telur makalah
-
Upload
ambrosia-adela-merry-christianita -
Category
Documents
-
view
932 -
download
48
Transcript of telur makalah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Telur adalah salah satu bahan makanan asal ternak yang bernilai gizi tinggi karena
mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti asam
amino yang lengkap dan berimbang, lemak, vitamin, mineral dan mempunyai daya cerna
yang tinggi. Di samping merupakan bahan makanan yang sempurna, telur mudah mengalami
perubahan kualitas selama penyimpanan.
Sama halnya dengan hasil pertanian yang lain, telur juga mempunyai sifat mudah
rusak sehingga perlu dilakukan suatu penelitian seberapa besar penurunan kualitas telur
ayam sistem yang terjadi selama pemasaran, sehingga dapat dilakukan upaya untuk
mengurangi atau menghindari kerusakan ataupun penurunan kualitasnya yang dapat
merugikan konsumen. Kualitas telur merupakan faktor yang terpenting dalam pemasaran
karena berkaitan erat dengan selera konsumen. Oleh karena itu, kerusakan dan penurunan
kualitas telur telah menjadi perhatian utama bagi produsen komersial dan lembaga
pemasaran, karena hal ini dapat mengakibatkan hilangnya efisiensi industri serta hilangnya
kepercayaan konsumen pada produk.
Dalam makalah ini akan dipaparkan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas telur, baik faktor internal maupun eksternal, sehingga penurunan kualitas telur
dapat diminimalkan dalam proses penyimpanannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Faktor-faktor eksternal maupun internal yang mempengaruhi kualitas telur.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kualitas telur selama penyimpanan.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui faktor-faktor eksternal maupun internal yang mempengaruhi kualitas telur.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kualitas telur.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Telur merupakan sumber protein hewani yang baik , murah dan mudah didapat. Di lihat dari
nilai gizinya, sumber protein telur juga mudah diserap oleh tubuh, baik untuk dikonsumsi anak-anak
hingga orang tua. Setia 100 g telur mengandung 12-13 g protein . selain protein , beragam vitamin,
lemak dan mineral esensial juga terkadnung di dalam telur (Anonim, 2010).
Telur terdiri dari kira-kira 11% kulit, 31% kuning telur dan 58% putih telur. Dilihat dari
kegunaan sebagai bahan pangan, maka kulit telur dan membrannya hanya berfungsi sebagai
pembungkus untuk menjaga komponen makanan di dalamnya, yaitu putih dan kuning telur. Telur
utuh bagian cairnya terdiri dari sekitar 65% putih dan 35% kuning telur. Fungsi utama protein telur
adalah sebagai cadangan makanan untuk anak ayam. Karena putih dan kuning telur tersebut
berbeda dalam hal komposisinya. (Muchtadi, 1989)
Telur pada dasarnya adalah bakal calon individu baru yang dihasilkan dari individu betina.
Bila terjadi pembuahan maka telur akan berkembang menjadi embrio dan selanjutnya terbentuk
individu baru setelah lahir atau menetas. Istilah telur merujuk pada sel telur yang berkembang pada
saluran reproduksi aves betina. Karena komposisi telur merupakan zat nutrisi yang edibel maka
selanjutnya telur diproduksi untuk konsumsi manusia (Sarwono, 1995).
Secara fisik telur mempunyai beberapa komponen pokok yaitu cangkang, selaput cangkang,
kuning telur, dan putih telur. Telur mempunyai bentuk fisik bulat sampai lonjong dengan ukuran
yangberbeda-beda, tergantung jenis hewan, umur, dan sifat genetiknya. Telur tersusun atas tiga
bagian, yaitu kulit telur, putih telur, dan kuning telur.
1. Kulit telur; mempunyai kulit yang keras yang tersusun dari garam-garam organik. Pada
bagian permukaan kulit terdapat pori-pori. Pada telur yangmasih baru, pori-pori masih
dilapisi kutikula yang terdiri dari 90% protein dansedikit lemak yang berfungsi
mengurangi penguapan air dan mencegahmasuknya mikroba.
2. Putih telur; terdiri dari 40% putih telur encer dan 60% lapisan putih telur kental.Bagian
putih telur tidak tercampur dengan kuningnya karena adanya kalaza yang mengikat
bagian kuning telur dan membrane vitelin dyang elastis.
2
3. Kuning telur; merupakan bagian yang paling penting dari telur sebab di bagian ini
terdapat embrio hewan. Pada bagian kuning telur paling banyak terdapat zat-zat gizi,
yang sangat penting bagi perkembangan embrio
Gambar 2.1. Struktur Telur
Sebagai bahan makanan, telur juga memiliki karakteristik sebagaimana bahan makan
lainnya. Diantara sekian bahan makanan asal hewani, telur relatif lebih tahan lama pada kondisi
penyimpanan suhu kamar karena telur memiliki kulit yang mampu melindungi isinya. Padahal isi
telur merupakan bahan yang kaya nutrisi dan mudah terkontaminasi mikroba. Meskipun memiliki
kulit, telur tidak bisa diperlakukan secara sembarangan karena beberapa hal, yaitu:
a) Kulit telur tidak sekuat dan seliat kulit buah-buahan;
b) Kulit telur tipis dan rigit sehingga mudah retak dan pecah;
c) Kulit telur memiliki pori-pori sehingga mudah terjadi pertukaran udara dan ini mem-
butuhkan kondisi penyimpanan dengan kelembaban dan temperatur tertentu;
d) Bentuk telur yang tidak seragam sehingga menyulitkan dalam sistem penanganan
mekanis secara terus menerus.
3
BAB III
PEMBAHASAN
Kualitas telur ditentukan oleh beberapa hal, antara lain oleh faktor keturunan, kualitas
makanan, sistem pemeliharaan, iklim, dan umur telur. Unggas yang dihasilkan dari keturunan yang
baik, umumnya akan mampu menghasilkan telur yang berkualitas baik.
Makanan yang berkualitas (komposisi bahan tepat, baik dari jumlah maupun kandungan
nutrisinya) akan mempengaruhi laju pertumbuhan dan kesehatan unggas. Sehingga dengan
demikian, unggas tersebut akan mampu memberikan atau menghasilkan telur yang berkualitas pula.
Sistem pemeliharaan antara lain berkaitan dengan kebersihan atau sanitasi kandang dan
lingkungan di sekitar kandang serta kualitas makanan yang diberikan. Sanitasi kandang yang baik,
didukung dengan kualitas makanan yang baik, akan meningkatkan kualitas telur yang dihasilkan oleh
unggas yang bersangkutan.
Iklim di sekitar lokasi kandang akan sangat mempengaruhi kehidupan unggas yang
dipelihara. Iklim yang cocok dengan persyaratan hidup unggas yang dipelihara tersebut, akan sangat
mendukung kesehatan dan laju pertumbuhan unggas. Unggas yang sehat akan menghasilkan telur
yang berkualitas baik.
Umur telur yang dimaksud di sini adalah umur setelah dikeluarkan oleh unggas. Secara
umum, telur memiliki masa simpan 2-3 minggu. Telur yang disimpan melebihi jangka waktu
penyimpanan segar tersebut tanpa mendapatkan penanganan pengawetan, akan mengalami
penurunan kualitas yang menuju ke arah pembusukan.
Kualitas telur secara keseluruhan ditentukan oleh kualitas isi telur dan kualitas kulit telur.
Kualitas telur antara lain dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal seperti kebersihan kulit
telur, kondisi kulit telur, warna kulit, dan bentuk telur; serta faktor internal seperti rongga udara,
keadaan kuning telur dan putih telur.
1. Faktor Eksternal
a. Kebersihan kulit telur
4
Kulit telur berkualitas baik harus bersih dan tidak ada kotoran apapun. Tidak boleh
ada noda atau bercak apa pun yang mungkin berasal dari noda darah maupun kotoran
hewan.
b. Kondisi kulit telur
Meliputi kehalusan dan tekstur kulit telur, dimana telur berkualitas baik memiliki
tekstur yang halus dan utuh serta tidak retak. Ada pun beberapa kerusakan atau cacat yang
biasa-nya terdapat pada kulit telur:
Gross Cracks (Retak dan Lubang)
Yaitu retak besar dan lubang yang biasanya
terjadi akibat rusaknya membran atau selaput
cangkang. Kejadian ini akan meningkat seiring
dengan semakin tuanya umur ayam. Kejadian
berkisar antarai 1 sampai 5% dari total
produksi.
Hairline Cracks (Retak Halus)
Yaitu retak yang sangat halus, biasanya
memanjang di sepanjang cangkang telur.
Kerusakan ini sulit terdeteksi, oleh karena itu
perlu dilakukan upaya candling. Dalam telur
segar, kerusakan ini dapat ditemukan dengan
cara meremas pelan atau menekan dengan hati-hati. Keretakan ini menjadi lebih
jelas sejalan dengan usia telur. Kejadian ini biasanya berkisar antara 1 sampai 3%
dari total produksi.
Thin Shells (Cangkang Tipis)
Yaitu telur dengan cangkang yang sangat tipis,
atau telur yang tidak punya selaput cangkang.
Telur dengan cacat seperti ini terlihat kurang
me-narik dan sangat rentan terhadap
kerusakan. Bentuk telur akan mudah rusak dan
menjadi tidak rata. Frekuensi kejadian ini berkisar antara 0.5 sampai 6% dari total
5
produksi. Biasanya dihasilkan oleh induk ayam yang belum cukup umur atau bertelur
pada usia dini.
Sandpaper Shells (Cangkang Kasar)
Yaitu telur dengan tekstur permukaan yang kasar, dimana bagian yang kasar
tersebar secara tidak merata pada permukaan cangkang. Frekuensi kejadian ini
berkisar kurang dari 1% dari seluruh total produksi, tapi bisa lebih tinggi untuk jenis
burung tertentu. Frekuensi kejadian juga
meningkat jika unggas bertelur sebelum
waktunya (early lay), dan sering juga disebabkan
oleh ovulasi ganda, dimana dihasilkan satu telur
dengan cangkang tipis, dan satu telur lainnya
dengan sel cangkang lebih banyak hingga
terbentuk permukaan yang kasar.
Stained Shells (Cangkang Beroda)
Yaitu bagian atau seluruh permukaan telur
ternoda oleh zat-zat tertentu misalnya darah
atau kotoran (feses). Noda darah lebih banyak
ditemui pada telur yang dihasilkan oleh induk
ayam yang belum cukup umur atau bertelur
pada usia dini.
Mottled Shells (Cankang Berbintik-bintik)
Ketika telur ditembus oleh cahaya, maka akan
tampak bintik-bintik pada kulit telur tersebut.
Telur yang memiliki cacat seperti ini biasanya
juga memiliki cangkang yang tipis dan rapuh.
Bintik-bintik ini biasanya diabaikan, kecuali jika
kondisi cangkang telur benar-benar tipis dan rapuh.
c. Warna telur
6
Warna kulit telur ayam ras ada dua yaitu putih dan coklat. Perbedaan warna kulit
disebabkan adanya pigmen cephopyrin yang terdapat pada permukaan kulit telur warna
coklat. Kulit telur warna coklat lebih tebal, dengan ketebalan rata-rata 0,51 mm, sedangkan
tebal kulit warna putih rata-rata 0,44 mm.
Gambar: Perbandingan warna telur (dari kiri ke kanan) ayam ras, bebek, dan ayam kampung.
d. Bentuk telur
Bentuk telur yang baik adalah proporsional, tidak benjol-benjol, tidak terlalu lonjong
dan tidak terlalu bulat. Salah satu ujung telur biasanya agak lonjong dan bagian ujung
lainnya lebih membulat.
Gambar: Perbandingan bentuk telur yang normal (kiri) dan yang tidak normal (tengah dan kanan)
2. Faktor Internal
a) Rongga udara
Rongga udara merupakan perpisahan kedua selaput kulit pada ujung telur yang
besar atau tumpul karena mengerutnya isi telur selama pendinginan. Rongga udara berguna
sebagai tempat memberi udara sewaktu embrio bernapas. Semakin dalam rongga udara 7
yang terbentuk, menunjukkan bahwa umur telur tersebut semakin lama. Hal ini dikarenakan
adanya proses penguapan (hilangnya CO2 dan kelembaban), sehingga semakin lama umur
telur maka penguapannya semakin banyak sehingga rongga udaranya juga semakin dalam
atau semakin bertambah. Bertambah besarnya rongga udara dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: tekstur kerabang, temperatur serta kelembaban lingkungan.
Telur yang segar memiliki rongga udara yang lebih kecil dibandingkan telur yang
sudah lama. Di luar negeri, kualitas telur dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran
kedalaman rongga udaranya. Ada 3 macam kualitas telur, yaitu telur dengan kualitas AA
yang memiliki kedalaman ruang udara 0,3 cm, kualitas A yang memiliki kedalaman ruang
udara 0,5 cm dan kualitas B yang memiliki kedalaman ruang udara lebih dari 0,5 cm.
Selama disimpan, telur akan banyak mengalami perubahan dan berakibat pada penurunan
kualitas. Perubahan-perubahan yang terjadi selama penyimpanan telur utuh adalah:
1) Berkurangnya berat, terutama disebabkan karena hilangnya air dari albumen, tetapi
sebagian juga karena kehilangan CO2, NH3, N2 dan H2S
2) Pertambahan ukuran ruang udara, karena air hilang, volume ruang udara menjadi
bertambah
3) Penurunan berat jenis, karena bertambah besarnya ruang udara
4) Bercak-bercak pada permukaan kulit telur (cangkang), karena penyebaran air yang
tidak merata
5) Penurunan jumlah puti telur tebal, karena serat glikoprotein ovomucin pecah
6) Penambahan ukuran kuning telur, karena perpindahan air dari albumen ke kuning
telur sebagai akibat akibat perbedaan tekanan osmose
7) Perubahan cita rasa
8) Kehilangan karbon dioksida
9) Kenaikan pH, terutama dalam albumen yang meningkat dari kira-kira pH 7-10 atau
11, sebagai akibat hilangnya 02
Gambar: Ukuran rongga udara pada hari ke-7, 14 dan 18
8
b) Keadaan kuning telur
Penentuan kualitas kuning telur dilakukan dengan mengamati beberapa
karakteristik, yaitu warna , bentuk, dan kekuatan membran. Kuning telur pada peneluran
pertama akan tampak tinggi bundar dan baik tetapi pada peneluran berikutnya kuning telur
akan lebih mendatar dan meluas.
Kuning telur dapat diukur dengan nilai indeks kuning telur dengan pemisahan kuning
dan putih telur. Untuk efisiensi dan memudahkan perhitungan, pengukuran tinggi dan lebar
kuning telur dapat dilakukan tanpa memisahkan kuning telur dari putih telur.
Indeks kuning telur segar beragam antara 0,33 dan 0,50 dengan rerata nilai rata-rata
0,42. Bertambahnya umur telur menyebabkan indeks kuning telur menurun karena
pertambahan ukuran kuning telur sebagai akibat perpindahan air
Gambar: Kuning telur yang bagus Gambar: Kuning telur yang rusak
c) Keadaan putih telur
Putih telur atau albumen mempunyai proporsi yang tinggi dalam komposisi telur.
Putih telur mencapai 60 persen dari total berat telur. Persentase putih telur pada ayam
petelur bervariasi secara keseluruhan tergantung dari strain, umur ayam, dan umur dari
9
telur. Albumen dari telur yang berkualitas baik adalah lebih kental dan jernih. Karena
kentalnya albumen maka yolk tidak dapat bergerak bebas didalamnya.
Parameter yang digunakan untuk pengukuran putih telur yaitu dengan indeks putih
telur. Indeks putih telur merupakan perbandingan tinggi putih telur tebal dengan rerata
garis tengah panjang dan pendek putih telur tebal. Telur yang baru ditelurkan nilai indeks
putih telurnya berkisar antara 0,090 dan 0,120. Penyimpanan telur dapat menurunkan
indeks putih telur, karena pemecahan ovomucin yang dipercepat pada PH yang tinggi.
Penentuan kualitas albumen telur dicerminkan oleh nilai Haugh unit. Nilai Haugh
unit dipengaruhi oleh umur ayam. Ayam muda mempunyai kualitas nilai Haugh unit yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam tua.
Kualitas telur secara umum ditentukan oleh keadaan putih telur yang dinyatakan
dalam nilai Haugh unit. Haugh unit (HU) merupakan gambaran hubungan antara berat telur
dengan tinggi putih telur bagian yang padat, yaitu semakin tinggi nilai Haugh unit semakin
baik kualitas telur tersebut. Telur yang mempunyai nilai Haugh unit 72 sampai 100 termasuk
kualitas AA, nilai Haugh unit 60 sampai 72 termasuk kualitas A, nilai Haugh unit 31 sampai 60
termasuk kualitas B, nilai Haugh unit dibawah 31 termasuk kualitas C.
Gambar: Putih telur yang bagus Gambar: Putih telur yang rusak
PERUBAHAN KUALITAS TELUR KARENA BERTAMBAHNYA WAKTU PENYIMPANAN
Telur akan mengalami perubahan kualitas seiring dengan semakin lamanya waktu
penyimpanan. Menurunnya kualitas telur ini terjadi hamper di semua bagian telur. Secara
keseluruhan, telur yang mengalami penurunan kualitas mempunyai cirri-ciri berat telur berkurang,
specific gravity berkurang dan timbulnya bau busuk terutama jika telur telah rusak.
10
Selain secara keseluruhan telur yang menurun kualitasnya dapat dilihat cirri-ciri masing-
masing bagian telur yang mengalami penurunan kualitas yaitu rongga udara tambah melebar,
perubahan kuning telur, putih telur, dan kulit telur.
Telur yang segar memiliki ruang udara yang ebih kecil dibandingkan telur yang sudah lama.
Kuning telur akan mengalami penurunan volume, pH bertambah besar, kadar fosfor (P) berkurang,
kadar amoniak bertambah dan letak kuning telur bergeser. Pada putih telur kadar air berkurang
karena mengalami evaporasi, berkurangnya kemampuan dalam mengikat protein, kadar fosfat
bertambah, menjadi lebih encer, terjadi penguapan CO2 dari dalam telur biasanya timbul titik-titik
dan cenderung warna berubah.
PENANGANAN TELUR
Penanganan telur bertujuan untuk memperlambat penurunan mutu dan kerusakan telur.
Penyebab penurunan mutu tersebut adalah penguapan air, penguapan karbon dioksida dan aktivitas
mikroba. Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas telur adalah :
Waktu penyimpanan
Suhu ruang penyimpanan
Kelembaban ruang penyimpanan
Kotoran yang ada pada kulit telur
Teknik penanganan telur
Peralatan yang dipergunakan dalam penanganan
CARA MEMPERTAHANKAN MUTU TELUR
Segera setelah telur dikeluarkan dari induknya, mutu telur akan mulai menurun. Penurunan
mutu ini disebabkan karena perubahan fisik, kimia, dan atau mikrobiologi. Usaha untuk
mempertahankan mutu telur pada prinsipnya adalah untuk menghambat keluarnya gas
karbondioksida dan uap air dari dalam telur serta mencegah masuknya mikroba dari luar. Cara-cara
yang dapat digunakan untuk mempertahankan mutu telur antara lain dengan penyimpanan pada
suhu rendah, pengaturan kelembaban, pengemasan dalam wadah tertutup, dan perlakuan terhadap
kulit telur serta termostabilisasi.
11
Pada suhu rendah, gas-gas bersifat lebih larut (dalam cairan) dibandingkan pada suhu tinggi.
Dengan demikian keluarnya gas CO2 akan terhambat jika telur disimpan pada suhu rendah. Di
samping itu pada suhu rendah, difusi air dari putih telur ke kuning telur juga terhambat.
Secara teoritis penyimpanan telur pada kelembaban relatif mendekati 100% cukup baik
untuk mempertahankan mutu telur. Meskipun demikian cara ini tidak praktis karena pada
kelembaban relatif di atas 70% kapang akan tumbuh.
Keluarnya gas CO2 dari dalam telur juga dipengaruhi oleh konsentrasi gas tersebut di luar
telur. Jika konsentrasi gas CO2 di luar telur sama dengan di dalam telur, maka keluarnya gas CO2 dari
dalam telur terhambat. Mekanisme ini menjadi cara untuk mempertahankan mutu telur dengan
mengemasnya pada wadah tertutup.
Perlakuan terhadap kulit telur adalah dengan menutupi pori-pori kulit telur. Penutupan pori-
pori kulit telur dapat dilakukan dengan pencelupan dalam minyak, larutan kapur jenuh, larutan
natrium silikat (Na2SiO4) atau larutan yang mengandung bahan penyamak (tanin). Larutan tanin
dapat dibuat dari teh, daun jambu atau kulit bawang merah. Tanin dapat menyebabkan koagulasi
lapisan kutikula teluryang tersusun dari protein. Penutupan pori-pori kulit telur yang menggunakan
panas disebut termostabilisasi. Dalam hal ini pori-pori kulit telur akan tertutup oleh lapisan tipis
albumin yang terkoagulasi.
Penentuan kualitas isi telur dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu peneropongan dan
Haugh unit.
a. Peneropongan
Metode ini merupakan pemeriksaan telur dengan menggunakan cahaya. Bagi pembeli,
berguna untuk menghindari agar tidak tertipu membeli telur yang telah dierami.
b. Haugh unit (HU)
Merupakan satuan yang digunakan untuk mengetahui kesegaran isi telur, terutama bagian
putih telur. Caranya adalah dengan memecahkan telur, kemudian ketebalan putih telur diukur
menggunakan alat micrometer. Telur yang masih segar memiliki putih telur yang tebal.
12
Rumus:
HU = 100 log ( H + 7,57 – 1,7 W 0,37 )
Keterangan:
HU : Haugh Unit
H : tinggi putih telur (mm)
W : bobot telur (gram)
G : gravitasi (feet/detik)
Penentuan kualitas telur berdasarkan HU (USDA)
a) HU < 31 : C
b) HU 31 – 60 : B
c) HU 60 – 72 : A
d) HU > 72 : AA
c. Roche yolk colour fan
Untuk mengukur kualitas dari kuning telur digunakan alat Roche yolk colour fan. Dalam
menentukan kualitas kuning telur, yang digunakan sebagai patokannya adalah tingkat kecerahan
kuning telur. Cara pengukurannya adalah sebagai berikut:
a) kuning telur dicocokkan dengan warna pada alat tersebut.
b) Warna telur yang baik berada pada kisaran angka 9 -12
Sedangkan untuk menentukan kualitas kulit telur dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
spesific gravity dan peneropongan.
a. Specific grafity
Cara pengukuran menggunakan metode specific gravity ini adalah sebagai berikut:
a) Telur dimasukkan ke dlm keranjang berongga
b) Selanjutnya keranjang yg berisi telur dimasukkan ke dalam ember yang berisi larutan garam
dengan beberapa tingkat keenceran dan diurutkan mulai dari larutan garam yang terencer
(specific gravitynya terendah)
b. Peneropongan
Selain untuk mengetahui kualitas isi telur, peneropongan dapat digunakan untuk membantu
mengetahui kualitas isi telur, misalnya untuk mengetahui retak halus.
CIRI-CIRI BAGIAN TELUR YANG MENGALAMI PENURUNAN KUALITAS
13
1. Ruang udara:
tambah melebar
2. Kuning telur:
Volume berkurang
Ph bertambah besar
Kadar fosfor (P) berkurang
Kadar amonia bertambah
Letak kuning telur bergeser
3. Putih telur:
Kadar air berkurang karena evaporasi
Berkurangnya kemampuan mengikat protein
Kadar fosfor bertambah
Menjadi lebih encer
Terjadi penguapan CO2 dari dalam telur
4. Kulit telur:
Biasanya timbul titik-titik atau noda
Warna cenderung berubah
TIPS DALAM MEMILIH TELUR
a) Diamati permukaan kulitnya. Jangan sekali-sekali memilih telur dengan kulit retak.
b) Telur dipegang dan dikocok-kocok. Jika terdengar bunyi kocokan, pertanda telur telah
kemasukkan udara. Telur demikian sudah kadaluarsa sehingga jangan dipilih.
c) Rendam telur dalam air. Jika posisinya terapung atau melayang dalam air berarti telur
tersebut sudah busuk. Pilihlah yang tenggelam dalam air.
d) Teropong telur di depan sinar terang. Jika tampak bayangan gelap, pertanda telur dalam
kondisi tidak baik.
e) Tanda-tanda telur segar yang baik adalah bentuk kulit bagus (tidak cacat), cukup tebal,
teksturnya baik, warnanya bersih, rongga udara dalam telur kecil, posisi kuning telur di
tengah, dan tidak ada bercak atau noda darah.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Kualitas Telur Optimum. www.thepoultrysite.com/articles/1232/-optimum- eggs –
quality (20 Februari 2011)
Butcher, GD and Miles, RD , 2003. Concepts of Eggshell Quality. University of Florida. University of
Florida. http://edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/VM/VM01300.pdf (20 Februari 2011)
Gary D, Butcher DVM, dan Richard Miles. 2009. Ilmu Unggas, Jasa Ekstensi Koperasi, Lembaga Ilmu
Pangan dan Pertanian Universitas Florida. Gainesville
Infovet.2011. Amatilah Si Telur Ayam. www.majalahinfovet.com/amatilah-si-telur-ayam.html.
[23 Februari 2011].
Jacqueline P Yakub, Richard Miles, dan Mather F. Ben. 2000. Kualitas Telur. Jasa Ekstensi Koperasi,
Lembaga Ilmu Pangan dan Pertanian Universitas Florida. Gainesville
Jones, DR, 2006. Conserving and Monitoring Shell Egg Quality . Proceedings of the 18thth Annual
Australian Poultry Science Symposium , pp. 157 – 165.
Standar Nasional Indonesia. 2008. Kualitas Telur Konsumsi SNI 3926_2008. Badan Standarisasi
Nasional Indonesia. Jakarta.
USDA Food Safety Inspection Service. 2000. Shell Eggs from Farm to Table.
http://www.fsis.usda.gov/PDF/Shell_Eggs_from_Farm_to_Table.pdf (20 Februari 2011)
Sarwono B., 1995. Pengawetan dan Pemanfaatan Telur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Anonimous, 2005. 4-H Poultry Judging: Contest Classes and Scoring. Cooperative-extenson Servive,
Mississpp State University.
Sudaryani, T., 2006. Kualitas Telur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Stadelman, W.J. and O.J. Cotterill (ed), 1977. Egg Science and Technology Second Edition. Avi
Hadiwiyoto, S., Hasil-hasil Olahan: Susu, Ikan, Daging, dan Telur. Liberty, Yogyakarta.
17