TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

36
TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN KARYA KIAI SHOLEH DARAT SEMARANG (1820-1903 M) (KAJIAN FILOLOGI QS. AL-FÂTIHAH [1]: 1-7) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Luthfatul Badriyah NIM. 13210526 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA 1438 H/2017 M

Transcript of TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

Page 1: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN

KARYA KIAI SHOLEH DARAT SEMARANG (1820-1903 M)

(KAJIAN FILOLOGI QS. AL-FÂTIHAH [1]: 1-7)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Luthfatul Badriyah

NIM. 13210526

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ)

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 2: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN

KARYA KIAI SHOLEH DARAT SEMARANG (1820-1903 M)

(KAJIAN FILOLOGI QS. AL-FÂTIHAH [1]: 1-7)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Luthfatul Badriyah

NIM. 13210526

Pembimbing:

Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, M.A

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ)

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 3: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang berjudul “Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya Kiai Sholeh Darat

Semarang (1820-1903 M) (Kajian Filologi QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7)” yang

disusun oleh Luthfatul Badriyah dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM)

13210546 telah melalui proses bimbingan dengan baik dan dinilai oleh

pembimbing telah memenuhi syarat ilmiah untuk diajukan ke sidang

munaqasyah.

Jakarta, 18 Agustus 2017 M

Pembimbing

Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, M.A

Page 4: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya Kiai Sholeh Darat

Semarang (1820-1903 M) (Kajian Filologi QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7)” oleh

Luthfatul Badriyah dengan Nomor Induk Mahasiswa 13210526 telah diujikan

pada sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ)

Jakarta pada tanggal 21 Agustus 2017 M. Skripsi tersebut telah diterima

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag).

Jakarta, 21 November 2017 M

Dekan Fakultas Ushuluddin

Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta

Dra. Hj. Maria Ulfa, M.A

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dr. M. Ulinnuha, Lc., M.A Dra. Rukoyah Tamami

Penguji I Penguji II

Dr. M. Ulinnuha, Lc., M.A Ali Mursyid, M. Ag

Pembimbing

Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, M.A

Page 5: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

iii

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Luthfatul Badriyah

NIM : 13210526

Tempat/Tanggal Lahir : Pati, 25 Februari 1986

Alamat : Cirebon, Jawa Barat

menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya

Kiai Sholeh Darat Semarang (1820-1903 M) (Kajian Filologi QS. Al-

Fâtihah [1]: 1-7)” adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-

kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan dalam karya ini

sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 18 Agustus 2017 M

Luthfatul Badriyah

Page 6: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

iv

MOTTO

Hidup adalah Pengabdian

نس إل لعبدون ن وٱل وما خلقت ٱل

“Dan Aku (Allah tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk

mengabdi kepada-Ku”

Mengabdi kepada Sang Pencipta dan Rasul-Nya

Mengabdi kepada Agama dan Bangsa

Mengabdi kepada Orang Tua, Guru dan Suami Tercinta

Page 7: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis mampu menyelesaikan skripsi

dengan judul “Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya Kiai Sholeh Darat

Semarang (1820-1903 M) (Kajian Filologi QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7)” . Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi

Muhammad Saw. beserta seluruh keluarga dan sahabatnya, hingga akhir

zaman.

Setelah perjuangan yang begitu panjang dengan tak henti-henti

mengharap pertolongan dari Allah Swt. akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini untuk melengkapi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana dalam Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis

Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa

karya sederhana ini hakikatnya bukanlah mutlak hasil jerih payah penulis

seorang. Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari

bantuan, bimbingan, serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

teramat dalam kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, M.A Rektor Institut Ilmu Al-

Qur‟an (IIQ) Jakarta yang telah memberikan kesempatan untuk

menimba ilmu di perguruan tinggi ini.

2. Dra. Hj. Maria Ulfa, MA. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Institut

Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

3. Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA. selaku Dosen Pembimbing

Skripsi yang selalu memberikan motivasi, menuntun dan

membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, yang telah

meniupkan ruh semangat belajar dan kecintaan terhadap ilmu

pengetahuan.

5. Instruktur tahfizh yang dengan kesabaran membimbing dan

memotivasi penulis dalam menghafal Al-Qur‟an selama menjadi

mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta: Dr. KH. Ahmad

Fathoni, Lc. M.A, Hj. Athiqoh S.Thi, Hj. Arbiyah Mahfudz S.Thi, Hj.

Amila S.Thi, Kak A‟yuna Faizatul Fiqriyah S.Ud, Hj. Muthmainnah,

M.A, dan Hj. Istiqomah, M.A.

6. Seluruh staf Fakultas yang telah membantu setiap tangga proses yang

penulis lalui.

7. Pimpinan dan staf perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta,

pimpinan dan karyawan Perpustakaan Umum Universitas Islam

Negeri (UIN) Jakarta, Perpustakaan Iman Jama‟ serta Pusat Studi Al-

Page 8: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

vi

Qur‟an (PSQ), yang telah menyediakan informasi dan buku-buku

sebagai sumber referensi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

8. Terima kasih kepada Pak‟e Mathori dan Emak Sujinah beserta

segenap Kakak dan Mbak keluarga besar Pati, tiada satupun barisan

huruf yang mampu melukiskan betapa besar pengorbanan

panjenengan-penjenengan.

9. Suami terkasih, Aa Muhammad Hudzaifah, yang senantiasa dengan

penuh cinta membimbing dan memotivasi penulis untuk

menyelesaikan studi di Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

10. Ibu Mertua penulis, Hj. Maslikah, yang senantiasa meridhai tiap

langkah kaki penulis dalam menyelesaikan studi di IIQ Jakarta.

11. Teman-teman Penghuni Asrama IIQ Hosen, Neng Elsa, Ning Aniq,

Mbak Enik, De‟ Lina, Bu Iroh, Teh Atiq, Mbak Ilma, Kakak Imas dan

Lipeh, beserta seluruh teman seperjuangan Fakultas Ushuluddin

Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, yang selalu membantu, mendukung dan

menghibur penulis. Semoga ukhuwah kita selalu terjalin dimanapun

kita berada.

12. Kepada seluruh pihak yang ikut terlibat dalam penyusunan skripsi ini,

baik secara langsung maupun tidak langsung, wa bi al-khushush

Ahmad Ginanjar Sya‟ban, Lc, MA (Direktur Islam Nusantara Center

Jakarta), Prof. Nabilah Lubis, Dr. Islah Gusmian, Dr. In‟amuzzahidin

dan Kang Ichwan dari KOPISODA Semarang, Dr. M. Adib

Misbachul Islam, Abdul Rasyid MA, dan Walid Hanoun Cirebon.

Tiada yang dapat penulis berikan sebagai balas budi atas segala

kebaikan, kemudahan, bantuan serta dukungan selain untaian do‟a semoga

Allah Swt. membalas dengan surga-Nya. Jazakumullah ahsanal jazâ`.

Tak lupa penulis memohon maaf yang sedalam-lamnya kepada

seluruh pembaca atas segala kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Penulis

menyadari dalam skripsi masih banyak kekurangan dan sangat perlu

perbaikan serta penyempurnaan. Untuk itu kritik, saran dan masukan

senantiasa penulis harapkan. Semoga apa yang telah penulis lakukan melalui

penelitian ini dapat membawa manfaat dan bernilai pahala di sisi Allah Swt.

Amin.

Jakarta, 18 Agustus 2017

Luthfatul Badriyah

Page 9: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

vii

Judul:

“Tafsir Faidh ar-Rahmân

Karya Kiai Sholeh Darat Semarang (1820-1903 M)

(Kajian Filologi QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7)”

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

PERNYATAAN PENULIS .......................................................................... iii

MOTTO .......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... ix

ABSTRAK .................................................................................................... xii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................ 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 8

D. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 9

E. Metodologi Penelitian .................................................................. 11

BAB II: SEJARAH FILOLOGI

A. Definisi Filologi ........................................................................... 15

B. Aliran Filologi .............................................................................. 16

C. Objek Filologi .............................................................................. 17

D. Tujuan Filologi ............................................................................. 18

E. Fungsi Filologi ............................................................................. 19

F. Sejarah Perkembangan Filologi ................................................... 20

G. Hubungan Filologi dengan Ilmu-ilmu Lain ................................. 30

H. Metode-metode Penelitian Teks ................................................... 33

BAB III: POTRET KITAB TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN

A. Biografi Penyusun (Kiai Sholeh Darat Semarang) ...................... 41

B. Profil Kitab Tafsîr Faidh ar-Rahmân........................................... 57

1. Identifikasi Fisiologis ............................................................. 57

2. Identifikasi Metodologis ........................................................ 60

a. Motivasi Penulisan Tafsir ................................................. 60

b. Sumber Penafsiran ............................................................ 61

c. Tujuan Penyusunan Tafsir ................................................ 62

d. Referensi Penafsiran ......................................................... 62

e. Metode penafsiran ............................................................ 63

Page 10: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

viii

f. Corak Penafsiran .............................................................. 64

g. Karakteristik ..................................................................... 68

h. Sistematika Penulisan Tafsir ............................................ 70

3. Identifikasi Ideologis .............................................................. 71

a. Segi Akidah ...................................................................... 71

b. Segi Fiqih ......................................................................... 72

BAB IV: TELAAH FILOLOGIS QS. AL-FÂTIHAH [1]: 1-7

A. Inventarisasi Naskah .................................................................... 73

B. Deskripsi Naskah .......................................................................... 74

C. Edisi Teks ..................................................................................... 75

a. Pengantar Edisi Teks, Transliterasi, dan Terjemahan

Naskah Tafsîr Faidh ar-Rahmân QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 ..... 75

b. Edisi Teks Naskah Tafsîr Faidh ar-Rahmân QS. Al-Fâtihah

[1]: 1-7 .................................................................................... 77

D. Transliterasi Teks Naskah Tafsîr Faidh ar-Rahmân QS.

Al-Fâtihah [1]: 1-7 ....................................................................... 98

E. Terjemahan Teks Naskah Tafsîr Faidh ar-Rahmân QS.

Al-Fâtihah [1]: 1-7 ..................................................................... 114

BAB V: PENUTUP

A. Konklusi ..................................................................................... 149

B. Rekomendasi .............................................................................. 150

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 151

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 157

Page 11: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi

Arab-Latin dalam penulisan skripsi ini berdasarkan Pedoman Penulisan

Skripsi, Tesis dan Disertasi Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta cetakan ke-

II tahun 2011 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut.

A. Konsonan

Huruf Arab

Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

Th ط A أ

Zh ظ B ب

„ ع T ت

Gh غ Ts ث

F ؼ J ج

Q ؽ H ح

K ؾ Kh خ

L ؿ D د

M ـ Dz ذ

N ف R ر

W ك Z ز

H ق S س

‟ ء Sy ش

Y م Sh ص

Dh ض

Page 12: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

x

B. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fathah : a ا = â = ai أم

Kasrah : i م = î أك = au Dhammah : u ك = û

C. Kata Sandang

1. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (اؿ) qomariyah

ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

al-Madînah : المدينة Al-Baqarah : البقرة

2. Kata sandang yang diikui oleh (اؿ) Syamsiyyah ditransliterasikan

sesuai dengan aturan yang digariskan di depan sesuai dengan

bunyinya. Contoh:

يدةالس ar-Rajul : الرجل : as-Sayyidah

3. Syaddah (Tasydid) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang

,sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf ,(ـــ)

yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydid. Aturan

ini berlaku secara umum, baik tasydid yang berada di tengah kata, di

akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:

اللهب نامأ : Âmannâ billâhi فالذينإ : Inna al-ladzîna

4. Ta Marbuthah (ة ) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata

sifat (na‟at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”.

Contoh:

ة دئ ف ال : al-Af‟idah ة ي م لس ال ة عام ال : al-Jâmi‟ah al-Islâmiyyah.

Sedangkan ta marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-

washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi

huruf „t‟. Contoh:

ة باص نة لام ع : „Âmilatun Nâshibah لربػ ك ال ة يال : al-Âyat al-Kubrâ

5. Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi

apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang

Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal

kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain.

Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini,

seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan

Page 13: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

xi

lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sedang,

maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata

sandangnya. Contoh: „Alî Hasan al-„Âridh, al-„Asqallânî, al-Farmawî

dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Alqur‟an dan nama-

nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur‟an, Al-

Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.

Page 14: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

xii

ABSTRAK

Luthfatul Badriyah (13210526). Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya Kiai

Sholeh Darat Semarang (Kajian Filologi QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7)

Tafsîr Faidh ar-Rahmân merupakan kitab tafsir pertama berbahasa

Jawa yang ditulis oleh Kiai Sholeh Darat Semarang (1820-1903 M). Kitab ini

beraksara Arab-Pegon (bahasa Jawa-aksara Arab) dan telah diterbitkan oleh

Percetakan Muhammad Amin Singapura pada akhir abad 19 M, namun baru

dalam bentuk edisi cetak batu (litografi) dan belum terjamah oleh tangan-

tangan filolog sehingga masih ada kemungkinan salah dan

ketidakkonsistenan penulisan serta redaksi yang susah dibaca. Selain itu,

fakta bahwa bahasa Jawa bukan merupakan bahasa nasional menyebabkan

naskah tafsir ini sulit dikonsumsi oleh para pembaca publik non Jawa. Untuk

itu, sebagai bentuk apresiasi dan usaha pelestarian tradisi intelektual

Nusantara, naskah kitab Tafsîr Faidh ar-Rahmân ini dikaji secara filologis

dengan membatasi ruang gerak pada QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 mengingat

kandungan surat tersebut merupakan representasi dari keseluruhan surat

dalam Al-Qur`an. Hasil kajian filologi terhadap QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 ini

diharapkan mampu mengisi sesuatu yang terlewatkan dalam penelitian-

penelitian yang pernah dilakukan terhadap kitab tafsir tersebut.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan

pendekatan filologi yang berusaha menjawab permasalahan melalui studi

pustaka (library research) dengan merujuk pada naskah Tafsîr Faidh ar-

Rahmân QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 sebagai data primer dan buku-buku biografi

Kiai Sholeh Darat Semarang, kitab-kitab Tafsir, Ilmu Tafsir, dan Hadis, serta

buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan sebagai data sekunder.

Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik deskriptif analitis

yang bertumpu pada kajian filologis tradisionalis.

Penelitian ini menghasilkan sebuah edisi teks Tafsîr Faidh ar-

Rahmân QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 disertai dengan transliterasi dan terjemahan

bahasa Indonesia. Penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa kitab tafsir ini

memiliki karakteristik unik. Dari segi genre, kitab tersebut ditulis dalam

bentuk prosa, sementara kontennya sarat dengan dimensi tasawuf. Gaya

bahasa yang digunakan adalah kombinasi antara bahasa Jawa Ngoko dan

Kromo serta bahasa Arab yang terkadang diadopsi dari ayat Al-Qur`an. Di

samping itu. keutamaan surat Al-Fâtihah disajikan dalam bentuk tanya jawab

antara hamba dengan Rabbnya. Dari penelitian ini terungkap

ketidakkonsisten-an penulisan beberapa kata. Selain itu, ditemukan 42 ayat

dan 12 hadis tanpa disertai identitas, 11 nama tokoh dan 1 nama tempat yang

masih anonym sehingga berusaha dijelaskan oleh peneliti sesuai

kapabilitasnya dalam rangka memberikan totalitas pemahaman kepada

pembaca.

Page 15: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kekayaan manuskrip Nusantara, kini Asia Tenggara, merupakan

buah dari “kegelisahan intelektual” para cerdik cendekia masa lalu yang

ingin menerjemahkan gagasan-gagasan dari luar ke dalam konteks lokal.

Sebagian besar dari para penulis dan penyalin teks-teks Nusantara itu

juga adalah dari kalangan ahli-ahli agama, guru sufi, kyai, dan para

mubaligh, selain para sastrawan, yang memiliki kepedulian untuk

menerjemahkan Islam dalam konteks dan bingkai budaya lokal.1

Jika dikatakan bahwa kejayaan Indonesia di masa silam terbukti

oleh peninggalan-peninggalan yang terdapat di bumi Indonesia, maka

akan terkilas peninggalan material dalam bentuk candi, istana, masjid,

atau bangunan lainnya. Atau terlintas pula sisa kebudayaan berupa benda

sehari-hari seperti periuk, belanga, alat pertanian dan persenjataan atau

pakaian yang masih banyak dipergunakan hingga saat ini, diwariskan

beserta teknik-teknik pembuatannya seperti batik dan tenunan, ataupun

benda rumah tangga yang sampai saat ini sama bentuknya seperti apa

yang kita lihat pada relief Borobudur yang dipahat seribu tahun yang

lampau.2

Yang sering tidak disadari adalah bahwa sebagian besar

peninggalan kebudayaan Indonesia berwujud dalam bentuk tulisan.

Tradisi tulis menulis masyarakat di salah satu wilayah Asia Tenggara ini

bisa dilacak hingga berabad-abad ke belakang sebelum kedatangan Islam,

dan sebelum nama Indonesia itu sendiri lahir. Kozok (2006)

mencontohkan bahwa sebuah Tanung Tanah berbahasa Melayu dan

Sansekerta, diduga kuat sebagai naskah Melayu tertua yang pernah ada.

Naskah yang tersimpan di daerah Kerinci ini berasal dari masa pra Islam,

serta ditulis dengan menggunakan aksara pasca-Palawa, bukan dengan

aksara Jawi, sebagaimana lumrahnya naskah-naskah Melayu pasca

kedatangan Islam.3

Seiring dengan semakin intensifnya proses Islamisasi, tradisi tulis

di kalangan masyarakat Nusantara semakin menemukan momentumnya.

Sepanjang sejarah, terlebih dalam konteks Indonesia, keberadaan naskah-

naskah tulisan tangan (manuscripts) tidak dapat dipisahkan dari tradisi

besar Islam yang sejak abad ke-7 sudah mulai merembes masuk ke

1

Oman Fathurrahman, dkk, Filologi dan Islam Indonesia, (Jakarat: Puslitbang

Lektur Keagamaan Badang Litbang dan diklat Kementerian Agama RI,, 2010), hal. 111. 2 Achadiati Ikram, Filologia Nusantara, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1997), hal.

24. 3 Oman Fathurrahman, dkk, Filologi dan Islam Indonesia, hal. 62.

Page 16: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

2

wilayah Melayu-Nusantara. Dalam hal ini, Islam diyakini membawa

tradisi tulis yang sebelumnya belum dikenal luas oleh masyarakat

Melayu-Nusantara, sehingga dalam perkembangannya, tradisi Islam ini

turut mendorong lahirnya sejumlah besar naskah, khususnya kategori

naskah-naskah keagamaan.4

Sejak awal peradabannya, masyarakat Muslim memang dikenal

sangat dekat dengan tradisi teks. Kebutuhan para penganut agama Islam

terhadap bacaan teks Al-Qur`an dan hadis, serta berbagai turunan

penjelasannya dalam berbagai cabang keilmuan, seperti tafsir, fiqih,

tasawuf, tauhid, dan lain-lain telah menciptakan sebuah perkembangan

tradisi tulis yang sangat dahsyat di kalangan masyarakat Muslim, tak

terkecuali Muslim Nusantara. Sebagai buah dari budaya tulis tersebut,

wilayah Nusantara mewarisi khazanah naskah tulisan tangan yang tak

terkira jumlahnya, dalam puluhan ragam bahasa dan aksara, tidak hanya

naskah yang berkaitan dengan agama, melainkan juga budaya, adat

istiadat, sastra, ekonomi, filsafat, dan perihal kehidupan remeh temeh

lainnya.5

Melalui tradisi Islam ini, masyarakat Melayu-Nusantara mulai

memiliki kebiasaan untuk mencatatkan berbagai pemikiran dan hal

penting lainnya dengan menggunakan tulisan Jawi (bahasa Melayu

dengan aksara Arab), atau bahasa lokal lainnya, di samping tentunya

dengan bahasa Arab itu sendiri. Tulisan-tulisan tersebut dituangkan

bukan hanya di atas kertas, tetapi dalam berbagai media (alas naskah)

seperti batu, daun lontar, bambu, kayu, tulang, tanduk, kulit hewan, dan

sebagainya. Dalam kenyataannya, pengaruh tulisan Arab yang kemudian

menghasilkan tulisan Jawi dan pegon tersebut tidak saja terlihat dalam

naskah-naskah keagamaan, tetapi juga dalam naskah-naskah sastra yang

secara substansi tidak berkaitan langsung dengan Islam.6

Seiring dengan berjalannya waktu, sebagian dari naskah-naskah

tersebut telah hilang bahkan musnah, meski sebagian lagi masih

terpelihara dengan baik. Di antara penyebab kerusakan dan lenyapnya

naskah yang sering terjadi adalah akibat gigitan serangga, ketajaman

tinta, kelembaban udara dan cuaca, terkena air hujan, serta bencana alam.

Akan tetapi, potensi kerusakan dan musnahnya naskah yang paling

mengancam adalah ketidakpedulian masyarakat terhadap jejak-jejak

sejarah tersebut. Manakala tidak tumbuh kesadaran akan nilai pentingnya

naskah-naskah tersebut sebagai warisan budaya dan manakala revolusi

indrustri dan teknologi melaju pesat yang mengakibatkan

4 Oman Fathurrahman, dkk, Filologi dan Islam Indonesia, hal. 101.

5 Oman Fathurrahman, dkk, Filologi dan Islam Indonesia, hal. 62.

6 Oman Fathurrahman, dkk, Filologi dan Islam Indonesia, hal. 101-102.

Page 17: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

3

termarjinalkannya jejak-jejak para pendahulu, saat itulah kemusnahan

naskah sebagai benda cagar budaya telah dimulai. Dan sekali hilang, ia

tak akan pernah tergantikan, sehingga akan musnah ditelan zaman.7

Dalam rangka preservasi (pemeliharaan) naskah kuno tulisan

tangan tersebut, berbagai upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak

khususnya perpustakaan dan lembaga arsip penyimpan naskah. Upaya

tersebut meliputi restorasi,8 konservasi,

9 dan pembuatan salinan (back-up)

naskah dalam bentuk lain. Upaya lain yang tak kalah penting untuk

dilakukan oleh para akademisi adalah studi naskah kuno. Hal tersebut

sebagai respon adanya anggapan bahwa dalam peninggalan tulisan

terkandung nilai-nilai yang masih relevan dengan kehidupan masa kini.

Dari sinilah filologi sebagai salah satu piranti untuk mengkaji teks-teks

lama tersebut menjadi sangat relevan untuk dilakukan demi penguatan

lembaga kampus sebagai research institution.10

Filologi atau yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai tahqîq

merupakan penelitian untuk membuktikan keotentikan suatu karya

dengan menganalisis isi, mentakhrij ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis

Rasul, serta memberi penjelasan tentang hal-hal yang kurang jelas.

Dengan ilmu ini, suatu karya klasik tampil dalam bentuk baru dan mudah

dipahami.11

Sebagai istilah, filologi telah dikenal sejak abad ke-3 sebelum

Masehi oleh sekelompok ahli di kota Iskandariah yang dikenal sebagai

ahli filologi. Pada waktu itu mereka berusaha meneliti teks-teks lama

yang berasal dari bahasa Yunani dengan menemukan bentuknya yang asli

dan bebas dari kesalahan penulisan serta mengetahui tujuan penulisannya.

Mereka menyisihkan kekeliruan-kekeliruan yang terdapat di dalamnya

jika mereka menghadapi teks dalam jumlah besar atau lebih dari 1

naskah, maka naskah yang menunjukkan bacaan yang berbeda (varian-

varian) mereka teliti pula untuk mendapatkan naskah yang paling asli.

Dari kegiatan itu dapat diketahui pentingnya pengkajian secara mendalam

terhadap bahasa dan kebudayaan yang melatarbelakangi lahirnya sebuah

teks. Kegiatan filologi yang menitikberatkan penelitiannya kepada

bacaannya yang salah ini disebut sebagai filologi tradisional. Karena

luasnya jangkauan isi teks klasik maka filologi juga berarti ilmu

pengetahuan tentang segala sesuatu yang pernah diketahui orang.

Berbagai macam aspek kehidupan masa lampau dengan berbagai

7 Oman Fathurrahman, dkk, Filologi dan Islam Indonesia, hal. 63-64.

8 Restorasi adalah mengembalikan kepada keadaan semula.

9 Konservasi yaitu pemeliharaan dan pelestarian.

10 Oman Fathurrahman, dkk, Filologi dan Islam Indonesia, hal. 102.

11 Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, (Jakarta: Yayasan

Media Alo Indonesia, 2001), hal. 18.

Page 18: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

4

kegiatannya dapat diketahui secara eksplisit melalui naskah. Atas dasar

ini maka filologi dipandang sebagai pintu gerbang yang mampu

menyingkap khazanah masa lampau.12

Selain itu, filologi juga dipakai sebagai sastra ilmiah. Artinya hal

ini muncul ketika teks-teks yang dikaji itu berupa karya sastra yang

bernilai tinggi, seperti Humeros yang merupakan produk Yunani kuno.

Keadaan tersebut membawa filologi kepada suatu arti yang

memperhatikan segi kesusatraannya. Pada perkembangan terakhir, arti

yang demikian itu tidak ditemukan lagi.13

Filologi dipakai pula sebagai istilah untuk menyebut studi bahasa

dan ilmu bahasa (linguistik). Lahirnya definisi ini akibat dari pentingnya

peranan bahasa dalam mengkaji teks sehingga kajian utama filologi

adalah bahasa, terutama bahasa teks-teks yang lama. Bidang bahasa yang

menyertakan studi filologi adalah bidang yang beraspek masa lampau,

misalnya salah satu segi dari bahasa bandingan, perkembangan bahasa,

dan hubungan kekerabatan antara beberapa rumpun bahasa.14

Istilah-istilah di atas dipakai di Eropa daratan. Sedang istilah

filologi dalam arti studi teks merupakan suatu studi yang melakukan

penelaahan dengan mengadakan kritik teks. Dalam pengertian ini, filologi

dikenal sebagai studi tentang seluk beluk teks.15

Di negeri Belanda, istilah filologi berarti perangkat pengetahuan

dengan studi teks sastra atau budaya dikaitkan dengan latar belakang

kebudayaan yang didukung oleh teks tersebut. Adapun di Perancis,

filologi selain mendapat arti studi bahasa melalui dokumen tertulis, ia

juga merupakan studi tentang isi teks lama dan transmisinya seperti yang

dikhususkan pada teks-teks lama. Dengan istilah ini, filologi memperoleh

pengertian semacam linguistik historis.16

Dalam perkembangannya, filologi menitikberatkan pengkajiannya

pada perbedaan yang ada dalam berbagai naskah sebagai suatu

penciptaan dan melihat perbedaan-perbedaan itu sebagai alternatif yang

positif. Dalam hubungan inilah, suatu naskah dipandang sebagai

penciptaan kembali (baru), karena mencerminkan perhatian yang aktif

dari pembacanya. Sedangkan varian-varian yang ada diartikan sebagai

pengungkapan kegiatan yang aktif untuk memahami, menafsirkan dan

membetulkan teks bila ada yang dipandang tidak tepat. Dalam proses

pembetulan itu harus dikaitkan dengan ilmu bahasa, sastra, budaya,

12

Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, hal. 21-22. 13

Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, hal. 22. 14

Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, hal. 22. 15

Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, hal. 22. 16

Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, hal. 23.

Page 19: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

5

keagamaan dan tata politik yang ada pada zamannya. Dalam masalah ini,

cara kerja filologi yang demikian itu disebut dengan filologi modern.17

Namun sangat disayangkan, penelitian filologi yang

mengkhususkan objek kajiannya pada naskah-naskah kuno (manuscripts)

terlebih dalam konteks khazanah intelektual di Asia Tenggara belum

banyak dilakukan, sehingga ia belum menjadi wacana keilmuan yang

“ngetrend” untuk dibahas. Ibarat bola, belum banyak yang ikut

menendang, sehingga bola tersebut hanya berpindah-pindah dari beberapa

pasang kaki yang itu-itu saja. Akibatnya masih banyak yang tidak pernah

tahu keberadaan bola tersebut sehingga masih terbatas pula gol-gol yang

dihasilkan.18

Khusus untuk penelitian naskah-naskah Arab, di Universitas

Indonesia yang telah akrab dengan kajian pernaskahan sejak akhir abad

20 hanya tercatat belasan penelitian dalam bentuk skripsi, dua tesis, yaitu

Fauzan Muslim (1996) dengan judul “Kunhu Mâ Lâ Budda Minhu Karya

Ibnu Arabi” dan Fathurahman (1998) dengan judul “Tanbîh al-Mâsyî al-

Mansûb ilâ Tharîq al-Qusyasyî karya Abdurrauf Singkel”.19

Adapun di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, sesuai jangkaun penulis,

terdapat 9 karya ilmiah yang mengkaji filologi, yaitu “Tuhfah ath-Thâlib

al-Muhtadî wa Minhah as-Sâlik al-Muhtadî (Dirasah Filologia), skripsi

karya Rahman Fuadi; “Jiyad al-Faraid fî mâ Wajaba min al-„Aqâid:

Dirasah Filologi”, skripsi karya Evi Fauziyah; “Tâj as-Salâthîn Karya

Bukhari al-Jauhari: sebuah Kajian Filologi dan Refleksi Filosofis”,

disertasi karya karya Saleh P.D.; “Syarh Asthmâ al-Husnâ li Muhammad

Ibn Ali as-Syanwani (Dirasah Filologiyah)”, skripsi karya Fatih

Hermansah; “Risâlah al-Wudhû li Syaikh Tâjuddîn Ibnu Zakariya

(Dirasah Filologi)”, skripsi karya Anifah; “Kitab al-Mauidzoh (Dirasah

Filologiyah)”, skripsi karya Qari‟ah; “Bahja al-Tanwîr li Syaikh „Abdu

al-Bashir Dirasah Filologiyah”, skripsi Deni Siswantoro; “Thoyali‟ani fî

Ma‟rifati Khulataini liah Ibnu Ghonim Ibnu Achmad Khotib as-Syami al-

Baqoi „Dirasah Filologia‟”, skripsi Ahmad Fuad Rizaldi; dan “Mawa‟iz

as-Sholah Dirosah Filologiyah”, skripsi Lutfi Adam.20

Di antara sekian banyak naskah kuno, warisan budaya yang

sampai ke tangan kita adalah Faidh ar-Rahmân, sebuah kitab tafsir yang

disusun oleh ulama masyhur pada masanya, Kiai Sholeh Darat Semarang.

Ia merupakan salah satu ulama Nusantara abad 19-20 yang menjadi

rujukan penting bukan hanya dari kalangan ulama, namun juga keluarga

17

Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, hal. 23. 18

Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi, hal. 1. 19

Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode n penulisPenelitian Filologi, hal. 3. 20

Katalog Digital Perpustakaan Umum UIN Syarif Hiadayatullah, dilihat pada

Desember 2016 M.

Page 20: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

6

keraton atau penguasa seperti Keraton Surakarta, Kadipaten Jepara,

Demak, Semarang, dan Kudus.21

Kiai Sholeh Darat merupakan guru dari Syaikh Mahfuzh at-

Termasi (w. 1981 M), Kiai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah (w.

1923 M), Kiai Hasyim Asy‟ari, pendiri Nahdhatul Ulama 1926 M (w.

1947 M), Kiai Ahmad Dahlan at-Termasi, adik Syaikh Mahfuzh at-

Termasi yang diambil menantu oleh Kiai Sholeh Darat (w. 1919 M), Kiai

R. Asnawi Kudus, anggota pendiri Nahdhatul Ulama 1926 M (w. 1959

M), Kiai Wahab Hasbullah, anggota pendiri Nahdhatul Ulama 1926 M

(w. 1971 M), Kiai Bisyri Syamsuri, anggota pendiri Nahdhatul Ulama

1926 M (w. 1980 M), dan Raden Ajeng Kartini yang merupakan seorang

tokoh penggerak Emansipasi Wanita (w. 1904 M).22

Kiai Sholeh Darat dapat dikatakan sebagai ulama yang produktif

dalam menghasilkan karya tulis. Mayoritas karyanya menggunakan

bahasa Arab pegon (al-lughah al-mariki). Hal ini disebabkan karena umat

Islam pada masa itu masih awam dengan bahasa Arab terlebih dalam

menyelami makna bahasa Arab yang ada di dalam Al-Qur`an. Hal

tersebut dikarenakan untuk memahaminya dibutuhkan beberapa ilmu

pelengkap, seperti Gramatika Arab (Nahwu, Sharaf, Manthiq, Balaghah,

dan „Arudh), Ilmu Hadis, Hadis, Ilmu Tafsir, Tafsir, Ushul Fiqih, Fiqih,

dan Tajwid. Dia bermaksud mengenalkan Islam kepada masyarakatnya

dengan bahasa yang dimengerti oleh mereka (Jawa) sebagaimana

Rasulullah Saw. mengenalkan Islam kepada umatnya di awal waktu,

yaitu bangsa Arab yang menggunakan bahasa Arab.23

Kitab-kitab karya Kiai Sholeh Darat (1820-1903 M) tidak hanya

diterbitkan di Nusantara, namun banyak yang dipublikasikan di luar

negeri seperti Singapura, Mesir, dan Bombay.24

Salah satu kitab tersebut

adalah kitab Tafsîr Faidh ar-Rahmân yang lahir pada awal abad 19

sebagai karya tafsir pertama di Jawa yang berbahasa Jawa, beberapa lama

sebelum tafsir al-Ibrîz karya Kiai Bisri Musthafa Rembang (w. 1977 M)

dan tafsir al-Iklîl karya Kiai Misbah Zainul Musthafa Bangilan (l. 1916

M) lahir.25

Tafsir ini merupakan kitab tafsir yang dihadiahkan oleh Kiai

21

M. Abdul Karim, “Syaiku al-Masyâyikh Ulama Jawi”, dalam pengantar Amirul

Ulum, KH. Muhammad Sholeh Darat al-Samarani, (Yogyakarta: Global Press, 2016) hal. xv-

xvii. 22

M. Abdul Karim, “Syaiku al-Masyâyikh Ulama Jawi”, dalam pengantar Amirul

Ulum, KH. Muhammad Sholeh Darat al-Samarani, hal xii. 23

M. Abdul Karim, “Syaiku al-Masyâyikh Ulama Jawi”, dalam pengantar Amirul

Ulum, KH. Muhammad Sholeh Darat al-Samarani, hal xiii.. 24

M. Abdul Karim, “Syaiku al-Masyâyikh Ulama Jawi”, dalam pengantar Amirul

Ulum, KH. Muhammad Sholeh Darat al-Samarani, hal xiii.. 25

Islah Gusmian, “Tafsir Al-Qur`an Bahasa Jawa, Peneguhan Identitas, Ideologi,

dan Politik”, dalam Jurnal Suhuf, Vol. 9 No. 1 Juni 2016, hal. 143.

Page 21: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

7

Sholeh Darat kepada Raden Ajeng Kartini (w. 1904 M) sebagai kado

pernikahannya dengan R.M. Joyodiningrat, seorang Bupati Rembang kala

itu.26

Melihat bahwa Kiai Sholeh Darat adalah figur sentral yang sangat

berpengaruh di zamannya, ditambah dengan munculnya gagasan Islam

Nusantara yang akhir-akhir ini menjadi diskursus yang ramai

diperbincangkan, bahkan menjadi nama salah satu jurusan atau

konsentrasi di Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Nahdhatul Ulama (STAINU)

Matraman, Jakarta (konsentrasi Islam Nusantara), juga lahirnya Islam

Nusantara Center Jakarta dan Pusat Kajian Naskah dan Khazanah Islam

Nusantara di Surakarta, maka penelitian terhadap naskah Tafsîr Faidh ar-

Rahmân merupakan salah satu bentuk apresiasi dan usaha untuk

melestarikan tradisi intelektual Nusantara. Di samping itu, penelitian

terhadap naskah Tafsîr Faidh ar-Rahmân semakin berarti jika melihat

kenyataan masih kurangnya perhatian dalam bentuk penelitian filologi

terhadap naskah kitab tafsir berbahasa Jawa pegon yang baru diterbitkan

dalam bentuk edisi cetak batu oleh Percetakan Muhammad Amin

Singapura tersebut. Fakta ini berdampak pada timbulnya kesulitan bagi

para pembaca publik non Jawa untuk mengkonsumsinya. Selain kendala

bahasa Jawa yang bukan merupakan bahasa nasional, kemungkinan salah

tulis dan redaksi yang susah dibaca juga menjadikan kajian filologi

terhadap naskah Tafsîr Faidh ar-Rahmân penulis anggap sangat

signifikan untuk dilakukan. Berangkat dari fakta tersebut, penulis

mencoba untuk concern membahas kajian filologi naskah Tafsîr Faidh

ar-Rahmân karya Kiai Sholeh Darat Semarang.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dari judul yang dibahas oleh penulis, ditemukan beberapa

masalah yang patut untuk dibahas, di antaranya:

a. Bagaimana edisi teks, transliterasi dan terjemahan naskah

Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya Kiai Sholeh Darat Semarang?

b. Bagaimana metode dan corak penafsiran Kiai Sholeh Darat

dalam Tafsîr Faidh ar-Rahmân?

c. Bagaimana ortodoksi tasawuf Kiai Sholeh Darat Semarang

mewarnai goresan pena-nya dalam Tafsîr Faidh ar-Rahmân?

d. Sejauh mana teologi dan sektarianisme Kiai Sholeh Darat

Semarang berpengaruh dalam penafsirannya?

26

Ibnu Hazen dkk., 100 Ulama dalam Lintas Sejarah Nusantara, (Jakarta: Lembaga

Ta‟mir Mesjid-PBNU, 2015), hal. 277. Baca juga M. Masrur, “Kyai Soleh Darat, Tafsir Faid

al-Rahmân dan R.A. Kartini”, dalam Jurnal at-Taqaddum, Vol. 4 No. 1 Juli 2012, hal. 22.

Page 22: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

8

e. Bagaimana sanad keilmuan Kiai Sholeh Darat dalam Tafsîr

Faidh ar-Rahmân?

f. Bagaimana pengaruh penafsiran Kiai Sholeh Darat dalam

Tafsîr Faidh ar-Rahmân terhadap keberagamaan, kehidupan

sosial serta keilmuan umat?

2. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus dan pembahasan tidak

menyimpang dari pokok masalah, maka penulis membatasi hanya

akan mengkaji poin pertama dari identifikasi masalah di atas dan

menitikberatkan pada teks naskah penafsiran QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7

dalam Tafsîr Faidh ar-Rahmân. Selain untuk memberi ruang bagi

peneliti-peneliti lain untuk melakukan penelitian yang sejenis, penulis

menilai bahwa urgensi kajian filologi QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7

terbangun atas beberapa alasan, yaitu:

a. Al-Fâtihah merupakan umm al-kitâb (induk Al-Qur`an) yang

menjadi inti dari keseluruhan isi Al-Qur`an.

b. Di dalam Al-Fâtihah terkandung makna ketauhidan yang

memperkenalkan siapa Allah Swt.

c. Al-Fâtihah adalah surat yang paling akrab di kalangan

Muslimin di mana surat ini didaras tiap hari minimal 17 kali.

3. Perumusan Masalah

Sebagai pijakan dasar dan sasaran yang harus dituju, penulis

akan mengarahkan pembahasan dengan rumusan:

“Bagaimana Edisi Teks, Transliterasi dan Terjemahan

Penafsiran QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 dalam Tafsîr Faidh ar-Rahmân

Karya Kiai Sholeh Darat Semarang?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini terbagi menjadi dua: tujuan akademis dan

tujuan umum. Secara akademis, tujuan penelitian ini adalah sebagai

syarat meraih gelar sarjana (S1) di Jurusan Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin IIQ Jakarta. Adapun secara umum, tujuan penulisan

skripsi ini adalah untuk menyajikan edisi teks, transliterasi, dan

terjemahan penafsiran QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 dalam Tafsîr Faidh ar-

Rahmân Karya Kiai Sholeh Darat Semarang.

Adapun manfaat atau kegunaan yang ingin dicapai dari karya tulis

ini adalah:

1. Memberikan kontribusi bagi pengembangan khazanah ilmu

pengetahuan khususnya dalam studi tafsir.

Page 23: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

9

2. Memberikan penjabaran terhadap Tafsîr Faidh ar-Rahmân QS.

Al-Fâtihah [1]: 1-7 sebagai teks klasik agar relevan dan mudah

dipahami sehingga bermanfaat bagi masyarakat luas.

D. Tinjauan Pustaka

Diakui bahwa karya yang secara langsung menjadikan Kiai

Sholeh Darat dan kitab tafsirnya, Faidh ar-Rahmân, sebagai objek

pembahasan bukan tidak ada sama sekali, bahkan bisa dikatakan

berlimpah, baik ilmiah maupun non ilmiah. Namun setelah dilakukan

penelitian kepustakaan, masih jarang karya intelektual yang disusun

secara akademis dan ilmiah yang berbincang tentang Tafsîr Faidh ar-

Rahmân dan penyusunnya, Kiai Sholeh Darat Semarang, dengan

menggunakan pendekatan filologis.

Sejauh ini, menurut pengamatan penulis, di antara mereka yang

meneliti naskah Tafsîr Faidh ar-Rahmân dan penyusunnya, Kiai Sholeh

Darat Semarang, yaitu:

M. Muchoyyar HS yang telah melakukan penelitian yang secara

spesifik mengkaji Tafsîr Faidh ar-Rahmân karya Kiai Sholeh Darat

Semarang dengan pendekatan filologis melalui Disertasi Doktoralnya

yang berjudul “KH. Muhammad Sholeh as-Samârânî: Studi Tafsîr Faidh

ar-Rahmân fî Tarjamah Tafsîr Kalâm Mâlik ad-Dayyân (Suntingan Teks,

Terjemah, dan Analisis Metodologi)”. Pembahasannya berkaitan dengan

hukum perkawinan, waris dan keluarga, masing-masing ayat 22, 7, dan 1

QS. An-Nisâ [4]. Dengan menggunakan pendekatan historis dan filologis,

Muchoyyar berusaha mengungkap metodologi tafsir Kiai Sholeh Darat

Semarang. Menurutnya, tafsir karya Kiai Sholeh Darat Semarang ini

termasuk tafsir tahlîlî yang bercorak sufi „amali atau sufi isyârî. Menurut

M. Muchoyyar HS, Kiai Sholeh Darat Semarang bukanlah penafsir

orisinal, tetapi mengutip dari karya ulama terdahulu baik dalam bentuk

syarh, hâsyiyah maupun tarjamah dengan mengambil bahan dari Tafsîr

Jalâlain karya al-Mahalli dan as-Suyûthî, Tafsîr Anwâr at-Ta`wîl wa

Asrâr at-Ta`wîl karya al-Baidhawi, Lubâb at-Ta`wîl fî Ma‟ânî at-Tanzîl

karya al-Khâzin, Tafsîr al-Kabîr karya ar-Râzî, Jawâhir at-Tafsîr,

Misykât al-Anwâr dan Ihyâ` „Ulûmuddîn karya al-Ghazâlî, serta Tafsîr al-

Qur`ân al-„Azhîm karya Ibnu Katsir. Selain itu, menurutnya, Kiai Sholeh

Darat Semarang mempunyai kemampuan ta`wil berdasarkan „Ulûm al-

Qur`ân, pendapat para hukum, ulama salaf, serta memasukkan tasawuf

sunni al-Ghazâlî dalam tafsirnya.27

Disertasi ini membatasi objek

penelitiannya hanya pada QS. An-Nisâ [4]: 1, 7 dan 22.

27

Muchoyyar HS, “Tafsîr Faidh ar-Rahmân fî Tarjamah Kalâm Mâlik ad-Dayyân

Karya Kiai Haji Muhammad Sholeh as-Samârânî (Studi Teks, Terjemah, dan Analisis

Page 24: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

10

Tulisan yang objeknya sama adalah skripsi dengan judul

“Epistemologi Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya KH. Shaleh Darat”, karya

Didik Saepuden (11530054), skripsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur`an

dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta. Dari penelitiannya diketahui bahwa Tafsîr Faidh

ar-Rahmân dituangkan dengan tulisan pegon (bahasa Jawa-huruf Arab)

yang terdiri dari dua jilid besar meliputi surat Al-Fâtihah hingga surat an-

Nisâ. Tafsir ini bersumber dari Al-Qur`an, hadis, dan kitab-kitab tafsir

klasik seperti Anwâr at-Ta`wîl wa Asrâr at-Ta`wîl karya al-Baidhawi,

Lubâb at-Ta`wîl fî Ma‟ânî at-Tanzîl karya al-Khâzin, Mafâtih al-Ghaib

karya ar-Râzî dan Madârik at-Tanzîl wa Haqâiq at-Ta`wîl karya an-

Nasafi. Uraian penafsiran secara eksetorik (zhâhir) dan esoterik (isyâri)

dituangkan berdasarkan tartib surat dan ayat dalam susunan mushaf yang

diakhiri dengan kalimat “ wa Allah a‟lam”. Menurutnya, Tafsîr Faidh ar-

Rahmân karya KH. Sholeh Darat menganut teori validitas pragmatisme

yang diaplikasikan dengan pembahasa-lokalan (vernakularisasi)

memakai tulisan pegon (bahasa Jawa-huruf Arab) sebagai bentuk

pembumian ajaran Al-Qur`an kepada masyarakat awam. Selain itu, tafsir

tersebut juga menganut teori koherensi (kesesuaian) antara proposisi awal

KH. Shaleh Darat dengan aktifitas penafsirannya, meskipun dalam kasus

sumber penafsiran secara esoterik (isyârî) KH. Sholeh Darat kurang

konsisten dalam perujukan sebagaimana dinyatakan dalam muqaddimah

Tafsîr Faidh ar-Rahmân. Dalam teori korespondensi, KH. Shaleh Darat

tidak mengaplikasikannya, mengingat penafsirannya terfokus pada corak

tasawuf/esoterik (isyârî).28

Selain itu, ditemukan karya ilmiah yang lahir dari pena Misbahus

Surur (64211009), Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam

Negeri Walisongo Semarang, dalam bentuk skripsi yang berjudul

“Metode dan Corak Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya Muhammad Sholeh

Ibn Umar as-Samarani (w. 1903 M)”. Menurutnya, dalam menafsirkan,

Kiai Sholeh Darat menggunakan metode ijmâlî dan penafsirannya

diwarnai oleh corak fiqih dan tasawuf.29

Pada tahun 2016 M, lahir skripsi dengan judul “Tafsie Esetorik

tentang Shalat menurut Kiai Sholeh Darat”, karya Ahmad Aly Kaysie

(12531155). Pembahasan dalam skripsi yang ditulis oleh Mahasiswa

Metodologi)”, Disertasi, (Yogyakarta: Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga, 2002),

hal. 144-149. 28

Didik Saepuden, “Epistemologi Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya KH. Sholeh

Darat”, Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015), hal. 113-115. 29

Misbahus Surur, “Metode dan Corak Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya Muhammad

Shaleh Ibn Umar as-Samârânî (1820-1903 M), Skripsi, (Semarang: Institut Agama Islam

Negeri Walisongo, 2011), hal. vi

Page 25: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

11

Jurusan Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran

Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut difokuskan pada

dinamika pemikiran Kiai Sholeh Darat tentang shalat, dan menjadikan

dua karyanya yaitu Tafsîr Faidh ar-Rahmân dan Lathâif ath-Thahârah

wa Asrâr ash-Shalâh sebagai objek penelitian. Menurut Kiai Sholeh

Darat, ketika melakukan shalat seseorang harus menghadirkan hati di

dalamnya. Kemudian berusaha menghadirkan ruh shalat yang ada enam,

di antaranya yaitu hadirnya hati, faham, ta‟zhim, haibah, raja`, dan

haya`. Pemikian Kiai Sholeh Darat dalam dua karya ini tidak jauh

berbeda. Perbedaan hanya terdapat pada perincian dan detailnya

penjelasan dari kedua kitab tersebut, akan tetapi masih dalam satu genre,

yaitu shalat yang mementingkan hadirnya hati dalam melakukannya.

Pemikiran ini dikatakan benar dengan mengacu pada teori koherensi

bahwa pemikirannya sesuai dan sejalan dengan pemahaman sebelumnya

serta konsisten dalam metodologinya.30

Pada tahun yang sama, lahir pula karya tulis dengan judul

“Geneologi dan Metodologi Tafsîr Faidh ar-Rahmân” yang dibidani oleh

Dwi Sa‟idah (09210359), Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Jurusan Ilmu

Al-Qur`an dan Tafsir IIQ Jakarta. Skripsi tersebut mengkaji tentang

geneologi dan sanad keilmuan Kiai Sholeh Darat yang bersambung

secara berurutan hingga kepada pengarang kitab maupun kepada

Rasulullah Saw. Selain memaparkan jalur transmisi murid-guru yang

dimiliki oleh Kiai Sholeh Darat, dalam penelitiannya, Dwi Sa‟idah juga

mengungkap metode Ijmalî dan corak Isyârî dan Fiqhi dalam Penafsiran

Kiai Sholeh Darat beserta aplikasinya secara umum.31

Dari sejumlah penelitian terhadap Tafsîr Faidh ar-Rahmân karya

Kiai Sholeh Darat Semarang yang pernah dilakukan, terlihat bahwa

kajian filologi terhadap kitab tafsir tersebut yang membatasi ruang

geraknya pada QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 belumlah mendapat perhatian dari

kalangan peneliti. Dengan demikian, hasil kajian terhadap penafsiran Kiai

Sholeh Darat atas QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 dalam Tafsîr Faidh ar-Rahmân

dengan sendirinya akan dapat mengisi sesuatu yang terlewatkan dalam

penelitian-penelitian yang pernah dilakukan terhadap tafsir ini.

30

Ahmad Aly Kaysie, “Tafsir Esoterik Tentang Shalat Menurut Kiai Sholeh Darat”,

Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2016), hal. 95-96. 31

Dwi Sa‟idah, “Geneologi dan Metodologi Tafsîr Faidh ar-Rahmân karya Kyai

Sholeh Darat , Skripsi. (Jakarta: Institut Ilmu Al-Qur1an Jakarta, 2016), hal. 177-185.

Page 26: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

12

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis merupakan jenis

penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian ini memiliki

karakteristik berikut: (1) data berupa dokumen yang bersifat alamiah,

(2) peneliti merupakan instrumen kunci dalam mengumpulkan data,

(3) pengambilan sampel ditetapkan secara purposive, (4) analisis data

secara induktif, dan (5) makna merupakan hal yang essensial.32

2. Sumber Data

Untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi ini, penulis

menggunakan sumber data yang relevan dengan tema skripsi. Adapun

sumber data-data primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

adalah Tafsîr Faidh ar-Rahmân fî Tarjamah Tafsîr Kalâm Mâlik ad-

Dayyân, juz 1, QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 karya Kiai Sholeh Darat

Semarang, yang diterbitakn oleh Percetakan Haji Muhammad Amin,

Singapura, pada 1309 H/1893 M.

Di samping sumber data primer, penulis juga akan

menggunakan sumber data sekunder, yaitu:

a. Buku-buku filologi, seperti Pengantar Teori Filologi karya

Siti Baroroh dkk, Naskah, Teks, dan Metode Penelitian

Filologi karya Nabilah Lubis, Filologi Indonesia: Teori dan

Metode karya Oman Fathurahman, dan lain-lain.

b. Buku-buku biografi tokoh Nusantara, seperti KH. Muhammad

Sholeh Darat al-Samarani, Maha Guru Ulama Nusantara

karya Amirul Ulum, 100 Ulama Dalam Lintas Sejarah Islam

Nusantara karya Ibnu Hazen dkk, Kiai Sholeh Darat dan

Dinamika Politik di Nusantara Abad XIX-XX M karya Taufiq

Hakim, dan lain-lain.

c. Buku-buku Tafsir dan Ilmu Tafsir, seperti Anwâr at-Tanzîl wa

Asr at-Ta`wîl karya al-Baidhawî, at-Tafsîr wa al-Mufassirûn

karya Muhammad Husain adz-Dzahabî, dan lain-lain.

d. Buku-buku Hadis, seperti Shahîh Muslim karya Abû al-Husain

Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyairi an-Naisabûrî, Sunan at-

Tirmidzî karya Abû „Îsâ Muhammad bin „Îsâ bin Saurah at-

Tirmidzî, dan lain-lain.

e. Buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan.

32

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan. Lihat Muhammad Ulinnuha, Rekonstruksi Metodologi

Kritik Tafsir, (Jakarta: Azzamedia, 2015), hal. 23

Page 27: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

13

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik

dokumentatif yang teraplikasikan dengan:

a. Mencari dan menentukan naskah yang akan dikaji. Dalam hal

ini, penulis mendapatkannya dalam bentuk PDF dari Ahmad

Ginanjar Sya‟ban, seorang filolog dari Jawa Barat. Ia

mendapatkan naskah tersebut dari archive.org, sebuah akun

Maktabah Tahmil/turats ulama Nusantara. Kopian naskah

cetak berhasil penulis dapatkan dari koleksi Islah Gusmian (l.

1973 M), pendiri Pusat Kajian Naskah dan Khazanah Islam

Nusantara Surakarta.

b. Menentukan metode penelitian naskah. Dalam hal ini, karena

penulis hanya menemukan satu jenis naskah untuk teks yang

ingin dikaji, maka dalam skripsi ini akan digunakan metode

edisi standar yang berusaha melakukan perbaikan dan

pelurusan teks, misalnya dengan mengadakan pembagian

alinea-alinea, pungtuasi, huruf besar dan kecil, dan membuat

interpretasi setiap bagian atau kata-kata yang memerlukan

penjelasan, sehingga teks tampak mudah dipahami oleh

pembaca modern.

c. Menetapkan teks yang akan dianalisis. Dalam hal ini, penulis

menetapkan penafsiran Kiai Sholeh Darat Semarang terhadap

QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 dalam Tafsîr Faidh ar-Rahmân

sebagai data yang dianalisis.

d. Membaca penafsiran QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 dalam Tafsîr

Faidh ar-Rahmân karya Kiai Sholeh Darat Semarang secara

mendalam dan menyeluruh.

e. Menentukan unit (unitisasi). Unitisasi ini –menurut Klaus

sebagaimana dikutip oleh Muhammah Ulinnuha– meliputi

penetapan unit-unit, memisahkan data menurut batas-

batasnya, dan mengidentifikasi data untuk analisis

berikutnya.33

f. Membuat catatan (recording) terhadap data yang telah

ditetapkan untuk dianalisis.

g. Menentukan metode analisis masing-masing unit.

h. Melakukan analisis dan membahas hasil analisis.

33

Muhammad Ulinnuha, Rekonstruksi Metodologi Kritik Tafsir, hal. 25.

Page 28: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

14

4. Metode Analisis Data

Karena objek penelitian ini adalah naskah, maka dalam

menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analitis

dengan bertumpu pada telaah filologis tradisionalis di mana tahapan-

tahapannya meliputi: (a) inventarisasi naskah, (b) deskripsi naskah,

(c) pengedisian teks, (d) transliterasi, dan (e) penerjemahan teks.

5. Teknik dan Sistematika Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ)

Jakarta (edisi revisi) yang diterbitkan oleh IIQ Press, tahun 2016.

Selanjutnya, untuk mempermudah penulisan, pembahasan

skripsi ini dibagi ke dalam lima bab. Satu bab pendahuluan, tiga bab

pembahasan inti, dan satu bab penutup.

Bab pertama, merupakan pendahuluan yang sejatinya adalah

semacam pengantar untuk memberikan prawacana kepada pembaca

tentang filologi dan urgensi penelitiannya atas naskah Tafsîr Faidh

ar-Rahmân. Karena itu, pembahasan bab ini pun dibagi menjadi

beberapa sub; mulai dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

sampai pada uraian tentang tinjauan pustaka terhadap karya terdahulu

dan metodologi penelitian serta teknik dan sistematika penulisan.

Bab kedua, bertajuk Sejarah Filologi. Bab ini sejatinya

merupakan landasan teori yang mengupas hal ihwal filologi; mulai

dari definisi, objek, tujuan dan fungsi filologi, sejarah

perkembangannya, dan hubungannya dengan ilmu-ilmu lain, hingga

berbagai metode penelitian teks.

Bab ketiga, berisi tentang potret kitab Tafsîr Faidh ar-

Rahmân. Bab ini diproyeksikan untuk mengidentifikasi objek

penelitian. Agar status kitab tergambar dengan jelas, maka bab ini

akan diawali dengan mendeskripsikan biografi singkat Kiai Sholeh

Darat Semarang sebagai penyusunnya, kemudian dilanjutkan dengan

menguraikan profil kitabnya, Tafsîr Faidh ar-Rahmân, mulai dari

sistematika, latar belakang penulisan, sumber rujukan, hingga metode

dan corak penafsiran.

Bab keempat merupakan inti penelitian yang menguraikan

tentang telaah filologis QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7, mulai dari edisi teks,

transliterasi dan terjemahannya, takhrij ayat dan hadis, serta syarh

(penjelasan) tentang tokoh, tempat, dan lain-lain.

Bab kelima merupakan penutup yang difokuskan pada

konklusi penelitian dan saran-saran yang direkomendasikan penulis

bagi para peneliti/penulis selanjutnya.

Page 29: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

149

BAB V

PENUTUP

A. Konklusi

Berdasarkan telaah filologis terhadap penafsiran QS. Al-Fâtihah

[1]: 1-7 dalam Tafsîr Faidh ar-Rahmân, sebuah karya tafsir Jawa pada

abad ke-19, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Kiai Sholeh Darat Semarang merupakan satu di antara pengarang

santri yang produktif dalam menghasilkan karya tulis. Jika dibandingkan

dengan karya tulis pengarang santri di zamannya, Tafsîr Faidh ar-

Rahmân karya Kiai Sholeh Darat Semarang memiliki karakteristik unik,

baik dari segi genre maupun isi. Dari segi genre, kitab tafsir tersebut (dan

bahkan seluruh karya Kiai Sholeh Darat Semarang yang lain) ditulis

dengan Arab Pegon (bahasa Jawa-tulisan Arab) dalam bentuk prosa,

sementara dari segi isi, karya tafsir Kiai Sholeh Darat Semarang ini sarat

dengan dimensi tasawuf, di samping dimensi fiqih, dengan memakai

metode penafsiran tahlîlî. Selain itu, gaya bahasa yang digunakan oleh

Kiai Sholeh Darat adalah dengan mengkombinasikan antara bahasa Jawa

Ngoko dan Kromo serta bahasa Arab yang terkadang diadopsi dari ayat

Al-Qur`an sehingga untuk memahaminya diperlukan pengetahuan tentang

ketiga bahasa tersebut disertai dengan kejelian melihat konteks kalimat.

Yang lebih unik, keutamaan surat Al-Fâtihah disajikan oleh Kiai Sholeh

Darat dalam bentuk tanya jawab antara hamba yang dhaif dengan Tuhan

yang Maha segalanya.

Dari edisi teks diketahui bahwa Kiai Sholeh Darat Semarang tidak

menggunakan sistematika penulisan dengan baik. Hal tersebut bisa dilihat

dari ketidakkonsisten-annya dalam meyusun huruf untuk membentuk

sebuah kata yang sama. Di samping itu, ia juga tidak membagi

pembahasan dalam alinea-alinea sesuai dengan pokok pikiran masing-

masing.

Adapun dari terjemahan teks penafsiran Kiai Sholeh Darat

terhadap QS. Al-Fâtihah [1]: 1-7 penulis menemukan 42 ayat dan 12

hadis tanpa disertai identitas, serta 11 nama tokoh dan 1 nama tempat

yang masih anonim sehingga penulis berusaha menjelaskan sesuai

kapabilitasnya dalam rangka memberikan totalitas pemahaman kepada

pembaca.

Page 30: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

150

B. Rekomendasi

Naskah Tafsîr Faidh ar-Rahmân merupakan peninggalan masa

silam yang sangat berharga sekaligus salah satu bagian penting dalam

perkembangan dunia tafsir Nusantara. Naskah yang memuat penafsiran

empat surat ini, menunggu tangan-tangan civitas akademika untuk

mengolah tiga surat yang tersisa, yakni Al-Baqarah, Âli Imran, dan an-

Nisâ, yang belum mampu penulis jangkau. Selain itu, analisis muatan

naskah Tafsîr Faidh ar-Rahmân juga penting untuk dikaji dan dibedah

khususnya oleh para peneliti di bidangnya. Demikian halnya dengan

sosok pengarang naskah, yaitu Kiai Sholeh Darat Semarang, latar

belakang dan konteks sejarah yang meliputi pada zaman pengarang hidup,

baik di Makkah maupun di Indonesia dengan segenap dinamikanya juga

sangat menarik untuk dijadikan objek penelitian, utamanya oleh para

peneliti sejarah, budaya dan agama. Oleh karena itu, penulis

merekomendasikan kepada para civitas akademika untuk melengkapi

penelitian yang belum tergarap tersebut sehingga Tafsîr Faidh ar-

Rahmân ini bisa memberi totalitas kemanfaatan bagi seluruh umat di

Nusantara.

Page 31: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

151

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Agustin, Risa, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Surabaya: Serba Jaya, t.t.

„Arabi, Ibnu, Fushûsh al-Hikam wa Ta‟lîqât „alaih, Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.

Armstrong, Amatullah, Sufi Terminology (al-Qâmûs as-Sûfî) The Mystical

Language of Islam, terj. M.S.Nashrullah dan Ahmad al-Baiquni dengan

judul Khazanah Istilah Sufi: Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, Bandung:

Mizan, 2000.

al-Ashbahâni, Abû Nu‟aim Ahmad bin Abdullah bin Ahmad bin Ishâq bin

Mûsâ bin Mahrân. Hilyatul Auliyâ wa Thabaqât al-Ashfiyâ. Mesir: as-

Sa‟âdah, 1974.

al-Baghdadi (al-Khâzin), Ali bin Muhammad bin Ibrahim, Lubâb at-Ta`wîl fî

M‟ânî at-Tanzîl, Mesir: Dâr al-Kutub al-„Qrabiyyah al-Kubrâ, t.t.

al-Baidhawi, Nâshiruddîn Abû Sa‟îd Abdullah bin Umar bin Muhammad

asy-Syairâzî. Tafsîr al-Baidhawi. Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyah,

1988.

Baried, Siti Baroroh dkk., Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Badan

Penelitian dan Publikasi Fakultas (BPPF) Seksi Filologi Fakultas

Sastra Universitas Gadjah Mada, 1994.

Behrend dan Pudjiastuti, Titik. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara

Jilid 3-B Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia dan Ecole Francaise D‟extreme-Orient, 1997.

Darat, Sholeh. Syarah al-Hikam terj. Miftahul Ulum dan Agustin Mufarohah.

Depok: Sahifa Publishing, 2016.

Djamaris, Edwar, Metode Penelitian Filologi, Jakarta: Manasco, 2002.

adz-Dzahabi, Muhammad Husein. at-Tafsîr wa al-Mufassirûn. Kairo:

Maktabah Wahbah, t.t.

al-Farmawi, Abdul Hayy. Metode Tafsîr Maudhu‟i. tej. Rosihon Anwar.

Bandung: Pustaka Setia, 2002.

Fathoni, Ahmad. Kaidah Qira`at Tujuh 1&2. Tangerang Selatan: Yayasan

Bengkel Metode Maisura & Pesantren Takhasus IIQ Jakarta, 2016.

Page 32: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

152

Fathurahman, Oman. Filologi Indonesia: Teori dan Metode. Jakarta:

Prenadamedia Group, 2015.

al-Fattahiyah, M. Ibrahim, Rahasia Sukses Belajar Pegon, Kediri: Harapan

Mandiri, 2014.

__________ dkk., Filologi dan Islam Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur

Keagamaan Badang Litbang dan diklat Kementerian Agama RI, 2010.

al-Ghazâlî, Abû Hâmid. Ihyâ`Ulumiddîn. t.tp.: Maktabah asy-Syurûq ad-

Dauliyah, t.t.

___________. Minhâj al-„Âbidîn, terj. Zakaria Adham dengan judul Wasiat

Imam Ghazali, Jakarta: Dârul Ulum Press, 1995.

Ghofur, Saiful Amin. Profil Para Mufasir Al-Qur`an. Yogyakarta: Pustaka

Insan Madani, 2008.

Gulen, Muhammad Fethullah, Tasawuf untuk Kita Semua, terj. Fuad

Syaifudin Nur, Jakarta: Republika, 2013.

Hakim, Taufiq. Kiai Sholeh Darat dan Dinamika Politik di Nusantara Abad

XIX-XX M. Yogyakarta: Institut of Nation Development Studies

(INDes), 2016.

Hoed, Benny Hoedoro. Penerjemahan dan Kebudayaan. Jakarta: Dunia

Pustaka Jaya, 2006.

al-Jâbiri, Muhammad „Âbid, Binyat al-„Aql al-„Arabi, Beirut: Markaz Dirâsât

al-Wahdah al-„Arabiyah, 2004.

al-Jamâl, Hasan. Hayât al-Aimmah. terj. M. Khaled Muslih dan Imam

Awaluddin dengan judul Biografi 10 Imam. Jakarta: Pustaka al-

Kautsar, 2008.

Jawad, M. Abdul dan A. Laiq, Panduan Praktis Menulis Pegon, Jawa Barat:

Mu‟jizat, 2017.

Katsîr, Ibnu, Tartîb wa Tahdzîb Kitâb al-Bidâyah wa an-Nihâyah, terj. Abu

Ihsan al-Atsari dengan judul Perjalanan Hidup Empat khalifah Rasul

yang Agung, Jakarta: Darul Haq, 2014.

Lubis, Nabilah. Naskah, Teks, dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta:

Yayasan Media Alo Indonesia, 2001.

Page 33: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

153

Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia,

Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.

Musa, Hashim Haji, Sejarah Perkembangan Tulisan Jawi, Kuala Lumpur:

Dewan Bahasa dan Pustaka, 1999.

an-Naisabûrî, Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyairi. Shahîh

Muslim. Kairo: Dâr al-Hadîts, 2010.

Noegraha, Nindya dkk. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia-EFEO, 1998.

Penyusun, Tim, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Brau Van Hoeve, 1993.

P. Voorhoeve, M. C. Ricklefs and Annabel The Gallop. Indonesian Manuscripts in

Great Britain: a Catalogue of Manuscripts in Indonesian Languages in

British Public Collections. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014.

al-Qazwînî, Ibnu Mâjah Abu Abdillah Muhammad bin Yazîd. Sunan Ibnu

Mâjah. tt.p.: Dâr Ihyâ‟ al-„Arabiyah, t.t.

al-Qusyairy, Abu Qasim, ar-Risâlah al-Qusyairiyah fî „Ilm at-Tashawwuf,

Beirut: Dâr al-Mahajjah al-Baidha`, 2008.

_________. Lathâif al-Isyârât = Tafsîr al-Qusyairy, Mesir: al-Hai`ah al-

Mishriyah al-„Âmmah li al-Kitâb, t.t.

ar-Rahman, Tim, Ensiklopedia 25 Nabi dan Rasul, Jakarta: Emir, 2017.

ar-Râzî, Muhammad Fakhr ad-Dîn ibn al-„Allâmah Dhiyâ` ad-Dîn Umar al-

Musytahar bi Khathîb ar-Rây, Tafsîr al-Fakhr ar-Râzî al-Musytahar

bi at-Tafsîr al-Kabîr wa Mafâtih al-Ghaib, Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.

Ronkel, Van. Supplement to the Catalogue of Arabic Manuscripts in The

Museum of Batavia Society of Arts and Sciences. Batavia: Albrecht,

1913.

Rifa‟i, A. Bachrun dan Hasan Mud‟is. Filsafat Tasawuf. Bandung: Pustaka

Setia, 2010.

Saktimulya, Sri Ratna. Katalog Naskah-naskah Perpustakaan Pura

Pakualaman. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.

Page 34: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

154

as-Samarani, Abu Ibrahim Muhammad Sholeh bin Umar. Tafsîr Faidh ar-

Rahmân fî Tarjamah Tafsîr Kalâm Mâlik ad-Dayyân. Singapura:

Percetakan Haji Muhammad Amin, 1893.

_________. Lathâif ath-Thahârah. Semarang: Karya Toha Putra, t.t.

Shihab, M. Quraish, Tafsîr al-Mishbâh: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-

Qur`an, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Sholihin, M. Tokoh-tokoh Sufi Lintas Zaman. Bandung: Pustaka Setia, 2003.

as-Sijistânî, Abû Dâwûd Sulaiman bin al-Asy‟ats. Sunan Abî Dâwûd. tt.p.:

Dâr al-Fikr, t.t.

asy-Syaibani, Ahmad bin Hanbal Abdullah. Musnad al-Imâm Ahmad bin

Hanbal. Kairo: Muassasah Cordova, t.t.

ath-Thûsi, Abu Nashr as-Sarrâj, al-Luma‟: Rujukan Lengkap Ilmu Tasawuf,

terj. Wasmukan dan Samson Rahman, Surabaya: Risalah gusti, 2002.

Tjadrasasmita, Uka, Kajian Naskah-naskah Klasik dan Penerapannya bagi Kajian

Sejarah Islam di Indonesia, Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan

Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2006.

Ulum, Amirul. KH. Muhammad Sholeh Darat al-Samarani: Maha Guru

Ulama Nusantara. Yogyakarta: Global Press, 2016.

Zahri, Mustafa, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya: Bina Ilmu, 2007.

Skripsi, Tesis, dan Disertasi:

Anasom. “KH. Saleh bin Umar dan Pondok Pesantren Darat”, petikan dari

Anasom, “Dakwah Islam di Semarang Akhir Abad XIX: Telaah

Historis terhadap Rijal al-Dakwah”. Tesis. Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada, 2003.

Faiqoh, Lilik, “Vernakularisasi dalam Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya KH.

Sholeh Darat al-Samarani”. Tesis. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,

2017.

HS, Muchoyyar. “KH. Muhammad Shâlih al-Samârânî: Studi Tafsir Faidh

ar-Rahmân fî Tarjamah Tafsîr Kalâm Mâlik ad-Dayyân”. Disertasi.

Yogyakarta: PPS IAIN Sunan Kalijaga, 2002.

Page 35: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

155

Islam, Adib Misbachul. “Syaikh Yusuf Makassar: Sirru al-Asrâr (Suntingan

Teks dan Analisis Isi)”, Tesis, Depok: Universitas Indonesia, 2005.

_________. “Nazam Tarekat Karya KH. Ahamad ar-Rifai Kalisalak: Kajian

Tekstual dan Kontekstual Pesantren Jawa Abad ke-19”. Disertasi.

Depok: Universitas Indonesia, 2014.

Kaysie, Ahmad Aly, “Tafsir Esoterik Tentang Shalat Menurut Kiai Sholeh

Darat”, Skripsi, Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,

2016.

Munir, Ghazali. Pemikiran Kalam Muhammad Sâlih Darat as-Samârânî

(1920-1903). Disertasi. Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN

Sunan Kalijaga, 2007.

Sa‟idah, Dwi. “Genealogi dan Metodologi Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya

Kyai Shaleh Darat”. Skripsi. Jakarta: Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ)

Jakarta, 2016.

Saepudin, Didik. “Epistimologi Tafsir Faidh al-Rahmân Karya KH. Shaleh

Darat”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,

2015.

Salim, Abdullah. “Majmû‟at al-Syari‟at al-Kaifiyat li al-„Awam Karya Kiai

Saleh Darat: Suatu Kajian Terhadap Fikih Berbahasa Jawa Akhir

Abad Ke-19”. Disertasi. Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 1994.

Surur, Misbahus. “Metode dan Corak Tafsîr Faidh ar-Rahmân Karya

Muhammad Shaleh Ibn Umar as-Samârânî (1820-1903 M)”. Skripsi.

Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2011.

Sya‟ban, Ahmad Ginanjar. “Naskah “Risâlah fî „Ilâj al-Sumûm” Karya

Moses Maimonides (Kajian Filologi, Toksikologi, dan Sastra Yahudi-

Arab”. Tesis. Bandung: Program Ilmu Sastra FIB Universitas

Padjajaran, 2015.

Jurnal:

Gusmian, Islah, “Tafsir Al-Qur`an Bahasa Jawa, Peneguhan Identitas,

Ideologi, dan Politik”, dalam Jurnal Suhuf, Vol. 9 No. 1 Juni 2016.

Masrur, M. “Kyai Soleh Darat, Tafsir Faid al-Rahmân dan RA. Kartini”,

dalam Jurnal at-Taqaddum. Vol. 4 No. 1 Juli 2012.

Page 36: TAFSÎR FAIDH AR-RAHMÂN - IIQ

156

Mu‟jizah. “Kajian Filologi dalam Pernaskahan Melayu”. Journal Lektur

Keagamaan, Vol. 7 No. 2 Desember 2004.

Umam, Saiful. “God‟s Mercy is not Limited to Arabic Speakers: Reading

Intellectual Biography of Muhammad Salih Darat and His Pegon

Islamic Texts”. Jurnal Studia Islamika, Vol. 20 No. 2 Agustus 2013.

Internet:

https://haqisadewa.blogspot.co.id/2012/08/istilah-karakteristik-kitab-kitab.

html (diakses pada 16 Juli 2017)