikh tentang keadaan

mereka, karena bagaimanapun mungkin Syaikh lebih kuat kepada mereka –karena

hubungan mereka selama ini- disamping adanya ”di’ayah” kepada kita bahwa kita

yang mengkritik akhlaq dan sebagainya. Kita siapkan makalah untuk Syaikh sehingga

ketika kita bertemu dengan Syaikh, minimal keadaan kita sudah sama. Artinya bahwa

Syaikh-pun tahu ada yang kita soroti dari keadaan mereka ini”.

Kita-pun membuat surat itu sebelum daurah dimulai agar –kalau bisa- pas daurah

dimulai, kita siap dengan “niqash” yang diadakan oleh Syaikh atau nasehat dari Syaikh

tentang mauqif mereka. Qadarallahu wa masya’a fa’ala kami menyusun dan tertunda.

Kemudian kami titip seseorang untuk menyampaikan (kepada Syaikh) ternyata tidak

disampaikan dengan alasan bahwa keadaan sedang panas. Kita katakan justru

memasukkan surat itu supaya lebih….karena kami juga mendengar orang-orang yang

tidak setuju juga membuat surat, yakni orang-orang yang bermuammalah (dengan

muassasah Hizbiyyah) ini.

Kita mengatakan: ”Mungkin kalau bisa masukkan surat kami untuk lebih kuat, jadi

antum setelah itu kita siap bertemu”. Namun ternyata tidak dimasukkan, akhirnya kami

datang, kemudian Syaikh Ali, kami sampaikan surat itu tentang muammalah mereka

dengan Hizbiyyin dan bukti-bukti terseretnya mereka ke dalam Hizbiyyah tersebut.

Tapi kemudian Syaikh minta waktu untuk membacanya dan Syaikh membaca,

kemudian ada pertemuan setelah Isya’, tetapi kemudian juga ketika beberapa orang

masuk Abu Mas’ud maka ternyata Syaikh hanya menyatakan bahwa untuk tahkim

tidak bisa karena membutuhkan kehadiran semua saksi. Lebih baik kata Syaikh –waktu

itu-: ”Kalian minta fatwa kepada kami dengan cara menuliskan semua pertanyaan yang

dihadiri oleh kedua belah pihak, karena sekarang kalau ada yang mengatakan boleh

kalian bermuammalah dengan ini,.. bolehkah ? “Saya akan jawab tergantung dari

pertanyaan. Sekarang kalian dudukkan soal pertanyaan kepada saya, kalian tanda

tangan untuk isi pertanyaan dan pelaksanaan akan jawaban dari pertanyaan tersebut”.

Page 7: Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

Maka waktu itu saya mengatakan, bahwa skupnya tidak ada gunanya karena kita tahu,

sejak dahulu bahwa ini kan khilaf ulama, ini kan fatwa, orang boleh ambil fatwa yang

lainnya dan sebagainya, maka kita khawatir dari sisi ini.Tapi Abu Mas’ud mengatakan

tidak apa-apa, yang paling lemah-pun kita ambil dalam rangka menegakkan hujjah dan

nasehat.

Kemudian diambillah perbuatan tersebut, (pertanyaan) ditulis dengan beberapa orang.

Kita pulang, yang lainnya tinggal untuk menulis pertanyaan itu. Akhirnya mereka

menolak dan kami sampaikan kepada Syaikh. Dan Syaikh menyampaikan nasehat

kepada kami dan mungkin hasil dari surat itu ada bekasnya pada Syaikh ketika terjadi

soal jawab dalam pertanyaan di akhir daurah (saya bawakan CD-nya). Itu akhir

kejadiannya.

….diantara bentuk-bentuk terseretnya (kepada Hizbiyyin) sebenarnya ini telah kita

sampaikan kepada Syaikh Ali, bukti-bukti itu sudah jelas dan tidak ada yang

menghalangi kami untuk menyampaikan bukti-bukti tersebut kecuali bahwa saya

menginginkan kehadiran ikhwah lainnya. Adapun bahwa poin-poin yang kami sebutkan

itu mereka akan mengingkari juga, pihak sana akan mengingkari khususnya dalam

masalah saksi-saksi, mungkin. Tetapi beberapa mauqif (mereka) saya hadiri sendiri

seperti ketika diusirnya dikeluarkannya – Abu Mas’ud dari ALSOFWA dan tekanan

AL-SOFWA, tepatnya untuk mengeluarkan Abu Mas’ud dari AL-FURQON (Ma’had Al

Furqan, Gresik, red).

Saya baca sendiri suratnya dan saya pas silaturrahmi ke Abu Mas’ud dan saya baca.

Akhirnya saya pulang ke Jogja (masih di Jogja waktu itu), saya ketemu Abu Nida’

(pimpinan majalah FATAWA, peny), Ahmas Faiz (pimpinan majalah ASSUNNAH – peny)

dan saya sampaikan masalah (seperti ini) AL-FURQON, seharusnya ustadz-ustadz

yang lain menegur perbuatan AL-SOFWA karena Abu Mas’ud yang saya lihat

dakwahnya seperti ini-seperti ini dan adapun kalau dia mau diatur dan sebagainya

menunjukkan bahwa muammalah kita dengan Hizbiyyin mulai mereka gunakan untuk

mengatur kita.

Jadi kita minta –waktu itu- ustadz-ustadz ini untuk bersikap dan menyikapi

AL-SOFWA, tapi qadarullahu wa masya’a fa’ala mereka tidak berbuat ! Bahkan

setelah itu saya ketemu dengan Yazid Jawaz (Yazid bin Abdul Qadir Jawwas, terlibat

langsung dalam penerjemahan Tafsir Ibnu Katsir yang diterbitkan Pustaka Imam Syafi’i,

bersama tokoh IM, Al Haramain, Hidayat Nur Wahid, bersama tokoh Takfiri-Irsyadi

Page 8: Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

Farid Achmad Okbah, red) di Bogor ketika itu dia mengingkari dan berkata:”Ibnu Yunus,

sekarang antum telah berubah, terpengaruh oleh orang-orang Yaman. Hati-hati

dengan Abu Mas’ud, dia akan jadi Ja’far kedua”.

Saya katakan bahwa muhadharah Abu Mas’ud adalah haq, adapun perkara lain dalam

hal lafal boleh jadi seperti itu tabiat seseorang. Tetapi yang ada pada dirinya al-haq,

saya setuju dan menyatakan bahwa kitapun-saya mengingkari perbuatan mereka. Dan

apa yang tampak dari muammalah kita dengan Hizbiyyin sudah jelas “dhararnya”.

Kemudian kita disibukkan dengan urusan mereka, memakmurkan “masyruk” mereka,

sementara kita lalai dari dakwah dan justru dengan hubungan itu kita telah memecah

belah Salafiyyin![1]

Itu yang ana sampaikan dan waktu itu ada Abdurrahman At-Tamimi (Ma’had Ali Al

Irsyad/Ma’had As Sunnah, Surabaya) dan Yazid di Bogor. Dan saya sampaikan bahwa

masalahnya sekarang kita sudah diatur oleh mereka dan (kita) segera menentukan

sikap. Tetapi qadarallahu wa masya’a fa’ala tidak ada (sikap) sampai akhirnya mereka

terseret. Waktu itu saya sebutkan (kepada Yazid cs) “dharar” muammalah itu, karena

waktu itu ada undangan daurah oleh AL-HARAMAIN (akhirnya dikaitkan oleh

pemerintah Saudi dengan jaringannya Usamah Bin Laden Al-Khariji-alhamdulillah)

yang mendatangkan Salim Dausary. Maka saya datang waktu itu, kemudian karena ada

perselisihan dengan Abu Nida’, karena saya mendukung Abu Yahya dalam kritikannya

terhadap IHYA’UT TUROTS itu sendiri maka saya disidang waktu itu.

Nggak tahu di sidang atau apa, saya dipanggil dan beberapa ustadz lainnya ada disitu,

maka saya sampaikan masalah ini bahwa mauqif kita dan muammalah mereka sudah

berbahaya. Mereka sudah mengatur, kemudian kita hanya menyibukkan diri dengan

memakmurkan proyek mereka, setelah itu mereka mengatakan bahwa kami sudah

bantu Salafiyyin di Indonesia.

Padahal kita…..dan kritikan para Masyayikh di Yaman maupun yang lainnya. Kalau

Yazid, dia kritik Abu Nida’, Aunur Rafiq awalnya juga tidak setuju dengan Abu Nida’

dari sisi muammalahnya (yakni) tidak jelas teman-temannya seperti orang-orang

Dewan Dakwah[2] (Dewan Dakwah Islam Indonesia, tempat bercokol

bermacam-macam Hizbi campur-baur disana, ada IM, ada Aris Munandar ketua komite

penganggulangan krisis KOMPAK DDII Jateng, yang masuk daftar teroris Internasional

versi Amerika karena bergabung dengan Jama’ah Islamiyah, NII, dll; Allahul Musta’an,

pada rangkaian acara Daurah Masyayikh yang ke-5, ternyata Markas DDII juga menjadi

Page 9: Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

salah satu tempat acaranya. Bahkan acara bedah buku Siapa Teroris? Siapa Khawarij

yang memnghina dan melecehkan dakwah Salafiyyah dan para pengembannya juga

difasilitasi oleh Dewan Dakwah!!-red) dikritik juga. Dari sisi AT-TUROTSnya kita lihat

bahwa Yazid sendiri ikut dalam mengisi daurah du’at IHYA’UT TUROTS !! Bahkan

waktu itu masih duduk bersama Mudzakir Arif (Ikhwani) yang juga mengisi !! Yang ini

juga kita ingkari.

Cuma yang saya dengar ketika saya sampaikan kepada……Jamilurrahman bahwa

bukti kita muammalah seperti begini, kita shufuf terhadap apa yang hadir dengan kita

dari Hizbiyyin- maka dia katakan :“Itu dulu, sekarang Mudzakir tidak mengisi lagi”. Tapi

sebenarnya “dharar” muammalah ini tidak bisa diingkari, kalaupun ada (yang

mengingkari maka) itu adalah bentuk “taashub” dan naudzubillah minal Hizbiyyah !

UST. LUQMAN BA’ABDUH :

Mengenai sikap kita kepada TUROTSI seperti Ahmaz Faiz, majalah ASSUNNAH,

orang-orang yang bermuammalah terhadap IHYA’UT TUROTS semacam Yazid dan

yang lainnya..

UST. IBNU YUNUS :

Daurah HARAMAIN semuanya datang (dari berbagai fikrah) dari WAHDAH (IKHWANUL

MUSLIMIN) dan itu kesalahan kita (yakni) ikut dalam daurah-daurah Hizbiyyin dan kita

mengakui itu. Saya hadir waktu itu diundang, ada pengingkaran dari kita, tetapi

kehadiran kami memang suatu kesalahan. Dan ternyata memang waktu itu karena yang

datang Salim Dausary itu, saya tahu bukunya kitab…., kemudian dia

mengatakan…muri jihadal ashar…. Kita tanya siapa yang dimaksud itu ? Apakah

Syaikh Albani? Bukan (jawabnya), dia sebut Syaikh Ali dan sebagainya. Ini bahaya kalau

begitu. Akhirnya terjadi debat disitu, kemudian dikeluarkan fatwa dari lajnah Daimah

dsb. ‘Ala kulli hal, kita sudah melihat tahqiq dengan pertemuan itu dan disitu kita hadir,

saya, Abdurrahman Tamimi juga hadir. Ada pengingkaran dari Abdurrahman Tamimi,

tetapi ya itulah, karena mereka (HARAMAIN) yang pegang atau kuasai daurahnya.

Pelaksana (daurah) saya tidak tahu, yang jelas HARAMAIN, Muhammad Ikhwan, semua

orang WAHDAH, hatta Yani dsb, sampai saya satu kamar dengan si Taufan, Jefri,

akhirnya ada “ta’aruf”, terus akhirnya “nembak” dia-setelah itu nggak salam sama

Page 10: Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

saya. ‘Ala kulli hal bahwa kita hadir. Di ruang makan kami kumpul, bicara bahwa daurah

ini berbahaya karena masalah begini-begini.

Thayyib, tahun depan kita tidak hadir. Yang saya sampaikan bahwa ini kesepakatan

tetapi diingkari oleh yang hadir di majelis itu, bahkan (mereka) katakan itu perkataan

Ibnu Yunus saja. Tapi setahu saya bahwa kita –waktu itu- sepakat tentang adanya

tahqiq dari “daurah ini untuk menyatukan du’at Salafiyyin dengan Hizbiyyin”, ada

makna-makna yang diinginkan yang tampak dalam muhadharah mereka.

Waktu itu Ust. Faiz juga mengatakan bahwa ini bahaya, mereka sepakat sebenarnya.

Cuma ada beberapa orang, Ahmad Rafi’i dan beberapa lainnya juga mendhahirkan

bahwa dia tidak setuju tetapi wallahu a’lam akhirnya berita pertemuan kami sampai

kepada Syaikh yang mengisi itu/Salim Dausary……Dia masuk ke kelas, sambil

menangis dia ceritakan bahwa niat kami ini bagus dll. Kami tidak tahu siapa yang

membocorkan, yang jelas bahwa kita kumpul di majelis ruang makan ketika itu

membicarakan dan setahu kami tidak ada orang-orang WAHDAH.

Kita soroti daurah ini dan sebagainya kemudian kita katakan tidak boleh datang lagi dan

ini merupakan pengaruh dari muammalah. Tidak boleh lagi ikut dalam acara-acara

seperti ini karena HARAMAIN punya…..dan saya sudah bilang sebelumnya:”hati-hati

kalau ada usaha penyatuan, membuat lembaga dakwah, lembaga du’at”. Itu akhir dari

daurah tersebut.

Dan (daurah) berikutnya saya tidak datang. Saya dengar berita bahwa yang lainnya

datang. Saya tanya : ”Kenapa mereka datang? Mereka tidak dengar ucapan

syaikh-syaikh tersebut kepada para Masyayikh Salafiyyin?” mereka katakan:”kami

datang kan hanya untuk melaporkan-menyampaikan, ada bagusnya kami datang untuk

melaporkan bahwa WAHDAH itu begini dan begini”. Katanya ust. Aunur Rafiq

melaporkan tentang WAHDAH. Saya katakan bahwa itu adalah kesalahan karena

melaporkan kepada gembongnya! WAHDAH dilaporkan kepada HARAMAIN,

HARAMAIN-nya Salim Dausary teman dekatnya. Jadi tidak ada gunanya.

Kehadirannya sudah jelas kesalahan! Lalu apa jawaban syaikh? “dia cuma

manggut-manggut, karena memang (WAHDAH) temannya! Temannya sendiri

dilaporkan ! Allahul musta’an. Ini (daurah) yang kedua. Sempat lagi yang ketiga, saya

tidak tahu siapa yang hadir.

Page 11: Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

Ini yang bahaya, bahwa sebagian mereka ketika bermuammalah dengan Hizbiyyin

mengatakan bahwa ini fatwa dari Syaikh Ali yang membolehkan mengambil dana itu.

Saya tahu bahwa Syaikh Ali mengatakan IHYA’UT TUROTS dan HARAMAIN itu hizby!

Itu jelas dan dalam setiap daurah Syaikh begitu, tetapi sikap orang-orang ini

mengatakan : “Itu kan fatwa dari Syaikh Ali”, dari dulu begitu sikap mereka. Jadi selalu

dalam masalah fatwa mengatakan :” Ini kan fatwa, boleh mengambil fatwa yang lain,

jangan taqlid pada Syaikh Ali!”.

Dulu waktu Syaikh Ali membolehkan, ketika dibawakan fatwa Syaikh Rabi’ termasuk

saya juga menjelaskan hal itu, saya ….kepada Khidir (Makasar) masalah muammalah

juga dia soroti, ya akhi apa yang antum soroti dari AT TUROTS? Mereka memecah

belah (jawabnya). Insya Allah kita tahu hal itu. Kalau begitu apa masalahnya ? Saya

khawatir dari antum terlibat;.Kalau khawatir, mudah-mudahan Insya Allah kekhawatiran

itu masih ada sisanya.

Waktu itu saya salah, karena jelas “mukhatharah” tidak boleh main-main tentunya.

Maka akhirnya selalu kita menyatakan bahwa : “Itu kan fatwa Syaikh Rabi’ yang

menyatakan tidak boleh bermuammalah dengan Hizbiyyah, adapun Syaikh Ali

mengatakan ambillah asal tanpa syarat”. Maka selalu yang dipakai dalam hal ini adalah

Syaikh Ali. Kita inginkan supaya itu berubah dengan gambaran yang riil tentang

IHYA’UT TUROTS di Indonesia ini.

Maka ketika datang Syaikh Ali, dia bilang IHYA’UT TUROTS Hizbi dan sebagainya,

teman-teman masih tetap mengatakan seperti itu; ”Ya, tapi kan boleh tanpa syarat,

tidak ada syarat ?”. Pertemuan terakhir ini, Subhanallah Syaikh Ali sudah tanggap.

Ketika Syaikh Salim ditanya, dia mengatakan : “Ya, asal tanpa syarat dan tidak….kalian

syarat. “Ma tahaffu” kata beliau, perhatikan bahwa kebanyakan dari mereka “tasharruf

Hizbi” (dikuasai Hizbi, red).

Perkataan ini….ringan dan masih ada celah bagi orang. Itu perkataan Syaikh Salim Al

Hilaly. Ketika ditanyakan kepada Syaikh Ali, maka beliau memberikan tahqiq komentar

apa yang disebut Syaikh tadi bahwa mereka tidak punya syarat. Maka perlu dilihat; kata

Syaikh: ”Ini hampir mustahil, bahwa mereka sekarang tidak memberikan syarat, tapi

mereka melihat ke depan dan menjadikan kalian tidak bisa lepas dari mereka!”. Setelah

itu Syaikh memberikan syarat-syarat untuk bermuammalah dengan mereka, yaitu

bahwa kehadiran kita, sikap kita tetap tegas terhadap Hizbi, kedua, kehadiran kalian ke

Page 12: Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

sana bukan merupakan tazkiyah terhadap Hizbiyyin. Maka ini jelas sesuatu yang tidak

mungkin terpenuhi syarat (dari) Syaikh Ali.

Maka akhirnya inipun tidak mereka angkat dan mengatakan : “Itu kan Syaikh Ali yang

berfatwa, kita tidak taqlid pada Syaikh Ali!’. Menurut para sanad itu yang saya dengar

dari Aunur Rafiq, para sanad perawi dari Abdullah Amin. Jadi mereka masih membela,

“mentatbiq” mauqif mereka pada yayasan Hizbiyyin ini.

Jadi ikutnya daurah mereka setelah ini tidak berguna. Artinya, apakah (daurah) di

HARAMAIN ini setelah Syaikh Ali atau sebelumnya tidak berguna, kenapa? Karena

mereka tetap mengatakan ini fatwa, bisa diambil-bisa tidak. Kalau begini, ini bahaya!

Kapan kita ber….pada para ulama? Seorang ‘alim diikuti karena dalilnya. Ini rupanya

yang masih ada pada mereka.

Saya mengatakan bahwa yang paling parah adalah Abu Nida’, kemudian Aunur Rafiq

dengan pembelaannya yang terakhir ini. Kemudian Abdurrahman Tamimi –Abdullah

Amin yang lebih tahu- karena adanya mauqif yang terakhir tentang masalah Kediri,

dimana Kediri sudah siap untuk lepas dari IHYA’UT TUROTS…..teman-teman sudah

berusaha, kemudian Masrukin (baca: Majruhin, kaki-tangan Aunur Rafiq-pen) masuk

dan mengeluarkan Shalih dan kemudian dibalas teman-teman mengeluarkan Masrukin

sebagai ketua. Tetapi kemudian mendatangkan Aunur Rafiq, bahkan setelah itu datang

beberapa ustadz dari Surabaya. Maka di situ dia berbicara dan saya tidak tahu apa

yang dibicarakan. Tetapi intinya mereka masih membela (IHYA’UT TUROTS),

mengaburkan perkataan Syaikh Ali di Daurah sampai akhirnya Abdullah Amin

mengatakan, “Tapi Syaikh bilang seperti ini”.

Abdurrahman Tamimi waktu itu masih membela, kemudian Abdullah Amin mengatakan,

“Tidak, Syaikh Ali sendiri mengatakan begini-begini tentang masalah muammalah itu,

memperingatkan bahkan mengatakan orang-orang yang menasehati ikhwah agar terus

menasehati mereka. Menasehati terus orang-orang yang bermuammalah dengan

Hizbiyyin kata Syaikh Ali”. Mereka kaget, “Dimana itu?” Kata Abdullah Amin, ”Ini di

kaset, ada di kaset, kalian kan tidak ikut, kami diberitahu oleh Syaikh Ali, kalian tidak

ikut, tapi (jawaban Syaikh Ali) ada di kaset!”; Mereka masih membela.

Kata Syaikh, “Sebabnya diberikan udzur boleh jadi karena dia tidak punya makanan

kecuali dengan itu, dia tidak bisa beli buku kecuali dengan itu”. Dan saya lihat tidak

mungkin karena kebanyakan yang bermuammalah orang-orang kaya! Ya kan ? Jadi

Page 13: Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

itupun bisa dibantah kalau mereka mengaitkan. Intinya bahwa Syaikh Ali mengatakan

terus nasehati bahkan terakhir tentunya yang paling tahu adalah ust. Shalih dan Abul

Abbas karena yang paling akhir bertemu Syaikh.

Setelah dikatakan bahwa mereka menolak untuk bertemu, bahkan menuduh kami

tukang fitnah, kata Syaikh:”teruskan dakwah kalian, nasehati mereka dan suatu saat

mereka akan kembali kepada kalian” kata Syaikh Salim dan yang lainnya.

Kata Syaikh Masyhur Hasan Salman-Subhanallah ya ikhwah-:”sebelum antum punya

dana, antum bersatu. Setelah antum mendapatkan bantuan (dari Hizbiyyin) antum

berpecah!” Itu nasehat dari Syaikh Masyhur Hasan Salman.

UST. LUQMAN:

Kata Syaikh Muqbil :”Wallahi, Abdurrahman Abdul Khaliq tidaklah memecah belah

Salafiyyin di dunia ini dengan pemikirannya, tetapi memecah belah dengan dinarnya!”

Sampai dulu Syaikh Abdurrahman Al Mar’i sempat mengatakan kepada kita:”Kita

mengira bahwa jatuhnya mereka ke Hizbiyyah termasuk terakhir Abdullah….itu karena

syubhat. Syaikh menyatakan La (Bukan, red) ! Itu bukan karena syubhat. La! Syaikh

mempertahankan begini-begini. Kata Syaikh bukan karena syubhat!” Terakhir Syaikh

Abdurrahman Al Mar’i mengatakan: ”Na’am (Ya, red) , kalau sekarang ana yakin bukan

karena syubhat, tetapi karena dinarnya!” Subhanallah.

UST. IBNU YUNUS:

Yang perlu diperhatikan, ya ikhwah (saudaraku, red). Kalau mereka memang

mempengaruhi dengan dinarnya, tidak bisa kita lepas dari muammalah mereka dengan

mengatakan bahwa saya cuma mengambil hartanya saja, justru harta inilah hujjah

mereka, kenapa? Karena syubhat mereka lemah, hanya mungkin menjadi kuat ketika

seseorang berdalih dengan zallah (tergelincirnya) ulama dan yang lainnya mungkin ada

kesalahan yang digunakan untuk membolehkan mauqif mereka dengan syubuhat

(syubhat-syubhat, red) ahlul bid’ah tersebut. Wallahu A’lam.

UST. LUQMAN :

Kasus Kediri sudah ketahuan mauqif Abdurrahman (Tamimi) dan orang –orang

Surabaya. Adapun Yazid Jawaz dari informasi terakhir dia masih bekerja sama dengan

Hizbiyyin seperti IHYA’UT TUROTS, AL SOFWA, terakhir nama dia tercantum di

Page 14: Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

terjemahan Ibnu Katsir, itu yang disayangkan……bersama Hidayat Nur Wahid, upaya

“tamyi’-mengaburkan manhaj Salaf. Itu yang kita ingkari memang seperti ini. Perlu

dibahas agar Salafiyyin tidak terbawa oleh upaya tamyi’ seperti ini.

Insya Allah kita semuanya tahu kenapa para ulama seperti Syaikh Rabi’, Syaikh Muqbil

mencegah kita berhubungan dengan Hizbiyyin IHYA’UT TUROTS. Kita lihat

“natijahnya”, yaitu memecah belah barisan Salafiyyin. Walaupun masalah awalnya

bukan “wala’ manhaji” tetapi “hanya” berkaitan dengan urusan-urusan dana, ternyata

mengorbankan sesuatu yang mahal harganya, yaitu ukhuwah ikhwan Salafiyyin. Karena

itu memang kaidah yang ditetapkan para ulama sejak dahulu tentang muammalah

dengan ahlul bid’ah sampai Syaikhul Islam menyatakan orang yang berjalan bersama

ahlul bid’ah itu harus disikapi. Karena para ulama melihat akibat hubungan Yazid

sampai saat ini dengan IHYA’UT TUROTS maupun AL SOFWA, kita meyakini bahwa

dia telah melanggar nasehat para ulama untuk tidak berhubungan dengan Hizbiyyin!

Tentang bagaimana hukum membaca majalah A-SUNNAH?

Majalah ASSUNNAH yang dikelola oleh orang-orang yang bermuammalah dengan

Hizbiyyin, bahkan kita yakin di sana ada Hizbiyyin! Sebagaimana saya ucapkan tadi

tentang (Hizbiyyinnya) Ahmaz Faiz. Atas dasar ini kita langsung saja singkat seperti

apa yang dinyatakan oleh para ulama “nadharan ila natijah nahsya…….fitnah kita

menyatakan majalah ASSUNNAH jangan dibaca! Kenapa? Dikelola Hizbiyyun atau

orang-orang yang bermuammalah dan mengkhawatirkan! Atau singkat kata: Jangan

dibaca!

Beberapa poin yang sudah kita catat, kita sepakat Insya Allah bahwa seluruh

Jam’iyyah yang ada di negeri ini, IHYA’UT TUROTS, AL HARAMAIN, AL SOFWA

adalah Jam’iyyah Hizbiyyah qoma ‘alaiha Hizbiyyun. Dan bahwasanya bermuammalah

dengan jam’iyyah ini ternyata mendatangkan dharar dalam bentuk terpecahnya

“shufuf” Salafiyyin. Atas dasar itu kita mengingat nasehat para Masyayikh untuk

menjauhi jam’iyyat seperti ini. Dan kita juga mencegah diri kita untuk bermuammalah

dengan jam’iyyah seperti ini. Kita mengingatkan “syabab” Salafiyyin, kemudian

mentahdzir syabab Salafiyyin dari da’i-da’i yang berhubungan dengan jam’iyyah ini.

Beberapa nama yang sudah disebutkan seperti Yazid Jawaz, Abu Ihsan Al Maidani, Abu

Nida’, Ahmaz Faiz, Aunur Rafiq, Abu Umar Basyir, Abdul Hakim Abdat.

UST. IBNU YUNUS :

Page 15: Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

Adapun tentang Abdul Hakim, terus terang saya belum tahu, Cuma saya pernah

bertemu dia ketika di Tawangmangu tentang masalah isbal –Ust. Muhammad Sewed

juga ada- dia mengingkari masalah itu semua, kemudian dalam masalah muwazanah

juga dia ingkari, itu yang saya tahu. Kalau saya lihat dari beberapa murid-muridnya:

tidak dijelaskannya masalah “tamayus” dsb. Jadi pengajiannya Shahih Bukhari dan

lainnya sehingga sikap “tamayus” dalam dakwah ini tidak disampaikan. Ini khotor dalam

masalah manhaj, dikhawatirkan “inhiraf”.

Adapun yang saya dengarkan dari kritikan Abu Mas’ud kebanyakan dalam Rasa’il

Bid’ah dia. Yang lebih banyak bersentuhan dengan dia kayaknya Abu Mas’ud

(keterangan: agar mengetahui lebih jelas sosok “Ahli Hadats” ini maka di bagian akhir

transkrip kaset “Pertemuan Asatidzah 2 Januari” kami transkrip pula kaset ceramah

Abdul Hakim di Riau yang berisi penghinaannya terhadap Salafiyyin di Indonesia, lebih

dari itu yakni pelecehannya terhadap majelis-majelis taklim yang langsung diasuh oleh

Masyayikh Salafiyyin khususnya Syaikh Muqbil rahimahullah dan Syaikh Rabi’

hafidhahullah serta beberapa bantahan Abu Mas’ud terhadap da’i kondang ini).

UST. LUQMAN :

Kita melihat waqi’ bahwa Yazid memang bahaya, ditambah kasus terakhir Yazid dekat

dengan Farid Okbah (Farid Achmad Okbah adalah petinggi Al Irsyad, terlibat dalam

penerjemahan Tafsir Ibnu Katsir bersama-sama gembong Ikhwani yang diterbitkan

oleh penerbit Pustaka Imam Syafi’i, red)

UST. IBNU YUNUS :

…..Walaupun kebanyakan kritikan Abu Mas’ud kepada Yazid berkaitan dengan khilaf

antara dia dengan Surabaya, karena ada kritikan-kritikan beliau terhadap Surabaya.

Bahkan Abu Mas’ud pernah bertemu dengan Muhammad Khalaf sendiri (pendiri AL

SOFWA, sekaligus murid Salman Al-Audah-gembong Sururiyyin yang pernah dipenjara

atas rekomendasi Syaikh Bin Bazz-pen) sampai terjadi imtihan dari AL SOFWA untuk

mengeluarkan Abu Mas’ud.

Akhirnya berdasarkan laporan –mungkin- Yazid membela atau penyudutkan Abu

Mas’ud dsb maka Abu Mas’ud membalas mengritik dan menyebutkan

kesalahan-kesalahannya. “Ala kulli hal, bahwa kita mengatakan, tidak membiarkan

kesalahan, tentu saja.

Page 16: Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

…(Tentang Abu Ihsan):

Kita sayangkan bahwa dia terlibat dengan Muhammad Khalaf. Hal itu sudah ditanyakan

oleh Abu Mas’ud waktu daurah Syaikh Ali tahun lalu :”Antum katanya jadi da’inya AL

SOFWA?” ;” Bukan, saya cuma ada ikatan penerjemah dengan DARUL HAQ (nama

penerbit buku-buku Yayasan Al Sofwah, red)”

UST. LUQMAN :

Dalam manhaj kita bahwa tidak dibenarkan berhubungan dengan Hizbiyyah, baik dalam

bentuk afrak maupun dalam bentuk muassasah Hizbiyyah. Kasus Abu Ihsan saja, dia

tahu ‘ala ilm tentang muassasah ini tadi, sampai dia berani mengingkari Abu Nida’ dan

lainnya. Namun dengan alasan-alasan yang mungkin tadi oleh Syaikh Ali sendiri juga

disinggung, seperti alasan maisyah misalnya sehingga dia tetap berhubungan, apapun

bentuk hubungannya.

Apakah sebagai da’i, penerjemahnya. Ini tidak dibenarkan secara manhaj dan

mengkhawatirkan kepada para mad’u…..imma Abu Ihsan dinasehati, shuf ente

lepaskan, ente tinggalkan AL SOFWA. Kita harapkan tentunya dia untuk meninggalkan

hal itu. Kalau seandainya dia tetap dalam keadaan seperti ini, tentunya kita

menyatakan kepada ikhwah :”Hati-hati, jangan duduk bersama dia”, lepas dari masalah

dia dikatakan Hizbi atau bukan. Ini masalah lain. Tapi masalah kita menjauhkan ikhwah

lebih dahulu dari majelis-majelis dia, khawatir ikhwah terbawa. Mungkin ada usaha

untuk mengingatkan Abu Ihsan, walaupun sudah diingatkan oleh Abu Mas’ud.

…Kalau seandainya dia tetap dalam keadaan ‘ilm , untuk saat ini mauqif kita adalah

mengingatkan syabab untuk tidak duduk dengan dia. Apakah dia Hizbi atau bukan?

Jawabnya: ”Dia masih berhubungan dengan AL SOFWA, Wallahu Ta’ala a’lam.

UST. ASKARI:

Beberapa permasalahan tentang majalah ASSUNNAH, Ahmaz Faiz, Abu Umar Basyir

yang menerjemahkan bukunya Thoghut-Takfir (yakni buku yang isinya banyak merujuk

ucapan Sayyid Quthb dalam Fi Dhilalil Qur’an, red)!

UST. IBNU YUNUS :

Page 17: Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

Dia sekarang tidak di Solo lagi (tapi) di Sukoharjo. Yang saya sayangkan adalah

tulisan-tulisannya di penerbit AT-TIBYAN yang mengumpulkan antara………., hatibul

lail (istilah bagi orang yang mencari kayu bakar di kegelapan malam tanpa dia ketahui

apakah yang diambil tersebut ranting/kayu ataukah ular! Orang yang suka

bermain-main dengan bahaya). Kemudian di situ juga masuk ahlul bid’ah…..dari

JAMA’AH ISLAMIYAH.

AT TIBYAN adalah pak Ali. Saya pernah ketemu orangnya, katanya dia dulu NII

kemudian mau Salaf, yang cerita saya Abu Ihsan waktu itu. Tapi setelah saya baca

buku-buku terbitannya ya orang-orang Hizbi seperti yang terjemahkan sekarang

“Nawaqidul Islam”, AT-TIBYAN- Syarah Nawaqidul Islam- Sulaiman Nashir

Al-‘Ulwan-Khariji akhirnya kan diterjemahkan juga, ya kan. Lihat Abu Sayyaf,

orang-orang JI (JAMA’AH ISLAMIYAH dari Afghanistan, red). Jadi pemahaman

mereka, orang-orang JI itu, ini sudah membuat Salafiyyin……ba’ah, kan gampang

penerbit itu. Kenapa kita….tamyis kemudian kewaspadaaan kepada keadaan dakwah.

UST. LUQMAN :

Di majalah ASSUNNAH ini, sampai saat inipun Ahmaz Faiz masih berhubungan dengan

IHYA’UT TUROTS ?

UST. IBNU YUNUS :

Bersinggungan jelas, markas mereka. Kemarin saya ketemu di JAMILURRAHMAN (di

Ma’had Jamilurahman, Bantul, red) beberapa ustadz ketika mereka menuduh saya

membuat fitnah dengan muhadharah saya di Jogja. “Antum memecah belah

Salafiyyin!”,”Sebelum saya datang Salafiyyin sudah pecah! Kenapa? Karena

muammalah kalian (dengan muassasah Hizbiyyah)!Jadi bukan saya membuat fitnah!”.

Saya bilang. “Tapi Abu Nida’ yang membuat fitnah! Kenapa dia tidak mau lepas dari

IHYA’UT TUROTS?”Saya bilang:”Kalau Abu Nida’ lepaskan, selesai permasalahan”.

Yang lainnya kita nasehati terus, tidak berarti kalau sudah meninggalkan IHYA’UT

TUROTS tidak mungkin salah lagi, karena (masih) mungkin salah. Maka nasehat tetap

jalan terus. Ada pengingkaran mengenai itu, kita terima.

Saya katakan:”Kita tidak inginkan, kita tidak minta Jamilurrahman ataupun Ma’had

Solo (Ma’had Imam Bukhari, tempat bercokolnya Kholid Syamhudi, red) itu untuk

mengembalikan markas yang mereka dapatkan, saya kira tidak. Apa yang kalian miliki

Page 18: Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

itu sudah amwalul muslimin, pakai sudah. Tetapi jangan (hal) ini membuat kalian tidak

mau mengatakan bahwa IHYA’UT TUROTS itu hizby!”

Dan bukti itu begini:

Majalah ASSUNNAH tidak memuat hasil daurah kemarin, 2 tahun lalu di Surabaya!

Sekarang apa yang tidak diterjemahkan? Soal-jawab. Yang diterjemahkan Cuma

materinya Syaikh Masyhur, Syaikh Salim, tapi soal-jawabnya yang (berisi) ditahdzirnya

bahwa IHYA’UT TUROTS itu Hizbi tidak diterjemahkan! Kenapa begitu? Yang terakhir,

apalagi lebih jelas jawaban Syaikh, dia bilang:”Kalau disebarkan (fatwa Syaikh) selesai

permasalahan. Bahwa orang yang mengritik mereka karena muammalah (dengan

Hizbiyyah) tidaklah salah! Mentahdzir mereka karena muammalah tidak salah!” karena

Syaikh sendiri bilang begini.

Tapi mereka sampai sekarang tidak ada (tidak memuat fatwa tersebut-Lihat

bagaimana mereka berkhianat! betapa takutnya du’at Hizbiyyin-sururiyyin-Turotsiyyin

terbongkar kedok mereka sebagai tentara bayaran IHYA’UT TUROTS yang ditugaskan

memecahbelah Ahlus Sunnah. Maka perhatikanlah wahai pengikut Hizbi bagaimana

kalian dikibuli!)

Saya sudah hubungi ke AL-FURQON, kenapa tidak terjemahkan? (jawabnya):

ASSUNNAH akan terbitkan. ASSUNNAH ditanya, (jawabnya) AL-FURQON (yang

terbitkan). Kenapa begitu? Semua mereka punya majalah! FATAWA punya! Kenapa

tidak diterjemahkan fatwa Syaikh Ali ?! Ini bukti dharar dari muammalah mereka dengan

IHYA’UT TUROTS, tidak berani…Ini sudah jelas dampak yang besar!

UST. LUQMAN :

Artinya dengan ini, hubungan Faiz atau Solo dengan IHYA’UT TUROTS, bahkan bukan

hanya sekedar hubungan, tidak mau menampilkan pembicaraan atau fatawa yang

menjarh IHYA’UT TUROTS, ini sesuatu yang parah!

Kita ingat yang disampaikan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan dinukil oleh Syaikh Bakr

Abu Zaid dalam kitab Hajrul Mubtadi’ bahwa orang-orang yang dihajr itu adalah:

Mubtadi’, (orang yang) marah ketika mubtadi’ dibicarakan atau tidak mau

menyebarkan pembicaraan dia tentang ahlul bid’ah. Ana pikir, ini sesuatu yang jelas.

Makanya kemarin ketika ditanya oleh sebagian ikhwah:”Ustadz, kenapa kok majalah

ASSUNNAH masih disikapi, padahal dia sudah menampilkan tentang sururiyyah? Belum

Page 19: Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

(cukup). Masalahnya kalau dengan Solo bukan (hanya) masalah ini, coba berani nggak

menulis tentang Abdurrahman Abdul Khaliq atau IHYA’UT TUROTS? Sampai hari ini

kita tunggu! Ternyata mereka tidak berani, ditambah tadi yang antum sampaikan. Atas

dasar ini, kita sampai sekarang juga –sama sekali tidak ragu- bahwa mereka harus

ditahdzir dan diingatkan syabab untuk tidak bermajlis, tidak membaca majalah

ASSUNNAH, walaupun di sana ada manfaatnya. Tetapi dhararnya ada bahkan jauh

lebih besar. Buktinya apa dhararnya? Membuat sebagian shufuf semakin retak

sekarang ini dan itu sangat berbahaya….

Wallahu a’lam, Insya Allah kita yakin bahwa mereka memang orang-orang yang harus

ditahdzir. Dan Abu Nida’, ana semakin yakin setelah pembicaraan Syaikh Muqbil bahwa

dia adalah Hizbi! Dan Ahmaz Faiz-pun berhubungan dengan dia dan dengan IHYA’UT

TUROTS. Kitapun meyakini bahwa dia adalah Hizbi yang harus untuk ditahdzir! Hizbi

adalah al-wala’ wal bara’ dhayyid! Buktinya dia berwala’ kepada IHYA’UT TUROTS.

Ketika ada jarh terhadap IHYA’UT TUROTS, dia berwala’ sekarang ! Tidak mau

diperluas (disebarkan) bahwa ini haq- dinyatakan ini haq, IHYA’UT TUROTS adalah

bathil dinyatakan ini bathil. Kita menyatakan dengan ini bahwa Ahmaz Faiz adalah Hizbi

dan harus ditahdzir!

UST. USAMAH MAHRI:

Tentunya dalam sebuah tahdzir atau majelis-majelis tanasukh seperti tadi yang

disinggung al-akh Asykary untuk mengingatkan syabab atau umat dari makar dan

bahaya mereka-Hizbiyyin, du’atuhum, menjadi manhaj Ahlus Sunnah tentunya

menyebutkan sisi negatif mereka saja, walaupun kita yakini pasti mereka punya

kebaikan-kebaikan pula. Sekaligus di dalam mentahdzir mereka karena kita dianggap

oleh mereka lebih berilmu walaupun bukan orang ‘alim, lebih berilmu dari mereka. Di

sisi lain, Hizbiyyin sedemikian rupa menyebarkan syubuhat dan kerancuan, makar

terhadap syabab, kita di posisi ditunggu untuk memberikan bimbingan dan mereka

percayakan amanat itu kepada kita. Sehingga jawaban tegas “qaulan syadida” dari kita

ditunggu dan diharapkan oleh umat.-Selesai-

Wallahu a’lam.

Sebagai penutup, Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali Hafidhahullah pernah memberikan

nasehatnya yang sangat berharga dengan ucapan beliau:

Page 20: Tentang Ihya at Turots - Bertahkim Di Depan Masyayikh Yordan

“Rujuk kepada kebenaran adalah kemuliaan dan terus-menerus berkubang dalam

kesalahan adalah kehinaan”

Bukankah kemuliaan adalah sebaik-baik pilihan?

(Sumber: Kaset Pertemuan Asatidzah di Jember, 2 Januari 2004)

(Bab XV, bundel artikel Badai Fitnah, al-akh Ibrahim al-Andunusi dan akh Abu

Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji)

[1] Wahai Firanda, inilah pengakuan jujur dari Ustadz Ibnu Yunus dan tentu engkau

mengakui bahwa beliau –sebelum rujuk- adalah pendahulumu dalam Jabhah Hizbiyyin

ini!! Alangkah teganya bahwa dirimu hendak menipu umat dengan

pernyataanmu:”Selanjutnya kita balik pernyataan kalian. Keadaan kalian yang

melakukan tahdzir dan hajr tanpa mengikuti aturan yang benar itulah yang

menimbulkan perpecahan di kalangan Salafiyyun” (Lerai…, hal.247)

[2] Bagaimana dengan Yazid ya Ustadz?! Bukankah dia lebih parah dalam

permasalahan muammalah dengan DDII?! Pengisi tetap di sana!!