Tektonik Dan Struktur Cekungan Serayu Utara NEW
-
Upload
riko-susetia-yuda -
Category
Documents
-
view
237 -
download
44
Transcript of Tektonik Dan Struktur Cekungan Serayu Utara NEW
Tektonik dan Struktur
Fisiografi Zona Serayu (Husein dkk, 2013)
Cekungan Serayu Utara merupakan salah satu cekungan sedimenter penting yang
menyusun fisiografi orogenik Jawa Tengah. Zona Serayu Utara terdiri dari satu lajur pegunungan
berarah timur – barat dengan geometri melengkung membuka ke arah selatan, dan kedua
ujungnya ditempati oleh gunungapi Kuarter (Husein dkk, 2013). Ujung barat zona Serayu Utara
ditandai dengan kehadiran G. Slamet sedangkan ujung timur ditandai dengan kehadiran
penjajaran G. Sumbing dan G. Sindoro yang berarah baratlaut-tenggara serta kehadiran
kompleks volkanik Dieng ke arah barat – baratlaut.
Cekungan Serayu Utara termasuk ke dalam zona laut dalam Bogor-Serayu Utara-
Kendeng yang terletak sebagai cekungan belakang busur yang relatif terhadap busur volkanik
Oligo-Miosen yang berkembang hingga sekarang di bagian selatan pulau Jawa (Satyana dkk,
2004). Pembentukan cekungan tersebut dimulai dari Oligosen Akhir saat berkembangnya busur
volkanik di Zona Serayu Selatan akibat adanya segmentasi tektonik sejak Eosen Tengah (Hall,
2012 dalam Husein dkk, 2013). Cekungan mulai terisi ketika memasuki Miosen Awal yang
terdiri atas batupasir karbonatan dan konglomerat dengan perselingan serpih, napal, dan tuff.
Sedimen - sedimen tersebut termasuk ke dalam Formasi Rambatan yang menutupi kelompok
sedimen gravitasional Wora – Wari (kelompok Formasi Totogan) yang terlebih dahulu terbentuk
saat Oligosen Akhir. Tentu saja sedimentasi Formasi Rambatan juga ikut tergelincir (gravity
gliding) akibat berkembangnya busur volkanik Serayu Selatan yang menghasilkan lereng berarah
utara ke dalaman Serayu Utara. Sedimentasi ulang (reworking) menyebabkan terbentuknya pola
struktur slump dan sesar anjak (toe-thrust) yang nantinya akan terdeformasi sebagai lipatan di
Serayu Utara.
Kemudian di Miosen Akhir, berkembanglah volkanisme Serayu Utara yang bersamaan
dengan reaktivasi volkanisme Serayu Selatan (sebelumnya berkurang intensitasnya pada Miosen
Tengah akibat efek reorientasi Sundaland berlawanan jarum jam). Pada periode inilah dapat
dianggap bahwa cekungan belakang busur Serayu Utara telah berubah menjadi busur volkanik
(Husein dkk, 2013). Pada kala Pliosen, aktivitas volkanisme Serayu Selatan berhenti dan
volkanisme Serayu Utara berkurang intensitasnya yang diduga akibat efek fase akhir rotasi
Sundaland (Hall, 2012).
Pada kala Plio-Pleistosen, geosinklin Serayu Utara secara gradual terlipatkan menjadi
geantiklin (Bemmelen, 1949). Pengangkatan tersebut tidak hanya menyebabkan denudasi kuat
pada bagian tengah punggungan dan deposisi konglomerat polimik serta batupasir silang siur
pada kakinya, namun juga menghasilkan penyebaran ququaversal dari inti plastis, dengan lipatan
concomitant (Bemmelen, 1949).
Memasuki zaman Kuarter, terjadi reaktivasi busur volkanik Serayu Utara akibat magma
keluar secara insidental melalui naiknya geantiklin yang dicirikan oleh aktivitas volkanik
Ungaran (Middle Damar beds), Korakan (Ligung beds) dan Slamet Tua (Mengger horizon).
Kemudian aktivitas volkanik semakin menyebar yang dicirikan oleh breksi Linggopodo di
sebelah barat (dari G. Slamet Tua atau G. Cowet), G. Jembangan di bagian tengah, dan G.
Ungaran Tua (Notopuro Beds) di bagian timur (Bemmelen, 1949). Selanjutnya terjadi pula
volkanisme oleh Dieng, Sumbing, dan Sindoro di bagian timur. Tingginya aktivitas volkanisme
di Zona Serayu Utara menyebabkan pembebanan yang besar sehingga menghasilkan isostasi
berupa pengangkatan pada Zona Serayu Selatan. Pembebanan yang besar tersebut juga
menyebabkan penyebaran gravitasional lebih lanjut yang memicu runtuhnya kerucut gunungapi
dan tersesarkan secara normal. Massa sedimen gravitasional kemudian meluncur, tertekan secara
kompresif, dan melipatkan breksi pada kaki – kaki gunung (Bemmelen, 1949).
Gambar. Representasi skematik dari proses sedimentasi, volkanisme, dan tektogenesa pada wilayah
Karangkobar, Zona Serayu Utara selama Neogen dan Kuarter (Van Bemmelen, 1937 b)
Secara umum, struktur geologi di zona Serayu Utara didominasi oleh sesar anjak, naik
dan lipatan dengan pola hampir timur – barat (pola Jawa), mengangkat blok ke arah utara-
timurlaut. (Satyana dkk, 2004). Terdapat pula pola struktur lipatan dan sesar anjak berarah
baratlaut-tenggara (pola Sumatera) berdasarkan data analisis kekar di Kali Pekacangan, Desa
Sijenggung (Husein dkk, 2013).
Gambar. Analisis struktur geologi kali Pekacangan, Desa Sijenggung (Husein dkk, 2013)
Daftar Pustaka
Hall, R. 2012. Late Jurassic–Cenozoic reconstructions of the Indonesian region and the Indian
Ocean. Tectonophysics, 570-571, 1-41.
Husein S., Jyalita J., Azis M. 2013. Kendali Stratigrafi dan Struktur Gravitasi pada Rembesan
Hidrokarbon Sijenggung, Cekungan Serayu Utara. Proceedings of Seminar Nasional 6th
Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM: Yogyakarta.
Satyana, A. H. and Armandita, C., 2004, Deepwater plays of Java, Indonesia : regional
evaluation on opportunities and risks, in Noble, R. A., Argenton, A., and Caughey, C.A.,
eds., Proceedings of an International Geoscience Conference on Deepwater and Frontier
Exploration in Asia and Australasia, Indonesian Petroleum Association (IPA), Jakarta, p.
293-320.
Budiardjo dkk, 1997
Zen dkk., 1983