Tahun Emas Menteri Baru
Transcript of Tahun Emas Menteri Baru
DESEMBER 2014 • Edisi 52 • MEDIAKOM 1 • •
Etalase
Penanggung Jawab:
drg. Murti Utami, MPH
Pemimpin Redaksi:
drg.Rarit Gempari, MARS
Sekretaris Redaksi:
Sri Wahyuni, S.Sos,MM
Redaktur/Penulis:
Zahrotiah, S.Sos, M. Kes,
Busroni S.IP, Prawito, SKM, MM
Resty Kiantini, SKM, M.Kes,
Giri Inayah,S.Sos,MKM,
Anjari Umarjianto,S.Kom,
Awallokita Mayangsari,SKM,
Waspodo Purwanto, Hambali,
Eko Budiharjo,
Juni Widiyastuti, SKM,
Dessyana Fa’as, SE, Desain Grais & FotoGrafer: drg. Anitasari, S,M,
Wayang Mas Jendra,S,Sn,
Sekretariat:
Endang Retnowaty, Iriyadi,
Zahrudin
Alamat Redaksi:
Pusat Komunikasi Publik,
Gedung Kementerian
Kesehatan RI, Ruang 109, Jl.
Hr Rasuna Said Blok X5 Kav.
4-9 Jakarta, 12950
Telp: 021-5201590, 52907416-9
Fax: 021-5223002,52960661
Call Center: 021-500567
Email: [email protected]
SUSUNANREDAKSIMEDIAKOM
Hari Kesehatan Nasional (HKN) tepat berusia 50 tahun pada 2014.
Usia emas ini tentu menjadi memomentum penting bagi perjalanan
pembangunan kesehatan. Dilihat dari hitungan waktu, umur 50 tahun
memenuhi unsur kematangan. Di usia ini asam garam menjalankan
konsep pembangunan kesehatan tentu sudah dilalui, mulai dari
promotif, preventif, kuratif, hingga rehabilitatif. Selama setengah abad, setiap
tahun, segenap penanggungjawab dan pelaksana pembangunan kesehatan
selalu melakukan evaluasi dan perbaikan untuk mencapai kesempurnaan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Peringatan HKN tahun ini, memang dikemas secara berbeda dengan
peringatan HKN sebelumnya. Perbedaan itu terletak pada jumlah dan jenis
kegiatan yang lebih banyak dan bervariasi, seperti berbagai lomba, seminar,
pameran dan olah raga.
Salah satu yang spesial di peringatan tahun emas HKN ini adalah pameran
foto yang mengambil tema pembangunan kesehatan 50 tahun. Pameran yang
diselenggarakan di lobby gedung dr. Adhyatma Kemenkes ini menyajikan berbagai
dokumentasi foto pembangunan kesehatan, mulai dari zaman awal pemerintahan
Presiden Bung Karno, sampai akhir pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Di pameran ini, secara rinci dirunut perjalanan panjang pembangunan
kesehatan yang terabadikan dalam foto.
HKN kali ini juga menyelenggarakan lomba olah raga antar karyawan di
lingkungan Kemkes. Olahraga yang dipertandingkan antara lain bulutangkis, bola
voli, dan futsal. Lomba ini menjadi daya tarik tersendiri karena memberi ruang
gerak karyawan di suatu unit untuk bersosialisasi dengan karyawan unit lain
setelah puluhan tahun tidak bertemu di lapangan.
Parna, peserta lomba olah raga bulutangkis dari Puskom Publik mengaku
sangat menikmati acara lomba tersebut karena selain membuat pikirannya bisa
bebas lepas, ia juga bias berrekreasi sekaligus menjalin persahabatan. “Bermain
bulutangkis seperti ini menjadi sebuah kerinduan penantian
panjang sejak tahun 1997. Baru pada 2014 ini,
penantian itu terobati,” ujar Parna dengan nada riang.
HKN tahun ini juga bertepatan dengan
pelantikan kabinet kerja yang memiliki moto “kerja,
kerja dan kerja”. Maka, sejak dilantik menjadi
Menkes, Prof. DR.dr. Nila F Moeloek, SpM (K)
langsung tancap gas mendorong pelayanan
kesehatan masyarakat menjadi lebih cepat,
mudah dan akurat.
HKN Emas tentu saja bukan
sekedar momentum peringatan 50
tahun pembangunan kesehatan, tapi
juga kesempatan untuk tafakur,
mengevaluasi diri, memperbaharui, dan
menata kembali masa depan kesehatan
rakyat Indonesia menjadi lebih adil,
merata, dan berkualitas.• Redaksi
HKN EMASdrg. Murti Utami, MPH
• • 2 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Daftar Isi
INFO SEHAT 4-5- Demam Belum Tentu Ebola
- Menghindari Penularan Ebola
MEDIA UTAMA 6-21- Tahun Emas, Menteri Baru
- Sejarah HKN Emas
- Indonesia Waspada Ebola di Tahun Emas
- Setelah 50 Tahun Perjalanan Membangun Kesehatan
- Sehat Bangsaku, Sehat Negeriku
- Para Pemenang Lomba HKN
- Whistleblowing Systems (WBS)Inspektorat Jenderal
Kementerian Kesehatan
PERISTIWA 22-29- Agenda Menteri Kesehatan Nila F Moeloek
- Memperingati Ulang Tahun Emas Hari Kesehatan Nasional
- Pemerintah Perluas Jkn Dengan Kis
- Kementerian Kesehatan Terus Pantau Kasus Infeksi Ebola
- Menkes Minta Semua Terlibat Dalam Upaya Pencegahan
Ebola
- Balitbangkes Uji Coba Rikhus Vektora
- Ebola Telah Membunuh 5.177 Orang
REFORMASI BIROKRASI 30-31- Tukin Pengaruhi Disiplin Kerja
TEROBOSAN 32-35- Satu Lagi Strain Poliovirus Berhasil Diberantas
- Model Matematika Untuk Identiikasi Risiko Bunuh Diri
KOLOM 36-37- Habis Gelap Terbitlah Terang
POTRET 38-43- dr. Mohamad Subuh, MPPM
UNTUK RAKYAT 44-45- Komisi IX DPR Minta Penjelasan Soal KIS
- DPR: KIS Jangan Tumpang Tindih Dengan JKN
DARI DAERAH 46-61- Puskesmas Simpur Berusaha Unggul Dalam Pelayanan
- Pelayanan Jkn Di Rumah Sakit Abdul Moeloek
- Strategi Sehat Sai Bumi Rua Jurai
- Tabanan Pegang Tiga Rekor Muri Bidang Layanan
Kesehatan
- Ni Putu Eka Wiryastuti, Ibu Sehat Keluarga Sehat
LENTERA 62-65
KUIS 66-67
RESENSI 68
6
4
28 38 48
DESEMBER 2014 • Edisi 52 • MEDIAKOM 3 • •
SURAT PEMBACA
1. Kejang Demam
2. Tetanus
3. HIV AIDS tanpa
komplikasi
4. Tension headache
5. Migren
6. Bell's Palsy
7. Vertigo (Benign
paroxysmal positional
Vertigo)
8. Gangguan somatoform
9. Insomnia
10. Benda asing di konjungtiva
11. Konjungtivitis
12. Perdarahan
subkonjungtiva
13. Mata kering
14. Blefaritis
15. Hordeolum
16. Trikiasis
17. Episkleritis
18. Hipermetropia ringan
19. Miopia ringan
20. Astigmatism ringan
21. Presbiopia
22. Buta senja
23. Otitis eksterna
24. Otitis Media Akut
25. Serumen prop
26. Mabuk perjalanan
27. Furunkel pada hidung
28. Rhinitis akut
29. Rhinitis vasomotor
30. Rhinitis vasomotor
31. Benda asing
32. Epistaksis
33. Inluenza34. Pertusis
35. Faringitis
36. Tonsilitis
37. Laringitis
38. Asma bronchiale
39. Bronchitis akut
40. Pneumonia,
bronkopneumonia
41. Tuberkulosis paru tanpa
komplikasi
42. Hipertensi esensial
43. Kandidiasis mulut
44. Ulcus mulut (aptosa,
herpes)
45. Parotitis
46. Infeksi pada umbilikus
47. Gastritis
48. Gastroenteritis (termasuk
kolera, giardiasis)
49. Reluks gastroesofagus50. Demam tifoid
51. Intoleransi makanan
52. Alergi makanan
53. Keracunan makanan
54. Penyakit cacing tambang
55. Strongiloidiasis
56. Askariasis
57. Skistosomiasis
58. Taeniasis
59. Hepatitis A
60. Disentri basiler, disentri
amuba
61. Hemoroid grade ½
62. Infeksi saluran kemih
63. Gonore
64. Pielonefritis tanpa
komplikasi
65. Fimosis
66. Paraimosis67. Sindroma duh 9discharge)
genital (GO dan NGO)
68. Infeksi saluran kemih
bagian bawah
69. Vulvitis
70. Vaginitis
71. Vaginosis bakterialis
72. Salphingitis
73. Kehamilan normal
74. Aborsi spontan komplit
75. Anemia deisiensi besi pada kehamilan
76. Ruptur perineum tingkat ½
77. Abses folikel rambut/kelj
sebasea
78. Mastitis
79. Cracked nipple
80. Inverted nipple
81. DM tipe 1
82. DM tipe 2
83. Hipoglikemi ringan
84. Malnutrisi energi protein
85. Deisiensi vitamin86. Deisiensi mineral87. Dislipidemia
88. Hiperurisemia
89. Obesitas
90. Anemia deiensi besi91. Limphadenitis
92. Demam dengue, DHF
93. Malaria
94. Leptospirosis (tanpa
komplikasi)
95. Reaksi anailaktik96. Ulkus pada tungkai
97. Lipoma
98. Veruka vulgaris
99. Moluskum kontangiosum
100. Herpes zoster tanpa
komplikasi
101. Morbili tanpa komplikasi
102. Varicella tanpa komplikasi
103. Herpes simpleks tanpa
komplikasi
104. Impetigo
105. Impetigo ulceratif
(ektima)
106. Folikulitis superisialis107. Furunkel, karbunkel
108. Eritrasma
109. Erisipelas
110. Skrofuloderma
111. Lepra
112. Siilis stadium 1 dan 2113. Tinea kapitis
114. Tinea barbe
115. Tinea facialis
116. Tinea corporis
117. Tinea manus
118. Tinea unguium
119. Tinea cruris
120. Tinea pedis
121. Pitiriasis versicolor
122. Candidiasis mucocutan
ringan
123. Cutaneus larvamigran
124. Filariasis
125. Pedikulosis kapitis
126. Pediculosis pubis
127. Scabies
128. Reaksi gigitan serangga
129. Dermatitis kontak iritan
130. Dermatitis atopik
(kecuali recalcitrant)
131. Dermatitis numularis
132. Napkin ekzema
133. Dermatitis seboroik
134. Pitiriasis rosea
135. Acne vulgaris ringan
136. Hidradenitis supuratif
137. Dermatitis perioral
138. Miliaria
139. Urtikaria akut
140. Eksantemapous drug
eruption, ixed drug eruption
141. Vulnus laseraum,
puctum
142. Luka bakar derajat 1 & 2
143. Kekerasan tumpul
144. Kekerasan tajam
Rujukan
Puskesmas ke
Rumah Sakit
Pada hari Rabu, 24
September 2014 pukul
09.30 WIB, anak saya
yang bernama Ina
berobat ke Puskesmas
Margahayu Kencana
Komplek Margahayu, Desa
Margahayu Selatan, Kec.
Margahayu, Kab. Bandung.
Ia menggunakan kartu
BPJS, kemudian hasil
diagnosanya adalah Herpes.
Namun, petugas Puskesmas
mengatakan tidak ada
obat sehingga hanya diberi
tablet untuk gatal saja.
Mengapa anak saya tidak
dirujuk langsung ke RS?
Saya ragu akan obat yang
diberikan oleh Puskesmas.
Sebenarnya bagaimana cara
Puskesmas memutuskan
pasien yang mana yang
harus dirujuk ke Rumah
Sakit? Mohon penjelasan.
Hormat Saya,
Mustikowati
Jawab:
Terima kasih atas pertanyaan
Saudara. Sehubungan
dengan pengaduan Saudara,
pemberian rujukan Ke Rumah
Sakit oleh Puskesmas tidak
dapat dilakukan, karena
herpes merupakan salah satu
jenis penyakit dari 144 jenis
penyakit yang bisa ditangani
puskesmas / faskes tingkat 1.
Terima kasih
DAFTAR NAMA PENYAKIT YANG DAPAT DILAYANI DITANGANI DI LAYANAN PRIMER
(sumber SKDI, Pekonsil kedokteran Indonesia 2012)
Kemudahan pergerakan
manusia membuat dunia
seolah tanpa batas,
dan memungkinkan
virus dari satu negara
menyebar ke negara-
negara lain di dunia.
Ebola yang sedang
mewabah pun bisa sampai di Tanah Air.
Virus mematikan itu menular melalui
kontak langsung lewat kulit yang terluka
atau membrane mukosa dengan darah,
atau cairan atau sekresi tubuh yang lain
(feses, urin, saliva, semen) dari orang
terinfeksi.
Infeksi juga bisa terjadi jika kulit
yang terluka atau membran mukosa
orang sehat bersentuhan dengan
barang-barang yang terkontaminasi
cairan tubuh pasien yang terinfeksi virus
Ebola seperti pakaian, sprei, atau jarum
yang sudah digunakan.
Mengetahui gejala-gejala infeksi
Ebola sejak dini akan sangat membantu
penanganan dini pasien dan mencegah
penyebaran virus lebih lanjut.
Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (World Health Organization/
WHO), gejala awal infeksi virus itu
antara lain demam tiba-tiba, tubuh
lemah, sakit otot, sakit kepala dan sakit
tenggorokan.
Gejala-gejala itu diikuti dengan
muntah, diare, ruam, gangguan ginjal
dan hati, serta dalam beberapa kasus
perdarahan internal maupun eksternal.
Selain itu pemeriksaan laboratorium
akan menunjukkan rendahnya jumlah
sel darah putih dan trombosit serta
peningkatan enzim-enzim hati.
Kepala Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Prof. dr.
Tjandra Yoga Aditama, Sp.P, MARS,
DTM&H, DTCE mengatakan ada empat
gejala yang menjadi indikasi kuat
seseorang terjangkit penyakit Ebola,
khususnya bagi mereka yang baru saja
pulang dari negara-negara terjangkit.
“Yaitu demam yang tidak diketahui
penyebabnya; nyeri otot hebat; gangguan
saluran pencernaan; dan manifestasi
pendarahan,” kata Prof. dr. Tjandra.
Periode inkubasi, atau interval waktu
dari infeksi sampai muncul gejala awal,
antara dua hari sampai 21 hari. Pasien
akan menularkan penyakitnya ke orang
lain setelah gejala-gejala muncul.
“Bila ada yang
baru datang
dari
negara terjangkit Ebola, lalu dia demam,
maka belum tentu demam tersebut
diakibatkan oleh virus Ebola, bisa saja
dikarenakan penyakit lain. Namun
memang, waspada dan kehati-hatian
kita perlukan,” kata Prof. dr. Tjandra.
Ia lantas menuturkan kasus yang
terjadi pada warga negara Indonesia
(WNI) yang baru tiba dari Liberia. Berdasarkan pemeriksaan, awalnya
tidak ada seorangpun dari mereka yang
sakit.
Tapi setelah beberapa hari, ada
laporan keluhan demam dari TKI yang
berasal dari Madiun dan Kediri.
“Tentu saja, gejala demam tersebut
belum tentu Ebola. Bisa saja penyakit
Malaria, atau penyakit lainnya. Memang,
demi kewaspadaan dan kehati-hatian,
pihak rumah sakit mengambil tindakan
dengan merawat pasien suspect Ebola
di ruang isolasi,” katanya.
Infeksi Ebola hanya bisa dipastikan
melalui pemeriksaan laboratorium.
Balitbangkes kemudian mengambil
spesimen darah dari pasien yang diduga
terinfeksi virus Ebola dan memeriksanya
di laboratorium. Hasilnya negatif, tidak
ada yang tertular Ebola.
Seseorang pernah berada di area
terdampak Ebola atau melakukan
kontak dengan orang yang diketahui
atau diduga terinfeksi Ebola dan mulai
menunjukkan gejala harus segera
memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
Jika ada kasus orang yang
diduga terjangkit penyakit itu
maka harus segera dilaporkan
ke fasilitas kesehatan
terdekat.
Penanganan medis
seketika sangat penting
untuk meningkatkan
tingkat kesintasan
terhadap penyakit
tersebut. Sangat penting
untuk mengendalikan
penyebaran penyakit
dan prosedur
pengendalian harus
dilakukan secepat
mungkin.•
DEMAM
BELUM
TENTU
EBOLA
WW
W.C
DC
.GO
V
INFO SEHAT
• • 4 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Selama wabah,
kebanyakan
kasus
penyakit Ebola
menyebar
lewat
penularan
antar-manusia.
Beberapa langkah
bisa diambil untuk
membantu mencegah
infeksi dan membatasi atau
menghentikan penularan.
Memahami sifat penyakit
serta cara pencegahan
dan penularan penyakit
Ebola sangat penting untuk
mencegah penyebaran lebih
lanjut infeksi virus mematikan
tersebut.
Berikut langkah-langkat
yang dianjurkan Organisasi
Kesehatan Dunia (World
Health Organization/WHO)
untuk menghindari penularan
Ebola:
1Dengar dan ikuti arahan
dari Kementerian
Kesehatan.
2Jika menduga
ada orang yang
menunjukkan gejala-
gejala serupa gejala
infeksi virus Ebola dorong
dan dukung mereka
mendapatkan penanganan
medis dari fasilitas
kesehatan.
3Jika memilih merawat
orang yang sakit
di rumah, beri tahu
petugas kesehatan supaya
mereka bisa memberikan
pelatihan dan menyediakan
sarung tangan serta alat
perlindungan personal
(sarung tangan, baju kedap,
bot atau sepatu tertutup,
masker dan pelindung mata),
instruksi untuk merawat
pasien dan melindungi diri
dan keluarga, serta cara
tepat untuk membuang alat
perlindungan personal.
4Ketika mengunjungi
pasien di rumah
sakit atau merawat
orang yang sakit di rumah,
disarankan mencuci
tangan menggunakan
sabun pada air mengalir
setelah menyentuh pasien
atau cairan tubuhnya atau
barang-barangnya.
5Orang-orang yang
meninggal dunia
karena Ebola harus
ditangani menggunakan
peralatan pelindung yang
tepat dan harus dikuburkan
segera oleh petugas
kesehatan profesional yang
terlatih melakukan prosedur
penguburan yang aman.
6Sebisa mungkin
mengurangi kontak
dengan binatang yang
berisiko tinggi menularkan
penyakit seperti kelelawar
buah dan kera di area
hutan hujan terdampak.
Jika curiga ada binatang
yang tertular, jangan
menyentuhnya.
7Produk-produk
makanan dari hewan
harus dimasak sampai
benar-benar matang
sebelum dimakan.
8Petugas kesehatan
yang menangani
pasien yang diduga
atau dikonirmasi sakit berisiko lebih tinggi terkena
infeksi dibandingkan
kelompok yang lain. Selama
wabah petugas kesehatan
harus menjalankan prosedur
standar kewaspadaan untuk
mencegah penyebaran
penyakit. •
MENGHINDARI
PENULARAN EBOLA
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 5 • •
• • 6 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
[MEDIA UTAMA]
TAHUN EMAS, MENTERI BARU
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Utusan
Khusus Presiden RI untuk Millenium Development
Goals (MDGs) tahun 2009-2014.
Tugasnya ialah menanggulangi kemiskinan absolut,
belum terjangkaunya pendidikan, masih tingginya
angka kematian ibu melahirkan, rendahnya kesehatan
anak, kesenjangan jender, penyebaran HIV/AIDS dan
penyakit menular lain, kerusakan lingkungan, serta
penggalangan kemitraan global.
Wanita keturunan Minangkabau yang lahir pada
11 April 1949 itu juga dikenal sebagai istri dari Menteri
Kesehatan Kabinet Reformasi Pembangunan Faried
Anfasa Moeloek. Pasangan ini dikaruniai 3 anak yakni
Muh.Reiza, Puti Alifah, dan Puti Annisa.
Nila menyelesaikan studi S1 di Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Kemudian ia melanjutkan
pendidikan spesialis mata, serta mengikuti program
sub-spesialis di International Fellowship di Orbita
Centre University of Amsterdam, Belanda dan di
Kobe University, Jepang. Setelah itu ia melanjutkan
pendidikan konsultan Onkologi Mata dan Program
Doktor Pasca-Sarjana di FKUI.
Ia pun mulai mengabdi menjadi dosen di
almamaternya terhitung sejak tahun 1980. Atas
dedikasi dan kesuksesannya di bidang ahli mata,
Nila pun ditunjuk sebagai kepala divisi tumor mata di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kirana pada 1979-
1998.
Selain menjadi dokter di RSCM, Nila juga menjadi
ketua umum Dharma Wanita Persatuan Pusat
(2004-2009), Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis
Mata (Perdami), dan Ketua Umum Yayasan Kanker
Indonesia (YKI) periode 2011-2016.
Pengalaman wanita berusia 65 tahun itu memang
tidak diragukan lagi dalam dunia kesehatan.
“Ia adalah senior yang sangat berpengalaman,”
demikian Presiden Joko Widodo menyebut sosok Nila
ketika memperkenalkan jajaran menteri di kabinetnya di
halaman Istana Negara, Minggu (26/10).
Rangkaian kegiatan HKN menjadi titik awal debut
Menkes Nila dalam mengemban tugasnya membawa
Indonesia yang sehat sebagaimana subtema HKN ke-
50 yakni “Sehat Bangsaku Sehat Negeriku”.
Disela-sela sambutannya pada Upacara peringatan
HKN Emas ke-50 di Lapangan Silang Monas (12/11),
Nila menyatakan bahwa agenda pembangunan
kesehatan tahun 2015-2019 adalah mewujudkan akses
dan mutu pelayanan kesehatan yang lebih baik.
“Saya mengajak semua pihak untuk bekerjasama
dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan yang
sedang kita lakukan untuk kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Saya percaya, apabila dengan sungguh-
sungguh melakukannya, kita akan mampu mencapai hasil
yang lebih baik dalam lima tahun ke depan,” tutur Nila.•
Perayaan Hari Kesehatan Nasional
(HKN) tahun ini tidak hanya spesial
sebagai tahun emas menginjak ke-50
tahun tetapi juga kehadiran menteri
kesehatan baru, Nila F. Moeloek, yang
ditunjuk Presiden Joko Widodo untuk
mengemban tugas bersama Kabinet
Kerja periode tahun 2014-2019.
Nama Nila F. Moeloek sudah tidak asing lagi di
dunia kesehatan. Ahli oftalmologi (ilmu penyakit mata)
itu pernah disebut-sebut sebagai calon kuat menteri
kesehatan di Kabinet Indonesia Bersatu era Susilo
Bambang Yudhoyono karena telah mengikuti proses
seleksi.
Namun, guru besar Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (FKUI) itu, malah ditunjuk
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 7
TAHUN EMAS, MENTERI BARU
Hari Kesehatan
Nasional (HKN)
diperingati pada
12 November
setiap tahunnya.
Tahun ini HKN mencapai usia
emas. Tema HKN ke-50 tahun
ini adalah “Indonesia Cinta
Sehat”, dengan subtema yang
dipilih yaitu “Sehat Bangsaku
Sehat Negeriku”. Tema ini
bermakna penting untuk
menjadikan budaya hidup
sehat sebagai bagian dari
keseharian bangsa Indonesia.
Menilik kembali pada
sejarah, pada era tahun
50-an, penyakit malaria
merupakan penyakit yang
banyak diderita masyarakat
indonesia. Ratusan ribu jiwa
terenggut akibat malaria,
Karena itulah, pemerintah
berupaya melakukan
pemberantasan malaria
atau malaria eradication di
seluruh penjuru Tanah Air.
Guna mencapai hal
tersebut, tahun 1959
dibentuklah Dinas
Pembasmian Malaria
yang pada bulan Januari
1963 berubah namanya
menjadi Komando Operasi
Pemberantasan Malaria
(KOPEM). Pembasmian
malaria dilakukan dengan
menggunakan insektisida
Dichloro Diphenyl
Trichloroethane (DDT)
yang disemprotkan secara
massal ke rumah-rumah
di seluruh Jawa, Bali, dan
Lampung. Penyemprotan
secara simbolis dilakukan
oleh presiden Soekarno
pada tanggal 12 November
1959 di Desa Kalasan,
Yogyakarta. Selanjutnya,
kegiatan penyemprotan
DDT juga dibarengi dengan
kegiatan pendidikan
kesehatan atau penyuluhan
kepada masyarakat.
Lima tahun kemudian,
lebih kurang 63 juta
penduduk telah mendapat
perlindungan dari penyakit
malaria. Karena itu, pada
tanggal 12 November 1964,
keberhasilan pemberantasan
malaria tersebut diperingati
sebagai Hari Kesehatan
Nasional (HKN) pertama.
Hal inilah yang menjadi titik
awal kebersamaan seluruh
komponen bangsa dalam
pembangunan kesehatan di
Indonesia.
Rangkaian Kegiatan HKN Emas
Puncak kegiatan HKN
Emas diawali oleh open
house 4 buah Museum milik
UPT Kementerian Kesehatan
RI, yaitu Museum Kesehatan
Dr. Adhyatma MPH di
Surabaya; Teater Nyamuk
di Kabupaten Ciamis;
Museum DUVER atau
Dunia Vektor di Salatiga;
Menkes RI. dr. Nila Muluk manabur bunga pada batu nisan Almh. Ainun Habibie, sebagai penghormatan,
[MEDIA UTAMA]
• • 8 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
SEJARAH HKN EMAS
Menkes RI meninjauan Museum Kesehatan dr. Adhyatma, MPH
Pusat Humaniora, Surabaya.
menggambar dan mewarnai,
juga upaya pemecahan rekor
MURI untuk Komitmen Anti
Rokok yang ditandai dengan
cap tangan pada spanduk
pada 16 November 2014;
serta penyelenggaraan the
2nd health Research and
Development Symposiumin
Asia Pasiic Region dan Pameran Hasil Penelitian
Kesehatan pada 17-20
November 2014.
Berbagai lomba juga
diselenggarakan sejak
beberapa bulan menjelang
November 2014, antara
lain: Lomba Cuci Tangan
Pakai Sabun dan Gosok
Gigi bagi pelajar sekolah
dasar di wilayah DKI
Jakarta; Lomba Karya Tulis
Anti Rokok dan Narkoba
serta Cerdas Cermat
Bidang Kesehatan bagi
pelajar sekolah di wilayah
DKI Jakarta; Lomba Band
Tingkat Mahasiswa; Lomba
Fotograi bagi Masyarakat Umum; Olimpiade Teknologi
Tepat Guna Kesehatan
Lingkungan; serta Tim
Gowes Sepeda Selawasuta
(12 hari) melintasi wilayah
selatan Jawa, dari Surabaya
menuju Jakarta.
Kegiatan puncak
peringatan HKN Emas ke-50
akan dilaksanakan pada
Kamis, 27 November 2014
mendatang di Jakarta.•
Lomba Gosok Gigi bagi pelajar sekolah dasar di wilayah DKI Jakarta.
serta Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat
Tradisional di Tawangmangu.
Keempat museum tersebut
dibuka secara gratis bagi
masyarakat selama bulan
November 2014.
Dilanjutkan dengan
kegiatan ziarah dan tabur
bunga di Makam Pahlawan
Kesehatan pada 10
November 2014; dilanjutkan
dengan Upacara Bersama
di Monumen Nasional dan
Simulasi Penanggulangan
Wabah Ebola pada 12
November 2014; Pameran
Pembangunan Kesehatan
dan Pengabdian Masyarakat
pada 14-16 November 2014;
Senam massal, gerak jalan,
sepeda massal, sepeda sehat,
line dance competition, lomba
Pemecahan rekor MURI untuk Komitmen Anti Rokok yang ditandai dengan cap tangan
pada spanduk.
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 9
[MEDIA UTAMA]
• • 10 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Pada peringatan
Hari Kesehatan
Nasional (HKN)
emas ke-50 tahun,
kasus wabah
ebola menjadi perhatian
khusus.
Usai upacara peringatan
HKN ke-50 di Lapangan
Silang Monas, Rabu
(12/11), dilakukan simulasi
penanganan ebola oleh
kementerian kesehatan.
INDONESIA WASPADA EBOLADI TAHUN EMAS
Simulasi dimulai dari
sebuah pesawat Rajawali
yang tengah terbang dari
Abu Dhabi menuju Jakarta.
Dalam penerbangan
tersebut, terdapat dua warna
negara Indonesia (WNI)
yang mengalami gejala mirip
ebola, yakni demam tinggi
dan nyeri di seluruh badan.
Melihat tanda-tanda
tersebut, lalu ditelusuri asal
penerbangan dua WNI
tersebut yang ternyata
keduanya transit dari salah
satu negara endemik ebola
di Afrika Barat.
Pilot pun segera
melaporkan informasi
dugaan ebola pada Air
Trafic Controller (ATC) di bandara. Laporan tersebut
pun segera ditangapi oleh
ATC dengan menghubungi
petugas Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) di Bandara
Soekarno Hatta.
Sejumlah petugas
terlihat sibuk menyiapkan
tim boarding untuk
menangani dua penumpang
suspect ebola tersebut.
Tim itu terdiri dari dokter,
paramedis dan sanitarian
yang siap menunggu
pesawat mendarat di area
dengan menggunakan baju
pelindung berwarna kuning
beserta mobil ambulans.
AN
TA
RA
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 11
Sesaat setelah
landing, tim langsung
dipandu pramugari masuk
pesawat untuk melakukan
pemeriksaan awal. Setelah
melakukan pemeriksaan,
penumpang suspect ebola
itu langsung dibawa tim
evakuasi ke ruang isolasi
yang ada di bandara.
Setelah itu, mereka
lalu dibawa ke rumah sakit
rujukan. Setiba di sana, tim
Rumah Sakit juga telah siap
dengan mengenakan baju
pelindung, lalu membawa
pasien untuk diambil sampel
darahnya dan melakukan
sejumlah penanganan.
Sampel darah yang diambil
kemudian dikirim ke
laboratorium Balitbangkes
Kemenkes untuk diuji
apakah positif ebola.
Usai melakukan
penanganan, para anggota
tim boarding dan evakuasi
langsung menjalani proses
disinfektasi sebelum
melepaskan baju pelindung
mereka. Sejumlah
tempat yang dijadikan
penampungan sementara
pasien pun dilakukan
perlakukan yang sama.
Hal itu untuk mencegah
penularan melalui adanya
cairan pasien yang tidak
sengaja menempel.
Sementara itu, beberapa
orang yang diduga
melakukan kontak dengan
dua pasien suspect ebola
dibawa ke sebuah ruangan
untuk dimintai sejumlah
keterangan dan diberikan
pembekalan terkait potensi
mereka tertular. Sedangkan
penumpang maskapai
Rajawali lainnya yang akan
meninggalkan bandara
diwajibkan untuk melalui pintu
yang telah dipasang thermal
scanner untuk mengetahui
suhu tubuh mereka.
Humas dari Rumah
Sakit pun terlihat memberi
keterangan kepada pihak
keluarga dans ejumlah media.
Simulasi pun berakhir saat
hasil tes laboratorium keluar
dan dinyatakan negatif.
Indonesia Waspada
Simulasi ebola tersebut,
menurut Menteri Kesehatan
Nila F. Moeloek untuk
menjawab terkait penangan
ebola di bandara Indonesia.
Nila menegaskan seluruh
kantor kesehatan pelabuhan
(KKP) telah siap untuk
menangani kemungkinan
penyebaran wabah Ebola
dari penumpang yang
melalui pelabuhan atau
bandara masing-masing.
“KKP siap, bukan hanya
untuk Ebola. Semua penyakit
kita siap,” kata Menkes Nila.
Sejak awal tahun 2014,
ebola menjangkiti kawasan
Afrika Barat dan telah
menewaskan lebih dari 5.000
orang dan hampir semuanya
di Afrika Barat. Virus itu juga
telah menjangkiti beberapa
warga diluar Afrika meskipun
jumlah kasusnya masih
minim. Badan Kesehatan
Dunia (WHO) telah
menyatakan Ebola sebagai
kedaruratan medis dunia
hingga waktu yang belum
ditentukan.
“Kita tetap harus
waspada karena kita tidak
bisa mengatakan kita tidak
akan terkena oleh ebola,”
ujar Menkes Nila.
“Oleh karena itu, kami
tetap harus melakukan
pencegahan, seperti
tadi simulasi yang
bagus sekali. Kami akan
mensosialisasikan, jadi saya
kira setiap KKP harus siap,”
tambahnya.
Ia menambakan bahwa
telah diberlakukan juga
travel warning dalam bentuk
banner dan sosialisasi bagi
siapa saja yang mau pergi ke
daerah terjangkitnya wabah
ebola.
“Kita sosialisasikan kalau
mau pergi ke daerah wabah
ebola, anda harus pikir dua
kali karena kami sebagai
tenaga kesehatan berupaya
menolong. Kematian dari
kasus ini cukup tinggi bisa
sampai 37 persen dan kalau
sudah terjadi pendarahan,
akan sulit untuk bantu
penyembuhan,” jelas
Menkes Nila.•
"Seluruh kantor
kesehatan
pelabuhan (KKP)
telah siap untuk
menangani
kemungkinan
penyebaran
wabah Ebola dari
penumpang yang
melalui pelabuhan
atau bandara
masing-masing."
Nila F. Moeloek
[MEDIA UTAMA]
• • 12 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Perjalanan
membangun
kesehatan sudah
dimulai sejak
puluhan tahun
lalu, ketika malaria masih
menjangkiti banyak penduduk
Indonesia dan menyebabkan
ratusan orang meninggal
dunia.
Ketika itu pemerintah
bekerja keras untuk
membasmi malaria. Berbagai
usaha dilakukan dari seluruh
SETELAH 50 TAHUN PERJALANAN MEMBANGUN KESEHATAN
penjuru Tanah Air untuk
melenyapkan penyakit
menular yang disebabkan
oleh parasit Plasmodium itu.
Tahun 1959 pemerintah
membentuk Dinas
Pembasmian Malaria,
yang kemudian diubah
menjadi Komando Operasi
Pembasmian Malaria
(KOPEM) pada Januari 1963.
Pembasmian malaria
dilakukan bersama oleh
pemerintah, Organisasi
Kesehatan Dunia (World
Health Organization/WHO)
dan USAID dengan target
malaria bisa hilang dari Bumi
Indonesia pada 1970.
Upaya pembasmian
malaria dilakukan dengan
penyemprotan pestisida baru
ketika itu, yakni Dichloro-
Diphenyl-Trichloroethane
(DDT). Penyemprotan
pestisida massal dilakukan
di rumah-rumah penduduk
di seluruh Jawa, Bali dan
Lampung.
Presiden Soekarno
secara simbolis melakukan
penyemprotan pestisida
untuk memberantas malaria
pada 12 November 1959 di
Desa Kalasan, sekitar 10
kilometer di sebelah timur
Kota Yogyakarta.
Kegiatan penyemprotan
pestisida juga dibarengi
dengan pendidikan atau
penyuluhan kepada
masyarakat. Lima tahun
kemudian, sekitar 63 juta
penduduk telah mendapat
perlindungan dari penyakit
malaria.
Pada 12 November
1964, upaya pemberantasan
malaria dinyatakan telah
berhasil dan hari itu
diperingati sebagai Hari
Kesehatan Nasional
(HKN). Selanjutnya HKN
diperingati setiap tahun untuk
mendorong peningkatan
pembangunan kesehatan
masyarakat.
Era PelitaPada era Pembangunan
Lima Tahun (Pelita) I dari
tahun 1969 sampai 1974,
kesehatan nasional masih
memprihatinkan. Setiap 1.000
bayi yang lahir hidup tiap
tahun, 125 -150 di antaranya
kemudian meninggal dunia.
Namun, selama
kurun waktu itu juga
ada keberhasilan yang
perlu dicatat dalam
penanggulangan penyakit
cacar. Vaksin kering yang
dibuat oleh Prof. Dr. Sardjito
bisa dibagikan ke sejumlah
daerah di Indonesia untuk
Penyemprotan secara simbolis dilakukan oleh Bung Karno selaku Presiden RI.
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 13
SETELAH 50 TAHUN PERJALANAN MEMBANGUN KESEHATAN
memberikan perlindungan
terhadap penularan penyakit
tersebut.
Pada Pelita II,
masalah kesehatan masih
banyak. Pembangunan
kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan ketersediaan
sarana dan tenaga pelayanan
kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat serta
mengurangi jumlah penderita
penyakit dan menekan
timbulnya wabah penyakit.
Selain itu juga dilakukan
upaya untuk meningkatkan
perbaikan gizi, ketersediaan
sarana sanitasi dan
pengembangan kesadaran
masyarakat untuk hidup
sehat dan keluarga sejahtera.
Meski berbagai upaya
telah dilakukan, selama
Pelita III (1978-1983) kondisi
kesehatan masyarakat masih
memprihatinkan. Angka
Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB)
masih tinggi.
Namun program Keluarga
Berencana (KB) selama
era ini maju pesat. Sejarah
mencatat program KB
berhasil mencapai akseptor
12,8 juta. Angka kelahiran
turun dari 2,7 persen sebelum
KB diluncurkan menjadi dua
persen.
Keberhasilan program
KB di Indonesia juga menjadi
kisah sukses yang tercatat
dalam sejarah keluarga
berencana di dunia menurut
salah satu edisi Population.
Pada era ini pula bermula
Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD),
Posyandu dan Penyuluhan
Kesehatan.
Tahun 1993, pemerintah
mulai menggalakkan
Larangan Merokok. Produsen
rokok harus mencantumkan
tulisan bahaya merokok di
kemasan produk.
Pemerintah juga
berusaha menghilangkan
stigma dan diskriminasi
terhadap Orang dengan
HIV/AIDS (ODHA) dan
memperkenalkan obat
generik kepada masyarakat
guna meningkatkan akses
terhadap obat.
Peningkatan gizi
masyarakat juga dilakukan
melalui berbagai program
seperti GAKI Iodium,
pemberian tablet tambah
darah untuk Anemia Gizi
Besi, serta Pemberian Kapsul
Vit A dan Energi Protein.
Tahun 1995 pemerintah
mulai menjalankan Pekan
Imunisasi Nasional untuk
membebaskan anak-anak
Indonesia dari penyakit polio
dan sukses menggerakkan
masyarakat untuk terlibat
dalam upaya pemberantasan
penyakit yang membuat
anak-anak lumpuh layu itu.
Era Paradigma Sehat
Tahun 1998 hingga 2009
merupakan Era Paradigma
Sehat dengan Visi Indonesia
Sehat 2010.
Prof. Dr. Sardjito
Sosialisasi program KB oleh Presiden Soeharto selaku Presiden RI era orde baru.
[MEDIA UTAMA]
• • 14 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Selama era itu
pemerintah berusaha
mengubah paradigma
berikir. Upaya kesehatan yang semula diarahkan
untuk menyembuhkan orang
sakit dialihkan ke upaya
pencegahan penyakit untuk
membangun kesehatan
mental, isik, spiritual, lingkungan dan faktor
pendukung lain.
Konsekuensinya,
pembangunan semua
sektor harus memperhatikan
dampak terhadap bidang
kesehatan, serta memberikan
kontribusi positif dan tidak
merugikan manusia yang
hidup dalam lingkungan dan
perilaku sehat.
Periode 2005- 2014,
pembangunan kesehatan
berjalan selaras dengan visi
Kabinet Indonesia Bersatu,
yaitu Indonesia yang sejahtera,
demokratis dan berkeadilan.
Untuk mewujudkan visi
kabinet tersebut, Kementerian
Kesehatan merumuskan
visi, misi, nilai-nilai, strategi,
sasaran serta program
prioritas.
Program-program
yang dicanangkan antara
lain Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkeskas);
Desa Siaga, Bantuan
Operasional Kesehatan
(BOK) dan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN).
Sejak 1 Januari 2014,
seluruh program jaminan
kesehatan dipadukan dalam
program JKN yang dikelola
oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan.
Program-program jaminan
kesehatan daerah, jaminan
kesehatan untuk pegawai
negeri serta anggota TNI/
Polri, dan jaminan kesehatan
perusahaan diintegrasikan
ke dalam JKN. Cakupan
program jaminan kesehatan
pun makin luas, tidak hanya
mencakup penduduk miskin
dan kurang mampu atau sakit
sedikit jadi miskin.
Semua penduduk bisa
memilih untuk memanfaatkan
layanan itu dan tidak lagi
harus mengeluarkan uang
tunai dari kantung setiap
kali menggunakan jasa
pelayanan kesehatan.
Selama kurun 2005-
2014, pemerintah juga
bergelut dengan upaya
penanggulangan penyakit
Flu Burung, Imunisasi,
pembangunan kesehatan
Daerah Tertinggal Perbatasan
dan Kepulauan (DTPK), dan
Penanggulangan Daerah
Bermasalah Kesehatan
(PDBK) dan Eradikasi Polio.
Sejak 2010, upaya
peningkatan akses terhadap
pelayanan kesehatan
dilanjutkan dengan mengacu
pada visi Kementerian
Kesehatan tahun 2010-
2014 untuk mewujudkan
masyarakat yang mandiri
dan berkedaulatan dengan
fokus meningkatkan
akses masyarakat ke
pelayanan kesehatan yang
komprehensif dan bermutu.
Dan pelaksanaan
pembangunan kesehatan
yang berkesinambungan
selama beberapa dasawarsa
tersebut membuahkan
hasil, derajat kesehatan
masyarakat Indonesia
meningkat. Akses masyarakat
terhadap pelayanan
kesehatan berkualitas
meningkat, angka kematian
ibu dan anak menurun, angka
kejadian sebagian penyakit
juga menurun.
Tahun 2014 Indonesia
juga mendapatkan sertiikat Bebas Polio dari WHO, yang
tahun 1974 memberikan
sertiikat Indonesia bebas penyakit cacar.
Setelah 50 TahunApa yang telah dicapai
pembangunan kesehatan
dalam 50 tahun? Kebijakan
publik yang berwawasan
kesehatan termasuk di
antaranya.
Undang-undang atau
peraturan di tingkat nasional
telah berpihak pada
kesehatan masyarakat.
Peraturan Pemerintah
No.109 Tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif
Berupa Produk Tembakau
Bagi Kesehatan menjadi
salah satu kebijakan publik
yang akan membawa
dampak bagi perilaku
merokok, demikian pula
peraturan turunannya.
Peraturan Menteri
Kesehatan No.28 tahun
2013 mewajibkan
pencantuman peringatan
kesehatan bergambar pada
kemasan rokok. Peraturan
Pemerintah No. 62 tahun
2014 mensyaratkan industri
rokok untuk mencatumkan
peringatan kesehatan
bergambar jika membeli pita
cukai.
Selain itu ada Peraturan
Pemerintah No.33 Tahun
2012 mensyaratkan
seluruh elemen masyarakat
mendukung Ibu memberikan
Air Susu Ibu (ASI) saja
sampai usia enam bulan
dan meneruskannya hingga
dua tahun dengan makanan
tambahan.
Lalu ada Peraturan
Menteri Kesehatan No.30
tahun 2013 mewajibkan
pengusaha gerai makanan
memberi informasi akurat
pada label mengenai
kandungan gula, garam dan
lemak. Semua itu dilakukan
untuk melindungi masyarakat
dari penyakit tidak menular.
Sementara Peraturan
Pemerintah No.61 Tahun
2014 hadir untuk melengkapi
kebijakan negara dalam
mensikapi arti penting
kesehatan reproduksi bagi
perempuan.
Masyarakat pun semakin
Peluncuran
Program JKN oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Bogor
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 15
mudah menjangkau
pelayanan kesehatan
yang berkualitas setelah
pemerintah meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan
dasar hingga tingkat lanjut,
merevitalisasi Puskesmas,
menyediakan layanan dokter
terbang (lying doctor) dan rumah sakit bergerak untuk
daerah terpencil, perbatasan
dan kepulauan.
Akses masyarakat
terhadap obat pun meningkat
dan untuk menjamin
ketersediaan obat sesuai
kebutuhan pelayanan
kesehatan pemerintah telah
mengeluarkan aturan tentang
ketersediaan obat melalui
E-catalog obat generik.
Program imunisasi
pun terus dilanjutkan
untuk memberi anak-anak
Indonesia perlindungan
terhadap penyakit-penyakit
yang bisa dicegah dengan
imunisasi. Pekan Imunisasi
Nasional pun masih
berlanjut untuk meningkatkan
kekebalan bayi dan anak dari
penyakit berbahaya.
Penanggulangan
penyakit menular juga
dilakukan lewat Penemuan
Kasus Tuberkulosis (TB) dan
Malaria untuk pengobatan
yang komprehensif, dan
peningkatan kesadaran akan
penyebaran HIV bagi kaum
muda.
Pemerintah juga
melakukan berbagai upaya
untuk menanggulangi
penyakit-penyakit seperti
kusta serta mengantisiapasi
penyebaran virus baru
seperti MERS-CoV yang
dapat mempengaruhi rapor
kesehatan bangsa.
Di samping itu,
pemerintah terus
menggalakkan pelaksanaan
upaya-upaya kesehatan
promotif dan preventif.
Peningkatan Usaha
Kesehatan Masyarakat
seperti Posyandu, Posbindu,
Poskesdes menjadi penanda
bahwa masyarakat telah
bergerak ke arah yang sehat.
Upaya peningkatan
kesehatan ibu dan anak,
peningkatan gizi Keluarga
dan ibu rumah tangga antara
lain dilakukan melalui PKK,
yang semakin berdaya
dan memberikan dampak
positif bagi pembangunan
kesehatan.
Komitmen bersama untuk
menciptakan lingkungan
antara lain terlihat dalam
aktivitas Juru Pemantau
Jentik, gerakan Pungut
Sampah, revitalisasi sungai,
program Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat, kota-
kota yang semakin semarak
dengan taman, dan hari
bebas kendaraan bermotor.
Upaya-upaya untuk
menggerakkan masyarakat
menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS)
terus dilakukan karena sehat
bermula dari diri sendiri.
Kampanye-kampanye PHBS
dilakukan di berbagai tatanan
seperti sekolah, rumah
tangga, tempat kerja, tempat
ibadah dan tempat umum.
Masyarakat kini bisa
memanfaatkan layanan
Jaminan Kesehatan Nasional
di mana saja, tak lagi harus
mengeluarkan uang tunai
setiap kali menggunakan
pelayanan kesehatan.
Kabinet Kerja di bawah
kepemimpinan Presiden
Joko Widodo dan Wakil
Presiden Jusuf Kalla
memperluas cakupan
pelayanan kesehatan
dalam jaminan kesehatan
nasional lewat program
Kartu Indonesia Sehat (KIS),
yang akan menjangkau
para penyandang masalah
sosial dan orang-orang yang
selama ini sering luput dari
program-program jaminan
pelayanan kesehatan.
Pemerintahan yang
baru juga memiliki kebijakan
khusus untuk memenuhi
kebutuhan akan layanan
kesehatan, perangkat dan
alat kesehatan serta tenaga
kesehatan, khususnya bagi
penduduk di pedesaan dan
daerah terpencil sesuai
situasi dan kebutuhan
masyarakat.
Selain itu anggaran
sekurangnya lima persen
dari anggaran negara
akan dialokasikan untuk
menurunkan Angka Kematian
Ibu, Angka Kematian Bayi
dan Balita, pengendalian HIV
dan AIDS, penyakit menular
dan penyakit kronis.
Tapi semua itu tidak
otomatis menyelesaikan
masalah karena disparitas
kondisi kesehatan
masyarakat sampai sekarang
masih ada, sementara
tantangan yang harus
dihadapi untuk melanjutkan
pembangunan kesehatan
masih banyak.
Masih banyak pekerjaan
rumah yang harus dilakukan
untuk menyelesaikan
masalah terkait penyediaan
akses pelayanan kesehatan
bermutu dan jaminan
pembiayaan kesehatan bagi
masyarakat.
Selain itu sekarang
penyakit dan gangguan
kesehatan baru muncul. Lalu
penyakit-penyakit yang sudah
dianggap lenyap muncul lagi
dan menjadi wabah yang
merenggut banyak korban
jiwa. Beban akibat penyakit
menular makin besar. Dan
penyakit-penyakit yang sudah
terlupakan seperti frambusia
dan ilariasis belum bisa dieliminasi.
Pemerintah dan semua
elemen bangsa ini masih harus
terus bekerja dan membuat
terobosan-terobosan untuk
mewujudkan cita-cita menjadi
bangsa yang sehat.•
Gerakan Komitmen Anti Rokok
AN
TA
RA
[MEDIA UTAMA]
• • 16 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Sehat Bangsaku,Sehat Negeriku
Tepat pada Hari
Kesehatan Nasional 12
November 2014, digelr
upacara hari peringatan di
Lapangan Silang Monas
yang dihadiri kurang lebih
4.000 orang dari lintas
sektor antara lain pegawai
Kementerian Kesehatan RI,
Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM), Badan
Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS Kesehatan),
Palang Merah Indonesia
(PMI), perwakilan Pusdokkes
Polri, perwakilan Puskes
TNI, serta perwakilan Unit
Pelaksana teknis (UPT), dan
RS Vertikal Kemenkes RI.
Upacara diisi dengan
berbagai atraksi salah
satunya simulasi penanganan
penyakit Ebola yang kini
masih mewabah di negara
Afrika.
Sebelumnya, berbagai
rangkaian acara juga sudah
digelar menjelang HKN ke-50
sejak Agustus 2014 sampai
acara puncaknya nanti pada
27 November dengan agenda
penandatanganan perangko
emas 50 tahun HKN serta
pemberian penghargaan juga
pertunjukan musik dan tari.
Melalui berbagai
pelayanan dari rangkaian
kegiatan tersebut, Direktur
Bina Upaya Kesehatan
Dasar Kementrian Kesehatan
RI drg. Kartini Rustandi,
M.Kes mengatakan bahwa
Kementerian Kesehatan
Pameran aksi peduli
kesehatan digelar
di Lapangan Silang
Monas menandai
peringatan Hari
Kesehatan Nasional ke-50
pada 12-16 November 2014.
Pameran dengan
sejumlah rangkaian kegiatan
yang bertujuan mendorong
kepedulian masyarakat
terhadap pengetahuan
tentang kesehatan dan
penyakit itu, sejalan dengan
tema HKN ke-50 yaitu
“Indonesia Cinta Sehat”
dengan subtema yang dipilih
“Sehat Bangsaku Sehat
Negeriku”.
Tidak hanya pameran,
acara tersebut juga diisi
dengan kegiatan nyata yang
dilakukan stan-stan yang
peduli akan dunia kesehatan
seperti stan donor darah,
periksa kesehatan, deteksi
dini, konsultasi dini, tes dan
konseling gratis.
Selain itu, ada juga
pemeriksaan gerak dan
fungsi tubuh, pemeriksaan
kesehatan mata, deteksi
dini penyakit tidak menular
seperti pemeriksaan gula
darah, kolesterol, tekanan
darah, berat dan tinggi ideal,
identiikasi kanker payudara dan identiikasi kanker serviks melalui metode papsmear.
Ada pula stan yang
membantu masyarakat untuk
dapat mendeteksi tingkat
kecemasan dan stres, agar
mampu mengenali status
mental emosional serta stan
khusus ibu hamil yang dapat
membantu pengunjung
untuk memeriksa kesehatan
kandungannya.
Stan konseling KB,
konseling kesehatan jiwa,
tes HIV-AIDS, NAPZA
(Narkoba, Psikotropika dan
Zat Adiktif), hingga konseling
berhenti merokok dan alkohol
juga menjadi bagian dari
rangkaian acara.
Semua pelayanan
tersebut, diberikan gratis
kepada masyarakat
dalam rangkaian Aksi
Pelayanan Masyarakat
yang diselenggarakan oleh
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. dr. Nila F. Moeloek, Sp. M(K) memberi sambutan saat upacara peringatan HKN ke-50 di Lapangan Silang Monas, Jakarta
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 17
ingin mensosialisasikan dan
membantu masyarakat untuk
selalu sehat.
“Masyarakat harus berani
bilang “sehat hartaku, harus
aku jaga dan pelihara!”
karena kalau sakit, akan
lebih mahal dari menjaganya.
Makanya kita menjaga, agar
yang sehat tetap sehat dan
tidak sakit,” kata Kartini.
Sehat Bangsaku dan Sehat Negeriku
“Sehat Bangsaku Sehat
Negeriku” memiliki makna
penting untuk menjadikan
budaya hidup sehat sebagai
bagian dari keseharian
bangsa Indonesia.
Sebagian besar
masyarakat Indonesia
belum sadar betul dalam
menerapkan pola hidup sehat
dengan kecenderungan
akan berobat saat ditempa
penyakit, bukan menjaga
kesehatan sejak dini mulai
dari makan makanan yang
bergizi, beristirahat yang
cukup, berolahraga, hingga
menjaga lingkungan bersih.
“Peringatan HKN Emas
tahun ini merupakan sebuah
momentum yang harus
kita manfaatkan untuk
meningkatkan tekad dan
semangat kita semua, untuk
lebih memberi makna pada
masyarakat akan pentingnya
kesehatan,” kata Menteri
Kesehatan RI Prof. Dr. dr.
Nila F. Moeloek, Sp. M(K)
dalam sambutannya saat
upacara peringatan HKN
ke-50 di Lapangan Silang
Monas, Jakarta, Rabu
(12/11).
Pada kesempatan
tersebut, Menkes Nila yang
baru dilantik bersama Kabinet
Kerja dibawah Presiden Joko
Widodo itu mengungkapkan
bahwa agenda pembangunan
kesehatan tahun 2015-
Suasana saat doorstop pada saat Menkes Resmikan Pameran
Pembangunan Kesehatan dalam rangka HKN ke-50
[MEDIA UTAMA]
• • 18 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
2019 adalah mewujudkan
akses dan mutu pelayanan
kesehatan yang lebih baik.
Menurutnya, setiap
orang mendapatkan hak
pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan, di tempat
pelayanan kesehatan yang
terstandar, dilayani oleh
tenaga kesehatan yang
kompeten, menggunakan
standar pelayanan, dengan
biaya yang terjangkau serta
mendapatkan informasi yang
adekuat atas kebutuhan
pelayanan kesehatannya.
Menkes pun memberi
perhatian pada lima
hal berikut antara lain,
pembangunan kesehatan
merupakan investasi negara
khususnya dalam menopang
peningkatan Indeks
pembangunan Manusia
9IPM) bersama dengan
pendidikan dan pendapatan
perkapita. Untuk itu,
sebagai investasi, orientasi
pembangunan kesehatan
harus lebih didorong pada
aspek-aspek promotif dan
preventif tanpa melupakan
aspek kuratif rehabilitatif.
“Kedua, pendekatan
sasaran pokok pembangunan
kesehatan adalah ibu
hamil, bayi dan balita, anak
usia sekolah, dan remaja,
pasangan usia subur serta
usia lanjut, khususnya di
daerah populasi tinggi,
terpencil, perbatasan,
kepulauan dan rawan
bencana,” katanya.
Selain itu, ujarnya,
diperlukan keterlibatan aktif
dari akademisi, komunitas,
pelaku usaha dan pemerintah
sebagai satu kesatuan
team work sebagai bentuk
tanggung jawab bersama
akan masa depan bangsa,
khususnya kualitas sumber
daya manusia yang harus
mampu bersaing dengan
bangsa atau negara lain.
Selanjutnya, kata
Menkes Nila, pola
kepemimpinan perlu berubah
dari pasif menjadi aktif
untuk merespons serta
mengantisipasi persoalan
yang ada, dari yang sifatnya
langsungmenjadi kolaboratif,
dari yang sifatnya individual
menjadi tim kerja serta dari
yang sifatnya hanya melayani
menjadi peduli.
Kelima, tata kelola
program dan administrasi
terus menerus ditingkatkan
ke arah yang lebih baik,
melalui sinergitas pusat
dan daerah. Satu kesatuan
siklus manajemen mulai dari
perencanaan, penganggaran
pelaksanaan, pemantauan,
dan evaluasi sampai pada
pertanggungjawaban serta
pengadministrasiannya.
“Untuk mewujudkannya,
diperlukan kebersamaan
pemahaman semua
pemangku kepentingan,
komitmen yang kuat dan
kepemimpinan yang
konsisten baik di tingkat
nasional maupun di tingkat
daerah,” tutur Menkes Nila.
“Peringatan HKN
Emas tahun
ini merupakan
sebuah
momentum
yang harus kita
manfaatkan untuk
meningkatkan
tekad dan
semangat kita
semua, untuk
lebih memberi
makna pada
masyarakat
akan pentingnya
kesehatan,”
Prof. Dr. dr. Nila F.
Moeloek, Sp. M(K)
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 19
Sejarah dan Sekarang
Pencanangan Dinas
Pembasmian Malaria
pada 1959 oleh Presiden
Soekarno menjadi titik
awal kebersamaan
seluruh komponen bangsa
dalam pembangunan
kesehatan guna mengatasi
permasalahan bangsa
(merebaknya penyakit
malaria yang merenggut
ribuan jiwa penduduk
Indonesia).
Dinas tersebut kemudian
berganti nama menjadi
Komando Pemberantasan
Malaria (KOPEM) pada
1963. Pembasmian
malaria dilakukan dengan
menggunakan obat Dichloro
Diphenyl Trichloroethane
(DDT) yang disemprotkan
secara massal di rumah-
rumah di seluruh Jawa, Bali,
dan Lampung.
Penyemprotan secara
simbolis dilakukan oleh
Presiden Soekarno pada
tanggal 12 November 1959
di desa Kalasan, Yogyakarta.
Dan lima tahun kemudian,
lebih kurang 63 juta
penduduk telah mendapat
perlindungan dari penyakit
malaria. karena itu, pada
tanggal 12 November 1964,
keberhasilan pemberantasan
malaria tersebut diperingati
sebagai Hari Kesehatan
Nasional pertama.
“Saat ini kita patut
bersyukur bahwa sejak
1 Januari 2014, BPJS
Kesehatan telah berfungsi
menjalankan program
Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) sebagai satu kesatuan
Sistem Kesehatan Nasional
(SKN),” kata Menkes Nila.
Menkes menyampaikan,
selain mendorong
kepesertaan mandiri,
pemerintah telah
menyediakan bantuan iuran
bagi seluruh masyarakat
miskin, dan secara bertahap
menggabungkan semua
sistem pembiayaan
kesehatan dari daerah
agar memenuhi asas-asas
portabilitas dalam payung
JKN dan Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN).
Dari sisi pelayanan,
ketersediaan fasilitas
pelayanan terus ditingkatkan
dan sistem rujukan
berjenjang terus dibangun
secara bertahap untuk
menjamin efektivitas dan
eisiensi pembiayaan serta mutu pelayanan.
Pada kesempatan
tersebut, Menkes juga
menyambut baik dan
mengapresiasi pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota
yang telah menyediakan
10 persen anggaran
pembangunannya untuk
kesehatan, membuat
peraturan daerah untuk
Kawasan Tanpa Asap
Rokok, memberikan insentif
bagi tenaga kesehatan dari
APBD, serta membangun
fasilitas pelayanan
kesehatan khususnya
Puskesmas di daerah.
“Di era desentralisasi,
otonomi daerah serta
demokratisasi yang
telah kita pilih sebagai
pola penyelenggaraan
pemerintahan, daerah
berperan besar untuk
mengelola sumber daya
yang dimiliki dalam
memecahkan masalah yang
dihadapi,” demikian ujar
Menkes dalam upacara yang
diakhiri dengan simulasi
penanggulangan Ebola itu.
Sementara itu, kabinet
yang baru memiliki
kebijakan khusus untuk
memenuhi layanan
kesehatan, perangkat dan
alat kesehatan serta tenaga
khususnya bagi penduduk
di pedesaan dan daerah
terpencil sesuai situasi dan
kebutuhan masyarakat.
Selain itu, menyediakan
sistem perlindungan sosial
bidan kesehatan yang
inklusif dan menyediakan
jaminan persalinan gratis
Juara III RS. Sayang Ibu dan sayang Balita diberikan kepala dinas DKI Jakarta kepada RS. Royal Progress
Juara I RS. Sayang Ibu dan sayang Balita diberikan Dirjen BUK kepada RS. Islam Jakarta
Pondok kopi
Juara II RS. Sayang Ibu dan sayang Balita diberikan Dirjen GKIA kepada RS. Hermina Daan Mogot Jakarta Barat
bagi setiap perempuan yang
melakukan persalinan.
Pemerintah juga akan
mengalokasikan anggaran
negara sekurangnya 5
persen dari anggaran
negara untuk menurunkan
Angka Kematian Ibu, Angka
Kematian Bayi dan Balita,
Pengendalian HIV dan
AIDS, penyakit menular dan
kronis.•
[MEDIA UTAMA]
• • 20 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
LOMBA PERPUSTAKAAN:Juara I : PerpustakaanPoliteknik
Kesehatan NAD Sumatera
Juara II : Perpustakaan Politeknik
Kesehatan Tasikmalaya
Juara III : Perpustakaan Terpadu
Poltekkes Bengkulu
LOMBA FOTO KATAGORI JURNALIS:Juara I : Agung Kuncahya Bayuaji
Juara II : Aan Mariam Setiawati
Juara III : Bayu Basu Seno
LOMBA FOTOGORI UMUM:Juara I : Iman Firmansyah
Juara II : Rosawati Oktarina
LOMBA JURNALIS MEDIA CETAK:Juara I : Dian Manafe, SH
Juara II : Aditya Ramadhan
Juara III : Zalzilatul Hikmia
LOMBA JURNALIS MEDIA ONLINE:Juara I : Wardah Fajri
Juara II : Muamaroh Husnantiya
PARA PEMENANG
LOMBA HKNM
enyemarakan
peringatan Hari
Kesehatan
Nasional
(HKN)
Emas ke 50,
Kementerian Kesehatan
menyelenggarakan
banyak perlombaan yang
melibatkan masyarakat.
Diantara perlombaan itu
yakni; Lomba Foto untuk
katagori umum dan jurnalis,
Lomba perpustakaan untuk
katagori Politeknik Kesehatan
(Poltekkes) dan lomba
jurnalistik untuk kategori
jurnalis/wartawan.
Kegiatan lomba ini
diharapkan dapat mendorong
masyarakat umum, jurnalis
dan lembaga seperti
poltekkes meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan
kepada masyarakat sesuai
dengan kekhususan masing-
masing. Para jurnalis dapat
lebih fokus pada berita yang
menggunggah masyarakat
untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat. Sedangkan
masyarakat umum dapat
meningkat kepedulianya
untuk menjaga kesehatan
dengan perilaku hidup bersih
dan sehat.
Khusus para
pengelola perpustakaan
di institusi poltekkes dapat
meningkatkan profesionalitas
pelayanan kepada
mahasiswa dan masyarakat
dalam penyediaan informasi
dan ilmu pengetahuan.•
PARA PEMENANG LOMBA TERSEBUT MASING-MASING SEBAGAI BERIKUT
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 21
ANDA melihat atau
mengetahui dugaan
Tindak Pidana Korupsi yang dilakukan pegawai di lingkungan Kementerian Kesehatan RI? Silahkan melapor ke Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Jika laporan anda memenuhi syarat/kriteria, maka akan diproses lebih lanjut.
KRITERIA PELAPORAN- Ada penyimpangan kasus
yang dilaporkan
- Menjelaskan Dimana,
Kapan kasus tersebut
dilakukan
- Siapa pejabat/pegawai
Kemenkes yang melakukan
atau terlibat
- Bagaimana cara perbuatan
tersebut dilakukan
- Dilengkapi dengan bukti
permulaan (data, dokumen,
gambar dan rekaman) yang
mendukung/menjelaskan
adanya dugaan Tindak
Pidana Korupsi
WBS merupakan bagian
dari sistem penanganan
pengaduan masyarakat
terpadu yang memfokuskan
pada penanganan dugaan
tindak pidana korupsi.
Pengaduan masyarakat
adalah salah satu bentuk
peran serta masyarakat
dalam pengawasan terhadap
pemerintahan yang perlu
mendapatkan tanggapan
dengan cepat, tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan oleh
instansi.
Whistleblowing system
(WBS) meruapakan salah
satu media penyampaian
dugaan pelanggaran tidan
pidana korupsi yang telah
terjadi atau akan terjadi yang
melibatkan pegawai dan
atau orang lain, serta bagian
dari sistem penanganan
pengaduan masyarakat
terpadu yang telah ada.
WBS di kemenkes telah
di bagun sejak tahun 2011.
Tujuan untuk memberikan
kesempatan kepada
masyarakat (whistleblower)
yang mengetahui adanya
perbuatan yang diduga
berindikasi tindak pidana
korupsi di lingkungan
Kemenkes.
Sesuai dengan Surat
edaran Mahkamah Agung
(SEMA) Nomor 4 tahun
2011, whistleblower adalah
pihak yang mengetehui dan
melaporkan tindak pidana
tertentu dan bukan merupakan
bagian dari pelaku kejahatan
yang dilaporkan. Sesuai
ketentuan Pasal 10 UU
No 13 tahun 2006 tentang
perlindungan Saksi dan
korban, whistleblower atau
saksi pelapor tidak dapat di
tuntut secara hukum baik
pidana maupun perdata atas
laporan, kesaksian yang akan,
sedang atau telah diberikan.
Apabila whistleblower
ingin melaporkan tindakan
yang terindikasi korupsi, maka
pelapor dapat menyampaikan
melalui website www.
itjen.kemkes.go.id atau
langsung menyampaikan
kepada Inspektorat Jenderal
Kementerian Kesehatan.
Kerahasiaan identitas
whistleblower akan dijamin
oleh Inspektorat Jenderal
Kemenkes.
Tatacara pelaporan
danya dugaan adanya
dugaan pelanggaran tindak
pidana korupsi di lingkungan
Kementerian Kesehatan
melalui website adalah
pelaporan membuka alamat
website www.itjen.kemkes.
go.id lalu akan muncul
halaman web selanjutnya
pelapor masuk ke tautan
whislteblowing system
denganmengklik “ ada
tindakan korupsi....!!!”
Setelah masuk ke
whislteblowing system,
pelaporan akan masuk ke
beranda whislteblowing
system milik Itjen Kemenkes.
Pelapor mengklik “lapor di sini “ untuk melanjutkan
proses pelaporan.
Bagi pelapor yang belum
memiliki akun login silahkan
melakukan registrasi terlebih
dahulu dengan memilih opsi
“register” lalu melakukan
pengisian data pelapor. Setelah
melakukan login dan dapat
melanjutkan proses pelaporan.
Kriteria pelaporan mekanisme ini antara lain
sebagai berikut :
- Ada penyimpangan kasus
yang dilaporkan
- Menjelaskan dimana, kapan
kasus tersebut dilakukan
- Siapa yang melalukan atau
melihat
- Bagaimana cara
pembuatan tersebut
dilakukan
- Dilengkapi dengan
bukti permulaan yang
mendukung/menjelaskan
adanya dugaan tindak
pidana korupsi.
Dalam menjaga kerahasiaan, whistleblower dapat melakukan beberapa cara, misalnya : - Membuat nama samaran/
kata sandi
- Menggunakan nama yang
tidak menggambarkan
identitas pelapor
- Catat dan simpan dengan
baik nama samaran dan
sandi pelapor
- Jika identitas ingin di
rahasiakan, maka jangan
mengisi data pribadi ( nama/
hubungan pelapor dengan
pelaku tindakan korupsi)
Dalam pengelolaan laporan tentang pelangaran, inspektorat Jenderal Kemenkes mempunyai kewajiban sebagai berikut :- Menerima laporan
pelanggaran
- Mencatat dan
mengadministrasikan
pelaporan pelanggaran
- Menganalisa laporan
pelanggaran untuk
menentukan tindak lanjut
- Melakukan audit investigatif
dan memberikan
rekomendasi kepada
pimpnan
- Membuat laporan berkala
tentang penanganan
pelangganaran
(sumber : itjen Kemenkes)
WHISTLEBLOWING SYSTEMS
(WBS)INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN
Menteri
Kesehatan
Prof. Dr.
dr. Nila F.
Moeloek,
Sp.M(K) menyampaikan
agenda pembangunan
kesehatan tahun 2015-2019
pada Upacara Peringatan
Hari Kesehatan Nasional ke
-50 di Jakarta, Rabu (12/11).
Ia mengatakan agenda
pembangunan kesehatan
pemerintah selama kurun
waktu itu adalah mewujudkan
akses dan mutu pelayanan
kesehatan yang semakin
mantap.
Pengertian dasarnya,
ia melanjutkan, adalah
bahwa setiap orang
bisa mendapatkan hak
pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan, di tempat
pelayanan kesehatan yang
terstandar, dilayani oleh
tenaga kesehatan yang
kompeten sesuai standar
pelayanan dengan biaya
yang terjangkau serta
mendapatkan informasi yang
adekuat atas kebutuhan
pelayanan kesehatannya.
“Untuk mewujudkan
hal tersebut diperlukan
kebersamaan pemahaman
semua pemangku
kepentingan, komitmen yang
kuat dan kepemimpinan
yang konsisten baik di tingkat
nasional maupun di tingkat
daerah,” katanya.
Ia menegaskan semangat
melayani, semangat
menggerakkan, serta
semangat memandirikan
dan memberdayakan,
haruslah menjadi konsep
pembangunan nasional.
Menteri Kesehatan
mengatakan bahwa ada lima
hal yang mesti mendapat
perhatian besar dalam
melaksanakan pembangunan
kesehatan.
Pertama, pembangunan
kesehatan merupakan
investasi negara, khususnya
dalam menopang peningkatan
Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) bersama
dengan pendidikan dan
pendapatan perkapita.
“Untuk itu, sebagai
investasi, orientasi
pembangunan kesehatan
harus lebih didorong pada
aspek-aspek promotif dan
preventif tanpa melupakan
aspek kuratif rehabilitatif,”
katanya.
Kedua, sasaran pokok
pembangunan kesehatan
adalah ibu hamil, bayi dan
balita, anak usia sekolah dan
remaja, pasangan usia subur,
serta penduduk berusia
lanjut, khususnya di daerah
populasi tinggi, terpencil,
perbatasan, kepulauan, dan
rawan bencana.
Ketiga, diperlukan
keterlibatan aktif dari
akademisi, komunitas, pelaku
usaha dan pemerintah sebagai
satu kesatuan tim kerja sebagai
bentuk tanggung jawab
bersama akan masa depan
bangsa, khususnya kualitas
sumber daya manusia yang
harus mampu bersaing dengan
bangsa atau negara lain.
Keempat, pola
kepemimpinan perlu berubah
dari pasif menjadi aktif
untuk merespons serta
mengantisipasi persoalan
yang ada; dari yang sifatnya
direktif menjadi kolaboratif;
dari yang sifatnya individual
menjadi kerja tim; serta
dari yang sifatnya melayani
menjadi peduli.
Kelima, tata kelola
program dan administrasi
terus menerus ditingkatkan
ke arah yang lebih baik,
melalui sinergitas pusat
dan daerah. Satu kesatuan
siklus manajemen, mulai dari
perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi, sampai pada
pertanggungjawaban serta
pengadministrasiannya.•
AGENDAMENTERI KESEHATAN NILA F MOELOEK
PERISTIWA
• • 22 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Menteri
Kesehatan
Prof. Dr.
dr. Nila F.
Moeloek,
Sp.M(K) memimpin upacara
peringatan Hari Kesehatan
Nasional (HKN) ke-50 di
Lapangan Silang Monumen
Nasional Jakarta, Rabu pagi
(12/11).
Sekitar 4.000 orang
yang terdiri atas pegawai
Kementerian Kesehatan;
Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM); Badan
Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan;
Palang Merah Indonesia
(PMI); perwakilan dari unit
kesehatan Polri dan TNI; serta
perwakilan Unit Pelaksana
Teknis (UPT) dan Rumah Sakit
Vertikal mengikuti upacara itu.
“Peringatan HKN
EMAS tahun ini, merupakan
sebuah momentum yang
harus kita manfaatkan untuk
meningkatkan tekad dan
semangat kita semua, untuk
lebih memberi makna pada
masyarakat akan pentingnya
kesehatan,” kata Menteri
Kesehatan saat memeriksa
barisan.
Saat memberikan
sambutan pada peringatan
HKN yang tahun ini
bertema “Indonesia Cinta
Sehat”, Menteri Kesehatan
menjelaskan bahwa
pencanangan Dinas
Pembasmian Malaria
pada 1959 oleh Presiden
Soekarno merupakan titik
awal kebersamaan seluruh
komponen bangsa dalam
pembangunan kesehatan
guna mengatasi permasalahan
bangsa, merebaknya penyakit
malaria yang merenggut ribuan
jiwa penduduk Indonesia.
Tanggal 12 November
1964, keberhasilan
pemberantasan malaria
tersebut diperingati sebagai
Hari Kesehatan Nasional
(HKN) pertama.
“Saat ini, kita patut
bersyukur bahwa sejak
1 Januari 2014, BPJS
Kesehatan telah berfungsi
menjalankan program
Jaminan Kesehatan Nasional
sebagai satu kesatuan Sistem
Kesehatan Nasional,” kata
Menteri Kesehatan.
Ia menambahkan, bahwa
selain mendorong kepesertaan
mandiri, pemerintah telah
menyediakan bantuan iuran
bagi seluruh masyarakat
miskin, dan secara bertahap
menggabungkan semua sistem
pembiayaan kesehatan dari
daerah agar memenuhi asas-
asas portabilitas dalam payung
Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN dan Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN).
Ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan pun
terus ditingkatkan dan sistem
rujukan berjenjang terus
dibangun secara bertahap
untuk menjamin efektivitas dan
eisiensi pembiayaan serta mutu pelayanan.
Menteri Kesehatan juga
menyampaikan apresiasi
kepada beberapa Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/
Kota yang telah menyediakan
10 persen anggaran
pembangunannya untuk
kesehatan; membuat Peraturan
Daerah untuk Kawasan Tanpa
Asap Rokok; memberikan
insentif bagi tenaga kesehatan
dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD);
serta membangun fasilitas
pelayanan kesehatan
khususnya Puskesmas di
daerah.
Usai upacara, seluruh
peserta upacara menyaksikan
simulasi penanggulangan
ebola yang melibatkan anggota
TNI, POLRI dan Pemerintah
Daerah DKI Jakarta.•
MEMPERINGATI ULANG TAHUN EMAS HARI KESEHATAN NASIONAL
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 23 • •
Presiden Joko
Widodo (Jokowi)
didampingi Ibu
Negara Iriana
meluncurkan Kartu
Indonesia Sehat (KIS) dan
Kartu Indonesia Pintar
(KIP) di Kantor Pos Besar
Jakarta Pusat pada Senin
(3/11/2014).
Presiden Jokowi secara
simbolis menyerahkan KIS
untuk 600 kepala keluarga
tidak mampu di wilayah DKI
Jakarta.
Menteri Kesehatan Nila
F. Moeloek dan menteri-
menteri Kabinet Kerja yang
lain menghadiri peluncuran
program yang dijanjikan
Presiden Jokowi selama
masa kampanye tersebut.
Menteri Kesehatan
mengatakan KIS tidak berbeda
dengan program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN).
Dia mengatakan program
itu merupakan perluasan dari
program jaminan kesehatan
yang sudah dijalankan oleh
Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan.
“Cakupannya diperluas,
terutama bagi mereka
yang ada di luar Penerima
Bantuan Iuran,” katanya
dalam konferensi di Kantor
Kementerian Kesehatan,
Jakarta, Rabu (5/11).
Ia menambahkan,
selanjutnya pemegang KIS
akan mendapatkan manfaat
tambahan berupa layanan
preventif, promotif dan
proteksi dini.
Menteri Kesehatan
mengatakan saat ini KIS
akan difokuskan untuk
masyarakat miskin dan
penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS).
Nila mengatakan dalam
pelaksanaannya pencatatan
peserta KIS akan lebih sulit
dibandingkan peserta JKN
karena peserta KIS akan
mencakup penyandang
masalah kesejahteraan
sosial yang selama ini belum
seluruhnya terdata.
“Memang agak lebih sulit
pencatatan untuk KIS ini jika
dibandingkan dengan JKN
yang menggunakan kartu
keluarga. KIS mencakup
mereka, termasuk anak
terlantar, mereka yang ada
di panti-panti dan kolong
jembatan,” ujarnya.
Saat menyampaikan
keterangan pers di Jakarta
pada Rabu (5/11), Menteri
Kesehatan mengatakan
KIS tidak mengubah fungsi
kartu lain seperti Askes,
Jamkesmas dan BPJS
Kesehatan. Dia menegaskan
KIS memberi tambahan
manfaat dari program
sebelumnya.
“KIS memberikan
tambahan manfaat, layanan
preventif, promotif dan deteksi
dini yang akan dilaksanakan
secara lebih intensif dan
terintegrasi,” katanya.•
PEMERINTAH PERLUAS JKN DENGAN KIS
Presiden Joko Widodo (kanan) membagi contoh Kartu Indonesia Sehat (KIS) pada Ibu Negara Iriana Widodo (kedua kanan), Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani (kedua kiri) dan
Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek saat peluncuran Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) di Kantor
Pos Besar, Jakarta Pusat, Senin (3/11). Peluncuran kartu tersebut ditujukan sebagai jaring pengaman sosial peralihan subsidi BBM. A
NTA
RA
PERISTIWA
• • 24 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Kementerian
Kesehatan terus
memantau kasus-
kasus dugaan
infeksi virus Ebola
yang terjadi pada warga
negara Indonesia.
Pemantauan antara
lain dilakukan pada tenaga-
tenaga kerja Indonesia (TKI)
yang bekerja di luar negeri,
khususnya di negara-negara
endemis Ebola seperti Liberia,
Guinea dan Sierra Leone di
Afrika.
Pada 26 Oktober 2014,
sebanyak 28 orang TKI
kembali dari Liberia setelah
menyelesaikan pekerjaan,
termasuk di antaranya GN (46)
dan dua TKI lain dari Kediri.
Sebagai bentuk
kewaspadaan dan
pencegahan terhadap
penyebaran virus Ebola, sejak
enam hari sebelum kembali
ke Tanah Air, GN dan rekan-
rekannya menjalani karantina
di Liberia.
Begitu pula setibanya di
Jakarta. Mereka menjalani
karantina selama satu
hari begitu sampai ke
Indonesia. Setelah tujuh
hari pengawasan, mereka
melanjutkan perjalanan ke
kampung halaman masing-
masing.
Setelah sampai di Kediri,
petugas Puskesmas Bendo
memantau kondisi mereka.
Pengamatan rencananya
dilakukan selama 21 hari.
Pada 28 Oktober
2014, GN merasakan
nyeri saat menelan. Pada
saat bersamaan anggota
keluarganya juga sedang
batuk dan demam.
Pada 30 Oktober
2014, dia memeriksakan
diri ke Puskesmas Bendo,
Kecamatan Kediri, dengan
gejala demam (suhu tubuh
mencapai 38,6° C) , nyeri saat
menelan, nyeri sendi, dan
batuk.
Saat itu juga GN langsung
dirujuk ke Rumah Sakit Umum
Pare dengan diagnosis Acute
Febrile Illness (demam) dan
lebih dicurigai Paryngitis Acute.
Mengingat pasien memiliki
riwayat kerja di daerah
endemis Ebola, Rumah Sakit
memutuskan untuk merawat
pasien di ruang isolasi.
Selama perawatan suhu
tubuh GN sempat mencapai
38,6° C akan tetapi gejala
klinis lain seperti pendarahan,
anorexia dan muntah tidak ada
tidak terlihat.
GN diduga terinfeksi
virus Ebola dan menjalani
perawatan di Rumah Sakit
Umum Pare, Kediri, Jawa
Timur. Kondisinya cenderung
membaik, kata Direktur
Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Kementerian
Kesehatan dr. HM. Subuh,
MPPM.
Pada Sabtu pagi (1/11), ia
menjelaskan, suhu tubuh GN
menjadi 37,3° C dan sudah
tidak ada keluhan termasuk
nyeri telan.
Petugas juga mengambil
spesimen darah GN untuk
diperiksa lebih lanjut di
laboratorium di Jakarta.
Kepala Badan Penelitian
dan Pengembangan
Kesehatan (Balitbangkes)
Kementerian Kesehatan Prof.
dr. Tjandra Yoga Aditama,
Sp.P, MARS mengatakan hasil
pemeriksaan yang dilakukan
di laboratorium Balitbangkes
menunjukkan bahwa pasien
tidak terinfeksi virus Ebola.
“Dari pembacaan hasil
PCR dengan elektroforesis
maka semua dilaporkan ‘no band’, artinya semua sample dari kasus Madiun dan Kediri
hasilnya negatif Ebola, bukan
sakit Ebola,” katanya.
Ia menjelaskan pula
bahwa sekitar satu bulan
lalu Balitbangkes sudah
memeriksa tiga sample dari
dua warga negara Indonesia
dan satu warga negara asing
yang diduga terinfeksi virus
Ebola. Hasil pemeriksaan
menunjukkan keduanya tidak
terjangkit penyakit mematikan
itu.•
KEMENTERIAN KESEHATAN TERUS PANTAU KASUS INFEKSI EBOLA
Petugas membawa boks berisi sampel urine milik
pasien suspect ebola untuk dicek ke laboratorium di Rumah Sakit Umum
Propinsi (RSUP) dr. Soedono Madiun, Jatim, Minggu (2/11). Pasien berinisial M yang diduga terpapar virus Ebola itu suhu tubuhnya pernah mencapai 38,5 derajat Celcius dan sebelumnya menjadi TKI di Liberia yang merupakan daerah endemis
Ebola.
AN
TA
RA
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 25 • •
Menteri
Kesehatan
Nila Farid
Moeloek
meminta
semua pihak terlibat dalam
upaya untuk mencegah
penyebaran infeksi virus
Ebola di Indonesia.
“Yang penting kita
mengantisipasi Ebola agar
jangan sampai masuk ke
Indonesia,” katanya di
Jakarta, Rabu.
Menteri Kesehatan
mengingatkan masyarakat
yang hendak bepergian ke
negara-negara endemis
Ebola memperhatikan risiko
dan mengimbau warga
yang baru datang dari
negara tempat wabah Ebola
cermat memperhatikan
kesehatannya.
“Bagi masyarakat yang
ingin pergi agar risikonya
diperhatikan, begitu juga
yang pulang. Kalau memang
ada gejala panas tentu harus
hati-hati,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa
gejala ebola bersifat akut.
“Gejalanya kalau panas
harus berhati-hati, nyeri
sekali, saluran pencernaahn
terganggu, diare dan muntah
hebat serta menyebabkan
pendarahan internal
dan eksternal yang bisa
menyebabkan kematian,”
katanya.
Dia juga menyarankan
masyarakat agar menghindari
melakukan kontak dengan
orang yang diduga terinfeksi
virus Ebola.
“Jangan dekati orang
yang sakit, bahkan hindari
melakukan kontak dengan
yang meninggal karena
ebola,” katanya.
Pada 23 Maret 2014,
Kantor WHO Regional Afrika
melaporkan kejadian luar
biasa penyakit Ebola di Guinea
dan sejak itu jumlah kasusnya
terus bertambah dan meluas
ke lima negara Afrika Barat
lainnya seperti Liberia, Sierra
Leone, dan Mali.
Dalam wabah yang
terakhir, virus Ebola
menyebabkan ribuan orang
sakit dan mengakibatkan
5.000 orang lebih meninggal
dunia menurut Organisasi
Kesehatan Dunia.
Ebola Virus Disease (EVD)
atau yang sebelumnya disebut
demam berdarah Ebola
merupakan penyakit parah
yang sering menyebabkan
kematian pada manusia.
Virus itu menular ke
manusia lewat hewan liar
dan kemudian menyebar
di populasi manusia lewat
penularan langsung, dari
manusia ke manusia. Tingkat
kefatalan akibat penyakit
itu rata-rata 50 persen dan
bervariasi antara 25 persen
sampai 90 persen pada
wabah terakhir.•
MENKES MINTA SEMUA TERLIBAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN EBOLA
PERISTIWA
• • 26 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Badan Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan
(Balitbangkes)
Kementerian
Kesehatan melakukan uji
coba Riset Khusus Vektor
dan Reservoir Penyakit
(Rikhus Vektora) di
Donggala, Sulawesi Tengah,
selama 35 hari mulai dari
28 September sampai 31
Oktober 2014.
Kepala Balitbangkes
Kementerian Kesehatan Prof.
dr. Tjandra Yoga Aditama
SpP (K), MARS, DTM&H.
DTCE tim pengumpul data
atau enumerator yang
diturunkan meliputi Tim
Vektor; Tim Reservoir; dan
Tim Kebijakan.
Anggota tim berasal
dari Universitas Tadulako;
Politeknik Kesehatan Palu;
Kantor Kesehatan Pelabuhan
Palu; Dinas Kesehatan
Kabupaten Donggala; Balai
Pengendalian Penyakit
Bersumber Binatang (P2B2)
Donggala; Balai P2B2
Banjarnegara; dan Tim Teknis
dari B2P2 VRP Salatiga.
Hasil tangkapan lapangan
dari uji coba riset itu meliputi
2.871 nyamuk, 2.005 jentik,
127 tikus, dan 136 kelelawar.
Pemrosesan
data dilakukan untuk
mengidentiikasi genus (hingga spesies bila
memungkinkan) dari masing-
masing nyamuk, tikus
dan kelelawar yang telah
dikumpulkan.
Selain itu juga dilakukan
pemeriksaan laboratorium
untuk spesimen nyamuk,
tikus dan kelelawar untuk
mengetahui apakah
nyamuk yang dikumpulkan
merupakan vektor malaria
atau demam berdarah
dengue; apakah tikus
yang dikumpulkan bisa
menyebarkan leptospirosis
dan hanta; dan apakah
kelelawar yang dikumpulkan
merupakan penular Nipah
Virus.
Hasil uji coba ini akan
jadi salah satu dasar untuk
memulai Riset Khusus Vektor
dan Reservoir Penyakit tahun
2015 untuk mengetahui
jenis dan pola vektor serta
reservoir penyakit yang
menular melalui nyamuk,
tikus, dan kelelawar di
Indonesia.
“Dalam riset selama tiga
tahun itu, Balitbangkes akan
mengumpulkan 305 ribu
spesimen nyamuk, 42 ribu
spesimen tikus dan 24 ribu
spesimen kelelawar,” kata
Prof Tjandra.
Riset itu dilakukan untuk
mengetahui vektor penyakit
yang ada, mekanisme
penularan penyakit lewat
vektor, dan patoisiologi (proses terjadinya) penyakit-
penyakit yang ditularkan oleh
vektor supaya selanjutnya
bisa digunakan untuk
mencari cara pencegahan
dan penanggulangannya.
Dampak Biogeograis
Indonesia merupakan
negara yang secara
biogeograis merupakan pertemuan dua daerah
pembagian binatang di
dunia, yaitu daerah Oriental
dan Australia, sehingga
spesies satwa liarnya sangat
beragram dan terdistribusi
di berbagai tipe habitat dan
ekosistem.
Kondisi itu berpengaruh
terhadap sebaran vektor
dan reservoir penyakit, serta
penyakit yang ditularkan.
Pemutakhiran data
secara berkesinambungan
mengenai sebaran geograis, perubahan iklim, serta
konirmasi vektor dan reservoir penyakit sangat
diperlukan untuk mengetahui
macam dan jumlah spesies,
potensi dan perannya dalam
penularan penyakit tular
vektor serta reservoir di
Indonesia.
Data-data tersebut
bermanfaat dalam
pengendalian dan
penanggulangan penyakit
tular vektor dan reservoir,
kata Prof. dr. Tjandra pada
pembukaan sosialisasi riset
khusus vektor dan reservoir
penyakit di Indonesia
pada 28 Agustus 2014 di
Semarang.
Vektor dan reservoir
penyakit di Indonesia berasal
dari hewan tak bertulang
belakang seperti nyamuk,
tikus, dan kelelawar.
Masalahnya belum banyak
pengetahuan tentang
penyakit yang disebarkan
oleh hewan tidak bertulang.
Tahun 2014, Balitbangkes
telah mengagendakan
pelaksanaan riset khusus
vektor dan reservoir
penyakit di Indonesia karena
minimnya data base tentang
penyebaran dan peningkatan
kasus penyakit tular
vektor dan reservoir yang
tidak dapat diprediksi dan
terkendali.
Riset khusus vektor
dan reservoir penyakit
akan dilaksanakan secara
bertahap di 34 provinsi di
Indonesia selama tiga tahun
mulai 2015 sampai 2017.
Pada tahun 2015 kegiatan
dilaksanakan di sembilan
provinsi, tahun 2016 di 13
provinsi dan tahun 2017 di
provinsi tersisa.
Pelaksanaan persiapan
dan uji coba sudah mulai
dilakukan tahun 2014.
Pengumpulan data akan
mencakup 136 kabupaten
dengan 86 titik ekosistem di
seluruh provinsi.•
BALITBANGKESUJI COBARIKHUS VEKTORA
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 27 • •
Ketua misi Ebola PBB Anthony Banburry (pada layar) berbicara di hadapan anggota Dewan Keamanan PBB dalam pertemuan membahas
krisis Ebola di kantor pusat PBB, New York.
Sedikitnya 5.177
orang meninggal
dunia akibat wabah
Ebola yang bermula
dari beberapa
negara Afrika dan kemudian
berdampak sampai ke
Spanyol dan Amerika
Serikat, demikian menurut
data Organisasi Kesehatan
Dunia (World Health
Organization/WHO).
Menurut data WHO
sampai 11 November 2014,
total ada 14.413 kasus yang
dikonirmasi, kemungkinan dan dicurigai sebagai
penyakit virus Ebola yang
dilaporkan di enam negara
terdampak yakni Guinea,
Liberia, Mali, Sierra Leone,
Spanyol, dan Amerika Serikat
serta dua negara yang
terdampak sebelumnya,
Nigeria dan Senegal.
Negara-negara yang
tercatat sebagai daerah
dengan tingkat penyebaran
luas dan transmisi intens
yakni Guinea, Liberia, dan
Sierra Leone sementara
negara dengan atau yang
memiliki kasus awal dengan
penularan lokal meliputi Mali,
Nigeria, Senegal, Spanyol,
dan Amerika Serikat.
Di negara-negara
dengan penyebaran luas
dan penularan intens,
WHO mencatat 14.383
laporan kasus yang
dikonirmasi, kemungkinan dan diduga Ebola dengan
5.165 kemarian sampai 11
November menurut laporan
Kementerian Kesehatan
Guinea, Sierra Leone dan
Liberia.
Kasus yang berakibat
kematian paling banyak
terjadi di Liberia (2.812
kematian), Sierra Leone
(1.187 kematian) dan Guinea
(1.166 kematian).
Angka kematian Liberia
telah direvisi jadi lebih
rendah dari 2.836 karena
ada reklasiikasi, demikian menurut laporan Global Alert
Response (GAR) di laman
resmi WHO.
Sebanyak 570 petugas
kesehatan dilaporkan
terinfeksi virus Ebola dengan
rincian 93 di Guinea; 332
di Liberia; dua di Mali; 11 di
Nigeria; 128 di Sierra Leone;
satu di Spanyol; dan tiga di
Amerika Serikat. Sebanyak
324 tenaga kesehatan
meninggal dunia akibat
infeksi virus tersebut.
WHO melakukan
penelitian ekstensif untuk
memastikan bagaimana
mereka terinfeksi. Indikasi
EBOLA TELAH MEMBUNUH
5.177 ORANG
PERISTIWA
• • 28 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 201428 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
awal menunjukkan
kemungkinan infeksi terjadi
di luar konteks perawatan
dan penanganan pasien
Ebola.
Upaya pencegahan
infeksi dan pengontrolan
jaminan kualitas dilakukan
di pusat-pusat perawatan
pasien Ebola di tiga negara
dengan tingkat penularan
tinggi dan upaya-upaya
dilakukan untuk memastikan
pasokan alat perlindungan
personal dan pelatihan bagi
tenaga kesehatan tersedia.
Sementara di negara
dengan kasus-kasus
dengan kasus-kasus awal
dan transmisi lokal seperti
Mali, Nigeria, Senegal,
Spanyol, dan Amerika
serikat dilaporkan berasal
dari negara-negara dengan
penyebaran Ebola luas dan
tingkat penularan tinggi.
Di Mali, ada empat
laporan kasus termasuk
tiga kematian pada 13
November. Lalu ada empat
kasus dan satu kematian di
Amerika Serikat dan semua
pasien sudah keluar dari
rumah sakit.
Di Spanyol, 24 hari telah
berlalu setelah petugas
pelayanan kesehatan
terinfeksi saat merawat
pasien Ebola di Madrid dan
dinyatakan tak terinfeksi
Ebola dan diperbolehkan
keluar dari rumah sakit.
Negara itu mendeklarasikan
telah bebas Ebola 42 hari
setelah kasus dinyatakan
negatif dan pemantauan
terhadap 83 orang yang
melakukan kontak dengan
petugas pelayanan
kesehatan itu selama 21 hari
sudah tuntas.
Sementara di Nigeria
ada 20 kasus dan delapan
kematian dan di Senegal
ada satu kasus tanpa
kematian. Kedua negara
pada 17 Oktober dan 19
Oktober mendeklarasikan
keberhasilan mereka
merespons penyebaran
penyakit tersebut.•
Sejumlah anak memperhatikan petugas kesehatan yang menyemprotkan desinfektan diluar sebuah masjid di Bamako, Jumat (14/11). Pemerintah kota secara resmi mengungkapkan jenazah imam Guinea, terduga tewas akibat virus Ebola pada 27 Oktober lalu, dimandikan di masjid sebelum pemakaman. Mali mencatat setidaknya 200 kontak terkait telah dikonirmai atau kemungkinan terjangkit virus Ebola saat mencari pengendalian terjangkitnya Ebola kedua, menurut keterangan resmi kesehatan
Petugas kesehatan
memindahkan jasad wanita yang tewas akibat virus Ebola di distrik Abeerden, Freetown, Sierra Leone
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 29 • • DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 29
REFORMASI BIROKRASI
• • 30 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Poniran,
PNS yang
mempunyai
tugas sebagai
pengemudi
bus antara
jemput jurusan
Kemenkes-Rawa Bambu
dan Narogong Bekasi
pulang pergi, sumringah
setelah menerima tunjangan
kinerja (Tukin) sejak awal
tahun 2014. Dia siap
berangkat lebih pagi dan
pulang lebih sore, dibanding
penumpang yang ikut bus
yang dikemudinya. Paling
tidak satu jam lebih pagi dan
satu jam lebih sore. Satu
jam lebih pagi, karena harus
menuju tempat bus parkir
dan mempersiapkannya.
Demikian juga kalau sore
waktu pulang. Ketika semua
penumpang sudah sampai
rumah masing-masing,
poniran masih harus
merapihkan kendaraan
terlebih dahulu.
“Sekalipun harus
lebih awal berangkat dan
lebih akhir sampai rumah,
saya tetap gembira dan
semangat bekerja, karena
sudah menjadi tugas dan
tanggung jawab saya
sebagai pengemudi. Kalau
ditanya capek apa enggak
? ya ...pasti capek, apalagi
jalanan jabodetabek,
dimana-mana macet. Tapi,
saya tetap senang dan
gembira, apalagi tunjangan
kinerja sudah diterima. Kalau
ingat tunjangan kinerja
sudah diterima, capek dan
lelah langsung hilang”,
aku Poniran tersenyum
sumringah.
Bagaimana dengan
para penumpang lainnya?
Ternyata banyak perubahan
dari pengamatan Poniran.
Menurutnya, sebelum
tukin diterima, penumpang
kalau tertinggal jemputan
marah-marah, padahal
bukan salah pengemudi,
tapi salah penumpang yang
terlambat datang sesuai
waktu yang telah disepakati,
sehingga tertinggal bus
jemputan. “Sekarang kalau
tertinggal tidak ada yang
marah, mereka kemudian
mengejar bus jemputan
dengan ojek atau kendaraan
lain. Penumpang menyadari
bahwa kita harus disiplin
dengan waktu”, ujar muazin
yang bersuara merdu ini.
Fenomena lain, yakni
kekompakan. Menurut
pengemudi yang rajin
shalat jama’ah ini, setelah terima tukin karyawan
lebih kompak, tepat waktu
ketika datang dan tepat
waktu pula dikala pulang,
termasuk karyawan yang
menggunakan bus yang
dikemudinya.
“Hampir 90% penumpang
menggunakan bus
jemputan pergi dan ulang.
Hanya sebagian yang
tidak menggunakan bus
jemputan dikarenakan
sedang dinas luar kota(DL),
keberbagai daerah. Sangat
jarang, bahkan tidak ada
yang berangkat terlambat
belakangan atau pulang
lebih dahulu. Semua kompak
pergi dan pulang pada
waktu yang sama. Bagi saya
sebagai pengemudi juga
lebih mudah dan pasti kapan
pergi dan pulang”, ujarnya
yakin.
Berbeda dengan
sebelumnya, tidak jelas.
Siapa penumpang pergi dan
siapa penumpang pulang.
Berangkat atau tidak, ikut
jemputan atau tidak. Tidak
jelas. Kalau suatu saat
tertinggal, ternyata yang
bersangkutan mau ikut
jemputan, akhirnya marahlah
mereka, karena merasa
ditinggal. Apalagi mereka
merasa membayar iuran
bulanan untuk operasional
kendaraan. “ Sekarang,
kebiasaan lama yang tidak
baik itu hilang, berganti
dengan kedisiplinan yang
tinggi, termasuk ketika
ditawarkan berangkat lebih
awalpun mereka siap, dari
pada terlambat lebih baik
lebih cepat sampai kantor”,
ujar Poniran.
Kondisi KantorSebelum tukin, datang
kantor pukul 07.30 itu pagi
banget. Sehingga kalau
tamu yang berkunjung ke
kantor pukul 08.00 masih
sepi, ruangan banyak
kosong belum berpenghuni.
Sekarang, pukul 07.30
sudah ramai seperti pasar.
Apalagi wilayah lobby
sebagai tempat karyawan
melalukan absensi, hiruk
pikuk dan terburu-buru
mengejar absen.
Sebut saja Fany, merasa
kecewa berat karena
absensinya terlambat
satu menit. “Aku
berharap tidak
terlambat hari
TUKIN PENGARUHI DISIPLIN KERJA
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 31
ini, dengan segala daya
dan upaya menembus
kemacetan jakarta, eh
ternyata masih terlambat
juga. Terlambatnya satu
menit lagi, nyesek banget”,
ujarnya kesel.
Rupanya, karyawan
lebih mudah berdisiplin
diatur dengan sistem.
Karena sistem tersebut
bekerja tidak bertoleransi
dengan pelanggaran atau
penyimpangan. Siapa yang
melanggar akan mendapat
hukuman. Hukuman
yang paling tidak
disukai
adalah
pemotongan gaji atau
tunjangan kinerja. Sebab,
umumnya orang bekerja
untuk mendapatkan uang
atau gaji. Tentu tidak ingin
gajinya berkurang.
“Nah bagaimana kalau
sudah berangkat kerja,
hanya terlambat satu menit
sama dengan mereka yang
terlambat 30 menit dengan
potongan 0,5% dari tukin.
Kalau satu menit itu terjadi
pada keterlambatan ke 31
menit potongannya lebih
besar lagi menjadi 1 %,
kan nyesek”, ujar
Fany sambil
ngeloyor
memegang helm.
Bila dilihat
dari absensi, maka
dapat disimpulkan
bahwa karyawan lebih
disiplin dalam kehadiran
setelah mendapat tukin.
Terbukti dari salah
satu rekapitulasi
absensi satuan
kerja Puskom
Publik Kemenkes
dari Januari-Juni 2014,
rata-rata setiap bulannya
sebagian besar diatas 30
persen karyawan hadir
kurang dari pukul 07.30,
sedangkan 20 persen
karyawan hadir 07.30-
08.00, sedangkan lebih
dari pukul 08.00 dibawah
19 persen. Sementara
karyawan yang tidak hadir
dengan keterangan rata-rata
dibawah 10 persen setiap
bulannya.
Gambaran kehadiran
karyawan di atas memang
tidak menggambarkan
kondisi kehadiran seluruh
karyawan Kementerian
Kesehatan, tetapi setidaknya
dapat sebagai gambaran
umum, yang kemungkinan
tidak terlalu berbeda, bahwa
kehadiran karyawan sudah
lebih baik.
Hal ini juga diamini oleh
Kasubag Kepegawaian
dan Umum Okto
Rusdianto, ST
mengatakan,
setelah tukin benar-
benar menjadi kenyataan
mendorong karyawan menjadi
lebih rajin dan disiplin untuk
hadir dan pulang bekerja
tepat waktu. “ Memang kalau
melihat data yang ada tahun
2014, karyawan sudah lebih
baik tingkat kehadirannya
dibanding dengan tahun
2013. Sebab, tahun tersebut,
tukin baru sebagai wacana
dan benar-benar diterima
baru pada akhir tahun 2013”,
ujar Okto.•
SATU LAGI STRAIN POLIOVIRUS BERHASIL DIBERANTAS
TEROBOSAN
• • 32 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
FO
XN
EW
S.C
OM
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 33 • •
Laporan terbaru
menyebutkan
bahwa satu lagi
strain virus yang
menyebabkan
penyakit
polio berhasil
diberantas di seluruh dunia.
Dalam dua tahun ini
tidak ada laporan baru kasus
polio yang disebabkan oleh
strain virus yang disebut
poliovirus tipe 3 menurut
para peneliti dan Organisasi
Kesehatan Dunia (World
Health Organization/WHO)
dan Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit
Amerika Serikat (Centers
for Disease Control and
Prevention/CDC).
Pemberantasan
poliovirus tipe 3 akan
menjadi “tonggak sejarah”
upaya pemberantasan
polio global, kata para
peneliti dalam laporan yang
diterbitkan 13 November.
Dunia belum bisa
menyingkirkan polio. Ada
tiga strain poliovirus. Meski
penularan poliovirus tipe 2
telah berhenti sejak 1999
dan dalam dua tahun terakhir
sudah tidak ada laporan
kasusnya, tapi penularan
poliovirus tipe 1 masih terjadi
di Nigeria, Pakistan dan
Afghanistan.
Poliovirus menyebabkan
polio atau poliomyelitis,
penyakit yang sangat
menular dan infeksi
sistem syaraf yang tak
tersembuhkan tapi bisa
dicegah dengan vaksinasi.
Pada tahun 1980-
an, virus itu setiap
tahun membunuh atau
melumpuhkan sekitar
350.000 orang di seluruh
dunia.
Namun sejak WHO
meluncurkan Inisiatif
Pemberantasan Polio Global
tahun 1988, jumlah kasusnya
turun 99 persen lebih.
Meski demikian,
karena poliovirus tipe 1
masih menyebar di tiga
negara, penyakit itu masih
mengancam kawasan-
kawasan bebas polio dunia
yang tingkat vaksinasinya
tidak cukup tinggi menurut
WHO.
Poliovirus tipe 1 adalah
strain virus yang paling
jahat, menyebabkan
kesakitan pada satu dari
setiap 200 orang yang
terinfeksi. Jauh lebih tinggi
virulensinya dibandingkan
dengan pliovirus tipe 3 yang
menyebabkan satu per 2.000
orang yang terinfeksi sakit.
Kasus polio terakhir
yang disebabkan oleh strain
poliovirus tipe 3 terjadi
pada bayi umur 11 bulan di
Nigeria, yang menurut WHO,
menjadi lumpuh pada 10
November 2012.
Sejak itu tidak ada lagi
kasus yang dilaporkan
dan virus itu tidak muncul
dalam uji laboratorium yang
dilakukan tim surveilans polio
WHO.
Badan kesehatan dunia
itu masuk melanjutkan
kegiatan surveilans untuk
melihat apakah penularan
poliovirus tipe 3 sudah
benar-benar berhenti,
demikian seperti dilansir
laman LiveScience.•
WW
W.T
HE
IND
YC
HA
NN
EL.C
OM
MODEL MATEMATIKA UNTUK IDENTIFIKASI RISIKO BUNUH DIRI
Hasil studi menunjukkan bahwa satu
model matematis baru bisa digunakan
untuk mengidentiikasi tentara dengan risiko tinggi melakukan bunuh diri.
Para peneliti menganalisis informasi
dari 40.000 lebih tentara Angkatan Darat Amerika
Serikat yang menjalani perawatan di rumah sakit
karena mengalami gangguan jiwa antara tahun
2004 dan 2009.
Sudah diketahui bahwa orang yang masuk
ke rumah sakit dengan diagnosis gangguan jiwa
berisiko tinggi bunuh diri ketika keluar dari rumah
sakit.
Namun tidak akan praktis jika semua orang
yang keluar dari perawatan psikiatri di rumah
sakit harus menjalankan program pencegahan
bunuh diri, karena belum tentu semuanya berisiko
melakukan bunuh diri.
Para peneliti mengatakan, akan lebih praktis
menargetkan program intensif kepada mereka
yang paling berisiko melakukan bunuh diri.
Menurut hasil studi baru, 68 tentara meninggal
dunia karena bunuh diri dalam satu tahun setelah
keluar dari rumah sakit, yang diterjemahkan
menjadi tingkat bunuh diri 264 per 100.000 tentara
yang menjalani perawatan di rumah sakit setiap
tahun, jauh lebih tinggi dari tingkat bunuh diri di
antara tentara Angkatan Darat Amerika Serikat
yang 18,5 per 100.000 tentara per tahun.
Para peneliti memasukkan informasi dari ile administratif Angkatan Darat dan Departemen
Pertahanan Amerika Serikat ke program komputer
untuk melihat faktor-faktor yang bisa digunakan
untuk memprediksi risiko bunuh diri.
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa algoritma komputer lebih akurat dalam
TEROBOSAN
• • 34 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
memprediksi risiko bunuh
diri seseorang dibandingkan
dokter karena tidak seperti
manusia, model komputer
bisa menelaah ratusan
potensi risiko dalam sekali
waktu.
Dalam studi yang baru,
program para peneliti melihat
131 variabel terkait risiko
bunuh diri, dari faktor dasar
seperti gender dan usia
sampai ke yang rinci seperti
apakah orang itu punya
akses ke senjata, pada
tentara yang sebelumnya
menjalani perawatan karena
sakit jiwa atau mengalami
gangguan stres pasca-
trauma.
Studi itu menemukan
lima persen tentara yang
diprediksi menggunakan
model mereka berisiko paling
tinggi melakukan bunuh diri
setelah separuh dari mereka
keluar dari rumah sakit.
“Konsentrasi tinggi risiko
bunuh diri dalam lima persen
pasien rawat inap berisiko
tinggi itu mengejutkan,” kata
salah satu penulis hasil studi
itu, Ronald Kessler, seorang
profesor kebijakan pelayanan
kesehatan di Harvard
Medical School.
MODEL MATEMATIKA UNTUK IDENTIFIKASI RISIKO BUNUH DIRI
Terlebih lagi, sebanyak
lima persen tentara ini juga
berisiko tinggi mengalami
risiko gangguan lain setelah
keluar dari rumah sakit,
termasuk meninggal karena
luka, mencoba bunuh diri
atau kembali dimasukkan ke
rumah sakit.
Faktor yang digunakan
untuk memprediksi kuatnya
risiko bunuh diri adalah
pria, terlambat masuk,
punya senjata api terdaftar,
pernah mencoba bunuh
diri pada masa lalu, serta
aspek perawatan psikiatri
sebelumnya seperti jumlah
resep antidepresan yang
diberikan dalam 12 bulan
terakhir dan gangguan
yang didiagnosis selama
perawatan.
Tingkat bunuh diri di
antara tentara Angkatan
Darat Amerika Serikat
meningkat sejak 2004.
“Meski intervensi dalam
strata risiko tinggi ini tidak
akan menyelesaikan masalah
bunuh diri tentara Angkatan
Darat Amerika Serikat, tahu
bahwa bunuh diri pasca-
perawatan di rumah sakit
jiwa menyumbang 12 persen
dari seluruh kasus bunuh
diri tentara AS, algoritma itu
akan membantu penentuan
target intervensi preventif,”
kata peneliti dalam jurnal
JAMA Psychiatry edisi 12
November.
Namun riset lebih lanjut
masih diperlukan sebelum
dokter bisa menggunakan
model itu. Sebagai contoh,
para peneliti mengatakan,
karena model itu
berdasarkan informasi dari
hanya 68 kasus bunuh diri,
pengujian lebih lanjut perlu
dilakukan menggunakan
data terbaru untuk
mengonirmasi sebagus apa model itu bisa memprediksi
bunuh diri.
Para peneliti juga perlu
mempertimbangkan potensi
bahaya dari model itu
karena menjalani program
pencegahan bunuh diri
intensif bisa mengarah
pada “pengawasan yang
tak sepantasnya” yang bisa
mempengaruhi karir tentara,
kata para peneliti seperti
dilansir laman LiveScience.•
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 35 • •
WW
W.F
LIC
KR
.CO
M/G
AG
ES
KID
MO
RE
“Konsentrasi
tinggi risiko
bunuh diri
dalam lima
persen pasien
rawat inap
berisiko
tinggi itu
mengejutkan,”
Ronald Kessler
KOLOM
• • 36 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Wajah Jiman
(74 tahun)
terlihat
sumringah
setelah ia
selesai menjalani operasi
katarak pada mata kirinya.
Dia menutup mata sebelah
kanan dengan tangan, lalu
ia berkata, “padang”, yang
artinya terang.
Kemudian Jiman
menutup mata kiri, kemudian
berkata “peteng”, artinya
gelap. Mata kanan Jiman
memang belum bisa melihat
terangnya cahaya, karena
kataraknya belum dioperasi.
Petani padi yang
tinggal di Desa Pujorahayu,
Kecamatan Belitang,
Kabupaten Ogan Komering
Ulu (OKU) Timur Sumatera
Selatan ini, baru saja
menjalani operasi katarak
dengan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) di RSUD
OKU Timur.
Sambil menunggu
operasi mata sebelah kanan
dan adaptasi mata sebelah
kiri, Jiman sudah mulai ke
sawah, melihat tananam
padi, singkong, tomat,
cabe, pisang, coklat dan
memberi makan ikan patin di
kolamnya.
“Kolam ini saya isi 2500
benih patin dan 1500 benih
mujaher. Saya melakukan ini
agar tidak bosan di rumah,
sambil menunggu operasi
mata sebelah kanan satu
bulan lagi,” ujar Jiman dalam
bahasa Jawa medhok.
Jiman adalah satu dari
4 juta lebih pendudukan
Indonesia yang mengalami
katarak. Dari jumlah itu,
penderita katarak yang
mengalami kebutaan
sebanyak 800 ribu orang.
Berdasarkan hasil
survei kebutaan pada usia
lanjut dan Riskesdas 2013,
prevalensi kebutaan masih
di atas 0,5 persen pada
kelompok umur tertentu.
Secara nasional dari semua
kelompok usia, prevalensi
kebutaan sebesar 0,4 persen
dan katarak 1,8 persen serta
severe low vission sebesar
0,9 persen
Apabila dikonversi dalam
jumlah absolut penduduk
Indonesia usia 6 tahun
ke atas maka diperoleh
data: jumlah penderita
kebutaan sebesar 898.856
orang, severe low vission
sebesar 2.022.427 orang dan
penderita katarak 4.044.854
orang.
Menurut dr. Edy, spesialis
mata yang bekerja di RSUD
OKU Timur, dua penyebab
terbanyak gangguan mata
adalah refraksi dan katarak.
Keduanya dapat ditangani
dengan hasil yang baik dan
cost-effective di berbagai
HABIS GELAPTERBITLAH TERANG
Oleh : Prawito
negara termasuk Indonesia.
“Apalagi dengan JKN,
masyarakat dapat dengan
mudah mengatasi masalah
katarak. Satu pekan hampir
80 pasien katarak dapat
dioperasi. Saya bangga
membantu mereka dapat
melihat kembali, setelah
bertahun-tahun tak melihat,”
ujarnya.
Katarak dan Cataract Surgical Rate (CSR)
Katarak atau kekeruhan
lensa mata merupakan salah
satu penyebab kebutaan
terbanyak Indonesia maupun
di dunia. Perkiraan insiden
katarak adalah 0,1 persen
per tahun atau setiap tahun
di antara 1.000 orang
terdapat seorang penderita
baru katarak. Penduduk
Indonesia juga memiliki
kecenderungan menderita
katarak 15 tahun lebih cepat
dibandingkan penduduk di
daerah subtropis. Sekitar 16-
22 persen penderita katarak
di Tanah Air, dioperasi pada
saat berusia di bawah 55
tahun.
Masih banyak penderita
katarak yang tidak
mengetahui jika mereka
menderita katarak. Hal ini
menjadi penyebab dari
tiga terbanyak alasan
penderita katarak belum
operasi. Hasil Riskesdas
2013 menujukan 51,6
persen penderita katarak
belum dioperasi, karena
tidak mengetahui menderita
katarak. Sebanyak 11,6
persen karena tidak mampu
membiayai dan 8,1 persen
karena takut operasi.
Pada 2006 WHO
menyebutkan angka Cataract
Surgical Rate (CSR)
Indonesia berkisar 465. CSR
adalah angka operasi katarak
per satu juta populasi per
tahun. Angka CSR dihitung
melalui pengumpulan data
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 37 • •
untuk populasi Indonesia
(estimasi 250 Juta)
adalah sebesar 500.000
operasi katarak per tahun.
Menurut Perdami estimasi
kemampuan operasi katarak
oleh dokter-dokter mata
di Indonesia pertahunnya
berkisar 150.000-180.000.
Perhitungan kasar ini
menunjukkan bahwa untuk
mencapai angka CSR 2000
saja, Indonesia mempunyai
back log operasi katarak
sebesar 320.000-350.000
per tahunnya.
Hasil survey Rapid
Assessment of Avoidable
Blindness (RAAB) di Sulsel
dan NTB mendapatkan
hambatan terbesar penderita
katarak yang tidak dioperasi
katarak adalah tidak adanya
akses untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan mata
khususnya katarak dan
merasa belum memerlukan
tindakan operasi katarak.
Kedua hambatan ini
menunjukkan belum semua
kabupaten/kota mempunyai
layanan kesehatan mata,
khususnya bedah katarak
terutama pada daerah yang
lokasinya jauh. Di samping
itu, kesadaran masyarakat
masih kurang untuk kualitas
kehidupannya dari segi
penglihatan.
Dokter Spesialis Mata (SpM)
Penanganan gangguan
penglihatan membutuhkan
tenaga dokter spesialis mata.
Sampai dengan Desember
2013, jumlah dokter spesialis
mata yang terdaftar di Konsil
Kedokteran Indonesia
(KKI) adalah sebanyak
1.455 orang. Jumlah
dokter spesialis mata yang
terdaftar di Pengurus Pusat
Perdami adalah sebanyak
1.522 orang dan residen
mata sebanyak 612 orang.
Dengan demikian secara
nasional satu dokter
spesialis mata rata-rata
melayani lebih dari 160.000
penduduk.
Angka ini masih
sangat jauh dibandingkan
standard WHO, yaitu
1:20.000. Persebaran
spesialis mata juga belum
merata. Seharusnya setiap
kabupaten/kota setidaknya
terdapat seorang dokter
spesialis mata untuk
memudahkan akses
masyarakat. Namun jika
dilihat jumlah dokter dan
jumlah kabupaten/kota di
masing-masing provinsi
terlihat ada provinsi yang
jumlah dokter spesialis
mata kurang dari jumlah
kabupaten/kota dan
sebaliknya terdapat provinsi
yang memiliki dokter spesialis
mata yang banyak. Seperti
DKI Jakarta, mempunyai
rasio dokter spesialis mata
per kasus 86, sedangkan
NTT mempunyai rasio 4,430.
Sangat tidak merata.
Selanjutnya jika jumlah
dokter SpM disandingkan
dengan kasus kebutaan,
maka terlihat rasio terbesar
terdapat pada Provinsi
Sulawesi Barat (1:4.000
kasus kebutaan), Provinsi
NTT (1: 4.000 kasus) dan
Provinsi Lampung (1: 1.700
kasus). Sedangkan Rasio
terkecil terdapat di Provinsi
DKI Jakarta (1: 86 kasus),
Provinsi DI Yogyakarta (1:
105 kasus) dan Provinsi
Sumatra Barat (1: 205
Kasus).
Jika kebutuhan tenaga
Dokter SpM dikaitkan
dengan standard yang
diberlakukan oleh WHO,
yaitu perbandingan 1:20.000
penduduk maka terlihat
belum ada satu provinsi pun
di Indonesia yang memenuhi
syarat tersebut. Hanya DKI
Jakarta saja yang mendekati
kriteria WHO tersebut.
Pertanyaanya, bisakah
pertumbuhan dokter
Spesialis Mata berpacu
dengan percepatan
bertambahnya kasus katarak
baru sebesar 250.000
penduduk per tahun?
Problematika ini harus
dicarikan jalan keluarnya
sesegera mungkin.
Di samping pengobatan,
pemerintah juga harus
terus menggiatkan
program promotif dan
preventif agar katarak
bisa dicegah. Sekurang-
kurangnya pemerintah bisa
memperlambat percepatan
bertambahnya kasus baru
katarak dan kebutaan. Inilah
tantangan masa depan kita
semua. Mengubah penderita
katarak yang “gelap” menuju
terbit “terang” di mata
mereka.•
jumlah operasi katarak yang
telah dilakukan per tahun di
suatu daerah per negara per
satu juta populasi.
Data 2006 itu adalah
data terbaru. Sampai saat
ini belum ada data lagi
yang menyebutkan berapa
sebenarnya angka CSR
Indonesia.
Hal ini kemungkinan
karena belum adanya sistem
pengumpulan data operasi
katarak yang baik dan belum
ada sistem pelaporan yang
baik pula. Persatuan Dokter
Mata Indonesia (Perdami)
pernah menyebutkan pada
pertemuan tahun 2012
bahwa kemungkinan angka
CSR Indonesia berkisar
700-800, namun ini tentunya
memerlukan pembuktian
data yang baik.
Bila kita mengacu pada
indikator CSR, katakan
Indonesia mentargetkan
CSR 2000, maka diperlukan
jumlah operasi katarak
POTRET
• • 38 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Menurut dr. Mohamad Subuh, MPPM,
kepemimpinan yang kuat adalah
pengaruh. Tak kurang tak lebih. Dia
menjadikan prinsip itu sebagai pegangan
selama memimpin Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Kementerian Kesehatan.
Mohamad Subuh mengatakan kepemimpinan yang kuat
akan terbangun melalui kemitraan. “Kemitraan yang dibangun
dalam koridor sinergitas,” kata Direktur Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) yang dilantik
pada 17 Oktober 2014 itu.
Dokter yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris
Direktorat Jenderal P2PL itu berusaha membangun kemitraan
internal lewat pertemuan-pertemuan koordinasi dengan pejabat
di lingkungannya.
“Terus menerus kita rapat dengan teman-teman untuk
merumuskan bagaimana bisa mencapai program-program kita,
baik program prioritas yang sifatnya nasional, regional, maupun
internasional, global,” katanya.
Pria kelahiran Pontianak itu juga berusaha membangun
kemitraan lintas sektor dengan membuka komunikasi dan
menjalin kerja sama dengan pejabat-pejabat eselon I di
kementerian atau institusi lain.
“Sebagai pejabat eselon I, counterpart kita juga eselon
1, kita harus bangun komunikasi terbuka supaya kita punya
kesempatan lebih luas untuk menggerakkan sektor lain di luar
sektor kesehatan,” katanya.
dr. Mohamad Subuh, MPPM
BEKERJA MEMBANGUN KEMITRAAN SEHAT
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 39 • •
BEKERJA MEMBANGUN KEMITRAAN SEHAT
POTRET
• • 40 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Kemitraan lintas sektor,
menurut dia, sangat penting
dalam pengendalian penyakit
karena masalah-masalah
kesehatan berkaitan dengan
determinan kesehatan.
“Determinan yang paling
banyak itu justru yang
non-kesehatan, misalnya
masalah demam berdarah
atau malaria. Hal-hal ini kan
sebenarnya diakibatkan
oleh sesuatu yang sifatnya
non-kesehatan seperti
drainase yang kurang baik,
infrastruktur yang kurang
baik yang membuat air bersih
tergenang,” jelasnya.
Ia juga menekankan
pentingnya upaya untuk
menggerakkan sektor-sektor
non-kesehatan dalam upaya
pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan.
“Determinan non-
kesehatan yang harus kita
gerakkan, dan kita enggak
usah malu-malu, sowan
saja. Rencana saya juga
akan sowan ke Dirjen
Imigrasi supaya mereka
bisa memahami dan
bersama-sama mengatasi
permasalahan Ebola atau
penyakit menular lainnya.
Lalu ke PU, Kemenag,
Pendidikan, Perhubungan.
Semua memang harus kita
ajak berpartisipasi aktif,”
paparnya.
Dia juga menekankan
bahwa kerja sama lintas
sektor dalam pengendalian
penyakit maupun penyehatan
lingkungan akan berhasil jika
dilakukan lewat kemitraan,
bukan sekedar peran serta.
“Kemitraan adalah
partisipasi yang sifatnya
sharing. Jadi misalnya
Kementerian PU punya dana
untuk pembangunan, tapi dia
tak punya dana untuk pantau
kualitas air. Oke, pemantauan
kualitas dan pembinaan
sumber dayanya dari kami,
kata orang dari kesehatan...
Itu yang disebut kemitraan,”
katanya.
Kemitraan antar
pelaksana program dan antar
lembaga, menurut dia, sangat
diperlukan untuk menghadapi
tantangan besar dalam
upaya pengendalian penyakit
dan penyehatan lingkungan
seperti munculnya penyakit-
penyakit menular baru,
penyakit lama yang kembali
lagi seperti Ebola, serta tren
peningkatan penyakit tidak
menular.
Dalam menghadapi
tantangan-tantangan itu,
pemerintah menjalankan
program-program
pembangunan kesehatan,
termasuk pengendalian
penyakit dan penyehatan
lingkungan, mengacu pada
rencana pembangunan
jangka menengah dan jangka
panjang nasional.
“Di situ ada patron-patron
yang harus kita selesaikan
tahap demi tahap... Masing-
masing item dari kegiatan ini
tentunya harus direalisasikan
dengan kita bersinergi,”
katanya.
“Saya kira kalau kita
bisa merangkainya dengan
kemitraan maka kita akan
menghasilkan achievement
bersama sesuai dengan
rencana pembangunan
jangka menengah nasional,”
katanya.
Ia menjelaskan pula
bahwa kunci kemitraan
adalah sinergi dan untuk
mencapai keselarasan itu
ada tiga syarat yang mutlak
harus dipenuhi yakni saling
percaya, komunikasi terbuka
dan inovasi.
Dia menambahkan, rasa
saling percaya akan tumbuh
jika pihak-pihak yang bermitra
saling terbuka, disiplin dan
bekerja profesional.
“Sekali lagi intinya
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 41 • •
adalah saling percaya,
komunikasi terbuka, dan
inovasi. Saya pegang prinsip
itu lama, 23 tahun atau 24
tahun, baik waktu bekerja
di daerah maupun pusat.
Dan seharusnya dengan
itu kemitraan bisa dibangun
untuk mendukung program-
program kita,” katanya.
Tiga PrioritasMohamad Subuh
menjelaskan Direktorat
Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan punya tiga
prioritas yakni mengendalikan
penyakit menular,
menanggulangi penyakit tidak
menular, dan menyehatkan
lingkungan.
Dalam upaya
pengendalian penyakit
menular, pemerintah harus
berusaha mengendalikan
penyakit-penyakit menular
yang masih menjadi beban
seperti tuberkulosis, malaria,
demam berdarah dengue, lu burung dan HIV/AIDS. Selain
itu pemerintah juga harus
mencegah penyakit-penyakit
yang muncul di kawasan lain
seperti sindrom pernafasan
Timur Tengah akibat virus
corona baru atau MERS-CoV
dan Ebola masuk ke dalam
negeri.
Selain itu, ia menjelaskan,
pemerintah juga harus
mengantisipasi dampak
perubahan iklim pada
perubahan pola penyakit atau
transisi epidemiologi.
“Kalau bicara penyakit,
kita bicara siklus kehidupan,
dari belum hamil, hamil,
melahirkan, sampai tua itu
terus bersinggungan dengan
penyakit. Jadi bagaimana kita
memutus rantai yang ada,”
katanya.
Sementara dalam
menanggulangi penyakit tidak
menular, ia menjelaskan,
pemerintah memfokuskan
program pada lima penyakit
yang paling banyak
menimbulkan kematian yakni
penyakit jantung, stroke,
hipertensi, diabetes melitus,
dan kanker.
Dalam pengendalian
penyakit tidak menular,
menurut dia, yang terpenting
adalah mengendalikan faktor-
faktor risiko dan untuk itu
diperlukan kerja sama lintas
sektoral.
“Karena kita bermain di
faktor risiko, maka itu akan
tergantung pada bagaimana
kita bisa mengendalikan,
memantau faktor risiko itu
terus menerus. Misalnya
kita bicara soal penyakit
jantung, faktor risikonya apa?
Makanan lemak, kurang
olahraga, stres, merokok.
Nah kalau kita lari ke risiko
itu kita lebih banyak bicara
lintas program dan lintas
sektor. Kemitraan lagi yang
dibutuhkan,” katanya.
Pelibatan sektor
non-kesehatan dalam
pengendalian penyakit
tidak menular antara lain
dilakukan dalam upaya
mengurangi dampak rokok
terhadap kesehatan, yang
dilakukan dengan mendorong
pemerintah daerah
menetapkan aturan tentang
Kawasan Tanpa Rokok serta
memberlakukan aturan
yang mewajibkan industri
memasang peringatan
bergambar seram pada
kemasan produknya.
“Penyakit tidak menular
faktor risikonya antara lain
LGG (lemak, gula, garam)
terlalu banyak. Teorinya kan
kita boleh makan garam
satu sendok teh sehari, gula
empat sendok teh boleh dan
lemak lima sendok makan.
Tapi apa mungkin itu kita
kontrol. Kalau rokok bisa
kita pasang peringatan,
tapi kalau makanan agak
susah, apakah nanti semua
restoran Padang kita minta
pasang lebel ‘Hati-hati makan makanan Padang
bisa menyebabkan kolesterol
tinggi, hipertensi, dan
stroke...?”
Kementerian Kesehatan,
ia menjelaskan, berusaha
menjalankan intervensi yang
paling tepat untuk mengatasi
masalah penyakit tidak
menular.
Sementara upaya-upaya
penyehatan lingkungan
difokuskan pada pelaksanaan
program Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM)
yang mencakup lima pilar,
yakni stop buang air besar
sembarangan; cuci tangan
pakai sabun; pengelolaan
air minum/makanan rumah
tangga; pengelolaan
sampah rumah tangga; dan
pengelolaan limbah cair
rumah tangga.
“Kemudian kita jaga
kualitas lingkungan dan juga
tempat-tempat pengolahan
makanan dan limbah,
termasuk limbah rumah sakit
dan radiasi,” katanya.
Alumnus program master
kebijakan publik di University
Southern California itu
mengatakan bahwa upaya
untuk menjalankan ketiga
program prioritas itu harus
ditunjang dengan tiga hal
yakni surveilans yang kuat,
sistem imunisasi, dan sistem
karantina kesehatan sebagau
upaya cegah tangkal.
Belum Cukup “Kita mengerti 40 persen
orang bisa sehat dan sakit
tergantung pada kesehatan
lingkungannya. Karena
itu tentunya kita mesti
memperhatikan kesehatan
lingkungan, apakah itu
lingkungan perumahan,
lingkungan rumah tangga,
atau lingkungan pekerjaan.
Seperti ruangan ini, belum
tentu AC-nya bagus, saya
agak-agak lu dua hari ini, mungkin sudah saatnya
orang BBTKL periksa AC-
nya,” kata M. Subuh lalu
tertawa.
“Lalu yang sudah
dilakukan untuk menyehatkan
lingkungan, apakah sudah
cukup? Ternyata belum.
STBM baru mencakup 30
persen dari kabupaten/kota
yang melakukannya secara
penuh,” tambah dia.
Masih ada 70 persen
kabupaten/kota yang belum
sepenuhnya menjalankan
kelima pilar STBM,
yakni menghilangkan
kebiasaan buang air
besar sembarangan serta
menggerakkan warga untuk
mencuci tangan pakai
sabun, mengelola air minum/
makanan rumah tangga,
mengelola sampah rumah
tangga, dan mengelola
limbah cair rumah tangga.
Kalau bicara penyakit, kita bicara siklus kehidupan, dari belum hamil, hamil, melahirkan, sampai tua itu terus bersinggungan dengan penyakit. Jadi bagaimana kita memutus rantai yang ada.
POTRET
• • 42 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Pemerintah pusat
masih harus bekerja keras
mendorong pemerintah
daerah menerapkan semua
pilar dalam STBM sehingga
pada akhir 2019 seluruh
kabupaten/kota sudah
menjalankan program itu
secara penuh.
Dia juga menekankan
pentingnya menjalankan
program-program spesiik seperti kota/kabupaten sehat
serta fasilitas publik sehat
seperti pelabuhan sehat,
bandara sehat, dan pasar
sehat.
Selain itu, yang juga tak
kalah penting, menurut dia,
adalah membangun budaya
bersih dan sehat dengan
mendorong penyediaan
fasilitas cuci tangan
menggunakan sabun pada
air mengalir di tempat-tempat
umum, termasuk di pinggir
jalan, tempat para pedagang
kaki lima menjajakan
makanan.
“Semua harus ditunjang
budaya bersih, perilaku
bersih, cuci tangan pakai
sabun pada air mengalir
minimal 20 detik itu bisa
menjadi pemutus rantai
penularan penyakit,” katanya.
“Di pinggir jalan, ini
salah satu yang akan saya
gerakkan, kalau ada bakti
sosia tolong dibuatkan tempat
air dengan keran. Bagikan
itu ke orang pinggir jalan.
Karena selama ini dia cuci di
situ, cuma ada satu ember
air. Bayangkan, E. Coli,
Rotavirus dan segala macam
kuman penyebab penyakit
bisa ada di situ,” kata M.
Subuh, yang sekarang
hanya jajan di warung makan
dengan tempat cuci piringnya
menggunakan keran.
“Ini bentuk teknologi
preventif, kita kembangkan.
Toh sama saja, air bisa
dalam ember, tinggal bikin
keran atau keran pancar
biar lebih hemat. Itu
jelas memutuskan rantai
penularan penyakit. Soalnya
banyak yang menular lewat
orofecal, hepatisis, thypoid,
diare, kolera...dan hal-hal
sederhana seperti ini bisa
sangat bermanfaat,” kata
pria yang kemana-mana
membawa tisu basah
antiseptik itu.
Dia juga berencana
memasukkan upaya-upaya
preventif-promotif lewat
program-program lintas
sektor yang sedang dan akan
berjalan.
“Contohnya sekarang
ada KIS, di situ sudah
dimasukkan upaya
pencegahan, selanjutnya
bagaimana kegiatan-kegiatan
ini bisa sinergis dengan
upaya-upaya pelayanan yang
selama ini sudah berjalan,”
katanya.
Peluang lainnya, menurut
dia, adalah pemberlakuan
Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang
Desa, yang antara lain
mengamanatkan penyediaan
dana untuk pembangunan
desa.
“Dikatakan akan ada dana
yang diberikan kepada desa
antara Rp800 juta sampai
Rp1,4 miliar. Kita akan lihat
bisa enggak kita bermitra
dengan Kemendagri dan
Wali Kota supaya bisa ada
alokasi untuk pembiayaan
kesehatan. Untuk apa? Untuk
merangsang masyarakat
membuat jamban misalnya,
atau kegiatan-kegiatan STBM
yang lain.”
Tiga Hal KrusialMohamad Subuh
mengatakan saat ini ada
tiga hal krusial yang harus
dilakukan Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan
yakni yang menyangkut
kesisteman surveilans,
sumber daya manusia
dan inovasi teknologi
pencegahan.
Menurut dia,
kekuatan Direktorat
Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan seharusnya
terutama bertumpu pada
surveilans, pengamatan
dan pengawasan terhadap
apapun yang berkaitan
dengan kesehatan.
Ia mengatakan bahwa
harus ada sistem surveilans
yang kuat dari tingkat pusat
sampai ke puskesmas
untuk memantau potensi
munculnya gangguan
kesehatan masyarakat sedini
mungkin supaya upaya
antisipasi juga bisa dilakukan
secepat mungkin.
“Ibaratnya, bagaimana
jarum jatuh di puskesmas
orang di pusat bisa langsung
tahu. Artinya ada satu titik
gejala penyakit pun di
puskesmas, di pusat kita
tahu,” katanya.
Pembentukan sistem
surveilans yang kuat, ia
menjelaskan, membutuhkan
kerja sama lintas sektor dan
antara pusat dan daerah.
Ia juga menekankan
bahwa yang terpenting
dalam pembangunan sistem
surveilans yang kuat adalah
kepatuhan, bukan alat atau
teknologi penunjang.
“Nah untuk yang sifatnya
kepatuhan seperti itu, harus
ada komitmen bersama...
Jadi masalah kesisteman ini
masalah komitmen,” katanya.
Ia lantas mencontohkan
kasus dugaan infeksi virus
Ebola yang terjadi baru-baru
ini.
“Sistemnya bagus dan
sudah berjalan tapi masih
belum optimal sehingga baru
h+2 kita tahu. Sebenarnya
kita harusnya tahunya sama-
sama. Kalau hari ini ada
suspect Ebola jam 14.00,
minimal kita tahu jam 14.30.
Nah ini yang harus kita bikin.
Alat bukan halangan karena
kita terima kok SMS dan cara
komunikasi cepat lainnya.”
Masalah krusial dalam
pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan yang
lain, menurut dia, adalah
ketersediaan tenaga-tenaga
dengan keahlian khusus.
“Kalau di tentara maka
P2PL ini adalah pasukan
khusus atau pasukan khas.
Artinya dia harus punya
tenaga spesiik. Misalnya tenaga sanitarian yang bisa
menjalankan fungsi dengan
Kalau di tentara maka P2PL ini adalah pasukan khusus atau pasukan khas. Artinya dia harus punya tenaga spesiik. Misalnya tenaga sanitarian yang bisa menjalankan fungsi dengan benar, epidemiolog yang bisa melakukan surveilans, atau kegiatan mata-mata, dengan baik sebelum pasukan turun.
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 43 • •
benar, epidemiolog yang bisa
melakukan surveilans, atau
kegiatan mata-mata, dengan
baik sebelum pasukan turun,”
katanya.
Tenaga-tenaga dengan
keahlian dan ketrampilan
khusus seperti entomolog,
parasitolog, inspektur
kesehatan, tenaga gizi,
dan tenaga kesehatan
lingkungan untuk mendukung
program dan kegiatan
pencegahan, pengendalian,
penanggulangan dan
pemberantasan penyakit.
“Sekarang pasukan kita
enggak cukup, terutama
yang ada di provinsi dan
kabupaten kota,” katanya.
Ia lantas menuturkan
bahwa selama menemani
Menteri Kesehatan melakukan
kunjungan kerja ke berbagai
daerah, dalam setiap sesi
tanya jawab, gubernur dan
bupati hanya selalu meminta
tambahan dokter, dokter
spesialis dan bidan.
“Enggak ada yang minta
epidemiolog, sanitarian...
Padahal setelah kita cek,
menyedihkan. Epidemiolog
enggak ada. Saya pernah cek
ya, dari 510 kabupaten/kota
mungkin hanya 20 persen
saja yang punya tenaga
epidemiologi,” katanya.
Padahal keberadaan
tenaga-tenaga spesiik seperti epidemiolog,
sanitasian, tenaga gizi,
parsitolog, dan entomolog
sangat penting untuk
mendeteksi sejak dini potensi
masalah kesehatan dalam
masyarakat, melakukan
surveilans, melihat tren
penyakit.
Ia menjelaskan awalnya
ketersediaan tenaga-
tenaga dengan keahlian
dan ketrampilan khusus
itu cukup banyak, namun
kemudian makin berkurang
dan kepeminatannya
makin rendah karena
mereka akhirnya tidak
bisa menjalankan fungsi
sebagaimana mestinya.
“Selanjutnya kita akan
meningkatkan peran dan
fungsi mereka di bagian
fungsional. Itu harus
diperkuat dengan adanya
jabatan fungsional untuk
mereka, supaya mereka
juga bisa dapat bonus dari
kenaikan pangkat cepat,
tunjangan, dan peluang
meningkatkan diri lewat
kursus atau pendidikan
lanjutan,” katanya.
“Saya juga sudah
bicara dengan Kepala
Badan PPSDM untuk
mengembangkan D1 atau
D3 untuk tenaga asisten
epidemiologi, entomolog,
tenaga kesesehatan
lingkungan, parasitolog,”
katanya.
“Dan harus bicara dengan
Menpan untuk formasi. Dan
daerah juga harus kasih slot,”
tambah dia.
Ia menjelaskan pula
bahwa Kementerian
Kesehatan punya program
Field Epidemiology Training
Programs (FETPs) dan akan
mempromosikan program itu
ke pemerintah daerah supaya
mereka mengirimkan tenaga-
tenaga kesehatan di daerah
untuk menjalani program
pelantikan epidemiologi.
“Kalau satu kabupaten
punya dua epidemiolog saja,
kalau ada 400 kabupaten/
kota, maka harus ada 800
epidemiolog. Kita sudah
bekerja sama dengan
universitas untuk memperluas
daya tampung program
pelatihan,” katanya.
Tentang inovasi
teknologi pencegahan, ia
menjelaskan, selanjutnya
perlu dikembangkan inovasi
teknologi tepat guna untuk
mendukung upaya-upaya
seperti sanitasi dan kuratif.
“Kalau kita bisa
mewujudkan tiga itu saja,
dengan dukungan lintas
sektor dan lintas program,
kita semua bisa tenteram dan
damai. Jadi kalau ada gejala
tertentu tidak gedubragan
lagi,” katanya.
Dia menyadari bahwa
membangun sistem
surveilans, mengembangkan
sumber daya manusia,
dan menciptakan inovasi
teknologi pencegahan tidak
mudah dilakukan.
“Tapi minimal kita bisa
punya roadmap kapan
ini bisa dilaksanakan,
bagaimana caranya, seperti
apa pendanaannya,” katanya.
Semua itu menurut
dia diperlukan untuk
mencapai cita-cita
pengendalian penyakit,
yakni mengendalikan
penyakit, mengeliminasi
atau mengurangi prevalensi
penyakit dengan jumlah
tertentu, mengeradikasi atau
meng-nol-kan penyakit, dan
menerapkan stategi untuk
mengakiri keberadaan semua
penyakit.
“Sekarang kan kita baru
capai dua eradikasi, yang
nol cacar dan polio. Masih
banyak PR, eliminasi kusta,
eliminasi malaria, eliminasi
TB, eradikasi frambusia,
eradikasi ilaria dan lain-lain,” demikian Mohamad Subuh.••
ANTA
RA
UNTUK RAKYAT
• • 44 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Komisi IX DPR
meminta
penjelasan rinci
dari pemerintah
mengenai Kartu
Indonesia Sehat (KIS).
Ketua Komisi IX DPR
Dede Yusuf mengatakan
sampai sekarang parlemen
belum mendapat penjelasan
dari pemerintah tentang
program yang diluncurkan
Presiden Joko Widodo pada
3 November itu.
Politisi Partai Demokrat
itu mengatakan seluruh
program pemerintah harus
memiliki payung hukum yang
disepakati bersama DPR.
Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional yang juga
mengatur tentang Jaminan
Kesehatan Nasional dan
Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan
Sosial, menurut dia, bisa
menjadi payung hukum
pelaksanaan program KIS.
“Salah satu klausul dalam
Undang-Undang BPJS
adalah adanya produk-
produk lain. Karena itu saya
berasumsi KIS adalah salah
satu produk BPJS,” katanya
seperti dilansir kantor berita
ANTARA pada Selasa (4/11).
“Menurut yang saya
dengar dari pemberitaan di
media, beberapa menteri
mengatakan penyelenggara
KIS adalah BPJS. Namun,
katanya lebih diperluas.
Karena itu saya berasumsi KIS
ini adalah penyempurnaan dari
program BPJS dari program
Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono,” tuturnya.
Kartu Indonesia Sehat (KIS)
Di tengah perbincangan
Menteri Kesehatan Prof.
Dr. dr. Nila Farid Moeloek,
Sp.M (K) dengan peserta
kegiatan kampanye peduli
kesehatan menjawab salah
satu pertanyaan peserta
mengenai program baru
Kartu Indonesia Sehat (KIS)
untuk Kesehatan Ibu dan
Anak, Menkes menyatakan
tidak ada program baru.
Namun, dengan adanya
jaminan akan mendorong
masyarakat untuk bersalin
ditolong oleh tenaga
kesehatan dan dilakukan di
fasilitas kesehatan.
“Dengan bersalin di
Fasyankes dan ditolong
Nakes, akan mempercepat
akses ibu dan bayi dalam
mencapai penanganan
yang adekuat apabila terjadi
komplikasi”, ujar Menkes.
Pada kesempatan
tersebut, Menkes
menerangkan bahwa KIS
merupakan perluasan
cakupan kepesertaan dari
fakir miskin dan orang tidak
mampu, yang datanya belum
termasuk ke dalam jumlah
86,4 juta jiwa penerima
bantuan iuran (PBI) Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN),
yaitu: para gelandangan,
pengemis, orang dan anak
terlantar, penghuni panti dan
lembaga pemasyarakatan,
serta bayi yang lahir dari
peserta PBI.
Menkes juga menegaskan
bahwa KIS juga memberikan
manfaat yang lebih luas dari
JKN, yaitu upaya promotif
dan preventif serta deteksi
dini yang sebelumnya belum
tercover JKN, seperti gizi,
imunisasi dan pelayanan
Posyandu.
Kepada para ibu hamil,
Menkes berpesan enam
hal, yaitu: 1) Lakukan
perencanaan persalinan
dengan baik pada saat
kehamilan, untuk itu
ajak tenaga kesehatan
berdiskusi tentang apa
yang perlu dipersiapkan;
2) Bersalinlah di fasyankes
yang berkualitas; 3) Pelajari
bagaimana dan kemana
mencari pertolongan
apabila ibu dan bayi sakit;
4) Pastikan sudah terdaftar
menjadi peserta BPJS
Kesehatan; 5) Ikut program
Keluarga Berencana (KB)
segera setelah bersalin;
dan 6) Libatkan keluarga
dan masyarakat agar
mempunyai tanggung jawab,
sehingga dapat memiliki
kesadaran bahwa semua
dapat melaksanakan upaya
pencegahan kematian ibu
dan bayi di lingkungannya
masing-masing.• (Pra)
KOMISI IX
DPR MINTA
PENJELASAN
SOAL KIS
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 45 • •
Anggota DPR Komisi IX
DPR Budi Supriyanto
mengatakan program Kartu
Indonesia Sehat (KIS)
jangan sampai tumpang
tindih dengan program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang
dikelola oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
“Kalau transformasi ke KIS tentunya
harus ada data terlebih dahulu tidak
kemudian langsung disebarkan, sebab
akan menjadi tumpang tindih. Jangan-
jangan yang sudah punya BPJS tiba-
tiba dapat lagi KIS,” katanya di kompleks
parlemen Jakarta, Selasa (4/11).
Politisi Partai Golkar itu mengatakan
Komisi IX DPR akan melakukan
pengawasan untuk memastikan
program JKN tepat sasaran dan tidak
tumpang tindih dengan KIS.
Ia juga mengatakan program JKN
saja masih memerlukan perbaikan
dalam pendataan.
“BPJS masih kita evaluasi, kami
sering menjumpai orang yang mampu
dapat kartu BPJS atau Jamkesmas dan
yang tidak mampu tidak dapat BPJS
atau Jamkesmas. Jadi orang yang
mampu malah dapat BPJS, sementara
yang tidak mampu malah tidak dapat.
Dan ini harus segera dievaluasi,”
katanya.
Pemerintah, menurut dia, harus
membahas pelaksanaan program KIS
dan JKN bersama DPR.
Ia menambahkan, “BPJS itu
berdasarkan keputusan pemerintah
dan DPR menganggarkan Rp19 trilliun
untuk 86 juta jiwa yang tidak mampu,
sehingga harus ada pembahasan
serius terkait BPJS Kesehatan dan
KIS.”•
DPR: KIS JANGANTUMPANG TINDIH DENGAN JKN
DARI DAERAH
• • 46 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Puskesmas Simpur
yang berada
di Jl. Tamin 69
Bandarlampung,
Provinsi
Lampung, sudah banyak
menerima penghargaan.
Puskesmas di depan
Pasar Tamin itu telah
memperoleh berbagai
penghargaan baik dari
Wali Kota Bandarlampung
maupun dari Gubernur
Lampung, antara lain
penghargaan sebagai
Puskesmas Terbersih,
Puskesmas dengan Balai
Sehat Terbaik, Puskesmas
Berprestasi, dan Puskesmas
Terbaik se-Bandar Lampung.
Kepala Puskesmas
Simpur dr. Evi Mutia
mengatakan keberhasilan
Puskesmas ini menorehkan
banyak prestasi karena
penerapan pelayanan yang
profesional dan ke depannya
akan terus ditingkatkan
apalagi dengan adanya
program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).
Puskesmas ini
menggunakan sistem online
pendataan peserta JKN
yang dikelola oleh Badan
Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan
ini. “Sistem online ini Juga
untuk mengetahui anggota
yang tercakup kapitasi
Puskesmas,” katanya.
Sayangnya sistem online
ini masih sering terganggu
dan sulit diakses. “Sistem
online-nya masih suka
on-off alias lemot, mungkin
karena di pagi hari semua
mengaskes sehingga tidak
connecting atau mungkin
ada faktor lainnya,” katanya.
Ia menambahkan,
Puskesmas tetap melayani
pasien yang membutuhkan
pelayanan sekalipun mereka
tidak tercakup dalam kuota
kapitasi JKN Puskesmas.
“Jika kunjungan pertama
diketahui bukan kapitasinya,
PUSKESMAS SIMPUR BERUSAHA UNGGUL DALAM PELAYANAN
Pembangunan rs di bantaeng
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 47
PUSKESMAS SIMPUR BERUSAHA UNGGUL DALAM PELAYANAN
dr. Evi Mutia.keberhasilan Puskesmas
ini menorehkan banyak prestasi karena penerapan
pelayanan yang profesional dan ke depannya akan terus ditingkatkan.
kami tetap melayani, setelah
itu kami memotivasi untuk
ke Puskesmas yang sesuai
daerahnya. Jika pasien
ingin tetap ke mari ya, kami
sarankan untuk mengubah
PPK Pertamanya ke
Puskesmas ini, sehingga
sesuai dengan aturan yang
ada di BPJS Kesehatan,”
jelasnya.
“Letak Puskesmas
Simpur yang strategis
membuat beberapa pasien
yang lewat mampir ke
Puskesmas rawat inap ini,
ada pasien yang dari kecil ke
Puskesmas ini, sembuhnya
di sini, dia tidak mau jika
disuruh ke Puskesmas
lain yang sesuai dengan
daerahnya. Hal-hal- seperti
itu tidak mungkin kami tolak,”
tambah dia.
Puskesmas yang
memiliki tiga dokter umum
dan dua dokter gigi ini juga
menyediakan pelayanan
untuk orang lanjut usia.
Setiap hari pasien yang
mengunjungi Puskesmas
rawat inap ini antara 100
hingga 150 orang. Jumlah itu
menurut kepala Puskesmas
tidak terlalu banyak karena
Puskesmasnya diapit oleh
dua Puskesmas rawat inap
yang lain, yakni Puskesmas
Rawat Inap Gedong Air dan
Puskesmas Rawat Inap
Kemiling.
Petugas Puskesmas
Simpur biasanya merujuk
pasien yang membutuhkan
pelayanan kesehatan
lanjutan ke Rumah Sakit
DKI dan Rumah Sakit Bumi
Waras.•
DARI DAERAH
• • 48 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
PELAYANAN JKN DI RUMAH SAKIT ABDUL MOELOEK
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 49
PELAYANAN JKN DI RUMAH SAKIT ABDUL MOELOEK
Seperti rumah sakit-rumah
sakit lain yang menjadi
rujukan pelayanan
program Jaminan
Kesehatan Nasional
(JKN), Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. H. Abdul Moeloek Lampung terus
berusaha melakukan penyesuaian
untuk memberikan pelayanan
sesuai dengan standar sistem
yang baru, sekaligus berupaya
menyosialisasikan program
jaminan kesehatan tersebut kepada
masyarakat pengguna layanannya.
Direktur Rumah Sakit Abdul
Moeloek dr. Heri Joko, MKM
mengatakan bahwa secara
keseluruhan pelaksanaan program
JKN di rumah sakitnya berjalan
lancar meski masih ada beberapa
kendala teknis yang masih dihadapi.
“Secara prinsip lebih lancar tapi
secara keteknisan ada beberapa
kendala. Kesulitan yang sering
dijumpai di lapangan yaitu tentang
persyaratan,” katanya.
Ia menjelaskan, meski sejak
1 Januari 2014 program jaminan
kesehatan itu sudah dijalankan,
belum semua masyarakat
mengetahui persyaratannya
sehingga masih ada yang datang
ke rumah sakit untuk mendapatkan
pelayanan tanpa membawa syarat
lengkap.
“Tapi, kalau pun persyaratannya
kurang kami tetap layani.
Namanya juga masyarakat
datang dalam keadaan sakit dan
butuh pertolongan. Setelah kami
sampaikan bahwa persyaratannya
kurang dan harus dipenuhi mereka
pun jadi tahu dan mau memenuhi
syarat yang kurang. Kami yang
penting menolong dulu,” katanya.
Kondisi yang demikian, menurut
dia, terjadi karena program jaminan
kesehatan yang dikelola oleh
Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan itu belum
tersosialisasi dengan baik. Namun,
seiring dengan berjalannya waktu,
sosialisasi program itu mulai
membaik dan cakupannya meluas.
“Setelah itu kami agak saklek
karena ada aturannya dan pasien
juga tahu, kecuali kasus emergensi.
Dan kecuali kalau rawat jalan, itu
harus rujukan berjenjang,” katanya.
“Kita sebagai petugas juga harus
komunikatif untuk menginformasikan,
jika syarat tidak lengkap, misalnya
DARI DAERAH
• • 50 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
tidak dengan rujukan,
kami menginformasikan
mereka bisa menggunakan
fasilitas umum, yaitu yang
membayar dan masyarakat
juga mau dan mengerti.
Tapi kita menginformasikan
bahwa sejak 1 Januari 2014
aturannya seperti ini. Satu
dua ada yang komplain tapi
jika diberi informasi tentang
aturannya mereka juga
menyadari,” jelasnya.
Ia menjelaskan pula
bahwa sejak 1 Agustus 2014,
biaya persalinan sampai
bayi keluar dari rumah sakit
dan pemeriksaan ulang
setelahnya tidak dibiayai
lagi oleh BPJS Kesehatan,
kecuali jika nama bayi sudah
terdaftar.
“Karena masalahnya
mendadak dan biasanya
bayi belum dikasih nama
sehingga belum terdaftar
di BPJS, sedangkan
masyarakat banyak yang
belum tahu. Begitu datang
ke sini harus bayar karena si
anak belum terdaftar sebagai
anggota BPJS,” katanya.
Ia lantas menuturkan
kasus-kasus dalam
pelayanan JKN di rumah
sakit yang terjadi karena
pemahaman yang kurang
soal pelayanan program
jaminan kesehatan tersebut.
“Ada kasus rujukan bayi
dari bidan. Ada pengertian
bahwa itu bayi sudah
pulang sehingga itu bukan
ditanggung oleh BPJS,
tapi keluarga mengatakan
bayi belum pulang karena
dirujuk dari bidan ke rumah
sakit. Kemarin kami masih
mengakomodir tetapi
selanjutnya kami minta
kejelasan dari BPJS untuk
bayi-bayi yang baru lahir
pasca-persalinan,” katanya.
“Bayi baru lahir jika
sudah pulang dan pihak
keluarga juga kadang tidak
mengira jika tiba-tiba ada
masalah kesehatan. Dibawa
ke rumah sakit apalagi yang
melalui rujukan tadi tidak
di-cover oleh BPJS, akhirnya
dianjurkan untuk mandiri
karena bayi baru lahir
belum ada namanya masih
menggunakan bayi dari
nyonya,” tambah dia.
Selain itu, ia
menjelaskan, rumah sakit
kesulitan menangani pasien-
pasien peserta JKN yang
menggunakan alat habis
pakai.
“Panduan dari Dinas
Kesehatan belum ada
tapi user sudah terbiasa
mengunakan alat tersebut
setelah direkomendasi.
Berdasarkan tarif yang
ada dalam coding itu tidak
mencukupi, rata-rata untuk
kasus ringan yang dicakup
hanya 50 persen untuk
ortopedi, bedah syaraf, dan
urologi,” katanya.
“Obat kemoterapi diklaim
terpisah, tapi yang seperti
obat antineoplastik dan
hormon kadang menyedot
biaya paling banyak dari
pada obat kemoterapinya
sendiri. Sedangkan yang
diklaim jika sudah menjadi
kanker, walaupun dalam
keilmuannya ini cikal bakal
dari kanker. Di BPJS pasien
dengan dua tindakan,
yang dibayar hanya satu
tindakan,” katanya.
Di sisi lain, ia
melanjutkan, rumah sakit
tidak boleh menolak
melayani pasien sebagai
mitra BPJS Kesehatan dan
berusaha menjalankannya.
“Satu komitmen
kami, tidak akan pernah
menolak pasien,
apapun persyaratannya,
dr. Heri Joko, MKM.Secara keseluruhan
pelaksanaan program JKN di rumah sakitnya berjalan lancar meski masih ada beberapa
kendala teknis yang masih dihadapi.
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 51
kekurangannya, tetap kami
layani, walaupun nantinya itu
dilengkapi,” katanya.
Masalah-masalah
itu, menurut dia, muncul
pada masa awal
penerapan program JKN
dan semakin berkurang
setelah masyarakat makin
mengetahui skema program
jaminan kesehatan tersebut.
“Kita juga mempelajari
sesuai peraturan-peraturan
yang ada. Di Rumah Sakit
Abdul Moeloek juga kita
melayani keluhan pelayanan
melalui layanan keluhan
pelanggan yang dikelola oleh
humas... Kami kelola apa
yang menjadi keluhan dan
jalan keluarnya seperti apa,”
katanya.
Rumah sakit
menyediakan pusat layanan
telepon pengaduan pada
nomor 082181824557
untuk menampung keluhan
pengguna layanan dan
berusaha secepat mungkin
meresponsnya.
Layanan keluhan
untuk pengguna layanan,
ia menjelaskan, tidak
hanya mencakup keluhan
pelayanan terkait kesehatan
namun juga layanan parkir.
Ia menjelaskan pula
bahwa pada awal penerapan
JKN pasien rumah sakit itu
membludak sehingga ruang
rawat inap kelas tiga penuh
dan sebagian pasien harus
dirawat di selasar rumah
sakit. Namun keadaan
kemudian membaik. Rumah
sakit dengan total 600 ruang
rawat inap termasuk 318
ruang rawat inap kelas tiga
itu juga kembali normal.
“Biasanya sehari 30-40
pasien di poliklinik karena di
BPJS sistem rujukan sesuai
dengan domisili, maka pasien
yang ke Rumah Sakit Abdul
Moeloek tinggal 10-15 pasien
karena sudah tersaring di
rumah sakit tipe C yaitu
Rumah Sakit DKT, Rumah
Sakit Bumi Waras dan Rumah
Sakit Imanuel,” katanya.
Ia berharap selanjutnya
BPJS Kesehatan lebih lentur
dalam penetapan tarif.
“Tarif disesuaikan dengan
perubahan dari regional dua
menjadi regional tiga karena
kami di sini sudah regional
tiga. Kalau yang lain Insya
Allah tidak ada masalah,”
katanya.
Dia juga menekankan
bahwa rumah sakit
sepenuhnya mendukung
pelaksanaan program JKN.
“Dengan adanya JKN
masyarakat mendapat
pelayanan yang sama dan
bisa sampai tuntas sesuai
dengan indikasi medisnya.
Banyak yang komplain
itu biasa, tapi yang lebih
membutuhkan itu lebih
banyak, dan kami siap
melayani dengan senyum,
walaupun ada saja dinamika
di lapangan,” katanya.
“Kami tetap yang utama
melayani. Jika memang
pelayanan harus cepat dan
singkat kenapa harus lama,”
demikian dr. Heri Joko,
MKM.•
“Dengan adanya JKN masyarakat
mendapat pelayanan yang sama dan
bisa sampai tuntas sesuai dengan
indikasi medisnya."
dr. Heri Joko, MKM.
DARI DAERAH
• • 52 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
STRATEGI SEHATSAI BUMIRUA JURAI
Pemerintah Provinsi Lampung
menjalankan berbagai program
dan melakukan berbagai upaya
untuk menyehatkan sekitar 7,6 juta
penduduk yang tinggal di wilayah
seluas 35.376,50 kilometer yang ada di bagian
paling selatan Pulau Sumatera tersebut.
Indikator-indikator kesehatan masyarakat
di wilayah provinsi yang terbentuk tanggal 18
Maret 1964 itu belum semuanya baik. Namun
pemerintah provinsi yang dipimpin oleh Gubernur
Muhammad Ridho Ficardo dan Wakil Gubernur
Bachtiar Basri itu berkomitmen melakukan
semua upaya yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di
wilayah berjuluk Sai Bumi Rua Jurai itu.
Berikut wawancara Mediakom dengan Kepala
Dinas Kesehatan Lampung dr. Reihana, M.Kes
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 53
tentang kondisi kesehatan
masyarakat Lampung serta
upaya-upaya yang telah
dan akan dijalankan oleh
pemerintah daerah untuk
mewujudkan masyarakat
yang sehat.
Apa saja upaya pemerintah Provinsi Lampung untuk menurunkan angka
kematian ibu dan bayi?ita membangun jejaring
dengan ujung tombak bidan
desa, dokter PTT, dan
kader-kader di posyandu.
Kita ikutkan mereka dalam
pelatihan-pelatihan, kursus,
minimal mereka diberitahu
faktor mana risiko, dan bila
menemukan pasien ibu
hamil di posyandu-posyandu
segera dirujuk. Mereka
membantu kami mencari
faktor risiko, mencari dua
persen yang berisiko tinggi
untuk kita rujuk. Dan minimal
kita mengenalkan ibu hamil
yang mempunyai faktor risiko
itu yang seperti apa.
Yang kedua menyertakan
petugas dalam pelatihan
Asuhan Persalinan Normal
(APN) untuk bidan.
Menurut hemat kami,
setelah dievaluasi makin
banyak bidan-bidan yang
sudah memiliki sertiikat APN, angka kematian
ibu menurun. Ini bersifat
nasional, yang bisa
mengeluarkan itu hanya
Rumah Sakit Budi Kemuliaan
dan Rumah Sakit Hasan
Sadikin Bandung.
Yang pertama dulu kami
bekerja sama dengan Rumah
Sakit Budi Kemulyaan dan
yang kedua dengan Rumah
Sakit Hasan Sadikin. Bidan-
bidan itu bisa dari bidan PNS
atau swasta. Kami melihat
sama saja yang penting bidan
itu memberikan kontribusi
untuk menyelamatkan
kematian. Memang kita
kadang berat untuk mengajak
bidan mengikuti sertiikasi itu karena meninggalkan
praktik selama dua minggu.
Biasanya kita co-sharing
50:50 untuk pembiayaan
sertiikasi bidan.
Bagaimana penanganan masalah gizi di Lampung?
Provinsi Lampung sudah
menuju kota metropolitan,
itu juga masalah buat
kami karena masalah gizi
buruk masih ada, tapi
masih di bawah nasional
yaitu di bawah 15 persen
angka nasional gizi buruk.
Gubernur Lampung terpilih
juga menanyakan kepada
saya “Masih ada ya bu...gizi
buruk ?” Selama gakin itu
ada, gizi buruk itu tidak akan
hilang. Akar masalahnya
yaitu kemiskinan masyarakat
dan pola makan, juga pola
asuh dari masyarakat, juga
tingkat pendidikan dan
pengetahuan.
Gizi buruk ini ada di
beberapa tempat, tidak di
satu tempat, yang paling
banyak di Lampung Tengah.
Untuk gizi sudah di
intervensi dengan PMT
(Pemberian Makanan
Tambahan), yang kita
support bayi, dan ibu hamil.
Apakah sumber daya manusia kesehatan sudah
mencukupi?Dokter, perawat, dokter
gigi, masih di bawah angka
yang diharuskan dari
Kementerian Kesehatan.
Cara kami memenuhi, kami
sedang menyekolahkan
dokter spesialis, dokter
internship juga ikut. Untuk
bidan hampir mencukupi tapi
distribusinya kurang merata,
misalnya bidan belum
setahun sudah minta pindah
ke daerah yang ramai.
Apa upaya pemerintah daerah untuk membuat
tenaga kesehatan
betah tinggal di daerah
penugasan?Kita tidak bisa pukul rata,
beda-beda di tiap kabupaten/
kota. Misalnya Kabupaten
Way Kanan memberi insentif
ke dokter PTT. Itu tergantung
dari APBD masing-masing.
Supporting-nya harus diberi
tambahan, uang duduk-lah,
seperti itu.
Seperti di Provinsi
Lampung ada tambahan
untuk dokter spesialis Rp5
juta, di Lampung Barat
sekitar Rp25 juta kalau tidak
salah, jarak tempuhnya
delapan jam dari Bandar
Lampung. Itu biaya dari
APBD. Pokoknya jangan
sampai Lampung ini menjadi
daerah yang paling tidak
diminati untuk PTT.
Untuk penyebaran SDM
memang agak sulit karena
setelah duduk mereka minta
pindah, saya juga punya
komitmen minimal setahun
dulu untuk di situ jangan
dikit-dikit minta pindah.
Pernah saya pending
tapi banyak yang marah.
Kuncinya saya minta sama
Kadis Kabupaten/Kota agar
lebih selektif lagi, terus kalau
tenaga yang baru belum
ada jangan dipindahkan
dulu nanti jadi tidak merata.
Tapi bidan PTT banyak yang
betah kok, mungkin hanya
satu-dua yang minta pindah.
Bagaimana upaya pemenuhan kebutuhan
akan pelayanan kesehatan?
Tercetus untuk
mendekatkan pelayanan
rujukan dibuatlah dua
unit mobile hospital untuk
mendekatkan rujukan,
terutama untuk daerah-
daerah yang belum
mempunyai rumah sakit atau
ke daerah konlik seperti daerah Balinuraga yang
sempat konlik beberapa waktu lalu. Kita bisa jalan ke
daerah konlik menggunakan rumah sakit bergerak itu.
Selain itu ada nota
kesepahaman kerja sama
dengan rumah sakit-rumah
sakit setempat. Sebagai
koordinator yaitu Kabid
Yankes. Dinas Kesehatan
DARI DAERAH
• • 54 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
bekerja sama dengan
beberapa rumah sakit
dan bekerja sama dengan
puskesmas rawat inap
terdekat.
Sebelum mobile hospital
ke daerah tujuan, puskesmas
di daerah tersebut sudah
menyiapkan pasien yang
akan dioperasi berapa dan
operasi apa saja sudah
disiapkan oleh puskesmas
setempat, jadi mobil datang
langsung pemeriksaaan dan
tindakan untuk pemulihan di
puskesmas rawat inap.
Dan perjalanan sudah
dijadwal, misalnya di
Kabupaten Tulang Bawang
Barat, Mesuji, Pesawaran itu
Daerah Pesisir Barat. Ada
juga permintaan dari daerah-
daerah yang jauh dari
jangkauan rumah sakit guna
membantu pasien/penduduk
dan mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada rumah
sakit.
Timnya di propinsi satu
dokter, empat perawat dan
dua bidan. Di puskesmas
juga dibantu oleh tim
puskesmas dan dokter
kabupaten. Untuk dokter
spesialis dibantu oleh dokter
dari rumah sakit terdekat.
Kasus-kasus apa saja yang ditemukan dalam kegiatan pelayanan kesehatan keliling?
Yang rutin operasi tonsil,
THT. Sekali jalan biasa
empat sampai lima operasi,
dan operasi lainnya sesuai
dengan kondisi pasien.
Bisa dijelaskan lebih lanjut tentang pelayanan-pelayanan yang disediakan di rumah sakit keliling?
Rumah sakit keliling
berupa mobil seperti bus
dilengkapi dengan ruang
konsultasi, laboraturium,
ruang operasi dan ruang
periksa.
Unit Operasional dari
Dinas Kesehatan Lampung
ini menyelenggarakan
pelayanan kesehatan
perorangan secara
paripurna, yang
menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat bagi
masyarakat di Daerah
Otonomi Baru (DOB), daerah
bencana, daerah terpencil
dan daerah sulit terjangkau.
Sasaran pelayanan ini
adalah puskesmas rawat
inap di wilayah kabupaten/
kota yang mempunyai
masyarakat yang sulit
menjangkau pelayanan
dan tidak terjangkau oleh
pelayanan kesehatan
terutama di Daerah Otonomi
Baru (DOB) Provinsi
Lampung dan masyarakat
di daerah dengan situasi
khusus (bencana alam atau
bencana sosial).
"Dokter, perawat, dokter gigi, masih di bawah
angka yang diharuskan dari Kementerian
Kesehatan. Cara kami memenuhi, kami sedang
menyekolahkan dokter spesialis, dokter
internship juga ikut."
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 55
Mobile Hospital sudah
operasional mulai bulan
Maret 2013. Pelayanan
dengan mobile hospital
dilakukan setiap bulan di
Kabupaten Tulang Bawang
Barat, Kabupaten Mesuji,
dan Kabupaten Pesisir Barat.
Operasi rumah sakit
keliling itu melibatkan
petugas dari RSUD dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi
Lampung, RSUD dr.A.Dadi
Tjokro Dipo Bandar
Lampung, RSUD Menggala
Tulang Bawang, RSUD
Liwa Lampung Barat, Balai
Laboratorium Kesehatan
Provinsi Lampung, Dinas
Kesehatan Kabupaten
Tulang Bawang, Dinas
Kesehatan Kabupaten
Tulang Bawang Barat, Dinas
Kesehatan Mesuji dan Dinas
Kesehatan Pesisir Barat.
Pelayanan rumah sakit
keliling meliputi pelayanan
dokter umum, pelayanan
spesialis anak, pelayanan
sub spesialis bedah,
spesialis THT dan pelayanan
pasca-operasi dan pasca-
rawat inap dan pelayanan
umum lainnya.
Tahun 2014, untuk
menunjang pelayanan Mobile
Hospital, Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung menambah
empat unit mobil pendukung
yaitu Mobil Radiologi, Mobil
Recovery Room, Mobil
Angkutan Petugas, dan Mobil
Operasional Mobile Hospital.
Apa saja program /kegiatan perioritas untuk mempercepat pencapaian
target pembangunan
kesehatan, utamanya untuk mencapai target
MDGs?Untuk menurunkan
angka kematian ibu, antara
lain dengan peningkatan
Puskesmas PONED, tahun
2014 terdapat 65 Puskesmas
PONED. Juga peningkatan
Rumah Sakit dengan
kemampuan PONEK.
Tahun ini ada 15 Rumah
Sakit PONEK. Pemerintah
daerah juga menyediakan
dukungan alat kontrasepsi
untuk mendukung program
Keluarga Berencana (KB).
Sementara upaya
peningkatan gizi masyarakat
antara lain Peningkatan Gizi
Masyarakat (MDG 1), antara
lain dengan penyediaan
makanan pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI) untuk
bayi (6-11 bulan), anak balita
(12-24 bulan) dan pemberian
suplemen untuk ibu hamil
kurang energi kronik (KEK).
Tahun 2014 diberikan
MP-ASI bagi 7.000 bayi,
11.295 balita dan makanan
tambahan untuk 2.724
ibu hamil. Tahun 2015
sasarannya di tingkatkan
menjadi bagi 20.830 bayi,
12433 balita di 15 kota/kab
(atau 60 persen dari sasaran
55.400 bayi dan balita) serta
bagi 5.813 bumil KEK di 15
Kab/kota (90% dari sasaran
6.355 bumil KEK). Selain itu
dilakukan kampaye keluarga
Sadar Gizi.
Upaya penaggulangan
penyakit dan penyehatan
lingkungan antara
lain dengan kegiatan
peningkatan sarana
dan prasarana untuk
penanggulangan penyakit
menular dan tidak menular;
pengadaan obat program
dan vaksin serta insektisida
untuk penanggulangan
TB, DBD, Malaria dan
HIV/AIDS; penyediaan
sarana dan prasarana
penyehatan lingkungan serta
stimulasi sarana sanitasi
dan penyediaan air bersih
bagi masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat.
Promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat
antara lain dilakukan lewat
kegiatan pengembangan
desa siaga aktif, penguatan
kapasitas kader kesehatan,
peningkatan cakupan desa
siaga aktif dan rumah tangga
berperilaku hidup bersih dan
sehat, dan kampaye aku
bangga aku tahu (ABAT)
untuk pengendalian HIV/
AIDS.
Selain itu pemerintah
juga memperbaiki kebijakan
manajemen pembangunan
kesehatan, dengan
penguatan perencanaan dan
pengganggaran kesehatan,
pengelolaan keuangan
dan aset serta peningkatan
sistem informasi kesehatan
(SIK).
Sementara upaya
peningkatan akses dan mutu
pelayanan kesehatan dasar
dan pelayanan kesehatan
rujukan, antara lain dilakukan
dengan membangun Rumah
Sakit Bandar Negara
Husada di Kota Baru, Rumah
Sakit Komunitas di DOB
Kabupaten Pesisir Barat,
penyediaan pelayanan
Rumah Sakit Keliling,
pengembangan Puskesmas
Plus serta penyediaan obat
dan perbekalan kesehatan
lain sesuai kebutuhan.
Penambahan jumlah
dan pemerataan tenaga
kesehatan strategis juga
dilakukan melalui program
internship dokter Indonesia
(PIDI) pada Juni 2014, yang
memberikan tambahan
tenaga dokter 102 orang dan
melalui program pegawai
tidak tetap periode Mei-
September 2014 yang
memberikan tambahan 30
dokter dokter dan dokter gigi
PTT.•
DARI DAERAH
• • 56 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
TABANAN PEGANG TIGA REKOR
MURI BIDANG
LAYANAN KESEHATAN
Kabupaten
Tabanan Bali
memegang tiga
rekor Musium
Rekor Indonesia
(MURI) untuk bidang
pelayanan kesehatan.
Rekor Muri yang
pertama diraih adalah
untuk pemeriksaan kanker
rahim terbanyak. Rekor itu
diukir tahun 2011. Pemda
Tabanan dapat menghadirkan
kurang lebih 4000 peserta
yang diperiksa kanker leher
rahim. Mereka berkumpul di
Puskesmas Tabanan III mulai
pukul 07.00-18.00 Wib. Untuk
memberi pelayanan tersebut
dikerahkan 20 tim pelaksana
yang terdiri dari 20 orang
tenaga dokter, 20 orang
bidan dan 20 orang perawat
dan 20 tenaga administrasi,
serta didukung oleh 80 orang
petugas sterilisator alat.
Selain itu, Tabanan juga
pernah mendapat rekor
muri untuk pelaksanaan
imunisasi masal terbanyak
tahun 2012, Rekor muri
berikutnya diraih tahun 2013
yakni menyelenggarakan
pemberian kaca mata plus
kepada masyarakat yang
membutuhkan.
Menurut Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten
Tabanan dr. Nyoman
Suratmika kanker serviks
(mulut rahim) merupakan
masalah kesehatan di
Indonesia karena insidennya
tertinggi diantara penyakit
keganasan, yaitu 150 – 200
per 100.000 wanita. Kanker
serviks merupakan penyebab
kematian oleh kanker paling
banyak pada wanita.
“Sebelumnya istilah
kanker serviks oleh
masyarakat lebih dikenal
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 57
dengan istilah kanker leher
rahim. Kanker serviks
sangatlah fatal apalagi
terdiagnosis pada stadium
invasif, lanjut atau terminal”,
ujar dr. Suratmika.
Kasus kanker serviks tiga
tahun terakhir di Kabupaten
Tabanan belum menunjukkan
perbaikan. Tahun 2008 :
62 orang, Tahun 2009 : 57
orang, dan pada tahun 2010
: 44 orang. Dengan melihat
hasil kegiatan tahun 2010
baru tercapai 25,1 % dari
sasaran 67.526 orang wanita
umur 30-50 tahun.
“Untuk mencapai
sasaran semua desa yang
belum mendapat pelayanan
IVA maka dilaksanakan
pelayanan IVA massal
dengan jumlah peserta
sebanyak 4.000 peserta”,
ujar Kadinkes.
Menurut Kadinkes,
deteksi melalui berbagai cara
seperti pemeriksaan sitologik
Papsmear, gineskopi,
kolposkopi, histopatologi, dan
inspeksi asam asetat (IVA).
Berdasarkan evidence base
medicine menunjukan bahwa
IVA merupakan cara yang
handal untuk mendeteksi
adanya displasia dengan
sensitivitas dan spesiisitas yang tidak berbeda dengan
Pap smear. Jadi IVA layak
dipilih sebagai metode
skrining pada kanker serviks.
Pemilihan IVA sebagai
skrining karena terbukti
handal, murah, primum non
nocere, jangkauan luas
dan sederhana serta dapat
diterima oleh masyarakat.
Selain itu, terjamin
pelaksanaannya karena
dikerjakan dekat dengan
masyarakat dan murah.
Adapun tujuan
diselenggarakannya kegiatan
ini adalah terdekteksinya
kanker serviks di masyarakat
dengan pelayanan
pemeriksaan IVA di seluruh
wilayah Kabupaten Tabanan
untuk mempercepat
pencapaian target Bali
menuju Bebas Kanker
Serviks 2020.•
Foto bersama setelah melakukan penilaian di kantor Bupati Tabanan
Petugas Kesehatan Tabanan III menerima
tim penilai.
DARI DAERAH
• • 58 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Penguatan
kesehatan
keluarga,
khususnya ibu
menjadi perhatian
utama Pemerintah Daerah
Kabupaten Tabanan,
Bali. Oleh sebab itu,
Bupati Tabanan Ni Putu
Eka Wiryastuti, S.Sos
memfokuskan program
kesehatan pada kesehatan
para ibu. Harapanya,
bila para ibu sehat akan
memberikan dampak positif
bagi kesehatan seluruh
anggota keluarga.
“Pembangunan
kesehatan harus dimulai
dari keluarga, terutama ibu.
NI PUTUEKA WIRYASTUTIIBU SEHATKELUARGA SEHAT
Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, S.Sos (kiri) dan Sesitjen drg. Mustikowati.
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 59
bukan hanya kanker serviks,
tapi banyak masyarakat
yang menderita penyakit
karena menggunakan
kontrasepsi yang sudah
lama tanpa kontrol lagi
pelayanan kesehatan. “Untuk
mendukung pemeriksaan
kanker serviks, saat ini
seluruh puskemas di
Kabupaten Tabanan sudah
tersedia alat pemeriksa
kanker serviks,” ujar Eka.
Eka menilai, masyarakat
Tabanan kini sudah memiliki
kesadaran yang tinggi akan
bahaya kanker serviks ini.
“Bahkan ketika berkunjung
ke banjar-banjar sudah
banyak ditemukan ibu-
ibu kalau ditanya sudah
berapa kali melakukan
pemerikasaan kanker
serviks. Mereka banyak yang
menjawab rata-rata 2-3 kali
melakukan pemeriksaan.
Kantor Dinkes Tabanan
Puskesmas Tabanan III
Sebab kalau ibu sakit pasti
satu keluarga akan repot
semua. Suami repot, apalagi
anak-anaknya. Kesehatan
ibu ini belum banyak
tersentuh di Kabupaten
Tabanan, terutama kanker
leher rahim (serviks).
Sewaktu saya duduk di
Komisi IV DPRD Kabupaten
Tabanan Bali, saya konsen
dengan kanker serviks ini,”
ujar Mantan anggota DPRD
ini.
Menurut Ni Putu Eka
Wiryastuti, kalau masing-
masing keluarga sudah
bertanggung jawab terhadap
kesehatan anggota keluarga,
baik kesehatan jasmani
maupun rohani, maka akan
mendorong masyarakat
untuk memberikan perhatian
kesehehatan kepada
anggota masyarakat yang
lainnya.
Eka menjelaskan, untuk
memulai penanggulangan
penyakit kanker serviks
ini kegiatan pertama yang
dilakukan mengunjungi
banjar-banjar atau RT-RT.
75% Masyarakat
Tabanan adalah petani,
sehingga tidak banyak yang
mengenal tentang kanker
serviks. Tim kesehatan
yang bekerja sama dengan
yayasan kanker Indonesia
mengunjungi masyarakat
untuk memberi penjelasan.
“Sebagai masyarakat
awam, mereka sebagian
menolak kehadiran tim,
mereka mengira akan
dilakukan operasi. Ketika
kita datang mereka hanya
membuka pintu, kemudian
mereka sembunyi di kamar,
ketakutan. Setelah mereka
tahu, dengan senang hati
masyarakat menyambut tim
kesehatan,” ujarnya.
Kenyataan dilapangan,
kata Eka, yang ditemukan
DARI DAERAH
• • 60 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Bagi saya, lebih lega
mendengar jawaban
masyarakat telah melakukan
pemeriksaan kanker
serviks 2-3 kali, dari pada
menjawab kali pertama.
Sebab, jawaban 2-3 kali
menunjukkan masyarakat
sudah sadar tentang
kesehatan dirinya.”
Menurut Kadinkes
Tabanan, dr. Nyoman
Suratmika guna menunjang
pemeriksaan kanker
serviks, pemerintah Daerah
Tabanan telah mengadakan
mobil sehat yang memberi
pelayanan kepada
masyarakat pinggiran
yang kesulitan mengakses
pelayanan kesehatan.
Mobil sehat tersebut,
selain memberi layanan
pemeriksaan kanker serviks
juga melayani pemeriksaan
mata, ibu dan anak.
Tahun depan ditambah
pemeriksaan gigi. Dengan
mobil sehat pelayanan
dapat menjangkau kurang
lebih 300 desa dan 600
banjar.
“Mobil sehat ini
mempunyai program
dengan hari kerja yang
terjadwal dan rute yang
sudah ditentukan. Dengan
demikian masyarakat
sudah mengetahui kapan
mobil sehat akan memberi
pelayanan di desanya.
Sehingga masyarakat
akan mudah menyediakan
waktu untuk memeriksakan
kesehatan dirinya,” ujar
Suratmika.
Menurut dr. Nyoman
untuk mendetiksi kenker
serviks dengan metode IVA
atau inspeksi visual dengan
asam asetat. Metode ini
merupakan cara sederhana
untuk mendeteksi kanker
leher rahim sedini mungkin.
IVA merupakan pemeriksaan
leher rahim (serviks) dengan
cara melihat langsung
(dengan mata telanjang)
leher rahim setelah memulas
leher rahim dengan larutan
asam asetat 3-5%.
Pemeriksaan IVA
merupakan pemeriksaan
skrining yang eisien karena biasanya murah,
praktis, sangat mudah
untuk dilaksanakan dan
peralatannya sederhana
serta dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan selain
dokter ginekologi.
Pemeriksaan dilakukan
dengan cara melihat serviks
yang telah diberi asam asetat
3-5% secara inspekulo.
Setelah serviks diulas
dengan asam asetat, akan
terjadi perubahan warna
pada serviks yang dapat
diamati secara langsung dan
dapat dibaca sebagai normal
atau abnormal. Dibutuhkan
waktu satu sampai dua
menit untuk dapat melihat
perubahan-perubahan pada
jaringan epitel.
“Serviks yang diberi
larutan asam asetat 5%
akan merespon lebih cepat
daripada larutan 3%. Efek
akan menghilang sekitar
50-60 detik sehingga dengan
pemberian asam asetat
akan didapat hasil gambaran
serviks yang normal (merah
homogen) dan bercak putih
(displasia),” ujar Suratmika.
Adapun tujuan
pemeriksaan IVA untuk
mengurangi morbiditas atau
mortalitas dari penyakit
dengan pengobatan dini
terhadap kasus-kasus
yang ditemukan. Untuk
mengetahui kelainan yang
terjadi pada leher rahim.
Selain itu, Bupati juga
konsen dengan program
penanggulangan penyakit
HIV/AIDS.. Diantara program
yang mendapat prioritas
yakni transportasi gratis
untuk pelajar. Mobil tersebut
mengelilingi jalur sekolah
setiap waktu masuk dan
pulang sekolah. Harapanya,
murid dapat masuk dan
pulang sekolah tepat waktu,
tidak pergi ke tempat
lain yang memungkinkan
tersebarnya paenyakit HIV/
AIDS.
“Apalagi setelah Wali
Kota Surabaya, Bu Tri
Rismaharini menutup tempat
prostitusi kawasan Dolly
“Mobil sehat
ini mempunyai
program dengan
hari kerja yang
terjadwal dan
rute yang sudah
ditentukan."
dr. Nyoman
Suratmika
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 61
Surabaya. Mereka bubar
kemana-mana, diantara
Bali dan yang berbatasan
ya Tabanan. Ini yang harus
kami antisipasi agar tidak
menyebar kepada pelajar
dan masyarakat Tabanan,:”
ujar Eka.
Penilaian MKBHBerangkat dari
komiten Bupati terhadap
program kesehatan, Dinas
Kesehatan Kabupaten
Tabanan mengajukan
penghargaan Manggala
Karya Bakti Husada (MKBH)
kepada Kementerian
Kesehatan. Permintaan itu
kemudian direspon dengan
menurunkan tim penilai yang
dipimpin oleh Sekretaris
Inspekturat Jenderal drg.
Mustikowati.
MKBH merupakan salah
satu bentuk penghargaan
yang diberikan Menteri
Kesehatan kepada institusi
atau lembaga yang sukses
memajukan program
kesehatan di daerahnya.
Penilaian secara spesiik terkait dengan manajemen
pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
Dalam penilaian, tim
melalukan veriikasi kepada 5 unit pelayanan kesehatan
yakni Puskesmas Tabanan
III, Puskesmas Kediri I,
Puskesmas Penebel I,
Puskesmas Karambitan II
dan RSUD Tabanan.
Selain melakukan
penilaian ke pelayanan
kesehatan, tim juga menemui
Bupati Tabanan untuk
mendapatkan informasi yang
lebih lengkap mengenai
keberhasilan pembangunan
kesehatan di wilayahnya.•
Mobil Sehat
Pertemuan tim penilai dengan
Bupat Tabanan
LENTERA
• • 62 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Belajar Hidup
Oleh : Prawito
Susah-senang,
sehat-sakit,
mudah-sulit,
dan kaya-
miskin secara
berggantian menyertai hidup
manusia. Tak seorang pun
yang hidup selalu sehat,
selalu senang, selalu mudah,
dan selalu kaya. Namun,
banyak orang kaya tidak
siap miskin. Orang yang
senang juga banyak yang
tak siap susah, dan orang
yang terbiasa memperoleh
kemudahan sering tak siap
menghadapi kesulitan besar.
Padahal, ada orang sukses
ketika sulit, tapi gagal ketika
mendapat kemudahan.
Banyak manusia yang
gampang berubah. Sabar,
sederhana, hemat, merakyat,
dan peduli ketika miskin. Tapi,
menjadi pemarah, sombong,
boros foya-foya, serakah
dan masa bodoh ketika
mempunyai banyak harta.
Bila demikian, maka mereka
dapat dikatagorikan gagal.
Nah, bagaimana agar tidak
menemui kegagalan dalam
semua situasi?
Kemampuan melewati
seluruh situasi ini sangat
bergantung pada kesiapan
belajar hidup. Ada orang
yang hanya siap menghadapi
sebagian situasi dan tidak
siap dengan situasi yang
lain. Kesiapan menghadapi
segala situasi memerlukan
pengalaman belajar hidup.
Berikut ini saya ketengahkan
bejalar hidup dari salah
seorang tukang sayur yang
tidak tamat SD.
Aat (45) pedagang sayur
di Pasar Nain, Kaliabang
Tengah, Bekasi Utara, Kota
Bekasi Jawa Barat. Selama
1,5 tahun hidup terlunta-lunta
bersama keluarga menjajakan
sayur tanpa modal. Sebab
untuk membeli sayur, ia
harus menghutang kepada
orang lain. Bukan kepada
rentenir yang memberi tempo
pengembalian dalam hitungan
hari atau pekan, Aat setiap
hari harus memijam uang dan
sekaligus mengembalikan
secara cepat atau hari itu
juga.
“Alhamdulillah teman
tempat saya pijam modal
tak pernah bosan dan lelah,
padahal tidak mengenakan
bunga pinjaman sama sekali.
Mungkin mereka percaya
karena saya tepat waktu
mengembalikan sesuai yang
disepakati. Saya mengantar
pijaman itu tepat waktu,
tak harus mereka tagih.
Kepercayaan harus saya jaga
sekuat tenaga,” jelas Aat.
Aat mencontohkan pijam
uang besarnya antara Rp
100.000-Rp 300.000 pada
jam 20.00, kemudian dia
belanja sayur jam 02.00
pagi lalu berjualan. Pukul
09.00 pagi, ia sudah harus
mengembalikan seluruh
pinjaman.
“Saya pernah hanya
mendapat pinjaman Rp 40.000
saja. Akhirnya saya beli
sayuran sisa yang sebagian
besar rusak. Saya kemudian
menyortir sayuran itu sebelum
menjualnya,” kata Aat.
Sosok ayah bersemangat
baja ini tak pernah lelah
mencari nafkah untuk
keluarga dan anak-anaknya.
Kini, Aat mempunyai 6
anak, si sulung berumur
20 tahun dan yang bungsu
masih berumur 2 tahun.
Sayang seluruh anaknya
tidak tamat SD. Mereka yang
masih sekolah pun sudah
sibuk membantu berjualan,
sehingga waktu belajar di
sekolah pun terganggu.
Padahal kemampuan belajar
anak-anak Aat bisa dikatakan
luar biasa.
Sebut saja anak sulung
yang bernama Ridho.
Sekalipun kedua belah
matanya buta, akibat sakit
yang tak terobati, ia mampu
berhitung perkalian angka
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 63
pecahan dengan cepat.
“Ridho itu kalau perkalian
seperti kalkulator, perkalian
pecahan enol koma pun
cepat, bahkan lebih cepat
dengan yang menghitung
menggunakan kalkulator.
Kalau di pasar sambil
mengupas kelapa tahu
kalau ada kesalahan hitung
pengembalian yang dilakukan
oleh ibunya. Bisa menghitung
dengan tepat dan cepat,
walau hanya mendengar, ”
kata Aat.
Kini, Ridho secara
mandiri telah mampu
mengelola warung sayur
dengan omset kurang lebih
Rp 500 ribu setiap hari.
Dengan penghasilan itu,
Ridho tiap tahun mampu
berkorban seekor kambing
dan berkontribusi bersama
keluarga penyelesaian hutang
Bank pamanya Rp5 juta per
bulan. Ini dilakukan agar
rumah Nenek di kampung
yang menjadi jaminan tidak
disita. Sementara neneknya
dalam kondisi sakit.
Adiknya, Eko (15 thn)
hanya mengenyam kelas 3
SD secara mandiri mengelola
usaha parut kelapa. Dengan
omset kurang lebih Rp300
ribu per hari, Eko juga
berkontribusi membayar
hutang pamannya. Remaja ini
pun mampu berkorban seekor
kambing setiap tahun.
Secara keseluruhan
anak-anak Aat sangat
berbeda dengan anak-anak
pada umumnya. Sejak kecil
mereka sudah dibiasakan
membantu orang tua jualan
sayur di pasar, sedikit sekali
waktu untuk bermain dan
belajar. Mereka hanya
bekerja, bekerja dan bekerja.
Susah sudah menjadi pakaian
harian. Kini, mereka sudah
merangkak naik secara
inansial. Dulu ngontrak sekarang sudah mempunyai
rumah sendiri. Mereka juga
telah memiliki modal sendiri
untuk usaha.
Namun, kesederhanaan
tetap terjaga. Tak ada HP,
sepeda motor baru, atau
benda-benda lain yang lumrah
dimiliki anak-anak muda pada
umumnya, dalam kehidupan
mereka. Sebagai muslim
mereka sangat taat beribadah
lima waktu. Bahkan secara
kasat mata ketaatan dalam
beribadah melebihi anak-anak
satri dari pesantren. Mereka
tampak lebih dewasa dan
bertanggung jawab dibanding
umurnya.
Bandingkan dengan
anak-anak yang gagal
belajar hidup. Mereka hidup
berkecukupan. Sebut saja
ucok, anak seorang pejabat
sebuah Kementerian, tapi
sayang pendidikan hanya
lulus SLA. Ucok menikah
muda karena pergaulan
bebas yang membelitnya.
Ketika Ucok dewasa, bahkan
sudah berkeluarga, tetap
menggantungkan biaya
hidup pada orang tua.
Akhirnya, Ucok pun tetap
menjadi beban orang tua dan
keluarga.
Sekiranya, mereka yang
sukses belajar hidup seperti
Ridho dan Eko itu dari
keluarga berkecukupan, tentu
mereka akan lebih hebat lagi
masa depanya. Pengetahuan
akan berkembang dan
kemandirian hidup akan
tumbuh. Kemudian mereka
menjadi dewasa dalam
pengetahuan dan berjaya
dalam wirausaha. Tapi
Allah itu Maha Adil kepada
hambaNya. Tak ada yang
sempurna keseluruhan,
tanpa ujian. Mereka akan
selalu diuji dalam suka dan
duka. Untuk melihat siapa
yang sabar dalam kesulitan
dan siapa yang bersyukur
dengan nikmatNya. Mereka
itulah yang sesungguhnya
sukses dalam belajar hidup.
Lulus dengan predikat Ajib,
mengagumkan...!•
LENTERA
• • 64 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
HINDARIKEBIASAAN MENGELUHOleh : W. Purwanto
Mengeluh
adalah sifat
tidak dapat
menerima
takdir atau
keadaan yang dialami.
Kebiasaan mengeluh akan
membuat pikiran seseorang
menjadi negatif.
Kalau usahanya tidak
berhasil, orang kerap
menjadi pengeluh. Meski
mengeluh itu manusiawi,
tapi kalau seseorang
terlalu sering mengeluh,
ia akan makin merugi,
karena pengeluh tidak akan
mendapat manfaat dari apa
yang dikeluhkan.
Pengeluh juga tidak
akan menemukan solusi
dari masalahnya. Maka
dari itu buanglah jauh-
jauh sifat suka mengeluh.
Membuang sifat suka
mengeluh, merupakan salah
satu kunci sukses. Karena,
kesuksesan akan dicapai
apabila seseorang bekerja
keras untuk mencapai
tujuan, bukan dengan
mengeluhkannya.
Sebetulnya apa yang
menyebabkan seseorang
memiliki kebiasaan
mengeluh? Kebiasaan
mengeluh terjadi karena…
Pertama, seseorang
tidak mau menerima realitas
yang ada. Karena tidak
ada keharmonisan antara
keinginan dan realistas,
orang jadi mengeluh.
Jauhnya kenyataan dan
keinginan kerapkali memang
membuat orang mengalami
frustasi.
Kedua, adanya
ketidakmampuan dalam
mengungkapkan atau
melakukan sesuatu.
Seseorang yang tidak
mampu melakukan sesuatu
yang diinginkan kerap kali
menjadi pengeluh. Misalnya,
seseorang yang tidak
mendapatkan modal untuk
usaha atau mendapatkan
pekerjaan yang diinginkan.
Sifat suka mengeluh
akhirnya akan membelenggu
motivasi mereka sendiri.
Ujung-ujungnya keluhan itu
akan mengunci rasionalitas
kita untuk berpikir yang lebih
bijaksana dalam menyikapi
suatu kenyataan.
Kebisaan mengeluh
akan menjadikan seseorang
akan mudah marah, karena
mereka selalu menyesali apa
yang tak dapat diraih dan
diinginkan.
Pengeluh juga akan
mudah tersinggung.
Selanjutnya pengeluh makin
lebih dekat dengan sikap-
sikap negatif lain, seperti
sinis, skeptis dan pesimistis
serta merasa sakit hati. Inilah
yang membuat seseorang
pengeluh makin buruk
keadaannya.
Mengeluh bukan solusi,
tetapi suatu penyakit
yang membuat seseorang
kehilangan rasa percaya diri.
Para pengeluh akan selalu
dihantui rasa ketakutan dan
keputusasaan.
Meski tahu mengeluh
bukan sesuatu yang baik,
masih banyak orang yang
tak bisa melawan kebiasaan
mengeluh. Tak mudah
memang menghindari atau
menghilangkan kebiasaan
mengeluh, karena itu
sebelum bibit keluh makin
berkembang, kita harus
memupus penyakit hati itu
agar tidak terus tumbuh.
Penulis akan berbagi
pengalaman bagaimana
caranya untuk menghindari
kebiasaan mengeluh…
Berpikir positifKerap kali kita sulit untuk
melakukan suatu kebaikan.
Itu terjadi karena perasaan
negatif lebih kuat dibanding
perasaan positif. Semakin
lama perasaan negatif
hinggap pada hati kita,
semakin kuat kekuatannya.
Hal ini berbeda dengan
perasan positif. Semakin
tinggi perasaan positif
dipertahankan, semakin kuat
tantangannya.
Oleh karena itu, setiap
kali kita dihampiri pikiran
negatif, maka segeralah
mengubah pola pikir kita,
sehingga kebiasaan negatif,
seperti mengeluh bisa
segera diperbaiki.
Memang mengubah pola
pikir agar menjadi positif
tidaklah mudah. Perlu usaha
keras dan perlu latihan terus
menerus dan konsisten. Tapi
yang terpenting ada menjaga
keinginan yang kuat untuk
terus berubah, sehingga
saatnya nanti kebiasaan
mengeluh tersebut akan
hilang dengan sendirinya.
Hindari sikap yang berlebihan dan menuntut sempurna
Sikap berlebihan kerap
kali berujung pada keluhan.
Kenapa itu bisa terjadi?
Karena sikap berlebihan
selalu menuntut pencapaian
yang sempurna. Padahal
untuk mencapai kriteria tinggi
dan sempurna, biasanya
tidak bisa dilakukan dengan
langkah mudah.
Jangan pula sampai
terlalu berharap, sehingga
mengakibatkan seseorang
kehilangan akal sehat.
Banyak orang stres akibat
dari sikap yang berlebihan.
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 65
.....
Untuk itu sebaiknya
mencoba untuk mengurangi
sikap yang berlebihan,
karena kesempurnaan
orang tidak harus dicapai
dengan tindakan yang selalu
sempurna.
BersyukurRasa syukur itu penting
bagi seseorang. Orang
yang berbahagia
adalah seseorang
yang mau menerima
apa yang dianugerahkan
Tuhan untuk umatnya.
Salah satu cara mujarab
untuk bersyukur adalah
dengan menjalankan ibadah
dengan baik. Maka bagi
seseorang yang mampu
menjalankan ibadahnya
dengan baik maka
seseorang itu dijamin tidak
akan termasuk golongan
orang yang berkeluh-kesah
dan kikir karena tidak pernah
beryukur.
Yang utamanya adalah
niatkan dalam diri seseorang
itu untuk membuang
perasaan negatif tersebut
untuk kebaikan diri sendiri
dan orang di sekitar anda.
Jadikan diri anda itu sebagai
sebuah dunia yang bebas
akan keluhan, terimalah
dengan ikhlas kenyataan
apapun yang dihadapi.
Dengan itu, niscaya sifat
suka mengeluh itu akan
teratasi.•
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 65
1 2 3 4 5 6 7 8
9 10
11 12 13
14
15 16 17
18 19 20 21 22
23 24
25 26 27
28 29
30 31 32 33
34 35 36 37 38
39 40 41
42 43 44
45 46 47 48
49
50 51
• • 66 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Kuis TTS
19. Akademi kebidanan
21. Pekerjaan Umum
24. Benda silinder yang berlubang dan
digunakan untuk memindahkan zat
hasil pemrosesan seperti Cairan
dan gas
25. Proses mematikan semua
mikroorganisme dengan
pemanasan
29. Sediaan yang berbentuk bulat
sepeti kaleng mengandung satu
atau lebih bahan obat
30. Sumber makanan yang banyak
mengandung omega 3
32. Alat medis akustik untuk
memeriksa suara dalam tubuh
MENDATAR1. Sedian farmasi yang padat,
berbentuk bundar dan pipih atau
cembung rangkap
5. Levorphanol
9. Usaha Kecil dan Menengah
11. Partikel penyusun unsur
12. Tuna… (istilah untuk orang yang
dinilai memiliki keterbelakangan
mental dan intelektual
14. Negara Paman Sam
15. Badan Pemeriksa keuangan
16. Rasa sakit pada sendi, tulang,
otot, dan gigi.
18. Negara yang saat ini dipimpin
oleh Jokowi
34. Gangguan mental umum yang
ditandai dengan kesedihan,
kehilangan minat atau, kesulitan
berkonsentrasi, dsb.
36. Diulang: plasenta
38. Kata depan
39. Mandi uap
41. Bukan
42. Konferensi Tingkat Tinggi
43. Salah satu jenis senjata api otomatis
45. Kekurangan vitamin
49. Nama untuk tanda bahaya kode
morse internasional
50. Hormon yang diproduksi
pankreas
51. Dewi kesehatan
PERTANYAAN
PEMENANG NAMA ALAMAT
1 ATRISTA AGUSTINA Jl. Raja Sipakko Napitupulu No. 11
Parparean – Porsea, Kompleks RSUD
Porsea Kab. Toba Samosir Prov. Sumut
Kode Pos. 22384, Hp. 0878xxxxx
2 DELRI SONI Puskesmas Air Santok Jl. Husni
Thamrin, Desa Air Santok, Kec.
Pariaman Timur Kota Pariaman Sumbar
25516, Hp. 0813 xxxxx
3 ASTUTIK RUBIYATI Dusun Kaligintung RT. 03/04 Desa
Kalinegoro Kec. Mertoyudan Kab.
Magelang Jateng – 56172, Hp.
0856xxxxxx
4 SAMDA ELVITA, A.MD Staf UPT Labkesda. Dinkes Kab.
Pasaman Jl. Syahroeddinn No. 293
Daliak-Lubuk Sikaping Kab. Pasaman
Prop. Sumbar, Hp. 0853xxxxx
5 ISMAH ABIDAH Tukluk Rt. 03/06 Sejati Giriwoyo
Wonogiri Jateng 57675, Hp. 0857xxxxx
6 JU’ARI, SKM d/a. UPT Puskesmas Batuwarno,
Jl. Raya Batuwarno-Karangtengah
Batuwarno, Wonogiri, Jateng
Kode Pos 57674, Hp. 0852xxxxxxx
7 BADRUN S. BAKARI Puskesmas Popoli
Desa Popoli Kec. Walea Kepulauan
Kab. Tojo Una-Una Sulawesi Tengah,
Hp. 0823xxxxxx
8 MARKAMAH Kecamatan Karang Bintang Batulicin
Kab. Tanah Bumbu Prov. Kalimantan
Selatan Kode Pos 72271, HP.
0852xxxxxx
9 DWI JOKO PURNOMO, SKM
d/a Rt 011 Rw 05 Kp.Pabuaran Ds.
Sukaratu Kec.Cikeusal Kab.Serang
Banten 42175, Hp.0877xxxxxx, Hp.
0821xxxxxx
10 ANIDA SAVITRI, S.AG KUA Kecamatan Giriwoyo Jl. Wijaya
Kusuma No. 42 B Giriwoyo, Wonogiri,
Jateng Kode Pos 57675, Hp. Hp.
0852xxxxxxx
PEMENANG MEDIAKUIS MEDIAKOM TAHUN 2014 *
Redaksi mengucapkan terima kasih kepada peserta MEDIAKUIS MEDIAKOM yang
telah berpartisipasi dan mengucapkan selamat kepada para pemenang. Semoga
bermanfaat.
*Hadiah para pemenang akan dikirim ke alamat dengan
menggunakan jasa pengiriman barang.
DESEMBER 2014 • Edisi 53 • MEDIAKOM 67
MediaKuisMENURUN2. Obat yang
dipergunakan
untuk menghambat
pertumbuhan bakteri
penyebab infeksi.
3. Gajih
4. TBC
5. Jenis hewan vertebrata
yang hidup di dua alam
6. Tanaman obat keluarga
7. Lobang
8. Organisasi profesi para
dokter
10. Gelar bangsawan
wanita jawa
13. Hembus
16. Narapidana
17. Infeksi saluran napas
akut
20. Bermohon kepada tuhan
22. Ilmu kedokteran yang
mempelajari kelainan
pada saluran kemih
dan genital
26. Dia (Ingg.)
27. Sekolah guru olahraga
28. Bagian tumbuhan yang
berada dalam tanah
29. Salah satu partai politik
di zaman Orde Baru
30. Tanda-tanda, petunjuk
31. Operasi pemotongan
seluruh atau sebagian
dari anggota tubuh
33. Makanan yang terbuat
dari kedelai
35. Negara Yahudi
36. Asia Afrika
37. Pokok
38. Asam deoksiribonukleat
40. Mengkudu
44. Kondisi medis yang
ditandai dengan
hilangnya kesadaran
dan kewaspadaan,
serta ketidakmampuan
untuk dibangunkan
46. Perguruan tinggi
terkenal di Surabaya
47. Langit (Ing.)
48. Kode tingkat
kekentalan oli
dengan standarisasi
internasional
RESENSI BUKU
68 MEDIAKOM • Edisi 53 • DESEMBER 2014
Jakarta : Kementerian Kesehatan, 2012
23 hal; 20 X 14 cm.
ISBN 978-602-235-168-9
Sekretariat Jenderal
1. COMMUNITY HEALTH SERVICES.
2. MATERNAL MORTALITY
3. MATERNAL HEALTH SERVICES.
4. CHILD HEALTH SERVICES.
5. INFANT MORTALITY
Petunjuk Pelaksanaan Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Kader Posyandu Jakarta
POSYANDU merupakan salah satu
Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola
dan diselenggarakan dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraannya pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayan kesehatan dasar, utamanya untuk
mempercepat penurunan angka kematian
ibu dan bayi. Dalam pelaksanaannya
Posyandu memerlukan pembinaan
bukan hanya dari sektor kesehatan saja,
melainkan dari berbagai instansi terkait
agar terjamin kelestariannya. Untuk
mendukung upaya pembinaan posyandu
agar berjalan lebih efektif maka perlu
adanya peningkatan kapasitas pelatih
kader Posyandu, yang diawali dengan
pelatihan fasilitator pemberdayaan kader
Posyandu lebih dahulu.
Pusat Promosi Kesehatan dan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan menyusun petunjuk pelaksanaan
Fasilitator Pemberdayaan Kader Posyandu.
Petunjuk pelaksanaan ini disusun untuk
mempermudah penyelenggaraan pelatihan
di daerah sehingga tahapan-tahapan
tersebut dapat diterapkan pada saat
pelatihan berlangsung.
Pertunjuk pelaksanaan ini diharapkan
dapat menjadi acuan dalam pelaksanaannya
mulai dari perencanaan sampai dengan
pembuatan pelaporan pelatih.•
Jakarta : Kementerian Kesehatan, 2013
59 hal; 15 X 21 cm.
ISBN 978-602-235-370-6
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak
1. COMMUNITY HEALTH SERVICES.
2. CHILD HEALTH SERVICES.
Strategi Peningkatan Penimbangan Balita di Posyandu
DENGAN diterbitkannya buku ini
diharapkan dapat menjadi acuan strategi
bagi petugas lintas program, lintas sektor
terkait dan pemangku kepentingan lainya
di kabupaten dan kota serta kecamatan
dalam rangka meningkatkan cakupan
penimbangan balita di Posyandu.
Menurut data riskesdas jumlah
posyandu sebesar 266.827 yang
tersebar di seluruh Indonesia yang berarti
terdapat 3-4 Posyandu di setiap desa.
Dengan jumlah tersebut serta peran
kader Posyandu dan petugas dalam
menindaklanjuti hasil penimbangan,
pemantauan pertumbuhan di Posyandu
dapat mencegah terjadinya balita kurang
gizi, pendek (stunting), serta obesitas.
Buku ini disusun oleh tim lintas program
dan lintas sektor terkait serta dengan
memadukan berbagai buku Pedoman
Posyandu yang telah diterbitkan sebelumnya
oleh instansi dan organisasi yang terlibat
dalam Posyandu. •