Tantangan Pendidikan Agama Pada Perguruan Tinggi Dalam Pembangunan Karakter Bangsa

download Tantangan Pendidikan Agama Pada Perguruan Tinggi Dalam Pembangunan Karakter Bangsa

of 10

Transcript of Tantangan Pendidikan Agama Pada Perguruan Tinggi Dalam Pembangunan Karakter Bangsa

TANTANGAN PENDIDIKAN AGAMA PADA PERGURUAN TINGGI DALAM PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA Sebuah Tinjauan Pemikiran Politik Dosen : Juanidi Idrus S.Ag, S.Ag., M.Hum

NAMA NIM KELAS JURUSAN

: DENI AJI PRASTOWO : 11.11.5102 : 11-S1TI-07 : S1TI

SEKOLAH TINGGI TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang berjudul TANTANGAN PENDIDIKAN AGAMA PADA PERGURUAN TINGGI DALAM PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Yogyakarta, 18 Januari 2012

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN

y

Pengertian Pendidikan Karakter Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Sedangkan, Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen

(pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga

sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.

Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas. Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

BAB II PENDEKATAN

y

Mengenal Pendidikan Karakter Karakter terdiri dari tiga unjuk perilaku yang saling berkaitan yaitu tahu arti kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata berperilaku baik. Ketiga substansi dan proses psikologis tersebut bermuara pada kehidupan moral dan kematangan moral individu. Dengan kata lain, karakter dapat dimaknai sebagai kualitas pribadi yang baik. Yang jelas pendidikan karakter selayaknya dikembangkan dengan pendekatan terpadu dan menyeluruh. Efektivitas pendidikan karakter tidak selalu harus dengan menambah program tesendiri, melainkan bisa melalui transformasi budaya dan kehidupan di lingkungan sekolah. Melalui pendidikan karakter semua berkomitmen untuk menumbuhkembangkan peserta didik menjadi pribadi utuh yang menginternalisasi kebajikan itu dalam kehidupan sehari-hari. Hingga saat ini, secara kurikuler telah dilakukan berbagai upaya untuk menjadikan pendidikan lebih bermakna bagi individu, tidak sekedar member pengetahuan (kognitif), tetapi juga menyentuh tataran afektif dan psikomotor melalui mata pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan

Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Indonesia, dan Olahraga. Secara kejiwaan dan sosial budaya pembentukan karakter dalam diri seseorang merupakan fungsi dari seluruh potensi individu (kognitif, afektif,

dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosiokultural dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat. Konfigurasi karakter dapat dikelompokkan dalam olah hati (spiritual and emotional development), olah pikir (intellectual development), olah raga dan kinestetik (physical and kinesthetic development), serta olah rasa dan karsa (affective. Attitude and social development). Ke empat proses psikososial tersebut secara terpadu saling terkait dan saling melengkapi, yang bermuara pada pembentukan karakter yang menjadi perwujudan dari nilainilai luhur. Pada kelompok olah pikir nilai inti yang dikembangkan adalah cerdas dan kreatif. Olah hati fokus pada soal kejujuran dan bertanggung jawab. Sedang bidang garapan olah rasa dan karsa adalah nilai kepedulian, gotong royong, dan suka menolong. Olah raga mengembangkan nilai hidup sehat dna budaya bersih. Masing-masing kelompok atau kluster nilai luhur tersebut tidaklah terpisah secara tegas tetapi saling bersinggungan satu sama lain. Manakal empat lingkaran kluster tersebut berpotongan (intersection) dan bertemu dalam satu bidang, maka itulah kristalisasi nilai-nilai luhur dan perilaku berkarakter yang dicita-citakan bersama. Pengelompokan nilai tersebut sangat berguna untuk kepentingan perencanaan. Dalam proses pembelajaran dan pembiasaan keempat kelompok nilai luhur tersebut akan terintegrasi melalui proses internalisasi dan personalisasi pada diri masing-masing individu.

y

Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi Pendidikan karakter sebagai pilar kebangkitan bangsa dengan subtema raih prestasi junjung budi pekerti , karena pendidikan adalah proses pembudayaan dan kebangkitan merupakan awal proses,sehingga keduanya memandu proses pembentukan karakter atau jati diri bangsa Indonesia. Pengaruh pendidikan sekolah dan masyarakat semakin menguat bersamaan dengan bertambahnya usia anak. Khusus untuk pendidikan tinggi, desain pendidikan tinggi yang terkait dengan pendidikan karakter sangat penting. Pendidikan karakter wajib ada di dalam kerangka dasar semua unsur pendidikan di perguruan tinggi. Pendidikan karakter adalah landasan bagi budaya akademik, karena ilmu pada prinsipnya dapat kita pandang dalam perspektif moral dan sosial, sehingga akan terkait langsung dengan perspektif kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab pendidikan persekolahan dari jenjang PAUD hingga perguruan tinggi, tapi juga tanggung jawab orangtua, keluarga, dan masyarakat. Di dalam ruang lingkup lokal, orangtua dan keluarga memiliki peran kuat pada usia awal dan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia anak. Norma kegiatan akademik yang dirujuk di Indonesia bersubyek kepada mahasiswa yang melakukan proses pembelajaran. Wujudnya ialah kegiatan kurikuler,ko-kurikuler (kegiatan kemahasiswaan yang berbasis kepada bidang profesi yang dipelajari),dan ekstrakurikuler (kegiatan

kemahasiswaan

yang

tidak

terkait

langsung

dengan

profesi

yang

dipelajarinya). Proses pembelajaran ini merupakan kegiatan akademik yang berlandaskan budaya akademik menuju nilai utama dan etika akademik. Beban-beban kegiatan akademik tersebut seutuhnya harus proporsional, produktif, dan positif. Sebagai penutup, pendidikan adalah soft power jika dilandasi karakter nilai-nilai luhur.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Jadi, pengertian karakter pendidikan itu adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dan pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden rule. Yang jelas pendidikan karakter selayaknya dikembangkan dengan pendekatan terpadu dan menyeluruh. Efektivitas pendidikan karakter tidak selalu harus dengan menambah program tesendiri, melainkan bisa melalui transformasi budaya dan kehidupan di lingkungan sekolah. B. Saran Pendidikan karakter memang sangatlah penting bagi masa depan setiap manusia di dunia ini, dan pada usia muda/remaja kita lebih baik menggunakan waktu untuk belajar. Hasilnya pasti insan dan masyarakat berkarakter yang selalu berpikir positif sehingga selalu produktif dan bermartabat.

DAFTAR PUSTAKA

http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/05/artikel-pendidikan-konseppendidikan.html Wiarto, Edi Drajat dkk. 2010. Pendidikan Karakter Kumpulan Pengalaman Inspiratif. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia. http://suaraguru.wordpress.com/2011/05/20/pendidikan-karakter-diperguruan-tinggi/