Telaah UU No. 17 Tahun 2012 Untuk Menumbuhkan Peran Dan Fungsi Koperasi Dalam Sektor Usaha Kecil...
-
Upload
anjulidhruv9 -
Category
Documents
-
view
25 -
download
0
Transcript of Telaah UU No. 17 Tahun 2012 Untuk Menumbuhkan Peran Dan Fungsi Koperasi Dalam Sektor Usaha Kecil...
Telaah UU No. 17 Tahun 2012 untuk Menumbuhkan Peran dan Fungsi Koperasi dalam
Sektor Usaha Kecil Menengah
Undang-Undang Koperasi Nomor 17 Tahun 2012 merupakan dasar hukum dalam
pelaksanaan aktivitas koperasi. Koperasi dibentuk berdasar atas asas kekeluargaan dan
bertujuan meningkatkan kesejahteraan Anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya (UU Pasal 3-4). Dalam pasal yang sama, koperasi sekaligus sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan.
Dalam tulisan ini, UU Koperasi No. 17 Tahun 2012 dikaji dalam perannya menunjang
aktivitas koperasi di sektor usaha kecil dan menengah (UKM), yang merupakan sektor
strategis nasional.
Perekonomian Nasional Ditopang oleh Sektor Usaha Kecil dan Menengah
Sektor perekonomian Indonesia ditopang oleh sektor ekonomi kerakyatan, yaitu sektor usaha
kecil dan mengengah. Bentuk sumbangsih terhadap perekonomian Indonesia dilihat dari
besarnya kontribusi dari segi finansial (GDP) dan penyerapan tenaga kerja. Kinerja
perekonomian Indonesia seperti tercermin dalam angka Produk Domestik Bruto (PDB) tahun
2007 mengalami pertumbuhan sebesar 6,3 persen terhadap tahun sebelumnya, dimana
pertumbuhan PDB Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mencapai 6,4 persen. Pada tahun
2007 nilai PDB UKM mencapai Rp 2.121,3 triliun meningkat sebesar Rp 335,1 triliun dari
tahun 2006. Dari jumlah ini UKM memberikan kontribusi sebesar 53,6 persen dari total PDB
Indonesia, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2006 yang mencapai Rp 1.786,2
triliun atau 53,5 persen. Pada tahun 2007 kontribusi Usaha Kecil (UK) sebesar Rp 1.496,3
triliun (37,8 persen), Usaha Menengah (UM) sebesar Rp 625,1 triliun (15,8 persen), dan
Usaha Besar (UB) sebesar Rp 1.836,1 triliun (46,4 persen).
Namun, tingginya kontribusi belum diimbangi oleh daya saing sektor UKM terhadap sektor
usaha lain, baik dalam negeri maupun luar negeri. Terlebih penerapan perdagangan bebas
dengan China dan ASEAN menambah beratnya tingkat persaingan dalam mendapatkan
perhatian masyarakat indoensia. Kondisi tersebut tidak terlepas dari beberapa permasahan
UKM diantaranya:
1
1) Kurangnya akses informasi terhadap perkembangan pasar,
2) Kurangnya lembaga yang secara kontinyu memantau perkembangan UKM,
3) Sulitnya mendapatkan sumber dana pengembangan usaha,
4) Lemahnya kemampuan manajerial pengelola usaha.
Keempat permasalahan tersebut masih sering ditemui di berbagai tempat UKM, meskipun
usaha telah berdiri hingga puluhan tahun. Solusi strategis yang dapat diterapkan melalui
pengembanan kelembagaan UKM, dimana struktur kelembagaan yang paling sesuai adalah
koperasi.
Koperasi Sebagai Bentuk Badan Usaha yang Paling Sesuai dengan Penduduk Indonesia
Asas koperasi yang berbentuk kekeluargaan dan tujuan koperasi dalam mewujudkan
kesejahteraan bersama, adalah bentuk paling sesuai dengan struktur kependudukan indonesia.
Bentuk usaha di masyarakat Indonesia sebagian besar adalah bentuk kekeluargaan, dimana
unsur profesionalitas dalam pengelolaan masih rendah. Lemahnya profesionalitas tersebut
memberikan pengaruh signifikan terhadap efektifitas dan efisiensi pengolaan usaha, dimana
kedua hal tersebut (efektifitas dan efisiensi) secara langsung akan mempengaruhi
produktifitas dan daya saing. Kondisi tersebut dapat terjadi akibat minimnya skill dan
knowledge yang dimiliki oleh pelaku usaha. Upaya pelatihan yang diberikan oleh pemerintah
belum efektif dalam meningkatkan skill dan knowledge pelaku usaha. Hal ini karena upaya
pelatihan hanya tidak diberikan secara kontinyu, hanya pada waktu-waktu tertentu.
Koperasi Sebagai Fungsi Manajerial Sektor Usaha Kecil dan Menengah
Peran koperasi dalam struktur perekonomian Indonesia diharapkan dapat menjadi fungsi
manajerial dalam kelompok UKM di Indonesia (klaster UKM). Koperasi berperan dalam
pengeloaan untuk mewujudkan efektifitas dan efisiensi dalam klaster UKM, dimana
efektifitas dan efisiensi dalam klaster akan mengarah pada produktifitas dan daya saing di
masing-masing UKM. Koperasi dalam UKM setidaknya memiliki 3 (tiga) peran strategis,
yaitu: konsolidasi permintaan, konsolidasi pengadaan bahan baku & pengiriman produk, dan
proses pengadaan modal. Efisiensi tersebut dapat terjadi karena adanya upaya konsolidasi,
baik dari bahan baku maupun produk jadi, untuk mewujudkan skala ekonomis produksi.
Sedangkan upaya pengadaan modal dapat lebih mudah terwujud karena adanya bentuk
kelembagaan yang sah, yang belum mampu diwujudkan oleh UKM.
2
Telaah UU Koperasi Nomor 17 Tahun 2012 dan Peran Strategis Koperasi dalam Klaster
UKM
Bebarapa kendala pengembangan UKM, sebagaimana dibahas pada bagian sebelumnya,
dapat diselesaikan melalui peran strategis koperasi sebagai lembaga yang sah. Melalui
struktur kelembagaan tersebut, peran koperasi diarahkan sebagai perantara antara
kepentingan ekternal dan internal. Kepentingan eksternal berasal dari pemerintah daerah,
pemerintah pusat, lembaga penyedia dana, lembaga penyedia pelatihan, dll. Sedangkan
kepentingan internal berasal dari anggota koperasi, yaitu pelaku UKM.
Sebagaimana tercantum dalam Pasal 66, modal koperasi dapat berasal dari intenal anggota
ataupun eksternal anggota, seperti dari: (1) bank dan lembaga keuangan, serta pemerintah
baik pusat maupun daerah. Koperasi sebagai lembaga yang sah dalam struktur klaster UKM
berperan sebagai lembaga yang mengajukan permohonan dana dan distribusi dana ke semua
anggota (UKM). Kendala modal yang sering dialami UKM akan dapat terselesaikan melalui
peran aktif koperasi dalam pengelolaan modal usaha.
Meninjau Pasal 82, tentang jenis usaha koperasi, koperasi dalam struktur klaster UKM dapat
berbentuk: (1) koperasi produsen, dan (2) koperasi simpan pinjam. Koperasi produsen
menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang pengadaan sarana produksi (bahan
baku dan peralatan produksi) dan pemasaran produksi yang dihasilkan anggota. Sedangkan
koperasi simpan pinjam menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu-satunya usaha yang
melayani anggota, dimana dana dapat berasal dari berbagai sumber (Pasal 66). Untuk
menunjang peran dan fungsi koperasi dalam struktur ekonomi kerakyatan (UKM), koperasi
dapat melakukan kemitraan dengan pelaku usaha lain dalam menjalankan usahanya (Pasal
87). Kemitraan tersebut dapat dijalin dengan berbagai institusi, seperti: lembaga
pemerintahan, lembaga penyedia dana, lembaga penyedia pelatihan, lembaga swasta, dll.
Perwujudan peran dan fungsi koperasi perlu ditunjang dengan instansi pemerintah baik
daerah maupun pusat. Sebagaimana yang tercantum pada pasal 112, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah menetapkan kebijakan yang mendorong Koperasi agar dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Upaya pemerintah dalam menunjang pertumbuhan dan
berkembang harus berorintasi pada kepentingan anggota, yaitu pelaku UKM. Langkah
3
langkah bantuan pemerintah dan pemerintah daerah dapat berupa bimbingan dan kemudahan
dalam bentuk:
a. pengembangan kelembagaan dan bantuan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan
penelitian
Koperasi;
b. bimbingan usaha Koperasi yang sesuai dengan kepentingan ekonomi Anggota;
c. memperkukuh permodalan dan pembiayaan Koperasi;
d. bantuan pengembangan jaringan usaha Koperasi dan kerja sama yang saling
menguntungkan antara Koperasi dan badan usaha lain;
e. bantuan konsultasi dan fasilitasi guna memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh
Koperasi dengan tetap memperhatikan Anggaran Dasar Koperasi; dan/atau
f. insentif pajak dan fiskal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penutup
Studi singkat di atas diharapkan dapat meningkatkan kembali peran strategis koperasi dalam
menunjang struktur perekonomian nasional Indonesia. UKM sebagai sektor yang
menyumbang GDP terbesar dan penyerap tenaga kerja terbesar adalah sektor strategis yang
memerlukan peran koperasi. Terlebih, struktur UKM yang bersifat kerakyatan sangat sesuai
dengan asas kekeluargaan dan tujuan bersama koperasi. Sehingga diharapkan kedepan, peran
koperasi dapat terwujud dengan memegang teguh asas kekeluargaan dan menjunjung tinggi
profesionalitas.
Ditulis oleh:
Danang Setiawan / Surabaya
Referensi:
1. Darwanto, (2007), Membangung Daya Saing UKM dalam Perekonomian Nasional.
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang
2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian
4
5