TB PARU Lapsus Fix
-
Upload
shelviaagita -
Category
Documents
-
view
261 -
download
10
Transcript of TB PARU Lapsus Fix
TUBERKULOSIS PARU
I. KASUS
Nama Pasien / Umur : Tn. S / 21 tahun
No. Rekam Medik : 00653049
Alamat : Jalan Sukamana, Makassar
Ruang Perawatan : Infection Center Lantai 2
Tanggl MRS : 02-03-2014
A. Anamnesis
Keluhan utama : Batuk darah
Anamnesis terpimpin :
Dialami sejak 3 hari sebelum masuk RS. Pasien mengeluh tiba-tiba
batuk disertai darah dengan frekuensi lebih dari 5 kali dalam 1 hari,
dengan volume kurang lebih setengah gelas dalam 1 hari. Riwayat
batuk berlendir 2 minggu sebelum batuk darah. Lendir berwarna
kuning. Sesak (-), nyeri dada (-), demam (+) sejak 2 minggu sebelum
masuk RS. Menggigil (-). Keringat malam berlebih (+), tanpa adanya
aktfitas. Nnyeri ulu hati (+), mual (-), dan muntah (-). Pasien merasa
nafsu makan berkurang sejak 1 minggu terakhir. Penurunan berat badan
(+) ± 2 kg.
BAB : Biasa, Kuning
BAK : Lancar, Kuning
Riwayat kontak dengan penderita TB (+) : Ayah penderita
Riwayat penyakit sebelumnya : (-)
1
Riwayat OAT : (-)
Riwayat Merokok : (-)
B. Pemeriksaan fisis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)
Tanda Vital
o Tekanan Darah : 110/60 mmHg
o Frekuensi Nafas : 20x/menit
o Frekuensi Nadi : 80x/menit
o Suhu Badan : 36,8 ᴼC
Dada
o Inspeksi
Ekspansi : Simetris
Sela Iga : Normal
Paru-paru
o Palpasi
Nyeri Tekan : Tidak ada
Massa Tumor : Tidak ada
o Perkusi : Sonor
o Auskultasi
BP : Vesikuler
BT : Rh +/+-, Wh -/-
2
C. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan
Hemoglobin 12,9 12-16 mg/dl
PLT 468 150-400
HCT 38,3 37-48
WBC 12500 4000-10000
MCV 75 80-100
MCH 25,3 27-32
Neutrofil 9,89 7,50
Ureum 12 10-50 mg/dl
Kreatinin 0,70 < 1,3 mg/dl
AST (SGOT) 20 < 38 U/L
ALT (SGPT) 18 < 41 U/L
D. Radiologi
Foto thorax PA
- Tampak bercak berawan pada lapangan atas kedua paru
- Cor : CTI dalam batas normal, aorta normal
- Kedua sinus dan diafragma baik
- Tulang-tulang intak
Kesan : TB paru duplex aktif
E. Diagnosis
3
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
pada kasus ini didiagnosis sebagai Tuberkulosis paru.
F. Terapi
RL 20 tpm
Codein 10 mg 3x1
Asam as. Traneksamat 1 amp/8 jam/iv
Adona 1 amp/8jam/drips
Ranitidin 1 amp/8jam/iv
Ceftriaxone vial 1 gr/12jam/iv
Vit B6 2x1 tab
II. DISKUSI
A. Pendahuluan
Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada
jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai sel (cell-
mediated hypersensitivity). Penyakit ini biasanya terletak di paru, tetapi dapat
mengenai organ lain. Dengan tidak adanya pengobatan yang efektif untuk
penyakit yang aktif, biasa terjadi perjalanan penyakit yang kronik dan berakhir
dengan kematian.1,2,3
Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 mm dan panjang 1 – 4 mm. Dinding
Mycobactrium tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup
4
tinggi, kemudian peptidoglikan dan arabiomannan. Lipid ini yang membuat
kuman lebih tahan tehadap asam sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) yaitu
apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna
tersebut dengan larutan asam–alkohol. Kuman dapat hidup pada udara kering
maupun dapat hidup lebih lama dalam keadaan dingin. Hal ini terjadi karena
kuman bersifat dormant. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit
intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag karena banyak mengandung lipid.
Sifat lain kuman adalah aerob yaitu menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya, seperti pada bagian apikal paru-paru.1,3,5,6
Angka tuberkulosis di dunia adalah sepertiga populasi dunia terinfeksi
dengan mikobakterium tuberkulosis, bahwa terdapat 30 juta kasus tuberkulosis
aktif di dunia, dengan 10 juta kasus baru terjadi setiap tahun. Pencatatan tentang
insiden di Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban
TB tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000
(WHO, 2010) dan estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun.
Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya. 3,4
B. Patogenesis
1. Tuberkulosis primer
Tuberkulosis primer terjadi karena infeksi melalui jalan pernafasan
(inhalasi) oleh mycobacterium tuberkulosis dan biasa pada anak-anak.
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena bakteri dibatukkan atau dibersinkan
keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar. Droplet keluar dalam jarak
dekat dari mulut, dan sesudah itu basilus yang ada tetap berada di udara dalam
5
waktu yang lama. Partikel infeksi ini dapat terisap oleh orang sehat, ia akan
menempel pada saluran nafas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel <5 mikrometer. Bakteri akan dihadapi pertama
kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini
akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan
trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.1,2,3,5
Bila bakteri menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag. Disini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Bakteri yang
bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis kecil yang
disebut Ghon Focus. Kompleks ghon membentuk nodul perifer berkalsifikasi
bersama dengan kelenjar limfohilus yang mengalami kalsifikasi. Bila bakteri
masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru
menjadi TB miliar. 1,3,5
2. Tuberkulosis Pasca Primer (tuberkulosis sekunder)
Bakteri yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa.
Mayoritas reinfeksi menjadi 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi karena
imunitas menurun seperti malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, diabetes,
AIDS, gagal ginjal. Tuberkulosis pasca-primer ini dimulai dengan sarang dini
yang berlokasi di regio atas paru (bagian apikal-posterior lobus superior atau
inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus
hiler paru.1,3
Sarang dini ini mula-mula berbentuk sarang tuberkulosis kecil. Dalam 3-
6
10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri
dari sel-sel histiosit dan sel datia-langhans (sel besar dengan banyak inti)
yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat. 1,3
C. Gambaran Radiologi
Radiografi merupakan alat yang penting untuk diagnosa dan evaluasi
tuberkulosis. Pada saat ini pemeriksaan radiologi dada merupakan cara yang
praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis. Pada kasus tuberkulosis anak dan
miliar, diagnosa dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologi sedangkan pada
pemeriksaan sputum hampir selalu negatif.1,3
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya diapeks paru, tetapi dapat juga mengenai
lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru
(misalnya tumor paru pada endobronkial).1
Pada awalnya penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang tuberkulosis,
gambaran radiologi berupa bercak-bercak seperti berawan dengan batas yang
tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat seperti
bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma.1
Pada kavitas bayanganya berupa cincin yang berdinding tipis. Lama-lama
dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis maka
bayanganya bergaris-garis. Pada kalsifikasi bayangannya tampak sebagai bercak-
bercak padat dengan densitas tinggi.1
Klasifikasi tuberkulosis paru
A. Tuberkulosis primer
Kelainan rontgen akibat penyakit ini dapat berlokasi dimana saja
7
dalam paru-paru, namun sarang dalam parenkim paru sering disertai oleh
pembesaran kelenjar limfe regional biasanya ipsilateral , hilus dan atau
mediastinum . Bahkan limfadenopati adalah manifestasi paling umum dari
tuberkulosis primer dengan atau tanpa pneumonia.6,7
Meskipun klasik merupakan manifestasi dari penyakit primer,
tuberkulosis milier sekarang lebih sering dilihat sebagai proses pasca -
primer pada pasien yang lebih tua . Beberapa nodul diskrit kecil ( 1-2 mm)
yang tersebar merata di seluruh kedua paru-paru. Pada foto thoraks
tuberkulosis miliaris ini dapat menyerupai gambaran “badai kabut” (snow
strom appearance). Penyebaran seperti ini juga dapat terjadi ke ginjal,
tulang, sendi, selaput otak (meningen), dsb. 2,7
Gambar 2. Tuberkulosis primer pada foto thorax PA. Gambaran bercak berawan pada kedua apex
paru dengan kavitas pada lobus atas paru.8
8
Gambar 3. Tuberkulosis miliar. Nodul miliar multipel pada kedua lapangan paru 9
B. Tuberkulosis sekunder (tuberkulosis reinfeksi)
Saat ini pendapat umum mengenai penyakit tersebut adalah bahwa
timbul reinfeksi pada seorang yang masa kecilnya pernah menderita
tuberkulosis primer, tetapi tidak diketahui dan menyembuh sendiri. 2,9
Sarang-sarang yang terlihat pada foto roentgen biasanya
berkedudukan dilapangan atas dan segmen apikal lobus bawah, walaupun
kadang-kadang dapat juga terjadi di lapangan bawah, yang biasanya
disertai pleuritis. 2.9
Klasifikasi tuberkulosis sekunder
Klasifikasi tuberkulosis sekunder menurut American tuberculosis
association :
Tuberkulosis minimal yaitu luas sarang-sarang yang tidak melebihi
daerah yang dibatasi oleh garis median, apeks, dan iga 2 depan, sarang-
9
sarang soliter dapat berada dimana saja, tidak harus berada dalam daerah
tersebut di atas. Tidak ditemukan adanya kavitas.2
Tuberkulosis lanjut sedang (Moderately advanced tuberculosis), yaitu
luas sarang-sarang yang bersifat bercak-bercak yang tidak melebihi luas
satu paru, sedangkan bila ada lubang, diameternya tidak melebihi 4 cm.2
Tuberkulosis sangat lanjut (Far advanced tuberculosis), yaitu luas
daerah yang dihinggapi oleh sarang-sarang lebih dari pada kalsifikasi,
atau bila ada kavitas, maka diameternya keseluruhan semua kavitas
melebihi 4 cm.2
Gambar 4. Post TB primer. Ditemukan adanya fibrosis lobus atas bilateral.9
Ada beberapa cara pembagian kelainan yang dapat dilihat pada foto
rontgen. Salah satu bentuk pembagian adalah menurut bentuk kelainan:2,8,9
10
Sarang eksudatif, berbentuk awan-awan atau bercak, yang batasnya tidak
tegas dengan densitas rendah.
Sarang produkif berbentuk butir-butir bulat kecil yang batas tegas dan
densitasnya sedang
Sarang induratif atau fibrotik, yaitu berbentuk garis-garis atau pita tebal,
berbatas tegas dengan densitas tinggi.
Kavitas
Ini selalu berarti proses aktif kecuali bila suatu kavitas sudah sangat kecil,
dinamakan kavitas sisa (residual cavity).
Gambar 5. Foto Thorax PA. Kavitas berdinding tipis.8
Sarang kapur ( kalsifikasi).
11
Gambar 6. Foto Thorax PA. TB reaktif. Memperlihatkan gambaran kalsifikasi pada lobus
superior kanan.8
D. Pengobatan
H : Isoniazid
R : Rifampicin
Z : Pirazinamid
E : Etambutol
Program nasional penanggulangan TBC di Indonesia menggunakan panduan
OAT sebagai berikut :
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
Paduan OAT dan peruntukannya :
a. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari Isoniazid, Rifampicin, Pirazinamid dan
Etambutol. Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan
(2HRZE). Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari
isoniazid dan Rifampicin diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4
bulan (4H3R3). Paduan OAT ini diberikan untuk : 10,11
Pasien baru TB paru BTA positif.
Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
Pasien TB ekstra paru
12
b. Kategori-2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan
dengan Isoniazid, Rifampicin, Pirazinamid dan Etambutol setiap hari.
Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE
yang diberikan tiga kali dalam seminggu. Perlu diperhatikan bahwa
suntikan streptomisin diberikan setelah penderita selesai menelan obat.
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya: 10,11
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
c. OAT sisipan (HRZE)
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan
kategori dua hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif diberikan obat
sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan. 10,11
III. Diskusi Radiologi
1. Resume Medis
Seorang laki-laki berusia 21 tahun masuk rumah sakit dengan batuk darah
yang dialami sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk darah pertama
kali berupa bercak merah segar, frekuensi kurang lebih 5 kali sehari dengan
volume kurang lebih setengah gelas dalam 1 hari. Riwayat batuk berlendir dua
minggu sebelum batuk berdarah. Lendir berwarna kuning. Demam (+) dialami
13
bersamaan dengan batuk lendir. Keringat malam berlebih (+) tanpa adanya
aktivitas. Pasien juga merasa nafsu makan menurun sejak 1 minggu yang lalu.
Penurunan berat badan (+) ± 2 kg. Nyeri ulu hati (+).
BAB : Biasa, kuning
BAK : Kuning, lanacar
Riwayat kontak dengan penderita TB (+) Ayah penderita.
2. Diagnosis
Gambar 1. Foto Thorax PA Tgl 02/03/2014
Foto Thorax PA
-Tampak bercak berawan pada lapangan atas kedua paru
14
-Cor : CTI dalam batas normal, aorta normal
-Kedua sinus dan diafragma baik
-Tulang-tulang intak
Kesan : TB paru duplex aktif
Pembahasan:
Pada foto thorax PA ini ditemukan adanya bercak berawan pada lapangan
atas kedua paru dan di curigai sebagai kesan TB paru aktif.
Sifat kuman tuberkulosis adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa
kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksiennya. Dalam
hal ini, tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian
lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkulosis. Maka dari itu, lokasi lesi umumnya di daerah apeks paru (segmen
apikal lobus atas atau segmen apikal lobus bawah, tetapi dapat juga mengenai
lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru).1,3
Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag. Kuman yang bersarang dijaringan paru akan berbentuk sarang
tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer. Sarang primer ini
dapat terjadi disetiap jaringan paru.1,5
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia,
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas. Dari bentuk kelainan pada foto rontgen seperti bayangan,
bercak-bercak, awan-awan dan kavitas merupakan tanda-tanda aktif.1,6
3. Diagnosis Banding
Dalam diagnostik diferensial tuberkulosis paru dapat disebut berbagai
15
penyakit dan keadaan berikut: Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh jamur
(fungus) seperti aspergillosis dan nocardiasis tidak jarang ditemukan pada para
petani yang bekerja diladang.2,8
Kelainan-kelainan radiologik yang ditemukan pada penyakit jamur mirip
sekali dengan yang disebabkan oleh tuberkulosis, yaitu hampir semua
berkedudukan di lapangan atas dan disertai oleh pembentukan lubang kavitas.
Perbedaannya ialah, bahwa pada penyakit-penyakit jamur ini pada pemeriksaan
sepintas lalu terlihat bayangan bulat agak besar yang dinamakan aspergilloma,
yang pada pemeriksaan lebih teliti, biasanya dengan tomogram, ternyata adalah
suatu kavitas besar berisi bayangan bulat, yang sering dapat bergerak bebas
dalam kavitas tersebut. Bayangan bulat ini yang dinamakan bola jamur (fungus
ball) adalah tidak lain daripada massa mycelia yang mengisi suatu bronkus.
Bentuk aspergillosis cenderung terjadi pada pasien dengan sistem kekebalan
tertekan (misalnya, dengan neoplasma, yang telah menjalani radiasi, lanjut usia
atau lemah, orang-orang dengan diabetes atau penyakit paru obstruktif kronik,
atau orang-orang di kortikosteroid kronis terapi).2,8
16
Gambar 8. Aspergillosis pulmonal non invasif. Foto thoraks PA Dinding cavitas yang tebal pada lobus superior paru kanan yang berisi fungus ball. 8
17
Penyakit yang dapat disalahtafsirkan sebagai sarang-sarang tuberkulosis
paru karena berbentuk bercak-bercak dan berkedudukan di lapangan atas
adalah infiltrat pneumonia lobaris lobus atas dalam masa resolusi. Kepastian
mudah diperoleh karena bercak-bercak tersebut cepat menghilang sama sekali
dengan pengobatan yang baik. Gambaran radiologisnya memperlihatkan
bayangan homogen berdensitas tinggi pada satu segmen, lobus paru atau pada
sekumpulan segmen lobus yang berdekatan, berbatas tegas.2,12
Gambar 9. Pneumonia pneumokokus. Gambaran air bronchogram pada paru. 12
Perbedaan gambaran radiologi TB paru, Pneumoni dan Aspergillosis
TB paru Pneumoni Aspergillosis
Berbentuk awan-awan
atau bercak, yang
batasnya tidak tegas
dengan densitasnya
Perselubungan
inhomogen pada satu
segmen, lobus paru atau
pada sekumpulan segmen
Pembentukan kavitas
dan hampir semua
berkedudukan di
lapangan atas paru.
18
rendah. Biasanya
berkedudukan di
lapangan atas paru.
lobus yang berdekatan,
berbatas tegas. Biasanya
disertai Air Bronchogram
Sign.
Terlihat juga bayangan
bulat agak besar yang
dinamakan
aspergilloma.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bahar A, Amin Z. Tuberkulosis Paru. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV.
Jakarta : Balai penebit FKUI. 2009; p. 998-1001.
2. Rasad S. Tuberkulosis Paru. Radiologi Diagnostik.. Edisi II. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. 2006: p.131-147.
3. Daniel T. Tuberkulosis. Harrison : Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam.
Edisi XIII. Jakarta : EGC. 2006. p. 799-804
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Strategi Nasional
Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. 2011. p. 12-13
5. Cahyadi A, Venty. Tuberkulosis paru pada pasien diabetes mellitus. J
Indon Med Assoc, Volume : 61, Nomor : 4, April 2011.
6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis : Pedoman diagnosis
dan penatalaksanaan di Indonesia. 2006.
http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html.
7. R.G Grainger, DJ. Allison, A.K. Dixon. Diagnostic Radiology. 5th
Edition. Volume 1. Philadelphia : Churchil & Livingstone ; 2008.
8. Collins J, Stern E. Tuberculosis. Chest Radiology. 2th edn. Lippincott
Wlliams & Wilkins; 2008. p.175.
19
9. Misra R, Planner A, Uthappa M. Tuberculosis. A-Z of Chest Radiology.
Cambridge University Press. 2007. p. 202-205
10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2. 2007. p. 21-23.
11. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional
Penganggulangan Tuberkulosis. 2002. p. 14-15.
12. Brant W, Helms C. Airspace Disease. Fundamentals of Diagnostic
Radiology 2th edn. Lippincott Wlliams & Wilkins; 2007. p.366.
20