T1_232010197_Full text.pdf

36
1 KEPEDULIAN DAN PENGETAHUAN PELAKU BISNIS MENGENAI KONSEP GREEN ACCOUNTING (Studi Kasus pada Laundry di Kota Salatiga) Oleh : CHIQUITA YULIANI NIM : 232010197 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014

Transcript of T1_232010197_Full text.pdf

Page 1: T1_232010197_Full text.pdf

1

KEPEDULIAN DAN PENGETAHUAN PELAKUBISNIS MENGENAI KONSEP GREEN ACCOUNTING

(Studi Kasus pada Laundry di Kota Salatiga)

Oleh :

CHIQUITA YULIANINIM : 232010197

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan BisnisGuna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk MencapaiGelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNISPROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISUNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA2014

Page 2: T1_232010197_Full text.pdf

v

Page 3: T1_232010197_Full text.pdf
Page 4: T1_232010197_Full text.pdf
Page 5: T1_232010197_Full text.pdf

2

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISUNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Jalan Diponegoro 52 -60Telp. (0298) 321212, 311881

Fax. (0298) 321433, 311881Homepage : www.uksw.edu

Email : [email protected]

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS KERTASKERJA

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Chiquita Yuliani

NIM : 232010197

Program Studi : Akuntansi

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kertas kerja :

Judul : Kepedulian dan Pengetahuan Pelaku BisnisMengenai Konsep Green Accounting (StudiKasus pada Pelaku Bisnis Laundry di Kota Salatiga)

Pembimbing : Like Soegiono SE,M.Si

Tanggal diuji : 24 Januari 2014

adalah benar-benar karya Saya.

Di dalam kertas kerja ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisanatau gagasan orang lain yang Saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalambentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisansaya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Salatiga,

Chiquita Yuliani

ii

Page 6: T1_232010197_Full text.pdf

3

HALAMAN MOTTO

KEHIDUPAN ADALAH SUATU

PENUGASAN SEMENTARA-The Purpose Driven Life-

ii

Page 7: T1_232010197_Full text.pdf

4

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur saya persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas penyertaan dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan kertas kerja ini.

Kertas kerja ini dapat terselesaikan atas bantuan dari pihak-pihak yang

telah memberikan dukungan dan dorongan bagi penulis. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah menyertai dan memberikan anugerah yang

begitu besar

2. Orang tua yang selalu memberkan ssegenap doa, kasih sayang, serta

dukungannya.

3. Ibu Like Soegiono SE,M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

selalu memberi nasehat, arahan dan petunjuk kepada penulis.

4. Seluruh pengajar dan staff pegawai FEB UKSW yang telah memberikan ilmu

dan pengetahuan kepada penulis selama menempuh studi.

5. Seluruh laundry di Kota Salatiga yang sudah terlibat dalam pengisian

kuisioner.

6. Sahabat penulis selama berkuliah, Meida Adytia, Georgi, Gaby, Kristin,

Arum, Ichi, Joko, Jennifer, Pipin, Rienda, Tomy serta teman-teman yang

tidak dapat saya sebut satu persatu. Terima kasih atas persahabatan, masukan

dan kebersamaan selama ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas

semua bantuannya.

Salatiga, 6 Januari 2014

Penulis

iv

Page 8: T1_232010197_Full text.pdf

5

ABSTRACT

The emergence of a new concept of Green accounting in Indonesia have startedto be applied in some major industries in Indonesia for example is PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Many green movements in various sectorsespecially the business sector, this is not a foreign thing again. Implementation ofthe responsibilities of his surroundings will be one important thing, especially forthe business person who in running its business activities generate wastes thathave a major impact to the surroundings.

One of the businessmen that produce waste in running its business activities is thelaundry. The laundry wastes was soapy water from the rest of the washing clothesif not channeled properly it will negatively impact the surrounding environment.In this study samples taken is laundry in the town of Salatiga using snowballsampling. Laundry already has a lot of concern and awareness of the surroundingenvironment. But only some of the laundry that has knowledge of theenvironmental cost which is one of the responsibilities of its business activities.Then it takes the existence of socialization about the concept of green accounting,so that not only the big industry that can apply it but also small and mediumenterprises such as laundry.

Keywords: Green accounting, Environmental cost

v

Page 9: T1_232010197_Full text.pdf

6

SARIPATI

Munculnya konsep baru mengenai Green accounting di Indonesia sudah mulaiditerapkan di beberapa industri besar di Indonesia seperti yang diterapkan oleh PTIndocement Tunggal Prakarsa Tbk. Banyaknya gerakan “hijau” di berbagai sektorkhususnya sektor bisnis ini bukan menjadi hal yang asing lagi. Penerapanmengenai tanggung jawab akan lingkungan sekitar usahanya menjadi salah satuhal penting, khususnya untuk para pelaku bisnis yang dalam menjalankankegiatan usahanya menghasilkan limbah yang berdampak besar bagi sekitarnya.

Salah satu pelaku bisnis yang menghasilkan limbah dalam menjalankan kegiatanusahanya adalah laundry. Limbah yang dihasilkan laundry tersebut adalah airsabun dari sisa mencuci pakaian yang jika tidak dialirkan dengan baik akanberdampak negatif bagi lingkungan sekitarnya. Dalam penelitian ini sampel yangdiambil adalah laundry di Kota Salatiga dengan menggunakan metode snowballsampling. Banyak laundry yang sudah memiliki kepedulian dan kesadaran akanlingkungan sekitarnya. Namun hanya beberapa laundry yang memilikipengetahuan akan biaya lingkungan yang merupakan salah satu tanggung jawabdari kegiatan usahanya. Maka dibutuhkan adanya sosialisasi mengenai konsepgreen accounting, agar bukan hanya industri besar yang dapat menerapkannyanamun juga usaha kecil menengah seperti laundry.

Kata Kunci : Green accounting, Biaya Lingkungan

vi

Page 10: T1_232010197_Full text.pdf

7

1. PENDAHULUAN

Saat ini Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mempunyai peranan

yang cukup besar bagi perkembangan perekonomian, karena dengan

berkembangnya UMKM dapat menciptakan kesempatan usaha dan perluasan

kesempatan kerja. Namun semakin pesatnya perkembangan UMKM tersebut

maka akan semakin besar juga interaksi dengan lingkungan sekitarnya.

Salah satu UMKM yang cukup banyak dijumpai di Kota Salatiga adalah

kegiatan jasa pencucian (laundry). Usaha Laundry yang menjadi objek

penelitian termasuk ke dalam jenis usaha mikro hal ini karena dalam usaha

tersebut memiliki rata-rata omzet dibawah 300 juta/tahun. (UU No. 20 Tahun

2008 Tentang UMKM). Laundry merupakan salah satu jenis UMKM yang

bergerak dalam bidang jasa dengan menawarkan jasa mencuci dan menyetrika

pakaian. Munculnya usaha dalam bidang jasa ini sebenarnya memiliki manfaat

yang baik bagi masyarakat, khususnya dalam segi ekonomi akan tetapi

pertumbuhan kegiatan laundry ini tidak diikuti dengan pengelolaan air limbah

yang baik sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

(Wandhana, 2013)

Orientasi terhadap laba atau keuntungan yang besar, menjadikan banyak

UMKM khususnya laundry mulai mengesampingkan pentingnya tanggung jawab

akan limbah yang dihasilkan tersebut. Limbah air cucian laundry mengandung

banyak senyawa kimia baik organik maupun anorganik yang senyawa-

senyawanya dapat membahayakan lingkungan (Cahyaningsih et al. 2013).

Page 11: T1_232010197_Full text.pdf

8

Dampak negatif terhadap lingkungan ini tentu saja menjadi salah satu tanggung

jawab dari laundry tersebut.

Pengelolaan limbah dari laundry tentu akan menambah biaya dalam

kegiatan operasional laundry. Biaya dalam pengelolaan limbah tersebut

memerlukan biaya tersendiri yang disebut sebagai biaya lingkungan. Biaya

lingkungan adalah biaya yang timbul karena adanya dampak buruk terhadap

lingkungan, disebabkan oleh badan usaha karena menyediakan jasa atau produk

yang berhubungan dengan lingkungan. (Burritt et al. 2003)

Biaya lingkungan menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan oleh para

pelaku bisnis khususnya UMKM. Namun masih rendahnya kesadaran di kalangan

UMKM untuk meminimalisir dampak lingkungan yang muncul dari proses

kegiatan usaha yang dilakukan menjadi salah satu kendala yang harus dihadapi

oleh UMKM khususnya laundry dalam menyediakan jasa yang ramah lingkungan.

Banyaknya gerakan peduli lingkungan (green movement) yang melanda

dunia, akuntansi mulai menginternalisasi berbagai eksternalitas yang muncul

sebagai konsekuensi proses industri, sehingga lahir istilah green accounting.

Dengan berfokus pada peningkatan lingkungan sosial, akuntansi mengisi peran

dan harapan, untuk mengukur kinerja lingkungan. (Assyura, 2010)

Green accounting relatif baru dan berkembang. Namun, di Malaysia green

accounting masih berada di tahap awal, karena pelaksanaan green accounting di

organisasi kecil seperti UMKM di Malaysia masih diabaikan. Hal ini dikarenakan

Page 12: T1_232010197_Full text.pdf

9

beberapa UMKM masih kurang kesadaran serta kurangnya pendidikan hijau.

(Moorthy dan Yacob, 2013 : 2)

Pada abad ke-21, dengan adanya kesadaran konsumen akan menciptakan

lingkungan yang hijau, pelaku bisnis lebih diharapkan untuk menyelaraskan bisnis

strategi-strategi dengan adanya inisiatif lingkungan. Pelaku bisnis harus sadar

akan lingkungan telah menemukan bahwa mereka dapat menghasilkan strategi

bisnis untuk membantu mereka mengurangi jejak karbon mereka,

meminimalisasikan dampak kepada lingkungan, membuat penggunaan terbaik

dari sumber daya alam , menjadi lebih hemat energi, mengurangi biaya, dan

menunjukkan tanggung jawab sosial. (Moorthy dan Yacob, 2013 : 2)

Berfokus pada permasalahan lingkungan yang semakin kompleks, maka

diperlukannya peranan dari UMKM yang ada di Indonesia untuk dapat ikut andil

dalam mewujudkan konsep green accounting. Dalam penelitian ini peneliti ingin

meneliti salah satu daerah di Indonesia terutama UMKM laundry yang ada di

sekitar daerah Kota Salatiga - Jawa Tengah untuk dapat ikut serta dalam

menyelesaikan permasalahan lingkungan tersebut.

Berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan UMKM (Usaha Mikro Kecil

Menengah) Provinsi Jawa Tengah, diperoleh data jumlah UMKM di Jawa Tengah

tahun 2013 secara keseluruhan adalah 88.505 unit. Dengan rincian pada tabel 1.1

dibawah ini.

Page 13: T1_232010197_Full text.pdf

10

Tabel 1.1Data Series UMKM Provinsi Jawa Tengah

Deskripsi Data Satuan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah UMKM Unit 52.892 64.294 65.878 67.616 70.222 80.583 88.505Produksi/NonPertanian

Unit 16.343 20.343 20.682 21.205 23.374 26.171 29.486

Pertanian Unit 6.909 8.305 9.385 9.775 10.097 13.242 15.209Perdagangan Unit 23.401 28.007 28.172 28.247 28.362 32.055 33.571Jasa Unit 6.239 7.639 7.639 8.389 8.389 9.115 10.239Sumber Data: http://dinkop-umkm.jatengprov.go.id/

Sumber Data : http://dinkop-umkm.jatengprov.go.id/

Gambar 1.1Jumlah UMKM Jawa Tengah Bidang Jasa

Laundry merupakan bagian dari UMKM yang bergerak pada bidang jasa,

sehingga di dalam gambar1.1 dapat dilihat bahwa hampir setiap tahunnya UMKM

jasa mengalami pertumbuhan yang besar. Pertumbuhan ini juga dapat dilihat pada

laundry yang ada di Kota Salatiga. Secara kasat mata, banyaknya usaha laundry

yang terus bertambah setiap tahunnya salah satunya dikarenakan karena terus

bertambahnya jumlah mahasiswa di Kota Salatiga. Kemudian juga karena

kurangnya adanya fasilitas untuk mencuci pakaian dari setiap kost yang ada di

Page 14: T1_232010197_Full text.pdf

11

Kota Salatiga. Sehingga usaha laundry di Kota Salatiga ini menjadi salah satu

bentuk usaha yang memiliki potensial yang cukup tinggi.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas penelitian ini

mengambil masalah penelitian mengenai kepedulian dan pengetahuan pelaku

bisnis laundry di Salatiga mengenai konsep green accounting. Permasalahan

tersebut diuraikan dalam dua persoalan yaitu:

a. Bagaimana pengetahuan biaya lingkungan dan green accounting pada

UMKM laundry yang ada di Kota Salatiga – Jawa Tengah?

b. Bagaimana UMKM laundry yang ada di Kota Salatiga menyikapi biaya

lingkungan dan green accounting tersebut?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan biaya

lingkungan dan green accounting pada UMKM laundry yang ada di Kota

Salatiga – Jawa Tengah dan juga untuk mengetahui UMKM laundry yang ada di

Kota Salatiga – Jawa Tengah dalam menyikapi adanya biaya lingkungan dan

green accounting. Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah memberikan

pemahaman tentang pengetahuan dan kepedulian biaya lingkungan dan green

accounting yang ada di UMKM laundry Kota Salatiga– Jawa Tengah dan bagi

UMKM laundry Kota Salatiga– Jawa Tengah. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan gambaran mengenai pengetahuan biaya lingkungan dan green

accounting termasuk dalam kepeduliannya.

Page 15: T1_232010197_Full text.pdf

12

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Green accounting

Dalam dunia bisnis saat ini bukan hanya berbicara tentang cara menjual

produk atau pelayanan ke pelanggan. Dalam evolusi cepat sebuah usaha harus

memiliki seperangkat aturan umum untuk dapat memfasilitasi perdagangan. Pada

saat yang sama, aturan ini harus cukup fleksibel untuk dapat diterapkan pada

perusahaan-perusahaan di seluruh dunia.

Sebuah perusahaan harus mampu menunjukkan manajemen bisnis yang

sehat yang meliputi kepedulian terhadap lingkungan (Guertler, 2001). Namun

kebanyakan perusahaan akan mempertimbangkan biaya dan manfaat yang akan

diperoleh ketika mereka memutuskan untuk mengungkapkan informasi sosial.

Bila manfaat yang akan diperoleh dengan pengungkapan informasi tersebut lebih

besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk mengungkapkannya maka

perusahaan akan dengan sukarela mengungkapkan informasi tersebut.

Menurut Assyura, 2010, “green accounting adalah jenis akuntansi

lingkungan yang menggambarkan upaya untuk menggabungkan manfaat

lingkungan dan biaya ke dalam pengambilan keputusan ekonomi atau suatu hasil

keuangan usaha.” Green accounting menggambarkan upaya untuk

menggabungkan manfaat lingkungan dan biaya ke dalam pengambilan keputusan

ekonomi.

Menurut Ikhsan dalam Rustika (2011), tujuan dari green accounting

adalah mengidentifikasi, mengumpulkan, menghitung dan menganalisis materi

dan energi yang terkait biaya; pelaporan internal dan menggunakan informasi

Page 16: T1_232010197_Full text.pdf

13

tentang biaya lingkungan; menyediakan biaya-biaya lain yang terkait, informasi

dalam proses pengambilan keputusan, dengan tujuan untuk mengadopsi keputusan

yang efisien dan berkontribusi perlindungan lingkungan. Keberhasilan green

accounting tidak hanya tergantung pada ketepatan dalam menggolongkan semua

biaya-biaya yang dibuat perusahaan. Akan tetapi kemampuan dan keakuratan data

green accounting dalam menekan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari

aktivitas perusahaan.

The International Federation of Accountants membahas green accounting

sebagai "pengelolaan kinerja lingkungan dan ekonomi melalui pengembangan dan

implementasi lingkungan terkait sistem menghitung dan praktek yang tepat,

sementara ini mungkin termasuk pelaporan dan audit di beberapa perusahaan,

green accounting biasanya dapat melibatkan untuk siklus biaya, akuntansi biaya

penuh, penilaian manfaat dan perencanaan strategis pengelolaan lingkungan" .

Selain itu, Divisi PBB untuk Sustainable Development menekankan bahwa sistem

green accounting digunakan untuk pengambilan keputusan internal, dan informasi

tersebut dapat berupa fisik atau moneter. Sekalipun, Amerika Serikat Environment

Protection Agency menganggap bahwa “pentingnya fungsi green accounting

adalah untuk membawa biaya lingkungan menjadi perhatian para pemangku

kepentingan perusahaan yang mungkin dapat menjadi motivator untuk

mengidentifikasi cara-cara untuk mengurangi atau menghindari biaya tersebut

sementara pada saat yang sama meningkatkan kualitas lingkungan." Bahkan,

sistem green accounting memiliki fungsi ganda yaitu mengelola dan

Page 17: T1_232010197_Full text.pdf

14

meningkatkan kinerja lingkungan keuangan suatu entitas. (Moorthy dan Yacob,

2013 : 2)

2.2 Biaya Lingkungan

Biaya lingkungan adalah dampak yang timbul dari sisi keuangan maupun

non keuangan yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang

mempengaruhi kualitas lingkungan. (Arfan, 2008 : 13). Menurut Hansen dan

Mowen (2007) biaya lingkungan diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Enviromental Prevention Cost (Biaya Pencegahan)

Biaya untuk mencegah aktivitas produksi dan limbah yang dapat menyebabkan

kerusakan lingkungan.

Contoh : evaluasi dan seleksi supplier.

2. Enviromental Detection Cost (Biaya Deteksi)

Biaya untuk menentukan apakah produk, proses dan kegiatan lainnya dalam

badan usaha telah sesuai dengan standar lingkungan yang berlaku.

Contoh : memeriksa produk dan proses.

3. Enviromental Internal Failure Cost (Biaya kegagalan internal)

Biaya yang terjadi dari aktivitas kontaminasi limbah yang di produksi, tetapi

belum memberi dampak pada lingkungan (masih dalam badan usaha).

Contoh : biaya mendaur ulang hasil limbah.

4. Enviromental External Failure Cost (Biaya kegagalan eksternal)

Biaya yang digunakan setelah adanya pemakaian limbah yang mengganggu

lingkungan sekitar. Terjadi dari aktivitas kontaminasi dan limbah yang di

produksi telah mencapai lingkungan (keluar dari badan usaha).

Page 18: T1_232010197_Full text.pdf

15

Contoh : biaya ganti rugi atas complain pelanggan. (Farida, 2013:3)

3. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini dibutuhkan sejumlah data yang relevan. Jenis data

yang digunakan didalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh

dengan cara membagikan kuisioner yang berisi mengenai preferensi kepentingan

laundry, kepedulian laundry terhadap lingkungan, kesadaran atas biaya

lingkungan, pengetahuan biaya, pengetahuan biaya lingkungan dan gaya

pengeluaran individu. Kuisioner tersebut dibagikan kepada UMKM laundry

yang ada di Kota Salatiga dan wawancara kepada pemilik atau pengelola laundry

tersebut. Sedangkan untuk sumber data dari penelitian ini yaitu jenis usaha jasa

laundry yang ada di Kota Salatiga.

Kemudian untuk variabel yang digunakan dalam peneitian ini adalah

kepedulian dan pengetahuan. Kepedulian menurut Meliseh (2002) adalah salah

satu hasil perhatian dari suatu peristiwa atau proses belajar yang terjadi secara

alami. Kepedulain terhadap lingkungan diungkapkan dalam bentuk ungkapan

verbal dan perilaku (tindakan nyata). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003 :

16), pengetahuan (knowledge) adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga

mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh UMKM laundry yang ada di

daerah Kota Salatiga. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 50 jenis

usaha laundry yang ada di Kota Salatiga. Sampel diambil dengan menggunakan

Page 19: T1_232010197_Full text.pdf

16

metode snowball sampling. Metode ini digunakan karena dalam mencari data

dalam penelitian ini dilakukan secara berantai (multi level). Pertama menyebar

kuisoner ke satu tempat laundry, kemudian bertanya kepada laundry tersebut

dimana terdapat laundry yang lainnya.Sehingga ukuran sampel tersebut akan

semakin besar. Dalam penelitian ini, langkah analisis yang dilakukan adalah :

1. Menginput data dari hasil kuisioner yang telah disebar.

2. Melakukan skoring terhadap data.

3. Identifikasi urutan preferensi.

4. Identifikasi data pada sub pertanyaan kepedulian terhadap lingkungan,

kesadaran biaya lingkungan, pengetahuan biaya, pengetahuan biaya

lingkungan, dan gaya pengeluaran individu. Untuk setiap jawaban dari sub

pertanyaan tersebut diberikan skor 1 = sangat tidak setuju, skor 2 = tidak

setuju, skor 3 = kurang setuju, skor 4 = netral, skor 5 = cukup setuju, skor 6 =

setuju, dan skor 7 = sangat setuju.

5. Menganalisis hasil dari setiap identifikasi yang telah dilakukan pada setiap

sub pertanyaan.

6. Mengambil kesimpulan dari setiap hasil analisis yang dilakukan per sub

pertanyaan.

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskritif Responden

Dari jumlah sampel sebanyak 50 para pengusaha jasa laundry yang

diambil dengan menggunakan metode snowball sampling di Kota Salatiga,

Page 20: T1_232010197_Full text.pdf

17

sebanyak 21 responden memiliki kisaran usia dari 30-40 tahun. Usia ini

merupakan usia yang produktif. Selain itu pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa lebih

dari setengah pengusaha jasa laundry adalah wanita.

Tabel 4.1Deskriptif Responden

Deskripsi JumlahUsia 20-29 9

30-39 2140-49 16

4Total 50

Jenis Kelamin Pria 21Wanita 29

Total 50Sumber Data : Hasil Olahan November 2013

Kondisi ini dimungkinkan karena mencuci dan menyetrika pakaian,

umumnya dilakukan oleh wanita. Menurut beberapa pengusaha jasa laundry yang

dikelola oleh wanita ini juga dikarenakan usaha laundry yang dilakukan bukan

sebagai pekerjaan utama namun hanya sekedar pekerjaan sampingan.

4.2 Preferensi Kepentingan

Untuk preferensi kepentingan terdapat 6 komponen preferensi yang

diambil, yaitu : limbah, produk/jasa ramah lingkungan, kualitas, biaya usaha

rendah, jasa, dan omzet. Tujuan dari preferensi kepentingan ini adalah untuk

mengetahui komponen mana yang menjadi prioritas utama dari pengusaha

laundry di Kota Salatiga.

Page 21: T1_232010197_Full text.pdf

18

Sumber Data : Hasil Olahan November 2013

Gambar 4.1Preferensi Kepentingan

Berdasarkan dari gambar diatas dapat dilihat untuk tingkat preferensi

kepentingan, lebih dari 60% responden mengatakan bahwa kualitas produk/jasa

yang diberikan merupakan prioritas penting yang harus diberikan kepada para

pelanggan laundry. Hal ini dimungkinkan karena adanya persaingan yang ketat

Page 22: T1_232010197_Full text.pdf

19

dalam usaha laundry di Kota Salatiga, sehingga dalam usaha jasanya para

pengusaha laundry lebih mementingkan kualitas jasanya untuk mendapatkan

kepercayaan dari konsumen.

Berdasarkan hasil analisis, tidak ada satu narasumber yang memberikan

nomer urut kepentingan pertama pada kolom produk/jasa yang ramah lingkungan.

Hal ini dimungkinkan karena para pengusaha jasa laundry merasa bahwa memang

produk yang mereka berikan memang tidak mencemari lingkungan. Karena

beberapa responden memberikan pendapat bahwa limbah yang dihasilkan tersebut

merupakan sama halnya dengan limbah-limbah yang dihasilkan oleh rumah

tangga pada umumnya. Sehingga mereka merasa bahwa hal tersebut bukan

menjadi prioritas utama.

Untuk tingkat preferensi kepentingan dengan urutan terakhir, 38 %

responden pengusaha laundry menuliskan urutan terakhir pada limbah yang tidak

mencemari lingkungan. Sedangkan hanya 2 laundry yang menuliskan pada urutan

pertama bahwa dalam usaha jasa mereka lebih mementingkan limbah yang tidak

mencemari lingkungan. Hal ini menunjukan bahwa dalam menjalankan usahanya,

limbah yang dihasilkan tidak menjadi prioritas utama untuk mereka. Sehingga

para pengusaha laundry tidak menyadari bahwa limbah yang dihasilkan dari

usahanya juga merupakan tanggung jawab usaha laundry.

4.3 Kepedulian Lingkungan Hidup

Dalam hasil data yang diperoleh peneliti bahwa usaha jasa laundry ini

peduli terhadap lingkungannya karena secara umum mereka mengetahui

Page 23: T1_232010197_Full text.pdf

20

bagaimana menjaga lingkungan hidup yang sama dengan menjaga kelangsungan

hidup usahanya. Bahkan 28% responden laundry memilih untuk memisahkan

limbah usaha yang organik dan non organik

Tabel 4.2Kepedulian Lingkungan Hidup.

STS TS KS N CS S SS

Secara umum, saya mengetahuibagaimana menjaga lingkunganhidup

0% 0% 4% 10% 2% 22% 62%

Secara umum, saya mengetahuibahwa menjaga lingkungan samadengan menjaga kelangsunganhidup usaha

0% 0% 0% 8% 8% 24% 60%

Saya selalu menggunakan bahan-bahan (perlengkapan dan bahanbaku) usaha yang ramahlingkungan

0% 0% 2% 8% 10% 36% 44%

Saya selalu menjaga agar limbahusaha tidak mencemarilingkungan hidup

0% 0% 2% 4% 6% 22% 66%

Saya selalu memilah limbahusaha yang organik dan nonorganik

2% 4% 6% 14% 20% 26% 28%

Secara umum, saya selalumembeli peralatan usaha yangramah lingkungan

0% 0% 4% 8% 8% 38% 42%

Sumber Data : Hasil Olahan November 2013

Kepedulian terhadap lingkungan usaha sekitar laundry ini dikarenakan

keberadaan usaha laundry yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggal

penduduk di Salatiga. Maka para pengusaha laundry tentu saja akan memiliki

kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini tentu saja menjadi adanya

tidak konsisten antara prefrensi kepentingan dengan kepedulian mereka terhadap

lingkungan. Karena didalam preferensi kepentingan, responden tidak menjadikan

limbah yang mereka hasilkan sebagai prioritas utama. Namun dalam tabel 4.2

terlihat bahwa responden cukup peduli terhadap lingkungan hidupnya.

4.4 Kesadaran Biaya Lingkungan

Page 24: T1_232010197_Full text.pdf

21

Sedangkan untuk kesadaran akan biaya lingkungan, terdapat 6 pertanyaan

yang ingin diketahui oleh peneliti bagaimana kesadaran akan biaya lingkungan

dalam menjalankan usaha laundry. Data yang di dapat adalah bahwa 46%

responden mengetahui bahwa biaya lingkungan merupakan tanggung jawab dari

biaya usaha, dan 28% dari responden yang memiliki pengetahuan yang sangat

baik mengenai biaya lingkungan yang diperlukan untuk kepentingan usaha

laundry.

Tabel 4.3Kesadaran Biaya Lingkungan

STS TS KS N CS S SS

Secara umum, saya mengetahuibahwa biaya lingkungan adalahtanggung jawab usaha

4% 4% 0% 8% 12% 26% 46%

Saya memiliki pengetahuan yangbaik mengenai biaya lingkunganyang diperlukan dalam usaha

0% 2% 6% 18% 16% 30% 28%

Secara umum, saya mengetahuisetiap pengeluaran yang dilakukanuntuk biaya lingkungan

2% 4% 4% 16% 14% 26% 34%

Saya mengetahui biayamenggunakan bahan-bahan usaharamah lingkungan

0% 4% 2% 6% 18% 26% 44%

Saya mengetahui biaya yang harusdikeluarkan untuk mengolahlimbah usaha

0% 6% 10% 20% 18% 16% 30%

Saya membebankan biayalingkungan sebagai bagian daribeban usaha

2% 4% 2% 12% 20% 18% 42%

Sumber Data : Hasil Olahan November 2013

Namun hanya sekitar 28% responden laundry, mengetahui setiap

pengeluaran yang dilakukan untuk biaya lingkungan. Bahkan ada sekitar 2%

responden yang tidak mengetahui setiap biaya yang dilakukan untuk biaya

lingkungan. Sebagian besar dari para pengusaha laundry hanya mengetahui bahwa

Page 25: T1_232010197_Full text.pdf

22

dengan membayar iuran kebersihan di lingkungan sekitar usahanya, mereka sudah

menujukkan bahwa itu merupakan salah satu bentuk tanggung jawabnya tanpa

adanya tindakan lebih lanjut. Hal ini membuktikan bahwa kesadaran terhadap

biaya lingkungan di kalangan pengusaha jasa laundry masih cukup kurang,

mereka kurang memahami bahwa biaya lingkungan itu juga merupakan bagian

dari beban usaha yang mereka lakukan.

4.5 Pengetahuan Biaya

Kemudian pada sub pertanyaan berikutnya adalah mengenai pengetahuan

biaya dalam menjalankan usaha jasa laundry. Dari pertanyaan-pertanyaan yang

telah diuraikan, peneliti memperoleh data bahwa lebih dari sebagian usaha

laundry yang diteliti, mengerti cara untuk mengelola biaya dan menjadikan profit

sebagai tolak ukur dalam mengukur kinerja usahanya.

Sedangkan dalam preferensi kepentingan dikemukakan bahwa kualitas

menjadi prioritas utama dalam menjalankan usaha laundry tersebut, dan laba

bukan menjadi satu prioritas yang utama. Adanya ketidakcocokan ini salah

satunya diakibatkan karena pola pikir dari pengusaha laundry yang beranggapan

bahwa jika kualitas jasanya naik, maka akan banyak konsumen yang

membutuhkan jasanya, sehingga akan menaikkan laba dari usaha mereka.

Page 26: T1_232010197_Full text.pdf

23

Tabel 4.4Pengetahuan Biaya

STS TS KS N CS S SS

Secara umum, saya mengetahuibagaimana mengelola biayausaha

0% 0% 0% 8% 10% 34% 48%

Saya selalu mengukur kinerjausaha saya dalam profit(keuntungan)

0% 2% 8% 12% 18% 24% 36%

Saya mengetahui bagaimanamengelola biaya usaha

0% 0% 0% 8% 12% 32% 48%

Saya mengetahui komponen-komponen biaya usaha

0% 0% 2% 12% 10% 38% 38%

Saya memiliki pengalaman yangcukup untuk mengelola biayausaha

0% 0% 6% 12% 16% 32% 34%

Saya memilahkan pengeluaranusaha yang dilakukan denganpengeluaran pribadi

4% 2% 4% 6% 6% 18% 60%

Saya mengetahui bagaimanamembebankan biaya usahadalam perhitungan hargaproduk/jasa maupunperhitungan profit/keuntungan

0% 4% 6% 4% 10% 36% 40%

Sumber Data : Hasil Olahan November 2013

Namun dari 50 pengusaha laundry, 48% diantaranya memiliki pengalaman

yang cukup untuk mengelola biaya usaha, hal ini dikarenakan beberapa responden

mengatakan bahwa sudah lebih dari 5 tahun mereka menjalankan usahanya.

Sehingga mereka sudah mengetahui bagaimana cara membebankan biaya usaha

dalam perhitungan harga produk/jasa maupun profit keuntungan dari mereka.

4.6 Pengetahuan Biaya Lingkungan

Pengetahuan mengenai biaya lingkungan di ruang lingkup pengusaha jasa

laundry sudah cukup baik. Secara umum responden sudah memiliki pengetahuan

dan pengalaman yang baik mengenai cara mengelola biaya dalam usaha laundry

yang mereka jalankan.

Page 27: T1_232010197_Full text.pdf

24

Tabel 4.5Pengetahuan Biaya Lingkungan

STS TS KS N CS S SS

Secara umum, sayamengetahui bagaimanamengelola biaya usaha

0% 2% 0% 8% 20% 38% 32%

Saya memiliki pengalamanyang cukup untuk mengelolabiaya usaha

0% 2% 0% 12% 24% 36% 26%

Secara umum, saya memilikipengetahuan mengenai biayalingkungan

0% 6% 4% 18% 28% 20% 24%

Saya mengetahui komponen-komponen biaya lingkungan

0% 4% 10% 22% 30% 18% 16%

Saya mengetahui bagaimanamembebankan biayalingkungan dalam biaya usaha

2% 4% 4% 14% 28% 26% 22%

Sumber Data : Hasil Olahan November 2013

Namun masih hanya 16% responden yang benar-benar mengetahui apa

saja komponen-komponen dalam biaya lingkungan. Sedangkan 22% responden

lainnya memilih untuk menjawab pada titik netral. Sekalipun para pengusaha

laundry sudah memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai biaya

lingkungan, namun masih perlu adanya sosialisasi lagi mengenai cara pengelolaan

limbah yang dihasilkan oleh laundry tersebut. Agar para pengusaha laundry

tersebut tidak hanya sebatas dengan membayar iuran di lingkungan sekitarnya,

namun juga dapat melakukan tindakan-tindakan yang nyata dan dapat menerapkan

tentang konsep green accounting sebagai salah satu bentuk tanggung jawab dari

usahanya.

4.7 Gaya Pengeluaran Individu

Gaya pengeluaran individu yang dilakukan oleh para pengusaha laundry,

28% dari responden beranggapan bahwa dalam melakukan pengeluaran untuk

kepentingan usahanya sama dengan seperti melakukan pengeluaran dengan

Page 28: T1_232010197_Full text.pdf

25

menggunakan uang pribadi. Dalam hal ini, responden menjelaskan bahwa

memang dalam mengeluarkan uang untuk kepentingan usaha dan kepentingan

pribadi, mereka mengganggap bahwa keduanya harus hati-hati. Tidak boleh ada

pengeluaran yang dilakukan secara berlebihan bahkan sampai ada pengeluaran

yang sia-sia.

Tabel 4.6Gaya Pengeluaran Individu

STS TS KS N CS S SS

Ketika saya melakukanpengeluaran untuk kepentinganusaha, saya selalu merasa sepertimelakukan pengeluaranmenggunakan uang pribadi saya

14% 12% 12% 10% 10% 14% 28%

Bagi saya sangat penting untukmengetahui usaha saya tidakmelakukan pengeluaran yangsia-sia

0% 2% 0% 0% 14% 24% 60%

Saya selalu megecek uang yangada ketika saya memutuskanuntuk membeli sesuatu

0% 2% 2% 0% 6% 28% 62%

Saya selalu hati-hati dalammelakukan pengeluaran pribadidibandingkan pengeluaran usaha

4% 4% 8% 8% 14% 32% 30%

Saya jarang mengkuatirkanpengeluaran uang

18% 20% 22% 18% 12% 2% 8%

Sumber Data : Hasil Olahan November 2013

Namun sekitar 14% dari responden lainnya tidak setuju akan hal tersebut,

responden yang tidak setuju mengatakan bahwa mereka harus lebih berhati-hati

dalam melakukan pengeluaran yang dibutuhkan dalam usaha laundrynya. Bahkan

mereka harus memilih dan memprioritaskan hal-hal mana yang harus lebih

diutamakan untuk melakukan pengeluaran dalam usahanya.

Hal ini terutama untuk pengusaha laundry seperti ibu rumah tangga biasa

yang menjalankan usahanya hanya sekedar mengisi waktu luang, mereka

berpendapat bahwa jika ternyata mereka tidak berhati-hati dalam mengeluarkan

Page 29: T1_232010197_Full text.pdf

26

uang maka hal tersebut akan sangat mempengaruhi berkurangnya jumlah

presentase laba yang mereka dapatkan.

Sehingga dalam gaya pengeluaran individu ini memiliki keterkaitan

khusus dengan kesadaran biaya lingkungan. Ketika responden sangat berhati-hati

terhadap setiap pengeluaran yang dilakukannya, responden masih bertanggung

jawab untuk membayar biaya iuran kebersihan disekitar tempat usahanya. Bahkan

responden menyadari bahwa biaya tersebut memang menjadi bagian tanggung

jawab dalam usaha laundrynya.

5. PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa banyaknya pertumbuhan

laundry di Kota Salatiga ini, menjadikan para pengusaha laundry

mengesampingkan limbah yang mereka hasilkan. Para pengusaha laundry hanya

sekedar peduli terhadap lingkungannya, namun tidak disertai dengan adanya

dorongan untuk mewujudkan kepeduliannya dengan mengolah menjadi lebih

aman untuk lingkungan sekitarnya.

Selain itu kurangnya pengetahuan mengenai biaya lingkungan di kalangan

pengusaha laundry, terlebih tentang adanya konsep mengenai green accounting

yang sudah mulai diterapkan oleh industri-industri besar. Bahwa limbah yang

dihasilkan merupakan bagian dari tanggung jawab yang harus dilakukan oleh

setiap pelaku usaha. Konsep ini juga harus disosialisasikan bukan hanya kepada

Page 30: T1_232010197_Full text.pdf

27

industri-industri dengan skala yang besar, melainkan juga kepada UMKM yang

ikut andil dalam membangun perekonomian Indonesia.

5.2 Keterbatasan dan Saran

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu kurangnya

pengetahuan atas biaya usaha dari responden yang dipengaruhi oleh faktor

usianya. Selain itu juga sulit ditemuinya pemilik laundry yang berada di tempat

usaha laundry tersebut, seringnya yang dijumpai oleh peneliti hanya karyawan

yang tidak mau dan kurang memahami dari pengisian kuisioner yang diberikan.

Para pengusaha laundry diharapkan dalam menjalankan usahanya, mulai

memperhatikan dan mengelola limbah yang dihasilkan dari usaha mereka.

Sehingga bukan hanya sekedar kualitas yang diutamakan namun harus juga

disertai dengan adanya bentuk tanggung jawab dalam menjalankan usaha.

Salah satunya adalah dengan tata cara pemilihan bahan-bahan yang ramah

lingkungan yang dapat digunakan dalam mencuci dan menyetrika pakaian

laundry. Sehingga dengan adanya proses pemilihan bahan yang ramah lingkungan

tersebut akan dapat meminimalisasikan limbah yang dapat mencemari lingkungan

sekitar usahanya.

Page 31: T1_232010197_Full text.pdf

28

DAFTAR PUSTAKA

Arfan, Ikhsan. 2008. “Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapannya”. GrahaIlmu. Yogyakarta.

Burritt, R., Tobias Hahn and Stefan, Schaltegger. 2003. Towards a comprehensive

Framework for Environmental Management Accounting – Links Between

business Actors and Environmental Management Accounting Tools. In :

International Federation of Accountants (Ed.) : Articles of Merit – 2003.

New York : International Federation of Accountants : 93-109

Cahyaningsih, Dewi. Agusti, Istirani., dan Khoerunisa, Dina. 2013 ANALISIS

ION SULFAT DALAM LIMBAH AIR CUCIAN LAUNDRY.

http://www.uny.ac.id/berita/mahasiswa-fmipa-uny-analisis-ion-sulfat-

dalam-limbah-air-cucian-laundry.html 23 Agustus 2013.

Caraiani, P., Lungu, I., Dascalu, C.(2004): Green accounting – a Helping

Instrument in European Harmonisation of Environmental Standards. Journal

of Environmental Planning and Management, Vol. 47, No. 5, 685-707,

September 2004.

Dinas Koperasi Dan UMKM Provinsi Jawa Tengah (2013, 06 November) Data

Series UMKM. http://dinkop-umkm.jatengprov.go.id/wp-

ontent/uploads/2013/11/data%20umkm%20tw%203.pdf

Farida, Khilda, 2013 “Pengelolaan Biaya Lingkungan dalam Upaya Penghematan

Biaya pada Peternakan Ayam “ABC” di Sukorejo”Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Universitas Surabaya Vol.2 No 1 (2013).

http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=129

Page 32: T1_232010197_Full text.pdf

29

Meliseh. Kepedulian Lingkungan Hidup Bandung. : Bumi Aksara, 2002

Moorthy, Krisnha dan Yacob, Peter, 2013 “Green accounting: Cost Measures”

Open Jurnal Of Accounting, 2013, 2, 4-7.

Mutamimah, 2011, “Bedah Subtansi Green Bussiness” Suara Merdeka, 25 Mei

2011

Novita, Rustika. 2011 “ANALISIS PENGARUH PENERAPAN AKUNTANSI

MANAJEMEN LINGKUNGAN DAN STRATEGI TERHADAP INOVASI

PERUSAHAAN”. UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG.

Ratna, assyura. (2010, 9 Juni). Green accounting.

http://ratna0412.wordpress.com/2010/06/09/green-accounting/

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT

Rineka Cipta.

Susilo, Joko. (2008).” Green accounting di Daerah Istimewa Yogyakarta: Studi

Kasus Antara Kabupaten Sleman Dan Kabupaten Bantul”. JAAI VOLUME

12 NO. 2, DESEMBER 2008: 149 – 165

Wandhana, Rido. 2013 “PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY SECARA

ALAMI (FITOREMEDIASI) DENGAN TANAMAN KAYU APU

(PISTIA STRATIOTES)”. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

NASIONAL VETERAN. SURABAYA

Page 33: T1_232010197_Full text.pdf

30

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Chiquita Yuliani Sugi

Tempat/ Tanggal Lahir : Cirebon/01 Juli 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Sakura No 14 Kalijaga Permai Barat Cirebon

Nomor Telepon : 087710604080

Riwayat Pendidikan : - 2010 - 2014Universitas Kristen Satya WacanaSalatiga

- 2007 – 2010 SMA Santa Maria 1 Cirebon- 2004 - 2007 SMP Santa Maria Cirebon- 1999 – 2004 SDK BPK PENABUR Cirebon

Pengalaman Organisasi

Fasilitator Orientasi Mahasiswa Baru UKSW 2013

(Agustus 2013).

Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis

UKSW

(Periode 2012-2013)

Koordinator Satgas Rapat Evaluasi Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas

Ekonomika dan Bisnis 2012

Koordinator Satgas Sharing KUKM 2011

Ketua Komisi Organisasi dan Internal-Eksternal Badan Perwakilan

Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW

(Periode 2011-2012).

Anggota Komisi Organisasi dan Internal-Eksternal Badan Perwakilan

Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW

(Periode 2010-2011).

Page 34: T1_232010197_Full text.pdf

31

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian

KUISIONER AKUNTANSI LINGKUNGAN

NAMA :NAMA USAHA :ALAMAT :JENIS USAHA :USIA :JENIS KELAMIN :

PREFERENSI KEPENTINGANIsilah dengan urutan kepentingan (1 – 6)

KEPENTINGAN URUTAN KEOmset / PenjualanLaba / KeuntunganBiaya Usaha RendahKualitas Jasa / ProdukProduk/Jasa ramah lingkunganLimbah tidak mencemari lingkungan

KEPEDULIAN LINGKUNGAN HIDUPIsi dalam skala 1 – 7 ; 1 = Sangat tidak setuju dan 7 = Sangat SetujuNo PERNYATAAN 1 2 3 4 5 6 71 Secara umum, saya mengetahui bagaimana

menjaga lingkungan hidup2 Secara umum saya mengetahui bahwa menjaga

lingkungan hidup sama dengan menjagakelangsungan hidup usaha

3 Saya selalu menggunakan bahan-bahan(perlengkapan dan bahan baku) usaha yang ramahlingkungan

4 Saya selalu menjaga agar limbah usaha tidakmencemari lingkungan hidup

5 Saya selalu memilah limbah usaha yang organikdan non organik

6 Secara umum, saya selalu membeli peralatanusaha yang ramah lingkungan

KESADARAN BIAYA LINGKUNGANIsi dalam skala 1 – 7 ; 1 = Sangat tidak setuju dan 7 = Sangat SetujuNo PERNYATAAN 1 2 3 4 5 6 71 Secara umum, saya mengetahui bahwa biaya

lingkungan adalah tanggung jawab usaha

Page 35: T1_232010197_Full text.pdf

32

2 Saya memiliki pengetahuan yang baik mengenaibiaya lingkungan yang diperlukan dalam usaha

3 Secara umum, saya mengetahui setiappengeluaran yang dilakukan untuk biayalingkungan

4 Saya mengetahui biaya menggunakan bahan-bahan usaha ramah lingkungan

5 Saya mengetahui biaya yang harus dikeluarkanuntuk mengolah limbah usaha

6 Saya membebankan biaya lingkungan sebagaibagian dari beban usaha

PENGETAHUAN BIAYAIsi dalam skala 1 – 7 ; 1 = Sangat tidak setuju dan 7 = Sangat SetujuNo PERNYATAAN 1 2 3 4 5 6 71 Secara umum, saya mengetahui bagaimana

mengelola biaya usaha2 Saya selalu mengukur kinerja usaha saya dalam

profit (keuntungan)3 Saya mengetahui bagaimana mengelola biaya

usaha4 Saya mengetahui komponen-komponen biaya

usaha5 Saya memiliki pengalaman yang cukup untuk

mengelola biaya usaha6 Saya memilahkan pengeluaran usaha yang

dilakukan dengan pengeluaran pribadi7 Saya mengetahui bagaimana membebankan biaya

usaha dalam perhitungan harga produk/jasamaupun perhitungan profit/keuntungan

PENGETAHUAN BIAYA LINGKUNGANIsi dalam skala 1 – 7 ; 1 = Sangat tidak setuju dan 7 = Sangat SetujuNo PERNYATAAN 1 2 3 4 5 6 71 Secara umum, saya mengetahui bagaimana

mengelola biaya usaha2 Saya memiliki pengalaman yang cukup untuk

mengelola biaya usaha3 Secara umum, saya memiliki pengetahuan

mengenai biaya lingkungan4 Saya mengetahui komponen-komponen biaya

lingkungan5 Saya mengetahui bagaimana membebankan biaya

lingkungan dalam biaya usaha

Page 36: T1_232010197_Full text.pdf

33

GAYA PENGELUARAN INDIVIDUIsi dalam skala 1 – 7 ; 1 = Sangat tidak setuju dan 7 = Sangat SetujuNo PERNYATAAN 1 2 3 4 5 6 71 Ketika saya melakukan pengeluaran untuk

kepentingan usaha, saya selalu merasa sepertimelakukan pengeluaran menggunakan uangpribadi saya

2 Bagi saya sangat penting untuk mengetahui usahasaya tidak melakukan pengeluaran yang sia-sia

3 Saya selalu megecek uang yang ada ketika sayamemutuskan untuk membeli sesuatu

4 Saya selalu hati-hati dalam melakukan pengeluaranpribadi dibandingkan pengeluaran usaha

5 Saya jarang mengkuatirkan pengeluaran uang