Tekom 4_Komunikasi Massa
Transcript of Tekom 4_Komunikasi Massa
Tugas Keempat Mata Kuliah Teori Komunikasi
Teori-Teori Komunikasi Massa
Disusun oleh :
Pertiwi Putri Nurhakim
2101 1006 0001
Humas A 2006
Dosen : Mien Hidayat, Kokom Komariah
Jurusan Ilmu Hubungan Masyarakat
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadjaran
2008
Komunikasi Massa
Definisi Komunikasi dan Komunikasi Massa
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal
dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti
“sama”. Kata “sama” di sini maksudnya adalah sama makna. Jadi, secara
singkat komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu proses penyampaian pesan
dari komunikator ke komunikan untuk mencapai kesamaan makna.
Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita dapat melakukan dalam
konteks antarpersona (interpersonal communication), kelompok (group
communications), organisasi (organizational communication), dan sebagai
tindak komunikasi digunakanlah media massa (mass communication).
Komunikasi massa memiliki banyak definisi tergantung ahli yang
mengungkapkannya, berikut ini adalah definisi-definisi mengenai komunikasi
massa, antara lain :
Menurut Bittner, komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan
melalui media massa pada sejumlah besar orang.
Menurut Gerbner, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang
berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta
paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.
Menurut Maletzke, komunikasi massa merupakan setiap komunikasi yang
menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis
secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar.
Menurut Freidsow, komunikasi massa merupakan komunikasi yang
dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan
hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi.
Menurut Wright, komunikasi massa merupakan bentuk baru komunikasi
yang dapat dibedakan dari corak-corak lama karena memiliki suatu
karakteristik yang berbeda dari komunikasi lainnya.
Menurut, Werner I. Severin dan James W. Tankard, komunikasi massa
adalah sebagian keterampilan, sebagian seni, dan sebagian ilmu.
Menurut Joseph A. Devito, pertama komunikasi massa adalah komunikasi
yang ditujukan kepada massa, kepada khlayak yang luar biasa banyaknya.
Kedua komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh
pemancar-pemancar yang audio dan atau visual
Karakteristik Komunikasi Massa
Dari uraian mengenai definisi komunikasi massa yang telah dijelaskan
sebelumnya, kita akan mendapatkan bagaimana karakteristik dari komunikasi
massa. Berikut ini adalah karakteristik-karakteristik yang dimiliki komunikasi
massa, antara lain :
Komunikasi massa berlangsung satu arah.
Komunikator pada komunikasi massa melembaga.
Hubungan komunikator dan komunikan bersifat non-pribadi.
Pesan pada komunikasi massa bersifat umum.
Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan.
Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.
Asumsi Dasar Komunikasi Massa
Asumsi dasar adanya teori ini karena zaman terus berkembang dimana
manusia semakin kritis dan perkembangan teknologi tidak bisa dan tidak boleh
dihentikan. Informasi semakin mudah diciptakan dan didapatkan karena
perkembangan media massa yang sedemikian pesat. Pesatnya perkembangan
teknologi di bidang komunikasi massa mau tak mau akan memberikan banyak
efek yang beragam bagi setiap individu yang menerimanya, efek ini dapat
membuat pintar publik namun dapat juga menyebabkan pembodohan terhadap
publik. Namun demikian, komunikasi massa tetap menjadi sebuah perwujudan
dari perkembangan zaman yang seharusnya dilihat dan dijaga agar tetap selalu
berefek positif sesuai dengan fungsi dari komunikasi massa itu sendiri. Berikut
ini adalah fungsi-fungsi dari komunikasi massa, antara lain :
Pengawasan peringatan
Fungsi pengawasan
Pengawasan instrumental
Fungsi interpretasi
Fungsi hubungan (linkage)
Fungsi sosialisasi
Fungsi hiburan
Sedangkan berikut ini adalah bagan mengenai komunikator komunikasi
massa dan saluran media massa.
Banyak orang
Di tempat dan waktu yang sama
Menurunkan kesadaran individu
Peristiwa
Komunikator massa Menimbulkan jiwa massa
Banyak orang
Tersebar dalam area geografis yang luas
Perhatian dan minat pada hal yang sama
Radio
Elektronik Televisi
Film
Periodik
Suratkabar
Cetak
Majalah
Saluran media massa
Sales promotion girl
Manusia
Juru kampanye
Non-periodik Spanduk
Umbul-umbul
Benda Leaflet
Booklet
Teori-Teori Komunikasi Massa
Pembahasan mengenai sesuatu hal biasanya selalu ada teori sebagai
landasannya, begitu pula dengan komunikasi massa yang memilik teori sebagai
landasan bagaimana komunikasi massa itu. Berikut ini adalah teori-teori yang
berkaitan dengan komunikasi massa, antara lain :
1. Uses and Gratifications Theory
Penemu Teori dan Sejarah Teori
Uses and Gratifications Theory (Teori Kegunaan dan Kepuasan)
pertama kali dikemukakan oleh Elihu Katz pada tahun 1959. Adanya teori ini
diawali dari dari pernyataan Katz pada sebuah artikel untuk menanggapi apa
yang dikatakan oleh Bernard Berelson. Pada saat itu, Bernard menyatakan
bahwa komunikasi akan mati, namun Katz menganggap pernyataan itu tidak
benar karena yang sedang dalam kondisi tidak baik adalah komunikasi massa,
karena pada saat itu komunikasi massa hanya dianggap sebagai sebuah
persuasi.
Sebenarnya pendekatan yang dilakukan dalam teori ini tidak baru,
karena pada tahun 1940-an dan 1950-an telah dilakukan penelitian serupa.
Bahkan Karl Erik Rosengren pernah menyajikan bagaimana paradigma uses
and gratifications. Seperti penjelasan dalam bagan berikut ini.
Asumsi Dasar Teori dan Uraian Teori
Asumsi dasar dari teori ini, yaitu bagaimana media memenuhi kebutuhan
dari sosial khalayak. Khalayak yang dimaksud adalah khalayak yang aktif, yang
sengaja menggunakan media untuk suatu tujuan yang khusus. Dengan
demikian, kajian dalam teori ini lebih terfokus kepada tujuan komunikan.
Teori ini membahas mengenai kebutuhan dan biasanya sangat erat
kaitannya dengan teori Maslow, yang terdiri atas :
- Physiological Needs
- Safety Needs
- Belonging Needs
- Esteem Needs
- Self-actualization Needs
Jika Erik Rosengsen memiliki bagan untuk menjelaskan uses and
gratifications theory seperti pada bagan sebelumnya, maka Katz mencoba
memaparkannya dalam bentuk bagan berikut :
Dalam bagan yang tergambar sebelumnya, pada kebutuhan individu terdiri dari
lima kebutuhan, berikut ini adalah penjelasannya :
- Cognitive Needs
Kebutuhan ini berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan, dan
pemahaman mengenai lingkungan.
- Affective Needs
Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman
yang estetis, menyenangkan, dan emosional.
- Personal Integrative Needs
Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan,
stabilitas, dan status individual.
- Social Integrative Needs
Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga,
teman, dan dunia.
- Escapist Needs
Kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan,
ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman.
2. Uses and Effects Theory
Penemu Teori dan Sejarah Teori
Uses and Effects Theory pertama kali dipikirkan oleh Sven Windahl pada
tahun 1979. Adanya teori ini merupakan sintesis dari teori sebelumnya, yaitu
uses and gratifications theory dan teori tradisional mengenai efek.
Konsep “use” merupakan bagian yang sangat penting atau pokok dari
suatu pemikiran. Jika pada teori sebelumnya mengenai uses and gratifications
theory, penggunaan media pada dasarnya ditentukan oleh kebutuhan dasar
individu; sedangkan dalam uses and effects theory, kebutuhan hanyalah salah
satu dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan media.
Asumsi Dasar Teori dan Uraian Teori
Asumsi dasar dari teori ini lebih menekankan bagaimana penggunaan
media menghasilkan banyak efek terhadap suatu individu.
Hasil dari sebuah proses komunikasi massa dan beberapa kaitannya
dengan penggunaan media akan membawa pada bagian penting berikutnya
dari teori ini. Hubungan antara penggunaan dan hasilnya dapat disajikan dalam
beberapa bentuk yang berbeda, yaitu :
- Penggunaan media hanya dianggap berperan sebagai perantara, dan hasil
dari prosesnya dinamakan efek.
- Penggunaan media dapat mengecualikan, mencegah, atau mengurangi
aktivitas lainnya.
- Penggunaan media dapat melakukan dua proses secara serempak dan
akan menerima efek dan konsekuensi.
3. Agenda Setting Theory
Penemu Teori dan Sejarah Teori
Agenda Setting Thoery (Teori Penataan Agenda) pertama kali
dikenalkan oleh M.E. Mc. Combs dan D.L. Shaw dalam “Public Opinion
Quarterly” yang terbit pada tahun 1972, yang berjudul “The Agenda Setting
Function of Mass Media”.
Kedua pakar ini memberikan penekanan pada suatu peristiwa dimana
media akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting.
Pembahasan yang ada dalam teori ini, yaitu media massa tidak menentukan
“what to think” tetapi “what to think about”.
Asumsi Dasar Teori dan Uraian Teori
Agenda Setting Theory dimulai dengan suatu asumsi bahwa media
massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya.
Bagaimana sebuah media massa menyajikan peristiwa, itulah yang disebut
sebagai agenda media.
David H. Heaver dalam karyanya yang berjudul “Media Agenda Setting
and Media Manipulation” pada tahun 1981 mengatakan bahwa pers sebagai
media komunikasi massa tidak mereflesikan kenyataan, melainkan menyaring
dan membentuknya seperti sebuah kaleidoskop yang menyaring dan
membentuk cahaya.
Mengenai Agenda Setting lebih banyak menjelaskan apa yang terjadi di
dunia pilitik, Alexis S. Tan menyimpulkan bahwa media massa mempengaruhi
kognisi politik dalam dua cara, yaitu :
- Media secara efektif menginformasikan peristiwa politik kepada khalayak.
- Media mempengaruhi persepsi khalayak mengenai pentingnya masalah
politik.
Manheim menuangkan agenda setting dalam tiga agenda konseptualisasi yang
potensial, yaitu :
a. Agenda media yang terdiri dari beberapa dimensi, antara lain :
- Visibility, jumlah dan tingkat menonjolnya berita.
- Audience salience, relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak.
- Valence, menyenangkan atau tidak menyenangkannya cara pemberitaan
bagi suatu peristiwa.
b. Agenda khalayak yang terdiri dari beberapa dimensi, antara lain :
- Familiarity, derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu.
- Personal salience, relevansi kepentingan dengan ciri pribadi.
- Favorability, pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita.
c. Agenda kebijaksanaan yang terdiri dari beberapa dimensi, antara lain :
- Support, kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu.
- Likelihood of Action, kemungkinan pemerintah melaksanaan apa yag
diibaratkan.
- Freedom of Action, nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.
4. Cultural Norms Theory (Teori Norma Budaya)
Penemu Teori dan Sejarah Teori
Cultural Norms Theory dikemukakan oleh Melvin DeFleur. Dalam teori ini
media massa melalui penyajiannya yang selektif dan penekanannya pada
tema-tema tertentu, menciptakan kesan-kesan pada khalayak di mana norma-
norma budaya umum mengenai topik yang diberi bobot itu, dibentuk dengan
cara-cara tertentu.
Perilaku individual biasanya dipandu oleh norma-norma budaya
mengenai suatu hal tertentu, maka media komunikasi secara tidak langsung
akan mempengaruhi perilaku.
Asumsi Dasar Teori dan Uraian Teori
Asumsi dasar dari cultural norms theory bahwa orma budaya yang ada di
masyarakat berkaitan dengan media komunikasi dan komunikasi massa.
Ada tiga cara di mana media secara potensial mempengaruhi situasi dan
norma bagi individu-individu, terdiri atas :
- Pesan komunikasi massa akan memperkuat pola-pola yang sedang berlaku
dan memadu khalayak untuk percaya bahwa suatu bentuk sosial tertentu
tengah dibina oleh masyarakat.
- Media komunikasi dapat menciptakan keyakinan baru mengenai hal-hal di
mana khalayak sedikit banyak telah memiliki pengalaman.
- Komunikasi massa dapat mengubah norma-norma yang tengah berlaku dan
karenanya mengubah khalayak dari suatu bentuk perilaku mejadi bentuk
perilaku yang lain.
5. Individual Difference Theory (Teori Perbedaan Individual)
Penemu Teori dan Sejarah Teori
Individual Difference Theory seperti teori sebelumnya, dikemukakan pula
oleh Melvin DeFleur. Sebenarnya nama lengkap dari teori ini adalah “Individual
Differences Theory of Mass Communication Effect”. Karena teori ini menelaah
perbedaan-perbedaan di antara individu-individu sebagai sasaran media massa
ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu. Dalam teori ini efek
media massa pada khalayak massa itu tidak seragam, melainkan beragam.
Asumsi Dasar Teori dan Uraian Teori
Asumsi dasar dari teori ini adalah manusia yang bervariasi dalam
organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari
dukungan perbedaan secara biologis, tetapi ini dikarenakan pengetahuan
secara individual yang berbeda.
Dalam teori ini individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran
media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan-pesan terutama
jika berkaitan dengan kepentingannya, konsisten dengan sikap-sikapnya,
sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai-nilainya.
Teori perbedaan sosial individual ini mengandung rangsangan-
rangsangan khusus yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak-
watak perorangan anggota khalayak. Terdapat perbedaan individual pada
setiap anggota khalayak itu.
6. Spiral of Silence Theory
Penemu Teori dan Sejarah Teori
Teori Spiral of Silence dikemukakan pertama kali oleh Elizabeth Noelle
Neuman, seorang sosiolog Jerman, pada tahun 1974.
Dalam teori terdapat jawaban bagaimana dalam komunikasi massa,
komunikasi antarpersona, dan persepsi individu terhadap pendapatnya sendiri
dalam hubungannya dengan pendapat orang lain dalam masyarakat.
Asumsi Dasar Teori dan Uraian Teori
Asumsi dasar dari teori ini adalah pemikiran sosio-psikologi 1930-an
yang menyatakan bahwa pendapat pribadi sangat tergantung pada apa yang
dipikirkan / diharapkan oleh orang lain, atau atas apa yang orang rasakan /
anggap sebagai pendapat dari orang lain.
Dalam spiral of silence dijelaskan bahwa individu pada umumnya
berusaha untuk menghindari isolasi, dalam arti sendirian mempertahankan
sikap atau keyakinan tertentu. Dapat disimpulkan bahwa orang akan
mengamati lingkunganya untuk mempelajari pandangan-pandangan mana yang
bertahan dan mendapatkan dukungan dan mana yang tidak dominan atau
populer. Maksudnya adalah jika seseorang merasa pandangannya tergolong
dalm jumlah yang minoritas maka ia akan cenderung sulit untuk
mengekspresikan apa yang ia inginkan karena perasaan takut akan diisolasi.
Sedangkan kebalikannya yaitu seseorang akan merasa semakin kuat dan luas
untuk mengekspresikan dirinya karena pendapatnya termasuk pada jumlah
mayoritas. Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan hubungan tersebut.
Noelle Neuman mendukung asumsinya dengan acuan bahwa ada
berbagai perubahan selama kurun waktu tertentu mengenai beberapa pendapat
umum yang menonjol di Jerman Barat.
7. Teori Dependensi mengenai Efek Komunikasi Massa
Penemu Teori dan Sejarah Teori
Teori dependensi mengenai efek komunikasi massa dikembangkan oleh
Sandra Ball Rokeach dan Melvin L. DeFleur pada tahun 1976. Dalam teori ini
yang menjadi fokus perhatiannya adalah kondisi struktural suatu masyarakat
yang mengatur kecenderungan yang terjadi pada suatu efek media massa.
Asumsi Dasar Teori dan Uraian Teori
Asumsi dasar dari teori ini dapat disimpulkan dalam bagan tersebut
bahawa teori ini merupakan suatu pendekatan struktur sosial yang berangkat
dari gagasan mengenai sifat suatu masyarakat yang modern (atau masyarakat
massa), di mana media massa dapat dianggap sebagai sistem informasi yang
memiliki peranan penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik
pada tataran masyarakat, kelompok, atau individu dalam aktivitas sosial.
Dalam teori ini dikemukakan bahwa adanya ketergantungan antara
masyarakat modern dengan media massa karena media massa dianggap
sebagai sumber informasi yang dapat memberikan pengetahuan tentang apa
yang terjadi pada dunia.
Jika dilihat dari bagan, ada tiga komponen, Ball Rokeach dan DeFleur
lebih lanjut menjelaskannya sebagai berikut :
- Sistem sosial akan bervariasi sesuai dengan tingkat stabilitasnya.
- Audience akan memiliki hubungan yang beragam dengan sistem sosial dan
perubahan-perubahan yang terjadi.
- Media massa yang beragam kuantitas, persebaran, reliabilitas, dan otoritas.
Sedangkan ada tiga efek yang akan didapatkan oleh khalayak media massa,
berikut ini adalah penjabarannya :
a. Efek kognitif, berupa :
- Menciptakan atau menghilangkan ambiguitas.
- Pembentukkan sikap.
- Agenda setting.
- Perluasan sistem keyakinan masyarakat.
- Penegasan/penjelasan nilai-nilai.
b. Efek Afektif, berupa :
- Menciptakan ketakutan atau kecemasan.
- Meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.
c. Efek Behavioral, berupa :
- Mengaktifkan/menggerakkan atau meredakan.
- Pembetulan issue tertentu atau penyelesaiannya.
- Menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas.
- Menyebabkan perilaku dermawan.
8. Diffusion of Innovations Theory
Penemu Teori dan Sejarah Teori
Diffusion of Innovations Theory dikemukakan oleh Everett M. Rogers
yang menulis buku berjudul “Diffusion of Innovations and Communication
Technology, The New Media in Society” bersama dengan F. Floyd Shoemaker
yang menulis buku “Communication of Innovations”.
Adanya teori ini karena masyarakat sadar bahwa ada salah satu aplikasi
komunikasi massa terpenting yang berkaitan dengan adopsi inovasi. Teori ini
dapat dilaksanakan pada negara berkembang ataupun negara maju.
Praktek-praktek awal dari teori ini dilakukan di Amerika Serikat pada
dasawarsa 1920-an dan 1930-an, hingga kini digunakan untuk program-
program pembangunan di negara-negara yang sedang berkembang.
Asumsi Dasar Teori dan Uraian Teori
Asumsi dasar dari teori ini diambil dari pengertian dari kata-kata yang
terkandung dalam nama teori ini. Rogers mendefinisikan difusi sebagai proses
di mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka
waktu tertentu antara anggota suatu sistem sosial. Difusi adalah suatu jenis
khusus dari komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan
sebagai ide baru. Sedangkan inovasi adalah suatu ide, karya, atau objek yang
dianggap baru oleh seseorang. Jadi asumsi dasar dari teori ini adalah
bagaimana suatu pesan yang dapat disebarkan atau dikomunikasikan kepada
khalayak dengan penggunaan beberapa cara baru.
Adapun unsur-unsur utama difusi ide, antra lain : inovasi, yang
dikomunikasikan melalui saluran tertentu, dalam jangka waktu tertentu, di
antara anggota suatu sistem sosial.
Menurut Rogers, ada ciri-ciri inovasi yang dirasakan oleh para anggota
suatu sistem sosial dalam menentukkan tingkatan adopsi terdiri atas :
- Relative advantage (keuntungan relatif) adalah suatu derajat dengan mana
inovasi dirasakan lebih baik daripada ide lain yang menggantikannya.
- Compatibility (kesesuaian) adalah suatu derajat dengan mana inovasi
dirasakan konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman, dan
kebutuhan mereka yang melakukan adopsi.
- Complexity (kerumitan) adalah mutu derajat dengan mana inovasi dirasakan
sukar untuk dimengerti dan dipergunakan.
- Trialability (kemungkinan dicoba) adalah mutu derajat dengan mana inovasi
dapat dieksperimentasikan pada landasan yang terbatas.
- Observability (kemungkinan diamati) adalah suatu derajat dengan mana
inovasi dapat disaksikan oleh orang lain.
Ada tiga hal seputar masalah waktu yang juga menjadi salah satu unsur
utama dari difusi ide baru, antara lain :
a. Innovations decision process (proses inovasi keputusan).
b. Innovativeness (keinovatifan).
c. Innovation’s rate of adoption (tingkat inovasi dari adopsi).
Innovativeness adalah derajat dengan mana seseorang relative lebih dini
dalam mengadopsi ide-ide baru ketimbang anggota-anggota lain dalam suatu
sistem sosial. Berikut ini adalah kategori pengadopsi, yaitu :
- Innovators
- Early adopters
- Early Majority
- Late Majority
- Laggard
9. Sense Extended Theory (Teori Perpanjangan Alat Indera)
Penemu Teori dan Sejarah Teori
Teori perpanjangan alat indera dikemukakan oleh McLuhan. Adanya
teori ini didasarkan pada pengamatan bahwa sebuah media bukan hanya
sekedar penghubung tetapi jua sebagai sesuatu yang dapat mempengaruhi
seseorang.
Asumsi Dasar Teori dan Uraian Teori
Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa sebuah media akan
mempengaruhi seseorang dalam menentukkan sikapnya.
Dalam teori ini dijelaskan bahwa secara operasional dan praktis, media
adalah pesan yang artinya bahwa akibat-akibat personal dan sosial dari media
yakni karena perpanjangan diri kita timbul karena skala baru yang dimasukkan
pada kehidupan oleh perluasan diri atau teknologi baru. Media adalah pesan
karena media membentuk dan mengendalikan skala serta bentuk hubungan
dan tindakan manusia.
Menurut Steven H. Chaffee ada lima efek dalam komunikasi massa,
antara lain :
- Efek ekonomis berkenaan dengan sirkulasi biaya produksi, distribusi, dan
konsumsi.
- Efek sosial berkenaan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial
akibat kehadiran media massa.
- Efek pada penjadwalan kegiatan berkenaan dengan adanya media telivisi
yang membuat manusia tidak lagi disiplin dan cenderung menunda atau
mempercepat pekerjaan untuk dapat menyaksikan program-program
televisi.
- Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu.
- Efek pada perasaan orang terhadap media.
10. Reflective Projective Theory
Penemu Teori dan Sejarah Teori
Reflective Projective Theory dikemukakan oleh Lee Loevinger pada
tahun 1968. Adanya teori ini bermula ketika suatu citra dianggaplah penting
apalagi untuk public figure seperti politikus. Dimana sebuah media massa
dirasakan dapat mempengaruhi segala hal.
Asumsi Dasar Teori dan Uraian Teori
Asumsi dasar dari teori ini yaitu bahwa media massa dapat
mencerminkan suatu masyarakat yang memiliki suatu citra yang ambigu
(menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam sehingga pada media massa
setiap orang memproyeksikan atau melihat citranya.
Dalam teori ini ditekankan bahwa media massa dapat menjadi sebuah
media untuk citra diri seseorang. Media massa mencerminkan citra khalayak,
dan khalayak memproyeksikan citranya pada penyajian media massa.
Dalam teori ini seolah media adalah sesuatu yang sangan kuat, namun
Klapper, seorang tokoh kontroversial menyatakan bahwa bukan saja media
yang dapat memperburuk ataupun memperbaiki citra; lebih lanjut Klapper
mengungkapkan bahwa media lebih cenderung menyokong status quo
ketimbang perubahan.
Roberts pada tahun 1977 menganggap bahwa adanya kecenderungan
hal tersebut disebabkan karena :
- Reporter dan editor memandang dan menafsirkan dunia sesuai dengan
citranya tentang realitas (kepercayaan, nilai, dan norma).
- Wartawan selalu memberikan respons pada tekanan halus yang merupakan
kebijaksanaan pemimpin media.
- Media massa sendiri cenderung menghidari hal-hal yang kontroversial,
karena kuatir hal-hal tersebut akan menurunkan volume khalayaknya.
Pengaruh media massa terasa lebih kuat lagi, karena apda masyarakat
modern; orang memperoleh lebih banyak informasi tentang dunia dari media
massa.
Sumber Buku :
Nama Buku
Ilmu Komunkasi, Teori dan Praktek
Pengarang
Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A.
Penerbit
PT. Remaja Rosdakarya
Nama Buku
Pengantar Ilmu Komunikasi, Pendekatan Taksonomi Konseptual
Pengarang
Drs. Dani Vardiansyah, M.Si.
Penerbit
Ghalia Indonesia
Nama Buku
Teori Komunikasi
Pengarang
Sasa Djuarsa Sendjadja, Ph. D
Penerbit
Universitas Terbuka
Nama Buku
Psikologi Komunikasi
Pengarang
Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc.
Penerbit
PT. Remaja Rosdakarya
Nama Buku
Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi
Pengarang
Prof. Onong Uchjana Effendy.,M.A.
Penerbit
PT. Citra Aditya Bakti