TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

32
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL PENDAHULUAN Modul ini merupakan kelanjutan dari modul lima. Tentu Anda masih ingat, dari modul lima Anda telah memperoleh pengertian hipotesis penelitian , mengapa dan untuk apa hipotesis penelitian , dan apa yang menjadi prinsip hipotesis penelitian . Dalam modul ini Anda akan mempelajari teknik pengambilan sampel . Setelah menyelesaian modul ini, Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Dapat menjelaskan pengertian pengambilan sampel. 2. Dapat menjelaskan cara pengambilan sampel acak. 3. Dapat menyebutkan tujuan digunakan teknik acak. 4. Dapat menggunakan tabel bilangan acak. 5. Dapat menjelaskan cara pengambilan sampel sistematik. 6. Dapat menjelaskan cara pengambilan sampel strata. 7. Dapat menyebutkan syarat pengambilan sampel strata. 8. Dapat menjelaskan pengambilan sampel random gugus sederhana. 9. Dapat menjelaskan pengambilan sampel random gugus bertahap. 10. Dapat mengambil sampel secara purposive. Kemampuan tersebut sangat penting bagi mahasiswa calon guru, guru dan calon peneliti. Khususnya bagi guru, baik guru kelas maupun guru mata pelajaran yang selalu berhadapan peserta didik dengan jenjang pendidikan yang berbeda. Anda akan tampil lebih percaya diri dan mantap, Metodologi Penelitian

Transcript of TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Page 1: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

PENDAHULUAN

Modul ini merupakan kelanjutan dari modul lima. Tentu Anda masih

ingat, dari modul lima Anda telah memperoleh pengertian hipotesis penelitian,

mengapa dan untuk apa hipotesis penelitian, dan apa yang menjadi prinsip

hipotesis penelitian.

Dalam modul ini Anda akan mempelajari teknik pengambilan sampel.

Setelah menyelesaian modul ini, Anda diharapkan memiliki kemampuan

sebagai berikut.

1. Dapat menjelaskan pengertian pengambilan sampel.

2. Dapat menjelaskan cara pengambilan sampel acak.

3. Dapat menyebutkan tujuan digunakan teknik acak.

4. Dapat menggunakan tabel bilangan acak.

5. Dapat menjelaskan cara pengambilan sampel sistematik.

6. Dapat menjelaskan cara pengambilan sampel strata.

7. Dapat menyebutkan syarat pengambilan sampel strata.

8. Dapat menjelaskan pengambilan sampel random gugus sederhana.

9. Dapat menjelaskan pengambilan sampel random gugus bertahap.

10. Dapat mengambil sampel secara purposive.

Kemampuan tersebut sangat penting bagi mahasiswa calon guru, guru

dan calon peneliti. Khususnya bagi guru, baik guru kelas maupun guru mata

pelajaran yang selalu berhadapan peserta didik dengan jenjang pendidikan

yang berbeda. Anda akan tampil lebih percaya diri dan mantap, peserta didik

Anda pun akan merasa lebih puas dapat belajar dari Anda. Lebih dari itu

suasana kelas Anda akan lebih menarik, menantang, dan menyenangkan.

Untuk membantu Anda menguasai kemampuan di atas, dalam modul ini

akan disajikan pembahasan dan latihan, dalam 3 (tiga) kegiatan belajar (KB)

sebagai berikut.

KB1: Pengertian pengambilan sampel dan pengambilan sampel acak.

KB2: Pengambilan sampel sistematik dan pengambilan sampel strata.

KB3: Pengambilan sampel kluster dan pengambilan sampel non acak.

Metodologi Penelitian

Page 2: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Agar Anda berhasil dengan baik mempelajari modul ini ikuti petunjuk belajar

sebagai berikut.

1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda

memahami betul apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini.

2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan

kata-kata yang Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata

kunci dalam daftar kata-kata sulit modul ini atau dalam kamus yang ada.

3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui

pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan

dengan tutor Anda.

4. Terapkan prinsip, prosedur dan model disain eksperimen secara

imajiner (dalam pikiran) dan dalam situasi terbatas melalui simulasi sejawat

pada saat tutorial.

5. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai pengalaman

simulasi dalam kelompok kecil atau klasikal pada saat tutorial.

Metodologi Penelitian

Page 3: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

KEGIATAN BELAJAR 1

PENGERTIAN PENGAMBILAN SAMPEL DAN

PENGAMBILAN SAMPEL ACAK

A. URAIAN:

1. Pengertian pengambilan sampel

Mengingat dasar pemikiran digunakannya sampel di dalam suatu

penelitian, antara lain adalah agar dalam penelitian tersebut dapat diperoleh

kecermatan yang tinggi, penghematan biaya, waktu, dan tenaga, serta

membatasi akibat-akibat buruk yang ditimbulkan oleh suatu penelitian

(khusnya pelaksanaan eksperimen), maka sampel harus ditetapkan dengan

tepat dan benar.

Oleh karena penelitian eksperimen menggunakan sampel yang

relatif kecil, maka teknik pengambilan sampel harus dilakukan dengan baik

dalam arti tepat dan benar. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin ketepatan

generalisasi hasil eksperimen.

Pada pokoknya teknik pengambilan sampel dibedakan menjadi dua

macam, yaitu teknik acak dan teknik non acak. Teknik acak dan non acak

akan dikemukakan pada kegiatan belajar selanjutnya.

2. Pengambilan sampel acak

Pengambilan sampel secara acak atau random sampling adalah

teknik sampling yang memberikan peluang sama kepada setiap anggota

populasi untuk terpilih menjadi anggota sampel. Misalnya jika banyaknya

unit dalam populasi adalah N dan ukuran sampel adalah n, maka besarnya

probabilitas setiap unit elementer untuk terpilih sebagai sampel adalah .

Ini berarti bahwa setiap (semua) unit elementer dalam populasi harus dapat

diidentifikasi dan termuat dalam kerangka sampling. Karena itu teknik ini

dikatakan teknik sampling probabilitas.

Sampel yang diambil dari suatu populasi secara acak (random)

disebut sampel acak. Tujuan digunakan teknik acak adalah sebagai berikut.

Metodologi Penelitian

Page 4: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

a. Dengan sampel acak memungkinkan diperolehnya data penelitian yang

dapat digeneralisasi terhadap populasi yang luas dengan kesesatan

yang lebih terbatas (minim).

b. Dengan sampel acak memungkinkan peneliti mengaplikasikan kesim-

pulan statistik, dan hal itu berarti peneliti dapat menarik kesimpulan

statistik tentang nilai-nilai parameter populasi seperti: rata-rata

simpangan baku, dan lain-lain.

c. Dengan sampel acak dapat diperoleh kelompok-kelompok sampel yang

homogen satu sama lain, sehingga tidak perlu dilakukan pengujian

homogenitas antar kelompok sampel.

Pengambilan sampel acak dapat ditempuh melalui cara undian, tabel

bilangan acak, atau dengan komputer.

Bentuk tabel bilangan acak bermacam-macam, tetapi yang lazim

digunakan seperti tabel di bawah, berwujud serentetan bilangan yang cukup

panjang dan bilangan-bilangan itu dikelompokkan lima-lima (five digit)

tersebar secara acak (penyebaran bilangan-bilangan itu tidak diatur).

Tabel Bilangan Acak

Baris 1 - 5 6 – 10 11 - 15

16 –20

21 - 25

26 - 30

31 –35

36 - 40

41- 45

dst

01 32388 52390 16818 69298 82732 38480 73817 32523 4196102 05300 22164 24069 54224 35383 19687 11052 91491 6038303 66523 44133 30697 35552 35970 19124 63318 29586 0388704 44167 64486 04758 75366 76554 31601 12614 33072 6033205 47914 02534 37680 20801 72152 39339 34808 08930 86001

06 63445 17361 62825 39908 05607 91284 68833 25570 3381807 89917 15665 52872 73823 73144 88662 88970 74492 5180508 92648 45454 09552 88815 16553 51125 79375 97596 1829609 20979 04508 54535 31355 86064 29472 47689 05974 5246810 31959 65642 74240 56302 00033 67107 77510 70625 28725

11 53104 80180 30612 24735 63414 67892 37053 68277 00195

Tabel bilangan acak ada yang terdiri dari satu halaman dan ada pula yang

terdiri dari beberapa halaman.

Metodologi Penelitian

Page 5: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

B. CONTOH

Contoh 1: Pengambilan sampel

Peneliti akan mengadakan eksperimen dengan menggunakan sampel

sejumlah polisi berpangkat Bintara di Polda Metrojaya yang diambil dengan

cara tertentu. Jika siswa sebagai individu merupakan satuan unit sampel,

maka semua polisi berpangkat Bintara yang ada di Polda Metrojaya

sebagai populasi kemudian diambil sebagian daripadanya sebagai sampel.

Contoh 2: Pengambilan sampel acak

Dari populasi 1000 polisi berpangkat Bintara di Polda Metrojaya akan

diambil 100 polisi berpangkat Bintara di Polda Metrojaya sebagai sampel.

Tanpa mempertimbangkan seorang polisi berpangkat Bintara di Polda

Metrojaya itu, ia memiliki kesempatan yang sama dengan 999 polisi

berpangkat Bintara lainnya. Cara pengambilannya sangat sederhana, yaitu

dimulai dengan memberikan nomor urut kepada setiap Bintara. Dari nomor

1 sampai dengan nomor 1000. Setelah itu dengan menggunakan tabel

bilangan acak atau dengan teknik acak yang lain. Diambil sebanyak 100

Bintara untuk menjadi anggota sampel dengan cara sebagai berikut.

Tetapkan salah satu halaman secara acak.

(1) Jatuhkan ujung pensil secara acak di halaman tersebut.

Amati angka terdekat dengan jatuhnya ujung pensil, jika angka terdekat

adalah 4, maka halaman yang pertama digunakan adalah halaman 4.

Jika ternyata tabel itu hanya 3 halaman, kurangi angka 4 dengan 3 dan

diperoleh hasil 1; ini artinya pengambilan sampel dimulai dari

halaman 1.

(2) Jatuhkan ujung pensil untuk yang kedua, untuk

menetapkan baris dan kolom berapa nomor sampel diambil dari tabel

halaman 1. Sebelah kanan ujung pensil untuk menetapkan baris ke- dan

sebelah kiri ujung pensil untuk menetapkan kolom ke-. Misalkan ujung

pensil jatuh di antara 35 dan 11.

(3) Dengan hasil langkah ketiga itu, nomor sampel diambil

dari kolom 35 dan baris 11 pada tabel halaman 1. Dengan petunjuk itu

maka didapat deretan bilangan 37053. Mulai dari kelompok angka ini

Metodologi Penelitian

Page 6: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

digunakan 3 angka saja, berjalan ke atas dan ke bawah sampai

kebutuhan-kebutuhan jumlah 100 terpenuhi.

(4) Dengan cara ini nomor sampel yang terambil adalah 775,

476, 793, 889, 688, 348, 126, 633, 110, 738 dan seterusnya sampai

diperoleh 100 nomor.

Jika menggunakan tabel yang lengkap, angka nomor sampel dapat

dilanjutkan ke deretan di bawahnya. Apabila tabel bilangan acak hanya

termuat pada satu halaman, maka langkah ke (2) tidak diperlukan.

Dalam hal ini, jika banyaknya anggota populasi kurang dari 1000,

katakan 650, maka nomor bilangan yang lebih dari 650 dan terambil, nomor

itu dikurangi dengan 350; jadi untuk angka 995 akan menjadi 645. Cara ini

dapat ditinggalkan apabila tabel bilangan acak terdiri dari beberapa

halaman dan memungkinkan mendapat nomor di bawah 650 yang

mencukupi kebutuhan dengan meninggalkan angka di atas 650.

C. LATIHAN:

Dari populasi 500 polisi berpangkat Perwira Pertama di Polda Metrojaya

akan diambil 80 Perwira Pertama sebagai sampel. Tanpa

mempertimbangkan seorang Perwira Pertama yang bertugas di bagian

mana Polda Metrojaya itu, ia memiliki kesempatan yang sama dengan 499

Perwira Pertama lainnya. Bagaimana cara pengambilannya?

D. TES FORMATIF

Dari populasi 500 siswa SD di SPN Batua akan diambil 70 siswa sebagai

sampel. Tanpa mempertimbangkan seorang siswa di Pleton mana di SPN

Batua itu. Jelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh peneliti, jika

ia menggunakan tabel acak.

E. KUNCI

Cara pengambilannya, yaitu dimulai dengan memberikan nomor urut

kepada setiap siswa. Dari nomor 1 sampai dengan nomor 500. Setelah itu

dengan menggunakan tabel bilangan acak atau dengan teknik acak yang

Metodologi Penelitian

Page 7: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

lain. Diambil sebanyak 70 siswa untuk menjadi anggota sampel dengan

cara sebagai berikut.

Menetapkan salah satu halaman secara acak.

(1) Menjatuhkan ujung pensil secara acak di halaman

tersebut. Angka terdekat dengan jatuhnya ujung pensil, jika angka

terdekat adalah 3, maka halaman yang pertama digunakan adalah

halaman 3. Jika ternyata tabel itu hanya 2 halaman, dikurangi angka 3

dengan 2 dan diperoleh hasil 1; ini artinya pengambilan sampel dimulai

dari halaman 1.

(2) Dijatuhkan ujung pensil untuk yang kedua, untuk

menetapkan baris dan kolom berapa nomor sampel diambil dari tabel

halaman 1. Sebelah kanan ujung pensil untuk menetapkan baris ke- dan

sebelah kiri ujung pensil untuk menetapkan kolom ke-. Misalkan ujung

pensil jatuh di antara 35 dan 11.

(3) Dengan hasil langkah ketiga itu, nomor sampel

diambil dari kolom 35 dan baris 11 pada tabel halaman 1. Dengan

petunjuk itu maka didapat deretan bilangan 37053. Mulai dari kelompok

angka ini digunakan 3 angka saja, berjalan ke atas dan ke bawah

sampai kebutuhan-kebutuhan jumlah 70 terpenuhi.

(4) Dengan cara ini nomor sampel yang terambil adalah

775, 476, 793, 889, 688, 348, 126, 633, 110, 738 dan seterusnya

sampai diperoleh 70 nomor.

Metodologi Penelitian

Page 8: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

KEGIATAN BELAJAR 2

PENGAMBILAN SAMPEL SISTEMATIK DAN

PENGAMBILAN SAMPEL STRATA.

A. URAIAN:

1. Pengambilan sampel sistematik.

Apabila bayaknya satuan elementer dalam populasi cukup besar dan

telah tersusun secara sistematik dalam suatu daftar atau telah tersusun

menurut pola atau aturan tertentu, maka cara pengambilan sampel dengan

random sederhana kurang tepat digunakan, yang sesuai adalah sistematik

random sampling.

Sistematik random sampling adalah cara pengambilan sampel,

dimana hanya unsur pertama yang dipilih secara random, sedang

unsur-unsur berikutnya dipilih secara sistematik menurut suatu pola

tertentu.

Secara teknik pengambilan sampel dengan cara sistematik random

dapat dijelaskan sebagai berikut. Misalkan jumlah satuan-satuan elementer

dalam populasi adalah N dan ukuran sampel yang dikehendaki adalah n,

maka hasil bagi N/n dinamakan interval sampel dan bisanya diberi simbol k.

Unsur pertama dalam sampel dipilih secara random dari satuan

elementer bernomor urut 1 sampai dengan k dari populasi. Jika yang terpilih

adalah satuan elementer bernomor urut s, maka unsur-unsur selanjutnya

dalam sampel ditentukan sebagai berikut.

Unsur pertama = s

Unsur kedua = s + k

Unsur ketiga = s + 2k

Unsur keempat = s + 3k, dan seterusnya.

2. Pengambilan sampel strata

Jika satuan-satuan elementer dalam populasi tidak homogen, maka

pengambilan sampel dengan cara random tidak dapat digunakan. Oleh

karena itu, pada kasus di mana karakteristik populasi tidak homogen, maka

populasi dapat distratifikasi atau dibagi-bagi ke dalam sub-sub populasi

Metodologi Penelitian

Page 9: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

sedemikian, sehingga satuan-satuan elementer dalam masing-masing sub-

populasi menjadi homogen. Kemudian pengambilan sampel dengan cara

random dapat dilakukan pada setiap sub-populasi. Perlu dipahami bahwa

pengertian homogenitas dalam hal ini terkait dengan variabel penelitian.

Ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menggunakan

metode pengambilan sampel random distratifikasi adalah sebagai berikut.

a. Ada kriteria yang jelas sebagai dasar untuk membuat stratifikasi,

misalnya gaya penuturan berbeda karena berbeda bahasa (dalam

contoh di berikut).

b. Kriteria yang digunakan tersebut berdasarkan data pendahuluan yang

telah diperoleh atau dapat juga berdasarkan pengetahuan teoretik.

c. Jika ukuran sampel proporsional, maka harus diketahui dengan tepat

jumlah satuan-satuan elementer yang ada di setiap sub-populasi.

Keunggulan metode pengambilan sampel ini adalah sangat mungkin

semua ciri dalam populasi yang heterogen dapat terwakili, dan

dimungkinkan bagi peneliti untuk menyelidiki perbedaan antara sub-sub

populasi atau memasukkan sub-sub populasi sebagai variabel moderator

dari penelitian.

B. CONTOH:

Contoh 1: Pengambilan sampel sistematik

Jumlah unit dalam populasi sebesar 200 unit, dan besar sampel yang

dikehendaki misalnya 40 unit. Berarti k = 200/40 = 5. Unsur pertama dapat

dipilih secara random dari nomor urut 1 - 5. Jika yang terpilih adalah unit

dengan nomor urut 3, unit-unit sampel berikutnya adalah (3 + 5) = 8, (3 +

10) = 13, (3 + 15) = 18, (3 + 20) = 23, dan seterusnya, sehingga diperoleh

unit sampel sebanyak 40 unit.

Contoh 2: Pengambilan sampel strata

Misalnya, kita ingin meneliti gaya penutur bahasa di Sulawesi Selatan.

Populasinya adalah semua orang di Sulawesi Selatan yang sudah lancar

berbicara. Jelas bahwa populasi tidak homogen, karena di Sulawesi

Selatan terdapat lima jenis bahasa dengan gaya penuturan yang

Metodologi Penelitian

Page 10: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

berbeda-beda. Untuk itu, populasi dibagi-bagi menjadi lima sub-populasi,

yaitu sub-populasi Bugis, sub-populasi Makassar, sub-populasi Mandar,

sub-populasi Tator, dan sub-populasi Makassar (campuran). Kemudian

ditetapkan ukuran sampel untuk masing-masing sub-populasi, boleh

proporsional boleh juga tidak. Jika tidak proporsional, misalnya dapat

diambil 100 orang untuk setiap sub-populasi, sehingga diperoleh 500 orang

yang akan menjadi sampel penelitian. Pengambilan 100 orang dari setiap

sub-populasi tersebut dilakukan secara random.

C. LATIHAN

Jumlah unit dalam populasi sebesar 1200 unit, dan besar sampel yang

dikehendaki misalnya 300 unit. Jika digunakan random sitematik,

bagaimana langkah-langkah pengambilan sampelnya?

D. TES FORMATIF:

Jumlah unit dalam populasi sebesar 1200 unit dan besar sampel yang

dikehendaki misalnya 40 unit. Jika digunakan random sitematik, maka

bagaimana langkah-langkah pengambilannya?

E. KUNCI

Karena jumlah unit dalam populasi 1200, dan banyaknya sampel yang

diinginkan 40, maka k = 1200/40 = 30. Unsur pertama dapat dipilih secara

random dari nomor urut 1 - 30. Jika yang terpilih adalah unit dengan nomor

urut 17, unit-unit sampel berikutnya adalah (17 + 30) = 47, (17 + 60) = 77,

(17 + 90) = 107, (17 + 120) = 137, dan seterusnya, sehingga diperoleh unit

sampel sebanyak 40 unit.

Metodologi Penelitian

Page 11: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

KEGIATAN BELAJAR 3

PENGAMBILAN SAMPEL KLUSTER DAN

PENGAMBILAN SAMPEL NON ACAK

A. URAIAN:

1. Pengambilan sampel kluster.

a. Pengambilan Sampel Random Gugus Sederhana (Simple Cluster

Random Sampling)

Sampai saat ini pembahasan yang dilakukan adalah mengenai

metode sampling di mana analisis atau satuan penelitian (misalnya

orang, rumah, bidang tanah, dan lain-lain) sudah tersusun dalam suatu

daftar. Dalam praktek kita sering kali dihadapkan dengan kenyataan di

mana kerangka sampling yang digunakan untuk dasar pemilihan sampel

belum tersedia atau tidak lengkap atau bahkan sangat sulit diperoleh.

Untuk mengatasi hal tersebut, unit-unit analisis dalam populasi

dikelompokkan ke dalam gugus-gugus yang disebut clusters dan ini

akan merupakan satuan-satuan dari mana sampel akan diambil.

Pengambilan gugus yang akan menjadi sampel dilakukan secara

random, dengan catatan bahwa gugus-gugus yang ada dalam populasi

mempunyai ciri yang homogen. Semua unit analisis yang ada dalam

gugus terpilih harus diselidiki.

b. Pengambilan Sampel Random Gugus Bertahap

Dalam praktek sering dijumpai populasi yang letaknya sangat

tersebar secara geografis, sehingga sangat sulit untuk mendapatkan

kerangka sampling dari semua unsur-unsur yang terdapat dalam

populasi. Untuk mengatasi hal ini, unit-unit analisis dikelompokkan ke

dalarn gugus-gugus yang merupakan satuan-satuan dari mana sampel

akan diambil. Pengambilan sampel melalui tahap-tahap tertentu.

Satu populasi dapat dibagi ke dalam gugus tingkat pertama;

gugus-gugus tingkat pertama dapat dibagi lagi ke dalam gugus-gugus

tingkat kedua; gugus-gugus tingkat kedua dapat dibagi lagi ke dalam

gugus-gugus tingkat ketiga; dan seterusnya.

Metodologi Penelitian

Page 12: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

1. Pengambilan sampel non acak

Pengambilan sampel non acak atau non random sampling, peluang

untuk menjadi anggota sampel bagi setiap anggota dalam populasi itu tidak

sama. Berbagai faktor yang dapat membatasi anggota populasi berpeluang

tidak sama untuk terpilih menjadi anggota sampel, antara lain daerah

(area), tingkatan (stratum), kelompok (cluster).

Sampel bertujuan atau purposive sample dilakukan dengan cara

mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi

didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan

karena beberapa pertimbangan, misalnya karena alasan keterbatasan

waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang

besar dan jauh. Walaupun cara seperti ini diperbolehkan, yaitu bahwa

peneliti bisa menentukan sampel dengan tujuan tertentu tetapi dengan

syarat sebagai berikut.

1) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat

atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.

2) Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan

subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada

populasi.

3) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di

studi pendahulu-an.

B. CONTOH:

Contoh 1a: Pengambilan Sampel Random Gugus Sederhana

Misalnya populasi penelitian kita adalah warga masyarakat di Kabupaten A,

tetapi daftar dari warga masyarakat tersebut sulit diperoleh. Dalarn kasus

ini, warga masyarakat di Kabupaten A dikelompokkan ke dalam Kelurahan,

kemudian dipilih secara random 3 Kelurahan untuk menjadi sampel

penelitian. Jadi sampel yang diselidiki adalah semua warga masyarakat

yang berada pada tiga Kelurahan sampel tersebut.

Contoh 1b: Pengambilan Sampel Gugus Bertahap

Metodologi Penelitian

Page 13: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Misalnya jika kita mempunyai populasi warga masyarakat di Sulawesi

Selatan, populasi tersebut dapat dibagi kedalam kabupaten-kabupaten

sebagai gugus tingkat pertama, Kecamatan-kecamatan sebagai gugus-

gugus tingkat kedua, dan desa-desa sebagai gugus tingkat ketiga.

Cara pengambilan sampelnya adalah sebagai berikut.

(1) Dipilih lima Kabupaten secara random dari 23 Kabupaten di

Sulawesi Selatan.

(2) Dari masing-masing Kabupaten terpilih, dipilih tiga Kecamatan

secara random, sehingga diperoleh 15 Kecamatan sampel.

(3) Dari masing-masing Kecamatan sampel dipilih lagi secara

random dua desa, sehingga diperoleh 30 desa sampel.

(4) Semua warga masyarakat yang berada pada ke-30 desa sampel

tersebut akan diselidiki sebagai sampel penelitian.

Contoh 2: Pengambilan sampel non acak

Peneliti akan mengadakan penelitian tentang minat belajar siswa-siswa

SLTP di seluruh Indonesia. Dengan mempertimbangkan tersedianya tenaga

peneliti, waktu dan dana maka tidak mungkin mengambil seluruh propinsi

yang ada. Maka diambil DIY, Medan, Malang, Bandung dan Menado yang

diperkirakan merupakan tempat-tempat yang banyak sekolahnya sehingga

memilih cukup banyak pelajar. Disamping itu juga mengambil beberapa

daerah yang sekolahnya sedikit sebagai imbangan.

C. LATIHAN

Populasi warga masyarakat di suatu Provinsi. Provinsi tersebut terdiri dari

21 kabupaten, 214 kecamatan, 2142 kelurahan, dan 856 rukun tetangga.

Sebutkan langkah-langkah pengambilan sampelnya!

D. TES FORMATIF:

Populasi warga masyarakat di suatu Provinsi. Provinsi tersebut terdiri dari

17 kabupaten, 154 kecamatan, 1142 desa. Sebutkan langkah-langkah

pengambilan sampelnya!

Metodologi Penelitian

Page 14: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

E. KUNCI

Diketahui Provinsi X yang terdiri dari 17 kabupaten, 154 kecamatan, 1142

desa.

Cara pengambilan sampelnya adalah sebagai berikut.

(1) Dipilih lima Kabupaten secara random dari 17 Kabupaten di suatu

Provinsi.

(2) Dari masing-masing Kabupaten terpilih, dipilih tiga Kecamatan

secara random, sehingga diperoleh 15 Kecamatan sampel.

(3) Dari masing-masing Kecamatan sampel dipilih lagi secara

random dua desa, sehingga diperoleh 30 desa sampel.

Semua warga masyarakat yang berada pada ke-30 desa sampel tersebut

akan diselidiki sebagai sampel penelitian.

Metodologi Penelitian

Page 15: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

KEGIATAN BELAJAR 4

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

A. URAIAN:

Dalam suatu penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data. Proses

pengumpulan data tersebut dapat dilakukan dengan teknik-teknik tertentu.

Teknik yang dipilih dan digunakan dalam proses pengumpulan data

tergantung pada sifat dan karakteristik penelitian yang dilakukan. Agar data

yang dikumpulkan memenuhi persyaratan atau dapat dipertanggung-

jawabkan secara ilmiah, maka petugas pengumpul data dan alat bantu

(instrumen) pengumpul data haruslah memenuhi kriteria yang diperlukan.

Pada bagian ini akan dibahas tentang beberapa teknik pengumpulan data

beserta instrumen penelitian yang biasanya dipakai sebagai alat bantu

kegiatan pengumpulan data.

Di antara teknik pengumpulan data yang cukup penting adalah wawancara,

kuesioner, observasi, tes dan dokumentasi. Setiap teknik pengumpulan

data tersebut menggunakan instrumen pengumpul data yang berbeda-

beda. Secara umum yang dimaksud dengan instrumen adalah suatu alat

yang karena memenuhi persyaratan akademis maka dapat dipergunakan

sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data

mengenai suatu variabel. Dalam bidang penelitian, instrumen diartikan

sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variabel-variabel

penelitian untuk kebutuhan penelitian. Pada dasarnya instrumen dapat

dibagi menjadi dua macam yakni tes dan non-tes. Yang termasuk

kelompok tes, misalnya tes prestasi belajar, tes inteligensi, tes bakat;

sedangkan yang termasuk non-tes misalnya pedoman wawancara, angket

atau kuesioner, pedoman observasi, daftar cocok (check list), skala sikap,

skala penilaian, dan sebagainya.

1. Pengertian wawancara

Secara umum yang dimaksud wawancara adalah cara menghimpun bahan-

bahan keterangan yang dilaksanakan dengan tanya jawab secara lisan,

Metodologi Penelitian

Page 16: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

sepihak, berhadapan muka dan dengan arah tujuan yang telah ditentukan.

Ada dua jenis wawancara yang dapat dilakukan dalam kaitannya dengan

pengumpulan data penelitian yaitu :

a. Wawancara terpimpin (guided interview)

yang juga dikenal dengan sebutan wawancara berstruktur atau wawancara

sistematis.

b. Wawancara tidak terpimpin (un-guided

interview) yang dikenal dengan istilah wawancara sederhana atau

wawancara bebas.

Salah satu kelebihan yang dimiliki wawancara adalah pewawancara

sebagai pengumpul data dapat melakukan kontak langsung dengan sumber

data (responden) yang akan dimintai keterangan sehingga dapat diperoleh

data atau informasi yang lebih lengkap dan mendalam. Dengan melalui

wawancara maka dimungkinkan sumber data dapat memberikan dan

mengeluarkan ide pemikiran atau isi hatinya secara lebih bebas.

Jika wawancara dilakukan secara bebas maka pewawancara tidak perlu

persiapan yang matang, tetapi jika wawancara dilakukan secara sistematis

maka pewawancara perlu dipandu dengan pedoman wawancara yang

berisi pokok-pokok pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden.

Mencatat dan mengolah hasil wawancara jauh lebih sulit dibanding dengan

mencatat dan mengolah hasil observasi atau hasil tes.

Sehubungan dengan instrumen yang digunakan dalam wawancara,

Arikunto (1987) membedakan dua jenis pedoman wawancara yaitu :

(a) Pedoman wawancara tidak berstruktur, yakni pedoman wawancara yang

hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Dalam hal ini kreativitas

pewawancara sangat diperlukan. Pewawancara seolah-olah sebagai

pengemudi jawaban responden. Jenis ini cocok untuk peneliti kasus.

(b) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang

disusun secara rinci sehingga menyerupai check list. Pewawancara tinggal

membubuhkan tanda V pada nomor yang sesuai. Fungsi pedoman

wawancara ini adalah : (1) memberikan pedoman tentang apa-apa yang

akan ditanyakan, (2) mengantisipasi kemungkinan lupa terhadap pokok-

Metodologi Penelitian

Page 17: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

pokok persoalan yang ditanyakan dalam penelitian, (3) agar wawancara

dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

2. Kuesioner (Angket)

Kuesioner atau angket dapat digunakan sebagai alat atau instrumen

pengumpul data penelitian. Kuesioner terdiri dari daftar pertanyaan yang

disampaikan kepada responden untuk dijawab secara tertulis. Penggunaan

kuesioner sebagai alat pengumpul data akan jauh lebih praktis, hemat

waktu dan tenaga dibanding dengan metode wawancara. Namun

kelemahannya adalah kemungkinan adanya jawaban yang diberikan dalam

kuesioner tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, apalagi

pertanyaan dalam kuesioner tidak dirumuskan dengan jelas sehingga

membingungkan responden.

Beberapa alasan digunakannya kuesioner, antara lain :

1. Kuesioner terutama dipakai untuk mengukur

variabel yang bersifat faktual,

2. Untuk memperoleh informasi yang relevan dengan

tujuan penelitian, dan

3. Untuk memperoleh informasi dengan validitas dab

reliabilitas setinggi mungkin.

Kuesioner dapat diberikan langsung kepada responden, dapat juga

diberikan kepada orang lain yang mengenal berbagai karakteristik

responden untuk melakukan penilaian terhadap responden. Kuesioner

umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif.

Dalam hal ini kuesioner dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau

bentuk skala sikap, misalnya skala Likert yang paling banyak dipergunakan

orang terutama para peneliti bidang pendidikan yang tertarik untuk meneliti

aspek-aspek psikologis yang diduga berpengaruh terhadap proses belajar

mengajar.

Selain sebagai alat untuk mengukur hasil belajar, kuesioner berguna juga

untuk mengungkap latar belakang responden maupun sumber data lainnya

Metodologi Penelitian

Page 18: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

di mana data yang berhasil diperoleh melalui kuesioner kemungkinan suatu

saat akan diperlukan, terutama jika terjadi kasus-kasus tertentu.

3. Observasi

Pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan kete-rangan

yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan objek pengamatan.

Observasi sebagai metode pengumpulan data banyak digunakan untuk

mengamati tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang

dapat diamati.

Menurut Ary dkk (1985) terdapat lima langkah pendahuluan yang harus

diambil pada waktu melakukan observasi, yaitu :

(a) Aspek tingkah laku yang akan diamati harus dipilih.

(b) Tingkah laku yang masuk ke dalam kategori yang telah dipilih harus

dirumuskan dengan jelas.

(c) Orang yang akan melakukan pengamatan harus dilatih.

(d) Suatu sistem untuk mengukur pengamatan harus dikembangkan.

(e) Prosedur terperinci untuk mencatat tingkah laku harus dikembangkan.

Observasi dapat dilakukan secara partisipatif (participan observation)

maupun non-partisipatif (nonparticipan observation). Observasi dapat juga

berbentuk observasi eksperimental (experimental observation) yaitu observasi

yang dilakukan dalam situasi yang dibuat dan observasi noneksperimental

(nonexperimental observation) yaitu observasi yang yang dilakukan dalam

situasi yang wajar.

Pada observasi partisipatori observer melibatkan diri di tengah-tengah

kegiatan observasi, sedangkan observasi non partisipasi observer berada

di luar kegiatan seolah-olah sebagai penonton. Pada observasi

eksperimental tingkah laku diharapkan muncul karena responden atau unit

analisis dikenai perlakukan, maka observer perlu persiapan yang benar-

benar matang, sedangkan pada observasi yang non-eksperimental

pelaksanaannya lebih sederhana dan dapat dilakukan secara sepintas lalu.

Jika observasi digunakan sebagai alat evaluasi, maka perlu diingat bahwa

pencatatan hasil observasi lebih sukar daripada mencatat jawaban yang

Metodologi Penelitian

Page 19: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

diberikan oleh peserta tes, karena respon observasi adalah tingkah laku

dimana proses kejadiannya berlangsung cepat. Observasi yang dilakukan

dengan perencanaan yang matang disebut observasi sistematis.

4. Tes

Pengumpulan data penelitian dapat dilakukan dengan tes atau peng-ujian.

Tes adalah prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuk tugas-tugas yang

distandardisasikan dan diberikan kepada individu atau kelompok untuk

dikerjakan, dijawab, atau direspons, baik dalam bentuk tertulis, lisan

maupun perbuatan. Tes juga dapat diartikan sebagai alat pengukur yang

mempunyai standar obyektif sehingga dapat dipergunakan untuk mengukur

dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.

Beberapa jenis tes yang biasa digunakan dalam penelitian misalnya tes

bakat, tes inteligensi, tes minat, tes prestasi, tes kepribadian, dan

sebagainya. Untuk menentukan jenis tes mana yang dipakai dalam

penelitian, tergantung jenis dan tujuan penelitian itu sendiri. Tes yang baik

adalah tes yang obyektif, valid dan reliabel.

5. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang

tertulis. Metode dokumentasi dalam hal ini berarti cara mengumpulkan data

dengan mencatat data yang sudah ada dalam dokumen atau arsip. Metode

pengumpulan data ini lebih mudah dibandingkan dengan metode

pengumpulan data yang lain.

Dalam menggunakan metode dokumentasi ini, peneliti dapat menyusun

instrumen dokumentasi berupa variabel-variabel terpilih yang akan

didokumentasikan dengan menggunakan daftar check list sesuai dengan

kebutuhan peneliti. Menurut Guba dan Lincoln (1981) dokumen dapat

digunakan untuk keperluan penelitian karena memenuhi kriteria atau alasan

yang dapat dipertanggungjawabkan seperti :

(1) Dokumen merupakan sumber yang stabil.

(2) Berguna sebagai bukti untuk pengujian.

(3) Sesuai untuk penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah.

Metodologi Penelitian

Page 20: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

(4) Tidak reaktif sehingga tidak sukar ditemukan dengan teknik kajian isi.

(5) Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih

memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.

Sementara itu Moleong (1989) menyatakan bahwa dokumen itu dapat

dibagi atas dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen pribadi berisi

catatan-catatan yang bersifat pribadi, sedangkan dokumen resmi berisi

catatan-catatan yang bersifat formal.

Berkaitan dengan instrumen penelitian, peneliti perlu memahami

bagaimana mengembangkan instrumen penelitian yang diperlukan untuk

mengumpulkan data sesuai dengan yang dibutuhkannya. Secara umum

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis butir instrumen,

baik instrumen dalam bentuk skala sikap, skala penilaian, maupun tes. Hal-

hal yang perlu diperhatikan di antaranya :

(1) Butir harus langsung mengukur indikator, yaitu penanda konsep

yang berupa sesuatu kenyataan atau fakta (das solen) seperti keadaan,

perasaan, pikiran, kualitas, kesediaan, dan sebagainya.

(2) Jawaban terhadap butir instrumen dapat mengindikasikan ukuran

indikator apakah keadaan responden berada atau dekat ke kutub positif

atau ke kutub negatif. Misalnya jika berada atau dekat ke kutub positif

menandakan sikap positif, motivasi tinggi, produktivitas tinggi, dan

seterusnya. Sedang jika berada atau dekat ke kutub negatif berarti

menandakan sikap negatif, motivasi rendah, produktivitas rendah, dan

seterusnya.

(3) Butir dapat berbentuk pertanyaan atau pernyataan dengan

menggunakan bahasa yang sederhana, jelas, tidak mengandung tafsiran

ganda, singkat dan komunikatif.

(4) Opsi dari setiap pertanyaan atau pernyataan itu harus relevan

menjawab pertanyaan atau pernyataan tersebut.

(5) Banyaknya skala menunjukkan panjang skala yang secara

konseptual kontinum. Karena distribusi jawaban responden secara teoretik

mendekati distribusi normal untuk jumlah populasi cukup besar, maka

sebaiknya menggunakan skala ganjil.

Metodologi Penelitian

Page 21: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

B. LATIHAN

1. Sebutkan lima langkah pendahuluan yang harus

diambil pada waktu melakukan observasi!

2. Sebutkan kegunaan dokumentasi!

3. Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

menulis butir instrumen!

C. TES FORMATIF

1. Sebutkan 3 alasan

menggunakan observasi!

2. Apa yang dimaksdu dengan

observasi!

3. Jelaskan apa yang dimaksud

dengan tes?

D. KUNCI

1. Alasan digunakannya kuesioner, (a) kuesioner terutama

dipakai untuk mengukur variabel yang bersifat faktual, (b) untuk

memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian, dan (c)

untuk memperoleh informasi dengan validitas dab reliabilitas setinggi

mungkin.

2. Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan

keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang

dijadikan objek pengamatan.

3. Tes adalah prosedur sistematik yang dibuat dalam

bentuk tugas-tugas yang distandardisasikan dan diberikan kepada

individu atau kelompok untuk dikerjakan, dijawab, atau direspons, baik

dalam bentuk tertulis, lisan maupun perbuatan.

Metodologi Penelitian

Page 22: TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Metodologi Penelitian