Template Proposal Ptk

download Template Proposal Ptk

of 41

description

Panduan penulisan PTK untuk tenaga pengajar

Transcript of Template Proposal Ptk

TEMPLATE PROPOSAL PTK

Halaman Judul Halaman ini minimal berisi Judul Penelitian, Nama Peneliti, dan Instansi Peneliti Halaman PengesahanHalaman ini berisi pernyataan pengesahan Judul Penelitian oleh Pembimbing dan Pimpinan Instansi/Sekolah Kata Pengantar Halaman ini berisi ungkapan rasa syukur, ucapan terima kasih pada yang terlibat dalam penelitian, dan harapan peneliti dengan dilakukannya penelitian. Daftar IsiHalaman ini berisi sistematika dari isi proposal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Halaman ini dapat berisi Dasar Hukum Pelaksanaan Pendidikan (UU, PP atau Permendikbud), Keberadaan/Kondisi Sekolah, Permasalahan yang sering terjadi di sekolah, serta harapan peneliti setelah dilakukan penelitian. 1.2 Identifikasi MasalahHalaman ini berisi hasil identifikasi setiap alinea pada latar belakang yang dapat memunculkan masalah dalam pelaksanaan persekolahan atau pembelajaran di kelas. 1.3 Batasan MasalahHalaman ini berisi masalah yang dipilih untuk diteliti dari hasil identifikasi masalah 1.4 Rumusan MasalahHalaman ini berisi ungkapan rumusan masalah yang dipilih pada batasan masalah. Biasanya diungkapkan dalam kalimat tanya. Dari rumusan masalah ini dapat menetapkan judul penelitian 1.5 Tujuan PenelitianHalaman ini berisi ungkapan tujuan sesuai dengan rumusan masalah yang dibuat 1.6 Manfaat PenelitianHalaman ini berisi manfaat hasil penelitian yang dapat dirinci untuk Dinas Pendidikan, Sekolah dan Guru. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori PendukungHalaman ini berisi konsep/teori dari variabel penelitian 2.2 Hasil Penelitian yang RelevanHalaman ini berupa kutipan hasil-hasil penelitan sejenis (ada kesamaan variabel penelitian) yang telah dilakukan.2.3 Hipotesis TindakanHalaman ini berisi pernyataan hipotesis/asumsi/jawaban sementara dari tindakan yang akan dilakukan berdasarkan teori pendukung dan hasil penelitian yang relevan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting 3.1.1 Tempat Penelitian 3.1.2 Waktu dan Siklus Penelitian 3.1.3 Observer 3.2 Subyek PenelitianHalaman ini berisi jumlah siswa dan kelas berapa yang akan dijadikan obyek penelitian 3.3 Sumber Data Halaman ini berisi jenis data yang diperlukan dalam penelitian yang diambil dari proses pembelajaran dan atau nilai siswa 3.4 Teknik Pengumpulan DataHalaman ini berisi penjelasanan teknik pengumpulan data menggunakan instrumen apa (pengamatan, penilaian atau perbandingan) 3.5 Validasi DataHalaman ini berisi ungkapan perlunya membandingkan data yang diperoleh dengan data sebelumnya yang telah dimiliki untuk keperluan validasi. 3.6 Teknik Pengolahan DataHalaman ini berisi cara mengolah data hasil penelitian baik yang berupa pernyataan atau kualitatif maupun yang berupa angka atau kuantitatif 3.7 Indikator KinerjaHalaman ini berisi ungkapan indikator yang dijadikan dasar untuk menentukan kapan penelitian ini sudah mencapai tujuannya 3.8 Prosedur PenelitianHalaman ini berisi langkah-langkah atau tahapan penelitian yang akan dilakukan dari awal sampai penyusunan laporan 3.9 Jadwal PenelitianHalaman ini berisi rencana pelaksanaan kegiatan-kegiatan penelitian3.10 Rencana AnggaranHalaman ini berisi besaran dana yang diperlukan untuk masing-masing kegiatan penelitian dan alat bahan bahan yang diperlukan. DAFTAR PUSTAKA

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUALGUNA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERAPANPADA DIKLAT PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MATEMATIKA SMK DI PPPPTK-BMTI

PENELITI.................................. NIP ...................................

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN BIDANG MESIN DAN TEKNIK INDUSTRI2015

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL

Judul Penelitian :

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUALGUNA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERAPANPADA DIKLAT PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MATEMATIKA SMK DI PPPPTK-BMTI

Disusun Oleh :............................................

Cimahi, Disetujui Oleh:Diketahui Oleh:Pembimbing,Kepala P4TK-BMTI,

.............................................................................Guru Besar FMIPA UPI BandungNIP. .............................

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kontekstual Guna Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Matematika Terapan pada Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Matematika SMK Di PPPPTK-BMTI.Penelitian ini dimaksudkan untuk menambah khasanah pengetahuan, sekaligus sebagai kajian ilmiah untuk bahan orasi ilmiah dalam memenuhi salah satu persyaratan kenaikan jabatan widyaiswara madya ke widyaiswara utama dari penulis . Penelitian ini dapat dilaksanakan berkat izin, arahan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu melalui laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:1. Bapak Kepala P4TK-BMTI Bandung yang telah mengizinkan serta memberikan dukungan moral dan material pada pelaksanaan penelitian.2. Bapak Prof. Dr. Wahyudin, MPd. yang dengan kecerdasan dan kesabarannya telah membimbing dan membahas laporan hasil penelitian.3. Bapak Dr. James Situmorang, MPd. yang menjadi pembahas proposal penelitian ini.4. Bapak H. Totok Triwibowo, SE. MM. dan Ibu Laeny Siti Hasanah, SPd. MSi. yang telah berkenan menjadi observer pada penelitian ini.5. Teman-teman kerja yang tidak kami sebutkan satu per satu, yang telah membantu mengerjakan penelitian ini.Akhirnya penulis berharap agar laporan penelitian ini dapat manambah khasanah pengetahuan, meningkatkan profesionalisme, serta laporannya dapat diterima sebagai penghargaan angka kredit pengembangan profesi, sesuai dengan profesi penulis sebagai widyaiswara di PPPPTK-BMTI.

Cimahi, ......................Peneliti,

..........................................

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................. Halaman Pengesahan ........................................................................Kata Pengantar .................................................................................. Daftar Isi .............................................................................................. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................... 1.2 Identifikasi Masalah .....................................................1.3 Batasan Masalah ........................................................ 1.4 Rumusan Masalah ......................................................1.5 Tujuan Penelitian .......................................................1.6 Manfaat Penelitian ....................................................... BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA 2.1 Teori Pendukung ........................................................ 2.1.1 Pembelajaran Kontekstual ..................................2.1.2 Efektivitas Pembelajaran ....................................3.1.3 Trend Pembelajaran Matematika Dewasa Ini .......2.2. Penelitian yang Relevan ................................................ 2.3 Kerangka Berpikir ..................................................... 2.4 Hipotesis Tindakan ........................................................ BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Setting .......................................................................... 2.1.1 Tempat Penelitian ..............................................2.1.2 Waktu dan Siklus Penelitian .................................3.1.3 Observer ...........................................................3.2 Subyek Penelitian ........................................................ 3.3 Sumber Data .................................................................. 3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................. 3.5 Validasi Data ............................................................. 3.6 Teknik Pengolahan Data ......................................3.7 Indikator Kinerja ..........................................................3.8 Prosedur Penelitian .......................................................3.9 Jadwal Penelitian ...........................................................3.10 Rencana Biaya ............................................................

.

iiiiiiiv

123444

6613152424

25252525262626262626272930

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar Belakang

Standar Nasional Pendidikan yang dituangkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 mencakup 8 (delapan) standar, yakni (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, serta (8) standar penilaian pendidikan. Peraturan Pemerintah tersebut juga memuat pembelajaran harus dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pembelajaran juga harus memberi keteladanan. Uraian di atas menyiratkan bahwa paradigma pembelajaran yang selama ini dilakukan dapat divariasi. Pembelajaran diupayakan menerapkan inovasi. Inovasi terjadi pada tataran implementasi, yaitu menerapkan pembelajaran inovatif. Dengan perkataan lain inovasi sangat berkait dengan perubahan tingkah laku guru/dosen. Terdapat beberapa alasan, mengapa harus mengubah paradigma pembelajaran, yakni: (1) Jumlah informasi yang sedemikian banyak di satu sisi, sementara di sisi lain terbatasnya jumlah waktu yang tersedia, tidaklah mungkin bagi guru untuk memberikan semua informasi dalam bentuk jadi kepada peserta didik. Diperlukan suatu keterampilan tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk mengarahkan dirinya dalam rangka belajar sepanjang hayat. (2) Tidak semua aspek pengetahuan dapat diajarkan dengan cara yang sama apalagi hanya dengan satu cara. Diperlukan variasi cara dan strategi sesuai dengan karakteristik materi pelajaran yang diajarkan. (3) Orientasi pada penguasaan target materi telah berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tapi gagal dalam membekali peserta didik memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. (4) Hasil penelitian yang dilakukan dalam 25 tahun terakhir tentang otak manusia menunjukkan bahwa drill hanya mengembangkan satu bagian otak manusia yang disebut dengan batang otak (otak manusia terdiri dari batang otak, sistem limbik dan neokorteks/otak berpikir). Batang otak atau sering disebut dengan otak reptil berfungsi sebagai motor sensorik, bertanggungjawab mengkoordinasikan aktivitas yang menyangkut kelangsungan hidup: melawan atau lari. Sementara neokorteks berfungsi untuk berpikir, bernalar, berperilaku baik, kemampuan berbahasa, dan kecerdasan yang lebih tinggi belum difungsikan secara maksimal. (5) Pembelajaran suatu bidang ilmu lebih baik dilakukan dengan cara sebagaimana ilmu itu ditemukan oleh para ahli. Hal ini mengisyaratkan adanya integrasi antara keterampilan kerja ilmiah dengan penguasaan konsep. (6) KBM seharusnya terfokus pada learning, berangkat dari masalah nyata, dan menumbuhkembangkan kemampuan menggunakan keterampilan proses. (7) Strategi lebih penting dari pada hanya sekedar hasil (baca produk saja).Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Teknologi (PPPGT) Bandung yang resmi berdiri pada tahun 1981, pada tahun 2007 berubah nama menjadi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri (PPPPTK-BMTI) Bandung, telah melaksanakan berbagai jenis diklat dan pengembangan lembaga maupun Sekolah Menengah Kejuruan sesuai dengan tugas dan fungsi pokoknya. Salah satu jenis diklat yang sering dilaksanakan adalah diklat matematika terapan bagi guru matematika SMK. Substansi materi matematika terapan berisi obyek-obyek keteknikan, yang pada kenyataannya sulit untuk dipahami oleh peserta diklat berlatar belakang matematika. Keadaan ini memaksa fasilitator harus berupaya mencari pendekatan pembelajaran yang dapat memudahkan peserta diklat dalam memahami obyek-obyek keteknikan yang menjadi cakupan aplikasi matematika, sesuai dengan waktu diklat yang ditetapkan dalam aturan keproyekkan.Melalui penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual pada pelaksanaan diklat matematika terapan pada tahun anggaran 2008, diharapkan dapat mengatasi kesulitan terhadap pemahaman matematika terapan, sekaligus menemukan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran matematika terapan.

1.2Identifikasi MasalahBerdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan berikut:1.2.1Standar Nasional pendidikan yang dituangkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, belum sepenuhnya dilaksanakan secara saksama, khususnya standar proses dan standar penilaian.1.2.2Pembelajaran yang mestinya dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian, belum dikembangkan secara optimal.1.2.3Paradigma pembelajaran berpendekatan teacher centered perlu divariasi ke pendekatan student centered.1.2.4Kompetensi yang harus dipelajari oleh peserta didik relatif banyak, sedangkan waktu yang disediakan untuk pembelajaran terbatas.1.2.5Tidak semua materi pembelajaran dapat dipelajari melalui pendekatan yang sama, pada kenyataannya belum semua tenaga pengajar memperhatikan dan mengembangkan pendekatan pembelajaran yang tepat.1.2.6Neokorteks yang fungsinya untuk berpikir, bernalar, berperilaku baik, kemampuan berbahasa, dan kecerdasan yang lebih tinggi belum difungsikan secara maksimal dalam pembelajaran.1.2.7Pembelajaran yang seharusnya fokus pada learning, berangkat dari masalah nyata, dan menumbuhkembangkan kemampuan menggunakan keterampilan proses, sementara yang yang masih banyak dilaksanakan berfokus pada teaching.1.2.8Belum ditemukannya pendekatan yang efektif dalam pembelajaran matematika terapan.1.2.9Pengembangan program diklat (silabus) yang dilaksanakan di PPPPTK-BMTI Bandung masih berbasis waktu keproyekan, padahal idealnya berbasis pada kompetensi yang akan dipelajari. 1.3Batasan MasalahDari sembilan permasalahan yang diperoleh pada identifikasi masalah, penelitian ini difokuskan pada pemecahan masalah nomor dua tentang pembelajaran yang mestinya dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian, belum dikembangkan secara optimal serta masalah nomor nomor delapan tentang belum ditemukannya pendekatan yang efektif dalam pembelajaran matematika terapan.

1.4Rumusan MasalahBerdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian berjudul Penerapan Pembelajaran Kontektual guna meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Matematika Terapan pada Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Matematika SMK di PPPPTK-BMTI Bandung ialah sebagai berikut: 1.4.1Apakah pembelajaran kontekstual memenuhi kriteria interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, aktif, kreatif dan mandiri pada pembelajaran matematika terapan ?1.4.2Apakah pembelajaran kontekstual meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika terapan ?1.4.2Bagaimana langkah-langkah implementasi pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika terapan !

1.5Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini ialah untuk:1.5.1mengetahui apakah pembelajaran kontekstual memenuhi kriteria interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, aktif, kreatif dan mandiri pada pembelajaran matematika terapan1.5.2mengetahui apakah pembelajaran kontekstual meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika terapan1.5.3menemukan langkah-langkah implementasi pembelajaran kontekstual yang tepat dalam pembelajaran matematika terapan

1.6Manfaat PenelitianManfaat bagi peneliti dari penelitian ini ialah:1.6.1menambah khasanah pengetahuan dalam metodologi pembelajaran,1.6.2memenuhi Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar proses pembelajaran, khususnya dalam penerapan strategi PAKEM,1.6.3Meningkatkan profesionalisme, khususnya dalam hal pengembangan profesi widyaiswara. Bagi lembaga, diharapkan penelitian ini dapat:1.6.1menambah variasi pembelajaran yang selama ini dilaksanakan,1.6.2menjadi acuan dalam pengembangan program diklat.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA2.1Teori Pendukung2.1.1Pembelajaran KontekstualPembelajaran kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke peserta didik. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasilPembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey dalam Johnson yang menyimpulkan bahwa peserta didik akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi disekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer imu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok. Dengan kata lain, pembelajaran kontekstual merupakan suatu pembelajaran yang holistik dan bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga peserta didik memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/ konteks ke permasalahan/konteks lainnya.Dalam pembelajaran kontektual, tugas guru/fasilitator adalah membantu peserta didik mencapai tujuannya. Maksudnya, guru/fasilitator lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru/fasilitator mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (peserta didik). Menurut Depdiknas, pembelajaran kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut:1. Proses belajara. Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Peserta didik harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka.b. Peserta didik belajar dari mengalami, mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru/fasilitator.c. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.d. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.e. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.f. Peserta didik perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.g. Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang.2. Transfer Belajara. Peserta didik belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.b. Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit).c. Penting bagi peserta didik tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.

3. Peserta didik sebagai Pembelajar a. Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan setiap orang mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat tentang hal-hal baru.b. Strategi belajar itu penting. Seseorang dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.c. Peran orang dewasa (guru/fasilitator) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.d. Tugas guru/fasilitator memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan peserta didik untuk menerapkan strategi mereka sendiri.4. Pentingnya Lingkungan Belajara. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik. Dari guru/fasilitator akting di depan kelas, peserta didik menonton ke peserta didik lain akting bekerja dan berkarya, guru/fasilitator mengarahkan.b. Pembelajaran harus berpusat pada bagaimana cara peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.c. Umpan balik amat penting bagi peserta didik, yang berasal dari proses penilaian yang benar.d. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

Pada hakekatnya pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflexion) dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).1. KonstruktivismePembelajaran kontekstual harus dapat membangun pemahaman peserta didik sendiri dari pengalaman baru berdasarkan pada pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan.2. InquiryPembelajaran kontekstual merupakan proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, sehingga peserta didik belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis.3. Questioning (Bertanya)Peran guru sebagai fasilitator harus dapat mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir peserta didik yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry4. Learning Community (Masyarakat Belajar)Pembelajaran kontekstual diberlakukan pada sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar, sehingga perlu difahami aspek bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri, dapat saling bertukar pengalaman dan berbagi ide sesama peserta didik atau fasilitator5. Modeling (Pemodelan)Pembelajaran dilakukan melalui proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar, serta mengerjakan apa yang diinginkan guru/fasilitator agar peserta didik mengerjakannya.6. Reflection ( Refleksi)Sifat refleksi tercermin dalam pembelajaran kontekstual, dimulai dari cara berpikir tentang apa yang telah dipelajari, mencatat apa yang telah dipelajari serta membuat jurnal, karya seni, dan atau diskusi kelompok.7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)Penilaian sebenarnya harus dilaksanakan dalam mengukur pengetahuan dan keterampilan peserta didik, penilaian produk (kinerja) serta penilaian tugas-tugas yang relevan dan kontekstual.

Agar hakekat pembelajaran kontektual terpenuhi, Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) menetapkan karakteristik pembelajaran matematika sebagai berikut:1. Peserta didik aktif dan guru/fasilitator aktif (matematika sebagai aktivitas manusia).2. Pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyajikan masalah kontekstual realistik.3. Guru/fasilitator memberikan kesempatan pada peserta didik menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri.4. Guru/fasilitator menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.5. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah dalam kelompok (kecil atau besar).6. Pembelajaran tidak selalu di kelas (bisa di luar kelas, duduk di lantai, pergi ke luar kelas untuk mengamati atau mengumpulkan data).7. Guru/fasilitator mendorong terjadinya interaksi dan negosiasi.8. Peserta didik bebas memilih modus representasi yang sesuai dengan struktur kognitifnya sewaktu menyelesaikan suatu masalah (menggunakan model).9. Guru bertindak sebagai fasilitator (tutwurihandayani).10. Kalau peserta didik membuat kesalahan dalam menyelesaikan masalah jangan dimarahi tetapi dibantu melalui pertanyaan-pertanyaan (motivasi).

Fima Rosyidah mengungkapkan beberapa strategi pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru/fasilitator melalui pembelajaran kontekstual, antara lain:1. Pembelajaran berbasis masalahSebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul. Setelah itu, tugas guru/fasilitator/fasilitator ialah merangsang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru/fasilitator/fasilitator ialah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda dengan mereka.2.Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar Guru/fasilitator memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik antara lain di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru/fasilitator memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar di luar kelas. Misalnya, peserta didik keluar dari ruang kelas dan berinteraksi langsung untuk melakukan wawancara. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.3. Memberikan aktivitas kelompokAktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Guru/fasilitator dapat menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima maupun delapan peserta didik sesuai dengan tingkat kesulitan penugasan.4.Membuat aktivitas belajar mandiriPeserta didik tersebut mampu mencari, menganalisis dan menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru/fasilitator. Supaya dapat melakukannya, peserta didik harus lebih memperhatikan bagaimana mereka memproses informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan yang telah mereka peroleh. Pengalaman pembelajaran kontekstual harus mengikuti uji-coba terlebih dahulu; menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi; serta berusaha tanpa meminta bantuan guru/fasilitator supaya dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri (independent learning).5.Membuat aktivitas belajar bekerjasama dengan masyarakatSekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua peserta didik yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru/fasilitator tamu. Hal ini perlu dilakukan guna memberikan pengalaman belajar secara langsung dimana peserta didik dapat termotivasi untuk mengajukan pertanyaan. Selain itu, kerja sama juga dapat dilakukan dengan institusi atau perusahaan tertentu untuk memberikan pengalaman kerja. Misalnya meminta peserta didik untuk magang di tempat kerja.6. Menerapkan penilaian autentikDalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu peserta didik untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Menurut Johnson (2002: 165), penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar-mengajar. Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru/fasilitator adalah portfolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis. Portfolio merupakan kumpulan tugas yang dikerjakan peserta didik dalam konteks belajar di kehidupan sehari-hari. Peserta didik diharapkan untuk mengerjakan tugas tersebut supaya lebih kreatif. Mereka memperoleh kebebasan dalam belajar. Selain itu, portfolio juga memberikan kesempatan yang lebih luas untuk berkembang serta memotivasi peserta didik. Penilaian ini tidak perlu mendapatkan penilaian angka, melainkan melihat pada proses peserta didik sebagai pembelajar aktif. Sebagai contoh, peserta didik diminta untuk melakukan survey mengenai jenis-jenis pekerjaan di lingkungan rumahnya. Tugas kelompok dalam pembelajaran kontekstual berbentuk pengerjaan proyek. Kegiatan ini merupakan cara untuk mencapai tujuan akademik sambil mengakomodasi perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing peserta didik. Isi dari proyek akademik terkait dengan konteks kehidupan nyata, oleh karena itu tugas ini dapat meningkatkan partisipasi peserta didik. Sebagai contoh, peserta didik diminta membentuk kelompok proyek untuk menyelidiki penyebab pencemaran sungai di lingkungan peserta didik. Dalam penilaian melalui demonstrasi, peserta didik diminta menampilkan hasil penugasan kepada orang lain mengenai kompetensi yang telah mereka kuasai. Para penonton dapat memberikan evaluasi pertunjukkan peserta didik. Sebagai contoh, peserta didik diminta membentuk kelompok untuk membuat naskah drama dan mementaskannya dalam pertunjukan drama. Bentuk penilaian yang terakhir adalah laporan tertulis. Bentuk laporan tertulis dapat berupa surat, petunjuk pelatihan teknis, brosur, essai penelitian, essai singkat. Menurut Brooks&Brooks dalam Johnson (2002: 172), bentuk penilaian seperti ini lebih baik dari pada menghafalkan teks, peserta didik dituntut untuk menggunakan keterampilan berpikir yang lebih tinggi agar dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.2 Efektivitas PembelajaranPengertian efektivitas bagi setiap orang dapat berbeda-beda tergantung pada cara pandangnya, seperti dikemukan oleh Chung dan Maginson (1981 : 506) bahwa efectiveness means different to different people.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1981 : 219) efektif berarti mempunyai efek (pengaruh, atau akibat), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil yang memuaskan. Jadi, efektivitas berarti keefektifan atau daya guna atau adanya kesesuaian antara orang-orang yang melaksanakan tugas dalam suatu kegiatan dengan sasaran yang dituju sebagaimana diungkapkan oleh Robbins (1994 : 53), keefektifan didefinisikan sebagai sejauh mana sebuah organisasi mewujudkan tujuan-tujuannya.Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.Untuk memperoleh pembelajaran yang efektif diperlukan proses perencanaan pembelajaran yang sistematik. Raymond A. Noe menetapkan tujuh tahapan pada proses perencanaan pembelajaran seperti diperlihatkan gambar 2.1.

Mengkreasi Lingkungan BelajarMalaksanakan Need assessmentMemastikan Peserta Siap untuk Diklat

Tujuan pembelajaranKebermaknaan materiLatihan/praktekUmpan balikKomunitas pembelajaranPemodelanProgram administrasiPenampilan dan motivasiKeterampilan dasarAnalisis pengorganisasianAnalisis personalAnalisis kegiatan

Memastikan Transfer Ilmu Mengembangkan Rencana evaluasi

Manajemen mandiriAnak buah dan manajerPenunjangIdentifikasi learning outcomeMemilih desain evaluasiPerencanaan analisis cost benefit

Monitoring dan Evaluasi Pembelajaran Memilih Metoda Pembelajaran

Melaksanakan evaluasiMenyempurnakan programTradisionalE-learning

Gambar 2.1 Tahapan Proses PembelajaranTahap 1 adalah melaksanakan needs assessment untuk mengidentifikasi perlunya pembelajaran. Kegiatan utamanya ialah mengorganisasikan atau merencanakan pembelajaran, mempertimbangkan keadaan peserta didik serta kegiatan yang akan dilakukan oleh fasilitator dan peserta didik. Cakupan kegiatan pada tahap 2 meliputi kesiapan peserta didik yang akan mengikuti pembelajaran dalam hal motivasi dan penguasaan keahlian dasar untuk memasuki substansi pembelajaran. Tahap 3 adalah mempersiapkan lingkungan belajar yang mencakup tujuan, kebermaknaan materi, kegiatan latihan/praktik yang akan dilakukan, umpan balik, komunitas pembelajaran, pemodelan dan administrasi, yang kesemuanya dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau Satuan Acara Pembelajaran (SAP). Tahap 4 adalah memastikan bahwa peserta dapat menerapkan apa yang akan mereka pelajari pada pekerjaannya, yang berarti perlu peningkatan kecakapan manajemen. Tahap 5 adalah perencanaan evaluasi dengan berpedoman pada hasil pembelajaran yang diharapkan yang dapat mengukur pengetahuan, dan perilaku atau kecakapan serta pemilihan disain evaluasi yang memungkinkan untuk dilaksanakan. Tahap 6 mencakup pemilihan metodologi pembelajaran yang didasarkan pada tujuan pembelajaran dan lingkungan belajar, yang mungkin melibatkan metode tradisional dengan interaksi face-to-face menggunakan trainer atau e-learning. Tahap 7 merupakan tahap evaluasi dari keseluruhan tahapan dari rencana pembelajaran yang telah disiapkan, yang dalam hal ini dimungkinkan adanya penyempurnaan pada setiap tahapannya.

2.1.3Trend pembelajaran matematika dewasa ini Beralihnya pendidikan matematika dari bentuk formal (teori dan latihan) ke reinvention, proses (activities), penerapan, dan pemecahan masalah nyata, menuntut terjadinya penyempurnaan pembelajaran. Beberapa kajian mengungkapkan penyempurnaan itu meliputi: Perubahan paradigma dari guru mengajar ke peserta didik belajar. Peralihan dari belajar perorangan ke belajar bersama (cooperative learning). Peralihan dari dasar positivist (behaviourist) ke konstruktivisme, atau dari subject centered ke learner centered (terbentuk/terkonstruksinya pengetahuan) secara teori baru yang menyatakan bahwa pengetahuan terbentuk di dalam pikiran sendiri oleh peserta didik sendiri berdasar pada pengetahuan yang sudah dipelajari). Peralihan dari teori pemindahan pengetahuan (knowledge transmitted) ke bentuk interaktif, investigatif, eksploratif, kegiatan terbuka ketrampilan proses dan pemecahan masalah. Peralihan dari belajar menghafal (rote learning) ke belajar pemahaman (learning of understanding). Beralihnya bentuk evaluasi ke bentuk authentic assessment seperti misalnya portofolio, journal, proyek, laporan peserta didik, penampilah atau yang lain.Penyempurnaan yang sedang trend saat ini adalah dicobakannya strategi pembelajaran matematika yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan yang biasa disebut pendekatan PAKEM.

2.1.3.1Pembelajaran Aktif dalam MatematikaPembelajaran aktif atau yang dikenal dengan Cara Belajar Peserta didik Aktif (CBSA), sebenarnya bukan barang baru, tetapi di Indonesia sekitar tahun 90an, saat dipopulerkan secara nasional barangkali disebut baru. Pengertian CBSA sendiri tidak mudah didefinisikan secara tegas sebab bukan bukanlah belajar itu sendiri wujud dari keaktifan peserta didik, walaupun derajat keaktifan bisa saja tidak sama di samping ada banyak sekali keaktifan yang tidak bisa diukur atau diamati. Keaktifan dalam pembelajaran aktif adalah lebih banyak berupa keaktifan mental, meskipun dalam beberapa hal ada juga yang diwujudkan dalam keaktifan fisik.Sejalan dengan faham konstruktifisme, diyakini bahwa mengajar matematika tidak dapat disamakan dengan menuangkan air ke dalam botol atau menuliskan sesuatu informasi pada selembar kertas. Konstruktifisme berlandaskan dua hipotesis, yaitu: Pengetahuan dibangun atau dikonstruksi secara aktif oleh dan dalam diri subyek belajar, bukan secara pasif diterima dari lingkungan belajar. Peranjakan dalam memahami pengetahuan sesuatu merupakan proses adaptif, yang mengorganisasikan pengalaman belajar dalam interaksi dengan lingkungannya.Dalam faham konstruktifisme diyakini bahwa pengetahuan (knowledge) tentang sesuatu merupakan konstruksi (bentukan) oleh subyek yang dalam proses dalam memahami sesuatu itu. Pengetahuan bukanlah suatu gambaran tentang suatu kenyataan yang ada, pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif. Menurut Paul Suparno dalam Setiawan, kenyataan melalui kegiatan seseorang, pengetahuan bukanlah tentang dunia yang lepas dari pengalaman, tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia sejauh yang dialaminya. Proses pembuktian ini berjalan terus menerus, setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru. Pengetahuan selalu merupakan suatu konstruksi dari seseorang yang mengetahui, maka tidak dapat ditransfer kepada penerima yang pasif. Penerima sendiri harus mengkonstruksikan sendiri pengetahuan itu. Semua yang lain, entah obyek maupun lingkungan hanyalah sarana terjadinya konstruksi tersebut. Berangkat dari pandangan ini maka seorang peserta didik akan dapat memahami matematika hanya apabila peserta didik secara aktif mengkonstruksikan pengetahuan yang ada pada dirinya lewat pengalamannya dengan lingkungan. Dalam pembelajaran aktif peserta didik lebih berpartisipasi aktif sedemikian rupa sehingga kegiatan peserta didik dalam belajar jauh lebih dominan dari kegiatan guru dalam mengajar.Dalam belajar, proses belajar terjadi dalam benak peserta didik. Jelas bahwa faktor peserta didik sangat penting di samping faktor lain. Dengan demikian perlu diketahui bahwa belajar aktif bukanlah merupakan konsep yang memisahkan pembelajaran secara dikotomis menjadi pembelajaran aktif dan pembelajaran pasif. Derajat keaktifan dapat mempunyai rentang dari sangat rendah, sedang, agak tinggi, sampai dengan tinggi.

2.1.3.2Pembelajaran Kreatif dalam MatematikaApabila pembelajaran aktif penekanannya bagaimana peserta didik secara aktif mengkonstruksi pemahamannnya tentang sesuatu yang dipelajarinya, maka pembelajaran kreatif penekanannya bagaimana guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran matematika mampu memfasilitasi pembelajaran sehingga memberi suasana yang kondusif bagi peserta didik untuk belajar. Dengan bermodal pada pengalaman dan pengetahuannya serta mau terus belajar dan mengamati dan berkreasi dengan memanfaatkan lingkungan sekitar, sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang baik. James E. Stice dalam Setiawan, seorang profesor kawakan dari North Carolina bersama Richard Felder pada 1991 secara kreatif mendirikan National Effective Teaching Institute (NETI). Berikut ini adalah saran-saran yang diajukannya, bagaimana seorang guru secara kreatif menciptakan suatu suasana kondusif dalam pembelajarannya agar efektif, saya jamin Anda akan melihat keberhasilannya. Untuk itu Stice memberikan saran-sarannya sebagai berikut: Pahamilah apa yang sedang Anda bicarakan. Untuk itu guru tidak boleh lagi berfalsafah boleh menang semalam dari pesertadidiknya, berbagai survai yang masih diikuti survai berikutnya, akhirnya sampai pada suatu kesimpulan dari hasil penilaian peserta didik kepada gurunya (sebagai umpan balik), menunjukkan bahwa peserta didik tidak dengan mudah menerima materi pengajaran yang tidak disiapkan oleh gurunya sendiri. Hal ini menuntut guru secara kreatif mempersiapkan materi pembelajaran. Tidak sekadar mencomot dari sana sini dan belum dikemas oleh gurunya. Ajarilah dan kedepankan dengan contoh. Guru harus menunjukkan bahwa keberhasilan seseorang menjadi mantap secara intelektual menjadi lebih profesional adalah dari hasil belajarnya. Hargailah peserta didik Anda. Salah satu bagian dari menghargai peserta didik adalah membuatnya berani mengajukan suatu pertanyaan dan berani mengatakan pendapatnya. Berilah motivasi kepada peserta didik Anda. Belajar akan menjadi lebih efektif apabila si pembelajar dimotivasi dan disemangati untuk ambil bagian dalam menyelesaikan tugas dalam belajarnya. Pertahankanlah ketertarikan peserta didik menggunakan materi pelajaran dengan berbagai contoh dan variasinya. Dengan demikian guru dituntut secara kreatif untuk selalu memberi motivasi sepanjang jalannya pembelajaran dan terus mengupayakan ketertarikan peserta didik. Konstruksikan selalu tujuan pembelajaran yang akan Anda ajarkan. Dengan telah dikonstruksikan selalu tujuan pembelajaran, maka Anda dapat memilih kegiatan-kegiatan kelas, memilih bacaan, dan penetapan tugas rumah yang lebih fokus untuk membantu peserta didik meningkatkan kemampuannya. Dari sini guru dituntut secara kreatif mengembangkan silabus sehingga mampu diselenggarakan suatu proses pembelajaran sehingga diwujudkannya suatu kemampuan dasar yang telah ditetapkannya. Ajarilah peserta didik problem solving skill. Peserta didik mengerti banyak, tetapi tidak banyak dari mereka yang mengerti bagaimana menerapkan pengetahuannya untuk menyelesaikan problem yang belum pernah mereka pelajari sebelumnya. Di sini kreativitas guru dituntut meningkatkan kemampuan problem solving peserta didik. Katakan dan perlihatkan. Kebanyakan yang kita ajarkan adalah abstrak. Kita seringkali menerapkan kecanggihan matematika untuk menurunkan suatu relasi, membangun suatu konsep, dan memaksakan dengan itu semua untuk memecahkan masalah. Sehingga sering dijumpai peserta didik melewati itu semua tanpa memahami secara realistis fenomena pokok yang sedang didiskusikan. Jawablah tantangan itu secara kreatif dengan memvariasikan metoda-metoda yang lebih membuatnya lebih kongkrit. Dengan merealisasikan konsep-konsep terhadap dunia riil, memberanikan kelompok kerja menggunakan cara apapun untuk dapat mengetuk pintu pengetahuan peserta didik. Baca dan baca terus model-model pembelajaran.Perkembangan dan perpaduan model pembelajaran matematika sangat beragam, oleh karena itu penting artinya bagi pendidik untuk terus meningkatkan pengetahuan itu, guna menghasilkan mutu pembelajaran matematika yang makin meningkat. Belajar tentang berbagai jalan yang dilalui oleh orang yang belajar adalah langkah pertama untuk mengeliminasi tidak sesuainya (mismatch) antara gaya belajar peserta didik dengan gaya mengajar dari pengajarnya. Ajarkan peserta didik Anda tentang belajar.Seseorang dapat dijadikan figur idola dalam belajarnya dengan style yang berbeda-beda. Secara kreatif kita dapat menceriterakan gaya belajar penemu atau gaya belajar Kolb atau gaya belajar indikator dari Myers-Briggs. Dengan memahami gaya-gaya belajar yang disenangi, peserta didik akan menentukan cara belajar yang efektif bagi mereka sendiri. Konstruksikan tes yang valid.Konstruksikan tes yang akurat untuk mengukur apa yang akan diukur, mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai dan pengembangan silabus yang telah dirumuskan. Teori tentang teknik penyusunan dan pengujian tes tidak sulit diperoleh dan dengan kemampuan menyusun soal tes yang akurat akan menjadikan seorang pendidik tambah profesional.

2.1.3.3Pembelajaran Efektif dalam MatematikaKanold (dalam Suryanto, 1999) mengemukakan resep pembelajaran efektif, yang meliputi perencanaan, penyajian, dan penutupan sebagai berikut.a. Perencanaan.1). Memulai pertemuan dengan tinjauan singkat atau dengan masalah pembuka selera.2). Memulai pelajaran dengan pemberitahuan tujuan dan alasan secara singkat.3). Menyajikan bahan pelajaran baru sedikit demi sedikit, dan di antara bagian-bagian penyajian yang sedikit itu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memahami, mencobakan, bertanya, dan sebagainya.4). Memberikan petunjuk yang rinci untuk setiap tugas bagi peserta didik.5). Memeriksa pemahaman peserta didik dengan jalan mengajukan banyak pertanyaan dan latihan yang cukup banyak.6). Meperbolehkan peserta didik bekerjasama sampai pada tingkat dapat mengerjakan tugas secara mandiri.b.Penyajian.1). Pemeriksaan pemahaman oleh peserta didik dilakukan dengan pemberian tugas. Pendidik memberikan penjelasan pembuka jalan, kemudian peserta didik menyelesaikan tugas itu, lalu pendidik berkeliling memeriksa hasilnya, dan memberi bantuan. Di akhir tahap ini, peserta diminta membuat ringkasan proses langkah-langkah penyelesaian tugas.2). Pertanyaan diajukan kepada seluruh peserta, peserta diberi cukup waktu untuk menemukan jawaban, kemudian salah seorang ditunjuk untuk menjawab pertanyaan, akhirnya jawaban ditawarkan kepada yang lain untuk menilai kebenaran atau ketepantannya.3). Pada pembelajaran tentang konsep atau prosedur, peserta didik mengerjakan latihan terbimbing. Pendidik membimbing dengan menugasi peserta didik bekerja berkelompok kecil atau berpasangan untuk merumuskan jawaban atas latihan itu. Menyelidiki pola yang mungkin ada, menyusun strategi yang diperlukan dalam mengerjakan latihan itu, dan sebagainya.

c.Penutup pertemuan.1). Jika sisa waktu tinggal sedikit, digunakan untuk membuat ringkasan dari pembelajaran yang baru saja selesai.2). Jika sisa waktu agak banyak, digunakan untuk membicarakan langkah awal penyelesaian tugas yang harus dikerjakan di rumah.Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) atau sering dinamakan pembelajaran gotong royong merupakan jenis belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran efektif. Ciri dari pembelajaran kooperatif meliputi kelompok terdiri atas anggota yang heterogen; ada ketergantungan yang positif di antara anggota-anggota kelompok; kepemimpinan dipegang bersama, tetapi ada pembagian tugas selain kepemimpinan; guru mengamati kerja kelompok dan melakukan intervensi bila perlu; serta setiap anggota kelompok harus siap menyajikan hasil kerja kelompok. Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa belajar kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang efektif untuk semua jenjang sekolah dan untuk berbagai mata pelajaran, termasuk pelajaran matematika. Pada pembelajaran matematika di kelas dengan pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar kompetitif, karena siswa belajar dengan pasti atau mendiskusikan tugas-tugas matematika yang diberikan, dan saling membantu dalam memecahkan masalah.

Pembelajaran yang bermakna dan kontekstual juga merupakan suatu pembelajaran efektif dalam Pendekatan PAKEM. Belajar dan mengajar kontekstual dapat diuraikan sebagai berikut:a. Pembelajaran bermaknab. Penerapan pengetahuanc. Berpikir tingkat tinggid. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan isi pembelajaran dikaitkan dengan standar lokal, propinsi, dan nasional.e. Responsif terhadap budaya.f.Penilaian otentik, misalnya penilaian proyek, kegiatan peserta didik, penggunaan portofolio, daftar cek, observasi akan merefleksikan hasil belajar sesungguhnya.

2.1.3.4 Pembelajaran Menyenangkan dalam MatematikaMotivasi merupakan kunci utama pembelajaran yang menyenangkan. Gagne (dalam Setiawan) menyatakan bahwa motivasi untuk pembelajaran adalah dorongan utama yang mengakibatkan seseorang dengan senang hati, terdorong untuk meraih suatu tujuan.Dengan adanya motivasi yang baik, peserta didik akan lebih mudah dan senang. Motivasi dalam pembelajaran matematika adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi sehingga seseorang terdorong untuk belajar lebih baik, dan mempengaruhi peserta didik sehingga pada diri peserta didik timbul dorongan untuk belajar sehingga diperoleh pengertian, pengetahuan, sikap, dan penguasaan kecakapan, agar dapat menguasai kesulitan-kesulitan.Tim Instruktur Pemantapan Kerja Guru (PKG) Sekolah Menengah (1994), menyimpulkan sejumlah motivasi yang dapat dikembangkan di sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk menjadikan peserta didik menyenangi dan termotivasi untuk belajar matematika dan sudah barang tentu untuk pembelajaran Trigonometri SMU, diantaranya1. Pemberian nilai2. Persaingan. Di sekolah persaingan sering mempertinggi hasil belajar, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok.3. Kerja sama. Jika peserta didik diminta untuk melakukan tugas bersama-sama, saling bantu membantu dalam mengerjakan tugas akan mempertinggi kegiatan pembelajaran dan dapat memupuk hubungan sosial yang sehat.4. Keterlibatan harga diri. Bila peserta didik merasa pentingnya tugas yang harus diembannya, maka ia akan menerima sebagai suatu tantangan dengan mempertaruhkan harga dirinya.5. Tugas atau pertanyaan yang menantang.6. Pujian.7. Penampilan guru. Bahwa guru yang menarik perhatian peserta didik terhadap pelajaran dapat menimbulkan minat yang lebih mendalam terhadap pelajaran itu.8. Suasana yang menyenangkan.9. Pengertian, ia akan berusaha untuk mencapainya. Tujuan yang menarik bagi peserta didik adalah motivasi yang sangat baik.10. Variasi kegiatan belajar. Dengan digunakannya bermacam-macam alat bantu pembelajaran, menceriterakan sejarah yang berhubungan dengan topik, kegiatan laboratorium dan outdoor mathematics, akan membangkitkan minat peserta didik dalam belajar matematika.11. Matematika sebagai rekreasi. Bahwa pengajaran yang disisipi teka-teki matematika, permainan dan tebakan yang menyangkut sifat-sifat matematika dapat membangkitkan pengalaman yang menyenangkan terhadap matematika.Memang membangkitkan motivasi itu tidak mudah, di bawah ini diberikan beberapa resep untuk membangkitkan motivasi, sehingga akan semakin menyenangi belajar matematika, diantaranya:1. Usahakan agar setiap tujuan pembelajaran itu jelas dan menarik.2. Usahakan untuk memberikan motivasi dengan contoh. Guru harus berkompeten dalam matematika yang diajarkannya.3. Guru harus antusias pada matematika dan memperlihatkan kegemaran terhadap matematika, dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.4. Ciptakan suasana yang menyenangkan.5. Usahakan agar peserta didik sebanyak mungkin terlibat dalam kegiatan belajar mengajar.6. Hubungkanlah bahan pelajaran dengan kebutuhan peserta didik.7. Pujian dan hadiah lebih berhasil dalam membangkitkan motivasi daripada hukuman dan celaan.8. Pekerjaan dan tugas harus sesuai dengan kematangan dan kesanggupan peserta didik.9. Hargailah pekerjaan yang telah dilakukan peserta didik.10. Berikanlah kritik dengan senyuman.11. Usahakanlah agar selalu terdapat motivasi pada setiap langkah proses pembelajaran.

2.2 Penelitian yang RelevanAda beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain yang sejalan dengan penelitian ini, diantaranya penelitian dengan judul:Peningkatan Prestasi Siswa melalui Penerapan Pembelajaran Kontektual di SMK Negeri 3 BandungAdapun kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah : 2.3 Kerangka Berpikir

KONDISIAWALKONDISI AKHIRTINDAKANPembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika terapan SIKLUS IPembelajaran kon-tekstual ke bengkel yang didahului pembelaran di kelasSIKLUS IIPembelajaran kon-tekstual langsung ke bengkelPeningkatan efekti-vitas pembelajaran matematika terapanWI : Belum mengoptimalkan fasilitas bengkel dalam pembelajaranPeserta : Sulit memahami materi aplikasi matematikaGambar 2.2 Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis TindakanHipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah:pembelajaran kontekstual dengan penjelasan langsung dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika terapan pada diklat guru matematika SMK di PPPTK-BMTI.

BAB IIIMETODA PENELITIAN

3.1 Setting

3.1.1 Tempat PenelitianPenelitian berjudul Penerapan Pembelajaran Kontekstual Guna Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Matematika Terapan pada Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Matematika SMK Di PPPPTK-BMTI ini dilaksanakan di tempat kerja peneliti, yaitu di PPPPTK-BMTI Jalan Pasantren Cibabat Cimahi.

3.1.2 Waktu dan Siklus PenelitianPenelitian ini dilaksanakan lebih kurang selama tiga bulan, dengan rincian sebagai berikut.3.1.2.1Penyiapan instrumen dan dokumen pembelajaran 2 (dua) minggu sebelum diklat dimulai. Diklat matematika terapan akan berlangsung tanggal 4 Juni s.d 3 Juli 2008.3.1.2.2Pelaksanaan siklus I selama dua hari, yaitu pada pembelajaran pertama dan kedua (terdiri dari dua kali pertemuan sebanyak 20 jam pelajaran). Pembelajaran dilakukan sesuai dengan SAP 1 dan SAP 2.3.1.2.3Pelaksanaan siklus II selama dua hari, yaitu hari ketiga dan keempat pembelajaran (terdiri dari dua kali pertemuan sebanyak 18 jam pelajaran). Pembelajaran dilakukan sesuai dengan SAP 3 dan SAP 4.3.1.2.4Penyusunan laporan penelitian selama 8 (delapan) minggu.

3.1.3ObserverObserver atau pengamat yang dilibatkan dalam penelitian diambil dari teman sejawat, yaitu bapak Totok Triwibowo, SE., MM. dan ibu Laeny Siti Hasanah, SPd., MSi. Pemilihan dua observer berbeda dimaksudkan agar data yang diperoleh reprensentatif.

3.2Subyek PenelitianSubyek dalam penelitian yaitu peserta diklat Peningkatan Kompetensi Guru Matematika SMK tahun 2008 yang berjumlah 24 orang.

3.3Sumber DataData yang akan diolah dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran berupa catatan observer yang dituliskan dalam instrument dan hasil penilaian pre tes dan post tes pada setiap siklus penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan DataData yang diperlukan untuk menjawab tujuan pertama dari penelitian ini, yaitu pembelajaran kontekstual memenuhi kriteria interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, aktif, kreatif dan mandiri pada pembelajaran matematika terapan, dijaring menggunakan instrument pengamatan. Sedangkan data untuk mengukur efektivitas dijaring melalui dokumen hasil pre tes dan post tes.

3.5Validasi DataData yang diperoleh dari proses pembelajaran divalidasi melalui refleksi yang dilakukan oleh pengajar dan observer, sedangkan validasi data hasil belajar dilakukan dengan memvalidasi tingkat kesulitan soal-soal yang diujikan terhadap substansi materi yang dipelajari dan soal-soal tahun lalu.

3.6 Teknik Pengolahan DataPengolahan data hasil belajar dilakukan dengan menghitung selisih rata-rata post tes dan pre tes pada setiap siklus kemudian dibandingkan. Makin tinggi selisih post tes dan pre tes menunjukkan makin efektif hasil pembelajaran yang dilakukan. Sedangkan data yang dijaring melalui instrument pengamatan, dipilah untuk mengetahui peningkatan kategori interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, aktif, kreatif dan mandirinya.

3.7 Indikator KinerjaIndikator kinerja dari penelitian ini mencakup tiga hal, yaitu:3.7.1 Dibuktikannya bahwa pembelajaran kontekstual memenuhi kriteria inter-aktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, aktif, kreatif dan mandiri pada pembelajaran matematika terapan.3.7.2Diketahuinya peningkatan efektivitas pembelajaran matematika terapan menggunakan pembelajaran kontekstual.3.7.3Ditemukannya langkah-langkah implementasi pembelajaran kontekstual yang tepat dalam pembelajaran matematika terapan.

3.8Prosedur PenelitianTahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:3.8.1Menetapkan permasalahan pembelajaran yang dialami oleh peneliti.3.8.2Menyiapkan proposal penelitian untuk mendapatkan persetujuan pimpinan PPPPTK-BMTI.3.8.3Menyiapkan satuan acara pembelajaran (SAP) untuk pelaksanaan siklus I dengan penekanan pada pembelajaran kelas yang disambung dengan pembelajaran bengkel (kontektual), dan untuk pelaksanaan siklus II dengan penekanan pembelajaran langsung di bengkel. 3.8.4Menyiapkan bahan belajar dan instrumen pengamatan.3.8.5Menetapkan teman sejawat untuk bertindak sebagai observer.3.8.6Pelaksanaan pengumpulan data selama pembelajaran menggunakan SAP yang telah disiapkan berlangsung selama empat pertemuan.3.8.7Bersama observer melakukan refleksi hasil pembelajaran setiap siklus.3.8.8Menyusun laporan penelitian tindakan kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning. United states of America: Corwin Press, Inc.Noe, Raymond A. 2001. Employee Training & Development. Mc Graw-Hill Higher Education.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan.Robbins, Stephen P. Alih bahasa, Udaya Jusuf. 1994. Teori Organisasi. Jakarta : Arcan.Setiawan, 2004. Strategi pembelajaran Matematika yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan /PAKEM. Yogyakarta. PPPG Matematika.Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alpabeta. Suharsimi Arikunto. 1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara.Depdiknas. Pembelajaran Kontekstual. http://www.google.co.id/search?hl=id&q =Depdiknas+kontekstual&btnG=Telusuri&meta=Rosyidah Fima. Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran Kontekstual. http://re-searchengines.com/art05-96.html

DAFTAR TABEL

Daftar 4-1 Nilai Hasil Pre Test Aplikasi Operasi Bilangan Real (OBR) serta Persamaan dan Pertidaksamaan (PP) ................................... 30Daftar 4-2 Hasil Pengamatan pada Pembelajaran Operasi Bilangan Real serta Persamaan dan Pertidaksamaan ................................... 31Daftar 4-3 Nilai Hasil Pre Test Aplikasi Geometri (G) serta Trigonometri dan Diferensial Integral (TDI) .................................................. 34Daftar 4-4 Hasil Pengamatan pada Pembelajaran Aplikasi Geometri, Trigonometri dan Diferensial Integral ................................... 35DAFTAR GAMBAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Gambar 2.1 Tahapan Proses Pembelajaran ..14Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ..24DAFTAR LAMPIRAN

Satuan Acara Pembelajaran (SAP) ....................................................... bInstrumen Hasil Pengamatan ................................................................ lNilai Hasil Pre tes ................................................................................... mNilai Hasil Post tes ................................................................................. n

ABSTRAK

Penerapan Pembelajaran Kontekstual Guna Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Matematika Terapan pada Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Matematika SMK Di PPPPTK-BMTI

Oleh Wiyoto

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika terapan pada diklat Peningkatan Kompetensi Guru Matematika SMK di P4TK-BMTI, sekaligus menemukan langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual pada pembelajaran matematika terapan. Dengan maksud itu diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika terapan yang dilaksanakan pada diklat di P4TK-BMTI. Hipotesis yang dibuktikan dalam penelitian adalah pembelajaran kontekstual dengan penjelasan langsung dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika terapan pada diklat guru matematika SMK di PPPTK-BMTI.Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada 24 peserta diklat Peningkatan Kompetensi Guru Matematika SMK di PPPPTK-BMTI tahun 2008 dengan dua siklus. Pembeda tindakan yang dirancang ialah belajar kelas-bengkel dan belajar bengkel-kelas, untuk mendapatkan data nilai pre tes, post tes, dan intrumen pengamatan pada setiap siklus. Pengolahan data dilakukan dengan membandingkan peningkatan nilai pre tes dan post tes dari setiap siklus untuk menentukan efektivitas pembejaran, serta menganalisis hasil data isian intrumen pengamatan untuk menentukan kriteria interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, aktif, kreatif dan mandiri pada pembelajaran. Efektivitas pembelajaran pada siklus I (belajar kelas-bengkel) mencapai angka 39,2 dan efektivitas pada siklus II (belajar bengkel-kelas) mencapai angka 42,1, sehingga disimpulkan bahwa, pembelajaran pada siklus II lebih efektif dibanding pembelajaran pada siklus I, karena memiliki nilai kemajuan belajar yang lebih tinggi. Kriteria interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, aktif, kreatif dan mandiri pada pembelajaran dari kedua siklus diperoleh pernyataan cukup tinggi, sehingga disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual memenuhi kriteria interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, aktif, kreatif dan mandiri pada pembelajaran matematika terapan.

Kata Kunci: Pembelajaran kontekstual, efektivitas, belajar bengkel-kelas

xxxiii