TAREKAT HIZIB NAHDLATUL WATHAN DAN PERANNYA DALAM...
Transcript of TAREKAT HIZIB NAHDLATUL WATHAN DAN PERANNYA DALAM...
i
TAREKAT HIZIB NAHDLATUL WATHAN DAN PERANNYADALAM PERPOLITIKAN DI LOMBOK
Oleh:M. Rohman ZiadiNIM: 1620510028
TESIS
Diajukan Kepada Program Studi Magister (S2) Aqidah dan Filsafat IslamFakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna MemperolehGelar Magister Agama
YOGYAKARTA2018
vi
MOTTO
Penampilan fisik hanyalah sekilas dari apa yang sebenarnya tidak terlihat.
Janganlah seseorang menunda belajar filsafat saat masih muda dan
jamganlah merasa lelah meskipun sudah tua.
-Anaxagoras.
Untuk tujuan yang harus dicapai,
untuk impian yang akan dikejar,
untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna.
Teruslah belajar, berusaha, dan berdoa untuk menggapainya.
Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal Bangkit lagi.
Sampai Allah SWT berkata:
……….
“waktunya pulang”
vii
PERSEMBAHAN
Waktu yang sudah terlewati dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdir,sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberi banyak pengalaman, yangtelah menggoreskan warna-warni kehidupan. Penulis bersujud dihadapan Mu YaaAllah.., Engkau berikan kesempatan untuk bisa sampai di penghujung awal perjuanganini.
Penulis perembahkan sebuah karya kecil ini untuk H. M. Mahyuddin (alm.)bacaan al-Fatihah beriring Shalawat terkirim untukmu Bapak, terbayang selalusenyuman manismu. Ibunda tercinta Hj. Raudlah, Bapak M. Ikhsanudin, MamaHasanah, Isteri terkasih Yeni Hasnaeni beserta anak-anakku Keisha dan Uwais,penulis tahu kalian yang tidak pernah berhenti memberi semangat, keyakinan, nasehat,kasih sayang, menyebutku dalam barisan doa-doa serta pengorbanan yang tiada bertepihingga penulis selalu kuat melawan rindu sebab terpisah raga dari kalian. Terimalahbukti kecil ini sebagai kado keseriusan untuk membalas semua pengorbanan itu. dalamhidupmu demi hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah,maafkan karna masih saja menyusahkan kalian. Kanda Hj. Rohmiyati Erma, S.Pd,kanda Abd. Hayyi Akrom, M.Pd., dinda M. Atsmar Fuady, S.Pd. menjadi saudarasedarah kalian adalah nikmat besar bagi diri ini. Bapak Dr. H. Zuhri, M.Ag. dan IbuDr. Hj. Maemunah, M.Ag., yang selalu punya waktu ditengah kesibukan dansenantiasa menyisakan senyum untuk menyambutku datang, menyusahkan danmerepotkan kalian tanpa henti rupanya telah menjadi takdir hidup kalian. Tetaplahistiqomah dengan kesabaran dan kebersahajaan itu, semoga ketulusan kalian berbalasSyurga Allah nanti. Hidup terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpamelibatkan bantuan Tuhan dan orang lain. Tak lupa untuk teman-temanku, tak adatempat terbaik untuk berkeluh-kesah selain bersama kalian.
Yaa Allah yaa Rahman yaa Rahim... Terimakasih telah Kau tempatkan akudiantara malaikat-malaikat yang setiap waktu ikhlas mengawasi, menjaga, mendidik,membimbing penulis dengan penuh kasih tak berujung, berikanlah balasan setimpalSyurga Firdaus untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya sengat hawaapi neraka.
Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat penulispersembahkan kepada kalian semua, Terimakasih dan penulis rendahkan hati serta dirimemohon maaf beribu maaf atas segala kekhilafan, salah dan kekuranganku selamaini.
Tesis ini kupersembahkan.
viii
ABSTRAK
Tarekat adalah persaudaraan sufi yang di dalamnya memuat danmempraktikkan prinsip-prinsip sufistik. Dalam ajaran sufistik, ada sebuah konsep yangsangat kental, yaitu zuhud. Zuhud itu kekosongan hati dari pencarian, yaitu membatasikeinginannya untuk memperoleh dunia. Dari sini bisa dilihat bahwa semestinya dalamtradisi sufistik itu enggan untuk berhasrat pada dunia, termasuk politik. Namun,Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan (selanjutnya disingkat NW) sebagai tarekat terlihatsangat aktif dalam perpolitikan, bahkan pendiri sekaligus mursyid Tarket Hizib NWmenjadi penggerak utama dalam politik di Lombok. Ini menarik, di satu sisi TarekatHizib NW adalah tarekat, tapi di sisi lain ia terlihat sangat aktif dalam perpolitikan.Oleh karena itu, penulis tertarik mengkaji lebih lanjut tentang Tarekat Hizib NW danperannya dalam perpolitikan di Lombok.
Rumusan masalah dalam tesis ini ada dua, yaitu; apa konsep ajaran TarekatHizib NW? Apa landasan keagamaan Tarekat Hizib NW dalam kiprah politiknya diLombok? Untuk menjawab dua rumusan masalah tersebut penulis menggunakanmetode penelitian telaah pustaka dan wawancara. Selain itu penulis juga menggunakandua teori untuk membedah rumusan masalah tersebut, yaitu teori tarekat dan teoritarekat dan politik Martin van Bruinessen. Teori tarekat penulis gunakan untukmenjawab rumusan masalah yang pertama. Sementara teori tarekat dan politik Martinvan Bruinessen, penulis gunakan untuk menjawab rumusan masalah yang nomor dua.
Tesis ini menemukan bahwa Tarekat Hizib NW ini memenuhi beberapakriterian tarekat sebagaimana digambarkan oleh Martin van Bruinessen, yaitu bahwadalam tarekat itu ada beberapa unsur diantaranya mursyid, murid, silsilah, dizikir(hizib), dan proses bai’at. Dalam Tarekat Hizib NW ada dzikir, ada mursyid danmurid, ada bai’at dan ijazah, ada kegiatan dzikir secara kelompok dan pribadi, sertaada silsilah. Walaupun silsilah Tarekat Hizib NW ini terbilang pendek, tetapi ini tetapabsah untuk disebut sebagai silsilah tarekat. Meskipun demikian, dalam kasus TarekatHizib NW terdapat berbagai modifikasi dalam hal silsilah ini. Selain itu, dalam halsisilah yang pendek ini Tarekat Hizib NW tidak sendirian, karena Tarekat Tijaniah danIdrisiyah juga memiliki silsilah yang cukup ringkas.
Berikutnya, tesis ini juga menemukan bahwa sikap politik Tarekat Hizib NW,khususnya TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid, ini sebenarnya selalu konsistenberpegang pada pemikiran politik Islam kalangan Sunni yang sudah sejak awal beliauanut. Sikap politik beliau ini didasarkan pada fiqh Sunni abad pertengahan yangmeletakkan prioritas tertinggi pada perlindungan terhadap posisi Islam dan parapengikutnya (maslahat). Sikap ini diambil agar dapat menjauhi segala bentuk aksiyang dapat mengancam kesejahteraan fisik dan spiritual masyarakat.
Kata kunci: Tarekat, Politik, dan Islam
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987. Secara
garis besar uraiannya adalah sebagai berikut:
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا
ب
ت
ث
ج
ح
خ
د
ذ
ر
ز
س
ش
ص
ض
Alif
Bā’
Tā’
Ṡā’
Jīm
Ḥā’
Khā’
Dāl
Żāl
Rā’
Zāi
Sīn
Syīn
Ṣād
Ḍād
Tidak dilambangkan
b
t
ṡ
j
ḥkhdż
r
z
ssyṣ
ḍ
Tidak dilambangkan
be
te
es (dengan titik di atas)
je
ha (dengan titik di bawah)
ka dan ha
de
zet (dengan titik di atas)
er
zet
es
es dan ye
es (dengan titik di bawah)
de (dengan titik di bawah)
x
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
م
ن
و
ھـ
ء
ي
Ṭā’
Ẓā’
‘Ain
Gain
Fāʼ
Qāf
Kāf
Lām
Mīm
Nūn
Wāwu
Hā’
Hamzah
Yāʼ
ṭ
ẓ
ʻ
g
f
q
k
l
m
n
w
h
ˋ
Y
te (dengan titik di bawah)
zet (dengan titik di bawah)
koma terbalik di atas
ge
ef
qi
ka
el
em
en
w
ha
apostrof
Ye
B. Konsonan Rangkap karena Syaddah Ditulis Rangkap
مـتعددة
عدة
Ditulis
Ditulis
Muta‘addidah
‘iddah
C. Tᾱ’ marbūṭah
Semua tᾱ’ marbūṭah ditulis dengan h, baik berada pada akhir kata
tunggal ataupun berada di tengah penggabungan kata (kata yang diikuti oleh kata
sandang “al”). Ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah
terserap dalam bahasa indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya kecuali
dikehendaki kata aslinya.
xi
حكمة
علـة
كرامةاألولیاء
ditulis
ditulis
ditulis
Ḥikmah
‘illah
karᾱmah al-auliyᾱ’
D. Vokal Pendek dan Penerapannya
-------
-------
-------
Fatḥah
Kasrah
Ḍammah
ditulis
ditulis
ditulis
A
i
u
فعل
ذكر
یذھب
Fatḥah
Kasrah
Ḍammah
ditulis
ditulis
ditulis
fa‘ala
żukira
yażhabu
E. Vokal Panjang
1. fatḥah + alif
جاھلـیة
2. fatḥah + yā’ mati
تـنسى
3. Kasrah + yā’ mati
كریـم
4. Ḍammah + wāwu mati
فروض
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
Ᾱ
jᾱhiliyyah
ᾱ
tansᾱ
ī
karīm
ū
furūḍ
xii
F. Vokal Rangkap
1. fatḥah + yā’ mati
بـینكم
2. fatḥah + wāwu mati
قول
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
Ai
bainakum
au
qaul
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
أأنـتم
اعدت
لئنشكرتـم
ditulis
ditulis
ditulis
a’antum
u‘iddat
la’in syakartum
H. Kata Sandang Alif + Lam
1. Bila diikuti huruf Qamariyyah maka ditulis dengan menggunakan huruf awal
“al”
القرأن
القیاس
ditulis
ditulis
al-Qur’ᾱn
al-Qiyᾱs
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis sesuai dengan huruf pertama Syamsiyyah
tersebut
السماء
الشمس
ditulis
ditulis
as-Samᾱ
asy-Syams
I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
Ditulis menurut penulisannya
ذوىالفروض
أھاللسـنة
ditulis
ditulis
żɑwi al-furūḍ
ahl as-sunnah
xiii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Tidak ada kata yang paling pantas diucapkan selain rasa syukur yang
sebesar-besarnya atas kehadirat Allah SWT, karena dengan ridha dan izinNyalah
penulisan tesis ini dapat segera terselesaikan. Salawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang telah membawa
manusia kepada nikmat iman dan Islam.
Tesis berjudul “TAREKAT HIZIB NAHDLATUL WATHAN DAN
PERANNYA DALAM PERPOLITIKAN DI LOMBOK” tidak akan selesai
dengan baik tanpa bantuan dari sejumlah pihak. Oleh sebab itu dengan segala
hormat dan kerendahan hati saya sampaikan terima kasih kepada:
Bapak Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D. selaku Rektor
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta beserta stafnya. Semoga
Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kekuatan kepada beliau sehingga
mampu menjadikan almamater kita menjadi lebih baik lagi. Terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Dr. Alim Roswantoro, S.Ag., M.Ag. selaku Dekan
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta beserta seluruh stafnya.
Dr. H. Zuhri, S.Ag., M.Ag selaku Kepala Program Studi Aqidah dan
Filsafat Islam sekaligus sebagai pembimbing tesis yang telah berkenan
memberikan bimbingannya sejak penulisan proposal tesis ini. Penulis
menghaturkan banyak terima kasih atas waktu dan tenaga yang selalu tersedia di
tengah kesibukan dan jadwal mengajar yang padat. Bapak Imam Iqbal, S,Fil.I.,
M.S.I., selaku Sekretaris Prodi Aqidah dan Filsafat Islam Program Magister (S2)
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiraan Islam Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Saya menyadari bahwa beliau-beliau selalu bekerja keras
untuk kebaikan dan kemajuan kami, oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya. Semoga apa yang Bapak-bapak upayakan
untuk kemajuan prodi diterima sebagai amalan kebaikan di sisi Allah SWT.
Bapak Dr. H. Syaifan Nur, M.A. selaku Dosen penasehat Akademik, yang
selalu memberikan nasehat, arahan, motivasi dan doa selama masa studi baik di
xiv
dalam ruangan kelas maupun di luar kelas serta memberikan semangat untuk
segera menyelesaikan tesis ini.
Ungkapan serupa penulis sampaikan kepada segenap dosen yang telah
menyuguhkan pengajaran serta ilmu selama penulis berada di bangku
perkuliahan. Semoga segala pengajaran dan pelajaran yang telah diberikan
kepada kami tercatat sebagai timbangan kebaikan di sisi Allah SWT.
Kepada teman-teman Filsafat Islam, dua tahun terasa singkat melebur
ditengah keunikan kalian masing-masing. Selain belajar banyak dengan kalian di
kelas penulis juga hanyut pada romansa kebersahajaan dan kesederhanaan kalian
yang rupanya telah terjangkit kultur kota Jogja. Namun perpisahan ini
kenyataannya akan tiba juga karna komitmen kita untuk menyelesaikan study di
kampus yang hebat ini. terima kasih atas kehangatan dan keceriaan yang selalu
memenuhi hari-hari kita di dalam maupun di luar kelas. Saya merasa istimewa
dapat bertukar pikiran dan berdiskusi dengan anak-anak muda seperti kalian.
Semoga apa yang telah kita dapatkan selama menimba ilmu di tanah rantauan ini
barokah, berguna bagi agama, nusa, bangsa dan masayarakat kelak.
Ibu ku terkasih, Kakak-kakakku, adikku, mertua, isteri dan anak-anakku
tercinta. Terimakasih tiada terhingga untuk kesabaran, keyakinan, semangat, dan
harapan melalui barisan doa-doa tak terputus yang kalian panjatkan
dipenghujung simpuh kalian, atas restu kalian jua lah penulis akhirnya berhasil
menyelesaikan penulisan dan pendidikan ini.
Akhir kata jazakumullah khairan katsiran wa jazakumullah ahsanal jaza
(Semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan kebaikan yang banyak dan
semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan balasan yang terbaik) kepada
pihak-pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis ini. Penulis berharap
tesis sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang
membutuhkannya.
Yogyakarta, 10 Oktober 2018
M. Rohman Ziadi, S. Fil. I
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN DAN BEBAS PLAGIARISME ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI ........................................ iv
NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................. ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... xiii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 7
D. Telaah Pustaka ................................................................................. 8
E. Metodologi Penelitian ..................................................................... 11
1. Sasaran dan Pendekatan Penelitian ....................................... 11
2. Pengolahan Data..................................................................... 11
3. Sumber Data .......................................................................... 11
F. Landasan Teori ............................................................................... 12
1. Teori Tarekat Martin van Bruinessen ................................... 12
2. Teori Tarekat dan Politik Martin van Bruinessen ................. 14
G. Sistematika Pembahasan ................................................................. 17
BAB II SEJARAH TAREKAT HIZIB NAHDLATUL WATHAN .......... 20
A. Kondisi Islam Lombok Sebelum Lahirnya Tarekat Hizib
Nahdlatul Wathan ............................................................................ 20
B. TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid ................................................ 31
C. Sejarah Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan ........................................ 38
xv
BAB III TAREKAT HIZIB NAHDLATU WATHAN ............................... 47
A. Gambaran Umum Tarekat .............................................................. 48
B. Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan ..................................................... 57
a. Ajaran Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan.................................. 57
b. Mursyid Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan .............................. 61
c. Murid Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan ................................. 66
d. Silsilah Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan ................................ 68
e. Ijazah dan Bai’at Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan ................. 74
f. Dzikir Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan ................................. 78
C. Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan itu Tarekat bukan
Pseudo Tarekat ............................................................................... 80
BAB IV TAREKAT HIZIB NAHDLATUL WATHAN DAN
PERPOLITIKAN DI LOMBOK ................................................... 84
A. Gambaran Umum Tarekat dan Politik ............................................. 84
B. Peran Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan dalam Perpolitikan
di Lombok ...................................................................................... 91
C. Landasan Keagamaan Peran Politik Tarekat Hizib
Nahdlatul Wathan ........................................................................... 102
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 118
A. Kesimpulan ...................................................................................... 118
B. Saran Saran ...................................................................................... 120
Daftar Pustaka ............................................................................................... 122
Lampiran
Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbicara tentang Islam dan politik di Lombok, mau tidak mau kita akan
berjumpa dengan kiprah Nahdlatul Wathan (selanjutnya disingkat dengan NW)
dalam politik. Hal ini karena, perpolitikan di Lombok, hampir tidak bisa
dilepaskan dari peran NW. Organisasi masyarakat Islam yang didirikan oleh Tuan
Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (selanjutnya disingkat
TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid) ini merupakan organisasi masyarakat Islam
yang paling dominan di Lombok. Dengan demikian, perbincangan Islam dan
politik di Lombok tidak bisa tidak akan bersentuhan dengan NW dan politik.
Berbicara tentang NW dan politik, maka harus dimulai dengan membaca
peran TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid dalam perpolitikan di Lombok. Karir
politik beliau dimulai sejak ia diangkat menjadi Konsulat Nahdlatul Ulama (NU)
Sunda Kecil pada tahun 1950. Selanjutnya ketika NU bersama-sama ormas Islam
lainnya bergabung dalam Partai Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) di
Nusa Tenggara Barat, maka beliau diangkat sebagai ketua Badan Penasehat Partai
Masyumi untuk daerah Lombok pada tahun 1952.1 Sejak saat itu sampai sekarang
NW kemudian menancapkan pengaruhnya pada perpolitikan di Lombok.2
Fenomena kiprah politik NW di Lombok ini sangat menarik, pasalnya,
NW itu selain ormas, sebenarnya ia juga merupakan Tarekat, yaitu Tarekat Hizib
1 Muhammad Nur, dkk. Visi Kebangsaan religius: refleksi pemikiran dan perjuanganTuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (1904-1997), (Jakarta: Logos WacanaIlmu, 2004), 245.
2 Penjelasan lebih jauh tentang peran politik TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid dapatdibaca pada bab IV tesis ini.
2
NW. Sejak tahun 1964, TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid seringkali mendapat
bisikan spiritual (gaib) secara langsung maupun tidak langsung (melalui para
muridnya) yang menyerukan untuk membentuk suatu perkumpulan tarekat. Ketika
TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid bermunajat di Masjid Nabawi tepatnya
didekat makam Nabi, hadirlah sebuah suara gaib dari sesosok hamba Allah yang
menyuruhnya untuk membuat Tarekat Akhir Zaman, namun beliau masih
menganggap itu hanya bisikan syetan. Datang kedua kali suara itu masih beliau
dilanda keraguan. Datang ketiga kali, turunlah sesosok wujud yang diyakini
sebagai Nabi Khidir yang memegang tangannya di Raudhah seraya berkata:
“buatlah Tarekat Akhir Zaman!”. Dari peristiwa itulah TGKH. M. Zainuddin
Abdul Madjid yakin untuk mulai menulis dan menyusun bacaan tarekat serta
mencari kitab-kitab ulama terdahulu untuk dijadikan rujukan do’a-do’anya.
Berdasarkan pengalaman-pengalaman spiritual yang beliau alami, maka pada
terhitung sejak tahun 1964 secara resmi beliau mulai menyususn amalan zikir
Tarekat Hizib NW dan dapat terselesaikan dengan baik pada tahun 1967.3
Di samping dari pengalaman spiritual di atas, kelahiran tarekat ini juga
diilhami oleh maraknya aliran-aliran tarekat yang dianggap sesat, karena
meninggalkan ajaran-ajaran syariat, seperti shalat, puasa, zakat, dan ibadah-ibadah
lainnya.4 Tarekat sesat ini olehnya disebut sebagai “tarekat setan”, sebagaimana
dikemukakan dalam syairnya:
3 Sadip Indra dan Siti Nurjanah, “Tasawuf Nusantara: Studi Tarekat Hizib NahdlatulWathan” dalam Jurnal Yaqzhan, Vol. 2. No. 2. Desember 2016, hlm. 228.
4 Muhammad Noor dkk, Visi Kebangsaan Religius Refleksi Pemikiran dan PerjuanganTuan Guru Kyai HajiMuhammad Zainiddin Abdul Madjid 1904-1997, ( Jakarta: PT Logos WacanaIlmu, 2004), hlm. 269.
3
Tarekat hizib harus berjalanBersama tarekat yang murni haluanMembenteng syariat membentang imanMenendang ajaran tarekat syetan.5
Selanjutnya keberadaan Tarekat Hizib NW ini juga sebagai respon
terhadap praktek pengalaman tarekat-tarekat selama ini, seperti tarekat Qadiriyah
dan Naqsyabandiyah di lombok yang terkesan terlalu berat dan memiliki
persyaratan yang begitu ketat. Apalagi jika ditambahkan dengan kewajiban ‘uzlah
(mengasingkan diri) dari hiruk pikuk kehidupan dunia pada waktu tertentu.
Sekalipun ‘uzlah ini juga tidak di larang dalam Tarekat Hizib NW, sehingga pada
umumnya masyarkat merasa enggan untuk mengikutinya. Berdasarkan kondisi
ini, maka TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid menyusun Tarekat Hizib NW
secara ringkas dan praktis, tampa mengesampingkan makna esoteriknya
(batinnya). Tarekat ini dapat diamalkan oleh setiap orang dalam kondisi apapun,
baik pada waktu khusus, maupun pada waktu melaksanakan berbagai macam
aktifitas keseharian.6
Pada umumnya tarekat dimaknai sebagai jalan terbuka menuju Tuhan yang
ditempuh seorang salik (pengikut tarekat) menuju Tuhan. Tarekat dimaksudkan
sebagai metode, cara, dan jalan yang ditempuh seorang sufi menuju pencapaian
spiritual tertinggi, pensucian diri atau jiwa. Maksud penyucian jiwa adalah
menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela guna menuju ma‟rifat Allah. Adapun sifat-
sifat tercela yang dimaksud meliputi : hasad (iri hati), haqaq (dengki atau benci),
su‟udzan (buruk sangka), kibir (sombong), ujub (merasa sempurna diri dari
5 Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Wasiat Renungan MasaPengalaman Baru, hlm. 111.
6 Sadip Indra dan Siti Nurjanah, “Tasawuf Nusantara: Studi Tarekat Hizib NahdlatulWathan”, hlm. 230.
4
orang lain), riya’ (memamerkan kelebihan), sum‟ah (mencari-cari nama atau
kemashuran), bukhl (kikir), hub al-mal (materialistic), takabur (membagakan
diri), ghadhab (pemarah), ghibah (pengumpat), namimah (berbicara di belakang
orang lain / jawa ngerasani) kidzib (dusta), khianat (ingkar janji).7
Menurut Martin Van Bruiessen, sebuah tarekat (bahasa Arab: thariqah
“jalan”) pertama-tama adalah serangkaian tekhnik-tekhnik spiritual dan praktik-
praktik ibadah yang khas. Yang terpenting dari semua ibadah tersebut adalah zikir
yang berisi pembacaan nama-nama Allah dan kalimat “La Ilaha Illa Allah”,
dengan cara yang khas dan jumlah yang sudah ditentukan, serta berbagai
rangkaian do’a (hizib, shalawat) atau do’a yang panjang (ratib, wirid). Sebuah
tarekat juga mempunyai teori yang khas tentang hal dan maqam ruhani yang akan
dicapai oleh para pengamalnya melalui latihan-latihan tersebut. Jadi, tarekat itu
berarti perjalanan seorang salik menuju Tuhan dengan cara menyucikan diri, zikir,
doa, dan lain-lain.8
Secara teoritis seseorang hanya dapat menerima pengajaran (talqin)
tentang amalan-amalan ini dari seorang guru tarekatnya yang berwenang
(mursyid), dan baru dilakukan setelah menyatakan janji kesetiaan (berbai’at)
kepada seorang guru maupun syaikh tersebut. Kemudian syaikh memeberikan izin
(Ijazah) kepada muridnya untuk mengamalkan tarekat; dia dapat juga memberikan
wewenang kepada salah seorang atau lebih muridnya yang sudah dianggap
mampu untuk mengajarkannya kepada orang lain, yakni dengan menunjuk mereka
7 M. Afif Anshori, Zikir Demi Kedamaian Jiwa : Solusi Tasawuf Atas Problem ManusiaModren, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 34-35.
8 Ma’mun Mu’min, “Pergumulan Tarekat dan Politik (Peran Kyai Haji MuhammadSiddiq dalam Tarekat dan Politik Kudus), dalam Jurnal Fikrah, Vo; 2, No. 1, Juni 2014.
5
sebagai khalifah-nya. Sebuah jarigan guru dan murid akan terbangun secara
hierarkis dengan metode penunjukan tersebut. Seorang syaikh dapat menunjukkan
suatu matarantai para tokoh penting dari tarekat yang diajarkan, yakni silsilah atau
geneologi spiritualnya. Biasanya sislsilah menhurutkan kembali nama-nama sejak
gurunya sampai kepada nabi Muhammad SAW, semua tarekat mengklaim dirinya
berasal dari Nabi, walaupun terdapat berbagai modifikasi dalam hal cara. Sislsilah
seorang sufi merupakan penunjuk identitas dan sumber legitimasinya; ia
memberikan kepadanya sebuah daftar para pendahulunya yang terkenal dan
menunjukkan hubungan dirinya dengan sufi lainnya.9
Dapat dijumpai beberapa sufi yang mengaku dirinya menempuh jalan
tarekat tanpa pembaitan lansung secara formal. Mereka dikenal dengan uwaisy,
menurut nama seorang sahabat Rasulullah SAW yang hidup di Yaman, yaitu
Uways al-Qarni. Tetapi beberapa ahli sufi yang mementingkan segi formal
berpendapat bahwa ia dibai’at secara rohani oleh Rasulullah dari jarak jauh, sebab
menurut anggapan para sufi pembai’atan dapat dilakukan oleh guru yang tidak
tampak atau oleh wali yang telah lama meninggal. Ada lagi kemungkinan untuk
mendapat pembai’atan dari guru yang bukan manusia, ialah melalui nabi Khidir
yang dianggap sama dengan tokoh yang menemani Nabi Musa, dan disebut di
dalam al-Qur’an surah 18, adalah orang suci pelindung para musafir. Kadang-
kadang para Sufi bertemu dengan dia dalam perjalanan mereka; ia memberi ilham,
menjawab pertanyaan mereka, menyelamatkan mereka dari bahaya dan dalam hal
yang khusus, ia menganugerahkan khirqa kepada mereka, hal yang diterima
9 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,(Yogyakarta: GadingPublishing, 2015), hlm. 263.
6
sebagai hal yang sah dalam tradisi pembai’atan sufi.10 Ditinjau dari segi ini maka,
tarekat Hizib NW termasuk pada kelomok tarekat yang tanpa pembai’atan
langsung secara formal atau tidak punya silsilah yang menyambung kepada
Rasulullah, karena sang pendiri tarekat Hizib NW mendirikan tarekat ini dengan
latar belakang bisikan-bisikan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Tarekat dapat disebut juga sebagai sebuah madhab sufistik yang
mencerminkan suatu produk pemikiran dan doktrin mistik teknikal untuk
menyediakan metode spiritual tertentu bagi mereka yang menghendaki jalan
mistik menuju ma‟rifat billah. Tarekat menjadi sebuah disiplin mistik yang
secara normatif doktrinal meliputi sistem wirid, zikir, do’a, etika tawassul, ziarah,
dan sejenisnya sebagai jalan spiritual sufi. Dengan perkataan lain, tarekat itu
mensistematisasikan ajaran tasawuf (sufistik).11
Dalam tradisi sufistik, ada sebuah konsep yang sangat kental, yaitu zuhud.
Zuhud itu kekosongan hati dari pencarian, yaitu membatasi keinginannya untuk
memperoleh dunia.12 Dari sini bisa dilihat bahwa semestinya dalam tradisi sufistik
itu enggan untuk berhasrat pada dunia, termasuk politik. Namun, Tarekat Hizib
NW sebagai tarekat terlihat sangat aktif dalam perpolitikan, bahkan pendiri
sekaligus mursyid Tarket Hizib NW menjadi penggerak utama dalam politik di
Lombok. Ini menarik, di satu sisi Tarekat Hizib NW adalah tarekat, tapi di sisi
lain ia terlihat sangat aktif dalam perpolitikan di lombok. Oleh karena itu, penulis
10 Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Islam, diterjemahkan oleh Sapardi DjokoDamono (et. al.) dari Mystical Dimension Of Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000) hlm. 132.
11 Agus Riyadi, “Tarekat Sebagai Organisasi Tasawuf”, dalam Jurnal Jurnal at-Taqaddum, Volume 6, Nomor 2, Nopember 2014, hlm. 360.
12 Moh Fudholi, “Konsep Zuhud al-Qusyairi dalam Risalah al-Qusyairiyah”, dalamJurnal Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, Juni 2011, hlm. 42.
7
tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang Tarekat Hizib NW dan perannya
dalam perpolitikan di Lombok.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka persolan yang fokus
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa konsep ajaran Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan?
2. Bagaimana peran Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan dalam kiprah
politiknya di Lombok?
3. Apa landasan keagamaan Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan dalam kiprah
politiknya di Lombok?
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Segaris dengan kegelisahan yang telah diuraikan sebelumnya,
maka tujuan dari penelitian ini adalah memahami ajaran Tarekat Hizib
NW. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menguraikan pengaruh
ajaran Tarekat Hizib NW terhadap kiprah politik NW di Lombok.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk memberikan pemahaman bahwa
Tarekat Hizib NW itu adalah termasuk tarekat karena sebelumnya, oleh
Abdul Aziz ia dianggap sebagai pseudotarekat. Selain itu penelitian ini
juga berguna untuk melihat lebih jauh landasan keagamaan kiprah politik
Tarekat Hizib NW di Lombok.
8
D. Telaah Pustaka
Berikut beberapa kajian serius tentang Nahdlatul Wathan yang layak disebut
dalam tesis ini:
1. Baharuddin, Nahdlatul Wathan dan Perubahan Sosial.13 Buku ini
membahas tentang peran NW dalam perubahan sosial. Perubahan sosial
yang dimaksud di sini adalah transformasi kelompok waktu telu menjadi
waktu lima. Buku ini secara baik mengulas peran NW dalam mengubah
masyarakat yang berpaham waktu telu menjadi waktu lima. Namun, tidak
seperti tesis ini, buku ini sama sekali tidak membahas dimensi sufistik atau
Tarekat Hizib NW dan juga tidak membahas peran politik Tarekat Hizib
NW di Lombok.
2. Fahrurrozi Dahlan, Tuang Guru: Eksistensi dan Tantangan Peran dalam
Transformasi Masyarakat. Buku ini mengulas secara detail tentang peran
Tuan Guru di Lombok dalam mentransformasi masyarakat. Pembahasan
dalam buku ini masih bersifat umum. Artinya Tuan Guru yang menjadi
pokok bahasan dalam buku ini tidak terbatas pada Tuan Guru kalangan
NW, tetapi Tuan Guru pada umumnya di Lombok. Sehingga, tidak sama
dengan tesis ini yang memfokuskan kajian utamanya pada ajaran Tarekat
Hizib NW dan perannya dalam perpolitikan di Lombok.
13 Baharuddin, Nahdlatul Wathan dan Perubahan Sosial (Yogyakarta: Genta Press, 2007)
9
3. Mukhtaruddin, Organisasi Nahdlatul Wathan di Daerah Tinggat II
Kabupaten Lombok Barat.14 Buku ini menjadikan NW sebagai fokus
kajiannya. Hanya saja kajian NW dalam buku ini masih sangat general,
meliputi sejarah, bentuk organisasi, paham keagamaan, dll. Tidak seperti
tesis ini yang secara spesifik membahas konsep ajaran Tarekat Hizib NW
dan perannya dalam perpolitikan di Lombok.
4. Muh. Noer, dkk., Visis Kebangsaan Religius: Refleksi Pemikiran dan
Perjuangan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997. Buku
ini secara komprehensif membahas tentang peran dan aktivitas pendiri NW
dalam aspek pendidikan, sosial, dan dakwah, terutama kiprahnya pada NW
yang dijadikan sebagai alat perjuangan dan pergerakan. Namun, buku ini
terlalu fokus pada kajian biografis, sehingga pembahasan ajaran Tarekat
Hizib NW—yang merupakan fokus kajian dalam tesis ini—hanya dibahas
selintas saja. Selain itu, peran politik Tarekat Hizib NW juga tidak menjadi
pembahasan yang utama dalam buku ini, sebagaimana dilakukan oleh tesis
ini.
5. Sadip Indra dan Siti Nurjanah, “Tasawuf Nusantara: Studi Tarekat Hizib
Nahdlatul Wathan”.15 Artikel ini sudah menjadikan tarekat Hizib NW
sebagai fokus kajiannya. Namun, tidak seperti tesis ini, artikel ini tidak
memberikan penjelasan tentang peran Tarekat Hizib NW perpolitikan di
Lombok.
14 Mukhtaruddin, Organisasi Nahdlatul Wathan di Daerah Tinggat II Kabupaten LombokBarat (Semarang: Balai Penerbit Aliran Kerohanian, 1997)
15 Sadip Indra dan Siti Nurjanah, “Tasawuf Nusantara: Studi Tarekat Hizib NahdlatulWathan” dalam Jurnal Yaqzhan, Vol. 2. No. 2. Desember 2016.
10
6. Julia Day Howel, “Sufism and the Indonesian Islamic Revival”.16 Tidak
seperti peneliti Islam dunia kebanyakan, artikel ini tidak menganggap
kebangkitan Islam di Indonesia itu terjadi sejak tahun 1970-an.
Kebanyakan peneliti menganggap kebangkitan Islam di Indonesia terjadi
pada tahun 1970-an karena mereka meliihat sisi Islam dari segi lahir saja
(kebangkitan politik Islam, praktik keagamaan Islam dll.) dan cenderung
abai terhadap dimensi batin dari Islam. Oleh karena itu, artikel ini
terpanggil untuk mengkaji sufisme dan relasi dengan kebangkitan Islam di
Indonesia. Artikel ini membahas banyak hal tentang sufisme dan tarekat di
Indonesia, bahkan sesekali artikel ini juga menyinggung tarekat hizib NW.
Hanya saja, mengikuti klasifikasi Abdul Aziz17 artikel ini mengatakan
bahwa tarekat hizib NW itu termasuk dalam kelompok pseudo-tarekat.
Oleh karena itu, tentu artikel ini berdiri berseberangan dengan tesis ini
yang menganggap tarekat hizib NW sebagai tarekat dan bukan pseudo-
tarekat. Selain itu, pembahasan sufism dan tarekat dalam artikel ini masih
sangat umum, tidak spesifik seperti tesis ini yang mengkhususkan objek
kajiannya pada Terekat Hizib NW saja.
7. John M. Macdougall, “Criminality and the Political economy of scurity in
Lombok”.18 Artikel ini menjadikan politik di Lombok pasca Suharto
sebagai objek kajiannya. Hanya saja, fokus kajian ini lebih dititik beratkan
16 Julia Day Howel, “Sufism and the Indonesian Islamic Revival”. Dalam The Journal ofAsian Studies 60, no. 3. August 2001 hlm. 701-729.
17 Penulis artikel Praktek Pseudo-Tarekat: Memeluk Tradisi Di Alam Modern, tetapisayangnya penulis tidak bisa mengakses langsung artikel ini.
18 John M. Macdougall, “Criminality and the Political economy of scurity in Lombok,”dalam buku Henk Schulte Nordholt, Gerry van Klinken (ed.), Local Politics in Post-SuhartoIndonesia (Brill, 2007).
11
pada analisis terhadap kriminalitas akibat politik pasca turunnya Suharto.
Artikel ini sempat beberapa kali menyebut NW di Lombok dan
keterlibatan NW dalam menyumbang konflik politik di Lombok terutama
pasca meninggalnya Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid, yang tidak lama kemudian disusul dengan lengsernya Suharto.
Karena terlalu fokus pada politik dan kriminalitas di Lombok, artikel
inipun cenderung abai terhadap peran Tarekat Hizib NW dalam perpolitik
di Lombok, sebagaimana dilakukan dalam tesis ini.
Bertolak pada sekilas tinjauan pustaka di atas, dapat disimpulkan bahwa kajian
yang diangkat dalam tesis ini tergolong baru, sehingga tesis ini penting untuk
dilanjutkan.
E. METODOLOGI PENELITIAN
1. Sasaran dan Pendekatan Penelitian
Sasaran atau objek kajian penelitian ini ada dua, yaitu Tarekat Hizib
NW dan peran politik Tarekat Hizib NW di Lombok. Sedangkan
pendekatan yang dipilih dalam tesis ini adalah pendekatan historis dan
pendekatan interpretasi.
2. Pengolahan Data
Pengumpulan data dalam tesis ini menggunakan telaah pustaka dan
wawancara. Telaah pustaka digunakan dalam rangka memperkuat argumen-
argumen penulis dalam menelusuri Tarekat Hizib NW dan perannya dalam
perpolitikan di Lombok. Sedangkan wawancara, akan digunakan untuk
12
mencari data-data yang tidak atau belum ditemukan dalam sumber-sumber
tertulis.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penggalian data dalam tesis ini
meliputi data tertulis dan tidak tertulis. Sumber data tertulis antara lain
beberapa buku karangan pendiri Tarekat Hizib NW, serta buku dan artikel
yang membahas tentang Tarekat Hizib NW. Sumber data tidak tertulis
adalah hasil wawancara dengan koordinator-koordinator dan anggota
Tarekat Hizib NW.
F. LANDASAN TEORI
Supaya tesis ini dapat lebih terarah dan sistematis, maka diperlukan teori
untuk melandasinya. Adapun teori yang akan digunakan dalam tesis ini adalah
sebagai berikut:
1. Teori Tarekat Martin van Bruinessen
Menurut Martin van Bruinessen, sebuah tarekat pertama-tama adalah
serangkaian teknik-teknik spiritual dan praktik-praktik ibadah yang khas. Yang
terpenting dari semua ibadah tersebut adalah zikir (bahasa arab zikir yang berarti
mengingat (Tuhan)), yang berisi pembacaan nama-nama Allah dan kalimat la
ilaha illa Allah, dengan cara yang khas dan jumlah yang sudah ditentukan, serta
berbagai rangkaian doa (hizib, shalawat) atau doa yang panjang (ratib, wirid).
Pembacaan ini kadang kala digabungkan dengan pengaturan nafas dan gerakan
tubuh tertentu, dan kadang-kadang juga terdapat amalan asketik. Sebuah tarekat
13
bisa juga mempunyai teorinya yang khas tentang hal dan maqam ruhani yang akan
dicapai oleh para pengamalnya melalui latihan-latihan tersebut. 19
Selain itu, Martin van Bruinessen menjelaskan bahwa secara teoritis
seseorang hanya dapat menerima pengajaran (talqin) tentang amalan-amalan ini
dari seorang guru terekatnya yang berwenang (mursyid), dan baru dilakukan
setelah menyatakan janji kesetiaan (berbai’at) kepada syaikh tersebut. Syaikh
memberikan ijin (ijazah) kepada muridnya untuk mempraktikkan tarekat; dia
dapat juga memberikan wewenang kepada salah seorang atau lebih dari mereka
untuk mengajarkannya kepada orang lain, yakni menunjuk mereka sebagai
khalifah-nya. Dengan cara inilah sebuah jaringan guru yang tersusun secara
hierarkis tercipta. Setiap Syaikh dapat menunjukkan suatu mata rantai para tokoh
penting dari tarekat yang diajarkan, yakni silsilah atau genealogi spiritualnya.
Biasanya silsilah mengurutkan kembali nama-nama sejak gurunya sampai kepada
Nabi Saw.—semua tarekat mengklaim diri berasal dari Nabi, walaupun terdapat
berbagai modifikasi dalam hal cara. Silsilah seorang sufi merupakan pentunjuk
identitas dan sumber legitimasinya; ia memberikan kepadanya sebuah daftar para
pendahulunya yang terkenal dan menunjukkan hubungan dirinya dengan para sufi
lainya.20
Lebih jauh Martin van Bruinessen menjelaskan bahwa banyak tarekat—
paling tidak untuk waktu dan tempat tertentu—yang dapat dikatakan “bersifat
jamaah”, dalam pengertian bahwa para pengikutnya diharapkan ikut ambil bagian
dalam pertemuan zikir berjamaah (seringkali dilakukan setelah shalat Magrib atau
19 Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam diIndonesia (Bandung: Mizan, 1995), , 263.
20 Ibid.
14
Isya’). Tarekat ini bahkan bisa menjadi perkumpulan kooperatif, di mana ritual
berjamaah berfungsi sebagai perekat hubungan jaringan lain di antara para
anggotanya. Jaringan yang rapi yang terdiri dari para guru tarekat, wakil dan
wakil-dari-wakilnya bisa mengubah tarekat menjadi sebuah organisasi politik
yang kuat, sebagaimana yang telah terjadi dalam beberapa kasus yang luar biasa.21
Dalam banyak kasus yang lain, mengamalkan sebuah tarekat merupakan
perkara yang semata-mata bersifat individual, dan para pengikutnya boleh jadi
jarang, kalau memang pernah, bertemu satu dengan yang lain. Tarekat semacam
ini di Indonesia adalah tarekat Syadziliyah, yang di dalam praktiknya kebanyakan
para anggotanya hanya membaca secara individual rangkaian-rangkaian doa yang
panjang (hizib), yang diyakini memili kegunaan-kegunaan yang bersifat magis.
Para pengamal tarekat tersebut mempelajari berbagai hizib, paling tidak idealnya,
melalui pengajaran (talqin) yang diberikan oleh seorang guru yang berwenang dan
dapat memelihara hubungan tertentu dengan guru tersebut, walaupun hampir sama
sekali tidak merasakan dirinya sebagai anggota dari sebuah tarekat. Demikian juga
teknik-teknik dari berbagai tarekat yang biasanya bersifat jamaah dapat dijadikan
sebagai praktik peribadahan yang bersifat pribadi atau—satu kecenderungan yang
sering terjadi di Indonesia—sebagai metode menumbuhkan kekuatan-kekuatan
magis.22 Dengan berpijak pada teori Martin van Bruinessen inilah nanti penulis
akan menganalisis apakah Tarekat Hizib NW termasuk tarekat atau pseudo-tarekat
sebagaimana dikatakan Abdul Aziz.
21 Ibid.22 Ibid, , 264.
15
2. Teori Tarekat dan Politik Martin van Bruneissen
Menurut Martin van Bruneissen Ikhwal tasawwuf dan tarekat memang
terdapat dua persepsi yang bertolak belakang. Persepsi pertama adalah bahwa
tarekat itu berkait erat dengan politik. Persepsi ini didukung oleh para pejabat
jajahan Belanda, Perancis, Italia dan Inggris. Mereka umumnya mencurigai
tarekat karena, dalam pandangan mereka fanatisme kepada guru dengan mudah
berubah menjadi fanatisme politik. Persepsi kedua, sebaliknya, menganggap
perkembangan tarekat sebagai suatu gejala depolitisasi, sebagai pelarian dari
tanggungjawab sosial dan politik. Dalam pandangan ini, tarekat lebih berorientasi
kepada urusan ukhrawi ketimbang masalah dunia. Para pengkritik tarekat
menekankan aspek asketis (zuhd) dan orientasi ukhrawi; dalam usaha
mendekatkan diri kepada Tuhan kaum tarekat konon lazim menjauhkan diri dari
masyarakat (khalwah, uzlah). Kalau kalangan Islam "tradisional" (Aswaja)
dianggap lebih kolot, akomodatif dan apolitik dibandingkan dengan kalangan
Islam modernis, kaum tarekat dianggap paling kolot di antara yang kolot, dan
yang paling menghindar dari sikap politik. Pandangan ini, seperti akan kita lihat,
terlalu sederhana. Tetapi tidak dapat diingkari bahwa ada kaitan erat antara proses
depolitisasi Islam (seperti yang terlihat di Indonesia selama tiga dasawarsa
terakhir) dan suburnya proses perkembangan para tarekat.23
Di tengah hadirnya dua persepsi tentan relasi tarekat dan politik di atas,
Martin van Bruneissen cenderung lebih sepaham dengan persepsi yang pertama.
Setidaknya ada tiga alasan yang mendasari kecenderungan ini. Pertama, karena
23 Martin van Bruinessen, “Tarekat dan Politik: Amalan untuk Dunia atau Akhirat?”dalam majalah Pesantren vol. IX no. 1 (1992), hal. 3-14.
16
dalam sejarah nusantara seringkali sultan atau raja itu dekat dengan syaikh
tarekat. Mengapa demikian? Kita memang jauh lebih sering melihat ulama tarekat
daripada kaum fuqaha sebagai penasehat sultan dan raja. Alasannya bermacam-
macam, tapi salah satu yang penting adalah karamahnya syaikh tarekat. Kekuatan
spiritual syaikh diharapkan bisa melindungi dan melestarikan kerajaan. Syaikh
yang ahl al-kasyf bisa menunjukkan kapan harus perang dan kapan damai, apa
hari terbaik untuk sebuah keputusan dan apa hari naas. Raja yang sadar bahwa ia
telah berbuat banyak dosa mendapat ketenangan hati berkat bimbingan ruhani
oleh syaikh. Kehadiran orang yang dianggap "kramat" di lingkungan istana
diharapkan dengan sendirinya akan membawa berkah. Yang tidak kalah
pentingnya, kehadiran syaikh bisa memperkokoh legitimasi penguasa di mata
rakyat. Dalam kenyataannya, peranan syaikh di istana bisa bervariasi dari guru
agama sampai jimat hidup.24
Kedua, tarekat umumnya memiliki jimat-jimat, latihan kekebalan, tenaga
dalam dan kesaktian lainnya. Pada situasi normal, ini hanya merupakan aspek
kurang penting dalam pertarekatan (walaupun punya daya tarik kuat). Namun
pada situasi tidak aman, dalam perang atau pemberontakan, aspek ini menjadi
sangat menonjol. Dalam banyak kasus pemberontakan yang melibatkan tarekat,
kelihatannya bukan tarekat yang memelopori pemberontakan melainkan para
pemberontak yang masuk tarekat untuk memperoleh kesaktian. Dalam beberapa
kasus laporan resmi menyebutkan bahwa menjelang pemberontakan orang
24 Ibid.
17
berjubel mendatangi syaikh-syaikh tarekat yang punya nama sebagai ahli
kesaktian, untuk minta dibai’at oleh mereka.25
Ketiga, Tarekat sebagai jaringan sosial. Ada satu ciri tarekat lagi yang tak
boleh diabaikan dalam pembahasan mengenai tarekat dan politik. Amalan tarekat
bisa saja dilakukan secara perseorangan, tetapi biasanya murid yang telah dibai’at
akan tetap menjaga hubungan khusus dengan gurunya dan juga dengan sesama
murid. Kalau tempat tinggal guru tidak terlalu jauh, para murid secara teratur ikut
zikir bersama dan juga cenderung bergaul lebih banyak dengan sesama "ikhwan"
daripada orang lain. Seorang syaikh besar biasanya punya beberapa orang wakil
(khalifah, badal), dan melalui mereka ia bisa memimpin puluhan ribu murid yang
tersebar secara luas. Jaringan syaikh-syaikh dengan wakil-wakil mereka
merupakan suatu organisasi informal yang kadangkala sangat berpengaruh.
Jaringan tarekat, yang lebih luas daripada organisasi informal lainnya, tentu
mempunyai potensi politik. Pada zaman kolonial, potensi itu berulang kali muncul
dalam bentuk gerakan rakyat. Pada zaman merdeka potensi itu muncul dengan
tujuan yang lain. Karena ketaatan para murid kepada syaikh mereka, para syaikh
bisa menjanjikan ribuan, puluhan ribu suara menjelang pemilihan. Dengan
demikian, seorang syaikh bisa merunding dengan partai-partai politik untuk
mendapatkan imbalan yang cukup berarti.26
Teori tarekat dan politik Martin van Bruinessen ini tentu akan sangat
membantu penulis dalam menelaah dan memetakan relasi antara Tarekat Hizib
25 Ibid.26 Ibid.
18
NW dengan perpolitikan di Lombok. Dengan demikian, tidak berlebihan kiranya
jika penulis memilih teori ini sebagai landasan teori dalam tesis ini.
G. Sistematika Pembahasan
Penulisan hasil penelitian ini akan dibuat menjadi lima bab. Bab pertama
adalah pendahuluan yang mengemukakan tentang latar belakang tema kajian,
identivikasi masalah, telaah pustaka, landasan teori, dan metodologi yang akan
digunakan dalam tesis ini.
Bab kedua, akan diulas tentang sejarah Tarekat Hizib NW. Pada bab ini
akan diulas tentang sejarah Tarekat Hizib NW, mulai dari masa pendirian,
perkembangan, hingga saat ini. Selain itu, pada bab ini juga akan dibahas tentang
latar belakang berdirinya Tarekat Hizib NW.
Kemudian bab ketiga akan membahas tentang Tarekat Hizib NW. Bab ini
terlebih dahulu akan dimulai dengan selintas menjelaskan tarekat secara umum
sebagai landasan teoritis, hal ini mengingat dalam penelitian Abdul Aziz Tarekat
Hizib NW dianggap sebagai bukan tarekat. Kemudian akan dijelaskan tentang
bentuk Tarekat Hizib NW dengan berpijak pada kerangka teoritis tersebut. Pada
bab ini dijelaskan bahwa Tarekat Hizib NW, dengan menggunakan kerangka teori
tarekat Martin van Bruinessen, adalah termasuk tarekat dan sudah memenuhi
syarat untuk disebut sebagai tarekat.
Bab keempat akan membahas tentang peran Tarekat Hizib NW dalam
perpolitikan di Lombok. Bab ini merupakan bab inti dari tesis ini. Di sini akan
dibahas tentang bagaimana relasi antara ajaran Tarekat Hizib NW dengan
perpolitikan di Lombok. Pada bab ini penulis akan mencoba menganalisis relasi
19
Tarekat Hizib NW dan perpolitikan di Lombok dengan menggunakan teori tarekat
dan politik Martin van Bruinessen sebagai landasan pijaknya. Pada bab ini
dijelaskan bahwa peran politik Tarekat Hizib NW itu segaris dengan prinsip
politik Sunni, yaitu mengutamakan maslahat.
Akhirnya, bab kelima menutup seluruh rangkaian pembahasan pada bab-
bab sebelumnya. Bab ini berisi kesimpulan hasil kajian dan saran-saran untuk
kajian selanjutnya.
118
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan dan tuliskan pada bab-
bab terdahulu dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Tarekat Hizib NW telah memenuhi beberapa kriteria sebagai salah satu
tarekat yang ada di Indonesia. Tarekat ini memiliki beberapa unsur
diantaranya mursyid, murid, silsilah, zikir (hizib), dan proses bai‟at.
Dalam Tarekat Hizib NW ada zikir, ada mursyid dan murid, ada bai‟at dan
ijazah, ada kegiatan zikir secara kelompok dan pribadi, serta ada silsilah.
Oleh karena itu, Tarekat Hizib NW betul-betul dikatakan sebagai tarekat
bukan pseudo-tarekat sebagaimana dipahami oleh Abdul Aziz. Tarekat
hizib NW juga bukan sebuah tarekat yang longgar. Alasannya, ada empat
macam pengamalan zikir yang wajib dibaca dan diamalkan sesuai waktu
pelaksanaannya, jika tidak dibaca maka jama‟ah (anggota) tarekat harus
meng-qada‟ atau menggantinya pada kesempatan lain. Keempat bacaan
zikir itu ialah: (1). Wadhifah al-Rawatib, bacaan zikir yang dibaca dan
diamalkan setiap selesai shalat lima waktu; (2). Wirdu al-Rabithah, bacaan
zikir yang dibaca dan diamalkan menjelang waktumagrib (terbenamnya
matahari); (3). Wadhifah al-Yaumiyah, bacaan zikir yang dibaca dan
diamalkan satu kali dalam satu hari; (4). Wadhifah al-Usbi‟iyah, bacaan
zikir yang dibaca secara berjamaah dan diamalkan satu kali dalam
seminggu. Selain itu, tentang kelonggaran seperti bacaan zikir ini. Tarekat
119
Hizib NW juga tidak sendirian. Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah
(TQN) juga menerapkan kelonggaranatau fleksibilitas dalam menjalankan
amalannya. Terakhir, walaupun silsilah Tarekat Hizib NW terbilang
pendek, tetapi ini tetap absah untuk disebut sebagai silsilah tarekat.
Terdapat berbagai modifikasi dalam hal silsilah ini. Selain itu, dalam hal
silsilah yang pendek ini Tarekat Hizib NW tidak sendirian, karena Tarekat
Tijaniyah dan Idrisiyah sebagai tarekat juga memiliki rekam silsilah yang
cukup ringkas.
2. Dalam perpolitikan di Lombok, Tarekat Hizib NW tampak memiliki andil
dan pengaruh yang besar. Dalam perjalanan peran politiknya, Tarekat
Hizib NW cenderung akomodatif daripada militan terhadap pemerintah
yang berkuasa. Sikap politik Tarekat Hizib NW ini sebenarnya selalu
konsisten berpegang pada pemikiran politik Islam kalangan Sunni yang
sudah sejak awal dianutnya. Sikap politik Tarekat Hizib NW ini
didasarkan pada fiqh Sunni abad pertengahan yang meletakkan prioritas
tertinggi pada perlindungan terhadap posisi Islam dan para pengikutnya
(maslahat). Sikap ini diambil agar dapat menjauhi segala bentuk aksi yang
dapat mengancam kesejahteraan fisik dan spiritual masyarakat. Ada
sejumlah dalil fiqh yang membentengi prioritas tersebut, diantaranya
adalah maslahat (mengejar kemanfaatan) dan mafsadah (menghindari
kerusakan), amar ma‟ruf nahi mungkar (menganjurkan kebaikan dan
mencegah kemungkaran), serta akhaffud dararain (memilih yang paling
kecil risikonya dari dua pilihan yang sama-sama buruk). Dengan perpijak
120
pada prinsip ini, maka tidak heran jika kemudian sikap politik Tarekat
Hizib NW lebih cenderung akomodatif terhadap penguasa daripada
berseberangan. Selain itu, dengan mengikuti skema teori tarekat dan
politik, ada empat hal yang menjadi pijakan bahwa Tarekat Hizib NW juga
turut aktif dalam dunia politik, yaitu 1) realitas sejarah kedekatan sultan
dengan Syaikh Tarekat; 2) tasawuf itu sering menjadi sumber legitimasi
politik dan sumber kesakitan; 3) tarekat umumnya memiliki jimat-jimat,
latihan kekebalan, tenaga dalam dan kesaktian lainnya; serta 4) tarekat
sebagai jaringan sosial. Berpijak pada teori tersebut, maka fenomena
keaktifan Tarekat Hizib NW dalam perpolitikan di Lombok, kiranya bisa
dipahami. Secara historis, 3 point diawal itu menjadi legitimasi bagi
Tarekat Hizib NW dalam berpolitik. Sementara secara sosiologis, point
yang terakhir, juga menunjukkan bahwa Tarekat Hizib NW sebagai
jamaah (jaringan sosial) tarekat, tidak bisa serta merta lepas dari peran
politik.
B. Saran-saran
Kajian penulis dalam tesis ini tentu dalam beberapa hal memiliki celah.
Selah ini pada gilirannya dapat menjadi pemantik untuk melakukan kajian lain
yang lebih canggih. Salah satu celah itu misalnya, kurangnya perhatian atau kajian
penulis dalam melihat perkembangan Tarekat Hizib NW di kubu NW Anjani dan
Tarekat Hizib NW di Jakarta. Ulasan penulis dalam tesis ini, kebanyakan
sumbernya (baik wawancara maupun bukudan atikel) diambil dari Tarekat Hizib
121
NW versi Pancor. Koordinator-koordinator tarekat yang penulis wawancarai
kebanyakan merupakan koordinator Tarekat Hizib NW versi Pancor. Alhasil ini
bisa menjadi undangan lebih lanjut kepada para peneliti agar bisa melengkapi
penelitian ini dengan juga meneliti Tarekat Hizib NW dari sudut pandang Tarekat
Hizib NW Anjani.
122
DAFTAR PUSTAKA
Aceh, Abu Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat. (Semarang: Ramdhani. 1993)
Ambari. Hasan Muarif. Menemukan Peradaban: Jejak Arkeologis dan Historis
Islam Indonesia (Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997)
Anwar, Samsul dan Hulami Alamin (ed.) NW Studies: Pendidikan, Sosial, dan
Dakwah, (Himmah NW Press, Ciputat, 2015)
Adnan, Afifuddin. Diktat Pelajaran Ke-NW-an untuk Madrasah dan Sekolah
Menengah NW (Pancor: Biro Dakwah Yayasan Pendidikan Hamzanwadi,
1983).
Baharuddin. Nahdlatul Wathan dan Perubahan Sosial (Yogyakarta: Genta Press.
2007)
Bertens. K. Filsafat Barat Kontemporer Prancis (Jakarta: Gramedia. 2006)
Bruinessen. Martin Van. Kitab Kuning. Pesantren dan Tarekat.(Yogyakarta:
Gading Publishing) 2015.
----------------------------------------.“Tarekat dan Politik: Amalan untuk Dunia atau
Akhirat?” dalam majalah Pesantren vol. IX no. 1 (1992
---------------------------------. Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia (Bandung;
Mizan. 1992)
Buckhardt, Titus. Mengenal Ajaran Kaum Sufi. terj. Azyumardi Azra dan Bahtiar
Efendi (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. 1984)
Budiwanti. Erni. Islam Sasak; Wetu Telu Versus Waktu Lima (Yogyakarta: LKiS.
2000)
---------------.”The Impact of Islam on the Religionof the Sasak in Bayan. West
Lombok” dalam Kultur Volume I. No.2. 2001.
Dahlan, Fahrurrozi. Tuan Guru Eksistensi dan Tantangan Peran dalam
Transformasi Masyarakat, (Jakarta: Sanabil. 2015)
Dahri. Harapandi (dkk.). Reposisi Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan dalm Tarekat
Mu‟tabarah di Indonesia (Jakarta: Penamadani. 2010)
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kiyai.
(Jakarta: LP3ES. 1990)
----------------------------. “Santri Abangan dalam Kehidupan Orang Jawa:
Teropong dari Pesantren” dalam Prisma. V. Juni 1978.
Ecklund. Judith. Marriage. Seaworms and Song: Ritualizet Responses to Cultural
Change In Saasak Life (USA: Cornel University. 1977)
Fudholi. Moh. “Konsep Zuhud al-Qusyairi dalam Risalah al-Qusyairiyah”. dalam
Jurnal Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam. Vol. 1. No. 1. Juni
2011.
Firdaus. M. dan Ahmad Muzayyin (ed.). Visi Kebangsaan Religius: Kiprah dan
Perjuangan. Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
sebagai Pendidik. Pejuang. Pendiri Tarekat. Pendiri Organisasi
Masyarakat Terbesar Lombok. dan Politisi Muslim (Jakarta: Pondok
Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta. 2014)
Fealy, Greg. Ijtihad Politik Ulama: Sejarah NU 1952-1967, terj. Farid Wajidi dan
Mulni Adelina Bachtar (Yogyakarta: LkiS. 1998)
123
Fitriani. Mohamad Iwan. “Kepemimpinan Kharismatis-transformatif Tuan Guru
dalam Perubahan Sosial Masyarakat Sasak-Lombok Melalui Pendidikan”
dalam Al-Tahrir. Vol. 16. No. 1 Mei 2016 : 175 - 195
Hamdi. Saipul. Nahdlatul Wathan di Era Reformasi: Agama. Konflik Komunal
dan Peta Rekonsiliasi (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta. 2014)
Hardiman. F. Budi. Seni Memahami: Hermeneutik dari Schleiermacher sampai
Derrida (Yogyakarta: Kanisius. 2015)
Hasyim. Syafiq. Mutiara dari Timur: Biografi Tuan Guru Zainuddin Abdul
Madjid (Jakarta: Gramedia. 2003).
Howel. Julia Day “Sufism and the Indonesian Islamic Revival”. Dalam The
Journal of Asian Studies 60. no. 3. August 2001.
Indra. Sadip dan Siti Nurjanah. “Tasawuf Nusantara: Studi Tarekat Hizib
Nahdlatul Wathan” dalam Jurnal Yaqzhan. Vol. 2. No. 2. Desember 2016.
Jamaluddin. “Islam Sasak: Sejarah Sosial Keagamaan di Lombok (Abad XVI-
XIX)” dalam Indo-Islamica. Vol. 1. No. 1. 2012.
Madjid. Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul. Wasiat Renungan
Masa Pengalaman Baru. Tt.
-------------------------------------. Hizib Nahdlatul al-Wathan. Hizib Nahdlatul al-
Banat (Jakarta; Nahdlatul Wathan Jakarta. 2002)
-------------------------------------. Tarekat Hizib NW. tt.
Masnun. Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid: Gagasan dan
Gerakan Pembaharuan Islam di Nusa Tenggara Barat (Tanpa Kota
Terbit: Pustaka al-Miqdad. 2007)
Macdougall. John M. “Criminality and the Political economy of scurity in
Lombok.” dalam buku Henk Schulte Nordholt. Gerry van Klinken (ed.).
Local Politics in Post-Suharto Indonesia (Brill. 2007).
Mu‟min. Ma‟mun. “Pergumulan Tarekat dan Politik (Peran Kyai Haji Muhammad
Siddiq dalam Tarekat dan Politik Kudus). dalam Jurnal Fikrah. Vol. 2. No.
1. Juni 2014.
Mukhtaruddin. Organisasi Nahdlatul Wathan di Daerah Tinggat II Kabupaten
Lombok Barat (Semarang: Balai Penerbit Aliran Kerohanian. 1997)
Muslim. Muslihun. Kiprah Nahdlatul Wathan: Dinamika dan Pemikiran NW dari
Generasi Pertama hingga Generasi Ketiga (Jakarta: Benia Publising.
2014). 132.
Mufid Ahmad Syafi‟i. Tangklukan. Abangan. dan Tarekat: Kebangkitan Agama
Jawa (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2006. 175.
Munawwir. Ahmad Warson. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Yogyakarta:
Pustaka Progressif. 1984)
Nasution, Harun. Islam ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. (Jakarta: UI Press.
1985)
Nur. Muhammad dkk. Visi Kebangsaan religius: refleksi pemikiran dan
perjuangan TG. H. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (1904-1997).
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 2004)
Rahman, Fazlur. Islam. (Jakarta: Bumi Aksara. 1992)
Riyadi. Agus. “Tarekat Sebagai Organisasi Tasawuf”. dalam Jurnal Jurnal at-
Taqaddum. Volume 6. Nomor 2. Nopember 2014
124
Rusli, Ris‟an. Tasawuf dan Tarekat: Studi Pemikiran dan Pengalaman Sufi
(Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2013)
Schimmel. Annemarie. Dimensi Mistik Islam. diterjemahkan oleh Sapardi Djoko
Damono (et. al.) dari Mystical Dimension Of Islam (Jakarta: Pustaka
Firdaus) 2000.
Shodiq, Ja‟far. Pertemuan antara Tarekat dan NU: Studi Hubungan Tarekat dan
NI dalam Konteks Komunikasi Politik 1955-2004. (Yogyakarta: LkiS.
2008)
Sudirman. Orientasi Sufistik Cak Nur: Komitmen Moral Seorang Guru Bangsa
(Jakarta: Paramadina. 2001)
Sukarnawadi. Abdul Aziz. Sabda Sufistik: Upaya Memahami Nilai-nilai
Keindahan Islam Melalui Pendekatan Tasawuf dan Tarekat (Yogyakarta:
Mahameru Press. 2009)
Tahir. Masnun. “Tuan Guru dan Dinamika Hukum Islam di Pulau Lombok”
dalam Jurnal Asy-Syir‟ah. Vol. 42. No. I. 2008.
Tim Penyususn Monografi Daerah Nusa Tenggara Barat. Monografi Daerah Nusa
Tenggara Barat Jil. 1. (Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan
Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
RI. 1977)
Trimingham, J. Spencer. The Sufi Orders of Islam (New York: Oxford University
Press. 1973)
Wacana. Lalu. Sejarah Nusa Tenggara Barat (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya Proyek Penelitian
Pencatatan Kebudayaan Daerah Mataram: Mataram. 1978)
Wawancara dengan TG. Syafrudin Pengembur (murid langsung TGKH. M.
Zainuddin Abdul Madjid. tokoh agama. tokoh masyarakat. kordinator/
pembai‟at tarekat hizib). Pengembur. 27 Juli 2018 pukul 17:05
Wawancara dengan TGH. Nasrullah pada tanggal 10 Februari 2018 pukul 11.42.
Wawancara dengan Ust. Ali Fikri Pancor 26 Juli 2018 pkl. 17.35
Wawancara dengan H. Samsul Islam Kutaraja tanggal 2 agustus 2018 pukul 15:20
Zamakhsyari Dhopier, “Santri Abangan dalam Kehidupan Orang Jawa:
Teropong dari Pesantren” dalam Prisma, V, Juni 1978
BACAAN TAREKAT HIZIB NAHDLATUL WATHAN
SILSILAH KEILMUAN TGKH. M. ZAINUDDIN ABDUL MADJID
WAWANCARA DENGAN NARASUMBER
1. Bagaimana sejarah tarekat hizib ini?
2. Siapa sajakah yang pertama kali dibai’at?
3. Bagaimana prosesi pembai’atan dalam tarekat hizib NW?
4. Hingga saat ini ada sekitar berapa jumlah keseluruhan anggota tarekat hizib NW dan
daerah mana saja yang menjadi target penyebarannya?
5. Apakah tarekat hizib NW ini hanya pembai’atannya untuk jamaah NW saja?
6. Bagaimana pengalaman batin yang dirasakan oleh anggota tarekat hizib ini?
7. Bagaimana mekanisme pengangkatan/ pergantian mursyid, apakah diangkat oleh PBNW
atau dari mursyid resmi langsung?
8. Apa hubungan PBNW dengan tarekat hizib, apakah tarekat hizib itu bagian dari struktur
PBNW ataukah berada di luar struktur (berdiri sendiri)?
9. Apakah tarekat hizib NW itu secara kepengurusan (struktur) sama dengan tarekat yang
lainnya?
10. Apa sajakah peran dari mursyid/ koordinator dalam tarekat hizib NW?
11. Setelah TGH. Muksin maqbul siapa lagi mursyidnya?
12. Kira-kira seberapa kuat pengaruh tarekat hizib NW terhadap dinamika perpolitikan di
Lombok?
13. Adakah dari anggota tarekat hizib NW yang terlibat langsung dalam politik, siapa sajakah
mereka?
14. Dalam hal perbedaan pandangan politik antara mursyid dengan murid apakah ada
semacam perbedaan pandangan?
15. Saat ini bagaimana perkembangan atau kegiatan dari tarekat hizib tersebut, apakah masih
berjalan atau bagaimana?
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : M. Rohman ZiadiTempat/tanggal lahir : Pringgasela, 06 Mei 1983Alamat Rumah : Jl. Anggrek Blok V- Perumahan Lingkar Pratama,
Pagutan, Kota Mataram, NTB.Telpon/ HP : 0817270078E-mail : [email protected] Ayah : H. Mahyuddin (alm.)Nama Ibu : Hj. Raudlah, S.Pd.I
B. Riwayat Pendidikana. SD : MI NW Pringgasela 1996b. SMP : MTs NW Pringgasela 1999c. MA : SMA NW Pancor 2002d. S1 : Akidah dan Filsafat, Ushuluddin, UIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta 2009.
Yogyakarta, 10 Oktober 2018
M. Rohman Ziadi