TEKNO HUTAN TANAMAN - · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis...

41
ang Kehutanan mor 5, Po. Box. 331 20005 E-mail: [email protected] w.forplan.or.id Vol. 3 No. 1, April 2010 ISSN 2085-2967 772085 296777 9 HUTAN TANAMAN HUTAN TANAMAN HUTAN TANAMAN TEKNO TEKNO VOL. 3 No. 1

Transcript of TEKNO HUTAN TANAMAN - · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis...

Page 1: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

ang Kehutananmor 5, Po. Box. 33120005 E-mail: [email protected]

w.forplan.or.id

Vol. 3 No. 1, April 2010

ISSN 2085-2967

772085 2967779

HUTANTANAMANHUTANTANAMANHUTANTANAMAN

TEKNOTEKNO

VOL. 3 No. 1

Page 2: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

ISSN : 2085-2967

ung Jawab

Redaksi

gkap Anggota

gota

Bestari

at Redaksi

gkap Anggota

gota

kan oleh:

mat

AN TANAMAN, April 2010

resmi yang memuat kajian sintesa, hasil pemikiransat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanamanrbit tiga kali setahun

ang Hutan Tanaman

ma, M.Sc. (Perlindungan Hutan)drologi dan Konservasi Tanah dan Air)l Ekonomi Kehutanan ), M.Si. (Biometrika)(Silvikultur dan Fisiologi Pohon)

an (PT. Inhutani I)MS. (Fakultas Kehutanan IPB)

an Evaluasi Penelitian P3HT

ayanan Penelitian P3HTniati, S.Hut

Pari, S.Hut

embangan Hutan Tanamanngembangan Kehutanann Kehutanan

ang KehutananNo. 5, Po. Box. 331

[email protected], Website:

, M.Si. (Silvikultur)

/Social Forestry

www.forplan.or.id

PEDOMAN PENUTEKNO HUTA

1. adalah publikasi ilmiamenerbitkan tulisan hasil kajian, sintesa, hasil peseperti perbenihan, pembibitan, silvikultur, bitanaman (hama/penyakit, gulma, kebakaran), biometanaman.

2. ditulis dalam bahasa Indonesia dengan h2 (dua) spasi pada kertas A4 putih pada satu permsetiap naskah antara 10 - 20 halaman. Pada semuNaskah sebanyak 2 (dua) rangkap dikirimkanPusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanamabentuk CD atau dikirim melalui email ke alamat : pp_

3. dibuat tidak lebih dari 2 baris dalam batidak lebih dari 10 kata serta harus mencerminkanbahasa Inggris yang tercetak dengan huruf kecil dan cdi bawah judul dengan huruf kecil. Di bawah ninstansi/institusi.

4. terdiri atas: dengan,

(Ucapan terima kasih; jika adaPenulisan nama jenis harus menyertakan nama ilKesimpulan, contoh : Nyamplung (

5. dibuat dalam Bahasa Indonesia dan Insatu paragraf. Isinya berupa intisari permasalahan,yang dinyatakan secara kuantitatif. Bahasa InggriIndonesia ditulis tegak, jarak 1 (satu) spasi.disusun menurut abjad.

6. berisi : latar belakang/masalahdinarasikan secara singkat pada bagian akhir bab ini.

7. berisi : Hasil dan Pem

8. diberi nomor, judul tabel dan keterangan yangbahasa Indonesia dan Inggris secara jelas dan singkat

9. (Gambar, Grafik dan Foto) harus jelas dan ddan Inggris di bagian bawah dan diberi nomor. Fosumbernya.

10. (jika ada) disampbernomor), serta diusahakan dinyatakan secara kuant

11. berupa ucapan terima kasih kepad

12. disusun menurut abjad n(disarankan menggunakan pustaka terkini), seperti co

Departemen Kehutanan. 2005. Eksekutif Data Strateg

Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1992.

U.S. Census Bureau. ”American Factfinder :2001.http://factfinder.census.gov/servlet/B

13. Dewan Redaksi dan Sekretariat Redaksi berhakmengubah substansi tulisan. Naskah yang tidak diterb

Tekno Hutan Tanaman

Naskah

Judul

Isi NaskahPENDAHULUAN HASIL DAN PEMBAHPERSANTUNAN

ABSTRAK

PENDAHULUAN

HASILDAN PEMBAHASAN

Tabel

Gambar

KESIMPULAN DAN SARAN

PERSANTUNAN

DAFTAR PUSTAKA

ABSTRACT

Calophyllum inop

Keywor

Plant Physiolog

Page 3: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

Vol. 3 No. 1,April 2010

ISSN : 2085-2967

VOL. 3 No. 1 Hal.1 - 35

BogorApril2010

ISSN.2085-2967

HUTANTANAMANHUTANTANAMAN

TEKNO

HUTANTANAMAN

Page 4: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

1. PENGARUH UKURAN BENIH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DAN

PERTUMBUHAN BIBIT GMELINA( Linn)

Nurmawati Siregar

2. PERTUMBUHAN TIGA PROVENANS MAHONI ASAL KOSTARIKA

Asep Rohandi dan/ Nurin Widyani

ANALISIS SIFAT-SIFAT TANAH DI BAWAH TEGAKAN

Nina Mindawati,Andry Indrawan, Irdika Mansur dan/ Omo Rusdiana

EMILIHAN BAHAN VEGETATIF UNTUK PENYEDIAAN BIBIT BAMBU

HITAM ( Widjaja)

Saefudin dan/ Tati Rostiwati

DAMPAK KEBAKARAN HUTAN TERHADAPPERTUMBUHAN VEGETASI

Wida Darwiati dan/ Faisal Danu Tuheteru

(Gmelina arborea

)

3.

Eucalyptus urograndis

4.

Gigantochloa

atroviolacea

5.

Gmelina arborea

and

Eucalyptus urograndis

and

Gigantochloa atroviolacea

and

and

The Effect of Seed Size on Germination Seed and Growth Seedling Gmelina

Linn

Growth of Three Provenances of Mahogany from Costarica

The Analysis of Soil Characteristic under Stands

Vegetative Material Selection for Seedling Preparation of Bamboo Hitam

Widjaja)

Forest Fire Impact on the Growth of Vegetation

P

1 - 5

7 - 11

13 - 22

23 - 28

29 -35

TEKNO HUTAN TANAMANVol. 3 No. 1, April 2010

DAFTAR ISI

Page 5: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

TEKNO HUTAN TANAMAN

ISSN 2085-2967 Vol. 3 No. 1, 2010

Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya

UDC(OXDCF) 630*232.3Nurmawati Siregar (Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor)

Pengaruh Ukuran Benih terhadap Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Bibit Gmelina ( Linn)

Tekno Htn Tnm Vol. 3 No. 1, 2010 p:1-5

Gmelina merupakan jenis yang potensial untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman. Salah satu faktoryang menentukan daya berkecambah adalah ukuran benih. Ukuran benih berpengaruh terhadap kandungan cadanganmakanan yang terdapat dalam benih. Oleh karena itu dilakukan penelitian pengaruh ukuran benih terhadap viabilitasbenih dan pertumbuhan bibit. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok terdiri dari 3 perlakuan(ukuran benih) dan diulang lima kali. Perlakuan yaitu ukuran besar, sedamg dan kecil. Masing-masing kombinasiperlakuan terdiri dari 50 benih untuk daya berkecambah dan 25 bibit untuk pertumbuhan bibit. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa ukuran benih tidak berpengauh terhadap daya berkecambah tetapi benih ukuran besar dan sedangmemberikan pengaruh yang lebih baik terhadap tinggi, diameter, panjang akar, berat kering dan rasio tunas akardibandingkan dengan benih ukuran kecil

Kata kunci : Daya berkecambah, pertumbuhan bibit, ukuran benih

Gmelina arborea

UDC(OXDCF) 630*22Asep Rohandi dan Nurin Widyani (Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor)

Pertumbuhan Tiga Provenans MahoniAsal Kostarika

Tekno Htn Tnm Vol. 3 No. 1, 2010 p:7-11

Studi pertumbuhan tingkat semai mahoni King. dilakukan terhadap 3 (tiga) provenans asalKostarika sampai umur 4,5 bulan. Variasi pertumbuhan yang diamati berupa tinggi dan diameter semai. Rancangan yangdigunakan untuk menganalisis karakteristik yang diamati menggunakan rancangan acak lengkap. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa perbedaan asal sumber benih (provenans) memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhantinggi, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter batang semai mahoni. Penampilan karakterpertumbuhan rata-rata tinggi dan diameter semai tertinggi sampai umur 4,5 bulan adalah provenans BL 041 masing-masing sebesar 50,01 cm dan 6,10 mm, sedangkan pertumbuhan terendah dicapai oleh provenan BL 124 dengan tinggi33,23 cm dan diameter batang 5,63 mm. Pada tingkat uji lapang, pertumbuhan tinggi terbaik umur 2 tahun setelah tanamdicapai oleh provenans BL 041 yaitu 1,99 m.

Kata kunci : , provenans, pertumbuhan, Kostarika

(Swietenia macrophylla )

Swietenia macrophylla

Page 6: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

TEKNO HUTAN TANAMAN

ISSN 2085-2967

Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya

Vol. 3 No. 1, 2010

UDC(OXDCF) 630*114.6Nina Mindawati (Pusat Litbang Hutan Tanaman), Andry Indrawan, Irdika Mansur dan Omo Rusdiana (FakultasKehutanan, Institut Pertanian Bogor)

Analisis Sifat-sifat Tanah di Bawah Tegakan

Tekno Htn Tnm Vol. 3 No. 1, 2010 p:13-22

merupakan jenis cepat tumbuh yang dikembangkan dalam skala luas di PT Toba PulpLestari sebagai bahan baku pulp dalam sistem monokultur dengan rotasi tebang 5 tahun. Pendeknya rotasi tebangdikhawatirkan akan menurunkan kondisi kesuburan tanah di bawahnya. Oleh karena itu analisissifat-sifat tanah di bawah tegakan pada rotasi 1 dan 2 telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahuikondisi kesuburan tanah antara rotasi 1 dan rotasi 2. Hasil analisis menunjukkan bahwa penanaman jenispada tanah tipe tanah jenis inceptisol sampai rotasi 2 pada umumnya masih berpengaruh positif terhadap kesuburantanah berdasarkan sifat kimia, fisik dan biologi tanah sehingga produktivitas tanah pada rotasi 2 masih baik untukpertumbuhan .

Kata kunci : Cepat tumbuh, , kesuburan, sifat tanah

Eucalyptus urograndis

Eucalyptus urograndis

E. urograndisE. urograndis

E. urograndis

E. urograndis

UDC(OXDCF) 630*232.5Saefudin (Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor) dan Tati Rostiwati (Pusat Litbang Hutan Tanaman)

Pemilihan Bahan Vegetatif untuk Penyediaan Bibit Bambu Hitam ( Widjaja)

Tekno Htn Tnm Vol. 3 No. 1, 2010 p:23-28

Tiga bahan vegetatif yang digunakan untuk memperbanyak bibit bambu hitam ( Widjaja)dalam penelitian ini adalah stek rimpang, stek batang dan stek cabang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahuibahan vegetatif yang tepat yang dapat menunjukkan persentase tumbuh tunas yang baik untuk penyediaan bibit bambuhitam. Dari ketiga cara tersebut, cara rimpang menghasilkan persentase tunas tumbuh tertinggi yaitu 84,7%, disusul stekbatang 52,5% dan terendah stek cabang 43,7%. Meskipun hasil yang diperoleh dari stek cabang terendah, namunteknik budidaya dengan cara tersebut lebih efisien dan hemat dalam penggunaan bahan. Untuk memperbaiki kemampuantumbuh dari stek cabang dilakukan dengan merendam cabang terlebih dahulu dalam larutan hormon IBA dosis 5000 ppmselama 2 jam sebelum dibenamkan dalam media budidaya. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan perolehanbibit bambu hitam asal cabang dari sebelumnya 43,7% menjadi 64,5%.

Kata kunci : bahan vegetatif, bibit bambu, hormon IBA

Gigantochloa atroviolacea

Gigantochloa atroviolacea

Page 7: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

TEKNO HUTAN TANAMAN

ISSN 2085-2967

Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya

Vol. 3 No. 1, 2009

UDC(OXDCF) 630*434Wida Darwiati (Puslitbang Hutan Tanaman) dan Faisal Danu Tuheteru (Program Studi Manajemen Hutan, UniversitasHaluoleo, Kendari)

Dampak Kebakaran Hutan terhadap Pertumbuhan Vegetasi

Tekno Htn Tnm Vol. 3 No. 1, 2010 p 23-35

Salah satu faktor yang turut memberikan kontribusi terhadap laju degradasi hutan dan deforestasi serta menurunnyakualitas lingkungan hidup di Indonesia adalah kebakaran hutan. Secara ekologis, kebakaran hutan berdampak terhadapmenurunnya kualitas ekosistem. Salah satu unsur penting ekosistem hutan yang turut menerima dampak kebakaran hutanadalah vegetasi hutan. Tingkat kerusakan vegetasi hutan sangat dipengaruhi oleh karakteristik kebakaran hutan.kebakaran hutan dapat menyebabkan kematian vegetasi pada berbagai tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.vegetasi mempunyai mekanisme respon dan adaptasi yang berbeda terhadap kejadian kebakaran hutan. Beberapa bentukadaptasi vegetasi/tanaman terhadap api diantaranya perlindungan tunas, stimulasi pembungaan dan retensi benih. Jenis -jenis yang resisten terhadap kebakaran diantaranya Puspa ( ), Tembesu ( ), Sungkai( ), sp. dan Laban ( ), dan

.

Kata kunci : Kebakaran hutan, hutan, vegetasi

Schima wallichii Fagraea fragransPeronema canescens Eucalyptus Vitex pubescens Larix occidentalis, Pseudotsuga menziesii Pinus

ponderosa

Page 8: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

1

PENGARUH UKURAN BENIH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DANPERTUMBUHAN BIBIT GMELINA ( Linn)Gmelina arborea

The Effect of Seed Size on Germination Seed and Growth of ’sSeedling

GmelinaLinn(Gmelina arborea )

Nurmawati Siregar

ABSTRAK

Kata Kunci: daya berkecambah, pertumbuhan bibit, ukuran benih

I. PENDAHULUAN

Balai Penelitian Teknologi Perbenihan BogorJl. Pakuan Ciheuleut PO BOX 105, Bogor-16001, Telp./Fax. (0251) 8327768

Naskah masuk : 20 Oktober 2009 ; Naskah diterima : 22 Januari 2010

ABSTRACT

Key words: germination, growth seedling, seed size

Gmelina (Gmelina arborea) is a potensial species to be developed in industrial plantation for timber. One ofdecisive factor the germination seed and growth seedling is seed size. A seed size was influence upon containingredients of seed. Because of that got the research the effect of seed size on germination seed and growthseedling. The experimental design used is Randomized Complete Block Design consist of 3 treatments (seedsize). Treatments are large, medium and small seed. Each combination treatment consist of 50 seed forgermination seed and 25 seedling for grothf of seedling Eventhough the result show that seed size was notifluence on germination seed and growth seedling but large and medium seed size give better on height,diameter, long root, dry weight and shoot root ratio than small size.

Gmelina arborea

veneeret al

Gmelina merupakan jenis yang potensial untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman. Salah satufaktor yang menentukan daya berkecambah adalah ukuran benih. Ukuran benih berpengaruh terhadapkandungan cadangan makanan yang terdapat dalam benih. Oleh karena itu dilakukan penelitian pengaruhukuran benih terhadap viabilitas benih dan pertumbuhan bibit. Rancangan yang digunakan adalah RancanganAcak Kelompok terdiri dari 3 perlakuan (ukuran benih) dan diulang lima kali. Perlakuan yaitu ukuran besar,sedang dan kecil. Masing-masing kombinasi perlakuan terdiri dari 50 benih untuk daya berkecambah dan 25bibit untuk pertumbuhan bibit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran benih tidak berpengauh terhadapdaya berkecambah tetapi benih ukuran besar dan sedang memberikan pengaruh yang lebih baik terhadaptinggi, diameter, panjang akar, berat kering dan rasio tunas akar dibandingkan dengan benih ukuran kecil.

Hutan tanaman yang dibangun saat ini, selain mengembangkan jenis-jenis lokal juga mengembangkanjenis-jenis eksotik yang potensial seperti gmelina ( Linn.). Tanaman ini tumbuh baik di daerahiklim basah sampai kering, pada ketinggian 50 -1.100 m dpl, pada tanah alluvial basah dan tanah berkapur.Kayunya dapat digunakan sebagai bahan pulp, , kayu lapis, papan partikel dan batang korek api(Martawijaya ., 1981)

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan jenis ini adalah penggunaan benihbermutu, tersedia dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu serta memiliki kemampuan beradaptasi dengankondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Salah satu kriteria benih bermutu adalah viabilitas benih (daya

Page 9: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

2

Tekno Hutan Tanaman

Vol. No. ,3 1 April 2010, 1 - 5

berkecambah).Perkecambahan benih dimulai dari proses imbibisi atau proses penyerapan air. Proses penyerapan air

pada benih adalah proses fisika murni akan tetapi merupakan awal dari perkecambahan, kemudian diikutiproses metabolisme dalam benih sehingga embrio tumbuh menjadi kecambah dan selanjutnya tumbuh menjadibibit (Mayer dan Poljakof, 1982 dan Bewley Black, 1994).

Kecepatan perkecambahan dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan seperti tanah daniklim mikro. Faktor genetik terutama struktur kandungan cadangan makanan yang terdapat dalam benihseperti karbohidrat, protein, lemak dan hormon pengatur tumbuh. Besarnya kandungan cadangan makanan inidipengaruhi oleh ukuran benih, semakin besar ukuran benih maka kandungan cadangan makanan yangterdapat dalam benih semakin tinggi. Ukuran benih ini sering bervariasi, kendatipun pada jenis tanaman yangsama.

Soeseno (1975), menyebutkan bahwa untuk jenis-jenis tertentu, benih-benih dengan ukuran yanglebih besar memiliki mutu fisik dan fisiologis yang lebih baik dibandingkan dengan benih-benih denganukuran yang lebih kecil, sehingga menghasilkan viabilitas benih dan persen tumbuh bibit yang lebih tinggidibandingkan dengan benih dengan ukuran yang lebih kecil. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugeng(1975) terhadap tanaman , menunjukkan bahwa benih dengan ukuran yang lebih kecil dansedang memberikan kualitas kecambah maupun kualitas bibit yang lebih baik dibandingkan denganbenih dengan ukuran yang lebih besar. Carnita (1985), melaporkan bahwa benih mahoni (

) yang mempunyai ukuran yang lebih besar tidak menunjukkan pengaruh yang nyataterhadap perkecambahan pertumbuhan bibit dibandingkan dengan benih dengan ukuran yang lebih kecil.Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas maka dilakukan penelitian pengaruh ukuran benih terhadapviabilitas benih dan pertumbuhan bibit gmelina.

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Balai Penelitian Teknologi Perbenihan diBogor. Bahan-bahan yang digunakan adalah benih gmelina, media campuran tanah dan pasir. Alat yangdigunakan yaitu timbangan, oven, bak kecambah, desikator, dan polibag. Seleksi benih dilakukansecara manual yaitu dengan memilih benih yang bagus, tidak keriput, selanjutnya benih diseleksi berdasarkanukuran yaitu benih dengan ukuran besar, sedang dan kecil. Media tabur yang digunakan terdiri dari campurantanah dan pasir dengan perbandingan 1:1. Media disterilkan kemudian dimasukkan ke dalam bak taburuntuk perkecambahan benih dan polibag untuk pertumbuhan bibit. Benih ditabur di dalam bak tabur danapabila sudah berkecambah disapih ke polibag.

Pemeliharaan terdiri dari penyiraman dan penyiangan. Penyiraman dilakukan setiap hari danpenyiangan gulma dengan cara manual yaitu mencabut gulma yang tumbuh di dalam polibag dan disekitarpersemaian.

Rancangan yang digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari satu faktor (ukuran benih)yaitu ukuran besar, sedang dan kecil masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan dan setiap satuan unitpercobaan terdiri dari 50 buah benih untuk pengamatan perkecambahan dan 25 bibit untuk pengamatanpertumbuhan bibit. Data yang diperoleh diolah dengan Analisis Keragaman dan apabila berbeda nyatadilanjutkan dengan Uji Tukey.

Pengamatan perkecambahan terdiri dari daya berkecambah dan keserempakan tumbuh. Dayaberkecambah dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

and

Pinus ochinata

Switeniamacrophylla

pot tray

Pengamatan pertumbuhan bibit dilakukan pada saat bibit berumur 12 minggu setelah tanam(penyapihan). Pengamatan dilakukan dengan cara membongkar bibit kemudian bibit dicuci selanjutnyadilakukan pengamatan terhadap : persen tumbuh bibit (%), tinggi bibit (cm), diameter bibit (mm), panjangakar (cm), berat kering (mg), ratio tunas dengan akar (dihitung dengan membandingkan berat kering tunas

Penghitungan keserempakan tumbuh ditentukan berdasarkan jumlah benih berkecambah pada minggu ke tigasetelah tanam, dengan rumus sebagai berikut:

KST� kecambah minggu ke 3

X 100 %� benih yang ditanam

DB=kecambah yang tumbuh

X 100 %benih yang ditanam

Page 10: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

Nurmawati Siregar

Pengaruh Ukuran Benih terhadap Perkecambahan Benih danPertumbuhan Bibit Gmelina Linn(Gmelina arborea )

3

dengan berat kering akar bibit).

II. UKURAN BENIH DAN KESEREMPAKAN TUMBUH

Gambar ( ) 1. Seleksi benih gmelina berdasarkan ukuran ((Foto doc. Nurmawati Siregar)

Figure Selection seed gmelina based on seed size)

Benih yang sudah diseleksi tersebut selanjutnya diukur diameternya dengan menggunakan kaliper.Kisaran ukuran benih disajikan pada Tabel 1.

Keserempakan tumbuh merupakan salah satu kriteria benih bermutu, pengamatan terhadap benih yangberkecambah dilakukan selama 3 minggu dimulai dari 1 hari setelah penaburan benih. Keserempakantumbuh disajikan pada Lampiran 1.

Ukuran benih (Seed size) Diameter (mm) (Diameter) Tebal (mm) (Thickness)

Besar (Big) 10 – 13 16 – 22

Sedang (Medium) 7 – 10 14 – 19

Kecil (Small) < 10 14 16

Tabel 1. Seleksi benih gmelina berdasarkan ukuran benih ( )(Table) Selection gmelina seed based on seed size

III. PENGARUH UKURAN BENIH TERHADAP DAYA BERKECAMBAHDAN PERTUMBUHAN BIBIT

Ukuran benih gmelina sangat menentukan pertumbuhan bibit, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitianbahwa ukuran benih berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit, diameter batang, panjang akar, berat kering danratio tunas dengan akar akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah dan persen tumbuhbibit. Selanjutnya dari hasil uji beda Tukey, ukuran benih berpengaruh terhadap tinggi bibit, diameter batang,panjang akar, berat kering dan panjang akar dimana disajikan pada Tabel 2.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran benih tidak berpengaruh terhadap daya berkembah danpersen tumbuh bibit akan tetapi memberikan pengaruh terhadap parameter lainnya (tinggi bibit, diameterbatang, panjang akar, berat kering dan ratio tunas dengan akar). Hal ini diduga karena benih ukuran besarmempunyai cadangan makanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih ukuran kecil. MenurutGoldsworthy dan Fisher (1992) dan Soetopo (1985), bahwa semakin besar ukuran benih maka semakin tinggicadangan makanan yang tersedia dalam benih.

Proses perkecambahan dimulai dari proses imbibisi (penyerapan air), dimana laju penyerapan air inisangat dipengaruhi oleh sifat fisiologi, biokimia dan morfologi dari benih terutama ukuran benih (Schimidt,2000). Hal yang sama dikemukakan oleh Soeseno (1975), bahwa benih ukuran besar mempunyai kualitas fisikdan fisiologis yang lebih baik dibandingkan dengan benih ukuran kecil.

Benih gmelina dengan ukuran yang lebih besar memberikan tinggi bibit, diameter batang, panjang akar,berat kering dan ratio tunas dengan akar yang lebih baik dibandingkan dengan benih yang mempunyai ukuranyang lebih kecil.

Page 11: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

4

Tekno Hutan Tanaman

Benih ukuran besar mempunyai keserempakan tumbuh yang lebih baik dibandingkan dengan benihukuran kecil. Hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit (tinggi, diameter, panjang akar, beratkering dan ratio tunas dengan akar). Semakin cepat benih berkecambah, maka semakin cepat bibit tumbuh,sehingga pembentukan dan pertumbuhan organ-organ tanaman (tunas, daun, batang dan akar) akan semakincepat sehingga akan meningkatkan laju proses metabolisme dan fotosintesa dalam bibit dan selanjutnyafotosintat tersebut akan diangkut ke seluruh bagian tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan bibit. Halini dapat dilihat dari berat kering bibit dan rasio tunas dengan akar yang lebih baik dibandingkan dengan benihukuran kecil.

Berat kering berkaitan dengan proses metabolisme dan fotosintesa serta menggambarkan status nutrisitanaman selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan tunas, daun dan akar yang lebihcepat akan merangsang pertumbuhan yang lebih cepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury dan Ross(1995), bahwa pertumbuhan merupakan fungsi dari efisiensi tanaman dalam memproduksi beratkering tanaman dan mencerminkan status nutrisi tanaman, karena berat kering tergantung dari hasil selisihfotosintesa relatif dan respirasi.

Nilai rasio tunas dengan akar ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangan tunas dan akar. Bibit daribenih ukuran besar memberikan pertumbuhan bibit yang lebih seimbang karena ratio tunas dengan akar masihberada dalam kisaran angka 1 - 3. Menurut Al Rasyid (1972), rasio tunas dengan akar bibit yang baik beradapada kisaran angka 1 -3.

Ukuran benih memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit gmelina. Ukuran benih yangbesar dan sedang memberikan pertumbuhan bibit yang lebih baik dibandingkan dengan ukuran benih yangkecil. Oleh karena itu, pengadaan benih gmelina sebaiknya menggunakan benih dengan ukuran besar dansedang.

Al Rasyid, H. 1972. Teknik Persemaian dan Penanaman di Jepang. Report Training Course Forestry in Japan.Lembaga Penelitian Hutan Bogor.

Bewley, J.D M. Black. 1994. . Plenum Press.NewYork.

Bramasto, Y dan K. Nurhayati. 1999. Pengaruh ukuran dan cara ekstraksi buah terhadapperkecambahan serta mutu bibit. Buletin Teknologi Perbenihan Vol.3.2. 1996. Balai TeknologiPerbenihan. Bogor.

IV. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

and Seed Physiology of Seed Development and Germination

Khaya anthoteca

Rata-rata (Average)

Ukuran benih (Seed size)Tb (cm) Db (mm) Pa (cm) Bk (g) RTA

Besar ( )Big 41.34 a 3.45 a 31.19 a 2.733 a 2.21 a

Sedang (Medium) 36.89 ab 2.46 b 28.75 ab 2.223 b 1.91 a

Kecl (Small) 34.54 b 2.23 b 27.12 b 1.933 b 1.16 b

Tabel ( ) 2 Pengaruh ukuran benih terhadap tinggi bibit (Tb), diameter batang (Db), panjang akar (Pa),berat kering (Bk) dan ratio tunas dengan akar (RTA) (

Table .The effect of of seed size on height

seedling (Tb), diameter seedling (Db) long root (PA), dry weight (BK) and shoot root ratio(RTA)

Keterangan ( ) : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda nyata pada taraf 5% ()

The numbersfollowed by the same letters are significantly different at 5% levelTb =height seedling, Db = diameter seedling,Pa= long root, Bk =dry weight, RTA = shoot root

Remaks

Vol. No. ,3 1 April 2010, 1 - 5

Page 12: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

Carnita, C. 1985. Pengaruh berat buah dan biji terhadap perkecambahan benih mahoni ( ).SkripsiAkademi Ilmu Kehutanan Bandung. Tidak Dipublikasikan.

Goldsworthy, P.R. NM. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gajah Mada University Press.

Hendromono. 1996. Pengaruh Ukuran Benih terhadap Persen Jadi dan Pertumbuhan BibitL. Buletin Teknologi Perbenihan Vol.3.2. 1996. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

Martawijaya, A., I. Kartasujana., Y.I. Mandang., S.A, Prawira., K. Kadir. 1989. Atlas Kayu Indonesia. BadanPenelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Mayer,A.M. and M A. Poljakoff. 1982. . Pergamon Press.

Salisbury, F.B dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan. ITB Press. Bandung.

Schimidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Hutan Tropis dan Sub Tropis. Direktorat JenderalRehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan. Jakarta

Soeseno, H. 1975. Fisiologi Tumbuhan. DepartemenAgronomi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soetopo, L. 1995. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Jakarta.

Sugeng, S.P.B.S. 1975. Studi mengenai pengaruh ukuran dan biji Jung et de Vriesterhadap Perkecambahan. Lampiran Kertas Kerja. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.

Switenia macrophylla

and

Hymenaea combaril

. The Germination of Seed

Cone Pinus merkusii

5

Nurmawati Siregar

Pengaruh Ukuran Benih terhadap Perkecambahan Benih danPertumbuhan Bibit Gmelina Linn(Gmelina arborea )

Page 13: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

7

PERTUMBUHAN TIGA PROVENANS MAHONI ASAL KOSTARIKA

Growth of Three Provenances of Mahogany from Costarica

Asep Rohandi dan/ Nurin Widyani

ABSTRAK

Kata kunci : , provenans, pertumbuhan, Kostarika

I. PENDAHULUAN

and

ABSTRACT

Key words : Swietenia macrophylla, provenances, growths, Costarica

Swietenia macrophylla

Balai Penelitian Teknologi Perbenihan BogorJl. Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor - 16001, Telp./Fax. (0251) 8327768

Naskah masuk : 1 Juni 2009 ; Naskah diterima : 16 Februari 2010

Seedling growth of three Costarican provenances of mahogany (Swietenia macrophylla King.) was assessedup to 4.5 months old in the nursery. Differences between provenances were significant for height, butnot significant for root collar diameter. At 4.5 months the best provenance was BL 041 having seedling heightof 50 cm and root collar diameter of 6.1 mm, while the poorest provenance was BL 124, having seedling heightof 33.2 cm and root collar diameter of 5.6 mm. At the age of 2 years after planting, the best height was presentedby BL 041 provenans, i.e. 1.99 m.

(Swietenia macrophylla )

(Swietenia macrophylla )

et al.

Indonesia Forest Seed Project

Studi pertumbuhan tingkat semai mahoni King. dilakukan terhadap 3 (tiga)provenans asal Kostarika sampai umur 4,5 bulan. Variasi pertumbuhan yang diamati berupa tinggi dandiameter semai. Rancangan yang digunakan untuk menganalisis karakteristik yang diamati menggunakanRancangan Acak Lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan asal sumber benih (provenans)memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadappertumbuhan diameter batang semai mahoni. Penampilan karakter pertumbuhan rata-rata tinggi dan diametersemai tertinggi sampai umur 4,5 bulan adalah provenans BL 041 masing-masing sebesar 50,01 cm dan 6,10mm, sedangkan pertumbuhan terendah dicapai oleh provenan BL 124 dengan tinggi 33,23 cm dan diameterbatang 5,63 mm. Pada tingkat uji lapang, pertumbuhan tinggi terbaik umur 2 tahun setelah tanam dicapaioleh provenans BL041 yaitu 1,99 m.

Mahoni King. merupakan jenis kayu asing dan menjadi prioritas dalampembangunan hutan tanaman saat ini. Jenis ini mempunyai pasaran yang cukup baik dalam perdagangan kayudi Indonesia dan banyak digunakan untuk bahan meubel, bangunan dan konstruksi. Tanaman ini banyakditanam atau dikembangkan di seluruh Jawa dan tumbuh baik pada ketinggian 50-1.400 m dpl dengan curahhujan 1.600-4.000 mm/tahun (Gintings , 1998).

Pada tahun 2003 Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial-Departemen Kehutananbekerjasama dengan (IFSP) mendatangkan benih mahoni dari beberapaprovenans asal Bolivia dan Kostarika. Benih asal Kostarika terdiri dari tiga provenans, sedangkan benih asalBolivia terdiri dari satu provenans. Sebelum provenans-provenans ini digunakan untuk kegiatan penanamandalam skala luas, maka perlu dilakukan pengujian baik pada tingkat semai ataupun aplikasinya di lapangan.Suhendi (1995) menjelaskan bahwa benih yang berasal dari berbagai sumber benih alami (provenans)memerlukan proses aklimatisasi, naturalisasi dan domestikasi yang harus dikaitkan dengan percobaanprovenans untuk menghindari kerugian dan kegagalan serta untuk menilai keberhasilan pertumbuhan di suatutempat tumbuh tertentu.

Page 14: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

8

Tekno Hutan Tanaman

Vol. No. ,3 1 April 2010, 7 - 11

Berdasarkan ketinggian tempat dan rerata temperatur harian, benih mahoni provenans BL 041 berasaldari tempat yang mempunyai tinggi tempat dan rerata temperatur harian terendah dibandingkan dengan 2

provenans yang lain yaitu 70 m dpl dan 24 C. Tetapi memiliki curah hujan rata-rata tertinggi yaitu sebesar2.287 mm/tahun. Sedangkan provenans BL 103 berasal dari lokasi yang memiliki ketinggian tempat tertinggiyaitu 320 m dpl.

Curah hujan di daerah asal benih mahoni Kostarika berada di kisaran 1.600-2.287 m dpl dan ketinggiantempat 70-320 m dpl yang menurut Gintings (1998), kisaran curah hujan dan ketinggian tempat ini beradadi kisaran tanaman mahoni dikembangkan dan tumbuh baik di Jawa yaitu pada ketinggian 50-1.400 mdpldengan curah hujan 1.600-4.000 mm/tahun. Diharapkan dengan kisaran asal benih dan tempat tumbuhnyananti, pertumbuhan mahoni asal Kostarika lebih optimal.

Tinggi dan diameter semai merupakan sifat yang paling mudah dilihat dan diukur, sehingga setiap semaiyang akan ditanam dapat dilengkapi label yang memuat tinggi dan diameternya. Hasil sidik ragam

o

et al.

III. PERTUMBUHAN TINGGI DAN DIAMETER MAHONI

Pengembangan ketiga provenans ini juga diharapkan akan menambah keragaman genetik yang dapatdijadikan populasi dasar dalam kegiatan pembangunan sumber benih di masa mendatang. Variasi ataukeragaman genetik merupakan kunci dalam kegiatan pemuliaan. Keragaman genetik bahkan dapat dirubaholeh manusia baik ke arah positif ataupun negatif. Perubahan ke arah positif akan mempercepat peningkatanperolehan genetik yang besar (Zobel dan Talbert, 1984). Keragaman genetik asal sumber benih sangat pentingdilakukan baik pada tingkat semai ataupun aplikasinya di lapangan. Keragaman genetik asal sumber benih ditingkat semai diharapkan dapat berguna untuk kajian pola perbedaan pertumbuhan antar sumber benih (Setiadidan Surip, 2004).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi dan perbedaan pertumbuhan tinggi dan diametersemai jenis mahoni dari beberapa sumber benih (provenans) asal Kostarika. Dalam penelitian ini dilakukanpengamatan pertumbuhan baik tinggi maupun diameter Pengamatan pertama dilakukan padaumur 3 bulan dan pengamatan selanjutnya dilakukan tiap 2 minggu sekali sampai umur 4,5 bulan. Rancanganpenelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) berfaktor tunggal. Sebagai faktor dalamanalisis ini adalah provenans dengan menggunakan 20 semai dan diulang 3 kali untuk setiap provenans.Apabila hasil uji F yang dihasilkan dari analisis ragam menunjukkan bahwa provenans berpengaruh nyataterhadap suatu karakteristik maka dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan (Steel Torrie, 1993).Diharapkan studi ini dapat memberikan gambaran untuk kegiatan pengujian dan pembangunan sumber benih.

Benih yang digunakan berasal dari Kostarika dan terdiri dari tiga provenans seperti yangdisajikan pada Tabel 1.

Tabel ( ) 1. Keterangan provenans benih mahoni yang digunakan ()

II. ASAL BENIH MAHONI

S. macrophylla.

and

S. macrophylla

Table Information on the provenances of themahoni seeds

No No.Provenans

()

Provenancenumber

Garis

Lintang

Garis

Bujur

Ketinggian

tempat

( )Altitute

Curah hujanrata-rata

( )Average rainfall

(oC)

Lokasi( )Location

1 BL 041 10o07’N 84

o50’O 70 2287 24 Central, Abangares,

Guanacaste, Costa

Rica

2 BL 103 10o03’N 85

o25’O 320 2232 27,1 Primero, Hojancha,

Guanacaste, Costa

Rica

3 BL 124 10o50’N 84

o39’O 150 1600 28 Sardinal, Carrillo,

Guanacaste, Costa

Rica

(m dpl) (mm/thn)

Rerata temperaturharian (

( C)

Dailyaverage

temperature)O

Page 15: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

Asep Rohandi dan Nurin Widyani

Pertumbuhan Tiga Provenans MahoniAsal Kostarika

9

Umur (bulan)( )Age/month

Sumber keragaman( )Source of variance

Derajat bebas( )Degree of freedom

Kuadrat tengah F-hitung

Tinggi ( )Height

3 Provenans 2 514,8 17,3 *

Sisa 57 29,7

Total terkoreksi 59

3,5 Provenans 2 679,8 27,4 *

Sisa 57 24,8

Total terkoreksi 59

4 Provenans 2 793,9 30,1 *

Sisa 57 26,4

Total terkoreksi 59

4,5 Provenans 2 1596,9 42,3 *

Sisa 57 37,8

Total terkoreksi 59

Diameter ( )Diameter

3 Provenans 2 2 2,8 ns

Sisa 57 0,7

Total terkoreksi 59

3,5 Provenans 2 0,7 1 ns

Sisa 57 0,7

Total terkoreksi 59

4 Provenans 2 1,4 1,8 ns

Sisa 57 0,8

Total terkoreksi 59

4,5 Provenans 2 1,2 1,2 ns

Sisa 57 1

Total terkoreksi 59

Tabel ( ) 2. Analisis ragam pertumbuhan tinggi dan diameter semaiBL 041, BL 103, BL 124) umur 3 bulan sampai umur 4,5 bulan

Table S. macrophylla asal Kostarika( (Analysis of variance on theheight and diameter growth of S. macrophylla seedling from Costarica (BL 041, BL 103,BL 124) 3 months until 4,5 months age)

Keterangan ( ) : * = berpengaruh pada taraf nyata 5% ( )ns = tidak berpengaruh pada taraf nyata 5% ( )

Remarks significant at 5%not significant at 5%

menunjukkan bahwa asal sumber benih (provenans) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dantidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter semai pada umur 3 sampai 4,5 bulan(Tabel 2).

S. macrophylla

Hasil analisis ragam menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada pertumbuhan tinggi semai antarsumber benih yang diuji. Hasil uji lanjut (DMRT) menunjukkan bahwa provenansBL 041 merupakan provenans terbaik dengan tinggi rata-rata sampai umur 4,5 bulan adalah 50 cm danpertumbuhan terendah dicapai provenans BL103 dengan rata-rata tinggi semai 33,2 cm.

Perbedaan tinggi semai dari tiga provenans tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan asalsumber benih di mana secara geografis letak dari sumber benih memiliki kisaran yang cukup luas atauberjauhan antara satu dengan yang lain (Tabel 1). Menurut Zobel dan Talbert (1984), semua perbedaandiantara pohon disebabkan perbedaan lingkungan dimana pohon tersebut tumbuh, perbedaan genetik diantarapohon dan interaksi antara genotip pohon dan lingkungan dimana pohon tersebut tumbuh. Perbedaan geografidiantara sumber benih mempengaruhi sifat genetik adalah besar. Gejala tersebut juga terjadi pada semai daribeberapa famili (Setiadi dan Surip, 2004) dan balsa ( spp.) (Charomaini,2001).

Pertumbuhan diameter semai tidak berbeda nyata antara provenans BL 041, BL 103 dan124 (Tabel 1). Sampai umur 4,5 bulan pertumbuhan diameter belum bisa menunjukkan perbedaan nyata karenasecara fisiologis pertambahan diameter lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan tinggi. Belumterlihatnya perbedaan juga dapat disebabkan karena masih mudanya umur tanaman yang sehingga potensi

Duncan Multiple Range Test

Araucaria cuninghamii Ochroma

S. macrophylla

Page 16: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

10

Tekno Hutan Tanaman

genetik dari setiap provenans tidak semuanya dapat ditampilkan/diekspresikan dengan baik. Kondisi tersebutjuga terjadi pada pertumbuhan bibit dan dari beberapa provenans asalParungpanjang (Sudrajat ., 2004). Sutrisno (1998) Setiadi dan Surip (2004) menjelaskan bahwatanaman yang masih muda belum sepenuhnya menampilkan potensi genetis yang dimilikinya, karena itudiperlukan pengukuran pada umur-umur selanjutnya untuk membuktikan potensi genetik yang dimilikinya.

Meskipun secara statistik ukuran diameter tidak berbeda nyata, tetapi semai yang berasal dari provenans BL041 memiliki rata-rata diameter tertinggi yaitu sebesar 6,1 mm, sedangkan rata-rata terendah dicapaiprovenans BL 124 sebesar 5,6 mm. Diameter batang merupakan salah satu faktor yang sangat menentukankualitas semai karena menurut Hardi . (2004), diameter batang yang besar akan menunjukkanpertumbuhan yang makin baik.

Berdasarkan karakteristik-karakteristik yang diamati, semai yang berasal dari provenans BL 041memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan provenans lainnya (Gambar 1) sehinggaprovenans ini perlu dipertimbangkan untuk pengembangan selanjutnya. Pertumbuhan tinggi dan diameterprovenans BL 041 lebih baik dibandingkan provenans lainnya diduga karena variasi genetik dari individu-individu tegakan alam dengan basis genetik yang lebih luas (Setiadi dan Surip, 2004). Nielsen dan Jorgensen(2003) melaporkan hasil yang lain yaitu bahwa variasi genetik pada pertumbuhan dalam provenans Danishsama dengan variasi diantara provenans pada kondisi tanah kering.

Hal lain yang perlu diperhatikan sebelum dilaksanakan eliminasi provenans adalah dilakukannyatahapan evaluasi di persemaian untuk mengetahui variasi genetik semai/bibit. Hasil yang diperoleh daritahapan ini agar lebih bermanfaat sebaiknya dilanjutkan dengan uji lapang untuk mengetahui peningkatangenetik dari jenis yang diuji.

Walaupun demikian, penelitian ini dilakukan pada kondisi yang cukup terkontrol (seragam) sehinggauntuk melihat daya adaptasi tanaman dari setiap asal sumber benih terhadap kondisi lingkungan yang baru,perlu dilakukan penelitian pada tingkat lapang. Mengingat benih tiga provenans ini baru diintroduksi makastudi mengenai karakteristik pertumbuhan lainnya masih perlu dilakukan dan dibandingkan dengan benihyang berasal dari sumber benih lokal.

Uji lapang mahoni asal Kostarika ini telah dilakukan di Hutan Penelitian Parungpanjang. Hutan Penelitian

Parungpanjang secara geografis terletak di antara 106 6' Bujur Timur dan 106 20' Lintang Selatan. Lokasiberada pada ketinggian 51,71 m dpl dengan topografi landai dan bergelombang, memiliki tipe curah hujan A(klasifikasi Schmidt dan Fergusson) dengan kisaran curah hujan tahunan 2.000 - 2.500 mm/tahun. Tanah diHutan Penelitian Parungpanjang termasuk jenis Podsolik Haplik, berwarna coklat, relatif dangkaldan sarang serta memiliki tingkat kesuburan tanah tergolong rendah sampai sangat rendah dengan reaksi tanahasam (pH 3,6 - 4,5), bahan organik rendah sampai sedang (Sudrajat , 2006).

Pada perkembangan pertumbuhan umur 2 tahun setelah tanam (Sudrajat , 2006), pertumbuhanterbaik untuk tinggi dicapai oleh BL 041 (1,99 m). Hal ini berkorelasi positif dengan pertumbuhan tinggi dipersemaian dimana provenans BL 041 mempunyai pertumbuhan tinggi terbaik di persemaian pada umur 4,5bulan. Benih mahoni provenans BL 041 berasal dari lokasi yang memiliki tinggi tempat yang paling mendekatiketinggian tempat lokasi penanaman yaitu 70 m dpl dan curah hujan rata-rata yang masuk di kisaran curahhujan tahunan di Hutan Penelitian Parungpanjang.

Acacia crassicarpa Acacia aulacocarpaet al dalam

et al

et al.et al.

O O

50

32.336.3

0

10

20

30

40

50

60

BL 041 BL 103 BL 124

Provenans ( )Provenance

Gambar ( ) 1. Rata-rata tinggi semai umur 4 5 bulan dari tiga provenans asal Kostarika( S. macrophylla’s

)

Figure S. macrophylla ,Average height of seedling with the age of 4.5 months from three

provenances from Costarica

Vol. No. ,3 1 April 2010, 7 - 11

Tin

ggi

()

(cm

)H

eigh

t

Page 17: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

11

Asep Rohandi dan Nurin Widyani

Pertumbuhan Tiga Provenans MahoniAsal Kostarika

IV. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Perbedaan asal sumber benih (provenans) memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi,tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter batang semai mahoni.

2. Penampilan karakter pertumbuhan rata-rata tinggi dan diameter semai terbesar pada umur 4,5 bulan dicapaioleh provenans BL 041 masing-masing sebesar 50 cm dan 6,1 mm, sedangkan pertumbuhan terendahdicapai oleh provenans BL124 dengan tinggi 33,2 cm dan diameter batang 5,6 mm.

3. Pertumbuhan tinggi terbaik umur 2 tahun setelah tanam dicapai oleh provenans BL041 yaitu 1,99 m.

Charomaini, M. 2001. Studi Variasi Pertumbuhan Tingkat Semai untuk Penyiapan Populasi Dasar Balsa( spp.). Wana Benih Vol. IV N0. 1. Pusat Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.Yogyakarta.

GintingsA.Ng., ChairilA.S., Pratiwi. 1998. Pedoman Pengelolaan Tanah Podsolik Merah Kuning untuk HutanTanaman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan KonservasiAlam, Badan Litbang Kehutanan.Bogor.

Hardi, T., Tadjudin E.K. dan Ratno Kus Indrati. 2004. Pertumbuhan dan Kerusakan BibitA. Cunn. Ex Benth. di Persemaian. Prosiding Ekspose Hasil Litbang Bioteknologi dan PemuliaanTanaman Hutan Jogjakarta, 24 Desember 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi danPemuliaan Tanaman Hutan.Yogyakarta.

Nielsen, C.N. Finn Vanman Jorgensen. 2003. Phenology and Diameter Increment in Seedlings of EuropeanBeech ( L.) asAffected by Different Soil Water Contents : Variation Between and WithinProvenances. Forest Ecology and Management Vol. 174. . Diaksestanggal 28 Juli 2006.

Setiadi, D. dan Surip. 2004. Keragaman Pertumbuhan Semai dari Beberapa SumberBenih. Prosiding Ekspose Hasil Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jogjakarta, 24Desember 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.Yogyakarta.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. .. Jakarta.

Sudrajat, D.J., Nurin Widyani, Nurhasybi dan NurAzizah. 2004. Mutu Fisik-Fisiologi Benih dan PertumbuhanBibit dari Tegakan Provenan Krasikarpa danAulakokarpa. Tidak diterbitkan.

Sudrajat, D.J., Nurhasybi dan Y. Bramasto. 2006. Hutan Penelitian Parungpanjang 1991 - 2006. PublikasiKhusus Vol. 5 No. 7. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor. Badan Penelitian danPengembangan Kehutanan. Bogor.

Suhendi, H. 1995. Studi Komparatif Keragaman Pertumbuhan dan Volume dari Percobaan ProvenansiInternasional L. Buletin Penelitian Hutan. Bogor.

Zobel, B.J. and Talbert J. 1984. . Waveland Press, Inc. Illinois. 504 pp.

Ochroma

Acacia crassicarpa

andFagus sylvatica

Araucaria cuninghamii

Terjemahan PT. Gramedia PustakaUtama

Gmelina arborea

Applied Forest Tree Improvement

http://www.sciencedirect.com

Page 18: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

13

ANALISIS SIFAT-SIFAT TANAH DI BAWAH TEGAKAN Eucalyptus urograndis

The Analysis of Soil Characteristic under StandsEucalyptus urograndis

Nina Mindawati , Andry Indrawan , Irdika Mansur dan/ Omo Rusdiana

Eucalyptus urograndis

ABSTRAK

Kata kunci : Cepat tumbuh, , kesuburan, sifat tanah

I. PENDAHULUAN

1) 2) 2) 2)and

ABSTRACT

Key words : Fast growing, , fertility, soil characteristic

Eucalyptus urograndis

1)

2)

Pusat Litbang Hutan TanamanKampus Balitbang Kehutanan, Jl. Gunung Batu No.5 Bogor 16610

Telp. (0251) 8631238 Fax. (0251) 7520005)

Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian BogorKampus Darmaga, Jl. Raya Darmaga, BogorTelp. (0251) 8626806 Fax. (0251) 8626886

Naskah masuk : 15 Januari 2010 ; Naskah diterima : 3 Maret 2010

Eucalyptus urograndis is a fast growing species that develoved in large scale in PT Toba Pulp Lestari as rawmaterial of pulp industry in monoculture system with 5- year cutting cycle. Concerns that the short-cut cyclewill gradually lead to lower productivity of both outcome and its land fertility. Therefore the analysis of soilcharacteristic under stans of E. urograndis rotation 1 and 2 have been carried out in order to determinecondition of soil fertility based on soil chemistry, soil physical and soil biology. Analysis results showed thatplanting species of E. urograndis on Incepticol soil type until rotation 2 still positive affect to soil fertility sothat the condition of soil fertility in rotation 2 still good and enough nutrients for the growth of E. urograndis.

Eucalyptus urograndis

E. urograndis

E. urograndis

E. urograndis

Eucalyptuset al

stressEucalyptus urograndis

merupakan jenis cepat tumbuh yang dikembangkan dalam skala luas di PT Toba PulpLestari sebagai bahan baku pulp dalam sistem monokultur dengan rotasi tebang 5 tahun. Pendeknya rotasitebang dikhawatirkan akan menurunkan kondisi kesuburan tanah di bawahnya. Oleh karena itu analisissifat-sifat tanah di bawah tegakan pada rotasi 1 dan 2 telah dilakukan dengan tujuan untukmengetahui kondisi kesuburan tanah antara rotasi 1 dan rotasi 2. Hasil analisis menunjukkan bahwapenanaman jenis pada tanah tipe tanah jenis Inceptisol sampai rotasi 2 pada umumnya masihberpengaruh positif terhadap kesuburan tanah berdasarkan sifat kimia, fisik dan biologi tanah sehinggaproduktivitas tanah pada rotasi 2 masih baik untuk pertumbuhan .

Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Indonesia bertujuan untuk penyediaan bahan bakuindustri kehutanan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007, lahan yang dicanangkan untukpengembangan HTI adalah lahan yang telah terdegradasi atau lahan kritis dengan tingkat kesuburan tanah yangrelatif rendah (Ditjen Bina Produksi Kehutanan, 2008). Selain itu dalam pengembangan HTI untuk tujuanbahan baku pulp dan kertas, pemerintah menetapkan pengembangan jenis-jenis cepat tumbuh dengan daurtebang pendek.

spp. merupakan jenis cepat tumbuh yang dikembangkan dalam skala luas diPT Toba Pulp Lestari sebagai bahan baku pulp. Menurut Gonçalves . (1997), faktor pembatas utamapertumbuhan tegakan jenis Eucalyptus adalah kekurangan hara dan air. Oleh karena itu pengelolaan HTI

harus diimbangi dengan perlakuan teknik silvikultur yang intensif berupa manipulasilingkungan agar produktivitas berkelanjutan.

Tanah menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh karena tanah merupakantempat tumbuh tanaman dalam bentuk penampang dari berbagai campuran hancuran mineral dan bahan

Page 19: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

14

Tekno Hutan Tanaman

Vol. No. ,3 1 April 2010, 13 - 22

organik, bila mengandung cukup air dan udara akan menjadi tunjangan mekanik dan makanan bagi tumbuhan.Kemampuan penyerapan hara oleh tanaman akan mempengaruhi kemampuan tumbuhan itu untuk hidup danberkembang.

Informasi mengenai karakteristik tanah telah cukup banyak untuk jenis tanaman pertanian, namununtuk tanaman kehutanan belum banyak. Oleh karena itu menganalisa kesuburan tanah berdasarkan sifat-sifattanah (kimia, fisik dan biologi) di bawah tegakan sangat penting dilakukan. Analisis kesuburantanah di bawah pada rotasi 1 dan 2 telah dilakukan di PT Toba Pulp Lestari, sektor Aek Nauli,Sumatera Utara dengan tujuan untuk dapat menentukan kebijakan dalam manajemen tapak sebelumpenanaman dilakukan pada periode rotasi selanjutnya.

Hibridisasi merupakan suatu metode untuk menghasilkan tanaman baru melalui penyilangan dua ataulebih tanaman yang memiliki susunan genetis berbeda (Chaudhari, 1983). Program hibridisasimerupakan salah satu strategi yang sangat sukses dalam pembangunan hutan tanaman.merupakan salah satu hasil persilangan antara dan yang telah menunjukkankeunggulannya di beberapa negara, seperti di Brazil, Kongo dan China. merupakan perpaduansifat dari yang mempunyai pertumbuhan diameter besar namun bercabang, lebih resisten terhadappenyakit dan sifat dari yang mempunyai pertumbuhan tinggi yang lurus dengan bebas cabang yangtinggi, bentuk tajuk baik dan sifat kayu yang super sehingga diharapkan menghasilkan denganvolume kayu yang lebih besar, resisten kanker dan berat jenis kayu yang baik sesuai dengan tujuan peruntukansebagai bahan baku pulp, dibanding tanaman tetuanya (Campinhos , 1998). telahdikembangkan secara luas dalam skala operasional di Afrika Selatan dan Kongo. Produktivitas

sangat tinggi dan memiliki riap tahunan rata-rata sebesar 70 m per ha (Campinhos, 1993).Di Indonesia diusahakan dalam skala luas baru di daerah Toba Samosir, Sumatera Utara,

khususnya di Perusahaan Toba Pulp Lestari yang tumbuh baik menggantikan jenis pohon tetuanya padadaerah dengan ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Pada tempat tumbuh yang beriklim basah (tipe Amenurut Schmidt dan Ferguson), curah hujan rata-rata tahunan 2451 mm dengan rata-rata bulanan 204,3 mm.

Suhu udara berkisar 18,7 - 21,1 C dengan suhu rata-rata tahunan 19,9 C dan suhu tanah rata-rata tahunan

22,9 C.Dari beberapa hasil penelitian, dapat tumbuh baik di lokasi-lokasi dimana jenis

dan tumbuh. Di Brazil tanaman tumbuh baik pada tanah jenis Ultisol danOxisol yang bersolum dalam dan memiliki kapasitas menyimpan air sedang, pada curah hujan rata-rata 900 -1500 mm per tahun, meskipun kadar unsur haranya rendah terutama Posphor (P) dan kation basanya. Tumbuhbaik pada ketinggian tempat antara 0-3000 m dpl dan suhu rata-rata 25°C, suhu maksimum 29°C dan suhuminimum sekitar 20°C (Gonçalves , 1997).

Produktivitas sangat tinggi dan memiliki riap tahunan rata-rata sebesar 70 mper ha (Campinhos, 1993). Sedangkan di Brazil menghasilkan MAI dengan kisaran 12-48

m /ha/tahun (Gonçalves ., 1997). Di Kongo riap tanaman hibrid ini dapat mencapai 30-50 m /ha/thn,sedangkan di China pada umur 3,5 tahun dapat mencapai tinggi antara 18-22 m dengan riap antara 43 -53

m /ha/tahun(Leksono dan Tridasa, 1999).Produktivitas sangat ditentukan oleh jenis tanah dan besarnya curah hujan tahunan. Hal

ini terlihat dari hasil penelitian tegakan di Bahia, Brazil yang mempunyai riap rata-rata sekitar 30

m /ha pada lahan dengan curah hujan <1000 mm/tahun pada 3 jenis tanah (Oxisol berpasir, Ultisol berpasir dan

Ultisol berlempung), pada curah hujan antara 1000-1200 mm/tahun riap dapat mencapai sekitar 37 m /ha pada

tanah Ultisol berlempung; 34 m /ha pada tanah Ultisol berpasir dan tetap sekitar 30 m /ha pada tanah Oxisolberpasir. Sedangkan pada areal yang mempunyai curah hujan > 1200 mm/tahun riap rata-rata menjadi sekitar

58 m /ha pada tanah Ultisol berlempung; sekitar 47 m /ha pada tanah Ultisol berpasir dan sekitar 38 m /ha padatanah Oxisol berpasir (Stape , 1997 Fisher and Binkley, 2000).

Kualitas tanah dalam suatu ekosistem adalah kemampuan suatu tanah untuk dapat berfungsi agardiperoleh produktivitas tanaman yang berkesinambungan (Doran Parkin, 1994 ; USDA, 2001).Sedangkan menurut Setiadi (1992), kualitas tanah yang subur atau kesuburan tanah diartikan sebagai

E. urograndisE. urograndis

EucalyptusE. urograndis

E. urophylla E. grandisE. urograndis

E. urophyllaE. grandis

E. urograndis

et al. E. urograndisE. urograndis

E. urograndis

E. urograndis E.urophylla E. grandis E. urograndis

et al.

Eucalyptus urograndisE. urograndis

et al

E. urograndisE. urograndis

et al. dalam

anddkk.

II. SEKILAS TENTANG

III. ANALISIS SIFAT- SIFAT TANAH DI BAWAH TEGAKAN

Eucalyptus urograndis

E. urograndis

3

o o

o

3

3 3

3

3

3

3 3

3 3 3

o

Page 20: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

Nina Mindawati, Andry Indrawan, Irdika Mansur dan Omo Rusdiana

Analisis Sifat-sifat Tanah di bawah TegakanEucalyptus urograndis

15

kesuburan kimiawi, fisik dan biologi yang memungkinkan suatu pohon atau tegakan tumbuh dengan baikdan dapat menghasilkan produk kayu. Pertelaan sifat-sifat tanah di bawah tegakan jenis danperbandingannya pada rotasi 1 dan 2 adalah sebagai berikut :

Beberapa sifat kimia tanah yang penting dan berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu tanamanadalah: reaksi (pH) tanah, bahan organik tanah; unsur hara dan kapasitas tukar kation (KTK). Indikator lainnyaadalah kandungan bahan organik tanah karena mempunyai fungsi sebagai : sumber karbon dan energi bagijasad renik tanah, stabilisasi agregat, penyokong tanaman dalam menyimpan dan memindahkan udara dan air;sumber unsur hara, menaikkan KTK, menurunkan berat jenis tanah serta dapat mengurangi efek pestisida,logam berat dan polutan (USDA, 1996). Hasil analisa kimia tanah di bawah tegakan padaberbagai umur tegakan dan penilaian kriterianya (Pusat Penelitian Tanah, 1982) dapat dilihat pada Tabel 1(Lampiran 1), dengan rincian sebagai berikut :

1. Reaksi tanah (pH tanah)Nilai pH tanah menggambarkan kondisi reaksi larutan terlarut unsur - unsur hara mineral untuk diserap

sistem perakaran pohon. Kondisi pH tanah yang optimum adalah di sekitar pH netral (pH 6,5 - 7,0).Pada kondisi reaksi tanah demikian sebagian besar unsur hara berada dalam kondisi “tersedia” bagitanaman apabila jumlah cadangan unsur hara tanah sebelumnya cukup (USDA, 1998).

Dari hasil analisis kimia tanah (Lampiran 1) diketahui bahwa secara keseluruhan pH tanah termasukrendah sekali hingga rendah (3,9-4,7). Jadi tanah ( dan ) di mana

diusahakan termasuk tanah - tanah yang sedikit bereaksi masam. Nilai pH tanahmenurut metode ekstrak H O selalu lebih besar dari nilai pH KCL nya Hal tersebut menunjukkan

bahwa fraksi mineral liatnya lebih didominir oleh tipe - tipe mineral liat dengan daya jerap kation rendah,seperti mineral liat kaolinit (tipe 1 : 1), sedangkan mineral - mineral liat aktivitas jerapan tinggi( , tipe 2 : 1) dan , tipe 2 : 2) kadarnya lebih rendah. Sampai dengan umur tanaman4 tahun ternyata rotasi ke 2 cenderung menunjukkan pH tanah rendah sekali tetapisetelah umur tanaman 5 tahun pH tanah naik sedikit atau lebih tinggi, walaupun masih di bawah nilaipH tanah ideal. Nilai pH tanah naik 0,5 satuan pada lapisan atas 0 -20 cm dan naik 0,3 satuan padakedalaman 20-40 cm tanaman umur 5 tahun di rotasi 1.

2. Bahan organik tanahKadar bahan organik tanah adalah parameter kesuburan tanah yang cukup penting di samping reaksi

(pH) tanah karena bahan organik di dalam tanah mempunyai peranan penting sebagai : Cadangansebagai unsur hara terutama N, P, dan S; agen untuk menaikkan kapasitas tanah memegang unsur haraterutama dari koloid organik/humusnya; agen yang menunjang terbentuknya struktur dan agregat tanah;medium untuk berkembangbiaknya populasi mikro organisme tanah; medium yang menaikan porositastanah dan kapasitas tanah dalam meretensi kelembaban. Jadi makin tinggi kadar organik tanah makin suburtanah yang bersangkutan untuk tiap - tiap tanah mineral.

Hasil analisa menunjukkan bahwa tanah di bawah tegakan jenis untuk seluruhkelas umur kadar bahan organiknya tergolong sangat rendah hingga rendah, baik pada rotasi 1 maupunrotasi 2. Untuk mencapai kondisi sedang perlu dilakukan tindakan manajemen lahan berupapenambahan input pupuk organik (pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, dll.) ke lahan areal hinggakadarnya minimal 2%.

Bahan organik tanah (Lampiran 1) cenderung naik pada rotasi 2 umur 1 tahun dan 2 tahun pada 0-20 cm,turun pada umur 2 tahun 20-40 cm , turun pada rotasi 2 umur 3 tahun, konstan pada rotasi 2 umur 4 tahun danturun lagi pada rotasi 2 umur 5 tahun. Fluktuasi tersebut tampaknya lebih disebabkan oleh laju dekomposisiserasah ( ) yang berubah-rubah menurut waktu dan variasi populasi mikroorganisme tanah.

3. Nitrogen tanahUnsur hara N-total sangat penting peranannya untuk pertumbuhan pohon terutama pada fase awal

pertumbuhan tanaman. Tidak semua jenis pohon dapat memfiksasi N langsung dari udara tetapi lebihmengandalkan pada ketersediaan N - total di dalam tanah. Unsur hara N termasuk unsur hara makro esensialpertama untuk pertumbuhan tanaman. Keseluruhan lahan di bawah tegakan jenismengalami defisiensi akan unsur hara N (Lampiran 1), dimana kadar N - total tanah < 0,2% dan tergolongsangat rendah. Oleh karena itu input pupuk mineral pembawa unsur hara N sangat diperlukan.

umur 2 dan 3 tahun pada rotasi 2 cenderung menyebabkan turunnya N - total tanah, tetapipada umur tanaman 4 dan 5 tahun kadar N - total tanah tetap konstan pada rotasi ke 2. Hal ini karena unsur

E. urograndis

E. urograndis

Inceptisol Dystropept HidrandeptsE. urograndis

montmorilonit chloritE. urograndis

E.urograndis

E. urograndis

litterfall

E. urograndis

E. urograndis

A. Sifat Kimia Tanah

2

Page 21: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

16

Tekno Hutan Tanaman

hara N pada tanaman sangat penting peranannya dalam sintesa protein, enzim - enzim, klorofil, dansenyawa lainnya.

Nisbah C/N

Besaran parameter rasio C/N menggambarkan mudah tidaknya suatu bahan residu organik (sisa - sisatanaman dan hewan dalam tanah) untuk terdekomposisi atau dan termineralisasi sehingga siklus unsur haratanah-tanaman berlangsung terus berkelanjutan. Jika nisbah C/N terlalu kecil maka siklus hara berlangsunglebih lambat karena bahan organik sukar terdekomposisi. Dari hasil analisis (Lampiran 1), tampak bahwajenis pada rotasi 2 dapat menaikkan nisbah C/N terutama pada lapisan atas (0-20 cm),sehingga untuk rotasi selanjutnya (rotasi 3) ada penambahan hara dari hasil dekomposisi bahan organik.

5. Unsur hara fosfor (P)Unsur-unsur hara P bagi tanaman sangat penting karena merupakan sumber asam nukleat, fosfolifid dan

protein, juga berperan penting dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein serta respirasitanaman. Gejala-gejala kahat atau kekurangan unsur-unsur hara P di dalam tanah akan tampak dimanapertumbuhan merana, daun berwarna hijau kebiruan dengan bercak-bercak berwarna coklat, daun sepertiterbakar dengan ukurannya di beberapa tempat mengecil serta jumlah klorofil turun.

Kandungan Pdi bawah tegakan pada umumnya sangat rendah (< 5 mg/100 g) pada rotasi 1meskipun pada rotasi 2 ada sedikit kenaikan kadar P (Lampiran 1), sehingga input pupuk sangatdiperlukan untuk pertumbuhan tanaman yang lebih baik dimasa mendatang.

6. Basa - basa tanahUnsur-unsur basah tanah (K, Ca, Mg) sangat penting peranannya dalam menunjang pertumbuhan pohon

karena unsur mineral tersebut ternasuk unsur hara makro yang penting setelah N dan P. Unsur K pentingsebagai kofaktor enzim, Ca untuk pembentukan lamela tengah dinding sel dan Mg sebagai struktur dasarklorofil.

Hasil analisa kimia tanah (Lampiran 1) menunjukkan bahwa di bawah tegakan jenis baikpada rotasi 1 maupun rotasi 2 termasuk “sangat rendah” atau kekurangan akan basa-basa K, Ca dan Mg.Oleh karena itu untuk pertumbuhan tanaman tindakan manajemen lahan berupa penambahaninput pupuk anorganik pembawa unsur hara mineral K (misal KCL), Ca dan Mg (misal TSP dan pupukmagnesium) sangat diperlukan. Selain itu ternyata bahwa tanaman tumbuh cepat sangatmemerlukan dalam jumlah cukup banyak terutama unsur hara mineral Ca dan K.

Sifat fisik tanah merupakan komponen yang sangat penting dalam mempengaruhi kesuburan tanah yangpada akhirnya akan menunjang pertumbuhan tegakan hutan, bahkan lebih penting pengaruhnya dibandingdengan sifat kimia dan biologi tanah (Wasis, 2005).

Produktivitas hutan tanaman sangat bergantung pada produktivitas lahan dimana hutan tanaman diusahakan. Tingkat produktivitas tanah tidak hanya ditentukan oleh sifat kesuburan kimia tanah yang tinggitetapi juga sifat fisik tanah dimana sifat fisik tanah sangat tergantung pada ketersediaan air (kelembaban),oksigen (udara dalam tanah) dan energi thermal (panas) yang optimum di dalam tanah ( Hillel, 1980 ).

Parameter sifat fisik tanah yang berkaitan dengan ketersediaan air dan udara dalam tanah dapat di dugadari hasil pengamatan lapangan maupun hasil analisis secara laboratorium dari contoh tanah tidak terganggudengan besaran - besaran : berat jenis tanah, porositas total, ruang pori makro dan mikro, air tersedia (PF) danpermeabilitas tanah yang terukur.

Pengusahaan hutan tanaman sejenis secara terus menerus pada lahan yang sama diduga akanmenyebabkan pergeseran besaran parameter fisik tanah, baik ke arah positif (lebih baik) maupun ke arahnegatif ( kurang baik) dari segi kesuburan fisik tanah. Perubahan tersebut tergantung pada sistem pengelolaanatau teknik sivikulktur yang di terapkan mulai dari saat kegiatan penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan,penebangan dan penanaman kembali. Hasil analisis sifat fisik tanah di bawah tegakan rotasi 1dan 2 dapat dilihat pada Lampiran 2, dengan rincian sebagai berikut :

1. Berat jenis tanahBerat jenis tanah menggambarkan tingkat kepadatan tanah. Nilai berat jenis tanah pada suatu lahan yang

tinggi berarti tanah pada lahan tersebut makin padat dan dapat menghambat pertumbuhan akar, sedangkanberat jenis rendah berarti tanah cenderung atau sarang sehingga akar mudah masuk menyerap unsurhara untuk pertumbuhannya ( Lutz d Chandler, 1951).

4.

E.urograndis

E. urograndis

E. urograndis

E.urograndis

E.urograndis

E.urograndis

porous

B. Sifat Fisik Tanah

an

Vol. No. ,3 1 April 2010, 13 - 22

Page 22: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

17

Nina Mindawati, Andry Indrawan, Irdika Mansur dan Omo Rusdiana

Hasil analisa berat jenis tanah di bawah tegakan jenis pada umumnya berkisar antara1,70 - 1,27 g/cc pada lapisan (0 - 20 cm) dan 1,07 - 1,2 g/cc pada lapisan dengan kedalaman 20-40cm. Hasil di atas menunjukan bahwa pada rotasi 2 berat jenis tanah cenderung turun sekitar 0,1 g/cc kecualipada umur tanaman 2 dan 4 tahun.

2. Ruang pori totalRuang - ruang pori di antara fraksi mineral tanah terdiri dari ruang pori makro dan mikro, yang

memungkinkan ditempati air dan udara untuk pertumbuhan pohon. Jumlah ruang pori tanah di bawahtegakan berkisar antara 51,82 - 59,6 % pada lapisan atas 0-20 cm dan 51,32 - 57,23% padalapisan bawah 20-40 cm. Hal ini berarti bahwa tanah cukup baik dari porositasnya sehingga memungkinkanterjadinya kondisi aerasi maupun ketersediaan air dalam tanah yang menunjang untuk pertumbuhan akar-akan pohon. Ruang pori total (RPT) tanah cenderung naik dari rotasi 1 ke rotasi ke 2 kecuali pada umurtanaman 2 dan 4 tahun. Hal ini berarti bahwa pada rotasi ke 2 tanah tidak makin padat dibanding rotasi 1tetapi sebaliknya; yakni makin baik dari segi porositasnya terutama pada lapisan 0 - 20 cm. Ruang poritanah akan semakin baik jika dalam penyiapan lahan sebelum penanaman dilakukan penggemburan atautidak dilakukan pemanenan dengan alat berat yang dapat mengakibatkan pemadatan tanah, sehingga ruangpori akan mengecil. Jumlah ruang pori tanah yang maksimal dan sangat baik untuk pertumbuhan pohonadalah 72,58% (Lutz dan Chandler, 1951).

3. Pori drainasePersen ruang pori tanah terdiri dari drainase cepat (non kapiler) dan pori drainase lambat (kapiler).

Proporsi dari kedua jenis ruang pori bergantung pada tipe tanah, struktur, tekstur dan kadar bahan organiktanah serta jenis vegetasi yang tumbuh pada tanah yang bersangkutan.

Hasil analisis fisik tanah menunjukkan bahwa % ruang pori drainase cepat cenderung turun pada rotasi 2tetapi setelah tanaman berumur 5 tahun % pori drainase cepat naik kembali. Sedangkan pori drainaselambat cenderung tetap pada 0 - 20 cm dan atau naik pada 20 - 40 cm pada rotasi 2. Pada tegakan

umur 5 tahun baik % pori drainase cepat maupun lambat cenderung naik. Hal ini menujukkanbahwa pertumbuhan jenis berpengaruh positif, baik terhadap pori drainase cepat maupunpori drainase lambat walaupun setelah rotasi ke 2.

4. Air tersediaNilai air tersedia dalam fisik tanah menggambarkan kapasitas tanah maksimum dalam merentensi

(memegang) air sehingga tersedia bagi tanaman. Tanah pasir akan mempunyai air tersedia lebih rendahdaripada tanah liat karena partikel - partikel besar tidak meretensi air secara lebih kuat. Oleh karena ituparameter air tersedia bergantung pada kondisi tanah dan tegakan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa air tersedia nyata meningkat pada rotasi ke 2 di seluruh klas umurtanaman Hal ini merupakan indikator yang sangat baik bahwa jenis tersebut berpengruhpositif terhadap kemampuan tanah dalam menyediakan air untuk pertumbuhan tanaman.

5. Permeabilitas tanahPergerakan air di dalam tanah secara lateral sangat penting untuk distribusi unsur -unsur hara di dalam

tanah yang diserap akar tanaman. Hasil analisis menunjukkan bahwa permeabilitas tanah di bawahtegakan sebesar 5,21 - 22,62 cm/jam pada lapisan atas 0 - 20 cm dan 6,97 - 13,62 cm/jam padalapisan bawah 20 - 40 cm. Laju permeabilitas tanah tetap pada 0 - 20 cm pada klas umur 1,2 dan naik padaumur 1, 2, 3, dan 4 tahun pada rotasi 2 tetapi pada umur 5 tahun permeabilitas tanah turun. Jadi hingga umurtanaman 4 tahun permeabilitas tanah cenderung naik terutama pada kedalaman 20 -40 cm rotasi 2.

Sifat biologi tanah terutama jumlah populasi mikroorganisme dalam tanah merupakan parameterpenting lainnya guna menduga tingkat produktivitas suatu lahan hutan karena mikroorganisme tanahmerupakan pemecah primer bahan organik sehingga siklus karbon dan siklus unsur hara antara sistem tanah -tanaman dapat berlangsung secara berkesinambungan (Alexander, 1977). Hasil analisa biologi tanah di bawahtegakan jenis dapat dilihat pada Lampiran 3 dengan rincian :

1. Total mikroorganisme tanahMikroorganisme tanah di bawah tegakan terjadi peningkatan secara nyata jumlah

populasinya baik pada lapisan atas (0 - 20 cm) maupun lapisan bawah (20 - 40 cm) pada rotasi 2. Kenaikanjumlah populasi total mikroorganisme setelah rotasi 2 adalah 28,63 % dan 69,41 % dibandingkan rotasi 1.

E. urograndistop soil

E. urograndis

E.urograndis

E. urograndis

E. urograndis.

E. urograndis

E. urograndis

E. urograndis

C. Sifat Biologi Tanah

Analisis Sifat-sifat Tanah di bawah TegakanEucalyptus urograndis

Page 23: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

18

Tekno Hutan Tanaman

Dominasi mikroorganisme tersebut diduga dari golongan fungi dan karena keduanyamenyukai kondisi pH tanah yang sedikit bereaksi masam.

2. Total fungi tanahDitinjau dari mikroorganisme jenis fungi, tampak bahwa populasi fungi meningkat tajam pasca rotasi 2

jadi pengusahaan jenis tanaman adalah tepat ditinjau dari meningkatnya populasimikroorganisme tanah, terutama dari golongan fungi tanah. Naiknya populasi fungi tanah rata-rata sebesar84,8% (0 - 20 cm ) dan 108,16 % (20-40 cm).

3. Laju respirasi mikroorganisme tanah

Pada rotasi 2 laju respirasi meningkat tajam sekitar 78-130% dibanding dengan rotasi 1 Selanjutnya laju

respirasi lebih lambat pada lapisan bawah jika dibanding dengan lapisan atas. Hal ini diduga disebabkanaerasi pada lapisan 0 - 20 cm yang lebih baik disamping konsentrasi populasi mikroorganisme lebih tinggipada jeluk (lapisan) tanah 0 - 20 cm.

4. C- mikroorganismeNilai C - organik terlihat naik pada rotasi 2 baik untuk kedalaman 0 - 20 cm maupun 20 - 40 cm. Hal

ini berkaitan dengan naiknya jumlah total mikroorganisme. Naiknya C-organik sekitar 12,2% padakedalaman tanah 0 - 20 cm dan 23% pada kedalaman tanah 20-40 cm rotasi 2 dibandingkan pada rotasi 1.Dengan demikian aktivitas mikroorganisme dalam memecah bahan organik tanaman dalam rangkamemperoleh energi meningkat pada rotasi 2. Jadi tanaman berpengaruh sangat positifterhadap mikrobiologi tanah sebagai salah satu indikator kesuburan (produktivitas) tanah dalam kawasanhutan tanaman.

1. Secara umum kondisi kesuburan kimia tanah lahan di bawah tegakan termasuk rendahhingga sangat rendah dilihat dari pH tanah, ketersediaan P-tanah, ketersediaan N-tanah, dan ketersediaanmineral-mineral basa tanah (Ca, Mg, K), sehingga memerlukan manajemen lahan yang lebih baik denganmasukan hara berupa pupuk dari luar.

2. Dilihat dari perubahan kondisi kesuburan tanah berdasarkan sifat fisik dan biologi tanah antara rotasi 1 dan2, maka penanaman jenis pada tanah Inceptisol sampai rotasi 2 masih berpengaruh positifterhadap kondisi fisik tanah, karena pada umumnya berat jenis tanah menurun, porositas total tanah naik,kapasitas tanah untuk menyediakan air bagi tanaman naik; dan naiknya atau konstannya permeabilitastanah yang relatif tetap.

3. Dilihat dari perubahan kondisi kesuburan tanah berdasarkan sifat biologi tanah antara rotasi 1 dan 2, makapenanaman jenis pada tanah Inceptisol sampai rotasi 2 masih berpengaruh positif terhadappopulasi mikroorganisme, total populasi fungi sebagai dekomposer bahan organik naik, naiknya lajurespirasi mikroorganisme dan naiknya kadar C-mikroorganisme tanah.

Alexander, M. 1977. . John Wiley & Son. NewYork.

Campinhos, E.N. 1993. ABrazilian example of a large scale forestry plantation in tropical region:Aracruz. :J. Davinson (ed.).

. FAO, Los Banos, Philipines,pp.46-59.

Campinhos, E.N; I.P.Robinson; F.L. Bertoluci and A.C. Alfenas. 1998. Interspecific hybridization andinbreeding effect in seed from a E clonal orchard in Brazil. Geneticsand Molecular Biology Vol. 21 no.3. Sao Paulo.

. Diakses tgl 9 Oktober 2008.

Chaudhari, H. K. 1983. . Oxford and IBH Publishing Co. New Delhi.

Ditjen Bina Produksi Kehutanan. 2008. Sambutan Menteri Kehutanan pada Rakornis Ditjen Bina ProduksiKehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta, 6-8Agustus 2008

Actinomycetes

E. urograndis

E. urograndis

E. urograndis

E. urograndis

E. urograndis

Introduction to Soil Microbiology

InProc. of the regional symposium on recent advances in mass clonal multiplication of

forest trees for plantation programmes

ucalyptus grandis x E. urophylla

Elementary Principles of Plant Breeding

.

IV. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S1415-4757199800030 0014

Vol. No. ,3 1 April 2010, 13 - 22

Page 24: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

19

Nina Mindawati, Andry Indrawan, Irdika Mansur dan Omo Rusdiana

Doran, J.W. and T.B. Parkin, 1994. Defining and assessing soil quality. Doran, J.W., D.C. Coleman, D.F.Bezdicek and B.A. Stewart (eds). . SSSA. Spec.Publ. Number 35, Madison. W1, USA

Fisher, R.F and D. Binkley. 2000. . John Willey & Sons, Inc

Gonçalves, J.L.M, N.F Barros; E.K.S Nambiar and R.F Novais. 1997. Soil and stand management for shortrotation plantations. Dalam Nambiar, EKS and AG Brown (eds);

.ACIAR.Australia

Hillel, D. 1980. .Ac press Printed in the USA

Pusat Penelitian Tanah, 1982. Penilaian Angka Hasil Analisis Kimia Tanah. Bagian . Kesuburan Tanah. PusatPenelitian Tanah Bogor.

Lutz, H. J. and R. F. J. Chandler 1951. . John Wiley & Son.

Leksono, B. dan A.M. Tridasa. 1999. Analisis Pertumbuhan Klon-klon Unggulan HibridHasil Kultur Jaringan di Beberapa Lokasi Uji Klon, dalam Akselerasi Pemuliaan

Mewujudkan Pertanian Tangguh di Era Globalisasi. Prosiding Simposium V Perhimpunan IlmuPemuliaan Indonesia (PERIPI) Komisariat Daerah Jawa Timur. Universitas Brawijaya. Malang

Setiadi, Y., I. Mansur., S. W. Budi dan Achmad. 1992. Mikrobiologi Tanah Hutan. Pusat Antar UniversitasBioteknologi Institut Pertanian Bogor.

USDA. 1996. . The United States Department of Agriculture. Washington,D.C.

USDA. 1998. . The United States Department of Agriculture. Washington,D.C.

USDA. 2001. . The United StatesDepartment ofAgriculture. Washington, D.C.

Wasis, B. 2005. Kajian perbandingan kualitas tempat tumbuh antara rotasi pertama dan rotasi kedua pada hutantanaman Willd. Studi kasus di HTI Musi Hutan Persada, Provinsi Sumatera Selatan(disertasi). Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.

In:Defining Soil Quality for Sustainable Environment

Ecology and Management of Forest Soil

Management of Soil Nutrient andWater in Tropical Plantation Forest

Fundamental of Soil Physics

Forest Soils

Eucalyptusurograndis

Soil Quality Resources Concerns

Soil Quality Resources Concerns

Guidelines for Soil Quality Assessment in Conservation Planning

Acacia mangium

Analisis Sifat-sifat Tanah di bawah TegakanEucalyptus urograndis

Page 25: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

Lam

pir

an(

)1. A

nal

isa

kim

iata

nah

di

baw

ahte

gak

an(

E.uro

gra

ndis

)A

nnex

E.uro

gra

ndis

Analy

sis

of

the

soil

’sch

emic

al

pro

per

ties

under

stand

Jelu

k(

)D

ep

th

(cm

)

PH

C–

org

(%)

N–

To

tal

(%)

C/N

Basa

–b

asa

(m

e/1

00

g)

KC

LC

aM

gK

I/

1th

0–

20

4,3

(rs)

3.5

(r)

0,8

0(r

s)0,0

96(r

s)8,1

(r)

3,5

(rs)

0,0

66(r

s)0,0

15(r

s)0,0

15(r

s)

20

–40

4,2

(rs)

3,5

(r)

0,5

8(r

s)0,0

70(r

s)8,4

(r)

1,9

(rs)

0,0

58(r

s)0,0

14(r

s)0,0

15(r

s)

II/

1th

0–

20

4,7

(r)

4,1

(s)

1,2

7(

r)0,1

00(r

)12,8

(s)

12,5

(rs)

0,0

36

(rs)

0,0

16(r

s)0,0

16(r

s)

20

–40

4,8

(r)

4,1

(s)

1,0

0(

r)0,0

80

(r)

12,0

(s)

6,3

(rs)

0,0

34

(rs)

0,0

15(r

s)0,0

15(r

s)

I/

2th

0–

20

4,2

(rs)

3,3

(r)

1,1

3(

r)0,1

20

(r)

9,5

(r)

9,0

(rs)

0,0

85(r

s)0,0

28(r

s)0,0

18(r

s)

20

–40

4,1

(rs)

3,3

(r)

0,8

8(r

s)0,0

90(r

s)9,9

(r)

4,2

(rs)

0,0

71(r

s)0,0

17(r

s)0,0

15(r

s)

II/

2th

0–

20

4,0

(rs)

3,3

(r)

1,1

9(r

)0,0

90(r

s)12,8

(s)

9,8

(rs)

0,0

45

(rs)

0,0

15(r

s)0,0

13(r

s)

20

–40

3,9

(rs)

3,2

(r)

0,7

9(r

s)0,0

70

(rs)

10,3

(s)

4,9

(rs)

0,0

39

(rs)

0,0

15(r

s)0,0

12(r

s)

I/

3th

0–

20

4,1

(rs)

3,3

(r)

1,1

0(r

)0,1

30

(r)

8,5

(r)

5,0

(rs)

0,0

68(r

s)0,0

11(r

s)0,0

12(r

s)

20

–40

4,0

(rs)

3,3

(r)

0,8

9(r

s)0,1

00

(r)

8,9

(r)

2,1

(rs)

0,0

61(r

s)0,0

13(r

s)0,0

12(r

s)

II/

3th

0–

20

4,1

(rs)

3,2

(r)

1,0

4(r

)0,1

10

(r)

9,8

(r)

12,5

(rs)

0,0

51

(rs)

0,0

23(r

s)0,0

18(r

s)

20

–40

4,0

(rs)

3,3

(r)

0,8

6(r

s)0,0

80

(rs)

6,9

(r)

7,3

(rs)

0,0

37

(rs)

0,0

22(r

s)0,0

16(r

s)

I/

4th

0–

20

4,6

(r)

3,9

(r)

0,9

9(r

)0,1

2(r

)8,4

(r)

3,7

(rs)

0,0

64(r

s)0,0

17(r

s)0,0

13(r

s)

20

–40

4,5

(r)

3,7

(r)

0,8

2(r

)0,0

9(r

s)9,5

(r)

2,1

(rs)

0,0

46(r

s)0,0

15(r

s)0,0

12(r

s)

II/

4th

0–

20

4,4

(r)

3,5

(r)

0,9

9(r

)0,1

1(r

)9,0

(r)

4,4

(rs)

0,0

45(r

s)0,0

17(r

s)0,0

14(r

s)

20

–40

4,2

(r)

3,4

(r)

0,8

2(r

)0,0

8(r

s)6,5

(r)

2,1

(rs)

0,0

39(r

s)0,0

17(r

s)0,0

13(r

s)

I/

5th

0–

20

3,9

(rs)

3,2

(r)

1,0

2(r

)0,1

0(r

)9,0

(r)

2,9

(rs)

0,0

43(r

s)0,0

10(r

s)0,0

16(r

s)

20

–40

4,0

(rs)

3,2

(r)

0,7

7(r

)0,0

9(r

s)7,5

(r)

1,6

(rs)

0,0

31(r

s)0,0

12(r

s)0,0

16(r

s)

II/

5th

0–

20

4,4

(rs)

3,7

(r)

0,8

3(r

)0,0

9(r

s)9,4

(r)

5,7

(rs)

0,0

42(r

s)0,0

08(r

s)0,0

14(r

s)

20

–40

4,3

(rs)

3,6

(r)

0,7

2(r

)0,0

7(r

s)10,6

(s)

2,9

(rs)

0,0

28(r

s)0,0

06(r

s)0,0

12(r

s)

Ket

eran

gan

()

:rs

=re

ndah

sekal

i(

);r

=re

ndah

()

Note

sve

rylo

wlo

w

20

Tekno Hutan Tanaman

Vol. No. ,3 1 April 2010, 13 - 22

P–T

erse

dia

(P–

avai

lable

)(p

pm

)

Rota

si/U

mur

()

Rota

tion/A

ge

Page 26: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

Lam

pir

an(

)2. A

nal

isa

sifa

tfi

sika

tanah

di

baw

ahte

gak

anE

.uro

gra

ndis

’sA

nnex

E.uro

gra

ndis

(Analy

sis

of

the

soil

’sphys

ical

pro

per

ties

under

stand)

(cm

)

Ber

atJe

nis

PF

pad

aP

ori

()

(%)

Po

re

1.0

02.0

02.5

44.2

Cep

atL

ambat

I/

1th

II/

1th

0-2

0

20

-40

0-2

0

20

-40

1.1

9

1.2

1

1.0

7

1.0

7

54.8

4

54.0

8

59.6

7

56.6

3

51.8

7

50.8

2

55.9

0

56.5

6

46.7

7

46.9

9

52.2

7

53.2

9

31.9

7

37.0

9

40.1

5

43.3

7

21.7

8

24.6

9

22.9

1

24.4

0

8.0

7

7.0

5

7.3

5

6.3

3

14.8

0

15.0

1

12.1

2

10.2

5

10.1

8

7.3

2

17.3

2

17.2

3

14.7

2

12.8

1

4.6

4

13.6

2

I/

2th

II/

2th

0-2

0

20

-40

0-2

0

20

-40

1.1

2

1.1

3

1.1

7

1.2

9

57.4

8

57.2

3

55.6

0

51.3

2

54.2

5

54.0

7

52.5

9

49.1

5

45.0

9

43.2

3

49.6

1

44.9

5

30.3

5

30.2

5

31.3

5

33.5

2

22.7

0

23.0

3

20.7

0

20.7

0

12.3

9

13.9

9

5.9

9

6.3

6

14.7

4

12.9

8

18.2

5

14.4

2

7.6

4

7.2

2

10.6

5

12.8

2

12.4

5

7.9

3

11.1

7

10.1

9

I/

3th

II/

3th

0-2

0

20

-40

0-2

0

20

-40

1.2

6

1.2

6

1.1

7

1.2

9

52.4

5

52.5

7

55.6

0

51.3

2

49.3

3

49.3

3

52.5

9

49.1

5

44.0

7

45.1

3

49.6

1

44.9

5

36.5

6

37.0

3

31.3

5

33.5

2

29.4

5

31.0

5

20.7

0

20.7

0

8.3

7

7.2

7

5.9

9

6.3

6

7.5

1

8.2

6

18.2

5

11.4

2

7.1

0

5.9

8

10.6

5

12.8

2

15.5

9

12.3

9

16.5

1

10.1

9

I/

4th

II/

4th

0-2

0

20

-40

0-2

0

20

-40

1.1

6

1.1

5

1.2

7

1.2

6

56.5

6

56.6

0

51.8

2

52.2

0

54.1

1

55.6

4

49.7

4

57.9

3

49.3

3

48.5

5

46.7

4

45.4

0

37.4

8

35.0

8

39.0

9

38.8

6

25.2

1

28.1

1

22.6

2

18.4

3

6.8

9

8.0

5

5.0

8

6.8

0

11.8

5

13.4

6

7.6

4

14.5

4

12.2

6

6.9

7

16.4

8

12.4

3

9.1

6

10.5

4

16.4

9

15.3

3

I/

5th

II/

5th

0-2

0

20

-40

0-2

0

20

-40

1.2

2

1.2

4

1.2

6

1.2

6

53.7

3

53.3

3

52.4

5

52.4

5

50.8

6

50.5

0

50.2

6

49.7

4

47.5

0

43.1

1

46.4

8

45.5

6

34.9

6

3.5

0

36.2

8

35.7

2

21.7

8

21.5

2

27.3

4

27.6

4

6.7

9

10.1

8

5.9

7

7.4

2

14.9

4

12.6

1

10.2

0

9.5

0

10.1

8

8.9

2

8.9

3

8.0

7

9.2

1

8.1

4

22.6

2

23.3

4

21

Nina Mindawati, Andry Indrawan, Irdika Mansur dan Omo Rusdiana

Analisis Sifat-sifat Tanah di bawah TegakanEucalyptus urograndis

Ro

tasi

/Um

ur

()

Ro

tati

on

/Age

Jelu

k(

)D

epth

Ruan

gP

ori

Tota

l(T

ota

lpore

spac

e(%

)

Air

ters

edia

(Wat

erav

aila

ble

)(%

)

Per

mea

bil

itas

(Per

mea

bil

ity)

(cm

/jam

)

Page 27: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

Rotasi( )Rotation

Jeluk Total m.o Total fungi Respirasi( )Respiration

C - OrganikUmur( )Age (cm) (SPK/gx10

3) (SPK/gx10

3) ( g C CO2/kgm

tanah/hari)(ppm)

I

1 0 - 20 12400 14600 10,3 579,6

20 -40 8100 7800 8,4 356,5

2 0-20 19400 9500 9,2 352,6

20 -40 3700 7000 8,3 287,7

3 0 - 20 17600 10000 11,3 357,3

20 -40 8400 4500 9,5 264,1

4 0 - 20 9800 9100 10,9 266,7

20 -40 5700 5200 8,2 231,0

5 0 - 20 11700 9500 13,5 323,1

20 -40 6800 6100 10,9 274,6Rata -rata

( )Average

0 - 20 14100 10540 11,04 375,3

20 -40 64500 6120 9,06 282,7

II

1 0 - 20 24300 23300 24,5 524,1

20 -40 14800 19600 20,8 418,2

2 0-20 18200 14800 16,4 466,1

20 -40 13900 12000 10,4 429,4

3 0 - 20 17500 17800 12,3 381,5

20 -40 5300 13500 8,3 294,7

4 0 - 20 17100 14500 12,6 391,6

20 -40 10200 8500 9,2 286,4

5 0 - 20 14100 12500 10,9 342,8

20 -40 7200 10100 8,2 313,7

Rata - rata 0 - 20 18240 19480 15,3 421,2

20 -40 11080 12740 11,3 348,0

22

Tekno Hutan Tanaman

Lampiran ( ) 3. Analisis biologi tanah di bawah tegakanE. urograndis

Annex E. urograndis (Analysis of the soil’sbiology under stand)

Vol. No. ,3 1 April 2010, 13 - 22

( )Average

Page 28: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

23

PEMILIHAN BAHAN VEGETATIF UNTUK PENYEDIAANBIBIT BAMBU HITAM ( Widjaja)Gigantochloa atroviolacea

Vegetative Material Selection for Seedling Preparation of Bamboo Hitam( Widjaja)Gigantochloa atroviolacea

Sae

ABSTRAK

Kata kunci: bahan vegetatif, bibit bambu, hormon IBA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ABSTRACT

Key words: bamboo seedling, IBAhormone, vegetative material

The research was aimed to determine appropriate vegetative material that showed the highest percentage ofgrowing bud of the Gigantochloa atroviolacea Widjaja. There were three types of vegetative material to betested, i.e. rhizome, stem cutting, and branch cutting. The result showed that the percentage of the three type ofmaterial were 84,7%; 52,5%; and 43,7% respectively for the rhizome, stem cutting, and branch cutting. Eventhough the percentage of branch cutting material was the lowest, but its technique was the efficient one inprocessing and in the use of materials as well. To improve the growing bud capability of branch cuttingmaterial was done by soaking the materials in the 5000 ppm hormone IBA solution for 2 hours prior to beimmersed in the cultivating medium. This treatment increased the percentage of growing buds of branchcutting material from 43.7% to 64.5%.

Gigantochloa atroviolaceaTiga bahan vegetatif yang digunakan untuk memperbanyak bibit bambu hitam (Widjaja) dalam penelitian ini adalah stek rimpang, stek batang dan stek cabang. Tujuan penelitian adalah untukmengetahui bahan vegetatif yang tepat yang dapat menunjukkan persentase tumbuh tunas yang baik untukpenyediaan bibit bambu hitam. Dari ketiga cara tersebut, cara rimpang menghasilkan persentase tunas tumbuhtertinggi yaitu 84,7%, disusul stek batang 52,5% dan terendah stek cabang 43,7%. Meskipun hasil yangdiperoleh dari stek cabang terendah, namun teknik budidaya dengan cara tersebut lebih efisien dan hematdalam penggunaan bahan. Untuk memperbaiki kemampuan tumbuh dari stek cabang dilakukan denganmerendam cabang terlebih dahulu dalam larutan hormon IBA dosis 5000 ppm selama 2 jam sebelumdibenamkan dalam media budidaya. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan perolehan bibit bambuhitam asal cabang dari sebelumnya 43,7% menjadi 64,5%.

Bambu merupakan hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang memiliki banyak manfaat. Bambu efektifberfungsi sebagai penahan erosi di tebing sungai dan pegunungan dan bahan baku indusutri kerajinan. Selain

fudin dan/ Tati Rostiwati1) 2

and

1)

2)

Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor

Jl. Raya Jakarta - Bogor KM 46 Cibinong 16911

Telp./Fax. (0251) 87907612

Pusat Litbang Hutan Tanaman, Kampus Balitbang Kehutanan

Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor 16610

Telp. (0251) 8631238, Fax. (0251) 7520005

Naskah masuk : 24 Agustus 2009 ; Naskah diterima : 28 Desember 2009

Page 29: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

24

Tekno Hutan Tanaman

Vol. No. ,3 1 April 2010, 23 - 28

itu bambu juga dimanfaatkan sebagai bahan baku konstruksi perumahan, jembatan maupun bahan baku mebel.Hasil penelitian terhadap bambu berdiameter besar menunjukkan bahwa penggunaan teknologi pengeringandan pengawetan yang tepat dapat meningkatkan keawetan bambu dan menjadikan kekuatannya melebihibaja, sehingga sangat cocok untuk dipakai sebagai bahan konstruksi di daerah gempa (Dokinfo-Bapeda DIY,2007).

Bambu hitam ( ) termasuk salah satu dari 12 jenis bambu berdiameter besaryang sudah diprioritaskan untuk dikembangkan di Indonesia (Yayasan Bambu Indonesia, 1994). Pemanfaatanbambu hitam oleh masyarakat Indonesia termasuk tinggi karena dianggap memiliki fungsi serbaguna, mudahdiperoleh dan dengan harga yang terjangkau. Komoditi bambu ini juga banyak dilirik oleh eksportir, terutamadalam bentuk barang kerajinan, cenderamata, asesoris dan perangkat rumah dari bambu.

Tahapan penting dalam budidaya bambu hitam adalah pembibitan tanaman. Perbanyakan vegetatifmenjadi pilihan utama karena biji tanaman bambu hitam sangat sulit diperoleh dan hanya ditemukan pada jenistertentu. Rangkaian pengujian sangat diperlukan dalam memperbanyak bahan tanam untuk mendapatkan bibityang siap tanam.

Upaya memperbanyak dan membudidayakan tanaman bambu hitam mulai dilakukan oleh petani.Cara perbanyakan yang paling sering dilakukan adalah melalui rimpang ( ) atau lebih dikenal denganmemecah rumpun. Perbanyakan vegetatif dengan cara ini dinilai cukup berhasil, terutama dalam hal persentasetumbuh tunas dan kelangsungan tumbuh di lapangan. Dahlan (1994) telah meneliti perbanyakan vegetatifbeberapa jenis di Muara Enim, Sumatera Selatan dengan stek rimpang yang menghasilkantingkat keberhasilan 70% - 90%. Namun demikian cara ini memiliki banyak kelemahan karena harusmembongkar rumpun, sehingga harus menebang dan merusak tanaman bambu.

Cara lain untuk mengurangi resiko kerusakan rumpun bambu dapat dilakukan melalui perbanyakandengan stek batang atau stek cabang karena dapat dilakukan tanpa membongkar rumpun bambu. Keberhasilanperbanyakan dengan stek cabang semakin nyata karena biasanya stek cabang adalah limbah yang tidakdimanfaatkan.

Penentu keberhasilan dalam perbanyakan bambu adalah terbentuknya tunas dan perakarannya sampaimenjadi bibit yang siap ditanam di lahan budidaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan tumbuhstek bambu dapat berasal dari faktor dalam yaitu bahan stek atau faktor genetik dan faktor luar seperti mediatumbuh, keadaan lingkungan tumbuh dan hormon penyeimbang. Kedua faktor tersebut bekerjasama salingmempengaruhi dan membuat keseimbangan yang paling menguntungkan untuk pembentukan tunas dan akarstek sampai menjadi bibit yang berkualitas (Hartman ., 1997).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahan vegetatif yang tepat yang dapat memberikanpersentase tumbuh tunas yang baik untuk penyediaan bibit bambu hitam. Adapun penelitian yang dilakukanberupa perendaman terlebih dahulu stek cabang bambu hitam sebagai calon bibit ke dalam larutan hormon IBAdengan dosis 0 ppm (kontrol), 500 ppm (dosis sedang) dan 5000 ppm (dosis tinggi). Bahan stek yang berhasiltumbuh selanjutnya digunakan untuk bahan percobaan.

Percobaan menggunakan RancanganAcak Lengkap dengan tiga perlakuan bahan stek (rimpang, batangdan cabang), masing-masing perlakuan diulang sebanyak 10 kali. Penanaman beberapa bahan stek yang terdiridari 50 contoh uji pada 30 petak pengujian (ukuran 2 x 1m) dilakukan dengan membenamkan bahan tanamantersebut ke dalam tanah sedalam ± 7 cm. Setiap petak berisi 5 contoh uji (masing-masing bahan tanaman).

Analisis data menggunakan sidik ragam dengan parameter yang diamati adalah persentase tumbuhtunas, jumlah dan panjang tunas, serta jumlah dan panjang akar. Pengamatan terhadap perkembanganpersentase tumbuh tunas dilakukan setiap 2 minggu sampai minggu ke-14 (pengamatan ke-7), sedangkanpengamatan jumlah dan panjang tunas, jumlah akar dan panjang akar buku (nodul) dari masing-masing bahantanaman dilakukan pada akhir penelitian (minggu ke-14).

Bahan tanaman yang digunakan adalah:a. : berupa bagian bonggol dalam rumpun bambu yang terbenam di dalam tanah, yang

kemudian dipecah dan dipotong sepanjang 30 cm.b. : berupa potongan dari bagian pangkal batang yang masih segar yang memiliki mata tunas

dengan ukuran potongan sepanjang 2 ruasc. : berupa organ tanaman yang tumbuh di bagian pangkal batang yang merupakan sisa/limbah

dari bahan perbanyakan stek batang.

Gigantochloa atroviolacea

rhizome

Gigantochloa

et al

Stek rimpang

Stek batang

Stek cabang

B. Bahan Tanaman

Page 30: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

Saefudin dan Tati Rostiwati

Pemilihan Bahan Vegetatif untuk Penyediaan BibitBambu Hitam ( Widjaja)Gigantochloa atroviolacea

25

II. KEBERHASILAN TUMBUH BEBERAPA BAHAN STEK

Data persentase tunas tumbuh masing-masing bahan stek pada 7 periode pengamatan (2 - 14 minggu)tercantum pada Tabel 1, sedangkan data pertumbuhan tunas dan akar pada minggu ke 14 dengan hasil ujistatistiknya tertera pada Tabel 2.

Tabel ( ) 1. Persentase tunas yang tumbuh pada bahan stek bambu hitam sampai umur 14 mingguTable

Bahan stek

(Cutting material)

Persentase tumbuh tunas (%) pada minggu ke:

(Percetage of shoot growth (%) at certain week)

2 4 6 8 10 12 14

Stek rrimpang 12,7 60,4 91,2 94,4 94,4 84,7 84,7

Stek batang 8,4 35,7 70,7 87,4 72,4 52,5 52,5

Stek cabang 0 24,8 53,5 75,5 51,5 47,3 43,7Keterangan ( ) : Data di atas merupakan rata-rata dari 50 contoh uji ( )Remarks The data above are average of 50 test samples

Tabel ( ) 2. Pertumbuhan tunas dan akar bambu hitam pada minggu ke-14 ()

Table The shoot and root growth ofhitam bamboo at 14 weeks

Bahan stek(

)Cutting

material

Stek rimpang 84,7 b 7,3 b 82,5 c 10,5 b 35,7 c 11,1 b

Stek batang 52,5 a 5,5 b 59,7 b 5,2 a 21,4 b 10,8 b

Stek cabang 43,7 a 3,2 a 27,8 a 4,7 a 14,8 a 8,2 a

Keterangan ( ) : Nilai rata-rata yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata dalam uji Duncan pada taraf 5% ()

Remarks Averagenumbers followed by the same letter are not significantly different at 5% level of Duncan test

Tunas tumbuh dari asal rimpang dan stek batang mulai muncul pada minggu kedua setelah penanaman(pengamatan ke-1), sedangkan dari stek cabang baru muncul pada pengamatan ke-2. Berdasarkan banyaknyatunas yang muncul dari semua bahan, pertumbuhan tertinggi dicapai pada minggu ke-8 setelah penyemaian.Dari ketiga bahan stek yang digunakan, persentase tertinggi diperoleh pada bahan rimpang, yaitu 94,4% danterendah pada stek cabang, yaitu 75,5% (Tabel 1). Pada pengamatan minggu ke10 persentase tumbuh tunasmulai menurun, terutama pada stek dari batang dan cabang karena mengalami layu dan akhirnya mati.Penyebab utama kematian adalah kualitas sistem perakaran yang buruk, sementara itu cadangan makanan padabahan stek cabang dan batang terbatas (Saefudin, 2002). Hal ini terus berlangsung hingga minggu ke-12 danstabil pada minggu ke-14, dimana kematian tunas tidak dijumpai lagi. Meskipun persentase tumbuh tunastertinggi dicapai pada minggu ke-8, namun pertumbuhan akarnya baru optimal pada minggu ke-14.

Pada Tabel 2 tampak jumlah dan panjang tunas serta jumlah, panjang dan kerapatan akar tertinggidicapai pada bahan rimpang dan terendah pada bahan stek cabang. Keberhasilan tumbuh tunas dari bahanrimpang mudah dipahami karena pada bagian pangkalnya memiliki akar yang mudah tumbuh. Untuk skalakecil, penggunaan bahan rimpang sangat menguntungkan. Namun demikian, bila dibutuhkan bibit dalamjumlah banyak, maka perbanyakan dengan cara ini menjadi mahal karena harus membongkar rumpun yangdapat menimbulkan kerusakan tanaman.

Jumlah tunas tumbuh per rumpun sangat menentukan untuk dipecah menjadi calon bibit ketika akandipindah ke dalam polibag. Sistem perakaran tunas dari bahan stek yang berhasil tumbuh akarnya dan yangtidak berhasil tumbuh dapat diketahui dengan cara membongkar bahan stek. Sampai dengan minggu ke-14setelah tanam, tunas yang sistem perakarannya tidak berkembang maupun yang gagal tumbuh lebih banyakdijumpai pada bahan stek cabang dibandingkan bahan stek batang.

Pertumbuhan dan ukuran bibit yang diperoleh dari perbanyakan stek cabang bambu hitam menunjukkanhasil yang lebih rendah dibandingkan perolehan dari perbanyakan stek batang dan stek rimpang. Hasil yangserupa juga dialami pada hampir semua jenis bambu komersial yang diperbanyak melalui stek cabang(Saefudin, 2002). Untuk memacu pertumbuhan agar mencapai ukuran seragam dengan bibit asal stek rimpangdan batang memerlukan waktu yang relatif lebih lama. Meskipun dengan rimpang dan batang dapat

Panjang akar( )

(cm)Length of root

Kerapatan Akar( )

(gr/cm )

Density of root3

Jumlah akar(

)Number of

root

Panjang tunas( )

(cm)Length of shoot

Jumlah tunas(

)Number

of shoot

Tunas tumbuh( )

(%)Shoot grow

Page 31: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

menghasilkan bibit bambu hitam lebih banyak dibandingkan stek cabang, namun dalam proses budidaya lebihmenguntungkan menggunakan stek cabang karena cabang adalah bahan limbah bambu yang tidakdimanfaatkan. Oleh karena itu, upaya berikutnya adalah memperbanyak bibit bambu hitam melalui stekcabang dengan menambahkan hormon untuk memacu pertumbuhan akarnya.

Perbanyakan stek cabang pada bambu hitam relatif agak sulit dan belum banyak dilakukan petani. Biladilakukan tanpa menggunakan zat perangsang tumbuh, stek cabang bambu hitam sangat sedikit keberhasilantumbuhnya. Bila pertumbuhan stek cabang bambu hitam tersebut dibandingkan dengan hasil percobaanperbanyakan stek cabang bambu kuning ( var. ), maka pertumbuhan stek cabangbambu hitam sedikit lebih lambat. Keunggulan lain, stek cabang bambu kuning dapat tumbuh baik tanpa diberiperangsang tumbuh, tetapi sangat nyata pertumbuhannya ketika diberi perangsang tumbuh 500 ppm atonik(Charomaini dan Sri Harianti, 2005).

Pada perlakuan pemberian hormon untuk stek cabang, terlihat pada Tabel 3 bahwa perlakuankonsentrasi hormon IBA berpengaruh nyata terhadap parameter tumbuh tunas, jumlah dan panjang tunas sertajumlah dan panjang akar bibit bambu hitam dari stek cabang.

Tabel ( ) 3. Pertumbuhan tunas dan perakaran asal stek cabang setelah perlakuan dengan hormon IBA( )

III. RESPON PEMBERIAN HORMON PADA STEK CABANG

Bambusa vulgaris striata

TableThe shoot and root growth of stem cutting of bamboo hitam after threated by IBA hormone

Hormon IBA( ppm)

Rata-rata ( )AverageTunas tumbuh( )

(%)Shoot grow

Jumlah tunas( )Number shoot

Panjang tunas( )Length of shoot

(cm)

Jumlah akar( )Number of root

Panjang akar( )Length of root

(cm)

0 43,7 a 3,2 a 27,8 a 4,7 a 14,8 a

500 47,3 a 3,8 a 35,3 a 4,9 a 16,6 a

5000 64,5 b 5,2 b 63,5 b 8,6 b 19,0 bKeterangan ( ) : Nilai rata-rata yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata dalam uji Duncan pada taraf 5% (

)Remarks Average numbers followed

by the same letter are not significantly different at 5% level of Duncan test

Meskipun pemberian hormon IBA dalam dosis 500 ppm (konsentrasi 0,05%) dapat meningkatkanperolehan bibit bambu hitam melalui stek cabang dibandingkan tanpa pemberian hormon (kontrol), namunhasilnya masih rendah (di bawah 50%). Untuk dosis 500 ppm, tunas yang tumbuh belum mampu membentukakar dalam jumlah yang lebih banyak. Bahkan sering menimbulkan kematian tunas selama proses pembibitan.Jumlah bibit terlihat meningkat cukup tinggi setelah diberikan hormon tersebut dengan dosis 5000 ppm(konsentrasi 0,5%). Dibandingkan dengan marga lain seperti bambu tali ( )andong ( ) dan bambu mayan ( ) (Saefudin, 2002},pemberian hormon IBA dengan dosis 5000 ppm lebih berhasil diperoleh pada perbanyakan bambu hitam( ). Perolehan hasil dengan pemberian hormon IBA tersebut lebih tinggidibandingkan dengan hormon perangsang tumbuh yang lain. Hasil percobaan perbanyakan bambu hitam daristek cabang dengan pemberian hormon 6-butiric amino purin (BAP) dalam konsentrasi 0,5% hanyamenghasilkan bibit sebanyak 45,3% (Sumiasri dan Indarto, 2001), sementara dengan hormon IBA padakonsentrasi yang sama bisa mencapai 64,5% (Tabel 3).

Pertumbuhan stek cabang mampu dirangsang dengan menggunakan hormon perangsang tumbuh. Agardiperoleh hasil yang baik perlu digunakan dosis yang tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemberian zatpengatur tumbuh yang melebihi kadar optimum akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat,bahkan terhenti bila dilakukan dalam waktu lama. Hormon IBA, termasuk salah satu hormon auxin yang dapatmerangsang pertumbuhan akar dan tunas pada tanaman, sehingga diharapkan mampu memperbanyakperolehan bahan bambu hitam dari stek cabang. Auksin terdapat dalam akar, batang dan tunas dengan kadaryang berbeda. Menurut Thiman (1973) Kusumo (1984) dikatakan bahwa hubungan antara pertumbuhandan kadar auksin adalah sama besar pengaruhnya, baik pada akar, batang maupun tunas.

Pada awal tumbuh akar, yaitu minggu kedua setelah stek cabang bambu hitam ditanam perlu dirangsangdengan dengan penyemprotan 0,3% hormon bensil amino purin. Sistem perakaran stek cabang akan tumbuhsubur sampai siap dipindah ke polibag setelah umur 3 bulan (Sumuasri dan Setiowati, 2001). Selanjutnya,selama 3 bulan di dalam polibag, media tanam perlu ditambahkan campuran tanah dan kompos denganperbandingan (1 : 1) selama lebih kurang 4 bulan. Oleh karena itu diperlukan lebih kurang 7 bulan sampai 8bulan agar kualitas bibit stek cabang hitam setara dengan kualitas bibit asal batang dan rimpang. Pada stek

Gigantochloa Gigantochloa apus ,Gigantochloa pseudoarundinacea Gigantochloa robusta

Gigantochloa atroviolacea

dalam

26

Tekno Hutan Tanaman

Vol. No. ,3 1 April 2010, 23 - 28

Page 32: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

cabang bambu betung untuk mendapatkan bibit yang berasal dari stek cabang diperlukan waktu yang lebihlama lagi, antara 9 - 14 bulan (Saefudin, 2007).

Bibit bambu hitam hasil perbanyakan stek cabang yang siap tanam di lapangan dicirikan olehpertumbuhan yang subur. Dalam polibag ukuran 20 x 25 cm, tinggi bibit berkisar antara 80 - 90 cm, jumlahdaun antara 20 - 30 helai dan sistem perakarannya sudah cukup rapat dan panjang, sehingga bibit siap dipindahke lahan penanaman. Kualitas bibit tersebut sangat menentukan kelangsungan tumbuh, pembentukan rumpundan produksi bambu di lapangan.

1. Dari ketiga bahan tanaman yang dicoba diperoleh kesimpulan bahwa:a. Persentase tumbuh tunas tertinggi dari ketiga bahan stek bambu hitam yang dicoba dicapai pada

minggu ke-8 setelah penyemaian, namun pertumbuhan akarnya baru mencapai optimal pada mingguke-14.

b. Kemampuan tumbuh, jumlah dan panjang tunas serta jumlah, panjang dan kerapatan akar bambuhitam yang dihasilkan tertinggi diperoleh pada stek rimpang dan terendah pada stek cabang.

2. Kualitas sistem perakaran pada bahan stek cabang sangat menentukan keberhasilan pembentukan,pertumbuhan dan kelangsungan tumbuh tunas dalam perbanyakan vegetatif bambu hitam.

3. Bibit bambu hitam asal stek cabang dapat ditingkatkan kemampuan tumbuhnya dari 43,7% hinggamencapai 64,5% dengan mencelupkan ruas bambu selama 2 jam pada larutan IBA dosis 5000 ppmsebelum disemaikan.

Bahan tanaman yang berasal stek cabang merupakan limbah dari pemanenan batang-batang bambu, makabahan tanaman inilah yang berpeluang untuk dapat mengefektifkan penggunaan bahan tanaman bambusebagai penyediaan bibit. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya perlu difokuskan kepada penelitianefektifitas dan efisiensi penyediaan bibit berkualitas asal stek cabang bambu hitam.

Chairomaini, M. dan S. Hariyanti. 2005. Aplikasi atonik pada stek cabang bambu kuning. Jurnal PenelitianHutan Tanaman. Puslitbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Bogor. Vol. 2 No. 1. Halaman1-11

Dahlan, Z. 1994. Penelitian Biologi, Budidaya dan Pemanfaatan Bambu di Universitas Sriwijaya. SarasehanStrategi Penelitian Bambu Indonesia.Yayasan Bambu Lingkungan Lestari. Bogor.

Dokinfo-Bapeda DIY. 2007. Bambu Lebih Kuat Dibanding Baja. Artikel dariMaret 2008.

Hartman, H.T., D. E. Kester, F. T. Davies and R. L, Geneve. 1997.. Sixth edition. Prentice Hall., New Jersey.

Kusumo, K. 1984. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. CV.Yasaguna. Bogor. 67 halaman.

Saefudin. 2002. Perbanyakan vegetatif lima jenis bambu setelah perlakuan dengan .Laporan Teknik Pusat Litbang Biologi. Bogor. Halaman. 213-219.

Saefudin. 2007. Percobaan Budidaya Bambu dalam Sistem Reklamasi Lahan Marginal DAS Ciapus Hulu.Seminar Nasional Mapeki X. Pontianak Kalimantan Barat. Halaman. 224-230.

Sumiasri, N. dan N. S. Indarto. 2001. Pengaruh macam cabang dan berbagai dosis hormon BAP terhadappertumbuhan stek bambu hitam ( ). Widya Agrica. Vol. 9. No.2. Halaman.145-154.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

http://www.bapeda.pemda-diy.go.id/detail.php.jenis. Diakses pada tanggal 10

Plant Propagation, Principles andPractices

Indole Butiric Acid

Giganthloa atroviolacea

27

Saefudin dan Tati Rostiwati

Pemilihan Bahan Vegetatif untuk Penyediaan BibitBambu Hitam ( Widjaja)Gigantochloa atroviolacea

Page 33: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

Widjaja, E.A., N.W. Utami dan Saefudin. 2004. Panduan Membudidayakan Bambu. Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Bogor.

Yayasan Bambu Indonesia, 1994. Simpulan dan Saran. Sarasehan Strategi Penelitian Bambu Indonesia.Yayasan Bambu Lingkungan Lestari-LIPI. Bogor.

28

Tekno Hutan Tanaman

Vol. No. ,3 1 April 2010, 23 - 28

Page 34: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

29

DAMPAK KEBAKARAN HUTAN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETASI

Wida Darwiati dan/ Faisal Danu Tuheteru

ABSTRAK

Kata kunci: kebakaran hutan, hutan, vegetasi

1) 2)and

ABSTRACT

Keywords : Forest fire, forest, vegetation

1)

2)

Puslitbang Hutan TanamanKampus Balitbang Kehutanan Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor 16610

Telp. (0251) 8631238, Fax. (0251) 7520005

Program Studi Manajemen Hutan Universitas Haluoleo KendariKampus Bumi Tridahma Andounonu Jl. H.E.A Mokodampit No. 1

Telp (0401) 3194108, Fax. (0401) 3190066

Naskah masuk : 25 September 2009 ; Naskah diterima : 4 Januari 2010

Forest fire is viewed as one of various factors having contribution on the rate of land degradation,deforestration and environment quality depletion in Indonesia. Ecologically, forest fire has an effect on thedepletion of sites quality. The most important part of the ecosystem altered by forest fire is the vegetation itself.Levels of deterioration of the vegetation happened strongly depends on the characteristic of the forest fire itself.Forest fire capable to kill the vegetation at various stages of growths and developments on the other hand,forest vegetation has some mechanism of respons and adaptation differently respect to the forest fire evident.Barriering of buds, flowering stimulation and retentioning of seeds are examples of some adaptation responsby vegetation or plants against to fire and it depends on the species existing in the areas. Species of trees thathave high resistance against to forest fire, among other : Schima wallichii (puspa), Fragraea fragrans(tembesu), Penorema canescens (sungkai), Eucalyptus spp. (ekaliptus), Vitex pubescens (laban), Pseudotsugamenziesii and Pinus ponderosa.

Schima wallichii Fragraea fragrans Peronemacanescens Eucalyptus Vitex pubescens Larix occidentalis, Pseudotsuga menziesii Pinusponderosa

Salah satu faktor yang turut memberikan kontribusi terhadap laju degradasi hutan dan deforestasi sertamenurunnya kualitas lingkungan hidup di Indonesia adalah kebakaran hutan. Secara ekologis, kebakaran hutanberdampak terhadap menurunnya kualitas ekosistem. Salah satu unsur penting ekosistem hutan yang turutmenerima dampak kebakaran hutan adalah vegetasi hutan. Tingkat kerusakan vegetasi hutan sangatdipengaruhi oleh karakteristik kebakaran hutan. Kebakaran hutan dapat menyebabkan kematian vegetasi padaberbagai tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Vegetasi mempunyai mekanisme respon dan adaptasiyang berbeda terhadap kejadian kebakaran hutan. Beberapa bentuk adaptasi vegetasi/tanaman terhadap apidiantaranya perlindungan tunas, stimulasi pembungaan dan retensi benih. Jenis - jenis yang resisten terhadapkebakaran diantaranya puspa ( ), tembesu ( ), sungkai (

), sp. dan laban ( ), dan.

Forest Fire Impact on the Growth of Vegetation

Page 35: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

30

Tekno Hutan Tanaman

Vol. No. ,3 1 April 2010, 27 - 32

l. PENDAHULUAN

ll. KARAKTERISTIK KEBAKARAN HUTAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP VEGETASI

Kebakaran merupakan fenomena yang umum dan sudah sejak dahulu, membentuk banyakkomunitas dan berbagai penutupan lahan di muka bumi (Chandler . 1983). Kejadian kebakaran hutandapat terjadi di berbagai eksosistem hutan baik di maupun hutan tropik (Nasi , 2002). DiIndonesia, kebakaran hutan dan lahan hampir 99 % diakibatkan oleh manusia baik disengaja maupuntidak (unsur kelalaian). Diantara angka persentase tersebut, kegiatan konversi lahan menyumbang 34%,peladangan liar 25%, pertanian 17%, kecemburuan sosial 14%, proyek transmigrasi 8%; sedangkan hanya 1 %yang disebabkan oleh alam. Faktor lain yang menjadi penyebab semakin hebatnya kebakaran hutan dan lahansehingga menjadi pemicu kebakaran adalah iklim yang ekstrim, sumber energi berupa kayu, deposit batubaradan gambut.

Hasil penelitian Suyanto dan Applegate (2001) di wilayah Sumatera pada 4 (empat) wilayah provinsiyaitu Lampung, Jambi, Sumatera Selatan dan Riau menunjukkan bahwa kebakaran hutan dan lahan terjadikarena: (1) penggunaan api untuk pembukaan lahan, (2) penggunaan api sebagai senjata dalam penyelesaiankonflik tanah, (3) penyebaran api tidak sengaja, dan (4) ekstraksi sumberdaya alam dan degradasi hutan.Umumnya kebakaran hutan dan lahan yang terjadi mempunyai banyak dampak terhadap biodiversitas biologi(flora dan fauna). Pada rona global, kebakaran hutan secara signifikan merupakan sumber emisi karbon sertaberkontribusi terhadap pemanasan global yang berakibat terhadap menurunnya biodiversitas biologi. Selainitu, pada konteks lokal atau regional kebakaran hutan berpengaruh terhadap stok biomassa hutan, siklushidrologi, aktivitas fisiologis tumbuhan (kematian dan penurunan aktivitas fotosintesis tumbuhan) dan hewanserta kesehatan manusia dan hewan (Nasi ., 2002)

Menurut Komarek (1973) Chandler (1983) fakta menunjukkan bahwa kebakaran telahmempengaruhi vegetasi di seluruh dunia. Hanya saja sejak kapan api mulai mempengaruhi vegetasi tidakdiketahui secara pasti. Kebakaran hutan juga merupakan bagian dari suksesi tanaman yang mendorongtumbuhnya permudaan populasi tertentu dan membentuk mosaik komunitas tanaman yang berkembangdari waktu ke waktu pada tempat-tempat yang berbeda. Pengaruh api (kebakaran) terhadap vegetasitergantung intensitas dan frekuensi kebakaran yang terjadi dan berkorelasi dengan jumlah bahan bakarnyatermasuk umur dan sifat khusus dari pohon (Naveh, 1974 Chandler 1983; Oliver & Larson, 1990;Wibowo, 2003 dan Meijaard ., 2006).

Kebakaran yang berlangsung cukup lama dengan intensitas tinggi (maupun sedang) dapat mematikansetiap jenis pohon dan atau jika kebakaran terjadi pada interval-interval pendek dapat berakibat terhadapvegetasi (Chandler 1983; Oliver & Larson, 1990; Wibowo, 2003; dan Meijaard 2006). Kimmins(2004) menjelaskan bahwa kebakaran hutan juga mempengaruhi tahapan pertumbuhan atau perkembangantanaman. Sebagai contoh banyaknya pohon kayu keras di bawah tegakan hutan pinus Amerika Serikatmenurun oleh karena tingginya intensitas kebakaran yakni 11 kali kebakaran tahunan menyebabkan kematian

85% tegakan, sementara kebakaran dua kali setahun tanaman yang mati hanya 59%.Tipe kebakaran hutan dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar yakni kebakaran bawah

kebakaran permukaan serta kebakaran tajuk (Kimmins, 2004). Pada kontekspengaruh tipe kebakaran hutan tersebut terhadap vegetasi dapat dijelaskan sebagai berikut : kebakaran bawah( ) dapat membakar serasah dan akar tanaman, walaupun tergantung pada karakteristik serasahdan akar, membakar bahan organik serta mengurangi benih-benih (Oliver & Larson, 1990; Kimmins, 2004).Karakteristik ini akan dijelaskan pada bagian adaptasi tanaman. Vegetasi rawa biasanya beregenerasi denganstolon atau , namun organ ini sangat sensitif terhadap panas yang dihasilkan oleh kebakaran. Garen(1943) Chandler (1983) meneliti bahwa jenis-jenis rawa mati saat musim kering, karena akar yangberada di dekat permukaan tanah mati.

Lain halnya pada kejadian kebakaran permukaan ( ) dapat mematikan vegetasi pada berbagaiintensitas kebakaran yang berbeda dan tergantung pada jenis vegetasi (Oliver & Larson, 1990). Kebakarantajuk secara umum membakar atau merusak tajuk, daun dan cabang/ranting pohon di atas lantai hutan. Kadang-kadang vegetasi di lantai hutan dan serasah tidak dapat terbakar pada saat terjadinya kebakaran tajuk (Oliver &Larson, 1990; Kimmins, 2004).

terjadi

kegiatan

et al ,boreal, temperate et al.

et al

dalam et al.

dalam et al.,et al

minoret al., et al.,

(groundfire), (surface fire) (crown fire)

ground fire

rhizomadalam et al.,

surface fire

,

,

Page 36: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

Wida Darwiati dan Faisal Danu Tuheteru

Dampak Kebakaran Hutan terhadapPertumbuhan Vegetasi

31

lll. KARAKTERISTIK VEGETASI DALAM MERESPON KEBAKARAN DANADAPTASI TANAMAN TERHADAP API

A. Perlindungan Tunas dan Stimulasi Pembungann

Untuk mengurangi dampak kebakaran hutan terhadap vegetasi, maka vegetasi mempunyai mekanismetertentu untuk merespon terjadinya kebakaran. Mekanisme resistensi pohon terhadap kejadian kebakaranhutan tergantung pada: (1) kandungan karbohidrat dalam pohon, dan (2) cara adaptasi pohon terhadapkebakaran dalam bentuk ketebalan kulit pohon (kambium), kuncup/tunas yang terlindung, kemampuanbertunas setelah kebakaran serta penyebaran dan perkecambahan biji yang dirangsang kebakaran (Chandler

., 1983).Kebanyakan pada daun lebar dan daun jarum akan mengalami kematian jika terjadi kebakaran hebat

terhadap kambium pada kebakaran permukaan (Cole, 1977 Oliver & Larson, 1990). Hal ini jugadipertegas oleh Nasi . (2002) dan Meijaard (2006) bahwa kebakaran akan mematikan anakan,kecambah, liana, serta pohon pohon muda yang tidak dilindungi oleh kulit kayu yang tebal. Beberapa jenisyang resisten terhadap kebakaran diantaranya : ,dan sp. (Kimmins, 2004). Di Indonesia telah dilaporkan jenis tanaman yang resisten terhadapkebakaran diantaranya ketika mencapai umur tertentu seperti puspa ( ), sungkai (

), sp. dan laban ( ) (Wibowo, 2003). Menurut Yafid (2006) ada beberapajenis pohon yang tahan api seperti (tembesu), kemenyan ( ), geronggang( spp.) serta blangiran ( ).

Regenerasi setelah kebakaran sering terjadi. Tergantung pada intensitas kebakaran, pohon mungkintumbuh kembali lewat trubusan dari tunas-tunas yang dilindungi oleh kulit batang, pada saat tajuk habisterbakar, atau pohon dapat bertahan hidup jika daunnya tidak semuanya terbakar (ada yang tersisa). Semakmungkin benar-benar rusak oleh api, namun mampu bertahan hidup dengan pertunasan dari pucuk tunas yangterpendam dalam tanah. Serupa dengan pembentukan rhizoma tanaman herba yang mampu membentuk daunyang baru dari meristem basal yang terlindungi dan menyusun elemen fotosintetisnya.

Peran ketebalan pohon dalam melindungi tunas dapat ditemukan pada hutan ecaliptus kering diAustralia dan hutan di Eropa. Pohon-pohon dapat bertahan hidup dan membentuk daun yangbaru maskipun telah mengalami kebakaran tajuk yang intens (sering). Dalam beberapa kasus pada ekaliptus,penyembuhannya bisa terjadi dengan sangat cepat. Gill (1978) Chandler 1983) menunjukkanbahwa setinggi 5 - 7 m menghasilkan area daun sebelum kebakaran dalam setahun, meskipun apimerusak keseluruhan tajuk pohon tersebut. Dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun, sistem percabangan normaltelah terbentuk. Ketebalan kulit batang menjadi sangat penting untuk perlindungan tunas.

Banyak tanaman seperti famili dan dengan organ regeneratif yangberada di bawah tanah seperti yang menghasilkan tunas. Beberapa dikotiledon mempunyai tunas akardan beberapa dikotiledon semak mempunyai tunas yang berada di pangkal batangnya. Dalam beberapa kasus,tunas bisa tumbuh menjadi sangat banyak yang akan membentuk lignotuber, badan berkayu. Lignotuber inisangat sering ditemui pada pohon ekaliptus yang stress (tertekan) oleh berbagai gangguan seperti api, inimerupakan mekanisme adaptasi ekaliptus terhadap kondisi yang kurang disukai, seperti kehadiran api. Organserupa juga muncul pada pohon di Afrika, dalam kasus dimana tanaman membentuk organ sepertidan menganggapnya sebagai mekanisme bertahan dari api. Dalam berbagai jenis semak, pertunasan dari dasarsering muncul setelah kebakaran tajuk.

Kemampuan tunas untuk bertahan hidup dari kebakaran juga tergantung pada apa yang disebut dengan. Tanaman muda umumnya mati karena kebakaran, karena belum membentuk/ mempunyai

mekanisme/organ adaptasi khusus terhadap api. Vitalitas tanaman bisa juga menurun pada tegakan yang lebihtua, namun bagaimanapun vitalitas dapat pula berubah seiring dengan tahap fisiologisnya dan musim.Beberapa tanaman bertahan hidup dari kebakaran karena tunasnya terlindungi oleh tumpukan daun dipermukaan tanah atau terletak sangat tinggi pada pohon. Di antara jenis ini terdapat spp. di Hawaiyang tahan api dan di Australia. Setelah kebakaran, monokotil membentuk tunas baru, tumbuhdaun baru melalui pertumbuhan . Dikotil membentuk daun baru setelah kebakaran, sedangkan daunmonokotil tetap tumbuh dari dasar yang terlindungi.

Semua mekanisme perlindungan ini beragam seiring dengan waktu serta kerentanan tanaman terhadapapi yang berbeda-beda sesuai dengan siklus hidupnya. Pohon muda yang mempunyai kulit batang yang sangattipis, pohon tua mempunyai kulit batang yang lebih tebal, dan pohon yang sangat tua (tidak produktif lagi)mengalami penipisan kulit batang. Apikal pada tanaman dapat muncul dari permukaan tanah pada tahap

et al

dalamet al et al.

Larix occidentalis Pseudotsuga menziesii, Pinus ponderosaEucalyptus

Schima wallichii Peronemacanescens Eucalyptus Vitex pubescens

Fragraea fragrans Styrax benzoinCratoxylum Shorea balangeran

Quercus suber

dalam et al., (E. dives

Filicinae, Cycadaceae Angiospermarhizoma

xylopoda

”vitalitas”

PandanusXanthorrhoea

intercalary

Page 37: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

32

Tekno Hutan Tanaman

Vol. No. ,3 1 April 2010, 27 - 32

perkecambahannya, namun justru tumbuh mengubur diri dalam tanah dalam masa pertumbuhannya. Salah satuatau mekanisme yang lain akan didapati pada lokasi - lokasi dimana sering terjadi kebakaran, pertumbuhanvegetasi menjadi berubah. Kebakaran juga berperan dalam seleksi bentuk tanaman yang mengadopsi sifatgenetik yang memungkinkan mereka untuk bertahan dari kebakaran dan tekanan lingkungan yang lain.

Fenomena pada tanaman-tanaman yang tahan api yang banyak diteliti juga adalah stimulasipembungaan. Umumnya fenomena tersebut ditemukan pada tanaman monokotil, meskipun ada beberapa pulayang termasuk dikotil. Yang sering disebut adalah: famili

dan .Ditemukan peningkatan pembungaan 10 kali lipat setelah kebakaran di padang rumput Illinois di

Amerika Utara (Old, 1969 Chandler ., 1983). Banyak mekanisme yang tampaknya terlibat dalamproses pembungaan karena stimulasi api. Bagaimanapun, hasilnya hampir sama, karena pembungaan prolifikdiikuti dengan peningkatan produksi anakan. Hal ini berkaitan dengan produksi benih yang lebih besar, ataurendahnya predasi (pemangsaan/pemakan) benih pada tanaman atau setelah penyebarannya. Produksi benihlebih besar pada bunga dari tanaman yang terbakar dari pada tanaman yang tidak terbakar. Berlimpahnyapembungaan pada interval yang teratur dapat merupakan faktor penting dalam produksi benihdalam kaitannya dengan siklus predatornya yaitu .

Retensi benih pada tanaman merupakan aspek penting dalam siklus hidupnya. Hal ini umumnya benarpada saat tanaman yang sensitif terhadap api terkena dampaknya, oleh karenanya, benih yang tersimpanmerupakan salah satu alat untuk tetap mempertahankan jenisnya. diAustralia merupakansalah satu contoh untuk model adaptasi ini (Chandler 1983). merupakan pohon yang sangatbesar yang mana regenerasinya (permudaannya) terjadi setelah kebakaran, hanya jika terdapat pohon dewasadi sekitar tegakan yang terbakar. Kebakaran normalnya terjadi setiap dua atau tiga kali dalan seratus tahun,

meskipun akhir-akhir ini lebih sering terjadi dengan interval 15 sampai 20 tahunStudi produksi bunga dan kapsul pada telah menghasilkan 3 (tiga) hipotesis yang berkaitan

dengan penyimpanan benih, dengan asumsi bahwa suatu jenis tanaman harus menghasilkan benih dengan stokyang mencukupi sehingga diharapkan dapat beregenerasi setelah kebakaran. Hipotesisnya adalah sebagaiberikut:

1. Persediaan benih penting untuk menyeimbangkan variasi input benih yang disebabkan olehpembungaan dua tahunan.

2. Simpanan benih penting untuk mempertahankan input benih pada saat tanah tidak dipupuk.3. Simpanan benih juga penting untuk mempertahankan suplai benih selama kemarau pada saat

pembungaan tidak memadai.

Benih yang terbentuk pada saat tahun pembungaan yang bagus tampaknya dilepaskan secara perlahan-lahan (bertahap) sepanjang 2 (dua) tahun (Cunningham, 1960 Chandler 1983). Dengan variasi ini,penyebaran benih lebih sedikit disebutkan dibanding dengan fluktuasi banyaknya bunga yang dihasilkan.Tanpa peristiwa kebakaran, setengah dari keseluruhan benih yang ada diduga hilang tiap tahunnya. Sekitar75% dari semua benih akan jatuh; sisanya tetap berada pada kapsul. Burung kakatua setidaknya memakanatau membuang 30% benih viabel (Ashton, 1975 Chandler 1983). Dari kapsul-kapsul yang jatuhke tanah, 50%nya mungkin akan terbuka dan menghasilkan benih. Benih di permukaan tanah terkadangterbawa oleh semut dan serangga yang lain: diperkirakan 80% benih yang terlepas dari kapsul di permukaantanah akan hilang.

Setelah kebakaran, seluruh benih di tajuk akan terlepas, padahal benih ini merupakan hasil produksiselama setengah tahun. Jika keseluruhan tajuk terbakar, maka biasanya benih akan terlepas dalam beberapahari, namun tingkat kehilangannya akan sama dengan pohon yang tidak terbakar, yaitu kira-kira 8.2%. dalamkebakaran, benih yang mencukupi disimpan dalam tajuk dan dilepaskan/jatuh ke tanah untuk memuaskanpredator sehingga lebih banyak persediaan benih untuk perkecambahan.

Pada beberapa jenis pinus, buah yang berbentuk kerucut ( tetap tertutup hingga panas yangdihasilkan oleh api membukanya, misalnya pada . Pohon yang muda terlihat selalu seperti terbuka,

B. Stimulasi Pembungaan

IV. RETENSI, KETAHANAN KEKURANGAN AIR SERTA STIMULASIPERKECAMBAHAN BENIH OLEH API

Graminaceae, Orchidaceae, Iridaceae,Amaryllidaceae, Xanthorrhoeaceae Liliaceae

dalam et al

X. australisHyaletis latro

Eucalypytus regnanset al., E. regnans

E. regnans

dalam et al.,

dalam et al.,

cone)P. contorta

.

Page 38: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

33

Wida Darwiati dan Faisal Danu Tuheteru

Dampak Kebakaran Hutan terhadapPertumbuhan Vegetasi

dimana pada tanaman yang lebih tua buah yang berbentuk kerucut bisa terbuka atau tertutup. Serotin padapinus dapat beragam tergantung pada ketinggian tempat tumbuhnya ( ), ketebalan kulit batang jugaberpengaruh pada kadar serotin. Semakin tebal kulit batang, semakin rendah kadar serotinnya. Semakin rendahintensitas kebakaran dan semakin jarang frekuensinya, semakin rendah pula kadar serotinnya dalam pinus.Intensitas api yang tinggi mungkin dapat menghasilkan genotip serotin karena benih dari pohon buah yangberbentuk kerucut terbuka akan cenderung rusak karena kebakaran. dan dari populasiMediterania mempunyai buah yang berbentuk kerucut yang mengandung serotin (Naveh, 1975Chandler 1983). Banyak genera yang lain juga menghasilkan benih yang disimpan dalam tanaman,kemudian disebarkan dengan cepat mengikuti pasca kebakaran.

Hingga saat ini tidak diketahui informasi mengenai morfologi, fisiologi atau ekologi benih yangdisimpan dalam tanah yang muncul setelah kebakaran. Informasi tentang pengaruh kebakaran terhadapperkecambahan benih masih sedikit. Tanaman akasia menyimpan banyak sekali benih dalam tanah (hingga

250 x 10 /ha). Floyd (1966) menampilkan data yang menunjukkan hubungan antara durasi (lama waktu)(terpapar) dan suhunya. Periode yang panjang dengan suhu yang rendah membawa tingkat

perkecambahan yang hampir sama dengan periode rendah dengan suhu yang tinggi. Perbedaan tingkatperkecambahan yang mendasar pada yang tumbuh di Afrika dan Australia, lebih terpengaruh padafrekuensi kebakaran yang terjadi.

Beberapa bentuk dampak yang ditimbulkan oleh kejadian kebakaran hutan dan lahan terhadap vegetasi(Chandler ., 1983; Oliver & Larson, 1990; Nasi 2002; Wibowo, 2003; dan Meijaard 2006) :

Intensitas kebakaran tinggi dapat mematikan semua anakan, liana, pohon muda dan pohon.

Menimbulkan luka dan pada pohon sehingga rawan terhadap serangan hama dan penyakit.

Riap tegakan menurun karena banyak pohon yang mengalami atau tegakan menjadi jarang.

Luka pada pohon akibat kebakaran dapat menimbulkan cacat permanen sehingga kualitas kayu menurun.

Merusak peremajaan atau tanaman muda.

Diversitas tumbuhan berkurang, Mempengaruhi pola suksesi vegetasi; setelah kebakaran regenerasi alamdiawali dengan tumbuhan pionir (intoleran) kemudian tumbuhan semi toleran dan tumbuhan toleranselanjutnya menjadi hutan klimaks.

Membantu terjadinya permudaan alam setelah kebakaran (hutan pinus).

Meningkatkan produksi dan kualitas pakan ternak di dalam hutan.

Apabila banyak pohon yang mati maka fungsi hutan lainnya seperti fungsi tata air dan perlindungan tanahterganggu.

Setelah kebakaran hutan yang terjadi dengan intensitas yang tinggi, maka kawasan hutan bekas terbakardi Kalimantan Timur dapat diklasifikasi sebagai berikut (Sutisna, 2001):

Penuh dengan pohon pionir (malotus, macaranga, dll.), terdapat padang alang-alang, tidak ada atau sedikitsekali permudaan alam pohon jenis komersial dan banyak pohon mati berdiri.

Dipenuhi pohon pionir dan juga pohon mati (berkurang), tidak ada padang alang-alang, terdapat beberapapermudaan jenis komersial, 1-3 pohon induk per ha, serta tidak ada lapisan tajuk atas yang nyata.

Banyak pohon pionir seperti hutan terbakar berat, banyak jenis-jenis pohon komersial dan permudaannya,hanya sedikit pohon mati, terdapat 4-6 pohon induk per ha, masih tidak ada lapisan tajuk atas yang nyata.

Hutan yang tak terbakar, akan terdapat invasi oleh tanaman berkayu. Hal ini terjadi baik di daerahmaupun tropis, spesies dominan padang rumput adalah dengan rhizoma yang

memungkinkan berhasil bertahan dari kebakaran. yang relatif kecil, atau yang besar, dan

altitude

P. halepensois P. brutiadalam

et al.,

exposure

A. cyclops

et al et al. et al.,

stress

stress

temperate hemicryptophytesCaryopsis Vitex

6

V. BENTUK DAMPAK KEBAKARAN TERHADAP VEGETASI DANKONDISI PASCA KEBAKARAN HUTAN

A. Klasifikasi Hutan Bekas Terbakar

B. Vegetasi yang Muncul Pasca Kebakaran

��

��

��

Hutan terbakar berat

Hutan terbakar sedang

Hutan terbakar ringan

Page 39: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

34

Tekno Hutan Tanaman

Vol. No. ,3 1 April 2010, 27 - 32

pubescens (Andropogon

dalam et al.

perennial

Epilobiumangustifolium Pteridium aquilinum

Imperata cylindrica,Macarangga gigantea, M. triloba, Mallotus Trema orientalis, Euphatorium Piper aduncum

et al , Anthocephalus chinensis, Homalanthus populneus, Glochidincapitatum, Macaranga trichocarpa, M. gigantea, Tristania whitiana

Fragraea fragrans Styrax benzoinCratoxylum . Shorea balangeran Toona

Forest Fire Behavior and Effects

Forest Ecology, a Foundation for Sustainable Forest Management and EnvironmentalEthics in Forestry

Life AfterLogging, Reconciling Wildlife Conservation and Production Forestry in Indonesian Borneo

Forest Fire and Biological Diversity

Forest Stand Dynamics

(laban) yang persisten dari benih-benih yang persisten dari spesies tertentu ) yangmeningkat kemampuannya untuk menginvasi setelah kebakaran. Regenerasi dari tunas dasar setelahkerusakan bagian di atas tanah sangat berkembang pada kebanyakan tanaman tahunan (musiman/semusim).

Banyak tanaman herba yang dapat bertahan dari kebakaran dengan organ yang tertanam dalamtanah. Pada kasus ini terdapat keragaman inter dan intraspesifik pada regenerasi, misalnya pada tanamanLiatris. Schall (1978) Chandler (1983) menemukan bahwa setelah kebakaran terdapat kehilangantanaman muda (juvenil) tapi terjadi peningkatan banyaknya anakan. Pada padang rumput yang seringterbakar, strategi bertahan hidup yang dominan terdapat pada tanaman yang mana mereka dapatberegenerasi dari organ yang berada di dalam tanah, mendapat ruang yang lebih sesuai dan menyimpannyauntutk periode waktu yang panjang. Spesies lain yang juga toleran terhadap kebakaran adalah

dan . Kedua contoh ini merupakan jenis tanaman yang bisa bertahanterhadap kebakaran yang intens dan periodik yang tidak merusak populasi induknya tapi memberikanpembukaan penutupan ruang.

Jenis lain yang ditemukan setelah terjadinya kebakaran di TN Kutai adalahsp., sp. dan .

Ngatiman . (2006) jenis yang ditemukandan . Selanjutnya Yafid ( 2006)

menyebutkan jenis - jenis pohon yang tahan api seperti (tembesu),(kemenyan), spp (garonggang), (blangiran) dan spp.

Berdasarkan gambaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa tingkat keparahan kebakaran (intensitasdan frekuensi serta tipe kebakaran) dan faktor vegetasi (jenis dan umur vegetasi serta sifat khusus lainnya)sangat menentukan dampak kebakaran hutan terhadap vegetasi. Dampak kebakaran hutan dapat berupadampak negatif maupun positif bagi tahapan regenerasi tumbuhan. Oleh karena itu, salah satu strategirehabilitasi hutan dan lahan yang terdegradasi termasuk intervensi silvikultur adalah dengan pemilihan jenisvegetasi yang tahan terhadap kebakaran.

Mengingat lebih banyak mudaratnya, maka perlu upaya pengendalian kebakaran hutan. Secara teoripencegahan terjadinya kebakaran hutan dapat dilakukan dengan meniadakan salah satu unsur penyusunkebakaran hutan dan lahan, apakah bahan bakar yang mudah terbakar, atau energi panas yang cukup untukmembuat bahan bakar pada temperatur penyalaan maupun oksigen yang cukup. Hal yang dapat dilakukan yaitumenghilangkan atau mengurangi sumber panas (api) dan menghilangkan atau mengurangi akumulasi bahanbakar serta mengurangi oksigen dengan meningkatkan kerapatan dan meningkatkan kekompakan bahan bakar.

Chandler, C., Cheney, P., Trabaud, L & Williams, D. 1983. . Fire in ForestryVol I.AWilley-Interscience Publication. NewYork.

Kimmins, J.P. 2004.. Prentice Hall. New Jersey.

Meijaard, E., Sheil, D., Nasi, R., Augeri, D., Rosenbaum, B., Iskandar, D., Setyawati, T., Lammertink,M., Rachmatika, I., Wong, A., Soehartono, T, Stanley, S., Gunawan dan Brien, TO. 2005.

. CIFOR.Bogor. Hal. 29-52.

Nasi, R., Dennis, R., Meijaard, E., Applegate, G and Moore, P. 2002. .Unasylva 209, Vol. 53. Roma.

Ngatiman, Boer, C., Iriansyah, M. dan Rahimahyuni, F.N. 2006. Kebakaran Penyebab Degradasi Hutan diIndonesia. Balitbang Kalimantan. Samarinda.

Sutisna, M. 2001. Silvikultur HutanAlami di Indonesia. Dikti Depdiknas. Jakarta.

Oliver, CD and Larson, B.C. 1990. . McGraw-Hill, Inc. NewYork.

VI. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 40: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

Yafid, B. 2006. Beberapa Jenis Pohon TahanApi dan PenangkalAlang-alang. Info Hutan Vol. lll No.3. Hal 181-185. Pusat litbang Hutan dan KonservasiAlam. Bogor.

Wibowo, A. 2003. Permasalahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan di Indonesia. Review Hasil Litbang.Puslitbang Hutan dan KonservasiAlam. Bogor.

35

Wida Darwiati dan Faisal Danu Tuheteru

Dampak Kebakaran Hutan terhadapPertumbuhan Vegetasi

Page 41: TEKNO HUTAN TANAMAN -  · PDF fileresmi yang memuat kajian sintesa, ... Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il ... tanah berdasarkan sifat kimia,

UCAPAN TERIMA KASIH

Dewan Redaksi Tekno Hutan Tanaman mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kepada mitra bestari ( ) yang telah menelaah naskah yang dimuat

pada Tekno Hutan Tanaman Edisi Vol. 3 No. 1 Tahun 2010 :

1.

peer reviewers

2.

Dr. Ir. IrsyalYasman (PT. Inhutani I)

Cecep Kusmana, MS. (Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor)Prof. Dr. Ir.