Taksasi Produksi Tanaman Sagu (Metroxylon sp.)di PT ...

4
Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor, 2009 TAKSASI PRODUKSI TANAMAN SAGU (Metroxylon spp.) DI PT NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT UNIT HTI MURNI SAGU, SELATPANJANG, RIAU Production of Predict Sago (Metroxylon spp.) in P.T. National Timber And Forest Product Unit HTI Murni Sagu, Selatpanjang, Riau Edi Wiraguna 1 , H. M. H Bintoro 2 , Pasril Wahid 3 1 Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB 2 Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB 3 Staf Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor Abstract The objective of this apprentice is to obtain knowledge and field work. Activity experience on cultivation, harvest and post harvest. The apprentice was conduct at P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu, Selatpanjang, Riau from February until June 2009. Besides that, apprentice also have been done watch about predicts production, examination four method sample, and sought after example in point for conduct to predict production and life-death sago plant. Result of predict production point out crop for next next year less than 1%. Examination four sampling techniques to point out that, all method gets to be utilized. Total example that is utilized to the method of is 1,2%. Total example who can be done to predict production and life-death sago plant is under 1,6%. Keywords : Sago (Metroxylon sagu Rottb), Predict production, Sample PENDAHULUAN Latar belakang Sagu merupakan bahan makanan yang telah lama dikenal di Indonesia. Haryanto dan Pengloli (1992) menyatakan bahwa penduduk Maluku, terutama di desa-desa telah lama mengkon- sumsi sagu sebagai makanan pokok. Selain daerah Maluku, Irian Jaya, Sulawesi, Kepulauan Mentawai di Sumatra Barat juga menggunakan sagu sebagai makanan pokok. Sagu (Metroxylon sagu Rottb) di Indonesia tumbuh dalam bentuk hamparan hutan yang kurang terpelihara sebagaimana mestinya. Sagu dapat tumbuh di daerah rawa atau tanah marginal yang tanaman penghasil karbohidrat lainnya sukar untuk tumbuh wajar. Tanaman sagu pertumbuhannya akan bagus jika kadang-kadang tergenang air. Sagu pertumbuhannya akan kurang bagus apabila selalu tergenang air. Indonesia memiliki areal pertanaman atau hutan sagu terluas di dunia dan memiliki diversitas genetik yang terkaya. Namun demikian perhatian terhadap tanaman sagu masih sangat kurang hal ini ditandai dengan luas tanaman atau hutan sagu belum diketahui secara pasti. Namun, menurut Manan dan Supangkat dalam Bintoro (2008) luasan lahan sagu di Indonesia adalah 4 183 300 hektar. Tanaman sagu mempunyai banyak manfaat dari daun sampai batangnya. Daun dapat dijadikan atap rumah tradisional, tulang daunnya dapat dijadikan dinding, lidinya dapat digunakan menjadi sapu, dan kulit batangnya dapat dijadikan lantai. Empulur sagu setelah diparut dapat dijadikan pakan ternak. Apabila setelah diparut, kemudian parutan empulur tersebut diolah lebih jauh, maka limbahnya yang berupa serat dapat dijadikan pakan ternak, media tumbuh jamur atau untuk media berbagai tanaman pertanian. Limbah cairnya dapat dijadikan sebagai pupuk. Pati sagu dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, misalnya bahan bakar “bio fuel” (etanol), bahan baku penyedap masakan (monosodium glutamat) gula cair, bahan baku plastik ramah lingkungan yang dapat terurai dalam tanah dan pakan ternak. Taksasi produksi berguna untuk memperkirakan panen. Taksasi dilakukan untuk mengetahui jumlah tanaman setiap fase pertumbuhan. Jumlah tanaman yang dapat dipanen akan menen- tukan banyaknya pemasukan bagi perusahaan. Menurut Henanto (1996) di Propinsi Bengkulu rata-rata pohon sagu yang dapat ditebang per hektar hanya 11 batang. Taksasi produksi dilakukan di empat divisi. Divisi-divisi tersebut mempunyai jarak tanam 8 m x 8 m. Jarak tanam menentukan jumlah tepung yang akan didapat. Menurut Bintoro (1999) apabila, jarak antara tanaman yang terlalu dekat maka pohon sagu yang dapat dipungut hasilnya hanya sedikit sekali. Di kawasan yang tumbuh sagunya tidak dominan seperti di kawasan Kalimantan Selatan, rata-rata pohon sagu yang dapat dipanen sekitar lima pohon/hektar/tahun, padahal di serawak pohon sagu yang dapat dipanen sekitar 150-250 pohon/hek- tar/tahun dan produksi tepungnya sekitar 150-250 kg/ pohon. Taksasi produksi mempunyai dua masalah utama. Masalah tersebut adalah ketepatan jumlah contoh dan metode yang digunakan. Metode dan jumlah contoh yang digunakan tepat apabila, hasil taksasi produksi mendekati sesungguhnya. Tujuan Kegiatan magang bertujuan: 1. meningkatkan relevansi dan keterkaitan antara proses pendidikan dengan lapangan kerja 2. memberikan pengalaman kerja praktis tentang aspek produksi dan pengelolaan secara sebenarnya 3. mengetahui cara teknis yang tepat dalam melakukan taksasi produksi sagu. 4. mempelajari teknis budidaya tanaman sagu (Metroxylon sagu Rottb) dari penyiapan lahan sampai dengan pemeliharaan tanaman 5. memperkirakan jumlah tanaman yang dapat dipanen 6. memperkirakan produksi sagu tahun-tahun berikutnya METODE MAGANG Waktu dan Tempat Pelaksanaan magang berlangsung selama empat bulan mulai bulan Februari sampai Juni 2009. Magang dilaksanakan di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu, Kabupaten Meranti, Propinsi Riau. Metode Magang Metode yang dilakukan adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung yang dilakukan adalah praktek kerja langsung di lapangan dengan turut kerja aktif dalam pelaksanaan kegiatan, wawancara, dan diskusi. Metode tidak langsung dengan melakukan pengumpulan laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip kebun. Teknik budidaya yang dilakukan di kebun meliputi pembibitan, pembuatan gawangan hidup, pembersihan keliling sagu (piringan), penjarangan anakan (prunning), sensus, menga- wasi penyemprotan, mengawasi ekskavator, mengawasi pembu- atan gawangan setapak dan pengawasan panen. Data yang diperoleh selama melaksanakan kegiatan tersebut berupa presta- si kerja harian kontrak, prestasi buruh harian lepas, prestasi kerja mahasiswa, hambatan dan pendukung teknis budi-daya, data tersebut kemudian dibandingkan dengan data kebun. Aspek pengamatan yang dilakukan meliputi faktor me- nejerial, tenaga kerja, sarana dan prasarana, pelaksanaan teknik budidaya yang dilakukan dan prestasi kerja. Data yang didapat dilengkapi dengan wawancara. Wawancara dilakukan dengan

Transcript of Taksasi Produksi Tanaman Sagu (Metroxylon sp.)di PT ...

Page 1: Taksasi Produksi Tanaman Sagu (Metroxylon sp.)di PT ...

Makalah SeminarDepartemen Agronomi dan HortikulturaInstitut Pertanian Bogor, 2009

TAKSASI PRODUKSI TANAMAN SAGU(Metroxylon spp.) DI PT NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT

UNIT HTI MURNI SAGU, SELATPANJANG, RIAUProduction of Predict Sago (Metroxylon spp.) in P.T. National Timber And Forest Product

Unit HTI Murni Sagu, Selatpanjang, Riau

Edi Wiraguna1, H. M. H Bintoro2, Pasril Wahid3

1Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB2Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

3Staf Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor

AbstractThe objective of this apprentice is to obtain knowledge and field work. Activity experience on cultivation, harvest and post

harvest. The apprentice was conduct at P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu, Selatpanjang, Riau from February until June 2009. Besides that, apprentice also have been done watch about predicts production, examination four method sample, and sought after example in point for conduct to predict production and life-death sago plant. Result of predict production point out crop for next next year less than 1%. Examination four sampling techniques to point out that, all method gets to be utilized. Total example that is utilized to the method of is 1,2%. Total example who can be done to predict production and life-death sago plant is under 1,6%.

Keywords : Sago (Metroxylon sagu Rottb), Predict production, Sample

PENDAHULUAN

Latar belakangSagu merupakan bahan makanan yang telah lama dikenal

di Indonesia. Haryanto dan Pengloli (1992) menyatakan bahwa penduduk Maluku, terutama di desa-desa telah lama mengkon-sumsi sagu sebagai makanan pokok. Selain daerah Maluku, Irian Jaya, Sulawesi, Kepulauan Mentawai di Sumatra Baratjuga menggunakan sagu sebagai makanan pokok.

Sagu (Metroxylon sagu Rottb) di Indonesia tumbuh dalam bentuk hamparan hutan yang kurang terpelihara sebagaimana mestinya. Sagu dapat tumbuh di daerah rawa atau tanah marginal yang tanaman penghasil karbohidrat lainnya sukar untuk tumbuh wajar. Tanaman sagu pertumbuhannya akan bagus jika kadang-kadang tergenang air. Sagu pertumbuhannya akan kurang bagus apabila selalu tergenang air.

Indonesia memiliki areal pertanaman atau hutan sagu terluas di dunia dan memiliki diversitas genetik yang terkaya. Namun demikian perhatian terhadap tanaman sagu masih sangat kurang hal ini ditandai dengan luas tanaman atau hutan sagu belum diketahui secara pasti. Namun, menurut Manan dan Supangkat dalam Bintoro (2008) luasan lahan sagu di Indonesia adalah 4 183 300 hektar.

Tanaman sagu mempunyai banyak manfaat dari daun sampai batangnya. Daun dapat dijadikan atap rumah tradisional, tulang daunnya dapat dijadikan dinding, lidinya dapat digunakan menjadi sapu, dan kulit batangnya dapat dijadikan lantai. Empulur sagu setelah diparut dapat dijadikan pakan ternak. Apabila setelah diparut, kemudian parutan empulurtersebut diolah lebih jauh, maka limbahnya yang berupa serat dapat dijadikan pakan ternak, media tumbuh jamur atau untuk media berbagai tanaman pertanian. Limbah cairnya dapat dijadikan sebagai pupuk. Pati sagu dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, misalnya bahan bakar “bio fuel” (etanol), bahan baku penyedap masakan (monosodium glutamat) gula cair, bahan baku plastik ramah lingkungan yang dapat terurai dalam tanah dan pakan ternak.

Taksasi produksi berguna untuk memperkirakan panen. Taksasi dilakukan untuk mengetahui jumlah tanaman setiap fase pertumbuhan. Jumlah tanaman yang dapat dipanen akan menen-tukan banyaknya pemasukan bagi perusahaan. Menurut Henanto (1996) di Propinsi Bengkulu rata-rata pohon sagu yang dapat ditebang per hektar hanya 11 batang.

Taksasi produksi dilakukan di empat divisi. Divisi-divisi tersebut mempunyai jarak tanam 8 m x 8 m. Jarak tanam menentukan jumlah tepung yang akan didapat. Menurut Bintoro (1999) apabila, jarak antara tanaman yang terlalu dekat maka pohon sagu yang dapat dipungut hasilnya hanya sedikit sekali. Di kawasan yang tumbuh sagunya tidak dominan seperti di kawasan Kalimantan Selatan, rata-rata pohon sagu yang dapat

dipanen sekitar lima pohon/hektar/tahun, padahal di serawak pohon sagu yang dapat dipanen sekitar 150-250 pohon/hek-tar/tahun dan produksi tepungnya sekitar 150-250 kg/ pohon.

Taksasi produksi mempunyai dua masalah utama. Masalah tersebut adalah ketepatan jumlah contoh dan metode yang digunakan. Metode dan jumlah contoh yang digunakan tepat apabila, hasil taksasi produksi mendekati sesungguhnya.

TujuanKegiatan magang bertujuan:

1. meningkatkan relevansi dan keterkaitan antara proses pendidikan dengan lapangan kerja

2. memberikan pengalaman kerja praktis tentang aspek produksi dan pengelolaan secara sebenarnya

3. mengetahui cara teknis yang tepat dalam melakukan taksasi produksi sagu.

4. mempelajari teknis budidaya tanaman sagu (Metroxylonsagu Rottb) dari penyiapan lahan sampai dengan pemeliharaan tanaman

5. memperkirakan jumlah tanaman yang dapat dipanen6. memperkirakan produksi sagu tahun-tahun berikutnya

METODE MAGANG

Waktu dan TempatPelaksanaan magang berlangsung selama empat bulan

mulai bulan Februari sampai Juni 2009. Magang dilaksanakan di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu, Kabupaten Meranti, Propinsi Riau.

Metode MagangMetode yang dilakukan adalah metode langsung dan tidak

langsung. Metode langsung yang dilakukan adalah praktek kerja langsung di lapangan dengan turut kerja aktif dalam pelaksanaan kegiatan, wawancara, dan diskusi. Metode tidak langsung dengan melakukan pengumpulan laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip kebun.

Teknik budidaya yang dilakukan di kebun meliputi pembibitan, pembuatan gawangan hidup, pembersihan keliling sagu (piringan), penjarangan anakan (prunning), sensus, menga-wasi penyemprotan, mengawasi ekskavator, mengawasi pembu-atan gawangan setapak dan pengawasan panen. Data yang diperoleh selama melaksanakan kegiatan tersebut berupa presta-si kerja harian kontrak, prestasi buruh harian lepas, prestasi kerja mahasiswa, hambatan dan pendukung teknis budi-daya, data tersebut kemudian dibandingkan dengan data kebun.

Aspek pengamatan yang dilakukan meliputi faktor me-nejerial, tenaga kerja, sarana dan prasarana, pelaksanaan teknik budidaya yang dilakukan dan prestasi kerja. Data yang didapat dilengkapi dengan wawancara. Wawancara dilakukan dengan

Page 2: Taksasi Produksi Tanaman Sagu (Metroxylon sp.)di PT ...

karyawan, pekerja kontrak, maupun buruh harian lepas. Wawancara dilakukan saat jam kerja maupun di luar jam kerja.

Aspek-aspek pengamatan yang dilakukan masih diperlukan pengamatan lebih lanjut. Salah satu pengamatan yang perlu dilakukan adalah taksasi produksi.

Pelaksanaan metode taksasi produksi yang dilakukan ada-lah sebagai berikut:Pendugaan produksi empat divisi

Penarikan contoh sistematis diambil secara diagonaldengan contoh sebesar 0,017%. Pengamatan dilakukan pada empat divisi yang setiap divisi terdiri atas 20 blok tanaman. Teknik pengambilan contohnya adalah sebagai berikut:

a. pemilihan satu blok setiap divisib. blok terpilih dilakukan pengambilan contoh 27 rumpunc. rumpun contoh dibagi dalam tiga petak kecil d. antara petak kecil membentuk diagonal.e. Setiap petak kecil terdapat sembilan rumpun contoh

yang berbentuk persegi.Satu blok tanaman sagu seluas 50 ha. Jarak tanam yang di-

gunakan 8 m x 8 m.Pengujian beberapa metode penarikan contoh

Berikut adalah teknik pengambilan contoh yang dilakukandengan jumlah contoh 1,2%:

a. pengambilan contoh secara diagonal (ujung, tengah, dan ujung) membentang dari barat laut ke tenggara dan diambil rumpun ketiga dari tepi

b. pengambilan contoh secara diagonal (ujung, tengah, dan ujung) membentang dari timur laut ke barat daya dan diambil rumpun ketiga dari tepi

Pengambilan contoh secara diagonal dibagi ke dalam tiga petak kecil. Setiap petak kecil berisi 32 rumpun. Pengambilan contoh di petak kecil dengan urutan empat tanaman ke samping dan delapan tanaman ke tengah blok.

c. pengacakan enam baris dengan diambil 16 rumpun secara acak tiap baris

d. penentuan enam petak sampel dengan jumlah per petak kecil adalah 16 rumpun. Posisi petak contoh adalah sebelah utara enam petak (timur, tengah dan barat) dan selatan enam petak (timur, tengah barat). Tanaman pinggir digunakan sebagai contoh.

Pengujian metode penarikan contoh dilakukan pada jumlah rumpun contoh 1,2 % dari populasi tanaman dalam satu blok. Pengolahan data menggunakan uji nilai tengah t-dunnet (uji t), dengan hipotesis menerima H0.

Faktor PengamatanPeubah yang diamati adalah sebagai berikut :

1. Jumlah tanaman yang hidup-mati 2. Tinggi batangPengukuran tinggi batang dilakukan dengan megukur

tinggi dari pangkal batang sampai pelepah daun paling tua, tapi yang belum kering. Pengelompokkan tinggi tanaman adalah 0 –2 m; 2 – 4 m; 4 – 6 m; 4,6 m dan > 6 m.

3. Diameter batangPengukuran diameter batang dengan cara mengukur batang

yang lurus dengan membersihkan kotorannya terlebih dahulu. Pengukuran diameter batang dilakukan pada ketinggian 1,3 m dari permukaan tanah. Pengukuran diameter dilakukan dengan mengukur keliling menggunakan meteran. Keliling batang dikonversi ke diameter.

4. Ciri kematangan fisiologis tanaman saguTanaman sagu dalam proses pematangan mengalami

empat fase fisiologis. Fase kematangan fisiologis terdiri atas empat tahapan yaitu wela (buang duri), maputih (mutih), maputih masa (nyorong), dan siri buah (berbunga).

KONDISI UMUM KEBUN

Letak Geografis dan AdministratifP.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni

Sagu terletak di propinsi daerah tingkat I Riau yang ditatabatas secara geografis terletak antara 00 31' – 10 08' LU dan 1010 43' -1030 08' BT. Berdasarkan pembagian wilayah administratif, P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu me-nempati beberapa desa yaitu Desa Tanjung Sari, Desa Kayuara,

Desa Sungai Pulau, Desa Kepau Baru, Desa Tanjung Gadai, Desa Teluk Buntal dan Desa Sungai Tohor. P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu terletak di Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Daerah Tingkat II Meranti, Propinsi Daerah Tingkat I Riau.

Keadaan Tanah dan IklimJenis tanah di PT. National Timber and Forest Product

Unit HTI Murni Sagu adalah Organosol dan Aluvial. Tanah Organo-sol tergolong tanah dengan lapisan solum cukup dalam (>100 cm). Tekstur lapisan bawah halus (liat) sedangkan lapisan atas tergolong merupakan hemik (tingkat pelapukan sampai tingkat menengah). Konsistensi tanah lekat, porositas tanah sedang, reaksi tanah tergolong sangat masam dengan pH berkisar 3,1 – 4,0. Kepekatan terhadap erosi termasuk tinggi, namun mengingat topografi wilayah tersebut datar, maka kemungkinan terjadinya erosi rendah. Tanah organosol memiliki luasan 19 820 ha atau 99,6% dan tanah aluvial sebanyak 80 ha atau 0,4% dengan luasan total 19 900 ha (NTFP, 1997).

MANAJERIAL KEBUN

Pengorganisasian KebunP.T. National Timber and Forest Unit HTI Murni Sagu

dengan pimpinan utama seorang GM (general manager). GM membawahi kepala tata usaha, koordinator divisi dan tim teknis (technical and suporting team). Tim teknis bertugas meninjau ulang hasil kerja pegawai kontrak. Peninjauan ulang dilakukan setelah kegiatan selesai dilakukan. Peninjauan ulang dilakukan pada kegiatan pengendalian gulma manual. Kepala tata usaha bertugas untuk mengontrol semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan. Koordinator divisi mendapat perintah langsung dari GM. Perintah langsung dilakukan untuk kegiatan yang menda-dak. Perintah secara langsung dilakukan melalui telepon atau bertatap muka langsung.

Komunikasi yang dilakukan di P.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu adalah komunikasi intern tegak lurus. Departemen penerangan (1984) menyatakan bahwa instruksi dan laporan yang dikirimkan dan diterima oleh menejemen merupakan komunikasi intern yang tegak lurus. Instruksi diberikan ke bawah, sedang laporan disampaikan keatas melalui garis hierarki yang ditentukan. Selain bersifat instruksi, komunikasi juga merupakan edukasi dan informasi. Selain komunikasi tegak lurus, komunikasi intern dilakukan mendatar atau horisontal. Hubungan tersebut dilakukan dengan lisan atau tulisan sebagai pertukaran informasi antar bagian.

PELAKSANAAN TEKNIS BUDIDAYA

Persiapan Bahan TanamP.T. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni

Sagu dalam melakukan pembibitan dengan cara mengambil anakan yang berumur kurang dari satu tahun. Bibit diperoleh dari kebun sendiri. Beberapa kriteria yang digunakan adalah bibit masih segar dengan pelepah masih hijau, bibit sudah tua (dicirikan bonggol sudah keras), pelepah dan pucuk masih hidup, tidak terserang hama dan penyakit, bibit yang memenuhi kriteria tapi ukurannya kecil dihitung setengah dan bibit di dapat dari rumpun yang sudah dipanen atau induk sudah matang.

Bibit didapat dengan menggunakan sistem borongan. Harga untuk satu bibit Rp. 700,-. Pembayaran dilakukan apabila telah dilakukan penyeleksian. Setelah dilakukan penyeleksian maka dilakukan pembibitan di kanal. Bentuk anakan ada tiga jenis yaitu banir yang berbentuk tapal kuda, keladi dan L. Bibit yang bagus adalah banir berbentuk L, tidak menempel dengan induk, mempunyai berat lebih dari 1,5 kg. Bibit yang digunakan tidak menempel dengan induk agar tidak merusak batang induk, karena apabila batang induk luka maka akan mengundang kumbang sagu. Kumbang sagu merupakan hama yang paling membahayakan tanaman sagu.

PembibitanPembibitan sangat diperlukan bagi tanaman sagu. Pembi-

bitan dilakukan di kanal, sehingga membutuhkan rakit. Pembua-tan rakit oleh pemborong dengan harga satu rakit Rp. 5000,-.

Page 3: Taksasi Produksi Tanaman Sagu (Metroxylon sp.)di PT ...

Pembuatan rakit dari pelepah sagu yang sudah kering. Rakit yang dibuat mempunyai panjang 2,5 m, lebar 1 m, dan tinggi 0,3 m. Pelepah sagu yang berukuran 1 m berjumlah 12 pelepah dan yang berukuran 2,5 m berjumlah 12 (6 pelepah untuk disusun ke atas dan 6 pelepah untuk alas). Jumlah pelepah untuk alas dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Rakit dibagi dalam tiga bagian, hal ini dimaksudkan agar saat di air rakit tidak mudah goyang atau berat sebelah. Penempatan rakit di dalam air dengan menggunakan penahan yang disangkutkan ke tepi kanal agar anakan sagu tidak hanyut.

Pelaksanaan Pengendalian Gulma (Weeding)Pengendalian gulma merupakan suatu kegiatan awal yang

dilakukan sebelum pelaksanaan perawatan dilakukan. Pengen-dalian gulma adalah pembersihan blok dari tanaman penggang-gu khususnya gulma lunak atau semak. Pelaksanaan pengen-dalian gulma dilakukan dua tahap yaitu secara manual dan secara kimia. Pelaksanaan pengendalian gulma adalah sebagai berikut:

1. Pengendalian gulma secara manual Pengendalian gulma manual yang dilakukan adalah

pembersihan gawangan hidup dan piringan. Gawangan hidup adalah jalan yang digunakan untuk pengangkutan hasil panen, pupuk maupun yang lain untuk keperluan dalam blok.

Pelaksanaan pembuatan gawangan hidup dengan memang-kas gulma selebar 1,5 m dan terletak simetris antara rumpun sagu. Pangkasan gulma lunak (pakis) dan pohon yang memiliki diameter lebih kecil dari 10 cm dipangkas 5 cm dari permukaan tanah. Gulma pohon yang sudah memiliki diameter batang lebih dari 10 cm bagian kulit batang dibuang sampai batas kambium. Pembuangan tersebut bertujuan untuk memutus jaringan floem. Jaringan floem yang putus akan menyebabkan akar tidak menerima hasil fotosintesis. Kurangnya pasokan karbohidrat hasil fotosintesis ke akar menyebabkan tanaman menjadi layu. Tanaman yang sudah layu dan kering akan mudah untuk dipotong. Gulma jenis pandan dipangkas sampai 5 cm dari permukaan tanah. Pada saat pembuatan gawangan hidup men-jumpai rumpun sagu ditengah gawangan hidup maka, gawangan hidup dapat dibelokkan asal letakya simetris diantara dua rum-pun sagu.

2. Pengendalian gulma secara kimia atau sering disebut dengan penyemprotan

Pengendalian gulma secara kimia dilakukan setelah pengendalian gulma secara manual selesai. Pengendalian gulma secara kimia sering disebut dengan penyemprotan. Penyemprot-an menggunakan bahan kimia dengan bahan aktif metilsulfuron dan paraquat. Dosis penyemprotan adalah 60 ml paraquat dan 2,5 gram metilsulfuron yang dilarutkan dalam 16 liter air. Nozzel menggunakan warna merah kipas. Nozzel merah mem-punyai lebar semprot 1,5 m.

Kontrol Pertumbuhan (Penjarangan anakan atau Prunning)Kontrol pertumbuhan sangat diperlukan untuk menjaga

kontinuitas panen. Sebelum dilakukan penjarangan anakan(prunning) sensus harus dilakukan terlebih dahulu. Sensus sebelum dilakukan harus melakukan koordinasi dengan divisi sensus. Sensus dilakukan dengan cara membawa cat warna merah, putih dan kuning. Setiap warna cat memiliki fungsi masing-masing, cat warna putih sebagai anakan yang diting-galkan, merah dibuang dan warna kuning digunakan untuk abut. Anakan yang menempel pada tanaman induk dibuang dengan dipotong menggunakan parang sampai dasar tangkai daun dan pemangkasan jangan sampai mengenai titik pertumbuhan. Pemangkasan anakan yang menempel pada induk memotong titik tumbuh, maka akan menimbulkan luka pada tanaman induk sehingga mengundang hama (kumbang sagu).

Pengelolaan AirPengelolaan air sangat diperlukan untuk tanaman sagu.

Faktor yang paling penting dalam pengelolaan sagu adalah ketinggian air. Ketinggian air di kanal harus selalu dijaga antara 30 cm – 50 cm dari permukaan tanah.

PT National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu saat ini telah melakukan pencucian kanal (pendalaman

kanal) dan pembuatan kanal baru. Pembuatan kanal baru dilakukan di batas terluar perusahaan. Jenis kanal dibagi menjadi tiga yaitu kanal utama, kanal kolektor (penghubung antara kanal utama dengan kanal cabang) dan kanal cabang. Setiap jenis kanal memiliki ukuran berbeda kanal utama lebarnya 6 m dalamnya 4 m, kanal kolektor (collector) lebarnya 5 m dalamnya 3 m dan kanal cabang lebarnya 3 m dalamnya 3 m. Kanal memiliki fungsi masing-masing, kanal utama ber-fungsi sebagai alat transportasi antara divisi, kanal kolektor sebagai penghubung antara kanal cabang dengan kanal utama, dan kanal cabang berfungsi untuk pengangkutan bibit dan pupuk. Fungsi lain kanal adalah sebagai antisipasi saat terjadi kebakaran.

Pengelolan air agar dapat menunjang budidaya sagu memer-lukan beberapa alat bantu. Alat bantu tersebut antara lain:1. Pengukur tinggi air kanal (Canal water level)2. Pizzo meter3. Bendungan atau emergency gate

SensusSensus (pengambilan data) tanaman dimulai dari sebelah

barat laut blok. Pengambilan data dilakukan oleh dua orang. Satu orang bertugas menebas untuk perintisan jalan dan yang satunya bertugas mengambil data (blok yang belum dilakukan pengendalian gulma). Karyawan yang bertugas mengambil data membawa cat, lembar pengamatan (thally sheet), alat tulis dan alat ukur meteran. Cat digunakan untuk memberi tanda silang pada tanaman yang sudah memasuki masa panen, sedangkan meteran digunakan untuk mengukur diameter tanaman yang sudah memasuki masa panen. Cat yang digunakan berwarna merah.

PanenPanen adalah kegiatan yang dilakukan dengan menebang

tanaman yang sudah memasuki kriteria pemanenan. Kriteria tanaman untuk dipanen adalah tanaman sagu yang sudah nyorong. Nyorong adalah fase pertumbuhan tanaman sagu yang pelepah batangnya mengecil sampai menuju ke pembungaan. Pemanenan dilakukan setelah dilakukan sensus. Tanaman yang sudah masuk masa panen diberi tanda silang berwarna merah.

Sensus BersamaPelaksanaan sensus yaitu sensus hidup-mati tanaman yang

diambil 50% sedangkan, taksasi produksi sebanyak 10% dari populasi. Sensus dilakukan dari Divisi 1 sampai Divisi 8. Sensus dibagi menjadi dua tim besar yaitu tim sensus hidup-mati dan taksasi produksi. Sensus hidup-mati dilakukan oleh lima orang dengan tanggung jawab 12 baris tanaman per orang. Taksasi produksi dibagi dua tim yang setiap tim bertanggung jawab enam baris tanaman. Sensus hidup-mati dilakukan oleh karyawan sedangkan, taksasi produksi dilakukan oleh perwakilan Sampoerna dan Siak Raya Group yang berjumlah dua orang. Penghitungan hasil sensus langsung dilakukan di lapangan. Hasil sensus yang telah sampai camp dilakukan penghitungan ulang oleh pimpinan (leader) tim. Pemimpin tim mengecek apabila, terjadi kesalahan penghitungan atau tulisan yang kurang jelas. Penyensus dipanggil apabila hal tersebut terjadi. Setelah koreksi di camp selesai, lembar pengamatan (thally sheet) ditan-datangani oleh kedua belah pihak. Lembarpengamatan yang sudah ditandatangani dikirim ke camp utama (Camp Tanjung Bandul) untuk dilakukan rekapitulasi. Pelaporan sementara yang dari lapangan langsung dilaporkan ke kantor Selatpanjang. Setiap hari hasil laporan di kantor Selatpanjang dikirimkan ke kantor utama Sampoerna di Jakarta. Pelaporan yang dilakukan setiap hari adalah jumlah tanaman hidup-mati dan taksasi pro-duksi.

PEMBAHASAN

Teknis Budidaya Sagu (Metroxylon sagu Rottb)Budidaya tanaman sagu (Metroxylon sagu Rottb) terdiri

atas kegiatan penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan dan panen. Penyiapan lahan untuk saat ini belum dilakukan karena sedang terjadi masa transisi dari Siak Raya Group ke Sampoerna tbk. Penanaman dilakukan saat penyulaman maupun

Page 4: Taksasi Produksi Tanaman Sagu (Metroxylon sp.)di PT ...

setelah pembukaan lahan. Penanaman belum dilakukan karena bibit belum tersedia. Pemeliharaan dan panen sedang dilakukan oleh perusahaan saat ini.

Tanaman sagu mengalami pertumbuhan dan membentuk batang setelah kurang lebih berumur lima tahun. Haryanto dan Pangloli (1991) menyatakan sekitar batang sagu tumbuh kun-cup-kuncup (tunas) yang berkembang menjadi anakan sagu. Anakan sagu tersebut memperoleh unsur hara dari pohon induk-nya sampai akarnya mampu mengabsorbsi unsur hara sendiri dan daunnya mampu melakukan fotosintesis.

Taksasi produksi tanaman saguTaksasi produksi tanaman sagu dengan mengambil contoh

sebanyak satu blok setiap divisi. Satu divisi terdiri atas 20 blok. Setiap blok contoh diambil 27 rumpun. Pengambilan contoh 27 rumpun sama dengan 0,1728 ha. Jika luas satu divisi adalah 1000 ha, maka contoh yang diambil sebesar 0,017 %.

Tabel 1. Taksasi Produksi divisi 2 dengan parameter tinggi batang metode diagonal arah barat laut ke tenggara

No. Fase PertumbuhanJumlah rata-rata

batang (%)

1. Anakan (0 - 0,5 m) 3,702. Sapihan (0,5 - 1,5 m) 3,703. Tiang (1,5 - 5 m) 40,744. Pohon (>5 m) 33,335. Masak tebang 0,006. Lewat masak tebang 0,007. Sulaman 14,818. Mati 3,70

Total 100,00

Tabel 2. Taksasi Produksi divisi 1, 3 dan 4 dengan parameter tinggi batang metode diagonal arah timur ke laut barat

No. Fase PertumbuhanJumlah rata-rata

batang (%)

1. Anakan (0 - 0,5 m) 11,112. Sapihan (0,5 - 1,5 m) 3,703. Tiang (1,5 - 5 m) 7,414. Pohon (>5 m) 18,525. Masak tebang 0,006. Lewat masak tebang 0,007. Sulaman 59,268. Mati 0,00

Total 100,00

Taksasi produksi di P.T. Nasional Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu dilakukan pada empat divisi. Hasil pengamatan dikelompokkan ke dalam fase pertumbuhan meliputi anakan, sapihan, tiang, pohon, masak tebang dan lewat masak tebang. Hasil taksasi produksi menunjukkan jumlah setiap fase pertumbuhan dibawah 50% (Tabel 1 dan Tabel 2). Divisi 1, 2, 3 dan 4 pada tahun 2009 tidak terdapat tanaman yang dapat dipanen. Divisi 1, 3 dan 4 yang dapat dipanen dua tahun berikutnya 18,52%, tiga sampai empat tahun berikutnya 7,14%, lima tahun berikutnya 3,70%, dan enam tahun beri-kutnya 11,11% (Tabel 2). Divisi 2 yang dapat dipanen dua tahun berikutnya 33,33%, tiga sampai empat tahun berikutnya 40,74%, lima tahun berikutnya 3,70%, dan enam tahun berikutnya 3,70% (Tabel 1). Pelaksanaan taksasi pada tahun 2009.

Tanaman sagu dapat dipanen untuk diambil patinya pada umur 12 tahun (http://www.IPTEKnet.com). Tanaman sagu untuk Divisi 1-4 ditanam pada tahun 1996-1997. Umur tanaman sagu tahun 2009 sudah mencapai 12–13 tahun. Data taksasi produksi (Tabel 1 dan tabel 2) tidak terdapat tanaman sagu yang dapat dipanen pada tahun 2009. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah contoh terlalu kecil. Pada awal bulan Juli

dilakukan panen (pengamatan di lapangan). Berdasarkan hal tersebut maka, pengujian beberapa metode penarikan contoh dilakukan.

Tabel 3. Hasil Pengujian Beberapa Metode Penarikan Contoh Dengan Parameter Tinggi Tanaman

Keterangan: tn : Metode penarikan contoh tidak berbeda nyata dengan populasiBD : Buang duriNY : NyorongMS : Mat dan sulaman

Semua metode penarikan contoh tidak berpengaruh nyata (Tabel 3). Hal tersebut berarti setiap metode penarikan contoh sama atau mendekati dengan populasi. Hal tersebut membuk-tikan bahwa semua metode penarikan contoh dapat digunakan, tetapi apabila dilihat dari nilai rataan yang paling mendekati adalah metode acak dalam baris.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Pengujian pada empat metode penarikan contoh dapat

digunakan semuanya, contoh sebesar 0,017% tidak menggambarkan populasi

Pelaksanaan teknik budidaya belum berjalan dengan baik

Saran Pengawasan kontrol pertumbuhan ditingkatkan

DAFTAR PUSTAKA

BBPT. 2005. Tanaman Penghasil Pati. http://www.IPTEKnet.com. [04 Agustus 2009]

Bintoro, H.M.H. 1999. Pemberdayaan Tanaman Sagu Sebagai Penghasil Bahan Pangan Alternatif dan Bahan Baku Agroindustri Yang Potensial Dalam rangka Ketahanan Pangan Nasional. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Tanaman Perkebunan, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. 11 September 1999. 70 hal.

Bintoro, H.M.H. 2008. Bercocok Tanam Sagu. IPB Press. Bogor. 71 hal.

Coochran, W.G. 1991. Teknik Penarikan Sampel. Terjemahan dari : Sampling Techniques. Penerjemah : Rudiansyah. Edisi ketiga. UI-Press. Jakarta. 488 hal.

Departemen Penerangan. 1984. Komunikasi Dalam Prakter. Departemen Penerangan. Jakarta. 130 hal.

Haryanto, B. dan P. Pangloli. 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Kanisius. Yogyakarta. 140 hal.

Henanto, H. 1996. Kajian Potensi Sagu di Propinsi Bengkulu. Simposium nasional Sagu III.Universitas Riau. Pekanbaru. hal: 165-171.

Natoinal Timber and Forest Product. 1997. Studi Diagnosik HPH Bina Desa Hutan. NTFP : Pekanbaru

Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut. Kanisius. Yogyakarta. 174 hal.

Metode Penarikan Contoh

Kriteria sensus (m) Nilai t-hitung0-2 2-4 4-6 >6 BD NY MS

........jumlah rata-rata tanaman per ha (%)......Enam petak sampel

15,6 11,5 16,67 5,2 0,0 3,1 47,9 0,4tn

Acak dalam baris

13,6 16,7 16,67 7,3 2,1 1,0 42,6 0,6tn

Diagonal arah timur laut barat daya

4,2 3,1 10,45 6,3 1,0 2,1 72,8 1,2tn

Diagonal arah barat laut tenggara

7,3 6,3 8,33 3,1 1,0 00 73,9 1,3tn