Teh

32
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Teh Teh dikenal di Indonesia sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda bernama Dr. Andreas eyer membawanya ke Indonesia yang pada saat itu penggunaannya hanya sebagai tanaman hias. Baru pada tahun 1728, pemerintah Belanda mulai memperhatikan Teh dengan mendatangkan biji-biji Teh secara besar-besaran dari Cina untuk dibudayakan di pulau Jawa. Usaha tersebut tidak terlalu berhasil dan baru berhasil setelah pada tahun 1824 Dr.Van Siebold seorang ahli bedah tentara Hindia Belanda yang pernah melakukan penelitian alam di Jepang mempromosikan usaha pembudidayaan dengan bibit Teh dari Jepang. Usaha perkebunan Teh pertama dipelopori oleh Jacobson pada tahun 1828 dan sejak itu menjadi komoditas yang menguntungkan pemerintah Hindia Belanda, sehingga pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, Teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa ( Culture Stetsel ). Pada masa kemerdekaan, usaha perkebunan dan perdagangan Teh diambil alih oleh pemerintah RI. Sekarang, perkebunan dan perdagangan Teh juga dilakukan oleh pihak swasta Perkebunan Teh Unit Usaha Pagar Alam merupakan salah satu Unit Usaha dari PT. Perkebunan nusantara VII (persero) yang didirikan pada tahun 1929 oleh perusahaan Melanda

description

sxxx

Transcript of Teh

Page 1: Teh

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Latar Belakang Teh

Teh dikenal di Indonesia sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda bernama

Dr. Andreas eyer membawanya ke Indonesia yang pada saat itu penggunaannya hanya

sebagai tanaman hias. Baru pada tahun 1728, pemerintah Belanda mulai

memperhatikan Teh dengan mendatangkan biji-biji Teh secara besar-besaran dari

Cina untuk dibudayakan di pulau Jawa. Usaha tersebut tidak terlalu berhasil dan baru

berhasil setelah pada tahun 1824 Dr.Van Siebold seorang ahli bedah tentara Hindia

Belanda yang pernah melakukan penelitian alam di Jepang mempromosikan usaha

pembudidayaan dengan bibit Teh dari Jepang. Usaha perkebunan Teh pertama

dipelopori oleh Jacobson pada tahun 1828 dan sejak itu menjadi komoditas yang

menguntungkan pemerintah Hindia Belanda, sehingga pada masa pemerintahan

Gubernur Van Den Bosh, Teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat

melalui politik Tanam Paksa ( Culture Stetsel ). Pada masa kemerdekaan, usaha

perkebunan dan perdagangan Teh diambil alih oleh pemerintah RI. Sekarang,

perkebunan dan perdagangan Teh juga dilakukan oleh pihak swasta

Perkebunan Teh Unit Usaha Pagar Alam merupakan salah satu Unit Usaha dari PT.

Perkebunan nusantara VII (persero) yang didirikan pada tahun 1929 oleh perusahaan

Melanda yaitu NV. Landbouw Maata Chapij dan didalam perkembangannya dapat

digambarkan sebagai berikut :

- Tahun 1929 : Peletakan batu pertama tertanggal 02 Mei 1929 dan dikelola oleh

perusahaan Belanda yaitu NV. Landbouw Maata Chapij Pagar Alam.

- Tahun 1942-1945 : Pada masa perang dunia ke II dikuasai oleh Jepang.

- Tahun 1945-1949 : Dibawah departemen pertanian

- Tahun 1949-1951 : Semasa Clash ke II dengan Belanda kebun dan Pabrik Pagar

Alam dibumi hanguskan.

- Tahun 1951-1958 : Dibangun kembali oleh Perusahaan Belanda yaitu Cultuur NV.

Soerabaya.

- Tahun 1958-1963 : Dinasionalisasi dan dikelola oleh PPN Baru Sumatera Selatan.

- Tahun 1963-1968 : dibawah PPN Antan VII Bandung.

Page 2: Teh

- Tahun 1968-1980 : Dibawah PNP X

- Tahun 1980-1996 : Dibawah PTP X (Persero)

- Tahun 1996-sekarang : Digabung Ex. PTP XI, PTP XIII, PTP XXXI menjadi PTPN

VII (Persero) Wilayah sumsel, Bengkulu dan Lampung.

Kebun The Pagar Alam yang dikenal dengan simbul Gunung Dempo adalah

satu-satunya Unit Usaha dilingkungan PT.Perkebunan Nusantara VII yang mengelola

Budidaya The, yang terletak di Kecamatan Pagar Alam Selatan. Posisi kebun The

Pagar Alam berada di desa Gunung Dempo yang berjarak 9 Km dari kota Pagar

Alam, 320 km dari ibu Kota Provinsi Sumatera Selatan, 660 Km dari kantor direksi

PTPN VII Bandar Lampung.

Kebun Teh ini dibentuk dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan the dalam

negeri khususnya di Pulau Sumatera dan juga untuk memenuhi pasar luar negeri

terutama Teh yang bermutu tinggi.

2. Latar Belakang Kopi

Kopi adalah salah satu komoditi yang banyak dihasilkan di Indonesia karena

tanaman kopi cocok dengan kondisi geografis Indonesia. Produksi kopi yang

melimpah tidak diimbangi dengan proses pengolahan yang baik. Proses pengolahan

kopi di Indonesia kebanyakan dilakukan oleh industri rumah tangga yang masih

menggunakan teknologi yang sederhana. Akibatnya produk kopi kita hanya laku

dipasar dalam negeri dan tidak mampu bersaing dengan produk kopi dari negara lain

seperti Brazil. Untuk mengatasi masalah tersebut, pengolahan kopi sekarang mulai

menerapkan proses dengan teknologi moderen yang banyak dilakukan ooleh pihak

industri. Setiap lini proses pengolahan kopi, mulai dari pemilihan bahan baku sampai

produk akhir dilakukan pengawasan mutu.

Produksi kopi di Indonesia saat ini mencapai 600.000  ton per tahun. Lebih

dari 80 persen produksi tersebut berasal dari perkebunan rakyat. Perkebunan ini

merupakan kumpulan dari kebun-kebun kecil yang dimiliki oleh petani dengan luasan

antara 1 sampai 2 ha. Mereka tidak mempunyai modal, teknologi, dan pengetahuan

yang cukup untuk mengelola tanaan yang mereka miliki secara optimal. Dengan

demikian, produktivitas tanaman relatif rendah dibandingkan dengan potensinya.

selain itu, petani umumnya jugabelum mampu menghasilkan biji kopi dengan mutu

seperti yang dipersyaratkan untuk ekspor. Beberapa faktor penyebab adalah minimnya

Page 3: Teh

sarana pengolahan, lemahnya pengawasan mutu pada seluruh tahapan proses

pengolahan dan sistem tata niaga kopi rakyat yang tidak berorentasi pada mutu.

Salah satu pabrik pengolahan kopi di di Sumatera Selatan terdapat di kota

Pagar Alam, tepatnya di komplek Pesanteren Darul Muttaqin. Pengolahan biji kopi

dipabrik tersebut menggunakan alat-alat moderen dan sudah menghasilkan berbagai

kwalitas kopi bubuk.

3. Latar Belakang Ramie

Revolusi kebudayaan Cina banyak meninggalkan sejarah. Pasukan merah

Mao saat itu, ternyata, mengenakan pakaian yang terbuat dari serat rami (boehmeria

nivea gaud) berwarna coklat kaki, yang prosesnya tidak melalui deguming. Lama

sebelum itu, pakaian terbuat dari serat rami telah digunakan para mumi dari Mesir

Kuno. Di Indonesia sendiri, masyarakat Dayak dan Badui Dalam menggunakan rami

sebagai bahan pakaian mereka. Semua kain yang dikenakan itu, memang masih kasar.

Namun, itu dulu dan sangat tradisional Kini, kain yang terbuat dari serat rami sudah

begitu jauh berbeda.

Di pasar Baru atau toko-toko kain lainnya di Jakarta, harganya sudah

mencapai ratusan ribu rupiah per meter. Maklum, kain satin itu tampak halus dan

mengkilap. Mutu kainnya juga hanya sedikit lebih rendah dari kain sutera. Sayangnya,

hampir semua kain satin itu diimpor dari India.

Berkembangnya industri tekstil dan industri garment didalam dan luar negeri

menyebabkan permintaan kebutuhan serat sebagai bahan baku meningkat. Untuk

memenuhi kebutuhan tersebut, pihak swasta dan pemerinta berusaha mengembangkan

serat alam yang ada.Salah satu serat alam yang telah dikembangkan oleh pemerintah

adalah pengambilan serat tanaman Ramie (Boehmeria nivea L) yang terletak di

sebelah utara kota Pagar Alam.

Pengembangan serat ramie tersebut merupakan suatu bentuk kerjasama antara

Koperasi Pengembang Serat Alam Indonesia (Kopserindo) dengan pemerintah kota

Pagar Alam dengan tujuan mengembangkan bisnis serat alam untuk kesejahteraan

rakyat dalam menunjang program pemerintah yaitu memberdayakan ekonomi rakyat.

Menurut Ketua Komite Serat Alam Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Suripto,

usaha budi daya tanaman rami di Indonesia, sebagai bahan baku industri tekstil itu,

Page 4: Teh

sangat prospektif dikembangkan di sini, mengingat permintaan hasil produk rami

cukup menjanjikan.

B. Tujuan

1. Agar mahasiswa mengenal dan mengetahui cara kerja alat-alat serta mesin

yang digunakan dalam pengolahan teh

2. Agar mahasiswa mengetahui cara pendistribusian sayur dan buah-buahan di

subterminal kota pagar alam dan mengenal alat yang digunakan selama proses

pendistribusian tersebut.

3. Agar mahasiswa mengenal dan mengetahui cara kerja alat-alat dan mesin

yang digunakan selama proses pengolahan biji kopi.

4. Agar mahasiswa mengenal dan mengetahui cara kerja alat pengolahan serat

Ramie.

Page 5: Teh

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Teh

Tanaman Teh dengan nama latin Camelia Sinensis, yang masih termasuk

keluarga Camelia, pada umumnya tumbuh di daerah yang beriklim tropis dengan

ketinggian antara 200 s/d 2.000 meter diatas permukaan laut dengan suhu cuaca

antara 14 s/d 25 derajat celsius. Ketinggian tanaman dapat mencapai 9 meter untuk

Teh Cina dan Teh Jawa, sedangkan untuk Teh jenis Assamica dapat mencapai 12 s/d

20 meter. Namun untuk mempermudah pemetikan daun-daun Teh sehingga

mendapatkan pucuk daun muda yang baik, maka pohon Teh selalu dijaga

pertumbuhannya dipotong sampai 1 meter.

Tanaman Teh sebagai tanaman perdagangan, semakin berkembang pesat,jenis

tanaman Teh juga berkembang menjadi beraneka ragam. Keragaman ini adalah hasil

dari penyilangan berbagai jenis tanaman Teh serta pengaruh tanah dan iklim yang

menghasilkan hasil panen yang berbeda. Hingga saat ini, seluruh dunia kurang lebih

terdapat 1.500 jenis Teh yang berasal dari 25 negara yang berbeda.

Tanaman Teh milik petani ditandai dengan kondisi tanaman yang kurang

sehat, perdu-perdu banyak yang mati sehingga produktivitasnya sangat rendah (930

kg per hektar per tahun) di-bandingkan dengan produksi yang di-capai kebun-kebun

milik PTPN (2.320 kg per hektar per tahun) maupun per-kebunan swasta (1.880 kg/

hrektar/tahun). Untuk meningkatkan pendapatan petani, maka perlu dilakukan ke-

giatan rejuvinasi yaitu membuang bonggol (knot) dan cabang-cabang yang keropos.

Dengan perlakuan ini akan tumbuh cabang-cabang baru yang pertumbuhannya lebih

baik sehingga produksi dapat ditingkatkan. Oleh karena itu telah dilakukan penelitian

pemangkasan dengan berbagai ke-tinggian. Dari hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa pemangkasan pada ketinggian 30 cm dan 40 cm ternyata mampu

meningkatkan produksi sebesar 30 persen dibandingkan pangkasan pada ketinggian

50 cm.

B. Kopi

Page 6: Teh

Tanaman kopi (coffea. sp) yang ditanam di perkebunan rakyat pada umumnya

adalah kopi jenis Arabica (Coffea Arabica), Robusta (Coffea Canephora), Liberika

(Coffea liberica) dan hibrida (hasil persilangan antara 2 varietas kopi unggul).

Beberapa klon kopi unggul, khususnya untuk kopi arabika telah disebarkan luaskan di

sentra-sentra penghasil kopi. Klon-klon tersebut antara lain adalah Kartika 1 dan 3 ,

USDA 762, lini S 795, $ 1934 dari India dan hibrido de timor dari Timor-Timur.

Kedua klon yang terakhir masih dikembangkan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

Jember. Sedangkan untuk jenis robusta, klon-klon unggul yang telah dikembangkan

antara lain adalah BP 409, BP 358, SA 237, BP 234, BP 42 dan BP 288.

Kopi mensyaratkan ketinggian lokasi tertentu disamping persyaratan teknis lainnya,

maka penentuan lokasi proyek harus dikaji secara cermat. Dalam hal pengolahan,

kemungkinan tidak setiap lokasi pengembangan (ekstensifikasi, intensifikasi) terdapat

usaha besar yang mempunyai fasilitas pengolahan kopi basah (wet processing)

menjadi kopi biji (kopi beras). Dalam hal ini, petani kopi bisa menjual kepada

eksportir kopi dalam bentuk biji kopi beras. Karena itu, dalam rancangan proyek perlu

ditambahkan fasilitas pengolahan untuk menghasilkan biji kering tersebut.

KESESUAIAN LINGKUNGAN

Faktor-faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tanaman kopi

antara lain adalah ketinggian tempat tumbuh, curah hujan, sinar matahari, angin dan

tanah. Kopi robusta tumbuh optimal pada ketinggian 400 - 700 m dpl, tetapi beberapa

jenis diantaranya masih dapat tumbuh baik dan mempunyai nilai ekonomis pada

ketinggian di bawah 400 m dpl. Sedangkan kopi arabika menghendaki tempat tumbuh

yang lebih tinggi dari lokasinya dari pada kopi robusta, yaitu antara 500 - 1.700 m

dpl.

Curah hujan yang optimum untuk kopi (arabika dan robusta) adalah pada

daerah-daerah yang mempunyai curah hujan rata-rata 2.000 - 3.000 mm per tahun,

mempunyai bulan kering (curah hujan < 100 mm per bulan) selama 3 - 4 bulan dan

diantara bulan kering tersebut ada periode kering sama sekali (tidak ada hujan) selama

2 minggu - 1,5 bulan. Tanaman kopi umumnya menghendaki sinar matahari dalam

jumlah banyak pada awal musim kemarau atau akhir musim hujan. Hal ini diperlukan

untuk merangsang pertumbuhan kuncup bunga.

Page 7: Teh

Angin berperan dalam membantu proses perpindahan serbuk sari bunga kopi dari

tanaman kopi yang satu ke lainnya. Kondisi ini sangat diperlukan terutama untuk jenis

kopi yang self steril. Secara umum tanaman kopi menghendaki tanah yang gembur,

subur dan kaya bahan organik. Selain itu, tanaman kopi juga menghendaki tanah yang

agak masam, yaitu dengan pH 4,5 - 6 untuk robusta dan pH 5,0 - 6,5 untuk kopi

arabica.

PEMBUKAAN LAHAN

Lahan yang digunakan untuk penanaman kopi dapat berasal dari lahan alang-alang

dan semak belukar, lahan primer atau lahan konversi. Pada lahan alang-alang dan

semak belukar, cara pembukaan lahan dilakukan dengan pembabatan secara manual

atau dengan menggunakan herbisida. Pada lahan primer dilakukan dengan cara

menebang pohon-pohon, sedangkan yang dari lahan konversi dilakukan dengan

menebang atau membersihkan tanaman yang terdahulu.

PENANAMAN DAN PENAUNGAN

Penanaman bibit kopi sebaiknya dilakukan pada awal atau pertengahan musim

hujan, sebab tanaman kopi yang baru ditanam pada umumnya tidak tahan kekeringan.

Tanaman kopi dianjurkan untuk ditanam dengan jarak 2,5 x 2, 5 m atau 2, 75 x 2, 75

m, sedangkan untuk jenis arabika jarak tanamnya adalah 2,5 x 2,5 m, dengan

demikian jumlah pohon kopi yang diperlukan sekitar 1.600 pohon/ha. Untuk

penyulaman, sebaiknya dicadangkan lagi 400 pohon/ha. Sebelum tanaman kopi

ditanam, harus terlebih dahulu ditanam tanaman pelindung, seperti lamtoro gung,

sengon laut atau dadap yang berfungsi selain untuk melindungi tanaman muda dari

sinar matahari langsung, juga meningkatkan penyerapan N (Nitrogen) dari udara pada

tanaman-tanaman pelindung yang mengandung bintil akar.

Tanaman kopi sering ditanam di lahan yang berlereng. Untuk menghindari erosi dan

menekan pertumbuhan gulma dapat ditanam penutup lahan (cover crop) seperti

colopogonium muconoides, Vigna hesei atau Indigovera hendecaphila.

Page 8: Teh

PEMUPUKAN

Pupuk yang digunakan pada umumnya harus mengandung unsur-unsur Nitrogen,

Phospat dan Kalium dalam jumlah yang cukup banyak dan unsur-unsur mikro lainnya

yang diberikan dalam jumlah kecil. Ketiga jenis tersebut di pasaran dijual sebagai

pupuk Urea atau Za (Sumber N), Triple Super Phospat (TSP) dan KCl. Selain

penggunaan pupuk tunggal, di pasaran juga tersedia penggunaan pupuk majemuk.

Pupuk tersebut berbentuk tablet atau briket di dalamnya, selain mengandung unsur

NPK, juga unsur-unsur mikro. Selain pupuk an organik tersebut, tanaman kopi

sebaiknya juga dipupuk dengan pupuk organik seperti pupuk kandang atau kompos.

Pemberian pupuk buatan dilakukan 2 kali per tahun yaitu pada awal dan akhir musim

hujan, dengan meletakkan pupuk tersebut di dalam tanah (sekitar 10 - 20 cm dari

permukaan tanah) dan disebarkan di sekeliling tanaman.

PENGENDALIAN HAMA, PENYAKIT DAN GULMA

Hama yang sering menyerang tanaman kopi, adalah penggerek buah kopi

(Stephanoderes hampei), penggerek cabang coklat dan hitam (Cylobarus morigerus

dan Compactus), kutu dompolan (Pseudococcus citri), kutu lamtoro (Ferrisia

virgata), kutu loncat (Heteropsylla, sp) dan kutu hijau (Coccus viridis).

Sedangkan penyakit yang sering ditemukan adalah penyakit karat daun

(Hemileia vastantrix), jamur upas (Corticium salmonicolor), penyakit akar hitam dan

coklat (Rosellina bunodes dan R. arcuata), penyakit bercak coklat dan hitam pada

daun (Cercospora cafeicola), penyakit mati ujung (Rhizoctonia), penyakit embum

jelaga dan penyakit bercak hitam dan buah (Chephaleuros coffea).

Adapun jenis gulma yang sering menganggu tanaman kopi antara lain adalah

alang-alang (Imperata Cylindrica), teki (cyperus rotudus), cyanodon dactylon, Salvia

sp, Digitaria sp, Oxalis sp, dan Micania cordata.

PEMANGKASAN

Tanaman kopi jika dibiarkan tumbuh terus dapat mencapai ketinggian 12 m

dengan pencabangan yang rimbum dan tidak teratur. Hal ini akan menyebabkan

Page 9: Teh

tanaman terserang penyakit, tidak banyak menghasilkan buah dan sulit dipanen

buahnya. Untuk mengatasi hal itu, perlu dilakukan pemangkasan pohon kopi terhadap

cabang-cabang dan batang-batangnya secara teratur. Ada empat tahap pemangkasan

tanaman kopi yang sering dilakukan, yaitu pemangkasan pembentukan tajuk,

pemangkasan pemeliharaan, pemangkasan cabang primer dan pemangkasan

peremajaan

PANEN

Tanaman kopi yang terawat dengan baik dapat mulai berproduksi pada umur

2,5 - 3 tahun tergantung dari lingkungan dan jenisnya. Tanaman kopi robusta dapat

berproduksi mulai dari 2,5 tahun, sedangkan arabika pada umur 2,5 - 3 tahun.Jumlah

kopi yang dipetik pada panen pertama relatif masih sedikit dan semakin meningkat

sejalan dengan meningkatnya umur tanaman sampai mencapai puncaknya pada umur

7 - 9 tahun. Pada umur puncak tersebut produksi kopi dapat mencapai 9 - 15 kuintal

kopi beras/ha/tahun untuk kopi robusta dan 5 - 7 kuintal kopi beras/ha/tahun untuk

kopi arabika. Namun demikian, bila tanaman kopi dipelihara secara intensif dapat

mencapai hasil 20 kuintal kopi beras/ha/tahun.

Berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam satu siklus

produksi (dapat berlangsung hingga tahun ke-21), studi ini membuat asumsi

produktivitasnya tanaman seperti terlihat pada Tabel 2. Rata-rata produktiitas dalam

21 tahun adalah 441 kg/ha.

Produksi kopi di Indonesia saat ini mencapai 600.000  ton per tahun. Lebih

dari 80 persen produksi tersebut berasal dari perkebunan rakyat. Perkebunan ini

merupakan kumpulan dari kebun-kebun kecil yang dimiliki oleh petani dengan luasan

antara 1 sampai 2 ha. Mereka tidak mempunyai modal, teknologi, dan pengetahuan

yang cukup untuk mengelola tanaan yang mereka miliki secara optimal. Dengan

demikian, produktivitas tanaman relatif rendah dibandingkan dengan potensinya.

selain itu, petani umumnya jugabelum mampu menghasilkan biji kopi dengan mutu

seperti yang dipersyaratkan untuk ekspor. Beberapa faktor penyebab adalah minimnya

sarana pengolahan, lemahnya pengawasan mutu pada seluruh tahapan proses

pengolahan dan sistem tata niaga kopi rakyat yang tidak berorentasi pada mutu.

Page 10: Teh

Kriteria mutu kopi yang meliputi aspek phisik, citarasa dan kebersihan serta

aspek keregaman dan konsistensi sangat ditentukan oleh perlakuan pada setiap

tahapan proses produksinya. Tahapan (aliran) proses dan spesifikasi alat dan mesin

produksi yang menjamin kepastian mutu harus di secara rutin agar pada saat terjadi

penyimpangan mutu, suatu tindakan koreksi yang tepat sasaran dapat segera

dilakukan.

Pabrik minuman kopi di luar negeri telah menerapkan otomatisasi dalam

proses produksinya. Mereka membutuhkan pasokan bahan baku bermutu tinggi,

seragam dan konsisten dari waktu ke waktu. Jika hal ini tidak dipenuhi, mereka setiap

saat harus merubah formula dan prosedur kerja. Kdeuanya menyebabkan enefisiensi

dan pada akhirnya akan mengurangi daya saing produknya. Selain itu, dalam lima

tahun terakhir ini kontaminasi okhratoxin pada biji kopi mulai mendapat sorotan yang

serius oleh konsumen Eropa. Kontaminasi senyawa tersebut umumnya terjadi sebagai

akibat proses pengeringan yang kurang sempurna sehingga jamur penyebab tumbunya

okhratoxin menjadi aktif. Jika aspek ini diasukkan sebagai salah satu kriteria, maka

hal ini merupakan ancaman yang serius bagi kelangsungan ekspor komoditi tersebut.

Selain adanya jaminan mutu, suatu produk pertanian akan relatif mudah

dipasarkan pada tingkat harga yang menguntungkan jika tersedia dalam kuantum yang

cukup dan waktu pasokan yang tepat serta berkelanjutan. Ekspor biji kopi sat ini

dilakukan dengan sistem kontainer. Satu kontainer memuat komoditi dengan mutu

tinggi dan seragam, demikian juga pada pengiriman berikutnya. Kapasitas satu

kontainer mencapai 20 - 30 ton biji kopi siap ekspor. Kapasitas tersebut hanya dapat

dipenuhi jika petani mengolah hasil panen mereka secara kelompok.

Sebelum dimasukkan ke dalam kontainer, baik biji opi harus diuji mutunya

secara laboratoris dan secara visual dan dicocokkan dengan nilai standard mutu yang

berlaku. Konsumen biji kopi lebih mengutamakan citarasanya. Secara umum, hanya

biji kopi rakyat bermutu tinggi yang dapat diekspor dengan harga yang wajar,

sebaliknya sisanya (under grade) harus donoversi menjadi produk sekunder yang

dapat dikonsumsi oleh konsumen secara langsung, misalnya biji kopi menjadi kopi

bubuk. Selain dapat meningkatkn niai tambah, upaya tersebut dapat mencegah

pencampuran kembali biji kopi mutu rendah (hasil sortasi) ke dalam biji kopi mutu

baik.

Page 11: Teh

Tabel 2. Perkiraan Produktivitas Biji Kopi Kering 14% (kg/ha)

Tahun ke Asumsi (kg/ha)

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

350

400

450

550

600

650

650

600

550

500

500

450

450

400

400

400

350

350

300

300

D. Ramie

Ramie (Boehmeria nivea (L) gaud, Boehmeria nivea var tenacissima) adalah

tanaman tahunan setinggi 1 sampai 2,5 m, berumue antara 6 sampai 20 tahun, dan

dapat dipanen depanjang tahun setiap 2 bulan. Tanaman ramie toleran terhadap iklim

dan dan jenis tanah, tetapi perlu curah hujan yang merata sepanjang tahun. Curah

hujan yang diperlukan adalah berkisar antara 1200-2000 mm/tahun.

Page 12: Teh

Perbanyakan tabaman ramie dilakukan secara vegetative dengan rhizome.

Produksi optimal dicapai mulai umur 6 bulan keatas setelah rumpun ramie cukup

besar, dan produksi mulai menurun saat perakaran rumpunnya sudah terlalu padat.

Serat ramie berasal dari bagian kulit batang ramie yang dip[isahkan dengan alat

dekortikator. Serat kasar (china grass) ini kemudian diproses (degumming) untuk

menghilangkan pectin dan getahnya, dan kemudian dikirim ke pabrik pengolah

selanjutnya untuk proses fiber opening menjadi antara lain serat ramie siap pintal atau

ramie top.

Menurut Rahardi, tumbuhan ini memang sepintas seperti tanaman murbei.

Hanya bedanya, dia mengeluarkan rizome (akar tinggal batang dalam tanah) yang

akan tumbuh di sekeliling batang induk. Rizome ini merupakan bibit yang mutunya

paling baik dibandingkan dengan stek batang maupun stek pucuk. Dengan bibit stek

dari rizome tanamani rami sudah bisa menghasilkan rizome baru pada umur tiga

bulan. Selanjutnya setelah enam bulan sejak tanam seratnya sudah bisa mulai dipanen.

Panen berikutnya bisa dilakukan secara rutin selangtiga bulan sekali.Sebenarnya ada

juga hasil sampingan dari setiap panen, yaitu kayunya yang bisa dimanfaatkan untuk

kayu bakar, misalnya. Juga daunnya yang bisa untuk makanan ternak

Rami, papar Rahardi, bisa tumbuh baik di lahan kering dataran rendah sampai

ketinggian 1.500 m dpl. Hanya saja, makin tinggi tempat tumbuhnya, umur panen

tanaman ini makin panjang. Sejatinya, dia tidak menghendaki tanah yang subur,

cukup perlu air banyak. Bila sudah menggurita, meski sudah dibabat habis,

kekeringan karena kemarau panjang, kebakaran atau lahannya dibongkar habis

sekalipun, rizome itu akan mampu tumbuh lagi dengan baik. Itulah bandelnya

tanaman rami. Karenanya, di areal-areal pertanian tanaman pangan atau perkebunan,

rami dianggap sebagai gulma. Ramie cocok dikembangkan di lahan yang kurang

subur.Panen rami dilakukan dengan memotong batangnya dari pangkal. Daun dan

pucuknya, papar Rahardi, diambil untuk pakan ternak. Selanjutnya kulit batang

dikupas. Sekali tanam, kebun rami tidak memerlukan pengolahan lahan dan

penanaman kembali. Hasil panen rizome bisa dijual sebagai bibit atau dikembangkan

sendiri. Harga bibit rami asal rizome sekarang sekitar Rp 250 per stek dalam polybag.

Dalam satu hektare, dengan pola tanam monokultur, diperlukan sekitar 40.000 bibit.

Biaya rutin yang diperlukan berikutnya adalah penyiangan, pemupukan, pengairan,

Page 13: Teh

pemanenan, dan pascapanen yang terdiri dari dekortasi dan deguming. Hasil kayu bisa

digunakan untuk proses dekortasi, sementara hasil ternak yang mengonsumsi daun

rami belum dimasukkan sebagai pendapatan. Sayangnya, urai Rahardi, hingga kini di

Indonesia belum ada masyarakat atau pengusaha yang tertarik mengebunkan rami.

Masalahnya bukan karena rami tidak menguntungkan, tapi karena memang belum ada

yang tahu. Seandainya suatu ketika nanti berkembang kebun rami, kemudian

dilanjutkan dengan industri pemintalan dan tenun tradisional yang padat karya, lebih-

lebih kalau digabung dengan keterampilan membatik (batik tulis), niscaya rami akan

bisa menyejahterakan masyarakat lapis bawah. Sebab, tenaga kerja yang terserap akan

massal. Mereka pun bukan melulu buruh di industri tekstil besar.

Page 14: Teh

III.HASIL

Acara : Kunjungan ke PT Perkebunan Nusantara VII

Tempat : Kotamadya Pagar Alam

Tanggal : 13 Agustus 2005

Waktu : 10.00 s.d. 12.00 WIB

Secara singkat PTPN VII berdiri pada tahun 1929 oleh Pemerintahan Kolonial

Belanda. Hal ini didasari pada kebutuhan masyarakat Eropa akan teh untuk

dikonsumsi. Hingga sekarang, PTPN VII telah mengalami tiga kali renovasi baik

bangunan maupun alat-alat produksinya, baik disebabkan perang semasa

kemerdekaan maupun tuntutan kemajuan teknologi pengolahan.

Teh merupakan tanaman bonsai yang diambil pucuk segarnya. Pada dasarnya

teh terbagi dua jenis yang diproduksi yakni teh hitam dan teh hijau. Di PTPN VII

hanya memproduksi teh hitam karena selain sudah sejak lama diproduksi, teh hitam

juga lebih banyak dikonsumsi masyarakat sehingga memiliki pangsa pasar yang lebih

luas.Teh Dempo Pagar alam dihasilkan dari perkebunan teh di Gunung Dempo pada

ketinggian rata-rata 1500 m diatas permukaan laut yang juga merupakan dataran

tertinggi di Sumatera Selatan.

Lokasi perkebunan PTPN VII terletak di sisi timur gunung Dempo sehingga

selalu menerima sinar matahari pagi dan secara tidak langsung juga daun teh Dempo

banyak menyerap ultra violet dari sinar matahari pagi yang membuat rasa dan aroma

teh Dempo pagar alam unik dan khas. Teh Dempo pagar alam hanya dibuat dari

pucuk daun teh pilihan dengan kualitas ekspor. Ada berbagai jenis pucuk daun teh

yang diambil, ada yang halus, medium halus dan juga kasar yang nantinya akan

dihasilkan hasil baku berupa teh bubuk.

Pada dasarnya teh terbagi dua jenis yaitu :

1. Teh Hijau.

Telah dikenal di negeri Cina pada 4375 SM sebagai obat untuk mengatasi

penyakit jantung, anti oksidan dll. Dimana pada proses pembuatannya tidak

mengalami fermentasi.

Page 15: Teh

2. Teh Hitam

Inilah jenis teh yang diproduksi PTPN VII Pagar Alam dengan nama “ Teh

Hitam Dempo Pagar Alam “. Sejak lama telah disukai masyarakat.

Pada pasar lokal, teh ini dapat ditemukan di pasar-pasar swalayan seperti

Internasional Plasa Palembang. Teh hitam biasanya digunakan untuk minuman

softdrink, yang dalam membentuk aromanya yang enak dengan melakukan

proses oksidasi enzimatis (telah di fermentasi terlebih dahulu). Selain

dipasarkan di pasar lokal, teh yang diproduksi lebih banyak di ekspor ke

mancanegara seperti negara-negara Arab, Eropa dll.

Ada beberapa ciri khas teh hitam Dempo yang membuat berbeda dengan teh

yang diproduksi dari daerah lain yaitu :

1. Outdoor Quality, warna; penampilan dan tektur yang baik

2. Inner Quality, bau dan rasa yang khas

Teh merupakan tanaman yang hidroskopis sehingga peka terhadap udara luar,

sehingga ada beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu :

1. Relative Humidty, dimana RH untuk pelayuan lebih kecil dari 5%

sedangkan untuk penggilingan RH 99%.

2. Temperatur.

3. Waktu.

Ada beberapa tahapan dalam memproses pembuatan teh di PTPN VII yaitu :

1. Pelayuan

2. Penggilingan

3. Fermentasi

4. Drying

5. Sortasi

6. Packing

Dalam proses pembuatan teh pada PTPN VII dihasilkan 13 grade teh. Satu grade

untuk diekspor khusus ke negara Eropa dan Arab Saudi sedangkan 12 grade yang lain

untuk pasar lokal. Pada saat ini harga teh dunia mengalami harga yang turun karena

negara-negara seperti kamboja dan vietnam telah memproduksi teh secara besar-

besaran ke pasar dunia dengan mengutamakan kuantitas daripada kualitas. Dengan

kenyataan yang seperti ini, PTPN VII beberapa tahun kebelakangan ini terus

mengalami kerugian.

Page 16: Teh

Untuk lebih mengetahui lebih dalam, maka kita akan tinjau tahapan-tahapan

proses produksi teh Dempo di PTPN VII ini sebagai berikut :

1. Pelayuan.

Pelayuan dilakukan antara 16 – 20 jam dengan RH 75% dengan suhu kecil dari

300C agar daun teh yang telah dipetik menjadi lembut. Selain itu juga untuk

membuat aroma dan warna hijaunya tetap terjaga. Kelembaban ruangan

pelayuan harus diatur dan tetap konstan agar masih terjadi respirasi pada daun

sehingga daun layu sutra ( aroma, warna hijau tetap dan lembut ). Kelembaban

dapat diatur dengan mengubah suhu wet BULB atau dry BULB ( suhu bola

basah dan suhu bola kering ). Kelembaban dapat mempengaruhi aroma dan rasa

teh.

Selain itu juga, pada saat pemetikan pucuk daun teh, para pemetik teh tidak

boleh terkontaminasi seperti balsem, dan minyak kayu putih karena teh sangat

peka yang dapat mempengaruhi aroma dan rasa teh. Pada pabrik PTPN VII ini

terdapat alat yang digunakan untuk pelayuan teh seperti wateroing trap sebanyak

40 unit yang mana satu unitnya mampu menampung 1 ton sehingga

kapasitasnya alatnya 40 ton per hari.

2. Penggilingan.

Untuk memperemudah dan menghasilkan produksi teh yang maksimal maka

relative humidity harus diatas 95%. Penggilingan teh dilakukan dengan

menggunakan suatu alat OTR (Open Top Roller). Tujuannya adalah agar mudah

terjadinya reaksi oksidasi enzimatis. Teh merupakan tanaman hidroskopis,

apabila dibiarkan lebih 120 menit maka akan berubah asam.

Sebelum dilakukan penggilingan pertama maka terlebih dahulu dilakukan proses

penggulungan daun teh selama 45 menit dengan tujuan memperkecil partikel

sehingga lebih mudah di proses pada tahap selanjutnya. Setelah dilakukan

penggilingan daun teh maka tes selanjutnya disaring menjadi Double Indian

Hole Pracker (Ayakan Bergetar). Hasilnya dimasukan ke dalam suatu rak atau

baki yang telah disiapkan, sedangkan sisanya dimasukkan kedalam Press Cup

Roller agar partikel sisanya menjadi lebih kecil. Disamping itu Press Cup Roller

ini juga bisa menggiling dan memotong partikel sisa daun teh tersebut. Pada

kondisi ini suhu teh harus dijaga tetap 26oC.

Page 17: Teh

3. Fermentasi.

Pada ruangan fermentasi relatif humidity antara 90-98% atau 24-25OC. Kondisi

ini harus dijaga konstan mengingat teh adalah tanaman yang bersifat hidroskopis

dan selain itu juga ruangan harus tetap steril.

4. Drying.

Temperatur ruangan pengeringan ini harus berkisar 35-40oC, pada proses

pengeringan ini diharapkan teh memiliki kadar air antara 3-4%. Ada 2 alat yang

digunakan pada proses pengiringan,yaitu:

a. FBD (Fluide Bad Dryer), pada alat ini teh haluskan kembali.

b. TSD, dihasilkan teh yang telah dikonsumsikan dan tinggal disortasi

5. Sortasi.

Pemisahan bubuk teh menjadi beberapa grade. Grade teh bubuk yang dihasilkan

antara lain:

a. BOP

b. BOPF

c. PF

d. DUST

e. BD

f. BT

Untuk grade DUST biasanya banyak diekspor ke Arab sedangkan untuk grade

BOP dan BOFS biasanya diekspor ke negara eropa

Setiap harinya dalam satu minggu dari setiap grade teh harus dibandingkan,

gunanya untuk melihat apakah terjadi perubahan atau perbedaan hasil yang

mengacu pada kesalahan proses. Pada prose pembandingannya, penampakan teh

tidak boleh tercampur antara satu grade dengan grade yang lainnya. Dalam

proses ini selain dilakukan di laboratorium juga sangat ditentukan olah tester

yang telah berpengalaman puluhan tahun, diamana di PTPN VII hanya memiliki

2 orang tester.

Dalam teh terdapat kafein yang terurai membentuk aroma pada proses

fermentasi. Daun teh yang di petik dibedakan menjadi 2 jenis yaitu Pecko yang

berasal dari kuncup dan burung yang bukan berasal dari kuncup. Selain itu juga

Untuk para pemetik teh, mereka tidak boleh memuat lebih dari 35 kg daun teh

Page 18: Teh

dalam sebuah keranjang hal ini dilakukan agar teh yang telah di petik tidak

terjadi penumpukan yang bisa merusak kondisi penampakan daun teh.

Ada beberapa penjelasan mengenai kualitas teh yang dihasilkan pada PTPN VII

ini yang secara konsisten untuk tetap dihasilkan yakni :

1. Outdoor Quality

Penampilannya menarik, banyak terdapat golden tip (serbuk putih) pada

teh yang berasal dari pucuk muda.

2. Inner Quality

Ampas setelah diseduh masih berwarna walaupun demikian teh hanya

sekali pakai karena sifatnya hidroskopis.

6. Packing.

Pengepakan dilakukan setiap jam agar dapat dihitung kualitas dan kuantitasnya.

Teh dibungkus oleh Alumunium Foil yang dipesan dari Jakarta atau kertas untuk

teh celup.

Dalam menyajikan teh setiap gelasnya cukup dengan 3 gram saja dan diseduh

diair mendidih selama 6 menit disaring, bisa langsung diminum atau ditambah

gula/susu, madu sesuai selera. Sample teh yang baik, airnya harus cerah dan bila

buram berarti terlalu banyak fermentasi. Bila warna ampasnya cerah berarti teh

kurang fermentasi. Yang harus diperhatikan adalah kenampakan air, awal dan

ampasnya.

PROSES PENGOLAHAN UNTUK TEH HITAM

Beberan:

Kapasitas WT: 29-35 kg/m3. Total kapasitas 40.000 kg

Layuan:

Lama 14-20 jam. Kadar air 52-54%. RH max 75%

Gilingan:

Jenis gilingan Waktu Hasil Gilingan

Open Top 50 menit bubuk I = 18 %

Press Cup 40 menit bubuk II = 19 %

Page 19: Teh

Rotor Vane 10 menit bubuk III = 35 %

Rotor Vane 10 menit bubuk IV = 15 %

Badag 10 menit 13 %

Fermentasi

Dilakukannya fermentasi (proses Oksidasi Enzimatis) pada hasil gilingan teh

bubuk I, II, III sedangkan hasil gilingan pada teh bubuk IV dan Badag tidak di

fermentasi.

Pengeringan

Alat Pengering Lama Pengeringan Kapasitas Tampung

TSD A 22 menit 200 kg

TSD B 23 menit 250 kg

TSD C 22 menit 250 kg

FBD 18 menit 250 kg

Sipocco 23 menit 150 kg

Sortasi

Mutu I Bubuk I, II Bubuk III, IV Badag

BOP I Thee Wan Thee Wan Thee Wan

BOF Md Tone Md Tone Md Tone

BOPF Vibro A2 Vibro B VD Mev

PF Vibro A1 Vibro A2 Vibro C

Dust Thee Wan The Wan Setir C

BD Sotir A1 Sotir A1 Vibro D

BT Sotir A1 Sotir A2 Vibro D

Acara : Kunjungan ke KSU Bumi Makmur

Tempat : Desa Gunung Agung Dempo Utara Kotamadya Pagar Alam

Tanggal : 13 Agustus 2005

Waktu : 12.15 s.d. 13.30 WIB

Page 20: Teh

Rami adalah bahan bahan dasar untuk membuat benang pemintal, tali, kapas,

wall, dan karung. Namun pada KSU Bumi Makmur Gunung Agung Pagar Alam

hanya memproduksi rami menjadi kapas putih.

Proses pembuatan kapas rami

Rami yang telah diolah adalah rami muda yang dapat dipanen pada hari ke 70

setelah hari penanamannya. Rami muda diambil batangnya kemudian di giling dengan

menggunakan alat yang dinamakan cokator rami. Proses penggilingan dilakukan agar

hilangnya kadar air dan mengubah bentuk menjadi serat.

Perebusan

Serat direbus selama 24 jam agar kambium yang masih menempel hilang

Penjemuran

Setelah direbus kemudian rami dijemur hingga kering.

Perendaman

Lamanya perendaman 2 x 24 jam yang terdiri dari campuran air dan tawas (Pemutih)

agar kapas yang dihasilkan menjadi putih.

Pengeringan (Oven)

Hal ini dilakukan selama 1 x 24 jam agar kadar air yang terdapat pada rami akibat air

perendaman benar-benar hilang kemudian baru di press agar mudah dimasukkan

mesin pemotong.

Pemotongan

Dilakukan sesuai dengan ukuran yang diminta oleh pasar.

Penggilingan

Rami digiling pada suatu alat sehingga hasil akhirnya berupa kapas kasar berwarna

putih. Kapas ini langsung dijual ke pasar dalam hitungan kilogram atau dapat pula

rami yang telah dikeringkan dijual ke pasar sebagai bahan dasar pembuatan karung

goni.

Pada KSU Bumi Makmur memiliki kapasitas rata-rata 10-15 jam dengan penjualan

rami Rp.200,- /kg. Limbah atau sampahnya bisa dijadikan pupuk kandang.

Acara : Kunjungan ke Pabrik Penggilingan Kopi Rakyat

Tempat : Desa Sandar Angin Kotamadya Pagar Alam

Tanggal : 13 Agustus 2005

Waktu : 14.00 s.d. 15.30 WIB

Page 21: Teh

Kopi yang dioalah adalah kopi jenis Robusta. Buah kopi dipetik dari

batangnya lalu di jemur hingga kering kemudian dimasukkan ke dalam mesin

penggilingan agar kulitnya pecah dan bisa diambil biji kopinya. Biji kopinya dijemur

lagi hingga kering lalu di sanggrai (gongseng) hingga warnanya berubah menjadi

kehitam-hitaman lalu di tumbuk secara sederhana atau dimasukkan ke dalam mesin

penggilingan secara mekanis. Hasil akhir berupa bubuk kopi halus kemudian dikemas

dan siap dipasarkan.

Pada hari wukuf petani menanam kopi, setelah 2 tahun baru berbuah. Pemeliharaan

dilakukan dengan cara disiangi dan dipupuk. Pada saat berbuah biji kopi yang sudah

matang separuh kemudian ditaruh dipemutiran, dimasukkan ke dalam karung dan

kemudian dijemur selama 5 hari. Sisa kulit kopi dapat dijadikan sebagai bahan pupuk

kandang. Ciri-ciri kopi yang baik adalah harum baunya, warnanya agak kecoklat-

coklatan.