Tanda-tanda Bahaya Pada Kehamilan Awal & Lanjut

download Tanda-tanda Bahaya Pada Kehamilan Awal & Lanjut

If you can't read please download the document

Transcript of Tanda-tanda Bahaya Pada Kehamilan Awal & Lanjut

I PeraSaan riiual akibat kadar estrogen meningkat

PERDARAHAN ANTE PARTUM

Perdarahan Pada Kehamilan Muda

Abortus

Abortus adalah : berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan. (pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, hal 147)

Klasifikasi AbortusAbortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis.Abortus buatan menurut kaidah ilmu (Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus). Indikasi abortus untuk kepentingan ibu, misalnya : penyakit jantung, hipertensi esensial, dan karsinoma serviks.Abortus buatan, Abortus provocatus (disengaja, digugurkan), yaitu :Abortus buatan kriminal (Abortus provocatus criminalis) adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum atau dilakukan oleh yang tidak berwenang. (Obstetri Patologi, hal 2)Gambaran Klinis

Secara klinis abortus dibedakan menjadi :

Abortus iminens (keguguran mengancam). Abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya, ostium uteri tertutup uterus sesuai umur kehamilan.Abortus insipiens (keguguran berlangsung). Abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi, ostium terbuka, teraba ketuban, berlangsung hanya beberapa jam saja. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap). Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan, tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di dalam rahim, ostium terbuka teraba jaringan. Abortus kompletus (keguguran lengkap), seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap, ostium tertutup uterus lebih kecil dari umur kehamilan atau ostium terbuka kavum uteri kosong. Abortus tertunda (missed aboution), keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke-20, tetapi tertahan di dalam rahim selama beberapa minggu setelah janin mati. Abortus habitualis (keguguran berulang), abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3 kali berturut-turut. (Obstetri Patologi, hal 5). Abortus tidak aman (unsafe abortion)

Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksana tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien. (Pelayanan maternal dan neonatal, hal. 148).

Penanganan Penilaian awal

Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari:

Keadaan umum pasienTanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik < 90 mmHg, nadi > 112 x/menit)Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan bebas dalam kavum pelvis; pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik yang ter-gangguTanda-tanda infeksi atau sepsis (demam tinggi, sekret berbau pervaginam, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang porsio, dehidrasi, gelisah atau pingsan)Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksana pada fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk (setelah dilakukan stabilisasi)Penanganan spesifik

Abortus imminens

Tidak diperlukan pengobatan medik yang khusus atau tirah baring secara totalAnjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan seksualBila perdarahan:Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadual dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi.Terus berlangsung: nilai kondisi janin (uji kehamilan/ USG). Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola)Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik

Abortus insipiens

Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi

Bila usia gestasi < 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan peralatan Aspirasi Vakum Manual (AVM) setelah bagian-bagian janin dikeluarkan

Bila usia gestasi > 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan prosedur Dilatasi dan Kuretase (D&K)

Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia gestasi lebih besar dari 16 minggu, lakukan tindakan pendahuluan dengan:Infus Oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai dengan 8 tetes/menit yang dapat dinaikkan hingga 40 tetes/menit, sesuai dengan kondisi kontraksi uterushingga terjadi pengeluaran hasil konsepsiErgometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudianMisoprostol 400 mg per oral dan apabila masih diperlukan, dapat diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal.Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan dengan AVM atau D&K (hati-hati risiko perforasi)

Abortus inkomplit

Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsis)Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan:Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg per oralBila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM atau D&K (pilihan tergantung dari usia gestasi, pembukaan serviks dan keberadaanbagian-bagian janin)Bila tak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika profilaksis (ampisilin 500 mg oral atau doksisiklin 100 mg)Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 g dan metronidazol 500 mg setiap 8 jamBila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi di bawah 16 minggu, segera lakukan evakuasi dengan AVMBila pasien tampak ancmik, berikan sulfas ferosus 600 mg per hari selama 2 minggu (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat).

Pada beberapa kasus, abortus inkomplit erat kaitannya dengan abortus tidak aman, oleh sebab itu, perhatikan hal-hal berikut ini:

Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perforasi uterus atau cedera intra-abdomen (mual/muntah, nyeri punggung, demam, perut kembung, nyeri perutbawah, dinding perut tegang, nyeri ulang lepas)Bersihkan ramuan tradisional, jamu, bahan kaustik, kayu atau benda-benda lainnya dari regio genitaliaBerikan boster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada dinding vagina atau kanalis servisis dan pasien pernah diimunisasi.Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus (ATS) 1500 Unit IM diikuti dengan pemberian tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 mingguKonseling untuk kontrasepsi pasca keguguran dan pemantauan lanjut

Abortus Komplit

Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet Ergometrin 3x1 tablet/hari untuk 3 hari Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet Sulfas Ferosus 600 mo/hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi (sususayuran segar. ikan, daging, telur). Untuk anemia berat, berikan transfusi darah. Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi antibiotika, atau apabila khawatir akan khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotika profilaksis.

Abortus infeksiosa

Kasus ini berisiko tinggi untuk terjadi sepsis, apabila fasilitas kesehatan setempat tidak mempunyai fasilitas yang memadai, rujuk pasien ke rumah sakit. Sebelum merujuk pasien lakukan restorasi cairan yang hilang dengan NS atau RL melalui infur dan berikan antibiotika (misalnya: ampisilin 1 g dan metronidazol 500 mg). Jika ada riwayat abortus tidak aman, beri ATS dan TT.Pada fasilitas kesehatan yang lengkap, dengan perlindungan antibiotika berspektrum luas dan upaya stabilisasi hingga kondisi pasien memadai, dapat dilakukan pengosongan uterus sesegera mungkin (lakukan secara hati-hati karena tingginya kejadian perforasi; pada kondisi ini).

Tabel 1. Kombinasi antibiotika untuk abortus infeksiosa

Kombinasi antibiotika

Dosis oral

Catatan

Ampisilin

dan Metronidazol

3 x 1 g oral

dan

3 x 500 mg

Berspektrum luas dan mencakup untuk gonorrhoea dan bakteri anaerob

Tetrasiklin dan Klindamisin

4 x 500 mg

dan

2 x 300 mg

Baik untuk klamidia, gonorrhoea dan bakteroides fragilis

Trimethoprim dan Sulfamethoksazol

160 mg

dan

800 mg

Spektrum cukup luas dan harganya relatif murah

Tabel 2. Antibiotika parenteral untuk abortus septik

Antibiotika

Cara pemberian

Dosis

Sulbenisilin

Gentamisin

Metronidazol

IV

3x1 g

2 x 80 mg

2x1 g

Seftriaksone

IV

1x1g

Amoksisiklin + Klavulanik Acid Klindamisin

IV

3 x 500mg

3 x 600 mg

Kehamilan Ektopik Terganggu

Kehamilan ektopik ialah kehamilan di mana setelah fertilisasi, implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri. Hampir 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba uterina. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptura apabila massa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya: tuba) dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu.

Penilaian Klinik

Diagnosis hamil ektopik sangat ditentukan dengan kondisi berikut ini:

Kehamilan ektopik yang belum terganggu

Pada keadaan ini, juga ditemui gejala-gejala kehamilan muda atau abortus imminens (terlambat haid, mual dan muntah, pembesaran payudara, hiperpigmentasi areola dan garis tengah perut, peningkatan rasa ingin berkemih, porsio livide, pelunakan serviks, perdarahan bercak berulang).

Tanda-tanda tidak umum dari hasil pemeriksaan bimanual pada tahapan ini adalah:

Adanya massa lunak di adneksa (hati-hati saat melakukan pemeriksaan karena dapat terjadi ruptur atau salah duga dengan ovarium atau kista kecil)Nyeri goyang porsio

Kehamilan ektopik yang terganggu

Pada tahapan ini, selain gejala kehamilan muda dan abortus imminens, pada umumnya juga ditemui kondisi gawat darurat dan abdominal akut seperti:

Pucat/anemisKesadaran menurun dan lemahSyok (hipovolemik) sehingga isi dan tekanan denyut nadi berkurang serta meningkatnya frekuensi nadi (di atas 112 x/menit)Perut kembung (adanya cairan bebas intra abdomen) dan nyeri tekanNyeri perut bawah yang makin hebat apabila tubuh digerakkanNyeri goyang porsioPenangananSetelah diagnosis ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat daruratKetersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan operatif karena sumber perdarahan harus segera dihentikan.Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan lamtan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung)Bila darah pengganti belum tersedia, berikan auto transfusion berikut ini:Pastikan darah yang dihisap dari rongga abdomen telah melalui alat pengisap dan wadah penampung yang sterilSaring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukkan ke dalam kantung darah (blood bag). Apabila kantung darah tidak tersedia, masukkan dalam botolbekas cairan infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan sodium sitrat 10 ml untuk setiap 90 ml darah.Transfusikan darah melalui slang transfusi yang mempunyai saringan pada bagian tabung tetesan.Tindakan pada tuba dapat berupa:Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung hasil konsepsiSalpingostorni (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi di mana tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Risiko tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi (hamil ektopik ulangan).Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi transportasi tuba yang disebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya pasien diberi antibiotika kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas (lihat tabel antibiotika kombinasi dan tunggal pada abortus septik)Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:Ketoprofen 100 mg supositoriaTramadol 200 mg IVPethidin 50 mg IV (siapkan antidotum terhadap reaksi hipersensitivitas)Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari. Konseling pasca tindakanKelanjutan fungsi reproduksiRisiko hamil ektopik ulanganKontrasepsi yang sesuaiAsuhan mandiri selama di rumahJadwal kunjungan ulangMola Hidatidosa

Hamil mola adalah suatu kehamilan di mana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio letapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi yang normal, tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur. (Pelayanan Maternal & Neonatal, hal 156)

Penilaian Klinik Hampir sebagian besar kehamilan mola akan disertai dengan pembesaran uterus dan peningkatan kadar HCGLakukan pengukuran kuantitatif kadar HCG spesifik (3 hCG rapid test) bila tidak tersedia fasilitas pemeriksaan tersebut, pengukuran dapat dilakukan dengan uji kehamilan berbasis tera imunologik (hemaglutinasi atau aglutinasi lateks) di mana kadar hormon tersebut diukur secara semikuantitatif melalui pengenceran urin. Gejala klinik mirip dengan kehamilan muda dan abortus imminens, tetapi gejala mual dan muntah lebih hebat, sering disertai gejala seperti pre-eklampsia. Pemeriksaan dengan ultrasonografi akan menunjukkan gambaran seperti sarang tawon tanpa disertai adanya janin.Diagnosis pasti adalah dengan melihat jaringan mola, baik melalui ekspulsi spontan maupun biopsi pasca perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson (siapkan tindakan darurat apabila terjadi perdarahan pascabiopsi). (Pelayanan Maternal & Neonatal, hal 157)Masalah Perdarahan pada kehamilan muda yang disertai dengan gejala mirip preeklampsia Risiko tinggi untuk terjadi keganasan (koriokarsinoma)Penanganan

Penanganan Umum

Diagnosis dini akan menguntungkan prognosisPemeriksaan ultrasonografi sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumberdaya sangat terbatas, dapat dilakukan:Evaluasi klinik dengan fokus pada:Riwayat haid terakhir dan kehamilanPerdarahan tidak teratur atau spotting Pembesaran abnormal uterusPelunakan serviks dan korpus uteriKajian uji kehamilan dengan pengenceran urinPastikan tidak ada janin (ballotement) atau denyut jantung janin sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta SissonLakukan pengosongan jaringan mola dengan segeraAntisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun pasca evakuasi

Penanganan Khusus

Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NS atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat).Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih arnan dari Kuretase Tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai.Kenali dan tangani komplikasi penyerta seperti tiritoksikosis atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasiAnemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusiKadar hCG di atas 100.000 IU/L praevakuasi dianggap sebagai risiko tinggi untuk perubahan ke arah ganas, pertimbangkan untuk memberikan methotrexate (MTX) 3-5 mg/kgBB atau 25 mg IM dosis tunggal. Lakukan pemantauan kadar HCG hingga minimal 1 tahun pascaevakuasi. Kadar yang menetap atau meninggi setelah 8 minggu pasca evakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblas aktif (di luar uterus atau invasif); berikan kemoterapi MTX dan pantau (3-HCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu.Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomi apabila ingin menghentikan fertilitas.

Perdarahan Kehamilan Lanjut

Prinsip Dasar

Perdarahan antepartum pada umumnya disebabkan oleh kelainan implantasi plasenta (letak rendah dan previa), kelainan insersi tali pusat atau pembuluh darah pada selaput amnion (casa previa) dan separasi plasenta sebelum bayi lahir.

Penilaian Klinik

Tabel 3. Diagnosa dan Penatalaksanaan perdarahan pervaginam

Gejala dan

tanda utama

Faktor

predisposisi

Penyulit

lainnya

Diagnosis

Perdarahan tanpa nyeri dengan usia gestasi di atas 22 minggu.

Darah segar atau kehitaman

dengan bekuan.

Perdarahan dapat terjadi setelah miksi atau defekasi, aktifitas fisik, kontraksi Braxton Hicks, trauma atau koitus.

Grande

multipara

Umumnya tidak ada nyeri

Bagian terendah janin tidak

masuk pintu atas panggul

(gangguan akomodasi).

Gawat janin.

Plasenta

previa

Perdarahan dengan nyeri intermiten atau menetap.

Warna darah kehitaman dan cair tetapi mungkin terdapat bekuan bila solusio relatif baru.

Bila ostium terbuka, terjadi

perdarahan dengan warna

merah segar.

Hipertensi

Versi luar

Trauma

abdomen

Polihidramnion

Gemelli

Defisiensi

nutritif

Syok yang tidak sesuai dengan

jumlah darah yang keluar

(tipe tersembunyi)

Anemia berat

Melemah atau hilangnya gerak janin

Gawat janin atau hilangnya

denyut jantung janin

Uterus tegang dan nyeri

Solusio

plasenta

Nyeri hebat sebelum perdarahan dan syok, yang kemudian hilang setelah terjadi regangan hebat pada perut bawah (kondisi ini tidak khas).

Pernah operasi

sesar

Partus lama atau kasep

Disproporsi

kepala/ fetopelvik

Kelainan letak/

presentasi.

Persalinan

traumatik.

Syok atau takhikardia

Hilangnya gerak dan denyut

jantung janin.

Bentuk uterus abnormal atau

konturnya tidak jelas.

Nyeri raba/tekan dinding pe-

rut dan bagian-bagian anak

mudah dipalpasi.

Ruptura

uteri

Perdarahan berwarna merah

segar.

Uji pembekuan darah tidak

menunjukkan adanya bekuan darah setelah 7 menit.

Rendahnya faktor pembekuan darah, fibrinogen, trombosit, fragmentasi sel-sel darah merah.

Solusio plasenta.

Janin mati dalam rahim.

Eklampsia.

Emboli air ketuban

Perdarahan gusi.

Gambaran memar bawah kulit

Perdarahan dari tempat sun-

tikan dan jarum infus.

Gangguan

pembekuan

darah

(Pelayanan Maternal dan Nenatal, Hal 161)

Plasenta Previa

Plasenta previa ialah placenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. (Ilmu Kebidanan, hal. 365).

Klasifikasi Plasenta previa Plasenta previa totalis : apabila seluruh permukaan tertutup oleh jaringan plasenta. Plasenta previa parsialis : apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta Plasenta previa menginalis : apabila pinggir plasenta berada tepat di pinggir pembukaan

Plasenta letak rendah : plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus.

Terapi Spesifik

Terapi ekspektatif

Tujuan terapi ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis. Upaya diagnosis dilakukan secara non-invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.

Syarat-syarat terapi ekspektatif:

kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti belum ada tanda-tanda in partukeadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal),janin masih hidup.Rawat inap tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis.Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia kehamilan profil biofisik, letak dan presentasi janin. Berikan tokolitik bila ada kontraksi:MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam.Nifedipin 3 x 20 mg/hari.Betamethason 24 me IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Tes,) dari hasi amn osentesis Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam) dengan pesan untuk segera kembali ke rumah sakit apabila terjadi perdarahan ulang.

Terapi aktif (Tindakan segera)

Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. (Pelayanan Maternal, hal. 165) Solusio Plasenta

Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau beral janin di atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyehabkan hematoma retroplasenter.

Hematoma dapat semakin membesar ke arah pinggir plasenta sehingga jika amniokhorion sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas, perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).

Perdarahan keluar

Perdarahan tersembunyi

Keadaan umum penderita relatif lebih baik Plasenta terlepas sebagian atau inkomplit. Jarang berhubungan dengan hipertensi.Keadaan penderita lebih jelek Plasenta terlepas luas, uterus keras/tegang Sering berkaitan dengan hipertensi.

Terapi Spesifik

Atasi syok

Infus larutan NS/RL untuk restorasi cairan, berikan 500 ml dalam 15 menit pertama dan 2 L dalam 2 jam pertama. (lihat cara mengatasi Syok). Berikan transfusi dengan darah segar untuk memperbaiki faktor pembekuan akibat koagulopati.

Atasi anemia

Darah segar merupakan bahan terpilih untuk mengatasi anemia karena di samping mengandung butir-butir darah merah, juga mengandung unsur pembekuan darah.Bila restorasi cairan telah tercapai dengan baik tetapi pasien masih dalam kondisi anemia berat, berikan packed cell.Tindakan obstetrik

Persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam, umumnya dapat pervaginam.

Seksio sesarea

Seksio sesarea dilakukan apabila:janin hidup dan pembukaan belum lengkap, janin hidup, gawat janin tetapi persalinan pervaginam tidak dapat dilaksanakan dengan segera,janin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan persalinan pervaginam dapat berlangsung dalam waktu yang singkat.Persiapan untuk seksio sesarea, cukup dilakukan penanggulangan awal (stabilisasi dan tatalaksana komplikasi) dan segera lahirkan bayi karena operasi merupakan satu-satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan.Hematoma miometrium tidak mengganggu kontraksi uterus.Observasi ketat kemungkinan perdarahan ulangan (koagulopati).

Partus pervaginam

Partus pervaginam dilakukan apabila:janin hidup, gawat janin, pembukaan lengkap dan bagian terendah di dasar panggul, janin telah meninggal dan pembukaan serviks > 2 cm.Padakasus pertama, amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian percepat kala II dengan ekstraksi forseps (atau vakum).Untuk kasus kedua, lakukan amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian akselerasi dengan 5 unit oksitosin dalam dekstrose 5% atau RL, tetesan diatur sesuai dengan kondisi kontraksi uterus.Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik dalam waktu 24 jam, kecuali bila jumlah trombosit sangat rendah (perbaikan baru terjadi dalam 2-4 harikemudian).

Perbedaan antara solusio plasenta dan plasenta previa

Solusio Plasenta

Plasenta Previa

Perdarahan

Dengan nyeri Segera disusul partusKeluar hanya sedikitTanpa nyeriBerulang sebelum partusKeluar banyak

Palpasi

Bagian anak sukar ditentukan

Bagian terendah masih tinggi

Bunyi jantung anak

Biasanya tidak ada

Biasanya jelas

Pemeriksaan dalam

Tidak teraba plasenta Ketuban menonjol

Teraba jaringan plasenta

Cekungan plasenta

Ada impresi pada jaringan

Plasenta karena hematom

Tidak ada

Selaput ketuban

Robek normal

Robek marginal

Ruptura Uteri

Ruptura uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miometrium. Penyebab ruptura uteri adalah disproporsi janin dan panggul, partus macet atau traumatik, Ruptura uteri termasuk salah satu diagnosis banding apabila wanita dalam persalinan lama mengeluh nyeri hebat pada perut bawah, dukutidengan syok dan perdarahan pervaginam. Robekan tersebut dapat mencapai kandung kemih dan organ vital di sekitarnya-Risiko infeksi sangat tinggi dan angka kematian bayi sangat tinggi pada kasus ini.

Penilaian KlinikPerhatikan:Ruptura uteri pada uterus normal:Partus macet merupakan penyebab utama.Didahului oleh lingkaran konstriksi (Bandl's ring) hingga umbilikus atau di atas-nya kemudian diikuti dengan nyeri hebat pada perut bawah, hilangnya kontraksi dan bentuk normal uterus gravidarum, perdarahan pervaginam dan syok.Ruptura pada uterus bekas seksio sesarea.Pada cara klasik, ruptura terjadi sebelum atau pada fase laten persalinanPada insisi transversal SBR, umumnya terjadi saat fase aktif atau kala IIGejala nyeri yang khas, sering kali sulit dikenali terutama apabila terjadi rupture uteri inkomplit. Perdarahan hanya sedikit bertambah dari normal dan janin menunjukkan bradikardia.PenangananBerikan segera cairan isotonik (Ringer Laktat atau garam fisiologis) 500 ml dalam 15-20 menit dan siapkan laparotomi.Lakukan laparotomi untuk melahirkan anak dan plasenta. Fasilitas pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit rujukan.Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan memungkinkan, lakukan reparasi uterus (lihat Reparasi ruptura uteri).Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkhawatirkan, lakukan histerektomi.Lakukan bilasan peritoneal dan pasang drain dari kavum abdomen. Antibiotika dan serum anti tetanus.

Bila terdapat tanda-tanda infeksi (demam, menggigil, darah bercampur cairan ketuban berbau, hasil apusan atau biakan darah) segera berikan antibiotika spektrum luas. Bila terdapat tanda-tanda trauma alat genitalia atau luka yang kotor, tanyakan saat terakhir mendapat tetanus toksoid. Bila hasil anamnesis tidak dapat memastikan perlindungan terhadap tetanus, berikan serum anti tetanus 1500 IU/1M dan TT 0.5 ml 1M.

PRE EKLAMPSI

PER (Pre Eklampsi Ringan)

Tanda dan gejalaTekanan darah (sistole : 140 mmHg) kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.

(diastole : 90 mmHg) kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.

Kenaikan berat badan 1 kg/mingguProtein urine 0,3 gr/

(Sumber : Manuaba, 1998, Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk bidan.EGC.hal 242)

Penanganan< 37 minggu, tidak ada tanda perbaikan, melakukan pemeriksaan kehamilam 2x/minggu (dirawat jalan) :pantau Tekanan darah, protein urin, reflek patella, dan kondisi janin, banyak istirahat, diet biasa, tidak perlu obat-obatanJika rawat jalan tidak mungkin, rawat dirumah sakit :Diet biasa, pantau Tekanan darah 2x/hari, protein urin 1x/hariTidak perlu obat-obatanTidak perlu diuretik (kecuali jika terdapat odem paru, dekompensasi kordis / gagal ginjal akut)Jika Tekana darah (diastole turun sampai normal, dapat dipulangkan), dengan :Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda PEB (pre explamsi berat)Kontrol 3x/mgJika TD (diastol naik lagi rawat kembali)Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan tetap dirawatJika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasiJika protein urin meningkat, tangani sebagai PEB (pre eklampsi berat).Jika > 37 minggu, pertimbangkan terminasiJika servix matang Induxi Oxitosin / IV dengan 500 ml Dextrose 10 % IV atau dengan prostaglandinJika servix belum matang, berikan prostaglandin, misoprestel / kateter foley, atau terminasi perabdomen (SC).

(Saifuddin, AB. 2002. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, hal 211, JNPKKR-POGI. Jakarta).)

PEB (Pre Ekplamsi Berat)

Tanda-tanda dan gejala :Tekanan Darah 160/110 MmHgOliguria, urin < 400 cc/24 jamProtein urin > 3 gr/literKeluhan subjektif (nyeri epigastric, gangguan penglihatan, nyeri kepala, odem paru sianosis, gangguan kesadaran).Pemeriksaan laboratorium :Kadar enzim hati meningkat disertai ikterisPendarahan pada retinaTrombosit < 100.000/MM

(Sumber : Manuaba, 1998, hal 242) .

Penanganan pre eklampsi berat dan eklampsi

Penanganan PEB dan eklampsi sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsi.

Penanganan kejangBeri obat antikonvulsanPerlengkapan penanganan kejang (masker oxygen, oxygen, sedotan)Lindungi pasien dari traumaAspirasi mulut dan tenggorokanBaringkan pasien pada sisi kiri atau posisi tredelenburg untuk mengurangi risiko aspirasi Oksigen diberikan 4-6 liter/menit Penganan umumJika Tekanan darah (diastole > 110 MmHg) berikan anti hipertensi sampai Tekanan darah (diastol 90-100 MmHg)Pasang infus RL dengan jarum besar (16 gauge)Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overloadKateterisasi untuk memantau pengeluaran urin (protein urin)Jika jumlah urin < 30 ml/jam :Infus dipertahankan 1

8

1

jamPantau kemungkinan odem paruJangan tinggalkan pasien sendiri (ditakutkan terjadi kejang dan aspirasi yang mengakibatkan kematian ibu dan janin)Observasi (tanda-tanda vital, reflex patella, DJJ, setiap jam)Auskultrasi paru untuk mencari tanda odem paru (jika ada krepitasi)Jika terjadi odem paru berikan furasemid 40 mg/IVlakukan penilaian atau uji pembekuan darah (jika darah tidak memebeku dalam 7 menit kemungkinan terdapat koagulUpati) Sumber : Millenium, 2002, hal 212 Antikonvulsan untuk PEB dan EkplamsiDosis awal : MgSO4 4 gr, IV sebagai larutan 20% selama 5 menitDiikuti dengan MgSO4 (50%) IM dengan 1 ml lignokain 2%Pasien akan merasakan panasDosis pemeliharaan :MgSO4 (50%) 5 g tambah lignokain 2% 1 ml IM setiap 4 jamLanjutkan sampai 24 jam post portum atau kejang terakhirSebelum pemberian MgSO4, periksa : Frekwensi pernapasan > 16 kali permenitReflex patella Urin > 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir Stop pemberian MgSO4, jika :frekwensi nafas 16 kali permenitReflex patella (-)Urin < 30 ml/jamSiapkan antidotumJika terjadi henti napas :Bantu dengan ventilatorBeri kalsium glukonat 2 gr (20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernapasan mulai lagi.Sedativa (diazepam) pada PEB dan Exlampsipemberian intravena :Dosis awal : Dizepam 10 mg, IV pelan-pelan selama 2 menitJika kejang berulang, ulangi dosis awalDosis pemeliharaan :Diazepam 40 mg tambah 500 ml (RL) perinfusDepresi pernapasan mungkin terjadi jika dosis > 30 mg/jamJangan berikan > 100 mg/24 jamPemberian melalui rektumDosis awal : 20 mg dalam semprit 10 mlJika kejang berulang tambahkan 10 mg/jamDapat pula diberikan melalui kateter urin yang dimasukan kedalam rektum

(Sumber : Millenium, 2002, 212)

Penanganan Eklampsi

Konsep pertolongan eklampsi :

Menghindari terjadinyaKejang berulangMengurangi komaMeningkatkan jumlah diuresis Pada saat ditujuk dapat diberikan Penenang (sedative) valium 20 mg valiumPasang infus glukosa 5% dan dapat ditambah valium 10-20 mgDisertai petugas untuk memberika pertolongan :Menghindari gigitan lidah dengan memasang sidipResisutasi untuk melapangkan napas dan berikan O2Menghindari terjadinya trauma tambahan

Perawatan di Rumah Sakit dilaksanakan :

Kamar isolasiMenghindari rangsangan dari luar sinar atau keributan Mengurangi menerima kunjungan Yang merawat jumlahnya terbatas Pengobatan medis

Banyak pengobaatan yang telah diperkenalkan untuk dapat menghindari kejang berkelanjutan dan meningkatkan vitalitas janin dalam kandungan :

Sistem stroganofSuntikan 100 mg luminal IM jam kemudian suntikan 10 cc mgSO4 40%, IMKemudian setiap 3 jam berganti-ganti diberi luminal 50 mg dan 10 cc mgSO4 40%, IMSodium pentotal

Sodium pentotal dapat menghilangkan kejang. Dosisnya 200-300 mg, IV pelan-pelan

MgSO4

MgSO4 mempunyai efek :

Menurunkan Tekanan DarahMengurangi sensitivitas saraf pada sinapsisMeningkatkan diuresis Mematahkan sirkulasi iskemi plasenta, sehingga menurunkan gejala klinis eklampsi

Dosis MgSO4 :

Secara IM (intra muskuler)8 gr, bokong kanan atau kiri 4 gr, interval 6 jamSecara IV (intra vena)100 cc MgSO4 40% IV pelan-pelan Diikuti IM 5 gr

Antidotum diberikan jika terjadi tanda-tanda keracunan MgSO4 dan henti napas. Antidotum (kalsium klorida atau glukonat kalsikus 1 gr).

Diazepan atau valium

Dosis maksimal Diazeam 120 mg/hari

Metode pemberian Diazepam atau valium :

Pasang infus glukosa 5%Inisial dosis diberikan 20 mg/IVDosis ikutan dalam glukosa 5% 10-20 mg (tetesan 20 kali permenit)Observasi yang dilakukan :kesadaran penderitakeadaan janin dan rahim kejang-kejang diuresisTekanan Darah, nadi, dan pernapasan Litik koktil

Litik koktil terdiri dari petidin 100 mg, klorpromazin 100 mg dan prometazin 50 mg dilarutkan dalam 500 cc glukosa 5%, IV (dengan memperhatikan Tekanan Darah, nadi, kejang). Observasi dilakukan setiap 5 menit, karena Tekan Darah dapat turun mendadak.

Pengawasan dalam Pengobatan

Observasi tanda vital dilakukan setiap 30 menit

Pernapasan lSuhuSerangan kejangDalam keadaan koma :Tidur telentang, kepala miring kesampingSiapkan pengisapan lendirBerikan O2 untuk ibu dan janinnya Dalam serangan kejang : sediakan tong spatel untuk menghindari gigitan lidahUkur jumlah cairan yang masuk dan keluar melalui infus dan dauer kateterJumlah cairan yang masuk dalam 24 jam 2000 ccNutrisi penderita koma dengan : glukosa 10%, menghindari metabolisme lemak dan protein, pemberian asam amino dengan amino aminofusin, pemberian B komplek dan vitamin C

Pengobatan berhasil jika :

Diuresis bertambahTD turun, nadi membaikKesadaran membaikKejang berkurang

Pengobatan gagal jika :

Kejang-kejang lebih dari 12 kaliSuhu meningkat > 390 cKesadaran makin menurunNadi meningkat(> 100 kali permenit)Tindakan Kebidanan

Penderita PEB dan exlampsi tidak tahan terhadap pendarahan dan trauma persalinan, sehingga perlu dipertimbangkan per abdominal (meminimalisasikan persalinan dengan trauma)

Pemilihan persalinan tergantung dari beberapa faktor :

Paritas penderitaUmur anak terkecil Umur penderitaTempat pertolongan dilakukan di RS dengan fasilitas cukupKeadaan servix (pembukaan, arah servix, ke elastisan servix)Keadaan janin (ketuban belum pecah, jumlah air ketuban, warna air ketuban, tanda-tanda asfiksia intra uteri)

Pemilihan metode persalinan

Pilihan per vaginan diutamakan :Dapat didahului dengan indux persalinanBahaya persalinan ringan Bila memenuhi syarat dapat dilakukan : pecahkan ketuban untuk mempercepat pembukaan dan tindakan cunam mempercepat kala IIPersalinan plasenta dapat dipercepat dengan manual Menghindari pendarahan dengan diberikan uterotonlikaPertimbangan SCGagal induksi persalinan per vaginanGagal pengobatan konservatif

PRE EKLAMPSI BERAT DAN EKLAMPSI

Dasar diagnosis klinis :

Kenaikan berat badan Kenaikan TDProtein urinOliguria Kejang atau komaNyeri epigastrum dan kepala Penglihatan rabunOdem paru sianosisGangguan kesadaran

Pemeriksaan :

Fisik ibuTD (tekanan darah)BB (berat badan)

Odem, protein urin

Janin Gerakan janinJantung janinAir ketubanKonsultasi dokter

PRE EKLAMPSI BERAT DAN EKLAMPSI

Seksio sesaria

Gagal induxIndux obsetehi

Terapi aktif

Indikasi vitalGagal perobatan 2 kali 24 jamMedis teknis :Indux persalinan AmniotomiKala II forcep

Konservatif

Kamar isolasiObservasi (keseimbangan cairan) infus 2000 cc/hariPerobatan : StoganetPenthofil, MgSO4DZP, litikoktilEvaluasi perobatan :Diuresis Kesadaran membaikKejang berkurangNadi dan TD turunKeluhan berkurang

Pengobatan konservatif berhasil

Pengawasan hamil intensifKehamilan mencapai atermPersalinan peraginan

Sumber : Manuaba, 1998, 252

HIPERTENSI

Pengertian

Hipertensi merupakan kelainan vaskular yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada masa nifas. Penyakit ini ditandai dengan hipertensi (odem, protein urin, kejang, koma).

Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan

1

Dx

Hipertensi

Tekanan darah

Kenaikan diastol 15 mmHg atau > 90 mmHg (2 kali pengukuran dalam 1 jam) atau diastol > 110 mmHg

Tanda-tanda lain

Protein urin (-)Kehamilan < 20mg

2

PER

(pre eklampsi ringan)

Tekanan idemProtein urin +

3

PEB

(pre eklampsi berat)

Diastol > 110 mmHgProtein urin +OligariaHipereflexiaGangguan penglihatanNyeri epigastricKejang

4

Exlampsi

Hipertensi Kejang

Hipertensi Kronik

1

Hipertensi kronik

Hipertensi Kehamilan < 20mg

2

Super improset

pre eklampsi

Hipertensi kronikProtein urin +Tanda-tanda lain dari pre eklampsi

Sumber : Sastrawinata, S. 2004.Obstetri patologi ilmu kesehatan reproduksi, edisi k e2, hal 68. EGC. Jakarta.

Pada kehamilan dengan penyakit jantung dibagi dalam 4 stadium :

Kelas I Tanpa gejala pada kegiatan biasa, tanpa batasan aktivitas.

Kelas II Waktu istirahat tidak terdapat gejala, ada batasan fisik, gejala payah jantung. Cepat sesak nafas, nyeri dada, odem tungkai atau tangan

Kelas III Gerakan terbatas, karena istirahat saja sudah menimbulkan gejala payah jantung

Kelas IV Dalam keadaan istirahat sudah terjadi gejala payah jantung

Keluhan utama yang ditemukan :

Cepat lelahJantung berdebar-debarSesak nafas dapat disertai sianosisOdem tungkai terasa berat pada kehamilan muda Mengeluh tentang besarnya pertambahan rahim

Sumber : Manuaba, 1998, hal 272

Penanganan

Jika kehamilan < 37 mg pantau : tekanan darah, protein urin, kondisi janin setiap minggu Jika tekanan darah naik, tangani sebagai pre eklampsi Jika kondisi janin memburuk (IUGR) rawat pertimbangkan terminasi kehamilan

(Sumber : Prawirohardjo, 2002, hal 211)

Penanganan kehamilan < 37 mg tidak dapat tanda perbaikan, lakukan ANC 2 kali/mg (rawat jalan) :

Pantau TD, protein urin, reflex, dan kondisi janinBanyak istirahatDiet biasaTidak perlu obat-obatan

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Pengertian

Mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Ilmu Kandungan, hal. 275).

Etiologi

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh penulis sebagai berikut :

Faktor pedisposisi yaitu primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Faktor organik yaitu alergi, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolik akibat hamil dan resistensi ibu yang menurun. Faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan. (Ilmu Kandungan, hal. 276).

Patofisiologi

Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hipotermia, hipokloremia, penurunan klorida urin, selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna hingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntali dan merusak hepar. Selaput lendir esofagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory-Weiss) sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal (Kapita Selekta Kedokteran, hal. 259).

Gejala dan Tanda

Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringanya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan.

Tingkat I.

Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.

Tingkat II.

Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.

Tingkat III.

Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat; suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Vernickc, dengan gejala: nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati. (Ilmu Kandungan, hal. 277)

Diagnosa

Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula I memberikan gejala muntah.

Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan| makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perhif segera diberikan (Ilmu Kandungan, hal. 278).

Pencegahan

Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan, I dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkanjf Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangap dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan! karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.

Obat-obatan

Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen. Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan, seperiti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti disiklomin hidrokhlonae atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum yang berat perlu dikelola di rumah sakit.

Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan makanan/minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

Terapi psikologik

Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan masa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

Cairan parenteral

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium, dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan la ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena. Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu I diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlonda dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk memberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan di atas, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.

Penghentian kehamilan

Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit f. diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital. (Ilmu Kandungan, hal. 278)