Teknik Biakan Aseptis
-
Upload
dini-badriani -
Category
Documents
-
view
272 -
download
6
description
Transcript of Teknik Biakan Aseptis
Teknik biakan aseptis
LEMBAR HASIL KERJA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Judul praktikum : Teknik Pemindahan Biakan Secara Aseptik
Nama / NIM mhsw : Isnaini Fauziyah/08041181320022 Kelompok : V (LIMA)
Asisten : Lia Yulistia Tanggal : 24 /09/2014
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah :
Menguasai teknik pemindahan biakan mikroba secara aseptik dari suatu wadah ke
wadah lain.
II. LANDASAN TEORI
Mikrobiologi adalah suatu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
mikroorganisme dan interaksi mereka dengan organisme lain dan lingkungannya. Sejarah
tentang mikroba dimulai dengan ditemukannya mikroskop oleh Leeuwenhoek (1633-1723).
Mikroskop temuan tersebut masih sangat sederhana,dilengkapi satu lensa dengan jarak fokus
yang sangat pendek, tetapi dapat menghasilkan bayangan jelas yang perbesarannya antara 50-
300 kali. (Skou dan Jensen, 2007).
Mikroba ialah jasad renik yang mempunyai kemampuan sangat baik untuk bertahan
hidup. Jasad tersebut dapat hidup hamper di semua tempat di permukaan bumi. Mikroba
mampu beradaptasi dengan lingkungan yang sangat dingin hingga lingkungan yang relative
panas, dari ligkungan yang asam hingga basa. Berdasarkan peranannya, mikroba dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu mikroba menguntungkan dan mikroba merugikan
(Afriyanto, 2005).
Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi yang memerlukan
ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas dari
kontaminan yang dapat mencemari. Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan
komplek. Udara merupakan media masuknya suatu kontaminan ke dalam wadah kultur
bakteri. Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi diantara bakteri, diimbangi oleh
tersedianya berbagai macam media yang banyak macamnya untuk kultur murni. Macam
media tersebut dapat dibagi berdasarkan bentuknya dan susunannya. Berdasrkan bentuknya,
media dibagi atas media cair, semi cair dan padat. Sedang menurut susunannya, media dapat
dibagi atas media kompleks dan media sintetik. Adapun dalam percobaan ini, jenis media
yang digunakan adalah jenis media SWC (Sea Water Complete) dan dan NB (Nutrient Broth)
serta bakteri yang digunakan adalah Pseudoalteromonas sp (Mahmud, 2008).
Media PDA merupakan substrat yang sangat baik untuk memisahkan
campuran mikroorganisme sehingga masing-masing jenisnya menjadi terpisah-pisah.
Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada
media PDAmemungkinkannya tumbuh dengan agak berjauhan dari sesamanya, juga
memungkinkan setiap selnya berhimpun membentuk koloni, sekelompok massa sel
yang dapat dilihat langsung oleh mata. Semua sel dalam koloni itu sama; dianggap
kesemuanya itu merupakan keturunan (progeni) satu mikroorganisme (Pelczar, 2006).
Kata bakteri berasal dari kata bakterion dalam bahasa yunani yang artinya tongkat
atau batang. Morfologi bakteri terbagi atas tiga macam yaitu, pertama bentuk basil atau
basillus, basil berbentuk seperti tongkat pendek agak silindris bentuk basil hampir meliputi
seluruh bakteri, bentuk coccus atau bulat. Kedua bentuk coccus adalah bentuk bakteri seperti
bola-bola kecil, pada golongan ini tidak sebanyak pada golongan berbentuk basil. Ketiga
adalah bentuk spiril. Bentuk spiril adalah bentuk bakteri yang berbentuk seperti spiral atau
panjang berbengkok-bengkok. (Adam, 1992).
Perlakuan aseptik ialah perlakuan yang bertujuan terbebas dari
mikroorganisme. Aseptik diimbangi dengan sterilisasi yang merupakan upaya untuk
menghilangkan kontamina mikroorganisme yang menempel pada alat atau bahan yang
akan dipergunakan untuk analisa selanjutnya Media pertumbuhan mikroorganisme
adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang
diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan
nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen
sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi
kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya (Machmud,
2008 ).
Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi yang memerlukan
ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas
dari kontaminan yang dapat mencemari. Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat
besar dan komplek. Udara merupakan media masuknya suatu kontaminan ke dalam
wadah kultur bakteri. Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi diantara bakteri,
diimbangi oleh tersedianya berbagai macam media yang banyak macamnya untuk
kultur murni (Mahmud, 2008).
Sea Water Complete (SWC) merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan
bakteri, khususnya bakteri air laut. Komposisi dari SWC yang dibuat pada praktikum kemarin
adala yeast ekstrack 0,4 gr, glycerol 1,2 mL, bakto pepton 2 gr, air laut 160 mL, dan aquades
100mL. Teknik aseptik sangat diperlukan untuk menghindarkan mikroorganisme dari
kontaminan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Teknik aseptis digunakan
sepanjang kegiatan berlangsung, baik alat, bahan, lingkungan sekitar maupun praktikannya.
Untuk alat dan bahan praktikum dapat diterapkan metode sterilitas. Penguasaan teknik
aseptik ini sangat diperlukan dalam keberhasilan laboratorium mikrobiologi dan hal tersebut
merupakan salah satu metode permulaan yang dipelajari oleh ahli mikrobiologi (Suriawiria,
2008).
Teknik aseptik dalam proses-proses pengerjaan yang berkaitan dengan mikrobiologi,
memerlukan ketelitian dan keakuratan serta kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas
dari kontaminan. Penguasaan teknik aseptik sangat diperlukan dalam keberhasilan praktikum
mikrobiologi dan hal tersebut merupakan salah satu metode permulaan yang harus dipelajari
oleh seorang ahli mikrobiologi. Kontaminasi pada media NA dan SWC dapat dilihat dengan
melihat warna media, yaitu putih susu pada NA dan keruh pada SWC (Suriawiria, 2008).
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran
zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit
untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat
mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media
pertumbuhannya (Machmud 2008).
Medium adalah bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di atas
atau di dalamnya. Medium padat berfungsi untuk menumbuhkan bakteri yang dapat diamati
penampilan atau morfologi koloni. Misalnya, tubuh buah mikrobakteri dan endospora
spesies-spesies tertentu. Sedangkan medium cair digunakan untuk berbagai keperluan seperti
pembiakan organisme dalam jumlah besar (Hadiutomo, 2009)
aporan Praktikum ke- 3 Hari/Tanggal : Rabu/ 26 September 2012
m.k. Dasar-dasar Mikrobiologi Akuatik Kelompok : IV
Asisten : Tia Oktaviani
TEKNIK PEMINDAHAN BIAKAN MIKROBA
SECARA ASEPTIK
Disusun oleh:
Ermianus Samalei
C14110086
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya (Machmud, 2008 ).
Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi yang memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari. Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek. Udara merupakan media masuknya suatu kontaminan ke dalam wadah kultur bakteri. Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi diantara bakteri, diimbangi oleh tersedianya berbagai macam media yang banyak macamnya untuk kultur murni. Macam media tersebut dapat dibagi berdasarkan bentuknya dan susunannya. Berdasrkan bentuknya, media dibagi atas media cair, semi cair dan padat. Sedang menurut susunannya, media dapat dibagi atas media kompleks dan media sintetik. Adapun dalam percobaan ini, jenis media yang digunakan adalah jenis media SWC (Sea Water Complete) dan dan NB (Nutrient Broth) serta bakteri yang digunakan adalah Pseudoalteromonas sp.
1.2 Tujuan
Mempelajari tekik pemindahan atau transfer mikrob dari satu media ke media yang lain secara aseptik.
II. METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 19 September 2012 bertempat di Laboraturium Kesehatan Ikan pada pukul 07.00-10.00 WIB. Selain itu, dilakukan pengamatan pada hari Kamis, tanggal 20 di Laboraturium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
2.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah satu rak tabung, 2 tabung kosong bersumbat, 1 tabung agar miring, pembakar bunsen, lup inokulasi/jarum ose, dan alkohol 70%. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah 1 tabung agar miring SWC (Sea Water Complete), biakan agar miring isolat A berumur 24 jam, dan 2 tabung NB (Nutrien Broth).
2.3 Prosedur Kerja
2.3.1 Pemindahan Biakan pada media cair
Alat dan bahan yang digunakan disiapkan terlebih dahulu di atas meja kerja. Lub inokulasi/jarum ose dipanaskan diatas pembakar bunsen hingga seluruhnya memijar. Kemudian kedua sumbat tabung reaksi dibuka dengan menggunakan jari kelingking untuk sumbatan tabung reaksi pertama dan untuk tabung reaksi kedua dengan menggunakan jari disekitarnya. Tabung reaksi yang telah dibuka penyumbatnya didekatkan di dekat api agar tidak ada mikroba dari luar masuk ke dalam pemindahan biakan mikroba tersebut. Kemudian jarum ose dimasukkan kedalam salah satu tabung reaksi untuk mengambil biakan dan memindahkannya ke dalam tabung lainnya yang menjadi tempat tumbuhnya atau sebagai sampel pengamatan dan mulut kedua tabung reaksi tersebut dipanaskan kembali agar tetap dalam keadaan steril. Tabung reaksi yang sudah dipanaskan ditutup kembali dan hasil pemindahan yang menjadi objek pembiakan diberi label agar mudah dikenali serta kedua tabung tersebut diletakkan kembali ke dalam rak tabung reaksi. Sementara jarum ose tetap disterilkan kembali dengan cara dibakar kembali agar bisa digunakan dalam pemindahan biakan yang lainnya.
2.3.2 Penggoresan biakan pada agar miring
Untuk penggoresan biakan dapat dilakukan hampir sama dengan metode di atas namun, dalam kasus ini dilakukan pada agar miring yaitu pemindahan sejumlah kecil bakteri isolat A ke dalam tabung yang berisi agar miring SWC steril dengan cara meletakkan lub inokulasi bulat yang telah berisi bakteri pada dasar kemiringan agar dan ditarik kearah mulut tabung dengan gerakan zig-zag. Tabung yang sudah digoresin biakan bakteri dapat ditutup dengan rapat dan diberi label serta semua tabung dapat dikembalikan pada raknya. Lub inokulasi yang dipakai dapat disterilkan kembali dengan membakarnya pada bunsen pembakar.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Berikut ini adalah data hasil pemindahan biakan mikroba pada media cair dan media SWC agar miring yang dilakukan oleh masing-masinng pratikan kelompok empat.
Tabel 1. Hasil pemindahan biakan mikroba pada media SWC cair
No Sampel Warna media Foto Keterangan1 Hilda
Kemala P.Bening
_
2
Anna Nurkhasanah
Bening
_
3
Mulyati Hasana
bening
_
Keterangan : + = kontaminan
- = tidak ada kontaminasi
Dari hasil pemindahan biakan mikroba pada media cair di atas terlihat bahwa tidak ada sampel yang terkontaminan (- ). Ketiga sampel pembiakan mikroba pada media cair tersebut terlihat jernih artinya bebas dari kontaminan.
Tabel 2. Hasil pemindahan biakan mikroba pada media SWC agar miring
No Sampel Warna media Foto Keterangan1 Ermians
SamaleiOrange
_
2
Ahmad Mukhlis H
Orange
_
3
Muhammad Idris
orange
_
4
Naufal Dwi R.
Orange
_
Keterangan : + = ada kontaminasi bakteri
- = tidak ada kontaminasi
Dari hasil pemindahan biakan mikroba pada media SWC agar miring di atas terlihat bahwa tidak ada sampel yang terkontaminan (- ). Hal ini ditadai dengan terlihatnya tabung agar miring SWC tampak koloni berwarna merah/orange dan seragam.
IV. PEMBAHASAN
Pada pratikum ini media yang digunakan adalah media cair dan padat. Media cair yang digunakan yaitu untuk melihat apakah pengerjaan pratikan aseptik atau tidak dengan prosedur yang diberikan. Namun pada media padat, yaitu untuk melihat apa bekteri yang digunakan itu tumbuh atau tidak dengan teknik menggores. Bakteri yang digunakan pada saat pratikum ini adalah Pseudoalteromona sp, dimana bakteri ini telah digores sebelumnya pada media lalu pratikan menggunakannya untuk menggores kembali ke media baru untuk ditumbuhkan.
Nutrient Agar (NA) merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri, media ini dipanaskan agar mencair, kemudian sedikit didinginkan sehingga suhunya kira-kira 40-50°C, pendinginan ini dilakukan untuk mendapatkan suhu yang ideal sehingga agar tidak mengeras namun tidak terlalu panas yang mengakibatkan kematian koloni yang akan dibiakkan. Kegunaan dari Nutrient Agar adalah untuk kultivasi dan perawatan sebagian besar dari mikroorganisme. Komposisi dari Nutrient Agar adalah agar sebanyak 15 gram, pepton
sebanyak 5 gram, NaCl sebanyak 5 gram, ekstrak yeast sebanyak 2 gram dan ekstrak kaldu sebanyak 1 gram (Atlas 1946).
Sea Water Complete (SWC) merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri, khususnya bakteri air laut. Komposisi dari SWC yang dibuat pada praktikum kemarin adala yeast ekstrack 0,4 gr, glycerol 1,2 mL, bakto pepton 2 gr, air laut 160 mL, dan aquades 100mL (Suriawiria 2008).
Hasil percobaan diketahui bahwa tidak ada media yang tidak tumbuh oleh bakteri Pseudoalteromonas sp. atau dengan kata lain tidak ada satupun media yang pembiakan mikrobanya terkontaminasi oleh mikroba lainnya sehingga hasil yang didapat maksimal. Pada pembiakan media cair terlihat jernih dan pada media SWC miring terlihat warna merah dan seragam.
Teknik aseptik sangat diperlukan untuk menghindarkan mikroorganisme dari kontaminan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Teknik aseptis digunakan sepanjang kegiatan berlangsung, baik alat, bahan, lingkungan sekitar maupun praktikannya. Untuk alat dan bahan praktikum dapat diterapkan metode sterilitas. Penguasaan teknik aseptik ini sangat diperlukan dalam keberhasilan laboratorium mikrobiologi dan hal tersebut merupakan salah satu metode permulaan yang dipelajari oleh ahli mikrobiologi (Oram, 2001)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Teknik aseptik dalam proses-proses pengerjaan yang berkaitan dengan mikrobiologi, memerlukan ketelitian dan keakuratan serta kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan. Penguasaan teknik aseptik sangat diperlukan dalam keberhasilan praktikum mikrobiologi dan hal tersebut merupakan salah satu metode permulaan yang harus dipelajari oleh seorang ahli mikrobiologi. Kontaminasi pada media NA dan SWC dapat dilihat dengan melihat warna media, yaitu putih susu pada NA dan keruh pada SWC.
4.2 Saran
Hendaknya para praktikan sangat berhati-hati dalam melakukan pemindahan biakan agar tidak terjadi kontaminasi. Pada saat praktikum juga, sebaiknya praktikan harus tertib, kegiatan seperti mengobrol harus dikurangi agar tidak tedapat kontaminasi pada media, kecuali pada saat diskusi dengan asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Atlas,R.M.1946.Handbook Of Microbiological Media 3th Edition.CRC Press: Amerika.
Machmud, M. 2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor.
Suriawiria, Unus. 2008. Mikrobiologi Air. Bandung: PT. Alumni.
Oram, R.F. S., Paul. J. Hummer, Jr. 2001. Biology Living System. Glencoe Division Mc Millan Company. Waterville.
aporan Praktikum ke- 3 Hari/Tanggal : Rabu/ 26 September 2012
m.k. Dasar-dasar Mikrobiologi Akuatik Kelompok : IV
Asisten : Tia Oktaviani
TEKNIK PEMINDAHAN BIAKAN MIKROBA
SECARA ASEPTIK
Disusun oleh:
Ermianus Samalei
C14110086
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya (Machmud, 2008 ).
Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi yang memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari. Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek. Udara merupakan media masuknya suatu kontaminan ke dalam wadah kultur bakteri. Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi diantara bakteri, diimbangi oleh tersedianya berbagai macam media yang banyak macamnya untuk kultur murni. Macam media tersebut dapat dibagi berdasarkan bentuknya dan susunannya. Berdasrkan bentuknya, media dibagi atas media cair, semi cair dan padat. Sedang menurut susunannya, media dapat dibagi atas media kompleks dan media sintetik. Adapun dalam percobaan ini, jenis media yang digunakan adalah jenis media SWC (Sea Water Complete) dan dan NB (Nutrient Broth) serta bakteri yang digunakan adalah Pseudoalteromonas sp.
1.2 Tujuan
Mempelajari tekik pemindahan atau transfer mikrob dari satu media ke media yang lain secara aseptik.
II. METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 19 September 2012 bertempat di Laboraturium Kesehatan Ikan pada pukul 07.00-10.00 WIB. Selain itu, dilakukan pengamatan pada hari Kamis, tanggal 20 di Laboraturium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
2.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah satu rak tabung, 2 tabung kosong bersumbat, 1 tabung agar miring, pembakar bunsen, lup inokulasi/jarum ose, dan alkohol 70%. Sedangkan bahan-bahan
yang digunakan adalah 1 tabung agar miring SWC (Sea Water Complete), biakan agar miring isolat A berumur 24 jam, dan 2 tabung NB (Nutrien Broth).
2.3 Prosedur Kerja
2.3.1 Pemindahan Biakan pada media cair
Alat dan bahan yang digunakan disiapkan terlebih dahulu di atas meja kerja. Lub inokulasi/jarum ose dipanaskan diatas pembakar bunsen hingga seluruhnya memijar. Kemudian kedua sumbat tabung reaksi dibuka dengan menggunakan jari kelingking untuk sumbatan tabung reaksi pertama dan untuk tabung reaksi kedua dengan menggunakan jari disekitarnya. Tabung reaksi yang telah dibuka penyumbatnya didekatkan di dekat api agar tidak ada mikroba dari luar masuk ke dalam pemindahan biakan mikroba tersebut. Kemudian jarum ose dimasukkan kedalam salah satu tabung reaksi untuk mengambil biakan dan memindahkannya ke dalam tabung lainnya yang menjadi tempat tumbuhnya atau sebagai sampel pengamatan dan mulut kedua tabung reaksi tersebut dipanaskan kembali agar tetap dalam keadaan steril. Tabung reaksi yang sudah dipanaskan ditutup kembali dan hasil pemindahan yang menjadi objek pembiakan diberi label agar mudah dikenali serta kedua tabung tersebut diletakkan kembali ke dalam rak tabung reaksi. Sementara jarum ose tetap disterilkan kembali dengan cara dibakar kembali agar bisa digunakan dalam pemindahan biakan yang lainnya.
2.3.2 Penggoresan biakan pada agar miring
Untuk penggoresan biakan dapat dilakukan hampir sama dengan metode di atas namun, dalam kasus ini dilakukan pada agar miring yaitu pemindahan sejumlah kecil bakteri isolat A ke dalam tabung yang berisi agar miring SWC steril dengan cara meletakkan lub inokulasi bulat yang telah berisi bakteri pada dasar kemiringan agar dan ditarik kearah mulut tabung dengan gerakan zig-zag. Tabung yang sudah digoresin biakan bakteri dapat ditutup dengan rapat dan diberi label serta semua tabung dapat dikembalikan pada raknya. Lub inokulasi yang dipakai dapat disterilkan kembali dengan membakarnya pada bunsen pembakar.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Berikut ini adalah data hasil pemindahan biakan mikroba pada media cair dan media SWC agar miring yang dilakukan oleh masing-masinng pratikan kelompok empat.
Tabel 1. Hasil pemindahan biakan mikroba pada media SWC cair
No Sampel Warna media Foto Keterangan1 Hilda
Kemala P.Bening
_
2
Anna Nurkhasanah
Bening
_
3
Mulyati Hasana
bening
_
Keterangan : + = kontaminan
- = tidak ada kontaminasi
Dari hasil pemindahan biakan mikroba pada media cair di atas terlihat bahwa tidak ada sampel yang terkontaminan (- ). Ketiga sampel pembiakan mikroba pada media cair tersebut terlihat jernih artinya bebas dari kontaminan.
Tabel 2. Hasil pemindahan biakan mikroba pada media SWC agar miring
No Sampel Warna media Foto Keterangan1 Ermians
SamaleiOrange
_
2
Ahmad Mukhlis H
Orange
_
3
Muhammad Idris
orange
_
4
Naufal Dwi R.
Orange
_
Keterangan : + = ada kontaminasi bakteri
- = tidak ada kontaminasi
Dari hasil pemindahan biakan mikroba pada media SWC agar miring di atas terlihat bahwa tidak ada sampel yang terkontaminan (- ). Hal ini ditadai dengan terlihatnya tabung agar miring SWC tampak koloni berwarna merah/orange dan seragam.
IV. PEMBAHASAN
Pada pratikum ini media yang digunakan adalah media cair dan padat. Media cair yang digunakan yaitu untuk melihat apakah pengerjaan pratikan aseptik atau tidak dengan prosedur yang diberikan. Namun pada media padat, yaitu untuk melihat apa bekteri yang digunakan itu tumbuh atau tidak dengan teknik menggores. Bakteri yang digunakan pada saat pratikum ini
adalah Pseudoalteromona sp, dimana bakteri ini telah digores sebelumnya pada media lalu pratikan menggunakannya untuk menggores kembali ke media baru untuk ditumbuhkan.
Nutrient Agar (NA) merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri, media ini dipanaskan agar mencair, kemudian sedikit didinginkan sehingga suhunya kira-kira 40-50°C, pendinginan ini dilakukan untuk mendapatkan suhu yang ideal sehingga agar tidak mengeras namun tidak terlalu panas yang mengakibatkan kematian koloni yang akan dibiakkan. Kegunaan dari Nutrient Agar adalah untuk kultivasi dan perawatan sebagian besar dari mikroorganisme. Komposisi dari Nutrient Agar adalah agar sebanyak 15 gram, pepton sebanyak 5 gram, NaCl sebanyak 5 gram, ekstrak yeast sebanyak 2 gram dan ekstrak kaldu sebanyak 1 gram (Atlas 1946).
Sea Water Complete (SWC) merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri, khususnya bakteri air laut. Komposisi dari SWC yang dibuat pada praktikum kemarin adala yeast ekstrack 0,4 gr, glycerol 1,2 mL, bakto pepton 2 gr, air laut 160 mL, dan aquades 100mL (Suriawiria 2008).
Hasil percobaan diketahui bahwa tidak ada media yang tidak tumbuh oleh bakteri Pseudoalteromonas sp. atau dengan kata lain tidak ada satupun media yang pembiakan mikrobanya terkontaminasi oleh mikroba lainnya sehingga hasil yang didapat maksimal. Pada pembiakan media cair terlihat jernih dan pada media SWC miring terlihat warna merah dan seragam.
Teknik aseptik sangat diperlukan untuk menghindarkan mikroorganisme dari kontaminan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Teknik aseptis digunakan sepanjang kegiatan berlangsung, baik alat, bahan, lingkungan sekitar maupun praktikannya. Untuk alat dan bahan praktikum dapat diterapkan metode sterilitas. Penguasaan teknik aseptik ini sangat diperlukan dalam keberhasilan laboratorium mikrobiologi dan hal tersebut merupakan salah satu metode permulaan yang dipelajari oleh ahli mikrobiologi (Oram, 2001)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Teknik aseptik dalam proses-proses pengerjaan yang berkaitan dengan mikrobiologi, memerlukan ketelitian dan keakuratan serta kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan. Penguasaan teknik aseptik sangat diperlukan dalam keberhasilan praktikum mikrobiologi dan hal tersebut merupakan salah satu metode permulaan yang harus dipelajari oleh seorang ahli mikrobiologi. Kontaminasi pada media NA dan SWC dapat dilihat dengan melihat warna media, yaitu putih susu pada NA dan keruh pada SWC.
4.2 Saran
Hendaknya para praktikan sangat berhati-hati dalam melakukan pemindahan biakan agar tidak terjadi kontaminasi. Pada saat praktikum juga, sebaiknya praktikan harus tertib, kegiatan seperti mengobrol harus dikurangi agar tidak tedapat kontaminasi pada media, kecuali pada saat diskusi dengan asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Atlas,R.M.1946.Handbook Of Microbiological Media 3th Edition.CRC Press: Amerika.
Machmud, M. 2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor.
Suriawiria, Unus. 2008. Mikrobiologi Air. Bandung: PT. Alumni.
Oram, R.F. S., Paul. J. Hummer, Jr. 2001. Biology Living System. Glencoe Division Mc Millan Company. Waterville.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup yang ada di bumi tidak hanya terdiri dari makhluk hidup yang dapat
dilihat oleh mata telanjang, tetapi ada juga mikroorganisme yang berukuran kecil dan hanya
dapat dilihat dengan menggunakan teknik dan peralatan khusus. Mikroorganisme (jasad
renik) merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil.
Mikroorganisme mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak
langsung yang bisa berperan sebagai kawan maupun lawan bagi kehidupan manusia.
Mikroorganisme juga merupakan makhluk hidup, untuk memeliharanya dibutuhkan medium
yang harus mengandung semua zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya, antara lain
senyawa-senyawa organik (protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin).
Mikroorganisme dapat berkembang biak secara alami atau dengan campur
tangan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia di antaranya
melalui pertumbuhan menggunakan media. Pada pembuatan media ini, haruslah dimengerti
jenis-jenis nutrien yang diperlukan oleh bakteri dan juga keadaan lingkungan fisik
yang dapat menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya.
Pembiakan mikroba secara buatan memerlukan media pertumbuhan untuk menjadi
tempat tumbuh dan penyedia nutrien bagi mikroba. Media pertumbuhan terdiri dari garam
organik, sumber energi (karbon), vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Pembuatan media
ini dapat pula ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan senyawa kompleks
lainnya.
Oleh karena itu, dilakukan percobaan ini untuk mengetahui cara pembuatan medium
pertumbuhan mikroba.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui media pertumbuhan
mikroorganisme dan mempelajari cara pembuatannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme sebagai makhluk hidup sama dengan organisme hidup lainnya, sangat
membutuhkan energi dan bahan-bahan untuk membangun pertumbuhannya, seperti dalam
sintesa protoplasma dan bagian-bagisn sel yang lainnya. Bahan-bahan tersebut disebut
nutrien. Untuk memanfaatkan bahan-bahan tersebut, maka sel memerlukan sejumlah
kegiatan, sehingga menyebabkan perubahan kimia di dalam selnya. Semua reaksi yang
terarah yang berlangsung di dalam sel ini disebut metabolisme. Metabolisme yang melibatkan
berbagai macam reaksi di dalam sel tersebut, hanya dapat berlangsung atas bantuan dari suatu
senyawa organik yang disebut katalisator organik atau biasa disebut biokatalisator yang
dinamakan enzim. Untuk dapat memahami tentang nutrisi dan metabolisme ini, pengetahuan
dasar biokimia angat dibutuhkan (Natsir dan Sartini, 2006).
Medium adalah substansi yang terdiri atas campuran zat-zat makanan (nutrien) yang
digunakan untukpemeliharaan dan pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme juga
merupakan makhluk hidup, untuk memeliharanya dibutuhkan medium yang harus
mengandung semua zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya, yaitu senyawa-senyawa
organik yang terdiri atas protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin. Medium
digunakan untuk melihat gerakan dari suatu mikrooranisme apakah bersifat motil atau
nonmotil, medium ini ditambahkan bahan pemadat 50% (Ratna, 1990).
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel dan sebagai
akseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh
karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon,
sumber akseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan dan nitrogen. Selai itu, secra
umum nutrien dalam media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting
untuk sintesis biologik organisme baru (Arfiandi, 2009).
Mikroorganisme dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat dan dapat pula
hanya menggunakan bahan-bahan dalam bentuk cairan atau larutan. Mikroorganisme yang
menggunakan makanannya dalam bentuk padat tergolong tipe holozoik. Mikroorganisme
yang dapat menggunakan makanannya dalam bentuk cairan atau larutan disebut holofitik.
Ada beberapa mikroorganisme yang dapat menggunakan makanannya dalam bentuk padatan,
tetapi makanan tersebut sebelumnya harus dicerna di luar sel dengan bantuan enzim
ekstraseluler (Iptek, 2009).
Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan
mikroorganisme harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang
bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat
sederhana yang hanya mengandung garam anargonik di tambah sumber karbon organik
seperti gula. Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan suatu medium yang sangat
kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks lainnya
(Volk, 1993).
Memformulasikan suatu medium atau bahan yang akan digunakan untuk
menumbuhkan mikroorganisme di dalamnya harus memperhatikan berbagai macam
ketentuan seperti jika yang ingin kita membuat medium untuk organisme bersel tunggal,
biasanya air sangat penting sebagai komponen utama protoplasmanya serta untuk masuknya
nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium agar padat, digunakan agar-agar, gelatin atau gel
silika agar merupakan media tumbuh yang ideal yang diperkenalkan melalui metode
bacteriaological (Hadioetomo, 1993).
Medium dapat diklasifikasikan berdasar atas susunan kimia, konsistensi dan fungsinya.
Klasifikasi medium berdasarkan susunan kimianya, yakni medium organik, yaitu medium
yang tersusun dari bahan-bahan organik; medium anorganik, yaitu medium yang tersusun
dari bahan-bahan anorganik; medium sintetik, yaitu medium yang susunan kimiawinya dapat
diketahui dengan pasti; dan medium nonsintetik, yaitu medium yang susunan kimiawinya
tidak dapat diketahui dengan pasti (Anonim, 2011).
Menurut Anonim (2011), supaya mikroba dapat tumbuh dengan baik, dalam suat
medium perlu dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Medium harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh mikroba;
2) Medium harus mempunyai tekanan osmosis;
3) Medium tidak mengandung zat-zat yang menghambat;
4) Medium harus steril, tidak ada kontaminan dari mikroorganisme yang tidak diinginkan.
Menurut Kusnadi (2003), bahan-bahan media pertumbuhan mikroba meliputi:
A. Bahan dasar
1. Air (H2O) sebagai pelarut
2. Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit didegradasi oleh
mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu 45oC.
3. Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer asam amino
yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih banyak jenis mikroba yang
mampu menguraikannya dibanding agar.
4. Silika gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga sebagai pemadat
media. Silika gel khusus digunakan untuk memadatkan media bagi mikroorganisme autotrof
obligat.
B. Nutrisi atau zat makanan
Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel yaitu
berupa unsur makro seperti Carbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Phospor
(P), dan unsur mikro seperti Fe, Mg dan unsur pelikan/trace element.
Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organik atau anorganik
sesuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof memerlukan sumber karbon organik antara
lain dari karbohidrat, lemak, protein, dan asam organik.
Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen lain.
Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N anorganik seperti urea.
C. Bahan tambahan
Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan tujuan
tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan untuk indikator perubahan
pH akibat produksi asam organik hasil metabolisme. Antibiotik ditambahkan untuk
menghambat pertumbuhan mikroba non-target/kontaminan.
Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan media, antara lain:
1. Agar
Agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau bubuk dan terbuat dari beberapa
jenis rumput laut. Kegunaannya adalah sebagai pemadat (gelling) yang pertama kali
digunakan oleh Fraw & Walther Hesse untuk membuat media. Jika dicampur dengan air
dingin, agar tidak akan larut. Untuk melarutkannya harus diaduk dan dipanasi, pencairan dan
pemadatan berkali-kali atau sterilisasi yang terlalu lama dapat menurunkan kekuatan agar,
terutama pada pH yang asam.
2. Peptone
Peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti otot, liver, darah, susu,
casein, lactalbumin, gelatin, dan kedelai. Komposisinya tergantung pada bahan asalnya dan
bagaimana cara memperolehnya.
3. Meat extract
Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak, limpa, plasenta, dan daging sapi.
4. Yeast extract
Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat alkohol. Yeast extract
mengandung asam amino yang lengkap & vitamin B kompleks.
5. Karbohidrat
Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam amino dan gas dari
karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya digunakan dalam amilum, glukosa, fruktosa,
galaktosa, sukrosa, manitol, dan lain-lain. Konsentrasi yang ditambahkan untuk analisis
fermentasi adalah 0,5-1%.
Menurut Pelczar (1996), klasifikasi medium berdasarkan fungsinya digolongkan
menjadi 7 golongan, yaitu:
1. Medium umum, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan yang bertujuan
menstimulasi pertumbuhan mikroba secara umum. Contoh: Nutrien Agar (NA) untuk
menstimulasi pertumbuhan bakteri, Potato Dextose Agar (PDA) untuk menstimulasi
pertumbuhan fungi.
2. Medium khusus, merupakan medium untuk menentukan tipe pertumbuhan mikroba dan
kemampuannya untuk mengadakan perubahan-perubahan kimia tertentu. Contoh: medium
tetes tebu untuk Saccharomyces cerevisiae.
3. Media diperkaya (enrichment media), merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan
tertentu untuk menstimulasi pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Hal ini dilakukan untuk
menstimulasi pertumbuhan mikroba yang jumlahnya sedikit dalam suatu campuran berbagai
mikroba. Contoh: Chocolatemedia dan Yeast-Extract-poptasium Nitrat Agar.
4. Media selektif, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan tertentu yang akan
menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan yang ada dalam suatu spesimen.
Inhibitor yang digunakan berupa antibiotik, garam dan bahan-bahan kimia lainnya.
5. Media differensial, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan kimia atau reagensia
tertentu yang menyebabkan mikroba yang tumbuh memperlihatkan perubahan-perubahan
spesifik sehingga dapat dibedakan dengan jenis lainnya.
6. Medium penguji (Assay medium), merupakan medium dengan susunan ertentu yang
digunakan untuk pengujian senyawa-senyawa tertentu dengan bantuan bakteri. Contoh:
medium untuk menguji vitamin-vitamin, antibiotik, dan lain-lain.
7. Medium perhitungan jumlah mikroba yaitu medium spesifik yang digunakan untuk
menghitung jumlah mikroba dalam suatu bahan. Contoh: medium untuk menghitung jumlah
bakteri E. Coli air sumur.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilakukan pada hari Senin, tanggal 09 Desember 2013, pukul 13.30
WITA sampai selesai, bertempat di laboratorium biologi dasar FMIPA UNTAD.
3.2 Alat dan Bahan
A. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain autoklaf, batang pengaduk,
gelas kimia, cutter, corong, erlenmeyer, gelas ukur, hot plate, kulkas, neraca ohaus, oven,
spatula dan neraca analitik.
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain aquades, Agar,
aluminium foil, gula, kentang, tauge, daging, dan kapas.
3.3 Prosedur Kerja
A. Potato Dextrose Agar (PDA)
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengupas kentang dan memotong kecil-kecil dan mencuci kentang dengan bersih.
3. Menimbang kentang sebanyak 200 gram, agar-agar 20 gram dan gula 20 gram.
4. Merebus kentang dengan aquades sebanyak 1000 ml hingga mendidih lalu menyaring dan
mengambil ekstraknya.
5. Mencampur ekstrak kentang dengan gula dan agar-agar sambil memanaskan kembali agar zat
tersebut larut sempurna dan campuran menjadi homogen.
6. Memasukkan ke dalam erlenmeyer dan menyumbat dengan kapas, menutup mulut
erlenmeyer dengan kertas aluminium foil dan plastik tahan panas.
7. Mensterilkan medium dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
8. Mendinginkan medium dan menyimpan di dalam kulkas.
B. Nutrient Agar (NA)
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Memotong kecil-kecil dan mencuci daging sapi dengan bersih.
3. Menimbang daging sapi sebanyak 100 gram, agar-agar 10 gram dan gula 10 gram.
4. Merebus daging dengan aquades sebanyak 500 ml hingga mendidih lalu Menyaring dan
mengambil ekstraknya.
5. Mencampur ekstrak daging dengan gula dan agar-agar sambil memanaskan kembali agar zat
tersebut larut sempurna dan campuran menjadi homogen.
6. Memasukkan ke dalam erlenmeyer dan menyumbat dengan kapas, menutup mulut
erlenmeyer dengan kertas aluminium foil dan plastik tahan panas.
7. Mensterilkan medium dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
8. Mendinginkan medium dan menyimpan di dalam kulkas.
C. Tauge Extract Agar (TEA)
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mencuci tauge dengan bersih.
3. Menimbang tauge sebanyak 100 gram, agar-agar 10 gram dan gula 10 gram.
4. Merebus tauge dengan aquades sebanyak 500 ml hingga mendidih lalu Menyaring dan
mengambil ekstraknya.
5. Mencampur ekstrak tauge dengan gula dan agar-agar sambil memanaskan kembali agar zat
tersebut larut sempurna dan campuran menjadi homogen.
6. Memasukkan ke dalam erlenmeyer dan menyumbat dengan kapas, menutup mulut
erlenmeyer dengan kertas aluminium foil dan plastik tahan panas.
7. Mensterilkan medium dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
8. Mendinginkan medium dan menyimpan di dalam kulkas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No Nama dan Gambar Fungsi
1PDA Untuk menumbuhkan atau
mengidentifikasi yeast dan
kapang. Dapat juga digunakan
untuk enumersi yeast dan
kapang dalam sampel atau
produk makanan..
2NA
Untuk pertumbuhan mayoritas
dari mikroorganisme yang tidak
selektif dalam artian
mikroorganisme heterotrof.
3
TEA Medium umum yang dapat
ditumbuhi oleh mikroorganisme
secara umum yang berfungsi
untuk pertumbuhan bakteri dan
jamur.
4.2 Pembahasan
Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk
menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, medium dapat digunakan pula
untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologi dan perhitungan mikroba.
Berdasarkan komposisi kimianya dikenal medium sintetik dan medium nonsintetik atau
medium kompleks. Komposisi kimia medium sintetik diketahui dengan pasti dan biasanya
dibuat dari bahan-bahan kimia yang kemurniannya tinggi dan ditentukan dengan tepat.
Diantara medium yang dibuat dalam percobaan ini yang termasuk dlam medium sintetik
adalah medium yang mengandung agar, seperti halnya medium nutrient agar yang dignakan
untuk mempelajari kebutuhan makanan mikroba. Di pihak lain komposisi nonsintetik tidak
diketahui dengan pasti. Seperti bahan-bahan yang terdapat dalam kaldu nutrient yaitu ekstrak
daging dan pepton.
Dalam pembuatan medium digunakan sebagai sumber makanan bagi mikroba. Seperti
halnya pepton merupakan sumber nitrogen organik yang juga diperuntukan bagi
mikroorganisme heterotrof. Laktosa dan Dextrose merupakan sumber energi bagi sebagian
besar bakteri yang termasuk heterotrof. Selain itu kentang dan tauge yang banyak
mengandung karbohidrat merupakan sumber karbon yang baik bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Dalam pembuatan medium harus digunakan aquades atau air murni, karena
air sadah pada umumnya mengandung kadar ion kalsium dan ion magnesium yang tinggi.
Pada medium yang mengandung pepton dan ekstrak daging, air dengan kualitas semacam ini
dapat menyebabkan terbentuknya endapan fosfat dan megnesium fosfat.
Medium yang akan dibuat dalam percobaan ini adalah Potato Dextrose Agar (PDA),
Nutrient Agar (NA) dan Tauge Ekstrak Agar (TEA).
Medium Potato Dextrose Agar (PDA) berdasarkan susunannya merupakan medium
organik semi alamiah atau semi sintetis sebab terdiri dari bahan alamiah yang ditambah
dengan senyawa kimia. Berdasarkan konsistensinya merupakan medium padat karena
mengandung agar yang memadatkan medium, berdasarkan kegunaannya merupakan medium
untuk pertumbuhan jamur. Medium PDA terdiri dari kentang yang berfungsi sebagai sumber
energi, nitrogen organik, karbon dan vitamin, dekstrosa sebagai sumber karbon, agar sebagai
bahan pemadat medium dan aquades sebagai pelarut untuk menghomogenkan medium dan
sumber O2.
Nutrient Agar (NA) merupakan suatu medium yang berbentuk padat ynag merupakan
perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. NA dibuat dari campuran
ekstrak daging dan peptone dengan menggunakan agar sebagai pemadat. Dalam hal ini agar
digunakan, karena sifatnya yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang berupa
galaktam sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Dalam hal ini ekstrak beef
dan pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen,
vitamin serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan
berkembang. Medium Nutrient Agar (NA) merupakan medium yang berwarna coklat muda
yang memiliki konsistensi yang padat dimana medium ini berasal dari sintetik dan memiliki
kegunaan sebai medium untuk menumbuhkan bakteri.
Medium Tauge Ekstrak Agar (TEA) berdasarkan susunannya merupakan medium
organik semi alamiah atau semi sintetis sebab terdiri dari bahan alamiah yang ditambah
dengan senyawa kimia, berdasarkan konsistensinya merupakan medium padat karena
mengandung agar yang memadatkan medium, berdasarkan kegunaannya merupakan medium
umum yang dapat ditumbuhi mikroorganisme secara umum yang dapat ditumbuhi oleh
mikroorganisme secara umum yang berfungsi untuk pertumbuhan bakteri dan jamur serta
memiliki warna cream. Medium TEA terdiri dari tauge yang berfungsi sebagai sumber
energi, nitrogen organik, karbon dan vitamin. Sukrosa sebagai sumber karbon , agar sebagai
bahan pemadat medium dan aquades sebagai pelarut untuk menghomogenkan medium dan
sumber O2. Medium TEA digunakan untuk menumbuhkan jamur (khamir dan kapang).
Medium TEA ini berdasarkan konsistensinya termasuk dalam medium (solid medium).
Berdasarkan fungsinya, TEA termasuk medium penguji (assay medium), karena dapat
digunakan untuk pengujian vitamin, asam-asam amino dan lain-lain. Melalui medium ini
dapat diamati bentuk-bentuk koloni dan benuk pertumbuhan jamur.
Faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya kontaminasi medium adalah :
1. Sterilisasi medium yang kurang sempurna
2. Medium memenuhi semua kebutuhan nutrien
3. Proses praktikum yang tidak aseptis
4. Lingkungan laboratorium yang kurang steril
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk
menumbuhkan mikroba juga medium dapat digunakan pula untuk isolasi, memperbanyak,
pengujian sifat-sifat fisiologi dan perhitungan mikroba.
2. Dalam pembuatan medium terdapat tiga jenis preparasi yaitu : Agar slant (miring), Agar petri
dan Agar tegak (deep)
3. Medium semi alamiah adalah medium yang tersusun atas bahan-bahan alamiah dan sintetis.
4. Medium Potato Dextrose Agar (PDA), Nutrient Agar (NA) dan Tauge Ekstrak Agar
merupakan medium semi alamiah.
5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya, diharapkan percobaan pembuatan medium ini dilakukan
agar praktikan dapat mengetahui teknik oembuatan medium secara jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011, Pembuatan Media Mikroorganisme, http://wikipedia.org, diakses pada 10 Desember
2013, Palu.
Arfiandi, Media Pertumbuhan Bakteri, http://freebussines.blogspot.com, diakses pada 10 Desember
2013, Palu.
Hadioetomo, Ratna, 1990, Mikrobiologi Dalam Praktek, PT Gramedia, Jakarta.
Iptek, 2009, Pembuatan Medium, http://beritaiptek.com, diakses pada 10 Desember 2013, Palu.
Kusnadi, Peristiwati dkk, 2003, Mikrobiologi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Natsir, Djide dan Sartini, 2006, Mikrobiologi Farmasi Dasar, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Pelczar, 1996, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Ratna, 1993, Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek, PT Gramedia, Jakarta.
Volk dan Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi ke 5, Erlangga, Jakarta.