Web viewKromatografi penyerapan menggunakan prinsip kompetisi antara matriks polimer dan fase gerak...
Transcript of Web viewKromatografi penyerapan menggunakan prinsip kompetisi antara matriks polimer dan fase gerak...
1
I.1 Landasan TeoriAktivitas Produk Gen Mempengaruhi Fenotip
Gen merupakan bagian dari kromosom (DNA) yang dapat ditranskripsi dan
ditranslasi sehingga menghasilkan suatu protein. Diantara fungsi protein di dalam sel
adalah sebagai enzimyang mengkatalisis reaksi-reaksi yang terjadi ataupun sebagai
protein structural yang membentuk sel. Protein merupakan produk utama dari gen.
akibat aktivitas dari protein dapat kita lihat dari fenotip-fenotip yang dapat kita
amati.jika suatu gen termutasi dimana urutan nukleotida dari gen tersebut berubah
dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dari protein yang dihasilkan. Hal
tersebut dapat mengakibatkan perubahan dari aktivitas protein dan fenotip yang kita
amati. Jika mutasi yang terjadi menyebabkan suatu protein tidak berfungsi , maka
mutan yang dihasilkan bersifat resesif.
Sebagai contoh, jika di dalam sel terjadi proses reaksi V X Y Z (dapat
dilihat dari gambar 1.1 di bawah), kemudian terjadi mutasi pada enzim yang
mengkatalisis X Y sehingga enzim tersebut tidak berfungsi, maka senyawa V dan Z
tidak akan diproduksi. Bila senyawa X tidak dapat diubah menjadi senyawa lain oleh
enzim lain di dalam sel, maka senyawa X akan bertumpuk di dalam sel (dapat dilihat
pada gambar 1.2 di bawah). Hilangnya senyawa Y dan Z dari dalam sel dan
menumpuknya senyawa X di dalam sel akan mempengaruhi fenotip yang kita amati.
1. Semua enzim berfungsi
V X Y Z
BAB I PENDAHULUAN
2
Enzim1 Enzim2 Enzim3
2. Gen yang mengkode enzim 2 termutasi
V X
Enzim1 Enzim2
Enzim 2 tidak ada atau tidak berfungsi
Gambar 1. Pengaruh mutasi suatu gen konsentrasi senyawa di dalam sel.3
Kromatografi Pigmen mata Drosophila
Pengisolasian enzim-enzim dapat dipisahkan melalui proses kromatografi.
Kromatografi merupakan metode untuk memisahkan atau mengidentifikasi suatu
komponen kimia dari suatu campuran. Cara tersebut digunakan oleh ilmuwan untuk
mengidentifikasi suatu protein tunggal dari suatu komponen sel atau jaringan suatu
makhluk hidup. Langkah-langkah yang dilakukan adalah menggiling jaringan tersebut
agar jaringan mengalami lisis. Selanjutnya adalah memisahkan komponen-
komponen kimiawi yang ada dalam jaringan tersebut. Cara pemisahan
menggunakan prinsip interaksi molekul yang berbeda melalui medium stasioner
(fase diam) di bawah pengaruh fase gerak. Cara pemisahan tersebut berdasarkan
kecepatan migrasi tiap-tiap komponennya melalui medium stasioner (fase diam) di
bawah pengaruh fase gerak (mobile). Aliran (gerakan) fase gerak tersebut
menyebabkan perbedaan migrasi campuran, sehingga dapat terpisahkan (Pai &
Apandi 1999: 210—211).
Kromatografi adalah metode analisis yang digunakan secara luas untuk
memisahkan, mengidentifikasikan, dan menentukan komponen kimia dalam suatu
campuran. Tidak ada metode pemisahan lain yang aplikasinya seluas kromatografi.
Metode kromatografi ada 2 yaitu: column chromatography dan planar
chromatography. Termasuk didalam kromatografi planar adalah kromatografi
3
lapisan tipis (TLC), kromatografi kertas (PC), dan elektrokromatografi. Kromatografi
merupakan cara pemisahan campuran ke dalam komponen-komponennya
berdasarkan kecepatan migrasi tiap-tiap komponennya melalui medium stasioner
(fasa diam) di bawah pengaruh fasa gerak. Fase gerak pada metode kromatografi
kertas bergerak melewati fase diam karena pengaruh kapilaritas, gravitasi, atau
terkadang karena pengaruh potensial listrik (Skoog, West & Holler 1996: 660-721).
Ada beberapa proses kromatografi berdasarkan tingkat persaingannya
dengan fase diam. Proses kromatografi tersebut antara lain kromatografi absorpsi
(adsorption chromatography), kromatografi pemisahan (partition chromatography),
kromatografi pertukaran ion (ion exchange chomatography), dan kromatografi
penyerapan (permeation chromatography) (Basset 1998: 225). Kromatografi
adsorbsi menerapkan kompetisi antara adsorban padat dan cair. Kompetisi tersebut
berdasarkan daya larut, daya adsorbs, dan daya kapilaritas dari zat tersebut.
Beberapa contoh dari kromatografi adsorbsi adalah kromatografi kertas dan
kromatografi lapis tipis (Basset 1998:225).
Kromatografi kertas menggunakan bahan kertas saring Whatman No.1.
Dasar kertas tersebut diberi garis pembatas kira-kira 2-3 sentimeter dari dasar kertas
dengan menggunakan pensil. Sepanjang garis pembatas tersebut diberi beberapa
titik untuk menandai tempat diletakkannya campuran yang akan dipisahkan. Kertas
tersebut kemudian diletakkan di dalam bejana yang telah berisi NH4OH dan n-propil
alkohol. Langkah selanjutnya adalah dengan meletakkan bejana di dalam ruang gas
selama periode tertentu. Hasil dari perlakuan tersebut dapat diketahui dengan
beberapa titik hasil adsorbsi dengan warna yang berbeda menunjukkan warna
perbedaan asam amino-asam amino (Gambar 2) (Basset 1998: 225-226).
Kromatografi lapis tipis memiliki mekanisme yang tidak jauh berbeda dengan
kromatografi kertas. Kromatografi lapis tipis memiliki kelebihan kecepatan dan
ketajaman daya adsorbsinya. Lempengan tipis yang digunakan biasanya berupa
aluminium sebagai fase stasioner dan gel silika sebagai adsorbannya. Teknik
kromatografi lapis tipis menggunakan suatu adsorben yang disalutkan pada suatu
lempeng kaca sebagai fase stasionernya. Mekanisme penempatan sampel sama
4
seperti pada kromatografi kertas. Nilai Rf ditentukan dengan cara yang sama seperti
pada kromatografi kertas (Basset 1998: 226).
Kromatografi pemisahan menggunakan prinsip kompetisi stasioner antara
fase cair dan fase gerak. Contoh dari kromatografi pemisahan adalah HPLC (Gambar
3). Kromatografi tersebut lengkap dan modern. Umumnya metode ini dicirikan oleh
efisiensi kolom yang rendah dan pemisahan yang lama. Prosedur pemisahannya
dengan memperhatikan fase cair yang lambat melewati kolom karena gravitasi
( Basset 1998: 231).
Kromatografi pertukaran ion menggunakan prinsip kompetisi antara fase
resin penukar ion dengan fase gerak cair. Contoh dari kromatografi pertukaran ion
adalah Ion Exchange Chromatography (Gambar 4). Pemisahan ion-ion dilakukan
dengan memisahkan anion dan kation. Pemisahan dilakukan oleh anion exchanger
dan kation exchanger ( Voe dkk. 1990: 82).
Kromatografi penyerapan menggunakan prinsip kompetisi antara matriks
polimer dan fase gerak cair. Contoh dari kromatografi penyerapan adalah Gel
Permeation chromatography (Gambar 5). Proses pemisahan molekul-molekunya
berdasarkan ukuran dari molekul-molekul tersebut (Voe dkk.1990: 87).
Teknik-teknik kromatografi tersebut dapat digunakan untuk memisahkan
komponen-komponen pada mata Drosophila melanogaster. Warna mata pada lalat
Drosophila melanogaster dipengaruhi oleh komposisi pigmen-pigmen tertentu dan
merupakan sifat yang ditentukan secara genetic. Fungsi dari gen pada suatu individu
adalah untuk mengatur dan mempengaruhi fenotip. Perubahan secara genetik yang
terjadi pada suatu organisme dapat dipelajari pada tingkat morfologi, fisiologi,
biokimia ataupun tingkah laku. Mutasi pada warna mata Drosophila melanogaster
dapat diamati pada level biokimia melalui metode separasi warna dengan
kromatografi kertas (Strickberger 1962: 21 & 526).
5
Salah satu kelompok senyawa yang dapat dipisahkan dengan kromatografi dan
dapat diidentifikasi di bawah sinar UV adalah pteridin. Drosophila bermata normal (wild
type) memiliki 7 pigmen pteridin sebagai berikut:
1. Isosepiapterin (kuning)
2. Biopterin (biru)
3. 2-amino-4-hidroksipterin (biru)
4. Sephiapterin (kuning)
5. Xantopterin (hijau-biru)
6. isoxantopterin (ungu-biru)
7. drosopterin (jingga)
Keterangan :
*pigmen nomer 1 adalah pigmen yang terdapat pada bagian bawah kromatogram, paling
dekat dengan sample (Gardner & Mertens 1975: 10).
*Biopterin : Pteridin warna biru, menjadi perantara dalam formasi pigmen mata
drosopterin pada insecta tertentu.
*Sepiapterin : Adalah pigmen kuning pteridin, sebagai perantara dalam formasi
pigmen mata drosopterin pada insecta tertentu.
*Xantopterin : Pigmen warna kuning pterin, ditemukan terutama pada sayap dari
lalat buah yellow.
*Isoxantopterin : Pterin warna ungu-biru pada sayap dan mata, serta tubuh insecta.
*Drosopterin : Pigmen pteridin merah pada mata dan organ lain pada beberapa
insecta termasuk Drosophila. (Lawrence 1989: 60, 148, 268, 283, 495
& 591).
Perbedaan pigmen-pigmen tersebut dapat diketahui berdasarkan perbedaan
warnanya (Anderson 2000: 1)
6
Ketujuh pigmen tersebut sebenarnya diatur oleh dua pigmen utama yaitu
ommochrom dan pteridin. Pigmen mata ommochrome memberikan warna coklat
sedangkan pigmen mata pteridin memberika warna merah. Pigmen mata pteridin
disintesis dari prekusor GTP, sedangkan ommochrome disintesis dari triptofan.
Pteridin merupakan salah satu campuran yang dapat dipisahkan berdasarkan prinsip
kromatografi dan dapat diidentifikasi di bawah sinar ultraviolet (UV) (Rong & Golic
1998: 1551; Anderson 2000: 1).
Penelitian Morgant terhadap mutan-mutan Drosophila melanogaster
menghasilkan kesimpulan bahwa mutasi-mutasi terjadi pada kromosom yang
terpaut oleh kromosom seks. Mata sepia pada Drosophila melanogaster, mata
putuh pada Drosophila melanogaster, dan mutansi-mutasi lainnya pada mata
ternyata terpaut oleh kromosom X. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
mata Drosophila melanogaster betina normal lebih cerah daripada jantan (Russell
1994: 54).
Enzim merupakan suatu protein yang berfungsi sebagai katalisator. Suatu
katalis adalah agen kimiawi yang mengubah laju reaksi tanpa harus ikut bereaksi.
Tanpa enzim, jalur-jalur metabolism akan menjadi macet. Enzim dapat bekerja
sesuai dengan substratnya. Misalnya enzim DNA polimerase hanya bertugas untuk
memanjangkan cabang DNA baru hasil replikasi (Campbell dkk. 2002: 98–108)
Enzim memiliki karakter-karakter tertentu. Enzim hanya bekerja pada
substrat tertentu. Enzim menggunakan berbagai mekanisme untuk menurunkan
energi aktivasi dan mempercepat reaksi. Semakin banyak molekul substrat yang
tersedia, semakin sering molekul-molekul tersebut memasuki tempat aktif molekul
enzim. Apabila suatu populasi enzim telah jenuh, satu-satunya cara untuk
meningkatkan produktivitas adalah dengan menambah lebih banyak lagi enzim.
Aktivitas suatu enzim dipengaruhi oleh faktor lingkungan umum seperti suhu dan pH,
dan faktor kimiawi tertentu yang secara khusus mempengaruhi enzim tersebut.
Kerja enzim tersebut menuruti sifat protein yang bekerja pada suhu optimum.
Lingkungan yang tidak cocok dapat menyebabkan protein enzim rusak (Cambell dkk.
2002: 100–101).
7
Pigmen mata yang tercantum dalam urutan, akan dipisahkan dalam
kromatogram. Jarak tertentu yang bergerak adalah senyawa kimia yang berkaitan
dengan alam yang kompleks itu sendiri, yang relatif kelarutan dalam larutan, dan
untuk keseluruhan jarak dijalani oleh larutan depan. Jarak biasanya dilaporkan
dalam bentuk suatu rasio-ke-depan nilai (Rf) dan merupakan karakteristik tertentu
yag majemuk dalam larutan tertentu (Lehigh. 2008: 3). Kromatogram yang dihasilkan
diuraikan dan zona-zona dicirikan oleh nilai-nilai Rf. Nilai Rf didefinisikan dengan
hubungan:
Rf = Jarak (cm) dari garis awal ke pusat zona
Jarak (cm) dari garis awal ke garis depan pelarut
Harga Rf mengukur kecepatan bergeraknya zona relatif terhadap garis depan
pengembang. Nilai Rf menunjukkan identitas-identitas asam amino dan intensitas
zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi (Basset 1998: 226).
I.2 Latar BelakangLalat buah merupakan salah satu jenis lalat yang sering dijumpai hinggap
pada buah-buahan. Lalat ini lebih menyukai buah yang masak karena buah yang
lebih masak mempunyai kandungan zat-zat yang dibutuhkan oleh keturunan lalat
8
buah dan kelunakan buahnya memudahkan induk lalat untuk memasukkan telurnya
di bawah permukaan kulit buah. Telur-telur lalat buah berwarna bening dan
berbentuk seperti buah pisang. Telur ini diletakkan secara berkelompok di dalam
rongga di bawah kulit buah. Mereka akan menetas beberapa hari kemudian. Larva
muda yang keluar dari telur akan membuat lubang menuju ke bagian buah yang
lunak dan mulai memakannya. Jaringan buah yang dimakan oleh larva ini akan
mengalami pembusukan. Larva yang sudah tua akan keluar dari buah dan menjadi
pupa (Nugroho S P, 1994).
Penemuan pautan dan pindah silang pada Drosophila melanogaster oleh para
ahli genetika tersebut dapat digunakan untuk menyimpulkan data dalam membuat
peta kromosom yang menunjukkan lokasi–lokasi gen pada lalat buah itu. Sehingga
Drosophila melanogaster banyak sekali dipakai dalam percobaan genetika bahkan
merupakan faktor penentu bagi perkembangan genetika hingga kini. Ada 2 tipe lalat
buah yaitu tipe normal (tipe liar) dan mutan.. Lalat Drosophila melanogaster yang
memiliki sedikitnya satu karakter yang berbeda dengan tipe liarnya disebut sebagai
mutan. Umumnya mutan yang ada bersifat resesif, namun ada pula mutan yang
bersifat dominan. Mutasi dapat membawa keuntungan maupun kerugian.
Kemungkinan baik adalah diuntungkan untuk suatu organisme, sedankan
kerugiannya dapat mematikan suatu organisme.
Pertama kali T.H. Morgan menemukan karakter mata putih (white).
Selanjutnya Beadle dan Tatum menemukan jenis lain dari warna mata Drosophila.
Berbagai perubahan pada gen (mutasi) dapat mempengaruhi struktur, fungsi, atau
pengaturan protein yaitu enzim. Warna mata pada mutan berbeda dibandingkan
yang lainnya karena terdapat kecacatan/kerusakan satu atau beberapa enzim yang
dibutuhkan dalam jalur biokimia dalam sintesis pigmen. Sebagai konsekuensinya,
pigmen menjadi hilang dan atau terdapat pigmen berbeda yang terakumulasi karena
kerusakan pada jalur biosintesis pigmen tersebut.
Jika terjadi mutasi pada jalur pteridin maka warna mata akan menjadi lebih
gelap. Suatu mutan diberi nama berdasarkan warna matanya, dan tidak
berhubungan dengan kerusakanan biokimia. Sebagai contoh, mutan brown memiliki
9
warna mata cokelat, karena kehilangan pteridine, sehingga mutasi mempengaruhi
suatu enzim pada jalur biosintesis pteridine.
Untuk mengetahui jenis pigmen mata pada Drosophila dapat dilakukan
dengan teknik kromatografi. Kromatografi adalah suatu istilah umum yang
digunakan untuk bermacam-macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi
sampel diantara suatu rasa gerak yang bisa berupa gas ataupun cair dan rasa diam
yang juga bisa berupa cairan ataupun suatu padatan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas. Kami selaku
mahasiswa biologi yang sedang mengontrak mata kuliah genetika,ingin meninjau
dan mengetahui lebih dalam tentang peranan kromatografi dalam memisahkan
pigmen mata Drosophila melanogaster dari mulai yang normal hingga yang mutan
I.3 Tujuan Praktikum
1. Mengamati proses kromatografi pigmen-pigmen mata pada lalat buah ;
2. Mengetahui aktivitas produk gen terhadap fenotip ;
3. Mengetahui pigmen mata Drosphila melanogaster baik yang normal maupun
beberapa mutan (Cloth, Sepia, dan White) ;
4. Mengetahui proses kromatografi pada fasa bergerak dan fasa stasioner ;
5. Mengetahui nilai Rf pada setiap jenis pigmen mata Drosophila ;
6. Mengelompokkan pigmen-pigmen mata yang diamati ke dalam drosopterin dan
ommokrom ;
7. Membandingkan pigmen-pigmen mata lalat buah mutan dan normal.
BAB II METODE KERJA
10
II.1 Alat dan Bahana. Lalat buah normal
b. Mutan white, beberapa
mutan dengan warna gelap
dan terang
c. Kertas saring Whatman no 1
d. Gunting
e. Penggaris
f. Pensil
g. Jarum pentul
h. Alat penjepret kertas
i. Bejana kromatogrfi dengan
tutup gelap
j. Larutan NBA
k. Vaselin
l. Pengering rambut/oven
m. Lampu UV
II.2 Langkah Kerjaa. Kertas saring berukuran 16 cm x a6 am diberi tanda seperti gambar A.
b. Garis pertama diberi tanda-tanda o dengan pensil, jarak masing-masing 2 cm.
c. Nama kelompok ditulis disebelah atas kertas saring dengan menggunakan
pensil.
d. Bejana diisi dengan larutan NBA setinggi 1 cm, mulit dan tutup bejana diolesi
vaselin.
e. Tiga lalat buah dengan fenotip yang sama diambil dan dippotong
menggunakan jarum pentul.
f. Satu kepala diletakan di atas tanda o pada kertas dan ditekan kepalanya,
ulangi pada kepala kedua dan ketiga.
g. Langkah diatas dilakukan pada fenotip yang berbeda.
h. Kertas saring digulung sehingga letak sisi kiri dan kanan bersebelahan, tidak
tumpang tindih
i. Kertas saring dimasukan ke dalam bejana secara tegak. Diamkan beberapa
jam sampai larutan eluen bergerak melalui garis kedua.
j. Kertas saring diambil dan diamati dibawah sinar UV. Diberi tanda dengan
pensil disekitar bercak yang terlihat dan dicatat warnanya.
k. Berdasarkan hasil kromatogram, ditentukan pigmen mana yang termasuk
kelompok Drosopterin atau kelompok Ommokrom.
11
Ukuran kertas saring
Nama kelompok
2 cm
Penggulung kertas saring
III.1 Hasil Pengamatan
BAB IIIHASIL PENGAMATAN
10 cm
16 cm
12
Tabel Hasil Pengamatan Jarak Pigmen Mata Drosophila melanogaster
Tabel Hasil Pengamatan KromatografiPigmen Mata Drosophila melanogaster
Sebelum proses kromatografi ProsesKromatografi
Sebelum proses kromatografi
Lalat buah Jarak Pigmen ( cm ) RfNormal 2,5 0,25Sephia 3,3 0,33Cloth 1,3 0,13White 0 0
13
Setelah proses kromatografi
Proses Pengamatan Hasil Kromatografi di sinar UV
( LAMPIRAN Kromatografi Asli terdapat di Laporan Kelompok 1 )III.2 Jawaban Pertanyaan
1. Apakah yang disebut flouresensi? Jelaskan proses flouresensi yang terjadi?
Jawab:
Fluoresensi adalah emisi cahaya radiasi elektromagnetik oleh suatu zat yang
telah menyerap panjang gelombang radiasi yang berbeda. Dalam
kebanyakan kasus, penyerapan cahaya panjang gelombang tertentu
menginduksi emisi cahaya dengan panjang gelombang lebih panjang (dan
14
Rf Cl = 2,5 = 0,25 cm 10
Rf Se = 3,3 = 0,33 cm 10
Rf ++ = 1,3 = 0,13 cm 10
Rf w = 0 = 0 cm 10
energi yang lebih rendah). Hasil umum pengarahan cahaya pada sebuah
molekul yang menyerap daripada meneruskan adalah bahwa satu atau lebih
elektron molekul "ditendang" ke tempat yang memiliki energi yang lebih
tinggi.
Semua tempat elektronik tereksitasi ini tidak stabil, dan cepat atau lambat
elektron akan kehilangan energi yang belebih dan jatuh kembali ke keadaan
energi yang lebih rendah. Kelebihan energi ini bisa hilang dalam beberapa
cara, yang paling umum ; meningkatkan getaran atom dalam molekul. Tetapi
beberapa molekul mampu memancarkan sebagian energi sebagai cahaya.
2. Hitung nilai Rf dari setiap pigmen yang tampak.
Jawab:
3. Apakah tujuan dari praktikum ini?
Jawab:
♪ Mengamati proses kromatografi pigmen-pigmen mata pada lalat buah;
♪ Mengetahui aktivitas produk gen terhadap fenotip ;
♪ Mengetahui pigmen mata Drosphila melanogaster baik yang normal
maupun beberapa mutan (Cloth, Sepia, dan White) ;
♪ Mengetahui proses kromatografi pada fasa bergerak dan fasa
stasioner ;
♪ Mengetahui nilai Rf pada setiap jenis pigmen mata Drosophila ;
15
♪ Mengelompokkan pigmen-pigmen mata yang diamati ke dalam
drosopterin dan ommokrom ;
♪ Membandingkan pigmen-pigmen mata lalat buah mutan dan normal.
IV. 1 Pembahasan Hasil Pengamatan
BAB IV PEMBAHASAN
16
Praktikum kali ini kami melakukan pengamatan terhadap kromatografi
pigmen mata pada lalat buah Drosophila melanogaster. Seperti yang kita ketahui
bahwa lalat buah memiliki 2 jenis pigmen mata yaitu pigmen merah atau pteridin
dan pigmen cokelat atau ommokrom. Mata pada lalat buah Drosophila melanogaster
normal dan beberapa mutan (White mutan, Sepia mutan dan Cloud mutan) ditekan
dan ditempatkan pada kertas saring yang telah disiapkan. Setelah dimasukkan ke
dalam bejana Kromatografi yang menggunakan pelarut eluen atau NBA (N-Butanol
Asetatglasial Akuades) kertas saring tersebut kemudian didiamkan selama 30 menit.
Kertas saring tersebut memperlihatkan pergerakan larutan eluen yang cepat
dibandingkan dengan pergerakan bahan yang akan dipisahkan yaitu pergerakan
warna pigmen mata. Pigmen mata tidak akan terlihat pada cahaya putih (lampu
neon/lampu pijar tetapi akan mengalami perpijaran/fluoresensi dalam cahaya UV.
Setelah di fluoresensi dibawah sinar UV, jarak pigmen mata normal adalah 1,3 cm,
jarak pigmen pada mutan mata sepia adalah 3,3 cm, jarak pigmen pada mutan mata
cloud adalah 2,5 cm dan pada mata putih adalah 0 cm. Jadi, Rf (Rate of Fluoresensi)
pada masing-masing mata lalat Drosophila melanogaster mata normal, mutan sepia,
mutan cloud, mutan white adalah berturut-turut (0,13), (0,33), (0,25) dan (0).
Pada mata lalat Drosophila melanogaster dengan mutan sephia, nilai Rf nya
merupakan nilai tertinggi. Sedangkan pada mata lalat mutan white nilai Rf nya paling
rendah. Lalat buah (Drosophila melanogaster) mata sepia terjadi mutasi pada gen
yang berperan dalam pembentukan atau sintesis drosopterin yaitu pada saat
perubahan Dihidrobiopterin menjadi Sepiapterin sehingga Sepiapterin tidak diubah
menjadi Xanthopterin. Sedangkan pada sintesis ommokrom tetap terjadi sehingga
warna cokelat lebih mendominasi dibandingkan dengan warna merah. Dengan kata
lain, mata pada mutan sepia adalah cokelat.
Lalat buah mata Cloud memiliki warna mata merah terang dibandingkan
dengan merah pada mata lalat normal. Warna mata merah terang terjadi karena
mengalami mutasi sehingga sintesis ommokrom tidak terjadi. Hal inilah yang akan
menyebabkan pigmen cokelat tidak ada sehingga yang ada hanya pigmen merah
saja. Lalat buah mata White memiliki warna putih jernih. Pada mata White nilai Rf
17
adalah 0. Hal ini berarti pigmen mata tidak terdapat pada mutan tipe white. Mutan
tipe ini terjadi mutasi pada kedua sintesis pigmen yaitu mutasi yang menyebabkan
hilangnya kelompok ommokrom dan kelompok drosopterin sehingga pembentukan
warna pigmen mata tidak terjadi.
Berdasarkan hasil pengamatan kromatografi diatas, nilai Rf tertinggi adalah
pada mata sepia, kemudian disusul oleh mata cloud, mata normal dan terakhir yang
nilai Rf nya sama dengan nol adalah mata white.
IV.2 Pembahasan Keterkaitan Biosisntesis Pigmen Mata Drosophila melanogaster
Jalur Pigmen Drosophila melanogaster
Kehadiran pigmen-pigmen mata pteridin menyebabkan warna mata pada
Drosophila melanogaster berwarna merah. Pteridin pada lalat buah terdiri dari
dua kelompok yaitu:
1. Drosopterin, yang menyebabkan warna merah pada mata (Pigmen merah
yang disebut juga pteridine), yang dihasilkan dari metabolisme purin.
2. Ommokrom, yang menyebabkan warna coklat pada mata yang dihasilkan
dari metabolisme triptofan.
Pigmen mata pteridin tidak dapat terlihat dalam cahaya putih (lampu
neon/lampu pijar), tetapi akan berfluorensi dalam cahaya ultraviolet. Dijelaskan
reaksi pembentukan pteridin dan beberapa gen yang berperan dalam
pembentukan pteridin. Jika terjadi mutasi pada gen yang berperan dalam
pembentukan pteridin, maka warna mata yang teramati akan tergantung kepada
kombinasi jenis pteridin yang ada. Warna mata akan menjadi coklat, bila
kelompok drosopterin tidak ada. Sedangkan warna mata akan menjadi merah
terang jika kelompok ommokrom yang tidak ada.
Warna mata pada lalat liar yaitu perpaduan antara beberapa pigmen yang
berbeda-beda. Pada Drosophila melanogaster terdiri atas 7 pteridine. Jika terjadi
mutasi pada jalur ommochrome (pigmen cokelat), warna cokelat akan hilang dan
warna mata akan menjadi merah terang. Sebaliknya, jika terjadi mutasi pada
18
jalur pteridin maka warna mata akan menjadi lebih gelap. Suatu mutan diberi
nama berdasarkan warna matanya, dan tidak berhubungan dengan kerusakanan
biokimia. Sebagai contoh, mutan brown memiliki warna mata cokelat, karena
kehilangan pteridine, sehingga mutasi mempengaruhi suatu enzim pada jalur
biosintesis pteridine.
Warna mata yang terlihat pada Drosophila melanogaster merupakan hasil
interaksi antara dua jalur pigmen: jalur drosopterin yang memproduksi pigmen
dengan warna merah dan jalur ommochrome yang menghasilkan pigmen warna
coklat. Jika warna mata menyimpang dari warna wildtype bata-merah, itu
disebabkan karena kekurangan beberapa pigmen dan kelebihan beberapa
pigmen lainnya. Kekurangan pigmen mungkin merupakan akibat dari mutasi gen
pada saat sintesis pigmen atau mutasi pada gen yang mengkode pigmen. Jika
jalur ommochrome terganggu, persentase pigmen coklat di mata akan
berkurang, dan mata akan menjadi warna merah. Jika suatu gen di jalur
drosopterin merupakan mutan, seperti sepia, maka mata akan menjadi lebih
coklat daripada mata wildtype. Gen yang terlibat dalam jalur drosopterin dan
ommochrome tersebar di seluruh genom Drosophila melanogaster.
Name Symbol Color Map Location
brown bw light brown 2 - 104.5
cinnabar cn bright red 2 - 57.5
maroon-
like
mal deep reddish 1 - 64.8
Plum Pm red-brown 2 - 104.5
Purple pr purplish 2 - 54.5
Rosy ry pinkish 3 - 52.4
Scarlet st bright red 3 - 44.0
Sepia se dark brown 3 - 26.0
Vermilion v bright orange-
red
1 - 33.0
whiteapricot wa light orange 1 - 1.5
whiteeosin we pink-orange 1 - 1.5
19
White w white 1 - 1.5
Tabel 1. Contoh gen yang terlibat dalam jalur pigmen
Banyak dari gen tersebut mengkode enzim-enzim
yang mengontrol satu langkah pada jalur biosintetik.
Setiap langkah pada jalur biosintetik ini dikalatalis
oleh enzim yang berbeda, sehingga jika satu
enzim tidak diproduksi atau
tidak fungsional karena mutasi,
maka jalur tersebut akan berhenti.
Pada jalur ommochrome, pigmen coklat
xanthommatin dihasilkan dari asam amino triptofan melalui
jalur biosintetik berikut:
Gen cinnabar mengkode kynurenine-3-
hidroksilase.
Ketika lalat mutan homozigot untuk cinnabar,
kynurenine-3-hidroksilase fungsional tidak diproduksi
sehingga kynurenine tidak dikonversi menjadi
3-hydroxykynurenine. Akhirnya jalur ini berhenti,
xanthommatin tidak diproduksi, dan lalat memiliki
mata merah cerah.
Jalur Drosopterin
20
Warna mata pada lalat merupakan penjumlahan dari berbagai konsentrasi
pigmen yang berbeda. Ketika dilarutkan dalam 1:1 n -propanol dan hidroksida
amonium, pigmen ini akan terpisah selama kromatografi berdasarkan perbedaan
ukuran molekul dan kelarutan. Pelarut diserap oleh gel silika pada lapisan tipis plat
kromatografi dan bergerak ke arah atas plat. Tergantung pada seberapa
baik setiap pigmen larut ke dalam pelarut, pigmen individu akan ‘berjalan’
bersama dengan pelarut, yang diletakkan di atas plat pada titik yang tidak lagi
larut dalam pelarut. Karena drospterins berpendar, maka pigmen drospterin yang
ada dalam mata lalat dapat dilihat di bawah sinar ultraviolet di sebuah
kromatogram. Di bawah ini adalah contoh dari kromatogram sampel
wildtype.
V.1 KesimpulanRf (Rate of Fluoresensi) pada masing-masing mata lalat Drosophila
melanogaster mata normal, mutan sepia, mutan cloud, dan mutan white berturut-
turut adalah (0,13), (0,33), (0,25) dan (0). Pigmen mata Ommokrom terdapat pada
mata Drosophilla mutan tipe Sephia. Pigmen Pteridin terdapat pada mata
Drosophilla mutan tipe Cloud, dan Mutan Drosophilla tipe white tidak memiliki
BAB V PENUTUP
21
pigmen mata. Urutan Rf berdasarkan warna pigmen dari yang terbesar hingga yang
terkecil adalah Coklat untuk Ommokrom pada mutan Sephia, merah untuk Pteridin
pada mutan Cloud, merah untuk Pteridin pada mata Drosophilla normal, kemudian
putih untuk Drosophilla tipe mutan white.
V.2 Saran♪ Pada saat praktikum, sebaiknya vasseline dioleskan secara benar-benar merata
dan menutupi seluruh bagian yang mungkin dapat berhubungan dengan udara
luar.
♪ Sebaiknya berhati – hati saat memasukkan kertas kromatografi ke dalam
bejana yang telah disiapkan, karena proses pemisahan warna akan terganggu
dan kurang akurat bila kertas kromatografi menyentuh dinding bejana. Hal ini
mengingat pada keadaan kertas yang akan basah dan menempel.
DAFTAR PUSTAKAAnonim. Pigment Pathways of Drosophila melanogaster. Diperoleh dari:
http://chsweb.lr.k12.nj.us/psidelsky/chromatography%20reference.htm [29 April 2010]
Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchel. 2002. Biologi. Terj dari Biology. Oleh Lestari, R., E. I. M. Adil, N. Anita, Andri, W. F. Wibowo & W. Manalu. Erlangga, Jakarta: xxi + 438 hlm
Suryo. Genetika. 1984. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Anonim. 2008. Chromatography of Drosophila Eye Pigments www.lehigh.edu/~mrk5/bios116-drosophila%20eye%20pigment.pdf. 26 April 2010.
Answer coorporatin. 2009. GPC. http://content.answers.com/main/content/img/McGrawHill/Encyclopedia/images/CE283900FG0010.gif. 10 Mar 2009. pk.21.10.
Brian M. Tissue. 1996. HPLC. http://elchem.kaist.ac.kr/vt/chem-ed/sep/lc/graphics/hplc-sch.gif. 12 Mar 2009. 26 april 2010.
22
Christian, G.D. 1994. Analytical chemistry. 5th ed. John Wiley & Sons, New York: xv + 812 hlm.
Fairbanks, D.J. 1994. & W.R. Andersen. 1999. Genetics: The continuity of life. Brooks/Cole Publishing Company, Pasific Groove: xvii + 820 hlm.
Gardner, E.J. & T.R. Mertens. 1975. Genetics laboratory investigation. 6th ed.
Jayaram, B. 2008. Central Dogma. http:// scfbio-iitd.res.in/image/central%20dogma.gif . 27 april 2010. pk. 19.35.
Pai, A. C. 1992. Dasar-dasar genetika. Terj dari Fundamentals of genetics. Oleh Apandi, M. Erlangga, Jakarta: x + 438 hlm.
Robinson, T.R. 2005. Genetics for dummies. Wiley Publishing, Indiana: xviii + 364 hlm.
Rong, Y. S., Golic, K. G. 1998. Genetics. http://www.genetics.org/cgi/reprint/150/4/1551 . diakses pada tanggal 27 april 2010
Russell, P.J. 1994. Fundamental of Genetics. Harp Collin College Publishers, New York: xv + 528 hlm.
Skoog, D.A., D.M. West & F.J. Holler. 1996. Fundamental of analytical chemistry. 7th ed. Saunders College Publishing, Fort Worth: xviii + 870 hlm.
Stine, G. J. 1973. Laboratory exercise in genetics. Mac Millan Publishing Co., Inc., New York: xii + 287 hlm.