T E M A N
-
Upload
crista-fianica-wulolo-rantetandung -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
description
Transcript of T E M A N
TEMAN
”Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak
berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh.”
Mazmur 1:1
”Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk, merusakkan kebiasaan yang baik.”
1 Korintus 15:33
Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya - 60011
TEMAN
Pembacaan Alkitab: Yak. 4:4; 2 Kor. 6:14-18; Mazmur pasal 1;1 Kor. 15:33.
I. ALKITAB TIDAK MEMENTINGKAN MASALAH TEMAN
Dalam Alkitab terdapat satu perkara yang khusus, yakni sedikit pun tidak
mementingkan masalah teman bagi anak-anak Allah. Ini bukan berarti dalam Alkitab
tidak ada istilah teman atau sahabat, istilah tersebut sering terdapat dalam Alkitab, di
antaranya banyak terdapat dalam kitab Kejadian atau kitab Amsal; juga dalam Perjanjian
Baru, yakni dalam kitab Injil Matius dan Injil Lukas. Namun teman yang dimaksud
Alkitab sebagian besar ditujukan kepada teman-teman yang di luar Kristus; teman dalam
Kristus tidak banyak disinggung.
Dalam Kisah Para Rasul tercantum dua kali, pertama ialah beberapa pembesar
yang menjadi sahabat Paulus, pada waktu itu tidak menghendaki Paulus masuk ke
gedung kesenian (19:31). Sekali lagi ialah Paulus mendapat perlakuan ramah dari Yulius,
sehingga ia diperbolehkan mengunjungi sahabat-sahabatnya, supaya ia dapat menerima
apa yang ia perlukan (27:3). Ada sekali lagi dikatakan dalam 3 Yohanes ayat 15, ”Salam
dari sahabat-sahabatmu. Sampaikanlah salamku kepada sahabat-sahabat satu per satu.”
Seingat saya, dalam Perjanjian Baru, kecuali ketiga tempat itu, tidak ada lainnya lagi. Ini
membuktikan kepada kita bahwa masalah teman dalam Alkitab tidak begitu diperhatikan.
Mengapa Alkitab tidak begitu mementingkan masalah teman? Sebab yang
diperhatikan Alkitab adalah hubungan saudara saudari, yaitu menjadi saudara atau
saudari di dalam Tuhan. Hal ini adalah yang pokok dan yang terpenting. Karena itu,
Alkitab memperhatikan hal ini, tidak memperhatikan masalah teman.
II. TEMAN ADALAH HUBUNGAN TERPENTING DALAM DUNIA
Apakah teman itu? Orang tua dengan orang muda boleh menjadi teman, suami
dengan istri boleh menjadi teman, ayah dengan ibu juga boleh menjadi teman. Antara
saudara dengan saudara boleh menjadi teman, antara saudari dengan saudari boleh
menjadi teman. Menjadi teman berarti dapat saling menyenangi dan saling bergaul, tanpa
memandang hubungan yang lain. Dalam hubungan manusia ada yang disebut kerabat
sedarah, yaitu famili yang ada pertalian darah. Tetapi tidak demikian dengan teman,
sebab pergaulan teman timbul dari adanya saling menyenangi. Sebab itu, masalah teman
merupakan masalah yang mengesampingkan segala hubungan atau pertalian yang lain.
Pergaulan teman, semata-mata hanya karena senang atau kasih. Sering kali pertalian
teman ditambah dengan hubungan antara suami istri, antara ayah dan putra, antara ibu
dan putri, antara guru dan murid, dan seterusnya. Pertalian teman ini dapat pula terjalin di
antara orang-orang yang setingkat, sebaya, atau semasa.
Sebelum kita percaya Tuhan Yesus dan menerima-Nya sebagai Juruselamat, bagi
kita teman merupakan satu hubungan yang paling penting di dunia ini. Karena saat itu
kita tidak memiliki pertalian saudara dalam Tuhan, dan tidak memiliki pertalian saudari
dalam Tuhan. Namun, hari ini di antara kita, teman sudah tidak merupakan masalah yang
terpenting. Itulah sebabnya mengapa masalah teman sangat sedikit tercantum dalam
Perjanjian Baru; hanya tercatat tiga kali itu. Karena yang kita perhatikan terletak di atas
hubungan saudara saudari, maka masalah teman dalam Tuhan telah menjadi masalah
yang sepele. Ya, di antara anak-anak Allah, pertalian teman itu bukan merupakan
masalah yang penting.
Akan tetapi, sebelum kita percaya kepada Tuhan, kita tidak memiliki pertalian
saudara saudari semacam ini, yang ada hanyalah pertalian antara orang tua dan anak,
guru dan murid, majikan dan pegawai, dan seterusnya. Karena itu sebelum kita percaya
kepada Tuhan, hubungan teman menjadi satu masalah yang penting. Sebab di antara ayah
dan putra terdapat kedudukan yang berbeda, demikian pula di antara ibu dan putri, suami
dan istri, majikan dan pegawai; masing-masing memiliki kedudukannya sendiri. Pertalian
kerabat lainnya tidak mungkin terlalu banyak, kalau ada 3 atau 5, atau 10 itu sudah hebat.
Selain itu, setiap pergaulan kita hampir semua tercakup dalam pergaulan teman.
Manusia tidak merasa puas karena pertalian keluarga, manusia juga tidak merasa
puas karena pertalian antara guru dengan murid, atau karena pertalian-pertalian sosial
lainnya. Manusia baru merasa puas jika ada pertalian teman. Pertalian teman ini adalah
berdasarkan saling mengasihi, tidak berdasarkan darah. Kita tahu bahwa kebanyakan
pertalian kemanusiaan berasal dari kelahiran, tetapi pertalian teman berasal dari pilihan
sendiri. Sebab itu, teman menjadi masalah yang paling penting bagi seorang sebelum ia
percaya kepada Tuhan. Setiap orang pasti mempunyai 3 atau 5 orang teman, atau 8 atau
10 teman. Bagi orang yang pandai bergaul mungkin mempunyai puluhan bahkan ratusan
teman, yang dengannya saling mengenal dan saling mengasihi serta saling
berkomunikasi. Sebelum seseorang percaya kepada Tuhan, masalah teman benar-benar
menempati kedudukan yang terpenting dalam hidupnya.
Di antara orang-orang yang tidak percaya jika ada yang tidak mempunyai satu
teman pun, pasti ia bukan orang yang baik, pasti tabiatnya abnormal, dan pasti ia kurang
beres; atau mungkin karena karakternya tidak dapat dipercaya, atau karena wataknya
aneh. Pada umumnya seseorang pasti mempunyai teman.
III. ALLAH MEMERINTAHKAN
AGAR KITA MENGHENTIKAN PERGAULAN
DENGAN TEMAN-TEMAN DUNIA
Namun setelah seorang percaya kepada Tuhan, Allah mentapkan agar ia
menghentikan pergaulan dengan teman-teman itu.
1. Bersahabat dengan Dunia Berarti Berseteru dengan Allah
Yakobus mengatakan, ”Jadi, siapa saja yang hendak menjadi sahabat dunia ini,
ia menjadikan dirinya musuh Allah” (Yak. 4:4). Kata ”dunia” di sini berarti
”keduniawian” atau ”orang dunia”. Jadi ”siapa saja yang hendak menjadi sahabat orang
dunia, ia menjadikan dirinya musuh Allah.” Jika kita mengasihi orang-orang dunia ini,
ingatlah, kasih akan Allah tidak ada di dalam kita (1 Yoh. 2:15). Bersahabat dengan
orang dunia berarti berseteru dengan Allah.
Saudara saudari yang baru percaya harus nampak dengan jelas, begitu Anda
menjadi orang Kristen, Anda harus mengganti seluruh teman-teman Anda. Jika Anda hari
ini percaya Tuhan, hari ini juga Anda harus mengganti teman Anda. Sebagaimana setelah
seseorang percaya kepada Tuhan harus mengganti seluruh pakaian-pakaian dan barang-
barangnya, demikian pula ia harus mengganti seluruh teman-temannya. Saya tahu apa
yang sedang saya katakan. Jika orang yang baru percaya tidak mengganti teman-
temannya, maka masa depan rohaninya akan sangat dangkal dan tidak mungkin baik.
Setelah seseorang percaya kepada Tuhan, hendaklah ia membuang semua pergaulan
dengan teman-temannya. Ajaib sekali, begitu kasih Allah masuk, kasih manusia segera
keluar. Tatkala hayat Tuhan diletakkan ke dalam kita, maka orang-orang dunia tidak
berdaya menjadi teman kita lagi.
Tetapi Tuhan tidak mengatakan bahwa kita harus berseteru dengan orang dunia,
baru berarti mengasihi Allah. Bukan pula berarti sejak sekarang kita tidak lagi
menghiraukan mereka, atau tidak menyapa mereka kalau bertemu di jalan. Bukan begitu
maksudnya. Maksud Tuhan, siapa saja yang bersahabat dengan orang dunia, ia
menjadikan dirinya musuh Allah. Bukan berarti kita memperlakukan orang dunia itu
seperti musuh, melainkan sejak sekarang pergaulan yang akrab itu telah berakhir,
keadaan pergaulan kasih itu telah berlalu. Mungkin Anda masih tetap mengasihi mereka,
tetapi tujuan Anda ialah agar mereka beroleh selamat. Mungkin Anda masih menganggap
mereka sebagai teman, tetapi maksud Anda tak lain ingin mengajaknya mendengar Injil.
Seperti Kornelius; ketika Petrus datang ke rumah Kornelius, Kornelius
mengundang dua golongan orang. Pertama adalah kerabat-kerabatnya, yang lain ialah
teman-teman karibnya. Allah menghendaki aku mengundang Petrus datang, maka aku
mengajak kerabat dan handai taulanku datang untuk mendengar Injil. Inilah maksudnya,
dan bukan ingin meneruskan hubungan yang lampau.
Orang yang dulu dikenal, sekarang tetap dikenal; orang yang dulu menjadi
sahabat, sekarang tetap sahabat; dan orang yang telah bertahun-tahun bergaul denganku,
tak dapat diputuskan sama sekali. Tetapi perbedaannya di sini: aku sekarang di dalam
Tuhan telah mengalami suatu perubahan, maka relasi yang lampau sudah berakhir. Sejak
sekarang, bila aku melihat seorang teman, aku tetap berbicara dengannya, bila ada urusan
aku tetap mencarinya. Tetapi, karena sekarang aku adalah orang yang telah mendapatkan
hayat, sedangkan dia tidak memiliki hayat, maka hubungan di antara kami tak dapat
melampaui ini. Bila seorang berteman dengan orang lain, mereka terlebih dahulu saling
mengenal, kemudian saling mengasihi, dan selanjutnya baru saling bergaul. Setelah Anda
beroleh selamat, jika Anda tetap melanjutkan hubungan yang demikian dengan teman-
teman Anda, Anda akan menjadi musuh Allah. Anda akan dengan sendirinya tak dapat
maju ke depan.
Seseorang yang ingin berlari, jika tubuhnya makin ringan makin baik. Banyak
menanggulangi dosa akan membuat diri Anda makin ringan. Makin mengganti rugi
makin membuat Anda ringan. Begitu pula, makin banyak meninggalkan teman, Anda
akan makin ringan. Jika Anda masih banyak teman, Anda akan tertekan. Saya melihat
banyak saudara saudari yang tertekan oleh teman-teman mereka. Karena itu jalan mereka
di hadapan Allah tak dapat ditempuh dengan baik, mereka tak mudah menjadi orang
Kristen dengan sebaik-baiknya. Betapa pun juga, moral dan perilaku orang yang tidak
percaya itulah yang menjadi standar orang yang tidak percaya. Meskipun mungkin
mereka tidak dapat menyeret Anda ke bawah, namun mereka juga tidak mungkin
menarik Anda ke atas.
2. Jangan Menanggung Satu Kuk
dengan Orang yang Tidak Percaya
Dua Korintus 6:14 mengatakan, ”Janganlah menanggung (terkena) kuk yang
sama dengan orang-orang yang tidak percaya” (Tl). Banyak orang mengira ayat ini ditu-
jukan kepada masalah pernikahan. Saya akui memang ayat ini mencakup masalah
pernikahan, tetapi ini tidak hanya ditujukan kepada masalah pernikahan, juga ditujukan
kepada semua hubungan pergaulan antara orang yang percaya dengan orang yang tidak
percaya.
A. Menanggung Satu Kuk dengan Orang Dunia
Bukan Berkat Melainkan Penderitaan
”Jangan kamu kena kuk yang sama dengan orang yang tak percaya.” Perkataan
ini adalah satu perkataan kesimpulan. Apa artinya? Di bawah ini kita akan nampak bebe-
rapa masalah: ”Persamaan (persekutuan) apakah terdapat antara kebenaran dan
kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan
apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apa bagian bersama orang-orang per-
caya dengan orang-orang tak percaya? Apa hubungan bait Allah dengan berhala?
Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup seperti firman Allah ini, ’Aku akan diam
bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan
menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.” Anda nampak bahwa semua
pertanyaan ini berasal dari perkataan di atasnya. ”Jangan kamu menanggung satu kuk
dengan orang yang tidak percaya”. Ini dikatakan secara positif, merupakan topiknya.
Sesuai dengan topik ini, maka di bawahnya timbul lima masalah, sehingga kita nampak
bahwa orang yang percaya tidak dapat dijodohkan atau menanggung satu kuk dengan
orang yang tak percaya.
Saya harap Anda nampak, hari ini, kita dengan orang-orang dunia sama-sama
berada dalam satu masyarakat, sama-sama berniaga atau sama-sama menjadi teman, atau
melakukan pernikahan, tetapi kita tak dapat menjalin hubungan yang intim dengan
mereka. Orang yang percaya Tuhan kalau ditempatkan bersama dengan orang yang tak
percaya Tuhan pasti akan timbul masalah. Orang yang percaya Tuhan memiliki standar
orang yang percaya, demikian pula, orang yang tak percaya Tuhan memiliki standar
mereka sendiri. Orang yang percaya ada aturannya sendiri, orang yang tidak percaya juga
ada aturannya sendiri. Orang yang percaya ada pendapatnya sendiri, orang yang tak
percaya juga ada pendapatnya sendiri. Kalau kedua golongan orang ini ditempatkan
bersama, itu bukan bahagia melainkan sengsara. Sebab pandangannya berbeda, opininya
berbeda, standar moralnya berbeda, segalanya berbeda. Anda nampak yang satu akan
menarik ke Timur, yang satu akan menarik ke Barat. Jika kedua orang ini berada di
bawah satu kuk, maka kalau tidak kuk itu yang putus, tentu Andalah yang akan
mengikutinya.
Saya harap saudara saudari yang baru percaya nampak, jika orang yang percaya
bergaul dengan orang yang tidak percaya, yang rugi pasti adalah pihak yang percaya.
Jangan sekali-kali mengira kita dapat menarik dia. Jika Anda ingin menarik dia,
janganlah Anda menjadi temannya. Saya juga pernah menarik teman-teman lama saya,
tetapi saya tidak berteman dengan mereka. Anda harus tidak lagi menjadi teman mereka
yang dulu, baru Anda dapat menarik mereka. Kalau Anda tetap menjadi teman mereka,
niscaya Anda akan ditarik oleh mereka.
Tuan Spurgeon membuat satu perumpamaan yang sangat baik. Ada seorang gadis
datang kepadanya dan mengatakan bahwa ia akan berteman dengan seorang pemuda
yang belum percaya. Katanya ia akan menariknya percaya kepada Tuhan, dan tak lama
setelah itu ia akan bertunangan dengannya. Spurgeon lalu menyuruh gadis itu naik ke atas
meja, dan kemudian menyuruh gadis itu menariknya dengan sekuat tenaga agar ia bisa
tertarik ke atas meja juga. Gadis itu menarik dengan sekuat tenaganya, namun tidak
mampu menarik Spurgeon ke atas. Spurgeon lalu berkata, sekarang saya yang akan
menarik Anda ke bawah. Dengan mudah sekali, sekali tarik, ia segera tertarik ke bawah.
Lalu ia berkata, menarik ke bawah mudah, tetapi menarik ke atas sulit. Maka selesailah
sudah masalah saudari muda tersebut. Anda harus ingat, menarik ke atas pasti tidak
mudah. Anda ingin menarik orang yang tidak percaya itu ke atas, sukar sekali; tapi
mereka ingin menarik Anda ke bawah sangat mudah. Tidak sedikit orang yang telah
tertarik ke bawah. Banyak saudara saudari karena tidak dapat menanggulangi masalah
teman, akhirnya mereka tertarik ke bawah oleh teman-teman mereka.
Karena itu, saudara saudari yang baru percaya harus segera memberitahu kepada
semua temannya, bahwa dirinya telah percaya Tuhan Yesus. Harus bersaksi kepada
mereka dan mengaku bahwa Anda telah percaya Tuhan. Sejak saat ini, ketika Anda
berjumpa lagi dengan teman-teman Anda, Anda harus selalu membawakan Tuhan kepada
mereka. Dulu, di sekolah saya mempunyai banyak teman. Setelah saya percaya Tuhan,
tiap kali saya pergi ke tempat teman-teman saya itu, saya selalu membawa sebuah
Alkitab, begitu ada kesempatan saya segera membicarakan soal Tuhan dengan mereka.
Saya akui, sebelum saya percaya Tuhan perbuatan saya kurang baik, setidak-tidaknya
saya bisa berjudi dan menonton, asal ditarik oleh teman saja saya sudah pergi. Tetapi,
setelah saya percaya Tuhan, begitu duduk di antara mereka saya segera mengeluarkan
Alkitab. Akhirnya saya mendapatkan satu tanda, yaitu kalau ada urusan mereka tidak lagi
mengajak-ajak saya. Ini ada baiknya, jika tidak, saya pasti selalu ditarik oleh mereka.
Anda lebih baik menjadi seorang yang tidak disenangi oleh teman-teman Anda yang
lama, agar Anda sendiri tidak sampai ditarik oleh mereka. Jika Anda dapat
mempertahankan persahabatan yang relatif itu paling baik; tetapi jangan sekali-kali
menjalin persahabatan yang intim dengan mereka. Masing-masing saling menyegani dan
saling menghormati, tanpa kehilangan persahabatan; namun tidak intim dalam pergaulan.
Saya adalah milik Tuhan, bagaimanapun juga saya harus membawakan Tuhan kepada
mereka.
Jika Anda melayani Tuhan dengan setia, jika Anda membawakan Tuhan kepada
mereka, lambat atau cepat Anda akan nampak bahwa mereka akan berpaling kepada
Tuhan; kalau tidak demikian, mereka akan menolak Anda sepenuhnya. Hanya ada dua
kemungkinan ini yang terjadi: Jika mereka tidak mau sejalan dengan Anda, mereka pasti
memutuskan hubungan dengan Anda. Hal ini ada baiknya, sebab hal ini akan
menghindarkan orang yang baru percaya dari banyak kesulitan. Jika Anda menanggung
satu kuk dengan mereka, niscaya Anda akan tertarik. Anda harus mengingkari Tuhan
dulu, baru Anda dapat menjadi teman baik orang dunia.
B. Lima Hal Tidak Dapat Menanggung Satu Kuk
Pertama, ”Persamaan apa yang terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan?”
Hari ini, Anda telah percaya Tuhan, Anda tahu apa itu kebenaran. Anda harus menanggu-
langi ketidakbenaran dan kesalahan-kesalahan yang lampau. Tetapi, mereka adalah
orang-orang yang tidak percaya. Sekalipun mereka sangat bermoral, mereka tidak tahu
apa itu kebenaran (keadilan). Jadi kedua pihak sama sekali berlawanan. Kebenaran tak
dapat bergaul dengan kedurhakaan. Dalam perkara yang paling kecil pun kita tidak dapat
mencari keuntungan dari orang lain. Mungkin ada orang selalu suka membonceng orang
lain demi mendapatkan suatu keuntungan pribadi. Dulu Anda mengira ia sangat baik,
tetapi sekarang Anda menganggapnya tidak benar. Dengan cara apakah Anda dapat
menyuruh kebenaran bergaul dengan kedurhakaan? Pandangan mereka terhadap suatu
masalah sama sekali berlainan. Kebenaran dan kedurhakaan tidak mungkin dapat bergaul.
Kedua, ”Bagaimana terang dapat bersatu dengan gelap?” Anda adalah orang
yang telah menerima terang dan telah nampak terang, tetapi ia gelap, belum nampak
terang. Ingatlah, seorang anak Allah yang telah menempuh jalan yang jauh dan dalam,
kalau ia bertemu dengan seorang Kristen yang bersifat daging, yang hidup dalam
kegelapan, ia sudah merasa sulit bergaul dengannya, apalagi jika ia bertemu dengan
seorang yang sama sekali hidup dalam kegelapan, yang sama sekali tidak nampak terang.
Anda setidak-tidaknya adalah orang yang telah menerima terang dari Allah. Karena itu,
di sini terdapat pertentangan yang sangat mendasar, yakni terang tidak dapat bersatu
dengan gelap. Banyak perkara dapat mereka lakukan. Filsafat mereka berbeda dengan
filsafat Anda, etika mereka berlainan dengan etika Anda. Tujuan hidup mereka pun
berbeda dengan tujuan hidup Anda. Anda berada dalam terang, mereka berada dalam
gelap. Bagaimana Anda dapat bersatu dan bergaul dengan mereka? Di sini Anda nampak
bahwa Anda dengan mereka pada hakikatnya berbeda besar.
Ketiga, ”Persamaan apa yang terdapat antara Kristus dan Belial?” Belial
ditujukan kepada Iblis, dan ditujukan kepada kehinaan atau kenistaan. Iblis memang
benar-benar hina dan nista. Kita adalah milik Kristus, mereka milik Bileal; kita mahal,
mereka murah. Kita dibeli dengan harga yang mahal, yakni dengan darah Putra Allah,
bukan dengan emas dan perak yang dapat binasa. Kita memiliki status orang Kristen, kita
mempunyai harkat dan martabat kaum saleh, karena itu ada banyak perkara yang tak
dapat kita lakukan. Kalau kita di jalan, tawar menawar dengan seorang kusir atau sopir,
kita hanya dapat menawar dengan harga yang pantas, jika keterlaluan, kita tidak akan
bisa mengatakannya. Sebab kita menyadari diri kita adalah orang Kristen, tidak benar jika
berbuat keterlaluan. Jika kita berselisih dengan orang sampai melampaui batas, itu pun
tidak benar. Kita tidak sudi kehilangan martabat kita sebagai orang Kristen. Kita lebih
berharga daripada beberapa uang rupiah itu. Kita tak dapat merendahkan diri sampai
sedemikian rupa sehingga menyerupai oknum calo-calo itu. Kita harus mempertahankan
kedudukan orang Kristen, kita mempunyai martabat orang Kristen.
Ada orang milik Belial, mereka dapat melakukan banyak perkara yang murah dan
menguntungkan diri sendiri. Tetapi kita tidak demikian. Kita mempunyai kemuliaan dan
kedudukan orang Kristen. Saya ingin bertanya kepada Anda, bagaimana kedua macam
orang ini dapat bersatu? Ia menarik ke sana, Anda menarik ke sini, keduanya tak
mungkin menanggung satu kuk. Jika keduanya diletakkan di bawah satu kuk, pasti kuk
itu akan patah.
Anda harus ingat, ada banyak orang yang hina dan nista; dan ada banyak orang
Kristen yang luhur dan mulia. Kedua pihak ini sama sekali tidak sama, tidak mungkin
menanggung satu kuk. Karena itu, kita yang telah menjadi orang Kristen tidak dapat
menjalin pergaulan yang intim dengan mereka, sebab kita tidak sepadan dengan orang-
orang yang tidak percaya.
Keempat, ”Apa bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak
percaya?” Kata-kata ini mengulangi perkataan yang di atas. Ini pun suatu perbandingan.
Anda adalah orang yang beriman, dia adalah orang yang tak beriman. Dalam iman Anda
mengenal Allah, tetapi ia tidak percaya kepada Allah. Dalam kehidupan Anda, Anda
dapat percaya, dalam kehidupannya, ia tak dapat percaya. Anda mempunyai sandaran, ia
tidak mempunyai sandaran. Anda memandang kepada Allah, ia memandang kepada
dirinya sendiri. Anda mengatakan segala sesuatu ada dalam tangan Allah, ia mengatakan
segalanya ada dalam dirinya sendiri. Di sini Anda lihat kedua macam keadaan yang pada
dasarnya tidak sama.
Seringkali kita pun tak dapat bersatu dan bergaul dengan orang-orang Kristen
gadungan. Ia mengaku sebagai orang Kristen, tetapi tidak punya iman. Di sini segera
timbul kesulitan. Tidak saja perilakunya berbeda, imannya pun tidak ada. Perbedaan
perilaku disebabkan perbedaan iman. Jika ada perbedaan-perbedaan yang sebesar itu,
sangatlah sulit untuk bergaul. Orang yang percaya dengan orang yang tidak percaya tidak
ada sangkut pautnya. Kalau Anda dalam banyak hal merasa percaya kepada Allah itu
merupakan suatu perkara yang spontan, bagaikan bernafas, tetapi mereka akan merasa
sulit sekali. Mereka akan mengatakan Anda takhayul, ketinggalan zaman, bodoh, dan
sebagainya. Karena itu, kita tak dapat memiliki teman yang tidak percaya. Ia akan
menyeret Anda ke bawah, bahkan menyeret dengan hebatnya.
Kelima, ”Apa hubungan bait Allah dengan berhala?” Apa bait Allah itu? Apa
berhala itu? Saya kira ini ditujukan kepada kesucian tubuh. Sebab di bawah dikatakan
bahwa kita adalah bait Allah yang hidup. Dalam 1 Korintus dikatakan, kaum beriman
menjadikan tubuhnya sebagai bait Allah. Di sini ada segolongan orang yang menyembah
berhala, dan ada segolongan lagi yang tubuh mereka menjadi bait Allah. Saya tak dapat
mencemarkan bait Allah. Seringkali apa yang Anda perbuat ketika Anda pergi bersama
teman-teman Anda akan menjamah (mencemarkan) tubuh Anda. Misalkan mereka
meminum minuman keras atau merokok, semua itu dilakukan dengan tubuh; benda-
benda itu menjamah (mencemarkan) tubuh mereka. Namun tubuh Anda adalah bait
Allah, Anda tak dapat merusak bait ini, Anda juga tidak boleh mencemarkan bait ini.
Sejak sekarang dan seterusnya, Anda harus memelihara tubuh Anda seperti halnya
memelihara bait Allah. Allah yang hidup bersemayam di dalam Anda, maka Anda tidak
boleh merusak bait ini. Anda adalah bait Allah, mereka adalah bait berhala. Mereka
berhubungan dengan berhala, apakah itu berhala yang berbentuk atau yang tak berbentuk.
Mereka tidak menghiraukan kesucian tubuh, tetapi kita menuntut kesucian tubuh.
Jelaskah Anda? Bagaimana keduanya itu dapat hidup bersama?
Karena itu, Anda tidak dapat berteman dengan orang yang tidak percaya. Hanya
ada satu akibat bila Anda berteman dengan mereka: Anda akan terseret oleh mereka.
Jangan sekali-kali Anda berkata, aku adalah orang yang perkasa, aku dapat berdiri teguh,
berteman dengan beberapa orang yang tidak percaya itu tidak mengapa. Saya beri tahu
Anda, meskipun saya telah bertahun-tahun percaya Tuhan, saya tetap takut bergaul
dengan teman-teman yang tidak percaya. Sebab kalau saya bergaul dengan mereka, pasti
saya akan dirugikan. Kecuali Anda bermaksud membawa mereka bersidang, atau
bersaksi kepada mereka, barulah Anda boleh mencari mereka. Jika tidak, setiap kontak
Anda dengan mereka akan merupakan perkara yang berbahaya. Sebab begitu Anda
berada di tengah-tengah mereka, Anda harus selalu menurunkan standar Anda. Begitu
Anda berada di antara mereka, sukarlah mempertahankan standar orang Kristen Anda.
3. Pergaulan yang Buruk Merusakkan Kebiasaan yang Baik
Satu Korintus 15:33 mengatakan, ”pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan
yang baik.” Pergaulan yang buruk berarti bergaul dengan teman yang tidak tepat. Istilah
”pergaulan yang buruk” paling baik diterjemahkan ”persekutuan yang tidak tepat” atau
”pergaulan yang kurang wajar”. Apa akibat pergaulan yang buruk ini? Merusakkan
kebiasaan yang baik. Istilah ”merusakkan” dalam bahasa Inggrisnya ialah ”corrupt”,
mengandung arti ”lapuk”, seperti kayu yang telah lapuk karena terkena rayap.
Istilah ”kebiasaan yang baik” jika diterjemahkan agak ringan ialah ”kesopanan
yang baik”; jika diterjemahkan agak berat ialah ”perbuatan yang baik”. Makna dalam
bahasa aslinya terdapat di antara keduanya itu. Jika Anda mengatakannya perbuatan, itu
terlalu berat, dan jika Anda mengatakan kesopanan, itu juga terlalu ringan. Jadi keduanya
harus dinetralisir. Menurut hemat saya, lebih baik diterjemahkan menjadi ”penampilan”.
Kata ini agak lebih ringan daripada perbuatan, juga agak lebih berat daripada kesopanan.
Jadi ayat ini dapat dikatakan demikian, ”Persekutuan yang tidak tepat akan merusakkan
penampilan yang baik.” Asalnya di hadapan Allah Anda sangat saleh, tetapi karena Anda
ke luar dan berkontak dengan orang-orang yang tidak percaya, mereka bersenda gurau
dengan Anda, Anda lalu tertawa. Adakalanya Anda tidak seharusnya tertawa ketika
mendengar senda gurau atau kata-kata yang lucu. Tetapi seringkali Anda berada di
tengah-tengah mereka, Anda merasa tidak perlu mengekang diri, sebab jika sikap Anda
kendur Anda akan disambut baik oleh mereka. Inilah yang disebut persekutuan yang
tidak tepat, yang akan merusak penampilan Anda yang baik.
Persekutuan yang tidak tepat dan penampilan yang baik, keduanya saling
bertentangan. Yang satu baik, yang lainnya tidak baik, dan yang tidak baik itu akan
merusak yang baik. Hal ini harus kita hindari. Sebab di dalam kita ada hayat Tuhan, maka
kita harus berusaha memupuk kebiasaan yang baik, yakni mengekang diri sendiri di
hadapan Tuhan. Kita harus belajar sedikit demi sedikit menjadi orang yang saleh, orang
yang berhati-hati, orang yang mengekang diri, tidak menjadi orang yang kendur.
Bila Anda pernah satu kali bergaul dengan orang yang tidak percaya, pernah satu
kali mengadakan persekutuan yang tidak tepat, Anda akan memboroskan banyak waktu
dan tenaga Anda; sungguh satu kerugian yang sangat besar. Mungkin karena Anda sekali
bergaul dengan orang yang tidak percaya, Anda harus memerlukan tiga atau lima hari
baru dapat memulihkan kedudukan Anda. Itu sungguh merupakan perkara yang tidak
menguntungkan, karena mereka dapat mempengaruhi penampilan, kebiasaan, dan
perilaku Anda sebagai orang Kristen.
4. Tidak Menurut, Tidak Berdiri, Tidak Duduk
Mazmur pasal 1 menerangkan kepada kita bahwa kita seharusnya ”Tidak berjalan
menurut nasihat orang fasik, tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan tidak duduk dalam
kumpulan pencemooh.”
Ketahuilah, orang-orang yang tidak percaya memiliki banyak nasihat atau
rencana. Yang paling kasihan ialah jika anak Allah saat menjumpai suatu urusan, ia pergi
meminta nasihat dari orang yang tidak percaya. Banyak anak Allah ketika menjumpai
kesulitan malahan meminta petunjuk dari orang yang tidak percaya. Saya katakan kepada
Anda, semua pendapat atau petunjuk yang mereka berikan tidak dapat Anda lakukan.
Saya mempunyai banyak teman yang tidak percaya, banyak urusan tidak usah
ditanyakan, mereka sendiri langsung datang memberi tahu harus bagaimana
menghadapinya. Tetapi kalau Anda mendengar nasihat-nasihat itu, Anda segera
menyadari bahwa semua pemikiran mereka tak lain hanya bertujuan menguntungkan diri
sendiri. Mereka tidak mementingkan benar tidaknya urusan itu, juga tidak mementingkan
apakah itu kehendak Allah; yang mereka pentingkan hanya satu, yaitu agar diri sendiri
beroleh keuntungan. Namun, dapatkah kita melakukan sesuatu yang hanya
menguntungkan diri sendiri saja? Tidak hanya menguntungkan diri sendiri, malahan me-
rugikan orang lain. Ada orang yang menguntungkan diri sendiri tanpa merugikan orang
lain, tetapi mereka di satu pihak menguntungkan diri sendiri, di pihak lain merugikan
orang lain. Nah, keadaan yang demikian, bagaimana orang yang percaya dapat bergaul
dengan orang yang tidak percaya?
Begitu Anda intim dengan orang yang tidak percaya, ketika ia memberi Anda
banyak nasihat, Anda tidak mudah menolaknya, dan akhirnya kedudukan Anda akan
terseret olehnya. Jika ada urusan yang Anda rundingkan dengan lima orang teman,
sulitlah Anda menolak saran-saran atau pendapat-pendapat mereka. Anda sukar untuk
menggelengkan kepala. Sekalipun Anda sudah menggelengkan kepala, Anda tak dapat
melepaskan mereka. Mereka adalah teman Anda, pendapat mereka demikian, saran
mereka demikian, inilah perkara yang menguntungkan. Kapan Anda berdialog dengan
mereka, Anda pasti akan berjalan menurut nasihat mereka. Namun itu hanya pikiran
mereka, yang tidak seharusnya Anda turuti.
Lagipula ada banyak tempat yang tidak dapat Anda kunjungi. Orang dosa
mempunyai jalan orang dosa, orang dosa mempunyai tempat orang dosa. Orang dosa tak
mungkin berjudi di balai sidang gereja. Mereka mempunyai tempat sendiri, mereka
mempunyai jalan yang mereka tempuh. Jika hari ini Anda bergaul dengan orang yang
tidak percaya, sekalipun Anda tidak pergi ke tengah-tengah mereka, tetapi Anda sudah
berjalan di atas jalan mereka, ini adalah perkara yang paling menyulitkan. Seorang teman
yang tidak percaya Tuhan ingin pergi ke suatu tempat, padahal tempat itu tak dapat Anda
kunjungi; meskipun Anda tidak masuk ke situ, Anda sudah menempuh jalannya.
Walaupun Anda telah minta diri untuk meninggalkannya, tetapi Anda telah berjalan di
jalannya.
”Tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, tidak berdiri di jalan orang
berdosa.” Allah tidak saja menghendaki kita tidak hadir di tempat mereka, berjalan di
jalan mereka pun tidak dikehendaki-Nya. Allah menghendaki Anda terisolir dan terpisah
sama sekali dengan mereka. Karena itulah Anda tidak dapat berteman dengan mereka.
Begitu Anda berteman dengan mereka, Anda pasti akan menempuh jalan mereka,
setidak-tidaknya Anda akan bertemu dengan tempat mereka.
”Tidak duduk dalam kumpulan pencemooh.” Hampir semua orang yang tidak
percaya adalah pencemooh. Saya sukar melihat seorang saudara bila ia bertemu dengan
temannya tanpa mendapat cemoohan; mereka akan bergurau dengan nama Tuhan. Pada
tahun-tahun pertama setelah saya percaya Tuhan, saya bertemu dengan banyak orang
yang tidak percaya Tuhan. Begitu bertemu, mereka lalu bergurau dengan nama Tuhan,
mencemooh nama Tuhan. Kalau Anda duduk di antara mereka, Anda akan ditertawai
mereka, nama Tuhan akan dicemooh lebih banyak lagi. Mungkin di antara mereka
selamanya tak pernah menyinggung-nyinggung nama Tuhan, dan tanpa maksud untuk
mencemooh nama Tuhan. Tapi begitu Anda datang, mereka akan mendapat kesempatan
untuk membicarakan Yesus begini, Kristen begitu. Mereka akan bergurau terus dengan
Anda. Jika Anda ingin tidak berjalan menurut nasihat orang fasik dan tidak berdiri di
jalan orang berdosa, Anda harus tidak bergaul dengan pencemooh itu.
IV. HARUS ADA SAUDARA DALAM GEREJA
SEBAGAI PENGGANTI TEMAN
Berbicara sampai di sini, kita nampak begitu seorang percaya kepada Tuhan,
sejak beberapa minggu pertama, ia sudah harus membereskan masalah teman. Semua
teman harus diganti. Anda harus memberi tahu teman-teman Anda, mengapa hari ini
Anda bersikap demikian. Meskipun Anda pernah menjalin persahabatan yang sangat
intim dengan mereka, tetapi kini keintiman itu sudah mutlak hilang. Anda wajib
mengganti semua teman Anda. Mulai sekarang dan seterusnya Anda harus belajar
menjadi saudara atau saudari di dalam gereja, dan saudara saudari dalam gereja harus
menggantikan teman-teman Anda yang lama.
Kita tidak mau melakukan perkara yang ekstrem. Kita sedikit pun tidak membenci
mereka dan sedikit pun bukan tidak menghiraukan mereka. Hanya saja hari ini pergaulan
kita dengan mereka berada di atas kedudukan yang lain. Anda harus belajar bersaksi
kepada mereka, membawa Tuhan ke hadapan mereka, Anda sudah harus berpisah dengan
mereka setelah berdialog bersama-sama dengan mereka lima atau lima belas menit,
setengah jam atau satu jam. Tidak seharusnya duduk terus di antara mereka, dan
membicarakan masalah-masalah duniawi dengan mereka. Haruslah belajar bertahan pada
kedudukan sendiri. Harus sedapat mungkin membawa mereka ke hadapan Tuhan, ke
gereja, dan bersaksi kepada mereka serta memberitakan Injil kepada mereka. Harus
sedapat mungkin mengajak mereka ke gereja agar kelak mereka pun menjadi saudara
saudari dalam Tuhan. Janganlah menambah teman atau persahabatan di luar saudara.
Ada satu hal yang dapat saya katakan kepada Anda, bila seorang yang percaya
Tuhan memiliki banyak teman, pasti ia gagal. Ia akan berbuat dosa, jika tidak menjadi
duniawi. Seorang yang mengasihi Tuhan, melayani Tuhan, setia terhadap Tuhan, tidak
kendur, tak mungkinlah ia memiliki begitu banyak teman dunia, karena itu mutlak
mustahil. Semakin Anda memiliki banyak teman yang suka tertawa dan bergurau, sema-
kin terbukti bahwa Anda sendiri kurang beres.
Bibir yang tidak bersih itu salah, tinggal di antara orang yang bibirnya tidak
bersih itu juga salah. Di hadapan Allah, tidak saja bibir yang tidak bersih itu bersalah,
bahkan tinggal di antara orang yang bibirnya tidak bersih juga bersalah; harus mengaku
dosa karenanya. Jadi tidak saja diri kita sendiri berdosa itu tidak benar, bahkan tinggal di
antara orang-orang yang berdosa pun tidak benar. Kita harus mohon Allah mengaruniai
kita, agar tidak saja diri sendiri tidak berbuat dosa, bahkan tidak sudi pula berteman intim
dengan orang-orang berdosa. Andaikata hari ini ada orang mengatakan, Anda adalah
pencuri, Anda pasti marah; tetapi jika ada orang mengatakan, Anda sangat akrab dengan
pencuri, Anda adalah kerabatnya pencuri, itu pun tidak berarti ia meninggikan Anda.
Anda harus melihat di hadapan Allah, bagaimana aku ini, dan bagaimana
pergaulanku. Anda harus ingat, kecuali diri Anda sendiri, maka yang paling dapat
mewakili Anda ialah pergaulan atau teman-teman Anda. Jika seseorang ingin memelihara
dirinya tetap perkasa, ia tak dapat bersikap kendur dalam hal pergaulannya. Begitu
bersikap kendur dalam pergaulan, pasti gagal. Karena itu Anda tidak boleh ceroboh,
Anda harus dengan tegas meninggalkan teman-teman Anda yang lama itu. Dan belajarlah
mencari saudara saudari yang senang bersekutu dengan Anda dalam gereja. Hendaklah
ada persekutuan di dalam Tuhan, dan hendaklah persekutuan dalam Tuhan menggantikan
semua pergaulan Anda yang lampau.
V. MAKNA TEMAN DALAM GEREJA
1. Teman Melampaui Kedudukan
Sudahkah Anda nampak bahwa masalah teman merupakan masalah yang sangat
istimewa? Teman merupakan suatu hubungan yang tidak memandang kedudukan.
Hubungan teman pun tidak memandang formalitas, melainkan melampaui kedudukan dan
formalitas. Ada ayah yang berteman dengan anaknya, ada pula ayah yang menjadi ayah
seumur hidup. Saya tahu ada beberapa ibu selamanya tidak pernah berteman dengan anak
perempuannya, mereka menjadi ibu dengan formal, begitu pula anak-anak perempuan
mereka menjadi anak-anak perempuan yang formal, mereka tidak pernah saling
berteman. Banyak pula orang yang dalam keluarga mereka tidak saling menjadi teman;
sang suami menjadi suami yang formal, sang istri pun menjadi istri yang formal.
Mungkin ada banyak orang yang pangkatnya sangat tinggi atau sangat rendah, mereka
hanya berhubungan sebagai atasan dengan bawahan, tidak pernah saling berteman.
Mungkin ada yang berteman, tetapi tidak banyak. Jadi berteman itu artinya tidak ada
hubungan yang formal, yakni kedua pihak telah menjalin persahabatan di luar kedudukan
formal mereka.
Kita nampak, Abraham adalah teman Allah. Jika manusia menjadi manusia yang
formal, dan Allah menjadi Allah yang formal, tentu manusia sama sekali tak mungkin
berteman dengan Allah. Tetapi Abraham telah melupakan kedudukannya, Allah juga
telah mengesampingkan kedudukan-Nya, karena itu Abraham dapat berteman dengan
Allah.
Tuhan Yesus pun dapat berteman dengan orang berdosa. Jika Tuhan Yesus
bertahan pada kedudukan-Nya, Ia tak mungkin berteman dengan orang berdosa. Karena
Ia telah meninggalkan kedudukan-Nya, Ia bisa menjadi teman kita. Jika tidak, Ia hanya
menjadi Juruselamat kita, bukan menjadi teman kita. Saya ingin Anda nampak apa
artinya teman. Orang dosa tidak dapat dipadankan dengan Tuhan; Dia sebagai Hakim, se-
dang kita sebagai terhukum; Dia sebagai Juruselamat, kita sebagai orang yang menerima
keselamatan. Namun, Tuhan telah mengesampingkan semua kedudukan-Nya dan
berteman dengan orang-orang yang berdosa. Karena itu manusia menyebut-Nya teman
orang dosa. Tuhan dapat memimpin mereka, agar mereka menerima-Nya sebagai
Juruselamat.
Saya percaya, jika seseorang sudah cukup lama dan mendalam di dalam Tuhan, ia
dapat melihat ada saudara dalam gereja yang dapat menjadi temannya, sebab ia telah
melampaui kedudukannya yang formal. Hal ini cukup jelas tercantum dalam surat
Yohanes yang ketiga, di mana Yohanes seolah-olah tidak menjadi rasul, di situ ia telah
melakukan urusan-urusan penatua.
Yang saya minta Anda perhatikan ialah, surat Yohanes ketiga adalah tulisan
Yohanes ketika ia berusia sangat lanjut; mungkin terpaut 30 tahun dengan waktu Paulus
masih hidup di dunia. Pada waktu itu Petrus telah meninggal, Paulus pun telah
meninggal. Jadi di antara kedua belas rasul hanya tinggal Yohanes seorang yang masih
hidup. Ia menulis, ”Dari penatua kepada . . .” Ia benar-benar sudah tua. Saya sangat
menyukai surat Yohanes ketiga ini. Surat Yohanes ketiga sangat berbeda dengan surat
lain. Kalau surat Yohanes pertama mengatakan, bapa-bapa, anak-anak, dan orang muda;
perkataannya itu seolah-olah masih bernada formal. Tetapi sampai surat Yohanes ketiga
ayat terakhir, Yohanes telah mencapai suatu kedudukan yang sangat istimewa. Pada
waktu itu ia sudah sangat tua, sehingga orang yang berumur 70 tahun pun boleh disebut
anak olehnya. Ia mungkin telah mencapai usia 90 tahun. Pada usianya yang sedemikian
lanjut ini, tentu ia memiliki pengenalan-pengenalan yang melimpah, dan cukup banyak
menempuh jalan Allah. Namun, pada waktu ia menulis surat ini, ia tidak menyebut
saudara saudari, anak-anak, orang muda, atau bapa-bapa, melainkan ”sampaikanlah
salamku kepada sahabat-sahabat satu per satu.” Tidakkah kalian merasakan perasaannya
itu? Kalian harus ingat, membaca firman Allah harus merasakan perasaannya, dan harus
memasuki roh penulisnya, baru Anda dapat mengetahui maknanya, jika tidak, tiada
gunanya.
Anda lihat, di sini ada seorang yang berusia demikian lanjut, sehingga seorang
teman pun tidak dimilikinya; Petrus telah wafat, Paulus pun telah wafat. Tetapi ia masih
dapat berkata, ”Salam dari sahabat-sahabatmu. Sampaikanlah salamku kepada sahabat-
sahabat satu per satu.” Di sini ada seorang yang begitu kaya, dapat dikata bahwa
kekayaannya telah mencapai puncaknya. Ia telah begitu lama mengikuti Tuhan, dan
mengalami banyak perkara; usianya telah begitu lanjut, sehingga orang yang berusia 60
atau 70 tahun dapat disebutnya sebagai anak-anak. Namun ia tidak menyebut demikian,
melainkan menyebut sahabat-sahabatku. Saya tidak tahu kalian memahami maknanya
atau tidak? Di sini ia sama sekali tidak memandang kedudukan, sama sekali tidak
berbicara di atas kedudukannya yang formal. Ini berarti ia telah meninggikan orang-orang
itu. Tuhan dapat menjadi teman orang berdosa, Allah dapat menjadi teman Abraham,
Yohanes pun dapat menjadi teman dari sekian banyak anak-anak, orang muda, dan orang
tua. Tetapi itu adalah suatu perkara yang lain.
2. Yang Ditekankan dalam Gereja Adalah Saudara
Pada suatu hari, Anda, orang muda mungkin bisa mencapai ke taraf itu. Tetapi
hari ini Anda masih harus berdiri di atas kedudukan sebagai saudara dalam gereja.
Masalah teman dalam gereja merupakan kedudukan yang sangat tinggi. Pada suatu hari,
ketika Anda sendiri mencapai ke tingkat yang sangat tinggi, Anda dapat berteman dengan
seorang anak kecil. Dan pada hari itu, Anda telah melampaui mereka, Anda dapat
mengangkat mereka menjadi teman Anda. Namun, sebelum hari itu tiba, yang ditekankan
dalam gereja adalah saudara saudari, bukan teman.
Ada satu hal yang mengherankan, yakni segala masalah telah diperhatikan di
dalam gereja, namun masalah teman tidak diperhatikan. Ini dikarenakan hal ini
melampaui kedudukan, melampaui yang formal, dan yang berdiri di atas kedudukan lain,
yaitu seorang yang dewasa mengangkat beberapa orang menjadi temannya. Orang itu
pada suatu hari menjadi demikian dewasanya, sehingga ia dapat menyebut dan menga-
takan, ”Anda adalah temanku.” Hal ini tidak dilakukan oleh saudara saudari biasa.
Karena itu, kaum muda, orang-orang yang baru percaya kepada Tuhan, harus belajar
memelihara hubungan persaudaraan di dalam Tuhan. Jauhkanlah semua teman-teman
Anda yang lama, dan belajarlah saling bergaul dan bersekutu dengan saudara saudari
dalam gereja. Jika demikian, maka ketika Anda maju di atas jalan ini, Anda pasti akan
terhindar dari banyak kesulitan.
W.N